BAB II KAJIAN PUSTAKA. patologi cedera, dan mekanisme gangguan muskuloskeletal, dan penerapan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. patologi cedera, dan mekanisme gangguan muskuloskeletal, dan penerapan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan kondisi sangat kompleks, untuk memahami secara mendalam tentang kondisi cedera ligamen kolateral medial sendi lutut, maka perlu diketahui struktur jaringan spesifik, patologi cedera, dan mekanisme gangguan muskuloskeletal, dan penerapan pelaksanaan fisioterapi pada kondisi ini. 2.1 Anatomi Lutut Secara sekilas sendi lutut hanyalah sebuah sendi sederhana, tetapi sebenarnya sendi lutut adalah sendi yang terbesar dan sendi paling kompleks pada tubuh manusia. Sendi ini diklasifikasikan dalam synovial hinge joint dengan gerakan yang terjadi adalah fleksi dan ekstensi. Pada sendi lutut juga terdapat gerakan rotasi tetapi bukan rotasi murni yang dilakukan oleh sendi lutut tetapi merupakan kerjasama dengan sendi lain. Sendi lutut merupakan sendi yang memperoleh beban besar dengan gerakan yang luas, dan berfungsi sebagai pembentuk sikap tubuh, berperan dalam gerak weight transfer, dan dalam pergerakan seperti berjalan, berlari, melompat, menendang, mendorong, menarik dan lain sebagainnya (Higgins, 2011). Karena struktur dan fungsinya yang kompleks, maka sendi lutut memiliki susunan anatomis dan fungsi yang berbeda, sesuai dengan struktur pembentuknya. Oleh karena itu sendi lutut dapat disegmentasikan sebagai berikut: 9

2 Tulang dan Sendi Sendi lutut dibentuk oleh tiga tulang yaitu; tulang femur, tibia, dan patella, mempunyai dua derajat kebebasan gerak serta dibentuk oleh tiga persendian yaitu tibiofemoral joint, patellofemoral joint, dan proksimal tibiofibular joint yang ditutupi oleh kapsul sendi (Syaifudin, 2013). Tulang femur merupakan tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh, yang bertugas meneruskan berat tubuh dari tulang coxae ke tibia sewaktu berdiri. Bagian proksimal dari tulang ini terdiri dari caput femoris yang bersendi dengan acetabullum, collum femoris dan dua trochanter major. Ujung distal tulang femur berakhir menjadi dua condylus yaitu epicondylus medialis dan epicondylus lateralis yang bersendi dengan tibia (Pearce, 2011). Tulang tibia yang besar merupakan tulang kuat satu-satunya yang menghubungkan antara femur dengan pergelangan kaki dan tulang-tulang kaki, serta merupakan tulang penyangga beban. Bagian proksimal tulang ini bersendi dengan condylus femur dan bagian distal bersendi dengan talus (Syaifudin, 2013). Tibiofemoral joint merupakan sendi dengan jenis sinovial hinge joint (sendi engsel) yang mempunyai dua derajat kebebasan gerak. Sendi tibiofemoral dibentuk oleh condylus medialis dan condylus lateralis tibia serta condylus femoris. Sendi ini mempunyai permukaan

3 11 yang tidak rata yang dilapisi oleh lapisan tulang rawan yang relatif tebal dan meniscus (Pearce, 2011). Patella merupakan tulang sesamoid terbesar pada tubuh manusia. Tulang ini berbentuk segitiga yang basisnya menghadap ke proksimal dan apex/puncaknya menghadap ke distal. Tulang ini mempunyai dua permukaan, yang pertama menghadap ke sendi (facies articularis) dengan femur dan yang kedua menghadap kedepan (facies anterior). Facies anterior dapat dibagi menjadi tiga bagian dan bergabung dengan tendon quadriceps. Pada sepertiga atas merupakan tempat perlekatan tendon quadriceps, pada sepertiga tengah merupakan tempat beradanya saluran vascular dan pada sepertiga bawah termasuk apex merupakan tempat awal ligamentum patella. Patellofemoral joint merupakan sendi dengan jenis modified plane jointdan terletak diantara tulang femur dan patella. Sendi ini berfungsi membantu mekanisme kerja dan mengurangi friction quadriceps. Proksimal tibio fibular joint merupakan sendi dengan jenis plane sinovial joint yang dibentuk antara caput fibula dengan tibia. Dilihat dari segi fungsional sendi ini lebih cenderung termasuk ke dalam persendian ankle karena pergerakan yang terjadi di lutut merupakan pengaruh gerak ankle ke arah cranial-dorsal (Syaifudin, 2013).

4 Muskular Jaringan otot ditandai oleh adanya myofibril yang dibentuk dari myofilamen pada sel-sel yang memanjang. Myofibril ini berperan terhadap kontraksi sel-sel otot. Myofibril ini terbagi dalam beberapa filamen atau serat dan filamen-filamen tersebut terbentuk dari proteinprotein kontraktil, antara lain myosin, actin, tropomyosin, dan troponin. Filamen-filamen yang tersusun dari protein kontraktil dibagi dalam dua jenis yaitu filamen tipis dan filamen tebal. Filamen tipis tersusun dari actin, tropomyosin dan troponin, sedangkan filamen tebal tersusun dari myosin dengan diameter kurang lebih dua kali diameter filamen tipis (Pearce, 2011). 1. Tipe serabut otot Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar strukturnya dan ciri-ciri fisiologisnya : Yaitu otot polos, otot bercorak / lurik dan otot jantung. Dimana otot-otot penggerak adalah jenis otot bercorak. Otot bercorak sendiri terbagi menjadi dua tipe berdasarkan serabut ototnya (Guyton and Hall, 1997) 2. Kelompok otot-otot. Ada banyak otot yang terdapat disekitar sendi lutut. Meskipun ada di antara otot-otot itu yang tidak berperan langsung sebagai penggerak sendi lutut namun otot-otot itu berfungsi sebagai stabilisasi dinamik. Sesuai dengan osteo kinematiknya, otot penggerak sendi lutut dibagi dalam kelompok fleksor dan kelompok ekstensor.

5 13 1) Kelompok Otot Fleksor Grup otot fleksor terdiri dari M. Hamstring, juga terdapat m. Gracilis, m. Sartorius dan otot yang membantu gerak fleksi lutut yakni m. Plantaris dan m. Gastrocnemius pada tungkai bawah. M. Hamstring merupakan otot penggerak utama dari fleksi lutut yang memiliki 3 otot yakn m. biceps femoris pada bagian lateral, serta m. Semi membranosus pada bagian tengah, dan m. Semitendinosus pada bagian medial (Safirin Arifin dan Sriyani, 2013). Lingkup gerak sendi saat aktif fleksi adalah 140º dan 120º jika hip dalam keadaan ekstensi. Saat pasif fleksi dapat mencapai 160º dimana tumit dapat menyentuh bokong (Kapanji, 1987). Gambar 2.1 : Otot-otot fleksor lutut (Sumber : Guyton A.C and Hall J.E, 1997)

6 14 2) Kelompok Otot Ekstensor Grup ekstensor lutut terdiri dari M. Quadriceps femoris terdapat 4 otot yakni m. Rectus femoris, m. Vastus medialis, m. Vastus lateralis, dan m. Vastus intermedius. Grup otot ini berorigo pada Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS) pada pelvis berjalan ke bawah dan berinsertio tuberositas tibia. Berfungsi sebagai ekstensor menjadikan otot ini bekerja juga sebagai penopang tubuh saat posisi tegak (Kisner and Colby, 2013). Ke 4 otot ini memiliki tipikal otot yang berbeda. Rectus femoris merupakan otot tipe I, m. Vastus medialis memiliki serabut tipe II, m. Vastus lateral memiliki serabut tipe I dan m. intermedius merupakan campuran antara serabut otot tipe I dan II. Fungsi m. Vastus medialis pada sendi lutut disamping berperan sebagai ekstensor sendi juga berperan dalam menjaga stabilisasi posisi patella bersama sama dengan ligament. Sendi patellofemoral. Otot ini bekerja optimal sebagai ekstensor lutut pada 5º - 10º ekstensi lutut dan bila otot ini dapat berfungsi dengan efisien bersama dengan ketiga otot lainnya maka gerakan ekstensi penuh dapat dilakukan. Lingkup gerak sendi saat ekstensi adalah 5º - 10º hyperekstensi. Mengenai fungsi m.vastus Medialis, literatur

7 15 lain menyatakan bahwa meskipun digambarkan sebagai ekstensor lutut, studi anatomis dan elektromyograprafik oleh Lieb dan Perry menyatakan bahwa otot tersebut tidak saja sebagai ekstensor, tetapi sebagai suatu otot yang didesain untuk mengontrol dan menyanggah patella selama gerakan lutut (Richardson, 1999). Innervasi syaraf pada otot-otot sekitar sendi lutut yaitu N. Sciaticus untuk grup M. Hamstring dan N. Femoralis untuk grup M. Quadriceps Femoralis. N. Sciatic berasal dari akar syaraf L5, S1 S2 sedangkan N. Femoralis berasal dari akar syaraf L2 L4 (Guyton and Hall, 1997). Gambar 2.2 : Otot-otot ekstensi lutut (Sumber : Guyton A.C and Hall J.E, 1997)

8 16 3) Pes anserinus dan otot iliotibial band. Otot ini berpengaruh pada stabilitas lutut, otot ini membentang sejauh facies medialis tibiae yang berinsersio bersama-sama dengan m.semi tendinosus dan m.sartorius sebagai pes anserinus. Otot ini terletak paling medial, langsung dibawah permukaan medial sendi lutut dan bila paha di abduksikan tampak jelas gambaran lengkungnya. Otot ini berfungsi sebagai adductor panggul dan bila lutut difleksikan otot anserinus ini bersama-sama otot lain berfungsi sebagai rotator medial tungkai bawah dan juga penting mempertahankan secara aktif agar tidak terjadi genu valgus. Sementara terusan dari m.gluteus maximus dan m.tensor facia lata yang berasal dari spina iliaca anterior superior membentang ke distalis sampai trochanter major terus ke tractus iliotibialis berinsertio pada condylus lateralis tibiae, otot ini berfungsi sebagai abductor dan juga sangat penting mempertahankan secara aktif gerak berlebihan varus.

9 17 Gambar 2.3 : Otot iliotibial band dan pes anserinus (Sumber : Guyton A.C and Hall J.E, 1997) 3. Jenis-jenis kontraksi otot 1) Isotonik Kontraksi ini merupakan kontraksi otot dengan beban konstan dan terjadi perubahan panjang otot. Pada kontraksi isotonik dengan menggunakan beban dapat meningkatkan kekuatan otot sepanjang ruang lingkup gerak sendi sehingga kontraksi ini dapat digunakan dalam aktifitas bekerja. Selain itu kontraksi isotonik dengan beban juga dapat menimbulkan hipertrofi otot, pelebaran kapiler yang menyebabkan peredaran darah meningkat sehingga tidak cepat menimbulkan kelelahan. Pada kontraksi isotonik koordinasi neuromuscular dapat dihasilkan lebih baik karena innervasi pada nerve-mus cle lebih kompleks, dengan kata lain pada kontraksi isotonik lebih menerapkan prinsip motor performance.(jensen, et al., 2009).

10 18 2) Eksentrik Kontraksi otot dimana kedua ujung/perlekatan otot (origoinsertio) saling menjauh, atau otot dalam keadaan memanjang. 3) Kosentrik Kontraksi otot dimana kedua ujung atau perlekatan otot (origo-insertio) saling mendekat atau otot dalam keadaan memendek (Kapanji, 1987). 4) Isometrik atau statik kontraksi. Kontraksi otot dimana tidak terjadi perubahan panjang otot dengan beban dapat berubah-ubah. Isometrik juga sering disebut statik kontraksi yaitu kontraksi otot dimana sendi dalam keadaan stastis. Pada kontraksi isometrik terjadi: Resiprocal innervation (Reserve Innervation) yaitu kelompok otot agonis berkontraksi maka akan diikuti oleh rileksasi pada kelompok otot antagonisnya. Pada latihan isometrik banyak menimbulkan sisa metabolisme sehingga akan cepat menimbulkan kelelahan karena sirkulasi yang kurang bagus, yaitu akibat adanya proses pumping action yang meningkatkan sistem sirkulasi darah sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah akibat adanya tekanan dari kontraksi otot yang menyebabkan metabolisme menurun dan dapat mengakibatkan ischemic (Kapanji, 1987).

11 Vaskularisasi dan Persarafan Sendi Lutut Lutut mendapat suplai darah dari artery poplitea yang merupakan terusan dari artery iliac external yang menjadi artery femoralis di daerah proximal paha. Artery femoralis berjalan menuju ke arah posterior lutut dan menjadi artery poplitea. Untuk persarafan, sendi lutut dikelilingi oleh otot-otot yang mendapat persarafan dari serabut-serabut saraf yang juga mempersarafi anggota gerak bawah. Ada nervus femoralis dan nervus obturator yang berasal dari plexus lumbosacral dan menginervasi sisi depan dan anteromedial paha Ligamen Untuk fungsi stabilisasi pasif sendi lutut dilakukan oleh ligamen. Ligamen-ligamen yang terdapat pada sendi lutut adalah ligamen cruciatum yang dibagi menjadi dua yaitu ligamen cruciatum anterior dan ligamen cruciatum posterior, ligamen collateral yang juga dibagi menjadi dua bagian yaitu ligamen collateral medial dan ligamen collateral lateral, ligamen patellaris, ligamen poplitea oblique dan ligamen transversal. Ligamen cruciatum merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut meskipun tidak menutupi kapsul sendi. Dinamakan ligamen cruciatum karena saling menyilang antara satu dengan yang lain. Ligamen ini berada pada bagian depan dan belakang sesuai dengan perlekatan pada tibia. Fungsi ligamen ini adalah menjaga gerakan pada sendi lutut,

12 20 membatasi gerakan ekstensi, dan mencegah gerakan rotasi pada posisi ekstensi, juga menjaga gerakan slide ke depan dan belakang femur pada tibia dan sebagai stabilisasi bagian depan dan belakang sendi lutut (Putz and Pabst, 2008). Ligamen crusiatum anterior membentang dari bagian anterior fossa intercondyloid tibia melekat pada bagian lateral condylus femur yang berfungsi untuk mencegah gerakan slide tibia ke anterior terhadap femur, menahan eksorotasi tibia pada saat fleksi lutut, mencegah hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling dan gliding sendi lutut (Putz and Pabst, 2008). Ligamen crusiatum posterior merupakan ligamen yang lebih pendek tetapi lebih kuat dibanding dengan ligamen cruciatum anterior. Ligamen ini berbentuk kipas membentang dari bagian posterior tibia ke bagian depan atas dari fossa intercondyloid tibia dan melekat pada bagian luar depan condylus medialis femur. Ligamen ini berfungsi untuk mengontrol gerakan slide tibia ke belakang terhadap femur, mencegah hiperekstensi lutut dan memelihara stabilitas sendi lutut (Putz and Pabst, 2008). Ligamen collateral medial merupakan ligamen yang lebar, datar, dan membranosus bandnya terletak pada sisi tengah sendi lutut. Ligamen ini terletak lebih posterior di permukaan medial sendi tibiofemoral, yang melekat di atas epicondylus medial femur di bawah tuberculum adductor dan ke bawah menuju condylus medial tibia serta

13 21 pada medial meniscus. Seluruh ligamen collateral medial menegang pada gerakan penuh ROM ekstensi lutut, ligament kolateral medial ini juga melekat pada meniscus medialis. Ligamen ini sering mengalami cedera, cedera ligamen ini sering menyertai cedera meniscus medialis dan fungsinya untuk menjaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah luar (Putz and Pabst, 2008). Ligamen collateral lateral merupakan ligamen yang kuat dan melekat diatas ke belakang epicondylus femur dan dibawah permukaan luar caput fibula. Fungsi ligamen ini adalah untuk mengawasi gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah medial. Dalam gerak fleksi lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut (Putz and Pabst, 2008). Ligamen patellaris merupakan ligamen kuat dan datar yang melekat pada lower margin patella dengan tuberositas tibia, dan melewati bagian depan atas patella dan serabut superficial yang berlanjut pada pusat serabut pada tendon quadriceps femoris (Putz and Pabst, 2008). Ligamen popliteal oblique merupakan ligamen yang lebar dan datar. Menutupi bagian belakang sendi dan melekat diatas upper margin fossa intercondyloid dan permukaan belakang femur dan dibawah margin posterior caput tibia. Pada bagian tengah terpadu dengan tendon otot semimembranosus dan bagian luar dengan lateral head otot gastrocnemius.

14 22 Ligamen ini juga berfungsi untuk mencegah hiperekstensi lutut (Putz and Pabst, 2008). Ligamen transversal merupakan ligamen yang pendek dan tipis dan berhubungan dengan margin convex depan meniscus lateral dan ujung depan meniscus medial. Selain itu terdapat tractus iliotibial yang berfungsi seperti ligamen yang menghubungkan crista illiaca dengan condylus lateral femur dan tuberculum lateral tibia. Pada sendi lutut tractus iliotibial berfungsi untuk stabilisasi ligamen antara condylus lateral femur dengan tibia. Gambar 2.4 : Ligament-ligament sendi lutut (Sumber : Guyton A.C and Hall J.E, 1997) Meniscus Meniscus terdiri jaringan penyambung dengan bahan-bahan serabut kolagen yang juga mengandung sel-sel seperti tulang rawan. Meniscus ini disuplai oleh pembuluh darah dari A. genu inferior dan A.

15 23 genu medial, bersama-sama membentuk arcade arteria perimeniscus marginalis. Meniscus ini dibagi menjadi 2 : Meniscus medialis berbentuk semi sirkularis (setengah lingkaran) dan bersatu dengan ligamentum collaterale tibiale. Meniscus medialis lebih lebar di posterior daripada anterior, karena itu crus anterior lebih tipis dari pada crus anterior. Meniscus lateralis hampir berbentuk sirkular (lingkaran). Meniscus lateral lebih mudah bergerak daripada meniscus medial dan meniscus ini tidak menyatu dengan ligamentum collateral fibulare oleh karena itu ini kurang mendapat regangan pada bermacam-macam gerakan. Gambar 2.5 : meniscus (Sumber : Guyton A.C and Hall J.E, 1997) Biomekanik Sendi Lutut Sendi lutut mempunyai dua derajat kebebasan gerak yaitu fleksi dan ekstensi pada bidang sagital dengan sumbu gerak medial lateral

16 24 dan rotasi pada bidang transversal atau longitudinal dengan sumbu gerak vertikal. Nilai ROM gerak fleksi dari 120 sampai 150 tergantung pada ukuran massa otot pada betis yang kontak dengan bagian posterior paha. Pada pria normal yang berusia 18 bulan sampai 54 tahun, Boone dan Azen (1979) meneliti bahwa nilai ROM rata-rata gerakan fleksi adalah 143 (SD = 5,4). Ketika hip ekstensi, ROM fleksi knee berkurang karena keterbatasan pada otot rectus femoris yang bagian proksimalnya berada pada spina iliaca anterior inferior. Hiperekstensi minimal dan tidak normal ketika mencapai 15. Secara normal ketika lutut bergerak ke arah ekstensi, terjadi gerakan eksternal rotasi sekitar 20 dimana femur terfiksir. Gerakan yang dapat diamati pada akhir 20 ekstensi lutut dinamakan terminal rotasi lutut atau screw home mechanism. Ini merupakan gerakan yang terjadi baik pada gerakan ekstensi lutut secara aktif atau pasif dan tidak dapat dihasilkan atau dicegah secara volunter. Pada gerakan dengan closed-chain seperti saat berdiri dari kursi, terminal rotasi terjadi pada internal rotasi femur pada tibia yang terfiksir. Mekanisme ini memberikan stabilitas mekanik untuk menahan tekanan yang timbul pada bidang sagital. Juga untuk mempertahankan posisi tegak tanpa kontraksi otot quadriceps dan menahan tekanan depan-belakang ketika ekstensi lutut ketika kekuatan otot berkurang.

17 25 Meskipun nilai terminal rotasi pada lutut kecil seperti pada rotasi aksial tetapi penting pada fungsi lutut yang normal. 2.2 Patofisiologi cedera ligamen kolateral medial sendi lutut Penyebab cedera ligamen kolateral medial. Cedera ligamen kolateral medial merupakan type injury atau trauma yang terjadi pada berbagai aktivitas olahraga, seperti atlet sepak bola, pelari, ski dan beberapa jenis olahraga kontak lainnya terutama bila sendi ini digerakkan melebihi kapasitasnya akan menyebabkan kerusakan ligamen ini. Cedera pada ligamen kollateral medial dihasilkan oleh gaya valgus dan rotasi ektensi lutut yang tiba-tiba, dimana seringkali terjadi selama olahraga atletik atau exercise ketika berat tubuh yang diterima oleh lutut saat menyangga berat badan tidak sempurna atau tidak stabil menyebabkan lutut dalam posisi rotasi saat gaya tersebut terjadi. Akibatnya, ligamen kolateral medial mengalami over stretch atau sprain. Jika gaya yang terjadi pada lutut lebih hebat, maka ligament menjadi ruptur. Ada dua jenis cedera dalam berolahraga yaitu cedera langsung atau Traumatik injury maupun tidak langsung Overuse injury. Traumatik injuri disini dapat dilihat dengan jelas penyebabnya Misalnya Jatuh, salah gerak, tertabrak dan lain-lain sehingga menyebabkan robekan/putusnya jaringan lunak (soft tissue) seperti ligamen, otot, tendon hingga terjadinya fraktur.

18 26 Sedangkan Overuse injury yaitu cedera yang diakibatkan karena pemakaian jaringan yang berlebih berhubungan dengan beratnya beban latihan, istirahat yang kurang. Perawatan cedera sebelumnya yang kurang tepat serta persiapan dalam pertandingan seperti warming up, stretching dan cooling down setelah pertandingan yang kurang maksimal dan efektif. Selain itu cedera dapat terjadi oleh sebab-sebab non traumatik seperti post arthritis, tendinitis kronik, serta mekanik tubuh yang buruk misalnya adanya kelemahan otot-otot, kondisi struktur sendi valgus dapat juga mengalami cedera Gejala dan Tanda Klinis Cedera Ligamen Kolateral Medial Ketika seseorang mengalami cedera maka akan terjadi kerusakan struktur jaringan sekitarnya dan menimbulkan banyak problem diantaranya : 1. Nyeri Nyeri timbul segera setelah cedera ketika adanya aktivitas pembebanan pada jaringan seperti pada ektensi maupun fleksi lutut atau pada penguluran ligamen kolateral medial, dimana daerah yang mengalami kerobekan terproteksi dengan timbulnya iritan noxious yang mengisyaratkanadanya suatu kerusakan jaringan. Ujungujung saraf pada daerah tersebut mengeluarkan tachykinine

19 27 yang mengakibatkan sensitisasi yang ditimbulkan dari mekanosensori. 2. Sweling atau inflamasi Inflamasi atau peradangan dapat timbul setelah jam setelah cedera yang meruan suatu reaksi setempat daripada jaringan tubuh terhadap trouma atau rangsangan yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari yang bersirkulasi ke dalam jaringanjaringan interstisial pada daaerah cedera atau ischemik. Adanya peradangan tersebut akan menimbulkan iritasi kimiawi, pelengketan antara jaringan. Sistem metabolisme terganggu, gangguan keseimbangan asam basa jaringan, spasme otot dan timbul rasa nyeri. 3. kekakuan Kekakuan disebabkan oleh spasme otot tonik yang bertanda adanya proteksi cedera pada sekeliling otot-otot tersebut. Kekakuan terproteksi pada ruang gerak sendi yang terbatas baik gerak aktif maupun pasif, pada ekstensi lutut secara pasif ruang gerak sendi terbatas dengan rasa nyeri yang tajam menyebar kesekeliling lutut dan sampai ke proximal maupun ke distal.

20 Tingkat cedera ligamen Beberapa orang yang mengalami cedera igamen sering melaporkan adanya bunyi ceklek atau letupan saat terjadi cedera. Setelah cedera terjadi, pasien mengalami gangguan gerak dan fungsi tergantung dari derajat kerusakan yang diakibatkan oleh cedera tersebut. Cedera ligament dapat dikelompokkan menjadi 3 derajat berdasarkan derajat kerusakannnya, yaitu : 1. Derajat I, ditandai dengan : 1) Cedera ringan, nyeri ringan, sedikit bengkak, dan mungkin muncul kekakuan sendi. 2) Stretch ligamen atau kerobekan kecil pada ligamen. 3) Biasanya terjadi pada ligament krusiatum anterior. 4) Penurunan fungsi yang minimal. 5) Dapat kembali beraktivitas dalam beberapa hari setelah injury (dengan menggunakan brace atau taping). 2. Derajat II, ditandai dengan : 1) Nyeri yang sedang sampai nyeri hebat, pembengkakan, dan muncul kekakuan sendi. 2) Kerobekan parsial pada ligamen sendi. 3) Penurunan fungsi yang cukup berat dengan kesulitan berjalan. 4) Membutuhkan waktu 2 3 bulan sebelum memperoleh kembali kekuatan dan stabilitas sendi.

21 29 3. Derajat III, ditandai dengan : 1) Timbul nyeri hebat setelah cidera, yang kemudian diikuti oleh sedikit nyeri atau tanpa nyeri akibat kerusakan total dari serabut saraf. 2) Pembengkakan yang besar dan sendi menjadi kaku selama beberapa jam setelah cidera. 3) Ruptur secara komplet pada ligament kolateral (laxity yang berat). 4) Biasanya memerlukan beberapa bentuk immobilisasi selama beberapa minggu. 5) Hilangnya fungsi secara komplet (functional disability) dan memerlukan kruk. 6) Biasanya memerlukan terapi konservatif dengan program rehabilitasi exercise, tetapi dalam jumlah yang kecil memerlukan pembedahan. 7) Masa recovery selama 4 bulan Sementara itu. kronik cedera ligamen dapat terjadi pada penderita atau olahragawan yang mengalami overstretch (injury) ringan dan terjadi berulang kali tanpa mendapatkan pengobatan yang adequat. Cedera ini sering menjadi kronik cedera karena pasien tidak begitu memperhatikan cedera yang dialaminya sehingga tidak diobati atau mendapatkan pengobatan yang tidak adequat. Pada kronik cedera ligamen, nyeri yang dirasakan adalah dull aching (sakit tumpul),

22 30 bersifat intermitten atau kadang-kadang konstan, nyeri cenderung meningkat jika melakukan aktivitas atau olahraga yang melibatkan lutut Proses Penyembuhan Cedera ligamen Pada saat tubuh mengalami kerusakan jaringan atau luka maka akan terjadi peradangan yang ditandai dengan nyeri, bengkak, panas kemerahan dan gangguan fungsi. Hal ini perlu diuraikan sehubungan dengan patofisiologi cedera ligamen dan nantinya peneliti dapat menyesuaikan tahapan-tahapannya dengan usaha penyembuhan berdasarkan modalitas yang diterapkan. Adapun fase fase penyembuhan luka secara fisiologis adalah sebagai berikut : a. Fase Perdarahan Fase perdarahan adalah fase yang terjadi antara menit setelah terjadi trauma. Pada fase tahap ini perdarahan berhenti setelah dikeluarkan fibrin untuk menutupi luka. Pada fase ini ditandai dengan keluarnya hematoma dan keluarnya zat zat iritan. b. Fase Peradangan Fase peradangan adalah fase yang terjadi antara jam setelah trauma. Fase peradangan aktif ditandai dengan radang tinggi dengan gejala gejala panas, merah

23 31 dan bengkak pada daerah trauma. Pada fase ini terjadi aktualitas nyeri yang tinggi dimana fase ini sebagai awal dari proses penyembuhan luka. c. Fase Regenerasi Pada fase ini terdiri dari tiga fase : 1) Fase proliferasi (2 4) hari Pada fase ini ditandai dengan menurunnya rasa nyeri, jumlah protein pertahanan tubuh banyak dan jumlah fibroblast meningkat. Pada fase ini juga terjadi rekonstruksi jaringan pembentukan jaringan permukaan dan memberikan kekuatan pada daerah trauma. Sel sel lain peningkatan, juga terjadi peningkatan sel sel macrophage dan sel sel endothelial untuk membentuk pembuluh pembuluh darah baru yang terkenal dengan proses angiogenesis. 2) Fase produksi (4 hari 3 minggu) Pada fase ini ditandai dengan penurunan proses pertahanan tubuh, diikuti dengan peningkatan fibroblast yang tinggi, telah terjadi pelekatan kolagen dan jaringan granulasi baru serta peningkatan oksigenisasi pada daerah cidera. Beberapa fibroblast terbentuk menjadi myofibroblast yang memberikan efek wound contraction.

24 32 3) Fase remodeling (3 minggu 3 bulan) Fase ini merupakan fase pembentukan jaringan yang normal. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrous dan kekurangan vaskuler untuk membentuk jaringan fibrous yang rapat seperti scar tissue. Selama tiga minggu kekuatan pada daerah yang cedera sekitar 15%. Proses ini berlanjut sampai tiga bulan hingga terjadi pembentukan jaringan yang baru. Jumlah pembuluh darah berkurang untuk mempertahankan viabilitas jaringan. Arteri, vena dan lympa berkembang kembali dan terjadi regenerasi pada serabut saraf yang kecil Kelemahan Otot Kelemahan otot adalah penurunan kekuatan kontraksi otot. Kelemahan otot dapat disebabkan oleh akibat sistemik, chemical, atau lesi terhadap suatu saraf pada system saraf perifer atau sistem saraf pusat atau pada myojunction. Kelemahan otot juga diakibatkan adanya gangguan langsung pada otot atau karena inaktivitas. Kelemahan otot disebabkan oleh : 1) Inaktivitas akibat immobilisasi dan keterbatasan gerakan. 2) Jumlah motor unit dan aktivitas neurotransmitter menurun. 3) Gangguan sirkulasi pada otot.

25 33 4) Penurunan kualitas otot akibat proses degenerasi dan penuaan Otot sebagai stabilisator aktif dan sebagai penggerak sendi akan mengalami penurunan fungsinya oleh hal-hal tersebut diatas sehingga kecenderungan terjadinya cedera skunder akan lebih besar seperti pada Pes anserinus dan otot iliotibial band ( Kisner C, Colby LA, 2013). Otot ini berpengaruh pada stabilitas lutut dibentuk oleh otot tibialis serta membentuk gerakan kuat dan cepat lebih ke otot quadricep. Pes anserinus dan otot iliotibial band berpengaruh penting terhadap stabilitas lutut, untuk pes anserinus begian medial lutut sangat penting mempertahankan secara aktif agar tidak terjadi genu valgus sementara iliotibial band penting mempertahankan gerak berlebihan varus. Apabila otot otot ini mengalami kelemahan maka akan kehilangan fungsinya sebagai stabilisator penting dalam mempertahankan secara aktif agar tidak terjadi genu valgus Gangguan Gerak dan Fungsi Disebabkan oleh : 1) Rasa nyeri saat melakukan aktivitas yang memerlukan posisi lutut ekstensi maupun fleksi yang disertai pembebanan. 2) Ketidak seimbangan kekuatan otot sehingga tidak stabilnya fungsi daripada kerja sendi.

26 Konsep Nyeri dan Proses Timbulnya Nyeri Nyeri adalah perasaan majemuk yang bersifat subyektif, yang disertai perasaan tidak enak, pedis dan dingin, rasa tertekan dan ngilu, pegal dan sebagainya. Sebagai aikibat adanya stimulasi ataupun trauma dari dalam dan dari luar neuromuscular sistem, yang mengakibatkan terangsangnya nociseptor pada saraf perifer diatas nilai ambang rangsang yang diteruskan ke korteks cerebri kemudian diterjemahkan kedalam bentuk nyeri dengan bentuk dan kualitas rangsangan yang berbeda. Sedangkan menurut International Association For The Study Of Pain, nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau berpotensi terjadi kerusakan jaringan, atau menggambarkan adanya kerusakan jaringan Mekanisme Timbulnya Nyeri Pada Cedera Ligamen Secara fisiologis rasa nyeri terjadi oleh karena kerusakan jaringan, atau penyakit yang mengawali perubahan kimiawi dan elektris didalam tubuh. Bila terdapat interaksi rangsangan mekenik, kimia dan suhu terhadap nicoseptor, maka tubuh akan menghantar rangsangan tersebut melalui aliran listrik pada ujung saraf sensori. Nyeri akibat cidera ligamen kollateral media ada nyeri yang dirasakan pada sisi bagian dalam dari sendi lutut akibat adanya overstrertch pada ligamen colarteral media sendi lutut. Adanya overstrertch pada ligamen kolateral

27 35 menyebabkan cedera atau kerusakan pada ligamen tersebut, sehingga merangsang serabut saraf afferen bermyelin tipis (serabut saraf A delta dan tipe C). Implus tersebut dibawa ke ganglia akar saraf dorsalis dan merangsang produksi P substance yang memicu terjadinya reaksi radang. Kemudian implus tersebut dibawa ke cornum dorsalis medula spinalis dan dikirim ke level SSP yang lebih tinggi melalui traktus spinothalamicus. Padsa level SSP yang lebih tinggi (cortex sensorik, hipothalamus, & limbik system) implus tersebut mengalami proses interaksi yang kemudian menghasilkan suatu perasaan subjektif yang dikenal dengan persepsi nyeri. Nyeri yang ditimbulkan akan menyebabkan spasme otot dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Jika hal ini tidak ditanggani dengan baik maka akan timbul kelemahan otot, contraktur dan akhirnya kaku sendi. Selain itu akibat dari spasme otototot dan keterbatasan ruang gerak sendi akan mengalami pemendekatan cupsulo ligamenter sendi, sehingga menimbulkan nyeri rengang. 2.3 Pemeriksaan Fisik Cedera Ligamen Kolateral Medial Sendi Lutut Untuk dapat memastikan cedera ligamen kolateral medial sendi lutut memerlukan pemeriksaan spesifik yang akurat : 1. Tahapan pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik cedera ligamen kolateral medial sendi lutut dimulai dari pemeriksaan Inspeksi yang dilakukan saat pasien sedang berdiri dan Inspeksi sambil telentang, Pemeriksaan palpasi

28 36 lutut yang sedang inflamasi adalah mengamati gejala dan tanda radang seperti pembengkakan, kemerahan, panas, dan nyeri. Pembengkakan dan kemerahan harus terbukti dengan pemeriksaan. Nyeri diperoleh dari keluhan riwayat pasien dan panas dengan palpasi. 2. Tes Khusus Untuk cedera ligamen Sendi Lutut Fisioterapi dapat langsung mendiagnosa cedera pada ligamen kolateral medial sendi lutut ini dangan melihat bagaimana cedera terjadi dengan disertai pemeriksaan fisik. Ada beberapa jenis tes pemeriksaan sendi lutut. Setiap tes pemeriksaan khusus untuk cedera ligamen. Empat tes kusus untuk mendiagnosa kerusakan pada ligamen adalah laci sorong anterior, laci sorong posterior, tes valgus dan tes varus. Jika terdapat laxity (kelemahan) pada ligament ini maka hasilnya positf berarti terdapat kerusakan pada ligamen. 2.4 Pelaksanaan fisioterapi Melalui proses management pelayanan fisioterapi yaitu : Pemeriksaan, evaluasi, diagnosis, prognosis dan intervensi. Pelaksanaan atau penerapan didesain guna untuk mengoptimalkan hasil yang diharapkan.

29 Penerapan Bandage elastic 1. Pengertian. Bandage elastic merupakan tindakan yang umum dilakukan bila terjadi cidera atau trauma akut. Bandage elastic atau pembalutan adalah suatu upaya kompresi bagian yang cedera untuk mengurangi perdarahan dan edema, mengurangi gerak pada cedera tulang, mobilisasi, supporting, membatasi gerak sendi dan mencegah cedera berulang (Williams and Wilkins, 2009). 2. Bahan bandage elastic Bentuk Bandage elastic yang sering digunakan sangat ditentukan oleh tujuan, fase cedera dan lokasi cedera. a) Bandage elastic terdiri atas berbagai ketebalan dan ukuran (5cm 7,5cm, dan 10cm). b) Bandage elastic memiliki karakteristik elastis, sangat kuat dan terbuat dari bahan Zinc-oxida, terdiri dari bermacam ukuran (12mm, 25mm dan 50mm). Bentuk pemasangan pembalut Bandage elastic sebagai berikut: a) Bentuk spiral, sederhana yaitu bentuk sederhana dari pembalut elastic bandage yang mengelilingi tungkai atas maupun bawah, setiap putaran menutupi 1/2 atau 2/3 putaran sebelumnya, fungsi pembalut elastis bandage ini adalah untuk menahan penutup luka agar tidak bergerak atau untuk kompresi.

30 38 b) Bentuk delapan, diawali dengan sekali putaran, lalu menyeberangi sendi dan selanjutnya memutari bagian sebelah atas sendi untuk melengkapi bentuk balutan ini. Melihat pengulangan putaran pembalutan dan bentuk balutannya dikenal sebagai spica. Bentuk ini digunakan untuk kompresi sendi dan juga agar sendi dapat melakukan fleksi disamping membatasi gerak ektensi. c) Bentuk asendens, dimulai dengan balutan bentuk delapan diatas sendi lalu seterrusnya menjauh dari sendi d) Balutan jangkar, balutan pertama sebelum melanjutkan pemasangan balutan berikutnya. 3. Tujuan dan Manfaat Bandage elastic Bandage elastic, digunakan pada profilaktik, pengobatan dan rehabilitasi cedera. Tujuannya ialah untuk mencegah dan mengurangi hematoma dan immobilisasi, membatasi gerak berlebihan dan mencegah cedera berulang (Williams and Wilkins, 2009). Pada cedera akut dapat digunakan agar cedera atau luka tetap pada posisinya atau untuk kompressi (mengurangi oedema), dan untuk mengurangi rasa nyeri. Pembalut elastis dapat digunakan untuk mengurangi gerak sendi dan cedera tulang. Pada cedera kronik dapat digunakan untuk mengurangi gerakan sendi maupun otot. Aplikasi Bandage elastis bertujuan untuk memberi

31 39 kesempatan pada penderita yang sedang mengalami cedera kronis atau cidera ringan untuk tetap dapat beraktifitas. Pada saat rehabilitasi penderita sebaiknya secepatnya kembali bergerak, melakukan latihan otot dan lain-lain agar tidak terjadi kekakuan sendi dan kelemahan otot. Bila telah melewati fase penyembuhan penderita ataupun atlet telah dapat kembali berlatih dengan memakai pembalut atau pita perekat agar bagian tubuh yang cedera dapat digerakkan dengan leluasa namun tetap dalam batas batas yang aman. Selain itu untuk mencegah trauma baru pada bekas lokasi cedera dan untuk mencegah cedera ulang. 4. Mekanisme Pengurangan nyeri pada penerapan Bandage elastic Penerapan bandage elastic pada kondisi cedera ini akan memberi efek mengurangi nyeri pada level sensorik oleh sebab adanya pumping action dari otot-otot sehingga memperbaiki sirkulasi darah perifer dan akan terabsorbsi zat-zat iritan yang diikuti oleh relaksasi otot-otot yang spasme oleh adanya zat-zat iritan tersebut. Selain itu juga berfungsi sebagai support dimana otot-otot terpriksir dengan merata sehingga memungkinkan pemblokiran gangguan metabolik (osmose zat iritan) pada saat peregangan jaringan (Williams and Wilkins, 2009). 5. Prosedur penerapan Bandage elastic Prosedur pemasangan Bandage elastic pada ligamentum Kollateral Media sendi lutut.

32 40 a) Persiapan penderita. Daerah yang mau dipasang Bandage elastic dibersihkan dari kotoran dan dikeringkan untuk menghindari gatal saat setelah di pasang. Penderita diberitau bahwa pemasangan elastis bermanfaat terhadap cedera yang dialaminya, kemudian atur posisi penderita dengan lutut fleksi 20 0 atau secomportable mungkin. b) Persiapan pembalut Bandage elastis Pastikan pembalut dalam keadaan bersih dan tergulung agar mudah pembalutan. c) Pembalutan : (1) Pembalutan elastis dimulai dari bawah keatas atau arah ke atas diawali 2 kali putaran, ketika memasang elastis bandage rol menghadap keatas pada tangan yang dominan. Selalu balut dengan arah yang dapat memendekkan struktur yang cedera. (2) Jangan memakai tungkai atau bagian tubuh lainnya untuk ankor untuk menghindari pembalutan terlalu ketat sehingga menghambat sirkulasi darah dan menimbulkan rasa nyeri. (3) Pembalutan elastis ini didesain untuk kompresi dan tidak untuk menyokong. Namun banyak tehnik

33 41 pemasangan akan lebih menyenangkan bila dilanjutkan pemasangan kinesio taping. (4) Pemasangan sebaiknya overlap 1/2-1/3 dari putaran pertama ke putaran berikutnya agar pembalutnya kuat dan merata. (5) Dianjurkan pemasangan selama 4 minggu dan 3 kali setiap minggunya. (6) Setelah selesai periksa kembali bagian distal (7) Bila ada keluhan perlu diperiksa kembali. Gambar 2.6 pemasangan Bandage elastic pada cedera ligamen kolateral medial sendi lutut. (Sumber : dokumen Pribadi) Penerapan Kinesio Taping 1. Definisi Kinesio taping Definisi kinesio taping diciptakan oleh kenzo Kase pada tahun (1996), kinesio taping adalah pita khusus yang tipis, elastic, dan dapat ditarik hingga 120% - 140% dari panjang aslinya sehingga cukup dikatakan elastis dibanding dengan taping yang konvensional.

34 42 Hal ini memungkinkan pergerakan yang maksimal dari otot dan sendi, adanya tarikan pada kulit oleh pita perekat (taping) bertujuan untuk meningkatkan ruang antara kulit dan otot, sehingga mengurangi tekanan lokal dan membantu meningkatkan sirkulasi dan drainase limfatik, akibat dari proses tersebut dapat mengurangi nyeri, mengurangi oedema, dan mengurangi spasme otot. Kinesio taping adalah teknik yang didasarkan pada proses alami penyembuhan tubuh secara sendiri, proses dari teknik ini mengfasilitasi system saraf dan peredaran darah. Metode ini pada dasarnya berasal dari ilmu Kinesiologi, maka dari itu dinanamakan kinesio. Otot tidak hanya sebagai penyokong dan penggerak tubuh, tetapi juga mengontrol peredaran darah vena dan aliran getah bening, suhu tubuh, dan lain-lain. Oleh karena itu, kegagalan system fungsi musculoskeletal dapat menyebabkan berbagai macam gejala (Kase, 2003). Kinesio taping dikembangkan oleh Dr. Kenzo Kase pada tahun 1970-an. Pada awal penggunaannya Kinesiotaping banyak digunakan untuk dunia olahraga. Kinesiotaping dibuat menyerupai kulit, ketebalannya menyerupai epidermis kulit manusia dan dapat diregangkan hingga 140% dari panjang normal sebelum diaplikasikan ke kulit, sehingga memberikan ketegangan yang kuat saat diaplikasikan pada kulit (Prientice, 2011; Thelen, 2008).

35 43 Kinesio taping terdiri dari polimer elastis yang dibungkus serat katun 100%. Serat katun memungkinkan untuk terjadinya penguapan kelembapan tubuh dan cepat kering. Tidak terdapat lateks di dalam kinesio taping, perekat ini 100% acrylic dan pengaktif panas. Tegangan atau uluran pada kinseio taping akan mempengaruhi keberhasilan yang diharapkan. Dalam pengaplikasian, jika tehnik yang diperlukan adalah 25%, Namun pengukuran persentase penguluran tersebut sangatlah deskriptif dan tergantung dari kemampuan feeling dan pengalaman. 2. Tujuan dan manfaat Kinesio taping Kinesio Taping dapat di aplikasikan berdasarkan letak dan tujuannya antara lain sebagai berikut : a. Mechanichal correction Hal yang harus diperhatikan pada koreksi mekanik ini adalah posisi jaringan harus dalam keadaan bebas, dan bukan membuat jaringan atau sendi berada dalam posisi terfiksasi. taping diaplikasikan untuk memberikan stimulus pada mechanoreseptor pada jaringan atau sendi. Teknik ini dapat digunakan untuk membantu posisi dari otot, fascia, atau sendi untuk menstimulasi mechanoreseptor sehingga akan membantu tubuh beradaptasi dengan stimulus tersebut.

36 44 b. Fascia correction Fascia correction ini diaplikasikan untuk membuat fascia pada posisi yang benar, dan menjaga fascia untuk tidak kembali ke posisi yang tidak diinginkan. Teknik ini dimaksudkan untuk mengurai keterbatasan fascia secara perlahan melalui gerakan kulit dan kemampuan elastisitas dari taping itu sendiri. c. Space correction Space corection ini diaplikasikan untuk membuat ruang lebih langsung di area nyeri, inflamasi, atau oedem. Ruang yang meningkat akan menurunkan tekanan dengan cara mengkerutkan kulit pada area cidera. Hasil dari penurunan tekanan akan menurunkan tingkat iritasi receptor kimia dan akan menurunkan nyeri. d. Ligamen/ tendon correction Ligamen/ tendon correction ini diaplikasikan untuk membuat peningkatan pada daerah ligamen atau tendon yang dihasilkan dari peningkatan stimulasi mechanoreceptor. Stimulus ini dipercaya akan dirasakan sebagai propioceptive stimulation yang akan diinterpretasikan oleh otak sebagai tegangan jaringan yang normal.

37 45 e. Functional correction Functional correction digunakan ketika membantu keterbatasan gerak melalui stimulasi sensoris. Kinesiotaping diaplikasikan dengan tanpa tarikan selama gerak aktif. Tegangan yang muncul dipercaya akan memberikan stimulasi pada mechanoreceptor. Persepsi stimulasi dipercaya diinterpretasikan sebagai stimulasi propioceptif yang bertindak sebagai penanda pada posisi akhir gerakan. f. Lymphatic correction Lymphatic corection digunakan untuk membantu mengurangi bengkak dengan cara mengarahkan cairan menuju nodus lympatik yang lebih longgar. 3. Pedoman Penerapan kinesio taping Hal yang perlu dipahami pada aplikasi penerapan Kinesio taping pada cedera ligamen kolateral medial sendi lutut adalah derajad dari penguluran pada area target yaitu 75 %, hal ini dimaksudkan agar ligamen tersupport dan membantu ligamen sebagai stabilisasi tetap pada fungsinya.

38 46 Tabel 2.1 Tarikan kineosiotape (Kemampuan Uluran Kinesiotape) Tarikan Kinesiotape Persentase Penuh = 100% Berat = 75% Sedang = 50% Ringan (ketika kertas dilepas) = 15-25% Sangat ringan = 0-15% Tidak diulur = 0% (Sumber : Kase et al., 2003) Pemasangan Kinesio taping diawali dengan mengukur lembar taping mulai 2 inci dibawah origo atau 2 inci diatas insersio otot. Pemasangan diharuskan menyesuaikan bentuk anatomis tubuh manusia. Dasar pemasangan taping selalu diawali dan diakhiri tanpa adanya tegangan dari taping. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir rasa kurang nyaman dari aplikasi taping (Kase et al., 2003). Penerapan Kinesio taping memiliki 4 fungsi utama yaitu: 1. Supporting muscle Penerapan Kinesio Taping dapat meningkatkan kemampuan otot yang lemah, mengurangi nyeri dan rasa lelah, dan menjaga otot dari keadaan kram, ketegangan dan kontraksi yang berlebihan.

39 47 2. Melancarkan sistem sirkulasi Penerapan Kinesio Taping dapat meningkatkan sirkulasi darah dan sistem limfatik, juga mengurangi pembengkakan yang terjadi pada jaringan. 3. Mengaktifkan sistem analgesik endogen Penerapan Kinesio taping dapat memfasilitasi tubuh untuk melakukan Self healing dan memproduksi zat analgesik sehingga dapat mengurangi nyeri. 4. Memperbaiki masalah persendian. Tujuan dari penerapan Kinesio taping adalah memperbaiki Range of motion dan menyesuaikan posisi sendi yang salah yang dihasilkan dari otot yang tegang. 5. Standar operasional prosedur pemasangan Kenesio Taping Hal yang harus selalu diperhatikan pada pemasangan Kinesio taping adalah posisi dari bagian tubuh yang akan ditaping diusahakan berada pada posisi yang lebih pendek, untuk mencegah tarikan pada bagian yang cedera sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung dengan lebih baik. Pemasangan Kinesio taping yang beulang ulang dapat menyebabkan kulit penderita mengalami iritasi. Sebelum melakukan pemasangan Kinesio taping, perlu diperhatikan beberapa hal dibawah ini, yaitu : a) Asess, tape, re asses

40 48 b) Tape untuk nyeri dan karena nyeri c) Bersihkan dan keringkan sebelum penggunaan d) Potong ujung setiap penggunaan e) Lakukan tanpa tarikan pada jangkar dan ekor f) Jangkar pada kulit diusahakan pada posisi netral g) Rambut dan bulu sebaiknya dibersihkan h) Edukasi ke pasien memudahkan penggunaan i) Tarikan yang sesuai diaplikasikan antara jangkar dan akhir disebut zona terapi j) Zona terapi adalah tempat dimana diaplikasikan tarikan pada target jaringan k) Sendi harus mampu bergerak dengan ROM penuh setelah aplikasi l) Setelah pemasangan gosok yang kuat untuk melengketkan m) Jangan pasang saat aktifitas, pasang 30 menit sebelum aktifitas a) Persiapan penderita. Setelah dipastikan kulit penderita bersih dan telah dikeringkan, kemudian atur posisi lutut fleksi 20 0 dengan memeberi support dibawah tumit. Penderita diberitahu bahwa manfaat pemasangan Kinesio taping pada kondisi cederanya, bila ada keluhan nyeri atau kesemutan beritahu terapist.

41 49 b) Persiapan alat (1) Peralatan yang akan digunakan harus sudah disiapkan terlebih dahulu agar saat pelaksanaan tidak ada yang tertinggal. (2) Pilih jenis tape yang hendak dipasang yaitu memiliki karakterristik elastis, adhesive, sangat kuat dan terbuat dari bahan Zinc-oxida, (3) Dan juga pilih tape yang memiliki karakteristik elastis, non adhesive, teridiri atas berbagai kerebalan dan ukuran (5cm, 7,5cm dan 10cm) c) Pemasangan (1) Setelah dipastikan Posisi Lutut fleksi (20 degree), kemudian terapist mendorong sedikit tungkai yang mengalami cedera kearah adduksi tungkai bawah atau searah varus agar ligamen dapat terfiksir dengan sempurna (2) Pasang ankor 5-8 cm dibawah lutut terfiksasi ligamen medial dari epicondilus lateralis menuju bidang atas lutut medial. (3) Kemudian pasang pita Taping 5 cm diatas ankor kemudian pita taping diatas ligamen yang mengalami cedera atau daerah zona target sekitar 75

42 50 % menuju atau searah dengan otot pes anserinus, taping atau pita rekat dipasang (4) Pasang ankor penutup pada ankor proksimal tanpa tarikan. (5) Dianjurkan pemasangan selama 6 sampai 8 minggu dan disertakan latihan stabilisasi, dengan durasinya 3 kali perminggu. (6) Setelah selesai pariksa bagian distal (7) Bila ada keluhan perlu diperiksa kembali. Gambar 2.7 : Penerapan Kinesio taping pada ligamen Kolateral medial sendi lutut. (Sumber : Dokumen pribadi) 5. Mekanisme pengurangan nyeri pada penerapan Kinesio taping Nyeri yang disebabkan oleh peregangan jaringan (pembebanan jaringan saat ekstensi maupun fleksi) atau propokasi aktivitas yang menyebabkan timbulnya sensitilisasi nosiceptor afferen dapat diatasi dengan adanya fiksasi atau stabilisasi pasif pada ligamen ini, sehingga memungkinkan untuk diberikan latihan

43 51 stabilisasi sendi atau penguatan otot-otot stabilisator yang mengalami cedera serta dapat dicapai stimulasi proprioseptif berupa reflek stumlasi langsung dan proses belajar (learning proses). Adanya fiksasi pada ligamen (stabilisasi pasif) dapat terjadi pemblokiran nyeri pada tingkatan sensorik level dan adanya pumping action dari otot-otot disekitar, meningkatkan system aliran darah capiler, meningkatkan proses metabolisme dan membantu proses absorbsi zat-zat iritan dan terjadi relaksasi otototot yang mengalami spasme dan kekakuan dapat diatasi Intervensi Latihan Stabilisasi 1. Pengertian. Cedera ligamen kolataral media sendi lutut sering menimbulkan rasa sakit serta ketidak mampuan untuk mencapai fungsinya. Nyeri dan ketidak mampuan akan bertambah dengan munculnya kelemahan dan atropi otot. Sedangkan otot-otot ini adalah merupakan komponen yang penting dalam membantu menstabilisir persendian, sementara kelemahan otot-otot seperti pes anserium dapat mengakibatkan semakin parahnya cidera. Sebaliknya dengan latihan stabilisasi akan terjadi penguatan otot-otot sehingga dapat mengurangi atropi otot dan membantu melindungi serta perbaiki problem yg muncul akibat instabilitas atau nyeri yang diakibatkan oleh kelemahan.

44 52 Penurunan protein yang rata-rata tinggi di sekililing lutut yang mengalami cedera dapat mengganggu stabilitas. Akan tetapi akibat dari latihan stabilitasi, maka otot-otot stabilisator aktif pada sendi lutut dapat memperbaiki kekuatan, ukuran, daya kenyal, serta mencegah peradangan. Berkurangnya nyeri akan menimbulkan peningkatan kemampuan menyangga beban tubuh sehingga meningkatkan kemampuan fungsional. Sebagai akibat pengaruh latihan stabilisai maka setelah latihan akan meningkatkan peredaran darah pada persendian dan nutrisi tulang disamping karena memperbaiki kekuatan dan fungsi jaringan (tissue) sekililing persendian. Dengan demikian akan mengurangi resiko terluka atau cidera kronik pada persendian. Latihan stabilisasi juga memperbaiki sistem peredaran darah tepi dan getah bening oleh adanya pumping sehingga mengatasi terjadinya pembengkakan yang dapat mengganggu gerak dan fungsi sendi. 2. Jenis Latihan stabilisasi. Latihan stabilisasi sebagai salah satu modalitas fisioterapi, dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot yaitu dengan memberikan latihan strengthening. Karena dengan memberikan latihan strengthening maka akan terjadi penambahan jumlah sarkomer dan serabut otot (filamen aktin dan miosin yang diperlukan dalam kontraksi otot), sehingga dengan terbentuknya serabut-serabut

45 53 otot yang baru maka kekuatan otot dapat meningkat dan memperoleh stabilisasi aktif daripada sendi tersebut. Dalam memberikan latihan strengthening banyak teknik latihan yang dapat dilakukan, antara lain dengan teknik latihan isometrik, isokinetik dan isotonik (Kisner, 2007). Latihan isometrik adalah suatu jenis latihan statik kontraksi yaitu kontraksi muskular melawan tahanan tanpa ada perubahan panjang otot atau tidak diikuti oleh adanya gerakan sendi. Latihan isokinetik adalah suatu jenis latihan dinamik dimana kecepatan otot untuk memendek dan memanjang terjadi secara konstan. Latihan isotonik adalah suatu jenis latihan dinamis dengan kontraksi otot yang menggunakan resisten/beban yang tetap dan terjadi perubahan panjang otot pada lingkup gerak sendi. Latihan isotonik sebagai latihan penguatan otot yang paling sering digunakan pada latihan dinamik mempunyai beberapa metode, antara lain; De Lorme, Oxford,DAPRE, Circuit Weight Training, dan Plyometric Training. Metode-metode ini merupakan metode isotonic resistance exercise yang pendekatannya dilakukan dengan meningkatkan kekuatan otot pada seluruh lingkup gerak sendi yang ada, sehingga aktifitas fungsional dari sendi tersebut. 3. Tujuan Latihan stabilisasi. Tujuan umum program latihan stabilisasi adalah untuk mencapai gerak dan fungsi yang bebas gejala atau suatu

46 54 symptom. Melalui proses pemikiran klinis, seoramg fisioterapis harus menentukan jenis terapi latihan yang dapat digunakan untuk mencapai hasil fungsional yang terukur. Latihan isotonic adalah suatu jenis latihan dinamis dengan kontraksi otot yang menggunakan resisten/beban tetap dan terjadi perubahan panjang otot pada lingkup gerak sendi. Latihan isotonic dapat diberikan dalam bentuk latihan dengan tetap dan berubahubah, eksentrik dan konsentrik (American Geriatric Society, 2001). Latihan dengan teknik isotonik ini merupakan suatu teknik latihan yang paling sering dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot. Latihan ini adalah latihan dinamik yang dilakukan dengan prinsip resisten/beban yang konstan dan terjadi perubahan panjang otot. Pada latihan isotonik dapat diberikan dengan beban atau sering disebut dengan heavy resistance exercise, yaitu metode yang paling berguna untuk latihan penguatan otot. Karena latihan ini merupakan latihan yang dinamik maka latihan ini dapat meningkatkan tekanan intramuskuler dan menyebabkan meningkatnya aliran darah, sehingga latihan ini tidak cepat menimbulkan kelelahan Pada latihan ini dilakukan dengan memberikan beban dari beban rendah ke tinggi. Tujuan terapi latihan termasuk untuk mencegah dysfungsi melalui pengembanmgan, perbaikan, pengembalian, atau peliharaan :

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan salah satu gangguan yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan fungsional, sehingga menghambat aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupannya manusia memiliki banyak aktivitas untuk dilakukan baik itu rutin maupun tidak rutin. Ada berbagai macam aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekuatan dan daya tahan otot saling mempengaruhi. Saat kekuatan otot meningkat, daya tahan juga meningkat dan sebaliknya. Lemahnya stabilitas sendi dapat menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perubahan akan terjadi pada tubuh sejalan dengan semakin meningkatnya usia manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada semua organ dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, termasuk masyarakat Indonesia. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola kegawang lawan, dengan memanipulasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta akan dapat berdampak kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menaiki tangga, berlari dan berolahraga secara umum dan lain-lain. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. menaiki tangga, berlari dan berolahraga secara umum dan lain-lain. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas fisik adalah bagian sangat esensial dari kehidupan manusia sehari-hari. Misalnya berjalan kaki, mengangkat sesuatu dengan tangan, menaiki tangga, berlari dan

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia harus memiliki kemampuan untuk bergerak atau melakukan aktivitas demi memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin majunya perkembangan jaman, persaingan dalam segala bidang semakin ketat. Untuk mampu mengikuti persaingan yang semakin ketat dibutuhkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang saling berinteraksi dengan lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal dalam bergerak atau beraktivitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia melakukan aktifitasnya tidak pernah lepas dari proses gerak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan jumah penduduk yang memasuki peringkat 5 besar penduduk terbanyak didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, pola kehidupan masyarakat Indonesia semakin hari semakin berkembang dan maju, dimana pola hidup tersebut dapat berpengaruh terhadap pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaki menjadi bagian penting bagi manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya. Dibandingkan dengan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang melakukan aktifitas fisik untuk menunjang hidup sehat, karena Kesehatan sangat penting bagi kehidupan manusia untuk hidup dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting dalam mempertahankan fungsi sendi patellofemoral dengan menarik patela ke arah

Lebih terperinci

Oleh: dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

Oleh: dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO Oleh: dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO 1. Berdasarkan waktu terjadi: -Akut : terjadi secara tiba-tiba dan terjadi dalam beberapa jam yang lalu. Tanda & Gejala: sakit, nyeri tekan, kemerahan, kulit hangat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu bergerak dan beraktivitas dalam kehidupannya. Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepanjang daur kehidupannya, manusia tidak akan terlepas dari gerak dan aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya pengetahuan masyarakat akan arti hidup sehat, maka ilmu kedokteran selalu di tuntut untuk memperbaiki kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti di Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang maka. Gerak merupakan elemen essential bagi kesehatan individu yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti di Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang maka. Gerak merupakan elemen essential bagi kesehatan individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu negara, seperti di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari aktivitas gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan atau aktivitas sehari-hari dalam kehidupannya. Salah satu contoh aktivitas seharihari adalah bersekolah,kuliah,bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup, dan melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam memenuhi kebutuhan sehariharinya hingga kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup sehat adalah tujuan semua orang. Salah satu yang mempengaruhi kualitas hidup individu adalah kondisi fisiknya sendiri. Sehingga manusia yang sehat sudah tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas adalah berjalan. Untuk dapat menghasilkan mekanisme pola berjalan yang harmonis, maka kita

Lebih terperinci

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disabilitas (ketidakmampuan) baik secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi kehidupan setiap orang. Adanya nyeri pada lutut yang disebabkan oleh osteoarthtritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan pada manusia ada empat fase, yaitu fase anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Remaja adalah fase yang sangat penting yang menjadi kunci pertumbuhan

Lebih terperinci

Pengantar Cedera Olahraga

Pengantar Cedera Olahraga Pengantar Cedera Olahraga Oleh: Ade Jeanne D.L. Tobing Kuliah Pengantar Cedera Olahraga, PPDS Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga FKUI Outline Definisi dan klasifikasi cedera olahraga Mekanisme cedera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk, Indonesia memiliki sejumlah permasalahan baik dalam perekonomian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di era yang serba modern seperti sekarang ini maka mudah sekali untuk mendapatkan semua informasi baik dalam bidang teknologi, bisnis, serta bidang kesehatan. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi optimal untuk berinteraksi dengan lingkungan menjadi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi optimal untuk berinteraksi dengan lingkungan menjadi tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi optimal untuk berinteraksi dengan lingkungan menjadi tuntutan terhadap manusia, untuk dapat melakukan aktivitas dengan menggunakan kapasitas individu yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit dan meningkat juga pengguna jasa asuransi kesehatan.

Lebih terperinci

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY Abstrak lutut mudah sekali terserang cedera traumatik. Persendian ini kurang mampu melawan kekuatan

Lebih terperinci

RUPTUR TENDO ACHILLES

RUPTUR TENDO ACHILLES RUPTUR TENDO ACHILLES LI 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makro Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beratnya latihan dan kontak badan antar pemain bertumpu pada fisik. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. beratnya latihan dan kontak badan antar pemain bertumpu pada fisik. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan kekuatan jasmani merupakan salah satu dari sejumlah syarat mutlak yang wajib di miliki oleh seorang atlet sepak bola, mengingat beratnya latihan dan kontak

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROGRAM REHABILITASI POST OPERATIF CEDERA LUTUT DALAM MENINGKATKAN RANGE OF MOTION PASIEN DI JOGJA SPORTC CLINIC SKRIPSI

EFEKTIVITAS PROGRAM REHABILITASI POST OPERATIF CEDERA LUTUT DALAM MENINGKATKAN RANGE OF MOTION PASIEN DI JOGJA SPORTC CLINIC SKRIPSI EFEKTIVITAS PROGRAM REHABILITASI POST OPERATIF CEDERA LUTUT DALAM MENINGKATKAN RANGE OF MOTION PASIEN DI JOGJA SPORTC CLINIC SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI CEDERA

PATOFISIOLOGI CEDERA PATOFISIOLOGI CEDERA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti, MS FIK-UNY Ada dua jenis cedera yang sering dialami oleh atlet, yaitu trauma akut dan Overuse Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih). Trauma akut adalah suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membuat manusia dituntut untuk hidup lebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Myalgia cervical atau sering dikenal dengan nyeri otot leher adalah suatu kondisi kronis dimana otot mengalami ketegangan atau terdapat kelainan struktural tulang

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Setelah dilakukan proses assessment pada pasien Ny. DA usia 44 tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa nyeri tekan dan gerak pada pergelangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG WHO menyatakan Health is a state of complete physical, mental and social well being and not merely the absence of deaseas or infirmity. Sehat adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR Prof. DR. dr. Hj. Yanwirasti, PA BAGIAN ANATOMI Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dibentuk oleh : - sacrum - coccygis - kedua os.coxae Fungsi : Panggul (pelvis)

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR TIBIA PLATEAU DEXTRA DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR TIBIA PLATEAU DEXTRA DI RSUD SRAGEN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR TIBIA PLATEAU DEXTRA DI RSUD SRAGEN Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pembangunan dan teknologi memberikan dampak bagi segala bidang pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat,

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas sehari-hari tidak jarang dapat menimbulkan gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga, mengangkat barang, mencuci, ataupun aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. digilib.uns.ac.id 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. Selama latihan fisik akan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sehari-hari manusia dalam bekerja dan beraktivitas selalu melibatkan anggota gerak tubuhnya. Manusia adalah makhluk yang memerlukan gerak karena hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Olahraga, baik yang bersifat olahraga prestasi maupun rekreasi merupakan aktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Akan tetapi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Colin Mathers, koordinator divisi kematian dan penyakit di WHO,

BAB I PENDAHULUAN. Colin Mathers, koordinator divisi kematian dan penyakit di WHO, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan tekhnologi informasi pada era sekarang ini, menyebabkan perbaikan kuwalitas hidup manusia diseluruh dunia. Colin Mathers, koordinator divisi kematian

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR SUPRACONDYLAR HUMERI DENGAN K-WIRE DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J 100 090 02

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejayaan suatu bangsa dapat dilihat dari hasil hasil prestasi yang diraih

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejayaan suatu bangsa dapat dilihat dari hasil hasil prestasi yang diraih PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejayaan suatu bangsa dapat dilihat dari hasil hasil prestasi yang diraih oleh para atlit dalam event - event cabang olah raga baik pada tingkat regional, nasional maupun

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau 61 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau beberapa titik picu (trigger points) dan dicirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia tidak akan terlepas dari masa remaja. Masa remaja merupakan saah satu periode dari perkembangan manusia, masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITISKNEE JOINT

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITISKNEE JOINT PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITISKNEE JOINT Disusun oleh : MIFTAHUDDIN ULINNUHA ABROR P27226015077 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA KARANGANYAR 2015 BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan bebas dari penyakit baik penyakit fisik maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah merupakan keadaan statis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti tarian. Pada saat ini, aerobik mempunyai gerakan yang tersusun, tapi

BAB I PENDAHULUAN. seperti tarian. Pada saat ini, aerobik mempunyai gerakan yang tersusun, tapi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dekade terakhir, latihan senam aerobik telah menjadi salah satu jenis latihan yang paling popular. Aerobik yang dilakukan pada saat ini tidak seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic),

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini tehnologi sudah sangat berkembang sehingga memudahkan semua kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), seperti contohnya tehnologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF berusia 52 tahun dengan keluhan nyeri pinggang bawah dan menjalar sampai kaki kiri akibat Hernia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

CEDERA OLAHRAGA. By : Faidillah Kurniawan

CEDERA OLAHRAGA. By : Faidillah Kurniawan CEDERA OLAHRAGA By : Faidillah Kurniawan CEDERA OLAHRAGA Menurut penyebabnya: 1. Overuse injury 2. Traumatic injury Overuse injury disebabkan oleh gerakan berulang yang terlalu banyak dan terlalu cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tugas-tugasnya dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. sendi bahu dan mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. dan tugas-tugasnya dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. sendi bahu dan mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Dengan kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup sehat adalah harapan setiap individu baik sehat fisik maupun psikis. Namun harapan tersebut kadang bertentangan dengan keadaan di masyarakat, dimana dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ruangan),yang jika digabung artinya menjadi sepak bola dalam ruangan.

BAB I PENDAHULUAN. (ruangan),yang jika digabung artinya menjadi sepak bola dalam ruangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Futsal berasal dari bahasa Spanyol, yaitu futbol (sepakbola) dan sala (ruangan),yang jika digabung artinya menjadi sepak bola dalam ruangan. Olahraga futsal adalah olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari mulai alat komunikasi, alat perkantoran, alat transportasi sampai sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dari mulai alat komunikasi, alat perkantoran, alat transportasi sampai sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kini, perkembangan zaman semakin pesat. Setiap waktunya lahir berbagai teknologi baru yang memudahkan manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Dari mulai alat komunikasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Glenohumeral joint merupakan sendi joint yang paling luas gerakannya di tubuh kita. Glenohumeral joint termasuk sendi peluru dengan mangkok sendi yang sangat dangkal.

Lebih terperinci

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan oleh seseorang dengan cara berlatih serta melalui suatu proses latihan yang terprogram, tersusun,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Nyeri Hasil evaluasi nyeri dengan menggunakan VDS didapatkan hasil bahwa pada terapi ke-0 nyeri diam: tidak nyeri, nyeri tekan: nyeri ringan, nyeri gerak: nyeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Oleh karena itu, manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat.

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan pola pikir masyarakat yang terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik menjadi berkurang, yang mengakibatkanterjadinya

Lebih terperinci

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan A. Otot Manusia Pada kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari materi yang masih berkaitan dengan alat gerak. Bila tulang dikatakan sebagai alat gerak pasif maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang banyak melakukan kerja fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang sering digunakan terutama bagian kaki. Gerak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ButterworthHeinemann : Oxford. Hal : Lawson,Kari Standard of Care: Plantar Fasciitis. Brighamand Women s Hospital

BAB 1 PENDAHULUAN. ButterworthHeinemann : Oxford. Hal : Lawson,Kari Standard of Care: Plantar Fasciitis. Brighamand Women s Hospital 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi berdampak perubahan pada segala bidang. Salah satu dampaknya adalah Aktifitas yang meningkat dan beranekaragam tidak telepas dari peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis. Pemelihara kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap mahluk hidup secara sosial dan ekonomi. Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, manusia dituntut untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan tersebut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak dijumpai dibanding dengan penyakit sendi lainnya. Semua sendi dapat terserang, tetapi yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak berkembangnya teknologi dan pengetahuan, membuat semakin meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. Kesadaran atas kesehatan kadang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu dari negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia, sangat berkepentingan terhadap masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

OSTEOARTHRITIS GENU (http://www.diskdr-online.com/news/5/osteoarthritis-genu)

OSTEOARTHRITIS GENU (http://www.diskdr-online.com/news/5/osteoarthritis-genu) OSTEOARTHRITIS GENU (http://www.diskdr-online.com/news/5/osteoarthritis-genu) Definisi Osteoarthritis genu adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi lutut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat pelayanan kesehatan di masyarakat saat ini semakin maju dan berkembang sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Hal ini sebagai dampak dari perubahan pola penyakit-penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. subyektif, setiap orang memiliki arti sehat masing-masing. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. subyektif, setiap orang memiliki arti sehat masing-masing. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan konsep yang sangat individual dan subyektif, setiap orang memiliki arti sehat masing-masing. Berdasarkan arti sehat tersebut, dimensi kesehatan dibedakan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan

Lebih terperinci