SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET 2015

2 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET 2015

3

4 Gambaran Umum Perencanaan Kinerja Sekretariat Kabinet Perencanaan kinerja Sekretariat Kabinet didasarkan pada Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Kabinet Tahun sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terahir dengan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penyempurnaan Kedua Rencana Strategis Sekretariat Kabinet RI Tahun Perubahan atau penyempurnaan Renstra tersebut dilakukan untuk peningkatan kualitas pelaksanaan SAKIP Sekretriat Kabinet dengan mempertajam pencapaian tujuan yang menjadi core business Sekretariat Kabinet yaitu dengan mempertajam rumusan fungsi pengelolaan/ manajemen kabinet yang menjadi salah satu tugas dan fungsi utama Sekretariat Kabinet. Renstra Sekretariat Kabinet Tahun beserta revisi/ penyempurnaannya tersebut merupakan panduan pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat Kabinet pada periode yang disusun berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra Sekretariat Kabinet Tahun , analisis terhadap dinamika perubahan lingkungan strategis baik global maupun nasional, dan Rencana Reformasi Birokrasi Sekretariat Kabinet. Renstra tersebut juga disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan dimaksudkan untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan pencapaian sasaran, agenda, dan misi pembangunan serta visi Indonesia Guna mendukung pencapaian visi dan misi, sasaran, dan agenda pembangunan nasional yang termaktub dalam RPJMN , Sekretariat Kabinet merumuskan visi, misi, dan strategi dalam renstra instansi yang Bab 2 Perencanaan Kinerja 16

5 selanjutnya dioperasionalkan dalam suatu perencanaan kinerja. Di dalam proses perencanaan kinerja, Sekretariat Kabinet mendefinisikan seluruh sasaran, program, dan kegiatan yang akan diimplementasikan dalam satu tahun anggaran yang kemudian diformulasikan dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Sekretariat Kabinet memuat angka target kinerja tahunan untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran dan kegiatan. Angka target kinerja ini akan menjadi komitmen yang harus dicapai dalam satu periode tahunan. Selain itu, dokumen RKT tersebut menjadi dasar bagi penetapan kesepakatan tentang kinerja yang akan diwujudkan oleh organisasi (performance agreement) atau lebih dikenal sebagai Penetapan Kinerja (PK). Penetapan Kinerja ini menjadi kontrak kinerja yang harus diwujudkan oleh para pejabat di lingkungan Sekretariat Kabinet sebagai penerima amanah kepada pimpinan dan stakeholdernya. Keberhasilan pencapaian PK diukur menggunakan instrumen berupa Indikator Kinerja Utama (IKU) atau Key Performance Indicators (KPI) yang ditetapkan secara formal dengan keputusan Sekretaris Kabinet. Melalui IKU, diharapkan akan diperoleh informasi kinerja yang diperlukan untuk mengukur keberhasilan/kegagalan pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis yang digunakan sebagai dasar evaluasi kinerja untuk perbaikan kinerja organisasi dan peningkatan akuntabilitas kinerja Sekretariat Kabinet. Gambaran secara ringkas tentang substansi perencanaan kinerja, ikhtisar Penetapan Kinerja serta ikhtisar Indikator Kinerja Utama Sekretariat Kabinet dapat dilihat pada penjelasan berikut. Visi dan Misi Sekretariat Kabinet mengemban mandat untuk menyediakan dukungan kepada Presiden dalam hal penyelenggaraan pengelolaan dan pengendalian manajemen kabinet. Guna melaksanakan mandat tersebut, Sekretariat Kabinet melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengoordinasian, dan pengendalian proses manajemen kabinet, kebijakan, dan program pemerintah. Bab 2 Perencanaan Kinerja 17

6 Dalam hal ini, Sekretariat Kabinet terlibat aktif dalam keseluruhan siklus manajemen kebijakan dari proses formulasi, implementasi, evaluasi, sampai dengan reformulasi/terminasi kebijakan. Pentingnya mandat yang diemban oleh Sekretariat Kabinet tersebut, dicerminkan dalam rumusan visi dan misi Sekretariat Kabinet yang telah disempurnakan sejalan dengan adanya restrukturisasi organisasi berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2010 dan aturan-aturan pelaksanaannya. Rumusan visi dan misi itu selanjutnya mempengaruhi penetapan tujuan dan sasaran strategisnya. Rumusan visi Sekretariat Kabinet sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Kabinet Tahun yang telah beberapa kali disempurnakan, terakhir melalui Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penyempurnaan Kedua Rencana Strategis Sekretariat Kabinet RI Tahun , adalah sebagai berikut: Perumusan visi tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan yang diharapkan Sekretariat Kabinet dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun , terkait peranan dan fungsi suatu organisasi. Visi Sekretariat Kabinet mengandung pengertian bahwa Sekretariat merupakan lembaga pemerintah yang strategis, profesional, dan dapat diandalkan dalam memberikan dukungan kepada Presiden untuk melaksanakan tugas sehari-hari sebagai kepala pemerintahan berupa pemberian dukungan kebijakan dan administrasi secara cepat, tepat, transparan, dan akuntabel. Adanya visi ini diharapkan Sekretariat Kabinet akan mampu mengantisipasi berbagai tantangan di masa depan sekaligus meningkatkan kualitas kinerja secara maksimal dalam rangka memberikan dukungan kebijakan dan administrasi kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan. Visi Menjadi Sekretariat Kabinet yang profesional dan handal dalam mendukung Presiden dan Wakil Presiden dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan Bab 2 Perencanaan Kinerja 18

7 Guna memastikan bahwa visi Sekretariat Kabinet tersebut sesuai dan selaras dengan perubahan yang harus dilakukan, maka diperlukan penetapan misi yang jelas. Misi tersebut menjadi pernyataan yang menetapkan tujuan Sekretariat Kabinet dan sasaran yang ingin dicapai. Perumusan misi Sekretariat Kabinet dilakukan dengan mengacu kepada visi, nilai-nilai, tugas dan fungsi yang diemban Sekretariat Kabinet; melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan yang mencakup para pegawai, masyarakat yang akan dilayani, mitra kerja, dan stakeholder lainnya; menilai lingkungan yang sangat berguna untuk menentukan apakah misi organisasi tidak bertentangan secara internal dan eksternal dengan kebijakan pemerintah serta menyelaraskan kegiatan, proses utama, dan sumber daya untuk memungkinkan Sekretariat Kabinet melaksanakan kegiatannya secara lebih baik dan efisien. Rumusan misi Sekretariat Kabinet adalah sebagai berikut: Misi Memberikan dukungan manajemen kabinet kepada Presiden dan Wakil Presiden dengan memegang teguh pada prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Perumusan misi tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran bahwa dalam rangka membantu Presiden dan Wakil Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan diperlukan dukungan manajemen sehingga penyelenggaraan kabinet dapat terlaksana dengan baik dengan mengacu kepada prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Tujuan, Sasaran Strategis, Sasaran dan Cara Pencapaian Tujuan dan Penetapan tujuan dilakukan oleh Sekretariat Kabinet dalam rangka operasionalisasi visi dan misi berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan yang dihadapi Sekretariat Kabinet. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisis strategis serta dimaksudkan untuk mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Bab 2 Perencanaan Kinerja 19

8 Penetapan tujuan Sekretariat Kabinet telah diarahkan agar konsisten dengan tugas dan fungsi, mempertajam fokus pelaksanaan misi organisasi, dan meletakkan kerangka prioritas bagi arah program dan kegiatan yang akan dilakukan. Perumusan tujuan Sekretariat Kabinet juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor kunci keberhasilan berupa potensi, peluang, kekuatan, tantangan, kendala dan kelemahan yang dihadapi, termasuk sumber daya manusia (SDM), sumber daya material, pendanaan serta peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang digunakan instansi pemerintah dalam melakukan kegiatan. Berdasarkan pertimbanganpertimbangan tersebut, diperoleh rumusan tujuan strategis Sekretariat Kabinet sebagai berikut: Guna mempertajam prioritas pencapaiannya, tujuan perlu diuraikan ke dalam sasaran yang lebih detil dan akan membentuk semacam alur untuk mencapai tujuan. Meskipun telah ditentukan sasaran tahunan dengan jelas dan terdapat keterkaitan nyata dengan tujuan 5 (lima) tahunan, akan tetapi hal tersebut masih sulit diimplementasikan untuk meraih visi dan misi organisasi. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut dalam bentuk strategi. Strategi merupakan rencana yang menyeluruh dan terpadu mengenai upaya organisasi yang meliputi penetapan kebijakan dan program, dengan memperhatikan sumber daya organisasi serta keadaan lingkungan yang dihadapi. Dalam kaitan dengan Sistem AKIP, sebagai suatu alat dari strategi, kebijakan dan program akan memberikan arah bagi pencapaian tujuan dan sasaran. Tujuan Strategis Memberikan dukungan teknis, administrasi, dan pemikiran yang prima dalam rangka mendukung Presiden dan Wakil Presiden menjalankan kekuasaan Pemerintahan Sekretariat Kabinet telah menetapkan arah kebijakan dan strategi yang memuat langkah-langkah berupa program indikatif yang memiliki dampak besar terhadap pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis dalam jangka menengah sesuai bidang yang menjadi tugas dan fungsi Sekretariat Bab 2 Perencanaan Kinerja 20

9 Kabinet. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis Sekretariat Kabinet sebagai bagian dari sasaran strategis nasional yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Peran Sekretariat Kabinet dalam mendukung pencapaian sasaran RPJM , yang diatur dalam arah kebijakan Sekretariat Kabinet selama 5 (lima) tahun ke depan dirumuskan sebagai berikut: Arah kebijakan sekretariat kabinet Mengoptimalkan pemberian dukungan kebijakan dan program kepada Presiden Sekretariat Kabinet terus berupaya melakukan optimalisasi pemberian dukungan kebijakan dan program pemerintah kepada Presiden melalui pembenahan dan peningkatan dari sisi manajemen, organisasi, dan saranaprasarana pendukungnya. Oleh karena itu, strategi Sekretariat Kabinet dalam jangka lima tahun difokuskan pada penguatan enam aspek yang terkait dengan manajemen organisasi, yaitu sebagai berikut: STRATEGI SEKRETARIAT KABINET Mewujudkan SDM yang profesional dan berkualitas 2. Mewujudkan kelembagaan dan ketatalaksanaan yang efektif 3. Mewujudkan peningkatan layanan sistem informasi yang responsif dan transparan 4. Mewujudkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan 5. Meningkatkan efektivitas pengelolaan sarana dan prasarana 6. Meningkatkan pengawasan internal yang optimal Bab 2 Perencanaan Kinerja 21

10 Berdasarkan arah kebijakan dan strategi Sekretariat Kabinet tersebut, selanjutnya tujuan strategis dijabarkan kedalam sasaran strategis yang akan dicapai melalui pelaksanaan program dan kegiatan yang dilakukan oleh satuan organisasi dan unit kerja di lingkungan Sekretariat Kabinet. Pada tahun 2014 terdapat 5 (lima) sasaran strategis yang dijabarkan dalam 2 (dua) program dan 5 (lima) kegiatan yang dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 2.1 Sasaran Strategis, Program dan Kegiatan Sekretariat Kabinet Tahun 2014 Sasaran Program Kegiatan 1. Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan 2. Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden 3. Terwujudnya peningkatan kualitas pengelolaan persidangan kabinet 4. Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan administrasi aparatur yang wewenang penetapannya di tangan Presiden 5. Terwujudnya peningkatan layanan sistem informasi yang responsif dan transparan Program Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Kepada Presiden Selaku Kepala Pemerintahan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Kabinet Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Presiden di bidang politik, hukum dan keamanan, perekonomian serta kesejahteraan rakyat Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Presiden di bidang perancangan perundangundangan bidang politik, hukum dan keamanan, perekonomian serta kesejahteraan rakyat Penyelenggaraan dan pendokumentasian sidang kabinet, rapat dan pertemuan yang dipimpin oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden Penyelesaian administrasi kepegawaian yang wewenang penetapannya berada di tangan Presiden Pengelolaan data dan informasi penyelenggaraan pemerintahan, peraturan perundang-undangan, persidangan, kepegawaian, dan perpustakaan melalui SIM, arsip dan/atau dokumen Bab 2 Perencanaan Kinerja 22

11 Perumusan sasaran strategis Sekretariat Kabinet telah mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan. Perubahan terakhir dilakukan dalam revisi dokumen Renstra Sekretariat Kabinet Tahun beserta dokumen perencanaan turunannya. Fokus penetapan sasaran tersebut telah diupayakan mengarah kepada core business dan outcome Sekretariat Kabinet. Hal ini dapat dilihat pada perubahan nomenklatur sasaran-sasaran strategis dengan fokus pada terwujudnya peningkatan kualitas yang tidak hanya menitikberatkan pada aspek ketepatan waktu penyelesaian, kesesuaian dengan standar (SP/SOP) dan ketepatan substansi semata, namun juga menitikberatkan pada upaya pengukuran kepuasan stakeholder dan respon/ animo stakeholder atas sejumlah layanan/produk Sekretariat Kabinet yang direpresentasikan dalam sasaran strategis Sekretariat Kabinet. Ikhtisar Penetapan Kinerja (PK) Sekretariat Kabinet Tahun 2014 Penetapan kinerja (PK) adalah dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi atau unit organisasi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui penetapan kinerja atau perjanjian kinerja ini terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun yang bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya. Dengan demikian, penetapan kinerja ini menjadi kontrak kinerja yang harus diwujudkan oleh para pejabat tersebut sebagai penerima amanah dan pada akhir tahun nanti akan dijadikan sebagai dasar evaluasi kinerja dan penilaian terhadap pejabat tersebut. Adanya penetapan kinerja ini, diharapkan Bab 2 Perencanaan Kinerja 23

12 para pimpinan instansi dan unit kerja tidak hanya pandai mendapatkan dan menghabiskan anggaran saja, tetapi juga harus mampu menunjukkan serta mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada pimpinannya dan masyarakat. Penetapan kinerja sebagai bagian tidak terpisahkan dari SAKIP merupakan upaya dalam membangun manajemen pemerintahan yang transparan, partisipatif, akuntabel, dan berorientasi hasil, yaitu peningkatan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan rakyat. Sekretariat Kabinet menetapkan dokumen PK Tahun 2014 sebagai ikhtisar perencanaan kinerja dari seluruh satuan organisasi dan unit kerja di lingkungan Sekretariat Kabinet, yang memuat target kinerja yang ingin dicapai sebagai ukuran keberhasilan sasaran strategis organisasi. Gambaran tentang PK Sekretariat Kabinet Tahun 2014 tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 2.2 Penetapan Kinerja Sekretariat Kabinet Tahun 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Program Anggaran (1) (2) (3) (4) (5) 1. Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan 1. Persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah secara tepat waktu 2. Persentase saran kebijakan yang ditindaklanjuti oleh pemerintah 97% Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Kepada Presiden Selaku Kepala Pemerintahan 97% Rp ,00 2. Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden 1. Persentase penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden secara tepat waktu 97% Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Kepada Presiden Selaku Kepala Pemerintahan Rp ,00 Bab 2 Perencanaan Kinerja 24

13 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Program Anggaran (1) (2) (3) (4) (5) 2. Persentase Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden yang ditindaklanjuti 97% 3. Terwujudnya peningkatan kualitas pengelolaan persidangan kabinet 1. Tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap penyelenggaraan sidang kabinet 2. Tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap risalah sidang kabinet A B Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Kepada Presiden Selaku Kepala Pemerintahan Rp , 4. Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan administrasi aparatur yang wewenang penetapannya di tangan Presiden 1. Kecepatan penyiapan dan penyelesaian Keppres tentang: Pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan struktural eselon I pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan fungsional jenjang utama 15 hari 15 hari Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Kabinet Rp ,00 kepangkatan 25 hari kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun 40 hari pemberhentian dan pensiun 25 hari Bab 2 Perencanaan Kinerja 25

14 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Program Anggaran (1) (2) (3) (4) (5) 2. Akurasi/ketepatan Keppres tentang pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan pemerintahan, kepangkatan, pemberhentian dan pensiun PNS yang wewenang penetapannya di tangan Presiden 100% 3. Persentase tingkat kepuasan stakeholder terhadap penyelesaian Keppres tentang pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan pemerintahan, kepangkatan, pemberhentian dan pensiun PNS yang wewenang penetapannya di tangan Presiden 85% 5. Terwujudnya peningkatan layanan sistem informasi yang responsif dan transparan 1. Persentase keberlangsungan layanan (Continuity of service) 2. Jumlah pengakses layanan data dan informasi Sekretariat Kabinet 99% Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Kabinet pengakses Rp ,00 3. Jumlah pendownload layanan data/ informasi Sekretariat Kabinet pendownload 4. Tingkat kepuasan pengakses terhadap layanan website Sekretariat Kabinet 90% Bab 2 Perencanaan Kinerja 26

15 Ikhtisar Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2014 Sekretariat Kabinet Indikator kinerja utama (IKU) merupakan ukuran keberhasilan yang menggambarkan kinerja utama instansi pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsi serta mandat (core business) yang diemban. IKU dipilih dari seperangkat indikator kinerja yang berhasil diidentifikasi dengan memperhatikan proses bisnis organisasi dan kriteria indikator kinerja yang baik. Sekretariat Kabinet telah melakukan beberapa kali perubahan/ penyempurnaan rencana strategis (Renstra). Perubahan Renstra ini mencakup juga perubahan atau penyempurnaan rumusan sasaran dan indikator yang selanjutnya juga berpengaruh pada formulasi Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menjadi tolok ukur keberhasilan Sekretariat Kabinet. IKU Sekretariat Kabinet selama beberapa tahun telah mengalami perubahan yang dinamis secara terus menerus dan berkelanjutan. Penetapan IKU tahun 2014 didasarkan pada dokumen Renstra Revisi Sekretariat Kabinet Tahun (baik revisi I maupun II) maupun dokumen perencanaan kinerja dan penetapan kinerja tahun Setelah dilakukan reviu terhadap penetapan IKU Sekretariat Kabinet, ditetapkan bahwa sejumlah IKU tahun 2014 sama dengan IKU tahun 2013, namun terdapat perubahan mendasar dimana pada tahun 2014 sejumlah indikator terkait pengukuran ketepatan waktu tidak lagi dijadikan IKU sebagaimana halnya pada tahun Sebagian besar IKU merupakan indikator yang dipertimbangkan bersifat outcome seperti indikator yang ditindaklanjuti dan indikator tingkat kepuasan. Selain itu, terdapat perubahan indikator pada sasaran ketiga terkait penyelenggaraan sidang kabinet yaitu penggantian indikator terkait pengukuran ketepatan waktu dengan indikator pengukuran tingkat kepuasan. Sehingga pada tahun 2014 terdapat 4 (empat) indikator tingkat kepuasan yang terdapat dalam 3(tiga) sasaran strategis yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas sasaran-sasaran strategis Sekretariat Kabinet. Gambaran perbandingan IKU Sekretariat Kabinet tahun 2013 dengan 2014 tersebut dapat dilihat pada skema berikut: Bab 2 Perencanaan Kinerja 27

16 Tabel 2.3 Perbandingan IKU Sekretariat Kabinet Tahun 2013 dan 2014 IKU 2013 IKU a. Persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah secara tepat waktu (tidak dijadikan IKU pada tahun 2014) b. Persentase saran kebijakan yang ditindaklanjuti oleh Pemerintah 2. a. Persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu (tidak dijadikan IKU pada tahun 2014) b. Persentase RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditindaklanjuti 3. a. Persentase penyelesaian hasil sidang kabinet secara tepat waktu (tidak dijadikan IKU pada tahun 2014) b. Tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap penyelenggaraan sidang kabinet 4. a. Kecepatan penyiapan dan penyelesaian Keppres tentang: Pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan struktural eselon I Pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan jenjang utama Kepangkatan Kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun Pemberhentian dan pensiun b. Akurasi/ketepatan Keppres tentang pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan pemerintahan, kepangkatan, pemberhentian dan pensiun PNS yang wewenang penetapannya di tangan Presiden c. Persentase tingkat kepuasan stakeholder terhadap penyelesaian Keppres tentang pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan pemerintahan, kepangkatan, pemberhentian dan pensiun PNS yang wewenang penetapannya di tangan Presiden 1. Persentase saran kebijakan yang ditindaklanjuti oleh Pemerintah 2. Persentase RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditindaklanjuti 3. a. Tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap penyelenggaraan sidang kabinet b. Tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap risalah sidang kabinet (indikator baru di tahun 2014) 4. a. Kecepatan penyiapan dan penyelesaian Keppres tentang: Pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan struktural eselon I Pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan jenjang utama Kepangkatan Kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun Pemberhentian dan pensiun b. Akurasi/ketepatan Keppres tentang pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan pemerintahan, kepangkatan, pemberhentian dan pensiun PNS yang wewenang penetapannya di tangan Presiden c. Persentase tingkat kepuasan stakeholder terhadap penyelesaian Keppres tentang pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan pemerintahan, kepangkatan, pemberhentian dan pensiun PNS yang wewenang penetapannya di tangan Presiden Bab 2 Perencanaan Kinerja 28

17 IKU 2013 IKU a. Persentase keberlanjutan pelayanan (continuity of service) (tidak dijadikan IKU pada tahun 2014) b. Jumlah pengakses layanan data/ informasi c. jumlah pen-download layanan data/ informasi Sekretariat Kabinet 5. a. Jumlah pengakses layanan data dan informasi b. jumlah pen-download layanan data/ informasi Sekretariat Kabinet c. Tingkat kepuasan pengakses terhadap layanan website Sekretariat Kabinet d. Tingkat kepuasan pengakses terhadap layanan website Sekretariat Kabinet Bab 2 Perencanaan Kinerja 29

18

19 Laporan Kinerja merupakan media pertanggungjawaban atas target-target kinerja yang telah diperjanjikan dalam dokumen perjanjian kinerja antara pimpinan organisasi yang memberikan mandat dengan pimpinan unit organisasi dibawahnya sebagai penerima mandat (managerial accountability). Oleh karena itu, pengungkapan dan penyajian akuntabilitas kinerja dalam Laporan Kinerja harus berdasarkan pada hasil pengukuran kinerja sesuai dengan hierarki akuntabilitas kinerja yang ada. Laporan Kinerja Sekretariat Kabinet Tahun 2014 mengungkapkan dan menyajikan akuntabilitas kinerja yang mencakup informasi keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai sasaran strategis Sekretariat Kabinet dengan menggunakan analisis atas capaian indikator hasil (outcome) yang merupakan indikator kinerja utama (IKU) Sekretariat Kabinet dan ditunjang oleh capaian indikator kinerja penunjang yang secara langsung juga memberikan kontribusi bagi pencapaian kinerja sasaran strategis Sekretariat Kabinet. Penyajian informasi akuntabilitas kinerja dalam Laporan Kinerja ini menitikberatkan pada pencapaian sasaran strategis Sekretariat Kabinet dengan menguraikan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk didalamnya menguraikan secara sistematis keberhasilan dan atau/kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan secara langkah antisipatif yang akan diambil untuk perbaikan dan peningkatan manajemen kinerja maupun kinerja Sekretariat Kabinet secara berkelanjutan pada tahun-tahun berikutnya. Selain itu, Laporan Kinerja ini juga memuat informasi tentang kehematan (ekonomis), efisiensi, dan efektivitas penggunaan dana publik terhadap output yang dihasilkan dan yang dapat dirasakan oleh seluruh stakeholder Sekretariat Kabinet. 30

20 Pengukuran Kinerja Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja tersebut dimaksudkan sebagai hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja yang berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak. Pengukuran kinerja merupakan aktivitas pembandingan antara sesuatu dengan alat ukurnya. Dalam hal ini proses pengukuran kinerja merupakan suatu proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi organisasi. Pengukuran kinerja di Sekretariat Kabinet telah dilakukan sesuai dengan peran, tugas, dan fungsi Sekretariat Kabinet, serta dilakukan secara berjenjang dari tingkatan unit kerja sampai pada tingkatan tertinggi organisasi. Guna mengatasi berbagai kerumitan pengukuran di berbagai tingkatan dan agregasinya, digunakan beberapa indikator kinerja utama (IKU) yang dipilih diantara berbagai indikator yang paling dapat mewakili dan menggambarkan apa yang diukur. Guna mendapatkan hasil yang komprehensif, proses pengukuran kinerja selain memuat analisis capaian kinerja juga dilengkapi dengan evaluasi atas hasil capaian kinerja tersebut. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui progress realisasi kinerja yang dihasilkan maupun kendala dan tantangan yang dihadapi dalam mencapai sasaran, serta menilai efisiensi, efektivitas, keekonomisan maupun perbedaan kinerja (gap), sebagai umpan balik untuk mengetahui pencapaian implementasi perencanaan strategis maupun perencanaan kinerja. Pengukuran dan analisis kinerja yang dilakukan pada tingkat Sekretariat Kabinet terbatas pada pencapaian sasaran-sasaran strategis Sekretariat Kabinet. Dengan demikian, Laporan Kinerja Sekretariat Kabinet hanya melaporkan hal-hal 31

21 yang penting atau strategis saja, dan kemudian hal-hal yang lebih rinci dan lebih operasional dilaporkan oleh unit kerja eselon I atau eselon II dibawahnya. Pengukuran atas pencapaian sasaran strategis dalam Laporan Kinerja Sekretariat Kabinet Tahun 2014 menggunakan 2 (dua) rumus yang disesuaikan dengan karakteristik komponen realisasinya 1, yaitu: 1. Semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin baik, digunakan rumus: Persentase pencapaian rencana tingkat capaian Realisasi Realisasi = 100% Rencana Rumus 1 Rumus 1 ini digunakan untuk mengukur pencapaian indikator kinerja terkait ketepatan substansi/yang ditindaklanjuti pada sasaran 1 dan 2, indikator pengukuran kepuasan pada sasaran 3, 4 dan 5, indikator tentang akurasi pada sasaran 4, serta indikator terkait pengukuran pengakses dan pendownload dan continuity of service pada sasaran Semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah pencapaian kinerja, digunakan rumus: Persentase pencapaian rencana tingkat capaian Rencana (Realisasi Realisasi Rencana) = 100% Rencana Rumus 2 Rumus 2 ini digunakan untuk mengukur pencapaian indikator kinerja yang terkait dengan pengukuran ketepatan waktu/berkas yang tepat waktu/ kecepatan pada sasaran 1, 2, dan 4. 1 Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 2003), h

22 Penilaian atas capaian kinerja Sekretariat Kabinet tahun 2014 menggunakan kategori capaian kinerja dengan skala ordinal, sebagaimana yang ditetapkan pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebagai berikut: Tabel 3.1 Kategori Pencapaian Kinerja No. Rentang Capaian Kinerja Kategori Capaian Kinerja Penggolongan Kategori Capaian Memuaskan Biru % - <100 % Sangat Baik Hijau % - < 85 % Baik Oranye % - < 70 % Cukup Kuning 5. < 55 % Kurang Baik Merah Capaian Kinerja Tahun 2014 A. Capaian Kinerja Jangka Menengah (Capaian Renstra) Sekretariat Kabinet Tahun Pencapaian tujuan Sekretariat Kabinet dapat digambarkan melalui capaian sasaran-sasaran strategisnya selama periode jangka menengah maupun jangka panjang. Tahun 2014 merupakan tahun terakhir pelaksanaan Renstra Sekretariat Kabinet Oleh karena itu, perlu diungkapkan informasi kinerja terkait resume/rekapitulasi pencapaian tujuan jangka menengah Pencapaian tujuan tersebut dapat digambarkan dalam capaian beberapa indikator sasaran strategis Renstra Sekretariat Kabinet selama periode 5 (lima) tahun terakhir yaitu , yang digambarkan dengan uraian sebagai berikut: 33

23 Tabel 3.2 Capaian Kinerja Renstra untuk Periode No Indikator Kinerja Sasaran Strategis Capaian Kinerja (%) Persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah secara tepat waktu 2 Persentase saran kebijakan yang ditindaklanjuti oleh Pemerintah 3 Persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu 4 Persentase RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditindaklanjuti 5 Persentase penyelesaian hasil sidang kabinet secara tepat waktu (pengukuran indikator ini hanya sampai tahun 2013) 6 Tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap penyelenggaraan sidang kabinet (indikator ini baru ada di tahun 2012) 7 Tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap risalah sidang kabinet (indikator ini baru ada di tahun 2014) 102,45 110,36 88,73 102,67 102,08 105,2 106,45 96,30 104,17 101,36 107,82 111,36 105,47 104,17 103,09 108,21 107,52 105,47 103,26 102,74 122, ,69 98, ,20 94,54 93, ,47 34

24 No Indikator Kinerja Sasaran Strategis Capaian Kinerja (%) Kecepatan penyiapan dan penyelesaian Keppres tentang Pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan struktural eselon I Pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan fungsional jenjang utama Kepangkatan Kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun Pemberhentian dan pensiun 9 Akurasi/ketepatan Keppres tentang Pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan struktural eselon I Pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan fungsional jenjang utama Kepangkatan Kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun Pemberhentian dan pensiun yang wewenang penetapannya di tangan Presiden 97,73 76,60 99,99 103, , ,26 85,33 83,87 98,33 120,53 117,04 121,88 109,12 132, ,80 76,18 111,17 43,20 99,28 40,52 114,24 99,99 99, ,79 99, ,63 99,32 99,75 99,83 102,17 98,12 99,55 99,06 104,93 99,35 99,15 98,88 35

25 No Indikator Kinerja Sasaran Strategis Capaian Kinerja (%) Persentase tingkat kepuasan stakeholder terhadap penyelesaian Keppres tentang pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan pemerintahan, kepangkatan, pemberhentian dan pensiun PNS yang wewenang penetapannya di tangan Presiden (indikator ini baru ada di tahun 2012) 11 Persentase keberlanjutan layanan (continuity of service) 12 Jumlah pengakses layanan data dan informasi Sekretariat Kabinet 13 Jumlah pen-download layanan data /informasi Sekretariat Kabinet (indikator ini baru ada di tahun 2012) 14 Tingkat kepuasan pengakses terhadap layanan website Sekretariat Kabinet (indikator ini baru ada di tahun 2013) ,10 90,42 88,73 99, ,67 98,90 100,45 178,06 122,03 212,29 328,02 183, ,55 124,80 76, ,78 36

26 Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa capaian kinerja Sekretariat Kabinet selama 5 (lima) tahun terakhir cukup dinamis namun masih menunjukkan trend positif ke arah peningkatan capaian kinerja. Secara umum rata-rata capaian indikator kinerja utama dan indikator kinerja penunjang cukup memuaskan, dan apabila terdapat penurunan hal itu disebabkan adanya peningkatan target yang cukup subtansial dibandingkan tahun sebelumnya sehingga mempengaruhi angka capaian. Selain itu, terdapat kondisi lain yang mempengaruhi besaran capaian kinerja antara lain perbedaan/perubahan metode dan instrumen pengukuran, perluasan cakupan kinerja yang diukur, peningkatan requirement/persyaratan kinerja, dan lain-lain. Apabila dianalisis lebih lanjut, dari sejumlah indikator kinerja utama dan indikator kinerja penunjang yang menjadi ukuran keberhasilan pencapaian 5 (lima) sasaran strategis Sekretariat Kabinet, terdapat sejumlah indikator yang menunjukkan pencapaian kinerja yang cukup stabil yaitu indikator kinerja terkait penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres (baik secara tepat waktu maupun ditindaklanjuti), indikator terkait akurasi/ ketepatan Keppres tentang kepangkatan, pemberhentian dan pensiun PNS yang wewenang penetapannya berada di tangan Presiden serta indikator tentang continuity of service. Indikator-indikator tersebut pencapaiannya selalu berada dalam kategori memuaskan dan apabila terdapat penurunan capaian masih berada dalam kisaran 5%. Capaian kinerja Sekretariat Kabinet selama 5 (lima) tahun terakhir cukup dinamis, namun menunjukkan trend yang positif ke arah peningkatan capaian kinerja. Mengingat tahun 2014 merupakan tahun terakhir pelaksanaan Renstra Sekretariat Kabinet, perlu dilakukan upaya pembandingan kinerja antar tahun selama kurun waktu 5 (lima) tahun tersebut guna memperoleh baseline data dan informasi kinerja yang memadai sebagai bahan perbaikan perencanaan kinerja, rujukan pelaksanaan program dan kegiatan serta bahan 37

27 evaluasi bagi pengambilan kebijakan pimpinan organisasi. Terkait pembandingan kinerja tersebut terdapat beberapa indikator kinerja yang hanya dapat dilakukan pembandingan 1 2 tahun saja karena indikatorindikator tersebut merupakan indikator baru yaitu indikator-indikator terkait pengukuran kepuasan. Namun demikian, penetapan indikator pengukuran kepuasan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kualitas pengukuran pencapaian sasaran strategis agar lebih mencerminkan outcome Sekretariat Kabinet. Ke depan, Sekretariat Kabinet akan berupaya untuk memetakan dan menetapkan indikator-indikator kinerja yang lebih mencerminkan pencapaian outcome-outcome dari sasaran strategis Sekretariat Kabinet. Sejumlah upaya telah dilakukan Sekretariat Kabinet dalam rangka peningkatan capaian kinerja jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Upaya tersebut antara lain berupa benchmarking terhadap best practices pelaksanaan SAKIP dari Kementerian/Lembaga lain, terutama yang sejenis atau tipologinya mirip dengan Sekretariat Kabinet dan melakukan perbaikan terhadap manajemen kinerja Sekretariat Kabinet secara terusmenerus dan berkesinambungan. B. Capaian Kinerja Sekretariat Kabinet Tahun 2014 Pengukuran atas capaian kinerja Sekretariat Kabinet tahun 2014 dilakukan dengan membandingkan antara target (rencana) dengan realisasi indikator kinerja utama (IKU) maupun indikator-indikator penunjangnya yang menggambarkan keberhasilan pencapaian sasaran strategis Sekretariat Kabinet dari perspektif stakeholder maupun business process Sekretariat Kabinet, melalui penilaian sendiri (self assessment). Penjelasan tentang capaian setiap sasaran strategis Sekretariat Kabinet adalah sebagai berikut: 38

28 Sasaran 1 Terwujudnya Peningkatan Kualitas Hasil Analisis Kebijakan Capaian sasaran pertama diukur melalui pengukuran terhadap indikator kinerja utama (IKU) tentang persentase saran kebijakan yang ditindaklanjuti oleh pemerintah dan didukung dengan indikator kinerja penunjang yaitu persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah secara tepat waktu. Uraian mengenai pencapaian sasaran pertama adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Penunjang dari Sasaran Pertama Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian Kategori Capaian Kinerja Indikator Kinerja Utama 1. Persentase saran kebijakan yang ditindaklanjuti oleh Pemerintah Indikator Kinerja Penunjang 2. Persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah secara tepat waktu 97% 98,33% 101,36 Memuaskan 97% 98,95% 102,08 Memuaskan Capaian IKU dan capaian indikator kinerja penunjang dari sasaran pertama dihitung menggunakan rumus 1. Berdasarkan kategori pencapaian kinerja, dapat dinyatakan bahwa pencapaian IKU untuk sasaran ini dikategorikan memuaskan begitu juga dengan pencapaian indikator kinerja penunjangnya. 39

29 Apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 memang ada sedikit penurunan capaian masing-masing sebesar 0,67% dan 2,94%. Namun demikian, perlu dipertimbangkan bahwa pada tahun 2014 terdapat peningkatan target sebesar 1% dan ditambah dengan jumlah berkas kebijakan yang ditangani oleh Sekretariat Kabinet jauh lebih besar atau mengalami peningkatan sebesar 112,53% dibandingkan tahun Uraian lebih lanjut tentang analisis capaian IKU sasaran pertama adalah sebagai berikut: IKU Persentase Saran Kebijakan yang Ditindaklanjuti oleh Pemerintah 1. Formulasi IKU Guna mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, IKU Persentase saran kebijakan yang ditindaklanjuti oleh Pemerintah, diformulasikan dengan menggunakan perhitungan berikut: Saran kebijakan yang ditindaklanjuti Saran kebijakan yang disampaikan X 100% Saran kebijakan yang dimaksud disini adalah saran kebijakan yang disampaikan oleh Sekretariat Kabinet kepada Pemerintah yaitu Presiden maupun Kementerian/Lembaga dan selanjutnya saran kebijakan tersebut ditindaklanjuti apabila saran tersebut tepat secara substansi dan ditindaklanjuti atau direspon positif oleh pemerintah atau dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 40

30 2. Pencapaian IKU Peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan bersumber dari pelaksanaan fungsi Sekretariat Kabinet sebagaimana tertuang dalam Pasal 3 Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet. Kualitas hasil analisis tersebut dilihat dari hasil analisis perumusan rencana kebijakan maupun pemantauan, evaluasi, dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah, yang menghasilkan saran kebijakan dan difokuskan pada beberapa bidang yaitu bidang politik, hukum dan keamanan, perekonomian, dan kesejahteraan rakyat. Hal tersebut lebih lanjut merupakan bagian dari penyelenggaraan pengelolaan dan pengendalian manajemen kabinet. Saran kebijakan atas kebijakan dan program pemerintah, tidak semata rencana kebijakan dan program pemerintah yang akan dibentuk dan diwadahi dengan peraturan perundang-undangan. Namun, terdapat saran kebijakan atas rencana kebijakan dan program pemerintah dengan cakupan luas antara lain dalam bentuk Sekretariat Kabinet menyampaikan laporan/ rekomendasi dan pertimbangan kepada stakeholder untuk menindaklanjuti suatu permasalahan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah. Gambaran terakhir dapat juga mencerminkan bahwa Sekretariat Kabinet merupakan institusi yang menjembatani dan memfasilitasi usulan dan permasalahan yang disampaikan stakeholder kepada Presiden selaku penyelenggara pemerintahan. Pengukuran pencapaian sasaran pertama ini mempunyai konsekuensi lanjutan apabila saran kebijakan dimaksud pada proses berikutnya ditetapkan dalam suatu peraturan perundang-undangan khususnya Perpres, Keppres, dan Inpres. Dengan demikian, dalam pengukuran pencapaiannya akan digambarkan bahwa terdapat beberapa dokumen/laporan saran kebijakan hasil analisis terkait yang memberikan kontribusi terhadap pencapaian sasaran kedua Sekretariat Kabinet, yakni Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Perpres, Keppres, dan Inpres. Dengan adanya konsekuensi ini akan terlihat bahwa terdapat pencapaian 41

31 kinerja lintas sasaran. Misalnya terdapat permasalahan pelaksanaan kebijakan yang disampaikan stakeholder ke Presiden melalui Sekretariat Kabinet. Pada awalnya, permasalahan dan alternatif pemecahan bersifat umum (hanya perlu penguatan, pembinaan atau koordinasi) dan tidak mengarah pada penyempurnaan atau mengeluarkan suatu kebijakan dalam suatu perundang-undangan (Perpres, Keppres, dan Inpres). Namun, dalam proses pembahasannya ditemukan permasalahan yang solusi pemecahannya perlu diwadahi oleh peraturan perundang-undangan (Perpres, Keppres, dan Inpres). Lebih lanjut, saran kebijakan atas perumusan kebijakan dan program pemerintah meliputi pula kontribusi Sekretariat Kabinet dalam pengambilan kebijakan melalui penyusunan Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri/LPNK, Peraturan Daerah (Perda) dan Keputusan Kepala Daerah. Berdasarkan ilustrasi tersebut, terdapat saran kebijakan atas perumusan kebijakan yang memberi kontribusi terhadap sasaran pertama dan sasaran kedua Sekretariat Kabinet Saran kebijakan yang disampaikan Sekretariat Kabinet dapat berupa tertulis dan lisan. Secara tertulis, saran kebijakan diukur berdasarkan dokumen/laporan saran kebijakan yang disampaikan kepada stakeholder. Sedangkan secara lisan, batasan ukurannya lebih luas berupa kehadiran, keikutsertaan, dan keterlibatan Sekretariat Kabinet (Sekretaris Kabinet atau lembaga) dalam suatu event penyelenggaraan pemerintahan, khususnya terkait pembahasan perumusan/rencana, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan dan program pemerintah, seperti sidang kabinet dan rapat koordinasi. Terkait pengukuran kinerja Sekretariat Kabinet untuk sasaran ini, perlu digarisbawahi bahwa saran kebijakan yang diukur dalam laporan kinerja ini adalah saran kebijakan yang disampaikan dalam bentuk tertulis sedangkan saran kebijakan dalam bentuk lisan meskipun ada namun karena sulit diukur dan sulit dibuktikan evidence-nya, maka tidak diikutsertakan dalam pengukuran kinerja untuk sasaran pertama. 42

32 Tidak dipungkiri bahwa suatu kebijakan dan program pemerintah dalam pembahasannya melibatkan beberapa unsur institusi yang salah satunya adalah Sekretariat Kabinet. Dengan demikian, saran kebijakan yang disampaikan Sekretariat Kabinet dan ditindaklanjuti/disetujui sangat sulit ditrace. Berdasarkan kondisi tersebut, maka dengan telah tersampaikannya saran kebijakan Sekretariat Kabinet kepada stakeholder maka Sekretariat Kabinet telah berkontribusi pada pembentukan suatu kebijakan dan program pemerintah. Saran kebijakan program pemerintah dapat dikatakan berkualitas apabila saran tersebut tepat secara substansi dan ditindaklanjuti atau direspon positif oleh pemerintah. Ukuran ketepatan saran kebijakan dilihat berdasarkan presentase saran kebijakan kepada Pemerintah yang dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Terminologi Pemerintah disini mengacu kepada penyelenggara pemerintahan yang didalamnya terdiri dari Presiden maupun Kementerian/ Lembaga. Dalam hal ini, IKU Sasaran Strategis Pertama yang berbunyi Persentase saran kebijakan yang ditindaklanjuti oleh Pemerintah, dimaksudkan bahwa sebesar 97% dari keseluruhan jumlah saran kebijakan yang diberikan kepada Pemerintah telah ditindaklanjuti. Adapun rincian target dan realisasi saran kebijakan yang ditindaklanjuti tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Rincian Realisasi dan Capaian Saran Kebijakan yang Ditindaklanjuti (Outcome) Tahun 2014 Klasifikasi per Bidang Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Jumlah Berkas Target (97%) Realisasi % ,14 Bidang Perekonomian ,12 Bidang Kesejahteraan Rakyat ,20 Total ,36 43

33 Berdasarkan data dari tabel di atas, dari jumlah berkas masuk yang ditangani Sekretariat Kabinet sebanyak berkas dan ditargetkan 97%nya dapat ditindaklanjuti atau berkas, ternyata dapat direalisasikan sebanyak berkas yang ditindaklanjuti (98,33%) sehingga capaiannya adalah 101,36%. Apabila dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 2013, terlihat seperti adanya penurunan capaian sebesar 2,81% (capaian tahun 2013 sebesar 104,17%). Namun jika dianalisis lebih lanjut, hal tersebut tidak dapat semerta-merta dikatakan sebagai penurunan kinerja mengingat target yang ditetapkan tahun 2014 meningkat sebesar 1% jika dibandingkan tahun Selain itu, jumlah berkas yang ditangani di tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 809 berkas atau 128,41%. Gambaran rinci terhadap realisasi penanganan berkas saran kebijakan yang ditindaklanjuti selama tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.5 Rekapitulasi Realisasi Penanganan Saran Kebijakan Tahun 2014 Bulan Jumlah Berkas Jumlah Berkas yang Ditindaklanjuti Persentase Realisasi (%) Januari Februari ,27 Maret ,22 April ,58 Mei ,91 Juni ,09 Juli ,14 Agustus ,30 September ,58 Oktober November ,10 Desember ,06 Total ,33 44

34 Perkembangan pencapaian sasaran dapat diketahui melalui perbandingan dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya. Berikut adalah perbandingan target, realisasi, dan capaian IKU sasaran pertama untuk tahun Gambar 3.1 Perbandingan IKU Sasaran Pertama Tahun Berdasarkan data pada gambar di atas dapat dinyatakan bahwa secara umum realisasi dan capaian IKU sasaran pertama ini cukup dinamis dan ratarata capaian melebihi 100% kecuali untuk tahun Oleh karena itu perlu terus diupayakan peningkatan kualitas pemberian saran kebijakan tersebut melalui monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan program dan kegiatan terkait sasaran pertama tersebut dan ditunjang koordinasi secara intensif dengan pihak eksternal yang terkait. Terkait IKU ini, Sekretariat Kabinet berupaya untuk mengkonfirmasi tindak lanjut atas saran yang disampaikan khususnya kepada Kementerian/ Lembaga terkait baik melalui korespondensi/surat-menyurat, pertemuan/ rapat koordinasi maupun media lain. Dalam hal ini dilakukan verifikasi secara seksama terhadap berkas saran kebijakan yang disampaikan kepada stakeholders untuk mengetahui apakah saran kebijakan tersebut 45

35 ditindaklanjuti. Sebagaimana arahan Presiden, Sekretariat Kabinet berupaya lebih proaktif dalam merespon permasalahan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah. Dalam hal penyelenggaraan manajemen kabinet yang menjadi fungsi Sekretariat Kabinet, Sekretariat telah memberikan kontribusi yang memadai. Bentuk kontribusi tersebut berupa surat edaran atau surat kepada Kementerian Lembaga yang berisikan tentang Kebijakan Program/ Pemerintah. Penerbitan Surat Edaran Sekretaris Kabinet ini mempunyai tujuan: a. memastikan seluruh arahan Presiden dapat dilaksanakan dengan baik oleh seluruh anggota kabinet; b. mengkritisi kinerja kementerian/lembaga; serta c. meluruskan pemberitaan negatif terhadap pemerintah. Selama tahun , Sekretaris Kabinet telah menerbitkan 35 (tiga puluh lima) Surat Edaran yang ditujukan kepada pimpinan Kementerian/Lembaga dengan rincian lengkap dapat dilihat pada lampiran dalam laporan kinerja ini. Berikut akan diberikan contoh beberapa Surat Edaran Sekretaris Kabinet yang cukup menonjol, mempunyai arti penting yang cukup signifikan bagi stakeholders Sekretariat Kabinet atau mempunyai dampak luas di masyarakat. 1. SE.8/Seskab/I/2012 tentang Percepatan Proses Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres. 2. SE.542/Seskab/IX/2012 tentang Pengawalan APBN dengan Mencegah Praktik Kongkalikong. Sekretaris Kabinet menerbitkan Surat Edaran untuk memastikan agar arahan Presiden dapat dilaksanakan dengan baik oleh seluruh anggota kabinet 3. SE.592/Seskab/XI/2012 tentang Permintaan agar semua Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) membatasi pengajuan program/proyek dengan menggunakan fasilitas pinjaman luar 46

36 negeri, termasuk hibah yang mengikat seperti adanya commitment fee, dana pendampingan murni yang akan membebani APBN dan APBD. 4. SE.03/Seskab/IV/2013 tentang Penanganan Masalah dan Potensi Konflik Sengketa Lahan. 5. SE.08/Seskab/VI/2013 tentang Pemberian Penjelasan terhadap Isu-Isu yang Berkembang di Masyarakat Terkait dengan Kenaikan BBM. 6. SE.11/Seskab/VIII/2013 tentang Langkah-Langkah Pasca Pengumuman Paket Kebijakan Pencegahan Krisis Ekonomi. 7. SE.03/Seskab/II/2014 tentang Persiapan Menghadapi Pemilihan Umum SE.04/Seskab/III/2014 tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri dan Penyelesaian Program Kerja Kementerian/Lembaga 9. SE.05/Seskab/V/2014 tentang Mencegah Kebijakan yang Berpotensi Menimbulkan Kontroversi. 10. SE.10/Seskab/IX/2014 tentang Koordinasi dan komunikasi dengan Tim Transisi Presiden Terpilih Periode SE.12/Seskab/XI/2014 tentang Rapat/Pertemuan Jajaran Pemerintah dengan DPR. 12. SE.17/Seskab/XII/2014 tentang Pengajuan Usulan Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pejabat Pimpinan Tinggi Utama dan Pimpinan Madya. Selain capaian IKU di atas, yang tidak kalah penting adalah capaian indikator kinerja penunjang yang punya kontribusi besar dalam mendukung/ menunjang pencapaian sasaran kedua, dengan penjelasan sebagai berikut: 47

37 Indikator Kinerja Penunjang Persentase Penyelesaian Hasil Analisis Kebijakan Program Pemerintah secara Tepat Waktu 1. Formulasi Indikator Kinerja Guna mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, indikator kinerja Persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah secara tepat waktu diformulasikan dengan menggunakan perhitungan berikut: Saran kebijakan yang diselesaikan tepat waktu Saran kebijakan yang disampaikan X 100% Saran kebijakan yang diselesaikan tepat waktu didefinisikan sebagai saran kebijakan yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu kurang dari atau sama dengan target tenggat waktu penyelesaian yang ditetapkan dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Sekretariat Kabinet yaitu 11 (sebelas) hari. Saran kebijakan tersebut tersebut dibandingkan terhadap jumlah seluruh saran kebijakan yang disampaikan kepada pemerintah/stakeholders. 2. Pencapaian Indikator Kinerja Pemberian saran kebijakan dilakukan melalui dua cara, yaitu top down dan bottom up. Secara top down ditentukan melaksanakan disposisi/arahan Presiden dan/atau Sekretaris Kabinet, sedangkan secara bottom up artinya ide awal pelaksanaannya diprakarsai/inisiatif unit-unit kerja dengan tetap mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku. Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat pula dilakukan berdasarkan inisiatif/undangan dari instansi dan/atau pemerintah daerah yang terkait erat dengan substansi kebijakan dan program pemerintah yang akan dipantau. 48

38 Terkait dengan penghitungan berkas hasil analisis/saran kebijakan, terdapat ketentuan dalam pengukuran kecepatan penyelesaian saran kebijakan yang akan dijadikan dasar dalam menghitung jumlah berkas yang diselesaikan tepat waktu, yaitu sebagai berikut: a. Top Down, yang diukur mulai adanya disposisi/arahan Presiden dan/atau Sekretaris Kabinet sampai dengan diserahkannya saran kebijakan kepada stakeholder. b. Bottom Up, yang diukur mulai adanya ide awal atau pemantauan yang diprakarsai oleh unit kerja sampai dengan diserahkannya hasil pemantauan dalam bentuk saran kebijakan kepada stakeholder. Waktu penyelesaian berkas hasil analisis kebijakan program pemerintah dihitung dengan menggunakan metode rata-rata sederhana. Perhitungan tersebut melibatkan populasi seluruh penyelesaian saran kebijakan dimaksud, yang dihitung setiap bulan guna memperoleh rata-rata dari data keseluruhan. Rincian berkas penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah sebagaimana tabel sebagai berikut: Tabel 3.6 Rekapitulasi Penyelesaian Hasil Analisis Kebijakan Pemerintah Tahun 2014 Bulan Jumlah Berkas Berkas Tepat Waktu Berkas Tidak Tepat Waktu (%) Januari Februari Maret ,5 April ,18 Mei ,85 Juni Juli ,08 Agustus September ,50 Oktober ,19 November ,09 Desember ,26 Jumlah ,02 49

39 Berdasarkan tabel di atas, realisasi penyelesaian hasil analisis kebijakan yang secara tepat waktu sebesar 99,02%. Mengingat target yang ditetapkan adalah 97% maka capaiannya adalah 102,08%. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2013), terjadi peningkatan realisasi sebesar 0,45%, namun apabila dibandingkan dengan capaian maka terjadi penurunan sebesar 0,59%. Hal ini bukan berarti terjadi penurunan kinerja mengingat terjadi peningkatan target dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1%. Tahun 2014 merupakan tahun kelima pelaksanaan Renstra Sekretariat Kabinet Tahun Dalam hal ini data realisasi dan capaian selama kurun waktu 5 (lima) tahun tersebut bisa dijadikan baseline data untuk perbaikan perencanaan pada tahun-tahun berikutnya. Berikut ini akan disajikan data distribusi penyelesaian hasil analisis kebijakan per bidang dalam manajemen kabinet yang ditangani Sekretariat Kabinet, sebagai berikut: Tabel 3.7 Jumlah Berkas Penyelesaian Hasil Analisis Kebijakan Pemerintah Per Bidang Tahun 2014 No. Klasifikasi per Bidang Jumlah Berkas Tepat Waktu Tidak Tepat Waktu (%) 1. Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Bidang Perekonomian ,24 3. Bidang Kesejahteran Rakyat ,87 Total ,02 Rincian distribusi waktu penyelesaian berkas hasil analisis kebijakan dimaksud secara lebih detail berdasarkan time-frame SOP dapat dilihat pada tabel berikut: 50

40 Tabel 3.8 Distribusi Waktu Penyelesaian Berkas Hasil Analisis Kebijakan Tahun 2014 Klasifikasi per Bidang Distribusi Waktu Penyelesaian dan Penyampaian Berkas Saran Kebijakan Sesuai SOP < 4 hari 5-11 hari > 12 hari Total Bidang Politik, Hukum dan Keamanan 420 brks (80%) 105 brks (20%) Bidang Perekonomian 224 brks (15,2%) 170 brks (42,82%) 3 brks (0,76%) 397 Bidang Kesejahteran Rakyat brks (97,87%) 11 brks (2,13%) 517 Total 644 brks (44,76%) 781 brks (54,27%) 14 brks (0,97%) brks Secara umum penyelesaian berkas hasil analisis kebijakan tersebut secara rata-rata tidak melampaui target hari penyelesaian berdasarkan SOP (11 hari). Adanya penyelesaian beberapa berkas hasil analisis kebijakan yang melebihi target dalam SOP disebabkan oleh beberapa faktor antara lain permasalahan yang dipantau, dianalisis, dan dievaluasi mempunyai karakteristik khusus sehingga respon dan penyelesaiannya berbeda-beda. Terdapat pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan dilakukan atas substansi yang bersifat cross cutting issues atau lintas bidang dan pendekatan yang dilakukan bukan satu bidang saja. Dengan demikian, laporan yang disampaikan bersifat menyeluruh, tuntas dan konklusif sehingga memerlukan waktu penyelesaian yang lebih lama. Berdasarkan tabel di atas, terdapat berkas (99,02%) berkas hasil analisis kebijakan pemerintahan yang dapat diselesaikan dalam waktu 11 (sebelas) hari. Saran tersebut dapat diselesaikan dengan cepat karena dalam merumuskan saran kebijakan tidak diperlukan koordinasi yang melibatkan banyak stakeholder, sehingga waktu yang diperlukan untuk menghasilkan suatu saran kebijakanpun relatif singkat dan dalam batas waktu penyelesaian 51

41 yang telah ditentukan. Saran tersebut dapat dilaksanakan dalam kategori cepat juga dikarenakan saran tersebut termasuk dalam kategori prioritas bagi pimpinan, sehingga harus segera ditangani dengan cepat (Quick Respon). Selanjutnya, terdapat 14 berkas (0,97%) yang membutuhkan waktu penyelesaian > 12 (dua belas) hari. Hal tersebut terjadi, karena analisis yang dihasilkan dalam proses memerlukan pembahasan lintas sektor. Selain itu, terdapat analisis yang bersifat bottom up dengan ide dasar berasal dari pemantauan secara terus menerus, sehingga membutuhkan data dan informasi yang lebih komprehensif dan mendalam (in-depth analysis). Berdasarkan gambaran di atas, dapat diuraikan lebih lanjut bahwa waktu penyelesaian berkas tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: Target waktu berdasarkan SP, yaitu: 1) Bersifat Disposisi Prioritas, yaitu disposisi yang diberikan pimpinan/ atasan dengan mencantumkan kata Prioritas untuk kegiatan perumusan rencana kebijakan dan pengamatan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) hari, atau jangka waktu tertentu yang dicantumkan dalam disposisi yang penyelesaiannya didahulukan. Termasuk dalam kategori Disposisi Prioritas adalah disposisi yang mencantumkan kata very top urgent, top urgent, urgent, sangat segera, segera atau kata lain dengan maksud yang sama, yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari staf. Pimpinan di lingkungan intern Sekretariat Kabinet memberikan petunjuk bersifat Disposisi Prioritas berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional/negara dan/atau masyarakat dari segi politik, ekonomi, sosial budaya, dan/atau pertahanan keamanan bahwa saran kebijakan kebijakan pemerintah tersebut perlu diselesaikan dengan sangat segera (quick respon). Beberapa contoh saran kebijakan yang penanganannya bersifat prioritas tersebut antara lain: 52

42 Penyampaian Keputusan Terkait Perpanjangan Batas Akhir Pertanggungjawaban Keuangan serta Pengadaan Benih dan Pupuk Melalui Mekanisme Penunjukkan Langsung; Penelaahan atas Penataan Ulang Penyediaan Pendistribusian, dan Penetapan Harga BBM; Penyiapan Tindak Lanjut Arahan Presiden Terkait Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP); Penyiapan Tindak Lanjut KTT APEC, KTT ASEAN, dan KTT G-20; Penelaahan atas Percepatan Pengembangan Industri Petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat; Penelaahan Pembentukan China Desk di Badan Koordinasi Penanaman Modal; Penyempurnaan Inpres Tentang Percepatan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 2) Tidak bersifat Disposisi Prioritas, yaitu 11 (sebelas) hari. Tingkat kompleksitas permasalahan menentukan waktu penyelesaian saran kebijakan, yaitu perlu didukung dengan kegiatan pemantauan, evaluasi, dan analisis yang komprehensif dan mendalam (in-depthanalysis) berupa koordinasi ke kementerian, lembaga, atau pemerintah daerah guna klarifikasi data dan informasi, analisis berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait, dan/atau comparative studi terhadap referensi terkait (internet, buku, jurnal, dan/atau data statistik). Beberapa contoh saran kebijakan yang penanganannya memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu standar dalam SOP, antara lain: Permohonan Izin Prakarsa Ratifikasi Persetujuan Antara RI-Republik Portugal Tentang Kerjasama Ekonomi (selesai dalam waktu 13 hari); Penolakan Pembangunan Pembangkit Listrik Diesel di Desa Tanjung Karang, Kota Mataram-Nusa Tenggara Barat (selesai dalam waktu 13 hari); Permohonan Konfirmasi Data Koordinat Batas Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih Dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 Tentang Penetapan Cekungan Air Tanah (selesai dalam waktu 12 hari). 53

43 Perkembangan pencapaian sasaran dapat diketahui melalui perbandingan dengan tahun-tahun sebelumnya. Perbandingan target, realisasi, dan capaian untuk indikator ini hanya bisa dilakukan selama tiga tahun ( ) karena adanya perbedaan satuan indikator yang digunakan dalam kurun waktu dengan dimana pada kurun waktu pengukuran realisasi ketepatan waktu menggunakan satuan hari sedangkan kurun waktu menggunakan satuan persentase. Namun demikian untuk perbandingan angka capaian selama 5 (lima) tahun masih bisa dilakukan karena pada dasarnya substansi yang diukur masih sama. Berikut adalah perbandingan target, realisasi dan capaian indikator kinerja lainnya dari sasaran kedua untuk tahun dan perbandingan capaian untuk tahun Gambar 3.2 Perbandingan Indikator Kinerja Sasaran Pertama Terkait Ketepatan Waktu Tahun a. Perbandingan Target, Realisasi dan Capaian

44 b. Perbandingan Capaian Laporan Kinerja (LKj) Sekretariat Kabinet 2014 Berdasarkan 2 (dua) buah grafik pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 5 (lima) tahun angka realisasi dan capaian dari indikator ini cukup bervariasi dengan realisasi ada pada kisaran 83% 98% sedangkan angka capaian rata-rata melebihi 100% kecuali untuk capaian tahun 2012 yang angkanya kurang dari 90%. Meskipun angka capaian pada tahun ke-5 (2014) lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (terkecuali tahun 2012), namun hal tersebut tidak dapat semerta-merta dikatakan terjadi penurunan capaian karena adanya peningkatan target dari tahun ke tahun pada kisaran 1%-2%. Terkait kinerja tahun terakhir Renstra yaitu 2014, penurunan angka capaian sebagaimana terlihat pada gambar di atas tidak dapat dijustifikasi sebagai penurunan kinerja mengingat realisasi tahun 2014 justru mengalami peningkatan sebesar 0,38%. Disamping itu, pada tahun 2014 terdapat peningkatan target sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya yang juga perlu dipertimbangkan mempengaruhi angka capaian Hal ini menunjukkan bahwa Sekretariat Kabinet telah berupaya mempercepat penanganan hasil analisis kebijakan melalui perbaikan sistem dan prosedur kerja, peningkatan dukungan sistem informasi maupun minimalisasi hambatan birokrasi. 55

45 Keberhasilan pencapaian sasaran pertama diwujudkan melalui program dan kegiatan sebagai berikut: Program Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan kepada Presiden Selaku Kepala Pemerintahan Kegiatan Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Presiden di Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Perekonomian serta Kesejahteraan Rakyat Kegiatan yang terkait dengan pencapaian sasaran strategis pertama berupa perumusan rencana kebijakan dan pengamatan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintahan. Kegiatan pengamatan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah dilakukan untuk memberikan saran kebijakan yang diperlukan dalam rangka mengantisipasi permasalahan yang timbul, mengambil tindakan sedini mungkin, dan mengetahui hal-hal yang perlu diperbaiki, baik mengenai sistem dan proses pelaksanaannya sebuah kebijakan/program pemerintah maupun kebijakan itu sendiri. Bentuk kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa keikutsertaan dalam rapat koordinasi, rapat antar kementerian/lembaga, Focus Group Discussion (FGD), diskusi/ seminar/workshop, keanggotaan dalam suatu badan/komisi/tim koordinasi, sosialisasi, dan kunjungan pada instansi pemerintah baik di dalam kota, di daerah maupun di luar negeri atau peninjauan langsung di lapangan atau di daerah (site visit), dan pemantauan serta pengumpulan data melalui media cetak dan elektronik yang bersifat current issue. Hasil pengamatan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah disampaikan kepada stakeholders terkait dalam bentuk laporan yang didalamnya memuat saran atau rekomendasi (solusi) atas permasalahan yang ditemui dan perlu dilakukan penyempurnaan. 56

46 Dalam dokumen perencanaan kinerja Sekretariat Kabinet telah ditetapkan bahwa fokus kegiatan terkait hasil analisis kebijakan pemerintah berlandaskan pada: 1. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , yang dijabarkan secara rinci dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP); 2. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3EI) ; 3. Arahan Presiden dalam sidang kabinet. Selain itu, terkait dengan saran kebijakan pemerintah meliputi pembahasan atas permasalahan pelaksanaan pemerintahan yang ditujukan untuk disampaikan ke Presiden, dan kegiatan pemantauan dalam rangka penyiapan penyelesaian RPUU, terutama untuk mendapatkan bahan-bahan sebagai masukan penyusunan RPUU tersebut (feedback) maupun evaluasi terhadap pelaksanaan suatu PUU. Dalam hal ini yang dimaksud PUU bukan hanya Peraturan Presiden (Perpres), Keputusan Presiden (Keppres), dan Instruksi Presiden (Inpres), melainkan juga Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri/Kepala LPNK, Peraturan Daerah (Perda), dan Keputusan Kepala Daerah. Khusus pemantauan terhadap Rancangan UU, PP, Keputusan Menteri/ Kepala LPNK, Perda, dan Keputusan Kepala Daerah, serta evaluasi terhadap PUU tersebut, hasil evaluasi dan analisis selanjutnya disampaikan Sekretariat Kabinet kepada Presiden, Wakil Presiden, instansi terkait, dan/atau pemerintah daerah, mengingat kewenangan Sekretariat Kabinet hanya dalam penyelesaian penyusunan Rancangan Perpres, Keppres, dan Inpres. Sedangkan hasil evaluasi dan analisis terhadap pemantauan Perpres, Keppres, dan Inpres, dimanfaatkan secara internal (sebagai feedback) Sekretariat Kabinet bagi penyelesaian, penyusunan, penyempurnaan, atau evaluasi suatu rancangan Perpres, Keppres, dan Inpres. 57

47 Gambaran keberhasilan Sekretariat Kabinet dalam pencapaian Sasaran Pertama terkait hasil analisis kebijakan selama kurun waktu dapat dilihat pada sejumlah kegiatan berikut. 1. Penyampaian Saran Kebijakan untuk Mendorong Kemandirian Industri Pertahanan Sekretaris Kabinet memberikan rekomendasi kepada Menteri Pertahanan (cc. Presiden, Menteri Keuangan, Panglima TNI, dan Kepala Staf Angkatan Udara) untuk mengkaji secara lebih mendalam tentang rencana Hibah Pesawat F-16, Pengadaan Main Battle Tank Leopard 2 A 6, hibah Pesawat C-130 dari Australia, Peralatan Minimum Essential Force, dan Pesawat CN-295. Sekretaris Kabinet juga mendorong terciptanya kemandirian dalam pelaksanaan program pengadaan kapal Perusak Kawal Rudal (PKR), serta pelaksanaan program nasional pembangunan Kapal Selam dan Pesawat Tempur K-FX yang selama ini bekerja sama dengan industri luar negeri. Rekomendasi oleh Sekretaris Kabinet tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa pengadaan Alutsista didasarkan pada Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. 2. Penyampaian Saran Kebijakan terkait Pembatasan Pinjaman Luar Negeri yang Membebankan APBN/APBD Sekretaris Kabinet telah melakukan upaya pembatasan pinjaman luar negeri ini, termasuk pengadaan alat pertahanan dan keamanan untuk Alutsista dan Almatsus bagi TNI dan Polri dengan menerbitkan surat Sekretaris Kabinet kepada para Menteri dan anggota Kabinet serta pimpinan LPNK agar melakukan pembatasan pinjaman luar negeri yang membebani APBN/APBD. Sekretaris Kabinet menyampaikan rekomendasi untuk memastikan bahwa pengadaan Alutsista didasarkan pada Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan Terkait dengan hal ini, Sekretaris Kabinet juga telah menyampaikan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, 58

48 Menteri Pertahanan, serta ketua High Level Committee (HLC), agar dikaji lebih mendalam serta merevisi sejumlah rencana pengadaan peralatan TNI yang masih dibiayai dengan pinjaman luar negeri. Sekretaris Kabinet menyarankan agar keterlibatan BUMN industri pertahanan dapat dipertimbangkan untuk menjadi salah satu alternatif mengurangi pembiayaan dari pinjaman luar negeri. 3. Penyampaian Saran Kebijakan terkait Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dalam rangka Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi, Narkotika, dan Terorisme Sekretaris Kabinet telah menghasilkan rekomendasi yang berasal dari pemantauan dan kajian mengenai Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dalam Rangka Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi, Narkotika, dan Terorisme. Rekomendasi dari pemantauan dan kajian tersebut berupa saran kebijakan mengenai bentuk kerjasama yang efektif di antara institusi terkait pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang (money laundering). 4. Penyampaian saran kebijakan terkait politik dan hubungan internasional antara lain: Rencana Strategis Kepemimpinan Indonesia dalam Open Government Partnership (OGP); Finalisasi naskah Basic Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Independent State of Papua New Guinea on Border Arrangements sebagai pengganti Basic Agreement tahun 2001; Laporan Penanganan Uji Coba Nuklir Korea Utara; Laporan Hasil Monitoring dan Evaluasi atas Rencana dan Implementasi Kebijakan Kerjasama/Perjanjian Internasional oleh Pemda dalam Rangka Revisi UU Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional; Laporan Hasil Pengumpulan Pendapat, Tanggapan dan Masukan dalam rangka Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Perjanjian Damai antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. 59

49 5. Penyelesaian Isu-Isu yang Mengalami Pending dalam Perundingan Internasional Sekretariat Kabinet berhasil memberikan kemajuan terhadap isu-isu yang pending dalam perundingan internasional dan dapat meyakinkan kepada Negara mitra mengenai kepentingan Indonesia sebagai salah satu negara pihak dan menguatkan status hukum Indonesia kepada Negara-Negara mitra, antara lain: 1) Perundingan Investasi ASEAN (10 11 Januari 2014) di Myanmar; 2) Perundingan Asean Forest Cooperation Organization (26 27 Februari 2014) di Myanmar; 3) Perundingan Asean Forest Cooperation Organization (30 September 1 Oktober 2014) di Laos; dan 4) Perundingan Asean Forest Cooperation Organization (22 23 Mei 2014) di Kamboja. Khusus dalam pertemuan United Nations Commission on International Trade Law pada tanggal April 2014 di markas besar PBB New York, delegasi Indonesia berhasil memperkenalkan sistem hukum Indonesia dan hukum beracara di Indonesia terkait dengan tata cara penyelesaian sengketa di bidang hukum perdagangan dan hukum perdata internasional. 6. Penyampaian Saran Kebijakan Terkait Penanganan Konflik Pertanahan Sekretaris Kabinet telah menyampaikan saran kebijakan terkait penanganan tindak lanjut atas permasalahan pertanahan antara lain yang terjadi di Kabupaten Mesuji. Sekretaris Kabinet berhasil memberikan kemajukan terhadap agar isu-isu yang mengalami pending dalam perundingan internasional Terkait penanganan masalah konflik pertanahan di Mesuji dan konflik sengketa lahan di wilayah lainnya seperti konflik PTPN II di Sumatera Utara dan konflik PTPN VII Cintamanis di Sumatera Selatan, telah disampaikan Surat Edaran Sekretaris Kabinet kepada para Menteri dan Kepala LPNK terkait serta seluruh Gubernur, Bupati/Walikota seluruh 60

50 Indonesia yang menyampaikan arahan Presiden agar penyelesaian sengketa lahan: 1) dicarikan solusinya secara komprehensif, baik penyelesaian secara hukum maupun penyelesaian dengan pendekatan sosial budaya; 2) menggunakan formula win-win solution; serta 3) membentuk tim terpadu. 7. Penyampaian saran kebijakan kepada Menteri Dalam Negeri terkait hasil pemantauan dan evaluasi serta analisis terhadap Pelaksanaan Perpres Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu tanda Penduduk berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional Sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Pepres Nomor 126 Tahun 2012 yang intinya di beberapa daerah terindikasi masih banyak terdapat KTP elektronik yang belum selesai pencetakannya maupun pendistribusiannya kepada penduduk mengingat batas waktu pemberlakukan KTP non elektronik adalah 31 Desember 2013 sehingga Menteri dalam Negeri diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi persoalan tersebut guna keberhasilan pelaksanaan penerapan KTP elektronik. Saran kebijakan tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh Mendagri dengan menyampaikan permohonan persetujuan perubahan Perpres Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu tanda Penduduk berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional. Telah ditetapkan Perpres Nomor 112 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat atas Perpres Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional yang intinya mengingat penduduk wajib Kartu Tanda Penduduk (KTP) belum seluruhnya memperoleh Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) sehingga pemerintah memperpanjang masa berlaku KTP Non Elektronik hingga 31 Desember

51 8. Pemberian Izin Pemeriksaan dan Penyidikan Pejabat Negara Dalam rangka memberikan dukungan teknis dan administrasi serta pemikiran kepada Presiden dan Wakil Presiden sebagaimana diatur Sekretaris Kabinet bertanggung jawab dalam penanganan permohonan persetujuan Presiden untuk tindakan penyelidikan dan penyidikan serta penahanan (izin pemeriksaan) pejabat negara. dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2010, Sekretaris Kabinet bertanggung jawab dalam penanganan permohonan persetujuan Presiden untuk tindakan penyelidikan dan penyidikan serta penahanan (izin pemeriksaan) pejabat negara. Persetujuan Presiden untuk tindakan penyelidikan dan penyidikan serta penahanan (izin pemeriksaan) pejabat negara tersebut sebagai pelaksanaan amanat beberapa Undang-Undang, yaitu: 1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun ) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. 3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial. 4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun ) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK. 6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 6 Tahun ) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Khusus bagi Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah, Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 73/PUU-IX/2011 tanggal 26 September 2012, tindakan penyelidikan dan penyidikan terhadap Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah tidak lagi memerlukan izin 62

52 persetujuan tertulis Presiden, kecuali tindakan penyidikan yang dilanjutkan dengan penahanan. Demikian pula bagi anggota MPR, DPR, dan DPD, pasca ditetapkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (pengganti Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009), pemeriksaannya tidak lagi memerlukan Persetujuan Presiden. Dalam kurun waktu , jumlah izin pemeriksaan pejabat Negara sebanyak 176 izin. Khusus periode Oktober 2010 September 2014, jumlah Persetujuan Tertulis Presiden yang diterbitkan sebanyak 23 izin, dengan rincian: 1) Berdasarkan instansi pemohon: a) Kejaksaan Agung: 8 permohonan. b) Kepolisian: 15 permohonan. 2) Berdasarkan kategori pejabat negara: a) Anggota MPR/DPR: 3 orang b) Hakim MK: 1 orang c) Wakil Gubernur: 2 orang d) Bupati: 10 orang e) Wakil Bupati: 2 orang f) Walikota: 4 orang g) Wakil Walikota: 1 orang 3) Berdasarkan kategori kasus hukum: a) Korupsi: 16 kasus b) Pemalsuan: 2 kasus c) Penipuan: 2 kasus d) Keterangan Palsu: 2 kasus e) Penganiayaan: 1 kasus 9. Pelaksanaan Putusan MA mengenai Permohonan Hak Uji Materiil atas Keppres Nomor 28 Tahun 1975 tentang Perlakuan terhadap Mereka yang Terlibat G30S/PKI Golongan C Memonitor penanganan tindak lanjut Putusan Mahkamah Agung Nomor 33/P/HUM/2011 mengenai Permohonan hak uji materiil atas Keppres Nomor 28 Tahun 1975 tentang Perlakuan terhadap Mereka yang terlibat 63

53 G30S/PKI Golongan C, yang amar putusannya membatalkan Keppres, dengan menyampaikan surat Sekretaris Kabinet kepada Menko Polhukam agar mengoordinasikan hal tersebut dengan instansi terkait karena pencabutan Keppres tersebut dapat menimbulkan implikasi terhadap permasalahan hukum, politik, dan sosial. 10. Penyampaian Saran Kebijakan Terkait Penyusunan Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah (DRPLN/Blue Book ) Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas menyampaikan kepada Presiden mengenai Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah (DRPLN/Blue Book ). Blue Book tersebut dipergunakan sebagai acuan dalam kegiatan yang telah disepakati antara Pemerintah dengan mitra pembangunan, dan diutamakan untuk kegiatan pembangunan infrastruktur dan energi dalam rangka pelaksanaan MP3EI. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan terhadap Blue Book, Sekretaris Kabinet menilai bahwa ada beberapa proyek yang tidak perlu dibiayai oleh Pinjaman Luar Negeri, melainkan dapat dibiayai antara lain melalui pola Kerjasama Pemerintah Swasta/KPS. Dalam Sidang Kabinet tanggal 16 September 2011, guna membahas Blue Book tersebut, Presiden memberikan arahan agar hutang luar negeri dapat dikurangi secara signifikan dari tahun ke tahun, dengan debt to GDP ratio maksimal 22 persen di Selanjutnya, Sekretaris Kabinet mengeluarkan Surat Edaran Nomor 592/Seskab/XI/2012, Sekretaris Kabinet mengeluarkan Surat Edaran yang meminta Kementerian/Lembaga membatasi pengajuan program/proyek dengan menggunakan fasilitas pinjaman luar negeri termasuk hibah yang mengikat, dan sebaliknya mengutamakan pendanaan program dari dalam negeri yang berisikan permintaan agar semua kementerian dan LPNK membatasi pengajuan program atau proyek dengan menggunakan 64

54 fasilitas pinjaman luar negeri, termasuk hibah yang mengikat seperti adanya commitment fee, dana pendampingan murni yang akan membebani APBN dan APBD, dan sebaliknya mengutamakan pendanaan program dari dalam negeri. 11. Penyampaian Saran Kebijakan Terkait Pelaksanaan Tugas Tim/ Komite/Badan/Dewan di bidang perekonomian yang Dibentuk dan Ditetapkan dengan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, atau Instruksi Presiden untuk Periode Selain Kementerian dan LPNK, Presiden membentuk Tim/Komite/ Badan/Dewan untuk melaksanakan tugas tertentu untuk kelancaraan penyelenggaraan pemerintahan. Jumlah Tim/Komite/Badan/Dewan yang dibentuk sangat banyak. Namun disisi lain, kajian menyeluruh terhadap keberadaan Tim/Komite/Badan/Dewan tidak pernah dilakukan. Informasi terkait pelaksanaan tugas Tim/Komite/Badan/ Dewan tidak mudah untuk diperoleh. Kinerja Tim/Komite/Badan/ Dewan yang tercermin dari pelaporan kepada Presiden juga tidak lagi dilakukan secara berkala, sehingga sangat sulit untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan tugas Tim/Komite/Badan/Dewan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, Sekretariat Kabinet berinisiatif untuk melakukan kajian terhadap Tim/Komite/Badan/Dewan di bidang perekonomian. Dari kajian yang dilakukan, diketahui beberapa Tim/ Komite/Badan/Dewan yang ada perlu dievaluasi eksistensinya. Hasil kajian tersebut disampaikan oleh Sekretaris Kabinet kepada seluruh Menteri/Kepala Lembaga terkait, dan meminta kepada para Menteri/Kepala Lembaga untuk menyampaikan laporan kepada Presiden mengenai pelaksanaan tugas masing-masing Tim/Komite/Badan/Dewan yang berada dalam lingkup koordinasi tugas Menteri/Kepala Lembaga tersebut. Menindaklanjuti surat Sekretaris Kabinet tersebut, para Menteri/Kepala Lembaga kepada Presiden melalui Sekretaris Kabinet menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dari Tim/Komite/Badan/ Dewan yang berada dalam lingkup tanggung jawab masing-masing Kementerian/Lembaga. 65

55 12. Penyampaian Saran Kebijakan Terkait Penggunaan Dana APBN dalam Feasibility Study (Studi Kelayakan) Pembangunan Jembatan Selat Sunda Sebagai respon Pemerintah atas hasil kajian prastudi kelayakan dan usulan Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Provinsi Lampung kepada Pemerintah, dalam rangka mengembangkan dan membangun Kawasan Strategis Selat Sunda termasuk jembatan Selat Sunda, Presiden menetapkan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011 tentang Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda. Terkait dengan Feasibility Study (Studi Kelayakan) pembangunan Jembatan Selat Sunda, Menteri Keuangan mengusulkan perubahan struktur pelaksana dan pembiayaan prastudi kelayakan yang semula merupakan tanggung jawab Pemrakarsa yang sumber pendanaannya berasal dari non APBN, menjadi tanggungjawab Pemerintah c.q. Menteri Pekerjaan Umum yang sumber pendanaannya dari APBN. Terhadap usulan Menteri Keuangan tersebut, Sekretaris Kabinet menyampaikan surat kepada Kementerian/Lembaga terkait untuk tidak menganggarkan dalam APBN atau menggunakan APBN untuk Feasibility Study (Studi Kelayakan) pembangunan Jembatan Selat Sunda. Pertimbangannya adalah untuk menghindari kesan bahwa pemerintah tidak cakap dalam menentukan prioritas pos belanja anggaran negara (di tengah sorotan kebutuhan anggaran pada sektor yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar, dan lain lain). Selain itu, hal tersebut untuk menghindari potensi kemungkinan kecemburuan dari Kawasan Timur Indonesia, utamanya Kawasan Timur Indonesia yang relatif tertinggal. Sekretaris Kabinet menyampaikan surat kepada Kementerian/Lembaga terkait untuk tidak menganggarkan dalam APBN/menggunakan APBN untuk feasibility study atau studi kelayakan untuk pembangunan Jembatan Selat Sunda untuk menghindari kesan pemerintah tidak cakap dalam menentukan prioritas pos belanja anggaran negara 66

56 13. Ratifikasi Perjanjian Internasional Berkaitan dengan Dualisme Pengaturan Pola Pengesahan Perjanjian Internasional Antara Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan Dengan disahkan dan diundangkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 (UU Perdagangan), maka proses pengesahan dan pemberlakuan semua perjanjian perdagangan Internasional sebagaimana dimaksud dalam UU Perdagangan tersebut sepenuhnya ditentukan oleh DPR (baik dalam bentuk UU maupun Perpres). Hal tersebut menimbulkan konsekuensi Pemerintah tidak lagi memiliki kewenangan untuk memberlakukan Perjanjian Perdagangan Internasional yang bertujuan meningkatkan akses pasar secara langsung pada saat penandatanganan (entry into force upon signing). Berdasarkan UU perdagangan dimaksud, dalam waktu paling lama 90 hari setelah penandatangan perjanjian Internasional, DPR akan membahas untuk memutuskan perlu tidaknya persetujuan DPR. Dengan berlakunya UU Perdagangan tersebut, terjadi perbedaan pandangan antara Kementerian Luar Negeri dengan Kementerian Perdagangan mengenai Perjanjian (Perdagangan) Internasional yang harus terlebih dahulu disampaikan kepada DPR. Sehubungan dengan hal tersebut, Sekretariat Kabinet telah menyampaikan pendapat yang dapat menjadi rujukan untuk penyelesaian permasalahan tersebut, dan selanjutnya untuk perjanjianperjanjian Internasional yang berkonsekuensi terhadap pembukaan akses pasar, Sekretariat Kabinet telah meminta kepada Menteri Luar Negeri untuk dapat mengoordinasikan penyampaian Perjanjian Internasional tersebut kepada DPR untuk dibahas bersama Menteri Pemrakarsa dan Menteri lain yang terkait permohonan pengesahan atau ratifikasi tersebut. 67

57 14. Penyampaian Saran Kebinakan Terkait terhadap Keberadaan BPSK Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengamanatkan kepada pemerintah untuk membentuk Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang berkedudukan di Daerah Tingkat II. Dari hasil pemantauan yang dilakukan oleh Sekretariat Kabinet selama periode 2012 dan 2013, implementasi pembentukan BPSK (berdasarkan Keputusan Presiden) sebagai tempat penyelesaian sengketa konsumen yang murah, cepat, dan biaya ringan dalam tahap implementasinya menghadapi berbagai kendala, di antaranya masalah regulasi, SDM, sarana dan prasarana, dan anggaran. Dalam rangka mencari pemecahan permasalahan tersebut, Sekretariat Kabinet mengadakan serangkaian kunjungan pemantauan ke lapangan yang diakhiri dengan menyelenggarakan FGD yang dihadiri oleh pejabatpejabat dari kementerian/lembaga terkait pada tanggal 14 November Dalam FGD tersebut, disimpulkan bahwa salah satu hal yang mendesak untuk dilakukan adalah penyempurnaan UU Nomor 8 Tahun 1999 dan hukum acara BPSK yang diatur dalam Kepmenperindag Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK, SDM, sarana dan prasarana, dan anggaran. Selain itu, untuk mengatasi permasalahan anggaran pada BPSK, diperlukan sosialisasi Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah kepada Pemerintah Kabupaten/Kota. Atas dasar hasil FGD tersebut, Sekretaris Kabinet menyampaikan surat kepada Menteri Perdagangan untuk melakukan revisi terhadap UU Nomor 8 Tahun 1999 dan Kepmenperindag Nomor 350 Tahun 2001, serta meminta kepada Menteri Dalam Negeri untuk melakukan sosialisasi Permendagri Nomor 13 Tahun

