HUBUNGAN ANTARA PEMBESARAN PROSTAT JINAK DENGAN GAMBARAN ENDAPAN URIN DI KANDUNG KEMIH PADA PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA PEMBESARAN PROSTAT JINAK DENGAN GAMBARAN ENDAPAN URIN DI KANDUNG KEMIH PADA PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI SKRIPSI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA PEMBESARAN PROSTAT JINAK DENGAN GAMBARAN ENDAPAN URIN DI KANDUNG KEMIH PADA PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CHAIRUNNISA PUJI HAPSARI G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul: Hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi Chairunnisa Puji Hapsari, NIM: G , Tahun : 2010 Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada hari Rabu, tanggal 24 November 2010 Pembimbing Utama Nama : Prof. Dr. Suyono, dr., Sp. Rad NIP : ( ) Pembimbing Pendamping Nama : Dr. Pradipto Subiyantoro, drg., Sp.BM NIP : ( ) Penguji Utama Nama : Widiastuti, dr., Sp. Rad NIP : (...) Anggota Penguji Nama : Yoseph Indrayanto, dr., MS, Sp. And, SH NIP : ( ) Surakarta, Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr., MS. NIP NIP

3 PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskan dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, November 2010 Chairunnisa Puji Hapsari NIM. G

4 PRAKATA Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkah, nikmat, serta hidayah-nya, sehingga skripsi dengan judul Hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi dapat diselesaikan. Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Univeritas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Suyono, dr., Sp. Rad selaku Pembimbing Utama yang telah bersedia membantu dan meluangkan waktunya hingga selesainya skripsi ini. 3. DR. Pradipto Subiyantoro, drg., Sp.BM. selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Widiastuti, dr., Sp. Rad selaku Penguji Utama atas masukan, kritik, dan saran yang telah diberikan. 5. Yoseph Indrayanto, dr., MS, Sp. And, SH sebagai Anggota Penguji atas masukan, kritik, dan saran yang telah diberikan. 6. Bimanggono H. M., dr., Sp.U yang juga memberikan tambahan masukan bagi penyusunan skripsi ini. 7. Orangtua, keluarga serta sahabat yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Surakarta, November 2010 Chairunnisa Puji Hapsari vi

5 vii

6 ABSTRAK Chairunnisa Puji Hapsari, G Hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan: Akhir akhir ini angka harapan hidup di Indonesia semakin meningkat. Pembesaran prostat dianggap sebagai bagian dari proses pertambahan usia. Oleh karena itulah dengan meningkatnya usia harapan hidup, meningkat pula prevalensi BPH. Pembesaran jaringan prostat yang berlebihan akan menekan uretra yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen uretra. Hal ini dapat mengakibatkan retensi urin. Urin yang tertahan akan dapat menyebabkan endapan urin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Juni Juli 2010 di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Penelitian ini mendapatkan 30 orang sampel yang terdiri dari 15 orang sampel Pembesaran Prostat Jinak dan 15 orang sampel non Pembesaran Prostat Jinak. Instrumen penelitian yang digunakan adalah data pada status pasien dan hasil foto pemeriksaan ultrasonografi. Data yang diperoleh dianalisis dengan program Statistical Products and Service Solutions (SPSS) for Windows Release 18.0 dan menggunakan uji statistik Chi Square Test. Hasil: Hasil uji statistik Chi Square didapatkan X 2 = 19,286 dan p = 0,000 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi. Simpulan: Data menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran sedimen urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi. Kata kunci : pembesaran prostat jinak, sedimen urin

7 ABSTRACT Chairunnisa Puji Hapsari, G , The Relationship between Benign Prostatic Hyperplasia and Sludge Appearance in Urinary Bladder on the Ultrasound Examination. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Objective: Lately, age life expectancy in Indonesia is increasing. Prostat hyperplasia is concerned as a part of being older. Because of that, with the increase of age life expectancy, prevalence of BPH is increasing too. Hyperplasia of prostat tissue that is more than usual can make the urethra is more narrow at any time and maybe can make it closed. This is can make urine retention. The urine that can not out of the body will cause a urine sediment. This research is to know whether there is a relationship between Benign Prostatic Hyperplasia and sludge appearance in the urinary bladder on ultrasound examination or no. Methods: This research is an observational analytic with cross sectional approach. The study was conducted in June- July 2010 at the Instalation of Radiology, Dr. Moewardi Hospital, Surakarta. Sampling was done by puposie sampling technique. This research is getting 30 people for samples. There are consists of 15 samples from Benign Prostatic Hyperplasia and 15 samples from non- Benign Prostatic Hyperplasia. Research instruments were used data on patient status and the result of ultrasonography images. The data were analyzed with Chi Square Test with the program Statistical Products and Service Solutions (SPSS) for Windows, release Results: The Results of Chi Square test statistics obtained X 2 = and p = 0.000, which means that there is a significant relationship between Benign Prostatic Hyperplasia and sludge appearance in the urinary bladder on ultrasound examination. Conclusions: Data show that there is a significant relation between Benign Prostatic Hyperplasia and sludge appearance in the urinary bladder on ultrasound examination. Keyword : Benign Prostatic Hyperplasia, sludge appearance

8 DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian... 3 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 5 B. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Lokasi Penelitian C. Subyek Penelitian D. Teknik Sampling E. Rancangan Penelitian F. Identifikasi Variabel Penelitian G. Alat dan Cara Kerja H. Definisi Operasional Variabel BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian B. Analisis Data BAB V PEMBAHASAN BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan vii

9 B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

10 DAFTAR TABEL Tabel 1. Data Hasil Pemeriksaan Volume Prostat pada Penderita Pembesaran Prostat Jinak (PPJ)...28 Tabel 2. Jumlah Pasien Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) Berdasarkan Kelompok Umur Tabel 3. Hasil Uji Kelayakan Chi-square Tabel 4. Hasil Uji Chi-Square Pembesaran Prostat Jinak - Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih 30 ix

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Letak Anatomis Kelenjar Prostat... 4 Gambar 2. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh Enzim 5 α Reduktase... 8 Gambar 3. Gambaran PPJ pada Pemeriksaan USG Trans Abdominal Gambar 4. A. Hasil USG VU Normal B. USG VU Normal dengan Sedikit Endapan Urin Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Gambar 6. Rancangan Penelitian x

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Sampel Pasien Non Pembesaran Prostat Jinak Lampiran 2. Tabel Sampel Pasien dengan Pembesaran Prostat Jinak Lampiran 3. Hasil Uji Chi Square tentang Hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Sampel Lampiran 5. Surat Pengantar Penelitian Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian xi

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir akhir ini angka harapan hidup di Indonesia semakin meningkat. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin bertambah. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia tersebut membawa implikasi pada berbagai aspek kehidupan dalam berkeluarga maupun bermasyarakat. Salah satunya adalah meningkatnya masalah kesehatan baik fisik maupun psikis pada usia lanjut. Oleh karena itu, alangkah lebih bijaksana jika lebih menambah perhatian terhadap masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut, terutama penyakit pembesaran prostat jinak. Pembesaran prostat dianggap sebagai bagian dari proses pertambahan usia, seperti halnya rambut yang memutih. Oleh karena itulah dengan meningkatnya usia harapan hidup, meningkat pula prevalensi PPJ. Office of Health Economic Inggris telah mengeluarkan proyeksi prevalensi PPJ bergejala di Inggris dan Wales beberapa tahun ke depan. Pasien PPJ bergejala yang berjumlah sekitar pada tahun 1991, diperkirakan akan meningkat menjadi satu setengah kalinya pada tahun Tidak semua pasien PPJ berkembang menjadi PPJ yang bergejala (symptomatic PPJ). Penelitian pada otopsi ditemukan 20 % PPJ terdapat pada usia tahun, 50% PPJ pada usia tahun, 65 % PPJ pada pria usia tahun, 80 % PPJ pada pria tahun dan 90 % PPJ pada usia tahun. Sedangkan prevalensi PPJ yang bergejala pada pria berusia tahun 1

14 mencapai hampir 15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia, sehingga pada usia tahun prevalensinya mencapai hampir 25%, dan pada usia 60 yahun mencapai angka sekitar 43%7. Angka kejadian PPJ di Indonesia yang pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran hospital prevalence di dua rumah sakit besar di Jakarta yaitu RSCM dan Sumberwaras selama 3 tahun ( ) terdapat 1040 kasus. (IAUI, 2003; Wein, 2001) Pembesaran jaringan prostat yang berlebihan akan menekan uretra yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen uretra. Hal ini dapat mengakibatkan buang air kecil tidak lancar, pancaran urine lemah, dan urine banyak tersisa dalam kandung kemih. Lebih lanjut, menurut Syamsudhidajat (2005) retensi urin pada kandung kemih dapat menyebabkan terjadinya batu endapan. Akan tetapi, PPJ mungkin tidak selalu berhubungan dengan endapan urin. Menurut As ari (2009), pembesaran volume prostat yang menjadi diagnosis untuk PPJ tidak selalu berhubungan dengan besarnya volume residu urin, sedangkan endapan urin hanya dapat terjadi apabila ada cukup residu urin. Secara tidak langsung hal ini merujuk pada tidak selalu berhubungannya PPJ dengan endapan urin di residu urin pada penderita PPJ. Oleh karena itu, peneliti mencoba melihat kembali apakah ada hubungan antara endapan urin pada kandung kemih dengan Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) yang dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi. 2

15 B. Perumusan Masalah Adakah hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi sehingga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya maupun menambah pengetahuan dalam bidang radiologi. 2. Manfaat aplikatif Dengan mengetahui hubungan tersebut dapat digunakan sebagai bahan diagnosa penunjang dan tindakan pencegahan untuk terjadinya gangguan lebih lanjut. 3

16 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Prostat a. Anatomi Prostat Gambar 1. Letak Anatomis Kelenjar Prostat. (Furqan, 2003) Prostat adalah suatu organ kelenjar yang fibromuskular, yang terletak persis di bawah kandung kemih. Kelenjar ini terdiri atas jaringan kelenjar dinding uretra yang mulai menonjol pda masa pubertas (Syamsuhidajat, 2005). Prostat pada orang dewasa normal kira-kira 20 gram, di dalamnya terdapat uretra posterior dengan panjangnya 2,5 3 cm. Pada bagian anterior disokong oleh ligamentum pubo-prostatika yang melekatkan prostat pada simpisis pubis. Pada bagian posterior prostat 4

17 terdapat vesikula seminalis, vas deferen, fasia denonvilliers dan rectum. Fasia denonvilliers berasal dari fusi tonjolan dua lapisan peritoneum, fasia ini cukup keras dan biasanya dapat menahan invasi karsinoma prostat ke rectum sampai suatu stadium lanjut. Pada bagian posterior ini, prostat dimasuki oleh ductus ejakulatorius yang berjalan secara oblique dan bermuara pada veromentanum didasar uretra prostatika persis dibagian proksimal spingter eksterna. Pada permukaan superior, prostat melekat pada bladder outlet dan spingter interna sedangkan dibagian inferiornya terdapat diafragama urogenitalis yang dibentuk oleh lapisan kuat fasia pelvis, dan perineal membungkus otot levator ani yang tebal. Diafragma urogenital ini pada wanita lebih lemah oleh karena ototnya lebih sedikit dan fasia lebih sedikit. (Furqan, 2003) b. Histologi Prostat Menurut klasifikasi Lowsley; prostat terdiri dari lima lobus: anterior, posterior, medial, lateral kanan dan lateral kiri. Sedangkan menurut Mc Neal, prostat dibagi atas : zona perifer, zona sentral, zona transisional, segmen anterior dan zona spingter preprostat. Secara histopatologik, kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar dan stroma. Komponen stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblast, pembuluh darah, saraf, dan jaringan penyangga lain. Prostat normal terdiri dari 50 lobulus kelenjar. Duktus kelenjar-kelenjar prostat ini lebih kurang 20 buah, secara terpisah bermuara pada uretra prostatika, dibagian lateral verumontanum, 5

18 kelenjar-kelenjar ini dilapisi oleh selapis epitel torak dan bagian basal terdapat sel-sel kuboid. (Furqan, 2003; Purnomo, 2008) c. Fisiologi Prostat Fungsi kelenjar prostat antara lain: 1. Mengeluarkan cairan alkalis yang menetralkan sekresi vagina yang asam, suatu fungsi penting karena sperma lebih dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang sedikit basa. Kelenjar prostat dikelilingi oleh otot polos yang berkontraksi selama ejakulasi, mengeluarkan lebih kurang 0,5 ml cairan prostat. (Sherwood, 2001; Furqan, 2003) 2. Menghasilkan enzim-enzim pembekuan dan fibrinolisin. Enzim-enzim pembekuan prostat bekerja pada fibrinogen dari vesikula seminalis untuk menghasilkan fibrin, yang membekukan semen sehingga sperma yang diejakulasikan tetap tertahan di saluran reprodksi wanita saat penis ditarik keluar. Segera setelah itu, bekuan seminal diuraikan oleh fibrinolisin, suatu enzim pengurai fibrin dari prostat, sehingga sperma motil yang dikeluarkan dapat bebas bergerak dalam saluran reproduksi wanita. (Sherwood, 2001) 2. Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) atau Benign Prostate Hyperplasia (BPH) Bila mengalami pembesaran, prostat akan menyebabkan buntunya uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin keluar dari kandung kemih. Salah satu keadaan yang dapat menyebabkan hal itu adalah Benign Prostate Hyperplasia (BPH) atau Pembesaran Prostat Jinak (PPJ). Pembesaran ukuran 6

19 prostat ini akibat adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona periurethra. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer. (Purnomo, 2008; Birowo, 2000; Leveillee, 2006; Kim, 2006) a. Etiologi Faktor risiko untuk PPJ antara lain, umur, riwayat keluarga, konsumsi makanan kurang serat, dan merokok. Akan tetapi, hingga sekarang, penyebab PPJ masih belum dapat diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa PPJ erat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat: (Purnomo, 2008; Amalia, 2007) 1) Teori dihidrotestosteron Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone testosteron. Pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 α reduktase. DHT inilah yang secara langsung memicu m- RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat. (Purnomo, 2008) 7

20 NADPH NADP Testosterone Dihidrotestosteron 5 α - Reduktase Gambar 2. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh Enzim 5 α Reduktase (Purnomo, 2008) Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 α reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada PPJ. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat menjadi lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat normal.(purnomo, 2008) 2) Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan kadar estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen : testosteron relatif meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel prostat yang telah adaptasi mempunyai umur yang 8

21 lebih panjang sehingga massa prostat menjadi lebih besar. (Purnomo, 2008) 3) Interaksi stroma-epitel Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel - sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun stroma.(purnomo, 2008) 4) Berkurangnya kematian sel prostat Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.(purnomo, 2008) 5) Teori sel stem Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel 9

22 stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung pada hormon androgen, di mana jika kadarnya menurun (misalnya pada kastrasi), menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya proliferasi sel-sel pada PPJ diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel. (Purnomo, 2008) b. Patofisiologi Pembesaran Prostat Jinak Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin sehingga menyebabkan tingginya tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan, menyebabkan terjadinya perubahan anatomik kandung kemih, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel kandung kemih. Perubahan struktur pada kandung kemih tersebut dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS). Keluhan yang ada dibagi menjadi gejala dan tanda obstruksi dan iritasi. (Purnomo, 2008; Syamsuhidajat, 2005) Gejala dan tanda obstruksi jalan kemih berarti penderita harus menunggu pada permulaan miksi, miksi terputus, menetes pada akhir miksi. Sulit memulai miksi (hesitancy) menunjukan adanya pemanjangan periode laten, sebelum kandung kemih dapat 10

23 menghasilkan tekanan intra-vesika yang cukup tinggi karena otot detrusor lambat berkontraksi dengan cukup kuat untuk melawan tahanan akibat pembesaran prostat. Selain itu, pancaran miksi menjadi lemah oleh karena lumen urethra mengecil dan tahanan di dalam urethra meningkat. Waktu miksi juga bertambah panjang akibat aliran urin yang terhambat. Otot detrusor yang terus menerus berusaha untuk menghasilkan tekanan yang lebih tinggi utnuk mengeluarkan urin akibat obstruksi jalan kemih akhirnya pun akan melemah akibat kelelahan. Pada PPJ, otot detrusor gagal berkontraksi cukup lama untuk menghasilkan tekanan intra vesica yang cukup sehingga kontraksi terputus-putus dan akibatnya miksi pun terputus. Terputusnya aliran urin menyebabkan adanya sisa urin di dalam vesica urianaria sehingga pasien biasanya merasa belum puas sehabis miksi. Jika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacatan total, sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. Karena produksi urin terus terjadi maka pada suatu saat vesika tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intra vesika terus meningkat. Apabila tekanan vesika menjadi lebih tinggi dari pada tekanan spingter dan obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. (Syamsuhidajat, 2005; Furqan, 2003) Gejala iritasi disebabkan karena hipersensitivitas otot detrusor. Pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada kandung kemih, sehingga vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh. Akibat dari hal 11

24 tersebut antara lain bertambahnya frekwensi miksi, nokturia, miksi sulit ditahan, dan disuria. Gejala dan tanda ini diberi skor untuk menentukan berat keluhan klinik. (Syamsuhidajat, 2005) Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian kandung kemih tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini menimbulkan aliran balik dari kandung kemih ke ureter atau terjadinya refluks vesikoureter. Jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. (Purnomo, 2008; Syamsuhidajat, 2005) Pada waktu miksi penderita harus selalu mengedan sehingga lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemorroid. Infeksi yang menyertai residual urine akan memperberat gejala, karena akan menambah obstruksi akibat inflamasi sekunder dan oedem. (Purnomo, 2008; Syamsuhidajat,2005; Furqan, 2003) c. Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak Pada PPJ, terjadi kenaikan volume kelenjar prostat. Voume kelenjar prostat yang normal adalah < 20 cc. Cara mengukur volume prostat dengan menggunakan USG yaitu dengan rumus: (Beckman, 2005) 12

25 0,52 æ1 æ2 æ3 ð2 d1 = diameter transversal d2 = diameter longitudinal d3 = diameter sagital Akan tetapi, PPJ pada dasarnya merupakan hasil diagnosis secara histologi. PPJ berasal dari bertambahnya jumlah sel di zona transisi kelenjar prostat. Evaluasi mikroskopik membuktikan bahwa bentuk pertumbuhan noduler yang terjadi terdiri dari jumlah yang bervariasi dari sel-sel pada stroma dan epitel. Pada stroma terdapat jumlah yang bervariasi juga dari kolagen dan otot polos. Perbedaan predominan komponen histologi dari PPJ ini dapat membantu untuk mengetahui terapi obat yang dapat terespon secara maksimal. Terapi Alpha-blocker dapat terespon secara maksimal pada pasien PPJ dengan komponen predominan otot polos, sedangkan pada PPJ dengan predominan komponen epitel merespon dengan lebih baik apabila menggunakan 5-alpha-reductase inhibitor. Pasien dengan komponen predominan kolagen, sebaiknya menggunakan terapi prstatektomi. Pada prostat normal, perbandingan epitel dengan stroma pada pemeriksaan histologi adalah 21,6% - 50% : 60% - 78%, atau apabila dirata-rata sekitar 1:2. Pada PPJ simtomatik, perbandingan tersebut dapat berubah hingga menjadi 1:4 atau 1:5. Hal inilah yang kemudian menyebabkan tersumbatnya uretra. (Bairy, 2009) 13

26 Untuk menentukan derajat obstruksi pada pasien dengan Lower Urinary Track Symptom (LUTS) sebaiknya menggunakan pemeriksaan pressure flow. Hal ini dikarenakan, besarnya volume prostat dan volume residu urin tidak selalu berhubungan dengan ada tidaknya obstruksi maupun dengan beratnya LUTS. Menurut Soetojo, kecepatan aliran urin puncak yang normal apabila > 15 ml/dtk. Apabila kecepatannya antara ml/dtk, maka telah terjadi obstruksi ringan. Pasien dapat dinilai telah mengalami obstruksi apabila kecepatan aliran urin puncak < 10 ml/dtk. (Prasetyawan, 2003; As ari, 2009; Soetojo, 2008) Pemeriksaan USG prostat pada PPJ bertujuan untuk menentukan volume Benigna Prostat Hyperplasia, menentukan derajat disfungsi kandung kemih, menilai bentuk dan besar prostat, menentukan volume residual urine dan menilai pembesaran prostat jinak/ganas. Apabila terlihat konsistensi hipoekoik maka dapat dicurigai adanya keganasan. Pemeriksaan ultrasonografi prostat tidak direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin, kecuali hendak menjalani terapi: (a) inhibitor 5-α reduktase, (b) termoterapi, (c) pemasangan stent, (d) TUIP atau (e) prostatektomi terbuka. Menilai bentuk dan ukuran kelenjar prostat dapat dilakukan melalui pemeriksaan transabdominal (TAUS) ataupun transrektal (TRUS). Jika terdapat peningkatan kadar PSA, pemeriksaan USG melalui transrektal (TRUS) sangat dibutuhkan guna menilai kemungkinan 14

27 adanya karsinoma prostat. (AUA, 2003; Rosette, 2001; Arisandi, 2008) Gambar 3. Gambaran PPJ pada Pemeriksaan USG Trans Abdominal (Sutton, 2003) Pada pemeriksaan uretrositografi untuk pasien PPJ, tampak adanya kalsifikasi prostat, atau bayangan jaringan lunak, filling defect di dasar vesica urinaria, bentuk bulat, jumlah single, batas tegas, tepi reguler, ukuran kurang lebih 5 cm. Terdapat juga penyempitan lumen uretra pars prostatica, gambaran fish hooking (J Shape) pada ujung bawah ureter, pembentukan divertikulum pada Kandung kemih. Selain itu, pada pemeriksaan, kemungkinan didapatkan juga gambaran striktur uretra. Striktur Uretra yaitu penyempitan lumen uretra disertai dengan menurunnya elastisitas aringan uretra. Sering terjadi di pars bulbaris lebih kurang 60-70%. (Malueka, 2007) 15

28 Tingkat keparahan penderita PPJ dapat diukur dengan skor IPSS (Internasional Prostate Symptom Score) diklasifikasi dengan skore 0-7 penderita ringan, 8-19 penderita sedang dan penderita berat (Furqan, 2003). Ada juga yang membagi berdasarkan derajat penderita hiperplasi prostat berdasarkan gambaran klinis: (Syamsuhidajat, 2005; Arisandi, 2008) 1) Derajat I : Colok dubur : penonjolan prostat ± 1 2 cm, batas atas mudah diraba, sisa volume urin <50 ml, berat + 20 gram, pancaran lemah, dan necturia. 2) Derajat II : Colok dubur: penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai, sisa volume urin ml, beratnya gram, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang. 3) Derajat III: Colok dubur; batas atas prostat tidak dapat diraba, sisa volume urin>100 ml, penonjolan prostat ± 3 4 cm, dan beratnya 40 gram. 4) Derajat IV : Terjadi retensi urin total, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, dan ada penyulit keginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis. 16

29 3. Endapan urin Menurut Dorland, endapan urin adalah suspensi partikel padat atau semi padat dalam cairan yang dapat atau tidak dapat menjadi cairan kental sejati. Endapan urin adalah hasil pengendapan pada residu urin. Konsistensi seperti kapur atau pasir halus dan berwarna abu-abu putih. Endapan urin dapat terbentuk di dalam ginjal atau ureter, tetapi sebagian besar endapan terlihat dalam kandung kemih. Pada pemeriksaan USG, endapan ini terlihat hiperechoic bila dibandingkan dengan urin sendiri yang terlihat gelap. (Brown, 2006; Dorland, 2002) A. B. Gambar 4. A. Hasil USG VU Normal B. USG VU dengan Endapan Urin (Sutton, 2003) Untuk memeriksa unsur-unsur pada endapan urin ini diperlukan pemeriksaan sedimen urin. Pemeriksaan tersebut merupakan salah satu dari tiga jenis pemeriksaan rutin urin yaitu pemeriksaan makroskopis, pemeriksaan mikroskopis (pemeriksaan sedimen) dan pemeriksaan kimia urin. Pada pemeriksaan makroskopik yang diperiksa adalah volume. warna, kejernihan, berat jenis, bau dan ph urin. Pemeriksaan kimia urin dipakai 17

30 untuk pemeriksaan ph, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit. (Wirawan, 2003) Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan non-organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang non-organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan Kristal. Eritrosit atau leukosit didalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia. Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, lekosit dan silinder hialin. Silinder hyaline normal terdapat pada urin dengan jumlah 5-10 per LPK. Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, 18

31 karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin. (Wirawan, 2003) Pada PPJ sendiri, unsur sedimen yang paling banyak terdapat antara lain adalah eritrosit, leukosit, dan bakteri. Keberadaan dari endapan urin ini mengiritasi dan dapat menyebabkan luka pada dinding Kandung kemih sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan mukosa. Hal ini lebih lanjut terlihat pada terjadinya hematuria makros (darah pada urin). Terkumpulnya endapan urin yang lebih banyak dapat menyebabkan obstruksi aliran kemih sehingga lama kelaman menjadi tidak dapat mengeluarkan urin sama sekali. (Praag, 2003; Dwi, 2010) 4. USG Ultrasonografi merupakan penggunaan gelombang suara frekuensi sangat tinggi/ultrasonik (3,5 5 MHz) yang dihasilkan oleh kristal piezoelektrik pada transducer untuk membantu diagnosis. Yang digunakan dalam bidang kedokteran antara 1-10 MHz. (Malueka, 2007) Gelombang tersebut berjalan melewati tubuh dan dipantulkan kembali secara bervariasi, tergantung pada jenis jaringan yang terkena gelombang. Dengan transducer yang sama, selain mengirimkan suara, juga menerima suara yang dipantulkan dan mengubah sinyal menjadi arus listrik, yang 19

32 kemudian diproses menjadi gambar skala abu-abu. Citra yang bergerak didapatkan saat transducer digerakkan pada tubuh. Potongan-potongan dapat diperoleh pada setiap bidang dan kemudian ditampilkan pada monitor. Tulang dan udara merupakan konduktor suara yang buruk, sehingga tidak dapat divisualisasikan dengan baik, sedangkan cairan memiliki kemampuan menghantarkan suara dengan sangat baik. (Malueka, 2007) Kandung kemih pada USG memperlihatkan bentuk teardrop anechoic pada penampakan longitudinal. Sedangkan pada penampakan transversal, kandung kemih terlihat rektangular. Ketebalan dinding kandung kemih tergantung pada pengisian kandung kemih. Akibat pembesaran prostat, pada kandung kemih biasanya terjadi divertikulum. Divertikulum pada gambaran USG diperlihatkan dengan pelebaran dinding tipis anechoic dari lumen kandung kemih. Bentuk divertikulum dapat bervariasi dari teardrop sampai semisirkuler, tergantung lebar leher divertikulum. Urin pada kandung kemih terlihat anechoic pada pemeriksaan USG. Sedangkan endapan urin terlihat hyperechoic. (Peterson, 2008) Pada pemeriksaan USG kelenjar prostat, zona sentral dan perifer prostat terlihat abu-abu muda sampai gelap homogen. Sedangkan zona transisional yang terletak lebih anterior terlihat hipoekogenik heterogen. Keheterogenan dan kehipoekogenikan tergantung dari variasi jumlah sel stromal dan epitelial kelenjar. (Peterson, 2008) Zona transisional biasanya merupakan 5% bagian pada prostat lakilaki muda normal. Akan tetapi commit dapat to menjadi user 90% bagian prostat pada pasien 20

33 PPJ. Dengan meningkatnya ukuran zona transisional, zona perifer dan sentral prostat menjadi tertekan ke belakang. Selain itu, zona transisional yang membesar juga melebar ke arah distal sehingga menyebabkan overhanging apex zona perifer. Hal tersebut dapat dilihat melalui TRUS. Selain itu, melalui TAUS, dapat dilihat terdapat pembesaran lobus median prostat ke arah intra-vesikal (protrusi) dan gambaran residu urin dalam jumlah banyak (> 40 cc). (Peterson, 2008) 21

34 B. Kerangka Pemikiran Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) Pembesaran kelenjar prostat Protrusi Prostat Menekan uretra pars prostatika Uretra menyempit Aliran urin terhambat Retensi urin Residu urin Endapan urin Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Ada hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi. 22

35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik noneksperimental dengan pendekatan cross sectional prospektif dan retrospektif (Januari Desember 2009).. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. C. Subjek penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang dimintakan gambar USG. 2. Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah subjek dalam populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut: a) Kriteria inklusi: 1) Jenis kelamin laki-laki. 2) Umur 50 tahun. 3) Pasien dengan PPJ. 23

36 b) Kriteria eksklusi: 1) Pasien laki-laki dengan pembesaran massa pada sistem urinaria kecuali PPJ. 2) Pasien PPJ dengan kelainan-kelainan pada ginjal. 3) Pasien PPJ dengan urolithiasis. 4) Pasien PPJ dengan kateter. 3. Besar Sampel Sampel berjumlah 30 orang baik dari pasien yang diteliti langsung maupun sejumlah pasien pada data rekam medis pada Januari Desember 2008 dan Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: a. 15 pasien dengan PPJ, dan b. 15 pasien non-ppj. D. Teknik Sampling Sampel yang diambil sebagai probandus adalah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di atas, dalam hal ini sampel dipilih dengan cara nonprobability sampling yakni, purposive sampling, di mana teknik pemilihan subyek sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi yang diinginkan. (Taufiqurrahman, 2004) 24

37 E. Rancangan Penelitian Sampel USG PPJ (+) PPJ (-) Endapan urin (+) Endapan urin (-) Endapan urin (+) Endapan urin (-) Data Data Data Data UJi statistik Gambar 6. Skema Rancangan Penelitian F. Identifikasi Variabel 1. Variabel bebas : Pembesaran Prostat Jinak 2. Variabel terikat : Endapan urin 3. Variabel luar a. Terkendali: 1) Cara pemeriksaan USG, yaitu dengan menggunakan pemeriksaan USG transabdominal. 2) Penyakit penyerta yang dapat mengakibatkan endapan urin 25

38 b. Tidak terkendali: 1) Subjektivitas penilaian ahli radiologi 2) Kebiasaan diet dan minum G. Alat dan Cara Kerja 1. Alat: Ultrasonografi 2. Instrumen yang digunakan : lembar pencatatan 3. Waktu penelitian: dimulai dari minggu ke-4 bulan Mei sampai minggu pertama bulan Agustus Cara kerja : a. Mencatat nama, umur pasien dan nomor rekam medis pasien-pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. b. Saat pemeriksaan USG, dinilai apakah pasien tersebut mengalami pembesaran prostat (suspect PPJ) atau tidak, serta dinilai juga apakah ada endapan urin atau tidak dan volume prostat pasien. Untuk pasien yang suspect PPJ, kemudian dilihat juga pada data rekam medis pemeriksaan patologi anatominya apakah memang PPJ atau tidak. c. Untuk data pasien yang diambil dari rekam medis, dicatat nama pasien, umur, PPJ atau tidak, volume prostat, serta ada gambaran endapan urin atau tidak. d. Melakukan analisis dari data yang diperoleh. 26

39 H. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel bebas Pembesaran Prostat Jinak Skala yang digunakan adalah skala nominal. 2. Variabel terikat Endapan urin di Kandung kemih Skala yang digunakan adalah skala nominal. 3. Variabel luar a) Variabel terkendali, adalah hal-hal yang dapat mengganggu hasil perhitungan variabel terikat namun dapat dikendalikan (Murti, 2006), yaitu: 1) Cara pemeriksaan USG. 2) Penyakit penyerta yang dapat mengakibatkan endapan urin b) Variabel tidak terkendali, adalah hal-hal yang dapat mengganggu hasil perhitungan variabel terikat namun tidak dapat dikendalikan (Murti, 2006) yaitu: 1) Subjektivitas penilaian ahli radiologi 2) Kebiasaan diet dan minum 4. Teknik Analisis Data Analisa statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel di sini adalah uji Chi Square dengan menggunakan software SPSS 18.0 karena kedua variabel menggunakan skala nominal. 27

40 BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Tabel 1. Data Hasil Pemeriksaan Volume Prostat pada Penderita Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) No RM No Photo No RM PA Umur Volume Prostat Endapan urin RS th cc (+) RS th cc (+) RS th cc (+) RS th cc (-) RS th cc (+) RS th cc (+) RS th 54.0 cc (+) RS th cc (+) RS th cc (+) RS th cc (+) RS th cc (+) RS th cc (+) RS th cc (+) RS th cc (+) RS thn cc (+) Dari tabel.1 di atas dapat dilihat bahwa seluruh pasien PPJ memiliki volume prostat di atas normal yaitu > 20 cc. 28

41 Tabel 2. Jumlah Pasien Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) Berdasarkan Kelompok Umur. No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Persentase ( % ) ,67 % ,33 % % Jumlah Berdasarkan data pada Tabel. 2, dapat dilihat bahwa jumlah pasien PPJ paling banyak terdapat pada rentang umur tahun dengan jumlah 6 pasien (40 %), sedangkan yang paling sedikit terdapat pada rentang umur tahun yaitu dengan jumlah 4 pasien ( 26,67 % ). B. Analisis Data Uji Chi Square merupakan uji non-parametrik, yang bertujuan untuk menentukan apakah hipotesis dari skripsi ini ditolak atau diterima, yaitu mencari hubungan antar variabel bertipe nominal. Syarat agar suatu data layak untuk diuji Chi Square, yaitu nilai expected (nilai yang diperoleh apabila hipotesis Ho benar) yang kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel (Dahlan, 2005). 29

42 Tabel 3. Hasil Uji Kelayakan Chi Square Expected Count Data Gambaran Endapan Urin (USG) Keterangan Positif Negatif PPJ positif 8,0 7,0 Layak PPJ negatif 8,0 7,0 Layak Berdasarkan Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa data hasil penelitian ini memenuhi syarat untuk dilakukan uji statistik Chi Square, karena tidak ada nilai expected yang kurang dari 5. Tabel 4. Hasil Uji Chi Square Pembesaran Prostat Jinak - Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih Data Pembesaran Prostat Jinak Chi Square X 2 P Keterangan 19,286; 0,000 Signifikan df:1 Setelah dilakukan uji statistik didapatkan hasil X 2 hitung Pearson Chi Square sebesar 19,286 (X 2 hitung>x 2 tabel); p<0,05, yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan adanya gambaran endapan urin di kandung kemih. 30

43 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel 1. Data Hasil Pemeriksaan Volume Prostat Pada Penderita Pembesaran Prostat Jinak (PPJ), dapat dilihat bahwa seluruh pasien memiliki volume prostat lebih dari 20 cc. Hal ini sesuai dengan teori sebelumnya bahwa volume prostat yang normal sekitar 20 cc (Beckman, 2005). Ukuran ini akan semakin besar seiring dengan bertambahnya usia. Menurut Beckman 2005, kelenjar prostat akan membesar sekitar 1,6 % setiap tahunnya secara progresif. Karena Pembesaran Prostat Jinak merupakan istilah histologis, setiap pasien juga diteliti pemeriksaan Patologi Anatomi kelenjar prostatnya sebagai penunjang diagnosis PPJ dari pemeriksaan USG. Pada kelenjar prostat pasien PPJ, terdapat peningkatan jumlah baik pada sel epitelial maupun sel stromal, akan tetapi yang lebih utama dalam menyebabkan pembesaran prostat adalah sel stromal. Pada PPJ, perbandingan sel epitelial dengan sel stromal 1:4 sampai 1:5 (Prabhav, 2009). Berdasarkan Tabel 2. Jumlah Pasien Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) Berdasarkan Kelompok Umur, 40% dari penderita PPJ yang diteliti berumur tahun sedangkan yang paling sedikit yaitu yang berumur tahun dengan jumlah 4 pasien saja. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa prevalensi PPJ pada usia tahun hanya sekitar 25%, pada usia sekitar 50%, dan pada usia sekitar 80% (Beckman, 2005). Selain itu, usia juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya PPJ selain riwayat 31

44 keluarga, kurang mengkonsumsi makanan berserat, obesitas, diabetes, tingginya kadar glukosa puasa, serta kebiasaan merokok (Amalia, 2008; Parsons, 2006). Pada dasarnya PPJ timbul pada pria menginjak usia lanjut dan memiliki fungsi produksi testosteron (Webber, 2005). Sesuai dengan teori etiologi PPJ yang ada, semakin bertambah umur seorang pria, semakin besar kadar hormon DHT dan estrogen dalam darah. Hal ini menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat yang berlebihan dan penurunan kadar apoptosis sel sehingga semakin tua umur seorang pria, akan semakin mungkin menderita PPJ. Lalu, setelah dilakukan pengkajian lebih lanjut hasil penelitian dengan menggunakan uji Chi Square, maka didapatkan hasil X 2 hitung sebesar 19, 286 dengan p = 0,000 (p< 0,05). Jadi, terdapat hubungan yang bermakna antara Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) dengan adanya endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan USG. Hal ini berarti pada keadaan PPJ sering timbul endapan urin. Dari hasil penelitian Seputra didapatkan bahwa sekitar 50 % dari pria usia tahun mengalami PPJ dan setengah dari itu mengalami gejala obstruksi atau yang biasa disebut Lower Urinary Tract Syndrome (LUTS). Karena terdapat obstruksi, maka urin pada kandung kemih penderita PPJ sulit keluar. Selain itu, urin yang akhirnya berhasil dikeluarkan pun nantinya tidak seluruhnya. Hal ini dapat terjadi akibat kelelahan otot detrussor yang terus menerus tersensitisasi yang akhirnya mengakibatkan terdapatnya residu urin. Residu tersebut ditambah dengan sulit keluarnya urin menyebabkan terjadinya pengendapan urin sehingga timbul sedimen urin. Sedimen urin yang menetap, lama kelamaan dapat 32

45 menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti infeksi saluran kemih, batu vesika, maupun hematuria makroskopis (Prasetyawan, 2003). Dalam penelitian ini terdapat beberapa hambatan dan kekurangan, antara lain: 1. Tidak semua pasien yang melakukan pemeriksaan USG dengan diagnosis PPJ memiliki rekam medis pemeriksaan Patologi Anatomi sehingga menambah waktu yang diperlukan untuk penelitian. 2. Interpretasi gambaran sedimen urin pada pemeriksaan USG mungkin memiliki subjektivitas. 33

46 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pasien PPJ terbanyak terdapat pada kisaran umur tahun. 2. Ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran sedimen urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi. B. Saran 1. Dapat dilakukan penelitian lanjutan tentang perbandingan antara setiap derajat LUTS pada PPJ dengan adanya gambaran endapan urin. 2. Sebaiknya diterapkan sistem komputerisasi pada rekam medis sehingga dapat memudahkan peneliti dalam mengambil data penelitian. 34

47 DAFTAR PUSTAKA Amalia, Rizki, dkk Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Pembesaran Prostat Jinak. (diakses pada tanggal 20 Maret 2010) Anggraeni, Renny, dkk Disfungsi Ereksi Pada Pasien PPJ yang Menjalani Tindakan Prostatektomi Terbuka dan TUR-P. (diakses pada tanggal 20 Maret 2010) Arisandi, Defa Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Benigne Prostat Hyperplasia. (diakses pada tanggal 20 Maret 2010) As ari, Musa, dkk Hubungan Antara Derajat Intravesical Prostatic Protrussion Dengan Q max, Volume Prostat, Dan International Prostate Symptom Score Pada Pasien PPJ Dengan Luts Tanpa Komplikasi. (diakses pada tanggal 20 Maret 2010) AUA practice guidelines committee AUA guideline on management of benign prostatic hyperplasia. Chapter 1: diagnosis and treatment recommendations. J Urol 170. p Birowo & Rahardjo Pembesaran Prostat Jinak. (diakses pada tanggal 20 Maret 2010) 35

48 Brown, Susan Bladder stones and Bladder endapan urin in rabbit. (diakses pada tanggal 20 Maret 2010) Crow, P, dkk The influence of histological diagnosis on the postoperative complication rate following trans-urethral resection of prostate (TURP). (diakses tanggal 10 Agustus 2010) Dorland Kamus Kedokteran Dorland.. 29 th ed.. Philadelphia : W. B. Saunders Company Inc Jakarta : EGC. Dwi, Agustina dkk Penataalaksanaan Medik Pada Benigna Prostate Hiperplasia (BPH). ed8gf3xwj: BPH+urinalisis+BPH&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id (diakses tanggal 10 Agustus 2010) Furqan Evaluasi Biakan Urin Pada Penderita PPJ Setelah Pemasangan Kateter Menetap: Pertama Kali Dan Berulang. (diakses pada tanggal 20 Maret 2010) Gardjito, Widjoseno Retensi Urin Permasalahan dan Penatalaksanaannya. JURI VOLL 4 NO.2 TAHUN 1994_2 (diakses pada tanggal 3 November 2010) 36

49 Hyperplasi. Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) Panduan penatalaksanaan (Guidelines) Benign Prostatic Hyperplasia (PPJ) di Indonesia. Surabaya; p Kim & Belldegrun (eds) Urology Dalam Schwartz s Manual Of Surgery, 8 th Edition. USA: Mc Graw-Hill Medical Publishing Division. p Leveillee Benign Prostate Hyperplasia. (diakses pada tanggal 20 Maret 2010) Lina, Nur, dkk Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih pada Laki-Laki (Studi Kasus di RS. Dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan Agung Semarang). (diakses pada tanggal 20 Maret 2010) Malueka, Rusdy Ghazali, dkk Radiologi Diagnostik. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press. Marks, Leonard S, dkk f (diakses tanggal 10 Agustus 2010) Michel, Martin C, dkk Conservative Treatment of Benign Prostatic c%20hyperplasia... (diakses tanggal 10 Agustus 2010) 37

50 Murti, B Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, p:136. National Clinical Guidelines Centre for Acute and Chronic Conditions (diakses tanggal 10 Agustus 2010) Peterson, Andrew C, at al Urologic Imaging Without X-rays - Ultrasonography, MRI, and Nuclear Medicine. (diakses tanggal 10 Agustus 2010) Praag, Ester Van Nephroliths and uroliths in Rabbit. asis.pdf (diakses pada tanggal 20 Maret 2010) Prasetyawan, Widiyanto, Rochani Sumardi Korelasi Antara Volume Residu Urin Dan Adanya Obstruksi Pada Penderita Dengan Simtom PPJ Dengan Menggunakan Pressure Flow Study. (diakses pada tanggal 20 Maret 2010) Purnomo Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto. p Roehrborn CG, McConnell JD Etiology, pathophysiology, epidemiology and natural history of benign prostatic hyperplasia. In: Walsh PC, Retik 38

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA PADA USIA ANTARA 50-59 TAHUN DENGAN USIA DIATAS 60 TAHUN PADA PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI DI RS. PKU (PEMBINA KESEJAHTERAAN UMAT) MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benign Prostate Hyperplasia (BPH) 2.1.1. Pengertian BPH Menurut Anonim (2009) dalam Hamawi (2010), BPH secara umumnya dinyatakan sebagai Pembesaran Prostat Jinak. Maka jelas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tahun 2007, Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. tahun 2007, Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat jumlah penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angka harapan hidup penduduk di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pada tahun 2007, Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan terjadinya proliferasi sel stroma prostat yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan terjadinya proliferasi sel stroma prostat yang akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benign Prostate Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak merupakan suatu keadaan terjadinya proliferasi sel stroma prostat yang akan menyebabkan pembesaran dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia laki-laki yang terletak mengelilingi vesica urinaria dan uretra proksimalis. Kelenjar prostat dapat mengalami pembesaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring peningkatan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan, semakin meningkat pula kualitas hidup dan kesehatan masyarakat yang salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Benigna prostatic hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, yang disebabkan hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar/jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Benign Prostatic Hyperplasia atau lebih dikenal dengan singkatan BPH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Benign Prostatic Hyperplasia atau lebih dikenal dengan singkatan BPH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benign Prostatic Hyperplasia atau lebih dikenal dengan singkatan BPH merupakan kelainanan adenofibromatoushyperplasia paling sering pada pria walaupun tidak mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benign prostatic hyperplasia (BPH) merupakan suatu pembesaran progresif pada kelenjar prostat pria dewasa yang bersifat non-malignan (WHO, 1999). Pembesaran prostat

Lebih terperinci

Author : Bevi Dewi Citra, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. Files of DrsMed FK UR (http://www.files-of-drsmed.

Author : Bevi Dewi Citra, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. Files of DrsMed FK UR (http://www.files-of-drsmed. Author : Bevi Dewi Citra, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Files of DrsMed FK UR (http://www.files-of-drsmed.tk 0 BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (BPH) Pendahuluan Kelenjar

Lebih terperinci

PERBEDAAN BAKTERIURIA PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA DENGAN VOLUME PROSTAT TINGGI DAN TIDAK TINGGI SKRIPSI

PERBEDAAN BAKTERIURIA PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA DENGAN VOLUME PROSTAT TINGGI DAN TIDAK TINGGI SKRIPSI PERBEDAAN BAKTERIURIA PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA DENGAN VOLUME PROSTAT TINGGI DAN TIDAK TINGGI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Multazam Hanif G0012141

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau disebut juga benign prostatic

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau disebut juga benign prostatic BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau disebut juga benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah hiperplasia kelenjar periuretral prostat yang akan mendesak jaringan prostat

Lebih terperinci

Pengobatan Hipertrofi Prostat Non Operatif

Pengobatan Hipertrofi Prostat Non Operatif EDITORIAL Pengobatan Hipertrofi Prostat Non Operatif Shahrul Rahman* * Doktor Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Pendahuluan Kelenjar prostat adalah salah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran NURUL FADILAH G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran NURUL FADILAH G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET HUBUNGAN ANTARA DERAJAT LOWER URINARY TRACT SYMPTOMS (LUTS) DENGAN DERAJAT DISFUNGSI EREKSI PADA PASIEN BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA (BPH) DI RSUD MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya semakin meningkat, diperkirakan sekitar 5% atau kira-kira 5 juta pria di

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya semakin meningkat, diperkirakan sekitar 5% atau kira-kira 5 juta pria di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benign Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan penyakit tersering kedua di Indonesia setelah infeksi saluran kemih 1. Penduduk Indonesia yang berusia tua jumlahnya semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau yang dikenal pembesaran prostat jinak sering ditemukan pada pria dengan usia lanjut. BPH adalah kondisi dimana terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan melingkari uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benigna Prostate Hiperplasi (BPH) merupakan kondisi patologis yang paling umum terjadi pada pria lansia dan penyebab kedua untuk intervensi medis pada pria diatas usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering terjadi pada laki-laki usia lanjut. BPH dapat mengakibatkan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering terjadi pada laki-laki usia lanjut. BPH dapat mengakibatkan keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperplasia prostat jinak (BP H) merupakan penyakit jinak yang paling sering terjadi pada laki-laki usia lanjut. BPH dapat mengakibatkan keadaan pembesaran prostat jinak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Prostat Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul fibromuskuler, yang terletak disebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu dianggap berasal dari endoderm. Pertumbuhan dan. perkembangan normal bergantung kepada rangsang endokrin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu dianggap berasal dari endoderm. Pertumbuhan dan. perkembangan normal bergantung kepada rangsang endokrin dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun yang dilakukan pemerintah tanpa kesadaran individu dan masyarakat

Lebih terperinci

PERBEDAAN DERAJAT KEASAMAN URIN PADA PENDERITA PEMBESARAN PROSTAT JINAK DENGAN BAKTERIURIA RENDAH DAN TINGGI SKRIPSI

PERBEDAAN DERAJAT KEASAMAN URIN PADA PENDERITA PEMBESARAN PROSTAT JINAK DENGAN BAKTERIURIA RENDAH DAN TINGGI SKRIPSI PERBEDAAN DERAJAT KEASAMAN URIN PADA PENDERITA PEMBESARAN PROSTAT JINAK DENGAN BAKTERIURIA RENDAH DAN TINGGI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran PARADA JIWANGGANA G0012159

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah pentingnya dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) yaitu berupa pembesaran prostat atau hiperplasia prostat. Kelainan kelenjar prostat dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuaan (Madjid dan Suharyanto, 2009). tindakan untuk mengatasi BPH yang paling sering yaitu Transurethral

BAB I PENDAHULUAN. penuaan (Madjid dan Suharyanto, 2009). tindakan untuk mengatasi BPH yang paling sering yaitu Transurethral BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertropi prostat jinak (benign prostatic hypertrophy. BPH) merupakan kondisi yang belum di ketahui penyebabnya, di tandai oleh meningkatnya ukuran zona dalam

Lebih terperinci

PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA DENGAN DIABETES MELLITUS DAN TANPA DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkemihan merupakan salah satu sistem yang tidak kalah pentingnya dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesica urinaria

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI HIPERPLASIA PROSTAT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2004 DESEMBER 2006

ABSTRAK PREVALENSI HIPERPLASIA PROSTAT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2004 DESEMBER 2006 ABSTRAK PREVALENSI HIPERPLASIA PROSTAT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2004 DESEMBER 2006 Mayasari Indrajaya, 2007. Pembimbing : Penny Setyawati M.,dr.,Sp.PK.,M.Kes. Benign Prostatic Hyperplasia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau tumor prostat jinak, menjadi masalah bagi kebanyakan kaum pria yang berusia di atas 50 tahun. BPH pada pria muncul tanpa ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah salah satu penyakit degeneratif pria yang sering dijumpai, berupa pembesaran dari kelenjar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Karla Kalua G0011124 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mochtar. 2005). Penduduk Indonesia yang berusia tua jumlahnya semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Mochtar. 2005). Penduduk Indonesia yang berusia tua jumlahnya semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Benign Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan penyakit tersering kedua di klinik urologi di Indonesia setelah batu saluran kemih (Fadlol & Mochtar. 2005). Penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka harapan hidup penduduk di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2007, Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat jumlah penduduk Indonesia sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang menyebabkan kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan Alatas, 1985).

Lebih terperinci

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB II HIPERPLASIA PROSTAT BENIGNA ANATOMI KELENJAR PROSTAT

BAB II HIPERPLASIA PROSTAT BENIGNA ANATOMI KELENJAR PROSTAT BAB I PENDAHULUAN Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu uretra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prostat 2.1.1. Anatomi Prostat Gambar 2.1. Letak Kelenjar Prostat (Schunke, et al, 2006) Prostat merupakan kelenjar fibromuskular yang mengelilingi uretra pars prostatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia prostat atau BPH (Benign Prostate Hiperplasia) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia prostat atau BPH (Benign Prostate Hiperplasia) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperplasia prostat atau BPH (Benign Prostate Hiperplasia) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hyperplasia beberapa atau

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN: POST OPERASI BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH) HARI KE-0 DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDANARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

Penyebab BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengungkapkan dengan jelas terjadinya BPH.

Penyebab BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengungkapkan dengan jelas terjadinya BPH. 2 Penyebab BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengungkapkan dengan jelas terjadinya BPH. BPH terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal oleh proses

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM DI RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO Saraginta P. Mosesa*, Angela F.C. Kalesaran*, Paul A. T. Kawatu*

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasnya, air bersih adalah air

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional yakni meneliti kasus BPH yang. Moeloek Provinsi Lampung periode Agustus 2012 Juli 2014.

III. METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional yakni meneliti kasus BPH yang. Moeloek Provinsi Lampung periode Agustus 2012 Juli 2014. III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik non-eksperimental dengan pendekatan cross sectional yakni meneliti kasus BPH yang terdokumentasi di

Lebih terperinci

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING Ginjal dilihat dari depan BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SAYIDIMAN MAGETAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Epidemiologi Kanker Prostat PERTEMUAN 8 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

Epidemiologi Kanker Prostat PERTEMUAN 8 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes Epidemiologi Kanker Prostat PERTEMUAN 8 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan dan menjelaskan tentang epidemiologi penyakit kanker prostat, riwayat alamiah

Lebih terperinci

Kelenjar Prostat dan Permasalahan nya.

Kelenjar Prostat dan Permasalahan nya. FORUM KESEHATAN Kelenjar Prostat dan Permasalahan nya. Pengantar Kalau anda seorang pria yang berusia diatas 40 tahun, mempunyai gejala2 gangguan kemih (kencing) yang ditandai oleh: Kurang lancarnya aliran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

Perubahan Kualitas Hidup Penderita Pembesaran Prostat Jinak Pasca-prostatektomi Terbuka

Perubahan Kualitas Hidup Penderita Pembesaran Prostat Jinak Pasca-prostatektomi Terbuka Perubahan Kualitas Hidup Penderita Pembesaran Prostat Jinak Pasca-prostatektomi Terbuka Usul M. Sinaga, Harry B., Aznan Lelo Abstrak: Pembesaran kelenjar prostat jinak pada laki-laki terbanyak dijumpai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Wilianto, 2010 Pembimbing I :dr. July Ivone.,M.K.K.,M.Pd.Ked Pembimbing II :dr. Sri Nadya S., M.Kes

ABSTRAK. Wilianto, 2010 Pembimbing I :dr. July Ivone.,M.K.K.,M.Pd.Ked Pembimbing II :dr. Sri Nadya S., M.Kes ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA PROSTAT BERDASARKAN UMUR, KADAR PSA,DIAGNOSIS AWAL, DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI DI RUMAH IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2007-31 DESEMBER 2009 Wilianto, 2010 Pembimbing I

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing II : Triswaty Winata,dr,M.Kes.

ABSTRAK. Pembimbing II : Triswaty Winata,dr,M.Kes. ABSTRAK SKRINING INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA KARYAWAN TAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DENGAN URINALISIS RUTIN, DIPSTIK, DAN PEWARNAAN Sternheimer Malbin PERIODE 2008-2009 Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan biokimia dijelaskan sebagai penyakit pada pria tua dengan level serum testosteron di bawah parameter

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBESARAN PROSTAT JINAK DENGAN KEJADIAN BATU KANDUNG KEMIH DI RSUP H ADAM MALIK TAHUN Oleh : MUHAMMAD REYHAN

HUBUNGAN PEMBESARAN PROSTAT JINAK DENGAN KEJADIAN BATU KANDUNG KEMIH DI RSUP H ADAM MALIK TAHUN Oleh : MUHAMMAD REYHAN HUBUNGAN PEMBESARAN PROSTAT JINAK DENGAN KEJADIAN BATU KANDUNG KEMIH DI RSUP H ADAM MALIK TAHUN 2012-2014 Oleh : MUHAMMAD REYHAN 120100129 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 HUBUNGAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ANDREAS PETER PATAR B. S. G0010018 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Karakteristik Penderita Benign Prostatic Hyperplasia Berdasarkan Usia, Indeks Massa Tubuh, dan Gambaran Histopatologi di Rumah Sakit Al-Islam Bandung Periode

Lebih terperinci

TESIS JOHANNES GURNING PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA AGUSTUS 2013

TESIS JOHANNES GURNING PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA AGUSTUS 2013 Hubungan Panjang Protrusi Prostat Intravesika dengan Ketebalan Otot Detrusor Buli-buli pada Pasien Benign Prostate Hyperplasia Diukur Menggunakan Ultrasonografi Transabdominal TESIS JOHANNES GURNING 0806361061

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA PADA PASIEN ASMA WANITA YANG MENGGUNAKAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN TIDAK SKRIPSI

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA PADA PASIEN ASMA WANITA YANG MENGGUNAKAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN TIDAK SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA PADA PASIEN ASMA WANITA YANG MENGGUNAKAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN TIDAK SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mendapatkan gelar Sarjana Saint Terapan Disusun oleh : AGUSTINA MAR ATUS SHOLICHAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ALYSSA AMALIA G0013021 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE

DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Definisi Inkontiensia Urine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia (BPH) dilaporkan terus meningkat yang banyak dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia (BPH) dilaporkan terus meningkat yang banyak dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kehidupan globalisasi saat ini, kasus kejadian benigna Prostat Hiperplasia (BPH) dilaporkan terus meningkat yang banyak dijumpai pada pria umur 50 tahun dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelenjar Prostat a. Anatomi Kelenjar Prostat Kelenjar prostat merupakan kelenjar reproduksi tambahan pada pria. Kelenjar ini berbentuk seperti buah kemiri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Dhyani Rahma Sari G0010056 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan adalah bagian dari pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang terus berlanjut, dengan bertambahnya umur, maka organorgan tubuh akan mengalami penuaan dan penurunan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CAKRADENTA YUDHA POETERA G

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CAKRADENTA YUDHA POETERA G PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN NEKROSIS PULPA DENGAN ABSES APIKALIS KRONIS ANTARA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DAN NON DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ardiningsih G0009026 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

KORELASI HIPERTROFI PROSTAT, UMUR DAN HIPERTENSI

KORELASI HIPERTROFI PROSTAT, UMUR DAN HIPERTENSI KARYA AKHIR KORELASI HIPERTROFI PROSTAT, UMUR DAN HIPERTENSI Oleh I MADE DARMAWAN No. Reg CHS : P 2401204012 Pembimbing Prof. Dr. Achmad M. Palinrungi,Sp.B, Sp.U Dr. Azwar Amir, Sp.U DR.Dr. Burhanuddin

Lebih terperinci

PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran IRIYANTI MAYA SARI BARUTU G0011116 FAKULTAS

Lebih terperinci

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OLEH : EKA DEWI PRATITISSARI

Lebih terperinci

KEJADIAN BATU SALURAN KEMIH PADA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (BPH) PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015 DI RSUP Dr.

KEJADIAN BATU SALURAN KEMIH PADA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (BPH) PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015 DI RSUP Dr. KEJADIAN BATU SALURAN KEMIH PADA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (BPH) PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015 DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG Riski Novian Indra Saputra 1, Dimas Sindhu Wibisono 2, Firdaus

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karsinoma prostat ialah keganasan pada laki-laki yang sangat sering didapat. Angka kejadian diduga 19% dari semua kanker pada pria dan merupakan karsinoma terbanyak

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG Adina Pertamigraha, 2008; Pembimbing I : Aloysius Suriawan, dr.,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN TENSION-TYPE HEADACHE DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh: Fardhika J500110019

Lebih terperinci

PERBEDAAN DEPRESI PADA PASIEN ASMA PERSISTEN SEDANG DAN BERAT DENGAN PASIEN PPOK DERAJAT SEDANG DAN BERAT DI RSUD DR.

PERBEDAAN DEPRESI PADA PASIEN ASMA PERSISTEN SEDANG DAN BERAT DENGAN PASIEN PPOK DERAJAT SEDANG DAN BERAT DI RSUD DR. PERBEDAAN DEPRESI PADA PASIEN ASMA PERSISTEN SEDANG DAN BERAT DENGAN PASIEN PPOK DERAJAT SEDANG DAN BERAT DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ARUM

Lebih terperinci

Gambar 2.l. Anatomi Saluran Kemih

Gambar 2.l. Anatomi Saluran Kemih BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Fisiologi Sisfem Perkemihan Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ELSY NASIHA ALKASINA G0014082 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

PENGARUH PROSTATEKTOMI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA PROSTAT HIPERPLASI. Artikel Karya Ilmiah. Diajukan untuk :

PENGARUH PROSTATEKTOMI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA PROSTAT HIPERPLASI. Artikel Karya Ilmiah. Diajukan untuk : PENGARUH PROSTATEKTOMI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA PROSTAT HIPERPLASI Artikel Karya Ilmiah Diajukan untuk : Memenuhi Tugas dan Melengkapi Persyaratan dalam Menempuh Program Pendidikan

Lebih terperinci

SISTEM UROGENITALIA PENUNTUN PEMBELAJARAN TEHNIK PEMERIKSAAN PROSTAT DENGAN COLOK DUBUR

SISTEM UROGENITALIA PENUNTUN PEMBELAJARAN TEHNIK PEMERIKSAAN PROSTAT DENGAN COLOK DUBUR TEHNIK PEMERIKSAAN PROSTAT DENGAN COLOK DUBUR SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 1 TEKNIK PEMERIKSAAN PROSTAT DENGAN COLOK DUBUR TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Mahasiswa

Lebih terperinci

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN LUTS YANG DISEBABKAN OLEH BPH DI RSUP PROF. DR. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE

ANGKA KEJADIAN LUTS YANG DISEBABKAN OLEH BPH DI RSUP PROF. DR. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE ANGKA KEJADIAN LUTS YANG DISEBABKAN OLEH BPH DI RSUP PROF. DR. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 2009-2013 1 Gloria Sampekalo 2 Richard A. Monoarfa 2 Billy Salem 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Adelia, 2012, Pembimbing 1: Laella K.Liana, dr., Sp.PA., M.Kes Pembimbing 2: Hartini Tiono, dr.,

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN KARAKTERISTIK PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (BPH) YANG MENJALANI TRANSURETHRAL RESECTION OF PROSTATE (TURP) DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK PADA PERIODE JANUARI 2012 DESEMBER 2013 Oleh :

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN NILAI RESPONSI PATOLOGI ANATOMI PADA PRAKTIKUM HISTOLOGI-PATOLOGI ANATOMI GABUNGAN DAN TERPISAH DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

PERBEDAAN NILAI RESPONSI PATOLOGI ANATOMI PADA PRAKTIKUM HISTOLOGI-PATOLOGI ANATOMI GABUNGAN DAN TERPISAH DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI PERBEDAAN NILAI RESPONSI PATOLOGI ANATOMI PADA PRAKTIKUM HISTOLOGI-PATOLOGI ANATOMI GABUNGAN DAN TERPISAH DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

ABSTRAK. Vecky, 2010 Pembimbing I : dr. L. K. Liana, Sp.PA., M.Kes Pembimbing II : dr. Evi Yuniawati, MKM

ABSTRAK. Vecky, 2010 Pembimbing I : dr. L. K. Liana, Sp.PA., M.Kes Pembimbing II : dr. Evi Yuniawati, MKM ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA PROSTAT DITINJAU DARI USIA, GEJALA KLINIK, KADAR PSA, DIAGNOSIS AWAL DAN GRADING HISTOPATOLOGIS DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2003-31 MEI 2010 Vecky, 2010

Lebih terperinci

PROFIL PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA YANG DILAKUKAN ULTRASONOGRAFI DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI PERIODE BULAN JULI 2012 HINGGA DESEMBER 2012

PROFIL PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA YANG DILAKUKAN ULTRASONOGRAFI DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI PERIODE BULAN JULI 2012 HINGGA DESEMBER 2012 PROFIL PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA YANG DILAKUKAN ULTRASONOGRAFI DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI PERIODE BULAN JULI 2012 HINGGA DESEMBER 2012 Oleh : Shalini Pitchai Pillai 100100396 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran MUHAMMAD HAYDAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prostat 2.1.1. Anatomi Prostat adalah organ genital yang hanya di temukan pada pria karena merupakan penghasil cairan semen yang hanya dihasilkan oleh pria. Prostat berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,

Lebih terperinci