Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 2008"

Transkripsi

1 Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 008 Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga

2 Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 008 Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga

3 PENYAJIAN DATA INFORMASI KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA TAHUN 008 ISBN: Ukuran Buku: 5,7 cm x 4 cm Jumlah Halaman: 63 + xii Naskah: Tim Penyusun Gambar Kulit: Tim Penyusun Diterbitkan oleh: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya i

4 PENYAJIAN DATA INFORMASI KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA TAHUN 008 Tim Penyusun Naskah Penangung Jawab : Wynandin Imawan Penyunting : Wien Kusdiatmono Nur Syahrizal Penulis : Wien Kusdiatmono Retno Harisah Dewa Ayu Eka Sumarningsih Suhariadi Penyiapan Data : Wien Kusdiatmono Retno Harisah Dewa Ayu Eka Sumarningsih Suhariadi ii

5 Kata Pengantar Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga 008 merupakan publikasi yang menyajikan informasi mengenai kepemudaan dan keolahragaan di Indonesia. Data dan Informasi pemuda yang disajikan meliputi kependudukan, pendidikan, kesehatan, angkatan kerja, pemberdayaan pemuda, proyeksi penduduk, serta pemuda dan pengentasan kemiskinan. Informasi kependudukan mencakup jumlah dan persebaran pemuda, pemuda menurut jenis kelamin, status perkawinan dan partisipasi pemuda dalam keluarga berencana. Informasi aspek pendidikan antara lain mencakup partisipasi sekolah, dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Informasi aspek kesehatan meliputi angka kesakitan dan jenis keluhan kesehatan. Pembahasan angkatan kerja meliputi tingkat partispasi angkatan kerja pemuda dan angka pengangguran di kalangan pemuda. Informasi pada aspek pemberdayaan pemuda mencakup ketersediaan fasilitas olah raga, prestasi olah raga dan sains yang dicapai pemuda Indonesia dan Sarjana Pembangunan di Pedesaan (SP3). Publikasi ini juga menyajikan proyeksi pemuda sampai tahun 05. Pembahasan pemuda dan pengentasan kemiskinan, meliputi kemiskinan dan umur dan peranan pemuda dalam pengentasan kemiskinan. Sumber data dan informasi yang digunakan dalam publikasi ini berasal dari berbagai sumber antara lain: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Maret 005 dan Susenas Panel Maret 007, Susenas Kor Juli 007, Survei Potensi Desa (PODES) 005 dan PODES 008, dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 007. Ketiga sumber data tersebut berasal dari kegitan survei/sensus yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS). Selain ketiga sumber data tersebut, dalam publikasi ini menggunakan pula iii

6 data yang bersumber dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga khususnya mengenai pencapaian prestasi olah raga dan Sarjana Penggerak Pembangunan di Pedesaan. Publikasi ini merupakan publikasi tahunan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini, disampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesarbesarnya. Semoga publikasi ini bermanfaat. Kritik dan saran sangat kami harapkan guna penyempurnaan di masa mendatang. Jakarta, Desember 008 Tim Penyusun iv

7 Sambutan... v

8 vi

9 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar...iii Sambutan...v Daftar Isi...vii Daftar Tabel...ix Daftar Gambar...xi Daftar Lampiran...xii Bab Pendahuluan.... Latar Belakang.... Tujuan Sumber Data Sistematika Penyajian...6 Bab Kependudukan...7. Jumlah dan Persebaran Pemuda...7. Rasio Jenis Kelamin Pemuda menurut Propinsi dan Kelompok Umur Status Perkawinan Pemuda....4 Partisipasi Pemuda dalam Keluarga Berencana... Bab 3 Pendidikan Tingkat Partisipasi Sekolah Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Buta Aksara...0 Bab 4 Kesehatan Angka Kesakitan Pemuda Jenis Keluhan Kesehatan...7 Bab 5 Pemuda dan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Pemuda Tingkat Pengangguran Terbuka...34 vii

10 Bab 6 Pemberdayaan Pemuda Pembangunan Olahraga Prestasi Pemuda Prestasi Pemuda di Pekan Olahraga Nasional Prestasi Pemuda di SEA Games Prestasi Pemuda di ASIAN Games Prestasi Pemuda di Olimpiade Prestasi Pemuda di Bidang Sains Prestasi Sarjana Penggerak Pembangunan di Pedesaan...57 Bab 7 Proyeksi Pemuda Metode Proyeksi Hasil Proyeksi...64 Bab 8 Pemuda dan Pengentasan Kemiskinan Ratarata Umur Kepala Rumah Tangga Miskin Distribusi Kemiskinan Pemuda Sebagai Kepala Rumah Tangga Peran Pemuda dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Program Terpadu Program Keluarga Sejahtera (PROKESRA) Program Pembangunan Keluarga Sejahtera Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) Program Kesejahteraan Sosial (PROKESOS) Program Terkait Lainnya...87 Daftar Pustaka...89 Lampiran...9 viii

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel.. Persentase Pemuda menurut Status Perkawinan, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, Tahun Tabel. Tabel 3. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 4. Tabel 4.3 Tabel 5. Tabel 5. Persentase Pemuda Pernah Kawin menurut Partisipasi dalam Keluarga Berencana dan Daerah Tempat Tinggal, Tahun Persentase Pemuda menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin, Tahun Angka Buta Aksara menurut Daerah Tempat Tinggal Kelompok umur dan Jenis Kelamin, Tahun Angka Kesakitan Pemuda menurut Jenis Kelamin dan Pulau/Kepulauan, Tahun Persentase Pemuda yang Sakit menurut Jenis Keluhan Kesehatan dan Jenis Kelamin, Tahun Persentase Pemuda yang Sakit menurut Jenis Keluhan Kesehatan dan, Kelompok Umur Tahun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Pemuda menurut Propinsi, Jenis Kelamin dan Daerah, Tahun Tingkat Pengangguran Terbuka Pemuda menurut Propinsi, Daerah dan Jenis Kelamin, Tahun Tabel 6. Perolehan Medali SEA Games Tahun Tabel 6. Lokasi ASEAN ParaGames...46 Tabel 6.3 Perolehan Medali ASEAN ParaGames III...47 Tabel 6.4 Perolehan Medali ASEAN ParaGames IV...47 Tabel 6.5 Tabel 6.6 Perkembangan Peringkat Indonesia dalam ASEAN Games...49 Perolehan Medali Kejuaraan ASEAN Beach Games I...50 ix

12 Tabel 6.7 Tabel 6.8 Perolehan Medali Tim Indonesia, menurut Cabang Olahraga, Olimpiade Tahun Perolehan Medali Tim Indonesia menurut Tahun Kejuaraan...5 Tabel 7. Jumlah Pemuda 005 dan Proyeksi Pemuda menurut Kelompok Umur (dalam ribuan)...66 Tabel 7. Tabel 8. Tabel 8. Tabel 8.3 Tabel 8.4 Tabel 8.5 Perbandingan Jumlah Pemuda 005 dan Proyeksi Pemuda, Tahun Karakteristik Sosial Demografi Rumah Tangga Miskin dan Rumah Tangga Tidak Miskin menurut Daerah, Tahun Karakteristik Sosial Demografi Rumah Tangga Miskin dan Rumah Tangga Tidak Miskin menurut Daerah, Tahun Persentase Rumah Tangga Miskin, Tidak Miskin dan Head Count Index menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, Tahun Persentase Rumah Tangga Miskin, Tidak Miskin dan Head Count Index menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, Tahun Persentase Rumah Tangga Miskin menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, Tahun Tabel 8.6 Distribusi Persentase Pemuda sebagai Kepala Rumah Tangga Miskin menurut Provinsi dan Pendidikan, Tahun Tabel 8.7 Persentase Pemuda sebagai Kepala Rumah Tangga Miskin menurut Provinsi dan Lapangan Pekerjaan, Tahun Tabel 8.8 Persentase Pemuda sebagai Kepala Rumah Tangga Tangga menurut Status Pekerjaan dan Provinsi, Tahun x

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar. Persentase Pemuda menurut Pulau, Tahun Gambar. Rasio Pemuda menurut Kelompok Umur, Tahun Gambar.3 Persentase Pemuda dalam Keluarga Berencana menurut Kelompok Umur, Tahun Gambar 3. Partisipasi Sekolah Pemuda menurut Daerah Tempat Tinggal, Tahun Gambar 3. Persentase Pemuda menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Tahun Gambar 4. Angka Kesakitan Pemuda menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, Tahun Gambar 5. Persentase Pemuda menurut Kegiatan, Tahun Gambar 5. Persentase Pemuda Bekerja dan Mengurus Rumah Tangga, Tahun Gambar 5.3 Persentase Pemuda Bekerja menurut Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal Tahun Gambar 6. Jumlah SP3 menurut Angkatan...59 Gambar 7. Proyeksi Pemuda menurut Kelompok Umur, Gambar 7. Persentase Pemuda menurut Pulau, xi

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Lampiran Halaman Jumlah Pemuda menurut Propinsi dan Jenis Kelamin, Tahun Jumlah Pemuda menurut Propinsi dan Kepadatan Pemuda, Tahun Lampiran 3 Rasio Pemuda menurut Propinsi, Tahun Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Partisipasi Pemuda dalam Keluarga Berencana menurut Propinsi dan Tipe Daerah, Tahun Persentase Pemuda menurut Propinsi dan Partisipasi Sekolah, Tahun Persentase Pemuda menurut Propinsi, Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, dan Jenis Kelamin, Tahun Persentase Pemuda menurut Kemampuan BacaTulis dan Propinsi, Tahun Angka Kesakitan Pemuda menurut Propinsi dan Jenis Kelamin, Tahun Persentase Pemuda yang Sakit menurut Jenis Keluhan Kesehatan dan Propinsi, Tahun Lampiran 0 Persentase Desa menurut Keberadaan Lapangan Olahraga, Propinsi dan Jenis Lapangan Olahraga, Tahun Lampiran Persentase Desa menurut Keberadaan Lapangan Olahraga, Propinsi dan Jenis Lapangan Olahraga, Tahun Lampiran Persentase Desa yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga menurut Propinsi dan Jenis Olahraga, Tahun xii

15 Lampiran 3 Persentase Desa yang Memiliki Kelompok Kegiatan Olahraga menurut Propinsi dan jenis Olahraga, Tahun Lampiran 4 Jumlah Perolehan Medali PON menurut Propinsi, Jenis Medali dan Peringkat, Tahun Lampiran 5 Jumlah Perolehan Medali PON menurut Propinsi, Jenis Medali dan Peringkat, Tahun Lampiran 6 Jumlah Perolehan Medali PON menurut Propinsi, Jenis Medali dan Peringkat, Tahun Lampiran 7 Jumlah Perolehan Medali PON menurut Propinsi, Jenis Medali, dan Peringkat, Tahun Lampiran 8 Jumlah Perolehan Medali PON XVII menurut Propinsi, dan Jenis Medali, Tahun Lampiran 9 Jumlah Perolehan Medali SEA Games XXI menurut Cabang Olahraga dan Jenis Medali, Tahun Lampiran 0 Jumlah Perolehan Medali dari Medali Emas yang Diperebutkan SEA Games XXII menurut Cabang Olahraga dan Jenis Medali, Tahun Lampiran Jumlah Perolehan Medali SEA Games XXIV menurut Negara, Jenis Medali, Jenis Kelamin, dan Peringkat, Tahun Lampiran Banyaknya Nomor yang Dipertandingkan, Nomor yang Diikuti dan Perolehan Medali SEA Games XXIII menurut Cabang Olahraga, Events, dan Jenis Medali, Tahun Lampiran 3 Banyaknya Nomor yang Dipertandingkan, Nomor yang Diikuti dan Perolehan Medali SEA Games XXIII menurut Cabang Olahraga, Events, dan Jenis Medali, Tahun xiii

16 Lampiran 4 Banyaknya Events SEA Games XIXXXIV menurut Cabang Olahraga, Tahun Lampiran 5 Jumlah Perolehan Medali dan Nama Atlet menurut Cabang Olahraga, Events, Jenis Medali, dan Nama Pelatih SEA Games XXIV, Tahun Lampiran 6 Jumlah Perolehan Medali Asian Beach Games Bali menurut Peringkat, Negara, dan Jenis Medali, Tahun Lampiran 7 Jumlah Perolehan Medali Olimpiade menurut Event Olahraga, Cabang Olahraga, Atlet Peraih Medali, dan Jenis Medali, Tahun Lampiran 8 Data Realisasi SP3 Angkatan I s/d XVII...54 Lampiran 9 Proyeksi Pemuda Berumur 835 Tahun menurut Propinsi, Tahun (dalam ribuan)...56 Lampiran 30 Proyeksi Pemuda LakiLaki Berumur 835 Tahun menurut Propinsi, Tahun (dalam Ribuan)...58 Lampiran 3 Proyeksi Pemuda Perempuan Berumur 835 Tahun menurut Provinsi, Tahun (dalam Ribuan)...60 Lampiran 3 Proyeksi Pemuda Indonesia menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, Tahun (dalam Ribuan)...6 Lampiran 33 Jumlah Pemuda 005 dan Proyeksi Pemuda Tahun menurut Kelompok Umur (dalam ribuan)...63 xiv

17 BAB Pendahuluan. Latar Belakang Pemuda dan olahraga mempunyai peran strategis dalam menunjang terciptanya masyarakat Indonesia yang berkualitas di masa mendatang. Pemuda merupakan kelompok masyarakat yang memiliki peranan penting dalam pembangunan serta memiliki nilai dan posisi strategis dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, kelompok pemuda selalu mengambil peran penting, mulai dari sebagai pelopor organisasi modern Budi Utomo, Sumpah Pemuda, pelaksanaan kemerdekaan Republik Indonesia (RI) 945, peristiwa sekitar tahun 965 sampai pelopor reformasi di tanah air. Siapakah pemuda yang dimaksud? Pemuda merupakan sebutan bagi penduduk yang berusia 8 hingga 35 tahun. Pada publikasi Penyajian Data Informasi Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 006 dan 007 yang disebut dengan pemuda adalah penduduk yang berumur 535 tahun. Namun, berdasarkan Rancangan UndangUndang Kepemudaan tahun 008, penyebutan pemuda ditujukan untuk penduduk yang berusia 835 tahun. Dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 00 Pasal tentang Perlindungan Anak disebutkan secara jelas bahwa usia di bawah 8 Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

18 tahun dikategorikan sebagai anak. Sehingga definisi pemuda yang digunakan pada publikasi tahun 008 tidak memasukkan anak (57 tahun) sebagai bagian dari pemuda. Peranan pemuda tidak berhenti sampai perjalanan sejarah bangsa di masa lalu. Kini pemuda merupakan generasi penerus, penanggung jawab dan pelaku pembangunan. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia khususnya kelompok pemuda yang berkualitas di masa depan sangat dibutuhkan. Untuk menunjang terciptanya manusia yang berkualitas, maka olahraga merupakan salah satu instrumen pembangunan nasional yang akan mewujudkannya. Dalam UU No. 3 Tahun 005 secara jelas disebutkan bahwa tujuan keolahragaan nasional adalah untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa. Menurut UndangUndang No. 3 Tahun 005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional disebutkan bahwa olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Mengingat peran penting pemuda dalam pembangunan serta proporsinya yang mencapai 3,4 persen penduduk Indonesia (Angka Proyeksi, BPS) menjadikan pembangunan pemuda sebagai fokus perhatian pemerintah. Keberhasilan pembangunan pemuda sebagai sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan daya saing, merupakan salah satu kunci untuk membuka peluang keberhasilan di berbagai sektor pembangunan lainnya. Di samping itu, berbagai tantangan yang muncul dalam mempersiapkan, membangun, dan Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

19 memberdayakan pemuda dapat mengganggu kesinambungan, kestabilan dalam pembangunan nasional, bahkan mungkin akan mengancam integrasi bangsa. Seperti tawuran dan kriminalitas lainnya, penyalahgunaan Narkoba dan Zat Adiktif lainnya (NAZA), minuman keras, penyebaran penyakit HIV/AIDS dan penyakit menular, penyaluran aspirasi dan partisipasi, serta apresiasi terhadap kalangan pemuda. Pembangunan di bidang kepemudaan secara khusus ditangani oleh Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga. Kementerian ini mempunyai tugas membantu presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pemuda dan olahraga. Untuk mendukung pembangunan di bidang kepemudaan dan olahraga yang terarah dan tepat sasaran, maka diperlukan perencanaan berbasis data pemuda dan olahraga yang akurat. Data pemuda dan olahraga ini dapat menjadi pijakan dalam mempersiapkan, membangun, dan memberdayakan pemuda. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu melakukan kegiatan penyediaan data pemuda dan olahraga yang berkelanjutan dan mencakup seluruh wilayah di Indonesia. Keberadaan data ini diharapkan dapat membantu berbagai program pembangunan pemuda dan olahraga di masa mendatang yang dapat dipertanggungjawabkan.. Tujuan Penyajian data dan informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, tahun 008 ini bertujuan untuk:. Menyajikan gambaran kondisi (profil) pemuda Indonesia dilihat dari aspek jenis kelamin, umur, pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Profil ini akan memberikan gambaran tentang sumber daya pemuda Indonesia. Sehingga diharapkan dapat Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008 3

20 diketahui kualitas pemuda dari aspek pendidikan dan kesehatan. Melalui profil ini diharapkan pula dapat mengetahui angka penyerapan tenaga kerja dan tingkat pengangguran di kalangan pemuda.. Menyajikan data ketersediaan fasilitas olahraga di setiap propinsi. Ketersediaan fasilitas merupakan syarat mutlak memasyarakatkan olahraga di masyarakat. Adalah suatu kemustahilan apabila mengharapkan prestasi olahraga yang tinggi tanpa memperhatikan ketersediaan fasilitas, karena itu perlu diketahui ketersediaan fasilitas olahraga di setiap propinsi. 3. Menyajikan data tingkat pencapaian prestasi keolahragaan pemuda Indonesia. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan di bidang olahraga adalah tingkat pencapaian prestasi. Pada dasarnya semua kegiatan pembangunan bidang olahraga, baik yang berupa sarana dan prasarana, regulasi dan kebijakan bermuara pada tujuan meningkatnya prestasi di bidang keolahragaan. 4. Menyajikan data proyeksi pemuda Indonesia sampai tahun 05. Proyeksi penduduk diperlukan terutama terkait dengan perencanaan program pembangunan di masa mendatang. Sehingga diharapkan dapat disusun suatu program yang tepat guna dan tepat waktu. 5. Menyajikan karakteristik rumah tangga miskin, termasuk di dalamnya adalah rumah tangga miskin yang dikepalai pemuda. 4 Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

21 .3 Sumber Data Sumber data dan informasi yang digunakan dalam publikasi ini sebagian besar bersumber dari survei atau sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu meliputi:. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Maret 005 dan Susenas Panel Maret 007 dan Kor Juli 007. Susenas adalah survei rutin tahunan yang diselengarakan BPS melalui pendekatan rumah tangga. Sampel Susenas mencakup seluruh wilayah Indonesia. Data yang dicakup meliputi variabel sosial dan ekonomi.. Potensi Desa (Podes) 005 dan Podes 008. Podes adalah suatu kegiatan pencacahan lengkap (sensus) terhadap seluruh desa/kelurahan di Indonesia. 3. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 007. Sakernas merupakan kegiatan survei tahunan khusus mengenai angkatan kerja. Sampel Sakernas mencakup seluruh wilayah Indonesia. 4. Data tingkat pencapaian prestasi pemuda Indonesia dalam arena olahraga bersumber dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Kementerian Pemuda dan Olahraga serta websitewebsite yang berhubungan. 5. Data Sarjana Pendamping Penggerak Pembangunan di Perdesaan tahun Data Proyeksi Pemuda 008 yang diolah dari Proyeksi Penduduk Indonesia per Propinsi tahun Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008 5

22 .4 Sistematika Penyajian Publikasi ini dibagi menjadi 8 bab. Bab pertama adalah pendahuluan, yang membahas mengenai latar belakang, tujuan, sumber data dan sistematika penulisan. Bab ke dua menyajikan masalah kependudukan yang meliputi jumlah dan persebaran pemuda, pemuda menurut jenis kelamin, status perkawinan dan partisipasi pemuda dalam keluarga berencana. Bab ke tiga mengenai pendidikan yang mengulas tentang partisipasi sekolah, pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan buta aksara. Bab ke empat membahas tentang kesehatan yang mencakup angka morbiditas dan pemuda yang mempunyai keluhan kesehatan. Bab ke lima membahas pemuda dan angkatan kerja yang meliputi partisipasi pemuda dalam angkatan kerja, dan angka pengangguran. Bab ke enam tentang pemberdayaan pemuda yang meliputi peran serta pemuda dalam keolahragaan, di bidang sains, serta prestasi sarjana penggerak pembangunan di perdesaan. Bab ke tujuh mengenai proyeksi jumlah pemuda sampai tahun 05. Dan bab ke delapan yang merupakan bab terakhir membahas mengenai pemuda dan pengentasan kemiskinan, kemiskinan dan umur dan peranan pemuda dalam pengentasan kemiskinan. 6 Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

23 BAB Kependudukan Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan memegang peranan penting. Data kependudukan yang lengkap dan akurat akan mempermudah pembuatan perencanaan pembangunan serta diperoleh perencanaan pembangunan yang tepat. Data kependudukan, khususnya kelompok usia 835 tahun yang dikategorikan sebagai pemuda juga sama pentingnya dengan data kependudukan keseluruhan, karena terkait dengan peran strategis mereka di dalam pembangunan bangsa. Data kependudukan, khususnya kelompok pemuda akan membahas masalah jumlah dan persebaran pemuda di Indonesia, rasio jenis kelamin pemuda menurut kelompok umur, status perkawinan pemuda, dan partisipasi pemuda dalam Keluarga Berencana (KB).. Jumlah dan Persebaran Pemuda Berdasarkan angka proyeksi BPS, penduduk Indonesia pada tahun 007 sebanyak 5,64 juta jiwa, 3,4 persen di antaranya adalah kelompok pemuda. Jumlah pemuda yang cukup besar merupakan salah satu potensi yang dimiliki bangsa Indonesia dalam rangka membangun Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008 7

24 Indonesia di masa kini dan mendatang. Dari 73, juta jiwa, ternyata persentase pemuda perempuan lebih tinggi dibanding lakilaki, namun selisihnya tidak berbeda jauh, yaitu hanya 0, persen dengan perbandingan 50,37 persen berbanding 50,48 persen. Di samping jumlah, persebaran penduduk juga perlu mendapat perhatian khusus para perencana pembangunan. Informasi mengenai persebaran penduduk, khususnya pemuda dapat menjadi pijakan dalam menentukan tingkat konsentrasi pembangunan. Wilayah dengan konsentrasi pemuda tinggi memerlukan perhatian khusus agar sesuai dengan daya dukung lingkungan dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang dapat meminimalisasi arus urbanisasi maupun perpindahan penduduk ke satu wilayah saja. Data Susenas tahun 007 menunjukkan lebih dari 50 persen (tepatnya 5,6%) pemuda bertempat tinggal di perdesaan. Hal tersebut merupakan suatu kewajaran mengingat jumlah penduduk Indonesia yang bertempat tinggal di perdesaan mencapai 56 persen dan wilayah di Indonesia masih berstatus perdesaan sekitar 87,8 persen (Podes 005). Jika persebaran pemuda dilihat menurut kepulauan, tampak persebaran yang sangat tidak merata. Sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera yang masingmasing mencapai 57,69 persen dan,3 persen (lihat Gambar..). Kedua pulau tersebut termasuk sebagai kawasan barat Indonesia (KBI). Seperti diketahui selama ini bahwa pembangunan di Indonesia lebih banyak terkonsentrasi di kawasan tersebut. GBHN 999 secara eksplisit menyebutkan bahwa salah satu arah kebijakan pembangunan daerah adalah meningkatkan pembangunan di seluruh daerah terutama kawasan timur Indonesia (KTI). Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di kawasan barat Indonesia lebih maju dibanding kawasan timur sehingga KTI perlu 8 Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

25 perhatian khusus. Menurut garis Wallace, KBI meliputi seluruh propinsi di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali, sedangkan KTI meliputi seluruh propinsi di Pulau Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua, NTB, dan NTT. Sumber: Susenas KOR Juli 007, BPS Berdasarkan hasil proyeksi, propinsipropinsi yang menjadi pusat konsentrasi pemuda di Pulau Jawa adalah Jawa Barat (3,6 juta), Jawa Tengah (9,77 juta), dan Jawa Timur (,46 juta), untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di Lampiran. Besarnya konsentrasi pemuda (lihat Lampiran ) di Pulau Jawa menyebabkan kepadatan yang tinggi dibanding pulaupulau utama lainnya. Pulau Jawa yang hanya 7 persen dari keseluruhan wilayah Indonesia dan memiliki jumlah pemuda tertinggi menyebabkan sangat tingginya kepadatan pemuda di Pulau Jawa yaitu mencapai 36 jiwa setiap km. Sedangkan, Propinsi Papua yang luasnya mencapai 6,70 persen dari total wilayah Indonesia (merupakan propinsi terluas), pada setiap kilometer perseginya hanya didiami sekitar pemuda. Propinsipropinsi dengan kepadatan pemuda tertinggi semuanya berada di Pulau Jawa, yaitu DKI Jakarta (5.85 jiwa/ km ) dengan kepadatan tertinggi jauh di atas propinsi lainnya, kemudian diikuti oleh propinsi lain di Pulau Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008 9

26 Jawa dengan kisaran di atas 00 pemuda per kilometer persegi. Untuk propinsi di luar Pulau Jawa, Bali merupakan propinsi dengan kepadatan tertinggi (9 jiwa/ km ).. Rasio Jenis Kelamin Pemuda menurut Propinsi dan Kelompok Umur Rasio jenis kelamin adalah perbandingan jumlah penduduk lakilaki dengan 00 penduduk perempuan. Data ini berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama berkaitan dengan perimbangan pembangunan lakilaki dan perempuan secara adil. Rasio jenis kelamin di Indonesia secara keseluruhan menunjukkan angka 98 yang berarti bahwa untuk setiap 98 pemuda lakilaki dibarengi dengan 00 pemuda perempuan atau dengan kata lain pemuda yang berjenis lakilaki jumlahnya lebih sedikit dibanding pemuda yang berjenis kelamin perempuan. Namun, rasio ini tidak menggambarkan keadaan setiap wilayah di Indonesia. Seperti Propinsi Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, D.I. Yogyakarta, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua menunjukkan hal yang sebaliknya, yaitu jumlah pemuda lakilaki yang lebih banyak dibanding pemuda perempuan (lihat Lampiran 3). Menurut kelompok umur (lihat Gambar..), terlihat pola yang menarik. Semakin tua, rasio jenis kelamin pemuda semakin menurun yang berarti semakin tua, jumlah pemuda lakilaki semakin berkurang dibanding pemuda perempuan. Pada kelompok umur 89 tahun dan 04 tahun, jumlah pemuda lakilaki lebih banyak dibanding pemuda perempuan (rasio di atas 00). Pada kelompok umur yang lebih tua, yaitu 0 Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

27 59 tahun dan 3035 tahun, terjadi kodisi sebaliknya, jumlah pemuda perempuan lebih banyak dibanding pemuda lakilaki (rasio di bawah 00). Sumber: Susenas KOR Juli 007, BPS. Status Perkawinan Pemuda Mengingat definisi pemuda adalah penduduk yang berumur 835 tahun, maka sesuatu yang wajar jika ditemukan ada pemuda yang telah berstatus kawin. BPS mendefinisikan seseorang berstatus kawin apabila mereka terikat dalam perkawinan pada saat pencacahan, baik yang tinggal bersama maupun terpisah, yang menikah secara sah maupun yang hidup bersama yang oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sah sebagai suami istri. Dari Tabel. terlihat sebagian besar pemuda di Indonesia telah berstatus kawin. Seperti di perkotaan, lebih dari 50 persen penduduk yang berusia 835 tahun telah berstatus kawin. Di perdesaan bahkan hampir mencapai 66 persen. Pola yang cukup menarik terlihat dalam Tabel. pemuda perempuan yang berstatus kawin, cerai hidup, dan cerai mati menunjukkan persentase yang lebih tinggi dibanding pemuda lakilaki Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

28 baik yang tinggal di perkotaan maupun perdesaan, begitu juga halnya dengan pola nasional. Tingginya persentase pemuda perempuan yang berstatus kawin dibanding pemuda lakilaki terkait dengan keberadaan UU Perkawinan No. Tahun 004 mengijinkan perempuan dapat melakukan perkawinan dengan umur terendah 6 tahun, sedangkan lakilaki harus berumur tahun ke atas. Serta adanya stigma dalam masyarakat bahwa menjadi perawan tua merupakan sesuatu yang harus dihindari dapat menjadi pemicu tingginya perkawinan pemuda perempuan. Tabel.: Persentase Pemuda menurut Status Perkawinan, Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, Tahun 007 Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Belum kawin Kawin Cerai hidup Cerai mati () () (3) (4) (5) Perkotaan 45,70 5,60,40 0,40 Lakilaki 54,90 44,30 0,70 0,0 Perempuan 36,90 60,60,00 0,60 Perdesaan 3,90 65,80,80 0,50 Lakilaki 43,80 54,80,0 0,0 Perempuan 0,40 76,40,40 0,70 Perkotaan + Perdesaan 38,40 59,60,60 0,40 Lakilaki 49,00 49,90 0,90 0,0 Perempuan 8,0 68,90,0 0,70 Sumber: Susenas KOR Juli 007, BPS.3 Partisipasi Pemuda dalam Keluarga Berencana (KB) Program keluarga berencana (KB) merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah Indonesia dalam rangka menekan jumlah penduduk. Program yang mulai diluncurkan pada 9 Juni 970 ini telah menunjukkan keberhasilan yang ditandai dengan penurunan tingkat fertilitas, yaitu mulai dari 5,6 anak per wanita pada tahun 968 menjadi Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

29 4,68 tahun 977, dan mencapai,7 anak per wanita pada tahun 000 ( Pelaku KB adalah pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang istrinya berusia 549 tahun. Hal ini berarti pemuda yang merupakan penduduk berusia 835 tahun (termasuk penduduk usia subur) merupakan salah satu pelaku KB. Jumlah yang mencapai sepertiga penduduk Indonesia, pemuda dapat menunjukkan perannya sebagai pelaku KB dalam rangka mengendalikan jumlah serta meningkatkan kualitas penduduk. Tabel.: Persentase Pemuda Pernah Kawin menurut Partispasi dalam Keluarga Berencana dan Daerah Tempat Tinggal, Tahun 007 Daerah Tempat Tinggal Sedang menggunakan Partisipasi dalam Keluarga Berencana Tidak menggunakan lagi Tidak pernah menggunakan () () (3) (4) Perkotaan 59,0 8,60,0 Perdesaan 60,80 7,40,80 Total 60,0 7,90,00 Sumber: Susenas KOR Juli 007, BPS Hasil Susenas 007 menunjukkan jumlah pemuda yang sedang menggunakan alat KB atau yang sedang berpartispasi dalam KB telah mencapai lebih 60 persen yang merupakan tingkat partisipasi yang cukup tinggi. Jika dibedakan menurut daerah tempat tinggal, ternyata selisih antara pemuda yang sedang menggunakan KB yang tinggal di perkotaan dengan yang tinggal di daerah perdesaan hanya,6 persen. Ini merupakan indikasi bahwa kesadaran pemuda untuk mengikuti program KB di perdesaan hampir sama dengan di perkotaan. Pencapaian partisipasi KB secara nasional yang mencapai 60 persen tidak searah dengan pencapaian di KTI seperti di Nusa Tenggara Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008 3

30 Timur (NTT), Maluku, Papua, dan Papua Barat (lihat Lampiran 4). Di keempat propinsi tersebut keikutsertaan pemuda dalam program KB termasuk rendah. Pemuda yang tidak pernah menggunakan KB di NTT mencapai 48,6 persen, di Maluku mencapai 5,4 persen, di Papua mencapai 5,7 persen dan di Papua Barat mencatat angka tertinggi yaitu sebesar 54,7 persen. Sumber: Susenas KOR Juli 007, BPS Partisipasi KB menurut kelompok umur dari kelompok umur 8 9 tahun ke kelompok 3035 tahun tampak meningkat sejalan dengan meningkatnya umur, yaitu dari 40,89 persen menjadi 6,37 persen. Kelompok umur 89 tahun adalah kelompok pasangan usia perkawinan muda yang pada umumnya menginginkan punya anak sehingga mereka belum menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Sebaliknya pada umur perkawinan tua, mereka sudah memiliki anak yang mungkin lebih dari 0 orang, sehingga mereka banyak menggunakan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. 4 Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

31 BAB 3 Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. ( Proses pembelajaran yang dilalui melalui pendidikan merupakan salah satu cara dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya pemuda yang merupakan tulang punggung pembangunan nasional. Pendidikan sangat berperan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan yang selalu disertai dengan terobosan secara konsisten dan berkelanjutan akan mampu menghasilkan manusiamanusia yang unggul, cerdas, dan kompetitif. Pendidikan merupakan pondasi dasar untuk menyiapkan SDM bangsa yang berkualitas, khususnya bagi pemuda yang notabene merupakan SDM potensial yang akan menjadi penggerak aktif pembangunan bangsa. Untuk mengukur berhasil atau tidaknya pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari tingkat partisipasi sekolah, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dan angka buta aksara. Ketiga indikator yang Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008 5

32 disebutkan di atas akan dibahas pada bab ini, baik menurut jenis kelamin maupun daerah tempat tinggal. 3. Tingkat Partisipasi Sekolah Susenas 007 membedakan tingkat partisipasi sekolah menjadi tiga, yaitu tidak atau belum pernah bersekolah, masih bersekolah, dan tidak bersekolah lagi. Partisipasi sekolah di sini merujuk kepada jenjang pendidikan formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolahsekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Pemuda masih termasuk penduduk aktif di pendidikan formal, yaitu pendidikan menengah dan pendidikan tinggi berdasarkan usia yang dijadikan standar menurut jenjang pendidikan di Indonesia atau rentang usia yang dianjurkan pemerintah dan umum. Usia 8 tahun merupakan bagian dari kelompok usia standar untuk jenjang pendidikan SMA dan usia 9 tahun ke atas merupakan kelompok usia standar untuk jenjang perguruan tinggi. Tingkat partisipasi sekolah menggambarkan bagaimana status pemuda dalam jenjang pendidikan formal. Dari Tabel 3. terlihat bahwa lebih dari 90 persen pemuda berumur 835 tahun sudah tidak duduk di bangku sekolah formal lagi atau tidak bersekolah lagi baik lakilaki maupun perempuan. Pada penduduk usia 835 tahun ini, ternyata ada yang sama sekali belum pernah mengenyam pendidikan formal, baik lakilaki mapun perempuan. Dalam Tabel 3. terlihat sebesar,34 persen pemuda lakilaki belum pernah mengenyam bangku sekolah. Bias gender dalam dunia pendidikan masih kentara terlihat di Indonesia. Masih ditemukan sebesar 6 Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

33 , persen (lebih tinggi dari pemuda lakilaki) pemuda perempuan yang juga belum pernah mencicipi bangku sekolah. Tabel 3.: Persentase Pemuda menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin, Tahun 007 Jenis Kelamin Belum/Tidak Pernah Sekolah Masih/Sedang Sekolah Tidak Bersekolah Lagi () () (3) (4) Lakilaki,34 7,38 9,8 Perempuan, 6,53 9,35 Total,74 6,94 9,3 Sumber: Susenas KOR Juli 007, BPS Sekitar 7 persen pemuda, tepatnya pemuda lakilaki 7,38 persen dan pemuda perempuan 6,53 persen masih berstatus sekolah. Pada usia ini (835 tahun) umumnya pemuda bersekolah di pendidikan menengah (SMA) atau perguruan tinggi. Fakta menarik terlihat pada partisipasi sekolah pemuda di propinsipropinsi di Indonesia (lihat Lampiran 5). Pemuda yang tidak/belum pernah sekolah antar propinsi secara umum tidak terlalu bervariasi, angkanya berkisar antara 0,50 s.d. 5,80 persen, kecuali Papua. Persentase pemuda yang tidak pernah sekolah di Propinsi Papua mencapai,60 persen, suatu angka yang sangat tinggi dibandingkan dengan propinsi lainnya. Dengan propinsi tetangga pun menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan, yaitu Papua Barat yang hanya 5,80 persen. Sesuai dengan julukan yang disematkan ke Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu kota pelajar, pemuda yang tidak pernah sekolah termasuk rendah, yaitu hanya 0,60 persen dan jumlah pemuda Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008 7

34 yang masih berstatus sekolah merupakan yang tertinggi dibanding propinsi lain, yakni mencapai,50 persen. Sumber: Susenas KOR Juli 007, BPS Selama ini ada wacana mengenai ketimpangan pendidikan antara masyarakat perdesaan dengan perkotaan. Data Susenas 007, secara jelas menunjukkan hal tersebut (lihat Gambar 3.). Persentase pemuda yang belum sempat mengenyam pendidikan formal di perdesaan jauh lebih rendah dibanding yang tinggal di perkotaan, yaitu 0,7 persen berbanding,65 persen. Di sisi lain, pemuda yang masih/sedang bersekolah di perdesaan hanya mencapai separuhnya (4,3%) dari pemuda yang tinggal di perkotaan (9,86%). 3. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Angka pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh pemuda dapat menjadi acuan dalam membuat perencanaan tenaga kerja dan memberi gambaran tentang kualitas sumber daya tenaga kerja yang tersedia di suatu wilayah, serta dapat digunakan untuk menilai keberhasilan pembangunan pendidikan di wilayah tersebut. 8 Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

35 Data pendidikan tertinggi yang ditamatkan pemuda merupakan persentase pemuda yang menamatkan jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah pemuda. Sumber: Susenas KOR Juli 007, BPS Gambar 3. menunjukkan bahwa sumber daya pemuda Indonesia lebih dari sepertiganya (3,8%) berpendidikan SMA; 9,0 persen berpendidikan SD, dan 4,0 persen telah berpendidikan SMP dan hanya 7,5 persen yang telah menyelesaikan perguruan tinggi. Pola serupa dapat ditemukan di hampir semua propinsi di Indonesia (lihat Lampiran 6), tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh pemuda ratarata SD, SMP, dan SMA. Dibanding dengan angka nasional, pemuda yang berpendidikan sampai tingkat perguruan tinggi di Propinsi DKI Jakarta dan D.I Yogyakarta mencapai lebih dari 0 persen, yaitu masingmasing 5,40 persen dan 3,0 persen. Di samping itu, ternyata cukup banyak pemuda yang tidak punya ijazah, yang berarti belum pernah menamatkan pendidikan SD sekalipun. Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008 9

36 3.3 Buta Aksara Ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan adalah kemampuan baca tulis penduduk dewasa. Kemampuan baca tulis tercermin dari data angka melek huruf. Sebaliknya buta aksara menunjukkan kondisi yang berlawanan. Angka buta aksara merupakan indikator yang mengukur persentase penduduk (pemuda) yang tidak bisa membaca dan menulis huruf latin. Tinggi rendahnya angka buta aksara di suatu wilayah dapat menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan sumber daya manusia di bidang pendidikan. Kualitas pemuda pun dapat dicerminkan oleh data buta aksara ini. Persentase pemuda dengan angka buta aksara yang tinggi perlu mendapat perhatian. Kemampuan baca tulis adalah modal dasar pemuda untuk mengembangkan diri dan membangun bangsanya. Berdasarkan data Susenas 007, secara nasional persentase pemuda yang tidak bisa membaca dan menulis huruf latin mencapai,60 persen. Meskipun angka buta aksara secara nasional hanya,60 persen, namun masih ada propinsi dengan angka buta aksara di atas angka nasional. Sebanyak 4 propinsi memiliki persentase pemuda yang buta aksara di atas,6 persen. Di antara 4 propinsi tersebut, Propinsi Papua mempunyai angka buta aksara tertinggi yaitu mencapai,60 persen. Secara keseluruhan angka buta aksara untuk pemuda di propinsipropinsi di Indonesia kurang dari 8 persen dan predikat propinsi dengan angka buta aksara pemuda terendah terdapat di Propinsi DKI Jakarta yang hanya 0,6 persen. 0 Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

37 Tabel 3.: Angka Buta Aksara menurut Daerah Tempat Tinggal, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 007 Kategori Perkotaan Perdesaan Total () () (3) (4) Kelompok Umur 89,39,36,9 04,07,8,95 59,7 3,6, ,67 4,85 3,40 Jenis Kelamin Lakilaki,4,9,07 Perempuan,56 4,44 3,07 Total,35 3,69,58 Sumber: Susenas KOR Juli 007, BPS Mengamati angka buta aksara menurut kelompok umur, tampak pola yang wajar. Angka buta aksara pemuda yang berada pada kelompok umur yang lebih muda cenderung lebih rendah dibanding pemuda pada kelompok umur lebih tua. Seperti yang terlihat pada Tabel 3., angka buta aksara pemuda yang berumur 3035 tahun lebih tinggi dibanding yang berumur 59 tahun, begitu juga angka buta aksara pada kelompok umur 59 tahun lebih tinggi dibanding pada kelompok umur 04 tahun. Namun, pola yang sedikit berbeda diperlihatkan angka buta aksara pemuda di perkotaan. Angka buta aksara pemuda umur 89 tahun lebih tinggi dibanding yang berumur 04 tahun. Secara keseluruhan memperlihatkan bahwa pemuda yang buta aksara di perdesaan jauh lebih tinggi dibanding di perkotaan, pemuda yang buta aksara di perdesaan mencapai dua kali lipat dibanding perkotaan, yaitu 3,69 persen berbanding,35 persen. Angka buta aksara menurut jenis kelamin masih memperlihatkan ketertinggalan dan keterbatasan kesempatan bagi perempuan dalam Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

38 mengenyam pendidikan. Di perkotaan maupun di perdesaan menunjukkan kesenjangan tersebut. Seperti di perdesaan, persentase perempuan yang buta aksara mencapai 4,44 persen dan lakilaki hanya,9 persen. Sebenarnya pola serupa terlihat di perkotaan, namun kesenjangan tersebut tidaklah terlalu tinggi. Walaupun persentase pemuda yang buta aksara lebih rendah dibanding pemudi, namun selisihnya tidak terlalu jauh, yaitu hanya 0,4 persen. Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

39 BAB 4 Kesehatan Sebagai generasi penerus bangsa, kaum muda harus siap mengahadapi persaingan hidup. Untuk itu, sudah selayaknya pemuda senantiasa meningkatkan kemampuannya agar tidak terlindas oleh roda kemajuan zaman. Peningkatan kualitas kesehatan di kalangan pemuda menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia sekarang dan di masa yang akan datang. Pada bulan April 007, Menteri Kesehatan mencanangkan pembentukan Pemuda Siaga Peduli Kesehatan. Dalam sambutannya, dikatakan bahwa pemuda yang tergabung dalam Pemuda Siaga Peduli Kesehatan akan dibekali pengetahuan dan keterampilan mengenai berbagai hal tentang kesehatan seperti penanggulangan bencana, wabah demam berdarah, flu burung dan lainlain. Sehingga diharapkan organisasi kepemudaan dan mahasiswa dapat berperan aktif menangani masalah kesehatan yang terjadi. Isi Deklarasi Pemuda Siaga Peduli Kesehatan sebagai berikut: Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008 3

40 DEKLARASI PEMUDA SIAGA PEDULI KESEHATAN Pemuda sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang mempunyai hak hidup sehat berkewajiban untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat. Menyadari bahwa Indonesia masih dilanda berbagai masalah kesehatan yang perlu segera ditanggulangi. Pemuda Indonesia sebagai pejuang bangsa dengan potensi pengetahuan dan keterampilan memiliki kewajiban untuk ikut berperan aktif dalam mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan berperan sebagai pelopor, penggerak, pelaksana pembangunan kesehatan bangsa. Untuk itu kami: Pemuda Siaga Peduli Kesehatan sebagai pelopor pembangunan kesehatan siap memprakarsai dan memberdayakan masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatannya. Pemuda Siaga Peduli Kesehatan sebagai penggerak pembangunan kesehatan siap menggerakkan sumber daya yang ada dalam membantu penanganan masalah kesehatan. Pemuda Siaga Peduli Kesehatan sebagai pelaksana pembangunan siap bersama masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan khususnya menjadi mitra pelaksana di desa siaga. Pemuda Siaga Peduli Kesehatan bersama dengan komponen masyarakat lainnya ikut mengkritisi jalannya pembangunan kesehatan. Dalam rangka merealisasikan kegiatankegiatan tersebut dibentuk kelompok Pemuda Siaga Peduli Kesehatan yang anggotaanggotanya adalah organisasi kepemudaan dan mahasiswa yang dikoordinasi dan difasilitasi oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Demikian Deklarasi ini kami nyatakan sebagai bentuk komitmen dan Sumber: id=75:pemudasiagapedulikesehatan&itemid=5 4 Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

41 Deklarasi ini menunjukkan bahwa pemerintah benarbenar menyadari betapa pentingnya peran pemuda dalam pembangunan bangsa. 4. Angka Kesakitan Pemuda Informasi status kesehatan pemuda memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan pemuda yang dapat dilihat melalui indikator angka kesakitan. Angka ini menyatakan persentase pemuda yang mengalami gangguan kesehatan hingga menggangu aktivitas seharihari. Secara nasional, angka kesakitan pemuda di daerah perdesaan lebih tinggi dibanding di daerah perkotaan. Hal ini mungkin disebabkan kesadaran untuk menjaga pola hidup sehat di perdesaan relatif masih rendah. Sedangkan jika dilihat menurut propinsi yang disajikan pada Lampiran 7, ada 4 propinsi yang angka kesakitan pemuda di daerah perkotaannya justru lebih tinggi dibanding perdesaan. Keempat propinsi tersebut beruturtturut dari yang angka kesakitan pemudanya paling tinggi adalah Banten (kota =,56% desa =,%), Nusa Tenggara Barat (kota = 8,% desa = 7,96%), Papua Barat (kota = 3,09% desa = 4,36%), dan Papua (kota = 7,34% desa = 6,6%). Angka kesakitan pemuda menurut tipe daerah dan jenis kelamin Tahun 007 disajikan pada Gambar 4. Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008 5

42 Sumber: Susenas KOR Juli 007, BPS Dari Gambar 4. terlihat bahwa secara nasional tingkat kesakitan pemuda lakilaki sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal serupa juga tergambar pada angka kesakitan pemuda menurut pulau dan jenis kelamin tahun 007 yang disajikan pada Tabel 4. berikut. Tabel 4.: Angka Kesakitan Pemuda menurut Jenis Kelamin dan Pulau/Kepulauan, Tahun 007 Angka Kesakitan Pulau/Kepulauan Lakilaki Perempuan Total () () (3) (4) Sumatera 3,40 3,0 3,30 Jawa,0 0,50 0,76 Nusa Tenggara 9,50 8,80 9,0 Kalimantan,50,90,67 Sulawesi 7,40 7,00 7,0 Maluku 8,0 8,0 8,08 Papua 7,0 6,40 6,79 Total,70,30,49 Sumber: Susenas KOR Juli 007, BPS Secara nasional, pada tahun 007 pemuda yang mengalami gangguan keluhan kesehatan sebesar,49 persen. Angka kesakitan lakilaki lebih tinggi 0,40 persen dibanding angka kesakitan perempuan. 6 Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

43 Tidak ada perbedaan signifikan antara pemuda lakilaki dengan perempuan. Jika dilihat menurut pulau, angka kesakitan pemuda tertinggi berada di Kepulauan Nusa Tenggara sebesar 9,%, Maluku di urutan kedua sebesar 8,08% dan Pulau Jawa pada urutan terendah sebesar 0,76%. Dilihat menurut propinsi (Lampiran 8), 5 propinsi dengan angka kesakitan tertinggi berturutturut adalah Nusa Tenggara Timur (4%), Gorontalo (,9%), Maluku Utara (,7%), Sulawesi Tengah (,5%), dan Sulawesi Barat (,%). Tahun 007, Propinsi Jawa Tengah mencetak angka kesakitan terendah sebesar 9,3%. Dari daerah tempat tinggal, angka kesakitan pemuda pada daerah perdesaan relatif lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Angka kesakitan di daerah perdesaan sebesar 4,07 persen, sedangkan di daerah perkotaan hanya 0,7 persen. Hal ini dimungkinkan karena di daerah perdesaan pada umumnya prasarana kesehatan dan kesadaran terhadap pentingnya hidup sehat masih lebih rendah dibanding perkotaan, sehingga berdampak pada rendahnya tingkat kesehatan pemuda. 4. Jenis Keluhan Kesehatan Pada umumnya, semua orang pernah merasakan gangguan kesehatan. Hasil Susenas 007 menunjukkan bahwa gangguan kesehatan pilek dan batuk paling banyak diderita pemuda dibandingkan penyakit yang lain. Persentase pemuda yang sakit menurut jenis keluhan kesehatan disajikan pada Tabel 4.. Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008 7

44 Tabel 4.: Persentase Pemuda yang Sakit menurut Jenis Keluhan Kesehatan dan Jenis Kelamin, Tahun 007 Jenis Kelamin Jenis Keluhan Panas Batuk Pilek Asma Diare Sakit Kepala Sakit Gigi Lainnya () () (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Lakilaki 35,0 45,0 46,0 3,90 5,80,80 7,60 3,0 Perempuan 30,0 38,30 4,60 4,0 5,40 6,90 8,0 34,0 Total 3,50 4,60 43,80 4,0 5,60 4,50 7,90 3,70 Sumber: Susenas KOR Juli 007, BPS Dari Tabel 4. terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan antara persentase pemuda lakilaki dan perempuan yang mengalami keluhan kesehatan dari setiap jenis keluhan. Jika melihat tingkat keluhan kesehatan menurut kelompok umur yang disajikan pada Tabel 4.3, relatif tidak ada perbedaan. Tabel 4.3: Persentase Pemuda yang Sakit menurut Jenis Keluhan Kesehatan dan Kelompok Umur, Tahun 007 Jenis Keluhan Kelompok Umur Panas Batuk Pilek Asma Diare Sakit Kepala Sakit Gigi Lainnya () () (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 89 35,0 4,00 44,50 3,70 5,40,30 7,40 3, ,00 4,0 44,00 3,70 5,40,40 7,50 3,0 59 3,50 4,0 43,70 4,0 5,60 5,30 8,0 3, ,70 4,0 43,60 4,30 5,70 5,90 8,0 33,60 Total 3,50 4,60 43,80 4,0 5,60 4,50 7,90 3,70 Sumber: Susenas KOR Juli 007, BPS 8 Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

45 BAB Pemuda dan Angkatan Kerja 5 Ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Untuk itu pemerintah terus berusaha menciptakan program pembangunan pada sektor ekonomi dan sektor ketenagakerjaan, terutama ditujukan pada kelompok penduduk yang tergolong miskin. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat. Penduduk usia kerja (PUK) dikelompokkan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Di Indonesia, PUK adalah penduduk yang telah berusia 5 tahun ke atas. Angka PUK ini terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Jumlah PUK pada bulan Agustus 007 mengalami peningkatan sekitar,05 persen dibandingkan kondisi Februari 007 (Sumber: Sakernas Agustus 007, BPS). Dari seluruh PUK pada Agustus 008, sekitar 67 persennya adalah pemuda berusia 835 tahun. Persentase pemuda menurut jenis kegiatannya seharihari disajikan pada Gambar 5.. Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008 9

46 Sumber: Sakernas Agustus 007, BPS Dari Gambar 5. terlihat bahwa kegiatan pemuda terkonsentrasi pada kegiatan bekerja dan mengurus rumah tangga. Jika ditinjau menurut jenis kelamin, ada perbedaan yang cukup signifikan pada dua kegiatan ini. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.. Sumber: Sakernas Agustus 007, BPS Dari Gambar 5. terlihat bahwa hampir semua pemuda yang mengurus rumah tangga adalah perempuan. Pemuda lakilaki mendominasi dalam kegiatan bekerja, dari semua pemuda yang bekerja, sekitar 63 persennya adalah lakilaki. Persentase pemuda yang bekerja berdasarkan jenis kelamin dan daerah tempat tinggal disajikan pada Gambar Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008

47 Sumber: Sakernas Agustus 007, BPS Dari Gambar 5.3 terlihat bahwa dalam kegiatan bekerja, lakilaki tidak hanya mendominasi secara keseluruhan, tapi juga di daerah perkotaan dan perdesaan. Hal ini sangat wajar karena secara umum, tanggung jawab menopang kebutuhan keluarga ada di pundak lakilaki. Peran angkatan kerja sebagai faktor penting dalam proses produksi, kedudukannya lebih penting daripada sarana produksi yang lainnya, seperti; bahan mentah, tanah, air dan sebagainya. Hal itu tidak lain karena manusialah yang menggerakkan semua sumbersumber tersebut untuk menghasilkan barang. Besarnya partisipasi angkatan kerja digambarkan melalui indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Dua indikator ini merupakan indikator utama ketenagakerjaan yang sering dipakai untuk melihat perkembangan suatu wilayah di bidang ketenagakerjaan. 5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Pemuda Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menyatakan persentase jumlah penduduk angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Angka TPAK menunjukkan besaran relatif dari pasokan Penyajian Data Informasi Kemenegpora Tahun 008 3

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

Penyajian Data Informasi Kementerian Pemuda dan Olahraga. Tahun 2009

Penyajian Data Informasi Kementerian Pemuda dan Olahraga. Tahun 2009 Penyajian Data Informasi Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2009 Penyajian Data Informasi Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2009 Kementerian Pemuda dan Olahraga PENYAJIAN DATA INFORMASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam setiap kehidupan manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia. Pemerintah berkewajiban

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya Perkawinan Anak, Moralitas Seksual, dan Politik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di Negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

DATA MENCERDASKAN BANGSA

DATA MENCERDASKAN BANGSA Visi BPS Pelopor Data Statistik Terpercaya untuk Semua Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 237,6 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun DATA MENCERDASKAN

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 No. 16/07/33/16/Th.I, 16 Juli 2017 STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 Pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif yaitu berumur 16-30 tahun. Jumlah pemuda di Kabupaten Blora adalah 167.881 jiwa atau

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 STATISTIK PENDUDUK 1971-2015 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Statistik Penduduk 1971-2015 Ukuran Buku : 27 Cm x 19 Cm (A4) Jumlah Halaman : 257 halaman Naskah : Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara.

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan di setiap wilayah maupun negara. Ini adalah tentang bagaimana negara membangun sumber daya manusianya.

Lebih terperinci

PENDUDUK LANJUT USIA

PENDUDUK LANJUT USIA PENDUDUK LANJUT USIA Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 ISSN 2087-7633 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Lebih terperinci

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA ii Kata Pengantar i DAFTAR ISI Kata Pengantar...i Daftar Isi... iii Daftar Tabel...v Daftar Gambar...xi Bab I KEPENDUDUKAN... 1 Bab II INDIKATOR GENDER... 9 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 49 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

4203002 2 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 PROFIL KESEHATAN ffiu DAN ANAK 2012 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 ISSN: 2087-4480 No. Publikasi: 04230.1202 Katalog BPS: 4203002 Ukuran Buku: 18,2 cm x

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

Katalog BPS: Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: Katalog BPS: 2204009 Katalog BPS: 2204009 PROFIL MIGRAN HASIL SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 2011 2012 ISBN : 978-979-064-620-9 Katalog BPS : 2204009 No. Publikasi : 04140.1301 Ukuran Buku : 17,6 cm

Lebih terperinci

PROFIL PEREMPUAN INDONESIA 2012

PROFIL PEREMPUAN INDONESIA 2012 PROFIL PEREMPUAN INDONESIA 2012 ISSN: 2089-3515 Ukuran Buku: 17 Cm x 24 Cm Naskah: Badan Pusat Statistik Gambar Kulit: Badan Pusat Statistik Diterbitkan oleh: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor lainnya. Sejalan dengan itu, sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Indikasi adanya ledakan penduduk di Indonesia yang ditunjukkan beberapa indikator demografi menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2011 ISSN. 2086 1036 No Publikasi : 04220.1202 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 28 Cm x 21 Cm Jumlah Halaman : xviii + 148 Halaman Naskah : Subdirektorat Statistik Pendidikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN No.39/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,335 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

RILIS HASIL AWAL PSPK2011 RILIS HASIL AWAL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik Berdasarkan hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30

Lebih terperinci

KEMISKINAN KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA

KEMISKINAN KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF 15-60 TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA Pengantar : Prof. Dr. Haryono Suyono, MA., PhD. YAYASAN ANUGERAH KENCANA BUANA, JAKARTA APAKAH ERA BONUS

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Konsep Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 No. 41/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 GINI RATIO PROVINSI BANTEN MARET 2017 MENURUN Pada 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Banten yang diukur

Lebih terperinci

RINGKASAN DATA DAN INFORMASI KEMISKINAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2016 ISSN : 2528-2271 Nomor Publikasi : 53520.1702 Katalog : 3205008.53 Jumlah halaman : viii + 24 halaman Ukuran : 21 cm x 14,5 cm

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN No.12/02/Th.XI, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,392 Pada ember 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Erisman, M.Si, Kabid Statistik Sosial, BPS Provinsi Jawa Tengah Data Penduduk Yang Digunakan Mulai tahun 2014 angka penduduk yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

Profil LANSIA Jawa tengah 2014

Profil LANSIA Jawa tengah 2014 Katalog BPS : 4201003.33 Profil LANSIA Jawa tengah 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH PROFIL LANSIA JAWA TENGAH 2014 ISSN : 2407-3342 Nomor Publikasi : 33520.1511 Katalog BPS : 4104001.33

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go ii Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 ISBN : 978-979-064-314-7 No. Publikasi: 04000.1109 Katalog

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. provinsi NTB mencapai ,15 km 2.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. provinsi NTB mencapai ,15 km 2. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat 1. Georgrafis Secara astronomis Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak antara 8 o 10-9 o 5 Lintang Selatan dan 115 o 46-119 o 5 Bujur Timur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang berkembang, masalah yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan

Lebih terperinci

STATISTIK KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI 2014 ISSN : 2355-2964 Katalog BPS : 2301104.51 Nomor Publikasi : 51521.1502 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xi + 75 halaman Naskah : BPS Provinsi

Lebih terperinci

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Lokal (AKAL)

Antar Kerja Antar Lokal (AKAL) Antar Kerja Antar Lokal (AKAL) Konsep antar kerja antar lokal dalam analisis ketenagakerjaan ini merujuk pada mereka yang bekerja di lain kabupaten/kota dengan persyaratan waktu pulang pergi ditempuh dalam

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : Dr. H. Alfitra Salamm, APU Penanggung Jawab : Drs. Djunaedi, M.Si. Sumadi, SH Penanggung Jawab Teknis Wkl. Penanggung Jawab teknis : Teguh Pramono, MA : Sumadi, SH Editor : Ir.

Lebih terperinci

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan, CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

SOLUSI MASALAH IBU KOTA JAKARTA. Sebuah Pemikiran Alternativ dari Perspektif Demografi Sosial

SOLUSI MASALAH IBU KOTA JAKARTA. Sebuah Pemikiran Alternativ dari Perspektif Demografi Sosial SEMINAR 20 Agustus 2015 S. 401 SOLUSI MASALAH IBU KOTA JAKARTA Sebuah Pemikiran Alternativ dari Perspektif Demografi Sosial Tadjuddin Noer Effendi Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini

Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini Uzair Suhaimi uzairsuhaimi.wordpress.com Judul artikel perlu klarifikasi. Pertama, istilah penduduk merujuk pada penduduk Indonesia

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016 STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016 Data dan Informasi (1) Data a. Data adalah fakta berupa angka, karakter, simbol, gambar, tanda-tanda, isyarat, tulisan,

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN 2011-2014 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Dalam rangka pemantauan rencana aksi percepatan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta untuk membangun masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur merupakan hakikat pembangunan nasional yang dilaksanakan

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT 2014 ISBN : 978-602-1196-66-3 Nomor Publikasi : 13520.15.08 Katalog BPS : 4301003.13 Ukuran buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : ix + 40 Naskah : Bidang Statistik

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor :

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor : Katalog BPS nomor : 9213.3273.240 RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG KECAMATAN SUKAJADI MAJU STATISTIK DAERAH Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN

Lebih terperinci

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN DISAMPAIKAN OLEH: ASISTEN DEPUTI INFORMASI GENDER DALAM PERTEMUAN KOORDINASI DAN

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA INDONESIA 2011 ISSN: 2086-1028 No. Publikasi/Publication Number: 04220.1201 Katalog BPS/BPS Catalogue: 4103008 Ukuran Buku/Book Size: 28 cm x 21 cm Jumlah Halaman/Pages: xxv + 190 halaman/pages

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIAL INDONESIA 2006

LAPORAN SOSIAL INDONESIA 2006 LAPORAN SOSIAL INDONESIA 2006 Perkembangan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Perdesaan Sub Direktorat Laporan Statistik Direktorat Analisis Statistik Laporan Perekonomian Indonesia, 2005 i LAPORAN SOSIAL

Lebih terperinci

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUKAJADI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUKAJADI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman Katalog BPS nomor : 9213.3273.240 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUKAJADI 2016 ISSN : - No. Publikasi : 3273. 1660 Katalog BPS : 9213.3273.240 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Sensus penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang? undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi? tingginya bagi masyarakat,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

INDIKATOR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA AGUSTUS 2016 ISSN: 2088-5679 Nomor Publikasi: 04120.1604 Katalog: 2302004 Ukuran Buku: 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman: xxiv + 146 halaman Naskah: Subdirektorat

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG BIDANG KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN DATA INDONESIA

LAMPIRAN DATA INDONESIA LAMPIRAN DATA LAPORAN NEGARA PIHAK SESUAI PASAL 44 KONVENSI LAPORAN PERIODIK KETIGA DAN KEEMPAT NEGARA PIHAK TAHUN 2007 INDONESIA - 1 - DAFTAR TABEL DAN GRAFIK TABEL Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN P P L M - 2 0 1 4 Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 w. k e m e n p o r a. g o. i d w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya

Lebih terperinci

SITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA *) FEBRUARI 2005

SITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA *) FEBRUARI 2005 No. 37 / VIII / 1 Juli SITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA *) FEBRUARI Jumlah angkatan kerja Februari mencapai 105,8 juta orang, bertambah 1,8 juta orang dibanding Agustus sebesar 104,0 juta orang. Jumlah

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go Ketenagakerjaan Penduduk Indonesia HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 ISBN: 978-979- 064-306-2 No. Publikasi: 04000.1101 Katalog BPS: 2102030 Ukuran Buku: B5 (17,6 cm x 25 cm) Jumlah

Lebih terperinci