KEBERHASILAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL (KF)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBERHASILAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL (KF)"

Transkripsi

1 KEBERHASILAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL (KF) (Kasus: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) Oleh: Latifah Sulton A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN LATIFAH SULTON. Keberhasilan Program Keaksaraan Fungsional (KF). (Kasus: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor). Di bawah bimbingan EKAWATI SRI WAHYUNI. Pembangunan suatu bangsa dapat dinilai berdasarkan kualitas pendidikan yang ada pada bangsa tersebut. Angka kebutaaksaraan menjadi indikator yang dapat melihat perkembangan upaya peningkatan pendidikan untuk mengentaskan masalah kebutaaksaraan masyarakat. Upaya pemberantasan buta aksara usia dewasa (15-45 tahun ke atas) yang dapat dilakukan melalui Program Keaksaraan Fungsional (KF) dinilai merupakan cara efektif untuk menyelesaikan masalah tersebut, meskipun pada kenyataannya masih saja terdapat masyarakat yang telah mengikuti program ini namun masih mengalami buta aksara atau buta aksara kembali. Program KF yang diselenggarakan oleh PKBM Damai Mekar yang berada di Kelurahan Sukadamai diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengentasan buta aksara yang terjadi pada sebagian masyarakat sekitar. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat keberhasilan dari program keaksaraan fungsional dalam mempertahankan kemampuan keaksaraan Warga Belajar (WB) pasca program berakhir, yakni 5 bulan setelah program. Analisis dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan keaksaraan WB. Faktor tersebut terdiri dari faktor internal (umur, tingkat pendidikan formal, status perkawinan, pekerjaan, jumlah anak, penilaian terhadap program KF, motif mengikuti program) dan eksternal diri WB (tingkat pendidikan keluarga, dukungan dari lingkungan tempat tinggal, teknik pembelajaran oleh tutor, alokasi waktu dan tempat pembelajaran). Selain itu diharapkan pula terdapat hubungan antara kemampuan keaksaraan fungsional yang telah dimiliki WB setelah mengikuti program terhadap dampak dari kemampuan keaksaraan tersebut (motivasi untuk belajar kembali, penerapan fungsional kemampuan keaksaraan, dan kepercayaan diri warga belajar). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei yang didukung oleh pendekatan kualitatif untuk melengkapi kebutuhan data penelitian, dengan pengambilan sampel secara purposif. Unit penelitian terdiri dari warga belajar program Keaksaraan Fungsional PKBM Damai Mekar pada periode Juni-November 2007, sebanyak 35 orang. Semua responden adalah perempuan dan merupakan ibu rumah tangga. Secara analisis statistik pada hasil penelitian menunjukan bahwa dari seluruh faktor internal dan eksternal diri WB tidak terdapat hubungan terhadap kemampuan keaksaraan setelah mengikuti program, namun secara analisis kualitatif terdapat beberapa responden yang kemampuan keaksaraannya dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Program keaksaraan fungsional yang diselenggarakan oleh PKBM Damai Mekar dinilai tidak berhasil dalam mempertahankan kelanggengan kemampuan keaksaraan WB, karena masih banyak yang kemampuan keaksaraannya rendah,

3 bahkan masih mengalami buta aksara. Demikian juga tidak terdapat hubungan antara kemampuan keaksaraan terhadap motivasi belajar kembali dan kepercayaan diri warga belajar. Meskipun demikian terdapat WB yang tetap memiliki kemampuan keaksaraan (17,1 persen) dan mampu menerapkan kemampuannya tersebut secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Tidak berhasilnya program KF ini dikarenakan rendahnya sumber daya yang ada pada pihak penyelenggara sehingga program tidak berkelanjutan menyelesaikan masalah kebutaaksaraan tersebut. Perlu upaya tindak lanjut segera ke tahap lanjutan mempertahankan kemampuan keaksaraan WB, dan upaya tersebut dapat dilakukan oleh pihak PKBM maupun masyarakat yang berada di sekitar WB. Masa pembelajaran pada tahap dasar selama enam bulan juga perlu penambahan waktu, karena masih banyak WB yang masih merasa kurang dalam waktu enam bulan tersebut. Selain itu perlu sistem monitoring dan evaluasi oleh semua pihak terkait penyelenggaraan program, baik selama tahap-tahap pembelajaran maupun setelah program selesai, sehingga program dapat dipertanggungjawabkan keberlanjutannya.

4 KEBERHASILAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL (KF) (Kasus: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) Oleh: Latifah Sulton A Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Insititut Pertanian Bogor 2008

5 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini Menyatakan bahwa Skripsi yang Disusun Oleh: Nama Mahasiswa : Latifah Sulton Nomor Pokok : A Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul Skripsi : Keberhasilan Program Keaksaraan Fungsional (KF). (Kasus: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor). Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS. NIP Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M Agr NIP

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL KEBERHASILAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL (KF) (KASUS: PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT DAMAI MEKAR, KELURAHAN SUKADAMAI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR) BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI. Bogor, Juli 2008 Latifah Sulton A

7 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor tanggal 5 Mei 1986 dari Ibu bernama Sunensi dan Ayah Achmad Sulton. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dengan dua Kakak bernama Syara dan Rauf serta dua adik bernama Mutaqien dan Leli. Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis antara lain pada tahun 1992 SDN Bojong Gede 06 Bogor dan lulus tahun 1998, SLTP Islam Hj. Siti Maemoen Cilebut Bogor dan lulus tahun 2001, SMU Negeri 06 Bogor dan lulus tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis masuk di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian. Aktivitas di luar perkuliahan yang pernah diikuti oleh penulis, antara lain menjadi keanggotaan Organisasi Kampus Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) periode tahun 2005/2006 dan keanggotaan pada kelompok beladiri Tenaga Dalam Asli Indonesia (TEDAS) periode tahun 2005/2006.

8 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas rahmat dan karunia- Nya sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Penulisan karya ilmiah ini merupakan syarat kelulusan kesarjanaan pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ibu Ekawati Sri Wahyuni sebagai dosen pembimbing skripsi, atas bimbingan, arahan, koreksi, pemikiran dan waktu yang diluangkan untuk penulis, sehingga karya ilmiah ini terselesaikan. 2. Ibu Winati Wigna dan Ibu Heru Purwandari selaku penguji utama dan penguji wakil Departemen dalam ujian kelulusan. Terimakasih atas kesedian untuk menguji penulisan karya ilmiah ini. 3. Bapak Yusron, Ketua PKBM Damai Mekar Kelurahan Sukadamai. Terimakasih atas izin penelitian yang telah diberikan. 4. Ibu Hetty, selaku koordinator program KF PKBM Damai Mekar, beserta semua tutor KF. Terima kasih atas semua waktu, arahan dan bantuan yang diberikan kepada penulis. 5. Semua warga RW 01 dan 10, khususnya semua ibu-ibu yang telah menjadi responden penelitian. Terimakasih atas kesedian waktu selama penelitian. 6. Keluarga yang menjadi naungan dan semangat berjuang dalam hidupku selama ini (Ayah, Mama, Kakak dan Adik). 7. Keponakan kecilku yang menjadi penghibur atas kepolosan dan kelucuan kalian (Putra dan Oil). 8. Sahabat yang mau menerima dalam semua keadaan (Ansi dan Tyas). 9. Gita dan Nessa, sahabat seperjuangan. Semoga apa yang kita tulis membawa manfaat bagi orang lain. Amien 10. Aa Hyro, semua doa dan spirit yang diberikan sangat berarti bagi penulis. 11. Nauchan, Uma, Qori, Dhince, terimakasih atas semua perhatian kalian.

9 12. Martha dan Desi. Semoga kita menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Usaha, doa dan semangat tidak akan dibayar dengan hampa. 13. Teman-teman KPM yang memberikan motivasi dan semangat yang selalu ada dalam setiap perjumpaan dan pertolongan. Semoga karya kita selalu dikenang. 14. Gausul Fardi Hakim, terimakasih untuk doa dan bantuannya. 15. Semua pihak yang turut membantu penyelesaian karya ilmiah ini. Bogor, Juli 2008 Latifah Sulton

10 KATA PENGANTAR Puji syukur yang sedalam-dalamnya hanya tercurah kepada Allah SWT, atas rahmat-nya yang tak terhingga sehingga karya ilmiah (skripsi) yang berjudul Keberhasilan Program Keaksaraan Fungsional (KF) dapat terselesaikan. Tentu tidak luput pula kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian penulisan karya ilmiah ini. Menjadi suatu keprihatinan bersama dalam kemajuan pendidikan saat ini, melihat masih banyaknya masyarakat di sekitar kita yang mengalami buta aksara. Semoga karya ilmiah ini memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan penuntasan masalah kebutaaksaraan tersebut, meskipun disadari penulisan ini masih sangat jauh dari sempurna. Segala bentuk dukungan berupa kritik dan saran yang membangun penulisan ini diharapkan menambah wawasan kepada penulis untuk memperbaiki kekurangan yang ada sehingga menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Latifah Sulton A

11 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI...i DAFTAR GAMBAR...iv DAFTAR TABEL...v DAFTAR LAMPIRAN...vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis Konsep Buta Aksara dan Melek Aksara Hakekat Pemberdayaan Pemberdayaan Perempuan Melalui Pemberantasan Buta Aksara Program Keaksaraan Fungsional (KF)...11 BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Definisi Konseptual Definisi Operasional Hipotesis...23 BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Sampling Jenis Data dan Pengumpulan Data Analisis Data...27

12 ii BAB V. GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1 Gambaran Umum Kelurahan Sukadamai Kondisi Geografis Kependudukan Pendidikan Gambaran Umum Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Damai Mekar Program Keaksaraan Fungsional PKBM Damai Mekar Profil Warga Belajar Program KF PKBM Damai Mekar Ikhtisar Bab V...41 BAB VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1 Karakteristik Internal Diri Pribadi Responden Umur Status Perkawinan Pekerjaan Tingkat Pendidikan Jumlah Anak Penilaian WB terhadap Program KF Motif Responden Mengikuti Program KF Karakteristik Eksternal Responden Tingkat Pendidikan Keluarga Dukungan Keluarga Teknik Pembelajaran oleh Tutor Alokasi dan Tempat Belajar Ikhtisar Bab VI...51 BAB VII. KEBERHASILAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL 7.1 Keberhasilan Program KF Upaya Pencapaian Keberhasilan Program Keaksaraan Fungsional Ikhtisar Bab VII...55 BAB VIII. HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN KEMAMPUAN KEAKSARAAN 8.1 Hubungan Faktor Internal dengan Kemampuan Keaksaraan Hubungan Umur dengan Kemampuan Keaksaraan Hubungan Status Perkawinan dengan Kemampuan Keaksaraan Hubungan Pekerjaan dengan Kemampuan Keaksaraan Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kemampuan Keaksaraan...61

13 iii Hubungan Jumlah Anak dengan Kemampuan Keaksaraan Hubungan Penilaian WB terhadap Program KF dengan Kemampuan Keaksaraan Hubungan Motif WB Mengikuti Program KF dengan Kemampuan Keaksaraan Faktor Hubungan Eksternal dengan Kemampuan Keaksaraan Hubungan Tingkat Pendidikan Keluarga dengan Kemampuan Keaksaraan Hubungan Dukungan dari Keluarga dengan Kemampuan Keaksaraan Hubungan Teknik Pembelajaran oleh Tutor dengan Kemampuan Keaksaraan Hubungan Alokasi Waktu dan Tempat Belajar dengan Kemampuan Keaksaraan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Kemampuan Keaksaraan Responden Ikhtisar Bab VIII...73 BAB IX. DAMPAK DARI PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL 9.1 Bentuk Dampak Kemampuan Keaksaraan Motivasi Untuk Belajar Kembali Penerapan Fungsional Kemampuan Keaksaraan Kepercayaan Diri Warga Belajar Hubungan Kemampuan Keaksaraan dengan Motivasi Belajar Kembali Hubungan Kemampuan Keaksaraan dengan Penerapan Fungsional Kemampuan Keaksaraan Hubungan Kemampuan Keaksaraan dengan Kepercayaan Diri WB Ikhtisar Bab IX...81 BAB X. KESIMPULAN DAN SARAN 10.1 Kesimpulan Saran...83 DAFTAR PUSTAKA...85

14 iv DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Bagan Kerangka Pemikiran Aktivitas Praktek Keterampilan Warga Belajar KF di Majelis Tempat Belajar Warga Belajar KF Bersama Tutor PKBM Damai Mekar Ujian Warga Belajar yang Diawasi oleh Tutor di Majelis Tempat Belajar...38

15 v DAFTAR TABEL No Halaman 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Golongan Umur di Sukadamai, Tahun Komposisi Penduduk Kelurahan Sukadamai Menurut Agama, Tahun Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Sukadamai, Tahun Sarana Pendidikan Umum di Sukadamai, Tahun Sarana Pendidikan Luar Sekolah di Sukadamai, Tahun Sebaran Responden Menurut Karakteristik Internal Diri Pribadi di PKBM Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Tahun Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Eksternal Diri Responden di PKBM Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Tahun Sebaran Responden Menurut Kemampuan Keaksaraan di PKBM Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Tahun Hubungan antara Faktor Internal dengan Kemampuan Keaksaraan di PKBM Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Tahun Hubungan antara Faktor Eksternal dengan Kemampuan Keaksaraan di PKBM Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Tahun Hubungan Kemampuan Keaksaraan Responden dengan Motivasi Belajar Kembali di PKBM Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Tahun Hubungan Kemampuan Keaksaraan Responden dengan Penerapan Fungsional Kemampuan Keaksaraan di PKBM Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Tahun

16 13. Hubungan Kemampuan Keaksaraan Responden dengan Kepercayaan Diri di PKBM Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Tahun...79 vi

17 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu dari tujuan nasional. UNDP menetapkan kemajuan suatu negara dapat ditentukan oleh tiga indikator indeks pembangunan manusia, yaitu indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks perekonomian. Angka melek aksara adalah salah satu variabel dari indikator indeks pendidikan. Berdasarkan data BPS (2006), angka buta aksara penduduk Indonesia mencapai 12,8 juta orang atau 0,05 persen dari total jumlah penduduk, dan angka tersebut meningkat pada kelompok umur dewasa (15 tahun keatas) menjadi 8,4 persen dari total penduduk pada kelompok umur tersebut. Perempuan menempati posisi lebih tinggi pada angka kebutaaksaraan kelompok usia tahun, dengan persentase sebesar 4,8 persen untuk perempuan, dan 2,9 persen untuk laki-laki. Hal ini merupakan indikasi dari adanya kesenjangan gender dalam kemelekaksaraan. Pada kelompok usia 60 tahun ke atas, persentase tersebut menjadi lebih tinggi hingga 16,36 persen. Tercatat oleh BPS terjadi penurunan buta aksara tiap tahunnya, namun angka buta aksara perempuan tetap tinggi daripada angka pada laki-laki, khususnya pada kelompok usia tua. Dengan demikian pemberantasan buta aksara menjadi nilai strategis mengurangi angka kebutaaksaraan, terutama kebutaaksaraan pada perempuan. Peningkatan kemelekaksaraan pada taraf global telah tercetus pada tujuan PUS (Pendidikan Untuk Semua) tahun 2000 yang mendukung adanya visi holistik pendidikan hingga

18 2 pencapaian melek aksara sebesar 50 persen pada tahun 2015, khususnya bagi perempuan dan akses pendidikan yang adil bagi mereka (UNESCO, 2006). Pada RPJM , Indonesia mentargetkan kemelekaksaraan pada orang dewasa menjadi 95 persen pada tahun 2009 (Jalal&Sardjuni, 2006). Upaya pemberantasan buta aksara Indonesia telah dimulai sejak kemerdekaan hingga kini (Swasono, 2007). Dukungan terhadap penurunan buta aksara perempuan telah dilakukan dengan dibuatnya peraturan bersama antara Menteri Departemen Pendidikan Nasional, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, dan Menteri Dalam Negeri pada tahun 2005 mengenai percepatan pemberantasan buta aksara perempuan. Selain itu dikeluarkan pula Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar /Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PWB/PBA). Program pemberantasan buta aksara perempuan usia dewasa secara praktik di lapangan dijalankan melalui kelompok-kelompok belajar yang lebih dikenal dengan Keaksaraan Fungsional (KF). Program ini secara kelembagaan diusungkan oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat (Dikmas) dan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah (Ditjen PLS) melalui Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Pendidikan Luar Sekolah (UPTD PLS) dan dilaksanakan oleh Pusat Kegiatan Belajar (PKBM) kabupaten/kota dan propinsi. Selain itu dapat pula melalui jalur kelembagaan lain seperti LSM atau organisasi masyarakat yang juga melaksanakan program pemberantasan buta aksara. Strategi pembelajaran pada program KF berbeda dengan program pemberantasan buta aksara yang lain seperti Kejar Paket A, Paket B dan Paket C, karena sasaran pada program ini adalah kelompok usia dewasa (15-45 tahun)

19 3 dan menekankan pada fungsi program secara fungsional dengan strategi membaca, menulis, berhitung dan aksi (Calistungdasi) serta diskusi yang proses belajarnya disesuaikan oleh konteks warga belajar (Depdiknas, 2006). Program KF juga merupakan langkah pemberdayaan perempuan melalui pendidikan, membuatnya lebih berdaya baik bagi diri sendiri, bagi keluarga maupun bagi masyarakat (Saidah, 2001). Keberhasilan program KF menjadi cara terwujudnya pemberdayaan khususnya bagi penduduk buta aksara. Berdasarkan Badan Pengawasan Daerah (Bawasda) beberapa daerah tentang pelaksanaan program KF yang tidak efektif dilaksanakan, bahkan banyaknya laporan fiktif atas terselenggaranya program kelompok belajar KF (Aminullah, 2006). Kurangnya anggaran pemerintah, sibuknya tenaga pendidik, kurangnya motivasi dan kesibukan warga belajar, serta ketidakberlanjutan program menjadi alasan masalah buta aksara belum tentu tuntas dilaksanakan, dan masalah buta aksara kembali (replaced illiterate) dapatlah terjadi. Permasalahan yang terjadi di beberapa wilayah belum tentu pula terjadi di wilayah lain, karena terdapat pula kelompok-kelompok belajar pada program KF yang mengentaskan buta aksara perempuan atau meningkatkan kemampuan melek aksara warga belajarnya. Penelitian keberhasilan program KF ini akan dilakukan pada KF yang berada di bawah naungan PKBM Damai Mekar yang berada di Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Kota Bogor yang masih memiliki penduduk buta aksara sekitar orang atau 1,55 persen dari jumlah penduduk berusia diatas 15 tahun di Kota Bogor, juga telah melakukan upaya pemberantasan buta aksara yang diselenggarakan antara lain oleh beberapa PKBM yang ada di Kota

20 4 Bogor. PKBM Damai Mekar adalah salah satu yang saat ini masih konsisten menyelenggarakan program pemberantasan buta aksara (KF) dan telah cukup dikenal oleh beberapa PKBM lain dan Dinas Pendidikan Luar Sekolah Kota Bogor. Pengalaman pada program pemberantasan buta aksara di PKBM Damai Mekar sejak tahun 2005 diharapkan mampu menjelaskan keberhasilan pelaksanaan program KF yang mempengaruhi peningkatan kemampuan melek aksara warga belajarnya. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Analisis keberhasilan program KF di PKBM Damai Mekar akan ditelusuri oleh beberapa pertanyaan penelitian yang lebih terfokus dan terarah, dengan rumusan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan program KF di PKBM Damai Mekar? 2. Bagaimana keberhasilan program KF di PKBM Damai Mekar? 3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan program KF tersebut? 4. Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan program?

21 5 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan masalah penelitian antara lain: 1. Mengetahui dan menjelaskan pelaksanaan program KF yang ada di PKBM Damai Mekar. 2. Mengetahui dan menjelaskan keberhasilan program KF pada PKBM tersebut. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program KF yang ada di PKBM Damai Mekar. 4. Menemukan upaya-upaya yang dilakukan untuk keberhasilan program KF. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian diharapkan dapat: 1. Menjadi referensi bagi instansi-instansi terkait pada program pemberantasan buta aksara mengenai keberhasilan program KF. 2. Menjadi bahan pertimbangan dan penentu kebijakan dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan lebih lanjut untuk pemberantasan buta aksara. 3. Sebagai tambahan pengetahuan dan perkembangan program Keaksaraan Fungsional, khususnya Dinas PLS (Pendidikan Luar Sekolah) wilayah Bogor.

22 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis Konsep Buta Aksara dan Melek Aksara Pengertian buta aksara menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) tahun 2006, yaitu ketidakmampuan yang dimiliki seseorang untuk membaca dan menulis dengan huruf latin dan angka arab dalam bahasa Indonesia, serta tidak memiliki keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan. Terdapat pula pengertian buta aksara fungsional menurut Depdiknas, yang berarti ketidakmampuan melakukan kegiatan yang memerlukan kecakapan keaksaraan, misalnya membaca, menulis dan berhitung untuk bidang usaha yang menjadi mata pencaharian. Sebaliknya pengertian melek aksara fungsional adalah kemampuan seseorang paling tidak dapat membaca dan menulis dengan huruf latin dan berhitung dengan angka arab dalam setiap kegiatannya yang memerlukan kecakapan tersebut dan juga memungkinkannya untuk melanjutkan pemanfaatan kecakapan membaca, menulis dan berhitung untuk pengembangan diri dan masyarakat. Buta aksara menurut Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan (Meneg PP) (2007) terbagi menjadi dua bentuk, yaitu buta aksara murni dan buta aksara praktis. Buta aksara murni yaitu dimana penduduk sama sekali tidak dapat membaca, menulis dan berhitung dengan aksara apapun. Sedangkan buta aksara praktis dialami penduduk yang tidak dapat membaca, menulis dan berhitung dengan aksara latin dan angka arab, buta bahasa Indonesia dan buta pengetahuan dasar.

23 7 Pada konferensi UNESCO tahun 1978, pengertian melek aksara merupakan penggunaaan keaksaraan dalam seluruh aktivitas seseorang dan berfungsi efektif bagi kelompoknya dan masyarakat, yang juga memberi kemungkinan bagi dia untuk menggunakannya dalam membaca, menulis dan berhitung bagi perkembangan dirinya sendiri maupun masyarakat. Setelah tahun 1980-an dan 1990 keaksaraan atau melek aksara diperluas maknanya untuk mengakomodasi tantangan globalisasi termasuk dampak teknologi baru dan media informasi serta pengetahuan ekonomi (UNESCO, 2006). Secara mantap digariskan bahwa keaksaraan adalah hak dan kunci menuju hak yang lain, serta memberikan bukti tentang multipersonal, manfaat sosial dan ekonomi (UNESCO, 2006). Pengukuran melek aksara seseorang yang digunakan dalam sensus nasional adalah kemampuan membaca dan menulis sebuah pernyataan sederhana tentang keaksaraannya sehari-hari (Djalal, 2006). Melek aksara di Indonesia memainkan peranan penting dalam dalam meningkatkan kehidupan perekonomian individu yang aman dan kesehatannya bagus serta memperkaya masyarakat dengan pembangunan modal manusia, pengembangan identitas budaya dan toleransi, serta mempromosikan partisipasi warga negara (Djalal, 2006) Hakekat Pemberdayaan Menurut Meriam Webster dan Oxford English Dictionary dalam Zarida (2000), kata empower mempunyai dua arti, yaitu pertama, to give power or authority to dan kedua, to give ability to or enable. Pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan atau mendelegasikan otoritas ke pihak

24 8 lain. Sedangkan hal yang kedua diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan. Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar rakyat mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan (Sumodiningrat, 1999). Menurutnya upaya pemberdayaan merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, dengan kata lain pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Selain itu, strategi pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan penciptaan kesempatan kerja dan peluang berusaha yang memberikan pendapatan yang memadai bagi masyarakat. Pemberdayaan tidak hanya menyangkut pendanaan tetapi juga peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan kelembaagaan. Suatu pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka untuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan (Nasdian, 2003). Konsep dan gerakan pemberdayaan menurut Pranarka (1996) memusatkan perhatian pada kenyataan bahwa manusia atau sekelompok manusia dapat mengalami kendala dan hambatan dalam proses dan gerak aktualisasi eksistensinya. Dengan demikian, pemberdayaan dalam hal ini adalah berusaha untuk menciptakan kondisi yang memberikan kemungkinan bagi setiap manusia untuk dapat menunaikan tugas aktualisasi eksistensinya seluas-luasnya dan setinggi-tingginya (Zaridah, 2000).

25 9 Pengukuran keberhasilan dari suatu pemberdayaan dapat dilakukan dengan melihat dari adanya indikator keberhasilan dari program pemberdayaan masyarakat. Menurut Sumodiningrat (1999) terdapat lima indikator keberhasilan dari program pemberdayaan masyarakat, antara lain: (1) berkurangnya jumlah penduduk miskin; (2) berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia; (3) meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya; (4) meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi, serta makin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat; (5) serta meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya Pemberdayaan Perempuan Melalui Pemberantasan Buta Aksara Upaya pemberantasan buta aksara merupakan suatu bentuk pemberdayaan perempuan yang berdampak pada pembangunan nasional. Menurut Rosalina (2007) pemberdayaan perempuan harus dimulai dari sektor pendidikan untuk meningkatkan angka melek huruf perempuan dan angka partisipasinya dalam pembangunan. Perempuan yang telah melek aksara merupakan dasar kemandirian bagi mereka dalam mengatur perekonomian keluarga dan secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan perkapita suatu daerah. Kemampuan keaksaraan yang

26 10 dimiliki seseorang bermanfaat sebagai penghargaan diri itu sendiri, kepercayaan dan pemberdayaan pribadi (UNESCO, 2006). Selain manfaat tersebut, berdasarkan hasil penelitian UNESCO (2006) menunjukan bahwa pemberantasan buta aksara berdampak langsung terhadap: 1. Menurunnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan 2. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya minimal tamat SD 3. Berhasilnya program pelaksanaan Program Keluarga Berencana 4. Naiknya tingkat gizi dan usia harapan hidup masyarakat terhadap program pembangunan 5. Makin demokratisnya sikap dan perilaku masyarakat. Pemberdayaan perempuan melalui peningkatan keaksaraan telah mendapat perhatian, melalui beberapa komitmen besar, seperti Tujuan Pembangunan Millenium Indonesia atau Millenium Development Goal (MDG) yang memiliki dua tujuan terkait pada tujuan untuk membangun pendidikan dan mendorong kesetaraan gender di dalamnya (UNDP, 2005). Selain itu komitmen dari deklarasi Dakkar tentang PUS (Pendidikan Untuk Semua) yang berfokus pada perbaikan sebesar 50 persen pada tingkat kemelekaksaraan orang dewasa menjelang tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan, dan akses yang adil pada pendidikan dasar serta berkelanjutan bagi semua orang dewasa. Terdapat juga komitmen nasional dalam peningkatan keaksaraan melalui gerakan percepatan pemberantasan buta aksara khususnya untuk perempuan, dan merupakan hasil dari surat keputusan bersama antara Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pemberdayaan Perempuan

27 11 yang telah dilaksanakan pada 12 Mei 2005, serta dikeluarkannya instruksi Presiden Presiden Republik Indonesia No.5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. (GNP-PWB/PBA) Program Keaksaraan Fungsional (KF) Keaksaraan Fungsional sesungguhnya merupakan suatu bentuk pendekatan dalam strategi belajar dalam upaya pemberantasan buta aksara (Depdiknas, 2006). Aktivitas belajar secara fungsional berarti mengkaitkan proses belajar pada situasi atau kondisi warga belajar yang merupakan pola pembelajaran dan pemberdayaan penduduk secara terpadu bagi penduduk usia dewasa melalui pendekatan andragogi dan integratif. Pada pendekatan ini, ada konsekuensi logis bagi warga belajar, mereka sadar bahwa bekerja sambil belajar merupakan suatu kebutuhan di samping kewajiban. Pola pembelajaran lain juga perlu diikuti, seperti pembangunan jaringan belajar, agar warga belajar senantiasa melek ilmu pengetahuan dan keterampilan, warga belajar tidak berhenti seusai mengikuti program KF. Pelaksanaan program KF tidak serta merta hanya belajar membaca, menulis dan menghitung, namun dilengkapi pula dengan tahapan lanjutan lainnya yang bertujuan memandirikan kemampuan melek aksara warga belajar. KF merupakan bagian dari lingkup kegiatan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang dilaksanakan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang dipusatkan pada suatu wilayah sehingga mudah diakses oleh masyarakat setempat (Sihombing, 1999). Selain itu KF juga dapat dibentuk oleh beberapa organisasi masyarakat seperti LSM (Lembaga

28 12 Swadaya Masyarakat), PKK, SKB (Sanggar Kegiatan Belajar), Perguruan Tinggi, Aissyiyah, GOW/BKOW, Muslimah NU, atau Wanita Islam. Untuk menyelenggarakan program KF dibutuhkan delapan prinsip utama pemahaman penyelenggaraan program ini (Depdiknas, 2006), yaitu: 1. Konteks lokal, program dikembangkan berdasarkan konteks lokal yang mengacu pada konteks sosial lokal dan kebutuhan khusus pada setiap warga belajar dan masyarakat sekitarnya 2. Desain lokal, merupakan rancangan kegiatan belajar yang dirancang oleh tutor dan warga belajar berdasarkan minat, kebutuhan, masalah, kenyataan dan potensi /sumber-sumber setempat 3. Proses partisipatif adalah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan program keaksaraan fungsional harus dilakukan berdasarkan strategi partisipatif 4. Fungsionalisasi hasil belajar. Hasil belajar diharapkan warga belajar dapat memfungsikan keaksaraannya untuk menganalisis dan memecahkan masalah keaksaran yang dihadapi warga belajar 5. Kesadaran. Proses pembelajaran keaksaraan hendaknya dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian warga belajar terhadap keadaan dan permasalahan lingkungan untuk melakukan aktivitas kehidupannya 6. Fleksibilitas, program KF harus fleksibel, agar memungkinkan untuk dimodifikasi sehingga responsif terhadap minat dan kebutuhan belajar serta kondisi lingkungan warga belajar yang berubah dari waktu ke waktu

29 13 7. Keanekaragaman, hendaknya bervariasi dilihat dari segi materi, metode, maupun strategi pembelajaran sehingga mampu memenuhi minat dan kebutuhan belajar warga belajar di setiap daerah yang berbeda-beda 8. Kesesuaian hubungan belajar, dimulai dari hal-hal yang telah diketahui dan dapat dilakukan oleh warga belajar, sehingga pengalaman, kemampuan, minat dan kebutuhan belajar menjadi dasar dalam menjalin hubungan yang harmonis dan dinamis antara tutor dan warga belajar. Selain itu terdapat tiga tahapan kompetensi dalam menyempurnakan pelaksanaan program KF (Depdiknas, 2006). Tahapan tersebut terdiri dari: 1. Tahap pemberantasan, atau merupakan tingkat keaksaraan dasar Terdapat beberapa metode pada tahap ini, antara lain: 1. Metode Dasar. Metode pembelajaran bagi warga belajar buta aksara permulaan untuk meningkatkan kecakapan membaca dan menulis permulaan terutama pada keterampilan pemenggalan kata, suku kata, dan huruf demi huruf untuk disusun kembali menjadi kalimat yang bermakna 2. Metode Drill. Belajar dengan cara melakukan latihan berulang-ulang baik membaca, menulis dan berhitung 3. Metode Kata Kunci. Pembelajaran ini merupakan penerapan pendekatan tematik dimana kata-kata kunci yang dipelajari harus sesuai dengan tema yang dikembangkan. Metode ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan warga belajar membuat kata baru dari suku kata yang telah dikenal 4. Metode Bahasa Ibu. Ditujukan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia melalui bahasa ibu.

30 14 2. Tahap Pembinaan atau Lanjutan, atau sudah berada pada tingkat keaksaraan fungsional. Tahap ini memiliki tiga bentuk model pembinaan, antara lain: 1. Model belajar sambil bekerja 2. Model belajar sambil beraksi 3. Model kelompok belajar usaha. 3. Tahap Pelestarian atau Mandiri, atau telah berada pada tingkat mandiri. Terdapat pula bentuk model pembinaan pada tahap ini, yaitu: 1. Model taman bacaan masyarakat 2. Model arisan bersama 3. Model paguyuban. Ketiga tahapan di atas dilaksanakan secara berkelanjutan guna mencapai tujuan program KF yang optimal. Hasil belajar melalui program KF juga dilakukan melalui mekanisme yang disesuaikan dengan SKK (Standar Kompetensi Keaksaraan). Warga belajar yang diperbolehkan mengikuti penilaian hasil belajar adalah mereka yang aktif mengikuti proses pembelajaran secara sistematis dan kontinu. Mereka juga berhak mendapatkan Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA). Berdasarkan Laporan Akhir Penyusunan Data Buta Aksara Perempuan oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan (Meneg PP) tahun 2005, terdapat beberapa kendala yang mempengaruhi penerimaan warga belajar terhadap ketiga pelaksanaan tahapan tersebut. Kendala penerimaan warga belajar atas program lanjutan KF antara lain rendahnya motivasi masyarakat, kesibukan pada pekerjaan domestik atau publik, dan masih melekatnya pengaruh budaya patriarki dengan anggapan-anggapan diskriminasi perempuan dalam pendidikan (Meneg PP, 2005).

31 15 Adanya kendala seperti di atas menjadi tantangan bagi strategi pelaksanaan KF dalam keefektifannya memberantas buta aksara. Dilaporkan juga oleh Depdiknas (2006) bahwa peserta program KF sebanyak 36,2 persen dari kelompok tua di atas 45 tahun, yang mengindikasikan masih besarnya minat buta aksara kelompok tua untuk mengikuti program KF.

32 16 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Suatu program pemberdayaan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, dengan melakukan berbagai kegiatan yang kompleks. Salah satu bentuk program pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan yaitu program pemberantasan buta aksara melalui program keaksaraan fungsional (KF). Keaksaraan fungsional (KF) merupakan salah satu bentuk program pemberantasan buta aksara yang diprioritaskan untuk kelompok usia 15 tahun sampai dengan 45 tahun, dengan mengkaitkan proses belajar sesuai konteks kehidupan sasaran program atau warga belajar. Keberhasilan program KF dapat dilihat dari sejauhmana pencapaian tujuan program ini, dengan melihat manfaat dan dampak yang diperoleh warga belajar setelah mengikuti program. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi keberhasilan program KF, antara lain faktor internal dan eksternal dari warga belajar. Faktor tersebut berpengaruh langsung terhadap keberhasilan program, dalam hal ini manfaat yang didapat dari pelaksanaan program KF, yang kemudian memberikan manfaat tak langsung kepada WB atau yang disebut dampak program kepada warga belajar.

33 17 Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Faktor yang mempengaruhi keberhasilan program KF Faktor internal WB: 1. Umur 2. Tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti 3. Status perkawinan 4. Pekerjaan 5. Jumlah anak 6. Penilaian WB terhadap program KF 7. Motif WB mengikuti KF Faktor eksternal WB: 1. Tingkat pendidikan keluarga 2. Dukungan dari lingkungan tempat tinggal 3. Teknik pembelajaran oleh tutor 4. Alokasi waktu dan tempat pembelajaran Keberhasilan Program Manfaat langsung/outcomes: 1.Kemampuan keaksaraan a. Membaca b. Menulis c. Berhitung Dampak (Impacts): 1. Motivasi untuk mau belajar baca, tulis, hitung lagi 2. Penerapan fungsional kemampuan keaksaraan (kemampuan fungsional membaca, menulis, berhitung) 3. Kepercayaan diri WB (berhubungan dengan lingkungan masyarakat) Keterangan: : Mempengaruhi terhadap

34 Definisi Konseptual 1. PKBM (Pusat Kegiatan Belajar) merupakan wadah seluruh kegiatan belajar masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dikelola oleh masyarakat, yang terletak di wilayah desa atau kelurahan, sehingga mudah diakses oleh masyarakat. 2. Keaksaraan Fungsional adalah program pemberantasan buta aksara dengan sasaran program warga masyarakat dengan usia diatas 15 tahun yang dilaksanakan dalam bentuk kelompok belajar yang terdiri dari warga belajar dengan belajar membaca, menulis dan berhitung. 3. Warga Belajar (WB) adalah warga masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lingkungan PKBM dan tercatat sebagai anggota belajar program KF, dan juga merupakan istilah bagi pihak penyelenggara (PKBM dan PLS) untuk peserta program PKBM. 3.4 Definisi Operasional 1. Kemampuan keaksaraan adalah pencapaian kompetensi keaksaraan dasar oleh warga belajar yang meliputi kemampuan dia untuk dapat membaca menulis dan berhitung setelah mengikuti program KF a. Tinggi : 60 persen hasil tes keaksaraan dasar dapat dikerjakan dengan benar atau memiliki skor 318 b. Rendah : < 60 persen hasil tes keaksaraan dasar tidak dapat dikerjakan dengan benar atau memiliki skor 0 x 317

35 19 2. Keberhasilan program adalah hasil dari tujuan program KF yang diukur berdasarkan kemampuan melek aksara yang telah dimiliki oleh warga belajar setelah mengikuti program. a. Berhasil : 50 persen WB yang menjadi sampel penelitian memiliki kemampuan keaksaraan b. Tidak berhasil : < 50 persen WB yang menjadi sampel penelitian tidak memiliki kemampuan keaksaraan 3. Umur adalah lamanya waktu seorang warga belajar untuk hidup sejak ia lahir hingga saat penelitian ini berlangsung. a. (16 tahun x 45 tahun) b. x > 45 tahun 4. Pendidikan formal yaitu jenjang pendidikan yang pernah diikuti warga belajar. a. Rendah : tidak pernah mengikuti pendidikan formal atau sekolah dasar kelas1-3 b. Tinggi : pernah mengikuti sekolah dasar kelas Status perkawinan adalah keterikatan dan tanggung jawab WB terhadap perannya dalam keluarga. a. Menikah b. Janda 6. Pekerjaan merupakan mata pencaharian atau usaha yang dilakukan untuk mendapatkan penghasilan a. Bekerja b. Tidak bekerja

36 20 7. Jumlah anak adalah keseluruhan anak yang dimiliki dan menjadi tanggungan bagi WB. a. Tinggi : > 3 anak dan atau memiliki balita b. Rendah : 3 anak dan tidak memiliki balita 8. Penilaian terhadap program KF adalah tanggapan yang diberikan oleh WB sebelum dan sesudah mengikuti program KF. a. Tinggi : tanggapan yang mendukung kebermanfaatan program KF terhadap WB dengan adanya semangat dan motivasi tinggi dari WB untuk belajar. Skor > 18 b. Rendah : tanggapan WB yang tidak/kurang merespon kebermanfaatan program KF terhadap kemampuan keaksaraan WB. Skor Motif WB adalah penyebab atau alasan yang membuat WB ingin mengikuti program KF: a. Intrinsik : segala dorongan yang berasal dari dalam diri WB sendiri, tanpa paksaaan, rasa ingin tahu dan menambah kemampuan keaksaraan (membaca, menulis dan berhitung). b. Ekstrinsik : segala dorongan yang berasal dari luar diri WB, yang diintervensi pihak lain, diajak (ikut-ikutan), serta keinginan lain selain ingin dapat membaca menulis dan berhitung (berkumpul dengan temanteman, menggosip, mengisi kekosongan waktu) 10. Tingkat pendidikan keluarga adalah pendidikan formal yang pernah diikuti anggota keluarga dari WB (orang tua, suami, anak, dan saudara dari WB). Dihitung berdasarkan jumlah skor yang diperoleh. Skor 2 untuk setiap

37 21 anggota keluarga (orang tua, suami, anak, dan saudara dari WB) dinyatakan berpendidikan dan skor 1 untuk anggota keluarga yang tidak dapat membaca dan menulis. a. Rendah : skor < 4 b. Tinggi : skor Dukungan dari lingkungan tempat tinggal adalah bentuk perhatian yang diberikan dari orang-orang yang berada di sekitar tempat tinggal WB, yaitu lingkungan keluarga. Diukur berdasarkan jumlah skor. Skor 2 diberikan pada tiap bentuk perhatian yang diberikan keluarga (menyuruh untuk ikut program, mengingatkan jadwal belajar dan membantu belajar di rumah), dan skor 1 bila satu bentuk perhatian tidak diberikan. a. Rendah : skor < 4 b. Tinggi : skor Teknik pembelajaran oleh tutor adalah cara-cara yang digunakan oleh tutor untuk meningkatkan kemampuan keaksaraan WB, meliputi pengajaran kemampuan baca tulis hitung, melatih berulang-ulang kemampuan tersebut, menerapkan pendekatan tematik atau mengajarkan perbendaharaan kata baru dari suku kata yang telah dikenal, penyiapan kurikulum dan perangkat pembelajaran, jadwal belajar, penyesuaian metode terhadap kondisi warga belajar, adanya monitoring dari luar, misal aparat PLS. Variabel ini diukur dengan jumlah skor yang diperoleh dari jawaban pertanyaan pada kuesioner. Jawaban pertanyaan yang sesuai harapan diberi skor 2 dan yang tidak sesuai dengan harapan diberi skor 1.

38 22 a. Rendah : jumlah skor < 16 b. Tinggi : jumlah skor Alokasi waktu dan tempat belajar adalah penetapan jadwal belajar dan tempat belajar KF. a. Disesuaikan keinginan WB b. Disesuaikan keinginan selain oleh WB 13. Membaca adalah kemampuan warga belajar mengenal huruf dalam satu kata, mengeja kata tersebut, membacanya dalam suku kata dan membacanya dalam kata utuh. 14. Menulis adalah kemampuan warga belajar berupa ketepatan menulis huruf, angka, suku kata dan suatu kata. 15. Menghitung adalah kemampuan warga belajar mengoperasikan angka-angka secara dasar (pengurangan dan penjumlahan) 16. Motivasi tinggi untuk mau belajar baca tulis hitung lagi, yaitu WB belajar kembali setelah selesai mengikuti program untuk mengasah kemampuan baca tulis hitungnya dengan belajar ditempat lain seperti dirumah a. Motivasi rendah : tidak ada keinginan belajar kembali dan tidak melakukannya b. Motivasi tinggi : mau dan melakukan belajar kembali 17. Kepercayaan diri WB adalah keyakinan pada diri WB bahwa dia dapat melakukan hal yang sebelumnya ia tidak mampu lakukan atau tidak memiliki keberanian untuk melakukannya yang dipengaruhi setelah mengikuti program KF, hal tersebut meliputi keberanian untuk mengakses kelembagaan

39 23 masyarakat (arisan, pengajian, pusat perbelanjaan, sekolah anak, tempat pembayaran listrik, dan bank atau lembaga keuangan) atau bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal (bergaul dengan tetangga). a. Rendah: masih merasa enggan untuk mengakses kelembagaan tersebut dan tidak melakukannya satupun b. Tinggi : mau mengakses kelembagaan tersebut dan melakukannya minimal satu kelembagaan yang telah disebutkan 18. Penerapan kemampuan fungsional kemampuan keaksaraan adalah tindakan yang dilakukan oleh WB yang berhubungan dengan penerapan kemampuan baca, tulis dan hitungnya. Variabel ini diukur dengan jumlah skor yang diperoleh dari jawaban pertanyaan pada kuesioner. Jawaban pertanyaan yang sesuai harapan diberi skor 2 dan yang tidak sesuai dengan harapan diberi skor 1. a. Rendah : tidak dapat melakukan penerapan kemampuan fungsional membaca, menulis dan berhitung (skor < 2) b. Tinggi : minimal dapat melakukan satu penerapan kemampuan fungsional (skor 2) 3.3 Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara Umur WB dengan kemampuan keaksaraan WB. 2. Terdapat hubungan antara pendidikan formal yang pernah diikuti WB dengan kemampuan keaksaraan WB.

40 24 3. Terdapat hubungan antara status perkawinan dengan kemampuan keaksaraan WB. 4. Terdapat hubungan antara pekerjaan yang dimiliki warga belajar dengan kemampuan keaksaraan WB. 5. Terdapat hubungan antara tinggi jumlah anak yang menjadi tanggungan WB dengan kemampuan keaksaraannya. 6. Terdapat hubungan antara penilaian WB terhadap program KF dengan keaksaraan. 7. Terdapat hubungan antara motif WB untuk mengikuti program dengan kemampuan keaksaraan WB. 8. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan anggota keluarga WB dengan kemampuan keaksaran WB. 9. Terdapat hubungan antara dukungan dari lingkungan tempat tinggal dengan kemampuan keaksaraan WB. 10. Terdapat hubungan antara teknik pembelajaran dari tutor dengan kemampuan keaksaraan WB. 11. Terdapat hubungan antara alokasi waktu dan tempat belajar program KF dengan kemampuan keaksaraan WB. 12. Terdapat hubungan antara kemampuan dasar keaksaraan/melek aksara WB terhadap dampak atau manfaat tidak langsung dari program.

41 25 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode survei, yaitu metode penelitian melalui pengumpulan informasi berupa data primer dari suatu sampel dengan menanyakan melalui kuesioner atau interview supaya menggambarkan berbagai aspek dari populasi (Fraenkel dan Wallen, 1990) dalam (Wahyuni dan Mulyono, 2006). Penggunaan metode survei pada penelitian ini memanfaatkan uji tes kemampuan keaksaraan dan kuesioner, yang kemudian dilakukan analisis statistik untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas (faktor internal dan eksternal) terhadap variabel dipengaruhi (kemampuan keaksaraan). Metode kualitatif juga digunakan sebagai pendukung pendekatan kuantitatif melalui teknik wawancara mendalam pada responden dan informan untuk melengkapi kebutuhan data primer penelitian. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di kawasan Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Tepatnya, berada di RW 01 dan 10 Kelurahan Sukadamai dengan mengambil responden dari warga belajar (WB) program Keaksaraan Fungsional (KF) yang berada di bawah naungan PKBM Damai Mekar. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni Waktu penelitian ditentukan secara sengaja setelah kelulusan warga belajar KF sejak bulan Desember,

42 26 untuk melihat kelanggengan kemampuan keaksaraan warga belajar pasca pembelajaran pada program KF PKBM Damai Mekar. 4.3 Teknik Sampling Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu warga belajar KF PKBM Damai Mekar. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling atau secara sengaja, yaitu teknik pengambilan sampel dengan memilih subjek-subjek yang menjadi anggota kelompok tertentu. Secara sengaja, responden yang dipilih adalah warga belajar (WB) KF yang telah selesai mengikuti program KF, 5 bulan sebelum penelitian ini dilakukan. Sampling frame penelitian ini adalah seluruh warga belajar yang berada di RW 01 Kelurahan Sukadamai sebanyak 23 orang dan RW 10 sebanyak 20 orang, mengikuti program KF pada periode pembelajaran Juni- November Jenis Data dan Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari responden yaitu warga belajar program KF dengan menggunakan tes kemampuan keaksaraan dasar dan kuesioner yang dipandu dengan wawancara terstruktur. Data primer juga didapatkan melalui wawancara kepada tutor KF, pengelola PKBM, RW 10 dan staff pemerintahan Kelurahan Sukadamai. Sementara data sekunder berupa dokumentasi dari PKBM Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai dan Kecamatan Tanah Sareal.

43 Analisis Data Data primer yang diperoleh diklasifikasikan berdasarkan jenis variabel dan diolah. Hasil pengisian tes kemampuan keaksaraan dasar digunakan untuk mengetahui kemampuan keaksaraan warga belajar yang masih ia miliki. Skoring juga digunakan pada hasil pengisian tes kemampuan keaksaraan dasar, variabel penilaian program KF oleh warga belajar, varibel teknik pembelajaran oleh tutor, tingkat pendidikan keluarga, dukungan keluarga dan penerapan kemampuan keaksaraan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan tabulasi silang yang kemudian dijelaskan secara deskriptif analitis. Hipotesis diuji menggunakan analisis Chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel internal dan variabel eksternal terhadap kemampuan keaksaraan WB. Selain itu hubungan antara kemampuan keaksaraan terhadap dampak atau manfaat tidak langsung dari program diuji pula menggunakan metode yang sama.

44 28 BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1 Gambaran Umum Kelurahan Sukadamai Kondisi Geografis Kelurahan Sukadamai merupakan salah satu wilayah Pemerintahan Kota Bogor yang berada pada Kecamatan Tanah Sareal sejak September Berdasarkan data monografi Kelurahan Sukadamai, sebelumnya Kelurahan Sukadamai adalah bagian dari Desa Cilebut Kecamatan Semplak Kabupaten Bogor. Pada tahun 1983 Desa Cilebut dimekarkan/dipecah menjadi beberapa bagian yaitu Desa Cilebut Barat, Desa Cilebut Timur dan Desa Sukadamai. Pada tahun 1984 Desa Sukadamai terbagi menjadi 2 (dua) bagian wilayah yaitu Desa Sukadamai dan Desa Sukaresmi. Lalu pada tanggal 20 September 1995 wilayah Desa Sukadamai dan Sukaresmi masuk dalam wilayah Pemerintahan Kota Bogor berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 2 Tahun Kemudian pada tahun 2001 status Desa Sukadamai berubah menjadi Kelurahan Sukadamai. Secara topografis, kelurahan ini berada pada dataran rendah dengan ketinggian tanah 700 m dari permukaan laut. Banyaknya curah hujan yang terjadi kira-kira mm/tahun, dan suhu udara rata-rata 25 derajat celcius. Batas-batas wilayah Kelurahan ini yaitu: 1) Batas utara : Kelurahan Mekarwangi 2) Batas selatan : Kelurahan Kedung Badak 3) Batas barat : Kelurahan Cibadak

KEBERHASILAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL (KF)

KEBERHASILAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL (KF) KEBERHASILAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL (KF) (Kasus: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) Oleh: Latifah Sulton A14204056 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Kesetaraan Gender Strategi Jitu dalam Pemberantasan Buta Aksara di Indonesia

Kesetaraan Gender Strategi Jitu dalam Pemberantasan Buta Aksara di Indonesia Buta aksara adalah ketidakmampuan untuk membaca, menulis dan berhitung untuk fungsi efektif dan pengembangan individu dalam masyarakat. Menurut definisi UNESCO Buta aksaya, adalah : literacy is the ability

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA. AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs

BAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA. AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs BAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs 3. Strategi Pemerintah Indonesia Pengukuran keberhasilan dari suatu pemberdayaan dapat dilakukan dengan melihat

Lebih terperinci

P Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

P Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan P Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan engembangan program pendidikan keaksaraan dan kesetaraan terus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat di luar sistem persekolahan, sebagai

Lebih terperinci

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG ASEP AANG RAHMATULLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KEAKSARAAN

PEMBELAJARAN KEAKSARAAN PEMBELAJARAN KEAKSARAAN H. Kamin Sumardi kaminsumardi@yahoo.co.id UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 1 KOMPONEN HDI Rata-Rata Usia Harapan Hidup Angka Melek Huruf Orang Dewasa Rata-rata Lama Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Sensus penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) adalah Deklarasi Millennium hasil kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala negara dan perwakilan dari

Lebih terperinci

Oleh: Andhini Nurul Fatimah A

Oleh: Andhini Nurul Fatimah A PERANAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) DALAM RANGKA PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus: Program Paket C pada PKBM Santika, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Kotamadya Jakarta Timur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang berkaitan dengan efektifitas

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

KEBIJAKAN PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA KEBIJAKAN PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA Disampaikan Dalam Program Pengabdian pada Masyarakat Di Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kab Bantul Tanggal 19 Juli 2008 OLEH: Hiryanto, M.Si Dosen Jurusan PLS

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA (Kasus: Program Urban Masyarakat Mandiri, Kelurahan Bidaracina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur) Oleh: DEVIALINA

Lebih terperinci

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 1. BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM GERAKAN MASYARAKAT PEMBERANTASAN TRIBUTA DAN PENGANGKATAN MURID PUTUS SEKOLAH KABUPATEN BANYUWANGI Menimbang

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pendidikan menempati peran sangat strategi dalam pembangunan Nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 yang mengamanatkan pemerintah dalam

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PEMEKARAN KOTA DEPOK (Studi Kasus : Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Beji)

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PEMEKARAN KOTA DEPOK (Studi Kasus : Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Beji) ANALISIS TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PEMEKARAN KOTA DEPOK (Studi Kasus : Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Beji) YAMIN SURYAMIN NRP A14304051 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

STUDI GENDER DALAM PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BAGI RUMAHTANGGA MISKIN

STUDI GENDER DALAM PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BAGI RUMAHTANGGA MISKIN STUDI GENDER DALAM PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BAGI RUMAHTANGGA MISKIN (Kasus di Desa Cinta Mekar, Kecamatan Serangpanjang, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ERNA SAFITRI

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR Disusun Oleh : SEVIA FITRIANINGSIH A 14104133 PROGRAM

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS (Kasus: Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) Oleh : AYU TRI PRATIWI A14204027 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pendidikan sebagai sarana strategis

Lebih terperinci

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI Disampaikan pada Kegiatan Workshop Saka Widya Budaya Bakti Di Pekanbaru Riau tgl 9 April 2015 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELEMBAGAAN IRIGASI DALAM RANGKA PROYEK REHABILITASI SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

ANALISIS KELEMBAGAAN IRIGASI DALAM RANGKA PROYEK REHABILITASI SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI ANALISIS KELEMBAGAAN IRIGASI DALAM RANGKA PROYEK REHABILITASI SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI (Kasus Kawasan Irigasi Teknis Cigamea, Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang rendah akan memiliki tingkat kesejahteraan yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang rendah akan memiliki tingkat kesejahteraan yang kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan taraf

Lebih terperinci

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL 6.1. Faktor Pendukung Kegiatan Keaksaraan Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran bahwa Pemerintah Kabupaten karawang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan BUKU 4e SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER DALAM BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN HASIL TANAMAN OBAT

ANALISIS GENDER DALAM BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN HASIL TANAMAN OBAT ANALISIS GENDER DALAM BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN HASIL TANAMAN OBAT (Studi Kasus Pengrajin Industri Rumah Tangga Pengolahan Tanaman Obat Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) Oleh:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015 KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015 Disampaikan pada Temu Koordinasi Penyelenggara Program Pendidikan Masyarakat Bandung, 30 April 2015 oleh: Dr. Ir.

Lebih terperinci

PERAN SERTA TIM PENGGERAK PKK KABUPATEN BONDOWOSO DALAM RANGKA PENUNTASAN BUTA AKSARA

PERAN SERTA TIM PENGGERAK PKK KABUPATEN BONDOWOSO DALAM RANGKA PENUNTASAN BUTA AKSARA PERAN SERTA TIM PENGGERAK PKK KABUPATEN BONDOWOSO DALAM RANGKA PENUNTASAN BUTA AKSARA Disampaikan dalam temu Evaluasi Pencapaian kinerja Dikmas Ditjen PAUDNI Kemendikbud Oleh : Ny. Hj. Faizah Amin Said

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena dapat mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif dan berdaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah yang selalu menjadi isu sentral dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Meskipun kemiskinan pernah mengalami

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY KAMPUNG SIAGA INDOSAT

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY KAMPUNG SIAGA INDOSAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY KAMPUNG SIAGA INDOSAT (Studi Kasus: RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan) Oleh : YOHANA DESI FEBRIANA A14204047

Lebih terperinci

LEONARD DHARMAWAN A

LEONARD DHARMAWAN A ANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN MELALUI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN RAKSA DESA (Kasus Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) Oleh: Rianti TM Marbun A14204006 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Panduan Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Melalui. Lomba Keberaksaraan Warga Belajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2017

Panduan Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Melalui. Lomba Keberaksaraan Warga Belajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2017 Panduan Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Melalui Lomba Keberaksaraan Warga Belajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2017 DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DAN KESETARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini semakin maju dilihat dengan adanya pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan. Disamping itu, perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANDY AKHDIAR A14104101 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP EFEKTIVITAS PROGRAM ACARA TELEVISI CHARITY SHOW

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP EFEKTIVITAS PROGRAM ACARA TELEVISI CHARITY SHOW 1 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP EFEKTIVITAS PROGRAM ACARA TELEVISI CHARITY SHOW (Program Acara Televisi Bedah Rumah dan Uang Kaget ) (Studi Kasus: RT 04 RW 04 Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketunaaksaraan merupakan masalah yang terjadi hampir di semua negara di dunia. Ketunaaksaraan juga sangat terkait dengan kemiskinan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan.

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR.

KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR. KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR Oleh LUTFI ARIYANI A14204059 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan)

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan) ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan) Oleh RAHMAD MUSTOFA A 14105589 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

KONSEP DIRI ANAK JALANAN

KONSEP DIRI ANAK JALANAN KONSEP DIRI ANAK JALANAN (Kasus: Anak Jalanan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat) YUNDA PRAMUCHTIA A14204050 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT

ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program Kemitraan PT ANTAM Tbk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN

ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN (Studi Kasus: Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah) Oleh: SITI NURUL QORIAH A14204066 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

B U P A T I B A L A N G A N

B U P A T I B A L A N G A N 1 SALINAN B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA PUNCAK MANDIRI KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA JURNAL OLEH

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA PUNCAK MANDIRI KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA JURNAL OLEH DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA PUNCAK MANDIRI KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA JURNAL OLEH TONI KOEM NIM. 121 411 015 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN (Kasus Kampung Cimenteng, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa mengakses informasi, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap positifnya. Akibatnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia, yang berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : Veteran Jawa Timur

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : Veteran Jawa Timur PERANAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO PEMERINTAH KOTA SURABAYA. SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT. Oleh. Nia Kurniawati Hidayat A

ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT. Oleh. Nia Kurniawati Hidayat A ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT Oleh Nia Kurniawati Hidayat A14304086 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH DI KOTA BOGOR OLEH DIO HAKKI H

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH DI KOTA BOGOR OLEH DIO HAKKI H ANALISIS PENERIMAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH DI KOTA BOGOR OLEH DIO HAKKI H14103068 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Oleh : DWI ERNAWATI A

Oleh : DWI ERNAWATI A ANALISIS SISTEM PELAKSANAAN PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN POTENSI MOTIVASI KERJA PEGAWAI DI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH Oleh : DWI ERNAWATI A 14102523 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) GARDA EMAS (Studi Kasus UMKM Penghasil Sandal Di Kecamatan Bogor Selatan)

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) GARDA EMAS (Studi Kasus UMKM Penghasil Sandal Di Kecamatan Bogor Selatan) EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) GARDA EMAS (Studi Kasus UMKM Penghasil Sandal Di Kecamatan Bogor Selatan) Oleh BUDI LENORA A14304055 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan diyakini sebagai salah satu institusi yang memiliki peran sentral dan strategis dalam proses transformasi sosial serta pemberdayaan insani,

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau lebih dikenal dengan sebutan PKBM merupakan sebuah lembaga pendidikan nonformal yang lahir dari kesadaran tentang betapa

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, maka dalam rangka peningkatan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, maka dalam rangka peningkatan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kebutuhan bagi suatu Bangsa dan Negara, jika ingin berpartisipasi aktif dalam pembangunan di era kemajuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintegrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang tidak terpisahkan. Di samping mengandalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah kondisi krisis sosial ekonomi nasional pada tahun 1998. Kehadiran PKBM sebenarnya

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sektor penting yang berperan aktif dalam meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia sekarang ini masih banyak

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia turut serta dan berperan aktif dalam setiap kegiatan dan program-program pembangunan yang menjadi agenda organisasi negara-negara

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR FADIL DHIKAWARA A14103535 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A14104038 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah KATA PENGANTAR Pengarusutamaan Gender telah menjadi garis kebijakan pemerintah sejak keluarnya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000. Instruksi tersebut menggariskan: seluruh departemen maupun lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Program Kejar Paket B memiliki sasaran untuk memberikan pendidikan bagi siswa lulus SD dan sederajat yang tidak melanjutkan ke SLTP, serta siswa putus

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM PENDIDIKAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL WARGA BELAJAR DI KELURAHAN KAYU MERAH KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

DAMPAK PROGRAM PENDIDIKAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL WARGA BELAJAR DI KELURAHAN KAYU MERAH KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO DAMPAK PROGRAM PENDIDIKAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL WARGA BELAJAR DI KELURAHAN KAYU MERAH KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH MELIEN S. HASAN NIM. 121 410 014 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut diwujudkan melalui upaya peningkatan

Lebih terperinci

Menumbuhkan Motivasi, Menggali Potensi yang Tersembunyi

Menumbuhkan Motivasi, Menggali Potensi yang Tersembunyi Menumbuhkan Motivasi, Menggali Potensi yang Tersembunyi Oleh : James P. Pardede Tidak mudah untuk mewujudkan target Indonesia menurunkan angka buta aksara hingga 5 persen pada 2009 mendatang, diperlukan

Lebih terperinci

2 Menetapkan : Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3

2 Menetapkan : Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3 No. 1264, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Pendidikan Keaksaraan Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A 14204030 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR Titik Hidayati A14102584 PROGRAM STUDI SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN

DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN (Kasus di Sekitar Kawasan Pariwisata Kota Bunga, Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet,

Lebih terperinci