KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Jakarta, Ratih Nurdianti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Jakarta, Ratih Nurdianti"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014 merupakan perwujudan dari pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi Deputi Bidang Perekonomian. Dalam pencapaian visi dan misi tersebut Deputi Bidang Perekonomian telah ditetapkan Sasaran Strategis, yaitu Meningkatnya kualitas dukungan saran kebijakan dalam pemantauan dan evaluasi atas perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian. Pencapaian sasaran strategis ini dimaksudkan untuk mendukung tugas Sekretaris Kabinet dalam memberikan dukungan teknis, administrasi dan pemikiran kepada Presiden selaku Pemerintah sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2011 tentang Sekretaris Kabinet. Sebagai bagian dari Sekretariat Kabinet, Deputi Bidang Perekonomian mempunyai kewajiban mendukung tugas Sekretaris Kabinet tersebut melalui pencapaian Sasaran Strategis yang telah ditetapkan. LAKIP ini menyajikan informasi yang akurat tentang pencapaian Indikator Kerja Utama Deputi Bidang Perekonomian dan telah diperjanjikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2014 melalui penyusunan indikator-indikator dalam kegiatannya. Keberhasian dan tantangan dalam pencapaian Indikator Kerja Utama ini dipaparkan sebagai bagian evaluasi untuk peningkatan kinerja di masa mendatang. Oleh karenanya, kami mengharapkan informasi yang disajikan dalam LAKIP ini dapat menjadi masukan dalam pelaksanaan Kinerja tahun berikutnya. Berkaitan dengan penyempurnaan kinerja tersebut, kami mengharapkan masukan-masukan dari para pembaca untuk perbaikan LAKIP ini terutama bagi penguatan akuntabilitas kinerja di satuan organisasi Deputi Bidang Perekonomian, dan di lingkungan Sekretariat Kabinet pada umumnya. Semoga kita semua mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin. Jakarta, Februari 2015 Jakarta, 2015 Deputi Deputi Bidang Bidang Perekonomian, Ratih Nurdianti i

2 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Bagan... Daftar Gambar.. i ii iii v vi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 2 B. Gambaran Organisasi Deputi Bidang Perekonomian Tahun C. Gambaran Aspek Strategis Deputi Bidang Perekonomian D. Sistematika Penyajian BAB II BAB III PERENCANAAN KINERJA DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN TAHUN A. Gambaran Umum Perencanaan Kinerja Tahun B. Ringkasan Penetapan Kinerja Deputi Bidang Perekonomian C. Ikhtisar IKU Deputi Bidang Perekonomian D. Perkembangan Implementasi Manajemen Kinerja 25 AKUNTABILITAS KINERJA DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN TAHUN A. Capaian Kinerja Deputi Bidang Perekonomian. 57 B. Realisasi Anggaran Dputi Bidang Perekonomian. 112 C. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja 116 D. Evaluasi Pelaksanaan Renstra Periode BAB IV PENUTUP Lampiran 1 Penetapan Kinerja (PK) 2014 Lampiran 2 Daftar Output Deputi Bidang Perekonomian ii

3 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Indikator Kinerja, Target dan Pendanaan Deputi Bidang Perekonomian Tahun Tabel 3.1 Capaian Sasaran Strategis Pertama Tabel 3.2 Persentase Penyelesaian Hasil Analisis Kebijakan Pemerintahan di Bidang Perekonomian Tahun Tabel 3.3 Presentase Penyelesaian Hasil Analisis Kebijakan Pemerintahan di Bidang Perekonomian Tahun Tabel 3.4 Jumlah berkas Penyelesaian Per Bidang Hasil Analisis Kebijakan Pemerintah di Bidang Perekonomian Tahun Tabel 3.5 Distribusi Waktu Penyelesaian Berkas Hasil Analisis Kebijakan Program Pemerintah di Bidang Perekonomian Tahun Tabel 3.6 Saran Kebijakan Sekretaris Kabinet di Bidang Perekonomian Penyelesaian dalam waktu 1-4 hari 64 Tabel 3.7 Saran Kebijakan Sekretaris Kabinet di Bidang Perekonomian Penyelesaian dalam waktu 5-11 hari. 66 Tabel 3.8 Realisasi dan Capaian Saran Kebijakan di Bidang Perekonomian yang Ditindaklanjuti (Outcome) Tahun Tabel 3.9 Presentase Penyelesaian Hasil Analisis Kebijakan Pemerintahan di Bidang Perekonomian Tahun Tabel 3.10 Distribusi Oucome Saran Kebijakan Program Pemerintah Bidang Perekonomian yang Ditindaklanjuti Tahun Tabel 3.11 Capaian Target Triwulan Saran Kebijakan Bidang Perekonomian Tahun Tabel 3.12 Output Kinerja Asisten-asisten Deputi Bidang Perekonomian Tahun Tabel 3.13 Persentase Penyelesaian Hasil Analisis Kebijakan Pemerintahan di Bidang Perekonomian Tahun Tabel 3.14 Realisasi dan Capaian Saran Kebijakan di Bidang Perekonomian yang Ditindaklanjuti (Outcome) Tahun Hal iii

4 Tabel 3.15 Perbandingan Input Data Pendukung Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014 dan Tahun Tabel 3.16 Capaian Sasaran Strategis Kedua Deputi Bidang Perekonomian Tahun Tabel 3.17 Rekapitulasi Matriks Penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, Dan Instruksi Presiden.. 93 Tabel 3.18 Daftar Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden yang telah Ditetapkan oleh Presiden 94 Tabel 3.19 Waktu Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres Tahun Tabel 3.20 Rata-Rata Waktu Penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres Berdasarkan Substansi Rancangan dan Kluster Bidang Tahun Tabel 3.21 Pagu, Realisasi dan Persentase Realisasi Anggaran Fungsi 4 Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Tahun Tabel 3.22 Anggaran Deputi Bidang Perekonomian Tahun Tabel 3.23 Rekapitulasi Realisasi Pagu Anggaran Deputi Bidang Perekonomian Tahun Tabel 3.24 Akuntabilitas Keuangan Sasaran Strategis Pertama Tahun Tabel 3.25 Akuntabilitas Keuangan Sasaran Strategis Kedua Tahun Tabel 3.26 Capaian Kinerja Renstra untuk Periode Tabel 3.27 Capaian Kinerja Renstra untuk Periode Tabel 3.28 Hasil Evaluasi AKIP Deputi Bidang Perekonomian Tahun Tabel 3.29 Penghematan Anggaran Deputi Bidang Perekonomian Tahun Tabel 3.30 Output Kegiatan Dan Realisasi Anggaran Tahun iv

5 DAFTAR BAGAN Bagan 1.1 Struktur Organisasi Deputi Bidang Perekonomian 9 v

6 DAFTAR GAMBAR Bagan 2.1 konomian vi

7 BAB I PENDAHULUAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (LAKIP) Deputi Bidang Perekonomian merupakan kewajiban setiap instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan secara periodik melalui alat ukur pertanggungjawaban. Setiap Kementerian dan Lembaga serta segenap unit organisasi di dalamnya, diwajibkan untuk menyusun LAKIP sebagai pertanggung-jawaban kepada publik dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Pentingnya LAKIP dapat dilihat dari beberapa fungsi, antara lain LAKIP merupakan alat penilai kinerja secara kuantitatif sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi menuju terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), tranparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat. Di samping itu LAKIP juga merupakan alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja unit organisasi di lingkungan Deputi Bidang Perkonomian. Pemerintah melalui seluruh organ birokrasinya berupaya terus menerus meningkatkan pelaksanaan tata pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, antara lain dengan diterbitkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Inpres 7/1999 merupakan perangkat pendukung dalam menerapkan asas-asas organisasi berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Berdasarkan Inpres tersebut, diharapkan masyarakat atau publik sebagai stakeholder dapat mengetahui dan menilai kinerja atau hasil yang dicapai oleh para penyelenggara negara dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang diamanatkan kepadanya. Agar akuntabilitas kinerja dapat terwujud, maka diterapkan sistem pelaporan akuntabilitas kinerja yang mencakup indikator, metode, mekanisme, dan tata cara pelaporan kinerja instansi pemerintah. Melalui sistem pelaporan tersebut, dapat diketahui seberapa besar manfaat dan efisiensi penyelenggaraan setiap kegiatan 1

8 pemerintahan dan sejauhmana kemampuan setiap program yang dijalankan dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Berdasarkan pemikiran di atas, maka Deputi Bidang Perekonomian sebagai salah satu unit organisasi eselon I di lingkungan Sekretariat Kabinet juga telah menjalankan standar-standar organisasi secara akuntabel agar kinerja akuntabilitasnya dapat dicapai dan dinilai secara akuntabel oleh stakeholders. Diharapkan LAKIP Deputi Bidang Perekonomian Sekretariat Kabinet dapat menyajikan jawaban terhadap tuntutan akuntabilitas publik melalui pengukuran yang baik agar mampu memberikan pertanggungjawaban, melaporkan, dan mengungkapkan pencapaian kinerjanya secara efektif dan efisien. A. Latar Belakang Dalam sistem presidensial, peranan Presiden dalam menjalankan roda pemerintahan sangatlah penting. Agar dalam menjalankan mandatnya berjalan dengan lancar, Presiden memerlukan dukungan, baik yang bersifat teknis, administratif dan analisis. Dukungan tersebut terutama terkait dengan pengelolaan manajemen kabinet agar kinerja kabinet terselenggara dengan baik. Dukungan staf, teknis, administrasi dan analisis diberikan kepada Presiden oleh Sekretariat Kabinet. Menurut Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2010 Tentang Sekretariat Kabinet, Pasal 2 menyatakan Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberi dukungan staf, administrasi, teknis, dan pemikiran kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas Sekretariat Kabinet antara lain menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan pengelolaan dan pengendalian manajemen. Berdasarkan Perpres tersebut menjadi sangat jelas bahwa tugas Sekretraiat Kabinet adalah memberikan dukungan staf, administrasi, pemikiran kepada Presiden dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, Deputi Bidang Perekonomian membantu Sekretaris Kabinet dalam memberikan dukungan kepada 2

9 Presidien selaku Kepala Pemerintahan. Sebagai bagian dari Sekretariat Kabinet, Deputi Bidang Perekonomian menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang terdapat dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2010 Tentang Sekretariat Kabinet dan Peraturan Sekretaris Kabinet Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet. Deputi Bidang Perekonomian telah menetapkan berbagai kebijakan, program dan kegiatan sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Kabinet periode dan Rencana Strategis Deputi Bidang Perekonomian periode Kebijakan, program dan kegiatan tersebut telah dijabarkan setiap tahun menjadi dokumen Rencana Kerja Tahunan (RKT) Penetapan Kinerja (PK) Tahunan, baik ditingkat unit organisasi (Eselon 1) dan satuan kerja (Eselon 2). Tahun 2014 merupakan tahun terakhir penjabaran Renstra Sekretariat Kabinet periode yang merupakan tahun terakhir pelaksanaan Renstra , diharapkan capaian kinerja jangka waktu lima tahun sebelumnya dapat dicapai kinerja yang memuaskan. Pada tahun 2014, Deputi Bidang Perekonomian melaksanakan program dan berbagai kegiatan strategis sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam memberikan dukungan kepada Presiden di bidang Perekonomian, yaitu hasil analisis kebijakan di bidang perekonomian, dan penyelesaian naskah RPeraturan Presiden, RKeputusan Presiden dan RInstruksi Presiden. Dalam melaksanakan tugas utamanya melalui kegiatan-kegiatan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian; penyiapan dan persetujuan prakarsa, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden serta penyiapan pendapat atau pandangan kepada Presiden dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di bidang perekonomian; pengamatan perkembangan, pengumpulan dan pengolahan data, informasi dan penyiapan laporan mengenai pelaksanaan kebijakan pemerintah di bidang perekonomian, berikut permasalahan yang timbul dan upaya 3

10 pemecahannya; pemantauan dan evaluasi serta penyampaian analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian; dan pengamatan terhadap perkembangan umum di bidang perekonomian, baik di luar negeri maupun dalam negeri. Berdasarkan tugas tersebut, Deputi Bidang Perekonomian akan menjelaskan laporan akuntabilitas kinerja sesuai dengan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi serta target kinerja yang telah ditetapkan pada tahun Laporan akuntabilias kinerja berisikan informasi mengenai penetapan kinerja dan capaian kinerja untuk Tahun Penetapan Kinerja Tahun 2014, yang di dalamnya memuat sasaran kinerja yang ingin dicapai selama Tahun Dalam laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ini dimaksudkan untruk memberikan informasi mengenai pencapaian kinerja Deputi Bidang Perekonomian selama Tahun Capaian kinerja (performance results) Tahun 2014 dibandingkan dengan Penetapan Kinerja (performance agreement) Tahun 2014 sebagai alat ukur untuk mengukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini memungkinkan untuk dilakukan indentifikasi sejumlah celah kinerja (performance gap) bagi perbaikan kinerja di masa mendatang. Pertanggungjawaban kinerja Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014 merupakan amanat dari peraturan perundang-undangan yang mewajibkan setiap instansi pemerintah baik di tingkat pusat dan daerah harus melaporkan pencapaian kineja atas kewenangan utamanya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Proses penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014 disusun berdasarkan masukan dari laporan kinerja unit kerja eselon 2 secara berjenjang sesuai dengan tingkat pencapaian kinerjanya dan selanjutnya menjadi acuan bagi penyusunan laporan akhir Deputi Bidang Perekonomian sebagai bentuk pertanggungjawaban Deputi dalam memberi dukungan kepada Sekretaris Kabinet dalam melaksanakan tugastugas organisasinya. 4

11 B. Gambaran Organisasi Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014 Deputi Bidang Perekonomian merupakan salah satu Deputi lingkungan Sekretariat Kabinet yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Kabinet. Deputi Bidang Perekonomian adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Sekretariat Kabinet di bidang perekonomian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Kabinet. Berdasarkan Peraturan Sekretaris Kabinet Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet, Deputi Bidang Perekonomian mempunyai tugas membantu Sekretaris Kabinet dalam menyelenggarakan dukungan staf, administrasi, dan pemikiran dalam perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah, penyiapan dan persetujuan prakarsa, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden, dan penyiapan pendapat atau pandangan kepada Presiden dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, serta pemantauan dan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian. 1. Fungsi Deputi Perekonomian Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2010 Tentang Sekretariat Kabinet dan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet, ditetapkan bahwa Deputi Bidang Perekonomian menyelenggarakan fungsi: a. perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian; b. penyiapan dan persetujuan prakarsa, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden serta penyiapan pendapat atau pandangan kepada Presiden dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di bidang perekonomian; di 5

12 c. pengamatan perkembangan, pengumpulan dan pengolahan data, informasi dan penyiapan laporan mengenai pelaksanaan kebijakan pemerintah di bidang perekonomian, berikut permasalahan yang timbul dan upaya pemecahannya; d. pemantauan dan evaluasi serta penyampaian analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian; e. pengamatan terhadap perkembangan umum di bidang perekonomian, baik di luar negeri maupun dalam negeri, berikut penyerapan pandangan yang berkembang di kalangan pemerintah, lembaga-lembaga negara, partai politik, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, masyarakat akademi, media massa, dan kalangan lainnya yang dianggap perlu; dan f. pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris Kabinet. 2. Struktur Organisasi Untuk menyelenggarakan tugasnya, Deputi Bidang Perekonomian, didukung oleh 4 (empat) Asisten Deputi, yaitu: Asisten Deputi Bidang Ekonomi Makro, Keuangan dan Ketahanan Pangan; Asisten Deputi Bidang Industri, UKM, Perdagangan dan Ketenagakerjaan; Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam; dan Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian. 1) Asisten Deputi Bidang Ekonomi Makro, Keuangan dan Ketahanan Pangan Asisten Deputi Bidang Ekonomi Makro, Keuangan dan Ketahanan Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah, pengamatan perkembangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, serta pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang perencanaan pembangunan, moneter, fiskal, jasa keuangan, pengelolaan Badan Usaha Milik Negara, ketahanan pangan dan pembangunan daerah tertinggal. 6

13 Asisten Deputi Bidang Ekonomi Makro, Keuangan dan Ketahanan Pangan terdiri dari: (1) Bidang Perencanaan Pembangunan, Moneter dan Fiskal; (2) Bidang Jasa Keuangan dan Badan Usaha Milik Negara; (3) Bidang Ketahanan Pangan dan Pembangunan Daerah Tertinggal; dan (4) Kelompok Jabatan Fungsional 2) Asisten Deputi Bidang Industri, Usaha Kecil dan Menengah, Perdagangan, dan Ketenagakerjaan. Asisten Deputi Bidang Industri, Usaha Kecil dan Menengah, Perdagangan, dan Ketenagakerjaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah, pengamatan, perkembangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, serta pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang industri, usaha kecil, menengah dan koperasi, perdagangan dan kelancaran arus barang, serta ketenagakerjaan, transmigrasi dan investasi. Asisten Deputi Bidang Industri, Usaha Kecil dan Menengah, Perdagangan dan Ketenagakerjaan terdiri dari: (1) Bidang Industri dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi; (2) Bidang Perdagangan dan Kelancaran Arus Barang; (3) Bidang Ketenagakerjaan, Transmigrasi dan Investasi; dan (4) Kelompok Jabatan Fungsional 3) Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah, pengamatan perkembangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, serta pemantauan, evaluasi dan 7

14 analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang tata ruang, prasarana jalan, sumber daya air, transportasi, riset dan teknologi, dan sumber daya alam. Asisten Deputi Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam terdiri dari : (1) Bidang Tata Ruang, Prasarana Jalan dan Sumber Daya Air; (2) Bidang Transportasi, Riset dan Teknologi; (3) Bidang Sumber Daya Alam; dan (4) Kelompok Jabatan Fungsional 4) Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan, penyiapan dan persetujuan prakarsa, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden, serta pemantauan dan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang perekonomian. Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian terdiri dari: (1) Bidang Ekonomi Makro, Keuangan dan Ketahanan Pangan; (2) Bidang Industri, Usaha Kecil dan Menengah, Perdagangan, dan Ketenagakerjaan; (3) Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam; dan (4) Kelompok Jabatan Fungsional Adapun struktur Deputi Bidang Perekonomian, adalah sebagai berikut: 8

15 Bagan 1.1 STRUKTUR ORGANISASI DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN 9

16 C. Gambaran Aspek Strategis (Strategic Issued) Deputi Bidang Perekonomian Sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis Sekretariat Kabinet , terdapat lima tujuan strategis yang dalam pelaksanaannya merupakan tanggung jawab dari masing-masing Kedeputian di lingkungan Sekretariat Kabinet. Tujuan Strategis Sekretariat Kabinet yang menjadi acuan Deputi Bidang Perekonomian dalam melaksanakan program dan kegiatannya, adalah: Memberikan dukungan teknis, administrasi, dan pemikiran yang prima di Bidang Perekonomian dalam mendukung Sekretaris Kabinet menjalankan Manajemen Kabinet Peran Deputi Bidang Perekonomian dalam mendukung keberhasilan pencapaian Tujuan Strategis Sekretariat Kabinet adalah keberhasilannya dalam pencapaian Sasaran Strategis yang hendak dicapai oleh seluruh pegawai Deputi Bidang Perekonomian. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 17 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, Sasaran Strategis dimaksudkan sebagai target, yaitu hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Dalam hal ini maka penetapan sasaran diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan kegiatan dan alokasi sumber daya yang dimiliki Deputi Bidang Perekonomian, yang perwujudannya dilakukan melalui berbagai kegiatan unit kerja di bawahnya. Sasaran dan indikator Deputi Bidang Perekonomian yang akan dicapai tersebut adalah sebagai berikut: 1. Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang perekonomian 2. Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian naskah RPeraturan Presiden, RKeputusan Presiden dan RInstruksi Presiden 10

17 Kemudian Sasaran Strategis Deputi Bidang Perekonomian ini diterjemahkan ke dalam 1 (satu) Program Teknis untuk dilaksanakan pada tingkat Eselon I terkait, yaitu: Program Penyelenggaraan Pelayanan Dukungan Kebijakan Kepada Presiden Selaku Kepala Pemerintahan Program Teknis Deputi Bidang Perekonomian berupa Program Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Kepada Presiden Selaku Kepala Pemerintahan, dalam hal ini di bidang perekonomian. Program Teknis Deputi Bidang Perekonomian dilaksanakan seoptimal mungkin dengan didukung oleh 4 (empat) Asisten Deputi (Asdep) melalui kegiatan-kegiatannya. Empat Asdep adalah Asdep Bidang Ekonomi Makro, Keuangan dan Ketahanan Pangan melalui kegiatan Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Kepada Presiden Selaku Kepala Pemerintahan di bidang Ekonomi Makro, Keuangan dan Ketahanan Pangan (Kode Kegiatan 5019); Asdep Bidang Industri, UKM, Perdagangan, dan Ketenagakerjaan memiliki kegiatan Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Presiden di bidang industri, UKM, perdagangan dan ketenagakerjaan (Kode Kegiatan 5020) ; Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam melalui kegiatan Penyelenggaraan dukungan kebijakan Presiden di bidang prasarana, riset, teknologi, dan sumber daya alam (Kode Kegiatan 5021) dan terakhir Asdep Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian memiliki kegiatan Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Kepada Presiden di Bidang Perancangan Peraturan Perundang-undangan Bidang Perekonomian (Kode Kegiatan 5022). Deputi Bidang Perekonomian dalam menyusun SP/SOP, berdasar atas pengklasifikasian pelaksanaan tugas dan fungsi pada 3 (tiga) tugas dan fungsi utama, yaitu: a. Perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian. 11

18 b. Penyusunan dan penyampaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres di bidang perekonomian. c. Pemantauan dan evaluasi serta penyampaian analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian. Berdasar 3 (tiga) tugas dan fungsi tersebut, maka SP/SOP yang diupayakan disusun dan diterapkan, serta disempurnakan/disesuaikan Deputi Bidang Perekonomian pada kurun waktu sampai dengan tahun Dalam rangka penyusunan dan penyempurnaan SP/SOP atas tugas dan fungsi dimaksud, Deputi Bidang Perekonomian telah mengidentifikasi sistem dan prosedur kerja yang dibutuhkan, sehingga dapat menggambarkan SP/SOP/panduan yang perlu disusun untuk menjadi pedoman/panduan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi. D. Sistematika Penyajian Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2013, adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas profil Deputi Bidang Perekonomian serta penjabaran maksud dan tujuan penyusunan dan penyampaian LAKIP 2014 ini. Bab II Rencana Kinerja Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014, menjelaskan sasaran strategis, indikator kinerja dan target kinerja yang harus diwujudkan pada Tahun Bab III Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan analisis pencapaian kinerja dikaitkan dengan pertanggungjawaban publik terhadap pencapaian sasaran strategis untuk Tahun Bab IV Penutup, menjelaskan kesimpulan menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 ini dan menetapkan rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa datang. 12

19 BAB II PERENCANAAN KINERJA DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN TAHUN 2014 A. Gambaran Umum Perencanaan Kinerja Tahun 2014 Dalam rangka memberikan gambaran lebih jelas tentang kinerja Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014, maka perlu diberikan penjelasan tentang sasaran strategis, indikator kinerja, target kinerja dan metode pengukurannya. Kinerja Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014 secara garis besar adalah hasil analisis kebijakan dibidang perekonomian dan penyelesaian RPerpres, RKepres dan RInpres di bidang perekonomian. Dalam rangka mendukung kinerja Deputi Bidang Perekonomian tersebut ditetapkan 2 (dua) Sasaran Strategis yaitu Sasaran Pertama, Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan dibidang Perekonomian, dan Sasaran Kedua, Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden,dan Instruksi Presiden di bidang Perekonomian. Melalui Perpres 82 tahun 2010 telah mengfungsikan Sekretariat Kabinet melaksanakan penyelenggaraan pengelolaan dan pengendalian manajemen kabinet. Berdasar hal tersebut maka Sekretaris Kabinet memaksimalkan fungsi Sekretariat Kabinet. Penambahan fungsi penyeleggaran pengelolaan manajemen kabinet berpotensi meningkatkan beban kerja Deputi Bidang Perekonomian. Sasaran 1 Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang perekonomian Sasaran I tersebut merupakan hasil atau outcome yang akan dicapai oleh Deputi Bidang Perekonomian. Capaian ourcome tersebut didukung oleh kegiatan keempat Asisten Deputi di lingkungan Deputi Bidang Perekonomian, yaitu: 1. Bidang Ekonomi Makro, Keuangan dan Ketahanan Pangan; 13

20 2. Bidang Industri, Usaha Kecil dan Menengah, Perdagangan, dan Ketenagakerjaan; 3. Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam; 4. Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian Hasil analisis kebijakan dihasilkan melalui perumusan rencana pembangunan dan kegiatan pemantauan dan evaluasi. Perumusan rencana kebijakan terkait dengan dukungan penyiapan rumusan kebijakan sebelum kebijakan tersebut disusun menjadi peraturan perundang-undangan. Pemantauan terkait dengan aktivitas mengamati atau meninjau kembali/mempelajari serta mengawasi secara terus-menerus atau berkala terhadap pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah yang sedang berjalan, sedangkan evaluasi terkait dengan aktivitas pemberian nilai atas fenomena (kinerja) atau pertimbangan tertentu atas perkembangan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah dalam jangka waktu tertentu sehingga dapat diketahui hal-hal yang perlu diperbaiki, baik mengenai sistem dan proses pelaksanaannya maupun kebijakan itu sendiri. Pelaksanaan dukungan perumusan rencana kebijakan dilaksanakan melalui rapat-rapat koordinasi dan analisis bahan-bahan terkait dengan subtansi masalah kebijakan yang akan disusun. Sedangkan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu top down dan bottom up. Pemantauan dan evaluasi secara top down dilaksanakan sesuai dengan disposisi/arahan Sekretaris Kabinet dan/atau Wakil Sekretaris Kabinet, sedangkan pemantauan dan evaluasi secara bottom up artinya ide awal pelaksanaannya diprakarsai oleh unit-unit kerja dengan tetap mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku. Selain itu, guna mendukung Sekretariat Kabinet, Deputi Bidang Pemerintahan juga harus memberikan saran kebijakan atas hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis atas perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah yang sedang berjalan. Pemberian saran demikian harus tepat dari sisi substansinya. Hal ini harus dimaklumi karena saran kebijakan tersebut akan digunakan Presiden dalam menentukan kebijakan pemerintahan atau negara sehingga apabila terjadi kekeliruan akan dapat merugikan Presiden secara politis 14

21 atau masyarakat pada umumnya. Suatu saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis atas perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah dikatakan tepat apabila saran tersebut ditindaklanjuti oleh Presiden dan/atau Pemerintah pada umumnya. Outcome hasil analisis kebijakan secara teknis disampaikan dalam bentuk laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah yang ditindaklanjuti oleh Sekretaris Kabinet. Sasaran 2 Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden Sasaran Strategis 2 Deputi Bidang Perekonomian adalah Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden. Pengertian Rperpres, Rkeppres, dan Rinpres di bidang perekonomian yang ditindaklanjuti adalah apabila naskah Rperpres, Rkeppres, dan Rinpres di bidang perekonomian yang diajukan oleh Deputi Bidang Perekonomian disetujui Sekretaris Kabinet, dengan alternatif tindak lanjut sebagai berikut: 1. Sekretaris Kabinet mengajukan naskah Rancangan kepada Presiden untuk ditetapkan menjadi Peraturan Presiden (Perpres), Keputusan Presiden (Keppres), dan Instruksi Presiden (Inpres). 2. Sekretaris Kabinet mengirimkan surat pemberitahuan kepada Instansi Pemrakarsa agar Rancangan disempurnakan atau dikaji kembali oleh Instansi Pemrakarsa, berdasarkan hasil analisis hukum Sekretariat Kabinet atau hasil kesepakatan dalam rapat koordinasi. 3. Sekretariat Kabinet mengirimkan surat kepada instansi yang kompeten untuk terlebih dahulu mengkoordinasikan Rancangan dimaksud. 4. Sekretariat Kabinet mengirimkan surat kepada instansi terkait untuk meminta pertimbangan terhadap Rancangan yang diajukan. 5. Sekretaris Kabinet meminta paraf persetujuan pada naskah asli Rancangan Peraturan Perundang-undangan kepada Instansi Pemrakarsa 15

22 dan instansi terkait lainnya. 6. Sekretaris Kabinet melaporkan kepada Presiden sehubungan dengan adanya persoalan substansial yang tidak dapat diputuskan oleh Instansi Pemrakarsa dan instansi terkait lainnya. Dalam lingkungan kedeputian perekonomian pelaksanaan sasaran dua dimaksud dilakukan oleh Asisten Deputi bidang perancangan dengan melibatkan Asisten Deputi substansi lainnya dalam melakukan perumusan kebijakan dimaksud, yaitu melalu output kegiatan rekomendasi proses perumusan rencana dan pelaksanaan kebijakan di bidang perekonomian. Indikator outcome ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kualitas penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden, yaitu kecepatan waktu dan ditindaklanjuti. Kecepatan waktu berarti setiap Rancangan Peraturan Presiden (Rperpres), Rancangan Keputusan Presiden (Rkeppres), dan Rancangan Instruksi Presiden (Rinpres) yang diajukan oleh instansi terkait kepada Presiden harus dapat diselesaikan oleh Sekretariat Kabinet secara cepat dan tepat waktu. Penyelesaian suatu rancangan peraturan dapat dikatakan tepat waktu apabila waktu penyelesaian rancangan tersebut sesuai waktu yang telah ditetapkan dalam Standar Pelayanan (SP). Dengan demikian, semakin banyak rancangan yang diselesaikan secara tepat waktu untuk kemudian ditindaklanjuti oleh Sekretaris Kabinet berarti semakin baik kinerja dari Deputi Bidang Perekonomian. Demikian sebaliknya apabila banyak rancangan yang tidak dapat diselesaikan secara tepat waktu sesuai dengan SP maka kinerjanya semakin menurun. B. Ringkasan Penetapan Kinerja Deputi Bidang Perekonomian Dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Penetapan Kinerja wajib dibuat oleh pimpinan instansi Pemerintah, baik Kementerian/lembaga, satuan organisasi maupun unit pelaksana kegiatan. Begitu pula dengan Satuan Organisasi Deputi Bidang Perekonomian wajib melaksanakan kontrak kinerja kepada Sekretaris Kabinet melalui Penetapan 16

23 Kinerja. Penetapan Kinerja adalah tekad dan janji kinerja antara pimpinan instansi pemerintah atau unit kerja yang menerima amanah atau tanggung jawab kinerja dengan pihak yang memberikan amanah. Penetapan kinerja berdasar pada Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi dan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 dan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor SE- 31/M.PAN/12/2004 tentang Penetapan Kinerja. Maksud Penetapan Kinerja ini adalah sebagai tekad pemerintah untuk memerangi korupsi baik secara represif maupun preventif. Janji kinerja yang tertuang dalam Rencana Kinerja Tahunan akan dicapai oleh seorang pejabat penerima amanah untuk dilaporkan kepada atasan langsung, yang berisikan gambaran capaian kinerja yang akan diwujudkan oleh suatu instansi pemerintah/unit kerja dalam suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Dengan adanya penetapan kinerja ini diharapkan setiap unit organisasi dapat melihat dan mengukur transparansi, akuntabilitas dan kinerja yang dicapai serta mengukur/membandingkannya dengan ukuranukuran kinerja untuk mengetahui capaian kinerja dari setiap unit organisasi. Ruang lingkup Penetapan Kinerja mencakup seluruh tugas pokok dan fungsi suatu organisasi dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Namun demikian, ruang lingkup ini lebih diutamakan terhadap berbagai program utama unit organisasi, yaitu program-program kerja yang ditetapkan organisasi yang dapat menggambarkan keberadaan organisasi serta strategic issue yang sedang dihadapi organisasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Secara ringkat Penetapan Kinerja Deputi Bidang Perekonomian dapat sebagai berikut: 17

24 PENETAPAN KINERJA Satuan Organisasi : Deputi Bidang Perekonomian Tahun : 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang Perekonomian Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden,dan Instruksi Presiden di bidang Perekonomian 1. Persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah di bidang perekonomian secara tepat waktu 2. Persentase saran kebijakan di bidang perekonomian yang ditindaklanjuti 1. Persentase penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang perekonomian secara tepat waktu 2. Persentase Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang perekonomian yang ditindaklanjuti 97% 97% 97% 97% Jumlah Anggaran Tahun 2014 : Rp ,- (tiga milyar lima puluh juta rupiah) 1. Sasaran Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang perekonomian : Rp (dua milyar sembilan ratus empat juta tujuh ratus dua puluh dua ribu rupiah) 2. Sasaran Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang perekonomian : Rp ,- (seratus empat puluh lima juta dua ratus tujuh puluh delapan ribu rupiah) Target penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah sebesar 97% diukur berdasarkan tingkat penyelesaian berkas secara tepat waktu sesuai hari dimulainya kegiatan penyiapan hasil analisis kebijakan sampai dengan selesai. Penyelesaian dinyatakan tepat waktu apabila waktu penyelesaian sesuai 18

25 dengan waktu yang tercantum dalam Standar Pelayanan (SP). Kinerja yang diharapkan dari indikator ini adalah agar hasil analisis kebijakan program pemerintah dapat diselesaikan dengan cepat. Indikator secara tepat waktu Sasaran Startegis 1 (satu) adalah apabila hasil analisis kebijakan yang dapat diselesaikan tepat waktu (11 hari) dapat mencapai 97% dari seluruh berkas masuk dan kegiatan yang dilakukan. Target indikator persentase saran kebijakan yang ditindaklanjuti oleh Sekretaris Kabinet sebesar 97%, digunakan untuk mengukur ketepatan penyiapan saran kebijakan perumusan rencana kebijakan dan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas rencana dan pelaksanaan kebijakan program pemerintah. Saran yang disampaikan oleh Deputi Bidang Perekonomian kepada Sekretaris Kabinet dikatakan tepat apabila saran tersebut ditindaklanjuti atau disetujui oleh Sekretaris Kabinet untuk selanjutnya disampaikan kepada Pemerintah, khususnya Presiden. Dengan demikian, semakin banyak saran yang diterima oleh Pemerintah berarti kinerja Deputi Bidang Pemerintahan semakin tinggi. Target penyelesaian penyiapan Rperpres, Rkeppres, dan Rinpres yang tepat waktu tersebut dengan membandingkan terhadap tingkat capaian pada tren tahun-tahun sebelumnya, yaitu dari 93% (RKT Tahun 2010), 94% pada RKT 2011, 95% pada tahun 2012, menjadi 96% pada RKT 2013 dan 97%. Pada RKT Tahun 2014 ditetapkan sebesar 97%. Untuk mengukur tingkat ketepatan waktu dilakukan dengan menghitung tingkat kecepatan penyelesaian suatu rancangan dan membandingkannya dengan alokasi waktu yang ditentukan dalam SP. Artinya indikator tepat waktu dapat dihitung dari rata-rata hari yang dibutuhkan untuk penyelesaian suatu Rperpres, Rkeppres, dan Rinpres. Rumus ini menunjukkan semakin tinggi realisasi waktu/lamanya semakin rendah pencapaian kinerja. Target waktu penyelesaian Rperpres, Rkeppres dan Rinpres sampai dengan ditindaklanjuti memerlukan waktu 11 hari Indikator ouput atas terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Rperpres, Rkeppres, dan Rinpres digunakan untuk mengukur tingkat keluaran (output) atas penyelesaian Rperpres, Rkeppres, dan Rinpres yang diajukan oleh instansi terkait kepada Presiden. Semakin tinggi persentase yang dicapai menunjukan bahwa Rperpres, Rkeppres, dan Rinpres yang diajukan oleh 19

26 instansi terkait kepada Presiden dapat ditangani dan diselesaikan oleh Sekretariat Kabinet. Sedangkan pagu anggaran 2014 mengalami perubahan, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2014 menggunakan alokasi pagu anggaran yang berbeda dari jumlah yang terdapat dalam Penetapan Kinerja Perkembangan terakhir total anggaran berjumlah Rp (dua milyar lima ratus dua puluh tiga ribu lima ratus lima puluh rupiah), yang terbagi untuk mendukung kegiatan pada 2 (dua) sasaran strategis. Anggaran Sasaran Strategis Pertama berjumlah Rp (dua milyar tiga ratus enam puluh satu juta dua ratus lima puluh enam ribu rupiah), sedangkan Anggaran Sasaran Strategis Kedua berjumlah Rp ,- (seratus enam puluh dua juta dua ratus sembilan puluh empat ribu rupiah). C. Ihtisar IKU Deputi Bidang Perekonomian Dalam rangka mendukung capaian kinerja Sasaran Strategis Sekretariat Kabinet, Deputi Bidang Perekonomian disamping telah menetapkan Sasaran Strategis, juga telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) tahun Sasaran Strategis, Target dan IKU serta pendanaannya pada tabel sebagai berikut: Tabel 2.1 Indikator Kinerja, Target dan Pendanaan Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014 Sasaran Strategis Pertama Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang perekonomian No Indikator Sasaran Satuan Target 2014 Target Anggaran (Rp) Persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan di bidang perekonomian secara tepat waktu; Persentase saran kebijakan di bidang perekonomian yang ditindaklanjuti oleh Sekretaris Kabinet % 97% % 97% ,- 20

27 Sasaran Strategis Kedua Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian naskah Rperaturan Presiden, Rkeputusan Presiden dan Rinstruksi Presiden Indikator Sasaran 1. Persentase penyelesaian Rperpres, Rkeppres, dan Rinpres dibidang perekonomian secara tepat waktu 2. Persentase RPerpres, RKeppres, danr Inpres dibidang perekonomian yang ditindaklanjuti Satuan Target 2014 % 97% % 97% Target Anggaran (Rp) ,- Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa untuk Tahun 2014 terdapat 2 (dua) sasaran strategis dan 4 (empat) indikator sasaran yang masing-masing memiliki target yang harus dicapai dengan dukungan pendanaan yang tersedia, total anggaran Tahun 2014 berjumlah Rp ,- (tiga miliar lima puluh puluh rupiah. Terdiri dari: 1) Sasaran Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang Perekonomian : Rp ,- 2) Sasaran Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang Perekonomian : Rp ,- Indikator kinerja Sasaran Pertama adalah Persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah di bidang perekonomian secara tepat waktu dan Persentase saran kebijakan di bidang perekonomian yang ditindaklanjuti. Sedangkan Indikator Kinerja Sasaran Kedua adalah Persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres dibidang perekonomian secara tepat waktu, dan Persentase RPerpres, RKeppres, danr Inpres dibidang perekonomian yang ditindaklanjuti. Dari 4 (empat) indikator tersebut di atas secara garis besar terdapat 2 (dua) ukuran yaitu tepat waktu dan ditindaklanjuti. Pengertian Indikator tepat waktu adalah pelaksanaan kegiatan dapat diselesaikan secara tepat waktu. 21

28 Indikator tepat waktu diukur dari Standar Operator Prosedur (SOP) Sekretariat Kabinet, yaitu untuk mencapai penyelesaian kegiatan tersebut memerlukan waktu sebesar 11 hari. Ukuran 11 hari di hitung dari proses surat masuk ke Deputi Bidang Perekonomian dan disampaikan ke Sekretaris Kabinet. Sedangkan indikator ditidaklanjuti mengandung pengertian bahwa hasil analisis dan hasil penyiapan RPerpres, RKeppres dan RInpres yang disampaikan kepada Sekretaris Kabinet telah dimanfaatkan. Maksud dari dimanfaatkan terkait dengan hasil analis kebijakan di bidang perekonomian telah disetujui oleh Sekretaris Kabinet untuk diteruskan ke stakeholder berikutnya yaitu Presiden, Kementerian/Lembaga maupun lainnya, dalam bentuk surat, memo, ataupun bahan hasil analisis tersebut dipergunakan secara langsung oleh Sekretaris Kabinet dalam melaksanakan tugas sebagai Sekretaris Kabinet. Sedangkan indikator ditindaklanjuti dalam hal indikator penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres dibidang perekonomian adalah dimanfaatkan oleh Sekretaris Kabinet. Maksud dimanfaatkan adalah diteruskan ke Presiden, Kementerian/Lembaga terkait, maupun dikoordinasikan kembali ke Kementerian/Lembaga pengusul dan dipergunakan secara langsung oleh Sekretaris Kabinet dalam menjalankan tugasnya sebagai Sekretaris Kabinet. Target tahun 2014 sebesar 97%, yang berarti mengalami peningkatan sebesar 1% dibandingkan tahun 2013 sebesar 96%. Target sebesar 100% ini dimaksudkan sebagai upaya peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan target di tahun 2014 disertai pertimbangan bahwa dalam pelaksanaan target kinerja tahun 2013 telah tercapai sebesar 100%, sehingga menimbulkan keyakinan bahwa target sebesar 100% di tahun 2014 dapat di capai. Pengukuran Kinerja Sasaran Strategis Pertama Keberhasilan pencapaian Sasaran Strategis Pertama tersebut dapat diukur dengan menggunakan dua indikator kinerja outcome, yaitu: 1. Persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan di bidang perekonomian secara tepat waktu, dengan menggunakan metode perhitungan: 22

29 Jumlah Saran kebijakan yang diselesaikan tepat waktu Jumlah Saran kebijakan yang disampaikan x 100% Rumus ini menunjukkan semakin tinggi realisasinya semakin rendah pencapaian kinerja. 2. Persentase saran kebijakan di bidang perekonomian yang ditindaklanjuti oleh Sekretaris Kabinet, dengan menggunakan metode perhitungan: Jumlah Saran kebijakan yang ditindaklanjuti Jumlah Saran kebijakan yang disampaikan x 100% Tahun 2014 Deputi Bidang Perekonomian telah menetapkan target tepat waktu yang disesuaikan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah di tetapkan dalam Keputusan Sekretaris Kabinet Republik Indonesia nomor 51 Tahun Hal ini menunjukkan semakin tepat waktu maka semakin baik kinerja yang dihasilkan dalam melakukan analisis kebijakan pemerintah di bidang perekonomian. Sedangkan indikator ketepatan mencerminkan semakin banyak saran yang diterima oleh stakeholders berarti semakin tinggi kinerja Deputi Bidang Perekonomian. Untuk Tahun 2014 ditetapkan target ketepatan sebesar 100%. Pengukuran Kinerja Sasaran Strategis Kedua Kegiatan yang dilakukan Deputi Bidang Perekonomian untuk mendukung pencapaian Sasaran Strategis Kedua adalah Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Presiden di bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian. Output dari kegiatan ini berupa naskah RPeraturan Presiden, RKeputusan Presiden dan RInstruksi Presiden di bidang Perekonomian, dengan rencana target tahun 2014 sebesar 100%. 23

30 Seperti pada Sasaran Strategis Pertama, pengukuran capaian pada Sasaran Strategis Kedua juga menggunakan dua indikator kinerja outcome, yaitu: 1. Persentase penyelesaian naskah RPeraturan Presiden, RKeputusan Presiden dan RInstruksi Presiden di bidang perekonomian secara tepat waktu, dengan metode perhitungan: Jumlah RPerpres, RKeppres, dan RInpres yg diselesaikan tepat waktu x 100% Jumlah RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diselesaikan Rumus ini menunjukkan semakin tinggi realisasinya semakin rendah pencapaian kinerja. 2. Persentase RPeraturan Presiden, RKeputusan Presiden dan RInstruksi Presiden di bidang perekonomian yang ditindaklanjuti, dengan metode perhitungan: Jumlah RPerpres, RKeppres, dan RInpres yg ditindaklanjuti x 100% Jumlah RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diselesaikan Tahun 2014 Deputi Bidang Perekonomian telah menetapkan target tepat waktu bidang penyiapan RPerpres, RKeppres dan RInpres yang disesuaikan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah di tetapkan dalam Keputusan Sekretaris Kabinet Republik Indonesia nomor 51 Tahun Hal ini menunjukkan semakin tepat waktu maka semakin baik kinerja yang dihasilkan dalam melakukan analisis kebijakan pemerintah di bidang perekonomian. Sedangkan indikator ketepatan didasarkan pada ada tidaknya tindaklanjut dari stakeholders atas naskah Rperpres, Rkeppres dan Rinpres yang diberikan. Target yang ditetapkan oleh Deputi Bidang Perekonomian untuk indikator ini adalah sebesar 100%. 24

31 D. Perkembangan Implementasi Manajemen Kinerja 1. Perubahan Indikator Kerja Utama (IKU) Pada tahun 2014 Indikator Kinerja Utama (IKU) tetap menggunakan IKU Tahun IKU Tahun 2013 dipandang masih relevan untuk dipergunakan sebagai alat ukur Tahun Sasaran Pertama Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang perekonomian Dalam kurun waktu pelaksanaan Rencana Strategis Sekretariat Kabinet , Rumusan sasaran pertama telah mengalami tiga kali penyempurnaan, yaitu penyempurnaan pertama dilakukan pada Tahun 2010, dan penyempurnaan kedua pada tahun 2011 dan yang ketiga pada Tahun ) Pada Tahun 2010, sasaran pertama disempurnakan menjadi Terwujudnya peningkatan kecepatan dan ketepatan pemberian saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah. Penyempurnaan tersebut dimaksudkan untuk mempertajam dan memperjelas peningkatan kualitas, yakni terkait dengan tingkat kecepatan dan ketepatan pemberian saran kebijakan hasil pemantauan, yang difokuskan pada 2 (dua) bidang yaitu pemerintahan dan hukum. 2) Pada Tahun 2011, sasaran pertama disempurnakan sejalan dengan penyempurnaan organisasi Sekretariat Kabinet, yaitu dengan menambah frasa rencana, sehingga menjadi Terwujudnya peningkatan kecepatan dan ketepatan pemberian saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas perumusan rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah. 25

32 3) Kemudian pada Tahun 2012, sasaran pertama ini menjadi : Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang perekonomian. Penyempurnaan pada rumusan IKU sesuai dengan nomenklatur yang baru berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2010 tentang Sekretariat Kabinet dan Perseskab Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretaris Kabinet. Pada IKU tahun 2012 penekanan pada peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan sehingga saran kebijakan yang disampaikan menjadi berkualitas. 4) Pada Tahun 2013 sasaran pertama ini tidak mengalami perubahan, yaitu Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang perekonomian. 5) Tahun 2014, sasaran pertama juga tidak mengalami perubahan, yaitu Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang perekonomian. Tahun 2014 merupakan tahun kelima dilaksanakannya Renstra Sekretariat Kabinet Tahun yang pelaksanaannya dijabarkan melalui Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun Berdasarkan reorganisasi berdasarkan Perpres Nomor 82 Tahun 2010 dan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah melalui Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 4 Tahun 2012, Sekretariat Kabinet mendapat mandat untuk menyelenggarakan pengelolaan dan pengendalian manajemen kabinet yang diwujudkan dengan melaksanakan kinerja pemantauan, evaluasi dan analisis atas rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut bermuara pada hasil analisis kebijakan pemerintah di bidang perekonomian. Proses pelaksanaan kinerja tersebut sejalan dengan siklus kebijakan yang dapat mewarnai dan berkontribusi pada kebijakan pemerintah. Saran kebijakan atau pemberian rumusan analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah, sejatinya bukan kinerja baru yang diemban oleh Sekretariat Kabinet. Namun, dengan re-organisasi kinerja tersebut dikukuhkan sebagai salah satu wujud pengendalian manajemen 26

33 kabinet. Saran kebijakan atas rencana kebijakan dan program pemerintah, tidak semata rencana kebijakan dan program pemerintah yang akan dibentuk dan diwadahi dengan peraturan perundangundangan. Namun, akan terdapat saran kebijakan atas rencana kebijakan dan program pemerintah dengan cakupan luas yang disampaikan baik secara lisan maupun tertulis, yaitu antara lain dalam bentuk Sekretariat Kabinet menyampaikan laporan/rekomendasi dan pertimbangan kepada stakeholders untuk menindaklanjuti suatu permasalahan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah. Gambaran terakhir dapat juga mencerminkan bahwa Sekretariat Kabinet merupakan institusi yang menjembatani dan memfasilitasi usulan dan permasalahan yang disampaikan stakeholders kepada Presiden selaku penyelenggara pemerintahan. Frase kecepatan dan ketepatan pada rumusan sasaran pertama yang terdapat dalam Lakip Tahun 2011 disempurnakan. Kata kecepatan diubah menjadi secara tepat waktu dan ketepatan diubah menjadi yang ditindaklanjuti oleh Sekretaris Kabinet. Perubahan ini dimaksudkan untuk mempertajam dan memperjelas kualitas outcome. Untuk indikator outcome Deputi Bidang Perekonomian dengan kualitas ditindaklanjuti diukur sepanjang ketika hasil analisis tersebut di pergunakan atau di manfaatkan oleh Sekretaris Kabinet. Rumusan secara tepat waktu, yang dihitung berdasar waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian pemberian saran hasil analisis kebijakan, perumusan rencana, dan pengamatan, pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian, dimaksudkan untuk menggambarkan semakin cepat penyelesaian dan pemberian saran kebijakan mendapat tindak lanjut dari stakeholders terkait (Presiden/Wakil Presiden dan Kementerian/Lembaga) maka semakin berkualitas saran kebijakan yang dihasilkan. Rumusan tindaklanjuti oleh Sekretaris Kabinet menekankan pada ketepatan substansi saran kebijakan yang dihasilkan, yang berarti bahwa saran kebijakan yang disampaikan kepada stakeholders terkait ditindaklanjuti atau disetujui oleh pimpinan. Dengan demikian, semakin 27

34 banyak saran yang diterima oleh stakeholders berarti kinerja Deputi Bidang Perekonomian semakin tinggi. Pencapaian sasaran ini dapat diukur melalui indikator: 1) Persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan di bidang perekonomian secara tepat waktu; (sebelumnya Kecepatan penyelesaian saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas perumusan rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian ); 2) Persentase saran kebijakan di bidang perekonomian yang ditindaklanjuti oleh Sekretaris Kabinet. (sebelumnya Ketepatan penyelesaian saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas perumusan rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian ). Penyempurnaan rumusan indikator sasaran pertama menjadi dasar dalam pengukuran kinerja sasaran pertama. Rumusan indikator sasaran pertama tahun 2012 merupakan penyempurnaan ke-3 rumusan indikator sasaran pertama pada Renstra Sekretariat Kabinet Tahun Penyempurnaan rumusan indikator sasaran pertama pada Tahun 2010 yang menekankan pada penajaman kualitas penyelesaian saran kebijakan dengan mengacu pada kata kecepatan dan ketepatan. Pada Lakip Tahun 2011 masih digunakan rumusan indikator kecepatan dan indikator ketepatan untuk mengukur tingkat kualitas penyelesaian saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah. Kemudian pada Lakip 2012 kata kecepatan diubah menjadi secara tepat waktu dengan maksud lebih mempertegas jumlah waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan kegiatan. Sedangkan kata yang ditindaklanjuti memiliki pengertian yang sama dengan makna kata ketepatan, yaitu hasil kegiatan dianggap tepat apabila digunakan oleh pimpinan. Indikator secara tepat waktu mencerminkan semakin cepat penyelesaian suatu saran kebijakan dan mendapat tindak lanjut dari stakeholders terkait, maka semakin berkualitas saran kebijakan yang dihasilkan. Pengertian secara tepat waktu diukur berdasarkan 28

35 perhitungan hari yang dibutuhkan untuk penyelesaian saran kebijakan hasil analisis kebijakan pemerintah di bidang ekonomi. Indikator ditindaklanjuti mencerminkan kualitas saran kebijakan yang diberikan kepada stakeholders terkait. Pengertian ditindaklanjuti diukur berdasarkan perhitungan jumlah saran hasil analisis kebijakan pemerintah di bidang perekonomian yang disampaikan kepada stakeholders untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Penyempurnaan kedua atas rumusan indikator sasaran pertama pada Tahun 2012 ini didalamnya terdapat 2 (dua) subkegiatan yaitu perumusan rencana kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan subkegiatan pengamatan, pemantauan dan evaluasi kebijakan pemerintah di bidang ekonomi. Di tingkat eselon 2 subkegiatan ini memiliki indikator sesuai dengan tugas dan fungsi bidang masing-masing, yaitu: a. Persentase Penyelesaian hasil analisis Perumusan Rencana Kebijakan dan Program Pemerintah secara tepat waktu b. Persentase Saran Perumusan Rencana Kebijakan dan Program Pemerintah yang ditindaklanjuti c. Persentase Penyelesaian hasil analisis atas pengamatan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah secara tepat waktu d. Persentase saran hasil pengamatan dan pemantauan atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah yang ditindaklanjuti. Dengan demikian, rumusan indikator sasaran pertama Tahun 2011, yakni Kecepatan penyelesaian saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas perumusan rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian dan Ketepatan saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas perumusan rencana dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian, untuk Tahun 2012 disempurnakan menjadi: Persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah di 29

36 bidang Perekonomian secara tepat waktu dan Persentase saran kebijakan di bidang Perekonomian yang ditindaklanjuti Indikator Sasaran hasil analisis kebijakan program pemerintah di dalamnya termasuk pencapaian subkegiatan perumusan rencana, memiliki konsekuensi lanjutan yaitu apabila saran kebijakan sebagai bahan atau masukan pada proses berikutnya yaitu mendukung ditetapkan dalam suatu peraturan perundang-undangan khususnya Perpres, Keppres, dan Inpres. Dengan demikian, dalam pengukuran pencapaian kinerjanya akan digambarkan bahwa terdapat beberapa dokumen/laporan saran kebijakan hasil analisis yang saling berkaitan dan memberi kontribusi terhadap pencapaian sasaran kedua Sekretariat Kabinet, yakni sasaran Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang Perekonomian. Dengan adanya konsekuensi ini akan terlihat bahwa terdapat pencapaian kinerja lintas sasaran, misalnya terdapat permasalahan pelaksanaan kebijakan yang disampaikan stakeholders ke Presiden melalui Sekretariat Kabinet, pada awalnya permasalahan dan alternatif pemecahan bersifat umum (hanya perlu penguatan, pembinaan atau koordinasi) dan tidak mengarah pada penyempurnaan atau mengeluarkan suatu kebijakan dalam suatu perundang-undangan (Perpres, Keppres, dan Inpres). Namun, dalam proses pembahasannya terdapat permasalahan yang solusi pemecahannya perlu diwadahi oleh peraturan perundang-undangan (Perpres, Keppres, dan Inpres). Lebih lanjut, saran kebijakan atas rencana kebijakan dan program pemerintah meliputi pula kontribusi Sekretariat Kabinet dalam pengambilan kebijakan melalui penyusunan Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri/LPNK, Peraturan Daerah (Perda) dan Keputusan Kepala Daerah. Berdasar ilustrasi tersebut, terdapat saran kebijakan atas rencana kebijakan yang memberi kontribusi terhadap sasaran pertama dan sasaran ketiga Sekretariat Kabinet. Saran kebijakan yang disampaikan Sekretariat Kabinet dapat berupa tertulis dan lisan. Secara tertulis, saran kebijakan diukur berdasar dokumen/laporan saran kebijakan yang disampaikan kepada 30

37 stakeholders. Sedangkan secara lisan, batasan ukurannya lebih luas karena kehadiran, kepersertaan, dan keterlibatan Sekretariat Kabinet (Sekretaris Kabinet atau lembaga Sekretariat Kabinet) dalam suatu event penyelenggaraan pemerintahan, khususnya terkait pembahasan rencana, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan dan program pemerintah, seperti sidang kabinet dan rapat koordinasi. Namun, tidak dipungkiri bahwa suatu kebijakan dan program pemerintah dalam pembahasannya melibatkan beberapa unsur institusi yang salah satunya adalah Sekretariat Kabinet. Dengan demikian, saran kebijakan yang disampaikan Sekretariat Kabinet dan ditindaklanjuti/disetujui sangat sulit di-trace. Dengan kondisi itu, maka dengan telah tersampaikannya dan/atau terkomunikasikannya saran kebijakan Sekretariat Kabinet kepada stakeholders maka Sekretariat Kabinet telah berkontribusi pada pembentukan suatu kebijakan dan program pemerintah. Pengertian secara tepat waktu dan ditindaklanjuti telah mempertimbangkan aspek berikut: Aspek Prosedural: Pertimbangan aspek prosedural mengacu pada Standar Pelayanan Sekretariat Kabinet terkait dengan pedoman dalam pelaksanaan dan penyelesaian hasil analisis kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian. Setelah re-organisasi, standar pelayanan yang dijadikan dasar dalam melaksanakan tugas dan fungsi untuk pencapaian kinerja guna mendukung sasaran pertama, yaitu Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Standar Pelayanan Unit Kerja di Lingkungan Sekretariat Kabinet sampai dengan ditetapkannya Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan (SP) yang baru. Keputusan Sekretaris Kabinet (Kepseskab) Nomor 51 Tahun 2012 Tentang Standar Operasional Prosedur di Lingkungan Sekretariat Kabinet, ditetapkan pada tanggal 29 November 2012 dan Kepseskab Nomor 57 Tahun 2012 tentang Standar Pelayanan Unit Kerja di Lingkungan Sekretariat Kabinet, ditetapkan pada tanggal 28 Desember Namun demikian, dikarenakan baru ditetapkan pada bulan 31

38 November dan Desember 2012, maka SOP dan SP tersebut belum diterapkan pada Tahun SOP dan SP baru tersebut masih perlu untuk terus disempurnakan atau disesuaikan dengan tugas dan fungsi Sekretariat Kabinet yang baru. Aspek Substansi: Hasil analisis baik yang berupa perumusan rencana kebijakan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan kebijakan menekankan pada akurasi evaluasi dan analisis berdasarkan data/informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Indikator kecepatan yang digunakan untuk mengukur tingkat kualitas penyelesaian saran kebijakan, pada tahun 2012 target ditetapkan 11 (sebelas) hari untuk keseluruhan bidang perekonomian. Penetapan tersebut berdasar pada waktu yang dibutuhkan dan ditetapkan dalam SP Sekretariat Kabinet. Penetapan satuan target indikator ketepatan menggunakan persentase karena Deputi Bidang Perekonomian tidak dapat memprediksi jumlah berkas masuk yang akan diproses dan ditindaklanjuti. Target indikator ketepatan pada Tahun 2012 ditetapkan 95%. Penetapan tersebut berdasar target tertinggi Tahun 2011 sebesar 94%. Penetapan target dengan mengambil target tertinggi tersebut (95%) berdasar pertimbangan bahwa sasaran Tahun 2012 didasarkan pada komitmen dan kebijakan pimpinan untuk meningkatkan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang Perekonomian secara tepat waktu dan yang ditindaklanjuti. Kemudian pada Tahun 2013 ditetapkan sebesar 96%, dengan pertimbangan bahwa pada pada Tahun 2013 perlu dilakukan peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang Perekonomian secara tepat waktu dan yang ditindaklanjuti, yang tercermin dari Penetapan Kinerja Tahun 2013 sebesar 96%. 2. Penyempurnaan Prosedur Kinerja 32

39 Dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan fungsi Deputi Bidang Perekonomian terutama terkait dengan kegiatan pemantauan dan evaluasi, Deputi Bidang Perekonomian telah mengeluarkan Surat Edaran Deputi Bidang Perekonomian Sekretariat Kabinet Nomor SE.06/Ekon/IX/2014 tanggal 14 September 2014 tentang Panduan Penyelenggaraan Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Atas Pelaksanaan Kebijakan dan Program Pemerintah Bidang Perekonomian sebagai panduan penyelenggaraan kegiatan pemantauan dan evaluasi di unit kerja Deputi Bidang Perekonomian. Panduan Pemantauan dan Evaluasi ini ditujuan agar pelaksanaan tugas dimaksud dapat berjalan secara efektif, efisien dan akuntabel. Panduan Pemantauan dan evaluasi dimaksudkan sebagai pelengkap Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 51 Tahun 2012 tentang Standar Operasional Prosedur di lingkungan Sekretaris Kabinet. a. Tersusunnya Panduan Penyelenggaraan Pemantauan dan Evaluasi Kebijakan dan Program Pemerintah Bidang Perekonomian, yang ditetapkan dengan Surat Edaran Deputi Bidang Perekonomian Nomor SE.06/Ekon/IX/2014, tanggal 4 September Asdep Bidang Industri, UKM, Perdagangan dan Ketenagakerjaan menyusun panduan tersebut dalam rangka memberikan keseragaman langkah-langkah pelaksanaan pemantauan pada seluruh Asdep di lingkungan Deputi Bidang Perekonomian. Dengan adanya guide line/prosedur pemantauan yang jelas diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil analisis kebijakan pemerintah di Deputi Bidang Perekonomian pada khususnya, dan Sekretariat Kabinet pada umumnya. 33

40 Kegiatan Coffee Morning dalam rangka Penyusunan Panduan Penyelenggaraan Pemantauan dan Evaluasi Kebijakan dan Program Pemerintah Bidang Perekonomian, tanggal 29 Agustus Deputi Bidang Perekonomian sedang meminpin Penyusunan Panduan Disamping pedoman pemantauan dan evaluasi tersebut, Deputi Biang Perekonomian dalam rangka penyempurnaan proses kerja untuk peningkatan kualitas kinerja, telah menerbitkan beberapa dokumen penting yang diperlukan, antara lain: a. Pedoman pelaksanaan tugas dan fungsi, berupa: 1) Standar Operasional Prosedur, ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 51 Tahun 2012 tentang Standar Operasional Prosedur di lingkungan Sekretariat Kabinet sebagaiana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 23 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 51 Tahun 2012 tentang Standar Operasional Prosedur di lingkungan Sekretariat Kabinet); 2) Standar Pelayanan Unit Kerja, ditetapkandengan Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 57 Tahun 2012; 3) Panduan Penyelenggaraan Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi di Bidang Perekonomian dan dokumen terkait reformasi birokrasi, ditetapkan dengan SE Nomor SE-06/Ekon/IX/2014. b. Penerapan SP/SOP untuk peningkatan kinerja, dengan menerbitkan memo secara berkala terkait penyelesaian tugas, sebagai bentuk pengendalian dan pengawasan; 34

41 c. Penegakan disiplin (daftar kehadiran), melalui SE Nomor SE- 08/Ekon/X/X/2014 tentang Evaluasi Disiplin Pejabat/Pegawai di Lingkungan Kedeputian Bidang Perekonomian; d. Penanganan benturan kepentingan, melalui SE Nomor SE- 06/Ekon/X/2013 tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Pejabat/Pegawai di Lingkungan Deputi Bidang Perekonomian; e. Peningkatan tertib administrasi antara lain melalui SE- 05/Ekon/X/2013 tentang Penulisan Notulensi dan Pengisian Daftar Hadir untuk Kegiatan Rapat di Lingkungan Deputi Bidang Perekonomian, SE Nomor SE-05/Ekon/VIII/2014 tentang Data Kegiatan Penugasan ke Luar Negeri, dan SE Nomor SE- 07/Ekon/IX/2014 tentang Pertanggungjawaban Perjalanan Dinas; f. Pemanfaatan teknologi informasi guna efisiensi pelaksanaan tugas, melalui SE Nomor SE-01/Ekon/II/2013 tentang Penerapan Penyampaian Laporan Rapat dan Perjalanan Dinas dengan Menggunakan Alamat Kabinet.go.id di Lingkungan Deputi Bidang Perekonomian; g. Pemuatan tulisan di website Sekretariat Kabinet, dengan SE Nomor SE.01-Sekretariat Kabinet/Ekon/IV/2012 tentang Pemuatan Tulisan di Website Sekretariat Kabinet; h. Peningkatan efektifitas pelaksanaan reformasi birokrasi di Deputi Bidang Perekonomian dengan menujuk koordinator dan asesor dalam pelaksanaan reformasi birokrasi dan PMPRB Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014 melalui Surat Tugas Nomor. ST.20/ST/Ekon/6/ Penilaian Kinerja Individu Penilaian kinerja merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi dalam rangka mendukung pencapaian kinerja yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi. Dalam melakukan penilaian dilakukan analisis terhadap hambatan pelaksanaan pekerjaan setiap pegawai guna mendapatkan umpan balik serta untuk menyusun rekomendasi perbaikan 35

42 kedepannya dan menetapkan hasil penilaian atas kinerja pegawai yang bersangkutan. Hasil rekomendasi penilaian tersebut digunakan untuk meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja individu setiap Pejabat/Pegawai, pengembangan potensi dan karier Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersangkutan serta pengembangan manajemen suatu organisasi dan lingkungan kerja, sehingga nantinya kinerja suatu organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 (PP N0. 46 Th.2011) tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil bahwa setiap PNS wajib menyusun Sasaran Kerja Pegawai (SKP). SKP adalah rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS yang dibuat berdasarkan rencana kerja tahunan suatu instansi. SKP ini dibuat dengan tujuan untuk mewujudkan pembinaan PNS berdasarkan sistem prestasi dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja dan pengembangan potensi PNS. Sejalan dengan program Reformasi Birokrasi, khususnya dalam hal penataan SDM yang dicanangkan oleh Sekretariat Kabinet dan sesuai dengan amanat PP N0. 46 Th.2011, telah dibentuk Tim Penyusunan Cascading penilaian Kinerja Individu yang anggotanya terdiri dari perwakilan setiap unit kerja di lingkungan Sekretariat Kabinet dan saat ini sedang dilakukan penyusunan sasaran kerja pegawai. Disamping itu telah dibangun sistem penilaian kinerja individu di lingkungan Sekretariat Kabinet yang dikoordinasikan oleh Biro Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana, dan masing-masing unit kerja telah diikutsertakan dalam bimbingan teknis (bimtek)/pelatihan penggunaan sistem tersebut, yaitu dengan menggunakan aplikasi Sistem Kinerja Pegawai (SKP) online. Penilaian Kinerja Individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan suatu organisasi secara keseluruhan, karena dapat diketahui kondisi kinerja pegawai sebenarnya. 4. Reformasi Birokrasi Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, pemerintah memiliki organisasi pendukung, yang dikenal dengan sebutan aparatur 36

43 pemerintah atau dikenal denngan birokrasi. Keberadaan birokrasi diharapkan dapat membantu pemerintah dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan pemerintah dalam rangka melakukan pelayanan kepada masyarakat. Birokrasi bertugas menerjemahkan berbagai keputusan politik ke dalam berbagai kebijakan publik, dan berfungsi melakukan pengelolaan atas pelaksanaan berbagai kebijakan tersebut secara operasional, efektif, dan efisien. Dengan demikian peran pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat ditopang oleh kemampuan birokrasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Mengingat peran sentral birokrasi sebagai tulang punggung pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat, maka upaya upaya perbaikan terhadap kinerja birokrasi, yang kemudian kita kenal dengan Reformasi Birokrasi (RB) merupakan suatu keniscayaan bagi pemerintah suatu negara. RB pada dasarnya merupakan suatu proses untuk menata ulang, mengubah, memperbaiki dan menyempurnakan sistem penyelenggaraan pemerintahan agar menjadi lebih baik, profesional, produktif, bersih, efektif, efisien, transparan dan akuntabel, yang dilaksanakan secara berkelanjutan. Pada hakikatnya pembaharuan dan perubahan mendasar tersebut terutama menyangkut aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur. Pelaksanaan reformasi birokrasi di Sekretariat Kabinet juga merupakan wujud untuk menjalankan amanat Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan dan RB) Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Sejalan dengan amanat dimaksud, Sekretariat Kabinet menjalankan reformasi birokrasi secara bertahap untuk melakukan perubahan yang menjadi fokus reformasi birokrasi secara nasional, yaitu meliputi program yang berorientasi pada hasil (outcome oriented programs), yaitu: manajemen perubahan, penataan peraturan perundang-undangan, penataan dan penguatan organisasi, 37

44 penataan tata laksana, penataan sistem manajemen SDM aparatur, penguatan pengawasan, penataan akuntabilitas kinerja, dan program peningkatan kualitas pelayanan publik. Deputi Bidang Perekonomian sesuai tugas dan fungsinya selaku unit kerja eselon I di Sekretariat Kabinet berperan aktif mendukung keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi Sekretariat Kabinet yang berorientasi pada hasil (outcome oriented programs). Peran tersebut sejalan dengan Permenpan dan RB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB), bahwa monitoring dan evaluasi, langkah-langkah reformasi birokrasi dan penilaian keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi difokuskan pada unit kerja Eselon I. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan reformasi birokrasi dan menilai langkah-langkah dan pencapaian keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi. Pelaksanaan RB pada Deputi Bidang Perekonomian diarahkan pada 8 (delapan) area perubahan, sebagai berikut: 1) Program Manajemen Perubahan Dalam rangka mewujudkan peningkatan komitmen pimpinan dan pegawai Deputi Bidang Perekonomian dalam melakukan RB; terwujudnya perubahan pola pikir dan budaya kerja; dan menurunnya resiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi terhadap perubahan, telah dilakukan upaya sebagai berikut: a. Penetapan rencana rinci (operasional) 5 (lima) tahun untuk tahapan/gelombang ke-2, dan rencana rinci per tahun. Deputi Bidang Perekonomian melalui keanggotaan Tim Reformasi Birokrasi mengoordinasikan penyusunan rencana kegiatan terkait 8 (delapan) area reformasi birokrasi untuk 5 (lima) tahun dan tahunan yang ditetapkan dengan: i. Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1/RB Tahun 2011 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia Tahun ; 38

45 ii. Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 2/RB Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Reformasi Birokrasi Sekretariat Kabinet Tahun 2011; iii. Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Reformasi Birokrasi Sekretariat Kabinet Tahun 2012;dan iv. Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 18 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Reformasi Birokrasi Sekretariat Kabinet Tahun v. Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1/RB Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Reformasi Birokrasi Sekretariat Kabinet Tahun b. Pembentukan Tim Pengelola Manajemen Perubahan, untuk mengarahkan dan mengoordinasikan pelaksanaan RB di lingkungan Sekretariat Kabinet. Deputi Bidang Perekonomian melalui keanggotaan Tim Reformasi Birokrasi mengoordinasikan penyusunan kriteria, tugas dan fungsi, jangka waktu tim, dan pembiayaan kegiatan tim reformasi birokrasi Sekretariat Kabinet, dan selanjutnya ditetapkan dengan: i. Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi; ii. Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 24 Tahun 2012 tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi di Lingkungan Sekretariat Kabinet Tahun 2012 sebagaimana disempurnakan dengan Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 41 Tahun 2012; iii. Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 21 Tahun 2013 tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi di Lingkungan Sekretariat Kabinet Tahun 2013; iv. Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 20 Tahun 2014 tentang Tim Reformasi Birokrasi Sekretariat Kabinet Tahun 2014; 39

46 v. Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 38 Tahun 2014 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari Jabatan Wakil Ketua Tim Reformasi Birokrasi Sekretariat Kabinet, Ketua Tim Reformasi Birokrasi Kedeputian Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet, serta Anggota Tim Reformasi Birokrasi Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet dan Tim Reformasi Birokrasi Kedeputian Bidang Administrasi sebagaimana telah ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 20 Tahun 2014; vi. Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 3/RB Tahun 2011 tentang Tim Penjaminan Kualitas (Quality Assurance) Pelaksanaan Reformasi Birokrasi;dan vii. Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembentukan Tim Asesor Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Sekretariat Kabinet Tahun 2012; viii. Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 21 Tahun 2014 tentang Tim Asesor Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Sekretariat Kabinet Tahun c. Penetapan Role Model Deputi Bidang Perekonomian melalui keanggotaan Tim Reformasi Birokrasi melakukan review dan menyusun rekomendasi untuk pengembangan nilai budaya kerja yang mengacu pada tata nilai yang ditetapkan dalam Renstra Sekretariat Kabinet , dan menyusun pedoman perilaku kegiatan pengembangan budaya kerja, serta kriteria role model,guna mendukung berkembangnya nilai-nilai budaya kerja yang positif sesuai dengan prinsip good governance, yang telah ditetapkan dengan: i. Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 2/RB Tahun 2014 tentang Pelaksanaan dan Pengembangan Budaya Kerja di Sekretariat Kabinet; 40

47 ii. Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 1/RB Tahun 2014 tentang Role Model Pengembangan Budaya Kerja di Lingkungan Sekretariat Kabinet. d. Penetapan, pelaksanaan, dan optimalisasi Program Quick Wins Dalam rangka memperbaiki sistem dan mekanisme serta produk utama (core business) guna dapat dimanfaatkan secara cepat oleh pemangku kepentingan, Deputi Bidang Perekonomian melalui Tim Reformasi Birokrasi melakukan perumusan program Quick Wins dengan melakukan identifikasi terhadap pemangku kepentingan, harapan pemangku kepentingan; dan produk utama Sekretariat Kabinet berdasarkan kajian staf dan survey kepada para pemangku kepentingan. Dari identifikasi yang telah dilakukan tersebut, ditetapkan bahwa Program Quick Wins terkait tugas dan fungsi Deputi Bidang Perekonomian adalah peningkatan kualitas proses penyusunan peraturan perundang-undangan (bidang perekonomian), sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 3/RB Tahun 2011 tentang Program Percepatan (Quick Wins) Reformasi Birokrasi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Deputi Bidang Perekonomian melalui keanggotaan Tim Pengelola Quick Wins (yang ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 1/RB Tahun 2012 tentang Pembentukan Tim dan Sekretariat Tim Pengelola Percepatan (Quick Wins) Reformasi Birokrasi Tahun 2012 Sekretariat Kabinet), mengkatalisator kegiatan untuk menghasilkan beberapa hal, yaitu: I. SOP dan SP di bidang perekonomian, yang ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 51 Tahun 2012 dan Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 57 Tahun 2012 II. Perbaikan Sistem Informasi Perundang-undangan (SIPUU) melalui perbaikan tampilan SIPUU dan data retrieval SIPUU, antara lain dengan : (a) Penyeragaman format otentifikasi naskah peraturan perundang-undangan; 41

48 (b) Penyeragaman penyampaian softcopy naskah; (c) Koreksi naskah peraturan perundang-undangan yang tidak lengkap atau salah upload. Selanjutnya, Deputi Bidang Perekonomian secara reguler melaksanakan program quick wins yang terintegrasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana diamanatkan Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 21 Tahun Guna efektifitas keberlanjutan pelaksanaan program quick wins, Deputi Bidang Perekonomian menindaklanjuti rekomendasi hasil survey atas pelaksanaan program quick wins, antara lain: i. Mendukung perbaikan tampilan data retrieval SIPUU ii. melalui keanggotaan dalam tim untuk backdate pengisian abstraksi dan status perundang-undangan, melakukan peningkatan kerja sama dengan unit kerja perancangan perundang-undangan lainnya, Pusat Data Informasi, dan Kementerian Sekretariat Negara untuk monitoring hasil perbaikan tampilan dan retrival SIPUU; iii. menyusun penyempurnaan ketentuan dalam MoU pertukaran informasi peraturan perundang-undangan dengan Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Hukum dan HAM, dan Sektoral. Selanjutnya untuk mengetahui dampak yang dihasilkan dari pelaksanaan Program Quick Wins terhadap pemangku kepentingan, telah dilaksanakan survei terhadap tampilan dan konten SIPUU pada Bulan Mei Juni 2011 (hasil survei menyatakan 69,33% mudah mengaksessistem). Kemudian pada tahun 2012 dan 2013 dilakukan survei lanjutan dan hasilnya dituangkan dalam format kertas kerja komponen hasil 8.1 (hasil yang dilandaskan oleh para pemangku kepentingan) pada tahun 2012 dan 2013, yang menggambarkan terjadi peningkatan kepuasan para pemangku kepentingan terhadap pelaksanaan Program Quick Wins termasuk SIPUU, yaitu tahun 2012= 88,6, dan tahun 2013= 90,8 (meningkat sebesar 2,48%). Sedangkan 42

49 untuk mengidentifikasi harapan para pengguna layanan produk utama Sekretariat Kabinet termasuk penyiapan RPerpres, RKeppres, dan Rinpres, telah dilakukan survei pada Bulan Juli tahun 2011 yang menyatakan: 62,67%responden puas terhadap layanan utama Sekretariat Kabinet tersebut. Kemudian pada tahun 2012 dan 2013 dilakukan survei lanjutan danhasilnya dituangkan dalam format kertas kerja komponen hasil 6.1 (hasil pengukuran kepuasan masyarakat/pengguna layanan) pada Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PNMPRB) tahun 2012 dan Dari hasil perbandingan kertas kerja tersebut, menunjukkan adanya peningkatan kepuasan pengguna terhadap ketiga layanan utama Sekretariat Kabinet dalam Program Quick Wins termasuk penyiapan RPerpres, Rkeppres, dan Rinpres, yaitu tahun 2012 = 90, dan tahun 2013= 92, meningkat 2,22%. e. Penerapan Kode Etik: Guna mendukung pelaksanaan kode etik, telah dilakukan internalisasi kode etik kepada pejabat/pegawai di lingkungan Deputi Bidang Perekonomian dengan: i. Ikut serta dalam kegiatan sosialisasi kode etik dan workshop budaya kerja guna mengarahkan pegawai untuk berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai budaya kerja dan pedoman perilaku (kode etik) dalam pelaksanaan tugas; ii. Memonitoring dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan kode etik antara lain terkait disiplin pegawai, serta dilakukan pembinaan terhadap pegawai yang kurang menerapkan kode etik (disiplin) dengan: a) menyampaikan daftar presensi kehadiran pejabat/pegawai setiap bulan kepada setiap Asisten Deputi; b) menerbitkan Surat Edaran Deputi Nomor: SE- 08/Ekon/10/2014, tentang Evaluasi Disiplin Pejabat/Pegawai di Lingkungan Deputi Bidang 43

50 Perekonomian, yang berisi perintah (himbauan) agar setiap Asisten Deputi menjadikan data kehadiran pegawai sebagai bahan evaluasi untuk pembinaan pejabat/pegawai guna peningkatan kinerja masing-masing Asisten Deputi; iii. Meningkatkan integritas pegawai melalui pencegahan terjadinya benturan kepentingan bagi pejabat/pegawai Deputi Bidang Perekonomian dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor: SE- 06/Ekon/X/2013; f. penyusunan strategi komunikasi manajemen perubahan dengan melaksanakan strategi komunikasi untuk mengomunikasikan halhal penting kepada pegawai maupun para pemangku kepentingan, antara lain melalui penyelenggaraan forum diskusi untuk memaparkan dan membahas hasil pelaksanaan kegiatan, hasil tugas pendukung, dan isu-isu yang mengemuka di Deputi Bidang Perekonomian; serta pemuatan berita/artikel di bidang perekonomian (antara lain terkait MP3EI dan tindak lanjut arahan pimpinan atas pelaksanaan tugas dan fungsi) pada website Sekretariat Kabinet, serta pemasangan banner visi-misi Deputi Bidang Perekonomian di lantai 3 dan 4. g. Dalam rangka menurunkan risiko, Deputi Bidang Perekonomian melalui keanggotaan dalam Tim Reformasi Birokrasi menyelenggarakan forum diskusi, untuk menganalisis risiko dan menyusun alternatif saran pemecahannya yang terkait pelaksanaan pencapaian 5 (lima) sasaran strategis Sekretariat Kabinet, selanjutnya dituangkan dalam Peta Risiko Sekretariat Kabinet Tahun Kemudian Peta Risiko (dalam bentuk leaflet) tersebut didistribusikan kepada seluruh pejabat/pegawai. h. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan Sasaran untuk mewujudkan program ini adalah menurunnya tumpang tindih dan disharmonisasi Peraturan 44

51 Sekretaris Kabinet, dan meningkatnya efektivitas pengelolaan Peraturan Sekretaris Kabinet (Perseskab), Peraturan Presiden (Perpres), Keputusan Presiden (Keppres), dan Instruksi Presiden (Inpres). Dalam program ini, Deputi Bidang Perekonomian melaksanakan berbagai upaya dan langkah-langkah yang tercermin dalam bentuk, antara lain: 1) Penyusunan SP/SOP Bidang Perekonomian yang ditetapkan dengan: i. Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 51 Tahun 2012 tentang Standar Operasional Prosedur di Lingkungan Sekretariat Kabinet, sebagaimana telah diubah terkahir dengan Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 23 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 51 Tahun 2012 tentang Standar Operasional Prosedur di lingkungan Sekretariat Kabinet; ii. Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 57 Tahun 2012 tentang Standar Pelayanan Unit Kerja di Lingkungan Sekretariat Kabinet. 2) Meningkatkan efektivitas pengelolaan Peraturan Perundangundangan (Bidang Perekonomian), melalui: i. Penyampaian arahan Presiden melalui Surat Sekretaris Kabinet mengenai izin prakarsa untuk penyusunan peraturan PUU, yakni Peraturan Presiden (Perpres), Keputusan Presiden (Keppres), dan Instruksi Presiden (Inpres), yang tidak diamanatkan dalam PUU diatasnya; ii. Penyampaian Surat Sekretaris Kabinet mengenai pengembalian Rancangan yang dinilai disharmonis dan tidak memenuhi unsur formil dan materiil kepada menteri/pimpinan lembaga; iii. Penerapan Surat Edaran Sekretaris Kabinet Nomor SE.8/Seskab/I/2012 tentang Percepatan Proses 45

52 Penyelesaian RPerpres, Rkeppres, dan Rinpres, dalam penyelesaian Rkeppres, Rperpres, RInpres; iv. Penyampaian Memorandum Sekretaris Kabinet kepada Presiden mengenai pengajuan RPerpres, RKeppres, dan RInpres di bidang perekonomian guna penetapannya; v. Penyelesaian Briefing Sheet/telaahan staf/memorandum atas izin prakarsa penyusunan RPerpres, RKeppres, dan Rinpres di bidang perekonomian; vi. Penyelesaian Briefing Sheet/telaahan staf/memorandum atas suatu RPerpres, RKeppres, dan Rinpres di bidang perekonomian; vii. Penyelesaian Briefing Sheet/telaahan staf/memorandum yang menjabarkan disharmonis, tumpang tindih, atau multitafsir suatu PUU; viii. Penyelesaian surat (daftar A dan B) distribusi perundangundangan (Perpres, Keppres, dan Inpres); ix. Penyelesaian Daftar Rekapitulasi Perpres, Keppres, dan Inpres di bidang perekonomian; x. Pemuatan Peraturan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden Bidang Perekonomian, serta Peraturan Sekretaris Kabinet dan Keputusan Sekretaris Kabinet dalam Sistem Informasi Peraturan Perundang-Undangan (SIPUU). i. Program Penataan dan Penguatan Organisasi Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi secara proporsional sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas, sehingga organisasi menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran. Dalam pelaksanaan program ini, Deputi Bidang Perekonomian berperan aktif dalam berbagai langkah dan upaya penyempurnaan organisasi sebagai tindak lanjut hasil evaluasi kelembagaan Sekretariat Kabinet tahun 2010, yang ditetapkannya Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet, 46

53 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet. j. Program Penataan Tatalaksana Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien dan terukur, Deputi Bidang Pekonomian (melalui keanggotaan dalam beberapa tim yang dibentuk Sekretariat Kabinet, dan dengan pengintegrasian program penataan tata laksana dalam pelaksanaan tugas dan fungsi), telah melakukan berbagai langkah dan upaya antara lain : 1) Pengembangan sistem informasi dengan menyusun grand design sistem informasi manajemen terkait dengan SIPUU yang ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 56 Tahun 2012 tentang Grand Design Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Tahun ; 2) Pelaksanaan seluruh tugas dan fungsi sesuai dengan prosedur kerja yang telah diformalkan, melalui: a) Duduk dalam Tim Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Unit Kerja di Lingkungan Sekretariat Kabinet, yang ditetapkan dengan Keputusan Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Administrasi Nomor. KEP.66/Sekretariat Kabinet/DA/XII/2010; b) Mengidentifikasi sistem dan prosedur kerja yang dibutuhkan berdasar tugas dan fungsi; c) Menerapkan SOP dan SP dalam pelaksanaan tugas; d) Menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Perekonomian yang ditetapkan dengan Peraturan Sekretaris Kabinet; e) Menyesuaikan IKU yang ada dengan Renstra Sekretariat Kabinet ; 47

54 f) Mengidentifikasi dan menyusun kriteria arsip dan jangka waktu penyimpanan dalam penyusunan jadwal rentensi arsip dan pedoman klasifikasi arsip yang ditetapkan dengan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2013 tentang Jadwal Rentensi Arsip, dan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kalsifikasi Arsip Sekretariat Kabinet; g) Menyusun Tata Naskah Dinas yang ditetapkan dengan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 16 Tahun 2012 tentang Tata Naskah Dinas Sekretariat Kabinet. 3) Penerbitan Surat Edaran terkait dengan penataan tata laksana, meliputi: a) Pada tahun 2012, diterbitkan SOP/SP yang ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 51 Tahun 2012 tentang Standar Operasional Prosedur di lingkungan Sekretariat Kabinet dan Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 57 Tahun 2012, b) Pada tahun 2014, ditetapkan Panduan Penyelenggaraan Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi di Bidang Perekonomiandan dokumen terkait reformasi birokrasi dengan Surat Edaran Deputi Bidang Perekonomian Nomor SE-06/Ekon/IX/2014). 4) Program Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Dalam program ini, Deputi Bidang Perekonomian melakukan beberapa upaya dan langkah, antara lain: a) Peningkatan ketaatan terhadap pengelolaan SDM Aparatur dengan penyusunan: i. Dokumen analisis jabatan ii. Dokumen analisis beban kerja b) Peningkatan disiplin SDM Aparatur melalui: i. Mengikutsertakan pegawai dalam kegiatan sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang 48

55 Disiplin Pegawai Negeri Sipil pada tanggal November 2011, dan tanggal November 2012; ii. Menerapkan hukuman disiplin dengan menerbitkan memo teguran tertulis kepada pegawai yang kurang disiplin; iii. Menerbitkan Surat EdaranNomor SE-08/Ekon/X/2014 tentang Evaluasi Disiplin Pejabat/Pegawai di Lingkungan Kedeputian Bidang Perekonomian; Kegiatan pemaparan Hasil Seminar dalam acara Coffee Morning pada tanggal 24 September ) Program Penguatan Pengawasan Dalam rangka peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, Deputi Bidang Perekonomian telah melaksanakan berbagai langkah dan upaya dengan melakukan: a) Mengikutsertakan pejabat/pegawai dalam sosialisasi pengendalian gratifikasi pada tanggal 16 Desember 2013; b) Menerbitkan Surat Edaran Nomor SE-06/Ekon/X/2013 tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Pejabat/Pegawai di Lingkungan Deputi Bidang Perekonomian; 49

56 c) Peningkatan kepatuhan terhadap pengelolaan keuangan negara, melalui penerbitan Laporan Semesteran dan Tahunan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Deputi Bidang Perekonomian secara tepat waktu; d) Penurunan tingkat penyalahgunaan wewenang, dengan mendukung dan melaksanakan gerakan hemat energi dan air sesuai Surat Edaran Nomor 624/ADM/VI/2012 perihal pelaksanaan Inpres tentang penghematan energi dan air. e) Penghematan penggunaan APBN 2014 sesuai Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2014 tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan APBN 2014, dengan tidak melakukan rapat, seminar, sosialisasi, atau FGD di luar kantor. 6) Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja Untuk melaksanakan penguatan akuntabilitas kinerja, telah dilaksanakan beberapa kegiatan melalui pembangunan dan pengembangan sistem akuntabilitas kinerja yang mampu mendorong tercapainya kinerja organisasi yang terukur, melalui: a) Penetapan Kinerja (PK) Deputi Bidang Perekonomian; b) Penerbitan RKT Deputi Bidang Perekonomian; c) Penerbitan dan penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Deputi Bidang Perekonomian; d) Penerbitan dokumen AKIP Deputi Bidang Perekonomian dan seluruh unit eselon II pada Deputi Bidang Perekonomian; e) Penerbitan dokumen Laporan Reviu Capaian PK Deputi Bidang Perekonomian secara Triwulan; f) Peningkatan pemahaman dan pelaksanaan SAKIP dengan berpartisipasi dalam sosialisasi SAKIP di Lingkungan Sekretariat Kabinet yang diselenggarakan pada tanggal Oktober 2011; 50

57 g) Peningkatan kualitas pengumpulan dan pengolahan data kinerja dengan ikut serta dalam Bimtek Sistem Pengumpulan dan Pengolahan Data Kinerja Sekretariat Kabinet pada tanggal 7-10 Desember 2011; h) Pembangunan sistem manajemen kinerja sesuai dengan tugas dan fungsi yang melibatkan konsultan pada tahun 2011 sampai dengan 2012; i) Pembangunan Sistem Penilaian Kinerja Individu pada tahun 2013 sesuai arahan Deputi Bidang Administrasi; j) Pembangunan e-agenda di lingkungan Deputi Bidang Perekonomian untuk mempercepat pemrosesan berkasberkas masuk serta memonitor kecepatannya guna mendukung sistem pengumpulan/pengolahan data kinerja, sebagai bentuk dukungan terhadap pembangunan dan pengembangan workflow management system Sekretariat Kabinet. 7) Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat, Deputi Bidang Perekonomian melalui kegiatan dalam beberapa Tim dan pengintegrasian program dalam pelaksanaan tugas dan fungsi telah melakukan upaya dan langkah-langkah sebagai berikut: a) Penggunaan teknologi komunikasi dan informasi dalam melaksanakan pelayanan melalui: i. pembangunan dan pengembangan SIPUU bidang perekonomian; ii. penyusunan bahan survei baik manual maupun on line melalui pooling web site terhadap quick wins Sekretariat Kabinet khususnya terkait peningkatan kualitas proses penyusunan peraturan perundangundangan (bidang perekonomian). 51

58 b) Pengidentifikasian sistem dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam peningkatan kualitas Pelayanan Publik berdasarkan tugas dan fungsi; c) Penyusunan Standar Pelayanan (SP) Deputi Bidang Perekonomian, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 57 Tahun 2012 tentang Standar Pelayanan Unit Kerja di Lingkungan Sekretariat Kabinet; d. Pembuatan berita-berita di bidang perekonomian (misalnya berita MP3EI dan Perundang-undangan) untuk dimuat pada website Sekretariat Kabinet. Guna menjamin kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi di Deputi Perekonomian, telah dilakukan monitoring dan evaluasi sebagai dasar penilaian atas keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi. Berdasarkan Permenpan dan RB Nomor 1 Tahun 2012, Deputi Bidang Perekonomian melaksanakan penilaian secara mandiri (PMPRB) terkait 5 (lima) Kriteria Pengungkit (Kepemimpinan; Perencanaan Strategis; Sumber Daya Manusia Aparatur; Kemitraan dan Sumber Daya; dan Proses), dan 4 (empat) Kriteria Hasil (Hasil Pada Masyarakat dan Pengguna Layanan; Hasil pada SDM Aparatur; Hasil Pada Komunitas Lokal dan Nasional; dan Hasil Kinerja Utama). PMPRB tersebut memberikan gambaran halhal yang sudah baik dan hal-hal yang masih memerlukan perbaikan yang perlu diupayakan perbaikannya oleh unit kerja, sebagaimana dituangkan dalam Kertas Kerja Rencana Perbaikan. Tindak lanjut dari rencana perbaikan tersebut, antara lain: 1) Kepemimpinan Deputi Bidang Perekonomian melalui keanggotaan dalam tim RB Sekretariat Kabinet mendorong perlunya 52

59 dilaksanakan Workshop Pengembangan Budaya Kerja untuk internalisasi dan pengembangan nilai budaya kerja di lingkungan Sekretariat Kabinet pada umumnya, dan di Deputi Bidang Perekonomian pada khususnya. Kegiatan ini menghasilkan konsep Budaya Kerja Sekretariat Kabinet, yaitu PAsTI (Profesional, Akuntabilitas, Tanggap dan Integritas), dan Pedoman Perilaku Kegiatan, serta draft Perseskab penetapannya guna pengembangan dan pelaksanaan budaya kerja. Selanjutnya, Deputi Bidang Perekonomian melalui keanggotaan dalam Tim Reformasi Birokrasi juga menyusun kriteria role model sebagaimana telah ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 1/RB Tahun 2014 tentang Role Model Pengembangan Budaya Kerja di Lingkungan Sekretariat Kabinet, yaitu Pejabat eselon I dan eselon II, serta anggota tim RB dan assesor dari Deputi Bidang Perekonomian menjadi role model dan agen perubahan yang berperan sebagai katalisator proses perubahan di dalam pelaksanaan RB. 2) Perencanaan Strategis Deputi Bidang Perekonomian berupaya terus menerus mengoptimalkan evaluasi kinerja individu dan organisasi, dengan turut menyusun sistem penilaian kinerja individu di lingkungan Deputi Bidang Perekonomian. 3) SDM Aparatur Deputi Bidang Perekonomian membangun dan mengembangkan sistem manajemen kinerja organisasi dan individu berbasis Balanced Scorecard dan menyempurnakan sistem penilaian kinerja individu sampai dengan level staf. 4) Kemitraan dan Sumber Daya 53

60 Deputi Bidang Perekonomian melalui kegiatan dalam tim dan pengintegrasian program terkait kemitraan dan sumber daya dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, melakukan: a) Mengoptimalkan pencapaian quick wins terkait peningkatan kualitas proses penyusunan peraturan perundang-undangan (bidang perekonomian) untuk meningkatkan intensitas komunikasi dengan pemangku kepentingan utama; b) Mengoptimalkan dan menyempurnakan konten SIPUU (bidang perekonomian), dan mengoptimalkan e-agenda; c) Meningkatkan knowledge management khususnya terkait dengan analisis kebijakan, melalui penyelenggaraan forum diskusi secara periodik, dan mengikutkan pegawai dalam capacity building sesuai kebutuhan. 5) Proses a) Deputi Bidang Perekonomian melalui keanggotaan dalam Tim SP/SOP dan pengintegrasian program dalam pelaksanaan tugas dan fungsi telah menyusun, melaksanakan, mereview dan menyempurnakan SP dan SOP bidang perekonomian, yang menghasilkan antara lain: i. Daftar identifikasi sistem dan prosedur kerja yang dibutuhkan, misalnya mendorong implementasi sistem kerja elektronik yang terintergrasi di Deputi Bidang Perekonomian. ii. Penyusunan Pedoman untuk SP, SOP, dan Surat Edaran. b) Deputi Bidang Perekonomian mengikutsertakan pegawai pada diklat sevice excellent sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing unit kerja, terutama unit kerja yang terkait dengan program Quick Wins Deputi Bidang Perekonomian 54

61 5. Pengembangan Teknologi Informasi Teknologi Informasi mempunyai peran yang sangat penting dalam era modern saat ini dalam berbagai sektor terkait pemerintah maupun swasta. Dalam sektor pemerintah, dengan adanya teknologi informasi, maka komunikasi dan akses informasi dapat dilakukan dengan cepat dan mudah dalam rangka mendukung kinerja suatu organisasi. Berdasarkan hasil evaluasi tahun sebelumnya (2012) salah satu faktor pendukung dalam pencapaian kinerja Deputi Bidang Perekonomian adalah adanya mekanisme pengumpulan data. Pada Tahun 2013 Deputi Bidang Perekonomian, seperti unit kerja lainnya di lingkungan Sekretariat Kabinet, belum mempunyai Standar Operasional Prosedure (SOP) tentang pengumpulan data. Namun demikian, mekanisme pencatatan, pendokumentasian dan pengumpulan data kinerja pada Deputi Bidang Perekonomian telah dilakukan secara sistematis dengan memanfaatkan teknologi informasi, yaitu sistem pengagendaan surat masuk dan surat keluar berbasis web (E-agenda). Eagenda ini dikembangkan untuk mendukung kualitas penyediaan data dan informasi agar lebih optimal, antara lain: a. Arsip sudah didokumentasikan dalam bentuk soft copy (paperless) dan sudah diklasifikasikan menurut bidang dan tugas fungsinya, sehingga akan mempermudah dalam proses pencarian karena sudah terintegrai dengan sistem; b. Pencarian data dan berkas pendukung dapat dilakukan dengan sistematis dan saling terintegrasi. Artinya ketika pegawai membutuhkan memo laporan yang pernah disampaikan oleh Deputi Bidang Perekonomian tidak perlu mencari secara manual dari hardcopy, tetapi dicari di Eagenda tersebut dan setelah data ditemukan, pegawai cukup mendownload memo laporan tersebut yang sebelumnya sudah dikonversi menjadi bentuk softcopy; c. Informasi jadwal agenda rapat pimpinan dapat diberikan secara cepat; d. Terkait penyajian data untuk penyusunan Laporan Tahunan, rekapitulasi data dapat diperoleh kapan saja karena dihitung secara otomatis. 55

62 Dengan dikembangkannya sistem E-agenda ini, waktu penyelesaian berkas masuk yang ditangani oleh Deputi Bidang Perekonomian dapat dilihat secara otomatis tanpa menghitung secara manual. Hal ini dapat digunakan sebagai alat untuk memantau (monitoring) pencapaian kinerja khususnya indikator ketepatan waktu. Monitoring ini dapat dilihat secara berkala baik triwulanan, setiap bulan bahkan setiap minggu. Dengan adanya monitoring ini dapat dilihat pencapaian ketepatan waktu dalam penyampaian saran kebijakan kepada pimpinan, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kinerja Deputi Bidang Perekonomian. Menindaklanjuti himbauan Kepala Pusat Data dan Informasi Nomor: M-382/Pusdatin/IX/2012, tanggal 6 September 2012, perihal himbauan pemanfaatan akun Deputi Bidang Perekonomian telah memanfaatkan fasilitas tersebut guna penyampaian laporan, khususnya laporan rapat koordinasi kepada pimpinan. Penggunaan fasilitas ini dapat mendukung pengurangan penggunaan kertas (paperless), dan akan lebih mempercepat proses penyampaian informasi kepada pimpinan guna untuk pengambilan keputusan. Untuk mendukung penghematan pemerintah, dokumen atau arsip berupa surat keluar dan surat masuk telah dilaksanakan elektronik, yaitu berupa soft copy dari hasil scan disposisi deputi, hasil analisis, surat keluar maupun surat masuk. Masing-masing Asdep di lingkungan Deputi Bidang Perekonomian kegiatan dokumentasi arsip secara elektronik. Diharapkan melalui penyimpangan dokumen secara elektronik akan memudahkan pelacakan data dan penghematan kertas (less paper). 56

63 BAB III AKUNTABILTAS KINERJA DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN TAHUN 2014 Pengukuran, evaluasi, dan analisis yang disajikan pada LAKIP 2014 difokuskan pada realisasi sasaran strategis. Capaian kinerja Deputi Bidang Perekonomian sesuai dengan sasaran yang telah dirumuskan dengan mengacu kepada tugas dan fungsi yang terdapat dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2010 tentang Sekretariat Kabinet dan Perseskab Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretaris Kabinet. Selanjutnya di bawah ini diuraikan capaian kinerja Kinerja Deputi Bidang Perekonomian. A. Capaian Kinerja Deputi Bidang Perekonomian Sasaran Strategis Pertama Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang perekonomian Sasaran Strategis Deputi Bidang Perekonomian pada Tahun 2014 dimaksudkan untuk mempertajam dan memperjelas kualitas outcome yang dihasilkan sehingga dapat menggambarkan manfaat hasil analisis kebijakan program pemerintah di bidang pemerintahan terutama bagi stakeholders. 1. Target kinerja dan realisasi kinerja tahun 2014 Untuk mengukur pencapaian sasaran ini, Deputi Bidang Perekonomian menggunakan dua indikator kegiatan yaitu indikator Persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah di bidang perekonomian secara tepat waktu, dan indikator kedua Persentase saran kebijakan di bidang perekonomian yang ditindaklanjuti. Pemberian saran kebijakan program pemerintah di bidang perekonomian dilakukan melalui dua cara, yaitu top down dan bottom up. 57

64 Top down dimaksudkan untuk melaksanakan disposisi/arahan Presiden dan/atau Sekretaris Kabinet, sedangkan bottom up artinya ide awal pelaksanaannya diprakarsai oleh unit-unit kerja dengan tetap mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku. Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat pula dilakukan berdasarkan inisiatif maupun undangan dari instansi dan/atau pemerintah daerah yang terkait erat dengan substansi kebijakan dan program pemerintah yang akan dipantau. Inisiatif ini merupakan sikap proaktif unit kerja dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Pengukuran kecepatan penyelesaian saran kebijakan didasarkan pada proses sebagai berikut: a. Top Down Diukur mulai adanya disposisi/arahan Sekretaris Kabinet sampai dengan diserahkannya saran kebijakan kepada stakeholders. b. Bottom Up Diukur mulai adanya ide awal atau pemantauan yang diprakarsai oleh unit kerja sampai dengan diserahkannya hasil pemantauan dalam bentuk saran kebijakan kepada stakeholders. Berdasarkan tabel tersebut, capaian Sasaran Strategis pertama untuk kecepatan (secara tepat waktu) dihitung menggunakan rumus 2, sedangkan capaian Sasaran Strategis untuk ketepatan (yang ditindaklanjuti) menggunakan rumus 1, dengan hasil capaian sebagai berikut: Tabel 3.1 Capaian Sasaran Strategis Pertama INDIKATOR SASARAN TARGET REALISASI % CAPAIAN 1. Persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah di bidang Perekonomian secara tepat waktu 2. Persentase saran kebijakan di bidang Perekonomian yang ditindaklanjuti 97% 99.24% % 97% 100% % 58

65 Berdasarkan tabel 3.1 diatas, capaian Sasaran Strategis pertama untuk kecepatan (secara tepat waktu) dengan penjelasan sebagai berikut. Persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah di bidang Perekonomian secara tepat waktu Waktu penyelesaian berkas hasil analisis kebijakan program pemerintah di bidang perekonomian dihitung dengan menggunakan metode rata-rata sederhana. Perhitungan tersebut melibatkan populasi seluruh penyelesaian saran kebijakan dimaksud, yang dihitung setiap bulan guna memperoleh rata-rata dari data keseluruhan. Rincian waktu penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah di bidang perekonomian menurut triwulan sebagaimana tabel sebagai berikut: Tabel 3.2 Persentase Penyelesaian Hasil Analisis Kebijakan Pemerintahan di Bidang Perekonomian Tahun 2014 Triwulan Jumlah berkas Berkas tepat waktu Berkas tidak tepat waktu Persentasi (%) Capaian Tw Tw ,54 101,58 Tw ,96 102,02 Tw ,31 Jumlah ,24 102,31 Adapun rincian waktu penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah di bidang perekonomian menurut perhitungan realiasasi per bulan sebagaimana tabel sebagai berikut: 59

66 Tabel 3.3 Presentase Penyelesaian Hasil Analisis Kebijakan Pemerintahan di Bulan Bidang Perekonomian Tahun 2014 Jumlah berkas Berkas tepat waktu Berkas tidak tepat waktu Persentasi (%) Januari Februari Maret ,77 April ,06 Mei ,43 Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah ,24 Tahun 2014 merupakan tahun kelima pelaksanaan Renstra Sekretariat Kabinet, Deputi Bidang Perekonomian telah mewujudkan indikator Sasaran Strategis pertama, yaitu penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah di bidang perekonomian secara tepat 60

67 waktu, dengan baik dan mencapai target. Hasil rata-rata hari penyelesaian hasil analisis kebijakan pemerintah dapat dicapai melampaui target hari penyelesaian berdasarkan SP (11 hari), maka jumlah berkas yang diselesaikan berjumlah 397 buah, dengan output secara tepat waktu yang berhasil diselesaikan berjumlah 99,24%, dan capaian outcome berjumlah 102,31% atau mencapai target 100%. Waktu penyelesaian mencapai 99,24%, dengan demikian maka capaian outcome berjumlah 102,31. Terdapat 3 buah berkas yang tidak mencapai target, yaitu di bulan Maret (satu berkas), bulan April (satu berkas) dan Bulan Mei (satu berkas). Tiga buah berkas yang tidak mencapai target tersebut dikarenakan dalam koordinasi pengumpulan data memerlukan waktu yang lebih, agar dalam penyusunan analisis lebih komprehensif dan sempurna. Capaian sebesar 100% ini merupakan kontribusi dari Bidang Ekonomi Makro Keuangan dan Ketahanan Pangan berjumlah 106 berkas, Bidang Industri, UKM, Perdagangan, dan Ketenagakerjaan berjumlah 81 berkas, Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam berjumlah 77 berkas dan Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian berjumlah 133 berkas. Tabel 3.4 Jumlah berkas Penyelesaian Per Bidang Hasil Analisis Kebijakan Pemerintah di Bidang Perekonomian Tahun 2014 No. Triwulan 1. Asdep Bidang Ekonomi Makro Keuangan dan Ketahanan Pangan 2. Asdep Bidang Industri, UKM, Perdagangan, dan Ketenagakerjaan 3. Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam 4. Asdep Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian Output/ berkas tepat waktu Tidak tepat waktu (%)

68 Distribusi waktu penyelesaian berkas hasil analisis kebijakan dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.5 Distribusi Waktu Penyelesaian Berkas Hasil Analisis Kebijakan Program Pemerintah di Bidang Perekonomian Tahun 2014 Fokus Pemantauan Distribusi Waktu Penyelesaian dan Penyampaian Berkas Hasil Analisis Kebijakan < 4 hari 5-11 hari >12 hari Total Bidang 224 berkas 170 berkas 3 berkas 397 Perekonomian (56,42%) (42,82%) (0,76%) berkas Dalam SOP disebutkan bahwa standar waktu penyelesaian untuk penyelesaian berkas hasil analisis kebijakan pemerintah di bidang perekonomian selama 11 (sebelas) hari. Meskipun ukuran kecepatan telah ditetapkan dalam SP Sekretariat Kabinet, namun terdapat penyelesaian saran kebijakan yang melebihi waktu penyelesaian dalam SP. Hal tersebut dikarenakan permasalahan yang dipantau, dianalisis, dan dievaluasi mempunyai karakteristik khusus sehingga memerlukan waktu lebih dari yang ditetapkan dalam SOP. Penyelesaian dan respon terhadap berkas berbedabeda. Terdapat pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan dilakukan atas substansi yang bersifat cross cutting issues atau lintas bidang dan pendekatan yang dilakukan bukan satu bidang saja. Dengan demikian, laporan yang disampaikan bersifat menyeluruh, tuntas dan konklusif. Kondisi seperti ini memerlukan waktu penyelesaian melebihi yang ditetapkan dalam SOP. Berdasarkan tabel di atas, berkas hasil analisis kebijakan pemerintahan di bidang perekonomian, terdapat 224 berkas (56,42%) yang dapat diselesaikan dalam waktu 4 (empat) hari. Saran tersebut dapat diselesaikan dengan cepat karena dalam merumuskan saran kebijakan tidak diperlukan koordinasi yang melibatkan banyak stakeholder, sehingga waktu yang diperlukan untuk menghasilkan suatu saran kebijakanpun relatif singkat dan dalam batas waktu penyelesaian yang telah ditentukan. Saran tersebut 62

69 dapat dilaksanakan dalam kategori cepat juga dikarenakan saran tersebut termasuk dalam kategori prioritas bagi pimpinan, sehingga harus segera ditangani dengan cepat (Quick Respon). Selanjutnya, terdapat 170 berkas (42,82%) yang membutuhkan waktu penyelesaian 5 11 hari, dan 3 berkas (0,76%) saran kebijakan yang membutuhkan waktu penyelesaian > 12 (dua belas) hari. Hal tersebut terjadi, karena analisis yang dihasilkan dalam proses memerlukan pembahasan lintas sektor. Selain itu, terdapat analisis yang bersifat bottom up dengan ide dasar berasal dari pemantauan secara terus menerus, sehingga membutuhkan data dan informasi yang lebih komprehensif dan mendalam (in-depth analysis). Dari uraian di atas, waktu penyelesaian tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: a. Target waktu berdasarkan SP, yaitu: 1) Bersifat Disposisi Prioritas, yaitu disposisi yang diberikan pimpinan/atasan dengan mencantumkan kata Prioritas untuk kegiatan perumusan rencana kebijakan dan pengamatan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) hari, atau jangka waktu tertentu yang dicantumkan dalam disposisi yang penyelesaiannya didahulukan. Termasuk dalam kategori Disposisi Prioritas adalah disposisi yang mencantumkan kata very top urgent, top urgent, urgent, sangat segera, segera atau kata lain dengan maksud yang sama, yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari staf. Pimpinan di lingkungan intern Sekretariat Kabinet memberikan petunjuk bersifat Disposisi Prioritas berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional/negara dan/atau masyarakat dari segi politik, ekonomi, sosial budaya, dan/atau pertahanan keamanan bahwa saran kebijakan kebijakan pemerintah tersebut perlu diselesaikan dengan sangat segera (quick respon) 2) Tidak bersifat Disposisi Prioritas, yaitu 11 (sebelas) hari. b. Tingkat kompleksitas permasalahan menentukan waktu penyelesaian saran kebijakan, yaitu perlu didukung dengan kegiatan pemantauan, 63

70 evaluasi, dan analisis yang komprehensif dan mendalam (in-depthanalysis) berupa koordinasi ke kementerian, lembaga, atau pemerintah daerah guna klarifikasi data dan informasi, analisis berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait, dan/atau comparative studi terhadap referensi terkait (internet, buku, jurnal, dan/atau data statistik). Berdasarkan kriteria di atas, maka distribusi waktu penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah di bidang perekonomian dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Penyelesaian <4 hari Penyelesaian Saran kebijakan yang kurang dari 4 hari biasanya berkas bersifat disposisi prioritas. Bersifat disposisi prioritas dimaksud berdasar pertimbangan kepentingan nasional/negara dan/atau masyarakat dari segi politik, ekonomi, sosial budaya, dan/atau pertahanan keamanan, perlu diselesaikan segera. Penyelesaian kurang dari empat hari juga di karenakan sifat berkas yang tidak memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi seperti yang dijelaskan di atas. Proses penyelesaian hasil analisis kebijakan pemerintah tersebut membutuhkan waktu 4 (empat) hari. Dalam hal ini terdapat 224 berkas (dua ratus duapuluh empat) saran yang dihasilkan atas dasar disposisi prioritas, antara lain: Tabel 3.6 Saran Kebijakan Sekretaris Kabinet di Bidang Perekonomian Penyelesaian dalam waktu 1-4 hari No. Saran Kebijakan Output Dokumen 1. Koordinasi Penyelesaian Rencana Perubahan atas Perpres Nomor 67 Tahun Penyampaian Keputusan terkait Perpanjangan Batas Akhir Pertanggungjawaban Keuangan serta Pengadaan Benih dan Pupuk Melalui Mekanisme Penunjukan Langsung 3. Penelaahan atas Perpanjangan Penugasan kepada PT PLN Surat No. B-572/Seskab/XII/2014 tgl 9 Desember 2014 kepada Menko Perekonomian; tembusan Presiden, Menteri Hukum dan HAM, dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Surat No. B-535/Seskab/XI/2014 tgl 21 November 2014 kepada Kementerian/Lembaga Rapat pada 8 Desember 2014 dengan mengundang Kementerian berkas Waktu Pengerjaan 1-4 hari 2 hari 3 hari 2 hari 64

71 (Persero) dalam kerangka FTP II 4. Penelaahan atas Perpanjangan Penugasan kepada PT PLN (Persero) dalam kerangka FTP I 5. Penelaahan atas Penataan Ulang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga BBM 6. Penyiapan Data Dukungan Daerah terkait Swasembada Pangan untuk Pertemuan Presiden dan Bupati/Walikota 7. Penyiapan Tindaklanjut Arahan Presiden terkait Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) 8. Penyiapan Tindaklanjut KTT APEC, KTT ASEAN, dan KTT G Penelaahan atas Percepatan Pengembangan Industri Petrokimia Di Teluk Bintuni, Papua Barat 10. Penyiapan Data terkait Strategi Pembangunan Nasional untuk Kunjungan dari Delegasi Republik Rakyat China 11. Penyiapan Tindaklanjut Arahan Presiden Mengenai Rencana Perubahan atas Perpres Nomor 54 Tahun Penyiapan Tindaklanjut Pertemuan G-20 di Brisbane 13. Penelaahan Pembentukan China Desk di Badan Koordinasi Penanaman Modal 14. Penyempurnaan Penyelesaian Perpres No. 67/ Tanggapan Sekretaris Kabinet atas Keberadaan Kelembagaan Al Bathniah Al Munajah Indonesia 16. Penyempurnaan Inpres Tentang Percepatan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa ESDM, Kemenko Perekonomian, Kementerian BUMN, BPKP, Kementerian Keuangan, dan PLN Rapat pada 7 November 2014 dengan mengundang Kementerian ESDM, Kemenko Perekonomian, Kementerian BUMN, BPKP, Kementerian Keuangan, dan PLN Memo kepada Presiden diajukan tgl 31 Desember 2014 Surat No. B-7/Seskab/I/2015 tgl 5 Januari 2014 kepada Menteri Pertanian Surat Edaran No. SE.16/Seskab/XII/2014 tgl 4 Desember 2014 kepada Menko Perekonomian Surat No. B-551/Seskab/XI/2014 tgl 27 November 2014 kepada Menkopolhukam, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menko Perekonomian Surat No. B-557/Seskab/XII/2014 tgl 2 Desember 2014 kepada Menteri PPN/BAPPENAS Surat No. B-555/Seskab/XII/2014 tgl 2 Desember 2014 kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri BUMN Surat kepada Menko Perekonomian Memo kepada Presiden Surat No. B-573/Seskab/XII/2014 tgl 9 Desember 2014 kepada Kepala BKPM Surat No. B-572/Seskab/XII/2014 tgl 9 Desember 2014 kepada Menko Perekonomian Surat No. B-519/Seskab/XI/2014 tgl 18 November 2014 kepada Mendagri dan Kapolri Surat No. B-574/Seskab/XII/2014 tgl 12 Desember 2014 kepada Menko Perekonomian 1 hari 1 hari 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 4 hari 3 hari 3 hari 2 hari 9 hari 2 hari 65

72 Pemerintah 17. Penyiapan Data untuk Pertemuan Presiden dan Bupati/Walikota 18. Penyiapan Tindaklanjut Hasil KTT APEC, KTT ASEAN, dan KTT G-20 Surat No. B-595/Seskab/XII/2014 tgl 22 Desember 2014 kepada Kepala BKPM Surat No. B-550/Seskab/XI/2014 tgl 27 November 2014 kepada 21 Menteri/Kepala Lembaga 3 hari 3 hari b. Penyelesaian 5-11 hari Penyelesaian laporan yang membutuhkan waktu 5-11 hari masih sesuai dengan Standar Waktu. Terdapat sejumlah 170 berkas (42,82%) berkas hasil analisis kebijakan program pemerintah di bidang perekonomian yang memerlukan proses penyelesaian lebih panjang, karena perlu didukung dengan berbagai kegiatan, seperti koordinasi ke kementerian, lembaga, atau pemerintah daerah, analasis peraturan perundangundangan terkait, dan comparative studi dengan referensi terkait. Gambaran saran kebijakan yang memerlukan proses penyelesaian 5-11 hari, antara sebagai berikut: Tabel 3.7 Saran Kebijakan Sekretaris Kabinet di Bidang Perekonomian Penyelesaian dalam waktu 5-11 hari No. Saran Kebijakan Output Dokumen 1. Koordinasi atas arahan Presiden mengenai layanan "one stop service" dan peluang usaha berinvestasi pada bidang infrastruktur 2. Penelaahan Permohonan Jalan Tol Nasional Sorong-Manokwari Provinsi Papua Barat 3. Pengkajian terkait Pembangunan Infrastruktur Prioritas 4. Pengkajian Pembangunan Pelabuhan Laut Dalam di Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah Surat No. B-520/Seskab/XI/2014 tgl 18 November 2014 kepada Menko Perekonomian dan Menko Maritim Surat No. B-608/Seskab/XII/2014 tgl 30 Desember 2014 kepada Menteri PU-PERA Surat No. B-8/Seskab/I/2015 tgl 8 Januari 2015 kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas Surat No. B-611/Seskab/XII/2014 tgl 30 Desember 2014 kepada Menteri PPN/Bappenas dan Menteri Perhubungan Waktu Pengerjaan 5-11 hari 7 hari 7 hari 5 hari 5 hari 5. Penelaahan Kembali atas Tata Surat No. B-563/Seskab/XII/ hari 66

73 Kerja Dewan Energi Nasional (DEN) 6. Penyiapan Data Permasalahan di Daerah Terkait Pembangunan Pembangkit Listrik untuk Pertemuan Presiden dan Bupati/Walikota 7. Penelaahan atas Penawaran Pembangunan MW (Independen Power Purchase/IPP) Tanpa Jaminan Pemerintah 8. Pengkajian atas Pembangunan Irigasi di Malimpung Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang-Provinsi Sulawesi Selatan 9. Penyiapan Tindaklanjut Rapat Koordinasi Tingkat Menteri Mengenai PTSP Nasional terkait Percepatan Penyusunan PP Pelaksanaan UU No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah 10. Pengkajian terkait Penyelesaian Banding Tuntutan Ganti Rugi di Lingkungan Kementerian Keuangan 11. Penyampaian Langkah-langkah Penyelesaian Program Prioritas Pemerintah di Bidang Kedaulatan Pangan, Infrastruktur, Konektivitas Maritim, dan Energi 12. Penelahaan atas Kondisi Terakhir Penanganan Masalah Sosial Kemasyarakatan di dalam PAT (Peta Area Terdampak) 22 Maret 2007 Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi 13. Pengkajian atas Keluhan Tidak Adanya Tanggapan dari BKPM- PT Bumi Cahaya Unggul 14. Tanggapan Sekretaris Kabinet atas Keberadaan Kelembagaan Al Bathniah Al Munajah Indonesia 15. Penyiapan Data terkait Perekonomian dan Maritim untuk Kunjungan delegasi republik rakyat china tgl 4 Desember 2014 kepada Menteri ESDM Surat No. B-606/Seskab/XII/2014 tgl 30 Desember 2014 kepada Menteri BUMN dan Menteri ESDM Surat No. B-612/Seskab/XII/2014 tgl 30 Desember 2014 kepada Menteri ESDM dan Menteri BUMN Surat No. B-582/Seskab/XII/2014 tgl 16 Desember 2014 kepada Menteri PU-PERA dan Menteri Pertanian Surat No. B-10/Seskab/I/2015 tgl 6 Januari 2014 kepada Mendagri, Menkumham, Mensesneg Memo kepada Presiden Surat No. B-562/Seskab/XII/2014 tgl 4 Desember 2014 kepada Menko Perekonomian, Menkeu, Menteri PPN/BAPPENAS, Menteri Agraria Surat No. B-509/Seskab/XI/2014 tgl 5 November 2014 kepada Menko Perekonomian Surat No. B-571/Seskab/XII/2014 tgl 9 Desember 2014 kepada Kepala BKPM Surat No. B-519/Seskab/XI/2014 tgl 18 November 2014 kepada Mendagri dan Kapolri Surat No. B-589/Seskab/XII/2014 tgl 19 Desember 2014 kepada Menko Perekonomian dan Menko Maritim 5 hari 6 hari 9 hari 5 hari 9 hari 5 hari 8 hari 6 hari 9 hari 7 hari 67

74 16. Penyiapan Tindaklanjut RPerpres Tentang Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif (Ripek) 17. Pengkajian Jalur Percepatan Penyajian Informasi Bagi Presiden 18. Penyiapan Tindaklanjut Percepatan Penyelesaian Penetapan Perpres tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara 19. Penelaahan terkait Hambatan Pengembangan Pelabuhan yang Tertuang dalam PP Nomor 61 Tahun Pengkajian Usulan Masyarakat untuk Perbaikan Direktorat Jenderal Pajak yang Lebih Baik 21. Penyiapan 3 (tiga) Rancangan Peraturan Presiden Mengenai Pengesahan Perjanjian Internasional 22. Penelaahan atas Usulan Penambahan Jumlah Direksi pada Perusahaan Umum Bulog 23. Penelaahan atas Usulan MC Associate Engineers (MCAE) Mengenai Permohonan Dukungan Pemerinah Pusat Atas Pengajuan Kredit Lunak Kepada Asian Development Bank (ADB) 24. Penelahaan atas Penataan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayaran Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav Indonesia) Surat No. B-609/Seskab/XII/2014 tgl 30 Desember 2014 kepada Menteri Parekraf Surat No. B-3/Seskab/I/2015 tgl 2 Januari 2014 kepada 19 K/L Surat No. B-546/Seskab/XI/2014 tgl 26 November 2014 kepada Menkopolhukam Surat No. B-547/Seskab/XI/2014 tgl 26 November 2014 kepada Menteri Perhubungan Surat No. B-616/Seskab/XII/2014 tgl 31 Desember 2014 kepada Menkeu Surat No. B-26/Seskab/I/2015 tgl 13 Januari 2014 kepada Menteri Perdagangan Memo Laporan ke Presiden Diajukan tgl 13 Januari 2015 Surat kepada Menteri LH dan Kehutanan, Menteri PU-PERA, dan Menkeu Surat kepada Menteri BUMN 9 hari 6 hari 5 hari 5 hari 9 hari 9 hari 5 hari 6 hari 9 hari c. Penyelesaian Tidak tepat waktu (>12 hari) Sejumlah 3 (tiga) berkas (0,76%) hasil analisis kebijakan program pemerintah di bidang perekonomian yang memerlukan proses penyelesaian jauh lebih panjang, karena dalam melakukan evaluasi dan analisis perlu didukung oleh berbagai kegiatan, yaitu koordinasi ke kementerian, lembaga, atau pemerintah daerah, analisis peraturan 68

75 perundang-undangan terkait, dan comparative studi dengan referensi terkait, prinsip kehati-hatian serta kemungkinan tinjauan ke lapangan. Gambaran berkas yang membutuhkan waktu melebihi target, antara lain: Permohonan Izin Prakarsa Ratifikasi Persetujuan antara RI-Republik Portugal tentang kerjasama Ekonomi (selesai dalam waktu 13 hari) Penolakan Pembangunan Pembangkit Listrik Diesel (PLTD) di Desa Tanjung Karang, Kota Mataram-Nusa Tenggara Barat (13 hari) Permohonan Konfirmasi Data Koordinat Batas Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih Dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 Tentang Penetapan Cekungan Air Tanah (12 hari) Saran kebijakan di bidang perekonomian yang ditindaklanjuti oleh Sekretaris Kabinet Kualitas saran kebijakan program pemerintah di bidang perekonomian yang ditujukan kepada Sekretaris Kabinet tidak hanya dilihat dari aspek kecepatan namun juga dilihat dari ketepatan subtansi isi analisis. Ukuran ketepatan saran kebijakan dilihat berdasarkan presentase saran kebijakan yang disampaikan kepada stakeholders untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini, indikator kedua dalam Sasaran Strategis I yang berbunyi Persentase saran kebijakan di bidang Perekonomian yang ditindaklanjuti, terutama oleh Sekretaris Kabinet dimaksudkan sebagai presentase sebesar 97% dari keseluruhan jumlah saran kebijakan di bidang perekonomian yang diberikan kepada Sekretaris Kabinet yang ditindaklanjuti. Adapun rincian target dan realisasi saran kebijakan yang ditindaklanjuti oleh Sekretaris Kabinet adalah sebagai berikut: 69

76 Tabel 3.8 Realisasi dan Capaian Saran Kebijakan di Bidang Perekonomian yang Ditindaklanjuti (Outcome) Tahun 2014 SASARAN Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang Perekonomian INDIKATOR KINERJA Persentase saran kebijakan di bidang Perekonomian yang ditindaklanjuti TARGET KINERJA TRIWULAN (%) REALISASI DAN CAPAIAN TAHUN 2014 OUTPUT OUTCOME (Kuantitas) CAPAIAN OUTCOME (%) 97% TW I ,09% 97% TW II ,09% 97% TW III ,09% 97% TW IV ,09% Jumlah ,09% Penghitungan berkas saran kebijakan saran kebijakan di bidang perekonomian yang ditindaklanjuti telah menghasilkan: 397 berkas saran kebijakan yang disampaikan Sekretaris Kabinet sebesar 397 berkas saran kebijakan (103.09%) dimanfaatkan oleh Sekretaris Kabinet dan/atau diterima oleh Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah terkait. Adapun rincian jumlah berkas hasil analisis kebijakan program pemerintah di bidang perekonomian yang ditindaklanjuti menurut perhitungan realiasasi per bulan sebagaimana tabel sebagai berikut: Tabel 3.9 Presentase Penyelesaian Hasil Analisis Kebijakan Pemerintahan di Bidang Perekonomian Tahun 2014 Bulan Jumlah berkas Jumlag Berkas yang di tindaklanjuti Persentasi (%) Januari Februari Maret

77 April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Berkas output hasil analisis kebijakan pemerintah yang berjumlah 397 berkas, yang ditindaklanjuti mencapai 397 berkas atau 100%. Dengan demikian maka capaian outcome adalah 102,31. Outcome hasil analisis kebijakan pemerintah berupa saran kebijakan pemerintah di bidang perekonomian sebesar 103,09% atau 397 berkas, terdiri dari Bidang Ekonomi Makro Keuangan dan Ketahanan Pangan berjumlah 106 berkas; Bidang Industri, UKM, Perdagangan, dan Ketenagakerjaan berjumlah 80 berkas; Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam berjumlah 75 berkas; dan Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian berjumlah 133 berkas. 71

78 Tabel 3.10 Distribusi Oucome Saran Kebijakan Program Pemerintah Bidang Perekonomian yang Ditindaklanjuti Tahun 2014 BIDANG JUMLAH BERKAS DI TINDAKLANJUTI Ekonomi Makro Keuangan dan Ketahanan Pangan Bidang Industri, UKM, Perdagangan, dan Ketenagakerjaan Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian Total Outcome sebesar 397 berkas tersebut diselesaikan dalam kurun waktu satu tahun anggaran 2014, yang terbagi dalam empat triwulan. Gambaran capaian pada Triwulan I, II, III, dan IV, sebagai berikut: Tabel 3.11 Capaian Target Triwulan Saran Kebijakan Bidang Perekonomian Tahun 2014 Triwulan Target Output outcome % capaian I ,09 II ,09 III ,09 IV , ,09 Capaian pada Triwulan I, II, III maupun IV sebesar 100%, yang artinya semua output dimanfaatkan oleh stake holder terkait. Sedangkan Triwulan IV outcome lebih banyak yang dikarenakan selain intensitas pekerjaan yang semakin bertambah juga dikarenakan tambahan data-data seperti surat-surat yang dikirim ke Kementerian/Lembaga dan stakeholder lainnya. Data artikel, berita dan surat tersebut terlaporkan dalam Laporan Capaian Kinerja Triwulan IV. 72

79 2. Mekanisme Pengumpulan Data Dalam penyusunan laporan Lakip Deputi Bidang Perekonomian ini mekanisme pengumpulan data dapat dijelaskan sebagai berikut. Data di peroleh dari arsip tahun 2014 yang berada di Tata Usaha Deputi Bidang Perekonomian. Data ini tersusun dalam sistem persuratan yangg dikelola secara elektronik. Data di kelompoknya menjadi 2 (dua) kelompok besar yaitu yang bersifat administrasi atau generik dan data yang bersifat teknis atau subtansi. Data administrasi adalah surat/memo keluar masuk yang berhubungan dengan keperluan administrasi, seperti kepegawaian, pendidikan dan pelatihan, permohonan jamuan dan alat tulis kantor, penyusunan laporan kinerja. Sedangkan data yang bersifat subtansi adalah dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi Bidang Perekonomian. Dalam laporan Kinerja ini menggunakan data dan dokumen yang bersifat teknis atau subtansi tersebut. Selanjutnya data/dokumen subtansi di kelompoknya menjadi 2 (dua) kelompok besar yaitu data yang terkait sasaran stretegis pertama atau hasil analisis kebijakan berupa saran kebijakan dan data terkait dengan penyelesaian perancangan PUU. Sumber data berasal dari Sasaran Strategis pertama berasal dari Asisten Deputi Bidang Asdep Bidang Ekonomi Makro Keuangan dan Ketahanan Pangan, Asdep Bidang Industri, UKM, Perdagangan, dan Ketenagakerjaan, Asdep Bid. Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam, dan Asdep Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian. Data sasaran strategis kedua, yaitu penyelesaian Perpres, Keppres dan Inspres bersumber dari Asdep Bid.Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian. Masing-masing asdep memiliki output, dimana output tersebut ini digunakan untuk mendukung sasaran strategis Deputi Bidang Perekonomian. Sehingga jumlah output Asisten Deputi lebih besar dibandingkan dengan output deputi. Karena output Asisten Deputi sebagai input bagi penyusunan sasaran strategis Deputi, sehingga tidak ssemua output yang dihasilkan oleh Asisten Deputi menjadi output Deputi untuk 73

80 menyusun ouput deputi berupa hasil anaisis kebijakan di bidang perekonomian. Dari dan dokumen Tata Usaha Deputi diperoleh data berjumlah 397 buah berkas sasaran strategis pertama dan 59 Sasaran Strategis kedua. Sedangkan sumbangan output Asisten Deputi di lingkungan Deputi Bidang Perekonomian berjumlah 1321 berkas, terdiri dari 1262 berkas sasaran pertama dan 59 sasaran strategis kedua. Capaian output di bidang perekonomian tidak dapat diperbandingkan sepenuhnya dengan capaian output tahun-tahun sebelumnya karena terdapat perubahan pada rumusan indikator kegiatan dan fokus bidang dengan Tahun 2014, serta pendekatan dalam perhitungan data. Dalam perhitungannya, untuk Tahun 2014 dengan menggunakan basis data yang terdapat pada Tata Usaha (TU) kedeputian maupun TU Sekretaris Kabinet. Hal ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang menggunakan data berasal dari output empat Asisten Deputi di lingkungan Deputi Bidang Perekonomian. Perubahan basis data ini dimaksudkan agar lebih mencerminkan kinerja di lingkungan Deputi Bidang Perekonomian. Sebagaimana telah disebut dimuka bahwa sejalan dengan perkembangan organisasi terdapat penyempurnaan fungsi perumusan rencana kebijakan yang dijadikan output dan indikator subkegiatan di tingkat eselon II. Oleh karenanya saran kebijakan pada Sasaran Pertama didalamnya terdapat output perumusan rencana kebijakan maupun penyelesaian masalah atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah yang pada akhirnya bermuara berupa kebijakan yang dibentuk dengan peraturan perundang-undangan (Perpres, Keppres, dan Inpres). Perumusan rencana kebijakan di dalamnya terdapat kegiatan ijin prakarsa, surat pertimbangan, hasil analisis kebijakan yang berasal dari kajian-kajian. Saran kebijakan terkait dengan perumusan rencana kebijakan dimaksud memberi kontribusi pada pencapaian sasaran Sekretariat Kabinet lainnya, yaitu sasaran kedua Terwujudnya peningkatan penyelesaian rancangan Perpres, Keppres, dan Inpres yang ditindaklanjuti. 74

81 Keberhasilan Deputi Bidang Perekonomian dalam melaksanakan tugas mendukung Sekretaris Kabinet dalam memberikan hasil analisis kebijakan merupakan sumbangan dari kerja keras para Asisten Deputi pendukungnya. Sumbangan tersebut berupa output-output dari kegiatankegiatan yang dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun anggaran tahun Kegiatan Asisten Deputi yang berhubungan dengan Sasaran Strategis I ini terbagi menjadi dua sub kegiatan yaitu perumusan rencana kebijakan dan hasil analisis pengamatan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah. KLASTER KEGIATAN Hasil Analisis Perumusan Rencana kebijakan Pemerintah di Bidang Perekonomian Hasil Analisis Pemantauan Pelaksanaan Kebijakan Pemerintahan Di Bidang Perekonomian Tabel 3.12 Output Kinerja Asisten-asisten Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014 ASDEP BID.EKONOMI MAKRO KEUANGAN DAN KETAHANAN PANGAN ASDEP BID. INDUSTRI, UKM, PERDAGANGAN, DAN KETENAGAKERJAAN ASDEP BID. PRASARANA, RISET, TEKNOLOGI, DAN SUMBER DAYA ALAM ASDEP BID.PERANCANGAN PERUNDANG- UNDANGAN BIDANG PEREKONOMIAN TOTAL Jumlah Total Masing-masing Asisten kegiatan telah menyumbang output kinerja yaitu Asdep 1 berjumlah 205 berkas, asdep 2 berjumlah 208 berkas, asdep 3 berjumlah 428 berkas dan Asdep 4 berjumlah 421 berkas, dengan jumlah total sebanyak 1262 berkas. 75

82 3. Perbandingan antara realisasi dan capaian kinerja tahun 2014 dengan Tahun 2013 a. Indikator tepat waktu Di bandingkan dengan capaian Tahun 2013, maka capaian kinerja sasaran pertama indikator secara tepat waktu mengalami peningkatan. Pada Tahun 2013, jumlah berkas analisis kebijakan berjumlah 378 berkas menjadi 397 berkas di Tahun Output secara tepat waktu mengalami kenaikan dari menjadi 98,67% menjadi 99,24% atau naik (0,57%), dengan capaian outcome berjumlah 102, 79%. Jumlah berkas outcome mengalami peningkatan, pada Tahun 2013 yang berjumlah 373 menjadi 394 pada Tahun Pada tahun 2014 volume berkas yang tidak tepat waktu mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013, yaitu dari 5 (lima) berkas tahun 2013 menjadi 3 (tiga) berkas pada tahun Capaian tersebut mengalami peningkatan, walaupun secara persentase menurun 0,048 atau 102,31% menjadi 102,79%. Hal ini karenakan target yang dipatok naik dari 96% (tahun 2013) menjadi 97% di tahun Capaian sebesar 102,31% ini merupakan hal yang menggembirakan dikarenakan kegiatan yang semakin padat dan tingkat ketelitian dan keakuratan yang semakin baik. Tabel 3.13 Persentase Penyelesaian Hasil Analisis Kebijakan Pemerintahan di Bidang Perekonomian Tahun 2013 Triwulan Jumlah berkas Berkas tepat waktu Tw Tw Tw Tw Berkas tidak tepat waktu Persentasi (%) 94,73 96,37 97,65 98,67 Capaian 98,68 100, ,78 Jumlah ,67 102,79 b. Indikator ditindaklanjuti Dalam pencapaian indikator kedua yang ditindaklanjuti, dibandingkan dengan tahun yang 2013 mengalami kenaikan yang memuaskan. Tahun 2014 berkas yang berhasil di kerjakan berjumlah

83 berkas, sedangkan tahun 2013 berkas yang sudah dikerjakan berjumlah 378 berkas atau mengalami kenaikan 19 berkas (4,78%), dengan capaian outcome melampaui target atau 100%. Pada tahun 2014 capaian outcome sebesar 103,09 persen, sedang capaian outcome pada tahun 2013 sebesar 104,17 persen atau menurun sebesar 1,08. Walaupun dilihat dari persentasi menurun, namun hal ini bukan merupakan penurunan kinerja. Penurunan disebabkan target tahun 2013 (sebesar 96%) mengalami kenaikan menjadi 97% (tahun 2014). Sehingga walaupun secara kwantitas output yang menjadi outcome mengalami kenaikan namun tidak berpengaruh pada perhitungan capaian outcome. Tabel 3.14 Realisasi dan Capaian Saran Kebijakan di Bidang Perekonomian yang Ditindaklanjuti (Outcome) Tahun 2013 SASARAN Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan di bidang Perekonomian INDIKATOR KINERJA Persentase saran kebijakan di bidang Perekonomian yang ditindaklanjuti TARGET KINERJA TRIWULAN (%) REALISASI DAN CAPAIAN TAHUN 2014 OUTPUT OUTCOME (Kuantitas) CAPAIAN OUTCOME (%) 96% TW I ,17% 96% TW II ,17% 96% TW III ,17% 96% TW IV ,17% Jumlah ,17% 4. Gambaran Kegiatan Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2013 Output Deputi Bidang Perekonomian bersumber dari input-input yang diberikan oleh Asdep-asdep di lingkungan Deputi Bidang Perekonomian. Dibandingkan tahun 2013, output yang dihasilkan oleh Asdep di lingkungan Deputi Bidang Perekonomian mengalami peningkatan. Jumlah berkas sumbangan output dari Asdep di lingkungan Deputi Bidang Perekonomian berjumlah 1233 berkas, dengan perincian dari Asdep 1 berjumlah 213 berkas, dari Asdep 2 berjumlah 271, dari Asdep 3 berjumlah 579 dan dari Asdep 4 berjumlah 170 berkas, seperti dalam matrik berikut: 77

84 Tabel 3.15 Perbandingan Input Data Pendukung Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014 dan Tahun 2013 Bidang Output/berkas Asdep Bidang Ekonomi Makro Keuangan dan Ketahanan Pangan Asdep Bidang Industri, UKM, Perdagangan, dan Ketenagakerjaan Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi, dan Sumber Daya Alam Asdep Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian Deputi Bidang Perekonomian Sehubungan dengan penyelenggarakan manajemen kabinet yang menjadi fungsi Sekretariat Kabinet, Deputi Bidang Perekonomian telah memberikan kontribusi yang memadai. Salah satu bentuk kontribusi tersebut berupa informasi dan/atau artikel yang dimuat di website Informasi/artikel yang dimuat di dalam website setkab ini merupakan pelaksanaan tugas dari disposisi Setkab secara langsung di dalam berkas atau inisiatif yang dilaksanakan oleh Staf dalam rangka merespon perkembangan pemerintahan yang berkembang di masyarakat. Sehubungan dengan penyelenggarakan fungsi manajemen kabinet yang menjadi fungsi Sekretariat Kabinet, Deputi Bidang Perekonomian juga telah memberikan kontribusi, berupa informasi yang disampaikan kepada pengelola website Sekretariat, sebagai bahan penulisan artikel di website Informasi/artikel yang dimuat di dalam website setkab ini merupakan pelaksanaan tugas dari disposisi Sekretaris Kabinet secara langsung di dalam berkas atau inisiatif yang dilaksanakan oleh staf dalam rangka merespon perkembangan pemerintahan yang berkembang di 78

85 masyarakat. Beberapa hasil pemantauan yang dilakukan oleh Deputi Bidang Perekonomian juga dimuat dalam website Sekretariat Kabinet. Berdasarkan kategori pencapaian kinerja, dapat dinyatakan bahwa pencapaian untuk sasaran ini baik indikator secara tepat waktu maupun yang ditindaklanjuti dapat dikategorikan memuaskan. Hal ini menggambarkan bahwa sasaran pertama memberikan kontribusi bagi pencapaian IKU pertama, yaitu Persentase penyelesaian hasil analisis kebijakan program pemerintah di bidang perekonomian secara tepat waktu dan Persentase saran kebijakan di bidang perekonomian yang ditindaklanjuti. Oleh karena indikator sasaran pertama merupakan indikator dan instrumen yang mendukung pencapaian IKU pertama maka keberhasilan capaian sasaran pertama dapat menggambarkan keberhasilan pencapaian IKU pertama. Gambaran keberhasilan Deputi Bidang Perekonomian Sekretariat Kabinet dalam pencapaian sasaran pertama diwujudkan melalui kegiatankegiatan yang terkait dengan pencapaian Sasaran Strategis Pertama hasil analisis kebijakan di bidang perekonomian berupa perumusan rencana kebijakan dan pengamatan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah, untuk memberikan saran kebijakan yang diperlukan dalam rangka mengantisipasi permasalahan yang timbul, mengambil tindakan sedini mungkin, dan mengetahui hal-hal yang perlu diperbaiki, baik mengenai sistem dan proses pelaksanaan sebuah kebijakan/program pemerintah maupun kebijakan itu sendiri. Bentuk kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa keikutsertaan dalam rapat koordinasi, rapat antarkementerian/lembaga, Focuss Group Discussion (FGD), Diskusi/Seminar/workshop, keanggotaan dalam suatu badan/komisi/tim koordinasi, sosialisasi, workshop, dan kunjungan pada instansi pemerintah baik di dalam kota, di daerah maupun di luar negeri, peninjauan langsung di lapangan atau di daerah (site visit), dan pemantauan, serta pengumpulan data melalui media cetak dan elektronik yang bersifat current issue. Hasil pengamatan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah disampaikan kepada stakeholders terkait dalam bentuk laporan yang didalamnya memuat saran atau rekomendasi (solusi) atas 79

86 permasalahan yang ditemui dan perlu dilakukan penyempurnaan. Sepanjang Tahun 2014 Deputi Bidang Perekonomian telah melaksanakan kegiatankegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Saran kebijakan pemerintah di bidang perekonomian meliputi pembahasan atas permasalahan pelaksanaan pemerintahan yang ditujukan untuk disampaikan kepada Presiden melalui Sekretariat Kabinet, dan kegiatan pemantauan dalam rangka penyiapan penyelesaian RPUU, terutama untuk mendapatkan bahan-bahan sebagai masukan penyusunan RPUU tersebut (feedback) maupun evaluasi terhadap pelaksanaan PUU. Dalam hal ini yang dimaksud PUU bukan hanya Peraturan Presiden (Perpres), Keputusan Presiden (Keppres) dan Instruksi Presiden (Inpres), melainkan juga Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri/Kepala LPNK, Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah. Khusus pemantauan terhadap Rancangan UU, PP, Keputusan Menteri/Kepala LPNK, Perda, dan Keputusan Kepala Daerah, serta evaluasi terhadap PUU, selanjutnya hasil evaluasi dan analisis tersebut oleh Sekretariat Kabinet disampaikan kepada Presiden, Wakil Presiden, instansi terkait, dan/atau pemerintah daerah, mengingat kewenangan Sekretariat Kabinet hanya dalam penyelesaian penyusunan Rancangan Perpres, Keppres dan Inpres. Sedangkan hasil evaluasi dan analisis terhadap pemantauan Perpres, Keppres dan Inpres, dimanfaatkan secara internal (sebagai feedback) Sekretariat Kabinet bagi penyelesaian, penyusunan, penyempurnaan atau evaluasi suatu rancangan Perpres, Keppres dan Inpres. Seluruh saran kebijakan yang dimanfaatkan oleh Sekretaris Kabinet dan stakeholder lainnya, dimaksudkan sebagai saran kebijakan yang ditindaklanjuti, yang diukur dari disposisi Sekretaris Kabinet untuk disiapkan Surat ke Presiden, Kementerian/Lembaga atau Stakeholder lainnya. Pengertian Saran Kebijakan yang ditindaklanjuti juga dapat berupa informasi maupun data yang disampaikan dimanfaatkan secara langsung 80

87 oleh Sekretaris Kabinet yang dipergunakan sebagai bahan untuk menghadiri Sidang Kabinet maupun pendampingan kepada Presiden. Gambaran keberhasilan Deputi Bidang Perekonomian dalam pencapaian Sasaran Pertama terkait hasil analisis perumusan rencana kebijakan dan pengamatan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang perekonomian dapat dilihat antara lain dalam kegiatan berikut. 1. Penyusunan saran dan pendapat atas Pandangan GAKOPTINDO terhadap Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2013 tentang Penugasan Kepada Perum BULOG Untuk Pengamanan Harga Dan Penyaluran Kedelai. Implementasi Perpres Nomor 32 Tahun 2013, dipandang sebagian kalangan (Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia/Gakoptindo) belum dapat berjalan secara efektif, karena peraturan pelaksana dari Perpres tersebut, yaitu Permendag 51 Tahun 2013 tentang Pencabutan Permendag Nomor 23/M-DAG/PER/5/2013 dan Peraturan Pelaksananya tidak sejalan dengan Perpres Nomor 23 Tahun 2013, antara lain terkait penghapusan ketentuan harga acuan penjualan kedelai di tingkat Pengrajin tahun tempe (HJP) dan pembebasan impor kedelai oleh importir umum (perubahan dari importir terdaftar). Atas hal tersebut, Sekretariat Kabinet telah meneruskan permasalahan tersebut ke Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan surat Nomor:B.390/Seskab/8/2014, tanggal 6 Agustus 2014, dan Kemenko Perekonomian telah melakukan pertemuan dengan Gakoptindo dengan kesepakatan agar Gakoptindo menyampaikan permasalahannya secara lebih detail. Guna membahas tata niaga kedelai, Sekretaris Kabinet pada tanggal 26 September 2013 juga telah menyelenggarakan rapat koordinasi yang dihadiri antara lain oleh Perum bulog, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Perdagangan, dan menghasilkan temuan bahwa terdapat potensi ketidakselarasan antara kebijakan Menteri Perdagangan terkait importasi kedelai dan penyerapan kedelai dari 81

88 petani lokal dengan Perpres Nomor 32 Tahun Hasil rapat tersebut selanjutnya dilaporkan oleh Sekretaris Kabinet kepada Presiden dan menjadi bahasan pokok dan dasar putusan dalam Sidang Kabinet untuk kebijakan penyelesaian atas kebijakan impor dan penyaluran kedelai. 2. Penyusunan saran kebijakan terkait Usulan Pembangunan Infrastruktur Prioritas Gubernur Sumatera Barat kepada Presiden menyampaikan Usulan Pembangunan Infrastruktur Prioritas yang akan dilaksanakan di Provinsi Sumatera Barat dengan skema pembiayaan APBN hasil penghematan subsidi bahan bakar minyak yang meliputi: Infrastruktur Bidang Maritim (9 proposal); Infrastruktur Bidang Kedaulatan Pangan (3 proposal); Infrastruktur Bidang Energi (1 proposal); dan Infrastruktur Bidang Pariwisata (1 proposal). Terhadap hal tersebut Asdep Ekonomi Makro, Keuangan dan Ketahanan Pangan menyampaikan analisis/pertimbangan: a. Proyek rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan optimalisasi lahan pertanian untuk meningkatkan produktifitas lahan pertanian padi senilai Rp. 89,98 miliar dan diusulkan dibiayai dengan APBN melalui anggaran Bantuan Sosial. b. Proyek pembangunan jalan Sicawan Nagari Paninjauan Data Munti Bukit Sikura Puncak Lawang Matur Kabupaten Agam Sumatera Barat senilai Rp 117,5 miliar dan direncanakan untuk dibiayai dengan APBN. c. Proyek pengembangan infrastruktur kawasan pantai dan muara di Sumatera Barat berupa infrastruktur pengendali sungai dan muara di 16 kawasan muara dan pantai sebesar Rp. 720 M diusulkan untuk dibiayai dengan APBN. d. Proyek rehabilitasi dan peningkatan infrastruktur jaringan irigasi di Provinsi Sumatera Barat sebesar Rp. 439,9 miliar dan diusulkan untuk dibiayai sepenuhnya dengan APBN. Selain itu, saran dan rekomendasi yang kemudian diberikan adalah untuk proyek proyek lainnya yang belum tercantum dalam RPJMN perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut oleh Kementerian Pekerjaan 82

89 Umum dan perumahan Rakyat, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Kementerian PPN/Bappenas terkait dampak dan sumber pendanaan dan mekanisme pendanaan proyek. Saran tersebut kemudian disampaikan kepada K/L terkait melalui surat Sekretaris Kabinet Nomor B-8/Seskab/1/2015 tanggal 5 Januari Penyelesaian Sosial Kemasyarakatan Dampak Lumpur Lapindo Sejak tahun 2007 hingga saat ini, PT Minarak Lapindo Jaya (PT MLJ) belum sepernuhnya melakukan pelunasan ganti rugi tanah dan bangunannya yang berada di dalam wilayah Peta Area Terdampak (PAT). Sisa kewajiban PT MLJ tersebut sebesar RP781,68 Milyar (20% dari total kewajiban RP3,83 Triliun). Berlarut-larutnya pelunasan ganti rugi oleh PT MLJ tersebut menyebabkan warga korban melakukan blokade paksa untuk meminta Pemerintah mengambil alih kewajiban PT MLJ yang dinilai sudah tidak lagi mampu membayar. Akibat blokase tersebut Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) tidak dapat melakukan aktivitas pengaliran lumpur dan pemeliharaan tanggul sehingga tanggul penahan lumpur jebol dan membajiri rumah warga sekitar. Menyikapi permasalahan di atas, Sekretaris Kabinet telah melakukan serangkaian fasilitasi pertemuan dengan BPLS pada tanggal 4 Desember 2014 serta pertemuan dengan Presiden pada tanggal 18 Desember 2014 bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Menteri Sosial, Gubernur Jawa Timur dan Bupati Sodartjo. Inti dari pertemuan tersebaga agar: a. Pemerintah akan memberikan dana talangan kepada PT MLJ untuk membayar sisa pelunasa ganti rugi warga di dalam PAT mellaliui APBN 2015 dengan jaminaan lahan di dalam PAT yang telah dibayar oleh PT MLJ. b. PT MLJ diberikan tenggat waktu selama 4 (empat) tahun untuk memnbayar ke Pemerintah, jika ingin menguasai lahan tersebut. c. Jika selama empat tahun Lapindo tidak dapat memebayar ke Pemrintah, lahan tersebut akan menjadi milik Pemerintah. 83

90 Hasil pertemuan di atas dapat merdam protes warga yang selama ini memblokas pembenahan tanggul yang dikerjakan oleh BPLS. Saat ini Sekretaris Kabinet tengah mengkaji langkah-langkah percepatan penyelesaian masalah di atas. 4. Penyusunan saran dan rekomendasi di bidang Fiskal terkait Permohonan Pemberian Fasilitas Fiskal PPH PT Bumi Cahaya Unggul (PT BCU) Direktur PT Bumi Cahaya Unggul (PT BCU) menyampaikan keluhan atas tidak adanya tanggapan Kepala BKPM terhadap 3 (tiga) surat yang telah dikirim mengenai penolakan permohonan pemberian fasilitas PPH Badan. Atas kondisi tersebut PT BCU memohon kepada Kepala BKPM untuk melakukan peninjauan kembali atas penolakan permohonan fasilitas PPH tersebut. Terhadap hal tersebut, Asdep Ekonom Makro, Keuangan dan Ketahanan Pangan menyampaikan analisis bahwa dari sisi peraturan perundangundangan penolakan oleh BKPM terhadap permohonan fasilitas PPH PT BCU dapat dibenarkan, karena: a. Berdasarkan PP 52/2011 bidang usaha PT BCU (mesin pompa) tidak lagi termasuk dalam industri yang mendapatkan fasilitas PPH. b. Berdasarkan PMK No 144/PMK.011/2012 (peraturan pelaksana PP52/2011) nilai investasi PT BCU yakni Rp ,39, tidak memenuhi syarat nominal investasi yang dapat diberikan fasilitas PPH yakni Rp , pasca berlakunya PP 52/2011 (Pasal 4). Dalam hal permohonan fasilitas PPH diajukan PT BCU setelah berlakunya PMK Nomor 144/PMK.011/2012, BKPM tidak dapat mengajukan usulan pemberian fasilitas PPH PT BCU kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Pajak, mengingat permohonan fasilitas PPH harus diajukan oleh BKPM kepada Menteri Keuangan sebelum berlakunya PMK Nomor 144/PMK.011/2012 (Pasal 17 ayat (1)). Saran dan rekomendasi yang diberikan untuk meminimalisir kejadian serupa dimasa yang akan datang maka perlu dilakukan upaya sosialisasi 84

91 yang optimal dari suatu kebijakan pemerintah sebelum ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Selanjutnya saran dan rekomendasi ini pun kemudian disampaikan kepada Kepala BKPM melalui surat Sekretaris Kabinet Nomor B-571/Seskab/12/2014 tanggal 9 Desember Penyusunan saran kebijakan terkait Lelang dan Recondition Scrap Cable pada KKKS PetroChina International (Bermuda) Ltd. di Sorong Sekretaris Jenderal Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan tanggapan atas permohonan Tim Kerja Koordinasi Usaha Pengumpulan dan Penjualan Barang Milik Negara (BMN) Kabupaten Sorong perihal lelang dan recondition scrap cable (kabel bekas) pada KKKS PetroChina International (Bermuda) Ltd. di Sorong, dengan inti: a. Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 2290 K/95/MEM/2013, tanggal 14 Mei 2013 dan Nomor 2186 K/95/MEM/2012, tanggal 9 Juli 2012 tentang Penghapusan BMN yang Berasal dari Eks Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) PetroChina International (Bermuda) Ltd., scrap cable tidak termasuk barang yang dilelang tanggal 23 Juli 2013; b. Usulan recondition scrap cable belum dapat ditindaklanjuti karena SKK Migas/KKKS PetroChina International (Bermuda) Ltd. belum pernah mengajukan usulan penyerahan scrap cable dimaksud. c. Permohonan Tim Kerja Koordinasi Usaha Pengumpulan dan Penjualan BMN Kabupaten Sorong kepada Presiden perihal tersebut di atas sebelumnya telah diteruskan Sekretaris Kabinet kepada Menteri ESDM dan Menteri Keuangan dengan surat Nomor B- 223/Seskab/IV/2014, tanggal 25 April Terkait permasalahan di atas, analisis yang diberikan bahwa berdasarkan PMK Nomor 135/PMK.06/2009 tentang Pengelolaan BMN yang Berasal dari KKKS sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 165/PMK.06/2010 menyatakan bahwa: Aset KKKS diserahkan kepada Pemerintah dalam hal kontrak kerja sama telah berakhir atau sudah tidak digunakan lagi oleh KKKS, kecuali yang berada di dalam tanah dan/atau 85

92 di dalam lautan (Pasal 20); Penyerahan BMN diusulkan oleh KKKS melalui Badan Pelaksana kepada Menteri Keuangan melalui Kementerian ESDM (Pasal 21 ayat (1)); Kementerian ESDM mengajukan usulan kepada Menteri Keuangan mengenai penetapan status penggunaan BMN berikut usulan pemanfaatan atau pemindahtanganannya jika diperlukan, setelah Kementerian ESDM melakukan pemeriksaan dan penelitian terhadap BMN yang diusulkan penyerahannya oleh Badan Pelaksana (Pasal 21 ayat (1) huruf d dan e); Penghapusan BMN yang berasal dari KKKS oleh Badan Pelaksana dapat dilakukan setelah adanya penyerahan BMN kepada Pemerintah cq. Kementerian ESDM (Pasal 15 huruf c). Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut, maka saran dan rekomendasi yang dapat diberikan terhadap permasalahan ini adalah bahwa penetapan status penggunaan berikut usulan pemanfaatan, atau pemindahtanganan scrap cable hanya dapat diusulkan oleh Kementerian ESDM kepada Menteri Keuangan setelah adanya usulan penyerahan /pelepasan BMN dari KKKS PetroChina International (Bermuda) Ltd. melalui SKK Migas. Dalam hal ini dapat disampaikan bahwa surat Sekretaris Jenderal Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merupakan respon atas surat Sekretaris Kabinet perihal tersebut dengan Nomor B- 223/Seskab/IV/2014 tanggal 25 April Kegiatan Pemantauan pemantauan atas pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Dalam pelaksana tugas dan fungsi ini, Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Perekonomian melaksanakan pemantauan atas pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 di 5 (lima) provinsi/kabupaten/kota, antara lain: 86

93 a. Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara pada tanggal 19 s.d 21 Maret 2014 (laporan pemantau tersebut di upload dalam situs tanggal 24 Maret 2014, dengan pengunjung 6345); b. Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 24 s.d 26 April 2014 (laporan pemantau tersebut di upload dalam situs tanggal 30 April 2014, dengan pengunjung 4492); c. Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada tanggal 4 s.d 6 Juni 2014 (laporan pemantau tersebut di upload dalam situs tanggal 19 Juni 2014, dengan pengunjung 4394); d. Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 13 s.d 15 Agustus 2014 (laporan pemantau tersebut di upload dalam situs tanggal 24 Agustus 2014 dengan 4719 pengunjung); e. Kabupaten Bogor, Jawa Barat 9 September Tindak lanjut dari pemantauan tersebut adalah diselenggarakannya Rapat Koordinasi membahas masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan Perpres Pengadaan tersebut pada tanggal 8 Oktober 2014 di Sekretariat Kabinet, dan dihadiri wakil-wakil dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PAN dan RB, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan perwakilan dari provinsi/kabupaten/kota yang menjadi objek pemantauan (rapat menjadi berita dalam pada tanggal 9 Oktober 2014, dengan jumlah pengunjung sebanyak 5383 dan dimuat sebagai artikel pada selesai-ulp-mandiri-merupakan-sebuah-keniscayaan/ tanggal 16 Oktober 2014, dengan jumlah pengunjung sebanyak 8417). 87

94 Hasil dari Rapat Koordinasi tersebut selanjutnya Sekretaris Kabinet mengeluarkan rekomendasi berupa surat yang disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri PAN dan RB, serta ditembuskan kepada stakeholder terkait dengan surat Nomor B.488/Seskab/VIII/2014 tanggal 15 Oktober Suasana dalam Rapat Koordinasi tentang Permasalahan dalam pelaksanaan Perpres Pengadaan, pada tanggal 8 Oktober 2014 di Sekretariat Kabinet 7. Penyusunan saran dan pendapat atas Permohonan Audiensi Koalisi Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK) Koordiantor KNPK (A.Zulvan Kurniawan) menyampaikan permohonan audiensi kepada Presiden guna memberikan pandangan terhadap sejumlah regulasi tembakau, terutama berkaitan dengan rencana Pemerintah Indonesia untuk mengaksesi Framework Convention on Tobacco Control/FCTC (Surat Nomor:IV/009-II/XII/2013, tanggal 18 Desember 2013). KNPK berpendapat bahwa pengesahan FCTC akan menyebabkan produk tembakau Indonesia tidak mempunyai daya saing secara ekonomis di tingkat internasional. Beberapa instrumen pengendalian tembakau yang menyertai FCTC bukan hanya berdampak pada sektor hilir, namun seluruh pemangku kepentingan dari hulu sampai hilir akan langsung terkena dampak dari pengendalian yang diatur dalam FCTC. 88

LAPORAN KINERJA (LKj)

LAPORAN KINERJA (LKj) LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PARIWISATA, RISET DAN TEKNOLOGI, DAN LINGKUNGAN MARITIM TAHUN 2016 DAFTAR ISI Sampul Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif Daftar Isi i ii iii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

Laporan Kinerja. Deputi Bidang Kesejahteraaan Rakyat S e k r e t a r i a t K a b i n e t TAHUN 2014

Laporan Kinerja. Deputi Bidang Kesejahteraaan Rakyat S e k r e t a r i a t K a b i n e t TAHUN 2014 Laporan Kinerja Deputi Bidang Kesejahteraaan Rakyat S e k r e t a r i a t K a b i n e t TAHUN 2014 Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, 2015 K a t a P e n g a n t a r Daftar Pustaka ---------------,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian. Satya Bhakti Parikesit

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian. Satya Bhakti Parikesit KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2014 yang disusun oleh Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Perekonomian merupakan laporan hasil pencapaian atas target

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI

DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN 2010 2014 DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI Kata Pengantar Rancangan Rencana Strategis (Renstra) Deputi bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang LKj Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional 2014 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan kewajiban bagi instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis BAB II Renstra Tahun 2015 2019 merupakan panduan pelaksanaan tugas dan fungsi pada periode 2015 2019 yang disusun berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Polhukam Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Polhukam Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian sasaran kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Wasit Saronto

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Wasit Saronto 1 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Hubungan Kemasyarakatan dan Kelembagaan Tahun 2014 disusun sebagai bentuk komitmen untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tujuan dan sasaran strategis

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG PRASARANA, RISET, TEKNOLOGI, DAN SUMBER DAYA ALAM TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG PRASARANA, RISET, TEKNOLOGI, DAN SUMBER DAYA ALAM TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG PRASARANA, RISET, TEKNOLOGI, DAN SUMBER DAYA ALAM TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN SEKRETARIAT KABINET RI FEBRUARI 2015 K A T A P E N G A N T A R Laporan Kinerja

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 KATA PENGANTAR... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 KATA PENGANTAR... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 KATA PENGANTAR... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 BAB I PENDAHULUAN... 7 A. Latar belakang... 7 B. Gambaran Organisasi... 8 C. Gambaran aspek

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET 2017 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2016 SEKRETARIAT KABINET 2017 KATA PENGANTAR i Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2010-2014 DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET 2012 SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan salah satu bentuk media untuk melaporkan keberhasilan atau kegagalan suatu instansi pemerintah atas pelaksanaan tujuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. C:/LKj-2014-Asdep-3-doc

PENDAHULUAN BAB I. C:/LKj-2014-Asdep-3-doc BAB I PENDAHULUAN Pada setiap akhir tahun anggaran, setiap instansi pemerintah (termasuk satuan/unit kerja di dalamnya), diharuskan menyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP). Sejalan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR (LKj) Tahun 2015 merupakan perwujudan dari pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi. Dalam pencapaian visi dan misi tersebut Deputi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja (LKj) Asisten Deputi Bidang Pelaksanaan dan Pelaporan

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR (LKj) Tahun 2015 merupakan perwujudan dari pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi. Dalam pencapaian visi dan misi tersebut Deputi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.242, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2012-2014 SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Perkembangan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang telah diperjanjikan Sekretariat Kabinet kepada kepada pimpinan dan stakeholders selama tahun 2015. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

Sekretariat Kabinet RI

Sekretariat Kabinet RI Sekretariat Kabinet RI Perdagangan Tata Ruang DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN 2015-2019 KATA PENGANTAR Deputi Bidang Perekonomian dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang menjadi kewenangannya sebagaimana ditetapkan

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan dukungan staf, pelayanan administrasi, dan dukungan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2014

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2014 A. Latar Belakang Penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2014 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS

PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS BADAN PUSAT STATISTIK 2012 D A F T A R I S I hal Daftar Isi i Bab I Pendahuluan A Latar Belakang 1 B Pengertian 2 C Tujuan Penetapan Kinerja 2 D Ruang Lingkup Penetapan Kinerja

Lebih terperinci

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1040, 2014 KEMENPOLHUKAM. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Sistem. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET 2015 Gambaran Umum Perencanaan Kinerja Sekretariat

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUNAN (PKT) PENGADILAN TINGGI MANADO TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUNAN (PKT) PENGADILAN TINGGI MANADO TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUNAN (PKT) PENGADILAN TINGGI MANADO TAHUN 2016 Jln. Sam Ratulangi No. 20 Manado 95111 Telp. 0431-862491 Fax. 0431-862091 www.pt-manado.go.id pt_mdo_mari@yahoo.co.id Dengan memanjatkan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITASKINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAGIAN PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DAN INFORMATIKA SEKRETARIAT DAERAH KOTA MATARAM

LAPORAN AKUNTABILITASKINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAGIAN PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DAN INFORMATIKA SEKRETARIAT DAERAH KOTA MATARAM LAPORAN AKUNTABILITASKINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAGIAN PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DAN INFORMATIKA SEKRETARIAT DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET LAKIP TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA ASDEP EKONOMI MAKRO, KEUANGAN, DAN KETAHANAN PANGAN

SEKRETARIAT KABINET LAKIP TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA ASDEP EKONOMI MAKRO, KEUANGAN, DAN KETAHANAN PANGAN SEKRETARIAT KABINET LAKIP TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA ASDEP EKONOMI MAKRO, KEUANGAN, DAN KETAHANAN PANGAN ASDEP BIDANG EKONOMI MAKRO, KEUANGAN DAN KETAHANAN PANGAN DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAGIAN UMUM KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015

BAGIAN UMUM KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015 BAGIAN UMUM KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015 Bagian Umum TAHUN 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice.

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap pelaksanaan urusan kepemerintahan akan selalu dikaitkan dengan pengelolaan kepemrintahan yang baik (good governance) dengan tiga pilar utama yaitu, Partisipasi,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET 2010 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Good Governance pada hakekatnya merupakan kepemerintahan

Lebih terperinci

Deputi Bidang Tata Laksana LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012

Deputi Bidang Tata Laksana LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 DEPUTI BIDANG TATA LAKSANA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo No.1452, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. SAKIP. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemeri

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemeri BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1008, 2016 KEMENRISTEK-DIKTI. Laporan Kinerja. PTN. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN

Lebih terperinci

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.33, 2015 ADMINISTRASI. Sekretariat. Kabinet. Organisasi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan BAB IV A. Simpulan Laporan kinerja Sekretariat Kabinet tahun 2015 ini merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian visi dan misi Sekretariat Kabinet dalam rangka menuju organisasi yang efektif,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 17/PRT/M/2012 PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DAN PENETAPAN KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat

Lebih terperinci

C. Pengelolaan Keuangan BAB IV PENUTUP Kesimpulan... 73

C. Pengelolaan Keuangan BAB IV PENUTUP Kesimpulan... 73 C. Pengelolaan Keuangan... 67 BAB IV PENUTUP... 73 Kesimpulan... 73 LAMPIRAN : - Pernyataan Telah Direviu - Formulir Checklist Reviu - Reviu Matrik Rencana Strategis Pengadilan Tinggi Jakarta Tahun 2010-

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET 2018 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2017 SEKRETARIAT KABINET 2018 KATA PENGANTAR SEKRETARIS KABINET Puji syukur

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM - 2 - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF LAKIP BIRO KESRA

RINGKASAN EKSEKUTIF LAKIP BIRO KESRA RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Biro Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi NTT (Biro Kesra) Tahun 2015 merupakan wujud akuntabilitas pelaksanaan Rencana Strategis Biro Kesra Tahun

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1213, 2013 KEMENTERIAN SOSIAL. Kinerja. Rencana Tahunan. Rencana Aksi. LAKIP. Penyusunan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA. (LKj) KEDEPUTIAN BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA. (LKj) KEDEPUTIAN BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) KEDEPUTIAN BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET RI KATA PENGANTAR Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan atau

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET SEKRETARIAT KABINET SEKRETARIAT KABINET 2015 SEKRETARIAT KABINET INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2015 SEKRETARIAT KABINET 2015 LAMPIRAN VII PERATURAN SEKRETARIS KABINET NOMOR : 1 TAHUN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGELOLAAN ENERGI, SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGELOLAAN ENERGI, SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2015 LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGELOLAAN ENERGI, SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB I. SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.317, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Indikator Kinerja. Pengukuran. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2013

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2013 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2013 Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberi pertanggungjawaban untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang / badan hukum / pimpinan kolektif

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI KAPUAS HULU NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU DENGAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini dibuat sebagai perwujudan dan kewajiban suatu Instansi Pemerintah dengan harapan dapat dipergunakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.51, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 68 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG INSPEKTORAT KOTA BANDUNG RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Inspektorat Kota Bandung

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA BANDUNG 2014 KATA PENGANTAR Bidang kependudukan merupakan salah satu hal pokok dan penting

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

BAB V PERTANGGUNGJAWABAN LURAH

BAB V PERTANGGUNGJAWABAN LURAH BAB V PERTANGGUNGJAWABAN LURAH Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu : Bentuk Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit) Tujuan : Praja dapat

Lebih terperinci

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih sayang-nya sehingga Laporan Inspektorat Kota Bandung Tahun 2015 ini dapat tersusun Laporan ini merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2017 Deputi I Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2017 Deputi I Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri KATA PENGANTAR Ungkapan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat-Nya, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kedeputian I Bidang Koordinasi Politik Dalam

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET

LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET SEKRETARIAT KABINET 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja (LKj) Deputi Bidang Persidangan Kabinet Tahun 2014 disusun sebagai bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini fenomena reformasi birokrasi merupakan isu penting bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA BIRO AKUNTABILITAS KINERJA DAN REFORMASI BIROKRASI 2016 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2015 BIRO AKUNTABILITAS KINERJA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg No.1138, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Penetapan IKU. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 70 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SAKIP adalah rangkaitan sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel.

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel. RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci