V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN"

Transkripsi

1 V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian Desa Sukaresmi memiliki luas wilayah sebesar 294,577 ha dengan ketinggian m dpl, topografi lahan datar dan bergelombang, dengan jenis tanah latosol dengan tingkat keasaman tanah (ph) berkisar antara 5,5-5,9, tekstur tanah sedang (lempung), curah hujan mm/tahun dengan 3 bulan kering dan 9 bulan basah. Pemanfaatan lahan/tanah terbesar di Desa Sukaresmi adalah tanah sawah dengan luas 157,2 ha. Adapun pemanfaatan lahan/tanah Desa Sukaresmi selengkapnya terdapat pada Tabel 4. Tabel 4. Pemanfaatan Lahan Desa Cibeureum, Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun 2009 No. Jenis Lahan Luas Lahan (Ha) 1. Lahan Sawah 157, Tegalan/ Ladang 97, Kolam 4, Lain-lain 35,727 Jumlah Total 294,577 Sumber: Monografi Desa Sukaresmi (2009) Desa Sukaresmi terbagi dalam empat dusun, dua puluh dua rukun warga (RW) dan lima puluh tujuh rukun tetangga (RT). Jumlah penduduk Desa Sukaresmi sampai bulan Juli 2009 adalah jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan berjumlah jiwa. Sebagian besar penduduk di Desa Sukaresmi memiliki mata pencaharian sebagai petani baik itu pemilik penggarap, petani penggarap maupun buruh tani. Mata pencaharian masyarakat Desa Sukaresmi ditunjukkan pada Tabel 5. 48

2 Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Masyarakat Desa Sukaresmi, Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun 2009 No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah orang 1. Pemilik Pemilik Penggarap Penggarap Buruh Tani Industri Pedagang Jasa Wiraswasta PNS/TNI/ Polri Lain lain Jumlah Sumber: Monografi Desa Sukaresmi (2009) 5.2. Gambaran LKMA-S Subur Rejeki Sejarah Berdirinya LKMA-S Subur Rejeki Lahirnya LKMA-S Subur Rejeki dilatarbelakangi oleh dana PUAP yang diterima Gapoktan Subur Rejeki. Dalam Petunjuk Teknis (Juknis) BLM-PUAP dijelaskan mengenai Gapoktan dapat dilengkapi dengan unit usaha otonom yang berkoordinasi dengan Bendahara Gapoktan dalam mengelola dana PUAP. Gapoktan dapat membentuk unit usaha otonom yang meliputi unit simpan pinjam, unit usaha saprodi, unit usaha pengolahan dan pemasaran. Pembentukan unit usaha otonom disepakati dalam rapat anggota Gapoktan. Unit usaha otonom ini kemudian didampingi oleh Penyelia Mitra tani (PMT). Unit usaha otonom tersebut diharapkan dapat menjadi roda penggerak dalam mewujudkan kemandirian dari petani setempat. Petani di Desa Sukaresmi tergabung dalam Gapoktan Subur Rejeki dan pengelolaan dana BLM-PUAP secara khusus dijalankan oleh LKMA-S Subur Rejeki. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Syariah Subur Rejeki (LKMA-S Subur Rejeki) lahir pada tanggal 28 Agustus 2008 yang merupakan hasil dari rapat internal Gapoktan Subur Rejeki. Dari hasil rapat tersebut kemudian dipilih Dede Sulaeman sebagai manajer dan Dede Hermawan sebagai akuntan. Pemilihan pola pembiayaan syariah yang digunakan dalam pengelolaan dana PUAP didasari beberapa hal yaitu, rekomendasi dari pihak Penyelia Mitra Tani (PMT), kejenuhan 49

3 dengan pola pembiayaan yang biasa diterapkan yang berujung kepada ketidakberhasilan, dan keyakinan akan pola yang berlandaskan Islam akan membawa keberkahan. LKMA-S Subur Rejeki mulai beroperasi sejak tanggal 7 Januari Selang waktu kurang lebih empat bulan sejak lahirnya LKMA-S Subur Rejeki sampai dengan mulai beroperasi, digunakan untuk pemantapan prosedur yang akan dijalankan oleh LKMA-S Subur Rejeki, sosialisasi PUAP yang dikelola oleh pihak LKMA-S Subur Rejeki dengan pengelolaan berbasis syariah, pendekatan terhadap aparat-aparat desa, dan menentukan letak kantor yang letaknya strategis (mudah diakses). Manajemen pembiayaan yang diijalankan oleh LKMA-S Subur Rejeki mengikuti Standar Operational Procedure Baitul Mal wa Tamwil (SOP BMT) Visi, Misi, Motto, dan Budaya LKMA-S LKMA-S Subur Rejeki memiliki visi, misi, motto dan budaya kerja tersendiri untuk menggambarkan kinerja usahanya, yaitu: Visi: Menjadi lembaga keuangan yang berdiri di atas dan untuk semua golongan, mandiri, sehat, amanah dan professional yang berlandaskan keikhlasan dalam melayani anggota dan masyarakat menuju kehidupan yang adil, makmur, sejahtera baik material maupun spiritual. Misi: Membebaskan masyarakat dari riba yang lahir dari ekonomi kapitalis yang telah lama membelenggu masyarakat. Memberdayakan anggota dan masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi di sektor riil sehingga tercipta tatanan ekonomi yang kuat. Menciptakan masyarakat madani yang beradab, adil, makmur, maju, berlandaskan kepada etika bisnis yang berlaku di NKRI, Al-Quran, dan As- Sunnah dengan mengharapkan ridho Allah. Budaya LKMA-S: Bekerja keras, cerdas, ikhlas, dan, tuntas. 50

4 Struktur Organisasi LKMA-S Subur Rejeki Sejak awal pembentukkannya, LKMA-S Subur Rejeki telah memiliki struktur organisasi yang jelas. Akan tetapi, dalam pelaksanaanya terjadi pekerjaan ganda yang dijalankan oleh masing-masing pengelola LKMA-S Subur Rejeki. Hal ini dikarenakan kurangnya sumberdaya manusia yang tersedia. Adapun struktur organisasi LKMA-S Subur Rejeki adalah sebagai berikut: - Pelindung dan Penasehat: Kepala BP4K Kabupaten Sukabumi Camat Kecamatan Cisaat Kepala BP3K Kecamatan Cisaat Kepala Desa Sukaresmi - Pengawas PMT Kabupaten Sukabumi : Lely Gunawan Tokoh Masyarakat : Suryanto : Asep Solehudin : Yaya Sukarya S.P - Pembina Penyuluh Pendamping : Badri - Pengurus Ketua : Aliyudin Sekretaris : Ade Abdurahman Bendahara : Supriadi - Pengelola Manajer : Dede Sulaeman Pembukuan/Akuntan : Dede Hermawan Teller : Sifa Fauziah Pembiayaan/perkreditan : Supriadi Marketing/Pemasaran : Ade Abdurahman : Badri Kolektor : Dede Sulaeman : Dede Hermawan 51

5 Dari masa awal LKMA-S beroperasi sampai dengan sebelas bulan berjalan, peranan dari seluruh pihak pengelola sesuai dengan dengan kedudukan masing-masing seperti yang tercantum dalam struktur organisasi. Adapun tugas dari masing-masing bagian pengelola LKMA-S adalah sebagai berikut: 1) Manajer Tugas utamanya adalah memimpin operasional LKMA-S, mengarahkan kegiatan yang dilakukan oleh pihak pengelola LKMA-S, membuat laporan secara periodik kepada pengurus, serta membina usaha anggota LKMA-SS. Manajer juga memiliki kewenangan dalam memutuskan pihak mana yang akan diberikan pembiayaan berdasarkan rapat yang dilakukan sebelumnya dengan pihak pengelola lainnya. 2) Pembukuan/ Akuntan Tugas utamanya adalah melakukan administrasi data nasabah, melakukan proses pencairan pembiayaan dan membukukan angsuran pembiayaan nasabah guna menjamin data dan angsuran yang teradministrasi secara lengkap dan akurat. 3) Teller Tugasnya adalah memberikan pelayanan bagi nasabah LKMA-S baik itu berupa penghimpunan dana (tabungan) maupun pembayaran angsuran pembiayaan. 4) Pembiayaan/ perkreditan Tugasnya adalah memberikan pengawasan dalam pembiayaan yang akan diberikan kepada petani nasabah. Kedudukan ini diisi oleh bendahara Gapoktan sehingga dalam pengelolaan dana PUAP dapat diawasi secara langsung. 5) Marketing/ Pemasaran Pada beberapa bulan di awal LKMA-S beroperasi, pihak marketing/pemasaran bertugas dalam melakukan sosialiasi mengenai keberadaaan LKMA-S sebagai lembaga keuangan di bawah Gapoktan Subur Rejeki yang dapat membantu petani dalam mengakses modal. Setelah tahapan sosialisasi, pihak yang berada pada posisi ini bertugas dalam 52

6 memberikan pembinaan kepada petani seperti penyuluhan mengenai usahatani yang tepat guna. 6) Kolektor Tugas utamanya adalah melakukan penagihan kepada petani nasabah, terutama kepada petani yang menunggak dalam membayar angsuran. Pihak yang banyak terjun langsung dalam pengelolaan dana PUAP dalam keseharian adalah Dede Sulaeman selaku manajer dan Dede Hermawan selaku pembukuan, dimana kedua orang tersebut merangkap sebagai kolektor. Kedua orang tersebut lebih banyak berinteraksi dengan petani mulai dari pembuatan akad, pencairan dana, hingga pengembalian dana pembiayaan. Adapun pihak yang terlibat aktif dalam melakukan survey dan pembinaan di lapangan adalah Ade Abdurahman dan Badri. Posisi teller tidak lagi diisi sejak beberapa bulan terakhir di tahun 2009 dikarenakan pihak yang bersangkutan mengajukan cuti hamil, sehingga pada akhirnya posisi teller diisi oleh Dede Hermawan. Akan tetapi sejak awal tahun 2010, ghirah (semangat) dalam membina petani dirasakan semakin menurun yang ditunjukkan dengan pembinaan pertanian ke setiap kelompok tani tidak lagi rutin dilaksanakan. Hal ini dikarenakan biaya operasional untuk melakukan pembinaan tidak mendapat anggaran dari dana PUAP. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, sebagian besar petani responden memberikan apresiasi positif terhadap kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh pihak LKMA-S dan Gapoktan Produk Produk LKMA-S Subur Rejeki LKMA-S Subur Rejeki yang pengelolaanya berbasis syariah Islam menawarkan beberapa produk yang terdiri dari dua kategori yaitu produk penghimpunan dan produk penyaluran dana. Produk penghimpunan dana menggunakan akad wadiah amanah berupa titipan nasabah kepada LKMA-S. LKMA-S sebagai penerima amanah tidak diberi wewenang untuk mengelola uang dari nasabah tersebut. Adapun jenis tabungan yang ditawarkan oleh LKMA-S adalah Simpanan Anggota Gapoktan (SIAGA), Simpanan Pelajar dan Santri (SIPASTI), Simpanan Qurban dan Aqiqah (SIQOH), dan Simpanan Walimah 53

7 (SIWAL). Selama kurang lebih satu tahun LKMA-S beroperasi, jenis tabungan yang digunakan adalah SIAGA, SIPASTI, dam SIQOH. Produk penyaluran dana PUAP kepada petani nasabah oleh LKMA-S keseluruhan masih menggunakan akad murabahah. Hal yang menyebabkan jenis akad yang lain (musyarakah, mudharabah, dsb) belum digunakan adalah jumlah dana PUAP yang tidak akan mencukupi kebutuhan petani dalam jumlah banyak. Selain itu, LKMA-S tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk mengambil risiko yang besar apabila menggunakan akad dengan prinsip bagi hasil. Selain dari produk penghimpunan dana dan penyaluran dana PUAP kepada petani, di LKMA-S tersedia produk qardhul hasan. Qardhul hasan yang merupakan kata lain dari pinjaman kebaikan diberikan kepada warga Desa Sukaresmi yang membutuhkan seperti untuk biaya pengobatan. Uang yang dipinjamkan merupakan laba dari pengelolaan dana PUAP. Hal ini dipandang oleh pihak LKMA-S sebagai kegiatan non laba atau sosial. Tujuan dari LKMA-S adalah memberikan manfaat bagi masyarakat Desa Sukaresmi. Jumlah uang yang dikembalikan adalah sama dengan jumlah yang dipinjam. Jangka waktu pengembalian tidak ditentukan yaitu sejauh mana peminjam memiliki kemampuan dalam mengembalikan pinjaman ataupun dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Pembayarannya bisa dilakukan secara angsuran maupun tunai Mekanisme Operasi dan Prosedur Penyaluran Pembiayaan LKMA-S telah menetapkan sejumlah persyaratan dan prosedur yang harus dilalui oleh petani nasabah yang mengajukan pembiayaan. Adapun mekanisme operasi dan prosedur pembiayaan di LKMA-S terdiri dari beberapa tahap yaitu mulai dari tahap pengajuan pembiayaan, tahap pencairan pembiayaan, tahap pembinaan dan pengawasan, serta tahap pengembalian pembiayaan. Pada tahap pengajuan pembiayaan, petani nasabah diharuskan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan yaitu petani anggota harus telah menjadi anggota LKMA-S minimal 2 bulan atau merupakan anggota Gapoktan, memiliki/melunasi simpanan pokok dan wajib sampai bulan atau waktu meminjam, memiliki simpanan kurang lebih 30 persen dari pembiayaan, mengisi lampiran-lampiran permohonan pembiayaan, menyertakan foto kopi KTP 54

8 (Suami/istri) dan kartu keluarga, persetujuan suami atau istri bagi yang sudah berkeluarga, atau orang tua bagi yang belum menikah (usia di atas 17 tahun), rekomendasi dari ketua tim pengarah desa, penyuluh pendamping, Gapoktan, serta bersedia untuk disurvey. Setelah mengisi lampiran permohonan pembiayaan, petani yang bersangkutan kemudian disurvey beberapa hari setelah petani nasabah menyerahkan lampiran permohonan pembiayaan. Survey ini tidak dilakukan untuk setiap pengajuan. Hal ini dikarenakan kurangnya SDM yang tersedia. Tahapan pencairan ada yang dilakukan di kantor dan ada juga yang dilakukan di rumah pengelola. Hal ini juga menjadi alasan, banyak yang tidak mengetahui bahwa pembiayaan yang diterima oleh petani berasal dari LKMA-S dimana uang yang dikelola oleh LKMA-S adalah dana BLM-PUAP. Pada saat pencairan pembiayaan dilakukan akad dengan penandatangan perjanjian yang telah bermaterai. Oleh karena itu, petani nasabah dibebankan sejumlah biaya administrasi untuk mengganti biaya fotokopi dan materai. Kebijakan mengenai besarnya biaya administrasi yang dibebankan adalah sebesar 1 persen dari jumlah pembiayaan yang diberikan. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi ketetapan baku. Banyak dari petani nasabah yang tidak dibebankan biaya administrasi. Pada umumnya petani yang tidak dibebankan biaya administrasi adalah petani yang menerima pembiayaan dalam jumlah sedikit. Tahapan pembinaan dan pengawasan yang dijalankan oleh LKMA-S berjalan aktif kurang lebih sampai dengan sebelas bulan dari awal beroperasi. Beberapa bulan terakhir tidak lagi berjalan dikarenakan adanya kekecewaan pihak LKMA-S terhadap dinas setempat. Adapun bentuk pembinaan yang pernah dilakukan adalah pelatihan mengenai teknik budidaya tepat guna yang dijalankan dengan bantuan dari pihak Gapoktan. Pembinaan ini dijalankan setiap satu bulan sekali. Adapun kelompok tani yang telah mengikuti pembinaan yang diberikan oleh LKMA-S dan Gapoktan adalah kelompok tani Subur Rejeki II dan Barokah. Peningkatan kinerja Gapoktan dalam membina petani seperti inilah yang perlu ditingkatkan sebagai bentuk perwujudan tujuan PUAP yaitu memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. 55

9 Pengawasan dilakukan dengan cara silaturahmi setiap hari ke petani. Hal ini LKMA-S pelajari dari perilaku bank keliling yang mengunjungi petani yang meminjam setiap hari dan menyebabkan petani tersebut selalu tepat waktu membayar kepada bank keliling. Oleh karena itu, LKMA-S mencoba untuk melakukan kunjungan dalam bentuk silaturahmi setiap hari dan melakukan penagihan uang tabungan kepada petani. Akan tetapi, rutinitas seperti ini tidak lagi berjalan beberapa bulan ke belakang dikarenakan adanya kejenuhan di pihak pengelola LKMA-S. Adapun tahapan pengembalian pembiayaan adalah petani membayar angsuran setiap bulannya, pada akhir musim tanam (panen) atau tergantung dengan kesepakatan. LKMA-S melakukan sosialisasi kepada petani untuk menabung dengan jumlah yang tidak dibatasi sehingga apabila pada waktu pembayaran tidak dapat membayar, maka uang angsuran dapat diambil dari uang tabungan. Hal ini dimaksudkan agar petani tidak terlalu terbebani. Metode seperti ini dinilai cukup berhasil pada beberapa bulan awal beroperasi. Akan tetapi, masih dilatarbelakangi hal yang sama yaitu kejenuhan pengelola LKMA-S, penagihan uang tabungan tidak lagi rutin dijalankan. Dalam memberikan pembiayaan LKMA-S Subur Rejeki memiliki beberapa pertimbangan. Penerapan prinsip pembiayaan 5C yang diutamakan oleh pihak LKMA-S adalah character. Menurut LKMA-S, dengan mengetahui karakter seseorang yang merupakan keadaan watak petani nasabah baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha, dapat diperkirakan apakah orang tersebut merupakan orang yang jujur dan amanah atau tidak. Maka dari itu, dalam menentukan petani nasabah tersebut diberikan pembiayaan atau tidak ditanyakan terlebih dahulu karakter petani nasabah tersebut kepada ketua kelompok tani. Apabila ketua kelompok tani memberikan rekomendasi terhadap petani tersebut dijadikan sebagai pertimbangan bagi pihak pengelola dalam menentukan petani tersebut diberikan pembiayaan atau tidak. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Rivai dan Veithzal (2008) mengenai prinsip pembiayaan yang perlu mendapatkan perhatian dari Account Officer dalam memberikan pembiayaan adalah character, dan apabila prinsip ini tidak 56

10 terpenuhi, maka prinsip lainnya tidak berarti atau dengan kata lain permohonannya harus ditolak Karakteristik Petani Responden Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari beberapa kriteria. Kriteria yang digunakan antara lain status usahatani, usia petani, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani Status Usahatani Padi Petani Responden Berdasarkan hasil penelusuran secara langsung di Gapoktan Subur Rejeki atau desa wilayah penelitian, status usahatani petani responden adalah beragam mulai dari pemilik penggarap, pemilik sekaligus penyewa, penerima gadai, penyewa, dan penyewa sekaligus penerima gadai. Tanggapan petani responden terhadap pekerjaan usahatani padi yang dilakukan juga beragam, ada yang menjadikan pekerjaan utama dan ada yang menjadikan sebagai pekerjaan sampingan. Petani yang menjadikan pekerjaan sampingan adalah petani yang memiliki pekerjaan utama di luar usahatani seperti supir, tukang ojeg, buruh tani, dan pedagang. Hal lain yang perlu diketahui adalah selain kegiatan usahatani padi sebagai pekerjaan utama mereka juga memiliki pekerjaan sampingan seperti berkebun, buruh bangunan, buruh mesin, guru madrasah, pedagang, tengkulak, supir, dan lain-lain. Karakteristik usahatani padi petani responden penerima PUAP dan petani responden non penerima PUAP ditunjukkan pada Tabel 6. Pada Tabel 6 ditunjukkan jumlah petani responden non penerima PUAP lebih banyak menjadikan usahatani padi sebagai mata pencahariaan utamanya. Tabel di atas menunjukkan bahwa status usahatani padi baik responden penerima PUAP maupun responden non PUAP didominasi oleh penyewa. 57

11 Tabel 6. Karakteristik Petani Responden Penerima dan Petani Responden Non Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Status Mata Pencaharian Usahatani Padi Tahun 2009 Penerima PUAP Non Penerima PUAP Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan Status Usahatani Utama Sampingan Utama Sampingan Padi (%) (%) (%) (%) Pemilik Penggarap 7,69-13,33 3,85 Pemilik sekaligus penyewa 3,85-6,67 - Penerima Gadai - 3,85 0,00 0,00 Penyewa 61,54 15,38 63,33 11,54 Penyewa sekaligus Penerima gadai 3, Penyakap - 3,85 3,33 - Total 76,92 23,08 86,67 15, Usia Petani Responden Petani yang menjadi responden berusia antara tahun. Berdasarkan kriteria usia, petani responden peneriam BLM-PUAP yang berusahatani padi dibagi menjadi tiga kelompok angkatan kerja, yaitu kelompok usia 30 sampai 40 tahun, kemudian dari umur 41 tahun sampai 50 tahun dan lebih dari 51 tahun sampai. dilihat pada Tabel 7. Sebaran petani responden dari masing-masing kelompok usia dapat Tabel 7. Sebaran Petani Responden Penerima dan Petani Responden Non Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009 Penerima PUAP Non Penerima PUAP Golongan Umur Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Tahun) (Orang) (%) (Orang) (%) , , , ,67 > , ,67 Total Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah petani responden penerima PUAP terbesar pada kelompok umur tahun yaitu sebanyak 10 orang (38,46 persen). Kelompok umur petani yang lebih dari 51 tahun sebanyak 34,62 persen atau 9 orang dari jumlah keseluruhan petani responden penerima PUAP dan sisanya sebesar 26,92 persen merupakan petani yang termasuk ke dalam kelompok umur tahun. Adapun jumlah petani responden non penerima 58

12 PUAP terbesar pada kelompok umur lebih dari 51 tahun yaitu sebesar 56,67 persen atau sebanyak 17 orang. Terbanyak kedua dan ketiga adalah kelompok umur tahun dan tahun. Dari sebaran petani responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat bahwa faktor usia tidak membatasi para petani untuk melakukan kegiatan usahatani. Hal ini terbukti dari jumlah responden yang berusia lanjut dan tergolong bukan usia produktif tetapi masih mampu melakukan aktivitas usahatani Tingkat Pendidikan Petani Responden Tingkat pendidikan rendah merupakan salah satu hal yang masih melekat pada karakteristik petani pada umunya. Tingkat pendidikan dari sebagian besar petani responden adalah sekolah dasar. Gambaran tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Responden Petani Responden Penerima dan Petani Responden Non Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009 Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) SD 16 61, ,67 SLTP 5 19, SLTA 5 19,23 1 3,33 Total Berdasarkan Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa lebih dari sebagian jumlah petani responden penerima PUAP yaitu 61,54 persen memiliki tingkat pendidikan sampai dengan Sekolah Dasar (SD). Jumlah petani responden yang memiliki tingkat pendidikan sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebesar 19,23 persen, dan jumlah petani responden yang memiliki tingkat pendidikan sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sebesar 19,23 persen. Sebaran petani responden non penerima PUAP berdasarkan tingkat pendidikan didominasi dengan petani yang memiliki tingkat pendidikan sampai dengan SD yaitu sebesar 86,67 persen. Jumlah petani responden yang memiliki tingkat pendidikan sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebesar 10 persen, dan jumlah petani responden yang memiliki tingkat pendidikan sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sebesar 3,33 persen. 59

13 Banyaknya petani responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah memiliki alasan yang beragam, seperti sejak kecil petani responden diminta oleh orang tuanya untuk membantu bekerja di sawah, sulitnya bersekolah waktu itu dimana penjajah masih menguasai Indonesia, serta ketidakmampuan dari aspek keuangan keluarga untuk membiayai anggota keluarganya bersekolah. Adapun keterampilan berusahatani dari sebagian besar petani responden didapatkan dari orang tua mereka Status Kepemilikan Lahan dan Luas Lahan Lahan sawah yang dimiliki oleh petani responden sebagian besar merupakan lahan milik orang lain yang kemudian digarap oleh petani responden dengan sistem sewa. Lahan garapan petani responden sebagian besar merupakan lahan sawah milik orang di luar Desa Sukaresmi seperti orang Jakarta. Adapun sisanya merupakan lahan milik keluarga dan penduduk setempat. Status kepemilikan lahan dan luas lahan garapan petani selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Petani Responden Penerima dan Petani Responden Non Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Kriteria Status Kepemilikan Lahan dan Luas Lahan Garapan Tahun 2009 Berdasarkan Status Kepemilikan Penerima PUAP Non Penerima PUAP Status Kepemilikan Jumlah Responden (%) Jumlah Responden (%) Pemilik penggarap 7,69 16,67 Pemilik sekaligus penyewa 3,85 6,67 Penyewa 76,92 73,33 Penerima gadai 3,85 - Penyewa sekaligus penerima gadai 3,85 - Penyakap/bagi hasil 3,85 3,33 Total Berdasarkan Luas Lahan Luas Lahan (ha) Jumlah Responden (%) Jumlah Responden (%) < 0,5 80,77 73,33 0,5 1 19,23 20,00 >1-6,67 Total Tabel 9 menunjukkan hampir seluruh petani responden yaitu sebesar 76,92 persen dari responden penerima PUAP dan 73,33 persen dari responden non 60

14 penerima PUAP merupakan petani dengan status kepemilikan sebagai petani penyewa. Status kepemilikan lahan garapan petani responden penerima PUAP dan petani responden non penerima PUAP sebagai pemilik penggarap secara berturutturut yaitu sebesar 7,69 persen dan 16,67 persen. Status kepemilikan lahan garapan petani responden penerima PUAP dan petani responden non penerima PUAP sebagai pemilik sekaligus penyewa secara berturut-turut yaitu sebesar 3,85 persen dan 6,67 persen. Status kepemilikan lahan garapan petani responden penerima PUAP dan petani responden non penerima PUAP sebagai penyakap/bagi hasil secara berturut-turut yaitu sebesar 3,85 persen dan 3,33 persen. Masing-masing 3,85 persen dari jumlah keseluruhan petani responden penerima PUAP merupakan penerima gadai dan penyewa sekaligus penerima gadai. Dengan status kepemilikan lahan petani sebagai penyewa, mengharuskan petani membayar biaya sewa yang telah ditetapkan oleh pemilik lahan dalam satuan berat hasil produksi yang dibayarkan setelah panen baik dalam bentuk uang hasil penjualan panen maupun dalam bentuk hasil produksi. Tingginya biaya sewa lahan di Desa Sukaresmi seringkali dikeluhkan oleh petani, dikarenakan biaya sewa yang bersifat tetap tanpa mempertimbangkan hasil panen tinggi atau rendah Pengalaman Berusahatani Petani Responden Pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani responden dapat mempengaruhi terhadap kemampuan petani dalam mengetahui dan menguasai teknik budidaya dalam kegiatan usahatani yang dijalankan. Akan tetapi, tetap diperlukan pendampingan usaha berupa pembinaan, pelatihan dan konsultasi pada petugas penyuluh lapangan untuk membantu petani menjalankan kegiatan usahataninya serta dapat membantu mengatasi permasalahan di lapangan apabila petani tidak mampu mengatasi sendiri. Pengalaman berusahatani petani responden selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 menunjukkan bahwa sebesar 26,92 persen dari keseluruhan petani responden penerima PUAP memiliki pengalaman berusahatani kurang dari sepuluh tahun. Sebesar 23,08 persen dari keseluruhan petani responden memiliki pengalaman berusahatani antara sepuluh sampai dengan dua puluh tahun. Sebesar 26,92 persen dari keseluruhan petani responden memiliki pengalaman 61

15 berusahatani antara dua puluh sampai dengan tiga puluh tahun. Sisanya sebesar 23,08 persen petani responden memiliki pengalaman berusahatani lebih dari tiga puluh tahun. Adapun sebaran petani responden non penerima PUAP berdasarkan pengalaman usahatani yang terbesar adalah petani dengan pengalaman usahatani tahun. Sebesar 23,33 persen merupakan petani dengan pengalaman usahatani lebih dari 30 tahun, sebesar 20 persen dari petani responden non penerima PUAP merupakan petani dengan pengalaman usahatani kurang dari 10 tahun, dan sisanya sebesar 16,67 persen merupakan petani dengan pengalaman usatani tahun. Tabel 10. Sebaran Petani Responden Penerima dan Petani Responden Non Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Kriteria Pengalaman Berusahatani Tahun 2009 Lama Pengalaman Penerima PUAP Non Penerima PUAP Bertani (Tahun) Jumlah Responden (%) Jumlah Responden (%) < 10 26,92 20, ,08 40, ,92 16,67 >30 23,08 23,33 Total Gambaran Usahatani Padi Desa Sukaresmi Kegiatan usahatani yang dijalankan oleh petani padi di Desa Sukaresmi pada umumnya masih menggunakan metode konvensional. Tahapan dalam usahatani yang dijalankan oleh petani responden penerima PUAP dan petani responden non penerima PUAP pada umumnya sama. Akan tetapi ada beberapa tahapan yang tidak dijalankan oleh petani dikarenakan beberapa alasan seperti ketidaktersediaan modal dan waktu. Budidaya padi di Desa Sukaresmi meliputi pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, dan pemanenan Pembibitan Varietas benih padi yang umum digunakan oleh petani Desa Sukaresmi adalah benih padi ciherang. Perlakuan benih sebelum disebar di tempat persemaian adalah perendaman benih yang dilakukan untuk merangsang perkecambahan, sehingga diperoleh benih yang siap disebar dan tumbuh secara optimal di lahan persemaian. Benih dimasukkan ke dalam karung, kemudian 62

16 direndam selama 48 jam, setelah itu diperam kembali di darat yaitu di tempat yang lembab dan terlindung dari sinar matahari selama 48 jam. Benih yang telah diperam tersebut kemudian disebar di lahan persemaian, baik itu di darat maupun di air (sawah). Lama waktu persemaian di darat dan di air memiliki perbedaan yaitu, lama waktu persemaian benih padi di air lebih lama dibandingkan dengan lama waktu persemaian di darat. Lama waktu persemaian benih di air sekitar hari, sedangkan di darat sekitar hari Pengolahan tanah Pengolahan tanah yang dilakukan petani responden bertujuan untuk menciptakan struktur tanah yang medukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman, selain itu untuk menstabilkan kondisi tanah yakni memperbaiki sifat fisik tanah dan memperbaiki pengairan sehingga diharapkan hasil yang diperoleh akan maksimal. Proses pengolahan tanah biasanya dilakukan antara hari sebelum masa tanam, yaitu sambil menunggu benih yang disemai. Kegiatan pengolahan tanah meliputi (1) penguatan dan perbaikan pematang (numpang galengan), (2) pengolahan tanah (ngagaru), (3) perataan tanah (ngangler) dan pembersihan di sekitar pematang (nyacaran), dan (5) pembuatan garis tanaman (ngagarok) Penanaman Penanaman bibit yang dilakukan oleh petani responden pada umunya masih secara konvensional dimana jarak tanam antar bibit relatif dekat. Selain itu jumlah bibit per rumpun yang ditanam masih banyak yaitu berkisar 3-5 bibit per rumpun. Hal ini dilakukan karena adanya kekhawatiran merebaknya keong mas sehingga apabila bibit yang ditanam sedikit akan habis dimakan keong Pemupukan Pemupukan pada umumnya dilakukan 2 kali untuk setiap musim tanam yaitu sekitar 7-14 hari penanaman dan hari setelah penanaman. Akan tetapi tidak jarang, dari petani responden yang menuturkan bahwa pemupukan pertama kali dilakukan setelah satu bulan penanaman. Hal tersebut disebabkan ketidaktersediaan uang untuk membeli pupuk. 63

17 Pupuk yang digunakan petani responden sebagian besar merupakan pupuk anorganik, yaitu pupuk urea, TSP, KCl, phonska, NPK kujang. Hanya beberapa orang petani saja yang menggunakan pupuk kandang. Sebagian dari petani menuturkan alasan mengapa tidak menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk dasar adalah dengan penggunaan pupuk kandang maka akan menambah biaya sedangkan hasil panen yang diperoleh tidak akan jauh berbeda Pemeliharaan Pemeliharaan yang dimaksud adalah penyulaman dan penyiangan. Penyiangan dan penyulaman bertujuan untuk mencabut gulma yang dapat mengganggu pertumpuhan padi, menghindari serangan hama/penyakit, membuang tanaman padi yang dapat menyiangi penyerapan unsur hara, dan menggemburkan tanah di sekitar tanaman. Penyiangan (ngarambet) pada umumnya dilakukan dua kali, akan tetapi sejak pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan mesin traktor, penyiangan hanya dilakukan satu kali. Adapun ketika tidak ada rumput di sekitar tanaman yang harus disiangi, maka upaya yang dilakukan untuk menggemburkan tanah di sekitar padi dilakukan dengan cara petani mengacak-ngacak tanah (ngacak) atau jalan di sekitar padi dengan menjejalkan sisa rumput ke dalam tanah (ngaluluh). Penyiangan dan penyulaman pada umumnya dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Akan tetapi, apabila dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga, penyiangan dan penyulaman juga dilakukan oleh pria Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Aktivitas pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan penyemprotan yang dilakukan petani responden disesuaikan dengan kondisi hama yang menyerang lahan pertanian. Obat cair yang umum digunakan oleh petani responden adalah hopcin, hamador, matador, rusban dan reagon. Selain itu juga biasanya digunakan obat padat yaitu furadan untuk memberantas hama pengganggu padi. Frekuensi penyemprotan disesuaikan dengan tingkat kerusakan yang dialami tanaman padi. Adapun penggunaan obat padat dilakukan dengan mencampurkan obat padat dengan pupuk. Penggunaan obat padat ini biasanya dilakukan pada pemupukan pertama. 64

18 Aktivitas pengendalian hama tikus dilakukan dengan cara membersihkan rumput sekitar pematang, dan tanaman padi ataupun tempat yang memungkinkan tikus bersembunyi. Istilah yang digunakan oleh petani setempat adalah nyacaran. Aktivitas nyacaran biasanya dilakukan setelah pemupukan yang kedua kali yaitu ketika padi berumur sekitar 1,5 bulan sampai dengan 2 bulan Pemanenan Tahapan panen dilakukan ketika padi sudah berumur sekitar hari. Pada umumnya pemanenan dilakukan oleh buruh tani yang dilakukan secara berkelompok (join) ataupun secara bergerombol (gacong). Pemanenan secara join biasanya dilakukan oleh buruh tani pria, sedangkan pemanenan secara bergerombol dilakukan oleh wanita. Hasil panen dalam bentuk gabah basah (GB) kemudian ditimbang, setelah itu 10 persen dari hasil panen tersebut diberikan pada buruh yang melakukan pemanenan. Upah untuk buruh panen ada yang dalam bentuk GB maupun uang tunai, namun pada umumnya adalah GB. 65

VI KERAGAAN PENYALURAN DANA PUAP

VI KERAGAAN PENYALURAN DANA PUAP VI KERAGAAN PENYALURAN DANA PUAP 6.1. Keragaan Penyaluran Dana PUAP Lembaga Keuangan Mikro Agrbisnis Syariah Subur Rejeki (LKMA-S Subur Rejeki) dalam pengelolaan dana BLM-PUAP memiliki fungsi dasar seperti

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Wilayah Desa Penelitian PUAP

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Wilayah Desa Penelitian PUAP V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Wilayah Desa Penelitian PUAP Desa Purwasari merupakan desa yang terletak di Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Secara administratif, desa ini berbatasan dengan Desa Petir

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

VI. PENGARUH PROGRAM PUAP TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI

VI. PENGARUH PROGRAM PUAP TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI VI. PENGARUH PROGRAM PUAP TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI 6.1 Karakteristik Petani Responden Gapoktan Rukun Makmur Sejak diresmikan pada Juni 2008 Gapoktan Rukun Makmur oleh Tim PUAP Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, kedua desa tersebut merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAAN DAN PENGARUH PENYALURAN DANA PUAP PADA GAPOKTAN SUBUR REJEKI DENGAN PENGELOLAAN DANA BERBASIS SYARIAH

ANALISIS KERAGAAN DAN PENGARUH PENYALURAN DANA PUAP PADA GAPOKTAN SUBUR REJEKI DENGAN PENGELOLAAN DANA BERBASIS SYARIAH ANALISIS KERAGAAN DAN PENGARUH PENYALURAN DANA PUAP PADA GAPOKTAN SUBUR REJEKI DENGAN PENGELOLAAN DANA BERBASIS SYARIAH SKRIPSI FUJI LASMINI H34062960 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Desa Cipelang Desa Cipelang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, desa ini memiliki luas daerah

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga Terdiri dari 9 Desa yaitu

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Gambaran umum desa penelitian diperoleh dari monografi desa, meliputi letak geografis dan topografis desa, luas lahan dan tata guna tanah, keadaan

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Garut. Desa Jatiwangi memiliki empat dusun (Ciakar, Pasir Kaliki, Halimun, dan

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Garut. Desa Jatiwangi memiliki empat dusun (Ciakar, Pasir Kaliki, Halimun, dan 31 BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak dan Kondisi Geografis Desa Jatiwangi terletak di wilayah Kecamatan Pakenjeng Kabupaten Garut. Desa Jatiwangi memiliki empat dusun (Ciakar, Pasir Kaliki,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa)

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) LAMPIRAN 201 Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun 2009-2025 Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) Total Konsumsi (000 ton) 2009 2010 2011

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Wilayah Penelitian dilakukan di Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur yaitu di Desa Pakusari Kecamatan Pakusari. Desa Pakusari memiliki lima Dusun yaitu Dusun

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam. Petunjuk Pengisian : Lingkari dan isi sesuai dengan kegiatan yang dilakukan PENCATATAN ATAS DASAR SOP DAN GAP A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. Pencatatan dan Dokumentasi pada : Buku Kerja Jahe PENILAIAN ATAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat. Dalam rangka mensejahterakan hidup masyarakat di Desa Pagerwojo yang

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan tingginya tingkat kemiskinanberhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Menurut Nasution (2008), beberapa masalah pertanian yangdimaksud

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana V. HASIL DANPEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini yaitu petani penangkar benih padi yang bermitra dengan UPT Balai Benih Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Deskripsi Umum Wilayah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Secara Geografis Wilayah Kecamatan Dungaliyo, merupakan salah satu Wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo, yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI 5.1. Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur Penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 berjumlah 2.168.514 jiwa yang terdiri atas 1.120.550 laki-laki

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian

Lebih terperinci

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 73 VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupatan Gorontalo. Sesuai dengan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian adalah sebuah proses perubahan sosial yang terencana di bidang pertanian. Pembangunan pertanian tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Tongkol Dalam menyalurkan KUR kepada debitur, ada beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,

Lebih terperinci

VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN

VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN 6.1. Perkembangan Program PUAP Program PUAP berlangsung pada tahun 2008 Kabupaten Cianjur mendapatkan dana PUAP untuk 41 Gapoktan, sedangkan yang mendapatkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Kawasan Agropolitan Cianjur Agropolitan (agro = pertanian; politan = kota) adalah suatu konsep kota pertanian yang diharapkan mampu memacu berkembangnya sistem dan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PENGUPAHAN PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WOANOAYU KABUPATEN SIDOARJO. 1. Keadaan Geografis Desa Sumberrejo

BAB III DESKRIPSI PENGUPAHAN PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WOANOAYU KABUPATEN SIDOARJO. 1. Keadaan Geografis Desa Sumberrejo BAB III DESKRIPSI PENGUPAHAN PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WOANOAYU KABUPATEN SIDOARJO A. Deskripsi Tentang Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian tersebut, meliputi beberapa bagian,

Lebih terperinci

VII. KERAGAAN DAN POLA DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN

VII. KERAGAAN DAN POLA DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN VII. KERAGAAN DAN POLA DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN Pola penguasaan lahan pertanian menggambarkan keadaan pemilikan dan pengusahaan faktor produksi utama dalam produksi pertanian. Keadaan pemilikan lahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui 5 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Identitas Petani Dalam penelitian ini yang menjadi petani diambil sebanyak 6 KK yang mengusahakan padi sawah sebagai sumber mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN Gambaran Umum KSP Kasih Sentosa Kota Surakarta. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kasih Sentosa kota Surakarta di

BAB III PEMBAHASAN Gambaran Umum KSP Kasih Sentosa Kota Surakarta. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kasih Sentosa kota Surakarta di BAB III PEMBAHASAN 3.1. Gambaran Umum KSP Kasih Sentosa Kota Surakarta Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kasih Sentosa kota Surakarta di dirikan pada 11 Desember 2006. KSP memiliki badan hukum 188.4/360/BH/112006.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BTM WIRADESA. A. Latar belakang berdirinya BTM Wiradesa. Muhammadiyah Wiradesa untuk memiliki sumber-sumber pendanaan

BAB III GAMBARAN UMUM BTM WIRADESA. A. Latar belakang berdirinya BTM Wiradesa. Muhammadiyah Wiradesa untuk memiliki sumber-sumber pendanaan BAB III GAMBARAN UMUM BTM WIRADESA A. Latar belakang berdirinya BTM Wiradesa Berdirinya BTM Wiradesa yang beralamat Jl. Mayjend. S. Parman No.183 Wiradesa Pekalongan, berawal dari keinginan Pimpinan Cabang

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN Singgih Kusuma Wardani / 20110220024 Francy Risvansuna

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH. mempunyai luas wilayah sebesar Ha. Secara administratif Kecamatan

GAMBARAN UMUM DAERAH. mempunyai luas wilayah sebesar Ha. Secara administratif Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH A. Keadaan Alam Kecamatan Pandak merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Pandak mempunyai luas wilayah

Lebih terperinci

FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS

FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS TIM PENYUSUN: SETIYO BUDI PURWANTO, SST JAJA SUDIRJA BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BALAI USAHA MANDIRI TERPADU (BMT) KUBE SEJAHTERA

BAB III PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BALAI USAHA MANDIRI TERPADU (BMT) KUBE SEJAHTERA BAB III PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BALAI USAHA MANDIRI TERPADU (BMT) KUBE SEJAHTERA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya BMT KUBE Sejahtera Krian

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KJKS CEMERLANG. Kendal yang produktif. Produktifitas ini bisa dilihat dari keberadaan

BAB III GAMBARAN UMUM KJKS CEMERLANG. Kendal yang produktif. Produktifitas ini bisa dilihat dari keberadaan BAB III GAMBARAN UMUM KJKS CEMERLANG A. Sejarah KJKS Cemerlang Weleri Kendal Kecamatan Weleri adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Kendal yang produktif. Produktifitas ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci