Bab I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Sensus Penduduk dan BPS
|
|
- Herman Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab I. Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Sensus Penduduk dan BPS Sesuai dengan rekomendasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setiap negara diharapkan dapat melaksanakan sensus penduduk paling sedikit setiap 10 tahun sekali. Pada umumnya sensus penduduk dilakukan pada tahun yang berakhiran dengan nol (0). Sensus penduduk bertujuan untuk menghitung jumlah penduduk di wilayah geografis suatu negara, serta komposisi, penyebaran, dan ciri-ciri demografis lainnya. Untuk negara berkembang, sensus penduduk merupakan metode yang terbaik untuk mengumpulkan data kependudukan karena cakupan dan kualitas registrasi penduduk masih belum memadai sebagai sumber data kependudukan. Dengan tersedianya data kependudukan yang akurat, lengkap dan tepat waktu serta obyektik melalui sensus penduduk, perencanaan program serta evaluasi pembangunan di berbagai bidang dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Pemerintah Indonesia melasanakan sensus penduduk yang ke lima pada tahun Sensus penduduk tahun 2000 ini mempunyai makna yang sangat penting karena merupakan pengumpulan data kependudukan dengan skala besar di awal abad 21, yang hasilnya akan merupakan bench-mark, baik sebagai data wilayah kecil maupun bagi kegiatan-kegiatan selanjutnya. Pekerjaan ini mempunyai skala yang besar mulai dari perencanaan, pelaksaaan dan pengolahannya yang akan dilakukan oleh pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS). Karena itu, diperlukan kerjasama antar departemen dan lembaga-lembaga lainnya serta badan-badan Internasional. Berdasarkan Undang-Undang Statistik No.16 tahun 1997, Badan Pusat Statistik bertanggung jawab sebagai pelaksana sensus baik sensus penduduk, sensus pertanian dan sensus ekonomi yang sekurang-kurangnya dilakukan sekali dalam 1
2 sepuluh tahun. Dengan pengalaman yang dimiliki dan kemajuan yang telah dicapai mulai dari persiapan, pelaksanaan, pengolahan sampai dengan diseminasi data diharapkan BPS dapat semakin meningkatkan kualitas serta keragaman data yang dihasilkan dari pelaksanaan SP2000. Selain itu, dengan dukungan kemajuan teknologi tuntutan tersedianya data pada wilayah kecil (small area statistics) dalam SP2000 diharapkan dapat terpenuhi. I.1.2 Adopsi Teknologi Informasi dalam Lingkungan Kerja BPS Perkembangan teknologi elektronika dan komputer diakhir abad ke 20 telah menghadirkan teknologi informasi yang tumbuh sangat pesat dan mengalami penetrasi luas ke dalam berbagai aspek kegiatan kemasyarakatan. Dengan kehadiran teknologi informasi ini, tumbuh harapan akan terjadinya aliran informasi yang semakin tidak dibatasi baik oleh waktu, ruang, maupun oleh sekat-sekat kebangsaan, sehingga memberikan akses pada sumber informasi bagi berbagai pihak. Bagi BPS pemanfaatan teknologi informasi yang mutakhir, merupakan salah satu faktor pendukung yang penting dalam penyelenggaraan kegiatan statistik nasional. Sebagai lembaga yang bertugas menyediakan data dan informasi, perkembangan teknologi informasi menghadirkan peluang sekaligus tantangan bagi BPS untuk dapat mengadopsi dan memfungsikan teknologi informasi guna menyediakan data secara lebih cepat, lebih akurat, serta lebih mudah diakses oleh para pengguna data. Lebih jauh lagi, kehadiran teknologi informasi kini semakin dikaitkan dengan kinerja lembaga-lembaga layanan publik, khususnya dikaitkan dengan gagasan tentang good governance. Upaya BPS untuk mengadopsi dan memfungsikan teknologi informasi dilaksanakan, diantaranya dalam penyelenggaraan pengolahan data, komunikasi data, dan distribusi data (diseminasi data), sedangkan inovasi teknis diupayakan dalam pemantauan pengolahan data melalui pengembangan program aplikasi yang dibangun oleh BPS. Salah satu langkah besar yang diambil BPS dalam pemanfaatan 2
3 teknlogi informasi adalah dengan mengimplementasikan mesin scanner dalam penyelenggaraan Sensus Penduduk tahun 2000 (SP2000). I.1.3 Adopsi Mesisn Scanner pada pengolahan data Sensus Penduduk 2000 Dalam penyelenggaraan SP2000 pihak BPS menggunakan mesin scanner dalam tahap pengolahan seluruh data sensus yang dilaksanakan di seluruh daerah (Tingkat I). Dengan harapan, antara lain, kinerja dalam pengolahan data meningkat pada aspek waktu yaitu menjadi lebih cepat. Walaupun mesin scanner yang dipergunakan BPS tergolong mutakhir, namun pada kenyataannya di sebagian besar daerah pelaksanaan pengolahan data SP2000 justru memakan waktu yang cukup lama hampir satu tahun, (mulai awal pengolahan sampai dengan data clean), hanya sebagian kecil daerah yang mampu menyelesaikan pengolahan tepat waktu, yaitu enam bulan. Ini berarti bahwa pelaksanaan pengolahan data SP2000, yang diberdayakan dengan mesin scanner di sebagian besar daerah, justru memerlukan waktu pengolahan yang lebih panjang jika dibandingkan dengan sistem key-in, yang mengandalkan masukan data (data entry) secara manual oleh operator, dan pengolahan manual ini memerlukan waktu sekitar 6 bulan. Pemanfaatan scanner sebagai sebuah artifak teknologi modern yang semula ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dalam pengolahan data, justru memberikan hasil yang tidak diharapkan di sebagian besar daerah. Menyikapi permasalahan fungsi scanner dalam SP2000 tersebut, terdapat pihakpihak yang memandang sumber persoalan utama terletak pada kapabilitas teknis dari mesin scanner itu sendiri (technical factor). Namun bila mengamati kasus di DKI Jakarta, dimana saat pengolahan data SP2000 lalu BPS DKI Jakarta mendapatkan 4 buah mesin scanner, namun 2 diantaranya mengalami kerusakan setelah satu bulan digunakan. Meskipun demikian, BPS DKI Jakarta mampu menyelesaikan pengolahan data sesuai waktu yang ditentukan, yaitu enam bulan. Beberapa pihak di BPS DKI Jakarta mengatakan, hal yang membuat keberhasilan pengolahan tersebut dikarenakan unsur pimpinan yaitu Kepala Kantor yang memimpin langsung 3
4 pengolahan data. Pendapat ini bagi penulis tidaklah cukup, dikarenakan kinerja pekerjaan pengolahan tidak ditentukan hanya oleh seorang saja. I.2 Pertanyaan Penelitian Bertitik tolak pada permasalahan dalam pemfungsian mesin scanner dalam SP2000 di sebagian besar daerah penyelenggara sensus dan belum ditemukannya jawabanjawaban yang memadai atas permasalahan tersebut, penulis termotivasi untuk merancang dan melaksanakan penelitian lebih jauh terhadap implementasi scanner pada saat kegiatan SP2000, dengan memperhatikan proses yang terjadi dari tahap awal persiapan, tahap pelaksanaan dan sampai pada tahap pengolahan data SP2000 di beberapa kantor BPS daerah yang menggunakan mesin scanner untuk pengolahan data nya dalam mencapai hasil akhir SP2000. Bagi penulis, pemfungsian scanner sebagai objek teknologi yang menghasilkan kinerja yang berbeda antar daerah, dipengaruhi oleh lingkungan dimana scanner tersebut ditempatkan. Lingkungan itu sendiri terdiri dari aktor-aktor sosial (manusia) dan objek-objek teknis lain (aktor teknis) yang terhubung dengannya. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana aktor-aktor di satu daerah secara kolektif mengimplementasikan sistem scanner dalam kegiatan SP2000 yang menghasilkan kinerja yang berbeda dari satu daerah ke daerah yang lain, dan bagaimana strategi-strategi implementasi alternatif dapat disusun sehingga kinerja penyelenggaraan sensus penduduk di kemudian hari dapat lebih ditingkatkan lagi. Untuk menjawab pertanyaan utama ini, disusun pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk-bentuk keputusan yang dilaksanakan di daerah - daerah penyelenggaraan sensus yang berbeda (yakni di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Propinsi Jawa Timur, Propinsi DI Yogyakarta, dan Propinsi Jawa Barat), dan bagaimana perbedaan kinerja di keempat daerah tersebut dapat dijelaskan; 4
5 2. Bagaimana pengaruh keputusan-keputusan lokal terhadap kinerja sistem scanner dalam penyelenggaraan SP2000 dapat diterangkan dengan menggunakan modelmodel yang diperoleh dalam jawaban terhadap pertanyaan (1) di atas; 3. Berdasarkan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan (1) dan (2) di atas, keputusan-keputusan apakah yang harus diperhatikan/dipertimbangkan dalam menyusun strategi implementasi sistem scanner pada pengolahan data sensus untuk menjamin tercapainya tingkat kinerja penyelenggaraan sensus yang diharapkan. Dengan diperolehnya jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, penulis akan menyusun saran sebagai masukan bagi pihak BPS, untuk dipertimbangkan dalam perencanaan penyelenggaraan sensus yang memfungsikan mesin scanner. I.3 Metodologi Penelitian Dalam mencermati kasus implementasi scanner pada pengolahan data SP2000, penulis menggunakan metode kualitatif dimana, penghampiran (approach) pada fenomena mengikuti tradisi Studi Kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara semi-terstruktur terhadap berbagai pihak yang terkait dengan penyelenggaraan SP2000, dan penelusuran terhadap objek-objek (dokumentasi legal, manual scanner, SOP, lembar angket, peralatan tulis, lokasi pengolahan, gudanggudang dan lain-lain) yang terkait dengan pelaksanaan SP2000. Wawancara dan penelusuran dilakukan untuk melihat apa-apa yang dilakukan/ diaksikan oleh pihakpihak ataupun objek teknis yang terlibat pada pelaksanaan sampai pada pengolahan data SP2000. Penghampiran Studi kasus dipilih, karena scanner tidak diimplementasikan dalam ruang yan terisolasi atau dibatasi. Implementasi scanner tidak hanya mengenai scanner sebagai suatu artifak teknologi, tetapi juga terhubung dengan manusia dan realitas sosial yang ada disekitarnya. Ketika manusia dengan scanner berinteraksi, dan scanner membutuhkan objek teknis lainnya dalam pemfungsiannya, maka akan terbentuk keterhubungan-keterhubungan, dan keterhubungan ini disebut sebagai 5
6 relasi. Untuk itu, kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini ditujukan pada teori relasi-relasi heterogen yaitu Teori Jejaring-Aktor (Actor-Network Theory ; ANT). Dimana perhatian ANT itu sendiri tertuju pada relasi-relasi heterogen, yang tidak hanya mencakup manusia namun juga objek teknis. I.4 Manfaat Penelitian Dengan memperoleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini, penulis berharap untuk dapat : Menemukenali bentuk-bentuk keputusan yang menjadi kendala bagi terciptanya akuntabilitas pada pelaksanaan SP2000, dan membahas temuan ini dalam lingkungan yang lebih luas di BPS; Menemukenali bentuk-bentuk keputusan yang dapat, dan realistis, untuk dikembangkan dalam menggunakan sistem scanner guna meningkatkan kinerja BPS khusus nya di daerah dalam penyelenggaraan sensus di kemudian hari. Menyediakan kerangka analisis sosio-teknis yang dapat dimanfaatkan untuk membahas dan mengembangkan strategi-strategi alternatif dalam pengolahan data sensus penduduk. I.5 Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam laporan tesis ini mengikuti alur sebagai berikut : Bab I memaparkan latar belakang, metodology yang digunakan dan pertanyaanpertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian. Bab II menyajikan kerangka teoretik yang disusun dan dipergunakan dalam pelaksanaan pengamatan di lapangan, pengolahan data dan analisis data, serta penggalian jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Pemaparan kerangka teoretik tersebut mencakup tinjauan modernisasi penyelenggaraan sensus penduduk di Indonesia, konsep-konsep pokok Teori Jejaring-Aktor, dan deskripsi ringkas tradisi studi kasus dalam metode riset kualitatif. 6
7 Bab III memaparkan ruang lingkup dari penelitian di empat daerah penyelenggara SP2000 yaitu Propinsi DKI Jakarta, Propinsi Jawa Timur, Propinsi DI Yogyakarta, Propinsi Jawa Barat. Pemaparan di sini memberikan penekanan pada aktor-aktor sosial ataupun aktor-aktor teknis yang terpaut dengan penyelenggaraan SP2000 mulai persiapan, pelaksanaan, dan pengolahan data. Bab IV menyajikan analisis terhadap keseluruhan data yang diperoleh dan dipaparkan di Bab III, yang dikelompokkan ke dalam: jaringan kalkulasi SP2000; jaringan kalkulasi SP2000 di DKI Jakarta, jaringan kalkulasi SP2000 di Jawa Timur; jaringan kalkulasi SP2000 di DI Yogyakarta; jaringan kalkulasi SP2000 di Jawa Barat; analisis perbandingan antar daerah. Bab ini diakhiri dengan pembahasan yang mengacu pada keseluruhan hasil analisis. Bab V memaparkan kesimpulan utama dari hasil penelitian dan saran yang diajukan baik untuk penelitian lanjutan, maupun untuk pembahasan pengembangan penyelenggaraan sensus di lingkungan BPS. 7
Bab V. Kesimpulan dan Saran
Bab V. Kesimpulan dan Saran V.1 Kesimpulan Menyikapi permasalahan pada perbedaan kinerja pengolahan data di beberapa daerah penyelenggara SP2000 dengan mengadopsi mesin scanner, penelitian ini mempelajari
Lebih terperinciBab II. Kerangka Kerja Teoretik. II.2 Penyelenggaraan Sensus sebagai Produksi Fakta Publik
Bab II. Kerangka Kerja Teoretik II.1 Pendahuluan Dalam bagian ini disampaikan kerangka konsep-konsep teoretik dan analitik yang dipergunakan dalam pelaksanaan penelitian ini. Kerangka kerja yang disusun
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun1999 tentang Perimbangan Keuangan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau memberi beberapa alternatif solusi untuk pemecahan masalah. Diantara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan dapat dipecahkan dengan upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Peraturan Presiden No. 86 Tahun 2007 ditetapkan BPS Propinsi dan BPS Kabupaten/Kota merupakan instansi vertikal BPS yang berada di bawah dan bertanggung jawab
Lebih terperinciMengapa Kemiskinan di Indonesia Menjadi Masalah Berkelanjutan?
1 P age Mengapa Kemiskinan di Indonesia Menjadi Masalah Berkelanjutan? SEJAK awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN SARAN V.1 Kesimpulan Proses konsepsi adopsi teknologi informasi dan komunikasi di pedesaan adalah proses yang melibatkan interaksi antara aktor-aktor dan artifak-artifak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. 1 Craigh (2005)
Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam dekade ini telah mendorong pertumbuhan ketersediaan informasi yang sangat besar, dalam sisi kuantitas dan
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. kepentingan rakyat dengan sebaik-baiknya guna mewujudkan aspirasi masyarakat
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah adalah lembaga yang dibentuk untuk mewujudkan cita-cita masyarakat suatu bangsa, membuat dan melaksanakan keputusan bersama untuk mencapai cita-cita tersebut
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP STATIS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP STATIS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa arsip statis sebagai bukti kinerja yang merekam aktivitas penyelenggaraan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP STATIS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP STATIS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsip statis sebagai bukti kinerja yang merekam aktivitas penyelenggaraan
Lebih terperinciPANDUAN KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2017
PANDUAN KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2017 A. KATEGORI INOVASI PELAYANAN PUBLIK Inovasi pelayanan publik dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu: 1. Tata Kelola Pemerintahan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi merupakan panduan, cara dan urutan pengerjaan yang akan digunakan dalam penelitian tesis ini. Selain itu juga, metodologi menentukan output yang diharapkan dari
Lebih terperinciADOPSI MESIN SCANNER PADA SENSUS PENDUDUK 2000 ANALISIS JEJARING AKTOR TESIS EVI OKTAVIA NIM :
ADOPSI MESIN SCANNER PADA SENSUS PENDUDUK 2000 ANALISIS JEJARING AKTOR TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master dari Institut Teknologi Bandung Oleh EVI OKTAVIA NIM : 24007008
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN PENINGKATAN KAPABILITAS APIP
- 353 - LAMPIRAN IV PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENINGKATAN KAPABILITAS APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP STATIS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP STATIS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa arsip statis sebagai bukti kinerja yang merekam aktivitas penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sampah pada umumnya dianggap sebagai benda yang tidak berguna, sehingga disikapi dengan kaidah not in my backyard (NIMBY). Pada prinsipnya jumlah sampah akan meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem otonomi daerah. Awal dari pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah sejak diberlakukannya Undang-undang
Lebih terperinciBab III Profil Pemerintah Kabupaten Bengkalis
Bab III Profil Pemerintah Kabupaten Bengkalis III.1 Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Bengkalis Pemerintah Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu pemerintah kabupaten yang berada di bawah pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era digital seperti sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi di era digital seperti sekarang ini semakin pesat dan sudah banyak menciptakan berbagai sistem rekayasa teknologi yang canggih dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pakar sangat dibutuhkan untuk membantu pekerjaan manusia dalam mengambil suatu keputusan. Sistem pakar mulai dikembangkan pada tahun 1960-an dan 1970-an. Berdasarkan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011
BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN N RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
BAB. I PENDAHULUAN Penelitian ini akan menjelaskan implementasi penganggaran berbasis kinerja pada organisasi sektor publik melalui latar belakang dan berusaha mempelajarinya melalui perumusan masalah,
Lebih terperinciPEMERINGKATAN (RATING) LPZ DI INDONESIA
PEMERINGKATAN (RATING) LPZ DI INDONESIA Oleh Hertanto Widodo Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia (Hamid Abidin & Mimin Rukmini)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. mencanangkan suatu kebijakan yang dikenal dengan nama Gerakan Reformasi
BAB I PENDAHULUAN Bab I di dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang pemilihan judul, konteks penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI
BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN
Lebih terperinci2015, No c. bahwa untuk mewujudkan pengawasan tersebut dalam huruf b, diperlukan peran Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsio
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1728, 2015 KEMENKEU. Anggaran. Bendahara Umum Negara. Pelaksanaan. Pengawasan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 204/PMK.09/2015 TENTANG PENGAWASAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta. Dalam penelitian ini penulis memilih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu di era globalisasi saat ini sangat maju, hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu di era globalisasi saat ini sangat maju, hal ini memungkinkan memacu perkembangan teknologi yang sangat pesat terutama teknologi peralatan
Lebih terperinciSEKAPUR SIRIH. Tanjungpinang, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Tanjungpinang. Ir. ABRIANSYAH MULLER NIP
SEKAPUR SIRIH Sebagai pengemban amanat UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang statistik serta sejalan dengan rekomendasi PBB mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan, maka BPS menyelengarakan Sensus Penduduk 2010.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,
UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa statistik penting artinya bagi perencanaan,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 39, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3683) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu organisasi dikatakan berhasil apabila visi, misi dan tujuannya tercapai. Untuk dapat mencapainya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh pemerintah dalam fungsi pelayanan publik, yaitu fungsi pelayanan masyarakat (public service function),
Lebih terperinciRencana Strategis Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG E ra reformasi yang membawa berbagai perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah mendorong pemerintah baik pusat maupun daerah untuk lebih bersungguh-sungguh
Lebih terperinciHow to make a good business plan
BUSINESS PLAN How to make a good business plan Pengertian, Jenis, Tujuan dan Manfaat Proposal dan Proposal Usaha. Sebagai calon wirausaha, tentu kita harus paham mengenai proposal usaha, apa pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tolitoli adalah perwakilan BPS di daerah Kabupaten yang bertugas menyelenggarakan tugas dan fungsi BPS dan berada dibawah BPS Propinsi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung mempunyai tugas menyediakan data statistik dan informasi yang berkualitas, lengkap, akurat, mutakhir, berelanjutan dan relevan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik, setelah lulus,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ,
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bebas dan ketat di dunia industri hingga pendidikan, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT), peningkatan pengetahuan konsumen, dan karyawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP disebutkan bahwa dalam rangka mencapai
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG
BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 29 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 29 TAHUN 2007 T E N T A N G PEDOMAN UMUM PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH KOTA SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Negara Indonesia telah sejak lama mencanangkan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Negara Indonesia telah sejak lama mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah
Lebih terperinciMENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PUSAT STATISTIK
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa statistik mempunyai peranan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otonomi seluas-luasnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan penyelenggaraan otonomi seluas-luasnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan pemberian otonomi
Lebih terperinci2018, No Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20
No.154, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. Evaluasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciR-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992
R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 2 R-180 Rekomendasi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)
Lebih terperinciSTATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013
STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman
Lebih terperincipembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan desentralisasi pembangunan di Indonesia pada era otonomi daerah tidak dapat terpisahkan dari upaya perwujudan demokrasi dalam pembangunan. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan era informasi saat ini, organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan era informasi saat ini, organisasi beroperasi dalam lingkungan yang dinamis dan penuh ketidakpastian. Organisasi selalu berusaha mengatasi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan data dan informasi statistik yang beragam, tepat waktu, dan makin cepat disajikan merupakan tuntutan permintaan masyarakat dewasa ini. Disamping itu kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan % dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara terpadat penduduknya di dunia. Dimana jumlah penduduk secara keseluruhan ditinjau dari hasil sensus penduduk 2000, telah mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan informasi yang akurat dan tepat waktu. Pada bidang akuntansi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Informasi dapat menambah nilai bagi suatu perusahaan dengan menghasilkan informasi yang akurat dan tepat waktu. Pada bidang akuntansi perkembangan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian pesat dengan berbagai aspek permasalahannya. Pendidikan tidak hanya bersinggungan dengan
Lebih terperinciPendataan Potensi Desa (Podes), 2000
BADAN PUSAT STATISTIK Pendataan Potensi Desa (Podes), 2000 ABSTRAKSI Dalam rangka pembangunan daerah data yg berkaitan dng potensi suatu wilayah mrpk masukan utama yg menjadi pertimbangan perumus kebijakan
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI
LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Pusat Statistik Kota Cimahi ini dibuat berdasarkan Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciGovernance Teknologi di Masyarakat : Sebuah Pendekatan Jejaring-Aktor Governance Teknologi di Masyarakat : Sebuah Pendekatan Jejaring-Aktor
Governance Teknologi di Masyarakat : Sebuah Pendekatan Jejaring-Aktor S. Yuliar 1, M.A. Anggorowati 2 Abstract Technology governance in community relates to the coordination, technology steering and operation
Lebih terperinciBAB XI SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL
BAB XI SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL 11.1. Kondisi Umum Beberapa pertimbangan mengenai pentingnya peran perencanaan pembangunan nasional dalam kerangka sistem pendukung manajemen pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis Ibukota Kabupaten Grobogan yaitu Kota Purwodadi terletak di tengah-tengah wilayah kabupaten dan berada pada jalur transportasi regional yaitu jalur
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013
RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010 2014 BPS KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 2.1.
Lebih terperinciBUPATI PENAJAM PASER UTARA
a BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA
Lebih terperinciPENERAPAN FUNGSI ADMINISTRASI PERKANTORAN MODERN BERBASIS DAYA SAING ORGANISASI DALAM MENYONGSONG MEA 2015
PENERAPAN FUNGSI ADMINISTRASI PERKANTORAN MODERN BERBASIS DAYA SAING ORGANISASI DALAM MENYONGSONG MEA 2015 Rudi Salam Dosen Pendidikan Administrasi Perkantoran FIS UNM Rosdiana Inspektorat Provinsi Sulawesi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.925, 2013 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengawasan Intern. Perwakilan Republik Indonesia. Pedoman. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG
Lebih terperinciMANAJEMEN PEMASARAN. Oleh kelompok 4: Amalya Liputo Juli Eka Pardede Afner Mengi Meify Pontororing. Published By Stefanikha69
MANAJEMEN PEMASARAN Oleh kelompok 4: Amalya Liputo Juli Eka Pardede Afner Mengi Meify Pontororing A. PENGERTIAN PEMASARAN Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah : a. Philip Kotler
Lebih terperinciGubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2008 TENTANG
Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, TANGGUNG JAWAB, DAN TATA KERJA DEPUTI GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Salah satu kegiatan di bidang perkantoran yang rutin dilakukan adalah penanganan arsip. Arsip menjadi hal yang sangat penting saat dibutuhkan. Karena
Lebih terperinciDATA MENCERDASKAN BANGSA
Visi BPS Pelopor Data Statistik Terpercaya untuk Semua Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 237,6 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun DATA MENCERDASKAN
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA 2013 DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REKAM JEJAK PERUBAHAN A PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Tujuan... 1 3. Ruang Lingkup... 1 4. Landasan Hukum...
Lebih terperinciB. Maksud dan Tujuan Maksud
RINGKASAN EKSEKUTIF STUDI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN OTONOMI DAERAH DAN PENANGANANNYA DI KOTA BANDUNG (Kantor Litbang dengan Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I LAN-RI ) Tahun 2002 A. Latar belakang Hakekat
Lebih terperinciK 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992
K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992 2 K-173 Konvensi Perlindungan Klaim Pekerja (Kepailitan Pengusaha), 1992 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, dengan adanya perubahan yang begitu cepat, suatu organisasi atau lembaga institusi dituntut untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciUji Coba SUPAS 2015, 2014
BADAN PUSAT STATISTIK Uji Coba SUPAS 2015, 2014 ABSTRAKSI Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) merupakan survey kependudukan yang dilaksanakan setiap lima tahun setelah pelaksanaan sensus penduduk. SUPAS2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. professional. Semua ini bertujuan agar organisasi memiliki sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dan seiring dengan kemajuan zaman, sebagai organisasi yang maju dituntut mampu untuk menyesuaikan diri serta terus melakukan perubahanperubahan
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Bab I berisikan penjabaran dan pembahasan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi diera globalisasi ini menjadi semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi diera globalisasi ini menjadi semakin pesat diiringi dengan berkembangnya sistem informasi berbasis teknologi. Selama ini sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi, mereka sebagai tenaga penggerak jalannya organisasi dengan tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur penting dalam suatu organisasi, mereka sebagai tenaga penggerak jalannya organisasi dengan tujuan untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini perkembangan informasi yang sangat cepat membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan informasi yang sangat cepat membutuhkan suatu sistem informasi yang efisien dan efektif. Hal ini tidak lepas dari database yang merupakan
Lebih terperinci. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.
S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR Menimbang
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian
RENCANA STRATEGIS Perekayasaan Mekanisasi Pertanian 2015-2019 BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 15 RENCANA STRATEGIS PENELITIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah penelitian yang menjelaskan fenomena, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN
RENCANA KINERJA TAHUNAN BPS KABUPATEN SERUYAN TAHUN 202 BPS KABUPATEN SERUYAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BPS KABUPATEN SERUYAN TAHUN 202 Tujuan I: Meningkatkan ketersediaan data dan informasi statistik
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era reformasi pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami berbagai perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan Pemerintah Daerah untuk
Lebih terperinciKABUPATEN BREBES. Data Agregat per Kecamatan
KABUPATEN BREBES Data Agregat per Kecamatan Sekapur Sirih Bahwa Sensus Penduduk 2010 merupakan kegiatan berskala nasional bersifat masif yang memakan biaya sangat besar dan melibatkan petugas yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banggai Kepulauan memiliki tugas sebagai penyedia data dan informasi statistik yang berkualitas, lengkap, akurat, mutakhir, berkelanjutan,
Lebih terperinci2. Pedoman Perilaku (Code of Conduct) PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) tanggal 27 Juni 2006.
4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1996, tentang Peleburan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan XI, Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan XII, dan Perusahaan Perseroan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi dasar manajemen lainnya yaitu perencanaan dan pelaksanaan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengawasan pada hakekatnya merupakan fungsi yang melekat pada seorang pemimpin atau top manajemen dalam setiap organisasi, sejalan dengan fungsi-fungsi dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu yang sedang aktual dalam bidang pengelolaan keuangan sektor publik adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government governance. Tata kelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi
Lebih terperinciBUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 504 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. besar dalam dunia perbankan, tujuan umum deregulasi: penyederhanaan proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijaksanaan pemerintah di bidang keuangan, moneter dan perbankan yang dikeluarkan pada tanggal 27 Oktober 1988 (Pakto 27), membawa pengaruh yang besar dalam dunia
Lebih terperinci