Analisis Harga Pokok Produksi dalam Penetapan Harga... Faradilla Anggraeni
|
|
- Hamdani Hermanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI DALAM PENETAPAN HARGA JUAL KONSENTRAT (Studi Kasus di Unit Pengolahan Pakan (UPP) Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan Jawa Barat) ANALYSIS OF PRODUCTION COST IN DECISION MAKING OF SELLING PRICE ON FEED CONCENTRATE (Case Study in Feed Processing Unit (UPP) of South Bandung Livestock Cooperative (KPBS) Pangalengan Jawa Barat) Faradilla Anggraeni*, Dadi Suryadi**, dan Anita Fitriani** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRAK Penelitian mengenai Analisis Harga Pokok Produksi dalam Penetapan Harga Jual Konsentrat telah dilaksanakan pada Bulan Maret 2014 di Unit Pengolahan Pakan (UPP) Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) yang terletak di Kampung Sukamenak Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui harga pokok produksi dan strategi penetapan harga jual konsentrat pada UPP KPBS Pangalengan. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Responden dalam penelitian ini meliputi pengelola UPP dan pengurus KPBS. Metode analisis yang digunakan adalah metode full-costing dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) Harga pokok produksi konsentrat utama (RC Regular) yang dihasilkan UPP KPBS sebesar Rp 2.390,- per kilogram (b) Strategi penetapan harga jual konsentrat didasarkan pada kesepakatan hasil Rapat Anggota Tahunan (RAT) meskipun biaya pokok lebih tinggi dari harga jual, sehingga secara tidak langsung KPBS memberikan subsidi bagi anggota yang membeli pakan tersebut. Kata kunci: Harga Pokok Produksi, Strategi Penetapan Harga Jual, Konsentrat ABSTRACT The study of Analysis of Production Cost in Decision Making of Selling Price on Feed Concentrate has been conducted in March 2014 at Feed Processing Unit (UPP) of South Bandung Livestock Cooperative (KPBS) which located in Sukamenak, Margamukti Village, Pangalengan District, Bandung Regency, West Java Province. The research is aim to find out production cost and strategy on decision making of selling price on feed concentrate in UPP KPBS Pangalengan. The method used is case study. Respondents in this research are manager of both UPP and KPBS. Analysis method used are full-costing method and descriptive analysis. The research shows that: (a) Production Cost of RC Regular, an ultimate feed concentrate made by the firm, is Rp per kg (b) The strategy is based on compromise resulted in Annual Meeting (RAT) although production cost is lower than selling price, so as to give indirect subsidy for the farmer who uses the feed concentrate. Keywords: Production Cost, Strategy of Selling Price, Feed Concentrate
2 PENDAHULUAN Keberhasilan usaha peternakan sapi perah bergantung terhadap input produksi yang digunakan, salah satunya dalam penggunaan pakan konsentrat. Konsentrat dapat dikatakan sebagai pakan pelengkap bagi sapi perah karena mampu memenuhi gizi yang tidak terkandung dalam hijauan. Penggunaan konsentrat dapat memberikan pengaruh terhadap produksi susu. Sepanjang penggunaan konsentrat memberikan hasil produksi yang lebih menguntungkan untuk usaha peternakannya, peluang peternak untuk menggunakan konsentrat akan dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya industri pakan yang khusus memproduksi konsentrat dapat membantu pengembangan industri persusuan. Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) sebagai suatu lembaga koperasi memiliki peran untuk memberikan pelayanan bagi peternak anggotanya. Salah satu bentuk pelayanannya yaitu dalam pengadaan kebutuhan pakan ternak yang ditujukan untuk anggotanya di wilayah Pangalengan dan sekitarnya. KPBS memfasilitasi peternak dengan menyediakan pakan konsentrat melalui pendirian Unit Pengolahan Pakan (UPP). Agar dapat berproduksi, UPP memerlukan faktor produksi untuk diolah. Namun dalam penyediaannya, UPP dihadapkan pada kendala harga input dan output produk. Pada satu sisi input bahan pembuat konsentrat dibeli sesuai dengan harga pasar, dan pada sisi lain UPP KPBS harus menjual output konsentrat siap konsumsi pada harga yang disesuaikan dengan kemampuan peternak. Maka dari itu UPP KPBS harus mampu menyiasati kendala yang ada sehingga kedua belah pihak dapat saling mendukung satu sama lain demi terjalinnya kerjasama yang baik dalam mencapai kesejahteraan bersama. Harga jual produk yang ditetapkan oleh UPP KPBS merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan anggota untuk menggunakan produknya. Penetapan harga jual produk dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya dengan menghitung harga pokok produksi sehingga UPP KPBS dapat memperhitungkan keuntungan yang akan diperoleh dari penjualan konsentrat. Selain itu, UPP KPBS juga harus memiliki strategi yang baik dalam menetapkan harga jual konsentrat agar koperasi dapat memberikan pelayanan optimal dalam rangka membangun industri persusuan berkelanjutan dengan risiko usaha sekecil mungkin. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis harga pokok produksi konsentrat dan mengetahui strategi penetapan harga jualnya. Informasi yang diperoleh dapat dijadikan referensi khususnya pada industri pakan lainnya dalam memproduksi konsentrat. Penelitian ini telah dilaksanakan selama bulan Maret 2014, di Unit Pengolahan Pakan (UPP) Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) yang terletak di
3 Kampung Sukamenak, Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. OBJEK DAN METODE 1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah harga pokok produksi, harga jual dan strategi penetapan harga jual konsentrat yang terjadi di UPP KPBS Pangalengan. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus adalah pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu (Bogdan dan Bicklen, 1982). Responden dalam penelitian ini adalah pengelola UPP KPBS Pangalengan. Pengambilan responden untuk pengelola UPP KPBS dilakukan dengan cara purposive sampling yang merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2001), sehingga responden yang dipilih adalah manajer, staf bagian keuangan dan bagian distribusi. Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder yang diambil sesuai dengan waktu penelitian yaitu selama 30 hari pada bulan Maret Data primer adalah data yang dikumpulkan dengan cara peninjauan langsung di UPP untuk mendapatkan gambaran yang sesungguhnya tentang kegiatan dan pembiayaan produksi konsentrat. Konsentrat yang dihasilkan pada periode produksi Maret 2014 adalah konsentrat jenis regular dan tidak ada konsentrat jenis lain yang diproduksi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung yang berpedoman pada daftar pertanyaan (panduan wawancara) kepada pengelola UPP dan pihak-pihak yang terkait dengan objek penelitian serta melakukan observasi langsung mengenai kegiatan produksi dan penjualan konsentrat regular di UPP. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan kegiatan produksi dan penjualan konsentrat regular di UPP. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan mengumpulkan data kepustakaan yaitu mencari sumber informasi melalui buku-buku literatur ilmiah yang berkaitan dengan teori yang relevan bagi permasalah yang menjadi fokus studi dan menelusuri penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain. 3. Model Analisis Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode full-costing untuk menghitung harga pokok produksi dan analisis deskriptif untuk mengetahui strategi penetapan harga jualnya. Menurut Mulyadi (2009) metode full-costing merupakan metode penentuan
4 harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kepada produk, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Metode full-costing merupakan metode yang baik untuk digunakan pada manajemen produksi dalam membuat keputusan jangka panjang karena metode ini memperhitungkan biaya overhead yang bersifat tetap kedalamnya. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Unit Pengolahan Pakan (UPP) KPBS mempunyai sebuah Unit Pengolahan Pakan (UPP) sebagai salah satu bentuk pelayanan koperasi terhadap anggotanya dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak sapi perah milik anggota. UPP berupa industri pengolahan pakan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas diantaranya pos keamanan, kantor, dan gudang sebagai tempat penyimpanan sekaligus pengolahan bahan baku hingga diperoleh produk jadi. Pada awalnya UPP ini bernama Pabrik Makanan Ternak (PMT) yang terletak di Kota Cirebon, tetapi pada bulan Agustus 2013 KPBS merelokasikan PMT ke daerah Pangalengan dengan berganti nama menjadi UPP. UPP tetap mempunyai fungsi yang sama dengan PMT yaitu memproduksi konsentrat yang diberi nama RC (Ransum Cirebon). RC yang diproduksi PMT diberi merk dagang RC 120 tetapi saat ini RC 120 lebih dikenal dengan RC Regular. RC Regular masih merupakan produk utama UPP yang memiliki kandungan protein sebesar 13-14% per kilogram. Dalam rangka peningkatan produksi susu sapi, pada tahun 2013 UPP KPBS melakukan pendampingan melalui penyediaan konsentrat yang lebih tinggi kandungan proteinnya dengan harga diatas RC Regular yang diberi nama RC Premium. UPP merupakan salah satu unit usaha dari delapan unit usaha yang dimiliki KPBS Pangalengan (Laporan Tahunan KPBS, 2013). Dalam melaksanakan kegiatan organisasinya, UPP tetap berada dalam pengawasan pengurus KPBS yang dipilih dalam rapat anggota tahunan, sedangkan sistem operasionalisasi produksinya bersifat semi otonom yang dilakukan oleh manajer bersama staf UPP. UPP dipimpin oleh seorang manajer yang dibantu oleh konsultan dalam melaksanakan tugasnya. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, manajer dibantu oleh dua orang kepala bagian Produksi yang dalam kegiatan produksinya meliputi operator mesin, maintenance service (MS), dan pekerja harian. Seluruh kegiatan produksi juga tidak lepas dari bantuan karyawan bagian Administrasi dan Keuangan (ADM) dalam pelaksanaannya. Kegiatan produksi konsentrat di UPP terdiri dari tiga tahap proses pembuatan yaitu persiapan bahan baku, pencampuran bahan baku dan pengemasan.
5 2. Ransum Cirebon Regular (1) Proses Produksi Perencanaan produksi dibuat berdasarkan permintaan anggota. Umumnya pasokan konsentrat masih terfokus untuk memenuhi kebutuhan pakan untuk ternak yang dimiliki anggota koperasi setiap harinya. Konsentrat hasil produksi UPP dibuat dengan menggunakan unit mesin. Mesin pengolahan konsentrat di UPP terdiri dari beberapa bagian yang menjadi satu kesatuan mesin semi otomatis. Sesuai pernyataan Siregar (1994) bagian utama yang harus terdapat pada mesin pengolahan konsentrat adalah mixer. Adapun bagian-bagian dalam mesin pengolahan konsentrat di UPP adalah Intake, Hammer mill, Bucket elevator, Bin, Ribbon mixer, Vertical mixer, Vibro, Drum sieve, Hoper, Spout magnet, Kontrol panel dan Timbangan. Sebelum proses produksi dimulai, langkah pertama yang dilakukan adalah memeriksa kesiapan mesin dan mengoperasikan mesin. Hal ini dilakukan oleh staf bagian maintenance service (MS) dan bagian operator mesin. Pemeriksaan mesin dilakukan secara menyeluruh mulai dari bucket elevator, hammer mill dan mixer. Persiapan mesin ini dilakukan agar saat proses produksi berlangsung tidak mengalami hambatan yang dapat berdampak kerugian bagi pihak pengelola karena tidak bekerjanya salah satu alat atau mesin saat produksi berlangsung. 1) Persiapan Bahan Baku Adapun jenis-jenis bahan baku yang digunakan UPP untuk memproduksi RC Regular beserta daerah sumber perolehannya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Daftar dan Daerah Sumber Bahan Baku Bahan Baku Asal Bahan Baku Dedak Padi Cirebon, Indramayu, dan Kuningan CF (Coconut Fermentation) Pasuruan (Jawa Timur) Bungkil Kopra Jawa, Jambi, dan Riau Wheat Pollard/Bran Jakarta Onggok Lampung Mineral Bandung Garam Cirebon Kalsium Cirebon dan Padalarang Bungkil Sawit Jawa Kulit Biji Coklat Bandung Sumber: UPP KPBS Pangalengan, Bahan baku yang akan diolah, ditimbang dahulu sesuai dengan formulasi kemudian diangkut dari tempat penyimpanan menggunakan forklift manual menuju intake (lubang curah). Bahan baku yang akan dimasukan ke dalam intake harus disesuaikan dengan karakter bahan karena terdapat dua jenis intake yang memiliki kegunaan berbeda. Intake A dikhususkan untuk jenis
6 bahan baku yang memiliki tekstur keras atau kasar sehingga perlu diproses terlebih dahulu di dalam bin 7 oleh mesin hammer mill, sedangkan intake B digunakan untuk jenis bahan baku dengan tekstur halus yang tidak memerlukan proses grinding (penggilingan). 2) Pencampuran Bahan Baku Bahan baku yang masuk ke dalam intake B adalah dedak padi, CF, bungkil sawit, pollard (wheat dan bran), onggok dan bahan campuran sedangkan bungkil kopra masuk ke dalam intake A. Bahan campuran adalah bahan yang terdiri dari jenis-jenis bahan baku dengan persentase kecil dalam formula ransum seperti garam, kalsium dan mineral yang dicampur menggunakan ribbon mixer selama 15 menit sebelum dimasukkan ke dalam intake B. Kemudian bahan dialirkan oleh bucket elevator menuju bin yang berbeda sesuai jenis bahan yang masuk ke dalam intake dengan melalui tahap penyaringan terlebih dahulu. Pada tahap penyaringan, drum sieve dan spout magnet berperan untuk memisahkan bahan dari material asing yang dapat membahayakan kondisi ternak yang mengonsumsinya. Terdapat 6 bin yang masing-masing diisi oleh bahan yang berbeda-beda. Dedak padi masuk ke bin 1, CF/bungkil sawit ke bin 2, bahan campuran ke bin 3, bungkil kopra ke bin 4, pollard ke bin 5, dan onggok ke bin 6. Pada setiap bin dilengkapi dengan sensor yang berfungsi sebagai indikator bahwa bin tersebut terisi atau kosong dan pada bagian luar bin 1 dan 2 terdapat vibro yang menempel di dinding bin. Selanjutnya dilakukan proses penimbangan, setiap bahan yang telah terisi di tiap-tiap bin akan dialirkan ke dalam timbangan sesuai dengan persentase berat bahan yang telah ditentukan dalam formulasi. Formulasi yang ditetapakan UPP bersifat tidak tetap karena faktor ketersediaan bahan baku yang tidak selalu tersedia. Sistem perhitungan penimbangan tidak dilakukan dengan mengulang dari nol akan tetapi dilanjutkan dengan jumlah bahan selanjutnya yang akan ditimbang. Apabila semua bahan telah ditimbang dengan jumlah total berat keseluruhan bahan baku mencapai satu ton maka proses selanjutnya yaitu pencampuran terakhir dapat dilakukan. Seluruh bahan dari setiap bin dicampur di dalam vertical mixer yang berkapasitas 1,5 ton. Hasil pencampuran tersebut (konsentrat) lalu dialirkan ke hoper sebagai tempat penampung sementara dan selanjutnya dialirkan dan disimpan ke dalam bin 8 dan 9. Jika konsentrat sudah masuk ke bin 8 dan 9 maka konsentrat sudah siap untuk di kemas. 3) Pengemasan Konsentrat Sebelum dilakukan pengemasan terlebih dahulu disiapkan karung, timbangan, mesin jahit karung, dan sekop untuk menambah atau mengurangi konsentrat saat ditimbang. Sesuai dengan pernyataan Boone dan Kurtz (2002) pengemasan produk konsentrat dengan karung
7 bertujuan untuk melindungi produk dari kerusakan dan mempermudah proses distribusi. Karung yang digunakan untuk kemasan harus sudah diberi stempel (cap) atau berupa label sebelum diisi konsentrat. Label atau cap terdiri dari tanggal produksi dan bagian shift produksi (pagi atau siang). Tujuan pemberian label tersebut agar konsumen mengetahui tanggal produksi dan lama waktu simpan konsentrat sampai menjadi rusak. Pengisian konsentrat ke dalam karung dilakukan dengan cara meletakan mulut karung dibawah corong bin 8 atau 9 yang terisi konsentrat, kemudian pintu corong dibuka secara manual sehingga ransum keluar dan tertampung dalam karung. Takaran konsentrat setiap karungnya sebanyak 40 kg, setelah ditimbang dan mencapai bobot tersebut lalu karung ditutup dan dijahit. Konsentrat siap untuk didistribusikan ke konsumen. (2) Harga Pokok Produksi 1) Biaya Bahan Baku Dalam manajemen pengendalian bahan baku UPP menggunakan sistem first in first out (FIFO) sehingga penyusutan bahan baku dapat diminimalisir. UPP juga menggunakan metode first in first out (FIFO) dalam menentukan harga pokok bahan baku. Adapun bahan baku yang digunakan pada saat periode produksi Maret 2014 antara lain dedak padi, CF (Coconut Fermentation), bungkil kopra, bungkil sawit, pollard, onggok, mineral, garam, kalsium, dan kulit biji coklat. Kuantitas yang digunakan untuk setiap jenis bahan berbedabeda disesuaikan dengan formulasi yang sudah ditetapkan pihak manajemen UPP. Maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut, biaya yang dikeluarkan selama satu periode produksi sebesar Rp ,- dengan jumlah RC yang dihasilkan sebanyak kg atau ton. 2) Biaya Tenaga Kerja Langsung Mulyadi (2009) mendefinisikan tenaga kerja langsung adalah semua karyawan yang secara langsung ikut serta memproduksi produk jadi, yang jasanya dapat diusut secara langsung pada produk, dan yang upahnya merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk. Karyawan yang menjadi tenaga kerja langsung di UPP adalah karyawan bagian produksi yang terdiri dari pekerja harian, operator mesin dan maintenance service. Pada periode produksi Maret 2014 kegiatan produksi melibatkan 43 orang pekerja harian, 2 orang operator mesin, dan 3 orang maintenance service. Maka total biaya yang dikeluarkan UPP untuk seluruh tenaga kerja langsung adalah Rp ,-/bulan. 3) Biaya Overhead Pabrik
8 Biaya overhead pabrik adalah biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang digunakan dalam proses produksi. Menurut Mardiasmo (1994) secara umum biaya overhead pabrik tersebut ada yang bersifat tetap dan variabel. Adapun biaya overhead pabrik yang bersifat tetap pada usaha pembuatan konsentrat sapi perah di UPP meliputi: a) Bangunan Biaya bangunan berupa biaya penyusutan bangunan yang terdiri dari gudang, pos timbangan dan kantor. Biaya ini menghabiskan dana sebesar Rp ,- per bulan. Dalam hal ini, UPP tidak memperhitungkan biaya pemeliharaan bangunan karena biaya tersebut sudah dikategorikan ke dalam biaya penyusutan, sedangkan untuk biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sampai saat ini UPP belum memperhitungkan nilai PBB ke dalam harga pokok produksi. b) Mesin Produksi Biaya untuk mesin produksi merupakan biaya penyusutan mesin. Biaya penyusutan mesin yang dikeluarkan UPP setiap bulannya sebesar Rp ,-. UPP tidak memperhitungkan biaya pemeliharaan mesin karena biaya tersebut sudah dikategorikan ke dalam biaya penyusutan. c) Peralatan produksi Peralatan yang digunakan UPP dalam kegiatan produksinya antara lain pallet kayu, gancu, sekop, mesin jahit karung, forklift manual, timbangan dan belt conveyor. Biaya yang dikelurakan UPP sebesar Rp ,- per bulan untuk anggaran biaya pemeliharaan peralatan tersebut. d) Kendaraan Biaya kendaraan meliputi biaya penyusutan kendaraan dan biaya untuk pemeliharaan kendaraan. Kendaraan operasional yang digunakan UPP untuk mendistribusikan konsentrat ke seluruh TPK (Tempat Pelayanan Koperasi) terdiri dari 2 unit truk berkapasitas ton (jenis Fuso) dan 4 unit truk berkapasitas 6-7 ton (jenis Colt Diesel). Biaya untuk pemeliharaan kendaraan berupa biaya penggantian oli yang secara rutin dikeluarkan UPP sebesar Rp ,-, sedangkan untuk biaya penyusutan kendaraan memiliki nilai penyusutan sebesar Rp_ ,- per bulannya untuk seluruh unit kendaraan. e) Tenaga kerja tidak langsung Biaya ini meliputi gaji manajer, 2 orang kepala produksi, 1 orang administrasi dan keuangan, 7 orang supir dan 6 orang keamanan dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp ,- per bulan.
9 Biaya overhead pabrik yang bersifat variabel pada usaha pembuatan konsentrat sapi perah di UPP meliputi: a) Bahan tambahan Bahan tambahan atau bahan penolong yang digunakan untuk memproduksi konsentrat di UPP adalah karung dan benang sebagai bahan pengemasan produk RC. Pada bulan Maret 2014 UPP menghabiskan dana sebesar Rp ,- untuk pembelian karung dan benang. b) Rekening listrik Biaya pemakaian listrik dihitung berdasarkan jumlah kwh yang dipakai selama kegiatan produksi. Biaya ini dikeluarkan secara rutin setiap bulan sebesar Rp_ ,-. Berdasarkan hasil uraian biaya-biaya overhead pabrik di atas, maka diperoleh total nilai biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp ,- per bulan dan total nilai biaya overhead pabrik variabel sebesar Rp ,- per bulan. 4) Perhitungan Harga Pokok Produksi Perhitungan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan beberapa metode salah satunya metode full-costing. Sesuai dengan pernyataan Mulyadi (2009), metode ini memperhitungkan semua unsur biaya produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang sesuai dengan biaya-biaya yang terjadi di UPP (yang bersifat variabel maupun tetap). Produk konsentrat yang dihasilkan UPP pada periode produksi Maret 2014 berupa RC jenis Regular. Jumlah produksi yang dihasilkan sebanyak kilogram. UPP tidak memproduksi RC jenis lain pada periode produksi tersebut. Berdasarkan uraian biaya-biaya yang terjadi dalam pembuatan RC Regular selama satu periode produksi, maka perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full-costing dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Uraian Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full-Costing Total biaya (Rp) No. Uraian Jumlah produksi ( kg) Produksi per kg 1. Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik tetap Biaya overhead pabrik variabel Harga Pokok Produksi
10 (3) Strategi Penetapan Harga Jual Harga jual yang ditetapkan UPP KPBS untuk produk RC Regular adalah Rp 2.200,- per kilogram. Berdasarkan hasil dari seluruh perhitungan harga pokok produksi dengan metode full-costing diperoleh nilai harga pokok produksi sebesar Rp 2.390,- per kilogram, ini berarti nilai harga jual lebih kecil dari pada nilai harga pokok produksi yang ada dengan selisih Rp 190,- per kilogram. Dengan kata lain, UPP mengalami kerugian sebesar Rp 190,- per kilogram karena nilai harga jual lebih kecil dari harga pokok produksi. Meskipun demikian, UPP tidak dapat merubah harga jual yang sudah ada karena harga jual produk konsentrat merupakan ketetapan yang sudah ditetapkan oleh koperasi dalam periode tertentu, sehingga dalam menjual hasil konsentrat tidak ditentukan oleh besarnya keuntungan yang diinginkan. Penetapan harga jual dilakukan pada waktu diadakannya Rapat Anggota Tahunan (RAT). Kegiatan RAT banyak membahas tentang masalah yang terjadi dari kedua belah pihak, salah satunya tentang harga jual konsentrat. Pada saat RAT dilaksanakan, pengurus mensosialisasikan permasalahan yang berkaitan dengan harga jual konsentrat. Hasil dari RAT tahun 2013 memutuskan bahwa untuk menanggulangi permasalahan yang ada berkaitan dengan harga jual konsentrat, pihak koperasi memberikan bantuan berupa subsidi sebesar Rp_300,- untuk setiap kilogram RC Regular. Subsidi tersebut berupa subsidi silang dari Sisa Hasil Usaha (SHU) unit usaha KPBS lainnya. Permasalahan yang umum terjadi dan sangat berpengaruh terhadap harga jual konsentrat adalah harga bahan baku yang tidak tetap (fluktuatif) karena harga bahan baku mengambil bagian yang besar dalam penetapan harga pokok produksi. Jika diperoleh harga bahan baku yang cukup tinggi pada periode tertentu maka hal tersebut akan berakibat adanya kenaikan harga jual konsentrat. Apabila harga jual konsentrat seharusnya naik, maka hal ini berakibat terhadap nilai subsidi. Nilai subsidi juga berfluktuasi karena mengikuti harga pokok produksi yang terjadi. Jika pada suatu periode tertentu nilai kerugian dibawah Rp 300,- per kilogram maka pihak koperasi mendapat kelonggaran untuk memberikan subsidi sehingga nilai sisa hasil usaha koperasi menjadi lebih besar, tetapi jika nilai kerugian diatas Rp_300,- per kilogram maka pihak koperasi harus memperbesar nilai subsidi dan hal tersebut dapat mengurangi nilai sisa hasil usaha koperasi dan apabila hal ini terjadi secara terus menerus maka ada kemungkinan salah satu unit usaha KPBS yaitu UPP tidak akan bertahan lama. Oleh karena itu koperasi harus bijak dalam mengambil keputusan agar kelangsungan usaha UPP dapat bertahan dan berjalan dengan baik.
11 3. Ransum Cirebon Premium RC Premium merupakan produk konsentrat yang dihasilkan UPP selain konsentrat utama (RC Regular). Perencanaan produksi untuk RC Premium masih sangat sedikit dibandingkan dengan RC Regular, karena konsumen yang menggunakan produk ini masih sangat sedikit jumlahnya dan bersifat tidak tetap. Pada periode produksi Maret 2014 UPP tidak memproduksi RC Premium karena tidak ada permintaan dari konsumen akan produk tersebut. RC Premium memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan RC Regular yaitu sebesar 17-18%. Proses produksi dan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi RC Premium secara keseluruhan hampir sama dengan bahan baku untuk memproduksi RC Regular. Namun ada perbedaan yang terletak pada penambahan jenis bahan baku lain dan jumlah produk per kemasan. Bahan baku lain yang digunakan yaitu bungkil kedelai, DDGS (Dried Distillers Grain with Soluble), dan urea dengan pengemasan produk jadi sebanyak 50 kilogram per karung. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Harga pokok produksi konsentrat utama (RC Regular) yang dihasilkan UPP KPBS sebesar Rp 2.390,- per kilogram. 2. Strategi penetapan harga jual konsentrat didasarkan pada kesepakatan hasil Rapat Anggota Tahunan (RAT) meskipun biaya pokok lebih tinggi dari harga jual, sehingga secara tidak langsung KPBS memberikan subsidi bagi anggota yang membeli pakan tersebut. 2. Saran 1. Untuk menghindari nilai subsidi yang semakin besar, pihak KPBS harus mampu mensosialisasikan permasalahan harga konsentrat kepada peternak dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan yang mendalam terkait masalah yang dihadapi, agar kedua belah pihak saling diuntungkan satu sama lain. 2. Pihak manajemen UPP dan pihak KPBS sebaiknya menentukan strategi penetapan harga jual konsentrat dengan memperhitungkan biaya produksi, biaya non produksi, dan keuntungan yang hendak diperoleh agar dapat menghilangkan subsidi yang diberikan KPBS sehingga UPP mampu berdiri sendiri.
12 UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Dadi Suryadi, MS., selaku dosen pembimbing utama, dan Anita Fitriani, S.Pt., M.Sc., selaku dosen pembimbing anggota yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing serta selalu memberikan motivasi dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, serta kepada para dosen pembahas Ir. Sondi Kuswaryan, MS., Dr. Ir. Rd. Hery Supratman, MS., dan Syahirul Alim, S.Pt., M.Si., yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh Civitas Akademika Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran yang telah membekali ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Serta kepada semua pihak yang telah membantu dan mendoakan penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. DAFTAR PUSTAKA Bogdan, R. C. and Bicklen, S. K Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Allyn and Bacon, Inc. Massachussets. Boone, L. E. dan D. L. Kurtz Pengantar Bisnis. Jilid 2. Diterjemahkan oleh Fadrinsyah Anwar, Emil Salim, Kusnedi. Erlangga. Jakarta Koperasi Peternakan Bandung Selatan Laporan Tahunan, Tahun Buku 2013 ke-45. KPBS Pangalengan. Bandung. 6. Mardiasmo Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok Produksi. Edisi Pertama. Andi Offset. Yogyakarta. 9; 11; 54-57; Mulyadi Akuntansi Biaya. Edisi kelima. Cetakan sembilan. Badan Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta ; 275; Siregar, S. B Ransum Ternak Ruminansia. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 40; 70. Sugiyono Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. 61.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sabas Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di pengolahan pakan ternak unggas dan perikanan. Perusahaan ini didirikan pada bulan April
Lebih terperinciAnalisis Titik Impas dan Efisiensi Pada Usaha Domba...Reka Maharnika ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA
ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA ANALYSIS OF BREAKEVEN POINT AND EFFICIENCY OF SHEEP FARM Reka Maharnika*,Linda Herlina**,Achmad Firman** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciBIAYA PRODUKSI PAKAN TERNAK
SISTEM PENGADAAN BAHAN BAKU DAN ANALISIS STR- BIAYA PRODUKSI PAKAN TERNAK Studi Kasus pada Pabrik Makanan Ternak Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan, Kotamadya Cirebon Oleh SRI INDAYANTI A
Lebih terperinciBIAYA PRODUKSI PAKAN TERNAK
SISTEM PENGADAAN BAHAN BAKU DAN ANALISIS STR- BIAYA PRODUKSI PAKAN TERNAK Studi Kasus pada Pabrik Makanan Ternak Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan, Kotamadya Cirebon Oleh SRI INDAYANTI A
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. industri pakan ikan di Medan, Sumatera Utara, Indonesia.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Mabar Feed Indonesia merupakan salah satu perseroan dalam bidang industri pakan ikan di Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Lokasi pabrik dan kantor
Lebih terperinciBIAYA PRODUKSI IKAN PATIN (Pangasius pangasius) (Kasus :Desa Kuok, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)
BIAYA PRODUKSI IKAN PATIN (Pangasius pangasius) (Kasus :Desa Kuok, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau) Boyon Stefanus Simbolon*), Salmiah**), Yusak Maryunianta **) *) Alumni Program Studi
Lebih terperinciJURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI
TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI M. Christiyanto dan Surahmanto Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Email korespondensi: marrychristiyanto@gmail.com
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi Pembuatan biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Pakan sapi yang diberikan harus mengandung nilai gizi yang lengkap, disukai
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pakan Ternak Sapi Perah Pakan adalah salah satu faktor yang penting dalam produktivitas ternak. Pakan sapi yang diberikan harus mengandung nilai gizi yang lengkap, disukai ternak,
Lebih terperinciTATA LAKSANA PENGOLAHAN PAKAN KONSENTRAT SAPI PERAH DI KOPERASI PETERNAKAN SARONO MAKMUR CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA TUGAS AKHIR.
TATA LAKSANA PENGOLAHAN PAKAN KONSENTRAT SAPI PERAH DI KOPERASI PETERNAKAN SARONO MAKMUR CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: FATA HASAN PRASETYO PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN USAHA PETERNAKAN
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan
Lebih terperinciANALISIS BIAYA PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DALAM PENENTUAN KETEPATAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PABRIK TAHU SS DI SIDOARJO
ANALISIS BIAYA PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DALAM PENENTUAN KETEPATAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PABRIK TAHU SS DI SIDOARJO Putri Sri Wulandari, Widya Susanti, Arief Rahman Progam Studi Akuntansi
Lebih terperinciEVALUASI HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK
EVALUASI HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK (Studi pada Koperasi Pemasaran Usaha Bersama KPUB Sapi Jaya Kandangan Periode Tahun 2013) Emi Floresia Puspa Santoso Muhammad Saifi MG Wi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap gizi dari susu menyebabkan
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein berupa susu yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting bagi kesehatan masyarakat. Peningkatan kesadaran masyarakat
Lebih terperinciANALISIS METODE PEMBEBANAN BIAYA PRODUKSI TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA PT. SUMBER DJAJA PERKASA SIDOARJO
ANALISIS METODE PEMBEBANAN BIAYA PRODUKSI TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA PT. SUMBER DJAJA PERKASA SIDOARJO Setiya Isna Pratiwi, Widya Susanti, Arief Rahman Program
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN
7 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah. Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah 6.1.1 Identifikasi Biaya Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat pengelolaan sampah, kantor, kendaraan
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas dan Suplai Pakan Konsentrat Koperasi
Peningkatan Kualitas dan Suplai Pakan Konsentrat Koperasi Oleh : Amin Sutiarto (Ruminant Specialist & Dairy Project Manager PT. Trouw Nutrition Indoenesia) WORKSHOP DIFS LIVE PROGRAMME JAKARTA, NOVEMBER
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan
Lebih terperinciMANAJEMEN PRODUKSI PAKAN KONSENTRAT SAPI PERAH DI KOPERASI ANDINI LUHUR DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
MANAJEMEN PRODUKSI PAKAN KONSENTRAT SAPI PERAH DI KOPERASI ANDINI LUHUR DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG (Kajian Pengendalian Mutu Pakan) TUGAS AKHIR Oleh : MUSTIKA ZHAFIRATUS AKSANA PROGRAM
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN HARGA JUAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA HOME INDUSTRY KHOIRIYAH DI TAMAN SARI, SINGARAJA.
ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN HARGA JUAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA HOME INDUSTRY KHOIRIYAH DI TAMAN SARI, SINGARAJA. Rina Hasyim Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas
Lebih terperinciTONY PUJIARYANTO Universitas Dian Nuswantoro Semarang
PENGGUNAAN FULL COSTING METHOD UNTUK MENERAPKAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI PENENTUAN HARGA JUAL ALMARI UKIR ( Studi Kasus : Meubel Ukir Sido Katon Banyumanik ) TONY PUJIARYANTO Universitas Dian Nuswantoro
Lebih terperinciAnalisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu
Petunjuk Sitasi: Ardianwiliandri, R., Tantrika, C. F., & Arum, N. M. (2017). Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.
Lebih terperinciANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG
ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG (PROFITABILITY ANALISYS OF SOYBEANS PROSSESING IN HOUSEHOLD INDUSTRY OF TASIK GARUT IN LEBONG DISTRICT) Reswita
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)
ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Nurul Fitry, 2 Dedi Herdiansah, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa
Lebih terperinciKONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA
KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA Indonesia adalah negara TROPIS Dengan ciri khas kualitas rumput yang rendah Pemberian pakan hanya dengan rumput Pemberian pakan campuran rumput dan konsentrat hijauan hijauan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha penggemukan. Penggemukan sapi potong umumnya banyak terdapat di daerah dataran tinggi dengan persediaan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013
KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013 Dari bermacam-macam limbah pertanian yang mempunyai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi susu sebagai produk utamanya baik untuk diberikan kepada anaknya maupun
Lebih terperinciDefinisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri
Lebih terperinciPENERAPAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN HPP DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK DUPA PADA UD GANESHA
PENERAPAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN HPP DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK DUPA PADA UD GANESHA Putu Lina Mariani1, Made Ary Meitriana1, Anjuman Zukhri2 Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas
Lebih terperinciDitulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39
Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan
Lebih terperinciJIIA, VOLUME 5 No. 3, AGUSTUS 2017
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PAKAN SAPI CV SATRIYA FEED LAMPUNG DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Analysis of Raw Material Supply Control of Cattle Feed in CV Satriya
Lebih terperinciEvaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi
EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN PADA SAPI PERAH LAKTASI PRODUKSI SEDANG MILIK ANGGOTA KOPERASI DI KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (KPBS) PANGALENGAN Refi Rinaldi*, Iman Hernaman**, Budi Ayuningsih** Fakultas
Lebih terperinciReny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK
ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,
Lebih terperinciDitulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39
Jawabannya tentu tidak. Ada beberapa teknologi pengawetan hijauan pakan ternak seperti silase, hay, amoniasi, fermentasi. Namun masing-masing teknologi tersebut mempnuyai kekurangan dan kelebihan. Salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan
Lebih terperinciANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)
ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut) THE ANALYSIS OF MARKETING CHANNEL AND MARGIN ON BUFFALO (A Case Study in the Bungbulang District Garut
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada SETIA BARU Furniture Pada bab ini Penulis akan membahas tentang perhitungan Harga Pokok Produksi
Lebih terperinciPERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN (Studi pada UD. GALIH JATI Semarang)
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN (Studi pada UD. GALIH JATI Semarang) Mila Ariskawati, Sumanto Politeknik Negeri Semarang, Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang Semarang 50277
Lebih terperinciFeed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46
Pakan mempunyai peranan yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Kita ketahui bahwa biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80 %. Kelemahan sistem produksi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sejak tahun 2011 yang memproduksi pupuk. UMKM Pupuk PAZ s Bio
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Objek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum UMKM Pupuk PAZ s Bio Fertilizer merupakan salah satu UMKM yang dikenal di Bondowoso Jawa Timur sebagai salah satu industri yang berdiri
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut:
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatam perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan
Lebih terperinciPRODUCTION COST ANALYSIS OF SUMBER GIZI NABATI ENTERPRISE IN PEKANBARU CITY
1 PRODUCTION COST ANALYSIS OF SUMBER GIZI NABATI ENTERPRISE IN PEKANBARU CITY Uli Yamasari 1, Makhdalena 2,Hendripides 3 E-mail: uli_yamasari@yahoo.com, gelatik14@yahoo.co.id, nursal86@gmail.com Telepon:
Lebih terperinciMETODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Ada beberapa penafsiran mengenai pengertian Akuntansi Biaya seperti yang dikemukakan oleh : Menurut Mulyadi (2005:7) dalam bukunya
Lebih terperinciARTIKEL PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DALAM RANGKA MENENTUKAN HARGA JUAL TAHU PADA UD. MAJU JAYA SEJAHTERA
ARTIKEL PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DALAM RANGKA MENENTUKAN HARGA JUAL TAHU PADA UD. MAJU JAYA SEJAHTERA Oleh: ROUDLOTUL ZANNAH 13.1.02.02.0527 Dibimbing oleh : 1. Dr.
Lebih terperinciKAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE
KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE TESIS Oleh : NURIANA Br SINAGA 097040008 PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN PROGRAM PASCASARJANA
Lebih terperinciOleh : Beby Hilda Agustin Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri, Kediri ABSTRAK
PERBANDINGAN PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DENGAN SISTEM TRADISIONAL SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus Pada PT. Wonojati Wijoyo Kediri) Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen
Lebih terperinciJSIKA Vol. 7, No.2. Tahun 2018 ISSN X
RANCANG BANGUN APLIKASI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA CV LANGGANAN Raysa Machfud Diana 1) Arifin Puji Widodo 2) Teguh Sutanto 3) Fakultas Teknologi dan Informatika Program Studi S1 Sistem Informasi
Lebih terperinciVII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan
VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN PERAH KUD 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan 7.1.1 Struktur Organisasi KUD Mandiri Cisurupan Dalam menjalankan usahanya manajemen
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur
Lebih terperinciAlfan., Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Asphalt Hotmix dengan Menggunakan Metode ABC...
1 Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Asphalt Hotmix dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC) (Studi Pada PT. Sunan Muria) Analysis Calculation of Cost of Production Asphalt Hotmix
Lebih terperinciPERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA
PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA Amin Setio Lestiningsih Universitas BSI Bandung Jl. Sekolah Internasional No 1 6, Terusan Jalan Jakarta Antapani
Lebih terperinciPramudya, Implemntasi Penerapan Metode Job Order Costing Dalam Penentuan Cost of Product...
1 Implementasi Penerpan Metode Job Order Costing Dalam Penentuan Cost Of Product Pada UD. Mebel Lumintu (Implementation of the Application Job Order Costing Method in Determining Cost of Product on UD.
Lebih terperinciPENETAPAN HARGA POKO PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT PADA PT. PAYA PINANG GROUP TEBING TINGGI. Sri Wangi Sitepu, S.Pd, M.Si
PENETAPAN HARGA POKO PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT PADA PT. PAYA PINANG GROUP TEBING TINGGI Sri Wangi Sitepu, S.Pd, M.Si ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Pakan merupakan bahan baku yang telah dicampur menjadi satu dengan nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang penting untuk perawatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari. Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari berlokasi di Komplek Pasar Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.2 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi, serta membuat baik keputusan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan
38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan
Lebih terperinciANALISIS BIAYA, VOLUME, DAN LABA PADA USAHA PENGGILINGAN IKAN TENGGIRI DI KOTA BENGKULU (STUDI KASUS HOME INDUSTRY BINTANG LAUT)
ANALISIS BIAYA, VOLUME, DAN LABA PADA USAHA PENGGILINGAN IKAN TENGGIRI DI KOTA BENGKULU (STUDI KASUS HOME INDUSTRY BINTANG LAUT) COST, VOLUME, DAN PROFIT ANALYSIS OF GRINDING FISH IN BENGKULU CITY (CASE
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Konsentrat Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan
Lebih terperinciBiaya Produksi : Semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan kegiatan untuk mengolah barang dan jasa menjadi produk selesai.
AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR Perusahaan Manufaktur : Perusahaan yang kegiatan utamanya adalah memperoleh barang dan jasa untuk diolah menjadi produk selesai dan menjual produk selesai yang dihasilkan
Lebih terperincidan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan dengan rata-rata bobot badan sebesar 21,09 kg dan koevisien
Lebih terperinciPENERAPAN VALUE ENGINEERING UNTUK MENGHEMAT BIAYA PRODUKSI DAN MENINGKATKAN DAYA SAING UMKM KRIPIK TEMPE PENDAHULUAN
P R O S I D I N G 527 PENERAPAN VALUE ENGINEERING UNTUK MENGHEMAT BIAYA PRODUKSI DAN MENINGKATKAN DAYA SAING UMKM KRIPIK TEMPE Nur Baladina 1) 1) Dosen Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan CV. Cisarua Integrated Farming (CIF) berdiri pada tahun 1999 yang berlokasi di daerah Cisarua dengan populasi pertama 20 ekor sapi FH
Lebih terperinciKAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004
KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian
Lebih terperinciPenetapan Biaya Produksi Pada Home Industri Pembuatan Gelang Dan Tasbih (Studi kasus pada UD. Gaharu Murni)
1 Penetapan Biaya Produksi Pada Home Industri Pembuatan Gelang Dan Tasbih (Studi kasus pada UD. Gaharu Murni) Arie Fitriansyah Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan
Lebih terperinciDitulis oleh Didik Yusuf Selasa, 28 September :03 - Update Terakhir Selasa, 28 September :28
Selasa, 28 September 2010 10:03 Update Terakhir Selasa, 28 September 2010 13:28 Ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) telah lama dipelihara oleh masyarakat Indonesia, bahkan pemeliharaannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan untuk menjaga konsistensi mutu produk yang akan dihasilkan pada
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengendalian Mutu Pengawasan dan pengendalian mutu merupakan faktor penting bagi suatu perusahaan untuk menjaga konsistensi mutu produk yang akan dihasilkan pada suatu pabrik
Lebih terperinciANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)
ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Sunarti, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Tito Hardiyanto
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PENJUALAN AYAM RAS PEDAGING DI PASAR MASOMBA KOTA PALU
e-j. Agrotekbis 3 (4) : 543-546, Agustus 2015 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PENJUALAN AYAM RAS PEDAGING DI PASAR MASOMBA KOTA PALU Analysis of Income and Feasibility of Broiler
Lebih terperinciManfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase... Andrian Lutfiady
MANFAAT FINANSIAL PENGGUNAAN RANSUM BERBASIS SILASE BIOMASA JAGUNG PADA PETERNAKAN SAPI PERAH FINANCIAL BENEFITS OF BIOMASS SILAGE RATION CORN BASED ON SMALL HOLDER DAIRY FARMS Andrian Lutfiady*, Rochadi
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Berdiri PT. Inti Pantja Press Industri merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam group Astra Motor
Lebih terperinci8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK
69 adalah biaya yang ditanggung masing-masing saluran perantara yang menghubungkan petani (produsen) dengan konsumen bisnis seperti PPT dan PAP. Sebaran biaya dan keuntungan akan mempengarhui tingkat rasio
Lebih terperinciBAB II HARGA POKOK PRODUKSI
BAB II HARGA POKOK PRODUKSI Bab ini berisi teori yang akan digunakan sebagai dasar melakukan analisis data. Mencakup pengertian dan penggolongan biaya serta teori yang berkaitan dengan penentuan harga
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.
BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung
22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung Madu Plantation Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah pada
Lebih terperinciPENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG
1 PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG Agus Gusmiran 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi mirand17@yahoo.com Eri Cahrial, Ir.,
Lebih terperinciPERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN PERLAKUAN PRODUK SAMPINGAN PADA UD. SARI NADI SINGARAJA TAHUN 2012
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN PERLAKUAN PRODUK SAMPINGAN PADA UD. SARI NADI SINGARAJA TAHUN 2012 ¹ Putu Yesi Yasinta, ² Made Nuridja, ³ Anjuman Zukhri ¹, ², ³Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Harga Protein Hewani Asal Ternak dan Bahan Pakan Ternak di Kota Padang Tahun 2012
Jurnal Peternakan Indonesia, Oktober 2014 Vol. 16 (3) ISSN 1907-1760 Analisis Perkembangan Harga Protein Hewani Asal Ternak dan Bahan Pakan Ternak di Kota Padang Tahun 2012 Price Trend Analysis of Animal
Lebih terperinciColeman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:
Wafer Pakan (Feed Wafer) Roti/Wafer pakan merupakan salah satu teknologi pengolahan pakan yang efektif dan diharapkan dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan ternak, terutama pada musim kemarau. Stevent
Lebih terperinciVII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK
VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk
Lebih terperinciHubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga
HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BOBOT BADAN KAWIN PERTAMA SAPI PERAH FRIES HOLLAND DENGAN PRODUKSI SUSU HARIAN LAKTASI PERTAMA DAN LAKTASI KEDUA DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS) PANGALENGAN JAWA
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan satu atau lebih komoditi. Salah satu contoh koperasi primer yang memproduksi komoditi pertanian adalah koperasi
Lebih terperinciANALISIS HARGA POKOK PENJUALAN BERAS PADA PT BAROKAH MAKMUR, KEC. SAMBOJA, KAB. KUTAI KARTANEGARA. Oleh :
ANALISIS HARGA POKOK PENJUALAN BERAS PADA PT BAROKAH MAKMUR, KEC. SAMBOJA, KAB. KUTAI KARTANEGARA Oleh : Intan Noviasari, LCA. Robin Jonathan, Titin Ruliana Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945
Lebih terperinciSarno, dkk Sistem Pengadaan.., SISTEM PENGADAAN PAKAN AYAM PETELUR DI PERUSAHAAN POPULER FARM DESA KUNCEN KEC. MIJEN KAB. SEMARANG
SISTEM PENGADAAN PAKAN AYAM PETELUR DI PERUSAHAAN POPULER FARM DESA KUNCEN KEC. MIJEN KAB. SEMARANG Sarno 1, Dewi Hastuti 2 1. Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Wahid Haysim 2. Staf pengajar Fakultas
Lebih terperinciAnalisis Biaya Produksi dalam Menentukan Harga Jual Roti (Studi Kasus Industri Roti Citra Rasa Lumajang Tahun 2013)
1 Analisis Biaya Produksi dalam Menentukan Harga Jual Roti (Studi Kasus Industri Roti Citra Rasa Lumajang Tahun 2013) Aris Ratna Suryani, Umar H.M Saleh, Hety Mustika Ani Program Studi Pendidikan Ekonomi,
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan
BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan, pengambilan keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Manajemen Akuntansi dapat dipandang dari dua tipe akuntansi yang ada yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Sebagai salah satu tipe informasi akuntansi manajemen
Lebih terperinci