BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kartografi Kelautan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kartografi Kelautan"

Transkripsi

1 BAB II DASAR TEORI 2.1 Kartografi Kelautan Kartografi merupakan sebuah disiplin yang meliputi ilmu, teknik, dan seni dalam proses perancangan dan produksi peta. Seperti halnya kartografi pada umumnya, kartografi kelautan juga memiliki definisi yang sama. Namun berbeda pada produk peta yang dihasilkannya, kartografi kelautan menghasilkan peta laut atau dikenal dengan nautical chart (Haas, 1986). Ruang lingkup pekerjaan kartografi terdiri dari lima proses yaitu (Prihandito, 1989) : 1. seleksi data (objek/unsur) untuk pemetaan 2. manipulasi dan generalisasi data, 3. pekerjaan desain (simbol-simbol), dan konstruksi peta (proyeksi peta), 4. teknik reproduksi peta, 5. revisi peta. Berikut ini merupakan penjelasan terhadap ruang lingkup kartografi di atas dan diterapkan secara khusus untuk kartografi kelautan Seleksi Unsur Untuk Pemetaan Laut Tahapan awal dari kegiatan kartografi adalah melakukan seleksi terhadap datadata atau unsur-unsur yang akan ditampilkan di peta. Penyeleksian tersebut dilakukan berdasarkan tujuan dari peta laut dan berhubungan dengan skala. Sebagai contoh pemilihan unsur yang akan disajikan pada peta laut seperti informasi lokasi mercusuar, nama pelabuhan, bentuk pantai, dan karakteristik pantai. 5

2 2.1.2 Manipulasi Dan Generalisasi Unsur Sebuah peta berfungsi menyajikan objek-objek geografis di permukaan bumi, namun dalam penyajiannya peta tersebut tidak dapat ditampilkan dengan ukuran skala 1:1 sesuai dengan kenyataannya di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik manipulasi atau teknik kompilasi dan teknik penggambaran peta yang disebut dengan generalisasi. Generalisasi dilakukan dengan cara penyederhanaan (simplification) informasi dan penyimbolan (symbolization) informasi. Penyederhanaan informasi bertujuan untuk menjamin sebuah peta dapat dengan mudah dibaca dan dapat dipercaya. Contoh apabila sebuah peta mengalami pengecilan skala, terdapat beberapa faktor seperti ketebalan garis, ukuran huruf, dan bentuk simbol akan dapat dengan mudah dilihat dan dibaca tanpa mengurangi karakteristik dari peta aslinya. Oleh karena itu, semakin diturunkannya skala sebuah peta maka memerlukan ruang yang relatif lebih besar untuk setiap elemennya. Hal ini dinamakan eksagerasi. Penyederhanaan informasi tidak akan berarti bila penyimbolan dilakukan dengan tidak tepat. Penyimbolan informasi yang baik dapat meningkatkan hasil dari penyederhanaan informasi. Seluruh objek di peta dapat disimbolkan, seperti garis batas, rute perjalanan, dan pola-pola yang menyatakan karakteristik dari garis pantai, serta rawa-rawa. Penjelasan penyimbolan dijelaskan lebih lanjut dalam subbab Generalisasi kartografi dibatasai oleh dua faktor yaitu tujuan penggunaan peta dan skala. Peta laut sebagai peta yang digunakan untuk navigasi membutuhkn ketelitian yang tinggi, dan menggunakan simbol-simbol peta yang mendukung dalam keperluan navigasi. Sedangkan pembatasan oleh skala, semakin kecil skala peta maka derajat generalisasi kartografi akan semakin besar. Sebaliknya, bila skala peta besar seperti pada peta pelabuhan, maka skala tidak akan menjadi pembatas yang begitu berarti karena tidak diperbolehkan sebuah peta mengalami pembesaran skala. Sebagai contoh, apabila sebuah peta mempunyai skala sebesar 1 : kemudian skala peta tersebut akan diperkecil menjadi 1 : maka 6

3 ukuran dan bentuk objek dari peta skala 1 : akan mengalami generalisasi yang cukup besar ketika digambarkan pada peta skala 1 : Dapat disimpulkan bahwa generalisasi mempunyai ruang lingkup dalam hal proses perkecilan skala sebuah peta dan tingkat kerumitan dalam penyajian unsurunsur atau objek-objek pada peta Pekerjaan Desain dan Konstruksi Peta Laut Penyimbolan (Symbolization) Pemetaan unsur-unsur permukaan bumi disajikan dengan simbol pada peta. Simbol-simbol peta berpengaruh terhadap keefektifan komunikasi peta. Karakteristik planimetrik pada pembuatan desain simbol disajikan dalam bentuk simbol titik, garis, dan luasan (lihat Gambar 2.1). Berikut adalah penjelasan dari jenis-jenis simbol tersebut. 1. Simbol titik (point) Simbol titik digunakan untuk merepresentasikan posisi unsur muka bumi secara independen. Contoh simbol titik untuk merepresentasikan titik kedalaman, dan lokasi mercusuar. Penyajian simbol titik dipengaruhi oleh skala, sebagai contoh bentuk area suatu kota pada peta skala kecil disajikan sebagai simbol titik, tetapi jika disajikan pada skala besar dapat berupa simbol luasan. 2. Simbol garis (line) Simbol garis digunakan untuk merepresentasikan unsur-unsur muka bumi yang mempunyai bentuk linier atau garis yang memanjang tetapi bukan suatu area. Sebagai contoh dari simbol garis adalah isogram yang merupakan sebuah garis yang digunakan untuk mengindikasikan kedalaman air pada peta laut. 7

4 3. Simbol luas (area) Simbol area digunakan untuk merepresentasikan unsur-unsur di muka bumi yang berbentuk suatu area dengan batas yang pasti atau batas perkiraan. Dalam penyajiannya, bentuk, dan ukuran area dipengaruhi oleh skala peta. Piktorial Geometrik Gambar 2.1 Jenis Simbol Peta (Riqqi, 2006) Simbol kartografi juga dapat dibedakan atas data kualitatif yaitu data posisi kualitatif, data linier kualitatif, dan data areal kualitatif. Data posisi kualitatif meliputi : 1. piktorial atau simbol deskriptif (lihat Gambar 2.1), simbol dalam bentuk piktorial merupakan bentuk yang mendekati keadaan sebenarnya dari data spasial yang akan disajikan, seperti simbol pohon, dan simbol mercusuar, 2. geometrik atau simbol abstrak (lihat Gambar 2.1), simbol geometrik adalah suatu simbol yang menggambarkan bentuk reguler seperti lingkaran, segitiga, segiempat, dan lain sebagainya, serta 3. huruf, simbol huruf adalah suatu bentuk simbol yang terdiri dari huruf-huruf atau gabungan dari huruf-huruf dan angka, misalnya huruf B untuk menyatakan lokasi kantor kabupaten. Data linier kualitatif meliputi garis tepi (neatline) untuk membatasi area pemetaan, garis lintang dan bujur, garis pantai, batas administratif, batas laut, sungai, dan jalan. Sedangkan data areal kualitatif menggunakan tingkatan warna dan pola (pattern) untuk menyatakan klasifikasi area seperti untuk menyatakan area hutan, padang rumput, dan zona laut. Penjelasan tentang konstruksi peta akan diuraikan sebagai berikut, meliputi proyeksi peta, skala, dan datum geodetic. 8

5 Proyeksi Peta Proyeksi peta sebagai penggambaran sistematik pada permukaan bidang untuk menggambarkan garis lintang dan garis bujur sehingga menghasilkan jaring yang disebut dengan gratikul dan garis-garisnya disebut dengan garis gratikul. Dengan menggunakan sistem ini, suatu proyeksi peta akan lebih teliti. Gratikul berbeda dengan grid (Gambar 2.2), grid adalah set garis paralel dan garis meridian yang berpotongan dan memiliki format empat persegi yang digunakan untuk menentukan posisi dan menghitung jarak di antara kedua titik. Interval antara kedua garis gratikul dipengaruhi oleh skala peta laut dan garis lintang dari area yang dipetakan. Proyeksi peta digunakan untuk mengurangi beberapa kesalahan (distortion) saat penggambaran permukaan bumi dari bidang lengkung ke bidang datar. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat terjadi dalam penggambaran jarak, sudut, dan bentuk. Gambar 2.2 Grid dan Gratikul (Riqqi, 2006) Sesuai dengan isi TALOS (Technical Aspects Of The United Nations Convention On The Law Of The Sea) 1982, edisi ke-4 tahun 2006 terdapat beberapa sistem proyeksi khusus yang digunakan untuk pemetaan laut, seperti Proyeksi Mercator, Lambert, Transverse Mercator, Stereografis, dan Gnomik. Berikut penjelasannya : 9

6 1. Proyeksi Mercator Proyeksi Merkator (Gambar 2.3) cocok untuk daerah sekitar ekuator (lintang < 15 0 ) dengan pilihan skala peta yang sesuai (distorsi akan bertambah besar pada peta skala kecil). Gambar 2.3 Proyeksi Mercator (IHO, 2006) 2. Proyeksi Lambert Proyeksi Lambert (lihat Gambar 2.4) cocok untuk daerah lintang 4 0 hingga 72 0, dengan distorsi luas yang cukup kecil (+ 2 %) namun arah dan bentuk area dapat dipertahankan. Gambar 2.4 Proyeksi Lambert (IHO, 2006) 3. Proyeksi Transverse Mercator Proyeksi Transverse Mercator (lihat Gambar 2.5) merupakan proyeksi silinder - transversal - konform, dimana area di sekitar meridian yang bersinggungan dengan silinder mempunyai distorsi yang minimum. Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) khusus dipakai di seluruh dunia dengan menggunakan meridian pusat standar setiap interval 6 0 (lihat Gambar 2.6). 10

7 Gambar 2.5 Proyeksi Transverse Mercator (IHO, 2006) 4. Proyeksi Stereografik Proyeksi Stereografik (lihat Gambar 2.6) tergolong proyeksi azimutal konform yang berpusat di kutub dan dianjurkan untuk dipakai di daerah dengan lintang di atas Gambar 2.6 Proyeksi Stereografis (IHO, 2006) 5. Proyeksi Gnomik Proyeksi Gnomonik (juga disebut pusat) proyeksi dibangun seperti azimuthal stereographis, tetapi titik proyeksi ditempatkan di pusat bumi (lihat Gambar 2.7). Kelebihan dari proyeksi ini adalah mempermudah dalam menemukan rute terpendek antara setiap dua titik-titik Garis Khatulistiwa dan semua garis bujur dipetakan sebagai garis lurus. 11

8 Gambar 2.7 Proyeksi Gnomik (IHO, 2006) Skala Skala merupakan perbandingan antara jarak di peta dengan jarak sesungguhnya di permukaan bumi. Secara matematis dapat ditulis dalam rumusan: Skala Peta = Jarak di peta : Jarak di lapangan Skala peta dapat disajika secara numeris atau secara grafis, seperti pada contoh dibawah ini: Skala numeris 1: Skala grafis Berdasarkan skalanya, peta laut dapat dikategorikan dalam : peta umum (general chart), memiliki skala yang lebih kecil dari 1 : , peta berlayar (sailing chart), dengan skala lebih kecil dari 1 : , peta umum pantai, memiliki skala lebih kecil dari 1 : Digunakan untuk navigasi yang jauh dari pantai, dimana daratan hampir tidak terlihat, peta pantai, dengan skala lebih kecil dari 1 : Peta ini digunakan untuk aktifitas navigasi dekat pantai, dan peta pelabuhan, peta pendekatan (approach chart), peta untuk saluran jalan (chart for passing channel), peta perlindungan (chart for taking shelter), seluruhnya memiliki skala lebih besar dari 1 :

9 Batasan skala peta batas laut berdasarkan TALOS 1982 edisi 2006 berkisar antara 1 : hingga 1 : untuk batas ZEE dan landas kontinen, sedangkan Laut Teritorial berkisar antara 1 : hingga 1 : Kesalahan pengeplotan berkisar 10 m untuk skala 1 : dan 40 m untuk skala 1 : Datum Geodetik Bentuk permukaan bumi yang sesungguhnya dapat direpresentasikan oleh bentuk geoid. Geoid adalah permukaan pada saat lautan yang memenuhi seluruh bumi, bebas untuk menyesuaikan diri dan hanya dipengaruhi oleh atraksi massa bumi dan gaya sentrifugal rotasi bumi. Representasi geoid merupakan suatu bidang ekuipotensial medan gaya berat bumi, yang berdasarkan solusi hitung perataan kuadrat terkecil, merupakan the best fits dengan permukaan laut rata-rata (Mean Sea Level atau MSL) lautan (ocean) (Djunarsjah, 2004). Bentuk geoid tidak beraturan, oleh karena itu digunakan bidang matematis bumi untuk mendekatinya yaitu bidang elipsoid. Terdapatnya beberapa elipsoid referensi yang digunakan, sesuai dengan keefektifannya untuk suatu area. Hubungan antara ketiga bidang tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.8. Kutub Permukaan Bumi Setengah Sumbu Pendek Elipsoid Permukaan Elipsoid Geoid Setengah Sumbu Panjang Elipsoid Ekuator Gambar 2.8 Permukaan Bumi, Geoid, dan Ellipsoid (Djunarsjah, 2004) 13

10 Bentuk elipsoid referensi dinyatakan oleh besaran-besarannya. Besaran besaran yang menggambarkan kedudukan dan orientasi spasial elipsoid referensi terhadap bumi atau geoid dinamakan datum geodetik (Purworahardjo, 2000). Datum geodetik dapat didefinisikan sebagai suatu bidang referensi bumi yang mendefinisikan bentuk dan ukuran elipsoid referensi, lokasi pusat elipsoid, dan orientasi relatif terhadap bumi. Terdapat dua model datum geodetik yaitu datum geodetik lokal seperti DG-Genuk, DG-Monconglowe, dan datum geodetik global seperti WGS-84. Hubungan matematis ketiga bidang tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.9. Perbedaan antara permukaan elipsoid dan geoid disebut tinggi geoid atau undulasi geoid, yang secara matematis dapat ditulis: h = H + N dimana : h = tinggi geodetik, H = tinggi di atas geoid/msl, dan N = undulasi geoid. Permukaan Bumi H +N H - N Elipsoid Geoid Gambar 2.9 Hubungan Matematis antara Permukaan Elipsoid dan Geoid (Djunarsjah, 2004) Dalam kaitannya dengan peta laut, datum geodetik digunakan sebagai referensi posisi baik untuk posisi horisontal maupun untuk posisi vertikal. Elipsoid referensi sering digunakan untuk referensi posisi horisontal (lintang dan bujur), sehingga elipsoid disebut sebagai datum horisontal. Koordinat horisontal (lintang dan bujur) serta tinggi geodetik dapat dikonversi ke sistem koordinat kartesian X, Y, Z yang mengacu pada sumbu-sumbu elipsoid. Untuk referensi posisi vertikal 14

11 pada peta laut pada umumnya digunakan suatu bidang air rendah (chart datum), sehingga semua kedalaman yang diperlihatkan pada peta laut mengacu pada pasut rendah (low tide) (Djunarsjah, 2004). Berdasarkan Resolusi IHO 1926, penentuan chart datum (Gambar 2.10) sebaiknya berdasarkan pada ketentuan sebagai berikut: serendah mungkin sehingga tidak ada air laut yang lebih rendah darinya, tidak terlalu rendah sehingga kedalaman peta menjadi dangkal secara tidak realistik, dan berubah secara bertahap dari daerah satu ke daerah lain dan dari peta satu ke peta yang berdampingan, agar terhindar dari ketidaksinambungan. Sehingga chart datum dapat didefinisikan sebagai kedudukan rata-rata air rendah tertentu yang diperoleh dari suatu periode pengamatan selama 19 tahun atau lebih, agar pengaruh variasi astronomis yang berarti dapat termasuk di dalamnya. Contoh berbagai jenis bidang vertikal yang dijadikan sebagai chart datum : MLLW (Mean Lower Low Water), LLWLT (Lower Low Water Large Tide), LLWST (Lowest Low Water Spring Tide), LAT (Lowest Astronomical Tide). Gambar 2.10 Kedudukan Datum Vertikal (IHO, 2006) 15

12 Berdasarkan PP No.38 tahun 2002, garis air rendah adalah datum hidrografis peta kenavigasian yang ditetapkan pada kedudukan rata-rata Garis Air Rendah perbani. Datum Hidrografis adalah muka surutan peta yang merupakan satu referensi permukaan laut yang dipergunakan untuk melakukan reduksi angka-angka kedalaman laut pada peta kenavigasian. 2.2 Peta Laut Peta (map) didefinisikan sebagai suatu gambaran/bayangan muka bumi yang disajikan pada suatu bidang datar dengan memperhatikan sistem proyeksi peta dan skala peta (Riqqi, 2006). Tiga prinsip utama yang terdapat didalam peta yaitu menyatakan posisi atau lokasi suatu tempat pada permukaan bumi, memperlihatkan pola distribusi dan pola spasial dari fenomena alam dan buatan manusia, serta merekam dan menyimpan informasi permukaan bumi (Riqqi, 2006). Peta laut atau dikenal dengan istilah nautical chart merupakan sebuah peta yang dirancang secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan navigasi laut dengan menampilkan: kedalaman dari air dan fisiografi submarine khususnya memperhatikan bahaya-bahaya navigasi, bentuk dasar (nature), dan tingkatan dari bentuk pantai dan bentuk dasar dari dasar laut, variasi pertolongan (aids) untuk navigasi, dan fitur-fitur kultur laut dan beberapa detail topografi yang bermanfaat untuk navigasi laut (Haas, 1986). Fungsi dari peta laut adalah sebagai sumber informasi penting dan sekaligus sebagai peralatan operasional untuk pelaut, sehingga pelaut dapat melakukan empat observasi dasar dari peta laut yaitu menentukan posisinya dalam setiap waktu, menentukan alur perjalanan, mengidentifikasi fitur untuk kepentingan pengamanan, dan pengoperasian kapal, serta untuk mengidentifikasi berbagai fasilitas kelautan. 16

13 Adapun beberapa fitur yang ditampilkan pada peta laut adalah sebagai berikut (Haas, 1986) : garis pantai (shoreline), foreshore dan area-area kering (drying areas), angka kedalaman (sounding) dan drying height, kontur kedalaman, kualitas dari dasar, pertolongan untuk navigasi, objek-objek yang mencolok (conspicuous objects), fitur-fitur kebudayaan laut, dan topografi dan fitur-fitur kebudayaan lainnya. Luas area yang dicakup oleh peta laut dapat ditentukan oleh dua faktor yaitu skala yang digunakan dan standar maksimum ukuran neatline yaitu 100,12 x 75,57 cm atau 109 x 82 menit. Sebuaah peta laut diproduksi dalam satu kesatuan dari lima layout yang bebeda (Haas : 1986) : horisontal, vertikal, ruang terpisah (compartment), lembar perencanaan, dan strip. Sebuah peta selain menampilkan unsur geografis secara visual dalam bentuk titik, garis, dan luasan, juga menampilkan dalam bentuk variable visual tipografis (teks) untuk penamaan unsur-unsur geografis pada peta sesuai dengan nama geografisnya di lapangan (toponimy) dengan mempertimbangkan teknik dan estetika dalam penempatan teksnya (Soendjojo, 2000). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penamaan unsur pada peta (Prihandito, 1989) adalah sebagai berikut. 17

14 Corak / macam huruf, meliputi Bold (ketebalan garis), dan Serifs (coretan pada awal dan akhir setiap huruf). Bentuk huruf, meliputi huruf besar, huruf kecil, kombinasi huruf besar kecil, tegak (Roma, upright), dan miring (Italic). Huruf-huruf pada kartografi modern disebut Sans Serif atau Gotic. Ukuran huruf, dinyatakan dalam istilah point size. Satu point size memiliki tinggi kurang lebih 0,35 mm (1/72 inchi). Kontras antara huruf dengan latar belakang. Metode letering, dibagi dalam tiga kategori yaitu stick up lettering (penempatan huruf), computer-assisted lettering (letering dengan bantuan computer), dan sistem mekanis untuk latering dengan tinta Penempatan nama / huruf, terdapat beberapa aturan untuk penempatan nama, yaitu : Susunan nama-nama dalam suatu peta harus teratur. Sejajar dengan tepi bawah peta (untuk peta skala besar) atau sejajar dengan garis paralel/grid (untuk peta skala kecil) atau nama-nama harus ditempatkan dari bawah ke atas untuk nama-nama di bagian kiri peta dan dari atas ke bawah untuk nama-nama di bagian kanan peta. Hal ini juga berlaku bagi nama-nama yang sejajar dengan meridian, Nama-nama dapat memberi keterangan dari unsur berbentuk titik, garis, dan luasan sebagai berikut : Unsur titik, penamaan diletakkan di samping kanan agak ke atas dari unsur tersebut Unsur berbentuk memanjang, nama sebaiknya diletakkan sejajar unsur tersebut. Apabila unsur cukup lebar, nama diletakkan di dalam. Namanama untuk unsur yang memanjang, sebaiknya diulang pada jarak tertentu. Unsur luasan, sebaiknya nama ditempatkan memanjang sehingga menempati 2/3 dari panjang daerah. Penempatan dari huruf-huruf sedapat mungkin menunjukkan karakteristik dari bentuk daerah itu. 18

15 Nama-nama harus terletak bebas satu dengan lainnya, tidak terganggu oleh simbol-simbol lainnya, dan tidak boleh saling berpotongan, kecuali apabila ada nama yang huruf-hurufnya mempunyai jarak (spacing) yang jelas. Apabila nama-nama harus ditempatkan melengkung, bentuk dari lengkungan harus teratur dan tidak boleh terlalu tajam lengkungannya Dalam hal banyak nama-nama yang terpusat di suatu daerah, diatur sedemikian rupa sehingga terlihat distribusi nama-nama di tempat itu tidak terlalu padat dibanding dengan daerah lain di peta, tetapi harus dijaga sampai ada keraguan unsure-unsur mana yang diwakili oleh nama-nama tersebut. Angka ketinggian/kedalaman dari garis kontur ditempatkan di celah-celah tiap kontur dan penempatannya harus sedemikian rupa sehingga tiap angka terbaca ada arah mendaki lereng. Penyimpangan dari aturan ini boleh dilakukan apabila terjadi angka-angka menjadi terbalik dari arah pembaca peta, hingga sulit untuk dibaca. Pemilihan jenis huruf tergantung sepenuhnya pada perencanaan (kartografer) sendiri. Akan tetapi jenis-jenis huruf haruslah fit pada keseluruhan peta. Ada beberapa aturan tentang pemakaian jenis huruf, misalnya huruf-huruf tegak lurus untuk unsur-unsur buatan manusia, huruf miring untuk nama-nama unsur alam, tetapi pada dasarnya tidak ada aturan yang pasti tentang hal ini, dan tetap pemilihan jenis huruf diserahkan sepenuhnya pada kartoografer. hubungan antara letering dan reproduksinya. Beberapa faktor lain yang harus diperhatikan dalam peta laut antara lain: batas lembar peta laut, lampiran, kompas dan variasi magnetik, informasi pasut, pola geometris radionavigasi (radionavigation Lattices), catatan dan diagram, 19

16 judul peta, dan warna Suatu peta laut dirancang atas tujuan dari tiap-tiap penggunaannya, setiap pencapaian tujuan tersebut harus memperhatikan spesifikasi. Dalam kaitannya dengan peta batas laut, tujuan peta batas laut yaitu untuk memberikan informasi batas laut dengan spesifikasi batas laut tersebut terdapat pada landasan hukum laut dunia yang berlaku yaitu UNCLOS Berikut ini merupakan penjelasan mengenai batas-batas laut berdasarkan UNCLOS Batas-Batas Laut Berdasarkan UNCLOS 1982 Penetapan batas perairan merupakan implementasi dari UNCLOS 1982 yang disepakati sejak tahun 1982 dan resmi berlaku pada tanggal 16 November Terdapat enam wilayah perairan suatu negara pantai sebagaimana tercantum dalam UNCLOS, yaitu Perairan Pedalaman (Coastal Waters), Laut Teritorial (Territorial Sea), Zona Tambahan (Contiguous Zone), Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusiive Economic Zone), Landas Kontinen (Continental Shelf), dan Laut Lepas (Gambar 2.11). Gambar 2.11 Wilayah Laut Negara Pantai (Djunarsjah, 2001). 20

17 Perairan Pedalaman adalah perairan pada sisi darat garis pangkal Laut Teritorial negara tersebut, seperti pelabuhan, sungai, danau, kanal, dan perairan yang dapat dilayari. Dengan demikian, perairan ini dapat dikatakan sebagai bagian dari wilayah daratan suatu negara pantai. Laut Teritorial merupakan wilayah perairan dimana suatu negara pantai memiliki kedaulatan atas ruang udara di atasnya, dasar laut, dan tanah di bawahnya. Lebar Laut Teritorial hingga batas yang tidak melebihi 12 mil laut (1 mil laut setara dengan 1852 meter), diukur dari garis pangkal. Batas luar Laut Teritorial adalah garis yang jarak setiap titiknya dari titik yang terdekat garis pangkal, sama dengan lebar Laut Teritorial. Garis pangkal untuk mengukur lebar laut teritorial harus dicantumkan dalam peta dengan skala yang memadai atau diberikan dalam bentuk koordinat geografis, yang selanjutnya diumumkan secara resmi serta diserahkan salinannya kepada Sekjen PBB. Terdapat berbagai jenis garis pangkal yang dapat digunakan sebagai acuan penarikan batas wilayah laut (Gambar 2.12), yaitu : 1. Garis Pangkal Normal Garis pangkal normal, yaitu garis air rendah sepanjang pantai terlihat sebagai garis nol kedalaman pada peta laut skala besar yang diakui resmi oleh negara pantai yang bersangkutan. Untuk pulau yang mempunyai karang-karang di sekitarnya, maka garis pangkal terletak pada garis air rendah pada sisi karang ke arah laut yang ditunjukkan secara jelas pada peta laut yang resmi. 2. Garis Pangkal Lurus Garis pangkal lurus yaitu kumpulan garis lurus yang menghubungkan titik-titik terluar kepulauan, batu, dan karang serta sepanjang garis pantai yang menjorok ke dalam (sungai dan teluk). Garis Pangkal Lurus digunakan dimana garis pantai menjorok jauh ke dalam dan menikung ke dalam atau jika terdapat suatu deretan pulau sepanjang pantai di dekatnya. 21

18 Berikut ini merupakan penjelasan dari beberapa jenis garis pangkal lurus: Garis Pangkal Lurus Penutup Sungai. Garis pangkal yang melintasi sungai adalah suatu garis lurus antara titik-titik pada garis air rendah kedua tepi sungai. Garis Pangkal Lurus Penutup Teluk. Suatu lengkungan pantai dianggap sebagai teluk, apabila luas teluk sama atau lebih luas dari luas setengah lingkaran yang mempunyai garis tengah melintasi mulut lekukan tersebut. Apabila lekukan mempunyai lebih dari satu mulut, maka setengah lingkaran dibuat pada suatu garis yang panjangnya sama dengan jumlah keseluruhan panjang garis yang melintasi berbagai mulut tersebut. Garis pangkal yang melintasi teluk adalah suatu garis lurus antara titik-titik pada garis air rendah pada pintu masuk alamiah suatu teluk yang panjangnya tidak melebihi 24 mil laut. Apabila jarak antara garis air rendah melebihi 24 mil laut, maka suatu garis lurus yang panjangnya 24 mil laut ditarik dalam teluk tersebut sedemikian rupa, sehingga menutup suatu daerah perairan yang maksimum dicapai oleh garis tersebut. Garis Pangkal Lurus Penutup Pelabuhan. Untuk penarikan garis pangkal yang melewati pelabuhan laut permanen, maka bagian terluar dari pelabuhan laut dianggap sebagai bagian integral dari pantai. Garis pangkal kepulauan adalah garis lurus yang menghubungkan titik-titik terluar dari pulau-pulau atau karang-karang terluar kepulauan. 22

19 Garis Pangkal Garis Pangkal = Garis Air Rendah Garis Pantai Garis Pantai Garis Air Rendah A. Garis Pangkal Normal B. Garis Pangkal Lurus Garis Pangkal Garis Air Rendah Garis Pangkal Garis Air Rendah Garis Pantai Sungai Teluk Garis Pangkal Pulau Garis Pantai C. Garis Penutup Sungai dan Teluk D. Garis Pangkal Lurus Kepulauan Gambar 2.12 Jenis-jenis Garis Pangkal (Djunarsjah, 2004). Zona Tambahan merupakan suatu zona yang berbatasan dengan Laut Teritorial dan batasnya tidak dapat melebihi 24 mil laut dari garis pangkal dari mana lebar Laut Teritorial diukur. Pada zona ini negara pantai dapat melaksanakan pengawasan untuk mencegah pelanggaran peraturan perundang-undangan bea cukai, fiskal, imigrasi atau saniter di dalam wilayah atau Laut Teritorialnya, dan mencegah pelanggaran peraturan perundangan-undangan tersebut dilakukan di dalam wilayah atau Laut Teritorialnya. Pengertian Zona Ekonomi Eksklusif adalah suatu daerah di luar dan berdampingan dengan Laut Teritorial. Adapun lebar dari Zona Ekonomi Eksklusif tidak melebihi 200 mil laut dari garis pangkal dari mana lebar Laut Teritorial diukur. Zona ini juga tunduk pada rejim hukum khusus yang berdasarkan pada hak-hak dan yuridiksi negara pantai dan hak-hak serta kebebasan-kebebasan negara lain. Landas Kontinen merupakan wilayah perairan yang meliputi dasar laut, dan tanah di bawahnya dari daerah di permukaan laut yang terlerak di luar Laut Teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratannya hingga pinggiran laut tepi kontinen, atau hingga suatu jarak 200 mil laut dari garis pangkal dari 23

20 mana lebar Laut Teritorial diukur, dalam hal pinggiran luar tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut. Tepi kontinen yang dimaksud meliputi kelanjutan bagian daratan negara pantai yang berada di bawah permukaan air, dan terdiri atas dasar laut dan tanah di bawahnya dari dataran kontinen, lereng (slope), dan tanjakan (rise) serta tidak mencakup dasar samudera dalam dengan bukit-bukit samudera atau tanah di bawahnya. Batas Landas Kontinen diatur dalam UNCLOS 1982, pasal 76 ayat 4-6 dengan uraian seperti berikut. Jika penetapan tepian kontinen tersebut lebih lebar dari 200 mil laut dari garis pangkal dapat dilakukan dengan cara menghubungkan titik-titik tetap terluar dimana ketebalan batu endapan adalah paling sedikit 1% dari jarak terdekat antara titik tersebut dan kaki lereng kontinen, dengan penarikan garisgaris lurus dari titik-tik tetap yang tidak melebihi 60 mil laut dari kaki lereng kontinen, atau dengan garis batas yang tidak melebihi 350 mil laut dari garis pangkal dari mana Laut Teritorial diukur atau tidak boleh melebihi 100 mil laut dari garis batas kedalaman (isobath) 2500 meter, kecuali untuk elevasi dasar laut yang merupakan bagian-bagian alamiah tepian kontinen, seperti pelataran (plateau), tanjakan (rise), puncak (caps), ketinggian yang datar (banks), dan puncuk gunung yang bulat (spurs) nya. Bagian dari Laut Lepas mencakup semua bagian dari laut yang tidak termasuk dalam Zona Ekonomi Eksklusif, Laut Teritorial, Perairan Pedalaman suatu negara, dan perairan kepulauan suatu negara kepulauan. Laut Lepas terbuka untuk semua negara (negara pantai dan negara tak berpantai). Kebebasan pada Laut Lepas meliputi kebebasan untuk berlayar, penerbangan, memasang kabel dan pipa bawah laut, membangun pulau buatan dan instalasi lainnya, menangkap ikan, dan riset ilmiah. 24

21 2.4 Contoh Peta Batas Laut Teritorial Negara Lain Peta Batas Laut Teritorial Belgia Peta Batas Laut Teritorial Belgia (Gambar 2.13) merupakan peta Laut Teritorial dan Zona Tambahan, yang menampilkan peta indeks,batas negara di darat, garis pantai, garis batas Laut Teritorial, garis batas Zone Tambahan, koordinata titiktitik batas, dan nama divisi pembuat peta Peta ini memiliki spesifikasi sebagai berikut : sistem proyeksi : Mercator datum : WGS 84 skala 1 : selang grid : 30 menit Gambar 2.13 Klaim Kelautan Belgia Division for Ocean Affairs and the Law of the Sea-U N, 1999) 25

22 2.4.2 Peta Batas Laut Teritorial Australia Peta Batas Laut Teritorial Australia (Gambar 2.14) merupakan peta zona laut, yang menampilkan baseline, zona perairan Australia, nama-nama pulau, namanama laut, batas aktifitas perminyakan, batas zona pelindungan, batas perjanjian Indonesia-Australia. Peta ini memiliki spesifikasi sebagai berikut : sistem proyeksi : Bonne dengan 134 BB dan 30 LS dari pusat proyeksi datum : Australian Geodetic Datum (1966) selang grid : 10 derajat Pada peta ini dicantumkan pula keterangan sumber data yang digunakan untuk produksi peta tersebut, edisi peta, nama, dan alamat instansi pembuat peta, serta diagram yang menampilakan keterkaitan antara fitur maritim, batas dan zona laut dari baseline Laut Teritorial. Gambar 2.14 Peta Zona Maritim Australia (Geoscience Australia-National Mapping Division, 2008) 26

23 2.4.3 Peta Batas Laut Teritorial Australia di Selat Torres Peta Batas Laut Teritorial Australia di Selat Torres (Gambar 2.15) merupakan peta zona laut, yang menampilkan garis yuridiksi dasar laut dan perikanan, garis yuridiksi dasar laut, garis yuridiksi perikanan, batas taman laut, batas Perairan Pedalaman (coastal water), Laut Teritorial Australia, Perairan Internal Australia, nama-nama pulau, nama-nama pulau, nama-nama selat, nama-nama karang, dan nama zona taman laut. Peta ini memiliki spesifikasi sebagai berikut : sistem proyeksi : Mercator datum : Australian Geodetic Datum (1966) skala 1 : dari lat S selang grid : 30 menit Pada peta ini dicantumkan pula keterangan sumber data yang digunakan untuk produksi peta tersebut, edisi peta, nama, dan alamat instansi pembuat peta, serta peringatan yang menerangkan bahwa peta ini tidak untuk digunakan dalam navigasi. Gambar 2.15 Zona Maritim Aaustralia Di Selat Torres (Geoscience Australia-National Mapping Division, 2002) 27

24 2.4.4 Peta Batas Laut Teritorial Madilarri-Ildugij Peta Laut Teritorial Madilarri-Ildugij (Gambar 2.16) merupakan peta zona laut, yang menampilkan garis native title claim, garis pantai, batas taman laut, garis batas 3 mil laut, garis batas 12 mil laut, 24 mil laut, baseline, batas geografis NT, nama-nama teluk, nama-nama laut, nama-nama pulau, zona maritim, nama pelabuhan, dan zona taman laut. Peta ini memiliki spesifikasi sebagai berikut : sistem proyeksi : Australian Map Grid Zone 53, selang grid : 30 menit. Pada peta ini dicantumkan pula keterangan sumber data yang digunakan untuk produksi peta tersebut, edisi peta, nama instansi pembuat peta, serta peringatan yang menerangkan bahwa posisi pada peta ini belum disahihkan (belum divalidasi). Gambar 2.16 Klaim Madilarri-Ildugij (Australian Surveying and Land Information Group, 1997) 28

25 2.4.5 Peta Batas Laut Teritorial Burma-Thailand Peta Batas Laut Teritorial Burma-Thailand (Gambar 2.17) merupakan peta batas laut antara kedua negara yang bersebelahan yaitu Burma dan Thailand. Peta ini menampilkan posisi garis pangkal lurus negara Burma batas Laut Teritorial dan Landas Kontinen antar kedua negara tersebut dengan cara mencantumkan koordinat titik-titik batasnya, peta indeks, dan batas negara di darat. Peta ini memiliki spesifikasi sebagai berikut : sistem proyeksi : Mercator, datum : DMAHTC 63025, edisi ke-15, rev.10/3/81, skala 1 : dari lat 10, selang grid : 1 derajat. Pada peta ini dicantumkan pula nama divisi pembuat peta, keterangan bahwa peta ini disediakan untuk Departement of State Limits in the Seas study, dan penggunaannya hanya bersifat ilustratif. Gambar 2.17 Batas Laut Burma-Thailand (United States Department of State-Bureau of Intelligence and Research,1985) 29

BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA

BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA 3.1 Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia Penyeleksian data untuk pemetaan Laut Teritorial dilakukan berdasarkan implementasi UNCLOS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia Unsur yang ditampilkan pada Peta Laut Teritorial Indonesia, meliputi : unsur garis pantai, unsur garis pangkal, unsur

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu : 1. Perairan Pedalaman (Internal Waters)

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH 2.1 Dasar Hukum Penetapan Batas Laut Daerah Agar pelaksanaan penetapan batas laut berhasil dilakukan dengan baik, maka kegiatan tersebut harus mengacu kepada peraturan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu :

BAB II DASAR TEORI. Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu : BAB II DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu : 1. Perairan Pedalaman (Internal Waters)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 18 menetapkan bahwa wilayah daerah provinsi terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terbentang memanjang dari Sabang hingga Merauke dan dari Pulau Miangas di ujung Sulawesi Utara sampai ke Pulau Dana di selatan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 61-1998 diubah: PP 37-2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 72, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-undang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sejarah Perundingan Batas Maritim Indonesia Singapura

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sejarah Perundingan Batas Maritim Indonesia Singapura BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah Perundingan Batas Maritim Indonesia Singapura Seperti yang telah kita ketahui, permasalahan batas maritim untuk Indonesia dengan Singapura sudah pernah disinggung dan disepakati

Lebih terperinci

ASPEK TEKNIS PEMBATASAN WILAYAH LAUT DALAM UNDANG UNDANG NO. 22 TAHUN 1999

ASPEK TEKNIS PEMBATASAN WILAYAH LAUT DALAM UNDANG UNDANG NO. 22 TAHUN 1999 ASPEK TEKNIS PEMBATASAN WILAYAH LAUT DALAM UNDANG UNDANG NO. 22 TAHUN 1999 Danar Guruh Pratomo Program Studi Teknik Geodesi, FTSP-ITS guruh@geodesy.its.ac.id Abstrak Lahirnya UU No.22/1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: 1. bahwa berdasarkan kenyataan sejarah dan cara pandang

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si khodijah5778@gmail.com www. Khodijahismail.com POKOK BAHASAN Kontrak Perkuliahan dan RPKPS (Ch 01) Terminologi Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH

BAB II DASAR TEORI PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH BAB II DASAR TEORI PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH Dalam kegiatan penetapan dan penegasan batas (delimitasi) terdapat tiga mendasar, yaitu: pendefinisian, delineasi, dan demarkasi batas. Hubungan ketiganya

Lebih terperinci

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 6

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 6 I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 6 A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan Peta laut, Basepoint (Titik Pangkal), dan Baseline (Garis Pangkal) untuk delimiasi batas maritim. B.POKOK BAHASAN/SUB

Lebih terperinci

PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA

PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA Proyeksi Peta dan Skala Peta 1. Pengertian Proyeksi peta ialah cara pemindahan lintang/ bujur yang terdapat pada lengkung permukaan bumi ke bidang datar. Ada beberapa ketentuan

Lebih terperinci

Adipandang YUDONO

Adipandang YUDONO Pengenalan Kartografi Adipandang YUDONO 11 E-mail: adipandang@yahoo.com Outline Apa itu Kartografi? Peta Definisi Peta Hakekat Peta Syarat-syarat yang dikatakan peta Fungsi peta Klasifikasi peta Simbol-simbol

Lebih terperinci

Hukum Laut Indonesia

Hukum Laut Indonesia Hukum Laut Indonesia Pengertian Hukum Laut Hukum Laut berdasarkan pendapat ahli ahli : Hukum laut menurut dr. Wirjono Prodjodikoro SH adalah meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan laut.

Lebih terperinci

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) TEKNIS PENGUKURAN DAN PEMETAAN KOTA Surabaya, 9 24 Agustus 2004 Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembangunan nasional

Lebih terperinci

ASPEK-ASPEK GEODETIK DALAM HUKUM LAUT

ASPEK-ASPEK GEODETIK DALAM HUKUM LAUT Aspek-aspek Geodetik... ASPEK-ASPEK GEODETIK DALAM HUKUM LAUT Joko Hartadi Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta email: jokohartadi@upnyk.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik (2014), Indonesia memiliki 17.504 pulau dan luas daratan mencapai 1.910.931,32 km 2. Karena kondisi geografisnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara pantai yang secara hukum internasional diakui sebagai negara kepulauan yang 80% wilayahnya adalah wilayah lautan (Patmasari dkk, 2008). Hal

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84? Nama : Muhamad Aidil Fitriyadi NPM : 150210070005 Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84? Jenis proyeksi yang sering di gunakan di Indonesia adalah WGS-84 (World Geodetic System) dan UTM (Universal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK Penentuan posisi merupakan salah satu kegiatan untuk merealisasikan tujuan dari ilmu geodesi. Dan salah satu wujud penentuan posisi tersebut adalah penentuan posisi di laut yang

Lebih terperinci

Studi Penentuan Batas Maritim Antara Dua Negara Berdasarkan Undang Undang yang Berlaku di Dua Negara yang Bersangkutan (Studi Kasus : NKRI dan RDTL)

Studi Penentuan Batas Maritim Antara Dua Negara Berdasarkan Undang Undang yang Berlaku di Dua Negara yang Bersangkutan (Studi Kasus : NKRI dan RDTL) Studi Penentuan Batas Maritim Antara Dua Negara Berdasarkan Undang Undang yang Berlaku di Dua Negara yang Bersangkutan (Studi Kasus : NKRI dan RDTL) DIKA AYU SAFITRI 3507 100 026 Page 1 Latar Belakang

Lebih terperinci

ZONASI LAUT TERITORIAL. Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si

ZONASI LAUT TERITORIAL. Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si ZONASI LAUT TERITORIAL Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas. Untuk landas kontinen negara Indonesia berhak atas segala kekayaan alam yang terdapat

Lebih terperinci

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut: Bab II TEORI DASAR 2.1 Batas Daerah A. Konsep Batas Daerah batas daerah adalah garis pemisah wilayah penyelenggaraan kewenangan suatu daerah dengan daerah lain. Batas daerah administrasi adalah wilayah

Lebih terperinci

By. Y. Morsa Said RAMBE

By. Y. Morsa Said RAMBE By. Y. Morsa Said RAMBE Sistem Koordinat Sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinatkoordinat yang bersangkutan merepresentasikan titik-titik. Jenis sistem koordinat:

Lebih terperinci

BAB III BATAS DAERAH DAN NEGARA

BAB III BATAS DAERAH DAN NEGARA BAB III BATAS DAERAH DAN NEGARA III.1. Tujuan Penentuan Batas Wilayah negara baik itu darat maupun laut serta ruang diatasnya merupakan salah satu unsur utama dari suatu negara. Tujuan kegiatan penentuan

Lebih terperinci

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2012

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2012 Sistem Proyeksi Peta Arif Basofi PENS 2012 Tujuan Sistem Proyeksi Peta Jenis Proyeksi Peta Pemilihan Proyeksi Peta UTM (Universal Transverse Mercator) Sistem Proyeksi Peta Bentuk bumi berupa ruang 3D yg

Lebih terperinci

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2015

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2015 Sistem Proyeksi Peta Arif Basofi PENS 2015 Contents 1 Proyeksi Peta 2 Jenis Proyeksi Peta 3 Pemilihan Proyeksi Peta 4 Sistem Proyeksi Peta Indonesia Proyeksi Peta Peta : representasi dua-dimesional dari

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA Kementerian Kelautan dan Perikanan 2017 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Proyeksi Peta. Tujuan

Proyeksi Peta. Tujuan Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Setelah menyelesaikan bab ini, anda diharapkan dapat: Memahami tentang bentuk permukaan bumi Memahami proyeksi dari peta bumi (3D) ke peta topografi

Lebih terperinci

Bab ini memperkenalkan mengenai proyeksi silinder secara umum dan macam proyeksi silinder yang dipakai di Indonesia.

Bab ini memperkenalkan mengenai proyeksi silinder secara umum dan macam proyeksi silinder yang dipakai di Indonesia. BAB 7 PENDAHULUAN Diskripsi singkat : Proyeksi Silinder bila bidang proyeksinya adalah silinder, artinya semua titik di atas permukaan bumi diproyeksikan pada bidang silinder yang kemudian didatarkan.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA DI LAUT NATUNA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III PROSES GENERALISASI GARIS PANTAI DALAM PETA KEWENANGAN DAERAH DI WILAYAH LAUT MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUGLAS-PEUCKER

BAB III PROSES GENERALISASI GARIS PANTAI DALAM PETA KEWENANGAN DAERAH DI WILAYAH LAUT MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUGLAS-PEUCKER BAB III PROSES GENERALISASI GARIS PANTAI DALAM PETA KEWENANGAN DAERAH DI WILAYAH LAUT MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUGLAS-PEUCKER III.1 Peta Dasar Peta yang digunakan untuk menentukan garis batas adalah peta

Lebih terperinci

Home : tedyagungc.wordpress.com

Home : tedyagungc.wordpress.com Email : tedyagungc@gmail.com Home : tedyagungc.wordpress.com Subagyo 2003, Permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik

Lebih terperinci

ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF Ardigautama Agusta. Analisis Undang-undang Kelautan di Wilayah Zona Ekonomi Eksklusif 147 ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF Ardigautama Agusta Teknik Geodesi dan Geomatika,

Lebih terperinci

BAB III REALISASI DELINEASI BATAS LAUT

BAB III REALISASI DELINEASI BATAS LAUT BAB III REALISASI DELINEASI BATAS LAUT Dalam penentuan batas laut, setiap negara pantai diberikan wewenang oleh PBB untuk menentukan batas lautnya masing-masing dengan menjalankan pedoman yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan berlakunya Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982 yang diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 maka salah satu prioritas utama bagi

Lebih terperinci

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus 31/03/2015 8:34 Susunan Lapisan Bumi Inside eartth Datum geodetik atau referensi permukaan atau georeferensi adalah parameter sebagai acuan untuk mendefinisikan

Lebih terperinci

1. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR PERAIRAN PETA DASAR

1. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR PERAIRAN PETA DASAR K 0K LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2010 TANGGAL 1. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR PERAIRAN PETA DASAR dan/ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 15 16 A. Garis

Lebih terperinci

Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS

Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara Pembuatan Peta merupakan gambaran permukaan bumi

Lebih terperinci

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*) URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI Oleh: Nanin Trianawati Sugito*) Abstrak Daerah (propinsi, kabupaten, dan kota) mempunyai wewenang yang relatif

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI ASPEK GEOLOGI DALAM PENENTUAN BATAS LANDAS KONTINEN

BAB III IMPLEMENTASI ASPEK GEOLOGI DALAM PENENTUAN BATAS LANDAS KONTINEN BAB III IMPLEMENTASI ASPEK GEOLOGI DALAM PENENTUAN BATAS LANDAS KONTINEN 3.1 Klasifikasi Teknis Batas Landas Kontinen Menurut UNCLOS 1982, batas Landas Kontinen suatu negara pantai dibagi berdasarkan posisi

Lebih terperinci

Jadi huruf B yang memiliki garis kontur yang renggang menunjukkan kemiringan/daerahnya landai.

Jadi huruf B yang memiliki garis kontur yang renggang menunjukkan kemiringan/daerahnya landai. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.2 1. Kemiringan lereng kontur huruf B seperti pada gambar mempunyai http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/8.2.1.jpg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perbatasan darat dengan tiga negara tetangga, yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara perbatasan laut dengan sepuluh negara tetangga,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita.

DAFTAR PUSTAKA. 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita. DAFTAR PUSTAKA 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita. 2. Abidin, Hasanuddin Z.(2002). Survey Dengan GPS. Cetakan Kedua. Jakarta : Pradnya Paramita. 3. Krakiwsky, E.J.

Lebih terperinci

Kajian Landas Kontinen Ekstensi Batas Maritim Perairan Barat Laut Sumatra

Kajian Landas Kontinen Ekstensi Batas Maritim Perairan Barat Laut Sumatra Kajian Landas Kontinen Ekstensi Batas Maritim Perairan Barat Laut Sumatra Aldea Noor Alina 3509 100 005 Dengan bimbingan Ir. Yuwono MS. Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN METODA

BAB 2 DATA DAN METODA BAB 2 DATA DAN METODA 2.1 Pasut Laut Peristiwa pasang surut laut (pasut laut) adalah fenomena alami naik turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi bendabenda-benda

Lebih terperinci

BAB 3 PROSES REALISASI PENETAPAN BATAS LAUT (ZONA EKONOMI EKSKLUSIF) INDONESIA DAN PALAU DI SAMUDERA PASIFIK

BAB 3 PROSES REALISASI PENETAPAN BATAS LAUT (ZONA EKONOMI EKSKLUSIF) INDONESIA DAN PALAU DI SAMUDERA PASIFIK BAB 3 PROSES REALISASI PENETAPAN BATAS LAUT (ZONA EKONOMI EKSKLUSIF) INDONESIA DAN PALAU DI SAMUDERA PASIFIK Batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah penetapan batas laut yang lebih tepatnya Zona Ekonomi

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Pelajaran

Ringkasan Materi Pelajaran Standar Kompetensi : 5. Memahami hubungan manusia dengan bumi Kompetensi Dasar 5.1 Menginterpretasi peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi 5.2 Mendeskripsikan keterkaitan unsur-unsur geografis dan

Lebih terperinci

Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota. Adipandang Yudono 13

Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota. Adipandang Yudono 13 Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota Adipandang Yudono 13 Definisi Peta Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di

Lebih terperinci

K NSEP E P D A D SA S R

K NSEP E P D A D SA S R Mata Kuliah : Sistem Informasi Geografis (SIG) Perikanan. Kode MK : M10A.125 SKS :2 (1-1) KONSEP DASAR DATA GEOSPASIAL OLEH SYAWALUDIN A. HRP, SPi, MSc SISTEM KOORDINAT DATA SPASIAL SUB POKOK BAHASAN 1

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Spesifikasi Pekerjaan Dalam pekerjaan survey hidrografi, spesifikasi pekerjaan sangat diperlukan dan

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV 104) PERTEMUAN 2 : SISTEM SATUAN, ARAH DAN MENENTUKAN POSISI DALAM SURVEYING

SURVEYING (CIV 104) PERTEMUAN 2 : SISTEM SATUAN, ARAH DAN MENENTUKAN POSISI DALAM SURVEYING SURVEYING (CIV 104) PERTEMUAN 2 : SISTEM SATUAN, ARAH DAN MENENTUKAN POSISI DALAM SURVEYING UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Sistem satuan

Lebih terperinci

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR Peta topografi adalah peta penyajian unsur-unsur alam asli dan unsur-unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur alam tersebut diusahakan diperlihatkan pada

Lebih terperinci

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI Geoid dan ellipsoida merupakan bidang 2 yang sangat penting didalam Geodesi. Karena masing 2 bidang tersebut merupakan bentuk bumi dalam pengertian fisik dan dalarn pengertian

Lebih terperinci

MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA

MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA Edisi : I Tahun 2003 KERJASAMA ANTARA DEPARTEMEN DALAM NEGERI DENGAN BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAAN NASIONAL Cibogo, April 2003 MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA Oleh:

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR i Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 3 1 Ruang lingkup... 4 2 Istilah dan definisi... 4 2.1 Istilah Teknis Perpetaan... 4 2.2 Istilah Tata Ruang... 5 3 Penyajian Muka

Lebih terperinci

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut PEMBUKAAN Negara-negara Peserta pada Konvensi ini, Didorong oleh keinginan untuk menyelesaikan, dalam semangat saling pengertian dan kerjasama, semua

Lebih terperinci

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN www.bimbinganalumniui.com 1. Ilmu yang mempelajari pemetaan disebut a. Geomorfologi b. Kartografi c. Hidrologi d. Pedologi e. Oseanografi 2. Gambaran permukaan bumi pada bidang datar yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

DELINEASI LANDAS KONTINEN EKSTENSI DI LUAR 200 MIL LAUT MELALUI PENARIKAN GARIS HEDBERG DARI KAKI LERENG INVESTIGATOR RIDGE

DELINEASI LANDAS KONTINEN EKSTENSI DI LUAR 200 MIL LAUT MELALUI PENARIKAN GARIS HEDBERG DARI KAKI LERENG INVESTIGATOR RIDGE Delineasi Landas Kontinen... DELINEASI LANDAS KONTINEN EKSTENSI DI LUAR 200 MIL LAUT MELALUI PENARIKAN GARIS HEDBERG DARI KAKI LERENG INVESTIGATOR RIDGE Khomsin 1), Muammar Khadafi Ashar 1), Arif Rahman

Lebih terperinci

PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN INDONESIA. Eka Djunarsjah dan Tangguh Dewantara. Departemen Teknik Geodesi FTSP ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132

PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN INDONESIA. Eka Djunarsjah dan Tangguh Dewantara. Departemen Teknik Geodesi FTSP ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN INDONESIA Eka Djunarsjah dan Tangguh Dewantara Departemen Teknik Geodesi FTSP ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 ABSTRAK Landas kontinen (continental shelf) merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI Lokasi pada lepas pantai yang teridentifikasi memiliki potensi kandungan minyak bumi perlu dieksplorasi lebih lanjut supaya

Lebih terperinci

ILMU UKUR TANAH II. Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

ILMU UKUR TANAH II. Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 ILMU UKUR TANAH II Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 Interval kontur berdasarkan skala dan bentuk medan Skala 1 : 1 000 dan lebih besar 1 : 1 000 s / d 1 : 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan kondisi geografisnya, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan dua pertiga wilayahnya yang berupa perairan. Kondisi geografis tersebut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI BATAS WILAYAH dan KEPULAUAN TERLUAR INDONESIA terhadap KEDAULATAN NKRI

IMPLEMENTASI BATAS WILAYAH dan KEPULAUAN TERLUAR INDONESIA terhadap KEDAULATAN NKRI IMPLEMENTASI BATAS WILAYAH dan KEPULAUAN TERLUAR INDONESIA terhadap KEDAULATAN NKRI Dr. Sri Handoyo dan Ir. Tri Patmasari, M.Si Pusat Pemetaan Batas Wilayah BAKOSURTANAL Disampaikan pada Dialog Publik

Lebih terperinci

Modul 13. Proyeksi Peta MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN. Modul Pengertian Proyeksi Peta

Modul 13. Proyeksi Peta MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN. Modul Pengertian Proyeksi Peta MODUL KULIAH Modul 13-1 Modul 13 Proyeksi Peta 13.1 Pengertian Proyeksi Peta Persoalan ditemui dalam upaya menggambarkan garis yang nampak lurus pada muka lengkungan bumi ke bidang datar peta. Bila cakupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data batimetri semakin meningkat seiring dengan kegunaan data tersebut untuk berbagai aplikasi, seperti perencanaan konstruksi lepas pantai, aplikasi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Informasi Geospasial

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Informasi Geospasial BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Informasi Geospasial Pada umumnya data dapat di definisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda dan sebagainya. Dari definisi tersebut,

Lebih terperinci

Abstrak PENDAHULUAN.

Abstrak PENDAHULUAN. PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH ANTARA PROVINSI JAWA TIMUR DAN PROVINSI BALI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH

Lebih terperinci

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 9. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan Aspek Geospasial dalam Metode Delimitasi Batas Maritim

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 9. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan Aspek Geospasial dalam Metode Delimitasi Batas Maritim I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 9 A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan Aspek Geospasial dalam Metode Delimitasi Batas Maritim B.POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN: Aspek Geospasial dalam

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN GARIS BATAS MARITIM INDONESIA SINGAPURA PADA SEGMEN TIMUR MENGGUNAKAN PRINSIP EKUIDISTAN

BAB III PENENTUAN GARIS BATAS MARITIM INDONESIA SINGAPURA PADA SEGMEN TIMUR MENGGUNAKAN PRINSIP EKUIDISTAN BAB III PENENTUAN GARIS BATAS MARITIM INDONESIA SINGAPURA PADA SEGMEN TIMUR MENGGUNAKAN PRINSIP EKUIDISTAN Garis batas maritim antara Indonesia dengan Singapura sebelumnya telah disepakati khususnya pada

Lebih terperinci

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 G199 Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Rainhard S Simatupang 1), Khomsin 2) Jurusan

Lebih terperinci

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut:

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut: Bab IV ANALISIS Analisis dilakukan terhadap hasil revisi dari Permendagri no 1 tahun 2006 beserta lampirannya berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan Geodesi, adapun analalisis yang diberikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 Sistem Informasi Geografis Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 5 Cara Memperoleh Data / Informasi Geografis 1. Survei lapangan Pengukuran fisik (land marks), pengambilan sampel (polusi air), pengumpulan

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 Matakuliah Waktu : Sistem Informasi Geografis / 3 SKS : 100 menit 1. Jelaskan pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG). Jelaskan pula perbedaan antara SIG dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang RI merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia. Berada diantara benua Asia dan Australia dan dua Samudera Hindia dan Pasifik. RI dikelilingi oleh lautan

Lebih terperinci

KONTUR.

KONTUR. KONTUR http://aanpambudi.files.wordpress.com/2010/08/kontur1.png Kontur Hal penting dalam melakukan pemetaan adalah tersedianya informasi mengenai ketinggian suatu wilayah. Dalam peta topografi, informasi

Lebih terperinci

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta Pendahuluan Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara penggunaannya mutlak dan harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak dikenal akan lebih

Lebih terperinci

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional Wilayah Negara Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 menyatakan bahwa: The state as a person of international law should possess the following qualifications: (a) a

Lebih terperinci

APA ITU ILMU UKUR TANAH?

APA ITU ILMU UKUR TANAH? APA ITU ILMU UKUR TANAH? Merupakan ilmu, seni dan teknologi untuk menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap datar. ILMU UKUR TANAH (DEFINISI)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial BAB II DASAR TEORI 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial Dalam konteks aktivitas, ruang lingkup pekerjaan ilmu geodesi umumnya mencakup tahapan pengumpulan data, pengolahan dan manipulasi data,

Lebih terperinci

GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014

GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014 COVER Page 1 MODUL GEOGRAFI GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014 Wahyu Gilang Ramadan, S.Pd SMA BAKTI IDHATA, JAKARTA Jl. Melati, No. 25 Cilandak barat, Cilandak Jakarta Selatan 12260

Lebih terperinci

1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala

1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala 1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala 2. Berikut ini ciri-ciri peta, kecuali... a. Berjudul c. bermata angin b. berskala d. bersampul

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (Juni, 2013) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (Juni, 2013) ISSN: ( Print) Kajian Landas Kontinen Ekstensi Batas Maritim Perairan Barat Laut Sumatra Aldea Noor Alina 1) dan Yuwono 2) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan)

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan) PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan) Geologi Regional Kuliah lapangan Geologi dilakukan pada hari Sabtu, 24 November 2012 di Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat, yang terletak ±20 km di

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan kenyataan sejarah dan cara

Lebih terperinci

Abstrak. Ria Widiastuty 1, Khomsin 1, Teguh Fayakun 2, Eko Artanto 2 1 Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, 60111

Abstrak. Ria Widiastuty 1, Khomsin 1, Teguh Fayakun 2, Eko Artanto 2 1 Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, 60111 Alternatif Peta Batas Laut Daerah Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2012 (Studi Kasus: Perbatasan Antara Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik) ALTERNATIF PETA BATAS LAUT DAERAH BERDASARKAN

Lebih terperinci

BAB III PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA - FILIPINA DI LAUT SULAWESI. Tabel 3.1 Tahapan Penetapan Batas Laut

BAB III PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA - FILIPINA DI LAUT SULAWESI. Tabel 3.1 Tahapan Penetapan Batas Laut BAB III PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA - FILIPINA DI LAUT SULAWESI Kegiatan penetapan batas laut antara dua negara terdiri dari beberapa tahapan.kegiatan penetapan batas beserta dengan

Lebih terperinci

BAB IX TATA LETAK PETA ( MAP LAY OUT ) & KESEIMBANGAN PETA

BAB IX TATA LETAK PETA ( MAP LAY OUT ) & KESEIMBANGAN PETA BAB IX TATA LETAK PETA ( MAP LAY OUT ) & KESEIMBANGAN PETA 1. Tata Letak Peta Tata letak suatu peta (Map lay out) merupakan pengaturan data spasial dari berbagai macam elemen yang disebut dengan PETA.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Informasi keberadaan kaki lereng kontinen bersifat penting karena akan menentukan wilayah yang dapat diklaim sebagai batas landas kontinen diluar 200 mil laut. oleh karena itu,

Lebih terperinci

Pemetaan. sumber.hayati.laut

Pemetaan. sumber.hayati.laut - Pemetaan. sumber.hayati.laut Abu Bakar Sambah Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Universitas Brawijaya Malang Fungsi Peta a) menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci