Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea ( 5 Agustus 2011)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea (http://maps.google.com, 5 Agustus 2011)"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Bogor merupakan wilayah dari Propinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Propinsi Banten dan bagian dari wilayah Jabotabek. Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak pada 6 o 18'10"-6 o 47'10" Lintang Selatan dan 106 o 23'45"-107 o 13'30" Bujur Timur. Kabupaten Bogor terdiri dari 35 kecamatan, salah satunya ialah Kecamatan Ciampea. Jumlah penduduk di Kecamatan Ciampea hingga akhir tahun 2010 tercatat sebanyak jiwa yang terdiri atas lakilaki dan perempuan. Kecamatan ini mempunyai luas wilayah kurang lebih 53,6 km 2 dengan ketinggian sekitar 300 m di atas permukaan laut (dpl). Kontur tanah Kecamatan Ciampea berupa dataran dan perbukitan. Perbukitan di kecamatan ini mencapai 55% dari seluruh luas wilayah, dengan suhu udara sekitar o C dan curah hujan mencapai 22 hari per tahun (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Dramaga Kabupaten Bogor, 2010). Penelitian mengambil sampel di tiga peternakan di Desa Tegalwaru, yaitu Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD. Berkah. Desa Tegalwaru merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam Kecamatan Ciampea. Batas sebelah Utara Desa Tegalwaru adalah Desa Bojongrangkas. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinangka, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cicadas dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bojongjengkol. Lokasi Desa Tegalwaru dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea ( 5 Agustus 2011) 15

2 Desa Tegalwaru masuk ke dalam kategori Inpres Desa Tertinggal dengan luas wilayah ha dan ketinggian 200 m di atas permukaan laut (dpl) serta curah hujan tinggi yaitu sekitar m 3. Desa Tegalwaru pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk jiwa. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tegalwaru pada umumnya hanya tamat sekolah dasar atau sederajat, yaitu sebesar orang atau 9,21% dari jumlah penduduk, namun masih ada sejumlah masyarakat yang mampu meneruskan pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi setingkat program doktor (S3) yaitu sekitar 27 orang atau 0,22% dari jumlah penduduk. Penduduk yang memiliki mata pencaharian bertani (termasuk didalamnay beternak) di Kecamatan Ciampea yaitu berjumlah 971 jiwa atau 7,88% dari jumlah penduduk (Haerudin, 2010). Kondisi Umum Peternakan Mitra Tani Farm Mitra Tani Farm atau lebih dikenal MT Farm merupakan sebuah usaha berbasis peternakan yang menangani budidaya dan penjualan ternak khususnya domba, kambing, sapi dan kelinci. Usaha ini dikelola oleh beberapa alumni Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bidang usaha dari MT Farm mencakup penggemukkan, pembibitan, aqiqah dan cattering. Usaha MT Farm dibina dan dibimbing oleh Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Luas lahan dan kandang sebesar 1 Ha. Kandang penggemukkan domba menerapkan sistem koloni yang dapat menampung ekor domba tiap kandang dan total keseluruhan kapasitas kandang hingga 300 ekor ternak domba. Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa konsentrat dan ampas tahu. Kondisi kandang dapat dilihat pada Gambar 4. Jumlah ampas tahu yang diberikan tidak ditimbang, tetapi ditaksir sebanyak kebutuhan ternak, sedangkan pemberian konsentrat dengan ditakar sebesar satu ember untuk 1-2 kandang. Pakan berupa ampas tahu diberikan pada siang dan sore hari, sedangkan konsentrat diberikan pada pagi hari. Domba dipelihara dengan sistem intensif di dalam kandang panggung dengan atap asbes. Lantai kandang dibuat dari bilah kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar kotoran tidak terinjak oleh domba dan jatuh ke penampungan. MT Farm berlokasi di Jalan Baru No.39 RT.04 RW.05 Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. 16

3 Gambar 4. Kandang Penggemukkan Domba Mitra Tani (MT) Farm UD Berkah Usaha Dagang Berkah disingkat UD. Berkah merupakan usaha berbasis peternakan komersial perorangan yang menangani budidaya dan penjualan ternak khususnya sapi, domba dan kambing. Peternakan ini didirikan pada tahun Bidang usaha dari UD. Berkah mencakup penggemukkan, pembibitan dan aqiqah. Ternak domba dan kambing dalam jumlah sedikit, hanya untuk aqiqah dan jasa cattering, sebagian pembibitan. Pada Hari Raya Idul Qurban, jumlah ternak ditambah untuk keperluan penggemukkan dan penjualan. Kandang penggemukkan domba menerapkan sistem individu yang dapat menampung hingga 75 ekor ternak domba, sedangkan kandang pembibitan menerapkan sistem koloni hingga 45 ekor ternak domba. Kondisi kandang dapat dilihat pada Gambar 5. 17

4 Gambar 5. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba UD Berkah Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa hijauan. Jumlah hijauan yang diberikan tidak ditakar dan ditaksir sebanyak kebutuhan ternak. Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput lapang dan daun. Waktu pemberian pada pagi, siang dan sore hari. Kandungan air pada hijauan cukup tinggi, sehingga saat pemberian pakan hijauan domba tidak perlu diberikan air minum terpisah. Domba dipelihara dengan sistem intensif di dalam kandang panggung dengan atap genteng. Lantai kandang dibuat dari bilah kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar kotoran tidak terinjak oleh domba dan jatuh ke penampungan. UD. Berkah beralamat di Gang Barokah Jalan Manunggal Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Sumber Rezeki Farm Peternakan Sumber Rezeki (SR) Farm dibentuk melalui program pemberdayaan Direktorat Jenderal Peternakan bernama Sarjana Masuk Desa atau lebih dikenal dengan sebutan SMD. SR Farm mulai beroperasi Februari 2011, walaupun telah disahkan berdiri sejak Desember SR Farm khusus menangani budidaya dan penjualan ternak domba. Berawal dari 68 ekor domba yang terdiri atas 33 ekor Domba Garut dan 35 Domba Ekor Tipis (lokal), SR Farm dapat bertahan 18

5 hingga saat ini. Peternakan ini memiliki kandang yang dapat menampung ternak domba hingga 100 ekor. Kandang domba SR Farm menerapkan sistem koloni dengan kapasitas 5-7 ekor per kandang. Kondisi kandang dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba Sumber Rezeki Farm Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa hijauan. Jumlah hijauan yang diberikan tidak ditakar dan ditaksir sebanyak kebutuhan ternak. Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput lapang. Waktu pemberian pada pagi, siang dan sore hari. Kandungan air pada hijauan cukup tinggi, sehingga saat pemberian pakan hijauan domba tidak diberikan air minum. Domba dipelihara dengan sistem intensif di dalam kandang panggung dengan atap asbes. Lantai kandang dibuat dari bilah kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar kotoran tidak terinjak oleh domba dan jatuh ke penampungan. SR Farm bertempat tidak jauh dari MT Farm, yaitu Desa Tegalwaru RT.03 RW.05 Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Domba Ukuran-ukuran permukaan tubuh memiliki kegunaan untuk menaksir bobot badan dan memberikan gambaran bentuk (shape) tubuh hewan sebagai ciri khas 19

6 suatu bangsa (Doho, 1994). Rataan bobot badan Domba Ekor Gemuk yang telah dikelompokkan menjadi dua umur, disajikan pada Tabel 3. Domba Ekor Gemuk Tabel 3. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang Berbeda Umur Bobot Badan (kg) I 0 I 1 18,74±6,05 (n=52) 17,94±5,71 (n=30) Rataan Umum 18,45±5,91 Keterangan : n menunjukkan jumlah sampel (ekor) Rataan bobot badan Domba Ekor Gemuk pada umur I 0 maupun I 1 tidak berbeda nyata (P>0,05). Domba Ekor Gemuk mempunyai rataan umum bobot badan sebesar 18,45 kg/ekor dengan kisaran antara 17,94-18,74 kg/ekor. Data memperlihatkan terjadinya penurunan rataan bobot badan pada Domba Ekor Gemuk. Perbedaan bobot badan ini mungkin disebabkan oleh kondisi tubuh saat ternak ditimbang. Perbedaan kondisi tubuh antara lain dipengaruhi oleh laju pertumbuhan, sebagaimana dinyatakan oleh Judge et al. (1989) bahwa komposisi tubuh antara lain dipengaruhi oleh laju pertumbuhan. Diperkirakan pada laju pertumbuhan yang berbeda, pertumbuhan tulang karkas tidak berbeda, sedangkan pertumbuhan daging dan lemak karkas berbeda (Rianto et al., 2006). Natasasmita (1979) menambahkan bahwa pakan sangat penting diperlukan untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan ternak, sehingga harus mengandung gizi dan selalu tersedia. Pakan yang diberikan pada umumnya berupa hijauan; tetapi pada saat ketersediaan hijauan berkurang, maka perlu diberikan penambahan pakan penguat seperti konsentrat. Peningkatan sedikit saja ukuran tubuh akan menyebabkan peningkatan yang proporsional dari bobot badan, karena bobot badan merupakan fungsi dari volume tubuh. Fourie et al. (2002) menyatakan bentuk dan ukuran tubuh ternak dapat dideskripsikan dengan menggunakan ukuran permukaan tubuh dan penilaian visual pada ternak. Panjang badan dan lingkar dada Domba Ekor Gemuk (DEG) pada umur berbeda disajikan pada Tabel 4. 20

7 Tabel 4. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang Berbeda Peubah I 0 (n=52) I 1 (n=30) Rataan Umum (n=82) cm Lingkar Dada 58,17±4,86 60,33±5,83 58,96±5,3 Panjang Badan 48,85±4,68 48,9±4,77 48,87±4,68 Keterangan: n menunjukkan jumlah sampel (ekor) Rataan lingkar dada DEG pada umur I 0 maupun I 1 tidak berbeda nyata (P>0,05). Berdasarkan Tabel 4, DEG mempunyai rataan umum lingkar dada sebesar 58,96 cm/ekor dengan kisaran antara 58,17-60,33 cm/ekor. Hal yang sama juga terjadi pada rataan panjang badan DEG pada umur I 0 maupun I 1 tidak berbeda nyata (P>0,05). Banyak faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh diantaranya pakan dan jenis kelamin. Pakan yang diberikan pada penelitian ini adalah ad libitum disesuaikan dengan takaran tempat pakan yang ada, sementara itu kandang berbentuk koloni, sehingga memungkinkan sebagian domba tidak mendapatkan pakan seuai kebutuhannya. Ukuran tubuh bertambah seiring dengan bertambahnya umur, namun demikian ukuran tubuh ternak juga dipengaruhi kandungan gizi dan jenis kelamin. Berdasarkan Tabel 4, DEG mempunyai rataan umum panjang badan sebesar 48,87 cm/ekor dengan kisaran antara 48,85-48,9 cm/ekor. Hasil ini menandakan bahwa panjang badan Domba Ekor Gemuk umur I 0 hingga umur I 1 tidak berbeda nyata (P>0,05). Menurut Aberle et al. (2001), ukuran tubuh seperti lingkar dada dan panjang badan mengalami pertumbuhan. Pada waktu kecepatan pertumbuhan mendekati konstan, slope kurva pertumbuhan hampir tidak berubah. Dalam hal ini, pertumbuhan otot, tulang dan organ-organ penting mulai berhenti, sedangkan penggemukkan (fattening) mulai dipercepat. Ukuran-ukuran tubuh seperti panjang badan dan lingkar dada mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda (Salamena, 2006). Rataan bobot badan Domba Ekor Tipis yang telah dikelompokkan menjadi dua umur, disajikan pada Tabel 5. 21

8 Domba Ekor Tipis Tabel 5. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Tipis pada Umur yang Berbeda Umur I 0 I 1 Bobot Badan (kg) 15,32±5,44 (n=113) A 23,91±6,56 (n=21) B Rataan Umum 16,67±6,42 Keterangan : n menunjukkan jumlah sampel (ekor). Superscript dengan huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil sangat berbeda nyata (P<0,01) Berbeda dengan Domba Ekor Gemuk, pada Domba Ekor Tipis bobot badan umur I 0 dan I 1 berbeda sangat nyata (masak dini). Hal tersebut ditunjukkan oleh bobot badan Domba Ekor Tipis umur I 1 yang nyata lebih tinggi dibandingkan Domba Ekor Tipis umur I 0 (P<0,01). Domba Ekor Tipis umur I 0 memiliki rataan bobot badan 15,32 kg/ekor sedangkan pada umur I 1, rataan bobot badan Domba Ekor Tipis mencapai 23,91 kg/ekor. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan bobot badan pada domba. Meningkatnya umur berkorelasi dengan meningkatnya bobot badan, namun pertumbuhan akan terhenti pada umur tertentu sehingga bobot badan tidak akan meningkat kembali. Hasil ini sesuai dengan apa yang dikatakan Tillman et al. (1984) bahwa pertumbuhan ternak terdiri atas tahap cepat yang terjadi mulai awal sampai pubertas dan tahap lambat yang terjadi pada saat kedewasaan tubuh telah tercapai. Bobot badan yang berbeda disebabkan domba mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya konsumsi pakan. Makanan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Bobot badan juga dipengaruhi oleh manajemen dan lingkungan pemeliharaan serta pemberian pakan yang diberikan, sesuai dengan yang diungkapkan oleh Aberle et al. (2001) dan Williams (1982). Tampak bahwa kelompok Domba Ekor Tipis memiliki bobot badan yang lebih besar dibandingkan Domba Ekor Gemuk, sehingga dapat dikatakan bangsa domba dapat mempengaruhi ukuran bobot badan. Panjang badan dan lingkar dada Domba Ekor Tipis (DET) pada umur berbeda disajikan pada Tabel 6. 22

9 Tabel 6. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Tipis pada Umur yang Berbeda Peubah I 0 (n=113) I 1 (n=21) Rataan Umum (n=134) cm Lingkar Dada 56,15±6,89 A 65,62±6,69 B 57,64±7,66 Panjang Badan 46,65±4,92 A 51,71±4,75 B 47,44±5,21 Keterangan: n menunjukkan jumlah sampel (ekor). Superscript dengan huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil sangat berbeda nyata (P<0,01) Perbedaan umur berpengaruh nyata terhadap rataan lingkar dada dan panjang badan Domba Ekor Tipis (P<0,01). Rataan lingkar dada DET pada umur I 1 sangat nyata lebih tinggi dibandingkan pada umur I 0. Hal demikian terjadi pula pada rataan panjang badan DET pada umur I 0 maupun I 1. Rataan panjang badan DET pada umur I 1 nyata lebih tinggi dibandingkan pada umur I 0. Hasil ini memiliki arti lingkar dada dan panjang badan dapat dijadikan kriteria dalam menentukan bobot badan DET pada umur I 0 dan I 1. Penelitian sebelumnya menyatakan lingkar dada dan panjang badan mempunyai korelasi yang erat dengan bobot badan domba, sehingga erat hubungannya dengan pertumbuhan. Diwyanto (1982) dan Amri (1992) menambahkan semakin cepat laju pertumbuhan, menyebabkan ukuran tubuh linear seperti lingkar dada dan panjang badan meningkat. Hal ini pula yang mendasari konsep pertumbuhan yaitu ke arah samping (Manggung, 1979). Ukuran tubuh seperti lingkar dada dan panjang badan masih dapat mengalami pertumbuhan selama belum mendekati pertumbuhan konstan. Pertumbuhan merupakan terjadinya perubahan ukuran tubuh dalam suatu organisme sebelum mencapai dewasa, sedangkan perkembangan adalah produk hasil perbedaan pertumbuhan dari masing-masing bagian tubuh dari suatu organisme. Selain umur, lingkar dada dan panjang badan merupakan karakter tubuh yang dapat dipengaruhi oleh genetik ternak. Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh seperti panjang badan dan lingkar dada merupakan karakter kuantitatif (Salamena, 2006). Selanjutnya Noor (2004) menyatakan karakter atau sifat kuantitatif dikontrol oleh banyak gen yang aksinya bersifat aditif, sehingga terdapat kemungkinan bobot badan dipengaruhi oleh gen dari ukuran tubuh lain seperti panjang badan dan lingkar dada. 23

10 Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Ukuran Tubuh Menggunakan Persamaan Regresi Linear Pada umumnya, bobot badan domba akan mencerminkan bobot karkas yang dihasilkan dan menjadi salah satu parameter penting untuk menentukan kebutuhan pakan serta nilai jual domba. Metode pengukuran bobot badan dapat dilakukan dengan pendugaan yang umumnya dilakukan melalui ukuran-ukuran tubuh ternak, misalnya melalui lingkar dada dan panjang badan. Domba Ekor Gemuk Tabel 7 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran tubuh Domba Ekor Gemuk (DEG) umur I 0. Tabel 7. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I 0 Ukuran Persamaan R 2 Nilai Korelasi Lingkar Dada Bobot Badan y = 1,152x-48,29 0,857 0,926** Panjang Badan Bobot Badan y = 0,984x-29,35 0,578 0,761** Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan Tabel 7 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 1,152x-48,29 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,926 dan koefisien determinasi 0,857. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 1,152 satuan dan sekitar 85,7% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar dada dan bobot badan, sedangkan 14,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot badan (Gambar 7). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I 0. 24

11 33 28 Bobot Badan (kg) y = 1.152x R² = Lingkar Dada (cm) Gambar 7. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Umur I 0 Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,984x-29,35 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,761 dan koefisien determinasi 0,578. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,984 satuan dan sekitar 57,8% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan bobot badan, sedangkan 42,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan (Gambar 8). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I 0. Koefisien korelasi dan koefisien determinasi (R 2 ) Domba Ekor Gemuk umur I 0 yang diukur tertera pada Tabel 7. 25

12 33 28 Bobot Badan (kg) y = 0.984x R² = Panjang Badan (cm) Gambar 8. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Umur I 0 Setiap komponen tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda, karena pengaruh genetik maupun lingkungan, namun dapat berkorelasi satu sama lain. Doho (1994) mengemukakan bahwa korelasi yang erat antara bobot badan dan setiap ukuran tubuh merupakan perwujudan dari adanya proses pertumbuhan yang terjadi pada hewan tersebut, karena untuk menjaga keseimbangan biologis, maka setiap pertumbuhan komponen-komponen tubuh akan diiikuti dengan meningkatnya ukuran-ukuran tubuh. Tabel 8 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran tubuh Domba Ekor Gemuk (DEG) umur I 1. Tabel 8. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I 1 Ukuran Persamaan R 2 Nilai Korelasi Lingkar Dada Bobot Badan y = 0,916x-37,35 0,875 0,935** Panjang Badan Bobot Badan y = 1,051x-33,47 0,772 0,879** Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan 26

13 Tabel 8 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,916x-37,35 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,935 dan koefisien determinasi 0,875. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,916 satuan dan sekitar 87,5% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar dada dan bobot badan, sedangkan 12,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot badan (Gambar 9). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I Bobot Badan (kg) y = 0.916x R² = Lingkar Dada (cm) Gambar 9. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Umur I 1 Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 1,051x-33,47 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,879 dan koefisien determinasi 0,772. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot 27

14 badan (y) sebesar 1,051 satuan dan sekitar 77,2% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan bobot badan, sedangkan 22,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan (Gambar 10). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I 1. Koefisien korelasi dan koefisien determinasi (R 2 ) Domba Ekor Gemuk umur I 1 yang diukur tertera pada Tabel Bobot Badan (kg) y = 1.051x R² = Panjang Badan (cm) Gambar 10. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Umur I 1 Nilai korelasi ukuran tubuh Domba Ekor Gemuk umur I 1 pada umumnya lebih tinggi dari I 0, dengan kata lain Domba Ekor Gemuk umur I 1 umumnya memiliki hubungan yang lebih erat pada masing-masing ukuran tubuh dibandingkan Domba Ekor Gemuk umur I 0. Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 hingga +1. Nilai -1 menunjukkan adanya hubungan yang sempurna namun bersifat terbalik atau berlawanan (negatif) antara masing-masing variabel, sedangkan hubungan +1 28

15 menyatakan adanya hubungan sempurna positif antara masing-masing variabel. Koefisien korelasi bernilai sempurna positif mempunyai makna jika nilai X naik, maka Y juga naik, sedangkan koefisien korelasi bernilai sempurna negatif jika nilai X naik, maka Y akan turun atau sebaliknya. Hal serupa juga dinyatakan oleh Nurhayati (2004) bahwa terdapat korelasi positif antara bobot badan dan panjang badan. Domba Ekor Tipis Tabel 9 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran tubuh Domba Ekor Tipis (DET) umur I 0. Tabel 9. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I 0 Ukuran Persamaan R 2 Nilai Korelasi Lingkar Dada Bobot Badan y = 0,748x-26,72 0,901 0,949** Panjang Badan Bobot Badan y = 0,838x-23,81 0,575 0,759** Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan Tabel 9 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,748x-26,72 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,949 dan koefisien determinasi 0,901. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,748 satuan dan sekitar 90,1% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar dada dan bobot badan, sedangkan 9,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot badan (Gambar 11). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I 0. 29

16 36 31 Bobot Badan (kg) y = 0.748x R² = Lingkar Dada (cm) Gambar 11 Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Umur I 0 Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,838x-23,81 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,759 dan koefisien determinasi 0,575. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,838 satuan dan sekitar 57,5% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan bobot badan, sedangkan 42,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan (Gambar 12). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I 0. Koefisien korelasi dan koefisien determinasi (R 2 ) Domba Ekor Tipis umur I 0 yang diukur tertera pada Tabel 9. 30

17 35 30 Bobot Badan (kg) y = 0.838x R² = Panjang Badan (cm) Gambar 12. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Umur I 0 Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perbedaan nilai ukuran tubuh ternak ialah bangsa ternak, kemampuan individu ternak saat tumbuh dan manajemen pemeliharaan termasuk di dalamnya pemberian dan konsumsi pakan. Tumbuh kembang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pakan dan manajemen (Aberle et al., 2001). Selanjutnya dinyatakan Cole (1982), laju pertumbuhan setelah lepas sapih ditentukan oleh potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak. Potensi pertumbuhan dalam periode lepas sapih juga dipengaruhi oleh faktor bangsa. Perbedaan bangsa memberikan keragaman dalam kecepatan pertumbuhan dan komposisi tubuh. Ternak dari satu bangsa tertentu cenderung tumbuh dan berkembang dalam suatu sifat yang khas, yang mencerminkan kekhasan bangsanya (Aberle et al., 2001). Tabel 10 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran tubuh Domba Ekor Tipis (DET) umur I 1. 31

18 Tabel 10. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I 1 Ukuran Persamaan R 2 Nilai Korelasi Lingkar Dada Bobot Badan y = 0,904x-35,45 0,852 0,923** Panjang Badan Bobot Badan y = 1,040x-29,89 0,566 0,753** Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan Tabel 10 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,904x-35,45 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,923 dan koefisien determinasi 0,852. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,904 satuan dan sekitar 85,2% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar dada dan bobot badan, sedangkan 14,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot badan (Gambar 13). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I Bobot Badan (kg) y = 0.904x R² = Lingkar Dada (cm) Gambar 13. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Umur I 1 32

19 Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 1,040x-29,89 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,753 dan koefisien determinasi 0,566. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 1,040 satuan dan sekitar 56,6% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan bobot badan, sedangkan 43,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan (Gambar 14). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I 1. Koefisien korelasi dan koefisien determinasi (R 2 ) Domba Ekor Tipis umur I 1 yang diukur tertera pada Tabel Bobot Badan (kg) y = 1.040x R² = Panjang Badan (cm) Gambar 14. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis umur I 1 Fourie et al. (2002) menyatakan bahwa lingkar dada dan panjang badan mempunyai pengaruh besar terhadap bobot badan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa 33

20 korelasi positif ditemukan antara lingkar dada dan tingkat pertumbuhan yang mengindikasikan bahwa seleksi pada lingkar dada menjadi petunjuk kecepatan pertumbuhan pada ternak. Darmadi (2004) menambahkan bahwa pada umumnya lingkar dada lebih mempengaruhi bobot badan dibandingkan panjang badan yang mempengaruhinya. Uji Keakuratan Uji keakuratan perlu dilakukan untuk mengetahui keakuratan rumus pendugaan terhadap ukuran tubuh domba yang sebenarnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan ukuran bobot hidup dan lingkar dada yang dimasukkan ke dalam pengolahan data persamaan tersebut. Pengujian keakuratan disajikan pada Tabel 11 dan 12. Tabel 11. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Lingkar Dada Bangsa Domba DEG DET Umur Ukuran Sebenarnya BB Dugaan Ketelitian LD (cm) BB (kg/ekor) (kg/ekor) (%) 60 26,5 20,83 78,6 % 61 25,5 21,98 86,2% I ,44 87,7% ,98 84,5% 62 23,5 23,13 98,4% Rataan 87,1% 72 31,75 28,6 90,1% ,27 81,8% I ,2 13,95 81,1% 56 16,8 13,95 83% 59 16,8 16,69 99,3% Rataan 72,1% 56 15,3 15,17 99,2% 55 14,95 14,42 96,5% I ,9 6,19 89,7% 48 9,4 9,18 97,7% 51 11,8 11,43 96,9% Rataan 96% 58 18,85 16,98 90,1% 49 10,75 8,85 82,3% I ,73 92,7% ,45 82,8% ,5 86% Rataan 71,3% Keterangan : LD = Lingkar Dada; BB = Bobot Badan; BB Dugaan = Bobot Badan yang diduga menggunakan persamaan regresi 34

21 Tabel 12. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Panjang Badan Bangsa Domba DEG DET Umur Ukuran Sebenarnya BB Dugaan Ketelitian PB (cm) BB (kg/ekor) (kg/ekor) (%) 44,5 26,5 14,44 54,5 % 42, ,47 95,9% I ,5 18,87 74% ,8 76% ,83 80,1% Rataan 76,1% 52,5 27,5 21,71 78,9% 56,5 28,5 25,91 90,9% I ,5 15,93 67,8% 42 13,5 10,67 79% 43 12,1 11,72 96,9% Rataan 82,7% 53 20,95 20,6 98,3% 45 13,9 13,9 100% I ,9 17,25 96,4% 41 10,8 10,55 97,7% 43 12,4 12,22 98,6% Rataan 98,2% ,79 81,1% 48 20,1 20,03 99,7% I 1 53, ,75 83,1% ,39 86,4% ,51 85,6% Rataan 87,2% Keterangan : PB = Panjang Badan; BB = Bobot Badan; BB Dugaan = Bobot Badan yang diduga menggunakan persamaan regresi Berdasarkan Tabel 11 dan 12, diperoleh persentase ketelitian pengujian rumus relatif cukup tinggi karena lebih dari 70%, sehingga persamaan ini cukup akurat untuk digunakan sebagai penduga bobot badan DEG dan DET pada masingmasing umur di kecamatan tersebut. Rumus penduga melalui persamaan regresi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dengan kepemilikan alat ukur yang kurang memadai agar memudahkan dalam menentukan bobot hidup dan menseleksi domba tanpa harus menimbang satu persatu. Masyarakat cukup hanya menggunakan pita atau tongkat ukur yang ada di pasaran untuk menduga bobot badan ternak domba di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea. 35

ESTIMASI BOBOT BADAN MENGGUNAKAN PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA PADA DOMBA LOKAL BERBEDA UMUR DI DESA TEGALWARU KECAMATAN CIAMPEA BOGOR

ESTIMASI BOBOT BADAN MENGGUNAKAN PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA PADA DOMBA LOKAL BERBEDA UMUR DI DESA TEGALWARU KECAMATAN CIAMPEA BOGOR ESTIMASI BOBOT BADAN MENGGUNAKAN PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA PADA DOMBA LOKAL BERBEDA UMUR DI DESA TEGALWARU KECAMATAN CIAMPEA BOGOR SKRIPSI FARIS FAKHRI DESTANTO DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba lokal dapat didefinisikan sebagai domba hasil perkawinan murni atau silangan yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan diketahui sangat produktif

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong atau BPPT merupakan salah satu UPTD lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Balai Pengembangan Ternak Domba Margawati merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang mempunyai tugas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0. HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-ukuran Tubuh pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis Penggunaan ukuran-ukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif untuk dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi Pembuatan biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong merupakan bangsa-bangsa kambing yang terdapat di wilayah Jawa Tengah (Dinas Peternakan Brebes

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia karena dapat menghasilkan daging, wool, dan lain sebagainya. Prospek domba sangat menjanjikan untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (UP3J-IPB) Desa Singasari Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin Program Studi Peterenakan Fakultas Peternakan Dan Perikanan Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Domba dan kambing yang dipelihara di Kawasan Usaha Peternakan Berkah Sepuh Farm meliputi domba ekor tipis dan kambing kacang. Domba yang digunakan sebanyak 51 ekor

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Domba CV. Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Ciampea-Bogor. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu (Sumber : Suharyanto, 2007) Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur Kabupaten Kaur adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Bengkulu. Luas wilayah administrasinya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano 23 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano 4.1.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat sebelah selatan, di antara 6

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Pemeliharaannya dilakukan dengan cara mengandangkan secara terus-menerus

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan rakyat yang terletak di Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom, IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Perusahaan PT. Agro Jaya Mulya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penggemukan domba. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi permintaan pasar daging

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Assolihin Aqiqah bertempat di Jl. Gedebage Selatan, Kampung Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini lokasinya mudah ditemukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien HASIL DAN PEMBAHASAN Tumbuh-Kembang Karkas dan Komponennya Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien pertumbuhan relatif (b) terhadap bobot tubuh kosong yang nyata lebih tinggi (1,1782)

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba Garut merupakan salah satu komoditas unggulan yang perlu dilestarikan sebagai sumber

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah

PENDAHULUAN. Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah satu Kabupaten di Jawa Barat dengan jumlah populasi pada Tahun 2013 yaitu 1.129.633 ekor dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan terhadap daging khususnya daging sapi di Propinsi Sumatera Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumatera Barat

Lebih terperinci

PENAKSIRAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DOMBA DONGGALA

PENAKSIRAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DOMBA DONGGALA J. Agroland 16 (1) : 91 97, Maret 9 ISSN : 854 641X PENAKSIRAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DOMBA DONGGALA Estimation of Donggala Sheep Body Weight Based on Their Chest Diameter

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban TINJAUAN PUSTAKA Kurban Menurut istilah, kurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Anis, 1972). Kurban hukumnya sunnah,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet 4 TINJAUAN PUSTAKA Pemeliharaan Sapi Pedet Umur 1-8 bulan sapi masih digolongkan pedet. Pada fase sapi pedet pertumbuhan mulai memasuki fase percepatan, dimana fase ini sapi akan tumbuh dengan maskimal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia Ternak atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil, merupakan ternak herbivora yang sangat populer di kalangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh Puyuh yang digunakan dalam penilitian ini adalah Coturnix-coturnix japonica betina periode bertelur. Konsumsi pakan per hari, bobot

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan di kandang Lapangan Percobaan, Blok B Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ternak domba

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos) Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 653 668 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN (Correlation of

Lebih terperinci

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum Rataan konsumsi bahan kering dan protein ransum per ekor per hari untuk setiap perlakuan dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bali Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi Filum Class Ordo Famili Genus Subgenus : Chordata : Mammalia : Artiodactyla : Bovidae : Bos : Bibos sondaicus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada bulan Juni sampai September 2011 bertempat di Peternakan Kambing Darul Fallah - Ciampea Bogor; Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik dalam ketersediaan, distribusi dan konsumsi daging sapi dan kerbau belum memenuhi tujuan

Lebih terperinci

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping HUBUNGAN ANTARA PERTAMBAHAN UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SAPI PERANAKAN ONGOLE BETINA DAN JANTAN DI PTPN VI PROVINSI JAMBI Khoirun Nisa E10012146, dibawah bimbingan: Zafrullah Zein

Lebih terperinci

METODE. Materi. Metode

METODE. Materi. Metode METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Desa Cibungbulang, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat selama 62 hari dari bulan September

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Salah satu komoditas kekayaan plasma nutfah nasional di sub sektor peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang dapat memproduksi susu,

Lebih terperinci

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba sejak dahulu sudah mulai diternakkan orang. Ternak domba yang ada saat ini merupakan hasil domestikasi dan seleksi berpuluh-puluh tahun. Pusat domestikasinya diperkirakan berada

Lebih terperinci

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1 L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1 PERSAMAAN LAJU PERTUMBUHAN DOMBA LOKAL JANTAN DAN BETINA UMUR 1-12 BULAN YANG DITINJAU DARI PANJANG BADAN DAN TINGGI PUNDAK (Kasus Peternakan Domba Di

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor pada Bulan Maret sampai Agustus. Pemilihan daerah Desa Cibeureum sebagai tempat penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja untuk tahap pemeliharaaan serta analisis sampel di Laboratorium Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan sapi Bali asli Indonesia yang diduga sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut : II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonnsumsi pakan kualitas rendah dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan IPB yang berlokasi di desa Singasari, Kecamatan Jonggol; peternakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Geografis Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah dataran yang sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian wilayahnya dimanfaatkan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Sapi Pasundan Sapi Pasundan sebagai sapi lokal Jawa Barat sering disebut sebagai sapi kacang. Istilah sapi kacang merupakan predikat atas karakter kuantitatif yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakasanakan di Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2011 sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilakukan di lima lokasi peternakan rakyat yang memelihara kambing PE di wilayah

Lebih terperinci

IV HASIL dan PEMBAHASAN

IV HASIL dan PEMBAHASAN IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum 4.1.1. Lokasi Penelitian Desa Sumber Lor merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Cirebon. Keadaan geografis Desa Sumber Lor berada di dataran rendah pada ketinggian

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkembangan Domba Asia merupakan pusat domestikasi domba. Diperkirakan domba merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi oleh manusia kira-kira

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan

Lebih terperinci

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango. Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango. Oleh *APRIYANTO BAKARI, ** NIBRAS K. LAYA, *** FAHRUL ILHAM * Mahasiswa Progra Studi Peternakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VIII VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan yang bernilai gizi tinggi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan generasi yang cerdas dan sehat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut pangan hewani sangat memegang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Itik Rambon Ternak unggas yang dapat dikatakan potensial sebagai penghasil telur selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, melihat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008 I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu jenis ternak kerja yang masih digunakan di Indonesia, walaupun saat ini telah muncul alat teknologi pembajak sawah yang modern yaitu traktor,

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur 25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten Sumba Timur terletak di antara 119 45 120 52 Bujur

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Percepatan pertumbuhan penduduk Indonesia yang luar biasa dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan yang ada saat ini sangat memprihatinkan. Rata-rata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan di

Lebih terperinci

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1): 23-28 ISSN : 0852-3681 E-ISSN : 2443-0765 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien 19 4.1 Ukuran Tubuh Domba Lokal IV HASIL DAN PEMBAHASAN Indeks morfologi tubuh sangat diperlukan dalam mengevaluasi konformasi tubuh sebagai ternak pedaging. Hasil pengukuran ukuran tubuh domba lokal betina

Lebih terperinci

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi 25 IV PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Bekasi adalah rumah potong hewan yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun 2009. RPH kota Bekasi merupakan rumah potong dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Sapi Bali Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar 1.519 ekor (Unit Pelaksana Teknis Daerah, 2012). Sistem pemeliharaan sapi bali di Kecamatan Benai

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km

PEMBAHASAN. Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km 23 IV PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km di sebelah selatan Pulau Flores, 295 km di sebelah Barat-Daya

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero Peternakan kambing perah Cordero merupakan peternakan kambing perah yang dimiliki oleh 3 orang yaitu Bapak Sauqi Marsyal, Bapak Akhmad Firmansyah, dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan daging sapi terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Direktorat Jendral Peternakan (2012)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

TINJAUAN PUSTAKA. Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyak daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan asal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan Keadaan hewan pada awal penelitian dalam keadaan sehat. Sapi yang dimiliki oleh rumah potong hewan berasal dari feedlot milik sendiri yang sistem pemeriksaan kesehatannya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Laboratorium Lapang Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor merupakan laboratorium lapang yang terdiri dari empat buah bangunan

Lebih terperinci

UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI LANGUANG KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN

UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI LANGUANG KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN 1 SEMINAR MAHASISWA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS Nama : Yul Afni No. BP : 07161055 Jurusan : Produksi Ternak UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI

Lebih terperinci

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci