IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia di Pasar Dunia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia di Pasar Dunia"

Transkripsi

1 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia di Pasar Dunia Transaksi yang dilakukan dalam perdagangan internasional adalah melalui ekspor dan impor. Ekspor merupakan kegiatan transaksi barang dan jasa antara penduduk Indonesia dengan penduduk negara lain, yang meliputi ekspor barang, jasa pengangkutan, jasa asuransi, komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya. Menurut Mankiw (26), ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri yang dijual secara luas di luar negeri. Sementara itu, impor adalah proses transportasi memasukkan barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal dalam perdagangan internasional diukur dalam bentuk nilainya dengan satuan dollar Amerika (US$). Menurut Mankiw (26), impor adalah barang dan jasa yang di produksi di luar negeri yang dijual di dalam negeri. Nilai ( US$) 18,,. 16,,. 14,,. 12,,. 1,,. 8,,. 6,,. 4,,. 2,,.. Impor Ekspor Gambar 6. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Indonesia Periode 2-21 (dalam Ribu US$)

2 42 Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa pada periode 2 hingga 21, nilai ekspor Indonesia selalu lebih besar dibandingkan nilai impornya. Nilai ekspor Indonesia ke pasar dunia hampir selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan positif nilai ekspor Indonesia yang cukup signifikan pada periode disebabkan oleh meningkatnya harga produk turunan primer di pasar dunia. Indonesia sebagai salah satu negara yang banyak mengekspor produk turunan primer mendapatkan keuntungan dengan adanya peningkatan harga tersebut. Namun, harga komoditas termasuk komoditas pertanian di pasar internasional mengalami penurunan pada akhir tahun 28 sehingga berakibat pada penurunan nilai ekspor Indonesia. Penurunan nilai ekspor Indonesia hanya terjadi pada tahun 29 dari US$ 137,2,424,42 menjadi US$ 116,59,991,781. Penurunan tersebut bersaman dengan terjadinya krisis finansial global yang berdampak pada negara-negara lainnya termasuk Indonesia. Pada tahun 21, nilai ekspor Indonesia meningkat secara signifikan sebesar persen menjadi US$ 157,779,13,47. Sementara itu, perkembangan impor Indonesia juga menunjukkan kecenderungan yang hampir sama dengan ekspornya. Peningkatan impor yang cukup signifikan terjadi pada periode 24 hingga 28. Pada tahun 24, impor Indonesia meningkat sebesar persen dari US$ 32,55,681,484 menjadi US$ 46,524,531,358. Pada tahun 28, peningkatan impor kembali terjadi sebesar persen menjadi US$ 129,244,5,291. Sementara itu, penurunan nilai impor sebesar 25.8 persen terjadi pada tahun 29. Penurunan nilai impor ini bersamaan dengan terjadinya penurunan nilai impor di tahun yang sama sebesar

3 persen. Pada tahun 21, nilai impor Indonesia kembali mengalami peningkatan sebesar 4.1 persen dan mencapai nilai tertinggi yaitu sebesar US$ 135,663,28, Perkembangan Ekspor Produk Turunan Susu Indonesia ke Pasar Dunia Perkembangan Ekspor Milk Not Concentrated Nor Sweetened 1-6 Percent Fat (HS 412) Pada Gambar 7, ditunjukkan bahwa Milk Not Concentrated Nor Sweetened 1-6 Percent Fat atau HS 412 memiliki pertumbuhan ekspor yang terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa produk ini sangat potensial dikembangkan. Pada tahun 2, terjadi peningkatan nilai ekspor sebesar 69,76 persen dari US$ 918 menjadi US$ 641,315. Peningkatan nilai ekspor yang cukup signifikan lainnya terjadi pada tahun 28 yaitu mencapai US$ 9,917,959 dari US$ 6,42,325 pada tahun sebelumnya. Pada tahun 29, peningkatan nilai ekspor produk ini relatif kecil yaitu hanya sebesar.12 persen. Penyebab nilai ekspor yang relatif kecil ini diduga akibat adanya krisis global yang terjadi pada tahun tersebut. Pada tahun 21, nilai ekspor produk ini kembali meningkat cukup tinggi menjadi US$ 11,693,698.

4 44 14,, 12,, Nilai Ekspor (US$) 1,, 8,, 6,, 4,, 2,, Gambar 7. Perkembangan Nilai Ekspor HS 412 Indonesia ke Pasar Dunia Periode 2-21 Perkembangan volume ekspor HS 412 juga selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seperti pada Gambar 8. Peningkatan volume tertinggi terjadi pada tahun 21 yaitu sebesar 17,395 persen dengan volume ekspor sebesar 529,755 kg. Tingginya perkembangan volume ekspor juga terus berlanjut hingga tahun 22. Pada tahun tersebut, volume produk HS 412 meningkat sebesar 529 persen menjadi 3,334,397 kg. Setelahnya pada periode 23-21, pertumbuhan volume ekspor HS 412 memiliki rata-rata sebesar persen.

5 45 Volume Ekspor (kg) 18,, 16,, 14,, 12,, 1,, 8,, 6,, 4,, 2,, Gambar 8. Perkembangan Volume Ekspor HS 412 Indonesia ke Pasar Dunia Periode 2-21 Peningkatan volume ekspor periode 2-21 diikuti dengan kenaikan nilai ekspor yang signifikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut terjadi peningkatan harga produk HS 412 di pasar dunia. Namun, terjadi penurunan harga produk HS 412 pada tahun 29. Hal ini terlihat pada volume ekspor HS 412 yang meningkat sebanyak 12 persen akan tetapi nilai ekspor pada tahun yang sama hanya mengalami peningkatan sebesar.12 persen Perkembangan Ekspor Milk and Cream, Concentrated or Sweetened (HS 42) Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa perkembangan nilai ekspor produk HS 42 cenderung berfluktuasi pada periode Produk ini memiliki ratarata pertumbuhan nilai ekspor sebesar persen rata-rata nilai ekspor sebesar US$ 75,342,292. Nilai ekspor produk HS 42 mengalami peningkatan yang

6 46 cukup signifikan pada tahun 25 dan 28. Pada masing-masing tahun tersebut, nilai ekspor produk ini mencapai US$ 86,45,222 dan US$ 187,259,717. Nilai Ekspor (US$) 2,, 18,, 16,, 14,, 12,, 1,, 8,, 6,, 4,, 2,, Gambar 9. Perkembangan Nilai Ekspor HS 42 Indonesia ke Pasar Dunia Periode 2-21 Pada tahun 25, terjadi peningkatan nilai ekspor HS 42 sebesar 46.9 persen. Namun, hal tersebut tidak bertahan lama dikarenakan pada tahun 26 dan 27 terjadi penurunan nilai ekspor produk ini. Produk HS 42 mengalami penurunan pada masing-masing tahun tersebut sebesar 22 persen dan 7.4 persen. Pada tahun 28, nilai ekspor produk HS 42 mengalami peningkatan kembali sebesar persen sehingga nilai ekspornya menjadi US$ 187,259,717. Namun, nilai ekspor produk ini mengalami penurunan yang sangat tajam sehingga nilainya kembali pada nilai ekspor rata-ratanya semula pada tahun 29. Adapun nilai ekspor produk ini pada tahun 29 dan 21 masing-masing sebesar US$ 66,97,564 dan US$ 6,264,215.

7 47 Jika dibandingkan dengan nilai ekspornya, maka akan terlihat bahwa volume ekspor HS 42 sering berfluktuasi secara tajam. Pada Gambar 1 peningkatan volume ekspor HS 42 yang signifikan terjadi pada tahun 23 dan 28 yaitu masing-masing sebesar 68 persen dan 1 persen dengan volume ekspor masing-masing sebesar 45,43,446 kg dan 43,943,689 kg. Volume Ekspor (kg) 5,, 45,, 4,, 35,, 3,, 25,, 2,, 15,, 1,, 5,, Gambar 1. Perkembangan Volume Ekspor HS 42 Indonesia ke Pasar Dunia Periode 2-21 Sementara itu, penurunan yang tajam pada volume ekspor HS 42 terjadi pada tahun 24 dan 26. Pada masing-masing tahun tersebut volume ekspor produk HS 42 mengalami penurunan sebesar 22 persen dan 27.5 persen sehingga volume ekspornya menjadi 35,34,218 kg dan 27,269,98 kg. Penurunan volume ekspor juga terjadi pada tahun 29 dan 21 sebesar 33.5 persen dan 25.3 persen sehingga volume ekspornya menjadi 29,221,658 kg dan 21,88,912 kg. Selandia Baru merupakan pengekspor HS 42 tertinggi di dunia dengan nilai ekspor mencapai US$13,263,611,681.

8 Perkembangan Ekspor Milk and Cream Powder Unsweetened > 1.5 Percent Fat (HS 4221) Pada Gambar 11, perkembangan nilai ekspor HS 4221 ke pasar dunia pada periode 2-21 memiliki kecenderungan berfluktuasi secara tajam. Ratarata nilai ekspor produk ini pada periode tersebut sebesar US$ 52,66,925. Sedangkan, rata-rata pertumbuhan nilai ekspornya sebesar 82 persen per tahun. Produk ini memiliki nilai ekspor tertinggi pada tahun 28 yaitu sebesar US$ 17,919,252 dengan peningkatan sebesar persen. Nilai Ekspor (US$) 18,, 16,, 14,, 12,, 1,, 8,, 6,, 4,, 2,, Gambar 11. Perkembangan Nilai Ekspor HS 4221 Indonesia ke Pasar Dunia Periode 2-21 Penurunan nilai ekspor yang cukup signifikan pada HS 4221 terjadi pada tahun 23, 26 dan 29. Pada masing-masing tahun tersebut, terjadi penurunan nilai ekspor sebesar 26 persen, 2 persen dan 66 persen. Penurunan nilai ekspor pada tahun tersebut menyebabkan produk ini memiliki nilai ekspor sebesar US$ 28,84,27, US$ 49,755,245 dan US$ 58,86,185. Adapun nilai

9 49 ekspor terendah pada produk ini terjadi pada tahun 2 yaitu sebesar US$ 5,843,827. Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa volume ekspor produk HS 4221 berfluktuasi dari tahun ke tahun. Rata-rata volume ekspor produk ini pada periode 2-21 adalah sebesar 18,455,328 kg. Pertumbuhan volume ekspor yang cukup signifikan pada produk ini terjadi pada tahun 21 dan 28 yaitu masingmasing sebesar 539 persen dan 157 persen sehingga volume ekspornya menjadi 15,193,114 kg dan 39,195,557 kg. Pada tahun 28, volume ekspor HS 4221 merupakan yang tertinggi pada periode Volume Ekspor (kg) 45,, 4,, 35,, 3,, 25,, 2,, 15,, 1,, 5,, Gambar 12. Perkembangan Volume Ekspor Indonesia HS 4221 ke Pasar Dunia Periode 2-21 Penurunan volume ekspor sebesar 39.8 persen dan 36.4 persen menjadi 23,595,24 kg dan 15,5,83 kg terjadi pada tahun 29 dan 21. Penurunan volume ekspor yang cukup besar juga terjadi pada tahun 26 dan 27 dengan

10 5 penurunan sebesar 23.7 persen dan 21.6 persen sehingga volume ekspornya menjadi 19,441,289 kg dan 15,236,18 kg Perkembangan Ekspor Milk and Cream Nes Sweetened or Concentrated (HS 4299) Pada Gambar 13 ditunjukkan bahwa perkembangan nilai ekspor HS 4299 pada periode 2-21 sangat berfluktuatif. Nilai ekspor produk ini memiliki rataan sebesar US$ 8,235,37. Pada tahun 2 dan 21, nilai ekspor produk ini sangat kecil yang disebabkan rendahnya volume ekspor pada tahun yang sama. Pada tahun 22, nilai ekspor produk HS 4299 mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 8,433 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 5,636,289. Peningkatan tersebut terus berlanjut hingga tahun 23 yaitu sebesar 218 persen sehingga nilai ekspornya menjadi US$ 17,954,81 atau dua kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nilai Ekspor (US$) 2,, 18,, 16,, 14,, 12,, 1,, 8,, 6,, 4,, 2,, Gambar 13. Perkembangan Nilai Ekspor HS 4299 Indonesia ke Pasar Dunia Periode 2-21

11 51 Nilai ekspor HS 4299 menurun tajam pada tahun 25 dan 29. Pada tahun tersebut, nilai ekspor produk ini mengalami penurunan sebesar 47.4 persen dan 66.5 persen sehingga nilai ekspornya US$ 8,48,685 dan US$ 3,611,923. Penurunan nilai ekspor yang serupa juga terjadi pada tahun 24 dan 28 dengan penurunan sebesar 1.9 persen dan 12.1 persen sehingga nilai ekspornya menjadi US$ 15,987,372 dan US$ 1,795,286. Pada Gambar 14, perkembangan volume ekspor HS 4299 cenderung stabil dengan rata-rata ekspor sebesar 5,916,867 kg. Volume ekspor yang berfluktuatif terjadi pada periode Pada tahun 2 dan 21, produk turunan ini memiliki volume ekspor yang relatif kecil yaitu sebesar 6,61 kg dan 11,424 kg. Peningkatan ekspor yang tajam terjadi pada tahun 22 yaitu sebesar 7,846 persen sehingga volume ekspornya menjadi 5,636,289 kg. 3,, 25,, Volume Ekspor (kg) 2,, 15,, 1,, 5,, Gambar 14. Perkembangan Volume Ekspor HS 4299 Indonesia ke Pasar Dunia Periode 2-21

12 52 Pada periode 24-26, volume ekspor HS 4299 menurun secara terus menerus. Pada tahun 24, volume ekspor produk HS 4299 mengalami penurunan sebesar 35.3 persen menjadi 15,775,72 kg. Sedangkan, produk ini mengalami penurunan volume ekspor pada tahun 25 dan 26 masing-masing sebesar 82.7 persen dan 8 persen sehingga volume ekspornya menjadi 2,718,155 kg dan 2,499,88 kg. Belanda merupakan negara pengekspor HS 4299 tertinggi di dunia dengan nilai mencapai US$ 31,79,227 pada tahun Perkembangan Ekspor Buttermilk, Curdled Milk, Cream, Kephir, etc (HS 439) Pada Gambar 15 terlihat bahwa perkembangan nilai ekspor HS 439 pada periode 2-21 cenderung berfluktuatif. Namun, nilai ekspor produk ini berfluktuasi secara tajam pada periode Pada tahun 21, nilai ekspor produk HS 439 mengalami peningkatan sebesar 44.5 persen dari US$ 19,315,498 menjadi US$ 27,926,245. Pada tahun 22, terjadi penurunan yang tinggi sebesar 9,6 persen sehingga nilai ekspornya menjadi US$ 2,616,439. Sedangkan, terjadi peningkatan nilai ekspor pada tahun 23 dan 24 masingmasing sebesar 37 persen dan 38 persen sehingga nilai ekspornya menjadi US$ 3,59,574 dan US$ 4,99,333.

13 53 3,, 25,, Nilai Ekspor (US$) 2,, 15,, 1,, 5,, Gambar 15. Perkembangan Nilai Ekspor HS 439 Indonesia ke Pasar Dunia Periode 2-21 Pada periode 22-21, nilai ekspor HS 439 cenderung stabil dengan rata-rata nilai ekspor sebesar US$ 5,39,52. Jika dibandingkan dengan nilai impornya maka akan terlihat bahwa nilai ekspor dan nilai impor HS 439 memiliki nilai yang hampir sama pada tahun 2 dan 21. Pada tahun 22, nilai impor HS 439 jauh lebih besar seiring dengan merosotnya nilai ekspor produk ini. Peningkatan nilai impor yang sangat tinggi terjadi pada tahun 21 yaitu sebesar US$ 31,147,896. Nilai impor produk ini pada tahun yang sama tiga kali lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspornya, namun nilai ekspor produk ini masih relatif besar jika dibandingkan dengan produk turunan susu lainnya. Perkembangan volume ekspor produk HS 439 hampir serupa dengan perkembangan nilai ekspornya yang terlihat pada Gambar 16. Pada tahun 21, volume ekspor produk ini mengalami peningkatan sebesar 59 persen sehingga volume ekspornya menjadi 46,268,772 kg. Namun, volume ekspornya menurun

14 54 sebesar 92.6 persen menjadi 3,419,162 kg pada tahun 22. Pada periode 22-21, perkembangan produk ini cenderung stabil degan rata-rata volume ekspor sebesar 5,113,736 kg. Volume Ekspor (kg) 5,, 45,, 4,, 35,, 3,, 25,, 2,, 15,, 1,, 5,, Gambar 16. Perkembangan Volume Ekspor HS 439 Indonesia ke Pasar Dunia Periode 2-21 Pada tahun 23 dan 24, terjadi peningkatan volume ekspor HS 439 masing-masing sebesar 1.2 persen dan 36.7 persen 3,767,97 kg dan 5,151,22 kg. Peningkatan volume ekspor yang tinggi terjadi pada tahun 21 yaitu sebesar 27.1 persen sehingga nilai ekspornya menjadi 7,652,57 kg. Sementara itu, penurunan volume ekspor terjadi pada tahun 25 dan 28 dengan penurunan sebesar 14.9 persen dan 1.43 persen menjadi 4,38,586 kg dan 5,363,833 kg Perkembangan Ekspor cereal, flour, starch, milk preparations and products (HS 19) Perkembangan nilai ekspor HS 19 selalu mengalami pertumbuhan positif dari tahun ke tahun seperti terlihat pada Gambar 17. Peningkatan nilai ekspor HS

15 55 19 yang tinggi terjadi pada tahun 23 dan 21. Pada tahun tersebut, nilai ekspor produk ini meningkat sebesar 45.4 persen dan 44.2 persen sehingga nilai ekspornya menjadi US$ 132,632,259 dan US$ 443,43,49. Peningkatan nilai ekspor yang tinggi juga terjadi pada tahun 24 dan 28 sebesar 2.1 persen dan 27.8 persen menjadi US$ 159,352,966 dan US$ 288,251,271. Nilai Ekspor (US$) 5,, 45,, 4,, 35,, 3,, 25,, 2,, 15,, 1,, 5,, Gambar 17. Perkembangan Nilai Ekspor HS 19 Indonesia ke Pasar Dunia Periode 2-21 Besarnya nilai ekspor Indonesia pada produk HS 19 juga diikuti dengan peningkatan nilai impor produk tersebut. Pada tahun 29, nilai impor produk ini sebesar US$ 15,396,86 lalu meningkat menjadi US$ 154,161,63 pada tahun 21 (UN Comtrade, 211). Sementara itu, volume ekspor produk ini tidak diketahui karena tidak tersedianya data tersebut pada UN Comtrade.

16 Perkembangan Impor Produk Turunan Susu Indonesia ke Pasar Dunia Perkembangan Impor Milk Not Concentrated Nor Sweetened 1-6 Percent Fat (HS 412) Gambar 18 memperlihatkan bahwa pada periode 2 hingga 28 perkembangan impor HS 412 Indonesia memiliki kecenderungan untuk meningkat. Pada periode tersebut, penurunan nilai impor HS 412 hanya terjadi pada tahun 22 dan 26 masing-masing sebesar persen dan 19.4 persen sehingga nilai impornya menjadi US$ 3,58,17 dan US$ 6,961,963. Pada tahun 28, nilai impor Indonesia terhadap produk turunan HS 412 mencapai angka tertinggi yaitu sebesar US$ 18,56,639. Namun, peningkatan impor tertinggi terjadi pada tahun 27 yaitu sebesar persen. Pada tahun 29 dan 21, impor Indonesia terhadap HS 412 mengalami penurunan masing-masing sebesar persen dan persen menjadi US$ 8,58,782 dan US$ 698,815. Nilai Impor (US$) 2,, 18,, 16,, 14,, 12,, 1,, 8,, 6,, 4,, 2,, Gambar 18. Perkembangan Nilai Impor HS 412 Indonesia dari Dunia Periode 2-21

17 57 Perkembangan volume impor HS 412 Indonesia dari tahun ke tahun tidak jauh berbeda dibandingkan dengan perkembangan nilai impornya seperti tertera pada Gambar 19. Pada periode 2 hingga 28, perkembangan volume impor Indonesia terhadap produk turunan ini cenderung meningkat kecuali pada tahun 26. Pada tahun 26, terjadi penurunan volume impor sebesar persen dari 8,71,693 kg menjadi 7,14,276 kg. Pada tahun 28, volume impor HS 412 Indonesia mencapai angka tertinggi yaitu sebesar kg. Sedangkan, terjadi penurunan yang drastis pada tahun 29 dan 21 masingmasing sebesar persen dan 92.1 persen menjadi 6,558,166 kg dan 517,572 kg. Volume Impor (kg) 16,, 14,, 12,, 1,, 8,, 6,, 4,, 2,, Gambar 19. Perkembangan Volume Impor HS 412 Indonesia ke Pasar Dunia Periode 2-21 Dari tahun ke tahun diketahui bahwa nilai produk turunan susu HS 412 selalu meningkat di pasar dunia kecuali pada tahun 22. Hal ini mengindikasikan bahwa HS 412 merupakan produk turunan susu yang potensial untuk

18 58 dikembangkan. Oleh karenanya penurunan nilai impor Indonesia pada produk turunan susu HS 412 pada tahun 29 dan 21 dirasakan sangat tepat Perkembangan Impor Milk and Cream, Concentrated or Sweetened (HS 42) Pada Gambar 2 ditunjukkan bahwa perkembangan impor HS 42 Indonesia cenderung meningkat pada periode 2 hingga 28. Peningkatan yang signifikan pada produk ini terjadi pada tahun 24 dan 27 yaitu masingmasing sebesar 64.9 persen dan persen menjadi US$ 314,918,757 dan US$ Nilai impor HS 42 tertinggi dicapai pada tahun 28 yaitu sebesar US$ 64,465,636. Pada tahun 29, terjadi penurunan yang signifikan sebesar persen sehingga nilai impor HS 42 Indonesia menjadi US$ 395,527,83. Namun, nilai impor HS 42 Indonesia meningkat sebesar persen menjadi US$ 627,234,91 pada tahun 21. 7,, 6,, Nilai Impor (US$) 5,, 4,, 3,, 2,, 1,, Gambar 2. Perkembangan Nilai Impor HS 42 Indonesia dari Dunia Periode 2-21

19 59 Sementara itu pada Gambar 21, perkembangan volume impor HS 42 Indonesia tidak terlalu berfluktuatif jika dibandingkan dengan perkembangan nilai impornya. Pada tahun 24, volume impor HS 42 Indonesia meningkat signifikan sebesar persen dari 16,473,78 kg menjadi 152,841,814 kg. Sementara itu, volume impor produk ini menurun masing-masing sebesar 9.25 persen dan 4.85 persen pada tahun 28 dan 29 menjadi 156,729,676 kg dan 182,83,534 kg. Pada tahun 28, penurunan volume impor HS 42 Indonesia justru meningkatkan nilai impor HS 42 Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut terjadi peningkatan harga HS 42 di pasar dunia. Peningkatan harga produk ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 29, harga produk HS 42 di pasar dunia menurun sehingga penurunan volume impor pada tahun tersebut menyebabkan penurunan nilai impor yang signifikan. Pada tahun 21, volume impor HS 42 kembali meningkat sebesar persen menjadi 182,83,534 kg.

20 6 Volume Impor (kg) 2,, 18,, 16,, 14,, 12,, 1,, 8,, 6,, 4,, 2,, Gambar 21. Perkembangan Volume Impor HS 42 Indonesia ke Pasar Dunia Periode 2-21 Harga HS 42 di pasar dunia cenderung berfluktuatif setiap tahunnya. Harga produk ini di pasar internasional melambung tinggi di tahun 27, namun mengalami penurunan yang drastis pada tahun 29. Ketika terjadi penurunan harga HS 42 di pasar internasional diketahui bahwa volume dan nilai impor Indonesia akan produk ini justru berkurang. Sebaliknya, ketika harga produk ini meningkat di pasar internasional justru volume dan nilai impor Indonesia meningkat. Pola perdagangan ini akan sangat merugikan Indonesia karena akan menguras cadangan devisa Perkembangan Impor Milk and Cream Powder Unsweetened > 1.5 Percent Fat (HS 4221) Pada periode 2 hingga 21, perkembangan nilai impor HS 4221 Indonesia cenderung berfluktuatif seperti tertera pada Gambar 22. Pada tahun 21, nilai impor HS 4221 meningkat sebesar 32.7 persen menjadi US$

21 61 56,54,571. Namun, terjadi penurunan nilai impor produk tersebut sebesar persen menjadi US$ 27,256,918 pada tahun 22. Pada periode 23 hingga 28, nilai impor HS 4221 Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan nilai impor yang cukup signifikan sebesar persen menjadi US$ 11,723,45 terjadi pada tahun 27. Pada tahun 29 terjadi penurunan yang signifikan sebesar 49,28 persen sehingga nilai impor HS 4221 Indonesia menjadi US$ 111,457,736. Namun, nilai impor HS 4221 Indonesia meningkat sebesar persen menjadi US$ 111,457,736 pada tahun 21. Nilai Impor (US$) 16,, 14,, 12,, 1,, 8,, 6,, 4,, 2,, Gambar 22. Perkembangan Nilai Impor HS 4221 Indonesia dari Dunia Periode 2-21 Pada Gambar 23 terlihat bahwa perkembangan volume impor HS 4221 jauh berbeda jika dibandingkan dengan perkembangan nilai impornya. Pada tahun 22, volume impor HS 4221 menurun signifikan sebesar persen dari 25,998,267 kg menjadi 15,897,337 kg. Penurunan ini disertai dengan penurunan yang signifikan pada nilai impor. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun

22 62 22, terjadi penurunan harga HS 4221 di pasar internasional. Pada periode 23 hingga 26, volume impor HS 4221 Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 26, volume impor HS 4221 Indonesia mencapai angka tertinggi yaitu sebesar 31,215,35 kg. Namun, terjadi penurunan volume impor secara terus menerus pada tahun 27 hingga 29. Peningkatan volume impor kembali terjadi pada tahun 21 yaitu sebesar 12.2 persen menjadi 29,468,659 kg. 35,, 3,, Volume Impor (kg) 25,, 2,, 15,, 1,, 5,, Gambar 23. Perkembangan Volume Impor HS 4221 Indonesia ke Pasar Dunia Periode 2-21 Pada tahun 27 dan 28, penurunan volume impor disertai dengan peningkatan nilai impor. Hal ini mengindikasikan bahwa pada kedua tahun tersebut juga terjadi peningkatan harga HS 4221 di pasar dunia. Pada tahun 21, harga HS 4221 di pasar dunia mengalami peningkatan setelah mengalami penurunan pada tahun 29. Seiring dengan meningkatnya harga produk ini,

23 63 impor Indonesia juga semakin meningkat sehingga menghabiskan devisa yang cukup besar Perkembangan Impor Milk and Cream Nes Sweetened or Concentrated (HS 4299) Pada Gambar 24 dapat dilihat bahwa pada periode 2 hingga 21, perkembangan nilai impor HS 4299 Indonesia cenderung berfluktuasi. Pada tahun 21 dan 22, nilai impor HS 4299 mengalami penurunan masingmasing sebesar persen dan 9.48 persen menjadi US$ 524,428 dan US$ 474,667. Namun, terjadi peningkatan yang signifikan pada HS 4299 pada tahun 23 dan 24 yaitu masing-masing sebesar persen dan persen sehingga nilai impornya menjadi US$ 2,214,776 dan US$ 5,497,227. Penurunan nilai impor HS 4299 yang tajam juga terjadi pada tahun 26 yaitu sebesar persen dari US$ 6,36,159 menjadi US$ 2,922,587. Pada tahun 21, nilai impor HS 4299 Indonesia mencapai angka tertinggi yaitu sebesar US$ 8,853,619 dengan peningkatan sebesar persen dari tahun sebelumnya.

24 64 Nilai Impor (US$) 1,, 9,, 8,, 7,, 6,, 5,, 4,, 3,, 2,, 1,, Gambar 24. Perkembangan Nilai Impor HS 4299 Indonesia dari Dunia Periode 2-21 Perkembangan volume impor HS 4299 Indonesia tidak jauh berbeda dari nilai impornya terlihat seperti pada Gambar 25. Pada tahun 21 dan 22, terjadi penurunan volume impor produk ini masing-masing sebesar persen dan persen menjadi 1,15,884 kg dan 842,233 kg. Namun, terjadi peningkatan volume impor HS 4299 pada tahun 23 dan 24 masing-masing sebesar persen dan persen menjadi 2,43,845 kg dan 8,81,337 kg. Adapun peningkatan volume impor paling signifikan terjadi pada tahun 24 yaitu sebesar persen. Pada tahun yang sama volume impor HS 4299 juga mencapai angka tertinggi yaitu 8,81,337 kg. Pada periode 25 hingga 29, volume impor HS 4299 mengalami penurunan kecuali pada tahun 27. Pada tahun 27 terjadi peningkatan volume impor sebesar persen dari 3,593,957 kg menjadi 4,982,674 kg. Peningkatan volume impor selanjutnya terjadi pada tahun 21 yaitu sebesar persen menjadi 6,978,639 kg.

25 65 Volume Impor (kg) 9,, 8,, 7,, 6,, 5,, 4,, 3,, 2,, 1,, Gambar 25. Perkembangan Volume Impor HS 4299 Indonesia ke Pasar Dunia Periode 2-21 Harga produk turunan susu HS 4299 di pasar dunia selalu berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 25, terjadi penurunan volune impor HS 4299 sebesar persen, namun penurunan tersebut diikuti dengan peningkatan nilai impor sebesar 9.8 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut terjadi peningkatan harga produk turunan HS 4299 di pasar internasional. Peningkatan harga produk HS 4299 di pasar dunia juga terjadi pada tahun Perkembangan Ekspor Buttermilk, Curdled Milk, Cream, Kephir, etc (HS 439) Pada Gambar 26, perkembangan nilai impor HS 439 Indonesia cenderung berfluktuasi. Pada tahun 21, nilai impor produk ini meningkat sebesar 36.8 persen dari US$ 2,612,896 sampai US$ 28,5,72. Namun, terjadi penurunan sebesar persen pada tahun 22 sehingga nilai impor HS 439 menjadi US$ 14,828,473. Pada periode 24-27, nilai impor HS

26 selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 27, nilai impor Indonesia terhadap produk turunan susu ini meningkat sebesar persen dan mencapai angka tertinggi yaitu sebesar US$ 43,617,881. Namun, nilai impor HS 439 Indonesia menurun drastis pada tahun 28 dan 29 masing-masing sebesar persen dan persen menjadi US$ 24,596,52 dan US$ 17,497,799. Pada tahun 21, nilai impor produk turunan ini kembali meningkat sebesar 78.1 persen menjadi US$ 31,147,896. Nilai Impor (US$) 5,, 45,, 4,, 35,, 3,, 25,, 2,, 15,, 1,, 5,, Gambar 26. Perkembangan Nilai Impor HS 439 Indonesia dari Dunia Periode 2-21 Perkembangan volume impor HS 439 cenderung berbeda jika dibandingkan dengan perkembangan nilai impornya seperti terlihat pada Gambar 27. Pada tahun 21, volume impor HS 439 Indonesia meningkat sebesar persen menjadi 14,542,42 kg. Namun, volume impor HS 439 Indonesia mengalami penurunan pada tahun 22 dan 23 masing-masing sebesar persen dan 6.57 persen menjadi 1,476,153 kg dan 9,788,132 kg.

27 67 Penurunan drastis pada volume impor HS 439 Indonesia terjadi pada tahun 28 yaitu sebesar 55.2 persen menjadi 6,327,977 kg. Namun, volume impor mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 29 dan 21 masingmasing sebesar 58.3 persen dan 28.2 persen menjadi 1,16,984 kg dan 12,823,483 kg. Volume Ekspor (kg) 16,, 14,, 12,, 1,, 8,, 6,, 4,, 2,, Gambar 27. Perkembangan Volume Impor HS 439 Indonesia ke Pasar Dunia Periode 2-21 Pada tahun 25, penurunan volume impor HS 439 sebesar 3.28 persen menyebabkan peningkatan nilai impor sebesar persen. Sedangkan, peningkatan volume impor sebesar 58.3 persen terjadi pada tahun 29 mengakibatkan nilai impor menurun sebesar persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun 25 terjadi peningkatan harga HS 439 di pasar internasional, sedangkan pada tahun 29 terjadi penurunan harga HS 439 di pasar internasional.

28 Perkembangan Impor cereal, flour, starch, milk preparations and products (HS 19) Pada Gambar 28, dapat dilihat bahwa perkembangan nilai impor HS 19 Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 21, nilai impor HS 19 menurun sebesar 1.42 persen dari US$ 23,721,164 menjadi US$ 21,247,11. Pada periode 22 hingga 28, nilai impor HS 19 Indonesia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya kecuali pada tahun 25. Pada tahun 25, nilai impor HS 19 Indonesia menurun sebesar persen dari US$ 54,432,347 menjadi US$ 46,444,36. Pada tahun 29, nilai impor produk turunan ini menurun signifikan sebesar persen hingga menjadi US$ 15,396,86. Penurunan tersebut diikuti oleh peningkatan nilai impor pada tahun 21 sebesar persen menjadi US$ 154,161,63. Nilai Impor (US$) Gambar 28. Perkembangan Nilai Impor HS 19 Indonesia dari Dunia Periode 2-21

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan (2000-2010). Data sekunder diperoleh dari

Lebih terperinci

Lina Yanti *) dan Widyastutik *)1

Lina Yanti *) dan Widyastutik *)1 Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di Pasar Dunia Lina Yanti *) dan Widyastutik *)1 *) Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Jl. Kamper Kampus IPB Darmaga,

Lebih terperinci

IV. PERKEMBANGAN IMPOR BUAH-BUAHAN DI INDONESIA

IV. PERKEMBANGAN IMPOR BUAH-BUAHAN DI INDONESIA IV. PERKEMBANGAN IMPOR BUAH-BUAHAN DI INDONESIA 4.1. Tren Perdagangan Indonesia pada Komoditas Buah-Buahan Selama periode -2010, Indonesia terus meningkatkan aktivitas perdagangan internasional. Seperti

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

mengatasi insomnia, dan meredakan gangguan pencernaan.

mengatasi insomnia, dan meredakan gangguan pencernaan. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu dan Klasifikasinya Susu adalah cairan hasil pemerahan yang sempurna, dan terus menerus dari ambing sapi yang sehat tanpa dibubuhi atau dikurangi bahan tertentu. Susu merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING PRODUK TURUNAN SUSU INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL LINA YANTI H

ANALISIS DAYA SAING PRODUK TURUNAN SUSU INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL LINA YANTI H ANALISIS DAYA SAING PRODUK TURUNAN SUSU INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL LINA YANTI H14070071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN LINA YANTI.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan kegiatan transaksi jual beli antar negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh setiap negara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kompleknya keterkaitan dan hubungan antarnegara didalam kancah internasional menyebabkan pemerintah juga ikut serta dalam hal meregulasi dan mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan ekonomi antarbangsa dan lintas wilayah negara sudah berlangsung selama berabad-abad. Di masa lampau, bentuk hubungan ekonomi yang paling umum adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang. Tujuannya adalah untuk menciptakan

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. 54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi membuat perekonomian di berbagai negara menjadi terbuka. Keluar masuknya barang atau jasa lintas negara menjadi semakin mudah dan hampir tidak ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu negara dan menjadi sasaran utama pembangunan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia periode

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia periode BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia periode 2002-2010 Ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia di pasar nontradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat subur dan memiliki iklim yang baik untuk perkebunan tebu. Kepala Pusat

BAB I PENDAHULUAN. sangat subur dan memiliki iklim yang baik untuk perkebunan tebu. Kepala Pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Hal ini terbukti dengan keadaan tanah Indonesia yang sangat subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang selalu berusaha untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai salah satunya adalah meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Pengukuran keluaran agregat pada akun pendapatan nasional disebut

BAB I. Pendahuluan. Pengukuran keluaran agregat pada akun pendapatan nasional disebut BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pengukuran keluaran agregat pada akun pendapatan nasional disebut produk domestik bruto atau gross dometic product (yang sering disingkat GDP). Ada banyak definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber daya manusia nya. Keberhasilan perusahaan diukur oleh kemampuan perusahaan mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi persaingan bebas dan juga mengatasi krisis moneter yang berkepanjangan maka kebijaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat penting dan merupakan suatu indikator penentu kemajuan suatu Negara. Peningkatan pembangunan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara berusaha memenuhi kebutuhannya baik barang dan jasa, atinya akan ada kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh. masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh. masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh karena itu Indonesia harus giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. Tujuan utama pembangunan adalah tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana dan terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana dan terus-menerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana dan terus-menerus dengan memanfaatkan kemajuan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dunia usaha yang mengarah juga pada era

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dunia usaha yang mengarah juga pada era BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan dunia usaha yang mengarah juga pada era perdagangan bebas membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Dimana dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi global tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi ekonomi dan perdagangan internasional merupakan dua arus yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Globalisasi ekonomi dapat membuka kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tinggi rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penawaran dan permintaan terhadap mata uang tersebut (Hadiwinata, 2004:163). Kurs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB II ISI. masyarakat indonesia harus bisa mempertahankan nilai uang negara kita yaitu Rupiah. A. PEMBAHASAN

BAB II ISI. masyarakat indonesia harus bisa mempertahankan nilai uang negara kita yaitu Rupiah. A. PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN A. ABSTRAK Pelemahan nilai mata Rupiah terhadap Dollar Amerika serikat ini membuat masyarakat kebingungan. Terutama masalah perekonomian. Para spekulan mengatakan bahwa nilai Rupiah akan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/10/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat diperlukan terutama untuk negara-negara yang memiliki bentuk perekonomian terbuka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi perdagangan saat ini, kemajuan suatu negara tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan negara tersebut melakukan ekspor barang dan jasa yang

Lebih terperinci

DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI TINGKAT PETERNAK : Kasus Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Jawa Barat

DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI TINGKAT PETERNAK : Kasus Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Jawa Barat Seminar Nasional DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Bogor, 19 Nopember 2008 DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin ketat, ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor

Lebih terperinci

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia sektor perdagangan internasional mempunyai peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada sektor perdagangan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum masalah yang dihadapi masyarakat adalah mengenai kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia terbatas dari segi kuantitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan dan industri kelapa sawit merupakan salah satu sektor usaha yang mendapat pengaruh besar dari gejolak ekonomi global, mengingat sebagian besar (sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan perdagangan internasional. Salah satu kegiatan perdagangan internasional yang sangat penting bagi keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perkayuan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perolehan devisa dan pembangunan ekonomi negara. Perkembangan industri kayu di Indonesia dimulai pada

Lebih terperinci

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Oleh : Feryanto W. K. Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu indikator yang menunjukan bahwa perekonomian sebuah negara lebih baik dari negara lain adalah melihat nilai tukar atau kurs mata uang negara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu negara yang memiliki rasa ketergantungan dari negara lainnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dirasa tidaklah mencukupi, apabila hanya mengandalkan sumber

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Arus globalisasi ekonomi dan proses liberalisasi perdagangan merupakan kenyataan yang saat ini semakin berkembang dari segi globalisasi produksi sampai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR ALAS KAKI INDONESIA KE AMERIKA LATIN SISKA NURWULAN YUNIA

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR ALAS KAKI INDONESIA KE AMERIKA LATIN SISKA NURWULAN YUNIA ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR ALAS KAKI INDONESIA KE AMERIKA LATIN SISKA NURWULAN YUNIA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Transaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial.

Transaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial. BY : DIANA MA RIFAH Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) merupakan statistik yang mencatat transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk pada suatu periode tertentu (biasanya satu tahun).

Lebih terperinci