V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat."

Transkripsi

1 V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, kedua desa tersebut merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Potensi pertanian kedua desa cukup besar, hal ini dapat dilihat dari luas sawah yang mereka usahakan untuk usahatani padi dan menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat. Gambar 2. Peta Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Bogor Gambaran umum Desa Ciburuy dan Desa Cisalada akan dijelaskan meliputi topografi, kependudukan, mata pencaharian masyarakat dan fasilitasfasilitas penunjang kegiatan masyarakat. Gambaran umum lokasi penelitian di dua desa tersebut adalah sebagai berikut: Gambaran Umum Desa Ciburuy Desa Ciburuy merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Cigombong dengan luas wilayah sebesar 200,67 ha. Batas wilayah Desa Ciburuy yaitu sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciadeg, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cigombong, sebelah timur 35

2 berbatasan dengan Desa Srogol, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cisalada. Desa Ciburuy merupakan wilayah yang termasuk dataran rendah, berbukit-bukit dan terletak di daerah bantaran sungai. Tingkat kemiringan tanah di desa Ciburuy yaitu 16 derajat. Tabel berikut menjelaskan luas wilayah menurut penggunaannya: Tabel 7. Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Ciburuy Tahun 2010 Peruntukan Lahan Luas wilayah (ha) Luas permukiman 50 Luas persawahan 75 Luas kuburan 0,08 Luas taman 0,03 Perkantoran 0,06 Luas prasarana umum lainnya Tanah kering 0,05 55,7 Tanah perkebunan negara 13 Tanah fasilitas umum 6,75 Total luas 200,67 Sumber: Monografi Desa Ciburuy, 2010 Jumlah penduduk Desa Ciburuy secara keseluruhan yaitu berjumlah jiwa. Penduduk di desa ini didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah jiwa (51,25 %) sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu jiwa (48,75 %) dari total penduduk. Jumlah kepala keluarga di Desa Ciburuy yaitu kepala keluarga dengan kepadatan penduduk 75,03 per km. Penduduk di wilayah ini yang memiliki mata pencaharian pada sektor pertanian berjumlah total 415 jiwa yang terdiri dari 135 jiwa petani dan 280 jiwa sebagai buruh tani. Mayoritas mata pencaharian penduduk yaitu sebagai karyawan perusahaan swasta sebanyak 550 jiwa. Karyawan perusahaan pemerintah berjumlah berjumlah 48 jiwa, pegawai negeri sipil berjumlah 35 jiwa, peternak 36

3 sebanyak 47 jiwa dan sisanya sebagai pengrajin, pedagang, pensiunan, TNI, Polri, pertukangan, bidan dan dokter. Fasilitas dibangun untuk menunjang kegiatan masyarakat desa. Adapun salah satu fasilitas yang terdapat dalam desa ini yaitu ruang terbuka publik yang terdiri dari taman bermain seluas m 2, taman desa seluas m 2, taman kas desa seluas m 2. Prasarana kesehatan terdiri dari puskesmas pembantu sebanyak satu unit, poliklinik sebanyak empat unit, posyandu sebanyak 10 unit, rumah bersalin sebanyak sebanyak dua unit dan balai kesehatan ibu dan anak sebanyak satu unit. Prasarana terpenting di Desa Ciburuy yaitu sarana pendidikan yang terdiri dari gedung SLTA sebanyak dua buah, gedung SLTP sebanyak empat buah, gedung SD sebanyak delapan buah, gedung TK sebanyak tiga buah dengan status lahan sewa dan jumlah lembaga pendidikan agama sebanyak tujuh buah, dua buah sewa dan yang lainnya dalam status milik. Selain itu dalam desa ini juga terdapat sarana dan prasarana wisata, olahraga serta kebersihan Gambaran Umum Desa Cisalada Desa Cisalada merupakan desa yang terletak di Kecamatan Cigombong dan memiliki luas wilayah sebesar 168,75 ha. Adapun batas wilayah desa ini yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Pasir Jaya, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tugu Jaya, sebelah barat berbatasan dengan Desa Pasir Jaya, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciburuy. Wilayah administratif Desa Cisalada terdiri dari empat dusun, 10 rukun warga dan 26 rukun tetangga. Tabel luas wilayah menurut penggunaan dapat dilihat di bawah ini: 37

4 Tabel 8. Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Cisalada Tahun 2010 Peruntukan Lahan Luas wilayah (ha) Luas permukiman 32,25 Luas persawahan 105 Luas kuburan 5 Luas perkarangan 2,5 Perkantoran 0,25 Luas prasarana umum lainnya 15,25 Tanah fasilitas umum 8,5 Total luas 168,75 Sumber: Monografi Desa Cisalada, 2010 Jumlah penduduk Desa Cisalada secara keseluruhan berjumlah jiwa, dengan penduduk terbanyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak jiwa atau sekitar 51,09 % dari total penduduk, sedangkan penduduk berjenis kelamin perempuan berjumlah jiwa atau sekitar 48,91 % dari total penduduk Desa Cisalada. Mayoritas agama penduduk Desa Cisalada beragama islam, hanya dua jiwa penduduk yang berkeyakinan lain yaitu menganut agama protestan. Terdapat tiga jiwa yang berwarga negara asing, sedangkan sisanya yaitu jiwa penduduk berwarga negara Indonesia. Jumlah penduduk yang produktif yaitu jiwa, rata-rata kepadatan penduduk yaitu 300 jiwa/km 2 dan rata-rata penyebaran penduduk yaitu 500 jiwa/km 2. Tingkat pendidikan penduduk Desa Cisalada bervariasi yaitu mulai dari tingkat SD hingga S3, pada desa ini juga masih terdapat penduduk yang buta huruf. Tingkat pendidikan akhir penduduk didominasi oleh tamatan sekolah dasar yaitu berjumlah jiwa atau sekitar 45,99 %. Pada Desa Cisalada terdapat penduduk dengan lulusan sarjana, yaitu 98 jiwa (1,42 %) lulusan S1, tiga jiwa (0,04 %) penduduk lulusan S2, dan satu jiwa (0,01 %) penduduk lulusan S3. Penduduk yang berpendidikan akhir diploma berjumlah 389 jiwa yaitu lulusan D1 sebanyak 163 jiwa (2,37 %), lulusan D2 sebanyak 139 jiwa (2,02 %) dan lulusan 38

5 D3 sebanyak 87 jiwa (1,26 %). Keterangan selengkapnya mengenai kategori penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Cisalada Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Buta huruf 116 1,68 Belum sekolah 587 8,52 Tidak tamat SD 102 1,48 Tamat SD ,99 Tamat SLTP ,15 Tamat SMU ,05 Tamat D ,37 Tamat D ,02 Tamat D3 87 1,26 Tamat S1 98 1,42 Tamat S2 3 0,04 Tamat S3 1 0,01 Jumlah Sumber: Monografi Desa Cisalada, 2010 Mata pencaharian penduduk Desa Cisalada didominasi pada sektor pertanian, jumah penduduk yang bekerja sebagai petani yaitu sebanyak jiwa (60,17 %) yang terdiri dari jiwa petani pemilik, 285 jiwa petani penggarap, dan jiwa buruh tani. Mayoritas mata pencaharian penduduk berikutnya yaitu buruh sejumlah (21,81 %). Pekerjaan pada sektor tersebut sering menjadi pemicu kelangkaan generasi penerus pertanian karena kebanyakan remaja lebih memilih bekerja di pabrik-pabrik sebagai buruh daripada menjalani aktivitas sebagai petani. Sektor pertanian akan semakin sulit untuk mencari tenaga kerja di masa yang akan datang jika masalah ini tidak diperhatikan. Jenis mata pencaharian penduduk lainnya dapat dilihat pada tabel berikut: 39

6 Tabel 10. Penduduk Menurut Pekerjaan Desa Cisalada Tahun 2010 Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase(%) Petani ,17 Pengusaha kecil menengah 47 0,82 Pengrajin 3 0,05 Buruh ,81 Bengkel/pencucian mobil dan motor 7 0,12 Penjahit 8 0,14 Pedagang 161 2,79 Pengemudi 36 0,63 Tukang ojek 315 5,47 Pertukangan 284 4,94 Pegawai negeri 144 2,50 Dokter 2 0,03 Bidan 1 0,02 Dukun 6 0,10 TNI/POLRI 9 0,16 Pensiunan TNI/POLRI/PNS 13 0,23 Anggota DPRD Kabupaten 1 0,02 Jumlah Sumber: Monografi Desa Cisalada, 2010 Fasilitas yang terdapat dalam Desa Cisalada terdiri dari beberapa sarana dan dibangun untuk memudahkan penduduk menjalani aktivitas keseharian mereka. Sarana terpenting dalam Desa Cisalada yaitu sarana pendidikan yang merupakan tempat penduduk usia pelajar untuk menuntut ilmu. Pertanian di Desa Cisalada ini didukung oleh keberadaan dua buah prasarana irigasi. Sarana lainnya yang terdapat di Desa Cisalada yaitu sarana keagamaan, sarana wilayah, sarana perekonomian, sarana perhubungan, sarana air bersih, sarana kesehatan dan sarana aparatur desa Gambaran Umum Budidaya Padi Semi Organik dan Anorganik Pada dasarnya budidaya tanaman padi dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu antara lain: persiapan benih dan persemaian, persiapan lahan, penanaman, perawatan dan pemeliharaan, serta pemanenan. Budidaya padi semi organik membutuhkan tambahan pupuk kompos untuk meningkatkan tingkat kesuburan 40

7 lahan. Pengurangan dosis pemakaian pupuk kimia dilakukan secara bertahap, hal itu dilakukan untuk menghilangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dalam melakukan kegiatan usahatani mereka. Pemakaian pestisida kimia pada lahan pertanian padi semi organik sudah tidak diperkenankan lagi. Petani yang tergabung dalam keanggotaan Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy diharuskan mematuhi aturan yang terdapat dalam SOP gapoktan seperti jenis varietas dan jumlah benih yang akan ditanam, cara pembuatan dan pemakaian pupuk organik serta pestisida nabati, aturan tanam, pemakaian pupuk kimia, serta penjualan dan pembinaan petani oleh Lembaga Pertanian Sehat, Dinas Pertanian dan Gapoktan itu sendiri. Adapun proses budidaya pada kedua usahatani baik semi organik maupun anorganik akan diuraikan sebagai berikut: 1. Persiapan Benih dan Persemaian Pemilihan jenis varietas yang akan digunakan pada kedua usahatani padi sangat diperhatikan. Pertimbangannya yaitu memilih varietas atas dasar ketahanan benih terhadap serangan hama dan penyakit tanaman padi. Varietas yang digunakan biasanya telah diuji mutu dan produksinya dari pemerintah. Mayoritas petani menggunakan benih berlabel biru yang tahan terahadap penyakit tungro, contohnya yaitu Ciherang, Bondoyudo, Situbagendit dan Inpari. Benih yang dipilih yang bersifat bernas, pemilihannya dengan menggunakan bahan desinfektan (larutan garam atau abu dapur). Benih yang ada direndam dalam larutan garam atau abu dan dilanjutkan proses pemeraman, dengan dosis setiap satu liter air harus dicampur dengan satu sendok garam atau tiga sendok abu. Benih yang dipilih adalah benih yang tenggelam. Setelah hal tersebut dilakukan maka perendaman dilakukan lagi dengan menggunakan air bersih. Perlakuan 41

8 tersebut bertujuan menekan penyakit dan merangsang pengecambahan benih secara merata pada tanaman padi. Setelah benih yang bernas telah terpilih, langkah selanjutnya yaitu membuat lahan persemaian. Gambar 3. Lahan Persemaian Benih Padi Beberapa petani juga menyediakan benih sendiri dengan cara memilih benih yang bernas dari lahan pertanian mereka, hal ini dapat menghemat pengeluaran biaya produksi pertanian. Lahan yang dipilih untuk persemaian merupakan lahan yang aman dan mudah pemeliharaannya. Bibit yang akan ditanam merupakan bibit yang telah berumur hari dan telah siap ditanam pada lahan yang telah melalui proses pengolahan lahan. Petani semi organik menambahkan pupuk kompos untuk melengkapi proses pembibitan benih padi. Tabel 11. Perbandingan Penggunaan Benih pada Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap No Usahatani Padi Jumlah Benih (kg/ha) 1. Semi Organik 40,86 2. Anorganik 49,79 Sumber : Data primer, 2011 Jumlah benih yang digunakan pada usahatani padi anorganik lebih besar yaitu sejumlah 49,79 kg/ha dibandingkan usahatani padi semi organik yang hanya berkisar 40,84 kg/ha, maka dalam usahatani padi semi organik terjadi penghematan penggunaan benih. 42

9 2. Pengolahan Lahan Tujuan pengolahan lahan pada dasarnya agar gulma yang ada bisa mati dan membusuk, menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi tanah, memudahkan pengaturan air dan mengatur jarak tanam. Pengolahan lahan dibagi menjadi beberapa tahapan, diantaranya yaitu: - Mopokan (perbaikan pematang), yaitu melakukan pembongkaran pematang sampai dasar lahan dengan menggunakan cangkul, kemudian dilakukan penimbunan kembali dengan tanah yang sudah diolah sehingga pematang kembali rapi. Hal tersebut mencegah kebocoran saluran air dan menutup lubang hama yang ada. - Ngongkolongan, yaitu mencangkul batas petakan yang berbatasan dengan petakan sebelah atas, posisi mencangkul membujur dengan petakan tanah dicangkul dan dipindahkan ke bagian tengah petakan. Hal tersebut dilakukan agar kegiatan membajak lebih mudah dilakukan. - Bajak, yaitu melakukan pembajakan sawah yang biasa dilakukan dengan bantuan traktor atau kerbau. Hal ini tergantung dimana posisi lahan petani, jika lahannya mudah dijangkau oleh traktor maka petani biasanya melakukan proses pembajakan ini dengan bantuan alat tersebut. Jika sulit dijangkau maka alternatif bantuannya yaitu menggunakan bantuan kerbau. Bajak akan mempercepat proses pembusukan sisa tanaman. - Nampingan dan mengaru, yaitu melakukan perapian pada pematang bagian dalam petakan untuk memperluas areal tanam, serta melakukan penghalusan tanah olahan agar sistem perakaran sempurna dan kedap air. - Nguyab, yaitu melakukan pembersihan sisa tanaman dan dibenamkan. 43

10 - Nyorongan, yaitu melakukan perataan permukaan sawah agar sistem pengairan usahatani merata. Prosesnya dengan menggunakan bantuan alat pertanian berupa sorongan. - Pembuatan drainase, yaitu membuat parit pengaturan air dalam petakan agar memudahkan proses pengaturan air. Tahapan pengolahan tanah diatas diperoleh dari informasi standar operasional prosedur budidaya padi sehat (semi organik) pada Gapoktan Desa Ciburuy. Pada dasarnya pengolahan lahan pada budidaya padi anorganik hampir sama dengan tahapan proses pengolahan lahan padi semi organik ini, perbedaannya hanya terletak pada pemberian pupuk kompos yang diberikan dengan dosis kurang lebih dua ton/ha, dan petani semi organik biasanya juga melakukan penyebaran jerami sebelum pengolahan lahan yang nantinya akan mengalami proses pembusukan dengan sendirinya di lahan. Gambar 4. Tahapan Proses Pengolahan Tanah yaitu Mengatur Jarak Tanam (Kiri) dan Perataan Permukaan Sawah atau Nyorongan (Kanan) 3. Penanaman Bibit yang akan ditanam dalam proses ini berumur sekitar hari. Langkah awal yang dilakukan adalah menyaplak, dengan bantuan alat yang disebut garokan. Jarak tanam pada usahatani semi organik umumnya berkisar antara 12,5 cm setiap tanaman dalam barisan, 25 cm antar tanaman di lain barisan 44

11 dan 50 cm pada setiap kelompok barisan. Sistem tanam seperti itu disebut legowo yang manfaatnya antara lain yaitu memudahkan dan mengefisienkan penggunaan pupuk pada lahan, serta mendapatkan jumlah anakan yang lebih banyak pada tanaman padi. Penggunaan sistem tanam dengan teknik legowo mulai di adopsi oleh petani anorganik, walaupun masih sangat sedikit petani anorganik yang mengunakan cara tanam ini. Bibit yang telah disemai sebelumnya akan dipindah tanamkan pada lahan yang telah melalui proses pengolahan lahan. Bibit padi ditanam secara dangkal dan tunggal pada setiap titik temu garis caplak. Jumlah bibit yang ditanam pada usahatani semi organik mayoritasnya berkisar antara dua hingga tiga rumpun, sedangkan usahatani anorganik umumnya berkisar antara tiga hingga lima rumpun padi. Gambar 5. Sistem Tanam Acak Usahatani Padi Anorganik (Kiri) dan Sistem Tanam Legowo Usahatani Padi Semi Organik (Kanan) 4. Perawatan dan Pemeliharaan Proses perawatan dan pemeliharaan tanaman padi terdiri dari penyiangan dan penyulaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, babad pematang dan pengaturan air atau irigasi. - Penyiangan dan penyulaman, yaitu menyiangi rumput pengganggu disekitar tanaman padi, kemudian rumput tersebut dibenamkan kedalam tanah yang ada diantara barisan tanaman. Keadaan air pada saat penyiangan dalam 45

12 keadaan macak-macak dan saluran air dalam petakan sawah juga ditutup. Hal ini dilakukan untuk menekan pertumbuhan gulma, laju kompetisi pemanfaatan unsur hara tanaman, penyinaran matahari yang merata pada tanaman padi. Penyulaman merupakan penanaman kembali bibit dalam barisan tanaman yang hilang agar populasi tanaman tetap optimal. Adapun pada usahatani semi organik proses penyiangan dan penyulaman biasanya dilakukan dua kali yaitu saat padi berumur HST dan HST. - Pemupukan tanaman padi pada usahatani semi organik dilakukan sebanyak tiga kali. Pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan pupuk kompos, dosisnya kurang lebih dua ton/ha. Petani menyediakan pupuk kompos dengan cara membelinya dari toko pertanian atau koperasi, atau petani juga bisa memproduksinya sendiri dengan menggunakan limbah peternakan dan pertanian yang melimpah di daerah pertanian mereka. Pemupukan selanjutnya yaitu dengan memberikan tunjangan unsur hara yang diperoleh dari kombinasi pemakaian pupuk kimia seperti TSP, Urea, NPK, KCL dan Ponska. Biasanya petani mengkombinasikan dua hingga tiga jenis pupuk tersebut atau hanya menggunakan pupuk NPK saja, hal itu tergantung kebutuhan dan kebiasaan petani dalam menjalani usahataninya. Pemupukan susulan pertama dilakukan pada saat umur padi sekitar HST. Pemupukan susulan kedua dilakukan pada umur HST atau pada waktu yang disebut masa pramoria (umur varietas padi dikurangi 65 hari). Pada usahatani anorganik pemupukan hanya dilakukan dua kali dengan menggunakan pupuk kimia saja, dosisnya lebih banyak dibandingkan dengan 46

13 usahatani semi organik. Adapun jumlah pemakaian pupuk kimia petani penggarap pada kedua usahatani dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 12. Perbandingan Penggunaan Rata-Rata Pupuk Kimia pada Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap No. Jenis Pupuk Usahatani Padi Semi Organik (Kg/Ha) Usahatani Padi Anorganik (Kg/Ha) 1 TSP 75,79 194,13 2 Urea 99,64 253,57 3 Ponska 0 25 Sumber : Data primer, 2011 Berdasarkan tabel di atas maka dapat terlihat penggunaan pupuk kimia pada usahatani padi semi organik lebih sedikit dibandingkan anorganik. Hal tersebut dikarenakan usahatani padi semi organik telah melakukan pengurangan penggunaan pupuk kimia pada usahataninya. - Pengendalian hama dan penyakit pada usahatani semi organik meliputi empat kultur yaitu: kultur teknis merupakan pengendalian hama dan penyakit dengan cara perbaikan teknis dalam melakukan usahatani, seperti bertanam dengan teknik legowo. Hal tersebut memiliki banyak manfaat diantaranya mengefisienkan pemberian pupuk saat pemupukan, memudahkan petani melakukan kontrol tanpa menginjak-injak tanaman padi mereka, pergerakan hama seperti tikus dapat terlihat sehingga menciptakan lingkungan yang tidak cocok untuk perkembangan OPT (Organisme Pengganggu tanaman). Kultur yang kedua yaitu kultur mekanis, merupakan pengendalian hama dengan menggunanakan agency hayati. Kultur selanjutnya adalah kultur biologis, yaitu contohnya dengan menggunakan varietas padi yang tahan penyakit tungro. Terakhir yaitu kultur kimia dengan pestisida nabati, baik yang dibeli dari toko pertanian atau Koperasi, ataupun petani bisa membuatnya sendiri 47

14 dengan bahan alami yang bisa didapat dari alam seperti daun picung, daun mimba, kacang babi, daun tuba dan lain sebagainya. Hal ini berbeda dengan cara pengendalian hama yang dilakukan petani anorganik. Mereka cenderung memanfaatkan pestisida kimia seperti Decis, Furadan, Dusban, dan lainnya. Pada dasarnya pengendalian hama dan penyakit secara alami lebih diperkenankan karena tidak menimbulkan dampak negatif pada penggunaannya. - Babad pematang merupakan kegiatan pembersihan rumput yang terdapat di pinggir petakan sawah. Biasanya dilakukan bersamaan pada setiap penyiangan yaitu dua kali setiap satu musim tanam. - Pada dasarnya pengairan yang dilakukan kedua usahatani adalah sama. Tanaman padi membutuhkan pengaturan air pada saat tanam, penyiangan, pemupukan dan panen. Pada saat tanam, air tergenang di saluran tengah dan pinggir petakan. Kegiatan penyiangan dan pemupukan mengharuskan pengeringan air atau kondisi air dalam keadaan macak-macak, saluran masuk keluarnya air harus ditutup. Kapasitas air sebaiknya diperbanyak pada saat tanaman padi sedang dalam masa bunting. Terakhir yaitu panen, air diusahakan dalam keadaan kering terhitung dari masa 20 hari sebelum panen. 5. Pemanenan Pemanenan padi pada kedua usahatani dapat dilakukan sebanyak lima kali setiap dua tahun. Pemanenan dilakukan pada waktu yang tepat sesuai dengan umur masing-masing varietas beras agar kualitas beras yang dihasilkan baik. Panen dilakukan setelah padi menguning 90 persen. Biasanya menggunakan alat perontok dengan alas yang lebar agar gabah tidak berserakan dan menggunakan 48

15 karung yang baik agar tidak bocor saat memasukkan gabah hasil panen. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi resiko kerugian saat panen, diakibatkan dari berat gabah yang berkurang karena terbuang saat proses ini dilakukan. Pada petani semi organik, penjemuran gabah hingga prosesnya menjadi padi dilakukan oleh Koperasi, bahkan proses packaging juga dilakukan dengan baik oleh Koperasi yang dikelola di Desa Ciburuy ini. Adapun produksi, produktivitas dan harga jual rata-rata yang dihasilkan kedua usahatani yaitu: Tabel 13. Perbandingan Produksi, Produktivitas dan Harga Jual Rata-Rata pada Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap Usahatani Padi Produksi (kg) Produktivitas (kg/ha) Harga Output Rata-Rata (Rp) Semi Organik 2313, , ,29 Anorganik 1876, , Sumber : Data primer, 2011 Jumlah produksi atau produktivitas usahatani padi semi organik lebih tinggi dari anorganik. Nilai harga jual output pada usahatani padi semi organik juga sedikit lebih besar dari anorganik. Kedua hal tersebut nantinya akan mempengaruhi tingkat penerimaan usahatani padi ini Karakteristik responden Karakteristik responden akan dijelaskan menurut usahatani yang mereka usahakan yaitu usahatani padi semi organik dan anorganik. Jumlah keseluruhan responden yaitu 30 orang, yang terdiri dari 15 orang petani padi semi organik dan 15 orang petani anorganik. Karakteristik umum responden dijelaskan dari beberapa karakteristik yaitu: jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan yang digunakan untuk kegiatan usahataninya, luas lahan yang diusahakan, jumlah tanggungan keluarga dan lama pengalaman usahatani. 49

16 Jenis Kelamin dan Usia Responden petani padi semi organik dalam penelitian ini berasal dari Desa Ciburuy. Jumlah keseluruhan petani padi semi organik yaitu 15 responden. Responden didominasi oleh petani berjenis kelamin laki-laki yaitu 14 responden (93,33 %) dan perempuan sejumlah satu responden (6,67 %). Responden memiliki tingkat usia bervariasi, usia termuda responden yaitu 30 tahun dan usia tertua responden yaitu 64 tahun. Tingkat umur responden didominasi oleh petani yang memiliki rentang umur antara tahun yaitu sejumlah 9 responden (60 %). Akibat keterbatasan jumlah petani padi anorganik di Desa tersebut maka pengambilan responden petani padi anorganik dilakukan pada Desa Cisalada, desa ini dipilih karena lokasi yang berdekatan dengan Desa Ciburuy sehingga memiliki karakteristik yang hampir sama dan mayoritas petani yang masih menerapkan sistem usahatani anorganik. Jumlah responden petani padi anorganik yaitu 15 orang, enam responden (40 %) dari Desa Ciburuy dan sembilan responden (60 %) berasal dari Desa Cisalada. Keseluruhan responden petani padi anorganik berjenis kelamin laki-laki. Usia termuda petani padi anorganik yaitu 40 tahun dan usia tertua yaitu 80 tahun. Usia mayoritas responden petani padi anorganik yaitu berkisar antara tahun berjumlah delapan responden (53,33 %). Tabel 14. Responden Berdasarkan Tingkat Usia Rentang Umur Usahatani Padi Semi Organik Usahatani Padi Anorganik (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) , , , , , ,33 Jumlah Sumber: Data Primer,

17 Tingkat Pendidikan, Status Kepemilikan dan Luas Lahan Tingkat pendidikan responden dibedakan menjadi empat kategori. Tingkat pendidikan responden petani padi semi organik cukup beragam, secara umum responden petani semi organik lulusan sekolah dasar yaitu sebanyak 10 responden (66,67 %). Mayoritas responden petani padi anorganik juga masih berpendidikan rendah, jumlah petani yang memiliki tingkat pendidikan akhir sekolah dasar sama seperti petani semi organik yaitu berjumlah 10 responden (66,67 %). Responden berdasarkan tingkat pendidikan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 15. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Usahatani Padi Semi Organik Usahatani Padi Anorganik Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Tidak Sekolah ,33 Tidak tamat SD 2 13, SD 10 66, ,67 SLTP Jumlah Sumber: Data Primer, 2011 Seluruh petani yang diambil sebagai responden adalah petani penggarap, petani tersebut harus membagi hasil panen padi sawahnya kepada pemilik lahan, besarnya jumlah bagi hasil tersebut mayoritasnya berkisar yaitu antara % atau 60 % petani dan 40 % pemilik lahan. Akibat pembagian hasil ini maka secara umum pendapatan petani penggarap di kedua desa menjadi kecil pada setiap musim tanamnya. Luas lahan yang diusahakan responden pada umumnya masih dalam skala yang kecil. Mayoritas luas lahan yang diusahakan kedua petani padi semi organik yaitu sejumlah 7 responden (46,67 %) pada luas lahan < 0,3 hektar dan rentang 0,3-0,6 hektar. Mayoritas petani padi anorganik menjalani usahataninya pada 51

18 rentang 0,3-0,6 hektar yaitu sejumlah 8 responden (53,33 %). Luas lahan yang diusahakan petani selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 16. Luas Lahan yang Diusahakan Responden Rentang Luas Lahan Usahatani Padi Semi Organik Usahatani Padi Anorganik (ha) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) < 0,3 7 46, ,33 0,3-0,6 7 46, ,33 > 0,6 1 6, ,33 Jumlah Sumber: Data Primer, Jumlah Tanggungan Keluarga Setiap responden menanggung penghidupan beberapa anggota keluarganya. Mayoritas jumlah tanggungan keluarga dari responden petani padi semi organik yaitu antara 5-7 jiwa yaitu tujuh responden (46,67 %). Anggota keluarga yang menjadi tanggungan petani biasanya terdiri dari keluarga inti dan tambahan yang menetap di rumah responden. Jumlah tanggungan yang dimiliki responden petani padi anorganik mayoritas berada pada rentang jumlah 2-4 jiwa tanggungan keluarga yaitu 10 responden (66,67 %). Jumlah tanggungan keluarga responden selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 17. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Rentang Tanggungan Usahatani Padi Semi Organik Usahatani Padi Anorganik Keluarga (Jiwa) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) , , , ,67 1 6, , Jumlah Sumber: Data Primer,

19 Pengalaman Usahatani Padi Petani padi semi organik pada dasarnya telah cukup lama menekuni kegiatan pertaniannya. Namun, sebelumnya responden hanya menerapkan kegiatan pertanian anorganik pada lahan yang mereka usahakan. Kerjasama dengan Lembaga Pertanian Sehat membawa mereka kepada keputusan untuk mulai menerapkan sistem pertanian semi organik ini. Adapun pengalaman usahatani responden akan dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel 18. Responden Berdasarkan Pengalaman Melakukan Usahatani Padi Pengalaman Usahatani (tahun) Usahatani Padi Semi Organik Usahatani Padi Anorganik Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) , , , , ,33 Jumlah Sumber: Data Primer, 2011 Mayoritas pengalaman usahatani responden kedua usahatani petani berkisar antara tiga hingga 16 tahun yaitu sejumlah sembilan responden (60 %) pada usahatani padi semi organik, sedangkan usahatani padi anorganik yaitu sebanyak delapan responden (53,33 %). Mayoritas petani Desa Ciburuy mulai melakukan usahatani semi organik selama 7-8 tahun yaitu 12 responden (80 %). Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 19. Responden Berdasarkan Pengalaman Melakukan Usahatani Padi Semi Organik Pengalaman Usahatani (tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) , , Jumlah Sumber: Data Primer,

V GAMBARAN UMUM DESA CIBURUY

V GAMBARAN UMUM DESA CIBURUY V GAMBARAN UMUM DESA CIBURUY 5.1 Wilayah, Topografi, dan Demografi Desa Ciburuy Desa Ciburuy merupakan suatu desa di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Letaknya berada di wilayah pembangunan Bogor Tengah.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Ciburuy Desa Ciburuy merupakan salah satu sentra pengembangan sistem pertanian sehat di Kabupaten Bogor. Gambaran umum dari Desa Ciburuy ini

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Desa Cipelang Desa Cipelang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, desa ini memiliki luas daerah

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI 5.1. Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur Penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 berjumlah 2.168.514 jiwa yang terdiri atas 1.120.550 laki-laki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN Ameilia Zuliyanti Siregar Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian zuliyanti@yahoo.com,azs_yanti@gmail.com Pendahuluan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah Kabupaten grobogan salah satu wilayah yang secara terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Grobogan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Gambaran umum desa penelitian diperoleh dari monografi desa, meliputi letak geografis dan topografis desa, luas lahan dan tata guna tanah, keadaan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi 4 tahap penggunaan Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super Tugama) 1. Persiapan Benih 2. Pengolahan tanah atau lahan tanaman 3. Pemupukan 4.

Lebih terperinci

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH Siti Rosmanah, Wahyu Wibawa dan Alfayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui minat petani terhadap komponen

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) PRINSIP S R I Oleh : Isnawan BP3K Nglegok Tanaman padi diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya Semua unsur potensi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Daerah Desa Sidoagung secara administratif termasuk dalam Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Sidoagung terletak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Margoluwih memiliki luas

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Margoluwih memiliki luas IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Margoluwih termasuk dalam wilayah Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Margoluwih memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perspesi petani padi organik maupun petani padi konvensional dilatar

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perspesi petani padi organik maupun petani padi konvensional dilatar V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perspesi petani padi organik maupun petani padi konvensional dilatar belakangi oleh beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, luas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki 65 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wialayah Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan yang berlokasi pada dua Desa yaitu Desa Bumi Restu dan

Lebih terperinci

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI Jln. Pramuka No. 83, Arga Makmur, Bengkulu Utara 38111 Phone 0737-521330 Menjadi Perusahaan Agrobisnis Nasional Terdepan dan Terpercaya Menghasilkan sarana produksi dan

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pembenihan padi Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru. Waktu penelitian dilakukan selama ± 4 bulan dimulai dari bulan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Actions in Indonesia Latar Belakang Perubahan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH. mempunyai luas wilayah sebesar Ha. Secara administratif Kecamatan

GAMBARAN UMUM DAERAH. mempunyai luas wilayah sebesar Ha. Secara administratif Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH A. Keadaan Alam Kecamatan Pandak merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Pandak mempunyai luas wilayah

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam. Petunjuk Pengisian : Lingkari dan isi sesuai dengan kegiatan yang dilakukan PENCATATAN ATAS DASAR SOP DAN GAP A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. Pencatatan dan Dokumentasi pada : Buku Kerja Jahe PENILAIAN ATAS

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupatan Gorontalo. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Tanam SRI Menurut Soekartawi (1999) Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 meter dari permukaan laut dengan temperatur 19-27 derajat celcius, memerlukan penyinaran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan LAMPIRAN 9 Lampiran. Pengukuran variabel penelitian Tabel. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan a. Varietas lokal

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani, V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Padi Kegiatan usahatani padi dipengaruhi oleh latar belakang petani dengan beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 110 12 34 sampai 110 31 08 Bujur Timur dan antara 7 44 04 sampai 8 00 27 Lintang Selatan. Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!!

MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!! MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!! Persemaian padi sangat penting sekali sebelum kita melakukan penanaman. Untuk memperoleh hasil yang baik pertama tama kita menentukan jenis varietas Padi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan umum Daerah penelitian 4.1.1. Keadaan Geografis Desa Munsalo merupakan salah satu desa di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya 6.1.1 Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai Oktober 2014 Februari 2015. Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung Kec. Andong, Kab. Boyolali,

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN PADI SECARA ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI Bio~FOB Monday, 26 September :56 - Last Updated Wednesday, 20 February :19

BUDIDAYA TANAMAN PADI SECARA ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI Bio~FOB Monday, 26 September :56 - Last Updated Wednesday, 20 February :19 BUDIDAYA TANAMAN PADI SECARA ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI Bio~FOB 1 / 15 2 / 15 2011 SOP BUDIDAYA PADI ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI BIO~FOB (Semi organic dan Full organic) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan,

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Oleh : Dandan Hendayana, SP (PPL Kec. Cijati Cianjur) Saat ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya peningkatan produksi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (2013) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

Implementasi Budidaya Tanaman Padi. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Oleh : ASEP FIRMANSYAH

Implementasi Budidaya Tanaman Padi. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Oleh : ASEP FIRMANSYAH Implementasi Budidaya Tanaman Padi Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu Oleh : ASEP FIRMANSYAH Produksi padi nasional belum mencapai target sementara kebutuhan beras nasional terus meningkat Telah terjadi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN.  [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci