KAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun

Transkripsi

1 10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garut Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun domba yang tersebar di seluruh dunia. Sampai saat ini tercatat 245 rumpun yang telah diidentifikasi dengan cukup baik, sehingga dari sisi performa fisik berupa sifat-sifat kuantitatif maupun sifat-sifat kualitatif dapat dibedakan antara satu rumpun dengan rumpun lainnya (Heriyadi, 2011). Populasi domba di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, populasi domba di Indonesia Tahun 2016 mencapai ekor dan penyumbang terbanyak adalah Jawa Barat dengan populasi sebanyak ekor di Tahun 2016 (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2016). Pemeliharaan domba di Indonesia dimulai sejak beberapa abad sebelum Masehi. Keterangan tersebut dibuktikan dengan ditemukannya relief Domba di Candi Borobudur (circa 800 SM) (Ryder, 1983). Asal-usul perkembangan Domba Garut diyakini berasal dari domba lokal asli Garut, yaitu dari Daerah Cibuluh dan Cikeris di Kecamatan Cikajang serta Kecamatan Wanaraja. Keyakinan tersebut dilandasi oleh teori genetik bahwa Domba Garut merupakan rumpun domba tersendiri, terutama banyak di daerah Priangan dan sekitarnya. (Atmadilaga, 1958). Keyakinan ini telah cukup lama berkembang dikalangan peternak lama berkembang di kalangan peternak domba di kabupaten garut, khusus nya masyarakat peternak di Kecamatan Cikajang dan Wanaraja sebagian besar meragukan bahwa Domba Garut dengan ciri ciri kuping yang rumpung berasal dari daerah lain di luar Garut, termasuk tokoh tokoh peternak domba di Garut

2 11 menyakini bahwa Domba Garut merupakan SDGT asli dari Kabupaten Garut. (Heriyadi, 2011). Domba Garut adalah rumpun domba asli Jawa Barat, dengan ciri khas memiliki kuping rumpung (< 4cm) atau ngadaun hiris (4 8 cm) dengan ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong (Heriyadi, 2001). Daun telinga rumpung merupakan bentuk telinga yang tumbuh kecil panjangnya kurang dari 4 cm, sedangkan daun telinga ngadaun hiris merupakan bentuk daun telinga yang menyerupai daun hiris atau kacang gude (Cajanus cajan) dengan panjang 4-8 cm. Ekor ngabuntut beurit merupakan bentuk ekor domba yang menyerupai segi tiga tanpa timbunan lemak dengan bentuk yang mengecil pada ujung ekor, sedangkan ekor ngabuntut bagong merupakan bentuk ekor domba yang menyerupai segi tiga dengan timbunan lemak pada pangkal ekor dengan lebar lebih dari 11 cm dan mengecil pada ujung ekor. (Heriyadi, 2011). Domba Garut memiliki dua galur, yaitu Domba Garut galur Cibuluh dan Domba Garut galur Wanaraja. Domba Garut galur Cibuluh, memiliki ciri yang sangat spesifik, yaitu kombinasi antara bentuk kuping yang rumpung (rudimenter) dengan ukuran di bawah 4 cm atau ngadaun hiris (4 8 cm) dengan bentuk ekor segitiga yang lebar pada pangkal ekor dan mengecil ke arah ujung (ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong), dengan dominasi warna hitam pada bagian muka dan badan termasuk dominan hitam pada tubuh secara keseluruhan, sedangkan Domba Garut galur Wanaraja, memilki cara spesifik yang sma dengan Domba Garut galur Cibuluh (Kecamatan Cikajang), namun dengan dominasi warna bulu pada bagian muka dan badan putih (Heriyadi, 2011). Ciri lain yang membuat Domba Garut galur Cibuluh atau Domba Garut asal Cikajang adalah dari segi bentuk tubuh. Domba Garut galur Cibuluh memiliki

3 12 postur tubuh yang lebih besar ke arah depan (ngabaji) dan secara fungsional lebih berkembang ke arah domba tipetangkas, serta warna bulu dominan hitam (>50%) pada seluruh tubuh meliputi muka dan badan, khususnya pada bagian muka bulu harus dominan warna hitam (>50%). Domba Garut galur Wanaraja memiliki tinggi pundak yang lebih pendek dibandingkan Domba Garut galur Cibuluh, postur tubuh bulat memanjang dengan perdagingan yang besar pada bagian paha belakang, serta bulu dominan putih (>50%) pada seluruh tubuh meliputi muka dan badan, khusunya pada bagian muka dan bulu dominan warna putih (>50%) (Heriyadi, 2011). Bibit Domba Garut adalah Domba Garut yang memenuhi persyaratan spesifikasi, persyaratan mutu tertentu, mempunyai silsilah untuk menghasilkan bibit, serta memiliki daya produksi dan reproduksi yang baik (BSN, 2009). Persyaratan mutu yang harus dimiliki oleh Domba Garut yang akan melalui proses sertifikasi adalah persyaratan mutu kualitatif dan kuantitatif. Persyaratan mutu sifat kualitatif yang harus dipenuhi yaitu Domba Garut harus memiliki kombinasi antara bentuk telinga ngadaun hiris (4-8 cm) atau rumpung (<4cm) dengan bentuk ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong, bentuk tanduk Domba Garut jantan gayor, golong tambang, leang, ngabendo, dan warna bulu hitam, putih, dan coklat atau kombinasinya. Persyaratan mutu sifat kuantitatif yang harus dipenuhi, yaitu bobot lahir, bobot sapih, bobot badan dewasa, panjang badan, lingkar dada, dan tinggi pundak (BSN, 2009). Sifat kualitatif adalah sifat yang tidak dapat diukur, tetapi dapat dibedakan dan dikelompokan secara tegas. Sifat ini dikendalikan oleh satu atau beberapa gen dan sedikit dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Hardjosubroto, 1994). Cara mengidentifikasi ternak salah satunya dengan mengetahui sifat-sifat kulaitatifnya.

4 13 Sifat kualitatif dalam arti penting dapat diklasifikasikan ke dalam sifat luar, yaitu sifat yang tampak dan sedikit, atau tidak ada hubungannya dengan kemampuan produksi. Sifat ini bagi para pemulia digunakan sebagai cap dagang atau trade mark dan akibatnya sering dipertimbangkan dalam program pemuliaan (Warwick, dkk., 1990). Menurut Noor (1996), sifat-sifat kualitatif seperti pola warna, sifat bertanduk, atau tidak bertanduk dapat dibedakan tanpa harus mengukurnya. Sifat-sifat kualitatif biasanya hanya dikontrol oleh sepasang gen. 2.2 Bentuk Tanduk Bentuk tanduk memiliki nilai tersendiri di mata peternak, hal ini menjadikan peternak sering memilih bibit Domba Garut jantan berdasarkan bentuk tanduk. Bentuk tanduk merupakan parameter utama yang dijadikan acuan untuk memilih Domba Garut tipe tangkas, dibandingkan sifat kualitatif lain bentuk tanduk termasuk paling penting, karena nilai jual Domba Garut tipe tangkas yang memiliki bentuk tanduk besar dengan bentuk tanduk tertentu lebih tinggi dibandingkan tanduk Domba Garut tipe tangkas dengan bentuk tanduk yang sama, namun dengan ukuran yang lebih kecil (Heriyadi, 2005). Domba Garut memiliki empat macam bentuk tanduk gayor, golong tambang, leang, dan ngabendo (BSN, 2009). Pernyataan lain mengatakan bahwa Domba Garut memiliki tujuh macam bentuk tanduk yaitu : gayor, leang, golong tambang, ngabendo, japlang, lele paeh, dan sogong (Heriyadi, 2011). Bentuk tanduk Domba Garut pada dasarnya ada empat macam sesuai dengan pernyataan Badan Standar Nasional, tetapi di lapangan banyak ditemui bentuk tanduk seperti sogong yang melengkung ke arah depan dan jatuh lurus ke arah bawah sampai melebihi lebar muka, ujung tanduk lurus tidak ada lengkungan ke arah samping (mirip gayor) (Heriyadi, 2011). Begitupun dengan bentuk tanduk lele paeh dan

5 14 japlang kedua bentuk tanduk ini pun pada dasarnya sama dengan bentuk tanduk leang. 2.3 Motif Bulu Domba Garut memiliki berbagai macam motif bulu yaitu : belang sapi, hideung polos, sambung, baracak, baralak, laken, kondang, putih, riben, mawat, belang batu, pelong, balon, barungbun, baralak antri, bondol, cebak, comot, topeng, tablo, dan sambung tutup (Heriyadi, 2011). Keragaman motif bulu yang dimiliki Domba Garut jantan menjadikan motif bulu sebagai salah satu faktor dalam pemilihan bibit Domba Garut jantan, preferensi peternak dalam memilih Domba Garut jantan berdasarkan motif bulu sedikit dipengaruhi oleh tren pada saat itu dan umumnya peternak memilih bibit Domba Garut sesuai dengan seleranya masing masing. 2.4 Warna Bulu Warna bulu merupakan salah satu dari sifat kualitatif Domba Garut yang menjadi faktor penting dalam pemilihan bibit Domba Garut. Menurut Badan Standar Nasional persyaratan sifat kualitatif untuk warna bulu Domba Garut adalah hitam, putih, coklat atau kombinasinya (BSN, 2009). Warna bulu yang putih bersih memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan warna bulu lainnya seperti hitam, coklat atau kombinasi, warna bulu putih ini lebih dikehendaki oleh konsumen terutama untuk konsumen pada saat menjelang Hari Raya Idul Adha. Berbeda dengan Domba Garut tipe tangkas, warna bulu hitam lebih diminati oleh para peternak dan memiliki nilai jual ekonomis yang tinggi pula dibandingkan dengan warna putih, coklat, atau kombinasi (Heriyadi, 2005).

6 Bibit Domba Garut Bibit Domba Garut adalah Domba Garut yang memenuhi persyaratan spesifikasi, persyaratan mutu tertentu, mempunyai silsilah untuk menghasilkan bibit, serta memiliki daya produksi dan reproduksi yang baik (BSN, 2009). Persyaratan mutu yang harus dimiliki oleh Domba Garut yang akan melalui proses sertifikasi adalah persyaratan mutu kualitatif dan kuantitatif. Persyaratan mutu sifat kualitatif yang harus dipenuhi yaitu Domba Garut harus memiliki kombinasi antara bentuk telinga ngadaun hiris (4-8 cm) atau rumpung (<4cm) dengan bentuk ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong, bentuk tanduk Domba Garut jantan gayor, golong tambang, leang, ngabendo pada umur domba memasuki dewasa tubuh (18 bulan), dan warna bulu hitam, putih, dan coklat atau kombinasinya (senarai SNI Domba Garut). 2.6 Pewilayahan Sumber Bibit Pewilayahan Sumber Bibit adalah serangkaian kegiatan untuk memetakan suatu wilayah dengan agroekosistem tertentu sebagai wilayah sumber bibit. Wilayah Sumber Bibit adalah suatu wilayah agroekosistem yang tidak dibatasi oleh wilayah administratif pemerintahan dan mempunyai potensi untuk pengembangan bibit dari jenis, rumpun, atau galur ternak tertentu. Bibit ternak adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskan serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan. (Permentan Nomor 48 OT.140/9/2011). Desa Dano ditetapkan sebagai Wilayah Sumber Bibit Domba Garut setelah keluarnya Permentan Nomor 48 OT.140/9/2011. Wilayah sumber bibit Domba Garut hampir terdapat di seluruh wilayah Jawa Barat, wilayah sumber bibit Domba Garut di antaranya Kota Garut, Kota Bandung, Kabupaten Bandung,

7 16 Cianjur, Kuningan, Sumedang, Sukabumi, dan Bogor (Heriyadi, 2009). Domba Garut unggul tidak hanya terdapat di daerah Garut saja, tetapi banyak yang berasal dari daerah luar Garut seperti Kota Bandung, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang pun sekarang sudah mulai dikenal sebagai wilayah penghasil bibit Domba Garut unggulan. 2.7 Syarat Umum Penetapan Wilayah Sumber Bibit Ternak Aspek utama dalam mengelola wilayah sumber bibit adalah program pemuliaan yang dilaksanakan dan implementasi pedoman pembibitan ternak yang baik (Good Breeding Practice/GBP) untuk menjadikan wilayah terpilih sebagai wilayah sumber bibit ternak. Oleh karena itu dalam wilayah sumber bibit ternak asli/lokal, maka program pemuliaan yang terstruktur dan terarah harus dilakukan melalui partisipasi aktif kelompok peternak untuk secara bersama dan bertanggung jawab mewujudkan dan mempertahankan wilayah sumber bibit secara berkelanjutan (Direktorat Perbibitan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, 2015). Syarat-syarat untuk Penetapan Wilayah Sumber Bibit antara lain: (1) Rumpun atau galur ternak yang diusulkan dalam satu kabupaten/kota harus memiliki populasi dominan (>80%) dibandingkan dengan rumpun atau galur ternak lainnya. Rumpun atau galur ternak yang diusulkan dalam wilayah sumber bibit, diutamakan rumpun/galur ternak yang telah ditetapkan atau dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian, (2) Agroklimat yang dipersyaratkan dalam penetapan wilayah sumber bibit meliputi sumber dan daya dukung pakan, kesesuaian lahan, curah hujan, temperatur, kelembaban, topografi dan kapasitas tampung, (3) Kepadatan penduduk di wilayah sumber bibit, (4) Sosial ekonomi di