BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sedangkan menurut beberapa ahli lainnya, agility didefinisikan sebagai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sedangkan menurut beberapa ahli lainnya, agility didefinisikan sebagai"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agility Agility didefinisikan sebagai kemampuan manuver dari tubuh, yaitu kemampuan merubah posisi dan arah tubuh atau bagian tubuh dengan cepat. Sedangkan menurut beberapa ahli lainnya, agility didefinisikan sebagai kemampuan untuk merubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dalam keadaan bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan. Faktor heriditer atau genetik merupakan faktor utama pada tingkat agility seseorang. Agility juga tergantung pada kekuatan otot, kecepatan, koordinasi, dan keseimbangan dinamik (Miller, 2010). Agility adalah kemampuan untuk merubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dalam keadaan bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan. Pendapat para ahli bahwa agility adalah kemampuan untuk merubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dalam keadaan bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan. Agility terdiri pada beberapa komponen yaitu kekuatan otot, kecepatan, koordinasi, dan keseimbangan dinamik (Mark,2010). Agility merupakan hal dasar yang dimiliki tubuh baik untuk beraktivitas fungsional, kemampuan dalam berolahraga seperti kemampuan untuk gerak cepat dan berhenti mendadak, perubahan arah dengan cepat, efisien dan penyesuaian gerak kaki pada tubuh atau bagian tubuh pada saat melakukan aktivitas olahraga. Setiap individu dengan agility yang baik memiliki kesempatan lebih baik untuk sukses dalam aktivitas fisik dibandingkan dengan individu dengan agility yang 9

2 10 buruk. Dikatakan demikian karena agility sendiri merupakan aspek dari beberapa kondisi fisik yang harus dimiliki untuk meningkatkan performa dan menghindari individu dari cidera (Jay, 2011) Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Agility Agility merupakan kombinasi dari kecepatan, kekuatan otot, kecepatan reaksi, keseimbangan, fleksibilitas, dan koordinasi neuromuskular. Dengan kata lain faktor faktor yang mempengaruhi agility ialah kecepatan, kekuatan otot, keseimbangan, fleksibilitas, dan koordinasi neuromuscular. 1. Kekuatan otot Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis. Kekuatan otot juga dapat diartikan sebagai kekuatan maksimal otot yang ditunjang oleh cross-sectional otot yang merupakan kemampuan otot menahan beban maksimal pada aksis sendi (Carolyn, 2007). Otot dalam berkontraksi dan menghasilkan tegangan memerlukan suatu tenaga atau kekuatan. Kekuatan mengarah kepada output tenaga dari kontraksi otot dan secara langsung berhubungan dengan jumlah tension yang dihasilkan oleh kontraksi otot, sehingga meningkatnya kekuatan otot berupa level tension, hipertropi, dan rekruitment serabut otot. Karena kekuatan merupakan salah satu komponen dari kecepatan, maka semangkin besar kekuatan dalam melakukan suatu gerakan, semangkin besar pula tenaga eksplosif yang terjadi sehingga akan mampu mingkatkan agility (Carolyn, 2007).

3 11 2. Fleksibilitas Fleksibilitas merupakan kemampuan untuk menggerakan sendi-sendi dalam jangkauan gerakan penuh dan bebas. Keluwesan otot dan kebebasan gerak persendian sering dikaitkan dengan hasil pergerakan yang terkoordinasi dan efisien. Kelenturan diarahkan kepada kebebasan luas gerak sendi atau ROM. Fleksibilitas juga faktor penting yang mempengaruhi agility. Semangkin lentur jaringan otot atau jaringan yang secara bersama-sama bekerja seperti sendi, ligament, dan tendon akan di dapat peningkatan agility (Carolyn, 2007). 3. Kecepatan Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh sesuatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan bukan hanya berarti menggerakan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan adalah keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan pergerakan tinggi. Kecepatan tergantung dari faktor yang mempengaruhinya, yaitu kekuatan, waktu reaksi (reaction time), dan fleksibilitas. (Larry, 2004). 4. Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh ketika ditempatkan di berbagai posisi. Keseimbangan adalah kemampuan

4 12 untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika posisi tegak (Davies, 2004). Selain itu keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal. Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan didukung oleh sistem muskuloskletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien. Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi atau interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jaringan lunak lainnya) yang dimodifikasi atau diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal (Thomas, 2005). A. Komponen Komponen Pengontrol Keseimbangan 1) Sistem Informasi Sensori Sistem informasi sensori meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris. Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau berinteraksi terhadap perubahan pada lingkungan aktivitas sehingga memberi kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Komponen vestibular merupakan

5 13 sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural (Bryant, 2002). 2) Respon Respon Otot Yang Sinergis (Postural Muscles Response Synergies) Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bahwa berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergis sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh. Kerja otot yang sinergis berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakuakan fungsi gerak tertentu (Kevin, 2000). 3) Kekuatan Otot Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (external force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi

6 14 otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semangkin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semangkin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya grvitasi serta beban eksternal lainnya secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh (Kumar, 2004). 4) Kemampuan adaptasi (Adaptive System) Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan. 5) Lingkup Gerak Sendi (Joint Range Of Motion) Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan tinggi (Carolyn, 2007). B. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi keseimbangan adalah: 1) Pusat Gravitasi (Center Of Gravity COG) Pusat gravitasi terdapat pada semua objek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat ditengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh

7 15 selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbangan. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebrae sakrum ke dua. Derajat stabilisasi tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat badan (John, 2008). 2) Garis Gravitasi (Line Of Gravity-LOG) Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh (John, 2008). 3) Bidang Tumpu (Base Of Support-BOS) Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semangkin bessar biddang tumpu, semangkin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semangkin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh mangkin tinggi (John, 2008).

8 16 5. Kecepatan Reaksi Kecepatan reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk memberikan respon kinetik setelah menerima suatu stimulus atau rangsangan. Karena melalui rangsangan (stimulus) reaksi tersebut mendapat sumber dari: pendengaran, pandangan (visual), rabaan maupun gabungan antara pendengaran dan rabaan. Neurofisiologis melibatkan potensiasi perubahan karakteristik kekuatan kecepatan komponen kontraktil otot disebabkan oleh bentangan aksi otot konsentris dengan menggunakan reflex regang. Reflex regang adalah respon paksa tubuh untuk stimulus eksternal yang membentang otot (Nenggala, 2007). 6. Koordinasi Neuromuscular Merupakan kemampuan untuk mengintegrasi indera (visual, auditori, dan proprioceptive untuk mengetahui jarak pada posisi tubuh) dengan fungsi motorik untuk menghasilkan akurasi dan kemampuan bergerak. Selain itu masih terdapat faktor faktor lain yang mempengaruhi agility yaitu: a) Usia : The Shuttle Run 30 feet, menunjukan bahwa anak laki-laki rata-rata mangkin bertambah baik mulai usia 12 tahun, sedang anak wanita tidak lagi bertambah baik setelah usia 13 tahun. b) Jenis Kelamin : Anak pria memperlihatkan kelincahan yang lebih baik dari pada wanita sebelum mereka mencapai usia pubertas. Setelah pubertas perbedaan tersebut lebih mencolok. c) Berat Badan : Berat badan yang berlebihan secara langsung akan mengurangi kelincahan. Dimana berat badan yang berlebihan cenderung mengakibatkan muscle imbalance di bagian trunk.

9 17 d) Kekelahan : Kelelahan dapat mempengaruhi kelincahan, karena orang yang lelah akan menurun kecepatan lari dan koordinasinya Agility Pada Remaja Pada remaja kemampuan berkembang secara fisik masih sangat baik. Waktu utama untuk pertumbuhan otot yang optimal adalah pada akhir masa remaja antara usia tahun dan sepanjang usia 20 tahun. Pada kisaran ini kadar testosteron berada pada puncaknya yang disebut dengan masa pubertas. Pada usia ini remaja sudah memiliki komponen kebugaran yang bersifat keterampilan seperti; koordinasi, kecepatan, ketepatan, daya ledak, dan agility. Komponen yang terdapat dalam agility yang harus dimiliki oleh remaja adalah kekuatan otot, fleksibilitas, kecepatan, keseimbangan, dan koordinasi neuromuskular. Manfaat agility pada remaja pada umumnya memfasilitasi gerakan-gerakan dengan segala kelincahan yang dimilikinya pada usia produktif seorang remaja (Mark, 2010). Pengukuran Agility pada remaja dengan tes right-boomerang run, di kategorikan menjadi 5 tingkatan seperti pada tabel dibawah ini (Tomchuk, 2011). Table 2.1 Nilai Tingkat Agility (dalam detik) menggunakan Right-Boomerang Run Test. Tingkat kinerja Laki-laki Skor (detik) Perempuan Tingkat tinggi Lanjutan menengah Menengah Lanjutan pemula Pemula Sumber : Pratical Measurement

10 Fisiologi Otot Rangka Otot skeletal mempunyai 4 karakter yaitu, eksitabilitas, kontraktilitas, ekstensibilitas, elastisitas. Empat karakter ini membuat otot skeletal dapat merespon stimulus dari impuls saraf, dapat berkontraksi dengan memendekkan ukurannya, dapat terulur dan kembali ke bentuk dan panjang semula setelah memendek atau memanjang. Kontraksi yang terjadi pada otot ini adalah kontraksi yang disadari. Fungsinya adalah sebagai penggerak tubuh, mempertahankan dan memelihara postur, dan memproduksi panas (Guyton, 2006). Gambar Struktur Otot Skeletal Sumber: Hansen John T & Bruce M Koeppen (2002), Netter s Atlas of Human Physiology Otot skeletal melekat pada tulang melalui tendon yang terdiri dari jaringan ikat, jaringan ikat ini juga menyelubungi seluruh otot yang disebut sebagai epimisium. Satu bagian dari otot skeletal terdiri dari banyak fasikulus yang dibungkus oleh jaringan ikat yang bernama perimisium. Fasikulus sendiri terdiri dari banyak serabut otot, atau sel otot yang juga diselubungi oleh jaringan ikat yang disebut endomisium (John, 2002).

11 19 Sel otot disusun oleh banyak myofibril yang terbuat dari molekul protein panjang yang disebut miofilamen. Ada dua jenis miofilamen dalam miofibril, yaitu miofilamen tebal dan miofilamen tipis. Miofilamen tebal berwarna lebih gelap dari miofilamen tipis sehingga otot skeletal disebut juga otot lurik karena dalam pandangan mikroskopik terlihat susunan kedua miofilamen tadi yang berbeda warna dan membentuk pola lurik (John, 2002). Miofilamen tebal dan miofilamen tipis membentuk sebuah subunit yang saling bersambung dalam miofilamen yang disebut sebagai sarkomer, Dalam sebuah sarkomer thin miofilamen terletak di pinggir mengapit miofilamen tebal. Sehingga dalam pandangan mikroskopik tampak daerah pinggir sarkomer lebih terang dengan tengah yang yang berwarna lebih gelap, daerah terang disebut dengan I-band dan daerah gelap disebut dengan A-band. Pada tengah tengah I- band tampak garis gelap yang memisahkan dua sarkomer yang diberi nama Z- Line. Jadi sarkomer merupakan daerah antara dua Z-line (John, 2002). Gambar 2.2 Struktur Myofilamen, Thick and Thin Myofilamen Sumber: Hansen John T & Bruce M Koeppen (2002), Netter s Atlas of Human Physiology Sel otot diselubungi oleh membran yang bernama sarkolemma, yang seperti neuron, memiliki potensial membran. Impuls yang berasal dari neuron akan

12 20 berjalan juga ke sarkolemma yang mengakibatkan sel otot untuk berkontraksi. Sarkolemma mempunyai lubang didalam strukturnya yang disebut tubulus melintang, tubulus melintang masuk ke dalam sel otot keseluruh miofibril tanpa menembusnya dan berfungsi untuk menghantarkan impuls dari sarkolemma kedalam sel terutama pada struktur lain dalam sel yang menyelubungi myofilamen yang disebut sarkopasmik retikulum (Guyton, 2006). Tubulus melintang mempunyai lubang yang berhubungan dengan sarkoplasmik retikulum untuk menghantarkan impuls. Sarkoplasmik retikulum mempunyai fungsi utama sebagai gudang penyimpanan ion kalsium. Antara Sarkoplasmik retikulum dengan sitoplasma sel otot yang disebut sarkoplasma, terjadi mekanisme pemompaan kalsium. Apabila otot dalam kondisi relaks maka ada penumpukan ion kalsium yang sangat tinggi dalam sarkoplasmik retikulum dan sebaliknya konsentrasi ion kalsium dalam sarkoplasma rendah (Guyton, 2006). Ketika impuls dari saraf datang pada membran sarkoplasmik retikulum maka terjadi pembukaan membran yang memungkinkan ion kalsium untuk melewatinya menuju pada sarkoplasma yang akan mempengaruhi miofibril untuk berkontraksi. Miofilamen tebal merupakan komposisi dari sebuah protein yang disebut miosin. Sebuah miosin mempunyai ekor yang mempunyai kepala yang keluar dari filamen, yang nantinya membentuk sebuah cross-bridges dengan molekul aktin dari miofilamen tipis. (Guyton, 2006). Kepala miosin tersebut mempunyai dua tempat tautan yaitu, ATP Binding Site, dan Actin Binding Site. Ketika kepala ini bertemu dengan molekul aktin

13 21 dalam miofilamen maka akan terjadi pergesaran miosin yang mengakibatkan sel otot berkontraksi. Miofilamen tipis sendiri terdiri dari 3 komponen protein, yaitu aktin, tropomiosin dan troponin. Aktin berupa bulatan yang lonjong yang saling bergandengan membentuk dua rantai actin yang panjang dalam miofilamen tipis, tropomiosin seperti benang yang membelit rantai aktin, ujung dari masing-masing tropomiosin adalah molekul troponin. Pada otot yang relaks maka molekul miosin menempel pada benang molekul tropomiosin, ketika ion kalsium mengisi troponin maka akan mengubah bentuk dan posisi troponin, perubahan ini membuat molekul tropomiosin terdorong dan menjadikan kepala miosin bersentuhan dengan molekul aktin. Persentuhan ini akan menjadikan kepala miosin bergeser. Selama pergeseran ini kepala miosin menempel erat pada aktin sehingga mendorong aktin untuk bergerak. Pada akhir gerakan ATP masuk dalam cross bridges dan memecah ikatan antara miosin dan aktin. Kepala miosin akan bergerak kembali kebelakang, pada saat bergerak ke belakang ATP dipecah sebagai ADP + P dan kepala miosin kembali berikatan dengan molekul aktin yang lain, ikatan ini membuat terjadinya lagi gerakan aktin terdorong oleh kepala miosin. Selama ion kalsium mengisi troponin maka proses ini akan terjadi berulang, tampak bahwa miofilamen tebal dan tipis seperti bergeser satu sama lain, pada saat terjadi geseran maka jarak antara dua Z-line dalam sarkomer akan memendek, akibatnya miofibril akan memendek dan seluruh sel otot akan memendek dan otot akan tampak berkontraksi.

14 22 Otot skeletal akan relaks bila tidak ada impuls saraf melalui motor end plates, ketiadaan impuls mengakibatkan tak ada ion kalsium yang masuk ke sitoplasma sel karena pintu untuk kalsium masuk menjadi tertutup, dan kalsium akan kembali mengalir masuk dalam sarkoplasmik retikulum, aliran ini akan menjadikan posisi troponin kembali normal sehingga posisi tropomiosin kembali normal dan memutuskan hubungan antara kepala miosin dengan aktin. Ketika kepala miosin tak lagi berhubungan dengan aktin maka tak ada pergeseran molekul yang terjadi dan otot kembali relaks. Pada kejadian lain, ketika kontraksi otot berlangsung dalam waktu yang lama, maka terjadi penurunan jumlah ATP yang dibutuhkan untuk menggeser molekul-molekul tadi bergeser. Walaupun kepala miosin masih menempel pada aktin, karena konsentrasi ion kalsium masih cukup untuk menggerakkan troponin, namun tak ada pergeseran yang terjadi karena ketiadaan energi untuk menggerakkan. Kejadian ini disebut muscle fatigue. Pada kondisi relaks pada otot tetap terjadi tegangan pada sel otot yang menjaga postur tubuh. Ini merupakan sebuah bentuk refleks pusat yang mengatur agar ketegangan otot memadai berdasarkan impuls dari saraf propioseptor otot tanpa menimbulkan gerakan. Kontraksi otot skeletal berawal dari impuls elektrik yang berasal dari saraf motorik. Komunikasi antara sistem saraf dengan otot menggunakan sebuah ikatan yang disebut neuromuscular junction. Hubungan antar dua sel ini seperti hubungan sinapsis antara dua neuron. Ketika impulse masuk ke ujung saraf (end plate), neurotransmitter (asetilkoline) dilepaskan ke neuromuscular junction dan

15 23 masuk ke dalam membran sel otot (sarkolemma) yang akan meningkatkan permeabilitas membran terhadap natrium (Na + ), natrium akan menyebar melalui tubulus melintang ke arah sarkoplasmik retikulum dan menyebabkan potensial membran menjadi negatif dan memungkinkan kalcium untuk masuk dari sarkoplasmik retikulum ke dalam sarkoplasma yang akan menjadikan sel otot untuk berkontraksi (Guyton, 2006). Gambar 2.3 Neuromuscular junction Sumber: Hansen John T & Bruce M Koeppen (2002), Netter s Atlas of Human Physiology Ada dua tipe kontraksi otot skeletal, yaitu isotonik dan isometrik. Kontraksi Isotonik terdiri dari dua macam jenis kontraksi yang disebut konsentrik dan eksentrik. Kontraksi konsentrik terjadi bila kontraksi membuat otot memendek dan dapat menggerakkan sendi. Kontraksi eksentrik lebih berupa kontraksi otot pada saat memanjang untuk menahan beban. Kontraksi isometrik adalah kontraksi otot tanpa disertai perubahan panjang otot (Guyton, 2006). Kontraksi otot skeletal dapat menghasilkan kekuatan yang bervariasi, variasi ini tergantung dari berapa banyak motor unit yang teraktivasi. Motor unit adalah kombinasi antara motor neuron dan sel otot yang disarafinya. Di dalam struktur

16 24 otot skeletal ada banyak sekali motor unit. Semakin banyak jumlah motor unit yang terstimulsi akan semakin menguatkan kontraksi otot (Guyton, 2006). 2.3 Anatomi dan Biomekanik Anatomi dan Biomekanik Sendi Lutut Secara anatomi sendi lutut adalah sendi terbesar pada tubuh manusia. Sendi ini termasuk jenis synovial hinge joint dengan gerakan yang terjadi fleksi dan ekstensi. Fungsi dari sendi lutut itu sendiri adalah mempertahankan tegaknya tubuh, stabilisasi serta meredam tekanan. Karena struktur dan fungsinya yang kompleks, maka sendi lutut memiliki susunan anatomi dan biomekanik yang berbeda, sesuai dengan struktur pembentuknya. Fungsi utama dari knee joint adalah membentuk sikap tubuh, gerak weight transfer, melompat, mendorong, menarik. A. Struktur Tulang Sendi lutut dibentuk oleh tiga tulang yaitu tulang femur, tibia, dan patella. 1) Tulang femur: tulang femur merupakan tulang terpanjang dan terbesar dalam tubuh manusia yang bertugas meneruskan berat tubuh dari tulang coxae ke tibia sewaktu kita berdiri. Bagian proksimal dari tulang ini terdiri dari caput femoris yang bersendi dengan acetabullum, collum femoris dan dua trochanter major. Ujung distal tulang femur berakhir menjadi dua condylus yaitu epicondylus medialis dan epicondylus lateralis yang bersendi dengan tibia.

17 25 2) Tulang tibia: tulang tibia merupakan tulang kuat satu-satunya yang menghubungkan antara femur dengan pergelangan kaki dan tulang kaki, serta merupakan tulang penyangga beban. Bagian proksimal tulang ini bersendi dengan condylus femur dan bagian distal memanjang ke medialis membentuk malleolus medialis yang bersendi dengan talus. 3) Tulang patella: patella merupakan tulang sesamoid terbesar pada tubuh manusia. Tulang ini berbentuk segitiga yang basisnya menghadapi ke proximal dan apex/puncaknya menghadap ke distal. Tulang ini mempunyai dua permukaan, yang pertama menghadap ke sendi (facies articularis) dengan femur dan yang kedua menghadap ke depan (facies anterior). Facies anterior dapat dibagi menjadi tiga bagian dan bergabung dengan tendon quadriceps. Pada sepertiga atas merupakan tempat perlekatan tendon quadriceps, pada sepertiga tengah merupakan tempat beradanya saluran vascular dan pada sepertiga bawah termasuk apex merupakan tempat awal ligamentum patella. gambar 2.4 knee

18 26 B. Articulatio Knee Joint Sendi lutut atau knee joint dibentuk oleh tiga persendiaan, yaitu : tibiofemoral joint, patellofemoral joint, dan proksimal tibiofibular joint yang ditutupi oleh kapsul sendi. 1) Tibiofemoral joint merupakan sendi dengan jenis synovial hinge joint yang mempunyai 2 derajat kebebasan gerak, dibentuk oleh condylus femoris dan mempunyai permukaan tidak rata yang dilapisi oleh tulang rawan yang tebal dan meniscus. 2) Patellofemoral joint merupakan sendi dengan jenis modified plane joint dan terletak diantara tulang femur dan patella. Sendi ini berfungsi membantu mekanisme kerja dan mengurangi friction quadriceps. C. Jaringan spesifik pada sendi lutut 1) Ligamen Fungsi stabilisasi pasif sendi lutut dilakukan oleh ligamen. Ligamenligamen yang terdapat pada lutut adalah : a. Ligamen cruciatum anterior membentang dari bagian anterior fossa intercondyloid tibia melekat pada bagian lateral condylus femur yang berfungsi untuk mencegah gerakan slide tibia ke anterior terhadap femur, mencegah hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling dan gliding sendi lutut. b. Ligamen cruciatum posterior merupakan ligamen berbentuk kipas membentang dari bagian posterior tibia ke bagian depan atas dari fossa intercondyloid tibia melekat pada bagian luar depan condylus

19 27 medialis femur. Ligamen ini berfungsi mengontrol gerakan slide tibia kebelakang terhadap femur, mencegah hiperekstensi lutut dan memelihara stabilitas sendi lutut. c. Ligamen collateral medial merupakan ligamen yang lebar, datar dan membranosus bandnya terletak pada sisi tengah sendi lutut. Ligamen ini terletak diposterior permukaan medial sendi tibiofemoral. Ligamen collateral medial menegang pada gerakan penuh ROM ekstensi lutut. Ligamen ini berfungsi mejaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah luar. d. Ligamen collateral lateral merupakan ligamen kuat dan melekat di atas ke belakang epicondylus femur dan dibawah permukaan luar caput fibula. Ligamen ini berfungsi mengawasi gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah medial. Dalam gerak fleksi lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut. e. Ligamen patellaris merupakan ligamen kuat dan datar yang melekat pada lower margin patella dengan tuberositas tibia dan melewati bagian depan atas patella dan serabut superficial yang berlanjut pada pusat serabut pada tendon quadriceps femoris. f. Ligamen popliteal oblique menutupi bagian belakang sendi dan melekat di atas upper margin fossa intercondyloid dan permukaan belakang femur dan dibawah margin posterior caput tibia. Bagian tengah terpadu dengan otot gastrocnemius. Ligamen ini berfungsi mencegah hiperekstensi lutut.

20 28 g. Ligamen transversal merupakan ligamen yang pendek dan tipis dan berhubungan dengan margin convex depan meniscus lateral dan ujung depan meniscus medial. Selain itu terdapat tractus illiotibial yang berfungsi seperti ligamen yang menghubungkan crista iliaca dengan condylus latelar femur dan tuberculum lateral tibia. Pada sendi lutut tractus illiotibial berfungsi untuk stabilisasi ligamen antara condylus lateral femur dengan tibia. Gambar 2. 5 Ligamen Of Knee Joint 2) Meniscus Meniscus merupakan struktur yang mengelilingi fibrocartilage pada permukaan articularis caput tibia. Pada bagian perifer meniscus relatif lebih tebal dan pada bagian dalam sedikit tipis. Meniscus terdiri dari jaringan penyambung dengan bahan-bahan serabut collagen yang juga mengandung sel-sel seperti tulang rawan. Meniscus dibagi menjadi dua bagian yaitu meniscus medial dan meniscus lateral. Meniscus lateral berbentuk seperti huruf O yang berada lebih dekat dengan facetsarticularis, pusat sendi dan terkait

21 29 dengan eminenceintercondyloid. Meniscus medial berbentuk seperti huruf C, yang letaknya lebih luas ke belakang dan terkait pada fossaintercondyloid. Fungsi meniscus adalah membantu mengurangi tekanan femur di atas tibia, menambah elastisitas sendi, menyebar tekanan pada cartilago sehingga menurunkan tekanan antara dua condylus, mengurangi friction selama gerakan serta membantu ligamen dan capsul sendi dalam mencegah hiperekstensi sendi. D. Otot- Otot Knee Joint Otot-otot lutut dibsgi dalam dua group otot yaitu group otot ektensor dan group otot fleksor. 1. Group otot ekstensor yaitu M.Quadriceps: a) M. Rectus Femoris Origo: ada dua tendon satu melekat di SIAS, satu lagi melekat dicekungan diatas acetabulum. Insersio: permukanaan patella sampai ke tuberositas tibie. Inervasi: N.Femoralis (L2) b) M.Vastus Medialis Origo : Interochanter line, line aspira, medial supracondilair line femur. Insertio: melekat ditepi lateral patella dan melewati ligamentum patella sampai ankle tuberositas tibia. Inervasi: N. femoralis (L2-L4)

22 30 c) M.Vastus Intermedius Origo: permukaan anterior dan lateral 2/3 atas femur. Insersio: Permukaan lateral dan melalui ligamentum patella sampai tuberositas tibie. Inervasi: N femoralis (L2-L4) d) M. Vastus Lateralis Origo: Trochanter major femur, introchanter line, line aspira, tuberositas gluteal. Insersio: melekat ditepi lateral patella dan melewati ligamentum patella sampai ankle tuberositas tibia Inervasi: N. Femoralis (L2-L4) 2. Group Otot Fleksor yaitu M. Hamstring terdiri dari: a) Biceps Femoris Origo; long head: tuberositas ichial Short head: lateral lip linea aspira femur dan lateral intermuskular femur. Insersio: melekat disisi lateral caput fibula dan dengan melalui serabut kecil melekat di condilus lateral tibie. Inervasi: cabang tibialis N. Ischiadicus (L5,S1,S2) b) M. Senitendineus Origo: melekat dicekungan medial distal tuber ichiadikum Insersio: pada bagian proksimal facies medialis facia cruris profunda dan terletak disebelah tendo m.sartorius.

23 31 Inervasi: cabang tibialis N. Ischiadikus (l5,s1,s2) c) M. semimembranosus Origo: dibagian proksimal dan permukaan luar tuberositas ischiadikum Insersio: Kondilus medialis tibie Inervasi: cabang tibial N. Ischiadikus (L5,S1,S2) 3. Kelompok Otot Pes Anserinus a) M. Sartorius: berasal dari spina illiaca anterior dan berjalan miring melewati paha dalam facianya menuju ke pes anserinus superficial dan diletakan pada fascia cruralis dan medialis terhadap tuberositas tibia. M Sartorius bekerja pada dua sendi, sebagai fleksor pada sendi lutut dan bila lutut fleksi, bersama-sama dengan otot lain pes anserinus berfungsi sebagai rotator medialis tungkai bawah. Selain itu juga sebagai fleksor pada sendi panggul. Berdasarkan jalannya otot tersebut juga berfungsi sebagai rotator lateralis pada sendi panggul. M. Sartorius dipersarafi oleh N. femoralis (L2-L3) b) M. Gracillis: Hanya kelompok otot-otot adductor bekerja pada dua sendi, otot ini membentang sampai sejauh fascies medialis tibia yang berinsersio bersama dengan m.semitendinosus dan m,sartorius sebagai pes anserinus superficialis otot ini terletak paling medialis langsung dibawah permukaan dan bila paha adduksi tampak jelas gambaran lengkungannya dibawah kulit. Bila lutut dilakukan ekstensi m.gracillis bekerja sebagai adductor paha

24 32 dan fleksor sendi panggul begitu juga dapat melakukan fleksi sendi lutut. Pada daerah pes anserinus di antara tiga tendo insertion otot tersebut dan tibia selalu terdapat bursa yaitu bursa anserina. M. gracillis dipersarafi oleh N.Obturatorius r.anterior (L2-L4) c) M. semitendinous: berasal dari tuber ischiadicum dan berjalan ke fascies medialis tibia bersama-sama dengan m.gracilis dan m.sartorius untuk bergabung dengan pes anserinus supereficialis. Disini juga terdapat bursa anserine diantara permukaan tibia dan terdapat perlekatan paada pes anserinus. Otot ini bekerja pada dua sendi, ekstensi pada sendi panggul dan fleksi pada sendi lutut dari rotasi medialis tungkai bawah. d) M. tensor fascia latae: berasal dari daerah spina illiaca anterior superior dan membentang kedistal sampai trochanter major terus ke tractus illiotibialis, berinsertio pada condylus lateralis tibia. Otot menekan caput femoralis ke acetabulum. Otot ini juga sebagai fleksor, rotator medialis dan abductor, serta membantu berkasberkas anterior m.gluteus medius dan m.gluteus minimus. M.tensor fascia latae dipersarafi oleh N.Gluteus Superior (L4-L5) e) M. gstrocnemius: Berasal dari bagian proksimal condylus medialis femoris dengan caput medial dan caput lateral disebelah proksimal condylus lateralis femoris. Beberapa serabut dari caput medial dan caput lateral juga berasal dari capsula articularis sendi lutut. Kedua caput tersebut berjalan kedistal, membentuk batas inferior fossa poplitea dan bergabung dengan tendo m.soleus. otot-otot tersebut

25 33 berinsertio pada calcanei. Pada saat lutut fleksi m. gastrocnemius memendek. Oleh karena itu m.gastrocnemius sangat penting pada proses berjalan yang tidak hanya berperan mengangkat tumit juga pada fleksi lutut. E. Osteokinematik dan Artrokinematik lutut 1) Ostekinematik Osteokinematik adalah gerak sendi yang dilihat dari gerak tulang saja. Pada osteokinematik gerakan yang terjadi berupa gerak rotasi ayun, rotasi putar, dan rotasi spin. Sendi tibiofemoral merupakan sendi synovuial hinge (sendi engsel) dengan dua derajat kebebasan gerak rotasi ayun dan spin sebagai gerak fisiologis. Fleksi-ekstensi terjadi pada bidang sagital di sekitar axis medio-lateral dengan gerak rotasi ayun. Eksternal rotasiinternal rotasi terjadi pada bidang ternasversal di sekitar axis vertical (longitudinal) dengan gerak rotasi spin pada posisi kaki menekuk. Ketidaksesuaian sendi tibiofemoral dikombinasikan dengan aktifitas otot dan penguluran ligament akan menghasilkan gerakan rotasi secara otomatis. Gerak rotasi yang terjadi secara otomatis. Gerak rotasi yang terjadi secara otomatis ini terdapat secara primer pada gerak ektensi penuh sebagai gerak perhentian dari kondilus lateral yang lebih panjang. Pada ekstensi terakhir terjadi rotasi eksternal tibia yang dikenal closed rotation phenomen. Disamping itu juga terjadi gerak valgus. ROM pasif gerak fleksi umumnya sekitar Hiperekstensi berkisar 5-10 dalam bats normalnya. Gerak rotasi yang terbesar terjadi pada posis lutut

26 34 fleksi 90, dimana lateral rotasinya sebesar 45 dan medial rotasi sebesar 15. 2) Artrokinematik Arthokinematik adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi. Pada arthokinematik gerakan yang terjadi berupa gerak roll dan slide. Dari kedua gerak tersebut dapat diuraikan lagi menjadi gerak traksi-kompresi, translasi, dan spin. Asimetri dari sendi tibiofemoral dan kenyataan bahwa permukaan sendi pada femur lebih dari pada tibia (saat kondisi weigh bearing). Condylus femoral harus melakukan gerakan rolling kea rah posterior dan sliding kea rah anterior. Pada gerak ekstensi, condylus femoralis rolling kea rah anterior dan sliding kea rah posterior. Pada akhir gerak ekstensi, gerakan dihentikan pada condylus femoralislateral, tapi sliding pada condylus medial tetap berlanjut untuk menghasilkan penguncian sendi. Pada gerak aktif non weight bearing permukaan sendi p[ada tibia concave melakukan gerak slide pada condylus femoral yang conceks dengan arah gerakan searah sumbu tulang tibia. Condylus tibia melakukan gerak slide kea rah posterior pada condylus femoral saat fleksi. Selama ekstensi dari gerak full fleksi condylus tibia bergerak kea rah anterior pada condylus femoral. Patella bergeser ke arah superior saat ekstensi, dan bergeser ke inferior saat fleksi. Beberapa gerak rotasi patella dan tilting yang terjadi berhubungan dengan gerak sliding saat fleksi dan ekstensi.

27 35 Artrokinematik adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi. Pada artrokinematik gerakan yang terjadi berupa gerak roll and slide. Dari kedua gerak tersebut dapat diuraikan lagi menjadi gerak traksi kompresi, translasi, dan spin. Incongruence dari sendi tibiofemoral dan kenyataan bahwa permukaan sendi pada femur lebih besar daripada tibia (saat kondisi weight bearing). Condylus femoral harus melakukan gerak rolling dan sliding untuk tetap berada diatas tibia. Pada gerak fleksi dengan weight bearing, condylus femoris rolling ke arah posterior dan sliding ke arah anterior. Pada gerak ekstensi condylus femoralis rolling ke arah anterior dan sliding ke arah posterior, gerakan dihentikan condylus femoralis lateral, tapi sliding pada condylus medial tetap berlanjut untuk menghasilkan penguncian sendi. Pada gerakan aktif non weight bearing, permukaan sendi pada tibia yang concave melakukan gerak slide pada condylus femoral yang conveks dengan arah gerakan searah sumbu tulang tibia. Condylus tibia melakukan gerak slide ke arah posterior pada condylus femoral saat fleksi. Selama ekstensi dari gerak full fleksi condylus tibia bergerak ke arah anterior pada condylus femoral. Patella bergeser ke arah superior saat ekstensi, dan bergeser ke inferior saat fleksi. Beberapa gerak rotasi patella dan tilting yang terjadi berhubungan dengan gerak sliding saat fleksi dan ekstensi Anatomi Dan Biomekanik Ankle And Foot Joint Regio ankle and foot joint merupakan struktur yang komplek dan yang paling dinamis pada tubuh manusia. Ankle and foot joint bergerak

28 36 bersama-sama dengan anggota tubuh lainnya selama berdiri dan berjalan. Talus merupakan mekanisme kunci pada puncak kaki, terdiri dari bagian corpus, colum dan caput. Bagian superior dan pinggir corpus berfungsi menyokong dan berartikulasi dengan tibia dan fibula. A. Osteologi Ankle and foot dibentuk oleh ujung distal sebagai garpu bersendi langsung dengan: 1) Os tallus (sendi paling atas) 2) Os calcaneus 3) Os Navicularis 4) Os Cuboideus 5) Os cuneiforme lateral, middle, dan medial 6) Ossa metatarsal (5 buah) 7) Ossa Phalageal (14 buah) Dua arcus pada pergelangan kaki yaitu arcus longitudinal dan arcus transversal: 1) Arcus longitudinal: merupakan kontinum dari calcaneus dan caput metatarsal. 2) Arcus transversal: bagian proksimal dibatasi os cuboideum, lateral cuneiforme lebih cekung dan pada bagian distal oleh caput metatarsalia yang lebih datar.

29 37 B. Otot Pada Ankle Joint 1) M. gastrocnemius Berasal dari bagian proksimal condylus medialis femoris dengan caput medial dan dengan caput lateral disebelah proksimal condylus lateralis femoris. Beberapa serabut dari caput medial dan caput lateral juga berasal dari capsula articularis sendi lutut. Kedua caput tersebut berjalan ke distalis, membentuk batas inferior fossa poplitea dan bergabung dengan tendo m.soleus, otot-otot tersebut berinsertio pada tuber calcanei. Fungsinya untuk plantar fleksi pedis, fleksi cruris serta cendrung untuk supinasi pedis. 2) M. soleus Berasal dari caput fibula dan sepertiga atas facies dorsalis fibula, dari linea musculi solei pada tibia dan dari arcus tendineus antara caput fibula dan tibia yaitu arcus tendineus musculi solei terletak di distalis m.popliteus. ujung tendo besar otot bersatu dengan ujung tendo m.gastrocnemius dan berinsertio pada tubercalcanei sebagai tendo calcaneus (achilles tendon). Fungsinya untuk plantar fleksi pedis. 3) M. tibialis anterior Berasal dari daerah yang lebar yaitu facies lateralis tibia, membrane interossea dan fascia cruris. Otot ini mempunyai venter tiga sisi yang berakhir pada tendo yang berjalan dibawah retinaculum musculorum extensorum superior dan retinaculum musculorum extensorum inferior dan dibungkus oleh selubung synovial. Otot ini berinsertio pada facies plantaris os cuneiforme medial dan os metatarsal pertama. Otot ini di

30 38 innervasi oleh n. peroneus (fibularis) profundus L4-L5. Fungsinya untuk dorsal fleksi dan supinasi (adduksi dan inverse) pedis. 4) M. tibialis posterior Berasal dari membrane interossea dan permukaan tibia yang berhubungan dengan fibula. Tendo turun ke bawah pada sulcus malleolus di belakang malleolus medial dalam selubung synovial di antara sustenaculum tali dan tuberositas ossis navicularis dan sampai ke telapak kaki. Otot ini dibagi atas dua bagian. Yang tebal adalah pars medial melekat pada tuberositas ossis navicularis, sedangkan bagian lateral merupakan bagian lemah, berinsertio pada ketiga tulang cuneiforme. Insertio otot ini dapat memanjang sampai ke basis ossa metatarsalia II, III, dan IV. Otot ini di innervasi oleh N. tibialis (L4- L5). Fungsinya untuk supinasi (adduksi dan inverse) dan plantar fleksi pedis. 5) M. peroneus longus Berasal dari capsula articularis sendi tibiofibularis, caput fibula dan bagian proksimal fibula. Otot ini berakhir berupa tendo panjang yang berjalan dibelakang malleolus lateralis melewati alur dibelakang malleolus fibularis di dalam selubung synovial bersama dengan tendo m.peroneus brevis, berjalan dibawah retinaculum musculorum perineum superius. Tendo m.peroneus longus membentang ke distal trochlea peroneal calcanei dalam suatu lekukan selubung synovial bersama yang difikasai oleh retinaculum perineum inferius, menyilang facies plantaris ke tuberositas ossis metatarsalis primi dan os

31 39 cuneiforme medial. Tendo ini mencapai tempat insertion dengan jalan melalui sulcus tendinitis musculi peronei longi ossis cuboidei di dalam saluran fibrosa yang berjalan dari sisi lateralis di belakang tuberositas ossis metatarsalis quinti miring kea rah pinggir medialis kaki. Di dalam saluran ini pada telapak kaki selubung synovial lain menutupi tendo. Oleh karena cara jalan tendo tersebut hingga fungsinya mirip dengan tali haluan (kummer) dan menyangga arcus transversalis pedis. Tendo ini menekan pinggir medialis kaki dan bersama-sama dengan m.peroneus brevis, merupakan pronator yang paling kuat. Otot ini di innervasi oleh N.peroneus (fibularis) superficialis (L5-S1). Fungsi untuk pronasi (abduksi dan eversi) dan plantar fleksi pedis. 6) M. peroneus brevis Berasal dari facies lateralis fibula. Tendo otot ini bersama-sama dengan tendo m. peroneus longus berjalan dalam selubung synovial yang sama pada sulcul tendinis musculi peronei longi, dibawah retinaculum musculorum superius. Pada facies lateralis calcanei, tendo otot ini terfiksasi bagian proksimalisnya yaitu di atas trochlea peronealis calcanei oleh retinaculum musculorum perineum inferius di mana terdapat evaganasi selubung synovial bersama yang membungkus tendon. Tendon ini melekat pada tuberositas ossis metatarlis quinti. Otot ini bekerja seperti m.peroneus longus. Otot ini innervasi oleh N.Peroneus (fibularis) superficialis L5-S1. Fungsinya untuk pronasi (abduksi dan eversi) dan plantar fleksi pedis.

32 40 C. Tendon Pada daerah dorsum pedis selubung synovial terdapat tendom musculus tibialis anterior, ekstensor hallucis longus dan ekstensor digitorum lobgus. Tendon-tendon dan selubung tendon pada daerah ini terkait pada tempatnya oleh retinaculum musculorum ekstensor inferior. Pada sisi lateral os tarsal di daerah trochlea peroneal os calcaneus terdapat selubung tendon peroneal bersama untuk musculi peronei. Tendon musculus peroneus longus meninggalkan selubung tendon synovial dan melanjutkan diri menyilang di daerah plantaris di dalam selubungnya sendiri. Selubung tendon bersama untuk musculi peronei tefiksasi pada tempatnya oleh retinaculum musculus peroneus superior dan retinaculum musculus peroneus inferior. Tendontendon otot-otot fleksor terletak pada sisi medial di belakang malleolus medial. Selubung-selubung tendonnya berjalan di bawah retinaculum musculus fleksor pedis (ligamentum lacinatum) yang terdiri dari lapisan superficial, memperkuat fascia cruris dan lapiasan profunda. Dibawah lapisan ini lewat tiga tendon masing-masing terbungkus oleh selubung sinovialnya sendiri diantaranya musculus tibialis posterior, fleksor digitorum longus dan fleksor hallucis longus. Pada bagian plantaris terdapat lima selubung tendon sesuai dengan jari masing-masing. Selubung ini tidak berhubungan satu dengan yang lain dan diperkuat oleh selunbung fibrosa yang masing-masing terdiri dari berkasberkas seranut sirkular dan terletak pada daerah sendi. Pars cruciform diantara sendi-sendi dan persilangan kumpulan serabut-serabut jaringan penyambung. Pada bagian rongga tengah facies plantaris tidak ditemui selubung tendon.

33 41 D. Ligament Ligament pada ankle joint dapat dibagi dalam beberapa bagian yaitu ligament talonaviculare, ligament talocalcaneum lateral, ligament talocalcaneum medial dan ligament talocalcaneum posterior, ligament tarsi dorsal termasuk ligament bifurcatum dengan serabut ligament calcaneonavicular dancalcaneocuboid, ligament intercuneiform dorsal, ligament cuboidonaviculare dorsal, ligament cuneonavicular dorsal dan ligament calcaneocuboid dorsal. Ligament tarsi plantaria menghubungkan masing-masing ossa tarsi pada permukaan plantaris. Ligament tersebut meliputi ligament plantar longum yang berjalan dari tuberositas calcanei ke cuboid dan ossi metatarsal. Ligament calcaneinavicular plantar atau spring ligament sangat penting untuk stabilisai kaki. Pars medial ligament plantar longum, ligament calcanecuboideum plantar merupakan bagian yang sangat penting. Selain itu juga terdapat ligament cuneonavicular plantar, ligament cuboideonavicular plantar, ligament intercuneiform plantar, ligament cuneocuboid plantar dan ligamenta interossea yaitu ligament intercuneiform interossea. Pada ligament antara tarsal dan metatarsal terdapat ligament tarsometatarso dorsal, ligament tarsometatarso plantar dan ligament cuneometatarso dorsal, ligament tarsometatarso plantar dan ligament cuneometatarsal interossea. Diantara ossa metatarsalia terdapat ligament metatarsal interossea dorsal dan plantar yang terletak pada basis metatarsal.

34 42 E. Arthrokinematik dan Osteokinematik 1) Talocrurale joint (Ankle Joint) Sendi ini dibentuk oleh cruris (tibia dan fibula) dan os. Talus, permukaan sendi talus yang berbentuk silinder, yang juga disebut gulungan talus. Ankle fork terdiri dari ujung-ujung distal tibia dan fibula, yang dijaga sehingga tetap bersatu oleh dua ligamentum yang kuat, yaitu ligamentum tibiafibulare anterior dan posterior. Talocrurale joint secara fungsional dapat dianggap sebagai hinge joint. Gerakan-gerakan yang memungkinkan adalah fleksi dorsal dan fleksi plantar. Tiga ligamentum yang kuat yang secara bersamaan membentuk huruf T berjalan dari malleolus lateralis adalah ligamentum talo fibulare. Demikian pula terdapat ligamentum pada sisi medial yang berjalan dari malleolus medialis adalah ligamentum tibiotalar anterior, posterior, ligamentum tibiocalcaneale dan ligamentum tibionaviculare yang membentuk satu kesatuan yangdisebut ligamentum deltoideum. Bila kaki dalam posisi sudut 90 (posisi netral), maka besar fleksi plantar kira-kira 90. Kira-kira separuh dari fleksi plantar (45 ) terjadi di dalam talocrurale joint, fleksi dorsal sebesar 20. Gerakan fleksi plantar ditahan oleh ligamentum ligamentum yang berjalan dari malleoli bagian depan ke punggung kaki, yaitu ligamentum talo fibulare anterior, ligamentum tibiotalar anterior dan ligamentum posterior tetapi terutama oleh tendon Achilles. Osteokinematik berupa gerak plantar fleksi dengan lingkup gerak sendi antara dengan hard end feel, sedamhkan gerak dorsal fleksi ROM

35 43 antara dengan elastic end feel. Gerakan plantar fleksi ditahan oleh ligamentum-ligamentum yang berjalan dari malleolus bagian depan kepunggung kaki, yaitu ligamentum tallofibular anterior, ligamentum tibiotalar anterior dan ligamentum posterior. Arthrokinematik gerakan traksi terhadap talus ke arah distal, dan tranlasi untuk gerakan dorsal flexion kea rah posterior dan untuk plantar flexion kea rah anterior. 2) Talocalcanel Joint (Sub Talar Joint) Talocalcanel joint merupakan sendi yang terletak antara talus dan calcaneus. Gerakan yang terjadi adalah gerak varus dan gerak valgus. Semangkin besar posisi kaki dalam fleksi plantar, semangkin besar kemiringan varusnya. Osteokinematik gerakan yang terjadi abduksi (Valgus) dan adduksi dengan ROM keduanya hard end feel. Arthrokinematik gerakan traction calcaneus kea rah distal terhadap os talus. 3) Intertarsal joint Intertarsal joint merupakan non axial joint yang bersendi antara tulang tarsal dan hanya menghasilkan gerakan slide. Intertarsal joint atas 5 sendi yaitu: a) Talocalcaneo navicular joint: memiliki cekungan permukaan sendi yang kompleks, termasuk jenis plane joint. Diperkuat oleh ligament plantar calcaneonavicular b) Calcaneocuboid joint: merupakan plan joint(sendi datar). Bersama talonavicular membentuk tranvers tarsal joint. Diperkuat oleh

36 44 ligament spring, ligament dorsa navicular, ligament bifurcatum, ligament calcaneocuboid, ligament plantar calcaneocuboid c) Caneo navicular joint: navicular bersendi dengan cuniforme I,II,III yang berbentuk cancave. Cuniforme bagian plantar berukuran lebih kecil sehingga bersama cuboid membentuk arcus transverse. Gerak utama plantar dan dorsal fleksi. Saat plantar fleksi terjadi gerak luncur cuneiform eke plantar. d) Cuboideonavicular joint: cuniforme III dan merupakan sendi utamanya, berupa plane joint. Gerak yang terjadi adalah inverse dan eversi. Saat inverse cuboid translasi ke plantar medial terhadap cuneiforme III. e) Intercuneiform joint: bersama navicular membentuk arcus transverse, saat gerakan pronasi-supinasi atau inverse-eversi terjadi pengurangan dan penambahan pada arcus. Arthrokinematiknya berupa translasi antar tulang tarsal. 4) Tarso Metatarsal joint Cuneiforms I II III bersendi dengan metatarsal I II III, cuboid bersendi dengan metatarsal IV V. Metatarsal II ke proximal sehingga bersendi juga dengan cuneiforme I & III, sehingga sendi ini paling stabil dan geraknya sangat kecil. Gerakan pada sendi ini plantar dan dorsal fleksi. Osteokinematik pada plantar flexion terjadi peningkatan arcus. MT I gerak roll slide ke plantar lateral MT III IV V roll slide ke ventromedial. Arthrokonematic traksi gerak MT ke distal (translasi searah).

37 45 5) Metatarsophalangeal joint Distal metatarsal convex dan basis phalageal concave membentuk sendi ovoid-hinge. Dengan gerakan flexion-extension dan abductionadduction. MLPP = Extension 11, CPP= Full Extension. Gerak translation searah gerak angular, traction selalu kearah distal searah axis longitudinal phalang dan dengan elastic endfeel. 6) Proksimal dan distal interphalangeal joint Caput proximal phalang convex dan basis distal phalangeal concave membentuk sendi hinge. Gerak fleksi-extension. MLPP = Flexion 10, CPP = Full Extension. Gerak translation searah gerak angular, traction selalu searah axis longitudinal phalang. 2.4 Lari (Running) Sebelum membahas tentang analisa gerak pada saat berlari, akan membahas tentang analisa pada gerak berjalan dahulu, karena lari merupakan gerakan yang hamper sama dengan berjalan. Pada gerakan berjalan ada beberapa tahap yang harus dilalui, yang disebut dalam satu siklus. Dalam satu siklus berjalan terdiri dari fase melayang (swing phase) yang terdiri dari akselerasi, mid swing dan deselerasi dan fase menapak (support phase yang terdiri dari heel strike, mid stance,dan toe off) (David, 2002). Satu siklus adalah dari heel strike kaki kanan sampai hell strike kaki kiri. Jadi siklus dibentuk oleh dua langkah. Pada aktivitas berjalan, fase menapak adalah 60% dan fase melayang adalah 40%.

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR Prof. DR. dr. Hj. Yanwirasti, PA BAGIAN ANATOMI Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dibentuk oleh : - sacrum - coccygis - kedua os.coxae Fungsi : Panggul (pelvis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan pada manusia ada empat fase, yaitu fase anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Remaja adalah fase yang sangat penting yang menjadi kunci pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI SENDI PERGELANGAN KAKI A.1. Persendian pada Pergelangan Kaki Pergelangan kaki terbentuk dari 3 persendian yaitu articulatio talocruralis, articulatio subtalaris dan articulatio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kemajuan dibidang teknologi dan komunikasi menyebabkan perubahan gaya hidup manusia, dampak besar yang terjadi terlihat jelas pada status kesehatan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin majunya perkembangan jaman, persaingan dalam segala bidang semakin ketat. Untuk mampu mengikuti persaingan yang semakin ketat dibutuhkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan MORFOLOGI Organisasi Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan neuron yang merupakan unit penyusun sistem saraf.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut

Lebih terperinci

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot OTOT DAN SKELET Tujuan. Mengidentifikasi struktur otot. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi. Mengetahui macam-macam otot berdasarkan lokasi 4. Mengetahui macam-macam kerja otot yang menggerakan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna Anatomi antebrachii 1. Os. Radius Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus dan membentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting dalam mempertahankan fungsi sendi patellofemoral dengan menarik patela ke arah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Pergelangan Kaki 1. Persendian pada Pergelangan Kaki Pergelangan kaki/ sendi loncat adalah bagian kaki yang terbentuk dari tiga persendian yaitu articulatio talocruralis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia (Lansia) Lansia adalah umur untuk populasi orang tua diatas enam puluh tahun yang disepakati oleh United Nation (UN) (World Health Organization, 2015). Lansia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Daya Ledak 2.1.1 Definisi Daya Ledak Dalam melakukan gerakan-gerakan yang membutuhkan kontraksi otot yang kuat dan cepat seperti melompat (jumping), dan berlari sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plantar Arch Index 2.1.1 Definisi Pedis adalah regio yang paling banyak terpengaruh variasi anatomi, salah satu karakteristik yang terpenting adalah variabilitas ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

SENDI LUTUT FITRIANI LUMONGGA. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

SENDI LUTUT FITRIANI LUMONGGA. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN SENDI LUTUT FITRIANI LUMONGGA Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Persendian atau artikulasio adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus

Lebih terperinci

MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL. Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI

MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL. Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI 1 ILMU GERAK KINESIOLOGI : Adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. Beberapa disiplin

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot Tinjauan Umum Jaringan Otot Tipe Otot Otot rangka menempel pada kerangka, lurik, dapat dikontrol secara sadar Otot jantung menyusun jantung, lurik, dikontrol secara tidak sadar Otot polos, berada terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan A. Otot Manusia Pada kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari materi yang masih berkaitan dengan alat gerak. Bila tulang dikatakan sebagai alat gerak pasif maka

Lebih terperinci

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita Skeletal: Struktur jaringan tulang Klasifikasi tulang Tulang tengkorak, rangka dada, tulang belakang, panggul, ekstremitas atas dan bawah Sendi: Klasifikasi berdasarkan gerakan Klasifikasi berdasarkan

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA OTOT LURIK

MEKANISME KERJA OTOT LURIK MEKANISME KERJA OTOT LURIK Otot rangka adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang berperan dalam menggerakkan tulang-tulang tubuh. MEKANISME OTOT LURIK/OTOT RANGKA Mekanisme kerja otot pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekuatan dan daya tahan otot saling mempengaruhi. Saat kekuatan otot meningkat, daya tahan juga meningkat dan sebaliknya. Lemahnya stabilitas sendi dapat menurunkan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Pada remaja kemampuan berkembang secara fisik masih sangat baik. Waktu utama untuk pertumbuhan otot yang optimal adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Renang Renang merupakan jenis olahraga yang dilakukan di air dan dapat dilakukan baik putra maupun putri. 10 Dibandingkan dengan olahraga-olahraga lainnya, renang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI PERGELANGAN KAKI 1. Persendian pada Pergelangan Kaki Pergelangan kaki terdiri dari tiga persendian yaitu articulatio subtalaris, articulatio talocruralis, dan articulatio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, termasuk masyarakat Indonesia. Salah satu

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGGI LOMPATAN DAN BENTUK ARCUS PEDIS DENGAN KEJADIAN SPRAIN PERGELANGAN KAKI PADA ATLET BULUTANGKIS YANG MELAKUKAN JUMPING SMASH

HUBUNGAN TINGGI LOMPATAN DAN BENTUK ARCUS PEDIS DENGAN KEJADIAN SPRAIN PERGELANGAN KAKI PADA ATLET BULUTANGKIS YANG MELAKUKAN JUMPING SMASH HUBUNGAN TINGGI LOMPATAN DAN BENTUK ARCUS PEDIS DENGAN KEJADIAN SPRAIN PERGELANGAN KAKI PADA ATLET BULUTANGKIS YANG MELAKUKAN JUMPING SMASH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kelincahan 2.1.1 Pengertian Kelincahan Kelincahan merupakan salah satu dari komponen fisik yang banyak di gunakan dalam berbagai cabang olahraga. Salah satu cabang olahraga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan, kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MANUAL MASCLE TESTING (MMT) EKTREMITAS INFERIOR

PEMERIKSAAN MANUAL MASCLE TESTING (MMT) EKTREMITAS INFERIOR PEMERIKSAAN MANUAL MASCLE TESTING (MMT) EKTREMITAS INFERIOR DASAR TEORI Penilaian kekuatan berbagai otot memerlukan pengetahuan fungsi berbagai kelompok otot. Suatu corak gerakan volunter terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Epidemiologi Overweight dan Obesitas Di seluruh dunia, setidaknya 2,8 juta orang meninggal setiap tahun sebagai akibat dari kegemukan atau obesitas. Pada tahun 2003-2004, 32,9%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelincahan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan mengubah arah secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tarsus atau pangkal kaki tersusun oleh: ini mempunyai caput, collum dan corpus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tarsus atau pangkal kaki tersusun oleh: ini mempunyai caput, collum dan corpus. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Pedis 2.1.1 Ossa Tarsalia Tarsus atau pangkal kaki tersusun oleh: A. Talus Os talus bersendi diatas dengan tibia dan fibula, dibawah dengan os calcaneus, dan didepan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas olahraga sudah dikenal sejak jaman dulu kala. Olahraga memiliki sekumpulan peraturan, kebiasaan, sampai aktifitas tubuh yang sudah diatur sedemikian rupa.

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS DISUSUN OLEH dr. Jainal Arifin, Sp.OT, M.Kes dr. M. Sakti, Sp.OT, M.Kes Sub Divisi Rheumatology Bagian Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia melakukan aktifitasnya tidak pernah lepas dari proses gerak,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MUSCLE OF UPPER EXTREMITY DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OTOT-OTOT EKSTREMITAS SUPERIOR 1. Kelompok otot pada gelang bahu 2. Kelompok otot regio brachii (lengan atas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang optimal untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kelincahan 2.1.1 Pengertian Kelincahan Kelincahan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang berperan penting dalam merespon suatu gerakan yang didapatkan dikarenakan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh ideal merupakan impian semua orang di dunia ini, tidak termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu mereka tidak segan- segan melakukan banyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta akan dapat berdampak kepada

Lebih terperinci

SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MANUS. Regita Tanara / B1

SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MANUS. Regita Tanara / B1 SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MANUS Regita Tanara 102015121 / B1 SKENARIO Seorang anak 5 tahun dibawa ibunya ke UGD rumah sakit dengan keluhan jari telunjuknya memar akibat terjepit daun pintu IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari aktivitas gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. mempertahankan posisi (Gerwin, 2010)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. mempertahankan posisi (Gerwin, 2010) 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Stabilitas Dinamik Stabilitas atau posisi stabil didefinisikan sebagai posisi dimana ada hubungan yang jelas antara posisi dan kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar tubuh. Proses menua terjadi secara terus menerus secara

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar tubuh. Proses menua terjadi secara terus menerus secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam mengahadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Proses menua terjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l. Otot-otot panggul dan paha terdiri atas dua kelompok otot,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupannya manusia memiliki banyak aktivitas untuk dilakukan baik itu rutin maupun tidak rutin. Ada berbagai macam aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

sendi pergelangan tangan dibentuk oleh:

sendi pergelangan tangan dibentuk oleh: sendi pergelangan tangan dibentuk oleh: sendi radiocarpal, sendi intercarpal dan sendi radioulnar distal. Persendian antara lengan bawah dan tangan terutama melalui sendi radiocarpal dan sendi radioulnar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kelincahan 2.1.1 Pengertian Kelincahan Kata lincah memiliki arti bergerak merubah arah atau berputar secara cepat. Kelincahan merupakan kemampuan melakukan sebuah gerakan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. patologi cedera, dan mekanisme gangguan muskuloskeletal, dan penerapan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. patologi cedera, dan mekanisme gangguan muskuloskeletal, dan penerapan BAB II KAJIAN PUSTAKA Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan kondisi sangat kompleks, untuk memahami secara mendalam tentang kondisi cedera ligamen kolateral medial sendi lutut, maka perlu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Permainan Sepakbola Sepakbola adalah permainan beregu yang menggunakan bola sepak dari dua kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain. Kamus Besar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA

PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA MUSCULUS /OTOT Otot terdiri atas jaringan otot. Sifat istimewa otot adalah dapat berkerut/kontraksi sehingga mengakibatkan gerakan organ di sekitarnya. Jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang melakukan aktifitas fisik untuk menunjang hidup sehat, karena Kesehatan sangat penting bagi kehidupan manusia untuk hidup dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kimiawi, listrik, dan mekanik untuk menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kimiawi, listrik, dan mekanik untuk menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otot Rangka Otot merupakan jaringan peka rangsang. Sel otot dapat dirangsang secara kimiawi, listrik, dan mekanik untuk menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang

Lebih terperinci

HISTOLOGI JARINGAN OTOT

HISTOLOGI JARINGAN OTOT Judul Mata Kuliah : Biomedik 1 (7 SKS) Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Dasar : Menerapkan ilmu kedokteran dasar pada blok biomedik 1 Indikator : Mampu

Lebih terperinci

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar PEMBAHASAN Lokomosi pada MEP ditandai dengan perpindahan dari satu posisi ke posisi lainnya. Saat melakukan perpindahan, MEP mampu melakukan perpindahan baik secara quadrupedalism maupun bipedalism (Napier

Lebih terperinci

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY Abstrak lutut mudah sekali terserang cedera traumatik. Persendian ini kurang mampu melawan kekuatan

Lebih terperinci

Mekanisme Terjadinya Kram Pada Otot dan Faktor Penyebabnya

Mekanisme Terjadinya Kram Pada Otot dan Faktor Penyebabnya Mekanisme Terjadinya Kram Pada Otot dan Faktor Penyebabnya Eifraimdio Paisthalozie 10-2011-384 Kelompok C7 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi : Jl. Arjuna Utara No.

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT Pengenalan Salah satu sistem yang penting dalam badan. Pergerakan terhasil daripada penguncupan dan pemanjangan otot. Selain itu ia juga menentukan magnitud pergerakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1 Pengertian Fleksibilitas adalah kemampuan suatu jaringan atau otot untuk mengalami pemanjangan semaksimal mungkin sehingga tubuh dapat bergerak dengan lingkup

Lebih terperinci

Kata Kunci : durasi waktu ketahanan, kesigapan, gitar, penyangga gitar, penyangga kaki. Universitas Kristen Maranatha

Kata Kunci : durasi waktu ketahanan, kesigapan, gitar, penyangga gitar, penyangga kaki. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PERBANDINGAN DURASI WAKTU KETAHANAN (DURATION OF ENDURANCE) DAN KESIGAPAN (ALERTNESS) KOGNITIF DAN EKSEKUTIF PEMAKAI GITAR MENGGUNAKAN PENYANGGA GITAR (GUITAR SUPPORT) DAN PENYANGGA KAKI (FOOTSTOOL)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas 2.1.1 Definisi Fleksibilitas Fleksibilitas adalah kemampuan otot untuk memanjang/mengulur semaksimal mungkin sehingga tubuh dapat bergerak dengan ROM yang maksimal

Lebih terperinci

OSTEOLOGI

OSTEOLOGI ANATOMI EXTREMITAS INFERIOR TIM ANATOMI FIK Universitas Negeri Yogyakarta OSTEOLOGI 1 3 4a 4b 4c 5 7 6 7 8 9 10 11 1 15 13 14 OS COXAE 1. Linea glutea posterior. Ala ossis ilii 3. Linea glutea anterior

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai maksimal tetapi pada kenyataannya bukan gerak maksimal yang ada tetapi

BAB I PENDAHULUAN. sampai maksimal tetapi pada kenyataannya bukan gerak maksimal yang ada tetapi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki setiap potensial gerak yang dapat dikembangkan sampai maksimal tetapi pada kenyataannya bukan gerak maksimal yang ada tetapi gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu bergerak dan beraktivitas dalam kehidupannya. Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII

SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII Disusun Oleh SUPRIN HUMONGGIO J 110 070 060 Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATIONPASCA FRACTURECRURIS 1/3 DISTAL DEXTRA NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATIONPASCA FRACTURECRURIS 1/3 DISTAL DEXTRA NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATIONPASCA FRACTURECRURIS /3 DISTAL DEXTRA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : OLIVIA DESI HAPSARI NIM: J0000007 PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai Skelet tungkai MEP memiliki ukuran tulang yang kecil namun kompak dengan permukaan yang halus dan tidak banyak dijumpai rigi ataupun penjuluran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perubahan akan terjadi pada tubuh sejalan dengan semakin meningkatnya usia manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada semua organ dan

Lebih terperinci

Kaitan Pemakaian Sepatu Hak Tinggi dengan Lordosis Lumbal. Wearing High-Heeled Shoes with Lumbal Lordosis

Kaitan Pemakaian Sepatu Hak Tinggi dengan Lordosis Lumbal. Wearing High-Heeled Shoes with Lumbal Lordosis TINJAUAN PUSTAKA Kaitan Pemakaian Sepatu Hak Tinggi dengan Lordosis Lumbal Handy Winata* *Dosen bagian Anatomi FK UKRIDA Alamat Korespodensi : Jl. Terusan Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510 E-mail: hand_y19@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Colin Mathers, koordinator divisi kematian dan penyakit di WHO,

BAB I PENDAHULUAN. Colin Mathers, koordinator divisi kematian dan penyakit di WHO, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan tekhnologi informasi pada era sekarang ini, menyebabkan perbaikan kuwalitas hidup manusia diseluruh dunia. Colin Mathers, koordinator divisi kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan salah satu gangguan yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan fungsional, sehingga menghambat aktivitas

Lebih terperinci

OSTEOLOGI

OSTEOLOGI ANATOMI EXTREMITAS INFERIOR TIM (Dra. Endang Rini Sukamti, M.S.) FIK Universitas Negeri Yogyakarta OSTEOLOGI a b c 5 7 OS COXAE 6 7 8 9 0 5. Linea glutea posterior. Ala ossis ilii. Linea glutea anterior.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Kode Mata Kuliah : IOF 219. Materi : Sendi

BAHAN AJAR. Kode Mata Kuliah : IOF 219. Materi : Sendi BAHAN AJAR Mata Kuliah : Kinesiologi Kode Mata Kuliah : IOF 219 Materi : Sendi A. Pengertian Sendi, Persambungan, atau artikulatio adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pertemuan antara dua atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia.dikarenakan manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya manusia tidak pernah terlepas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Stroke Tungkai Stroke tungkai atau gerakan tungkai merupakan gerakan tungkai ke atas dan bawah secara bergantian dan terus menerus. Gerakan tungkai gaya

Lebih terperinci

GERAK PADA HEWAN DAN MANUSIA DAPAT TERJADI KARENA ADANYA KERJASAMA ANTARA TULANG (RANGKA) DENGAN OTOT.

GERAK PADA HEWAN DAN MANUSIA DAPAT TERJADI KARENA ADANYA KERJASAMA ANTARA TULANG (RANGKA) DENGAN OTOT. SISTEM RANGKA 1. RANGKA SEBAGAI ALAT GERAK PASIF. 2. OTOT SEBAGAI ALAT GERAK AKTIF. GERAK PADA HEWAN DAN MANUSIA DAPAT TERJADI KARENA ADANYA KERJASAMA ANTARA TULANG (RANGKA) DENGAN OTOT. BAGAIMANA GERAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari mulai alat komunikasi, alat perkantoran, alat transportasi sampai sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dari mulai alat komunikasi, alat perkantoran, alat transportasi sampai sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kini, perkembangan zaman semakin pesat. Setiap waktunya lahir berbagai teknologi baru yang memudahkan manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Dari mulai alat komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai lanjut usia (lansia). Lanjut usia (lansia) merupakan kejadian yang pasti akan

Lebih terperinci

protein adalah bahan utama pembentuk otot. dengan control sikap (stabililisasi), dimana stabilisasi akan

protein adalah bahan utama pembentuk otot. dengan control sikap (stabililisasi), dimana stabilisasi akan 2 panjang otot saat kontraksi dan kecepatan kontraksi otot masingmasing individu. Kekuatan otot pada umumnya bertambah seiring usia yang juga bertambah karena asupan protein yang kita makan karena protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sehat yaitu slogan baru untuk Negara Indonesia dalam upaya mensejaterahkan dan menyehatkan warga negaranya. Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Futsal adalah variasi sepakbola yang dimainkan di dalam ruangan di lapangan yang lebih kecil. Futsal mulai dimainkan di Amerika Selatan pada tahun 1930 dan sejak itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakekat Lari Jarak Pendek (Sprint) 100 Meter a. Definisi Lari 1) Dalam bukunya Yoyo Bahagia (2000:11) menyatakan bahwa lari adalah gerakan tubuh dimana kedua

Lebih terperinci

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari ANATOMI PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM by : Hasty Widyastari Posisi Posisi Anatomi : Berdiri tegak, kedua lengan disamping lateral tubuh, kedua telapak tangan membuka kedepan Posisi Fundamental : Berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Foot and ankle dibentuk oleh 3 persendian yaitu articulation talocruralis,

BAB I PENDAHULUAN. Foot and ankle dibentuk oleh 3 persendian yaitu articulation talocruralis, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Foot and ankle dibentuk oleh 3 persendian yaitu articulation talocruralis, articulation subtalaris dan articulation tibiofibularis distal. Foot and ankle merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia di masa yang modern dan berkembang seperti saat ini banyak memiliki aktivitas yang beragam dan berbeda-beda, tentunya harus memiliki energi yang

Lebih terperinci

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA Pertemuan 1 PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA MK : Biomedik Dasar Program D3 Keperawatan Akper Pemkab Cianjur tahun 2015 assolzain@gmail.com nersfresh@gmail.com www.mediaperawat.wordpress.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kelincahan 2.1.1 Pengertian Kelincahan Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah gerakan dengan cepat (BruceW, 2004). Kelincahan merupakan kemampuan untuk mengubah posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia tidak akan terlepas dari masa remaja. Masa remaja merupakan saah satu periode dari perkembangan manusia, masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup, dan melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam memenuhi kebutuhan sehariharinya hingga kehidupan

Lebih terperinci