Bab IV Pengembangan Model Pengukuran Kinerja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Pengembangan Model Pengukuran Kinerja"

Transkripsi

1 90 Bab IV Pengembangan Model Pengukuran Kinerja IV.1 Studi Lapangan Menurut Sushil dan Shankar (2004), SCOR mencakup semua indikator kinerja yang diperlukan dalam sistem rantai pasok dan mencoba mencakup rantai pasok keseluruhan dalam perangkat standar dari proses-proses. Oleh karena itu penelitian dilakukan pada PT. Dirgantara Indonesia, karena SCOR sebaiknya diterapkan pada perusahaan besar yang memiliki proses rantai pasok standar tersebut. Untuk usaha kecil dan menengah, aplikasinya masih dipertanyakan karena biaya ekstra untuk memelihara sistem yang sangat lengkap seperti itu. Pendekatan studi lapangan dilakukan pada produk komponen karena produk pesawat terbang sangat kompleks dan waktu pembuatannya sangat lama. Pengerjaan detail part manufacturing dan subassembly komponen pesawat terbang dilakukan oleh Direktorat Aerostructure yang merupakan Satuan Usaha PT. Dirgantara Indonesia. IV.1.1 Profil PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) Berikut ini dijelaskan keadaan umum PT.Dirgantara Indonesia serta struktur organisasinya. IV Keadaan Umum PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (PT. Nurtanio) didirikan pada tahun 1976, dengan dua hanggar kecil seluas m2 pada tanah seluas m2, beberapa mesin tua, dan karyawan sebanyak 500 orang termasuk 17 insinyur. Program awal PT. Nurtanio dimulai dengan pembuatan pesawat terbang C-212 dengan lisensi dari CASA dan helikopter BO-105 dengan lisensi dari MBB, kemudian diikuti dengan pembuatan helikopter Puma/Super Puma-332 dengan lisensi dari Aerospatiale dan Bell-412 dengan lisensi dari Bell Helicopter. Pada tahun 1983 dalam program joint-venture antara PT. Nurtanio dengan CASA (50:50) telah dibuat pesawat terbang CN-235. PT. Nurtanio yang berubah menjadi

2 91 PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN pada tahun 1986, yang kemudian telah mampu mendesain dan memproduksi pesawat terbang sendiri yaitu N-250 yang mulai terbang bulan Agustus Tahun 1998 Pemerintah RI memberhentikan bantuan dana kepada IPTN. Hal ini mengakibatkan timpang antara volume kerja dan SDM yang ada. Dalam situasi sulit, perusahaan memfokuskan program pada produk-produk terkontrak. Pada bulan Oktober 1998 dibentuk Tim Restrukturisasi IPTN, yang implementasinya dimulai April IPTN berganti nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia pada tahun Kondisi PT.DI di tahun 2000, termasuk dalam 10 BUMN paling merugi, namun di tahun 2001 dapat membukukan keuntungan 11 miliar dengan menjual pesawat dinas dan memperbaiki gaji karyawan. Pergantian direksi dan tuntutan dari Serikat Pekerja pada tahun 2002 tidak membuat situasi dan kondisi membaik, sehingga PT.DI kembali merugi. Pada tahun 2003 kondisi keuangan semakin parah sehingga Direksi melakukan suatu langkah penyelamatan perusahaan dengan merumahkan seluruh karyawan. Tahap selanjutnya untuk penyembuhan, para karyawan yang terlibat dalam pengerjaan program-program terkontrak secara bertahap dipanggil untuk bekerja kembali. Dalam situasi yang belum menggembirakan Direksi baru mengarahkan perusahaan dengan tujuan: Mampu menguasai dan mengembangkan teknik kedirgantaraan yang memiliki cost competitiveness dalam bersaing di pasar internasional/global, agar dapat memberikan keuntungan dan dapat meningkatkan shareholder value, serta menjadi perusahaan yang mendiri secara bisnis guna mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri. Visi Perusahaan saat itu adalah menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri dirgantara yang berbasis pada penguasaan teknologi tnggi dan mampu bersaing dalam pasar global, dengan mengandalkan keunggulan biaya.

3 92 Misi Perusahaan adalah: - Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersil dan dapat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki keunggulan biaya. - Sebagai pusat keunggulan di bidang industri dirgantara, terutama dalam rekayasa, rancang bangun, manufaktur, produksi dan pemeliharaan untuk kepentingan komersial dan militer serta aplikasi di luar Industri Dirgantara. - Menjadikan Perusahaan sebagai pemain kelas dunia di industri global yang mampu bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industri dirgantara kelas dunia lainnya. PT. Dirgantara Indonesia memfokuskan bisnisnya pada 5 (lima) pilar: Aircraft, yang meliputi pembuatan pesawat terbang dan helikopter Aerostructure yang menangani pembuatan single part dan komponenkomponen pesawat terbang Aircraft Service yang meliputi pemeliharaan, perawatan dan perbaikan pesawat Engineering Services yang memproduksi simulator untuk pesawat sayap tetap dan helikopter, sistem visualisasi elektronik, dll Defence yang meliputi pembuatan launchers, roket FFAR 2,75 dan Surface Underwater Target Torpedo. Pada tahun 2004 bisnis PT.DI menunjukkan adanya kemajuan dan di tahun 2005 kontrak-kontrak kerjasama terus meningkat, yaitu dengan BAE Systems (Inggris), EADS-CASA (Eropa). Order pembuatan komponen pesawat bertambah untuk Boeing 777 (USA), Bombardier (Kanada), untuk Airbus A400M (Eropa), dan lain-lain. Tahun 2006, kunjungan Presiden RI memperkuat komitmen pemerintah terhadap kelangsungan industri-industri strategis, khususnya PT. Dirgantara Indonesia. Selama 30 tahun pula PT.DI telah berhasil menyerahkan pesawat sebanyak lebih dari 400 pesawat.

4 93 IV Struktur Organisasi Sturktur organisasi PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) dan struktur organisasi Direktorat Aerostructure PT.DI adalah sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini:

5 94 DIREKTUR UTAMA Sekretariat Perusahaan Satuan Pengawasan Intern Asisten Direktur Utama Sistem Manajemen Mutu Perusahaan Divisi Pengamanan Divisi Perencanaan & Pengembangan Perusahaan Direktorat Aerostructure Direktorat Aircraft Integration Direktorat Aircraft Services Direktorat Teknologi dan Pengembangan Direktorat Keuangan dan Administrasi Divisi Integrasi Usaha Asisten Direktur Bidang Produk Militer Divisi Pemasaran & Penjualan Aircraft Services Divisi Pusat Bisnis Teknologi Divisi Perbendaharaan Divisi Operasi Aerostructure Divisi Pemasaran & Penjualan Aircraft Integration Divisi Perawatan & Modifikasi Divisi Keselamatan & Sertifikasi Divisi Akuntansi Divisi Rekayasa Divisi Operasi Aircraft Integration Divisi Manajemen Logistik Divisi Pusat Pengembangan Produk Divisi Sumber Daya Manusia Divisi Manajemen Sumber Daya Aerostructure Divisi Logistik & Dukungan Pelanggan Divisi Manajemen Sumber Daya Aircraft Services Divisi Pusat Uji Terbang Divisi Jasa Material & Fasilitas Divisi Engineering Services Divisi Sistem Senjata Gambar IV.1. Struktur organisasi PT. Dirgantara Indonesia

6 95 DIREKTORAT AEROSTRUCTURE Dept. Quality Assurance Divisi Business Integration Divisi Engineering Divisi Operation Aerostructure Divisi Resource Management Aerostructure Dept. Sales & Marketing Dept. Manufacturing Engineering Dept. Production Control Dept. Human Resource Management & ADM. AE Dept. Spirit Aerosystem Program Dept. Configuration Management Dept. Machining Dept. Logistic Aerostructure Dept. Aircraft Program Dept. Tooling Engineering Dept. Metal Forming & Heat Treatment Dept. Accounting Aerostructure Dept. Subcontract Program Dept. Engineering Liaison Dept. Bocom & Surface Treatment Dept. C Program Dept. Sub & Major Assembly Dept. Eurocopter Program Dept. Tool Manufacturing & Services Dept. Production Planning Dept. Facility Maintenance Gambar IV.2. Struktur organisasi Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia

7 96 IV.1.2 Proses Bisnis Direktorat Aerostucture PT.DI (Ae-PT.DI) PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) memfokuskan kepada empat satuan usaha yang menjadi tulang punggung bagi pendapatan perusahaan yaitu Satuan-satuan Usaha (dalam bentuk Direktorat-Direktorat): Aircraft, Aerostructure, Aircraft Maintenance dan Engineering Services. Satuan Usaha Aerostructure merupakan unit pendukung dalam pembuatan pesawat terbang produksi PT.DI, dan juga merupakan satuan usaha yang melakukan hubungan kerja secara langsung dengan pihak luar PT.DI, dalam hal pembuatan Parts/Components untuk industri pesawat terbang. Ae-PT.DI mendefinisikan proses bisnis sebagai rangkaian proses atau aktifitas dari fungsi pada suatu organisasi, yang mentransformasikan input menjadi output yang mempunyai nilai tambah, yang menggambarkan hubungan satu aktifitas dengan aktifitas lainnya melalui input yang dibutuhkan dan output yang dihasilkan, serta aturan-aturan yang harus ditaati (kontrol) dan dukungan (mekanisme) yang diperlukan. Proses bisnis Ae-PT.DI digambarkan menggunakan metode IDEF0 (gambar IV.3), yang merupakan metode pemodelan aktivitas (fungsi), salah satu metode dari IDEF (ICAM DEFinition kemudian berubah nama menjadi Integrated DEFinition). IDEF pada awalnya dikembangkan oleh program US Airforce Integrated Computer Aided Manufacturing untuk perancangan sistem (Noran, 2004). Control Input Function / Activity Output Mechanism Gambar IV.3 Diagram generik IDEF0 Proses bisnis Ae-PT.DI adalah sebagaimana terlihat pada Gambar IV.4 berikut:

8 97 Cistomer Order Perform Marketing & Sales Project Status Report 1 Management Perform Project Management 2 Project Assignment & Plan Work Order and Project Milestone Manufacturing Bills of Material Process Sheets Management Perform Engineering Incoming Material from Supplier Engineering Status Report Logistic Status Report 3 Management Perform Logistic Issue Material 4 Management Perform Production & Quality Ship Product to Customer Production Order Status Report 5 Production Order Status Report & Quality Status Report Management dan fasilitas Manage Resources 6 Project Finance Report and Daily Facility Report Released Product Management NODE: A0 TITLE: PROSES BISNIS AE-PT.DI NO.: 1 Gambar IV.4. Proses bisnis Direktorat Aerostructure - PT.DI

9 98 Satuan Usaha Ae-PT.DI melaksanakan pembuatan/manufaktur Aircraft Parts/Components yang prosesnya meliputi semua kegiatan yang melibatkan seluruh fungsi di dalam Satuan Usaha Aerostructure, mulai dari pelaksanaan kegiatan Sales, Project Management, Manufacturing Engineering, Logistic, Production/Manufacturing, Quality Control dan pengelolaan Resources yang meliputi Financial Management, Facility Maintenance, Personnel dan General Facility Services. Adapun definisi kegiatan dalam proses bisnis Satuan Usaha Aerostructure PT.DI untuk Manufacture Aircraft Parts/Components sebagaimana terlihat pada Gambar IV.3. di atas, adalah sebagai berikut. Proses Bisnis Marketing & Sales Melaksanakan kegiatan Pemasaran, Penjualan dan Administrasi Bisnis mulai dari evaluasi kapabilitas dan kapasitas seluruh sumber daya yang tersedia di Direktorat Aerostructure dan kegiatan mempromosikan dan menjual produk dan jasa unggulan yang dilakukan dengan menjalankan administrasi bisnis yang efektif dan efisien. Dalam proses bisnis ini juga terdapat kegiatan Analyze Capacity, yaitu melaksanakan analisa kapasitas produksi Aerostructure terhadap beban yang direncanakan, membuat jadual projek baru yang direncanakan dengan mengacu pada beban yang tersedia, menganalisa beban aktual dibandingkan dengan pembebanan yang direncanakan dan mengusulkan pemerataan beban (load balancing) yang diperlukan. Proses Bisnis Project Management Melaksanakan pengelolaan proyek sesuai dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan delivery yang direncanakan. Dalam pelaksanaan pekerjaannya maka Project Manager akan: 1. Memberi masukan pada Contract Review jika diperlukan. 2. Membuat Program Planning/Project Milestone/Production Schedule dan Project Budget Plan sebagai alat pengendali penyelesaian proyek.

10 99 3. Melaksanakan koordinasi rutin dengan fungsi terkait (Manufacturing Engineering, Aero Production, Quality Assurance, Finance dan Logistic). 4. Melakukan Pengendalian dan Evaluasi terhadap jadual penyelesaian dan budget proyek. 5. Make or Buy Analysis/Decision jika terjadi kerusakan fasilitas atau overload. 6. Melaksanakan business/program review setiap bulan. 7. Improvement Planning (Recovery Schedule). 8. Mengelola Budget Plan (Manufacturing cost, termasuk lembur, rejection, material, dan lain-lain). 9. Membantu persiapan delivery jika diperlukan. Proses Bisnis Engineering Melaksanakan rekayasa rencana pembuatan produk mulai dari menentukan metoda dan rangkaian manufaktur (manufacturing method and sequences), rekayasa proses baru, membuat instruksi kerja untuk setiap tahapan manufaktur/assy, menentukan waktu dan biaya pengerjaan untuk masing-masing tahapan manufaktur/assy, manufacturing assy development, method and time study, melaksanakan Configuration Control (Engineering Data Control and Distribution). Proses Bisnis Logistic Melaksanakan kegiatan: 1. Contract review bersama Sales and Business Administration. 2. Material Planning (net requirement, order policy, procurement lead time). 3. Procurement (outsourcing, quotation evaluation). 4. Receiving from Supplier. 5. Storage (inventory control and cycle counting), preservation. 6. Precutting. 7. Packaging & Shipping.

11 100 Proses Bisnis Production & Quality Melaksanakan kegiatan: 1. Production Order Release & Scheduling (PORS), Production, Quality Control. 2. Load Planning. 3. Production activity. 4. Production Planning and Control (Shop Package). 5. Internal Handling. 6. Production Data Collecting, Productivity Measurement. 7. House Keeping. 8. Facility Qualification. 9. Personnel Qualification. Proses Bisnis Resources Melaksanakan kegiatan: Finance: 1. Budgeting (Planning, Control and Analysis). 2. Verifikasi (termasuk Negosiasi pembelian, Penagihan). 3. Treasury (Payment, Receipment & Cash Management). 4. Accounting (Cost & Financial). Facilities: 1. Maintenance engineering. 2. Maintenance planning. 3. Spare-parts & consumable planning. 4. Maintenance control. 5. Work order of services and repairs. 6. Corrective maintenance. 7. Facility engineering. 8. Modifikasi. 9. Instalasi.

12 101 Personnel: 1. Human Resources Development. 2. Personnel Services. 3. Fasilitas Umum (Listrik, Lampu, Kamar Basah, dan lain-lain). 4. Compile and maintain system & procedure (non-quality). 5. Personnel Recruitment. IV.1.3 Pengukuran Kinerja (Quality Objective) Pengukuran kinerja di Direktorat Aerostructure PT.DI menggunakan indikatorindikator kinerja yang ditetapkan dalam Quality Objective. Quality Objective mulai berlaku sejak tahun 2006 dan masih digunakan hingga sekarang. Quality Objective pada tingkat direktorat adalah sebagai berikut: - Pengiriman yang tepat waktu : 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor Schedule - Pengiriman total : 100% berdasarkan Customer Vendor Schedule - Production Efficiency : 85% (minimum) - Rejection Rate of part/komponen manufaktur : 1,1% (maksimum) Quality Objective pada setiap divisi dinyatakan dalam Quality Objective pada tingkat departemen sebagai berikut: Divisi Integrasi Bisnis Divisi Integrasi Bisnis melaksanakan tugas-tugas bagi kepentingan Direktorat Aerostructure secara menyeluruh, yaitu dalam hal Marketing & Sales, Production Planning serta pengendalian program-program yang ada di Direktorat Aerostructure (Ae-PT.DI), melalui departemen-departemen di bawah ini: Departemen Pemasaran dan Penjualan Departemen Pemasaran dan Penjualan melaksanakan kegiatan Pemasaran, Penjualan dan Administrasi Bisnis mulai dari evaluasi kapabilitas dan kapasitas seluruh sumber daya yang tersedia di Direktorat Aerostructure dan kegiatan

13 102 mempromosikan dan menjual produk dan jasa unggulan yang dilakukan dengan menjalankan administrasi bisnis yang efektif dan efisien. - Kontrak yang ditargetkan : Rp. 272,51 Milyar o Pesanan internal : Rp. 71,05 Milyar o Pesanan eksternal : Rp. 201,45 Milyar - Penjualan yang ditargetkan : Rp. 244,55 Milyar o Pesanan internal : Rp. 71,05 Milyar o Pesanan eksternal : Rp. 173,49 Milyar Departemen Program Manajemen Spirit Aerosystems: Departemen ini melaksanakan pengelolaan projek Spirit Aerosystem sesuai dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan delivery yang direncanakan, dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Pengiriman tepat waktu : 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor Schedule - Pengiriman total : 100% berdasarkan customer vendor schedule - Penjualan eksternal yang ditargetkan: Rp. 74,51 Milyar Departemen Program Manajemen Aircraft Parts & Components Departemen ini melaksanakan pengelolaan projek CN-235 sesuai dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan delivery yang direncanakan, dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Pengiriman tepat waktu : 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor Schedule - Pengiriman total : 100% berdasarkan customer vendor schedule - Penjualan eksternal yang ditargetkan: Rp. 61,99 Milyar - Pesanan internal yang ditargetkan : Rp. 70,79 Milyar

14 103 Departemen Program Manajemen Subkontrak Departemen ini melaksanakan pengelolaan projek SMEA, CTRM A380, KAL B777, dan Bombardier sesuai dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan delivery yang direncanakan, dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Pengiriman tepat waktu : 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor Schedule - Pengiriman total : 100% berdasarkan customer vendor schedule - Penjualan eksternal yang ditargetkan: Rp. 25,52 Milyar Departemen Perencanaan Produksi Departemen ini membuat dan mengeluarkan rencana produksi yang terintegrasi dan seimbang serta mengeluarkan order produksi yang siap dikerjakan serta membuat dan mengeluarkan grafik rencana kapasitas dan beban produksi setiap dua minggu sekali, dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Pengeluaran Perencanaan Produksi yang terintegrasi dan seimbang: 2 hari maksimum setelah pesanan pekerjaan diterima. - Pengeluaran Pesanan Produksi: 3 hari maksimum sebelum tanggal mulai produksi (berdasar pada rencana produksi yang terntegrasi dan seimbang) Divisi Rekayasa Melaksanakan rekayasa rencana pembuatan produk, melalui departemendepartemen di bawah ini. Departemen Rekayasa Manufaktur Departemen ini menentukan metoda dan rangkaian manufaktur, rekayasa proses baru, membuat instruksi kerja untuk setiap tahapan manufaktur/assy, menentukan waktu dan biaya pengerjaan untuk masing-masing tahapan manufaktur/assy, manufacturing assy development, method and time study, dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Rejection rate karena Perencanaan Manufaktur dan Program NC: 0,2% maksimum

15 104 - Program waktu proses menggunakan mesin NC : 95% dari standar waktu yang sudah ada - Perbaikan proses yang ditargetkan: minimum 1 untuk setiap proses manufaktur. Departemen Manajemen Konfigurasi Departemen ini melaksanakan Configuration Control (Engineering Data Control and Distribution), dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Keakuratan konfigurasi data: 100% - Penerbitan perencanaan pendahuluan maksimum 3 hari setelah menerima gambar teknik Departemen Engineering Liaison Departemen ini merupakan wakil engineering dan menjadi penghubung antara engineering dengan manufaktur dalam koordinasi untuk mengevaluasi perubahanperubahan spesifikasi apakah dapat disetujui, untuk mengganti spesifikasi awal dengan spesifikasi lain yang dianggap memenuhi persyaratan, misalnya untuk penggantian material dalam proses produksi. Target indikator kinerjanya adalah sebagai berikut: a. Waktu dari evaluasi engineering sampai setuju adanya label penolakan: 2 hari kerja maksimum b. Waktu dari evaluasi engineering sampai setuju adanya permintaan koordinasi engineering: 1 hari kerja maksimum c. Waktu untuk penggantian material: 1 hari kerja maksimum Divisi Operasi Melaksanakan perencanaan dan pengendalian produksi, melalui Departemen- Departemen di bawah ini. Departemen Production Control Melaksanakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pesanan produksi, kegiatan, kapasitas, pengukuran kinerja produksi, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut:

16 105 - Siklus produksi: diatur minimal 75% atau 1 hari maksimum seperti yang tertera pada rencana produksi (menggunakan sistem kanban dan kartu yang dapat terlihat) Departemen Machining Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan proses machining, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut: - Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum - Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum Departemen Metal Forming & Heat Treatment Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan proses metal forming dan proses heat treatment, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut: - Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum - Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum Departemen Bonding Composite & Surface Treatment Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan proses bonding untuk material composite dan proses surface treatment, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut: - Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum - Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum Departemen Sub & Major Assembly Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan sub-assembly dan major assembly, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut: - Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum - Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum

17 106 Divisi Resource Management Divisi ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dalam bidang keuangan, logistik, fasilitas, personil, melalui departemen-departemennya di bawah ini. Departemen Manajemen dan Administrasi Sumber Daya Manusia Departemen ini melaksanakan pengelolaan dan administrasi personil, dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Pelaksanaan pelatihan: 100% seperti yang direncanakan - Mengatur ketidakadaan perkembangan kenaikan jumlah pekerja: 95% dari rencana - Pencapaian Keamanan, Kesehatan dan standar lingkungan: setidaknya bernilai 3 (dasar) Departemen Logistik Departemen ini melaksanakan pekerjaan dalam bidang logistik dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Keakuratan penyimpanan data inventory (rata-rata): 95% minimum - Keberadaan material: 100% mengacu pada Master Production Schedule (Tier 3) dibahas oleh Manajemen Program - Waktu tunggu jasa material: maksimum 2 hari dari menerima permintaan produksi - Pengepakan dan pengiriman: 2 hari setelah menerima semua dokumen dari program Departemen Keuangan Depatemen ini melaksanakan pekerjaan dalam bidang keuangan dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Waktu tunggu Letter of Credit atau proses pembayaran dengan transfer: 3 hari maksimum setelah menerima permintaan pembayaran dari Logistik - Menerima pembayaran konsumen (account receivable): 1 bulan maksimum setelah waktu yang ditetapkan.

18 107 Departemen Quality Control Departemen ini melaksanakan penjaminan dan pemeriksaan kualitas pada proses produksi dan materialnya, serta melaksanakan kualifikasi/sertifikasi fasilitas dan personil produksi, dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Ketidak-sesuaian persyaratan pelanggan: 0,5% maksimum untuk produk yang akan dikirim - Kesiapan melakukan pengukuran dan pengujian peralatan: maksimum 3 hari sebelum waktunya - Proses realisasi jadwal yang mendukung sertifikasi: minimum 95% sesuai yang telah direncanakan. IV.2 Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Sistem Rantai Pasok Berbasis SCOR Pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok dilakukan dengan mengacu pada indikator kinerja SCOR, dengan memodifikasinya menurut indikator kinerja di Direktorat Aerostructure PT.Dirgantara Indonesia (Ae-PT.DI) dan dengan mempertimbangkan kemudahan segi implementasinya. Sistem pengukuran kinerja yang dibangun adalah untuk Ae-PT.DI dengan tidak memasukkan Quality Objective departemen sebagai unit fungsional tetapi Quality Objective tingkat Direktorat karena Ae-PT.DI dianggap sebagai sebuah sistem rantai pasok yang terdiri dari proses-proses SCOR. Sistem rantai pasok Ae-PT.DI mencakup lima proses SCOR, yaitu Plan, Source, Make, Deliver dan Return. Plan dilaksanakan oleh departemen program masingmasing di Divisi Business Integration. Source, Delivery dan Return dilaksanakan oleh departemen logistik di Divisi Resource Management. Sementara Make dilaksanakan oleh departemen-departemen di Divisi Operation. Sistem rantai pasok Ae-PT.DI selain dilaksanakan oleh departemen-departemen tersebut juga didukung oleh departemen-departemen lainnya sebagai suatu kesatuan sistem rantai pasok. Khusus untuk proses Source Return dan Deliver Return pelaksanaannya tergantung dari efisiensi biaya. Untuk material cacat dengan nilai relatif kecil, pemasok memilih untuk menggantinya dengan material yang baru

19 108 dan tidak meminta material cacat yang seharusnya dikirim kembali. Demikian pula untuk produk Ae-PT.DI yang seharusnya dikembalikan karena cacat, untuk efisiensi maka pelanggan yang memperbaiki sendiri produk cacat tersebut atas biaya Ae-PT.DI, namun bisa juga atas permintaan pelanggan dikirim teknisi untuk memperbaiki produk yang cacat tersebut. Pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR di Ae-PT.DI dilakukan dengan melakukan penyederhanaan, penambahan dan penyesuaian indikator-indikator kinerja agar model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR untuk Ae-PT.DI tersebut dapat lebih implementatif dalam melakukan pengukuran kinerjanya. Usulan modifikasi pada indikator kinerja tingkat 1 dan indikator kinerja tingkat 2 disampaikan pada Tabel IV.1. di bawah ini.

20 109 3 Upside Supply Chain Flexibility Tabel IV.1. Penyesuaian Model Pengukuran Kinerja Sistem Rantai Pasok Ae-PT.DI Berbasis SCOR No. SCOR Ae-PT.DI Penyesuaian yang Dilakukan Indikator Tingkat 1 Indikator Tingkat 2 Indikator Tingkat 1 Indikator Tingkat 2 % of Orders Delivered in Full Total Delivery Indikator Kinerja % of Orders Delivered in Full di Ae-PT.DI dinamakan Total Delivery Delivery Performance to On Time Delivery Indikator Kinerja Delivery Performance to Costumer Commit Date di Ae-PT.DI 1 Perfect Order Customer Commit Date Perfect Order dinamakan On Time Delivery Fulfillment Documentation Accuracy Fulfillment Dalam ke 2 indikator kinerja di atas, yang dihitung dalam Total Delivery dan On Time Delivery adalah yang mempunyai dokumen yang benar/akurat karena pada saat produk dikirim dokumentasi harus akurat. Jika dokumentasi tidak lengkap produk tidak akan dikirim. Perfect Condition Dalam ke 2 indikator kinerja di atas, yang dihitung dalam Total Delivery dan On Time Delivery adalah yang mempunyai kondisi produk yang sempurna, karena sebelum pengiriman kualitas sudah diperiksa dan disetujui sehingga produk yang dikirim adalah produk yang bagus. 2 Order Fulfillment Source Cycle Time Order Fulfillment Source Cycle Time Ae-PT.DI sama dengan SCOR Cycle Time Make Cycle Time Cycle Time Make Cycle Time Ae-PT.DI sama dengan SCOR Deliver Cycle Time Deliver Cycle Time Ae-PT.DI sama dengan SCOR Upside Source Flexibility Agilitas (ketangkasan/kegesitan) rantai pasok adalah respon perusahaan dalam menanggapi perubahan pasar untuk mendapatkan atau memelihara keunggulan kompetitif. Upside Supply Chain Adaptability Upside Make Flexibility Upside Deliver Flexibility Upside Source Return Flexibility Upside Deliver Return Flexibility Upside Source Adaptability Upside Make Adaptability Upside Deliver Adaptability Upside Source Return Adaptability Upside Deliver Return Adaptability Available Capacity Available Assembly Capacity Available Fabrication Capacity Indikator kinerja SCOR untuk Fleksibilitas Rantai Pasok Bagian Atas (Hulu) adalah jumlah hari yang diperlukan untuk mencapai peningkatan kuantitas sebesar persentase tertentu yang tidak terencana dalam kuantitas yang dikirim. Sedangkan untuk Adaptabilitas Rantai Pasok Bagian Atas (Hulu) adalah maksimum peningkatan persentase dalam kuantitas yang dikirim yang dapat dicapai dalam jumlah hari tertentu. Indikator Kinerja Fleksibilitas/Adaptabilitas Rantai Pasok Bagian Atas dimodifikasi dengan menggunakan Available Capacity. Apabila terjadi penambahan permintaaan pasar dilakukan perhitungan Available Capacity, jika masih mencukupi, maka sistem rantai pasok perusahaaan masih mempunyai agilitas yang baik terhadap penambahan permintaan pelanggan dan permintaan penambahan pesanan tersebut akan diterima. Dalam menentukan pesanan tersebut diterima atau tidak, ada 2 jenis Available Capacity yang dihitung yaitu untuk Assembly yang kemudian dilanjutkan perhitungan Available Fabrication Capacity.

21 110 Tabel IV.1. (Lanjutan) No. SCOR Ae-PT.DI Penyesuaian yang Dilakukan Indikator Tingkat 1 Indikator Tingkat 2 Indikator Tingkat 1 Indikator Tingkat 2 Downside Source Adaptability Downside Make Downside Supply Chain Adaptability Adaptability Downside Deliver Adaptability 4 Supply Chain Management Cost Management Cost to Plan Management Cost to Source Management Cost to Make Management Cost to Deliver Management Cost to Return Operating Expenses Marketing and Sales Expensess General and Administration Expenses Cost of Goods Sold Cost to Make Cost of Goods Sold Rejection Rate of Part/Component Manufacturing Production Efficiency Adaptabilitas Rantai Pasok Bagian Bawah (Hilir) adalah pengurangan dalam kuantitas pesanan pada jumlah hari tertentu sebelum pengiriman dengan tanpa kerugian persediaan atau biaya. Di Ae-PT.DI pesanan tidak pernah dikurangi karena rate pesanan relatif konstan sesuai kontrak, dan pengurangan kuantitas pesanan ini diatur dalam persyaratan kontrak sehingga bila hal di atas terjadi tidak merugikan masing-masing pihak. Oleh karena itu indikator ini dihilangkan karena di Ae-PT.DI tidak pernah terjadi kasus pengurangan pesanan. Biaya Manajemen Rantai Pasok di Ae-PT.DI sulit dipisahkan untuk Plan, Source, Make, Deliver dan Return. Indikator ini di Ae-PT.DI dinamakan Operating Expenses, yang merupakan biaya pelayanan yang terdiri dari biaya pemasaran dan penjualan serta biaya umum dan administrasi. Rejection Rate dimasukkan sebagai indikator kinerja tingkat 2 karena hubungannya dengan biaya adalah banyak part/komponen yang harus dilakukan perbaikan (rework) atau tidak dipakai (scrap) sehingga terjadi pemborosan material, tenaga kerja, mesin dan waktu, serta keterlambatan pengiriman untuk penggantian yang terjadi mengakibatkan Ae-PT.DI dikenai denda oleh pelanggan. Production Efficiency ditambahkan juga karena jika produksi efisien terjadi penghematan biaya.

22 111 Tabel IV.1. (Lanjutan) No. 5 Indikator Tingkat 1 Cash-to-Cash Cycle Time Return on Supply Chain Fixed Assets Return on Working Capital SCOR Ae-PT.DI Penyesuaian yang Dilakukan Indikator Tingkat 2 Indikator Indikator Tingkat Tingkat 1 2 Ae-PT.DI sama dengan SCOR Days Sales Outstanding Cash-to-Cash Days Sales Cycle Time Outstanding Inventory Days of Inventory Days of Ae-PT.DI sama dengan SCOR Supply Supply Days Payable Days Payable Ae-PT.DI sama dengan SCOR Outstanding Outstanding Supply Chain Revenue Return on Supply Supply Chain Indikator ini di Ae-PT.DI sama dengan Sales Chain Fixed Revenue Cost of Goods Sold Assets Cost of Goods Sold Ae-PT.DI sama dengan SCOR Supply Chain Fixed Supply Chain Fixed Indikator ini di Ae-PT.DI sama dengan Ae-PT.DI Fixed Assets Assets Assets Supply Chain Operating Indikator ini di Ae-PT.DI dinamakan Operating Expenses Management Costs Expenses Accounts Receivable Return on Accounts Ae-PT.DI sama dengan SCOR (Sales Outstanding) Working Capital Receivable (Sales Accounts Payable (Payables Outstanding) Outstanding) Accounts Payable (Payables Outstanding) Ae-PT.DI sama dengan SCOR Inventory Inventory Ae-PT.DI sama dengan SCOR Supply Chain Operating Indikator ini di Ae-PT.DI dinamakan Operating Expenses Managementt Costs Expenses Supply Chain Revenue Supply Chain Indikator ini di Ae-PT.DI sama dengan Sales Revenue Cost of Goods Sold Cost of Goods Sold Ae-PT.DI sama dengan SCOR

23 112 Usulan framework pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR untuk Ae-PT.DI digambarkan dalam gambar IV.4 di bawah ini. Total Delivery On Time Delivery Perfect Order Fulfillment Reliability Source Cycle Time Make Cycle Time Order Fulfillment Cycle Time Responsiveness Deliver Cycle Time Available Assembly Capacity Available Fabrication Capacity Marketing and Sales Expenses General and Administration Expenses Rejection Rate of Part/ Component Production Efficiency Available Capacity Operating Expense Cost of Goods Sold Agility Supply Chain Costs Supply Chain Performance Days Sales Outstanding Supply Chain Revenue Cost of Goods Sold Inventory Days of Supply Days Payable Outstanding Cash-to-Cash Cycle Time Operating Expense Supply Chain Revenue Net Income Supply Chain Fixed Assets Return on Supply Chain Fixed Assets Cost of Goods Sold Operating Expense Account Receivable (Sales Outstanding) Net Income Return on Working Capital Supply Chain Asset Management Inventory Working Capital Account Payable (Payable Outstanding) Keterangan: Atribut atau indikator kinerja yang dilakukan pembobotan Gambar IV.5. Framework model pengukuran kinerja sistem rantai pasok Ae-PT.DI berbasis SCOR

24 113 IV.2.1 Model Matematis Pada sub-bab ini akan dibangun model matematis yang dilakukan melalui tahapan yang dimulai dari penentuan asumsi, notasi yang terdiri dari parameter dan variabel dan dilanjutkan dengan langkah langkah pembentukan model matematis. IV Asumsi Model Asumsi yang digunakan adalah: 1. Pengaruh indikator kinerja (variabel) bersifat satu arah, yaitu dari tingkat yang di bawah ke tingkat di atasnya dan tidak ada pengaruh di antara indikator kinerja dalam satu tingkat (independen). 2. Tidak ada pengaruh inflasi pada nilai dari data keuangan sehingga jika terjadi peningkatan biaya disebabkan oleh peningkatan biaya dari Ae-PT.DI sendiri. IV Notasi (Parameter, Variabel) Notasi parameter yang digunakan untuk mengembangkan model: Tabel IV.2 Parameter yang Digunakan dalam Model No. Deskripsi Notasi 1 Bobot Reliability terhadap Supply Chain Performance a 1 2 Bobot Responsiveness terhadap Supply Chain Performance a 2 3 Bobot Agility terhadap Supply Chain Performance a 3 4 Bobot Supply Chain Costs terhadap Supply Chain Performance a 4 5 Bobot Supply Chain Asset Management terhadap Supply Chain a 5 Performance 6 Bobot Cash-to-Cash Cycle Time terhadap Supply Chain Asset b 1 Management 7 Bobot Return on Supply Chain Fixed Assets terhadap Supply Chain b 2 Asset Management 8 Bobot Return on Working Capital terhadap Supply Chain Asset b 3 Management 9 Bobot Total Delivery terhadap Perfect Order Fulfillment c 1 10 Bobot On Time Delivery terhadap Perfect Order Fulfillment c 2 11 Bobot Available Assembly Capacity terhadap Available Capacity d 1 12 Bobot Available Fabrication Capacity terhadap Available Capacity d 2 13 Bobot Rejection Rate of Part/Component Manufacturing terhadap Cost e 1 of Goods Sold 14 Bobot Production Efficiency terhadap Cost of Goods Sold e 2

25 114 Notasi yang digunakan untuk menjelaskan variabel dalam model matematis: Tabel IV.3 Variabel yang Digunakan dalam Model No. Deskripsi Notasi 1 Supply Chain Performance F 2 Reliability RL 3 Responsiveness RS 4 Agility AG 5 Supply Chain Costs CO 6 Supply Chain Asset Management AM 7 Perfect Order Fulfillment RL 1 8 Order Fulfillment Cycle Time RS 1 9 Available Capacity AG 1 10 Operating Expenses CO Cost of Goods Sold CO Cash-to-Cash Cycle Time AM Return on Supply Chain Fixed Assets AM Return on Working Capital AM Total Delivery RL On Time Delivery RL Source Cycle Time RS Make Cycle Time RS Deliver Cycle Time RS Available Assembly Capacity AG Available Fabrication Capacity AG Marketing and Sales Expenses CO General and Administration Expenses CO Rejection Rate of Part/Component Manufacturing CO Production Efficiency CO Days Sales Outstanding AM Inventory Days of Supply AM Days Payable Outstanding AM Supply Chain Revenue AM Supply Chain Fixed Assets AM Accounts Receivable AM Accounts Payable AM Inventory AM 28 IV Langkah-langkah Pembentukan Model Matematis Dari framework pengembangan pengukuran kinerja sistem rantai pasok pada gambar IV.4 dibuat model matematisnya dengan langkah langkah sebagai berikut:

26 Menentukan performansi rantai pasok. Supply Chain Performance (F) merupakan fungsi dari atributnya yaitu Reliability (RL), Responsiveness (RS), Agility (AG), Supply Chain Costs (CO) dan Supply Chain Asset Management (AM) yang ditentukan dengan menggunakan bobot (a) untuk menentukan derajat kepentingannya. F = f(rl, RS, AG, CO, AM) F = (a 1 x RL) + (a 2 x RS) + (a 3 x AG) + (a 4 x CO) + (a 5 x AM)... (IV.1)... (IV.2) 2. Menentukan performansi atribut dan indikator kinerja tingkat 1. a. Menentukan Reliability Reliability (RL) = Perfect Order Fulfillment (RL 1 ) RL = RL 1... (IV.3) Perfect Order Fulfillment (RL 1 ) = (bobot (c 1 ) x Total Delivery (RL 21 )) + (bobot (c 2 ) x On Time Delivery (RL 22 )) RL 1 = (c 1 x RL 21 ) + (c 2 x RL 22 )... (IV.4) b. Menentukan Responsiveness Responsiveness (RS) = Order Fulfillment Cycle Time (RS 1 ) RS = RS 1... (IV.5) Order Fulfillment Cycle Time (RS 1 ) = Source Cycle Time (RS 21 ) + Make Cycle Time (RS 22 ) + Deliver Cycle Time (RS 23 ) RS 1 = RS 21 + RS 22 + RS 23. (IV.6) c. Menentukan Agility Agility (AG) = Available Capacity (AG 1 ) AG = AG 1... (IV.7) Available Capacity (AG 1 ) = (bobot (d 1 ) x Available Assembly Capacity (AG 21 )) + (bobot (d 2 ) x Available Fabrication Capacity (AG 22 )) AG 1 = (d 1 x AG 21 ) + (d 2 x AG 22 )... (IV.8)

27 116 d. Menentukan Supply Chain Costs Costs (CO) = Operating Expenses (CO 11 ) + Cost of Goods Sold (CO 12 ) CO = CO 11 + CO (IV.9) Operating Expenses (CO 11 ) = Marketing and Sales Expenses (CO 21 ) + General and Adiministration Expenses (CO 22 ) CO 11 = CO 21 + CO 22...( IV.10) Cost of Goods Sold (CO 12 ) = (bobot (e 1 ) x Rejection Rate of Part/Component Manufacturing (CO 23 )) + (bobot (e 2 ) x Production Efficiency (CO 24 )) CO 12 = (e 1 x CO 23 ) + (e 2 x CO 24 )...( IV.11) e. Menentukan Supply Chain Asset Management Asset (AM) = (bobot (b 1 ) x Cash-to-Cash Cycle Time (AM 11 )) + (bobot (b 2 ) x Return on Supply Chain Fixed Assets (AM 12 )) + (bobot (b 3 ) x Return on Working Capital (AM 13 )) AM = (b 1 x AM 11 ) + (b 2 x AM 12 ) + (b 3 x AM 13 )... (IV.12) Cash-to-Cash Cycle Time (AM 11 ) = Days Sales Outstanding (AM 21 ) + Inventory Days of Supply (AM 22 ) - Days Payable Outstanding (AM 23 ) AM 11 = AM 21 + AM 22 - AM (IV.13) Return on Supply Chain Fixed Assets (AM 12 ) = (Supply Chain Revenue (AM 24 ) - Cost of Goods Sold (CO 12 ) Operating Expenses (CO 11 )) : Supply Chain Fixed Assets (AM 25 ) AM 12 = (AM 24 - CO 12 CO 11 ) : AM (IV.14) Return on Working Capital (AM 13 ) = (Supply Chain Revenue (AM 24 )) - Cost of Goods Sold (CO 12 ) Operating Expenses (CO 11 )) : (Accounts Receivable (AM 26 ) + Inventory (AM 28 ) - Accounts Payable (AM 27 )) AM 13 = (AM 24 CO 12 CO 11 ) : (AM 26 + AM 28 AM 27 )... (IV.15) 3. Indikator kinerja tingkat 2 memiliki satuan yang berbeda-beda, oleh karena itu, diperlukan penyetaraan satuan dengan mengubah indikator kinerja tingkat 1 menjadi rasio (%) agar terdapat persamaan dimensi pada model matematis dimana atribut akan mengikuti menjadi rasio dan supply chain performance

28 117 juga dinyatakan dalam %. Indikator kinerja tingkat 2 tetap pada satuan semula karena merupakan variabel yang dicari nilainya melalui pengumpulan data. Selain itu perlu dilakukan normalisasi agar terdapat interpretasi yang sama untuk keseluruhan indikator kinerja maupun atribut agar nilai yang diperoleh semakin besar maka supply chain performance akan semakin baik yaitu dengan menggunakan rumus 1/x dimana x adalah indikator kinerja tingkat 1 yang dinormalisasi. Tabel IV.4 Normalisasi Indikator Kinerja Tingkat 1 No. Atribut Indikator Tingkat 1 1. Reliability Perfect Order Fulfillment 2. Responsiveness Order Fulfillment Cycle Time 3. Agility Available Capacity 4. Supply Chain Costs Operating Expenses Cost of Goods Sold Indikator Tingkat 2 Normalisasi Satuan Indikator Tingkat 1 Total Delivery - % On Time Delivery - % Source Cycle Order Fulfillment Cycle Time = Time 1 % Make Cycle Time x 100 % Deliver Cycle {(Source Cycle Time + Time Make Cycle Time + Deliver Cycle Time) : Standard Order Fulfillment Cycle Time} Available Assembly Capacity Available Fabrication Capacity Marketing and Sales Expenses General and Administration Expenses Rejection Rate of Part/ Component Production Efficiency - % - % Operating Expenses = 1 % x 100 %, {(Marketing and Sales Expenses + General and Administration Expenses) : Sales} dimana Operating Expenses : Sales merupakan rumus Operating Expenses Ratio (Willis, 2003). 1 % Rejection Rate of Part/Component - %

29 118 Tabel IV.4 (Lanjutan) No. Atribut Indikator Tingkat 1 5. Supply Chain Asset Management Cash-to-Cash Cycle Time Return on Supply Chain Fixed Assets Return on Working Capital Indikator Tingkat 2 Days Sales Outstanding Inventory Days of Supply Days Payable Outstanding Supply Chain Revenue Cost of Goods Sold Supply Chain Fixed Assets Operating Expenses Accounts Receivable (Sales Outstanding) Accounts Payable (Payables Outstanding) Inventory Operating Expenses Supply Chain Revenue Cost of Goods Sold Normalisasi Cash-to-Cash Cycle Time = 1 x 100 % {(Days Sales Outstanding + Inventory Days of Supply - Days Payable Outstanding) : Standard Cash-to-Cash Cycle Time} - - Satuan Indikator Tingkat 1 % % % Formulasi Model Matematis Dari persamaan (V.1) sampai (V.15) serta tabel IV.4, maka model matematisnya adalah sebagai berikut: a. Indikator Kinerja Tingkat 1 RL 1 = (c 1 x RL 21 ) + (c 2 x RL 22 ) RS 1 = 1 x 100 % (RS 21 + RS 22 + RS 23 ) : Waktu Standar Siklus Pemenuhan Pesanan AG 1 = (d 1 x AG 21 ) + (d 2 x AG 22 ) CO 11 = 1 x 100% {(CO 21 + CO 22 ) : Sales} CO 12 = (e 1 x 1/CO 23 ) + (e 2 x CO 24 )

30 119 AM 11 = 1 x 100 % {(AM 21 + AM 22 - AM 23 ) : Waktu Standar Siklus Kas-ke-Kas} AM 12 = {(AM 24 - CO 12 CO 11 ) : AM 25 } x 100 % AM 13 = {(AM 24 CO 12 CO 11 ) : (AM 26 + AM 28 AM 27 )} x 100 % b. Atribut RL = RL 1 RS = RS 1 AG = AG 1 CO = CO 11 + CO 12 AM = (b 1 x AM 11 ) + (b 2 x AM 12 ) + (b 3 x AM 13 ) c. Supply Chain Performance F = (a 1 x RL) + (a 2 x RS) + (a 3 x AG) + (a 4 x CO) + (a 5 x AM) IV.2.2 Menghitung Bobot dengan AHP Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dihitung nilai bobot yang ada dengan menggunakan pairwise comparison pada metode AHP seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab II.6 dan diselesaikan dengan menggunakan software expert choice.

Bab V Pengolahan Data dan Analisis

Bab V Pengolahan Data dan Analisis 20 Bab V Pengolahan Data dan Analisis V. Analisis Model Menurut SCOR Versi 9.0, atribut SCOR terdiri atas: Atribut dari sisi pelanggan. Keandalan (Reliability) 2. Ketanggapan (Responsiveness). Ketangkasan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 81 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia di Bandung. III.2 Metode Penelitian Menurut Yin (1996), bentuk pertanyaan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan perusahaan-perusahaan sangat ketat dalam era globalisasi ini yang menghendaki perdagangan bebas. Persaingan yang sengit dalam pasar global sekarang ini,

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR Mariyatul Qibtiyah 1), Nunung Nurhasanah 2), Widya Nurcahayanty Tanjung 3) 1),2),3 ) Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX

PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX Meliantika 1), Widya Nurcahaya Tanjung 2), Nunung Nurhasanah 3) 1)2)3) Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

MODUL ERP (I) JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Dukungan Modul ERP Idealnya ERP Menyediakan dukungan terhadap Fungsi penjualan Fungsi pengadaan persediaan material, pengadaan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. PT. Dirgantara Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dipresentasikan metodelogi penelitian yang diuraikan menjadi tujuh sub bab yaitu fokus kajian dan tempat, diagram alir penelitian, k-chart penelitian, konseptual

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SISTEM RANTAI PASOK TESIS. RR. DINA RAHAYU NIM: (Bidang Kekhususan Sistem Industri dan Rantai Pasok)

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SISTEM RANTAI PASOK TESIS. RR. DINA RAHAYU NIM: (Bidang Kekhususan Sistem Industri dan Rantai Pasok) PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SISTEM RANTAI PASOK Studi Kasus: Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari

Lebih terperinci

Struktur Organisasi Perusahaan. Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu bagan yang

Struktur Organisasi Perusahaan. Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu bagan yang Struktur Organisasi Perusahaan. Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu bagan yang memperlihatkan adanya suatu hubungan kerja diantara setiap bagian, serta menggambarkan hubungan tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan terhadap supply chain proses interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Tingginya persaingan bisnis di berbagai bidang industri, telah meningkatkan daya saing perusahaan menjadi penting dalam hal efektifitas dan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri manufaktur pesawat terbang semakin berkembang, baik pesawat untuk penumpang maupun barang. Hal ini mendasari pelanggan mengharapkan produk yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Kadujaya Perkasa didirikan pada tahun 1982 dan berlokasi di Tangerang. PT. Kadujaya Perkasa merupakan perusahaan yang memproduksi barang barang

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja Supply Chain

Pengukuran Kinerja Supply Chain Pengukuran Kinerja Supply Chain Pentingnya Sistem Pengukuran Kinerja Monitoring dan pengendalian Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada supply chain Mengetahui dimana posisi suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Informasi (1)

Aplikasi Sistem Informasi (1) Dasar Sistem Informasi Aplikasi Sistem Informasi (1) Arif Basofi Objectives l Memahami bagaimana sistem informasi dapat mempengaruhi dunia bisnis. (1) l Memahami bentuk-bentuk aplikasi sistem informasi

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Tipper Vessel

Gambar 4.1 Tipper Vessel BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Obyek penelitian dalam tulisan ini adalah produk-produk PT. XYZ yang termasuk dalam tipe vessel (bak untuk truk) hasil dari pabriknya yang berlokasi di Cakung, Jakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM : PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini banyak industri yang mengalami perkembangan salah satunya adalah PT DI (Dirgantara Indonesia). Perusahaan ini merupakan satu-satunya badan usaha milik negara

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH E-BISNIS Enterprise Resources Planning (ERP) Sebagai Proses Otomatisasi Pengolaaan Informasi Pada Perusahaan Oleh : DASRI (09.11.3367) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Enterprise Resources Planning

Lebih terperinci

MODUL ERP (II) JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Manajemen Material Pre Purchasing : mendukung siklus penawaran (tender), pengelolaan kontrak dan tingkat penerimaan pelayanan.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Gambaran Rantai Pasok di PT. Indoturbine PT. Indoturbine yang bergerak dibidang distributor solar turbine parts seperti yang dijelaskan pada bab II, sebagai gambaran rantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia adalah satu satunya industri yang memproduksi pesawat terbang di Indonesia. Pada awalnya didirikan pada tanggal 26 April 1976 dengan nama PT.

Lebih terperinci

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017 PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017 Objektif Pembelajaran (Learning Objectives) Mahasiswa bisa: Menjelaskan mengapa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini dunia perindustrian berkembang semakin pesat dan mengakibatkan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat. Kondisi ini menuntut dihasilkannya produk atau jasa yang lebih baik, lebih

Lebih terperinci

#14 PENGUKURAN KINERJA SCM

#14 PENGUKURAN KINERJA SCM #14 PENGUKURAN KINERJA SCM Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi

Lebih terperinci

ANALISA PROSES BISNIS

ANALISA PROSES BISNIS ANALISA PROSES BISNIS Pertemuan 2: Manajemen Proses Bisnis Credit to. Mahendrawati ER, Ph.D. Outline Materi 1 1. Konsep Proses Bisnis 2. Peningkatan Kinerja 3. Dokumentasi Proses Pikirkan sebuah produk/jasa

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR Dimas Satria Rinaldy, Patdono Suwignjo Manajemen Industri, Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Komponen-komponen: 1. Sistem penjadwalan produksi menghasilkan master jadwal produksi yang mencakup lead time terpanjang ditambah waktu produksi terpanjang. 2. Sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat luar biasa. Meningkatnya keperluan masyarakat untuk menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat luar biasa. Meningkatnya keperluan masyarakat untuk menggunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi saat ini berkembang semakin pesat, khususnya di bidang industri. Pesawat terbang merupakan salah satu kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PT. DIRGANTARA INDONESIA (Persero)

TINJAUAN PT. DIRGANTARA INDONESIA (Persero) BAB II TINJAUAN PT. DIRGANTARA INDONESIA (Persero) 2.1 Sejarah PT.dirgantara Indonesia PT Dirgantara Indonesia (persero) merupakan salah satu perusahaan penerbangan di Asia yang berpengalaman dan berkompetisi

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh : Bansa Tuasikal 06.11.1012 S1 Ti 10A Daftar Isi : Pendahuluan...1 Pengertian ERP...2 Tujuan dan Peran ERP Dalam Perusahaan...3 Kelebihan

Lebih terperinci

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E */**

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E */** APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E */** SAP (System Application and Product in data processing ) Pertemuan 6 PENGENALAN SAP SAP is Systems, Applications, Products in Data processing Founded in 1972 by 5

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL.

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) ERP adalah sebuah system informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap.

Lebih terperinci

Analisis Performansi Supply Chain Management Menggunakan Model Supply Chain Operation Reference (SCOR)

Analisis Performansi Supply Chain Management Menggunakan Model Supply Chain Operation Reference (SCOR) Petunjuk Sitasi: Henny, & Kharisma, A. L. (2017). Analisis Performansi Management Menggunakan Model Operation Reference (SCOR). Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H131-136). Malang: Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja Supply Chain

Pengukuran Kinerja Supply Chain Pengukuran Kinerja Supply Chain Pentingnya Sistem Pengukuran Kinerja Monitoring dan pengendalian Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada supply chain Mengetahui dimana posisi suatu organisasi

Lebih terperinci

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA Enterprise Resource Planning Visual Manufacturing ERP Infor Visual Alur Part Maintenance Modul Dengan menggunakan Visual Manufacturing Unit Of Measure, Vendor, Shop Resource, maintenance Engineering Master

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat serta penyedia pelayanan purna jual baik berupa suku cadang maupun servis dengan cabang-cabang

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PERUSAHAAN GULA ABSTRAK

ANALISIS KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PERUSAHAAN GULA ABSTRAK ANALISIS KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PERUSAHAAN GULA MT Safirin Jurusan Teknik Industri UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Salah satu aspek penting yang akhir-akhir banyak diteliti dan didiskusikan oleh para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dilakukan di supply chain division tvone. TvOne

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dilakukan di supply chain division tvone. TvOne BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penelitian ini dilakukan di supply chain division tvone. TvOne merupakan sebuah televisi swasta nasional dan berproduksi sebagai perusahaan jasa dimana perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. 1.1 Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) adalah sebuah

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 45 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. GMF Aero Asia PT. GMF Aero Asia (Garuda Maintenance Facility) merupakan anak perusahaan dari

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 3, NO. 2, DESEMBER 2001: 80-86 SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Bernardo Nugroho Yahya Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan

Lebih terperinci

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN Menekan Input 1.03-Planning & Budgeting-R0 1/18 MAINTENANCE PLANNING Maintenance Plan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dengan Production

Lebih terperinci

The e-business Application Architecture

The e-business Application Architecture E-BUSINESS TIDAK SAMA DENGAN DENGAN E-COMMERCE. E-BUSINESS JAUH LEBIH LUAS LINGKUPNYA, LEBIH DARI SEKEDAR TRANSAKSI KARENA MENGARAH PADA PENGGUNA, DENGAN KOMBINASI TEKNOLOGI SERTA BENTUK LAINNYA DARI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi TI4002-Manajemen Rekayasa Industri Teknik Industri, FTI ITB Hasil Pembelajaran Setelah menyelesaikan perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu: Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dalam melaksanakan penelitian pada PT. Dirgantara Indonesia penulis memperoleh data dan mengetahui pelaksanaan perencanaan pajak pasal 21 atas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang menghasilkan pelumas (oli). PT. Federal Karyatama berusaha untuk tepat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Kegiatan penelitian dan percobaan terbang di Bumi Nusantara ini dimulai hanya satu tahun setelah Penerbangan Pesawat udara pertama dilakukan oleh persaudaraan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Berbagai Bagian dalam Organisasi Perusahaan Elektronik Jakarta Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan elektronik membagi tugas dan tanggung jawab

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan 41 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus yaitu pengamatan yang bersifat spesifik dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X )

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Media Informatika Vol.13 No.2 (2014) PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM. PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE) DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. XYZ TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kepuasan pelanggan ditentukan oleh bagaimana perusahaan dapat memenuhi tuntutan dalam hal pemenuhan kualitas yang diinginkan, kecepatan merespon permintaan,

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Rancangan rantai pasok dalam organisasi 2. Rantai pasok pada

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Era globalisasi menuntut segala aspek kehidupan seluruh masyarakat untuk berubah, lebih berkembang dan maju. Salah satu mekanisme yang menjadi ciri globalisasi dewasa

Lebih terperinci

Fungsi Bisnis dan Proses Bisnis

Fungsi Bisnis dan Proses Bisnis Pertemuan 3 Fungsi Bisnis dan Proses Bisnis KA2113 Enterprise Resource Planning Dasar Semester Ganjil 2014/2015 Disampaikan oleh: "Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT. INDOMAPAN INTISARI

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT. INDOMAPAN INTISARI PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT. INDOMAPAN Dira Ernawati Teknik Industri, FTI-UPN Veteran Jawa Timur INTISARI Tujuan dari managemen Supply Chain adalah untuk meminimalkan biaya

Lebih terperinci

Week 10 SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENGELUARAN. Awalludiyah Ambarwati

Week 10 SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENGELUARAN. Awalludiyah Ambarwati Week 10 SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENGELUARAN Awalludiyah Ambarwati Accounting Information Systems Sales order processing Billing Accounts receivable Cash Receipts General ledger Financial reporting

Lebih terperinci

Sistem Informasi Akuntansi I. Modul ke: 13Feb. Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Fakultas. Afrizon, SE, M.Si, Ak. Program Studi Akuntansi

Sistem Informasi Akuntansi I. Modul ke: 13Feb. Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Fakultas. Afrizon, SE, M.Si, Ak. Program Studi Akuntansi Modul ke: Sistem Informasi Akuntansi I Fakultas 13Feb Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Afrizon, SE, M.Si, Ak Program Studi Akuntansi Sejarah ERP ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning

Lebih terperinci

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT Supply Chain Management Tita Talitha,MT 1 Materi Introduction to Supply Chain management Strategi SCM dengan strategi Bisnis Logistics Network Configuration Strategi distribusi dan transportasi Inventory

Lebih terperinci

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra

Lebih terperinci

Sistem Informasi Sumber Daya Manusia. Ign.F.Bayu Andoro.S, M.Kom

Sistem Informasi Sumber Daya Manusia. Ign.F.Bayu Andoro.S, M.Kom Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Ign.F.Bayu Andoro.S, M.Kom 2 Mind Map 3 Definisi MSDM Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai,

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

LAMPIRAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA LAMPIRAN LAMPIRAN STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS PT. CISANGKAN 1. Commisaris Fungsi : Merencanakan dan menentukan visi dan misi serta mengawasi kegiatan perusahaan maupun kinerja serta jalannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis pada suatu produk mulai dari hulu hingga ke hilir dengan tujuan menyampaikan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SCM

PENGUKURAN KINERJA SCM PENGUKURAN KINERJA SCM Bahan Kuliah Fakultas : Ekonomi Program Studi : Manajemen Tahun Akademik : Genap 2012/2013 Kode Mata Kuliah : EMA 402 Nama Mata Kuliah : Manajemen Rantai Pasokan Materi : #14 Dosen

Lebih terperinci

Dari. Logistics Value Creation PROPOSISI

Dari. Logistics Value Creation PROPOSISI PROPOSISI Logistics Value Creation Dari perspektif konsumen, logistik merupakan kegiatan untuk menyampai kan produk ke konsumen secara tepat, yang memenuhi tujuh kriteria tepat. Dikenal dengan tujuh tepat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 49 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. XYZ didirikan pada tahun 1986, merupakan sebuah perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang polyester dan berlokasi di Tangerang. Sejak tahun

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, sistem terkomputerisasi banyak digunakan pada berbagai bidang. Teknologi informasi akan terus berkembang karena meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

Hakikat Rantai Pasokan

Hakikat Rantai Pasokan 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Hakikat Rantai Pasokan 2 Jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstreams) dan ke hilir (downstreams), dalam proses dan kegiatan yang berbeda yang menghasilkan

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Supply Chain Management pada hakekatnya adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan ke

Lebih terperinci

Perencanaan & Pengendalian Produksi (Production Planning and Control)

Perencanaan & Pengendalian Produksi (Production Planning and Control) Perencanaan & Pengendalian Produksi (Production Planning and Control) Pengantar Pokok Bahasan: I. Kedudukan Planning & Control dalam Keputusan Operasional II. Manufacturing Strategy III. Konflik Sistem

Lebih terperinci

PENGUKURAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI

PENGUKURAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI PENGUKURAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI OLEH : BAGUS NAVY PUTRA NPM : 0632010180 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. DIRGANTARA INDONESIA (persero)

BAB II TINJAUAN UMUM PT. DIRGANTARA INDONESIA (persero) BAB II TINJAUAN UMUM PT. DIRGANTARA INDONESIA (persero) 2.1 Sejarah PT.dirgantara Indonesia PT Dirgantara Indonesia (persero) merupakan salah satu perusahaan penerbangan di Asia yang berpengalaman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri kedirgantaraan terutama dalam proses perancangan dan pembuatan komponen pesawat

Lebih terperinci

APLIKASI SIKLUS PRODUKSI DAN SIKLUS KEUANGAN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

APLIKASI SIKLUS PRODUKSI DAN SIKLUS KEUANGAN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI APLIKASI SIKLUS PRODUKSI DAN SIKLUS KEUANGAN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Tujuan Belajar 1 Menjelaskan pengendalian siklus transaksi yang digunakan dalam proses bisnis produksi. Alur Transasi pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management Menurut Punjawan (2005) definisi dari supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan

Lebih terperinci

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N K E L O M P O K S O Y A : A H M A D M U K T I A L M A N S U R B A T A R A M A N U R U N G I K A N O V I I N D R I A T I I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N S A L I S U B A K T I T R I W U L A N D

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN 2.1. Proses Bisnis Secara Umum Pemodelan proses bisnis suatu perusahaan untuk menggambarkan hubungan antara aktivitas satu dengan lainnya, dan setiap aktivitas ditentukan

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Praktek Kerja dan Analisis. 4.2 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian impor komponen

BAB IV. Hasil Praktek Kerja dan Analisis. 4.2 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian impor komponen BAB IV Hasil Praktek Kerja dan Analisis 4.1 Sistem Komputerisasi yang digunakan Perusahaan ini telah menggunakan sistem yang terkomputerisasi sebagai kegiatan operasional kerja. Database yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu paradigma baru bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Berbeda dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu paradigma baru bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Berbeda dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi pada akhir abad ke-20 telah membawa suatu paradigma baru bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Berbeda dengan pandangan para

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLIER DENGAN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) - ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENGUKURAN KINERJA SUPPLIER DENGAN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) - ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PENGUKURAN KINERJA SUPPLIER DENGAN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) - ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) ( Studi Kasus di PT. Karya Idaman Bersama) Skripsi Diajukan Kepada Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Dirgantara Indonesia (PT DI) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri pembuatan pesawat dan helikopter, serta untuk industri pesawat dunia. Pada saat ini, PT DI sedang melakukan

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning

Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning Pendahuluan Aspek perencanaan yang terintegrasi di suatu organisasi/perusahaan, bersifat lintas fungsional yang terdiri atas berbagai fitur. Tujuan integrasi : agar dapat merencanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia kedirgantaraan sudah mengalami kemajuan yang amat pesat. Selain di bidang pesawat komersil yang ditandai bermunculannya maskapaimaskapai penerbangan

Lebih terperinci

URAIAN JABATAN. Merencanakan, mengarahkan dan mengawasi seluruh kegiatan Direktorat Pemasaran untuk merencanakan strategi Pemasaran sesuai RKAP

URAIAN JABATAN. Merencanakan, mengarahkan dan mengawasi seluruh kegiatan Direktorat Pemasaran untuk merencanakan strategi Pemasaran sesuai RKAP Job Description Direktur Tanggung Jawab Utama: Dewan Penasehat Direktur Marketing & Resources Department URAIAN JABATAN Identitas Jabatan Nama Jabatan : Direktur Pemasaran Departemen : Pemasaran Atasan

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Waktu merupakan salah satu inti dari masalah logistik. Bagi pelanggan waktu adalah layanan yang dibutuhkan, sedangkan bagi penjual barang waktu adalah biaya. Sehingga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan

KATA PENGANTAR. rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir (skripsi) yang berjudul Analisa

Lebih terperinci

Introduction to. Chapter 16. Financial Management. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing

Introduction to. Chapter 16. Financial Management. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing Introduction to Chapter 16 Financial Management Sasaran Pembelajaran Menjelaskan bagaimana perusahaan menggunakan akuntansi. Menjelaskan bagimana untuk menginterpretasikan laporan keuangan. Menjelaskan

Lebih terperinci