PEWARISAN POLA WARNA MUKA PADA DOMBA GARUT DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT (TDS) KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR. SKRIPSI Ardhana Surya Saputra

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEWARISAN POLA WARNA MUKA PADA DOMBA GARUT DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT (TDS) KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR. SKRIPSI Ardhana Surya Saputra"

Transkripsi

1 PEWARISAN POLA WARNA MUKA PADA DOMBA GARUT DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT (TDS) KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR SKRIPSI Ardhana Surya Saputra PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 PEWARISAN POLA WARNA MUKA PADA DOMBA GARUT DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT (TDS) KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR Ardhana Surya Saputra D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 PEWARISAN POLA WARNA MUKA PADA DOMBA GARUT DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT (TDS) KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR ARDHANA SURYA SAPUTRA D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

4 PEWARISAN POLA WARNA MUKA PADA DOMBA GARUT DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT (TDS) KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR Oleh ARDHANA SURYA SAPUTRA D Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 18 Januari 2008 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Dr.Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc NIP Asep Gunawan, S.Pt NIP Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr NIP

5

6 KATA PENGANTAR Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pewarisan Pola Warna Muka Pada Domba Garut Di Peternakan Ternak Domba Sehat (TDS) Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan ummatnya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Cece Sumantri M.Agr.Sc dan Asep Gunawan S.Pt sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan mulai dari persiapan penelitian hingga terselesaikannya skripsi Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangankekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan tulisan ini selanjutnya.. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya. Amiin.. Bogor, Januari 2008 Penulis

7 RINGKASAN ARDHANA SURYA SAPUTRA Pewarisan Pola Warna Muka Pada Domba Garut Di Peternakan Ternak Domba Sehat (TDS) Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. Pembimbing Anggota : Asep Gunawan, S.Pt. Penelitian dilaksanakan di Peternakan Ternak Domba Sehat (TDS), Kampung Wangunjaya, Desa Pasirbuncir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Januari 2005 sampai dengan Maret Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pola warna muka domba Garut dan pola pewarisannya di Peternakan Ternak Domba Sehat (TDS) Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Domba yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 602 ekor yang terdiri dari 95 ekor domba Garut pejantan, 231 ekor induk, 143 ekor anak betina dan 133 ekor anak jantan. Data dianalisis secara deskriptif untuk perhitungan frekuensi fenotif dan genotif pola muka domba Garut. Pola pewarisan muka domba Garut dianalsis dengan uji Chi Kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan penyebaran pola warna muka domba Garut di Peternakan Ternak Domba Sehat (TDS) pada tetua jantan, induk dan anak di dominasi oleh warna hitam baik polos hitam maupun pola warna yang di kombinasikan dengan warna hitam. Pola warna muka yang paling jarang muncul dalam populasi adalah pola warna coklat. Ada empat gen pengontrol warna yang berperan dalam pembentukan pola warna muka domba Garut yaitu gen B sebagai pengontrol warna hitam dan alelnya b akan berwarna coklat, gen C sebagai pengontrol warna dan alelnya c akan berwarna putih, gen S sebagai pengontrol pola polos dan alelnya s akan berpola belang, serta gen I (inhibitor) sebagai pengontrol warna putih dan alelnya i akan muncul warna normal. Adanya upaya seleksi kearah pola warna muka tertentu menyebabkan secara umum hasil persilangan domba Garut di Peternakan Ternak Domba Sehat (TDS) menyimpang (P<0,05) dari rasio harapan. Kata-kata kunci : Domba Garut, Pola Warna Muka, Ternak Domba Sehat (TDS) iv

8 ABSTRACT The Inheritance of Face Colour Pattern on Garut Sheep In FarmTernak Domba Sehat (TDS) Bogor. Saputra, A.S., C. Sumantri, and A. Gunawan The objective of this study was to know characteristic of face colour pattern and its inheritance on Garut Sheep in Farm Ternak Domba Sehat (TDS). A tottally 602 heads of Garut sheep on Farm Ternak Domba Sehat (TDS) were used in this study. which consist of 95 rams, 231 ewes, 143 ewe lambs and 133 ram lambs. Data were analysed by descriptive analysis to calculate phenotype and genotype frecuency. Pattern inheritance of face colour were analysed with Chi Square. The result showed that the distribution face color pattern of Garut sheep on Farm Ternak Domba Sehat (TDS) on ram, ewe, ram lamb and ewe lamb were dominated solid black colour and colour pattern which combining with black colour. There were found four locus that affecting face colour pattern of Garut Sheep. There are consist locus B (Black), locus C (Albino), locus S (spotting) and locus I (inhibitor). The effort selected toward certain face color pattern cause in general result of cross of sheep of Garut in Farm Ternak Domba Sehat (TDS) different ( P<0,05) of expectation ratio. Keywords: Garut sheep, Face Color Pattern, Farm Ternak Domba Sehat (TDS) iii

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Mei 1984 di Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung, sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Suyatno dan Ibu Marsiah. Pada tahun 1995 penulis sukses menyelesaikan pendidikan sekolah dasar dari SDN I Kagungan dan tiga tahun kemudian lulus dari SLTPN I Kota Agung, Pada tahun 2001 penulis lulus dari SMU AL-Kautsar. Pada tahun 2001 penulis masuk di Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui program USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor). Selama mengikuti pendidikan penulis aktif di Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM) dan Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER)

10 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Domestikasi Dan Sistematika Bangsa Domba... 3 Bangsa Domba di Indonesia... 3 Domba Garut... 4 Sifat Kualitatif... 5 Epistasis... 5 Genetika Pola Warna... 6 Pola Warna Muka dan Kepala Domba Garut. 9 METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pengambilan Data Analisis Data Deskriptif Frekuensi fenotipe Analisis genotipe Uji Chi kuadrat HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penyebaran Pola Warna Muka Domba Garut Pola Warna Muka Tetua Domba Garut Pola Warna Muka Domba Garut Pejantan Muda Pola Warna Muka Anak Domba Garut Pola Pewarisan Warna Muka ii iii v vi vii viii x xi xii

11 KESIMPULAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

12 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Lokus dan Alel-alel yang Mempengaruhi Warna Bulu Kriteria Pola Warna Muka pada Domba Garut Kandungan Nutrisi Pakan di TDS-DD Republika per BK Pola Warna Muka Tetua Domba Garut Pola Warna Muka Domba Garut Pejantan Muda Pola Warna Muka Anak Domba Garut Hasil Uji Chi Kuadrat Persilangan antara Tetua Polos Hitam dengan Polos Hitam Bergenotipe (Bb Cc Ss ii x Bb Cc Ss ii) Hasil Uji Chi Kuadrat Persilangan antara Tetua Polos Hitam dengan Polos Putih Bergenotipe (BB Cc SS ii x BB cc SS ii) Hasil Uji Chi Kuadrat Persilangan antara Tetua Polos hitam dengan Polos Putih Bergenotipe (Bb CC Ss Ii x bb CC ss Ii) Hasil Uji Chi Kuadrat Persilangan antara Tetua Polos Hitam dengan Belang Hitam Putih Bergenotipe (Bb Cc Ss ii x Bb Cc ss ii) Hasil Uji Chi Kuadrat Persilangan antara Tetua Belang Hitam Putih dengan Belang Hitam Putih Bergenotipe (Bb Cc ss ii x Bb Cc ss ii) x

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pola Pewarnaan Muka Peta Letak Peternakan TDS Domba Jantan Belang Hitam Putih dan Polos Putih Anak domba Polos Putih dan Polos Hitam xi

14 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Persilangan Antara Polos Hitam dengan Polos Hitam (Bb Cc Ss ii x Bb Cc Ss ii) Persilangan Antara Polos Hitam dengan Polos Putih (BB Cc SS ii x BB cc SS ii) Persilangan Antara Polos Putih dengan Polos Putih (Bb CC Ss Ii x bb CC ss Ii) Persilangan Antara Polos Hitam dengan Belang Hitam Putih (Bb Cc Ss ii x Bb Cc ss ii) Persilangan Antara Belang Hitam dengan Belang Hitam Putih (Bb Cc ss ii x Bb Cc ss ii) Uji Chi Kuadrat Persilangan Polos Hitam dengan Polos Hitam (Bb Cc Ss ii x Bb Cc Ss ii)untuk Rasio 27:16:9:9: Uji Chi Kuadrat Persilangan Polos Hitam dengan Polos Hitam (BB Cc SS ii x BB cc SS ii) Untuk Rasio 3:4: Uji Chi Kuadrat Persilangan Polos Hitam dengan Polos Hitam (Bb CC Ss Ii x bb CC ss Ii) Untuk Rasio 1:12:1:1: Uji Chi Kuadrat Persilangan Polos Hitam dengan Polos Hitam (Bb Cc Ss ii x Bb Cc ss ii)untuk Rasio 9:8:3:9: Uji Chi Kuadrat Persilangan Polos Hitam dengan Polos Hitam (Bb Cc ss ii x Bb Cc ss ii) Untuk Rasio 9:3: xii

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat familiar dikalangan petani, karena ternak domba memiliki beberapa potensi penting yaitu : mudah dipelihara, dapat memanfaatkan limbah dari hasil ikutan pertanian dan industri, mudah dikembangbiakan dan memerlukan modal yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan ternak ruminansia besar. Domba yang berkembang di Indonesia antara lain domba Ekor Tipis, domba Ekor Sedang atau domba Garut dan domba Ekor Gemuk. Populasi domba di Indonesia pada tahun 2005 mencapai ekor dengan jumlah populasi terbanyak terdapat di Propinsi Jawa Barat sebesar ekor (Ditjenak, 2005). Salah satu jenis domba yang sudah dianggap sebagai domba asli Indonesia adalah domba Garut. Populasi domba Garut di Kabupaten Garut mencapai ekor (BPS Kabupaten Garut, 2004). Domba Garut mempunyai sifat kualitatif dan kuantitatif yang cukup beragam untuk ditingkatkan mutu genetiknya. Domba Garut memiliki keunggulan dibandingkan jenis domba lain yang ada di Indonesia diantaranya; tingkat kesuburan tinggi (prolifik), memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai sumber daging dan dapat dijadikan sebagai daya tarik pariwisata daerah kaitannya sebagai domba aduan. Potensi domba Garut yang cukup tinggi tersebut perlu dipertahankan, dilestarikan dan ditingkatkan dengan meningkatkan populasi dan meningkatkan mutu genetik ternak. Peningkatan mutu genetik ternak dapat dilakukan dengan cara seleksi dan persilangan. Tahap awal perbaikkan mutu genetik yang perlu dilakukan sebelum seleksi dan persilangan adalah mengidentifikasi ciri khas atau ciri genetik dari ternak. Ciri genetik suatu breed ditandai oleh beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif yang spesifik. Salah satu sifat kualitatif yang dapat diidentifikasi sebagai ciri genetik dari domba Garut adalah pola warna muka. Pola warna muka sebagai salah satu sifat kualitatif dalam program pemuliaan penting untuk diperhatikan dalam menentukan kemurnian dan kekhasan sifat suatu bangsa. Pola warna muka adalah sifat genetik yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan, dan pakan. Dalam upaya pencirian dan identifikasi dari domba Garut maka perlu dilakukan penelitian tentang pola warna muka dan pewarisannya yang

16 dalam hal ini di lakukan di Peternakan Ternak Domba Sehat (TDS). Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui karakteristik kekhasan pola warna muka dan pewarisan sifatnya pada domba Garut. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pola warna muka domba Garut dan pola pewarisan sifatnya di Peternakan Ternak domba Sehat (TDS). Hasil penelitian ini diharapkan dapat ditemukan suatu pola warna muka dan pewarisan sifat yang khas dari domba Garut 2

17 TINJAUAN PUSTAKA Domestikasi dan Sistematika Bangsa Domba Bangsa domba modern yang ada sekarang merupakan hasil seleksi selama 8000 tahun, asal domestikasi diperkirakan terletak didekat Laut Kaspia tepatnya di daerah Stepa Aralo sejak masa Neolitik, sebelum berkembang sistem pertanian. Peternakan domba ini kemudian berkembang ke Iran dan selanjutnya ke Timur, Subkontinen India, Asia Tenggara, Asia Barat, Eropa, Afrika, Australia dan Amerika (Searle 1968) Sistematika bangsa domba menurut Ensminger (1991) adalah: Kerajaan : Animalia (hewan) Filum : Chordata (hewan bertulang belakang) Kelas : Mamalia (hewan menyusui) Ordo : Artiodactyla (hewan berkuku genap) Family : Bofidae (hewan memamah biak) Genus : Ovis (domba) Spesies : Ovies Aries (domba yang di domestikasi) Bangsa Domba di Indonesia Menurut Gatenby (1986), bangsa domba di Indonesia dibagi atas tiga bangsa domba utama yaitu domba Ekor Tipis (the Javanese Thin Tailed), domba Ekor Gemuk (East Java Fat Tailed) dan domba Priangan (Garut). Domba ekor tipis dan domba Garut merupakan bangsa domba yang banyak terdapat di Jawa Barat, sedangkan domba Ekor Gemuk tersebar merata di daerah jawa bagian tengah dan timur. Subandriyo (2005) membagi domba lokal di Indonesia menjadi dua kelompok yaitu domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk yang sebagian besar (92%) tersebar di pulau Jawa dan Madura. Domba Ekor Tipis terdiri dari domba Jawa Ekor Tipis, domba Semarang Ekor Tipis, dan domba Sumatera Ekor Tipis. Domba Ekor Tipis ini didominasi oleh domba Jawa Ekor Tipis yang terdapat di Jawa Barat. Domba Jawa Ekor Tipis dikenal dengan nama domba Priangan atau domba Garut. Domba Ekor Gemuk umumnya terdapat di daerah kering seperti wilayah Indonesia bagian Timur diantaranya Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara dan Sulawesi.

18 Domba Garut Triwulaningsih et al, (1981) mengatakan Domba Priangan (Garut) merupakan hasil persilangan segitiga antara domba lokal, Domba Merino, dan Domba Kaapstaad (cape) dari afrika yang tidak jelas asal usulnya, namun perbandingan darah dari masing-masing domba tidak diketahui. Selanjutnya Devendra dan McLorey (1982) menambahkan bahwa domba Garut berasal dari persilangan antara Domba Merino, lokal dan Kaapstad yang berasal dari Afrika Selatan Menurut Smith (1987) domba Garut umumnya terdapat di Jawa Barat, dengan ciri memiliki ukuran tubuh kecil, kombinasi warna bulu hitam, putih dan coklat, wool bertumpuk dan banyak. Mulliadi (1996) menambahkan, bahwa tipe telinga domba Garut berdasarkan ukuran panjangnya, terdapat tiga tipe telinga, yaitu telinga kecil atau rumpung dengan panjang kurang dari 4 cm; telinga sedang atau ngadaun hiris dengan panjang 5-8 cm dan telinga besar atau rubak yang panjangnya lebih dari 9 cm. Diwyanto (1982) menjelaskan bahwa bobot badan pada domba Garut dewasa dapat mencapai kg untuk jantan dan kg untuk betina. Ukuran-ukuran tubuh domba Garut jantan dewasa seperti tinggi pundak antara cm, tinggi pinggang antara cm, panjang badan antara cm, lingkar dada antara cm, dalam dada antara cm, lebar dada antara cm, lebar panggul antara cm dan lingkar pipa/kanon 7-9 cm. Sedangkan untuk ukuran-ukuran tubuh domba Garut betina dewasa seperti tinggi pundak antara cm, tinggi pinggang antara cm, panjang badan antara cm, lingkar dada 65 cm, dalam dada antara cm, lebar dada antara cm, lebar panggul antara cm dan lingkar pipa/kanon 6-7 cm. Menurut Triwulaningsih et al. (1981), dalam perkembangannya di daerah Garut sendiri ternyata terdapat dua tujuan pemeliharaan domba yang berbeda yaitu pemeliharaan yang diarahkan untuk tujuan tangkas dan pemeliharaan untuk produksi daging. Domba tangkas dipelihara dengan tujuan khusus untuk memperoleh domba aduan (Natasasmita et al., 1986). Ciri-ciri umum domba tangkas menurut Budinuryanto (1991) adalah bibir lebar,besar dan tebal, hidung besar dengan lubang hidung yang lebar, mata besar dan tajam, tanduk besar, kuat dan kokoh pada jantan; betina tidak bertanduk; telinga pendek, leher besar, kuat dan pendek, bentuk tubuh 4

19 panjang dan bulat dengan bagian dada besar, lebar, kuat dan tidak meruncing, tinggi pundak lebih tinggi dari bagian belakang, kaki besar, pendek dan kuat, bentuk ekor lebar pada jantan dan sedang pada betina; warna tubuh utama hitam (Diwyanto, 1982). Domba pedaging merupakan tipe domba yang terbentuk karena dipelihara dengan tujuan khusus untuk memproduksi daging (Natasasmita et al., 1986). Ciri-ciri umum domba pedaging adalah garis muka cembung, bentuk mata normal, bentuk telinga lebar (rubak), panjang lebih dari 9 cm dengan posisi menggantung ke bawah, bertanduk untuk jantan meski tidak sebesar pada domba tangkas dan tidak bertanduk pada domba betina, garis punggung lurus dan tipe ekor sedang serta bagian belakang (paha dan kelangkang) lebih besar dan warna tubuh utama putih (Mulliadi, 1996). Sifat Kualitatif Menurut Martojo, (1992), menyatakan sifat kualitatif adalah sifat yang dapat dibedakan dengan jelas seperti warna bulu, ada tidaknya tanduk, atau adanya suatu cacat (kelainan). Pada umumnya sifat kualitatif ditentukan ekspresinya oleh satu pasang sampai dua pasang (jumlah pasangan kecil) walaupun sebenarnya jumlah gen yang mempengaruhi banyak. Beberapa ciri-ciri sifat kualitatif dintaranya: dikontrol oleh sepasang gen, jika dilakukan pengamatan pada populasi yang cukup besar maka variasi sifat kualitatifnya tidak kontinu, aksi pasangan gen bersifat tidak aditif dan pada umumnya tidak dipengaruhi lingkungan. Salah satu contoh sifat kualitatif pada ternak diantaranya pola warna (Noor, 2004) Epistasis Menurut Noor (2004), Epistasis adalah interaksi antar gen-gen yang tidak sealel. Hasil interaksi tersebut diperoleh fenotipe yang tidak akan diperoleh jika gengen tersebut bekerja sendiri. Yatim (1991), menerangkan Epistasis adalah interaksi gen dimana yang gen yang satu mengalahkan atau menutupi pekerjaan gen lain yang bukan sealel. Gen yang mengalahkan itu disebut epistasis, yang dikalahkan disebut hipostasis. Berasal dari kata epi= di atas, hypo = di bawah, dan status = kedudukan. Apabila aksi dari suatu pasangan alel tidak dapat menjelma karena adanya alel yang dominan dari pasangan kedua dikatakan epistasis. Epistasis adalah gejala sejenis dengan dominansi, akan tetapi istilah dominansi tetap disediakan untuk tindakan dari 5

20 alel-alel dari pasangan yang satu untuk saling mempengaruhi, jadi dalam lingkungan satu lokasi (Minkema 1993) Ada beberapa macam tipe epistasis diantaranya epistasis dominan dan epistasis resesif. Epistasis dominan adalah reaksi gen yang melibatkan satu gen pada satu lokus yang menekan atau memodifikasi ekspresi gen pada lokus yang kedua. Adanya gen albino pada mamalia merupakan contoh yang sangat baik untuk memberikan gambaran bagaimana suatu sifat dikontrol oleh gen epistasis resesif. Gen dominan C mengontrol produksi melanin sedangkan gen homosigot resesif (cc) menyebabkan tidak diproduksinya enzim yang memproduksi melanin sehingga warna yang muncul adalah putih (Noor 2004). Genetika Pola Warna Pada dasarnya tidak dapat ditentukan dengan pasti jumlah gen yang terlibat dalam sutu pengontrolan sifat. Faktor genetik yang mempengaruhi warna selain sifat kuantitatif adalah alel ganda. Intensitas warna dan juga variasi banyaknya warna putih pada ternak merupakan hasil dari aksi gen ganda. Gen ganda adalah dua gen atau lebih yang mempengaruhi suatu sifat. (Noor, 2004). Noor (2004), menjelaskan lebih lanjut bahwa sumber semua warna rambut, bulu, kulit dan mata pada ternak adalah karena adanya pigmen melanin. Ada dua macam melanin pada mamalia yaitu melanin hitam (eumelanin) dan milanin merah (phaeomelanin). Warna-warna yang muncul pada ternak merupakan kombinasi dari dua macam pigmen ini. Warna rambut, bulu dan kulit pada domba di kontrol oleh gen-gen yang terletak pada beberapa lokus yang mempengaruhi sintesis pigmen melalui kerja enzim Sponenberg (1997), menjelaskan beberapa lokus yang mengontrol warna pada domba yaitu diantarnya lokus Albino (C), Australian piebeld, Brown, Extention, Pigmen kepala (Ph), Roan, Spotting, Sur bukhara/sur khandarya. Ticking dan lokus I (inhibitor). 6

21 Table 1. Lokus dan Alel-alel yang Mempengaruhi Warna Bulu No Lokus Simbol Alel-alel Simbol 1 Agouti A White atau Tan A wt Wild A + Abu-abu dan coklat (tan) A gt Ligth badgerfce A lb Badgerface A b Light blue A lbl blue A bl Grey A g Grey Gotland A gg Black dan tan A t Atau reverse badgerface Swiss marked A s Garis lateral A ls Dagu pucat/lingkar pucat A pc Kelopak mata A ep Sooty - non-agouti A a 2 Albino C Wild C + Albino C a Albino marrabel C mar 3 Australian piebeld AsP Wild Asp + Piebeld AsP p 4 Brown B Wild B + Brown B b 5 Extention E Dominan hitam E D Wild E + 6 Pigmen kepala Ph Afghan letal Ph afl Turkish Ph T Persian Ph P 7 Roan Rn letal Roan Rn Rn Wild Rn + 8 Spotting S Wild S + Spotted S s Bizet spotting S b 9 Sur bukhara/ SuB/SuS Wild SuB + /SuS + Sur surkhandarya Sur bukhara/ SuB s /SuS s Sur khandarya 10 Ticking Ti Tikced Ti Ti Wild Ti + Sumber : Sponenberg (1997). 7

22 Lokus Albino (C) Menurut Noor (2004), warna putih dapat di sebabkan karena ketidak munculan gen C sehingga produksi tyrosine yang berguna dalam pembentukan warna di hambat. Enzim tyrosine yang dikontrol oleh gen C berfungsi untuk mengubah asam amino menjadi melanin. Genotype CC mengontrol prouksi enzim yang cukup banyak sehingga pigmen dapat diproduksi untuk memunculkan warna penuh. Jika ada alel resesif di lokus pada mamalia maka tidak di produksi tyrosinase. Hal ini mengakibatkan defesiensi melanin secara total sehingga warna yang muncul adalah putih. Menurut Searle (1968), C series adalah salah satu lokus yang telah diketahui mempengaruhi variasi warna pada domba dan babi. Sponenberg (1997) menerangkan bahwa lokus albino terdiri atas gen liar (C + ), gen albino (C a ) dan gen albino marrabel (C mar ) lokus albino pada domba merupakan alel yang bersifat resesif akibat mutasi sehingga menghalangi pembentukan faeomelanin (pigmen coklat) dan eumelanin (pigmen hitam) pada wool, rambut mata dan kulit. alel albino marrabel telah ditemukan pada domba Suffolk di Australia. Pada alel albino marrabel ditemukan beberapa warna coklat (tan). Atau kekuningan pada kuku, bulu kaki dan beberapa warna pada perbatasa pupil mdan iris. Lokus B Menurut Noor (2004), gen-gen pada lokus B menentukan melanin dapat berubah menjadi warna hitam atau coklat. Pada beberapa kasus menjadi warna merah atau kuning. Warna coklat akan muncul pada genotipe resesif (bb). Searle (1968),menambahkan salah satu lokus yang mempengaruhi warna pada domba adalah B series. Gen B_ akan berekspresi hitam dan b akan bereksprsi coklat. Menurut Sponenberg (1997), gen eumelanin brown pada domba dihasilkan dari aksi gen brown (B b ), sedangkan B + merupakan tipe gen liar. alel B b yang bersifat resesif pada lokus brown. Eumelnin brown pada domba yang dikenal dengan istilah Moorit yang sama dengan warna merah. Lokus Spotting (Belang) Noor (2004), menerangkan pola bercak atau belang diwariskan secara resesif (ss) sedangkan dalam keadaan homosigot dominan dan heterosigot menghasilkan 8

23 warna polos. Ditambahkan oleh Grifith et al (1993), Tipe warna domba Garut diperkirakan akibat adanya aksi gen S yang mengontrol adanya tipe polos, dimana genotipe S_ tidak akan menyebabkan belang (Polos) dan gen ss akan menghasilkan pola belang. Sponenberg (1997), menerangkan bahwa lokus spotting terdiri atas tipe gen liar (S+), gen spotted (Ss) dang gen bizzet spotting (Sb). Spotting (belang) merupakan akibat dari alel spotted (bintik) pada lokus spotting. Spotting putih terdapat pada anggota tubuh dan kepala yang penampakan warnanya tidak simetris. Alel spotted bersifat resesif pada warna dasar hitam, walaupun 50% dalam kondisi heterosigot tampak titik hitam. Lokus Inhibitor (I) Stansfield (1991) menjelaskan aksi gen inhibitor adalah dominan epistasis. gen inhibitor bekerja dengan cara menghambat ekspresi warna dari gen lain yang berada pada lokus lainnya, sehingga warna yang nampak adalah putih. Ketika dalam keadaan resesif (ii), alel hipostasis lainnya akan berekspresi. Genotipe iib- akan berekspresi hitam dan iibb akan berekspresi coklat. Noor (2004) menambahkan Gen dominan I akan menekan perkembangan melanin yang berakibat dihasilkannya warna bulu putih dengan ujung yang berwarna. Pola Warna Muka dan Kepala Domba Garut Penggolongan atau pengklasifikasian domba salah satunya didasarkan pada warna muka (Ensminger 1991). Pengklasifikasian domba dengan melihat pola warna muka dapat dibagi menjadi tiga yaitu bangsa domba dengan muka gelap (dark face) dengan warna kebiruan dan kehitaman, domba dengan muka hitam (black face), dan bangsa domba muka putih (white face) (Kammlade dan Kammlade 1955). Domba muka gelap (dark face) umumnya diturunkan dari bangsa domba Shoutdown, Shropshire dan Oxford. Domba muka hitam (black face) sebagaian besar diturunkan dari Domba Hampsire yang memiliki ciri muka dan telinga berwarna coklat tua hingga kehitaman dengan seluruh kepala tertutup wol berwarna putih atau Suflok yang memiliki ciri muka dan telinga berwarna hitam atau coklat, kadang kadang terdapat bulu putih di pangkal tanduk dan sekitar kepala,atau keturunan dari persilangannya. Domba muka putih (white face) umumya diturunkan dari domba tipe wool atau persilangan antar bangsa muka putih. Beberapa bangasa domba muka 9

24 putih yaitu : (1) Dorset; (2). Merino; (3). Ramboilet dan (4) Leicester (Kammlade dan Kammlade 1955). Triwulaningsih et al (1981) menyebutkan bahwa terdapat perbedaan warna bulu antara domba Garut tipe tangkas dengan tipe pedaging. Domba Garut tipe tangkas sebagian besar mempunyai warna bulu hitam, sedangkan domba Garut tipe pedaging sebagian besar mempunyai warna bulu putih. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa domba Garut tipe tangkas diduga lebih banyak mewarisi bangsa Afrikander, yaitu terutama pada warna bulu diwariskan dari sifat-sifat domba Damara, Transfaa dan Namaqua dengan warna hitam dan coklat yang lebih banyak dibandingkan dengan putih. Adanya tipe sifat aduan dan warna hitam yang dominan pada domba Garut banyak kesamaannya dengan Domba Kaapstaad. Warna muka domba ekor tipis (domba lokal) biasanya berwarna putih tapi umumnya memiliki bercak hitam disekitar mata dan hidung, kadang-kadang ditempat lainnya (Hardjosubroto 1994). Pola warna dasar kepala domba Garut sangat bervaraiasi. Tetapi warna kepala yang dominan adalah putih (50,4%) diikuti hitam (40,5%) dan coklat (9,1%). Pola warna kepala terbanyak adalah pola warna belang, belang besar (36,4%) maupun belang kecil (37,2%), diikuti oleh pola solid (satu warna) sebesar (23,9%) dan warna lainnya (2,5%). Sementara warna belang terbanyak adalah warna putih (41,3%), diikuti satu warna (23,9%), hitam (18,2%) dan coklat (16,6%). Warna coklat meliputi coklat muda, coklat sedang, coklat merah dan coklat tua (Sabrani et al 1982). Nurjannah (1998) melaporkan pola warna kepala anak tunggal domba Garut di Kecamatan Cisurupan adalah kepala hitam belang putih (46.7%); kepala hitam polos (19.1%); kepala putih belang hitam (14,8%); kepala putih belang coklat (1,4%); kepala coklat belang putih (1,4%); muka putih belang hitam (1,0%) dan kepala putih polos (1,0%). Ketidak munculan warna kepala dan muka coklat polos pada anak domba Garut disebabkan karena seleksi sederhana yang dilakukan masyarakat dikarenakan warna coklat kurang begitu diminati oleh masarakat. Tetua yang banyak digunakan pada domba Garut di Desa Sukawargai, Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut yaitu tetua dengan warna dasar hitam. Dijelaskan pula warna kepala anak domba yang mayoritas pada kelima tipe kelahiran (tunggal jantan, tunggal betina, kembar jantan, kembar betina dan kembar jantan betina) adalah head 10

25 cover hitam belang putih. Warna belang yang banyak diwariskan adalah putih, hitam dan coklat, sedangkan pola pewarnaan kepala yang banyak diwariskan adalah head cover diikuit face cover. Afnan (1994) melaporkan bahwa warna dasar muka domba Garut di Desa Sukaresmi, pada jantan dan betina adalah warna putih masing-masing 53,6% dan 65,8%, warna hitam masing-masing 26,5% dan 25,8% dan warna coklat masingmasing 19,9% dan 8,3%. Di Desa Kiarapedes, warna dasar muka pada jantan ialah hitam 51,2%, putih 38,8%, coklat 9,9% sedangkan pada betina adalah putih 53,6% diikuti hitam 53,4% dan coklat 11% 11

26 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Ternak Domba Sehat (TDS), Kampung Wangun Jaya, Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai pada Bulan Januari 2005 sampai dengan Maret 2005 Materi Materi yang digunakan adalah domba Garut milik Peternakan Ternak Domba Sehat (TDS) sejumlah 602 ekor yang terdiri dari 95 ekor domba Garut pejantan, 231 ekor induk domba Garut, 143 ekor anak domba Garut betina dan 133 ekor anak domba Garut jantan sebagai data penyebaran populasi. Dari 602 ekor tersebut ternyata hanya 238 ekor yang mempunyai data silsilah yang akan digunakan untuk analisis pola pewarisan warna. Metode Pengambilan Data Data penelitian diperoleh dengan melihat pola warna muka pada ternak domba jantan, induk dan anaknya dengan melihat warna muka domba yang berasal dari pangkal telinga sampai kedepan. Data hasil pengamatan dibuatkan dalam tabulasi sebagai berikut : Tabel 2. Kriteria Pola Warna Muka Pada Domba Garut No No Sex Polos Belang Keterangan Domba J B H P C H P C Keterangan: Warna Muka Polos Warna Muka Belang Sex : H : Hitam H : Hitam J : Jantan P : Putih P : Putih B : Betina C : Coklat C : Coklat

27 Pola warna muka yang domba Garut yang diamati seperti terlihat pada Gambar 1. Polos hitam Polos coklat Polos putih Belang hitam putih Belang coklat putih Belang hitam coklat Gambar 1. Pola Pewarnaan Muka Domba Garut Analisis Data Deskriptif Data yang diperoleh diolah secara deskriptif untuk kemudian ditentukan frekuensi fenotipe masing-masing berdasarkan ciri-ciri fenotipe pola warna muka. Penentuan genotipe dari masing-masing pola warna muka ditentukan berdasarkan ciri-ciri fenotipe yang diperlihatkan dari masing-masing alel menurut pendapat Searle (1968), Stainfield (1991), Sponenberg(1997) dan Noor (2004). Frekuensi Fenotipe Analisis pola warna muka dilakukan dengan mengelompokkan data yang diperoleh kedalam enam kelompok pola warna muka yaitu polos hitam, polos putih, polos coklat, belang hitam putih, belang hitam coklat, dan belang coklat putih. Kemudian frekuensi fenotipenya dihitung dengan cara membagi jumlah fenotipe pola warna muka yang dicari dengan fenotipe keseluruhan dikalikan 100% (Steel dan Torrie, 1993) χ1 Frekuensi χ 1 = x100% n Keterangan : Σ = jumlah; X 1 = kelompok warna I n = Populasi. 13

28 Analisis Genotipe Analisis genotipe dilakukan dengan melihat fenotipe anak berdasarkan silsilah fenotipe tetuanya kemudian diduga genotipenya baik anak maupun tetuanya berdasarkan pola pewarisan sifat kualitatif warna muka. Uji Chi-Kuadrat Uji Chi-kuadarat digunakan untuk mengetahui suatu hasil observasi sesuai dengan harapan berdasarkan hepotesis genetik tertentu. Pengujian ini sering disebut dengan uji ketepatan. Nisbah yang diharapkan ditentukan atas dasar hipotesis yang akan diuji. Kemudian nilai X 2 dihitung dengan dengan mengkuadratkan selisih antara cacah pengamatan dan cacah yang diharapkan dari masing-masing kelas dan dibagi dengan cacah yang diharapkan. (Warwick et al, 1990) X 2 = Σ(O E) 2 E X 2 = Nilai Chi-kuadrat hitung O = Frekuensi pengamatan E = Frekuensi harapan. 14

29 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Peternakan Ternak Domba Sehat (TDS) Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor berada pada ketinggian 800 m dpl (diatas permukaan laut) dengan curah hujan rata-rata 2500 mm/ tahun. Suhu sekitarnya berkisar C. Bentuk topografi lahan yaitu landai sampai berbukit dengan kemiringan yang cukup beragam. Jenis tanah di daerah ini adalah jenis tanah latosol merah coklat dengan PH antara 5,5 sampai 6. luas lahan yang digunakan adalah 13,2 ha yang merupakan lahan yang di sewa dari STTP. 12,2 ha lahan tersebut digunakan sebagai lahan pastura dan 1 ha lainnya sebagai lahan kandang. Sumber: Macromedia 2005 Gambar 2. Peta Letak Peternakan TDS Konstruksi kandang berupa panggung yang terbuat dari bambu dan beratap genteng. Lantai kandang terbuat dari belahan bambu yang disusun dengan jarak 2-3 cm, bertujuan agar feses, air kencing, dan sisa pakan dapat jatuh kebawah kandang. Konstruksi kandang diatur secara horizontal, membujur dari arah barat ke selatan yang bertujuan agar sinar matahari dapat masuk merata dalam kandang. Pakan yang di berikan ada dua jenis yaitu berupa konsentrat dan hijauan. Kebutuhan jumlah hijauan dan konsentrat yang diberikan tiap kandang disesuaikan dengan bobot, umur, jenis kelamin, dan status psikologis ternak seperti bunting dan menyusui sehingga jumlah pakan yang diberikan akan berbeda-beda. Pemberian

30 hijauan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) berupa Rumput Gajah dan Rumput Raja yang berasal dari penanaman dari lahan pastura. Ketersediaan rumput didapatkan dari lahan sendiri seluas ±11 ha dengan produksi ±3,5 ton/ha/hari. Sedangkan konsentrat diberikan pada pagi hari setelah pengambilan sisa pakan dari sebelumnya. Konsentrat ini didatangkan dari PT Himpunan Saudara Bandung. Pencatatan pemberian pakan dilakukan setiap hari untuk tiap-tiap kandang. Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pakan di TDS per BK Zat Rumput Gajah Rumput Raja Konsentrat % Abu 9,36 10,77 14,06 Protein 12,37 12,53 21,59 Serat 43,79 40,29 15,09 Lemak kasar 1,81 1,83 12,79 Ca 0,24 0,41 1,25 P 0,44 0,37 0,98 BETN 32,67 34,59 36,47 Populasi ternak di TDS-DD Republika pada akhir Bulan Maret 2005 adalah 568 ekor dengan perincian 246 ekor induk yang terdiri dari 18 ekor pejantan dan 228 ekor induk betina dan 322 ekor anak yang terdiri dari 133 ekor anak jantan dan 189 ekor anak betina. Sistem perkawinan yang dilaksanakan di Peternakan TDS adalah sistem perkawinana alam yaitu dengan menempatkan seekeor domba pejantan yang terpilih untuk ditempatkan kedalam kandang koloni yang berisi betina yang siap kawin secara bersama-sama. Perbandingan pejantan dan betina di peternakan TDS adalah 1: Pemeriksaan dan pengobatan penyakit di Peternakan TDS dilakukan jika terlihat adanya tanda-tanda atau gejala klinis yang ditemukan pada ternak tersebut. Apabila di temukan tanda-tanda seperti terserang penyakit, ternak tidak mau makan, lesu dan tanda-tanda lainnya, segera dilakukan tindakan pemeriksaan dan pengobatan. Pemeriksaan dilakukan pada pagi dan sore hari dikarenakan faktor cuaca. Pada pagi dan sore hari cuaca tidak terlalu panas sehingga memudahkan dalam proses pemeriksaan dan pengobatan. 16

31 Penyebaran Pola Warna Muka Domba Garut Pola Warna Muka Tetua Domba Garut Penyebaran pola warna muka tetua domba Garut hasil penelitian di Peternakan Ternak Domba Sehat (TDS) disajikan pada tabel 4. no Tabel 4. Pola Warna Muka Tetua Domba Garut Warna Pejantan Induk Jumlah Frek (%) Jumlah Frek (%) 1 Polos hitam Polos putih Polos coklat Sub total Belang hitam putih Belang hitam coklat Belang coklat putih Sub total Total Berdasarkan Tabel 4. keragamanan tipe warna pada tetua jantan, pola polos (58.83%) lebih dominan dari pada pola belang (41.17%) begitu juga halnya dengan tetua betina, pola polos (58.87%) lebih dominan dari pola belang (41,13%). Tipe warna domba Garut diperkirakan akibat adanya aksi gen S yang mengontrol adanya tipe polos, dimana genotipe S- tidak akan menyebabkan belang dan gen ss akan menghasilkan pola belang yang disebut piebeld (Grifiths et al 1993). Pola polos pada domba Garut diduga berasal dari tetua domba Garut yaitu domba merino yang mempunyai pola polos putih dan domba Cape yang berwarna polos hitam. Devendra dan McLeroy (1982). Menyatakan bahwa domba Garut berasal dari persilangan antara domba Merino, Lokal dan Cape yang berasal dari Afrika Selatan. Pola warna domba Garut di Peternakan TDS, sangat beragam mulai dari hitam polos, putih polos, sampai warna belang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Triwulaningsih et al (1981); Zulkarnaen (1992); Afnan (1994); Hendra (1998) yang 17

32 menyatakan bahwa pola warna domba Garut bervariasi dari putih, hitam, coklat dan warna campuran. Gambar 3. Domba Jantan Belang Hitam Putih dan Polos Putih Warna muka tetua jantan yang dominan adalah polos hitam (44,12 %) diikuti dengan belang hitam putih 38,23 %, polos putih 14,71 %, dan belang hitam coklat 2,94 %. Dari data diatas didapat bahwa pola warna hitam baik polos hitam maupun belang hitam putih sangat mendominasi pada tetua jantan yang jumlahnya hampir setengah dari populasi pejantan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah (1998) pada domba Garut di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut yang memperoleh warna dasar kepala jantan dominan hitam (40,85%). Tetapi penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian oleh Sabrani et al (1982) pada domba Priangan di Kabupaten Garut yang memperoleh warna kepala putih dominan (50,4%) diikuti warna hitam (40,5%) dan coklat (9,1%) dan hasil penelitian Afnan (1994) pada domba Garut di Desa Sukaresmi yang mengatakan warna dasar terbanyak Domba Garut jantan adalah putih (15,64%) di ikuti hitam (7,72%) dan coklat (5,83%). Adanya preferensi (kesukaan) pada warna hitam menyebabkan populasi didominasi oleh warna hitam. Nurjannah (1998) menyatakan adanya seleksi sederhana untuk mendapatkan pejantan dan induk ke arah domba tangkas menyebabkan adanya dominasi warna hitam, dimana domba yang berwarna dasar kepala hitam memiliki kemampuan tangkas dan lebih disukai oleh masyarakat dari pada domba yang berwarna dasar kepala putih maupun coklat, hal ini menyebabkan sebagian besar tetua baik pejantan maupun induk berwarna hitam. Pola warna muka induk di Peternakan TDS juga di domonasi oleh warna hitam yaitu polos hitam 51,95%, belang hitam putih 37,23%, polos putih 6,49%, belang coklat putih 2,17%, belang hitam coklat 1,73% dan polos coklat 0,43%. Hasil penelitian Hendra (1998), menyebutkan bahwa frekuensi tertinggi pola warna kepala 18

33 domba Garut betina di Kecamatan Cisurupan adalah hitam head belang putih (40,4%) diikuti hitam head polos (21,6%), dan putih head belang hitam (12,7%). Pola wana hitam (hitam head belang putih dan hitam head polos) yang melebihi setengah dari populasi menunjukkan adanya kecenderungan warna dasar kepala domba Garut adalah hitam sehingga bisa dikatakan bahwa domba Garut dikategorikan sebagai domba kepala hitam (Hendra, 1998). Pola Warna Muka Domba Garut Pejantan Muda Penyebaran pola warna muka pejantan muda hasil penelitian di Peternakan Ternak Domba Sehat (TDS) disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pola Warna Muka Domba Garut Pejantan Muda No Warna Jumlah (ekor) Frekuensi (%) 1 Polos hitam Polos putih Polos coklat Sub Total Belang hitam putih 37 70,65 5 Belang coklat putih 2 3,28 6 Belang hitam coklat 0 0,00 Sub Total 39 63,93 Jumlah Pada domba Garut pejantan muda warna yang lebih banyak muncul adalah pola warna hitam baik polos hitam (26,23%) maupun warna belang hitam (70,63%). Warna muka hitam yang dominan merupakan merupakan warna muka yang umum ditemukan dalam populasi. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya seleksi domba Garut untuk tipe aduan yang umumnya memiliki warna hitam. Warna hitam seperti ini atau kombinasi dengan warna hitam adalah warna terbaik untuk tipe aduan. Berdasarkan Tabel 5, pola penyebaran warna domba Garut pejantan muda yaitu 36,07% tipe polos dan 63,93% tipe belang. Hal ini berbeda dari tetua baik jantan maupun induk yang mempunyai tipe polos lebih dominan dari tipe belang. Adanya perbedaan pola warna tersebut karena para pejantan muda berasal dari luar peternakan TDS yang didatangkan sebagai replacement stock domba pejantan. 19

34 Pola Warna Muka Anak Domba Garut Penyebaran pola warna muka anak domba Garut hasil penelitian di Peternakan Ternak Domba Sehat (TDS) disajikan pada Tabel 6. No Tabel 6. Pola Warna Muka Anak Domba Garut Warna Jantan Betina Jumlah Frek (%) Jumlah Frek (%) 1 Polos Hitam 70 52, ,76 2 Polos Putih 11 8, ,59 3 Polos Coklat 1 0,75 2 1,40 Sub total 82 61, ,75 4 Belang Hitam-Putih 45 33, ,06 5 Belang Hitam-Coklat ,70 6 Belang coklat putih 6 4,51 5 3,50 Sub total 51 38, ,26 Total Berdasarkan Tabel 6, pola warna muka anak jantan secara berurutan adalah polos hitam (52,6%), belang hitam putih (33,84%), polos putih (8,3%), belang coklat puith (6%) dan polos coklat (0,75%). Sedangkan untuk pola warna muka anak betina berturut-turut adalah polos hitam (44,8%) belang hitam putih (37,06%) polos putih (12,59%),belang coklat putih (3,5%) polos coklat (1,4%) dan belang hitam coklat (0,7%). Hal ini sesuai dengan penelitian Nurjannah (1998) bahwa warna kepala anak domba Garut di Kecamatan Cisururpan didominasi oleh warna hitam (80%) diikuti putih (18,6%) dan coklat (1,4%) Pola warna muka anak domba Garut di Peternakan TDS beragam dari hitam putih coklat, atau kombinasi dari ketiga warna tersebut. Adanya dominasi warna polos hitam baik pada jantan (52,6%) maupun pada betina (44,76%) adalah karena populasi dari tetua baik jantan maupun betinanya di dominasi oleh warna hitam akibat dari seleksi sederhana untuk mendapatkan domba tangkas yang berwarna hitam. Upaya seleksi ini dilanjutkan dengan persilangan antara tetua yang berwarna hitam sehingga persilangan yang banyak terjadi adalah persilangan antara tetua yang berwarna hitam yang juga akan menghasilkan anak-anak domba yang berwarna 20

35 hitam. Begitu juga dengan warna coklat dan campuran warna coklat yang sangat jarang ditemukan dalam populasi karena adanya seleksi terhadap warna hitam. Tetua warna coklat yang jarang ditemukan, mengakibatkan persilangan antara sesama warna coklat jarang ditemukan sehingga pada keturunannya, warna coklat akan jarang ditemukan. Searle (1968) menambahkan salah satu lokus yang mempengaruhi pola warna domba adalah lokus B. Gen B akan berekspresi warna hitam sedangkan b akan berekspresi warna coklat. Tipe warna pada anak jantan domba Garut tipe polos (61,65%) masih mendominasi dibandingkan tipe belang (38,35%) begitu pula pada anak betina domba Garut, tipe warna polos lebih mendominasi (58,75%) dari pada warna belang (41,26%). Hal ini diduga karena adanya gen pengontrol tipe Polos S yang lebih dominan dari gen pengontrol tipe belang s. Selain itu jika dilihat dari tetuanya yang mempunyai tipe polos yang lebih banyak dari tipe belang, hal ini juga menyebabkan pada anak domba baik jantan maupun betina mempunyia tipe polos (polos) yang lebih dominan dari tipe belang (belang). Gambar 4. Anak Domba Polos Putih dan Polos Hitam 21

36 Pola Pewarisan Warna Muka Persilangan antara Polos Hitam dengan Polos Hitam Persilangan antara sesama tetua polos hitam ditemukan empat kasus pewarisan warna anak diantaranya polos hitam, polos putih, belang hitam putih dan belang coklat putih masing-masing sebesar 64,10%; 17,95%;13,39% dan 2,56 %. Pola pewarisan warna muka dan pendugaan genotipe persilangan domba Garut muka polos hitam dengan polos hitam berdasarkan Uji Chi Kuadrat disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Hasil Uji Chi Kuadrat Pesilangan antara Tetua Polos Hitam dengan Polos Hitam Bergenotipe (Bb Cc Ss ii x Bb Cc Ss ii) Kemungkinan Genotipe Jumlah X 2 hit X 2 tabel Keturunannya Observasi Harapan 5% 1% Polos hitam 25 16, ,49 13,28 B_C_S_ii Polos putih 7 4,27 -- cc Polos coklat 0 9,75 bb C_ S_ ii Belang hitam putih 6 3,66 B_ C_ ss ii Belang coklat putih bb C_ ss ii 1 0,61 Berdasarkan hasil analisis genotipe keturunannya, maka dapat diduga tetuanya memiliki genotipe Bb Cc Ss ii (polos hitam). Pendugaan genotipe persilangannya sebagai berikut: B_ C_ S_ -ii. X B_ C_ S_ ii. Keturunannya: I. B_ C_ S_ ii (Polos hitam) II. -- cc (Polos putih) III. bb C_ S_ ii (Polos coklat) IV. B_ C_ ss ii (Belang hitam putih) V. bb C_ ss ii (Belang coklat putih) Hasil persilangan tetua genotipe B_ C_ S_ ii x B_ C_ S_ ii didapatkan lima kelompok warna anak yaitu warna polos hitam, polos putih, belang hitam putih dan belang coklat putih. Warna polos hitam diturunkan dari kedua tetuanya

37 yang sama-sama memiliki genotipe polos hitam. Tetua masing-masing berkontribusi memberikan gamet polos hitam pada proses pembuahan atau fertilisasi. Menurut Noor (2004), selama poses meiosis pada spermatogenesis dan oogenesis gen-gen bersegregasi ke dalam gamet. Dalam proses pembuahan gamet jantan dan betina bersatu menjadi zigot. Selanjutnya gen-gen akan berpasangan kembali. Proses rekomendasi ini menghasilkan satu atau lebih genotipe tergantung pada gen-gen yang dibawa oleh gamet. Warna kedua adalah polos putih (-- cc -- --). Warna ini muncul karena tidak munculnya gen pengontrol pembentuk warna (C) dan atau adanya gen I (inhibitor) yang merupakan aksi gen epistasis dominan. Sponenberg (1997) menerangkan bahwa lokus albino pada domba merupakan alel yang bersifat resesif akibat mutasi sehingga menghalangi pembentukan faeomelanin (pigmen coklat) dan eumelanin (pigmen hitam) pada wool, rambut mata dan kulit. Warna ketiga adalah belang hitam putih (B_ C_ ss ii). Warna ini muncul karena adanya gen S dalam keadaan resesif (ss) yang menyebabkan warna belang (spotted). Hal ini sesuai sesuai dengan Searle (1968), salah satu lokus yang mempengaruhi pola warna pada domba adalah S series. Gen S dalam keadaan homozigot dominan dan heterozigot akan berpola polos sedangkan dalam keadaan resesif akan berpola belang. Warna belang coklat putih (bb Cc ss ii). Warna ini muncul diduga berasal dari kedua tetua hitam yang mempunyai gen B dalam keadaan heterozigot (Bb). Warna coklat akan muncul pada kelompok genotipe dalam keadaan homozigot resesif (bb). Menurut Noor (2004), Gen-gen pada lokus B akan menentukan apakah eumelanin akan menjadi hitam (B_) atau coklat (bb). Gen B akan berekspresi warna hitam sedangkan alel b akan berekspresi warna coklat (Searle, 1968). Hasil uji Chi-Kuadrat persilangan antara tetua sesama muka polos hitam sangat menyimpang dari rasio harapan (P<0.01). Penyimpangan persilangan tersebut diduga karena jumlah observasi (pengamatan) yang terlalu sedikit, sehingga ada kemungkinan tidak munculnya pola warna tertentu. adanya gen lain yang mengontrol sifat warna muka pada domba juga merupakan faktor yang menyebabkan hasil pengamatan sangat menyimpang dari rasio harapan. 23

38 Persilangan antara Polos Hitam dengan Polos putih Persilangan domba muka polos hitam dengan domba muka polos putih menghasilkan tiga kelompok warna pada anak. Sebesar 77,78% anaknya berwarna polos hitam, 11,11 % berwarna polos putih dan 11,11% berwarna belang coklat putih. Pola pewarisan warna muka dan pendugaan genotipe dari persilangan antara domba Garut polos hitam dengan polos putih berdasarkan Uji Chi Kuadrat disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji Chi Kuadrat Pesilangan antara Tetua Polos Hitam dengan Polos Putih Bergenotipe (BB Cc Ss ii x BB cc Ss ii) Kemungkinan Genotipe Jumlah X 2 hit X 2 tabel Keturunannya Observasi Harapan 5% 1% Polos hitam 14 6,75 13,25 5,99 9,21 BB Cc S_ii Polos putih 2 9 BB cc SS ii Belang hitam putih BB Cc ss ii 2 2,25 Hasil analisis genotipe menunjukkan bahwa tetua domba yang berwarna polos hitam mempunyai genotipe BB Cc Ss ii sedangkan induknya yang berwarna polos putih memiliki genotipe BB cc Ss ii. Hal ini didapat dari analsis sebagai berikut : B_ C_ S_ ii X -- cc Keturunannya: I. B_ C_ S_ ii (Polos hitam) II. -- cc (Polos putih) III. B_ C_ ss ii. (Belang hitam putih) Persilangan antara tetua bergenotipe (BB Cc SS ii x BB cc SS ii) menghasilkan tiga kelompok warna pada anaknya yaitu polos hitam, polos putih dan belang hitam putih. Warna polos hitam pada kelompok anak pertama diduga berasal dari kedua tetua yang mempunyai gen B dalam keadaan homozigot (BB), walaupun pada salah satu tetuanya, gen B tidak berekspresi warna hitam karena aksi gen (cc) sehingga warna muncul pada salah satu tetuanya adalah putih. Menurut Searle (1968), salah satu lokus yang mempengaruhi warna pada domba adalah B series. Gen B_ akan berekspresi hitam dan b akan berekspresi coklat. 24

39 Warna kedua adalah polos putih. Warna ini muncul karena tidak munculnya gen pengontrol pembentuk warna (C) dan atau adanya gen I (inhibitor) yang merupakan aksi gen epistasis domiman. Menurut Searle (1968), C series adalah salah satu lokus yang telah diketahui mempengaruhi variasi warna pada domba dan babi. Menurut Noor (2004), warna putih dapat di sebabkan karena ketidak munculan gen C sehingga produksi tyrosine yang berguna dalam pembentukan warna di hambat atau adanya aksi gen inhibitor (I) yang bekerja menghambat ekspresi warna dari gen lain Warna ketiga yang muncul adalah adalah belang hitam putih (BB Cc ss ii). Warna ini muncul karena adanya gen S dalam keadaan resesif (ss) yang menyebabkan warna belang (spotted). Menurut Griffiths et al (1993), Tipe warna domba Garut diperkirakan akibat adanya aksi gen S yang mengontrol adanya tipe polos, dimana genotipe S_ tidak akan menyebabkan belang (Polos) dan gen ss akan menghasilkan pola belang. Noor (2004), menambahkan pola bercak atau belang diwariskan secara resesif (ss) sedangkan dalam keadaan homosigot dominan dan heterosigot menghasilkan warna polos Pada persilangan ini tidak ditemukan anak yang mempunyai pola warna coklat yang mengandung gen (bb) sehingga tetua dan anak yang berwarna polos hitam dan belang hitam putih dapat diduga memiliki gen B dalam keadaan homozigot dominan (BB). warna putih pada kelompok warna kedua menyebabkan dugaan tetua yang berwarna hitam memiliki gen C homozigot (Cc). Adanya pola polos (ss) pada kelompok anak ketiga menyebabkan dugaan pada tetua memiliki gen pengontrol pola belang dalam keadaaan heterozigot (Ss). Sehingga diduga tetuanya yang berwarna polos hitam memiliki genotipe (BB Cc Ss ii) dan tetuanya yang berwarna polos putih memiliki genotipe BB cc Ss ii. Hasil uji Chi-Kuadrat persilangan antara tetua muka polos hitam dengan polos putih sangat menyimpang dari rasio harapan (P<0.01). Penyimpangan persilangan tersebut diduga karena adanya seleksi sederhana kearah genotipe tertentu. Warna hitam yang sangat banyak muncul adalah warna terbaik dan lebih disukai oleh masarakat sebagai domba tangkas. 25

PEWARISAN POLA WARNA MUKA PADA DOMBA GARUT DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT (TDS) KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR. SKRIPSI Ardhana Surya Saputra

PEWARISAN POLA WARNA MUKA PADA DOMBA GARUT DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT (TDS) KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR. SKRIPSI Ardhana Surya Saputra PEWARISAN POLA WARNA MUKA PADA DOMBA GARUT DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT (TDS) KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR SKRIPSI Ardhana Surya Saputra PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba

TINJAUAN PUSTAKA Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Pada awal sebelum terjadinya proses domestikasi, domba masih hidup liar di pegunungan dan diburu untuk diambil dagingnya. Domba yang sekarang menyebar di seluruh dunia ini sebenarnya

Lebih terperinci

KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK, EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT) SKRIPSI LIA KARTIKA

KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK, EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT) SKRIPSI LIA KARTIKA KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK, EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT) SKRIPSI LIA KARTIKA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba  Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Menurut Tomaszewska et al. (1993) domba berasal dari Asia, yang terdiri atas 40 varietas. Domba-domba tersebut menyebar hampir di setiap negara. Ternak domba merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkembangan Domba Asia merupakan pusat domestikasi domba. Diperkirakan domba merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi oleh manusia kira-kira

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Domestikasi domba diperkirakan terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 9.000 11.000 tahun lalu. Sebanyak tujuh jenis domba liar yang dikenal terbagi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon

Lebih terperinci

KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK, EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT) SKRIPSI LIA KARTIKA

KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK, EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT) SKRIPSI LIA KARTIKA KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK, EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT) SKRIPSI LIA KARTIKA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Pola Warna Bulu pada Domba Garut dan Persilangannya

Pola Warna Bulu pada Domba Garut dan Persilangannya Pola Warna Bulu pada Domba Garut dan Persilangannya ISMETH INOUNU 1, D. AMBARAWATI 2 dan R.H. MULYONO 2 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Kav E 59 Jl. Raya Pajajaran, Bogor 16151 2 Fakultas

Lebih terperinci

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba sejak dahulu sudah mulai diternakkan orang. Ternak domba yang ada saat ini merupakan hasil domestikasi dan seleksi berpuluh-puluh tahun. Pusat domestikasinya diperkirakan berada

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo ruminansia, famili Bovidae, dan genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burn, 1994). Kambing

Lebih terperinci

Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID

Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID TERMINOLOGI P individu tetua F1 keturunan pertama F2 keturunan kedua Gen D gen atau alel dominan Gen d gen atau alel resesif Alel bentuk alternatif suatu gen yang terdapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing 1. Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer

Lebih terperinci

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT SKRIPSI TANTAN KERTANUGRAHA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Asal Usul dan Klasifikasi Domba Garut Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyak daging atau wol, ada

Lebih terperinci

KERAGAMAN POLA WARNA TUBUH, TIPE TELINGA DAN TANDUK DOMBA KURBAN DI BOGOR

KERAGAMAN POLA WARNA TUBUH, TIPE TELINGA DAN TANDUK DOMBA KURBAN DI BOGOR KERAGAMAN POLA WARNA TUBUH, TIPE TELINGA DAN TANDUK DOMBA KURBAN DI BOGOR HENI INDRIJANI 1, ARIFAH HESTI SUKMASARI 2 dan EKO HANDIWIRAWAN 3 1 Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba Domba diklasifikasikan sebagai hewan herbivora (pemakan tumbuhan) karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba lebih menyukai rumput dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998). II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Domba Domba merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak ruminansia kecil, hewan pemamah biak dan merupakan hewan mamalia. Disamping sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia Ternak atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil, merupakan ternak herbivora yang sangat populer di kalangan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut : II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonnsumsi pakan kualitas rendah dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Riau, hasil pemekaran dari Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

TINJAUAN PUSTAKA. Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyak daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan asal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian tersebar ke daerah Mancuria, Korea, Jepang, Rusia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonnsumsi pakan kualitas rendah dan dipelihara

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF PADA DOMBA LOKAL DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA SKRIPSI NOK MALEKHA

STUDI KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF PADA DOMBA LOKAL DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA SKRIPSI NOK MALEKHA STUDI KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF PADA DOMBA LOKAL DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA SKRIPSI NOK MALEKHA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

SELEKSI DOMBA GARUT PEJANTAN DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA (TDS DD REPUBLIKA) BERDASARKAN UKURAN-UKURAN TUBUH

SELEKSI DOMBA GARUT PEJANTAN DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA (TDS DD REPUBLIKA) BERDASARKAN UKURAN-UKURAN TUBUH SELEKSI DOMBA GARUT PEJANTAN DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA (TDS DD REPUBLIKA) BERDASARKAN UKURAN-UKURAN TUBUH SKRIPSI LISLIS TRISLAWATI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

Lebih terperinci

KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA

KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA 35 KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA Pendahuluan Populasi kuda lokal di Sulawesi Utara memiliki karakteristik baik morfologi maupun pola warna tubuh

Lebih terperinci

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK 1. Lokasi :... 2. Bangsa Sapi 1 :... 3. Identitas : (Kalung/No. Sapi/Nama Pemilik...) *) 4. Jenis Kelamin : ( / ) *) 5. Pengenalan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau bali dan kemudian menyebar

Lebih terperinci

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu, MSi. Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc.

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu, MSi. Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc. APLIKASI INDEKS MORFOLOGI DALAM PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN TIPE PADA DOMBA EKOR GEMUK DAN DOMBA EKOR TIPIS SKRIPSI HAFIZ PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun 10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garut Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun domba yang tersebar di seluruh dunia. Sampai saat ini tercatat 245 rumpun yang telah diidentifikasi

Lebih terperinci

Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi

Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi Apabila kita mengawinkan sapi Bali, maka anaknya yang diharapkan adalah sapi Bali bukan sapi madura. Demikian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba lokal dapat didefinisikan sebagai domba hasil perkawinan murni atau silangan yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan diketahui sangat produktif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaman Bangsa Sapi Lokal Bangsa (breed) adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, suatu bangsa dapat dibedakan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU UMI ADIATI dan A. SUPARYANTO Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221 Bogor 16002 ABSTRAK Domba Priangan merupakan domba yang mempunyai potensi sebagai domba

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda Lokal Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda Lokal Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda telah didomestikasi lebih daripada 6.000 tahun yang lalu di daerah stepa yang sekarang dikenal dengan daerah Rusia Selatan dan Ukraina. Sejak itu kuda mempunyai banyak manfaat

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 01 TAHUN 2017 ISSN : 25483129 1 Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas Aisyah Nurmi Dosen Program

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia karena dapat menghasilkan daging, wool, dan lain sebagainya. Prospek domba sangat menjanjikan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa PENDAHULUAN Latar Belakang Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa pulang anak kambing dari hasil buruannya. Anak-anak kambing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia Daging domba merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia, disamping produk daging yang berasal dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak

Lebih terperinci

GENETIKA DASAR Perluasan Analisis Mendelian dan Interaksi Gen

GENETIKA DASAR Perluasan Analisis Mendelian dan Interaksi Gen GENETIKA DASAR Perluasan Analisis Mendelian dan Interaksi Gen Oleh Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP 08 385 065 359 e-mail dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari Dipublikasi

Lebih terperinci

STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS

STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Ayam

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Ayam TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ayam Klasifikasi bangsa ayam menurut Myers (2001) yaitu kingdom Animalia (hewan); filum Chordata (hewan bertulang belakang); kelas Aves (burung); ordo Galliformes; famili Phasianidae;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak dipelihara sebagai ternak penghasil daging oleh sebagian peternak di Indonesia. Domba didomestikasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (UP3J-IPB) Desa Singasari Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan. 25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Utara pada koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

Lebih terperinci

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA SKRIPSI MUHAMMAD VAMY HANIBAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

A~a n = B~b~b 1 n = C~c b ~c s ~c a ~c n = D~d n = i~i n= L~l n = o~o n = = h.

A~a n = B~b~b 1 n = C~c b ~c s ~c a ~c n = D~d n = i~i n= L~l n = o~o n = = h. Lokus o~o yang terpaut kromosom X akan memberikan tiga macam warna fenotipe yaitu oranye (a 1 ), tortoiseshell (a ) dan bukan oranye (a ) dengan jumlah a 1 + a + a = n. Frekuensi alel ditentukan dengan

Lebih terperinci

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) SKRIPSI TRI MULYANINGSIH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

Lebih terperinci

GENETIKA DAN HUKUM MENDEL

GENETIKA DAN HUKUM MENDEL GENETIKA DAN HUKUM MENDEL Pengertian Gen Pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Hunt Morgan, ahli Genetika dan Embriologi Amerika Serikat (1911), yang mengatakan bahwa substansi hereditas yang dinamakan

Lebih terperinci

KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA

KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA Genetika merupakan salah satu bidang ilmu biologi yang mempelajari tentang pewarisan sifat atau karakter dari orang tua kepada anaknya. Ilmu genetika modern meliputi beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing Kambing diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; subfilum Vertebrata; kelas Mammalia; ordo Artiodactyla; sub-ordo Ruminantia; familia Bovidae; sub-familia

Lebih terperinci

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NURMALASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

Sejarah Kambing. Klasifikasi Kambing. Filum : Chordota (Hewan Tulang Belakang) Kelas : Mamalia (Hewan Menyusui)

Sejarah Kambing. Klasifikasi Kambing. Filum : Chordota (Hewan Tulang Belakang) Kelas : Mamalia (Hewan Menyusui) Sejarah Kambing Kambing lokal (Capra aegagrus hircus) adalah sub spesies dari kambing liar yang tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa. Kambing merupakan suatu jenis binatang memamah biak yang berukuran

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

I. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau, hasil pemekaran dari kabupaten induknya yaitu kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg TINJAUAN PUSTAKA Asal dan Klasifikasi Ternak Kambing Kingdom Bangsa Famili Subfamili Ordo Subordo Genus Spesies : Animalia : Caprini : Bovidae :Caprinae : Artiodactyla : Ruminansia : Capra : Capra sp.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu (Sumber : Suharyanto, 2007) Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur Kabupaten Kaur adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Bengkulu. Luas wilayah administrasinya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban TINJAUAN PUSTAKA Kurban Menurut istilah, kurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Anis, 1972). Kurban hukumnya sunnah,

Lebih terperinci

Simbol untuk suatu gen

Simbol untuk suatu gen P F Fenotip Genotip Istilah Simbol untuk suatu gen Homozigot Heterozigot Pengertian Singkatan dari kata Parental, yang artinya induk Singkatan dari kata Filial, yang artinya keturunan Karakter atau sifat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi)

KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi) KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi) F.F. Munier Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi

Lebih terperinci

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA DIKTAT 6 GENETIKA volume 4 PENYIMPANGAN HUKUM MENDELL A. Pendahuluan Kadang kala kita melihat bahwa hasil persilangan yang terjadi tidak lah seperti yang kita harapkan atau tidak seperti apa yang diperkirakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

SIMBOL SILSILAH KELUARGA

SIMBOL SILSILAH KELUARGA SIMBOL SILSILAH KELUARGA Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan teori tentang pewarisan sifat perolehan 2. Menjelaskan Hukum Mendel I 3. Menjelaskan Hukum Mendel II GENETIKA Genetika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Perkembangan Ternak Kambing Kambing (Capra hircus) merupakan salah satu jenis ternak yang pertama dibudidayakan oleh manusia untuk keperluan sumber daging, susu, kulit

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ternak unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber daging. Selain cita rasanya yang disukai, ternak unggas harganya relatif lebih murah dibandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Balai Pengembangan Ternak Domba Margawati merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang mempunyai tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong merupakan bangsa-bangsa kambing yang terdapat di wilayah Jawa Tengah (Dinas Peternakan Brebes

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA ACARA 2 SIMULASI HUKUM MENDEL NAMA : HEPSIE O. S. NAUK NIM : KELOMPOK : III ( TIGA )

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA ACARA 2 SIMULASI HUKUM MENDEL NAMA : HEPSIE O. S. NAUK NIM : KELOMPOK : III ( TIGA ) LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA ACARA 2 SIMULASI HUKUM MENDEL NAMA : HEPSIE O. S. NAUK NIM : 1506050090 KELOMPOK : III ( TIGA ) JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2017

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

TINJAUAN PUSTAKA. Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba merupakan ternak yang pertama kali didomestikasi, dimulai dari daerah Kaspia, Iran, India, Asia Barat, Asia Tenggara dan Eropa sampai ke Afrika. Ternak domba secara umum termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING S. SOPIYANA, A.R. SETIOKO, dan M.E. YUSNANDAR Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAGING DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI RANSUM DENGAN BERBAGAI LEVEL PENAMBAHAN KULIT SINGKONG SKRIPSI ADE IRMA SURYANI HARAHAP

SIFAT FISIK DAGING DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI RANSUM DENGAN BERBAGAI LEVEL PENAMBAHAN KULIT SINGKONG SKRIPSI ADE IRMA SURYANI HARAHAP SIFAT FISIK DAGING DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI RANSUM DENGAN BERBAGAI LEVEL PENAMBAHAN KULIT SINGKONG SKRIPSI ADE IRMA SURYANI HARAHAP DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba Garut merupakan salah satu komoditas unggulan yang perlu dilestarikan sebagai sumber

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

XII biologi. Kelas PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL I. Kurikulum 2006/2013. A. Pola-Pola Hereditas. Tujuan Pembelajaran

XII biologi. Kelas PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL I. Kurikulum 2006/2013. A. Pola-Pola Hereditas. Tujuan Pembelajaran Kurikulum 2006/2013 Kelas XII biologi PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Mengetahui jenis-jenis penyimpangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. Walaupun demikian semuanya termasuk dalam genus Bos dari famili Bovidae (Murwanto, 2008).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti daging, telur dan susu, semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan pendapatan.

Lebih terperinci

EPISTASI DAN HIPOSTASI Luisa Diana Handoyo, M.Si.

EPISTASI DAN HIPOSTASI Luisa Diana Handoyo, M.Si. EPISTASI DAN HIPOSTASI Luisa Diana Handoyo, M.Si. Selain mengalami berbagai modifikasi fenotipe karena adanya peristiwa aksi gen tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea (http://maps.google.com, 5 Agustus 2011)

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea (http://maps.google.com, 5 Agustus 2011) HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Bogor merupakan wilayah dari Propinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Propinsi Banten dan bagian dari wilayah Jabotabek. Secara geografis,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu diantaranya berdasarkan perbandingan banyaknya daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG). Domba ekor tipis merupakan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG). Domba ekor tipis merupakan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Indonesia memiliki dua tipe domba yang paling menonjol yaitu domba ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG). Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia yang dikenal

Lebih terperinci