BAB I PENDAHULUAN 1. Umum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1. Umum"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kabupaten Purworejo Tahun 2015 merupakan penjabaran Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Purworejo Tahun Program dan kegiatan yang menjadi prioritas di tahun 2015 diarahkan kepada penyelesaian pencapaian-pencapaian tujuan sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Pelaksanaan pembangunan daerah disusun dalam suatu tahapan tertentu untuk menjamin adanya konsistensi dan keberlanjutan proses pembangunan serta keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan daerah. Rencana Pembangunan selama 5 (lima) tahun sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun setiap tahun diuraikan dalam Rencana Kerja Tahunan berupa Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Dengan mempertimbangkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya, serta masalah dan tantangan yang akan dihadapi pada pelaksanaan tahun RKPD, ditetapkan prioritas pembangunan daerah tahunan yang dijabarkan ke dalam program dan kegiatan pokok pembangunan untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan. Prioritas pembangunan tahunan disusun berdasarkan kriteria : a. Memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan sesuai tema pembangunan; b. Memiliki sasaran-sasaran dan indikator kinerja yang terukur sehingga langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat; c. Mendesak dan penting untuk segera dilaksanakan, merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk melaksanakannya; d. Realistis untuk dilaksanakan dan diselesaikan dalam kurun waktu satu tahun. 1

2 Sebagai dokumen perencanaan pembangunan RKT merupakan pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), di mana kebijakan APBD ditetapkan secara bersama-sama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Pemerintah. Dengan cakupan dan cara penetapan tersebut, RKT mempunyai fungsi pokok sebagai berikut: a. Menjadi acuan bagi seluruh pelaku pembangunan, karena memuat seluruh kebijakan publik; b. Menjadi pedoman dalam penyusunan APBD, karena memuat sasaran dan prioritas pembangunan daerah satu tahun; c. Menciptakan kepastian kebijakan, karena merupakan komitmen Pemerintah. 2 Dasar hukum a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); e. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 2

3 f. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah, Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; g. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Purworejo Tahun Anggaran 2008; i. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 23 Tahun 2000 tentang Visi dan Misi Kabupaten Purworejo; j. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Purworejo 3. Evaluasi Penyelenggaraan Pembangunan Daerah Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen pembangunan. Bersama-sama dengan perencanaan menjadi komponen dalam siklus pelaksanaan pembangunan. Hasil evaluasi adalah merupakan review atas segala hal yang mengarah pada sebuah keberhasilan maupun kegagalan atas yang telah dikerjakan. Menjadi sangat esensial keberadaannya seandainya dapat menjadi titik tolak pelaksanaan pembangunan periode berikutnya. Penyelenggaraan pembangunan Kabupaten Purworejo menghasilkan berbagai pencapaian. Pokok-pokok hasil capaian pelaksanaan pembangunan Kabupaten Purworejo disajikan dalam 2 kelompok besar yaitu Kondisi Umum Daerah dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan. 3

4 1. Kondisi Umum Daerah 1.1 Aspek Geografi dan Demografi 1. Letak, luas dan batas wilayah Secara geografis, Kabupaten Purworejo merupakan bagian dari Propinsi Jawa Tengah, yang terletak pada posisi antara Bujur Timur dan 7 o 32 7 o 54 Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Purworejo adalah 1.034,82 km 2 yang terdiri dari + 2/5 daerah dataran dan 3/5 daerah pegunungan dengan batas-batas wilayah adalah sebagai berikut: Sebelah utara : Kabupaten Wonosobo dan Magelang Sebelah timur : Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY Sebelah : Samudra Indonesia selatan Sebelah barat : Kabupaten Kebumen 2. Kondisi Topografi Kondisi kemiringan lereng atau kelerengan Kabupaten Purworejo dapat dibedakan menjadi empat (4) kategori yaitu: a. Kemiringan 0 2% meliputi bagian selatan dan tengah wilayah Kabupaten Purworejo, b. Kemiringan 2 15% meliputi sebagian Kecamatan Kemiri, Bruno, Bener, Loano, dan Bagelen, c. Kemiringan 15 40% meliputi bagian utara dan timur wilayah Kabupaten Purworejo, d. Kemiringan > 40% meliputi sebagian Kecamatan Bagelen, Kaligesing, Loano, Gebang, Bruno, Kemiri, dan Pituruh. Posisi ketinggian Kabupaten Purworejo berkisar antara 0 meter sampai dengan meter di atas permukaan laut. Kondisi topografi Kabupaten Purworejo secara umum adalah sebagai berikut : 4

5 a. Bagian selatan dan barat merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 25 meter di atas permukaan air laut. b. Bagian utara dan timur merupakan daerah berbukit-bukit dengan ketinggian antara meter di atas permukaan air laut. 3. Kondisi Klimatologis Kondisi iklim suatu daerah sangat berpengaruh pada potensi daerah bersangkutan, baik dalam potensi sumber daya alam maupun dalam potensi bencana alam. Kabupaten Purworejo beriklim tropis dengan dua musim dalam setahunnya yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Rata-rata suhu udara di Purworejo antara o C dengan curah hujan ratarata per tahun berkisar antara 620 mm/tahun hingga mm/tahun. Berdasarkan perbandingan bulan basah dan bulan kering setiap tahun maka curah hujan di Kabupaten Purworejo termasuk dalam kategori tinggi. Curah hujan yang tinggi tersebut secara langsung dapat mengakibatkan penjenuhan pada tanah permukaan sehingga mempengaruhi drainase permukaan tanah. Hujan dengan intensitas tinggi merupakan salah satu pemicu (trigger factor) terjadinya bencana yaitu banjir dan longsor lahan di Kabupaten Purworejo. 4. Kondisi Geologi Kondisi geologi di Kabupaten Purworejo dapat dirinci menjadi bahasan mengenai lithologi/batuan, stratigrafi dan struktur geologi. Ketiga aspek geologi tersebut penting kaitannya dengan beberapa fenomena alam khususnya kebencanaan seperti longsor, banjir maupun kekeringan. Proporsi litologi batuan Kabupaten Purworejo berupa batuan sedimen dan perselingan batuan gunung api sebesar 60,1% terdapat di bagian utara dan timur wilayah Kabupaten 5

6 Purworejo pada daerah dengan topografi tinggi dan 39,9% aluvium tersebar pada daerah dengan topografi rendah di bagian selatan dan barat Kabupaten Purworejo. Susunan batuan/stratigrafi yang menyusun wilayah Kabupaten Purworejo mengikuti tata stratigrafi pada Pegunungan Serayu Utara yang berada di bagian utara dan Pegunungan Menoreh yang berada di bagian timur. Kabupaten Purworejo sendiri memiliki empat bentuk lahan asal proses, meliputi bentuk lahan asal proses struktural, bentuk lahan asal proses fluvial, bentuk lahan asal proses marin dan bentuk lahan asal proses denudasional. 5. Kondisi Hidrologi Kondisi hidrologi yang dapat dilihat dari potensi air tanah dan keberadaan air permukaan satu daerah adalah tidak sama dengan daerah lainnya walaupun keduanya mempunyai curah hujan yang sama. Hal ini disebabkan kondisi lahan (geologi, geomorfologi, dan tanah) setiap daerah berbeda. Perbedaan-perbedaan ini akhirnya membawa keberagaman dalam potensi sumber daya alam dan potensi kebencanaan alam sehingga pengembangan sumber daya alam daerah harus memperhatikan potensi-potensi alam tersebut. Pengembangan sumber daya alam harus memperhatikan kesinambungan pemanfaatan dan kelestarian lingkungan. Kekeliruan pengembangan sumber daya alam selain berdampak pada degradasi sumber daya alam bersangkutan juga berperan dalam memicu terjadinya bencana alam yang berakibat sangat merugikan. Kabupaten Purworejo memiliki potensi air yang berasal dari air permukaan dan air bawah tanah. Di Kabupaten ini terdapat beberapa sungai yang mengalir di daerah ini dan bermuara di Samudera Indonesia. Sungai-sungai ini termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Bogowonto, Cokroyasan dan Wawar. Hulu-hulu sungai tersebut umumnya berada di bagian timur dan utara Kabupaten Purworejo. 6

7 6. Kondisi Penggunaan Lahan Pengunanan lahan Kabupaten Purworejo dibagi menjadi dua kategori yaitu lahan kering seluas 72, Ha atau 70,40 % dan tanah sawah seluas 30, Ha atau 29,60%. Lahan kering terdiri dari 10, Ha berupa tanah bangunan dan halaman sekitarnya, 51, Ha berupa tegal/kebun /ladang/huma, 6, Ha berupa hutan negara, dan sisanya berupa padang rumput, tambak, tanah lainnya. Luas sawah beririgasi adalah 27, Ha, sedangkan sawah tadah hujan seluas Ha. Dinamika penggunaan lahan di Kabupaten Purworejo kurang terkendali. Sebagian besar perubahan yang terjadi berupa alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian seperti untuk perumahan dan permukiman. 7. Potensi Pengembangan Wilayah Potensi pengembangan wilayah diarahkan pada kawasan budidaya yang direncanakan sesuai kemampuan lahan guna mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya. Pemanfaatan kawasan budidaya juga diarahkan dalam rangka mendukung terciptanya struktur ruang yang mendukung bagi pengembangan berbagai sektor pembangunan dan dan integrasi wilayah.pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Purworejo dilakukan secara efektif dan efesien serta sinergis, agar pemenfaatan ruang dan sumber daya dapat dilakukan secara optimal. Berkenaan dengan itu, strategi pengembangan kawasan budidaya ditekankan pada upaya-upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan. 7

8 8. Wilayah Rawan Bencana Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Di Wilayah Kabupaten Purworejo terdapat 4 (empat) kawasan rawan bencana alam, yaitu kawasan rawan bencana banjir, kawasan rawan bencana tanah longsor, kawasan rawan bencana gelombang pasang dan kawasan rawan bencana kekeringan. 9. Demografi a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan data empiris pada akhir tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Purworejo sejumlah jiwa sedangkan kondisi pada akhir tahun 2010 adalah jiwa,maka terjadi laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,15% di samping akhir medio 2010 dan 0,14 sampai dengan akhir tahun Angka pertumbuhan penduduk tersebut jauh lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan penduduk di Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 0,81% dariempiris akhir tahun 2010 sampai dengan akhir Dilihat dari persebarannya, kecamatan Purworejo dan Kecamatan Kutoarjo memiliki prosentase jumlah penduduk yang paling besar yaitu 11,92% dan 8,37% dari jumlah penduduk Kabupaten Purworejo. Sementara prosentase jumlah penduduk paling kecil berada di Kecamatan Bagelen dan Kecamatan Kaligesing yaitu 4,13 dan 4,19 dari jumlah penduduk Kabupaten Purworejo. 8

9 b. Usia Sebagian besar Penduduk Purworejo berusia antara Tahun. Hal ini berarti penduduk usia produktif di Purworejo sangat potensial sebagai modal dasar yang besar untuk pembangunan. Rasio beban ketergantungan di Purworejo dari data empiris di tahun adalah 56,42 dan56,41. Pada tahun 2011 mengalami penurunan positif 0,01 pada angka dimana artinya 100 penduduk usia produktif (15-64) ratarata menanggung beban 56,41 penduduk usia tidak produktif (0-14 dan 65 ke atas). Tabel Perkembangan Besarnya Rasio Beban Ketergantungan Kab. Purworejo Tahun Kelompok Umur Tahun sampai dengan sampai dengan ke atas Rasio Beban Ketergantungan 56,42 56,41 (%) Angka Beban Ketergantungan jika dilihat dari data empiris persebaran per kecamatan pada tahun2011 maka kecamatan dengan angka beban ketergantungan rendah adalah Kecamatan Purworejo dan kecamatan Kutoarjo yaitu 47,76 dan 54,50. Halitu dikarenakan kecamatan Purworejo dan kecamatan Kutoarjo masuk kategori kota dimana lapangan pekerjaan tersedia relatif cukup banyak menyerap tenaga kerja. Sedangkan angka beban ketergantungan kategori paling tinggi berada di di Kecamatan Bruno dan Kecamatan Ngombol 62,80 dan 62,02, hal ini dikarenakan usia produktif di wilayah 9

10 tersebut banyak yang melakukan migrasi untuk bekerja ataupun sekolah/kuliah setelah lulus SMP atau SMA. Beban angka ketergantungan di tiap kecamatan tersebut di atas dipengaruhi oleh jumlah penduduk usia produktif dan non produktif. Dari data empiris tahun 2011 didapatkan bahwa kecamatan Purworejo memiliki jumlah penduduk produktif yang paling banyak, sedangkan kecamatan Bagelen yang paling sedikit. Distribusi Penduduk Produktif dan Non Produktif Per Kecamatan Tahun 2011 No. Kecamatan Produktif Non ABK Produktif 1 Grabag ,88 2 Ngombol ,02 3 Purwodadi ,22 4 Bagelen ,90 5 Kaligesing ,20 6 Purworejo ,76 7 Banyuurip ,58 8 Bayan ,19 9 Kutoarjo ,50 10 Butuh ,16 11 Pituruh ,54 12 Kemiri ,83 13 Bruno ,80 14 Gebang ,92 15 Loano ,61 16 Bener ,34 Jumlah ,41 Sumber: Purworejo Dalam Angka 2010 c. Kepadatan Penduduk Pada Tahun 2011 kepadatan penduduk Kabupaten Purworejo rata-rata 672,97 orang/km2, meningkat 0,94 dari tahun 2010 sebesar 672,03 orang/km2. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penduduk di Kabupaten Purworejo semakin bertambah padat walaupun relatif masih kecil yaitu belum mencapai 1 orang per km2. Dari sisi kewilayahan, terdapat tiga kecamatan yang kepadatan penduduknya di atas 1000 orang/km2 yaitu Kecamatan Purworejo dengan 1.574,71 orang/km2, Kecamatan Kutoarjo 1.549,62 orang/km2 dan Kecamatan Bayan 1.056,59 orang/km2. 10

11 Hal ini disebabkan karena tiga kecamatan tersebut memang merupakan kawasan Aglomerasi yaitu kawasan strategis tumbuh cepat kota Purworejo kota Kutoarjo. Sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah kecamatan Kaligesing dengan 390,05 orang/km2 dan kecamatan Bruno dengan 399,65 orang/km2. Dua kecamatan tersebut memang merupakan daerah dengan kondisi geografis berupa pegunungan yang sebagian wilayahnya memiliki hutan yang cukup luas Aspek Kesejahteraan Masyarakat 1. PDRB dan Perkembangannya a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu bagian dari sistem neraca ekonomi regional yang didalamnya merekam hasil-hasil dari kegiatan ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu (satu tahun). PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. b. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga tahun tertentu sebagai tahun dasar, dimana dalam periode tahun sampai dengan tahun 2011 ini menggunakan tahun dasar tahun c. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. d. Dalam kurun waktu tahun PDRB Kabupaten Purworejo atas harga berlaku adalah ,69 juta rupiah dan meningkat menjadi ,12 juta rupiah, 11

12 atau meningkat tiap tahun sebesar 10,46%. Sedangkan untuk PDRB atas dasar harga konstan mencapai ,82 juta rupiah di tahun 2010 menjadi ,50 juta rupiah di tahun 2011, atau meningkat 5,02%. Artinya bahwa jika dibandingkan dengan tahun dasar tahun 2000, maka perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai 3,78 kali dan untuk harga konstan mencapai 1,67 kali di tahun e. Tabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 dan Perkembangannya di Kabupaten Purworejo Tahun Tahun PDRB ADH Berlaku PDRB ADH Konstan Rp. Juta Perkembangan Rp. Juta Perkembangan ,29 342,46% ,82 159,75% ,12 378,37% ,40 167,82% Sumber: PDRB Kab. Purworejo Tahun Laju Inflasi a. Kondisi perekonomian daerah tidak bisa lepas dari pengaruh inflasi yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, terutama pengaruh kebijakan makro oleh pemerintah secara nasional. Inflasi menunjukan tingkat perkembangan harga serta kestabilan perekonomian di suatu wilayah. Dengan mencermati tingkat inflasi yang terjadi di suatu wilayah tertentu dari waktu ke waktu akan diketahui tingkat perkembangan harga dan kestabilan perekonomian di wilayah tersebut. b. Inflasi Kabupaten Purworejo sepanjang tahun 2012 mencapai 3,66%. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 dan 2011 yang un 2011, namun masih di bawah inflasi Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 4,24% dan Nasional yang mencapai 4,30%. Laju inflasi tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi 12

13 ekonomi regional dan nasional yang berimbas setiap bulan di daerah. Hal ini terlihat bahwa inflasi di tingkat regional Jawa Tengah dan Nasional juga mengalami kenaikan di tahun c. Gambar Kumulatif Inflasi Kab. Purworejo, Prov. Jawa Tengah dan Nasional Tahun Sumber: Indek Harga Konsumen dan Inflasi Kota Purworejo Tahun 2012 d. Dilihat dari persebaran inflasi menurut kelompok barang dan jasa pada tiga tahun terakhir, maka kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menjadi pemicu inflasi pada akhir tahun 2012 yang mencapai 8,09%. Distribusi inflasi per kelompok barang dan jasa dapat dilihat pada table berikut: 13

14 e. Tabel Inflasi Kabupaten Purworejo menurut Kelompok Barang dan Jasa Tahun No. Kelompok Barang dan Jasa Bahan Makanan 23,16 3,11 3,52 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 4,01 2,53 8,09 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan bakar 3,81 2,48 2,34 Sandang Kesehatan 5,81 7,03 3,93 1,23 2,03 3,99 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 1,91 2,15 1,59 Transport, Komunikasi dan Jasa keuangan 1,07 0,51 1,13 Inflasi Umum 7,56 2,52 3,66 Sumber: Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Kota Purworejo dari beberapa tahun terbitan. Secara regional Jawa Tengah laju inflasi Kabupaten Purworejo relatif cukup baik. Di Provinsi Jawa Tengah terdapat empat daerah yang dijadikan Kota Survey Biaya Hidup (SBH) yaitu Kabupaten Banyumas khususnya Purwokerto, Kota Surakarta, Kota Semarang dan Kota Tegal. Empat daerah ini yang menjadi barometer tingkat perkembangan harga serta kestabilan perekonomian wilayah regional di Jawa Tengah. Jika dibandingkan dengan empat kota SBH tersebut, laju inflasi Kabupaten Purworejo masih lebih rendah dari Purwokerto dan relatif lebih mendekati Tegal. Jika dibandingkan dengan daerah sekitar, laju inflasi Kabupaten Purworejo tahun 2012 masih sedikit lebih tinggi dari Kabupaten Magelang. Namun demikian tetap dapat kita simpulkan bahwa Kabupaten Purworejo 14

15 memiliki perkembangan harga dan stabilitas perekonomian di Kabupaten Purworejo relatif cukup baik. Perkembangan laju inflasi Kabupaten Purworejo, Kabupaten Sekitar, Empat Kota Survey Biaya Hidup (SBH), Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Perkembangan Laju Inflasi Kabupaten Purworejo, Kabupaten Sekitar, Empat Kota Survey Biaya Hidup (SBH), Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun No. Daerah Kab. Purworejo 7,56 2,52 3,66 2. Kab. Kebumen 8,36 4,52 4,64 3. Kab. Magelang 8,25 2,64 2,36 4. Kab. Temanggung 7,35 2,42 4,73 5. Empat Kota SBH Purwokerto Surakarta Semarang Tegal 6,04 3,40 4,73 6,65 1,93 2,87 7,11 2,87 4,85 6,73 3,79 3, ,88 2,68 4,24 7. Nasional 6,96 3,79 4,30 Sumber: Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Kota Purworejo dari beberapa tahun terbitan 15

16 3. PDRB per kapita PDRB per kapita berbeda dengan pendapatan per kapita. PDRB per kapita menunjukan kemampuan masyarakat dalam menghasilkan nilai tambah, sedangkan pendapatan perkapita menunjukan besarnya pendapatan yang diterima masyarakat atas penggunaan faktor produksi yang dimiliki di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu. Pada tahun 2010 nilai PDRB per kapita Kabupaten Purworejo mencapai Rp ,25 dan meningkat menjadi ,13 pada tahun Namun kondisi di tahun 2011 tersebut masih berada di bawah PDRB per kapita Provinsi Jawa Tengah yang mencapai Rp ,75 maupun skala nasional yang mencapai Rp ,11. Tabel PDRB per Kapita Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah dan Indonesia Tahun Cakupan Wilayah Kabupaten Purworejo , ,13 Provinsi Jawa Tengah , ,75 Indonesia , ,11 Sumber: PDRB Kab. Purworejo Tahun Indikator ketimpangan Regional Kondisi pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah perlu dilihat dari sisi pemerataan pembangunan di masingmasing wilayah pendukung. Hal tersebut diperuntukan untuk dapat menekan timbulnya kesejangan pembangunan kewilayahan khususnya yang disebut dengan ketimpangan wilayah. Ketimpangan itu sendiri terjadi salah satunya karena akibat dari kegiatan ekonomi yang belum merata. Ketimpangan pembangunan tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan indeks ketimpangan regional yang dinamakan indeks ketimpangan Williamson. Indeks ini 16

17 dihitung dengan menggunakan komponen utama yaitu PDRB per Kapita serta jumlah penduduk masingmasing kecamatan. Angka indeks ketimpangan Williamson yang semakin kecil atau mendekati nol menunjukan ketimpangan yang semakin kecil atau dengan kata lain semakin merata, dan apabila semakin besar atau semakin jauh dari nol menunjukan ketimpangan yang semakin melebar. Indek ketimpangan Williamson dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu melalui indek ketimpangan menurut lapangan usaha dan indek ketimpangan menurut kewilayahan atau antar kecamatan. Indek ketimpangan menurut lapangan usaha menunjukan tingkat ketimpangan yang terjadi antar sembilan kelompok lapangan usaha yang ada di seluruh wilayah kabupaten. Sedangkan indek ketimpangan kewilayahan atau antar kecamatan menunjukan tingkat ketimpangan yang terjadi antar wilayah kecamatan. Jika dilihat menurut lapangan usaha, Indeks ketimpangan menurut lapangan usaha di Kabupaten Purworejo dari data empiris tahun menunjukan grafik sedikit meningkat yaitu dari 0,6912 menjadi 0, Artinya bahwa terjadi kesenjangan menurut lapangan usaha di Kabupaten Purworejo dimana beberapa sektor terjadi penguatan dan menjadi sangat dominan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi antar wilayah sektoral kecamatan sementara sektor yang lain berada di bawah rata-rata umum kabupaten. Jika dicermati maka sektor pertanian, industri, dan perdagangan dan jasa masih merupakan sektor dominan di Kabupaten Purworejo. Kondisi ini dapat dikatakan masih sejalan dengan visi misi daerah dimana menkankan pada pembangunan menuju daerah agribisnis. 17

18 Jika dilihat menurut kewilayahan, ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Purworejo secara makro terdapat kesenjangan kewilayahan khususnya antara beberapa wilayah kecamatan yang secara geografis berada di dataran tinggi dengan beberapa wilayah kecamatan yang berada di daerah dataran rendah dan datar yang sebagian diantaranya merupakan kota pusat pertumbuhan. Indeks ketimpangan wilayah kecamatan Kabupaten Purworejo dari data empiris tahun justru menunjukan grafik menurun yaitu 0,3800 menjadi 0,37141 menurut PDRB atas dasar harga berlaku. Kondisi ini menunjukan bahwa pemerataan pembangunan antar kecamatan yang dihitung berdasar kondisi empiris di tahun 2011 relatif lebih merata dari tahun sebelumnya. Jika dilihat dari pertumbuhan indek ketimpangan wilayah berdasar PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, perkembangan kesenjangan antar wilayah di tahun juga mengalami penurunan yaitu 0,3500 menjadi 0, Artinya bahwa walaupun beberapa kecamatan relatif berada di bawah kondisi secara umum rata-rata wilayah yang lainnya namun proses akumulasi dan mobilisasi sumber-sumber berupa akumulasi modal, ketrampilan tenaga kerja dan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu daerah tidak menjadi pemicu kesenjangan dalam laju pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Adanya heterogenitas dan beragam karakteristik suatu wilayah dapat disimpulkan terjadi proses saling mendukung (backward and forward linkage) antar wilayah sehingga menyebabkan tidak terjadinya kecenderungan konsentrasi aktivitas ekonomi secara parsial yang memunculkan kondisi ketimpangan sektoral antar daerah di Kabupaten Purworejo. 18

19 2. Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan 2.1 Evaluasi pencapaian prioritas pelaksanaan pembangunan sampai dengan tahun berjalan Evaluasi pembangunan adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberikan nilai secara obyektif atas pencapaian hasil-hasil pelaksanaan pembangunan yang telah direncanakan sebelumnya. Evaluasi pembanguan dilaksanakan secara sistematis dengan mengumpulkan, menganalisis data informasi untuk menilai kelayakan serta pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pasca kegiatan. 2.2 Evaluasi Atas Pelaksanaan Pembangunan Dalam Dimensi Kewilayahan. Perkembangan pembangunan suatu daerah pada dasarnya adalah merupakan akumulasi dari perkembangan pembangunan wilayah-wilayah yang menjadi cakupannya. Perkembangan pembangunan Kabupaten Purworejo merupakan akumulasi dari perkembangan pembangunan 16 Kecamatan dan 494 desa yang ada di Purworejo. Dengan demikian perkembangan pembangunan sebuah Kabupaten salah satu faktor penentunya adalah sejauhmana perkembangan wilayah-wilayah cakupannya, seberapa besar kesenjangan antar wilayah yang ada. Proses akumulasi dan mobilisasi sumber-sumber, berupa akumulasi modal, ketrampilan tenaga kerja dan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan pemicu dalam laju pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Adanya heterogenitas dan beragam karakteristik suatu wilayah menyebabkan kecenderungan terjadinya konsentrasi aktivitas ekonomi secara parsial dan seringkali memunculkan kondisi ketimpangan antar daerah. 19

20 2.2.1 Ketimpangan Antar Wilayah Ketimpangan pembangunan antar kecamatan yang terjadi di Kabupaten Purworejo dapat ditinjau dengan menggunakan indeks ketimpangan regional yang dinamakan indeks ketimpangan Williamson. Yang dihitung dengan menggunakan komponen utama yaitu PDRB per kapita serta jumlah penduduk, masingmasing untuk tiap kecamatan. Angka indeks ketimpangan williamson yang semakin kecil atau mendekati nol menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil atau dengan kata lain semakin merata, dan bila semakin jauh dari nol menunjukkan ketimpangan yang semakin melebar. Indeks Williamson Kabupaten Purworejo meningkat terus sejak tahun 2006 sampai Fenomena tersebut menunjukkan adanya peningkatan dalam hal ketimpangan antar wilayah. Kesenjangan antar wilayah Kecamatan yang tampak dalam Indeks Williamson tersebut mengungkap adanya beberapa wilayah yang secara relatif berada di bawah kondisi secara umum rata-rata wilayah yang lainnya. Apabila dipetakan dengan menggunakan tipologi Klasen maka akan tampak tipologi suatu wilayah apakah berada dibawah atau diatas rata-rata wilayah lainnya. Berikut tabel yang menunjukkan pengklasifikasian wilayah dalam 4 kuadran mengikuti pola tipologi klasen 20

21 Tabel. Empat Kuadran Tipologi Klasen Yc ap Tinggi Rendah R Tinggi Maju dgn pertumbuhan Berkembang cepat cepat Purworejo Bayan Kutoarjo Banyuurip Rendah Maju tapi tertekan Kurang berkembang Purwodadi Grabag Butuh Bagelen Ngombol Kaligesing Pituruh Kemiri Bruno Gebang Loano Bener Sumber: Analisis, 2013 Berdasarkan tipologi klasen tersebut diatas dua wilayah dalam kategori maju dengan pertumbuhan cepat, 3 wilayah dalam kategori berkembang cepat, 2 wilayah dalam kategori maju tapi tertekan dan 9 wilayah dalam kategori kurang berkembang. Perkembangan kondisi masing-masing wilayah selama 3 tahun terakhir menunjukkan bahwa 2 wilayah menunjukkan perkembangan yang meningkat yaitu NgombolBanyuurip dan Butuh, 1 wilayah mengalami penurunan Ngombol, dan 13 wilayah kondisinya tetap (yaitu Purwodadi, Bagelen, Kaligesing, Purworejo, Bayan, Kutoarjo, Pituruh, Kemiri, Bruno, Gebang, Loano,Grabag dan Bener). Perkembangan tersebut tampak dalam tabel berikut ini : 21

22 Tabel. Perkembangan Wilayah Berdasarkan Tipologi Klasen Tahun 2011 Tabel Perkembangan Wilayah Berdasarkan Tipologi Klasen Tahun 2011 No Kecamatan Tipologi Ket. 1. Grabag Berkembang Kurang Kurang Tetap cepat berkembang berkembang 2. Ngombol Kurang Berkembang cepat Kurang Turun Berkembang berkembang 3. Purwodadi Maju Tapi Maju tapi tertekan Maju tapi tertekan Tetap Tertekan 4. Bagelen Kurang Kurang Kurang Tetap Berkembang berkembang berkembang 5. Kaligesing Berkembang Berkembang cepat Kurang Tetap cepat berkembang 6. Purworejo Maju Dgn Maju dengan Maju dengan Tetap Pertumbuhan Cepat pertumbuhan cepat pertumbuhan cepat 7. Banyuurip Maju Dgn Maju tapi tertekan Maju dengan Naik Pertumbuhan Cepat pertumbuhan cepat 8. Bayan Berkembang Berkembang cepat Berkembang cepat Tetap cepat 9. Kutoarjo Maju Dgn Maju dengan Maju dengan Tetap Pertumbuhan Cepat pertumbuhan cepat pertumbuhan cepat 10. Butuh Maju Tapi Kurang Maju tapi tertekan Naik Tertekan berkembang 11. Pituruh Kurang Kurang Kurang Tetap Berkembang berkembang berkembang 12. Kemiri Kurang Kurang Kurang Tetap Berkembang berkembang berkembang 13. Bruno Kurang Kurang Kurang Tetap Berkembang berkembang berkembang 14. Gebang Kurang Kurang Kurang Tetap Berkembang berkembang berkembang 15. Loano Kurang Kurang Kurang Tetap Berkembang berkembang berkembang 16. Bener Berkembang cepat Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap Sumber: Analisis, Karakteristik Ekonomi Wilayah Karakteristik suatu wilayah yang dapat pula menjadi salah satu penyebab terjadinya kesenjangan yang diantaranya tampak dalam kekuatan masing-masing 22

23 sektor produksinya. Tabel berikut ini memberi gambaran mengenai aktivitas ekonomi masyarakat Kabupaten Purworejo yang secara administratif tersebar ke dalam 16 wilayah Kecamatan. Tampak bahwa sebagian besar wilayah secara struktural didominasi oleh agrikultural, namun beberapa wilayah sudah mulai bergerak pada sektor manufaktur dan jasa. Tabel. Struktur Ekonomi Masyarakat Kabupaten Purworejo Per Wilayah Tahun 2005 dan 2011 (dalam %) No Kecamatan Agrikulture Manufakture Jasa Grabag 54,36 55,66 10,71 27,86 34,83 16,48 2 Ngombol 55,79 57,38 7,08 21,84 37,13 20,78 3 Purwodadi 40,97 43,69 12,87 30,21 46,16 26,09 4 Bagelen 41,43 42,44 11,89 31,29 46,69 26,27 5 Kaligesing 48,90 51,09 10,72 28,76 40,39 20,14 6 Purworejo 10,58 10,83 28,61 39,66 60,82 49,51 7 Banyuurip 29,38 32,58 27,58 42,50 43,03 24,92 8 Bayan 36,32 35,61 19,58 38,94 44,10 25,45 9 Kutoarjo 19,62 20,46 16,74 36,33 63,63 43,21 10 Butuh 44,96 47,55 11,66 29,14 43,64 23,31 11 Pituruh 51,79 54,63 10,75 26,48 37,45 18,88 12 Kemiri 51,47 53,54 6,11 23,84 42,42 22,62 13 Bruno 57,01 55,62 6,90 22,58 36,09 21,80 14 Gebang 40,63 40,50 9,70 30,98 49,67 28,51 15 Loano 34,45 36,31 12,61 30,93 52,94 32,76 16 Bener 41,97 42,55 13,28 30,75 44,75 26,70 Sumber : Bappeda, 2011 Berdasar struktur produksi tiap-tiap wilayah tersebut, maka hampir semua kecamatan telah mengalami pergeseran struktur ekonomi. Sektor primer (agraris) perlahan bergeser ke sector sekunder (manufacture) dan sector tersier (jasa). Kondisi pada tahun 2011, tipe kecamatan, yaitu : a. Bertipe agraris ada 12 kecamatan yaitu kecamatan Grabag, Ngombol, Purwodadi, Bagelen, Kaligesing, Butuh, Pituruh, Kemiri, Bruno, Gebang, Loano dan Bener. b. Bertipe industri ada 2 kecamatan yaitu kecamatan Banyuurip dan kecamatan Bayan 23

24 c. Bertipe jasa-jasa ada 2 kecamatan yaitu kecamatan Purworejo dan Kecamatan Kutoarjo. Meskipun demikian selama periode ini kecamatan yang masih bertipe agraris secara perlahan-lahan bergeser kearah industri dan jasa-jasa Upaya Pengembangan Wilayah Pembangunan wilayah telah dilakukan pemerintah daerah melalui program kegiatan yang dikelola oleh satuan kerja perangkat daerah maupun melalui bantuan sosial kemasyarakatan dan hibah dari pemerintah daerah langsung kepada masyarakat. Secara umum alokasi pada beberapa wilayah tampak relatif lebih besar dari wilayah lain. Pada beberapa skema bantuan memang tidak dapat didistribusikan merata untuk semua wilayah namun disesuaikan dengan jumlah kelompok sasaran yang ada di masing-masing wilayah. Misal untuk Dana Alokasi Untuk Desa didistribusikan sesuai dengan jumlah desa yang ada dalam suatu wilayah. Distribusi bantuan kemasyarakatan, hibah serta bantuan sosial pada tahun 2012 sudah relatif terdistribusi ke 16 wilayah, namun demikian tetap ada wilayah yang alokasinya relatif sangat kecil dibanding wilayah lainnya. Yang relatif lebih besar pada satu wilayah perlu untuk dioptimalkan lagi dari sisi pemerataannya pada periode yang akan datang. Tidak hanya mempertimbangkan proposal yang masuk namun secara proaktif perlu disusun pola alokasi yang lebih merata ke semua wilayah. Kinerja pelaksanaan kegiatan di kecamatan selama tahun 2012 secara umum dari sisi kuantitas (% realisasi output) cukup baik, namun dari sisi kualitas terdapat beberapa kegiatan yang kurang optimal dalam pelaksanaannya. Beberapa upaya lain dalam hal peningkatan kapasitas wilayah, terdapat dalam program dan kegiatan-kegiatan yang dikelola oleh beberapa satuan kerja perangkat 24

25 daerah. Meliputi peningkatan sarana prasarana jalan, pendidikan, kesehatan, pertanian, perikanan dan kelautan maupun perindustrian dan perdagangan. BAB II VISI MISI TUJUAN ARAH I. VISI DAN MISI KABUPATEN PURWOREJO A. VISI Visi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana instansi pemerintah harus dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif serta proaktif. Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan berisikan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh Instansi pemerintah. Visi Kabupaten Purworejo adalah Menuju Masyarakat Purworejo yang lebih sejahtera dengan meningkatkan kemandirian serta daya saing melalui penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan daerah, dan kemasyarakatan yang aspiratif bertumpu pada agribisnis yang didukung birokrasi professional dan bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme serta peran serta aktif sektor swasta dan masyarakat pada umumnya. B. MISI Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi terlaksana dan berhasil baik. Dengan pernyataan visi tersebut diharapkan seluruh pegawai dan seluruh pihak yang berkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah dan mengetahui peran dan program-programnya serta hasil yang akan diperoleh diwaktu yang akan datang. 25

26 Misi Pemerintah Kabupaten Purworejo sebagai berikut : 1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan politik melalui pemberdayaan masyarakat serta penjaringan aspirasi masyarakat dengan memanfaatkan mekanisme politik yang sehat dan dinamis; 2. Meningkatkan produktifitas dan kualitas hasil pertanian dalam arti luas; 3. Mewujudkan iklim yang kondusif serta ketersediaan infrastruktur untuk menarik investasi dalam mewujudkan industri jasa dan perdagangan guna mendorong kemajuan daerah berbasis agribisnis; 4. Meningkatkan pendapatan daerah untuk mendukung pembangunan daerah yang semakin luas dan berkualitas; 5. Mewujudkan profesionalisme aparatur dan pemerintahan yang amanah, bersih, bebas dari KKN dan demokratis, dengan mengutamakan penegakan hukum, jaminan keselamatan, dan ketertiban umum didukung oleh partisipasi masyarakat yang tinggi; 2. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH 1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi makro nasional pada tahun 2015 diarahkan agar sejalan dengan tema pembangunan nasional dalam RKP tahun 2015 yaitu Memantapkan Perekonomian Nasional untuk peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang berkeadilan. Di lingkup Provinsi Jawa Tengah, pada tahun 2015 merupakan tahun transisi dikarenakan RPJMD yang ada telah berakhir pada tahun Kebijakan Provinsi Jawa Tengah untuk Tahun 2015 merupakan penjabaran tahap ke-2 RPJPD Provinsi Jawa Tengah Tahun yang diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan dasar, daya saing ekonomi rakyat, tata kelola pemerintahan yang lebih efektif dan pengelolaan sumberdaya alam untuk mewujudkan Jawa Tengah yang mandiri, maju, sejahtera dan lestari. 26

27 Pada tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Purworejo memasuki tema kedua dari RPJMD Kabupaten Purworejo Tahun yang diarahkan pada percepatan pencapaian kesejahteraan masyarakat. 2. Kondisi Ekonomi Tahun 2012 dan perkiraan tahun 2013 Kondisi perekonomian secara makro di Indonesia cenderung tumbuh secara positif. Pemulihan perekonomian global tahun 2010 membawa dampak pada perekonomian domestik yang juga tumbuh secara linear. Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5% di tahun 2011 dan 6,2% di tahun Berdasarkan asumsi makro perekonomian nasional tahun 2012, peluang pertumbuhan perekonomian tahun 2013 diperkirakan mencapai 6,8% dengan laju inflasi 5-6%. Penguatan kegiatan ekonomi diperkirakan akan disertai peningkatan tekanan inflasi, terutama yang berasal dari kenaikan harga pangan serta penyesuaian harga-harga yang ditetapkan pemerintah. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2012 menunjukkan peningkatan positif yang cukup tinggi sebesar 6,3% dibandingkan tahun sebelumnya (2011) yang hanya sebesar 6%, dengan kekuatan perekonomian masih terletak pada tiga sektor utama yaitu sektor industri pengolah, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pertanian. Dari sisi perkembangan harga, tekanan inflasi pada tahun 2012 menunjukkan penurunan dan mencapai angka 4,24% lebih rencah dari inflasi nasional yang mencapai 4,30%. Sejauh ini tekanan inflasi dari sisi eksternal antara lain disebabkan oleh adanya ekspektasi harga bahan bakar minyak (BBM) dan adanya kenaikan upah minimum regional (UMR). Pada tahun 2013 perekonomian Jawa Tengah diharapkan masih menunjukkan prospek positif, yang diperkirakan tumbuh sebesar 6,2% - 6,6% dengan laju inflasi dapat ditekan menjadi sebesar sekitar 4-5%. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purworejo pada tahun 2010 ke tahun 2011 adalah 5,01% dan meningkat menjadi 27

28 5,02%. Namun kondisi di tahun 2011 tersebut masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Tengah yang mencapai 6,01%. Demikian juga jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,5%, Kabupaten Purworejo masih berada di bawah rata-rata nasional. Di tahun 2012 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Purworejo diharapkan dapat mencapai 5,06% dan di tahun ,06% - 5,14%. 3. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2013 dan tahun 2015 Pada tahun 2015, kondisi perekonomian di Purworejo diharapkan akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Prospek perekonomian daerah dapat dioptimalkan melalui pemanfaatan peluang-peluang investasi dan kemandirian daerah. Inilah saatnya fokus kembali kepada kekuatan sumber daya, komoditas dan pasar lokal menuju kemandirian dan daya saing daerah. Potensi sumber daya lokal pada berbagai sektor serta penduduk dalam jumlah yang cukup potensial sebagai pasar produk lokal, ditambah dengan makin meningkatnya aktivitas ekonomi antar daerah. Kondisi perekonomian di Kabupaten Purworejo tentunya tidak terlepas dari kondisi perekonomian nasional dan provinsi. Beberapa hal yang masih menjadi tantangan baik secara naional maupun di tingkat Provinsi Jawa Tengah di tahun 2015 adalah: 1. Berlakunya ACFTA 2010 dan AEC 2015 yang merupakan perdagangan bebas antara Asia Tenggara dan China 2. Masih tingginya permintaan impro produk bahan baku industri 3. Adanya perubahan kebijakan bahan bakan minyak secara nasional 4. Pengaruh fluktuasi ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan regional 5. Keterbatasan pembangunan infrastruktur 28

29 6. Kebijakan kewilayahan dan sektoral daerah, provinsi dan pusat yang kurang sinkron. Terhadap tantangan di tahun 2015 tersebut terdapat beberapa peluang atau prospek perekonomian yang dapat dijadikan pemicu dan kebijakan strategis di tahun 2015 yaitu: 1. Peluang investasi daerah yang semakin tinggi yang didukung kebijakan pro investasi 2. Kondisi kabupaten Purworejo sebagai salah satu lumbung pangan Jawa Tengah 3. Lokasi geografis daerah yang strategis di daerah perbatasan dengan Provinsi DIY 4. Adanya kebijakan kerjasama antar daerah dan kerjasama dengan pihak swasta dalam pembangunan daerah 5. Dukungan kebijakan pemerintah pusat dan provinsi untuk pengembangan kawasan Jawa bagian selatan dan kawasan perbatasan strategis. Secara nasional pada tahun 2015 diarahkan dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat diantaranya ditunjukkan oleh indikator pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran dan kemiskinan. Percepatan pertumbuhan ekonomi diharapkan mampu menurunkan tingkat pengangguran dan kombinasi antara percepatan pertumbuhan dan berbagaikebijakan intervensi pemerintah diharapkan mempercepat penurunan tingkat kemiskinan. Pencapaian sasaran percepatan pertumbuhan harus didukung oleh stabilitas ekonomi yang mantap dengan tingkat inflasi yang rendah, yang memungkinkan nilai tukar dan suku bunga yang kompetitif sehingga sektor riil dapat bekembang dengan cepat dan sehat. Pada tahun 2015, sasaran pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 6,4-6,9 persen, inflasi sebesar 5,0 persen, tingkat pengangguran sebesar 5,6-6,0 persen dan tingkat kemiskinan sebesar 8-10 persen. Sasaran penguatan pembangunan demokrasi adalah membangun dan semakin memantapkan sistem demokrasi Indonesia yang dapat menghasilkan pemerintahan dan lembaga legislatif yang kredibel, bermutu, efektif serta mampu menyelenggarakan amanah 29

30 dan tugas serta tanggung jawabnya secara baik, seimbang dengan peningkatan kepatuhan terhadap pranata hukum. Sasaran penguatan demokrasi ditunjukkan diantaranya oleh Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) yang pada tahun 2015 besarnya adalah 73. Sasaran penegakan hukum adalah tercapainya suasana dan kepastian keadilan melalui penegakan hukum dan terjaganya ketertiban umum. Hal ini tercermin dari persepsi masyarakat pencari keadilan untuk merasakan kenyamanan, kepastian, keadilan dan keamanan dalam berinteraksi dan mendapat pelayanan dari penegak hukum (kepolisian dan kejaksaan). Sasaran penegakan hukum diantaranya ditunjukkan oleh Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (IPK) yang pada tahun 2015, sasaran IPK adalah sebesar 4,5. Di tingkat Provinsi Jawa Tengah pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan sebesar 6,3-6,7% dengan laju inflasi pada kisaran 5+1%. PDRB ADH Berlaku ditargetkan mencapai Rp. 603,317 Trilyun dengan PDRB per Kapita sebesar Rp. 18,632 Juta, dan PDRB ADH Konstan ditargetkan mencapai Rp. 221,005 Trilyun dengan PDRB per Kapita sebesar Rp. 6,825 Juta. Tingkat pengangguran terbuka ditargetkan dapat ditekan <5,60% dengan tingkat kemiskinan pada kisaran 11,58-11,37%. Sejalan dengan prediksi skala nasional dan tingkat Jawa Tengah, maka kondisi perekonomian di Kabupaten Purworejo dilihat dari tiga tahun terakhir maka untuk Tahun 2014 dan 2015 diproyeksikan sebagai berikut: 1. Pertumbuhan ekonomi berkisar 5,06-5, PDRB ADH Berlaku diproyeksikan dapat mencapai Rp. 9,575 Milyar dan PDRB ADH Konstan diproyeksikan dapat mencapai Rp Milyar. 3. Laju inflasi pada kisaran 4+1%. 4. PDRB per Kapita ADH Berlaku diproyeksikan dapat mencapai Rp. 13,7 juta. 5. Tingkat pengangguran terbuka ditargetkan dapat ditekan lebih baik dari tahun 2012 yaitu <2,32%. 6. Tingkat kemiskinan ditargetkan menurun menjadi 15,51%.. 30

31 2. Arah kebijakan Keuangan Daerah Analisis kemampuan keuangan daerah dapat dilakukan dengan melihat jumlah pendapatan daerah yang bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Purworejo dalam pengelolaan pendapatan daerah terdiri dari dua bagian besar, yaitu : 1) Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi atas sumbersumber pendapatan yang masuk dalam kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2) Meningkatkan koordinasi dan konsultasi ke Pemerintah maupun Pemerintah Provinsi untuk optimalisasi atas sumber-sumber pendapatan yang masuk dalam kelompok Dana Perimbangan maupun Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah. 3) Mengoptimalkan pengelolaan aset-aset daerah. Kebijakan terkait dengan optimalisasi PAD ditindaklanjuti dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut : 1) Merevisi peraturan daerah terkait pendapatan daerah sesuai perkembangan yang terjadi dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang baru; 2) Menyusun peraturan daerah yang merupakan sumber PAD baru sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3) Membuat target peningkatan PAD dengan mempertimbangkan data realisasi tahun sebelumnya, potensi dan asumsi pertumbuhan ekonomi yang dapat mempengaruhi pencapaian masing-masing; 4) Mengoptimalkan kinerja penerimaan dari masing SKPD penghasil PAD; 31

32 5) Menyederhanakan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah; 6) Meningkatkan ketaatan wajib pajak dan retribusi daerah melalui sosialisasi dan pemberian hadiah; 7) Meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan pajak dan retribusi daerah yang diikuti dengan peningkatan kualitas, kemudahan, ketepatan dan kecepatan pelayanan; 8) Meningkatkan manajemen Badan Usaha Milik Daerah agar lebih efisien dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, mempunyai daya saing yang tinggi sehingga memberikan kontribusi pada PAD; 9) Meningkatkan pendayagunaan aset daerah termasuk kekayaan daerah yang tidak dipisahkan dan belum dimanfaatkan untuk dikelola dan dikerjasamakan dengan pihak ketiga sehingga mampu mendukung peningkatan PAD. 32

33 BAB III STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH Strategi Pembangunan Daerah dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) menggunakan prioritas Rencana Kerja Pembanguanan Daerah Tahun 2015, 1. Prioritas Pembangunan Daerah Kabupaten Purworejo tahun Memperhatikan prioritas dan sasaran pemerintah pusat dan propinsi, hasil musyawarah perencanaan pembangunan kabupaten, propinsi dan pusat, evaluasi hasil pelaksanaan pembangunan periode sebelumnya, maka Prioritas Pembangunan Kabupaten Purworejo tahun 2015 adalah sebagai berikut : 1. Perbaikan iklim investasi dan iklim usaha yang mendukung daya saing daerah 2. Pemantapan Tata Kelola Pemerintahan Daerah yang baik (Good Governance ) dan Reformasi Birokrasi 3. Penurunan angka kemiskinan 4. Meningkatkan akses dan kualitas ketersediaan pendidikan dan kesehatan 5. Ketahanan pangan dan Pengembangan Agribisnis yang berdaya saing 6. Pembangunan Infrastruktur yang pro investasi dan berkelanjutan 2. Sasaran Prioritas pembangunan Daerah Tahun 2015 Sasaran prioritas pembangunan tahun 2015 adalah sebagai berikut : a. Meningkatnya nilai investasi pembangunan daerah b. Optimalisasi kualitas dan peran BUMD, Koperasi dan UMKM c. Meningkatnya penggunaan pola pendanaan yang efesien, efektif ehingga memperkecil eksternalitas (tingkat pencemaran lingkungan) 33

34 d. Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana pendukung aktivitas ekonomi (jalan, jembatan, irigasi, listrik, sarana air bersih dan lain-lain) e. Berkembangnya dan meningkatnya daya jualpotensi wisata f. Meningkatnya jaringan pemasaran produk-produk lokal g. Meningkatnya nilai tambah produk-produk lokal h. Meningkatnya penggunaan pola agribisnis dan agro industri dalam pengelolaan potensi pertanian i. Berkembangnya potensi daerah melalui pendekatan klaster dan kawasan j. Optimalisasi pemanfaatan sumber-sumber pendaopatan serta aset-aset pemerintah daerah k. Meningkatnya kualitas SDM aparatur l. Meningkatnya akuntabilitas kinerja pemerintahan m. Meningkatnya mekanisme dan tata hubungan antar eksekutif dan legislatif sehingga mendorong efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan n. Meningkatnya kemampuan pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah o. Optimalisasi fungsi kecamatan dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan p. Optimalisasi fungsi kelurahan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan q. Terselenggaranya pemerintahan daerah sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku r. Optimalisasi fungsi konstruktif pengawasan s. Meningkatnya kualitas manajemen pembangunan meliputi perencanaan pembangunan pada tingkat makro maupun mikro serta pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah t. Meningkatnya kualitas pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil u. Meningkatnya kesetaraan gender( GDI ) v. Meningkatnya perlindungan keamanan terhadap perempuan dan anak 34

35 w. Meningkatnya kualitas pelayanan keluarga berencana dan keluarga sejahtera x. Meningkatnya peransertamasyarakat dalampenyampaian pendapat dipemilu y. Meningkatnya keamanan dan ketertiban dimasyarakat z. Peningkatan kesiap siagaan pemerintah kabupaten dan masyarakat dalam mitigasi dan penanggulangan bencana aa. Meningkatnya swadaya masyarakat dalampelaksanaan pembangunan bb. Meningkatnya inovasi dankreativitas masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan cc. Meningkatnya peran sertamasyarakat dalam bidang pemerintahan dan pembangunan di desa dd. Peningkatan ketersediaan data statistik sesuai dengan kebutuhan pembangunan ee. Meningkatnyapenyelenggaraankearsipan yang handal ff. Meningkatnya kemudahan publik untuk mengakses data dan informasi pemerintah dan pembangunan daerah gg. Meningkatnya pelayanan keperpustakaan daerah hh. Menurunnya angkakemiskinan ii. Meningkatnya kualitas hiduppenyandang masalah kesejahteraan sosial jj. Meningkatnya pemerataan dan perluasan akses memperoleh kesempatan pendidikan (ketersediaan, keterjangkauan, dan kesetaraanpendidikan) kk. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan (pencegahan dan peningkatan kualitas) ll. Meningkatnya kualitas kesehatan (bagi penduduk miskin) mm. Meningkatnya kualitas saranadan prasarana pendukung aktifitas ekonomi (jalan, jembatan,irigasi, listrik, sarana air bersih dan lain-lain) nn. Meningkatnya pemerataan dan perluasan akses memperoleh kesempatan pendidikan (ketersediaan, keterjangkauan, kesetaraanpendidikan) oo. Meningkatnya mutu relevansi dan daya saing pendidikan (kualitas mutu dan relevansi serta kesetaraan pendidikan) 35

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

Lebih terperinci

LKjIP Kabupaten Purworejo Tahun 2014 KATA PENGANTAR

LKjIP Kabupaten Purworejo Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayahnya, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Purworejo Tahun 2014 telah selesai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Rencana Tahunan (RKT) Kabupaten Purworejo Tahun 2017 merupakan penjabaran Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2017. Program dan kegiatan yang

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN 2.1 EKONOMI MAKRO Salah satu tujuan pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat, sehubungan dengan itu pemerintah daerah berupaya mewujudkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunianya, penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017 PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun 2017-2022 Wates, 27 September 2017 1 PDRB PER KAPITA MENURUT KABUPATEN/ KOTA DI D.I. YOGYAKARTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU, 2012-2016 (JUTA RUPIAH) 1 PERSENTASE PENDUDUK

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I.1 1.2 Tujuan... I.4 1.3 Dasar Hukum... I.4 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Kondisi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 61 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tasikmalaya meliputi area seluas 2,563.35 km persegi. Kabupaten Tasikmalaya ini berbatasan dengan Kabupaten Garut dari sebelah timur,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berkaitan dengan manajemen keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

RANCANGAN RKPD KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2018

RANCANGAN RKPD KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2018 RANCANGAN RKPD KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2018 Disampaikan pada : Musrenbang Tahun 2017 Untuk Penyusunan RKPD Tahun 2018 Oleh: Drs. ACHMAD ZAINI, MM. Kepala Bappeda Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Perekonomian suatu daerah merupakan bagian integral dari sistem perekonomian nasional dan regional, yang saling berpengaruh antara

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi pelayanan SKPD Badan Pelaksana

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN BAB VI TUJUAN DAN SASARAN Penetapan tujuan dan sasaran organisasi di dasarkan pada faktor-faktor kunci keberhasilan yang dilakukan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan dan sasaran dirumuskan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 1. Tema pembangunan tahun 2018 : Meningkatnya Pelayanan Publik yang Berkualitas Menuju Kota Yogyakarta yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Semangat Segoro Amarto.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 merupakan masa transisi pemerintahan dengan prioritas

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah PAPARAN MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BEKASI TAHUN 2014 Bekasi, 18 Maret 2013 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI PENDAHULUAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA Sungailiat, 14 Maret 2017 Oleh: Dr. YAN MEGAWANDI, SH., M.Si. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung OUTLINE PERIODESASI DOKUMEN PERENCANAAN CAPAIAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2014 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang 33 BAB III OBYEK LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN 3.1.1 Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi terletak antara 106 derajat 49 sampai 107 derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2012 merupakan periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi dalam RPJMD Kabupaten Cilacap 2012 2017 dirumuskan dengan mengacu kepada visi Bupati terpilih Kabupaten Cilacap periode 2012 2017 yakni Bekerja dan Berkarya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2016 ini dapat diselesaikan. Laporan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi daerah disusun dalam rangka memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 A. Isu Strategis Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Samarinda Tahun 2011 merupakan suatu dokumen perencanaan daerah

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Sesuai dengan amanat Permendagri No. 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah

Lebih terperinci

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator

Lebih terperinci