PENGETAHUAN PETANI DAN STABILITAS EKOSISTEM LADANG: Urgensinya Dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGETAHUAN PETANI DAN STABILITAS EKOSISTEM LADANG: Urgensinya Dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan"

Transkripsi

1 PENGETAHUAN PETANI DAN STABILITAS EKOSISTEM LADANG: Urgensinya Dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan Sri Alem Br.Sembiring Departemen Antropologi FISIP USU Abstrak Kajian mengenai pengetahuan lokal petani tidak terbatas hanya pada apa yang mereka ketahui dan kembangkan dalam pengelolaan ladang. Perhatian terhadap pengetahuan yang secara faktual dipraktikkan petani juga penting untuk pembangunan pertanian. Hubungan sinergis antara pengetahuan petani dan pembangunan pertanian hanya dapat terwujud melalui sistem pertanian yang berkelanjutan, yang mengintegrasikan faktor alam, stabilitas hasil, stabilitas lingkungan, petani, dan pemerintah. Tulisan ini memaparkan bagaimana petani hortikultura di Berastagi membangun hubungan yang sinergis antar-elemen terkait untuk mewujudkan stabilitas ekosistem ladang mereka. Akan dideskripsikan bagaimana petani hortikultura membuat klasifikasi tanaman dalam hubungannya dengan kondisi alam, fluktuasi harga pasar, hama dan penyakit, sasaran distribusi, dan perkembangan ekspor impor hasil pertanian. Pengetahuan ini merupakan akumulasi dari pengalaman dan percobaan dari satu waktu tanam ke waktu tanam lain. Hasilnya, petani hortikultura mengembangkan pola tanam campuran yang cenderung berganti/berubah yang sifatnya sangat kontekstual tergantung dari harapan dan prediksi mereka atas perkembangan situasi ketidakpastian yang mereka hadapi. Semua ini dilakukan dalam upaya mempertahankan stabilitas hasil dan stabilitas ekosistem ladang. Kata kunci: pengetahuan lokal, pertanian hortikultura, klasifikasi tanaman Pengantar Perhatian terhadap pengetahuan petani telah didengungkan banyak ahli. Salah satunya adalah Radi A. Gani (1977) yang mengatakan bahwa paradigma pertanian di Indonesia sudah saatnya diubah. Berbagai intervensi yang sifatnya top down selama ini bukannya mensejahterakan petani, justru cenderung memarjinalkan mereka sehingga para wong cilik itu sekedar menjadi tenaga kerja di lahannya sendiri. Sementara, program intensifikasi yang membawa sukses besar selama tiga dekade juga harus ditebus dengan biaya mahal, antara lain beban kredit pada tingkat petani. Dengan pendekatan intervensi dari atas ini, inisiatif petani justru mengalami pemarginalan Dikutip dari tulisan Radi A.Gani pada pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Pertanian UNHAS di Ujung Pandang. Telaah Gani menyimpulkan bahwa masalahnya terletak pada paradigma terhadap sektor pertanian yang tidak tepat Petani sering dipandang secara streotip sebagai pihak yang tidak punya potensi sehingga diabaikan dalam keseluruhan proses produksi. Dalam paradigma lama yang menitikberatkan pada maksimalisasi produksi untuk pertumbuhan, intervensi dalam produksi dan lingkungan pasar yang tertutup tanpa mempertimbangkan potensi petani (indigenous capacity). Lihat Media Indonesia, 20 Maret 1997). 82

2 Dengan nada yang tidak jauh berbeda, Hobart (1993:1) mengemukakan bahwa salah satu hal yang seringkali terjadi dalam penerapan pengetahuan ilmiah oleh para ahli (scientist) kepada petani adalah diabaikannya pengetahuanpengetahuan lokal dan kemampuan potensial mereka untuk berkembang 18. Pengetahuan petani cenderung dipandang sebelah mata dan dinilai kampungan atau tidak mengikuti perkembangan zaman. Sementara banyak tulisan telah melaporkan bahwa petani-petani senantiasa selalu sebagai inovator yang secara terus menerus bereksperimen (percobaan) dengan dan mengadaptasi ide-ide baru, sumberdayasumberdaya dan teknologi-teknologi yang diperkenalkan kepada mereka 19. Percobaan yang berkelanjutan ini dilakukan petani juga dikarenakan mereka menghadapi kondisi ketidakpastian akan iklim, fluktuasi harga, serangan hama, dan penyakit. Ketidakpastian ini juga merupakan suatu persoalan lain yang harus dipikirkan petani untuk mengatasinya. Kondisi ketidakpastian ini akan berhubungan langsung dengan hasil panen atau pendapatan mereka. Perubahan dari kondisi ketidakpastian ini membutuhkan penanganan baru. Hal inilah yang menyebabkan pengetahuan itu berkembang dan menjadi sangat dinamis Lihat juga tulisan Dirk Van Dusseldorp dan Louk Box (1993) Local and Scientific knowledge: developing a dialogue dalam Walter de Boef, Kojo Amanor and Kate Williard, with Anthony Bebbington (eds) Cultivating Knowledge: Genetic Diversity, Farmer Experimentation and Crop Research. London: Intermediate Technology Publication, hal Van Dusseldrop dan Box (1993:21) mengemukakan bahwa dalam perbincangan di antara sesama petani, telah terjadi pertukaran informasi, saling memberi, menerima, dan menginterpretasi. Dalam perbincangan itu akan ada pertukaran argumentasi dan kontra argumentasi hingga munculnya saling memahami dan lahirnya konsensuskonsensus. Millar (1993:47-48) juga mendeskripsikan suatu proses penyaringan informasi yang dilakukan petani. Proses penyaringan informasi ini meliputi identifikasi persoalan, formulasi hipotesa, desain, pengujian, validasi, dan evaluasi. Secara lebih tegas Millar mengatakan bahwa tahap evaluasi ini sebenarnya adalah proses yang berkelanjutan dan sebenarnya telah dimulai sejak tahap identifikasi dan akan terus berlanjut tanpa pernah berakhir. 20 Lave (1988;1993) mengemukakan bahwa dalam menghadapi persoalan baru, seorang individu (baca: petani) harus selalu menyesuaikan tindakannya dengan situasi baru yang berkembang dan melakukan perubahan-perubahan. Perubahan ini menyebabkan pengetahuan itu menjadi sangat dinamis dan sangat situasional. Beberapa telaah dan hasil studi di atas menunjukkan bahwa petani juga memiliki daya yang patut diperhitungkan. Pengetahuan mereka tidak dapat dipandang sebelah mata. Petani adalah komunitas lokal yang tentu lebih mengenal kondisi lingkungannya dibandingkan agen pemerintah yang merupakan new comer dalam komunitas sosial budaya dan lingkungan mereka. Tulisan ini mendeskripsikan pengetahuan petani dan signifikansi dalam upaya mendukung sistem pertanian berkelanjutan yang nantinya sangat bermanfaat untuk melestarikan stabilitas ekosisitem ladang. Pengetahuan itu merupakan hasil analisa holistik petani atas semua persoalan intern dan ekstern di ladang. Apa yang dipraktikkan petani saat ini merupakan akumulasi pengetahuan dari suatu perjalanan panjang dalam profesi mereka. Petani dan Pertanian Hortikultura di Berastagi Studi yang menjadi acuan tulisan ini dilakukan di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Sebahagian besar penduduknya hidup dari pertanian 21. Berdasarkan suhu udara, ketinggian, kelembaban dan curah hujan, desa ini sangat ideal sebagai sebuah desa pertanian 22. Jenis hortikultura yang mereka budidayakan di ladang adalah beragam jenis sayur-sayuran untuk kebutuhan pasar. Praktik tanam campuran merupakan jenis cocok tanam yang dipilih petani. Sebahagian kecil hasil ladang juga digunakan untuk kebutuhan subsistensi. Jenis tanah di desa ini cenderung tergolong tanah andosol yang sangat subur Data kependudukan Desa Gurusinga pada tahun 2000 saat penelitian ini dilakukan menunjukkan bahwa dari 565 KK yang ada, terdapat 475 KK sebagai petani, 70 KK pedagang dan 20 KK pegawai negeri. Beberapa dari keluarga pedagang dan pegawai negeri juga melakukan kegiatan cocok tanam di ladang. 22 Desa ini terletak pada ketinggian 1400 meter dpl dengan suhu udara relatif sejuk berkisar antara C. Kelembaban di Gurusinga rata-rata 82 % dan curah hujan antara mm/tahun (BPS SUMUT 1997). 23 Tanah andosol terdapat hampir di sebahagian besar Dataran Tinggi Karo, punggung Pegunungan Bukit Barisan. 83

3 Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI Vol. 1 No.2 Oktober 2005 Ketersediaan air bagi kegiatan pertanian hanya diharapkan dari curahan air hujan. Selain itu, penduduk juga memelihara 20 mata air (tapiin) yang secara kebetulan lokasinya tersebar mengelilingi areal perladangan penduduk. Beberapa aliran mata air ini akan bertemu pada satu titik tertentu menjadi sebuah sungai kecil (di dasar jurang). Terdapat juga beberapa bidang hutan kecil milik penduduk yang dipelihara dan tersebar di areal perladangan dan di beberapa lokasi menjadi batas satu ladang dengan ladang lain 24. Jenis tanaman hortikultura yang dibudidayakan petani untuk kebutuhan pasar jumlahnya mencapi sekitar 27 (dua puluh tujuh) jenis tanaman, di samping beberapa tanaman lain yang hanya untuk subsistensi di kebun-kebun kecil di sekitar rumah atau di dekat pondok di ladang mereka. Pengetahuan Petani dalam Pemanfaatan Sumberdaya Petani-petani di Gurusinga mengelompokkan tanaman-tanaman hortikultura atas dasar kriteria-kriteria tertentu. Kriteriakriteria itu berkenaan dengan bentuk fisik dan kemampuan produksi tanaman; juga dihubungkan dengan kondisi lingkungan alam dan kegiatan-kegiatan ekonomi. Klasifikasi (pengelompokan) tanaman ini dibuat petani untuk memudahkan mereka dalam memilih beberapa alternatif jenis tanaman yang akan ditanam di ladang. Pengetahuan tentang tanaman hortikultura menjadi lebih kompleks manakala petani juga harus mengaitkannya dengan arus distribusi barang yang berhubungan dengan ekspor-impor hasil hortikultura, juga korelasinya dengan fluktuasi harga pasar hasil tanaman mereka. Klasifikasi tanaman juga terhubung dengan persoalan serangan hama dan penyakit yang tidak dapat diprediksi. Klasifikasi itu semakin bercorak multidimensional ketika petani mengaitkan penggolongan jenis tanaman dengan hubungan-hubungan sosial. Hubungan sosial ini merupakan afiliasi para aktor yang berkaitan dengan perkembangan informasi harga Tanah ini mengandung unsur vulkanik dari dua gunung api di daerah ini yaitu Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung. 24 Hutan hutan kecil ini terdiri dari beragam jenis tumbuhan, sebahagian besar adalah bambu, pisang, dan beberapa jenis kayu hutan. pasar, pinjam-meminjam bibit, kredit pupuk dan pestisida. Sistem kekerabatan juga memainkan peranan penting terutama dalam penyebaran informasi tentang perkembangan teknologi baru atau arus informasi yang sifatnya rahasia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa flow of information berkaitan erat dengan flow of blood. Uraian di bawah ini menyajikan gambaran pengetahuan petani yang terangkum dalam klasifikasi jenis tanaman yang mereka susun berdasarkan kriteria tertentu. Klasifikasi Tanaman Berdasarkan Usia Seluruh tanaman hortikultura (sayursayuran) yang dibudidayakan disebut petani Gurusinga dengan tanamen muda, yaitu tanaman yang telah dapat memberi hasil pada usia singkat, sekitar tiga atau empat bulan. Usia tanamen muda juga hanya berkisar tiga bulan hingga satu tahun. Petani membedakan tanamen muda dengan tanamen tua, yaitu tanaman yang memberi hasil dalam hitungan tahun, dan usia tanaman tua dapat mencapai lebih dari satu tahun. Jeruk adalah jenis tanamen tua berorientasi pasar yang banyak ditanam petani. Klasifikasi Tanaman Berdasarkan Masa Produktivitas Tanaman Berdasarkan masa produktivitasnya petani membedakan tanamen muda atas dua kelompok yaitu tanaman dengan waktu panen satu kali (sekali ku tiga) dan waktu panen lebih dari satu kali (piga-piga kali ku tiga 25 ). Tanaman sekali ku tiga meliputi kentang, kubis, petsai, wortel, lobak, kacang jogo, ketna, bit, selada, daun bawang, dan peleng. Tanaman dengan waktu panen lebih dari satu kali adalah tomat, cabai merah, cabai rawit, buncis, arcis, patersly, seledri, ketumbar daun, terung, kacang panjang, kacang koro, kubis bunga, dan brokoli. Klasifikasi Tanaman Berdasarkan Jenis dan Perolehan Bibit Tanaman Petani membedakan jenis bibit tanamen muda dalam tiga bentuk bibit; anak tanaman, umbi, dan biji. Bibit dalam bentuk anak tanaman hanyalah daun bawang (bawang daun). Bibit 25 Secara harafiah sekali ku tiga berarti hanya satu kali ke pasar. Sebutan ini untuk menyebut kelompok tanaman muda yang hanya panen satu kali dalam satu waktu tanam. Piga-piga kali ku tiga berarti beberapa kali ke pasar. Sebutan ini ditujukan bagi kelompok tanaman dengan masa panen beberapa kali dalam satu waktu tanam. 84

4 tanaman berbentuk umbi adalah kentang dan bit. Selain ketiga jenis tanaman ini, bibit tanamen muda lainnya dalam bentuk biji. Ada dua cara penanaman bibit bentuk biji ini, yaitu langsung menanam biji atau menyemainya terlebih dahulu. Berdasarkan cara perolehan bibit, beberapa bibit tanaman dapat dibeli di kios pupuk atau pestisida, di pasar, di tempat-tempat khusus penyemaian bibit, ataupun dari kerabat si petani. Khusus bibit dari kerabat pembayarannya bisa dalam bentuk uang atau berupa bibit juga. Petani yang tidak memiliki uang kontan dapat membayar setelah mereka memperoleh hasil panen. Sebahagian petani membayarnya secara natura dalam bentuk jenis bibit dan jumlah yang sama pada saat panen. Petani akan menyisihkan sebahagian hasil panennya untuk mengembalikan benih bibit pinjaman. Seluruh jenis tanaman dapat dibuatkan sendiri bibitnya oleh petani meskipun sudah ada yang menjual bibit di pasar. Petani membuat pembibitan di ladang. Hanya bibit kubis dan petsai (khususnya sayur putih) yang harus dibeli di pasar, dalam bentuk biji yang dikemas dalam plastik bersegel resmi dengan tanda khusus, produksi Thailand dan China. Bibit kubis dan sayur putih dapat juga dibeli di tempat penyemaian bibit milik perorangan dalam bentuk anak tanaman. Klasifikasi Tanaman Berdasarkan Perawatan Tanaman Petani Gurusinga membagi tanamen muda menjadi tiga kelompok berdasarkan perawatan tanaman; (a) tingkat kerumitan perawatan, (b) modal perawatan, dan (c) keahlian perawatan tanaman. (a) Kerumitan perawatan tanaman Petani membagi tanamen muda atas dua kelompok, yaitu; tanamen capcai dan tanamen muda biasa. Jenis capcai meliputi wortel, bit, ketna, selada, daun bawang (bawang daun), seledri, ketumbar daun, patersly, dan sayur manis. Kelompok tanaman jenis ini dipanen dalam bentuk daun, kecuali wortel dan bit (panen dalam bentuk umbi). Selain jenis capcai semua jenis tanaman dikelompokkan sebagai tanamen muda biasa. Secara umum, terdapat tiga perbedaan antara dua kelompok tanaman ini. Pertama, kelompok capcai adalah tanaman yang sangat butuh air, harus disiram pada awal waktu tanam dan juga pada perawatan selanjutnya apabila cuaca terlalu panas. Setelah dipanen dan sebelum dijual ke pasar, tanaman capcai harus dicuci terlebih dahulu. Kelompok tanaman muda lainnya tidak terlalu butuh air, tidak harus disiram pada awal tumbuhnya, cukup hanya air hujan dan juga tidak perlu dicuci sebelum dijual ke pasar. Kedua, kelompok capcai dapat dijual ke pasar walaupun usianya belum mencapai usia panen (3-4 bulan). Petani tidak akan rugi karena kelompok ini tidak membutuhkan biaya yang tinggi dalam perawatannya. Tanaman muda lainnya hanya dipanen apabila sudah cukup umur atau mencapai 4 bulan. Harga akan murah jika dijual sebelum memasuki usia panen 26. Ketiga, beberapa kelompok capcai dapat dipanen dua kali dalam satu minggu secara rutin sampai tanaman berusia kurang lebih enam bulan. Panen rutin ini untuk jenis daun, seperti daun saledri, daun patersly, dan daun ketumbar. Helai demi helai daun dipetik dengan menyisakan daun muda (pucuk daun). Kelompok tanaman muda lainnya dipanen secara bersama-sama. Kalaupun ada jenis yang tidak dipanen lebih dari satu kali, pemanenan itu tidak memetik daun helai demi helai setiap minggu. Modal Perawatan Tanaman Petani membagi dua kelompok tanaman untuk kategori ini yaitu tanaman si megegeh modal (tanaman bermodal besar) dan tanaman si sitik modal (tanaman muda bermodal kecil). Pengelompokan ini berhubungan dengan biaya pembelian pupuk dan pestisida untuk perawatan tanaman hingga panen. Tanaman bermodal besar meliputi: tomat, kentang, cabai merah, cabai paprika, kubis, kubis bunga, dan brokoli. Tanaman bermodal kecil meliputi jenis capcai; buncis, lobak, kacang jogo, kacang panjang, kacang koro, terung, dan jenis petsai. Pupuk yang digunakan adalah pupuk buatan pabrik (PUSRI) seperti urea, KCL (petani menyebutnya paten kali ) dan SP-36 (disebut tripel). Pupuk ZA disebut petani dengan garam, SS disebut amapos, BASF disebut rustika. Petani juga menggunakan pupuk organik buatan sendiri yang mereka sebut taneh gemuk. Pupuk buatan ini meliputi pupuk kandang dan pupuk hijau atau kompos. 26 Petani menilai atau mengukur harga jual hasil panen atas kategori mahal atau murah dengan menjadikan biaya perawatan tanaman sebagai acuan perbandingan. 85

5 Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI Vol. 1 No.2 Oktober 2005 Pestisida disebut obat oleh petani Tanah Karo. Obat ini dapat dibeli di kios pupuk dan pestisida di Berastagi (ibukota kecamatan) dan juga di Kabanjahe (ibukota kabupaten). Penyemprotan obat dilakukan secara rutin tanpa menunggu serangan hama dan penyakit tanaman. Petani mengatakan bahwa tindakan ini dilakukan sebagai antisipasi serangan hama dan penyakit yang tidak dapat diramalkan. Berdasarkan pengalaman mereka, tanaman tidak akan berhasil dengan baik apabila tidak disemprot obat. Menurut petani, setiap bibit yang ditanam adalah modal yang harus dirawat dengan baik jika tidak ingin rugi. Petani cenderung menggunakan dosis obat yang lebih tinggi dari yang tertera di kemasan. Pengalaman mereka memberikan kepada petani pemahaman bahwa hama dan penyakit cenderung menyerang tanaman jika mereka mengikuti dosis di kemasan. Dalam konsepsi mereka, apabila penyakit sudah menyerang, maka dosis obat harus dilebihkan lagi untuk mengantisipasi perluasan serangan hama dan penyakit. Petani memilih untuk melakukan upaya antisipasi daripada menunggu hama dan penyakit menyerang, karena menghentikan perluasan serangan jauh lebih mahal daripada mencegahnya. Karena mahalnya biaya perawatan tanaman, beberapa petani memanfaatkan hubungan baik mereka dengan pemilik toko pupuk dan pestisida. Hubungan atas dasar kepercayaan yang diawali sebagai pembeli tetap berkembang menjadi hubungan pinjam meminjam pupuk, pestisida, dan bibit tanpa jaminan 27. Keahlian Perawatan tanaman Petani membagi tanaman muda menjadi dua bagian; tanaman top dan tanaman si biasa. Tanaman top merupakan jenis tanaman muda yang sangat dikenal petani; petani sangat memahami perawatan tanaman dan selalu 27 Petani mengutang pupuk, pestisida maupun bibit tanaman, dan akan membayarnya setelah panen. Jumlah pengembalian dihitung sesuai harga barang pada saat akan dilakukan pembayaran. Jika petani merugi, mereka dapat terus berhutang dan membayarnya pada saat panen mendatang. Hubungan itu didasarkan pada perjanjian tak tertulis yang intinya mengikat petani untuk tetap melakukan pembelian kebutuhan pertanian dari toko yang sama. Petani mengatakan cara ini sebagai win win solution untuk petani dan pemilik toko pupuk/pestisida. mendapat keuntungan apabila menanamnya, walau dalam cuaca terburuk sekalipun. Si petani sangat ahli terhadap tanaman ini. Sesekali kami memang pernah rugi, tapi sedikit dan sangat jarang terjadi, paling kembali modal dan bagi kami itu tidak termasuk merugi, demikian ungkap Pak Ginting yang memiliki tanaman tomat sebagai tanaman top 28. Keahlian merawat tanaman top ini hanya beredar di antara kerabat dekat yang memiliki hubungan baik. Keahlian yang tertutup dan diproteksi itu meliputi kiat-kiat khusus menyiasati tanaman agar tumbuh dan panen melimpah ruah. Kiat-kiat tersebut berupa teknik/cara tanam, dosis dan waktu pemberian pupuk, dan penyemprotan pestisida, atau proses pembibitan yang sempurna. Keahlian tanaman top ini sangat individual sifatnya, dan sudah menjadi identitas bagi kerabat keluarga luas atau klen (marga) tertentu. Setiap individu atau kelompok marga tertentu cenderung memiliki tanaman top yang berbeda. Petani punya sebutan untuk mereka yang berkeahlian khusus ini, seperti perkentang untuk petani yang memiliki tanaman top kentang; percina untuk mereka yang punya tanaman top cabai; dan sebutan perkol (kol=kubis) bagi yang memiliki tanaman top kubis. Sedangkan tanaman si biasa adalah jenis tanaman muda lainnya yang bukan merupakan tanaman top si petani. Petani tidak sangat ahli dalam merawat jenis tanam si biasa ini. Petani tidak selalu untung apabila memilih tanaman si biasa baginya. Jika untung bisa untung besar, jika rugi bisa sangat buntung, begitulah penjelasan Pak Karo-Karo di Gurusinga. Klasifikasi Tanaman Berdasarkan Ukuran Tinggi Tanaman Tinggi tanaman dari permukaan tanah menjadi dasar bagi petani dalam mengklasifikasikan tanaman muda mereka. Petani menghubungkan tinggi tanaman itu dengan kerimbunan cabang-cabang dan daun 28 Kembali modal bagi petani Gurusinga tidak dinilai sebagai kerugian, karena mereka cenderung tidak menghitung biaya tenaga kerja dan waktu yang mereka keluarkan dalam merawat tanaman sebagai biaya produksi. Petani akan menghitung tenaga kerja dan waktu sebagai modal apabila mereka menggunakan buruh tani untuk bekerja di ladangnya. Buruh tani harus diberi upah berkisar Rp untuk satu hari kerja di ladang dengan tanamen muda dimulai pukul sampai WIB. 86

6 tanaman. Berdasarkan hal ini, petani membedakan tiga kelompok tanaman muda; si nggedang melalau bulung (tanaman tinggi dan daun rimbun), si sedang (tinggi tanaman sedang dan daun tidak rimbun), si gendek (tanaman pendek). Tanaman singgedang melala bulung adalah tanaman muda yang memiliki batang (seperti kayu) dengan tinggi rata-rata mencapai pangkal paha orang dewasa (sekitar 1 m), memiliki beberapa cabang dan daun rimbun 29. Cabai merah, cabai rawit, cabai paprika, tomat, arcis, kacang panjang, kacang koro, dan terung adalah contoh jenis ini. Hasil panen jenis ini dalam bentuk buah. Si sedang juga memiliki batang tanaman dengan tinggi rata-rata hingga lutut petani dewasa (di bawah 1 m), dengan beberapa cabang tanaman. Hasil panen juga dalam bentuk buah, seperti buncis dan kacang jogo. Sedangkan, si gendek adalah tanaman yang tidak memiliki batang tanaman (dalam bentuk kayu), hanya dalam bentuk daun dengan tinggi tidak sampai ukuran lutut petani dewasa. Hasil tanaman dalam bentuk umbi dan daun, seperti kentang, wortel, lobak, bit, jenis capcai, jenis petsai, kubis, kubis bunga, dan brokoli. Klasifikasi Tanaman Berdasarkan Bentuk Akar Tanaman Bentuk akar tanaman yang dimaksud adalah ukuran besar dan kecil serta ukuran panjang dan pendeknya akar tanaman. Petani membedakan tanaman atas dua kelompok; si nggedang urat (tanaman muda dengan akar panjang) dan si gendek urat (tanaman muda dengan akar pendek). Si nggedang urat memiliki bentuk akar yang lebih besar dibanding jenis tanaman lainnya. Akarnya mencapai 50 cm, kuat melekat pada tanah, sukar dicabut, dan memiliki beberapa cabang akar dengan ukuran lebih kecil, seperti kubis, kubis bunga, brokoli, jenis cabai, tomat, buncis, kacang jogo, kacang panjang, kacang koro, dan terung. Jenis ini tergolong tanaman dengan akar tunggang. Si gendek urat memiliki akar tanaman yang pendek, halus, kecil-kecil, bersambungan satu dengan lainnya dan jumlahnya sangat banyak, tidak kuat melekat pada tanah, tidak sukar dicabut. Kelompok ini meliputi beberapa 29 Petani menggunakan kriteria ukuran tinggi tanaman dengan membandingkannya terhadap ukuran tinggi tubuh mereka. jenis tanaman seperti jenis petsai (sayur putih, sayur pahit, sayur manis), jenis capcai, dan lobak. Kelompok ini tergolong jenis tanaman berakar serabut. Klasifikasi Tanaman Berdasarkan Sumber Penyakit Klasifikasi ini berkaitan erat dengan kondisi iklim di Gurusinga. Berdasarkan sumber penyakit, petani mengelompokkan tanaman muda ke dalam dua bagian; tanaman sakit karena hawa (angin dan cuaca) dan karena tanah atau pinakit taneh. Petani menjelaskan bahwa tanaman muda mereka dapat tumbuh tidak sempurna disebabkan hawa yang tidak baik. Dalam musim hujan (September-Desember) urat tanaman tidak berjalan. Musim sedang atau tukar-tukar hawa (Agustus-September) akan banyak ulat-ulat atau busuk daun/batang. Pada musim ini cuaca dapat berubah beberapa kali dalam satu hari, panas, lalu turun hujan secara tiba-tiba atau mendung, atau gerimis tiba-tiba diiringi angin kencang. Jika musim panas (Mei-Agustus), maka semua zat tanah (unsur hara) akan diserap panas matahari. Musim yang baik adalah musim sedang, khususnya Januari-April. Namun, mereka tidak mungkin hanya menanam pada bulan ini, karena mata pencaharian utama dari pertanian. Penyakit ada karena hawa tidak baik. Tanaman tidak tahan terhadap hawa itu. Hawa yang mereka maksud berhubungan dengan suhu atau temperatur udara dengan kecepatan atau arah angin. Menurut petani, apabila mereka menyesuaikan jenis tanaman dengan kecenderungan jenis iklim yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman, ternyata penyakit yang dihindarkan juga menyerang tanaman. Sehingga, hasil yang diperoleh juga tidak sesuai dengan harapan petani. Dengan pengalaman berulangulang seperti ini, petani cenderung menanam setiap jenis tanaman dalam setiap kondisi iklim. Beberapa penyakit yang bersumber dari hawa antara lain adalah bayungen (Pseudomonas solanacearum), cendol-cendol/nipe-nipe (Crocidolomia-binotalis), kriting (Spodoptera litura), meseng pucuk (Antraknose) Keterangan lebih lanjut dapat dilihat dalam Sri Alem Sembiring (2000), Praktik Tanam Campuran: Kajian Proses Pengambilan Keputusan Petani dalam Memilih Jenis Tanaman Hortikultura di Desa Gurusinga, Kec. Berastagi 87

7 Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI Vol. 1 No.2 Oktober 2005 Penyakit tanaman juga disebabkan karena penyakit tanah. Tanah kami juga sudah sakit. Tanah yang sakit ini menularkan penyakit pada tanaman. Petani tidak tahu mengapa tanah mereka menjadi sakit. Penyakit tanah akan menyerang tanaman apabila petani menanam jenis tanaman yang sama untuk dua waktu tanam secara berturut-turut pada lahan yang sama. Bagian tanaman yang diserang biasanya adalah akar, umbi ataupun pangkal batang tanaman. Beberapa penyakit yang bersumber dari tanah antara lain akar lobak atau nematoda bengkak akar (Meiloidogyne Spp.), balagering atau penggerek umbi dan batang (Phthorimaea Operculella Zeller). Klasifikasi Tanaman Berdasarkan Sasaran Distribusi Petani mengelompokkan tanaman muda ke dalam dua bagian; tanamen kirim (tanaman ekspor) dan tanamen la kirim (tanaman untuk lokal). Tanaman ekspor adalah tanaman muda yang dapat diekspor atau dikirim ke luar negeri. Berikut ini daftar tanaman ekspor dengan negara tujuan. Klasifikasi Tanaman Berdasarkan Tujuan Pemanfaatan Tanaman Tanaman muda dibedakan atas dua kelompok: tanaman sampingan dan dayaan. Tanaman sampingan adalah tanaman muda yang dibudidayakan hanya untuk sampingan atau sekedar tambahan. Petani tidak mengharapkan keuntungan besar dari jenis ini. Beberapa petani tidak menjual hasil tanaman sampingan, hanya untuk subsistensi. Beberapa contohnya antara lain; jenis petsai, jenis capcai, buncis, kacang koro, terung, dan cabai rawit 31. Beberapa jenis tanaman sampingan lainnya adalah tanaman obat dan juga beberapa bumbu dapur 32. Tanaman ini juga ditujukan sebagai tumbal atau sasaran dari penyakit yang akan menyerang tanaman. Harapan keuntungan utama petani berasal dari tanaman dayaan, yaitu tanaman yang ditanam dengan tujuan utama untuk dijual ke pasar. Petani dapat menggolongkan seluruh jenis tanaman muda sebagai tanaman dayaan selama mereka menanam tanaman tersebut untuk tujuan komersial, dan mempunyai harapan besar untuk mendapatkan keuntungan darinya. Sumatera Utara. [Tesis]. Program Pascasarjana Program Studi Antropologi Universitas Indonesia. 31 Terdapat juga tanaman sampingan lain seperti; labu kuning, labu putih (walo), labu jipang dan daun singkong. Jenis tanaman ini tidak disebut tanamen muda, walaupun telah menghasilkan dalam usia 4 bulan, tetapi usianya dapat mencapai lebih dari tiga tahun jika dirawat Petani Gurusinga menyebutnya dengan senuan-senuan juma (tanaman-tanaman ladang). 32 Tanaman obat yang ditanam petani antara lain; tebu hitam, daun bangun-bangun, dan daun sirih. Sedangkan jenis bumbu dapur antara lain; jahe, kunyit dan kencur, dan lengkuas. 88

8 Tabel 1. Nama Jenis Varietas Tanaman dalam Bahasa Indonesia, Lokal,dan Latin No. Jenis Tanaman Bahasa Lokal Bahasa Latin 1 Andebi Andebi 2 Arcis/kacang kapri Arcis Pisum Sativum L. 3 Bawang daun Daun prei Allium fistulosum 4 Bit Bit 5 Brokoli Brokoli Brassica oleralea var italica 6 Buncis tegak Buncis Taiwan Phaseoulus vulgaris L. 7 Cabe merah Cina Capsicum annuum L. 8 Cabe paprika Cina si galang Capsicum annuum var grossum 9 Cabe rawit Cina cur Capsicum frutescents L. 10 Kacang jogo Kacang Joko Phaseolus vulgaris L. 11 Kacang koro Kacang koro Vacia faba 12 Kacang panjang Kacang panjang Vigna sinensis L. 13 Kangkung Angkung Ipomoea aquatica 14 Kentang Kentang Solanum tuberosum L. 15 Kubis Kol Brassica oleracexa L. Brassica olerceae var capitata L. 16 Kubis bunga Kol bunga Brassica var botritys Brassica oleraceae sp.campestris L. 17 Lobak Lobak 18 Petsai Sayur putih, sayur pendek, sayur pait, sayur panjang. Brassica campestris var. pekinensis Rupr Brassica sinensis 19 Peleng Peleng 20 Selada Selada Lactuca sativa L. 21 Seledri Daun sop 22 Tangho Tangho 23 Terung Terung Solanum melongenal 24 Tomat Tomat Lycopersicum esculentum Mill 25 Wortel Wortol Daucas carota Linn Tabel 2. Jenis Tanaman Ekspor dari Kecamatan Berastagi dan Negara Tujuan Ekspor No Jenis Tanaman Negara Tujuan 1 Kentang Malaysia, Singapura, Brunei D., USA 2 Tomat Singapura dan Malaysia 3 Kubis Bunga Malaysia, Singapura, Hongkong 4 Kubis Malaysia, Singapura, Jepang, Taiwan, Pakistan 5 Wortel Malaysia, Singapura, Pakistan, Hongkong 6 Buncis Malaysia, Singapura, Hongkong,Jepang 7 Arcis Malaysia 8 Seledri Malaysia, Singapura Sumber: Departemen Perindag Kabupaten Karo 2000 Jenis tanamen la kirim adalah tanaman yang hasilnya tidak diekspor, tetapi hanya didistribusikan untuk beberapa daerah lain atau di luar Sumatera Utara, seperti; Medan, Aceh, 89

9 Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI Vol. 1 No.2 Oktober 2005 Batam, Padang, Palembang, dan juga Riau 33. Klasifikasi Tanaman Berdasarkan Fluktuasi Harga Petani menggolongkan jenis tanaman atas fluktuasi harga menjadi dua bagian; tanaman dengan perubahan harga yang sangat cepat dan tanaman dengan perubahan harga yang tidak terlalu cepat. Petani menyebut tanaman dengan fluktuasi harga tinggi dengan tanamen ngeri atau tanamen ngeri-ngeri sedap, seperti; tomat, kentang, cabai merah, kubis bunga, dan wortel 34. Harga tanaman ini dapat berubah jauh dalam hitungan hari. Perbedaan harga sangat mencolok dari hari ke hari. Jenis tanaman ini sebahagian besar tergolong tanaman ekspor. Besarnya permintaan ekspor barang menentukan perubahan harga. Tanaman yang tergolong memiliki fluktuasi harga pasar yang tidak terlalu cepat adalah; buncis, brokoli, lobak, jenis terung, dan jenis capcai (kecuali wortel). Jenis tanaman ini tidak berubah secara mencolok perbedaan harganya. Jika naik, harga tidak terlalu tinggi dan jika turun, harga tidak jatuh terlalu besar 35. Sehubungan dengan fluktuasi harga ini, petani menempuh beberapa cara untuk mendapatkan informasi baru yang di up date setiap hari bahkan beberapa kali dalam sehari, terutama apabila petani hendak menjual tanamannya. Petani mengembangkan jalur informasi dengan para agen dan perkoper. Bahkan banyak petani yang membuka jalur informasi dengan tukang timbang di pasar induk dan juga dengan supir angkot dalam kota/antarkampung. Mereka inilah yang lebih cepat mendapat informasi mengenai harga barang, jenis tanaman yang banjir barang, arus ekspor, distribusi antarkota. 33 Dalam menjual tanaman kebutuhan ekspor dan lokal ini, petani memiliki dua alternatif pilihan penjualan, yaitu kepada agen (pedagang perantara untuk ekspor) dengan melelang tanaman di ladang atau membawanya ke pasar induk di Berastagi dan menjualnya ke perkoper (pedagang perantara untuk kebutuhan lokal) 34 Petani Gurusinga menjelaskan bahwa harga jenis tanaman ngeriini dapat tiba-tiba menjadi mejile (mahal) dan juga tiba-tiba menjadi mejin (murah), yang membuat mereka bisa mendapat untung tetapi juga bisa menderita kerugian besar. 35 Petani menjelaskan beragam versi penyebab naik turunnya harga, misalnya karena banjir barang, tingginya permintaan barang dari dalam dan luar negeri, atau karena kegagalan panen di daerah lain. Signifikansi Pengetahuan Petani bagi Stabilitas Ekosistem Ladang dan Sistem Pertanian Berkelanjutan Pengetahuan dan praktik tanam campuran petani di Desa Gurusinga yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa satu petani dengan petani lain cenderung mempraktikkan pola tanam campuran dan pilihan jenis tanaman yang berbeda-beda. Perbedaan pilihan jenis tanaman dan pola tanam cenderung didasarkan pada pengalaman, atau lebih tepatnya merupakan akumulasi pengetahuan petani dari satu periode tanam ke periode tanam lain. Hasil dari percobaan dan akumulasi pengetahuan adalah klasifikasi tanaman berdasarkan banyak hal. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan petani tidak statis, melainkan dinamis sesuai dengan perkembangan situasi baru. Penyesuain selalu diupayakan petani demi mencapai harapan mereka dalam setiap periode tanam. Hasil dari apa yang mereka praktikkan adalah keragaman jenis tanaman dan pergantian jenis tanaman untuk setiap periode tanam. Fenomena ini searah dengan isu keragaman hayati (biodiversity). Dalam kaitannya dengan konteks keragaman tanaman, apa yang dipraktikkan petani hortikultura di Gurusinga akan menyumbang pada lestarinya keragaman tanaman. Kelestarian keragaman tanaman akan senantiasa terpelihara karena ada hal lain yang juga lestari (paling tidak dalam prediksi petani) yaitu kecenderungan akan kepastian perubahan iklim yang tidak menentu, fluktuasi harga yang sangat tinggi, serangan hama dan penyakit yang sulit diprediksi dan diantisipasi, dan juga perubahan kuantitas permintaan ekspor dan lokal hasil pertanian. Keseluruhan faktor ini akan mempengaruhi hasil panen dan penghasilan petani. Kekhawatiran akan jatuhnya harga dari beberapa jenis tanaman dan antisipasi serangan hama, petani akan cenderung tetap membudidayakan jenis tanaman yang beragam. Tindakan ini terutama ditujukan sebagai proteksi stabilitas hasil panen atau stabilitas penghasilan. Sebagaimana telah diuraikan di atas, petani mengatakan bahwa jika menanam jenis tanaman yang sama (atau mencampur tanaman yang sama) di lahan yang sama untuk dua periode tanam berturut-turut, maka hasil panen 90

10 cenderung berkurang dari segi kuantitas. Selain itu, serangan hama juga akan cenderung lebih mengganas. Konsekuensinya, petani harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk penyemprotan pestisida. Selain itu, biaya pupuk juga lebih banyak. Penjelasan petani mengenai hal ini: Jenis tanaman yang sama akan memakan zat tanah yang sama, jadi harus ditambah pupuk karena telah dimakan oleh tanaman yang sama sebelumnya, demikian juga hama dan penyakit yang sebelumnya ada juga lebih cepat berkembang karena tanamannya sama, karena tidak semua hama itu mati walau telah panen, entah kenapa begitu, kami tidak tahu.., tapi kalau diganti posisi tanaman atau jenis tanamannya, tidak begitu dia, bisa lebih baik panennya, begitulah. Penjelasan demikian merupakan pengetahuan yang diperoleh petani dari pengalaman mereka sebelumnya. Mereka melakukan upaya pergantian jenis tanaman demi menjaga kesuburan tanah dan sebagai upaya untuk meminimalisir serangan hama dan penyakit tanaman. Keanekaragaman hayati menurut Cleveland (1993) dan Shand (1997) sangat diperlukan dalam jangka panjang untuk kehidupan di planet ini dan merupakan kunci mendasar bagi sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture) 36. Urgensi terhadap perlindungan keragaman hayati ini juga telah melahirkan sebuah konvensi keragaman biologi di Rio de Janeiro pada tahun Konvensi ini telah menetapkan bahwa langkah pertama yang perlu dikampanyekan untuk seluruh dunia adalah perlindungan terhadap perusakan keragaman. Perusakan keragaman ini merupakan ancaman terhadap pemusnahan beberapa spesies dan perusakan lingkungan, termasuk di dalamnya tumbuhan, hewan, ikan atau hutan. Akhirnya, hal itu akan menyebabkan kerusakan ekosistem pada tingkat dunia 37. Kesadaran banyak pihak akan bencana yang dihadapi akibat hilangnya keragaman hayati telah mencetuskan beberapa upaya ke arah konservasi keragaman hayati. Salah satu elemen penting dari upaya ini adalah konservasi biodiversity dalam habitatnya sendiri (in situ), selain konservasi di luar habitat pada genebank secara ex situ. Konservasi keragaman tanaman dalam habitatnya sendiri akan melibatkan petani sebagai orang yang paling dekat dengan budidaya tanaman tersebut. Dengan demikian, perhatian akan lebih bermanfaat difokuskan kepada petani dan pengetahuan lokal mereka. Petani adalah aktor yang paling penting dalam upaya konservasi keragaman tanaman. Pengetahuan yang mereka miliki merupakan suatu kearifan pemanfaatan lahan yang memperhatikan kepentingan lingkungan, ekonomi, dan stabilitas ekosistem ladang mereka. 36 Menurut Cleveland (1993) dan Shand (1997) dalam jangka panjang, keragaman hayati sangat diperlukan bagi jaminan persediaan makanan bagi penduduk Bumi; juga berfungsi sebagai sistem yang mendukung kehidupan di planet ini untuk kontribusi oksigen, mempertahankan kualitas atmosfer dan juga untuk alasan estetis. 37 Beberapa penulis menyebutkan bahwa perusakan keragaman hayati berawal dari usaha modernisasi pertanian, komersialisasi, maupun intensifikasi produksi melalui Revolusi Hijau dan sistem pertanian monokultur dengan pengutamaan pada penggunaan teknologi tinggi, pasokan energi tinggi, dan hasil yang tinggi. Program Revolusi Hijau tidak hanya mengancam hilangnya keragaman hayati, tetapi juga terhadap hilangnya pengetahuan-pengetahuan tradisional petani, karena keduanya memiliki hubungan yang saling terkait. 91

11 Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI Vol. 1 No.2 Oktober 2005 Daftar Pustaka Cleveland, D. A Is Variety More than Spice of Life: Diversity, Stability, and Sustainable Agriculture. Dalam Culture and Agriculture: 2-7. Millar, David Farmer Experimentation and The Cosmovision Paradigm. Dalam Walter de Boef, Kojo Amanor, and Kate Williard, with Anthony Bebbington (eds) Cultivating Knowledge: Genetic Diversity, Farmer Experimentation and Crop Research. London: Intermediate Technology Publication, hal 20. Hobart, Mark Introduction: The Growth of Ignorance. Dalam Mark Hobart (ed) An Anthropological Critique of Development: The Growth of Ignorance. London and New York: Routledge Publication, hal Sembiring, Sri Alem Praktik Tanam Campuran: Kajian Proses Pengambilan Keputusan Petani dalam Memilih Jenis Tanaman Hortikultura di Desa Gurusinga, Kec.Berastagi, Kab.Karo Sumatera Utara. [ Thesis]. Depok: Universitas Indonesia. [Tidak dipublikasikan]. Shand, Hope Human Nature: Agriculture Boidiversity and Farm Based Food Security, RAFI (Rural Advancement Foundation International). Canada: Design Co, December Van Dusseldorp, Dirk dan Louk Box Local and Scientific Knowledge: Developing a Dialogue. Dalam Walter de Boef, Kojo Amanor, and Kate Williard, with Anthony Bebbington (eds) Cultivating Knowledge: Genetic Diversity, Farmer Experimentation and Crop Research. London: Intermediate Technology Publication, hal

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan suatu daerah di Propinsi Sumatera Utara yang terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai. Kabupaten

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain memiliki masa panen yang cukup pendek, permintaan

Lebih terperinci

PERIODESASI WAKTU BERDASARKAN PENGALAMAN PETANI: Kajian Antropologi Mengenai Periode Perkembangan Budidaya Hortikultura Di Berastagi Kab. Karo.

PERIODESASI WAKTU BERDASARKAN PENGALAMAN PETANI: Kajian Antropologi Mengenai Periode Perkembangan Budidaya Hortikultura Di Berastagi Kab. Karo. PERIODESASI WAKTU BERDASARKAN PENGALAMAN PETANI: Kajian Antropologi Mengenai Periode Perkembangan Budidaya Hortikultura Di Berastagi Kab. Karo. Sri Alem Br.Sembiring 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral serta bernilai ekonomi tinggi. Sayuran memiliki keragaman yang sangat banyak baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman II.TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Agronomis Wortel atau Carrot (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia,melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang diartikan pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia telah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian antara

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Flowchart penelitian. Mulai. Pengumpulan Data. Data Sekunder. Data Primer. tidak Cukup. Penentuan Komoditi Unggulan

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Flowchart penelitian. Mulai. Pengumpulan Data. Data Sekunder. Data Primer. tidak Cukup. Penentuan Komoditi Unggulan Lampiran 1. Flowchart penelitian DAFTAR LAMPIRAN Mulai Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder tidak Cukup Ya Penentuan Komoditi Unggulan Evaluasi Aspek selesai Lampiran 2. Kuisioner pendapat petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat

I. PENDAHULUAN. dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Karo terletak pada jajaran Dataran Tinggi Bukit Barisan dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat 2 0 50 3 0 19 Lintang Utara dan 97 0 55-98

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Oleh Liferdi Lukman Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung 40391 E-mail: liferdilukman@yahoo.co.id Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. ada dua faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah lama dikenal sebagai Negara agraris. Lebih dari 50% penduduk hidup dari kegiatan yang langsung dan tidak langsung berhubungan dengan pertanian dan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa Var Ascalonicum (L)) merupakan salah satu tanaman bumbu dapur yang sangat mudah dijumpai di berbaga tempat. Bumbu yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berpengaruh terhadap pembangunan negara. Pertanian merupakan salah satu bagian dari bidang agribisnis. Saragih dan

Lebih terperinci

hasil tanaman seperti yang diharapkan. Syarat tumbuh tanaman dari faktor teknologi budidaya tanaman (T) meliputi: (a) jenis dan varietas tanaman; (b)

hasil tanaman seperti yang diharapkan. Syarat tumbuh tanaman dari faktor teknologi budidaya tanaman (T) meliputi: (a) jenis dan varietas tanaman; (b) BAB I PENGANTAR Guna melakukan budidaya tanaman, agar tanaman dapat menghasilkan secara optimal, maka harus memerhatikan syarat tumbuh tanaman, sebab setiap jenis tanaman memiliki kekhasan sendiri-sendiri.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 109 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan hasil analisis data yang telah penulis lakukan dalam penelitian tentang Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas hortikultura terutama jenis sayur-sayuran dan buah-buahan sangat diminati oleh konsumen. Sayuran diminati konsumen karena kandungan gizinya baik dan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sayuran.sayuran berperan penting karena mengandung berbagai

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sayuran.sayuran berperan penting karena mengandung berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu sumber pemenuh makanan pangan dan peningkatan gizi manusia berasal dari sayuran.sayuran berperan penting karena mengandung berbagai sumber mineral, vitamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai banyak wilayah yang dapat dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai banyak wilayah yang dapat dijadikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai banyak wilayah yang dapat dijadikan sebagai lahan pertanian hortikultura. Setiap wilayah mempunyai karakteristik dan potensi dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi trend baru masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian CV. Kebun Citra Sehat Organik berlokasi di kampung Lembah Nendeut, Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Wilayah kota Bogor

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan,

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang pembangunan juga sebagi sumber mata pencaharian penduduknya. Sektor pertanian di

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

Perkembangbiakan Tanaman

Perkembangbiakan Tanaman SERI LEMBARAN FAKTA TENTANG Penyimpanan Benih & Perkembangbiakan Tanaman Dikembangkan oleh Yayasan IDEP Dengan dukungan dari the Seed Savers Network Apakah Anda ingin menanam tanaman yang lebih sehat sambil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, dan jika ditambahkan ke dalam tanah atau ke tanaman. Pupuk dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangannya terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang cukup besar di dunia. Pada masa zaman pemerintahan Hindia-Belanda, Indonesia merupakan negara terkenal yang menjadi pemasok hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Sistem vertikultur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Namun, secara umum tanaman cabai disebut sebagai pepper atau chili.

BAB I PENDAHULUAN. Namun, secara umum tanaman cabai disebut sebagai pepper atau chili. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor hortikultura memegang peranan penting dalam pertanian Indonesia secara umum. Salah satu jenis usaha agribisnis hortikultura yang cukup banyak diusahakan

Lebih terperinci

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang 1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, tanaman selada belum dikelola dengan baik sebagai sayuran komersial. Daerah yang banyak ditanami selada masih terbatas di pusat-pusat produsen sayuran

Lebih terperinci

TUGAS PENGGOLONGAN TANAMAN

TUGAS PENGGOLONGAN TANAMAN TUGAS PENGGOLONGAN TANAMAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Rekayasa Teknologi Produksi Tanaman AGROTEKNOLOGI Kelas D Disusun Oleh : Widi Elsa Nursuci Lestari 150510150095 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat bermukim di pedesaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidroponik Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam bahas asal yaituyunani, hidroponik berasal dari kata hydro (air) dan ponos (kerja) yang berarti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai ramuan, rempah - rempah, bahan minyak

Lebih terperinci

Pengembangan Pertanian Dengan Berbisnis. Tanaman Cabe untuk di Pasarkan dan meningkatkan Kualitas

Pengembangan Pertanian Dengan Berbisnis. Tanaman Cabe untuk di Pasarkan dan meningkatkan Kualitas Lingkungan Bisnis Peluang Usaha Pengembangan Pertanian Dengan Berbisnis Tanaman Cabe untuk di Pasarkan dan meningkatkan Kualitas Nama : Januareza Satria Nim : 10.11.3800 Kelas Study : S1 - TI 2 D : Lingkungan

Lebih terperinci

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan

Lebih terperinci

UAD, Yogyakarta. Risanti Dhaniaputri Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan ( Abstrak

UAD, Yogyakarta. Risanti Dhaniaputri Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan (  Abstrak PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TOMAT MERAH (Lycopersicum esculentum L. var commune) DAN TOMAT UNGU (Lycopersicum esculentum L. var indigo rose) YANG DITANAM DENGAN TEKNIK HIDROPONIK METODE DRIP IRRIGATION (IRIGASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pengembangan dan pemasaran yang cukup baik karena banyak dimanfaatkan oleh

Lebih terperinci

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Lampiran 1. Ekspor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Ekspor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volum Nilai (US$) e (Kg) Tanaman pangan

Lebih terperinci