BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Hamstring Tightness Hamstring adalah kelompok otot besar yang melalui sendi pinggul dan sendi lutut dan sangat penting untuk fungsi normal berkaitan dengan berlari mapun berjalan, untuk mempercepat pemulihan dari cedera hamstring dan pencegahan untuk masalah ke depannya, dengan menjaga selalu agar hamstring selalu fleksibel dan kuat(sears,2012). Tightness suatu keadaan yang terjadinya tumpang tindih antara filamen aktin dan myosin sehingga tidak dapat kembali ke posisi semula dalam keadaan normal.tightness pada otot hamstringakan membatasi gerak normal, bila tidak dilakukan penguluran. Penyebab utama terjadi hamstring tightness yaitu postur yang salah yang akan menyebabkan tidak seimbangannya otot pada otot otot sekitarnya,serta terjadi kontraksi otot yang berlebih pada salah satu otot saja. Dalam kasus ini otot hamstringakan mengalami kontraksi yang berlebihan dan otot yang lainnya mengalami kelemahan. Otot hamstring yang berkontraksi terus menerus akan mengalami penurunan ekstensibilitas serta fleksibilitas otot sehingga terjadi pemendekan pada hamstring(lubis 2011). Hamstring tightness biasanya terjadi akibat rehabilitasi yang tidak memadai atau tidak layak ketika cedera otot terjadi, atau rendahnya tingkat aktifitas fisik pada individu( Akinpelu, 2005). 2.2 Anatomi Hamstring

2 Hamstring merupakan suatu grup otot sendi pangguldan lutut yang terletak pada sisi belakang paha yang berfungsi utntuk gerakan fleksi lutut, ekstensi panggul, dan membantu gerakan eksternal dan internal rotasi panggul. Kelompok otot ini terdiri atas beberapa otot yaitu : biceps femoris, semitendinosus, dan semimembranosus (Irfan, 2008). Gambar 1. Otot Hamstring(Anatomica s body atlas,2002)

3 Gambar 2 Pembagian otot hamstring(anatomica s body atlas,2002 ) 1. M.biceps femoris Mempunyai dua caput yaitu caput longum dan caput breve.m.bicepsfemoris caput longumbekerja pada dua sendi, berasal dari tuberositas ischiadicum bersama sama dengan M.semitendinosus. M.biceps femoris caput brevehanya bekerja pada satu sendi, berasal dari sepertiga tengah linea aspera labium lateraldan lateralis terhadap septum intermusculare. Penyatuan caput membentuk M.biceps femoris yang berinsertio pada caput fibulae.diantara otot dan ligamentum collateral fibular sendi lutut terdapat bursa subtendinea musculi bicepitis femoris inferior.caput longum biceps femoris menghasilkan gerak ekstensi(retroversi) sendi panggul.m.biceps femoris melakukan fleksi sendi lutut dan rotasi lateralis tungkai bawah yang fleksi.hanya terjadi rotasi lateralis pada sendi lutut dan karena melawan semua otot rotator medialis. 2. M.semitendinosus

4 Berasal dari caput bersama yaitu tuber ischiadicum dan berjalan ke fascies medialis tibiae bersama sama dengan M.gracilis dan M.sartorius untuk bergabung dengan pes anserinus superficialis. Diantara permukaan tibia dan tempat perlengkatan pad apes anserinus. Otot ini bekerja pada dua sendi, yaitu ekstensi pada sendi panggul dan fleksi pada sendi lutut serta rotasi medialis tungkai bawah. 3. M.semimebranosus Berasal dari tuberositas ischiadium dan berinsertio pada condylus medial tibia.otot ini berhubungan erat dengan M.semitendinosus. Di bawah ligamentum collateral medial, tendonnya di bagi menjadi tiga bagianyaitu: a. Bagian pertama berjalan ke anterior terhadap condylus medialis tibiae b. Bagian kedua masuk ke fascia popliteal c. Bagian ketiga melanjutkan diri ke dinding posterior capsula ligamentum poplitea obliqum. Pembagian menjadi tiga bagian ini dikenal sebagai pes anserinus profundus.otot ini bekerja pada dua sendi dan berfungsi mirip M.semitendinosus. Otot ini dapat melakukan ekstensi sendi panggul dan fleksi sendi lutut dengan rotasi medialis pada sendi lutut (Irfan,2008).

5 Gambar 3. Grup hamstring (Connnel et al.,2004) Fisiologi Otot Hamstring Otot hamstring terdiri dari M.semimembranosus, M.semitendinosus dan M.biceps femoris. Rotasi medialis terjadi karena adanya kontraksi dari otot otot rotator medialis yang terdiri dari M.semimembranosus, M.semitendinosus, M.gracilis, M.sartorius dan M.popliteus.Rotasi lateralis dilakukan oleh M.biceps femoris, hampir merupakan satu satunya rotator lateralis paha dan mengimbangi semua otot yang bekerja sebagai rotator medialis. Bila tungkai pada saat rotasi tidak menompang beban yang benar makaakanmendapat bantuan yang kurang dari M.tensor fascia latae.gerakan fleksi lutut, ekstensi panggul, maupun gerakan eksternal dan internal rotasi panggul merupakan gerakan dengan menggunakan beban tubuh, sehingga beban yang dihasilkan sangat besar contoh gerakan tersebutseperti :melompat, berjalan, berlari, mengangkat, mendorong dan menarik (Irfan, 2008) 2.2.2Patofisiologi terjadinya tightness Tightness, adalah suatu keadaan kaku pada otot yang membatasi gerak ROM normal kita.pada kasus tertentu fleksibilitas pada otot yang buruk dapat menjadi faktor

