Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6 Tim Penyusun Pengarah : Dr. H. Alfitra Salamm, APU Penanggung Jawab : Drs. Djunaedi, M.Si. Sumadi, SH Penanggung Jawab Teknis Wkl. Penanggung Jawab teknis : Teguh Pramono, MA : Sumadi, SH Editor : Ir. Meity Trisnowati, M.Si Ahmad Arsani, S.IP Ahmad Musawir, S.Si, M.Si Penulis Naskah : Nur Budi Handayani, SST, M.Si Dwi Susilo, M.Si Amiek Chamami, SST, M.Stat Armadi Setiawan Sigit Wahyu Nugroho Pengolah Data : Sapta Hastho Ponco Eko Budiatmodjo Fetri Asnadi Sarla Gita Desain dan Lay-out : Rida Agustina Rini Sulistyowati Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan 2014 Diterbitkan oleh : Kementerian Pemuda dan Olahraga Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik ISBN:

7

8 SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya sehingga program penyusunan Buku Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan Dan Keolahragaan 2014 dapat diselesaikan. Menghadapi Asian Economic Community 2015 (AEC 2015) pembangunan di bidang kepemudaan adalah salah satu upaya yang harus diperhatikan dan direalisasikan secara serius. Perhatian pada bidang ini menjadi sebuah keharusan karena diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan yang berisi pembangunan kepemudaan dan pelayanan kepemudaan. Pemuda sebagai generasi penerus menjadi kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan (agent of change) yang merupakan perwujudan fungsi, peran, karakteristik dan kedudukannya yang strategis dalam pembangunan nasional. Selain itu, di bidang keolahragaan telah diatur dalam UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat martabat dan kehormatan bangsa. Dengan demikian pembangunan di bidang kepemudaan dan keolahragaan merupakan dua pilar yang terintegrasi dalam pembangunan nasional guna mewujudkan tujuan nasional. Dalam membangun kepemudaan dan keolahragaan diperlukan data dan informasi baik yang sudah berjalan maupun sedang berjalan untuk perencanaan kepemudaan dan keolahragaan ke depan. Buku Penyajian Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014 i

9 Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan ini diharapkan dapat menjadi acuan dasar untuk masyarakat, organisasi kepemudaan dan keolahragaan, para pelaku olahraga, serta instansi/lembaga dan pemangku kepentingan terkait lainnya dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan berbagai program kegiatan pembangunan di bidang kepemudaan dan keolahragaan maupun sebagai referensi pendukug bagi proses perumusan kebijakan. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berperan serta dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam proses peningkatan prestasi olahraga dan peran aktif pemuda di berbagai bidang pembangunan dalam rangka mewujudkan kepemudaan dan keolahragaan yang berdaya saing. Jakarta, Desember 2015 Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Dr. H. Alfitra Salamm, APU ii Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

10 SAMBUTAN KEPALA BIRO HUMAS, HUKUM DAN KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat rahmat dan karunia-nya, Kementerian Pemuda dan Olahraga yang bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik dapat menyelesaikan penyusunan Buku Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan Dan Keolahragaan Kementerian Pemuda dan Olahraga dalam hal ini sebagai pemerintah memiliki tantangan dalam bidang kepemudaan dan keolahragaan. Tantangan di bidang kepemudaan diantaranya memperkuat karakter dan jati diri para pemuda di era globalisasi, meningkatkan peran aktif pemuda serta meningkatkan peran organisasi kepemudaan dalam pengembangan kepemimpinan dan kepeloporan pemuda. Sementara itu, tantangan dalam bidang olahraga yang dihadapi diantaranya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berolahraga, meningkatkan pembibitan dan pengembangan bakat olahragawan berprestasi, meningkatkan sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan keolahragaan dan meningkatkan kerja sama dan kemitraan pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat termasuk industri olahraga. Dalam menghadapi segala tantangan tersebut maka disusunlah buku Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan Dan Keolahragaan 2014 yang berisi informasi mengenai kependudukan pemuda, tingkat pendidikan pemuda, ketenagakerjaan pemuda, kesehatan pemuda, permasalahan yang dihadapi pemuda, kegiatan olahraga, fasilitas olahraga serta prestasi olahraga dikancah nasional maupun Internasional yang telah dicapai sampai saat ini seperti, Olimpiade, Asian Games, Sea Games, dan PON. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014 iii

11 Buku ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak, baik dari kalangan masyarakat, pemuda dan para penggiat olahraga serta para pemangku kepentingan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan selain itu sebagai acuan untuk dapat memaksimalkan potensi kepemudaan dan keolahragaan utamanya dalam hal peningkatan prestasi. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya, sehingga penyusunan buku ini dapat diselesaikan. Jakarta, Desember 2015 Kepala Biro Humas, Hukum dan Kepegawaian Sekretariat Kementerian Pemuda dan Olahraga Drs. Djunaedi, M.Si iv Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

12 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan izin-nya penyusunan buku Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan 2014 dapat diselesaikan. Buku ini merupakan salah satu komitmen Badan Pusat Statistik dalam rangka memenuhi kebutuhan data dari Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk mendukung keberhasilan program pembangunan kepemudaan dan keolahragaan. Buku Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan berisikan gambaran makro kepemudaan dan keolahragaan di Indonesia yang meliputi aspek kependudukan pemuda, pendidikan pemuda, ketenagakerjaan pemuda, kesehatan pemuda, dan kegiatan olahraga, fasilitas olahraga serta prestasi olahraga secara nasional dan internasional yang telah dicapai sampai saat ini seperti Olimpiade, Asian Games, Sea Games dan PON. Kepada semua pihak dan tim penyusun yang telah memberikan kontribusinya dalam penyusunan publikasi ini, baik langsung maupun tidak langsung diucapkan terima kasih. Kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan publikasi yang akan datang sangat diharapkan. Jakarta, Desember 2015 Direktur Statistik Kesejahteraan Rakyat Badan Pusat Statistik Teguh Pramono, MA n Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014 v

13

14 Ringkasan Eksekutif Kepemudaan Pemuda menempati posisi strategis, baik sebagai pelaku pembangunan maupun penerus pembangunan di masa datang. Pemuda adalah simbol dari idealisme, semangat dan cita-cita sebuah bangsa. Pemuda merupakan harapan dan tulang punggung bangsa di masa depan. Jumlah pemuda Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 61,83 juta jiwa atau sekitar 24,53 persen dari 252,04 juta jiwa penduduk Indonesia. Pada tahun 2014 ini, pemuda mempunyai jumlah yang paling kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berusia di bawah 16 tahun (76,68 juta) dan penduduk di atas 30 tahun (113,52 juta). Rasio jenis kelamin pemuda pada tahun 2014 sebesar 101,38 yang berarti bahwa dari setiap 100 orang pemuda perempuan, terdapat sekitar 101 orang pemuda laki-laki. Menurut tipe daerah, proporsi pemuda di perkotaan (25,92 persen) lebih besar dibandingkan proporsi pemuda di perdesaan (23,14 persen). Persentase pemuda Indonesia yang tidak bisa membaca dan menulis atau buta huruf rendah, yaitu hanya sebesar 0,64 persen. Angka buta huruf pemuda di perdesaan lebih tinggi dibanding di perkotaan. Dilihat dari partisipasi sekolah, hampir seluruh pemuda telah mengakses pendidikan. Hanya 1,05 persen pemuda yang tidak pernah mengakses pendidikan sama sekali. Rata-rata lama sekolah yang berhasil dicapai para pemuda secara keseluruhan adalah 10,01 tahun atau rata-rata pemuda telah dapat menyelesaikan pendidikan hingga kelas 1 Sekolah Menengah (SM). Dari sisi kesehatan, sekitar 8,77 persen pemuda mengalami sakit dalam sebulan terakhir. Secara umum, lama sakit yang diderita oleh pemuda adalah kurang dari satu minggu (1 7 hari). Pengobatan modern Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014 vii

15 lebih banyak dipilih oleh pemuda untuk mengobati keluhan kesehatannya. Tempat layanan kesehatan yang paling banyak dikunjungi oleh pemuda dalam upaya mengobati sakit yang diderita adalah praktek dokter (33,55 persen), praktek tenaga kesehatan (30,85 persen) dan puskesmas (27,57 persen). Pemuda memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan, termasuk diantaranya memasuki usia kerja.berdasarkan data Sakernas 2014 sebesar 51,03 persen pemuda di Indonesia selama seminggu terakhir melakukan kegiatan bekerja. Apabila dilihat menurut jenis kelamin,persentase pemuda laki-laki yang bekerja lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda perempuan (63,32 persen berbanding 38,50 persen). Sektor pertanian, perdagangan, dan industri adalah tiga sektor utama yang banyak menyerap tenaga kerja pemuda persentasenya berturut-turut adalah 25,23 persen, 22,86 persen, dan 18,20 persen. Menurut status pekerjaan memberikan gambaran tentang kedudukan seseorang dalam pekerjaan. Lebih dari separuh 53,77 persen pemuda di Indonesia yang bekerja berstatus sebagai buruh/karyawan, selebihnya berstatus sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar (19,15 persen) dan berusaha sendiri (10,67 persen). Keolahragaan Penyelenggaraan keolahragaan di Indonesia diatur dalam Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN). Setiap warga negara diberi hak yang sama untuk melakukan kegiatan olahraga, memperoleh pelayanan dalam kegiatan olahraga, memilih dan mengikuti jenis atau cabang olahraga yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Selanjutnya, semua unsur yaitu orang tua, masyarakat, dan pemerintah berkewajiban untuk berperan serta dalam perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan keolahragaan. Berdasarkan data dari BPS sampai dengan saat ini, apresiasi masyarakat dalam berolahraga masih rendah. Berdasarkan hasil viii Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

16 Susenas MSBP Tahun 2012, penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melakukan olahraga hanya sekitar 25 persen saja. Hal ini berarti dari 100 penduduk Indonesia berumur 10 tahun ke atas, ada 25 orang yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, sedangkan 75 orang lainnya tidak melakukan olahraga. Dibedakan menurut tempat tinggal, tingkat partisipasi olahraga penduduk perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk perdesaan. Sementara itu, partisipasi penduduk lakilaki lebih tinggi 9,29 persen dari partisipasi perempuan dalam melakukan olah raga. Ditinjau dari motivasi penduduk melakukan olah raga, mayoritas penduduk (66,63 persen) melakukan olahraga dengan tujuan menjaga kesehatan. Sementara itu, hanya sebagian kecil saja dari mereka yang melakukannya dengan tujuan prestasi dan rekreasi yaitu masing-masing sebesar 8,06 persen dan 3,27 persen. Selanjutnya dari sisi frekuensi berolah raga, sebesar 66,68 persen penduduk berumur 10 Tahun ke atas berolah raga setidaknya satu hari dalam seminggu. Sementara itu, penduduk 10 Tahun ke atas yang berolahraga selama 2-4 hari dalam seminggu sebesar 24,92 persen. Hanya sekitar 5 persen penduduk 10 Tahun ke atas yang berolahraga hampir setiap hari. Adapun intensitas berolahraga yaitu berapa menit dalam sehari seseorang melakukan olahraga. Hasil Susenas MSBP 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk melakukan olahraga dengan intensitas tidak lebih dari satu jam dalam sehari. Persentase penduduk yang melakukan olahraga rata-rata menit dalam sehari sebesar 50,14 persen dan menit sebesar 34,02 persen. Jalur sekolah merupakan wadah olah raga yang paling banyak diakses penduduk untuk berolah raga, persentase penduduk 10 tahun ke atas yang melakukan olah raga melalui jalur sekolah adalah sebesar 56,06 persen. Selain sekolah, cukup banyak penduduk berolah raga dengan jalur sendiri, yaitu sebesar 26,75 persen. Sementara yang Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014 ix

17 melakukan olah raga dengan memanfaatkan jalur perkumpulan olahraga sebesar 12,92 persen dan yang tempat bekerja sebesar 7,14 persen. Sisanya adalah dengan memanfaatkan jalur lainnya (7,57 persen). Berdasarkan data dari BPS senam, jogging, dan sepak bola adalah tiga jenis olah raga yang paling banyak diminati penduduk. Dibedakan dari tempat tinggal, penduduk perkotaan lebih menyukai jenis olah raga yang dapat dilakukan sendiri seperti jogging yang mana persentase penduduk perkotaan yang melakukan jogging/gerak jalan adalah sebesar 24,05 persen. Sebaliknya, penduduk di daerah perdesaan, umumnya lebih menyukai jenis olahraga berbentuk permainan dan dilakukan bersama-sama atau berkelompok, seperti senam, sepak bola, dan bola voli. Misal untuk permainan bola voli, persentase penduduk perdesaan yang melakukan bola voli adalah sebesar 12,93 persen atau hampir tiga kali dari persentase penduduk perkotaan yang melakukan bola voli. Ketersediaan fasilitas olahraga baik fisik dan non fisik dapat mendukung peningkatan partisipasi penduduk dalam berolah raga. Berdasarkan data Podes 2014, persentase desa/kelurahan yang memiliki fasilitas olah raga fisik berupa lapangan bola voli adalah sebesar 66,89 persen. Selanjutnya persentase desa yang memiliki lapangan sepak bola sebesar 54,38 persen, dan lapangan bulu tangkis sebesar 42,34 persen. Untuk fasilitas olah raga non fisik seperti perkumpulan olah raga, tiga kelompok kegiatan olahraga yang paling banyak tersedia di desa/kelurahan adalah kelompok olah raga sepak bola, bola voli, dan bulu tangkis. Status keberhasilan, tingkat perkembangan serta kondisi pembinaan olahraga dapat dilihat dari prestasi olahraga. Berdasarkan data yang diolah BPS, selama hampir dua dekade terakhir ini prestasi olahraga Indonesia di arena olahraga Internasional multi cabang seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade mengalami pasang surut. Prestasi Indonesia bahkan cenderung menurun jika dibandingkan dengan x Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

18 kemajuan prestasi olahraga bangsa-bangsa lain di Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura. Menurunnya prestasi olahraga Indonesia dapat dilihat pada perhelatan Asian Games XXVII tahun 2014 di Incheon, Korea Selatan. Pada saat itu, Indonesia berada di urutan ke-17 dengan memperoleh 4 medali emas, 5 medali perak, dan 11 medali perunggu. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014 xi

19

20 DAFTAR ISI Halaman KATA SAMBUTAN KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL LAMPIRAN DAFTAR TABEL SAMPLING ERROR DAFTAR PETA DAFTAR ISTILAH/GLOSSARY i v vii xiii xv xix xxi xxv xxvii xxix BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sistematika Penyajian 5 BAB 2 METODOLOGI Sumber Data Ruang Lingkup Konsep dan Definisi Metode Analisis 18 BAB 3 KEPENDUDUKAN Jumlah dan Distribusi Pemuda Komposisi Pemuda menurut Jenis Kelamin Komposisi Pemuda menurut Kelompok Umur Komposisi Pemuda menurut Status Perkawinan Komposisi Pemuda menurut Status Dalam Rumah Tangga 31 BAB 4 PENDIDIKAN Partisipasi Pendidikan Angka Buta Huruf Rata-rata Lama Sekolah Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 47 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014 xiii

21 Halaman BAB 5 KETENAGAKERJAAN Pemuda Menurut Jenis Kegiatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pemuda Pemuda Bekerja menurut Lapangan Usaha Pemuda Bekerja menurut Status Pekerjaan Pemuda Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka Pemuda 59 BAB 6 KESEHATAN Keluhan Kesehatan Jenis Keluhan Kesehatan Lama Sakit Kebiasaan Berobat 72 BAB 7 KEGIATAN OLAHRAGA Partisipasi Berolahraga Tujuan Berolahraga Frekuensi dan Intensitas Berolahraga Jalur Kegiatan Olahraga Jenis Olahraga 96 BAB 8 FASILITAS OLAHRAGA Lapangan/Gelanggang Olahraga Kelompok Kegiatan Olahraga Induk Organisasi Cabang Olahraga 107 BAB 9 PRESTASI OLAHRAGA Pekan Olahraga Nasional SEA GAMES ASEAN GAMES Olimpiade 127 DAFTAR PUSTAKA 135 LAMPIRAN TABEL 139 ESTIMASI KESALAHAN SAMPLING 235 LAMPIRAN PETA 285 xiv Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

22 DAFTAR TABEL Tabel Judul Halaman 3.1 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur dan Daerah Tempat Tinggal, Proporsi dan Perkiraan Jumlah Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Persentase Pemuda menurut Pulau dan Jenis Kelamin, Perkiraan Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Angka Rasio Jenis Kelamin Pemuda menurut Tipe Daerah, Persentase Pemuda yang Pernah Kawin menurut Kelompok Umur, Tipe daerah dan Jenis Kelamin, Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Status dalam Rumah Tangga, Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, Persentase Pemuda menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, Angka Partisipasi Sekolah Formal dan Formal + Nonformal Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, Persentase Pemuda yang Buta Huruf menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2012, 2013 dan Persentase Pemuda yang Buta Huruf menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, Rata- Rata Lama Sekolah (dalam tahun) Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Jenis Kegiatan, Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Tipe Daerah, Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014 xv

23 Tabel Judul Halaman 5.3 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe Daerah, Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Tipe Daerah, Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Selama Seminggu Terakhir dan Tipe Daerah, TPT Pemuda menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe daerah, Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Sebulan Terakhir menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenis Keluhan, Proporsi Pemuda yang Sakit menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Persentase Pemuda yang Sakit menurut Lamanya Sakit dan Tipe Daerah, Persentase Pemuda yang Sakit menurut Lamanya Sakit dan Jenis Kelamin, Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Jenis Obat, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Persentase Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Tempat Berobat, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Tahun Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Tujuan Olahraga, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tujuan Olahraga, xvi Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

24 Tabel Judul Halaman 7.4 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan dan Lama Berolahraga (Hari), Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Jalur Melakukan Olahraga, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan dan Jalur Melakukan Olahraga, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan dan Tipe Daerah, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan dan Kelompok Umur, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan/Gelanggang Olahraga menurut Jenis Olahraga, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga menurut Jenis Olahraga, Daftar Nama Cabang /Perkumpulan Olahraga di Indonesia beserta Induk Organisasi Olahraga, Perkembangan Pekan Olahraga Nasional (PON) menurut Waktu Penyelenggaraan, Tempat Penyelenggaraan, dan Juara Umum 9.2 Perkembangan Peringkat 5 Besar Perolehan Medali pada PON XV-XVIII, Tahun Keikutsertaan Indonesia dalam Sea Games menurut Penyelenggaraan dan Jumlah Negara yang Mengikuti 9.4 Prestasi Indonesia dalam SEA Games menurut Tahun Kejuaraan, Jumlah Negara Peserta, Peringkat, dan Perolehan Medali Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014 xvii

25 Tabel Judul Halaman 9.5 Keikutsertaan Indonesia dalam Asian Games menurut Penyelenggaraan dan Jumlah Negara yang Mengikuti 9.6 Prestasi Indonesia dalam Asian Games menurut Tahun Kejuaraan, Jumlah Negara Peserta, Peringkat, dan Perolehan Medali 9.7 Keikutsertaan Indonesia pada Olimpiade menurut Penyelenggaraan, Jumlah Negara yang Mengikuti, dan Peringkat Indonesia 9.8 Prestasi Indonesia dalam Olimpiade menurut Penyelenggaraan,Peringkat, dan Perolehan Medali xviii Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

26 DAFTAR GAMBAR Gambar Judul Halaman 3.1 Persentase Pemuda menurut Kelompok Umur (Tahun) dan Tipe Daerah, Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan, Persentase Pemuda menurut Status Perkawinan, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, TPAK Penduduk Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Jenis Pengobatan dan Tipe Daerah, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daerah, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Kelompok Umur, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daerah dan Lama Berolahraga (Hari), Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Tipe Daerah dan Rata-rata Lama Berolahraga per Hari (Menit), Perkembangan Peringkat Indonesia dalam Asian Games, Perkembangan Peringkat Indonesia dalam Olimpiade, Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014 xix

27

28 DAFTAR TABEL LAMPIRAN Tabel Judul Halaman Perkiraan Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, Perkiraan Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Kelompok Umur, Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Status Perkawinan, Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Status Dalam Rumah Tangga, 2014 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Status Dalam Rumah Tangga, Persentase Pemuda Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, dan Partisipasi Sekolah, Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Status Sekolah, Persentase Pemuda yang Buta Huruf Menurut Provinsi Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Rata-rata Lama Sekolah (dalam Tahun) Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Kegiatan Utama Selama Seminggu Terakhir, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Usaha, 2014 Persentase Pemuda yang Bekerja selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014 xxi

29 Tabel Judul Halaman Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Status Pekerjaan Utama, 2014 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Jumlah Jam Kerja Seminggu Terakhir, 2014 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Proporsi Pemuda yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, Proporsi Pemuda yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir Menurut Provinsi dan Jenis Keluhan, Angka Kesakitan Pemuda Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, Persentase Pemuda yang Sakit Selama Sebulan Terakhir Menurut Provinsi dan Lamanya Sakit, Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri Menurut Provinsi dan Jenis Obat/Pengobatan yang Digunakan, Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Provinsi dan Tempat Berobat, 2014 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2012 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Tujuan Olahraga, 2012 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Lamanya Melakukan Olahraga (Hari), 2012 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Rata-rata Lamanya Melakukan Olahraga per Hari, 2012 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Jalur Melakukan Olahraga, xxii Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

30 Tabel Judul Halaman Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan Sepak Bola menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan Bola Voli menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan Bulu Tangkis menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan Bola Basket menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan Tenis Lapangan menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Gelanggang Renang menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Sepak Bola menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Bola Voli menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Bulu Tangkis menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Bola Basket menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Tenis Lapangan menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Renang menurut Provinsi, Jumlah Perolehan Medali PON XV/2000 menurut Provinsi, Jumlah Medali, dan Rangking, Jumlah Perolehan Medali PON XVI/2004 menurut Provinsi, Jumlah Medali, dan Rangking, Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014 xxiii

31 Tabel Judul Halaman Jumlah Perolehan Medali PON XVII/2008 menurut Provinsi, Jumlah Medali, dan Rangking, Jumlah Perolehan Medali PON XVIII/2012 menurut Provinsi, Jumlah Medali, dan Rangking, xxiv Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

32 DAFTAR TABEL SAMPLING ERROR Tabel Judul Halaman Sampling error Persentase Pemuda Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, Sampling error Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pemuda Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, Sampling error Angka Buta Huruf (ABH) Pemuda Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, Sampling error Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Pemuda Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, Sampling error Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pemuda Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, Sampling error Persentase Pemuda yang Bekerja Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, Sampling error Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, Sampling error Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, Sampling error Angka Kesakitan Pemuda Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, Sampling error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Sendiri Selama Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Melalui Perkumpulan Sekolah Selama Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Melalui Perkumpulan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Melalui Perkumpulan Di Tempat Kerja Selama Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014 xxv

33 Tabel Judul Halaman Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Melalui Kegiatan Lainnya Selama Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) Selama Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Jogging/Gerak Jalan Selama Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Sepak Bola Selama Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Lamanya Olahraga Satu Hari Dalam Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Lamanya Olahraga 2-4 Hari Dalam Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Lamanya Olahraga 5-6 Hari Dalam Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Lamanya Olahraga 7 Hari Dalam Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Dengan Tujuan Menjaga Kesehatan Dalam Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Dengan Tujuan Prestasi Dalam Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Dengan Tujuan Rekreasi Dalam Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, Sampling Error Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Dengan Tujuan Lainnya Dalam Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, xxvi Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

34 DAFTAR PETA Peta Judul Halaman 1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan Sepak Bola menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan Bola Voli menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Fasilitas Lapangan Bulu Tangkis menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Sepak Bola menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Bola Voli menurut Provinsi, Persentase Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga Bulu Tangkis menurut Provinsi, Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014 xxvii

35

36 DAFTAR ISTILAH/GLOSSARY APK : Angka Partisipasi Kasar APS : Angka Partisipasi Sekolah ABH : Angka Buta Huruf BPS : Badan Pusat Statistik IOC : International Olympic Committee IPM : Indek Pembangunan Manusia ISI : Ikatan Sport Indonesia Kemdiknas : Kementerian Pendidikan Nasional Kemenpora : Kementerian Pemuda dan Olahraga KEMSOS RI : Kementerian Sosial Republik Indonesia KONI : Komite Olahraga Nasional Indonesia KORI : Komite Olimpiade Republik Indonesia KUPP : Kelompok Usaha Pemuda Produktif LCC : Lomba Customs Cycling MSBP : Modul Sosial Budaya dan Pendidikan Podes : Potensi Desa PON : Pekan Olahraga Nasional PORI : Persatuan Olahraga Republik Indonesia PPAN : Pertukaran Pemuda Antar Negara PPLM : Pusat Pembinaan dan Latihan Mahasiswa PSKS : Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial PSM : Pekerja Sosial Masyarakat PT : Perguruan Tinggi RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah SAKERNAS : Survei Angkatan Kerja Nasional Sea Games : Southeast Asian Games SEAP Games : Southeast Asian Peninsular Games SD : Sekolah Dasar SDM : Sumber Daya Manusia SKJ : Senam Kesegaran Jasmani SKN : Sistem Keolahragaan Nasional SM : Sekolah Menengah SMA : Sekolah Menengah Atas Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014 xxix

37 SMK SMP SPP SP-3 SUKMA Susenas TAGANA TPAK TPT WHO : Sekolah Menengah Kejuruan : Sekolah Menengah Pertama : Sentra Pemberdayaan Pemuda : Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan : Surat Keterangan Melek Aksara : Survei Sosial Ekonomi nasional : Taruna Siaga Bencana : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja : Tingkat Pengangguran Terbuka : World Health Organization xxx Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

38

39

40 PENDAHULUAN Latar Belakang Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) berupaya untuk mewujudkan visi pembangunan yaitu "Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur" dan melaksanakan Misi Pembangunan Nasional yaitu "Mewujudkan bangsa yang berdaya saing" sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdaya saing dalam lingkup kepemudaan diartikan "memiliki kemampuan berkompetisi yang dihasilkan melalui pola pengaderan dan peningkatan potensi pemuda secara terencana, sistematis, dan berkelanjutan sesuai dengan metode pendidikan dan pelatihan. Termasuk pemagangan, pembimbingan, pendampingan, serta pemanfaatan kajian, kemitraan, dan sentra pemberdayaan pemuda yang terus-menerus dikembangkan sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Pengembangan tersebut menciptakan nilai tambah kepemudaan di berbagai bidang pembangunan, serta peningkatan akhlak mulia dan prestasi pemuda Indonesia di kancah kompetisi global." Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2009 menyebutkan bahwa pemuda adalah warga negara Indonesia yang berusia tahun. Sementara itu, berdaya saing dalam lingkup keolahragaan diartikan sebagai "memiliki kemampuan berkompetisi yang dihasilkan melalui pola pembinaan dan pengembangan pelaku, ketenagaan, pengorganisasian, pendanaan, pola pelatihan, penghargaan, prasarana, dan sarana olahraga secara Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

41 berjenjang dan berkelanjutan. Pembinaan ini sesuai dengan metode penataran, pelatihan, penyuluhan, pembimbingan, pemasyarakatan, perintisan, penelitian, uji coba, dan kompetisi yang telah menerapkan manajemen dan iptek olahraga modern, serta pemanfaatan bantuan, pemudahan, dan sentra keolahragaan sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal dalam kompetisi bertaraf regional atau internasional". Dalam mewujudkan kepemudaan dan keolahragaan yang berdaya saing, Kemenpora menemui beberapa tantangan. Tantangan di bidang kepemudaan antara lain adalah (i) memperkuat karakter dan jati diri pemuda di era globalisasi; (ii) meningkatkan peran aktif pemuda untuk menghadapi ASEAN Economic Community 2015; dan (iii) meningkatkan peran organisasi kepemudaan dalam pengembangan kepemimpinan dan kepeloporan pemuda. Sementara itu, tantangan di bidang olah raga yang dihadapi adalah : (i) meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berolah raga; (ii) meningkatkan pembibitan dan pengembangan bakat olahragawan berprestasi; (iii) meningkatkan sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan keolahragaan; dan (iv) meningkatkan kerja sama dan kemitraan pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat termasuk industri olah raga. Guna memperoleh strategi yang tepat dalam menghadapi tantangan pembangunan di bidang kepemudaan dan keolahragaan, diperlukan data dan informasi untuk menggambarkan kondisi dan situasi pemuda dan olah raga di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka disusun Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan 2014 dengan harapan dapat menjadi salah satu acuan dalam mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan di bidang kepemudaan dan keolahragaan. Selain itu, juga menjamin konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan di bidang kepemudaan dan keolahragaan. 4 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

42 1.2 Tujuan Tujuan penyusunan Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan 2014 secara umum adalah untuk memperoleh gambaran rinci dan menyeluruh tentang hasil pembangunan di bidang kepemudaan dan keolahragaan baik di level nasional maupun regional. Dengan demikian, data dan informasi yang disajikan dapat digunakan sebagai bahan untuk penyusunan berbagai program dan sebagai sarana evaluasi program sebelumnya baik oleh pemerintah, peneliti, lembaga swasta, dan masyarakat pada umumnya. 1.3 Sistematika Penyajian Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan 2014 disajikan dalam sembilan bagian (bab). Ringkasan eksekutif yang disajikan pada bagian awal publikasi dimaksudkan untuk memberikan gambaran ringkas dan menyeluruh kepada pembaca mengenai keseluruhan isi publikasi. Uraian yang lebih rinci disajikan dalam bab-bab sesuai dengan tema pokok bahasan dari publikasi. Pada bagian pertama (Bab I) disajikan hal-hal yang menjadi latar belakang dan tujuan penyusunan publikasi, serta sistematika penyajian publikasi Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan Selanjutnya, Bab Metodologi yang terdiri dari sumber, metode pengumpulan data, konsep dan definisi operasional disajikan pada bagian kedua (Bab II). Lima bagian berikutnya (Bab III-VI) secara berturut-turut menyajikan gambaran mengenai kondisi dan perkembangan pemuda dari berbagai aspek diantaranya kependudukan, pendidikan, ketenagakerjaan dan kesehatan. Kemudian tiga bagian berikutnya (Bab VII-IX) menyajikan aspek yang berhubungan dengan keolahragaan. Indikator penting yang dicakup dalam aspek kependudukan menyangkut perkembangan jumlah pemuda, rasio jenis kelamin, kelompok umur, status perkawinan dan status dalam rumah tangga. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

43 Aspek pendidikan digambarkan oleh partisipasi sekolah, angka buta huruf, lama sekolah, serta tingkat pendidikan yang ditamatkan. Bahasan mengenai ketenagakerjaan pemuda meliputi jenis kegiatan, tingkat partisipasi angkatan kerja, lapangan usaha, status pekerjaan, jumlah jam kerja dan tingkat pengangguran. Aspek kesehatan meliputi keluhan kesehatan dan jenisnya, angka kesakitan, lama sakit serta kebiasaan berobat. Indikator keolahragaan dilihat dari aspek kegiatan olahraga yang meliputi partisipasi olahraga, tujuan berolahraga, frekuensi dan intensitas berolahraga, jalur kegiatan olahraga, dan jenis olahraga. Aspek fasilitas olah raga meliputi lapangan/gelanggang olahraga, kelompok kegiatan olahraga, dan induk organisasi cabang olahraga. Kemudian Aspek prestasi olahraga meliputi sejarah perkembangan olahraga, prestasi nasional dan prestasi internasional. 6 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

44 DATA SUSENAS METODE ANALISIS KONSEP DEFINISI

45

46 METODOLOGI Sumber Data Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan 2014 menggunakan beberapa sumber data, diantaranya adalah data yang dihasilkan oleh BPS, data dari Kemenpora, dan data dari media cetak. Namun demikian, sumber data utama yang digunakan adalah data yang berasal dari hasil survei yang dilaksanakan oleh BPS. Berikut adalah sumber data utama dalam Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan 2014 : A. Bab Terkait Kepemudaan Pada bab yang terkait tema kepemudaan, digunakan sumber data utama yang berasal dari : 1. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor Tahun 2014, sebagai dasar untuk memperoleh gambaran makro mengenai kondisi dan potensi pemuda dari sisi demografi, kesehatan, ketenagakerjaan dan pendidikan. 2. Data Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan Tahun 2012, sebagai dasar untuk memperoleh gambaran makro mengenai keterangan kegiatan sosial budaya termasuk olahraga yang dilakukan oleh pemuda. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

47 3. Data hasil Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) Agustus Tahun 2014, untuk memperoleh gambaran mengenai ketenagakerjaan pemuda. B. Bab Terkait Keolahragaan Pada bab yang terkait tema kepemudaan, digunakan sumber data utama yang berasal dari : 1. Data hasil pendataan Potensi Desa (Podes) yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS), sebagai dasar untuk memperoleh gambaran mengenai fasilitas dan perkumpulan olahraga. Data Podes yang digunakan dalam analisis mencakup lima series data, yaitu data Podes tahun 2003, 2005, 2008, 2011, dan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (MSBP) yang diselenggarakan oleh BPS, sebagai dasar untuk memperoleh gambaran mengenai partisipasi olahraga yang dilakukan masyarakat. Data Modul Sosial Budaya dan Pendidikan Susenas yang digunakan dalam analisis mencakup empat series data, yaitu data tahun 2003, 2006, 2009, dan Ruang Lingkup Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan 2014 disajikan pada level provinsi dan nasional. Cakupan series data untuk beberapa indikator kepemudaan dan keolahragaan secara umum adalah antara tahun 2003 hingga tahun Khusus untuk data yang bersumber dari Susenas MSBP series data hanya disajikan hingga tahun Hal ini dikarenakan data terakhir Susenas MSBP yang tersedia adalah hasil dari pelaksanaan Susenas MSBP tahun Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

48 2.3 Konsep dan Definisi Terdapat beberapa istilah ataupun indikator yang digunakan dalam Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan Untuk menghindari perbedaan pemahaman dan interpretasi terhadap istilah atau indikator tersebut, maka perlu dijelaskan konsep dan definisi setiap istilah ataupun indikator yang disajikan. Penjelasan konsep dan definisi beberapa variabel atau jenis data yang digunakan publikasi ini berasal dari konsep dan definisi operasional yang digunakan dalam survei yang menjadi sumber data publikasi, yaitu Podes, Susenas Kor, Susenas MSBP, dan Sakernas. Berikut penjelasan konsep dan definisi istilah ataupun indikator yang digunakan: Rumah Tangga Biasa adalahseseorang atau sekelompok orang yang mendiami atau tinggal bersama di sebagian atau seluruh bangunan fisik/bangunan sensus dan biasanya makan dari satu dapur. Yang dimaksud satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola menjadi satu. Beberapa orang yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa. Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang pada waktu pencacahan berada di rumah tangga tersebut maupun yang sedang bepergian kurang dari 6 bulan dan tidak berniat pindah. Tidak termasuk anggota rumah tangga yaitu orang yang telah bepergian selama 6 bulan atau lebih, atau kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah (akan meninggalkan rumah selama 6 bulan atau lebih). Di sisi lain, orang yang telah 6 bulan atau lebih tinggal di rumah tangga yang sedang dicacah atau yang telah tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap dianggap sebagai anggota rumah tangga dari rumah tangga yang sedang dicacah tersebut. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

49 Pemuda adalah penduduk berumur tahun. Kawin adalah mempunyai isteri (bagi pria) atau suami (bagi wanita) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun tinggal terpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami isteri. Cerai hidup adalah berpisah sebagai suami-isteri karena bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin, misalnya suami/isteri ditinggalkan oleh isteri/suami ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi mengaku pernah hamil, dianggap sebagai cerai hidup. Cerai mati adalah ditinggal mati oleh suami atau isterinya dan belum kawin lagi. Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan pada suatu daerah dan pada waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan. Buta Huruf adalah tidak dapat membaca surat atau kalimat sederhana dengan suatu huruf, termasuk huruf Braille. Orang cacat yang pernah dapat membaca dan menulis digolongkan tidak buta huruf. Angka Partisipasi Sekolah adalah nilai perbandingan (dalam persen) banyaknya penduduk yang bersekolah terhadap total penduduk, menurut batasan umur sekolah pada setiap jenjang pendidikan formal dan nonformal (Paket A setara SD, Paket B setara SMP dan Paket C setara SM). Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang sudah ditamatkan oleh seseorang yang sudah 12 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

50 tidak sekolah lagi atau jenjang pendidikan tertinggi yang pernah diduduki dan ditamatkan oleh seseorang yang masih bersekolah. Bersekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal (pendidikan dasar yaitu SD/sederajat dan SMP/sederajat, pendidikan menengah yaitu SMA/sederajat dan pendidikan tinggi yaitu PT/sederajat) maupun non formal (Paket A setara SD, paket B setara SMP dan paket C setara SMA) yang berada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Kementerian Agama (Kemenag), instansi lainnya negeri maupun swasta. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, meliputi SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat, SM/MA/sederajat dan PT. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Meliputi pendidikan kecakapan hidup (kursus), pendidikan anak usia dini (PAUD) atau pra-sekolah, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan (paket A, paket B, dan paket C) serta pendidikan lainnya yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak/belum pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan, termasuk mereka yang tamat/belum tamat Taman Kanak-kanak yang tidak melanjutkan ke Sekolah Dasar. Belum tamat SD adalah pernah/sedang bersekolah di SD atau yang sederajat tetapi tidak/belum tamat. SD meliputi Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah dan sederajat. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

51 SMP meliputi jenjang pendidikan SMP Umum, Madrasah Tsanawiyah, SMP kejuruan dan sederajat. SM meliputi jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah dan sederajat. Diploma/Sarjana adalah program DI/DII/DIII atau mendapatkan gelar sarjana muda pada suatu akademi/perguruan tinggi yang menyelenggarakan program diploma/mengeluarkan gelar sarjana muda, program pendidikan diploma IV, sarjana pada suatu perguruan tinggi, program pendidikan pasca sarjana (master atau doktor), spesialis 1 atau 2 pada suatu perguruan tinggi. Angkatan Kerja Pemuda adalah penduduk berumur tahun yang selama seminggu sebelum pencacahan mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun sementara tidak bekerja, atau yang sedang mencari pekerjaan. Bukan Angkatan Kerja Pemuda adalah penduduk berumur 16-30tahun yang selama seminggu sebelum pencacahan hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, atau melakukan kegiatan lainnya. Dapat juga berarti tidak melakukan kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan. Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh/membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu sebelum pencacahan. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus (termasuk pekerja keluarga tanpa upah, yang membantu dalam kegiatan usaha/ekonomi). Menganggur adalah mereka yang termasuk angkatan kerja tetapi tidak bekerja. Mencari Pekerjaan adalah kegiatan dari mereka yang bekerja tetapi karena suatu hal masih mencari pekerjaan; atau mereka yang dibebas tugaskan dan akan dipanggil kembali tetapi sedang berusaha untuk 14 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

52 mendapatkan pekerjaan; atau mereka yang pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan; atau mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Mempersiapkan suatu usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha yang baru, yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan/keuntungan atas resiko sendiri, dengan atau tanpa mempekerjakan buruh/karyawan/pegawai dibayar maupun tak dibayar. Mempersiapkan suatu usaha yang dimaksud adalah apabila seseorang telah/sedang melakukan tindakan nyata seperti mengumpulkan modal atau alat, mencari lokasi, mengurus surat ijin usaha, dsb. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. TPAK dihitung dengan rumus: Jumlah Angkatan Kerja TPAK = X 100% Jumlah Penduduk Usia Kerja Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas. Namun pada publikasi ini umur dibatasi tahun. Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/ perusahaan/instansi tempat seseorang bekerja. Status Pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan, misalnya berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain, berusaha dibantu buruh tetap, atau buruh/karyawan. Jam Kerja adalah jumlah waktu (dalam jam) yang digunakan untuk bekerja. Tingkat Pengangguran Terbuka adalah persentase angkatan kerja yang aktif mencari pekerjaan dan tidak sedang mempunyai pekerjaan. TPT dihitung dengan rumus: Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

53 Jumlah Orang yang Mencari Pekerjaan TPT = X 100% Jumlah Angkatan Kerja Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan baik karena penyakit, kecelakaan, kriminal dll. Sakit adalah menderita penyakit baik akut maupun kronis atau gangguan kesehatan lainnya yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu. Orang yang mempunyai keluhan kesehatan (misalnya masuk angin atau pilek) tetapi kegiatan sehari-harinya tidak terganggu dianggap tidak sakit. Olahraga adalah kegiatan seseorang dengan sengaja meluangkan waktunya untuk melakukan satu atau lebih kegiatan fisik, dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani secara teratur, atau meningkatkan prestasi atau untuk hiburan. Kegiatan olahraga dapat berupa latihan atau pertandingan atau rekreasi/hiburan. Olahragawan/atlet adalah pengolahraga yang mengikuti pelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk mencapai prestasi. Prestasi adalah hasil upaya maksimal yang dicapai olahragawan atau kelompok olahragawan (tim) dalam kegiatan olahraga. Prasarana Olahraga adalah tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahraga dan/atau penyelenggaraan keolahragaan. Sarana Olahraga adalah peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga. Jalur Olahraga adalah wadah yang memfasilitasi seseorang melakukan olahraga. Jalur Sendiri apabila seseorang melakukan kegiatan olahraga dengan inisiatif sendiri, tanpa ada yang mengkoordinasikan. 16 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

54 Jalur Perkumpulan di Sekolah apabila seseorang melakukan kegiatan olahraga yang dikoordinasikan oleh sekolah. Jalur Perkumpulan di Tempat Bekerja apabila seseorang melakukan kegiatan olahraga yang dikoordinasikan (kepengurusan maupun anggaran) oleh instansi tempat responden bekerja, misalnya pembelian net, raket, mendapat subsidi dari tempat bekerja. Jalur Lainnya apabila seseorang melakukan kegiatan olahraga yang dikoordinasikan oleh jalur selain dari yang telah disebutkan di atas. Lapangan Olahraga adalah tempat melakukan olahraga yang ada di desa/kelurahan sesuai dengan persyaratan olahraga yang bersangkutan. Lapangan Sepakbola adalah lapangan yang diperuntukkan bagi prasarana cabang olahraga sepakbola dengan ukuran 110 m x 70 m, Lapangan sepakbola yang didalam lapangannya terdapat juga lapangan volley, tennis lapangan dan sebagainya masing-masing dihitung sendirisendiri. Lapangan Bola Basket adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi permainan bola basket dengan ukuran lapangan 28 m x 15 m dengan lantai terbuat dari beton. Lapangan Bola Voli adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi permainan bola voli dengan ukuran lapangan 18 m x 9 m dengan lantai terbuat dari tanah/beton. Lapangan Bulu Tangkis adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi permainan bulu tangkis dengan ukuran lapangan 14,40 m x 6,10 m dengan lantai terbuat dari tanah/beton. Kolam Renang adalah prasarana olahraga yang berupa bangunan kolam renang dan diperuntukkan bagi olahraga renang dengan ukuran kolam 20 m x 25 m atau 25 m x 15 m. Lapangan Tennis adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi olahraga tennis lapangan dengan ukuran lapangan 23,77 m x 10,97 m. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

55 Kelompok Kegiatan Olahraga adalah kelompok penduduk desa/ kelurahan dalam melakukan olahraga, tanpa memperhatikan apakah olahraga tersebut dilakukan didesa/kelurahan ini maupun di tempat lain. 2.4 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis deskriptif dengan penyajian data dalam bentuk tabel sederhana dan gambar/grafik untuk memudahkan pembaca dalam memahaminya. Kajian ini juga mencakup analisis lintas sektor yang digunakan untuk melihat gambaran perbandingan kondisi dan situasi kegiatan olahraga antar wilayah provinsi, antar daerah perkotaan-perdesaan, maupun antara lakilaki dan perempuan (gender). Analisis trend juga disertakan dalam kajian ini dalam upaya untuk memperoleh gambaran secara rinci mengenai kecenderungan perkembangan kegiatan olahraga selama beberapa periode waktu. Statistik dan indikator yang disajikan dalam analisis ini secara keseluruhan mencakup statistik dan indikator sederhana berupa proporsi atau persentase, rata-rata dan rasio. Penyajian statistik dan indikator dalam bentuk persentase, rata-rata dan rasio didasarkan pada pertimbangan bahwa ukuran-ukuran tersebut relatif paling mudah dipahami pembaca. 18 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

56

57

58 KEPENDUDUKAN 3 Penduduk Indonesia menempati posisi ke empat dari segi jumlah setelah negara Republik Rakyat China, India dan Amerika Serikat. Salah satu kelompok usia yang memiliki jumlah terbesar di Indonesia adalah generasi muda atau yang disebut dengan pemuda. Selain jumlah, potensi besar lainnya dari pemuda adalah produktivitas yang dapat menjadi pilar dalam mendukung pembangunan nasional. Perencanaan dan kebijakan yang tepat dalam peningkatan kualitas pemuda diperlukan agar pemuda tidak menjadi beban pembangunan. Salah satu komponen penting dalam perencanaan pembangunan kepemudaan adalah data kependudukan, yang sangat diperlukan khususnya dalam perencanaan input dan output pembangunan. Input pembangunan yang digunakan sebagai rujukan untuk memperkirakan jumlah SDM yang berperan dalam pembangunan adalah data dasar kependudukan yang berkaitan dengan jumlah dan struktur penduduk. Data dasar kependudukan berguna sebagai output pembangunan untuk menentukan kelompok sasaran pembangunan. Karakteristik pemuda yang berkaitan dengan kependudukan dibahas dalam bagian kependudukan. Karakteristik tersebut antara lain jumlah pemuda, distribusi dan struktur/komposisi pemuda, jenis kelamin, umur, status perkawinan dan hubungan dengan kepala rumah tangga. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

59 3.1 Jumlah dan Distribusi Pemuda Pemuda menempati posisi strategis, baik sebagai pelaku pembangunan di masa sekarang maupun penerus pembangunan di masa datang. Selain jumlah pemuda yang semakin banyak, kualitas pemuda juga merupakan potensi dan aset pembangunan nasional. Ulasan berikut memberikan gambaran mengenai jumlah dan distribusi pemuda dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 menurut tipe daerah dan jenis kelamin. Tabel 3.1 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Daerah Tempat Tinggal, 2014 Kelompok Umur (Tahun) Perkotaan (%) Perdesaan (%) Perkotaan+Perdesaan % Jumlah Penduduk (1) (2) (3) (4) (5) < 16 29,18 31,68 30, ,92 23,14 24, > 30 44,90 45,19 45, Total 100,00 100,00 100, ,65 80,60 81, ,43 70,04 71, Sumber: BPS RI - Susenas 2014 Berdasarkan hasil Susenas Tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia sekitar 252,04 juta jiwa (lihat Tabel 3.1). Dari Tabel 3.1 terlihat bahwa jumlah pemuda Indonesia (penduduk berusia tahun) sekitar 61,83 juta jiwa atau 24,53 persen dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan. Dibedakan menurut kelompok umur, terlihat bahwa persentase kelompok pemuda adalah yang paling kecil jika dibandingkan dengan persentase penduduk usia di bawah 16 tahun (30,42 persen) serta penduduk di atas 30 tahun (45,04 persen). 22 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

60 Bonus demografi merupakan salah satu fenomena yang dialami Indonesia. Ditandai dengan semakin besarnya komposisi penduduk berusia muda. Perkembangan distribusi dan persentase pemuda tahun menurut tipe daerah dan jenis kelamin tersaji pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Persentase dan Perkiraan Jumlah Pemuda Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Tipe Daerah / Jenis Kelamin Tipe Daerah Persentase (Perkiraan Jumlah) (1) (2) (3) (4) Perkotaan (K) 26,14 26,16 25,92 ( ) ( ) ( ) Perdesaan (D) 23,44 23,42 23,14 ( ) ( ) ( ) K+D 24,79 24,88 24,53 Jenis Kelamin ( ) ( ) ( ) Laki-laki (L) 24,87 26,16 24,57 ( ) ( ) ( ) Perempuan (P) 24,71 23,42 24,49 ( ) ( ) ( ) L+P 24,79 24,88 24,53 Sumber: BPS RI Susenas 2012, 2013, dan 2014 ( ) ( ) ( ) Jumlah pemuda antara tahun cenderung meningkat, dari 60,88 juta pada tahun 2012 menjadi sekitar 61,83 juta pada tahun Sementara dari sisi persentase ada kecenderungan penurunan dari tahun 2012 sebesar 24,79 persen menjadi 24,53 persen pada tahun Hal ini menunjukkan pertambahan penduduk pada kelompok umur di luar kelompok umur pemuda jauh lebih besar dibandingkan pertambahan jumlah pemuda. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

61 Kecenderungan kenaikan jumlah pemuda juga terjadi di perkotaan, dari 32,08 juta pada tahun 2012 menjadi 32,75 juta pada tahun Sedangkan di perdesaan terjadi sebaliknya, ada kecenderungan jumlah pemuda turun dari 23,44 juta menjadi 23,14 juta. Fenomena ini terjadi mungkin didorong oleh adanya perpindahan pemuda dari perdesaan ke perkotaan untuk bekerja atau melanjutkan sekolah. Antara tahun , jumlah dan persentase pemuda laki-laki lebih besar dibandingkan pemuda perempuan. Selisih terbesar terjadi pada tahun 2013, sebesar 2,74 persen (3,48 juta). Jumlah dan persentase pemuda laki-laki dan pemuda perempuan memiliki pola yang berbeda antara tahun Jumlah dan persentase pemuda lakilaki memiliki kecenderungan meningkat antara tahun dan kemudian menurun antara tahun , sedangkan pemuda perempuan memiliki pola menurun antara tahun dan kemudian meningkat antara tahun Tabel 3.3 Persentase Pemuda Menurut Pulau dan Jenis Kelamin, 2014 Pulau Laki-laki (L) Perempuan (P) L + P (1) (2) (3) (4) Sumatera 22,54 22,18 22,36 Jawa 55,81 56,08 55,95 Kalimantan 6,40 6,17 6,28 Sulawesi 7,26 7,35 7,31 Pulau Lainnya 7,99 8,21 8,10 Indonesia 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS RI - Susenas 2014 Tabel 3.3 menunjukkan penyebaran atau distribusi pemuda menurut pulau. Sekitar 55,95 persen pemuda berada di pulau Jawa. Sisanya berada di pulau Sumatera (22,36 persen), kemudian Sulawesi 24 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

62 (7,31 persen), dan Kalimantan (6,28 persen). Sedangkan yang berada di Pulau Lainnya seperti Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua sebesar 8,10 persen. Lampiran Tabel memperlihatkan jumlah dan persentase pemuda pada tahun 2014 menurut provinsi. Tiga provinsi di Pulau Jawa merupakan provinsi dengan jumlah pemuda terbesar, berturut-turut Provinsi Jawa Barat (11,56 juta), Jawa Timur (8,62 juta), dan Jawa Tengah (7,45 juta). Sementara provinsi yang memiliki jumlah pemuda yang paling sedikit adalah Papua Barat (213,95 ribu jiwa), Gorontalo (282,34 ribu jiwa), dan Maluku Utara (292,65 ribu jiwa). 3.2 Komposisi Pemuda Menurut Jenis Kelamin Komposisi pemuda menurut jenis kelamin disajikan pada Tabel 3.4. Terlihat bahwa persentase pemuda laki-laki lebih tinggi dibandingkan pemuda perempuan. Pemuda laki-laki sebanyak 50,33 persen (31,12 juta), sedangkankan pemuda perempuan sekitar 49,67 persen (30,71 juta). Pola yang sama terjadi di perkotaan dan di perdesaan. Sebanyak 50,19 persen (16,44 juta) pemuda laki-laki berada di perkotaan, sementara pemuda perempuan sebesar 49,81 persen (32,75 juta). Selanjutnya, di perdesaan ada sekitar 50,49 persen (14,69 juta) pemuda laki-laki dan 49,51 persen (14,40 juta) pemuda perempuan. Tabel 3.4 Perkiraan Jumlah dan Persentase Pemuda Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014 Tipe Daerah Laki-laki (L) Perempuan (P) L + P Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Perkotaan (K) , , ,00 Pedesaan (D) , , ,00 K+D , , ,00 Sumber: BPS RI - Susenas 2014 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

63 Selanjutnya, komposisi pemuda menurut jenis kelamin dan provinsi tersaji pada Tabel Lebih dari separuh provinsi (23 provinsi) memiliki persentase pemuda laki-laki yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sepuluh provinsi lainnya memiliki pola persentase pemuda perempuan lebih besar dibandingkan pemuda laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari persentase pemuda perempuan yang lebih besar dari 50 persen. Kesepuluh provinsi tersebut yaitu Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Tabel 3.5 Angka Rasio Jenis Kelamin Pemuda Menurut Tipe Daerah, 2014 Tipe Daerah Rasio Jenis Kelamin (1) (2) Perkotaan 100,76 Perdesaan 102,00 Perkotaan+Perdesaan 101,34 Sumber: BPS RI - Susenas 2014 Adapun secara nasional, angka rasio jenis kelamin pemuda sebesar 101,34 yang berarti bahwa secara rata-rata dalam setiap 100 pemuda perempuan terdapat sekitar 101 pemuda laki-laki. Pola yang sama terdapat di perkotaan dan perdesaan, masing-masing sebesar 100,76 dan 102,00. Hal ini menunjukkan laki-laki merupakan komponen terbesar dalam populasi pemuda. 3.3 Komposisi Pemuda menurut Kelompok Umur Struktur umur penduduk digunakan untuk menganalisis hasil dan dampak pembangunan di bidang kependudukan. Gambar 3.1 memperlihatkan struktur umur pemuda menurut kelompok umur tahun, tahun dan tahun. Komponen terbesar pemuda 26 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

64 terdapat pada kelompok umur tahun dengan persentase sebesar 34,69 persen, diikuti pemuda pada kelompok umur tahun dengan persentase sebesar 33,08 persen, dan kelompok umur tahun sebesar 32,23 persen. Gambar 3.1 Persentase Pemuda Menurut Kelompok Umur (Tahun) dan Tipe Daerah, ,00 35,80 35,00 34,00 33,94 33,08 33,72 34,69 33,00 32,35 32,23 32,09 32,11 32,00 31,00 30, Sumber: BPS RI - Susenas 2014 Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan Jika dikaji berdasarkan tipe daerah, terlihat adanya perbedaan komposisi keberadaan pemuda pada masing-masing kelompok umur. Di perkotaan, komponen pemuda terbesar berada dalam kelompok umur tahun dengan persentase sebesar 33,94 persen, diikuti oleh kelompok umur tahun sebesar 33,72 persen dan yang terkecil adalah kelompok umur tahun (32,25 persen). Distribusi kelompok umur tersebut memiliki pola berbeda di perdesaan. Komponen terbesar pemuda di perdesaan pada kelompok umur tahun yang sebesar 35,80 persen, kemudian kelompok umur tahun (32,11 persen), dan yang terakhir kelompok umur tahun (32,09 persen). Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

65 3.4 Komposisi Pemuda Menurut Status Perkawinan Dalam UU No. 1 tahun 1974 Pasal 7 ayat (1) dinyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Kenyataannya masih terdapat perkawinan di usia muda yang umumnya terjadi di daerah perdesaan terutama pada penduduk perempuan. Hasil Susenas tahun 2014 (Gambar 3.2) menunjukkan bahwa lebih dari separuh pemuda atau sekitar 54,11 persen pemuda mempunyai status belum kawin, sebesar 44,45 persen berstatus kawin dan sisanya adalah mereka yang berstatus cerai hidup/mati (1,44 persen). Gambar 3.2 Persentase Pemuda Menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan, , ,11 56, ,12 32,22 44, ,85 2,05 1,44 Belum kawin Kawin Cerai hidup/mati Sumber: BPS RI - Susenas 2014 Laki-laki Perempuan Total Berdasarkan Gambar 3.2 terlihat adanya perbedaan pola status perkawinan antara pemuda laki-laki dan pemuda perempuan. 28 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

66 Persentase pemuda perempuan yang berstatus kawin lebih tinggi jika dibandingkan pemuda laki-laki dengan status yang sama, masingmasing sebesar 56,84 persen dan 32,22 persen. Sedangkan pemuda dengan status belum kawin, laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan (66,93 persen berbanding 41,12 persen). Perbedaan kedua angka ini secara tidak langsung mengindikasikan bahwa pemuda perempuan pada umumnya lebih banyak yang sudah berkeluarga di usia muda dibandingkan dengan laki-laki. Gambar 3.3 Persentase Pemuda Menurut Status Perkawinan, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Perkotaan Perdesaan 71,51 66,15 61,81 49,38 48,62 37,18 31,75 27,79 0,70 2,00 1,01 2,10 Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Sumber: BPS RI - Susenas 2014 Belum kawin Kawin Cerai hidup/mati Menurut tempat tinggal dan status perkawinan, ada kecenderungan di perdesaan lebih banyak pemuda yang berstatus kawin, baik laki-laki maupun perempuan, dibandingkan di perkotaan (lihat Gambar 3.3). Persentase pemuda laki-laki yang berstatus kawin di perkotaan sebesar 27,79 persen, jauh lebih kecil dibandingkan di perdesaan yang mencapai sekitar 37,18 persen. Pola yang sama terjadi pada pemuda perempuan, hampir setengah dari pemuda perempuan di Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

67 perkotaan berstatus kawin (48,62 persen), sedangkan di perdesaan hampir dua per tiga pemuda perempuan (66,15 persen) berstatus kawin. Di sisi lain, persentase pemuda yang belum kawin cenderung lebih banyak di perkotaan dibandingkan di perdesaan. Persentase pemuda laki-laki yang belum kawin di perkotaan sebesar 71,51 persen dan pemuda perempuan sebesar 49,38 persen, lebih banyak dibandingkan di perdesaan, yang masing-masing sebesar 61,81 persen untuk pemuda laki-laki dan 31,75 persen untuk pemuda perempuan. Diamati lebih jauh dari kelompok umur, ternyata pada kelompok umur muda (16-20 tahun) masih ditemukan pemuda yang berstatus pernah kawin (kawin, cerai hidup, atau cerai mati), sekitar 11,49 persen persen. Persentase pemuda tahun yang pernah kawin terbesar ada di perdesaan (16,03 persen) dibanding di perkotaan yang hanya sekitar 7,49 persen. Hal ini tersaji pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Persentase Pemuda yang Pernah Kawin Menurut Kelompok Umur, Tipe daerah dan Jenis Kelamin, 2009 Kelompok Umur (Tahun) Lakilaki (L) Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D Perempuan (P) L + P Lakilaki (L) Perempuan (P) L + P Lakilaki (L) Perempuan (P) L + P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) ,32 6,17 7,49 2,37 13,66 16,03 1,81 9,68 11, ,06 25,66 36,72 17,84 38,75 56,59 14,16 31,64 45, ,02 43,04 73,06 35,74 47,38 83,12 32,79 45,15 77,94 Sumber: BPS RI - Susenas 2014 Dari Tabel 3.6 terlihat bahwa persentase pemuda perempuan yang pernah kawin lebih besar dibandingkan pemuda laki-laki baik di perkotaan maupun di perdesaan. Di perkotaan, perbandingan pemuda laki-laki dan pemuda perempuan yang pernah kawin adalah 1,32 persen berbanding 6,17 persen, sedangkan di perdesaan perbandingannya 2,37 30 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

68 persen dan 13,66 persen. Keadaan seperti ini patut disayangkan, karena pada kelompok umur ini merupakan kelompok umur yang seharusnya masih mengikuti pendidikan di bangku sekolah. Persentase pemuda yang termasuk kelompok umur tahun dan berstatus pernah kawin juga cukup besar, terutama pemuda perempuan yang mencapai lebih dari sepertiga (satu dari tiga pemuda perempuan), sedangkan pemuda laki-laki sekitar 25,66 persen (satu dari empat pemuda laki-laki). Sedangkan secara umum, pemuda laki-laki yang pernah kawin sekitar 14,16 persen dan pemuda perempuan sebesar 31,64 persen. 3.5 Komposisi Pemuda Menurut Status Dalam Rumah Tangga Satu rumah tangga dipimpin oleh seorang kepala rumah tangga. Kedudukan kepala rumah tangga sangat penting perannya dalam menentukan kelangsungan dan keberadaan rumah tangga. Selain kepala rumah tangga harus bertanggung jawab secara ekonomis untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggotanya, kepala rumah tangga juga harus mengatur dan memimpin anggota rumah tangganya, serta berperan sebagai pengambil keputusan. Orang kedua setelah kepala rumah tangga yang juga berperan penting dalam mengelola kegiatan sehari-hari rumah tangga adalah isteri/suami kepala rumah tangga. Sejalan dengan itu, kepala rumah tangga dan isteri/suami dari kepala rumah tangga memegang peranan yang penting dan strategis dalam setiap rumah tangga. Seperti yang sudah dikemukan sebelumnya, pemuda merupakan kelompok penduduk atau sumber daya manusia yang paling potensial dibandingkan dengan kelompok penduduk lainnya. Potensi para pemuda ini antara lain terlihat dari peranan atau status mereka dalam rumah tangga. Tabel 3.7 menyajikan peranan pemuda dalam rumah tangga yang paling besar berturut-turut adalah sebagai isteri/suami dari kepala rumah tangga (17,35 persen) dan sebagai kepala rumah tangga (11,38 persen). Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

69 Tabel 3.7 Persentase Pemuda Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Status dalam Rumah Tangga, 2014 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin Perkotaan (K) Kepala Rumah Tangga Status dalam Rumah Tangga Isteri/Suami Anak Lainnya (1) (2) (3) (4) (5) Laki-laki (L) 19,26 0,10 63,73 16,92 Perempuan (P) 3,65 29,83 50,80 15,73 L+P 11,48 14,90 57,29 16,33 Perdesaan (D) K+D Laki-laki (L) 21,18 0,10 62,83 15,89 Perempuan (P) 1,16 40,51 44,60 13,73 L+P 11,27 20,11 53,81 14,82 Laki-laki (L) 20,16 0,10 63,30 16,43 Perempuan (L) 2,48 34,84 47,89 14,79 L+P 11,38 17,35 55,65 15,62 Sumber: BPS RI - Susenas 2014 Dilihat berdasarkan tipe daerah, persentase pemuda yang berstatus sebagai kepala rumah tangga di daerah perkotaan (11,48 persen) lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan (11,27 persen). Sedangkan persentase pemuda yang berstatus isteri/suami di daerah perkotaan (14,90 persen) lebih kecil dibandingkan daerah perdesaan (20,11 persen). Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa pemuda laki-laki lebih banyak yang berkedudukan sebagai kepala rumah tangga (laki-laki sebesar 20,16 persen dibanding perempuan sebesar 2,48 persen). Sementara itu, pemuda perempuan sebagian besar berkedudukan sebagai isteri/suami (perempuan sebesar 34,84 persen dibanding laki-laki sebesar 0,10 persen). 32 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

70

71

72 PENDIDIKAN 4 Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar (UUD) 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk meningkatkan kecerdasan bangsa, tentu harus ditunjang dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu proses untuk menciptakan SDM yang berkualitas adalah dengan penyelenggaraan pendidikan yang baik. UUD 1945 Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31, dan Pasal 32, mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan untuk menghadapi tantangan dan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) yang akan mendorong tegaknya pembangunan. Pemuda sebagai pewaris bangsa harus berkualitas. Kualitas pemuda salah satunya dilihat dari sisi pendidikan. Pendidikan bagi pemuda mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja. Perhatian Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

73 dan pembinaan pendidikan pemuda harus terus ditingkatkan agar pemuda yang merupakan potensi bangsa dapat memberikan kontribusi efektif terhadap pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan tenaga kerja potensial yang pada akhirnya mendorong percepatan laju pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan pembangunan. Untuk melihat gambaran pendidikan pemuda Indonesia, pada bab ini akan dibahas indikator pendidikan pemuda diantaranya angka partisipasi sekolah, angka buta huruf, rata-rata lama sekolah dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. 4.1 Partisipasi Pendidikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan. SDM yang berkualitas dapat tersedia dengan adanya pendidikan yang berkualitas, utamanya pendidikan bagi generasi muda. Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dimulai dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengecap pendidikan di tingkat dasar, menengah dan tinggi. Upaya terus menerus tersebut dilakukan melalui berbagai program seperti Wajib Belajar 6 tahun atau Wajib Belajar 9 tahun. Perluasan kesempatan untuk mengecap pendidikan bagi penduduk, terutama generasi muda (pemuda), dapat diukur menggunakan indikator partisipasi sekolah, yang memberikan indikasi peran serta dan kontribusi pemuda dalam kegiatan pendidikan. Besarnya akses pemuda pada kegiatan sekolah ditunjukkan oleh persentase pemuda yang sedang/pernah bersekolah terhadap populasi pemuda secara keseluruhan. Semakin tinggi persentase pemuda yang sedang/pernah bersekolah menunjukkan akses pemuda pada kegiatan sekolah semakin tinggi atau semakin luasnya kesempatan yang diberikan kepada pemuda untuk mengikuti kegiatan pendidikan. Sebaliknya, semakin rendah persentase pemuda yang sedang/pernah bersekolah menunjukkan semakin rendahnya akses pemuda terhadap kegiatan pendidikan. 36 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

74 Tabel 4.1 menyajikan persentase pemuda menurut tipe daerah, jenis kelamin serta partisipasi sekolah untuk pendidikan formal + non formal. Masih sekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal (pendidikan dasar yaitu SD/MI dan SMP/MTs, pendidikan menengah yaitu SMA/SMK/MA dan pendidikan tinggi yaitu PT) maupun pendidikan non formal (Paket A setara SD, paket B setara SMP dan paket C setara SMA) yang berada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama (Kemenag), Instansi Negeri lain maupun Instansi Swasta. Tabel 4.1 Persentase Pemuda Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2014 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin Tidak Pernah Sekolah Formal + Non Formal Masih Sekolah Tidak Sekolah lagi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan (K) Laki-laki (L) 0,45 27,05 72,49 100,00 Perempuan (P) 0,36 26,41 73,23 100,00 L+P 0,41 26,73 72,86 100,00 Perdesaan (D) Laki-laki (L) 1,50 20,45 78,04 100,00 Perempuan (P) 2,06 19,35 78,60 100,00 L+P 1,78 19,91 78,32 100,00 K + D Laki-laki (L) 0,95 23,94 75,11 100,00 Perempuan (P) 1,16 23,10 75,75 100,00 L+P 1,05 23,52 75,43 100,00 Sumber: BPS RI Susenas 2014 Dari Tabel 4.1 tersebut terlihat bahwa pemuda yang tidak pernah sekolah sebesar 1,05 persen, yang masih sekolah sebesar 23,52 persen, dan pemuda yang sudah tidak bersekolah lagi sebesar 75,43 persen. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

75 Adanya pemuda yang tidak pernah sekolah menunjukkan bahwa masih terdapat pemuda yang tidak pernah menikmati pendidikan. Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa persentase pemuda yang masih bersekolah di daerah perkotaan (26,73 persen) lebih besar dibandingkan perdesaan yang hanya sebesar 19,91 persen. Selanjutnya pada Tabel 4.1 juga terlihat, persentase pemuda perkotaan yang tidak pernah sekolah sebesar 0,41 persen, sedangkan persentase di perdesaan empat kali lebih tinggi yaitu sebesar 1,78 persen. Hal ini diduga karena akses pendidikan pemuda di daerah perkotaan jauh lebih baik dibandingkan dengan di daerah perdesaan, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di perkotaan yang lebih lengkap dan lebih memadai dibandingkan dengan di perdesaan. Akses pemuda pada pendidikan juga dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin. Pada Tabel 4.1, terlihat bahwa persentase pemuda perempuan yang tidak/belum pernah sekolah lebih tinggi dari pemuda laki-laki. Persentase pemuda perempuan yang tidak pernah sekolah secara keseluruhan tercatat sebesar 1,16 persen, sedangkan untuk pemuda laki-laki sebesar 0,95 persen. Kesenjangan terhadap akses pendidikan antar jenis kelamin ditemukan baik di perkotaan maupun perdesaan. Di daerah perkotaan persentase pemuda perempuan yang tidak/belum pernah sekolah tercatat sebesar 0,36 persen dan laki-laki sebesar 0,45 persen. Di daerah perdesaan persentase pemuda perempuan yang tidak pernah sekolah sebesar 2,06 persen dan 1,50 persen untuk pemuda laki-laki. Faktor demografis lain yang juga sangat mempengaruhi akses generasi muda pada pendidikan antara lain adalah umur. Semakin tinggi kelompok umur semakin rendah tingkat partisipasi sekolahnya. Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa terdapat pemuda usia tahun yang saat ini tidak bersekolah sebesar 0,83 persen dan tidak sekolah lagi sebesar 42,97 pesen. Meskipun di usia ini bukan merupakan usia wajib sekolah, namun hal ini menunjukan bahwa masih terdapat pemuda usia 38 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

76 produktif yang tidak meneruskan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Pada Tabel 4.2 juga menunjukan semakin rendah kelompok umur semakin rendah persentase yang tidak pernah sekolah. Persentase pemuda yang tidak pernah sekolah pada kelompok umur tahun sebesar 0,83 persen, tahun sebesar 0,97 persen dan kelompok umur tahun sebesar 1,33 persen. Tabel 4.2 Persentase Pemuda Menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2014 Kelompok Umur (Tahun) Tidak Pernah Sekolah Formal + Non Formal Masih Sekolah Tidak Sekolah lagi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) ,83 56,20 42,97 100, ,97 14,76 84,27 100, ,33 1,52 97,15 100, ,05 23,52 75,43 100,00 Sumber: BPS RI Susenas 2014 Dilihat berdasarkan distribusi sebarannya, partisipasi pendidikan pemuda di berbagai provinsi bervariasi (Lampiran Tabel 4.2.3). Persentase pemuda yang tidak pernah sekolah berkisar antara 0,11 persen hingga 2,49 persen kecuali di Provinsi Papua yang persentasenya mencapai 24,61 persen. Persentase pemuda yang tidak sekolah lagi diberbagai provinsi sebarannya berkisar antara 54,98 persen hingga 81,48 persen, dengan persentase terendah terdapat di Provinsi Papua dan tertinggi terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Angka Partisipasi Sekolah (APS) digunakan untuk melihat seberapa banyak penduduk yang saat ini memanfaatkan fasilitas pendidikan yaitu penduduk yang masih sekolah. APS merupakan Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

77 ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Partisipasi sekolah merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Indikator ini juga dapat digunakan untuk melihat struktur kegiatan penduduk yang berkaitan dengan sekolah. Tabel 4.3 Angka Partisipasi Sekolah Formal dan Formal + Nonformal Pemuda Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2014 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin Formal Formal + Non Formal (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Perkotaan (K) Laki-laki 74,03 28,01 3,06 26,96 74,28 28,11 3,08 27,05 Perempuan 75,34 27,85 1,98 26,35 75,53 27,90 1,99 26,41 L+P 74,68 27,93 2,51 26,65 74,90 28,01 2,53 26,73 Perdesaan (D) Laki-laki 65,24 16,55 1,29 20,38 65,40 16,62 1,31 20,45 Perempuan 65,34 16,01 1,23 19,27 65,46 16,14 1,25 19,35 L+P 65,29 16,28 1,26 19,83 65,43 16,38 1,28 19,91 K + D Laki-laki 69,70 22,89 2,20 23,85 69,91 22,98 2,22 23,94 Perempuan 70,58 22,58 1,61 23,03 70,73 22,66 1,63 23,10 L+P 70,13 22,74 1,90 23,44 70,31 22,82 1,92 23,52 Sumber: BPS RI Susenas 2014 Tabel 4.3 secara rinci menyajikan APS pendidikan formal pemuda dan APS pendidikan formal + non formal pemuda menurut tipe daerah, jenis kelamin, dan kelompok umur. APS kelompok usia sekolah (16-18 tahun dan tahun) lebih tinggi dibandingkan kelompok diatas usia sekolah (25-30 tahun). Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa baik pada kelompok umur tahun dan tahun, APS pemuda laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan APS perempuan. 40 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

78 Pada APS pemuda perempuan seiring dengan peningkatan kelompok usia terjadi penurunan yang cukup signifikan. Kecenderungan makin menurunnya APS penduduk perempuan pada usia yang semakin tinggi diduga berkaitan faktor sex preference yaitu kecenderungan mengutamakan anak laki-laki untuk bersekolah dibandingkan anak perempuan. Kondisi ini juga sejalan dengan Tabel 3.6 yang menggambarkan bahwa status pemuda perempuan yang kawin lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda laki-laki. Pada Tabel 4.3 juga ditampilkan APS pemuda di daerah perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Pola tersebut terlihat baik bagi pemuda laki-laki maupun perempuan. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa pemuda di daerah perkotaan memiliki kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah perdesaan. 4.2 Angka Buta Huruf Membaca merupakan proses awal dalam sebuah perubahan menuju masyarakat bangsa yang maju dan madani. Dalam EFA Global Monitoring Report, Literacy for Life (2006), UNESCO menyimpulkan terdapat korelasi yang kuat antara kemampuan membaca dengan investasi dan kinerja seseorang. Membaca (keaksaraan) akan mempermudah seseorang untuk memahami informasi terkait bidang kerja dan berbagai aspek lain menyangkut peningkatan kualitas hidup. Laporan tersebut menilai bahwa buta aksara merupakan masalah yang dimiliki oleh sebagian besar negara-negara dunia yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Buta aksara sangat terkait dengan kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan serta ketidakberdayaan masyarakat. Penduduk buta aksara tidak hanya terdapat di negara berkembang dan berpenduduk besar tetapi juga di negara maju termasuk Inggris dan Amerika Serikat. (Fauziah Rahmah Lubis, Agustus 2008). Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

79 Buta aksara atau buta huruf dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan membaca, lawan katanya adalah melek aksara (juga disebut dengan melek huruf) yaitu kemampuan membaca. Biasanya, tingkat melek aksara dihitung dari persentase populasi dewasa yang bisa membaca dan menulis. Dalam perkembangan modern kata melek aksara diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis. Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) memiliki definisi sebagai berikut: Melek aksara adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengerti, menerjemahkan, membuat, mengkomunikasikan dan mengolah isi dari rangkaian teks yang terdapat pada bahan-bahan cetak dan tulisan yang berkaitan dengan berbagai situasi. Kemampuan baca-tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya, dimana hal ini berkaitan langsung bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas. Angka melek aksara adalah tolok ukur penting dalam mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia di suatu daerah. Indikator ini merupakan salah satu komponen penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tingkat buta aksara di Indonesia masih tinggi. Lima penyebab utama, yakni 1) tingginya angka putus Sekolah Dasar (SD), 2) beratnya kondisi geografis Indonesia, 3) munculnya penyandang buta aksara baru, 4) pengaruh faktor sosiologis masyarakat, 5) serta kembalinya seseorang menjadi penderita buta aksara. Hal ini memperlihatkan bahwa pemberantasan buta aksara merupakan pekerjaan yang tidak mudah. 42 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

80 Berbagai upaya dalam pemberantasan buta aksara telah dilakukan oleh pemerintah. Secara operasional perhatian khusus mengenai buta aksara ditindaklanjuti dalam Inpres RI No. 5 Tahun 2006 tentang Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara serta berbagai program yang telah dijalankan, diantaranya adalah kursus A-B- C, Program Pemberantasan Buta Huruf Fungsional, Kejar Paket A, dan saat ini yang paling populer yaitu program Keaksaraan Fungsional (KF) yang dijalankan oleh pemerintah sejak tahun Program ini dimaksudkan untuk memberantas kebutaaksaraan dengan fokus kegiatan melalui diskusi, membaca, menulis, berhitung dan pemecahan masalah yang dihadapi dalam aktivitas yang berkaitan dengan kebutuhan keseharian. Bentuk penghargaan atas mereka yang mengikuti kegiatan keaksaraan dan dinyatakan lulus, diberikan sertifikat SUKMA (Surat Keterangan Melek Aksara). Pada Tabel 4.4 ditampilkan persentase pemuda buta huruf menurut tipe daerah dan jenis kelamin dari tahun 2012, 2013 dan Dari tabel tersebut terlihat bahwa persentase pemuda yang buta huruf selama kurun waktu 2012 hingga 2014 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2012, pemuda yang buta huruf tercatat sebesar 1,15 persen, angka tersebut turun menjadi 0,92 persen pada tahun 2013, kemudian pada tahun 2014 menjadi sebesar 0,90 persen. Rendahnya angka buta huruf pemuda menunjukkan semakin membaiknya kualitas sumber daya pemuda. Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Jika dibandingkan menurut jenis kelamin, pada tahun 2012 persentase pemuda laki-laki yang buta huruf sebesar 1,05 persen, mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi 0,83 persen dan pada tahun 2014 menjadi 0,51 persen. Demikian pula halnya dengan pemuda perempuan pada tahun 2012 sebesar 1,25 persen, pada tahun 2013 turun menjadi sebesar 1,00 persen dan pada tahun 2014 menjadi 0,78 persen. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

81 Tabel 4.4 Persentase Pemuda yang Buta Huruf Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2012, 2013 dan 2014 Tipe Daerah Lakilaki (L) Perempuan (P) L + P Lakilaki (L) Perempuan (P) L + P Lakilaki (L) Perempuan (P) L + P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Perkotaan (K) 0,37 0,39 0,38 0,24 0,22 0,23 0,07 0,13 0,10 Perdesaan (D) 1,80 2,21 2,00 1,48 1,89 1,68 1,00 1,52 1,26 K+D 1,05 1,25 1,15 0,83 1,00 0,92 0,51 0,78 0,64 Sumber: BPS RI Susenas 2012, 2013, 2014 Pada Tabel 4.4 juga terlihat bahwa di perdesaan persentase pemuda perempuan yang buta huruf cenderung lebih tinggi dibandingkan pemuda laki-laki, sedangkan di perkotaan relatif tidak berbeda. Tabel 4.5 Persentase Pemuda yang Buta Huruf Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2014 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin Kelompok Umur (Tahun) (1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan (K) Laki-laki 0,03 0,03 0,13 0,07 Perempuan 0,05 0,02 0,26 0,13 L+P 0,04 0,02 0,20 0,10 Perdesaan (D) Laki-laki 0,67 0,61 1,51 1,00 Perempuan 0,52 0,79 2,57 1,52 L+P 0,59 0,70 2,05 1,26 K + D Laki-laki 0,35 0,29 0,80 0,51 Perempuan 0,27 0,36 1,38 0,78 L+P 0,31 0,33 1,09 0,64 Sumber: BPS RI Susenas Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

82 Umur pemuda merupakan salah satu faktor yang juga turut mempengaruhi pola angka buta huruf pemuda. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.5, angka buta huruf pemuda cenderung semakin meningkat sejalan dengan semakin meningkatnya umur pemuda. Angka buta huruf pemuda pada kelompok umur tahun adalah sebesar 0,31 persen, kelompok umur tahun sebesar 0,33 persen dan pada kelompok umur tahun sebesar 1,09 persen. Kecenderungan semakin meningkatnya angka buta huruf pemuda pada usia yang semakin tinggi ini terjadi di daerah perkotaan maupun perdesaan serta untuk pemuda laki-laki maupun pemuda perempuan. 4.3 Rata-rata Lama Sekolah Salah satu indikator tunggal lainnya untuk menggambarkan tingkat pendidikan masyarakat adalah rata-rata lama sekolah. Rata-rata lama sekolah merupakan cerminan tingkat pendidikan penduduk secara keseluruhan. Rata-rata lama sekolah (mean years of schooling) merupakan indikator yang menunjukkan rata-rata jumlah tahun efektif untuk bersekolah yang dicapai penduduk. Jumlah tahun efektif adalah jumlah tahun standar yang harus dijalani oleh seseorang untuk menamatkan suatu jenjang pendidikan, misalnya tamat SD adalah 6 tahun, tamat SMP adalah 9 tahun dan seterusnya. Perhitungan lama sekolah dilakukan tanpa memperhatikan apakah seseorang menamatkan sekolah lebih cepat atau lebih lama dari waktu yang telah ditetapkan. Rata-rata lama sekolah merupakan indikator pendidikan yang diformulasikan oleh UNDP pada tahun 1990 untuk penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sesuai dengan target pemerintah melalui program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan sejak tahun 1994, rata-rata lama sekolah penduduk diharapkan dapat mencapai sebesar 9 tahun (pendidikan dasar), yaitu minimal tamat jenjang pendidikan dasar atau tamat SMP. Pencapaian sasaran tersebut untuk para pemuda secara umum pada Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

83 tahun 2014 dapat dikatakan telah mencapai hasil sesuai yang diharapkan. Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa secara nasional rata-rata lama sekolah pemuda telah mencapai 10,01 tahun. Angka ini mengandung arti bahwa rata-rata pendidikan yang telah dicapai para pemuda hingga tahun 2014 adalah tamat SMP. Dengan kata lain, program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah secara umum telah berhasil dituntaskan oleh pemuda pada tahun Tabel 4.6 Rata-Rata Lama Sekolah (dalam tahun) Pemuda Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014 Tipe Daerah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan (1) (2) (3) (4) Perkotaan (K) 10,83 10,97 10,90 Perdesaan (D) 8,97 9,04 9,00 K + D 9,95 10,06 10,01 Sumber: BPS RI Susenas 2014 Akan tetapi bila dirinci menurut tipe daerah, pemerataan pendidikan sudah dapat dirasakan oleh semua pemuda. Hal ini terlihat di perkotaan maupun di perdesaan yang berhasil melampaui sasaran program wajib belajar 9 tahun. Rata-rata lama sekolah pemuda di daerah perkotaan dan di perdesaan yang mencapai 10,90 tahun dan 9,00 tahun (Tabel 4.6). Jika dilihat menurut jenis kelamin dan tipe daerah, target yang belum tercapai adalah rata-rata lama sekolah pemuda laki-laki di perdesaan. Rata-rata lama sekolah pemuda laki-laki di perdesaan sudah mendekati target yang dicanangkan yaitu 8,97 tahun. Hal ini berbeda dengan pemuda perempuan di perdesaan yang sudah mencapai sasaran program waib belajar 9 tahun. 46 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

84 Faktor lain yang juga harus diperhatikan dalam pemerataan pendidikan adalah kesetaraan jender. Kesetaraan jender sudah tercapai baik di perkotaan dan di perdesaan, dengan kecenderungan pemuda perempuan memiliki rata-rata sekolah yang lebih tinggi dibandingkan pemuda laki-laki. Secara nasional, capaian rata-rata lama sekolah pemuda laki-laki sebesar 9,95 tahun sedangkan pemuda perempuan lebih besar 0,11 tahun dibandingkan laki-laki. Perbedaan terbesar ratarata lama sekolah pemuda laki-laki dibandingkan pemuda perempuan berada di perkotaan (10,83 tahun berbanding 10,97 tahun). 4.4 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Daya saing sebuah bangsa tidak bisa dipisahkan dari mutu dan kualitas SDM nya. Pemuda merupakan kelompok usia produktif yang merupakan komponen modal dasar pembangunan bangsa. Modal dasar yang berkualitas menjadi tujuan utama pembangunan seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum. Gambaran kualitas SDM Indonesia dapat dilihat dari pendidikan yang ditamatkan seperti yang disajikan pada Tabel 4.7. Pada Tabel 4.7 ditampilkan bahwa persentase pemuda yang menamatkan jenjang SMP/sederajat, SM/sederajat dan PT berturutturut adalah sebesar 31,99 persen, 36,28 persen dan 7,50 persen. Sementara itu, persentase pemuda yang menyelesaikan jenjang pendidikan SD/sederajat persentasenya masih cukup besar (18,51 persen) dan yang belum tamat SD dan tidak/belum sekolah masingmasing persentasenya sebesar 4,67 persen dan 1,05 persen. Fenomena ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang berhasil diselesaikan pemuda masih rendah. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

85 Tabel 4.7 Persentase Pemuda Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2014 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin Perkotaan (K) Tidak/ Belum Sekolah Belum Tamat SD Jenjang Pendidikan SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SM/ Sederajat PT Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Laki-laki (L) 0,45 3,21 12,01 28,87 46,50 8,96 100,00 Perempuan (P) 0,36 2,19 11,66 30,68 43,31 11,80 100,00 L+P 0,41 2,70 11,84 29,77 44,91 10,37 100,00 Perdesaan (D) K + D Laki-laki (L) 1,50 7,67 26,28 33,29 27,78 3,48 100,00 Perempuan (P) 2,06 6,10 25,75 35,69 25,32 5,09 100,00 L+P 1,78 6,89 26,02 34,48 26,56 4,27 100,00 Laki-laki (L) 0,95 5,31 18,74 30,95 37,67 6,37 100,00 Perempuan (P) 1,16 4,02 18,26 33,03 34,87 8,65 100,00 L+P 1,05 4,67 18,51 31,99 36,28 7,50 100,00 Sumber: BPS RI Susenas 2014 Tabel 4.7 juga menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan pemuda perkotaan lebih tinggi dibandingkan pemuda perdesaan. Persentase pemuda yang menamatkan jenjang pendidikan dasar (SD/sederajat dan SMP/sederajat) di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Pola sebaliknya terjadi pada jenjang pendidikan menengah ke atas. Kondisi ini sekaligus menunjukan terjadinya urbanisasi pemuda dalam rangka mencari kehidupan yang lebih baik (bekerja maupun sekolah di perkotaan) Dilihat sebarannya menurut gender, persentase pemuda perempuan yang menamatkan jenjang SMP/sederajat atau PT lebih besar daripada persentase pemuda laki-laki. Akan tetapi, pada jenjang selain SMP/sederajat dan PT terjadi sebaliknya, yaitu persentase pemuda lakilaki lebih tinggi dibandingkan persentase pemuda perempuan. 48 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

86

87

88 KETENAGAKERJAAN 5 Ketersediaan tenaga kerja merupakan salah satu motor pembangunan, yang merupakan suplai bagi pasar tenaga kerja di suatu negara. Pada umumnya penduduk merupakan sumber tenaga kerja, namun tidak semua penduduk mampu melakukannya karena hanya penduduk yang berusia kerjalah yang bisa menawarkan tenaganya di pasar kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu yang termasuk angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penggolongan usia kerja di Indonesia mengikuti standar internasional yaitu usia 15 tahun atau lebih. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran. Pengangguran meliputi penduduk yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan, atau mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (putus asa), atau sudah diterima bekerja, tetapi belum mulai bekerja. Sedangkan bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang pada periode rujukan tidak mempunyai/melakukan aktivitas ekonomi, baik karena sekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya (pensiun, penerima transfer/kiriman, penerima deposito/bunga bank, jompo atau alasan yang lain). Kondisi dan situasi ketenagakerjaan pemuda yang dibahas pada bagian ini meliputi jenis kegiatan utama, partisipasi pemuda dalam angkatan kerja, lapangan usaha, kualitas pekerja, status pekerjaan, jam kerja dan tingkat pengangguran. Hasil pembahasan pada bagian ini secara keseluruhan akan dapat memberikan gambaran secara makro Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

89 mengenai potensi, peranan dan kontribusi pemuda dalam kegiatan pembangunan ekonomi. 5.1 Pemuda menurut Jenis Kegiatan Berdasarkan kegiatan sehari-harinya, penduduk usia kerja termasuk juga pemuda secara keseluruhan diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan kelompok penduduk usia kerja yang aktif melakukan kegiatan ekonomi, mencakup mereka yang melakukan kegiatan bekerja/berusaha dan mereka yang aktif mencari pekerjaan/usaha. Sedangkan penduduk bukan angkatan kerja mencakup mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga dan mereka yang melakukan kegiatan lainnya yang tidak tergolong sebagai kegiatan bekerja, mencari pekerjaan, sekolah dan mengurus rumah tangga. Tabel 5.1 Persentase Pemuda Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Jenis Kegiatan, 2014 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin Perkotaan (K) Bekerja Pengangguran Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Laki-laki (L) 59,66 11,85 23,32 1,31 3,86 100,00 Perempuan (P) 40,03 7,83 23,61 26,76 1,77 100,00 L+P 49,96 9,86 23,46 13,89 2,83 100,00 Perdesaan (D) Laki-laki (L) 67,37 9,67 16,41 1,50 5,05 100,00 Perempuan (P) 36,82 6,34 16,98 37,83 2,03 100,00 L+P 52,21 8,02 16,69 19,53 3,55 100,00 K+D Laki-laki (L) 63,32 10,82 20,04 1,40 4,42 100,00 Perempuan (P) 38,50 7,12 20,45 32,03 1,90 100,00 L+P 51,03 8,99 20,25 16,57 3,17 100,00 Sumber: BPS RI Sakernas Agustus Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

90 Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2014, separuh lebih (51,03 persen) pemuda bekerja, sekitar 8,99 persen menganggur/sedang mencari kerja, 16,57 persen memiliki kegiatan mengurus rumah tangga, 20,25 persen memiliki kegiatan sekolah dan 3,17 persen memiliki kegiatan lainnya. Dilihat menurut jenis kelamin, persentase pemuda laki-laki yang bekerja (63,32 persen) lebih tinggi dibandingkan pemuda perempuan (38,50 persen. Kondisi ini terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan. Bahkan di perdesaan pemuda laki-laki yang bekerja (67,37 persen) hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan pemuda perempuan (36,82 persen). Pola yang serupa terjadi pada pemuda dengan kegiatan mencari pekerjaan/ menganggur, sekolah dan lainnya (lihat Tabel 5.1). Persentase pemuda perempuan yang kegiatan seminggu yang lalunya mengurus rumah tangga (32,03 persen) lebih tinggi dibandingkan pemuda laki-laki (1,40 persen). Pola ini terjadi baik di daerah perkotaan maupun daerah perdesaan. 5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pemuda Indikator dasar yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat partisipasi pemuda dalam angkatan kerja adalah TPAK pemuda yang merupakan persentase jumlah angkatan kerja pemuda terhadap jumlah pemuda secara keseluruhan. Angkatan kerja pemuda adalah pemuda yang bekerja dan yang mencari pekerjaan. TPAK pemuda juga merupakan indikator yang dapat digunakan untuk melihat gambaran secara umum mengenai peranan dan kontribusi pemuda dalam kegiatan ekonomi. Pada tahun 2014 nampak bahwa penduduk pemuda yang terlibat kegiatan ekonomi relatif cukup besar. Hal ini tercermin dari TPAK pemuda sebesar 60,01 persen, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.1. Bila dilihat menurut jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK yang cukup jauh antara pemuda laki-laki dan perempuan, dimana TPAK Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

91 pemuda laki-laki sebesar 74,13 persen dan TPAK pemuda perempuan sebesar 45,62 persen. Pola yang serupa terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Gambar 5.1 TPAK Penduduk Pemuda Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, ,51 77,04 74, ,82 60,23 60, ,86 43,16 45, Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan Sumber: BPS RI Sakernas Agustus Pemuda Bekerja menurut Lapangan Usaha Komposisi pemuda yang bekerja menurut lapangan usaha mencerminkan struktur perekonomian dan potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja pemuda. Informasi tersebut juga dapat memberikan gambaran kasar mengenai kualitas sumber daya pemuda terutama tingkat ketrampilan yang dikuasai. Semakin tinggi ketrampilan yang dikuasai para pemuda, semakin tinggi minat mereka untuk bekerja di luar sektor pertanian yang menghasilkan upah/gaji lebih tinggi, dan sebaliknya. 54 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

92 Tabel 5.2 Persentase Pemuda yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Tipe Daerah, 2014 Lapangan Usaha Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D (1) (2) (3) (4) Pertanian 5,12 46,51 25,23 Pertambangan & galian 0,96 2,32 1,62 Industri 24,06 12,00 18,20 Listrik, Gas dan Air 0,35 0,16 0,26 Konstruksi 6,29 6,14 6,22 Perdagangan 30,54 14,74 22,86 Transportasi & Komunikasi 5,92 3,36 4,67 Keuangan 6,30 1,51 3,97 Jasa 20,46 13,28 16,97 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS RI Sakernas Agustus 2014 Pada Tabel 5.2 disajikan persentase pemuda yang bekerja menurut lapangan usaha dan tipe daerah. Sektor/lapangan usaha pertanian ternyata masih mendominasi penyerapan tenaga kerja pemuda. Hal ini dapat dilihat dari hasil Sakernas 2014, dimana dari keseluruhan pemuda yang bekerja, seperempat lebih (25,23 persen) bekerja pada lapangan usaha pertanian. Kemudian diikuti sektor perdagangan 22,86 persen dan sektor industri 18,20 persen. Sementara itu sektor jasa, sektor konstruksi dan sektor transportasi masing-masing menyerap tenaga kerja pemuda sebesar 16,97 persen, 6,22 persen, dan 4,67 persen. Adapun sektor keuangan, sektor pertambangan dan galian dan sektor listrik, gas dan air masing-masing hanya menyerap tenaga kerja pemuda sebesar 3,97 persen, 1,62 persen dan 0,26 persen. Pada Tabel 5.2 juga ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan pola struktur lapangan usaha penduduk pemuda di daerah perkotaan dengan perdesaan. Di daerah perkotaan, mayoritas pemuda bekerja Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

93 di sektor perdagangan (30,54 persen), diikuti sektor industri (24,06 persen) dan sektor jasa (20,46 persen). Sementara itu, di daerah perdesaan hampir separuh pemuda yang bekerja berada di sektor pertanian (46,51 persen), kemudian sektor perdagangan (14,74 persen) dan sektor jasa (13,28 persen). Tabel 5.3 Persentase Pemuda yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe Daerah, 2014 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D (1) (2) (3) (4) Tdk/Blm Pernah sekolah 0,19 2,18 1,16 Tidak Tamat SD 2,98 7,88 5,36 SD/sederajat 12,06 28,82 20,20 SMP/sederajat 20,24 28,94 24,46 SM/sederajat 48,54 26,18 37,67 Akademi/PT 16,00 6,01 11,15 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS RI Sakernas Agustus 2014 Kualitas pemuda yang bekerja juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi kualitas pemuda yang bekerja, yang akan mempengaruhi kedudukan serta upah/gaji yang lebih tinggi. Pada Tabel 5.3 disajikan persentase pemuda yang bekerja menurut tingkat pendidikan dan tipe daerah. Sepertiga lebih dari pemuda yang bekerja berpendidikan tamat SM/sederajat (37,67 persen), kemudian yang tamat SMP/sederajat sebesar 24,46 persen dan tamat SD/sederajat sebesar 20,20 persen. Sedangkan pemuda yang bekerja dan tamat Akademi/PT sebesar 11,15 persen. Jika dilihat menurut tipe daerah, ada perbedaan pola pendidikan tenaga kerja pemuda di daerah perkotaan dan perdesaan. Pemuda 56 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

94 perkotaan yang bekerja memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan pemuda perdesaan yang bekerja. Di daerah perkotaan, tenaga kerja pemuda hampir separuhnya memiliki pendidikan tamat SM/sederajat (48,54 persen), kemudian yang tamat SMP/sederajat (20,24 persen), tamat Akademi/PT (16,00 persen) dan tamat SD/sederajat (12,06 persen). Sementara itu tenaga kerja pemuda di daerah perdesaan didominasi oleh tamatan SD/sederajat dan SMP/sederajat, masing-masing sekitar 28 persen, tamat SM/sederajat (26,18 persen), dan tidak tamat SD (7,88 persen). Sedangkan tenaga kerja pemuda perdesaan yang tamat Akademi/PT dan tidak/belum pernah sekolah masing-masing sebesar 6,01 persen dan 2,18 persen. Kondisi ini sejalan dengan lapangan usaha pemuda yang bekerja. Separuh lebih pemuda yang bekerja di daerah perdesaan berada pada lapangan usaha pertanian dimana dalam memasuki sektor ini tidak memiliki persyaratan khususnya pendidikan. 5.4 Pemuda Bekerja Menurut Status Pekerjaan Jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan disebut sebagai status pekerjaan. Pada Tabel 5.4 disajikan persentase pemuda yang bekerja menurut status pekerjaan. Setengah lebih pemuda yang bekerja memiliki status sebagai buruh/karyawan/ pegawai (53,77 persen), kemudian sebagai pekerja tidak dibayar/pekerja keluarga sebesar 19,15 persen, dan berusaha sendiri sebesar 10,67 persen. Sementara itu, pemuda yang bekerja dengan status pekerjaan lainnya masih dibawah 10 persen yaitu berturut-turut sebagai pekerja bebas non pertanian (5,82 persen), berusaha dibantu buruh tetap tidak tetap (5,53 persen), pekerja bebas pertanian (3,38 persen), dan berusaha dibantu buruh tetap (1,67 persen). Banyaknya pemuda yang bekerja sebagai buruh/karyawan/ pegawai terlihat jelas di daerah perkotaan. Dari total pemuda di daerah perkotaan yang bekerja, lebih dari separuhnya (72,79 persen) bekerja Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

95 sebagai buruh/karyawan/pegawai, diikuti berusaha sendiri sebesar 8,65 persen dan pekerja keluarga sebesar 8,17 persen. Sementara itu di daerah perdesaan, sepertiga pemuda bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai (33,65 persen), diikuti pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar sebesar 30,77 persen, dan berusaha sendiri sebesar 12,80 persen. Tabel 5.4 Persentase Pemuda yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Tipe Daerah, 2014 Status Pekerjaan Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D (1) (2) (3) (4) Berusaha Sendiri 8,65 12,80 10,67 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tidak dibayar Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 2,58 8,66 5,53 1,81 1,53 1,67 Buruh/karyawan/pegawai 72,79 33,65 53,77 Pekerja bebas pertanian 1,15 5,74 3,38 Pekerja bebas non pertanian 4,85 6,85 5,82 Pekerja keluarga/ tak dibayar 8,17 30,77 19,15 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS RI - Sakernas Agustus Pemuda Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Produktivitas seseorang dalam bekerja salah satunya dapat dilihat melalui jumlah jam kerja. Jumlah jam kerja normal sesuai standard yang ditentukan International Labour Organization (ILO) adalah 35 jam selama seminggu. Pada Tabel 5.5 terlihat bahwa lebih dari dua pertiga pemuda yang bekerja (70,28 persen) memiliki jam kerja penuh atau jumlah jam kerja minimal 35 jam selama seminggu. Sementara itu, pemuda yang bekerja dengan jumlah jam kerja dibawah normal yaitu 58 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

96 antara jam seminggu sebesar 21,95 persen dan mereka yang bekerja dengan jumlah jam kerja 1 14 jam sebesar 5,93 persen. Tabel 5.5 Persentase Pemuda yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Selama Seminggu Terakhir dan Tipe Daerah, 2014 Jumlah Jam Kerja Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D (1) (2) (3) (4) 0* 1,59 2,09 1, ,28 8,74 5, ,80 32,68 21, ,33 56,49 70,28 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Keterangan: * = Sementara tidak bekerja Sumber: BPS RI - Sakernas Agustus 2014 Jika dirinci menurut tipe daerah, persentase pemuda yang bekerja dengan jam kerja penuh (minimal 35 jam selama seminggu) di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan perdesaan (83,33 persen berbanding 56,49 persen). Hal ini sesuai dengan sektor dominan di perdesaan adalah pertanian yang tidak mempunyai target waktu kerja per hari seperti sektor formal (jasa dan industri). 5.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Pemuda Pengangguran merupakan akibat dari ketidakmampuan lapangan kerja menyerap angkatan kerja yang tersedia. Hal tersebut dikarenakan terbatasnya lapangan pekerjaan, ketidaksesuaian kualifikasi pencari kerja dengan kebutuhan, dan jumlah pencari kerja yang terus meningkat. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator ekonomi makro yang digunakan untuk melihat tingkat perekonomian suatu negara. Indikator ini merupakan persentase antara banyaknya pemuda Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

97 penganggur (mencari kerja, sedang mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena tak mungkin mendapatkan pekerjaan termasuk putus asa, atau sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja) terhadap jumlah pemuda angkatan kerja. Pada Tabel 5.6 disajikan TPT pemuda tahun 2014 yang dirinci menurut jenis kelamin dan tipe daerah. Dari tabel tersebut tercatat bahwa tingkat pengangguran pemuda di Indonesia sebesar 14,97 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa secara ratarata dari setiap 100 orang pemuda angkatan kerja, sebanyak 15 pemuda diantaranya belum mempunyai pekerjaan. Tabel 5.6 TPT Pemuda Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2014 Jenis Kelamin Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D (1) (2) (3) (4) Laki-laki 16,57 12,55 14,59 Perempuan 16,36 14,69 15,61 Laki-laki + Perempuan 16,49 13,31 14,97 Sumber: BPS RI - Sakernas Agustus 2014 Bila dilihat menurut jenis kelamin, ternyata TPT pemuda laki-laki lebih rendah dibanding TPT pemuda perempuan (14,59 persen dibanding 15,61 persen). Pola yang serupa terjadi baik di daerah perdesaan, dan berbeda sedikit dibandingkan di perkotaan. Bila dilihat menurut tipe daerah, TPT pemuda di perkotaan cenderung lebih tinggi daripada TPT pemuda di perdesaan. TPT pemuda daerah perkotaan sebesar 16,49 persen, lebih tinggi dibandingkan TPT pemuda daerah perdesaan yang hanya sebesar 13,31 persen. TPT pemuda perkotaan yang lebih tinggi disinyalir erat kaitannya dengan sifat pekerjaan di perkotaan yang lebih kompleks dibandingkan dengan daerah perdesaan. Pekerjaan yang tersedia di perkotaan pada umumnya membutuhkan pekerja dengan ketrampilan dan kualifikasi pendidikan tertentu. Sedangkan daerah perdesaan umumnya jenis pekerjaan yang 60 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

98 tersedia adalah pekerjaan informal sehingga cenderung lebih mudah bagi pemuda perdesaan mendapatkan pekerjaan daripada pemuda perkotaan. Tabel 5.7 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe daerah, 2014 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D (1) (2) (3) (4) Tdk/Blm Pernah sekolah 20,49 2,70 4,51 Tidak Tamat SD 13,81 6,89 8,98 SD/sederajat 12,93 8,67 10,02 SMP/sederajat 14,16 13,09 13,55 SM/sederajat 19,16 20,34 19,56 Akademi/PT 13,91 13,50 13,80 Jumlah 16,49 13,31 14,97 Sumber: BPS RI - Sakernas Agustus 2014 Pada Tabel 5.7 disajikan TPT pemuda yang dirinci menurut tingkat pendidikan dan tipe daerah. Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, ternyata TPT pemuda dengan pendidikan tamat SM/sederajat menduduki tingkat teratas sebesar 19,56 persen, diikuti TPT pemuda berpendidikan tamat akademik/pt sebesar 13,80 persen, dan tamat SMP/sederajat sebesar 13,55 persen. Pola yang sama terjadi untuk daerah perdesaan, dimana TPT tertinggi terletak pada pemuda dengan pendidikan tamat SM/sederajat sebesar 20,34 persen, diikuti tamat akademik/pt 13,50 persen, tamat SMP/sederajat sebesar 13,09 persen, dan tamat SD/sederajat sebesar 8,67 persen. Untuk daerah perkotaan, TPT tertinggi juga terletak pada pemuda dengan pendidikan tamat SM/sederajat yaitu sebesar 19,16 persen, diikuti oleh tamat SMP/sederajat sebesar 14,16 persen, akademi/pt sebesar 13,91 persen, tidak tamat SD sebesar 13,81 persen dan tamat SD/sederajat sebesar 12,93 persen. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

99

100

101

102 KESEHATAN 6 Salah satu hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan adalah kesehatan, yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Upaya pemenuhan hak asasi tersebut untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang antara lain diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam pengukuran IPM, kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan. Kesehatan juga merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Upaya pemeliharaan kesehatan sebagai usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan dilaksanakan berdasarkan prinsip non disrikriminatif, partisipatif dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Indonesia telah mengalami kemajuan dalam meningkatkan kualitas kesehatan penduduk, namun demikian masalah dan tantangan baru muncul sebagai akibat perubahan sosial ekonomi. Permasalahan tersebut antara lain adalah disparitas status kesehatan antar kawasan, dan antar perkotaan-perdesaan yang masih cukup tinggi. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

103 Kualitas kesehatan pemuda umumnya tercermin dari status atau derajat kesehatan yang biasanya dilihat melalui berbagai indikator kesehatan seperti angka kesakitan (morbidity rate) dan rata-rata lama sakit. Angka kesakitan dan rata-rata lama sakit merupakan indikator kesehatan negatif yang artinya semakin tinggi angka kedua indikator tersebut menunjukkan kualitas kesehatan yang semakin memburuk. Indikator lain yang juga biasa digunakan untuk melihat status atau derajat kesehatan adalah indikator perilaku hidup sehat antara lain pola makan, kebiasaan berobat, cara berobat, kebiasaan merokok dan kebiasaan melakukan kegiatan fisik atau olahraga. Pada bab ini akan dibahas beberapa indikator kesehatan dalam rangka memperoleh gambaran secara rinci mengenai kualitas kesehatan pemuda seperti keluhan kesehatan, angka kesakitan (morbidity rate), rata-rata lama sakit, dan cara berobat 6.1 Keluhan Kesehatan Generasi muda sebagai modal utama sekaligus juga sebagai motor utama penggerak pembangunan seharusnya merupakan sosok yang sehat. Sehat yang dimaksud bukan hanya sekedar sehat secara jasmani, tetapi juga sehat secara mental, baik intrapersonal maupun sosial. Pemuda yang sehat dapat secara proaktif mengembangkan diri dalam mengelola berbagai sumber daya pembangunan untuk kepentingan masyarakat dan negara. Bab ini membahas mengenai keluhan kesehatan yang didefinisikan sebagai keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut/kronis, kecelakaan, kriminalitas atau hal lain. Secara umum, jumlah kejadian keluhan kesehatan yang dialami penduduk pada dasarnya merupakan salah satu indikasi pola perilaku tidak sehat penduduk, antara lain adalah faktor kekurangpedulian dalam menjaga kesehatan, kebugaran tubuh dan faktor keengganan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. 66 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

104 Dari data Susenas 2014 seperti yang ditampilkan pada Tabel 6.1, sekitar 19,51 persen dari keseluruhan populasi pemuda mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir. Dilihat menurut tipe daerah, tampak bahwa pemuda di daerah perdesaan yang mengalami keluhan kesehatan persentasenya lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemuda perkotaan (19,76 persen berbanding 19,29 persen). Dilihat menurut jenis kelamin, persentase pemuda perempuan yang mengalami keluhan lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda laki-laki (20,84 persen berbanding 18,20 persen), pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun daerah perdesaan. Tabel 6.1 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Sebulan Terakhir Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014 Tipe Daerah Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P (1) (2) (3) (4) Perkotaan 18,01 20,58 19,29 Perdesaan 18,41 21,14 19,76 Perkotaan+Perdesaan 18,20 20,84 19,51 Sumber: BPS RI Susenas Jenis Keluhan Kesehatan Keluhan kesehatan muncul akibat menurunnya kondisi kesehatan atau daya tahan tubuh. Keluhan kesehatan dapat menggganggu aktivitas sehari-hari dan produktivitas kerja, yang pada akhirnya dapat pula mengganggu kinerja secara keseluruhan. Berbagai keluhan kesehatan dapat dialami oleh seseorang baik yang hanya satu jenis atau lebih dari satu jenis, dan dalam waktu yang bersamaan maupun waktu yang berbeda selama satu bulan terakhir. Pada Tabel 6.2 disajikan gambaran berbagai jenis keluhan kesehatan yang sering dialami oleh pemuda selama satu bulan terakhir. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

105 Tabel 6.2 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenis Keluhan, 2014 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin Perkotaan (K) Panas Batuk Pilek Jenis Keluhan Asma/ Napas Sesak/ Cepat Diare/ Buang Air Sakit Gigi Sakit Kepala Berulang Lainnya (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Laki-laki (L) 5,68 8,19 7,88 0,42 0,65 1,99 1,01 5,52 Perempuan (P) 5,66 8,29 8,55 0,65 0,76 2,91 1,09 7,35 L+P 5,67 8,24 8,21 0,53 0,70 2,45 1,05 6,43 Perdesaan (D) K+D Laki-laki (L) 6,04 7,56 7,24 0,53 0,68 2,55 1,19 6,41 Perempuan (P) 5,84 7,75 8,01 0,74 0,83 3,97 1,46 7,84 L+P 5,94 7,66 7,62 0,64 0,76 3,25 1,32 7,12 Laki-laki (L) 5,85 7,89 7,58 0,47 0,66 2,25 1,10 5,94 Perempuan (P) 5,74 8,04 8,30 0,69 0,79 3,41 1,26 7,58 L+P 5,80 7,96 7,94 0,58 0,73 2,83 1,18 6,75 Sumber: BPS RI Susenas 2014 Keluhan kesehatan yang paling banyak dirasakan oleh para pemuda adalah batuk, pilek, dan panas dengan persentase masingmasing sebesar 7,96 persen, 7,94 persen dan 5,80 persen. Pola jenis keluhan kesehatan serupa juga ditemukan baik di perkotaan maupun perdesaan serta pemuda laki-laki maupun perempuan. Dilihat menurut tipe daerah, persentase pemuda di perdesaan yang mengalami keluhan kesehatan pada setiap jenis keluhan cenderung lebih tinggi dari rekan mereka di perkotaan, kecuali keluhan batuk dan pilek. Pemuda yang mengalami keluhan batuk dalam satu bulan terakhir di perkotaan sebanyak 8,24 persen dan pemuda di perdesaan sebanyak 7,66 persen, sedangkan persentase pemuda yang mengalami keluhan pilek di perkotaan sebesar 8,21 persen dan di perdesaan sebesar 7,62 persen. 68 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

106 Tabel 6.3 Proporsi Pemuda yang Sakit Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014 Tipe Daerah Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P (1) (2) (3) (4) Perkotaan 8,25 8,40 8,33 Perdesaan 9,03 9,54 9,28 Perkotaan + Perdesaan 8,62 8,94 8,77 Sumber: BPS RI Susenas 2014 Seseorang dikatakan sakit apabila keluhan kesehatan yang dialami mengakibatkan terganggunya kegiatan sehari-hari seperti bekerja, sekolah, mengurus rumah tangga atau kegiatan lainnya. Demikian halnya dengan pemuda yang mengalami keluhan kesehatan dan terganggu aktivitas sehari-harinya. Semakin tinggi proporsi pemuda yang sakit terhadap populasi pemuda, menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin buruk. Hasil Susenas 2014 seperti yang disajikan pada Tabel 6.3 ada sebanyak 8,77 persen pemuda menderita sakit. Bila diperhatikan menurut jenis kelamin, proporsi pemuda perempuan yang sakit tercatat lebih tinggi dari pemuda laki-laki (8,94 persen berbanding 8,62 persen). Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Proporsi pemuda yang sakit di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda di perkotaan (9,28 persen berbanding 8,33 persen). Hal ini terlihat secara keseluruhan untuk pemuda laki-laki maupun pemuda perempuan. Pemuda laki-laki yang sakit di perdesaan tercatat sebesar 9,03 persen dan di perkotaan sebesar 8,25 persen. Sementara persentase pemuda perempuan yang sakit di perdesaan tercatat sebesar 9,54 persen dan di perkotaan sebesar 8,40 persen. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

107 6.3 Lama Sakit Indikator lama sakit menggambarkan tingkat intensitas penyakit yang dialami pemuda, menjadi petunjuk seberapa kuat daya tahan tubuh terhadap berbagai serangan penyakit, dan juga dapat menggambarkan besarnya kerugian yang dialami pemuda karena penyakit yang diderita. Semakin besar nilai indikator ini semakin tinggi tingkat intensitas penyakit yang diderita pemuda dan semakin besar kerugian yang dialami. Pada Tabel 6.4 dari keseluruhan pemuda yang mengalami sakit, sebanyak 63,76 persen diantaranya menderita sakit selama 1-3 hari, kemudian sebanyak 26,85 persen menderita sakit selama 4-7 hari serta selebihnya adalah pemuda yang menderita sakit lebih dari 7 hari. Data tersebut memberikan gambaran bahwa dari keseluruhan pemuda yang sakit, sebagian besar mengalami sakit yang tidak begitu berat sehingga perlu sedikit waktu untuk penyembuhannya. Tabel 6.4 Persentase Pemuda yang Sakit Menurut Lamanya Sakit dan Tipe Daerah, 2014 Lamanya Sakit (dalam hari) Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D (1) (2) (3) (4) ,22 60,27 63, ,70 29,02 26, ,69 4,88 4, ,44 2,14 1, ,95 3,68 3,31 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS RI Susenas 2014 Pola yang sama berlaku baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Satu hal yang menarik adalah adanya suatu pola yang menunjukkan kecenderungan lama sakit pemuda di perdesaan lebih lama daripada di perkotaan. Kondisi ini terlihat dari persentase lamanya 70 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

108 sakit lebih dari satu minggu (Tabel 6.4). Hal ini kemungkinan disebabkan pemuda di perkotaan lebih peduli dan lebih mengerti mengenai kesehatan dan didukung pula oleh ketersediaan sarana kesehatan yang lebih mudah dijumpai di daerah perkotaan. Tabel 6.5 Persentase Pemuda yang Sakit Menurut Lamanya Sakit dan Jenis Kelamin, 2014 Lamanya Sakit (dalam hari) Laki-laki (L) Perempuan (P) K+D (1) (2) (3) (4) ,06 66,41 63, ,32 25,41 26, ,35 4,22 4, ,37 1,23 1, ,90 2,74 3,31 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS RI Susenas 2014 Jika dibandingkan menurut jenis kelamin seperti yang ditampilkan pada Tabel 6.5, bahwa secara umum pemuda perempuan yang menderita sakit lebih banyak dibanding pemuda laki-laki, seperti pada kelompok lama sakit 1-3 hari, pemuda perempuan yang menderita sakit persentasenya sebesar 66,41 persen sedangkan pemuda laki-laki sebesar 61,06 persen. Kondisi ini secara tidak langsung mencerminkan bahwa pemuda perempuan lebih rentan terhadap gangguan berbagai penyakit dibandingkan dengan pemuda laki-laki. Pada kelompok lama sakit 4 hari atau lebih, persentase pemuda laki-laki sedikit lebih tinggi dibanding pemuda perempuan. Persentase pemuda laki-laki yang menderita sakit pada kelompok lama sakit 4-7 hari sebesar 28,32 persen dan yang lama sakitnya lebih dari 7 hari persentasenya berkisar 2,37-4,35 persen. Sementara untuk pemuda perempuan pada kelompok lama sakit 4-7 hari sebesar 25,41 persen dan yang lama sakitnya lebih dari 7 hari persentasenya berkisar 1,23-4,22 persen. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

109 6.4 Kebiasaan Berobat Kesehatan adalah hal yang paling berharga bagi manusia, karena banyak sekali kerugian yang didapat jika tubuh dalam kondisi tidak sehat. Masih rendahnya pendidikan dan sosialisasi mengenai perilaku sehat yang diberikan atau dimiliki oleh masyarakat, sulitnya akses ke pelayanan kesehatan serta tingginya biaya kesehatan atau biaya berobat yang dianggap masih terlalu mahal, adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab masyakat mengabaikan masalah kesehatan. Namun demikian, berbagai cara dapat dilakukan untuk mengobati suatu penyakit, diantaranya adalah pergi berobat ke tempat-tempat pelayanan kesehatan, mendatangkan petugas kesehatan ke rumah maupun mencoba mengobati sendiri penyakitnya. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk mengobati sendiri penyakitnya antara lain dengan menggunakan berbagai jenis obat, baik obat modern, tradisional maupun cara pengobatan lainnya. Gambar 6.1 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri Menurut Jenis Pengobatan dan Tipe Daerah, ,25 90,82 92,10 20,26 13,17 16,55 3,09 4,87 3,94 Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan Obat tradisional Obat modern Lainnya Sumber: BPS RI Susenas Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

110 Hasil Susenas 2014, seperti yang disajikan pada Gambar 6.1 menunjukkan bahwa pengobatan secara modern cenderung dipilih oleh pemuda guna mengurangi gejala sakit yang dideritanya. Hal ini ditandai dengan lebih tingginya persentase pemuda yang mengobati sendiri sakitnya dengan pengobatan modern yaitu sebesar 92,10 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pemuda yang memilih mengobati dengan cara tradisional yang besarnya 16,55 persen dan pengobatan lainnya yang hanya sebesar 3,94 persen. Tabel 6.6 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri Menurut Jenis Obat, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014 Jenis Obat yang Digunakan Lakilaki (L) Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D Perempuan (P) L + P Lakilaki (L) Perempuan (P) L + P Lakilaki (L) Perempuan (P) L + P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Modern 93,77 92,75 93,25 90,91 90,74 90,82 92,42 91,79 92,10 Tradisional 12,24 14,07 13,17 19,96 20,55 20,26 15,88 17,18 16,55 Lainnya 3,07 3,10 3,09 4,30 5,42 4,87 3,65 4,21 3,94 Sumber: BPS RI Susenas 2014 Bila dibandingkan menurut jenis kelamin, baik pemuda laki-laki maupun pemuda perempuan mempunyai pola yang relatif sama dalam memilih jenis obat yang digunakan untuk mengobati keluhan kesehatannya. Seperti yang disajikan pada Tabel 6.6, persentase pemuda baik laki-laki maupun perempuan cenderung lebih banyak memilih obat modern dibandingkan obat tradisional atau lainnya. Pada penggunaan obat modern, persentase pemuda laki-laki sebesar 92,42 persen dan pemuda perempuan sebesar 91,79 persen. Seseorang yang menderita sakit, selain mengobati sendiri upaya lain yang ditempuh adalah dengan cara berobat jalan yaitu mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

111 menginap, termasuk mendatangkan petugas kesehatan ke rumah. Umumnya penggunaan sarana berobat ini berkaitan dengan biaya dan ketersediaan pelayanan. Tabel 6.7 menunjukkan fasilitas pelayanan kesehatan yang dipilih oleh pemuda dalam rangka mengobati sakitnya. Tempat fasilitas pelayanan kesehatan yang paling banyak dikunjungi oleh pemuda yang berobat jalan pada tahun 2014 secara berturut-turut adalah Praktek Dokter (33,55 persen), Puskesmas (27,57 persen) dan praktek nakes atau tenaga kesehatan (30,85 persen). Pola yang sama terjadi baik pada pemuda laki-laki maupun perempuan. Tabel 6.7 Persentase Pemuda Sakit yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Tahun 2014 Tempat Berobat Lakilaki (L) Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D Perempuan (P) L + P Lakilaki (L) Perempuan (P) L + P Lakilaki (L) Perempuan (P) L + P Rumah Sakit Praktek Dokter (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 13,20 12,46 12,77 8,64 6,38 7,35 11,06 9,65 10,25 44,85 41,13 42,71 25,29 21,34 23,04 35,67 31,97 33,55 Puskesmas 26,04 27,21 26,71 26,29 30,29 28,56 26,16 28,63 27,57 Praktek Nakes Praktek Batra Dukun Bersalin 18,17 22,31 20,55 40,47 44,31 42,66 28,63 32,50 30,85 2,26 2,00 2,11 3,99 3,41 3,66 3,07 2,65 2,83 0,56 0,49 0,52 0,41 1,01 0,75 0,49 0,73 0,63 Lainnya 2,60 1,86 2,18 2,06 2,72 2,44 2,35 2,26 2,30 Sumber: BPS RI Susenas 2014 Meskipun ketiga jenis tempat berobat tersebut menjadi tempat pelayanan favorit, tetapi bila diperhatikan besaran proporsi pemuda yang berobat, maka terlihat adanya perbedaan pola antara daerah perkotaan dengan perdesaan. Di perkotaan polanya hampir sama dengan umumnya, dimana pemuda di perkotaan cenderung berobat jalan ke 74 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

112 tempat Praktek Dokter (42,71 persen), Puskesmas (26,71 persen) dan Praktek Petugas Kesehatan (20,55 persen). Sebaliknya, di perdesaan pemuda cenderung berobat jalan ke Praktek Petugas Kesehatan (42,66 persen), lalu ke Puskesmas (28,56 persen), dan Praktek Dokter (23,04 persen). Begitu pula dengan pemuda yang berobat jalan ke rumah sakit, nampak lebih banyak diminati oleh pemuda di perkotaan (12,77 persen) sementara di perdesaan hanya 7,35 persen. Kondisi seperti ini mungkin terkait dengan ketersediaan fasilitas kesehatan tempat praktek dokter maupun rumah sakit yang lebih mudah dijumpai di daerah perkotaan. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

113

114 Di Indonesia pada tahun 2012, hanya ada 1 diantara 4 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Tertinggi Terendah Kaltim 31,48% Papua 15,12%

115

116 KEGIATAN OLAHRAGA 7 Bagi masyarakat yang maju dan modern kegiatan olahraga sudah menjadi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Olahraga telah dipandang memiliki berbagai fungsi yang tidak hanya untuk mengembangkan kualitas kebugaran fisik saja, melainkan juga mengembangkan kualitas mental individu dan masyarakat secara lebih utuh dan mantap. Melalui olahraga, individu dapat mengembangkan segisegi mental kepribadian, moral, kepemimpinan, kesetiaan, loyalitas, pengabdian, relasi intra dan interpersonal lebih baik lagi (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Kemdiknas, 2010). Sejalan dengan itu, pengembangan kualitas mental ke arah yang lebih baik merupakan wujud dari pembinaan mutu sumber daya manusia dalam pembangunan nasional. Penyelenggaraan keolahragaan di Indonesia diatur melalui Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) yang tertuang dalam UU RI Nomor 3 Tahun Dalam Bab IV Pasal 6 UU tersebut dinyatakan bahwa setiap warga negara diberi hak yang sama untuk: a) melakukan kegiatan olahraga; b) memperoleh pelayanan dalam kegiatan olahraga; c) memilih dan mengikuti jenis atau cabang olahraga yang sesuai dengan bakat dan minatnya; d) memperoleh pengarahan, dukungan, bimbingan, pembinaan dan pengembangan dalam keolahragaan; e) menjadi pelaku olahraga; dan f) mengembangkan industri olahraga. Selanjutnya dalam SKN, semua unsur yaitu orang tua, masyarakat, dan pemerintah berkewajiban untuk Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

117 berperan serta dalam perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan keolahragaan. Pemerintah sendiri telah berupaya untuk selalu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga melalui pembangunan olahraga. Untuk mendukung upaya pemerintah sehingga arah pembangunan di bidang olahraga lebih terarah, perlu disediakan data dan informasi mengenai kondisi serta karakteristik masyarakat dan lingkungan yang akan menjadi sasaran atau target pembangunan. Sejalan dengan itu, pada bab ini akan diulas beberapa aspek yang berkaitan dengan kegiatan olahraga, yaitu: partisipasi berolahraga, tujuan berolahraga, frekuensi dan intensitas berolahraga, jalur kegiatan olahraga, dan jenis olahraga. 7.1 Partisipasi Berolahraga Bagian dari gaya hidup sehat yang perlu dikembangkan adalah dengan ikut berpartisipasi dalam berolahraga. Hal tersebut membuat peserta yang ikut berolahraga sangat beragam, mulai dari anak-anak hingga orang tua, dari tingkat permainan yang bertujuan rekreasi hingga tingkat profesional. Keikutsertaan seseorang dalam berolahraga merupakan bentuk ekspresi manusia yang menyenangkan, sehingga dengan kegiatan tersebut banyak orang yang menemukan olahraga sebagai sumber kegembiraan dan kepuasan diri. Partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktorfaktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga adalah pengetahuan dari masyarakat mengenai manfaat olahraga, selera atau preferensi olahraga, ketersediaan fasilitas olahraga dan lingkungan tempat tinggal. Sementara itu, prestasi atlet terutama pada event internasional, motivasi guru/pelatih olahraga dan intervensi pemerintah juga diyakini sebagai faktor-faktor 80 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

118 eksternal yang dapat merangsang tumbuhnya partisipasi masyarakat untuk berolahraga. Sampai dengan saat ini, apresiasi masyarakat dalam berolahraga masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya partisipasi penduduk untuk berolahraga. Berdasarkan hasil Susenas MSBP Tahun 2012, penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melakukan olahraga hanya sekitar 25 persen saja. Hal ini berarti dari 100 penduduk Indonesia berumur 10 tahun ke atas, ada 25 orang yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, sedangkan 75 orang lainnya tidak melakukan olahraga. Gambar 7.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Tipe Daerah, ,12 27,94 26,11 29,61 20,50 20,30 19,54 17,61 25,45 24,96 23,23 21, Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan Sumber: BPS RI Susenas Modul 2003, 2006, 2009, dan 2012 Dilihat perkembangannya, mulai tahun 2003 hingga tahun 2009 partisipasinya menurun, namun pada tahun 2012 kembali meningkat (lihat Gambar 7.1). Pada tahun 2003 partisipasi penduduk sebesar 25,45 persen menurun menjadi 23,23 persen pada tahun 2006, dan terakhir turun menjadi 21,76 persen pada tahun Kemudian baru pada Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

119 tahun 2012 angka partisipasi kembali mengalami peningkatan menjadi 24,96 persen. Peningkatan tersebut dapat mengindikasikan kesadaran penduduk kembali untuk melakukan olahraga. Pola tersebut berlaku baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Dari Gambar 7.1 terlihat pula bahwa tingkat partisipasi olahraga penduduk perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk perdesaan. Seperti yang terjadi pada tahun 2012, persentase penduduk yang melakukan olahraga di daerah perkotaan (29,61 persen) lebih tinggi dibanding persentase penduduk yang melakukan olahraga di daerah perdesaan yang hanya sebesar 20,30 persen. Hal ini mungkin disebabkan fasilitas dan jenis olahraga yang tersedia di perkotaan lebih banyak dibandingkan di perdesaan. Rendahnya partisipasi penduduk Indonesia yang melakukan aktivitas olahraga terlihat hampir di seluruh provinsi. Minat tertinggi penduduk dalam berolahraga terdapat di Provinsi Kalimantan Timur (31,48 persen), DKI Jakarta (30,02 persen), dan Kepulauan Riau (29,34 persen). Sementara penduduk yang berolahraga dengan persentase paling rendah terdapat pada Provinsi Papua (15,12 persen), Sumatera Utara (20,51 persen), dan DI Aceh (20,84 persen). Gambar 7.2 menyajikan persentase penduduk yang melakukan olahraga di setiap provinsi. Fenomena tersebut menyiratkan bahwa partisipasi masyarakat Indonesia dalam kegiatan olahraga secara umum masih sangat rendah. Kondisi tersebut cukup memprihatinkan mengingat olahraga merupakan salah satu kegiatan yang menunjang kesehatan. Dengan masih rendahnya angka partisipasi olahraga mengindikasikan bahwa masyarakat belum sepenuhnya mempunyai kesadaran untuk hidup lebih sehat melalui olahraga. Sehingga hal tersebut perlu mendapat perhatian dari pemerintah dan pihak terkait lainnya mencari solusi agar partisipasi masyarakat dalam berolahraga dapat meningkat. 82 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

120 Gambar 7.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Provinsi, 2012 Kalimantan Timur DKI Jakarta Kepulauan Riau DI Yogyakarta Banten Jawa Barat Bengkulu Gorontalo Jawa Tengah Kalimantan Tengah Sulawesi Barat Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah INDONESIA Riau Sulawesi Tenggara Jambi Sumatera Barat Kep. Bangka Belitung Jawa Timur Lampung Sulawesi Selatan Sumatera Selatan Kalimantan Selatan Nusa Tenggara Timur Maluku Utara Maluku Kalimantan Barat Sulawesi Utara Papua Barat Bali Aceh Sumatera Utara Papua 15,12 31,48 30,02 29,34 29,01 28,55 27,07 26,84 26,14 25,51 25,50 25,38 25,29 25,23 24,96 24,82 24,77 24,49 24,41 24,35 23,86 23,36 23,30 23,20 22,68 22,57 22,02 21,84 21,76 21,73 21,37 21,08 20,84 20,51 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 Sumber: BPS RI Susenas Modul 2012 Dibedakan menurut jenis kelamin, minat penduduk laki-laki 10 tahun ke atas yang melakukan olah raga lebih tinggi dibandingkan Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

121 perempuan. Pada tahun 2012, persentase penduduk 10 ke atas yang melakukan olah raga sebesar 29,59 persen lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan yang hanya 20,30 persen atau dengan kata lain partisipasi penduduk laki-laki lebih tinggi 9,29 persen dari partisipasi perempuan dalam melakukan olah raga. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 7.3. Gambar 7.3 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, ,10 29,61 29,59 24,10 24,08 24,96 20,30 20,30 16,51 Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Sumber: BPS RI Susenas Modul 2012 Dari gambar 7.3 juga terlihat bahwa baik di perkotaan maupun perdesaan kecenderungan penduduk laki-laki 10 tahun ke atas yang berolah raga lebih tinggi daripada perempuan. Di perkotaan persentase penduduk laki-laki 10 tahun ke atas yang melakukan olah raga di perkotaan sebesar 11 persen lebih tinggi daripada persentase perempuannya. Sementara itu di perdesaan, persentase penduduk lakilaki 10 tahun ke atas yang melakukan olah raga lebih tinggi 7,57persen dibanding persentase perempuannya. 84 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

122 Selanjutnya dikaji menurut kelompok umur, semakin tua kelompok umur semakin rendah partisipasi masyarakat untuk berolahraga. Padahal seyogyanya olahraga harus terus dilakukan tanpa memandang umur. Lihat Gambar 7.4. Gambar 7.4 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Kelompok Umur, ,92 68, ,63 11,5 11,72 10,66 8, Sumber: BPS RI Susenas Modul 2012 Terlihat pada Gambar 7.4 bahwa pada kelompok umur 5-9 tahun dan tahun persentase penduduk yang melakukan olahraga selama seminggu terakhir tinggi, berturut-turut yaitu 66,92 persen dan 68,56 persen. Kelompok umur tersebut biasanya didominasi oleh penduduk yang masih bersekolah, sehingga tingginya persentase yang berolahraga pada kelompok umur tersebut mungkin disebabkan kewajiban mereka mengikuti mata pelajaran olah raga di sekolah. Selanjutnya, dibandingkan kelompok umur yang lebih tua (20-29 tahun, tahun, dst.) persentase penduduk berolahraga terus mengalami penurunan mulai dari kelompok tahun menjadi 15,63 persen, terus menurun pada kelompok umur berikutnya dan terakhir mencapai persentase terendah pada kelompok umur 60 tahun ke atas, yaitu sebesar 8,00 persen. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

123 Kecenderungan menurunnya partisipasi olahraga seiring bertambahnya usia terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan (Lihat Tabel 7.1). Di perkotaan, pada kelompok umur 5-9 tahun dan persentase penduduk yang melakukan olah raga berada di kisaran 70 persen dan terus menurun seiring bertambahnya umur hingga mencapai persentase terendah di kelompok usia 60 tahun ke atas (13,32 persen). Begitupula di perdesaan, pada kelompok umur 5-9 tahun dan persentase penduduk yang melakukan olah raga berada di kisaran 60 persen dan terus menurun seiring bertambahnya umur hingga mencapai persentase terendah di kelompok usia 60 tahun ke atas (8 persen). Tabel 7.1 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2012 Kelompok Umur Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan (1) (2) (3) (4) ,58 62,49 66, ,36 64,90 68, ,65 11,52 15, ,54 6,36 11, ,89 5,51 11, ,34 4,02 10, ,32 2,83 8,00 Sumber: BPS RI Susenas Modul 2012 Dari Tabel 7.1 terlihat pula bahwa persentase penduduk berumur 5 tahun ke atas yang melakukan olahraga lebih tinggi di daerah perkotaan daripada perdesaan. Perbedaan persentase penduduk dan perkotaan yang melakukan olah raga sangat mencolok pada kelompok umur tahun dan kelompok umur selanjutnya. Hal ini mengindikasikan penurunan minat berolahraga lebih cepat terjadi pada penduduk di daerah perdesaan daripada penduduk perkotaan. 86 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

124 7.2 Tujuan Berolahraga Setiap orang mempunyai tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan olahraga, ada yang berolahraga dengan tujuan meningkatkan/menjaga stamina tubuh agar tetap sehat, tetapi ada pula mereka yang melakukannya dengan tujuan meningkatkan prestasi, rekreasi/hiburan, dan lainnya. Olahraga prestasi biasanya dilakukan oleh mereka yang mempunyai minat dan bakat dalam bidang olahraga dan dikembangkan secara profesional sehingga dapat mencapai prestasi. Olahraga rekreasi ditujukan dalam rangka memenuhi kebutuhan akan kegembiraan yang menyegarkan dan menghilangkan kejenuhan dari aktivitas sehari-hari. Selain itu, adapula penduduk yang berolah raga karena wajib mengikuti pelajaran sekolah. Tabel 7.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Tujuan Olahraga, 2012 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin Perkotaan (K) Menjaga Kesehatan Tujuan Olahraga Prestasi Rekreasi Lainnya Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) Laki-laki 74,02 6,41 3,62 15,95 100,00 Perempuan 69,59 7,75 1,76 20,90 100,00 L+P 72,22 6,96 2,87 17,96 100,00 Perdesaan (D) Laki-laki 60,51 8,82 5,45 25,22 100,00 Perempuan 55,50 10,93 1,53 32,04 100,00 L+P 58,47 9,67 3,86 27,99 100,00 K+D Laki-laki 68,52 7,39 4,37 19,72 100,00 Perempuan 63,86 9,04 1,67 25,43 100,00 L+P 66,63 8,06 3,27 22,04 100,00 Sumber: BPS RI Susenas Modul 2012 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

125 Pada Tabel 7.2 diperoleh gambaran bahwa mayoritas penduduk (66,63 persen) melakukan olahraga dengan tujuan menjaga kesehatan. Sementara itu, hanya sebagian kecil saja dari mereka yang melakukannya dengan tujuan prestasi dan rekreasi yaitu masing-masing sebesar 8,06 persen dan 3,27 persen. Dari Tabel 7.2 terlihat bahwa penduduk perkotaan yang berolah raga untuk tujuan kesehatan sebesar 72,22 persen lebih tinggi daripada penduduk di daerah perdesaan yang hanya 58,47 persen. Sebaliknya untuk tujuan selain kesehatan, yaitu berolahraga untuk berprestasi, rekreasi, dan lainnya, justru persentase penduduk perkotaan lebih rendah daripada penduduk berdesaan. Untuk tujuan prestasi, persentase penduduk perkotaan yang berolah raga untuk mencapai prestasi lebih rendah 2,71 persen daripada penduduk perdesaan. Sementara persentase penduduk perkotaan yang berolah raga karena rekreasi 0.99 persen lebih rendah dan untuk alasan lainnya persen lebih rendah daripada persentase penduduk pedesaan yang melakukan olah raga dengan motivasi yang sama. Selanjutnya dibandingkan menurut jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan cenderung melakukan olah raga karena faktor menjaga kesehatan. Namun jika dikaji lebih lanjut pada tiap tujuan berolah raga, didapati pola bahwa persentase penduduk laki-laki yang melakukan olah raga karena kesehatan atau rekreasi lebih tinggi daripada perempuan. Sebaliknya, persentase laki-laki yang melakukan olah raga karena prestasi dan lainnya justru lebih rendah daripada perempuan. (Lihat Tabel 7.2). Dikaji menurut distribusi penduduk yang berolahraga menurut jenjang pendidikan dan tujuan olahraga. Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi kesadaran untuk hidup sehat dengan berolahraga. Hal ini dapat dilihat pada Tabel Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

126 Dari Tabel 7.3 diperoleh gambaran bahwa penduduk yang melakukan olahraga dengan tujuan menjaga kesehatan persentasenya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan yang ditamatkan. Berdasarkan tabel di atas terlihat persentase penduduk yang berpendidikan SMP ke bawah dan berolahraga untuk menjaga kesehatan persentasenya berkisar antara 53 hingga 64 persen. Persentase tersebut lebih rendah dibanding penduduk yang tamat SMA ke atas, yang mana persentasenya berkisar antara 89 hingga 91 persen. Tabel 7.3 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tujuan Olahraga, 2012 Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Menjaga Kesehatan Tujuan Olahraga Prestasi Rekreasi Lainnya Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) Tdk/blm tamat SD 53,11 11,42 2,55 32,92 100,00 SD/MI 56,92 10,58 3,12 29,38 100,00 SMP/MTs 64,15 9,40 3,25 23,20 100,00 SMA/MA 89,20 1,88 4,73 4,19 100,00 PT 91,38 1,07 2,90 4,65 100,00 Total 66,63 8,06 3,27 22,04 100,00 Sumber: BPS RI Susenas Modul 2012 Namun keadaan sebaliknya terjadi pada penduduk yang melakukan olahraga dengan tujuan prestasi. Tabel 7.3 memperlihatkan bahwa penduduk yang melakukan olahraga dengan tujuan prestasi persentasenya semakin menurun seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan yang ditamatkan. Sementara itu, persentase penduduk yang berolahraga dengan tujuan rekreasi persentasenya relatif sama untuk semua jenjang pendidikan yang ditamatkan (Tabel 7.3). Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

127 7.3 Frekuensi dan Intensitas Berolahraga Olahraga yang baik dan benar yaitu olahraga yang dilakukan secara teratur dan terukur. Dengan melakukan olahraga secara rutin menurut frekuensi dan intensitas yang cukup maka akan mendatangkan manfaat bagi tubuh secara maksimal. Dalam melakukan olahraga, setiap orang mempunyai kapasitas dan kemampuan yang berbeda-beda. Gambar 7.5 menyajikan frekuensi dan intensitas olahraga yang dilakukan penduduk berumur 10 tahun ke atas. Frekuensi olahraga menunjukkan berapa hari dalam seminggu seseorang melakukan olahraga. Gambar 7.5 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Tipe Daerah dan Lama Berolahraga (Hari), ,39 65,65 66, ,50 25,54 24,92 5,36 4,67 2,75 4,14 3,31 5,08 Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan 1 Hari 2-4 Hari 5-6 Hari 7 Hari Sumber: BPS RI Susenas Modul 2012 Dari Gambar 7.5 terlihat bahwa sebagian besar penduduk 10 Tahun ke atas berolah raga setidaknya satu hari dalam seminggu. Sementara itu, penduduk 10 Tahun ke atas yang berolahraga selama 2-4 hari dalam seminggu sebesar 24,92 persen. Untuk penduduk 10 Tahun ke atas yang berolahraga hampir setiap hari, yaitu selama 5-6 hari atau 7 90 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

128 hari dalam seminggu,dapat dikatakan persentasenya sangat rendah berturut-turut 3,31 persen dan 5,08 persen. Selanjutnya jika dilihat berdasarkan tipe daerah, tidak ada perbedaan berarti frekuensi berolah raga antara penduduk perkotaan dan perdesaan. Persentase penduduk perkotaan yang melakukan olahraga hanya satu hari dalam seminggu di daerah perkotaan sebesar 67,39 persen, sedikit lebih tinggi, dibandingkan dengan di perdesaan (65,65 persen). Frekuensi olah raga penduduk pada dasarnya juga dipengaruhi oleh jenis olah raga yang dilakukan. Gambaran tentang frekuensi olahraga yang dilakukan penduduk berumur 10 tahun ke atas berdasarkan jenis olahraga disajikan pada Tabel 7.4. Tabel 7.4 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan dan Lama Berolahraga (Hari), 2012 JenisOlahraga Lama Berolahraga 1 Hari 2 4 Hari 5 6 Hari 7 Hari Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) SKJ 83,52 12,54 3,37 0,56 100,00 Senam lainnya 77,28 18,37 1,47 2,88 100,00 Jogging/gerak jalan 55,11 28,84 3,82 12,22 100,00 Tenis meja 48,97 44,10 3,41 3,52 100,00 Badminton 51,10 43,54 1,95 3,41 100,00 Bola voli 70,55 23,27 2,80 3,39 100,00 Bola basket 77,89 19,99 0,83 1,29 100,00 Sepak bola 53,99 36,02 4,73 5,26 100,00 Renang 72,68 23,03 1,69 2,61 100,00 Bela diri 39,81 55,18 2,44 2,57 100,00 Catur 38,51 54,38 2,30 4,81 100,00 Lainnya 55,90 31,11 3,46 9,52 100,00 Sumber: BPS RI Susenas Modul 2012 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

129 Dari Tabel 7.4 ditunjukkan bahwa hampir seluruh jenis olahraga dilakukan penduduk hanya satu hari dalam seminggu, kecuali olahraga bela diri dan catur. Sementara itu, diantara jenis olah raga yang paling sering dilakukan setiap hari (7 hari dalam seminggu) oleh penduduk adalah jogging/gerak jalan. Olahraga jogging/gerak jalan nampaknya menjadi olahraga yang paling murah dan mudah dilakukan sehingga dapat dilakukan setiap hari. Intensitas berolahraga menunjukkan berapa menit dalam sehari seseorang melakukan olahraga. Pada Gambar 7.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk melakukan olahraga dengan intensitas tidak lebih dari satu jam dalam sehari. Persentase penduduk yang melakukan olahraga rata-rata menit dalam sehari sebesar 50,14 persen dan menit sebesar 34,02 persen. Sedangkan penduduk yang berolahraga selama menit dan lebih dari 120 menit persentasenya relatif kecil yaitu 15,19 persen dan 0,66 persen. Gambar 7.6 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Tipe Daerah dan Rata-rata Lama Berolahraga per Hari (Menit), ,46 49,67 50,14 33,90 34,20 34, ,81 15,74 15,19 0,84 0,40 0,66 Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan menit menit menit >120 menit Sumber: BPS RI Susenas Modul Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

130 Dilihat dari tempat tinggal penduduk, pola intensitas berolah raga tidak berbeda antara penduduk perkotaan dan perdesaan, yaitu baik perkotaan maupun perdesaan penduduknya sebagian besar berolah raga kurang dari satu jam. Akan tetapi, persentase penduduk yang melakukan olah raga 30 menit dan kurang di daerah perkotaan lebih rendah dibandingkan di perdesaan (33,90 persen berbanding 34,20 persen). Sementara persentase penduduk yang berolahraga selama menit lebih tinggi di daerah perkotaan (50,46 persen) dibandingkan di daerah perdesaan (49,67 persen). 7.4 Jalur Kegiatan Olahraga Seseorang yang melakukan kegiatan olahraga membutuhkan suatu wadah. Wadah olahraga bertujuan memfasilitasi penduduk dalam melakukan olahraga. Wadah ini biasa disebut jalur olahraga. Jalur olahraga yang dapat dimanfaatkan adalah dengan melakukannya sendiri, melalui perkumpulan sekolah, perkumpulan olahraga, perkumpulan tempat bekerja, atau lainnya. Gambaran tentang persentase penduduk yang melakukan olahraga menurut jalur olahraga disajikan pada Tabel 7.5. Dari Tabel 7.5 terlihat bahwa penduduk lebih banyak yang melakukan olahraga melalui jalur sekolah daripada jalur sendiri, perkumpulan olah raga, ataupun jalur tempat kerja. Persentase penduduk 10 tahun ke atas yang melakukan olah raga melalui jalur sekolah sebesar 56,06 persen. Hal ini memperkuat dugaan pada subbab sebelumnya bahwa yang melatar belakangi kenapa partisipasi berolah raga paling tinggi berada pada kelompok 5-19 tahun adalah karena olah raga termasuk dalam kurikulum sekolah. Selain sekolah, cukup banyak penduduk berolah raga dengan jalur sendiri. Persentase penduduk yang melakukan olahraga dengan jalur sendiri sebesar 26,75 persen. Sementara yang melakukan olah raga dengan memanfaatkan jalur perkumpulan olahraga sebesar 12,92 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

131 persen. Mereka yang memanfaatkan perkumpulan di tempat bekerja hanya sebesar 7,14 persen dan sisanya adalah dengan memanfaatkan jalur lainnya (7,57 persen). Bila ditinjau menurut tipe daerah terdapat pola bahwa olahraga yang dilakukan melalui jalur sekolah lebih banyak dilakukan oleh penduduk perdesaan (66,20 persen) dibandingkan dengan penduduk perkotaan (49,12 persen). Sementara pola penduduk yang berolahraga dengan melakukan sendiri dan di tempat bekerja lebih banyak dilakukan oleh penduduk perkotaan dibandingkan perdesaan. Tabel 7.5 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Jalur Melakukan Olahraga, 2012 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin Perkotaan (K) Sendiri Jalur Melakukan Olahraga Perkumpulan Sekolah Perkumpulan Olahraga Perkumpulan Tempat Bekerja Lainnya (1) (2) (3) (4) (5) (6) Laki-laki (L) 36,12 42,28 16,11 11,37 7,58 Perempuan (P) 28,91 59,12 6,80 6,18 6,00 L+P 33,19 49,12 12,33 9,26 6,94 Perdesaan (D) K+D Laki-laki (L) 20,93 56,60 20,21 5,12 10,39 Perempuan (P) 12,08 80,24 4,41 2,49 5,68 L+P 17,34 66,20 13,80 4,05 8,48 Laki-laki (L) 29,95 48,10 17,77 8,83 8,72 Perempuan (P) 22,07 67,70 5,83 4,68 5,87 L+P 26,75 56,06 12,92 7,14 7,57 Sumber: BPS RI Susenas Modul 2012 Berdasarkan jenis kelamin terdapat pola yang berbeda dalam pemanfaatan jalur olah raga. Perbedaan persentase yang signifikan terlihat pada jalur perkumpulan olah raga dan jalur tempat kerja. 94 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

132 Persentase laki-laki yang berolah raga melalui jalur perkumpulan olah raga lebih tinggi persen dibanding perempuan. Untuk jalur perkumpulan tempat bekerja, perbedaan sangat signifikan di daerah perkotaan, yaitu persentase laki-laki yang berolah raga melalui jalur tempat kerja lebih tinggi 5,19 persen dibanding perempuan. Sementara itu, bila dihubungkan antara jenis olahraga yang paling sering dilakukan dengan wadah yang memfasilitasinya, olah raga yang berkelompok seperti senam, basket, sepak bola biasanya diakses melalui jalur sekolah, perkumpulan olah raga ataupun jalur tempat kerja. Terlihat pada Tabel 7.6 bahwa olahraga SKJ dan bola basket paling banyak dilakukan di sekolah dengan persentase masing-masing sebesar 85,75 persen dan 85,61 persen. Tabel 7.6 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan dan Jalur Melakukan Olahraga, 2012 Jenis Olahraga Sendiri Jalur Melakukan Olahraga Perkumpulan Sekolah Perkumpulan Olahraga Perkumpulan Tempat Bekerja Lainnya (1) (2) (3) (4) (5) (6) SKJ 5,33 85,75 2,56 6,54 4,36 Senam lainnya 14,99 62,26 11,67 11,34 7,30 Jogging/gerak jalan 73,35 22,15 2,16 5,26 3,83 Tenis meja 37,40 27,17 15,47 30,38 6,96 Badminton 29,82 24,97 33,31 20,21 8,59 Bola voli 8,49 68,86 17,61 4,33 9,44 Bola basket 7,42 85,61 8,10 1,44 8,58 Sepak bola 18,26 53,74 30,76 5,46 13,44 Renang 41,94 56,61 6,74 3,65 6,36 Bela diri 19,44 50,97 41,98 16,00 4,60 Catur 42,64 36,85 17,12 18,11 7,21 Lainnya 44,97 27,49 17,86 10,32 10,32 Sumber: BPS RI Susenas Modul 2012 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

133 Sementara itu, olah raga yang tidak membutuhkan prasarana terlalu banyak ataupun dapat dilakukan secara individu, penduduk banyak mengakses melalui jalur sendiri. Dari Tabel 7.6 terlihat bahwa jenis olah raga jogging/gerak jalan, catur, dan renang adalah tiga jenis olah raga yang paling banyak diakses melalui jalur sendiri, berturut-turut yaitu 73,35 persen, 42,64 persen, dan 41,94 persen.khusus untuk jenis olah raga badminton terlihat bahwa semua wadah olah raga diakses penduduk secara merata, yaitu bervariasi antara 20 sampai dengan 30 persen. Persentase penduduk yang melakukan olahraga menurut jalur olahraga untuk setiap provinsi disajikan pada Tabel Lampiran Hampir semua provinsi mempunyai pola yang sama dalam memilih jalur olahraga yaitu melalui jalur sekolah, dengan variasi persentasenya antara 36,81 persen sampai dengan 69,71 persen. Provinsi dengan persentase terbesar yang penduduknya mengakses sekolah untuk berolah raga adalah Provinsi Sumatera Utara (69,71 persen), Aceh (69,26 persen) dan Nusa Tenggara Timur (68,51 persen). Namun di sisi lain penduduk yang berada di Provinsi DKI Jakarta lebih senang melakukan olahraga melalui jalur sendiri daripada jalur olahraga lainnya dengan persentase sebesar 45,51 persen. 7.5 Jenis Olahraga Pada umumnya seseorang dapat melakukan beberapa jenis olahraga selama seminggu terakhir, namun jenis olahraga yang paling sering dilakukan oleh orang tersebut biasanya terbatas hanya pada jenisjenis olahraga yang paling disukainya. Pada Tabel 7.7 ditampilkan persentase penduduk yang berolahraga menurut jenis olahraga yang paling sering dilakukan dalam kurun waktu Senam (SKJ dan senam lainnya) merupakan jenis olahraga yang paling sering dilakukan penduduk meski angkanya berfluktuasi dari waktu ke waktu. Pada tahun 2003 persentase penduduk yang melakukan olahraga senam sebesar 43,70 persen, menurun pada tahun 2006 menjadi 31,96 persen, 96 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

134 selanjutnya meningkat pada tahun 2009 menjadi 35,79 persen dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 37,52 persen. Jenis olahraga ini banyak dipilih oleh penduduk karena senam lebih memasyarakat dimana jenis olah raga ini banyak diselenggarakan baik di instansi, sekolah, maupun lingkungan perumahan/ tempat tinggal. Tabel 7.7 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan, Jenis Olahraga Tahun (1) (2) (3) (4) (5) SKJ 31,12 12,46 22,81 24,92 Senam lainnya 12,58 19,50 12,98 12,60 Jogging/gerak jalan 15,52 13,41 20,20 19,16 Tenis meja 1,26 *) 0,77 0,46 Badminton 2,71 4,22 4,68 2,46 Bola voli 14,87 15,15 11,04 8,23 Bola basket *) *) 3,37 2,98 Sepak bola 14,64 16,47 17,15 19,74 Renang *) *) 1,00 0,93 Bela diri *) *) 0,60 0,68 Catur *) *) 0,17 0,13 Lainnya 7,30 18,77 5,22 7,71 *) Termasuk ke dalam jenis olahraga lainnya Sumber: BPS RI Susenas Modul 2003, 2006, 2009, dan 2012 Selain senam, jogging/gerak jalan juga banyak diminati masyarakat. Jenis olahraga ini relatif murah, mudah, serta dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa membutuhkan peralatan dan persyaratan khusus. Pada tahun 2012, olahraga jogging/gerak jalan dilakukan oleh penduduk dengan persentase sebesar 19,16 persen. Sedangkan olahraga yang paling populer dan merakyat adalah sepak bola, persentasenya meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

135 persentase penduduk yang melakukan sepak bola sebesar 14,64 persen terus meningkat hingga pada tahun 2012 menjadi 19,74 persen. Kondisi ini berbeda dengan kegiatan olahraga renang, tenis meja, bela diri, dan catur, dimana penduduk 10 tahun ke atas yang melakukan olahraga tersebut hanya sedikit sekali persentasenya yaitu masih di bawah 1 persen. Sementara itu bila dilihat berdasarkan tipe daerah, terdapat perbedaan pola dalam memilih jenis olahraga antara penduduk perkotaan dan perdesaan. Kecenderungan penduduk perkotaan melakukan olah raga yang dapat dilakukan sendiri lebih tinggi daripada penduduk perdesaan. Tabel 7.8 menyajikan persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut jenis olah raga yang paling sering di lakukan. Tabel 7.8 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan dan Tipe Daerah, 2012 Jenis Olahraga Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan (1) (2) (3) (4) SKJ 22,45 28,52 24,92 Senam lainnya 13,36 11,50 12,60 Jogging/gerak jalan 24,05 12,03 19,16 Tenis meja 0,46 0,47 0,46 Badminton 2,79 2,00 2,46 Bola voli 5,00 12,93 8,23 Bola basket 3,80 1,78 2,98 Sepak bola 16,00 25,20 19,74 Renang 1,37 0,30 0,93 Bela diri 0,79 0,52 0,68 Catur 0,14 0,13 0,13 Lainnya 9,80 4,65 7,70 Sumber: BPS RI Susenas Modul 2012 Dari Tabel 7.8 terlihat bahwa jenis olahraga yang paling banyak diminati penduduk perkotaan adalah jogging yang mana persentase 98 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

136 penduduk perkotaan yang melakukan jogging/gerak jalan adalah sebesar 24,05 persen. Persentase tersebut lebih tinggi dua kali lipatnya dibanding penduduk perdesaan yang melakukan jogging/gerak jalan. Sebaliknya, penduduk di daerah perdesaan, umumnya lebih menyukai jenis olahraga berbentuk permainan dan dilakukan bersama-sama atau berkelompok, seperti senam, sepak bola, dan bola voli. Misal untuk permainan bola voli, persentase penduduk perdesaan yang melakukan bola voli adalah sebesar 12,93 persen atau hampir tiga kali dari persentase penduduk perkotaan yang melakukan bola voli. Tabel 7.9 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melakukan Olahraga Selama Seminggu Terakhir Menurut Jenis Olahraga yang Paling Sering Dilakukan dan Kelompok Umur, 2012 JenisOlahraga Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) SKJ 41,41 22,05 4,88 9,61 11,52 4,57 24,92 Senam lainnya 14,31 11,02 7,27 10,98 13,74 9,30 12,60 Jogging/gerak jalan 7,30 10,82 21,02 26,04 42,32 66,78 19,16 Tenis meja 0,22 0,29 0,30 0,97 1,03 0,00 0,46 Badminton 1,09 1,38 2,56 3,69 5,78 0,81 2,46 Bola voli 7,29 14,13 9,19 9,20 3,72 0,42 8,23 Bola basket 2,97 6,68 2,24 0,61 0,22 0,24 2,98 Sepak bola 20,11 25,53 36,99 24,38 7,54 1,34 19,74 Renang 0,98 1,15 0,70 0,57 0,82 0,68 0,93 Bela diri 0,58 0,85 1,18 0,92 0,50 0,11 0,68 Catur 0,08 0,08 0,16 0,22 0,26 0,01 0,13 Lainnya 3,66 6,03 13,51 12,81 12,56 15,74 7,70 Sumber: BPS RI Susenas Modul 2012 Preferensi penduduk melakukan olahraga berdasarkan kelompok umur menentukan jenis olahraga yang sering dilakukan. Preferensi terhadap jenis olahraga yang dilakukan masing-masing kelompok umur Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan,

137 cukup bervariasi. Tabel 7.9 menyajikan pola preferensi penduduk pada setiap kelompok umur dalam menentukan jenis olahraga yang paling sering dilakukan. Pada umumnya, penduduk kelompok usia sekolah (10-14 tahun dan tahun) sering melakukan olahraga SKJ dibandingkan jenis olahraga lainnya, berturut-turut persentase penduduk yang melakukan SKJ adalah sebesar 41,41 persen dan 22,05 persen. Hal ini mungkin berkaitan dengan kurikulum sekolah. Sementara itu, jenis olahraga yang sering dilakukan oleh penduduk usia muda (15-19 tahun, tahun dan tahun) adalah sepak bola dan jogging/gerak jalan. Sementara itu, mereka yang berumur 65 tahun ke atas atau usia lanjut lebih menyukai jenis olahraga ringan dan mudah dilakukan seperti jogging/gerak jalan (termasuk jalan cepat atau jalan santai). Dari seluruh penduduk lansia yang aktif berolahraga, sekitar 66,78 persen memilih olahraga jogging/gerak jalan. 100 Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Keolahragaan, 2014

138 Kurang dari Separuh Desa/Kelurahan di Indonesia yang Memiliki Fasilitas Lapangan Bulu Tangkis 49,34% 46,05% 47,25% 43,74% 42,34%

SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA. Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA. Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena

Lebih terperinci

SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA. Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA. Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2011 ISSN. 2086 1036 No Publikasi : 04220.1202 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 28 Cm x 21 Cm Jumlah Halaman : xviii + 148 Halaman Naskah : Subdirektorat Statistik Pendidikan

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA INDONESIA 2011 ISSN: 2086-1028 No. Publikasi/Publication Number: 04220.1201 Katalog BPS/BPS Catalogue: 4103008 Ukuran Buku/Book Size: 28 cm x 21 cm Jumlah Halaman/Pages: xxv + 190 halaman/pages

Lebih terperinci

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN P P L M - 2 0 1 4 Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 w. k e m e n p o r a. g o. i d w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA INDONESIA 2012 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional ISSN : 2086-1028 Nomor Publikasi : 04220.1303 Katalog BPS : 4103008 Ukuran Buku : 21 Cm x 29,7 cm Jumlah Halaman : xxvi + 243 halaman

Lebih terperinci

w :// w tp ht w.id go.b ps. STATISTIK PEMUDA INDONESIA (Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2015 ISSN: 2086-1028 Nomor Publikasi: 04220.1603 Katalog: 4103008 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman:

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA INDONESIA 2013 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional ISSN : 2086-1028 2086-1028 Nomor Publikasi : 04220.140104220.1303 Katalog BPS : 41030084103008 Ukuran Buku : 29,7 Cm x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

Penduduk: Usia: Status Perkawinan: Anak Lahir Hidup:

Penduduk: Usia: Status Perkawinan: Anak Lahir Hidup: Penduduk: Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA INDONESIA 2014 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional ISSN : 2086-10282086-1028 2086-1028 Nomor Publikasi : 04220.1501 04220.140104220.1303 Katalog BPS : 4103008 41030084103008 Ukuran Buku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam setiap kehidupan manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia. Pemerintah berkewajiban

Lebih terperinci

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI P P L M - 1 3 Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 13 w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT 2014 ISBN : 978-602-1196-66-3 Nomor Publikasi : 13520.15.08 Katalog BPS : 4301003.13 Ukuran buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : ix + 40 Naskah : Bidang Statistik

Lebih terperinci

P P L M 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN.

P P L M 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN. P P L M - 1 Data dan Informasi 1 PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN P P L M 1 www.kemenpora.go.id Kementerian Pemuda dan Olahraga i K E M E N

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN INDONESIA STATISTIK PENDIDIKAN 2016 ISBN Nomor Publikasi Katalog Ukuran Buku : 978-602-438-036-6 : 04220.1605 : 4301008 : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman Naskah Diterbitkan oleh Dicetak

Lebih terperinci

P P L P 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN.

P P L P 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN. P P L P - 1 Data dan Informasi PPLP 1 PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN P P L P 1 www.kemenpora.go.id Kementerian Pemuda dan Olahraga i K E

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Sekilas Kementerian Pemuda dan Olahraga

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Sekilas Kementerian Pemuda dan Olahraga BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Sekilas Kementerian Pemuda dan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga mempunyai tugas menyelenggarakan urusan bidang pemuda dan olahraga dalam

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang? undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi? tingginya bagi masyarakat,

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2012 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional ISSN : 2086-1036 Nomor Publikasi : 04220.1304 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 21 Cm x 29,7 cm Jumlah Halaman : xxv + 260 halaman

Lebih terperinci

Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 2008

Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 2008 Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 008 Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 008 Kementerian Negara

Lebih terperinci

kemenpora.go.id DATA DAN INFORMASI P P L P

kemenpora.go.id DATA DAN INFORMASI P P L P kemenpora.go.id DATA DAN INFORMASI P P L P PRESTASI Data dan Informasi PPLP DATA DAN INFORMASI PPLP ISBN: xxx-xxx-xxx-x Ukuran Buku:,7 cm x cm Jumlah Halaman: 83 + xvi Tim Penyusun Penanggung Jawab Ketua

Lebih terperinci

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016 STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016 Data dan Informasi (1) Data a. Data adalah fakta berupa angka, karakter, simbol, gambar, tanda-tanda, isyarat, tulisan,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U/2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 No. 16/07/33/16/Th.I, 16 Juli 2017 STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 Pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif yaitu berumur 16-30 tahun. Jumlah pemuda di Kabupaten Blora adalah 167.881 jiwa atau

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA INDONESIA 2008 ISBN. No Publikasi : 04220. Katalog BPS : Ukuran Buku : 21 Cm x 29 Cm Jumlah Halaman : 155 Naskah : Sub Direktorat Statistik Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial Gambar Kulit

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013 Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI OLAHRAGA NASIONAL DI STADION MANDALA

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LOKA KARYA POLA PENGEMBANGAN ATLET JANGKA PANJANG MENUJU MULTI EVENT OLAHRAGA.

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LOKA KARYA POLA PENGEMBANGAN ATLET JANGKA PANJANG MENUJU MULTI EVENT OLAHRAGA. NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LOKA KARYA POLA PENGEMBANGAN ATLET JANGKA PANJANG MENUJU MULTI EVENT OLAHRAGA Oleh: Dr. Ria Lumintuarso, M.Si. NIP. 19621026 198812 1 001 Yogyakarta

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 ISSN 2087-7633 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pencapaian prestasi atlet nasional di tingkat internasional

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go w tp :// w ht.b p w.id s. go STATISTIK PENDIDIKAN 2012 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional ISSN : 2086 4566 Nomor Publikasi : 04220.1301 Katalog BPS : 4301002 Ukuran Buku

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Profil LANSIA Jawa tengah 2014

Profil LANSIA Jawa tengah 2014 Katalog BPS : 4201003.33 Profil LANSIA Jawa tengah 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH PROFIL LANSIA JAWA TENGAH 2014 ISSN : 2407-3342 Nomor Publikasi : 33520.1511 Katalog BPS : 4104001.33

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN OLAHRAGA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN OLAHRAGA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pencapaian

Lebih terperinci

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Erisman, M.Si, Kabid Statistik Sosial, BPS Provinsi Jawa Tengah Data Penduduk Yang Digunakan Mulai tahun 2014 angka penduduk yang digunakan adalah

Lebih terperinci

18. URUSAN WAJIB PEMUDA DAN OLAHRAGA

18. URUSAN WAJIB PEMUDA DAN OLAHRAGA 18. URUSAN WAJIB PEMUDA DAN OLAHRAGA A. KEBIJAKAN PROGRAM Pembangunan kepemudaan dilaksanakan dalam bentukpelayanan kepemudaan, yang berfungsi melaksanakanpenyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan potensikepemimpinan,

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

8. URUSAN KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA

8. URUSAN KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA 8. URUSAN KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA Disadari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam akselerasi pembangunan termasuk pula dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.102, 2014 KESRA. Kesehatan. Olahraga. Penghargaan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN OLAHRAGA DENGAN

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go w tp :// w ht.b p w.id s. go STATISTIK PEMUDA PROVINSI RIAU 2010 ISSN: 2086-1028 No. Publikasi/Publication Number: 04220.1111 Katalog BPS/BPS Catalogue: 4103008.21 Ukuran

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung periode 20122017 telah selesai dilaksanakan. Seiring dengan hal itu Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN OLAHRAGA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN OLAHRAGA SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA A. PERENCANAAN STRATEJIK VISI DAN MISI 1. Pernyataan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

/ KEPUTUSAN MENTER! PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

/ KEPUTUSAN MENTER! PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA / KEPUTUSAN MENTER! PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U /2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menirnbang: a. Bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 ten tang

Lebih terperinci

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG No. 76/11/19/Th.XIV, 7 November 2016 KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Jumlah angkatan kerja Agustus 2016 mencapai 705.173 orang, bertambah sebanyak 17.525 orang dibandingkan jumlah angkatan

Lebih terperinci

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG -1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 54/11/31/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS 2015 SEBESAR 7,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

IV.B.8. Urusan Wajib Pemuda dan Olahraga

IV.B.8. Urusan Wajib Pemuda dan Olahraga 8. URUSAN PEMUDA DAN OLAH RAGA Pembangunan pemuda dan olahraga mempunyai peran strategis dalam mendukung peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Pemuda memiliki peran aktif

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 733 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 733 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 733 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI GARUT, : a. bahwa sehubungan dengan telah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha memasyarakatkan olahraga sekarang ini sudah nampak hasilnya. Hal ini ditandai dengan maraknya orang melakukan olahraga untuk kesehatan dan sebagai sarana

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAH RAGA DI KOTA JAMBI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAH RAGA DI KOTA JAMBI SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAH RAGA DI KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN DISAMPAIKAN OLEH: ASISTEN DEPUTI INFORMASI GENDER DALAM PERTEMUAN KOORDINASI DAN

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DAFTAR ISI Hal Menimbang... 1 Mengingat... 1 BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI BAB VII KETENTUAN UMUM Pasal

Lebih terperinci

Jakarta, 27 Februari 2018 Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi. Ttd

Jakarta, 27 Februari 2018 Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi. Ttd Laporan Kinerja Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2017 merupakan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L No. 1449, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Sentra Pemberdayaan Pemuda. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SENTRA PEMBERDAYAAN PEMUDA DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

w w :// tp ht.id.b ps.g o w STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2013 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional ISSN : 2086 1036 No. Publikasi : 04220.1402 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 29,7 cm x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA SUMATERA SELATAN

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA SUMATERA SELATAN Katalog : 4104001.16 STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA SUMATERA SELATAN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA SUMATERA SELATAN 2015 STATISTIK PENDUDUK LANJUT

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL ORGANISASI

BAB IV PROFIL ORGANISASI 1 BAB IV PROFIL ORGANISASI IV.1. Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga VISI KEMENPORA Terwujudnya kualitas sumber daya pemuda dan olahraga dalam rangka meningkatkan wawasan kebangsaan, kepemimpinan yang

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN OLAHRAGA TERPADU MELALUI SPORT TRAINING CENTER KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan watak dan kepribadian yaitu sikap sportivitas dan disiplin. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan watak dan kepribadian yaitu sikap sportivitas dan disiplin. Sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Hakekat pembangunan olahraga nasional adalah upaya meningkatkan kualitas hidup manusia secara jasmaniah, rohaniah, dan sosial dalam mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAGAAN KEOLAHRAGAAN

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAGAAN KEOLAHRAGAAN - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAGAAN KEOLAHRAGAAN I. UMUM Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan

Lebih terperinci

STATISTIK KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI 2014 ISSN : 2355-2964 Katalog BPS : 2301104.51 Nomor Publikasi : 51521.1502 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xi + 75 halaman Naskah : BPS Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA 12 BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA 2.1 Sejarah Singkat Kabupaten Kampar merupakan tempat yang penuh dengan berbagai obyek wisata. Oleh karena itu pembangunan pariwisata ini sebagai

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana sesuai dengan semboyan Yunani Kuno yang berbunyi : Orandum est ut sit,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana sesuai dengan semboyan Yunani Kuno yang berbunyi : Orandum est ut sit, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan kebutuhan manusia yang merupakan unsur pokok dan sangat berpengaruh dalam pembentukan jiwa (rohani) dan jasmani (raga/tubuh) yang kuat. Sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 23/05/31/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 5,77 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci