STATUS GIZI DAN STATUS KESEHATAN SUKU BADUY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STATUS GIZI DAN STATUS KESEHATAN SUKU BADUY"

Transkripsi

1 STATUS GIZI DAN STATUS KESEHATAN SUKU BADUY (Nut rit ion and Healt h St at us of Baduy Tribe) Faisal Anwar 1* dan Hadi Riyadi 2 1* Alamat Korespondensi: Depart emen Gizi Masyarakat, Fakult as Ekologi Manusia, Inst it ut Pert anian Bogor, Bogor Telp: ; Fax: ; faisalanwar_gmipb@yahoo.com 2 Depart emen Gizi Masyarakat, Fakult as Ekologi Manusia, Inst it ut Pert anian Bogor, Bogor ABSTRACT The obj ect ives of t he st udy were: (1) To analyze t he socio-economic and demographic charact erist ics of Baduy people; (2) To analyze t he healt h st at us and nut rit ional st at us of Baduy people and it s influent ial fact ors. This research is an explorat ive and descript ive st udy on t he socio-cult ural aspect s of food syst em. The dat a were collect ed t hrough a direct int erview and discussion wit h respondent s as well as a direct observat ion at t he locat ion of respondent s. A sample size of 338 households was drawn from t he populat ion. To obt ain t he dat a on t he cult ural aspect s, hist ory and socio aspect of food, in-dept h int erviews was conduct ed wit h 19 key persons. The st udy was last for 12 mont hs. In Out er Baduy, t he fact ors significant ly relat ed t o nut rit ional st at us are age, number of household size, income, nut rit ional knowledge, and wife s abilit y t o read. In Moslem Baduy, only age and income are relat ed t o t he nut rit ional st at us of children. In Moslem Baduy and t he Out er Baduy, t he correlat ion bet ween age and W/ A or W/ H is similar: namely, t he higher t he age, t he lower would t he Z-score for t he W/ A or W/ H. The income is significant ly correlat ed t o t he child nut rit ional st at us according t o Z- score for W/ A wit h a high correlat ion coefficient, t hat is, This means t hat t he higher t he income, t he higher would be t he Z-score value for t he W/ A. The dist ribut ion of adult s according t o BMI classificat ion in Out er Baduy it shows t hat 12.7%husbands and 17.6% wives are t hin (wast ed), while t he overweight prevalence of t he husbands is 2.4% and t he wives 8.6%. This shows t hat Baduy women suffer from double nut rit ion problems (double burden). When t he survey was carried out, 2.7%women were pregnant and st ill breast feeding, t he rest was neit her pregnant nor breast feeding. Key words: healt h st at us, child nut rit ional st at us and body mass index PENDAHULUAN St at us gizi merupakan kondisi kesehat an t ubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibat kan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan penggunaan (ut ilisasi) zat gizi makanan. Dengan menilai st at us gizi seseorang at au sekelompok orang, maka dapat diket ahui baik buruk st at us gizinya (Riyadi, 1995). Menurut Tarwotj o dan Soekirman (1987) st at us gizi merupakan t anda-t anda at au penampilan seseorang akibat keseimbangan ant ara pemasukan dan pengeluaran gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi. Dapat disebut kan pula bahwa stat us gizi seseorang pada dasarnya merupakan gambaran kesehat an sebagai refleksi dari konsumsi pangan dan penggunaannya oleh t ubuh. Pemantauan st at us gizi anak lebih t epat j ika menggunakan baku WHO-NHCS dan dihit ung berdasarkan skor simpangan baku (Zskor). Keuntungan penggunaan Z-skor adalah hasil hit ungan t elah dibakukan menurut simpangan baku, sehingga dapat dibandingkan unt uk set iap kat egori umur dan indeks ant ropomet ri. Penent uan prevalensi malnut risi berdasarkan nilai Z-skor lebih t epat dibandingkan cara persen terhadap median (Gibson, 1993). Terj adinya masalah gizi t idak hanya disebabkan oleh asupan gizi yang kurang, t et api j uga dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Anak yang mendapat kan makanan yang cukup, t et a- pi sering diserang diare, at au penyakit ispa dan demam, akhirnya dapat j uga menderit a kurang gizi. Pada anak yang mendapatkan makanan yang t idak cukup, maka daya tahan t u- buhnya melemah. Dalam keadaan demikian anak t ersebut mudah diserang penyakit infeksi yang dapat mengurangi nafsu makannya dan menyebabkan kurang gizi. 72

2 Jenis penyakit yang masih sering dialami oleh masyarakat Baduy secara umum adalah penyakit kulit dan penyakit infeksi. Penyakit yang masih mewabah di kalangan orang Baduy adalah penyakit frambosia. Frambosia adalah sej enis penyakit kulit menular dimana permukaan kulit berbent uk sepert i kembang kol. Nama lokal penyakit ini adalah pat ek at au but ul. Penyakit ini sebet ulnya dapat menimbulkan kematian. Cara penyembuhan adalah dengan dilakukan penyunt ikan benzalin penicillin. Kasus yang paling baru t erj adi pada t ahun an at au pada awal mant ri kesehat an bert ugas di Kanekes. Tuj uan yang ingin dicapai dalam penelit ian ini adalah (1) Menganalisis karakt eristik sosial-ekonomi dan demografi masyarakat Baduy dan (2) Menganalisis st at us gizi dan st at us kesehat an masyarakat Baduy dan fakt or-faktor yang mempengaruhinya. METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelit ian ini adalah st udi deskript if dan eksplorat if terhadap aspek sosial-budaya sist em pangan. Penelit ian dilakukan pada masyarakat Baduy yang masih memegang kuat t radisi dari nenek moyang mereka. Masyarakat Baduy ini t inggal di Desa Kanekes, Kecamat an Leuwidamar, Kabupat en Lebak, Provinsi Bant en. Penelit ian ini dilakukan selama 12 bulan pada t ahun Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Ukuran sampel sebanyak 338 rumah t angga diambil dari j umlah penduduk, dengan alokasi sampel sebanyak 303 unt uk Baduy Luar, 10 unt uk Baduy Dalam dan 25 unt uk Baduy Muslim. Unt uk mendapat kan dat a aspek budaya, sej arah dan aspek sosial pangan, wawancara mendalam dilakukan t erhadap 19 orang t okoh kunci. Sampel rumah t angga diperoleh dari 13 kampung di Baduy Luar, Baduy Dalam, dan Baduy Muslim. Tokoh kunci diperoleh dari beberapa kampung di Baduy Luar, Baduy Dalam (Kampung Cibeo), Baduy Muslim (Kampung Cikakal Girang), dan t okoh kunci yang t inggal di sekit ar Desa Kanekes. Unt uk memilih sampel rumah t angga, dibuat kerangka sampling dengan 13 kampung. Terdapat sekit ar orang at au 2500 rumah tangga di Desa Kanekes. Kemudian, sampel rumah t angga diambil secara acak dari kerangka sampling di set iap kampung (sampel). Jenis dan Cara Pengumpulan Data Dat a yang dikumpulkan meliput i dat a pri mer dan data sekunder. Dat a yang dibut uhkan unt uk memenuhi t uj uan penelit ian dikumpulkan dengan berbagai cara. Dat a primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dan diskusi dengan responden serta pengamatan langsung di lokasi responden. Responden unt uk dat a primer adalah ist ri, suami, dan t okoh masyarakat, yait u kepada desa, pimpinan agama, t okoh masyarakat t radisional, dan lainnya. Dat a sekunder dikumpulkan dengan pencarian dat a di desa, kecamat an, dan kant or pemerintah daerah. Inst rumen penelitian yang dikembangkan adalah kuesioner. Pengolahan dan Analisis Data Proses dan pengolahan dat a t ermasuk memeriksa kelengkapan dat a, pengkodean, mengat ur st rukt ur file, ent ry dat a dan edit ing. Pada penelit ian ini file dimasukkan ke dalam Microsoft Excel. Unt uk menj awab t uj uan penelit ian, penj elasan mengenai sosial budaya sist em pangan dan gizi dibuat. Hal ini dilakukan melalui perhit ungan stat ist ika dasar, termasuk mean, standar deviasi, nilai minimum dan maksimum seluruh variabel kont inyu dan perhit ungan proporsional unt uk seluruh kat egori variabel kuant it at if. Hasil perhit ungan disaj i- kan dalam bent uk t abel agar karakt eristik sosial budaya sist em pangan dan gizi masyarakat Baduy dapat dilihat dengan j elas. Perhit ungan nilai stat ist ika dasar dan proporsi berdasarkan program St at ist ical Analysis Sist em (SAS). Semua data kualit at if dianalisis secara deskript if. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Sosio Ekonomi dan Demografi Pendidikan Baduy Muslim j auh lebih banyak yang mempunyai kemampuan baca dan t ulis dibanding Baduy Luar. Sej umlah 92% suami at au ist ri mempunyai kemampuan baca dan t ulis (Tabel 1). Hal ini menunj ukkan memang Baduy Muslim j auh lebih t erbuka dan lebih maj u dibanding Baduy Luar dan j uga Baduy Dalam. Orang Baduy baik Baduy Dalam maupun Luar dilarang sekolah oleh adat. Bagi orang Baduy orang pint ar t idak dibut uhkan, yang pent ing adalah orang yang ngart i (mengert i), sehingga tidak dit ipu dan dibodohi oleh orang lain. Mata Pencaharian Tabel 2 menunj ukkan bahwa sebagian besar orang Baduy Luar mempunyai pekerj aan 73

3 sebagai petani (98.6% unt uk suami dan 90.7% unt uk ist ri). Pekerj aan lainnya adalah berdagang dan bert enun (t erut ama unt uk ist ri), karena bisa dilakukan di rumah sambil mengasuh anak. Tidak banyak j enis pekerj aan yang dilakukan oleh orang Baduy karena hidupnya masih sepenuhnya mengandalkan sumberdaya alam. Demikian j uga unt uk Baduy Dalam yang bahkan 100% pekerj aannya adalah sebagai petani karena memang domisilinya j auh di daerah pedalaman sehingga t idak ada pilihan pekerj aan, j ika ada yang berdagang it upun hanya sat u at au dua orang dan selalu dilakukan oleh pendat ang. Unt uk Baduy Muslim lebih banyak variasi j enis pekerj aannya yait u selain sebagai pet ani j uga ada yang bekerj a sebagai guru, buruh at au ibu rumah tangga. Secara adat memang Baduy Muslim sudah dianggap bukan orang Baduy sehingga Baduy Muslim sudah seperti perkampungan lainnya di Indonesia. Mat a pencaharian orang Baduy adalah berladang dengan menanam padi. Padi hanya boleh dit anam di lahan ladang kering t anpa pengairan yang disebut huma. Padi tidak boleh dij ual dan harus disimpan dengan baik unt uk keperluan sehari-hari. Selain ngahuma, orang Baduy j uga bert ani unt uk memperoleh bahan makanan t ambahan. Jenis tanaman yang dit a- nam adalah buah-buahan seperti durian, pisang, kelapa dan j agung sert a umbi-umbian se- pert i singkong, t alas dan ubi. Bibit mereka peroleh secara t urun t emurun yait u dari hasil panen sebelumnya yang dit anam kembali. Pendapatan dan Pengeluaran Pada Tabel 3 dapat diket ahui bahwa pendapatan rat a-rata responden t erbesar diperoleh oleh masyarakat Baduy Muslim yait u sebesar Rp ± Rp , begit u j uga dengan pengeluarannya yait u Rp ± Rp Lebih dari separuh pengeluaran (74.2%) digunakan unt uk pangan (Rp ± Rp ) dan sebesar 25.8% digunakan unt uk non pangan (Rp ± Rp ). Pengeluaran rumah t angga orang Baduy (baik unt uk Baduy Luar, Baduy Dalam maupun Baduy Muslim) selalu lebih besar dibandingkan dengan pendapatannya. Unt uk memenuhi kebut uhan sehari-harinya orang Baduy sering mengandalkan sumberdaya alam di sekit arnya. Ciri khas masyarakat golongan ekonomi lemah adalah sebagian besar pengeluarannya unt uk pangan sedangkan pengeluaran lain dianggap pengeluaran sekunder yang t idak terlalu diut amakan. Jika kita kaj i lebih j auh pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa pengeluaran pangan yang t erbesar orang Baduy dialokasikan membeli lauk pauk dan makanan j aj anan. Hal ini sangat masuk akal karena sumberdaya alam di Tabel 1. Sebaran Suami/ Ist ri yang Bisa Membaca dan Menulis di Baduy Luar, Baduy Dalam, dan Baduy Muslim Kemampuan Suami Istri Suami Istri Suami Istri n % n % n % n % n % n % Membaca Menulis Tabel 2. Sebaran Suami/ Ist ri di Baduy Luar, Baduy Dalam, dan Baduy Muslim menurut Pekerj aan Pekerjaan Suami Istri Suami Istri Suami Istri n % n % n % n % n % n % Pet ani Pedagang Bert enun Lainnya Tabel 3. St at ist ik Pendapatan dan Pengeluaran (rp/ kapit a/ bulan) di Baduy Luar Baduy Dalam, dan Baduy Muslim Statistik mean ± sd (rp) % mean ± sd (rp) % mean ± sd (rp) % Pendapat an ± ± ± 2 Pengeluaran: ± ± ± a. Pangan ± ± ± b. Non Pangan ± ± ±

4 Tabel 4. St at ist ik Jenis-j enis Pengeluaran Pangan dan Non pangan di Baduy Luar, Baduy Dalam, dan Baduy Muslim Per Kapit a Per Bulan Jenis Pengeluaran Pangan Rp % Rp % Rp % a. Lauk Pauk b. Sayuran c. Buah d. Jaj anan e. Lainnya NonPangan a. Kesehat an b. Pakaian c. Bahan Bakar d. Rokok e. Sumbangan f. Lainnya Baduy tidak banyak menyediakan bahan pangan yang dapat diolah sebagai lauk pauk nabat i apalagi unt uk lauk pauk hewani. Keadaan ini memang akan menyebabkan orang Baduy memenuhi kebut uhan lauknya sangat t ergant ung suplai dari luar. Demikian j uga unt uk makanan j aj anan, orang Baduy banyak yang t idak mempunyai ket rampilan unt uk membuat makanan j aj anan, sehingga sepenuhnya harus membeli dari luar. Unt uk kebut uhan non pangan, pengeluaran t erbesarnya adalah unt uk membeli rokok (Baduy Luar 52.9% dan Baduy Muslim 57.9%). Kepemilikan Aset Rumah Tangga Tabel 5 menunj ukkan hampir semua keluarga di Baduy memiliki tungku dari t anah liat unt uk keperluan memasaknya dan memilki bale-bale di depan rumahnya yang biasanya digunakan unt uk menerima t amu atau untuk t empat ist irahat. Masyarakat Baduy t idak mempunyai alat -alat elekt ronik seperti t elevisi, t ape reconder dan lain sebagainya karena secara adat kepemilikan aset -aset yang memerlukan sent uhan t eknologi t erut ama alat elektronik t i- dak diperbolehkan. Jadi peralat an rumah t angga yang ada di masyarakat Baduy Dalam sangat t erbat as dan hanya mengandalkan alat -alat dengan bahan alami yang ada di sekitarnya. Jika dibandingkan dengan Baduy Dalam, kondisi Baduy Muslim sangat kont ras, karena hampir semua rumah t angga Baduy Muslim mempunyai t empat tidur (72.0%), lemari pakaian (92.0%), t ungku (64.0%), dan bale-bale (20.0%). Hal ini karena di Baduy Muslim t idak ada larangan unt uk kepemilikan aset apapun. Perumahan Tabel 6 menunj ukkan sebagian besar responden di Baduy Luar, Baduy Dalam dan Baduy Muslim telah memiliki rumah sendiri. Hanya sebagian kecil yang masih tinggal bersama orang t uanya. Masyarakat Baduy Dalam mendiami rumah yang lebih luas (59.6 m 2 ± m 2 ) dibandingkan orang Baduy Luar (45 m 2 ± 15m 2 ). Hal ini sangat logis karena di pedalaman yang dihuni oleh Baduy Dalam lahannya sangat luas, sedangkan penduduknya masih sangat j arang. Unt uk masyarakat Baduy Muslim luas rumahnya (38.10 m 2 ± m 2 ) lebih kecil dibanding Baduy Luar maupun Baduy Dalam. Lebih banyak responden Baduy Muslim yang masih t inggal bersama orang t uanya (24%) j ika dibandingkan masyarakat Baduy Luar maupun Baduy Dalam. Status Gizi dan Kesehatan Status Kesehatan Hasil pengamat an t erlihat bahwa rat a- rat a balit a Baduy Dalam t idak menderit a pe- Tabel 5. Persent ase Kepemilikan Aset Rumah Tangga di Baduy Luar, Baduy Dalam, dan Baduy Muslim Aset n % n % n % Tempat Tidur Lemari Pakaian Tungku Bale-bale Emas Lain-lain

5 Tabel 6. Sebaran Rumah Tangga di Baduy Luar, Baduy Dalam dan Baduy Muslim menurut Stat us dan Ukuran Rumah St at us Status/ Ukuran n % n % n % a. Milik Sendiri b. Orang Tua c. Lainnya Ukuran rumah (m 2 ) 45 ± ± ± Tabel 7. Sebaran Jumlah Balita di Baduy Luar, Baduy Dalam dan Baduy Muslim menurut Jenis Penyakit Kulit yang Diderit a Jenis Penyakit Kulit n % n % n % Tidak Menderit a Sakit Kulit Budug Gat al Bent ol Kulit Kemerahan Bisul nyakit kulit (Tabel 7), keadaan ini agak berbeda dengan masyarakat Baduy Luar yang masih banyak menderit a berbagai penyakit kulit. Keadaan ini merupakan suat u fenomena yang perlu dikaj i lebih lanj ut, karena masyarakat Baduy Dalam t idak boleh menggunakan sabun mandi. Berbeda dengan masyarakat Baduy Luar yang sudah mengenal sabun unt uk mencuci dan unt uk mandi. Kemungkinan lain adalah karena hanya 8 balit a at au 8 keluarga Baduy Dalam yang mau diwawancara at au diperiksa, sedangkan unt uk Baduy Luar sebanyak 303 keluarga. Balit a Baduy Muslim sebagian besar sudah t idak menderit a penyakit kulit, hanya sekit ar 12% yang menderita penyakit kulit sej enis gat al-gat al, it u pun disebabkan oleh gigit an seranga. Masyarakat Baduy Muslim sudah mengenal pendidikan, kebersihan dan kesehatan baik secara formal melalui sekolah atau pengaj ian maupun secara informal dari orang tua at au t okoh masyarakat set empat. Mereka j uga sudah menggunakan sabun unt uk mencuci dan mandi, dan cara berpakaian j uga berbeda dengan masyarakat Baduy Luar maupun Baduy Dalam. Kalau masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam j arang bergant i pakaian, masyarakat Baduy Muslim sudah mengenal kebersihan dan sering mengant i pakaian kalau sudah kot or. Keadaan ini yang menyebabkan masyarakat Baduy Muslim sudah j arang t erkena penyakit kulit. Jenis penyakit yang ada kait annya dengan kesehatan lingkungan adalah penyakit diare dan ISPA. Berdasarkan Tabel 8, balit a Baduy Luar yang menderit a diare dengan frekuensi 1.1 kali dalam dua minggu t erakhir de- ngan lama diare rat a-rat a 5.2 hari adalah 27.1%. Sement ara it u, balit a Baduy Luar yang menderit a ispa dengan frekunsi 1.4 kali dalam dua minggu t erakhir dengan lama ispa diderit a selama 4.6 hari adalah sebesar 62.1%. Dat a mengenai penyakit yang sering diderit a oleh masyarakat Baduy Dalam t idak dapat dilihat secara langsung. Sebagian besar keluarga Baduy Dalam khususnya ibu rumah t angga sangat t ert ut up dan t idak bisa diwawancara. Kalau melihat kondisi perumahan dan lingkungan Baduy Dalam dan Baduy Luar, keadaan lingkungan Baduy Luar sedikit lebih baik. Diduga penyakit ispa dan diare yang diderit a masyarakat Baduy Luar akan lebih rendah bila dibandingkan masyarakat Baduy Dalam. Rat a-rata penyakit diare yang diderit a oleh masyarakat Baduy Muslim dengan frekuensi sat u kali dengan lama menderit a 4.6 hari. Sebanyak 20% dari balit a Baduy Muslim pernah menderit a diare, sedangkan penyakit ispa yang diderit a oleh masyarakat Baduy Muslim ratarat a dengan frekuensi satu kali dengan lama menderit a 6.6 hari. Sebanyak 50% balita di Baduy Muslim pernah menderit a penyakit ispa. Penyakit ispa lebih disebabkan oleh keadaan udara yang sudah t idak bersih. Pencemaran udara yang t erj adi di daerah Bant en merupakan penyebab t ercemarnya udara di daerah Baduy, sehingga dapat memicu banyaknya penderita ISPA. Sebesar 25.2% masyarakat Baduy Luar sudah mengunj ungi Puskesmas unt uk berobat. Sebagian besar warga masih acuh t idak acuh at au memberikan reaksi dengan istilah Baduy t eu mat ak yang berarti t idak ada pengaruh- 76

6 nya bagi mereka. Sebagian kecil masyarakat Baduy Luar sudah mengunj ungi bidan, mant ri dan dokt er kalau menderit a sakit. Sebagian besar masyarakat Baduy Dalam t idak mau berobat ke bidan at aupun pet ugas kesehat an lainnya. Masyarakat Baduy Dalam t et ap masih percaya pada dukun dan selalu dat ang ke dukun kalau mengalami keadaan kurang sehat at au sakit. Alasan mereka mau berobat ke mant ri hanya apabila berobat ke dukun t idak kunj ung sembuh. Masyarakat Baduy Muslim sudah cukup maj u dalam memahami dan melaksanakan konsep kesehat an yang benar. Sebagian besar masyarakat Baduy Muslim sudah dat ang ke puskesmas kalau menderit a sakit. Sebanyak 64% masyarakat Baduy Muslim dat ang ke puskesmas kalau mereka sakit. Sebagian lainnya memilih membeli obat langsung ke warung kalau menderit a sakit, yait u sebesar 32%. Masyarakat Baduy Muslim t idak mau berobat ke dukun dan dukun di Baduy Muslim j uga t idak ada (Lihat Tabel 9). Selain puskesmas, bidan desa j uga merupakan alt ernat if mereka unt uk berobat. Keadaan ini j uga ikut membant u t ercapainya masyarakat sehat di Baduy Muslim. Status Gizi Orang Dewasa Baduy Luar Rat a-rata umur suami dan ist eri masih t ergolong muda, masing-masing 36.5 t ahun dan 32 t ahun (Tabel 10) atau umur suami 4.5 t ahun lebih t ua dari umur ist ri. Berat badan suami dan ist ri masing-masing 51 kg dan 46 kg, sedangkan tinggi badan 157 cm dan ist ri 149 cm. Dengan pola berat badan dan t inggi badan t ersebut j elas orang Baduy perperawakan kecil. Kalau dilihat indeks massa t ubuh (BMI) suami dan ist ri rata-rat anya hampir sama, yait u 21. Berdasarkan BMI rat a-rat a, orang dewasa Baduy t ergolong normal. Pada Tabel 11 disaj ikan sebaran orang dewasa menurut klasifikasi BMI. Pada Tabel 11 t erlihat bahwa 12.7% suami dan 17.6% t ergolong kurus (wast ed), sedangkan prevalensi overweight pada suami 2.4% dan ist eri 8.6%. Keadaan ini menunj ukkan bahwa kaum wanit a Baduy Luar menghadapi masalah gizi ganda (double burden). Tabel 8. Frekuensi (kali) dan Lama (hari) Sakit Balit a Dua Minggu Terakhir di Baduy Luar, Baduy Dalam dan Baduy Muslim Baduy Luar Jenis Penyakit Frekuensi (kali) Lama (hari) n % Diare 1.1 ± ± ISPA 1.4 ± ± Baduy Dalam Diare ISPA 1.0 ± ± Baduy Muslim Diare 1.0 ± ± ISPA 1.1 ± ± Tabel 9. Sebaran Rumah Tangga Baduy Luar menurut Cara Berobat Cara Berobat n % n % n % Puskesmas Beli obat di warung Bidan Mant ri Dokt er Dukun Lainnya Tabel 10. St at istik Umur dan Ant ropomet ri Suami dan Ist ri di Baduy Luar Karakteristik Suami Istri Umur (t ahun) 36.6 ± ± 14.1 Berat Badan (kg) 51.1 ± ± 8.0 Tinggi Badan (cm) ± ± 19.7 IMT 20.8 ± ±

7 Tabel 11. Sebaran Suami at au Ist ri menurut St at us Gizi (IMT) di Baduy Luar BMI* Suami Istri n % n % < > *KLasifikasi WHO (1995) Status Gizi Anak Balita Baduy Luar Berdasarkan hasil perhit ungan Z-skor BB/ U dan dengan menggunakan t itik bat as - 2SD sebagai underweight, maka prevalensi underweight pada anak balit a adalah 26.4% (Tabel 12). Prevalensi underweight anak Baduy lebih t inggi daripada prevalensi underweight anak Indonesia hasil Riset Kesehat an Dasar (Riskesdas) 2007, yait u 18.4% (Depkes, 2008). Tabel 12. Persent ase St atus Gizi Balita di Baduy Luar menurut Kat egori Z-score Status Gizi Z score < -2-2 < Z score <+2 Z score > +2 BB/ U TB/ U BB/ TB Prevalensi st unt ed (pendek) secara keseluruhan adalah sebesar 60.6%. Prevalensi ini j auh lebih tinggi daripada prevalensi st unt ing anak balita di Indonesia hasil Riskesdas 2007, yang hanya sekit ar 36.8% (Depkes, 2008). Art i- nya kondisi ini mencerminkan t ingkat kesej aht eraan masyarakat di desa penelit ian masih rendah. Berdasarkan hasil perhit ungan Z-skor indeks BB/ TB dengan krit eria wast ed <-2 SD, maka dit emukan prevalensi wast ed sebesar 16.7% (Tabel 12). Prevalensi wast ed ini sedikit lebih t inggi dibandingkan dengan prevalensi wast ed anak balit a di Indonesia hasil Riskesdas 2007, yait u 13.6% (Depkes, 2008). Hal yang menarik adalah prevalensi overweight pada anak j uga t inggi, yait u 15.3%. Prevalensi overweight pada anak balit a Baduy Luar ini sedikit lebih t inggi dibandingkan dengan prevalensi overweight anak balita Indonesia hasil Riskesdas, yait u 12.2% (Depkes, 2008). Tabel 13. St at ist ik St at us Gizi Balita di Baduy Luar Status Gizi Z-score Sd BB/ U TB/ U BB/ TB Masalah gizi t ersebut menunj ukkan bahwa anak Baduy menghadapi masalah gizi kronis dan j uga akut. Tidak hanya it u, anak-anak Ba- duy Luar ini j uga mengalami masalah gizi ganda (double-burden). Kalau dilihat dari nilai Z- score (Tabel 13), anak Baduy rat a-rata mempunyai Z-score BB/ U dan TB/ U Status Gizi Baduy Dalam Adat Baduy Dalam t idak mengij inkan penelit i (at au penduduk luar Baduy) menimbang at au mengukur st at us gizi secara ant ropomet - ri. Oleh karena it u kami tidak memperoleh dat a st at us gizi orang t ua dan anak di Baduy Dalam. Tidak hanya it u, karena topografi yang berbukit dan t idak rata, sert a rumah yang t erbuat dari bamboo (lantai dan dinding) dengan at ap yang rendah, maka unt uk mencari t empat yang rata unt uk melet akkan t imbangan berat badan dan alat ukur t inggi badan (microt oise) j uga sangat t idak mungkin dilakukan. Berdasarkan pengamat an t erhadap orang t ua di Baduy Dalam, perawakan orangt ua t ergolong kecil, t idak j auh berbeda dengan orang t ua di Baduy Luar. Anak-anak mereka j uga kecil, sepert i anak-anak di Baduy Luar. Status Gizi Orang Dewasa Baduy Muslim Rat a-rata umur suami dan ist ri responden Baduy Muslim masih t ergolong muda, masing-masing 31 tahun dan 26 tahun (Tabel 14) at au umur suami 5 t ahun lebih t ua dari umur ist ri. Berat badan suami dan ist ri masing-masing 50 kg dan 50 kg, sedangkan tinggi badan 155 cm dan ist ri 149 cm. Dengan pola berat badan dan tinggi badan tersebut j elas orang Baduy Muslim berperawakan hampir sama dengan orang Baduy Luar. Tabel 14. St at ist ik Umur dan Ant ropomet ri suami dan Ist ri di Baduy Muslim Karakteristik Suami Istri Umur (t ahun) 31.2 ± ± 4.7 Berat Badan (kg) 50.0 ± ± 10.3 Tinggi Badan (cm) ± ± 4.7 IMT 20.6 ± ± 4.4 Kalau dilihat indeks massa t ubuh (BMI), suami mempunyai BMI (20.6) lebih rendah dibandingkan dengan BMI ist ri (22.6). Ibu-ibu cenderung berperawakan lebih gemuk. Berdasarkan BMI rat a-rat a, orang dewasa Baduy Muslim t ergolong normal. Pada Tabel 15 t erlihat bahwa semua orang dewasa laki-laki Baduy Muslim t ergolong normal; sedangkan pada orang dewasa perempuan 10% t ergolong kurus (wast ed) dan 30% t ergolong overweight. Keadaan ini menunj ukkan adanya masalah gizi gandapada ibu-ibu di Baduy Muslim. 78

8 Tabel 15. Sebaran Suami at au Ist ri menurut St at us Gizi (IMT) di Baduy Muslim IMT Suami Istri n % n % < > Status Gizi Anak Balita Baduy Muslim Berdasarkan hasil perhit ungan Z-skor BB/ U dan dengan menggunakan t itik bat as - 2SD sebagai underweight, maka prevalensi underweight pada anak balit a di Baduy Muslim adalah 9.5% (Tabel 16). Prevalensi underweight anak Baduy Muslim j auh lebih rendah dibandingkan prevalensi anak Indonesia hasil Riset Kesehat an Dasar (Riskesdas) 2007, yait u 18.4%. Tabel 16. Persent ase St at us Gizi Balita di Baduy Muslim menurut Kat egori Z-score Status Gizi Z-score < -2-2 < Z-core <+2 Z-score > +2 BB/ U TB/ U BB/ TB Prevalensi st unt ed (pendek) secara keseluruhan adalah sebesar 50.0%. Prevalensi ini j auh lebih t inggi daripada gambaran prevalensi st unt ing di Indonesia hasil Riskesdas 2007, yang hanya sekit ar 36.8%. Art inya kondisi ini mencerminkan t ingkat kesej aht eraan masyarakat Baduy Muslim masih rendah. Berdasarkan hasil perhit ungan Z-skor indeks BB/ TB dengan krit eria wast ed < -2 SD, maka dit emukan prevalensi wast ed sebesar 11.1% (Tabel 16). Prevalensi wast ed ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan prevalensi wast ed anak balit a hasil Riskesdas 2007 di Indonesia, yait u 13,6%. Prevalensi overweight pada anak j uga t inggi, yait u 15.3%. Masalah gizi t ersebut menunj ukkan bahwa anak Baduy menghadapi masalah gizi kronis. Kalau dilihat dari nilai Z-score pada Tabel 17 t erlihat bahwa nilai Z-score BB/ U, TB/ U dan BB/ TB masing-masing -0.8, -2.2 dan 0.5. Hal ini j uga menunj ukkan bahwa st at us gizi anak balita t ergolong normal berdasarkan Z- score BB/ U dan BB/ TB, t et api t ergolong st unt - ing (-2.2) berdasarkan Z-score TB/ U. Tabel 17. St at istik St at us Gizi Balit a di Baduy Muslim Status Gizi Z-score Sd BB/ U TB/ U BB/ TB Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Status Gizi Status Gizi Suami Istri Analisis regresi ant ara st at us gizi suami at au ist ri menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan dua peubah bebas yang diperkirakan mempengaruhinya hanya dilakukan unt uk dat a Baduy Luar. Unt uk Baduy Dalam dan Baduy Muslim analisis ini tidak dilakukan karena ket erbat asan dat a. Peubah bebas yang diduga akan berpengaruh t erhadap stat us gizi t ersebut adalah pendapatan dan umur. Pendapatan dan umur berpengaruh sangat nyat a t erhadap st at us gizi suami menurut IMT sepert i dit unj ukkan oleh Tabel 18. Semakin t inggi pendapat an semakin t inggi IMT, namun sebaliknya semakin tinggi umur at au semakin t ua semakin rendah IMT (Tabel 19). Kedua peubah bebas ini hanya mampu menj e- laskan sebesar 9.39% keragaman IMT, sebanyak 5.86% dij elaskan oleh pendapatan dan sebesar 3.53% dij elaskan oleh usia sepert i dapat dilihat pada Tabel 20. Hal ini mudah dipahami karena Tabel 18. Analisis Ragam Model Regresi ant ara IMT Suami sebagai Peubah Tak Bebas dengan Pendapatan dan Umur sebagai Peubah Bebas pada Baduy Luar Sumber Keragaman db JK KT F hit Peluang Regresi Galat Tot al Peubah Bebas Tabel 19. Persamaan Regresi IMT Suami pada Baduy Luar Koefisien Regresi Standar Error F hit Peluang Int ercept Pendapat an (rp/ kap/ bulan) Umur (t ahun)