6 utama yang menyebabkan nyeri pada otot dan sendi. Jika otot tidak dapat berkontraksi dan relaksasi secara efisien, akan mengakibatkan menurunnya kemampuan dan berkurangnya kontrol gerakan pada otot. Hilangnnya kekuatan dan tenaga pada saat melakukan aktifitas diakibatkan karena pemendekan otot serta yangsudah menyempit ototnya. Sebagian kecil dari persentase pada kasustightness, kekakuan pada otot akan menghambat sirkulasi darah.sirkulasi darah yang baik sangat dibutuhkan dalam pengambilan oksigen dan nutrisi yang adekuat pada otot. Sedangkan sirkulasi yang buruk akan mengakibatkan otot cepat lelah dan akhirnya kemampuan tubuh untuk pulih setelah melakukan latihan berat dan proses perbaikan otot jadi terganggu. Hal ini yang akan menyebabkan seseorang untuk beresiko mengalami cedera, hilangnya peforma, merasa tidak nyaman pada otot serta bisa meningkatnya resiko untuk cidera kembali.pada saat otot memendek, komponen yang ada dalam otot kehilangan ekstensibilitas serta fleksibilitasnya, dimana filamen filamen aktin dan myosin yang tumpang tindih bertambah menyebabkan jumlah ikatan silang bertambah, dan berkurangnya jumlah sarkomer serta terbentuknya abnormal ikatan silang padaotot yang akhirnya membuat otot memendek. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan segera maka akan mempengaruhi kekuatan otot berupa berkurangnya fleksibilitas otot yang normal, perubahan hubungan panjang dan tegangan otot yang menyebabkan kelemahan otot, pemendekan otot dan keterbatasan gerak sendi yang pada akhirnya akan menimbulkan nyeri dengan intensitas yang lebih hebat pada saat otot diulur(irfan, 2008). Tingkat fleksibilitas otot sangat menentukan ukuran panjang otot itu sendiri. Pada saat otot berkontraksi dan rileksasi, akan terjadi perubahan panjang dari otot tersebut. Kekuatan total dari sebuah otot yang berkontraksi adalah merupakan hasil dari sejumlah

7 serabut pada saat otot dipertahankan pada posisi terulur maka spindle otot akan terbiasa dengan panjang otot yang baru dan akan mengurangi sinyal tadi. Secara bertahap reseptor stretch akan terlatih untuk memberikan panjang yang lebih besar lagi terhadap otot. Hal ini tidak terlepas dari adanya proses adaptasi dalam tubuh manusia. Adaptasi merupakan karakterstik utama pada otot skeletal sebagai respon dari latihan, perubahan akut dapat terjadi pada sistem, organ atau sel (Wismanto, 2011). 2.3 Alat ukur pemeriksaan fleksibilitas hamstring Fleksibilitas hamstring dapat diukur dengan sit and reach test. Tes ini bertujuan mengukur fleksibilitas punggung bawah dan hamstring. Alat yang digunakan adalah bench / meja sit and reach yang dilengkapi oleh penggaris atau skala (Evan, 2014) Prosedur pelaksanaan : 1. Duduk dengan kedua tungkai lurus tanpa sepatu, kemudian kedua kaki rapat dengan alat tersebut. 2. Kemudian diminta untuk membungkuk sejauh mungkin sehingga kedua tangan bergeser diatas garis skala tersebut 3. Jika alat memiliki serambi 15 cm maka jarak yang oleh ujung jari tengah ditambah dengan panjang serambi 4. Tes ini dilakukan sebanyak 3 kali, dan jarak terbaik dicocokkan dengan table sit and reach Usia 20 tahun keatas Jenis kelamin Baik sekali Diatas rata - rata Rata - rata Bawah rata rata Buruk Laki laki > <24 Perempuan > <27

8 Gambar 4. Tabel sit and Reach test (Panteleimon et al, 2010) 2.4 Jenis jenis stretching untuk menambah fleksibilitas hamstring Stretching adalah bentuk dari penguluran atau peregangan pada otot otot di setiap anggota badan agar dalam setiap melakukan olahraga terdapat kesiapan serta untuk mengurangi dampak cedera yang sangat rentan terjadi. Jenis jenis stretching itu sendiri ada bermacam macam dan diantaranya seperti stretching pasif (statis) dan muscle energy technique Passive Stretching Kysner Caroline dan Colby Lyn Allen (2007) dalam buku Therapeutic and Techniques, menerangkan bahwa Stretching atau peregangan merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu manuver teraputik yang bertujuan untuk memanjangkan struktur jaringan lunak yang memendek secara patologis maupun non patologis segingga dapat meningkatkan ROM. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan stretching, yaitu : 1. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggerakkan sendi atau beberapa sendi melalui lingkup gerak sendi yang bebas nyeri. Fleksibilitas bergantung ekstenbilitas otot, yang menyebabkan otot yang dapat melewati suatu sendi dengan rileks, memanjang dan berada dalam medan gaya stretch. 2. Overstretch adalah suatu peregangan melampaui lingkup gerak sendi normal dan jaringan lunak sekitarnya, sehingga menghasilkan hipermobilitas.overstretch diperlukan bagi orang orang tertentu yang sehat dengan kekuatan dan stabilitas normal yaitu orang orang tertentu berperan aktif dalam olahraga yang memerlukan fleksibilitas berlebihan. Overstretch

9 menjadi abnormal ketika struktur penopang sendi dan kekuatan otot disekitar sendi tidak cukup dan tidak dapat mempertahankan stabilitas sendi dan posisi fungsional selama aktivitas (Wismanto, 2011). Dalam metode stretching pasif(statis), gerakannya dilakukan dengan meregangkan kelompok otot secara perlahan lahan sampai otot yang diregang terasa sakit (namun bukan sakit yang maksimal).setelah otot terasa sakit, maka dengan segera fisioterapis membantu untuk memberi regangan lebih jauh lagi.pada saat itulah refleks muscle spindle melakukan tugasnya untuk mengkontraksikan otot, sehingga pemanjangan otot sudah tidak dimungkinkan lagi. Dalam peregangan pasif, pemanjangan otot bisa lebih dimungkinkan lagi karena ada bantuan orang lain untuk memberi regangan pada otot (Guyton, 2005). Menurut journal of strength and conditioning research pada tahun 2009 dilakukan penelitian dengan empat peserta, yang dua peserta melakukan peregangan aktif( dinamis) dan dua peserta lainnya melakukan pergangan pasif(statis). Dari hasil akhir penelitian didapati peningkatan fleksibilitas hamstring dengan cara peregangan pasif statis (Fasen JM et al, 2009). Keuntungan dari peregangan pasif (statis) adalah cara yang paling aman terhadap cedera, dan tenaga yang diperlukan lebih sedikit di bandingkan dengan peregangan aktif dinamis. Manfaat dari peregangan ini adalah : a. Menambah ROM dan LGS yaitu dengan mengulur otot, ligamen, persendian ikut teregang sehingga memberi kesempatan persendian dan jaringan disekitarnya terulur secara maksimal. b. Mengurangi resiko cedera sendi dan otot

10 c. Memperlancar sirkulasi aliran darah d. Mencegah kontraktur otot (Fredericus, 2013) Muscle Energy Technique Pengertian muscle Energy Technique(MET) merupakan teknik osteopatik yang memanipulasi jaringan lunak dengan gerakan langsung dan dengan kontrol gerak yang dilakukan pasien sendiri pada saat kontraksi isotonik maupun kontraksi isometrik yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi muskuloskeletal dan mengurangi nyeri. Muscle Energy Technique memiliki prinsip dengan memanipulasi dengan cara halus, dengan kekuatan tahanan gerak yang minimal hanya sebesar 20 30% dari kekuatan otot, melibatkan control pernapasan pasien, dan dengan pengulangan yang optimal. Muscle energy technique bekerja dengan merileksasikan otot tanpa menimbulkan nyeri dan kerusakan jaringan melalui tekanan yang ringan dan lembut sehingga tidak membuat jaringan iritasi dan teregang kuat (Chaitow, 2006). Muscle Energy Technique merupakan teknik isometrik dan isotonikyang digunakan untuk strengthening atau meningkatkan tonus otot yang lemah, melepaskan hipertonus, stretching ketegangan otot dan fascia, meningkatkan fungsi muskuloskeletal, mobilisasi sendi pada keterbatasan gerak sendi, meningkatkan, sirkulasi lokal, dan mengurangi nyeri.(grubb et all, 2010) Dari jurnal yang berjudul The Effect of Muscle Energy Technique on Hamtring Extenbility : The Mecanism of Medicine (2003), ditemukan bahwa aplikasi dari muscle energy technique menghasilkan peningkatan dan panjang otot secara signifikan terhadap peregangan hamstring yang terjadi.hal ini menunjukkan bahwa aplikasi musle energy

11 technique tidak menghasilkan perubahan otot secara biomekanik, tetapi menciptakan perubahan toleransi untuk meregangkan (Ballantyne, 2003). Seperti penelitian yang dilakukan oleh Mohd.Waseem (2009) menunjukkan bahwa muscle energy technique mampu meningkatkan sudut popliteal yaitu berarti terjadi peningkatan fleksibilitas hamstring, dan mengatakan dengan jelas bahwa muscle energy technique merupakan teknik yang efisien dalam meningkatkan fleksibilitas otot. Teknik ini sangat sederhana dan dapat digunakan dengan mudah pada mereka yang mengalami kurangnya fleksibilitas otot (Waseem et all, 2009). 1. Bentuk bentuk Muscle Energy Technique Terdapat dua tipe muscle energy technique yaitu Post Isometric Relaxation (PIR) dan Reciprocal Inhibition(RI) yang dijelaskan sebagai berikut : a. Isometric Muscle Energy Technique Isometric muscle energy technique yang biasa disebut post isometric relaxation(pir) memiliki pengaruh utama yaitu mengurangi tonus pada otot yang mengalami hipertonus dan mengembalikan panjang istirahat normal otot. Mekanisme kerja secara singkat yaitu Gamma afferent kembali ke serabut intrafusual dan kembali ke panjangnya, yang merubah panjang isitrahat serabut ekstrafusual otot. b. Isotonic Muscle Energy Technique Isotonic Muscle Energy Technique menggunakan teknik reciprocal innervation/inhibition yang memiliki prinsip kerja yaitu : ketika otot agonis berkontraksi dan memendek, otot antagonis harus rileks dan memanjang sehingga gerakan terjadi dibawah pengaruh otot agonis. Kontraksi otot agonis reciprocal

12 mengahambat otot antagonis sehingga menimbulkan gerakan yang pelan, lebih kuatnya kontraksi otot agonis, hambatan lebih terjadi, dan otot antagonis lebih rileks (Grubb, 2010). 2. Pengaruh neurofisiologis Muscle Energy Technique a. Post isometric relaxation(pir) berpengaruh pada Golgi Tendon OrganPIR mengacu pada pengurangan tonus otot agonis setelah kontraksi isometrik. Hal ini terjadi karena reseptor stretch yang disebut dengan golgi tendon yang terletak pada otot agonis. Reseptor ini bereaksi terhadap overstretching otot oleh inhibisi otot yang selanjutnya berkontraksi. Hal ini secara natural melindungi reaksi terhadap regangan berlebih, mencegah ruptur dan memiliki pengaruh memanjang karena pengaruh relaksasi yang terjadi tiba tiba pada seluruh otot dibawah pengaruh stretching.dalam teknik ini, kekuatan kontraksi otot terhadap perlawanan yang sama memicu reaksi golgi tendon organ. Impuls saraf afferen dari golgi tendon organ masuk ke akar dorsal medulla spinal dan bertemu dengan inhibitor motor neuron. Hal ini menghentikan impuls motor neuron efferen dan oleh karena itu terjadi pencegahan kontraksi lebih lanjut, tonus otot menurun, kemudian mengahasilkan relaksasi dan pemanjangan otot agonis (Chaitow, 2006).

13 Gambar 5.Fisiologi post isometric relaxation (Yuli, 2013). b. Reciprocal inhibition(ri) berpengaruh pada muscle spindle RI mengacu pada inhibisi otot antagonis ketika kontraksi isometrik yang terjadi dalam otot agonis.hal ini terjadi karena reseptor terulur dalam serabut otot agonis muscle spindle.muscle spindle bekerja untuk mempertahankan panjang otot secara tetap dengan memberikan umpan balik pada perubahan kontraksi, dalam hal ini arah muscle spindle memainkan bagian dalam proprioseptif. Dalam respon utnuk peregangan, muscle spindle menghentikan impuls saraf yang meningkatkan kotraksi, hingga mencegah peregangan yang berlebihan. Muscle spindle menghentikan impuls yang membangkitkan serabut saraf afferen atau otot agonis, bertemu dengan excitatory motor neuron otot agonis (dalam medula spinalis) dan pada waktu yang samamenghalangi motor neuron otot agonis serta mencegah kontraksi otot agonis. Hal ini menghasilkan relaksasi antagonis sehingga disebut reciprocal inhibition. Saat otot agonis berhenti

14 berkontraksi melawan tahanan, muscle spindle berhenti membebaskan dan otot rileksasi, hal ini memiliki efek yang sama seperti post isometric relaxation. Gambar 6.Reciprocal inhibition (Yuli, 2013). Singkatnya, ketika otot agonis berkontraksi melawan tahanan yang sama (secara isometrik) terjadi respon peregangan dua reseptor. Pertama muscle spindle bereaksi meregangkan otot dan direspon oleh inhibisi antagonis(ri), kedua golgi tendon merespon peregangan pada tendon, kemudian dilakukan inhibisi lanjut oleh otot agonis(pir), hal ini akan membuat muscle spindle menginhibisi secara efektif untuk memberikan relaksasi agonis. Muscle spindle sensitif terhadap perubahan panjang dan perubahan kecepatan serabut otot sedangkan golgi tendon organ sensitif terhadap lamanya perubahan tegangan otot. Peregangan otot dapat mengakibatkan peningkatan aliran impuls dari muscle spindle ke posterior horn cell (PHC) pada medula spinalis.sebaliknya, anterior horn cell (AHC) mengalirkan peningkatan motor

15 impuls ke serabut otot yang membuat pelindungtegangan terhadap peregangan yang ditahan. Akan tetapi, peningkatan tegangan terjadi beberapa detik dalam golgi tendon organ yang mengalirkan impuls ke PHC dan menghambat pengaruh peningkatan stimulus motor di AHC. Pengaruh hambatan ini menyebabkan pengurangan impuls motor dan terjadi relaksasi. Hal ini secara tidak langsung menerangkan bahwa regangan otot akan meningkatkan seluruh kemampuan regangan yang membentuk pelindung relaksasi pada golgi tendon organ yang berfungsi untuk menolak pencegahan terjadinya kontraksi (Chaitow, 2011). 3. Pada sirkulasi darah Muscle Energy Technique merupakan teknik yang dilakukan secara halus dan tanpa tekanan pada jaringan. Tekanan pada jaringan yang keras akan menimbulkan efek perlawanan atau pertahanan jaringan terhadap respon tekanan keras yang mengakibatkan kerusakan kerusakan atau iritasi pada jaringan membentuk trauma kecil yang menimbulkan peradangan dan nyeri. Peradangan yang terjadi akan membuat darah mengisi jaringan yang membuat luka dan menimbulkan nyeri yang menambah kerusakan pada jaringan. Jaringan yang mengalami ketegangan, pemendekan dan kekakuan akan mengakibatkan sirkulasi darah tidak lancar dan menjadi iskemik yang membentuk trigger point di otot atau spasme pada otot. Iskemik pada jaringan menyebabkan penumpukan zat iritan, penumpukan sisa metabolisme dan oksigen terhambat untuk masuk ke dalam jaringan. Muscle energy technique diaplikasikan pada jaringan yang mengalami ketegangan, pemendekan, dan kekakuan dengan tahanan yang diberikan pada otot

16 secara halus atau dengan energi yang lembut dan tanpa tekanan paksa pada jaringan yang akan menimbulkan pengaruh relaksasi pada jaringan sehingga ketegangan pada jaringan berkurang, terjadi peningkatan sirkulasi darah, pengangkutan zat iritan, meningkatkan metabolisme, dan oksigen dapat masuk kedalam jaringan (Chaitow, 2006). 4. Pada fascia Fascia kaya akannerve ending yang mampu berkontraksi dan elastis, fascia memberikan penyangga dan stabilitas pada struktur jaringan sehingga postur seimbang. Fascia berperan dalam membantu dalam sirkulasi vena dan limpatik, dan merespon kongesti jaringan oleh pembentukan jaringan ikat fibrosa yang meningkatkan konsentrasi ion hydrogen pada jaringan artikular dan periartikular otot. Ketegangan fascia akan menimbulkan efek penumpukan sisa metabolisme dan terjadi iskemik sehingga muncul jaringan ikat. Fibrous atau abnormal ikatan silang yang terjadi pada fascia akan menyebabkan timbulnyatrigger point pada otot atau titik nyeri yang menyebar dan terjadi perlengketan fascia dengan otot(fryer, 2011). Menurut Chaitow (2006) muscle energy technique dapat melepaskan perlengketan yang terjadi pada fascia dengan melepaskan jaringan ikat fibrosa dan meningkatkan sirkulasi darah dan meningkatkan metabolisme dan peregangan yang halus dan rileks serta tanpa paksaan terhadap jaringan sehingga nyeri berkurang. 5. Pada otot

17 Otot yang berkontraksi secara berlebihanakan mengakibatkan hipertonus. Hipertonus yang terjadi akan menyebabkan ketegangan otot. Hal ini akan mengubah fisiologis otot oleh mekanisme refleks. Ketika otot berkontraksi, panjang dan tonusnya berubah dan mempengaruhi fungsi biomekanikal, biokimia dan imunologi. Kontraksi otot memerlukan energi dan hasil metabolisme dalam bentuk karbondiosida, asam laktat, dan pembuangan metabolisme lain yang harus ditransportasikan dan dibuang (Chaitow, 2006). Muscle energy technique memanjangkan otot yang terjadi pemendekan, mengurangi kontraktur, mengurangi hipertonus otot yang spastik dan secara fisiologikal memperkuat otot yang mengalami kelemahan. MET dapat membantu meningkatkan kekuatan otot yang mengalami kelemahan dengan cara pasien mengkontraksikan otot yang mengalami kelemahan melawan tahan fisioterapis secara kontraksi isometrik secara halus dan lembut. Peningkatan metabolisme pada otot akan mengurangi ketegangan otot, memanjangkan otot melalui pengaruh relaksasi muscle energy technique, pengaruh relaksasi jaringan lunak otot diperoleh dengan cara mereduksi ketegangan jaringan kontraktil otot sehingga stress pada jaringan otot berkurang dan meningkatkan kekuatan otot serta menyeimbangkan kontraksi antara otot agonis dan antagonis pada otot postural yang mengalami ketidakseimbangan dimana satu sisi mengalami kelemahan dan sisi lain mengalami pemendekan otot akibat kesalahan postur. Teknik isometrikmuscle energy technique menggunakan tahanan dengan tekanan minimal dimana hanya serabut otot yang aktif sedangkan serabut otot yang lain terinhibisi. Selama relaksasi dimana pemendekan otot diregangkan

18 secara ringan dengan menghindari reflek regangsehingga menimbulkan efek analgesia sehingga otot menjadi lebih rileks. Kekuatan yang digunakan yaitu 20-30% akan menimbulkan penyembuhan kembali pada serabut otot phasic daripada serabut otot tonik sehingga terjadipengaruh terhadap peregangan otot (Grubb, 2010). 6. Pada sendi Kekakuan sendi dapat menyebabkan pemendekan otot dan sebaliknya pemendekan otot dapat menyebabkan kekakuan sendi.selain itu, adanya nyeri, spasme pada jaringan lunak, dan ketegangan otot dapat menyebabkan kekakuan sendi atau hipomobilitas sendi. MET dapat memperbaiki mobilitas sendi yang mengalami kekakuan dengan cara merileksakan otot yang mengalami pemendekan, spasme, dan ketegangan sehingga tercapai ROM baru. Fisioterapis menggunakan MET untuk membantuk merileksasikan otot yang mengalami pemendekan dan hipertonus. Jika sendi mengalami keterbatasan ROM tersebut karena otot mengalami hipertonus, teknik ini dapat membantu menormalkan jaringan lunak (Gibbons,2011) PrinsipMuscle energy technique Prinsip pelaksanaan muscle energy technique antara lain: (Chaitow 2006) 1. Palpasi Sebelum menerapkanmuscle energy technique, fisioterapis melakukan pemeriksaan pada otot atau sendi yang mengalami tightness, hipomobilitas, hipermobilitas, dan spasme dengan palpasi untuk menentukan target jaringan

19 yang akan diberikan terapi. Palpasi dapat dilakukan dengan melakukan gerak pasif pada segmen tubuh pasien yang mengalami hipermobilitas, spasme, dan tightness.teknik palpasi yang dilakukan dengan tekanan yang relatif halus dan rileks pada otot atau sendi saat dilakukan gerak pasif untuk menentukan besarnya ketegangan otot atau mobilitas sendi. 2. Menutup mata Fisioterapis melakukan pemeriksaan palpasi pada target jaringan sambil menutup mata, untuk merasakan seberapa besar ketegangan otot atau tonus otot atau mobilitas sendi sambil menggerakkan segmen yang dilakukan pemeriksaan secara pasif secara perlahan dan halus serta merasakan end feel pada sendi. Setelah menemukan otot atau sendi yang mengalami spasme, tightness, hipertonus, hipermobilitas, hipomobilitas, fisioterapis menandai penemuannya dengan jari dan membuka matanya. 3. Kontrol tahanan gerak Tahanan gerak saat dilakukan kontraksi isometrik pada otot agonis hanya sebesar 20-30% dari kekuatan otot pasien atau fisioterapis. Maksud dari kecilnya tahanan gerak ini agar otot tidak mengalami regangan atau stretch yang berlebihan dan pada jaringan lain agar tidak mengalami stres berlebihan yang menambah kerusakan jaringan dan mengiritasi jaringan sehingga menambah inflammasi pada jaringan. 4. Waktu kontraksi Waktu kontraksi isometrik yang dilakukan yaitu 10 detik. Panjang waktu kontraksi ini dibutuhkan untuk beban kerja golgi tendon yang terhadap pengaruh

20 secara neurologis pada serabut otot intrafusal muscle spindle yang menghambat tonus otot dan memberikan kesempatan pada otot untuk mendapatkan panjang istirahat yang baru. 5. Teknik pulse(dorongan) MET ditambahkan teknik pulse atau dorongan sendi yang mengalami keterbatasan atau hipomobiliti sangat baik untuk melepaskan pembatasan dan perlengketan pada kapsul ligamen sendi. Teknik pulse MET yang diterapkan pada hipomobiliti sendi dengan dorongan ke anterior secara halus dan perlahan mengikuti gerak sendi dan pernapasan pasien. 6. Pernapasan Pernapasan pada MET sangat penting karena relaksasi yang diberikan lebih besar dan sangat baik untuk meningkatkan sirkulasi darah. Saat melakukan kontraksi isometrik, pasien diintruksikan menghembuskan nafas secara perlahan dan rileks serta setelah MET, pasien diintruksikan untuk menarik dan menghembuskan nafas dengan perlahan dan rileks. Tujuan pernapasan ini dilakukan dengan untuk memberikan efek relaksasi pada jaringan dan otot agar ketegangan jaringan dan otot menurun serta memberikan efek yang nyaman bagi pasien dengan relaksasi yang dihasilkan. 7. Regangan atau stretching Setelah melakukan isometrik selama 10 detik, fisioterapis meregangkan otot selama 30 detik dengan perlahan dan halus.peregangan ini tidak boleh dilakukan lebih atau kurang dari 30 detik. Regangan yang kurang dari dari 30 detik tidak akan memaksimalkan fleksibilitas otot dan menambah panjang istirahat otot baru.

21 Sedangkan regangan yang lebih dari 30 detik akan menimbulkan stres regangan yang berlebihan pada otot dan jaringan. 8. Waktu pengulangan Pengulangan yang dilakukan hanya 5X sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Waktu pengulangan ini efektif bagi rileksasi jaringan dan otot. Kontra dan Indikasi darimuscle energy techniqueyaitu : a. Indikasinya yaitu : pemendekan otot, hipertonus otot, ketidak seimbangan otot, hipomibilitas sendi, memperkuat otot atau kelompok otot yang mengalami kelemahan, nyeri miofascial, memulihkan gerak sendi akibat disfungsi articular. b. Kontra indikasinya yaitu : fraktur yang tidak stabil, osteoporosis, arthtritis pada sendi yang sudah parah, sendi yang menyatu atau tidak stabil (Yuli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu dari negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia, sangat berkepentingan terhadap masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan atau aktivitas sehari-hari dalam kehidupannya. Salah satu contoh aktivitas seharihari adalah bersekolah,kuliah,bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kebugaran serta dilakukan dengan aturan tertentu, dimana dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kebugaran serta dilakukan dengan aturan tertentu, dimana dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah suatu kegiatan fisik yang merupakan salah satu cara untuk dapat meningkatkan kebugaran serta dilakukan dengan aturan tertentu, dimana dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sehari-hari manusia dalam bekerja dan beraktivitas selalu melibatkan anggota gerak tubuhnya. Manusia adalah makhluk yang memerlukan gerak karena hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari mulai alat komunikasi, alat perkantoran, alat transportasi sampai sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dari mulai alat komunikasi, alat perkantoran, alat transportasi sampai sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kini, perkembangan zaman semakin pesat. Setiap waktunya lahir berbagai teknologi baru yang memudahkan manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Dari mulai alat komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu bergerak dan beraktivitas dalam kehidupannya. Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia tidak akan terlepas dari masa remaja. Masa remaja merupakan saah satu periode dari perkembangan manusia, masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan salah satu gangguan yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan fungsional, sehingga menghambat aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup sehat adalah tujuan semua orang. Salah satu yang mempengaruhi kualitas hidup individu adalah kondisi fisiknya sendiri. Sehingga manusia yang sehat sudah tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aktifitas manusia dalam hidupnya dilakukan dengan bergerak.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aktifitas manusia dalam hidupnya dilakukan dengan bergerak. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk yang memerlukan gerak karena hampir seluruh aktifitas manusia dalam hidupnya dilakukan dengan bergerak. Kebutuhan gerak ini harus terpenuhi agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membuat manusia dituntut untuk hidup lebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern seperti sekarang, banyak pekerjaan yang dilakukan oleh sebagian besar orang, salah satunya adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil. Dimana profesi sebagai

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau 61 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau beberapa titik picu (trigger points) dan dicirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang banyak melakukan kerja fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang sering digunakan terutama bagian kaki. Gerak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Biomekanik Otot Hamstring Otot hamstring berfungsi sebagai gerakan untuk fleksi dari knee joint dan membantu untuk gerakan ekstensi dari hip joint. Hamstring juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dengan segala tuntutan belajarnya dewasa ini semakin rendah kesadaran akan bergerak dan berolahraga. Badan Kesehatan Dunia (World Health Organitation/WHO)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Nyeri Hasil evaluasi nyeri dengan menggunakan VDS didapatkan hasil bahwa pada terapi ke-0 nyeri diam: tidak nyeri, nyeri tekan: nyeri ringan, nyeri gerak: nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekuatan dan daya tahan otot saling mempengaruhi. Saat kekuatan otot meningkat, daya tahan juga meningkat dan sebaliknya. Lemahnya stabilitas sendi dapat menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknogi (IPTEK) pada zaman globalisasi telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut menjadikan pekerjaan manusia lebih hemat waktu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu melibatkan anggota gerak tubuhnya. Suatu pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. selalu melibatkan anggota gerak tubuhnya. Suatu pergerakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan sehari-hari manusia dalam bekerja dan beraktivitas selalu melibatkan anggota gerak tubuhnya. Suatu pergerakan membutuhkan kontraksi dari otot-otot yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan jumah penduduk yang memasuki peringkat 5 besar penduduk terbanyak didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta akan dapat berdampak kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kebugaran jasmani ialah kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari dengan ringan tanpa merasakan kelelahan yang berarti dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. memiliki rerata umur sebesar 36,65 ± 7,158 dan kelompok perlakuan

BAB VI PEMBAHASAN. memiliki rerata umur sebesar 36,65 ± 7,158 dan kelompok perlakuan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Sampel Deskripsi sampel pada penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, dan disabilitas. Berdasarkan umur diperoleh data bahwa kelompok kontrol memiliki rerata umur

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: muscle energy technique isometric, static stretching, fleksibilitas, hamstring.

ABSTRAK. Kata kunci: muscle energy technique isometric, static stretching, fleksibilitas, hamstring. MUSCLES ENERGY TECHNIQUE ISOMETRIC LEBIH MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING DARI PADA STATIC STRETCHING PADA PEMAIN SEPAK BOLA PHYSIO TEAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA HUN 1 I Made Wahyu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian,

Lebih terperinci

LATIHAN FLEKIBILITAS

LATIHAN FLEKIBILITAS LATIHAN FLEKIBILITAS mansur@uny.ac.id 1. Fleksibilitas mengacu pada berbagai gerakan di sekitar sendi. Meningkatkan fleksibilitas adalah elemen dasar dari sebuah program latihan atlet muda 2. Fleksibilitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdiri dari 3 kumpulan otot diantaranya otot semitendinosus, otot

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdiri dari 3 kumpulan otot diantaranya otot semitendinosus, otot 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Biomekanik 2.1.1 Otot Hamstring Otot hamstring merupakan salah satu group otot besar yang terdiri dari 3 kumpulan otot diantaranya otot semitendinosus, otot semimembranosus,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Myofascial Pain Syndrome 2.1.1 Definisi Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan yang terjadi di dalam tubuh. Tujuannya agar seseorang menjadi lebih peka terhadap rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang saling berinteraksi dengan lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal dalam bergerak atau beraktivitas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan bebas dari penyakit baik penyakit fisik maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah merupakan keadaan statis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang melakukan aktifitas fisik untuk menunjang hidup sehat, karena Kesehatan sangat penting bagi kehidupan manusia untuk hidup dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu kesatuan dari tulang, sendi, otot dan saraf. Anggota gerak ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu kesatuan dari tulang, sendi, otot dan saraf. Anggota gerak ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia bekerja dan beraktifitas melakukan kegiatan yang melibatkan seluruh anggota gerak tubuh. Setiap anggota gerak merupakan satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), menunjukkan bahwa kejadian osteoartritis lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria di antara semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1 Pengertian Fleksibilitas adalah kemampuan suatu jaringan atau otot untuk mengalami pemanjangan semaksimal mungkin sehingga tubuh dapat bergerak dengan lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, berbagai macam teknologi telah digunakan untuk membuat segala pekerjaan menjadi lebih efisien. Komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup, dan melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam memenuhi kebutuhan sehariharinya hingga kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami pertumbuhan dan perkembangannya sehingga remaja berasal

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami pertumbuhan dan perkembangannya sehingga remaja berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia tidak terlepas dari masa remaja. Dalam masa ini, anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangannya sehingga remaja berasal dari kata latin adolance

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bergerak full ROM secara lancar, mudah, tanpa hambatan, serta bebas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bergerak full ROM secara lancar, mudah, tanpa hambatan, serta bebas dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas 2.1.1 Definisi Fleksibilitas Fleksibilitas merupakan kemampuan satu atau lebih sendi untuk bergerak full ROM secara lancar, mudah, tanpa hambatan, serta bebas

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI CEDERA

PATOFISIOLOGI CEDERA PATOFISIOLOGI CEDERA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti, MS FIK-UNY Ada dua jenis cedera yang sering dialami oleh atlet, yaitu trauma akut dan Overuse Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih). Trauma akut adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa memiliki beranekaragam aktivitas sehingga dituntut memiliki gerak fungsi yang baik dalam hal seperti mengikuti perkuliahan, melaksanakan tugas-tugas kuliah

Lebih terperinci

SPASME OTOT (M62.83) Lusia Pujianita, dr. Pembimbing : Marina Moeliono, dr, Sp.KFR Penguji :Tertianto Prabowo, dr, Sp.KFR

SPASME OTOT (M62.83) Lusia Pujianita, dr. Pembimbing : Marina Moeliono, dr, Sp.KFR Penguji :Tertianto Prabowo, dr, Sp.KFR Tinjauan Kepustakaan 1 Senin, 27 Januari 2014 SPASME OTOT (M62.83) Lusia Pujianita, dr. Pembimbing : Marina Moeliono, dr, Sp.KFR Penguji :Tertianto Prabowo, dr, Sp.KFR PENDAHULUAN SPASME OTOT statik Kontraksi

Lebih terperinci

Perwujudan kerja ditampilkan oleh rangka yg digerakkan oleh otot-otot. Gerakan otot-otot diatur oleh syaraf

Perwujudan kerja ditampilkan oleh rangka yg digerakkan oleh otot-otot. Gerakan otot-otot diatur oleh syaraf Perwujudan kerja ditampilkan oleh rangka yg digerakkan oleh otot-otot. Gerakan otot-otot diatur oleh syaraf SKELET OTOT SARAF KESATUAN PERTAMA YG MELAKSANAKAN GERAK ERGOSISTEMA I MENDUKUNG DARAH & CAIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk menjalankan aktivitas harian tanpa adanya rasa lelah yang berlebih (Kisner & Colby, 2012). Di era globalisasi yang penuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya manusia harus melakukan aktivitas untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya manusia harus melakukan aktivitas untuk memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya manusia harus melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melakukan aktivitas fisik dengan membiarkan tubuh bergerak secara aktif tentunya

Lebih terperinci

Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI)

Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI) Lampiran 1 Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI) 1. Intensitas Nyeri a Saat ini saya tidak merasa nyeri (nilai 0) b. Saat ini nyeri terasa sangat ringan (nilai 1) c. Saat ini nyeri terasa ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Setelah dilakukan proses assessment pada pasien Ny. DA usia 44 tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa nyeri tekan dan gerak pada pergelangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat, bisa kita lihat di dalam perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat, bisa kita lihat di dalam perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat, bisa kita lihat di dalam perkembangan ilmu pengetahuan misalnya, banyak sekali

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AUTOSTRETCHING TERHADAP FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA KASUS TIGHTNESS HAMSTRING NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBERIAN AUTOSTRETCHING TERHADAP FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA KASUS TIGHTNESS HAMSTRING NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBERIAN AUTOSTRETCHING TERHADAP FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA KASUS TIGHTNESS HAMSTRING NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : DANIATI AGUSTIN J120111023 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun , tergolong tercepat di

BAB I PENDAHULUAN. lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun , tergolong tercepat di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi penduduk berusia lanjut bertambah, sedangkan proporsi penduduk berusia muda menetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti di Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang maka. Gerak merupakan elemen essential bagi kesehatan individu yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti di Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang maka. Gerak merupakan elemen essential bagi kesehatan individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu negara, seperti di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. munculnya masalah tersebut, seseorang akan mengkompensasinya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. munculnya masalah tersebut, seseorang akan mengkompensasinya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia tidak bisa terlepas dengan fungsi kaki. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, fungsi kaki sangat berperan. Perjalanan seribu mil pun selalu dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia harus memiliki kemampuan untuk bergerak atau melakukan aktivitas demi memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian kesehatan menurut UU Kesehatan RI Nomor 36 tahun 2009 bab 1 pasal 1 yaitu Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat, bisa kita lihat di dalam perkembangan ilmu pengetahuan misalnya,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Pada remaja kemampuan berkembang secara fisik masih sangat baik. Waktu utama untuk pertumbuhan otot yang optimal adalah

Lebih terperinci

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita Skeletal: Struktur jaringan tulang Klasifikasi tulang Tulang tengkorak, rangka dada, tulang belakang, panggul, ekstremitas atas dan bawah Sendi: Klasifikasi berdasarkan gerakan Klasifikasi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Leher 2.1.1 Definisi Nyeri Leher Secara umum nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR SUPRACONDYLAR HUMERI DENGAN K-WIRE DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J 100 090 02

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tugas-tugasnya dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. sendi bahu dan mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. dan tugas-tugasnya dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. sendi bahu dan mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Dengan kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin majunya perkembangan jaman, persaingan dalam segala bidang semakin ketat. Untuk mampu mengikuti persaingan yang semakin ketat dibutuhkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan menggunakan bahan malam atau lilin melalui alat yang

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan menggunakan bahan malam atau lilin melalui alat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan seni. Salah satu karya seni dari masyarakat Indonesia yang diwariskan secara turun-temurun adalah batik. Dalam Balai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas 2.1.1 Definisi Fleksibilitas Fleksibilitas adalah kemampuan otot untuk memanjang/mengulur semaksimal mungkin sehingga tubuh dapat bergerak dengan ROM yang maksimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang statis dan overload dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketenganan

BAB I PENDAHULUAN. yang statis dan overload dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketenganan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja dan bersekolah merupakan beberapa aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kesehariannya. Seperti Bekerja didepan komputer dengan posisi yang statis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.

BAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu keadaan bebas dari penyakit, baik penyakit fisik maupun penyakit mental dan juga bebas dari kecacatan, sehingga keadaan tubuh secara biologis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup sehat adalah harapan setiap individu baik sehat fisik maupun psikis. Namun harapan tersebut kadang bertentangan dengan keadaan di masyarakat, dimana dijumpai

Lebih terperinci

BEDA PENGARUH AUTO STRETCHING DENGAN CONTRACT RELAX AND STRETCHING TERHADAP PENAMBAHAN PANJANG OTOT HAMSTRING

BEDA PENGARUH AUTO STRETCHING DENGAN CONTRACT RELAX AND STRETCHING TERHADAP PENAMBAHAN PANJANG OTOT HAMSTRING BEDA PENGARUH AUTO STRETCHING DENGAN CONTRACT RELAX AND STRETCHING TERHADAP PENAMBAHAN PANJANG OTOT HAMSTRING M. Irfan, Natalia Fisioterapi Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta Fisioterapi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan, kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di era yang serba modern seperti sekarang ini maka mudah sekali untuk mendapatkan semua informasi baik dalam bidang teknologi, bisnis, serta bidang kesehatan. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perubahan akan terjadi pada tubuh sejalan dengan semakin meningkatnya usia manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada semua organ dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, termasuk masyarakat Indonesia. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk, Indonesia memiliki sejumlah permasalahan baik dalam perekonomian,

Lebih terperinci

Latihan Kondisi Fisik (Latihan Kemampuan Dasar) Oleh: dr. Hamidie Ronald,M.Pd, AIFO

Latihan Kondisi Fisik (Latihan Kemampuan Dasar) Oleh: dr. Hamidie Ronald,M.Pd, AIFO Latihan Kondisi Fisik (Latihan Kemampuan Dasar) Oleh: dr. Hamidie Ronald,M.Pd, AIFO Latihan Ergosistema Primer 1. Latihan kerangka ------ flexibilitas 2. Latihan Otot : a. Latihan kekuatan dan daya tahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu tujuan dari bangsa Indonesia yang tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada dewasa ini tingkat partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. digilib.uns.ac.id 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. Selama latihan fisik akan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digunakan untuk beraktivitas. Keluhan nyeri merupakan sensasi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digunakan untuk beraktivitas. Keluhan nyeri merupakan sensasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di era globalisasi saat ini mempengaruhi segala bidang, salah satunya adalah bidang kesehatan. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

PELATIHAN METODE ACTIVE ISOLATED STRETCHING LEBIH EFEKTIF DARIPADA CONTRACT RELAX STRETCHING DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING

PELATIHAN METODE ACTIVE ISOLATED STRETCHING LEBIH EFEKTIF DARIPADA CONTRACT RELAX STRETCHING DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PELATIHAN METODE ACTIVE ISOLATED STRETCHING LEBIH EFEKTIF DARIPADA CONTRACT RELAX STRETCHING DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING Wismanto Fisioterapi Rumah Sakit Advent Bandung Jalan Cihampelas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mmhg jika pemeriksaan menggunakan manometer air raksa, artinya gaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mmhg jika pemeriksaan menggunakan manometer air raksa, artinya gaya yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah sejumlah gaya yang bekerja setiap satuan luas dinding luas pembuluh darah. Tekanan darah biasanya dinyatakan dalam satuan mmhg jika pemeriksaan

Lebih terperinci

Dwi Rosella Komalasari 1, Ali Ahyar Ridha 2

Dwi Rosella Komalasari 1, Ali Ahyar Ridha 2 PENGARUH MUSCLE ENERGY TECHNIQUE ISOMETRIK DAN STATIC STRETCHING TERHADAP FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRINGS PADA SISWA DI SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) ANGKASA SURAKARTA Dwi Rosella Komalasari 1, Ali Ahyar Ridha

Lebih terperinci

Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali 3

Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali 3 PERBEDAAN EFEKTIFITAS INTERVENSI MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DAN INTERVENSI ACTIVE ISOLATED STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA PEMAIN SEPAK BOLA SMAN 1 SEMARAPURA 1 Intan Ayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertebra memiliki struktur anatomi paling kompleks dan memiliki peranan yang sangat penting bagi fungsi dan gerak tubuh. Patologi morfologi seperti HNP, spondyloarthrosis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG WHO menyatakan Health is a state of complete physical, mental and social well being and not merely the absence of deaseas or infirmity. Sehat adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai penyakit, misalnya myalgia. menjadi kaku. Sama halnya yang terjadi pada saat bekerja perlu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai penyakit, misalnya myalgia. menjadi kaku. Sama halnya yang terjadi pada saat bekerja perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekreasi merupakan hal yang dibutuhkan semua orang. Dengan rekreasi dapat menyegarkan kembali pikiran dan fisik seseorang agar terhindar dari stres. Apabila seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia melakukan aktifitasnya tidak pernah lepas dari proses gerak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Masalah Dari sekian banyak anggota tubuh yang dimiliki dalam tubuh manusia, kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan keharmonisan aktivitas seseorang

Lebih terperinci

PENGARUH DURASI STATIC STRETCHING OTOT HAMSTRING TERHADAP PENINGKATAN EKSTENSI SENDI LUTUT PADA LANJUT USIA DI POSYANDU SERANGAN DESA BLULUKAN

PENGARUH DURASI STATIC STRETCHING OTOT HAMSTRING TERHADAP PENINGKATAN EKSTENSI SENDI LUTUT PADA LANJUT USIA DI POSYANDU SERANGAN DESA BLULUKAN PENGARUH DURASI STATIC STRETCHING OTOT HAMSTRING TERHADAP PENINGKATAN EKSTENSI SENDI LUTUT PADA LANJUT USIA DI POSYANDU SERANGAN DESA BLULUKAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. merupakan faktor yang sangat penting dalam melakukan suatu gerakan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. merupakan faktor yang sangat penting dalam melakukan suatu gerakan dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas Otot Hamstring Fleksibilitas otot merupakan kemampuan suatu jaringan otot untuk memanjang semaksimal mungkin sehingga tubuh dapat bergerak dengan lingkup gerak sendi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini sangat berkembang pesat. Dimana sangat membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap gaya

Lebih terperinci