BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Robbins dan Coulter (2007: 37) dalam bukunya yang berjudul Management menjelaskan bahwa manajemen adalah: involving coordinating and overseeing the work activities of others so that their activities are completed efficiently and effectively, yang artinya manajemen adalah melibatkan koordinasi dan mengawasi kegiatan pekerjaan orang lain sehingga kegiatan mereka selesai secara efisien dan efektif. Sedangkan manajer adalah orang yang melibatkan diri dalam mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan pekerjaan orang lain sehingga tujuan dalam organisasi mampu tercapai. Lebih lanjut Sobana (2012: 7) menjelaskan bahwa manajemen adalah bagaimana mengelola suatu kegiatan melalui fungsi-fungsi manajemen secara sistematik. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian manajemen adalah suatu ilmu dan seni dalam mengelola segala seuatu dengan fungsi-fungsi manajemen yang ada untuk mencapai tujuan yang jelas secara efektif dan efisien. Manajemen dikatakan ilmu karena manajemen dapat dipelajari dan memiliki konsep sistematis yang jelas yaitu terdapat fungsi-fungsi manajemen untuk memecahkan masalah yang ada. Untuk memecahkan masalah, segala sesuatunya harus diatur untuk diteliti dan dianalisa terlebih dahulu, oleh karenanya manajemen dikatakan sebagai suatu ilmu. Manajemen juga dikatakan sebagai suatu seni karena untuk mencapai semua itu diperlukan kerjasama dengan orang lain, disini bagaimana cara manajemen mencapai hal tersebut, seperti cara mengatur dan memerintah orang lain. Manajemen mengupayakan segala sesuatunya agar efektif dan efisien. Efisien berfokus pada masukan dan keluaran yaitu bagaimana mengupayakan input yang sedikit untuk menghasilkan output yang banyak. Dengan kata lain dengan berfokus pada sumberdaya serta sarana yang ada, bagaimana cara mengatur penggunaan sumberdaya yang ada sesedikit mungkin dan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Sedangkan efektif yaitu melakukan segala sesuatunya dengan benar untuk mencapai tujuan. Yaitu bagaimana manajemen berfokus pada proses kegiata 9

2 10 -kegiatan yang ada sesedemikian rupa dengan tepat sesuai dengan aturan yang ada dan mampu mencapai hasil akhir yang ditujukan. Robbins dan Coulter (2007: 39) menjelaskan terdapat setidaknya empat fungsi dasar dari manajemen, yaitu planning, organizing, leading, dan controlling. Dimana keempat fungsi tersebut marupakan satu kesatuan yang tidak bisa dilepas. 1. Planning Merupakan fungsi dari adanya manajemen dalam merencanakan segala sesuatunya seperti merencanakan dalam menentukan tujuan, membangun strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dan membuat koordinasi antar bagian-bagian untuk mencapai tujuan. 2. Organizing Merupakan fungsi dari manajemen untuk mengorganisasi segala sesuatunya sehingga lebih teratur serta sistematis seperti menentukan apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan, bagaimana langkah-langkah dalam mencapai tujuan serta siapa orang yang akan melakukannya. 3. Leading Merupakan fungsi dari manajemen dalam memimpin serta bagaimana upaya dalam mendukung organisasi yang ada dalam mencapai tujuannya. Hal tersebut seperti memotivasi, memimpin dan segala sesuatu tindakan yang terlibat dalam menghadapi orang lain. 4. Controlling Merupakan fungsi terakhir dalam manajemen yaitu mengawasi segala sesuatunya untuk memastikan segala sesuatunya berjalan sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan seperti dengan memonitor aktivitas-aktivitas yang terjadi. Robbins dan Coulter (2007: 36-37) menyebutkan terdapat tiga tingkatan dari manajerial, yaitu bottom manager/first-line manager, middle manager, dan top manager dimana setiap tingkatan manajerial memiliki fungsi yang berbeda-beda. 1. Bottom manager/first-line manager Merupakan manajer yang berada dibagian paling bawah dalam tingkatan manajerial yang memiliki fungsi untuk mengatur kerja atas karyawan biasa. 2. Middle manager

3 11 Merupakan manajer yang berada dibagian tengah dalam tingkatan manajerial yang memiliki fungsi untuk mengatur kerja dari first-line manager. 3. Top Manager Merupakan manajer yang berada dibagian atas dalam tingkat manajerial yang memiliki fungsi tanggung jawab dalam pembuatan serta pengambilan setiap keputusan organisasi serta membangun tujuan dan rencana yang mempengaruhi organisasi. Sumber: Robbins & Coulter (2007: 36) Gambar 2. 1 Managerial Level 2.2 Manajemen Operasional Menejemen operasi merupakan ilmu yang dapat diterapkan/diimplementasikan pada berbagai jenis bidang usaha seperti rumah sakit, perguruan tinggi, dan lain-lain karena setiap jenis bidang usaha menghasilkan barang atau jasa yang dalam prosesnya dilakukan secara efektif dan efisien. (Deitiana, 2011:2). Sedangkan Heizer dan Render (2011: 38) berpendapat bahwa: Operations management is the set of activities that creates value in the form of goods and services by transforming inputs into outputs, yang artinya manajemen operasi adalah sebuah susunan aktivitas yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah proses input menjadi output. Dapat disimpulkan oleh penulis bahwa pengertian menejemen operasi adalah sebuah ilmu yang mempelajari segala sesuatu sistem operasional perusahaan baik perusahaan manfaktur maupun jasa mulai dari pemasok sampai pada barang jadi dan dikirim kepada konsumen dengan efektif dan efisien. Dalam prakteknya sebagian

4 12 besar proses operasi dari perusahaan baik manufaktur maupun jasa tidak dipublikasikan kepada umum karena operasional suatu perusahaan merupakan jantung penggerak suatu perusahaan agar dapat hidup sehingga jika sampai terpublikasikan dan diketahui kompetitor, perusahaan tersebut akan sulit untuk bersaing dengan pesaing lain. Deitiana menggambarkan operasi sebagai suatu sistem seperti gambar 2.1 yang ada di bawah ini. Gambar tersebut menjelaskan bahwa suatu operasi dimulai dengan adanya input, manajemen operasi, dan output. Dimana input bisa terdiri atas apa saja, meliputi manusia, material, modal, metode, mesin, dan sebagainya yang nantinya dapat diproses, kemudian memasuki proses transformasi, dan menjadi barang/jasa. Sumber: Heizer (2004: 14) didalam Deitiana (2011: 4) Gambar 2. 2 Operasi Sebagai Suatu Sistem Fungsi Operasi dalam Organisasi Aktifitas-aktifitas operasional mencakup berbagai fungsi dalam perusahaan. Menurut Deitiana (2011: 2), fungsi-fungsi yang mencakup operasional perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Fungsi pemasaran

5 13 Fungsi ini membuat adanya permintaan atau paling tidak mendapatkan pesanan untuk pembuatan barang dan jasa. 2. Fungsi produksi/operasi Fungsi ini menghasilkan produk. 3. Fungsi keuangan/akuntansi Fungsi ini memantau apakah perusahaan berjalan dengan baik, membayar seluruh tagihan dan mencari sumber dana. Fungsi-fungsi diatas harus saling mendukung dan diorganisir dengan baik. Sebagai contoh: fungsi pemasaran tidak akan jalan jika tidak didukung oleh fungsi keuangan yang mengatur segala macam jenis keuangan untuk mendanai proses pemasaran yang dilakukan perusahaan. 2.3 Kualitas Kualitas merupakan salah satu aspek terpenting yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam mencapai profitabilitas. Pengertian dari kualitas sendiri sebenarnya sangat luas sekali. Kualitas di definisikan berdasarkan sudut pandang dan perspektif yang berbeda dari setiap individu. Deitiana (2011:64) mengungkapkan bahwa kualitas adalah saat dimana suatu produk ataupun jasa memenuhi kriteria dan keinginan konsumen. Joseph Juran (1988) dalam Yuri dan Nurcahyo (2013: 11) sendiri mengartikan kata kualitas sebagai fitness for purpose. Ia mendefinisikan ini didasari oleh dasar kata kualitas itu sendiri yaitu memenuhi persyaratan. Sedangkan menurut Armand V. Feigenbaum (1991) dalam Yuri dan Nurcahyo (2013: 11) mejelaskan bahwa kualitas adalah the total composite product and service characteristics of marketing, engineering, manufacture, and maintenance through which the product and service in use will meet the expectations of the customer, yang artinya sebuah total gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, teknik, manufaktur, dan pemeliharaan melalui produk dan jasa yang digunakan akan memenuhi harapan pelanggan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi kualitas adalah suatu keadaan dimana suatu proses mulai dari awal sampai akhir produk/jasa tersebut diproses dan sampai pada konsumennya memenuhi persyaratan produksi yang ada dan sesuai dengan harapan konsumen.

6 14 Secara umum kualitas didefinisikan terhadap lima pendekatan utama menurut Gaspersz (2012: 1-2) yakni: 1. Transcendent quality adalah suatu kondisi ideal menuju keunggulan. 2. Product-based quality adalah suatu atribut produk yang memenuhi kualitas. 3. User-based quality adalah kesesuaian atau ketepatan dalam penggunaan produk (barang dan/atau jasa). 4. Manufacturing-based quality adalah kesesuaian terhadap persyaratanpersyaratan standar. 5. Value-based quality adalah derajat keunggulan pada tingkat harga yang kompetitif. Sehingga pernyataan Gaspersz terhadap kualitas tersebut sudah mewakili lima sudut pandang atau pendekatan kualitas yakni dari kualitas sudut pandang keadaan yang sukar untuk diukur atau bersifat abstrak dimana suatu kualitas diukur berdasarkan kondisi yang sedang berlangsung dan terdapat standar-standar untuk pencapaian kualitas. Yang kedua adalah suatu kualitas diukur menurut atribut-atribut dari produk itu sendiri seperti, bentuk kemasan, dan sebagainya. Hal tersebut yang menjadi tolok ukur suatu barang berkualitas atau tidak. Yang ketiga adalah mengenai bagaimana suatu barang digunakan atau kesesuaian penggunaan barang terkait dengan penggunanya. Yang keempat adalah terkait dengan kesesuaian proses produksi terhadap prosedur atau ketentuan-ketentuan dalam proses produksi. Yang terakhir adalah kesesuaian harga dengan nilai suatu barang atau jasa yang diberikan. Kualitas juga merupakan bagian dari standar ISO yang harus dipenuhi. Sobana (2011:1) menjelaskan, kata ISO berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti sama, kata tersebut diimplementasi kedalam berbagai macam alat pengukuran seperti isobar yang memiliki arti tekanan yang sama, isotherm yang memiliki arti suhu yang sama. Sehingga ISO menceritrakan standar kualitas yang sama dalam standar dunia. Berdasarkan Gaspersz (2012:12-20) dengan bukunya yang berjudul Three-in-one ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001, terdapat delapan prinsip manajemen kualitas yang menjadi landasan penyusunan ISO 9001 yaitu: 1. Prinsip fokus pelanggan Salah satu faktor pendukung keberlangsungan suatu perusahaan adalah pelanggan. Oleh karena itu perusahaan harus mengetaui apa yang menjadi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan-pelanggannya baik sekarang maupun yang akan datang. Dengan fokus pada pelanggan, sama saja perusahaan

7 15 meningkatkan loyalitas dari konsumen yang berujung pada meningkatnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan akibat pengulangan transaksi yang berkali-kali. 2. Prinsip kepemimpinan Setiap tujuan, aturan, maupun kebijakan dibutuhkan seorang yang mampu untuk memberikan arah pada organisasi agar tidak melenceng dari hal yang ditetapkan. Dengan adanya arahan yang baik dari seorang pemimpin didalam sebuah organisasi, maka orang-orang akan memahami dan termotivasi menuju sasaran dan tujuan organisasi, sebuah komunikasi juga akan terjaga dari atasan ke bawahan atau sebaliknya sehingga dapat meminimumkan tingkat kesalahan dalam organisasi. Dengan adanya kepemimpinan didalam suatu perusahaan jelas kualitas perusahaan tersebut cenderung akan meningkat, pihak yang diuntungkan karenanya tidak hanya dari sisi perusahaan tetapi juga para stakeholders atau semua pihak yang berkepentingan terhadap organisasi tersebut. Para stakeholders akan melihat suatu kualitas perusahaan tidak hanya dari sisi produk tetapi juga dari sisi manajemen perusahaan. 3. Prinsip keterlibatan orang-orang Semua orang baik yang berada pada tingkat atas maupun tingkat bawah merupakan bagian penting dari suatu perusahaan. Tanpa adanya keterlibatan orang-orang suatu perusahaan tidak akan dapat berjalan. Dengan adanya keterlibatan orang-orang didalam organisasi, mereka dapat mengkomunikasikan apa yang menjadi permasalahan yang mereka ketemukan dilapangan yang menghambat kinerja mereka, berbagi masalah-masalah dan isu yang sedang berkembang sehingga perusahaan mendapatkan masukan serta referensi dari mereka yang dapat meningkatkan kualitas kinerja suatu perusahaan. 4. Prinsip pendekatan proses Untuk mendapatkan suatu hasil dengan cara yang lebih efisien, maka segala aktivitas maupun sumberdaya yang berkaitan dengan hasil yang diinginkan harus dikelola sebagai suatu proses, artinya dalam setiap tindakan bertahap tersebut didefinisikan sebagai integrasi sekuensial atau satu persatu yang telah diorganisir dari orang, material, metode, mesin, dan peralatan sehingga lebih efisien. Suatu proses tersebut yang akan

8 16 mengkonverai input yang ada melalui sejumlah langkah sekuensial tersebut. Dengan melakukan pendekatan proses ini maka perusahaan akan mengeluarkan biaya produksi yang cenderung akan lebih rendah karena segala sesuatunya sudah terproses dan menggunakan sumber daya yang efektif. 5. Prinsip pendekatan sistem terhadap manajemen Dengan melakukan pendekatan sistem terhadap manajemen seperti pengidentifikasian, pemahaman, dan pengelolaan dari setiap proses-proses akan memberikan kontribusi pada efektivitas dan efisiensi pada organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya. Kontribusi tersebut seperti intergrasi dan kesesuaian dari proses yang akan dilakukan serta memberikan kepercayaan kepada stakeholders akan efektivitas dan efisiensi dari manajemen perusahaan. 6. Prinsip peningkatan terus-menerus Salah satu prinsip yang harus ditekankan kepada setiap aspek perusahaan adalah peningkatan terus menerus baik kinerja, kualitas, efektivitas maupun efisiensi dalam suatu organisasi. Peningkatan terus menerus merupakan proses yang membutuhkan biaya yang besar karena dalam prakteknya harus melakukan identifikasi dan selalu memperbaiki baik kinerja maupun kualitas yang ada sehingga mampu menggapai kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Dengan adanya peningkatan kualitas akibat proses peningkatan yang terus menerus maka akan meingkatkan keunggulan perusahaan dari segala aspek seperti kinerja maupun kualitas. 7. Prinsip pendekatan faktual dalam pembuatan keputusan Semua jenis keputusan yang dibuat tidak dapat ditentukan begitu saja tanpa adanya analisa terlebih dahulu. Sebuah keputusan yang efektif adalah keputusan yang dibuat berlandaskan pada analisa data dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah sehingga masalah kualitas dapat terselesaikan secara efektif dan efisien. Manfaat dari menerapkan pendekatan faktual sebelum mengambil sebuah keputusan seperti keakuratan keputusan yang akan diambil karena berdasarkan informasi yang berdasrkan kenyataan yang ada, selain itu jika kedepannya terdapat perubahan keputusan atau sebagainya, segala sesuatunya dapat dipertanggung jawabkan.

9 17 8. Prinsip hubungan pemasok yang saling menguntungkan Perusahaan dan pemasok memiliki hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Perusahaan harus mampu melakukan hubungan yang baik dengan pemasok dan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan nilai tambah. Dalam prinsip kedelapan ini lebih ditekankan kepada hubungan timbal balik yang mengarap pada win-win solution yang dimana jika salah satu pihak merasa disenangkan oleh pihak yang lain, maka secara naluri, pihak yang merasa disenangkan akan memberikan hal yang terbaik kepada pihak yang menyenangkannya Dimensi Kualitas Didalam bukunya, Hidayat (2007: 4) mengutip sebuah dimensi kualitas dari Garvin. Terdapat 9 dimensi kualitas, yaitu: 1. Performance Merupakan kinerja dari produk tiu sendiri, bagaimana produk tersebut memiliki kesesuaian dengan fungsi utama dari produk itu sendiri. 2. Features Merupakan karakteristik tambahan, seperti fasilitas atau kemampuan dari produk tersebut yang membedakannyadari produk yang lain. 3. Conformance Merupakan kesesuaian produk tersebut dengan standar-standar, spesifikasi, operasi dari prosedur yang ada/ditetapkan. 4. Reliability Merupakan keandalan dari suatu produk tersebut seperti suatu barang diandalkan karena kemungkinan rusak yang rendah maupun suatu barang tersebut memiliki kemampuan kerja yang baik. 5. Durability Mengenai daya tahan dari suatu produk dan umur dari suatu produk. Apakah suatu produk tersebut cepat rusak atau tidak. 6. Service Merupakan pelayanan yang diberikan atas masalah-masalah yang timbul dari produk tersebut. Hal ini mencakup ketersediaan komponen-komponen yang diperlukan oleh produk tersebut.

10 18 7. Response Merupakan hubungan antara produsen dengan konsumen. 8. Aesthetics Mengenai aspek-aspek psikologi dari suatu produk seperti keindahan dan daya tarik dari produk tersebut. 9. Reputation Kinerja yang telah tercapai dari kesuksesan yang diraih atas kepuasan konsumen, maupun citra suatu merek. Sedangkan untuk dimensi kualitas pada industri jasa berdasarkan Garvin (1996) dalam Yuri dan Nurcahyo (2013: 21) adalah sebagai berikut: 1. Communication Merupakan sejauh mana hubungan antara pemberi jasa dengan penerima jasa, termasuk didalamnya umpan balik antar pihak tersebut. 2. Credibility Merupakan kepercayaan yang diberikan pihak penerima jasa terhadap pemberi jasa tersebut. 3. Security Merupakan rasa keamanan, rasa bebas dari bahaya maupun resiko terhadap jasa yang diberikan oleh pemberi jasa. 4. Knowing the Customer Pemahaman pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan pemakai jasa serta memberikan perhatian secara individual dan sejauh mana mengenal pelanggan tersebut. 5. Tangibles Pemberian pelayanan kepada pelanggan harus dapat diukur atau terdapat standar-standarnya. 6. Reliability Konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan pemberi jasa dalam memenuhi janji kepada para penerima jasa. 7. Responsiveness Merupakan sejauh mana tanggapan pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan penerima jasa. Hal ini diukur berdasarkan ketepatan waktu pelayanan, kecepatan dalam memberikan jawaban atas masalah yang diberikan, serta kecepatan pemberi jasa menghubungi kembali pelanggan.

11 19 8. Competence Segala hal yang berhubungan dengan kemampuan atau keterampilan yang dibutuhkan oleh pemberi jasa dalam memberikan jasanya kepada penerima jasa. 9. Access Kemudahan pemberi jasa dihubungi ataupun ditemui oleh penerima jasa, hal ini termasuk didalamnya kemudahan dalam menjangkau lokasi untuk menggapai fasilitas jasa maupun dalam akses telpon, , fax, dan sebagainya. 10. Courtesy Kesopanan, respek, perhatian, dan keramahaan para karyawan pemberi jasa pada penerima jasa dan hubungan secara personalnya Dampak dari Kualitas Kualitas dari suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat penting terutama di era globalisasi seperti sekarang ini yang menuntut adanya persaingan. Berikut adalah implikasi dari kualitas menurut Heizer dan Render (2011:223): 1. Company reputation Kulitas akan menempel pada suatu perusahaan baik itu baik ataupun buruk. Dari persepsi masyarakat mengenai kualitas suatu perusahaan akan mencerminkan gambaran bagaimana produk dari perusahaan tersebut, kinerja karyawan, dan hubungan dengan pemasok. Dengan perusahaan yang sudah memiliki image yang baik di mata masyarakat maka kepercayaan dan loyalitas dari konsumen akan meningkat yang berakhir pada peningkatan laba dari perusahaan. 2. Product liability Produk dengan kualitas yang tinggi dapat berarti memiliki standar yang tinggi. Dengan memiliki standar yang tinggi maka kemungkinan suatu produk tersebut membahayakan konsumen akan kecil. Jika suatu produk memiliki kualitas yang rendah, maka besar kemungkinan produk tersebut akan membahayakan penggunanya dan akan berakhir pada tuntutan kepada pihak perusahaan sehingga perusahaan harus menanggung kerugian atas apa yang terjadi. Dari sudut pandang hukum, perusahaan

12 20 yang tidak memenuhi standar kualitas yang baik akan dikenakan sanksi yang akan merugikan pihak perusahaan sendiri. 3. Global implications Dampak dari kemajuan teknologi mengakibatkan peningkatan kualitas secara internasional, itulah yang terjadi pada standar kualitas pada zaman sekarang, sudah mengacu pada standarisasi internasional. Bagi perusahaan yang ingin go international tentunya harus memenuhi kriteria-kriteria yang menjadi standar internasional baik dari desain, kualitas, maupun harga Sistem Manajemen Kualitas Definisi dari Standar ISO 9000 untuk sistem manajemen kualitas (quality management system) adalah: struktur organisasi, tanggung jawab, prosedurprosedur, proses-proses, dan sumber-sumber daya untuk penerapan manajemen kualitas (Gaspersz, 2012: 1). Jadi, sistem manajemen kualitas ini berfokus pada konsistensi dari setiap proses kerja yang ada untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar. Dalam menciptakan sebuah sistem manajemen yang berkualitas dibutuhkan sebuat tahapan-tahapan proses yang harus dilakukan, hal tersebut dikenal sebagai PDCA (Plan-Do-Check-Act). Berdasarkan buku yang dikarang oleh Gaspersz (2012:35), PDCA dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Rencanakan (Plan) Merupakan sebuah proses untuk merencanakan suatu sistem manajemen kualitas. Dalam melakukan sebuah perencanaan, harus mengandung konsep SMART (Specific, Measurable, Achievable, Result-Oriented, Timely) yang artinya ketika menetapkan tujuan-tujuan kualitas harus ditetapkan secara spesifik dan bukan bersifat umum, dapat diukur, dapat dicapai, berorientasi pada pencapaian hasil, dan memiliki tolok ukur waktu untuk mencapai tujuan tersebut. 2. Laksanakan (Do) Setelah menentukan perencanaan dari sebuah sistem, langkah berikutnya adalah menerapkan dan mengoperasikan sistem manajemen kualitas tersebut dengan mengelola lingkunga lingkungan kerja yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian terhadap persyaratan produk, menciptakan struktur manajemen, menetapkan tanggung jawab dengan kewenangan

13 21 yang memadai yang artinya bahwa manajemen puncak harus menjamin bahwa tanggung jawab dan wewenang didefinisikan dan dikomunikasikan dalam organisasi. 3. Periksa (Check) Berikutnya adalah melakukan pemeriksaan pada proses sistem manajemen kualitas dengan melakukan pemantauan dan pengukuran. Pengukuran yang dilakukan seperti terhadap kepuasan pelanggan dengan melakukan survei atas kepuasan pelanggan, opini, persepsi pelanggan dan sebagainya yang mencakup segala masukan terhadap kualitas menurut pandangan konsumen. Hal yang diperiksa tidak hanya sebatas terhadap kualitas yang ada, tetapi juga kepada identifikasi penyebab ketidaksesuaian terhadap perencanaan yang direncanakan untuk mengambil tindakan korektif. 4. Bertindak (Act) Yang terakhir adalah melakukan tindakan perbaikan atas segala ketidak sesuaian yang ada dan melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki atau meningkatkan sistem manajemen kualitas secara terus menerus untuk mencegah pengulangan kembali tindakan ketidaksesuaian tersebut. Tindakan perbaikan tersebut seperti melakukan peninjauan ulang terhadap sistem manajemen kualitas. Sumber: (Heizer dan Render, 2011: 277) Gambar 2. 3 Alur PDCA 2.4 Biaya Kualitas Selalu terdapat harga yang harus dibayar oleh setiap kesalahan atau kegagalan, begitu juga pada prinsip dari kualitas, ada harga yang harus dibayar oleh

14 22 setiap kesalahan atau kegagalan diseluruh aspek operasional perusahaan. Biaya kualitas menurut Heizer dan Render (2011: 224) adalah cost of doing things wrongthat is, the price of nonconformance, yang artinya biaya dari melakukan tindakan yang salah, itulah biaya atas ketidaknyamanan. Kesalahan atau kegagalan tersebut dapat meliputi dari proses input sampai pada delivery kepada konsumen. Dengan kata lain, biaya atas kualitas dapat terjadi pada berbagai aspek operasional perusahaan. Deitiana (2011:65) mengemukakan bahwa terdapat empat kategori biaya kualitas yang disebut cost of quality, yakni: 1. Prevention cost Biaya yang terkait dengan pengurangan komponen atau jasa yang rusak atau segala biaya yang dikeluarkan untuk mencegah kegagalan baik internal maupun eksternal terjadi untuk memperkecil kemungkinan kegagalan dan biaya yang akan muncul akibat kegagalan tersebut. Contoh: 1. Biaya pelatihan untuk karyawan-karyawan dalam meningkatkan pengetahuan serta kemampuan dalam mengoperasikan mesin yang ada di pabrik. 2. Biaya program peningkatan kualitas seperti melakukan perbaikan terus menerus pada setiap bagian produksi. 2. Appraisal cost Biaya yang dikaitkan dengan proses evaluasi produk, proses, komponen dan jasa. Contoh: 1. biaya atas percobaan-percobaan yang dilakukan seperti uji coba terhadap material-material untuk mengetahui apakah kualitas dari material tersebut memenuhi standar atau tidak sebelum digunakan untuk produksi masal. 2. Biaya yang keluar terhadap proses uji coba yang berlangsung seperti listrik dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mendukung proses uji coba. 3. Dan biaya atas pengujian untuk mempertahankan kualitas yang ada. 3. Internal failure Biaya yang diakibatkan proses produksi yang menyebabkan kerusakan sebelum dikirim ke konsumen. Jika selama proses produksi berlangsung dan tidak ditemukan masalah, maka biaya ini tidak akan muncul. Contoh: 1. Rework atas perbaikan atau kesalahan yang terjadi selama proses produksi berlangsung agar sesuai dengan standar dan prosedur.

15 23 2. Scrap yang adalah biaya yang hilang akibat produksi yang gagal. 3. Serta downtime yang adalah waktu yang terbuang atas produksi yang cacat. 4. External failure Biaya yang terjadi setelah pengiriman produk ke konsumen. Jika tidak ada keluhan ataupun kesalahan atas produksi dari konsumen, maka biaya ini tidak akan muncul. Contoh: 1. Garansi yang muncul dari claim konsumen untuk perbaikan atau penggantian produk yang cacat dalam waktu tertentu,. 2. Retur atas barang yang rusak oleh konsumen sehingga perusahaan harus menanggung kerugian atas barang yang rusak tersebut. 2.5 Sistem Didalam sebuah proses manufaktur, tentunya terdapat manusia dan mesin yang saling berinteraksi untuk menjalankan ataupun menghasilkan suatu proses. Hubungan antar manusia dengan mesin ini menciptakan suatu sistem yang saling berkaitan yang bertujuan untuk saling mendukung. Blanchard dan Fabrycky (2012: 17) menjelaskan bahwa systems are composed of components, attributes, and relationships yang artinya, sistem terdiri atas komponen, sifat, dan hubungan. Jika ditelaah lebih dalam, dapat dikatakan bahwa sistem adalah gabungan atas subsistem yang memiliki komponen, sifat, dan saling berhubungan membentuk suatu sinergi/kegiatan. Ketiga elemen dari sistem tersebut dijabarkan sebagai berikut oleh Blanchard dan Fabrycky (2012: 17): 1. Komponen Komponen merupakan bagian dalam sistem. Merupakan bagian-bagian yang terdapat dalam suatu sistem tersebut yang saling berinteraksi menciptakan suatu sinergi. 2. Atribut/sifat Merupakan karakteristik, konfigurasi, kualitas, tenaga, dan masalah atas komponen dan sistem yang ada secara keseluruhan. 3. Hubungan Merupakan keterkaitan antara komponen-komponen yang ada atas atribut yang ada sehingga komponen-komponen tersebut beroperasi bersama-

16 24 sama secara efektif dalam memberikan kontribusi bagi tujuan atau sasaran dari suatu sistem. 2.6 Total Quality Control Chiarini dalam jurnalnya yang berjudul Japanesse Total Quality Control, TQM, Deming's System of Profound Knowledge, BPR, Lean and Six Sigma: Comparison and Discussion menjelaskan bahwa total quality control merupakan sebuah sistem yang sudah dari zaman dulu dilakukan yang mengacu kepada penelitian statistik. Charini mengutip sebuah definisi tentang total quality control dari Feigenbaum (1961, p6) yang adalah seorang yang mengembangkan total quality control menjelaskan A network of the management/control and procedure that is required to produce and deliver a product with a specific quality standard, yang artinya sebuah jaringan manajemen/kontrol dan prosedur yang diperlukan untuk memproduksi dan mengirimkan produk dengan standar kualitas tertentu. Jaringan dalam definisi diatas menggambarkan keseluruhan proses manajemen yang terdapat dalam suatu sistem perusahaan. Jadi total quality control merupakan sebuah kontrol secara menyeluruh yang dilakukan atas prosedur-prosedur yang ada mulai dari proses awal produksi sampai pada pengiriman produk (baik barang dan jasa) tersebut untuk mencapai standar kualitas tertentu. Blanchard dan Fabrycky (2012: 337) menjelaskan bahwa setiap kontrol sistem terdapat empat elemen dasar. Elemen-elemen tersebut adalah: 1. Suatu kondisi atau objek yang akan diamati untuk dikendalikan. 2. Alat atau metode pendeteksi untuk mengukur suatu objek atau kondisi yang akan diamati. 3. Alat pengontrol yang akan membandingkan kinerja yang terjadi dengan kinerja yang sudah direncanakan. 4. Sebuah alat/metode yang akan mengubah sistem atau objek yang berada pada luar kendali kedalam suatu kendali.

17 25 Sumber: Blanchard dan Fabrycky (2012: 338) Gambar 2. 4 Control System Elements And Relationship 2.7 Zero Defects Baik total quality control maupun zero defects bertujuan utnuk meminimalisir kesalahan yang terjadi sampai pada nol kesalahan. Yuri dan Nurcahyo (2013: 18-19) berpendapat bahwa zero defects berfokus pada ekspektasi manajemen dan hubungan antara manusia dan menekankan pada filosofi, motivasi, dan awareness serta memanfaatkan usulan spesifik dan teknis problem-solving. Dari penjelasan mengenai zero defects diatas, dapat disimpulkan bahwa zero defects merupakan sebuah pendekatan dengan melakukan program-program yang ditetapkan oleh manajemen dalam fokusnya terhadap motivasi terhadap manusia (dalam hal ini karyawan-karyawan) untuk mencegah mereka melakukan kesalahan. 2.8 Total Quality Management Manajemen kualitas total merupakan salah satu prinsip, disiplin, pendekatan kualitas yang banyak diterapkan untuk mencapai kualitas yang baik dari segala aspek perusahaan. Definisi manajemen kualitas total menurut Render dan Heizer (2011: 226) adalah management of an entire organization so that it excels in all aspects of products and services that are important to the customer, yang artinya pengelolaan seluruh organisasi sehingga mencapai keunggulan dalam semua aspek produk dan jasa yang penting bagi pelanggan. Dalam pencapaian manajemen kualitas total, dibutuhkan tujuh konsep yang harus diterapkan perusahaan (Heizer dan Render, 2011: 226). Ketujuh konsep tersebut adalah:

18 26 1. Continuous improvement Untuk mencapai manajemen kualitas total dibutuhkan proses perbaikan terus menerus yang tanpa henti meliputi manusia, peralatan, supplier, bahan baku, dan prosedur. Hal tersebut dilakukan dengan prinsip PDCA (Plan-Do-Check-Act). 2. Six sigma Merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan level sigma suatu organisasi/perusahaan dengan menghemat waktu yang tidak dibutuhkan (waste), melakukan perbaikan kualitas, dan meminimalisir biaya. Pendekatan ini dilakukan dengan salah satu dari dua metode, yakni DMAIC (Define-Measure-Analyze- Improve-Control) dan DMADV (Define-Measure-Analyze-Design-Verify). 3. Employee empowerment Dengan melakukan perluasan atau memperbesar pekerjaan karyawan dalam hal berbicara, berfikir, bertindak, mengambil keputusan terkait dengan pekerjaannya sehingga tanggung jawab dan wewenang yang ada, menjadi lebih kecil dan pekerjaan yang ada menjadi lebih singkat dan lebih cepat selesai. 4. Benchmarking Merupakan suatu cara dalam memilih dan menerapkan suatu standar baik kinerja maupun proses yang terbaik sebagai patokan untuk diterapkan oleh perusahaan. Dalam melakukan benchmark terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu: 1. Menentukan apa yang akan menjadi patokan. 2. Membentuk tim yang akan mengurusi benchmark tersebut. 3. Mengidentifikasi rekan kerja dalam target benchmark. 4. Mengumpulkan dan menganalisa benchmarking information. 5. Mengambil tindakan untuk mencocokan atau melebihi patokan tersebut. 5. Just-in-time (JIT) Just-in-time merupakan sebuah konsep sistem yang didesain untuk memproduksi dan menyampaikan suatu produk baik barang maupun jasa tepat pada saat produk tersebut dibutuhkan. Hal ini ditujukan untuk menghemat waktu serta biaya yang akan timbul jika tidak dilakukannya konsep just-in-time, serta ditujukan untuk meningkatkan kualitas akibat dihilangkannya waktu serta biaya potensial.

19 27 6. Taguchi concept Merupakan konsep yang terlahir karena adanya filosofi bahwa suatu masalah kualitas disebabkan oleh adanya jeleknya material dan proses yang ada. Genichi Taguchi membuat tiga konsep dalam taguchi concept yaitu: 1. Quality robust Dimana produk dibangun/dibuat secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan meskipun dalam kondisi yang merugikan dalam proses produksi. 2. Quality loss function Sebuah fungsi matematika yang mengidentifikasi semua biaya yang berhubungan dengan suatu kualitas yang buruk dan fungsi ini menunjukan bagaimana suatu kenaikan biaya dapat terjadi ketika suatu produk menjauhi apa yang pelanggan inginkan. 3. Target-oriented quality Sebuah filosofi dari peningkatan kualitas terus menerus untuk membawa produk kepada apa yang dinginkan konsumen. 7. Knowledge of TQM tools Untuk memberdayakan serta meningkatkan karyawan dan perusahaan dalam melaksanakan manajemen kualitas total, setiap bagian dari perusahaan harus dilatih dalam menggunakan teknik/alat dari manajemen kualitas total. Alat-alat dalam manajemen kualitas total tersebut dikenal dengan nama the sevent tools of TQM yang adalah: 1. Tools for generating ideas Digunakan untuk menghasilkan ide-ide atas data yang ada. Terdiri atas check sheets, scatter diagram, dan cause-and-effect/ihikawa/fishbone diagrams. 2. Tools for organizing the data Digunakan untuk mengorganisir/merapikan data-data yang ada sehingga lebih sistematis dalam mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dikedepannya. Terdiri atas pareto chart, dan flow chart. 3. Tools for identifying problems Digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang ada. Terdiri atas histogram, dan statistical process control (SPC).

20 Standard Operating Procedures (SOP) SOP adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada di dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa setiap keputusan, langkah-langkah, atau tindakan, dan penggunaan fasilitas pemrosesan yang dilaksanakan oleh orang-orang di dalam suatu organisasi, telah berjalan secara efektif, konsisten, standar, dan sistematis Tambunan (2008: 3). Lebih lanjut Yuri dan Nurcahyo (2013: 134) menjelaskan bahwa Standard Operating Procedures adalah sebuah prosedur atas tata kerja yang ada didalam sebuah sistem secara tertulis. Jadi dapat disimpulkan bahwa Standard Operatiing Procedures adalah suatu pedoman prosedur tertulis didalam suatu organisasi yang mengatur segala sesuatu yang ada maupun tatacara menjadi sistematis dan sesuai dengan aturanaturan yang telah ditetapkan. Standar-standar ini umumnya dibuat berdasarkan diagram alir yang ada karena diagram alir menggambarkan proses-proses alur porduksi yang ada pada setiap bagian ataupun sistem sehingga segala sesuatunya menjadi teratur dan sesuai dengan aturan yang ada. Lebih lanjut Yuri dan Nurcahyo (2013: 134) menjelaskan bahwa standard operating procedure ini tidak hanya memuat alur-alur proses saja, tetapi juga termasuk didalamnya spesifikasi-spesifikasi setiap proses yang dikerjakan seperti masalah jam, bagaimana cara mengoperasikan suatu alat, apa yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum memulai suatu proses. Disamping memuat atas aturan-aturan serta prosedur wajib, standard operating procedure juga memuat aturan-aturan kontingensi/hal-hal ketidakpastian seperti apa yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran. SOP yang bagus adalah SOP yang dirinci sedetail-detailnya dengan gambar atau foto. Berikut ini adalah tujuh kriteria umum (The Seven Criterias of Manual) yang harus dipenuhi dalam membuat SOP menurut Tambunan (2008: 109): 1. Khas atau spesifik (Specific) Setiap perusahaan pasti memiliki SOP yang berbeda. Walaupun perusahaan tersebut bergerak dibidang yang sama, jumlah karyawan yang sama, pasti terdapat perbedaan seperti budaya organisasi, susunan organisasi, dan sebagainya. Jika ingin menggunakan SOP dari perusahaan lain, maka harus di adaptasikan, bukan di adopsi. 2. Lengkap prosedur (Complete)

21 29 Suatu SOP yang baik harus lengkap secara vertical (untuk prosedur tertentu) maupun secara horizontal (untuk semua prosedur). Prosedur yang belum lengkap tidak boleh untuk diterapkan terlebih dahulu karena akan mengakibatkan ketidakefektifan aturan yang ada. 3. Jelas dan mudah dipahami (Understandable) Jelas dan mudah dipahami merupakan syarat yang mutlak dalam sebuah SOP. SOP yang tidak dipahami secara jelas oleh para pembacanya akan menimbulkan sebuah ambiguity dan ketidakefektifan. 4. Layak-Terap (Applicable) Walaupun sebuah SOP sudah memenuhi tiga kriteria sebelumnya, tetap ada kemungkinan bahwa SOP tersebut tidak dalam diterapkan karena adanya ketidaksesuaian budaya maupun ada atau tidaknya dukungan dari pihak manajemen yang ada. 5. Layak-Kontrol (Controllable) Kriteria layak kontrol ini ada untuk mendukung kriteria layak-terap. Tanpa sebuah kontrol, SOP bukanlah sebuah SOP, SOP tidak akan efektif. SOP ada untuk meningkatkan kontrol terhadap seluruh kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi. 6. Layak-Audit (Auditable) Kriteria keenam ini sangat terkait dengan kriteria kelima, audit digunakan untuk meninjau ulang kembali serta untuk mengevaluasi prosesdurprosedur yang ada seiring dengan dilakukannya kontrol. Audit tidak hanya bersifat eksternal dan internal, tetapi juga operasional maupun audit investigative yang dilakukan oleh pihak internal dan eksternal. 7. Layak-Ubah (Changeable) SOP memang disusun berdasarkan kebutuhan saat ini, tetapi juga harus memperhitungkan kebutuhan masa depan suatu organisasi setidaknya untuk tiga sampai lima tahun kedepan, sehingga tidak perlu untuk dilakukan revisi secara terus menerus. Perubahan akan terus ada, dan tidak ada satupun perusahaan yang mampu memprediksi perubahan tersebut secara 100%. Oleh karena itu, SOP yang disusun harus efektif dan memperhitungkan kemungkinan terjadi perubahan berdasarkan rencana jangka panjang.

22 Flowchart (Diagram Alir) Berdasarkan buku yang berjudul all about six sigma yang dikarang oleh Brussee (2006: 60), a process flow diagram shows the relationships among the steps in a process or the components in a system, with arrows connecting all of the elements and showing the sequence of activities, yang artinya adalah proses diagram alir menunjukan hubungan antara langkah-langkah atau komponen dalam suatu sistem dengan tanda panah yang menghubungkan setiap elemen-elemen yang ada dan menunjukan urutan dari suatu aktifitas. Sedangkan Hidayat (2007: 301) menjelaskan, diagram flow adalah gambaran atau ilustrasi yang mempresentasikan urutan (sequence) dari langkah-langkah proses. Sehingga diagram alir merupakan diagram yang merepresentasikan urutan dari setiap aktivitas-aktivitas mulai dari awal proses sampai dengan akhir proses yang dilakukan. Diagram ini dapat membantu para pembaca untuk dengan cepat mengidentifikasi proses-proses yang terjadi sehingga dapat dipahami dengan lebih mudah sehingga sumber-sumber kecacatan dapat diidentifikasi dengan lebih mudah. diagram alir: Menurut Hidayat (2009: 300), ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada 1. Menyusun diagram flow berdasarkan langkah-langkah dan pentahapan proses aktual. 2. Menyusun diagram flow harus diawali dengan langkah proses awal yang sudah benar. 3. Permasalahan yang ada dalam proses sudah terpecahkan dan tersolusi dengan baik. (Perlu diperhatikan bahwa setiap ketidakakurasian akan berdampak buruk pada proses selanjutnya).

23 31 Sumber: Gambar 2. 5 Diagram Alir Tabel 2. 1 Simbol Diagram Alir Simbol Penjelasan Elongated circles, which signify the start or end of a process, yang artinya menunjukan awal dan akhir dari suatu proses. Rectangles, which show instructions or actions, yang artinya menunjukan instruksi atau tindakan dari suatu proses. Diamond, which show decisions that must be made, menunjukan keputusan yang harus diambil. Sumber:

24 Check Sheet Yuri dan Nurcahyo (2013: 63) mendefinisikan check sheet sebagai alat yang digunakan untuk mengumpulkan data serta informasi dari sebuah proses yang terjadi menjadi lebih sistematis, mudah, dan teratur. Check sheet merupakan sebuah lembaran kertas kerja yang dicetak sedemikan rupa sehingga mudah untuk digunakan dan dianalisa. Shahin, Arabzad dan Gorbani (2010) dalam jurnalnya yang berjudul Proposing an Integrated Framework of Seven Basic and New Quality Management Tools and Techniques: A roadmap mengatakan bahwa check sheet ini digunakan untuk memastikan bahwa solusi yang diberikan adalah efektif. Yuri dan Nurcahyo (2013: 63) mengungkapkan, terdapat empat macam check sheet, yaitu: 1. Defective item check sheet Merupakan jenis lembar kerja pertama yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis masalah atau cacat yang terjadi didalam proses. Lembar cek ini memiliki daftar cacat atau masalah yang mungkin terjadi dalam proses tersebut. 2. Defective location cheeck sheet Merupakan jenis lembar kerja kedua yang digunakan untuk mengidentifikasi lokasi cacat pada produk. 3. Defective cause check sheet Merupakan jenis lembar kerja ketiga yang digunakan untuk mencoba mengidentifikasi penyebab masalah atau cacat. Terdapat lebih dari satu variabel yang dipantau saat mengumpulkan data untuk jenis lembar cek ini. 4. Checkup confirmation check sheet Merupakan jenis lembar kerja terakhir yang digunakan untuk memeastikan bahwa prosedur-prosedur yang ada sudah dilakukan dengan tepat dan benar. Lembar cek ini biasanya terdiri atas daftardaftar aturan, prosedur, serta tugas yang ada.

25 33 Sumber: Heizer & Render (2011: 232) Gambar 2. 6 Check Sheet Critical to Quality (CTQ) Terdapat sejumlah cara untuk mengukur suatu kualitas secara kritis, salah satunya dengan menggunakan critical to quality, dimana critical to quality adalah matriks yang membandingkan pengamatan proses terhadap persyaratan dari suatu proses tersebut (Pyzdek, 2009:170). Sehingga critical-to-quality merupakan suatu cara untuk mengetahui apakah suatu proses melenceng dari aturan seharusnya atau tidak. Hal ini diperlukan agar masalah-masalah dalam kualitas dapat teridentifikasi dengan baik berdasarkan perspektif konsumen seperti keterlambatan pengiriman maupun hal lainnya yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan. Berikut adalah langkah-langkah menggunakan tool CTQ ( 1. Identifikasi kebutuhan penting. Pada tahap awal ini adalah melakukan identifikasi kebutuhan utama atau sesuatu yang penting yang harus dimiliki oleh suatu produk atau suatu proses. Untuk mengetahui kebutuhan utama ini, dapat ditempuh dengan berbagai cara seperti dengan melakukan observasi langsung maupun melalui kuesioner. 2. Identifikasi quality drivers. Tahap berikutnya adalah identifikasi spesifikasi kualitas yang dibutuhkan untuk mencapai kebutuhan yang penting pada tahap pertama. Ini adalah faktor yang ditujukan kepada konsumen agar

26 34 konsumen berfikir bahwa produk yang ditawarkan adalah produk yang berkualitas tinggi. 3. Identifikasi requirement dari performansi. Tahap terakhir ini adalah mengidentifikasi minimum requirement dari setiap quality drivers yang ditentukan pada tahap sebelumnya. Requirement inilah yang nantinya akan diukur sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Sumber: Gambar 2. 7 Critical-To-Quality 2.12 Histogram Histogram adalah alat ketiga yang terdapat dalam the seven tools of total quality management. Menurut Yuri dan Nurcahoyo (2013: 65), histogram merupakan suatu alat statistik yang digunakan untuk memberikan suatu gambaran tentang suatu proses operasi pada satu waktu. Diagram ini ditujukan untuk mengetahui penyebaran atau variasi suatu proses dalam bentuk grafis. Hasil dari grafis ini kemudian dianalisa secara deskriptif seperti nilai tertinggi, terendah, rata-rata, modus, dan sebagainya.

27 35 Sumber: Heizer & Render (2011: 232) Gambar 2. 8 Histogram 2.13 Scatter Diagram Alat berikutnya dalam the seven tools of quality adalah scatter diagram. Yuri dan Nurcahyo (2013: 66) menjelaskan bahwa diagram ini digunakan untuk mengetahui relasi atau hubungan/korelasi antara dua variabel, yakni variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent) yang dianggap mungkin. Dari diagram ini nantinya dapat diketahui apakah hubungan tersebut bernilai positif atau negatif. Dimana jika butir-butir dalam diagram memiliki kecenderungan ke arah kanan atas berarti variabel-variabel tersebut memiliki sifat hubungan yang positif yang artinya bila variabel bebas tersebut naik, maka variabel terikat akan turun dan bila butir-butir dalam diagram tersebut memiliki kecenderungan ke arah kanan bawah berarti variabel-variabel tersebut memiliki sifat hubungan yang negatif yang artinya bila variabel bebas tersebut naik, maka variabel terikat juga akan naik.

28 36 Sumber: Heizer & Render (2011: 232) Gambar 2. 9 Scatter Diagram 2.14 Statistical Process Control (SPC) Salah satu alat yang penting dalam six sigma adalah SPC. Berdasarkan Hidayat (2007: ), terdapat beberapa dasar pertimbangan sehingga alat ini dikatakan penting, yakni: 1. Untuk penetapan perilaku proses yang sudah ada dalam formulasi pentahapan program/proyek pengembangan dan peningkatan. 2. Mendiagnosis aktivitas pekerjaan sebelum program/proyek pengembangan dan peningkatan berlangsung. Tujuannya adalah untuk mengeliminir perilaku proses yang terjadi di luar kendali (out-of-control). Pengertian perilaku proses di luar kendali dibagi menjadi dua tipe, yaitu: 1. Adverse effect; strategi untuk menghadapi perilaku proses tersebut dengan mengeliminasi penyebabnya; 2. Beneficial effect; strategi untuk menghadapi perilaku proses tersebut dengan mempertahankan stabilitas peningkatan kinerja proses. 3. Memonitor proses atas kompleksitas program/proyek pengembangan dan peningkatan: 1. Menjaga/mempertahankan nilai pencapaian (gains). 2. Pemanfaatan basis perhitungan dan pengukuran kapabilitas proses dan index tolok ukur kinerja proses (Cps dan Cpks).

29 37 Memonitor SPC dapat dilakukan dengan menggunakan diagram kontrol. Menurut Heizer dan Render (2011: 252), tujuan dari SPC ini adalah to help distinguish between natural variations and variations due to assignable causes, yang artinya untuk membantu membedakan variasi karena faktor alamiah/normal (terkontrol) dan variasi karena penyebab khusus (tidak terkontrol). Lebih lanjut Yuri dan Nurcahyo (2013:43-44) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis variasi, yakni: 1. Variasi terkontrol. Variasi terkontrol merupakan variasi yang dapat dihilangkan atau dikurangi dengan cara melakukan perbaikan-perbaikan. Sifat dari variasi ini cenderung stabil, konsisten, dan terjadi secara alamiah. Contoh dari penyebab variasi ini adalah human error. 2. Variasi tidak terkontrol. Sedangkan variasi tidak terkontrol merupakan variasi yang bersifat tidak stabil, tidak konsisten dan umumnya terjadi karena faktor alam dan lingkungan yang menyebabkan ketidaknormalan suatu sistem. Contoh dari penyebab variasi ini adalah kelembapan udara, hujan, dan lain-lain. Yuri dan Nurcahyo (2013: 45-48) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis diagram kendali berdasarkan pada jenis datanya, yakni: 1. Diagram kendali atribut Diagam jenis ini digunakan ketika ingin diketahu apakah persyaratan atas kualitas suatu produk/barang tersebut diterima atau ditolak. 2. Diagram kendali variabel Diagram jenis ini digunakan ketika ingin diketahui sejauh mana proses produksi sudah sesuai dengan standar desai proses yang ada. Hal ini seperti berat barang, panjang, waktu, temperatur, volt, tensil, daya tahan barang, atau karakteristik produk lainnya. Diagram jenis ini dibagi menjadi dua jenis diagram, yaitu diagram X dan diagram R dimana diagram X digunakan untuk menganalisis berapa penyimpangan ratarata sampel dari datanya, sedangkan diagram R digunakan untuk menganalisa kisaran atau range subkelompok data.

30 38 Lebih lanjut Hidayat (2007:304) menjelaskan atribut dari diagram kontrol menjadi empat jenis yang digunakan bergantung pada situasi dan kondisi tertentu. Pembagian jenis diagram kontrol tersebut dipaparkan dalam tabel berikut ini: Tabel 2. 2 Jenis Diagram Kontrol Diagram Kontrol Atribut Non-conformities Unit non-conforming Ukuran sampel konstan Diagram np Diagram c Ukuran sampel Diagram p Diagram u bervariasi Sumber: Hidayat (2007: 304) Dimana, non-conformities merupakan bentuk dari kesalahan-kesalahan seperti lekukan, tergores yang mengakibatkan kerusakan atau kecacatan pada suatu barang. Sedangkan unit non-conforming merupakan unit/barang yang memiliki satu atau lebih ketidaksesuaian. Lebih lanjut Andrejiová dan Kimáková (2012) dalam jurnalnya yang berjudul The Open Sources Software R in the Statistical Quality Control menjelaskan bahwa setiap diagram tersebut baik diagram np, p, c, maupun u memiliki batasan dalam kalkulasi diagram kontrolnya, yaitu Upper Control Limit (UCL) dan Lower Control Limit (LCL). Pyzdek (2009: ) menjelaskan lebih dalam mengenai masing-masing diagram, yakni: 1. Diagram p (proportion defective). p charts are statistical tools used to evaluate the proportion defective, or proportion nonconforming, produced by a process, yang artinya diagram p adalah alat statistik yang digunakan untuk melakukan evaluasi proporsi dari suatu kecacatan atau adanya proporsi ketidaksesuaian dari suatu proses. Formulasinya adalah: Garis tengah: Batas kontrol atas (UCL):

31 39 Batas kontrol bawah (LCL): 2. Diagram np (count of defective). np charts are statistical tools used to evaluate the count of defectives, or count of items nonconforming, produced by a process, yang artinya diagram np adalah alat statistik yang digunakan untuk melakukan evaluasi jumlah dari barang cacat atau jumlah barang yang tidak sesuai dari suatu proses. Formulasinya adalah: Garis tengah: Batas kontrol atas (UCL): Batas kontrol bawah (LCL): Dimana, 3. Diagram u (average occurrences). u charts are statistical tools used to evaluate the average number of occurrences-per-unit produced by a process, yang artinya diagram u adalah alat statistik yang digunakan untuk melakukan evaluasi rata-rata jumlah kejadian per-unit yang diproduksi oleh suatu proses. Formulasinya adalah: Garis tengah: Batas kontrol atas (UCL):

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1. Manajemen Operasi Istilah manajemen operasi merujuk ke perancangan, operasi, dan pengendalian proses transformasi yang mengubah sumber daya seperti tenaga kerja dan bahan mentah

Lebih terperinci

Quality Management and International Standards

Quality Management and International Standards Chapter 6 Quality Management and International Standards Tujuan membangun sistem TQM yang dapat mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan konsumen. Menjaga kualitas dapat mendukung diferensiasi, low cost,

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Dyck dan Neubert, dalam buku Principles of Management (2011:7-9) management adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management Total Quality Management (TQM) adalah suatu filosofi manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan secara keseluruhan dimana pendekatan manajemen

Lebih terperinci

Quality Management. D Rizal Riadi

Quality Management. D Rizal Riadi Quality Management D Rizal Riadi Pengertian Quality is Compormance to Requirement (pemenuhan tingkat standar yang ditentukan oleh para konsumen terhadap suatu barang) Philip Crosby Quality is fitness for

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 34 BAB III SIX SIGMA 3.1 Sejarah Six Sigma Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980-an oleh seorang engineer bernama Bill Smith. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keunggulan bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. Produk merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keunggulan bersaing, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Produk merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keunggulan bersaing, di samping harga dan jangkauan distribusinya. Oleh karena itu setiap perusahaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

QUALITY. Karakteristik produk dan jasa yang memberi kepuasan terhadap kebutuhan konsumen. (American Society for Quality Control)

QUALITY. Karakteristik produk dan jasa yang memberi kepuasan terhadap kebutuhan konsumen. (American Society for Quality Control) QUALITY Karakteristik produk dan jasa yang memberi kepuasan terhadap kebutuhan konsumen (American Society for Quality Control) 1 Implementasi Quality Marketing people Better performance, nicer features,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

KUALITAS, PENDEKATAN INPUT- PROSES-OUTPUT NUR HADI WIJAYA, STP, MM

KUALITAS, PENDEKATAN INPUT- PROSES-OUTPUT NUR HADI WIJAYA, STP, MM KUALITAS, PENDEKATAN INPUT- PROSES-OUTPUT NUR HADI WIJAYA, STP, MM Bagaimana supaya ber kualitas Harus ada SISTEM di dalam suatu organisasi SISTEM adalah suatu proses/ kegiatan yang meliputi perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, perusahaan dituntut agar tetap mampu mempertahankan eksistensinya

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, perusahaan dituntut agar tetap mampu mempertahankan eksistensinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, memasuki era persaingan bebas yang semakin ketat serta kompetitif, perusahaan dituntut agar tetap mampu mempertahankan eksistensinya dan dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

Manajemen Operasional MANAJEMEN MUTU

Manajemen Operasional MANAJEMEN MUTU Manajemen Operasional MANAJEMEN MUTU Putri Irene Kanny Putri_irene@staff.gunadarma.ac.id Sub Pokok bahasan pertemuan ke-10 Arti Mutu Tujuan Pengawasan Mutu Organisasi Pengawasan mutu Statistical Proces

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Kualitas merupakan suatu istilah relatif dan tergantung pada situasi. Kualitas pun tidak hanya tercipta dalam bentuk suatu produk tapi bisa juga dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode

BAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analistis yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 membuat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 membuat keadaan perekonomian di Indonesia menjadi tidak menentu. Nilai mata uang rupiah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur maupun jasa. Perusahaan tersebut melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Robbins& Coulter (2010:23) mengemukakan bahwa manajemen adalah pengkoordinasian dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan mereka terselesaikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Banyaknya perusahaan di era globalisasi memicu keberadaan produk lokal dan nasional tidak akan luput dari tuntutan persaingan, selain itu juga mempunyai peluang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Kualitas. Menurut (Douglas C. Montgomery, 2009:4) mutu atau kualitas sudah menjadi faktor paling penting didalam konsumen mengambil keputusan dalam memilih antara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Menurut Heizer dan Render (2010:4) manajemen operasi (Operation Management) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun berada dalam kondisi perekonomian yang cenderung tidak stabil. Hal tersebut memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam perusahaan agar tetap survive. Buruknya kualitas ataupun penurunan kualitas akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mutu 2.1.1 Definisi Mutu International Organization for Standardization (ISO) mendefinisikan mutu sebagai totalitas fitur dan karakteristik dari suatu produk atau jasa yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK REFERENSI : PMBOK

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK REFERENSI : PMBOK MANAJEMEN KUALITAS PROYEK REFERENSI : PMBOK Jaminan Kualitas Proyek Merupakan semua aktifitas yang dilakukan oleh organisasi proyek untuk memberikan jaminan tentang kebijakan kualitas, tujuan dan tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba yang maksimal dengan modal yang tersedia. Dengan demikian perusahaan akan mencari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa pakar, di antaranya adalah Menurut stevenson (2014:4) manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa pakar, di antaranya adalah Menurut stevenson (2014:4) manajemen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Konsep Kunci 2.1.1.1 Definisi Kualitas Kualitas adalah sebuah ukuran relatif dari kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas memiliki pengertian yang luas, setiap sudut pandang yang mendefinisikannya pasti memiliki perbedaan. Sebagaian besar orang mempunyai konsep pemahaman

Lebih terperinci

kualitas Lely Riawati, ST, MT P e n g e n d a l I A N k u A l i T A s

kualitas Lely Riawati, ST, MT P e n g e n d a l I A N k u A l i T A s P e n g e n d a l I A N k u A l i T A s kualitas Lely Riawati, ST, MT Latar Belakang: Perubahan Terjadi Karena Sifat Sementara pendeknya umur produk (perkembangan teknologi, perubahan selera konsumen,

Lebih terperinci

BAB V PERANAN INFORMASI DALAM KUALITAS PRODUK DAN JASA

BAB V PERANAN INFORMASI DALAM KUALITAS PRODUK DAN JASA BAB V PERANAN INFORMASI DALAM KUALITAS PRODUK DAN JASA Kualitas didefinisikan dalam banyak cara. Menurut James Martin, konsultan komputer terkenal, mendeskripsikan kualitas perangkat lunak sebagai tepat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat disegala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas 2.1.1. Definisi Kualitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam blog yang ditulis oleh Rosianasfar (2013), kualitas berarti tingkat baik buruknya sesuatu, derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Kualitas/Mutu Keberhasilan suatu proyek dapat diukur dengan penilaian atas biaya, mutu dan waktu. Kualitas menurut ISO 8402 adalah keseluruhan ciri dan karakteristik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas 2.1.1. Pengertian Kualitas Dalam buku yang berjudul Manajemen Operasi, Heizer & Render (2009:301) mendefinisikan pengertian kualitas sebagaimana dijelaskan oleh American

Lebih terperinci

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT Quality adalah salah satu issue dominan bagi banyak perusahaan, di samping waktu pengembangan produk yang cepat, fleksibilitas memenuhi permintaan customized

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

Manajemen Produksi dan Operasi

Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen Produksi dan Operasi Dahulu Produk2 yang cacat (yang bisa menyebabkan kecelakaan, kerusakan dan pencemaran) tidak menjadi masalah utama, yang penting bisa memproduksi banyak. Sekarang. Sasaran

Lebih terperinci

Pertemuan 10 Manajemen Kualitas

Pertemuan 10 Manajemen Kualitas Pertemuan 10 Manajemen Kualitas Tujuan Memahami manfaat manajemen kualitas. Memahami proses dalam manajemen kualitas. Mengenal alat yang yang dapat digunakan untuk melakukan manajemen kualitas. SE 3773

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL M. KURNIAWAN. DP BAB 3 MANAJEMEN KUALITAS

MANAJEMEN OPERASIONAL M. KURNIAWAN. DP BAB 3 MANAJEMEN KUALITAS MANAJEMEN OPERASIONAL M. KURNIAWAN. DP BAB 3 MANAJEMEN KUALITAS DEFINISI KUALITAS Fitur dan karakteristik produk yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, cocok untuk digunakan Pengguna: Apa kata pelanggan

Lebih terperinci

PENURUNAN JUMLAH CACAT PRODUKSI MELALUI PENDEKATAN SEVEN TOOLS OF QUALITY

PENURUNAN JUMLAH CACAT PRODUKSI MELALUI PENDEKATAN SEVEN TOOLS OF QUALITY PENURUNAN JUMLAH CACAT PRODUKSI MELALUI PENDEKATAN SEVEN TOOLS OF QUALITY Gerry; Dyah Budiastuti Management Department, School of Business Management, BINUS University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Penelitian yang dilakukan penulis ialah suatu proses pengurangan persentase kecacatan. Terdapat beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian sebelumnya dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Total Quality Management 2.1.1.1 Pengertian Total Quality Management Pendefinisian total quality management mengacu

Lebih terperinci

Peranan Informasi Dalam Kualitas Produk Dan Jasa Layanan

Peranan Informasi Dalam Kualitas Produk Dan Jasa Layanan Peranan Informasi Dalam Kualitas Produk Dan Jasa Layanan N. Tri Suswanto Saptadi 1 Tujuan Pembahasan Menunjukan dimensi kualitas produk dan jasa layanan. Menjelaskan mengenai manajemen kualitas, konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Zaman sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Zaman sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zaman sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha dan cara-cara yang dikembangkan untuk mencapai tujuan, sasaran oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu peranan manajemen operasi bagi suatu perusahaan adalah membantu

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu peranan manajemen operasi bagi suatu perusahaan adalah membantu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu peranan manajemen operasi bagi suatu perusahaan adalah membantu manajer dalam menghadapi masalah pengambilan keputusan dan kegiatan yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Metode Penelitian merupakan deskripsi dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama proses penelitian dilaksanakan yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan memiliki beberapa fungsi penting yang menunjang kegiatan-kegiatan yang ada. Dalam rangka mencapai visi dan misi tertentu, suatu perusahaan memiliki

Lebih terperinci

03/06/2015. Hambatan dalam Pengembangan Sistem Manajemen Kualitas. Sistem Manajemen Kualitas Internasional

03/06/2015. Hambatan dalam Pengembangan Sistem Manajemen Kualitas. Sistem Manajemen Kualitas Internasional Sistem Manajemen Kualitas Internasional Presented by: Nur Hasanah, SE, MSc Hambatan dalam Pengembangan Sistem Manajemen Kualitas Ketiadaan komitmen dari manajemen Ketiadaan pengetahuan atau kekurangpahaman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Robbins dan Coutler (2012:36) menyatakan bahwa manajemen melibatkan koordinasi dan mengawasi kegiatan karya orang lain sehingga kegiatan mereka selesai secara

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MUTU. dr. Zaenal Sugiyanto, M.Kes

PEMAHAMAN MUTU. dr. Zaenal Sugiyanto, M.Kes PEMAHAMAN MUTU dr. Zaenal Sugiyanto, M.Kes 1 Beberapa Definisi Profesional tentang mutu, antara lain : Mutu gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Kualitas. Definisi kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal antara lain :

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Kualitas. Definisi kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal antara lain : BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Kualitas Definisi kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal antara lain : a. Juran (1962) kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya b. Crosby (1979)

Lebih terperinci

Definisi Taufiqur Rachman 1

Definisi Taufiqur Rachman 1 Total Quality Management By: Taufiqur Rachman Definisi Salah satu ilmu yang berorientasi pada kualitas dan merancang ulang sistem organisasi dalam mencapai tujuannya adalah Total Quality Management (TQM)

Lebih terperinci

PERTEMUAN #8 ALAT KUALITAS (TOOLS OF QUALITY) 6623 TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS

PERTEMUAN #8 ALAT KUALITAS (TOOLS OF QUALITY) 6623 TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS ALAT KUALITAS (TOOLS OF QUALITY) PERTEMUAN #8 EBM503 MANAJEMEN KUALITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mampu menentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna

BAB II LANDASAN TEORI. dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan perbaikan dan penurunan variasi karakteristik kualitas dari suatu produk barang atau jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram alir 37 3.2 Langkah Langkah Penelitian Dalam metode penelitian ini merupakan tahapan tahapan yang dibuat untuk memudahkan dan mengarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak terhadap persaingan bisnis yang semakin tinggi dan tajam baik di pasar domestik maupun pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini telah membawa banyak dampak ke semua negara, termasuk Indonesia khususnya karena banyak sekali industri baik yang berskala besar maupun

Lebih terperinci

MANAGEMENT INDUSTRI (QUALITY CONTROL) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 1

MANAGEMENT INDUSTRI (QUALITY CONTROL) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 1 MANAGEMENT INDUSTRI (QUALITY CONTROL) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 1 MATERI KULIAH Konsep Kualitas Perkembangan Pengendalian Mutu Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) Gugus Kendali

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1 Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA deden08m.com 1 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA: Posisi Perusahaan dalam Industri (1) Rencana bisnis yang efektif harus mendefinisikan secara jelas di mana posisi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini perekonomian telah memasuki era globalisasi yang akan diwarnai

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini perekonomian telah memasuki era globalisasi yang akan diwarnai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini perekonomian telah memasuki era globalisasi yang akan diwarnai dengan revolusi di segala bidang, yang membuat faktor-faktor produksi seperti

Lebih terperinci

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) 1 TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) EMA503 Manajemen Kualitas Definisi 2 TQM Salah satu ilmu yang berorientasi pada kualitas dan merancang ulang sistem organisasi dalam mencapai tujuannya. Menandakan terjadinya

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang.

1.1 Latar Belakang. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang ingin berkembang dan bertahan harus dapat memberikan kepada para pelanggan produk baik barang maupun jasa yang bermutu lebih baik dan memberikan kepuasan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. 1 Jumlah Perusahaan di Indonesia Persentase Perubahan Tahun Jumlah Perusahaan (%)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. 1 Jumlah Perusahaan di Indonesia Persentase Perubahan Tahun Jumlah Perusahaan (%) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan berbagai industri dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan yang tidak menentu akibat dari adanya persaingan antar perusahaan ataupun dari faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

Quality Cost And Productivity : Measurement, Reporting, and Control (Biaya Kualitas dan Produktivitas)

Quality Cost And Productivity : Measurement, Reporting, and Control (Biaya Kualitas dan Produktivitas) Quality Cost And Productivity : Measurement, Reporting, and Control (Biaya Kualitas dan Produktivitas) Kualitas yang rendah dapat menjadikan produk sangat mahal bagi produsen dan konsumennya. Konsekuensi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PERTEMUAN # TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PERTEMUAN # TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PERTEMUAN #2 EBM503 MANAJEMEN KUALITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mampu menerapkan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Referensi : 1. Management Information Systems : A Managerial End User Perspective, James A. O'Brien 2. Management Information Systems, Raymond McLeod, Jr. Sistem Informasi dan

Lebih terperinci

ALAT KUALITAS (TOOLS OF QUALITY)

ALAT KUALITAS (TOOLS OF QUALITY) #8 ALAT KUALITAS (TOOLS OF QUALITY) Dalam manajemen kualitas terdapat metode/teknik/alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan suatu proses agar berjalan sesuai spesifikasinya. Sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini perkembangan jumlah perusahaan industri yang ada di Indonesia dari berbagai jenis industri mengalami peningkatan dan penurunan yang tidak menentu.

Lebih terperinci

DWI PURNOMO FTIP - UNPAD

DWI PURNOMO FTIP - UNPAD Manajemen Mutu Terpadu DWI PURNOMO FTIP - UNPAD Biaya dan Pangsa Pasar Hasil yang diperoleh dari Pasar Perbaikan reputasi Peningkatan volume Peningkatan harga Perbaikan Mutu Peningkatan Laba Biaya yang

Lebih terperinci

KONSEP DASAR MUTU PELAYANAN

KONSEP DASAR MUTU PELAYANAN QUALITY ASSURANCE KONSEP DASAR MUTU PELAYANAN Dalam Kamus Indonesia-Inggris kata mutu memiliki arti dalam bahasa Inggris quality artinya taraf atau tingkatan kebaikan; nilaian sesuatu. Jadi mutu berarti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia industry manufaktur maupun jasa semakin ketat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia industry manufaktur maupun jasa semakin ketat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia industry manufaktur maupun jasa semakin ketat dengan memasuki era globalisasi, karena persaingan bukan hanya dengan perusahaan dalam

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK 5 Pengendalian Kualitas Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : hbp://debrina.lecture.ub.ac.id/ 2 Outline Kualitas

Lebih terperinci