BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN SARAN
|
|
- Utami Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN SARAN V.1 Kesimpulan Proses konsepsi adopsi teknologi informasi dan komunikasi di pedesaan adalah proses yang melibatkan interaksi antara aktor-aktor dan artifak-artifak teknis yang membentuk konfigurasi sosio teknis 1. Konfigurasi tersebut tersebut menentukan bentuk pillihan teknologi yang akan diadopsi dan sistem sosial pengadopsi. Negosiasi-negosiasi yang terjadi dalam proses konsepsi adopsi tersebut menyebabkan aktor-aktor dan artifakartifak teknis tersebut melakukan adaptasi, dan adaptasi inilah yang merubah bentuk pilihan teknologi dan sistem sosial yang berlaku. Dua kasus difusi teknologi informasi dan komunikasi yang diteliti disini, yaitu projek Digital Learning: Pengembangan Teknologi Pencarian dan Konten Digital untuk Masyarakat Pedesaan di desa Cinta Mekar, Kabupaten Subang yang dilakukan oleh PPTIK ITB dan inisiatif pengembangan teknologi informasi dan komunikasi di desa Limbangan, Kabupaten Kendal yang dilakukan oleh Sekolah Rakyat, memberi gambaran mengenai dua proses difusi inovasi yang berangkat dari dua pendekatan adopsi teknologi yang berbeda. Proyek yang dilakukan oleh PPTIK ITB berangkat dari pendekatan sistematis dan terencana. Sedangkan inisiatif pengembangan TIK dari Sekolah Rakyat menggunakan pendekatan yang spontan dengan desain aksi yang berubah-ubah menyesuaikan kesepakatan-kesepakatan dengan aktor-aktor yang relevan di desa. Pola konsepsi adopsi yang diambil oleh PPTIK ITB dan Sekolah Rakyat memiliki perbedaan dalam menciptakan ruang-ruang negosiasi dengan aktor-aktor dan artifakartifak teknis. Proses konsepsi dan adopsi yang dikembangkan dalam projek PPTIK ITB ini, membuka ruang negosiasi yang terbatas pada pihak-pihak yang telah ditetapkan sebelumnya oleh PPTIK ITB. Pihak-pihak tersebut, di antaranya adalah para pelaksana projek dan figur-figur tertentu yang telah ditentukan oleh inisiator projek. Sementara 1 Sony Yuliar,
2 proses konsepsi adopsi yang dilakukan oleh Sekolah Rakyat membuka ruang negosiasi pada berbagai pelaku yang ditemui dalam implementasi proyek. Kedua pendekatan tersebut memiliki konsekuensi yang berbeda dalam pemilihan teknologi yang diterapkan. Pada proses konsepsi dengan pendekatan sistematis dan terencana yang dilakukan oleh PPTIK ITB, sebagian besar pemilihan spesifikasi dan prosedur teknologi telah dilakukan pada tahap konsepsi. Pada tahap adopsi yang dilakukan tinggal penyesuaian teknologi saja. Sedangkan pada konsepsi yang dilakukan oleh Sekolah Rakyat, penetapan pilihan teknologi baru dilakukan setelah proses interaksi antara pelaksana proyek dengan masyarakat desa menghasilkan pemahaman yang memadai bagi kedua belah pihak. Proses tersebut juga merupakan proses yang mengandung negoasiasi. Pilihan teknologi baru dilakukan setelah proses negosiasi terjadi. Pola-pola konsepsi adopsi yang dilakukan oleh kedua institusi tersebut juga memiliki konsekuensi berbeda-beda dalam mempengaruhi perubahan bentuk sistem sosial. Pola pendekatan yang dilakukan oleh PPTIK ITB mengajak aktor-aktor yang ditemui di desa untuk menyesuaikan diri dengan spesifikasi dan prosedur teknologi yang dibawa. Pelatihan juga disediakan untuk mendukung penyesuaian diri tersebut. Pendekatan tersebut menghasilkan suatu sistem sosial pengguna teknologi informasi dan komunikasi yang lingkupnya agak terbatas, dan spesifik dalam pola penggunaannya, atau menggunakan sebatas fungsi yang sangat definitif. Kreatifitas pengguna untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan fungsi lain dari teknologi yang datang kurang berkembang, seperti komputer ya hanya cukup untuk belajar mengetik saja. Sementara pola pendekatan terbuka yang dikembangkan oleh Sekolah Rakyat, mendorong aktor-aktor yang ditemui di desa untuk bernegosiasi mendefinisikan sendiri teknologi yang tepat bagi mereka. Ketika suatu pilihan teknologi telah ditetapkan dan dijalankan, kemudian muncul aktor-aktor lain yang melakukan negosiasi ingin mengubah bentuk teknologi, Sekolah Rakyat membuka peluang itu. Pendekatan tersebut membawa pada terbentuknya suatu sistem sosial yang lingkupnya cukup luas. Akan 110
3 banyak aktor yang bisa masuk ke dalam sistem sosial tersebut, karena isu yang dibawanya ada peluang untuk diakomodasi oleh sistem tersebut. Kreatifitas modifikasi teknologi, yang berupa proses penyesuaian pilihan teknologi dengan kepentingan aktoraktor yang terlibat tersebut, akan sangat terbuka. Namun situasi yang terbuka, dimana semua kepentingan dan kreatifitas bisa masuk tersebut, juga memberi kemungkinan terjadinya konflik. Sebuah proses negosiasi yang tak terselesaikan, seperti pada kasus berakhirnya radio komunitas Sekolah Rakyat. Pendekatan seperti yang dilakukan oleh PPTIK-ITB nampaknya lebih menjanjikan kemudahan dalam pengendalian dan menghindari konflik kepentingan tersebut. Isu Demokrasi Kedua kasus adopsi teknologi informasi dan komunikasi yang dibahas tersebut memberi gambaran mengenai peran dari proses negosiasi, sesuatu yang esensial dalam demokrasi, dalam menentukan pilihan teknologi. Kesempatan bernegosiasi yang dibukakan bagi aktor-aktor yang sering disebut sebagai kelompok sasaran proyek akan menjadikan bentuk teknologi bergerak menyesuaikan agregasi kepentingan yang berkembang dari aktor-aktor tersebut. Pada kasus Sekolah Rakyat, pada awalnya, kepentingan-kepentingan yang diberi ruang untuk bernegosiasi tersebut membawa bentuk teknologi pada tempat yang disukai oleh masyarakat di desa tersebut. Sementara pada kasus PPTIK ITB, kesempatan bagi teknologi untuk beradaptasi tersebut kurang dibuka. Pengalaman kedua kasus tersebut menunjukkan bahwa adopsi oleh suatu sistem sosial terhadap teknologi yang masuk tidak dapat berlangsung serta merta. Untuk menjadikan suatu inovasi teknologi diterima, membutuhkan tidak sekedar peningkatan pemahaman atau pengenalan masyarakat terhadap teknologi tersebut, namun juga perlu penyesuaianpenyesuaian, baik di sisi masyarakat maupun bentuk teknologinya. Demokrasi, yang dalam hal ini diartikan oleh penulis sebagai kesempatan bagi semua orang untuk terlibat dalam proses negosiasi dalam membentuk penyesuaian-penyesuaian tersebut, ternyata mendorong terjadinya penerimaan teknologi tersebut. 111
4 Demokrasi dalam penetapan pilihan-pilihan teknologi tersebut juga tidak bisa lepas dari konteks lokal yang berlaku. Seperti turut terlibat aktifnya berbagai aktor desa di kasus Sekolah Rakyat tidak lepas dari modal sosial desa Limbangan, tempat proses adopsi ini dijalankan. Penerapan model yang demokratis dalam pemilihan teknologi, mungkin akan mengalami hambatan di desa Cinta Mekar, karena mungkin modal sosial di desa tersebut tidak mendukung proses seperti itu. Peran Kelas Menengah Dua kasus adopsi teknologi informasi dan komunikasi yang dikemukan di atas, diterapkan pada dua lokasi dengan dua konteks sosial yang berbeda. Desa Cinta Mekar memiliki konteks tipikal pedesaan homogen dengan struktur masyarakatnya terdiri dari masyarakat biasa dan tokoh masyarakat. Kelompok kelas menengah 2 tidak terlalu tampak di desa ini. Sementara desa Limbangan memiliki konteks yang lebih heterogen, di desa ini terdapat kelas menengah, yaitu kelompok masyarakat yang memiliki jaringan cukup luas ke dalam ataupun ke luar desa, memiliki kapasitas untuk memanfaatkan berbagai hal baru termasuk teknologi baru, dan secara ekonomi kelompok ini tidak terlalu menggantungkan hidupnya dari sumberdaya lokal desanya semata. Kelas menengah inilah yang menjadi pelopor adopsi teknologi informasi dan komunikasi di desanya. Dari kedua kasus adopsi teknologi informasi dan komunikasi tersebut, telah dipaparkan bahwa proses adopsi yang terjadi di desa Limbangan lebih cepat. Hal ini tidak lepas dari peran kelas menengah yang ada di desa Limbangan dalam mendukung adopsi teknologi tersebut. Inovasi teknologi yang dilakukan melewati kelas menengah ini lebih cepat diadopsi oleh masyarakat, karena kelas menengah ini menjadi simpul jaringan, baik dengan 2 Kelas menengah yang dimaksud penulis adalah kelompok-kelompok di masyarakat yang memiliki relasi sosial padat dengan berbagai pelaku lain (kelas bawah, kelas atas, masyarakat lokal, masyarakat di luar ), serta memiliki relasi yang padat pula dengan berbagai artifak teknis (peralatan elektronik, metodametoda, buku-buku dan sebagiainya). Kelompok-kelompok tersebut biasanya memiliki kemandirian ekonomi namun bukan merupakan institusi kuat yang mendominasi kegiatan-kegiatan ekonomi dan tatanan di tingkat lokal. Kelompok ini juga seringkali menjadi simpul transfer informasi maupun negosiasi antar berbagai kelompok-kelompok yang ada di desa tersebut. 112
5 aktor-aktor lain maupun dengan berbagai artifak teknis yang ada di desa dan luar desanya. Dengan itu mereka lebih intens terlibat dalam berbagai proses negosiasi, baik dengan aktor-aktor maupun artifak-artifak teknis. Hal ini mendorong percepatan diperolehnya pilihan teknologi yang dan bentuk sistem sosial yang tepat dalam proses adopsi teknologi ini. Kelas menengah di desa ini juga memiliki pengaruh dalam mendorong pergeseran pilihan teknologi dan sistem sosial, termasuk norma sosial, secara cepat. Sebuah pilihan teknologi berserta institusi sosial pendukungnya yang baru terbentuk di desa, misalnya radio komunitas, akan mudah dirombak secara cepat oleh kelas menengah desa. Kecepatan tersebut seringkali tidak bersesuaian dengan kecepata pola adopsi masyarakat desa. Misalnya dalam kasus radio komunitas, masyarakat bisa mengadopsi keberadaan institusi radio komunitas, namun ketika radio komunitas tersebut membawa nilai yang berbeda dengan masyarakatnya, masyarakat tidak bisa menerimanya. Terlepas dari persoalan tersebut, keberadaan kelas menengah penting diperhatikan, karena karakter yang dimilikinya sebagai simpul jaringan memungkinkan proses adopsi inovasi berjalan secara demokratis dengan membuka berbagai negosiasi dan adaptasi / modifikasi yang mengarahkan pada suatu konfigurasi sosio teknis yang konvergen. Hal ini dapat menjadi alternatif dari pemikiran yang mengatakan bahwa proses adopsi inovasi harus dilakukan secara terpimpin dan terencana oleh sebuah institusi yang kuat. V.2 Rekomendasi 1. Kedua pendekatan tersebut memiliki keunggulannya masing-masing. Pendekatan model PPTIK ITB memilikii keunggulan dalam sumber pengetahuan dan pakar yang kompeten untuk merencanakan suatu desain adopsi teknologi yang bersifat generik dan dapat direplikasi diberbagai tempat. Sedangkan pendekatan yang dilakukan oleh Sekolah Rakyat lebih membutuhkan kapasitas untuk memahami sistem sosial yang berlaku dan mengolah modal sosial yang ada di tempat dimana adopsi teknologi akan dilakukan. Mungkin akan berguna jika institusi-institusi dengan tipe keduanya saling tukar menukar pengalaman secara langsung, agar kekuatan keduanya bisa disatukan. 113
6 2. Demokratisasi pemilihan teknologi bagi masyarakat, seperti yang dicontohkan oleh Sekolah Rakyat, dapat digunakan sebagai lesson learned bagi proses adopsi teknologi di tempat lain. Peran pemerintah, perguruan tinggi dan lembagalembaga pembangunan untuk mempalajari lebih dalam dan memfasilitasi pengembangan lesson learned tersebut akan sangat relevan. 3. Proyek-proyek adopsi teknologi untuk pedesaan, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, sebaiknya memperhatikan peran kelompok-kelompok yang menjadi simpul jaringan, dimana berbagai aktor dan artifak teknis terhubung dengannya. Karena kelompok ini seringkali memiliki kemampuan untuk membantu proses adopsi teknologi dengan menjembatani perbedaan kepentingan dari masing-masing aktor dan karakter dari artifak-artifak teknis. V.3 Saran Penelitian yang dilakukan ini telah melihat bagaimana proses-proses negosiasi mempengaruhi konfigurasi sosio teknis dari aktor-aktor dan artifak-artifak teknis dalam proyek pengembangan TIK. Penelitian ini belum terlalu dalam melihat bagaimana peran institusi-institusi sosial desa, kelas menengah dan dinamika politik di desa dalam mempengaruhi pola adopsi teknologi. Seperti apakah diperlukan institusi yang kuat atau keberadaan kelas menengah di tingkat desa agar proses adopsi dapat berjalan dan berkelanjutan. Penelitian ini juga belum melihat bagaimana relasi antara berbagai faktor luar desa, seperti kebijakan pemerintah, budaya kosmopolitan di kota yang berimbas ke desa, kemunculan suplai berbagai produk teknologi baru terhadap pola adopsi teknologi tersebut. Penelitian mengenai hal tersebut, menurut penulis, perlu mendapat perhatian. Karena penulis melihat bahwa banyak faktor dari isu tersebut yang mempengaruhi pola adopsi teknologi pada kedua kasus yang diteliti, namun belum banyak diungkapkan dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian mengenai proses-proses negosiasi dalam mempengaruhi konfigurasi sosio teknis dapat pula dilakukan untuk mengaji faktor-faktor lain terkait adopsi teknologi, seperti pengaruh kebijakan atau pengaruh kekuatan pasar pada pola adopsi teknologi. 114
Bab I PENDAHULUAN. 1 Craigh (2005)
Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam dekade ini telah mendorong pertumbuhan ketersediaan informasi yang sangat besar, dalam sisi kuantitas dan
Lebih terperinciBAB IV KONSEPSI DAN ADOPSI TEKNOLOGI
BAB IV KONSEPSI DAN ADOPSI TEKNOLOGI Bab ini akan menyajikan desrkipsi dari beberapa proyek difusi TIK di pedesaan serta konteks dari penerapan TIK tersebut. Proyek-proyek difusi TIK yang akan dibahas
Lebih terperinciINSTITUT PERTANIAN BOGOR LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PUSAT STUDI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PUSAT STUDI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN Mencerdaskan,Menswadayakan,Mensejahterakan, dan Melestarikan RENCANA STRATEGIS 2013-2017
Lebih terperinciPOLA ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI DESA: Suatu Tinjauan Melalui Konfigurasi Sosio Teknis TESIS
POLA ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI DESA: Suatu Tinjauan Melalui Konfigurasi Sosio Teknis TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor
BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)
Lebih terperinciMENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
Lebih terperinciKONFLIK, PERDAMAIAN DAN MASALAH PENGUNGSI DI MADURA
1 KONFLIK, PERDAMAIAN DAN MASALAH PENGUNGSI DI MADURA Pengantar Membanjirnya warga etnik Madura yang berasal dari Kalimantan ke pulau Madura hingga mencapai 128.919 orang (OCHA, 2003) menimbulkan sejumlah
Lebih terperinciSETI YANINGSIH NIM : A
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 PAPAHAN KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR SEMESTER I
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Sensus Penduduk dan BPS
Bab I. Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Sensus Penduduk dan BPS Sesuai dengan rekomendasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setiap negara diharapkan dapat melaksanakan sensus penduduk paling sedikit
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan
161 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda Pelaksanaan pendidikan di SMK
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran
Lebih terperinciMembangun Insan dan Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dan Dilandasi Semangat Gotong Royong
Membangun Insan dan Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dan Dilandasi Semangat Gotong Royong KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PELIBATAN PUBLIK PAPARAN MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan dua hal yang amat penting, pertama adalah
Lebih terperinciBAB III Tahapan Pendampingan KTH
BAB III Tahapan Pendampingan KTH Teknik Pendampingan KTH 15 Pelaksanaan kegiatan pendampingan KTH sangat tergantung pada kondisi KTH, kebutuhan dan permasalahan riil yang dihadapi oleh KTH dalam melaksanakan
Lebih terperinciI.1. Pengantar. Bab 1 - Pendahuluan
Laporan Bab 1 Pendahuluan 3 I.1. Pengantar Laporan pengembangan model merupakan paparan hasil penelitian terhadap praktek pendidikan di masyarakat sungai dalam kaitan dengan kebutuhan untuk mengembangkan
Lebih terperinciKKPP Perumahan & PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN BERTUMPU MASYARAKAT
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI IV Kampus Pusat Universitas Teknologi Yogyakarta Yogyakarta, 5 April 2007 --- ISBN 978-979-1334-20-4 PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi pada era globalisasi saat ini telah melaju dengan sangat pesat, dimana perubahan pun banyak terjadi dalam tatanan kehidupan manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diakui dan dihormatinya satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa di Indonesia merupakan perwujudan penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah
Lebih terperinciPemberdayaan KEKUASAAN (POWER)
1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap
Lebih terperincimaupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan
Lebih terperinciGrafik 1.1 Pengguna Internet Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa dengan sumber belajar dalam lingkungan yang edukatif. Proses pembelajaran yang berkualitas tidak
Lebih terperinciPengorganisasian * (Berbasis Komunitas)
Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas) Tulisan tentang pengorganisasian ini adalah berangkat dari pengalaman Yamajo dalam melakukan kerja. Pengorganisasian adalah alat untuk mencapai tujuan. Tujuan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada jaman modernisasi ini, komunikasi menjadi suatu hal yang paling
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman modernisasi ini, komunikasi menjadi suatu hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia. Dengan komunikasi, manusia dapat terhubung antara satu dengan
Lebih terperinciMobilisasi Masyarakat
Mobilisasi Masyarakat Dalam tulisan ini saya mencoba memadukan beberapa pengalaman dan pengamatan tentang Community Mobilization (Penggerakan Masyarakat), dengan tujuan agar masyarakat ikut melakukan kegiatankegiatan
Lebih terperinciSTATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*
STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Sinorang tidak bisa diseragamkan dengan pola pendampingan yang dipahami. CSR di Desa Sinorang dapat terpetakan sebagai berikut:
BAB V PENUTUP Pendampingan program-program CSR yang dilakukan para pendamping di Desa Sinorang tidak bisa diseragamkan dengan pola pendampingan yang dipahami secara normatif. Penulis menemukan beberapa
Lebih terperinciKaidah Pelaksanaan Kegiatan. Kawi Boedisetio
Kaidah Pelaksanaan Kegiatan pengantar Kegiatan pembangunan (masyarakat), terus menerus dilakukan dengan selalu mencari metodologi yang tepat. Selain pemilihan tema, lokus kegiatan dan jenis intervensi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan berbagai variasi barang dan jasa yang dapat dikonsumsi 1. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hukum perlindungan konsumen merupakan masalah yang menarik dan menjadi perhatian Pemerintah Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peraturan perundang-undangan yang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PENGALOKASIAN SEBAGIAN PENDAPATAN BADAN USAHA UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN PEREKAYASAAN, INOVASI, DAN DIFUSI TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM
WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan Yogyakarta, 21-22 Juni 2010 MAKALAH Otda & Konflik Tata Ruang Publik Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM Otda & Konflik Tata Ruang Publik Wawan Mas udi JPP Fisipol
Lebih terperinciMANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, Drs., M.Pd. Hakekat pembelajaran sebenarnya menunjuk pada fungsi pendidikan sebagai wahana untuk menjadikan
Lebih terperinciBab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,
Lebih terperinciKabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011
DINAMIKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH HUBUNGANNYA DENGAN PENETAPAN KEBIJAKAN STRATEGIS Oleh: Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Disampaikan Pada Focus Group Discussion Kantor Litbang I. Pendahuluan Kabupaten
Lebih terperinciACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
ACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PENGANTAR Acuan pelaksanaan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) bagi aparat pemerintah kabupaten/kota ini dimaksudkan untuk dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penguatan, partisipasi dan kemandirian rakyat lewat proses-proses yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya agenda ke depan bangsa ini tidak bisa lepas dari upaya penguatan, partisipasi dan kemandirian rakyat lewat proses-proses yang demokratis. Catatan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI
189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA Riset mengenai Pola Adopsi Teknologi Informasi dan Komunikasi di Desa yang dilakukan ini adalah suatu kajian mengenai inovasi teknologi dikaitkan dengan demokratisasi teknologi. Untuk
Lebih terperinciPerbandingan PRA dengan RRA dan PAR
Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR PRA SEBAGAI METAMORFOSIS DARI RRA 1 Participatory Rural Appraisal (PRA) seringkali dilekatkan dengan nama Robert Chambers, sehingga rasanya perlu dimunculkan pertanyaan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Landasan konstitusional konsepsi keadilan sosial dalam. pengelolaan pertambangan adalah Pasal 33 UUD Secara
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsepsi keadilan mengenai penguasaan dan penggunaan kekayaan alam yang terkandung dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah keadilan sosial. Landasan konstitusional
Lebih terperinciDEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI
Daftar Isi i ii Demokrasi & Politik Desentralisasi Daftar Isi iii DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI Oleh : Dede Mariana Caroline Paskarina Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis,
Lebih terperinciaturan agar penggunaan internet senantiasa berjalan baik dan selaras meskipun dengan keterbatasan sumber daya yang ada.
Bab I Pendahuluan Penggunaan internet dalam dunia pendidikan dapat dikatakan sebagai hal yang penting. Melalui internet dapat ditelusuri berbagai kebutuhan dari hal-hal kecil hingga urusan politik. Saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implementasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pemerintahan yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, akuntabilitas dan transparansi kinerja
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan Hasil Penelitian dan Pengembangan
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Hasil Penelitian dan Pengembangan Merujuk pada hipotesis penelitian yang sebelumnya diajukan, maka kesimpulan penelitian dan pengembangan ini
Lebih terperinciMENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL
MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL Sepanjang era Orde Baru praksis pembangunan kehutanan senantiasa bertolak dari pola pikir bahwa penguasaan sumberdaya hutan merupakan state property saja
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV
PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2013 PERATURAN KEPALA LEMBAGA
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengelolaan hutan lestari dibangun dari 3 (tiga) aspek pengelolaan yang berhubungan satu dengan lainnya, yaitu aspek produksi, aspek ekologi dan aspek sosial. Ketiga aspek
Lebih terperinciNEW MEDIA & SOCIETY. Perkembangan Media. Rahmadya Putra Nugraha, M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Broadcasting
Modul ke: NEW MEDIA & SOCIETY Perkembangan Media Fakultas FIKOM Rahmadya Putra Nugraha, M.Si Program Studi Broadcasting http://www.mercubuana.ac.id Media dalam Kehidupan Manusia Dewasa ini, media telah
Lebih terperinciJUDUL UNIT : Membuat dan Merealisasikan Rancangan Pencahayaan
KODE UNIT : TIK.MM02.017.01 JUDUL UNIT : Membuat dan Merealisasikan Rancangan Pencahayaan DESKRIPSI UNIT : Unit ini mendeskripsikan tentang kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjalankan proses
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memfokuskan diri pada masalah kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006
Lebih terperinciMANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI
Media Informatika Vol.16 No.2 (2017) MANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI Muksin Wijaya Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. Juanda 96 Bandung
Lebih terperinciStandar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)
Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) 2017 1 Selayang Pandang SOP Percepatan PID Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) sebagai langkah
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran
BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan
Lebih terperinciPenguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik
Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik Pendahuluan Pokok Pokok Temuan Survei Nasional Demos (2007 2008) : Demokrasi masih goyah: kemerosotan
Lebih terperinciSOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur
SOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur Sebuah desa yang teratur dibayangkan sebagai suatu tempat yang sejuk, harmonis, dengan tata aturan (modern-rasional) yang jelas sehingga anggota-anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambangan adalah kegiatan yang bukan semata-mata melakukan penggalian bahan mineral/batubara saja, tetapi juga merupakan kegiatan pengembangan masyarakat/wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Melalui pendidikan yang berkualitas diharapkan akan mampu memberikan dan memfasilitasi bagi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian dan pengembangan ini telah menghasilkan model pembelajaran berbasis kasus yang dapat diterapkan untuk peningkatan sikap profesional dalam pendidikan
Lebih terperinci> Program DUE Like. Panduan Penyusunan Laporan Akhir Pelaksanaan
DEWAN PENDIDIKAN TINGGI DITJEN DIKTI > Program DUE Like Panduan Penyusunan Laporan Akhir Pelaksanaan 7 JUNI 2007 Panduan singkat bagi para penerima hibah kompetisi dari Ditjen Dikti: DUE Like untuk membuat
Lebih terperinciPEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL Arti dan Tujuan Pembangunan Pembangunan merupakan suatu bentuk perubahan sosial yang terarah dan berencana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai
Lebih terperinciPROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL
PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL Proses sosial adalah cara-cara berhubungan/komunikasi apabila individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, tingkat pengangguran di Indonesia di antara Negara-negara Asociation of South Asean Nation (ASEAN) paling tinggi. Banyak sarjana di Indonesia berstatus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberadaan industri ekstraksi secara langsung maupun tidak. langsung akan mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial-budaya dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan industri ekstraksi secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan masyarakat yang berada di sekitar
Lebih terperinciBAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga
BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA 5. 1. Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga Kebebasan Pers secara subtansif tidak saja dijadikan indikator
Lebih terperinciASESMEN MANDIRI. SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) FORM APL-02
No. Urut 05 ASESMEN MANDIRI SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) FORM APL-02 Lembaga Sertifikasi Profesi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 2013 Nomor Registrasi Pendaftaran
Lebih terperinciII. PENDEKATAN TEORITIS
II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Kepemilikan Sumber Daya (Property rights) Kondisi tragedy of the common didorong oleh kondisi sumber daya perikanan yang bersifat milik bersama
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. dengan menggalangkan sistem pertanian organik yang berbanding terbalik dengan
BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Sistem pertanian konvensional yang merupakan sistem pertanian yang banyak di gunakan oleh petani merupakan sistem pertanian yang praktis dan sistem pertanian yang menjanjikan
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP. Valderrama (1999) bahwa citizen participation telah menggeser posisi warga
BAB VIII PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan lapangan, penelitian ini menegaskan bahwa citizenship Salam dibangun melalui misi menciptakan pendidikan merdeka, penyediaan layanan publik mandiri, dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB V PENUTUP Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. 1. Kesimpulan Undang-Undang nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Lebih terperinciPengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.
Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN Minggu ke 12 Pemberdayaan (empowerment) Power/daya Mampu Mempunyai kuasa membuat orang lain melakukan segala sesuatu yang diinginkan pemilik kekuasaan Makna Pemberdayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran adalah suatu proses sistematis yang setiap komponennya menentukan keberhasilan anak didik. Sebagai suatu system, komponen-komponen proses
Lebih terperinciX. KESIMPULAN DAN SARAN. identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin
X. KESIMPULAN DAN SARAN 10.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil kajian mengenai analisis identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan berbasis
Lebih terperinciProgram Padat Karya Pangan (PKP) MENGATASI SITUASI SULIT DENGAN UPAH BERAS
KABUPATEN PURBALINGGA Program Padat Karya Pangan (PKP) MENGATASI SITUASI SULIT DENGAN UPAH BERAS Sumber: Inovasi Kabupaten di Indonesia. Seri Pendokumentasian Best Practices, BKKSI, 2008 satu SITUASI SEBELUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Manusia pada hakikatnya adalah sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Manusia sebagai mahluk sosial dimana manusia itu sendiri memerlukan interaksi
Lebih terperinciTujuan merupakan pernyataan perilaku atau arah program dan manajemen.
a. Perencanaan strategis merupakan proses sistematis yang dilakukan oleh kelompok, komunitas, organisasi, dan pemangku kpentingan lain dalam menetapkan komitmen dan prioritas terhadap perubahan penting
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Elite Lokal untuk
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Elite Lokal 1. Pengertian Elite Politik Lokal Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Elite Lokal untuk melihat dan menganalisis peran organisasi pencak silat dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
277 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Umum Pelaksanaan penguatan civic governance melalui partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Bandung belum dapat dilaksanakan
Lebih terperinciTRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA. Arie Sujito
TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA Arie Sujito Apa pelajaran berharga yang dibisa dipetik dari perubahan desa sejak UU No. 6/ 2014? Apa tantangan
Lebih terperincinegara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk
BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah
Lebih terperinciGaris Garis Besar Haluan Program Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung Periode
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG GARIS GARIS BESAR HALUAN PROGRAM KELUARGA MAHASISWA Garis Garis Besar Haluan Program Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung Periode 1 INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG GARIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk memajukan kondisi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah karya terstruktur yang mempunyai implikasi luas terhadap kualitas hidup manusia. Hal ini karena konstruksi pembangunan terdiri atas serangkaian
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN
ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian nasional dan dunia saat ini ditandai dengan berbagai perubahan yang berlangsung secara
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PENGALOKASIAN SEBAGIAN PENDAPATAN BADAN USAHA UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN PEREKAYASAAN, INOVASI, DAN DIFUSI TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI)
LEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI) PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN SIKAP 1. Bertakwa kepada
Lebih terperinciGrafik 1. Area Bencana
Untuk mendapatkan gambaran awal sejauh mana masyarakat Indonesia sadar akan isuisu lingkungan dan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dalam jangka panjang, pada penghujung tahun 2013, WWF-Indonesia
Lebih terperinciBUPATI WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI WAKATOBI NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI WAKATOBI NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKomputer & Pemerintah. E-Government
Komputer & Pemerintah E-Government Definisi E-Goverment Electronics government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, pelaku bisnis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Jaringan Media Komunitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Kesimpulan penelitian adalah jawaban dari permasalahan penelitian yang
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Kesimpulan penelitian adalah jawaban dari permasalahan penelitian yang dilakukan. Pada bab ini penulis akan menyajikan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang
Lebih terperinciInternational IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web:
Extracted from Democratic Accountability in Service Delivery: A practical guide to identify improvements through assessment (Bahasa Indonesia) International Institute for Democracy and Electoral Assistance
Lebih terperinciGLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21
Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak lepas dari Konflik yang terjadi di Maluku Utara. Konflik Maluku utara telah mengakibatkan perpecahan
Lebih terperinciTHE IMPLEMENTATION PROCESS
CHAPTER ANALYSIS THE IMPLEMENTATION PROCESS Diterjemahkan dari Buku: Investigating Implementation Strategis for www-based Learning Environments Penulis: Omari R. Oliver & Herrington Penerbit: International
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP. Secara umum, mengacu pada temuan-temuan di atas, performa digital partai. yang sekaligus menjawab pertanyaan penelitian:
BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan Secara umum, mengacu pada temuan-temuan di atas, performa digital partai politik Peserta Pemilu 2014, bisa dideskripsikan dengan empat kesimpulan berikut yang
Lebih terperinci8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI
8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif
Lebih terperinci