BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib
|
|
- Ivan Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pemerataan dan perluasan akses pendidikan bagi masyarakat oleh pemerintah ditandai dengan dicanangkannya program wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) sembilan tahun. Pelaksanaan program Wajar Dikdas sembilan tahun ditargetkan tuntas pada akhir tahun 2008 melalui Inpres Nomor 5 Tahun 2006 tentang Percepatan Penuntasan Wajar Dikdas Sembilan Tahun. Namun, kebijakan ini tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar yang kemudian dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kemendinas untuk dijadwal ulang dan ditargetkan tuntas pada tahun Indikator yang digunakan adalah Angka Partisipasi Murni (APM) untuk tingkat sekolah dasar (SD/MI) secara nasional telah mencapai lebih dari 96 %, dan untuk tingkat sekolah menengah pertama (SMP/MTs) menggunakan Angka Partisipasi Kasar (APK) secara nasional telah mencapai lebih dari 110 %. Realisasi perencanaan dan pelaksanaan program Wajar Dikdas berpedoman dan disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun , Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yakni Renstra Kemendiknas Tahun , selanjutnya dijabarkan kembali ke dalam Renstra Kemendinas Renstra Kemendinas ini menjadi pedoman bagi semua tingkatan pengelola pendidikan di pusat maupun 1
2 daerah dalam merencanakan dan melaksanakana serta mengevaluasi program dan kegiatan pembangunan pendidikan. Pencapaian target penuntasan Wajar Dikdas secara nasional pada tahun 2008 secara nasional yang ditunjukkan oleh data yakni APM SD/MI 94,9 %, dan APK SMP/MTs 92,52 % (Balitbang Depdiknas, 2008). Pencapaian target secara nasional dapat dikatakan hampir tuntas, namun kesenjangan masih diketemukan di beberapa propinsi, dan terlebih di kabupaten/kota yang capaian APK/APM berada dibawa capaian nasional. Hal ini menggambarkan bahwa di propinsi maupun kabupaten/kota tersebut belum mencapai target tuntas Wajar Dikdas nasional. Capaian APK/APM pendidikan dasar di beberapa propinsi maupun kabupaten/kota tersebut juga menggambarkan bahwa belum semua anak usia Wajar Dikdas di wilayah itu memperoleh layanan pendidikan dasar. Anak usia Wajar Dikdas 7 15 tahun yang belum terlayani pendidikan dasar ini dapat tersebar diberbagai tempat seperti wilayah pedesaan, daerah terpencil dan terisolir maupun di wilayah perkotaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2009) bahwa kelompok anak usia Wajar Dikdas yang belum terlayani pendidikan dasar umumnya anak usia tahun dan kelompok anak ini lebih banyak tersebar di wilayah pedesaan sebesar 28,64 % sedangkan di wilayah perkotaan 22,04 %. Ada berbagai sebab seperti rendahnya motivasi bersekolah sehingga anak dapat sekolah, mahalnya biaya pendidikan, yang harus ditanggung oleh anak, pilihan anak untuk bekerja agar dapat membantu ekonomi keluarga (Meydianawati, 2009) yang membuat anak usia Wajar Dikdas tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk memperoleh 2
3 pendidikan baik melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal, serta berbagai jenis layanan pendidikan alternatif yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Banyak faktor yang saling terkait yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor seperti anggaran pemerintah untuk sektor pendidikan, kondisi sosial ekonomi masyarakat, tingkat kesadaran masyarakat, dan kesehatan (Suyanto, 2001), tingginya biaya yang dibebani berupa biaya-biaya langsung pendidikan individual (ongkos, buku, pakaian seragam dll) dan biaya-biaya tidak langsung lainnya (Todaro, 2000), tidak tersedianya sekolah yang mudah terjangkau oleh masyarakat (Oey dalam Pertiwi, 2009) termasuk ketersediaan tenaga pendidik, baik dari segi jumlah maupun spesifikasinya agar dapat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas maka kajian kebijakan dalam penelitian ini lebih diarahkan pada bagaimana pemerintah Kabupaten Ende mengimplementasikan kebijakan Wajar Dikdas dalam upaya peningkatan partisipasi sekolah pada kelompok anak usia 7 15 tahun yakni, kelompok anak usia 7 12 tahun, dan kelompok anak usia sekolah menengah pertama tahun atau yang sudah menamatkan pendidikannya di sekolah dasar yang melanjutkan ke tingkat sekolah menengah pertama. Dengan demikian, diharapkan dapat memperoleh gambaran secara mendalam mengenai pelaksanaannya di lapangan, permasalahan yang dihadapi dalam mengimplementasikan kebijakan, dan strategi yang dilakukan sebagai solusi agar anak yang sudah tamat dari 3
4 sekolah dasar mempunyai kesempatan dalam memperoleh layanan pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama. Pelaksanaan program Wajar Dikdas sembilan tahun di Kabupaten Ende berdasarkan data Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dinas PPO) pemerintah Kabupaten Ende bahwa partisipasi sekolah pada kelompok anak usia sekolah dasar (7 12 tahun) lebih tinggi jika dibandingkan dengan kolompok anak usia sekolah menengah pertama (13 15 tahun). Hal ini dapat dilihat dari data pencapaian APM/APK dalam dua tahun terakhir yakni APK untuk tingkat sekolah dasar (SD/MI) mencapai 118,48 % pada tahun 2009, dan 125,35 % pada tahun APK tingkat sekolah menengah pertama (SMP/MTs) mencapai 73,72 % tahun 2009, dan 84 % pada tahun Sementara APM di tingkat sekolah dasar tahun 2009 dan 2010 berturut-turut adalah 97,72 % dan 124,34 % sedangkan untuk tingkat SMP/MTs 56,25 % dan 64,33 %. APM SMP 64,33 % artinya, bahwa anak usia tahun yang sudah terserap masuk SMP/MTs sudah sebanyak 64,33 %, dan 35,67 % anak yang belum mendapat layanan pendidikan tingkat SMP/MTs dari total jumlah penduduk usia tahun. Keberhasilan dan tingginya partisipasi sekolah pada tingkat SD/MI disebabkan tingginya minat orangtua untuk menyekolahkan anak usia 7 12, tersedianya dana BOS, dan dibukanya unit sekolah baru (USB) di beberapa kecamatan seperti di kecamatan Maukaro, Nangapanda, Weweria, dan kecamatan Ende. Peningkatan partisipasi sekolah pada SD/MI tidak sebanding tingkat sekolah menegah pertama, artinya bahwa di wilayah ini masih ada anak usia Wajar Dikdas yang lulus SD/MI yang tidak melanjutkan sekolah atau dropout. 4
5 Untuk melihat seberapa jauh upaya pemerintah Kabupaten Ende dalam melaksanakan kebijakan Wajar Dikdas untuk membuka kesempatan bagi anak usia 7 15 tahun dalam memperoleh layanan pendidikan dasar peneliti menggunakan APM atau Net Enrolment Rate (NER) untuk tingkat sekolah dasar dan APK atau Gross Enrolment Rate (GER) untuk tingkat sekolah menengah pertama. APM merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan partisipasi pada tingkat sekolah dasar, dan APK adalah indikator untuk menentukan tingkat keberhasilan partisipasi pada tingkat sekolah menengah pertama. APK itu sendiri merupakan rasio jumlah siswa, tanpa memandang batas usia anak yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tersebut, sedangkan APM adalah perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase (Statistik Pendidikan, 2009). Kajian implementasi kebijakan ini menggunakan APM untuk tingkat sekolah dasar hal ini disebabkan APM merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan partisipasi sekolah pada tingkat sekolah dasar, dan APK digunakan pada tingkat sekolah menengah pertama. Keberhasilan capaian APM di tingkat sekolah dasar semestinya dapat meningkatkan partisipasi sekolah di tingkat sekolah menengah pertama. Hal ini disebabkan bahwa anak usia sekolah yang dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah pertama adalah anak yang telah menamatkan pendidikannya di tingkat sekolah dasar. Selain itu APM dan APK adalah merupakan indikator yang digunakan untuk 5
6 menilai tingkat keberhasilan setiap daerah dalam melaksanakan program pendidikan dasar dan yang telah dimasyarakatkan oleh badan dunia UNESCO (Suyono, 2000) Fokus Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka fokus penelitian ini lebih diarahkan pada kajian implementasi kebijakan Wajar Dikdas dalam upaya peningkatan partisipasi sekolah pada tingkat sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama. Untuk menilai keberhasilan implementasi kebijakan Wajar Dikdas pada tingkat sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama peneliti menggunakan APM ditingkat sekolah dasar dan pada tingkat sekolah menengah pertama menggunakan indikator APK. Kajian kebijakan ini dilakukan di Dinas PPO pemerintah Kabupaten Ende, dan masalah yang akan diteliti meliputi: 1. Bagaimana pelaksanaan kebijakan Wajar Dikdas sembilan tahun dalam upaya peningkatan APM/APK pada sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama di pemerintah Kabupaten Ende? 2. Bagaimana gambaran kendala pelaksanaan kebijakan Wajar Dikdas sembilan tahun dalam upaya peningkatan APM/APK pada sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama di pemerintah Kabupaten Ende? 3. Bagaimana Strategi menghadapi kendala pelaksanaan kebijakan Wajar Dikdas sembilan tahun dalam upaya peningkatan APM/APK pada sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama di pemerintah Kabupaten Ende? 6
7 1.3. Tujuan Penelitian Mengacuh pada rumusan masalah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara mendalam beberapa hal yang ingin dicapai sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis implementasi kebijakan Wajar Dikdas sembilan tahun dalam upaya peningkatan APM/APK pada sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama di pemerintah kabupaten Ende 2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan kebijakan Wajar Dikdas sembilan tahun dalam upaya peningkatan APM/APK pada sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama di pemerintah kabupaten Ende 3. Untuk mennganalisis strategi yang telah dilakukan pemerintah dalam menghadapi kendala pelakasanaan kebijakan Wajar Dikdas sembilan tahun sebagai upaya peningkatan APM/APK pada sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama di pemerintah kabupaten Ende 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun secara praktis bagi semua elemen dan stakeholder pendidikan di pemerintah kabupaten Ende, terutama bagi para pengambil kebijakan dalam merumuskan dan membuat kebijakan peningkatan partisipasi dalam bidang pendidikan dasar. Adapun manfaat yang diharapkan adalah: 7
8 Manfaat secara teoritis: a. Kontribusi akademis dalam mengembangkan konsep teori kebijakan pendidikan, yang berkaitan dengan kebijakan Wajar Dikdas dalam upaya peningkatan partisipasi sekolah b. Sebagai input bagi para pengambil kebijakan pendidikan agar dapat dijadikan bahan untuk evaluasi dan kajian terhadap kebijakan Wajar Dikdas yang telah dilaksaknakan c. Sebagai input bagi para perumus dan pengambil kebijakan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam merumuskan kebijakan Wajar Dikdas yang berkaitan dengan peningkatan partisipasi sekolah Manfaat secara praktis: a. Memberikan kontribusi praktis bagi para perumus dan pengambil kebijakan Wajar Dikdas di pemerintah kabupaten Ende melalui Dinas PPO agar dapat dijadikan landasan dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan kebijakan pendidikan dasar b. Penelitian ini secara praktis diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi pemerintah kebupaten Ende, dalam rangka pengembangan kebijakan Wajar Dikdas c. Bagi peneliti sebagai bahan untuk mengetahui dan memahami secara khusus mengenai kebijakan Wajar Dikdas, di pemerintah kabupaten Ende. 8
9 1.5. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan persepsi judul, permasalahan dan maksud dari penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Implementasi kebijakan Implementasi merupakan pelaksanaan suatu kebijakan dilapangan. Putt dan Springer dalam Syafaruddin (2008:86) menjelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah serangkaian aktivitas dan keputusan yang memudahkan pernyataan kebijakan dalam formulasi terwujud dalam praktik organisasi. Mustofa (2008) mengatakan bahwa implementasi kebijakan menyangkut masalah sosialisasi kebijakan, persepsi masyarakat terhadap kebijakan yang dilaksanakan, kepatuhan terhadap kebijakan, dan dampak dari pelaksanaan suatu kebijakan. 2. Partisipasi sekolah jenjang pendidikan dasar Partisipasi sekolah jenjang pendidikan dasar adalah program pemerintah yang terdiri dari pernyataan tentang tujuan dan sasaran untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan, dan digunakan untuk memantau pencapaian tujuan program wajib belajar pendidikan dasar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang masih sekolah pada usia 7 15 tahun (BPS, 2009). Tingkat partisipasi sekolah pada pendidikan dasar adalah tingkat partisipasi anak usia sekolah dasar yang dihitung melalui APM tingkat SD/MI (7 12 tahun), dan anak usia sekolah menengah pertama SMP/MTs (13 15 tahun) yang dihitung melalui APK yang akan 9
10 memberikan gambaran rasio anak usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk pada masing-masing kelompok jenjang pendidikan dasar. 3. Kebijakan Wajar Dikdas sembilan tahun dalam upaya peningkatan APM/APK sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama Kebijakan wajib belajar sembilan tahun dalam upaya peningkatan APM/APK dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama dimaksudkan adalah bahwa anak usia sekolah dasar yang telah menamatkan pendidikan di SD/MI, dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat sekolah menengah pertama SMP/MTs sampai tamat. Jadi tidak ada yang berhenti sekolah atau putus sekolah sebelum waktunya baik secara sengaja yang dilakukan oleh siswa sendiri (tidak mau sekolah) maupun secara tidak sengaja karena kemampuan finansiil orangtua yang rendah sehingga menyebabkan seorang siswa terpaksa berhenti bersekolah. Suryadi (2002) mengatakan bahwa keterbatasan kesempatan pendidikan disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu adalah rendahnya status ekonomi keluarga atau faktor kemiskinan. 10
BAB I PENDAHULUAN. negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan sentral dalam pembangunan bangsa dan negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa akan datang banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan seutuhnya serta masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan kepribadian manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar mampu bersaing dalam era keterbukaan, pemerintah memandang perlu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar mampu bersaing dalam era keterbukaan, pemerintah memandang perlu untuk menciptakan dan
Lebih terperinciC. ANALISIS CAPAIAN KINERJA
C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis capaian kinerja dilaksanakan pada setiap sasaran yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin kompleks, telah menjadikan kebutuhan manusia semakin kompleks pula, khususnya kebutuhan
Lebih terperinciLPF 7. PENYUSUNAN RENCANA PEMANTAUAN & EVALUASI 120 menit
LPF 7 PENYUSUNAN RENCANA PEMANTAUAN & EVALUASI 120 menit 1 TUJUAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI Adalah untuk menilai sejauh mana rencana program/kegiatan telah dilaksanakan dan sejauh mana dampak kegiatan tersebut
Lebih terperinciGrafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)
Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka
Lebih terperinciANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN
ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN Suplemen Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan Oleh: Suryadi, M.Pd Tahap ini bertujuan memberikan gambaran tentang layanan pendidikan saat ini di kabupaten/kota. Oleh karena gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pencapaian pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. Bahkan pendidikan menjadi domain
Lebih terperinciISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis
ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Analisis Situasi Strategis S etiap organisasi menghadapi lingkungan strategis yang mencakup lingkungan internal dan eksternal. Analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling penting keberadaannya. Setiap orang mengakui bahwa tanpa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Dasar (selanjutnya disingkat menjadi SD) merupakan pendidikan yang paling penting keberadaannya. Setiap orang mengakui bahwa tanpa menyelesaikan pendidikan
Lebih terperinciBAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Tahun 2016 ini disusun untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam
Lebih terperinciB. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN
B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN Pembagian urusan pemerintahan sesuai asas desentralisasi dalam sistem pemerintahan yang mensyaratkan adanya pembagian urusan yang jelas antara Pemerintah dengan
Lebih terperinciPENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000
PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET 1 Meningkatnya aksesbilitas dan kualitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan
Lebih terperinciA. Pentingnya Perencanaan
A. Pentingnya Perencanaan Perencanaan Sekolah penting dilakukan untuk memberi arah dan bimbingan para pelaku pendidikan dalam rangka menuju perubahan atau tujuan yang lebih baik (peningkatan, pengembangan)
Lebih terperinciANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SDN TAWANGSARI 01 PUJON TESIS
ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SDN TAWANGSARI 01 PUJON TESIS Oleh: Umi Magfiroh NIM: 201010240211001 MAGISTER KEBIJAKAN
Lebih terperinciPENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)
URUSAN WAJIB: PENDIDIKAN PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya Budi Pekerti, 1 Persentase pendidik yang disiplin Tata Krama
Lebih terperinciKata Kunci: Aksesibilitas dan Partisipasi Masyarakat, Pendidikan Dasar 9 Tahun, dan Daerah Perbatasan
AKSESIBILITAS DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN DI DAERAH PERBATASAN KABUPATEN SAMBAS DAN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Oleh: Eusabinus Bunau, Clarry Sada, Laurensius Salem,
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Nama SKPD : DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA Visi : Terwujudnya Layanan Pendidikan, Pemuda Olahraga Rote Ndao yang berkembang, bermutu, unggul terjangkau Misi : 1 Memperluas
Lebih terperinciEra globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada
BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu hal yang
Lebih terperinciBAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR
BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019,
Lebih terperinciBAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR
BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR 5.1. Matriks Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, dan Pendanaan Indikatif Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan sumber daya manusia untuk menciptakan
Lebih terperinciRAKER GUBERNUR KALBAR HUT PEMDA KALBAR KE 53 KOORDINASI PEMANTAPAN PENYELENGGARAAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010
RAKER GUBERNUR KALBAR HUT PEMDA KALBAR KE 53 KOORDINASI PEMANTAPAN PENYELENGGARAAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010 Drs. Alexius Akim, MM. Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Barat RAKOR GUBERNUR KALBAR
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah Kota Yogyakarta maka dibuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP
PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP LATAR BELAKANG Taman Kanak-kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan anak usia dini jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai masuk pendidikan
Lebih terperinciKAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN
KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN Kebijakan Pendidikan Working Paper: Investing in Indonesia s Education: Allocation, Equity, and Efficiency of Public Expenditures, World Bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan
Lebih terperinciLAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP)
LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP) Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan kewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia saat ini menimbulkan persaingan yang semakin ketat antar bangsa dan dalam berbagai kehidupan. Untuk menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang pendidikan. Peningkatan pendidikan yang bermutu di Indonesia termaktub dalam amanah konstitusi
Lebih terperinciDINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro VISI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO TERWUJUDNYA INSAN CERDAS, KOMPERHENSIP DAN BERBUDAYA BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA UNTUK MENOPANG
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT KOMISI X DPR-RI (PENDIDIKAN NASIONAL, PEMUDA DAN OLAHRAGA, KEBUDAYAAN, PARIWISATA DAN KESENIAN) ===========================================================
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang bermuara dan berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyumbangkan kemampuan usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu aspek yang menyumbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Perkembangan IPTEK yang pesat memaksa kita untuk dapat
Lebih terperinciTAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6
DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan
Lebih terperinciANALISA PENDEKATAN SISTEM PENDIDIKAN PADA PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA KABUPATEN WONOGIRI
ANALISA PENDEKATAN SISTEM PENDIDIKAN PADA PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA KABUPATEN WONOGIRI Rahmat Riandi Suparno, Ayuk Onita Sari, Alwi Mubarok, Listi Vianita, Ayun Trilas I Prodi Pendidikan Geografi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya.
Lebih terperinciPendidikan merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
A. LATAR BELAKANG Tema peringatan hari tahun 2013 adalah Meningkatkan kualitas dan akses berkeadilan. Tema tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan dalam upaya percepatan keseluruh warga Negara untuk
Lebih terperinciBab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis
Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR A. Tujuan dan Sasaran Strategis Berdasarkan pada amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta misi dan visi Dinas
Lebih terperinciTUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
TUJUAN 2 Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua 35 Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 3: Memastikan pada 2015 semua anak-anak di mana pun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap peserta didik berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram di segala bidang secara menyeluruh, terarah, terpadu, dan berlangsung secara terus menerus dalam
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA
INDIKATOR KINERJA UTAMA INSTANSI : DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JOMBANG VISI : TERWUJUDNYA PENDIDIKAN YANG MERATA, BERMUTU, AGAMIS DAN BERDAYA SAING MISI : 1. Mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan dan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciJurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian
Jurnal Geografi Volume 13 No 1 (43 dari 100) Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PADA MASYARAKAT PESISIR DAN PERAN ORANG TUA DALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun. Sekolah) yang menyediakan bantuan bagi Sekolah dengan tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang
Lebih terperinciPENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016
PENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN DAN DAN KEBUDAYAAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA PUSAT DAN DATA STATISTIK DAN PENDIDIKAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN
Lebih terperinciBAB II KEADAAN UMUM INSTANSI
BAB II KEADAAN UMUM INSTANSI Pada bab dua ini membahas mengenai keadaan umum instansi Disdik Kota Bandung, seperti sejarah, kronologis terbentuknya instansi, visi misi, sasaran strategi instansi, dan struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat serta berperan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan sangat penting karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang ekologi manusia yang bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya dan aktivitas
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22
BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 336 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA BANDUNG PADA PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat dimana proses pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Pada proses
Lebih terperinciAgenda Utama Kabupaten/Kota: PERCEPATAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR YANG BERMUTU
Agenda Utama Kabupaten/Kota: PERCEPATAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR YANG BERMUTU Oleh Mamat Supriatna* BATAS TUNTAS TAHUN 2008 merupakan batas akhir program penuntasan wajib belajar pendidikan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN HAK ATAS PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA
KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN HAK ATAS PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan
Lebih terperinciSASARAN Uraian Sasaran Indikator Satuan 1 2. Formulasi perhitungan: (Jumlah siswa usia tahun dijenjang SD/MI/Paket A,
Lampiran Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banjar Nomor : 420/Kpts.203-Disdikbud Tanggal : 27 Oktober 2014 Tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Dilingkungan Dinas Pendidikan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2014
RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2014 Sebagai ringkasan dari Laporan Kinerja Intansi Pemerintah Kabupaten Sukabumi Tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan panjang. Namun sampai saat ini masih banyak penduduk miskin yang memiliki
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR DUA BELAS TAHUN DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. subjek dan objek pembangunan nasional Indonesia dalam usaha mencapai aspirasi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Indonesia merupakan generasi penerus bangsa, yang mempunyai hak dan kewajiban ikut serta membangun Negara dan Bangsa Indonesia. Anak merupakan subjek dan objek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan fondasi yang paling kokoh untuk membangun bangsa. Tidak ada bangsa yang maju tanpa membangun pendidikan yang bagus. Sedemikian pentingnya pendidikan
Lebih terperinciTahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 6 mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 ESELON III BIDANG PAUDNI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 ESELON III BIDANG PAUDNI No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Tahunan Program Kegiatan Anggaran 1. Meningkatnya jangkauan dan kualitas pendidikan Angka Partisipasi
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR
INDIKATR KINERJA UTAMA DINAS PRVINSI JAWA TIMUR Visi : Terwujudnya insan yang cerdas, berakhlak, profesional, dan berbudaya Misi Tujuan : 1. Mewujudkan pemerataan aksesbilitas dan kualitas pendidikan pada
Lebih terperinciMewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.
Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Pada misi IV yaitu Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal terdapat 11
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, November 2017 Pusat Data Dan Statistik Pendidikan Dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
KATA PENGANTAR Pusat Data dan Statistik (PDSPK) sebagai pengelola Data Warehouse data pendidikan dan kebudayaan di tingkat kementerian menyajikan Sistem Informasi APK-APM yang merupakan salah satu indikator
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 DINAS PENDIDIKAN
INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 DINAS PENDIDIKAN NO SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KETERANGAN 1 Meningkatnya Akses Layanan Pendidikan - APK PAUD - APK SD/MI - APK SMP/MTs - APK Non Formal - APS SD/MI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mulai tahun 2011 akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan yang dilakukan melalui mekanisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk manusia saja di dalam hidup dan kehidupannya mempunyai masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan adalah persoalan khas manusia. Hal ini berarti bahwa hanya makhluk manusia saja di dalam hidup dan kehidupannya mempunyai masalah pendidikan. Dengan pendidikan,
Lebih terperincigizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini.
gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. a. Urusan Pendidikan 1) Angka Melek Huruf Angka melek huruf merupakan tolok ukur capaian
Lebih terperinciBab III Akuntabilitas Kinerja
Bab III Akuntabilitas Kinerja A. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 ini disusun untuk mengukur tingkat
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Lebih terperinciANALISIS EKUITAS ANGGARAN BELANJA PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI
ANALISIS EKUITAS ANGGARAN BELANJA PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : RETNO WULANDARI B 200 100 195 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh
BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan
Lebih terperinciDinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan
Lebih terperinciMisi 4. Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang Berkualitas tanpa Meninggalkan Kearifan Lokal
Misi 4. Mewujud Peningkatan yang Berkualitas tanpa Meninggal Kearifan Lokal No PROGRAM SI AWAL PENG GUNG WAB 1 Program anak usia dini, Wajib belajar pendidi dasar, menengah, dan nonformal 2 Program pendidi
Lebih terperincidari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%.
b. 2010 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 18.966 RTM (10,26%) atau menjadi 40.370 RTM (21,85 %) dari target 28,3%. c. 2011 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 760 RTM (2,03%) atau menjadi 36.610
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat
Lebih terperincipemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi usaha kecil dan menengah, penanaman modal, kebudayaan, pemuda dan olahraga, kesatuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi tiga prioritas pembangunan pendidikan nasional, meliputi 1. pemerataan dan perluasan akses pendidikan, 2. peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2016
Sistem pemerintahan daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Bab mengharuskan daerah untuk mampu meningkatkan 1 kemandiriannya dalam penyelenggaraan Pendahuluan pemerintahan yang berpedoman
Lebih terperinciBAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Indikator Kinerja Dinas Pendidikan Kota Pontianak yang mendukung visi, misi, tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Lebih terperinciBAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAH RAGA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB VI INDIKATOR DINAS PENDIDIKAN KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAH RAGA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Keberhasilan penyelenggaraan suatu urusan dapat dilihat dari indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Lebih terperincikualifikasi S1/D IV,S2 atau lebih. guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Adapun yang dibahas yaitu : Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Fasilitas Pendidikan, Angka Putus Sekolah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Karakteristik pendidikan Propinsi Jawa Timur secara umum pada tahun 2007
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar favorit. Pada lembaga persekolahan ini tidak cukup ruang bagi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, ada kecenderungan bahwa program pendidikan dasar yang bermutu hanya diorientasikan untuk orang dan kelompok tertentu, terutama pada institusi pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah komunitas, dan komunitaslah yang membentuk masyarakat. Substansi ini
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Masyarakat merupakan komponen besar dan kompleks dalam pembicaraan tentang kehidupan sosial. Di dalamnya ditemukan berbagai keberagaman pikiran dan perilaku. Keterkaitannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Pemerintah Indonesia telah menjadikan investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan mengalokasikan persentase yang lebih
Lebih terperinciDinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Timur KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan perkenan-nya maka Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Timur Tahun
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2015
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2015 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, dalam rangka
Lebih terperinciKINERJA PENDIDIKAN KESETARAAN SEBAGAI SALAH SATU JENIS PENDIDIKAN NONFORMAL *) THE PERFORMANCE OF EQUALITY EDUCATION AS A TYPE OF NON FORMAL EDUCATION
Ida Kintamani Dewi Hermawan, Kinerja Pendidikan Kesetaraan Sebagai Salah Satu Jenis Pendidikan Nonformal KINERJA PENDIDIKAN KESETARAAN SEBAGAI SALAH SATU JENIS PENDIDIKAN NONFORMAL *) THE PERFORMANCE OF
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI)
INDIKATOR (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI) PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DINAS PENDIDIKAN Jalan Ahmad Yani No. 05 Ngawi Kode Pos : 63202, Tromol Pos 09 Tlp. (0351) 79198 Fax. (0351) 79078 Email :
Lebih terperinciStatistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012
Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA
Lebih terperinciANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA
Angka Partisipasi Kasar (APK) Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera utara ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN DI KABUPATEN
Lebih terperinciDR. H. Sofyan Sauri, M.Pd (Ketua) Anggota : 1. Drs. H. Ade Sadikin Akhyadi, MSi 2. Drs. Yadi Ruyadi, MSi
Program Akselerasi Peningkatan APK Dalam Rangka Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Melalui Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa UPI Di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat dan Kabupaten
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)
INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) KABUPATEN / KOTA OPD : CILEGON : DINAS PENDIDIKAN TUGAS DAN FUNGSI
Lebih terperinci