RUMUSAN HASIL PERTEMUAN NSC EVALUASI PELAKSANAAN P4MI S/D TA 2005 DAN PROGRAM Cepu Desember 2005

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RUMUSAN HASIL PERTEMUAN NSC EVALUASI PELAKSANAAN P4MI S/D TA 2005 DAN PROGRAM Cepu Desember 2005"

Transkripsi

1 RUMUSAN HASIL PERTEMUAN NSC EVALUASI PELAKSANAAN P4MI S/D TA 2005 DAN PROGRAM Cepu Desember 2005 PENDAHULUAN 1. P4MI diproyeksikan pelaksanaannya selama lima tahun dan kegiatannya telah dimulai sejak TA Berarti proyek ini telah mencapai separuh periode pelaksanaan. Selama periode itu pelaksanaan P4MI menghadapi berbagai hambatan eksternal dan internal di luar rentang kendali pengelola proyek baik di tingkat pusat (PCMU) maupun di tingkat kabupaten (PIU). Akibatnya realisasi fisik dan keuangan masih di bawah target. Tantangan ke depan makin berat karena volume kegiatan paruh kedua lebih besar sedangkan kondisi perekonomian negara akhir-akhir ini juga kurang menguntungkan. 2. Walaupun terdapat berbagai hambatan, tidak sedikit keberhasilan yang pantas dibanggakan dimana manfaat dan dampak positif kegiatan P4MI telah dirasakan oleh petani sebagai penerima manfaat. Keberhasilan dan kekurangan pada pelaksanaan paruh periode pertama menjadi modal penting untuk membangun motivasi dan optimisme dalam menghadapi tantangan target pelaksanaan P4MI yang lebih berat. Bertambahnya perangkat pendukung pelaksana proyek seperti Tim Konsultan serta LSM Nasional dan Lokal akan memberikan kepercayaan diri dan motivasi lebih besar dalam menghadapi tantangan tersebut. 3. Pemberdayaan petani tidak hanya sebatas kegiatan investasi desa dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana fisik saja. Pemberdayaan yang lebih efektif dan berkelanjutan dapat tercapai bila investasi desa dalam bentuk fisik dan non-fisik termasuk pengembangan sumber informasi dan inovasi teknologi dilakukan bersamaan sebagaimana telah dirumuskan dalam disain P4MI. Investasi desa dalam bentuk pembangunan non-fisik bahkan telah terbukti dalam banyak hal jauh lebih unggul manfaatnya. Di beberapa lokasi P4MI, kegiatan investasi non-fisik meliputi pelatihan dan demplot pengembangan teknologi produksi, agroindustri (pengolahan hasil, kemasan hasil olahan) dan pemasaran/agribisnis. 4. Akses terhadap informasi memberikan peluang bagi petani untuk meningkatkan inovasi dalam produksi dan pemasaran. P4MI telah memfasilitasi penyempurnaan sistem informasi pasar maupun informasi teknologi yang telah dibangun sebelumnya. Di tingkat kabupaten, proyek ini juga sedang mengembangkan Pusat Informasi Pertanian Kabupaten. Kelancaran dan efektivitas pengelolaan dan pemanfaatan sumber informasi ini perlu pemerintah kabupaten dan dukungan berbagai pihak terkait. 1

2 5. Inovasi merupakan kegiatan potensial yang mampu mengubah kondisi petani kearah lebih progresif dalam meningkatkan produktivitas usaha tani. Sehubungan dengan itu unit-unit kerja Badan Litbang Pertanian dan institusi terkait perlu mengembangkan teknologi tepat guna termasuk indigenous technology yang langsung dapat diterapkan petani di lahan marginal dan dapat memberikan manfaat optimum bagi perbaikan taraf hidupnya secara berkelanjutan. 6. Kegiatan pasca proyek sebaiknya telah didisain sejak dini agar pembangunan pertanian pedesaan di lahan marginal dengan basis pemberdayaan petani betul-betul terjamin keberlanjutannya. Dukungan pemerintah kabupaten terhadap kelembagaan pedesaan yang telah dibangun seperti KID, FAD dan KKK serta kelompok tani dapat terus dipertahankan keberadaan dan fungsinya disamping dukungan berbagai program/proyek pembangunan daerah pasca proyek yang bersifat sinergistik dan komplementatif Pemberdayaan Petani PELAKSANAAN DAN RENCANA KERJA 1. Komponen ini telah dilaksanakan di seluruh lima kabupaten dan mencakup ketiga sub-komponen yakni (a) mobilisasi kelompok tani, (b) pengembangan kelembagaan, dan (c) investasi desa. Ketiga sub-komponen telah dilakukan pada sebagian desa target sejak TA 2003 s/d 2005, tetapi prosesnya belum sepenuhnya mengikuti ketentuan dalam dokumen proyek (khususnya PAM) terutama dalam upaya peningkatan kapasitas petani. Pada TA pelaksanaan pemberdayaan petani mengikuti aturan sementara (interim arrangement) yang disetujui ADB karena belum tersedianya LSM maupun konsultan. Pada TA 2005, LSM baru terlibat mulai pertengahan tahun sehingga belum berfungsi optimal. 2. Pelaksanaan komponen pemberdayaan petani selama paruh pertama pelaksanaan proyek lebih terpusat pada kegiatan investasi desa. Kegiatan ini pun lebih memprioritaskan pada investasi pembangunan prasarana dan sarana fisik, seperti jalan usaha tani, jembatan, gudang dan ketersediaan air (bendung, embung, cekdam, sumur gali/lapang, saluran irigasi, dll.). Sedangkan investasi pembangunan yang bersifat non-fisik (seperti pengembangan agribisnis skala kecil, demplot, pelatihan budidaya dan pengolahan hasil pertanian) mendapat porsi yang masih relatif kecil bahkan di beberapa desa pembangunan non fisik masih dalam proses penggalian kebutuhan. 3. Partisipasi petani dan masyarakat pedesaan dalam kegiatan investasi desa patut dibanggakan. Di beberapa desa kontribusi petani jauh melebihi target bahkan ada yang melebihi dana loan, walaupun di beberapa desa tertentu masih ditemukan yang kontribusinya masih di bawah target (20%). Secara rata-rata kontribusi masyarakat selama paruh pertama pelaksanaan proyek 2

3 ternyata cukup tinggi (31%). Pencatatan kontribusi tampaknya masih kurang akurat karena ada kegiatan-kegiatan masyarakat yang mendukung investasi desa diperkirakan belum tercatat secara utuh. 4. Hasil kegiatan investasi desa harus dijamin keberlanjutan pemanfaatannya. Status dan mekanisme operasionalisasi dan pemeliharaan hasil investasi desa sangat beragam. Beberapa desa telah merumuskan mekanisme yang jelas dan mampu melaksanakannya dengan baik (a.l. berupa iuran rutin, pungutan retribusi untuk kendaraan berat, penggantian jasa pemakaian untuk biaya pemeliharaan dan pengembangan sarana dan prasarana, dan pengumpulan modal kegiatan usaha ekonomi produktif), tetapi di beberapa desa lainnya bahkan belum diperoleh mekanisme yang disepakati oleh penerima manfaatnya. Pada hal mekanisme operasional dan pemeliharaan harus telah disusun sejak dalam tahap pembuatan proposal sebagaimana ditegaskan dalam Project Administration Memorandum (PAM). 5. Berbagai jenis kegiatan investasi desa telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Manfaat tersebut antara lain (i) meningkatnya indeks tanam dan pola tanam yang lebih variatif, (ii) memperluas areal tanam dan produktivitas lahan, (iii) kemudahan akses dan penghematan biaya angkut sarana produksi (termasuk alat dan mesin pertanian) serta hasil produksi, (iv) memperluas jangkauan pemasaran, dan (v) meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petani/wanita tani dalam berbagai teknologi pengolahan hasil yang potensial memperbaiki taraf hidupnya. 6. Mengingat peningkatan capacity building petani sangat penting dalam proses pemberdayaan petani, dua skenario yang harus dilakukan secara bersamaan yaitu (i) menyempurnakan kegiatan pemberdayaan petani dengan cara meningkatkan capacity building petani dan pengembangan kelembagaan dari desa-desa yang sudah melaksanakan investasi desa pada TA 2003 s/d 2005, dan (ii) mengejar target pelaksanaan pemberdayaan petani TA 2005 yang belum selesai, dan perencanaan pelaksanaan tahun Pengembangan Sumber Informasi 1. Guna memudahkan petani mendapat akses terhadap informasi, Pusdatin- Deptan telah mengembangkan website pertanian nasional dengan menyediakan portal agribisnis yang dapat dimanfaatkan pengguna di daerah, baik untuk memperoleh informasi pasar maupun informasi teknologi pertanian. Informasi lain yang berkaitan dengan rantai pemasaran, data penawaran dan permintaan atas komoditas tertentu, direktori perusahaan dapat diakses melalui portal ini. 2. Disamping itu Pusat Informasi Pertanian (PIP) Kabupaten sedang dibangun dan diharapkan berfungsi sebagai one-stop-shop pertukaran informasi. Beberapa workshop dan pelatihan telah dilaksanakan guna mendukung pengelolaan dan pemanfaatan jaringan informasi yang telah dibangun. Pengguna di daerah termasuk petani diharapkan dapat memanfaatkan forum 3

4 kontak bisnis untuk mempromosikan hasil pertaniannya melalui website sehingga memperoleh peluang lebih tinggi dalam memasarkan dan mendapatkan harga yang layak. 3. Secara umum kegiatan pengembangan sumber informasi pertanian yang dilaksanakan di daerah belum optimal dan terintegrasi dengan komponen P4MI yang lain. Target operasionalisasi Pusat Informasi Pertanian (PIP) Kabupaten pada tahun ketiga belum tercapai, sehingga penataan kembali rencana operasional PIP perlu segera dilaksanakan. 4. Mekanisme operasionalisasi PIP Kabupaten diharapkan dapat segera dikonsolidasikan di tingkat kabupaten dengan melibatkan unsur terkait melalui penerbitan SK Bupati. PCMU telah mengirim surat ke Bupati di lima kabupaten untuk penerbitan SK tersebut dengan disertai draft mekanisme yang telah disepakati pada saat workshop PIP pada tahun 2004 di Jakarta. 5. Pengembangan sumber informasi pertanian nasional dan lokal tidak akan dapat terlaksana dengan baik bila tidak ada dukungan dari Pemerintah kabupaten dan perhatian yang serius dari institusi pusat (Deptan) untuk penyediaan informasi pasar dan teknologi pertanian yang komprehensif. 6. Untuk mempercepat akses petani terhadap informasi pertanian melalui komponen-2-p4mi akan diupayakan pengembangan beberapa pilot sumber informasi pertanian sampai di tingkat kecamatan, atau kalau memungkinkan sampai tingkat desa. Diharapkan Pemda Kabupaten dapat menyediakan dana pendamping operasionalisasinya melalui APBD Pengembangan Inovasi dan Diseminasi 1. Inovasi yang cepat dan besar pengaruhnya bagi peningkatan pendapatan petani perlu teridentifikasi baik bagi petani maupun untuk wanita tani. Model inovasi teknologi yang sudah berhasil baik perlu dirancang pola diseminasi, replikasi dan scaling-up, untuk pengembangannya di daerah lain. 2. Agar petani dapat segera menerapkan inovasi teknologi pertanian, maka teknologi tersebut harus cukup sederhana sesuai dengan keadaan sosialekonomi petani di lahan marginal tadah hujan, khususnya petani miskin. Jenis teknologi tepat guna dan indigenous technology yang telah ditingkatkan perlu diprioritaskan untuk dikembangkan bagi daerah ini. 3. Pengembangan teknologi yang potensial dalam meningkatkan produksi perlu mengantisipasi masalah yang sangat krusial yaitu pemasaran berikut aspekaspek yang dicakupnya, seperti pengemasan dan standar mutu produk. Berbagai proyek dan program peningkatan produksi banyak yang tidak berlanjut karena terbentur masalah ini. 4. Pengembangan teknologi untuk mendukung inovasi petani perlu dirancang secara komprehensif dalam suatu kerangka pengembangan agribisnis dan agroindustri. Dengan demikian komponen sarana dan prasarana produksi, komponen pascapanen/pengolahan hasil, dan komponen pemasaran, serta 4

5 komponen kelembagaan, harus disusun bersamaan dengan komponen produksi yang berbasiskan teknologi budidaya yang selama menjadi fokus. 5. Untuk mempercepat adopsi teknologi hasil penelitian dan pengkajian, kegiatan ini perlu disinergikan dengan komponen pengembangan sumber informasi dan komponen pemberdayaan petani. Dengan membangun pilot pengembangan sumber informasi pertanian di tingkat desa (telecenter) seperti di Selobomba sebagai hasil kerjasama dengan UNDP-Bappenas, diharapkan akses petani terhadap informasi, termasuk teknologi pertanian, akan lebih cepat. 6. Dalam mendukung pengembangan agribisnis yang memerlukan banyak informasi, pengembangan akses informasi melalui satelit akan bermanfaat dalam upaya pemecahan permasalahan secara cepat dengan capaian radius 30 km2 untuk dapat akses secara online dengan biaya operasionalisasi sekitar Rp 40 juta/tahun Manajemen 1. Pada dasarnya perpanjangan Loan sulit diterima. Oleh karena itu pada saat dilakukan Mid-Term Review ADB diharapkan semua pihak yang berkepentingan dan bertanggung jawab dengan keberhasilan P4MI menyatakan perlunya P4MI diperpanjang sampai 2008 atau 2009 dengan justifikasi yang kuat, dan bila perlu mengajukan usulan penyesuaian (redesign) dokumen P4MI. 2. Dalam menghadapi mid-term review perlu disiapkan Position Paper P4MI disertai dukungan informasi yang dibuat dari hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan sampai tahun 2005 dan Rencana Kegiatan 2006 dan 2007 dari masing masing Penanggung Jawab kegiatan. 3. Harmonisasi antar komponen pelaksana P4MI (PCMU/PIU, konsultan dan LSM) harus dilakukan untuk menyatukan persepsi dengan proses internalisasi melalui dua jalur yaitu (i) membangun budaya kerja dengan jiwa complementary (bukan jiwa competitive), dan (ii) membangun komunikasi formal (seperti melalui rapat koordinasi bulanan) dan informal untuk menumbuhkan sikap saling keterbukaan antar pelaksana P4MI. 4. Dengan adanya berbagai institusi dan unsur-unsur pelaksana proyek yang makin banyak terlibat dan berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan proyek, maka untuk mencapai efektivitas dan efisiensi yang diinginkan perlu koordinasi yang solid. Seluruh kegiatan P4MI yang dilakukan di tingkat pusat oleh semua pihak yang terkait harus terkoordinasi sepenuhnya oleh PCMU. Adapun kegiatan yang dilakukan di kabupaten harus tetap dalam koordinasi PIU di setiap kabupaten. 5

6 5. P4MI tidak diharapkan sebagai suatu kegiatan/program yang dapat menyelesaikan seluruh masalah. Oleh karena itu integrasi dengan proyek/program lain sangat penting untuk dilaksanakan dengan dukungan dan arahan dari Bupati/Pemerintah Kabupaten. 6. Percepatan DIPA 2006, harus diikuti dengan percepatan pengusulan Annual Work Plan untuk mendapat persetujuan ADB dan penyiapan rencana kerja rinci. 7. Demi kontinuitas kegiatan P4MI, diharapkan agar penggantian atau pemberian tugas lain bagi personalia P4MI, baik di pusat maupun di kabupaten seyogyanya dapat dihindarkan atau seminimal mungkin hingga akhir kegiatan P4MI. 3. PERMASALAHAN 1. Sampai dengan akhir tahun 2005 baru tercapai sebanyak 403 desa yang telah melaksanakan investasi desa, sehingga masih terdapat 609 desa yang harus dicakup selama dua tahun sisa waktu pelaksanaannya yaitu TA 2006 dan Pencairan dana setiap tahun, dari TA 2003 sampai dengan TA 2005, selalu mengalami kelambatan yang berakibat menghambat pelaksanaan kegiatan P4MI secara keseluruhan. Selain itu dari jumlah dana yang tersedia sering tidak sesuai dengan jumlah desa yang direncanakan terutama untuk TA Aspek pemberdayaan petani belum dilaksanakan secara optimal, terutama yang terkait dengan peningkatan kapasitas, kajian sosial, kajian kemiskinan, kajian kesetaraan gender, peningkatan kemampuan tenaga pertanian termasuk keluarga dan kelompok tani, pengembangan jaringan kerja dan partnership dengan pihak luar kelompok tani. 4. Kenaikan harga bahan bangunan akibat kenaikan BBM terutama dalam tahun 2005 menjadi kendala pencapaian sasaran kegiatan yang telah direncanakan untuk tahun yang bersangkutan. 5. Kinerja implementasi kegiatan di desa terkendala oleh terbatasnya anggota masyarakat yang memenuhi syarat sebagai anggota KID dan FD seperti ditetapkan dalam Panduan Investasi Desa yang telah ditetapkan PCMU. 6. Lokasi desa-desa dalam satu kecamatan yang, terutama di kabupaten Donggala dan Ende, menyulitkan pertemuan rutin FAD dalam membahas proposal investasi desa. 4. RENCANA TINDAK LANJUT 1. Guna meningkatkan efektivitas kerja, maka semua pelaku kegiatan P4MI, terutama PCMU/PIU, konsultan dan LSM harus bekerja sebagai suatu tim yang harmonis, kooperatif dan transparan untuk mencapai satu tujuan, yaitu 6

7 keberhasilan P4MI. Kegiatan P4MI di tingkat pusat harus dalam koordinasi PCMU dan tingkat kabupaten dalam koordinasi PIU. Dengan demikian tidak ada kegiatan tanpa diketahui dan disetujui oleh PCMU dan/atau PIU. 2. Komunikasi formal perlu didukung oleh komunikasi informal guna meningkatkan keakraban, kebersamaan, dan transparansi antar pelaku kegiatan P4MI sehingga terjalin hubungan dan kerjasama yang harmonis dan efektif. Perlu pula dilakukan pertemuan koordinasi secara berkala/bulanan baik di pusat maupun kabupaten. 3. Mulai 2006 semua kegiatan P4MI harus dilaksanakan sesuai dengan rancangan P4MI yang dituangkan dalam Memorandum Administrasi Proyek. Dalam hubungan ini maka perlu diperhatikan dan dilaksanakan hal-hal berikut ini: (i) Pemberdayaan petani harus dilakukan secara lengkap mulai dari kajian sosial, kajian kemiskinan, mobilisasi kelompok tani (dengan memperhatikan keanggotaan minimal 50 % petani miskin dan kesetaraan gender) dan perencanaan investasi desa (dengan didahului perencanaan tingkat keluarga dan kelompok). Bagi desa-desa yang telah melaksanakan investasi desa tahun 2003 s/d 2005 harus ditambahkan dengan kegiatan-kegiatan tersebut untuk melengkapinya; (ii) Kajian sosial, kajian kemiskinan, dan kesetaraan gender, pemberdayaan petani dan perencanaan investasi desa harus dilakukan pada awal tahun anggaran setiap tahun (sebaiknya mulai Januari) agar saat anggaran cair, kegiatan-kegiatan tersebut telah diselesaikan. Kajian sosial harus dilaksanakan sesuai dengan pedoman ADB terutama untuk mencegah kegiatan yang merugikan kehidupan petani oleh kegiatan P4MI; (iii) Dalam perencanaan investasi desa harus telah menetapkan pula rencana operasi dan pemeliharaan oleh masyarakat penerima manfaat, untuk menjamin prasarana yang dibangun akan bermanfaat dalam jangka waktu lama. Untuk prasarana yang sudah dibangun tahun 2003 sampai dengan 2005, yang belum menetapkan prosedur operasi dan pemeliharaan termasuk pendanaannya perlu segera menyusun dan melaporkannya ke PCMU melalui PIU, sebelum tanggal 30 April 2006; 4. Mengingat banyaknya konsultan dan staf LSM dalam pelaksanaan kegiatan P4MI ini, maka masing-masing individu konsultan atau LSM wajib membuat rencana kegiatan berkala (bulanan atau kwartalan), dan laporan bulanan, yang diketahui dan disetujui oleh PCMU atau PIU; 5. Mid-term Review kegiatan P4MI akan dilaksanakan dalam bulan Agustus 2006; persiapan-persiapan berupa laporan-laporan, status kegiatan sampai dengan kwartal pertama tahun 2006 (Maret 2006), usulan-usulan perubahan kegiatan tersebut perlu disiapkan sebelumnya, dan harus dapat diterima PCMU sebelum tanggal 30 April 2006; 7

8 6. Guna memudahkan Mid-term Review dan untuk mengevaluasi perkembangan kegiatan P4MI, maka perlu disusun Laporan Tengan Tahunan secara teratur. Laporan Tengah Tahunan yang perlu disusun segera dan harus selesai sebelum 31 Maret 2006 ialah Laporan Tengah Tahun Pertama 2005 (Januari s/d Juni 2005) dan Tengah Kedua 2005 (Juli s/d Desember 2005); 7. Penyampaian semua jenis laporan, seperti laporan bulanan, laporan tengah tahunan, laporan untuk monitoring dan evaluasi, harus dipercepat, sehingga tidak ada informasi yang terlambat atau permasalahan yang tidak terselesaikan. Penanggung Jawab penyusunan dan penyampaian laporan adalah: (i) Laporan tingkat desa disusun oleh Fasilitator Desa dan disampaikan kepada staf LSM Lokal yang bertugas di kecamatan yang bersangkutan; (ii) Laporan tingkat desa dirangkum oleh staf LSM lokal menjadi laporan tingkat kecamatan yang kemudian disampaikannya kepada ATL dari LSM di tingkat kabupaten untuk diverifikasi dan dirangkum, kemudian diserahkan kepada PIU; (iii) PIU dibantu oleh konsultan yang bertugas di kabupaten (DLO dan DME) menyusun laporan tingkat kabupaten dan di sampaikan kepada PCMU; (iv) PCMU dibantu oleh konsultan dan staf LSM nasional yang ada di Jakarta menyusun laporan tingkat pusat. Perlu diupayakan sebaikbaiknya agar laporan dapat selesai tepat waktu. 8. Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa peran PPL dalam membantu pelaksanaan kegiatan P4MI, terutama untuk komponen 3, cukup besar. Untuk itu perlu disusun tata-hubungan kerja antara pelaksana P4MI di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten dengan PPL, dengan dikoordinasi oleh PIU. 9. Dalam rangka penyediaan teknologi spesifik lokasi dan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh petani dalam penerapan teknologi, maka Kebun Percobaan Maumere perlu diberikan peran dan tanggungjawab lebih besar dalam mendukung pelaksanaan komponen inovasi (3) agar lebih efisien dan efektif mengingat jarak antara Kupang (lokasi BPTP-NTT) dengan Ende (lokasi kegiatan P4MI) cukup jauh. 8

9 Foto a Foto a Foto c Foto b Pada tanggal Desember 2005 di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Poor Farmers Income Improvement through Income Project (PFI3P) telah melaksanakan acara Evaluasi Pelaksanaan P4MI s/d TA 2005 dan Program , pada acara ini Ka. Badan Litbang Pertanian yang di dampingi oleh Bupati Blora dan PCMU-P4MI memberikan pengarahan, acara tersebut dihadiri oleh peserta dari lima kabupaten yang terlibat dalam kegiatan Proyek PFI3P serta undangan dari instansi terkait (Foto b). Ka. Badan Litbang Pertanian pada kunjungnya ke lokasi Proyek PFI3P, berkesempatan melihat demplot peternakan sapi (Foto c), Dalam upaya melestarikan lingkungan Ka. Badan Litbang Pertanian beserta Bupati Blora menebarkan benih ikan di salah satu bendungan yang pembuatannya didanai dari Proyek PFI3P (Foto d) Foto d 9

DRAFT RUMUSAN SEMENTARA WORKSHOP PENYUSUNAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN MARJINAL P4MI Denpasar, 8-10 APRIL 2007

DRAFT RUMUSAN SEMENTARA WORKSHOP PENYUSUNAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN MARJINAL P4MI Denpasar, 8-10 APRIL 2007 DRAFT RUMUSAN SEMENTARA WORKSHOP PENYUSUNAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN MARJINAL P4MI Denpasar, 8-10 APRIL 2007 Pengarahan Ka Badan Tujuan workshop penyusunan program adalah: 1) Melaksanakan koordinasi

Lebih terperinci

RUMUSAN Workshop Pengembangan Inovasi Melalui Inisiatif Lokal Dan Pengembangan Kapasitas Institusi Lokal. (Yogyakarta, Mei 2007)

RUMUSAN Workshop Pengembangan Inovasi Melalui Inisiatif Lokal Dan Pengembangan Kapasitas Institusi Lokal. (Yogyakarta, Mei 2007) RUMUSAN Workshop Pengembangan Inovasi Melalui Inisiatif Lokal Dan Pengembangan Kapasitas Institusi Lokal (Yogyakarta, 22-24 Mei 2007) Workshop pengembangan inovasi melalui inisiatif lokal dan pengembangan

Lebih terperinci

RUMUSAN APRESIASI DAN WORKSHOP MANAJEMEN P4MI (Yogyakarta, Mei 2007)

RUMUSAN APRESIASI DAN WORKSHOP MANAJEMEN P4MI (Yogyakarta, Mei 2007) RUMUSAN APRESIASI DAN WORKSHOP MANAJEMEN P4MI (Yogyakarta, 25-27 Mei 2007) Pengarahan pada saat Pembukaan Apresiasi dan Workshop manajemen P4MI dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan administrasi

Lebih terperinci

LAPORAN (SEMENTARA) PERTEMUAN NASIONAL P4MI TEMANGGUNG JANUARI 2007

LAPORAN (SEMENTARA) PERTEMUAN NASIONAL P4MI TEMANGGUNG JANUARI 2007 LAPORAN (SEMENTARA) PERTEMUAN NASIONAL P4MI TEMANGGUNG 23 25 JANUARI 2007 TEMA : BELAJAR DARI IMPLEMENTASI PROGRAM 2006 DAN SINKRONISASI PROGRAM PMI PARUH WAKTU KE - 2 1. Pendahuluan: Temu Nasional Sinkronisasi

Lebih terperinci

REKAYASA KELEMBAGAAN DAN KOMUNIKASI UNTUK MENGEM- BANGKAN PARTISIPASI PETANI DALAM INVESTASI INFRASTRUKTUR PERTANIAN

REKAYASA KELEMBAGAAN DAN KOMUNIKASI UNTUK MENGEM- BANGKAN PARTISIPASI PETANI DALAM INVESTASI INFRASTRUKTUR PERTANIAN REKAYASA KELEMBAGAAN DAN KOMUNIKASI UNTUK MENGEM- BANGKAN PARTISIPASI PETANI DALAM INVESTASI INFRASTRUKTUR PERTANIAN (Pelajaran dari Program Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi di Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi Strategi Sanitasi Kota (SSK) merupakan alat manajemen untuk meningkatkan transparansi perencanaan dan

Lebih terperinci

Pendekatan partisipatif telah berhasil menumbuhkan rasa memiliki dalam operasi dan pemanfaatan sarana umum hasil investasi dalam:

Pendekatan partisipatif telah berhasil menumbuhkan rasa memiliki dalam operasi dan pemanfaatan sarana umum hasil investasi dalam: Target P4MI sekitar 1000 desa, tetapi karena desakan dari Pemerintah Daerah jumlah yang harus ditangani sampai dengan tahun 2007 menjadi 1053 desa, belum termasuk desadesa hasil pemekaran yang berjumlah

Lebih terperinci

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, yaitu: mobilisasi kelompok tani dan perencanaan desa, pengembangan kelembagaan, dan investasi fasilitas umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Workshop dilaksanakan di Aula Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Donggala, Jl. Jati Gunung Bale Donggala (Prov.

Workshop dilaksanakan di Aula Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Donggala, Jl. Jati Gunung Bale Donggala (Prov. Workshop UPIPK Donggala, Kamis, 26 Juli 2007 Workshop dilaksanakan di Aula Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Donggala, Jl. Jati Gunung Bale Donggala (Prov. Sulawesi Tengah) Keadaan UPIPK

Lebih terperinci

KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa

KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa Masyarakat Desa Jenggik Utara sudah lama mendambakan bendung/embung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air baik untuk keperluan pertanian

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN PELATIHAN PENINGKATAN PENGUASAAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAHAN KERING KABUPATEN DONGGALA. OLEH : SYAMSYIAH GAFUR, dkk

LAPORAN PELAKSANAAN PELATIHAN PENINGKATAN PENGUASAAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAHAN KERING KABUPATEN DONGGALA. OLEH : SYAMSYIAH GAFUR, dkk LAPORAN PELAKSANAAN PELATIHAN PENINGKATAN PENGUASAAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAHAN KERING KABUPATEN DONGGALA OLEH : SYAMSYIAH GAFUR, dkk BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID) Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) 2017 1 Selayang Pandang SOP Percepatan PID Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) sebagai langkah

Lebih terperinci

Program Padat Karya Pangan (PKP) MENGATASI SITUASI SULIT DENGAN UPAH BERAS

Program Padat Karya Pangan (PKP) MENGATASI SITUASI SULIT DENGAN UPAH BERAS KABUPATEN PURBALINGGA Program Padat Karya Pangan (PKP) MENGATASI SITUASI SULIT DENGAN UPAH BERAS Sumber: Inovasi Kabupaten di Indonesia. Seri Pendokumentasian Best Practices, BKKSI, 2008 satu SITUASI SEBELUM

Lebih terperinci

WORKSHOP SOSIALISASI RINTISAN AGRIBISNIS PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI INOVASI TNGKAT KABUPATEN DONGGALA

WORKSHOP SOSIALISASI RINTISAN AGRIBISNIS PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI INOVASI TNGKAT KABUPATEN DONGGALA 1 WORKSHOP SOSIALISASI RINTISAN AGRIBISNIS PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI INOVASI TNGKAT KABUPATEN DONGGALA 1. Pendahuluan Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2014 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2010 2014 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP

EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP Oleh : Sekretariat Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Disampaikan Pada Acara Koordinasi dan Sinkronisasi Pengarusutamaan Gender dalam Mendukung

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PANEN RAYA PADI GOGO RANCAH DI LOKASI P4MI, DESA KEMIRI, KECAMATAN KUNDURAN, KABUPATEN BLORA Tanggal 13 Maret 2007

LAPORAN KEGIATAN PANEN RAYA PADI GOGO RANCAH DI LOKASI P4MI, DESA KEMIRI, KECAMATAN KUNDURAN, KABUPATEN BLORA Tanggal 13 Maret 2007 LAPORAN KEGIATAN PANEN RAYA PADI GOGO RANCAH DI LOKASI P4MI, DESA KEMIRI, KECAMATAN KUNDURAN, KABUPATEN BLORA Tanggal 13 Maret 2007 1. Acara Panen Raya Padi Gogo Rancah dilaksanakan pada tanggal 13 Maret

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan serangkaian tahapan penelitian ini dapat dirumuskan beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Faktor - faktor penentu dalam pengembangan wilayah berbasis

Lebih terperinci

TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN LAMPIRAN IV PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TANGGAL 2 Pebruari 2011 TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN Jenis Bantuan Bidang Sarana Dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

MEKANISME PENGENDALIAN PROGRAM MARGINAL FISHING COMMUNITY DEVELOPMENT PILOT (MFCDP)

MEKANISME PENGENDALIAN PROGRAM MARGINAL FISHING COMMUNITY DEVELOPMENT PILOT (MFCDP) MEKANISME PENGENDALIAN PROGRAM MARGINAL FISHING COMMUNITY DEVELOPMENT PILOT (MFCDP) Oleh : Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga, MSc National Management Consultant Mekanisme pengendalian program MFCDP mencakup aspek

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum Pd T-05-2005-C Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (P BM) 1. Pedoman umum 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan umum dalam penyelenggaraan, kelembagaan, pembiayaan, pembangunan prasarana

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp) BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2009 3.1. Program dan Kegiatan Dinas Pertanian Tahun 2008 Program yang akan dilaksanakan Dinas Pertanian Tahun 2008 berdasarkan Prioritas Pembangunan Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN GABUNGAN KELOMPOK TANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2015 SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

- Perencanaan dan Penyusunan Program

- Perencanaan dan Penyusunan Program Manajemen Prgram Kegiatan manajemen pryek meliputi kegiatan untuk mendukung persiapan pelaksanaan pryek, penyediaan fasilitas dalam perasinal, krdinasi kegiatan pryek di pusat maupun daerah, dan pelaksanaan

Lebih terperinci

TEKNIK IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN SUMBER INFORMASI PERTANIAN NASIONAL DAN LOKAL P4MI

TEKNIK IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN SUMBER INFORMASI PERTANIAN NASIONAL DAN LOKAL P4MI 1) TEKNIK IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN SUMBER INFORMASI PERTANIAN NASIONAL DAN LOKAL P4MI Retno Sri Hartati Mulyandari 1) dan E. Eko Ananto 2) Staf pada Poor Farmers Income Improvement through Innovation

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :

Lebih terperinci

TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI

TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI Abstrak Kebijaksanaan pembangunan pertanian di Sulawesi Tengah diarahkan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN TEMU LAPANG DAN TEMU USAHA MENDUKUNG KEGIATAN P4MI

LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN TEMU LAPANG DAN TEMU USAHA MENDUKUNG KEGIATAN P4MI LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN TEMU LAPANG DAN TEMU USAHA MENDUKUNG KEGIATAN P4MI OLEH : H. NOOR INGGAH H. DWI PRAPTOMO S. AWALUDIN HIPI ULYATU FITROTIN IDA ROYANI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP)

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN USAHA

MANFAAT KEMITRAAN USAHA MANFAAT KEMITRAAN USAHA oleh: Anwar Sanusi PENYULUH PERTANIAN MADYA pada BAKORLUH (Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan Prov.NTB) Konsep Kemitraan adalah Kerjasama antara usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Upaya pembangunan perkebunan rakyat yang diselenggarakan melalui berbagai pola pengembangan telah mampu meningkatkan luas areal dan produksi perkebunan dan pendapatan nasional,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perubahan sistem pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN PENDAPATAN PETANI LAHAN MARJINAL MELALUI KEGIATAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI INOVASI

UPAYA PERBAIKAN PENDAPATAN PETANI LAHAN MARJINAL MELALUI KEGIATAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI INOVASI UPAYA PERBAIKAN PENDAPATAN PETANI LAHAN MARJINAL MELALUI KEGIATAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI INOVASI (Farmer s Income Improvement at Marginal Land Through Project Innovation) SUMANTO 1 dan E.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA

Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA 6.1 Sintesa Hasil Simulasi 6.1.1 Pelestarian Fungsi Lingkungan Perkotaan Hasil analisis terhadap keberadaan prasarana dan sarana kota menunjukkan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG, PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong percepatan

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL 2-8 - 2011 PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT I. LATAR BELAKANG Mayoritas masyarakat Kabupaten Garut bermata

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMEBERIAN INSENTIF DAN PEMEBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KONAWE SELATAN i! DITERBITKAN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor pertanian, sektor ini meliputi aktifitas pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan.

Lebih terperinci

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Analisis Implementasi Tugas Komisi Penanggulangan AIDS Kota Padang dalam Menanggulangi HIV/ AIDS Tahun

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan potensi dari sektor pertanian di Indonesia didukung oleh ketersediaan sumber

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 143, 2001 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2014

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PELATIHAN PETUGAS

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PELATIHAN PETUGAS LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PELATIHAN PETUGAS Judul Kegiatn : Pelatihan Petugas Penanggung Jawab Kegiatan : - Nama / NIP : Ir. Kaharudin / 080.121.217 - Pangkat/ Jabatan : Penata (IIIc) / Penyuluh Pertanian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 DRAFT-4 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa pertanian mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pembangunan pertanian memerlukan peran penyuluh pertanian sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh mempunyai peran penting

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

13 diantaranya merupakan kelompok tani padi sawah, sisanya yakni 4 kelompok tani kakao, 5 kelompok tani

13 diantaranya merupakan kelompok tani padi sawah, sisanya yakni 4 kelompok tani kakao, 5 kelompok tani Kegiatan Prima Tani Kabupaten Donggala dilaksanakan di Desa Tonggolobibi, Kecamatan Sojol. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan memperhatikan saran dan masukan pemerintah Kabupaten Donggala

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan otonomi,

Lebih terperinci

PENCAPAIAN FAKTOR-FAKTOR PRASYARAT BERDASARKAN KELOMPOK SAMPEL. 0% Konsultan Desain Kontraktor Owner KELOMPOK SAMPEL

PENCAPAIAN FAKTOR-FAKTOR PRASYARAT BERDASARKAN KELOMPOK SAMPEL. 0% Konsultan Desain Kontraktor Owner KELOMPOK SAMPEL VII. BAB VII PENUTUP VII.1. Kesimpulan Kesimpulan disusun dengan melihat korelasi antara hasil pengolahan dan analisis data dengan maksud dan tujuan penelitian. Meskipun penelitian ini telah memberikan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1 Kata Pengantar Reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM pada hakikatnya adalah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi Pembangunan Daerah Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi pembangunan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi kota (SSK) Kabupaten Karanganyar adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN SENTRA PRODUKSI

PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN SENTRA PRODUKSI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN SENTRA PRODUKSI Persyaratan: 1. Berbasis pada potensi SD lokal, sehingga dapat dijadikan keunggulan komperatif, apabila SD bersal dari luar daerah, 2. Kawasan sentra produksi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2007 Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian Oleh : Sahat M. Pasaribu Bambang Sayaza Jefferson Situmorang Wahyuning K. Sejati Adi Setyanto Juni Hestina PUSAT ANALISIS

Lebih terperinci

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI Desember, 2011 KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan Executive Summary dari kegiatan Pengkajian Model Kelembagaan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Monitoring atau pemantauan dapat mempermudah

Lebih terperinci

Selanjutnya tugas pembantuan tersebut meliputi : 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan

Selanjutnya tugas pembantuan tersebut meliputi : 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan BAB IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Penyelenggaraan tugas pembantuan menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan / atau

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan daerah Kabupaten Ngawi 2010 2015, Pemerintah Kabupaten Ngawi menetapkan strategi yang merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan

Lebih terperinci

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) LATAR BELAKANG KONDISI KABUPATEN MAROS PASCA MDGs (RPJMD PERIODE 2010 2015) DATA CAPAIAN INDIKATOR MDGs TAHUN 2010 2015 MENUNJUKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN

Lebih terperinci

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Draft 12 Desember 2004 A. PERMASALAHAN Belum optimalnya proses desentralisasi dan otonomi daerah yang disebabkan oleh perbedaan persepsi para

Lebih terperinci