9 Tabel 20. Kont ribusi Peubah Bebas t erhadap IMT Suami pada Baduy Luar Peubah Bebas R 2 parsial R 2 Model F hit Peluang Pendapat an (rp/ kap/ bulan) Umur (t ahun) semakin t inggi pendapat an akan meningkat kan kemampuan menyediakan pangan sehingga memungkinkan unt uk mengonsumsi pangan lebih banyak sehingga berat badan meningkat yang pada akhirnya IMT meningkat. Namun sebaliknya semakin t ua umur suami semakin kecil nilai IMT. Hal ini dapat t erj adi karena peningkatan umur biasanya diikut i penurunan berat badan sehingga akhirnya nilai IMT t urun. Pendapatan dan umur berpengaruh sangat nyat a terhadap st atus gizi ist ri menurut IMT sepert i dit unj ukkan oleh Tabel 21. Semakin t inggi pendapat an semakin t inggi IMT, namun sebaliknya semakin tinggi umur at au semakin t ua semakin rendah IMT sepert i dit unj ukkan oleh Tabel 22. Kedua peubah bebas ini hanya mampu menj elaskan sebesar 9.49% keragaman IMT, sebanyak 5.89% dij elaskan oleh pendapatan dan sebesar 3.61% dij elaskan oleh usia seperti dapat dilihat pada Tabel 23. Hal ini mudah dipahami karena semakin t inggi pendapatan akan meningkatkan kemampuan menyediakan pangan sehingga memungkinkan unt uk mengkonsumsi pangan lebih banyak akhirnya berat badan meningkat yang pada akhirnya IMT meningkat. Namun sebaliknya semakin t ua umur suami semakin kecil nilai IMT. Hal ini dapat t erj adi karena peningkat an umur biasanya diikut i penurunan berat badan sehingga akhirnya nilai IMT t urun. Tampak bahwa persamaan regresi IMT suami dan ist ri hampir serupa. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita Analisis faktor-fakt or yang berhubungan dengan st at us gizi balit a hanya dilakukan unt uk dat a Baduy Luar dan Baduy Muslim. Analisis ini t idak dapat dilakukan unt uk Baduy Dalam karena ket erbat asan dat a. Orang Baduy Dalam sangat sulit unt uk memberikan kesempat an kepada penelit i unt uk mengukur berat dan t inggi badan balitanya. Pada Baduy Luar fakt or-fakt or yang berhubungan secara nyat a dengan st at us gizi adalah umur balit a, j umlah anggot a rumah t angga, pendapat an, pengetahuan gizi, dan kemampuan membaca ist ri sepert i dapat dilihat pada Tabel 24. Pada Baduy Muslim hanya umur dan pendapat an yang berhubungan dengan st a- t us gizi balita. Hal ini t erj adi mungkin karena peubah besarnya banyaknya anggota rumah t angga, pendidikan gizi dan kemampuan membaca ist ri sudah t idak sensit if lagi t erhadap st at us gizi anak karena sepert i penget ahuan gizi at aupun kemampuan membaca pada Baduy Muslim sudah cukup baik, sementara pada Baduy Dalam peningkatan penget ahuan gizi atau kemampuan membaca akan sensit if terhadap peningkatan st at us gizi balit a. Pada Baduy Luar semakin t inggi umur balit a semakin rendah st atus gizi menurut BB/ U at au BB/ TB. Hal ini berart i bahwa balit a yang lebih muda st at us gizinya lebih baik. Tabel 21. Analisis Ragam Model Regresi antara IMT Ist ri sebagai Peubah Tak Bebas dengan Pendapatan dan Umur sebagai Peubah Bebas pada Baduy Luar Sumber Keragaman db JK KT F hit Peluang Regresi Galat Tot al Peubah Bebas Tabel 22. Persamaan Regresi IMT Ist ri pada Baduy Luar Koefisien Regresi Standar Error F hit Peluang Int ercept Pendapat an (rp/ kap/ bulan) Umur (t ahun) Tabel 23. Kont ribusi Peubah Bebas t erhadap IMT Ist ri pada Baduy Luar Peubah Bebas R 2 Parsial R 2 Model F hit Peluang Pendapat an (rp/ kap/ bulan) Umur (t ahun)

10 Tabel 24. Korelasi antara St at us Gizi Balita dengan Beberapa Variabel Variabel Umur (bulan) Jumlah anggot a rumah t angga Pendapat an (rp/ kapit a/ bulan) Penget ahuan gizi Kemampuan membaca ist ri Status Gizi Baduy Luar Baduy Muslim Korelasi peluang Korelasi peluang BB/ U TB/ U BB/ TB BB/ U TB/ U BB/ TB BB/ U TB/ U BB/ TB BB/ U TB/ U BB/ TB BB/ U TB/ U BB/ TB Jumlah anggot a keluarga berpengaruh nyat a t erhadap st at us gizi menurut BB/ TB. Semakin banyak j umlah anggota keluarga semakin t inggi Z-skor BB/ TBnya, hal ini mungkin semakin besar j umlah anggot a keluarga semakin banyak yang bekerj a sehingga income lebih besar yang pada akhirnya akan meningkat kan stat us gizi. Makin t inggi pendapatan makin rendah st at us gizi balit a menurut BB/ U. Hal ini nampak t idak logis. Salah sat u kemungkinannya adalah apabila anggot a rumah tangga sibuk bekerj a yang mengakibat kan pendapatan meningkat t et api anak t idak terurus t erutama makan sehingga st at us gizi anak menurun. Semakin t inggi penget ahuan gizi ibu, semakin t inggi pula st at us gizi balita menurut BB/ TB. Semakin tinggi kemampuan membaca ist ri, semakin t inggi pula st at us gizi balit a menurut TB/ U. Pada Baduy Muslim hubungan antara umur dengan BB/ U at au BB/ TB serupa dengan yang t erj adi pada Baduy Luar yait u semakin t inggi usia semakin rendah Z-skor BB/ U atau BB/ TBnya. Pendapatan berkorelasi sangat nyat a dengan st at us gizi balit a menurut Z-skor BB/ U dengan koefisein korelasi cukup besar yait u sebesar 0.61, hal ini berarti bahwa semakin t inggi pendapat an semakin t inggi pula nilai Z-skor BB/ Unya. Hubungan ini berlawanan dengan yang t erj adi pada Baduy Luar dan mungkin disebabkan perilaku yang berbeda. KESIMPULAN Jenis penyakit kulit yang sering diderita masyarakat Baduy khususnya Baduy Luar adalah penyakit kulit j enis budug. Jenis penyakit lain yang j uga sering dialami masyarakat Baduy Luar adalah penyakit kulit gat al-gatal, bent ol dan kulit kemerahan. Penyebab penyakit ini lebih disebebkan karena lingkungan kurang bersih dan disebabkan oleh gigit an serangga. Kebiasaan orang Baduy Dalam berpakaian j uga cukup berpengaruh t erhadap j enis penyakit kulit ini. Orang Baduy j arang mengganti pakaian mereka. Pakaian yang dipakai unt uk ngahuma (berladang) sert a unt uk sehari-hari cenderung sama at au tidak digant i. Set elah mandipun mereka tidak bergant i pakaian, mereka bergant i pakaian hanya sekit ar 1 minggu sekali. Keadaan ini dialami oleh bukan hanya kaum laki-laki j uga kaum perempuan Baduy. Mereka j uga j arang menggunakan pakaian dalam. Hal ini berkaitan dengan larangan adat dalam hal adab berpakaian. Begit u pula anak-anak j arang berganti pakaian. St at us gizi yang dibahas dalam laporan ini didasarkan pada hasil pengukuran berat badan dan t inggi badan, sehingga dianalisis stat us gizi menggunakan t iga macam indeks, yait u indeks berat badan menurut umur (BB/ U), indeks panj ang badan menurut umur (PB/ U), dan indeks berat badan menurut panj ang badan (BB/ PB). Prevalensi st unt ed (pendek) secara keseluruhan adalah sebesar 60.6%. Prevalensi ini j auh lebih tinggi daripada prevalensi st unt ing anak balita di Indonesia hasil Riskesdas 2007, yang hanya sekit ar 36.8% (Depkes, 2008). Art i- nya kondisi ini mencerminkan t ingkat kesej aht eraan masyarakat di desa penelit ian masih rendah. 81

11 DAFTAR PUSTAKA Depart emen Kesehatan Republik Indonesia Laporan Nasional Hasil Riset Kesehat an Dasar Bagian Penelit ian dan Pengembangan Kesehat an, Depart emen Kesehatan, RI. Jakarta Gibson R Nut rit ional Assessment, A Laboratory Manual. Oxford Universit y, New York. Propinsi Banten ht t p:/ / en.go. id/?link=dt l&id=684 [Mei 2008] Riyadi H Prinsip Penilaian St atus Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakult as Pertanian, Instit ut Pert anian Bogor, Bogor. Tarwot j o Ig & Soekirman St at us Gizi Anak. Gizi Indonesia (Jurnal Gizi), 12 (1),

PERILAKU PETANI DALAM PRODUKSI DAN PENANGANAN PANGAN SEGAR DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

PERILAKU PETANI DALAM PRODUKSI DAN PENANGANAN PANGAN SEGAR DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT PERILAKU PETANI DALAM PRODUKSI DAN PENANGANAN PANGAN SEGAR DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Farmer s Behavior in Fresh Food Product ion and Management in West Lampung Dist rict ) Lingga Kusuma 1, Ahmad Sulaeman

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, Menimbang : a. bahwa pembangunan di daerah dilaksanakan unt uk meningkat kan pert

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN PERIKANAN DALAM PERSPEKTIF KETAHANAN PANGAN DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN LAMPUNG BARAT

ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN PERIKANAN DALAM PERSPEKTIF KETAHANAN PANGAN DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN LAMPUNG BARAT ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN PERIKANAN DALAM PERSPEKTIF KETAHANAN PANGAN DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Analysis of Fisheries Pot ent ial and Management in Food Securit y Perspect ive

Lebih terperinci

Konsep E-Electronics

Konsep E-Electronics Konsep E-Electronics Latar Belakang Pembuatan E-Electronics Pada umumnya masyar akat dalam mencar i bar ang-bar ang elekt r onik yang diinginkan seper t i TV, Kulkas,Ac,VCD maupun DVD player dan bar angbar

Lebih terperinci

PERCEPATAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN BERBASIS PANGAN LOKAL : PERSPEKTIF PEJABAT DAERAH DAN STRATEGI PENCAPAIANNYA

PERCEPATAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN BERBASIS PANGAN LOKAL : PERSPEKTIF PEJABAT DAERAH DAN STRATEGI PENCAPAIANNYA PERCEPATAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN BERBASIS PANGAN LOKAL : PERSPEKTIF PEJABAT DAERAH DAN STRATEGI PENCAPAIANNYA (Food Consumpt ion Diversif icat ion Accelerat ion based on Local Food : Local St akeholders

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS

STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN Hadi Riyadi 1 ; Ali Khomsan 1 ; Dadang S. 1 ; Faisal A. 1 dan Eddy S. Mudjajanto 1 1 Fakultas Ekologi Manusia,Institut Pertanian ABSTRACT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan METODE PENELITIAN Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riskesdas 2007 diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 0 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey yang dilakukan di lingkungan SMPN 5 Bogor yang berlokasi di Jalan Dadali no 10A Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 16 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain cross-sectional study. Data yang digunakan adalah data sekunder hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN 1 N 32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen

Lebih terperinci

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi, Januari Juni PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA -4 BULAN Asmarudin Pakhri ), Lydia Fanny ), St. Faridah ) ) Jurusan Gizi Politeknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Menurut Supariasa dkk (2002) status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu sedangkan menurut Almatsier

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dibidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain case control bersifat Retrospective bertujuan menilai hubungan paparan penyakit cara menentukan sekelompok kasus

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita 16 KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik sebuah rumah tangga akan mempengaruhi strategi dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Karakteristik rumah tangga itu antara lain besar rumah tangga, usia kepala rumah tangga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai masalah gizi yang cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah adanya gangguan pada perorangan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran 21 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kekurangan gizi pada usia dini mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktifitas yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian mengenai hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol 15 KERANGKA PEMIKIRAN Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Anemia hampir dialami oleh semua tingkatan umur dan salah satunya

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

Dokumentasi Hukum Pemkab Agam 1

Dokumentasi Hukum Pemkab Agam 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN NAMA SERTA WI LAYAH KECAMATAN BANUHAMPU SUNGAI PUAR DAN KECAMATAN I V ANGKAT CANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan prospective study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2003 (antara musim

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0. METODE PENELITIAN Desain Penelitian, Waktu dantempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi. Penelitian dilakukan pada bulan Agustusi 2012. Desain penelitian

Lebih terperinci

Perilaku Makan Dan Pengasuhan Gizi Anak Balita di Kawasan Pemukiman Kumuh Kota Denpasar

Perilaku Makan Dan Pengasuhan Gizi Anak Balita di Kawasan Pemukiman Kumuh Kota Denpasar Perilaku Makan Dan Pengasuhan Gizi Anak Balita di Kawasan Pemukiman Kumuh Kota Denpasar Ni Ketut Sutiari*, Tangking Widarsa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana Gd PS IKM, Kampus

Lebih terperinci

PT FREEPORT INDONESIA: BISNIS BERETIKA?

PT FREEPORT INDONESIA: BISNIS BERETIKA? PT FREEPORT INDONESIA: BISNIS BERETIKA? Oleh : Augustina Kurniasih 1) ersaingan bisnis pada beberapa waktu terakhir ini dapat dikategorikan sebagai pert arungan pembent ukkan dan penj agaan image di mat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketersediaan Pangan Ketersediaan (food availabillity) yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

BAGIAN KEDUA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN BAGIAN KEDUA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN 29 Bab IV Program Pendidikan 2 9 3 0 PEDOMAN PENDIDIKAN UM 2016/ 2017 BAB IV PROGRAM PENDIDIKAN Pasal 13 Landasan Program Pendidikan ( 1) Program

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia prevalensi balita gizi buruk adalah 4,9% dan gizi kurang sebesar 13,0% atau secara nasional prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang adalah sebesar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGGUNAAN INDEKS MEMBERIKAN PREVALENSI STATUS GIZI YG. BERBEDA.

PERBEDAAN PENGGUNAAN INDEKS MEMBERIKAN PREVALENSI STATUS GIZI YG. BERBEDA. INDEKS ANTROPOMETRI INDEKS YG SERING DIGUNAKAN : 1. BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) 2. TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TB/U) 3. BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN ( BB/TB) PERBEDAAN PENGGUNAAN INDEKS MEMBERIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

Lebih terperinci

Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.HH-02.AH.11.01 Tahun 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAFTARAN PARTAI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian. Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian. Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku konsumsi, dan persepsi remaja putri SMU dan SMK dikaitkan dengan kesiapan reproduksi adalah cross

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR Gizi memegang peranan penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan anak merupakan praktik yang tersebar luas didunia. UNICEF (2010) mencatat bahwa sekitar 60% anak perempuan di dunia menikah di bawah usia 18 tahun. Di Indonesia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM GRINGSING BATANG 5 Anjar Puji Hastuti ABSTRAK World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana pertumbuhan manusia, pada masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan dan gizinya dapat mudah terpengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan sebagai akibat keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang diekskpresikan dalam

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tesis ini merupakan data sekunder gabungan yang berasal dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 (Susenas 2007) dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 49 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sampel Hasil pemilahan data dari sebanyak 2.822 rumah tangga yang mempunyai anak usia 6-11 bulan yang berasal dari 10 provinsi di Sumatera, hanya 1.749 rumah tangga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan absorpsi yang diukur dari berat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan absorpsi yang diukur dari berat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengunaan zat-zat gizi. Status Gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi

Lebih terperinci

B. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kedungkandang. Waktu pelaksanaan April 2017.

B. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kedungkandang. Waktu pelaksanaan April 2017. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 73) penelitian deskriptif kualitatif ditujukan

Lebih terperinci

KEBIASAAN DAN KONSUMSI PANGAN SUKU BADUY

KEBIASAAN DAN KONSUMSI PANGAN SUKU BADUY KEBIASAAN DAN KONSUMSI PANGAN SUKU BADUY (Food Habit and Consumption of Baduy Tribe) Dadang Sukandar 1* dan Eddy S. Mudjajanto 1 1 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh.

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh. 22 Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga Ketersediaan Pangan Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh Kondisi Lingkungan Pola Asuh Tingkat kepatuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN Saya Meiti Mahar Resy sebagai mahasiswi Universitas Esa Unggul akan melakukan penelitian Skripsi di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 28 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah: Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia remaja merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, salah satunya ialah remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok adalah salah satu perilaku hidup yang tidak sehat yang dapat merugikan dan sangat mengganggu bagi diri sendiri maupun orang lain disekelilingnya khususnya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyebab kekurangan gizi pada anak adalah kemiskinan. Memperbaiki gizi di masa awal kehidupan manusia dapat membangun fondasi yang kuat dalam membantu

Lebih terperinci

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka 21 KERANGKA PEMIKIRAN Ketahanan pangan rumahtangga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah karakteristik rumahtangga (meliputi ukuran rumahtangga, pendidikan kepala dan ibu rumahtangga, dan

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eplanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih dengan rancangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian itu adalah Explanatory Research, yaitu untuk menjelaskan hubungan antara variabel pendidikan ibu, pendapatan perkapita dengan status gizi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional 37 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi penelitian ini terdiri dari 3 Puskesmas yaitu Kadudampit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pada saat ini menghadapi masalah yang berhubungan dengan pangan, gizi dan kesehatan. Dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah

Lebih terperinci