BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Robbins dan Coutler (2012:36) menyatakan bahwa manajemen melibatkan koordinasi dan mengawasi kegiatan karya orang lain sehingga kegiatan mereka selesai secara efisien dan efektif. Efisiensi mengacu pada mendapatkan output yang paling dari sedikitnya jumlah masukan, ini disebut sebagai "melakukan hal yang benar". Efektivitas sering digambarkan sebagai "melakukan hal yang benar" yang melakukan kegiatan-kegiatan kerja yang akan membantu organisasi mencapai tujuannya. Ada empat fungsi manajemen yaitu adalah berencana, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan. Perencanaan berarti menetapkan tujuan, menetapkan strategi dan mengembangkan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan. Pengorganisasian adalah menentukan apa yang perlu dilakukan, bagaimana hal itu akan dilakukan, dan siapa yang melakukannya. Memimpin berarti memotivasi, memimpin, dan tindakan lain yang terlibat dalam berurusan dengan orang-orang. Controlling adalah kegiatan pemantauan untuk memastikan bahwa mereka yang dicapai seperti yang direncanakan (Robbins dan Coutler 2012:37). Dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah kegiatan yang terdiri dari koordinasi dan mengawasi pekerjaan telah dilakukan. Kegiatan ini memiliki fungsi yang berencana, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan agar efisien dan efektif dalam pekerjaannya Pengertian Manajemen Operasional Heizer dan Render (2010:4) manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Manajemen operasi adalah pengelolaan sistem atau proses yang menciptakan barang atau memberikan jasa. Di sisi lain, Heizer dan Render (2011:36) manajemen operasi (OM) sebagai serangkaian kegiatan yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Penciptaan barang dan jasa didefinisikan sebagai produksi. Kegiatan menciptakan barang dan jasa berlangsung di semua organisasi. Dalam perusahaan manufaktur, kegiatan produksi yang membuat barang biasanya cukup jelas, bentuk barang produk nyata. 13

2 14 Padahal, dalam suatu organisasi yang tidak membuat barang berwujud atau produk, fungsi produksi mungkin kurang jelas. Kegiatan ini disebut jasa. Terlepas dari apakah produk akhir adalah barang atau jasa, kegiatan produksi yang berlangsung dalam organisasi sering disebut sebagai operasi atau operasi manajemen. Memahami definisi manajemen operasi memungkinkan untuk mengetahui secara umum apa yang beroperasi dalam suatu organisasi. Ada beberapa fungsi dari manajemen operasi (Heizer dan Render, 2011:38) dibagi menjadi empat fungsi, yaitu: 1. Manajemen Operasi adalah tiga fungsi utama dari setiap organisasi, dan secara integral terkait dengan semua fungsi bisnis lainnya. Bagaimana orang mengorganisir diri untuk usaha produktif. 2. Untuk mengetahui bagaimana barang dan jasa yang dihasilkan. 3. Untuk memahami apa yang manajer operasi dilakukan. 4. Operasi manajemen adalah suatu bagian mahal dari sebuah organisasi. Hal ini juga memberikan kesempatan besar bagi sebuah organisasi untuk meningkatkan profitabilitas dan meningkatkan layanan kepada masyarakat. Jadi, operasi telah didefinisikan sebagai sistem transformasi atau proses yang mengubah input menjadi output. Ketika proses transformasi yang terjadi, ada nilai yang dimasukkan. Nilai mengambil bentuk sebagai output barang atau jasa. Manajemen operasi ini juga sangat membantu bagi para manajer untuk memahami pentingnya kegiatan operasi yang efektif dari suatu organisasi. 2.2 Manajemen Kualitas Dalam kehidupan pasar, kualitas dapat ditentukan oleh pelanggan karena produk yang ada diciptakan untuk pelanggan. Untuk meraih kualitas tersebut perlu diterapkan suatu manajemen kualitas. Menurut ISO 8402 (Quality Vocabulary) mendefinisikan manajemen kualitas sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan dan tanggung jawab serta mengimplementasikannya melalui alat-alat sebagai berikut : a. Perencanaan Kualitas (Quality Planning) Perencanaan adalah penetapan dan pengembangan tujuan dan kebutuhan untuk kualitas serta penerapan sistem kualitas. b. Pengendalian Kualitas (Quality Control) Pengendalian kualitas adalah teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas.

3 15 c. Jaminan Kualitas (Quality Assurance) Jaminan kualitas adalah semua tindakan terencana dan sistematis yang diimplementasikan dan di demonstrasikan untuk memberikan kepercayaan yang cukup bahwa produk akan memuaskan kebutuhan untuk kualitas tertentu. d. Peningkatan Kualitas (Quality Improvement) Peningkatan kualitas adalah tindakan-tindakan yang diambil untuk meningkatkan nilai produk pelanggan melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi dari proses dan aktivitas melalui struktur organisasi. Jadi, sistem manajemen kualitas ini berfokus pada konsistensi dari setiap proses kerja yang ada untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar. Dalam menciptakan sebuah sistem manajemen yang berkualitas dibutuhkan sebuat tahapan-tahapan proses yang harus dilakukan, hal tersebut dikenal sebagai PDCA (Plan-Do-Check-Act). Gaspersz (2012:35) PDCA dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Rencanakan (Plan) Merupakan sebuah proses untuk merencanakan suatu sistem manajemen kualitas. Dalam melakukan sebuah perencanaan, harus mengandung konsep SMART (Specific, Measurable, Achievable, Result-Oriented, Timely) yang artinya ketika menetapkan tujuan-tujuan kualitas harus ditetapkan secara spesifik dan bukan bersifat umum, dapat diukur, dapat dicapai, berorientasi pada pencapaian hasil dan memiliki tolok ukur waktu untuk mencapai tujuan tersebut. 2. Laksanakan (Do) Setelah menentukan perencanaan dari sebuah sistem, langkah berikutnya adalah menerapkan dan mengoperasikan sistem manajemen kualitas tersebut dengan mengelola lingkungan kerja yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian terhadap persyaratan produk, menciptakan struktur manajemen, menetapkan tanggung jawab dengan kewenangan yang memadai yang artinya bahwa manajemen puncak harus menjamin bahwa tanggung jawab dan wewenang didefinisikan dan dikomunikasikan dalam organisasi.

4 16 3. Periksa (Check) Berikutnya adalah melakukan pemeriksaan pada proses sistem manajemen kualitas dengan melakukan pemantauan dan pengukuran. Pengukuran yang dilakukan seperti terhadap kepuasan pelanggan dengan melakukan survei atas kepuasan pelanggan, opini, persepsi pelanggan dan sebagainya yang mencakup segala masukan terhadap kualitas menurut pandangan konsumen. Hal yang diperiksa tidak hanya sebatas terhadap kualitas yang ada, tetapi juga kepada identifikasi penyebab ketidaksesuaian terhadap perencanaan yang direncanakan untuk mengambil tindakan korektif. 4. Bertindak (Act) Yang terakhir adalah melakukan tindakan perbaikan atas segala ketidak sesuaian yang ada dan melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki atau meningkatkan sistem manajemen kualitas secara terus menerus untuk mencegah pengulangan kembali tindakan ketidaksesuaian tersebut. Tindakan perbaikan tersebut seperti melakukan peninjauan ulang terhadap sistem manajemen kualitas. Gambar 2.1 Alur Plan-Do-Check-Act Sumber : (Heizer dan Render, 2015: 248) 2.3 Kualitas Kualitas adalah istilah yang berarti hal-hal yang berbeda untuk orang-orang yang berbeda. Kualitas sebagai keseluruhan fitur dan karakteristik sebuah barang atau jasa yang menggunakan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang tertulis atau tersirat.

5 17 Mendefiniskan ekspetasi kualitas adalah penting untuk operasional yang efektif dan efisien. Kualitas memerlukan pembangunan lingkungan manajemen kualitas total (TQM) karena kualitas tidak dapat diinspeksi ke dalam sebuah produk. Secara umum kualitas didefiniskan terhadap lima pendekatan utama yakni (Gasperz, 2012:1-2): 1. Transcendent quality adalah suatu kondisi ideal menuju keunggulan 2. Product-based quality adalah suatu aribut produk yang memenuhi kualitas 3. User-based quality adalah kesesuaian atau ketepatan dalam penggunaan produk (barang atau jasa) 4. Manufacturing-based quality adalah kesesuaian terhadap persyaratan standar 5. Value-based quality adalah derajat keunggulan pada tingkat harga yang kompetitif Kualitas tersebut sudah mewakili lima sudut pandang atau pendekatan kualitas yakni dari kualitas sudut pandang keadaan yang sukar untuk diukur atau bersifat abstrak dimana suatu kualitas diukur berdasarkan kondisi yang sedang berlangsung dan terdapat standar-standar untuk pencapaian kualitas. Yang kedua adalah suatu kualitas diukur menurut atribut-atribut dari produk itu sendiri seperti bentuk kemasan dan sebagainya. Hal tersebut menjadi tolok ukur suatu barang berkualitas atau tidak. Yang ketiga adalah mengenai bagaimana suatu barang digunakan atau kesesuaian penggunaan barang terkait dengan penggunanya. Yang keempat adalah terkait kesesuaian proses produksi terhadap prosedur atau ketentuanketentuan dalam proses produksi. Yang terakhir adalah kesesuaian harga dengan nilai suatu barang atau jasa yang diberikan Dimensi Kualitas Stevenson dan Chuong (2014:10) mengatakan, Kualitas produk sering dinilai dalam delapan dimensi kualitas, sebagai berikut": 1. Fitur khusus : karakteristik tambahan 2. Kesesuaian : seberapa baik suatu produk atau jasa sesuai dengan desain spesifikasi 3. Keandalan : konsistensi kinerja 4. Ketahanan : Masa manfaat dari produk atau jasa 5. Persepsi kualitas : evaluasi langsung kualitas (misalnya reputasi)

6 18 6. Kemampuan pelayanan : penanganan keluhan atau perbaikan Macam-macam Biaya Kualitas a. Prevention Cost Biaya ini muncul untuk mencegah terjadinya kualitas buruk dalam produk atau jasa yang dihasilkan. Ketika biaya pencegahan meningkat, maka diharapkan biaya kegagalan akan menurun. ( Biaya untuk menjaga failure & appraisal cost minimum). Contoh : perencanaan kualitas, review produk baru, pengendalian proses untuk menentukan status proses, audit kualitas, evaluasi kualitas supplier, training. b. Appraisal Cost Biaya ini muncul untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau spesifikasi mereka. Tujuan utama dari fungsi penilaian adalah menghindari dikirimnya barang-barang yang tidak sesuai dengan kualitas kepada para pelanggan. Contoh : inspeksi dan uji material, inspeksi & uji akhir, audit kualitas produk, menjaga akurasi peralatan inspeksi, evaluasi inventori (cek degradasi). c. Internal Failure Cost Biaya ini timbul karena produk dan jasa tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum produk dan jasa dikirimkan ke pihak luar. Biaya-biaya ini tidak akan ada jika tidak ada barang cacat. Contoh : Sekrap, kerja ulang, analisis kegagalan, sekrap & kerja ulang supplies, 100% sorting inspection, kesalahan proses yang dapat dihindarkan, inspeksi & uji ulang dan downgrading. d. External Failure Cost Biaya ini timbul karena produk dan jasa gagal memenuhi persyaratan atau memenuhi kebutuhan pelanggan setelah dikirim ke pelanggan. Dari semua biaya, kategori ini merupakan biaya yang paling menghancurkan perusahaan. Seperti hal nya biaya gagal internal, biaya ini tidak akan timbul jika tidak ada barang cacat. Contoh : Biaya warranty, penyesuaian terhadap complain, material yang dikembalikan dan allowances. 2.4 Pengendalian

7 19 Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar dari semua semua proses pengendalian adalah pemikiran untuk mengarahkan suatu variabel atau sekumpulan variabel guna mencapai tujuan tertentu. Variabel tersebut berupa manusia, mesin dan organisasi. Evans dan Lindsay (2007:236) pengendalian diperlukan karena adanya 2 alasan, yaitu: 1. Pengendalian merupakan dasar bagi manajemen kerja harian yang efektif bagi semua tingkatan. 2. Perbaikan jangka panjang tidak dapat diterapkan pada suatu proses kecuali proses tersebut terkendali dengan baik. Suatu sistem pengendalian mempunyai 3 komponen (Evans dan Lindsay, 2007:236), yaitu: 1. Standar atau tujuan. 2. Cara untuk mengukur keberhasilan. 3. Perbandingan antara hasil sebenarnya dengan standar serta umpan balik guna membentuk dasar untuk tindakan korektif. Terdapat 4 langkah untuk melakukan pengendalian, yaitu : 1. Menentukan standard (setting standard) Menentukan standar mutu biaya (cost quality), standar mutu kerja (performance quality), standar mutu keamanan (safety quality), standar mutu keandalan (realibility quality) yang diperlukan untuk suatu produk. 2. Menilai kesesuaian (appraising conformance) Membandingkan kesesuaian dari produk yang dibuat dengan standar yang telah ditetapkan. 3. Bertindak bila perlu (acting when necessary) Mengoreksi masalah dan penyebanya melalui faktor-faktor yang mencakup marketing, desain, engineering, produksi dan pemeliharaan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. 4. Merencanakan perbaikan (planning for improvement) Merencanakan suatu upaya yang berlanjut untuk memperbaiki standar biaya, kinerja, keamanan dan keandalan Pengendalian Kualitas Rusdiana (2014:221), pengendalian kualitas adalah teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas. Berdasarkan

8 20 pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian kualitas adalah suatu teknik dan aktivitas atau tindakan terencana yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan dan mengikatkan kualitas suatu produk dan jasa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan konsumen. 2.5 Produk Perusahaan menghasilkan output untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen akan kepuasan, sehingga output yang dihasilkan seharusnya dapat memuaskan konsumen. Oleh karena itu produk bisa diartikan sebagai kepuasan yang ditawarkan produsen (perusahaan) kepada konsumen. Untuk dapat mencapai maksud tersebut maka sudah selayaknya perusahaan memfokuskan diri pada pengembangan keunggulan bersaing melalui strategi bisnis, diantaranya pembedaan (differensiasi), biaya rendah (kepemimpinan biaya), respon cepat (rapid response) atau kombinasi diantara ketiga strategi tersebut. Suatu produk yang diciptakan baik berupa barang atau jasa pada umumnya mengalami tahapan kehidupan produk (PLC = Product Life Cycle) Gambar 2.2 Product Life Cycle Sumber : (Deitiana, 2014) Menggambarkan lahirnya suatu produk baru sampai pada kematian suatu produk yang dikatakan sudah lama. Kehidupan produk terbagi menjadi empat fase yaitu: 1. Fase Introduction (Perkenalan) Fase dimana produk baru dikenalkan dengan pasar. Kondisi ini memerlukan :

9 21 a. Penelitian (research&development) b. Pengembangan produk c. Modifikasi dan perbaikan proses d. Pengembangan pemasok 2. Fase Growth (Pertumbuhan) Dalam fase ini, desain produk telah mulai stabil dan diperlukan peramalan kebutuhan kapasitas yang efektif. Perlu adanya peningkatan kapasitas agar dapat memenuhi permintaan. 3. Fase Maturity (Kematangan) Pada saat sebuah produk dewasa, pesaing mulai bermunculan. Produksi jumlah besar dan inovatif sangat sesuai pada fase ini. Dan memerlukan inovasi, pengendalian biaya harus lebih baik, serta meningkatkan keuntungan dengan pembatasan lini produk. 4. Fase Decline (Penurunan) Manajemen mungkin perlu agak kejam dengan produk yang siklus hidupnya mendekati akhir. Produk yang hamper mati biasanya produk yang buruk bagi investasi sumber daya dan kemampuan manajerial. Produk hampir mati maka mungkin perlu menghentikan produk tersebut dan menggantinya dengan desain produk baru Zero Defects Baik total quality control maupun zero defects bertujuan untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi sampai pada nol kesalahan. Nurcahyo dan Yuri (2013:18-19) berpendapat bahwa zero defects berfokus pada ekspektasi manajemen dan hubungan antara manusia dan menekankan pada filosofi, motivasi dan awareness serta memanfaatkan usulan spesifik dan teknis problem-solving. Dari penjelasan mengenai zero defects diatas, dapat disimpulkan bahwa zero defects merupakan sebuah pendekatan dengan melakukan program-program yang ditetapkan oleh manajemen dalam fokusnya terhadap motivasi manusia dalam hal ini karyawan-karyawan untuk mencegah mereka melakukan kesalahan. 2.6 Total Quality Management Manajemen kualitas total (total quality management) mengacu pada penekanan kualitas yang meliputi organisasi secara keseluruhan mulai dari pemasok

10 22 sampai ke pelanggan. TQM menekankan pada komitmen oleh manajemen untuk memiliki terus-menerus menuju keunggulan dalam segala aspek barang dan jasa yang penting bagi pelanggan. Masing-masing dari 10 keputusan yang dibuat oleh manajer operasional berkaitan dengan beberapa aspek dari mengidentifikasi dan memenuhi ekspetasi pelanggan. Memenuhi ekspetasi tersebut membutuhkan penekanan pada TQM jika perusahaan akan bersaing sebagai pemimpin di pasar dunia. Ahli kualitas W. Edwards Deming menggunakan 14 poin untuk mengindikasi bagaimana dia mengimplementasikan TQM yang efektif seperti: a. Perbaikan Berkesinambungan (Continous Improvement) b. Six Sigma c. Pemberdayaan Karyawan (Employee Empowerment) d. Quality Circle e. Tolok Ukur (Benchmarking) f. Tepat Waktu (Just In Time) g. Konsep Taguchi h. Pemahaman Alat TQM (Seven Tools of Quality Control) Aliran Aktivitas yang Dibutuhkan untuk Mencapai TQM a. Organizational Practices (praktek organisasi) What to do Kepemimpinan pernyataan misi, prosedur operasi yang efektif, dukungan karyawan, pelatihan. Hasil : Apa yang penting dan apa yang akan dicapai. b. Quality Principles (prinsip-prinsip kualitas) ) How to do Fokus pada pelanggan, perbaikan terus-menerus, benchmarking, just-in-time, alat-alat TQM. Hasil : Bagaimana mengerjakan apa yang penting dan apa yang akan dicapai. c. Employee Fullfillment (pemenuhan karyawan) ) Attitudes Pemberdayaan, komitmen organisasional. Hasil : Sikap karyawan yang dapat memilih untuk memenuhi apa yang penting. d. Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan) Memenangkan pesanan, pelanggan yang membeli kembali. Hasil : Organisasi yang efektif dengan keunggulan bersaing Konsep TQM 1. Perbaikan berkesinambungan

11 23 Perbaikan berkesinambungan atau continous improvement adalah proses peningkatan yang terus-menerus dan berkelanjutan yang meliputi orang, perlengkapan, pemasok, bahan baku dan prosedur. Manajemen kualitas total mengharuskan proses perbaikan yang tidak pernah berhenti yang mencakup orang, peralatan, pemasok, material dan prosedur. Dasar falsafahnya adalah setiap aspek sebuah operasional dapat diperbaiki. Tujuan akhir adalah kesempurnaan yang tidak akan pernah tercapai namun selalu dicari. Perencanaan-Pelaksanaan-Pengecekan-Tindakan Walter Shewhart, pelopor lain dalam pengelolaan kualitas, mengembangkan model melingkar yang dikenal sebagai PDCA plan (perencanaan), do (pelaksanaan), check (pengecekan), act (tindakan). Siklus PDCA ini juga dikenal dengan lingkaran Deming atau lingkaran Shewring sebagai lingkaran untuk menekankan sifat kontinuitas dari proses perbaikan. Orang Jepang menggunakan kata kaizen untuk menggambarkan proses yang sedang berjalan dari perbaikan yang tiada akhir, perencanaan dan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Di Amerika Serikat, TQM dan nol kerusakan atau zero defect juga digunakan untuk menggambarkan usaha perbaikan berkelanjutan. Manager operasional adalah pemain kunci dalam membangun budaya kerja yang mendukung perbaikan berkesinambungan. 2. Six sigma Gambar 2.3 Alur Plan-Do-Check-Act Sumber : (Heizer dan Render, 2015: 248)

12 24 Definisi TQM yang kedua yaitu six sigma (sigma enam) adalah program yang direncanakan untuk mengurangi cacat untuk mengurangi biaya, menghemat waktu dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Six sigma adalah sistem yang komprehensif, sebuah strategi, sebuah disiplin dan seperangkat alat untuk meraih dan mempertahankan kesuksesan bisnis. Merupakan strategi karena berfokus kepada kepuasan pelanggan secara keseluruhan. Merupakan disiplin karena mengikuti model perbaikan six sigma yang dikenal dengan DMAIC. Lima langkah model proses perbaikan yaitu : a. Defines (menentukan) : menentukan tujuan rencana, cakupan dan hasil lalu menentukan informasi proses yang dibutuhkan dan mengingat definisi kualitas dari pelanggan. b. Measures (mengukur) : mengukur proses dan pengumpulan data c. Analyzes (menganalisis) : menganalisis data, memastikan berulang kali hasilnya terdapat duplikasi dan reprodusibilitas (yang lain mendapatkan hasil yang sama) d. Improves (perbaikan) : perbaikan dengan memodifikasi atau merancang ulang, prosedur dan proses yang ada e. Control (mengendalikan) : mengendalikan proses yang baru untuk memastikan tingkat kinerja dipertahankan. Implementasi six sigma sebuah komitmen yang besar. Rancangan six sigma yang berhasil berkaitan jelas dengan arahan strategis perusahaan. Merupakan manajemen langsung (management directed), berbasis pendekatan kepemimpinan ahli (expert led approach).

13 25 Gambar 2.4 Six Sigma Sumber : (Heizer dan Render, 2015:249) 3. Employee empowerment Pemberdayaan karyawan (employee empowerment) berarti melibatkan karyawan di setiap langkah dari proses produksi. Secara konsisten, penelitian menganjurkan bahwa sebesar 85% dari masalah kualitas berkaitan dengan material dan proses, bukan dengan kinerja karyawan. Oleh karena itu, tugasnya adalah untuk merancang peralatan dan proses yang menghasilkan kualitas yang diinginkan. Akan baik dilakukan dengan tingkat keterlibatan yang tinggi oleh mereka yang memahami kekurangan dari sistem. Mereka yang berhubungan dengan sistem sehari-hari memahami lebih baik dari siapa pun. Sebuah studi mengindikasikan bahwa program TQM yang mendelegasikan tanggung jawab atas kualitas kepada karyawan shop-floor cenderung dua kali lebih berhasil dari yang mengimplementasikan dengan arahan top-down. Cara membangun pemberdayaan karyawan termasuk: a. Membangun jaringan komunikasi yang melibatkan karyawan b. Mengembangkan pengawas yang terbuka dan sportif c. Memindahkan tanggung jawab dari kedua manajer dan staff kepada karyawan produksi d. Membangun organisasi dengan moral yang tinggi e. Menciptakan struktur organisasi yang formal sebagai tim dan siklus kualitas Tim dapat dibentuk untuk mengatasi bermacam-macam isu. Perhatian utama tim adalah kualitas. Sebuah tim yang biasa dikenal sebagai lingkaran kualitas. Lingkaran kualitas (quality circle) adalah sekelompok karyawan yang bertemu secara regular untuk memecahkan masalah dan pengendalian kualitas secara statistik. Mereka biasanya bertemu sekali seminggu (biasanya setelah kerja, namun kadang-kadang saat kerja). Meskipun anggota-anggota tersebut tidak diberi penghargaan secara finansial, mereka menerima pengakuan dari perusahaan. Anggota tim yang terlatih disebut sebagai fasilitator, biasanya membantu untuk melatih anggota dan membuat pertemuan berjalan dengan lancar. Tim dengan fokus yang bagus telah

14 26 membuktikan menjadi cara yang efektif biaya untuk meningkatkan produktivitas dan juga kualitas. 4. Quality circle Sekelompok pegawai yang bertemu berkala dengan fasilitator untuk memecahkan masalah yang terkait dengan pekerjaan di area kerja. 5. Benchmarking Tolok ukur adalah bahan lain di dalam program TQM suatu organisasi. Tolok ukur (benchmarking) melibatkan pemilihan standar barang, jasa, biaya atau praktik yang mewakili kinerja yang paling baik untuk proses atau aktivitas sangat serupa dengan milik sendiri. Idenya adalah untuk mengembangkan target dimana untuk ditembak lalu untuk mengembangkan standar atau tolok ukur terhadap apa yang akan dibandingkan kinerja. Langkah-langkah untuk mengembangkan tolok ukur adalah sebagai berikut: a. Menentukan apa yang akan dilakukan tolok ukur b. Membentuk tim untuk tolok ukur c. Mengidentifikasi tolok ukur d. Mengumpulkan dan meganalisis informasi tolok ukur e. Mengambil tindakan untuk menyamai atau melewati tolok ukur Pengukuran kinerja yang umum digunakan dalam tolok ukur termasuk persentase atas barang cacat, biaya per unit atau per pesanan, waktu pengerjaan per unit, waktu respon layanan, imbal hasil atas investasi, tingkat kepuasan pelanggan dan tingkat retensi pelanggan. Tolok ukur internal, saat sebuah organisasi adalah cukup luas untuk memiliki banyak divisi atau unit bisnis, pendekatan alami adalah tolok ukur internal. Data lebih mudah didapat daripada dari luar perusahaan. Biasanya, salah satu unit internal memiliki kinerja yang superior dan patut untuk dipelajari. 6. Just in time Just in time atau tepat waktu adalah sistem yang di rancang untuk memproduksi atau mengirim barang seperti yang dibutuhkan. Falsafah dibalik konsep tepat waktu adalah salah satu perbaikan dan peningkatan penyelesaian masalah. Sistem JIT dirancang untuk menghasilkan atau mengirim barang pada saat dibutuhkan. JIT berkaitan dengan kualitas dalam tiga cara sebagai berikut: a. JIT memotong biaya kualitas

15 27 Ini terjadi karena bahan sisa, pengerjaan kembali, investasi persediaan dan biaya kerusakan berkaitan langsung dengan persediaan yang dimiliki. Karena terdapat persediaan yang dimiliki lebih rendah dengan JIT, biaya lebih rendah. Sebagai tambahan, persediaan menyembunyikan kualitas yang buruk, dimana JIT Kemudian mengekspos kualitas yang buruk. b. JIT meningkatkan kulaitas Saat JIT mengurangi waktu tunggu, menyimpan buku kesalahan dan membatasi sumber kesalahan potensial. JIT menciptakan sebagai dampak sebuah sistem peringatan dini untuk masalah kualitas baik dalam perusahaan maupun dengan pemasok. c. Kualitas yang lebih baik berarti persediaan yang lebih rendah dan lebih baik, lebih mudah untuk menggunakan sistem JIT Biasanya tujuan penyimpanan persediaan adalah untuk melindungi kinerja produksi yang tidak bagus yang dihasilkan dari kualitas yang tidak andal. Jika kualitas yang konsisten ada, JIT memperbolehkan perusahaan untuk mengurangi seluruh biaya yang terkait dengan persediaan. 7. Taguchi concepts (quality robust) Sebagian besar masalah kualitas adalah hasil dari produk dan proses rancangan yang buruk. Genichi Taguchi telah memberikan 3 konsep yang ditujukan untuk memperbaiki, baik produk maupun proses kualitas : 1. Kekuatan kualitas (quality robust) adalah produk yang dapat dihasilkan secara seragam, secara konsisten dalam bidang manufacturing dan kondisi lingkungan. Ide dari Taguchi adalah untuk menghilangkan efek dari kondisi yang merugikan ketimbang menghilangkan penyebabnya. Taguchi menyarankan bahwa menghilangkan dampak adalah lebih murah daripada menghilangkan penyebabnya dan lebih efektif dalam menghasilkan produk yang kuat. Dengan cara ini, variasi yang kecil dalam material dan proses tidak menghancurkan kualitas produk. 2. Fungsi kerugian kualitas (quality loss function) mengidentifikasi seluruh biaya yang berkaitan dengan kualitas yang buruk dan menunjukkan bagaimana biaya-biaya tersebut meningkat saat produk tersebut berpindah menjadi sesuai dengan keinginan pelanggan. Biaya-biaya ini mencakup tidak hanya ketidakpuasan pelanggan, namun juga garansi dan biaya perbaikan yang meliputi inspeksi internal, perbaikan, biaya sisa dan biaya yang dinyatakan sebagi biaya untuk masyarakat. Mengetahui bahwa gambar dibawah ini menunjukkan kerugian kualitas sebagai kurva yang meningkat pada peningkatan. Mengambil bentuk umum dari formula kuadratik sederhana :

16 28 Gambar 2.5 Kerugian kualitas dan distribusi produk Sumber : (Heizer dan Render, 2015: 253) Dimana : L = kerugian kepada masyarakat = kuadrat dari jarak nilai yang ditargetkan C = biaya deviasi pada batas spesifikasi Seluruh kegiatan kepada masyarakat disebabkan kinerja yang buruk dimasukkan ke dalam fungsi kerugian. Semakin rendah kerugian, semakin diinginkan produknya. Semakin jauh produk dari nilai yang ditargetkan semakin banyak kerugian yang dialami. 3. Kualitas yang berorientasi sasaran Taguchi mengamati bahwa spesifikasi tradisional berorientasi kesesuaian. Kualitas berorientasi kesesuaian menerima seluruh produk yang berada di batas toleransi, menghasilkan unit lebih jauh dari sasaran. Oleh karena itu, kerugian biaya lebih tinggi dalam hal kepuasan pelanggan dan manfaat bagi masyarakat. Kualitas berorientasi sasaran di sisi lain berusaha untuk menjaga produk dengan spesifikasi yang diinginkan, memproduksi unit lebih dan lebih baik dekat dengan sasaran. Kualitas berorientasi sasaran (target oriented quality) adalah falsafah dari perbaikan terus-menerus untuk membawa produk tepat pada sasaran. 8. Knowledge of TQM Tools

17 29 Knowledge of TQM tools adalah pengetahuan yang harus dimiliki karyawan untuk mengimplementasikan TQM dengan efektif. 2.7 Seven Tools of Quality Definisi Seven Tools of Quality Terdapat sejumlah alat yang dapat digunakan organisasi untuk pemecahan masalah dan perbaikan proses. Bagian ini mendeskripsikan tujuh dari alat-alat tersebut. Alat-alat ini membantu dalam pengumpulan dan interpretasi data serta memberikan basis bagi pengambilan keputusan. Tujuh alat pertama sering kali dirujuk sebagai tujuh alat mutu dasar Alat-Alat Statistical (Seven Tools of Quality Control) 1. Check Sheet Lembar periksa atau check sheet adalah sebuah formulir yang dirancang untuk mencatat data. Dalam banyak kasus, pencatatan dilakukan sehingga pola dengan mudah terlihat sementara data sedang diambil. Lembar periksa membantu analis menemukan fakta atau pola yang mungkin dapat membantu analisis selanjutnya. Adapun beberapa jenis lembar pemeriksaan yang digunakan untuk keperluan pengumpulan data sebagai berikut : a) Production Process Distribution Check Sheet Lembar pemeriksaan ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dari proses produksi atau proses kerja lainnya. b) Defective Check Sheet Lembar pemeriksaan ini digunakan untuk mengurangi jumlah kesalahan atau cacat yang ada dalam suatu proses kerja, maka terlebih dahulu kita harus mampu mengidentifikasi kesalahan-kesalahannya. c) Defect Location Check Sheet Lembar pemeriksaan ini adalah sejenis lembar pengecekan dimana gambar sketsa dari benda kerja akan disertakan sehingga loksi cacat yang terjadi bisa segera diidentifikasi. d) Defective Cause Check Sheet Lembar pemeriksaan ini digunakan untuk menganalisa sebab-sebab terjadinya kesalahan dalam output kerja. e) Check Up Conformation Check Sheet

18 30 Lembar pemeriksaan ini lebih menitikberatkan pada karakteristik kualitas atau cacat-cacat yang terjadi. Lembar pemeriksaan ini digunakan untuk melaksanakan semacam general check up pada akhir proses kerja yang pada intinya untuk lebih meyakinkan apakah output kerja sudah selesai dikerjakan dengan baik atau lengkap. f) Work Sampling Check Sheet Lembar pemeriksaan ini adalah suatu metode untuk menganalisis waktu kerja. Penggunaan lembar pemeriksaan bertujuan untuk : a. Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana suatu masalah sering terjadi. b. Mengumpulkan data mengenai jenis masalah yang sedang terjadi. c. Menyusun data secara otomatis, sehingga data dapat dipergunakan dengan mudah. Langkah-langkah dalam pembuatan lembar pemeriksaan, yaitu : 1. Langkah pertama Menjelaskan tujuan pengumpulan data. 2. Langkah kedua Mengidentifikasi variabel atau atribut karakteristik kualitas yang sedang diukur. 3. Langkah ketiga Menentukan waktu atau tempat pengukuran. 4. Langkah keempat Mulai mengumpulkan data untuk item yang sedang diukur. 5. Langkah kelima Menjumlahkan data yang terlah dikumpulkan. 6. Langkah keenam Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab masalah yang sedang terjadi.

19 31 Gambar 2.6 Cheek Sheet Sumber : (Heizer dan Render, 2015: 254) 2. Scatter Diagram Diagram pencar atau scatter diagram menunjukkan hubungan antara dua pengukuran. Sebuah contoh adalah hubungan positif antara panjang telepon servis dan jumlah perjalanan seorang yang memperbaiki kembali ke truk untuk mengambil peralatan. Contoh lain adalah plot produktivitas dan ketidakhadiran. Jika dua hal saling berkaitan, titik data akan membentuk kelompok yang sangat dekat (tight band). Jika menghasilkan pola yang acak, hal-hal nya tidak berkaitan. Diagram pencar dapat digunakan untuk : a. Menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel. b. Menentukan jenis hubungan dari dua variabel itu (positif, negative atau tidak ada hubungan). Dua variabel yang ditunjukkan dalam diagram pencar dapat berupa : a. Karakteristik kualitas dan faktor yang mempengaruhinya. b. Dua karakteristik kualitas yang saling berhubungan. c. Dua faktor yang saling berhubungan yang mempengaruhi karakteristik kualitas. Langkah-langkah dalam membuat diagram pencar, yaitu : 1. Langkah pertama Kumpulkan pasangan data (x,y) yang akan di analisa hubungannya serta susunlah data tersebut dalam tabel. 2. Langkah kedua

20 32 Tentukan nilai-nilai maksimum dan minimum untuk kedua variabel x dan y tersebut. 3. Langkah ketiga Tebarkan (plot) data pada selembar kertas. 4. Langkah keempat Berikan informasi secukupnya agar orang lain dapat memahami diagram pencar tersebut. Informasi yang diberikan adalah interval waktu, banyaknya pasangan data, judul dan unit pengukuran dari setiap variabel pada garis horizontal dan vertical, apabila dipandang perlu dapat mencantumkan nama dari orang yang membuat diagram pencar tersebut. Gambar 2.7 Scatter Diagram Sumber : (Heizer dan Render, 2015: 254) 3. Fish Bone Diagram Diagram penyebab dan efek atau fish bone diagram adalah alat lain untuk mengidentifikasi isu kualitas dan titik inspeksi juga dikenal dengan cause and effect diagram. Manajer operasional memulai dengan empat kategori yaitu : a. Material b. Mesin/peralatan c. Tenaga kerja d. Metode Keempat kategori ini adalah penyebab. Mereka memberikan daftar periksa yang bagus untuk analisis permulaan. Penyebab individu yang berkaitan dengan masing-masing kategori terikat dalam tulang yang terpisah sepanjang cabang, terkadang melalui proses curah gagasan (brainstorming). Sebagai contoh, cabang metode memiliki masalah yang disebabkan oleh

21 33 posisi tangan, melaksanakan, titik bidikan, menekuk lutut dan keseimbangan. Saat grafik fish-bone dikembangkan secara sistematis, kemungkinan masalah kualitas dan titik inspeksi disorot. Diagram sebab-akibat digunakan untuk : a. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah. b. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah. c. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut. Langkah-langkah dalam pembuatan diagram sebab akibat, yaitu : 1. Langkah pertama Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama yang penting dan mendesak untuk diselesaikan. 2. Langkah kedua Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan yang merupakan akibatnya. 3. Langkah ketiga Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi masalah kualitas sebagai tulang besar, juga ditempatkan dalam kotak. 4. Langkah keempat Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebabpenyebab utama (tulang-tulang besar) serta penyebab-penyebab sekunder itu dinyatakan sebagai tulang tulang berukuran sedang. 5. Langkah kelima Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab-penyebab sekunder (tulang-tulang berukuran sedang) serta penyebab-penyebab tersier itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran kecil. 6. Langkah keenam Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktorfaktor penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap karakteristik kualitas. 7. Langkah ketujuh Catatlah informasi yang diperlukan di dalam diagram sebab-akibat seperti judul, nama produk, proses, kelompok, daftar partisispan, tanggal dan lainlain.

22 34 Gambar 2.8 Fishbone Diagram Sumber : (Heizer dan Render, 2015: 254) 4. Pareto Diagram Grafik pareto atau pareto diagram adalah metode dalam mengorganisasikan kesalahan atau cacat untuk membantu fokus atau usaha penyelesaian masalah. Mereka adalah berdasarkan pada Pareto Vilfredo, ekonomis pada abad ke-19. Joseph M Juran memopulerkan kerjaan Pareto saat ia menyarankan sebesar 80% dari masalah kantor yang dihasilkan hanya sebesar 20% dari penyebab. Kegunaan dari diagram pareto adalah untuk : a. Menunjukkan persoalan utama yang perlu segera diatasi. b. Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan yang ada dan kumulatif secara keseluruhan. c. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan koreksi dilakukan pada daerah yang terbatas. d. Menunjukkan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan sesudah perbaikan. Diagram pareto terdiri dari 2 jenis, yaitu : 1) Diagram pareto mengenai fenomena, berkaitan dengan hasil-hasil berikut yang tidak diinginkan dan digunakan untuk mengetahui apa masalah utama yang ada. a. Kualitas seperti kerusakan, kegagalan, keluhan, item-item yang dikembalikan, perbaikan (reparasi), dan sebagainya. b. Biaya seperti jumlah kerugian dan biaya pengeluaran. c. Penyerahan/pengiriman seperti penundaan pengiriman, keterlambatan pembayaran dan kekurangan stok.

23 35 d. Keamanan seperti kecelakaan, kesalahan dan gangguan. 2) Diagram pareto mengenai penyebab, berkaitan dengan penyebab dalam proses dan dipergunakan untuk mengetahui apa penyebab utama dari masalah yang ada. a. Operator seperti umur, pengalaman, ketrampilan, sifat individual, pergantian kerja (shift) dan sebagainya. b. Mesin seperti peralatan dan instrumental. c. Bahan baku: pembuatan bahan baku, macam-macam bahan baku dan pabrik bahan baku. d. Metode operasi seperti kondisi operasi, metode kerja dan sistem pengaturan. Langkah-langkah dalam pembuatan diagram pareto, yaitu : 1. Langkah pertama Menentukan maslaah apa yang akan diteliti, mengidentifikasi kategorikategori atau penyebab-penyebab dari masalah yang akan diperbandingkan, setelah itu merencanakan dan melaksanakan pengumpulan data. 2. Langkah kedua Membuat suatu ringkasan daftar atau tabel yang mencatat frekuensi kejadian dari masalah yang telah diteliti dengan menggunakan formulir pengumpulan data atau lembar pemeriksaan. 3. Langkah ketiga Membuat daftar masalah secara berurutan berdasarkan frekuensi kejadian dari yang tertinggi sampai terendah, serta hitunglah frekuensi kumulatif, persentase dari total kejadian dan persentase dari total kejadian secara kumulatif. 4. Langkah keempat Menggambarkan dua buah garis yaitu vertical dan horizontal. a) Garis vertical 1. Garis vertical sebelah kiri, buatkan garis ini, skala dari nol sampai total keseluruhan dari kerusakan. 2. Garis vertical sebelah kanan, buatkan pada garis ini, skala dari 0% sampai 100%.

24 36 b) Garis horizontal Bagilah garis ini ke dalam banyaknya interval sesuai dengan banyaknya masalah yang diklasifikasikan. 5. Langkah kelima Buatlah diagram batang pada diagram pareto. 6. Langkah keenam Gambarkan kurva kumulatif serta cantumkan nilai-nilai kumulatif di sebelah kanan atas dari interval setiap item masalah. 7. Langkah ketujuh Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab utama dari masalah yang sedang terjadi. Gambar 2.9 Diagram Pareto Sumber : (Heizer dan Render, 2015: 254) 5. Flow Chart Diagram alur atau flow chart secara grafik menyajikan sebuah proses atau sistem dengan menggunakan kotak bernotasi dan garis yang berhubungan. Merupakan alat yang sederhana, namun bagus untuk mencoba membuat arti sebuah proses atau menjelaskan proses. Diagram alur digunakan apabila berkaitan dengan hal-hal berikut: a. Terdapat masalah dapat proses yang ditunjukkan melalui tingkat performansi proses yang rendah. b. Memberikan pelatihan pada karyawan baru.

25 37 c. Mengembangkan sistem pengukuran. d. Menganalisis ketidak sinkronan, kesenjangan dan lain-lain yang berkaitan proses. e. Landasan untuk perbaikan proses secara terus-menerus. Langkah-langkah pembuatan diagram alur proses tersebut, yaitu : 1. Langkah pertama Harus membuat suatu diagram alur awal dengan menggunakan dokumen definisi proses untuk mendefinisikan input, pemasok, output dan pelanggan. 2. Langkah kedua Memperbaiki diagram alur proses dengan cara pemeriksaan kembali apakah diagram alur itu telah sesuai dengan proses sekarang. 3. Langkah ketiga Validasi diagram alur berkaitan dengan apakah diagram alur proses terlalu spesifik atau terlalu global, akurasi ruang lingkung proses, keterlibatan antar fungsi manajemen. 4. Langkah keempat Interpretasi diagram alur proses melalui menghitung total waktu tunggu, total waktu kerja, identifikasi kesempatan untuk menciptakan biaya rendah atau tanpa biaya dalam proses itu serta identifikasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah serta aktivitas-aktivitas yang tidak saling terkait. Gambar 2.10 Diagram alur (diagram flowchart) Sumber : (Heizer dan Render, 2015: 254) 6. Histogram

26 38 Histogram menunjukkan rentang nilai dari pengukuran dan frekuensi dimana setiap nilai terjadi. Mereka menunjukkan pembacaan yang paling sering terjadi begitu pula variasi pengukurannya. Statistik deskriptif, seperti rata-rata dan standar. Histogram dapat digunakan untuk : a. Mengkomunikasikan informasi tentang variasi dalam proses. b. Membantu manajemen dalam membuat keputusan-keputusan yang berfokus pada usaha perbaikan terus-menerus. Langkah-langkah dalam membuat histogram : 1. Langkah pertama Mengumpulkan data pengukuran. 2. Langkah kedua Tentukan besarnta range (R). R = Xmaks Xmin R = nilai terbesar nilai terkecil 3. Langkah ketiga Tentukan banyaknya kelas interval. K= log n 4. Langkah keempat Tentukan interval kelas, batas kelas dan nilai tengah kelas. a) Lebar dari setiap kelas interval (L) ditentukan berdasarkan pembagian antara range data (R) dan banyaknya kelas interval (K) yang diinginkan. Untuk memenuhi lebar dari setiap kelas interval digunakan rumus sebagai berikut. b) Tentukan batas untuk setiap kelas interval, dimana setiap data pengukuran harus jatuh atau benda diantara dua batas kelas (batas bawah dan batas atas). Untuk menetapkan batas bawah dan batas atas gunakan rumus : Batas bawah = nilai terkecil 0.5 Batas atas = nilai terbesar c) Tentukan nilai tengah kelas dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

27 39 Dan seterusnya mengikuti rumus diatas. 5. Langkah kelima Tentukan frekuensi dari setiap kelas interval. 6. Langkah keenam Buatlah histogramnya. Gambar 2.11 Histogram Sumber : (Heizer dan Render, 2015: 254) 7. Statistical Process Control (Control Chart) Pengendalian proses statistik (statistical process control) memonitor standar, melakukan pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan saat barang atau jasa sedang dihasilkan. Contoh dari hasil proses diuji : jika berada di batas yang masih diterima, proses tersebut diperbolehkan untuk dilanjutkan. Jika berada di luar batas tertentu, proses tersebut diberhentikan dan biasanya penyebab dicari tahu dan dihilangkan. Grafik pengendalian (control charts) adalah presentasi grafis dari proses data dari waktu ke waktu yang menunjukkan batas kendali atas dan bawah untuk proses yang ingin kita kendalikan. Grafik pengendalian dibuat dengan cara sehingga data baru dapat dengan cepat dibandingkan dengan data kinerja tahun lalu. Kami mengambil sampel dari hasil proses dan menaruh nilai rata-rata dari masing-masing sampel di grafik yang memiliki batas. Batas kendali atas dan

28 40 bawah dalam grafik pengendalian dapat berupa ukuran suhu, tekanan, berat, panjang dan sebagainya. Gambar dibawah ini menunjukkan plot dari rata-rata sampel di grafik pengendalian. Saat sampel berada di batas kendali atas dan bawah, maka tidak terdapat pola yang dapat dilihat, prosesnya dinyatakan dapat dikendalikan dengan hanya variasi alami yang ditampilkan. Sebaliknya, prosesnya tidak dapat dikendalikan atau di luar penyesuaian. Tambahan dari bab ini memerinci bagaimana grafik pengendalian dari berbagai tipe dikembangkan. Juga berkaitan dengan dasar statistik yang mendasari penggunaan dari alat-alat penting tersebut. Control chart selalu terdiri dari tiga garis horizontal, yaitu : a. Garis pusat, garis yang menunjukkan nilai tengah (mean) atau nilai rata-rata dari karakteristik kualitas yang di plot kan pada peta kendali. b. Upper control limit (UCL), garis di atas garis pusat yang menunjukkan batas kendali atas. c. Lower Control Limit (LCL), garis dibawah garis pusat yang menunjukkan batas kendali bawah. Tebaran nilai-nilai karakteristik kualitas menggambarakan keadaan dari proses. Jika semua nilai-nilai yang ditebarkan pada peta berada di dalam batas-batas control tanpa memperlihatkan kecenderungan tertentu, maka proses yang berlangsung dianggap sebagai berada dalam keadaan terkontrol atau terkendali secara statistical atau berada dalam pengendalian statistical sedangkan jika nilai-nilai yang ditebarkan pada peta itu jatuh atau berada di luar batas-batas control atau memperlihatkan kecenderungan tertentu, maka proses yang berlangsung dianggap sebagai berada dalam keadaan di luar control atau tidak berada dalam pengendalian statistical, peta control digunakan untuk : 1. Mencapai suatu keadaan terkendali secara statistical. 2. Memantau proses terus-menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara statistical dan hanya mengandung variasi penyebab umum. 3. Menentukan kemampuan proses. Sum, C & William,J (2014:75-89) menjelaskan bahwa terdapat empat bagan kendali yang umum digunakan. Dua darinya digunakan untuk variabel dan dua yang lain digunakan untuk atribut. Data atribut dihitung misalnya jumlah bagian cacat dalam sampel, jumlah panggilan per hari, data variabel diukur biasanya

29 41 pada sebuah skala kontinu misalnya jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas, panjang atau lebar dari satu bagian. Kedua bagan kendali untuk data variabel akan dideskripsikan dalam bagian berikut dan kedua bagan kendali untuk data atribut akan dideskripsikan dalam bagian setelahnya. a) Bagan kendali untuk variabel Bagan rata-rata dan rentang digunakan untuk memantau variabel. Bagan kendali untuk rata-rata memantau kecenderungan sentral dari sebuah proses dan bagan rentang memantau penyebaran atau dispersi dari sebuah proses. 1. Bagan kendali rata-rata (mean control chart) Bagan kendali rata-rata kadang disebut sebagai bagan (x-bar), didasarkan pada distribusi normal. Bagan ini dapat dibuat dengan salah satu dari dua cara. Meskipun nilai dari standar deviasi dari sebuah proses, sering kali tidak diketahui, jika perkiraan yang masuk akal tersedia, seseorang dapat menghitung batas kendali dengan menggunakan rumus berikut ini. Batas kendali atas (UCL) : + Batas kendali bawah (LCL) : - - Keterangan : Sandar deviasi dari distribusi rata-rata sampel : Standar deviasi proses n : Ukuran sampel Penyimpanan normal standar : Rata-rata sampel Pendekatan kedua adalah dengan menggunakan rentang sampel sebagai ukuran variabilitas proses. Rumus yang sesuai untuk batas kendali adalah : UCL = + LCL = - Keterangan : : Sebuah faktor dari table : Rata-rata rentang sampel a. Bagan kendali rentang (range control charts)

30 42 Bagan R digunakan untuk memantau penyebaran atau dispersi proses. Bagan ini sensitif terhadap perubahan dalam dispersi proses. Meskipun distribusi dalam pengambilan sampel yang mendasarinya tidak normal, konsep untuk penggunaan bagan rentang kurang lebih sama dengan yang digunakan untuk bagan rata-rata. Batas kendali untuk bagan rentang ditemukan dengan menggunakan rata-rata rentang sampel bersama dengan rumus-rumus berikut ini. UCL = LCL = 2. Menggunakan bagan rata-rata dan rentang Bagan kendali rata-rata dan bagan kendali rentang memberikan perspektif berbeda pada sebuah proses. Seperti yang kita lihat, bagan rata-rata sensitif terhadap perubahan dalam rata-rata proses, sedangkan bagan rentang sensitif terhadap perubahan dalam dispersi proses. Setelah bagan kendali dibuat, bagan-bagan ini dapat menjadi dasar untuk memutuskan kapan kita harus menghentikan sebuah proses dan mencari penyebab variasi yang dapat ditentukan. Untuk menentukan batas kendali awal, kita dapat menggunakan prosedur sebagai berikut. a. Ambil 20 hingga 25 sampel. Hitung statistik sampel yang perlu untuk setiap sampel (misalnya : rata-rata). b. Tetapkan batas kendali awal dengan menggunakan rumus. c. Tentukan jika ada titik-titik yang jatuh diluar batas kendali. d. Jika anda tidak menemukan sinyal tidak terkendali, asumsikan bahwa proses tersebut terkendali. Jika tidak, selidi proses dan kumpulkan sekumpulan pengamatan lainnya di mana batas kendali dapat didasarkan. e. Urutkan data pada bagan kendali dan cek adanya sinyal tidak terkendali. 3. Bagan kendali untuk atribut Bagan kendali untuk atribut digunakan ketika karakteristik proses dihitung alih-alih diukur. Contoh, jumlah barang cacat dalam sampel dihitung sementara panjangnya setiap barang diukur. Terdapat dua bagan jenis kendali atribut yaitu fraksi dari barang cacat di dalam sampel (bagan p) dan yang lainnya adalah jumlah cacat per unit (bagan c). Sebuah bagan p sesuai untuk digunakan ketika data terdiri atas dua kategori barang. a. Bagan p (p-chart)

31 43 Bagan p digunakan untuk memantau proporsi barang cacat yang dihasilkan oleh sebuah proses. Dasar teoritis dari bagan p adalah distribusi binominal, meskipun untuk ukuran sampel besar, distribusi normal memberikan perkiraan yang baik terhadapnya. Secara konsep, bagan p dibuat dan digunakan dengan cara yang kurang lebih sama seperti bagan rata-rata. Garis tengah pada bagan p adalah cacat fraksi dalam populasi p. Standar deviasi dan distribusi pengambilan sampel ketika p diketahui adalah : = Batas kendali dihitung menggunakan rumus : = p + = p - Jika p tidak diketahui, nilainya dapat diperkirakan dari sampel. Perkiraan tersebut, menggantikan p dalam rumus diatas dan menggantikan. b. Bagan c Bagan c ketika sasarannya adalah untuk mengendalikan jumlah kejadian misalnya cacat per unit, digunakan bagan c (c-chart). Unitnya dapat berupa mobil, kamar hotel, halaman yang diketik atau gulungan karpet. Distribusi pengambilan sampel yang mendasarinya adalah distribusi poisson. Penggunaan distribusi poisson mengasumsikan bahwa cacat terjadi dalam daerah berkelanjutan dan bahwa probabilitas terjadinya lebih dari satu cacat di titik tertentu dapat diabaikan. Angka rata-rata cacat per unit adalah c dan standar deviasinya adalah. Demi alasan praktis, perkiraan normal terhadap poisson digunakan. Batas kendalinya adalah : = c + = c - Jika nilai c tidak ketahui seperti yang umum terjadi, estimasi sampel digunakan untuk menggantikan c, = jumlah cacat : jumlah sampel. Ketika batas kendali bawah yang dihitung negatif, batas bawah efektifnya adalah nol. Perhitungan tersebut terkadang menghasilkan batas bawah

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar

Lebih terperinci

Quality Management and International Standards

Quality Management and International Standards Chapter 6 Quality Management and International Standards Tujuan membangun sistem TQM yang dapat mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan konsumen. Menjaga kualitas dapat mendukung diferensiasi, low cost,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Dyck dan Neubert, dalam buku Principles of Management (2011:7-9) management adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management Total Quality Management (TQM) adalah suatu filosofi manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan secara keseluruhan dimana pendekatan manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Robbins& Coulter (2010:23) mengemukakan bahwa manajemen adalah pengkoordinasian dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan mereka terselesaikan

Lebih terperinci

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian PDCA a) Pengertian Dalam peningkatan mutu dalam kebidanan diperlukan manajemen yang baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai secara efektif dan efisien. Didalam ilmu manajemen, ada konsep problem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur maupun jasa. Perusahaan tersebut melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas 2.1.1. Pengertian Kualitas Dalam buku yang berjudul Manajemen Operasi, Heizer & Render (2009:301) mendefinisikan pengertian kualitas sebagaimana dijelaskan oleh American

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Menurut Heizer dan Render (2010:4) manajemen operasi (Operation Management) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1. Manajemen Operasi Istilah manajemen operasi merujuk ke perancangan, operasi, dan pengendalian proses transformasi yang mengubah sumber daya seperti tenaga kerja dan bahan mentah

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna

BAB II LANDASAN TEORI. dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan perbaikan dan penurunan variasi karakteristik kualitas dari suatu produk barang atau jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Globalisasi dan kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh dunia, membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Perubahan itu juga Mempengaruhi dunia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ikan Tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mampu menembus pasar internasional. Salah satu

Lebih terperinci

QUALITY. Karakteristik produk dan jasa yang memberi kepuasan terhadap kebutuhan konsumen. (American Society for Quality Control)

QUALITY. Karakteristik produk dan jasa yang memberi kepuasan terhadap kebutuhan konsumen. (American Society for Quality Control) QUALITY Karakteristik produk dan jasa yang memberi kepuasan terhadap kebutuhan konsumen (American Society for Quality Control) 1 Implementasi Quality Marketing people Better performance, nicer features,

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

Makalah Manajemen Operasional (Manajemen Kualitas)

Makalah Manajemen Operasional (Manajemen Kualitas) Makalah Manajemen Operasional (Manajemen Kualitas) DENNY HARIANTO NIM : 1401026015123456798900- KELAS : XXXIII - D MATA KULIAH : MANAJEMEN OPERASIONAL MAGISTER MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas 2.1.1. Definisi Kualitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam blog yang ditulis oleh Rosianasfar (2013), kualitas berarti tingkat baik buruknya sesuatu, derajat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality) BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam dunia industri banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi proses produksi, salah satunya yang menjadikan penentu suatu keberhasilan produksi adalah kualitas dari barang yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

management is defined as the design, operation, and improvement of the system that

management is defined as the design, operation, and improvement of the system that BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PENELITIAN 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam

Lebih terperinci

Manajemen Operasional MANAJEMEN MUTU

Manajemen Operasional MANAJEMEN MUTU Manajemen Operasional MANAJEMEN MUTU Putri Irene Kanny Putri_irene@staff.gunadarma.ac.id Sub Pokok bahasan pertemuan ke-10 Arti Mutu Tujuan Pengawasan Mutu Organisasi Pengawasan mutu Statistical Proces

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kualitas atau mutu merupakan salah satu tujuan penting bagi sebagian besar

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kualitas atau mutu merupakan salah satu tujuan penting bagi sebagian besar BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Mutu Kualitas atau mutu merupakan salah satu tujuan penting bagi sebagian besar organisasi mengingat mutu ini menyangkut organisasi secara keseluruhan

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL M. KURNIAWAN. DP BAB 3 MANAJEMEN KUALITAS

MANAJEMEN OPERASIONAL M. KURNIAWAN. DP BAB 3 MANAJEMEN KUALITAS MANAJEMEN OPERASIONAL M. KURNIAWAN. DP BAB 3 MANAJEMEN KUALITAS DEFINISI KUALITAS Fitur dan karakteristik produk yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, cocok untuk digunakan Pengguna: Apa kata pelanggan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode Fish bone untuk mencari akar masalah, berikutnya digunakan metode 5W-1H untuk menganalisa lebih lanjut dan dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa pakar, di antaranya adalah Menurut stevenson (2014:4) manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa pakar, di antaranya adalah Menurut stevenson (2014:4) manajemen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini telah membawa banyak dampak ke semua negara, termasuk Indonesia khususnya karena banyak sekali industri baik yang berskala besar maupun

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar orang membicarakan masalah kualitas, misalnya: mengenai kualitas sebagian besar produk buatan luar negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat bersaing dan meningkatkan keunggulan kompetitif dengan perusahaan lain yang sejenis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Banyaknya perusahaan di era globalisasi memicu keberadaan produk lokal dan nasional tidak akan luput dari tuntutan persaingan, selain itu juga mempunyai peluang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Kualitas. Menurut (Douglas C. Montgomery, 2009:4) mutu atau kualitas sudah menjadi faktor paling penting didalam konsumen mengambil keputusan dalam memilih antara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian dilakukan pada PT Tirta Agung Wijaya yang merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan di area Jawa Tengah. Pengamatan

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 30 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Tunamerupakan komoditas komersial tinggi dalam perdagangan internasional. Salah satu bentuk olahan tuna adalah tuna loin, tuna steak, dan tuna saku. Tuna loin merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi merupakan sebuah siklus yang dilakukan oleh perusahaan dalam penyediaan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada pasar demi keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi 2.1.1 Pengertian Riset Operasi Menurut Mulyono, riset adalah proses untuk mencari kebenaran suatu masalah atau hipotesa, sedangkan operasi didefinisikan sebagai penerapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK MANAJEMEN KUALITAS PROYEK 1. Manajemen Mutu Proyek Proyek Manajemen Mutu mencakup proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang dilakukan. Ini mencakup "semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun berada dalam kondisi perekonomian yang cenderung tidak stabil. Hal tersebut memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Plastik Plastik mencakup semua bahan sintetik organik yang berubah menjadi plastis setelah dipanaskan dan mampu dibentuk di bawah pengaruh tekanan. Bahan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas memiliki pengertian yang luas, setiap sudut pandang yang mendefinisikannya pasti memiliki perbedaan. Sebagaian besar orang mempunyai konsep pemahaman

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 34 BAB III SIX SIGMA 3.1 Sejarah Six Sigma Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980-an oleh seorang engineer bernama Bill Smith. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya

Lebih terperinci

BAB V PERANAN INFORMASI DALAM KUALITAS PRODUK DAN JASA

BAB V PERANAN INFORMASI DALAM KUALITAS PRODUK DAN JASA BAB V PERANAN INFORMASI DALAM KUALITAS PRODUK DAN JASA Kualitas didefinisikan dalam banyak cara. Menurut James Martin, konsultan komputer terkenal, mendeskripsikan kualitas perangkat lunak sebagai tepat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kaizen Kaizen merupakan istilah bahasa Jepang terhadap konsep continuous incremental improvement. Kai berarti perubahan dan Zen berarti baik. Menurut Tjiptono dan Diana

Lebih terperinci

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT Quality adalah salah satu issue dominan bagi banyak perusahaan, di samping waktu pengembangan produk yang cepat, fleksibilitas memenuhi permintaan customized

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Kualitas merupakan suatu istilah relatif dan tergantung pada situasi. Kualitas pun tidak hanya tercipta dalam bentuk suatu produk tapi bisa juga dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan mempunyai perencanaan dan tujuan akhir yang ingin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan mempunyai perencanaan dan tujuan akhir yang ingin BAB II TINJAUAN PUSTAKA Setiap perusahaan mempunyai perencanaan dan tujuan akhir yang ingin dicapai, tentunya hasil akhir yang diharapkan sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Salah satu faktor

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan-keputusan dalam upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan-keputusan dalam upaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Manajemen Operasi 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam melaksanakan produksi suatu perusahaan, diperlukan suatu manajemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat disegala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap

Lebih terperinci

Just in time dalam Manajemen Logistik

Just in time dalam Manajemen Logistik Just in time dalam Manajemen Logistik Kerjakan secara benar sejak awal Bambang Shofari 1 JIT Menghasilkan produk/jasa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan oleh customers dalam jumlah sesuai kebutuhan pada

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) PENGERTIAN Activity Based Management (ABM) adalah merupakan suatu metode pengelolaan aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai (value) produk atau jasa untuk konsumen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI. Hak Cipta milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ANALISIS DEFECT PADA PROSES PRODUKSI DENGAN METODE QCC (QUALITY CONTROL CIRCLE) DAN SEVEN TOOLS DI PT. HILON SURABAYA (STUDI KASUS FINISHING PRODUK MATRAS) SKRIPSI Oleh : ANDRI HERMAWAN 0532010128 JURUSAN

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA Retno Indriartiningtias Laboratorium Ergonomi dan APK Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Madura Email : artiningtias@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode

BAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analistis yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

AKUNTANSI MANAJEMEN. Buku : Akuntansi Manajerial Garrison/Noreen. Dosen : 1. BUDI S. PURNOMO, SE., MM,.MSi. 2. POPPY SUSIANI H, SE, SE.

AKUNTANSI MANAJEMEN. Buku : Akuntansi Manajerial Garrison/Noreen. Dosen : 1. BUDI S. PURNOMO, SE., MM,.MSi. 2. POPPY SUSIANI H, SE, SE. AKUNTANSI MANAJEMEN Dosen : 1. BUDI S. PURNOMO, SE., MM,.MSi. 2. POPPY SUSIANI H, SE, SE. Buku : Akuntansi Manajerial Garrison/Noreen AKMAN BSP 1 Apa yang akan dipelajari? 1. Akuntansi Manajerial dan Lingkungan

Lebih terperinci

Alat dan Teknik Meningkatkan Mutu. idyst 1

Alat dan Teknik Meningkatkan Mutu. idyst 1 Alat dan Teknik Meningkatkan Mutu idyst 1 Ada berbagai alat (tools) dan teknik yang digunakan dalam pelaksanaan TQM. Alat dan teknik tersebut berbeda manfaatnya bila digunakan untuk langkah dan situasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mutu 2.1.1 Definisi Mutu International Organization for Standardization (ISO) mendefinisikan mutu sebagai totalitas fitur dan karakteristik dari suatu produk atau jasa yang

Lebih terperinci

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Kegiatan magang yang dilakukan di PT Kemang Food Industries dimaksudkan untuk mengevaluasi bobot bersih dan membandingkan kesesuaian antara data bobot bersih yang didapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas (Quality) Dalam konteks pembahasan tentang pengendalian proses statistikal, terminologi kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Desain Penelitian. Jenis dan Metode. Penelitian. kasus. kasus. kasus

BAB 3 METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Desain Penelitian. Jenis dan Metode. Penelitian. kasus. kasus. kasus 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian Desain Penelitian Tujuan Penelitian Jenis dan Metode Unit Analisis Time Horizon Penelitian 1. Menganalisis jenis cacat yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Penelitian yang dilakukan penulis ialah suatu proses pengurangan persentase kecacatan. Terdapat beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian sebelumnya dengan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Kualitas Berdasarkan perspektif TQM (Total Quality Management), kualitas dipandang secara lebih komprehensif atau Holistik, dimana bukan hanya aspek hasil saja yang ditekankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Zaman sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Zaman sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zaman sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha dan cara-cara yang dikembangkan untuk mencapai tujuan, sasaran oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Produk

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Produk BAB I PENDAHULUAN Semua organisasi mempunyai maksud dan tujuan. Mereka membuat dan menjual berbagai produk atau menawarkan jasa-jasa tertentu. Organisasiorganisasi perusahaan harus selalu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis menyajikan beberapa teori yang berhubungan dengan tugas akhir untuk dijadikan landasan teori dalam pembahasan selanjutnya. Teori berisi definis-definisi maupun

Lebih terperinci

Quality Cost And Productivity : Measurement, Reporting, and Control (Biaya Kualitas dan Produktivitas)

Quality Cost And Productivity : Measurement, Reporting, and Control (Biaya Kualitas dan Produktivitas) Quality Cost And Productivity : Measurement, Reporting, and Control (Biaya Kualitas dan Produktivitas) Kualitas yang rendah dapat menjadikan produk sangat mahal bagi produsen dan konsumennya. Konsekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era saat ini, perekonomian adalah salah satu sektor pembangunan yang penting dan harus benar-benar diperhatikan dalam suatu negara. Apalagi

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap kualitas produk semakin meningkat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya agar mampu bersaing di pasar dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi dalam suatu perusahaan merupakan kegiatan untuk merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas produk merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas produk merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas produk merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat perkembangan dan kemajuan suatu perusahaan. Perusahaan yang beroperasi tanpa memperhatikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pengetahuan, teknologi dan pertumbuhan ekonomi pada sektor industri Pangan di Indonesia menyebabkan persaingan antara industri-industri yang menghasilkan produk sejenis harus lebih kreatif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil, pasti. membutuhkan manajemen operasi. Teknik manajemen operasi diterapkan di

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil, pasti. membutuhkan manajemen operasi. Teknik manajemen operasi diterapkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil, pasti membutuhkan manajemen operasi. Teknik manajemen operasi diterapkan di seluruh dunia pada seluruh

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci