BAB VIII PENUTUP. Valderrama (1999) bahwa citizen participation telah menggeser posisi warga

Transkripsi

1 BAB VIII PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan lapangan, penelitian ini menegaskan bahwa citizenship Salam dibangun melalui misi menciptakan pendidikan merdeka, penyediaan layanan publik mandiri, dan dukungan berbagai stakeholder. Konsep tersebut bertujuan menjembatani pembagunan karakter anak dan pemahaman aspek akademik secara seimbang. Hal itu menjadi fokus partisipasi Salam karena menganggap pendidikan pemerintah tidak kontekstual dan tidak memperlakukan anak sebagai entitas yang istimewa satu sama lain. Konsep pendidikan Salam telah terlaksana secara makro, tetapi masih eksekusi prematur. Walaupun masih terdapat kekurangan, ppendidikan Salam mengafirmasi kajian Gaventa & Valderrama (1999) bahwa citizen participation telah menggeser posisi warga sebagai beneficiary (penerima manfaat) menjadi warga aktif yang dapat melakukan decision-making mandiri. Salam juga menegaskan Studi Pestoff (2012) bahwa kolektif grup mempunyai kemampuan melakukan decision making bersama member grup untuk menentukan roda gerak kelompok bagi kebermanfaatan bersama. Aspek pembangun citizenship Salam diuraikan sebagai berikut:

2 8.1.1 Perjuangan Menuju Layanan Publik Mandiri Partisipasi mandiri adalah cara Salam membangun citizenship pendidikan. Salam membangun citizenship dengan konsep, regulasi, dan pendanaan yang dibangun secara mandiri tanpa dukungan pemerintah. Walaupun pada awalnya ditolak oleh Diknas Bantul karena dianggap memiliki sistem pendidikan yang aneh. Apresiasi baik dari masyarakat menjadikan Diknas Bantul luluh dan memberi ijin di tahun Kontribusi pemerintah hanya sebatas melegetimasi Salam sebagai entitas yang diakui dalam dunia pendidikan. Berbagai prinsip pendidikan dikombinasikan untuk mencapai tujuan pendidikan merdeka seperti liberatory education (Freire, 1970), konsep Among (Dewantara, 1977), dan Laboratoium school (1916). Prinsip self-governing dipilih Salam agar dapat fleksibel menciptakan pendidikan merdeka bagi anak. Salam adalah bentuk pelayanan publik mandiri berdasar aksi kolektif masyarakat. Salam dapat digolongkan sebagai Co-production mandiri untuk merespon reduksi pendidikan pemerintah. Sebagaimana dinyatakan Petsoff (2012) Coproduction sebagai sebuah penciptaan pelayanan publik dari masyarakat. Tetapi, kemandirian tersebut menghadirkan masalah finansial bagi perjalanan penyelenggaraan Salam Praktik Pendidikan Merdeka Salam memposisikan pendidikan sebagai sarana tumbuh kembang anak sesuai bakat dan minatnya. Konsep pendidikan merdeka Salam

3 dibentuk untuk merespon pendidikan kaku pemerintah yang rentan penyeragaman dan tidak kontekstual dengan lingkungan. Oleh karena itu, pada praktiknya Salam telah menggeser model ceramah pada diskusi dengan anak, meposisikan riset sebagai sarana belajar, serta selalu memanfaatkan peristiwa untuk belajar. Tetapi, kompetensi fasi yang tidak memadai, training fasi yang longgar, tidak ada buku panduan materi, menyebabkan aplikasi belajar Salam belum mampu menjembatani pembentukan karakter anak dan akademik secara baik. Konsep makro pendidikan merdeka belum mampu diterjemahkan dengan baik secara pada tataran mikro. Hal ini menjadikan pendidikan merdeka Salam masih berada pada titik prematur. Tetapi praktik pendidikan merdeka Salam telah membuktikan bahwa aksi kolektifnya berprogres. Konsep tersebut memanfaatkan hak citizenship sebagai warga negara untuk ikut mengintervensi secara langsung isu yang menjadi public affair (Haque, 2001; Bourgon, 2007; Zimmerman & Rappaport, 1988; Zandbergen & Jaffe, 2014). Aksi Salam dapat diartikan sebagai direct intervention oleh masayarakat sesuai cara mereka. Pendidikan merdeka walaupun belum sempurna telah menunjukan bahwa warga negara dapat memanfaatkan ruang citizenship untuk menciptakan layanan publik.

4 8.1.3 Stakeholder Pendukung Salam Berbagai stakeholder ikut terlibat dalam membangun citizenship pendidikan Salam. Aktor tersebut meliputi pengelola Salam, Kerabat Salam, dan Wali murid. Pengelolan berfungsi memelihara dan membangun Salam secara institusi. Kerabat Salam adalah pihak yang berkerja sama dalam berbagai macam platform. Kerja sama Salam berfungsi untuk membangun Salam secara finansial maupun jaringan. Beberapa kerabat Salam seperti volunter, UMKM, dan donatur. Sementara Wali murid membantu secara langsung ataupun tidak langsung dalam pembelajaran. Prinsip yang Salam gunakan dalam memanfaatkan media kerja sama tersebut adalah kesamaan visi. Integrasi aktor ini tetapi mempunyai masalah pada kedalaman kualitas yang diberikan. Berbagai kegiatan tidak dapat terlaksana secara intens karena komptensi fasi yang tidak memadai. Tetapi, praktik ini membuktikan bahwa Salam memiliki fleksibilitas dalam menentukan regulasi dan memilih mitra karena konsep self-governing yang diterapkan. Keadaan ini mengafirmasi kajian petsoff (2012) bahwa partisipasi aktor dan pengabilan keputusan yang demokratis adalah salah satu kunci dari kebehasilan komunitas non-government.

5 8.2 Saran Berdasarkan temuan penelitian yang telah terangkum, rekomendasi penelitian untuk keberlanjutan Salam adalah sebagai berikut: 1. Kedalaman Materi Pembahasan Konsentrasi Salam untuk mewujudkan pendidikan merdeka yang mengakomodir karakter dan minat menjadikan pembelajarannya melonggarkan target sasaran yang telah tersusun. Riset sebagai sarana belajar utama membutuhkan kecakapan Fasi dalam memasukan pengetahuan sesuai sasaran targer per kelas. Hal tersebut membatasi Salam untuk menyampaikan pengetahuan sesuai target sasaran. Seringkali Sasaran pembelajaran tidak tercapai karena Salam merasa tidak ada kebutuhan untuk menyampaikan materi tanpa ada stimulus dari riset. Sensitifitas tersebut yang perlu ditingkatkan agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana. Hal ini menjadipenting karena menyanngkut kedalaman materi untuk anak. Anak membutuhkan materi tersebut sebagai bekal jika akan melanjutkan ke jenjang pendidikan formal. Tidak ada buku modul pegangan untuk fasi menjadi penyebab lain kedangkalan materi yang disampaikan. Jika Salam ingin konsisten dengan pendidikan merdeka, maka juga harus konsekuensi untuk menjaga kualitas kedalam materi untuk anak. 2. Efisiensi manajemen waktu Penggunaan waktu Salam tidak efektif karena kelas harus menunggu semua anak selesai dari satu tahap riset, menuju tahap riset yang selanjutnya.

6 Hal ini menjadikan progress pembelajaran berdasar target sasaran menjadi lambat. Hal tersebut harus ditertibkan dengan ketegasan Fasi pada progress perkembangan tiap anak. Ketegasan diperlukan agar setiap target sasaran kelas dapat tercapai. 3. Peningkatan Kompetensi Fasi Salam meggunakan kurikulum integratif yang menggabungkan pelajaran dalam satu pemabahasan. Integrasi tersebut membutuhkan sensitifitas dan kecakapan Fasi dalam mengolah peristiwa. Sementara, prinsip Salam adalah menerima setiap orang yang ingin menjadi Fasi asalkan setuju dengan prinsip ke-salam-an. Salam memandang hal ini sebagai inklusi yang sebenarnya. Konsekuensi logis dari hal tersebut adalah kemampuan fasi yang tidak merata dalam mengelola kelas hingga merencanakan pembelajaran selama satu semester. Oleh karena itu, perlu adanya training secara berkelanjutan dengan standar yang jelas agar pembelajaran merdeka Salam dapat tercapai tanpa mengorbankan pencapaian target kelas.