PERANAN LAPAROSKOPI PADA PENDERITA INFERTILITAS WANITA
|
|
- Liani Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERANAN LAPAROSKOPI PADA PENDERITA INFERTILITAS WANITA Ronny Ajartha, Ronny Siddik, Delfi Lutan, T.M Ichsan Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Infertilitas adalah bila terjadinya kehamilan setelah menikah selama 1 tahun atau lebih, sedangkan pasangan tersebut melakukan hubungan seksual secara teratur dan tanpa adanya kontrasepsi. Bila infertilitas tanpa adanya kehamilan sebelumnya disebut infertilitas primer, tetapi bila infertilitas ini terjadi pada pasangan yang sebelumnya sudah pernah hamil disebut infertilitas sekunder. WHO (1984) menyatakan bahwa pasangan suami istri infertilitas kurang lebih 10-15% dari pasangan usia subur (PUS). Bila di Indonesia saat ini terdapat 25 juta PUS, maka berarti terdapat 2,5-4 juta pasangan yang mengalami infertilitas. Penyebab infertilitas dapat berasal dari pihak istri maupun suami atau keduanya. Penyebab dari pihak suami 36% dan 64% dari pihak istri. Dari pihak istri penyebabnya adalah dari faktor tuba (15%), ovarium (21%), endometriosis (8%), faktor vagina, serviks dan endometrium (8%), faktor psikogenik(8%) dan faktor idiopatik (15-25%), sedangkan
2 dari pihak suami sebagian besar penyebabnya adalah oligozoosperma. Sedangkan penyebab endokrinologik baik pada suami maupun pada istri sebesar 15-20% dan penyebab imunologihanya sekitar 2%. Insiden infertilitas berkisar 10-15% dari pasangan usia subur. Insidensi fertilitas meningkat sejak 40 tahun terakhir ini. Sumapraja, dalam penelitiannya mendapatkan insiden infertilitas sebesar 10-20% dari PUS. Sedangkan Southan, menyebutkan insiden infertilitas sebesar 10-25% dari PUS. Secara statistik penyebab pasangan infertil dari faktor suami 36% dan dari faktor istri 64%. Dari pihak istri penyebabnya adalah : faktor ovarium 21%, faktor tuba 15%, endometriosis 8%, vagina, serviks, endometrium 8%, faktor endokrin 14-20%, faktor psikologi 5%, dan faktor psikologi 5%, dan faktor immunologi 2%. METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang secara deskriptif dengan pendekatan longitudinal study, yaitu untuk menilai faktor-faktor yang berperan dalam infertilitas wanita dan tindakan korektif yang dilakukan selama laparoskopi bila ditemukan kelainan. Penelitian ini dilakukan dibagian obstetri dan ginekologi FK-USU RSUP H. Adam Malik Medan dan RSIA Rosiva Medan dengan waktu penelitian dilakukan selama satu tahun yang dimulai pada tanggal 01 januari 2004 sampai 31 desember 2004.
3 Populasi penelitian adalah seluruh wanita infertil yang mengikuti tindakan Laparaskopi di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RSIA Rosiva Medan. Kriteria Penerimaan Pada penelitian ini adalah wanita infertil dengan kondisi sebagai berikut: a. Dianjurkan menjalani laparaskopi 1. Riwayat operasi pelvik maupun abdomen sebelumnya. 2. Di curigai menderita endometriosis secara klinis dan pada pemeriksaan USG menunjukkan hasil yang tidak jelas. 3. Pasien infertilitas pada pemeriksaan USG dan HSG memberikan hasil yang kurang jelas. 4. Pernah menderita pelvic inflamatory disease (PID). 5. Pasien Unexplained infertility. b. Usia < 40 tahun. c. Infertil > 1 tahun. d. Analisa suami dalam batas normal. Kriteria Penolakan a. Kontraindikasi tindakan laparaskopi 1. Massa yang besar di rongga abdomen atau pelvis. 2. Penyakit jantung berat. 3. Pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil. 4. Penderita obstruksi saluran cerna.
4 5. Adanya parut bekas operasi yang multipel. 6. Penderita obesitas. 7. Adanya infeksi kulit abdomen. 8. Peritonitis yang menyeluruh. 9. Pasien dengan penyakit kronik. 10. Penyakit jantung iskhemik,diskarasia dan adanya gangguan koagulasi. b. Analisa sperma suami abnormal. c. Gagal tindakan laparaskopi. d. Tidak bersedia mengikuti penelitian. Cara kerja adalah sebagai berikut : 1. Kasus yang memenuhi kriteria penelitian memberi persetujuan secara tertulis. 2. Sebelum dilakukan tindakan laparoskopi pasien telah mengalami pemeriksaan dasar infertilitas mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan ginekologi dan analisa sperma. 3. Data yang diperoleh dicatat dalam formulir penelitian dan disimpan sebagai berkas data komputer, dan selanjutnya dianalisa menggunakan perangkat lunak statistik secara deskriptif.
5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung mulai tanggal 1 Januari sampai 31 Desember Dijumpai 118 kasus yang memenuhi kriteria penerimaan. Dari 118 kasus infertil yang memenuhi kriteria penerimaan (118 kasus ditangani dengan laparoskopi diagnostik dan 87 dengan laparoskopi operatif), dijumpai 26 kasus yang berhasil hamil berdasarkan pemeriksaan βhcg urin. Dari 26 kasus tersebut dijumpai 3 kasus mengalami keguguran, 1 kasus mengalami kehamilan ektopik terganggu, 11 kasus telah melahirkan aterm, 1 kasus prematur, dan 10 kasus sedang hamil. KARAKTERISTIK KASUS 1. Umur Tabel I. Sebaran menurut umur penderita. Umur (tahun) n % , , , ,7 Jumlah ,0 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebaran usia yang paling sering dijumpai adalah usia antara tahun yaitu sebesar 53 kasus (44,9%). Pada penelitian ini juga dijumpai usia minimum adalah 22 tahun dan usia maksimum adalah 38 tahun dengan usia rata-rata adalah 28,90 ± 3,4 tahun.
6 2. Tingkat Pendidikan Tabel II. Sebaran menurut tingkat pendidikan penderita. Tingkat pendidikan n % SLTA 47 39,8 D ,8 S ,8 S2 3 2,6 Jumlah ,0 Pada penelitian ini tingkat pendidikan yang paling sering dijumpai adalah SLTA dan S1 masing-masing sebesar 47 kasus (39,8%).
7 3. Lama infertilitas Tabel III. Sebaran menurut lamanya menderita infertilitas. Lama infertilitas n % (tahun) 2 1 0, , , , , , , , ,8 Jumlah ,0 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa lama infertilitas yang paling sering dijumpai adalah 5 tahun yaitu sebesar 26 kasus (22,0%), sedangkan lama infertilitas 10 tahun dijumpai sebesar 7 kasus (5,8%).
8 4. Jenis Infertilitas Tabel IV. Sebaran penderita berdasarkan jenis infertilitas. Jenis infertilitas n % Primer 90 76,3 Sekunder 28 23,7 Jumlah ,0 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis infertilitas yang paling sering dijumpai adalah infertilitas primer yaitu sebesar 90 kasus (76,3%) dan infertilitas sekunder sebesar 28 kasus (23,7%). 5. Keluhan klinis Tabel V. Sebaran penderita berdasarkan keluhan klinis. Keluhan klinis n % Keputihan 23 19,5 Gangguan haid 24 20,3 Nyeri haid 21 17,8 Nyeri perut gangguan bawah 7 5,9 Benjolan di perut 9 7,6 Tidak ada keluhan 34 28,8 Jumlah ,0 Dari tabel diatas dapat dipilih sebaran penderita infertilitas berdasarkan pemeriksaan klinis yang paling sering dijumpai adalah tidak adanya keluhan yaitu
9 sebesar 34 kasus (28,8%), diikuti oleh gangguan haid yaitu sebesar 24 kasus (20,3%). Tabel VI. Sebaran penyebab infertilitas berdasarkan laparoskopi. Penyebab infertilitas n % Endometriosis 34 28,8 Kista dermoid 4 3,4 Tuba 15 12,7 Mioma uteri 9 7,6 PCO 10 8,5 Perlekatan 18 15,3 Tidak terjelaskan 28 23,7 Jumlah ,0 Pada penelitian ini penyebab inferilitas yang paling sering dijumpai adalah adanya endometriosis yaitu sebesar 34 kasus (28,8%), diikuti oleh penyebab yang tidak terjelaskan sebesar 28 kasus (23,7%). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Moeloek FA dimana yang paling sering dijumpai adalah faktor tuba sebesar 30-50%.
10 6. Jenis Tindakan Tabel VII. Sebaran jenis tindakan laparoskopi operatif yang dilakukan. Jenis tindakan n % Pembesaran perlekatan 60 41,4 Pengangkatan kista 23 15,9 Ablasi endometriosis 34 23,4 Drilling PCO 10 6,9 Miomektomi 8 5,5 Perbaikan tuba 10 6,9 Jumlah ,0 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tindakan laparoskopi yang paling sering dilakukan adalah pembebasan perlekatan sebanyak 60 kasus (41,4%), dan pada penelitian ini terdapat beberapa pasien yang mendapat lebih dari satu tindakan. Tabel VIII. Sebaran jenis laparoskopi yang dilakukan. Jenis Laparoskopi n % Laparoskopi diagnostik ,0 Laparoskopi operatif 87 73,7 Pada penelitian ini dijumpai jenis laparoskopi yang paling banyak dilakukan adalah laparoskopi diagnostik yaitu sebesar 118 kasus (100,0%). Dilaporkan juga ada 87 kasus (73,7%) yang dilakukan penanganan dengan laparoskopi diagnostik yang berakhir dengan laparoskopi operatif.
11 UJI HASIL PENELITIAN a. Keberhasilan hamil Tabel IX. Sebaran kehamilan setelah tindakan laparoskopi Kelangsungan kehamilan n % Hamil 26 22,0 Tidak hamil 92 78,0 Jumlah ,0 Pada penelitian ini dijumpai angka keberhasilan hamil setelah dilakukan tindakan laparoskopi adalah sebesar 26 kasus (22%), masing-masing 5 kasus (19,2%) setelah dilakukan tindakan laparaskopi diagnostik saja tanpa diikuti tindakan laparaskopi operatif dan 21 kasus (80,8%) setelah dilakukan tindakan laparaskopi operatif.
12 Tabel X. Sebaran kehamilan menurut penyebeb infertilitas Penyebab infertilitas n % Endometriosis 11 42,3 Tuba 4 15,4 Mioma uteri 4 15,4 PCOS 2 7,7 Perlekatan 1 3,8 Tidak terjelaskan 4 15,4 Jumlah ,0 Pada penelitian ini dijumpai angka keberhasilan hamil menurut penyebab infertilitas yang paling sering ditemukan adalah endometriosis yaitu sebesar 11 kasus (42,3%), 6 kasus diantaranya telah melahirkan dan 5 kasus sedang hamil. Dari faktor tuba, mioma uteri dan kasus yang tidak terjelaskan dijumpai masingmasing 4 kasus (15,4%) yang berhasil hamil. Dari kasus PCOS dijumpai 2 kasus (7,7%) dan perlekatan dijumpai 1 kasus (3,8%).
13 Tabel XI. Sebaran kelangsungan kehamilan setelah tindakan laparaskopi. Kelangsungan kehamilan n % Keguguran 3 11,6 Kehamilan ektopik 1 3,8 Sedang hamil 10 38,5 Melahirkan aterm 11 42,3 Melahirkan prematur 1 3,8 Jumlah ,0 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa angka kelangsungan kehamilan setelah tindakan laparaskopi adalah sebesar 26 kasus. Diantaranya 11 kasus (42,3%) berhasil melahirkan aterm sedangkan melahirkan prematur dan kehamilan ektopik dijumpai masing-masing 1 kasus (3,8%). b. Rata-rata waktu menjadi hamil Tabel XII. Sebaran rata-rata waktu menjadi hamil setelah tindakan laparaskopi. Lama waktu (bulan) n % , , , , ,8 >6 6 23,1 Jumlah ,0
14 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebaran waktu untuk menjadi hamil yang paling sering dijumpai adalah 1 bulan yaitu sebesar 8 kasus (30,8%) dari penanganan dan tindakan laparaskopi operatif. Tabel XIII. Sebaran rata-rata komplikasi operasi pada tindakan laparaskopi. Komplikasi n % Hematoma subkutis 5 4,2 Meteorismus 2 1,7 Tidak ada ,1 Jumlah ,0 Dari 118 kasus yang dilakukan pada penelitian ini dijumpai 111 kasus tidak ada komplikasi. Komplikasi yang paling sering dijumpai adalah adanya hematoma subkutis sebesar 5 kasus (4,2%) dan adanya meteorismus sebesar 2 kasus (1,7%). Tidak dijumpai komplikasi yang berarti pada penelitian ini.
15 KESIMPULAN 1. Pada penelitian ini dijumpai bahwa faktor penyebab infertilitas yang terbanyak adalah endometriosis dan faktor perlekatan tuba. Tindakan yang terbanyak dilakukan adalah pembebasan perlekatan diikuti oleh ablasi endometriosis 2. Pada penelitian ini dilakukan laparoskopik diagnostik sebanyak 118 kasus, dan 87 kasus dilanjutkan dengan laparoskopi operatif 3. Pada penelitian ini dijumpai 26 kasus yang dapat hamil, terdapat 5 kasus yang dapat hamil dengan laparoskopi diagnostik tanpa diikuti tindakan laparoskopi operatif
16 KEPUSTAKAAN 1. Bayer R.S, Alper. M, Penzias SA. Handbook of infertility. A practical guide for practitioners who care for infertile couples, The Parthenon Publishing Group Inc. USA, 2002: Rowe J, Comhaire HF, Hargreave BT, Mellows JH. WHO manual for the standardized investigation and diagnosis of the infertile couple. Published on behald of the world Health organization by Cam bridge university press 1993: Baziad.A.Endokrinologi Ginekologi, edisi kedua, Media Aesculapius, FK UI, 2003 : Diamond PM, Poland LM. Laparoskopi dan Histeroskopi diagnostic dan operatif. Dalam Buku Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Infertilitas. Editor Decherney. H, Poland LM, Lee DR, Boyers PS. Alih bahasa Dr. Wijaya Kesuma, penerbit Binapura Aksara Jakarta 1997: Nezhat. C, Siegler A, Seidman D, Luciano A. Laparoscopic Treatment of Endometriosis in : Operatif Gynecologic Laparoscopy Principles and Techniques, second Ed, McGraw-Hill Medical Published USA, 2000: Hasson MH, Laparoscopic Myomectomi In : Endoscopic Management of Gynecologic Disease David A, Martin Editors, Lippincott Raven Publishers. Philadelphia New York, 1996: Jaroslav JM, Diagnostic Laparoscopy in primary and secondary infertility. Journal of Assited Reproduction and Genetic. Vol 16 (8), 1999:
17 8. Karande CV, Role of Routine diagnostic laparoscopy in investigation of infertility. Journal of Assisted Reproduction and Genetic vol 16 (8), 1999:
BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama teratur tanpa kontrasepsi, namun
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Folikel Antral Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat dilihat di ovarium dengan menggunakan USG transvaginal. Folikel antral disebut
Lebih terperinciPenyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menikah dan memiliki keturunan adalah suatu fase yang dijalani manusia dalam siklus kehidupannya. Memiliki keturunan sebagai penerus generasi dirasakan sebagai suatu
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
0 LAMPIRAN LEMBAR INFORMASI PASIEN JUDUL PENELITIAN HUBUNGAN KADAR CA 125 PRE OPERATIF DENGAN STADIUM ENDOMETRIOSIS Assalamu alaikum Wr Wb Salam Sejahtera bagi kita semua, Nama saya Dr. Rizka Heriansyah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Abortus spontan adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mampu bertahan hidup. Di Amerika Serikat definisi ini terbatas pada terminasi kehamilan sebelum 20
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah (dijalani, dirasakan, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005) pengalaman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan
24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yang dimaksud dengan infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak memakai pelindung belum terjadi kehamilan. Kurang lebih 10-15% jumlah
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Tumor ini pertama kali ditemukan oleh Virchow pada tahun
Lebih terperinciTumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. endometrium diluar lokasi normalnya dikavum uteri. kelainan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Endometriosis merupakan suatu keadaaan ditemukannya jaringan endometrium diluar lokasi normalnya dikavum uteri. kelainan ini dideskripsikan sejak 1860 dan menjadi salah
Lebih terperincitahun berhubungan suami isteri tanpa
INFERTILITAS WANITA Dr SYAMSUL A.NST.SpOG DEFINISI Infertilitas secara umum didefinisikan sebagai 1 tahun berhubungan suami isteri tanpa pencegahan a tidak tda mendapat konsepsi /hamil. Fertilitas : Kemampuanp
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya. Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan
Lebih terperincic. Trigliserid ^ 165 mg/dl
c. Trigliserid < 165 mg/dl d. HDL > 40 mg/dl e. Protein + 1 (100mg/dl) Hasil tes monitoring komplikasi setiap 3 bulan: a. Urin reduksi (-) b. Asam urat < 7mg/dl c. Mikroalbuminuria (-) d. HbA1c
Lebih terperinciIstilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11
Skenario gangguan MENSTRUASI Rukmono Siswishanto SMF/Bagian Obstetri & Ginekologi RS Sardjito/ Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Anita, wanita berumur 24 tahun datang ke tempat praktek karena sejak 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Mioma uteri sering disebut juga leiomioma atau fibroid uterus, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos. Mioma yang berasal dari sel-sel otot polos miometrium disebut mioma uteri (Achadiat, 2004). Mioma uteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran reproduksi, termasuk infeksi menular seksual masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran reproduksi, termasuk infeksi menular seksual masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara-negara berkembang (World Health Organization,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur adalah timbulnya mioma uteri (20-25%). Biasanya penyakit ini ditemukan secara tidak sengaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infertilitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia khususnya di Afrika dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia khususnya di Afrika dan negara berkembang. Angka prevalensi yang cukup tinggi serta menghasilkan dampak sosial,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas bukanlah masalah baru bagi dunia kesehatan dan ternyata
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas bukanlah masalah baru bagi dunia kesehatan dan ternyata obesitas memiliki dampak yang cukup mengkhawatirkan pada pasangan usia subur. Pasalnya, kelebihan berat
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Poin ke 5 dalam Milenium Development Goals (MDG) adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Poin ke 5 dalam Milenium Development Goals (MDG) adalah meningkatkan kesehatan ibu, salah satu upaya yang dilakukan adalah menurunkan angka kematian ibu. Angka kematian
Lebih terperinciSYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL
SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai satu kesatuan yang berarti apabila istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan ini tidak diperiksa.
Lebih terperinciMeet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari
Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.
Lebih terperinciBAB I peran penting dalam kelanjutan generasi penerus bangsa (Manuaba, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang penting dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal adalah dengan memperhatikan kesehatan wanita khususnya kesehatan reproduksi karena
Lebih terperinciMENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??
http://rohmadi.info/web MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? 1 / 5 Author : rohmadi Sudah pasti pertanyaan inilah yang terus terlintas di benak anda, saat anda belum juga diberkahi buah hati. Perasaan sedih,
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFERTILITAS WANITA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JANUARI 2011
vi ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFERTILITAS WANITA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JANUARI 2011 Aggie, 2011; Pembimbing I : DR. Felix Kasim, dr., M. Kes. Pembimbing
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN ANALISA SPERMA DI KLINIK BAYI TABUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN 2013
ABSTRAK GAMBARAN ANALISA SPERMA DI KLINIK BAYI TABUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN 2013 Mitos yang mengatakan infertil hanya dialami wanita masih berkembang dimasyarakat indonesia. Ini harus dibenahi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi untuk wanita disebut juga sebagai oklusi tuba atau sterilisasi. Indung telur akan menghasilkan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. yang berasal dari implantasi endometriosis dan pertumbuhan jaringan. endometrium yang mencapai rongga peritoneal.
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian. Endometriosis merupakan penyakit yang timbul pada 10% wanita reproduktif dan memiliki gejala nyeri pelvis, dismenorea, dan infertilitas. 1 Endometriosis
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER : July Ivone, dr.,m.s.mpd.
ABSTRAK PREVALENSI MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2008-31 DESEMBER 2008 Sherly, 2009; Pembimbing I Pembimbing II : Sri Nadya J Saanin, dr., M.Kes : July Ivone, dr.,m.s.mpd.ked
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA Neni Rusnita*, Estu Lovita.P Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya ABSTRAK Mioma Uteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari kelahiran prematur dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas perinatal yang signifikan.
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Keluarga Berencana Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian KB MOW b. Prinsip KB MOW c. Syarat Melakukan KB MOW d. Waktu Pelaksanaan KB MOW e. Kontraindikasi KB MOW
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Morbiditas dan mortalitas ibu dan anak meningkat pada kasus persalinan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Morbiditas dan mortalitas ibu dan anak meningkat pada kasus persalinan abnormal. Persalinan abnormal mengindikasikan adanya faktor komplikasi yang terjadi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan
BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan infertilitas. Sampel merupakan pasien rawat inap yang telah menjalani perawatan pada Januari 2012-Juli 2013. Data
Lebih terperinciNi Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing.
Ni Ketut Alit A Faculty Of Nursing Airlangga University Pasangan yg melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan selama 12 bulan --- tidak terjadi kehamilan Tidak adanya konsepsi setelah
Lebih terperinciFertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari
2nd Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor Wiryawan Permadi Hartanto Bayuaji Hanom Husni Syam Dian Tjahyadi Edwin Kurniawan Cover dan layout Edwin Kurniawan ii Diterbitkan oleh Departemen/SMF
Lebih terperinciFertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari
2nd Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor Wiryawan Permadi Hartanto Bayuaji Hanom Husni Syam Dian Tjahyadi Edwin Kurniawan Cover dan layout Edwin Kurniawan ii Diterbitkan oleh Departemen/SMF
Lebih terperinciANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS DI RS JEJARING DEPARTEMEN OBGIN FK USU PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013
TESIS MAGISTER ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS DI RS JEJARING DEPARTEMEN OBGIN FK USU PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 OLEH: Chandran F Saragih PEMBIMBING: 1. dr. M.Rhiza Z Tala,M.Ked (OG),SpOG.K
Lebih terperinciPerbedaan Derajat Nyeri Haid Pasien Endometriosis Sebelum dan Sesudah Tindakan Laparoskopi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Perbedaan Haid Pasien Sebelum dan Sesudah Tindakan Laparoskopi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fitri Hidayati 1, R.M. Aerul Chakra Alibasya 2, Erial Bahar 3 1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah suatu kondisi tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah berhubungan seksual tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur dalam waktu satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan. suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau lebih telah melakukan hubungan seksual secara teratur dan adekuat
Lebih terperinciProfil Penderita Kehamilan Ektopik Terganggu Periode 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2004 di RS Immanuel Bandung
ARTIKEL PENELITIAN Profil Penderita Kehamilan Ektopik Terganggu Periode 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2004 di RS Immanuel Bandung Aloysius Suryawan, Rimonta F. Gunanegara, Hanafi Hartanto, Ucke S Sastrawinata
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Memengaruhi Infertilitas pada Wanita di Klinik Fertilitas Endokrinologi Reproduksi
Faktor-faktor yang Memengaruhi Infertilitas pada Wanita di Klinik Fertilitas Endokrinologi Reproduksi Anastasia Oktarina, Adnan Abadi 2, Ramli Bachsin 3. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciKomplementari terapi pada kasus infertility. Nety Rustikayanti
Komplementari terapi pada kasus infertility Nety Rustikayanti Pendahuluan Ian Danny Kurniawan muslimah.or.id (6Apr2009): di dunia diperkirakan 1 dari 7 pasangan bermasalah dalam hal kehamilan. Di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduk yang hidup
Lebih terperinciJurnal Kebidanan 07 (02) Jurnal Kebidanan http : /www.journal.stikeseub.ac.id
Jurnal Kebidanan 07 (02) 115-222 Jurnal Kebidanan http : /www.journal.stikeseub.ac.id ANALISIS KESEHATAN REPRODUKSI WANITA DITINJAU DARI RIWAYAT KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP INFERTILITAS DI RS MARGONO
Lebih terperinci1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). Klasifikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma Ovarium Polikistik Sejak 1990 National Institutes of Health mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom (PCOS), telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur, rahim dan alat kelamin perempuan. Kanker serviks merupakan kanker yang paling banyak diderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai Ketidakmampuan seseorang atau pasangan untuk menghasilkan konsepsi setelah satu tahun melakukan hubungan seksual
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan suatu program yang
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Millenium Development Goals (MDGs) merupakan suatu program yang berasal dari World Health Organization (WHO) yang ditargetkan berakhir pada tahun 2015.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak langsung kepada dokter (Kasiana,2013). Infertilitas atau ketidak suburan adalah ketidak mampuan pasien untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasien 2.1.1 Defenisi Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun
Lebih terperinciINFERTILITY [ARTIKEL REVIEW] Andini Saraswati Faculty of Medicine, Universitas Lampung
[ARTIKEL REVIEW] INFERTILITY Andini Saraswati Faculty of Medicine, Universitas Lampung Abstract Infertility is the inability to contain up to deliver the baby alive after one year of regular sexual intercourse
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot rahim dan jaringan ikat di rahim. Tumor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sekitar 85-90% dari pasangan muda yang sehat akan hamil dalam waktu 1 tahun. Evaluasi dan pengobatan infertilitas telah berubah secara dramatis selama periode waktu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang tidak hamil, terjadi secara siklik dan periodik akibat peluruhan dinding endometrium sebagai
Lebih terperinciJadwal Acara PRA KONAS
Jadwal Acara PRA KONAS 1. Workshop USG Transvaginal Topik 07.30 08.00 Pendaftaran 08.00 08.10 Pendahuluan 08.10 08.30 Tips dan Trik USG Trannsvaginal, Anatomi Organ Panggul 08.30 08.50 Etiko dan Medikolegal
Lebih terperinciDefenisi. endometrium kavum uteri tidak termasuk
Defenisi Normal blastokis nidasi (implantasi) pada endometrium kavum uteri tidak termasuk serviks dan kornu uteri. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi diluar endometrium
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu. Penginderaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum viabel,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan miometrium uterus. Nama lainnya adalah leiomioma uteri, fibroid, fibromioma. Kelainan jinak uterus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai dengan penduduknya
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Identitas Mata Identitas dan Validasi Nama Tanda Tangan Kode Mata :KBK404 Dosen Pengembang RPS
Lebih terperinciBAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS MODUL : KEHAMILAN NORMAL Oleh: Dr. Defrin,SpOG(K) Diterbitkan Oleh: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah serta tingkat kompleksitasnya. 2. penyakit jantung semakin meningkat. 3 Di Washington, Amerika Serikat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian secara umum dan merupakan penyebab tersering kematian pada kehamilan di negara berkembang. 1 Angka kejadian penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diagnosa secara individual (Ralph. C Benson, 2009). Adapun Komplikasi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendarahan adalah kondisi di mana seseorang kehilangan darah. Rata-rata dalam batas normal perdarahan yaitu 100-300 cc. Darah dapat ditemukan pada organ tubuh dan pembuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi
Lebih terperinciGAMBARAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013
GAMBARAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 1 Pricilia S. Lomboan 2 Linda Mamengko 2 John Wantania 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciSILABUS OBSTETRI & GYNEKOLOGI PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA RIA HUSADA TAHUN AKADEMIK ANGKATAN XV
SILABUS OBSTETRI & GYNEKOLOGI P18KK SEMESTER I PENANGGUNG JAWAB : Pujiati, S.SiT, M.Keb PENGAJAR : Dr. Firdaus Arthoni, SpOG (FA) PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA RIA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pada saat ini telah banyak
Lebih terperinciKUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN
KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012 I. INFORMASI WAWANCARA Tanggal Wawancara.../.../... No. Urut Responden...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jinak yang tumbuh pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri atau kanker jinak yang terdapat di uterus adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO), kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia pada kaum hawa dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dermatitis atopik (DA) merupakan suatu penyakit peradangan kronik, hilang timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa bayi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development Goals (MDGs) yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, bagi masyarakat, swasta maupun pemerintah untuk mencapai tujuan akhirnya yaitu kesejahteraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora normal tersebut antara lain Corynebacterium ( batang positif gram ), Staphylococcus ( kokus
Lebih terperinciII. ANAMNESIS Anamnesis tanggal : 10 November 2015 Keluhan utama : Nyeri perut kanan bawah saat menstruasi
FAKULTAS KEDOKTERAN UKDW UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo 5-5 Yogyakarta 55 Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Bethesda Yogayakarta Nama : Andre reynaldo
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. wanita sebagai pilihan kontrasepsi
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Judul Penelitian :Pengetahuan dan sikap Ibu terhadap penerimaan medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi Peneliti :Desi Anggraini Dengan menandatangani lembaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2011
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2007-31 DESEMBER 2011 Baginda, 2012; Pembimbing I : dr. Aloysius Suryawan, Sp.OG-KFM
Lebih terperinciMedan, Maret 2014 Hormat saya,
Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Fithri Hervianti NIM :101101131 No.Hp : 082376071573 Alamat : Fakultas Keperawatan USU Medan Adalah
Lebih terperinciJENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI
JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) diluar kavum uterus. Terutama pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( )
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu bersama dengan Angka Kematian Bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Lebih terperinciSTATUS KESEHATAN DAN KETERATURAN PEMANFAATAN LAYANAN INFERTILITAS HEALTH STATUS AND REGULARITY UTILIZATION OF THE INFERTILITY SERVICE
STATUS KESEHATAN DAN KETERATURAN PEMANFAATAN LAYANAN INFERTILITAS HEALTH STATUS AND REGULARITY UTILIZATION OF THE INFERTILITY SERVICE Fayakun Nur Rohmah Program Studi D3 Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ganggungan kesehatan yang sering terjadi pada system reproduksi wanita di kalangan masyarakat diantaranya kanker serviks, kanker payudara, kista ovarium, gangguan menstruasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit jinak ginekologi yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di negara-negara maju maupun berkembang,
Lebih terperinciMeet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari
Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.
Lebih terperinciMiomektomi dengan Teknik Laparoskopi Konvensional dan Laparoskopi Robotik
medical review Miomektomi dengan Teknik Laparoskopi Konvensional dan Laparoskopi Robotik Denny Khusen Divisi Onkologi Departemen Ilmu Kebidanan Dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia /
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular dan penyakit tidak menular atau degeneratif.penyakit Tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan yang dihadapi pada saat sekarang ini adalah masalah penyakit menular dan penyakit tidak menular atau degeneratif.penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kehamilan adalah bertemunya sel sperma dan ovum matang di tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, 2002). Kehamilan dan persalinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seksama, prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70%, karena mioma
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan bersifat monoklonal. 1,2 Prevalensi mioma uteri di Amerika serikat sekitar 35-50%. 1
Lebih terperinci