58 15. Penyampaian Saran Kebijakan Terkait Pengakhiran Master Agreement Proyek Asahan dalam rangka Pengambilalihan Proyek Asahan (PT Inalum) Sesuai dengan Master Agreement Proyek Asahan bahwa kerjasama Pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang terkait proyek Asahan (PT Inalum) berakhir pada tanggal 31 Oktober Dalam penyelesaian pengambilalihan proyek Asahan, Sekretaris Kabinet telah: 1) Meminta kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pengarah Perundingan, untuk melaporkan perkembangan dan hasil perundingan serta hasil-hasil yang dicapai berdasarkan Keppres Nomor 27 Tahun ) Menyampaikan dukungan atas usulan Menteri Perindustrian kepada Menteri BUMN, untuk menambah jumlah komisaris dan tidak membagikan deviden PT Inalum sebagai langkah antisipasi pengambilalihan proyek Asahan. 16. Penyelesaian Permasalahan Kebijakan Importasi dan Penyaluran Sapi/ Daging Sapi, Kedelai, dan Gula Sehubungan dengan adanya ketidakstabilan harga beberapa komoditi pangan, khususnya daging sapi, kedelai, dan gula, Sekretaris Kabinet melakukan koordinasi melalui pembahasan dengan kementerian/ lembaga terkait termasuk dengan Bareskrim Polri, Kejaksaan Agung, dan BPKP untuk mengatasi permasalahan tersebut. Koordinasi yang dilakukan Sekretaris Kabinet untuk mengatasi permasalahan tersebut memperhatikan: 1) arahan Presiden dalam Sidang Kabinet Terbatas tanggal 17 September 2013, dimana para Menteri dalam penyusunan kebijakan masing-masing sektor dalam pengendalian harga agar memiliki sense of crisis, sense of responsibility dan sense of urgency; 2) masih adanya ketidakserasian dalam penjabaran kebijakan Presiden antara Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, dan Direktur Perum Bulog; dan 69

59 3) Menteri-menteri yang terkait sedang melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Dalam pembahasan diperoleh beberapa temuan yaitu: 1) adanya Peraturan Menteri Perdagangan yang mengurangi/ membatasi ruang gerak Perum Bulog; 2) adanya ketidakselarasan antara kebijakan Menteri Perdagangan terkait importasi kedelai dan penyerapan kedelai dari petani lokal dengan Perpres Nomor 32 Tahun 2013 tentang Penugasan kepada Perum Bulog untuk Pengamanan Harga dan Penyaluran Kedelai. Dalam rapat koordinasi disepakati beberapa keputusan strategis untuk ditindaklanjuti oleh Menteri Perdagangan dan Menteri Pertanian. Hal tersebut dilaporkan Sekretaris Kabinet kepada Presiden dan menjadi bahasan pokok dan dasar putusan dalam Sidang Kabinet untuk kebijakan penyelesaian atas kebijakan impor dan penyaluran komoditas pangan tersebut. 17. Penyampaian Saran Kebijakan Terkait Penyelesaian Permohonan Pinjam Pakai Flame Tube PLTGU Belawan Gas Turbin 1.2 oleh PT PLN (Persero), Sumatera Utara. 1) Direksi PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan Menteri BUMN selaku RUPS pada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) kepada Presiden mengajukan permohonan untuk dapat mengoperasikan Pembangkit PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) di Belawan, Medan. 2) Salah satu permasalahan yang dihadapi terkait dengan status disita/disegelnya PLTGU Belawan Gas Turbin 1.2 yang memiliki kapasitas 130 MW, sebagai barang bukti kasus tindak pidana korupsi di Pengadilan Negeri Medan, Sumatera Utara. Salah satu komponen utama PLTGU Belawan tersebut yaitu flame tube mengalami kerusakan, sehingga pasokan listrik di wilayah Provinsi Sumatera Utara mengalami hambatan. 3) Dalam Rapat Terbatas, Presiden memberikan arahan bahwa penyelesaian permasalahan kekurangan kapasitas listrik di Provinsi 70

60 Sumatera Utara termasuk penyelesaian permasalahan hukum yang terkait di dalamnya untuk dapat diselesaikan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan. 4) Mengingat penyelesaian terhadap permasalahan kekurangan kapasitas listrik di Provinsi Sumatera Utara tidak mungkin terlaksana sesuai arahan Presiden, Sekretaris Kabinet kepada Ketua Mahkamah Agung dengan surat Nomor B.393/Seskab/VII/ 2014 tanggal 24 Juli 2014 mengajukan permohonan bantuan untuk dapat memberikan penjelasan kepada Ketua Pengadilan Negeri Medan Sumatera Utara. Intinya agar komponen utama flame tube PLTGU Belawan dimaksud dapat dipinjam-pakai oleh PT PLN (Persero) untuk perbaikan, sehingga PT PLN (Persero) dapat memenuhi pasokan kecukupan kebutuhan listrik masyarakat di Provinsi Sumatera Utara. 5) Selanjutnya berdasarkan hasil konsultasi Sekretaris Kabinet dengan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia pada tanggal 7 Agustus 2014 mengenai hal tersebut, Sekretaris Kabinet kepada Jaksa Agung RI dengan surat Nomor B.402/Seskab/VIII/2014 tanggal 13 Agustus 2014, menyampaikan agar Kejaksaan Negeri Medan dapat mengajukan pinjam pakai flame tube tersebut. 18. Penyampaian Saran Kebijakan Terkait Pelaksanaan Program Prioritas Presiden Terkait dengan beberapa program prioritas Presiden, Sekretaris Kabinet Sekretaris Kabinet meminta Kementerian Terkait untuk melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mewujudkan Program Prioritas Presiden yaitu kedaulatan pangan, infrastruktur, konektivitas maritim, dan energi melalui surat Nomor B-562/ Seskab/XII/2014 pada tanggal 4 Desember 2014 meminta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas, dan Menteri Agraria dan Tata Ruang selaku Ketua dan anggota Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas, bersama kementerian/instansi terkait untuk 71

61 melakukan langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka mewujudkan program prioritas Presiden, yakni kedaulatan pangan, infrastruktur, konektivitas maritim, dan energi yang telah disusun dalam daftar proyek Bappenas. 19. Penyampaian Saran Kebijakan Terkait Permohonan Investasi China di Indonesia dalam Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Terkait dengan ajakan Presiden kepada para CEO dalam APEC CEO Summit 2014 di Beijing untuk berinvestasi di Indonesia, Chairman Wilmar Internasional dan Executive Director YTL Power melalui surat tertanggal 9 Desember 2014 kepada Presiden menyampaikan permohonan dukungan untuk mendorong PT PLN (Persero) guna membuka dialog terkait penawaran pembangunan pembangkit tenaga listrik sebesar MW di Bojonegara dengan mekanisme IPP senilai USD 7 milyar. Sehubungan dengan hal tersebut, Sekretaris Kabinet melalui surat Nomor B-612/Seskab/XII/2014 meminta kepada Menteri ESDM dan Menteri BUMN untuk dapat mengkaji permohonan tersebut dan melaporkan hasilnya kepada Presiden. 20. Penyampaian Saran Kebijakan Terkait Penyelesaian RPerpres tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan Dalam rangka penyelesaian RPerpres tersebut, Sekretaris Kabinet kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Kabinet meminta klarifikasi dan pertimbangan terkait penetapan batas wilayah NKRI di Camar Bulan, Kalimantan Barat (surat Nomor B-546/ Seskab/XI/2014 tanggal 26 November 2014). Sebagai tindak lanjut dari surat tersebut, saat ini RPerpres tentang RTR Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan tersebut bersama 3 RPerpres RTR Kawasan Perbatasan Negara lainnya telah ditetapkan, sehingga dalam masa 100 hari Kabinet Kerja telah menetapkan 5 RPerpres RTR Kawasan Perbatasan Negara, yaitu: a. Perpres tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Nusa Tenggara Timur 72

62 b. Perpres tentang RTR Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan; c. Perpres tentang RTR Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Papua; d. Perpres tentang RTR Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Papua Barat; dan e. Perpres tentang RTR Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Maluku. 21. Penyampaian Saran Kebijakan Terkait Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan Sekretariat Kabinet mengingatkan kembali kepada Menteri/Pimpinan Lembaga Non Pemerintahan/Gubernur/Bupati untuk lebih meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam upaya penanganan kebakaran hutan dan lahan, dengan tetap memperhatikan langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai kesepakatan bersama sebagai berikut: 1) Melakukan gelar siaga dan patrol petugas pada 6 (enam) Provinsi rawan kebakaran hutan dan lahan, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. 2) Mempercepat penyelesaian Peraturan Daerah di 6 (enam) Provinsi dimaksud tentang penanganan kebakaran hutan dan lahan serta rencana tata ruang wilayah (RTRW). 3) Melakukan pemberdayaan Dinas Pemadam Kebakaran Daerah (DPKD) sebagai penanggung jawab penanganan kebakaran hutan dan lahan. 4) Melakukan kerjasama dengan Pemerintah Singapura dan Malaysia berkaitan dengan penyediaan dana operasional dan bantuan peralatan yang dibutuhkan. 5) Pemerintah pusat akan membuat peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah/Kabupaten/ Kota. 22. Penyampaian Saran Kebijakan Terkait Program Beras Miskin (Raskin) Sekretariat Kabinet menyampaikan masukan kepada Menteri Perdagangan (cc. Presiden, Wakil Presiden, Menko Kesejahteraan Rakyat, 73

63 Menko Perekonomian, Menteri Dalam Negeri, Kapolri, Kepala Bulog, dan Kepala BPS) tentang pelaksanaan program beras miskin (Raskin), berdasarkan laporan pemantauan lapangan dari Badan Intelijen Negara (BIN). Dari laporan pemantauan terungkap bahwa terdapat beberapa masalah di sejumlah daerah dalam penyaluran Raskin, antara lain: 1) Masalah tunggakan pembayaran dana hasil penjualan beras oleh Pemerintah Daerah. 2) Kurang validnya data Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima Raskin. 3) Buruknya kualitas beras. 4) Penyalahgunaan Raskin oleh oknum aparat terkait. Berdasarkan laporan tersebut dan hasil verifikasi di lapangan, Sekretariat Kabinet telah menyampaikan saran sebagai berikut: 1) Peningkatan pengawasan dalam pendistribusian Raskin dengan melibatkan elemen masyarakat, organisasi pemuda/mahasiswa, dan LSM. 2) Peningkatan intensitas koordinasi antara penanggungjawab pelaksanaan program Raskin dengan instansi dan stakeholders terkait. 3) Update dan verifikasi data RTS setiap tahun secara kontinyu agar pendistribusian Raskin tepat sasaran. 4) Perum Bulog menindaklanjuti laporan tersebut dengan mengontrol kembali beras yang akan dikeluarkan dari gudang, sementara hambatan lainnya di bawah tanggung jawab Pemerintah Daerah, sedangkan Kementerian Sosial memberikan jawaban bahwa hal operasional pelaksanaan bukan merupakan tanggung jawabnya. 23. Penyampaian Saran Kebijakan Terkait Pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sekretariat Kabinet menyampaikan saran hasil analisis tentang pelaksanaan program kependudukan dan keluarga berencana nasional triwulan I tahun 2011 kepada Kepala BKKBN (cc. Presiden, Menko Kesejahteraan Rakyat, dan Menteri Kesehatan), sebagai berikut: 74

64 1) Upaya peningkatan peserta Keluarga Berencana (KB) pria masih sangat diperlukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah seperti sosialisasi yang lebih intensif serta pendayagunaan dan pengembangan alternatif pilihan alat kontrasepsi bagi pria guna meningkatkan keikutsertaan pria dalam program KB. 2) Perlu dilakukan penataan kebijakan agar Program Jaminan Persalinan yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan diikuti dengan keikutsertaan pasangan penerima jaminan dalam program KB. 3) Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan harus dipastikan melibatkan instansi pemerintah dan unsur masyarakat terkait sehingga dapat dipastikan tersusun kesatuan arah dan gerak bagi pelaksanaan kebijakan kependudukan di Indonesia baik di tingkat pusat maupun daerah. Selanjutnya, perkembangan hasil penyusunan Grand Design tersebut perlu dilaporkan kepada Presiden. 24. Penyampaian Saran Kebijakan terkait Usulan Saran tindak Pemberantasan dan Pencegahan Pengiriman TKI Informal Non- Prosedural dan Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan Rancangan Integrasi Antar Kementerian/Lembaga (K/L) Sistem Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (P3TKI) Sekretariat Kabinet kepada menyampaikan saran/rekomendasi kepada Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) terkait hal tersebut di atas sebagai berikut: Sekretariat Kabinet merekomendasikan penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan kepada Presiden agar tersusun kesatuan arah dan gerak bagi pelaksanaan kebijakan kependudukan di Indonesia baik di tingkat pusat maupun daerah 1) Pemerintah terkait baik itu BIN maupun pihak Kepolisian segera melakukan tindakan tegas untuk segera melakukan penangkapan terhadap pelaku TPPO. Eksekusi penanganan ini yang menentukan Indonesia dapat beranjak naik atau tidak dari kategori tier 2 (negara 75

65 yang menunjukan upaya memerangi perdagangan manusia dengan legislasi, tetapi belum optimal) menjadi negara yang secara signifikan berhasil memerangi perdagangan manusia; 2) Pemerintah melalui BNP2TKI dan Kemenakertrans harus memberikan hukuman tegas, nyata dan menimbulkan efek jera bagi aparat yang menjadi oknum pemalsuan dokumen bagi TKI. Pemberangkatan BMI/WNI ilegal akan terus berjalan jika masih ada aparat pemerintah yang membantu pemalsuan dokumen; 3) Permasalahan TKI merupakan tanggung jawab semua pihak dan harus dilakukan secara terpadu, tidak hanya Dinas/Kementerian Tenaga Kerja tetapi juga instansi lain dan ormas, organisasi perempuan, serta LSM. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 9 Tahun 2011 tentang Kewaspadaan Dini TPPO; 4) Pihak BNP2TKI sebaiknya memperjelas prosedur pelayanan proses kepulangan TKI bermasalah dan mempertegas gugus tugas pihakpihak yang dapat terlibat dalam proses tersebut; 5) Diperlukan komitmen dan kesungguhan yang serius dari setiap K/L untuk mensukseskan pengimplementasian Rancangan Integrasi Antar Kementerian/Lembaga (K/L) Sistem Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI yang dapat diwujudkan dalam bentuk MoU/ perjanjian tertulis antar K/L yang termasuk dalam grand-design; 6) Agar setiap K/L memiliki point of view dan pemahaman yang sama terhadap Rancangan Integrasi Antar Kementerian/Lembaga (K/L) Sistem Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI, maka diperlukan komunikasi dan sosialisasi antar K/L serta mereduksi ego-sektoral. Sekretariat Kabinet merekomendasikan agar permasalahan TKI ditangani secara terpadu oleh seluruh pihak terkait dan agar seluruh K/L mensukseskan pengimplementasian Rancangan Integrasi Antar Kementerian Sistem Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI 76

66 25. Penyampaian Saran dan Masukan Terkait Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Sekretariat Kabinet menyampaikan saran dan masukan tentang perlunya kementerian terkait mempercepat perumusan dan pembahasan peraturan perundang-perundang sebagai pelaksanaan dari Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengingat program jaminan kesehatan nasional akan diberlakukan mulai tanggal 1 Januari Penyampaian Saran Kebijakan Terkait Pengelolaan Aset Pramuka Sekretariat Kabinet menyampaikan saran dan masukan tentang perlunya Kementerian Pemuda dan Olahraga dan kementerian/lembaga terkait untuk merumuskan kebijakan dan program kegiatan terkait upaya revitalisasi Gerakan Pramuka melalui pengembangan Taman Rekreasi Wiladatika (TRW) Cibubur. Berdasarkan pertimbangan bahwa rencana tersebut dapat dilakukan Kwarnas Gerakan Pramuka dengan menempuh beberapa alternatif solusi yang telah dihasilkan dari beberapa kali pertemuan/rapat, diantaranya sebagai berikut: 1) Status tanah TRW Cibubur adalah kekayaan negara dan pengelolaan tanah TRW Cibubur tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundangundangan khususnya tentang barang milik negara misalnya terkait dengan jangka waktu dan bentuk kerja sama. 2) Tanah TRW Cibubur dapat diserahkan kepada Kementerian/ Lembaga (dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga) dan kebutuhan Kwarnas terkait pembangunan fasilitas dibiayai seluruhnya oleh APBN. 3) Kementerian Pemuda dan Olahraga dapat membentuk Badan Layanan Umum (BLU) dan hasil pendapatan BLU diserahkan kepada Kwarnas. 4) Kwarnas Gerakan Pramuka dapat menghibahkan lahan TRW Cibubur kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga, baik hibah sebagian atau seluruhnya. Selanjutnya Kementerian Pemuda dan Olahraga 77

67 melakukan kajian terkait besaran kompensasi yang nantinya akan diterima oleh pihak Kwarnas Gerakan Pramuka. 27. Penyampaian Saran Kebijakan Terkait Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Dalam RPJMN Tahun , program penanggulangan kemiskinan merupakan program prioritas dan diformulasikan serta diimplementasikan dalam program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang ditujukan bagi masyarakat miskin. Tujuan utama program ini diarahkan pada upaya mempercepat pengentasan kemiskinan melalui peningkatan kemampuan para anggota KUBE secara bersama dalam kelompok, peningkatan pendapatan, pengembangan usaha serta peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggotanya dan dengan masyarakat sekitar. Namun demikian, dalam perkembangannya terdapat masalah utama yaitu data penduduk miskin yang kurang atau tidak akurat sehingga program bantuan sosial tersebut masih kurang efektif dan tidak tepat sasaran. Selain itu, dalam konteks pendirian atau pembentukan koperasi, banyak ditemukan para anggota yang tergabung dalam KUBE belum atau kurang memahami tentang perkoperasian. Menyikapi kondisi tersebut, pada tanggal 25 hingga 27 April 2014, Sekretariat Kabinet mengadakan kegiatan Focus Group Disscusion (FGD) dengan mengundang narasumber guna merumuskan alternatif penyelesaian masalah sebagai bahan perumusan saran/rekomendasi kebijakan kepada para stakeholders terkait. Adapun saran/rekomendasi kebijakan yang dihasilkan dalam forum tersebut diantaranya: 1) Kementerian Sosial dan Badan Pusat Statistik perlu lebih meningkatkan koordinasi dan kerja sama dalam melakukan pembaharuan data (updating) penduduk miskin di Indonesia sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Hal ini dimaksudkan agar dengan tersedianya validitas data yang baik, bantuan sosial dapat tersalurkan pada kelompok sasaran (target group) secara berdaya guna dan berhasil guna. 78

68 2) Memperluas upaya sosialisasi secara komprehensif kepada seluruh stakeholders terkait agar dapat menunjang efektivitas dan keberhasilan pelaksanaan program KUBE di seluruh Provinsi di Indonesia. 3) Melakukan pemantauan dan evaluasi implementasi terhadap program KUBE di berbagai daerah agar selalu dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan program KUBE itu sendiri. 28. Penyampaian Saran dan Rekomendasi Terkait pelaksanaan Rencana Aksi Nasional/Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN/RAD-GRK) Sebagai bagian dari upaya penurunan emisi gas rumah kaca, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dengan surat Nomor 099/M.PPN/03/2014 tanggal 23 Maret 2014 kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (dengan tembusan Presiden RI) menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan Rencana Aksi Nasional/Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN/RAD-GRK). Sejalan dengan hal tersebut, 33 Provinsi di Indonesia telah menyelesaikan dokumen RAD-GRK dan menetapkannya dengan Peraturan Gubernur. Adapun tindak lanjut dari pelaksanaan RAN/RAD-GRK diantaranya adalah : 1) RAN/RAD-GRK harus ditempatkan pada rentang waktu pembangunan jangka menengah dan jangka panjang, mengingat dinamika pergantian Kepala Pemerintahan (nasional dan daerah); 2) Koordinasi antar Kementerian/Lembaga, antara Kementerian/ Lembaga dengan Provinsi, antar Provinsi serta antara Provinsi dengan Kabupaten/Kota, agar terus ditingkatkan; 3) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia terus dilakukan, baik pelaksana di tingkat pusat maupun daerah; Sekretariat Kabinet merekomendasikan perlunya sosialiasi program KUBE secara komprehensif dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap implementasi program KUBE di berbagai daerah 79

69 4) Pendanaan RAN/RAD GRK harus dialokasikan secara konsisten, pengembangan sumber dan mekanisme pendanaan juga sangat penting dilakukan serta perlunya membangun kemitraan dengan berbagai pihak. Terhadap pelaksanaan RAN/RAD-GRK tersebut, Sekretariat Kabinet memberikan saran/rekomendasi kebijakan terutama dalam hal: 1) Perlunya memperluas upaya sosialisasi penurunan emisi gas rumah kaca, karena hal ini merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat; 2) Perlunya meningkatkan upaya pengawasan terhadap alokasi dana RAN/RAD-GRK mengingat pemanfaatan dana RAN/RAD-GRK rawan untuk disalahgunakan; 3) Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Provinsi perlu menyampaikan laporan PEP RAN/RAD-GRK secara lengkap dan berkesinambungan setiap tahunnya, untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan pelaksanaan RAN/RAD-GRK; 4) Mengingat komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen pada tahun 2020, maka pelaksanaan RAN/RAD-GRK perlu mendapat dukungan dan kontribusi dari semua pihak, baik pemerintah maupun non pemerintah serta seluruh lapisan masyarakat. Peran Sekretariat Kabinet dalam penyampaian saran kebijakan telah dilakukan cukup efektif dan memberikan manfaat kinerja yang yang cukup berarti. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Peran dan posisi Sekretariat Kabinet dalam pembahasan kebijakan dan program pemerintah yang dapat diselenggarakan melalui rapat koordinasi, rapat antar kementerian dan lembaga, sosialisasi, workshop dan kunjungan kerja pada instansi pemerintah daerah terkait terkait suatu kebijakan dan program pemerintah. 2. Munculnya isu-isu penting yang berkembang di masyarakat berkenaan dengan pelaksanaan kebijakan yang selanjutnya direspon baik atas inisiatif Sekretariat Kabinet, arahan Presiden maupun permintaan pertimbangan dari instansi terkait dan pemerintah daerah, terutama terkait program prioritas yang perlu dikaji, dianalisis dan dievaluasi. 80

70 Meskipun capaian kinerja terkait penyampaian saran kebijakan ini cukup optimal, namun dalam pelaksanaan kegiatan tersebut masih dijumpai sejumlah permasalahan dan kendala antara lain: 1. Belum optimalnya proses dan mekanisme koordinasi dan kerja sama dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan stakeholders lain di luar pemerintahan. 2. Pengaruh perubahan dinamika lingkungan strategis yang cepat berubah baik internal maupun eksternal mempengaruhi prioritas pelaksanaan tugas. Dalam rangka menanggulangi kendala di atas dan dalam upaya pencapaian sasaran strategis pertama, perlu dilakukan langkah-langkah berikut: 1. Kegiatan pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah difokuskan pada pelaksanaan kebijakan dan program yang menjadi prioritas nasional. 2. Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait seperti keikutsertaan dalam tim interdep, dan berperan serta dalam rapat koordinasi interdep. Peningkatan hubungan koordinasi dengan kementerian atau lembaga terkait untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan suatu kebijakan. 3. Penegasan fungsi Sekretariat Kabinet dalam melakukan manajemen kabinet yang diterjemahkan dalam tugas dan fungsi Sekretariat Kabinet, antara lain melalui penyusunan SOP yang mengatur hubungan kerja antar-kedeputian di internal Sekretariat Kabinet, serta hubungan kerja antara Kedeputian Sekretariat Kabinet dengan Kedeputian di Kementerian Sekretariat Negara dan Sekretariat Wakil Presiden. 4. Pengembangan manajemen pengadministrasian persuratan berbasis teknologi informasi yang terintegrasi, capacity building, sosialisasi dokumendokumen pelaksanaan kinerja (Renstra, RKT, dan Standar Pelayanan). 81

71 Capaian sasaran kedua diukur Sasaran 2 Terwujudnya Peningkatan Kualitas Penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu. melalui IKU tentang RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditindaklanjuti dan ditunjang pencapaiannya dengan indikator kinerja penunjang yang bukan merupakan IKU namun punya kontribusi yang strategis bagi pencapaian sasaran kedua yaitu persentase penyelesaian RPerpres, Uraian mengenai pencapaian sasaran kedua adalah sebagai berikut: Tabel 3.9 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Penunjang dari Sasaran Kedua Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Kategori Capaian Kinerja Indikator Kinerja Utama 1. Persentase Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden yang ditindaklanjuti Indikator Kinerja Penunjang 2. Persentase penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden secara tepat waktu 97% 99,66% 102,74 Memuaskan 97% 100% 103,09 Memuaskan 82

72 Capaian IKU maupun capaian indikator kinerja penunjang untuk sasaran kedua dihitung menggunakan rumus 1. Berdasarkan kategori pencapaian kinerja, dapat dinyatakan bahwa pencapaian IKU untuk sasaran ini dikategorikan memuaskan begitu juga pencapaian indikator kinerja penunjang yang menjadi mendukung pencapaian sasaran kedua. Apabila dibandingkan dengan kinerja sasaran kedua tahun 2013, terdapat peningkatan realisasi sebesar 0,53% untuk IKU sedangkan untuk indikator kinerja penunjang terkait ketepatan waktu tidak ada peningkatan realisasi karena angka realisasi sama dengan tahun sebelumnya yaitu 100%. Meskipun ada peningkatan realisasi namun jika dibandingkan angka capaian tahun sebelumnya terdapat penurunan sebesar 0,52% untuk IKU dan 1,08% untuk indikator kinerja penunjang. Namun hal ini tidak bisa semertamerta dinyatakan sebagai penurunan kinerja mengingat terdapat peningkatan target sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, dari sisi kuantitas berkas yang ditangani oleh Sekretariat Kabinet, jumlah berkas yang masuk dan ditangani Sekretariat Kabinet lebih besar pada tahun 2014 sebanyak 287 berkas sedangkan tahun 2013 sebanyak 232 berkas atau mengalami peningkatan sebanyak 55 berkas (23,71%). Pada Tahun 2014, Sekretariat Kabinet menerima 287 berkas masuk berupa RPerpres, RKeppres dan RInpres dari instansi pemrakarsa, yang terdiri atas 215 RPerpres, 61 RKeppres dan 11 RInpres. Terhadap ke-287 RPerpres, RKeppres dan RInpres telah ditindaklanjuti. Dari 287 berkas tersebut, terdapat 2 berkas rancangan yang masih di Sekretariat Kabinet namun telah diparaf oleh Menteri dan belum dikembalikan kepada instansi pemrakarsa, yaitu RPerpres tentang Otoritas Nasional Senjata Kimia dan RKeppres tentang Susunan Keanggotaan Otoritas Nasional Senjata Kimia. Kedua rancangan tersebut telah mendapat paraf Menteri terkait namun belum ditetapkan oleh Presiden dan belum dikembalikan kepada instansi pemrakarsa. Berdasarkan kriteria RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditindaklanjuti, terhadap ke-287 rancangan yang masuk dapat dikategorikan sebagai berikut: 83

73 Tabel 3.10 Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres Tahun 2014 No Kriteria Ditindaklanjuti RPerpres RKeppres RInpres Jumlah Berkas Masuk Dalam penelitian Sekretariat Kabinet (belum ditindaklanjuti) 1 Diajukan ke Presiden guna penetapan (a) 2 Dimintakan ijin prakarsa ke Presiden (b) 3 Dimintakan penyempurnaan atau dikaji Menteri terkait (c) 4 Dimintakan dikoordinasikan Menteri terkait (d) 5 Diminta pertimbangan kepada Menteri terkait (e) 6 Dilaporkan kepada Presiden terkait adanya persoalan substansial (f) 7 Dimintakan paraf persetujuan Menteri terkait (g) 8 Selesai paraf (tidak ditetapkan Presiden dan belum dikembalikan ke instansi pemrakarsa) (h) 9 Ditetapkan menjadi Perpres, Keppres dan Inpres (i) Jumlah Dari data tersebut, jumlah RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang telah berhasil diselesaikan dan ditetapkan menjadi Perpres, Keppres, dan Inpres oleh Presiden adalah sebanyak 256 (dua ratus lima puluh enam) buah dengan rekapitulasi sebagai berikut: 84

74 Tabel 3.11 Rekapitulasi Perpres, Keppres, dan Inpres yang telah Ditetapkan Tahun 2014 Jenis PUU Bidang Jumlah Peraturan Presiden a. Politik, hukum, dan keamanan 76 buah b. Perekonomian 44 buah c. Kesejahteraan Rakyat 74 buah Jumlah 194 buah Keputusan Presiden a. Politik, hukum, dan keamanan 24 buah b. Perekonomian 13 buah c. Kesejahteraan Rakyat 16 buah Jumlah 53 buah Instruksi Presiden a. Politik, hukum, dan keamanan 4 buah b. Perekonomian 2 buah c. Kesejahteraan Rakyat 3 buah Jumlah Total 9 buah 256 buah Selain untuk pengukuran kinerja penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres, Sekretariat Kabinet selalu menyiapkan data dan meng-up date posisi RPerpres, RKeppres, dan RInpres setiap bulan dan/atau sewaktu-waktu apabila dibutuhkan sebagaimana tabel di atas, terutama guna bahan Sidang Kabinet dan dengar pendapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Uraian lebih lanjut tentang analisis capaian IKU dan capaian indikator kinerja pendukungnya dari sasaran kedua adalah sebagai berikut: 85

75 IKU Persentase Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden yang Ditindaklanjuti 1. Formulasi IKU Guna mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, IKU Persentase Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden yang ditindaklanjuti, diformulasikan dengan menggunakan perhitungan berikut: Jumlah RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditindaklanjuti Jumlah RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diselesaikan X 100% RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditindaklanjuti adalah seluruh berkas rancangan yang memenuhi kriteria ditindaklanjuti sebagaimana penjelasan pada halaman 87. Jumlah berkas ditindaklanjuti tersebut dibandingkan dengan seluruh berkas rancangan yang dapat diselesaikan oleh Sekretariat Kabinet. 2. Pencapaian IKU Indikator RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditindaklanjuti digunakan untuk mengukur aspek ketepatan dari RPerpres, RKeppres, dan RInpres. RPerpres, RKeppres, dan RInpres dikatakan ditindaklanjuti apabila penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres tersebut tepat dari "sisi substansi dan teknis perundang-undangannya dan apabila hasil analisis atau penelitian terhadap suatu rancangan ditindaklanjuti atau disetujui oleh Presiden. 86

76 Pengertian suatu RPerpres, RKeppres, dan RInpres ditindaklanjuti adalah apabila: a. Sekretariat Kabinet telah mengajukan Rancangan kepada Presiden untuk ditetapkan menjadi Peraturan Presiden (Perpres), Keputusan Presiden (Keppres), dan Instruksi Presiden (Inpres). b. Sekretariat Kabinet menyampaikan persetujuan Presiden mengenai prakarsa/usul penyusunan RPerpres, RKeppres, dan RInpres kepada Menteri Pemrakarsa. c. Sekretariat Kabinet telah mengirimkan surat pemberitahuan kepada Instansi Pemrakarsa agar Rancangan disempurnakan atau dikaji kembali oleh Instansi Pemrakarsa, berdasarkan hasil analisis hukum Sekretariat Kabinet atau hasil kesepakatan dalam rapat koordinasi yang diprakarsai Sekretariat Kabinet. d. Sekretariat Kabinet telah mengirimkan surat kepada instansi yang kompeten untuk terlebih dahulu mengoordinasikan Rancangan dimaksud. e. Sekretariat Kabinet telah mengirimkan surat kepada instansi terkait untuk meminta pertimbangan terhadap Rancangan yang diajukan. f. Sekretariat Kabinet telah melaporkan kepada Presiden sehubungan dengan adanya persoalan substansial yang tidak dapat diputuskan oleh Instansi Pemrakarsa dan instansi terkait lainnya. g. Sekretariat Kabinet telah meminta paraf persetujuan pada naskah asli RPerpres, RKeppres, dan RInpres kepada instansi pemrakarsa dan instansi terkait lainnya. h. Rancangan telah selesai diparaf namun tidak ditetapkan Presiden dan belum dikembalikan ke instansi pemrakarsa. i. RPerpres, RKeppres, dan RInpres telah ditetapkan oleh Presiden menjadi Perpres, Keppres, dan Inpres. Berdasarkan kriteria tindak lanjut tersebut, status suatu RPerpres, RKeppres, dan RInpres menjadi jelas, terutama bagi instansi pemrakarsa untuk menyempurnakan, menunda, atau bahkan menghentikan proses penyusunan rancangan dimaksud. 87

77 Selain itu, dari sisi teknis perundang-undangan RPerpres, RKeppres, dan RInpres tersebut sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan praktek legal drafting pada umumnya. Misalnya, terhadap Perpres, Keppres, dan Inpres yang telah ditetapkan oleh Presiden dan disebarluaskan secara cetak dan elektronik kepada masyarakat tidak dilakukan penarikan, dan selanjutnya disebarluaskan kembali dalam bentuk Distribusi II karena terdapat kesalahan ketik/redaksi penulisan. Pada tahun 2014, terhadap ke-256 Perpres, Keppres, dan Inpres yang telah ditetapkan oleh Presiden seluruhnya sudah tepat karena tidak ada distribusi II dan tidak dilakukan perubahan. Target penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditindaklanjuti sebesar 97% sedangkan realisasi yang dicapai sebesar 99,66%. Mengacu pada target dan realisasi tersebut, maka capaian penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditindaklanjuti berdasarkan rumus 1 adalah 103,09%. Berdasarkan kategori pencapaian kinerja, dapat dinyatakan bahwa pencapaian untuk IKU sasaran ini dikategorikan memuaskan. Hal ini menggambarkan bahwa sasaran kedua tersebut berhasil dicapai melalui pencapaian IKU ini. Perkembangan pencapaian sasaran dapat diketahui melalui perbandingan dengan sasaran tahun-tahun sebelumnya. Berikut adalah perbandingan target, realisasi dan capaian IKU sasaran ini tahun Gambar 3.3 Perbandingan IKU Sasaran Kedua Tahun

78 Berdasarkan grafik pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 5 (lima) tahun angka realisasi dan capaian dari IKU ini cukup stabil dan konsisten dengan realisasi ada pada kisaran 99% 100% sedangkan angka capaian rata-rata melebihi 100%. Meskipun angka capaian bervariasi dan capaian pada tahun ke-5 (2014) lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun hal tersebut tidak dapat semerta-merta dikatakan terjadi penurunan capaian karena adanya peningkatan target dari tahun ke tahun pada kisaran 1% 2%. Sebagai contoh, adanya penurunan angka capaian sebesar 0,52% jika dibandingkan dengan tahun 2013 bukan berarti bahwa telah terjadi penurunan kinerja karena dalam kenyataannya justru terjadi peningkatan realisasi sebesar 0,53% dalam kondisi adanya peningkatan target sebesar 1% dari 96% menjadi 97%. Dari sisi jumlah berkas juga dapat dilihat bahwa dari 287 berkas rancangan, hanya 2 rancangan saja yang prosesnya belum selesai, karena adanya pergantian kabinet dan perubahan mekanisme pengajuan rancangan. Hal ini menunjukkan bahwa Sekretariat Kabinet tetap berkomitmen untuk mempercepat pemrosesan peraturan perundangundangan dan meningkatkan kualitas penyelesaiannya, sebagaimana yang diamanatkan dalam Surat Edaran Sekretaris Kabinet Nomor SE.8/Seskab/I/2012 tanggal 5 Januari 2012 perihal percepatan proses penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditujukan kepada para Menteri KIB II, Jaksa Agung, Panglima TNI, Kapolri, dan Pimpinan LPNK. Selain capaian IKU di atas, yang tidak kalah penting adalah capaian indikator kinerja penunjang yang punya kontribusi besar dalam mendukung pencapaian sasaran kedua, dengan penjelasan sebagai berikut: 89

79 Indikator Kinerja Penunjang Persentase Penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden Secara Tepat Waktu t 1. Formulasi Indikator Kinerja Guna mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, indikator kinerja Persentase penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden secara tepat waktu, diformulasikan dengan menggunakan perhitungan berikut: Jumlah RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diselesaikan sesuai SP Jumlah RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diselesaikan X 100% RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diselesaikan sesuai SP tersebut didefinisikan sebagai rancangan yang dapat diselesaikan tepat waktu dalam jangka waktu kurang dari atau sama dengan target tenggat waktu penyelesaian yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan (SP) Sekretariat Kabinet yaitu 9 (sembilan) hari. Jumlah berkas rancangan yang diselesaikan tepat waktu tersebut tersebut dibandingkan terhadap jumlah seluruh berkas rancangan yang dapat diselesaikan Sekretariat Kabinet. 2. Pencapaian Indikator Kinerja Indikator persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres secara tepat waktu digunakan untuk mengukur kecepatan penyiapan, penyusunan dan penyampaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diajukan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Non Kementerian/LPNK 90

80 kepada Presiden. Pengertian penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres adalah meliputi dukungan teknis, administratif, dan analisis Sekretariat Kabinet dalam penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres. Semakin tepat waktu penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres, maka semakin berkualitas penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang dihasilkan. Ketepatan waktu mencerminkan waktu (rata-rata hari) yang dibutuhkan dalam penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres, yang diukur berdasarkan waktu sebagaimana dialokasikan dalam Pelayanan (SP) Sekretariat Kabinet. Pada tahun 2014 seluruh Standar berkas RPerpres, RKeppres, dan RInpres diselesaikan secara tepat waktu atau 100% dengan rata-rata waktu penyelesaian adalah 5,6 hari. Hal tersebut berdasarkan penghitungan penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu, dengan rekapitulasi sebagaimana tabel berikut: Tabel 3.12 Rata-rata Waktu Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres Tahun 2014 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata Rerata Waktu Penyelesaian (Hari) 5 hari 5 hari 5 hari 6 hari 6 hari 7 hari 6 hari 5 hari 6 hari 5 hari 5 hari 6 hari 5,6 hari 91

81 Berdasarkan tabel di atas, realisasi penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres per bulan selama kurun waktu tahun 2014 berkisar antara 5-7 hari dengan rata-rata 5,6 hari. Kisaran rata-rata realisasi tersebut lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai rata-rata 5,8 hari. Peningkatan kinerja tersebut menunjukkan adanya perbaikan mekanisme atau prosedur penyelesaian rancangan menjadi lebih efisien. Pada tahun 2014 Sekretariat Kabinet banyak mengeluarkan Perpres mengenai Pendirian Perguruan Tinggi, yang tingkat penyelesaiannya lebih cepat dari target yang ditetapkan yakni antara 5 7 hari, sedangkan untuk target di bawah 2 hari adalah Keppres Penugasan Wakil Presiden untuk melaksanakan tugas Presiden selama Presiden melakukan kunjungan ke luar negeri. Meskipun bulan Juli Agustus merupakan bulan Ramadhan dimana ada kebijakan pengurangan jam kerja (semula 8 jam menjadi 7 jam) namun pengerjaan rancangan tetap dapat dilaksanakan dalam kurun waktu 7 hari. Adapun hasil penghitungan capaian penyelesaian berkas RPerpres, RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu berdasarkan rumus 1 adalah 100% mengingat target yang ditetapkan sebesar 97% dan rata-rata hari penyelesaian lebih cepat dari target waktu penyelesaian yang ditetapkan yakni 5,6 hari. Mengacu pada target dan realisasi tersebut, maka capaian penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang tepat waktu adalah 103,09%. Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu ditentukan oleh target waktu berdasarkan sistem, mekanisme, dan prosedur yang diatur dalam Keputusan Sekretaris Kabinet Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2012 tentang Standar Pelayanan Unit Kerja di Lingkungan Sekretariat Kabinet dan tingkat kompleksitas permasalahan RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diajukan oleh instansi pemrakarsa sebagai berikut: 1. Sistem, mekanisme, dan prosedur a. Menteri/Pimpinan LPNK menyampaikan kepada Presiden permohonan penetapan Rancangan disertai dengan lampiran draf rancangan (hard copy dan soft copy) dan data/informasi pendukung yang diperlukan dengan tembusan kepada Sekretaris Kabinet; 92

82 b. Permohonan tersebut diteruskan oleh TU Persuratan kepada Sekretaris Kabinet/Waseskab untuk diteruskan ke unit kerja terkait; c. Sekretaris Kabinet/Wakil Sekretaris Kabinet meneruskan permohonan tersebut kepada Deputi yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan substansi rancangan disertai petunjuk/disposisi; d. Deputi meneruskan permohonan tersebut kepada Asdep Bidang Perancangan PUU; e. Dalam hal dipandang perlu, Deputi dapat menugaskan Asdep Bidang Substansi menangani permohonan tersebut bersama-sama dengan Asdep Bidang Perancangan PUU; f. Secara berjenjang Asdep, Kabid dan Kasubid memberikan petunjuk/ disposisi atas permohonan tersebut; g. Analis meneliti permohonan tersebut dan melaporkan hasilnya secara berjenjang kepada Kasubbid, Kabid, Asdep, dan Deputi; h. Laporan tersebut dapat berupa memo, briefing sheet, naskah Rancangan dan pokok-pokok isi Rancangan; i. Apabila hasil analisis menunjukkan adanya permasalahan, maka permohonan tersebut disampaikan kepada Menteri/Pimpinan LPNK untuk dilakukan pembahasan; j. Dalam hal permohonan memerlukan koordinasi dengan instansi terkait, permohonan disampaikan kepada Menko yang terkait dengan substansi Rancangan yang bersangkutan; k. Dalam hal Rancangan tidak mengandung permasalahan, Rancangan yang bersangkutan dimintakan paraf persetujuan Menteri/Pimpinan LPNK pemrakarsa dan instansi-instansi lain yang terkait dengan Surat Sekretaris Kabinet; l. Naskah surat Sekretaris Kabinet untuk permintaan paraf persetujuan beserta memo pengajuannya diajukan secara berjenjang kepada Sekretaris Kabinet untuk ditandatangani; m. Rancangan yang telah memperoleh paraf persetujuan disampaikan kepada Presiden secara berjenjang disertai memo-memo, pokokpokok isi Rancangan, naskah Rancangan guna penetapannya; n. Sekretaris Kabinet menandatangani memo tersebut guna penyampaian kepada Presiden untuk menetapkan Rancangan. 93

83 Jangka waktu penyelesaian 9 (sembilan) hari dalam SP terhitung mulai diterimanya permohonan sampai dengan ditandatanganinya surat Sekretaris Kabinet untuk permintaan paraf persetujuan atau Surat Sekretaris Kabinet kepada Menteri/Pimpinan LPNK. 2. Tingkat kompleksitas permasalahan RPerpres, RKeppres, dan RInpres Kompleksitas permasalahan RPerpres, RKeppres, dan RInpres ditentukan oleh permasalahan terkait bentuk hukum, urgensi pengaturan, dampak yang mungkin timbul, perumusan maupun teknis perundang-undangan RPerpres, RKeppres, dan RInpres dimaksud. Namun demikian, dalam menyelesaikan suatu rancangan terdapat diskresi pimpinan untuk menentukan skala prioritas penyelesaian dengan memberikan disposisi yang bersifat Disposisi Prioritas, yaitu disposisi yang diberikan pimpinan/atasan dengan mencantumkan kata Prioritas untuk penyelesaian penyusunan RPerpres, RKeppres, atau RInpres dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari, atau jangka waktu tertentu yang dicantumkan dalam Disposisi, yang penyelesaiannya didahulukan. Hal yang termasuk dalam kategori Disposisi Prioritas adalah Disposisi yang mencantumkan kata very top urgent, top urgent, urgent, sangat segera, segera atau kata lain dengan maksud yang sama yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari staf. Pimpinan memberikan petunjuk bersifat Disposisi Prioritas berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional/negara dan masyarakat dari segi politik, ekonomi, sosial budaya, dan/atau pertahanan keamanan bahwa suatu RPerpres, RKeppres, atau RInpres perlu segera ditetapkan menjadi Perpres, Keppres, dan Inpres, misalnya sebagai hasil sidang kabinet, rapat koordinasi tingkat menteri atau pertemuan/kunjungan Presiden RI dengan pimpinan negara lain/ lembaga internasional yang menghasilkan MoU. 94

84 Sebanyak 60 (enam puluh) berkas RPerpres, RKeppres, dan RInpres memerlukan penyiapan penyelesaian saran bersifat Prioritas berdasarkan waktu penyelesaiannya, dengan beberapa contoh sebagai berikut: 1) < 3 hari, antara lain: a. Perpres Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pencabutan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2013 tentang Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Menteri dan Pejabat Tertentu. b. Perpres Nomor 17 Tahun 2014 tentang Pencabutan Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2013 tentang Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPR, DPD, BPK, Komisi Yudisial, Hakim MK, dan Hakim Agung MA. c. Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Peraturan Presiden tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. d. Peraturan Presiden 152 Tahun 2014 tentang Pendirian Institut Teknologi Bacharuddin Yusuf Habibie; e. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar dan Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif. 2) 3,1 - < 7 hari, antara lain: a. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Rencana Umum Energi Nasional. b. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang RPerpres tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). c. Peraturan Presiden Nomor 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi. d. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Peningkatan Daya Saing Nasional Dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi Association Of Southeast Asian Nations. 95

85 Selain pengelompokkan berdasarkan sifat penanganan berkas rancangan (Prioritas dan Tidak Prioritas), penghitungan penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu juga dilakukan berdasarkan substansi dari rancangan dan kluster bidang, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.13 Rata-Rata Waktu Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres Berdasarkan Substansi Rancangan dan Kluster Bidang Tahun 2014 No. A Substansi Rancangan Bidang Polhukam Jumlah Rancangan (Berkas) Rata-Rata Waktu Penyelesaian Substansi (Hari) 1. Politik Dalam Negeri 4 5 hari 2. Hukum, HAM, Kominfo, dan Aparatur Negara 3. Pertahanan Keamanan dan Pertanahan 4. Ratifikasi dan Hubungan Internasional Rata-rata Bidang Polhukam B. Bidang Perekonomian 1. Ekonomi Makro, Keuangan, dan Ketahanan Pangan 2. Industri, UKM, Perdagangan, dan Ketenagakerjaan 3. Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Rata-rata Bidang Perekonomian C. Bidang Kesejahteraan Rakyat 52 6 hari 8 6 hari 34 6 hari 22 6 hari 17 5 hari 20 5 hari 1. Pemberdayaan Masyarakat 38 5 hari 2. Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan 3. Kebudayaan Pariwisata, Pemuda, Olah Raga, dan Lingkungan Hidup Rata-rata Bidang Kesejahteraan Rakyat Jumlah hari 25 6 hari Rata-Rata - 5,6 hari Rata-Rata Waktu Penyelesaian Kluster Bidang (Hari) 6,6 hari 5,1 hari 5,2 hari 96

86 Perkembangan pencapaian sasaran dapat diketahui melalui perbandingan dengan sasaran tahun-tahun sebelumnya. Perbandingan target, realisasi, dan capaian untuk indikator ini hanya bisa dilakukan selama tiga tahun ( ) karena adanya perbedaan satuan indikator yang digunakan dalam kurun waktu dengan dimana pada kurun waktu pengukuran realisasi ketepatan waktu menggunakan satuan hari sedangkan kurun waktu menggunakan satuan persentase. Namun demikian untuk perbandingan angka capaian selama 5 (lima) tahun masih bisa dilakukan karena pada dasarnya substansi yang diukur masih sama. Berikut adalah perbandingan target, realisasi dan capaian indikator kinerja lainnya dari sasaran kedua untuk tahun dan perbandingan capaian untuk tahun Gambar 3.4 Perbandingan Indikator Kinerja Sasaran Kedua Terkait Ketepatan Waktu Tahun a. Perbandingan Target, Realisasi dan Capaian

87 b. Perbandingan Capaian Laporan Kinerja (LKj) Sekretariat Kabinet 2014 Berdasarkan 2 (dua) buah grafik pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 5 (lima) tahun angka realisasi dan capaian dari indikator ini cukup bervariasi dengan realisasi ada pada kisaran 99% 100% sedangkan angka capaian rata-rata melebihi 100%. Meskipun angka capaian pada tahun ke-5 (2014) lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun hal tersebut tidak dapat semerta-merta dikatakan terjadi penurunan capaian karena adanya peningkatan target dari tahun ke tahun pada kisaran 2% 3%. Terkait kinerja tahun terakhir Renstra yaitu 2014, penurunan angka capaian sebagaimana terlihat pada gambar di atas tidak dapat dijustifikasi sebagai penurunan kinerja mengingat realisasi tahun 2014 sama dengan realisasi tahun 2013 yaitu 100% dan bahkan lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2012 sebesar 99,14%. Disamping itu, pada tahun 2014 terdapat peningkatan target sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya yang juga perlu dipertimbangkan mempengaruhi angka capaian Keberhasilan pencapaian sasaran kedua diwujudkan melalui program dan kegiatan sebagai berikut: 98

88 Program Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan kepada Presiden Selaku Kepala Pemerintahan Kegiatan Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Presiden di Bidang Perancangan Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Perekonomian serta Kesejahteraan Rakyat Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres mengacu pada ketentuan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Disamping ketentuan tersebut, kegiatan penyelesaian rancangan tersebut juga memperhatikan pula Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Berdasarkan peraturan tersebut, bahwa setiap rancangan peraturan perundang-undangan yang akan dibahas dengan panitia antar kementerian/lembaga harus terlebih dahulu mendapatkan izin prakarsa Presiden. Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam kegiatan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, secara singkat dapat disampaikan sebagai berikut: 1. RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diajukan oleh pimpinan Kementerian/ LPNK, oleh pimpinan (Presiden, Sekretaris Kabinet/Wakil Sekretaris Kabinet) secara hierarkis diteruskan kepada staf/analis Hukum dengan disertai petunjuk penyelesaiannya. 2. Staf/Analis Hukum melakukan penelitian dan analisis terhadap prakarsa penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan hasilnya disampaikan/dilaporkan secara hierarkis kepada pimpinan, baik mengenai bentuk hukum, urgensi pengaturan, dampak yang mungkin timbul, perumusan maupun teknis perundang-undangan dengan disertai berkas. 3. Dalam hal laporan/hasil penelitian/analisis menyatakan terdapat permasalahan, maka dapat dilakukan: 99

89 a) koordinasi dengan instansi terkait, baik melalui rapat maupun permintaan pertimbangan/persetujuan; b) melaporkan lebih lanjut pokok-pokok masalah kepada pimpinan. 4. RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang tidak lagi mengandung permasalahan disiapkan dalam bentuk naskah rancangan untuk diteruskan kepada pimpinan guna mendapatkan persetujuan/penetapan Presiden. 5. Naskah RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang telah mendapat persetujuan/ penetapan Presiden atau telah diundangkan untuk Peraturan Presiden selanjutnya dibuatkan salinannya untuk kemudian digandakan dan didistribusikan kepada lembaga-lembaga tinggi negara, Kementerian/LPNK, Gubernur, dan Bupati/Walikota, serta lembaga terkait lainnya, antara lain, Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan, Badan Pembinaan Hukum Nasional, dan Antara. Guna mendukung penyiapan penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres, dilakukan rapat pembahasan baik di Sekretariat Kabinet maupun Kementerian terkait, guna klarifikasi dan/atau penyamaan persepsi untuk pencapaian harmonisasi serta kesepakatan bagi pengkajian prakarsa atau penyempurnaan suatu RPerpres, RKeppres, dan RInpres. Sebagai perbandingan, rincian rapat pembahasan tahun dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.14 Rapat Pembahasan RPerpres, RKeppres, dan RInpres Tahun Tahun Rapat di Kementerian terkait Dalam Luar Luar Kota Kota Negeri Rapat pembahasan di Sekretariat Kabinet Jumlah

90 Jumlah rapat disini tidak berkorelasi langsung dengan kinerja Sekretariat Kabinet dalam hal penyiapan penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres. Pada dasarnya jumlah rapat pembahasan RPerpres, RKeppres, dan RInpres per tahun tidak dapat diprediksi karena ditentukan oleh ada tidaknya permasalahan RPerpres, RKeppres, dan RInpres terkait bentuk hukum, urgensi pengaturan, dampak yang mungkin timbul, perumusan maupun teknis perundang-undangan. Artinya tidak berarti bahwa jika jumlah rapat pembahasan meningkat berarti kinerja Sekretariat Kabinet juga meningkat atau begitu pula sebaliknya. Dalam hal ini yang perlu ditekankan adalah bukan jumlah rapat pembahasan namun substansi peran Sekretariat Kabinet dalam setiap pembahasan RPerpres, RKeppres, dan RInpres baik di Sekretariat Kabinet maupun di instansi terkait (kuantitatif) serta keterlibatan dalam setiap proses penyelesaian RPerpres, RKepres, dan RInpres, misalnya laporan hasil penelitian/kajian maupun rumusan hasil pembahasan RPerpres, RKeppres, dan RInpres (kualitatif). Hal itulah yang menjadi salah satu penentu keberhasilan pencapaian Sasaran Kedua selain dari pengukuran atas jumlah RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditetapkan menjadi produk Perpres, Keppres dan Inpres. Output kegiatan penyiapan penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres berupa persentase penyelesaian rancangan Perpres, rancangan Keppres, dan rancangan Inpres. Sehubungan dengan hal tersebut perlu digambarkan rekapitulasi jumlah berkas RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang telah berhasil ditangani Sekretariat Kabinet terkait penyelesaian penyiapan rancangan dimaksud. Rekapitulasi berkas RPerpres, RKeppres, dan RInpres dapat dilihat pada tabel berikut: 101

91 Tabel 3.15 Daftar Rekapitulasi Berkas RPerpres, Rkeppres, dan RInpres di Sekretariat Kabinet Tahun Tahun Berkas Masuk Berkas Ditindaklanjuti Berkas Dalam Proses Berkas Jadi PUU Berkas Ditindaklanjuti Namun Belum Jadi PUU Keterangan Tabel: a. Berkas Masuk, yaitu RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diajukan oleh instansi pemrakarsa kepada Presiden, yang selanjutnya diterima oleh Sekretariat Kabinet. b. Berkas Jadi PUU, yaitu RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang telah diproses oleh Sekretariat Kabinet dan selanjutnya telah ditetapkan oleh Presiden menjadi Perpres, Keppres, dan Inpres. c. Berkas Ditindaklanjuti Namun Belum Jadi PUU, yaitu RPerpres, RPerpres, dan RInpres sebagaimana kriteria ditindaklanjuti namun belum bisa dikategorikan/dimasukkan Berkas Jadi PUU karena belum ditetapkan Presiden menjadi Perpres, Keppres, dan Inpres. d. Berkas dalam proses yaitu RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang sedang dilakukan penelitian/analisis di Sekretariat Kabinet. Berdasarkan tabel tersebut, Sekretariat Kabinet berkomitmen memproses seluruh berkas RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang masuk. Hal tersebut berpengaruh pada jumlah berkas jadi PUU yang meningkat dari tahun ke tahun bahkan pada tahun 2014 berkas rancangan yang menjadi PUU jumlahnya 2 (dua) kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan berkas jadi PUU tersebut, mengingat Presiden dalam rangka stabilitas pemerintahan serta keamanan dan kesejahteraan masyarakat perlu didukung dengan penetapan kebijakan pemerintah berupa Perpres, Keppres, dan Inpres. Perbandingan Perpres, Keppres, dan Inpres yang ditetapkan Presiden selama 5 (lima) tahun terakhir, adalah sebagai berikut: 102

92 Tabel 3.16 Perbandingan Perpres, Keppres, dan Inpres yang Ditetapkan Presiden Tahun Tahun Perpres Keppres Inpres Jumlah Jumlah Beberapa contoh substansi Perpres, Keppres, dan Inpres yang ditetapkan Presiden pada tahun 2014, antara lain: Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 1. Peraturan Presiden (Perpres) Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintahan Republik Indonesia Dan Pemerintah Republik Nikaragua Mengenai Pembebasan Visa Bagi Pemegang Paspor Diplomatik Atau Paspor Dinas (Agreement Between The Government Of The Republic Of Indonesia And The Government Of The Republic Of Nicaragua On Visa Exemption For Holders Of Diplomatic Or Official / Service Passports). Perpres ini ditetapkan karena pada tanggal 18 Juni 2013 di Jakarta, Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Perjanjian antara Republik Indonesia dan Republik Nikaragua tentang Pembebasan Visa Tinggal Jangka Pendek untuk Pemegang Paspor Diplomatik atau Paspor Dinas (Agreement Between The Government Of The Republic Of Indonesia And The Government Of The Republic Of Nicaragua On Visa Exemption For Holders Of Diplomatic Or Official / Service Passports), sebagai hasil perundingan antara Delegasidelegasi Republik Indonesia dan Republik Portugal. 103

93 Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Perpres ini ditetapkan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (6), Pasal 29, Pasal 31, Pasal 47 ayat (4), Pasal 53, Pasal 54 ayat (3), Perpres Nomor 87 Tahun 2014 merupakan bentuk komitmen Sekretariat Kabinet dalam meningkatkan kualitas penyelesaian peraturan perundang-undangan Pasal 55 ayat (3), Pasal 59, Pasal 63, Pasal 64 ayat (3), Pasal 85, Pasal 86, Pasal 88, Pasal 91, dan Pasal 92 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, perlu menetapkan Perpres tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 118 Tahun 2014 Tentang Sekretariat, Sistem Dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Tata Kerja, Serta Tanggung Jawab Dan Pengelolaan Keuangan Komisi Aparatur Sipil Negara. Perpres ini ditetapkan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Sekretariat, Sistem dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Tata Kerja, serta Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Komisi Aparatur Sipil Negara. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja Perpres ini menjadi tonggak/acuan bagi Pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk melakukan sejumlah perubahan terhadap organisasi dan tata kerja sejumlah kementerian, contohnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 104

94 Perpres ini juga menegaskan, bahwa penataan organisasi kementerian dan lembaga pada tingkat eselon I ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Penataan sebagaimana dimaksud, diusulkan oleh masing-masing menteri dan Sekretaris Kabinet kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk selanjutnya disampaikan kepada Presiden 2. Keputusan Presiden (Keppres) Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Penetapan Keanggotaan Indonesia pada Open Government Partnership Sebagai upaya mewujudkan transparansi, partisipasi publik, dan akuntabilitas dalam pelaksanaan sistem pemerintah sebagai konsekuensi dari suatu negara demokrasi, Indonesia secara resmi menjadi anggota pada Open Government Partnership, yaitu suatu kemitraan untuk mendukung kemajuan dan keterbukaan pemerintah. Penetapan keanggotaan Indonesia tersebut dikukuhkan dalam Keppres ini. Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pembentukan Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Keppres ini ditetapkan dalam rangka membentuk Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. Keppres Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kejaksaan Negeri Martapura dan Kejaksaan Negeri Selat Panjang. Keppres ini ditetapkan dalam rangka membentuk Kejaksaan Negeri dalam rangka meningkatkan pelayanan dalam penyelenggaraan kekuasaan Negara di bidang penuntutan guna mewujudkan kepastian, ketertiban, keadilan, dan kebenaran berdasarkan hukum. di Kabupaten Martapura dan Kabupaten Selat Panjang Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 2014 tentang Penetapan Keanggotaan Indonesia Pada The International Committee Of Military Medicine. Keppres tersebut ditetapkan dalam rangka peran serta negara Indonesia sebagai anggota The International Committee Of Military 105

95 Medicine. The International Committee Of Military Medicine merupakan organisasi internasional yang bertujuan meningkatkan dan menguatkan hubungan antar personil kesehatan militer negaranegara anggota untuk mempersiapkan standar operasional prosedur bersama yang penting dalam pelaksanaan tugas bersama, memfasilitasi pelatihan dan pendidikan di bidang kesehatan. 3. Instruksi Presiden (Inpres) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Tahun 2014 Inpres ini ditetapkan dalam rangka menjamin terciptanya kondisi sosial, hukum, dan keamanan dalam negeri yang kondusif dalam mendukung kelancaran pembangunan nasional untuk kelanjutan pelaksanaan langkah-langkah penangan konflik sosial melalui keterpaduan, baik antar aparat pusat, antar aparat daerah dan antar aparat pusat dan daerah. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014 Inpres ini ditetapkan sebagai upaya pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan sebagaimana korupsi diamanatkan dalam Perpres Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun dan Jangka Menengah Tahun (Stranas PPK), dan sebagai wujud implementasinya dilakukan penyusunan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) setiap tahun. Inpres Nomor 2 Tahun 2014 merupakan upaya yang berkelanjutan dari Pemerintah dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN 106

96 Bidang Perekonomian 1. Peraturan Presiden (Perpres) Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Peraturan Presiden tersebut merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 20 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, dan sebagai pengganti dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Perpres tersebut secara substansi memuat rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, data, pengumpulan pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Substansi pengaturan dalam Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2014 adalah mengidentifikasi kembali proyek-proyek MP3EI yang visible dengan program percepatan pembangunan pemerintah sebagaimana tertuang dalam RPJMN dan Rencana Kerja Pemerintah Tahun Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pengadaan dan Standar Rumah Mantan Presiden RI dan/atau Mantan Wakil Presiden RI. Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang SAKIP menjembatani proses pertanggungjawaban kinerja dengan anggaran yang selama ini terdikotomi dalam dua mainstream yang berbeda 107

97 Substansi dalam Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2014 tersebut merupakan pelaksanaan dari Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978 tentang Hak Keuangan/Administratif Presiden dan Wakil Presiden serta Bekas Presiden dan Wakil Presiden, dimana mantan Presiden dan/atau mantan Wakil Presiden yang berhenti dengan hormat dari jabatannya diberikan sebuah rumah kediaman yang layak. Namun standar kelayakan atas rumah tersebut belum secara tegas tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 81 Tahun 2004 tentang Pengadaan Rumah Bagi Mantan Presiden Dan/Atau Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2007, sehingga diperlukan pengaturan dalam rangka menjamin kesetaraan pemberian penghargaan pemerintah kepada Mantan Presiden dan Mantan Wakil Presiden RI. 2. Keputusan Presiden (Keppres) Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 2014 tentang Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) Keputusan Presiden tersebut merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero), sebagai pengganti Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2006 tentang Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero). Perubahan tersebut dilakukan dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan penyesuaian jabatan keanggotaan Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero), yang mengalami perubahan nomenklatur sebagai bagian dari kebijakan pemerintah. 108

98 3. Instruksi Presiden (Inpres) Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2014 tentang Langkah-langkah Penghematan Dan Pengendalian Belanja Kementerian Negara/ Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2014 tersebut dimaksudkan sebagai langkah kebijakan Pemerintah dalam APBN Tahun Anggaran 2014 untuk mengurangi dampak risiko fiskal terhadap pelaksanaan APBN. Inpres Nomor 4 Tahun 2014 diharapkan menjadi langkah yang SMART untuk mengurangi dampak risiko fiskal terhadap pelaksanaan APBN Langkah-langkah kebijakan pengendalian tersebut, meliputi: 1) penghematan dan pengendalian belanja Kementerian Negara/ Lembaga; 2) masing-masing K/L melakukan pemblokiran mandiri terhadap Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga, dan menyampaikannya kepada Kementerian Keuangan, untuk selanjutnya dilakukan pemblokiran dalam rangka pemotongan anggaran. Bidang Kesejahteraan Rakyat 1. Peraturan Presiden (Perpres) Perpres Nomor 44 Tahun 2014 tentang Pemberian Penghargaan Olahraga. Peraturan Presiden ini ditetapkan guna melaksanakan ketentuan Pasal 86 ayat (4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, yang mengamanahkan perlunya penetapan Peraturan Presiden tentang Pemberian Penghargaan Olahraga. 109

99 Peraturan Presiden Nomor 153 Tahun 2014 tentang Grand Design Pembangunan Kependudukan Perpres ini ditetapkan untuk mengatur arah kebijakan pembangunan kependudukan beserta administrasinya. Perpres Nomor 186 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan Sosial Terhadap Komunitas Adat Terpencil. P erpres ini diharapkan dapat menjadi tools untuk dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat komunitas adat terpencil. Perpres ini ditetapkan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (3) PP Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial, yang pada intinya mengatur mekanisme Pemberdayaan Sosial Terhadap Komunitas Adat Terpencil. 2. Keputusan Presiden (Keppres) Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Hibah Pemerintah dalam rangka pembelian dan renovasi Masjid/Indonesia Muslim Association In America (IMAAM) Center di Maryland, Amerika Serikat. Keppres ini ditetapkan sebagai dasar hukum pemberian hibah dalam rangka pembelian dan renovasi Masjid/Indonesia Muslim Association In America (IMAAM) Center di Maryland, Amerika Serikat. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2014 tentang Pembentukan Panitia Seleksi Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional. Keppres ini ditetapkan untuk menetapkan Panitia guna menyeleksi anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengukuhan Badan Perfilman Indonesia Keppres ini ditetapkan dalam rangka mengukuhkan Badan Perfilman yang dibentuk dalam Musyawarah Besar Perfilman pada 110

100 tanggal Januari 2014 di Jakarta sebagai pelaksanaan amanat Pasal 68 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman untuk membentuk Badan Perfilman Nasional. 3. Instruksi Presiden (Inpres) Instruksi Presiden 5 Tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual Terhadap Anak. Inpres Nomor 5 Tahun 2014 ini merupakan komitmen nyata Pemerintah dalam mencegah meluasnya kejahatan seksual terhadap anak di Indonesia Inpres ini ditetapkan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan kejahatan seksual terhadap anak melalui Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual Terhadap Anak (GN-AKSA) dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat dan dunia usaha. Instruksi Presiden 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar dan Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif. Inpres ini ditetapkan dalam rangka Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar dan Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif. Selain beberapa contoh substansi Perpres, Keppres, dan Inpres yang ditetapkan Presiden pada tahun 2014 sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, terdapat beberapa contoh Perpres, Keppres, dan Inpres lainnya yang dapat menggambarkan peran/keberhasilan Sekretariat Kabinet terkait pencapaian sasaran kedua tentang penyelesaian rancangan Perpres, Keppres dan Inpres selama kurun waktu sebagai berikut: 111

101 Peraturan Presiden 1) Perpres Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Perpres ini memuat rancangan induk yang berisi arah kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi nasional untuk kurun waktu , yang selanjutnya akan dioperasionalisasikan dalam rencana rinci reformasi birokrasi dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran per tahun yang jelas. 2) Perpres Nomor 23 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia Tahun Perpres ini merupakan tindak lanjut/antisipasi berakhirnya Rencana Aksi Nasional HAM Indonesia Tahun dan merupakan upaya pemerintah untuk menghormati, memajukan, memenuhi, melindungi dan menegakkan HAM di Indonesia dengan mempertimbangkan nilai agama, moral, adat istiadat, budaya, keamanan, serta ketertiban bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD ) Perpres Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun dan Jangka Menengah Tahun ) Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Pada prinsipnya, Perpres tersebut merupakan pelaksanaan dari Pasal 53 ayat (3) dan Pasal 59 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum. Kehadiran Perpres ini sangat diperlukan mengingat implementasi pengadaan tanah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tersebut dinilai banyak pihak dapat terlaksana setelah adanya Perpres ini. 5) Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013 Perpres ini intinya mengatur penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional dan ditetapkan guna melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (2), 112

102 Pasal 21 ayat (4), Pasal 22 ayat (3), Pasal 23 ayat (5), Pasal 26, Pasal 27 ayat (5), dan Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, dan ketentuan Pasal 15 ayat (3) dan Pasal 19 ayat (5) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 6) Perpres Nomor 66 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga Atas Perpres Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Perpres Nomor 66 Tahun 2013 tersebut diperlukan dalam rangka pelaksanaan Rencana Aksi Paket Kebijakan Stabilisasi dan Pertumbuhan Ekonomi, khususnya yang menyangkut debottlenecking penyelesaian masalah proyek-proyek investasi strategis. Perpres tersebut intinya menyempurnakan mekanisme perpanjangan batas waktu bagi Badan Usaha untuk memperoleh pembiayaan atas proyek kerjasama dalam hal kegagalan memperoleh pembiayaan bukan disebabkan oleh kelalaian Badan Usaha, yang sebelumnya menimbulkan pemahaman bahwa perpanjangan selama 12 bulan hanya dapat diberikan satu kali, sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (1b) Perpres Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah dengan Perpres Nomor 56 Tahun Penyempurnaan tersebut diperlukan untuk memperjelas kepada para pihak dalam perjanjian kerjasama pembangunan infrastruktur, bahwa perpanjangan tersebut dapat dilakukan lebih dari satu kali. Perubahan dalam Perpres tersebut tersebut akan bermanfaat bagi perpanjangan batas waktu perolehan pembiayaan (financial close) dalam proyek pembangunan PLTU Batang, yang akan berakhir pada tanggal 6 Oktober ) Perpres Nomor 76 Tahun 2014 Portal Indonesian National Single Windows. 8) Perpres Nomor 75 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Prioritas. 113

103 Keputusan Presiden 1) Keppres Nomor 19 Tahun 2010 tentang Satuan Tugas Persiapan Pembentukan Kelembagaan REDD+. Muatan/isi Keppres tersebut antara lain: a. Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Norwegia telah menandatangani Letter of Intent (Surat Niat) on Cooperation on Reducing Greenhouse Gas Emissions from Deforestation and Forest Degradation/REDD+. b. Implementasi Surat Niat tersebut memerlukan keterpaduan dan keserasian penanganan dalam satu wadah koordinasi berbentuk Satuan Tugas Persiapan Pembentukan Kelembagaan REDD+ (Satgas REDD+), yang ditetapkan dengan Keppres. c. Satgas REDD+ berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden serta beranggotakan pejabat Eselon I Kementerian/ Lembaga Non Kementerian terkait. d. Satgas REDD+ bertugas melaksanakan kegiatan persiapan untuk implementasi Surat Niat dengan Pemerintah Norwegia, antara lain memastikan penyusunan strategi nasional REDD+ dan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Gas Rumah Kaca (RAN-GRK), mempersiapkan pendirian lembaga REDD+, serta menyusun kriteria pemilihan provinsi percontohan dan memastikan persiapan provinsi terpilih. 2) Keppres Nomor 23 Tahun 2011 tentang Penetapan Keanggotaan Indonesia pada Asia Pasific Group on Money Laundering. Penerbitan Keppres ini untuk meningkatkan peran serta Indonesia dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di forum internasional. 3) Keppres Nomor 9 Tahun 2012 tentang Penetapan Keanggotaan Indonesia pada Consumers International Keppres ini ditetapkan untuk menetapkan keanggotaan Indonesia pada Consumers International dalam rangka meningkatkan perlindungan konsumen dan kerja sama dengan organisasi konsumen internasional, Indonesia perlu menjadi anggota pada Consumers International (Konsumen Internasional). 114

104 4) Keppres Nomor 1 Tahun 2013 tentang Penetapan Keanggotaan Indonesia pada International Institute For Applied Systems Analysis. Keppres ini ditetapkan untuk menetapkan Keanggotaan Indonesia pada International Institute For Applied Systems Analysis dalam rangka penguatan sistem invasi nasional dan penguatan sinergi antara bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan bidang pembangunan melalui penelitian dan peningkatan kapasitas peneliti. 5) Keppres Nomor 22 Tahun 2014 tentang Penetapan Gambar Pahlawan Nasional Dr (HC). Ir. Soekarno dan Dr (HC). Drs. Mohammad Hatta dalam Kertas Rupiah NKRI. 6) Keppres Nomor 37 Tahun 2014 tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Association Of Southeast Asian Nations. Instruksi Presiden 1) Inpres Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Inpres tersebut berisi instruksi kepada para Menteri/Pimpinan Lembaga Non Kementerian, para Gubernur dan Bupati/Walikota untuk mengambil langkah-langkah sesuai kewenangannya, guna lebih memfokuskan pelaksanaan pembangunan yang berkeadilan dan berkesinambungan serta penajaman Prioritas Pembangunan Nasional, melalui pelaksanaan program pro rakyat, keadilan untuk semua (justice for all) dan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals - MDG s). 2) Inpres Nomor 1 Tahun 2011 tentang Percepatan Penyelesaian Kasus- Kasus Hukum dan Penyimpangan Pajak. Sehubungan dengan terjadinya beberapa kasus hukum dan penyimpangan pajak, Presiden telah mengeluarkan Inpres tentang Percepatan Penyelesaian Kasus-Kasus Hukum dan Penyimpangan Pajak kepada beberapa Menteri dan Pimpinan Lembaga, termasuk Kementerian Keuangan untuk melakukan langkah-langkah antara lain: 115

105 a) Penyelesaian kasus penyimpangan pajak termasuk dan tidak terbatas pada kasus Gayus HP Tambunan; b) Bekerja sama dengan PPATK, Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, dan KPK dalam mengungkap kasus-kasus pajak; c) Melaksanakan proses penegakan hukum terhadap pihak-pihak terkait; d) Memberikan tindakan administrasi dan disiplin kepada seluruh pejabat yang nyata-nyata melakukan penyimpangan; e) Melakukan evaluasi, perbaikan sistem kerja, dan semua aturan terkait. 3) Inpres Nomor 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan, dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi. Inpres ini ditetapkan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi dan meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran negara dan menghindari duplikasi alokasi anggaran dalam pengadaan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi, dengan ini menginstruksikan kepada Para Menteri, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Para Kepala Lembaga Pemerintah Non-Kementerian, Gubernur, dan Bupati/Walikota menggunakan citra tegak satelit penginderaan jauh resolusi tinggi yang disediakan oleh Badan Informasi Geospasial berdasarkan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi dengan ukuran piksel lebih kecil dan/atau sama dengan 4 (empat) meter yang disediakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dan menyampaikan rencana kebutuhan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk pelaksanaan program dan kegiatan tahun anggaran berikutnya kepada Badan Informasi Geospasial melalui Rapat Koordinasi Penyediaan Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. 4) Inpres Nomor 9 Tahun 2013 tentang Kebijakan Penetapan Upah Minimum Dalam Rangka Keberlangsungan Usaha dan Peningkatan Kesejahteraan Pekerja. 116

106 Inpres Nomor 9 Tahun 2013 diterbitkan dalam upaya untuk menyelaraskan kebijakan upah minimum dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi nasional serta untuk mewujudkan keberlangsungan usaha dan peningkatan kesejahteraan pekerja. 5) Inpres Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Inpres Nomor 8 Tahun 2013 tersebut dimaksudkan untuk mempercepat proses penyelesaian Perda RTRW secara terintegrasi dan terkoordinasi, yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan sektoral dan kewilayahan serta pembangunan ekonomi nasional termasuk MP3EI, sehingga dipandang perlu untuk melakukan peningkatan dan percepatan serta pemberian fasilitasi terhadap proses penetapan Perda RTRW. 6) Inpres Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun ) Inpres Nomor 6 Tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional Dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi Association Of Southeast Asian Nations. Keberhasilan Sekretariat Kabinet dalam meningkatkan kualitas penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Implementasi good governance dan percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi yang mendorong akselerasi pelaksanaan pembangunan nasional melalui kebijakan pemerintah termasuk penetapan beberapa Perpres, Keppres, dan Inpres yang mempunyai dampak luas dan signifikan di masyarakat. 2. Komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas penetapan kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk Perpres, Keppres, dan Inpres. 3. Komitmen Sekretariat Kabinet dalam meningkatkan kualitas penyiapan penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres. 117

107 Meskipun capaian kinerja telah melampaui target yang ditetapkan, namun dalam pengukuran tingkat capaian masih ditemui beberapa kendala, yaitu: 1. Masih terdapat sejumlah RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang belum mendapatkan harmonisasi, kesepakatan, atau hasil koordinasi dari instansi terkait, sehingga seringkali penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres tersebut membutuhkan waktu yang lama guna pembahasan/dikoordinasikan kembali baik di Sekretariat Kabinet maupun Kementerian terkait. 2. Pelaksanaan Standar Pelayanan Sekretariat Kabinet, khususnya, terkait penyiapan penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang belum optimal. Upaya untuk mengatasi kendala tersebut, antara lain: 1. Peningkatan pembahasan secara intensif dalam rangka mendapatkan harmonisasi, kesepakatan, atau hasil koordinasi dari instansi terkait dalam penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres baik di Sekretariat Kabinet maupun Kementerian terkait. 2. Perlunya peningkatan pelaksanaan Standar Pelayanan Sekretariat Kabinet, antara lain, terkait penyiapan penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres. Demikian pula, secara paralel dilakukan peningkatan kuantitas dan kualitas SDM melalui penambahan pegawai dan program capacity building. 3. Pengembangan mail tracking system (tata persuratan elektronik) terintegrasi dan berkelanjutan terkait RPerpres, RKeppres, dan RInpres pada unit kerja terkait di lingkungan Sekretariat Kabinet. 118

108 Sasaran 3 Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pengelolaan Persidangan Kabinet Pengelolaan persidangan kabinet merupakan salah satu bentuk dari pelaksanaan manajemen kabinet yang menjadi tugas dan fungsi Sekretariat Kabinet sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2010 tentang Sekretariat Kabinet. Pengelolaan persidangan kabinet merupakan kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan sampai dengan pendokumentasian hasil-hasil penyelenggaraan sidang kabinet maupun rapat atau pertemuan. Hasil-hasil sidang kabinet maupun rapat atau pertemuan selanjutnya didokumentasikan terdiri dari rekaman audio, transkripsi, risalah, arahan dan petunjuk Presiden serta laporan persiapan dan pelaksanaan sidang kabinet maupun rapat atau pertemuan. Pelaksanaan fungsi terkait pengelolaan persidangan kabinet ini turut memberikan andil dalam pembuatan kebijakan yang berskala nasional maupun mengubah kebijakan yang akan mempunyai dampak luas kepada masyarakat. Sebelum kebijakan tersebut diputuskan, prosedurnya adalah Menteri atau Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang bersangkutan terlebih dahulu meminta kepada Presiden untuk membahas dalam Sidang Kabinet Paripurna atau Sidang Kabinet Terbatas mengenai masalah dimaksud. Hal tersebut diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2004 tentang Pengambilan Kebijakan di Tingkat Kementerian Negara dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Terkait pengelolaan persidangan kabinet, sidang yang dipersiapkan oleh Sekretariat Kabinet adalah sidang, rapat atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden guna membahas program kerja pemerintah atau masalah-masalah yang sedang berkembang di masyarakat. Jenis-jenis penyelenggaraan sidang kabinet dapat digolongkan sebagai berikut: 119

109 1. Sidang Kabinet yaitu sidang yang dipimpin oleh Presiden yang dihadiri oleh para Menteri dan pejabat negara lainnya yang ditentukan untuk membahas masalah-masalah penting yang dihadapi oleh negara serta penyelenggaraan negara pada umumnya. Sidang Kabinet diadakan secara berkala (periodik) dan dalam waktu-waktu tertentu yang ditentukan oleh Presiden. Presiden mengambil keputusan atau kesimpulan mengenai masalah-masalah yang dibahas dalam Sidang Kabinet setelah dimusyawarahkan dan mendengarkan sidang. Sidang Kabinet terdiri dari: a. Sidang Kabinet Paripurna, yang diadakan secara berkala sekali dalam sebulan. Namun dalam hal dianggap perlu, Presiden dapat mengadakan Sidang Kabinet Paripurna selain dari ketentuan tersebut. Sidang Kabinet Paripurna membahas masalah-masalah umum dan khusus atau penting yang dihadapi oleh negara. b. Sidang Kabinet Terbatas, yang diadakan sekali dalam seminggu atau berdasarkan keinginan Presiden untuk membahas masalah sehari-hari yang dianggap perlu meliputi bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Perekonomian, Kesejahteraan Rakyat, dan masalah khusus lainnya. 2. Rapat yang terdiri dari: a. Rapat Terbatas dilaksanakan sewaktu-waktu dan hanya diiikuti oleh beberapa Menteri/pejabat yang sangat terkait dengan topik bahasan yang akan dibahas (terbatas). Rapat terbatas juga mencakup rapat-rapat yang dipimpin oleh Wakil Presiden guna membahas masalah-masalah tertentu. b. Rapat Kerja Pemerintah (RKP) yaitu rapat yang membahas kebijakan nasional dan arahan Presiden selaku Kepala Pemerintahan. RKP dihadiri oleh seluruh Menteri, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ketua dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Kepala LPNK, para Gubernur, para Bupati/Walikota, pejabat Eselon I terkait, Staf Khusus Presiden, Pejabat Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota), Pelaku Usaha (situasional) dan pihak-pihak lain yang dianggap perlu. 120

110 3. Pertemuan yaitu pertemuan-pertemuan yang meliputi: paparan para Menteri dan pejabat lainnya, rapat koordinasi, rapat konsultasi, Presidential Lecture, Retreat, kunjungan kerja Presiden baik ke daerah maupun ke luar negeri, arahan Presiden, dan pertemuan lainnya yang dipimpin dan/atau dihadiri oleh Presiden. Terwujudnya peningkatan kualitas pengelolaan persidangan kabinet dapat dilihat dari keberhasilan Sekretariat Kabinet dalam menyelesaikan seluruh kegiatan yang terkait dengan pengelolaan sidang kabinet secara efektif dan efisien terutama di dalam memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada seluruh peserta sidang kabinet baik dari sisi pelayanan maupun hasil sidang kabinet berupa risalah sidang kabinet. Aspek utama yang menjadi landasan untuk mengukur indikator kinerja utama dari sasaran ketiga ini adalah sejauh mana tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap pelayanan penyelenggaraan sidang kabinet dan sejauh mana risalah sidang kabinet dimanfaatkan oleh Kementerian/lembaga dalam mengimplementasikan kebijakannya. Uraian mengenai pencapaian sasaran ketiga adalah sebagai berikut: Tabel 3.17 Capaian Indikator Kinerja Utama dari Sasaran Ketiga Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian Kategori Capaian Kinerja 1. Tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap penyelenggaraan sidang kabinet 2. Tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap risalah sidang kabinet A (100%) A (93,31%) 93,31 Sangat baik B (85%) 93,90% (A) 110,47 Memuaskan 121

111 Capaian IKU sasaran ketiga untuk indikator pertama maupun kedua dihitung menggunakan rumus 1. Berdasarkan kategori pencapaian kinerja, dapat dinyatakan bahwa pencapaian IKU untuk sasaran ini masing-masing dikategorikan sangat baik untuk IKU pertama dan memuaskan untuk IKU kedua. Apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2013, terdapat sedikit penurunan capaian sebesar 1,23% sedangkan untuk IKU kedua tidak dapat diperbandingkan dengan tahun sebelumnya karena IKU tersebut merupakan IKU baru. Penurunan capaian ini bukan berarti terjadi penurunan kinerja karena pada tahun 2014 terjadi pergantian pemerintahan yang berdampak pada perubahan susunan kabinet yang selanjutnya juga mempengaruhi pemilihan peserta sidang kabinet yang disurvei. Dalam hal ini, pada survei pertama yang dilaksanakan dalam semester I 2014, peserta sidang yang disurvei adalah para Menteri/Pimpinan Lembaga Kabinet Indonesia Bersatu II sedangkan pada semester II peserta sidang kabinet yang disurvei adalah para Menteri/Pimpinan Lembaga Kabinet Kerja. Perbedaan peserta sidang yang disurvei ini selanjutnya juga mempengaruhi perbedaan preferensi dalam merespon atau memberikan jawaban terhadap item-item kuesioner yang ditanyakan. Hal ini dimungkinkan karena responden survei pada survei kedua belum mengetahui secara menyeluruh tentang penyelenggaraan sidang kabinet. Meskipun demikian, ke depan Sekretariat Kabinet akan terus berupaya melakukan langkah-langkah strategis guna meningkatkan kualitas pengelolaan persidangan kabinet yang dibarengi dengan sosialisasi secara intensif mekanisme pengelolaan persidangan kabinet kepada peserta sidang kabinet guna meningkatkan awareness dan tingkat kepuasan peserta terhadap penyelenggaraan sidang kabinet. Uraian lebih lanjut tentang analisis capaian IKU sasaran ketiga adalah sebagai berikut: 122

112 IKU 1 Tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap penyelenggaraan sidang kabinet 1. Formulasi IKU Guna mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, IKU Tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap penyelenggaraan sidang kabinet diformulasikan dengan menggunakan perhitungan berikut: (nilai kepuasan pada pertanyaan 1 + nilai kepuasan pada pertanyaan ) X 100% n n = jumlah pertanyaan Tingkat kepuasan dihitung dari akumulasi semua jawaban dari responden dengan jawaban puas/mengiyakan terhadap pertanyaan yang disampaikan dalam survei terkait penyelenggaraan sidang kabinet. 2. Pencapaian IKU Dalam rangka mengukur kualitas pencapaian sasaran ketiga, digunakan ukuran yang lebih komprehensif yaitu Tingkat kepuasan peserta sidang terhadap penyelenggaraan sidang kabinet. Indikator ini diukur dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan atau survei kepada peserta sidang. Pada dasarnya unsur pelayanan persidangan merupakan hal penting bagi peserta sidang karena pelayanan yang kurang baik dapat mempengaruhi kualitas pengelolaan persidangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penataan dan pengelolaan secara optimal proses penyelenggaraan sidang kabinet mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyebarluasan hasilhasil sidang kabinet. Dengan mengukur kepuasan ini akan dapat diketahui 123

113 berbagai kekurangan dan kelemahannya sehingga hasilnya dapat menjadi acuan bagi penyelenggaraan sidang kabinet yang lebih baik. Pelaksanaan survei tingkat kepuasan peserta sidang kabinet tahun 2014 sama dengan pelaksanaan tahun 2013 yaitu dilaksanakan dua kali dalam setahun. Penyelenggaraan survei pertama dilaksanakan tanggal 11 Juli Survei tingkat kepuasan peserta sidang kabinet tahun 2013 berbeda dengan tahun 2014 terkait responden survei dan item pertanyaan yang disurveikan 2014 dan survei kedua dilaksanakan pada tanggal 24 Desember Cara yang dipergunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap penyelenggaraan sidang kabinet adalah dengan menyampaikan beberapa item pertanyaan dalam bentuk kuesioner survei kepada peserta sidang. Walaupun IKU ini sama dengan tahun sebelumnya namun terdapat perbedaan dengan survei tahun sebelumnya yaitu: 1. Peserta sidang kabinet yang disurvei pada survei pertama dan kedua tahun 2013 adalah para Menteri/Pimpinan Lembaga pada Kabinet Indonesia Bersatu II sedangkan pada tahun 2014 terdapat perbedaan responden dimana pada survei pertama peserta sidang yang disurvei adalah para Menteri/Pimpinan Lembaga pada Kabinet Indonesia Bersatu II sedangkan pada survei kedua adalah para Menteri/Pimpinan Lembaga pada Kabinet Kerja. Perbedaan responden survei ini tentu saja akan mempengaruhi hasil survei namun hal tersebut menunjukkan besarnya komitmen Sekretariat Kabinet untuk benar-benar memperoleh feed back yang obyektif dan komprehensif langsung dari peserta sidang yang benar-benar mengikuti jalannya sidang kabinet tersebut. 2. Penggunaan instrument berupa pertanyaan yang digunakan dalam survei berbeda dari tahun sebelumnya. Pada survei tahun 2012 digunakan 5 item pertanyaan sedangkan pada tahun 2013 digunakan 4 item pertanyaan dengan komposisi yang lebih ringkas namun muatan 124

114 lebih komprehensif dibandingkan tahun Pada survei tahun 2013, item pertanyaan yang disurveikan menyangkut pelayanan keprotolan, penyediaan jamuan dalam sidang kabinet, format dan sistematika risalah sidang, penyajian materi sidang kabinet, dan penyebarluasan hasil sidang kabinet melalui website sedangkan pada survei tahun 2014 item yang disurveikan adalah muatan informasi penyelenggaraan sidang kabinet, penyajian jamuan sidang kabinet, penyajian materi sidang kabinet sesuai agenda sidang, dan penyebarluasan informasi hasil sidang kabinet. Pada tahun 2014 terdapat pengembangan dimana item survei terkait risalah sidang yang sebelumnya menjadi bagian survei tahun 2013 dipisahkan dan dijadikan survei tersendiri pada tahun Berikut adalah gambaran pelaksanaan survei yang dilakukan terhadap penyelenggaraan sidang kabinet: Gambar 3.5 Pelaksanaan Survei Kepuasan Terhadap Penyelenggaraan Sidang Kabinet Tahun 2014 Pengukuran terhadap tingkat kepuasan ini dimaksudkan untuk mencari dan mengetahui persentase jawaban yang merasa puas atas seluruh pertanyaan yang disampaikan. Persentase jawaban ini selanjutnya dibandingkan dengan rentang nilai kepuasan sehingga diperoleh kategori 125

115 kepuasan dan nilai kepuasan. Adapun rentang nilai kepuasan yang dipergunakan untuk mengukur kategori dan nilai kepuasan mengacu pada Rentang Nilai Kepuasan yang tercantum dalam Renstra Sekretariat Kabinet Tahun (Revisi Kedua). Tabel 3.18 Rentang Nilai Kepuasan terhadap Penyelenggaraan Sidang Kabinet No. Rentang Nilai Kepuasan Nilai 1 >85% A 2 70% - 85% B 3 55% - <70% C 4 <55% D No Guna mengetahui hasil pelaksanaan survei tahun 2014 tentang tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap penyelenggaraan sidang kabinet dapat dilihat pada tabel rekapitulasi hasil survei pertama dan survei kedua. Tabel 3.19 Rekapitulasi Hasil Jawaban Survei Tingkat Kepuasan Peserta Sidang terhadap Penyelenggaraan Sidang Kabinet Tahun 2014 Pertanyaan 1 Informasi penyelenggaraan sidang kabinet mudah dipahami 2 Jamuan yang disajikan dalam penyelenggaraan sidang kabinet beragam 3 Materi paparan yang disajikan dalam sidang kabinet diterima sesuai dengan agenda sidang 4 Penyebarluasan informasi hasil sidang kabinet melalui website setkab.go.id disajikan dengan cepat dan tepat Jumlah Rata-Rata Survei I Survei II Rata-rata Ya (%) Tidak (%) Ya (%) Tidak (%) Ya (%) Tidak (%) 50 (100%) 47 (94%) 44 (91,67%) 43 (89,58%) 184 (93,88%) 0 (0%) 3 (94%) 4 (8,33%) 5 (10,42%) 12 (6,12%) 34 (100%) 32 (94,12%) 28 (82,35%) 29 (96,67%) 123 (92,48%) Catatan: Jumlah responden survei I sebanyak 50 (lima puluh) orang Jumlah responden survei II sebanyak 35 (tiga puluh lima) orang 0 (0%) 2 (5,88%) 6 (17,65%) 1 (3,33%) 10 (7,52%) 84 (100%) 79 (94,06%) 72 (85,72%) 72 (92,30%) 307 (93,31%) 0 (0%) 5 (5,94%) 12 (14,28%) 6 (7,70%) 22 (6,69%) 126

116 Survei pertama dilaksanakan terhadap 50 (lima puluh) responden Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang menjadi peserta sidang kabinet. Jumlah jawaban yang menyatakan puas atas pertanyaan yang diajukan sebanyak 184 jawaban atau sebesar 93,88% dan yang menyatakan tidak puas sebanyak 12 jawaban atau sebesar 6,12%. Survei kedua dilaksanakan terhadap 35 (tiga puluh lima) responden Menteri dan Pimpinan LPNK yang menjadi peserta sidang kabinet. Jumlah jawaban yang menyatakan puas atas pertanyaan yang diajukan sebanyak 123 jawaban atau sebesar 92,48% dan yang menyatakan tidak puas sebanyak 10 jawaban atau sebesar 7,52%. Jika hasil survei pertama dan kedua tersebut digabungkan, maka akan diperoleh jumlah total jawaban yang menyatakan puas sebanyak 307 jawaban atau sebesar 93,31%, sedangkan jawaban yang menyatakan tidak puas sebanyak 22 jawaban atau sebesar 6,69%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan sidang kabinet yang dilaksanakan tahun 2014 telah terlaksana dengan baik, dengan realisasi kepuasan memperoleh Nilai A dengan kategori kategori capaian Sangat Baik. Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis terhadap keseluruhan jawaban atas survei penyelenggaraan sidang kabinet pada tahun 2014, dapat dijelaskan sebagai berikut: Hasil survei tahun 2014 sebesar 93,31% sehingga dapat dinyatakan bahwa penyelenggaraan sidang kabinet tahun 2014 telah terlaksana dengan baik dengan realisasi kepuasan memperoleh Nilai A dan capaian dengan kategori Sangat Baik a. Informasi Penyelenggaraan Sidang Kabinet mudah dipahami Pada survei pertama maupun kedua diperoleh jawaban puas (ya) sebesar 100% sehingga rata-rata persentase tingkat kepuasan untuk item survei tersebut sebesar 100%. Dari hasil jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh peserta sidang kabinet telah memahami dengan mudah tentang informasi yang disampaikan ketika akan diselenggarakan sidang kabinet. Mengingat tingkat kecepatan dan keakuratan informasi sidang yang harus disampaikan kepada para peserta sidang kabinet memiliki 127

117 urgensi yang sangat tinggi, maka diwaktu yang akan datang diperlukan lagi penambahan sumber daya manusia (SDM) serta sarana dan prasarana agar pelaksanaan sidang lebih optimal. b. Jamuan yang disajikan dalam penyelenggaraan sidang kabinet beragam Pada survei pertama diperoleh jawaban puas (ya) sebesar 94% dan pada survei kedua diperoleh jawab puas (ya) sebesar 94,12%, sehingga dari dua survei tersebut diperoleh persentase rata-rata kepuasan sebesar 94,06%. Dari hasil jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta sidang kabinet merasa puas atas jamuan yang disajikan. Hal yang perlu menjadi perhatian di masa yang akan datang dan sesuai dengan saran-saran yang disampaikan oleh peserta sidang kabinet yaitu perlunya jamuan yang bervariasi sehingga tidak membosankan. c. Materi paparan yang disajikan dalam sidang kabinet diterima sesuai dengan agenda sidang Pada survei pertama diperoleh jawaban puas (ya) sebesar 91,67% dan pada survei kedua diperoleh jawaban puas (ya) sebesar 80%, sehingga dari dua survei tersebut diperoleh persentase rata-rata kepuasan sebesar 85,84%. Dari hasil jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta sidang kabinet merasa puas atas materi paparan yang disajikan dan telah sesuai dengan materi sidang. Hal yang menjadi perhatian di masa yang akan datang dan sesuai dengan saran-saran yang disampaikan oleh peserta sidang kabinet yaitu agar informasi materi sidang disampaikan lebih awal dan dibagikan merata kepada seluruh peserta sidang. Selain itu materi yang dipaparkan oleh Menteri terlalu panjang dan sebaiknya singkat saja. Oleh karena itu diperlukan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait menyangkut persiapan baik dari segi kuantitas materi yang harus disampaikan maupun kualitas materi sidang kabinet yang akan dipaparkan. d. Penyebarluasan informasi hasil sidang kabinet melalui website setkab.go.id disajikan dengan cepat Pada survei pertama diperoleh jawaban puas (ya) sebesar 89,58% dan pada survei kedua diperoleh jawaban puas (ya) sebesar 96,67%, sehinga dari dua survei tersebut diperoleh pesentase rata-rata kepuasan sebesar 93,13%. Dari hasil jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian 128

118 besar peserta sidang kabinet merasa puas atas kecepatan penyebarluasan informasi hasil sidang kabinet melalui website. Hal yang menjadi perhatian di masa yang akan datang adalah ada sebagian peserta sidang kabinet yang belum mengetahui penyebarluasan hasil sidang melalui website setkab.go.id., intensif. sehingga diperlukan sosialisasi website setkab.go.id lebih Perkembangan pencapaian sasaran dapat diketahui melalui perbandingan dengan sasaran tahun-tahun sebelumnya. Indikator kinerja ini baru ditetapkan pada tahun 2012 sehingga perbandingan yang dapat dilakukan hanya selama 3 (tiga) tahun. Berikut adalah perbandingan target, realisasi dan capaian IKU pertama sasaran ketiga untuk tahun Gambar 3.6 Perbandingan IKU Pertama Sasaran Ketiga Tahun Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa capaian IKU pertama sasaran ketiga tahun 2014 lebih rendah dibandingkan dengan capaian tahun 2012 dan Namun demikian hal ini tidak berarti bahwa kinerja terkait pengelolaan persidangan kabinet mengalami penurunan karena realisasi dan capaian tingkat kepuasan peserta sidang kabinet tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya pemilihan responden, jenis/item pertanyaan, familier/tidaknya responden dengan aspek-aspek yang disurvei, preferensi personal, dan lain-lain. 129

119 Sebagai contoh yaitu adanya tanggapan atau masukan dari responden atas pertanyaan tentang kepuasan peserta sidang terkait pelayanan materi sidang kabinet. Responden mengharapkan agar materi sidang kabinet disajikan lebih ringkas dan sederhana serta dapat diperoleh sebelum sidang kabinet dimulai. Namun hal tersebut sulit dipenuhi lebih awal mengingat bahan sidang berasal dari Kementerian/Lembaga yang diterima Sekretariat Kabinet sering terlambat, bahkan seringkali diterima pada saat sidang kabinet sedang berlangsung. Padahal, Sekretariat Kabinet telah menginformasikan jauh hari sebelumnya kepada Kementerian/Lembaga untuk mempersiapkan materi sidang kabinet. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan dari penurunan tingkat kepuasan dalam penyelenggaraan sidang kabinet. IKU 2 Tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap risalah sidang kabinet 1. Formulasi IKU Guna mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, IKU Tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap risalah sidang kabinet diformulasikan dengan menggunakan perhitungan berikut: (nilai kepuasan pada pertanyaan 1 + nilai kepuasan pada pertanyaan ) X 100% n n = jumlah pertanyaan Tingkat kepuasan dihitung dari akumulasi semua jawaban dari responden dengan jawaban puas/mengiyakan terhadap pertanyaan yang disampaikan dalam survei terkait risalah sidang kabinet. 130

120 2. Pencapaian IKU No Dalam rangka mengukur kualitas pencapaian sasaran ketiga, dilakukan juga pengukuran tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap risalah sidang kabinet. Indikator ini merupakan indikator kinerja yang baru dimunculkan pada tahun Sidang Kabinet merupakan salah satu agenda kegiatan kenegaraan yang dipimpin oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden guna membicarakan hal-hal penting yang bersifat nasional dan membutuhkan keputusan Presiden. Salah satu hasil sidang kabinet adalah risalah yang didistribusikan kepada para Menteri dan para peserta sidang lainnya. Risalah sidang kabinet memuat ringkasan hal-hal penting yang menjadi pokok pembicaraan dan petunjuk/arahan Presiden dan/atau Wakil Presiden dan sebagai rujukan bagi para Menteri dan peserta sidang lainnya dalam mengambil kebijakan di Kementerian/Lembaga masing-masing. Dengan mengukur persentase tingkat kepuasan akan risalah sidang, dapat diketahui berbagai kekurangan dan kelemahannya sehingga hasilnya dapat menjadi acuan bagi penyusunan risalah diwaktu yang akan datang. Penyelenggaraan survei tentang tingkat kepuasan terhadap risalah sidang kabinet baru pertama kali diselenggarakan pada tahun Hasil rata-rata jawaban puas (ya) atas pertanyaan yang disampaikan kepada responden pada survei pertama dan survei kedua dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.20 Rekapitulasi Hasil Jawaban Survei Tingkat Kepuasan Peserta Sidang terhadap Risalah Sidang Kabinet Tahun 2014 Pertanyaan 1 Isi risalah sidang kabinet mudah dipahami dan membantu upaya perumusan kebijakan pemerintah Survei I Survei II Rata-rata Ya (%) Tidak (%) Ya (%) Tidak (%) Ya (%) Tidak (%) 46 (92%) 4 (8%) 31 (96,88%) 1 (3,12%) Catatan: - Jumlah responden survei I sebanyak 50 orang - Jumlah responden survei II sebanyak 35 orang (3 orang tidak memberikan jawaban) 77 (93,90%) 5 (6,09%) 131

121 Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis terhadap keseluruhan jawaban atas survei terhadap risalah sidang kabinet pada tahun 2014, dapat dijelaskan bahwa Pada survei pertama diperoleh jawaban puas (ya) sebesar 92% dan pada survei kedua diperoleh jawaban puas (ya) sebesar 96,67% sehingga dari dua survei tersebut diperoleh persentase rata-rata kepuasan sebesar 93,90% atau berada dalam rentang nilai A. Mengingat target yang ditetapkan adalah Nilai B dengan persentase 85% maka capaiannya adalah 110,47% dengan kategori capaian Memuaskan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta sidang kabinet merasa puas atas isi risalah sidang kabinet dan isi risalah tersebut dianggap membantu dalam upaya perumusan kebijakan. Hal yang menjadi perhatian di masa yang akan datang dan sesuai dengan saran-saran yang disampaikan oleh peserta sidang kabinet yaitu agar risalah sidang kabinet sebaiknya disampaikan lebih cepat melalui kepada seluruh peserta sidang. Perkembangan pencapaian sasaran dapat diketahui melalui perbandingan dengan sasaran tahun-tahun sebelumnya. Mengingat indikator kedua sasaran ketiga ini merupakan indikator yang baru muncul di tahun 2014 maka tidak dapat dilakukan perbandingan target, realisasi dan capaian dengan tahun-tahun sebelumnya. Keberhasilan pencapaian sasaran ketiga diwujudkan melalui program dan kegiatan sebagai berikut: Program Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan kepada Presiden Selaku Kepala Pemerintahan Kegiatan Penyelenggaraan dan Pendokumentasian Sidang Kabinet, Rapat dan Pertemuan yang Dipimpin oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa manajemen/ pengelolaan persidangan kabinet dimulai dari tahap perencanaan sampai dengan penyampaian hasil-hasil sidang kabinet. Proses pelaksanaan persidangan kabinet itu sendiri dapat dilihat pada gambar berikut: 132

122 Gambar 3.7 Proses Pelaksanaan Sidang Kabinet Laporan Kinerja (LKj) Sekretariat Kabinet 2014 Dokumentasi Hasil Sidang Informasi Sidang Pembuatan Undangan Pendistribusian/ Diseminasi Hasil Sidang Kabinet Pengiriman Undangan Pelaporan Hasil Sidang Kabinet Konfirmasi Kehadiran Penyusunan Hasil Sidang Kabinet Pelaksanaan Sidang Kabinet Penyiapan Pelaksanaan Laporan Persiapan Dalam hal penyelenggaraan Sidang Kabinet sesuai dengan alur di atas, Sekretariat Kabinet melaksanakan proses penyiapan dari awal hingga akhir. Penyelenggaraan Sidang Kabinet dimaksud dapat dilaksanakan sebagaimana biasa yakni di kantor Presiden, Jakarta. Namun dapat juga dilaksanakan di luar kantor seperti Istana Kepresidenan Bogor, Cipanas, dan Bali, maupun di gedung pertemuan, seperti Jakarta International Expo (JI Expo) Kemayoran, Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, dan Kementerian/Lembaga serta LPNK lainnya. Beberapa contoh penyelenggaraan sidang kabinet/ pertemuan/rapat dapat dilihat pada gambar berikut: 133

123 Gambar 3.8 Pelaksanaan Sidang Kabinet Tahun 2014 Sidang Kabinet Rapat Terbatas Pertemuan Public Lecture NO Berikut data penyelenggaraan Sidang Kabinet selama periode 2010 JENIS SIDANG Tabel 3.21 Data Penyelenggaraan Sidang Kabinet Periode Januari 2010 Desember 2014 TAHUN JML 1 Sidang Kabinet Paripurna 2 Sidang Kabinet Terbatas Rapat Terbatas Presidential Lecture Retreat/Rapat Kerja Pemerintah Pertemuan Lain JUMLAH

124 Pelaksanaan manajemen persidangan kabinet diawali dengan menyiapkan bahan-bahan Sidang Kabinet maupun rapat atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri Presiden dan/atau Wakil Presiden. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan bahan-bahan Sidang Kabinet tersebut disusun dalam sebuah naskah dokumen (briefing sheet). Bahan-bahan sidang dari Kementerian/Lembaga dipaparkan melalui tayangan layar monitor dan sekaligus juga didistribusikan kepada seluruh peserta sidang yang hadir. Selanjutnya, dalam penyelenggaraan Sidang Kabinet maupun rapat atau pertemuan, pelaksanaan diawali dengan menyampaikan informasi kepada peserta melalui undangan dan konfirmasi oleh petugas. Kemudian kegiatan berikutnya adalah peliputan/perekaman yang menghasilkan output terdiri dari rekaman audio, transkripsi, risalah, dan arahan dan petunjuk Presiden (APP), sebagai dokumen-dokumen hasil setiap penyelenggaraan Sidang Kabinet maupun rapat atau pertemuan. Pada setiap penyelenggaraan Sidang Kabinet maupun rapat atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden dilakukan perekaman berupa audio, kecuali pada hal-hal tertentu yang bersifat rahasia atau tertutup. Jika penyelenggaraan Sidang Kabinet maupun rapat atau pertemuan tersebut diliput/direkam, maka menghasilkan rekaman audio yang selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan transkripsi. Transkripsi merupakan dokumen yang berisi keseluruhan informasi yang dibahas pada setiap penyelenggaraan Sidang Kabinet maupun rapat atau pertemuan. Transkripsi yang telah selesai dibuat selanjutnya disimpan sebagai dokumen negara yang memiliki sifat kerahasiaan sangat tinggi. Risalah merupakan salah satu hasil dari kegiatan penyelenggaraan Sidang Kabinet maupun rapat atau pertemuan. Risalah memuat ringkasan hal-hal penting yang menjadi pokok pembicaraan dan petunjuk/arahan Presiden dan/atau Wakil Presiden dan sebagai rujukan bagi para Menteri dan peserta sidang lainnya dalam mengambil kebijakan di kementerian/ lembaga masing-masing. 135

125 Bahan dan dokumen yang dihasilkan dari penyelenggaraan sidang kabinet selama tahun dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3.22 Data Bahan dan Hasil Sidang Kabinet Tahun Bahan/Hasil Sidang Kabinet Tahun Materi Briefing Sheet Rekaman Transkripsi Risalah Arahan dan Petunjuk Presiden Keterangan Pers Guna mendukung langkah pemerintah dalam rangka pelaksanaan program reformasi birokrasi, Sekretariat Kabinet juga terus berupaya melakukan perbaikan dalam hal penyelenggaraan sidang kabinet. Upaya perbaikan tersebut antara lain: a. Perbaikan tata cara penyusunan transkripsi Perbaikan tata cara penyusunan transkripsi telah dilakukan melalui perbaikan format transkripsi, pencantuman nama setiap pembicara secara lengkap, dan penggantian ucapan peserta Sidang Kabinet atau rapat atau pertemuan yang tidak baku dengan padanannya dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar serta penataan ulang pembagian tugas kepada staf/pegawai secara merata guna tercapainya target kecepatan dalam penyusunan transkripsi. Langkah perbaikan yang dilakukan Sekretariat Kabinet terkait penyelenggaraan sidang kabinet antara lain perbaikan tata cara penyusunan transkripsi, risalah sidang, dan Arahan dan Petunjuk Presiden (APP) serta penyelenggaraan survei kepuasan peserta sidang terhadap penyelenggaraan sidang kabinet dan risalah sidang kabinet secara periodik. 136

126 b. Perbaikan tata cara penyusunan risalah Perbaikan tata cara penyusunan risalah telah dilakukan melalui penataan ulang mekanisme penyusunan risalah agar tercapai peningkatan kecepatan penyelesaian risalah. Selain itu, perbaikan naskah risalah telah pula dilakukan dengan mengganti kata-kata asing dengan padanannya dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar serta penyempurnaan format risalah dengan menyertakan masukan dan saran dari Wakil Presiden, Menteri, dan peserta lainnya yang susunannya sesuai dengan alur Sidang Kabinet, mulai dari Pengantar Presiden sampai dengan Arahan dan Petunjuk Presiden (APP). c. Perbaikan tata cara penyusunan APP Terkait APP, perbaikan yang dilakukan adalah dengan memperbaiki format APP yang semula berbentuk transkripsi menjadi bentuk pointers serta mengganti kata-kata yang tidak baku dengan padanannya dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. d. Penyelenggaraan survei kepuasan peserta sidang terhadap penyelenggaraan sidang kabinet dan risalah sidang kabinet Guna memperoleh feed back atau masukan yang bermanfaat bagi perbaikan kinerja manajemen persidangan kabinet, Sekretariat Kabinet memandang perlu dilaksanakan sebuah survei. Survei ini menitikberatkan pada penyelenggaraan Sidang Kabinet dan salah satu hasil Sidang Kabinet yaitu risalah Sidang Kabinet. Survei ini dilakukan kepada para pemangku kepentingan, dalam hal ini kepada peserta sidang yaitu para menteri dan pimpinan LPNK. Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan para pemangku kepentingan dan sekaligus mengindentifikasi harapan para pemangku kepentingan dalam pelayanan Sekretariat Kabinet khususnya di bidang pelayanan penyelenggaraan Sidang Kabinet. Hasil survei yang dilakukan selama tahun tersebut diharapkan dapat dijadikan mekanisme check and balance terkait penyelenggaraan Sidang Kabinet. 137

127 Dalam proses penyelenggaraan Sidang Kabinet, ada beberapa isu hangat di masyarakat yang kemudian disidangkan dan melahirkan keputusan yang sangat penting dan menjadi salah satu tolok ukur gambaran keberhasilan Sekretariat Kabinet dalam penyelenggaraan persidangan kabinet selama periode , seperti berikut: 1. Presiden pada tanggal 8 September 2011 mengadakan Sidang Kabinet Terbatas di Kantor Presiden, Jakarta yang membahas tentang Rencana Pengadaan Alutsista TNI dan Pembelanjaan Pinjaman Luar Negeri Tahun Dalam Sidang tersebut, Presiden memberikan arahan untuk lebih menggunakan anggaran yang tersedia di dalam negeri daripada pinjaman luar negeri. Anggaran pertahanan meningkat tajam dari 21,42 triliun rupiah pada tahun 2004 menjadi 84,47 triliun rupiah pada tahun Peningkatan anggaran ini mencapai hampir 400%. Selain itu, Sekretaris Kabinet juga menindaklanjuti arahan Presiden tersebut dengan membuat Surat Edaran Nomor SE. 05/Seskab/V/2013 mengenai Hindari Pembiayaan Program dengan Utang Luar Negeri. 2. Retreat di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat tahun 2011 menghasilkan program MP3EI. Retreat tersebut menghasilkan: a. 18 (delapan belas) program utama pemerintah yang mencakup 8 (delapan) bidang utama, telah dibagi ke dalam 6 (enam) kawasan koridor ekonomi yang membentang mulai dari ujung Sumatera hingga ujung Papua; b. Pembuatan Peraturan Presiden yaitu Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Arahan Presiden pada sidang kabinet mengenai sikap proaktif dari para menteri dalam menanggapi isu yang berkembang di masyarakat. Atas dasar arahan Presiden, Sekretaris Kabinet mengeluarkan Surat Edaran yaitu SE. 97/Seskab/II/2012 tanggal 2 Februari 2012 terkait Peningkatan Fungsi Humas untuk Penyebarluasan Informasi tentang Hasil Kerja Pemerintah. 4. Guna meningkatkan awareness Menteri di KIB II terhadap penyelenggaraan sidang kabinet, Sekretaris Kabinet mengeluarkan Surat 138

128 Edaran Nomor SE. 507/Seskab/IX/2012 tanggal 14 September 2012 Penjadwalan Sidang Kabinet Terbatas dan Sidang Kabinet Paripurna. 5. Terkait sidang masalah bailout Bank Century yang menyebutkan adanya keterlibatan Presiden, Sekretaris Kabinet telah menyerahkan bukti tertulis transkripsi sidang kabinet ke KPK yang membahas masalah tersebut. 6. Rapat kerja/konsultasi antara Sekretaris Kabinet, Menteri Keuangan, Menteri Pertahanan, dengan Komisi I DPR RI pada tanggal 10 Desember 2012 di Jakarta terkait pembintangan APBN 2012 untuk Kementerian Pertahanan sebesar 678 miliar rupiah. Pembintangan ini dilakukan berdasarkan usulan Sekretaris Kabinet kepada Menteri Keuangan. 7. Masalah mengenai Ahmadiyah disidangkan dalam Sidang Kabinet dan melahirkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Tahun Masalah Kenaikan harga BBM dibahas dalam Sidang Kabinet dan menghasilkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 tentang Sosialisasi Kebijakan Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak. 9. Presiden pada tanggal 18 Mei 2013 mengadakan rapat terbatas tentang kondisi situs Gunung Pandang di Cianjur, Jawa Barat. Hasil dari rapat terbatas tersebut adalah memberikan rekomendasi serta memberikan dukungan penuh dari pemerintah kepada tim peneliti Gunung Padang. Setelah proses persiapan dianggap selesai, Presiden melakukan peninjauan situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat pada tanggal 25 Februari 2014; 10. Sidang Kabinet tanggal 1 Agustus 2013 yang membahas masalah Sampang di Gedung Grahadi, Rumah Dinas Gubernur Jawa Timur, Presiden sampaikan instruksi kepada seluruh pemangku kepentingan yang terkait masalah Sampang tersebut. 11. Masalah penanganan bencana letusan Gunung Merapi dibahas dalam Sidang Kabinet dan menghasilkan lima instruksi yaitu: 139

129 a. Kendali operasi tanggap darurat penanggulangan bencana Gunung Merapi berada di tangan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Ma arif, satu komando yaitu Kepala BNPB sebagai komandonya. b. Menugaskan Menko Kesra Agung Laksono untuk memastikan bahwa bantuan dari pemerintah pusat, dalam bentuk apapun, dilaksanakan secara cepat, tepat, dan terkoordinasi dengan baik. c. Menginstruksikan TNI melakukan persiapan, mengerahkan, dan menugaskan satu brigade plus untuk penanggulangan bencana. TNI juga akan memobilisasi, mengerahkan angkutan atau kendaraan untuk mobilitas pergerakan masyarakat dari satu tempat ke tempat yang lain. d. Menginstruksikan Polri untuk mengerahkan dan menugaskan satuan tugas kepolisian untuk penanggulangan bencana, dengan titik berat membantu lalu lintas karena banyak sekali pergerakan manusia, kendaraan, sehingga menimbulkan kekacauan lalu lintas dan juga pengamanan kepada masyarakat. e. Pemerintah akan membeli sapi dan ternak-ternak lain milik warga dengan harga yang pantas. Diharapkan keputusan ini membuat warga tidak enggan lagi untuk mengungsi dan dievakuasi. 12. Presiden mengadakan Sidang Kabinet Terbatas pada hari Minggu, 5 Januari 2014 di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, yang membahas soal kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram non subsidi, untuk menanggapi respons masyarakat. Salah satu putusan sidang, Presiden menginstruksikan Pertamina dan kementerian terkait untuk melakukan peninjauan kembali kebijakan kenaikan harga elpiji 12 kilogram, yang harus selesai dalam waktu 1x24 jam. 13. Masalah penghematan anggaran dibahas dalam Sidang Kabinet dan menghasilkan Inpres Nomor 4 Tahun 2014 tentang Langkah-langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

130 14. Masalah kekerasan seksual terhadap anak yang dibahas dalam Sidang Kabinet dan menghasilkan Inpres Nomor 5 Tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual Terhadap Anak. 15. Sidang Kabinet tanggal 2 April 2014 yang membahas masalah listrik di Sumatera Utara. Hal mana pada Sidang Kabinet tersebut Presiden mempertemukan para pengambil kebijakan terkait masalah listrik. Selanjutnya Presiden menyampaikan arahan agar masalah listrik tersebut dituntaskan sesegera mungkin. 16. Masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri dibahas dalam Sidang Kabinet dan menghasilkan dibentuknya Satgas TKI. a. Kasus Satinah dilakukan upaya pembayaran diyat yang diminta oleh keluarga dan mengirim tim yang dipimpin oleh Maftuh Basyuni ke Saudi Arabia. b. Tim berupaya mendekati pihak keluarga, mendekati para tokoh masyarakat yang ada di Saudi Arabia, juga aparat pemerintah di Saudi Arabia untuk melobi, melakukan upaya-upaya koordinasi agar eksekusi pembayaran diyat itu paling tidak bisa ditunda sampai dengan nanti batas perundingannya. c. Presiden juga mengirim surat kepada Raja Saudi Arabia untuk memohon kepada Raja untuk ikut bersama-sama dengan tim ini melobi dan berkoordinasi dengan pihak keluarga korban agar pelaksanaan eksekusi pembayaran diyat bisa diperpanjang. d. Ada kesepakatan yang diambil antara Pemerintah Indonesia yang dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri dan Kedubes RI di Saudi Arabia untuk menunda eksekusi pembayaran diyat sehingga menyelamatkan Satinah dari hukuman mati. e. Pembentukan atase hukum, di Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur dan Kedubes RI di Saudi Arabia. 17. Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) kembali menjadi topik bahasan dalam forum Sidang Kabinet/Rapat Terbatas. Pembahasan TKI dalam Rapat Terbatas tanggal 17 Desember 2014 yang terfokus pada keberadaan TKI informal secara ilegal di Timur Tengah. Pengelolaan proses pengiriman TKI, penertiban PJTKI, peningkatan pelayanan TKI di 141

131 luar negeri, pungli terhadap TKI yang pulang ke Indonesia, dan pelatihan bagi TKI menjadi perhatian Presiden dalam pembahasan pada Rapat Terbatas tersebut. Arahan Presiden terkait permasalahan TKI adalah sebagai berikut: a. Secara umum, Presiden mengharapkan permasalahan TKI ilegal sebanyak 1,8 juta orang segera diselesaikan mulai bulan Januari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Luar Negeri diharapkan saling berkoordinasi untuk memulangkan TKI yang berharap dapat kembali ke tanah air dengan menggunakan kapal laut. Presiden memerintahkan untuk menghitung kembali jumlah TKI tersebut serta menyiapkan anggaran bagi penyelesaian masalahnya. Ke depan, pemerintah diharapkan menghentikan pengiriman TKI ilegal dan hanya memberangkatkan TKI yang mempunyai kualitas dan izin kontrak yang dibatasi. b. Secara khusus, Presiden menugaskan instansi terkait untuk melakukan perbaikan sebagai berikut: 1) BNP2TKI diharapkan segera memotong atau menyederhanakan biaya pemungutan pengiriman TKI di 14 titik tahapan dan melakukan perjalanan ke tempat pengiriman TKI bermasalah, sehingga pemerintah mengetahui permasalahannya dan dapat segera diselesaikan dengan baik. 2) Kapolri diharapkan menyambungkan Layanan Satu Terpadu Satu Pintu (LTSP) yang dimiliki oleh BNP2TKI dengan Kepolisian, terutama dalam mengurus Surat Keterangan Kelakuan Baik (SKKB). 3) Kapolri diharapkan bertindak tegas terhadap Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang bertindak sewenangwenang. 4) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian diharapkan mengoordinasikan Bank BUMN untuk menangani remitansi atau kiriman uang dari TKI. 142

132 5) Menteri Keuangan diharapkan menyiapkan anggaran dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp1,5 triliun untuk pembenahan biaya penempatan TKI. c. Guna mengurangi jumlah TKI ilegal, pemerintah akan menyiapkan anggaran untuk membiayai pelatihan bagi para TKI sebelum keberangkatan ke negara penempatan. Sementara bagi TKI yang sudah pulang, pemerintah diharapkan mengadakan pelatihan kewirausahaan sehingga para TKI tidak perlu kembali bekerja di luar negeri. Terkait penyelenggaraan sidang kabinet, masih ditemui sejumlah kendala atau permasalahan yang disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor intern maupun ekstern, seperti masalah koordinasi penyelenggaraan Sidang Kabinet maupun Rapat atau Pertemuan, terbatasnya jumlah Sumber Daya Manusia (SDM), dan terbatasnya sarana dan prasarana dan sebagainya. Sementara faktor eksternal yang menjadi kendala adalah kesulitan untuk memperkirakan jumlah kegiatan penyelenggaraan sidang kabinet maupun rapat atau pertemuan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena penyelenggaraan sidang kabinet, rapat dan pertemuan sangat tergantung pada arahan dan petunjuk Presiden yaitu berdasarkan atas pertimbangan urgensi dari setiap permasalahan yang akan dibahas. Terbatasnya jumlah SDM serta sarana dan prasarana akan berpengaruh pada kecepatan dalam penyelesaian hasil-hasil sidang seperti transkripsi, risalah, dan arahan dan petunjuk Presiden. Namun demikian, semua kendala tersebut bukanlah penghalang dalam merealisasikan target yang ingin dicapai, dengan cara mengoptimalkan SDM serta sarana dan peralatan yang ada saat ini. Guna menghadapi permasalahan yang ada saat ini, diharapkan adanya solusi-solusi nyata diantaranya adalah dengan lebih mengintensifkan lagi koordinasi dengan Sekretariat Presiden. Disamping itu, penambahan SDM yang berkualitas dan sarana dan prasarana yang memadai diwaktu yang akan datang akan juga terus diupayakan dengan berkoordinasi dengan unit kerja terkait. 143

133 Sasaran 4 Sehingga inti dari peningkatan capaian di sasaran ini adalah: Capaian sasaran keempat diukur melalui pengukuran terhadap indikator kinerja utama (IKU) tentang kecepatan penyiapan dan penyelesaian, ketepatan atau akurasi Keppres serta tingkat kepuasan stakeholder tentang penyelesaian Keppres tentang jabatan pemerintah, kepangkatan, pemberhentian dan pensiun PNS yang wewenang penetapannya di tangan Presiden. 1. Terselesaikannya proses usulan menjadi Keppres beserta salinan dan petikannya dengan cepat, tepat dan akuntabel. 2. Pejabat atau pegawai yang diusulkan mendapatkan putusan berupa terbitnya Keppres baik mengenai pengangkatan dalam jabatan maupun kepangkatan, pemberhentian dan pensiun, secara akurat dan tepat waktu. Pencapaian sasaran tersebut membutuhkan keterlibatan banyak pihak, khususnya dalam proses penerbitan Keputusan Presiden dalam jabatan, kepangkatan, pemberhentian, dan pensiun beserta salinan dan petikannya, antara lain: 1. Respon, komitmen, dan tindak lanjut dari Pejabat Pembina Kepegawaian/ Instansi Pengusul untuk kelengkapan dan keakurasian data yang disampaikan secara cepat, sehingga memperlancar proses penyelesaian Keppres baik mengenai pengangkatan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan maupun kepangkatan, pemberhentian, dan pensiun PNS. 2. Penyampaian pertimbangan dari pimpinan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk pengangkatan dalam jabatan struktural eselon I secara cepat dan akurat. Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Administrasi Aparatur yang Wewenang Penetapannya di Tangan Presiden 3. Penyampaian pertimbangan dari Badan Kepegawaian Negara (BKN) untuk pengangkatan dalam jabatan fungsional jenjang utama maupun untuk proses penyelesaian kepangkatan, pemberhentian, dan pensiun PNS secara cepat dan akurat. 144

134 Selain faktor-faktor di atas, Sekretariat Kabinet juga telah berupaya mengoptimalkan efektivitas setiap langkah kerja yang dilakukan dalam proses penyiapan dan penyelesaian rancangan Keppres beserta salinan dan petikannya tersebut. Secara umum tahapan/langkah kerja tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pemrosesan data usulan dari Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan atau Daerah/Instansi Pengusul ke dalam database kepegawaian. Khusus untuk pengangkatan dalam jabatan fungsional serta kepangkatan, pemberhentian dan pensiun PNS, pengolahan data menunggu pertimbangan BKN. 2. Terhadap jabatan fungsional, kepangkatan dan pensiun, pemrosesan usulan dilaksanakan apabila usulan telah mendapatkan pertimbangan teknis dari Badan Kepegawaian Negara (BKN). 3. Apabila pertimbangan teknis BKN telah terbit, namun usulan belum diterima (khususnya untuk jabatan fungsional), maka usulan tidak dapat diproses lanjut, sehingga Sekretariat Kabinet berkoordinasi dengan BKN dan Instansi Pengusul untuk melengkapi usulannya. 4. Penelitian dan analisis terhadap usulan baik mengenai jabatan maupun kepangkatan, pemberhentian, dan pensiun PNS dari Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan atau Daerah/Instansi Pengusul, secara administratif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 5. Apabila usulan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, maka dilakukan langkah-langkah koordinatif guna penyelesaian dan perbaikannya. 6. Penyiapan rancangan Keppres untuk diajukan kepada Presiden guna penetapannya. Langkah ini dilakukan apabila berdasarkan penelitian, usulan dari Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan atau Daerah/Instansi Pengusul tersebut telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan atau telah memenuhi persyaratan. 7. Khusus terhadap jabatan struktural eselon I, pemrosesan usulan dilaksanakan melalui mekanisme Sidang Tim Penilai Akhir (TPA) dan kemudian dimintakan pertimbangan berupa clearance dari BIN. 8. Naskah rancangan yang telah mendapatkan penetapan dari Presiden, dibuatkan salinan dan petikan yang selanjutnya disampaikan kepada pejabat yang bersangkutan melalui pimpinan instansi masing-masing. 145

135 Uraian mengenai capaian sasaran keempat adalah sebagai berikut: Tabel 3.23 Capaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Keempat Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %Capaian Kategori Capaian Kinerja 1. Kecepatan penyiapan dan penyelesaian Keppres tentang: a. Pengangkatan dan pemberhentian dalam 15 hari 8,96 hari 140,26 Memuaskan jabatan struktural eselon I b. Pengangkatan dalam jabatan fungsional jenjang 15 hari 11,92 hari 120,53 Memuaskan utama c. Kepangkatan 25 hari 16,80 hari 132,80 Memuaskan d. Kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun 40 hari 35,53 hari 111,17 Memuaskan e. Pemberhentian dan pensiun PNS 25 hari 21,44 hari 114,24 Memuaskan 2. Akurasi/ketepatan Keppres tentang: a. Pengangkatan dan pemberhentian dalam 100% 100% 100 Memuaskan jabatan struktural eselon I b. Pengangkatan dalam jabatan fungsional jenjang 100% 100% 100 Memuaskan utama c. Kepangkatan 100% 99,83% 99,83 Sangat Baik d. Kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun 100% 99,06% 99,06 Sangat Baik e. Pemberhentian dan pensiun PNS 100% 98,88% 98,88 Sangat Baik 3. Persentase tingkat kepuasan stakeholder terhadap penyelesaian Keppres tentang pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan pemerintahan, kepangkatan, pemberhentian dan pensiun PNS yang wewenang penetapannya di tangan Presiden 95% 84,30 88,73 Sangat Baik 146

136 Capaian IKU pertama sasaran keempat tentang kecepatan dihitung menggunakan rumus 2, sedangkan capaian IKU untuk ketepatan/akurasi dan tingkat kepuasan menggunakan rumus 1. Berdasarkan kategori pencapaian kinerja, dapat dinyatakan bahwa pencapaian IKU untuk untuk sasaran ini cukup beragam, dan dapat diuraikan sebagai berikut: Capaian IKU terkait kecepatan untuk semua kluster serta capaian IKU terkait akurasi/ketepatan untuk kluster pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan struktural eselon I, dan pengangkatan dalam jabatan fungsional jenjang utama dikategorikan memuaskan. Capaian IKU terkait akurasi/ketepatan untuk kluster kepangkatan, kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun, dan kluster pemberhentian dan pensiun PNS serta capaian IKU tentang kepuasan stakeholder dikategorikan sangat baik. Secara umum capaian IKU sasaran keempat tahun 2014 ini menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan capaian tahun Perbedaan yang cukup menyolok terjadi untuk indikator kecepatan penyiapan dan penyelesaian Keppres dimana untuk tahun 2013 masih terdapat capaian yang kurang optimal (rata-rata capaian dibawah 80%) untuk kluster kenaikan pangkat pengabdian dan kluster pemberhentian pensiun PNS sedangkan untuk tahun 2014 capaian seluruh kluster dikategorikan memuaskan dengan rata-rata capaian melebihi 100%. Hal ini menunjukkan adanya komitmen Sekretariat Kabinet dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas prosedur dan mekanisme kerja penyiapan dan penyelesaian Keppres beserta salinan dan petikannya sehingga rata-rata waktu pemrosesan lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnya. Terkait capaian IKU kedua sasaran keempat tentang akurasi/ketepatan Keppres, kurang lebih sama dengan capaian tahun 2013 dengan adanya sedikit variasi peningkatan atau penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam hal ini capaian untuk kluster pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan struktural eselon I serta pengangkatan dalam jabatan fungsional jenjang utama 147

137 masih tetap 100%, capaian untuk kluster kepangkatan mengalami peningkatan sebesar 0,08%, sedangkan capaian untuk kluster kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun serta kluster pemberhentian dan pensiun PNS mengalami sedikit penurunan masing-masing sebesar 0,49% dan 0,27%. Faktor yang mempengaruhi adanya penurunan capaian tersebut adalah kompleksitas data serta kuantitas berkas usulan yang lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya sehingga menimbulkan adanya human errors yang berpengaruh pada akurasi pemrosesan data Keppres beserta salinan/petikannya tersebut. Capaian IKU ketiga sasaran keempat tentang tingkat kepuasan stakeholders juga mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 1,69%. Faktor yang mempengaruhi penurunan capaian ini jika dilihat dari pemetaan hasil survei adalah respon responden terhadap pertanyaan terkait kecepatan penyelesaian Keppres kenaikan pangkat dan pensiun dimana responden yang menjawab puas hanya sebesar 71% meskipun data di lapangan menunjukkan bahwa waktu pemrosesan untuk kluster ini lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu aspek lain yang perlu diperhatikan adalah responsivitas pemberi layanan kepada penerima layanan terkait pemberian informasi tentang pemrosesan Keppres tersebut. Beragamnya capaian IKU dari sasaran keempat ini menunjukkan kompleksnya substansi yang harus ditangani dan langkah tindak yang diperlukan guna mengelola substansi kepegawaian tersebut. Apabila dirata-rata secara keseluruhan tanpa memperhatikan pembidangan diperoleh rata-rata capaian IKU terkait kecepatan sebesar 123,8% dan rata-rata capaian IKU terkait ketepatan sebesar 99,55%. Melihat angka capaian ini, dapat dinyatakan bahwa secara umum capaian sasaran keempat telah cukup optimal. Uraian lebih lanjut tentang analisis capaian sasaran keempat akan diuraikan lebih lanjut dalam penjelasan tentang masing-masing IKU dari sasaran tersebut. 148

138 IKU 1 Kecepatan Penyiapan dan Penyelesaian Keppres tentang Pengangkatan dan Pemberhentian dalam Jabatan Struktural Eselon I, Pengangkatan dan Pemberhentian dalam Jabatan Fungsional Jenjang Utama, Kepangkatan, Kenaikan Pangkat Pengabdian dan Pensiun, serta Pemberhentian dan Pensiun PNS 1. Formulasi IKU Guna mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, IKU Kecepatan penyiapan dan penyelesaian Keppres tentang pengangkatan dalam jabatan struktural eselon I, pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan fungsional jenjang utama, kepangkatan, kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun serta pemberhentian dan pensiun PNS diformulasikan dengan menggunakan perhitungan berikut: (hari penyelesaian Keppres 1 + hari penyelesaian Keppres ) X 100% n n = jumlah Keppres Kinerja untuk indikator ini dihitung dari akumulasi waktu dalam hari yang diperlukan untuk menyelesaikan berkas Keppres beserta salinan/petikannya untuk masing-masing kluster, sesuai dengan target waktu yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan (SP) Sekretariat Kabinet. 2. Pencapaian IKU Pengukuran capaian kecepatan pemrosesan Keppres didasarkan pada 5 (lima) kluster seperti halnya pengukuran tahun-tahun sebelumnya yaitu sebagai berikut: 149

139 a. Pengangkatan dalam jabatan struktural eselon I; b. Pengangkatan dalam jabatan fungsional jenjang utama; c. Kepangkatan; d. Kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun; e. Pemberhentian dan Pensiun. Pola/model perhitungan ini diharapkan akan memberikan perhitungan yang lebih akurat dan akuntabel mengingat karakteristik data dalam masingmasing kluster berbeda. Adapun pengukuran kecepatan yang dimaksud adalah waktu yang diukur dari penyiapan, proses, sampai dengan penyelesaian keppres baik mengenai jabatan, kenaikan pangkat maupun pemberhentian dan pensiun. Berikut ini adalah penjelasan tentang capaian kinerja masing-masing kluster beserta analisisnya. a. Pengangkatan dalam Jabatan Struktural Eselon I b. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Jenjang Utama Kinerja dalam penerbitan Keputusan Presiden (Keppres) dalam jabatan dilihat dari tingkat kecepatan dalam kegiatan penyiapan, pemrosesan sampai dengan penyelesaian Keppres. Seperti halnya yang telah dilakukan sejak tahun 2012, pengukuran kecepatan dihitung lebih detail sehingga diharapkan diperoleh perhitungan dan hasil yang lebih akuntabel dan dilakukan melalui 5 (lima) kluster yang terkait dengan masing-masing output kegiatan. Perhitungan waktu pemrosesan Keputusan Presiden dalam jabatan adalah sebagai berikut: Pada kluster pengangkatan dalam jabatan struktural eselon I, perhitungan waktu pemrosesan adalah sejak usulan yang diterima di Sekretariat Kabinet telah diproses melalui mekanisme sidang Tim Penilai Akhir (TPA) dan telah mendapatkan clearance dari Badan Intelijen Negara (BIN), dan kemudian diproses untuk diajukan dalam Keppres. 150

140 Pada kluster pengangkatan dalam jabatan fungsional jenjang utama, perhitungan waktu pemrosesan adalah sejak usulan dari instansi dan Pertimbangan Teknis dari Badan Kepegawaian Negara diterima oleh Sekretariat Kabinet kemudian diproses untuk diajukan dalam Keppres. Perhitungan waktu penyiapan dan penyelesaian Keppres tersebut tidak memperhitungkan hal-hal sebagai berikut: Apabila usulan pengangkatan dalam jabatan fungsional jenjang utama belum mendapatkan pertimbangan teknis dari BKN. Apabila pertimbangan teknis dari BKN terhadap kenaikan dalam jabatan fungsional jenjang utama belum dilengkapi dengan usulan dari Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Daerah/Instansi Pengusul. Apabila pengangkatan dalam jabatan Struktural masih dalam proses menunggu jadwal pelaksanaan Sidang Tim Penilai Akhir (TPA). Apabila BIN dalam clearance-nya tidak memberikan pertimbangan/ persetujuan karena terdapat permasalahan sehingga Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Daerah/Instansi Pengusul harus mengajukan usulan kembali. Apabila berdasarkan penelitian, proses pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan terdapat permasalahan dan masih memerlukan langkah-langkah koordinatif dan pelaporan guna penyelesaiannya. Apabila rancangan Keppres dalam jabatan sedang diajukan ke Presiden dan masih menunggu proses penetapan dan penandatanganan Keppres. Terkait proses penyiapan rancangan Keppres tentang pengangkatan, pemberhentian dalam dan dari jabatan serta kepangkatan, pemberhentian dan pensiun, khusus terhadap jabatan struktural eselon I, pemrosesan usulan dilaksanakan melalui mekanisme Sidang Tim Penilai Akhir (TPA). TPA dibentuk dengan Perpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Pembentukan Tim Penilai Akhir Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian dalam dan dari Jabatan Struktural Eselon I. Keanggotaan TPA terdiri dari Presiden (Ketua), Wakil Presiden (Wakil Ketua), Sekretaris Kabinet (Sekretaris), serta anggota tetap dan tidak tetap. TPA mengikutsertakan Kepala Badan Intelijen Negara dalam setiap sidang TPA dan apabila dipandang perlu, TPA dapat meminta 151

141 pertimbangan dan/atau mengikutsertakan Menteri, Jaksa Agung, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan/atau Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dalam sidang TPA. Sekretaris Kabinet selaku Sekretaris TPA membentuk Tim Penyiapan dan Pengolahan Data Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian dalam dan dari Jabatan Struktural Eselon I dengan keanggotaan yang terdiri dari Deputi Bidang Administrasi (Ketua), Deputi Bidang Persidangan Kabinet (Wakil Ketua), Kepala Biro Administrasi Aparatur (Sekretaris), serta anggota tetap. Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Penyiapan dan Pengolahan Data Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian dalam dan dari Jabatan Struktural Eselon I bertanggung jawab kepada Sekretaris Kabinet selaku Sekretaris Tim Penilai Akhir. Secara singkat, proses pelaksanaan sidang TPA yang produk akhirnya berupa penerbitan Keputusan Presiden tentang pengangkatan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon I adalah sebagai berikut. Gambar 3.9 Proses Pelaksanaan Sidang Tim Penilai Akhir (TPA) 152

142 Selama periode telah dilaksanakan 50 kali sidang TPA dengan rincian sebagai berikut: 1. Tahun 2010, sebanyak 14 kali sidang; 2. Tahun 2011, sebanyak 9 kali sidang; 3. Tahun 2012, sebanyak 8 kali sidang; 4. Tahun 2013, sebanyak 9 kali sidang; 5. Tahun 2014 sebanyak 10 kali sidang. Pelaksanaan jumlah sidang TPA tiap tahun berbeda karena pelaksanaan sidang TPA tergantung dari jumlah usulan yang diajukan kepada Presiden selaku Ketua TPA dan tergantung pada pengaturan waktu diantara anggota TPA. Tugas Tim Penilai Akhir (TPA) adalah untuk melakukan penilaian mengenai pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon I yang penetapannya dilakukan oleh atau dengan persetujuan Presiden. Mengingat pentingnya proses tersebut, di era pemerintahan KIB II, telah dilakukan upaya-upaya untuk lebih memaksimalkan proses penilaian, dan diharapkan calon-calon pejabat struktural eselon I yang ditetapkan oleh Presiden adalah pejabat struktural eselon I yang memiliki kompetensi dan track record yang bagus, sehingga mampu membawa perubahan yang signifikan untuk organisasinya masingmasing. Selama periode pemerintahan KIB II, telah dicapai beberapa kemajuan terkait pelaksanaan sidang TPA, antara lain: 1. Prosedur pengusulan Dari sisi prosedur, terdapat perubahan yang signifikan dalam proses pengusulan, sehingga diharapkan calon-calon yang diusulkan merupakan calon-calon yang layak. Namun secara umum, prosedur sebelumnya juga tetap konsisten dilaksanakan. a. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari KKN, Sekretaris Kabinet mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang persyaratan usul pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon I. Sesuai SE tersebut, pengusulan setiap calon 153

143 harus disertai dengan fotocopi NPWP, fotocopi LHKPN, dan fotocopi SPT. b. Apabila instansi pengusul hanya mengusulkan kurang dari 3 (tiga) calon, Sekretaris Kabinet akan mengoordinasikannya kepada instansi pengusul untuk menyesuaikan usulan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Seperti sebelumnya, apabila calon-calon yang diusulkan oleh instansi pengusul tidak memenuhi persayaratan tersebut, maka Sekretaris Kabinet mengoordinasikannya kepada instansi pengusul untuk mengajukan usulan kembali dengan calon-calon yang telah sesuai dengan persyaratan. d. Sekretaris Kabinet tidak akan mengajukan Keputusan Presiden apabila calon yang berasal dari TNI/Polri belum alih status. Apabila proses alih status telah selesai, Sekretaris Kabinet segera mengajukan rancangan Keputusan Presiden kepada Presiden. e. Dalam rekapitulasi dan bahan sidang TPA, selalu diberi catatan mengenai umur calon-calon yang diusulkan, sehingga mengingatkan kepada instansi pengusul dan setiap Anggota TPA dalam memberikan penilaian (mengingatkan bagi yang menjabat kurang dari 2 tahun). f. Dalam rekapitulasi dan bahan sidang TPA, selalu diberi catatan sesuai dengan Pasal 116 dan 117 UU ASN, terutama mengenai masa jabatan calon yang diusulkan (minimal 2 tahun dan maksimal 5 tahun). 2. Mekanisme pelaksanaan sidang TPA Dari sisi mekanisme penyiapan dan pelaksanaan sidang TPA, terdapat perubahan dalam proses penyelenggaraannya. Memang perubahan tersebut bukan merupakan perubahan yang signifikan, namun perubahan mekanisme tersebut lebih didasari semata-mata untuk menjaga tingkat kerahasiaan proses penilaian dan setiap anggota TPA dapat menggali secara maksimal mengenai calon-calon yang diusulkan, sehingga penilaian TPA lebih optimal. Perubahan mekanisme tersebut yaitu seluruh instansi pengusul duduk di ruang tunggu untuk kemudian dipanggil satu-persatu untuk memaparkan usulannya di depan Anggota TPA. Perubahan mekanisme ini lebih memaksimalkan proses penilaian 154

144 Anggota TPA karena setiap Anggota TPA lebih maksimal dalam menggali calon-calon yang diusulkan oleh instansi pengusul dan kerahasiaan lebih terjaga. 3. Penyiapan Keppres berdasarkan hasil sidang TPA Dari sisi penyiapan Keppres berdasarkan hasil sidang TPA, terdapat perubahan yang dimaksudkan untuk lebih memaksimalkan penilaian terhadap calon-calon yang diusulkan sehingga lebih mengamankan Presiden dalam menerbitkan Keputusan Presiden. Perubahan tersebut adalah selain menunggu clearance dari BIN, Sekretaris Kabinet juga meminta clearance kepada PPATK terkait dengan transaksi keuangan yang mencurigakan dari masing-masing calon yang diusulkan. Dengan demikian diharapkan calon-calon yang telah disetujui dan diproses dalam penetapan Keputusan Presiden benar-benar merupakan calon yang layak untuk menduduki jabatan struktural eselon I. Dalam kurun waktu Januari sampai dengan bulan Desember 2014, telah diterbitkan Keppres dalam jabatan sejumlah 217 Keppres dengan rincian: Tabel 3.24 Rincian Jumlah Salinan/Petikan Keppres dalam Jabatan Tahun 2014 Uraian Jumlah Salinan/Petikan Keppres Juml Keppres Pengangkatan Pemberhentian Pengangkatan dalam jabatan struktural eselon I Pengangkatan dalam jabatan fungsional jenjang utama Jumlah Sebagai bahan perbandingan yang digunakan untuk pengukuran tingkat kinerja per tahun, dalam tabel berikut ini, akan disajikan data pejabat yang diangkat dan pejabat yang diberhentikan dalam kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, yaitu: 155

145 Tabel 3.25 Perbandingan Pengangkatan dan Pemberhentian dalam dan dari jabatan Tahun Tahun Jumlah Keppres Angkat Jumlah Pejabat Berhenti Total Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa jumlah Keppres tentang jabatan yang diselesaikan tahun 217 jauh lebih banyak dibandingkan tahuntahun sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya faktor pergantian pemerintahan di semester II tahun 2014 sehingga menyebabkan seluruh usulan Keppres yang masuk sejak awal tahun sampai dengan akhir semester I tahun 2014 diminta untuk dapat diselesaikan Sekretariat Kabinet sebelum pergantian Presiden atau pergantian pemerintahan. Lebih lanjut, berdasarkan data yang diperoleh dari bulan Januari sampai dengan Desember 2014, realisasi waktu penyelesaian Keppres pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan struktural eselon I diperoleh waktu ratarata 8,96 hari yang diperoleh dari akumulasi pengukuran penyelesaian setiap Keppres dengan bantuan aplikasi dalam Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG). Mengingat target ditetapkan 15 hari sehingga capaiannya sebesar 140,26%. Tingginya capaian ini disebabkan karena tingginya tingkat urgensi pimpinan terhadap keppres dimaksud karena berkaitan dengan jabatan struktural eselon I. Sedangkan perhitungan waktu terkait penyelesaian pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan fungsional jenjang utama, diperoleh rata-rata 11,92 hari (diukur menggunakan bantuan aplikasi SIMPEG) dari 15 hari yang ditargetkan sehingga diperoleh capaian sebesar 120,53%. Capaian ini jauh 156

146 lebih baik dibandingkan tahun 2013 karena dipengaruhi faktor antara lain peningkatan koordinasi dan optimalisasi upaya verifikasi dengan instansi pengusul terkait kelengkapan administrasi berkas pengusulan. Secara umum dapat disampaikan bahwa apabila semua berkas usulan telah memenuhi persyaratan administratif dan telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, maka proses penyiapan dan penyelesaian Keppres dalam dan dari jabatan dapat segera dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut, berdasarkan data dalam kurun waktu Januari sampai dengan Desember 2014, usulan yang diterima terkait proses Keppres Jabatan sebanyak usulan. Dari usul tersebut, semua telah terselesaikan (terealisasi 100%). Sebagai data perbandingan per tahun, akan disajikan data perhitungan berkas usulan dalam kurun waktu 2010 sampai dengan tahun 2014 yang digunakan untuk melihat tingkat kinerja dari pemrosesan usulan per tahun, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut ini: Tabel 3.26 Perhitungan Jumlah Berkas Usulan Keppres Tentang Jabatan Tahun Tahun Usulan yang diterima Usulan diproses Keppres beserta Salinan/Petikan Usulan yang ditunda Proses penyelesaian Keppres %Penyelesaian berkas berkas 99 berkas 93, berkas berkas 94 berkas 97, berkas berkas 137 berkas 93, berkas berkas berkas berkas Guna melihat perkembangan pencapaian sasaran terkait indikator kecepatan tentang jabatan, berikut ini akan disajikan data perbandingan tahun : 157

147 Gambar 3.10 Perbandingan IKU Pertama Sasaran Keempat Terkait Kecepatan Penyiapan dan Penyelesaian Keppres tentang Jabatan Tahun a. Perbandingan Target dan Realisasi b. Perbandingan Capaian Keterangan: A = Pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan struktural eselon I b = Pengangkatan dalam jabatan fungsional jenjang utama 158

148 Dari gambar di atas terlihat meskipun selama beberapa tahun realisasi dan capaian menunjukkan kurva naik-turun namun secara umum realisasi tahun 2014 kurang lebih sama atau lebih baik daripada realisasi dan capaian tahun-tahun sebelumnya terutama untuk kluster jabatan fungsional jenjang utama dimana untuk tahun 2014 pertamanya kalinya realisasi kecepatan lebih cepat daripada target (tahun-tahun sebelumnya target tidak pernah tercapai atau waktu diperlukan lebih lama daripada target yang ditetapkan). Meskipun capaian secara umum telah optimal namun dalam pelaksanaan penyiapan dan penyelesaian Keppres jabatan masih ditemui beberapa kendala, antara lain: Adanya keterlambatan penerimaan Pertimbangan Teknis dari BKN untuk jabatan fungsional jenjang utama. Belum diterimanya usulan Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Daerah/Instansi Pengusul terhadap proses kenaikan jabatan yang sudah diterbitkan Pertimbangan Teknis dari BKN, sehingga memerlukan langkah-langkah koordinatif guna penyelesaiannya. Apabila BIN dalam clearance-nya memberikan masukan adanya masalah terhadap calon pejabat yang diusulkan maka dalam proses Keppres jabatan struktural menunggu usulan yang baru dari instansi pengusul. Apabila terhadap suatu usulan memerlukan petunjuk dari Presiden untuk proses Keppres lebih lanjut, maka terhadap usulan dimaksud, tidak dapat segera dilaksanakan proses penyiapan dan penyelesaian Keppres-nya. c. Kepangkatan d. Kenaikan Pangkat Pengabdian dan Pensiun e. Pemberhentian dan Pensiun PNS Sebelum menjelaskan tentang pencapaian kinerja outcome menyangkut kecepatan waktu penyelesaian keppres tentang kepangkatan, pemberhentian dan pensiun PNS yang menjadi wewenang Presiden, perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai capaian output pada tahun Pada tahun ini jumlah 159

149 usulan yang yang diterima sebanyak berkas usul dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.27 Rincian Jumlah Usulan Keppres tentang Kepangkatan, Pemberhentian dan Pensiun Tahun 2014 Uraian Usulan yang Diterima Usulan yang Diproses Menunggu Persetujuan Presiden Kepangkatan Kenaikan Pangkat Pengabdian dan Pensiun Pemberhentian dan Pensiun PNS Alih Status Anggota TNI Menjadi PNS Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Sebagai PNS Pengangkatan CPNS Tenaga Ahli Khusus/Tertentu Jumlah Perhitungan secara keseluruhan terkait dengan jumlah usul yang diterima adalah pada tahun 2014 diterima sebanyak berkas usul, sedangkan tahun 2013 jumlah usul yang diterima sebanyak berkas usul. Dilihat dari angka tersebut artinya di tahun 2014 jumlah usulan yang diterima lebih sedikit dibanding tahun Hal ini tidak berarti bahwa kinerja menurun akan tetapi lebih kepada jumlah pengusulan dari instansi yang disampaikan kepada Presiden. Terkait dengan hal tersebut, ternyata jumlah usulan yang diterima di tahun 2014 masih lebih besar dari perkiraan yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2014 di mana dalam dokumen RKT tersebut penerimaan usul ditargetkan sejumlah berkas usulan, sedangkan usulan yang diterima dan telah diselesaikan sebanyak berkas usulan, yang berarti terdapat kenaikan sekitar 136,72% dari target yang ditetapkan. 160

150 Sebagai bahan perbandingan yang digunakan untuk pengukuran tingkat kinerja per tahun, dalam tabel berikut ini, akan disajikan data jumlah berkas usulan tahun 2010 s.d sebagai berikut: Tabel 3.28 Perhitungan Jumlah Berkas Usulan Kepangkatan, Pemberhentian dan Pensiun Tahun Tahun Usulan yang diterima Usulan diproses Keppres beserta Salinan/Petikan Usulan yang ditunda Proses penyelesaian Keppres %Penyelesaian berkas berkas 393 berkas 97, berkas berkas berkas 83, berkas berkas berkas 91, berkas berkas berkas 76, berkas berkas Perlu dijelaskan bahwa pada awal tahun 2014 tidak dapat ditetapkan tingkat capaian (target) persentase usulan yang dapat diterbitkan terkait dengan Keppres Kepangkatan, Pemberhentian dan Pensiun, karena capaian kinerja di bidang administrasi aparatur tersebut berdasarkan/bersumber pada jumlah usulan yang diterima Sekretariat Kabinet dari para Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan atau Daerah/instansi pengusul. Pada prinsipnya, setiap usulan yang telah memenuhi persyaratan dan telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, segera diproses penyiapan dan penyelesaian Keppres jabatannya. Indikator kinerja menyangkut tingkat kecepatan penyiapan dan penyelesaian Keppres (terutama pensiun PNS), perlu mendapatkan perhatian yang serius. Hal ini karena Keppres tersebut sangat ditunggu oleh PNS yang bersangkutan karena terkait dengan penerimaan penghasilan (gaji/uang pensiun). Guna menetapkan pengukuran target kinerja tingkat kecepatan pemrosesan kenaikan pangkat dan pensiun PNS tersebut, berikut ini disajikan perhitungan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk setiap tahap kegiatan pemrosesan Keppres kepangkatan dan pensiun: 161

151 Tabel 3.29 Penghitungan Waktu untuk Proses Penyelesaian Kenaikan Pangkat TAHAPAN KEGIATAN (PROSES) PENYIAPAN PENELITIAN PENYELESAIAN Kegiatan waktu Total waktu Kegiatan Waktu Total Waktu Kegiatan Waktu Total Waktu Pencatatan Entry data R- Keppres Entry data Surat Masuk Print out Lampiran Penelitian Otentifikasi Pemberkasan Editing 60 Print Out Surat Pengantar Penyiapan draft Keppres Pengetikan alamat 200 Otentifikasi surat pengantar Print Out label alamat pengiriman Penggandaan Stempel Penyusunan akhir Pembuatan daftar pengiriman 300 Jumlah jumlah hari 6,6667 9, ,4792 catatan: * waktu dihitung dalam menit dengan asumsi penyelesaian 1 Rancangan Keppres sebanyak 200 record. * jumlah waktu yang diperoleh dalam tahapan kegiatan selama menit * waktu yang diperoleh dalam tahapan kegiatan dikonversikan kedalam satuan jam (60 menit) sehingga diperoleh 200 jam * waktu yang diperoleh dalam satuan jam dikonversikan kedalam jumlah jam kerja dalam sehari (8 jam) sehingga diperoleh 25 hari kerja 162

152 Dari tabel tersebut, dapat terlihat waktu yang diperlukan untuk setiap proses kegiatan, dengan asumsi banyaknya usulan yang diajukan per Keppres sejumlah 200 berkas usulan. Tetapi karena prosedur yang harus ditempuh relatif panjang serta data-data yang harus disajikan cukup kompleks maka hal tersebut sangat mempengaruhi tingkat kecepatan dalam pengajuan maupun penyelesaian Keppres dimaksud, secara kumulatif waktu yang diperlukan untuk pengajuan dan penyelesaian menjadi cukup panjang. Selain segi kuantitas yang sangat banyak, hal lain yang juga membuat proses memerlukan waktu yang cukup lama adalah bahwa masing-masing usulan tersebut memerlukan penelitian dan penganalisaan berdasarkan persyaratan dan ketentuan masing-masing (variatif). Oleh karena itu setiap usulan dilampiri berkas yang cukup banyak, sehingga memerlukan penelitian yang relatif rumit. Penghitungan atau standar penetapan waktu kecepatan penyelesaian Keppres kepangkatan, pemberhentian, dan pensiun, di tahun 2014 dan tahun-tahun sebelumnya memang ditetapkan selama 25 hari kerja, dengan pertimbangan dan perhitungan sebagaimana telah dijelaskan diatas. Akan tetapi, sejalan dengan adanya prinsip akuntabilitas kinerja yang semakin tinggi dan berdasarkan pengalaman dalam pencapaian kinerja terkait dengan indikator kecepatan dalam hal penyelesaian Keppres dimaksud, kiranya tidak tertutup kemungkinan bahwa penetapan standar waktu kecepatan terkait dengan penyelesaian Keppres kepangkatan, pemberhentian dan pensiun pada tahun-tahun mendatang akan segera disesuaikan, dengan didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan yang lebih matang dan empiris, serta disesuaikan dengan tingkat kesulitan, volume, dan beban kerja yang dihadapi dari masing-masing kegiatan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa perhitungan untuk capaian kinerja terkait dengan tingkat kecepatan penyelesaian Keppres kepangkatan, pemberhentian, dan pensiun pada tahun 2014 dibuat berdasarkan klusterisasi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebagai berikut: 163

153 Penghitungan kecepatan terkait Keppres kepangkatan. Penghitungan kecepatan terkait penyelesaian Keppres kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun. Penghitungan kecepatan terkait penyelesaian Keppres pemberhentian dan pensiun. Waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian Keppres kepangkatan adalah selama 16,80 hari (diukur dengan bantuan aplikasi SIMPEG) dari 25 hari target yang ditetapkan. Dengan demikian diperoleh capaian sebesar 132,80%. Jika dibandingkan dengan capaian di tahun 2013, capaian kinerja di tahun 2014 mengalami kenaikan yang cukup baik, dimana capaian tahun 2013 adalah 109,22% dengan jumlah usulan yang diselesaikan sebanyak dokumen, sedangkan di tahun 2014 capaian diperoleh sebesar 132,80%, dengan jumlah usulan yang diselesaikan sebanyak dokumen. Berdasarkan data yang ada, kinerja terkait dengan kecepatan waktu penyelesaian keppres kenaikan pangkat dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dicapai tentunya dengan upaya yang cukup keras dari masing-masing personil yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas dan fungsi terkait dengan kenaikan pangkat, juga dengan penerapan prosedur kerja secara optimal serta meningkatkan fungsi kontrol dan evaluasi terhadap kinerja yang dilakukan secara periodik terhadap para pejabat dan pegawai yang melaksanakan tugas dan fungsi penyelesaian Keppres kenaikan pangkat. Selanjutnya, terkait penghitungan tingkat kecepatan penyelesaian Keppres kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun, penetapan target waktu kecepatan terkait dengan kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun pada tahun 2014 telah disesuaikan dengan kompleksitas data, volume kerja yang dihadapi sehingga diharapkan hasil yang dicapai dapat lebih terukur dan akuntabel. Adapun waktu yang digunakan sebagai standar dalam kecepatan penyelesaian Keppres kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun adalah sebagai berikut: 164

154 Tabel 3.30 Penghitungan Waktu untuk Penyelesaian Kenaikan Pangkat Pengabdian dan Pensiun Kegiatan TAHAPAN KEGIATAN (PROSES) PENYIAPAN PENELITIAN PENYELESAIAN waktu Total waktu Kegiatan Waktu Total Waktu Kegiatan Waktu Total Waktu Pencatatan Entry data R Print out Keppres Lampiran Entry data Surat Penelitian Otentifikasi Masuk Pemberkasan Editing 60 Print Out Surat 45 Pengantar Otentifikasi 300 surat pengantar Print Out label 200 alamat pengiriman Penyiapan draft 90 Penggandaan Keppres Penyiapan data 200 Penempelan surat pengantar foto Pengetikan alamat 200 Stempel Penyusunan akhir Pembuatan daftar pengiriman Jumlah Konversi hari 6, , ,469 catatan: * waktu dihitung dalam menit dengan asumsi penyelesaian 1 Rancangan Keppres sebanyak 200 record. * jumlah waktu yang diperoleh dalam tahapan kegiatan selama menit * waktu yang diperoleh dalam tahapan kegiatan dikonversikan kedalam satuan jam (60 menit) sehingga diperoleh 320,25 jam * waktu yang diperoleh dalam satuan jam dikonversikan kedalam jumlah jam kerja dalam sehari (8 jam) sehingga diperoleh 40,03 hari kerja Dari perhitungan bussines process tersebut diatas, maka diperoleh waktu kurang lebih 40 hari untuk penyelesaian keppres kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun. Ditahun mendatang diharapkan standar waktu tersebut dapat dijadikan acuan untuk penetapan standar kecepatan penyelesaian Keppres kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun yang lebih measurable dan akuntabel. 165

155 Penghitungan waktu kecepatan terhadap Keppres kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun pada tahun 2014 diperoleh waktu selama 35,53 hari (diukur dengan bantuan aplikasi SIMPEG) dari target yang ditetapkan selama 40 hari, sehingga capaian yang diperoleh sebesar 111,17%. Jika dibandingkan dengan capaian di tahun-tahun sebelumnya maka capaian di tahun 2014 mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Sebagai data pembanding perlu disampaikan bahwa kecepatan penyelesaian Keppres kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun pada tahun 2013 diperoleh angka sebesar 49,53 hari dengan persentase capaian sebesar 79,16%, dengan jumlah usul yang diselesaikan sebanyak dokumen, sedangkan di tahun 2014, waktu yang diperoleh untuk kecepatan penyelesaian Keppres adalah 35,53 hari atau 111,17%, yang artinya terjadi peningkatan kinerja sebesar 32% dengan jumlah usulan yang diselesaikan sebesar dokumen. Perbaikan dan peningkatan kinerja dalam bidang ini diperoleh dengan penerapan prosedur kerja secara optimal serta meningkatkan fungsi kontrol dan evaluasi terhadap kinerja yang dilakukan secara periodik terhadap para pejabat dan pegawai yang melaksanakan tugas dan fungsi penyelesaian tugas tersebut. Adapun upaya konkrit yang dilakukan salah satunya adalah mutasi pejabat di level eselon III yang membidangi tugas tersebut. Selanjutnya, berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, kecepatan penyelesaian keppres pemberhentian dan pensiun diperoleh waktu selama 21,44 hari dari target yang ditetapkan sebesar 25 hari, sehingga capaian yang diperoleh sebesar 114,24%. Sama halnya dengan kluster sebelumnya, jika dibandingkan dengan capaian di tahun-tahun sebelumnya maka capaian kluster ini untuk tahun 2014 mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Sebagai data pembanding perlu disampaikan bahwa kecepatan penyelesaian Keppres pemberhentian dan pensiun pada tahun 2013 adalah 39,87 hari dengan persentase capaian sebesar 40,52%, dengan jumlah usul yang diselesaikan sebanyak dokumen, sedangkan di tahun 2014, waktu yang diperoleh untuk kecepatan penyelesaian Keppres adalah 21,44 hari atau 114,24%, yang artinya terjadi peningkatan kinerja yang cukup besar yaitu 73,72% dengan jumlah usulan yang diselesaikan sebesar 717 dokumen. 166

156 Perbaikan dan peningkatan kinerja yang sangat signifikan dalam bidang ini terjadi karena adanya perbaikan prosedur dan mekanisme kerja yang signifikan sehingga mempengaruhi pada peningkatan efisiensi dan efektivitas pemrosesan Keppres. Selain itu, telah dilakukan monitoring dan evaluasi secara intensif terhadap pelaksanaan tugas personil yang bertanggung jawab atas pemrosesan Keppres dalam kluster ini. Guna melihat perkembangan pencapaian sasaran terkait indikator kecepatan tentang kepangkatan, pemberhentian dan pensiun, berikut ini akan disajikan data perbandingan tahun 2010 sampai dengan tahun 2014: Gambar 3.11 Perbandingan IKU Pertama Sasaran Keempat Terkait Kecepatan Penyiapan dan Penyelesaian Keppres tentang Kepangkatan, Pemberhentian, dan Pensiun Tahun a. Perbandingan Target dan Realisasi 167

157 b. Perbandingan Capaian Keterangan: c = Kepangkatan d = Kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun e = pemberhentian dan pensiun Dari gambar di atas terlihat meskipun selama beberapa tahun realisasi dan capaian menunjukkan kurva naik-turun namun berdasarkan data pada grafik pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa realisasi dan capaian tahun 2014 paling baik jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya terutama untuk kluster secara umum realisasi tahun 2014 kurang lebih sama atau lebih baik daripada realisasi dan capaian tahun-tahun sebelumnya terutama untuk kluster jabatan fungsional jenjang utama dimana untuk tahun 2014 pertamanya kalinya realisasi kecepatan lebih cepat daripada target (tahuntahun sebelumnya target tidak pernah tercapai atau waktu diperlukan lebih lama daripada target yang ditetapkan). Meskipun capaian secara umum telah optimal namun dalam pelaksanaan penyiapan dan penyelesaian Keppres jabatan masih ditemui beberapa kendala, antara lain: 168

158 Terkait pemrosesan Keppres tentang pengangkatan dalam pangkat, pemberhentian dan pensiun, dalam pelaksanaannya masih ditemui sejumlah kendala antara lain: Adanya usulan perberhentian tidak dengan hormat. Adanya pertimbangan teknis ganda antara kenaikan pangkat dan pensiun. Adanya usulan kenaikan pangkat maupun pensiun yang tidak lengkap. Guna mengatasi hal-hal tersebut dan dalam upaya terus meningkatkan kualitas proses penyiapan dan penyelesaian Keppres dan salinan/petikan tentang pengangkatan dalam pangkat, pemberhentian dan pensiun, Sekretariat Kabinet telah mengambil sejumlah langkah-langkah strategis sebagai berikut: a. Penyempurnaan dan optimalisasi secara terus-menerus sistem informasi pengolahan data kepegawaian yang ada. b. Perubahan dan penyempurnaan metode kerja c. Optimalisasi standar pelayanan di lingkungan kerja. d. Pengoptimalan kinerja staf pemroses. e. Peningkatan koordinasi secara rutin baik internal maupun eksternal. Koordinasi eksternal yang dilakukan dengan BKN maupun instansi pengusul telah dilakukan secara rutin, baik dengan cara korespondensi maupun menugaskan staf untuk datang langsung ke BKN guna membahas penyelesaian masalah-masalah menyangkut kepangkatan dan pensiun. 169

159 IKU 2 Akurasi/Ketepatan Keppres tentang Pengangkatan dan Pemberhentian dalam Jabatan Struktural Eselon I, Pengangkatan dan Pemberhentian dalam Jabatan Fungsional Jenjang Utama, Kepangkatan, Kenaikan Pangkat Pengabdian dan Pensiun, serta Pemberhentian dan Pensiun PNS 1. Formulasi IKU Guna mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, IKU Akurasi/ketepatan Keppres tentang pengangkatan dalam jabatan struktural eselon I, pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan fungsional jenjang utama, kepangkatan, kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun serta pemberhentian dan pensiun PNS diformulasikan dengan menggunakan perhitungan berikut: Jumlah Keppres yang diselesaikan secara akurat Jumlah Keppres yang diselesaikan X 100% atau menggunakan rumus/metode berikut: 100% - Jumlah permohonan perbaikan petikan/salinan Jumlah petikan/salinan yang diterbitkan X 100% Berdasarkan metode tersebut, akurasi/ketepatan ditetapkan dengan menghitung persentase tingkat kesalahan data pada petikan/salinan Keppres yang diterbitkan. 170

160 2. Pencapaian IKU Seperti halnya pada indikator kecepatan, pada indikator ketepatan kinerja sasaran keempat diukur dari lima kluster sebagaimana yang telah disebutkan pada penjelasan terdahulu. Pada tahun 2014 target yang ditetapkan untuk akurasi/ketepatan sebesar 100% sama dengan tahun sebelumnya. Penetapan target ini disebabkan karena capaian kinerja terkait dengan akurasi/ketepatan yang dihasilkan di tahun-tahun sebelumnya cenderung meningkat dan untuk memperoleh gambaran capaian kinerja yang lebih objektif dan akuntabel. Sebagai informasi, disampaikan bahwa Keppres jabatan hanya memuat, nama, NIP, pangkat dan jabatan,dan kuantitasnya tidak terlalu banyak, sedangkan untuk Keppres kepangkatan, pemberhentian dan pensiun selain kompleksitas data yang tercantum dalam keppres lebih banyak dan lebih kompleks, kuantitasnya juga sangat besar. Karakteristik yang berbeda ini tentu saja akan berpengaruh pada akurasi dari masing-masing kluster Keppres. Berikut adalah penjelasan tentang capaian kinerja terkait akurasi/ ketepatan untuk masing-masing kluster tersebut beserta analisisnya. a. Pengangkatan dalam Jabatan Struktural Eselon I b. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Jenjang Utama Selain dari persentase usulan yang diterbitkan Keppres jabatannya, kinerja penyelesaian Keppres dalam jabatan dapat dilihat juga dari akurasi/ ketepatan dalam penyiapan dan penyelesaian Keppres jabatan beserta salinan dan petikannya. Penetapan akurasi/ketepatan yang tinggi dapat dicapai apabila: Staf penelaah pada unit pemroses memiliki tingkat ketelitian yang tinggi; Sistem pemroses data yang dapat menyajikan data yang akurat. Data-data usulan yang yang disampaikan valid dan akurat. 171

161 Pemrosesan Keppres dalam jabatan didasarkan pada data usulan jabatan sesuai yang diusulkan instansi pengusul dan didasarkan pada aturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga diharapkan dapat menekan tingkat kesalahan pada keppres jabatan beserta salinan dan petikan yang dihasilkan, baik mengenai penulisan nama, Nomor Identitas Pegawai (NIP), pangkat dan golongan, serta penulisan jabatan yang diusulkan. Penghitungan capaian akurasi/ketepatan keppres tentang jabatan pemerintahan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 3.31 Rincian Akurasi/Ketepatan Penyelesaian Petikan Keppres tentang Jabatan Tahun 2014 Uraian Jumlah petikan yang terselesaikan Kesalahan Realisasi Jabatan struktural eselon I % Jabatan fungsional jenjang utama % Total % Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat diketahui hal sebagai berikut: a. Akurasi/ketepatan terkait dengan penyelesaian Keppres jabatan struktural eselon I, dari 573 petikan yang telah diterbitkan, terdapat 0 kesalahan sehingga realisasi dan capaian sebesar 100 % sesuai dengan target yang ditetapkan. b. Akurasi/ketepatan terkait dengan penyelesaian keppres jabatan fungsional dari petikan yang terselesaikan terdapat 0 (nol) kesalahan sehingga realisasi dan capaian sebesar 100% sesuai dengan target yang ditetapkan. Guna mengukur tingkat capaian kinerja, berikut ini akan disajikan perbandingan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014: 172

162 Gambar 3.12 Perbandingan IKU Kedua Sasaran Keempat Terkait Akurasi/Ketepatan Keppres tentang Jabatan Tahun Keterangan: Tidak dilakukan perbandingan target dan realisasi karena target ditetapkan sama yaitu 100% dan realisasi besarnya sama dengan capaian. Tahun dilakukan klusterisasi dengan keterangan yang sama seperti pada indikator kecepatan. Dari data-data tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa penghitungan capaian kinerja terkait dengan tingkat akurasi penyelesaian keppres jabatan pada tahun 2010 masih dijadikan satu, sehingga hasil kinerja terkait dengan indikator tingkat akurasi di tahun tersebut merupakan gabungan dari kinerja kedua kegiatan tersebut. Sejak tahun 2011 dan seterusnya penghitungan sudah dilakukan secara terpisah untuk mendapatkan hasil kinerja yang lebih akuntabel, mengingat penyelesaian keppres tentang jabatan eselon I dan jabatan fungsional jenjang utama merupakan kegiatan yang terpisah dan berbeda. Pada dasarnya kinerja yang dihasilkan terkait dengan akurasi/ketepatan keppres jabatan, dari tahun ke tahun mulai menunjukan perbaikan yang baik, untuk itu diperlukan upaya untuk terus meningkatkan dan mempertahankan kinerja tersebut dengan terus meningkatkan produktifitas kerja diantara para personil yang mengemban tugas dan fungsi tersebut. 173

163 c. Kepangkatan d. Kenaikan Pangkat Pengabdian dan Pensiun e. Pemberhentian dan Pensiun PNS Keakurasian data pada Keppres maupun dalam pemrosesannya sangat menentukan tercapainya outcome dari penerbitan Keppres dimaksud, baik terhadap data kepegawaian yang bersangkutan maupun untuk pembayaran penghasilan sebagai akibat penetapan Keppres dimaksud. Adapun rincian penyelesaian petikan dan jumlah kesalahan yang terjadi dalam penyelesaian Keppres tentang kenaikan pangkat dan pensiun yang telah diselesaikan selama tahun 2014 adalah sebagai berikut: Tabel 3.32 Rekapitulasi Akurasi/Ketepatan Penyelesaian Petikan Keppres tentang Kepangkatan, Pemberhentian, dan Pensiun PNS Tahun 2014 Uraian Jumlah petikan yang terselesaikan Kesalahan % Realisasi Kepangkatan ,83% Kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun Pemberhentian dan pensiun ,06% ,88% Total ,35% Setelah dicermati lebih mendalam mengenai kesalahan yang terjadi, terdapat 159 kesalahan, dan kesalahan yang terbanyak yang terjadi adalah pada penyelesaian keppres tentang kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun sebanyak 136 kesalahan dan yang terjadi terkait penyelesaian Keppres pemberhentian dan pensiun sebanyak 8 kesalahan, sementara untuk penyelesaian Kepres Kepangkatan terjadi kesalahan sebanyak 15 kesalahan. Jumlah kesalahan pada Keppres kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun 174

164 lebih besar dari pada keppres kenaikan pangkat disebabkan karena muatan dan jumlah field data pada Keppres tersebut lebih banyak dari pada Keppres kenaikan pangkat, antara lain memuat data suami, anak, alamat pensiun dan kantor pembayaran (taspen). Dari target akurasi sebesar 100% terhadap penyelesaian Keppres dan salinan/petikannya tentang kepangkatan dapat dicapai realisasi sebesar 99,83%, dari petikan dan salinan dengan jumlah kesalahan sebanyak 15 yang artinya persentase tingkat kesalahan terkait dengan penyelesaian Keppres kepangkatan adalah sebesar 0,17%. Tingkat kesalahan ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 0,25%. Rendahnya tingkat kesalahan yang terjadi dalam penyelesaian Keppres tentang kepangkatan, dicapai karena: Pemeriksaan berkas dilaksanakan sejak prosedur penyiapan sampai penyelesaian Keppres. Kuota pengajuan Keppres dibatasi hanya sampai dengan atau dibawah 250 record, untuk memudahkan dalam pemeriksaan berkas. Tingkat ketelitian para staf pemroses semakin meningkat. Menyangkut akurasi penyelesaian Keppres kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun, target akurasi yang ditetapkan sebesar 100%, dengan realisasi sebesar 99,06%, dengan penjelasan bahwa petikan yang dihasilkan sebanyak buah petikan/salinan dengan jumlah kesalahan sebanyak 136 kesalahan atau 0,94%. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, memang terjadi penurunan mengingat tingkat kesalahan untuk kluster ini pada tahun 2013 adalah 56 kesalahan dari petikan/salinan atau 0,45%. Namun dalam hal ini perlu juga dipertimbangkan bahwa jumlah salinan/petikan yang diproses pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebanyak petikan/salinan atau 14,23%. Meskipun jika dilihat dari jumlah petikan yang diselesaikan, besaran kesalahan yang terjadi relatif masif kecil (kurang dari 1%), akan tetapi hal itu perlu mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kinerja Seketariat Kabinet dalam pemberian layanan dalam bidang administrasi kepegawaian. 175

165 Di masa mendatang diharapkan kesalahan yang terjadi dapat lebih diminimalisir dengan melakukan perbaikan baik dalam hal prosedur, metode kerja maupun prasarana kerja dalam hal ini sistem informasi kepegawaian yang semakin handal. Kesalahan yang terjadi dalam penyelesaian Keppres tentang kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun disebabkan oleh: banyaknya kuantitas usulan serta pertimbangan teknis BKN yang harus diselesaikan. banyaknya field data yang terdapat dalam Keppres sehingga peluang terjadinya kesalahan semakin besar. tidak validnya data usul dan pertimbangan teknis BKN yang disampaikan, sehingga yang seringkali terjadi adalah setelah Keppres diterbitkan, instansi ataupun pihak yang berkepentingan baru mengajukan pembaruan data khususnya data mengenai keluarga penerima pensiun. belum sempurnanya sistem informasi kepegawaian saat ini sehingga proses input masing dilakukan berulang kali, yang seharusnya bisa dilakukan hanya 1 (satu) kali, yang berdampak pada menurunnya tingkat ketelitian pemroses. Terkait dengan akurasi penyelesaian Keppres pemberhentian dan pensiun, target akurasi yang ditetapkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 98,88%, dengan penjelasan bahwa petikan yang dihasilkan sebanyak 717 buah petikan/salinan dengan jumlah kesalahan sebanyak 8 kesalahan atau 1,12%. Jika dibandingkan tahun sebelumnya jumlah kesalahan ini mengalami penurunan karena tingkat kesalahan tahun 2013 untuk kluster ini adalah 12 kesalahan. Namun mengingat jumlah petikan/salinan tahun 2013 lebih banyak dari tahun 2014 yaitu maka capaian tahun 2013 lebih baik daripada capaian Secara keseluruhan banyaknya faktor yang mempengaruhi capaian akurasi/ketepatan Keppres kenaikan pangkat, pemberhentian dan pensiun, antara lain disebabkan oleh tingkat ketelitian yang kurang maksimal, banyaknya usulan serta kompleksitas data yang tercantum dalam Keppres. 176

166 Jika dilakukan perbandingan antara tahun 2014 dengan tahun-tahun sebelumnya, tingkat akurasi terhadap petikan dan salinan Keppres tentang kepangkatan dan pensiun seperti tergambar dalam tabel: Tahun Tabel 3.33 Perhitungan Jumlah Berkas Usulan Kepangkatan, Pemberhentian, dan Pensiun PNS Tahun Usulan yang diterima Usulan diproses Keppres beserta Salinan/Petikan Kesalahan %Realisasi berkas berkas , berkas berkas , berkas berkas , berkas berkas 88 99, berkas* berkas ,35 *Jumlah berkas ini tidak termasuk berkas alih status anggota TNI menjadi PNS, berkas pemberhentian tidak dengan hormat PNS, dan berkas pengangkatan CPNS tenaga ahli khusus/tertentu (jumlah berkas keseluruhan termasuk tiga item tersebut adalah ). Dalam hal ini yang dimasukkan dalam penghitungan hanya kluster kepangkatan, kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun, serta pemberhentian dan pensiun PNS. Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa realisasi tahun 2014 memang mengalami sedikit penurunan dibandingkan realisasi tahun 2013 namun lebih baik dibandingkan dengan realisasi tahun-tahun sebelumnya ( ). Di tahun-tahun mendatang akan terus diupayakan kinerja untuk ketepatan/keakurasian Keppres dalam kepangkatan dan pensiun menjadi makin tinggi karena semakin kecil tingkat kesalahan maka pelayanan yang dihasilkan akan semakin baik dan akuntabel. Guna mengukur tingkat capaian kinerja, berikut ini akan disajikan perbandingan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014: 177

167 Gambar 3.13 Perbandingan IKU Kedua Sasaran Keempat Terkait Akurasi/Ketepatan Keppres tentang Kepangkatan, Pemberhentian, dan Pensiun PNS Tahun Keterangan: Tahun target ditetapkan 95% sedangkan tahun target ditetapkan menjadi 100% untuk semua kluster. 178

168 IKU 3 Persentase Tingkat Kepuasan Stakeholder Terhadap Penyelesaian Keppres tentang Pengangkatan dan Pemberhentian dalam Jabatan Pemerintahan, Kepangkatan dan Pensiun PNS yang Wewenang Penetapannya di Tangan Presiden 1. Formulasi IKU Guna mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, IKU Persentase tingkat kepuasan stakeholder terhadap penyelesaian Keppres tentang pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan pemerintahan, kepangkatan, pemberhentian dan pensiun PNS yang wewenang penetapannya di tangan Presiden diformulasikan dengan menggunakan perhitungan berikut: ((nilai kepuasan pada pertanyaan 1 + nilai kepuasan pada pertanyaan ) X 100% n n = jumlah pertanyaan Tingkat kepuasan dihitung dari akumulasi semua jawaban dari responden dengan jawaban puas (yang berada dalam rentang jawaban, sangat puas sekali, sangat puas, dan puas ) terhadap pertanyaan yang disampaikan dalam survei terkait penyelesaian Keppres terkait kepangkatan dan pensiun PNS yang wewenang penetapannya di tangan Presiden. 2. Pencapaian IKU IKU ini merupakan indikator kinerja untuk mencoba mengukur tingkat kepuasan stakeholders terkait dengan penyelesaian Keppres Jabatan, Kepangkatan dan Pensiun, dan telah digunakan sejak tahun 2012 akan tetapi untuk kesempurnaan, terus dilakukan upaya perbaikan guna mendapatkan 179

169 hasil survei yang valid sehingga diharapkan layanan yang disampaikan oleh Sekretariat Kabinet dapat lebih terukur dan akuntabel. Adapun penetapan target untuk indikator kinerja ini memang belum bisa ditetapkan secara optimal dikarenakan selain merupakan indikator baru, juga masih memerlukan atau mencari mekanisme serta standar pengukuran yang tepat atau sebaiknya digunakan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penetapan target terkait dengan indikator kepuasan pelanggan pada tahun 2014 di tetapkan sebesar 95% atau sama dengan tahun 2013 dengan asumsi bahwa sistem yang ada sekarang sedang dalam upaya perbaikan dan belum sepenuhnya dapat dijalankan. Pengukuran persentase tingkat kepuasan stakeholder terhadap penyelesaian Keppres dilakukan melalui media website setkab.go.id, yaitu dengan melakukan survei terhadap pengakses anjungan layanan mandiri (ALM). Survei yang dilakukan dengan memberikan 11 (sebelas) buah pertanyaan yang berkaitan dengan tingkat kepuasan stakeholder mengenai informasi yang disajikan dalam rangka penyelesaian Keppres maupun kepuasan stakeholders terhadap pemberian kualitas layanan. Survei tingkat kepuasan stakeholder ini mengacu pada pemberian informasi yang berkualitas (James O Brien System Analysis and Design Method ), yaitu pemenuhan penyajian informasi sesuai harapan dan kebutuhan stakeholder, yang terdiri dari dimensi waktu informasi, dimensi konten informasi, dan dimensi bentuk informasi. Dengan menggunakan bantuan aplikasi Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG), maka hasil survei dapat diukur secara online dan diperoleh akumulasi realisasi rata-rata pada akhir 2014 sebesar 84,30%. Dengan demikian capaiannya adalah 88,73%. 180

170 Terkait dengan pelaksanaan survei, pada tahun 2014 telah dilakukan upaya perbaikan terkait dengan content pertanyaan dan survei diakukan secara online melalui situs setkab.go.id dengan pertanyaan seputar kualitas layanan Keputusan Presiden tentang kenaikan pangkat dan pensiun golongan IV/c ke atas. Survei pada tahun 2014 telah sepenuhnya dilakukan secara online dengan pertimbangan bahwa Sekretariat Kabinet telah memaksimalkan peran dari teknologi informasi (website) dalam rangka pemberian informasi, sehingga diharapkan seluruh stakeholders dapat mengakses langsung informasi yang dibutuhkan melalui website, dan dampaknya adalah akan meminimalisir tatap muka antara pihak Sekretariat Kabinet dan stakeholder yang berkepentingan. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka terkait dengan pelaporan hasil survei yang dimaksud dalam laporan ini adalah survei yang terkait dengan harapan pemangku kepentingan terhadap kepuasan dalam penyelesaian Keputusan Presiden tentang kenaikan pangkat dan pensiun golongan IV/c ke atas terkait pemberian layanan informasi, maka yang akan dibahas dan dilakukan analisis dalam hal ini adalah pertanyaan kuesioner kepuasan layanan penyelesaian Keppres terkait layanan pemberian informasi. Pertanyaan kuesioner diberikan dalam 11 (sebelas) buah pertanyaan pertanyaan, dengan rincian 5 (lima) buah pertanyaan terkait dengan kepuasan stakeholder mengenai informasi yang disajikan dan 5 (lima) buah pertanyaan terkait dengan kepuasan dalam rangka penyelesaian Keppres, serta 1 (satu) buah pertanyaan terkait dengan posisi stakeholders yang mengisi kuesioner. Adapun periode pelaksanaan survei adalah bulan Januari sampai dengan akhir Desember Berikut adalah responden dari produk utama penyelesaian administrasi kepegawaian yang wewenang penetapannya di tangan Presiden yang berjumlah 886 responden dengan ringkasan hasil survei sebagai berikut. 181

171 a. Dalam posisi atau tugas apa Saudara mengakses Anjungan Layanan Mandiri? Pelaksana Bidang Kepegawaian BKD Provinsi/Kabupaten/Kota 31% Pelaksana Bidang Kepegawaian Kementerian/Pusat 7% PNS yang bersangkutan 50% Lain-lain 12% 50% 12% 31% 7% BKD Prov/Kab/Kota Kepeg. K/L PNS yang bersangkutan Lain-lain b. Bagaimana pendapat Saudara terkait dengan kemudahan dalam mengakses Anjungan Layanan Mandiri sebagai instrumen monitoring penyelesaian Surat Keputusan Kenaikan Pangkat dan Pensiun Sangat Puas Sekali 38% Sangat Puas 26% Puas 26% Kurang Puas 5% Tidak Puas 5% 5% 5% 26% 26% 38% Sangat Puas Sekali Sangat Puas Puas Kurang Puas Tidak Puas c. Bagaimana pendapat Saudara tentang kelengkapan petunjuk penggunaan Anjungan Layanan Mandiri? Sangat Puas Sekali 32% Sangat Puas 25% Puas 32% Kurang Puas 7% Tidak Puas 5% 182

172 40% 30% 20% 10% 0% 32% Sangat Puas Sekali 25% Sangat Puas 32% Puas 7% 5% Kurang Puas Tidak Puas d. Bagaimana pendapat Saudara tentang kemudahan dalam menggunakan Anjungan Layanan Mandiri? Sangat Puas Sekali 38% Sangat Puas 26% Puas 27% Kurang Puas 4% Tidak Puas 5% 40% 30% 20% 10% 0% 38% Sangat Puas Sekali 26% 27% Sangat Puas Puas 4% 5% Kurang Puas Tidak Puas e. Bagaimana pendapat Saudara tentang kelengkapan informasi yang ditampilkan dalam Anjungan Layanan Mandiri? Sangat Puas Sekali 32% Sangat Puas 25% Puas 24% Kurang Puas 13% Tidak Puas 6% 40% 30% 20% 10% 0% 32% Sangat Puas Sekali 25% 24% Sangat Puas Puas 13% Kurang Puas 6% Tidak Puas 183

173 f. Bagaimana pendapat Saudara tentang ketersediaan informasi tentang kenaikan pangkat dan pensiun secara terus menerus dalam Anjungan Layanan Mandiri? Sangat Puas Sekali 36% Sangat Puas 25% Puas 24% Kurang Puas 8% Tidak Puas 7% 24% 8% 7% 36% Sangat Puas Sekali Sangat Puas Puas 25% Kurang Puas Tidak Puas g. Bagaimana pendapat Saudara terkait dengan kecepatan proses penyelesaian Surat Keputusan kenaikan pangkat dan pensiun? Sangat Puas Sekali 30% Sangat Puas 19% Puas 22% Kurang Puas 16% Tidak Puas 13% 16% 22% 19% 30% 13% Sangat Puas Sekali Sangat Puas Puas Kurang Puas Tidak Puas h. Bagaimana pendapat Saudara terkait dengan keakuratan data dalam Surat Keputusan kenaikan pangkat dan pensiun? Sangat Puas Sekali 34% Sangat Puas 22% Puas 30% Kurang Puas 8% Tidak Puas 6% 184

174 8% 6% 34% Sangat Puas Sekali 30% Sangat Puas Puas 22% Kurang Puas Tidak Puas i. Penerima layanan mendapatkan kemudahan dalam memperoleh akses dan informasi layanan? Sangat Puas Sekali 34% Sangat Puas 22% Puas 28% Kurang Puas 7% Tidak Puas 5% 40% 30% 20% 10% 0% 34% 26% 28% 7% 5% Sangat Puas Sekali Sangat Puas Puas Kurang Puas Tidak Puas j. Pejabat/Pegawai memiliki pengetahuan yang memadai dan terampil dalam melayani penerima layanan? Sangat Puas Sekali 31% Sangat Puas 23% Puas 32% Kurang Puas 9% Tidak Puas 6% 40% 30% 20% 10% 0% 31% Sangat Puas Sekali 23% Sangat Puas 32% Puas 9% 6% Kurang Puas Tidak Puas 185

175 k. Pejabat/Pegawai mendengarkan dengan seksama keluhan dan permintaan penerima layanan dan mempu memberikan solusi yang dibutuhkan? Sangat Puas Sekali 18% Sangat Puas 25% Puas 35% Kurang Puas 12% Tidak Puas 10% 10% 12% 35% 18% 25% Sangat Puas Sekali Sangat Puas Puas Kurang Puas Tidak Puas Pada survei tahun 2014, capaian tertinggi diperoleh dari aspek kemudahan dalam mengakses Anjungan Layanan Mandiri sebagai instrumen monitoring penyelesaian Keppres kenaikan pangkat dan pensiun yaitu sejumlah (90%) responden menjawab puas. Selanjutnya adalah kemudahan dalam menggunakan Anjungan Layanan Mandiri jawaban responden yang menjawab puas sebesar (91%). Adapun hal yang perlu mendapatkan perhatian dan perbaikan adalah terkait dengan kecepatan penyelesaian keppres kenaikan pangkat dan pensiun, yang dirasakan oleh para responden masih kurang cepat dimana terhadap pertanyaan ini responden menjawab puas sebesar (71%). Sedangkan terkait dengan pertanyaan mengenai akurasi/ketepatan surat keputusan, responden menjawab puas sebesar 86%, yang artinya akurasi ketepatan surat keputusan kenaikan pangkat dan pensiun sudah baik akan tetapi untuk kesempurnaan layanan di tahun-tahun mendatang masih perlu ditingkatkan. Selanjutnya terkait pertanyaan menyangkut kondisi psikologis penerima layanan yaitu pemberi layanan mendengarkan dengan seksama keluhan dan permintaan penerima layanan dan mampu memberikan solusi yang dibutuhkan, hasilnya sebanyak (78%) responden menjawab bahwa 186

176 keluhan mereka telah didengar dan telah mendapatkan solusi yang dibutuhkan. Terkait dengan hal tersebut, beberapa hal yang perlu ditingkatkan berdasarkan hasil survei responden: 1) Kecepatan penyelesaian masih sangat perlu untuk ditingkatkan, sehingga kasus-kasus keterlambatan pembayaran gaji akan dapat diminalisasi. 2) Akurasi/ketepatan penyelesaian keputusan tentang kenaikan pangkat dan pensiun agar ditingkatkan sehingga prinsip zero fault dapat tercapai (SK 100% akurat). 3) Pemberi layanan harus lebih responsif terhadap penerima layanan sehingga menimbukan aspek positif dari pemberi layanan kepada penerima layanan. Berdasarkan hasil yang diperoleh di tahun 2014 terhadap survei yang terkait persentase tingkat kepuasan penyelesaian Keppres kenaikan pangkat pengabdian dan pensiun diperoleh hasil sebesar 84,30%. Apabila dibandingkan dengan hasil survei tahun 2013 terdapat penurunan realisasi sebesar 1,6%. Penurunan nilai survei tersebut lebih disebabkan karena stakeholders kurang merasakan upaya-upaya perbaikan yang telah dilakukan terhadap proses penyelesaian keppres kenaikan pangkat dan pensiun sehingga walaupun data capaian kinerja secara intern baik akan tetapi hasil survei justru tidak demikian. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri untuk ke depan diharapkan para pengelola atau unit kerja dapat lebih serius dalam melakukan upaya-upaya perbaikan di berbagai sektor terkait dengan pelayanan kenaikan pangkat dan pensiun, sehingga di harapkan stakeholder merasa puas dan kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Sehingga dengan adanya penyempurnaan tersebut diharapkan hasil yang diperoleh dapat lebih baik, akuntabel dan transparan. Dari hasil penghimpunan, pengolahan, dan analisis data terhadap jawaban yang diberikan oleh responden, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang merupakan harapan stakeholders dan diharapkan dapat menjadi prioritas Sekretariat Kabinet, yaitu sebagai berikut: 1. Kelengkapan informasi dan kelengkapan petunjuk penggunaan dalam Anjungan Layanan Mandiri. 187

177 2. Kecepatan dalam pemberian pelayanan. Laporan Kinerja (LKj) Sekretariat Kabinet Penyempurnaan Teknologi Informasi yang digunakan, sehingga diharapkan dapat lebih cepat dalam penyelesaian Keppres serta lebih meningkatkan akurasi dalam penyelesaian Keppres dan lebih transparan dalam pemberian informasi yang dibutuhkan terkait penyelesaian Keppres dimaksud. 4. Pembangunan media online (two ways comunication) untuk sarana dalam berkomunikasi terkait dengan pelayanan yang diberikan oleh Sekretariat Kabinet tentang penyelesaian administrasi kepegawaian yang menjadi wewenang Presiden. 5. Peningkatan kapasitas tenaga pemberi layanan sehingga dapat memberikan informasi terkait penyelesaian Keppres secara akurat dan memuaskan. Perkembangan pencapaian sasaran dapat diketahui melalui perbandingan dengan sasaran tahun-tahun sebelumnya. Mengingat IKU inni baru ditetapkan pada tahun 2012, maka perbandingan yang dapat dilakukan hanya selama 3 (tiga) tahun. Berikut adalah perbandingan target, realisasi dan capaian IKU ketiga sasaran keempat untuk tahun Gambar 3.14 Perbandingan IKU Ketiga Sasaran Keempat Tahun

178 Perlu disampaikan bahwa survei pada tahun 2014 dan 2013 berbeda dengan tahun 2012, baik dari segi jumlah pertanyaan, content pertanyaan maupun metode pelaksanaan survei. Meskipun realisasi dan capaian tahun 2014 sedikit turun dibandingkan hasil tahun 2013 namun lebih baik jika dibandingkan hasil survei tahun Keberhasilan pencapaian sasaran keempat diwujudkan melalui program dan kegiatan sebagai berikut: Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Kabinet Kegiatan Penyelesaian Administrasi Kepegawaian yang Wewenang Penetapannya Berada di Tangan Presiden Dari kegiatan tersebut di atas, diharapkan dapat dihasilkan output berupa jumlah petikan dan salinan Keppres sebanyak berkas usulan menjadi 379 Keppres dengan jumlah petikan/salinan sebanyak petikan. Guna meningkatkan kualitas penyelesaian administrasi kepegawaian yang wewenang penetapannya di tangan Presiden, Sekretariat Kabinet terus berupaya dan berbenah diri melalui pengembangan Anjungan Layanan Mandiri (ALM) yang diwadahi dalam sistem informasi kepegawaian (SIMPEG), pengukuran tingkat kepuasan stakeholder terhadap penyelesaian administrasi kenaikan pangkat, pemberhentian dan pensiun PNS melalui media website, dan upaya terus menerus penyempurnaan standar dan prosedur kerja serta bisnis proses, dan pemenuhan standar layanan publik guna lebih mengoptimalkan pelayanan di bidang penyelesaian administrasi aparatur. Penjelasan tentang upaya peningkatan layanan adalah sebagai berikut: 189

179 1. Perbaikan Anjungan Layanan Mandiri (ALM) ALM merupakan media penghubung (gateway) informasi antara Sekretariat Kabinet selaku unit kerja pemroses dengan pemangku kepentingan (pejabat pembina kepegawaian/pns) dalam upaya memberikan informasi sejauhmana proses penyelesaian Keputusan Presiden mengenai kenaikan pangkat, pemberhentian dan pensiun PNS, sekaligus sebagai media monitoring dalam memberikan informasi secara transparan dan akuntabel terhadap kinerja Sekretariat Kabinet utamanya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, sebagaimana yang diperjanjian dalam standar operasional prosedur (SOP). Monitoring dilakukan dengan mengakses website setkab.go.id dan menginput 18 (delapan belas) digit NIP PNS dalam ALM. Keberadaan ALM ini mempermudah pengaksesan informasi proses penyelesaian Keppres tanpa harus datang langsung ke kantor Sekretariat Kabinet. Hal ini meminimalisir peluang terjadinya praktek pungli dan gratifikasi. 2. Pelaksanaan Survei Tingkat Kepuasan Sejak 2012 sampai dengan sekarang telah dilakukan survei tingkat kepuasan pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap pelayanan administrasi kepegawaian mengenai kenaikan pangkat, pemberhentian, dan pensiun PNS golongan IV/c ke atas melalui media website setkab.go.id. Survei dilakukan dengan memberikan 11 (sebelas) pertanyaan guna mengukur dan menjaring opini serta keinginan pemangku kepentingan terkait dengan pelayanan administrasi aparatur, sehingga dengan hasil survei tersebut dapat diketahui kekurangan dalam pelayanan serta dapat dilakukan langkah dan upaya untuk pembenahan kekurangan tersebut. Sejak tahun 2013 dilakukan perubahan dan penyempurnaan kuesioner yang di upload di website setkab.go.id. Penyempurnaan kuesioner survei tingkat kepuasaan tersebut akan terus dikembangkan secara berkelanjutan. Hal ini dilakukan guna mempertajam hasil survei dan evaluasi pembenahan terhadap bisnis proses penyelesaian Keputusan Presiden tentang kepangkatan, pemberhentian, dan pensiun, yaitu dengan melakukan perubahan pertanyaan guna mengukur tingkat kepuasan stakeholder, pengklasifikasian pengakses, kelengkapan isi (contents) informasi dan kemudahan akses, kepuasan kecepatan penyelesaian, dan ketepatan datanya. 190

180 Contoh template survei yang dapat diakses secara online dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 3.15 Contoh Template Survei Secara Online 3. Penanganan Pengaduan/Permasalahan Terkait Pemrosesan Keppres Tentang Jabatan Pemerintahan, Kepangkatan, Pemberhentian, dan Pensiun PNS Golongan IV/C ke Atas secara Transparan dan Optimal Secara umum permasalahan terkait bidang ini yang sering dihadapi adalah menyangkut: a. Perpanjangan batas usia pensiun b. Duplikasi pengusulan berkas antara kepangkatan dan pensiun. c. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS. d. Permohonan pembatalan Keppres karena ditemukan pemalsuan data/ ketidaklengkapan data. 191

181 Guna menampung aspirasi/pengaduan terkait pemrosesan Keppres tentang jabatan pemerintahan, kepangkatan, pemberhentian dan pensiun tersebut, Sekretariat Kabinet telah menyediakan berbagai media/sarana seperti contact media center dan kotak pengaduan. Selain itu, Sekretariat Kabinet telah menindaklanjuti setiap permasalahan/pengaduan yang disampaikan dengan melakukan rapat kerja koordinasi yang dilakukan dengan BKN maupun instansi terkait. 4. Penilaian Pelayanan Publik oleh Tim Kinerja Pelayanan Publik Tim Kinerja Pelayanan Publik yang beranggotakan Kementerian PAN- RB, BPKP, dan Indonesian Quality Award Fondation (IQAF) telah melakukan penilaian pelayanan publik atas layanan administrasi kepangkatan, pemberhentian dan pensiun PNS golongan IV/c ke atas. Penilaian di bidang pelayanan publik ini merupakan pelaksanaan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yang terdiri dari 9 (Sembilan) kriteria penilaian dan setiap kriteria penilaiannya memuat penilaian komponen, indikator, kondisi dan langkah kerja pelayanan publik di Biro Administrasi Aparatur. Hasil yang diperoleh dalam penilaian pelayanan publik tersebut adalah skor 635 (CC). Dari penilaian tersebut, untuk sub kriteria penilaian adanya kebijakan pengelolaan pengaduan, mekanisme pengelolaan pengaduan, sikap dan perilaku, disiplin, respon pegawai dalam memberikan pelayanan mendapat nilai A (baik). 192

182 Penetapan sasaran strategis ini bertujuan untuk menggarisbawahi fokus Sekretariat Kabinet pada pemberian layanan sistem informasi yang responsif dan transparan, dan tidak hanya bertumpu pada peningkatan kecepatan aksesibilitas penyediaan informasi semata kepada melainkan seluruh aspek dan kaidah layanan sistem informasi sebagai bentuk pelaksanaan mandat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Pencapaian sasaran ini bertumpu pada kegiatan untuk menyediakan informasi Sekretariat Kabinet yang dapat diakses oleh publik. Sasaran 5 Capaian sasaran kelima ini diukur melalui pengukuran terhadap indikator kinerja utama (IKU) tentang jumlah pengakses layanan data dan informasi, jumlah pen-download layanan data/informasi Sekretariat Kabinet, dan tingkat kepuasan pengakses terhadap layanan website Sekretariat Kabinet. Selain itu, pencapaian sasaran ini juga didukung oleh indikator kinerja penunjang yang juga punya kontribusi signifikan yaitu persentase keberlanjutan pelayanan (continuity of service). Terwujudnya Peningkatan Layanan Sistem Informasi yang Responsif dan Transparan Uraian mengenai capaian sasaran kelima adalah sebagai berikut: 193

183 Tabel 3.34 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Penunjang dari Sasaran Kelima Indikator Kinerja Target Realisasi %Capaian Kategori Capaian Kinerja Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah pengakses layanan data dan informasi Sekretariat Kabinet 2. Jumlah pendownload layanan data/informasi Sekretariat Kabinet 3. Tingkat kepuasan pengakses terhadap layanan website Sekretariat Kabinet Indikator Kinerja Penunjang 4. Persentase keberlanjutan pelayanan (continuity of service) ,58 Memuaskan ,27 Baik 90% 70% 77,78 Baik 99% 99,45% 100,45 Memuaskan Capaian ketiga buah IKU sasaran kelima dan capaian satu indikator kinerja penunjang di atas menggunakan rumus 1. Berdasarkan kategori pencapaian kinerja, dapat dinyatakan bahwa capaian IKU pertama dan capaian indikator kinerja penunjang sasaran ini dikategorikan memuaskan sedangkan capaian IKU kedua dan ketiga dikategorikan baik. Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa pencapaian sasaran ini cukup beragam/variatif jika dilihat dari masing-masing capaian indikator sasarannya. Hal tersebut dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor berikut: 194

184 1. Faktor yang mempengaruhi peningkatan capaian indikator kinerja sasaran kelima: a. Perubahan tampilan/perwajahan website beserta kontennya sejak Oktober Hal tersebut dilakukan dalam upaya meningkatkan kemudahan akses di website, menampilkan struktur menu yang lebih variatif, dan muatan informasi yang lebih berbobot. b. Adanya animo yang sangat besar dari publik untuk mengetahui perkembangan pemerintahan dan pelaksanaan program-programnya melalui akses terhadap berita dan kegiatan pemerintahan yang dimuat dalam website Sekretariat Kabinet. Terlebih lagi, pada semester II 2014 terjadi pergantian pemerintahan yang menarik perhatian publik. 2. Faktor yang mempengaruhi penurunan capaian indikator kinerja sasaran kelima: a. Tidak dilakukannya pengembangan terhadap sejumlah SIM inti yang ada khususnya sistem informasi peraturan perundang-undangan (SIPUU) karena fokus pada tahun 2014 hanya pada updating data saja. b. Tidak dipungkiri, kendala dalam koordinasi menjadi salah satu faktor belum tercapainya target beberapa indikator kinerja di tahun Seperti telah diuraikan diatas, bahwa pengisian atau konten website merupakan produk unit-unit kerja di dalam Sekretariat Kabinet, dengan kesesuaian tugas dan fungsi masing-masing unit tersebut, untuk dikoordinasikan pengunggahannya ke dalam website Sekretariat Kabinet. Jika dibandingkan dengan capaian di tahun-tahun sebelumnya, meskipun mengalami penurunan jika dibandingkan capaian tahun 2013, namun capaian tahun 2014 masih lebih tinggi dibanding tahun 2011 dan Penurunan jumlah pendowload informasi perundang-undangan serta angka kepuasan pengakses website menyumbang angka cukup besar dalam penurunan capaian target di tahun

185 Uraian lebih lanjut tentang analisis capaian IKU sasaran kelima dan capaian indikator kinerja penunjang akan diuraikan lebih lanjut dalam penjelasan tentang masing-masing indikator dari sasaran tersebut. IKU 1 Jumlah Pengakses Layanan Data dan Informasi Sekretariat Kabinet 1. Formulasi IKU Guna mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, IKU Jumlah pengakses layanan data dan informasi Sekretariat Kabinet, diukur melalui jumlah orang yang mengakses seluruh produk/layanan informasi Sekretariat Kabinet melalui website Sekretariat Kabinet dengan bantuan aplikasi penghitung otomatis yang terdapat dalam website tersebut. Produk/layanan yang dapat diakses berupa informasi peraturan perundang-undangan, informasi kepangkatan dan pensiun PNS golongan IV/c ke atas, berita dan artikel tentang kegiatan Presiden/pemerintah dan Sekretariat Kabinet, press release hasil sidang kabinet, pengumuman lelang serta facebook dan twitter Sekretariat Kabinet. 2. Pencapaian IKU Secara keseluruhan, target yang akan dicapai pada tahun 2014 ditetapkan sebanyak pengakses dan sampai dengan akhir tahun 2014 pencapaian realisasi jumlah pengakses sebesar pengakses yang diperoleh dari akumulasi jumlah pengakses masing-masing sub sistem yang ada dalam website Sekretariat Kabinet. Dengan demikian capaiannya adalah 183,58%. Rincian atau rekapitulasi masing-masing data yang diakses tahun 2014 serta perbandingannya dengan tahun-tahun sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut: 196

186 Tabel 3.35 Rekapitulasi Pengakses Layanan Data dan Informasi Sekretariat Kabinet Tahun Jenis Data/Informasi Realisasi Pengakses Facebook Twitter SIPUU (Informasi perundang-undangan SIMPEG (Informasi kepangkatan dan pensiun PNS Gol IV/c ke atas) Berita dan artikel Press release Pengumuman lelang Jumlah Total Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa capaian yang signifikan terjadi pada jumlah pengakses berita dan artikel. Realisasi untuk data ini secara keseluruhan pada tahun 2014 meningkat 99,53% persen dibandingkan tahun Namun demikian, untuk beberapa sub sistem terdapat penurunan jumlah pengakses seperti pada pengakses informasi peraturan perundang-undangan (SIPUU) dan informasi kepegawaian (SIMPEG). Hal tersebut tidak berlaku pada pengakses facebook dan twitter Sekretariat Kabinet karena jumlah pengakses tahun 2014 justru mengalami peningkatan masing-masing sebanyak 2 (dua) kali lipat dan 3 (tiga) kali lipat dibandingkan tahun Hal ini menunjukkan adanya minat publik untuk berpartisipasi dalam penyebaran informasi yang disediakan Sekretariat Kabinet melalui media sosial. Terkait peningkatan jumlah pengakses untuk item-item tersebut, terdapat sejumlah faktor yang mungkin mempengaruhi, antara lain: 1. Berita dan artikel merupakan hasil pemberitaan, pemantauan dan analisis riil di lapangan terkait produk-produk maupun kegiatan pemerintahan, dalam hal ini lebih khusus pada kegiatan Presiden dan Sekretaris Kabinet. 2. Peningkatan kegiatan Presiden dan Sekretaris Kabinet yang disertai oleh tim dari Sekretariat Kabinet menghasilkan pemberitaan dan analisis yang kemudian diupload sebagai informasi publik. 197

187 3. Penyebarluasan berita Twitter Sekretariat Kabinet dipermudah dengan adanya link penghubung antara website Sekretariat Kabinet dengan akun Twitter Sekretariat Kabinet. 4. Tingginya animo pihak mass media/pers untuk mengakses berita dan artikel Sekretariat Kabinet sebagai rujukan untuk penulisan berita di medianya masing-masing. 5. Sosialisasi yang dilakukan ke instansi-instansi pemerintahan baik daerah maupun pusat guna saling bertukar informasi mengenai kemajuan layanan informasi publik, sekaligus media promosi website Sekretariat Kabinet. Terkait pengakses berita lelang, informasi ini tidak diketahui secara pasti karena kegiatan pengadaan Sekretariat Kabinet menggunakan media aplikasi yang disediakan LPSE atau melalui situs LKPP. Sedangkan untuk Press Release, berkaitan dengan kerahasiaan negara maka berita yang disebarkan kepada publik perlu mendapat persetujuan pimpinan dan memenuhi ketentuan yang berlaku. Selain itu aplikasi counter stat belum dapat secara otomatis menghitung jumlah pengakses press release. Guna mengukur tingkat capaian kinerja, berikut ini akan disajikan perbandingan data capaian pengakses data dan informasi secara keseluruhan tahun 2010 s.d sebagai berikut: Gambar 3.16 Perbandingan IKU Pertama Sasaran Kelima tentang Jumlah Pengakses Layanan Data dan Informasi Tahun Berdasarkan data pada gambar di atas dapat dilihat bahwa secara umum capaian jumlah pengakses data dan informasi mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun karena adanya faktor-faktor sebagaimana yang telah 198

188 dijelaskan di atas terutama animo masyarakat dalam mengakses informasi yang disediakan dalam website Sekretariat dan dipengaruhi oleh kejadiankejadian penting seperti situasi politik, perkembangan ekonomi, dan lainlain. Hal ini menunjukkan bahwa publik/stakeholder cukup aware dalam mendapatkan informasi yang berimbang baik dari media online non pemerintah maupun media online pemerintah. Dalam hal ini, Sekretariat Kabinet berupaya menjadi salah satu corong media online Pemerintah. Disisi lain, fluktuasi angka capaian tersebut juga dipengaruhi oleh besaran penetapan target. Karena realisasi yang didapat sangat bergantung pada animo masyarakat dan faktor-faktor lain, maka target yang ditetapkan tidak semata-mata didasarkan pada realisasi tahun sebelumnya. Hal ini menjadi salah satu penyebab fluktuasi angka capaian ketika dilakukan perbandingan antara realisasi dengan target yang telah ditetapkan. IKU 2 Jumlah Pendownload Layanan Data dan Informasi Sekretariat Kabinet 1. Formulasi IKU Guna mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, IKU Jumlah pen-download layanan data dan informasi Sekretariat Kabinet, diukur melalui jumlah orang yang mendownload seluruh produk/layanan informasi Sekretariat Kabinet melalui website Sekretariat Kabinet dengan bantuan aplikasi penghitung otomatis yang terdapat dalam website tersebut. produk/ layanan informasi yang dapat didownload adalah informasi peraturan perundang-undangan (PUU). 2. Pencapaian IKU Indikator ini dipilih sebagai salah satu IKU untuk sasaran kelima dimaksudkan untuk lebih mengetahui kinerja yang lebih riil dari layanan informasi melalui website Sekretariat Kabinet karena jumlah pen-download mencerminkan banyaknya stakeholder atau user yang tertarik dan 199

189 membutuhkan produk informasi Sekretariat Kabinet. Dalam hal ini informasi/data yang didownload adalah informasi peraturan perundangundangan (PUU) yang menjadi produk Sekretariat Kabinet maupun peraturan perundang-undangan yang lain. Target yang ditetapkan pen-download dan terealisasi sebanyak pen-download dengan capaian 76,27%. Penurunan angka realisasi pen-download ini dipengaruhi oleh faktor kebutuhan publik untuk mendownload informasi PUU tersebut. Untuk beberapa jenis peraturan perundang-undangan tertentu, animo publik cukup besar, sedangkan untuk jenis perundang-undangan yang lain sepi peminat sehingga hal tersebut selanjutnya akan mempengaruhi realisasi total jumlah pendownload informasi PUU secara keseluruhan. Mengingat indikator merupakan indikator yang baru ditetapkan di tahun 2012, maka guna mengukur tingkat capaian kinerja, berikut ini hanya akan disajikan perbandingan data selama 3 (tiga) tahun yaitu Tabel 3.36 Perbandingan Jumlah Pendownload Data/Informasi Sekretariat Kabinet Tahun Tahun Target Pendownload Realisasi Pendownload % , , ,27 Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa secara capaian tahun 2014 paling rendah dibandingkan tahun 2012 dan Meskipun demikian perlu dipertimbangkan adanya peningkatan target tahun 2014 yang jauh lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun realisasi tahun 2014 lebih kecil dibandingkan tahun 2013 namun secara kuantitas masih lebih besar dibandingkan tahun Mengingat adanya penurunan realisasi ini, ke kedepan perlu dipertimbangkan penetapan target yang lebih realistis dengan didasarkan pada data realisasi dan capaian tahuntahun sebelumnya dan faktor lain seperti upaya perbaikan berupa mereviu kembali kelengkapan data PUU yang ada (ketersediaan dan tampilannya) serta menambah kapasitas bandwith website Sekretariat Kabinet guna mempercepat waktu download data PUU tersebut. 200

190 IKU 3 Tingkat Kepuasan Pengakses Terhadap Layanan Website Sekretariat Kabinet 1. Formulasi IKU Guna mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, IKU Tingkat kepuasan pengguna website Sekretariat Kabinet, diukur melalui penggunaan aplikasi pooling secara online terhadap pengguna website Sekretariat Kabinet. 2. Pencapaian IKU Terkait pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat, Sekretariat Kabinet sejak tahun 2011 telah melakukan survei untuk mengukur tingkat kepuasan pengunjung website. Survei ini mencakup tingkat aksesibilitas situs, kemudahan men-download informasi, kemanfaatan situs, pendapat tentang tampilan dan konten website, serta kepuasan pengunjung secara umum terhadap website Sekretariat Kabinet. Survei tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai indikator kinerja sejak tahun Pada tahun 2014 target indikator tingkat kepuasan pengakses layanan website Sekretariat Kabinet tersebut ditetapkan sebesar 90%. Target ini mengalami peningkatan sebesar 5% dibandingkan tahun sebelumnya. Guna menghitung persentase kepuasan pengakses layanan website Sekretariat Kabinet tersebut, secara random akan muncul tampilan survei untuk menjaring opini pengakses, untuk selanjutnya hasil jawaban sangat puas dan puas dibandingkan dengan total survei untuk menghasilkan akan realisasi. Mekanisme random dipilih untuk mengupayakan survei menjadi obyektif sehingga meminimalisir anggapan bahwa ada upaya curang oleh internal Sekretariat Kabinet untuk mendongkrak perolehan hasil survei. 201

191 Berdasarkan hasil pooling online tersebut, diperoleh realisasi sebesar 70% sehingga capaiannya adalah 77,78%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 memang ada penurunan realisasi sebesar 17,59% sehingga berpengaruh pada penurunan angka capaian sebesar 25,22%. Secara detil hal tersebut dapat dilihat pada perbandingan berikut: Gambar 3.17 Perbandingan IKU Ketiga Sasaran Kelima tentang Tingkat Kepuasan Pengakses Layanan Website Sekretariat Kabinet Tahun Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa terjadi penurunan realisasi dan capaian tahun 2014 jika dibandingkan tahun Hal ini dipengaruhi salah satunya oleh adanya perubahan perwajahan situs website Sekretariat Kabinet yang menyebabkan akses terhadap pooling website yang baru tidak semudah mengakses berita/artikel. Dalam menemukan icon/ shortcut pooling website, user perlu menscroll hingga halaman/page paling bawah pada website tersebut untuk memberikan vote atas pooling website. Hal ini mempengaruhi animo user dalam mengisi pooling. Oleh karena itu, kedepan icon/shortcut pooling website perlu diletakkan di tempat yang mudah diakses user. Selain capaian IKU di atas, yang tidak kalah penting adalah capaian indikator kinerja penunjang yang punya kontribusi besar dalam menunjang pencapaian sasaran kelima, dengan penjelasan sebagai berikut: 202

192 Indikator Kinerja Penunjang Persentase Keberlangsungan Layanan (Continuity of Service) 1. Formulasi Indikator Kinerja Guna mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, indikator kinerja Persentase keberlanjutan layanan (continuity of service), diformulasikan dengan menggunakan perhitungan berikut: Jumlah jam layanan yang tidak mengalami gangguan dalam setahun Jumlah jam layanan dalam setahun X 100% Kinerja untuk indikator ini dihitung dari jumlah jam layanan terkait sistem informasi dalam setahun yang dapat diberikan tanpa mengalami gangguan/error. Jumlah jam tersebut dikonversi ke dalam jam kerja, dimana 1 hari = 8 jam kerja sehingga 1 tahun layanan = 365 hari x 8 jam kerja atau jam layanan. 2. Pencapaian Indikator Kinerja Sekretariat Kabinet telah berkomitmen untuk memberikan pelayanan paripurna dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang sistem informasi. Sebagai bentuk layanan prima dalam hal akses informasi tersebut, layanan internet harus dapat diakses selama 24 jam dalam satu hari dan 7 hari dalam satu minggu nonstop. Terkait dengan pelayanan sistem informasi, disadari bahwa sangat mustahil hal tersebut dapat terpenuhi 100% atau jam layanan tanpa gangguan, mengingat adanya kepastian akan terjadi gangguan, baik secara internal (ketersediaan listrik), maupun akibat gangguangangguan yang bersifat eksternal (kerusakan peralatan, gangguan virus, gangguan hacker, permasalahan di pihak Internet Service Provider (ISP), 203

193 bencana alam, dan lain-lain). Oleh karena itu, dispensasi 1% adalah untuk mengantisipasi keadaan seperti hal tersebut diatas sehingga target untuk IKU ini ditetapkan 99% atau 2.890,8 jam tanpa gangguan. Selama tahun 2014 terjadi kegagalan atau terputusnya layanan selama 14 jam (kurang lebih 1 ¾ hari layanan) sehingga realisasi layanan adalah jam tanpa gangguan atau 99,45%. Mengingat target yang ditetapkan adalah 99% maka capaiannya adalah 100,45%. Meskipun realisasi jumlah jam layanan tersebut sudah melebihi target namun ke depan perlu lebih diminimasir adanya gangguan jam layanan sehingga mendekati jumlah layanan jam tanpa gangguan atau 100%. Guna mengukur tingkat capaian kinerja, berikut ini akan disajikan perbandingan tahun sebagai berikut: Gambar 3.18 Perbandingan Indikator Kinerja Penunjang dari Sasaran Kelima tentang Persentase Keberlanjutan Pelayanan Tahun Berdasarkan data di atas dapat dilihat capaian tahun 2014 lebih baik dibandingkan capaian tahun 2013 maupun capaian tahun 2010 dan Hal ini menunjukkan adanya upaya Sekretariat Kabinet melalui monitoring secara intensif terhadap faktor-faktor internal (misalnya pemeliharaan jaringan) maupun koordinasi secara intensif dengan dengan pihak ketiga yang menjadi vendor jaringan/layanan internet di Sekretariat Kabinet (PT.Telkom). Dengan demikian layanan dapat ditingkatkan ke arah nol/zero jam gangguan. 204

194 Gambaran keberhasilan Sekretariat Kabinet dalam pencapaian sasaran kelima diwujudkan melalui program dan kegiatan sebagai berikut: Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan dukungan dan pelayanan sistem informasi Sekretariat Kabinet, selama periode telah dilakukan hal-hal berikut: 1. Integrasi Sistem Informasi Manajemen di Sekretariat Kabinet Pembangunan dan pengembangan Sistem Informasi Manajemen (SIM) di lingkungan Sekretariat Kabinet merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi satuan organisasi/unit kerja. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu Grand Design pengembangan SIM di lingkungan Sekretariat Kabinet. Pembangunan Grand Design SIM telah dilaksanakan sejak tahun 2010 yang bertujuan salah satunya adalah mengintegrasikan SIM yang telah dikembangkan di Sekretariat Kabinet. Pada awal pelaksanaannya, rencana pembangunan dan pengembangan SIM di lingkungan Sekretariat Kabinet terdiri dari: a. Penyusunan Grand Design SIM Sekretariat Kabinet; b. Pembangunan Integrasi Data Base; c. Pengembangan Aplikasi Handkey; Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Kabinet d. Pengadaan Barang Pendukung SIM (software). Sejalan dengan perkembangan Sekretariat Kabinet, rencana tersebut terus mengalami perubahan dan penyempurnaan. Secara lengkap pembangunan pengembangan SIM di lingkungan Sekretariat Kabinet selama periode dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Kegiatan Pengelolaan Data dan Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan, Peraturan Perundang-undangan, Persidangan, Kepegawaian, dan Perpustakaan Melalui SIM, Arsip dan/atau Dokumen 205

195 Tabel 3.37 Rekapitulasi Pembangunan dan Pengembangan SIM Periode No Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Grand Design Sistem Informasi Sekretariat Kabinet Pengembangan Sistem Informasi Presensi Pejabat/ Pegawai di lingkungan Kabinet (Handkey Information System) Pengembangan Workflow Management System (WMS) Pengembangan Sistem Informasi Perundang- Undangan (SIPUU) Integrasi Sistem Informasi Sidang Kabinet (SISKAB) kedalam website Setkab 2 Integrasi Sistem Informasi di lingkungan Sekretariat Kabinet Pengembangan perwajahan website Setkab ( Pengembangan Sistem Informasi Kepegawaian Gol. IV/c keatas (SIMPEG) Pengembangan perwajahan website Setkab ( Pengembangan perwajahan website Setkab ( 3 Pembangunan Sistem Informasi administrasi Kendaraan Pembangunan Sistem Informasi Keuangan (SISKA) Pengembangan Sistem Informasi Keuangan Pembangunan Sistem Informasi Inventarisasi Barang Sekretariat Kabinet Pengembangan Sistem Informasi Inventarisasi Barang Sekretariat Kabinet 4 Pembangunan Sistem Manajemen Kinerja Terpadu Berbasis Balanced Scorecard Pengembangan Sistem Informasi untuk Penilaian Kinerja Pegawai (Altius) Pembangunan Sistem Informasi Perjalanan Dinas (SisPerjadin) 5 Pengembangan Sistem Pengadaan CPNS online Pembangunan SI Monev Rencana Aksi PK/ e-lakip 6 Pembangunan Sistem Informasi Kepegawaian Internal (SIKENAL) Pengelolaan aplikasi SKP Online Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan dukungan dan pelayanan sistem informasi Sekretariat Kabinet, sampai dengan tahun 2014 telah dilakukan langkah-langkah berikut: a. Melanjutkan integrasi seluruh sistem informasi manajemen (SIM) guna menunjang penyediaan informasi yang cepat dan akurat, antara lain: 1) Sistem Informasi Peraturan Perundang-undangan (SIPUU); 2) Sistem Informasi Sidang Kabinet (SISKAB); 206

196 3) Sistem Informasi Tata Persuratan dan Ketatalaksanaan (SI MAILTRACKING); 4) Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG); 5) Website Sekretariat Kabinet. b. Perbaikan Sistem Informasi Peraturan Perundang-undangan (SIPUU) Sekretariat Kabinet telah melakukan perbaikan tampilan SIPUU dan data retrieval SIPUU, yang menghasilkan: 1) Penyeragaman format otentifikasi naskah PUU; 2) Penyeragaman penyampaian softcopy naskah; 3) Peningkatan kapasitas bandwith dari 20 GB menjadi 30 GB; 4) Koreksi naskah PUU yang tidak lengkap atau salah yang terbit. c. Pengembangan Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG) SIMPEG merupakan aplikasi sistem informasi berbasis web (web-based) untuk mengolah dan memroses data kepegawaian mengenai kenaikan pangkat, pemberhentian dan pensiun pegawai negeri sipil golongan IV/c ke atas yang diusulkan oleh pejabat pembina kepegawaian pusat dan daerah (provinsi/kabupaten/kota) yang wewenang penatapannya berada di tangan Presiden. Pengusul dapat mengakses dan memonitor melalui website setkab.go.id dan menginput 18 digit NIP PNS dalam anjungan layanan mandiri (ALM). Perbaikan Anjungan Layanan Mandiri (ALM) telah dilakukan agar lebih informatif dan sederhana serta dapat diakses oleh setiap PNS golongan IV/c ke atas dengan menggunakan NIP lama ataupun NIP baru. Penyederhanaan tampilan data meliputi data pegawai, data perubahan pangkat, data instansi/lembaga, data Badan Kepegawaian Negara (BKN), dan data Keputusan Presiden (Keppres). Informasi data BKN akan muncul dalam ALM setelah BKN menyampaikan pertimbangan teknis kepada Presiden. Data Keppres ditampilkan setelah rancangan Keppres ditandatangani oleh Presiden. 207

197 Gambar 3.19 Anjungan Layanan Mandiri (ALM) Sekretariat Kabinet 208

198 Informasi data PNS d. Perbaikan tampilan Sistem Informasi Sidang Kabinet (SISKAB) Sistem Informasi Sidang Kabinet (SISKAB) adalah sebuah sistem informasi yang semula berdiri sendiri, dikoneksikan dengan sistem informasi lainnya di lingkungan Sekretariat Kabinet menjadi satu kesatuan infrastruktur teknologi informasi. Memperhatikan kerahasiaan sebagian besar informasi dalam SISKAB, maka perbaikan tampilan SISKAB dalam website Sekretariat Kabinet dilakukan dengan memuat informasi yang tidak bersifat rahasia, yaitu jenis sidang/rapat/ pertemuan, agenda sidang, tempat dan waktu, peserta sidang, serta pointers Pengantar Presiden. e. Perbaikan content dan tampilan website Sekretariat Kabinet dengan menambahkan fitur-fitur baru seperti kolom reformasi birokrasi, kolom MP3EI, kolom kawal anggaran, dan lain-lain. f. Menyelenggarakan survei kepuasan kepada stakeholder melalui website Sekretariat Kabinet. 209

199 2. Pengelolaan dan Pengembangan Website Sekretariat Kabinet Sekretariat Kabinet telah memiliki website tersendiri sejak tahun Sampai dengan tahun 2014 telah dilakukan beberapa perubahan baik dalam tampilan maupun konten dari website Sekretariat Kabinet tersebut. Visualisasi perbedaan tampilan halaman muka situs sejak awal dibangun sampai dengan saat ini, adalah sebagai berikut: a. Tampilan halaman muka website pada saat pembangunan (awal) dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3.20 Halaman Muka Website Sekretariat Kabinet pada Saat Awal Pembangunan (2008) b. Tampilan halaman muka website setelah pengembangan dapat dilihat pada gambar berikut ini. 210

200 Gambar 3.21 Halaman Muka Website Sekretariat Kabinet Setelah Pengembangan 1) Periode ) Periode

201 Laporan Kinerja (LKj) Sekretariat Kabinet ) Periode

202 4) Per 22 September

203 214

204 215

205 Terkait tampilan maupun content website, perubahan yang dilakukan terutama pada periode , ditujukan untuk memenuhi fungsi manajemen kabinet dimana content dan layanan yang disediakan lebih banyak ditujukan untuk memberikan dukungan pemikiran dan analisis bagi pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada publik. Upaya tersebut dilakukan dengan melengkapi/ memperbaharui data dan informasi pada website Sekretariat Kabinet dan memperbaiki sistem pencarian pada mesin pencari (search engine) serta penambahan kecepatan bandwidth dalam upaya untuk mempermudah dan mempercepat stakeholders untuk mengunduh data dan informasi pada website Sekretariat Kabinet, antara lain: a. melengkapi data sesuai dengan kebutuhan stakeholder; b. waktu aksesibilitas selama 24 (dua puluh empat) jam per hari dan 7 (tujuh) hari per minggu (24/7); c. memperbaiki sistem pencarian dengan membuat fasilitas autolink yaitu setiap berita/artikel yang memuat PUU, maka langsung terhubung secara otomatis dengan PUU dimaksud; d. memperbaharui berita/artikel setiap hari mengenai kegiatan yang dilakukan oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden; e. menambah kecepatan akses dari 6 MBps menjadi 20 MBps, sehingga stakeholders dapat mengakses/men-download dengan cepat. Pengelolaan website Sekretariat Kabinet termasuk didalam kegiatan Pengelolaan, Pengembangan, dan Pemeliharaan Sistem Informasi dan Infrastruktur dan Penyebarluasan Data dan Informasi yang juga didukung oleh kegiatan pembinaan pemanfaatan sistem informasi dan penyebaran berita melalui website Selama empat tahun terakhir, website setkab.go.id mengalami perkembangan yang signifikan. Jumlah pengunjung setkab.go.id Jumlah pengunjung tersebut terus mengalami peningkatan yang signifikan. Capaian tersebut mengindikasikan bahwa informasi yang disampaikan setkab.go.id diterima publik dengan baik, sekaligus mematahkan mitos bahwa website 216

206 lembaga pemerintah selama ini dianggap lambat dalam meng-update informasi kepada publik. Gambar 3.22 Peningkatan Jumlah Pengunjung Website Secara umum, website setkab.go.id menyampaikan informasi terkini dan terpercaya kepada publik dalam bentuk konten: pertama, arahan Presiden yang disampaikan dalam Pengantar Sidang Kabinet kemudian dikemas dalam bentuk berita, ataupun dimuat dalam kolom khusus Pidato Presiden. Kedua, informasi terkini tentang produk hukum yang dimuat dalam Sistem Informasi Perundang-undangan dan dikemas pula dalam bentuk berita yang memuat isi pokok peraturan perundang-undangan tersebut. Ketiga, informasi perkembangan terkini mengenai pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah termasuk counter opini untuk menyeimbangkan informasi yang beredar di media massa dan media sosial. Keempat, informasi terkait dengan Rapat Terbatas atau Sidang Kabinet yang dimuat Sistem Informasi Persidangan, dan informasi pengangkatan dan pensiun bagi PNS golongan IV c ke atas yang dimuat dalam Sistem Informasi Kepegawaian. Untuk lebih mendukung penyebarluasan informasi ke publik, konten yang dimuat dalam website setkab.go.id juga dibantu penyebarluasannya oleh media sosial berupa Twitter:@setkabgoid dan Facebook:Setkab RI. Dukungan kedua media sosial tersebut tidak saja membantu penyebarluasan 217

207 informasi yang dimuat dalam website setkab.go.id tetapi juga meningkatkan pengunjung setkab.go.id. Saat ini, telah menyampaikan tweet sebanyak 16,4 K dan follower-nya sudah mencapai 112K. Gambar 3.23 Tampilan Begitu pula jumlah likes dalam facebook Setkab RI telah mencapai 2,325 likes. Isi Facebook: Setkab RI tersebut selain berita yang telah dimuat dalam website setkab.go.id juga foto-foto dan video kegiatan Presiden dan pemerintahan. Gambar 3.24 Tampilan Facebook Setkab RI 218

208 Untuk lebih mempercepat penyampaian informasi kepada publik sekaligus meningkatkan jumlah pengunjung setkab.go.id, design website setkab.go.id dan versi mobile-phone-nya telah disempurnakan. Diharapkan dengan penyempurnaan desain website tersebut, website setkab.go.id dapat lebih baik lagi dalam pemberian informasi kepada publik. Salah satu penunjang keberhasilan yang dapat diidentifikasi dalam upaya pencapaian sasaran kelima adalah adanya antisipasi dan komitmen dari segenap pihak terkait untuk dapat bersikap cepat tanggap terhadap perkembangan kebutuhan serta adanya perhatian dan keterlibatan pimpinan untuk mengembangkan sistem informasi maupun pengelolaannya. Sedangkan kendala yang dihadapi antara lain kapabilitas SDM yang perlu terus ditingkatkan, telah diatasi dengan mengikutsertakan yang bersangkutan pada beberapa pendidikan dan pelatihan yang aplikatif. Demikian juga dalam hal alokasi anggaran telah diupayakan adanya peningkatan dari tahun ke tahun, baik dari segi jumlah maupun bidang yang dikembangkan. Reviu atas Pelaksanaan SAKIP Sekretariat Kabinet berkomitmen meningkatkan kualitas pelaksanaan SAKIP di lingkungannya diwujudkan melalui berbagai macam upaya, salah satunya adalah melalui reviu terhadap pelaksanaan unsur-unsur SAKIP guna menghasilkan rekomendasi yang berguna bagi perbaikan pelaksanaan SAKIP di Sekretariat Kabinet. Reviu terdapat unsur-unsur SAKIP menghasilkan beberapa poin yang perlu mendapat perhatian, sebagai berikut: 1. Penetapan Indikator Kinerja Penetapan indikator kinerja tidak hanya terkait dengan pengukuran ketepatan waktu dan ketepatan substansi semata, namun pada tahun

209 ini telah semakin banyak ditambahkan indikator terkait pengukuran tingkat kepuasan stakeholders. Dari 5 (lima) sasaran strategis yang ada 3 (tiga) diantaranya sudah mempunyai indikator pengukuran kepuasan. Dalam hal ini terdapat 4 (empat) indikator kepuasan (30%) dari total 13 (tiga belas) indikator kinerja Sekretariat Kabinet. Dalam hal ini indikator tentang tingkat kepuasan itu terdapat dalam tiga sasaran yaitu sasaran strategis ketiga tentang persidangan kabinet, sasaran strategis keempat tentang layanan administrasi aparatur yang wewenang penetapannya di tangan Presiden, dan sasaran strategis kelima tentang layanan informasi. jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya dimana hanya ada 3 (tiga) indikator kepuasan. Dengan semakin banyaknya indikator tentang tingkat kepuasan ini diharapkan akan menjadi trigger bagi munculnya indikator-indikator lain yang lebih outcome ultimate pada sasaran lain. 2. Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Pemilihan dan penetapan IKU pada tahun 2014 berbeda dengan tahun Berdasarkan hasil reviu terhadap penetapan IKU Sekretariat Kabinet tahun 2013, dilakukan perubahan mendasar dimana pada tahun 2014 sejumlah indikator terkait pengukuran ketepatan waktu tidak lagi dijadikan IKU sebagaimana halnya pada tahun Sebagian besar IKU merupakan indikator yang dipertimbangkan bersifat outcome seperti indikator yang ditindaklanjuti dan indikator tingkat kepuasan. Selain itu, terdapat perubahan IKU pada sasaran ketiga terkait penyelenggaraan sidang kabinet yaitu penggantian indikator terkait pengukuran ketepatan waktu dengan indikator pengukuran tingkat kepuasan terhadap risalah sidang. Sehingga pada tahun 2014 terdapat 4 (empat) indikator tingkat kepuasan yang terdapat dalam 3(tiga) sasaran strategis yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas sasaran-sasaran strategis Sekretariat Kabinet. Rumusan IKU yang baru tersebut diharapkan lebih mencerminkan core business Sekretariat Kabinet. 220

210 3. Penetapan Target Pada beberapa sasaran, sulit untuk menetapkan target dalam jumlah berkas di awal perencanaan karena sangat tergantung pada jumlah berkas yang masuk/diterima. Misalnya berkas usulan kepegawaian tentang jabatan maupun kepangkatan, pemberhentian dan pensiun. Oleh karena itu, solusi yang diambil adalah menggunakan satuan persentase dengan melihat realisasi dan trend capaian tahun sebelumnya. Target dikonversi ke dalam berkas setelah seluruh berkas masuk diketahui, namun hal ini terkadang mengakibatkan target berkas sangat berfluktuasi jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penetapan target pada sejumlah indikator kinerja belum menggunakan angka absolut (100%) karena beberapa pertimbangan tertentu dan reasoning terkait trend realisasi dan capaian tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian diharapkan pada tahun-tahun mendatang penetapan target tersebut bisa menggunakan angka absolut atau ditetapkan 100% dengan pertimbangan bahwa Sekretariat Kabinet telah berupaya dari tahun-tahun untuk memperbaiki pencapaian kinerjanya dan merupakan bukti komitmen Sekretariat Kabinet untuk memberikan kinerja yang terbaik kepada stakeholdernya. 4. Pengukuran Kinerja Terkait pengukuran capaian kinerja, unit-unit kerja di lingkungan Sekretariat Kabinet yang tugas dan fungsinya sejenis mulai mengembangkan instrumen pengukuran yang serupa, misalnya untuk pengukuran realisasi dan capaian terkait penyampaian saran kebijakan kepada pemerintah. Namun demikian, instrumen tersebut perlu terus dibenahi dan dikembangkan agar dapat menjadi alat ukur yang komprehensif. Selain itu diperlukan pengintegrasian data kinerja antar unit kerja di lingkungan Sekretariat Kabinet guna memudahkan monitoring atas data capaian tersebut. 221

211 5. Pemantauan atas Capaian Kinerja Pemantauan atas capaian kinerja secara komprehensif telah mulai dibangun dan dikembangkan oleh setiap unit kerja melalui instrumen rencana aksi atas dokumen penetapan kinerja dan laporan capaian atas rencana aksi penetapan kinerja secara intensif dan periodik. Sejak tahun 2013, seluruh unit kerja di lingkungan Sekretariat Kabinet telah melaksanakan dan melaporkan data capaian PK per tiga bulan dan telah dilakukan reviu atas capaian PK tersebut. Pada tahun 2014 mekanisme tersebut terus disempurnakan dan telah dilakukan upaya untuk mengubah mekanisme monev kinerja tersebut kedalam suatu aplikasi elektronik yaitu Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Penetapan Kinerja (SIMONEV RA-PK) atau e-lakip yang saat ini sedang dibangun oleh Pusat Data dan Informasi Sekretariat Kabinet. 6. Pemanfaatan perencanaan, pelaporan dan evaluasi kinerja dalam manajemen kinerja Sekretariat Kabinet Dokumen perencanaan kinerja sudah lebih dimanfaatkan untuk pengarahan program dan kegiatan begitu juga dengan dokumen pelaporan dan evaluasi kinerja sudah dijadikan bahan pertimbangan pimpinan dalam pengambilan keputusan. Hal ini terlihat dari concern pimpinan untuk memanfaatkan informasi dari dokumen perencanaan dan pelaporan tersebut dalam pertemuan/rapat lintas unit kerja, maupun intern unit kerja. Selain langkah-langkah terkait reviu unsur-unsur SAKIP tersebut, Sekretariat Kabinet telah melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan kualitas implementasi SAKIP Sekretariat Kabinet antara lain: 1. Optimalisasi peranan unit pengawasan internal yaitu Inspektorat dalam melakukan fungsi monev atas pelaksanaan SAKIP di Sekretariat Kabinet, diantaranya melalui evaluasi AKIP internal terhadap satuan organisasi di lingkungan Sekretariat Kabinet. 2. Melakukan penyempurnaan mekanisme ketatalaksanaan Sekretariat Kabinet melalui penyempurnaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP). Penyempurnaan SP dan SOP ini penting artinya 222

212 bagi implementasi SAKIP karena pengukuran indikator kinerja khususnya yang terkait dengan pengukuran kecepatan atau ketepatan waktu dipengaruhi oleh standar waktu yang ditetapkan dalam SP dan SOP tersebut. 3. Pembangunan dan pengembangan sistem yang mampu mendorong tercapainya kinerja organisasi yang terukur yaitu Sistem Manajemen Kinerja Terpadu Sekretariat Kabinet membangun dan mengembangkan Sistem Manajemen Kinerja Terpadu (SMKT) untuk mengukur kinerja organisasi. SMKT dikembangkan dengan berbasis Balanced Scorecard (BSC) untuk organisasi sektor publik. Dalam hal ini telah dikembangkan Strategy Map and Balanced Scorecard sampai dengan unit terkecil yang selanjutnya akan diotomasi kedalam software BSC, sehingga user di Sekretariat Kabinet dapat melakukan kolaborasi dua arah yaitu: - Komunikasi arah strategis dari pimpinan keseluruh pegawai. - Umpan balik tentang pelaksanaan strategi dari pegawai kepada pimpinan. Adanya Sistem Manajemen Kinerja Terpadu tersebut, dapat disusun suatu Standar Kinerja Organisasi dan Penyusunan Indikator Kinerja Utama dari Level eselon II sampai dengan Level Individu di Sekretariat Kabinet dengan tujuan sebagai berikut: - Sebagai pendukung dalam rangka pencapaian Arahan Kebijakan dan Strategi Sekretariat Kabinet yang tertuang dalam Rencana Strategis Sebagai acuan dalam penyusunan operasionalisasi tahunan yang berkaitan dengan sasaran strategik, indikator dan target capaian serta program kerja tahunan dan kebutuhan anggaran operasional, pengembangan dan kebutuhan non keuangan. - Sebagai penentu tahapan (milestone) pengembangan dan proses transformasi Sekretariat Kabinet. - Sebagai acuan spirit bagi pengelola (manajemen), pejabat struktural dan seluruh pegawai untuk membangun komitmen dan kinerja individu dalam pengembangan Sekretariat Kabinet. 223

213 4. Melakukan pengukuran kinerja individu sebagai bagian integral dan penunjang pengukuran kinerja organisasi Sekretariat Kabinet melihat pentingnya membangun dan mengimplementasikan strategi secara optimal dan mengkaitkan kinerja unit kerja dengan strategi organisasi dari level instansi sampai dengan eselon I, eselon II, dan seterusnya sampai individu. Dengan demikian organisasi akan bergerak dalam satu kesatuan yang dinamis sesuai dengan arah strategis organisasi. Melihat kebutuhan tersebut, Sekretariat Kabinet membangun dan mengembangkan Sistem Kinerja Individu (SKI) sebagai turunan Sistem Manajemen Kinerja Terpadu (SMKT) melalui penggunaan aplikasi altius. Selain itu, dalam rangka menyongsong penerapan Undang-Undang Administrasi Sipil Negara (UU ASN) Sekretariat Kabinet mengintegrasikan penyusunan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) ke dalam sistem SKI yang sedang dibangun Sekretariat Kabinet. Pada tahun 2014, Sekretariat Kabinet telah mengimplementasikan atau melaksanakan pengukuran kinerja individu aplikasi penilaian prestasi kerja pegawai secara online atau aplikasi SKP online. Aplikasi ini dibangun dengan didasarkan pada ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS. Aplikasi SKP online yang digunakan Sekretariat Kabinet ini adalah aplikasi berbasis web yang dapat diakses menggunakan aplikasi peramban Mozilla Firefox versi 33.0 (minimal), Chrome versi 38.0 (minimal) dan Internet Explorer versi 9 (maksimal). Aplikasi ini bersifat real time dan didukung oleh jaringan internal Sekretariat Kabinet. Untuk pengoperasiannya menggunakan alamat aplikasi sebagai berikut: atau Pada tahun 2014 Sekretariat Kabinet telah melaksanakan pengukuran kinerja individu melalui penggunaan aplikasi penilaian prestasi kerja pegawai secara online atau SKP Online. 224

214 Dalam hal ini, untuk mengakses aplikasi tersebut seluruh pegawai diberikan nama login dan password tersendiri. Penilaian prestasi kerja dilakukan secara online terhadap form Sasaran Kerja Pegawai (SKP) yang telah ditandatangani dan ditetapkan di awal tahun. Contoh tampilan dari aplikasi SKP online tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.25 Tampilan SKP Online Sekretariat Kabinet 225

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis BAB II Renstra Tahun 2015 2019 merupakan panduan pelaksanaan tugas dan fungsi pada periode 2015 2019 yang disusun berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra Tahun 2010

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang telah diperjanjikan Sekretariat Kabinet kepada kepada pimpinan dan stakeholders selama tahun 2015. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang LKj Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional 2014 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan kewajiban bagi instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET 2010 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Good Governance pada hakekatnya merupakan kepemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET 2017 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2016 SEKRETARIAT KABINET 2017 KATA PENGANTAR i Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja (LKj) Asisten Deputi Bidang Pelaksanaan dan Pelaporan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan BAB IV A. Simpulan Laporan kinerja Sekretariat Kabinet tahun 2015 ini merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian visi dan misi Sekretariat Kabinet dalam rangka menuju organisasi yang efektif,

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET 2015 A. Rencana

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2010-2014 DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET 2012 SEKRETARIAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Wasit Saronto

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Wasit Saronto 1 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Hubungan Kemasyarakatan dan Kelembagaan Tahun 2014 disusun sebagai bentuk komitmen untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tujuan dan sasaran strategis

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN Pusat Data dan Teknologi Informasi

LAPORAN KINERJA TAHUN Pusat Data dan Teknologi Informasi LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Pusat Data dan Teknologi Informasi KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

Laporan Kinerja. Deputi Bidang Kesejahteraaan Rakyat S e k r e t a r i a t K a b i n e t TAHUN 2014

Laporan Kinerja. Deputi Bidang Kesejahteraaan Rakyat S e k r e t a r i a t K a b i n e t TAHUN 2014 Laporan Kinerja Deputi Bidang Kesejahteraaan Rakyat S e k r e t a r i a t K a b i n e t TAHUN 2014 Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, 2015 K a t a P e n g a n t a r Daftar Pustaka ---------------,

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI

DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN 2010 2014 DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI Kata Pengantar Rancangan Rencana Strategis (Renstra) Deputi bidang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET

LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET SEKRETARIAT KABINET 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja (LKj) Deputi Bidang Persidangan Kabinet Tahun 2014 disusun sebagai bentuk

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

LAKIP TAHUN Pusat Data dan Informasi. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia

LAKIP TAHUN Pusat Data dan Informasi. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia LAKIP TAHUN 2014 Pusat Data dan Informasi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 Pusat Data dan Informasi Sekretariat Kabinet

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Jakarta, Ratih Nurdianti

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Jakarta, Ratih Nurdianti KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014 merupakan perwujudan dari pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi Deputi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 KATA PENGANTAR... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 KATA PENGANTAR... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 KATA PENGANTAR... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 BAB I PENDAHULUAN... 7 A. Latar belakang... 7 B. Gambaran Organisasi... 8 C. Gambaran aspek

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 1.1. Latar Belakang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Instansi Pemerintah (LKJiP) Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional, yang pelaksanaannya tetap dan senantiasa memperhatikan kondisi, potensi dan sumber daya daerah

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERJANJIAN KINERJA, PELAPORAN KINERJA DAN TATA CARA REVIU ATAS LAPORAN KINERJA INSTANSI

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2012-2014 SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Perkembangan

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM - 2 - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sebagai perwujudan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang memberikan landasan bagi berbagai bentuk perencanaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

I. Pengertian BAB I PENDAHULUAN

I. Pengertian BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dalam Modul Pembentukan Auditor Ahli yang berjudul Akuntabilitas

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dalam Modul Pembentukan Auditor Ahli yang berjudul Akuntabilitas BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Akuntabilitas Kinerja Dalam Modul Pembentukan Auditor Ahli yang berjudul Akuntabilitas Instansi Pemerintah yang dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum BAB I PENDAHULUAN A. Pandangan Umum Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap tingkatan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR INSPEKTUR, Drs. Zat Zat Munazat, M.Si NIP Inspektorat Kabupaten Garut

KATA PENGANTAR INSPEKTUR, Drs. Zat Zat Munazat, M.Si NIP Inspektorat Kabupaten Garut Renstra Inspektorat Kabupaten Garut Tahun 2014-2019 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Memasuki awal tahun 2016 sesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat IV melakukan kegiatan yang

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SAKIP adalah rangkaitan sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Keberadaan BKN secara yuridis formal termuat di dalam Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M SEKRETARIAT DAERAH KEPUTUSAN SEKRETARIS DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 188.4/747/Org./X/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA buku 1 PEDOMAN pengajuan dokumen usulan reformasi birokrasi kementerian/lembaga Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 7 tahun 2011 kementerian pendayagunaan

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba

2016, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba No.904, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. SAKIP. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Lebih terperinci

MENTERI DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar REFORMASI BIROKRASI Pengantar Keterpihakan serta dukungan terhadap pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan Lembaga Administrasi Negara merupakan suatu amanah yang harus diikuti dengan akuntabilitas

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2014 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2015 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 PANDEGLANG 2016 KEPUTUSAN INSPEKTUR INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG Nomor : 800/Kep.86 Insp/2016 Tentang PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERJANJIAN KINERJA, PELAPORAN KINERJA DAN TATA CARA REVIU ATAS LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Kondisi umum Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. a. Kondisi umum Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. BAB I PENDAHULUAN 1. PENJELASAN UMUM ORGANISASI a. Kondisi umum Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Siak dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR 1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN JANUARI 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF 2 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice.

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap pelaksanaan urusan kepemerintahan akan selalu dikaitkan dengan pengelolaan kepemrintahan yang baik (good governance) dengan tiga pilar utama yaitu, Partisipasi,

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii i Kata Pengantar Seraya memanjatkan puji dan syukur atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Kepegawaian Daerah telah dapat melalui tahapan lima tahun kedua pembangunan jangka menengah bidang kepegawaian

Lebih terperinci

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara demokratis, Langsung Umum Bebas Rahasia, Jujur dan Adil dalam Negara Kesatuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Latar Belakang Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Untuk

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka mengaktualisasikan otonomi daerah, memperlancar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Boyolali mempunyai komitmen

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET DAN UNIT KERJA DI LINGKUNGAN DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

INDIKATOR KINERJA UTAMA DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET DAN UNIT KERJA DI LINGKUNGAN DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI LAMPIRAN VII PERATURAN SEKRETARIS KABINET NOMOR : 1 TAHUN 2016 TANGGAL : 29 JANUARI 2016 INDIKATOR KINERJA UTAMA DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET DAN UNIT KERJA DI LINGKUNGAN DEPUTI BIDANG

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2015 2019 SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2016 DAFTAR ISI Kata Pengantar..... Daftar Isi......

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama, kelembagaan yang efektif dan efisien dengan tata laksana yang jelas dan

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1465, 2015 BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U No.1465, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BPPSDMP TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BPPSDMP TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BPPSDMP TAHUN 2013 BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN JAKARTA - 2012 KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Sekretariat Badan Pengembangan Sumber

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Sasaran Program Program/Kegiatan (Outcome )/Sasaran Kegiatan Indikator Target 2017 (Output ) SEKRETARIAT KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERJANJIAN KINERJA DAN INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Kepegawaian Negara (BKN) sebagai lembaga penyelenggara manajemen kepegawaian negara berkomitmen untuk memajukan dan mengembangkan sistem manajemen kepegawaian

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA)

RENCANA KERJA (RENJA) RENCANA KERJA (RENJA) KECAMATAN JURAI TAHUN 2018 KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Salido, 2017 Rencana Kerja Kecamatan IV Jurai Tahun 2018 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja (LKJ) Komisi Pemilihan Umum

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci