PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PRIMER MODIFIKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PRIMER MODIFIKASI"

Transkripsi

1 PEGARUH IMPLEMETASI MODEL PRIMER MODIFIKASI DA KOMUIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPUASA PASIE DI RUAG RAWAT IAP ( RSUD PAEMBAHA SEOPATI BATUL ) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magester Program Studi Magester Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Oleh : SUHARTII RAHAYU MARIA IM : S PROGRAM PASCA SARJAA UIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

2 PEGARUH IMPLEMETASI MODEL PRIMER MODIFIKASI DA KOMUIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPUASA PASIE DI RUAG RAWAT IAP ( RSUD PAEMBAHA SEOPATI BATUL ) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magester Program Studi Magester Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Oleh : SUHARTII RAHAYU MARIA IM : S PROGRAM PASCA SARJAA UIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

3 2014 KATA PEGATAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-ya penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul PEGARUH IMPLEMETASI MODEL PRIMER MODIFIKASI DA KOMUIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPUASA PASIE DI RUAG RAWAT IAP ( RSUD PAEMBAHA SEOPATI BATUL ) Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Program Studi Magister Kedokteran Keluarga minat Pendidikan Profesi Kesehatan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Ravik Karsidi,M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta atas fasilitas dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magester di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Prof.Dr.Ir.Ahmad Yunus.M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu di Magester Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4 3. Bapak Dr. dr.hari Wujoso, Sp F,MM selaku Ka Prodi Magester Kedokteran keluarga yang telah memberikan kesempatan, fasilitas dan saran kepada penulis selama mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magester Kedokteran keluarga di Universitas Sebelas Maret Surakarta ini. 4. Ibu Dr unuk Suryani,M.Pd. selaku ka. Peminatan PDPK yang telah dengan sabar memberi kesempatan dan fasilitas serta semangat semangat sehingga tesis ini dapat terselesaikan. 5. Prof.Dr,dr, Ambar Mudogdo,Sp.PA(K) sebagai pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan, semangat dan saran selama penulis menyusun tesis ini. 6. Bapak Prof. Dr. Samsi Haryanto,M.Pd sebagai pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, saran, dan semangat kepada penulis sehingga penyusunan tesis ini bisa selesai. 7. Kepada dr. I Wayan Sudana selaku Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian di Rumah sakit Panembahan Senopati Bantul sehingga penyusunan tesis ini bisa terlaksana dengan baik. 8. Bapak I yoman Gunarsa.S.Psi selaku Ka. Bag. Pengembangan yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

5 9. Suami dan anaka anak yang telah memberi semangat, dorongan, bantuan dengan penuh cinta kasih dan selalu ada saat penulis membutuhkan. Semoga segala bantuan yang diberikan mendapatkan balasan yang lebih besar dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mohon kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat. Surakarta, Mei 2014 Penulis

6

7

8 PEGARUH IMPLEMETASI MODEL PRIMER MODIFIKASI DA KOMUIKASI TERAPEUTIK DU RUAG RAWAT IAP ( RSUD PAEMBAHA SEOPATI BATUL ) Suhartini Rahayu maria¹,ambar Mudigdo², Samsi haryanto³ Magester Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Intisari Model primer modifikasi dan Komunikasi terapeutik memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan hubungan yang terapeutik kepada pasien.penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh Implementasi model primer modifikasi dan komunikasi terapeutik oleh perawat terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Panembahan Senopati bantul. Metode dalam penelitian ini adalah analitik Correlasional.dengan rancangan cross sectional study. Sampel terdiri dari 30 perawat primer, 60 perawat asosiet,dan Sembilan puluh pasien, dimana satu perawat Primer dan dua perawat asosiet diobservasi dalam implementasi model primer modifikasi dan komunikasi terapeutik kemudian 3 pasien kelolaan dalam pengambilan data dengan kuesioner kemudian dikelompokan, diambil skor rata rata menjadi satu unit analisis X₁ untuk implementasi model primer modifikasi, X₂ untuk Implementasi Komunikasi Terapeutik dan Y untuk kepuasan pasien, dengan demikian untuk unit analisis menjadi 30X₁, 30 X₂ dan 30 Y. Data dianalisis dengan menggunakan uji Regresi sederhana dan regresi ganda dibantu dengan program SPSS for Windows versi Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ada pengaruh yang signifikan antara implementasi model primer modifikasi terhadap kepuasan pasien,dan semakin tinggi implementasi model primer modifikasi semakin tinggi pula tingkat kepuasan pasien. F hit :23,169> F tab 4.20 (1,28 )danp = 0,000 < dari 5% ( 0,05 ).R² = 0,453 R = 0,673.Persamaan regresi Y = 34, ,499 X₁. Ada pengaruh yang signifikan antara implementasi Komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien,dan semakin tinggi implementasi komunikasi terapeutik semakin tinggi pula kepuasan pasien F hit :23,169> F tab 4.20 (1,28 )danf hit :23,739> F tab 4.20 (1,28 )danp = 0,000 < dari 5% ( 0,05 ).R² = 0,459R = 0,677.Persamaan regresi Y = 32, ,653 X₂. Ada pengaruh yang signifikan antara implementasi model primer modifikasi dan implementasi komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien,dan semakin tinggi implementasi model primer modifikasi dan implementasi komunikasi terapeutik semakin tinggi pula tingkat kepuasan pasien. F hit :15,584>F tab ( 2,27) = 3,35 (1,27 )danp = 0,000 < dari 5% ( 0,05 ).R² = 0,536 R = Persamaan regresi Y =23, ,867X₁ + 0,986X₂ Kata kunci :Implementasi Model Primer Modifikasi, Implementasi Komunikasi Terapeutik, Kepuasan Pasien

9 THE EFFECT OF MODIFICATIO PRIMARY MODEL AD THERAPEUTIC COMMUICATIO IMPLEMETATIO I WARD ROOM (PAEMBAHA SEOPATI HOSPITAL OF BATUL ) Rahayu Suhartini Maria¹, Ambar Mudigdo² Samsi Haryanto ³ Magister of Family Medicine Program Graduated Program Sebelas Maret University Abstract The modification primary model and therapeutic communications provide comprehensive nursing care and therapeutic correlation to the patient. This study aims to analyze the effect of the modification primary model and therapeutic communication implementation by nurses to the patient satisfaction in ward room of Panembahan Senopati Hospital of Bantul. This study used an analytic correlation method, with cross sectional study. The sample consisted of 30 primary nurses, 60 nurse associated, and 90 patients, where one primary nurse and two nurses associated are observed in the modification primary model and of therapeutic communication implementation and then 3 patients managed in the data collection by questionnaire then grouped, taken average scores into one unit of analysis X 1 for implementation of the modification model primary, X 2 for the implementation of Therapeutic Communication and Y for patient satisfaction, thus the unit of analysis to be 30X 1, 30X 2 and 30 Y. Data were analyzed using simple regression test and multiple regression helped with SPSS for Windows version The study results showed that there is significant correlation between the implementation of modifications primary model to the patient satisfaction, and the higher the primary modification model implementation are higher the level of patient satisfaction too. Fhits: > Ftab 4.20 (1.28) and P = <5% (0.05). R 2 = R = Regression equation Y = X 1. There is a significant correlation between the implementation of therapeutic communication to the patient satisfaction, and higher therapeutic communication implementation are higher the patient satisfaction too, F hits: > F tab 4.20 (1.28) and F hits: > F tab 4.20 (1.28) and P = <5% (0.0 5). R 2 = R = Regression equation Y = X 2. There is significant correlation between the implementation of the primary model modification and therapeutic communication to the patient satisfaction, and the higher of modification primary model and therapeutic communication implementation are higher the level of satisfaction patients. F hits: > F tab (2,27) = 3.35 (1.27) and P = <5% (0.0 5). R 2 = R = Regression equation Y = X X 2. Keywords: Modification Primary Model Implementation, Therapeutic Communication Implementation, Patient Satisfaction DAFTAR ISI

10 HALAMA JUDUL... KATA PEGATAR... i ii ITISARI... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii BAB I PEDAHULUA A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Rumusan Masalah... 4 D. Tujuan Penelitian... 4 E. Manfaat Penelitian... 5 BAB II TIJAUA PUSTAKA... A. Kajian Pustaka Rumah Sakit Keperawatan Komunikasi Terapeutik Konsep Kepuasan B. Penelitian Yang Relevan C. Kerangka Berfikir D. Hipotese BAB III METODE PEELITIA

11 A. Tempat Penelitian.. 47 B. Waktu Penelitian.. 47 C. Tata Laksana Penelitian 1. Jenis Penelitian Rancangan Penelitian Bahan Penelitian Populasi Sampel Variabel Penelitian Definisi Operasional Tehnik Pengumpulan Data a. Pengumpulan data b. Uji Validitas dan Reliabilitas c. Tehnik Analisis BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA A. Gambaran Umum tempat Penelitian 1. Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Rumah Sakit Jenis Pelayanan Rumah Sakit Gambaran Seksi keperawatan dan Kebidanan.. 73 B. Diskripsi Data 1. Karakteristik responden Data Implementasi Model Primer Modifikasi.. 78

12 3. Data Implementasi Komunikasi terapeutik Data Kepuasan Pasien 82 C. Analisis Data 1. Pengelompokan Data Analisis Regresi a. Para Syarat Analisis regresi.. 86 b. Analisis Regresi Sederhana 88 c. Analisis Regresi Ganda. 93 D. Pembahasan 97 E. Keterbatasan penelitian. 105 BAB V KESIMPULA DA SARA A. Kesimpulan B. Saran dan Implikasi 1. Implikasi Saran DAFTAR PUSTAKA. 110 DAFTAR BAGA

13 Bagan 1. Sistem pemberian Asuhan Keperawatan model fungsional Bagan 2. Sistem pemberian Asuhan Keperawatan model Kasus 20 Bagan 3. Sistem pemberia Asuhan Keperawatan model TIM.. 21 Bagan 4. Sistem pemberian Asuhan Keperawatan model Primer 22 Bagan 5. Kerangka Berfikir. 45

14 DAFTAR TABEL Tabel 1 Rumus Douglas 18 Tabel 2 Definisi Operasional Variabel 53 Tabel 3 Hasil Reliability.. 61 Tabel 4 Pengelompokan data.. 62 Tabel 5 Karakteristik Responden 75 Tabel 6 Data Skor Implementasi Model Primer Modifikasi 78 Tabel 7 Data Skor Implementasi Komunikasi terapeutik.. 80 Tabel 8 Data Skor kepuasan pasien. 82 Tabel 9 Data Skor X₁, X₂ dan Y 84 Tabel 10 Hasil Uji ormalitas Tabel 11 Hasil Uji Linieritas. 87 Tabel 15 Hasil Uji Multikolinieritas 87 Tabel 16 Hasil Uji Hipotese Tabel 17 Hasil Uji Determinan Hipotese Tabel 18 Hasil Uji Koefficien Persamaan regresi X₁ Y. 90 Tabel 19 Hasil Uji Hipotese Tabel 20 Hasil Uji Determinan Hipotese Tabel 21 Hasil Uji Koefficien Persamaan regresi X₂ Y.. 92 Tabel 22 Hasil Uji Hipotese Tabel 23 Hasil Uji Determinan Hipotese Tabel 24 Hasil Uji Koefficien Persamaan regresi X₁, X₂ Y 95

15 Tabel 25 Sumbangan Relatif dan sumbangan Efektif 96 DAFTAR DIAGRAM Diagram 1 Sebaran Skor Implementasi Model prime Modifikasi. 79 Diagram 2 Sebaran Skor Implementasi Komunikasi terapeutik. 81 Diagram 3 Sebaran Skor Kepuasan Pasien 83 DAFTAR LAMPIRA Lampiran 1. Lembar Permohonan Izin penelitian

16 Lampiran 2, Lembar Izin penelitian Lampiran 3. Lembar cheklist Tugas Perawat Primer Lampiran 4. Lembar cheklist Tugas Perawat Asosiate Lampiran 5. Lembar checklist Komunikasi Terapeutik Lampiran 6. Lembar Kuesioner Kepuasan Pasien Lampiran 7. Lembar Petunjuk Pengisian Lembar Observasi Implementasi Model primer Modifikasi Perawat primer Lampiran 8. Lembar Petunjuk Pengisian Lembar Observasi Implementasi Model primer Modifikasi Perawat Asosiet Lampiran 9. Lembar Petunjuk Pengisian Lembar Observasi Komunikasi terapeutik Perawat Primer dan Perawat asosiet. Lampiran 10. Data penelitian Lampiran 11 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabelitas Lampiran 12 Hasil Analisa data. BAB I PEDAHULUA

17 A. Latar Belakang Masalah RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah rumah sakit milik pemerintah kabupaten Bantul merupakan rumah sakit tipe B pendidikan, dengan kapasitas tempat tidur 298 TT. Dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit melaksanakan pelayanan prima dan pasien oriented. Untuk mengidentifikasi adanya ketidak puasan pasien terhadap pelayanan, rumah sakit menyediakan tempat aduan berupa SMS center Direktur serta kotak saran, sehingga masalah cepat dapat diatasi. amun dari waktu ke waktu ketidak puasan pasien masih tetap muncul dengan masalah yang hampir sama yaitu tentang kinerja perawat mengenai kecepatan pelayanan dan keramahan. Banyak disebut bahwa perawat kurang cepat menanggapi keluhan dan perawat kurang ramah atau bahkan tidak ramah. Masalah kepuasan pasien merupakan masalah yang sangat mempengaruhi citra rumah sakit, dimana bila pasien puas akan kembali ke rumah sakit tersebut. Pasien yang puas akan secara tidak sadar mempromosikan kepada orang lain untuk ke rumah sakit yang terkait bila membutuhkan pelayanan rumah sakit, demikian juga sebaliknya bila merasa tidak puas rumah sakit akan ditinggalkan pasien dan citra rumah sakit akan kurang baik, sehingga akan dijauhi oleh masyarakat. Dengan demikian masalah kepuasan pasien sangat penting untuk dikelola dengan serius, bagaimana caranya agar pasien merasa puas, hal yang tidak memuaskan pasien tidak akan terjadi lagi. Perawat merupakan Sumber Daya Manusia yang paling banyak dan selama 24 jam disamping pasien, sehingga keluhan tidak puas banyak ditujukan kepada perawat. Memang rumah sakit dengan cepat menanggapi keluhan ketidak puasan

18 pasien, namun nyatanya keluhan yang sama muncul lagi. Dengan demikian apakah penanganan yang dilakukan kurang pas?. Apakah jumlah perawat yang kurang? sehingga beban kerja perawat terlalu berat? ataukah perilaku perawat kurang menunjukkan sebagai perawat yang professional?. Memang jumlah tenaga perawat masih kurang menurut standar ketenagaan, sehingga beban kerja perawat dirasa terlalu berat. Sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan pasien. RSUD Panembahan Senopati Bantul menggunakan MPKP ( Model Praktik Keperawatan Profesional ) mengingat seluruh perawat minimal bebasis D III Keperawatan. Untuk lebih dapat memenuhi harapan pasien akan pelayanan keperawatan yang dibutuhkan, maka dari model penugasan Asuhan Keperawatan TIM diganti dengan model penugasan asuhan keperawatan PRIMER. amun dikarenakan perawat yang berbasis pendidikan urse masih kurang maka diterapkan penugasan asuhan keperawatan Model Primer Modifikasi yang mana sebagai PP ( Perawat Primer ) tidak semuanya urse namun sebagian ada yang dilaksanakan oleh perawat berbasis DIII keperawatan yang berpengalaman dan dipandang mampu. Demikian juga dalam penerapan komunikasi terapeutik yang juga masih belum optimal, sedikit demi sedikit akan bisa optimal dengan kedekatan perawat pasien dimana mulai dari awal masuk sampai pulang sekelompok pasien dirawat oleh sekelompok perawat yang sama, sehingga kesan perawat kurang atau tidak ramah akan berkurang atau hilang. Dengan demikian diharapkan ketidakpuasan pasien akan berkurang bahkan tidak muncul lagi. Seharusnya upaya tersebut mampu mengubah perilaku perawat menjadi perilaku yang professional

19 sehingga masalah ketidak puasan pasien terkait kecepatan menanggapi keluhan dan keramahan tidak akan muncul lagi. amun dalam kenyataanya masalah tersebut masih muncul dan muncul lagi. Sebagai solusi yang perlu dipertimbangkan dilihat kembali apakah pemberlakuan model penugasan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan model primer modifikasi sudah terdokumentasi dengan baik dalam arti dokumen sebagai peraturan pertauran, tata cara dan standar operasioanal prosedur sudah ada? kemudian apakah sudah dilaksanakan dengan baik?. apakah sudah dibuat indikator indikator penilaian? Kalau memang belum ada perlu dibuat, kalau sudah ada apakah secara periodik dilakukan evaluasi?.kalau belum hal tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui keberhasilan program tersebut. Sebetulnya akan terasa terbantu bila SPI ( Sistem Pengawas Internal ) berjalan dengan baik sehingga secara periodik akan dilakukan audit internal baik audit system maupun audit kepatuhan. Dengan demikian lama kelamaan bukan hanya menjalankan aturan saja namun akan menjadikan rasa tanggung jawab moral pribadi yang akhirnya akan merubah perilaku masing masing individu, secara tidak sadar akan selalu berperilaku professional. Sehingga dapat dikatakan disini bahwa untuk mangatasi ketidak puasan pasien terkait dengan kinerja perawat adalah dengan menerapkan model penugasan asuhan keperawatan kepada pasien dengan model primer modifikasi dan melaksanakan komunikasi terapeutik dengan baik dan benar serta secara periodik dievaluasi melalui audit system dan audit kepatuhan sampai terbentuk perilaku perawat professional.

20 B. Identifikasi Masalah 1. Adakah pengaruh implementasi model primer modifikasi terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul? 2. Adakah pengaruh implementasi komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul? 3. Adakah pengaruh implementasi model primer modifikasi dan komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul? C. Rumusan Masalah Adakah pengaruh implementasi model primer modifikasi dan komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien di rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui tingkat kepuasan pasien dalam implementasi model primer modifikasi dan komunikasi terapeutik RSUD Panembahan Senopati Bantul sehingga hasilnya akan dapat memberikan masukan sebagai bahan pentimbanganuntuk pengambilan keputusan dalam rangka upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan guna meningkatkan kepuasan pasien/klien, di RSUD Panembahan Senopati Bantul. 2. Tujuan Khusus

21 a. Mengetahui pengaruh implementasi model primer modifikasi terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul. b. Mengetahui pengaruh implementasi komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul. c. Mengetahui pengaruh implementasi model primer modifikasi dan komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul. E. Manfaat Penelitian 1 Manfaat teoritis : 1. Mendapatkan mengetahuan tentang implementasi model primer modifikasi dan komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien 2. Dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya 2 Manfaat praktis : 1. Bagi Perawat sebagai masukan dalam rangka peningkatan asuhan keperawatan dengan penugasan model primer modifikasi kepada pasien 2. Bagi Rumah Sakit Sebagai masukan dalam rangka upaya peningkatan mutu pelayanan guna meningkatkan kepuasan pasien

22 3. Bagi pasien Dengan pelaksanaan asuhan keperawatan dengan penugasan model primer modifikasi dan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan baik dan benar akan meningkatkan kepuasan pasien. BAB II TIJAUA PUSTAKA A. Kajian Pustaka

23 1. Rumah Sakit a. Pengertian Rumah Sakit Menurut Undang undang omor 36 tahun 2009 tentang Rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.rumah sakit diselenggarakan berdasarkan Panca Sila,dan didasarkan pada nilai nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas,mafaat,keadilan,antidiskriminasi,penerimaan perlindungan dan keselamatan pasien serta fungsi pelayanan social yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Sedang menurut undang undang omor 44 tahun 2009 menjelaskan bahwa rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melelui tenaga medis professional yang terorganisir serta sarana kesehatan yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan Menurut WHO Rumah Sakit adalah Institusi yang merupakan bagian integral dari organisasi kesehatan dan organisasi sosial, berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap, baik kuratif maupun preventif bagi pasien rawat jalan dan rawat inap kegiatan pelayanan medis serta perawatan. b. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

24 Menurut Undang Undang Republik Indonesia omor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud diatas rumah sakit mempunyai fungsi : 1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai standard pelayanan rumah sakit 2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua, ketiga sesuai kebutuhan medis 3. Penyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan tehnologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan, c. Rawat Inap Rawat Inap adalah pemeliharaan kesehatan Rumah Sakit di mana pasien tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari rumah sakit atau pelaksana kesehatatan lain Rawat inap merupakan pelayanan kesehatan perorangan

25 yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan serta rehabilitasi medik, dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan Rumah Sakit baik swata maupun pemerintah serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya pasien harus menginap ( Joko.W,1999) Tenaga dokter dan tenaga perawat merupakan tenaga inti dalam jasa pelayanan rawat inap dirumah sakit dimana kwalitas tenaga dokter dan tenaga perawat memberikan dampak langsung pada kwalitas pelayanan rawat inap dan citra rumah sakit (Putra Panca.A,1999 ) 2. Keperawatan a. Perawat Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Gafar L.O.J, 1999 ) b. Keperawatan Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik,psikis dan social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada individu,mencegah,memperbaiki dan melakukanrehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu ( ursalam,2011 )

26 Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia ( Kusnanto,2003 ) c. Asuhan keperawatan Keperawatan sebagai suatu profesi di rumah sakit yang cukup potensial dalam menyelenggarakan upaya mutu, selain karena jumlahnya yang dominan juga pelayananya menggunakan metode pemecahan masalah secara ilmiah melalui proses keperawatan. Asuhan keperawatan meliputi 1) Pelayanan keperawatan ( ursing Service ) adlah seluruh fungsi, tugas, kegiatan dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh seorang perawat dalam praktek profesinya. 2) Asuhan keperawatan ( ursing Care) adalah suatu pelayanan keperawatan langsung berupa bantuan, bimbingan, penyuluhan, pengawalan atau perlindungan yang diberikan olah seorang perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien. Menurut Doengos ( 2000 ) menyebutkan proses keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5 tahap yang spesifik yaitu : 1) Pengkajian

27 Adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara sistematik, meliputi fisik, psikologi, sosiokultural, spiritual yang komprehensif Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnosa serta melihat kembali catatan sebelumnya. 2) Identifikasi masalah/ diagnosa keperawatan Adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan potensial. 3) Perencanaan Adalah proses dua bagian yaitu pertama adalah identifikasi tujuan dan hasil yang diharapkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan harus spsifik, realistik, dapat diukur, menunjukkan kerangka waktu yang pasti, mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien. Kedua adalah pemilihan intevensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan. 4) Implementasi Implementasi adalah melakukan tindakan dan mendokumentasikan preoses keperawatan s keperawatan, 5) Evaluasi

28 Adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi, Kemudian mengganti rencana keperawatan jika diperlukan. d. Praktik keperawatan professional Seorang Perawat dikatakan professional jika memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan keperawatan professional serta memiliki sikap sesuai kode etik profesi. Adapun yang dimaksud ketrampilan professional keperawatan bukan sekedar trampil dalam melakukan prosedur keperawatan tetapi mencakup ketrampilan interpersonal, ketrampilan intelektual dan ketrampilan tehnikal. ( Gafar 1999 ) Sementara Leddy and Pepper, ( 1995 ) menyatakan keperawatan sebagai profesi mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Kelompok pengetahuan yang mendasari ketrampilan untuk menyelesaikan masalah dalam tatanan praktik keperawatan Ketrampilan dan praktik keperawatan didasarkan pada kiat dan ilmu kepeawatan. Manusia/klien adalah penerima asuhan keperawatan dan setiap manusia merupakan makluk bio-psiko-sosial-spiritual yang berinteraksi dengan lingkungan, sehingga dalam praktik keperawatan juga menerapkan ilmu social, komunikasi,perilaku fisika dan biomedik. b. Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat

29 Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada seseorang dalam melakukan kegiatan untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan individu serta membantu agar dapat hidup mandiri. c. Pendidikan yang memenuhi standard dan diselenggarakan di perguruan tinggi/ Universitas Standar minimal seorang perawat adalah lulus pendidikan diploma. Pendidikan tinggi perawat di Indonesia didirikan tahun 1985 di Universitas Indonesia jakarta d. Pengendalian terhadap standar praktik Standar adalah pernyataan atau criteria tentang kualitas praktik. Standar praktik keperawatan menekankan pada tanggung jawab dan tanggung gugat perawat untuk memenuhi standard yang telah ditetapkan yang bertujuan melindungi masyarakat maupun perawat. Dengan demekian perawat bekerja tidak dibawah pengawasan dan pengendalian profesi lain. e. Bertanggung jawab dan bertsnggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan. Tanggung gugat ( accountable ) berate bertanggung jawab terhadap pelayanan yang diberikan.tanggung gugat mengandung aspek legal terhadap kelompok sejawat, atasan dan konsumen. f. Karier seumur hidup Karier adalah pekerjaan utama seumur hidup yang dapat dibedakan dengan Job yang merupakan bagian dari pekerjaan rutin. Dakam kariernya perawat

30 bekerja sebagai tenaga penuh, pilihan sendiri yang didasari dengan pendidikan dan pelatihan yang lama dan merupakan pilihan sendiri. g. Fungsi mandiri Dinegara yang telah maju seperti Amerika perawat telah diakui dengan fungsi mandirinya dan mempunyai kewenangan penuh untuk melakukan pelayanan/ asuhan keperawatan. Meskipun dalam pelaksanaanya tetap berkolaborasi dengan tenaga professional lain tetapi asuhan keperawatan yang dilakukan berorientasi kepada kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi dari intervensi kedokteran atau profesi lain Selanjutnya Kozier,Erb & Wilkinson,( 1995 ) mengemukakan karakteristik profesionalisasi yang menjadi landasan dan tercermin pada praktik keperawatan professional meliputi : a) Konsep misi yang terbuka terhadap perubahan b) Penguasaan dan penggunaan pengetahuan teoritis c) Kemampuan menyelesaikan masalah d) Pengembangan diri secara berkesinambungan e) Pendidikan formal f) Sistem pengesahan terhadap kompetensi g) Penguatan secara legal terhadap standard professional h) Praktik berdasarkan kode etik i) Hukuman terhadap malpraktik j) Penerimaan dan pelayanan kepada masyarakat

31 k) Perbedaan peran antara pekerjaan professional dengan pekerjaan lain dan boleh praktik otonom. e. Model Praktik Keperawatan Professional Praktik keperawatan professional merupakan praktik keperawatan yang dilandasi oleh nilai nilai professional, yaitu mempunyai otonomi dalam pekerjaannya, bertanggung jawab dan bertanggung gugat, pengambilan keputusan yang mandiri, kolaborasi dengan disiplin ilmu lain, pemberian pembelaan dan memfasilitasi kepentingan klien. Tuntutan terhadap kualitas pelayanan keperawatan mendorong perubahan dalam memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan bermutu. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional diperlukan sebuah pendekatan menajemen yang memungkinkan diterapkannya metode penugasan yang dapat mendukung penerapan perawatan yang professional di rumah sakit.( Bimo, 2008 ) Menurut Hoffart & Woods, 1996 ( dalam Tukimin 2005 ) Model Praktik Keperawatan Profesional ( MPKP ) merupakan suatu system ( struktur,proses dan nilai nilai professional ) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan Pengembangan MPKP diperlukan hubungan kolaborasi antar profesi dan diperlukan waktu serta tenaga yang cukup. Meskipun demikian banyak organisasi lain menyepakati bahwa model kolaborasi asuhan keperawatan dapat

32 meningkatkan hasil pelayanan, keefektifan biaya dan kepuasan pasien ( Sitorus, 2000 ) Menurut Hoffart & Woods 1996 ( dalam Tukimin 2005 ) menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari 5 elemen subsistem yaitu nilai nilai professional, hubungan proesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen serta system kompensasi dan penghargaan. a. ilai nilai professional b. Pendekatan manajemn c. Sistem pemberian asuhan keperawatan d. Hubungan professional e. Kompensasi dan penghargaan a. ilai nilai professional Menurut Leddy & Pepper, ( 1995 ) nilai nilai professional yang melandasi praktik keperawatan meliputi nilai intelektual,nilai komitmen moral, otonomi kendali dan tanggung gugat. 1) ilai intelektual dalam praktik terdiri dari tiga komponen yang saling terkait yaitu ilmu pengetahuan yang nelandasi praktik profesioanal, pendidikan spesialisasi untuk meneruskan ilmu pengetahuan dan menggunakan ilmu pengetahuan dalam berfikir secara kritis dan kreatif. 2) ilai komitmen moral Menurut Koezier pelayanan terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.

33 Perilaku perawat harus dilandasi oleh aspek moral yang meliputi : Beneficience, yaitu selalu mengupayakan tiap keputusan dibuat berdasarkan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien Adil yaitu tidak mendiskriminasikan klien berdasarkan agama,ras, social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya tetapi memperlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki Fidelity, yaitu berperilaku caring, selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadai, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien, sikap pedili dan penuh kasih sayang, 3). Otonomi,kendali dan tanggung gugat. Otonomi,kendali dan tanggung gugat merupakan tiga komponen yang saling terkait. Otonomi berarti kebebasan dan kewenangan malakukan tindakan secara mandiri, kesediaan mengambil resiko dan tanggung jawab. b. Pendekatan manajemen Salah satu pendekatan manajemen penting adalah pemenuhan tenaga perawat. Dalam penyelenggarakan asuhan keperawatan profesioanal jumlah tenaga yang dibutuhkan didasarkan pada jumlah pasien dan derajad ketergantungan pasien/

34 Menurut Douglas ( Dep kes RI 1997 ) untuk pasien rawat inap terdapat standard waktu pelayanan menurut klasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap perawat : a) minimal care, diperlukan 1 2 jam/24 jam; b) partial care diperlukan waktu 2 4 jam/24 jam; dan c) total care diperlukan 6 7 jam /24 jam. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan rawat inap didapatkan tenaga untuk dinas pagi, siang dan malam tergantung pada banyaknya tingkat ketergantungan pasien perhitungan indek sperti pada table berikut : Tabel 1 rumus Douglas o Klasifikasi pasien Pagi Siang Malam 1 Minimal care 0,17 0, Partial care 0,27 0,15 0,10 3 Total care 0,36 0,30 0,20 f. Sistem pemberian asuhan keperawatan. Menurut Marquis & Huston dalam ursalam ( 2002 ) pemberian asuhan keperawatan terdapat empat model / yaitu : 1) Model fungsional a) Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan

35 b) Perawat melaksanakan tugas/tindakan tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada. Bagan 1 Sistem pemberian asuhan keperawatan model fungsional ( Marquis & Huston dalam ursalam 2002 ) 2). Model Kasus a) Berdasarkan pendekatan holistic dari filosofi keperawatan b) Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan pasien tertentu c) Ratio 1 : 1 Perawat pasien

36 d) Pasien dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shif e) Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien. Bagan 2 Sistem pemberian Asuhan keperawatan model kasus ( Marquis & Huston dalam nursalam 2002 ) 2) Model Tim a) Berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan b) Enam tujuh perawat professional dan perawat pelaksanan bekerja sebagai suatu tim yang dusupervisi oleh kerua tim c) Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 3 tim

37 yang terdiri dari tenaga professional,tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling kerja sama. Bagan 3 Sistem pemberian Asuhan keperawatan model Tim ( Marquis & Huston dalam nursalam 2002 ) 4). Model Primer a) Berdasarkan komprehensif dari filosofi keperawatan b) Perawat bertanggung jawab semua aspek asuhan c) Ratio 1: 6 /! : 8 ( perawat : Pasien ) dan penugasan model kasus d) Kelebihan Model Primer : 1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif

38 2. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan diri 3. Keuntungan antara lain terhadap pasien,perawat,dokter dan rumah sakit. e) Kelemahan model ini hanya dapat dilakukan oleh perawat berpengalaman dan berpengetahuan yang memadai dengan criteria asertif,self direction,kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik,akontabel serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin Bagan 4 Sistem pemberian Asuhan keperawatan model Primer ( Marquis & Huston dalam nursalam 2002 )

39 f) Uraian tugas 1. Kepala Ruang Bansal a. membagi staf keperawatan ke dalam grup model primer sesuai kemampuan dan beban kerja. b. membuat jadwal dinas koordinasi dengan PP. c. membagi pasien kepada grup primer sesuai kemampuan dan beban kerja. d. memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PP dan PA. e. melaksanakan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf keperawatan untuk mencapai kinerja yang optimal. f. melakukan upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan dengan melakukan evaluasi melalui angket setiap pasien akan pulang. g. mendelegasikan tugas kepada Penanggung jawab Shift Jaga pada jaga Siang/Malam/Hari Libur. h. berperan sebagai konsultan dari PP. 2. Perawat Primer: a. bertugas pada pagi hari. b. bersama PA menerima operan tugas jaga dari PA yang tugas jaga malam. c. bersama PA melakukan konfirmasi/supervisi tentang kondisi pasien segera setelah selesai operan tugas jaga setiap pasien. d. bersama PA melakukan do a bersama sebagai awal & akhir tugas, dilakukan setelah selesai operan tugas jaga malam.

40 e. melakukan pre conference dengan semua PA yang ada pada grup nya setiap awal dinas pagi. f. membagi tugas/pasien kepada PA sesuai beban kerja dan kemampuan. g. melakukan pengkajian, menetapkan masalah/diagnosis dan perencanaan keperawatan kepada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di catatan perawatan. h. memonitor & membimbing tugas PA. i. membantu tugas PA untuk kelancaran pelaksanaan asuhan pasien. j. mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan askep yang dilakukan oleh PA yang ada dibawah tanggung jawabnya. k. melakukan evaluasihasil kepada setiap pasien sesuai tujuan yang ada dalam perencanaan askep dan ada bukti di catatan perawatan. l. melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas dan menerima laporan akhir tugas jaga dari PA untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya. m. mendampingi PA dalam operan tugas jaga kepada PA yang tugas jaga berikutnya. n. memperkenalkan PA yang ada dalam satu grup/yang akan merawat selama pasien dirawat kepada pasien/keluarga baru. o. mendelegasikan tugas kepada PA yang dinas sore/malam/hari libur.

41 p. melaksanakan pendelegasian tugas Penanggung jawab ruang bila pagi hari tidak bertugas. q. menyelenggarakan diskusi kasus/conference dengan dokter/tim kesehatan lain setiap minggu sekali. r. menyelenggarakan diskusi kasus/conference dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan minimal sebulan sekali. s. meyelenggarakan diskusi kasus/conference sesuai prosedur. t. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan. 3. Perawat Asosiate: a. melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada PA yang ada dalam satu grup. b. melakukan konfirmasi/supervisi tentang kondisi pasien segera setelah selesai operan setiap pasien. c. melakukan do`a bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas jaga. d. mengikuti pre conference yang dilakukan PP setiap awal tugas pagi. e. melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggungjawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan. f. melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam keperawatan. g. melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga kepada PP.

42 h. membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien/keluarga yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan. i. menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk mengatasinya. j. melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya. k. melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir tugas pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan. l. mengikuti post conference yang diadakan oleh PP pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi/perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya kepada PP. m. bila tidak ada PP, wajib mengenalkan PA yang berada dalam satu grup yang akan memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya pada pasien/keluarga baru. n. melaksanakan pendelegasian tugas PP pada sore/malam/hari libur. o. berkoordinasi dengan penganggungjawab shif jaga/dokter/tim kesehatan lain bila ada masalah pasien pada sore/malam/hari libur. p. mengikuti diskusi kasus/conference dengan dokter/tim kesehatan lain setiap minggu/ sekali. q. mengikuti diskusi kasus/conference dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan.

43 r. melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas PA. 3. Komunikasi Terapeutik a. Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat pasien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien yang mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan perawat pasien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan menggunakan berbagai tehnik komunikasi agar perilaku pasien berubah ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya. Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (Stuart dan Sundeen, 1987) karena : 1) Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik. Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran. 2) Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain. Berarti, keberhasilan intervensi keperawatan bergantung pada komunikasi karena proses keperawatan ditujukan untuk merubah perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang normal. 3) Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan pasien yang terapeutik tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi.

44 Dalam membina hubungan terpeutik dengan pasien, perawat perlu mengetahui proses komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam membantu klien memecahkan masalahnya. Elemen yang harus ada pada proses komunikasi adalah pengirim pesan, penerima pesan, media dan umpan balik. Semua perilaku individu pengirim dan penerima adalah komunikasi yang akan member efek pada perilaku. Pesan yang disampaikan dapat berupa verbal dan nonverbal. Bermain merupakan cara berkomunikasi dan berhubungan yang baik dengan klien anak. Perawat dapat menyampaikan atau mengkaji secara nonverbal antara lain : Vokal; nada, kualitas, keras ato lembut, kecepatan, yang semuanya menggambarkan suasana emosi. 1) Gerakan; reflex, postur, ekspresi muka, gerakan yang berulang, atau gerakan-gerakan yang lain. Khusus gerakan dan ekspresi muka dapat diartikan sebagai suasana hati. 2) Jarak (space) Jarak dalam berkomunikasi dengan orang lain menggambarkan keintiman. 3) Sentuhan : dikatakan sangat penting, namun perlu mempertimbangkan aspek budaya dan kebiasaaan. Agar perawat dapat berperan efektif dalam terapeutik ia harus menganalisa dirinya : kesadaran diri klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model

45 yang bertanggung jawab. Seorang perawat tidak akan dapat mengetahui kondisi klien jika tidak ada kemampuan menghargai keunikan pasien. Komunikasi terapeutik tidak dapat berlangsung sendirinya, tetapi harus di rencanakan, di pertimbangkan dan di lakukan secara profesional. Pada saat pertama kali perawat melakukan komunikasi terapeutik proses komunikasi umumnya berlangsung singkat, canggung, semu dan seperti di buat-buat.hal ini akan lebih membantu untuk mempersepsikan masing-masing hubungan pasien karena adanya kesempatan untuk mencapai hubungan antar manusia yang positif sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan terapeutik. b. Fase fase Komunikasi Terapeutik 1) Tahap Persiapan (Prainteraksi) Tahap Persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum berinteraksi dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada tahap ini perawat menggali perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini perawat juga mencari informasi tentang pasien. Kemudian perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan kpasien. Tahap ini harus dilakukan oleh seorang perawat untuk memahami dirinya, mengatasi kecemasannya, dan meyakinkan dirinya bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan pasien (Suryani, 2005). Tugas perawat pada tahap ini antara lain: a. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan. Sebelum berinteraksi dengan klien, perawat perlu mengkaji perasaannya sendiri (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Perasaan apa yang muncul sehubungan dengan interaksi yang

46 akan dilakukan. Apakah ada perasaan cemas? Apa yang dicemaskan? (Suryani, 2005). b. Menganalisis kekuatan dan kelemanhan sendiri. Kegiatan ini sangat penting dilakukan agar perawat mampu mengatasi kelemahannya secara maksimal pada saat berinteraksi dengan pasien. Misalnya seorang perawat mungkin mempunyai kekuatan mampu memulai pembicaraan dan sensitif terhadap perasaan orang lain, keadaan ini mungkin bisa dimanfaatkan perawat untuk memudahkannya dalam membuka pembicaraan dengan pasien dan membina hubungan saling percaya (Suryani, 2005). c. Mengumpulkan data tentang pasien. Kegiatan ini juga sangat penting karena dengan mengetahui informasi tentang pasien perawat bisa memahami pasien. Paling tidak perawat bisa mengetahui identitas pasien yang bisa digunakan pada saat memulai interaksi (Suryani, 2005). d. Merencanakan pertemuan yang pertama dengan pasien. Perawat perlu merencanakan pertemuan pertama dengan pasien. Hal yang direncanakan mencakup kapan, dimana, dan strategi apa yang akan dilakukan untuk pertemuan pertama tersebut (Suryani, 2005). 2) Tahap Perkenalan ( Orientasi ) Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak dengan pasien (Christina, dkk, 2002). Pada saat berkenalan, perawat harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada pasien (Brammer dalam Suryani, 2005). Dengan memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap

47 terbuka pada pasien dan ini diharapkan akan mendorong klien untuk membuka dirinya (Suryani, 2005). Tujuan tahap ini adalah untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat dengan keadaan pasien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang lalu (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Tugas perawat pada tahap ini antara lain: a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan komunikasi terbuka. Hubungan saling percaya merupakan kunci dari keberhasilan hubungan terapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005), karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak mungkin akan terjadi keterbukaan antara kedua belah pihak. Hubungan yang dibina tidak bersifat statis, bisa berubah tergantung pada situasi dan kondisi (Rahmat, J dalam Suryani 2005). Karena itu, untuk mempertahankan atau membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan menghargai pasien (Suryani, 2005). b. Merumuskan kontrak pada pasien (Christina, dkk, 2002). Kontrak ini sangat penting untuk menjamin kelangsungan sebuah interaksi (Barammer dalam Suryani, 2005). Pada saat merumuskan kontrak perawat juga perlu menjelaskan atau mengklarifikasi peran-peran perawat dan pasien agar tidak terjadi kesalah pahaman pasien terhadap kehadiran perawat. Disamping itu juga untuk menghindari adanya harapan yang terlalu tinggi dari klien terhadap perawat karena karena pasien menganggap perawat seperti dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Perawat perlu

48 menekankan bahwa perawat hanya membantu, sedangkan kekuatan dan keinginan untuk berubah ada pada diri pasien sendiri (Suryani, 2005). c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien. Pada tahap ini perawat mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya. Dengan memberikan pertanyaan terbuka, diharapkan perawat dapat mendorong pasien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya sehingga dapat mengidentifikasi masalah pasien. d. merumuskan tujuan dengan pasien. Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi bersama pasien karena tanpa keterlibatan pasien mungkin tujuan sulit dicapai. Tujuan ini dirumuskan setelah pasien diidentifikasi. Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya, tujuan fase ini adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan pasien saat ini, dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama pasien (Cristina, dkk, 2002). 3) Tahap Kerja Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Pada tahap ini perawat dan pasien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien mengungkap perasaan dan pikirannya. Perawat juga dituntut untuk mempunyai

49 kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan dalam respons verbal maupun nonverbal pasien. Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien. Melalui active listening, perawat membantu pasien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang telah dipilih. Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan pasien. Tehnik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat-klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray, B & Judth dalam Suryani, 2005). Tujuan tehnik menyimpulkan adalah membantu pasien menggali hal-hal dan tema emosional yang penting (Fontaine & Fletcner dalam Suryani, 2005) 4) Tahap Terminasi Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan pasien. Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat-pasien, setelah terminasi sementara, perawat akan bertemu kembali dengan pasien pada waktu yang telah ditentukan.terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara keseluruhan. Tugas perawat pada tahap ini antara lain:

50 a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini juga disebut evaluasi objektif. Dalam mengevaluasi, perawat tidak boleh terkesan menguji kemampuan pasien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan menanyakan perasaan pasien setelah berinteraksi dengan perawat. b. Perawat perlu mengetahui bagaimana perasaan pasien setelah berinteraksi dengan perawat. Apakah klien merasa bahwa interaksi itu dapat menurunkan kecemasannya? Apakah pasien merasa bahwa interaksi itu ada gunanya? Atau apakah interaksi itu justru menimbulkan masalah baru bagi pasien. c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindakan ini juga disebut sebagai pekerjaan rumah untuk pasien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang akan dilakukan berikutnya. Misalnya pada akhir interaksi pasien sudah memahami tentang beberapa alternative mengatasi marah. Maka untuk tindak lanjut perawat mungkin bisa meminta pasien untuk mencoba salah satu dari alternative tersebut. d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini penting dibuat agar terdapat kesepakatan antara perawat dan pasien untuk pertemuan berikutnya. Kontrak yang dibuat termasuk tempat, waktu, dan tujuan interaksi. Stuart G.W. (1998) dalam Suryani (2005), menyatakan bahwa proses terminasi perawat-pasien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika hal tersebut tidak dilakukan dengan baik oleh perawat, maka regresi dan

51 kecemasan dapat terjadi lagi pada pasien. Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan perawat untuk terbuka, empati dan responsif terhadap kebutuhan pasien pada pelaksanaan tahap sebelumnya. 4. Konsep kepuasan a. Kepuasan Pelanggan Merupakan dasar yang penting dalam mengukur mutu dari pelayanan. Tingkat kepuasan pasien adalah sangat tergantung pada kinerja penyaji jasa. Kepuasan pelanggan merupakan respon pelanggan terhadap evaluasi yang ia rasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Jadi tingkat kepuasan pasien merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas..(tjiptono Fandy, 2008) Tingkat kepuasan pelayanan pasien dari persepsi pasien atau keluarga terdekat. Kepuasan pasien akan tercapai bila diperoleh hasil yang optimal bagi setiap pasien dan pelayanan kesehatan memperhatikan kemampuan pasien dan keluarganya, ada perhatian terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik dan tanggap kepada kebutuhan pasien sehingga tercapai keseimbangan yang sebaik-baiknya

52 antara tingkat rasa puas dan derita serta jerih payah yang harus dialami guna memperoleh hasil tersebut. Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggan, diantaranya: 1) Sistem keluhan dan saran Pemberi jasa perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan mereka. 2) Survei kepuasan pasien. Melalui survei, akan diperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda positif bahwa pemberi jasa menaruh perhatian kepada pelanggannya. 3) Ghos shopping Metode ini dilaksanakan dengan cara mempekerjakan beberapa orang berperan sebagai pelanggan produk perusahaan pesaing. 4) Lost customer analysis Metode ini dengan menghubungi pelanggannya yang telah berhenti membeli.( Supranto, 2006 ). 1. Pengertian Kepuasan Kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai ( Tjiptono dan Chandra, 2005 : 195 ). Sedangkan Kotler ( 2003:61

53 ) mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang dialami setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau hasil suatu produk dengan harapan-harapannya.dari definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan, yaitu adanya perbandingan antara harapan dan kinerja/hasil yang dirasakan pelanggan. Harapan pelanggan dibentuk dan didasarkan oleh beberapa faktor, di antaranya pengalaman berbelanja di masa lampau, opini teman dan kerabat, serta informasi dan janji-janji perusahaan dan para pesaing. 2. Pengertian Pelanggan Menurut Zulian Yamit ( 2005 : 75 ) secara tradisional pelanggan diartikan orang yang membeli dan menggunakan produk. Dalam perusahaan yang bergerak dibidang jasa, pelanggan adalah orang yang menggunakan jasa pelayanan. Dalam dunia perbankan pelanggan diartikan nasabah. Pandangan tradisional ini menyimpulkan bahwa pelanggan adalah orang yang berinteraksi dengan perusahaan sebelum proses produksi selesai, karena mereka adalah pengguna produk. Sedangkan orang yang berinteraksi dengan perusahaan sebelum proses produksi berlangsung adalah dianggap sebagai pemasok. Pelanggan dan pemasok dalam konsep tradisional ini adalah orang yang berada di luar perusahaan atau disebut pelanggan dan pemasok eksternal. Tepatkah pengertian pelanggan seperti ini dalam kaitannya dengan Mutu?.Apakah perhatian terhadap yang diinginkan pelanggan dan pemasok eksternal akan memberikan jaminan perusahaan akan menghasilkan produk yang mutu?konsep pelanggan dan pemasok sebenarnya tidak hanya dilihat dari luar perusahaan. Ada pelanggan dan pemasok yang selama ini terlupakan oleh pelaku bisnis, yaitu pelanggan dan pemasok yang berada didalam perusahaan atau

54 disebut pelanggan dan pemasok internal. Misalnya, terdapat proses tranformasi yang melalui proses 1, proses 2 hingga proses 3 yang masing-masing memiliki inputproses- output ( I-P-O ). Output proses 2 akan diserahkan dan menjadi input proses 3 yang akan melakukan Disamping pelanggan internal dan eksternal, masih terdapat pihak lain yang terlibat sebelum produk dikirim ke pelanggan eksternal. Pihak lain tersebut adalah distributor atau disebut sebagai pelanggan perantara yang melakukan kegiatan distribusi produk dari perusahaan ke pelanggan eksternal. Kepuasan pelanggan eksternal dipengaruhi pula oleh kualitas pelayanan purna jual. Uraian tersebut, menyimpulkan bahwa pemasok dan pelanggan adalah setiap orang atau badan yang datang dari dalam perusahaan mauapun yang datang dari luar perusahaan. Selain itu, dapat pula disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis pelanggan yaitu : proses berikutnya. 1. Pelanggan internal ( internal customer ) adalah setiap orang yang ikut menangani proses pembuatan maupun penyediaan produk di dalam perusahaan atau organisasi. 2. Pelanggan perantara ( intermediate customer ) adalah mereka yang bertindak atau berperan sebagi perantara untuk mendistribusikan produk kepada pihak konsumen atau pelanggan eksternal. Pelanggan perantara ini bukan sebagai pemakai akhir. 3. Pelanggan eksternal ( external customer ) adalah pembeli atau pemakai akhir, yang disebut sebagai pelanggan yang nyata ( real customer ). 3. Pengertian Kepuasan Pelanggan

55 Apa sebenarnya kepuasan pelanggan itu? Untuk mendefinisikan kepuasan pelanggan sebenarnya tidaklah mudah, karena pelanggan memiliki berbagai macam karakteristik, baik pengetahuan, kelas sosial, pengalaman, pendapatan maupun harapan. Misalnya, seorang pelanggan baru ingin mencoba masakan tertentu dari sebuah restoran. Sebelum melakukan pembelian, pelanggan baru tersebut pasti memiliki harapan bahwa dia akan dilayani secara baik, pelayannya ramah, cepat tanggap, dan masakan yang ingin dicobanya enak. Jika harapan pelanggan ini sesuai dengan apa yang dialami dan dirasakan melebihi harapannya sudah dapat dipastikan pelanggan tersebut akan merasa puas. Tetapi bila yang dialami dan dirasakan pelanggan tidak sesuai dengan harapannya, misal pelayanannya tidak ramah, tidak tanggap dan masakannya tidak enak, sudah dapatdipastikan pelanggan tidak merasa puas. Dari contoh diatas, kepuasan pelanggan dapat diketahui setelah pelanggan menggunakan produk dan jasa pelayanan. Dengan kata lain kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli atau hasil evaluasi setelah membandingkan apa yang dirasakan dengan harapannya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan adalah hasil( outcome) yang dirasakan atas penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan (dalam Zulian Yamit,2005 : 78 ) Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam wacana bisnis dan manajemen ( Tjiptono dan Chandra, 2005 : 192 ). Pelanggan umumnya mengharapkan produk berupa barang atau jasa yang dikonsumsi dapat diterima dan dinikmatinya dengan pelayanan yang baik atau memuaskan. Kepuasan

56 pelanggan dapat membentuk persepsi dan selanjutnya dapat memposisikan produk perusahaan di mata pelanggannya, b. Mengukur Kepuasan Pelanggan Bagaimana mengukur kepuasan pelanggan? Diatas tadi disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan adalah hasil yang dirasakan atas penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan yang diinginkan. Bagaimana mengetahui hasil yang dirasakan pelanggan melebihi atau kurang dari harapan yang dinginkan?. Kotler 2003 mengemukakan beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan, metode tersebut antara lain: 1.Sistem pengaduan Sistem ini memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk memberikan saran, keluhan dan bentuk ketidak puasan lainnya dengan cara menyediakan kotak saran. Setiap saran dan keluhan yang masuk harus menjadi perhatian bagi perusahaan, sebab saran dan keluhan itu pada umumnya dilandasi oleh pengalaman mereka dan hal ini sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap perusahaan..2. Survey pelanggan Survey pelanggan merupakan cara yang umum digunakan dalam mengukur kepuasan pelanggan misalnya, melalui surat pos, telepon, atau wawancara secara langsung. 3.Panel pelanggan

57 Perusahaan mengundang pelanggan yang setia terhadap produk dan mengundang pelanggan yang telah berhenti membeli atau telah pindah menjadi pelanggan perusahaan lain. Dari pelanggan yang setia akan diperoleh informasi tingkat kepuasan yang mereka rasakan dan dari pelanggan yang telah berhenti membeli,perusahaan akan memperoleh informasi mengapa hal itu dapat terjadi. Apabila pelanggan yang telah berhenti membeli ( customer loss rate ) ini meningkat hal ini menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggan. Implikasi dari pengukuran kepuasan pelanggan tersebut adalah pelanggan dilibatkan dalam pemgembangan produk atau jasa dengan cara mengidentifikasi apa yang dibutuhkan pelanggan. Hal ini berbeda dengan pelanggan dalam konsep tradisional, dimana mereka tidak dalam pengembangan produk, karena mereka berada diluar sistem. Tujuan untuk melibatkan pelanggan dalam pengembangan produk dan jasa adalah agar perusahaan dapat memenuhi harapan pelanggan, bahkan jika mungkin melebihi harapan pelanggan. Persepsi yang akurat mengenai harapan pelanggan merupakan hal yang perlu, namun tidak cukup untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Perusahaan harus mewujudkan harapan pelanggan ke dalam desain dan standar kepuasan pelanggan. Desain dan standar kepuasan pelanggan dikembangkan atas dasar harapan konsumen dan prioritasnya. c. Kepuasan Pasien Merupakan dasar yang penting dalam mengukur mutu dari pelayanan. Tingkat kepuasan pasien adalah sangat tergantung pada kinerja penyaji jasa. Kepuasan

58 pelanggan merupakan respon pelanggan terhadap evaluasi yang ia rasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Jadi tingkat kepuasan pasien merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas..(tjiptono Fandy, 2008). Kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai ( Tjiptono dan Chandra, 2005 : 195 ). Sedangkan Kotler ( 2003:61 ) mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang dialami setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau hasil suatu produk dengan harapan-harapannya.dari definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan, yaitu adanya perbandingan antara harapan dan kinerja/hasil yang dirasakan pelanggan. Harapan pelanggan dibentuk dan didasarkan oleh beberapa faktor, di antaranya pengalaman berbelanja di masa lampau, opini teman dan kerabat, serta informasi dan janji-janji perusahaan dan para pesaing. Tingkat kepuasan pelayanan pasien dari persepsi pasien atau keluarga terdekat. Kepuasan pasien akan tercapai bila diperoleh hasil yang optimal bagi setiap pasien dan pelayanan kesehatan memperhatikan kemampuan pasien dan keluarganya, ada perhatian terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik dan tanggap kepada kebutuhan pasien sehingga tercapai keseimbangan yang sebaik-baiknya antara tingkat rasa puas dan derita serta jerih payah yang harus dialami guna memperoleh hasil tersebut.

59 Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggan, diantaranya: 1) Sistem keluhan dan saran Pemberi jasa perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan mereka. 2) Survei kepuasan pasien. Melalui survei, akan diperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda positif bahwa pemberi jasa menaruh perhatian kepada pelanggannya. 3) Ghos shopping Metode ini dilaksanakan dengan cara mempekerjakan beberapa orang berperan sebagai pelanggan produk perusahaan pesaing. 4) Lost customer analysis Metode ini dengan menghubungi pelanggannya yang telah berhenti membeli.( Supranto, 2006 ). B. Penelitian yang relevan 1. Penelitian Efektifitas Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional di ruang rawat inap rumah sakit telah dilaksanakan oleh Universitas Gajah Mada Yogyakarta dengan hasil tidak ada pengaruhnya terhadap kepuasan

60 perawat, namun berpengaruh signifikans terhadap kepuasan pasien,hal ini membuktikan bahwa model praktek keperawatan professional ( model TIM ) berpengaruh positif terhadap kepuasan pasien,akan demikian pula dengan model Primer modifikasi seperti yang akan diteliti. ( Desire Farlinda 2011 ) 2. Penelitian tentang hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien telah dilaksanakan oleh Universitas Muhamadiyah Surabaya dengan hasil menujukkan menunjukkan koefisien korelasi (p) = 0,550, Signification (rs ) = 0,007< α 0,05 Sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan dari Model Praktek Keperawatan Profesional sudah khusus mengacu pada Model Primer, walaupun belum semua Perawat primer berbasis urse, sehingga disebut model primer modifikasi.tujuannya untuk mengetahui pengaruh implementasi model primer modifikasi dan komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien dengan menggunakan regresi ganda( Azis Slamet 2006 ) 3. Penelitian tentang pengaruh Komunikasi terapeutik terhadap kepuasan Pasien juga dilaksanakan di Universitas Sumatra Utara dengan hasil penerapan komunikasi terapeutik berpengaruh signifikans terhadap kepuasan pasien. Hal ini relevan terhadap penelitian yang akan penulis lakukan, yang mana juga mengenai pengaruh implementasi komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien.( Salman ) 4. Penelitian tentang Pengaruh persepsi mutu yan Asuhan keperawatan terhadap kepuasan klien rawat Inap dilaksanakan di Universitas Diponegoro dengan hasil mutu yan Asuhan keperawatan berpengaruh signifikan terhadap

61 kepuasan klien. Hal ini relevan terhadap penelitian yang akan penulis lakukan mengenai kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan, yang mana penulis mengkususkan model primer modifikasi dan komunikasi terapeutik. ( Ester unuk ( 2009 ) 5. Kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan perawat di rawat inap dilaksanakan di Undip dengan hasil dari kelima dimensi mutu menyatakan berpengaruh signifikan walaupun tingkat signifikansinya tidak sama. Hal ini relevan terhadap penelitian yang akan penulis lakukan terkait dengan pelayanan keperawatan. C. Kerangka Pikir Kerangka Pikir Kerangka konseptual atau dapat juga disebut kerangka pikir menjelaskan alur berfikir dalam penelitian ini. Kerangka Konseptual adalah kerangka antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. (otoatmodjo, 2002 : 21) Berdasarkan deskripsi teori pada Bab sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat dibangun kerangka konseptual atau kerangka berfikir penelitian yang dijelaskan sebagai Pengaruh implementasi model primer modifikasi dan Komunikasi terapeutik terhadap kepuasan seperti berikut :

62 Bagan: 5 Kerangka Pikir D. Hipotesis Hipotesis Penelitian ini adalah : 1. Ada pengaruh implementasi model primer modifikasi terhadap kepuasan Pasien di ruang rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul.

63 Semakin baik implementasi model primer modifikasi semakin tinggi tingkat kepuasan pasien. 2. Ada pengaruh impelementasi komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien di rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul. Semakin baik implementasi komunikasi terapeutik semakin tinggi tingkat kepuasan pasien 3. Ada pengaruh implementasi Model Primer Modifikasi dan komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien di rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul. Semakin baik implementasi model primer modifikasi dan komunikasi terapeutik semakin tinggi tingkat kepuasan pasien

64 BAB III METODOLOGI PEELITIA Metodologi Penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah pada dasarnya menggunakan metode ilmiah (otoatmodjo, 2005 : 19) A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan bulan Desember tahun 2013;. RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah Rumah sakit Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul, yang merupakan rumah sakit Tipe B Pendidikan dengan kapasitas tempat tidur 298 TT. Jumlah tenaga perawat/bidan sebanyak 263 orang. Metode penugasan perawat di rawat Inap sejak akhir tahun 2009 menggunakan metode primer modifikasi, bertahap mulai dari ruang percontohan yaitu mula mula ruang Mawar, usa Indah, dan Melati kemudian diikuti oleh semua ruang. B. Waktu Penelitian Penelitian dimulai bulan Oktober 2013 dengan rincian sebagai berikut : Jadwal Penelitian

65 o Jenis kegiata n 1 Proposa l Bimbin gan Semina r 2 Peneliti an Pencari an data Pengola han dan analisis data Pembua tan laporan 3 Semina r hasil Bulan Juli 2013 Agu stus 2013 Sept emb er 2013 Okto ber 2013 ov emb er 2013 Dese mbe r 2013 Janu ari 2014 Febr uari 2014 Mar et 2014 Apri l Ujian Tesis Revisi 5 dan Penges ahan Tesis

66 C. Tatalaksana Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipergunakan dalam peneliti ini adalah metode Correlasional. Dimana metode ini mempunyai tujuan antara lain untuk menggambarkan sistematikanya suatu situasi atau medan, interesan yang nyata dan teliti, serta untuk menyelidiki berbagai ragam rahasia dan unsur yang bersesuaian dengan unsur lain berdasarkan korelasi bilangan 2. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan metode analitik, dengan pendekatan Cross sectional yaitu Suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antar faktor-faktor risiko dengan efek pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus suatu saat Point time approach. ( otoadmodjo S,2005;146) 3. Bahan Penelitian Sebagai bahan penelitian adalah perawat yang menggunakan sistem penugasan Primer modifikasi dan pasien yang dirawat oleh perawat yang terkait.untuk perawat dulakukan observasi pelaksanaan tugas sesuai tugas masing masing dengan menggunakan lembar cheklis sedangkan untuk memperoleh data kepuasan pasien menggunakan kuesioner yang nantinya diisi oleh pasien yang menjadi tanggung jawab perawat terkait.

67 4. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau subyek yang diteliti. (otoatmidjo,soekidjo,2005;79) Dalam penelitian ini populasi adalah semua perawat yang bertugas di rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul selain ruang perinatal. Serta semua pasien yang dirawat di ruang rawat inap RSUD Panembahan Senopati bantul saat itu. 5. Sampel Besar sampel adalah Menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu penelitian,tergantung pada dua hal,yaitu:pertama,adanya sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari besarnya sampel,kedua kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan batas minimal dari besarnya sampel.(hidayat,2007;90) Sampel dalam penelitian ini diambil dengan tehnik Proportionte stratifiet rondom sampling ( Sugiyono 2012 ) a. Tiga puluh orang Perawat Primer untuk diobservasi bagaimana implementasi Model Primer Modivikasi dengan menggunakan chek list sesuai job diskripsi Perawat Primer untuk memenuhi kuota minimal sampel. Observasi dilakukan selama dinas pagi. b. Enampuluh Perawat asosiet yang terdiri dari dua perawat asosiet yang membantu satu perawat Primer dalam kelompoknya untuk diobservasi bagaimana implementasi model primer modivikasi dengan menggunakan chek list job diskripsi Perawat asosiet. Observasi dilakukan bersamaan dengan

68 pelaksanaan observasi pada perawat primer yang terkait, bila hanya ada saru perawat asosiet pada pagi hari tersebut maka yang satu lagi dilakukan pada pelaksanaan tugas sore dalam hari tersebut sesuai kelompoknya.. c. Sembilan puluh perawat yang terdiri dari tiga puluh perawat primer dan enam puluh perawat perawat asosiet tersebut diatas untuk diobservasi bagaimana implementasi komunikasi terapeutik dengan menggunakan Standar Operasional prosedur tentang komunikasi terapeutik bersamaan dan dengan cara seperti pada observasi implementasi model primer modivikasi, d. Sembilan puluh pasien yang terdiri dari tiga orang pasien pada masing masing kelolaan satu perawat primer dan dua perawat asosiet diambil secara acak yang bersedia menjadi sampel dari sekitar 6 7 pasien. Yang diminta untuk mengisi kuesioner tentang kepuasan pasien atas implementasi model primer modifikasi dan implementasi komunikasi terapeutik, saat akhir implementasi model primer modivikasi dan komunikasi terapeutik diobservasi. Untuk sampel sebagai unit analisis yaitu sekelompok perawat dalam kelompok Primer yang terdiri dari seorang Perawat primer dan 2 orang perawat assosiet yang dinas pagi dan sore saat tertentu dilakukan observasi dalam pelaksanaan tugas dengan menggunakan lembar cheklist untuk masing masing perawat primer dan perawat assosiet kemudian masing masing skor dijiumlahkan lalu diambil skor rata rata sehingga untuk sekelompok perawat dalam kelompok primer tersebut mempunyai satu skor demikian juga untuk implementasi komunikasi terapeutik demikian. Untuk skor kepuasan pasien, dari 6 8 pasien

69 yang menjadi tanggung jawab perawat terkait akan diambil satu skor dengan memberikan kuesioner kepada 3 pasien yang dirawat dipilih yang mendapat perlakukan lebih banyak dari perawat dan dalam keadaan sadar dan bersedia untuk diteliti, kemudian skor dijumlah dan diambil nilai rata ratanya. 6. Variabel penelitian 1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). a. Variabel bebas (independent variable) adalah : 1) Implementasi Metode primer modifikasi 2) Implementasi komunikasi terapeutik b. Variabel terikat (dependent) adalah : Kepuasan pasien 1 X1 3 Y X2 2 Keterangan : X1 : Implementasi Model primer modifikasi X2 :Implementasi Komunikasi terapeutik Y : Kepuasan pasien 7. Definisi operasional

70 Definisi Operasional adalah Mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati,memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. (Hidayat,2007;86) Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel Independen Implementa si model primer modifikasi Implementa si komunikasi terapeutik Definisi Operasional Pelaksanaan Asuhan keperawatan kepada psien dengan model primer modifikasi Pelaksanaan komunikasi terapeutik saat perawat berhubungan dengan pasien terkait program perawatan atau program pengobatan Parameter Pelaksanaan tugas 1. Perawat primer 2. Perawat pelaksana 1. Tahap Pra enteraksi Perawat memahami apa yang akan dilakukan kepeda pasien 2.Tahap Perkenalan Perawat memperkenalkan diri dan menjelaskan apa yang akan dilakukan dan tujuan perlakuan tersebut,member kesempatan pasien untuk bertanya 3.Tahap kerja Perawat mengerjakan dengan trampil dan benar 4.Tahap terminasi Perawat mengakiri tindakan,menjelaskan hasil yang dicapai kepeda pasien serta memberikan penjelasan Alat ukur Chek list Chek list Kuesi Skal a Inter val Inter val Inter Skore 0 : tidak dilakukan 1= kadang kadang 2 : Sering 3 : Selalu 0 :Tidak dilakukan 1:Kadang kadang 2: Sering 3 : Selalu 3=Sangat

71 Dependen Kepuasan pasien Perbandinga n antara yang diharapkan dengan apa yang diterima atau dirasakan pasien terkait pelaksanaan model primer modifikasi dan Komunikasi terapeutik rencana tindak lanjut 1.Tangibles - Penataan ruangan - Penampilan perawat -Kelengkapan alat -sarana informasi/komunikasi 2. Reliability -Kompetensi perawat -Pelayanan cepat tepat -Aman -Ketersediaan perawat 3. Responsiveness -Perawat cepat tanggap terhadap situasi pasien -Perawat cepat bereaksi terhadap keluhan pasien -Bila dibutuhkan cepat datang 4. Assurance - Perilaku perawat menyakinkan - Memberikan jaminan kemanan -Rasa percaya diri perawat tinggi 5. Empaty -Perawat memperhatikan pasien - Perawat memahami pasien -Sikap perawat sopan,sabar dan ramah - Perawat berkomunikasi dengan baik oner val puas 2= Puas 1= Tidak puas 0=SangatTidak Puas 8. Tehnik Pengumpulan Data a. Pengumpulan data

72 1) Macam data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui : a) Data primer (skor implementasi model primer modifikasi dan implementasi komunikasi terapeutik ) diperoleh melalui observasi dengan menggunakan lembar cheklist.. Cheklist tentang implementasi model primer modifikasi untuk Perawat primer terdiri dari 16 item, untuk perawat assosiet terdiri dari 16 item, sedangkan untuk komunikasi terapeutik ada 15 item. b) Data primer untuk kepuasan pasien diperoleh dari pasien dengan mengisi kuesioner kepuasan pasien yang terdiri dari 42 item. Data sekunder yang dipergunakan, diperoleh melalui data yang ada di rumah sakit 2) Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data Proses pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari pembimbing penelitian dan telah memperoleh ijin untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Implementasi Model Primer modifikasi dan Komunikasi Terapeutik terhadap Kepuasan pasien di RSUD Panembahan Senopati Bantul dari Ketua Prodi Magister Kedokteran Keluarga US yang selanjutnya diserahkan kepada Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul.Selanjutnya atas izin Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul mulai melakukan penelitian. Langkah pengumpulan data sebagai berikut :

73 1) Menyerahkan surat ijin penelitian kepada Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul. 2) Melakukan observasi Implementasi model primer modifikasi dan komunikasi terapeutik. Untuk dinas pagi dan sore hari itu untuk masing masing perawat dalam kelompok primer modifikasi. 3) Membagikan kuesioner tentang kepuasan pasien kepada 3 orang pasien yang bersedia diantara seluruh pasien yang menjadi tanggung jawab perawat yang terkait.. 4) Melakukan skoring rata rata untuk kelompok implementasi model primer modifikasi dan komunikasi terapeutik sehingga tiap kelompok memperoleh satu skor unit analisis mplementasi model primer modifikasi dan satu skor unit analisis implementasi komunikasi terapeutik. 5) Melakukan skoring rata rata pada 3 pasien yang bersedia mengisi kuesioner untuk mendapatkan.satu unit analisis kepuasan pasien 6) Melakukan pengumpulan data untuk semua sampel. 7) Analisis data dan penarikan kesimpulan. 8) Instrumen penelitian terlampir. b. Uji Validitas dan Reliabilitas 1) Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur mengukur yang ingin diukur. Dalam penelitian ini pengujian validitas dengan corrected item-total

74 corelation, yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tiap item dengan skor totalnya. Teknik statistik yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi adalah teknik product moment dari Pearson, dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS for windows dengan rumus sebagai berikut : r = n x n( 2 ( xy) ( x) 2 n x y y) 2 ( y) 2 (Sugiyono, 2005: 37) Keterangan : r = Koefisien korelasi x = Jumlah masing-masing butir y = Jumlah skor total xy = Jumlah antara skor x dan y n = Jumlah subyek Instrumen penelitian dikatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel, sebaliknya tidak valid apabila nilai r hitung < r tabel atau valid apabila signifikansi <0,05 dan tidak valid apabila signifikansi > 0,05. Uji Validitas instrument untuk kuesioner tentang kepuasan pasien dengan menggunakan program computer Statistical Pacleage For Scial Sciencis ( SPSS ) Versi For Windows Release, dengan hasil dari 43 item dalam kuesioner tentang kepuasan pasien ada satu item yang tidak valid yaitu item nomer 2 yaitu pada dimensi Tangible isi pertanyaan Fasilitas kamar

75 disiapkan sesuai kebutuhan dengan hasil Pearson Corelasi 0,158 dan significan 0,136 sehingga tinggal 42 item pertayaan dalam kuesioner tentang kepuasan pasien yang dipakai. Uji Reliabelitas dengan menggunakan SPSS untuk 42 item pertanyaan yang dipakai hasilnya Cronbach s Alpha 0,956 ( tabel 3. ) sehingga tingkat reliabelitasnya sangat reliable menurut Anton ugroho. Y. dalam Olah data dengan SPSS ( 2011) Hasil keseluruhan aitem terlampir. Chek List observasi implementasi model primer modivikasi untuk Perawat Primer dan Perawat Asosiet serta chek list observasi implementasi komunikasi terapeutik tidak dilakukan uji validitas maupun reliabelitas. 2) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat diandalkan atau dipercaya. Apabila alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur tersebut reliabel. Pengukuran reliabilitas alat ukur menggunakan reliabilitas konsistensi internal. Setiap pernyataan diuji konsistensinya terhadap variabel penelitian dengan Cronbach s Alpha. Teknik ini merupakan pengujian konsistensi yang cukup sempurna. Pengujian dengan program SPSS for windows Persamaan Cronbach Alpha, sebagai berikut :

76 K r 11 = 1 2 K 1 (Sugiyono, 2005: 43) Dimana : 1 2 b r 11 K = Reliabilitas instrumen = Banyaknya butir pertanyaan 2 b = jumlah varian butir 2 t = Varian total Instrumen dikatakan reliabel bila nilai Croanbach Alpha > 0,60 (Supramono dan Haryanto, 2005). Tabel 3. Hasil Reliabilitas instrument kepuasan pasien Reliability Statistics Cronbach's Alpha of Items Uji Reliabelitas dengan menggunakan SPSS untuk 42 item pertanyaan yang dipakai hasilnya Cronbach s Alpha 0,956 ( tabel 3. ) sehingga tingkat reliabelitasnya sangat reliable menurut Anton ugroho. Y c. Teknik Analisis Sebelum dilakukan analisis data yang ada dikelompokkan berdasarkan keterkaitan kelompoknya. Untuk data implementasi model primer modifikasi

77 satu data implementasi model primer modifikasi oleh seorang PP dikelompokkan dengan dua data implementasi model primer modifikasi oleh Perawat Asosiet yang terkait kemudian dijumlahkan dan diambil satu data rata- rata kemudian disebut variable X₁. Kemudian tiga data implementasi komunikasi terapeutik dari PP dan PA tersebut diatas dikelompokkan dan dijumlahkan kemudian diambil satu data rata rata kemudian disebut variable X₂. Tiga data kepuasan pasien dari pasien kelolaan PP dan Pa terkait dikelompokkan dan dijumlahkan kemudian diambil satu data rata rata, disebut variable Y Kemudian seluruh data berdasarkan keterkaitan dibuat data seperti diatas Tabel 4 Pengelompokan data o X1 X2 Y 1 37, ,3 30,3 70, , ,7 25, ,7 8 34, ,3 33,3 91, , ,3 29,3 88, ,3 32,7 82, ,7 32, , ,7 34,7 88, , , ,3 39,7 83, , ,7 28,3 81

78 21 32, , ,7 26,7 99, ,3 39,7 80, ,3 40, ,3 40, ,3 107, , , ,7 107, ,3 43,3 109,3 Tabel 4. Menunjukkan data setelah dikelompokan X₁ = Variabel Implementasi model primer modifikasi (Variabel Independen) X₂ = Variabel Implementasi Komunikasi Terapeutik ( Var. Independen ) Y = Variabel Kepuasan Pasien ( Var. Dependen ) Untuk menguji hipotesis satu yaitu Kepuasan pasien atas implementasi model primer modifikasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap Panembahan senopati Bantul model analisisnya digunakan analisis regresi linear sederhana dibantu dengan program SPSS for Windows versi 15.0 Persamaan regresi yang digunakan pada hipotesis satu adalah : Y = a + b X₁ di mana : Y a b X₁ = Variabel kepuasan pasien yang diprediksikan = Konstanta dari persamaan regresi = Koefisien regresi dari variabel implementasi model primer modifikasi = Skor unsure faktor Implementasi model primer modifikasi

79 Untuk menguji hipotesis dua yaitu Kepuasan pasien atas implementasi komunikasi terapeutik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap Panembahan senopati Bantul model analisisnya digunakan analisis regresi linear sederhana dibantu dengan program SPSS for Windows versi 15.0 Persamaan regresi yang digunakan pada hipotesis dua adalah : Y = a + b X₂ di mana : Y a b X₂ = Variabel kepuasan pasien yang diprediksikan = Konstanta dari persamaan regresi = Koefisien regresi dari variabel implementasi komunikasi terapeutik = Skor unsur faktor implementasi komunikasi terapeutik Model analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis tiga yaitu Ada pengaruh implementasi model primer modifikasi dan komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien digunakan analisis regresi linier berganda ( Multiple Linier Regression Analysis). Uji ini adalah alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel terikat (dependent variable), (Riduwan, 2003) dibantu dengan program SPSS for Windows versi 15.0 Persamaan regresi yang digunakan pada hipotesis tiga adalah: Y = a + b₁x₁ + b₂x₂ di mana :

80 Y a b₁ X 1 b₂ X 2 = Variabel kepuasan pasien yang diprediksikan = Konstanta dari persamaan regresi = Koefisien regresi dari variabel implementasi model primer modifikasi = Skor unsur faktor variabel implementasi model primer modifikasi = Koefisien regresi dari variabel implementasi komunikasi terapeutik = Skor unsur faktor variabel implementasi komunikasi terapeutik Sebelum model regresi di atas digunakan dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu model tersebut akan diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak, yang mana asumsi ini merupakan asumsi yang mendasari analisis regresi. Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa model yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi yang meliputi asumsi : Berdistribusi normal ( menggunakan one sample Kolmogorov Smirnov Test ), berdistribusi linier ( menggunakan Anova table ), dan tidak terjadi multikolinearitas (menggunakan VIF Variance Inflation Factor ).

81 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA E. GAMBARA UMUM LOKASI PEELITIA Berdasarkan Profil RSUD Panembahan Senopati Bantul Th 2013 : 1. Sejarah perkembangan RSUD Panembahan Senopati Bantul Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati berada di Kota bantul adalah merupakan Rumah sakit Kelas B Pendidikan milik Pemerintah Daerah Tingkat II Bantul, terletak strategis, walaupun bukan pada jalur lalu lintas utama namun mudah dijangkau dan dekat dengan pusat Kota Bantul. Pada awalnya berdiri tahun 1953 sebagai RS HO, kemudian sejak tahun 1967 resmi menjadi Rumah Sakit Umum Kabupaten dengan kapasitas 60 tempat tidur.pada tahun 1978 sebagai RSUD status kelas D.Pada tahun 1993 menjadi RSUD kelas C menurut SK. Menkes.RI o. 202/Menkes/SK/11/1993, tanggal ,Dengan nama RSUD Kabupaten Bantul. Pada tanggal 29 maret 2003 berubah nama menjadi RSUD Panembahan Senopati dengan harapan untuk mengubah citra masyarakat terhadap Rumah Sakit pemerintah agar lebih baik.pada tahun 2007 menjadi RSUD kelas B non Pendidikan menurut SK Menkes RI o 142/menkes/SK/!/2007, tanggal 31 januari Pada tahun 2012 ditetapkan sebagai RSUD kelas B pendidikan menurut SK Menkes RI nomor HK.03.05/III/413/12, tanggal 13 Maret Lulus Akreditasi 5 Pokja bulan ovember 1998, kemudian lulus akreditasi 12 Pokja bulan Desembaer 2010 dengan status penuh berkelanjutan.

82 Pada tanggal 1 Januari 2003 menjadi RS Swadana dengan Perda no 8 tanggal Mulai tahun 2009 pola pengelolaan keuangan sebagai Badan layanan Umum Daerah ( BLUD ) dengan surat Keputusan Bupati Bantul no. 195 tahun 2009 tertanggal 21 Juli Ijin Pendirian o : 445/9539/V.2, tanggal Ijin Penyelenggaraan nmo 445/1835/V. 2, tanggal Visi, Misi, Tujuan dan sasaran Rumah Sakit 1) Visi Terwujudnya Rumah Sakit yang unggul dan menjadi pilihan utama masyarakat bantul dan sekitarnya 2) Misi 1. Memberikan Pelayanan Prima pada customer 2. Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia 3. Melaksanakan peningkatan mutu berkelanjutan (continous quality improvement) 4. Meningkatkan jalinan kerjasama dengan institusi terkait 5. Melengkapi sarana dan prasarana secara bertahap. 6. Melaksanakan Pelayanan Pendidikan dan Penelitian. Misi 1. Memberikan Pelayanan Prima pada customer TUJUA : 1). Terwujudnya proses pelayanan yang berkualitas SASARA :

83 Meningkatnya kualitas proses pelayanan kepada pelanggan Terintegrasikannya proses pelayanan pelanggan 2). erwujudnya kepercayaan dan kepuasan pelanggan SASARA Terintegrasikannya proses pelayanan Meningkatnya kepercayaan pelanggan Meningkatnya kepuasan pelanggan Misi 2 Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia TUJUA 1). Terwujudnya SDM yang produktif,efektif dan esisien SASARA Meningkatnya jumlah SDM yang terlatih Meningkatnya keselamatan pasien 2). Terwujudnya SDM yang berkomitemen SASARA Kelengkapan, ketepatan dan keakuratan administrasi dan pelayanan Meningkatnya disiplin SDM Misi 3 Melaksanakan peningkatan mutu berkelanjutan (continous quality improvement); TUJUA Terwujudnya peningkatan mutu internal dan eksternal

84 SASARA Meningkatnya jenis pelayanan yang terakreditasi Meningkatnya review dan evaluasi pelayanan Misi 4 Meningkatkan jalinan kerjasama dengan institusi terkait TUJUA Terwujudnya standar sarana dan prasarana rumah sakit SASARA Meningkatnya kerjasama pelayanan, operasional dan pendidikan Misi 5 Melengkapi sarana dan prasarana secara bertahap. TUJUA Terwujudnya standar sarana dan prasarana rumah sakit SASARA Meningkatnya kenyamanan bagi pelanggan eksternal dan internal Meningkatnya lingkungan rumah sakit yang sehat dan indah. Misi 6 Menyediakan Pelayanan Pendidikan dan Penelitian TUJUA Terwujudnya rumah sakit sebagai jejaring pelayanan pendidikan dan penelitian

85 SASARA Meningkatnya pelayanan pendidikan dan penelitian bagi institusi dan perorangan Meningkatnya jumlah tenaga pendidik 3. Jenis Pelayanan Rumah Sakit a. Rawat jalan 1). Instalasi gawat darurat 2). Klinik Penyakit Dalam 3) Klinik Penyakit Anak 4). Klinik Penyakit Bedah 5). Klinik Kebidanan dan Kandungan 6). Klinik Kulit & Kelamin 7). Klinik Penyakit Mata 8). Klinik Penyakit T.H.T 9). Klinik Penyakit Syaraf 10). Klinik Penyakit Jiwa 11).Klinik Tumbuh Kembang 12). Klinik Rehabilitasi Medik 13). Klinik Umum/Karyawan 14). Klinik Gigi dan Mulut : a. Gigi Dasar b. Orthodonsi

86 c. Bedah Mulut 15). Klinik Konsultasi Gizi 16). Klinik Konsultasi Psychologi 17). Klinik Ginjal dan hypertensi 18). Klinik Kosmetik Medik 19). Klinik Bedah Ortopedi 20). Klinik Konsultasi Berhenti Merokok 21). Klinik Canna (VCT) 22). Klinik PKBRS b. Rawat Inap 1). RR. Melati I 2).RR Melati II 3). RR. Alamanda I 4). RR Alamanda II 5). RR. Anggrek 6). RR. Flamboyan 7). RR. Bakung 8). RR. Cempaka 9). RR. Pav.usa Indah 10). RR. usa Indah II 11). RR. Pav. Mavar I 12). RR. Pav Mawar II

87 13). RR. Pav. Wijaya Kusuma 14). RR.Pav.Edelweis 15). RR. Perinatal 16). Instalasi Rawat Intensif c. Penunjang Medis 1). Instalasi Bedah Sentral 2). Instalasi Farmasi. 3). Instalasi Radiologi. 4). Instalasi Patologi Klinik / laboratorium 5). Instalasi Gizi 6). IPSRS-IPAL 7). Instalasi Rehabilitasi Medik 8). Unit Elektromedik 9). Unit hemodialisa d. Administrasi dan Keuangan Instalasi Rekam Medik Keuangan / Kasir 4. Gambaran Seksi keperawatan dan Kebidanan Seksi Keperawatan dan Kebidanan merupakan Sub Bidang Keperawatan dan Mutu Rumah sakit mempunyai tugas memberikan bimbingan pelaksanaan Asuhan

88 Keperawatan, Asuhan Kebidanan, pelayanan keperawatan, etika dan mutu keperawatan serta kegiatan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan Jumlah tenaga Perawat dan Bidan RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah 263 orang perawat dan 33 orang Bidan F. Diskripsi data 1. Karakteristik responden Data penelitian diperoleh dari observasi implementasi model primer modifikasi oleh seorang perawat primer dengan chek list Job dis Perawat Primer, dan dua orang perawat asosiet dalam kelompoknya dengan chek list job dis perawat asosiet serta observasi ketiganya untuk implementasi komunikasi terapeutik dengan chek list Standar perasional prosedur ( SOP ) komunikasi terapeutik diambil dalam satu waktu dinas pagi yang sama, bila dinas pagi tersebut hanya ada satu perawat asosiet yang dinas pagi, maka satu lagi diambil saat perawat asosiet dalam kelompoknya dinas sore hari yang sama.untuk tiga kuesioner kepuasan pasien diisi oleh tiga pasien kelolaan di ahkir dinas secara acak siapa yang bersedia menjadi responden. Sehingga dalam satu hari kerja hanya dapat melakukan observasi dan pengumpulan data tentang kepuasan pasien hanya dua kelompok Perawat primer karena sebagai pengumpul data hanya dua orang. Satu kelompok data terdiri dari satu hasil observasi implementasi model primer modifikasi oleh Perawat Primer, dua hasil observasi implementasi model primer modifikasi oleh Perawat Asosiet, tiga hasil observasi

89 implementasi komunikasi terapeutik dari ketiga pertawat dalam kelompok tersebut dan tiga hasil kuesioner kepuasan pasien yang diisi oleh tiga pasien yang dikelola oleh kelompok perawat tersebut dalam satu satuan waktu yang sama. Untuk keseluruhan didapat hasil 30 hasil observasi implementasi model primer modifikasi oleh Perawat Primer. 60 hasil observasi implementasi model primer modifikasi oleh Perawat asosiet, 90 hasil observasi implementasi komunikasi terapeutik oleh Perawat Primer dan Perawat Asosiet serta 90 hasil pengisian kuesioner tentang kepuasan pasien oleh pasien. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut diperoleh karakteristik responden seperti disajikan dalam tabel tabel dibawah ini. PERAWAT PRIMER PERAWAT ASOSIET Tabel 5 Karakteristik Responden Jumlah Variabel Klasifikasi Orang Prosentase Janis Laki laki 2 6,7 Kelamin Perempuan 28 93,3 Usia ( tahun ) Jumlah , ,7 Jumlah Pendidikan S1 5 16,7 D4 4 13,3 D Jumlah Janis Kelamin Laki laki 2 3,3 Perempuan 58 96,7 JUmlah

90 Pasien Usia ( tahun ) , , ,3 50 Jumlah 100 Pendidikan D Jenis Kelamin Laki laki Perempuan Jumlah Usia ( tahun ) < , , , Jumlah Pendidikan SD 21 23,3 SLTP 20 22,2 SLTA D3 8 8,9 S1 14 8,6 Jumlah Pekerjaan Pelajar 7 7,8 IRT 24 26,6 Buruh 19 21,1 Swasta 19 21,1 PS 15 16,7 Pensiunan 6 6,7 Jumlah Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa untuk Perawat primer Laki laki 2 orang ( 6,7% ) sedangkan Perempuan 28 orang ( 93, 3 % ), usia terbanyak antara tahun( 50 % ) kemudian usia ada 13 orang ( 43, 3 % ) hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masih dalam usia produktif,artinya bahwa kemampuan bekerja masih tinggi.dari 30 orang PP Pendidikan 21 orang masih D3 Keperawatan, ini untuk menuju model primer masih membutuhkan sarjana keperawatan,ers 21 orang. hal ini dikarenakan

91 yang berpendidikan Sarjana Keperawatan banyak ditugasi sebagai Kepala Ruang. Untuk perawat asosiet Laki laki 2 orang ( 3,3% ) dari 60 PA sedangkan untuk perempuan sebanyak 58 orang ( 96,7% ). Dari 90 Orang perawat primer dan perawat asosiet mayoritas adalah perempuan, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas perawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah Perempuan. Secara keseluruhan jumlah tenaga Perawat dan Bidan kurang lebih 300 orang untuk laki laki hanya sekitar 15 %. Di Institusi Pendidikan Keperawatanpun dapat dilihat mahasiswanya mayoritas perempuan, hal ini mungkin Profesi perawat belum diminati oleh kaum Laki laki, padahal dalam tugas tugas tertentu sangat membutuhkan kekuatan dan kemampuan Perawat laki laki. Pendidikan sudah memenuhi standard, semua berpendidikan minimal D3. Usia terbanyak usia antara Tahun sebanyak 44 orang ( 73,4% ) usia tersebut mempunyai potensi tinggi untuk dikembangkan. Sehingga dari segi sumber daya manusia mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan. Untuk Responden Pasien dari 90 responden perempuan juga lebih banyak yaitu 54 orang ( 60 % ) sedang responden laki laki hanya 36 orang (40%) Pendidikan terbanyak SLTA yaitu 30%, SLTP 22,2 % sedang untuk pekerjaan Ibu rumah tangga 26,6 %, buruh 21,1 % dan swasta 21,1 % hal ini menunjukkan mayoritas pasien menengah kebawah.

92 2. Data Implementasi model primer modifikasi dalam unit analisis Tabel 6 Data Skor Implementasi Model Primer Modifikasi o X₁ 1 37,3 2 37, , ,3 9 38, , , , , , , , , , , , , , , , ,3 1060,5 Skor tertinggi = 45

93 Skor terendah = 24 Mean = 35 Standar Deviasi = 5,9 Sebaran skor X₁ Tinggi sedang Rendah Diagram 1 Sebaran skor Implementasi Model Primer Modifikasi Tinggi skor = > 36,1 42 Sedang skor = > 32,1 36,1 Rendah skor = 32 Dari Diagram 1 dapat dilihat skor Implementasi Model primer Modifikasi yang termasuk skor tinggi hanya 10 ( 33,3% ) yang sedang 9 ( 30 % ), yang rendah 7 ( 23,3 % ) dan sangat rendah 5 ( 16,7 % ) Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa implementasi Model Primer Modifikasi masih belum optimal.

94 3) Data Implementasi Komunikasi terapeutik dalam unit analisis Tabel 7 Data Skor Implementasi Komunikasi terapeutik o X₂ , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,3 1004,7 Skor tertinggi = 43

95 Skor terendah = 24 Mean = 33 Standar Deviasi = 8,2 Sebaran skor X₂ Tinggi Sedang Rendah Diagram 2. Sebaran Skor Implementasi Komunikasi terapeutik Tinggi skor = > 37,2-45,2 Sedang skor = > 28,8 37,2 Rendah skor = 28,8 Dari Diagram 2 dapat dilihat skor Implementasi Model primer Modifikasi yang termasuk skor tinggi hanya 8 ( 36,7 % ) yang sedang 15 ( 50 % ), yang rendah 7 ( 23,3 % ) Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa implementasi Komunikasi Terapeutik belum optimal

96 4) Data Kepuasan Pasien dalam unit analisis Tabel 8. Data Skor Kepuasan Pasien o Y 1 71, , , , , , , , , , , , , , ,3 2626,8 Skor tertinggi = 109

97 Skor terendah = 67 Mean = 88 Standar Deviasi = 13,1 Sebaran skor Y sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Diagram 3 Sebaran Skor Kepuasan Pasien Sangat tinggi skor = > 106 Tinggi skor = > 94,6 106 Sedang skor = > 74,9 94,6 Rendah akor = > 59,3 74,9 Sangat rendah skor = 59,3 Dari Diagram 3 dapat dilihat skor Kepuasan Pasien yang termasuk skor sangat tinggi hanya 5 ( 16,7 % ) yang Tinggi 3 ( 10 % ), yang sedang

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

KOMUNIKASI TERAPEUTIK A. PENGERTIAN Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama anatara perawat dan klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. B. TUJUAN Tujuan Komunikasi Terapeutik : 1. Membantu pasien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Keperawatan 1. Pengertian perawat Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seseorang

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI MIND MAP

PENGARUH STRATEGI MIND MAP PENGARUH STRATEGI MIND MAP DAN METAKOGNITIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN II MAHASISWA SEMESTER III PRODI DIII KEBIDANAN STIKES ABI SURABAYA TESIS Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa globalisasi ini, arus informasi dari satu tempat ke tempat lain semakin cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan tanpa

Lebih terperinci

Evaluasi Pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Di RSUD Djojonegoro, Temanggung

Evaluasi Pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Di RSUD Djojonegoro, Temanggung Evaluasi Pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Di RSUD Djojonegoro, Temanggung Evaluation of Professional Nursing Practice Model Development in Djojonegoro District Hospital, Temanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSALINAN DENGAN KESIAPAN PRIMIGRAVIDA MENGHADAPI PERSALINAN TESIS

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSALINAN DENGAN KESIAPAN PRIMIGRAVIDA MENGHADAPI PERSALINAN TESIS HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSALINAN DENGAN KESIAPAN PRIMIGRAVIDA MENGHADAPI PERSALINAN TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Kedokteran

Lebih terperinci

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016 Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Bangsal Tjan Timur Rumah Sakit Dr. Oen Solo Baru (The Correlation Therapeutic Communication with Patient Satisfaction Level in Tjan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengirim pesan kepada penerima. Komunikasi merupakan aspek. pencapaian kesembuhan pasien (Siti Fatmawati, 2009:1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengirim pesan kepada penerima. Komunikasi merupakan aspek. pencapaian kesembuhan pasien (Siti Fatmawati, 2009:1) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Komunikasi Terapeutik a. Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi dari pengirim pesan kepada penerima. Komunikasi merupakan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai profesi merupakan perubahan proses jangka panjang yang ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Dalam proses perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN, 2013.

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN, 2013. Jurnal Ilmu keperawatan ISSN: 2338-6371 HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN, 2013 Correlation between Therapeutic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama di mana setiap rumah sakit bertanggung jawab terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit Sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI DOSEN DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN ESTU UTOMO BOYOLALI

PENGARUH KOMPETENSI DOSEN DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN ESTU UTOMO BOYOLALI PENGARUH KOMPETENSI DOSEN DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN ESTU UTOMO BOYOLALI TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG

INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG A. Pengertian Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Globalisasi telah memberi dampak positif bagi setiap profesi kesehatan untuk selalu berupaya meningkatkan kinerja profesionalnya dalam kontribusi aterhadap perkembangan

Lebih terperinci

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT URAIAN TUGAS PETUGAS ADMINISTRASI DI INSTALASI RAWAT DARURAT Jl. Tanjung Jati No. 4 Dumai URAIAN TUGAS PETUGAS ADMINISTRASI DI INSTALASI RAWAT DARURAT I. Tanggung jawab Secara administrasi bertanggung

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM

PEDOMAN PELAKSANAAN MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM PEDOMAN PELAKSANAAN MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM I. Pendahuluan Manajemen adalah proses bekerja melalui upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Manajemen keperawatan merupakan suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT MASUK PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KONSEP KEBIDANAN

HUBUNGAN MINAT MASUK PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KONSEP KEBIDANAN HUBUNGAN MINAT MASUK PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KONSEP KEBIDANAN TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Lebih terperinci

INSTRUMEN SUPERVISI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SECARA LANGSUNG PADA PERAWAT ASOSIET

INSTRUMEN SUPERVISI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SECARA LANGSUNG PADA PERAWAT ASOSIET INSTRUMEN SUPERVISI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SECARA LANGSUNG PADA PERAWAT ASOSIET Beri tanda check list (v) pada kolom Ya bila pekerjaan dilakukan dan pada kolom Tidak bila pekerjaan tidak dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemantapan, kemapanan, kesejahteraan, dan kepuasan. Bekerja bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. kemantapan, kemapanan, kesejahteraan, dan kepuasan. Bekerja bukan hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia hidup dan bekerja menginginkan suatu kemantapan, kemapanan, kesejahteraan, dan kepuasan. Bekerja bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidup,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Peran 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, karena itu tujuan pelayanan perawatan merupakan salah satu bagian dari tujuan utama rumah

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional). Sistem MPKP ini

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional). Sistem MPKP ini BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan perawatan, pengobatan dan bantuan terhadap pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover

Lebih terperinci

METODE BIMBINGAN KLINIK

METODE BIMBINGAN KLINIK METODE BIMBINGAN KLINIK I. PENDAHULUAN. Pengalaman belajar bimbingan klinik pada pendidikan tinggi keperawatan maupun kebidanan adalah merupakan proses transformasi dari mahasiswa menjadi seorang perawat

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI, KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TESIS

HUBUNGAN MOTIVASI, KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TESIS HUBUNGAN MOTIVASI, KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia pada suatu organisasi merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia meningkatkan pula kinerja

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan proses

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF. SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF. HB. SAANIN PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan Jiwa E Z

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. pada pasien (Gillies, 1989). Rumah Sakit Jiwa Derah Provsu telah menerapkan

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. pada pasien (Gillies, 1989). Rumah Sakit Jiwa Derah Provsu telah menerapkan BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan perawatan, pengobatan dan bantuan terhadap pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK EKA FEBRIANI I32111019 NASKAH PUBLIKASI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

SEJ S A EJ R A AH A PROS PR E OS S E KEPER

SEJ S A EJ R A AH A PROS PR E OS S E KEPER SEJARAH PROSES KEPERAWATAN RAHMAD GURUSINGA Proses keperawatan mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Perawat yang dididik sebelum tahun tersebut pada umumnya belum mengenal proses keperawatan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai fenomena yang harus direspons oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses yang selalu dilakukan dalam kehidupan setiap manusia, tidak terkecuali perawat. Dalam perkembangan dunia kesehatan komunikasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI KERENTANAN PENYAKIT DAN KESERIUSAN PENYAKIT DENGAN PELAYANAN KESEHATAN PADA HEALTH BELIEF MODEL TESIS

HUBUNGAN PERSEPSI KERENTANAN PENYAKIT DAN KESERIUSAN PENYAKIT DENGAN PELAYANAN KESEHATAN PADA HEALTH BELIEF MODEL TESIS HUBUNGAN PERSEPSI KERENTANAN PENYAKIT DAN KESERIUSAN PENYAKIT DENGAN PELAYANAN KESEHATAN PADA HEALTH BELIEF MODEL TESIS OLEH: PIPIT TRI INDRIAN S541302088 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Praktik Kolaboratif Definisi praktik kolaboratif menurut Jones (2000) dalam Rumanti (2009) adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang menyampaikan dan mendapatkan respon. Terdapat lima kompenen

BAB I PENDAHULUAN. seseorang menyampaikan dan mendapatkan respon. Terdapat lima kompenen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu proses sosial karena melalui komunikasi seseorang menyampaikan dan mendapatkan respon. Terdapat lima kompenen dalam komunikasi diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan kebutuhan dan harapan masyarakat tentang pelayanan kesehatan. Masyarakat semakin menuntut mutu pelayanan

Lebih terperinci

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI DEFINISI Keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak pada bidang kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun

Lebih terperinci

: Komunikasi Terapeutik, Perawat

: Komunikasi Terapeutik, Perawat GAMBARAN TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP PASIEN RUMAH SAKIT ISLAM PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2012 Siti Setiowati Aida Rusmariana, MAN, Zulfa Atabaki, Skep. Ns

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERPIKIR KRITIS DAN WAKTU TANGGAP PERAWAT DENGAN KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA.

HUBUNGAN BERPIKIR KRITIS DAN WAKTU TANGGAP PERAWAT DENGAN KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA. HUBUNGAN BERPIKIR KRITIS DAN WAKTU TANGGAP PERAWAT DENGAN KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA. TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFIKASI DIRI, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

HUBUNGAN EFIKASI DIRI, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA i HUBUNGAN EFIKASI DIRI, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperwatan.

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat sebagai usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya peningkatan derajat kesehatan secara optimal menuntut profesi keperawatan mengembangkan mutu pelayanan yang profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat di era

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes STANDAR ADALAH : Ukuran atau parameter yang digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat kualitas yang telah disepakati dan mampu dicapai dengan ukuran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan begitu kompleksnya masalah hidup sekarang ini menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Teori

BAB II. Tinjauan Teori BAB II Tinjauan Teori 2.1 Teori 2.1.1 Keperawatan Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan professional. Selain itu pelayanan keperawatan menjadi salah satu faktor penentu mutu dan citra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang fungsi utamanya memberikan pelayanan, perawatan, dan pengobatan kepada seluruh pasien, baik rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kolaborasi 2.1.1 Defenisi Kolaborasi Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka

Lebih terperinci

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL.

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. VISI AKPER DIRGAHAYU PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. MISI AKPER DIRGAHAYU 1. MENYELENGGARAKAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI YANG BERKUALITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari sejarah kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari sejarah kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia tidak terlepas dari sejarah kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka pelayanan kesehatan masyarakat dikembangkan

Lebih terperinci

BAB... METODE PENUGASAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN

BAB... METODE PENUGASAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN BAB... METODE PENUGASAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa mampu: 1) Menyebutkan macam metode penugasan asuhan keperawatan 2) Menjelaskan metode fungsional

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI 0 HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun Oleh: NAMA : JAZA

Lebih terperinci

Tujuan Legeslasi: 1.Memperthankan kualitas pelayanan 2.Memberi kewenangan 3. Menjamin perlindungan hukum 4. Meningkatkan profesionalime

Tujuan Legeslasi: 1.Memperthankan kualitas pelayanan 2.Memberi kewenangan 3. Menjamin perlindungan hukum 4. Meningkatkan profesionalime PEMBAHASAN Tujuan: Suatu persyaratan untuk melaksanakan praktek bidan perorangan dalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai degan ketentuan 2 yang sudah ditetapkan dalam per undang-undagan serta memberikan

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT PONKESDES DI WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK TESIS

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT PONKESDES DI WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK TESIS PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT PONKESDES DI WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Kedokteran KeluargaMinat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma dalam keperawatan, dari konsep keperawatan individu menjadi keperawatan paripurna serta kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Seperti yang telah dituangkan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, KEMAMPUAN DIRI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KLATEN TESIS

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, KEMAMPUAN DIRI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KLATEN TESIS PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, KEMAMPUAN DIRI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KLATEN TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perawat 1. Pengertian Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana penyedia layanan kesehatan untuk masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS GAJAHAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS GAJAHAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS GAJAHAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perawat Pengertian Perawat Perawat atau nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. menurut Harlley (1997) dalam Fahri (2010),

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR DALAM TUTORIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA BLOK TAHAP TAHAP KEHIDUPAN

HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR DALAM TUTORIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA BLOK TAHAP TAHAP KEHIDUPAN HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR DALAM TUTORIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA BLOK TAHAP TAHAP KEHIDUPAN (Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2010/2011 Universitas Mataram) TESIS Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU No. 44 Tahun 2009 dinyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN ADVERSITY

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN ADVERSITY HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN II MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN YAPPI SRAGEN TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi khususnya pada bidang kesehatan, mendorong pelayanan kesehatan untuk terus berupaya meningkatnya

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA HUBUNGAN MOTIVASI DAN PENGETAHUAN TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN KETAATAN PERIKSA DAHAK PENDERITA SUSPECT TUBERKULOSIS PARU (Di Puskesmas Trenggalek KabupatenTrenggalek) TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 1 Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN MUHAMMAD JAMAL MISHBAH 6143027 STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS TAHUN AKADEMIK 2016/2017 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan yang sangat berperan penting dalam upaya pencapaian Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, preventif, kuratif

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP

PENGARUH KONSEP DIRI DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PENGARUH KONSEP DIRI DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN I PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELIGIUSITAS, KONSEP DIRI DAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN RELIGIUSITAS, KONSEP DIRI DAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN RELIGIUSITAS, KONSEP DIRI DAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk mencapai Derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG ABSTRAK HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG Tina Krisnawati 1), Ngesti W. Utami 2), Lasri 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

BAB II TINJAUAN TEORISTIS BAB II TINJAUAN TEORISTIS 2.1 Perilaku Caring 2.1.1 Pengertian Caring Perawat Menurut Carruth, dalam Nurachmah (2001) asuhan keperawatan yang bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Caring Caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi kebutuhan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Definisi Komunikasi Terapeutik Menurut Machfoedz, (2009) Komunikasi terapeutik ialah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam

Lebih terperinci

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU Zulkarnain STIKES Bhakti Husada Bengkulu Jl. Kinibalu 8 Kebun Tebeng Telp (0736) 23422 Email : stikesbh03@gmail.com

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Faktor pribadi klien, kepuasan, dan asuhan keperawatan Kepustakaan 33 ( )

ABSTRAK. Kata kunci: Faktor pribadi klien, kepuasan, dan asuhan keperawatan Kepustakaan 33 ( ) HUBUNGAN FAKTOR PRIBADI KLIEN DENGAN KEPUASAN TERHADAP KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN PERAWAT PELAKSANA (Studi di Rumah Sakit Rajawali Bandung) Lucia Ariyanth, Irman Somantri ABSTRAK Adanya keluhan klien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan

Lebih terperinci

Keperawatan sebagai Terapi pada Keperawatan Medikal Bedah

Keperawatan sebagai Terapi pada Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan sebagai Terapi pada Keperawatan Medikal Bedah Ratna Sitorus Disampaikan pada Seminar HIPMEBI, di RS Persahabatan Jakarta, 11 Februari 2017 Pembahasan 1. Pengertian terapi keperawatan 2. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan insitusi yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap, dimana fungsi utamanya memberikan pelayanan kepada pasien, diagnostik dan terapeutik

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RAWAT INAP PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RAWAT INAP PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RAWAT INAP PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh: METRI

Lebih terperinci