PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I OLEH TIM DOSEN KIMIA FISIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I OLEH TIM DOSEN KIMIA FISIKA"

Transkripsi

1 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I OLEH TIM DOSEN KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA FMIPA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2012

2 TATA TERTIB PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1. Pendaftaran Setiap mahasiswa yang akan melakukan praktikum kimia fisika harus mendaftarkan diri di kantor Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas 2. Petunjuk Percobaan Untuk setiap percobaan disediakan petunjuk percobaan yang akan diberikan kepada yang bersangkutan pada awal praktikum. Mahasiswa harus melengkapi pengetahuan dasar percobaan tersebut dari bahan kuliah dan literature yang berhubungan 3. Absensi Mahasiswa diwajibkan dating tepat pada waktunya serta mengisi daftar hadir sesaat sebelum praktikum. Terlambat 10 menit tanpa alas an yang sah atau tidak mengisi daftar hadir dianggap absen dan tak dapat melakukan praktikum. 4. Lemari Praktikum Tiap percobaan memiliki lemari tersendiri. Kuncinyadpat diminta sebelum melakukan percobaan dan harus diserahkan kembali setelah percobaan selesai kepada asisten yang bersangkutan. Selama melakukan percobaan isi lemari harus dicek, bila ada kekurangan kerusakan haru dilaporkan. Selesai melakukan percobaan isi lemari dicek sesuai daftar alat-alat yang tersedia di dalam lemari bersama asisten. Alat harus kembali dalam keadaan utuh dan bersih. Nomor lemari sesuai daftar percobaan. 5. Alat Gelas, instrument dan lain-lain Alat gelas atau alat lain yang tidak terdapat dalam lemari percobaan dapat dipinjam kepada asisten dan langsung ditanggungjawabkan. Untuk penggunaan peralatan yang agak rumit harap berhubungan dengan asisten untuk menghindari kerusakan teknis.

3 I. PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN MASSA JENIS GAS TUJUAN A. Menentukan berat molekul senyawa volatile berdasarkan pengukuran massa jenis gas B. Melatih penggunaan persamaan ideal TEORI Perasamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatile. Dari persamaan ideal didapat: PV = nrt (1) Atau PV = (m/mr)rt (2) Dengan mengubah persamaan (2) akan diperoleh : P(Mr) = (m/v) = ρrt Agar satuan-satuan yang digunakan pada persamaan (3) sesuai, maka digunakan patokan sebagai berikut: V(L), T(K), P(atm), ρ(g/l) dan R = 0,082 atm L /mol K Bila suatu cairan volatile dengan titik didih kecil dari 100 C ditempatkan dalam Erlenmeyer bertutup yang mempunyai lubang kecil pada bagian tutupnya. Kemudian Erlenmeyer terebut dipanaskan sampai 100 C maka cairan akan menguap dan uapnya akan mendorong udara yang ada didalamnya keluar, sampai akhirnya uap ini akan berhenti keluar bila keadaan setimbang dicapai yaitu tekanan uap cairan sama dengan tekanan udara luar. Pada keadaan ini erlenmeyer hanya berisi uap cairan dimana pada saat itu volume sama dengan volume erlenmeyer dan tekanan sama dengan tekanan udara luar serta suhu sama dengan titik didih air dalam penangas yaitu (100 C),erlenmeyer didinginkan dan ditimbang sehingga massa gas diperoleh, kemudian dengan persamaan (3) berat senyawa dapat ditentukan. PROSEDUR PERCOBAAN Alat dan Bahan - Erlenmeyer 100 ml - Gelas piala besar - Aluminium voil - Karet gelang

4 - Jarum - Neraca analitik - Desikator - Cairan Volatil (etanol/kloroform) Cara Kerja 1. Ambil sebuah erlenmeyer berleher kecil yang bersih dan kering, tutup dengan alumunium voil kencangkan dengan karet yang seperti terlihat dalam gambar. 2. Timbang dengan neraca analitik 3. Masukkan ± 5 ml cairan volatile ke dalam erlenmeyer, kemudian tutup kembali dengan alumunium voil, kencangkan dengan karet sehingga tutup ini bersifat kedap gas. Lalu dengan menggunakan sebuah jarum buatlah sebuah lubang kecil pada tutupnya agar gas dapat keluar 4. Rendam erlenmeyer dalam penangas air bersuhu ± 100 C, sehingga bagian bawahnya 1,5 cm dari alumunium voil biarkan semua cairan volatile menguap. Catat suhu penangas air. 5. Setelah semua cairan menguap dalam erlenmeyer pemanasan dihentikan.keringkan dari air yang melekat pada bagian luar, lalu dinginkan dalam desikator. Udara akan masuk lagi ke dalam ermenjadi cair. 6. Timbang erlenmeyer dingin tersebut (tutup alumunium dan gelang karet tidak dilepas, ikut ditimbang) 7. Tentukan volume erlenmeyer dengan mengisinya sampai penuh dan mengukur massa jenis yang terdapat dalam erlenmeyer tersebut. Ukur suhu airnya maka volume air bisa diketahui dengan menggunakan rumus: ρ = k.m/v 8. Ukur tekanan atmosfir dengan menggunakan barometer Hasil dan Perhitungan - Massa erlenmeyer + aluminium voil + karet gelang = g - Massa erlenmeyer + aluminium voil + karet gelang + cairan X =..g - massa cairan x = g - Massa erlenmeyer = g - Massa erlenmeyer + air = g - Suhu penangas air =.. C - Suhu air =.. C - Tekanan udara(sama dengan tekanan uap cairan) =.atm Perhitungan 1. Hitung volume erlenmeyer dengan menggunakan massa jenis air dari table (g/cm 3 ) 2. Hitung massa jenis gas dengan menggunakan massa cairan x dan volume erlenmeyer (pada suhu penangas air dan tekanan atmosfir) 3. Hitung berat molekul cairan x dengan menggunakan persamaan gas ideal.

5 Pertanyaan 1. Apakah yang menjadi sumber kesalahan utama dalam percobaan ini? 2. Dari hasil analisis penentuan berat molekul suatu cairan x yang bersifat volatile diperoleh nilai = 120 g/mol. Dari analisis suatu cairan x mengandung unsure C = 10 % Cl = 89,0% H = 1,0% Tentukan rumus molekul senyawa ini!

6 II. TEGANGAN PERMUKAAN TUJUAN - Menentukan tegangan permukaan cairan atau larutan - Untuk mempelajari efek zat aktif permukaan terhadap nilai tegangan permukaan TEORI Cairan cendrung untuk memperkecil luas permukaan. Gejala ini dapat dilihat pada permukaan cairan yang umumnya berbentuk cekung dan tetesan cairan cendrung berbentuk bulat, karena geometri bulatan merupakan permukaan terkecil dengan jumlah molekul maksimum. Kerja yang diperlukan untuk mengubah luas permukaan yang sangat kecil pada suatu sampel sebanding dengan dς, maka besar kerja tersebut adalah: dw = γdς Koefisien γ disebut dengan tegangan permukaan yaitu energy persatuan luas (Jm -2 ). Kecendrungan cairan untuk naik pada pipa kapiler merupakan konsekuensi dari tegangan permukaan yang disebut dengan gaya kapiler. Jika pipa kapiler dimasukkan ke dalam cairan, maka cairan akan naik dalam kapiler sampai dicapai keadaan setimbang (tekanan udara diluar kapiler sama dengan tekanan udara dalam kapiler). Perbedaan tekanan ini disebut dengan tekanan hidrostatik (ρgh). Sedangkan tekanan tepat dibawah permukaan datar diluar kapiler adalah P yaitu tekanan atmosfir, tetapi di dalam kapiler pada tinggi yang sama besarnya adalah sama dengan 2γ/r (r = jari-jari kapiler), sehingga: 2r P P P P-2γ/r 2γ/r = ρ P P γ = ρghr/2 P P-2γ/r P P P Untuk menentukan tegangan permukaan suatu cairan, sebagai standar digunakan air (suhunya tertentu, sehingga massa jenis dapat dibaca dari table), maka persamaan (3) dapat dikembangkan menjadi berikut: γ 1 /γ 2 = ρ 1 h 1 /ρ 2 h 2 γ 1 = tegangan permukaan air γ 2 = tegangan permukaan cairan x ρ 1 = massa jenis air ρ 2 = massa jenis cairan x h 1 = tinggi air dalam kapiler h 2 = tinggi cairan x dalam kapiler PROSEDUR PERCOBAAN Zat dan Alat - Kapiler (diameter dalamnya diketahui) - Klem - Gelas piala - Aquadest - Labu Ukur 100 ml - detergent

7 - Neraca - larutan garam-garam - Penggaris Cara Kerja 1. Cuci kapiler sampai bebas dari lemak 2. Celupkan kedalam aquadest kapiler tersebut, tunggu beberapa saat air akan naik dalam kapiler, ukur tingginya. Ukur suhu air untuk menentukan massa jenis air (table) 3. Keringkan kapiler, kemudian celupkan ke dalam larutan dengan detergen (konsentrasinya ditentukan oleh asisten), ukur tinggi cairan detergen yang naik dalam kapiler. 4. Tentukan massa jenis larutan detergen (lihat cara penentuan massa jenis pada objek yang lain) 5. Hitung tegangan permukaan larutan detergen 6. Hitung tegangan permukaan larutan detergen dengan adanya pengaruh garm-garam Hasil dan perhitungan Untuk hasil percobaan buatlah table yang berisikan konsentrasi surfaktan/detergen,massa jenis, tinggi cairan dalam kapiler dan nilai tegangan permukaan. Pertanyaan 1. Jelaskanlah pengaruh suhu dan konsentrasi tegangan permukaan 2. Terangkanlah kenapa nilai tegangan permukaan larutan detergen berubah dengan adanya senyawa-senyawa garam 3. Sebutkan cara-cara penentuan tegangan permukaan yang lainnya (buat pada tugas pendahuluan)

8 III. VISKOSITAS CAIRAN UNTUK MENENTUKAN JARI-JARI MOLEKUL TUJUAN 1. Melatih menggunakan viscometer Ostwald 2. Menggunakan pengukuran viskositas untukmenentukan jari-jari molekul TEORI Einstein menurunkan sebuah persamaan yang hubungan antara volume zat terlarut dengan viskositas larutan. Persamaan itu adalah: η/η o = 1 + 2,5θ η = viskositas larutan η o = viskositas pelarut θ = fraksi volume zat terlarut (dengan menganggap partikel zat terlarut berbentuk bola) Apabila persamaan Einstein tadi disusun kembali akan diperoleh: η/η o = 1 + 6,3 x r 3 C r C = Jari jari molekul zat terlarut dalam cm ( di sini dianggap bahwa partikel zat terlarut dalam bentuk bulat, sehingga volumenya sama dengan 4/3 πr 3. Pada kenyataannya sangat jarang ditemui partikel zat terlarut dalam bentuk bulat. Jadi yang akan ditentukan dalam percobaan ini adalah jari-jari efektif dengan anggapan bahwa partikel zat berbentuk bulat). = konsentrasi partikel(molekul) zat terlarut dalam satuan mol/liter Dari persamaan diatas terlihat bahwa apabila dibuat kurva η/η o sebagai fungsi C akan diperoleh sebuah garis lurus dengan slope 6,3 x r 3. Viskositas dapat diukur dengan menggunakan viscometer Ostwald (ataupun yang lain). Biasanya viskositas ditentukan dengan jalan membandingkan waktu alir larutan dengan waktu alir pelarut (air). Viskositas larutan dapat dit Entukan dengan menggunakan persamaan : η/η o = td/t 0 d 0. η dan η 0 = viskositas larutan dan pelarut t dan t 0 = waktu alir larutan dan pelarut PROSEDUR PERCOBAAN Zat dan Alat Zat : - gliserol - Alkohol dan aseton Alat : - Viskometer Ostwald - Pipet 10 ml - Buret 50 ml 2 buah

9 - Erlenmeyer 100 ml 4 buah - Stopwatch - Penangas air Cara Kerja 1. Siapkan larutan gliserol dengan konsentrasi 1,0 ; 0,75; 0,50; dan 0,25 M 2. Bersihkan viscometer dengan alcohol dan aseton 3. Ke dalam viscometer dimasukkan 5 ml larutan gliserol dengan pipet (harus tepat). Kemudian viscometer ditempatkan dalam penangas air dan biarkan suhu setimbang. 4. Ukur waktu yang diperlukan larutan gliserol untuk melewati jarak antara dua tanda yang terdapat pada viscometer (waktu alir). Ulangi sampai 3 kali dengan catatan perbedaan waktunya tidak lebih dari 0,5 detik. 5. Bersihkan viscometer dan ukur waktu alir larutan gliserol yang lain. Hasil Percobaan 1. Hitung waktu alir untuk tiap larutan dan air murni 2. Isilah table berisikan konsentrasi (C) mol/liter. Waktu alir rata-rata/liter, t/t o, d/d 0, dan η/η 0. Untuk menghitung nilai d/d 0 larutan gliserol gunakan rumus berikut: d/d 0 = 1 + 0,021 C Perhitungan 1. Buat kurva η/η 0 sebagai fungsi konsentrasi ( C ). Kurva ini harus memotong η/η 0 di 1 2. Hitung gradient kurva dan kemudian hitung jari-jari molekul gliserol (dalam Å ) Pertanyaan Dari informasi di bawah ini, hitunglah jari-jari maksimum molekul gliserol secara teoritis. Rumus molekul : CH 2 (OH)CH(OH)CH 2 (OH) Panjang ikatan : O H = 1,0 Å O C = 1,2 Å C C = 1,5 Å Semua sudut ikatan dianggap mendekati 109. Bandingkan jari-jari hasil perhitungan secara teoritis dan jari-jari yang diperoleh dari percobaan, berikan komentar mengenai hasil perbandingan.

10 IV. VISKOSITAS CAIRAN SEBAGAI FUNGSI SUHU TUJUAN 1. Menentukan viskositasenentukan viskositas cairan dengan metoda cairan dengan metoda Ostwald 2. Mempelajari pengaruh suhu terhadap viskositas cairan TEORI Setiap fluida, gas atau cairan, memiliki suatu sifat yang dikenal sebagai viskositas, yang dapat didefinisikan sebagai tahanan yang dilakukan suatu lapisan fluida terhadap suatu lapisan yang lainnya. Pada aliran laminar, fluida dalam pipa dianggap terdiri atas lapisan molekul-molekul yang bergerak satu diatas yang lainnya dengan kecepatan yang berbeda-beda. Profil kecepatan berbagai lapisan ini berbentuk parabola dengan kecepatan paling tinggi terdapat pada lapisan di bagian tengah pipa. Salah satu cara untuk menentukan viskositas cairan ialah metoda kapiler dari Poiseuille. Pada metode ini diukur waktu t, yang diperlukan oleh sevolume tertentu cairan V, untuk mengalir melalui pipa kapiler di bawah pengaruh tekanan penggerak, P yang tetap. Dalam hal ini, untuk cairan yang mengalir dengan aliran laminar, persamaan Poiseuille dinyatakan sebagai berikut: η dengan R dan L masing-masing ialah jari-jari dan panjang pipa kapiler. Metode Ostwald merupakan suatu variasi dari metode Poiseuille. Viskositas cairan adalah fungsi dari ukuran dan permukaan molekul, gaya tarik antar molekul dan struktur cairan. Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam kedudukan setimbang,maka sebelum suatu lapisan molekul dapat melewati lapisan molekul yang lainnya diperlukan suatu energy tertentu. Sesuai dengan hokum distribusi Maxwell-Boltzman, jumlah molekul yang memiliki energy yang diperlukan untuk mengalir dihubungkan dengan factor e -E/RT. Secara kuantitatif pengaruh suhu terhadap viskositas dinyatakan dengan persamaan empiric. η = Ae E/RT atau ln η = (E/RT ) + ln A Dengan A = tetapan yang sangat bergantung pada massa molekul relative dan volume molar cairan, dan E = energy ambang per mol yang diperlukan untuk proses awal aliran. Untuk cairan tak terdissosiasi. Batschinski mengemukakan persamaan empirik, η= atau ν = b + c/ = b + cφ b dan c tetapan yang bergantung pada jenis zat cair, dan ν adalah volume jenis dalam cm3/g. Ditemukan bahwa tetapan b praktis identik dengan tetapan van der waals cairan yang bersangkutan.

11 PROSEDUR PERCOBAAN Alat dan Bahan Alat - Viskometer Ostwald - Thermostat - Pencatat waktu (Stopwatch) - Pipet ukur 25 ml - Piknometer atau neraca westphal Alat - Cairan murni yang akan ditentukan viskositasnya, seperti: CCl4 Aseton Benzena Gliserol Sabun cair 20 ml 20 ml 20 ml 20 ml 20 ml Air suling sebagai cairan pembanding Cara Kerja 1. Pergunakan viscometer yang bersih 2. Letakkan viscometer dalam thermostat pada kondisi vertical 3. Pipet sejumlah tertentu (10-15 ml) cairan kedalam reservoir A sehingga kalau cairan ini dibawa ke reservoir B dan permukaannya melewati garis m, reservoir A kira-kira masih tersisih setengahnya. 4. Atur thermostat pada suhu yang dikehendaki. Biarkan Viskometer dan isinya selama 10 menit untuk mencapai suhu thermostat. 5. Dengan mengisap atau meniup (melalui sepotong slang karet) bawa cairan ke B sampai sedikit di atas garis m. Kemudian biarkan cairan mengalir secara bebas. Catat waktu yang diperlukan cairan untuk mengalir dari m ke n. Lakukan pengerjaan ini beberapa kali. 6. Tentukan rapat massa cairan pada suhu yang bersangkutan dengan piknometer dan neraca westphal. 7. Lakukan pengerjaan 1 sampai dengan 6 di atas, untuk cairan pembanding (air suling). Gunakan viscometer yang sama. Tugas 1. Hitung viskositas cairan yang diukur pada suhu 30 C, 35 C, 40 C, 45 C dan 50 C. dengan merujuk pada viskositas air (dari literature pada suhu-suhu tersebut). 2. Alurkan log η terhadap 1/T, kemudian tentukan tetapan A dan energy ambang aliran E 3. Alurkan volume jenis, ν terhadap fluiditas, φ, kemudian tentukan tetapan b. Bandingkan harga tetapan ini dengan tetapan van der waals dari cairan yang bersangkutan.

12 Pertanyaan 1. Apakah yang dimaksud dengan bilangan reynold dan bagaimanakah hubungannya dengan aliran laminar? 2. Sebutkan cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan! Berikan penjelasan singkat! Tugas Pendahuluan A. Dibuat dalam lembar terpisah 1. Mana yang fluiditasnya lebih besar : minayk tanah atau minyak kelapa? Jelaskan secara singkat! 2. Apakah viskositas suatu fluida selalu berkurang bila suhu dinaikkan? Jelaskan jawaban saudara 3. Susunlah format table data pengamatan untuk percobaan ini B. Dibuat dalam buku catatan praktikum Buatlah diagram alir dari percobaan ini!

13 V. PENENTUAN KALORIMETER DAN APLIKASI TUJUAN 1. Menentukan panas pelarutan suatu zat 2. Menggunakan Hukum Hess untuk menentukan panas reaksi secara tidak langsung 3. Mengetahui sifat-sifat calorimeter 4. Menentukan tetapan calorimeter sebagai dasar percobaan-percobaan lain TEORI Setiap system atau zat mempunyaienergi yang tersimpan di dalamnya. Energi potensial berkaitan dengan wujud zat, volume dan tekanan. Energi kinetic yang ditimbulkan karena atom-aton dan molekul-molekul dalam zat bergerak secara acak. Jumlah total dari bentuk energy itu disebut entalpi (H). Entlpi akan tetap konstan selama tidak ada energy yang masuk dan keluar dari zat. Perubahan entalpi positif menunjukan bahwa dalam perubahan terjadi penyerapan kalor. Reaksi kimia yang melepaskan atau mengeluarkan kalor disebut reaksi eksoterm. Reaksi yang menyerap kalor disebut reaksi endoterm. Pada reaksi endoterm, system menyerap energy. Oleh karena itu entalpi system akan bertambah. Sebaliknya, pada reaksi eksoterm, system membebaskan energy sehingga entalpi system akan berkurang artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Nilai entalpi dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum Hess yang berbunyi: entalpi suatu reaksi tidak dipengaruhi oleh jalannya reaksi akan tetapi hanya tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir Jadi untuk menentukan entalpi suatu reaksi kita bisa memperolehnya dengan mengambil semua jalan yang tersedia. Apabila dua zat atau lebih mempunyai suhu yang berbeda dan terisolasi dalam suatu system,maka kalor akan mengalir dari zat yang berbeda dan terisolasi dalam suatu system, maka kalor akan mengalir dari zat yang suhunya lebih tinggi ke zat yang suhunya lebih rendah. Dalam hal ini, kekekalan energy berperan penting. Sejumlah kalor yang hilang dari zat yang bersuhu tinggi sama dengan kalor yang didapat oleh zat yang suhunya lebih rendah. Hal ini dapat dinyatakan sebagai hokum kekekalan energy kalor, yang berbunyi: Kalor yang dilepas = kalor yang diserap Persamaan tersebut berlaku pada pertukaran kalor, yang selanjutnya disebut persamaan asas Black. Kalometri adalah ilmu dalam pengukuran panas secara kuantitatif yang masuk/keluar selama proses kimia. Calorimeter adalah alat untuk pengukuran kuantitas perubahan panas. Sebagai contoh jika energy dari reaksi kimia eksotermal diserap air, perubahan suhu dalam air akan mengukur jumlah panas yang ditambahkan. Kalorimeter digunakan untuk menghitung energy yang meningkat dalam suhu calorimeter. Bahan yang masuk ke dalamkalorimeter digambarkan sebagai volume air, sumber panas yang dicirikan sebagai massa air dan wadah atau calorimeter dengan massanya dan panas spesifik. Keseimbangan panas diasumsikan setelah percobaan perubahan suhu digunakan untuk menghitung energy tercapai.

14 PROSEDUR PERCOBAAN Alat - Calorimeter - Gelas piala - Gelas ukur - Cawan porselen - Mortal dan Pestel - Termometer - Pengaduk - Pembakar listrik - Desikator - Stopwatch Bahan - Aquadest - NaOH - NaClO - Aseton - Alkohol - Pemutuh pakaian/bayklin Cara kerja I. Tetapan Kalorimeter 1. Masukkan aquadest 50 ml kedalam calorimeter 2. Diaduk dan dicatat suhu air 30 detik sampai menit ke 4 3. Tepat menit keempat, masukkan air panas yang suhunya telah diketahui (minimum 35 C dan tidak boleh lebih dari 45 C) sebanyak 50 ml 4. Suhu air dalam calorimeter dicatat tiap 30 detik dengan mengaduk sampai menit ke Buat kurva antara suhu dan waktu untuk memperoleh suhu maksimum yang tepat II. Panas Pelarutan 1. Masukkan 100 ml air kedalam calorimeter sambil diaduk. Catat suhu setiap 30 detik. 2. Masukkan 4 gram NaOH/NaOCl kedalam calorimeter sambil terus diaduk. Catat suhu dan waktu ketika serbuk dimasukkan 3. Lanjutkan pembacaan temperature setiap 30 detik hingga menit ke-6 III. Panas Reaksi 1. Masukkan 25 ml aseton/alcohol/ ke dalam calorimeter 2. Catat suhu masukkan 75 bayklin dan aduk. Catat suhu dan waktu ketika bayklin dimasukkan 3. Lanjutkan pembacaan suhu setiap 30 detik sampai menit ke-6

15 Pertanyaan 1. Jelaskan kenapa energy yang diterima air dingin tidak sama dengan energy yang diterima air panas! 2. Bagaimanakah cara menentukan kapasitas panas calorimeter?

16 V. PANAS PEMBAKARAN TUJUAN 1. Menentukan kapasitas panas dengan burn calorimeter 2. Menggunakan Hukum Hess untuk menentukan panas pembakaran pada burn calorimeter TEORI Panas pembakaran adalah panas yang ditimbulkan pada pembakaran 1 mol zat. Biasanya panas pembakaran ditentukan secara eksperimen pada volume yang tetap dalam bom calorimeter. Reaksi suatu zat dengan oksigen disebut dengan reaksi pembakaran. Zat yang mudah terbakar adalah karbon, hydrogen, belerang dan berbagai senyawa dari unsure-unsur tersebut. Perubahan entalpi pada pembakaran sempurna adalah entalpi pembakaran standar yang dinyatakan dengan Hc yang terjadi pada 1 mol zat pada tekanan 1 atm dan suhu 298 K. Perubahan energy dalam reaksi kimia selalu dapat dibuat sebagai panas, oleh karena itu lebih tepat istilahnya disebut panas reaksi. Alat yang digunakan untuk mengukur panas tersebut disebut calorimeter. Calorimeter yang sering digunakan adalah bom calorimeter. Bom calorimeter terdiri dari sebuah bom (wadah tempat berlangsung reaksi pembakaran, biasanya terbuat dari bahan stainless steel) dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah kedap panas. PROSEDUR PERCOBAAN Alat - Burn calorimeter - Termometer - Hot plate - Gelas beker - Gelas ukur Bahan - Etanol - Spiritus - Aquadest - Lilin Cara Kerja 1. Masukkan 100 ml air dingin kedalam alat burn calorimeter. Catat suhunya! 2. Masukkan 100 ml air panas. Catat suhu campuran air (Tc) 3. Masukkan etanol kedalam alat pembakar (yang ada sumbunya) dan timbang massanya. 4. Hidupkan alat pembakar dan diletakkan dibawah burn calorimeter 5. Lakukan pemanasan hingga T = 15 C 6. Matikan alat pembakar 7. Timbang etanol yang tersisa 8. Ulangi langkah yang sama untuk spiritus 9. Ulangi langkah yang sama untuk lilin (cukup dengan membakar sumbunya) 10. Dihitung nilai kapasitas pembakaran dan perubahan energy dalam

17 VI. HUKUM RAOULT TUJUAN 1. Memperlihatkan pengaruh komposisi terhadap titik didih campuran 2. Memperlihatkan pengaruh gaya antar molekul terhadap terhadap tekanan uap campuran LATAR BELAKANG Jika dua macam cairan dicampurkan dan tekanan uap parsialnya masing-masing diukur, maka menurut Hukum Raoult, untuk tekanan uap parsial A berlaku: P A = X A P A Sedangkan tekanan uap parsial B berlaku : P B = X B P B P A = tekanan uap A (cairan murni) P B = tekanan uap B X A = X B = X A dan X B disebut fraksi mol Jumlah tekanan uap (P) menurut Hukum Dalton adalah: P = P A + P B Campuran yang memenuhi hokum Raoult disebut larutan ideal. Contohnya adalah benzene dan toluene. Sejauh ini yang dibicarakan adalah keadaan pada kondisi suhu tetap, tetapi dalam percobaan ini yang dijaga adalah tekanannya, yaitu pada 1 atm. Dalam percobaan ini yang diukur adalah titik didihnya. Karena kebanyakan campuran adalah larutan ideal, maka biasanya campuran tidak mengikuti Hukum Raoult. Ada dua macam penyimpangan yaitu penyimpangan positif dan penyimpangan negative. Penyimpangan positif tekanan uapnya berada diatas dari tekanan uap larutan ideal. Sedangkan penyimpangan negative sebaliknya PROSEDUR PERCOBAAN Alat dan Bahan Alat: - Alat Refluk - Pembakar gas/hot plate - Standard - Corong - Termometer - Gelas ukur 10 ml - Batu didih Bahan: - Propan-1-ol - Propan-2-ol - CHCl 3 - Aseton

18 Cara Kerja 1. Pasang alat refluk sebaik-baiknya. Perhatikan thermometer tercelup di tengah cairan dan jangan menyentuh dinding gelas refluk. 2. Masukkan 10 ml kloroform ke dalam labu refluk, panaskan sampai mendidih dan catat suhunya. 3. Jauhkan pemanas (hot plate) dari alat dan baru dituang 2 ml aseton ke dalam labu. Panaskan perlahan sampai mendidih dan setelah suhu tetap, catat suhu mendidihnya.

19 VII. SIFAT KOLIGATIF KENAIKAN TITIK DIDIH TUJUAN 1. Menentukan kenaikan titik didih molal dari pelarut kalau pelarut tersebut melarutkan suatu zat 2. Menentukan berat molekul suatu zat yang belum diketahui nilainya TEORI Suatu pelarut akan turun tekanan uapnya bila ke dalamnya dilarutkan zat lain yang sukar menguap. Karena itu keadaan keseimbangan antara fasa cair dan gas dari pelarut pada titik didihnya akan terganggu dan larutan tadi akan mendidih pada suhu yang lebih tinggi daripada suhu titik didih pelarut, sebanding dengan jumlah zat terlarut dan dapat ditunjukkan dengan hubungan T = K b m atau Kb = T K b M W a W b = kenaikan titik didih = konstanta kenaikan titik didih molal = Molalitas = massa pelarut (g) = massa zat terlarut (g) Jika dibuatkan grafik titik didih sebagai fungsi dari berat zat yang dilarutkan akan didapatkan suatu garis lurus dan gradient T/W b dapat diketahui. Kb = x gradient Harga K b dapat diketahui jika massa molar dari zat terlarut diketahui. Jadi dari penentuan titik didih pelarut murni dan kenaikan titik didih larutan yang diketahui konsentrasinya, dapatlah ditentukan berat molekul dari zat terlarut. BM b = PROSEDUR PERCOBAAN Alat dan Bahan Alat : - rheostat - Erlenmeyer bertutup 100 ml - Batu didih - Kondensor - Thermometer

20 Bahan: - CCl4 - Naftalen - CHCl3 - Asam Borat Cara Kerja 1. Susun alat-alat yang dipakai 2. Masukkan CCl 4 sebanyak 50 ml ke dalam labu erlenmeyer bertutup kemudian timbang Labu tersebut. Tuangkan CCl 4 ke dalam alat penentuan titik didih. Timbang kembali labu erlenmeyer sehingga berat CCl 4 diketahui. 3. Tutup labu dewar dan atur rheostat lebih kurang 1,5 A. Pelarut akan stabil mendidih setelah 30 menit. 4. Timbang 8 buah naftalen dengan berat masing-masing lebih kurang 0,5 gram. 5. Jika suhu titik didih sudah hamper tercapai, baca suhu pada thermometer setiap 2 menit. 6. Jika suhu sudah tetap pada dua kali pembacaansuhu, catat suhu 7. Lepaskan hubungan alat kondensor secara tepat lalu masukkan satu pellet naftalen ke dalam alat dan tutup kembali kondensor. Teruskan pembacaan suhu, catat suhu setelah dua kali pembacaan tetap. 8. Ulangi langkah 7 sampai ke delapan pellet naftalen terlarutkan 9. Buat grafik titik didih sebagai fungsi naftalen yang ditambahkan 10. Kalau yang dicari adalah BM zat X, ulangi langkah 1 sampai 9 dengan pelarut murni dan zat yang tidak diketahui berat molekulnya. Hasil dan Perhitungan Untuk hasil percobaan buat table yang berisikan nama sampel (CCl 4, pellet, dst), suhu, suhu ratarata dan berat sampel yang ditambahkan. Untuk perhitungan carilah gradient dari grafik. Hitunglah K b kalau BM zat yang sudah diketahui atau hitunglah BM b dari zat X kalau K b diketahui. Pertanyaan 1. Apakah sifat khas dari peristiwa-peristiwa berikut: penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmosis! 2. Berikanlah definisi titik didih!

HUKUM RAOULT. campuran

HUKUM RAOULT. campuran HUKUM RAOULT I. TUJUAN - Memperhatikan pengaruh komposisi terhadap titik didih campuran - Memperlihatkan pengaruh gaya antarmolekul terhadap tekanan uap campuran II. TEORI Suatu larutan dianggap bersifat

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. Tujuan 1. Menentukan berat molekul senyawa CHCl 3 dan zat unknown X berdasarkan pengukuran massa jenis gas secara eksperimen

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS. Oleh:

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS. Oleh: LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS Oleh: NI PUTU WIDIASTI NI PUTU MERRY YUNITHASARI I DEWA GEDE ABI DARMA (1113031049)/D (1113031059)/D (1113031064)/D

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS OLEH: RATIH NOVIYANTI (1113031028) DEWA AYU PRAPTI WIDI PRAMERTI (1113031042) GUSTI AYU PUTU WULAN AMELIA PUTRI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS OLEH: RATIH NOVIYANTI (1113031028) DEWA AYU PRAPTI WIDI PRAMERTI (1113031042) GUSTI AYU PUTU WULAN AMELIA PUTRI

Lebih terperinci

VISKOSITAS DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN

VISKOSITAS DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN VISKOSITAS DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN I. TUJUAN 1. Menentukan viskositas cairan dengan metoda Ostwald 2. Mempelajari pengaruh suhu terhadap viskositas cairan II. DASAR TEORI Viskositas diartikan sebagai

Lebih terperinci

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BABffl METODOLOGIPENELITIAN BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 0805034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

LAPORAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS LAPORAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. TUJUAN 1. Menentukan berat molekul senyawa yang mudah menguap (volatile) berdasarkan pengukuran massa jenis gas 2. Melatih

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Percobaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Percobaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap, terutama jika terjadi kenaikan suhu (Aziz, dkk, 2009). Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di Laboratorium Pengolahan Limbah Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium

Lebih terperinci

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI PERCOBAAN VI Judul Percobaan : DESTILASI Tujuan : Memisahkan dua komponen cairan yang memiliki titik didih berbeda. Hari / tanggal : Senin / 24 November 2008. Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam

Lebih terperinci

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN Tilupl Gambar A.1 Diagram Alir Metode Penelitian A-1 LAMPIRAN B PROSEDUR PEMBUATAN COCODIESEL MELALUI REAKSI METANOLISIS B.l Susunan Peralatan Reaksi metanolisis

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PENENTUAN TITIK BEKU Nama Mahasiswa NIM : Ita Permadani : M0311040 Hari/Tanggal Praktikum : Kamis, 10 November 2011 Kelompok : 13 Asisten Pembimbing : Dewi Nur Rita LABORATORIUM

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN PERUBAHAN ENTALPI DENGAN KALORIMETER

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN PERUBAHAN ENTALPI DENGAN KALORIMETER LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN PERUBAHAN ENTALPI DENGAN KALORIMETER Oleh: Aprilia Rizqi Nurcahyani XI IPA IV (02) SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SEWON JALAN PARANGTRITIS KM 5 YOGYAKARTA 2012/2013 A.

Lebih terperinci

LKS XI MIA KELOMPOK :... ANGGOTA :

LKS XI MIA KELOMPOK :... ANGGOTA : LKS XI MIA KELOMPOK :... ANGGOTA : [PRAKTIKUM MENENTUKAN NILAI DELTA H REAKSI MENGGUNAKAN KALORIMTER SEDERHANA] Lembar Kerja Siswa SMA N 1 KOTA JAMBI Menentukan nilai H reaksi Menggunakan Kalorimeter Sederhana

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di Laboratorium Kimia dan Biokimia, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

I Sifat Koligatif Larutan

I Sifat Koligatif Larutan Bab I Sifat Koligatif Larutan Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini Anda dapat menjelaskan dan membandingkan sifat koligatif larutan nonelektrolit dengan sifat koligatif larutan elektrolit. Pernahkah

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Fisika. PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI ( Hc) DENGAN MENGGUNAKAN KALORIMETER BOM

Laporan Praktikum Kimia Fisika. PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI ( Hc) DENGAN MENGGUNAKAN KALORIMETER BOM Laporan Praktikum Kimia Fisika PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI (Hc) DENGAN MENGGUNAKAN KALORIMETER BOM 18 Maret 2014 Dosen Pembimbing : Fitri Khoerunnisa Ph.D. Disusun oleh : Dinar Khairunisa (1307218) FAKULTAS

Lebih terperinci

Titik Leleh dan Titik Didih

Titik Leleh dan Titik Didih Titik Leleh dan Titik Didih I. Tujuan Percobaan Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur

Lebih terperinci

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas BABHI METODA PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas yang diperoleh dari salah satu rumah makan di Pekanbaru,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL Nama : Ardian Lubis NIM : 121810301028 Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LABORATORIUM KIMIA FISIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Gambar 1.1 Proses kenaikan titik didih Sumber: Jendela Iptek Materi Pada pelajaran bab pertama ini, akan dipelajari tentang penurunan tekanan uap larutan ( P), kenaikan titik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN DEFINISI Sifat koligatif larutan : sifat larutan yang tidak tergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya tergantung pada banyakknya partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu molekul dalam fasa cair dapat dianggap secara sempurna dikelilingi oleh molekul lainnya yang secara rata-rata mengalami daya tarik yang sama ke semua arah. Bila

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Fisik

Laporan Praktikum Kimia Fisik Laporan Praktikum Kimia Fisik DestilasiCampuranBiner Oleh :Anindya Dwi Kusuma Marista (131424004) Annisa Novita Nurisma (131424005) Rahma Ausina (131424022) Kelas : 1A- Teknik Kimia Produksi Bersih Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai konstanta dalam peristiwa adsorbsi dari larutan asam asetat oleh karbon aktif pada suhu konstan. I.2. Dasar

Lebih terperinci

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

Rima Puspa Aryani : A1C311010

Rima Puspa Aryani : A1C311010 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SMA (AKKC 351) PERCOBAAN VIII SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Dosen: Dra. Hj. St. H. Nurdiniah, M.Si Drs. Rusmansyah, M.Pd Asisten Praktikum: Siti Meisyarah Trisda Mila Disusun Oleh: Kelompok

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA I. Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si

KIMIA FISIKA I. Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si Isana_supiah@uny.ac.id LABORATORIUM KIMIA FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2002 TERMODINAMIKA

Lebih terperinci

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Cara menggunakannya adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkandengan lap. Kemudian dimasukkan larutan

Lebih terperinci

Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan.

Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan. 1 Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar!

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,

Lebih terperinci

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk Cara nya Pembersihan sangat mengencerkan suatu larutan. adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu disarankan busa / dikeringkandengan lap.

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II TERMOKIMIA. Rabu, 2-April-2014 DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1:

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II TERMOKIMIA. Rabu, 2-April-2014 DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1: JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II TERMOKIMIA Rabu, 2-April-2014 DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1: 1. CAHYA GOKTAVIAN (1113016200041) 2. FLAVIA FERNANDA ANCI (1113016200054) 3. RINA AFRIANIS (1113016200056) 4. VIVIN

Lebih terperinci

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc =

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc = DIAGRAM TERNER I. DASAR TEORI erdasarkan hukum fase Gibbs jumlah terkecil peubah bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan dilengkapkan sebagai : V = C

Lebih terperinci

PERCOBAAN II PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA VOLATIL : SILVIA ROSDELINA NIM : H

PERCOBAAN II PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA VOLATIL : SILVIA ROSDELINA NIM : H LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERCOBAAN II PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA VOLATIL NAMA : SILVIA ROSDELINA NIM : H3 11 11 281 KELOMPOK : VII (TUJUH) HARI / TANGGAL : SENIN / 18 MARET 2013 ASISTEN : RAYMOND

Lebih terperinci

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C )

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C ) I. Tujuan Percobaan o Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) o Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah

Lebih terperinci

PAPER FISIKA DASAR MODUL 8 KALORIMETER

PAPER FISIKA DASAR MODUL 8 KALORIMETER PAPER FISIKA DASAR MODUL 8 KALORIMETER Nama : Nova Nurfauziawati NPM : 240210100003 Tanggal / jam : 2 Desember 2010 / 13.00-15.00 WIB Asisten : Dicky Maulana JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Sulistyani M.Si

Sulistyani M.Si Sulistyani M.Si Email:sulistyani@uny.ac.id + Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Jumlah zat terlarut dalam suatu larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. Secara kuantitatif,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II DIAGRAM TERNER SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN Oleh : Nama : Ni Made Susita Pratiwi Nim : 1008105005 Kelompok : II Tanggal Praktikum : 9 April 2012 LABORATORIUM KIMIA FISIK

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel.

BAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel. BAB V METODOLOGI 5. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :. Tahap Perlakuan Awal (Pretreatment) Tahap perlakuan awal ini daging kelapa dikeringkan dengan cara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN IX ENTALPI DAN ENTROPI PELEBURAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN IX ENTALPI DAN ENTROPI PELEBURAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN IX ENTALPI DAN ENTROPI PELEBURAN OLEH: NAMA : MUH. YAMIN A. STAMBUK : F1C1 08 049 KELOMPOK ASISTEN PEMBIMBING : III : IMA ISMAIL JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

VISKOSITAS SEBAGAI FUNGSI SUHU

VISKOSITAS SEBAGAI FUNGSI SUHU VISKOSITAS SEBAGAI FUNGSI SUHU BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK MODUL PRAKTIKUM NAMA PEMBIMBING NAMA MAHASISWA : MASSA JENIS DAN VISKOSITAS : RISPIANDI,ST.MT : SIFA FUZI ALLAWIYAH TANGGAL PRAKTEK : 25 September 2013 TANGGAL PENYERAHAN

Lebih terperinci

Modul l Modul 2 Modul 3

Modul l Modul 2 Modul 3 v B Tinjauan Praktikum iokimia merupakan bagian ilmu kimia yang berhubungan dengan makhluk hidup. Dalam biokimia dibahas organisme hidup yang merupakan sekumpulan molekul organik yang berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam pelaksanaan percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB V METODOLOGI. Dalam pelaksanaan percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: BAB V METODOLOGI 5. Tahap Pelaksanaan Dalam pelaksanaan percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:. Tahap Perlakuan Awal (Pretreatment) Tahap perlakuan awal ini daging kelapa dikeringkan dengan

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

Sistem tiga komponen

Sistem tiga komponen LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II KESETIMBANGAN FASA Selasa, 15 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha 1112016200028 KELOMPOK 4 1. Fika Rakhmalinda 1112016200005 2. Naryanto 1112016200018 PROGRAM

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP & K-13 kimia K e l a s XI TERMOKIMIA I TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Menjelaskan hukum kekekalan energi, membedakan sistem dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. KENAIKAN TITIK DIDIH DAN PENURUNAN TITIK BEKU

BAB I PENDAHULUAN A. KENAIKAN TITIK DIDIH DAN PENURUNAN TITIK BEKU BAB I PENDAHULUAN A. KENAIKAN TITIK DIDIH DAN PENURUNAN TITIK BEKU 1. Kenaikan Titik Didih Titik didih suatu zat cair adalah: suhu pada suatu tekanan uap jenuh zat cair tersebut sama dengan tekanan luar.

Lebih terperinci

PENENTUAN VISKOSITAS ZAT CAIR

PENENTUAN VISKOSITAS ZAT CAIR PENENTUAN VISKOSITAS ZAT CAIR A. Judul Percobaan : PENENTUAN VISKOSITAS ZAT CAIR B. Prinsip Percobaan Mengalirkan cairan pipa ke dalam pipa kapiler dari Viskometer Oswald dengan mencatat waktunya. C. Tujuan

Lebih terperinci

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] Disusun oleh: Lia Priscilla Dr. Tirto Prakoso Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari KIMIA FISIKA I TC20062 Dr. Ifa Puspasari TEORI KINETIK GAS (1) Dr. Ifa Puspasari Apa itu Teori Kinetik? Teori kinetik menjelaskan tentang perilaku gas yang didasarkan pada pendapat bahwa gas terdiri dari

Lebih terperinci

PERTEMUAN IV DAN V VISKOSITAS

PERTEMUAN IV DAN V VISKOSITAS PERTEMUAN IV DAN V VISKOSITAS Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu fluida mengalir

Lebih terperinci

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B.

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B. KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B. Alat dan Bahan 1. Kalorimeter 2. Termometer 3. Gelas

Lebih terperinci

DISTILASI SEDERHANA (DIS)

DISTILASI SEDERHANA (DIS) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA TILASI SEDERHANA () Disusun oleh: Fardhila Rochman Alexander Armyn Dr. Danu Ariono Dr. Dianika Lestari Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2)

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2) 1 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Tujuan dari praktikum ini yaitu; Mengamati dan memahami proses perubahan energi listrik menjadi kalor. Menghitung faktor konversi energi listrik menjadi kalor. 1.2 Dasar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

WUJUD ZAT. 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas

WUJUD ZAT. 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas WUJUD ZAT 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas 1.1 Jumlah Fasa (P) Fasa adalah bagian dari sistem yang bersifat homogen, dan dipisahkan dari bagian sistem yang lain dengan batas yang jelas. Jumlah Fasa

Lebih terperinci

PENENTUAN BERAT MOLEKUL MELALUI METODE PENURUNAN TITIK BEKU (CRYOSCOPIC)

PENENTUAN BERAT MOLEKUL MELALUI METODE PENURUNAN TITIK BEKU (CRYOSCOPIC) PENENTUAN BERAT MOLEKUL MELALUI METODE PENURUNAN TITIK BEKU (CRYOSCOPIC) A. TUJUAN PERCOBAAN Dapat menentukan berat molekul zat non-elektrolit melalui penurunan titik beku larutan, dan menentukan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu : 9 BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pembersihan kelapa sawit, kemudian dipanaskan

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

3.1 Alat dan Bahan Alat

3.1 Alat dan Bahan Alat Bab III Metodologi 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia. Adapun peralatan lain yang khusus digunakan

Lebih terperinci

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA 1. Asas Lavoiser atau kekekalan massa jumlah sebelum dan setelah reaksi kimia adalah tetap 2. Hukum Gas Ideal P V = nrt Dengan P adalah tekanan (atm),

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: Tahap : Tahap Perlakuan Awal ( Pretreatment ) Pada tahap ini, biji pepaya dibersihkan dan dioven pada suhu dan waktu sesuai variabel.

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II

MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA I. PENGERINGAN A. PENDAHULUAN Pengeringan adalah proses pengeluaran

Lebih terperinci

BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8.

BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8. BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8. DIAGRAM FASA WUJUD ZAT: GAS CAIRAN PADATAN PERMEN (sukrosa) C 12

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN) Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 1108105034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi MODUL 1 TERMOKIMIA Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia. Sebagai prasyarat untuk mempelajari termokimia, kita harus mengetahui tentang perbedaan kalor (Q)

Lebih terperinci

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

FISIKA 2. Pertemuan ke-4 FISIKA 2 Pertemuan ke-4 Teori Termodinamika Bila suatu campuran memenuhi sifat ideal, baik fasa gas dan fasa cairannya, maka hubungan keseimbangannya dapat dinyatakan dengan Hukum Raoult dan Dalton: dengan

Lebih terperinci

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup SNI 01-5009.12-2001 G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup Standar ini menetapkan istilah dan definisi, syarat mutu, cara uji, pengemasan dan penandaan gondorukem, sebagai pedoman pengujian gondorukem yang

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji nyamplung dari cangkangnya

Lebih terperinci

Chapter 6. Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display.

Chapter 6. Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Chapter 6 Gas Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Beberapa zat yang berwujud gas pada suhu 25 0 C dan tekanan 1 Atm 5.1 1 5.1 Sifat-sifat fisis yang

Lebih terperinci

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step) BAB V METODOLOGI 5.1. Pengujian Kinerja Alat yang digunakan Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step) 1. Menimbang Variabel 1 s.d 5 masing-masing

Lebih terperinci

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO SKRIPSI TK091383 PEMBUATAN HIDROGEN DARI GLISEROL DENGAN KATALIS KARBON AKTIF DAN Ni/HZSM-5 DENGAN METODE PEMANASAN KONVENSIONAL ZAHRA NURI NADA 2310100031 YUDHO JATI PRASETYO 2310100070 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI OLEH : KELOMPOK III Nama : Rifqi Munip (061330401022) Riska (061330401023) Sarah Swasti Putri (061330401024) Siti Nurjanah (061330401025)

Lebih terperinci

WEEK 8,9 & 10 (Energi & Perubahan Energi) TERMOKIMIA

WEEK 8,9 & 10 (Energi & Perubahan Energi) TERMOKIMIA WEEK 8,9 & 10 (Energi & Perubahan Energi) TERMOKIMIA Binyamin Mechanical Engineering Muhammadiyah University Of Surakarta Termokimia dapat didefinisikan sebagai bagian ilmu kimia yang mempelajari dinamika

Lebih terperinci

WUJUD ZAT (GAS) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil

WUJUD ZAT (GAS) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil WUJUD ZAT (GAS) SP-Pertemuan 2 Gas : Jarak antar partikel jauh > ukuran partikel Sifat Gas Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil Laju-nya selalu berubah-ubah karena adanya tumbukan dengan wadah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Kimia Dan Peralatan. 3.1.1. Bahan Kimia. Minyak goreng bekas ini di dapatkan dari minyak hasil penggorengan rumah tangga (MGB 1), bekas warung tenda (MGB 2), dan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: Tahap : Tahap Perlakuan Awal ( Pretreatment ) Pada tahap ini, kacang tanah dibersihkan dihancurkan dan dipanggang pada oven berdasarkan

Lebih terperinci

Sifat Koligatif Larutan

Sifat Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan A. PENDAHULUAN Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung kepada jenis zat, tetapi hanya bergantung pada konsentrasi larutan. Sifat koligatif terdiri dari

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN A. Tujuan Percobaan. Menentukan aktivitas pelarut dan zat terlarut dengan menggunakan data penurunan titik beku. B. Dasar Teori. Secara termodinamika pembekuan dan penguapan merupakan

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan.

Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan. Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan. Subcapaian pembelajaran: 1. Menentukan sifat koligatif

Lebih terperinci

PERCOBAAN II PENENTUAN MASSA MOLEKUL PENGUKURAN BERDASARKAN BOBOT JENIS : YUNITA PARE ROMBE NIM : H

PERCOBAAN II PENENTUAN MASSA MOLEKUL PENGUKURAN BERDASARKAN BOBOT JENIS : YUNITA PARE ROMBE NIM : H LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERCOBAAN II PENENTUAN MASSA MOLEKUL PENGUKURAN BERDASARKAN BOBOT JENIS NAMA : YUNITA PARE ROMBE NIM : H311 12 012 KELOMPOK : III (TIGA) HARI/ TANGGAL PERCOBAAN : SELASA/30

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Lebih terperinci

Jurnal sains kimia Vol.II No.2,2010 PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN

Jurnal sains kimia Vol.II No.2,2010 PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN Jurnal sains kimia Vol.II No.2,200 PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN Rohayati, Nova Safitri Lab.Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang Kode Pos 50229 Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang,

Lebih terperinci

BAB III. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit mentah

BAB III. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit mentah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit mentah (CPO), Iso Propil Alkohol (IPA) 96%, Indikator Phenolptalein,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Rancangan penelitian yang dijalankan untuk memberikan alternatif sintesis pelumas dasar bio melalui proses esterifikasi asam lemak (asam karboksilat) berkatalis heterogen

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASA. Sistem Satu Komponen. Aturan Fasa Gibbs

KESETIMBANGAN FASA. Sistem Satu Komponen. Aturan Fasa Gibbs KESETIMBANGAN FASA Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas. Pemahaman perilaku fasa mulai berkembang

Lebih terperinci