ANALISIS DAYA SAING PRODUK TURUNAN SUSU INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL LINA YANTI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAYA SAING PRODUK TURUNAN SUSU INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL LINA YANTI H"

Transkripsi

1 ANALISIS DAYA SAING PRODUK TURUNAN SUSU INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL LINA YANTI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN LINA YANTI. Analisis Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh WIDYASTUTIK). Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu sektor strategis untuk menopang perekonomian nasional karena telah terbukti mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi. Selain itu, sektor pertanian memiliki peranan penting sebagai penghasil bahan makanan, penghasil devisa, memberikan kesempatan kerja dan juga sebagai pasar bagi produk-produk industri. Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah peternakan. Susu merupakan salah satu komoditas peternakan potensial yang nilai ekspornya cukup tinggi dibandingkan komoditi peternakan lainnya. Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka tidak memiliki pilihan selain ikut serta dalam kancah global tersebut. Adanya perdagangan bebas ini menyebabkan produk susu impor dapat memasuki pasaran Indonesia dengan mudah. Satu sisi, hal ini berdampak positif bagi konsumen dengan semakin meningkatnya pilihan yang tersedia namun di sisi lain hal ini dapat menyebabkan keterpurukan bagi para peternak sapi perah karena ketidakmampuan bersaing dalam sisi harga, kualitas, dan produksi susu dibandingkan dengan susu segar impor. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi daya saing produk turunan susu Indonesia di pasar internasional yang dikaji dari sisi keunggulan komparatif dan posisi daya saing produk turunan tersebut di pasar internasional. Penelitian ini menggunakan data sekunder time series tahunan tahun 2000 hingga Produk turunan susu yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi HS 19, HS 0402, HS , HS , HS dan HS Adapun metode analisis yang digunakan adalah Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic (EPD) untuk menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif, serta pendekatan Constant Market Share (CMS) yang digunakan untuk menganalisis faktor yang paling mempengaruhi laju pertumbuhan ekspor produk turunan susu Indonesia di pasar dunia. Berdasarkan analisis daya saing, produk HS , HS dan HS 19 memiliki keunggulan komparatif. Namun, pada HS , HS 0402 dan HS tidak memiliki keunggulan komparatif. Sementara itu, semua produk turunan susu Indonesia yang diteliti memiliki keunggulan kompetitif. Hal tersebut ditunjukkan dengan posisi daya saing keenam produk turunan susu yang berada pada kuadran Rising Star. Hasil estimasi CMS menunjukkan bahwa pertumbuhan nilai ekspor HS dan HS 0402 disebabkan oleh efek pertumbuhan impor, pertumbuhan nilai ekspor HS 19 disebabkan oleh efek komposisi komoditas. Adapun pertumbuhan nilai ekspor HS , HS dan HS disebabkan oleh efek daya saing. Berdasarkan hasil analisis tersebut, upaya untuk meningkatkan daya saing produk turunan susu Indonesia perlu dilaksanakan dengan cara meningkatkan kualitas produk turunan susu Indonesia, meningkatkan produktivitas peternak sapi perah Indonesia, meningkatkan kinerja ekspor produk turunan susu Indonesia dan

3 mengikuti trend dan selera pasar susu internasional. Indonesia juga harus lebih fokus dalam mengembangkan produk turunan susu Indonesia terutama produk yang strategis dan dinamis di pasar dunia. Peluang ekspor produk turunan susu Indonesia juga harus dinalisis secara lebih mendalam sebab beberapa ekspor produk turunan susu Indonesia masih tergantung kepada efek pertumbuhan impor dan efek komposisi komoditas, sedangkan efek yang paling baik dalam mempengaruhi pertumbuhan ekspor produk adalah efek daya saing. Selain itu diperlukannya penelitian lanjutan ke sub sektor yang lebih kecil untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing produk susu tersebut.

4 ANALISIS DAYA SAING PRODUK TURUNAN SUSU INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh LINA YANTI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 Judul Skripsi Nama Mahasiswa NIM : Analisis Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di Pasar Internasional : Lina Yanti : H Menyetujui, Dosen Pembimbing Widyastutik, M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS DAYA SAING PRODUK TURUNAN SUSU INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ADALAH BENAR-BENAR KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, September 2011

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Lina Yanti lahir pada tanggal 18 Oktober 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Wiwik Carmola dan Bong Sak Fah. Penulis mulai menjalani pendidikan formal di TK Sandika Jakarta, kemudian melanjutkan pendidikan di SD Saint John, The 21 th Century School Guang Zhou China, SD Santo Fransiskus I dan SD Budi Mulia Bogor. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikannya ke SLTP Budi Mulia Bogor. Lalu pada tahun 2004 memulai pendidikan menengah atas di SMAN 1 Bogor. Setelah menyelesaikan studinya di SMAN 1 Bogor, penulis mulai melanjutkan jenjang pendidikannya ke perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Kemudian pada tahun 2008, penulis menjadi mahasiswa aktif pada Departemen Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Analisis Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di Pasar Internasional. Masalah daya saing produk Indonesia di pasar dunia merupakan suatu hal yang sangat krusial dalam upaya peningkatan ekspor produk Indonesia khususnya produk susu dan turunannya. Efek-efek dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekspor susu Indonesia berdasarkan analisis pangsa pasar konstan pun sangat penting diketahui untuk membantu membuat kebijakan dalam rangka peningkatan daya saing. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan dalam penyusunannya membutuhkan bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dengan penuh hormat kepada: 1. Keluarga tercinta atas segala kasih sayang, dukungan dan doa untuk keberhasilan penulis sehingga karya ini bisa terselesaikan. 2. Widyastutik, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah sabar dalam memberikan bimbingan, baik secara teknis maupun teoritis. 3. Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun bagi kesempurnaan karya ini. 4. Ranti Wiliasih sebagai dosen penguji Komisi Pendidikan yang telah memberikan saran mengenai tata cara penulisan yang baik dan benar. 5. Para dosen Departemen Ilmu Ekonomi atas ilmu yang telah banyak diberikan selama ini. 6. Staf Departemen Ilmu Ekonomi dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen atas kerjasamanya selama penulis menuntut ilmu di Departemen Ilmu Ekonomi.

9 7. Para peserta Seminar Hasil Penelitian Skripsi ini yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat. 8. Gloria Indah Kristiani Rogahang, Lydia Stefani Randini dan Nathalia Anita de Ftretes atas dukungan dan kebersamaan selama ini. 9. Asti Bororotun yang telah banyak memberikan bantuan-bantuan selama proses pengolahan data skripsi ini. 10. Reni Tilova, teman seperjuangan penulis yang telah berjuang bersamasama dalam suka dan duka dalam penyusunan skripsi ini. 11. Teman-teman IE 44 dan non IE 44 yang telah memberikan bantuan beserta dukungan yang sangat berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 12. Teman-teman Rumah Kost Putri Rizki yang telah banyak memberikan bantuan dan kebersamaan selama ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 13. Untuk semua pihak yang telah membantu dan mengisi hidupku. membutuhkan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang Bogor, September 2011 Lina Yanti H

10 i DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian... 9 Halaman 1.4 Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Susu dan Klasifikasinya Perdagangan Internasional Daya Saing Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Analisis Revealed Compaative Advantage (RCA) Analisis Export Product Dynamics (EPD) Analisis Constant Market Share (CMS) IV. GAMBARAN UMUM Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia di Pasar Dunia Perkembangan Ekspor Produk Turunan Susu Indonesia ke Pasar Dunia i iii iv vi

11 ii 4.3 Perkembangan Impor Produk Turunan Susu Indonesia ke Pasar Dunia V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran VII. DAFTAR PUSTAKA VIII. LAMPIRAN... 94

12 iii DAFTAR TABEL Nomor 1. Volume dan Nilai Ekspor Komoditi Peternakan Indonesia Negara Penghasil Susu Tertinggi di Dunia... 6 Halaman 3. Produk Turunan Susu Indonesia Kode Produk Susu Turunan dalam Harmonized System (HS) Matriks Posisi Pasar Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS Indonesia Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 0402 Indonesia Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS Indonesia Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS Indonesia Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS Indonesia Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 19 Indonesia... 85

13 iv DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Nilai Ekspor Sektor Pertanian Periode Pohon Industri Komoditi Susu Peranan Perdagangan Internasional Terhadap Perekonomian Nasional Kerangka Pemikiran Konseptual Dekomposisi Dua Tahap dari Model CMS Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Indonesia Periode Perkembangan Nilai Ekspor HS Indonesia ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Volume Ekspor HS Indonesia ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Nilai Ekspor HS 0402 Indonesia ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Volume Ekspor HS 0402 Indonesia ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Nilai Ekspor HS Indonesia ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Volume Ekspor Indonesia HS ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Nilai Ekspor HS Indonesia ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Volume Ekspor HS Indonesia ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Nilai Ekspor HS Indonesia ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Volume Ekspor HS Indonesia ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Nilai Ekspor HS 19 Indonesia ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Nilai Impor HS Indonesia dari Dunia Periode

14 v 19. Perkembangan Volume Impor HS Indonesia ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Nilai Impor HS 0402 Indonesia dari Dunia Periode Perkembangan Volume Impor HS 0402 Indonesia ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Nilai Impor HS Indonesia dari Dunia Periode Perkembangan Volume Impor HS Indonesia ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Nilai Impor HS Indonesia dari Dunia Periode Perkembangan Volume Impor HS Indonesia ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Nilai Impor HS Indonesia dari Dunia Periode Perkembangan Volume Impor HS Indonesia ke Pasar Dunia Periode Perkembangan Nilai Impor HS 19 Indonesia dari Dunia Periode

15 vi DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Perkembangan Ekspor Milk Not Concentrated Nor Sweetened 1-6 Percent Fat (HS ) Perkembangan Ekspor Milk and Cream, Concentrated or Sweetened (HS 0402) Perkembangan Ekspor Milk and Cream Powder Unsweetened > 1.5 Percent fat (HS ) Pertumbuhan Ekspor Milk and Cream Nes Sweetened or Concentrated (HS ) Perkembangan Ekspor Buttermilk, Curdled Milk, Cream, Kephir, etc (HS ) Perkembangan Ekspor cereal, flour, starch, milk preparations and products (HS 19) Perkembangan Impor Milk Not Concentrated Nor Sweetened 1-6 Percent Fat (HS ) Perkembangan Impor Milk and Cream, Concentrated or Sweetened (HS 0402) Perkembangan Impor Milk and Cream Powder Unsweetened > 1.5 Percent Fat (HS ) Perkembangan Impor Milk and Cream Nes Sweetened or Concentrated (HS ) Perkembangan Impor Buttermilk, Curdled Milk, Cream, Kephir, etc (HS ) Perkembangan Ekspor cereal, flour, starch, milk preparations and products (HS 19) Estimasi RCA HS Indonesia Periode Estimasi RCA HS 0402 Indonesia Periode Estimasi RCA HS Indonesia Periode Estimasi RCA HS Indonesia Periode Estimasi RCA HS Indonesia Periode Estimasi RCA HS 19 Indonesia Periode Estimasi EPD HS Indonesia Periode

16 vii 20. Estimasi EPD HS 0402 Indonesia Periode Estimasi EPD HS Indonesia Periode Estimasi EPD HS Indonesia Periode Estimasi EPD HS Indonesia Periode Estimasi EPD HS 19 Indonesia Periode

17 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Hal ini mengakibatkan arus perdagangan antara Indonesia dan negara lainnya semakin meningkat. Dasar suatu negara melakukan perdagangan dengan negara lain dikarenakan tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi di dalam negeri. Masing-masing negara akan memproduksi jenis produk yang berbeda karena adanya perbedaan kondisi iklim, potensi lahan dan budaya satu sama lain. Namun, tidak semua produk diperdagangkan karena daya saing yang rendah atau bahkan tidak memiliki daya saing. Menurut Salvatore (1996), negara yang kurang efisien dalam memproduksi sebuah barang akan melakukan perdagangan dengan negara lain yang lebih efisien dalam memproduksi barang tersebut. Kondisi ini mengharuskan setiap negara meningkatkan keunggulan dari masing-masing potensi komoditi yang dimiliki agar suatu negara memiliki keunggulan komparatif. Oleh karena itu, masing-masing negara diharapkan meningkatkan potensi komoditi yang dimilikinya agar memperoleh manfaat dari perdagangan internasional yang dilakukan. Kemajuan perekonomian suatu negara di pasar internasional dapat diukur dari keberhasilannya meningkatkan daya saingnya secara terus menerus. Daya saing suatu negara akan meningkat seiring dengan peningkatan ekspor dari negara tersebut. Semakin terbukanya perdagangan dunia menuju bebas hambatan

18 2 menyebabkan ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Hal ini seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Saat ini, komoditas ekspor nonmigas merupakan penyumbang devisa terbesar dalam perekonomian sehingga pemerintah berupaya untuk mendorong ekspor nonmigas sebagai penyumbang utama devisa. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia bulan Januari sampai Februari 2011 mencapai US$ miliar atau meningkat persen dibanding periode yang sama pada tahun Adapun ekspor nonmigas mencapai US$ miliar atau meningkat persen. Hal ini mengindikasikan bahwa ekspor nonmigas menyumbang persen dari ekspor total Indonesia. Kenaikan ekspor ini didominasi oleh peningkatan hasil sektor industri sebesar persen, sektor pertanian sebesar persen dan sektor pertambangan sebesar persen dibanding periode yang sama pada tahun 2010 (BPS, 2011). Pertanian merupakan sektor strategis untuk menopang perekonomian nasional. Sektor pertanian telah terbukti mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi terutama setelah terjadinya krisis ekonomi sejak pertengahan tahun Sektor pertanian memiliki peranan penting sebagai penghasil bahan makanan, penghasil devisa, memberikan kesempatan kerja dan juga sebagai pasar bagi produk-produk industri (Juanda, 2002). Selain itu, keunggulan perekonomian Indonesia lebih banyak terdapat pada produksi yang berbasis pada sumberdaya alam dibandingkan dengan kegiatan produksi yang berbasis teknologi maupun modal (Dumairy, 1996).

19 3 6, , , , , Nilai Ekspor (US$) 4, , , ,, , , , Tahun 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 Gambar 1. Nilai Ekspor Sektor Pertanian Periode (US$) Pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa nilai ekspor sektor pertanian menunjukkan kecenderungan untuk meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2009, nilai ekspor sektor pertanian menurun dari US$ 4,584.6 menjadi US$ 4, Sedangkan pada tahun 2010, nilai ekspor sektor pertanian mencapai US$ 5, Jika dibandingkan dengan nilai ekspor sektor lainnya, sektor pertanian berada pada urutan ketiga setelah sektor industri dan sektor pertambangan yang masing- Pembangunan masing sebesar US$ 98,015.1 dan US$ 26, Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah peternakan. subsektor peternakann merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian. Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama dan hasil produksinya merupakan gambaran tingkat ketersediaan sumber bahan protein nasional. Permintaan terhadap

20 4 komoditi peternakan sebagai sumber protein hewani diperkirakan akan semakin meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi yang baik. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Komoditi Peternakan Indonesia Komoditi Volume (ton) 2009 thd Jan-Nov 2008 Jan-Nov (%) Peternakan 232, ,888 55,24 Daging Ayam ,94 Daging Sapi ,18 Hijauan Ternak Pakan 15,376 10,197 33,68 Kulit 4,999 6,194 23,90 Sapi Bibit ,62 Susu 52,244 40,170 23,11 Lainnya 159,360 47,320 70,31 Komoditi Nilai (ribu US$) 2009 thd Jan-Nov 2008 Jan-Nov (%) Peternakan 529, ,285 55,02 Daging Ayam ,17 Daging Sapi ,82 Hijauan Ternak Pakan 20,940 7,911 62,22 Kulit 91,381 88,851 2,77 Sapi Bibit ,68 Susu 211,296 73,934 65,01 Lainnya 205,862 67,579 67,17 Ket : 2009* adalah data Januari-November 2009 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa volume dan nilai ekspor subsektor peternakan mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun Volume peternakan menurun hingga mencapai persen dibandingkan dengan tahun Hal ini tidak jauh berbeda dengan penurunan nilai ekspor peternakan yang sebesar persen. Komoditi peternakan yang nilai ekspornya paling

21 5 tinggi adalah komoditi kulit kemudian disusul oleh komoditi susu yang masingmasing bernilai US$ 88,851 dan US$ 73,934. Susu adalah salah satu hasil komoditi peternakan dan merupakan bahan makanan yang menjadi sumber gizi atau zat protein hewani. Susu adalah adalah hasil seksresi kelenjar susu sapi, kambing, kerbau dan hewan menyusui lainnya yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan lain serta memiliki kandungan gizi lengkap berupa protein, lemak vitamin dan mineral. Meskipun produksi dan ekspor susu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun akan tetapi produksi tersebut belum dapat mengimbangi pertumbuhan permintaan susu didalam negeri yang mencapai 1.5 miliar liter per tahun. Peningkatan ini bukan disebabkan oleh naiknya produktivitas melainkan disebabkan meningkatkannya jumlah populasi sapi perah itu sendiri. Peternak sapi lokal hanya mampu menghasilkan sekitar 500 juta liter susu per tahun dan pemerintah harus mengimpor kekurangannya sebesar 70 persen terutama dari Selandia Baru dan Australia. Hal tersebut menyebabkan pengeluaran pemerintah untuk impor bahan baku mencapai Rp 6 triliun. Jika dibandingkan dengan negara penghasil susu lainnya, total produksi susu Indonesia masih relatif kecil (Dijennak, 2011).

22 6 Tabel 2. Negara Penghasil Susu Tertinggi di Dunia (dalam Ton) Country Milk Production USA 84,189,067 86,159,600 85,859,400 India 43,481,000 44,100,000 45,140,000 China 35,574,326 35,873,607 35,509,831 Russian Federation 31,914,914 32,099,700 32,325,800 Brazil 26,944,064 27,579,400 29,112,000 Germany 28,402,772 28,656,300 27,938,000 France 24,373,700 24,516,300 23,341,000 New Zealand 15,618,288 15,216,800 15,400,000 UK 14,023,000 13,719,000 13,236,500 Poland 12,096,005 12,425,300 12,447,200 World 571,403, ,428, ,401,740 Sumber : FAO, 2011 Tabel 2 menunjukkan bahwa negara penghasil susu tertinggi di dunia adalah Amerika Serikat dengan total produksi sebesar 85,859,400 ton. Negara India dan Cina masing-masing merupakan negara penghasil susu tertinggi kedua dan ketiga di dunia dengan total produksi sebesar 45,140,000 ton dan 35,509,831 ton. Sementara itu, Selandia Baru yang merupakan negara dominan pengekspor susu ke Indonesia berada pada urutan ke delapan di dunia. Dari tahun ke tahun, total susu yang dihasilkan dunia selalu mengalami peningkatan walaupun pada tahun 2009 peningkatannya relatif kecil. Impor susu Indonesia yang masih tinggi didominasi oleh impor yang berasal dari negara Belanda, Australia, maupun Selandia Baru. Pada tahun 2009, impor ketiga negara tersebut masing-masing mengalami peningkatan 100 persen, 45 persen, dan 37 persen dari tahun Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki neraca perdagangan yang bernilai negatif atau mengalami defisit neraca perdagangan untuk komoditas susu (BPS, 2010).

23 7 Berdasarkan pada apa yang telah dipaparkan sebelumnya, dalam rangka meningkatkan pangsa dan nilai ekspor susu Indonesia, kajian mengenai analisis daya saing produk turunan susu dirasakan cukup penting agar dapat meningkatkan ekspor produk turunan susu Indonesia. Oleh karena itu relevan dilakukan penelitian dengan judul Analisis Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di Pasar Internasional mengingat semakin terbukanya pasar internasional yang berbasis pada perdagangan bebas. Selain itu, penelitian ini juga dimaksudkan untuk melihat lebih jauh perkembangan perekonomian Indonesia, khususnya dari sisi ekspor susu. 1.2 Perumusan Masalah Pertanian merupakan sektor strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah. Hal ini terkait dengan kemampuan sektor ini dalam menyediakan bahan pangan hewani masyarakat, yang sangat diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan. Kandungan gizi ternak dan produk olahannya memiliki kandungan gizi (protein, lemak, vitamin dan mineral) yang lebih baik dibandingkan dengan tumbuhan. Salah satu komoditi yang dihasilkan dari sektor peternakan adalah susu. Komoditi susu memiliki kontribusi yang cukup besar pada subsektor peternakan yang ikut berperan dalam memberikan sumbangan devisa. Peningkatan ekspor susu Indonesia ke Taiwan, Malaysia dan Hongkong hingga melebihi seratus persen mengindikasikan bahwa susu merupakan komoditi yang potensial untuk diperdagangkan di pasar internasional. Namun, pengembangan ekspor susu

24 8 nasional masih menghadapi berbagai masalah baik di tingkat global, regional, makro maupun mikro. Munculnya era perdagangan bebas merupakan suatu tantangan di mana Indonesia tidak memiliki pilihan selain harus ikut serta dalam perdagangan internasional tersebut. Pada perdagangan bebas tersebut, restriksi perdagangan terutama tarif bea masuk setahap demi setahap harus dikurangi sampai mencapai nol persen. Adanya perdagangan bebas ini menyebabkan produk susu impor dapat memasuki pasaran Indonesia dengan mudah. Satu sisi, hal ini berdampak positif bagi konsumen dengan semakin meningkatnya pilihan yang tersedia namun di sisi lain hal ini dapat menyebabkan keterpurukan bagi para peternak sapi perah karena ketidakmampuan bersaing dalam sisi harga, kualitas, dan produksi susu dibandingkan dengan susu segar impor. Usaha peternakan sapi perah sebagian besar dikelola oleh peternakan sapi perah rakyat dengan skala usaha yang tidak ekonomis dan manajemen usaha ternak yang tidak memadai. Kesehatan ternak, mutu bibit yang rendah dan rataan jumlah kepemilikan ternak tiap peternak adalah tiga sampai empat ekor sehingga kurang menjanjikan keuntungan bagi peternak (Amaliah, 2008). Selain itu, integrasi dan koordinasi antar lembaga pemerintah, swasta, koperasi dan peternak belum terbentuk. Produksi dan ekspor susu nasional juga tidak terlepas dari bentuk proteksi pemerintah yang akan dihapuskan cepat lambat sebagai konsekuensi adanya perdagangan internasional bebas barrier. Ketersediaan pakan yang tidak berkesinambungan serta kualitas pakan yang diberikan juga menjadi salah satu

25 9 masalah yang dialami para peternak. Kualitas susu yang dihasilkan juga masih sangat rendah dimana kandungan bakteri (Total Plate Count = TPC) diatas sepuluh juta/cc. Padahal, kandungan bakteri yang direkomendasi berada dibawah satu juta/cc. Adanya perdagangan internasional yang mengakibatkan semakin terbukanya pasar mengharuskan Indonesia untuk tidak kalah terhadap negaranegara pesaingnya. Agar produk turunan susu Indonesia dapat bersaing di dalam pasar internasional, maka Indonesia harus meningkatkan daya saingnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi oleh ekspor susu Indonesia di pasar internasional yaitu bagaimana kondisi daya saing produk turunan susu Indonesia di pasar internasional yang dikaji dari sisi keunggulan komparatif dan kompetitif serta efek dominan apa saja yang memengaruhi pertumbuhan ekspor produk turunan susu Indonesia berdasarkan analisis pangsa pasar konstan. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis daya saing produk turunan susu Indonesia di pasar internasional berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki 2. Menganalisis dinamika dan posisi daya saing dari produk turunan susu Indonesia di pasar internasional melalui performa produk ekspor dinamisnya

26 10 3. Menganalisis efek-efek dominan dalam memengaruhi pertumbuhan ekspor produk turunan susu Indonesia berdasarkan analisis pangsa pasar konstan. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Sebagai rekomendasi kebijakan agar Indonesia mampu meningkatkan ekspor produk turunan susu sehingga daya saing susu Indonesia di pasar dunia pun terus meningkat. 2. Bagi Pelaku Usaha Budidaya Ternak Perah Untuk menginformasikan permasalahan-permasalahan yang menyebabkan daya saing susu Indonesia berkembang sangat lambat dan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut. 3. Bagi Akademisi Dapat memberikan pengetahuan, wawasan baru dan tambahan pustaka bagi masyarakat mengenai daya saing produk turunan susu Indonesia. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk dijadikan sebagai rujukan bagi penelitian-penelitian mengenai daya saing susu selanjutnya. 4. Bagi Penulis Dapat menambah wawasan pengetahuan dan penulis dapat menyalurkan ide, gagasan maupun pikiran yang mengacu pada kondisi nyata yang sebenarnya terjadi dengan teori yang telah didapatkan di bangku kuliah.

27 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan membahas mengenai daya saing ekspor produk turunan susu Indonesia serta efek-efek dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekspor susu Indonesia berdasarkan analisis pangsa pasar konstan pada periode Produk-produk yang dianalisis dalam penelitian ini mencakup enam produk turunan susu yaitu Cereal, flour, starch, milk preparations and products (HS 19), Milk and cream, concentrated or sweetened (HS 0402), Milk and cream powder unsweetened > 1.5 percent fat (HS ), Milk not concentrated nor sweetened 1-6 percent fat (HS ), Buttermilk, curdled milk, cream, kephir, etc (HS ) dan Milk and cream nes sweetened or concentrated (HS ). Keenam produk turunan susu tersebut dipilih berdasarkan volume dan nilai ekspor terbesar Indonesia ke dunia menurut data dari Commodity Trade Statistics Database.

28 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu dan Klasifikasinya Susu adalah cairan hasil pemerahan yang sempurna, dan terus menerus dari ambing sapi yang sehat tanpa dibubuhi atau dikurangi bahan tertentu. Susu merupakan sumber gizi terbaik bagi mamalia yang baru dilahirkan karena mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, enzim-enzim, gas serta vitamin A, C dan D dalam jumlah memadai. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Hal tersebut dipengaruhi oleh lemak, kalsium dan kasein. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat, dan garam-garam mineral lainnya. Komposisi susu terdiri dari air (87.9 persen), laktose (4.60 persen), vitamin, enzim, gas dan mineral serta bahan kering (12.1 persen). Bahan kering yang terdiri dari lemak (3.45 persen) dan bahan kering tanpa lemak (8.65 persen). Bahan kering tanpa lemak terdiri dari protein (3.20 persen), kasein (2.70 persen) dan albumin (0.50 persen). Susu memiliki beberapa manfaat yang yang berguna bagi kesehatan tubuh. Beberapa manfaat susu antara lain adalah pencegahan osteoporosis, mengatasi insomnia, dan meredakan gangguan pencernaan. Faktor-faktor yang memengaruhi komposisi susu adalah jenis ternak dan keturunannya, individu, umur ternak, nutrisi atau pakan, lingkungan dan sebagainya. Susu sapi memiliki kandungan protein dan lemak yang tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah dibandingkan dengan ternak lainnya (kerbau, zebu, kambing, domba). Adapun hasil maksimum dalam produksi susu akan dicapai

29 13 ketika sapi perah berumur 8-10 tahun dan produksi susu akan meningkat pada keika musim hujan dimana pakan tersedia lebih banyak. Kualitas susu merupakan salah satu faktor yang penting. Penentuan kualitas susu di Indonesia masih berdasarkan Milk Codex. Milk Codex adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati oleh para ahli gizi dan kesehatan sedunia, walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Peraturan Milk Codex untuk kualitas susu yang dianggap normal harus memenuhi angka-angka minimal sebagai berikut : Berat jenis : Kadar lemak Kadar bahan kering tanpa lemak Kadar laktosa Kadar protein murni Titik beku Jumlah kuman per cc maksimum : 2.8 persen : 8 persen : 4.2 persen : 2,7 persen : o C : 1 juta Susu segar dibagi menjadi beberapa produk olahan. Hal ini disebabkan karena sifat dari produk susu itu sendiri yang tidak tahan lama, mudah terkontaminasi, sulit disimpan karena berbentuk cair serta untuk meningkatkan nilai tambah. Produk olahan susu biasanya lebih tahan lama dan berbentuk lebih padat dari susu itu sendiri. Produk olahan yang dihasilkan dengan bahan baku susu segar disajikan dalam bentuk pohon industri seperti dilihat pada Gambar 2.

30 14 Sumber : Departemen Perindustrian, 2009 Gambar 2. Pohon Industri Komoditi Susu Produk olahan susu pada Gambar 2 dihasilkan oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) yang dibagi menjadi tiga kelompok. Industri pengolahan susu yang pertama adalah kelompok industri hulu dengan produk utamanya susu segar. Kedua, kelompok industri antara dengan hasil utama susu Pateurisasi, susu UHT dan susu fermentasi. Industri antara merupakan industri yang menghasilkan produk antara yang menjadi bahan baku industi lain. Industri pengolahan susu yang terakhir adalah kelompok industri hilir. Industri hilir merupakan industri yang menghasilkan produk yang dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen. Produk yang dihasilkan dari industri ini yaitu susu bubuk, susu kental manis, makanan bayi dari susu, keju, mentega, es krim dan yoghurt. Adapun susu yang sering diimpor pemerintah Indonesia untuk memenuhi permintaan susu dalam negeri adalah dalam bentuk SMF (Skim Milk Powder) dan AMF (Anhydrous Milk

31 15 Fat). Susu yang diimpor akan diolah kembali oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) dan oleh non Industri Pengolahan Susu. Semua produk olahan susu berbahan baku susu segar dengan bahan-bahan tambahan seperti gula, krim, minyak nabati, dan lain-lain agar dapat diproses menjadi produk olahan lainnya. Beberapa produk olahan susu dihasilkan melalui proses fermentasi. Fermentasi pada susu bertujuan untuk menghambat pertumbuhan mikroba patogen dan mikroba perusak susu sehingga dapat memperpanjang masa simpan susu. Produk-produk fermentasi yang berasal dari susu yaitu : 1. Keju dibuat dari susu dengan cara menghilangkan kandungan airnya. Keju terbentuk karena koagulasi susu enzim pencernaan dalam lambung hewan penghasil susu, yang dikenal dengan rennet 2. Yoghurt adalah produk koagulasi susu yang dihasilkan melalui proses fermentasi bakteri asam laktat, Lactobacillus bulgaricus dan streptococcus thermopilus, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan. Yogurt umumnya dibuat dari susu sapi dengan cara dipanaskan sampai suhu 63 o C selama 30 menit (Pateurisasi) kemudian di turunkan suhunya sampai 43 o C diberi bibit yogurt. 3. Kefir merupakan produk susu yang beraroma asam, alkoholik, dan karbonat. Kefir dihasilkan melalui fermentasi alami dari susu sapi dengan kombinasi organisme laktat dan yeast. Jenis bakteri dan yeast yang digunakan adalah Lactobacillus bulgaricus dan Saccharomyces cerevisiae.

32 16 4. Koumiss adalah suatu minuman tradisional yang biasanya dibuat dari susu kuda betina atau susu unta melalui suatu proses fermentasi dengan penambahan bakteri asam laktat. Bakteri yang biasa digunakan adalah Lactobacillus bulgaricus dan Torulla kolmic. Berdasarkan perdagangan ekspor impor susu di dunia, susu dibagi menjadi beberapa produk turunan. Produk-produk susu turunan tersebut dibedakan dengan menggunakan kode Harmonized System (HS). Beberapa produk turunan susu tersebut dibedakan berdasarkan kandungan lemak yang terkandung di dalamnya, konsentrat, bahan pemanis, dan produk olahan yang ditambahkan dengan produk lainnya. Tabel 3. Produk Turunan Susu Indonesia No. Produk Turunan Susu Kode HS 1 Milk not concentrated nor sweetened < 1 percent fat Milk and cream, concentrated or sweetened Milk powder < 1.5 percent fat Milk and cream powder unsweetened > 1.5percent fat Milk and cream powder sweetened > 1.5 percent fat Milk and cream unsweetened, concentrated Milk and cream nes sweetened or concentrated Buttermilk, curdled milk, cream, kephir, etc Whey, natural milk products nes Natural milk products nes Butter and other fats and oils derived from milk Other milk fats and oils Cereal, flour, starch, milk preparations and products Infant foods of cereals, flour, starch or milk, retail Milk not concentrated nor sweetened 1-6 percent fat Milk and cream not concentrated nor sweetened < 6 percent fat Sumber : UN Comtrade, 2011

33 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perpindahan barang-barang, jasa-jasa, modal, tenaga kerja, teknologi, dan informasi dan dari satu negara ke negara lain (Waluya, 1995). Menurut Krugman dan Obstfeld (1994), suatu negara terlibat dalam perdagangan internasional didasarkan pada dua alasan. Pertama, suatu negara terlibat dalam perdagangan karena setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda dengan negara lainnya. Perbedaan tersebut diantaranya adalah perbedaan kandungan sumberdaya alam, sumber daya manusia, iklim, penduduk, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan politik, dan lain sebagainya. Kedua, suatu negara melakukan perdagangan untuk mencapai skala ekonomi dalam produksi sehingga menghasilkan produk dalam skala yang lebih besar dan lebih efisien. Ketiga, keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor yang akan berdampak terhadap penerimaan yang semakin besar untuk kegiatan pembangunan Ekspor merupakan permintaan pasar internasional terhadap suatu komoditi yang dihasilkan oleh suatu negara. Pada perdagangan internasional, ekspor diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan kegiatan ekspor dapat menghasilkan devisa, yang selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai impor dan pembiayaan pembangunan sektor-sektor di dalam negeri. Karena itu, secara teoritis dapat dikatakan bahwa ada korelasi positif antara pertumbuhan ekspor dengan peningkatan cadangan devisa, pertumbuhan impor, pertumbuhan output di dalam negeri, peningkatan

34 18 kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat serta pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) (Tambunan, 2001). Sementara itu, impor diasumsikan sebagai fungsi permintaan suatu negara terhadap suatu komoditi pasar internasional. Impor terjadi karena suatu negara tidak mampu menghasilkan barang-barang modal dan berbagai jenis barang untuk keperluan negaranya. Jika impor lebih besar daripada ekspor, maka cadangan devisa akan berkurang atau neraca perdagangan akan defisit (Amir, 1995). Dampak dari adanya perdagangan internasional dapat berimplikasi positif dan negatif. Tambunan (2004) menyatakan bahwa secara umum ada empat aspek yang terpengaruh dalam globalisasi. Keempat aspek tersebut adalah ekspor, impor, investasi, dan tenaga kerja. Ekspor akan berdampak positif bilamana pangsa pasar dunia dari suatu negara meningkat, sedangkan akan berdampak negatif bilamana suatu negara kehilangan pangsa pasar dunianya. Hilangnya pangsa pasar suatu negara akan berpengaruh terhadap volume produksi dan pertumbuhan PDB dalam negeri. Impor akan berdampak negatif bilamana peningkatan impor dikarenakan rendahnya daya saing buatan dalam negeri. Iklim investasi yang kondusif akan memberikan dampak positif dimana arus modal dalam negeri akan meningkat. Perdagangan internasional juga akan menyebabkan tenaga ahli dari luar negeri akan meningkat dengan adanya perdagangan internasional tersebut. Pengaruh tersebut tergantung pada kesiapan negara bersangkutan dalam menghadapi peluang-peluang maupun tantangan-tantangan yang muncul dari proses tersebut. Dampak dari ekspor dan impor dapat dilihat pada Gambar 3.

35 19 Ekspor Impor + + Cadangan Devisa Produksi / Output + Kesempatan Kerja + Peningkatan Pendapatan Masyarakat + Pertumbuhan PDB Sumber : Tambunan, 2004 Gambar 3. Peranan Perdagangan Internasional terhadap Perekonomian Nasional Kegiatan ekspor dan impor harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Barang akan dikirimkan ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir. Sesuai dengan peraturan devisa yang berlaku, maka hasil devisa yang diperoleh dari ekspor ini dikuasai oleh pemerintah, sedangkan eksportir menerima pembayaran dalam mata uang rupiah sesuai dengan penetapan nilai lawan (kurs valuta) valuta asing yang ditentukan dalam bursa valuta (Ratnawati, 2010). 2.3 Daya Saing Menurut Porter (1990), daya saing diidentikkan dengan produktivitas dimana tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan.

36 20 Peningkatan produktivitas meliputi peningkatan jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan teknologi (total faktor produktivitas). Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dalam artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang banyak diminati konsumen. Keunggulan daya saing dari suatu komoditi dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu keunggulan alamiah/keunggulan absolut (natural advantage) dan keunggulan yang dikembangkan (acquired advantage). Keunggulan alamiah atau keunggulan absolut adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara untuk salah satu komoditinya tidak secara langsung menyebabkan komoditi tersebut akan menguasai pangsa pasar dunia. Hal ini dikarenakan jumlah produsen tidak hanya satu negara, akan tetapi ada beberapa negara yang sama-sama menghasilkan komoditi tersebut dengan kondisi keunggulan alamiah yang sama. Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditi adalah faktor keunggulan komparatif (comparative advantage) dan faktor keunggulan kompetitif (compepetitive advantage). Keunggulan komparatif adalah suatu kemampuan untuk mendapatkan suatu barang yang dapat dihasilkan dengan tingkat biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan barang-barang lain. Teori keunggulan komparatif dikemukakan oleh J.S. Mill dan David Ricardo dan muncul sebagai usaha perbaikan terhadap teori keunggulan absolut. Menurut hukum keunggulan

37 21 komparatif meskipun suatu negara mengalami kerugian atau ketidakunggulan absolut untuk memproduksi dua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung selama rasio harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan (Lindert dan Kindleberger, 1993). Dasar pemikiran David Ricardo adalah perdagangan antar dua negara akan terjadi bila masing-masing negara memiliki biaya relatif yang terkecil untuk jenis barang yang berbeda. Ricardo menekankan bahwa keunggulan suatu negara atas negara lain disebabkan oleh perbedaan efisiensi relatif antara negara dalam memproduksi dua (atau lebih) jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan internasional (Tambunan, 2001). Ricardo menyatakan bahwa nilai suatu komoditas ditentukan ditentukan oleh faktor tenaga kerja yang disebut teori nilai berdasar tenaga kerja (Labor theory of value). Kemudian, teori keunggulan komparatif Ricardo disempurnakan oleh teori biaya imbangan (opportunity cost theory) yaitu harga relatif komoditas berbeda yang ditentukan oleh perbedaan biaya dimana biaya tersebut menunjukan produksi komoditas alternatif yang harus dikorbankan untuk menghasilkan komoditas yang bersangkutan. Teori keunggulan komparatif David Ricardo dijelaskan lebih lanjut oleh teori cost comparative (labor efficiency) dan teori production comparative (labor productivity). Menurut teori cost comparative (labor efficiency), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut

38 22 berproduksi relatif kurang/tidak efisien. Sedangkan menurut Production comparative advantage (labor productivity), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasioanal jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak produktif (Hamdy, 2001). Sementara itu, J.S. Mill berpendapat bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu bila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) terbesar, dan akan mengkhususkan diri pada impor barang bila negara tersebut memiliki kerugian komparatif (comparative disadvantage) (Tambunan, 2001). Teori Heckser-Ohlin menyatakan bahwa suatu negara memiliki keunggulan komparatif dalam menghasilkan komoditi jika memanfaatkan kepemilikan faktor-faktor produksi yang melimpah di negaranya. Teori ini disebut juga sebagai teori keunggulan komparatif berdasarkan kelimpahan faktor (factor endowment theory of comparative advantage). Teori ini mengasumsikan bahwa setiap negara memiliki kesamaan fungsi produksi, sehingga faktor produksi yang sama menghasilkan output yang sama namun dibedakan oleh harga-harga relatif faktor produksi tiap negara. Kelebihan teori komparatif ini adalah mampu menjelaskan bagaimana perdagangan dapat terjadi walaupun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut. Kelemahan teori ini adalah teori disusun berdasarkan beberapa asumsi yang berbeda dengan dunia nyata. Hukum komparatif tersebut berlaku dengan beberapa asumsi, yaitu (1) hanya terdapat dua negara dan dua komoditi, (2)

39 23 perdagangan bersifat bebas, (3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam namun tidak ada mobilitas antara dua negara, (4) biaya produksi konstan, (5) tidak ada biaya transportasi, (6) tidak ada perubahan teknologi, dan (7) menggunakan teori nilai tenaga kerja. Asumsi satu sampai enam dapat diterima, tapi asumsi tujuh tidak dapat berlaku dan seharusnya tidak digunakan untuk menjelaskan keunggulan komparatif. Sementara itu, keunggulan komparatif menurut Sudaryanto dan Simatupang (1993) merupakan ukuran daya saing (keunggulan) potensial dalam arti daya saing yang akan dicapai pada perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali. Keunggulan komparatif tidak stabil dan cenderung berubah seiring berjalannya waktu dan perubahan produksi. Menurut Wilcox, Cochrane dan Hardt dalam Dahl dan Hammond (1977), ada beberapa alasan dalam perubahan keunggulan komparatif, yaitu (1) perubahan sumber daya alam seperti erosi tanah (2) perubahan dalam faktor-faktor biologis seperti peningkatan hama dan penyakit (3) perubahan harga input (4) peningkatan mekanisasi tanah dan (5) peningkatan transportasi yang lebih efisien dan lebih murah yang memberikan lebih banyak kemudahan bagi area jauh dari pasar. Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara atau bangsa untuk dapat bersaing di pasar internasional (Hamdy, 2001). Konsep keunggulan kompetitif adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa kondisi alami tidaklah perlu untuk dijadikan penghambat karena keunggulan pada dasarnya dapat diperjuangkan dan ditandingkan (dikompetisikan) dengan berbagai perjuangan/usaha. Keunggulan suatu negara bergantung pada kemampuan

40 24 perusahaan-perusahaan di dalam negara tersebut untuk berkompetisi dalam menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar (Porter, 1990). 2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pengukuran daya saing susu yang berorientasi pada kegiatan ekspor masih sangat terbatas dilakukan dan dipublikasikan oleh para akademisi ataupun peneliti. Secara umum penelitian yang dilakukan untuk mengukur daya saing telah banyak membahas komoditi sapi potong, penggemukan sapi potong dan komoditi di sektor pertanian lainnya. Namun dari hasil penelusuran literalur dan pustaka (perpustakaan dan internet), didapat beberapa penelitian yang relevan. Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua berdasarkan metode analisis dan komoditi. Penelitian terdahulu berdasarkan metode analisis yang mengukur daya saing dengan menggunakan alat analisis RCA (Revealed Comparative Advantage), EPD (Export Product Dynamic) dan CMS (Contant Market Share) telah banyak dilakukan oleh para akademisi/peneliti. Beberapa diantaranya adalah Gumilar (2010), dengan penelitian dengan judul Analisis Daya Saing Komoditi Sayuran Utama Indonesia di Pasar Internasional. Berdasarkan hasil analisis RCA pada komoditi sayuran Indonesia yang diekspor ke pasar internasional, didapatkan nilai RCA yang kurang dari satu untuk hampir semua komoditi sayuran yang diuji yaitu kol, jamur, bawang merah, kentang, cabai, dan tomat. Namun, pada tahuntahun tertentu komoditi kol dan jamur memiliki nilai RCA lebih dari satu. Sedangkan berdasarkan analisis EPD, komoditi kol, jamur, kentang dan cabai

41 25 berada pada kuadran Retreat dan Falling Star. Untuk komoditi bawang merah dan tomat, hasil analisis EPD berada pada kuadran Rising Star dan Lost Opportunity. Berdasarkan hasil analisis CMS terhadap komoditi kol dan cabai, pertumbuhan ekspor kol pada tahun disebabkan tingginya permintaan impor dunia akan komoditi tersebut. Pada komoditi jamur dan tomat, pertumbuhan ekspor jamur terjadi karena tingginya daya saing yang dimiliki oleh komoditi tersebut. Pada komoditi bawang merah, pertumbuhan ekspor dikarenakan Indonesia mengekspor komoditi bawang merah ke pasar-pasar yang permintaan impornya berkembang pesat. Pada komoditi kentang, efek komposisi komoditi ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan nilai ekspor kentang Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia mengekspor kentangnya ke pasar-pasar tujuan yang berkembang dengan pesat. Kedua, Karina (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Daya Saing Produk Indonesia yang Sensitif Terhadap Lingkungan dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya. Berdasarkan analisis daya saing komparatif dan kompetitif, dari empat produk yang dianalisis, hanya satu produk yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang tinggi, yaitu produk Palm kernel or babassu oil and frac (Minyak Sawit). Dua diantaranya lebih memiliki keunggulan komparatif, produk tersebut adalah Plywood consisting solely of sheets (Kayu Lapis) dan Semi-bleached or bleached Pulp of Paper (Bubur Kertas). Sedangkan produk Coniferous of Wood (kayu serabut) tidak mempunyai keunggulan komparatif maupun kompetitif. Hasil analisis CMS berdasarkan studi ini menunjukan bahwa daya saing keempat produk yang dianalisis dipengaruhi oleh

mengatasi insomnia, dan meredakan gangguan pencernaan.

mengatasi insomnia, dan meredakan gangguan pencernaan. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu dan Klasifikasinya Susu adalah cairan hasil pemerahan yang sempurna, dan terus menerus dari ambing sapi yang sehat tanpa dibubuhi atau dikurangi bahan tertentu. Susu merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan (2000-2010). Data sekunder diperoleh dari

Lebih terperinci

Lina Yanti *) dan Widyastutik *)1

Lina Yanti *) dan Widyastutik *)1 Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di Pasar Dunia Lina Yanti *) dan Widyastutik *)1 *) Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Jl. Kamper Kampus IPB Darmaga,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia di Pasar Dunia

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia di Pasar Dunia IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia di Pasar Dunia Transaksi yang dilakukan dalam perdagangan internasional adalah melalui ekspor dan impor. Ekspor merupakan kegiatan transaksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Oleh : Feryanto W. K. Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya

Lebih terperinci

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun PENGANTAR Latar Belakang Upaya peningkatan produksi susu segar dalam negeri telah dilakukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun ke tahun. Perkembangan usaha sapi perah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi dan bertambahnya tingkat pendapatan mayarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan yang

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 PROSPEK KERJASAMA PERDAGANGAN PERTANIAN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DAN SELANDIA BARU

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 PROSPEK KERJASAMA PERDAGANGAN PERTANIAN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DAN SELANDIA BARU LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 PROSPEK KERJASAMA PERDAGANGAN PERTANIAN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DAN SELANDIA BARU Oleh : Budiman Hutabarat Delima Hasri Azahari Mohamad Husein Sawit Saktyanu Kristyantoadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam pengembangan sektor pertanian sehingga sektor pertanian memiliki fungsi strategis dalam penyediaan pangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. 54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah

Lebih terperinci

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H14050818 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONESIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWARAN OLEH I MADE SANJAYA H

PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONESIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWARAN OLEH I MADE SANJAYA H PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONES SIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWA ARAN OLEH I MADE SANJAYA H14053726 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PROYEKSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris, dengan jumlah penduduk sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian, sedangkan kegiatan pertanian itu sendiri meliputi pertanian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia pada tahun 213 mengalami pertumbuhan sebesar 5.78%. Total produk domestik bruto Indonesia atas dasar harga konstan 2 pada tahun 213 mencapai Rp. 277.3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Analisis Keunggulan Kompetitif Lada Indonesia di Pasar Internasional ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Agung Hardiansyah, Djaimi Bakce & Ermi Tety Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, dan (6) Hipotesis Penelitian.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H14052235 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RIZA

Lebih terperinci

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat subur dan memiliki iklim yang baik untuk perkebunan tebu. Kepala Pusat

BAB I PENDAHULUAN. sangat subur dan memiliki iklim yang baik untuk perkebunan tebu. Kepala Pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Hal ini terbukti dengan keadaan tanah Indonesia yang sangat subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas sekarang ini, manusia dengan ide, bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah melewati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang tepat untuk

Lebih terperinci

OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK  Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN: 1907-1507 Ukuran Buku Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produksi Susu di Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Semarang Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang menjadi pusat pengembangan sapi perah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk produk peternakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil olahan fermentasi sudah banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. Salah satu yang populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan gaya hidup masyarakat pada saat ini tak terkecuali masyarakat Indonesia yang lebih mengutamakan kesehatan maka banyak produk kesehatan yang menjadi

Lebih terperinci