KURSI BERSUSPENSI BEBAS (INDEPENDENT SEAT) UNTUK MOBIL BERSUSPENSI KAKU (RIGID)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KURSI BERSUSPENSI BEBAS (INDEPENDENT SEAT) UNTUK MOBIL BERSUSPENSI KAKU (RIGID)"

Transkripsi

1 KURSI BERSUSPENSI BEBAS (INDEPENDENT SEAT) UNTUK MOBIL BERSUSPENSI KAKU (RIGID) Wahyu Hidayat ABSTRACT The seat-free suspension (independent seat) is in principle an ordinary chair to change the model by replacing the legs of the chair into the seat suspension system independent (independent seat) which aims to provide better passenger comfort. Free suspension seat designed to move smoothly and flexibly supported by springs and shock absorbers (shock absorber). The principle of free movement of the seat suspension is receiving reaction force car shocks then processed further by returning the expected reduction techniques can produce a more gentle oscillation motion. Independent suspension seat design that is applied by placing the swing arm (swing arm) and the shock absorber (shock absorber) as mechanical supporters. Key word : swing arm and shock absorber I. PENDAHULUAN Sistem suspensi dirancang untuk menyerap kejutan atau goncangan dari permukaan jalan, agar keseimbangan dan stabilitas kendaraan tetap terjamin serta memperbaiki kemampuan cengkeraman roda terhadap permukaan jalan. Menurut konstruksi suspensi kendaran digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu ; suspensi kaku (rigid suspension) dan suspensi bebas (independent suspension) Pada suspensi kaku (rigid), roda kiri dan kanan dihubungkan oleh poros tunggal (single exle). Poros dihubungkan ke rangka dan body melalui pegas. Suspensi kaku banyak digunakan pada roda depan dan belakang untuk kendaraan angkutan umum, bus dan truk, karena mempunyai konstruksi yang kuat dan sederhana. Gambar 1. Mekanik Suspensi Kaku (Rigid Suspension) Secara umum kursi kendaraan sebagai tempat duduk penumpang, yang terdiri dari tempat duduk dan sandaran. Dasar kursi kendaraan ini ditunjang oleh struktur rangka yang terbuat dari besi-besi pipa atau pelat, yang dibuat dan disusun sebagai tempat duduk, sandaran dan kaki-kaki kursi. Kursi bersuspensi bebas (independent seat) pada prinsipnya adalah 185

2 mengubah model kursi biasa dengan mengganti kaki-kaki kursi menjadi kursi system suspensi bebas (independent seat) yang bertujuan agar dapat memberikan kenyamanan penumpang yang lebih baik. Kursi suspensi bebas dirancang agar dapat bergerak secara halus dan fleksibel yang didukung oleh pegas dan peredam kejut (shock absorber). Prinsip gerak kursi bersuspensi bebas ini menerima gaya reaksi goncangan mobil selanjutnya diproses lebih lanjut dengan teknik peredaman kembali yang diharapkan dapat menghasilkan gerak osilasi yang lebih lembut. Rancang bangun kursi bersuspensi bebas yang diterapkan dengan memasang lengan ayun (swing arm) dan peredam kejut (shock absorber) sebagai mekanik pendukungnya. Dengan terwujudnya kursi bersuspensi bebas untuk kendaraan bersuspensi kaku diharapkan dapat mengatasi dan solusi permasalahan goncangan atau kejutan yang terjadi. Manfaatnya bagi penumpang dapat merasakan dan menikmati kenyamanan yang lebih baik bila dibandinngkan dengan kendaraan yang tidak menggunakan kursi bersuspensi bebas. II. METODE PENELITIAN Dengan mengetahui spesifkasi pada mobil bersuspensi kaku (rigid) dapat dicari gayagaya yang terjadi pada roda dan system suspensinya. Data yang dianalisis dan dibahas adalah menggunakan data spesifikasi mobil Suzuki Carry 1.5. Penelitian ini menghasilkan sebuah prototipe kursi bersuspensi bebas (independent seat) Data Spesifikasi Mobil S U Z U K I C a r r y 1. 5 D I M E N S I O N S O v e r a l l L e n g t h m m O v e r a l l W i d t h m m O v e r a l l H e i g h t m m W h e e l b a s e m m F r o n t T r e a d m m R e a r T r e a d m m G r o u n d C le a r a n c e m m M i n i m u m T u r n i n g R a d i u s m 4. 2 W E I G H T C u r b W e i g h t k g G r o s s V e h i c l e W e i g h t k g E N G I N E T y p e G 1 5 A N u m b e r o f C y l i n d e r s 4 I n - L i n e N u m b e r o f V a l v e s 8 D is p l a c e m e n t c m B o r e x S t r o k e m m 7 5 x C o m p r e s s i o n R a t i o p s / r p m : 1 M a x. O u t p u t n m / r p m 7 7 / M a x. T o r q u e / F u e l D is t r ib u t i o n C a r b u r e t o r T R A N S M I S S I O N T y p e 5 M / T G e a r R a t i o 1 s t n d r d t h t h R e v e r s e F i n a l G e a r R a ti o C H A S S I S S t e e r i n g R a c k & P i n i o n B r a k e s F r o n t V e n t i l a t e d D i s c R e a r D r u m, L e a d i n g & T r a il i n g S u s p e n s i o n F r o n t M a c P h e r s o n S t r u t & C o i l S p r i n g R e a r L e a f S p r i n g T y r e s / R 1 3 C A P A C I T Y S e a t i n g C a p. P e r s o n s 7-9 F u e l T a n k L i t r e 4 2 E Q U I P M E N T E k s t e r i o r & I n t e r i o r G X D X A i r C o n d i t i o n i n g S i n g l e B lo w e r S i d e B o d y M o u l d i n g Bentuk skema goncangan pada keseluruhan kendaraan adalah goncangan mulai dari permukaan jalan terhadap roda ke poros ke system suspensi ke rangka/body dan kursi bersuspensi bebas (independent seat) sebagai hasil akhir. Asumsi untuk system pemegasan atau peredaman terjadi pada ban ke pelek ke system suspensi selanjutnya ke rangka atau body dan terakhir ke kursi bersuspensi bebas (independent seat). Perbedaan dengan kendaraan penumpang lainnya terletak pada hasil akhir karena hanya sampai rangka atau body saja. Jadi 186

3 besarnya goncangan body = kursi yang dipasang Untuk mendukung analisa dan pembahasan ditunjang media berupa kendaraan mobil adalah mobil penumpang jenis mini bus Suzuki carry 1.5, dengan data-data sebagai berikut ; 1. Berat kendaraan : ± 1050 kg 2. Kapasitas penumpang : 10 orang 3. Kapasitas barang : 200 kg 4. Ukuran Roda : pelek dan ban 175/70 R13 82S 5. Suspensi depan : jenis bebas ( model macpherson strut) pegas spiral 6. Suspensi belakang : jenis kaku pegas daun (leaf spring) 7. Kursi atau jok belakang : berat ± 25 kg modifikasi bersuspensi bebas 8. Asumsi dan tetapan lain dapat diambil dari sumber terpercaya seperti dari spesifikasi pabrik, dari survey atau dari hasil pengukuran langsung. III. PEMBAHASAN 3.1. Analisis dan pembahasan beban roda Peranan roda sangat penting yaitu menyangga keseluruhan beban dan muatan penuh kendaraan. Selama kendaraan beroperasi untuk goncangan pertama terjadi pada roda yaitu, persentuhan langsung antara ban terhadap permukaan jalan dengan berbagai kondisi jalan, goncangan yang diderita roda adalah gocangan langsung dan paling besar. Besar-kecilnya goncangan roda sangat tergantung dari kekasaran permukaan jalan. Kekasaran permukaan jalan merupakan factor hambatan disebut juga gaya gesek mekanik µ k. Tetapan µ k diperoleh dari perbandingan antara besarnya kekasaran jalan. Asumsi goncangan pada kendaraan tentang tetapan factor hambatan µ k maksimal tidak melebihi ukuran jari-jari roda, sehingga µ k R roda. Batasan tetapan factor hambatan digunakan dalam membuat bentuk variable tetapan µ k. Standar satuan roda yang digunakan yang ada sekarang adalah standar satuan inchi. Maka dalam pembahasan dan perhitungan sebelumnya dilakukan persamaan satuan, yaitu dengan konversi satuan inchi ke satuan cm atau meter, dimana 1 inci = 2,54 cm dan atau sebaliknya. Dasar ukuran roda kendaraan yang ditetapkan dari standar pabrik adalah ukuran pelek dan ban yang tercantum pada ban Data standar ukuran roda Ukuran Roda : pelek dan ban 175/70 R13 82S Arti kode ukuran ban tersebut adalah lebar telapak ban 175 mm, tinggi 70 % dari 175 mm, arti kode R adalah Radial, diameter pelek 13 in, beban yang diijinkan 82 load index 470 Kg dan kode S batas kecepatan maksimal 180 km/jam. 187

4 Maka diperoleh diameter roda % = 122,5 mm atau 4,83 in. Jadi diameter roda 13 in +(2 x 4,83 in) = 22,6 in sama dengan 22,6. 2,54 = 57,5 cm. Batas maksimal hambatan jalan yang diijinkan terhadap roda jari-jari roda, bila diameter roda = 57,5 cm ; jari-jari roda = 0,5 diameter roda akan diperoleh nilai 28,8 cm. Nilai 28,8 digunakan sebagai index pembanding hambatan terhadap jari-jari roda, dimana i sebagai asumsi nilai hambatan, hambatan bisa terjadi positive bila permukaan jalan cembung dan negative bila permukaan jalan cekung, variasi besarnya mulai dari, 0; 1; 2; 3, 27; 28; 29, sehingga didapat : µ k = i/28,8 Maka factor hambatan sebagai asumsi gaya gesek mekanik (µ k ), dibuat model table variable, dengan 12 asumsi saja akan diperoleh : Tabel 1 gaya gesek mekanik µ k i µ k 0 0,03 0,07 0,1 0,14 0,17 0,21 0,24 0,28 0,31 0,35 0,38 0,42 Kendaraan mini bus Suzuki Carry termasuk kategori kendaraan jenis FR (Front Engine Rear Drive), berarti letak mesin di depan dengan penggerak roda belakang, sehingga mempunyai beban dengan titik berat ± 60 % di bagian depan dan ± 40 % di bagian belakang, akan diperoleh : 1. Saat beban kosong Beban kendaraan bagian depan % = 630 kg Beban kendaraan bagian belakang % = 420 kg Maka beban yang di yang disangga tiap-tiap roda depan sebesar 630/2 = 315 kg dan beban yang disangga tiap-tiap roda belakang sebesar 420/2 = 220 kg 2. Saat beban maksimum Beran kendaraan bagian depan % = kg Beban kendaraan bagian belakang % = 700 kg Maka beban yang di yang disangga tiap-tiap roda depan sebesar 1.050/2 = 525 kg dan beban yang disangga tiap-tiap roda belakang sebesar 700/2 = 350 kg Akan diperoleh F = N F ksg = m. g. dari persaman diperoleh = (kg) 9,8 (m/s 2 ) = N Jadi gaya yang terjadi kendaraan kosong F 1 = F ksg N atau 10,30 kn. Bila daya angkut 10 orang jika 50 kg dan barang 200 kg, maka diperoleh : F mak = [ (10 x 50) ]. 9,8 = ,8 = N ( lb in/det 2 ) Jadi gaya kendaraan saat terbeban penuh F 2 = F mak N atau 17,15 kn ( lb in/det 2 ). 188

5 Untuk mencari F 1 total kosong atau F 2 total maksimum dapat menggunakan persamaan : Saat kendaraan kosong F 1 total = F F k Saat kendaraan maksimum F 2 total = F F k Untuk F 1 dan F 2 sangat dipengaruhi oleh kecepatan kendaraan yang nilainya variatif dan sejajar dengan permukaan jalan sehingga relative terhadap sumbu x. Sedangkan F k sangat ditentukan oleh factor hambatan jalan sebagai gaya gesek mekanik µ k. Besarnya F ksg = F 1 dan F max = F 2 dapat dicari dengan membuat asumsi variable kecepatan, misalnya menggunakan kecepatan mulai dari v = 0 60 km/jam dengan interval 5 km/jam, diperoleh hasilnya dalam bentuk Tabel dibawah ini : Tabel : F 1 dan F 2 terhadap v (km/jam) V V 0 1,4 2,8 4,2 5,6 7 8,4 9,8 11,2 12, ,3 16,6 v/ 0 1,4 2,8 4,2 5,6 7 8,4 9,8 11,2 12, ,3 16,6 t F 1 0 1,4 7 2,,9 4 4,4 1 5,8 8 F 2 0 2,4 4,90 7,3 9, ,35 8,82 10,2 11,7 13,2 14,7 16,0 17, ,2 14,7 17,1 19,6 23,1 24, ,7 29,0 7 5 Keterangan untuk kecepatan v (m/det) Dari persamaan F k = µ k.. N Tabel : F k ksg dan F k mak terhadap µ k. i µ k 0 0,03 0,07 0,1 0,14 0,17 0,21 0,24 0,28 0,31 0,35 0,38 0,42 F 1 k 0 0,31 0,72 1,03 1,44 1,75 2,16 2,47 2,88 3,19 3,60 3,91 4,32 F 2 k 0 0,51 1,20 1,71 2,40 2,91 3,60 4,12 4,80 5,32 6,00 6,52 7,20 Gaya total kendaraan saat kosong (R F = F 1 total ) F 1 total = F F k V v/t 0 1,4 2,8 4,2 5,6 7 8,4 9,8 11,2 12, ,3 16,6 F 1 total 0 1,5 3,02 4,53 6,05 7,5 5 9,08 10,58 12,11 13,61 15,13 16,63 17,96 F 1 rd dpn 0 0,9 0,91 1,36 1,81 2,27 2,72 3,17 3,63 4,08 4,54 4,99 5,39 F 1 rd blk 0 0,60 1,21 0,91 1,21 1,51 1,82 2,12 2,42 2,72 3,03 3,33 3,59 189

6 Gaya total kendaraan saat maksimal(r F = F 2 total ) F 2 total = F F k 2 F 2 total 0 2,50 5,04 7,55 10,09 12,59 15,13 17,63 20,18 23,75 25,22 27,55 29,93 Gaya roda depan pada beban maksimal F 2 dpn = [m. 60% + (4. 50)]. a F = 830. a F 2 0 1,16 2,32 3,49 4,65 5,81 6,97 8,13 9,30 10,46 12,56 13,80 13,78 F 2 rd 0 0,58 1,16 1,74 2,32 2,90 3,48 4,06 4,65 5,23 6,28 6,90 6,89 dpn Gaya roda belakang pada beban maksimal F 2 blk = [(m.40% + (6. 50) + 200)]. a F = 920. a F 2 0 1,29 2,58 3,86 5,15 6,44 7,73 9,02 10,30 11,59 12,88 14,08 15,27 F 2 rd 0 0,64 1,29 1,93 2,57 3,22 3,86 4,51 5,152 5,80 6,44 7,03 7,64 blk Keterangan ; Hasil semua gaya dalam tabel diatas F (kn) 3.3. Analisis dan Pembahasan System Suspensi Belakang Sistem suspensi yang diterapkan pada roda belakang mobil Suzuki Carry adalah jenis suspensi kaku (rigid suspension). Susunan komponen mekanik yang dipasang, mulai dari roda penggerak (wheel drive) ke poros penggerak (shaft drive) selanjutnya ke pegas daun (leaf spring) dan peredam kejut (shock absorber) dipasang parallel langsung ke rangka menyatu dengan body kendaraan. Komponen utama pada system suspensi ini adalah roda, pegas daun (leaf spring) dan peredam kejut (shock absorber) Beban pada pegas daun (leaf spring) Pegas yang dipasang adalah jenis pegas`daun yang mampu menahn beban kosong kendaraan kg. Berat maksimum kendaraan terjadi diisi 10 orang dengan rata-rata 50 kg (500 kg) dan berat tambahan bagasi maksimal 200 kg. Jadi berat maksimum = (10. 50) = kg (3.850 lb). Berat yang disanggga oleh tiap pegas jika kendaraan kosong = x 40%/2 = 210 kg (462 lb) dan untuk berat maksimum = (1.050 x 40% + (6. 50) + 200)/2 = 460 kg (1.012 lb). Dari hasil pengukuran pada suspensi mobil, yaitu saat 190

7 kendaraan terbeban kosong dengan jarak poros dan karet bumper chasis sebesar 10 cm (4 inchi). Defleksi maksimum yang terjadi karena pembebanan berat kosong dan penuh sebesar 4 inchi, Data Beban penuh tiap roda (Fo) = lb Beban kosong tiap roda (Fi) = 462 lb Panjang pegas pada beban penuh (Lo) = 10,5 in Panjang pegas pada beban kosong (Li) = 14,5 in Mennghitung konstanta pegas, dari persamaan diperoleh : k = (Fo Fi) / (Li Lo) = ( ) / (14,5 10,5) = 137,5 lb/in Menghitung panjang kebebasan pegas (free length) Lf = Li Fi/k = 14,5 462/137,5 = 11,4 inchi Peredam Viscos / Peredam Kejut (shock absorber) Pemilihan peredam kejut dan kekakuan pegas sangat mempengaruhi comport atau kenyamanan penumpang. Ketentuan faktor peredam kejut untuk kendaraan penumpang tekanbalik sebesar 20/80 sedangkan untuk kendaraan balap adalah 50/50. Jenis peredam kejut (shock absorber) yang dipasang untuk kendaraan penumpang umumnya adalah type shock absorber direct acting. Jika ketentuan faktor peredam ζ kendaraan penumpang sebesar 20/80 atau ζ = 0,25 karena ζ < 1 tergolong redaman sub kritis. Maka untuk c dapat dicari ζ = c(2 m.ω n ), jika ω n = k/m, diperoleh : c(2m k/m ) atau c = ζ / 2m k/m <=> 0,25/ ,5/462 c = 8, Frekuensi Alami Sprung dan Unsprung Mass Bila getaran yang terjadi pada kendaraan frekuensinya sama dengan salah satu frekuensi alami sistem akan terjadi resonansi, hal ini perlu dicegah karena amplitudo getaran menjadi lebih, hal ini sangat mengganggu keseimbangan dan kesetabilan kendaran. Oleh karena itu perlu suatu system untuk mengurangi resonansi dengan penambahan alat peredam viscos yaitu peredam kejut (shock absorber). Untuk massa utama atau berat kosong m = kg (2.310 lb) sedangkan massa tambahan/suspensi m = 100 kg (220 lb Frekuensi suspensi belakang adalah frekuensi alami teredam sebagai sprung mass, diketahui untuk beban maksimal pada suspensi m = lb defeksi maksimal δ mak = Li Lo 14,5 10,5 δ mak = 4 inchi Periode teredam pada suspensi adalah T = 2 π / ω d = 2 π /(ω n 1 ζ 2 ), untuk ω n = k/m 137,5/1.012 ω n = 0,34 rad/det 191

8 akan didapat T ; T = 2 π / (0,34 1 0,25 2 ) T = 19,04 put/det Frekuensi sprung mass adalah f s = 1/ T 1/19,04 f s = 0,052 Hz Frekuensi pada roda adalah sebagai unsprung mass, untuk beban maksimum roda = lb dan asumsi defleksi ban δ ban = 2 inchi. δ ban = m.g/k k = m.g/ δ ban = (9,8/2,54) / 2 = 1.952,28 Periode getaran pada roda adalah T roda = 2 π m/k 2π 1.012/1.952,28 T roda = 4,52 put/det Untuk frekuensi roda adalah f roda = 1/ T roda 1/4,52 f roda = 0,221 Hz Maka frekuensi alami teredam sprung sebesar f sprung = 0,052 Hz dan frekuensi unsprung mass sebesar f unsrung = 0,221 Hz. Karena frekuensi alami teredam sprung lebih kecil dari frekuensi unsprung mass, f sprung < f unsrung (0,052 Hz < 0,221 Hz), maka amplitudo osilasi yang ditransmisikan ke sprung adalah kecil Analisis dan Pembahasan Kursi Bersuspensi Bebas (Independent Seat) Analisis dan pembahasan ini ditinjau dari segi perhitungan gaya pada struktur rangka kursi dan frekuensi yang terjadi pada system suspensi kursi. Data struktur kursi Beban kosong kursi = 25 kg (55 lb) Beban sepon tempat duduk = 15 kg (33 lb) Beban sepon sandaran = 10 kg (22 lb) Dimensi sepon tempat duduk (p x l x t) = (130 x 46 x 15) cm Dimensi sepon sandaran (p x l x t) = (130 x 52 x 15) cm Panjang lengan ayun (swing arm) = 30 cm Panjang spring & shockabsorber = 28 & 30 cm Jarak lebar antar suspensi = 70 cm Jarak tumpuan A B = 24 cm Jarak tumpuan A B = 51 cm Untuk sepon tempat duduk dan sepon sandaran adalah beban merata dan sandaran pada posisi beban console. Pada beban merata berlaku persaman : Q = ½ q. l ½. (m/p.l.t) l Beban merata pada tempat duduk (Qd) dan beban merata pada sandaran (Qs). 192

9 adalah Qd = ½ 16,6. 0,46 = 3,82 kg/m 2 Qs = ½ 16,6.0,52 = 4,32 kg/m 2 Untuk sudut α = 64 o dan susdut β = 60 o 1. Saat beban kosong Momen di B = 0, Mb = 0, dari persamaan 0,24Ra Qd Qs = 0 0,24Ra = 3,82 + 0,1. 4,32 Ra = 17,71 N (38,94 lb in/det 2 ) Fx = Ra cos 60 o = 17,7 cos 60 o = 8,85 N (19,47lb in/det 2 ) Fy = Ra sin 60 0 = 17,7 sin 60 0 = 15,33 N (33,73 lb in/det 2 ) F α A B β A α β B Gambar 2. Arah-arah gaya pada struktur kursi bersuspensi bebas Momen di A = 0, Ma = 0 dari persamaan Qd 0,24Rb + 0,34Qs -0,24Rb = - Qd 34Qs Rb = (3,82 + 0,34. 4,32)/0,24 Rb = 22,01 N (48,42 lb in/det 2 ) Fx = 22,01 cos 64 o = 9,66 N (21,25 lb in/det 2 ) 193

10 Fy = 22,01 sin 64 o = 19,78 N (43,52 lb in/det 2 ) Momen di B = 0, Mb = 0 0,51 Ra 17,71 = 0 Ra = 34,73 N (76,41 lb in/det 2 ) Fx = 34,73 cos 60 o = 17,36 N (38,19 lb in/det 2 ) Fy = 34,73 sin 60 o = 30,08 N (66,18 lb in/det 2 ) Momen di A = 0, Ma = 0 0,51 Rb 22,01 = 0 Rb = 43,16 N (94,95 lb in/det 2 ) Fx = 43,16 cos 64 o = 18,92 N (41,62 lb in/det 2 ) Fy = 43,16 sin 64 o = 38,79 N (85,34 lb in/det 2 ) 2. Saat beban maksimum Kapasitas kursi maximum 4 50 kg dan disangga oleh 2 titik suspensi maka kapasitas yang diijinkan adalah (4 x 50)/2 = 100 kg dan dianggap titik berat beban berada ditengah. Momen di B = 0, Mb = 0 0,24Ra 0,12F + Qd + 0,1Qs = 0 0,24Ra = 0,12(100) + 3,82 + 0,1. 4,32 Ra = 67,71 N (148,96 lb in/det 2 ) Fx = 67,71 cos 60 o = 33,55 N (73,81 lb in/det 2 ) Fy = 67,71 sin 60 o = 58,64 N (129 lb in/det 2 ) Momen di A = 0, Ma = 0 0,12F + Qd Rb.0, ,34Qs -0,24Rb = -0,12F Qd 0,34Qs -0,24Rb = -0,12(100) 3,82 0,34. 4,32 Rb = 71,67 N (157,67 lb in/det 2 ) Fx = 71,67 cos 64 o = 31,42 N (69,12 lb in/det 2 ) Fy = 71,67 sin 64 o = 64,41 N (141,70 lb in/det 2 ) Momen di B = 0, Mb = 0 Ra = Ra = 67,71 N (541 lb in/det 2 ) Fx = 67,71 cos 60 o = 33,55 N (73,81 lb in/det 2 ) Fy = 67,71 sin 60 o = 58,64 N (129 lb in/det 2 ) Momen di A = 0, Ma = 0 194

11 Rb = Rb = 71,67 N (157,67 lb in/det 2 ) Fx = 71,67 cos 64 o = 31,42 N (69,12 lb in/det 2 ) Fy = 71,67 sin 64 o = 64,41 N (141,70 lb in/det 2 ) 3.5. Frekuensi Sistem Suspensi Kursi Menentukan konstanta pegas Beban penuh tiap penyangga (Fo = Rb mak) = (71,67 N) (157,67 lb) Panjang pegas pada beban penuh (Lo) = 15 cm (5,9 in) Beban kosong tiap penyangga (Fi = Rb ksg) = 22,01 kg (48,42 lb) Panjang pegas pada beban kosong (Li) = 28 cm (11,02 in) Konstanta pegas k dapat dihitung dari persamaan k = (Fo Fi) / (Li Lo) = (157,67 48,42) / (11,02 5,9) = 21,34 lb/in Menghitung panjang kebebasan pegas (free length) dari persamaan Lf = Li Fi/k = 11,02 (48,42/21,34) = 8,75 inchi Periode teredam pada suspensi kursi adalah dari persamaan T = 2 π / ω d = 2 π /(ω n 1 ζ 2 ) untuk ω n = k/m 21,34/168,69 ω n = 0,36 rad/det akan didapat T ; T = 2 π / (0,36 1 0,25 2 ) T = 17,96 put/det Frekuensi kursi f k = 1/ T 1/17,96 f k = 0,056 Hz Jadi frekuensi kursi independent didapat f k = 0,056 Hz Maka, hasil frekuensinya adalah f kursi = f sprung - f x f x = f sprung f kursi = 0,052 0,056 = 0,004 Hz Maka frekuensi kursi sebesar f kursi = 0,056 Hz dan frekuensi sprung atau frekkuensi suspensi mobil sebesar f sprung = 0,052 Hz. Karena frekuensi sprung, f kursi = f sprung, maka amplitudo osilasi yang ditransmisikan ke kursi hampir sama. Hasilnya frekwensi sangat kecil f x = 0,004 Hz atau cenderung limit 0, jadi kursi bersuspensi bebas ini mampu meredam goncangan besarnya sama dengan frekuensi sprung suspensi mobil, sehingga respon goncangan yang diterima oleh penumpang cenderung stabil atau nyaris tidak terasa. Maka kursi bersuspensi bebas (independent seat) ini dapat memberikan kenyamanana bagi penumpang. 195

12 IV. KESIMPULAN Dalam pembahasan ini dapat mengetahui arah gaya dan besarnya gaya yang bekerja. Sehingga besarnya gaya dari beban kosong dan beban penuh kendaraan secara variable dapat diketahui mulai kecepatan v = V (0 60 km/jam) terhadap variable gaya gesek mekanik µ k. Maka dapat diketahui besarnya gaya yang diterima suspensi dan masing-masing roda saat beban kosong dan beban maksimal (hasilnya dalam bentuk table diatas). Khusus hasil gaya-gaya dan frekuensi yang bekerja pada kursi bersuspensi bebas (independent seat) secara terperinci dapat diperoleh hasil sebagai berikut : Gaya reaksi pada swing arm (kosong) = 17,71 N Gaya reaksi pada swing arm (max) = 67,96 N Gaya reaksi pada shockabsorber (kosong) = 22,01 N Gaya reaksi pada shockabsorber (max) = 71, 67 N Frekuensi unsprung pada roda = 0,221 Hz Frekuensi sprung pada suspensi mobil = 0,052 Hz Frekuensi suspensi kursi beban maksimal = 0,056 Hz Hasil frekuensi kursi suspensi bebas (independent seat) adalah ; f kursi = f sprung - f x f x = f sprung f kursi = 0,052 0,056 = 0,004 Hz Didapat frekuensi kursi sebesar f kursi = 0,056 Hz dan frekuensi sprung atau frekuensi suspensi mobil sebesar f sprung = 0,052 Hz. Karena frekuensi sprung kecil, f kursi = f sprung, maka amplitudo osilasi yang ditransmisikan ke kursi selisih kecil atau hampir sama yaitu cenderung limit 0. Jadi kursi bersuspensi bebas ini mampu meredam goncangan besarnya sama dengan frekuensi sprung suspensi mobil, sehingga respon goncangan yang diterima oleh penumpang cenderung stabil atau nyaris tidak terasa. Maka kursi bersuspensi bebas (independent seat) ini mampu memberikan kenyamanan bagi penumpang. DAFTAR PUSTAKA Anwari dan Dede Anwar Sutisna, 1979, Teori Chasis dan Body 2, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Bagyo Sucahyo, Mekanika Teknik Jilid 2, 1999, Penerbit Tiga Serangkai, Solo. E. P. Popov, Zainul Astamar Mekanika Teknik (Mechanics of Material) 1996, Penerbit Erlangga, Jakarta. FW. Sears, MW. Zemansky, Muslimin Marapung,Taufik Ramlan, 1987, Penyelesaian soal-soal, Fisika untuk Universitas, Penerbit Ganesha Bandung. 196

13 Meriam L Krige / Tjahjana Adhi Subagio, 1993, Mekanika Teknik Dinamika Penerbit Erlangga, Jakarta. Masduki dan Kasollah Prayitno, 1979, Teori Chasis dan Body 1, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. New Step I Training Manual, 1996, Penerbit PT. Toyota Astra Motor, Jakarta. Handayanto, Rahmadya T., Laporan Penelitian Dosen Muda, Perancangan dan Simulasi Suspensi Kendaraan Menggunakan Pemrograman Berbasis Fortran dan Matlab (Studi Kasus pada Suspensi Belakang Toyota Kijang) 2009, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin, UNISMA Bekasi. Resultan Jurnal Kajian Teknologi, 2006, Volume VI No. 1 Fakultas Teknik UNISMA Bekasi Tamzir Rizal, 1999, Chasis dan Pemindah Tenaga, Penerbit Angkasa Bandung. Wiliam W. Seto dan Darwin Sebayang, Seri buku Schaum Getaran Mekanis (Mechanical Vibration), 1997, Penerbit Erlangga, Jakarta. 197

Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body.

Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body. SISTEM SUSPENSI Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body. SPRUNG WEIGHT DAN UNSPRUNG WEIGHT Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Suspensi

BAB II DASAR TEORI Suspensi digilib.uns.ac.id BAB II DASAR TEORI 2. 1. Suspensi Suspensi adalah suatu sistem yang berfungsi meredam kejutan, getaran yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat

Lebih terperinci

PERENCANAAN LAYOUT DAN ANALISIS STABILITAS PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA HYVI SAPUJAGAD

PERENCANAAN LAYOUT DAN ANALISIS STABILITAS PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA HYVI SAPUJAGAD PERENCANAAN LAYOUT DAN ANALISIS STABILITAS PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA HYVI SAPUJAGAD Oleh: Bagus Kusuma Ruswandiri 2108100120 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. I Nyoman Sutantra, M.Sc., Ph.D. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. seperti mesin, suspensi transmisi serta digunakan untuk menjaga mobil agar

BAB II LANDASAN TEORI. seperti mesin, suspensi transmisi serta digunakan untuk menjaga mobil agar 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Chassis Chassis merupakan komponen utama pada kendaraan yang terbuat dari material kuat seperti besi dan baja, yang di buat dengan struktur dan perhitungan yang presisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Suspensi Suspensi adalah kumpulan komponen tertentu yang dirancang untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan yang bergelombang sehingga menambah kenyamanan berkendara

Lebih terperinci

Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan

Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan B-542 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan Hasbulah Zarkasy, Harus Laksana Guntur

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA

ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA Disusun oleh Yonathan A. Kapugu (2106100019) Dosen pembimbing Prof. Ir. IN Sutantra, M.Sc.,

Lebih terperinci

INFOMATEK Volume 6 Nomor 1 Maret 2004 DESAIN & PEMBUATAN PROTOTIPE LIGHT BUGGY

INFOMATEK Volume 6 Nomor 1 Maret 2004 DESAIN & PEMBUATAN PROTOTIPE LIGHT BUGGY Desain & Pembuatan Prototipe Light Buggy INFOMATEK Volume 6 Nomor 1 Maret 2004 DESAIN & PEMBUATAN PROTOTIPE LIGHT BUGGY Farid Rizayana Design Center Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pasundan

Lebih terperinci

Sistem Suspensi pada Truck

Sistem Suspensi pada Truck Sistem Suspensi pada Truck Halaman 1 dari 4 Fungsi utama sistem suspensi pada kendaraan adalah mendukung berat kendaraan untuk diteruskan ke tanah (ground). Fungsi lain adalah melindungi badan kendaraan

Lebih terperinci

Analisis Kenyamanan serta Redesain Pegas Suspensi Mobil Toyota Fortuner 4.0 V6 SR (AT 4x4)

Analisis Kenyamanan serta Redesain Pegas Suspensi Mobil Toyota Fortuner 4.0 V6 SR (AT 4x4) Analisis Kenyamanan serta Redesain Pegas Suspensi Mobil Toyota Fortuner 4.0 V6 SR (AT 4x4) Puja Priyambada dan I Nyoman Sutantra Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Oleh : Bimo Arindra Hapsara Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi. Proposal Tugas Akhir. Tugas Akhir

Oleh : Bimo Arindra Hapsara Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi. Proposal Tugas Akhir. Tugas Akhir Proposal Tugas Akhir Tugas Akhir Oleh : Bimo Arindra Hapsara 2106 100 047 Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi getaran yang terjadi pada body kendaraan akibat ketidakrataan dari

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi getaran yang terjadi pada body kendaraan akibat ketidakrataan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat kenyamanan kendaraan sangat erat hubungannya dengan sistem suspensi kendaraan. Sistem suspensi kendaraan harus mampu mengisolasi atau mengurangi getaran

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN MULTIGUNA PEDESAAN (GEA)

ANALISA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN MULTIGUNA PEDESAAN (GEA) 1 ANALISA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN MULTIGUNA PEDESAAN (GEA) Amirul Huda dan Unggul Wasiwitono,ST.,M.Eng.Sc,Dr.Eng Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 35 BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 3.1. Daftar Spesifikasi Kendaraan 1) Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0 V M/T Tahun 2004 Tabel 3.1. Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR 4.1 Perencanaan Pulley dan V-Belt 1 4.1.1 Penetapan Diameter Pulley 1 1. Penetapan diameter pulley V-belt

Lebih terperinci

Surya Hadi Putranto

Surya Hadi Putranto TUGAS AKHIR Rancang Bangun Speed Bump dan Analisa Respon Speed Bump Terhadap Kecepatan Kendaraan Dosen Pembimbing : Ir. Abdul Aziz Achmad Surya Hadi Putranto 2105100163 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DESAIN RANGKA DAN BODY. Perhitungan Kekuatan Rangka. Menghitung Element Mesin Baut.

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DESAIN RANGKA DAN BODY. Perhitungan Kekuatan Rangka. Menghitung Element Mesin Baut. BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DESAIN RANGKA DAN BODY.1 Diagram Alir Proses Perancangan Data proses perancangan kendaraan hemat bahan bakar seperti terlihat pada diagram alir berikut ini : Mulai Perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PERANCANGAN

BAB IV PROSES PERANCANGAN BAB IV PROSES PERANCANGAN 4.1 Rancangan Teoritis Rancangan teoritis yang ideal perlu ditetapkan sebagai acuan perancangan dan pemilihan bahan. Dengan mempertimbangkan kondisi pembebanan dan spesifikasi

Lebih terperinci

PEMODELAN dan SIMULASI SISTEM SUSPENSI MOBIL ABSTRAK

PEMODELAN dan SIMULASI SISTEM SUSPENSI MOBIL ABSTRAK PEMODELAN dan SIMULASI SISTEM SUSPENSI MOBIL Boby / 0622086 E-mail : boby_18jan@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri 65 Bandung

Lebih terperinci

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana GERAK HARMONIK Pembahasan Persamaan Gerak untuk Osilator Harmonik Sederhana Ilustrasi Pegas posisi setimbang, F = 0 Pegas teregang, F = - k.x Pegas tertekan, F = k.x Persamaan tsb mengandung turunan terhadap

Lebih terperinci

SISTEM SUSPENSI & BAN

SISTEM SUSPENSI & BAN SISTEM SUSPENSI & BAN SISTEM SUSPENSI URAIAN Sistem suspensi terletak diantara bodi kendaraan dan roda-roda, dan dirancang untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan sehingga menambah kenyamanan. Komponen

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB III DATA KENDARAAN UNTUK SIMULASI

BAB III DATA KENDARAAN UNTUK SIMULASI BAB III DATA KENDARAAN UNTUK SIMULASI 3.1. Tinjauan Pemodelan truk secara lengkap dikembangkan dan bertujuan untuk mempelajari efektivitas dari sistem Antilock Braking System termasuk pemodelan dinamika

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KASUS

BAB III ANALISIS KASUS A. Analisis BAB III ANALISIS KASUS Penulis mengumpulkan data-data teknis pada mobil Daihatsu Gran Max Pick Up 3SZ-VE dalam menganalisis sistem suspensi belakang untuk kerja pegas daun (leaf spring), dimana

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM SUSPENSI KENDARAAN TENAGA SURYA

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM SUSPENSI KENDARAAN TENAGA SURYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM SUSPENSI KENDARAAN TENAGA SURYA Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia

PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia BAB III PENGENALAN SUSPENSI PADA KENDARAAN MERCEDES-BENZ B- Class (W 245) 1.1 DASAR TEORI Komponen utama dari suspensi yang di gunakan pada kendaraan Mercedes-Benz B-class (w 245) terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

Pengembangan Prototipe Hybrid Shock Absorber : Kombinasi Viscous dan Regenerative Shock Absorber

Pengembangan Prototipe Hybrid Shock Absorber : Kombinasi Viscous dan Regenerative Shock Absorber JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Pengembangan Prototipe Hybrid Shock : Kombinasi Viscous dan Regenerative Shock Mohammad Ikhsani dan Harus Laksana Guntur Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI Suatu sistem penggerak yang terdapat dalam sebuah mobil tidak lepas dari peranan motor penggerak dan transmisi sebagai penghantar putaran dari motor penggerak sehingga mobil

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Kode & Nama Mata Kuliah : OT 443. CHASSIS OTOMOTIF Topik Bahasan : Kumpulan bahan kajian dan perkuliahan yang menjamin kendaraan berjalan dengan aman dan nyaman Tujuan / Kompetensi

Lebih terperinci

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 33 4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL Perancangan simulator getaran ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : pengumpulan konsep rancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Garis Besar Chasis Dan Suspensi Pada sebuah kendaraan terbagi ke dalam beberapa sistem yang merupakan point utama dari adanya sebuah kendaraan, salah satunya sistem chasis meliputi

Lebih terperinci

ANALISIS GETARAN PADA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN RODA DUA (YAMAHA JUPITER Z 2004) MENGGUNAKAN SIMULASI SOFTWARE MATLAB 6.5

ANALISIS GETARAN PADA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN RODA DUA (YAMAHA JUPITER Z 2004) MENGGUNAKAN SIMULASI SOFTWARE MATLAB 6.5 NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH ANALISIS GETARAN PADA SISTEM SUSPENSI KENDARAAN RODA DUA (YAMAHA JUPITER Z 2004) MENGGUNAKAN SIMULASI SOFTWARE MATLAB 6.5 Disusun oleh : SUHANDOKO NIM : D200080001 JURUSAN

Lebih terperinci

PENGARUH GETARAN TERHADAP PENUMPANG KENDARAAN. Sutarno. Abstraction

PENGARUH GETARAN TERHADAP PENUMPANG KENDARAAN. Sutarno. Abstraction PENGARUH GETARAN TERHADAP PENUMPANG KENDARAAN Sutarno Abstraction Comfortableness going up the motor vehicle in this time very wantek even sometimes become a compulsion. One of way of creating the comfort

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Respon Dinamis Dari Kendaraan Yang Menggunakan Shock Absorber Hidrolis Dan Yang Menggunakan Sistem Peredam Dual Flywheel

Analisis Perbandingan Respon Dinamis Dari Kendaraan Yang Menggunakan Shock Absorber Hidrolis Dan Yang Menggunakan Sistem Peredam Dual Flywheel JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (25) ISSN: 2337-3539 (23-927 Print) F 49 Analisis Perbandingan Respon Dinamis Dari Kendaraan Yang Menggunakan Shock Absorber Hidrolis Dan Yang Menggunakan Sistem Peredam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN HYDRAULIC REGENERATIVE SHOCK ABSORBER. Muchamad Eko Jayadilaga

PENGEMBANGAN HYDRAULIC REGENERATIVE SHOCK ABSORBER. Muchamad Eko Jayadilaga PENGEMBANGAN HYDRAULIC REGENERATIVE SHOCK ABSORBER Muchamad Eko Jayadilaga 2110106021 LATAR BELAKANG Hanya 10-16 % dari energi yang dihasilkan engine yang digunakan untuk menggerakkan kendaraan. Sisanya

Lebih terperinci

SUSPENSI (suspension)

SUSPENSI (suspension) SUSPENSI (suspension) Suspensi adalah mekanisme yang dipasang di antara body dan roda yang berfungsi untuk menciptakan kestabilan kendaraan (nyaman dan aman) Unsur kestabilan kendaraan : 1. Stabil pengendaraannya

Lebih terperinci

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3)

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) E33 Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) Dewani Intan Asmarani Permana dan Harus Laksana Guntur

Lebih terperinci

Simulasi Sederhana tentang Energy Harvesting pada Sistem Suspensi

Simulasi Sederhana tentang Energy Harvesting pada Sistem Suspensi Simulasi Sederhana tentang Energy Harvesting pada Sistem Suspensi mochamad nur qomarudin, februari 015 mnurqomarudin.blogspot.com, alfiyahibnumalik@gmail.com bismillah. seorang kawan meminta saya mempelajari

Lebih terperinci

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Kuliah kedua STATIKA Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Pendahuluan Pada bagian kedua dari kuliah Statika akan diperkenalkan

Lebih terperinci

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan Rangka CASIS GEOMETRI RODA 1. Komponen kendaraan Motor : Blok motor dan kepala silinder serta perlengkapannya sistem bahan bakar bensin atau diesel Casis : 1. Sistem kemudi 2. Pegas dan peredam getaran

Lebih terperinci

UJI KINERJA DINAMIS SISTEM SUSPENSI DAN ANALISIS STABILITAS MICRO CAR. Skripsi

UJI KINERJA DINAMIS SISTEM SUSPENSI DAN ANALISIS STABILITAS MICRO CAR. Skripsi UJI KINERJA DINAMIS SISTEM SUSPENSI DAN ANALISIS STABILITAS MICRO CAR Skripsi Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Nama : Mulyono NIM : 5201403034

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Kemudi Di dalam sebuah sistem kemudi ada dua faktor yang menjadi tujuan dari setiap pengembangan teknologi otomotif yaitu mempermudah pengendalian kendaraan dan meningkatkan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Amud Jumadi 1, Budi Hartono 1, Gatot Eka Pramono 1 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Corresponding author : Amudjumadi91@gmail.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR/SKRIPSI HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK Jurnal Elemen Volume 4 Nomor 1, Juni 2017 ISSN : 2442-4471 PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK Kurnia Dwi Artika 1, Rusuminto Syahyuniar 2, Nanda Priono 3 1),2) Staf Pengajar Jurusan Mesin

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN REDAMAN GETARAN TRANSLASI DAN ROTASI DENGAN POSISI SUMBER EKSITASI DVA (DYNAMIC VIBRATION ABSORBER)

STUDI EKSPERIMEN REDAMAN GETARAN TRANSLASI DAN ROTASI DENGAN POSISI SUMBER EKSITASI DVA (DYNAMIC VIBRATION ABSORBER) STUDI EKSPERIMEN REDAMAN GETARAN TRANSLASI DAN ROTASI DENGAN POSISI SUMBER EKSITASI DVA (DYNAMIC VIBRATION ABSORBER) Abdul Rohman Staf Pengajar Prodi Teknik Mesin, Politeknik Negeri Banyuwangi E-mail :

Lebih terperinci

ANALISA GAYA PADA SISTEM KEMUDI TYPE RECIRCULATING BALL

ANALISA GAYA PADA SISTEM KEMUDI TYPE RECIRCULATING BALL ANALISA GAYA PADA SISTEM KEMUDI TYPE RECIRCULATING BALL PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi Strata 1 pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISA RANCANGAN DESAIN SHOCK ABSORBER BELAKANG PADA MOTOR YAMAHA JUPITER. Paridawati 1)

ANALISA RANCANGAN DESAIN SHOCK ABSORBER BELAKANG PADA MOTOR YAMAHA JUPITER. Paridawati 1) ANALISA RANCANGAN DESAIN SHOCK ABSORBER BELAKANG PADA MOTOR YAMAHA JUPITER Paridawati 1) 1) Dosen Program Studi Teknik Mesin - Universitas Islam 45, Bekasi ABSTRAK Shock absorber merupakan komponen penting

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 113

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 113 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (017) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) F 113 Pemodelan dan Analisis Pengaruh Perubahan Parameter Orifice Sistem Hidrolik Terhadap Gaya Redam yang Dihasilkan dan Respon Dinamis

Lebih terperinci

Kajian Awal Kekuatan Rangka Sepeda Motor Hibrid

Kajian Awal Kekuatan Rangka Sepeda Motor Hibrid Kajian Awal Kekuatan Rangka Sepeda Motor Hibrid C. Prapti Mahandari, Dita Satyadarma, Firmansyah Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Jln Margonda Raya 100 Depok Jawa

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. yang menggerakan roda telah dibebaskan oleh kopling. Agar kendaraan bias. dan dengan jarak yang seminim mungkin.

BAB II DASAR TEORI. yang menggerakan roda telah dibebaskan oleh kopling. Agar kendaraan bias. dan dengan jarak yang seminim mungkin. BAB II DASAR TEORI 2.1 REM 2.1.1 Fungsi Rem Pada saat kendaraan mulai meluncur di jalanan, maka kelajuan akan tetap ada pada kendaraan itu walaupun mesin sudah dimatikan atau permindahan tenaga yang menggerakan

Lebih terperinci

Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan

Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2301-9271 A-35 Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan Faisal

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Perancangan Rem Persamaan umum untuk sistem pengereman menurut Hukum Newton II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini : F = m. a Frem- F x = m.

Lebih terperinci

Analisis Stabilitas dan Kekuatan Pengait Bak Angkut Kendaraan Multiguna Pedesaan

Analisis Stabilitas dan Kekuatan Pengait Bak Angkut Kendaraan Multiguna Pedesaan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (27) ISSN: 2337539 (23-927 Print) E4 Analisis Stabilitas dan Kekuatan Pengait Bak Angkut Kendaraan Multiguna Pedesaan Alfian Rafi Harsyawina dan I Nyoman Sutantra Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian analisa power loss pada engine bus Hino R260 yang diakibatkan kesalahan pemindahan gigi

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengukuran Titik Berat Unit Transplanter Pengukuran dilakukan di bengkel departemen Teknik Pertanian IPB. Implemen asli dari transplanter dilepas, kemudian diukur bobotnya.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( Print) E27 Rancang Bangun dan Analisis Karakteristik Dinamis Atmospheric Pressure Shock Absorber (APSA) dengan Diameter Silinder 60 mm dan Diameter Orifice 1 mm Pada Kendaraan Angkut Bima Adisetya Putra dan Harus

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. ENGINEERING DESIGN Definisi merancang adalah merumuskan suatu konsep dan ide yang baru atau merubah konsep dan ide yang sudah ada tersebut dengan cara yang baru dalam usaha memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian analisa Ketepatan Tekanan Tutup Radiator pada Bus Hino R260. Diagram alur penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Metode Kendali Umpan Maju Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada fenomena berkendara ketika berbelok, dimana dilakukan pemodelan matematika yang

Lebih terperinci

30 Rosa, Firlya; Perhitungan Diameter Poros Penunjang Hub Pada Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

30 Rosa, Firlya; Perhitungan Diameter Poros Penunjang Hub Pada Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan PERHITUNGAN DIAMETER POROS PENUNJANG HUB PADA MOBIL LISTRIK TARSIUS X3 BERDASARKAN ANALISA TEGANGAN GESER DAN FAKTOR KEAMANAN Firlya Rosa, S.S.T., M.T. Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH VARIASI PUTARAN ROLL GULUNGAN KERTAS TERHADAP PANJANG GELOMBANG AMPLITUDO PADA ALAT PEREDAM GETARAN

SKRIPSI PENGARUH VARIASI PUTARAN ROLL GULUNGAN KERTAS TERHADAP PANJANG GELOMBANG AMPLITUDO PADA ALAT PEREDAM GETARAN SKRIPSI PENGARUH VARIASI PUTARAN ROLL GULUNGAN KERTAS TERHADAP PANJANG GELOMBANG AMPLITUDO PADA ALAT PEREDAM GETARAN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang mobil urban ini di buat secara khusus dengan melihat regulasi yang ada dan

tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang mobil urban ini di buat secara khusus dengan melihat regulasi yang ada dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil urban adalah kendaraan yang di desain irit bahan bakar dengan tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang jauh lebih kecil karena

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TRAKSI MAKSIMUM RODA KENDARAAN MENGGUNAKAN KAJIAN EKSPERIMEN PADA RODA SEPEDA MOTOR

KARAKTERISTIK TRAKSI MAKSIMUM RODA KENDARAAN MENGGUNAKAN KAJIAN EKSPERIMEN PADA RODA SEPEDA MOTOR KARAKTERISTIK TRAKSI MAKSIMUM RODA KENDARAAN MENGGUNAKAN KAJIAN EKSPERIMEN PADA RODA SEPEDA MOTOR Joni Dewanto dan Robi Rivanto Program Studi Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 142,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

Pemodelan dan Analisis Simulator Gempa Penghasil Gerak Translasi

Pemodelan dan Analisis Simulator Gempa Penghasil Gerak Translasi JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 164 Pemodelan dan Analisis Simulator Gempa Penghasil Gerak Translasi Tiara Angelita Cahyaningrum dan Harus Laksana Guntur Laboratorium

Lebih terperinci

ANALISIS DEFLEKSI DAN TEGANGAN SHOCK ABSORBER RODA BELAKANG SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER

ANALISIS DEFLEKSI DAN TEGANGAN SHOCK ABSORBER RODA BELAKANG SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER ANALISIS DEFLEKSI DAN TEGANGAN SHOCK ABSORBER RODA BELAKANG SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER R. Bagus Suryasa Majanasastra 1) 1) Dosen Program Studi Teknik Mesin - Universitas Islam 45, Bekasi Email : bagus.suryasa@gmail.com

Lebih terperinci

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. Kompetensi Dasar Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

Husna Arifah,M.Sc :Ayunan (osilasi) dipakai.resonansi

Husna Arifah,M.Sc :Ayunan (osilasi) dipakai.resonansi Pembentukan Model Ayunan (Osilasi) Dipakai: Resonansi Di dalam Pasal.6 kita telah membahas osilasi bebas dari suatu benda pada suatu pegas seperti terlihat di dalam Gambar 48. Gerak ini diatur oleh persamaan

Lebih terperinci

PEMICU 1 29 SEPT 2015

PEMICU 1 29 SEPT 2015 PEMICU 1 9 SEPT 015 Kumpul 06 Okt 015 Diketahui: Data eksperimental hasil pengukuran sinyal vibrasi sesuai soal. Ditanya: a. Hitung persamaan karakteristiknya. b. Dapatkan putaran kritisnya c. Simulasikan

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

Analisis dan Pengujian Stabilitas Saat Kondisi Berbelok pada Kendaraan Bermotor Roda Tiga sebagai Alat Bantu Transportasi bagi Penyandang Disabilitas

Analisis dan Pengujian Stabilitas Saat Kondisi Berbelok pada Kendaraan Bermotor Roda Tiga sebagai Alat Bantu Transportasi bagi Penyandang Disabilitas Analisis dan Pengujian Stabilitas Saat Kondisi Berbelok pada Kendaraan Bermotor Roda Tiga sebagai Alat Bantu Transportasi bagi Penyandang Disabilitas Agus Setiawan 1, Wahyudi 2, Dhika Aditya P. 3 1 Program

Lebih terperinci

menganalisis suatu gerak periodik tertentu

menganalisis suatu gerak periodik tertentu Gerak Harmonik Sederhana GETARAN Gerak harmonik sederhana Gerak periodik adalah gerak berulang/berosilasi melalui titik setimbang dalam interval waktu tetap. Gerak harmonik sederhana (GHS) adalah gerak

Lebih terperinci

Simulasi Peredaman Getaran Bangunan dengan Model Empat Tumpuan

Simulasi Peredaman Getaran Bangunan dengan Model Empat Tumpuan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Simulasi Peredaman Getaran Bangunan dengan Model Empat Tumpuan Fitriana Ariesta Dewi dan Ir. Yerri Susatio, MT Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Pada bab ini, akan dibahas mengenai landasan teori yang berkaitan dengan analisa untuk mengetahui kerja maksimum pada reach stacker.

Pada bab ini, akan dibahas mengenai landasan teori yang berkaitan dengan analisa untuk mengetahui kerja maksimum pada reach stacker. BAB II KAJIAN PUSTAKA Sebagaimana diketahui bahwa pada saat ini perkembangan teknologi begitu pesat yang umumnya muatan pada pelabuhan sudah dikemas dalam bentuk unitisasi sehingga penangananya dibutuhkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, 28 Mei Penyusun

KATA PENGANTAR. Semarang, 28 Mei Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang MahaEsa. Berkat rahmat dan karunia-nya, kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini, penyusun menyadari masih

Lebih terperinci

Dinamika. DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya.

Dinamika. DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya. Dinamika Page 1/11 Gaya Termasuk Vektor DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya. GAYA TERMASUK VEKTOR, penjumlahan gaya = penjumlahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

Analisa Aplikasi Peredam Getaran Dinamik Pada Model Setengah Mobil Empat Derajat Kebebasan Berbasis Respon Amplitudo

Analisa Aplikasi Peredam Getaran Dinamik Pada Model Setengah Mobil Empat Derajat Kebebasan Berbasis Respon Amplitudo Analisa Aplikasi Peredam Getaran Dinamik Pada Model Setengah Mobil Empat Derajat Kebebasan Berbasis Respon Amplitudo Apriyanto S. 247 1 6 Pembimbing : Ir. Jerri Susatio, M.T. 1954117 1983 1 5 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN LAPORAN TUGAS AKHIR. 3.1 Rangkaian Rem. Desain alat yang digunakan pada rangkaian rem merupakan desain alat

BAB III PERANCANGAN LAPORAN TUGAS AKHIR. 3.1 Rangkaian Rem. Desain alat yang digunakan pada rangkaian rem merupakan desain alat BAB III PERANCANGAN 3.1 Rangkaian Rem Desain alat yang digunakan pada rangkaian rem merupakan desain alat yang cukup sederhana. Rangkaian rem ini dibuat untuk mengetahui analisis tekanan hidrolik pada

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc E1 Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc Irvan Ilmy dan I Nyoman Sutantra Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Perancangan Interior yang Ergonomis Perancangan interior yang ergonomis adalah sebagai berikut : Kursi Depan Tinggi alas duduk : 280 mm Lebar alas duduk

Lebih terperinci

Simulasi Komputer untuk Analisis Karakteristik Model Sistem Pegas- Peredam Kejut- Massa

Simulasi Komputer untuk Analisis Karakteristik Model Sistem Pegas- Peredam Kejut- Massa Simulasi Komputer untuk Analisis Larakteristik Model Sistem Pegas-Peredam Kejut-Massa (Oegik Soegihardjo) Simulasi Komputer untuk Analisis Karakteristik Model Sistem Pegas- Peredam Kejut- Massa Oegik Soegihardjo

Lebih terperinci

ANALISIS TEORITIS KORELASI KAPASITAS ANGKAT TERHADAP BERBAGAI KOMBINASI SUDUT DAN PANJANG LENGAN ANGKAT PERALATAN PENGANGKAT REACHSTACKER

ANALISIS TEORITIS KORELASI KAPASITAS ANGKAT TERHADAP BERBAGAI KOMBINASI SUDUT DAN PANJANG LENGAN ANGKAT PERALATAN PENGANGKAT REACHSTACKER Jurnal Dinamis Vol. II, No., Januari 010 ISSN 01-749 ANALISIS TEORITIS KORELASI KAPASITAS ANGKAT TERHADAP BERBAGAI KOMBINASI SUDUT DAN PANJANG LENGAN ANGKAT PERALATAN PENGANGKAT REACHSTACKER Tugiman Staf

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Chapter 5 Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Gelombang dasar lain datang jika jarak dari beberapa titik dari titik tertentu dianggap sebagai koordinat relevan yang bergantung pada variabel akustik.

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

Bidang Studi Desain. Rian Kurniawan. Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST.Meng

Bidang Studi Desain. Rian Kurniawan. Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST.Meng Bidang Studi Desain Rian Kurniawan 2108100034 Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST.Meng RANCANG BANGUN MODEL TM Regenerative UNTUK KENDARAAN RODA EMPAT Latar Belakang Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

Kata kunci : regenerative shock absorber, orifice, gaya redam, daya bangkitan

Kata kunci : regenerative shock absorber, orifice, gaya redam, daya bangkitan Banjarmasin, 7-8 Oktober 15 Pengaruh Variasi Diameter Orifice Terhadap Karakteristik Dinamis Hydraulic Motor Regenerative Shock Absorber (HMRSA) dengan Satu Silinder Hidraulik Aida Annisa Amin Daman 1,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PERBAIKAN SISTEM SUSUPENSI BELAKANG. menganalisa sistem suspensi belakang untuk kerja coil spring dimana data dan

BAB III ANALISIS PERBAIKAN SISTEM SUSUPENSI BELAKANG. menganalisa sistem suspensi belakang untuk kerja coil spring dimana data dan 28 BAB III ANALISIS PERBAIKAN SISTEM SUSUPENSI BELAKANG A. Analisis Penulis mengumpulkan data-data teknis pada mobil Toyota Innova dalam menganalisa sistem suspensi belakang untuk kerja coil spring dimana

Lebih terperinci