BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran adalah suatu proses sistematis yang setiap komponennya menentukan keberhasilan anak didik. Sebagai suatu system, komponen-komponen proses pembelajaran saling berkaitan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Terdapat empat faktor yang memengaruhi proses pembelajaran yaitu: 1) Faktor guru, 2) Faktor siswa, 3) Sarana, alat dan media, dan 4) Faktor lingkungan (Sanjaya, 2009: 50). Guru bertanggung jawab melaksanakan pembelajaran dengan menglola kelas, melaksanakan keterampilan proses mengajar. Keberhasilan implementasi pembelajaran tergantung pada keteampilan guru menerapkan metode, teknik dan taktik pembelajaran. Siswaadalah seseorang atau kelompok yang menuntut ilmupengetahuan dan pengalaman sesuai perkembangan jati diri masing-masing. Siswa memiliki kepribadian dan latar belakang berbeda yang memengaruhi pelaksanaan proses pembelajaran. Sarana dan prasarana berupa,media pembelajaran, alat-alat peraga, perlengkapan sekolah dan laboratorium memengaruhi guru melaksanakan pembelajaran di sekolah. Faktor lingkungan terdiri dari dua dimensi yaitu: faktor pengelompokan kelas dan faktor kehidupan social siswa. Faktor pengelompokan kelas meliputi jumlah siswa dalam satu kelas yang memengaruhi guru dalam mengelola kelas dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Faktor latar belakang sosial siswa meliputi: siswa mampu, kurang mampu, yatim dan piatu member dampak psikologis yang memengaruhi kegiatan belajar siswa. Dalam proses belajar, guru memfasilitasi siswa agar memiliki pengetahuan dan pemahaman berupa pengalaman belajar, atau suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi siswa dengan didukung oleh sarana dan prasarana dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Kegiatan pembelajaran secara ideal di sekolah telah dituntut untuk dapat bergerak dari tradisional menuju progresif. Secara ideal pembelajaran juga dituntut untuk bergerak dari sekedar kegiatan transfer ilmu menjadi penuh dengan 1

2 2 tuntutan atas siswa untuk merekonstruksi sendiri pengetahuannya. Kegiatan pembelajaran progresif memiliki paham konstruktivisme yang memposisikan siswa telah memiliki sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang dapat berkembang seiring tuntutan lingkungan dan individu yang bersangkutan dengan pengetahuan baru dari proses belajar pembelajaran. Observasi yang dilaksanakan di kelas X1 SMA Islam 1 Surakarta menunjukkan beberapa temuan. Observasi menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran Biologi masih bersifat konvensional, yang ditunjukkan dengan catra mengajar yang didominasi oleh ceramah. Terkait dengan sumber belajar, siswa tidak memiliki buku acuan selain LKS, sehingga siswa sangat tergantung pada penjelasan guru. Ketergantungan tersebut menimbulkan beberapa masalah belajar bagi siswa, di antaranya siswa menjadi tidak antusias menyimak penjelasan guru, kurang aktif dan mandiri dalam mencari informasi karena mengandalkan guru dan materi LKS, tidak responsif mengerjakan tugas, dan masalah terbesar adalah siswa tidak memahami materi yang dipelajari selama belajar. Permasalahan lain berhubungan dengan implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan yaitu penetapan kompetensi yang didominasi oleh aspek kognitif yang telah menyebabkan pembelajaran lebih terpusat pada pemenuhan aspek tersebut. Pembelajaran yang bersifat sekedar memenuhi kriteria ketuntasan merupakan konsekuensi logis yang kemudian menjadi sumber masalah. Permasalahan tersebut menjadikan siswa dipaksa dibebani dengan materi di luar kapasitas retensinya. Pembelajaran konvensional yang terpusat pada guru dan menekankan pada penilaian kognitif di atas telah menyebabkan beberapa dampak. Pembelajaran yang terpusat pada guru menyebabkan kemandirian belajar menjadi tereduksi. Dampak lebih jauh adalah hilangnya kultur belajar siswa yang menyebabkan lemahnya daya juang dalam belajar dan berujung pada kegagalan tujuan pendidikan nasional. Penilaian hasil yang terpusat pada aspek kognitif juga membawa dampak yang sangat serius dalam pendidikan. Kemampuan kognitif bukan merupakan ukuran kemampuan dinamis siswa. Ukuran dinamis tersebut

3 3 merupakan kombinasi pengetahuan kognitif dengan sikap dan keterampilan yang dapat ditingkatkan melalui upaya pengembangan pengetahuan dan konsep yang diperoleh. Pemusatan pada aspek kognitif dapat melemahkan berbagai bekal keterampilan yang sangat bermanfaat bagi siswa untuk terjun dalam realita kehidupannya. Data observasi menunjukkan bahwa, siswa SMA Islam I Surakarta kurang antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. Angket menunjukkan bahwa 65% siswa kurang tertarik dengan kegiatan belajar yang bersifat konvensional dan lebih menyukai belajar dengan metode praktikum. 30% siswa merasa cukup jika hasil tes kognitif lolos KKM dan tidak merasa perlu untuk memahami pengetahuan lebih jauh yang diperolehnya (Yuniarti, 2013). Siswa merasa beban belajar menjadi lebih berat dengan tugas dan ulangan yang banyak dan sulit, sehingga ketika uji kompetensi siswa seringkali berbuat tidak jujur dengan menyontek temannya. Dalam konteks lingkungan belajar, 69% siswa di kelas X-1 SMA Islam 1 Surakarta cenderung merasa lebih nyaman dengan pembelajaran konvensional. Rasa nyaman dalam belajar tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti kebiasaan kegiatan pembelajaran di jenjang sekolah sebelumnya, keadaan keluarga yang kurang memberi dukungan dan pendampingan kepada siswa ketika belajar mandiri, maupun latar belakang status sosial dan ekonomi keluarga siswa tidak memungkinkan siswa mengeksplorasi bahan belajar di luar sekolah. Fasilitas penunjang pembelajaran terdapat beberapa kendala. Kelengkapan pengajaran multimedia kurang memadai sehingga dipakai bergiliran oleh para guru. Laboratorium Biologi sedang direnovasi sehingga mayoritas KBM dilangsungkan di ruang kelas, dengan metode konvensional. Sumber belajar di kelas terbatas pada LKS dan penjelasan guru, dan kurang memanfaatkan sumber belajar lain. Kendala tersebut menyebabkan proses pembelajaran belangsung terpusat pada guru. Secara ideal, biologi sebagai sains memiliki karakteristik pembelajaran yang menuntut siswa memiliki tingkatan berpikir sistematis dalam memahami konsep dan untuk memiliki keterampilan proses sains yang memadai (Muhfahroyin, 2009). Permasalahan yang terobservasi pada siswa SMA Islam 1

4 4 Surakarta menunjukkan bahwa pembelajaran Biologi masih sering dilakukan dengan cara menghafal materi yang disampaikan guru atau mengerjakan soal latihan dalam LKS dengan mengacu pada materi yang disediakan dalam LKS. Hal ini menunjukkan bahwa model pengajaran di kelas masih bersifat konvensional sehingga tidak mendukung terakomodasinya keterampilan proses sains siswa. Keterampilan proses sains yang rendah menjadi prioritas untuk ditangani. Inovasi pembelajaran diperlukan untuk mengatasi rendahnya keterampilan proses sains siswa. Inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan di antaranya adalah menerapkan metode praktikum, inquiry terbimbing dan model Problem-Based Learning. Peneliti menentukan PBL sebagai pilihan tindakan yang akan diterapkan untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Melalui PBL, siswa mendapatkan pengalaman praktis berkaitan dengan kehidupan yang mereka alami sehari-hari. Pengajuan masalah yang secara langsung dihadapi siswa memberi mereka kesempatan untuk berpikir sistematis dalam mengatasi masalah tersebut. Keterlibatan setiap individu siswa dalam upaya penyelesaian masalah mengakomodasi peningkatan keterampilan proses sains siswa. Pola pembelajaran yang demikian dapat berdampak kepada kemampuan reflektif siswa terhadap masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata, sehingga siswa dapat menjadi bagian yang bermanfaat bagi lingkungannnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul PENERAPAN PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X- 1 SMA ISLAM I SURAKARTA B. Rumusan Masalah Apakah penerapan Problem-Based Learning dapat meningkatkan Keterampilan Proses Sains siswa kelas X-1 SMA Islam 1 Surakarta? C. Tujuan Penelitian Untuk meningkatkan Keterampilan Proses Sains siswa kelas X-1 SMA Islam 1 Surakarta dengan menerapkan Problem-Based Learning pada proses pembelajaran Biologi.

5 5 D. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain 1. Bagi Siswa a. Melatih meningkatkan Keterampilan Proses Sains sebagai kompetensi yang harus dimiliki b. Memberikan alternatif sumber belajar yang dapat memperkaya informasi tentang konsep pembelajaran biologi 2. Bagi guru a. Masukan bagi guru untuk menyusun sumber belajar alternatif selain LKS sebagai upaya inovasi pembelajaran b. Memberi masukan bagi guru dalam meningkatkan Keterampilan Proses Sains pada siswa 3. Bagi institusi Memberi masukan dan saran dalam upaya mengadakan suatu proses pembelajaran yang dapat meningkatkan Keterampilan Proses Sains siswa sebagai sarana meningkatkan kualitas belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan.