BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. mempertahankan posisi (Gerwin, 2010)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. mempertahankan posisi (Gerwin, 2010)"

Transkripsi

1 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Stabilitas Dinamik Stabilitas atau posisi stabil didefinisikan sebagai posisi dimana ada hubungan yang jelas antara posisi dan kekuatan yang dibutuhkan untuk mempertahankan posisi (Gerwin, 2010) Definition for stability is "the ability to utilise the body's structures in the safest, most efficient positional relationships for the functional demands imposed upon them (Elphinston, 2008). Batasan stabilitas adalah tempat pada suatu ruang dimana tubuh dapat menjaga posisi tanpa berubah dari dasar penyangga. Batasan ini dapat berubah sesuai dengan biomekanik secara individual dan aspek lingkungan. Otot mempunyai fungsi sebagai stabilisasi pada bagian tubuh melawan gaya tertentu. Gaya tersebut bisa internal dari ketegangan otot yang lain, atau eksternal dari berat objek yang diangkat. Selain itu, otot adalah sebagai neutralizer yang berperan untuk mencegah aksi asesoris yang tidak diinginkan yang secara normal terjadi ketika agonis menghasilkan ketegangan konsentrik. Dalam fungsinya, otot dibantu oleh ligamen untuk meningkatkan kestabilan sendi tubuh. 11

2 12 Ketidakstabilan dinamis terjadi jika otot di sekeliling lutut tidak seimbang. Jika kelompok otot agonis dan antagonis tidak seimbang, otototot tersebut kehilangan control proprioseptif dan kinestetik sehingga timbul ketidakstabilan dinamis, karena salah satu faktor yang menjaga stabilitas sendi adalah otot, jika masa otot berkurang maka stabilitasnya akan menurun. Ketika stabilitas menurun, menyebabkan beban di sendi lutut menjadi besar (Phaidon, 2011). Stabilisasi dinamis adalah kemampuan mempertahankan tubuh dalam aligment pada posisi yang seharusnya yang didukung oleh sistem kerja otot dan persarafan (Foran, 2001). Pada stabilisasi sendi lutut, stabilisasi dinamis memberikan input sistem sensoris ke sistem saraf pusat yang di berikan oleh proprioseptif kemudian otak mengirimkan kembali apa yang harus dilakukan tubuh menerima reseptor tersebut, sehingga hasil pengolahan dari otak dapat memberikan gamabaran kepada otot untuk berkontraksi membantu stabilisasi statis yakni ligamen mempersiapkan tubuh siap melakukan gerakan atau perubahan mendadak mempertahankan tubuh dalam kondisi stabil dan tidak menimbulkan cedera (Derouin, 2006). Stabilitas dinamik merupakan kemampuan mempertahankan tubuh melawan gravitasi pada saat bergerak. Seseorang akan lebih stabil jika membuka lebar kedua kakinya dan menurunkan letak titik berat badannya.

3 13 Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilisasi yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitasnya. Begitu juga semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh semakin tinggi. Gambar 2.1 Base of Support Sumber: dhaenkpedro.wordpress.com 2. Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Dinamik: a) Sistem informasi sensoris (1) Reseptor visual Visual memegang peranan penting dalam sistem sensoris, Visual System juga dikategorikan sebagai bagian propriosepsi sebab visual juga menyediakan informasi tentang orientasi dan gerakan tubuh. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peranan penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada.

4 14 Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari objek sesuai dengan jarak pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Reseptor ini memberikan informasi tentang orientasi mata dan posisi tubuh atau kepala terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Lebih kurang 20% serabut saraf dari mata berinteraksi dengan organ vestibular. Otot-otot mata akan berkontraksi untuk memelihara posisi bola mata dan otot-otot leher berkontraksi dengan menegakkan kepala, sehingga akhirnya dapat dicapai keseimbangan postural. Dalam keadaan normal, tampak masukan visual mampu mengkompensasi defisit dari info sensoris lainnya seperti susunan proprioseptif yang terganggu karena berdiri di landasan yang tidak stabil. Yang tidak stabil misalnya, gangguan keseimbangan akan tampak lebih jelas lagi jika impuls afferen untuk visual ditiadakan, misalnya pada saat mata tertutup maka kelihatan ayunan tubuh (sway) menjadi berlebihan. (2) Sistem somatosensoris Terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Proprioseptif terdiri dari otot, sendi dan reseptor cutaneus yang

5 15 menyediakan informasi-informasi dari alat tubuh seperti kekuatan otot, posisi di space dan informasi dari lingkungan seperti kondisi permukaan lantai. Pada susunan proprioseptif ini memberikan informasi ke sistem saraf pusat tentang posisi tubuh terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya (eksternal) dan posisi antara segmen badan itu sendiri (internal) melalui reseptorreseptor yang ada pada sendi, tendon, otot, ligamen dan kulit seluruh tubuh terutama yang ada pada kolumna vertebralis dan tungkai. Informasi itu dapat berupa tekanan, posisi sendi, tegangan, panjang dan kontraksi otot. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju cerebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemnikus medialis dan thalamus. Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovial dan ligamen. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain, serta otot diproses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang. Somathesia adalah perasaan yang dirasakan pada bagian tubuh yang berasal dari somatopleura yaitu kulit, tulang, otot, dan jaringan pengikatnya. Sedangkan visceroesthesia adalah perasaan yang dirasakan pada bagian tubuh yang tumbuh dari visceropleura yaitu usus, paru-paru, limpa dan sebagiannya.

6 16 Somesthesia terdiri dari perasaan dangkal (perasa eksteroseptif), perasa dalam (perasa proprioseptif) dan perasa luhur. Somesthesia eksteroseptif sederhana ialah rasa nyeri, rasa suhu, dan rasa raba. Somesthesia eksteroseptif terdiri atas rasa nyeri dalam, rasa getar, rasa tekan, dan rasa sikap. Somesthesia luhur yaitu perasaan yang mempunyai sifat deskriminatif dan tiga dimensional, misalnya dengan meraba, menekan dan merasai suhu suatu benda dengan mata tertutup, dapat ditentukan benda apa yang dipegang, dari bahan apa benda itu dibuat dan sebagainya. Susunan somesthesia merupakan perantara untuk menyadari dan merasakan rangsang dari dunia luar. Dari susunan saraf perifer, rangsang di teruskan melalui neuronneuron ke susunan saraf pusat yang mengolah impuls tersebut. Sehingga dapat menghasilkan sesuatu perasaan. Impuls tersebut dinamakan impuls eferen. Ada dua macam susunan saraf yang digunakan untuk mengalirkan impuls eferen tersebut yaitu susunan eksteroseptif dan susunan proprioseptif. Susunan proprioseptif adalah susunan saraf yang menghantarkan impuls rasa tekan, rasa getar, rasa gerak, rasa sikap, dan rasa deskrminatif. Sel neuron sistem proprioseptif mempunyai neurit dan dendrit yang hampir sama panjangnya. Bagian dendrit berjalan dari reseptor sampai sel bipolar di ganglion spinalis dan bagian neuritnya mulai dari ganglion

7 17 spinalis sampai nukleus kuneatus dan nukleus gracilis di medulla oblongata. Neurit-neurit tersebut menyusun funikulus kuneatus dan funikulus grasilis. Neurit dari ganglion spinalis bagian sakralis, lumbalis dan torakalis berkumpul menjadi funikulus kuneatus. Pada lintasan proprioseptif yang menuju ke cortex cerebella melewati 3 bagian diantaranya melewati serabut arcuatus externus dorsalis, tractus spino cerebralis dorsalis dan tractus spinocerebellaris ventralis. Pada bagian yang pertama melewati serabut arcuatus externus dorsalis, dimana pada neuron I terdapat sel diganglion spinale menuju funiculus posterior. Dan neuron II terdapat sel di nucleus kuneatus lateralis ke serabut arcuatus externus dorsalis berjalan secara homolateral ke korpus restiforme dan menuju cortex cerebelli. Pada bagian kedua melewati tractus spinocerebralis dorsalis, dimana pada neuron I terdapat sel diganglion spinale menuju columna grisea posterior, sedangkan pada neuron II terdapat sel di nucleus dorsalis (Clarke) ke tractus spinocerebellaris dorsalis berjalan secara homolateral ke korpus restiforme dan menuju cortex cerebelli (vermis). Pada bagian ketiga melewati tractus spinocerebellaris ventralis, dimana pada neuron I terdapat sel di ganglion spinale ke columna grisea posterior. Sedangkan pada neuron II terdapat sel di nucleus proprius ke tractus spinocerebellaris ventralis (homolateral atau

8 18 kontralateral) ke brachium conjuctivum ke velum medullare anterius menuju cortex cerebella (vermis, declive, pyramis, uvula). Gambar 2.2 Lintasan Proprioseptif Sumber: modul neuromuskuler Susunan proprioseptif menyilang setelah neurit bagian perifernya berakhir di medulla oblongata (setelah bagian perifernya bersinaps), yaitu di nukleus kuneatus dan nucleus grasilis (inti Burdach dan Goll). Neuron kedua susunan proprioseptif mengeluarkan neuritnya yang dikenal sebagai serabut arkuata. Ia menyilang garis tengah medula oblongata, kemudian serabut tersebut membelok ke rostral dan berjalan di sebelah kontralateral. Dengan demikian kemniskus medialis dibentuk sebagai neurit ganglion spinalis yang ikut menyusun funikulus kuneatus dan grasilis (funikuli dorsales) bersinaps di nukleus kuneatus lateralis. Dari inti tersebut keluarlah serabut yang menuju ke serebelum.

9 19 Macam-macam reseptor dalam sitem proprioseptif yaitu: korpus Vater-Pacini untuk rasa tekan, letaknya di bagian bawah kulit dan jaringan ikat, organ golgii di dalam tendon dan selaput sendi, muscle spindle ada dalam otot, berfungsi sebagai stretch-reseptor, piring Golgi-Massoni ada dalam kulit untuk menangkap rasa tekan halus. b) Endurance Muscle endurance merupakan kemampuan otot untuk berkontraksi dalam waktu yang lama atau panjang. Latihan endurance akan membangkitkan slow twitch fiber. Karena slow twitch fiber bekerja secara aerobik yang memiliki sifat kontrol postural serta daya tahan. c) Recruitment motor unit Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kapasitas otot untuk meningkatkan kekuatan otot adalah peningkatan recruitment motor unit. Peningkatan recruitment motor unit akan meningkatkan kekuatan otot. Motor unit adalah unit fungsional dari sistem neuromuscular yang terdiri dari anterior motor neuron (terdiri dari axon, dendrit dan cell body) dan serabut otot (terdiri dari slow twitch fiber dan fast twitch fiber). Kontraksi otot dengan tenaga kecil akan mengaktifkan sedikit motor unit, tetapi kontraksi dengan tenaga besar akan mengaktifkan banyak motor unit. Tidak semua motor unit pada serabut otot aktif pada saat yang sama. Hal itu berarti pada kontrol neural fast twitch

10 20 fiber dan slow twitch fiber akan memodulasi secara selektif jenis serabut yang akan digunakan sesuai dengan karakteristiknya. Jenis latihan akan mempengaruhi motor unit yang aktif, pada resistance exercise atau latihan untuk meningkatkan kekuatan otot akan mengaktifkan fast twitch fiber sedangkan pada latihan untuk meningkatkan endurance akan mengaktifkan slow twitch fiber. Makin meningkatnya umur, massa otot akan semakin membesar. Pembesaran otot ini erat sekali kaitannya dengan kekuatan otot. Kekuatan otot akan meningkat sesuai dengan pertambahan umur. Selain ditentukan oleh aktivitas ototnya. Pada umur tahun, baik laki-laki maupun wanita akan mencapai puncak kekuatan ototnya. Di atas umur ini kekuatan otot akan menurun, kecuali diberikan pelatihan. Walaupun demikian, di atas umur 65 tahun kekuatan ototnya sudah berkurang sebanyak 20% dibandingkan sewaktu muda. d) Ligamen Ligamen tidak hanya memberikan stabilitas pada sendi selama istirahat tetapi juga selama bergerak. Saat bergerak ligamen bekerja menjaga gerakan yaitu membatasi dan mencegah gerakan yang berlebihan. e) Konduktifitas saraf Proprioseptor merupakan akhir suatu serabut saraf yang menerima seluruh informasi tentang sistem muskuloskeletal dan menyampaikan kepada sistem saraf pusat. Proprioseptor juga disebut

11 21 sebagai mechanoreseptor yang merupakan sumber dari seluruh propriosepsi yaitu persepsi tentang gerakan dan posisi tubuh. Proprioseptor dapat ditemukan diseluruh akhir serabut saraf pada sendi. Reseptor stretch merupakan proprioseptor pertama pada otot. Reseptor stretch adalah organ sensoris utama pada otot yang terdiri dari serabut kecil intrafusal yang terletak sejajar dengan serabut ekstrafusal. 3. Anatomi Dan Fisiologi Lutut Secara anatomi sendi lutut adalah sendi terbesar pada tubuh manusia. Sendi ini termasuk jenis synovial hinge joint dengan gerakan yang terjadi fleksi dan ekstensi. Fungsi dari sendi lutut itu sendiri adalah mempertahankan tegaknya tubuh, stabilisasi serta meredam tekanan. Karena struktur dan fungsinya yang kompleks, maka sendi lutut memiliki susunan anatomi dan biomekanik yang berbeda, sesuai dengan struktur pembentuknya.

12 22 Gambar 2.3 Knee Joint Sumber: a) Osteologi Sendi lutut dibentuk oleh tiga tulang yaitu tulang femur, tibia, dan patella. (1) Femur Tulang femur merupakan tulang terpanjang dan terbesar dalam tubuh manusia yang bertugas meneruskan berat tubuh dari tulang coxae ke tibia sewaktu kita berdiri. Bagian proksimal dari tulang ini terdiri dari caput femoris yang bersendi dengan acetabullum, collum femoris dan dua trochanter major. Ujung distal tulang femur berakhir menjadi dua condylus yaitu epicondylus medialis dan epicondylus lateralis yang bersendi dengan tibia. Gambar 2.4 Femur Sumber: etc.usf.edu (2) Tibia

13 23 Tulang tibia merupakan tulang kuat satu-satunya yang menghubungkan antara femur dengan pergelangan kaki dan tulang-tulang kaki, serta merupakan tulang penyangga beban. Bagian proksimal tulang ini bersendi dengan condylus femur dan bagian distal memanjang ke medialis membentuk malleolus medialis yang bersendi dengan talus. Gambar 2.5 Tibia Sumber: etc.usf.edu (3) Fibula Tulang fibula ini berbentuk kecil panjang, terletak di sebelah lateral dari tibia juga terdiri dari tiga bagian: epiphysis proximal, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis membulat disebut capitulum fibula yang keproximal.

14 24 Gambar 2.6 Fibula Sumber: anatomy-portal.info (4) Patella Patella merupakan tulang sesamoid terbesar pada tubuh manusia. Tulang ini berbentuk segitiga yang basisnya menghadapi ke proximal dan apex/puncaknya menghadap ke distal. Tulang ini mempunyai dua permukaan, yang pertama menghadap ke sendi (facies articularis) dengan femur dan yang kedua menghadap ke depan (facies anterior). Facies anterior dapat dibagi menjadi tiga bagian dan bergabung dengan tendon quadriceps. Pada sepertiga atas merupakan tempat pelekatan tendon quadriceps, pada sepertiga tengah merupakan tempat beradanya saluran vascular dan pada sepertiga bawah termasuk apex merupakan tempat awal ligamentum patella.

15 25 Gambar 2.7 Patella Sumber: highlands.edu b) Sendi lutut Sendi lutut dibentuk oleh tiga persendian yaitu; tibiofemoral joint, patellofemoral joint, dan proksimal tibiofibular joint yang ditutupi oleh kapsul sendi. (1) Tibiofemoral joint Sendi dengan jenis sinovial hinge joint (sendi engsel) yang mempunyai dua derajat kebebasan gerak. Gerak flexi-extensi terjadi pada bidang sagital disekitar axis medio-lateral, dan gerak rotasi terjadi pada bidang tranversal disekitar axis vertical (longitudinal). Sendi tibiofemoral dibentuk oleh condylus femoris. Sendi ini mempunyai permukaan yang tidak rata yang dilapisi oleh lapisan tulang rawan yang relatif tebal dan meniscus. (2) Patelofemoral joint Sendi dengan jenis modified plane joint dan terletak diantara tulang femur dan patella. Sendi ini berfungsi membantu

16 26 mekanisme kerja dan mengurangi friction quadriceps. Gerak geser patella terhadap femur mengikuti pola ulur gerak lurusmelengkung ke medial-lurus. Gerak geser patella ke proksimal dan ke distal saat ekstensi dan fleksi. Saat ekstensi disertai gerak geser patella ke medial hingga kembali lurus. (3) Proksimal tibiofibular joint Sendi ini dibentuk oleh facies kapituli fibula dan facies articular tibiofibular yang terdapat pada bagian lateral posterior kondilus lateral tibia. Sendi ini merupakan jenis plane joint antara caput fibula dengan os tibia. Gerakan yang terjadi pada sendi ini adalah karena pengaruh gerakan ankle. Ketika terjadi dorsi fleksi ankle maka terjadi gerak geser ke cranial, dan ketika terjadi plantar fleksi ankle maka terjadi gerak geser ke dorsal. Sendi proksimal tibiofibular mempunyai fungsi menahan beban yang diterima sendi lutut dari beban tubuh, lalu diteruskan ke sendi ankle and foot. c) Otot Otot pada lutut tidak hanya berfungsi sebagai penggerak tetapi juga sebagai stabilisator. Otot merupakan sekumpulan dari serabut otot berbentuk silindris yang memiliki ketebalan 60 dan panjang bervariasi. Pada ujung perlengketan pada tulang disebut tendon dan dibungkus oleh fascia.

17 27 (1) Ukuran cross sectional otot Ukuran cross sectional otot merupakan salah satu faktor terpenting dalam mendapatkan kekuatan otot. Kuatnya kontraksi otot sangat dipengaruhi oleh besarnya diameter serabut ototnya. Kekuatan maksimal otot yang di tunjang oleh area cross sectional otot yang merupakan kemampuan otot untuk menahan beban maksimal di sekitar axis sendi. Kekuatan otot skeletal manusia 3-4 kg/cm 3 pada area cross sectional. Sedangkan kekuatan otot skeletal manusia dewasa keseluruhan ± kg Menurut Guyton dan Hall, Tiap-tiap serabut otot mengandung beratus-ratus bahkan beribu-ribu myofibril yang terdiri dari filament aktin dan myosin, yang terlihat sebagai bintik-bintik pada potongan melintang. Selain itu, Filamen aktin dan myosin berperan dalam kontraksi otot. Pita gelap tebal disebut pita A, bersifat anisotop, terdiri dari filament myosin yang tersusun parallel. Sedangkan, Pita terang lebar disebut pita I, bersifat isotrop, terdiri dari filament aktin yang terbagi menjadi dua yang simetris oleh sebuah pita A terdapat pita yang lebih terang dan lebar, juga membagi dua simetris pita A, disebut pita H. Daerah yang terletak diantara dua pita Z disebut sarkomer (Pardjiono, 2008: 114). Menurut Patton,Fuch dan Hille, Myofibril terbagi menjadi dua yaitu miofilamen atau filament myosin lebarnya nm dengan panjang 1,6m,

18 28 sedangkan filament aktin lebarnya 7 nm dan panjangnya (Pardjiono,2008: 113). Ukuran cross sectional otot akan berubah mejadi bertambah ataupun berkurang seiiring dengan aktifitas fisik maupun latihan fisik yang dilakukan. (2) Hubungan panjang tegang otot saat berkontraksi Otot akan memendek saat berkontraksi dan akan memanjang saat berelaksasi. Kontraksi otot terjadi saat otot sedang bekerja dan akan berelaksasi saat otot beristirahat. Setiap otot dalam tubuh memiliki panjang optimum sehingga daya kontraksi maksimal dapat dilakukan. Kontraksi otot paling efisien berlangsung saat tubuh dalam keadaan relaks. (a) Mekanisme sliding filamen pada kontraksi otot menggambarkan hubungan panjang-tegangan dalam otot. Tegangan maksimum dapat terbentuk saat filamen aktin tipis mulai bertumpang tindih dengan filamen miosin tebal. Sehingga pergeseran dapat terjadi di sepanjang filamen aktin. (b) Jika otot meregang melebihi panjang optimumnya, maka filamen tipis tidak dapat bertumpang tindih dengan filamen tebal, sehingga hanya ada sedikit miofilamen untuk interdigitasi aktin-miosin.

19 29 (c) Jika sebuah sel otot ternyata lebih pendek dibandingkan panjang optimumnya sebelum kontraksi, maka tegangan yang terbentuk akan berkurang. Filamen aktin kemudian bertumpang tindih secara maksimal, sehingga ruang yang tertinggal untuk berinteraksi sedikit. Filamen miosin tertekan ke garis Z. Gambar 2.8 Perbedaan Posisi Aktin Dan Miosin Saat Relaksasi Dan Kontraksi Sumber: Biology, Raven & Johnson (3) Tipe serabut otot Serabut otot terdiri atas puluhan ribu benang-benang myofibril yang dapat mengkontraksikan dan merelaksasikan. Myofibril myofibril ini terdiri atas jutaan pasang berkas pita yang disebut sarkomer. Setiap filamen terbentuk dari filamen

20 30 tebal dan tipis yang saling tumpang tindih dan disebut miofilamen. Miofilamen terdiri atas miofilamen tebal dan tipis yang dibentuk oleh protein kontraktil yang disebut aktin miosin. Terdapat dua tipe serabut otot yaitu, tipe I ( Slow twitch ) dan tipe II ( Fast twitch ). Untuk mencapai puncak ketegangan, serabut FT hanya mengambil waktu sekitar 1/7 dibandingkan dengan waktu yang diperlukan oleh serabut ST. Namun demikian, kisaran waktu twitch yang besar untuk mencapai ketegangan maksimum nampak terlihat pada kedua kategori tersebut. Perbedaan waktu puncak ketegangan tersebut disebabkan oleh adanya konsentrasi myosin ATPase yang tinggi pada serabut FT. Serabut FT juga lebih besar diameternya daripada serabut ST. Karena karakteristiknya, maka serabut FT biasanya lebih cepat lelah daripada serabut ST. Meskipun keutuhan serabut FT dan ST dalam otot dapat membangkitkan jumlah gaya puncak isometrik yang sama per area cross sectional (diameter) otot, beberapa orang yang memiliki persentase serabut FT yang tinggi mampu membangkitkan jumlah torque dan power yang tinggi selama gerakan daripada memiliki lebih banyak serabut ST. Serabut FT terbagi kedalam 2 kategori berdasarkan pada unsur histokimiawi. Tipe pertama dari serabut FT tahan terhadap kelelahan seperti karakteristik serabut ST. Tipe kedua dari

21 31 serabut FT memiliki diameter yang besar, mengandung mitokondria dalam jumlah yang sedikit, dan lebih cepat lelah daripada tipe pertama. Para peneliti telah menjelaskan beberapa skema kategorisasi berdasarkan pada unsur metabolik dan kontraktil dari ketiga tipe serabut yang berbeda. Pada salah satu skeme, serabut ST dikenal sebagai tipe I, dan serabut FT disebut dengan tipe IIa dan tipe IIb. Istilah sistem lainnya adalah serabut ST dikenal sebagai slow-twitch oxidative (SO), serabut FT terbagi kedalam serabut fast-twitch oxidative glycolytic (FOG) dan fast-twich glycolytic (FG). Kategorisasi tambahan lainnya adalah serabut ST dan serabut fast-twicth fatigue resistant (FFR) serta serabut fast-twitch fast fatigue (FF). Beberapa sistem klasifikasi ini didasarkan pada perbedaan unsur serabut, dan tidak dapat dipertukarkan. Meskipun seluruh serabut pada sebuah motor unit adalah tipe yang sama, sebagian besar otot skeletal mengandung serabut FT dan ST. Tabel 2.1 Karakteristik Serabut Otot Skeletal Karakteristik Tipe I Slow-Twitch Oxidative (SO) Serabut Slow-Twitch (ST) Serabut Otot Skeletal Tipe IIa Fast-Twitch Oxidative Glycolytic (FOG) Serabut Fast-Twitch Fatigue Resistant Tipe IIb Fast-Twitch Glycolytic (FG) Serabut Fast-Twitch Fast Fatigue (FF)

22 32 (FFR) Kecepatan Rendah Cepat Cepat Kontraksi Kelelahan Rendah Sedang Cepat Diameter Kecil Sedang Besar Konsentrasi Rendah Tinggi Tinggi ATPase Konsentrasi Tinggi Tinggi Rendah Mitokondria Kontraksi Enzym Glycolytic Rendah Sedang Tinggi (4) Kekuatan otot Kekuatan otot umumnya sangat diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik. Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal maupun beban internal. Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban

23 33 eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kapasitas otot untuk meningkatkan kekuatan otot adalah peningkatan recruitment motor unit. (5) Kontraksi otot Pada waktu kontraksi berlangsung otot memendek dan membesar. Satuan myofibril yang terkecil disebut sarkomer, yang pada kontraksi sarkomerpun ikut memendek dan memanjang pada waktu relaksasi. Perubahan ini dirumuskan dengan istilah sliding-filaments mechanism of contraction yaitu pada permulaan kontraksi cakram I mulai menyempit yang selanjutnya lenyap bila serabut otot tersebut berkontraksi kira-kira 50%. Daerah H dalam cakram A juga ikut lenyap, sebaliknya panjang cakram A praktis tidak mengalami perubahan baik pada waktu kontraksi maupun relaksasi. Hal ini disebabkan karena cakram A hanya memendek sedikit sekali bila sarkomer berkontraksi. Penebalan cakram Z disebabkan berkumpulnya bahan pekat yang kuat mengambil zat warna, yang selanjutnya dikenal sebagai contraction band. Pendapat lain mengatakan bahwa cantraction band disebabkan oleh crumpling and folding ujung-ujung filament myosin pada cakram Z. (6) Tipe kontraksi otot

24 34 Otot mengeluarkan tenaga paling besar ketika kontraksi eksentrik ( Memanjang ) melawan tahanan. Dan otot juga mengeluarkan tenaga lebih sedikit ketika kontraksi isometrik serta mengeluarkan tenaga yang paling sedikit ketika kontraksi konsentrik ( Memendek ) melawan beban. Tipe kontraksi otot dibagi menjadi tiga, yaitu kontraksi otot isometrik dan kontraksi otot isotonik. Kontraksi otot isometrik atau dynamic contraction adalah kontraksi otot dengan beban konstant dari awal sampai akhir gerakan (tegangan tetap atau sama, terjadi perubahan panjang otot). Kontraksi otot isometrik atau static contraction adalah kontraksi otot dimana tidak terjadi perubahan panjang otot (panjang tetap, beban dapat berubah). Kontraksi otot isokinetik adalah kombinasi dari kontraksi isoonik dan isometrik yaitu kontraksi otot dimana terjadi perubahan panjang otot dengan beban tahanan pada otot meningkat (panjang otot meningkat, tahanan atau tensian meningkat). Tipe kerja otot isotonik dibagi menjadi dua, yaitu eksentrik dan kosentrik. Tipe kerja otot eksentrik adalah dimana kedua ujung atau perlekatan otot (origo-insertio) saling menjauhi, dalam pengertian otot lebih memanjang. Tipe kerja otot kosentrik adalah dimana kedua ujung atau pelekatan otot (origoinsertio ) saling mendekat atau otot dalam keadaan lebih memendek.

25 35 (7) Otot-otot bagian anterior Bagian anterior terdiri dari otot-otot fleksor panggul dan ekstensorlutut, yaitu M. Sartorius, M. Illiakus, M. Psoas mayor, M. Pektineus,dan M. Quadriceps femoris. (a) M. sartorius Otot ini berorigo dari spina illiaka anterior superior menuju sisi medial ujung atas tibia tepat di depan M. Gracilis dan M. semitendinosus. Otot ini berfungsi untuk fleksi dan abduksi hip serta fleksi lutut. Otot ini dipersarafi oleh N. Femoralis (L2-3). (b) M. illiacus Otot ini berorigo dari permukaan dalam os ilium yang cekung dan berinsertio pada trokanter minor os femur, bersamaan dengan M. Psoas mayor. Otot ini berfungsi untuk fleksi hip. Otot ini diinervasi oleh N. Femoralis (L2-3). (c) M. psoas mayor Otot ini berorigo dari prosesus transversus dan bagian samping korpus serta diskus intervertebralis vertebra lumbalis, berinsertio pada pada trokanter minor os femur, bersamaan dengan M. Iliacus. Karena mempunyai insertio yang sama maka kedua otot ini seringdisebut M. Illiopsoas.

26 36 Otot ini berfungsi untuk fleksi hip dan diinervasi oleh N. Femoralis (L2-3). (d) M. pektineus Otot ini berorigo dari ramus superior os pubis dan berinsertio dibelakang femur antara trokanter minor dan line aspera. Otot ini berfungsi untuk adduksi dan fleksi hip, dan dipersarafi oleh N. Femoralis (L2-3) dan N. Obturatorius (L2-4). (e) M. quadriceps femoris Otot ini selain sebagai penggerak juga berfungsi sebagai stabilitas sendi lutut ketika posisi berdiri. Otot ini terdiri dari empat otot, yaitu rectus femoris, vastus medialis, vastus lateralis, dan vastus intermedius. Keempat otot ini mempunyai fungsi utama yaitu ekstensi lutut tetapi juga mempunyai fungsi lainnya masing-masing. M. Rectus femoris juga ikut berperan ketika fleksi hip. M. Vastus medialis membantu otot-otot pes anserinus dalam menjaga stabilitas medial lutut. Selain itu, vastus medialis juga berfungsi membuat gerakan rotasi internal pada patela. M. Vastus lateralis membantu otot illiotibial dalam mempertahankan stabilitas sendi sisi lateral dan membuat gerak rotasi eksternal pada patela. M. Rectus femoris berorigo dari spina illiaka anterior inferior ) dan labialis

27 37 superior asetabulum (kaput reflektum). M. Vastus medialis berorigo dari labialis medial linea aspera. M. Vastus lateralis berorigo dari labialis laterla linea aspera.m. Vastus intermedius berorigo dari permukaan lateral dan medial femur. Keempat otot ini berinsertio pada tempat yang sama, yaitu ke arah patela dan berlanjut hingga menuju tuberkulum tibia. Gambar 2.9 Otot-Otot Bagian Anterior Sumber: guwsmedical.info Tabel 2.2 Otot-Otot Bagian Anterior Nama Otot Origo Insertio Innervasi Fungsi m. sartorius Spina illiaca anterior superior Tuberositas Tibia N. obturatorius Flexor knee m. illiacus Os ilium yang cekung Trochanter minor os femur N. femoralis (L2, L3) Flexor hip

28 38 m. psoas mayor m. pectineus m.rectus femoris m. vastus lateralis m. vastus medialis m. vastus intermedius Prosesus transversus dan bagian samping korpus serta diskus intervertebralis vertebra lumbalis Ramus superior os pubis Spina illiaca anterior inferior dan os illii cranial dari acetabulum Trochanter major dan labium linea aspera corpris femoris Linea intertrochanteric a dan labium medial linea asperqa corporis femoris Permukaan anterior dan lateral corporis femoris Trochanter minor os femur Dibelakang femur antara trokanter minor dan line aspera Patella Lateral dari Patella ½ bagian atas os patella Tuberositas Tibia N. femoralis (L2, L3) N. Femoralis (L2-3) dan N. Obturatorius (L2-4 N. femoralis (L2, L3, dan L4) N. femoralis (L2, L3, dan L4) N. femoralis (L2, L3, dan L4) N. femoralis (L2, L3, dan L4) Flexor hip Adduktor dan fleksor hip Extensor knee Extensor knee Extensor Knee Extensor knee (8) Otot-otot bagian posterior Bagian posterior terdiri atas M. Hamstring yang berfungsi sebagai ekstensor panggul dan juga fleksor lutut. M. Hamstrings juga berfungsi sebagai stabilisator ketika ada gaya berlebih ke

29 39 arah depan, guna membantu fungsi dari ligamen krusiatum anterior. Otot hamstrings terdiri dari tiga otot, yaitu semitendinosus, semimembranosus, dan biceps femoris. Dalam perannya pada sendi lutut, otot hamstrings dibantu juga oleh otot gastroknemius untuk mempertahankan stabilitas sendi lutut, bagian posterior. (a) M. semitendinosus Otot ini berorigo dari tuberositas ischiadikus dan berinsertio menuju sisi medial depan os tibia, di belakang M. Sartorius dan M. Gracilis. Otot ini berfungsi untuk ekstensi hip dan fleksi knee. Otot ini dipersarafi oleh N. Ischiadicus (L5-S2). M. Semitendinosus bersama-sama dengan M. Gracilis dan M. sartorius membentuk gabungan yang disebut pes anserinus. Pes anserinus berperan penting dalam menjaga stabilitas lutut sisi medial karena menahan gaya ke arah medial posterior lutut. (b) M. semimembranosus Otot ini berorigo dari tuberositas ischiadicus dan berinsertio pada medial tibia. Otot ini berperan untuk ekstensi hip dan fleksi knee, serta dipersarafi oleh N. ischiadicus (L5-S2).

30 40 (c) M. biceps femoris Otot ini mempunyai dua caput otot yang berorigo pada caput longum tuberositas ischiadicus dan caput brevis dari linea aspera lalu berinsertio pada caput fibula. Otot ini berfungsi untuk ekstensi hip dan fleksi knee dengan dipersarafi oleh N. Ischiadicus (L5-S2). G G Gambar 2.10 Otot-Otot Bagian Posterior Sumber: healingartsce.com Tabel 2.3 Otot-Otot Bagian Posterior Nama Otot Origo Insertio Innervasi Fungsi m. semitendinos us Tuberositas ischiadikus Sisi medial depan os tibia N. Ischiadicus (L5-S2) Ekstensor hip dan fleksor knee m. semimembra Tuber ischiadicum Condylus medialis tibia N. tibialis Flexor knee

31 41 nosus m. biceps femoris Caput longum: tuber ischiadicum Caput breve : linea aspera dan linea supracondylari s lateralis femur Lateral caput fibula Caput longum: n. tibialis (L5- S2) Caput breve: n. Peroneus communis (L5, S1, dan S2) Flexor knee, exorotator knee (9) Otot-otot bagian medial Pada bagian medial paha, terdiri dari otot M. Adduktor magnus, M. Adduktor longus dan M. Adduktor brevis. Pada bagian medial paha terdapat kanalis adduktor berbentuk segitiga yang merupakan tempat lewat dari arteri femoralis, vena femoralis, dan N. Femoralis. Kanalis ini berawal di bagian pertengahan paha dan dinding pembentuknya adalah: (a) M. adduktor longus Otot ini berorigo dari tuberkulum pubis dan berinsertio pada line aspera. Otot ini berfungsi untuk adduksi hip dan dipersarafi oleh N. Obturatorius (L2-4). (b) M. adduktor magnus Otot ini berorigo pada tuberositas ischiadicus dan berinsertio pada tuberkulum femur. Otot ini berfungsi untuk

32 42 adduksi dan ekstensi hip. Otot ini mendapat persarafan dari N. Femoralis dan N. Ischiadicus (L2-4). (c) M. adduktor brevis Otot ini berorigo pada ramus inferior os pubis dan berinsertio pada bagian atas linea aspera. Otot ini berfungsi untuk adduksi hip dan dipersarafi oleh N. Obturatorius (L2- L4). Gambar 2.11 Otot-Otot Bagian Medial Sumber: healingartsce.com Tabel 2.4 Otot-Otot Bagian Medial Nama Otot Origo Insertio Innervasi Fungsi m. adduktor longus Tuberkulum pubis Linea aspera N. Obturatorius (L2-4) Adduktor hip m. adduktor magnus m. adduktor brevis Tuberositas ischiadicus Ramus inferior os pubis Tuberkulum femur Bagian atas linea aspera N. Femoralis dan N. Ischiadicus (L2-4) N. Obturatorius (L2-4) Adduktor dan ekstensor hip. Adduktor hip

33 43 (10) Otot-otot bagian lateral Pada bagian lateral lutut di sisi lateral fasia latae memadat membentuk traktus illiotibialis. Di atas traktus ini melekat ke krista iliaka dan mendapat insersi dari M. Tensor fasia latae serta tiga perempat M. gluteus maksimus. Traktus illiotibialis masuk ke kondilus lateralis tibia. Traktus ini disebut juga illiotibial band muscle, yang berperan penting dalam menjaga stabiltas sendi lutut sisi lateral. (a) M. gluteus maksimus Otot ini berorigo di bagian posterior permukaan gluteal os illium dan berinsertio pada tuberositas glutealis femur dan traktus illiotibialis. Otot ini berperan untuk ekstensi dan rotasi lateral hip, serta dipersarafi oleh N. Gluteus inferior (L5-S2). (b) M. tensor fascia latae Otot ini berorigo di bagian anterior krista illiaka dan berinsertio pada traktus illiotibialis. Fungsi otot ini ialah untuk ekstensi knee, serta membantu mm. Glutealis dalam mencegah condongnya panggul. Otot ini dipersarafi oleh N. Gluteus superior (L4-S1).

34 44 Gambar 2.12 Otot-Otot Bagian Lateral Sumber : healingartsce.com Tabel 2.5 Otot-Otot Bagian Lateral Nama Otot Origo Insertio Innervasi Fungsi m. gluteus maksimus m. tensor fascia latae Bagian posterior permukaan gluteal os illium Bagian anterior krista illiaka Tuberositas glutealis femur dan traktus illiotibialis Traktus illiotibialis N. Gluteus inferior (L5-S2) N. Gluteus superior (L4-S1) Ekstensor dan rotasi lateral hip Ekstensor knee d) Capsulligamen Pada sendi lutut, terdapat capsula articularis yang longgar dan lebar, tipis di bagian depan dan di samping, serta diperkuat oleh ligamen-ligamen lutut. Ligamen merupakan jaringan spesifik yang berfungsi sebagai stabilisasi pasif pada struktur tulang. Ligamen berdiri sendiri dan merupakan penebalan dari tunica fibrosus. Ligamen adalah pita fibrosa ata lembaran jaringan ikat yang menghubungkan dua atau lebih tulang, cartilago atau struktur sendi. Ligamen merupakan jaringan viskoelastik yang secara bertahap akan

35 45 memanjang ketika mendapat tarikan dan kembali ke bentuk aslinya ketika tarikan hilang. Pada sendi ligamen membentuk capsul yang membungkus ujung-ujung tulang dan membentuk membran pelumas yaitu sinovial. Ligamen tidak hanya menjaga stabilitas saat kita bergerak tetapi juga saat kita dalam posisi diam. Pada sendi lutut sendiri terdiri dari beberapa ligamen, yaitu: (1) Ligamen cruciatum Merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut dan tidak menutupi kapsul. Ligamen tersebut saling menyilang antara satu dengan yang lainnya, maka dari itu dinamakan ligamen cruciatum. Ligamen cruciatum terdiri dari dua ligamen, yaitu: (a) Ligamen cruciatum anterior Ligamen yang membentang dari area intercondylaris anterior menuju permukaan dalam condylus lateralis femoris yang berfungsi sebagai penahan gerak translasi os tibia terhadap os femur kearah anterior mencegah terjadinya hyperekstensi lutut. (b) Ligamen cruciatum posterior Ligamen terkuat dan lebih pendek dibanding ligamen cruciatum anterior. Ligamen membentang dari facies

36 46 laterlais condylus medial femoris menuju area intercondylaris posterior. (2) Ligamen collateral Ligamen collateral berfungsi sebagai penahan berat tubuh baik dari medial atau lateral. Ligamen collateral terdiri dari dua ligamen, yaitu: a) Ligamet collateral medial Ligamen yang lebar, datar dan membranosus bandnya terletak pada sisi tengah sendi lutut. Ligamen collateral medial terletak lebih posterior di permukaan medial sendi tibiofemoral yang melekat di epicondylus medial femur di bawah tuberculum adduktor dan menuju condylus medial tibia serta pada medial meniscus. Ligamen ini berfungsi untuk menjaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan kearah luar. Seluruh ligamen collateral medial menegang saat gerakan full ROM ekstensi lutut. b) Ligamen collateral lateral Ligamen yang kuat dan melekat di atas belakang epicondylus femur dan di bawah permukaan luar caput fibula yang membentang dari permukaan luar condylus lateralis femoris kearah caput fibula. Ligamen collateral lateral berfungsi untuk menjaga gerakan ekstensi dan

37 47 mencegah gerakan ke arah medial. Dalam gerakan fleksi lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut. (3) Ligamen patellaris Ligamen yang kuat dan datar yang melekat pada lower margin patella dengan tuberositas tibia dan melewati bagian depan atas patella dan serabut superficial yang berlanjut pada pusat serabut pada tendon quadriceps femoris. Ligamen patellaris membentuk dinding pada bagian depan kapsul artikularis dan melekat erat pada kapsul artikularis, sehingga ligamen ini dapat disebut ligamen kapsular. (4) Ligamen popliteal oblique Ligamen yang lebar dan datar, ligamen ini menutupi bagian belakang sendi dan melekat di atas upper margin forsa intercondyloid dan permukaan belakang femur dan dan dibawah margin posterior caput tibia. Ligamen popliteal oblique berfungsi untuk mencegah hiperekstensi lutut. (5) Ligamen transversal Ligamen yang pendek dan tipis dan berhubungan dengan margin convex depan meniscus lateral dan ujung depan meniscus medial. Selain itu terdapat tractus illiotibial yang berfungsi seperti ligamen yang menghubungkan crista illiaca dengan condylus lateral

38 48 femur dan tuberculum lateral tibia. Pada sendi lutut tractus illiotibial berfungsi untuk stabilisasi ligamen antara condylus lateral femur dengan tibia. Gambar 2.13 Ligament in Knee Sumber : e) Saraf Ligamen termasuk dalam indera mekanoreseptif karena dapat menentukan posisi relatif dan kecepatan gerakan pada tubuh. Pada indera mekanoreseptif dikenal enam jenis reseptor taktil yang berbeda fungsi satu dengan yang lainnya, diantaranya ialah : (1) Ujung saraf bebas Berfungsi untuk mendeteksi raba dan tekanan, sertasentuhan ringan. Reseptor ini banyak terdapat di kulit dan jaringanlainnya. (2) Korpuskuslus meiisner Suatu ujung saraf berkapsul dengan ujung yang melebar sehingga dapat merangsang serabut saraf sensoris

39 49 besarbermielin. Reseptor ini mempunyai fungsi utama mengenali dengan tepat tempat tubuh mana yang disentuh dan untuk mengenali tekstur benda yang diraba. Reseptor ini sangat peka terhadap gerakan bendayang sangat ringan diatas permukaan kulit dan juga terhadap getaran berfrekuensi rendah. Reseptor ini terutama banyak sekali di dalamujung jari, bibir, dan daerah kulit lain, tempat kemampuan seseoranguntuk membedakan sifat-sifat ruang dari sensasi raba sangat berkembang. (3) Diskus merkel Pada ujung jari dan daerah lain yang mengandung sejumlah besar korpuskuslus meissner juga mengandung reseptor diskus merkel. Reseptor ini berbeda dengan korpuskuslus meissner yaitu mereka mengirimkan isyarat awal yang kuat tetapi beradaptasin sebagian dan kemudian terus mengirimkan isyarat lebih lemah yanghanya beradaptasi secara lambat. Oleh karena itu, mereka bertanggungjawab untuk memberikan isyarat stabil yang memungkinkan seseorang untuk menentukan sentuhan benda terus menerus pada kulit. (4) Organ akhir rambut Gerakan kecil dari tiap rambut tubuh merangsang serabut saraf yang ada di dasarnya. Serabut saraf ini disebut dengan organ akhir rambut yang merupakan reseptor raba. Reseptor ini

40 50 beradaptasi cepat seperti korpuskuslus meissner, terutama mendeteksi gerakan benda di permukaan tubuh. (5) Organ akhir ruffini Merupakan ujung bercabang banyak. Reseptor initerdapat di dalam jaringan profunda kulit dan juga di dalam jaringanprofunda tubuh. Ujung ini sangat sedikit beradaptasi tetapi berperanpenting untuk memberitahukan keadaan perubahan bentuk yang terusmenerusdari kulit dan jaringan yang lebih dalam, seperti isyarat rabadan isyarat tekanan yang kuat dan terus-menerus. Mereka jugaditemukan di dalam kapsul sendi dan memberikan isyarat mengenaitingkat rotasi sendi. (6) Korpuskuslus pacini Reseptor ini terletak di bawah kulit dan juga jauhdi dalam jaringan tubuh. Mereka hanya dirangsang oleh gerakan jaringan yang sangat cepat karena reseptor ini beradaptasi dalam sepersekian detik. Oleh karena itu, mereka sangat penting untuk mendeteksi getaran jaringan atau perubahan sangat cepat lainnya dalam keadaan mekanis jaringan. Sistem persarafan tungkai atas berasal dari plexus lumbalis dan sacralis. Pada otot-otot sekitar tungkai atas di sarafi oleh beberapa saraf yaitu nervus femoralis, nervus obturatorius, nervus gluteus superior dan inferior. (1) Nervus femoralis

41 51 Merupakan cabang terbesar dari pleksus lumbalis. Nervus ini berisi dari tiga bagian pleksus anterior yang berasal dari nervus lumbalis (L2, L3 dan L4). Nervus ini muncul dari tepi lateral psoas di dalam abdomen dan berjalan ke bawah melewati m. psoas dan m.iliacus ia terletak di sebelah fasia illiaca dan memasuki paha lateral terhadap anterior femoralis dan selubung femoral di belakang ligament inguinal dan pecah menjadi devisi anterior dan posterior nervus femoralis mensyarafi semua otot anterior paha. (2) Nervus obturatorius Berasal dari plexus lumbalis (L2, L3 dan L4) dan muncul pada bagian tepi m. psoas di dalam abdomen, nervus ini berjalan ke bawah dan depan pada lateral pelvis untuk mencapai bagian atas foramen abturatorium, yang mana tempat ini pecah menjadi devisi anterior dan posterior. Devisi anterior memberi cabangcabang muscular pada m. gracilis, m. adduktor brevis dan longus. Sedangkan devisi posterior mensyarafi articularis guna memberi cabang-cabang muscular kepada m.obturatorius esternus, dan adduktor magnus. (3) Nervus gluteus superior dan inferior Cabang nervus sacralis meninggalkan pelvis melalui bagian atas, dan bawah foramen ischiadicus majus di atas m. piriformis dan mensyarafi m.gluteus medius dan minimus serta maximus.

42 52 f) Meniskus Meniscus merupakan struktur tulang rawan yang mengelilingi fibrocartilage terdapat pada permukaan articularis caput tibia. Pada bagian perifer meniscus relatif lebih tebal dan pada bagian dalam relatif tipis. Meniscus terdiri dari jaringan penyambung dengan bahan-bahan serabut collagen yang juga mengandung sel-sel seperti tulang rawan. Meniscus memiliki beberapa fungsi pada sendi lutut, yaitu menutrisi sendi juga sebagai peredam kejut (shock absorber) antara femur terhadap tibia, menambah elastisitas sendi, dan menyebar tekanan pada cartilago sehingga menurunkan tekanan antara dua condylus, meniscus juga mengurangi gerusan (friksi) selama gerakan serta membantu ligament dan membantu capsul sendi dalam mencegah hyperekstensi sendi, sebagai bantalan sendi dan menambah luas permukaan sendi lutut pada permukaan tibia sehingga memungkinkan gerakan sendi lutut lebih luas atau bebas. Meniskus juga berfungsi dalam menyebarkan tekanan pada kartilago artikularis dan menurunkan distribusi tekanan antara dua kondilus, serta mencegah kapsul sendi terdorong melipat masuk ke dalam sendi. Meniskus merupakan jaringan fibrokartilaginosa. Meniscus dibagi menjadi dua bagian yaitu meniscus lateral dan meniscus medial. Meniscus lateral berbentuk seperti huruf O yang berada lebih dekat dengan facet articularis dekat dengan pusat

43 53 sendi dan terkait dengan eminence intercondyloid. Meniscus medial berbentuk seperti setengah lingkaran atau seperti huruf C yang letaknya lebih luas kebelakang dari pada kedepan yang berhubungan pada fossa intercondyloid dan bersatu dengan ligament collateral medial, bagian posterior meniscus medial lebih lebar dan tebal dibandingkan bagian anterior. Keduanya melekat pada area interkondiloidea tibialis dan terikat oleh ligamen coronarius. 2/3 dalam meniskus avaskular sehingga mendapat nutrisi dari sinovium dan tidak memiliki saraf afferen. Area ini disebut juga white zone. Sisa 1/3 dalam meniskus mendapat nutrisi dari darah (vaskular) dan di bagian ujungnya terdapat saraf polymodal. Area ini disebut juga red zone. Sendi lutut juga mempunyai tiga buah bursa, yaitu bursa supra patellaris, bursa pre patellaris dan bursa infra patellaris superficialis dan profundus yang berfungsi sebagai jaringan pembungkus sendi. Gambar 2.13 Ligament in Knee Sumber : g) Vaskularisasi pada tungkai (1) Anatomi pembuluh darah

44 54 Pembuluh arteri terdiri dari 3 (tiga) lapisan, yaitu: (a) Lapisan luar (tunica externa/adventia) (b) Lapisan tengah (tunica media) (c) Lapisan dalam (tunica interna / endothelium) Pembuluh arteri tidak mempunyai katup, letaknya dalam, mengangkut darah yang kaya oksigen meninggalkan jantung, pembuluh arteri mempunyai cabang yang lebih kecil yaitu arteriole dimana berfungsi mengangkut darah menuju kapiler. Arteri membawa darah dari jantung menuju saluran tubuh dan arteri ini selalu membawa darah segar berisi oksigen, kecuali arteri pulmonale yang membawa darah kotor yang memerlukan oksigenisasi. Pembuluh darah arteri pada tungkai antara lain yaitu arteri femoralis, arteria profunda femoralis, arteria obturatoria dan arteria poplitea (a) Arteri femoralis Arteri femoralis memasuki paha melalui bagian belakang ligament inguinale dan merupakan lanjutan arteria illiace externa, yang terletak dipertengahan antara SIAS (spina illiaca anterior superior) dan sympiphis pubis. Arteria femoralis merupakan pemasok darah utama bagian tungkai, berjalan menurun hampir bertemu ke tuberculum adductor femoralis dan berakhir pada lubang otot magnus dengan memasuki spatica poplitea sebagai arteria poplitea.

45 55 (b) Arteria profunda femoralis Merupakan arteri besar yang timbul dari sisi lateral arteri femoralis dari trigonum femorale. Ia keluar dari anterior paha melalui bagian belakang otot adductor, ia berjalan turun diantara otot adductor brevis dan kemudian teletak pada otot adduktor magnus. (c) Arteria obturatoria Merupakan cabang arteri illiaca interna, ia berjalan ke bawah dan ke depan pada dinding lateral pelvis dan mengiringi nervus obturatoria melalui canalis obturatorius, yaitu bagian atas foramen obturatum. (d) Arteri poplitea Arteri poplitea berjalan melalui canalis adduktorius masuk ke fossa bercabang menjadi arteri tibialis posterior terletak dalam fossa poplitea dari fossa lateral ke medial adalah nervus tibialis, vena poplitea, arteri poplitea. (2) Sirkulasi arteri pada tungkai Setelah melewati daerah pelvis, arteri iliaka selanjutnya menjadi arteri yang bergerak turun di sebelah anterior paha. Arteria femoralis menyalurkan darah ke kulit dan otot paha dalam.pada bagian bawah paha,arteria femoralis menyilang di posterior dan menjadi arteria poplitea.dibawah lutut arteria poplitea terbagi menjadi arteria tibialis anterior dan tibialis

46 56 posterior. Arteri tibialis bergerak turun di sebelah depan dari kaki bagian bawah menuju bagian punggung telapak kaki dan menjadi arteri dorsalis pedis. Arteri tibialis posterior bergerak turun menyusuri betis dan kaki bagian bawah dan bercabang menjadi arteri plantaris di dalam telapak kaki bagian bawah. (3) Anatomi pembuluh darah vena Pembuluh vena terdiri dari tiga lapisan yaitu : (a) Lapisan luar (tunica externa/adventia) (b) Lapisan tengan (tunica media) (c) Lapisan dalam (tunica interna / endothelium) Pembuluh vena mempunyai katup yang mengangkut darah dari jaringan menuju jantung, mempunyai cabang lebih kecil yaitu venule yang mengangkut darah dari kapiler. Pembuluh darah vena pada tungkai antara lain yaitu vena femoralis, vena profunda femoralis, vena obturatoria dan vena saphena magna. (a) Vena femoralis Vena femoralis memasuki paha melalui lubang pada otot adduktor magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea, ia menaiki paha mula-mula pada sisi lateral dari arteri. Kemudian posterior darinya, dan akhirnya pada sisi medialnya. Ia meninggalkan paha dalam ruang medial dari

47 57 selubung femoral dan berjalan dibelakang ligamentum inguinale menjadi vena iliaca externa. (b) Vena profunda femoralis Vena profunda femoris menampung cabang yang dapat disamakan dengan cabang-cabang arterinya, ia mengalir ke dalam vena femoralis. (c) Vena obturatoria Vena obturatoria menampung cabang-cabang yang dapat disamakan dengan cabang-cabang arterinya, dimana mencurahkan isinya ke dalam vena illiaca internal. (d) Vena saphena magna Mengangkut perjalanan darah dari ujung medial arcus venosum dorsalis pedis dan berjalan naik tepat di dalam malleolus medialis, venosum dorsalin vena ini berjalan di belakang lutut, melengkung ke depan melalui sisi medial paha. Ia bejalan melalui bagian bawah n. saphensus pada fascia profunda dan bergabung dengan vena femoralis. (4) Sirkulasi vena pada tungkai Aliran darah yang meninggalkan kapiler-kapiler di setiap jari kaki bergabung membentuk jaringan vena plantaris.jaringan plantar mengalirkan darah menuju vena dalam kaki (vena tibialis anterior, tibialis posterior, poplitea dan femoralis). Vena safena magna dan safena parva superficialis mengalirkan

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin majunya perkembangan jaman, persaingan dalam segala bidang semakin ketat. Untuk mampu mengikuti persaingan yang semakin ketat dibutuhkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot OTOT DAN SKELET Tujuan. Mengidentifikasi struktur otot. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi. Mengetahui macam-macam otot berdasarkan lokasi 4. Mengetahui macam-macam kerja otot yang menggerakan

Lebih terperinci

Kata Kunci : durasi waktu ketahanan, kesigapan, gitar, penyangga gitar, penyangga kaki. Universitas Kristen Maranatha

Kata Kunci : durasi waktu ketahanan, kesigapan, gitar, penyangga gitar, penyangga kaki. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PERBANDINGAN DURASI WAKTU KETAHANAN (DURATION OF ENDURANCE) DAN KESIGAPAN (ALERTNESS) KOGNITIF DAN EKSEKUTIF PEMAKAI GITAR MENGGUNAKAN PENYANGGA GITAR (GUITAR SUPPORT) DAN PENYANGGA KAKI (FOOTSTOOL)

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna Anatomi antebrachii 1. Os. Radius Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus dan membentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis

Lebih terperinci

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan A. Otot Manusia Pada kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari materi yang masih berkaitan dengan alat gerak. Bila tulang dikatakan sebagai alat gerak pasif maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting dalam mempertahankan fungsi sendi patellofemoral dengan menarik patela ke arah

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT Pengenalan Salah satu sistem yang penting dalam badan. Pergerakan terhasil daripada penguncupan dan pemanjangan otot. Selain itu ia juga menentukan magnitud pergerakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR Prof. DR. dr. Hj. Yanwirasti, PA BAGIAN ANATOMI Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dibentuk oleh : - sacrum - coccygis - kedua os.coxae Fungsi : Panggul (pelvis)

Lebih terperinci

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan dan bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekuatan dan daya tahan otot saling mempengaruhi. Saat kekuatan otot meningkat, daya tahan juga meningkat dan sebaliknya. Lemahnya stabilitas sendi dapat menurunkan

Lebih terperinci

SENDI LUTUT FITRIANI LUMONGGA. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

SENDI LUTUT FITRIANI LUMONGGA. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN SENDI LUTUT FITRIANI LUMONGGA Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Persendian atau artikulasio adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus

Lebih terperinci

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. articular caput femur dan regio interthrocanter dimana collum femur merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. articular caput femur dan regio interthrocanter dimana collum femur merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fraktur Collum Femoris Fraktur collum femoris merupakan fraktur yang terjadi antara ujung permukaan articular caput femur dan regio interthrocanter dimana collum femur merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula, dimana sendi TMJ didukung oleh 3 : 1. Prosesus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Daya Ledak 2.1.1 Definisi Daya Ledak Dalam melakukan gerakan-gerakan yang membutuhkan kontraksi otot yang kuat dan cepat seperti melompat (jumping), dan berlari sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian,

Lebih terperinci

Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) OUTLINE: Tujuan Pendahuluan Tulang dan ligamen Otot-otot dasar panggul Jaringan Penyambung Viseral DeLancey Level Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha)

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) 86 Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) M. tensor fascia latae M. biceps femoris M. gluteus medius M. vastus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l. Otot-otot panggul dan paha terdiri atas dua kelompok otot,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia melakukan aktifitasnya tidak pernah lepas dari proses gerak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh ideal merupakan impian semua orang di dunia ini, tidak termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu mereka tidak segan- segan melakukan banyak

Lebih terperinci

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan MORFOLOGI Organisasi Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan neuron yang merupakan unit penyusun sistem saraf.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN A. JALAN LAHIR (PASSAGE) B. JANIN (PASSENGER) C. TENAGA atau KEKUATAN (POWER) D. PSIKIS WANITA (IBU)

Lebih terperinci

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita Skeletal: Struktur jaringan tulang Klasifikasi tulang Tulang tengkorak, rangka dada, tulang belakang, panggul, ekstremitas atas dan bawah Sendi: Klasifikasi berdasarkan gerakan Klasifikasi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan salah satu gangguan yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan fungsional, sehingga menghambat aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kemajuan dibidang teknologi dan komunikasi menyebabkan perubahan gaya hidup manusia, dampak besar yang terjadi terlihat jelas pada status kesehatan masyarakat.

Lebih terperinci

Reseptor taktil terdapat di beberapa ujung saraf bebas yang dapat ditemukan di dalam kulit dan di dalam banyak jaringan lain serta dapat mendeteksi

Reseptor taktil terdapat di beberapa ujung saraf bebas yang dapat ditemukan di dalam kulit dan di dalam banyak jaringan lain serta dapat mendeteksi Pada kulit kita terdapat beberapa jenis reseptor rasa. Mekanisme sensoris pada reseptorreseptor tersebut dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan philogenesis, jalurjalur syaraf spinal, dan daerah cortex

Lebih terperinci

Disusun Oleh : SRI HANDAYANI NIM J KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh : SRI HANDAYANI NIM J KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS FRAKTUR FEMUR SEPERTIGA TENGAH SINISTRA POST OPERASI ORIF DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSOP SURAKARTA Disusun Oleh : SRI HANDAYANI NIM J 100 040 030 KARYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI SENDI PERGELANGAN KAKI A.1. Persendian pada Pergelangan Kaki Pergelangan kaki terbentuk dari 3 persendian yaitu articulatio talocruralis, articulatio subtalaris dan articulatio

Lebih terperinci

KELAS XI SMA IPA KODE SOAL 713 SENIN 20 NOVEMBER 2017

KELAS XI SMA IPA KODE SOAL 713 SENIN 20 NOVEMBER 2017 713 Try Out Ke-3 Kelas XI SMA IPA PEMBAHASAN TO-3 KELAS XI SMA IPA KODE SOAL 713 SENIN 20 NOVEMBER 2017 halaman 10 dari 8 halaman Website: www.quin.web.id, e-mail: belajar yuk@hotmail.com 713 Try Out Ke-3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas 2.1.1 Definisi Fleksibilitas Fleksibilitas adalah kemampuan otot untuk memanjang/mengulur semaksimal mungkin sehingga tubuh dapat bergerak dengan ROM yang maksimal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sedangkan menurut beberapa ahli lainnya, agility didefinisikan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sedangkan menurut beberapa ahli lainnya, agility didefinisikan sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agility Agility didefinisikan sebagai kemampuan manuver dari tubuh, yaitu kemampuan merubah posisi dan arah tubuh atau bagian tubuh dengan cepat. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Colin Mathers, koordinator divisi kematian dan penyakit di WHO,

BAB I PENDAHULUAN. Colin Mathers, koordinator divisi kematian dan penyakit di WHO, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan tekhnologi informasi pada era sekarang ini, menyebabkan perbaikan kuwalitas hidup manusia diseluruh dunia. Colin Mathers, koordinator divisi kematian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Renang Renang merupakan jenis olahraga yang dilakukan di air dan dapat dilakukan baik putra maupun putri. 10 Dibandingkan dengan olahraga-olahraga lainnya, renang merupakan

Lebih terperinci

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya 31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya January 22, 2015 Tedi Mulyadi 0 Comment Saraf spinal Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi utama dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kelincahan 2.1.1 Pengertian Kelincahan Kelincahan merupakan salah satu dari komponen fisik yang banyak di gunakan dalam berbagai cabang olahraga. Salah satu cabang olahraga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia.dikarenakan manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya manusia tidak pernah terlepas

Lebih terperinci

Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik. 1. Motorik

Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik. 1. Motorik Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik 1. Motorik Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada manusia. Gerakan diatur oleh pusat gerakan yang terdapat di otak, diantaranya yaitu area

Lebih terperinci

GERAK PADA HEWAN DAN MANUSIA DAPAT TERJADI KARENA ADANYA KERJASAMA ANTARA TULANG (RANGKA) DENGAN OTOT.

GERAK PADA HEWAN DAN MANUSIA DAPAT TERJADI KARENA ADANYA KERJASAMA ANTARA TULANG (RANGKA) DENGAN OTOT. SISTEM RANGKA 1. RANGKA SEBAGAI ALAT GERAK PASIF. 2. OTOT SEBAGAI ALAT GERAK AKTIF. GERAK PADA HEWAN DAN MANUSIA DAPAT TERJADI KARENA ADANYA KERJASAMA ANTARA TULANG (RANGKA) DENGAN OTOT. BAGAIMANA GERAK

Lebih terperinci

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya 31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak. Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum di mana ia kontinu dengan

Lebih terperinci

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2 Anatomi Vertebra Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic),

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini tehnologi sudah sangat berkembang sehingga memudahkan semua kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), seperti contohnya tehnologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu. 18,19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu. 18,19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi obesitas Obesitas adalah suatu kelainan yang ditandai dengan adanya penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu bergerak dan beraktivitas dalam kehidupannya. Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, termasuk masyarakat Indonesia. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari aktivitas gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari

Lebih terperinci

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen 6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan, kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta akan dapat berdampak kepada

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITISKNEE JOINT

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITISKNEE JOINT PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITISKNEE JOINT Disusun oleh : MIFTAHUDDIN ULINNUHA ABROR P27226015077 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA KARANGANYAR 2015 BAB

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka DAFTAR ISI Definisi 2 Traktus Spinotalamikus Anterior 2 Traktus Spinotalamikus Lateral 4 Daftar Pustaka 8 1 A. Definisi Traktus Spinotalamikus adalah traktus yang menghubungkan antara reseptor tekanan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakekat Lari Jarak Pendek (Sprint) 100 Meter a. Definisi Lari 1) Dalam bukunya Yoyo Bahagia (2000:11) menyatakan bahwa lari adalah gerakan tubuh dimana kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupannya manusia memiliki banyak aktivitas untuk dilakukan baik itu rutin maupun tidak rutin. Ada berbagai macam aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. patologi cedera, dan mekanisme gangguan muskuloskeletal, dan penerapan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. patologi cedera, dan mekanisme gangguan muskuloskeletal, dan penerapan BAB II KAJIAN PUSTAKA Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan kondisi sangat kompleks, untuk memahami secara mendalam tentang kondisi cedera ligamen kolateral medial sendi lutut, maka perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perubahan akan terjadi pada tubuh sejalan dengan semakin meningkatnya usia manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada semua organ dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan pada manusia ada empat fase, yaitu fase anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Remaja adalah fase yang sangat penting yang menjadi kunci pertumbuhan

Lebih terperinci

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI SISTEM SARAF SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI 1. SEL SARAF SENSORIK. 2. SEL SARAF MOTORIK. 3. SEL SARAF INTERMEDIET/ASOSIASI. Sel Saraf Sensorik Menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MANUAL MASCLE TESTING (MMT) EKTREMITAS INFERIOR

PEMERIKSAAN MANUAL MASCLE TESTING (MMT) EKTREMITAS INFERIOR PEMERIKSAAN MANUAL MASCLE TESTING (MMT) EKTREMITAS INFERIOR DASAR TEORI Penilaian kekuatan berbagai otot memerlukan pengetahuan fungsi berbagai kelompok otot. Suatu corak gerakan volunter terdiri dari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. Indera Rasa Kulit

LAPORAN PRAKTIKUM. Indera Rasa Kulit LAPORAN PRAKTIKUM Indera Rasa Kulit OLEH : ANGGUN OCTAVIEARLY P. 121610101042 LABORATORIUM FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2012 BAB I DASAR TEORI INDERA RASA KULIT Pada kulit kita

Lebih terperinci

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA Pertemuan 1 PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA MK : Biomedik Dasar Program D3 Keperawatan Akper Pemkab Cianjur tahun 2015 assolzain@gmail.com nersfresh@gmail.com www.mediaperawat.wordpress.com

Lebih terperinci

M.Biomed. Kelompok keilmuan DKKD

M.Biomed. Kelompok keilmuan DKKD SISTEM PERKEMIHAN By: Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed Kelompok keilmuan DKKD TUJUAN PEMBELAJARAN Mhs memahami struktur makroskopik sistem perkemihan (Ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra) dan struktur

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA OTOT LURIK

MEKANISME KERJA OTOT LURIK MEKANISME KERJA OTOT LURIK Otot rangka adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang berperan dalam menggerakkan tulang-tulang tubuh. MEKANISME OTOT LURIK/OTOT RANGKA Mekanisme kerja otot pada dasarnya

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot Tinjauan Umum Jaringan Otot Tipe Otot Otot rangka menempel pada kerangka, lurik, dapat dikontrol secara sadar Otot jantung menyusun jantung, lurik, dikontrol secara tidak sadar Otot polos, berada terutama

Lebih terperinci

Jaringan Otot dan Saraf Sebuah Karya Presentasi Kelompok 4

Jaringan Otot dan Saraf Sebuah Karya Presentasi Kelompok 4 Jaringan Otot dan Saraf Sebuah Karya Presentasi Kelompok 4 DOSEN Pengampu : Eva Tyas Utami,S.Si,M.Si Disusun Oleh : Laili Nur Azizah Lutfi (131810401004) Novita Nur Kumala (161810401003) Desy Lutfianasari

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental bertujuan untuk

BAB VI PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental bertujuan untuk BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui perbedaan kombinasi Mc.Kenzie dan William flexion exercise dengan pilates exercise dalam meningkatkan keseimbangan

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS DISUSUN OLEH dr. Jainal Arifin, Sp.OT, M.Kes dr. M. Sakti, Sp.OT, M.Kes Sub Divisi Rheumatology Bagian Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa memiliki beranekaragam aktivitas sehingga dituntut memiliki gerak fungsi yang baik dalam hal seperti mengikuti perkuliahan, melaksanakan tugas-tugas kuliah

Lebih terperinci

MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL. Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI

MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL. Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI 1 ILMU GERAK KINESIOLOGI : Adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. Beberapa disiplin

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Pada remaja kemampuan berkembang secara fisik masih sangat baik. Waktu utama untuk pertumbuhan otot yang optimal adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usia 56 tahun dengan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usia 56 tahun dengan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Permasalahan yang timbul pada pasien atas nama Ny. Netty Indrayati usia 6 tahun dengan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L-S yaitu Terdapat nyeri menjalar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Permainan Sepakbola Sepakbola adalah permainan beregu yang menggunakan bola sepak dari dua kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain. Kamus Besar

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Hamstring Tightness Hamstring adalah kelompok otot besar yang melalui sendi pinggul dan sendi lutut dan sangat penting untuk fungsi normal berkaitan dengan berlari

Lebih terperinci

OSTEOLOGI

OSTEOLOGI ANATOMI EXTREMITAS INFERIOR TIM ANATOMI FIK Universitas Negeri Yogyakarta OSTEOLOGI 1 3 4a 4b 4c 5 7 6 7 8 9 10 11 1 15 13 14 OS COXAE 1. Linea glutea posterior. Ala ossis ilii 3. Linea glutea anterior

Lebih terperinci

protein adalah bahan utama pembentuk otot. dengan control sikap (stabililisasi), dimana stabilisasi akan

protein adalah bahan utama pembentuk otot. dengan control sikap (stabililisasi), dimana stabilisasi akan 2 panjang otot saat kontraksi dan kecepatan kontraksi otot masingmasing individu. Kekuatan otot pada umumnya bertambah seiring usia yang juga bertambah karena asupan protein yang kita makan karena protein

Lebih terperinci

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY Abstrak lutut mudah sekali terserang cedera traumatik. Persendian ini kurang mampu melawan kekuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kimiawi, listrik, dan mekanik untuk menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kimiawi, listrik, dan mekanik untuk menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otot Rangka Otot merupakan jaringan peka rangsang. Sel otot dapat dirangsang secara kimiawi, listrik, dan mekanik untuk menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII

SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII Disusun Oleh SUPRIN HUMONGGIO J 110 070 060 Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUTAKA. beregu, dimainkan oleh dua kelompok dan masing-masing kelompok. terdiri sebelas pemain termasuk penjaga gawang.

II. TINJAUAN PUTAKA. beregu, dimainkan oleh dua kelompok dan masing-masing kelompok. terdiri sebelas pemain termasuk penjaga gawang. 12 II. TINJAUAN PUTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Sepak Bola Sepak bola merupakan suatu permainan yang dilakukan dengan cara menyepak bola dengan mengunakan kaki, bola dperebutkan dintara para pemain, yang

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATIONPASCA FRACTURECRURIS 1/3 DISTAL DEXTRA NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATIONPASCA FRACTURECRURIS 1/3 DISTAL DEXTRA NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATIONPASCA FRACTURECRURIS /3 DISTAL DEXTRA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : OLIVIA DESI HAPSARI NIM: J0000007 PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

Lebih terperinci

Sistem Saraf. Dr. Hernadi Hermanus

Sistem Saraf. Dr. Hernadi Hermanus Sistem Saraf Dr. Hernadi Hermanus Neuron Neuron adalah unit dasar sistem saraf. Neuron terdiri dari sel saraf dan seratnya. Sel saraf memiliki variasi dalam bentuk dan ukurannya. Setiap sel saraf terdiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kelincahan 2.1.1 Pengertian Kelincahan Kelincahan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang berperan penting dalam merespon suatu gerakan yang didapatkan dikarenakan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai barometer kemajuan dan alat ukur cita cita manusia. Juga

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai barometer kemajuan dan alat ukur cita cita manusia. Juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sejarah manusia. Yang berfungsi sebagai barometer kemajuan dan alat ukur cita cita manusia. Juga memberikan manfaat

Lebih terperinci

Latihan Kondisi Fisik (Latihan Kemampuan Dasar) Oleh: dr. Hamidie Ronald,M.Pd, AIFO

Latihan Kondisi Fisik (Latihan Kemampuan Dasar) Oleh: dr. Hamidie Ronald,M.Pd, AIFO Latihan Kondisi Fisik (Latihan Kemampuan Dasar) Oleh: dr. Hamidie Ronald,M.Pd, AIFO Latihan Ergosistema Primer 1. Latihan kerangka ------ flexibilitas 2. Latihan Otot : a. Latihan kekuatan dan daya tahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG WHO menyatakan Health is a state of complete physical, mental and social well being and not merely the absence of deaseas or infirmity. Sehat adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Perkembangan bola voli

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Perkembangan bola voli 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bola voli merupakan salah satu cabang olahraga permainanyang cukup populer di masyarakat, sehingga permainan bola voli ini banyak dimainkan oleh masyarakat, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia tidak akan terlepas dari masa remaja. Masa remaja merupakan saah satu periode dari perkembangan manusia, masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan

Lebih terperinci