V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Kawasan Agropolitan Cianjur Agropolitan (agro = pertanian; politan = kota) adalah suatu konsep kota pertanian yang diharapkan mampu memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis, sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, dan menghela kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya. Kabupaten Cianjur telah ditunjuk oleh Departemen Pertanian sebagai salah satu daerah pengembangan perdesaan dengan pendekatan Agropolitan dan merupakan daerah rintisan atau daerah contoh pengembangan program Agropolitan bagi daerah lain. Program Agropolitan ini sudah berjalan sejak tahun 2002 dengan tujuan untuk meningkatkan percepatan pembangunan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota serta mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis berdasarkan pertimbangan utama fungsi wilayah perencanaan sebagai kawasan konversi tanah dan air (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2004). Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur menetapkan dua desa yang terbagi dalam dua kecamatan sebagai desa inti dari program Agropolitan yaitu, Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas dan Desa Sukatani Kecamatan Pacet. Kedua Desa tersebut dipilih karena sesuai dengan persyaratan dikembangkannya suatu wilayah sebagai kawasan Agropolitan dan termasuk ke dalam desa dengan tingkat produksi sayuran yang tinggi. Selain itu, penetapan kedua desa tersebut sebagai daerah pengembangan kawasan Agropolitan juga didasarkan pada beberapa kebijakan baik nasional maupun regional seperti tercantum dalam Master Plan Agropolitan Cianjur tahun 2004, diantaranya adalah : 1. Peraturan pemerintah Nomor 47 Tahun 1997, Tentang RTRW Nasional dimana Kawasan Puncak ditetapkan sebagai kawasan andalan dengan sektor andalan pertanian tanaman pangan. 2. Keputusan Presiden Nomor 114 Tahun 1999, tentang Penataan Ruang Kawasan Bogor Puncak Cianjur. 3. Berdasarkan RTRW Kabupaten Cianjur, Kota Cipanas termasuk dalam jenjang IB yaitu kota-kota yang berfungsi sebagai pusat-pusat produksi, koleksi dan distribusi dengan lingkup pelayanan regional.

2 4. Keputusan Bupati Cianjur No Kep. 175-Pc2002, tentang Penentuan Desa Inti Pusat Rintisan Pengembangan Kawasan Agropolitan, menetapkan Desa Sukatani dan Desa Sindangjaya sebagai desa inti pusat rintisan. 5. Surat Bupati Cianjur Nomor 900/0313/Bappeda perihal kesediaan menyediakan Cost Sharing Proyek P2SDPP dalam mendukung kegiatan pengembangan Kawasan Agropolitan di Desa Sukatani dan Desa Sindangjaya. 6. Keputusan Bupati Nomor 521.3/Kep.148-Pe/2002 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Kawasan Agropolitan. 7. Keputusan POKJA Program Pengembangan Agropolitan Nomor /2281/Distan tentang Pembentukan Korlap dan Pemandu Program Pengembangan Kawasan Agropolitan POKJA Cianjur Desa Inti Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan Penelitian dilakukan pada dua Desa Inti Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan yaitu Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas dan Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Kedua Desa tersebut berada di wilayah Cianjur Utara dengan topografi wilayah sebagian besar berbukit atau bergununggunung. Desa Sindangjaya dan Desa Sukatani dipilih sebagai Daerah Inti Pusat Rintisan Agropolitan karena memiliki keunggulan di sektor pertanian khususnya hortikultura. Jenis tanaman hortikultura yang menjadi komoditas utama di kedua desa tersebut adalah wortel dan bawang daun. Pola tanam yang digunakan di kedua desa tersebut umumnya tumpangsari, hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko kerugian yang dapat dialami oleh para petani. Desa Sindangjaya sebagai salah satu desa percontohan memiliki luas wilayah 512 hektar yang terbagi atas lima kedusunan yaitu Kemang, Jolok, Sindangjaya, Ciherang, dan Gunung Batu. Di sebelah utara desa ini berbatasan dengan Desa Cimacan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukatani, sebelah timur dengan Desa Sindanglaya, dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi (Taman Nasional Gede Pangrango). Sementara itu, Desa Sukatani yang memiliki luas wilayah 376 hektar terdiri dari empat kedusunan yaitu Pasir Kampung, Barukupa, Kayumanis serta Gunung Putri. Desa Sukatani berbatasan 38

3 dengan Desa Sindangjaya di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Cipendawa, sebelah selatan dengan Desa Cipanas, dan di bagian barat berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Gede Pangrango (Kabupaten Sukabumi). Kedua desa tersebut dilalui jalan raya utama yang menghubungkan Ibukota Propinsi Jawa Barat (Bandung) dengan Ibukota Negara Indonesia (Jakarta). Hal ini mengakibatkan kedua desa berada pada daerah strategis dalam menghasilkan produk pertanian dan dapat memasarkannya ke Kota Jakarta dan Kota Bandung. Namun, harus didukung pula dengan proses tataniaga yang tepat dan efisien, sehingga kebutuhan pasar di kedua kota yaitu Bandung dan Jakarta dapat terpenuhi dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan permintaan pasar. Jarak Desa Sindangjaya dari pusat pemerintahan kecamatan adalah dua kilometer, sedangkan jarak Desa Sukatani dari pusat pemerintahan kecamatan adalah enam kilometer. Jarak dengan Ibukota Kabupaten adalah 18 kilometer untuk Desa Sindangjaya dan 17 kilometer untuk Desa Sukatani. Lokasi kedua desa ini berjarak sekitar 100 km dari Ibukota Propinsi Jawa Barat (Bandung) dan 90 km dari Ibukota Negara Indonesia (DKI Jakarta). Jarak kedua desa yang cukup jauh dari Kota Bandung dan Jakarta sebagai daerah konsumsi menyebabkan petani maupun pedagang harus dapat menentukan cara memasarkan komoditas sayuran yang dihasilkan khususnya bawang daun sebagai komoditas utama agar dapat diterima oleh konsumen dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik serta harga yang wajar. Desa Sindangjaya serta Sukatani merupakan desa di daerah dataran tinggi yang terletak pada ketinggian m dpl. Kisaran suhu pada Desa Sindangjaya antara 21 0 C-24 0 C dan Desa Sukatani memiliki kisaran suhu 20 0 C C. Banyaknya curah hujan yang diterima adalah mm/tahun dengan jumlah hari hujan pertahun rata-rata 186 hari. Jenis tanah di Desa Sindangjaya adalah andosol dan regosol, dengan kemiringan tanah antara dan ph tanah 5,5 7,5. Berdasarkan letak dan kondisi geografis di atas, wilayah seperti ini sangat cocok untuk budidaya sayuran, diantaranya wortel dan bawang daun. Jumlah penduduk di Desa Sindangjaya adalah jiwa dengan jumlah penduduk pria jiwa dan jumlah penduduk wanita sebanyak jiwa yang 39

4 terdapat dalam kepala keluarga. Sedangkan Desa Sukatani memiliki jumlah penduduk jiwa dengan komposisi jumlah penduduk wanita sebanyak jiwa dan penduduk laki-laki sebanyak jiwa yang terdapat dalam kepala keluarga. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di kedua desa adalah sebagai petani dan buruh tani. Selain sebagai petani, mata pencaharian penduduk di kedua desa ini adalah sebagai karyawan, wiraswasta, pertukangan, buruh tani, dan pensiunan. Pembagian jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 8. Adapun pembagian penduduk Desa Sukatani menurut usia dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8. Jumlah Penduduk Desa Sindangjaya dan Desa Sukatani menurut Mata Pencaharian Tahun 2009 No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Desa Sindangjaya Desa Sukatani 1. Karyawan Wiraswasta Tani Pertukangan Buruh tani Pensiunan 52 5 Sumber: Desa Sindangjaya (2009), Desa Sukatani (2009) Tabel 9. Jumlah Penduduk Desa Sukatani menurut Usia Tahun 2009 Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Jumlah Sumber: Desa Sukatani (2009) 40

5 Berdasarkan data pada Tabel 10 sebagian besar penduduk di Desa Sindangjaya hanya menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat SD yaitu sebanyak orang. Sebanyak orang tidak tamat SD, tamatan SMP sebanyak orang dan tamatan SMA sebanyak 915 orang. Adapun penduduk Desa Sindangjaya yang menamatkan pendidikannya hingga perguruan tinggi sebanyak 100 orang. Penduduk Desa Sukatani juga sebagian besar hanya menamatkan pendidikannya hingga tingkat SD yaitu sebanyak orang, ada pula yang tidak tamat SD yaitu sebanyak orang. Tamatan SMP sebanyak orang, tamatan SMA sebanyak 418 orang dan lulusan perguruan tinggi sebanyak 297 orang. Penduduk Desa Sindangjaya dan Desa Sukatani sebagian besar merupakan petani dan tingkat pendidikan penduduk di kedua desa sebagian besar hanya sampai tingkat SD. Hal ini berarti bahwa tingkat pendidikan petani di kedua desa masih rendah yaitu hanya sampai tingkat SD. Tingkat pendidikan ini dapat memperlihatkan seberapa besar kemampuan masyarakat desa khususnya petani dapat menerima informasi yang datang dari luar dan mengimplementasikannya dalam proses budidaya maupun tataniaga hasil pertaniannya. Tabel 10. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sindangjaya dan Sukatani Tahun 2009 Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Desa Sindangjaya Desa Sukatani Tidak Tamat SD SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah Sumber: Desa Sindangjaya (2009), Desa Sukatani (2009) Kegiatan pertanian khususnya usahatani di kedua desa didukung oleh kondisi tanah yang gembur. Hal ini menyebabkan tanaman dapat tumbuh dengan subur. Pengairan dilakukan dengan mengalirkan air dari mata air ke selokan di sekitar kebun melalui pipa yang disambung dan diatur dari kolam-kolam penampungan. Namun, belum semua lahan dapat dilalui oleh pipa-pipa ini, sehingga petani masih ada yang mengandalkan air dari hujan, demikian pula pada musim kemarau ketika pasokan air berkurang. 41

6 Tanaman sayuran yang sebagian besar diusahakan pada dua desa ini adalah wortel dan bawang daun. Selain kedua komoditas tersebut, petani juga membudidayakan berbagai jenis sayur lainnya terutama sayuran dataran tinggi. Kegiatan usahatani dilakukan dengan dua sistem yaitu tumpangsari dan monokultur. Namun, sebagian besar petani melakukan kegiatan usahatani dengan sistem tumpangsari. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir risiko kerugian sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Gambar 4. Sistem Penanaman Tumpangsari di Kawasan Agropolitan Cianjur Rata-rata petani yang melakukan sistem tumpangsari menanam empat komoditas dalam satu kali tanam. Penentuan jenis tanaman biasanya didasarkan pada kemampuan musim dan perkiraan harga jual. Tanaman yang biasa dimanfaatkan untuk tumpangsari diantaranya lobak, caisim, kailan, bit, radish, horinso, dan tangoh. Dalam setahun sebagian besar petani di kedua desa melakukan penanaman sebanyak tiga kali, sehingga dapat dikatakan bahwa di kedua desa terdapat tiga kali musim tanam dalam satu tahun. Rata-rata jumlah panen bawang daun per 1000 m 2 dengan jumlah bibit sebanyak 700 kg adalah 1400 kg Sarana dan Prasarana Pendukung Pertanian di Kawasan Agropolitan Kabupaten Cianjur merupakan salah satu dari delapan kabupaten yang ikut dalam program rintisan kawasan pengembangan Agropolitan. Selama pelaksanaan program dari tahun 2002 di Desa Sindangjaya dan Sukatani telah dibangun berbagai sarana dan prasarana penunjang kegiatan pertanian serta berbagai kegiatan yang membantu dalam pengembangan kawasan Agropolitan. Pembangunan sarana yang telah dilakukan yaitu pembuatan jalan baik jalan raya 42

7 yang menghubungkan desa-kota maupun jalan setapak di kebun yang dapat membantu petani untuk memasarkan hasil panennya. Selain itu, dibangun pula tempat pertemuan dan kantor pengelola Agropolitan. Bangunan ini juga berfungsi sebagai pos pelayanan agen hayati (pos hati) yang menyediakan beraneka ragam kebutuhan pertanian organik, seperti pupuk dan pestisida organik. Disamping itu, didirikan pula halte Agropolitan, sarana pengolahan hasil Agropolitan (packing house) dan gudang tempat pencucian sayur sebagai sarana yang didirikan dengan tujuan untuk memudahkan petani dalam hal tataniaga produk pertanian yang dihasilkan. Disediakan pula wisma tamu untuk memberikan kenyamanan bagi para pendatang yang melakukan kegiatan di kawasan Agropolitan baik berupa penelitian ataupun studi banding mengenai pertanian. Untuk mendukung kegiatan usahatani diusahakan pula sarana pengairan berupa bak penampungan dan pipa air. Terdapat beberapa kelembagaan petani di kawasan Agropolitan diantaranya sembilan kelompok tani binaan Agropolitan yang tersebar di kedua desa, yaitu empat kelompok di Desa Sukatani dan lima kelompok di Desa Sindangjaya, kelompok hortikultur, kelompok P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya) dan kelompok pelayanan agen hayati. Kelompok tersebut berperan sebagai wadah untuk memberikan informasi dan pengetahuan pada para petani segala hal mengenai pertanian, mulai dari usahatani hingga pengolahan dan tataniaga. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan, yaitu kegiatan pembinaan pada kelompok wanita petani untuk mengembangkan home industry sebagai upaya mengembangkan agribisnis hulu yaitu pengolahan dan tataniaga hasil pertanian, pelatihan (bokashi, pestisida nabati, manajemen usahatani) sebagai upaya meningkatkan kemampuan petani dalam hal budidaya, khususnya untuk budidaya tanaman unggulan seperti bawang daun dan wortel, magang dan studi banding. Selain pembinaan, pada masing-masing kelompok juga telah dilengkapi dengan sarana untuk administrasi. Untuk menunjang kegiatan tataniaga telah didirikan Sub Terminal Agribisnis (STA) Cigombong. Pembentukan STA Cigombong difungsikan sebagai pusat informasi pasar dan pusat transaksi. Adanya STA diharapkan mampu memberikan kepastian dalam tataniaga sayur serta kepastian harga jual yang layak bagi komoditas sayur. Namun, sebagian 43

8 besar petani di Desa Sindangjaya dan Sukatani enggan memanfaatkan STA karena letaknya yang jauh, harga jual yang relatif sama, serta pembayaran yang tidak tunai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberadaan STA sebagai salah satu sarana tataniaga di kawasan Agropolitan belum dapat memberikan manfaat bagi petani. Kelembagaan petani yang saat ini telah ada di kawasan Agropolitan belum memberikan manfaat yang optimal terhadap kegiatan usahatani di kawasan Agropolitan. Hingga saat ini masih banyak petani yang enggan untuk ikut dalam kelompok tani karena dirasakan tidak ada manfaat yang berarti dengan mengikuti kelompok tani tersebut. Sehingga banyak petani yang berjalan sendiri-sendiri dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Dalam hal tataniaga produk sayuran, halte agribisnis dan STA yang telah dibangun belum dapat memberikan manfaat dan peranan yang optimal untuk memasarkan produk pertanian dari para petani di kawasan Agropolitan. Sehingga banyak petani yang lebih memilih menjual hasil pertaniannya kepada pedagang pengumpul. Kurang optimalnya peranan kelembagaan petani yang ada di kawasan Agropolitan ini dikarenakan belum terintegrasinya kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing lembaga petani tersebut serta belum jelasnya program yang akan dilaksanakan oleh Agropolitan. Manfaat yang paling dirasakan petani dan warga sekitar selama adanya program pengembangan Agropolitan adalah adanya pembangunan sarana jalan. Jalan setapak di kebun serta jalan yang menghubungkan antar desa-kota telah memudahkan dalam penyaluran dan pengangkutan sayuran dan mengurangi biaya transportasi bagi para petani dan pedagang pengumpul. Namun demikian, pembangunan jalan ini dirasakan belum merata di kedua desa, sehingga manfaatnya dirasa kurang maksimal. Disamping jalan, sarana air yang disediakan ternyata juga belum mampu menjangkau keseluruhan kawasan. Sehingga sebagian besar petani yang tidak terjangkau sarana pengairan masih bergantung pada air hujan. 5.2 Karakteristik Petani Responden Jumlah petani responden dalam penelitian ini adalah 30 orang. Petani yang menjadi responden merupakan petani yang menanam bawang daun. Umur petani 44

9 responden berada pada kisaran 30 sampai 65 tahun. Rata-rata umur petani responden adalah 44,8 tahun. Dari 30 petani yang menjadi responden sebesar 23,33 persen petani berada pada kisaran umur tahun yaitu sebanyak tujuh orang (Tabel 11). Umur petani termuda adalah 30 tahun dan tertua adalah 65 tahun. Umur petani ini dapat mengindikasikan kemampuan petani dalam menyerap informasi yang datang dari luar. Hal ini dapat mempengaruhi keputusan dalam memproduksi dan penjualan produk hasil pertanian yang dimiliki. Semakin tua umur seorang petani, maka semakin sulit dalam menerima informasi dari luar yang mungkin dapat memberikan manfaat bagi kegiatan usahatani yang dilakukan sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang lebih baik. Tabel 11. Distribusi Umur Petani Responden Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) , , ,33 Jumlah Tingkat pendidikan dari petani responden relatif rendah sesuai dengan kondisi demografi masyarakat di Desa Sindangjaya dan Desa Sukatani, karena sebagian besar petani hanya menamatkan pendidikannya pada tingkat sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 13 orang (43,33 persen) (Tabel 12). Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petani dapat mempengaruhi kemampuan petani dalam mengakses informasi pasar yang terjadi serta kemampuan dalam berkomunikasi. Petani yang sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikannya hingga SD seringkali kurang dapat berkomunikasi dengan baik pada pendatang yang mungkin akan memberikan masukan untuk kemajuan usahatani yang dijalankannya. Hal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi para pendatang contohnya seorang peneliti, untuk dapat mendapatkan data yang akurat mengenai kondisi pertanian di kawasan Agropolitan Cianjur ini. 45

10 Tabel 12. Tingkat Pendidikan Petani Responden Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) Tidak Sekolah 1 3,33 Tidak Tamat SD 7 23,33 SD 13 43,33 SMP 5 16,67 SMA 4 13,33 Jumlah Semenjak diadakannya program pengembangan Agropolitan di Desa Sindangjaya dan Desa Sukatani, semakin banyak kegiatan pelatihan pertanian yang diselenggarakan. Hal ini menyebabkan sebagian besar petani responden pernah mengikuti pelatihan mengenai pertanian, baik di kawasan Agropolitan itu sendiri maupun studi banding ke daerah lain contohnya Bandung. Sebanyak 23 orang petani responden atau 76,67 persen pernah mengikuti kegiatan pelatihan, sedangkan yang tidak pernah mengikuti pelatihan sebanyak tujuh orang atau 23,33 persen (Tabel 13). Petani yang belum pernah mengikuti pelatihan ini dikarenakan keengganan mereka untuk meninggalkan kegiatan usahataninya untuk mengikuti pelatihan karena menganggap melakukan kegiatan usahatani lebih penting dibandingkan dengan mengikuti pelatihan. Kegiatan pelatihan yang dilakukan diantaranya adalah pelatihan pembuatan pupuk kompos yang diadakan oleh pengelola Agropolitan, temu usaha pedagang pengumpul yang bermitra dengan petani yang diadakan oleh Ditjen Hortikultura di kawasan Agropolitan, pelatihan pengendalian mutu dan keamanan komoditas hasil pertanian, pelatihan budidaya sayuran yang diadakan oleh pengelola Agropolitan bekerjasama dengan USAID (United States Agency for International Development) dan pelatihan demplot brokoli yang diadakan dinas pertanian melalui pengelola Agropolitan. Namun, saat ini sudah sangat jarang sekali diadakan pelatihan pertanian di Kawasan Agropolitan Cianjur. Hal ini dikarenakan kurang adanya program yang dilakukan oleh pengelola Agropolitan. Kondisi ini juga terkait dengan semakin berkurangnya perhatian pemerintah, khususnya Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur terhadap kemajuan Agropolitan Cianjur. 46

11 Tabel 13. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Keikutsertaan Pelatihan Keterangan Jumlah (Orang) Persentase (%) Pernah Mengikuti Pelatihan 23 76,67 Tidak Pernah Mengikuti Pelatihan 7 23,33 Jumlah Sebagian besar luas lahan yang diusahakan oleh petani responden tergolong sempit yaitu kurang dari satu hektar. Rata-rata luas lahan petani responden adalah m 2, dimana luas lahan terkecil adalah 500 m 2 dan luas lahan terbesar adalah dua hektar. Sebanyak 50 persen petani responden memiliki luas lahan antara m 2 (Tabel 14). Struktur luas lahan yang dimiliki oleh petani dapat memberikan gambaran mengenai usahatani yang dilakukan, yaitu sebagian besar petani di kawasan Agropolitan melakukan usahatani bawang daun dalam skala kecil karena luas lahan yang diusahakan kurang dari satu hektar. Tabel 14. Struktur Luas Lahan Petani Responden Luas Lahan (m 2 ) Jumlah (Orang) Persentase (%) , ,67 Jumlah Petani responden dalam penelitian ini hampir seluruhnya memiliki lahan pribadi yang diusahakan untuk usahatani bawang daun, yaitu sebesar 93,33 persen atau sebanyak 28 petani, sedangkan masing-masing satu orang mengusahakan usahatani bawang daun pada lahan sewa dan lahan garapan (Tabel 15). Hal ini menunjukkan bahwa petani di kawasan Agropolitan sebagian besar tidak perlu mengeluarkan biaya sewa tanah untuk melakukan kegiatan usahataninya. Keadaan ini dapat memberikan keuntungan kepada petani karena biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi bawang daun dapat berkurang. 47

12 Tabel 15. Status Kepemilikan Lahan Petani Responden Status lahan Jumlah (Orang) Presentase (%) Milik sendiri 28 93,33 Sewa 1 3,33 Garapan 1 3,33 Jumlah Sebagian besar petani responden merupakan petani yang telah berpengalaman cukup lama dalam usahatani bawang daun, yaitu rata-rata selama 22 tahun (Tabel 16). Pengalaman usaha yang relatif lama ini menyebabkan petani di kawasan Agropolitan menjadi ahli untuk melakukan usahatani dan mengetahui berbagai macam masalah yang timbul dalam usahatani bawang daun dan cara untuk mengatasi masalah tersebut, contohnya dalam hal penanganan hama. Tabel 16. Distribusi Petani Responden Menurut Lamanya Pengalaman Bertani Lama Pengalaman (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) , , , ,33 Jumlah Kegiatan usahatani bawang daun yang dilakukan oleh para petani responden ini seluruhnya menggunakan modal sendiri. Berdasarkan hasil survei, para petani di kawasan Agropolitan ini cenderung bersifat mandiri, sangat jarang sekali petani meminjam modal untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Hal ini dikarenakan para petani umumnya memiliki pendirian untuk tidak mudah meminjam selama masih dapat memberdayakan apa yang mereka miliki. Para petani lebih merasa nyaman berusahatani dengan menggunakan modal sendiri daripada pinjaman. 5.3 Karakteristik Responden Lembaga-Lembaga Tataniaga Lembaga tataniaga yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 20 orang. Umumnya responden lembaga tataniaga bawang daun ini mengikuti pendidikan formal mulai sekolah dasar (SD) hingga perguruan tinggi. Pedagang pengumpul sebagian besar menyelesaikan pendidikannya hanya sampai 48

13 tingkat SD yaitu sebanyak tiga orang (57,14 persen). Pedagang grosir yang menjadi responden hanya menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat SD. Pedagang eceran sebanyak 50 persen mengikuti pendidikan formal hingga tingkat SMP. Distribusi tingkat pendidikan responden lembaga tataniaga ini dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Lembaga Tataniaga Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Kabupaten Cianjur Jumlah Pendidikan Ped. Ped. Ped. Pengumpul % Grosir % Eceran % Supplier % SD 4 57, SMP 1 14, SMA 2 28, Perguruan Tinggi Jumlah Pendidikan responden lembaga tataniaga yang semakin tinggi maka memungkinkan mereka untuk dapat mengakses informasi pasar lebih mudah. Selain itu, kemampuan berpikir mereka yang lebih maju dapat mempermudah komunikasi dalam proses penjualan dan pembelian serta dapat lebih mengerti dalam proses penentuan harga yang bisa memberikan keuntungan yang besar bagi mereka. Supplier yang menjadi responden dalam penelitian ini menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi sehingga ia dapat mengetahui dengan baik informasi pasar yang terjadi, dapat melihat peluang tataniaga yang ada, mudah dalam berkomunikasi karena seorang supplier melakukan kegiatan pembelian dan penjualan dalam jumlah yang besar serta dapat berpengaruh dalam penentuan harga. 5.4 Gambaran Umum Usahatani Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Kabupaten Cianjur Sebagian besar petani di kedua desa melakukan kegiatan usahatani bawang daun dalam skala kecil, hal ini dikarenakan rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh para petani hanya sebesar m 2. Sebagian besar petani di kedua desa melakukan penanaman dengan sistem tumpangsari karena dapat meminimalisir 49

14 kerugian. Umumnya tanaman pendamping yang ditumpangsarikan dengan bawang daun adalah tanaman dengan umur tanam yang lebih pendek dari bawang daun seperti pakcoi yang dalam dua bulan sudah dapat dipanen. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan dana tambahan sebagai modal untuk penanaman musim berikutnya. Para petani di kedua desa mengusahakan bawang daun ini pada petakan lahan yang telah dibentuk bedengan-bedengan dengan lebar ± 1 meter. Pada setiap petakan lahan yang dimiliki, para petani ini tidak menanam tanaman yang sama setiap musimnya, melainkan secara bertahap. Oleh karena itu, jarang sekali terjadi panen raya pada kedua desa ini, karena setiap hari pasti ada petani yang melakukan pemanenan. Pola penanaman seperti ini juga dilakukan untuk menjaga kesuburan lahan agar tidak jenuh dengan hanya ditanami tanaman yang sama setiap musimnya. Usahatani bawang daun terdiri dari enam kegiatan, yaitu penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyemprotan, penyiangan dan pemanenan. Faktor produksi yang digunakan dalam usahatani bawang daun ini diantaranya adalah bibit, pupuk kandang dan pupuk kimia, obat-obatan, lahan dan tenaga kerja. Peralatan yang umum digunakan diantaranya adalah cangkul, linggis, alat semprot (sprayer) dan sabit. a. Penyiapan Lahan Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan linggis. pengolahan lahan ini dimulai dengan pembersihan gulma dan sisa-sisa tanaman lain dengan menggunakan sabit. Setelah lahan bersih dari rumput (gulma) dan sisa-sisa tanaman, selanjutnya lahan dicangkul sampai diperoleh struktur tanah yang gembur dan halus. Setelah itu, dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang ayam. Umumnya penggunaan pupuk kandang ayam ini untuk 1000 m 2 sebanyak 540 kg dengan biaya per kg Rp400,00. Setelah pemupukan, tanah digemburkan kembali dengan cara dicangkul tipis-tipis sedalam 30 cm sekaligus dibuat bedengan-bedengan dengan lebar ± 100 cm dan parit-parit dengan lebar ± 20 cm. Linggis digunakan untuk menyingkirkan bebatuan yang ada pada lahan yang akan digarap. Setelah itu, lahan siap untuk ditanami bibit bawang daun. Sebagian besar petani umumnya menggunakan bibit yang berasal dari hasil panen sebelumnya. Namun, ada juga yang membeli dari petani lain jika 50

15 hasil panen yang dimiliki kurang baik untuk dijadikan bibit. Rata-rata penggunaan bibit untuk lahan seluas 1000 m 2 adalah sebanyak 728 kg dengan biaya rata-rata Rp2.500,00 per kg. b. Penanaman Penanaman bawang daun ini tidak menggunakan teknik khusus, hanya ditanam pada lahan bedengan yang telah dilubangi. Dalam satu bedengan biasanya ditanami lima sampai enam baris bawang daun. Gambar 5. Penyiapan Lahan dan Penanaman c. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman ini terdiri dari kegiatan pemupukan, penyemprotan dan penyiangan. Pemupukan ini merupakan pemupukan kedua setelah pemupukan pertama menggunakan pupuk dasar (pupuk kandang ayam). Pemupukan kedua ini menggunakan pupuk kimia yaitu urea, KCl, TSP, ZA dan NPK. Para petani pada umumnya melakukan pemupukan sebanyak 2-3 kali dalam satu kali masa tanam (4 bulan), yaitu pada saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam (hst) dan pada saat tanaman berumur 42 hari setelah tanam. Rata-rata penggunaan pupuk urea, KCl, TSP, ZA dan NPK masing-masing untuk 1000 m 2 sebanyak 23 kg, 10 kg, 12 kg, 25 kg dan 14 kg. Biaya untuk penggunaan pupuk urea adalah Rp1.800,00 per kg, KCl Rp1.800,00 per kg, TSP Rp2.500,00 per kg, ZA Rp1.400,00 per kg dan NPK Rp2.500,00 per kg. Pemupukan dilakukan dengan menebarkan pupuk disekitar tanaman oleh pekerja. Pemupukan ini dapat diselesaikan oleh satu orang pekerja laki-laki untuk lahan seluas 1000 m 2 dalam waktu satu hari. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan obatobatan pestisida dan fungisida maupun pupuk pelengkap cair (PPC) pada tanaman. Pestisida yang digunakan para petani pada umumnya adalah Curacron dan Dursban, sedangkan fungisida yang umum digunakan adalah Antracol dan PPC yang digunakan adalah Supergro. Rata-rata penggunaan Curacron dan 51

16 Dursban untuk 1000 m 2 masing-masing sebanyak 0,1 liter dan 0,4 liter dengan biaya Curacron Rp ,00 per liter dan Dursban Rp65.000,00 per liter. Ratarata penggunaan Antracol dan PPC (Supergro) masing-masing sebanyak 0,4 kg dan 0,4 liter. Biaya Antracol adalah Rp80.000,00 per kg dan Supergro adalah Rp15.000,00 per liter. Pada umumnya penyiangan dilakukan sebanyak satu kali dalam satu masa tanam yaitu pada saat tanaman berumur 42 hst. Penyiangan ini dilakukan dengan bantuan buruh tani wanita yang juga merupakan warga di kedua desa tempat penelitian. d. Pemanenan Pemanenan bawang daun umumnya dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 bulan. Sebagian besar petani tidak melakukan pemanenan, karena pada umumnya dilakukan oleh para pedagang pengumpul yang membeli bawang daun ini secara borongan. Rata-rata biaya pemanenan yang dikeluarkan adalah Rp100,00 sampai Rp150,00 per kg, dan umumnya biaya ini ditanggung oleh pedagang pengumpul. e. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam usahatani bawang daun. Tenaga kerja inilah yang dapat menggerakkan faktor produksi lainnya seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan sebagainya. Pada umumnya tenaga kerja pembantu yang digunakan oleh para petani di kedua desa berasal dari luar keluarga. Untuk kegiatan pengolahan lahan hingga penanaman, pemupukan, penyemprotan dan pemanenan diperlukan tenaga kerja pria, sedangkan untuk kegiatan penyiangan lahan dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Upah rata-rata untuk tenaga kerja pria di kedua desa yaitu sebesar Rp15.000,00 per hari (Pukul ). Upah tersebut belum termasuk biaya rokok dan makanan kecil yang diberikan oleh petani kepada buruh yang disewa. Sedangkan untuk upah tenaga kerja wanita yaitu sebesar Rp8.500,00 per hari (Pukul ). Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk melakukan pengolahan lahan per 1000 m 2 adalah 23 hari kerja pria (HKP) atau sebesar Rp ,00. Sedangkan rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk pemupukan dan penyemprotan per 1000 m 2 masing-masing adalah 2 HKP dan 6 HKP. Upah penyiangan lahan 52

17 sebesar 1000 m 2 rata-rata sebesar Rp ,00 atau sebesar 17 hari kerja wanita (HKW). f. Biaya Produksi Biaya produksi bawang daun yang dikeluarkan petani dalam satu kali masa tanam untuk lahan seluas 1000 m 2 rata-rata sebesar Rp ,00. Biaya tersebut terdiri dari biaya bibit, biaya pupuk, biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja (Tabel 18). Untuk luas lahan 1000 m 2 dengan bibit sebanyak 700 kg ratarata dapat dihasilkan bawang daun sebanyak 1,4 ton. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa biaya produksi yang dikeluarkan untuk mendapatkan satu kilogram bawang daun adalah sebesar Rp2.062,79. Tabel 18. Biaya Produksi Bawang Daun per 1000 m 2 di Kawasan Agropolitan Jenis Biaya Jumlah Biaya Bibit (728 kg x Rp 2.500/kg) Biaya Pupuk : Kandang (540 kg x Rp 400/kg) Urea (23 kg x Rp 1.800/kg) TSP (12 kg x Rp 2.500/kg) KCl (10 kg x Rp 1.800/kg) ZA (25 kg x Rp 2.500/kg) NPK (14 kg x Rp 2.500/kg) Biaya Obat-obatan : Curacron (0,1 lt x Rp /lt) Dursban (0,4 lt x Rp /lt) Antracol (0,4 kg x Rp /kg) Supergro (0,4 lt x Rp /lt) Biaya Tenaga Kerja : Pengolahan lahan (23 HKP x Rp /HKP) Pemupukan (2 HKP x Rp /HKP) Penyemprotan (6 HKP x Rp /HKP) Penyiangan (17 HKW x Rp 8.500/HKW) Total Keterangan: HKP = Hari Kerja Pria HKW = Hari Kerja Wanita 53

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Desa Cipelang Desa Cipelang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, desa ini memiliki luas daerah

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 109 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan hasil analisis data yang telah penulis lakukan dalam penelitian tentang Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. 5.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Wonosobo Secara geografis Kabupaten Wonosobo terletak di provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah sebesar 984,68 km2 pada koordinat 7o21 LS (Lintang Selatan)

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 2 Desember 2015 92 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Wahyu Wahyuna 1 1) Fakultas Agrobisnis dan Rekayasa Pertanian,

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi wortel dan bawang daun dilakukan di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 110 12 34 sampai 110 31 08 Bujur Timur dan antara 7 44 04 sampai 8 00 27 Lintang Selatan. Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya 6.1.1 Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Geografis dan Topografi Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 23 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4..1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kawasan Agropolitan Cendawasari merupakan suatu kawasan perdesaan berbasis pertanian yang dirilis menjadi suatu Kawasan Agropolitan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Strata I dan II pada Usahatani Jeruk di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Strata I II No. Sampel Luas Lahan (ha) Umur Petani (tahun) Pengalaman Bertani

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran. Tipe dan Sumber Data. - Data sekunder melalui telaah literatur

Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran. Tipe dan Sumber Data. - Data sekunder melalui telaah literatur 113 Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran Tujuan Kajian Kegiatan Kajian Tipe dan Sumber Data Teknik Pengolahan Data Target Output (Keluaran) Tujuan 1 Menganalisis kelayakan sederhana dan

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 18 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur Geografis Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Citapen 5.1.1 Letak Geografis dan Pembagian Administrasi Desa Citapen terletak di wilayah Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat

5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat 33 5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat Gambar 10. Peta Wilayah Jawa Barat Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 50 50 70 50 lintang selatan dan 1040 48-1080

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan formal, Pendidikan nonformal, Luas usahatani, Pengalaman usahatani, Lama bermitra, Status

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, kedua desa tersebut merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Negeri Baru yang merupakan salah satu desa berpotensial dalam bidang perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN. Keywoard : Perbandingan biaya, Produksi krisan, P4S.

Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN. Keywoard : Perbandingan biaya, Produksi krisan, P4S. PERBANDINGAN KEUNTUNGAN KRISAN POTONG DENGAN PEMANFAATAN SISTEM TUNAS DAN SISTEM TANAM AWAL DI P4S ASTUTI LESTARI PARONGPONG BANDUNG BARAT Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB II. KERANGKA TEORITIS

BAB II. KERANGKA TEORITIS 2.1. Pendapatan Petani Tembakau 2.1.1. Pendapatan Usahatani BAB II. KERANGKA TEORITIS Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode. Pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN (Studi Kasus di Desa Budi Mulia, Kabupaten Tapin) Oleh : Adreng Purwoto*) Abstrak Di masa mendatang dalam upaya mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN OLEH AMELIA 07 114 027 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 i ANALISIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci