BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang pelayanan yang penting dan strategis karena menentukan masa depan warga gereja. Semakin baik pembinaan anak dan remaja, maka kualitas warga jemaat di masa depan juga akan ikut baik, sebab masa anak dan remaja adalah masa pembentukkan baik iman, moral dan karakter seseorang. Namun hal ini juga bergantung kepada kualitas pelayan anak dan remaja. Pada umumnya pelayan anak dan remaja adalah pemuda gereja, walaupun ada juga pelayan yang bukan pemuda, namun jumlahnya sangat sedikit. Hal ini sudah menjadi fenomena umum di gereja-gereja khususnya di kalangan Gereja Masehi Injili di Timor ( GMIT). Di samping itu jumlah anak dan remaja di gereja juga sangat banyak khususnya di jemaat-jemaat yang jumlah kepala keluarganya di atas seribu. Jemaat-jemaat GMIT yang berada di perkotaan pada umumnya memiliki jumlah warga yang sangat banyak dan karenanya jumlah anak dan remaja gereja juga sangat banyak. Karena itu kebutuhan akan pelayan anak dan remaja di gerejagereja semakin hari semakin meningkat, dan hal ini benar dalam konteks GMIT. Tentu hal ini tidak semat-mata dari sudut kuantitas, tetapi juga kualitas. Kebutuhan akan pelayan anak dan remaja yang terampil serta yang memahami panggilan pelayanan sudah semakin meningkat di wilayah GMIT. Hal ini menjadi permintaan pada aras klasis dan jemaat-jemaat oleh karena dalam pelayanan anak dan remaja pada tiap kelompok pelayanan berjumlah tiga puluh sedangkan pelayan atau guru sekolah minggunya hanya satu orang pelayan. 1

2 Sehingga permintaan untuk menjadi pelayan anak dan remaja di jemaat-jemaat sangat meningkat. Berdasarkan hal tersebut, maka dirasa perlu adanya tenaga-tenaga yang siap dan rela untuk melayani pelayanan anak dan remaja. Karena anak dan remaja pun adalah bagian dari warga GMIT. Oleh karena itu diharapkan GMIT, secara khusus pada aras klasis dan jemaat dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan yang ada terutama mempersiapkan tenaga-tenaga yang rela melayani pelayanan anak dan remaja. Pelayanan anak dan remaja adalah kegiatan pelayanan terhadap satu kelompok warga (anak dan remaja ) dimana di perlukan guru atau pelayan untuk membimbing dan mengajar mereka, agar iman mereka bertumbuh dan menjadi berkat di dalam gereja dan bagi masyarakat. Sekarang ini di perlukan sosok pelayan atau guru dalam bidang pelayanan anak dan remaja yang setia dan rela melayani. Karena kesetiaan pelayan atau guru dalam bidang pelayanan anak dan remaja dapat membantu proses pembentukan iman anak untuk menjadi anak yang berguna di masa yang akan datang. Gereja-gereja di GMIT khususnya Klasis Alor Barat Laut, pada beberapa decade yang lalu yaitu tahun 1990 sampai dengan tahun 2005, banyak pemuda yang menjadi pelayan anak dan remaja. Mereka diantaranya masih berpendidikan SMA sampai perguruan tinggi. Karena pemuda adalah tulang punggung gereja, maka mereka harus berpartisipasi aktif untuk mendukung pelayanan gereja, khususnya bidang pelayanan anak dan remaja. Akhir-akhir ini di beberapa jemaat GMIT, khususnya Klasis Alor Barat Laut terjadi suatu fenomena yang menarik, dimana telah terjadi penurunan minat pemuda gereja untuk menjadi pelayan anak dan remaja. Padahal pada dekade 2

3 yang lalu yaitu tahun 1990 sampai tahun 2005 mereka masih sangat setia melayani pelayanan anak dan remaja. Hal jelas nampak dalam menurunnya jumlah pemuda yang menjadi pelayan anak dan remaja, meskipun jumlah anak dan remaja yang dilayani tidak menurun, malahan makin banyak. Jadi ada kebutuhan yang besar dari gereja-gereja (jemaat-jemaat) terhadap pemudapemuda gereja untuk menjadi pelayan anak dan remaja. Apa yang menjadi penyebabnya? Secara rasional, perubahan dan penurunan minat ini sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masayakat. Hal-hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti alasan-alasan tidak ada minat pemuda untuk melayani ditinjau dari perspektif teori perubahan sosial khususnya yang berkaitan dengan kehadiran teknologi komunikasi Jemaat GMIT adalah persekutuan warga GMIT yang tergabung dalam 43 wilayah pelayanan klasis, di mana jemaat menjadi basis pelayanan. Basis dalam arti bahwa di jemaatlah pelayanan GMIT secara konkrit dilaksanakan, sehingga warga GMIT termasuk anak-anak dan remaja perlu menjadi perhatian khusus. Di antaranya Gereja harus juga dapat memperhatikan para guru atau pelayan sekolah minggu pada aras jemaat agar mereka dapat melayani pelayanan anak dan remaja dengan sungguh-sunggu dan setia. Karena anak-anak perlu pendidikan iman yang baik. Menurut Tata Dasar GMIT, pasal 6 bahwa ajaran GMIT harus didasarkan pada kesaksian Alkitab dan ajaran harus dirumuskan dengan jelas agar menjadi pedoman hidup. Pasal 5 berbicara tentang pengakuan iman dimana anak-anak termasuk dalam kewargaan GMIT, yang di dalamnya terdapat tugas pelayanan. Tugas pelayanan yang dimaksud adalah tugas memperlengkapi warga GMIT, agar pengetahuannya tentang tradisi iman Kristen bertambah luas dan dalam, 3

4 serta imannya semakin kokoh dan berakar dalam Yesus Kristus Tuhan dan kepala Gereja, hidup menurut imannya di dalam berbagai bidang dan aspek kehidupan. Ini semua merupakan panggilan keimanan am orang percaya atau panggilan kerasulan Gereja. Sebab itu Gereja bertanggung jawab menumbuhkembangkan kehidupan iman anak-anak atau warganya. 1 Pendidikan merupakan suatu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar manusia memiliki daya saing yang wajar sesuai dengan kemampuannya. Pendidikan iman yang baik dalam Gereja membuat Gereja akan semakin berkembang dan bertumbuh dalam iman dan kepercayaannya kepada Tuhan. Sehingga dibutuhkan pemuda Gereja yang setia untuk melayani khususnya dalam bidang pelayanan anak dan remaja. Gereja bertanggung jawab untuk memperlengkapi warganya secara khusus terhadap pemuda gereja yang melayani di bidang pelayanan anak dan remaja agar mampu mengambil keputusan iman dalam pelayanan yang ditawarkan kepadanya. Pendidikan dalam Gereja khususnya yang dilaksanakan berdasarkan kategori usia: anak, remaja. Pemuda, dewasa, lansia dll kategori masih belum secara baik di perhatikan, khususnya pemuda sebagai pelayan anak dan remaja. Sehingga masih di butuhkan para pelayan atau pemuda gereja untuk melayani. Karena sekolah minggu diharapkan dapat menjadi sarana pendidikan gereja yang dilandasi oleh ketaatan kepada Tuhan. Memiliki guru atau pelayan Gereja yang mempunyai kerelaan dan kesetiaan untuk melayani pendidikan di Gereja akan dapat meningkatkan kualitasnya pendidikan Gereja kedepan. Sejalan dengan itu, pendidikan sekolah 1 Tata Dasar GMIT 2010, 4

5 minggu disuatu Gereja akan baik apabila pelayan atau guru sekolah minggu setia melayani dan melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan efisien. Guru adalah seorang administrator, informator, konduktor dan sebagainya, sehingga guru harus berkelakuan menurut harapan masyarakat. Dari guru sebagai pendidik dan pembangun generasi baru diharapkan mempunyai tingkah laku dan bermoral. 2 Keberhasilan dan kemajuan suatu Gereja dalam membangun pendidikan khususnya sekolah minggu juga menjadi barometer tingkat kemajuan anak bangsa. Sehingga tidak dapat di pungkiri bahwa pendidikan sekolah minggu di Gereja merupakan salah satu pilar yang diharapkan dapat membawa perubahan masa depan Gereja kedepan. Pendidikan di Gereja tidak hanya dapat menjadi sarana bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, akan tetapi menjadi sebuah proses pembelajaran iman yang diharapkan menjadi sangat penting untuk mengubah pola pikir serta kemajuan dan perubahan Gereja kedepan. Kerelaan dan kesetiaan para pelayan atau guru sekolah minggu dalam pelayanan khususnya bidang anak dan remaja di Gereja-Gereja yang ada di Klasis Alor Barat Laut semakin menurun, sehingga berdampak pada tingkat kualitas pendidikan iman anak dan remaja. Menghadapi tantangan yang sangat berat kedepan, Gereja perlu untuk mempersiapkan pemuda yang siap menjadi pelayan atau guru sekolah minggu yang mempunyai kerelaan serta kesetiaan yang dapat menjadi contoh dan teladan yang selalu aktif dalam melayani di bidang pelayanan anak dan remaja. Pertanyaannya adalah bagaimana cara menerangkan peranan pemuda gereja 2 Ary H.Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,2000),46 5

6 dalam pelayanan anak dan remaja? Lalu bagaimana gereja dapat menggerakan keterlibatan pemuda secara aktif dalam pelayanan anak dan remaja? Bagaimana peran pemuda gereja dalam menanggapi perubahan sosial? Pemuda disetiap masyarakat, umumnya tidak mempunyai komitmen psikologis atas tatanan sosial yang ada. Karena itu mereka menjadi sumber potensial perubahan, bila idiologi dan realitas kehidupan sangat bertentangan. Dengan melihat hal ini, maka guru sekolah minggu perlu pendampingan secara khusus oleh Gereja, dan Gereja perlu mengadakan pembinaan-pembinaan secara khusus bagi pemuda sebagai pelayan anak dan remaja. Pembinaan-pembinaan khususnya bagi para pelayan atau guru dalam bidang pelayanan anak dan remaja masih sangat kurang diperhatikan, dan pembinaan bagi para pemuda Gereja masih terfokus pada tingkat klasis, sehingga untuk menyentuh pada tingkat jemaat belum secara efektif dilakukan Berdasarkan pemikiran dan fakta yang telah di sampaikan tersebut, maka penelitian ini akan melakukan kajian secara mendalam tentang : Respon Gereja Terhadap Menurunnya Minat Pemuda Sebagai Pelayan Anak Dan Remaja Di Jemaat-Jemaat GMIT Di Lingkungan Klasis Alor Barat Laut 6

7 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah Melihat uraian yang ada dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan pembatasan baik secara operasional maupun kontekstual. Secara operasional, permasalahannya dibatasi pada faktor yang mempengaruhi menurunnya minat pemuda Gereja menjadi pelayan anak dan remaja. Secara konteks di Gereja Masehi Injili Di Timor (GMIT) khususnya Klasis Alor Barat Laut. Peneliti melihat adanya fenomena menurunnya minat pemuda Gereja dalam melayani di bidang pelayanan anak dan remaja. Karena pendidikan anak dan remaja di Gereja harus mendapatkan pelayanan dan perhatian yang baik serta efisien, agar dapat menciptakan kader-kader yang berkualitas bagi Gereja, Keluarga, Masyarakat dan Bangsa, maka penelitian tentang menurunnya minat pemuda gereja dalam melayani anak dan remaja perlu, agar dapat menyusun strategi pelayanan gereja di bidang pelayanan anak dan remaja dalam upaya membangun dan meningkatkan tingkat kualitas iman dan sumber daya manusia ke depan. Rumusan masalah secara umum yaitu bagaimana minat pemuda gereja sebagai pelayan atau guru sekolah minggu dalam melayani atau dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di bidang pelayanan anak dan remaja? Secara rinci rumusan masalah dijabarkan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi menurunya minat menjadi pelayan anak dan remaja di kalangan pemuda GMIT di Klasis Alor Barat Laut di tinjau dari perspektif perubahan sosial? 2. Bagaimana upaya-upaya gereja dalam menanggapi menurunnya minat pemuda gereja dalam pelayanan anak dan remaja? 7

8 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan secara spesifik yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana minat pemuda gereja dalam melayani anak dan remaja : 1. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya minat pemuda Gereja menjadi pelayan anak dan remaja. 2. Mendeskripsikan upaya-upaya Gereja dalam pembinaan pemuda untuk meningkatkan minat melayaninya. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut : 1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis ( keilmuan ) yaitu bagi perkembangan dan kemajuan pelayanan anak dan remaja ( sekolah minggu ) di gereja. 2. Secara praktis a. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan bagi Gereja dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pelayanan serta aturan tentang pelayan di bidang pelayanan anak dan remaja ( Sekolah minggu ). b. Hasil penelitian ini di harapkan juga sebagai informasi atau acuan dan sekaligus memberikan rangsangan atau motivasi kepada para pemuda Gereja sebagai pelayan atau guru sekolah minggu untuk rela dan setia dalam melayani. 8

9 1.5 Asumsi- Asumsi Asumsi - asumsi atau anggapan dasar penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian yang mana kebenarannya dapat diterima. Adapun rumusan asumsi penelitian yaitu : 1. Agar terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti. 2. Mempertegas tentang menurunnya minat pemuda Gereja dalam bidang pelayanan anak dan remaja sebagai fokus penelitian 3. Berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis. Merumuskan asumsi - asumsi penelitian ditempuh melalui telaah berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian yaitu : a. Mendidik Untuk Kehidupanmenurut Nicholas P. Wolterstorff yaitu Panggilan untuk beriman adalah panggilan untuk menjadi hamba - hamba Allah yang percaya, setia, mengabdi dan taat. Maksudnya ialah pemuda Gereja sebagai Pelayan atau Guru sekolah minggu harus percaya kepada Tuhan, setia kepada Tuhan, melayani Tuhan, mengabdi kepada-nya, bersedia bekerja untuk Tuhan dan menaruh keyakinan kepada Tuhan. 3 b. Kesetiaan dan minat seseorang sebagai pelayan atau guru sekolah minggu terhadap pelayanan anak dan remaja mempunyai dampak yang amat besar dalam membentuk iman, pertumbuhan dan karakter anak. c. Pelayanan anak Remaja adalah salah satu bagian pelayanan kategorial yang ada dalam Gereja yang terdiri dari anak-anak usia 0 s/d 15 tahun. Pelayanan ini biasanya dilakukan pada setiap minggu di Gereja 3 Nicholas P.Wolterstoff,Mendidik Untuk Kehidupan ( Surabaya : Momentum, 2007),15 9

10 atau ditempat-tempat yang telah disepakati bersama dalam suatu rapat atau sidang. Pelayanan anak dan remaja biasa di bagi pada kelompok dengan tingkat usianya masing-masing dan pelayan atau guru pun dibagi pada tingkatan kelompok usia tersebut. Dengan demikian masing-masing pelayan atau guru sekolah minggu yang telah dibagi serta diatur dalam kelompok tersebut bertanggung jawab untuk melayani kelompoknya masing - masing dan mereka dapat memfokuskan diri mereka terhadap pelayanan yang telah dipercayakan kepada mereka. Akan tetapi sering pelayanan dalam kelompok tersebut tidak dapat berjalan dengan baik oleh karena pelayan atau guru sekolah minggu tidak setia melayani serta melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Akibatnya pelayanan anak dan remaja tidak berjalan secara baik dan efisien. Dan dampak dari itu bahwa anak - anak sering tidak puas dan meliburkan diri karena pelayanan sokolah minggu tidak berjalan. Jika ini dibiarkan maka pertumbuhan pendidikan iman anak akan terganggu. Gereja dalam hal ini sebagai suatu lembaga dimana pelayanan anak dan remaja sebagai bagian dari Gereja harus mengambil inisiatif agar pemuda Gereja yang melayani di bidang pelayanan anak dan remaja harus setia serta dapat memahami dengan jelas tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan atau guru sekolah minggu. d. Apabila pemuda Gereja dalam bidang pelayanan anak dan remaja mempunyai minat melayani dengan kerelaan hati yang sungguhsungguh maka diharapkan pelayanan anak dan remaja akan berjalan dengan baik dan efisien. Ini akan berdampak bagi pertumbuhan 10

11 pendidikan iman anak kedepan. Karena mutu atau kualitas pelayanan seorang pemuda Gereja khususnya dalam bidang pelayanan anak dan remaja ditentukan oleh kesetiaannya dalam melayani. Jika kualitas kesetiaannya dalam melayani tidak ada maka terhambatlah aktifitas pelayanan. Kesetiaan untuk melayani mengacu pada kerelaan hati yang sungguh-sungguh sehingga akan memberikan kontribusi pelayanan yang memuaskan. Pada akhirnya akan meningkatkan citra Gereja sebagai lembaga yang mengemban tugas Kerasulan didunia ini. Dengan demikian pelayanan terhadap anak dan remaja akan membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang beriman dan takut serta taat kepada Tuhan. e. Setiap individu dari pemuda Gereja harus menemukan dan mempertegas dirinya yang sebenarnya karena diri sendiri ini merupakan satu - satunya sumber hubungan yang murni terhadap orang lain. 4 Pemuda Gereja dalam bidang pelayanan anak dan remaja adalah ujung tombak dan kemudi yang memimpin generasi penerus untuk menjadi seorang yang berguna bagi keluarga, masyarakat, Gereja dan Bangsa Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Penulis menggunakan metode deskritif kualitatisf untuk memudahkan dalam mencari informasi. Metode deskritif bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan semua fenomena yang terdapat dalam masalah yang diteliti, yang 4 Thompson, Marjorie L,Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan, (Jakarta: BPK GunungMulia,2001),47 11

12 meliputi pengumpulan dan penyusunan data serta interpretasi dan analisa tentang data itu. 5 Penulis akan mengumpulkan semua informasi yang diambil tentang masalah-masalah yang terjadi dalam bidang pelayanan anak dan remaja. Serta masalah-masalah yang dihadapi oleh pemuda gereja dalam melayani. Menggunakan metode ini peneliti berusaha menggambarkan sifat suatu keadaan yang sedang terjadi pada saat penelitian dilakukan serta memeriksa sebab akibat dari suatu gejala tertentu. 6 Dalam hal ini penulis hendak mencari tahu apa dan mengapa sehingga para pemuda gereja tidak melayani secara baik dan efisien, serta apa yang menyebabkan sehingga minat pemuda dalam pelayanan anak dan remaja semakin menurun. Metode deskritif dapat diartikan sebagai prosedur atau cara untuk memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan obyek yang diselidiki ( seseorang, lembaga, masyarakat, dll ) sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang aktual pada saat sekarang. 7 Penulis akan mendatangi para nara sumber yaitu para pemuda Gereja yang masih aktif melayani sekolah minggu dan pemuda Gereja yang sudah tidak aktif melayani sekolah minggu, para pendeta serta orang-orang yang dianggap dapat membantu penulis. Pendekatan kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan ( verstehen ). Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku 5 H. Handari Hanawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta:Gajah Madah Universitas Press,1983),63 6 Suprayogo,Imam & Tobroni,Metode Penelitian Sosial-Agama( Bandung: Remaja Rosdakarya,2003), H.Handari Hanawi &H.M.Martini,Instrumen Penelitian Di Bidang Sosial(Yogyakarta:Gajah Mada University Press, 1992 ),76 12

13 manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. 8 Pendekatan ini penulis berusaha memahami pokok persoalan yang dihadapi oleh para pemuda Gereja sebagai pelayan anak dan remaja. Metode penelitian kualitatif secara umum menghasilkan data deskritif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang ataupun yang diamati Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di GMIT khususnya Klasis Alor Barat Laut 3. Teknik Pengumpulan Data Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif maka teknik Pengumpulan data yang digunakan dengan menggunakan dua cara yaitu ; a. Wawancara dengan tujuan untuk memperoleh data yang dapat menjelaskan atau menjawab permasalahan yang diteliti. b. Observasi, bertujuan untuk mengamati gejala-gejala yang terjadi sehingga hasil observasi ini akan membantu melengkapi data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang diteliti. 4. Teknik Analisa Data Analisis data ini dilakukan secara induktif yaitu dengan cara menarik kesimpulan atas data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dari yang berbentuk khusus maupun umum. Dalam hal ini, peneliti akan menarik kesimpulan dari beberapa hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan 5. Langkah-langkah Penelitian Ada pun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 8 Prof.Dr. Husaini &Purnomo Setiady Akabar,M.P, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta:Bumu Aksara,2008),h. 9 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosda Karya,1989 ),139 13

14 a. Persiapan dalam melakukan penelitian : Telah dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian, termasuk fasilitas pendukung, penyusunan pedoman wawancara dan instrumen pendukung lainnya. b. Observasi dan Wawancara : Dilakukan penelitian terhadap laporan yang berkaitan dengan menurunnya minat pemuda Gereja dalam bidang pelayanan anak dan remaja dan dilanjutkan dengan pengamatan serta wawancara langsung di lapangan sesuai dengan lokasi dan fokus penelitian. c. Pencatatan hasil observasi dan wawancara : Dalam observasi digunakan pencatatan dan pemotretan, sedangkan dalam proses wawancara digunakan alat perekam audio. d. Pemeriksaan dan klasifikasi data : Pemeriksaan data dilakukan pada saat proses observasi dan wawancara, selanjutnya akan diklasifikasikan sesuai pedoman dan kebutuhan penelitian. e. Analisis dan interpretasi : Data dan hasil observasi serta wawancara selanjutnya diinterpretasi sesuai dengan masalah penelitian, kemudian dianalisis untuk menjawab masalah penelitian. f. Penulisan laporan hasil penelitian : Data penelitian yang telah diinterpretasi dan dianalisis selanjutnya dimuat dalam laporan hasil penelitian. 14

15 g. Jadwal Penelitian Peneliti memulai penelitian awal atau disebut pra penelitian pada tanggal 15 s/d 30 Desember 2013 dan pada tanggal 14 s/d 30 April 2014, serta peneliti akan mengadakan penelitian lanjutan pada bulan Juli sampai dengan Agustus Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Pada bab ini akan dipaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, Tujuan penelitian, manfaat penelitian, karangka teori, asumsi - asumsi, Hipotesis penelitian, metode penelitian dan sistimatika penulisan. Bab II Landasan Teori Pada bagian ini, penyusun akan memaparkan teori perspektif tentang perubahan sosial Robert H. Lauer. Bab III Hasil Penelitian Pada bab ini yang menjadi fokus pembahasan adalah pemaparan hasil penelitian yang dilakukan. Bab IV Analisa Pada bab ini akan dipaparkan pembahasan mengenai analisis terhadap hasil penelitian yang telah digambarkan dalam bab III. Analisa ini akan diarahkan untuk melihat latar belakang penurunan minat pemuda sebagai pelayan anak dan remaja. Bab V Penutup Bab ini berisikan kesimpulan dan saran. 15

16 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL Berdasarkan hasil penelitian yang tertuang dalam bab III, peneliti ingin memberi paparan analisis terhadap perubahan minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan, yang hadir bersama dengan pluralitas agama, adalah konteks kehidupan gerejagereja di Indonesia secara umum, dan gereja-gereja di Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu. dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu. dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah keluar dari dunia ini untuk menjadi miliknya, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah memanggil mereka di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat publikasi jurnal yang berjudul Developing leaders for tomorrow: releasing system potential, Harris dan Townsend (2007) menyatakan bahwa banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46. BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil dan ditempatkan di dunia ini mempunyai tugas. Tugas gereja adalah untuk menyatakan hakekatnya sebagai tubuh

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama kata gereja yang diberikan oleh banyak kamus, khususnya kamus daring (online),

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman merupakan sebuah konsep yang telah lama ada dan berkembang diantara orang-orang percaya. Umumnya mereka selalu menghubungkan konsep pertumbuhan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku bangsa Sabu atau yang biasa disapa Do Hawu (orang Sabu), adalah sekelompok masyarakat yang meyakini diri mereka berasal dari satu leluhur bernama Kika Ga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan sebuah upaya yang dapat dilakukan penelitian dalam mengungkapkan data dan mencari kebenaran masalah yang diteliti, yang menjadi persoalan metode apakah yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan semua kajian dalam bab-bab yang telah dipaparkan di atas, pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi ini terutama bagi gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan arus globalisasi, maka muncul pula persoalan-persoalan baru yang harus dihadapi oleh sumber daya manusia yang ada di dalam Gereja. Oleh

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P Kesimpulan. Keseimbangan dan keselarasan hubungan dalam keseluruhan tata nilai

BAB V P E N U T U P Kesimpulan. Keseimbangan dan keselarasan hubungan dalam keseluruhan tata nilai BAB V P E N U T U P 5.1. Kesimpulan Keseimbangan dan keselarasan hubungan dalam keseluruhan tata nilai tercermin dalam kehidupan bersama dalam mengangkat tugas dan tanggung jawab pelayanan secara bersama.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Rote adalah sebuah pulau yang dahulu dikenal dengan sebutan Lolo Neo Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau Lino Do Nes yang berarti pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan memberi sesuai dengan kemampuannya. Gereja adalah tempat setiap orang dalam menemukan belas kasih

Lebih terperinci

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah (Suatu Kajian Sosio-Teologis mengenai Pemahaman Jemaat GMIT Kota Baru tentang Himne GMIT) Bagian I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum,

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai jemaat dewasa di GKJ, pasti mengenal tentang istilah pamerdi. 1 Jemaat awam menganggap bahwa pamerdi adalah semacam perlakuan khusus yang diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus.

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus. Dasar kesaksian dan pelayanan gereja adalah Kristus. Kekuasaan dan kasih Kristus tidak terbatas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Dengan demikian, maka langkah-langkah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian. deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian. deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk menggambarkan dan menjelaskan tentang harapan jemaat desa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti untuk menjalankan hidup dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya yang menghubungkan dan mengikat anggota masyarakat satu dengan yang lain. Tradisitradisi

Lebih terperinci

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

I.1. PERMASALAHAN I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. PERMASALAHAN I.1.1. Latar Belakang Masalah Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus. AjaranNya tidak hanya untuk diucapkan, melainkan juga untuk diperlihatkan secara nyata di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta adalah seorang pemimpin jemaat, khususnya dalam hal moral dan spiritual. Oleh karena itu, dia harus dapat menjadi teladan bagi jemaatnya yang nampak

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan

Lebih terperinci

KUALIFIKASI ROHANI GURU AGAMA KRISTEN. Maria Nervita Acdriani

KUALIFIKASI ROHANI GURU AGAMA KRISTEN. Maria Nervita Acdriani PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAK II DAN CALL FOR PAPERS, Tema: Profesionalisme dan Revolusi Mental Pendidik Kristen. Ungaran, 5 Mei 2017. ISBN: 978-602-60350-4-2 KUALIFIKASI ROHANI GURU AGAMA KRISTEN Maria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI) lahir pada tanggal 30 Mei 1959 di Tanjung Lapang, Kecamatan Malinau, Kabupaten Bulungan, Propinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 Latar Belakang Permasalahan Keberadaan gereja tidak bisa dilepaskan dari tugas dan tanggung jawab pelayanan kepada jemaat dan masyarakat di sekitarnya. Tugas dan tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung. BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja 1 dipahami terdiri dari orang-orang yang memiliki kepercayaan yang sama, yakni kepada Yesus Kristus dan melakukan pertemuan ibadah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika di mulai pada abad ke lima sebelum masehi. Berbagai mazhab di yunani yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa kebaikan itu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat yang didapat dari penelitian ini. 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I. berasal dari bahasa Yunani, yaitu ekklesia (ek= dari, dan kaleo=memanggil), yaitu

BAB I. berasal dari bahasa Yunani, yaitu ekklesia (ek= dari, dan kaleo=memanggil), yaitu BAB I A. Latar Belakang Masalah Sejarah mencatat bahwa Gereja hadir karena Tuhan Yesus memanggil umat manusia unuk menjadi pengiring-nya (murid). Mereka dipanggil dalam sebuah persekutuan dengan Dia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH A.1. Latar belakang masalah Gereja merupakan sebuah kehidupan bersama yang di dalamnya terdiri dari orang-orang percaya yang tumbuh dan berkembang dari konteks yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah Bab I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Gereja Kristen Protestan Indonesia atau yang sering disingkat dengan nama GKPI adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di dunia ini. Sebagai bagian

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat dalam Menyelesaikan Stratum

Lebih terperinci

no mate galitõ da õ. Suatu ungkapan yang hendak mengatakan bahwa tidak

no mate galitõ da õ. Suatu ungkapan yang hendak mengatakan bahwa tidak STRATEGI PENYAJIAN MATERI PA PADA SEKOLA WANGANDRŐ BNKP CONTOH PENERAPAN NATS : LUKAS 7:36-50 Oleh : Dr. Etiknius Harefa, MTh,MPd.K =========================================== A. Pengantar Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma kebiasaan, kelembagaan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP 32. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. 5.1 Kesimpulan 1. Tidak dapat dipungkiri persoalan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini hanya menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, situasi atau berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. ini hanya menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, situasi atau berbagai 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang mana jenis penelitian ini hanya menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, situasi atau berbagai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki agama-agama suku dan kebudayaan-kebudayaan lokal serta masih dipelihara. Salah satu agama suku yang ada di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah 9 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk memperoleh bekal pengetahuan dalam menjalani hidup ini. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Dalam hidup ini mungkinkah kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki kebanggaan-kebanggaan yang tidak bernilai kekal? Mungkinkah orang Kristen

Lebih terperinci

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PENDAHULUAN Allah tertarik pada anak-anak. Haruskah gereja berusaha untuk menjangkau anak-anak? Apakah Allah menyuruh kita bertanggung jawab terhadap anak-anak?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja Kristen Pasundan (GKP) berada dalam konteks masyarakat Jawa bagian barat yang majemuk baik suku, agama, budaya daerah dan status sosial ekonomi.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Upaya Majelis Sinode GMIT untuk merumuskan pedomanan penilaian kinerja bagi pendeta GMIT, adalah bagian dari tanggungjawab Majelis Sinode, untuk menata GMIT dalam

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Bagi orang Asia, adat merupakan hal yang tidak terpisahkan dengan melekatnya identitas sebagai masyarakat suku. Hampir setiap suku mengenal adat sebagai bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI MODEL PENGASUHAN UNTUK PEMBANGUNAN KARAKTER TERHADAP MODEL- MODEL PENGASUHAN OLEH

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI MODEL PENGASUHAN UNTUK PEMBANGUNAN KARAKTER TERHADAP MODEL- MODEL PENGASUHAN OLEH BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI MODEL PENGASUHAN UNTUK PEMBANGUNAN KARAKTER TERHADAP MODEL- MODEL PENGASUHAN OLEH KELUARGA-KELUARGA KRISTEN DI JEMAAT GMIT SONTETUS BONE Dalam bab ini penulis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan BAB V PENUTUP Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan keluarga di Jemaat GPIB Immanuel Semarang, maka penulis membuat suatu kesimpulan berdasarkan pembahasan-pembahasan

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

Memberi dengan Murah Hati. Di Jemaat Makedonia

Memberi dengan Murah Hati. Di Jemaat Makedonia Memberi dengan Murah Hati Di Jemaat Makedonia Orang-orang percaya di Yerusalem sedang menderita. Mungkin karena dikucilkan, sebagian dari mereka kehilangan pekerjaan setelah menjadi orang Kristen. Mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang. Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang. Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam keluarga memiliki ikatan yang sangat kuat, bahkan disebut sebagai kekerabatan yang sangat mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

Oleh Pdt. Daniel Ronda. Latar Belakang Pergumulan Pendidik

Oleh Pdt. Daniel Ronda. Latar Belakang Pergumulan Pendidik Oleh Pdt Daniel Ronda Latar Belakang Pergumulan Pendidik Profesi pendidik agama Kristen di sekolah negeri maupun swasta memiliki keistimewaan, karena dia sedang menolong kebutuhan anak didik dalam menemukan

Lebih terperinci

1 James MacGregor Burns, Leadership, (New York: Harper Torchbooks, 1978), hlm.2.

1 James MacGregor Burns, Leadership, (New York: Harper Torchbooks, 1978), hlm.2. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja Kristen Indonesia (GKI) adalah gereja Kristen yang berdiri di Indonesia dan berpusat di Jakarta. GKI merupakan salah satu gereja dengan Teologi Ekumenikal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam gereja ditemukan berbagai kepentingan yang berbeda. Sebagai akibat, perbedaan itu dapat memunculkan konflik yang selanjutnya dinilai sebagai sesuatu yang wajar. 1 Ketika

Lebih terperinci

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan kekerasan atau violence umumnya dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif- Kualitatif, Bogdan dan Taylor mendefinisikan Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan salah satu fase dari kehidupan manusia. Memasuki jenjang pernikahan atau menikah adalah idaman hampir setiap orang. Dikatakan hampir

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki keterbatasan sehingga manusia dapat melakukan ritual - ritual atau kegiatan keagamaan lain

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang seiring berjalan waktu semakin berkembang, dalam kenyataannya ada berbagai macam hal yang membawa pengaruh positif maupun negatif dalam perkembangan

Lebih terperinci