KATA PENGANTAR. melimpahkan rahmat serta hidayah-nya kepada kita semua sehingga kami dapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. melimpahkan rahmat serta hidayah-nya kepada kita semua sehingga kami dapat"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan buku NBM tahun 2015 (Sementara). Buku NBM tahun 2015 (Sementara) dapat disusun atas dukungan dan kerjasama yang baik dari Tim NBM dan nara sumber lain yang menunjang ketersediaan data, meskipun dalam proses penyusunan mengalami hambatan dan kendala, terutama kesulitan dalam pengumpulan data. Data NBM tahun 2015 (Sementara) diperoleh dari Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Bulog, Dinas Kelautan Perikanan, BPS, PG. Madu Baru dan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi DIY dan data ekspor impor yang diperoleh dari distributor serta pedagang besar. Dengan selesainya penyusunan NBM tahun 2015 (Sementara) ini diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi ketersediaan pangan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk tahun yang bersangkutan, sekaligus sebagai evaluasi ketersediaan pangan yang ditindaklanjuti dalam penyusunan rencana produksi dan pengadaan pangan bagi penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam penyusunan NBM tahun 2015 (Sementara) ini tentunya masih ada kekurangan, untuk itu kami mohon saran serta kritik yang membangun. Kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan NBM tahun 2015 (Sementara) kami sampaikan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Yogyakarta, Mei 2016 Kepala Ir. Arofa Noor Indriani, M.Si NIP

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i. DAFTAR ISI...ii DAFTAR TABEL...iv DAFTAR LAMPIRAN...v DAFTAR GAMBAR...vi I. PENDAHULUAN A. Umum...1 B. Perkembangan Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM)...2 C. Kegunaan Neraca Bahan Makanan (NBM)...4 II. METODOLOGI A. Pengertian Neraca Bahan Makanan ( NBM )...6 B. Syarat- syarat Penyusunan NBM...15 C. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data...18 III. PENYEMPURNAAN NERACA BAHAN MAKANAN ( NBM ) A. Hasil Kajian Sub Sektor Peternakan...17 B. Hasil Kajian Sub Sektor Tanaman Pangan...17 C. Hasil Kajian Sub Sektor Hortikultura...17 D. Hasil Kajian Sub Sektor Perkebunan...18 E. Upaya Penyempurnaan dengan Menggunakan Tabel I O...20 F. Perubahan Tabel NBM...22 IV. ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN TAHUN 2015 SEMENTARA A. Situasi Ketersediaan Pangan Tahun Sementara...23 B. Analisis Surplus/minus Berdasarkan Neraca Bahan Makanan...31 V. DINAMIKA KETERSEDIAAN PANGAN ( SEMENTARA) A. Ketersediaan dan Tingkat Ketersediaan Energi dan Protein DIY tahun B. Skor PPH Berdasarkan Ketersediaan Pangan DIY Tahun C. Ketersediaan dan Tingkat Proporsi Ketersediaan Energi DIY ( )...35 D. Tingkat Ketersediaan Energi dan Protein dan Laju Tingkat Ketersediaan...36

3 VI. KETERKAITAN NERACA BAHAN MAKANAN TAHUN 2015 SEMENTARA DENGAN POLA PANGAN HARAPAN DIY...39 VI. KESIMPULAN A. Kesimpulan...43 B. Saran...46

4 DAFTAR TABEL TABEL Tabel 1. Ketersediaan Pangan berdasarkan Jenis Bahan Makanan untuk Konsumsi Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013 Tabel 2. Neraca Bahan Makanan (NBM) Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013 Tabel 3. Ketersediaan Pangan berdasarkan Jenis Bahan Makanan untuk Konsumsi Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014 Tabel 4. Neraca Bahan Makanan (NBM) Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014 Tabel 5. Ketersediaan Pangan berdasarkan Jenis Bahan Makanan untuk Konsumsi Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Sementara Tabel 6. Neraca Bahan Makanan (NBM) Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Sementara Tabel 7. Ketersediaan Energi, Protein dan Lemak berdasarkan Jenis Bahan Makanan untuk Konsumsi Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014 dan 2015 Sementara Tabel 8. Ketersediaan Energi, Protein dan Lemak berdasarkan Jenis Bahan Makanan untuk Konsumsi Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2013, tahun 2014 dan tahun 2015 Sementara Tabel 9. Ketersediaan Energi berdasarkan Jenis Bahan Makanan sesuai PPH untuk Konsumsi Penduduk DIY Tahun 2014 dan Tahun 2015 Sementara Tabel 10. Ketersediaan dan Tingkat Ketersediaan Energi DIY Tahun Sementara Tabel 11. Skor PPH Berdasarkan Ketersediaan Energi di DIY Tahun Sementara

5 Tabel 12. Ketersediaan dan Tingkat Ketersediaan Energi DIY ( ) Berdasarkan Kelompok Pangan (Publikasi NBM) Tabel 13. Ketersediaan dan Tingkat Ketersediaan Energi dan Protein Tahun Sementara Tabel 14. Laju Tingkat Ketersediaan Tabel 15. Kontribusi Energi Menurut Kelompok Pangan Tahun 2015 Sementara Tabel 16. Proyeksi Ketersediaan Energi Kelompok Pangan (Kal/kap/hari) Tabel 17. Proyeksi Ketersediaan Energi Menurut Kelompok Pangan (Gram/kap/hari) Tabel 18. Proyeksi Ketersediaan Komoditas Pangan di DIY Tahun 2016, 2017, 2018 dan 2020

6 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran 1. Skor Konsumsi Tahun 2014 dengan Pendekatan PPH 2. Analisis Surplus / Minus Berdasarkan NBM Tahun 2015 Sementara 3. Skor PPH DIY Berdasarkan NBM Tahun 2015 Sementara 5. Sasaran Pola Pangan Harapan (PPH) DIY Tahun berdasarkan Neraca Bahan Makanan Tahun 2015 Sementara 6. Sasaran Pola Pangan Harapan (PPH) DIY Tahun berdasarkan Neraca Bahan Makanan Tahun 2015 (Kkal/kap/hari) (Gram/kap/hari) Lampiran 7. Rata - rata Ketersediaan Pangan DI. Yogyakarta berdasarkan Neraca Bahan Makanan Tahun 2015 (Gram/Kapita/Hari) (Proyeksi Ketersediaan Pangan) Lampiran 8. Proyeksi Ketersediaan Pangan DI. Yogyakarta berdasarkan Neraca Bahan Makanan Tahun 2015 (Gram/Kapita/Hari) (Proyeksi Ketersediaan Pangan) Lampiran 9. Proyeksi Gap Ketersediaan Pangan Berdasarkan Neraca Bahan Makanan Tahun 2015 (Kg/Kapita/Tahun) Lampiran 10. Proyeksi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Neraca Bahan Makanan Tahun 2015 (Kg/Kapita/Tahun) Lampiran 11. Proyeksi Gap Ketersediaan Pangan Berdasarkan Neraca Bahan Makanan Tahun 2015 (Kg/Kapita/Tahun) Lampiran 12. Proyeksi Ketersediaan Pangan (000 Ton/Tahun) Lampiran 13. Proyeksi Ketersediaan Pangan (000 Ton/Tahun) Lampiran 14. Format Neraca Bahan Makanan Lampiran 15. Besaran Konversi yang Digunakan Untuk Ternak Lampiran 16. Konversi Kuantitas dan Bentuk Pangan Lampiran 17. Jenis Bahan Makanan, Produksi Turunan dan Besaran Konversi Input ke Output menurut Kelompok Komoditas Lampiran 18. Faktor Konversi Bahan Makanan yang Dipakai untuk Menghitung Produksi Lampiran 19. Komposisi Bahan Makanan Lampiran 20. Besaran Konversi Lampiran 21. Konversi Olahan Komoditi Perikanan Lampiran 22. Daftar Kandungan Zat Gizi Bahan Makanan

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Ketersediaan Energi Tahun Sementara Gambar 2. Ketersediaan Protein Tahun Sementara Gambar 3. Ketersediaan Lemak Tahun Sementara Gambar 4. Perbandingan Ketersediaan Energi Tahun 2015 dengan Ideal Gambar 5. Perbandingan Ketersediaan Energi Tahun 2014 dan 2015 dengan Ideal Gambar 6. Perbandingan Skor Konsumsi 2014 dengan Skor Ideal Gambar 7. Pola Konsumsi Energi 2014 Gambar 8. Pola Konsumsi Berdasarkan PPH Gambar 9. Ketersediaan Energi DIY Tahun Sementara Gambar 10. Tingkat Ketersediaan Energi Tahun Sementara Gambar 11. Perbandingan Proporsi Ketersediaan Energi Tahun dengan Skor Ideal

8

9 BAB I PENDAHULUAN A. Umum Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan Pangan dan Gizi bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, memenuhi kecukupan Gizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk mewujudkan Status Gizi yang baik agar dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. (Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015). Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Prioritas kebijakan pembangunan ekonomi yang ditempuh dalam sistem ketahanan pangan diantaranya upaya pemenuhan kecukupan pangan dengan menjamin tersedianya pangan dan gizi dalam jumlah, mutu yang cukup dan harga yang terjangkau dengan memperhatikan peningkatan pendapatan petani serta peningkatan produksi. Salah satu subsistem utama sistem ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan, yang menjelaskan tentang jumlah bahan pangan yang tersedia di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Ketersediaan pangan dapat diwujudkan melalui produksi dalam negeri atau daerah, pemasukan dari luar negeri atau luar daerah, dan cadangan yang dimiliki negara atau daerah yang bersangkutan. Ketersediaan NBM 2015 Sementara halaman 1

10 pangan merupakan suatu sistem yang berjenjang (hierarchial system) mulai dari tingkat nasional, propinsi (regional), lokal (kabupaten/ kota) dan rumah tangga. Ketersediaan pangan dapat diukur baik pada tingkat makro (nasional, propinsi, kabupaten/ kota) maupun mikro (rumah tangga) Ketahanan pangan mensyaratkan ketersediaan pangan yang cukup dan berkelanjutan sepanjang waktu, oleh sebab itu situasi ketersediaan pangan perlu diketahui secara periodik. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemantauan dan analisis produksi dan ketersediaan pangan. Informasi tentang situasi ketersediaan pangan tersebut diperlukan sebagai bahan untuk menyusun perencanan, evaluasi, perumusan kebijakan, pemecahan masalah produksi dan ketersediaan pangan. B. Perkembangan Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM) Penyusunan NBM pertama-tama dilakukan pada masa Perang Dunia II, karena negara-negara yang terlibat perang mengalami krisis pangan yang harus segera di atasi. Tahun 1942, pertama kalinya Inter Allied Committee On Postwar Requirement menggunakan metode Food Balance Sheet untuk meneliti kebutuhan pangan waktu itu. Pada tahun 1943, suatu tim ahli gabungan antara Kanada, Amerika Serikat dan Inggris menerbitkan suatu laporan berjudul Food Consumption Level in The United Sastes and The United Kingdom. Selanjutnya pada tahun Food and Agriculture Organization (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa mulai menggunakan metode NBM di antara 70 negara anggotanya. Pada sidangnya yang keempat di Washington pada tahun 1948, FAO telah membuat rekomendasi agar semua negara-negara anggota dapat menyusun NBM menurut model yang seragam dan mengirimkannya kepada FAO disertai harapan agar penyusunannya di setiap negara dilakukan setiap tahun. Sebagai kelanjutan dari perhatian dan rekomendasi FAO tentang NBM ini, maka pada tahun 1949 dan 1950 telah berhasil dipublikasikan NBM berbentuk Loose-leat booklet pertama NBM 2015 Sementara halaman 2

11 untuk 77 negara yang mencakup periode permulaan peran dunia II dan masa tahun 1947/1948 dan 1948/1949. Loose-leat booklet kedua diublikasikan pada tahun 1950/1951, 1951/1952, 1952/1953 dan 1953/1955, untuk 92 negara. Berdasarkan atas kemungkinan-kemungkinan teknis penyajian, maka pada tahun 1957 diputuskan bahwa penerbitan NBM oleh FAO tidak lagi secara tahunan melainkan periode tiga tahunan. Himpunan pertama periode tiga tahunan yang meliputi periode dan mencakup 30 negara, diterbitkan pada tahun Himpunan kedua meliputi periode dan mencakup 43 negara diterbitkan pada tahun 1963.Himpunan ketiga pada tahun 1966 untuk 63 negara mencakup periode Sedangkan himpunan keempat adalah NBM untuk periode yang dipublikasikan pada tahun 1971 dan mencakup 132 negara. Di Indonesia, NBM mulai disusun tahun 1963 oleh Biro Pusat Statistik (BPS) dengan bantuan ahli dari FAO untuk keperluan intern BPS. Hasilnya terdiri atas NBM periode , NBM periode dan NBM tahun 1970.Kemudian secara periodik disusun NBM tahun 1971 dan NBM Selanjutnya berdasar instruksi Menteri Pertanian Nomor : 12/INS/UM/6/1975 tanggal 19 Juni 1975, dibentuk Tim Penyusun NBM Nasional yang beranggotakan unsur-unsur dari instansi Departemen Pertanian, BPS dan instansi terkait untuk menyusun buku Pedoman Penyusunan NBM serta menyajikan NBM mulai PELITA I sampai dengan sekarang. Menyadari bahwa pengkajian NBM Nasional terlalu bersifat umum, maka pada tahun 1979 Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian atas nama Menteri Pertanian melalui surat Nomor 92/B/1979 tanggal 18 Januari 1979, menginstruksikan seluruh Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian untuk menyusun NBM Regional/Provinsi dan hasilnya disampaikan kepada Menteri NBM 2015 Sementara halaman 3

12 Pertanian melalui Unit Perbaikan Menu Makanan Rakyat (UPMMR) Departemen Pertanian. Pada tahun 1979 telah dikeluarkan pula Instruksi Presiden No 20 tahun 1979 tanggal 8 Oktober 1979 tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat termasuk di dalamnya penyajian NBM, sebagai kelanjutan Instruksi Presiden No. 14 tahun Pada tahun 1985 Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian atas nama Menteri Pertanian, melalui surat Nomor RC.220/487/B/II/1985 tanggal 20 Januari 1985 menginstruksikan seluruh Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian untuk mengembangkan Penyusunan NBM Regional dan Provinsi dengan membentuk Tim Penyusun NBM Regional/Provinsi yang bertugas menyusun NBM Regional/Provinsi masing-masing. Tahun 1993 dan 1996 Buku Pedoman Penyusunan NBM juga diterbitkan dengan memasukkan beberapahasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa institusi. Selanjutnya upaya penyempurnaan penyusunan Tabel NBM terus dilakukan, dengan melakukan beberapa kajian, diantaranya dengan menggunakan pendekatan Tabel Input Output.Buku Pedoman Penyusunan NBM Tahun 2004 kembali diterbitkan dengan mengakomodasikan hasil beberapa kajian yang dilakukan dalam rangka penyempurnaan penyusunan NBM.Dalam rangka menjabarkan Pedoman Penyusunan NBM Tahun 2004 serta penyempurnaan data baik dari segi cakupan maupun kualitasnya maka dipandang perlu untuk menyusun Buku Panduan Penyusunan NBM. Di DIY telah mulai menyusun NBM sejak tahun 1990 an, dan sekarang disusun oleh Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan membentuk Tim Penyusun NBM terdiri dari BPS, Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan, Biro Administrasi dan Perekonomian Setda DIY, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Bulog, Dishubkominfo, PT. Madubaru, Disperindagkop dan UKM, Bappeda, serta lurah pasar dan pengurus NBM 2015 Sementara halaman 4

13 koperasi pasar. Mulai tahun 2011 NBM DIY disusun 2 kali berupa angka sementara dan angka tetap. Dan mulai NBM tahun 2010 dan 2011 sudah disusun NBM di 4 Kabupaten (Kulon Progo, Gunung Kidul, Bantul, Sleman), apalagi didukung tuntutan dalam Standar Pelayanan Minimum (SPM) bidang Ketahanan Pangan yang salah satu indikator kinerjanya menggunakan hasil NBM. C. Kegunaan Neraca Bahan Makanan (NBM) Sebagai salah satu alat perencana di bidang pangan dan gizi, NBM dapat memberikan informasi berupa data tentang produksi, pengadaan, serta semua perubahan-perubahan yang terjadi, hingga suatu komoditas tersedia untuk dikonsumsi oleh penduduk suatu negara/daerah dalam satu kurun waktu tertentu. Dengan demikian, NBM merupakan salah satu metode untuk memperoleh gambaran situasi penyediaan pangan yang cukup lengkap dan teliti, namun sederhana dan relatif mudah dikerjakan. Oleh karena itu, suatu NBM yang disajikan secara lengkap tepat waktu dan berurutan dari suatu periode ke periode berikutnya, akan sangat berguna untuk memantapkan kebijakan pangan secara menyeluruh, dan bahkan sangat berguna bagi perencanaan program-program yang berkaitan dengan masalah pangan dan gizi secara umum. Dengan menyusun NBM, dimungkinkan dengan cepat didapatkan gambaran tentang situasi penyediaan pangan per kapita suatu negara/daerah pada suatu kurun waktu tertentu. Sehingga stakeholder pengambil keputusan dengan cepat pula dapat menetapkan kebijakan yang harus ditempuh. NBM 2015 Sementara halaman 5

14 BAB II METODOLOGI A. Pengertian Neraca Bahan Makanan (NBM) Neraca Bahan Makanan (NBM) adalah suatu tabel yang terdiri atas kolomkolom yang memuat berbagai informasi berupa data tentang situasi dan kondisi penyediaan bahan makanan bagi penduduk suatu negara/daerah, dalam suatu kurun waktu tertentu. Informasi tersebut dicantumkan dalam 19 kolom sebagai berikut : kolom (1) Jenis Bahan Makanan (Commodity); kolom produksi (production) yang terdiri atas kolom (2) masukan (input) dan (3) keluaran (output); kolom (4) Perubahan stok (changes in stock); kolom (5) impor (import); kolom (6) Penyediaan Dalam Negeri sebelum Ekspor (Domestic Supplay prior to Export); kolom (7) Ekspor (export); kolom (8) Penyediaan Dalam Negeri (Domestic Utilization) yang terdiri atas : kolom (9) Pakan (feed); (10) Bibit (Seed); diolah untuk (Manufactured for) (11) Makanan (food) dan (12) Bukan makanan (non food); (13) Tercecer (Weste) dan (14) Bahan Makanan (Food); Ketersediaan per kapita (per capita availability) terdiri atas kolom-kolom (15) kg/thn (kg/year); (16) Gram/hari (gram/day); (17) Energi dalam satuan kalori/hari (cal/day), (18) Protein dalam satuan gram/hari (proteins in gram/day); dan (19) Lemak dalam satuan gram/hari (fats in gram/day). 1. Jenis Bahan Makanan Bahan makanan yang dicantumkan dalam kolom ini adalah semua jenis bahan makanan baik nabati maupun hewani yang lazim/umum tersedia untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan makanan tersebut dikelompokkan menurut jenisnya yang diikuti prosesnya dari produksi sampai dengan dapat dipasarkan/dikonsumsi dalam bentuk belum berubah atau bentuk lain yang NBM 2015 Sementara halaman 6

15 berbeda sama sekali setelah melalui proses pengolahan. Pengelompokkan bahan makanan tersebut adalah sebagai berikut : padi-padian, makanan berpati, buah/biji berminyak, buah-buahan, sayuran, daging, telur, susu, ikan serta kelompok minyak dan lemak. a. Padi-Padian Padi-padian adalah kelompok komoditas yang terdiri atas gandum, padi, jagung dan sorghum (canthel) serta produksi turunannya b. Makanan Berpati Makanan berpati adalah bahan makanan yang mengandung pati yang berasal dari akar/umbi dan lain-lain bagian tanaman yang merupakan bahan makanan pokok lainnya. Yang termasuk dalam kelompok komoditas ini adalah ubi kayu, ubi jalar dan sagu, serta produksi turunannya. Contoh gaplek/chips dan tapioka/pellet adalah turunan dari ubi kayu. Kelompok komoditas makanan berpati ini merupakan jenis bahan makanan yang mudah rusak jika disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama bila tidak melalui proses pengolahan. c. Gula Gula adalah sekelompok komoditas yang terdiri atas : gula pasir dan gula merah (gula mangkok, gula lempengan, gula semut dan lain-lain), baik dari hasil olahan pabrik maupun rumah tangga yang merupakan produk olahan dari tanaman kelapa deres, aren, siwalan, nipah dan tebu. d. Buah/biji berminyak Buah/biji berminyak adalah kelompok bahan makanan yang mengandung minyak, yang berasal dari buah dan biji-bijian. Komoditas yang termasuk dalam kelompok ini adalah kacang hijau, kelapa, kacang tanah, kacang kedelai, kacang mete, kemiri, pala, wijen, kacang bogor dan lain-lain yang sejenis. Sebagian dari komoditas ini, khususnya NBM 2015 Sementara halaman 7

16 kelapa, diolah menjadi kopra yang selanjutnya dijadikan minyak goreng, sehingga produk turunannya tercantum dalam kelompok minyak dan lemak. e. Buah-buahan Buah-buahan adalah sumber vitamin dan mineral dari bagian tanaman yang berupa buah.umumnya merupakan produksi tanaman tahunan yang biasa dapat dikonsumsi tanpa dimasak f. Sayuran Sayuran adalah sumber vitamin dan mineral yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga, buah, batang atau umbi.tanaman tersebut pada umumnya berumur kurang dari satu tahun g. Daging Daging adalah bagian-bagian dari hewan yang disembelih atau dibunuh dan lazim dimakan manusia, kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain dari pada pendinginan. h. Telur Telur adalah telur unggas.telur yang dimaksud yaitu telur ayam buras, telur ayam ras dan telur itik dan telur unggas lainnya. i. Susu Susu adalah cairan yang diperoleh dari ambing ternak perah sehat, dengan cara pemerahan yang benar, terus-menerus dan tidak dikurangi sesuatu dan/atau ditambahkan ke dalamnya sesuatu bahan lain. j. Ikan Ikan adalah komoditas yang berupa binatang air (ikan berkulit halus dan berkulit keras) dan biota perairan lainnya. Yang dimaksud komoditas ikan disini adalah yang berasal dari kegiatan penangkapan di laut maupun perairan umum (waduk, sungai dan rawa) yang dapat NBM 2015 Sementara halaman 8

17 diolah menjadi bahan makanan yang lazim/umum dikonsumsi masyarakat. Berdasarkan banyaknya jenis ikan darat/laut yang dikonsumsi penduduk dirinci menjadi : tuna/cakalang/tongkol, kakap, cucut, bawal, teri, lemuru, kembung, tengiri, bandeng, belanak, mujair, ikan mas, udang, rajungan, kerang darah, cumi-cumi/sotong dan lainlainnya. k. Minyak dan Lemak Minyak dan lemak adalah kelompok bahan makanan yang berasal dari nabati seperti : minyak kelapa, minyak sawit, minyak kacang tanah, minyak kedelai dan minyak jagung; serta yang berasal dari hewani yaitu minyak ikan. Sedangkan lemak umumnya berasal dari hewani, seeperti lemak sapi, lemak kerbau, lemak kambing/domba, lemak babi dan lain-lain. 2. Produksi Produksi adalah jumlah keseluruhan hasil masing-masing bahan makanan yang dihasilkan dari sektor pertanian (Tanaman Pangan, hortikultura, Peternakan, Perikanan dan Perkebunan), yang belum mengalami proses pengolahan maupun yang sudah mengalami proses pengolahan. Produksi dikategorikan menjadi 2 kategori sebagai berikut : a. Masukan (Input) Masukan adalah produksi yang masih dalam bentuk asli maupun dalam bentuk hasil olahan yang akan mengalami proses pengolahan lebih lanjut. b. Keluaran (Output) Keluaran adalah produksi dari hasil keseluruhan atau sebagai hasil turunan yang diperoleh dari kegiatan berproduksi atau hasil utama yang NBM 2015 Sementara halaman 9

18 langsung diperoleh dari kegiatan berproduksi yang belum mengalami perubahan.besarnya output sebagai hasil dari input sangat tergantung pada besarnya derajat ekstrasi dan faktor konversi. Angka produksi untuk komoditas tanaman pangan mencakup hasil seluruh panen (tua/muda), baik yang berasal dari lahan sawah maupun lahan kering serta lahan lama maupun baru.sedang produksi turunannya diperoleh dengan menggunakan faktor konversi dan tingkat ekstrasi dari komoditas yang bersangkutan. Produksi komoditas hortikultura adalah dalam bentuk segar yang mencakup hasil seluruh panen, baik yang dipanen sekaligus maupun yang dipanen berkali kali, sehingga pengisiannya langsung dimasukkan ke kolom 3 (keluaran) kecuali untuk bawang merah dan bawang putih pengisiannya dimulai dari kolom (2). Kedua komoditas ini tidak dapat langsung dikonsumsi dalam bentuk segar (kering panen), sehingga harus melewati proses pengeringan untuk menjadi kering konsumsi. Produksi daging dihitung dari jumlah pemotongan resmi (RPH) ditambah dengan perkiraan pemotongan tak resmi.produksi daging (masukan) dinyatakan dalam bentuk karkas dari semua jenis ternak, sedangkan keluaran dalam bentuk daging murni.khusus untuk jeroan dihitung dari berat karkas masing-masing jenis dan langsung dimasukkan ke kolom 3 (keluaran). Produksi telur dihitung dari seluruh hasil, baik yang dihasilkan oleh perusahaan peternakan maupun peternakan rakyat, yang langsung dimasukkan ke kolom 3 (keluaran). Produksi susu, dihitung dari populasi ternak betina produktif yang laktasi dikalikan rata-rata produksi per ekor per tahun. NBM 2015 Sementara halaman 10

19 Produksi untuk minyak nabati didasarkan pada jumlah yang diolah untuk makanan, kecuali minyak sawit dan inti sawit merupakan produksi asli. Sedang produksi untuk lemak hewani didasarkan pada produksi daging (karkas). Produksi perikanan adalah semua hasil penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air yang ditangkap dari sumber perikanan alami atau dari tempat pemeliharaan baik yang diusahakan oleh perusahaan perikanan maupun rumah tangga perikanan yang meliputi hasil penangkapan yang dijual, hasil penangkapan yang dimakan nelayan/petani ikan/rumah tangga perikanan atau yang diberikan kepada nelayan/petani ikan sebagai upah. 3. Stok dan Perubahan Stok Stok adalah sejumlah bahan makanan yang disimpan/dikuasai oleh Pemerintah atau Swasta, seperti yang ada di pabrik, gudang, depo, lumbung petani/rumah tangga, dan pasar/pedagang yang dimaksudkan sebagai cadangan dan akan digunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan. Data stok yang digunakan adalah data stok awal dan akhir tahun. Perubahan stok adalah selisih antara stok akhir tahun dengan stok awal tahun.perubahan stok ini hasilnya bisa negatif (-) dan bisa positif (+). Negatif (-) berarti ada penurunan stok akibat pelepasan stok ke pasar. Dengan demikian komoditas yang beredar di pasar bertambah. Positif (+) berarti ada peningkatan stok yang berasal dari komoditas yang beredar di pasar. Dengan demikian komoditas yang beredar di pasar menjadi menurun. NBM 2015 Sementara halaman 11

20 4. Impor Impor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun yang sudah mengalami pengolahan, yang di datangkan/dimasukkan, diedarkan, atau disimpan. Untuk perhitungan NBM Regional/Provinsi, yang termasuk imporadalah : a. Bahan makanan yang didatangkan/dimasukkan dari luar wilayah negara Republik Indonesia langsung ke dalam wilayah daerah yang bersangkutan; dan atau b. Bahan makanan yang didatangkan/dimasukkan dari wilayah daerah administratif lain ke dalam wilayah daerah administratif yang bersangkutan (perdagangan antar pulau atau antar Provinsi). 5. Penyediaan Dalam Negeri sebelum Eksport Penyediaan Dalam Negeri sebelum eksport adalah sejumlah bahan makanan yang berasal dari produksi (keluaran) dikurangi perubahan stok ditambah impor 6. Ekspor Ekspor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun yang sudah mengalami pengolahan, yang dikeluarkan dari wilayah Republik Indonesia. Untuk perhitungan NBM Regional/Provinsi yang termasuk ekspor adalah : a. Bahan makanan yang dikeluarkan dari suatu wilayah daerah administratif, langsung ke luar wilayah Negara Republik Indonesia dan atau NBM 2015 Sementara halaman 12

21 b. Bahan makanan yang dikeluarkan dari suatu wilayah daerah administrative ke wilayah daerah administratif lain (perdagangan antar pulau atau antar Provinsi). 7. Penyediaan Dalam Negeri Penyediaan dalam negeri adalah sejumlah bahan makanan yang dari produksi (keluaran) dikurangi perubahan stok ditambah impor dikurangi ekpor 8. Pemakaian Dalam Negeri Pemakaian dalam negeri adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan di dalam negeri/daerah untuk pakan, bibit/benih, diolah untuk industri makanan dan bukan makanan, yang tercecer dan yang tersedia untuk dimakan. a. Pakan Pakan adalah sejumlah bahan makanan yang langsung diberikan kepada ternak pemeliharaan baik ternak besar, ternak kecil, unggas, maupun ikan. b. Bibit/benih Bibit/benih adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan untuk keperluan reproduksi c. Diolah untuk Makanan Diolah untuk makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih mengalami proses pengolahan lebih lanjut melalui industri makanan dan hasilnya dimanfaatkan untuk makanan manusia dalam bentuk lain. d. Diolah untuk bukan makanan Diolah untuk bukan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih mengalami proses pengolahan lebih lanjut dan dimanfaatkan NBM 2015 Sementara halaman 13

22 untuk kebutuhan industri bukan untuk makanan manusia, termasuk untuk industri pakan ternak/ikan. e. Tercecer Tercecer adalah sejumlah bahan makanan yang hilang atau rusak sehingga tidak dapat dimakan oleh manusia, yang terjadi secara tidak disengaja sejak bahan makanan tersebut diproduksi hingga tersedia untuk konsumen f. Bahan Makanan Bahan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi oleh penduduk suatu negara atau daerah, pada tingkat pedagang pengecer dalam suatu kurun waktu tertentu. 9. Ketersediaan Per Kapita Ketersediaan per kapita adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi setiap penduduk suatu negara/daerah dalam suatu kurun waktu tertentu, baik dalam bentuk natura maupun dalam bentuk unsur gizinya. Unsur gizi utama tersebut adalah sebagai berikut : a. Energi adalah sejumlah kalori hasil pembakaran karbohidrat yang berasal dari berbagai jenis bahan makanan. Energi ini sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk kegiatan tubuh seluruhnya. b. Protein adalah suatu persenyawaan yang mengandung unsur N yang sangat dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan serta penggantian jaringan-jaringan yang rusak/aus. c. Lemak adalah salah satu unsur zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai tempat penyimpanan energi, protein dan vitamin. Penyajian NBM sejak tahun 1991 mengalami sedikit perubahan pada rincian kelompok ikan. Kelompok ikan yang semula dibagi 2 sub kelompok yaitu ikan laut NBM 2015 Sementara halaman 14

23 dan ikan tawar, maka mulai tahun 1991 dibagi menjadi 17 jenis ikan. Di DIY tahun 2009 dan tahun 2010 ada 18 jenis ikan, tahun 2011 ada 19 jenis ikan, tahun 2013 terdapat 20 jenis ikan. Pada tahun 2008 konversi tercecer komoditas perikanan sebesar 15 % dan saat ini mengalami perubahan menjadi sebesar 3 %. Pada tahun 2013 dari BKP Pusat terdapat penambahan 5 jenis komoditas ikan : lele, gurame, kerapu, patin dan nila, untuk DIY ikan kerapu tidak potensial dan terjadi penambahan jenis ikan patin. Demikian juga penyajian pada kelompok sayursayuran, mulai tahun 1994 untuk komoditi kacang-kacangan dirinci menjadi dua yaitu kacang merah dan kacang panjang. B. Syarat-Syarat Penyusunan NBM Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu : jenis bahan makanan, data penduduk, besaran dan angka konversi, komposisi gizi bahan makanan, serta cara penulisan dan pembulatan angka. 1. Jenis Bahan Makanan Jenis bahan makanan yang dimaksud di sini adalah jenis bahan makanan yang lazim atau umum dikonsumsi oleh masyarakat suatu negara/daerah yang data produksinya tersedia secara kontinyu dan resmi 2. Data Penduduk Data penduduk yang digunakan adalah data penduduk yang bersumber dari BPS. Data penduduk tersebut termasuk penduduk asing/ pendatang yang bermukim di wilayah yang bersangkutan minimal selama enam bulan. Data penduduk tahun 2016 menggunakan proyeksi angka hasil Sensus Penduduk tahun NBM 2015 Sementara halaman 15

24 3. Besaran dan Angka Konversi Besaran dan angka konversi yang digunakan adalah besaran dan angka konversi yang ditetapkan oleh Tim NBM Nasional. Untuk penyusunan NBM wilayah/daerah, sepanjang besaran dan angka konversi tersedia di daerah, dapat digunakan angka tersebut dengan menyebut sumbernya. Bila belum tersedia digunakan besaran dan angka konversi nasional. Angka konversi untuk menghitung produksi menyangkut semua tahapan mulai dari tahap memproduksi, proses pengolahan hingga siap untuk dibeli konsumen, misalnya gabah kering panen gabah kering giling beras. Angka konversi untuk penggunaan pangan menyangkut tingkat pemanfaatan bahan makanan untuk bahan baku industri, kebutuhan pakan, bibit/benih serta tercecer/rusak. Pada tahun 2014 terdapat perubahan angka konversi dari GKG ke beras yang semula 62,74 % berubah menjadi 62,85 %; dan perubahan angka konversi untuk penyusunan NBM Besaran dan angka konversi yang digunakan dalam penyusunan NBM DIY yaitu perhitungan benih untuk padi, palawija adalah hasil kajian dari BPTP, serta angka konversi untuk komoditi peternakan terutama daging sapi untuk konversi karkas ke daging adalah hasil kajian dari Dinas Pertanian dengan UGM pada tahun Angka konversi harus dilampirkan dalam NBM yang disusun. Konversi untuk komoditas jagung dan ubi kayu untuk pakan ternak yang dipakai di DIY adalah hasil Kajian BKPP DIY tahun 2015 yaitu untuk komoditi jagung sebesar 42,6 % dan ubi kayu sebesar 28,3 % 4. Komposisi Gizi Bahan Makanan Komposisi gizi adalah besarnya nilai kandungan gizi dari jenis yang paling banyak dikonsumsi, namun apabila beberapa jenis tersebut tidak ada yang dominan, dapat diambil rata rata dari kandungan gizinya. Komposisi Gizi Bahan Makanan yang digunakan adalah komposisi bahan makanan yang bersumber dari buku Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM), publikasi Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan R.I 1981 yang kemudian NBM 2015 Sementara halaman 16

25 diperbaharui dengan Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia, Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan R.I Disamping itu terdapat sumber lain yang resmi yaitu dari Food Composition Table for Use In East Asia dan Food Composition Table for International Use, Publikasi FAO. Pada tahun 2014 terdapat beberapa perubahan kandungan energi, protein dan lemak, selain itu juga terdapat perubahan bersarnya bahan dapat dimakan (BDD). Salah satu contoh : komoditi ubi jalar semula BDD sebesar 90% berubah menjadi 86%, ubi kayu semula 85% berubah menjadi 86% danlain sebagainya. Serta terjadi perubahan pada kandungan energi, protein serta lemak, salah satu contoh yaitu pada komoditi beras semula kandungan energi sebesar 363, protein 8,9 dan lemak 1,4 berubah menjadi energi 362,2, protein 8,48 dan lemak 1,45 dan lain sebagainya. Untuk selengkapnya terdapat pada lampiran Cara Penulisan dan Pembulatan Angka Penulisan angka pada Tabel NBM mulai dari kolom (2) sampai dengan kolom (14) dan kolom (17) adalah dalam bilangan bulat, sedangkan untuk kolom (15), kolom (16), kolom (18) dan (19) dalam bilangan pecahan decimal (dua digit di belakang koma). Satuan kolom 2 sampai dengan kolom 14 adalah ton. Bilangan Bulat Semua bilangan di belakang koma yang nilainya kurang dari setengah dibulatkan ke bawah, dan yang nilainya lebih dari setengah dibulatkan ke atas. Semua bilangan di belakang koma yang nilainya sama dengan setengah dan di depannya bilangan ganjil pembulatannya ke atas, dan yang di depannya bilangan genap pembulatannya ke bawah. NBM 2015 Sementara halaman 17

26 Contoh : 14,490 dibulatkan 14 26,518 dibulatkan 27 17,5 dibulatkan 18 18,50 dibulatkan 18 Bilangan pecahan (dua desimal) Semua bilangan yang desimal ketiga dan keempat kurang dari 50, desimal kedua dibulatkan ke bawah. Semua bilangan yang desimal ketiga dan keempat lebih dari 50 dibulatkan ke bawah. Semua bilangan yang desimal ketiga dan keempat sama dengan 50 dan desimal kedua ganjil, maka desimal kedua dibulatkan ke atas, dan apabila desimal keduanya genap, maka dibulatkan ke bawah. Contoh : 11,1549 dibulatkan 11,15 27,1763 dibulatkan 27,18 15,1350 dibulatkan 15,14 17,1850 dibulatkan 17,18 Di dalam pengisian kolom, agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Jika data tidak tersedia/tidak ada hendaknya diisi dengan notasi strip (-) b. Jika data tersedia tetapi besarnya kurang dari 500 kg hendaknya diisi dengan notasi nol (0), namun jika ada pertimbangan lainnya (sosial, ekonomi, kemasyarakatan) tetap dapat diperhitungkan. C. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data Untuk keperluan penghitungan Neraca Bahan Makanan ini, data ketersediaan bahan makanan diperoleh dari berbagai sumber data, dengan melibatkan petugas pengumpul data dari berbagai Dinas/Instansi Tingkat Provinsi terkait, antara lain : Dinas Pertanian - Dinas Kelautan dan Perikanan - Dinas NBM 2015 Sementara halaman 18

27 Kehutanan dan Perkebunan Dinas Perindagkop dan UKM - Bappeda DIY - Bulog - Dinas Perhubungan dan BPS. Selain berupa data sekunder dari masingmasing dinas/instansi terkait, data juga diperoleh dari hasil wawancara langsung ke berbagai distributor dan pedagang/pengecer bahan makanan dari pasar, pabrik maupun toko swalayan/ supermarket yang ada di wilayah D.I.Yogyakarta. Pengolahan dan analisa data hingga penyelesaian akhir, dilaksanakan oleh tim penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), yang koordinasi pelaksanaannya oleh Badan Ketahanan Pangandan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbagai data yang masuk, selanjutnya dikompilasikan menurut jenis komoditinya dan dihitung jumlah ketersediaan masing-masing bahan makanan tersebut untuk per kapita per tahun. Sedang untuk mengetahui nilai gizi bahan makanan tersebut, maka dari angka ketersediaan pangan per kapita per hari, diterjemahkan ke dalam satuan energi, protein dan lemak. Akhirnya, dari angka ketersediaan pangan hasil penghitungan Neraca Bahan Makanan yang terdiri dari 12 kelompok/jenis bahan makanan tersebut diringkas lagi menjadi 9 (sembilan) kelompok/jenis bahan makanan untuk keperluan analisa guna dibandingkan dengan angka konsumsi yang didasarkan pada pendekatan Pola Pangan Harapan. Tabel NBM menyajikan gambaran menyeluruh tentang penyediaan (supply) dan penggunaan (utilization) pangan di suatu wilayah dalam periode tertentu (dalam kurun waktu satu tahun). Komoditas bahan makanan yang disajikan dalam bentuk Tabel NBM terdiri dari komoditas utama (asal) dan komoditas/ produk turunan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk. Penyediaan (supply) suatu komoditas bahan makanan diperoleh dari jumlah produksi dikurangi dengan perubahan stok, ditambah dengan jumlah yang diimpor dan dikurangi dengan jumlah yang diekspor. Ini berarti, komponen komponen penyediaan terdiri atas produksi, perubahan stok, impor dan ekspor. Bentuk persamaan penyediaan adalah sebagai berikut : NBM 2015 Sementara halaman 19

28 TS = O - St + M X Dimana, TS O : total penyediaan dalam negeri (total supply) : Produksi St : stok akhir stok awal M X : impor : ekspor Selanjutnya, total penyediaan tersebut akan digunakan untuk pakan, bibit, industri makanan dan non makanan, tercecer, serta bahan makanan yang tersedia pada tingkat pedagang pengecer. Komponen komponen tersebut merupakan komponen penggunaan (utilization). Total penggunaan suatu komoditas bahan makanan adalah sama dengan total penyediaannya; yang dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut : TU = F + S + I + W + Fd Dimana, TU F S I W Fd : total penggunaan (total utilization) : pakan : bibit : industri : tercecer : ketersediaan bahan makanan Untuk mendapatkan tingkat ketersediaan bahan makanan (pangan) per kapita, ketersediaan masing masing bahan makanan dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Informasi ketersediaan per kapita masing masing bahan makanan ini disajikan dalam bentuk kuantum (volume) dan kandungan nilai gizinya dalam satuan kkal energi, gram protein dan gram lemak. NBM 2015 Sementara halaman 20

29 Pengelompokan jenis pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH)berbeda dengan pengelompokan jenis pangan berdasarkan NBM. Oleh karena itu, untuk penghitungan skor PPH perlu dilakukan penyesuaian kelompok pangan dari kelompok pangan NBM ke kelompok pangan PPH. Pengelompokan pangan berdasarkan NBM dan PPH dapat dijelaskan sebagai berikut : Kelompok NBM Kelompok pangan NBM dibagi menjadi 11 kelompok, yaitu : 1. Padi padian (padi gagang/ gabah, gabah/ beras, jagung, jagung basah, gandum dan tepung gandum) 2. Umbi umbian (ubi jalar, ubi kayu, ubi kayu/ gaplek, ubi kayu/ tapioka dan sagu/ tepung sagu) 3. Gula (gula pasir dan gula mangkok/ gula merah) 4. Buah/ biji berminyak (kacang tanah berkulit, kacangtanah lepas kulit, kedelai, kacang hijau, kelapa berkulit / daging dan kelapa daging / kopra) 5. Buah buahan 6. Sayur sayuran 7. Daging ( daging sapi, daging kerbau, daging kambing, daging domba, daging kuda, daging babi, daging ayam buras, daging ayam ras, daging itik dan jeroan semua jenis) 8. Telur ( telur ayam buras, telur ayam ras dan telur itik) 9. Susu ( susu sapi dan susu import ) 10. Ikan ( tuna, kakap, cucut, bawal, teri, lemuru, kembung, tengiri, bandeng, belanak, mujair, ikan mas, udang, rajungan, kerang darah, cumi-cumi, sotong, lainnya) 11. Minyak dan lemak ( kacang tanah / minyak, kopra / minyak goreng, minyak sawit / palm oil, minyak sawit / minyak goreng, lemak sapi, lemak kerbau, lemak kambing, lemak domba dan lemak babi). NBM 2015 Sementara halaman 21

30 Kelompok Pola Pangan Harapan (PPH) Kelompok pangan PPH dibagi menjadi 9 kelompok yaitu : 1. Padi padian (beras, jagung dan gandum) 2. Umbi umbian (ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas dan sagu) 3. Pangan hewani (daging, ikan, telur dan susu) 4. Minyak dan lemak (minyak kelapa, minyak sawit, margarin dan lemak hewani) 5. Buah/ biji berminyak (kelapa, kemiri, kenari dan cokelat) 6. Kacang kacangan (kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah dan kacang lainnya) 7. Gula (gula pasir dan gula merah) 8. Sayur dan buah (sayuran segar dan buah segar) 9. Lain lain (teh, kopi, terasi dan bumbu lainnya) Langkah langkah perhitungan Pola Pangan Harapan (PPH) : Penentuan Bobot dalam PPH Berdasarkan triguna pangan, pangan berfungsi sebagai sumber enrgi yang berasal dari karbohidrat, sumber pembangun yang berasal dari protein dan sumber pengatur yang berasal dari vitamin dan mineral. Setiap fungsi berperan sama besarnya, dengan bobot turunan masing masing 33,3%. Penentuan bobot kelompok pangan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Untuk kelompok pangan sumber karbohidrat dan energi, terdiri dari padi padian, umbi umbian, minyak dan lemak, buah/ biji berminyak dan gula, dengan total kontribusi energi (%AKG) dari PPH adalah 74% (Deptan, 2001). Bobot untuk kelompok pangan ini adalah 0,5 (berasal dari nilai 33,3 dibagi 74). b. Untuk kelompok pangan sumber protein/ lauk, terdiri dari kacang kacangan dan pangan hewani, dengan total kontribusi energi (%AKG) dari PPH adalah NBM 2015 Sementara halaman 22

31 17%. Bobot untuk kelompok pangan ini adalah 2 (berasal dari nilai 33,3 dibagi 17). c. Untuk kelompok pangan sumber vitamin dan mineral, terdiri dari sayur dan buah dengan total kontribusi energi (%AKG) dari PPH adalah 6%. Bobot untuk kelompok pangan ini adalah 5 (berasal dari nilai 33,3 dibagi 6). d. Kelompok pangan lainnya (aneka minuman dan bumbu) dengan kontribusi energi 3% akan diperoleh rating 0,0 yang berasal dari nilai 0 dibagi 3. Rating 0 untuk kelompok pangan lainnya didasarkan pada pertimbangan bahwa konsumsi bumbu dan minuman tidak dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi. Cara Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan a. Menyesuaikan pengelompokan pangan dari NBM ke kelompok PPH b. Memasukkan data ketersediaan pangan dalam bentuk energi (kkal/kap/hr) pada setiap kelompok pangan pada tabel PPH c. Menghitung kontribusi energi dari setiap kelompok pangan (%) terhadap total energi tingkat ketersediaan (2.400 kkal/kap/hr) d. Memasukkan angka bobot dan skor maksimum setiap kelompok pangan ke dalam tabel PPH. e. Menghitung skor PPH dengan mengalikan antara persentase AKE dengan bobot setiap kelompok pangan. f. Jika skor PPH setiap kelompok pangan lebih besar dari skor maksimumnya, maka skor PPH yang diambil adalah skor maksimumnya. Jika skor PPH setiap kelompok pangan lebih kecil dari skor maksimumnya, maka skor PPH yang diambil adalah skor riilnya. g. Menjumlahkan skor PPH dari seluruh kelompok pangan. Jumlah hasil perhitungan skor PPH maksimal 100. NBM 2015 Sementara halaman 23

32 BAB III PENYEMPURNAAN NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) Penyusunan Tabel Neraca Bahan Makanan (NBM) sudah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sejak tahun Namun demikian sampai saat ini masih terdapat beberapa kekurangan/kelemahan pada penyusunan Tabel NBM. Kelemahan tersebut diantaranya tidak tersedianya data dasar, besaran-besaran konversi yang digunakan tidak mencerminkan kondisi sekarang, serta jenis komoditas yang dicakup dalam tabel NBM belum mencerminkan komoditas yang dikonsumsi. Dalam rangka memperbaiki Tabel NBM agar informasi yang dihasilkan lebih akurat, telah dilakukan beberapa upaya penyempurnaan secara bertahap. Pada tahun 2002 dan 2003 dilakukan beberapa kegiatan (kajian) yang bertujuan untuk memperbaiki besaran konversi dan besaran tercecer pada sub sektor tanaman pangan, sub sektor peternakan, sub sektor hortikultura, dan sub sektor perkebunan. A. Hasil Kajian Sub Sektor Peternakan Besaran konversi yang diguanakan pada penyusunan NBM sub sektor peternakan selama ini tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya karena bersumber pada penelitian yang dilakukan pada sekitar tahun tujuh puluhan. Oleh karena itu pada tahun 2002 dilakukan kegiatan Penyempurnaan Neraca Pangan Komoditas Peternakan (Karkas) dalam rangka NBM yang bertujuan untuk mendapatkan besaran konversi : karkas ke bentuk daging, jeroan terhadap karkas, dan lemak terhadap karkas. Studi karkas tersebut dilaksanakan di sembilan Provinsi yaitu Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan. Khusus untuk DIY terdapat kajian karkas dari UGM pada tahun NBM 2015 Sementara halaman 24

33 B. Hasil Kajian Sub Sektor Tanaman Pangan Penyempurnaan NBM pada sub sektor tanaman pangan, dilakukan melalui kegiatan Penyempurnaan Neraca Pangan Komoditas Jagung dalam rangka NBM pada tahun Kegiatan ini dilakukan di tujuh Provinsi sentra produksi jagung yaitu Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah : Mendapatkan besaran susut perontokan, pengeringan, pengangkutan dan penggilingan Mendapatkan besaran konversi jagung dari bentuk jagung ontongan basah tanpa kulit dan tangkai menjadi ontongan kering, jagung ontongan kering menjadi jagung pipilan kering, jagung pipilan kering menjadi berasan jagung dan pipilan kering menjadi jagung tepung Mendapatkan besaran stok jagung di industri pengolahan. Hasil kegiatan Penyempurnaan Neraca Pangan komoditas jagung tersebut belum dapat dipergunakan untuk memperbaiki tabel NBM. Hal ini disebabkan tercecer yang diteliti dalam studi tersebut baru mencakup sebagian dari konsep tercecer dalam tabel NBM. Angka tercecer yang terdapat dalam tabel NBM adalah sejumlah bahan makanan yang tercecer pada saat produksi sampai dengan bahan makanan tersebut tersedia pada tingkat pedagang pengecer. Tercecer bisa terjadi karena pengangkutan, pewadahan maupun penyimpanan. Tercecer yang dihasilkan dari kegiatan Penyempurnaan Neraca Pangan Komoditas Jagung dalam rangka NBM hanya angka tercecer pada pengangkutan pertama atau pengangkutan dari rumah petani sedangkan tercecer pengakutan pada perdagangan tidak termasuk. Demikian pula dengan tercecer karena pewadahan ataupun penyimpanan. Dengan demikian angka tersebut belum bisa digunakan pada penyusunan tabel NBM. NBM 2015 Sementara halaman 25

34 C. Hasil Kajian Sub Sektor Hortikultura Salah satu kelemahan dari tabel NBM Sub Sektor Hortikultura sampai saat ini diantaranya adalah pada besaran tercecer dan besaran konversi. Besaran konversi yang digunakan merupakan hasil penelitian yang telah lampau sehingga sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini, bahkan untuk besaran tercecer bukan merupakan hasil penelitian tetapi hanya merupakan kesepakatan dari Tim NBM terdahulu. Untuk itu pada tahun 2003 dilakukan kegiatan Perencanaan Neraca Bahan Makanan Komoditas Hortikultura yang bertujuan : 1. Mendapatkan besaran konversi dari kering panen ke kering konsumsi untuk komoditas bawang merah dan bawang putih. 2. Mendapatkan besaran tercecer untuk komoditas sayur- sayuran : bawang merah, bawang putih, kentang, cabe, kubis, tomat dan kacang merah 3. Mendapatkan besaran tercecer untuk komoditas buah- buahan : pisang, jeruk, salak, mangga, durian, pepaya dan nanas. Kegiatan penyempurnaan NBM Sub Sektor Hortikultura dilaksanakan di sebelas Provinsi yang merupakan daerah potensi produksi hortikultura yaitu : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Papua. Studi besaran tercecer pada sub Sektor Hortikultura baru bisa dilakukan terhadap tujuh komoditas buah dan tujuh komoditas sayuran. Sehingga untuk komoditas yang lain masih menggunakan besaran tercecer lama. Demikian pula untuk besaran konversi bawang putih, mengingat pada waktu pencacahan musim panen bawang putih sudah lewat maka sampel untuk studi konversi bawang putih menjadi kurang terwakili. Dengan demikian untuk konversi bawang putih dari kering panen ke kering konsumsi sebaiknya masih menggunakan besaran konversi yang lama. NBM 2015 Sementara halaman 26

35 D. Hasil Kajian Sub Sektor Perkebunan Penyusunan NBM untuk Sub Sektor Perkebunan sampai saat ini juga masih mempunyai beberapa kelemahan diantaranya besaran konversi dan besaran tercecer yang sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Dalam rangka memperbaiki besaran konversi dan tercecer sub sektor perkebunan dilaksanakan kegiatan Penyempurnaan Neraca Pangan komoditas Perkebunan yang bertujuan untuk : 1. Mendapatkan besaran konversi : Tanda Buah Segar (TBS) ke CPO dan inti sawit CPO ke minyak goring sawit Inti sawit ke minyak inti sawit Minyak inti sawit ke minyak goreng inti sawit 2. Mendapatkan besaran tercecer untuk komoditas : kelapa daging, minyak goreng kelapa, CPO, minyak goreng sawit, minyak inti sawit, minyak goreng inti sawit dan gula pasir. 3. Mendapatkan parameter distribusi penggunaan kelapa Kegiatan penyempurnaan Neraca Pangan komoditas Perkebunan ini meliputi sepuluh Propinsi yaitu : Sumatera Utara, Jambi, lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.Hasil kegiatan penyempurnaan Neraca Pangan Komoditas Perkebunan sebagai berikut : 1. Besaran konversi beberapa komoditas sub sektor perkebunan 2. Studi ini menghasilkan informasi bahwa komoditas minyak goreng inti sawit tidak dijumpai di lapangan. Produk turunan dari inti sawit hanya sampai minyak inti sawit yang biasanya digunakan untuk bahan baku industri. Namun demikian karena minyak inti sawit bukan merupakan bahan makanan yang siap NBM 2015 Sementara halaman 27

36 dikonsumsi maka sebaiknya dalam penyusunan Tabel NBM, komoditas inti sawit tidak perlu ditampilkan. 3. Besaran tercecer beberapa komoditas sub sektor perkebunan Parameter pemakaian kelapa untuk industri makanan dalam NBM adalah jumlah kelapa daging yang dipergunakan untuk kopra yang nantinya akan digunakan untuk menghasilkan minyak goreng (turunan dari kelapa). Dalam penyusunan NBM selama ini minyak goreng kelapa diasumsikan semuanya berasal dari kopra. Namun berdasarkan survey industri besar/sedang yang dilakukan oleh BPS, diperoleh informasi bahwa pembuatan minyak goreng ada yang berasal dari kelapa daging yang disebut sebagai proses basah. Dengan demikian seharusnya ketersediaan minyak goreng kelapa berasal dari kelapa daging/minyak goreng dan kopra/minyak goreng. Besaran parameter pemakaian kelapa daging untuk industri makanan yang digunakan selama ini sebesar 45 % terhadap penyediaan dalam negeri, sedangkan hasil kajian sebesar 34,79 % dari penyediaan dalam negeri (hasil kajian tahun 2003). Pada tahun 2011 pada komoditi kelapa berkulit/ daging yang diolah untuk industri makanan berubah dari 53,12 % (Kajian I O) menjadi 63,29 %, dan tahun 2011 konversi kelapa daging ke kopra mengalami perubahan dari 45 % menjadi 25 % (Ditjenbun). Pada tahun 2010, angka konversi gabah kering giling (GKG) ke beras sebesar 62,74 persen dan pada tahun 2014 berubah menjadi 62,85 %. Berdasarkan hasil rumusan WNPG (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi) X tahun 2012 (20 21 November 2012) menetapkan bahwa Tingkat Konsumsi Energi sebesar Kal dan Protein 57 gram; Tingkat Ketersediaan Energi Kal dan Protein 63 gram.sedangkan penggunaan secara langsung baik untuk sayur maupun makanan lainnya merupakan sisa setelah dikurangi untuk industri (makanan dan non makanan), tercecer dan eksport.data produksi kelapa tercatat dalam bentuk equivalen kopra sehingga perhitungan dimulai dari Kolom (3) kelapa daging/ NBM 2015 Sementara halaman 28

37 kopra kemudian kolom (2) dikonversi 222% (100/45), kemudian Kolom (3) kelapa berkulit sama dengan kolom (2) pada kelapa daging/ kopra dan dikonversi 417% (100/24). E. Upaya Penyempurnaan dengan Menggunakan Tabel I O Dari Tabel NBM versi I O yang dipergunakan untuk mengisi kekosongan kolom kolom komponen NBM yang seharusnya ada isian, tetapi tidak tersedia datanya. Komponen komponen tersebut diantaranya : 1. Perubahan Stok (kolom 4) : - Selama ini hanya terisi pada komoditi beras dan gula pasir; - Dengan menggunakan besaran rasio I O dari tabel I O, perubahan stok dapat terisi pada seluruh komoditi kecuali kelompok buah, kelompok sayur dan kelompok ikan. 2. Ekspor (kolom 7) : - Ekspor pada Tabel NBM selama ini belum termasuk makanan olahan, sementara pada tabel I O sudah termasuk; - Dengan menggunakan rasio I O dapat diperoleh ekspor termasuk makanan olahan. Pada saat ini baru 2 komoditi yaitu tepung gandum dan gula pasir. 3. Pakan (kolom 9) : - Pada tabel NBM selama ini baru terisi pada komoditi gabah, jagung pipilan, ubi jalar, ubi kayu, kacang hijau dan susu; - Dengan menggunakan rasio I O, kolom pakan juga terisi pada komoditi beras dan kedelai. NBM 2015 Sementara halaman 29

38 4. Bibit (kolom 10) : - Pada tabel NBM kolom 10 terisi untuk komoditi gabah, jagung, kentang, kacang tanah lepas kulit, kedelai, kacang hijau, bawang merah, bawang putih, telur ayam buras dan telur itik; - Dengan tabel NBM I O selain komoditi diatas juga ada isian pada kelapa dan kelompok sayur. 5. Industri Makanan (kolom 11) dan Industri Non Makanan (kolom 12) : - Data Industri yang selama ini dicakup hanya industri besar/ sedang. Pada tabel NBM I O sumber data industri selain besar/ sedang juga ditambah estimasi pada industri kecil dan rumah tangga; - Komoditi yang menggunakan rasio I O untuk data industri makanan (kolom 11) adalah kelapa dan kacang tanah; - Dengan menggunakan rasio I O beberapa komoditi dapat terisi pada industri non makanan (kolom 12) kecuali gaplek dan tapioka. 6. Tercecer (kolom 13) - Besaran konversi pada tabel NBM yang masih relevandigunakan yaitu komoditi seperti padi, beras, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah berkulit, kacang tanah lepas kulit, kedelai, kacang hijau, telur ayam buras, telur ayam ras, telur itik dan susu sapi; - Besaran konversi hasil kajian sudah dipakai pada gula pasir, jeruk, mangga, nenas, salak, durian, pisang, pepaya, bawang merah, bawang putih, kubis, tomat, cabe,kentang, kacang merah, kelapa daging, kopra, minyak goreng kelapa, minyak sawit dan minyak goreng sawit; - Besaran tercecer ikan masih menggunakan yang lama sebesar 15 persen; - Selain komoditi di atas menggunakan besaran rasio I O. NBM 2015 Sementara halaman 30

39 F. Perubahan Tabel NBM Tabel NBM Tahun 2008 terdapat penyederhanaan dalam hal jumlah jenis bahan makanan meliputi : - Pangan Nabati : Pada kelompok Padi-padian mulai tahun 2008 terdapat penambahan jenis bahan makanan jagung muda, sedangkan NBMtahun sebelumnya terdapat jenis bahan makanan Sorgum/Cantel. Kelompok Makanan Berpati mulai tahun 2008 terdapat penambahan Sagu/tepung sagu dan tahun sebelumnya terdapat jenis bahan makanan Talas. Khusus NBM DIY untuk kelompok Makanan Berpati tidak ada jenis Gandum (Wheat) dan diganti dengan Mie Instant karena konsumsi Mie Instant cukup tinggi. Kelompok Gula tidak terdapat perubahan. Kelompok Buah Biji Berminyak pada tahun 2007 terdapat jenis bahan makanan Glondong/ Kacang mete, sedang tahun 2008 dan 2009 tidak ada, jenis bahan makanan Kacang mete pada tahun 2008 dan 2009 seharusnya tidak tercantum dalam tabel NBM namun karena Kacang mete merupakan produk unggulan dari DIY sehingga perlu untuk dicantumkan. Pada kelompok Buah-buahan terdapat perbedaan dalam jumlah maupun jenis bahan makanan, mulai tahun 2008 terdapat 20 jenis sedangkan tahun sebelumnya ada 22 jenis, perbedaan terdapat pada jenis bahan makanan apel, anggur, jambu air, jambu biji, kelengkeng dan melon yang terdapat pada tahun 2007 sedangkan mulai tahun 2008 jenis jambu adalah gabungan dari jambu biji dan jambu air, juga terdapat penambahan jenis sukun dan markisa dan tahun 2011 terdapat penambahan jenis buah yaitu melon karena di wilayah DIY buah melon sangat potensial. Kelompok Sayuran mulai tahun 2008 terdapat penambahan Jamur sedang tahun sebelumnya tidak ada, selain itu sukun dan nangka sayur juga masuk kelompok sayuran. Kelompok minyak lemak nabati terdapat perbedaan jenis bahan makanan minyak jagung, minyak NBM 2015 Sementara halaman 31

40 kedelai dan minyak ikan pada tahun 2007 sedang mulai tahun 2008 tidak terdapat jenis tersebut. - Pangan Hewani : Untuk jenis bahan makanan daging, susu dan telur tidak terdapat perbedaan, sedangkan untuk ikanmulai tahun 2008 terdapat 18 jenis ikan sedang tahun sebelumnya dikelompokkan menjadi ikan darat dan ikan laut. Mulai pada tabel 2008 seharusnya tidak terdapat jenis ikan lele dan nila, namun karena jenis tersebut merupakan bahan makanan unggulan dari DIY maka perlu untuk dicantumkan. Dan mulai tahun tahun 2010 terdapat satu tambahan komoditi ikan yaitu Gurameh, sedangkan pada tahun 2011 ditambahkan jenis ikan Grasscarp karena di DIY sangat potensial dan pada tahun 2013 terdapat penambahan ikan patin. NBM 2015 Sementara halaman 32

41 BAB IV ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN TAHUN 2015 (SEMENTARA) A. Situasi Ketersediaan Pangan Tahun (Sementara) Ketersediaan setiap bahan pangan untuk dikonsumsi berasal dari produksi, stok net impor, kemudian dikurangi penggunaan pakan, bibit, industri dan tercecer. Pada Tabel 2, terlihat bahwa Ketersediaan energi tahun 2013 sebesar kal/kap/hari lebih rendah dibandingkan tahun 2014 (3.701 kal/kap/hari) dan protein sebesar 107,23 gram/kap/hari lebih rendah dari tahun 2014 (111,75 gram/kap/hari. Ketersediaan energi dan protein tahun 2014 (Tabel 4) lebih tinggi dibanding tahun 2013 (Tabel 2). Ketersediaan energi tahun 2015 sementara sebesar kal/kap/hari lebih rendah dibanding tahun 2014 (3.701 kal/kap/hari) dikarenakan beberapa komoditi bahan pangan mengalami penurunan produksi serta impor. Jumlah penduduk tahun 2015 bersumber dari proyeksi SP 2010 yaitu jiwa. Keragaman ketersediaan per-kelompok bahan pangan tahun sementara secara rinci seperti diuraikan berikut ini : 1. Kelompok Padi-padian Ketersediaan kelompok padi padian tahun 2013 sebesar kal/kap/hari lebih tinggi dibanding tahun 2014 (1.944 kal/kap/hari), hal ini dikarenakan penurunan produksi GKG dari tahun 2013 ( ton) menjadi ton (tahun 2014). Penurunan produksi padi disebabkan turunnya produktivitas akibat tingginya curah hujan utamanya di SR3 yang berakibat pada gangguan penyerbukan padi, gangguan OPT dan keterlambatan pemupukan khususnya di Kabupaten Sleman yang terjadi pada padi sawah. Produktivitas padi sawah tahun 2014 sebesar 57,53 Ku/ Ha sedangkan tahun 2013 sebesar 57,88 Ku/ Ha. Penurunan produktivitas padi turun dikarenakan curah hujan yang NBM 2015 Sementara halaman 33

42 relatif tinggi utamanya pada SR3 yang berakibat pada gangguan penyerbukan padi, gangguan OPT dan keterlambatan pemupukan khususnya di Sleman. Ketersediaan padi padian tahun 2015 (berdasarkan angka sementara) sebesar kkal/kap/hari lebih rendah dibanding tahun 2014 (1.944 kkal/kap/hari). Hal ini dikarenakan menurunnya produksi jagung pada tahun 2015 dibanding tahun Pada komoditi Padi meningkat dalam hal produksi, dikarenakan produktivitas padi sawah pada tahun 2015 sebesar 66,07 ku/ha atau naik 3,89 ku/ha (6,26%) dari tahun Hal itu karena penerapan GP PTT (Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu) di Kulonprogo, Bantul dan Sleman yang hasilnya dirasakan pada sub round 3. Teknologi yang diterapkan terdiri atas : jarak tanam (jajar legowo sisipan), bantuan benih (varietas Ciherang dan Pepe di Kulonprogo, Ciherang, IR64 dan Inpari di Bantul) dan pemupukan berimbang (ada bantuan pupuk NPK). Peningkatan provitas juga disebabkan oleh dampak positif kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) ha, GP PTT ha. Produksi padi sawah pada tahun 2015 sebesar ton atau naik sebesar ton (3,84%) dari tahun Karena produktivitas padi yang naik mengakibatkan produksi padi sawah 2015 naik dari Ketersediaan Jagung tahun 2014 sebesar 322 kkal/kap/hari lebih rendah dari tahun 2013 (370 kkal/kap/hari), walaupun bila dilihat dari sisi produksi tahun 2014 ( ton) lebih tinggi dibanding tahun 2013 ( ton), namun karena pada tahun 2014 penyediaan dalam negeri lebih tinggi dibanding tahun 2013 sehingga ketersediaan energinya juga lebih rendah. Ketersediaan Jagung pada tahun 2015 sebesar 152 kal/kap/hari lebih rendah dibanding dengan ketersediaan jagung pada tahun 2014 (322 kal/kap/hari), hal ini dikarenakan terjadi penurunan produksi jagung pada tahun 2015, penyebabnya adalah luas panen jagung pada tahun 2015 sebesar NBM 2015 Sementara halaman 34

43 atau turun ha (-3,21%) dari tahun Hal itu karena panen di sentra produksi Kulonprogo sentolo dan Pengasih kurang air pada SR II, di Gunungkidul bergeser ke kacang tanah. Produktivitas jagung pada tahun 2015 sebesar 45,67 ku/ha atau turun -0,48 ku/ha (-1,04%) dari tahun Hal itu karena pada periode tanam SR II kurangnya pasokan air. Juga karena sebagian petani menggunakan benih sendiri turunan hibrida. Produksi jagung pada tahun 2015 sebesar ton atau turun sebesar ton (-4,21%) dari tahun Karena luas panen yang turun dan produktivitas yang turun mengakibatkan produksi tahun 2015 mengalami penurunan. Ketersediaan energi komoditi tepung gandum tahun 2014 sebesar 128 kkal/kap/hari lebih rendah bila dibanding tahun 2013 (255 kkal/kap/hari), hal ini karena impor tahun 2014 lebih rendah dibanding tahun Pada tahun 2014 impor tepung gandum sebesar ton, impor mie instant ton dan ekspor tepung gandum sebesar ton, ekspor mie instant 132 ton. Sedangkan tahun 2013 impor tepung gandum sebesar ton, impor mie instant ton dan ekspor tepung gandum sebesar ton, ekspor mie instant ton. Untuk ketersediaan energi komoditi tepung gandum tahun 2015 sebesar 160 kkal/kap/hari lebih tinggi dibanding tahun 2014 (128 kkal/kap/hari). Hal ini disebabkan terjadi peningkatan angka impor tepung gandum dari wilayah lain. Data impor tepung gandung tahun 2015 sebesar ton sedangkan tahun 2014 ( ton). 2. Kelompok Makanan Berpati Ketersediaan energi kelompok makanan berpati tahun 2014 sebesar 345 kal/kapita/hari sedikit meningkat bila dibanding tahun 2013 (344 kal/kapita/hari), hal ini dikarenakan kenaikan produksi ubi jalar dari ton NBM 2015 Sementara halaman 35

44 (tahun 2013) menjadi ton (tahun 2014). Namun demikian terjadi penurunan produksi ubi kayu yaitu pada tahun 2013 ( ton) menjadi ton (tahun 2014),hal ini dikarenakan adanya penurunan luas panen (LP) ubi kayu di Gunung Kidul sebagai sentra produksi utama ubi kayu LP ubi kayu di DIY. Luas panen tahun 2014 sebesar Ha, sedangkan tahun 2013 sebesar Ha (turun Ha)(-4,52%). Penurunan LP terjadi pada SR3, disebabkan oleh kurangnya ketersediaan benih bermutu utamanya di Gunungkidul. Namun demikian ada fenomena yang menarik, di Gunungkidul ubi kayu ditanam tumpang sari dengan tanaman jagung, dan kacang tanah. Di Gunungkidul terjadi pengurangan tanaman tumpangsari pada ubi kayu di kecamatan Wonosari, Ponjong, Karangmojo dan Playen.Produktivitas ubi kayu secara umum turun 14,75 ku/ha (-8,55%) dari angka tetap (ATAP) Penurunan ini disebabkan adanya hujan di bulan Mei sampai dengan Juli yang menyebabkan ubi menjadi muda lagi dan busuk,serta kurangnya ketersediaan benih unggul. Ketersediaan energi kelompok makanan berpati tahun 2015 sebesar 242 kal/kapita/hari lebih rendah bila dibanding tahun 2014 (345 kal/kapita/hari), hal ini karena penurunan luas panen ubi kayu pada tahun 2015 sebesar atau turun -494 ha (-,088%) dari tahun Hal itu karena petani beralih ke tebu dan sebagian karena ditanam tumpang sari karena penjarangan tanaman utamanya di Gunungkidul. Produktivitas ubi kayu pada tahun 2015 sebesar 157,01 ku/ha atau turun -0,68 ku/ha (-,043%) dari tahun Hal itu karena petani lebih memperhatikan tanaman kacang tanah dan palawija lainnya. Produksi ubi kayu pada tahun 2015 sebesar ton atau turun sebesar ton (-1,31%) dari tahun Karena luas panen yang turun dan produktivitas yang turun mengakibatkan produksi ubi kayu 2015 turun. Walaupun bila dilihat untuk produksi Ubi jalar tahun 2015 lebih tinggi bila NBM 2015 Sementara halaman 36

45 dibanding tahun 2014, hal ini karena Produktivitas ubi jalar pada tahun 2015 sebesar 149,14 ku/ha atau naik 21,10 ku/ha (16,48%) dari tahun Hal itu karena pemeliharaan tanaman yang lebih baik di sentra produksi ubi jalar di Kabupaten Bantul. Produksi ubi jalar pada tahun 2015 sebesar ton atau naik sebesar 833 ton (15,91%) dari tahun Karena luas panen yang turun namun produktivitas yang naik mengakibatkan produksi ubi jalar 2015 naik. 3. Kelompok Gula Ketersediaan energi kelompok gula tahun 2014 sebesar (152 kal/kapita/hari) menurun bila dibanding tahun 2013 (179 kal/kapita/hari), dikarenakan penurunan produksi gula pasir pada tahun 2014 ( ton) dibanding tahun 2013 ( ton), hal ini dikarenakan dari PT. Madu Baru tidak memproduksi gula yang berasal dari eks raw sugar. Ketersediaan energi kelompok gula tahun 2015 sebesar 211 kal/kapita/ hari lebih tinggi dibanding tahun 2014 (152 kal/kapita/hari), dikarenakan terjadi peningkatan produksi gula pasir tahun 2015 sebesar ton dan 2014 ( ton), selain juga terjadi peningkatan produksi gula merah tahun 2015 sebesar ton sedangkan tahun 2014 (2.395 ton) 4. Kelompok Buah Biji Berminyak Ketersediaan energi kelompok makanan buah biji berminyak tahun 2014 sebesar 383 kal/kapita/hari (Tabel 4) lebih tinggi bila dibanding tahun 2013 (374 kal/kapita/hari) (Tabel 2). Namun bila dilihat per komoditinya masih terdapat beberapa komoditi yang turun dalam hal produksinya seperti kacang tanah dan kedelai. Produktivitas kacang tanah 2014 secara umum turun 0,18 ku/ha (-1,67%) dari 2013 yang disumbang oleh Kabupaten Kulonprogo, Bantul dan Sleman. Penurunan provitas ini terkait dengan kurangnya pasokan air pada SR1 dan SR2. Dan untuk produksi komoditi kacang hijau pada 2014 NBM 2015 Sementara halaman 37

46 diperkirakan turun 57 ton (-17,92%) dari ATAP 2013, dikarenakan penurunan LP. Produksi kacang hijau 2014 sebesar 261 ton biji kering. Untuk komoditi Kedelai, luas panen (LP) ATAP 2014 total DIY turun ha (-29,85%) dari ATAP 2013, dikarenakan penyediaan benih untuk MH II terlambat dan benih kedelai bermutu bersertifikat tak tersedia. Penurunan LP juga disebabkan oleh perbaikan saluran irigasi Kalibawang sehingga sentra produksi kedelai di kecamatan Nanggulan tidak bisa tanam kedelai, sedangkan di Bantul karena lahan yang biasanya ditanami kedelai, beralih ke penanaman melon dan semangka dengan alasan lebih menguntungkan petani. Sedangkan di Gunungkidul dikarenakan program SLPTT tidak dilaksanakan dan terdapat pergeseran ke tanaman jagung. Ketersediaan energi kelompok buah biji berminyak tahun 2015 sebesar 423 kal/kap/hari lebih tinggi dibanding tahun 2014 (383 kal/kapita/hari). Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan produksi kacang tanah tahun 2015 sebesar ton lebih tinggi disbanding tahun 2014 ( ton) selain itu peningkatan ketersediaan juga dikarenakan peningkatan impor kelapa tahun 2015 sebesar ton sedangkan tahun 2014 (5.845 ton), walaupun bila dilihat dari sisi produksi beberapa komoditi terlihat mengalami penurunan pada tahun 2015 diantaranya komoditi kedelai tahun 2014 sebesar ton menurun pada tahun 2015 ( ton); kacang hijau tahun 2014 sebesar 261 ton menurun pada tahun 2015 (230 ton); produksi kelapa tahun 2014 sebesar ton menurun pada tahun 2015 ( ton) dan kacang mete tahun 2014 sebesar 420 ton menurun pada tahun 2015 (112 ton). Penurunan produksi beberapa komoditi diantaranya dikarenakan komoditi kedelai yaitu karena luas panen tahun 2015 sebesar ha atau turun ha (-15%) dari tahun Hal itu karena bergeser ke komoditi kacang tanah karena alasan harga jual kedelai yang tidak menarik. Pada komoditi kacang hijau bila ditinjau dari luas panen tahun 2015 sebesar 394 ha NBM 2015 Sementara halaman 38

47 atau turun -45 ha (-10,25%) dari tahun Hal itu karena sentra produksi tanaman yaitu di Kecamatan Imogiri, Sentolo dan Girimulyo tidak lagi menanam kacang hijau. 5. Kelompok Buah-buahan Ketersediaan energi kelompok buah buahan tahun 2014 sebesar 89 kkal/kap/hari (Tabel 4) lebih rendah bila dibanding tahun 2013 (124 kkal/kap/hari). Hal ini dikarenakan beberapa produksi komoditi buah mengalami penurunan diantaranya alpokat tahun 2013 (6.245 ton) dan tahun 2014 (5.632 ton); jambu tahun 2013 (6.746 ton) menurun pada tahun 2014 (6.435 ton); salak tahun 2013 ( ton) dan tahun 2014 ( ton); pisang tahun 2013 ( ton) turun pada tahun 2014 ( ton). Penurunan produksi beberapa komoditi buah buahan disebabkan karena curah hujan yang tinggi sehingga menghambat faktor pembungaan, serangan OPT dan sebagian petani beralih menanam komoditas yang lain. Penurunan produksi salak disebabkan karena peralihan penggunaan pupuk dari an organik ke pupuk organik. Perlu diketahui bahwa pupuk organik merupakan pupuk yang mempunyai unsur hara lebih tinggi dibandingkan pupuk anorganik, sehingga dengan menggunakan pupuk organikakan mengakibatkan penurunan hasil panen tetapi memperbaiki kualitas hasil dari segi keamanan pangan. Pada komoditi pisang terjadi penurunan produksi karena terjadi serangan penyakit buncy top dan serangan layu bakteri dan layu fusarium. Ketersediaan energi kelompok buah buahan tahun 2015 sebesar 89 kkal/kap/hari (Tabel 6) sama dengan tahun 2014 (89 kkal/kap/hari). Walaupun bila dilihat dari sisi produksi beberapa komoditi buah mengalami penurunan diantaranya komoditi jeruk tahun 2015 sebesar ton menurun dibanding tahun 2014 (3.814 ton), hal ini disebabkan banyak tanaman yang NBM 2015 Sementara halaman 39

48 mati karena penyakit kuning; komoditi jambu tahun 2015 sebesar ton menurun dibanding tahun 2014 (6.435 ton), hal ini disebabkan kekurangan air, serangan ulat, serangan jamur dan busuk (ulat buah); komoditi mangga tahun 2015 sebesar ton menurun dibanding tahun 2014 ( ton), penurunan disebabkan adanya serangan penggerek cabang, penggerek batang, kutu putih serta wereng mangga; komoditi nanas tahun 2015 sebesar 454 ton menurun dibanding tahun 2014 (600 ton); komoditi pepaya tahun 2015 sebesar ton menurun dibanding tahun 2014 ( ton); komoditi pisang tahun 2015 sebesar ton menurun dibanding tahun 2014 ( ton), penurunan disebabkan adanya serangan bercak daun dan banyak terkena layu fusarium; komoditi salak tahun 2015 sebesar ton menurun dibanding tahun 2014 ( ton), hal ini disebabkan serangan hama kuret; komoditi semangka tahun 2015 sebesar ton menurun dibanding tahun 2014 ( ton), hal ini karena luas panen menurun terutama di Kecamatan Temon (rencana untuk bandara) tidak tanam, di Galur beralih ke tambak ikan dan di Sleman beralih ke komoditi cabe; komoditi melon tahun 2015 sebesar ton menurun dibanding tahun 2014 ( ton); hal ini disebabkan gagal buah pada bulan Agustus 2015 karena suhu ekstrim dan kurangnya air sehingga pembungaan menjadi terhambat. 6. Kelompok Sayur-sayuran Ketersediaan energi untuk kelompok sayur sayuran tahun 2015 sebesar 43 kkal/kap/hari sedikit lebih rendah dari tahun 2014 yaitu sebesar (44 kkal/kap/hari) hal ini dikarenakan curah hujan yang tinggi dan serangan OPT. Penurunan produksi bawang merah disebabkan luas panen yang menurun terutama di Kabupaten Bantul karena ada puso yaitu terjadi banjir dan serangan fusarium serta ulat grayak. Penurunan pada komoditi bawang daun NBM 2015 Sementara halaman 40

49 disebabkan sebagian besar hanya ditanam di pinggiran/ tanaman sela antara cabe/ tumpang sari dengan cabe dan intensifikasi kurang. Produksi komoditas kacang panjang turun karena serangan OPT ulat kacang, Aphis sp, virus kuning, Liryomyza sp. 7. Kelompok Daging Ketersediaan energi kelompok daging tahun 2014 sebesar 326 kkal/kap/hari lebih tinggi dibanding tahun 2013 (151 kkal/kap/hari), hal ini dikarenakan peningkatan produksi daging unggas yaitu daging ayam ras, buras, serta itik. Produksi daging ayam buras tahun 2013 (2.238 ton) meningkat pada tahun 2014 (6.160 ton); ayam ras tahun 2013 ( ton) meningkat pada tahun 2014 ( ton); itik tahun 2013 (194 ton) meningkat pada tahun 2014 (492 ton). Peningkatan produksi dikarenakan adanya peningkatan dalam hal sanitasi kandang serta kesehatan dari ternak itu sendiri. Sedangkan untuk komoditi daging sapi pada tahun 2014 (8.612 ton) lebih rendah dibanding tahun 2013 (9.020 ton), hal ini dikarenakan terjadi penurunan jumlah pemotongan yang dilaksanakan dan dipasarkan di DIY. Ketersediaan energi daging sapi tahun 2015 sebesar 325 kal/kap/hari sedikit menurun bila dibanding tahun 2014 (326 kal/kap/hari), karena terdapat penurunan produksi beberapa komoditi ternak diantaranya produksi daging sapi tahun 2015 sebesar ton lebih rendah dari tahun 2014 (8.612 ton); daging kuda tahun 2015 sebesar 36 ton lebih rendah dari tahun 2014 (48 ton); daging ayam buras tahun 2015 sebesar ton lebih rendah dari tahun 2014 (6.160 ton); daging ayam ras tahun 2015 sebesar ton lebih rendah dari tahun 2014 ( ton). Penyebab penurunan beberapa produksi daging sapi karena pada perayaan Idul Adha tahun 2015 kemarin data penyembelihan dimasukkan dalam data pemotongan tercatat sehingga dalam data NBM 2015 Sementara halaman 41

50 pemotongan tidak tercatat tidak dimasukkan padahal riil penyembelihan dimasukkan dalam pemotongan tercatat sedangkan pada tahun 2014 pada perayaan Idul Adha penyembelihan dimasukkan dalam pemotongan tercatat dan pemotongan tidak tercatat sehingga ada kemungkinan double data. Sehingga hal ini akan berpengaruh pada data produksi daging sapi. 8. Kelompok Telur Ketersediaan energi kelompok telur pada tahun 2014 sebesar 33 kkal/kap/hari sedikit lebih rendah dibanding tahun 2013, hal ini dikarenakan penurunan penyediaan dalam negeri pada komoditi ayam ras petelur pada tahun 2014 ( ton) sedangkan tahun 2013 ( ton). Pada tahun 2013 terdapat angka impor telur sebesar ton dan ekspor sebesar 107 sedangkan pada tahun 2014 impor sebesar ton dan ekspor (107 ton). Ketersediaan energi untuk komoditi telur pada tahun 2015 sebesar 52 kal/kap/hari) lebih tinggi dari tahun 2014 (33 kal/kap/hari), walaupun terdapat dua komoditi yang produksinya menurun yaitu telur itik dan telur puyuh, karena factor cuaca yang kurang mendukung yaitu adanya el nino sehingga rentan terhadap penyakit dan mengakibatkan kualitas telur yang berkurang. 9. Kelompok Susu Ketersediaan energi kelompok susu pada tahun 2014 sebesar 8 kkal/kap/hari meningkat dibandingkan tahun 2013 (5 kkal/kap/hari), hal ini karena terjadi peningkatan produksi susu pada tahun 2014 sebesar ton, dibandingkan tahun 2013 sebesar ton. Ketersediaan energi kelompok susu pada tahun 2015 sebesar 8 kkal/kap/hari sama dengan tahun 2014 (8 kkal/kap/hari). Bila dilihat dari NBM 2015 Sementara halaman 42

51 produksinya pada tahun 2015 sebesar ton lebih tinggi dibanding tahun 2014 ((6019 ton), hal ini karena sudah ada pemulihan pasca erupsi merapi sehingga populasi sapi perah sudah meningkat dari beberapa tahun lalu, system pemeliharaannyapun sudah baik sehingga akan berpengaruh dalam kualitas dan kuantitas produksi susu. 10. Kelompok Ikan. Ketersediaan energi untuk kelompok ikan tahun 2014 sebesar 42 kkal/kap/hari dan protein sebesar 8,16 gram/kap/hari lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 dengan ketersediaan energi sebesar 36 kkal/kap/hari dan protein sebesar 7,01 gram/kap/hari. Peningkatan ketersediaan energi dan protein disebabkan meningkatnya produksi beberapa komoditi ikan diantaranya ikan tuna/cakalang/tongkol tahun 2014 (1.048 ton) sedangkan tahun 2013 (837 ton); ikan kakap tahun 2014 (37 ton) sedangkan tahun 2013 (31 ton); ikan bawal tahun 2014 (6.583 ton) sedangkan tahun 2013 (5.170 ton); ikan teri tahun 2014 sebesar 100 ton sedangkan tahun 2013 sebesar 23 ton; ikan gurameh tahun 2014 sebesar ton sedangkan tahun 2013 sebesar ton; ikan lele tahun 2014 sebesar ton dan tahun 2013 sebesar ton. Kenaikan produksi jenis perikanan tangkap disebabkan bertambahnya alat tangkap dana jumlah kapal sehingga produksi ikan tangkap juga bertambah sedangkan untuk jenis perikanan budidaya disebabkan peningkatan jumlah Pokdakan (Kelompok Budidaya Ikan) dan lahan untuk budidaya ikan diantaranya dengan pembuatan tambak tambak di Kabupaten Kulon Progo dan Bantul. Ketersediaan energi kelompok ikan tahun 2015 sebesar (44 kkal/kap/hari) lebih tinggi disbanding tahun 2014 (42 kkal/kap/hari). Hal ini karena terjadi peningkatan produksi ikan baik ikan tangkap maupun budidaya NBM 2015 Sementara halaman 43

52 karena cuaca yang sangat mendukung dalam hal penangkapan ikan dan alat yang digunakan juga memenuhi syarat sehingga mendukung dalam hal penangkapan ikan. 11. Kelompok Minyak/Lemak Ketersediaan energi untuk kelompok pangan minyak dan lemak tahun 2014 sebesar 336 kal/kapita/hari lebih tinggi dibanding tahun 2013 (296 kal/kapita/hari), hal ini dikarenakan kenaikan produksi kelapa yang berpengaruh pada produksi makanan yang diolah. Produksi kelapa tahun 2014 sebesar ton lebih tinggi dibanding tahun 2013 ( ton). Ketersediaan energi untuk kelompok pangan minyak dan lemak tahun 2015 sebesar 420 kal/kap/hari lebih tinggi dibanding tahun 2014 (333 kal/kap/hari). Hal ini karena produksi kelapa yang meningkat dari tahun 2014, sehingga mempengaruhi ketersediaan minyak dan lemak. B. Analisis Surplus/ minus Berdasarkan Neraca Bahan Makanan Ketahanan pangan mensyaratkan ketersediaan pangan yang cukup dan berkelanjutan sepanjang waktu, oleh sebab itu situasi ketersediaan pangan perlu diketahui secara periodik. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemantauan dan analisis produksi dan ketersediaan pangan. Informasi tentang situasi ketersediaan pangan tersebut diperlukan sebagai bahan untuk menyusun perencanaan, evaluasi, perumusan kebijakan dan pemecahan masalah produksi dan ketersediaan pangan. Tingkat ketersediaan pangan di suatu wilayah dipengaruhi beberapa faktor antara lain: produksi, kebutuhan benih/bibit, pakan, tercecer, stok/cadangan, ekspor, impor. Tingkat produksi dipengaruhi oleh ketersediaan sarana produksi (benih/bibit, pupuk, pestisida dan obat-obatan), penerapan NBM 2015 Sementara halaman 44

53 teknologi budidaya, infrastruktur yang memadai, permodalan usahatani. Dari produksi setelah dikurangi tercecer digunakan untuk kebutuhan benih/bibit, pakan, stok/cadangan serta untuk diperdagangkan (ekspor dan impor). Tingkat kemandirian pangan suatu wilayah dapat dihitung melalui kemampuan produksi untuk pemenuhan kebutuhan pangan wilayah tersebut. Berdasarkan analisis ketersediaan pangan dengan mempertimbangkan produksi (lampiran 2) ternyata masih terdapat beberapa komoditi pangan yang masih tergantung impor dari luar wilayah DIY untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi rumah tangga penduduk DIY. Beberapa komoditi yang ketersediaan pangannya masih tergantung dari impor yaitu komoditi kedelai dengan produksi ton, konsumsi rumah tangga 9 kg/kapita/tahun sehingga kebutuhannya sebesar ton, dengan demikian masih terdapat minus sebesar ton; untuk kacang hijau produksi 230 ton, konsumsi rumah tangga 0,3 kg/kapita/tahun sehingga kebutuhan total sebesar ton, dengan demikian masih terdapat minus sebesar 874 ton; komoditi sayur dengan produksi ton, konsumsi rumah tangga 54,4 kg/kapita/tahun sehingga kebutuhan total sebesar ton, dengan demikian masih terdapat minus sebesar ton; komoditi Daging Sapi dengan produksi ton, konsumsi rumah tangga 3,7 kg/kapita/tahun sehingga kebutuhan total sebesar ton, dengan demikian masih terdapat minus sebesar ton; dan Susu dengan produksi ton, konsumsi rumah tangga 2,6 kg/kapita/tahun sehingga kebutuhan total sebesar ton, dengan demikian masih terdapat minus sebesar ton. Namun apabila memperhitungkan angka impor dan ekspor yang berasal dari distributor distributor besar, pedagang pedagang besar di pasar pasar tradisional serta dari swalayan swalayan yang ada di DIY, ketersediaan bahan pangannya sudah mencukupi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk komoditi kedelai, kacang hijau, sayur, daging sapi, daging ayam, telur serta NBM 2015 Sementara halaman 45

54 susu di wilayah DIY masih harus mendatangkan/ impor dari wilayah lain. Komoditi lain yang didatangkan dari luar DIY karena tidak diproduksi di DIY, seperti minyak goreng, tepung gandum dan bawang putih. Komoditi pangan yang sudah dapat terpenuhi dari produksi yaitu beras (surplus ton); jagung (surplus ton); kacang tanah (surplus ton); ubi kayu (surplus ton); ubi jalar (surplus ton); buah buahan (surplus ton); gula pasir (surplus ton); daging ayam (surplus 434 ton); telur (surplus ton); serta ikan (surplus ton). Berdasarkan angka Neraca Bahan Makanan tahun 2014 dan tahuntahun sebelumnya, dapat dibuat target ketersediaan pangan untuk pemenuhan kebutuhan pangan penduduk dengan angka proyeksi jumlah penduduk tahun tahun 2014 ( jiwa), tahun 2015 ( jiwa), tahun 2016 ( jiwa), tahun 2017 ( jiwa), tahun 2018 ( jiwa), tahun 2019 ( jiwa) dan tahun 2020 ( jiwa). Target ketersediaan pangan seperti ditunjukkan pada Lampiran 10. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari produksi wilayah maupun dari impor, namun diharapkan untuk pemenuhan kebutuhan pangan penduduk DIY dapat dioptimalkan pemenuhannya dari produksi wilayah DIY. Target ketersediaan kelompok padi-padian tahun 2015 ( ton), tahun 2016 ( ton), tahun 2017 ( ton), tahun 2018 ( ton), tahun 2019 ( ton) dan tahun 2020 ( ton). Kelompok umbi-umbian, target ketersediaan tahun 2015 ( ton), tahun 2016 ( ton), tahun 2017 ( ton), tahun 2018 ( ton), tahun 2019 ( ton) dan tahun 2020 sebesar ton. Target ketersediaan kelompok pangan hewani tahun 2015 ( ton), tahun 2016 ( ton), tahun 2017 ( ton), tahun 2018 ( ton), tahun 2019 ( ton) serta tahun 2020 sebesar ton. Target ketersediaan untuk kelompok minyak dan lemak tahun 2015 (71,7 ton), Tahun 2016 ( ton), tahun 2017 ( ton), tahun 2018 ( ton), tahun 2019 ( ton) dan tahun 2020 adalah NBM 2015 Sementara halaman 46

55 ton.untuk kelompok buah/biji berminyak, target ketersediaan tahun 2015 ( ton), tahun 2016 ( ton), tahun 2017 ( ton), tahun 2018 ( ton), tahun 2019 ( ton) dan tahun 2020 sebesar ton. Target ketersediaan kelompok kacang-kacangan tahun tahun 2015 ( ton), tahun 2016 (93.900ton), tahun 2017 ( ton), tahun 2018 ( ton), tahun 2019 ( ton) dan tahun 2020 ( ton).untuk kelompok gula, target ketersediaan tahun 2015 ( ton), tahun 2016 ( ton), tahun 2017 ( ton), tahun 2018 ( ton), tahun 2019 ( ton) dan tahun 2020 sebesar ton. Target ketersediaan sayur dan buah untuk tahun 2015 ( ton), tahun 2016 ( ton), tahun 2017 ( ton), tahun 2018 ( ton), tahun 2019 ( ton) dan tahun 2020 ( ton). NBM 2015 Sementara halaman 47

56 BAB V DINAMIKA KETERSEDIAAN PANGAN ( SEMENTARA) A. Ketersediaan dan Tingkat Ketersediaan Energi dan Protein Wilayah DIY tahun Dinamika ketersediaan dan tingkat ketersediaan energi Wilayah DIY tahun dapat dilihat pada tabel 10. Total ketersediaan energi dari tahun berfluktuatif, dengan jumlah ketersediaan energi tertinggi tahun 2006 (3.826 kal/kap/hr) dan terendah tahun 2008 (3.558 kal/kap/hr). Ketersediaan energi dari tahun 2006 sampai tahun 2008 mengalami penurunan, namun kembali meningkat di tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 (3.877 kal/kap/hari) kecuali tahun 2011 (3.689 kal/kap/hr), menurun kembali pada tahun 2013 (3.699 kal/kap/hari) dan tahun 2014 meningkat menjadi kal/kap/hari, namun pada tahun 2015 kembali menurun (3.677 kal/kap/hari). Ketersediaan padi padian mengalami penurunan sejak tahun 2006 sampai tahun 2008 dan meningkat kembali di tahun 2009 dan tahun 2010, namun kembali turun pada tahun 2011 dan meningkat pada tahun 2012, namun kembali menurun dan pada tahun 2013, 2014 dan Kelompok umbi umbian dari tahun 2006 ke tahun 2015 berfluktuasi, kadang kadang mengalami penurunan namun kadang kadang juga mengalami peningkatan. Kelompok pangan hewani mengalami penurunan sejak tahun 2006 sampai tahun 2008 dan meningkat kembali di tahun 2009 sampai tahun 2011, namun pada tahun 2012 kembali menurun dan tahun 2013 dan 2014 mengalami peningkatan namun menurun kembali pada tahun Kelompok minyak dan lemak mengalami kenaikan dari tahun 2006 sampai tahun 2009, kemudian menurun pada tahun 2010 serta tahun 2011 dan 2012 kembali meningkat, tahun 2013 kembali menurun dan tahun 2014 dan 2015 meningkat kembali. Kelompok buah/ biji berminyak mengalami peningkatan dari tahun 2006 NBM 2015 Sementara halaman 48

57 ke tahun 2007, pada tahun 2008 turun dan meningkat kembali di tahun 2009, sedang di tahun 2010, 2011 dan 2012 mengalami penurunan, tahun 2013, 2014 dan 2015 kembali meningkat. Kelompok kacang kacangan berfluktuasi dari tahun 2006 sampai dengan tahun Kelompok gula tahun 2006sampai tahun 2008 mengalami peningkatan dan pada tahun 2009 dan 2010 menurun dan meningkat kembali pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 namun menurun kembali pada tahun 2014 dan meningkat pada tahun Kelompok buah dan sayur tahun 2006 sampai tahun 2008 meningkat namun tahun 2009 sampai tahun 2011 mengalami penurunan dan tahun 2012 meningkat serta tahun 2013 dan 2014 serta 2015 kembali menurun. Apabila melihat tingkat ketersediaan energi (% AKE), sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2015 sudah diatas rata rata standar. Standar ketersediaan energi kal/kap/hr, tahun 2006 sudah mencapai kal/kap/hr (174 %), 2007 sebesar kal/kap/hr (167 %), 2008 sebesar kal/kap/hr (162 %), 2009 sebesar kal/kap/hr (162 %), 2010 sebesar kal/kap/hr (170 %),tahun 2011 sebesar 3.689kal/kap/hr (168%), 2012 sebesar kal/kap/hr (161 %), tahun 2013 sebesar kal/kap/hr (154 %), tahun 2014 sebesar kkal/kap/hr (154,2 %) dan tahun 2015 sebesar kkal/kap/hr (153,2 %). Apabila melihat kontribusi masing masing kelompok pangan sejak tahun masih didominasi oleh kelompok padi padian diikuti oleh kelompok umbi umbian. Kontribusi padi padian tahun 2006 (121,1 %), tahun 2007 (113,1 %), tahun 2008 (84,7 %), tahun 2009 (91,8 %), tahun 2010 (97,7 %), tahun 2011 (96,0 %), tahun 2012 (91,0 %), tahun 2013 (87,8 %), tahun 2014 (81,0%) dan tahun 2015 (75,6 %). Apabila dilihat kontribusi kelompok padi padian dari tahun 2006 sampai tahun 2015, ada indikasi mengalami penurunan. Dan diharapkan di tahun tahun mendatang kontribusi kelompok padi padian terus menurun mendekati NBM 2015 Sementara halaman 49

58 pola pangan harapan (50 %) dan kontribusi kelompok pangan hewani mengalami peningkatan. B. Skor PPH Berdasarkan Ketersediaan Pangan DIY Tahun Skor PPH berdasarkan ketersediaan pangan tahun dapat dilihat pada tabel 11. Skor PPH berdasarkan ketersediaan pangan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2015 masih dibawah skor ideal (100). Hal ini mengindikasikan korelasi positif dengan skor PPH tingkat konsumsi penduduk DIY yang masih dibawah ideal. Skor PPH tahun 2006 sebesar 90,3 dan mengalami peningkatan di tahun 2007 (90,5), namun di tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 85,1, namun skor PPH ini meningkat kembali di tahun 2009 (85,5), 2010 (85,8), 2011 (91,3), 2012 (87,6), 2013 (94,5), 2014 (96,9) dan 2015 (96,8). Apabila melihat skor PPH tingkat ketersediaan masing masing kelompok bahan pangan, skor yang masih dibawah standar dan perlu ditingkatkan yaitu kelompok pangan hewani (tahun 2006 sampai dengan tahun 2013), untuk tahun 2014 dan 2015 sudah sesuai dengan standar/ skor ideal yaitu 24. Skor yang masih harus ditingkatkan yaitu kelompok minyak dan lemak (tahun 2006, tahun 2010 dan tahun 2011), kelompok gula (tahun 2006, tahun 2010 dan tahun 2011) serta kelompok sayur dan buah (tahun 2006, tahun 2011, tahun 2012, tahun 2014 dan tahun 2015). Skor PPH kelompok pangan hewani, standar yang ditentukan 24, namun skor tahun 2006 baru mencapai 20,6, tahun 2007 (14,5), tahun 2008 (9,1), tahun 2009 (9,5), tahun 2010 (11,4), tahun 2011 (17,9), tahun 2012 (11,59), tahun 2013 (11,3), tahun 2014 dan 2015 (24) sudah sesuai dengan standar ideal. Kelompok minyak dan lemak, skor ideal 5, di tahun 2006 baru mencapai 4,5 dan tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 sudah dapat mencapai ideal namun kembali dibawah standar ideal di tahun 2010 (3,7), tahun 2011 (4,6),dan tahun NBM 2015 Sementara halaman 50

59 2012 namun untuk tahun 2013 (5), 2014 (5) dan 2015 (5) sudah sesuai standar. Kondisi serupa juga terjadi untuk kelompok gula. Skor ideal gula 2,5, tercapai tahun , tahun 2012, tahun 2013, tahun 2014 dan tahun 2015, namun pada tahun 2006 (1,6), tahun 2010 (2,2) dan tahun 2011 (2,4) masih dibawah standar. Kelompok buah biji berminyak dan kelompok sayur dan buah hanya di tahun 2006 (0,4) yang berada di bawah standar, dan sejak tahun 2007 sampai sekarang sudah sesuai standar (1,0). Skor PPH sayur dan buah tahun 2007 sampai tahun 2010dan tahun 2012, 2013 sebesar 30 sudah sesuai dengan skor ideal yaitu 30, sedangkan yang masih dibawah standar yaitu di tahun 2006 (25,7), tahun 2011 (27,90), tahun 2014 (26,9) dan tahun 2015 (26,8). C. Ketersediaan dan Proporsi Ketersediaan Energi DIY ( ) Ketersediaan dan tingkat ketersediaan energi DIY tahun dapat dilihat pada tabel 12. Apabila melihat proporsi ketersediaan energi, ternyata belum sesuai dari proporsi ideal. Hal ini mengindikasikan adanya korelasi positif dengan keberagaman konsumsi penduduk DIY. Proporsi ideal masing masing kelompok pangan yaitu padi padian (50 %), umbi umbian (6 %), pangan hewani (12%), minyak dan lemak (10%), buah biji berminyak (3%), kacang kacangan (5%), gula (5%), sayur dan buah (6%), lain lain (3%). Dominasi tertinggi dicapai kelompok padi padian diikuti kelompok umbi umbian. Proporsi ketersediaan energi kelompok padi padian tahun 2006 (69,63 %), tahun 2007 (67,90 %), tahun 2008 (52,39 %), tahun 2009 (56,51 %), tahun 2010 (57,52 %), tahun 2011 (57,22 %), tahun 2012 (56,45%), tahun 2013 (56,99 %), tahun 2014 (52,53 %) dan tahun 2015 (49,32 %). Proporsi kelompok umbi umbian tahun 2006 (7,92 %), tahun 2007 (6,71 %), tahun 2008 (14,08 %), tahun 2009 (11,67 NBM 2015 Sementara halaman 51

60 %), tahun 2010 (19,70 %), tahun 2011 (15,67 %), tahun 2012 (14,31%), tahun 2013 (9,39 %), tahun 2014 (9,38%) dan tahun 2015 (6,65%). Proporsi kelompok pangan hewani tahun 2006 (5,93 %), tahun 2007 (4,37 %), tahun 2008 (2,84 %), tahun 2009 (2,94 %), tahun 2010 (3,35 %), tahun 2011 (5,32 %), tahun 2012 (3,6 %), tahun 2013 (6,00%), tahun 2014 (10,86%) dan tahun 2015 (11,48%). Proporsi kelompok minyak dan lemak tahun 2006 (5,15 %), tahun 2007 (6,60 %), tahun 2008 (9,42 %), tahun 2009 (9,54 %), tahun 2010 (4,34 %), tahun 2011 (5,48%), tahun 2012 (8,4 %), tahun 2013 (8,19 %), tahun 2014 (9,24%) dan tahun 2015 (11,77%). Proporsi kelompok buah biji berminyak tahun 2006 (0,42 %), tahun 2007 (2,29 %), tahun 2008 (2,16 %), tahun 2009 (3,33 %), tahun 2010 (2,30 %), tahun 2011 (2,11 %), tahun 2012 (1,77%), tahun 2013 (2,09 %), tahun 2014 (2,48%) dan tahun 2015 (2,77%). Proporsi kelompok kacang - kacangan tahun 2006 (6,19 %), tahun 2007 (4,97 %), tahun 2008 (7,98 %), tahun 2009 (6,07 %), tahun 2010 (5,46 %), tahun 2011 (7,94 %), tahun 2012 (7,33 %), tahun 2013 (8,05 %), tahun 2014 (7,91%) dan tahun 2015 (8,78%). Proporsi kelompok gula tahun 2006 (1,80 %), tahun 2007 (3,30 %), tahun 2008 (5,51 %), tahun 2009 (4,59 %), tahun 2010 (2,54 %), tahun 2011 (2,90 %), tahun 2012 (3,83 %), tahun 2013 (4,84 %), tahun 2014 (4,11%) dan tahun 2015 (5,73 %). Proporsi kelompok sayur dan buah tahun 2006 (2,95 %), tahun 2007 (3,85 %), tahun 2008 (5,62 %), tahun 2009 (5,35 %), tahun 2010 (4,79 %), tahun 2011 (3,36 %), tahun 2012 (4,26 %), tahun 2013 (4,44 %), tahun 2014 (3,49%) dan. tahun 2015 (3,49%)(Tabel 12). Apabila dibandingkan dengan proporsi ideal untuk komoditi padi padian tahun 2006 sampai dengan tahun 2015 melebihi proporsi ideal (50 %); Kelompok umbi umbian tahun 2006 sampai tahun 2015 melebihi proporsi ideal (6 %); Kelompok pangan hewani dan kelompok minyak dan lemak dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2014 belum sesuai dan masih dibawah proporsi ideal (proporsi ideal pangan hewani 12 %, minyak dan lemak 10 %); Kelompok buah/ biji berminyak NBM 2015 Sementara halaman 52

61 tahun 2006 sampai tahun 2008 belum mencapai proporsi ideal (3 %), namun pada tahun 2009 (3,33 %) melebihi proporsi ideal, sedangkan tahun 2010, sampai tahun 2015 masih dibawah proporsi ideal; Komoditi kacang kacangan pada tahun 2007 (4,97 %) masih dibawah proporsi ideal (5 %), sedangkan tahun 2006, 2008 sampai dengan tahun 2015 sudah diatas proporsi ideal; Komoditi gula belum sesuai dengan proporsi ideal (5 %) pada tahun 2006, 2007, 2009 sampai tahun 2014, hanya pada tahun 2008 (5,51 %) dan tahun 2015 (5,73%) sudah diatas proporsi ideal; Kelompok sayur dan buah pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2014 belum sesuai dengan proporsi ideal (6 %). Sedangkan untuk lain lain proporsi ideal (3 %) namun tidak terdapat data pada tahun Pada beberapa komoditi pangan yang masih kurang dari proporsi ideal perlu ditingkatkan dalam hal konsumsinya sehingga diharapkan akan meningkatkan skor PPH. D. Tingkat Ketersediaan Energi dan Protein dan Laju Tingkat Ketersediaan Tingkat Ketersediaan energi dan protein tahun masih fluktuatif, tingkat ketersediaan energi tahun 2007 (166,55 %) lebih rendah dibanding tahun 2006 (173,95 %), menurun pada tahun 2008 (161,71 %), meningkat pada tahun 2009 (162,39 %) dan tahun 2010 (169,82 %), menurun kembali pada tahun 2011 (167,68 %), tahun 2012 (161,13 %), tahun 2013 (154,14 %), tahun 2014 (154,38 %) dan tahun 2015 (153,21 %). Tingkat ketersediaan protein tahun 2006 (213,75 %) lebih tinggi dibanding tahun 2007 (171, 98 %), menurun kembali tahun 2008 (155,45 %), meningkat pada tahun 2009 (159,25 %), tahun 2010 (168,87 %), meningkat kembali tahun 2011 (182,96 %), menurun pada tahun 2012 (155,92 %), menurun kembali pada tahun 2013 (170,32 %), tahun 2014 meningkat kembali menjadi 177,08 % dan tahun 2015 meningkat (178,21 %).(Tabel 13). NBM 2015 Sementara halaman 53

62 Laju tingkat ketersediaan energi dan protein tahun 2006 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 14, laju ketersediaan energi tahun (-4,2), (-2,9), (0,4), (4,6), (-1,3), (5), (-4), (0) dan (-1). Laju ketersediaan energi negatif mempunyai arti tingkat ketersediaan energi mengalami penurunan, sedangkan laju ketersediaan energi positif mempunyai arti tingkat ketersediaan energi mengalami peningkatan. Laju ketersediaan protein tahun (-19,5), (-9,6), (2,4), (6,0), (8,3), (-2,4), (9,2), (4) dan (0,6). Laju ketersediaan protein negatif mempunyai arti tingkat ketersediaan protein mengalami penurunan, sedangkan laju ketersediaan protein positif mempunyai arti tingkat ketersediaan protein mengalami peningkatan. Apabila melihat laju ketersediaan energi, ternyata tahun ,tahun dan tahun bernilai negatif, sedangkan tahun , tahun , bernilai positif, tahun bernilai negatif, tahun positif dan tahun negatif. Artinya tingkat ketersediaan energi tahun 2007 mengalami penurunan dibanding tahun 2006, tahun 2008 mengalami penurunan dari tahun 2007, dan tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding tahun 2008 serta tahun 2010 meningkat dibanding tahun 2009, dan pada tahun 2011 kembali menurun dibanding tahun 2010 serta tahun 2012 kembali meningkat dibanding tahun 2011, tahun 2013 kembali menurun dibanding tahun 2012, tahun 2014 dinilai setara/ sama dengan tahun 2013 dan tahun 2015 kembali menurun disbanding tahun Sedangkan bila melihat laju ketersediaan protein, ternyata tahun , tahun dan tahun , sedangkan tahun , tahun dan tahun serta bernilai positif, tahun bernilai positif dan tahun NBM 2015 Sementara halaman 54

63 bernilai negatif. Artinya tingkat ketersediaan protein tahun 2007 mengalami penurunan dibanding tahun 2006, tahun 2008 mengalami penurunan dari tahun 2007, dan tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding tahun 2008 serta tahun 2010 meningkat dibanding tahun 2009, tahun 2011 kembali meningkat dibanding tahun 2010, tahun 2012 kembali mengalami penurunan dibanding tahun 2011, tahun 2012 kembali menurun tahun 2013 serta 2014 seimbang namun tahun 2015 menurun kembali. NBM 2015 Sementara halaman 55

64 BAB VI KETERKAITAN NERACA BAHAN MAKANAN TAHUN 2015 (SEMENTARA) DENGAN POLA PANGAN HARAPAN DIY Ketersediaan pangan secara makro (tingkat wilayah) sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya produksi pangan, ekspor impor dan distribusi pangan pada daerah tersebut. Sedangkan pada pada tingkat mikro (tingkat rumah tangga) lebih dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga memproduksi pangan, daya beli dan pemberian. Dalam hal ini, analisa ketersediaan pangan didekati dengan menganalisa data Neraca Bahan Makanan (NBM), sedangkan penilaian terhadap pengembangan pola konsumsi pangan tingkat Nasional dan Regional dilaksanakan dengan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH), menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Pola Pangan Harapan (PPH) adalah suatu komposisi pangan yang seimbang untuk dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan gizi penduduk. PPH dapat dinyatakan dalam bentuk komposisi berat (gram atau kg) anekaragam pangan yang memenuhi kebutuhan gizi penduduk. Pola Pangan Harapan mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk hidup sehat, aktif dan produktif. PPH berguna (1) sebagai alat atau instrumen perencanaan konsumsi pangan, ketersediaan pangan dan distribusi pangan; (2) sebagai instrumen evaluasi tingkat pencapaian konsumsi pangan, penyediaan pangan dan produksi pangan baik penyediaan dan konsumsi pangan; (3) sebagai basis pengukuran diversifikasi dan ketahanan pangan; (4) sebagai pedoman dalam merumuskan pesan-pesan gizi. Untuk menjadikan PPH sebagai instrumen pendekatan dalam perencanaan pangan dari di suatu wilayah atau daerah diperlukan kesepakatan tentang pola konsumsi energi dan konsumsi pangan anjuran dengan mempertimbangkan (1) pola konsumsi pangan penduduk saat ini; (2) kebutuhan gizi yang dicerminkan oleh pola kebutuhan energi (asumsi dengan makanan aneka ragam pangan, kebutuhan akan zat NBM 2015 Sementara halaman 56

65 gizi lain akan terpenuhi); (3) mutu gizi makanan yang dicerminkan oleh kombinasi makanan yang mengandung protein hewani, sayur dan buah;(4) pertimbangan masalah gizi dan penyakit yang berhubungan dengan gizi; (5) kecenderungan permintaan (daya beli); (6) kemampuan penyediaan dalam konteks ekonomi dan wilayah. Berdasarkan hasil perhitungan Neraca Bahan Makanan tahun 2015 kondisi ketersediaan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan angka yang jauh di atas angka standar Nasional. Ketersediaan pangan sumber energi tercapai sebesar kalori/kapita/hari, sedangkan ketersediaan pangan untuk sumber protein tercapai 112,27 gram/kapita/hari. Angka standar nasional berdasarkan WNPG 2012 ketersediaan pangan sumber energi adalah kalori/kapita/hari, sedangkan untuk ketersediaan pangan sumber protein sebesar 63gram/kapita/hari. Dengan demikian maka angka ketersediaan pangan sumber energi dan protein untuk tahun 2015 di Daerah Istimewa Yogyakarta telah melampaui standar nasional. Rata-rata ketersediaan energi menurut kelompok pangan (kkal/kap/hari) pada tahun 2015 sebagai berikut : kelompok padi-padian kal/kap/hr; Kelompok umbi-umbian sebesar 245 kal/kap/hr; Kelompok pangan hewani tahun 2015 sebesar 422 kal/kap/hr; Kelompok minyak dan lemak 433 kal/kap/hr; Kelompok buah/biji berminyak tahun 2015 sebesar 102 kal/kap/hr; Kelompok kacang-kacangan sebesar 323 kal/kap/hr; Kelompok Gula tahun 2015 yaitu 211 kal/kap/hr; Kelompok sayur dan buah sebesar 129 kal/kap/hr (Tabel 9). Total skor PPH berdasarkan NBM tahun 2015 sebesar 96,8. Bila dilihat dari sumbangan masing-masing kelompok bahan makanan terhadap ketersediaan energi maka peran padi-padian masih tetap dominan, kontribusinya melebihi angka PPH nasional. Gambar 4. menunjukkan skor ketersediaan energi menurut kelompok bahan pangan berdasarkan hasil perhitungan NBM DIY Tahun 2015 dibanding dengan Skor ideal, Kelompok padi-padian skor tahun 2015 sebesar 25 sama dengan skor ideal sebesar 25, demikian juga dengan umbi umbian sama dengan skor ideal yaitu 2,5, NBM 2015 Sementara halaman 57

66 pangan hewani (24) sudah sesuai dengan skor ideal; minyak dan lemak 5 sesuai dengan skor ideal (5); buah biji berminyak sebesar 1 sudah sesuai dengan ideal (1);kacang kacangan sudah sama dengan skor ideal yaitu 10; skor kelompok gula sebesar 2,5sama dengan skor idealnya sebesar 2,5; skor PPH sayuran dan buah (26,8) masih dibawah skor ideal (30). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara kuantitas konsumsi berdasarkan angka ketersediaan bahan pangan sumber energi tahun 2015 telah memenuhi, baik untuk dikonsumsi maupun angka standart nasional, namun secara kualitas masih belum memenuhi keseimbangan gizi masyarakat seperti yang diharapkan, seperti untuk sayur dan buah yang masih sangat kurang. Tingkat konsumsi penduduk DIY berdasarkan angka konsumsi tahun 2014 sebesar kkal/kap/hr, masih dibawah standar ideal sebesar kkal/kap/hari (WNPG 2008)(Lampiran 1). Sedangkan pola konsumsi sumber energi penduduk DIY adalah sebagai berikut : Padi-padian 61,7%, umbi-umbian 1,9%, pangan hewani 10,8%, minyak dan lemak 8,4%, buah biji berminyak 2,1%, kacang-kacangan 3,9%, gula 4,9%, sayur dan buah 4,8%, dan lain-lain 1,8%(Lampiran 1). Ternyata kelompok pangan hewani, umbi-umbian,minyak dan lemak, kacang-kacangan, gula serta sayur dan buah masih dibawah skor ideal. Artinya, konsumsi untuk kelompok pangan tersebut perlu untuk ditingkatkan. Proyeksi ketersediaan pangan tahun 2016 (tabel 16 dan lampiran 10) berdasarkan NBM adalah sebagai berikut : kelompok padi-padian kal/kap/hr ( ton), kelompok umbi-umbian sebesar 224 kal/kap/hr ( ton), kelompok pangan hewani sebesar 395 kal/kap/hr ( ton), kelompok minyak dan lemak adalah 91 kal/kap/hr ( ton), kelompok buah/ biji berminyak sebesar 96 kal/kap/hr ( ton), kelompok kacang-kacangan 85 kal/kap/hr ( ton), kelompok gula sebesar 70 kal/kap/hr ( ton), kelompok sayur dan buah yaitu 132 kal/kap/hr ( ton) dan jenis pangan lain sebesar 14 kal/kap/hr (4.900 ton). NBM 2015 Sementara halaman 58

67 Proyeksi ketersediaan pangan tahun 2017 (tabel 16 dan lampiran 10) berdasarkan NBM adalah sebagai berikut : kelompok padi-padian kal/kap/hr ( ton), kelompok umbi-umbian sebesar 204 kal/kap/hr ( ton), kelompok pangan hewani sebesar 369 kal/kap/hr ( ton), kelompok minyak dan lemak adalah 128 kal/kap/hr ( ton), kelompok buah/ biji berminyak sebesar 90 kal/kap/hr ( ton), kelompok kacang-kacangan 94 kal/kap/hr ( ton), kelompok gula sebesar 82 kal/kap/hr ( ton), kelompok sayur dan buah yaitu 135 kal/kap/hr ( ton) dan jenis pangan lain sebesar 29 kal/kap/hr (9.900 ton). Ditinjau dari potensi sumberdaya wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta, sumber daya alam di Daerah Istimewa Yogyakarta masih memiliki potensi ketersediaan pangan yang beragam, baik sebagai sumber karbohidrat maupun protein dan lemak, yang berasal dari kelompok padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur dan buah serta buah biji berminyak. Potensi sumber pangan tersebut belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal, pola konsumsi pangan rumah tangga masih banyak didominasi oleh beras dan keanekaragaman konsumsi pangan dan gizi yang sesuai dengan kaidah yang seimbang belum terwujud. Potensi sumberdaya wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta bila dimanfaatkan secara optimal diharapkan dapat segera mewujudkan Pemantapan Ketahanan Pangan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang dicirikan dengan setiap warga mengkonsumsi pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, gizi, aman, beragam dan terjangkau. Untuk itu, pengembangan konsumsi pangan dilakukan dengan berbasis pada keanekaragaman baik sumber bahan pangan maupun kelembagaan dan budaya lokal perlu ditingkatkan. NBM 2015 Sementara halaman 59

68 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil perhitungan Neraca Bahan Makanan tahun 2015 (Sementara) kondisi ketersediaan pangan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan angka yang jauh di atas angka standart Nasional. Ketersediaan pangan sumber energi tercapai sebesar kalori/kapita/hari, sedangkan ketersediaan pangan sumber protein tercapai 112,27 gram/kapita/hari, sedangkan Angka standar Nasional berdasarkan Pola Pangan Harapan ketersediaan pangan sumber energi adalah kalori/kapita/hari, dan ketersediaan pangan sumber protein sebesar 63 gram/kapita/hari. Walaupun secara kuantitas ketersediaan energi dan protein sudah terpenuhi, namun secara kualitas masih perlu peningkatan ketersediaan terhadap kelompok bahan makanan, yaitu bahan pangan hewani. 2. Angka ketersediaan energi tahun 2015 per kelompok pangan : kelompok padi padian kal/kap/hr; kelompok makanan berpati 242 kal/kap/hr; kelompok gula 211 kal/kap/hr; kelompok buah/biji berminyak 423 kal/kap/hr; kelompok buah buahan 89 kal/kap/hr; kelompok sayur sayuran 43 kal/kap/hr; kelompok daging 325 kal/kap/hr; kelompok telur 52 kal/kap/hr; kelompok susu 8 kal/kap/hr; kelompok ikan 44 kal/kap/hr; kelompok minyak dan lemak 420 kal/kap/hr dan kelompok lemak 6 kal/kap/hr. 3. Angka ketersediaan protein tahun 2015 per kelompok pangan : kelompok padi padian 45,08 gram/kap/hr; kelompok makanan berpati 1,01 gram/kap/hr; kelompok gula 0,35 gram/kap/hr; kelompok buah/biji berminyak 23,74 gram/kap/hr; kelompok buah - buahan 0,77 gram/kap/hr; kelompok sayur sayuran 7,69 gram/kap/hr; kelompok daging 20,41 gram/kap/hr; kelompok NBM 2015 Sementara halaman 60

69 telur 4,07 gram/kap/hr; kelompok susu 0,41 gram/kap/hr; kelompok ikan 8,51 gram/kap/hr; kelompok minyak dan lemak 0,22 gram/kap/hr dan kelompok lemak 0,01 gram/kap/hr. 4. Dinamika ketersediaan energi tahun 2006 tahun 2015 adalah sebagai berikut : tahun 2006 (3.826 kal/kap/hr); tahun 2007 (3.664 kal/kap/hr); tahun 2008 (3.558 kal/kap/hr); tahun 2009 (3.573 kal/kap/hr); tahun 2010 (3.736 kal/kap/hr); tahun 2011 (3.689 kal/kap/hr), tahun 2012 (3.867 kal/kap/hr), tahun 2013 (3.699 kal/kap/hr), tahun 2014 (3.701kal/kap/hr) dan tahun 2015 (3.677 kal/kap/hr). 5. Dinamika ketersediaan protein tahun 2006 tahun 2015 adalah sebagai berikut : tahun 2006 (117,56 gram /kap/hr); tahun 2007 (94,59 gram/kap/hr); tahun 2008 (85,5 gram /kap/hr); tahun 2009 (87,59 gram/kap/hr); tahun 2010 (92,88 gram/kap/hr); tahun 2011 (100,63 gram/kap/hr, tahun 2012 (98,23 gram/kap/hr), tahun 2013 (107,3 gram/kap/hr), tahun 2014 (111,75 gram/kap/hr) dan tahun 2015 (112,27 gram/kap/hr). 6. Laju ketersediaan energi tahun sebagai berikut : tahun (-4,3); tahun (-2,9); tahun (0,4); tahun (4,6), tahun (-1,3), tahun (5) dan tahun (-2). Laju ketersediaan protein tahun sebagai berikut : tahun (-19,5); tahun (-9,6); tahun (2,4); tahun (6,0); tahun (8,3), tahun (-2,4), tahun (-4), tahun (0) dan tahun (-1). Dari laju ketersediaan energi berfluktuasi dari tahun , sedangkan laju ketersediaan protein cenderung meningkat dari tahun , namun pada tahun 2012 dan 2011kembali menurun dan tahun meningkat namun pada tahun menurun kembali, demikian juga tahuun juga menurun.. NBM 2015 Sementara halaman 61

70 7. Tingkat konsumsi dan tingkat penganekaragaman pangan berdasarkan konsumsi tahun 2014 masih perlu ditingkatkan, karena tingkat konsumsi dan tingkat keanekaragaman pangan masih dibawah standar yang ditetapkan. Tingkat konsumsi pangan tahun2014 sebesar kalori/kap/hari, padahal tingkat konsumsi pangan ideal sebesar kalori/kap/hari (WNPG VIII tahun 2004, sedangkan WNPG X tahun 2012 angka ideal kalori/kap/hari. Skor konsumsi tahun 2014 sebesar 85,3, sedangkan standar yang ditetapkan adalah 100%. Skor PPH padi-padian 25 (ideal 25), skor PPH umbi-umbian 0,9 (ideal 2,5), skor PPH pangan hewani 21 (ideal 24), skor PPH minyak dan lemak 4,1 (ideal 5), skor PPH buah/biji berminyak 1 (ideal 1), skor PPH kacang-kacangan 7,6 (ideal 10), skor PPH gula 2,4 (ideal 2,5), skor PPH sayur dan buah 23,3 (ideal 30). Penganekaragaman konsumsi pangan perlu ditingkatkan terutama untuk kelompok pangan hewani, umbi umbian, minyak dan lemak, kacang-kacangan, gula serta sayur dan buah. 8. Proyeksi ketersediaan pangan tahun 2016 adalah sbb: - Kelompok padi-padian : ton - Kelompok Umbi-umbian : ton - Kelompok Pangan Hewani : ton - Kelompok Minyak dan Lemak : ton - Kelompok Buah/biji berminyak : ton - Kelompok Kacang-kacangan : ton - Kelompok Gula : ton - Kelompok Sayuran dan buah : ton - Lain lain : ton 9. Proyeksi ketersediaan energi menurut kelompok pangan untuk tahun 2016 yaitu sebesar kkal/kap/hari, dengan rincian sebagai berikut: Padi-padian : kalori terdiri dari: NBM 2015 Sementara halaman 62

71 Beras Jagung : kalori : 142 kalori Tepung Terigu : 150 kalori Umbi-umbian : 224 kaloriterdiri dari: Ubi Kayu Ubi Jalar : 211 kalori : 11 kalori Kentang : 2 kalori Pangan hewani : 395 kalori terdiri dari : Daging Ruminansia : 50 kalori Daging Unggas Telur Susu Ikan : 248 kalori : 49 kalori : 7 kalori : 41 kalori Minyak dan lemak : 91 kalori terdiri dari : Minyak dan lemak Jeroan : 89 kalori : 1 kalori Buah/biji berminyak : 96 kalori Kacang-kacangan : 85 kalori terdiri dari : Kacang tanah Kedelai Kacang hijau Kacang merah : 58 kalori : 25 kalori : 1 kalori : 0 kalori Gula : 70 kalori terdiri dari : Gula pasir Gula mangkok : 56 kalori : 14 kalori Sayur dan buah : 132 kalori Sayur Buah : 40 kalori : 91 kalori NBM 2015 Sementara halaman 63

72 Lain lain : 14 kalori 10. Berdasarkan analisis ketersediaan pangan dengan mempertimbangkan produksi masih ada beberapa komoditi yang masih minus diantaranya komoditi Kedelai ( ton); Sayur ( ton); Kacang Hijau (874 ton); Daging Sapi (8.003 ton); dan Susu (3.379 ton). Namun apabila mempertimbangkan impor dan ekspor yang berasal dari distributor besar, pedagang besar di pasar serta swalayan yang ada di DIY, ketersediaan bahan pangannya sudah mencukupi. B. Saran 1. Pendataan NBM perlu disempurnakan seperti : Cakupan data perubahan stok, karena NBM sekarang ini hanya terbatas yang bersumber pada Bulog untuk komoditi beras dan PG. Madubaru untuk komoditi gula pasir. Perlu kajian kebutuhan konversi untuk pemakaian dalam tabel NBM (pakan, bibit, diolah untuk makanan dan bukan makanan, tercecer serta penggunaan untuk bahan makanan). 2. Pemantapan ketersediaan pangan dengan peningkatan kemandirian pangan melalui : Dukungan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada petani seperti pembatasan impor pangan, subsidi benih dan pupuk, subsidi harga, perbaikan manajemen pemasaran pupuk, subsidi solar bagi nelayan, dukungan sarana prasarana dan lain lain. Dukungan pada peningkatan kemandirian pangan dengan pemanfaatan potensi sumberdaya lokal. NBM 2015 Sementara halaman 64

73 Penekanan laju alih fungsi lahan dengan dukungan penerapan Perda/Pergub/ Perbup yang efektif, dengan pelaksanaan operasional yang lebih nyata dan konkrit. Alternatif pengembangan komoditi yang tidak dapat diproduksi di DIY secara maksimal seperti kacang kedelai (alternatif diganti kacang koro, kacang benguk dan lain sebagainya). Peningkatan produksi dan produktivitas pangan. Pemanfaatan lahan pekarangan. 3. Pemantapan distribusi dan akses pangan melalui : Penguatan distribusi pangan, karena pergerakan komoditas pangan sangat mobile, dan di wilayah DIY masih terdapat beberapa komoditi yang sangat tergantung pasokan dari luar. Peningkatan peran pemerintah dalam pengendalian harga pangan, seperti diterapkannya harga patokan pemerintah bagi beberapa komoditi pangan, serta harga patokan Pemerintah Daerah. Peningkatan management stok, karena walaupun secara agregat tahunan beberapa komoditi pangan mengalami surplus, namun karena DIY sangat tergantung curah hujan, sehingga terdapat periode tertentu mengalami kekurangan bahan pangan. 4. Peningkatan konsumsi Beragam, Bergizi dan Berimbang, Sehat, Aman dan Bermartabat, melalui : Gerakan peningkatan konsumsi pangan hewani, umbi umbian, minyak lemak, kacang kacangan, gula, sayur dan buah. Koordinasi program/ kegiatan lintas sektor untuk pencapaian target konsumsi dan penganekaragaman konsumsi berdasarkan PPH. Sosialisasi konsumsi pangan lokal sejak dini kepada anak anak sekolah. NBM 2015 Sementara halaman 65

74 Perlu analisis lebih lanjut penyebab ketidaktercapaian tingkat konsumsi masyarakat DIY. Teknologi sederhana spesifik lokasi untuk pengolahan pangan lokal. NBM 2015 Sementara halaman 66

75 TABEL 1. KETERSEDIAAN PANGAN BERDASARKAN JENIS BAHAN MAKANAN UNTUK KONSUMSI PENDUDUK D.I.YOGYAKARTA TH.2013 ( Per Kapita ) NO JENIS BAHAN Kg/Tahun Gr/Hari KALORI PROTEIN LEMAK MAKANAN (Kkal/hari) (Gr/hari) (Gr/hari) Padi-padian 225,57 618, ,58 11,09 2 Makanan berpati 78,85 216, ,33 0,62 3 G u l a 17,86 48, ,26 0,87 4 Buah / Biji berminyak 40,38 110, ,44 29,98 5 Buah-buahan 92,83 254, ,91 0,61 6 Sayur-sayuran 61,36 168, ,55 0,54 7 Daging 20,43 55, ,14 11,99 8 T e l u r 9,75 26, ,64 2,39 9 S u s u 2,84 7,77 5 0,25 0,27 10 I k a n 20,61 56, ,01 0,57 11 Minyak / Lemak 12,23 33, ,18 33,15 12 L e m a k 0,13 0,37 3 0,01 0,33 N A B A T I : ,25 76,86 H E W A N I : ,05 15,56 J U M L A H : ,30 92,41

76 TABEL 2 : NERACA BAHAN MAKANAN D. I. YOGYAKARTA TAHUN 2013 TETAP Produksi Penyediaan dalam Penyediaan Pemakaian Dalam Negeri / Domestic utilization Ketersediaan Per Kapita Perubahan Stok Production Impor negeri sblm Ekspor Ekspor Dalam Diolah untuk Bahan Per capita availability Pakan Bibit Tercecer Jenis Bahan Makanan Masukan Keluaran Changes Supply availa- Negeri Manufactured for Makanan Gram/ Kalori/ Protein/ Lemak/ Kg/Th Input Output in ble for domestic Domestic Bukan hari Calories Proteins Fats Commodity Makanan Stock Imports utilization before Exports Supply Feed Seed Makanan Waste Food Grams/ kkal/hari Gram/hr Gram/hr Kg/Year exports Food Non food day kcal/day Grams/day Grams/day (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) I. PADI-PADIAN/CEREALS Padi gagang/gabah * Dry stalk paddy/unhusked rice Gabah/Beras * ,32 436, ,85 6,11 Unhusked rice/rice Jagung/Maize * ,73 128, ,54 4,49 Jagung basah/(muda) ,60 7,13 1 0,02 0,03 Fresh maize Tepung Gandum/Wheat ,94 8, ,72 0,08 Mie Instant ,98 38, ,45 0,38 Shorgum/Shorgum 135 * ,04 0,10 0 0,01 0,00 II. MAKANAN BERPATI 225,57 618, ,58 11,09 STARCHY FOOD Ubi jalar/sweet potatoes * ,05 5,63 6 0,06 0,16 Ubi kayu/cassava * ,58 160, ,02 0,31 Ubi kayu/gaplek ,00 0,00 0 0,00 0,00 Cassava/Manioc Ubi kayu/tapioka ,22 49, ,25 0,15 Cassava/Tapioca Sagu/Tepung sagu Sago pith/sago flour III. GULA/SUGAR 78,85 216, ,33 0,62 Gula pasir/refined sugar & (4.525) & , ,69 40, Gula mangkok/other sugar v ,17 8, ,26 0,87 IV. BUAH BIJI BERMINYAK PULSES NUT AND OIL SEEDS 17,86 48, ,26 0,87 Kacang tanah berkulit Groundnuts in shell Kacang tanah lepas kulit * ,37 42, ,65 18,02 Groundnuts shelled Kedelai/Soyabeans * ,77 26, ,81 4,47 Kacang hijau/green bean * ,43 1,19 4 0,24 0,02 Kelapa berkulit/daging ,81 40, ,73 7,46 Coconuts in husk/coconut fresh Kelapa daging/kopra v Coconuts meat/copra Kacang Mete/ Bean Mete 65 v ,06 0, ,38 110, ,44 29,98

77 TABEL 2 : NERACA BAHAN MAKANAN D. I. YOGYAKARTA TAHUN 2013 TETAP Produksi Penyediaan dalam Penyediaan Pemakaian Dalam Negeri / Domestic utilization Ketersediaan Per Kapita Perubahan Stok Production Impor negeri sblm Ekspor Ekspor Dalam Diolah untuk Bahan Per capita availability Pakan Bibit Tercecer Jenis Bahan Makanan Masukan Keluaran Changes Supply availa- Negeri Manufactured for Makanan Gram/ Kalori/ Protein/ Lemak/ Kg/Th Input Output in ble for domestic Domestic Bukan hari Calories Proteins Fats Commodity Makanan Stock Imports utilization before Exports Supply Feed Seed Makanan Waste Food Grams/ kkal/hari Gram/hr Gram/hr Kg/Year exports Food Non food day kcal/day Grams/day Grams/day (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) V. BUAH-BUAHAN/FRUITS Alpokat/Avocados * ,95 5,35 3 0,03 0,21 Jeruk/Oranges * ,61 15,37 3 0,06 0,02 Duku/Lanzon * ,47 1,30 0 0,01 0,00 Durian/Durians * ,06 5,64 0 0,01 0,01 Jambu/Waterapples * ,03 5,57 2 0,03 0,01 Mangga/Mangoes * ,77 26,77 6 0,06 0,02 Nanas/Pineapples * ,01 2,76 0 0,00 0,00 Pepaya/Papayas * ,62 9,93 3 0,03 - Pisang/Bananas * ,76 43, ,23 0,07 Rambutan/Rambutans * ,99 8,18 1 0,01 0,02 Salak/Salacia * ,10 74, ,23 0,08 Sawo/Sapodila * ,39 3,80 2 0,02 0,06 Semangka/ Watermelon * ,25 8,90 1 0,01 0,00 Melon/ Honeydew * ,54 23,40 9 0,15 0,27 Belimbing/Starfruit * ,03 8,29 2 0,02 0,02 Manggis/Mangosteen * ,48 1,31 0 0,00 0,00 Nangka/Cempedak/Jackfruit * ,72 21,14 2 0,02 0,00 Markisa/Passion fruit * ,08 0,21 0 0,00 0,00 Sirsak/Soursop * ,48 1,31 1 0,01 0,00 Sukun/Bread fruit * ,77 7,58 8 0,10 0,02 Lainnya/Others - 3 * ,28 3,52 1 0,02 0, ,83 254, ,91 0,61 VI. SAYUR-SAYURAN VEGETABLE Bawang Merah * ,07 8,42 3 0,10 0,02 Shallot(Onion) Ketimun/Cucumber * ,64 7,22 0 0,02 0,01 Kacang Merah - - * ,19 0,53 1 0,07 0,01 Kidney beans Kacang Panjang * ,65 7,25 2 0,15 0,03 String beans Kentang/Potatoes - - * ,63 7,20 3 0,11 0,01 Kubis/Cabbage * ,33 3,65 0 0,03 0,00 Tomat/Tomatoes * ,86 5,08 1 0,05 0,01 Wortel/Carrots - - * ,98 5,42 1 0,04 0,02 Cabe/Chilli * ,19 19,71 4 0,14 0,05 Terong/Eggplant * ,64 7,22 2 0,10 0,04 Petsai/ Sawi * ,53 12,40 1 0,07 0,02 Mustard greens Bawang Daun/Spring onion * ,86 5,10 1 0,06 0,02 Kangkung/Swamp cabbage * ,85 2,34 0 0,03 0,01 Lobak/Radish - - * ,06 0,17 0 0,00 0,00

78 TABEL 2 : NERACA BAHAN MAKANAN D. I. YOGYAKARTA TAHUN 2013 TETAP Produksi Penyediaan dalam Penyediaan Pemakaian Dalam Negeri / Domestic utilization Ketersediaan Per Kapita Perubahan Stok Production Impor negeri sblm Ekspor Ekspor Dalam Diolah untuk Bahan Per capita availability Pakan Bibit Tercecer Jenis Bahan Makanan Masukan Keluaran Changes Supply availa- Negeri Manufactured for Makanan Gram/ Kalori/ Protein/ Lemak/ Kg/Th Input Output in ble for domestic Domestic Bukan hari Calories Proteins Fats Commodity Makanan Stock Imports utilization before Exports Supply Feed Seed Makanan Waste Food Grams/ kkal/hari Gram/hr Gram/hr Kg/Year exports Food Non food day kcal/day Grams/day Grams/day (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) Labu siam/chayotte - - * ,99 5,44 1 0,03 0,00 Buncis/Greenbeans * ,45 1,23 0 0,02 0,00 Bayam/Spinach * ,71 1,94 0 0,01 0,00 Bawang Putih/Garlic - * ,04 5,58 4 0,19 0,01 Kembang Kol/Cauliflower 223 * ,47 4,02 1 0,05 0,00 Jamur/Mushroom * ,42 1,16 1 0,11 0,01 Melinjo/ Melinjo * ,00 16,45 7 0,49 0,07 Petai/ Petai * ,75 4,79 2 0,08 0,01 Jengkol/ Jengkol 38 * ,01 0,03 0 0,00 0,00 Lainnya/Others ,06 35,77 9 7,59 0, ,36 168, ,55 0,54 VII. DAGING/MEAT Daging Sapi/Beef * ,24 11, ,18 1,63 Daging Kerbau/Buffalo Meat - * Daging Kambing/Lamb * ,28 0,76 1 0,13 0,07 Daging Domba/Lamb * ,65 1,79 5 0,29 0,38 Daging Kuda/Lainnya 36 * ,02 0,04 0 0,01 0,00 Horse Meat/Other Daging Babi/Pork - * ,05 0,13 1 0,02 0,05 Daging Ayam Buras * ,16 3, ,58 0,80 Lokal Chicken Meat Daging Ayam Ras * ,86 35, ,41 8,81 Improved Chicken Meat Daging Itik/Duck Meat 194 * ,08 0,22 1 0,03 0,06 Daging Kelinci/Rabbit Meat 1 * ,04 0,12 0 0,02 0,01 Daging Puyuh/Quail Meat 54 * * ,04 0,10 0 0,03 0,01 Jeroan semua jenis ,02 2,80 4 0,44 0,18 All Offal All Kinds VIII. TELUR/EGGS 20,43 55, ,14 11,99 Telur Ayam Buras 998 * ,22 0,60 1 0,05 0,06 Local Hen Eggs Telur Ayam Ras * ,96 24, ,44 2,12 Improved Hen Eggs Telur Itik/Ducks Eggs * ,57 1,57 3 0,16 0,21 Telur Puyuh/Quail Eggs * ,34 0,92 2 0,11 0, ,75 26, ,64 2,39 IX. SUSU/MILK Susu Sapi/Cow Milk * ,41 3,88 2 0,12 0,14 Susu Impor/Imported Milk ,42 3,89 2 0,12 0,14 X. IKAN/FISH 2,84 7,77 5 0,25 0,27 Tuna/Cakalang/Tongkol # ,72 1,97 1 0,21 0,05 Tunas/Skipjade/Eastern Little Kakap/Giant Seaperch - 31 # ,12 0,32 0 0,04 0,00 Cucut/Sharks - 22 # ,03 0,09 0 0,00 0,00 Bawal/Pomfret # ,54 4,22 3 0,64 0,06

79 TABEL 2 : NERACA BAHAN MAKANAN D. I. YOGYAKARTA TAHUN 2013 TETAP Produksi Penyediaan dalam Penyediaan Pemakaian Dalam Negeri / Domestic utilization Ketersediaan Per Kapita Perubahan Stok Production Impor negeri sblm Ekspor Ekspor Dalam Diolah untuk Bahan Per capita availability Pakan Bibit Tercecer Jenis Bahan Makanan Masukan Keluaran Changes Supply availa- Negeri Manufactured for Makanan Gram/ Kalori/ Protein/ Lemak/ Kg/Th Input Output in ble for domestic Domestic Bukan hari Calories Proteins Fats Commodity Makanan Stock Imports utilization before Exports Supply Feed Seed Makanan Waste Food Grams/ kkal/hari Gram/hr Gram/hr Kg/Year exports Food Non food day kcal/day Grams/day Grams/day (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) Teri/Anchovies - 23 # ,16 0,45 0 0,05 0,00 Kembung/Indian Mackerels - 74 # ,22 0,61 0 0,09 0,00 Tenggiri/Narrow Bard - 47 # ,15 0,40 0 0,04 0,01 King Mackerels Bandeng/Milk Fish - 3 # ,15 0,42 0 0,05 0,01 Belanak/Multes - 53 # ,01 0,04 0 0,00 0,00 Mujair/Mozambique Tilapia # ,12 0,33 0 0,04 0,00 Ikan Mas/Common Carp # ,13 0,36 0 0,04 0,00 Udang/Shrimp # ,51 1,39 1 0,14 0,00 Rajungan/Swim Crab - 8 # ,29 0,80 0 0,02 0,01 Gurameh/Fresh Water Carp # ,72 7,46 5 1,24 0,05 Lele/ cat Fish # ,29 22, ,69 0,18 Nila/ Nila Fish # ,38 9,26 6 1,19 0,15 Grasscarp/ Grasscarp Fish # ,22 0,61 0 0,08 0,01 Cumi-cumi & Sotong - 7 # ,16 0,44 0 0,07 0,00 Common Scuids & Cuttle Fishes Patin/ Shark Cat Fish - 75 # ,07 0,20 0 0,03 0,00 Lainnya/Others # # ,60 4,38 2 0,36 0, ,61 56, ,01 0,57 XI. MINYAK & LEMAK OILS & FATS Kacang tanah/minyak ,01 2, ,76 Groundnuts/Oils Kopra/Minyak goreng ,55 17, ,18 17,60 Copra/Cooking Oils Minyak sawit/palm Oils Minyak sawit/minyak goreng ,67 12, ,79 Palm Oils/Cooking Oils 12,23 33, ,18 33,15 Lemak Sapi/Cattle Fats ,04 0,11 1 0,00 0,10 Lemak Kerbau/Buffalo Fats Lemak Kambing/Goat Fats ,03 0,07 1 0,00 0,06 Lemak Domba/Sheep Fats ,07 0,19 2 0,00 0,17 Lemak Babi/Pig Fats ,13 0,37 3 0,01 0,33 Keterangan : Jumlah Penduduk DIY tahun 2013 = Jiwa (Sumber : BPS DIY) Total : ,30 92,41 * Sumber Angka Tetap Dinas Pertanian tahun 2013 dan BPS # Sumber Angka Tetap Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2013 Nabati : ,25 76,86 v Sumber Angka Tetap Dinas Kehutanan dan Perkebunan tahun 2013 Sumber dari BULOG Divre DIY Hewani : ,05 15,56 Sumber dari Pedagang besar/ distributor & Sumber dari PG. Madubaru (60.300)

80 TABEL 3. KETERSEDIAAN PANGAN BERDASARKAN JENIS BAHAN MAKANAN UNTUK KONSUMSI PENDUDUK D.I.YOGYAKARTA TH.2014 ( Per Kapita ) NO JENIS BAHAN Kg/Tahun Gr/Hari KALORI PROTEIN LEMAK MAKANAN (Kkal/hari) (Gr/hari) (Gr/hari) Padi-padian 150,24 568, ,43 10,09 2 Makanan berpati 78,27 214, ,33 0,71 3 G u l a 15,17 34, ,20 0,68 4 Buah / Biji berminyak 42,73 117, ,94 31,23 5 Buah-buahan 77,76 213, ,73 0,53 6 Sayur-sayuran 61,38 168, ,40 0,52 7 Daging 41,47 113, ,34 26,94 8 T e l u r 9,53 26, ,54 2,40 9 S u s u 4,59 12,58 8 0,40 0,44 10 I k a n 24,88 68, ,16 0,66 11 Minyak / Lemak 13,75 37, ,22 37,22 12 L e m a k 0,14 0,39 3 0,01 0,35 N A B A T I : ,26 80,97 H E W A N I : ,45 30,78 J U M L A H : ,71 111,75

81 TABEL 4: NERACA BAHAN MAKANAN D. I. YOGYAKARTA TAHUN 2014 TETAP Produksi Penyediaan dalam Penyediaan Pemakaian Dalam Negeri / Domestic utilization Ketersediaan Per Kapita Perubahan Stok Production Impor negeri sblm Ekspor Ekspor Dalam Diolah untuk Bahan Per capita availability Pakan Bibit Tercecer Jenis Bahan Makanan Masukan Keluaran Changes Supply availa- Negeri Manufactured for Makanan Gram/ Kalori/ Protein/ Lemak/ Kg/Th Input Output in ble for domestic Domestic Bukan hari Calories Proteins Fats Commodity Makanan Stock Imports utilization before Exports Supply Feed Seed Makanan Waste Food Grams/ kkal/hari Gram/hr Gram/hr Kg/Year exports Food Non food day kcal/day Grams/day Grams/day (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) I. PADI-PADIAN/CEREALS Padi gagang/gabah * Dry stalk paddy/unhusked rice Gabah/Beras * ,24 411, ,63 5,76 Unhusked rice/rice Jagung/Maize * ,72 111, ,31 3,92 Jagung basah/(muda) ,61 7,16 1 0,02 0,03 Fresh maize Tepung Gandum/Wheat ,53 20, ,86 0,21 Mie Instant ,50 17, ,60 0,18 Shorgum/Shorgum 145 * ,04 0,10 0 0,01 0,00 II. MAKANAN BERPATI 207,61 568, ,43 10,09 STARCHY FOOD Ubi jalar/sweet potatoes * ,21 8,79 9 0,09 0,25 Ubi kayu/cassava * ,59 155, ,99 0,30 Ubi kayu/gaplek ,00 0,00 0 0,00 0,00 Cassava/Manioc Ubi kayu/tapioka ,47 50, ,25 0,15 Cassava/Tapioca Sagu/Tepung sagu Sago pith/sago flour III. GULA/SUGAR 78,27 214, ,33 0,71 Gula pasir/refined sugar & (13.087) & , ,71 34, Gula mangkok/other sugar v ,47 6, ,20 0,68 IV. BUAH BIJI BERMINYAK PULSES NUT AND OIL SEEDS 15,17 41, ,20 0,68 Kacang tanah berkulit Groundnuts in shell Kacang tanah lepas kulit * ,49 42, ,74 18,17 Groundnuts shelled Kedelai/Soyabeans * ,07 24, ,04 4,15 Kacang hijau/green bean * ,52 1,41 5 0,29 0,03 Kelapa berkulit/daging ,64 48, ,87 8,89 Coconuts in husk/coconut fresh Kelapa daging/kopra v Coconuts meat/copra Kacang Mete/ Bean Mete 420 v ,12 0, ,73 117, ,94 31,23

82 Jenis Bahan Makanan Commodity V. BUAH-BUAHAN/FRUITS Produksi Penyediaan dalam Penyediaan Pemakaian Dalam Negeri / Domestic utilization Ketersediaan Per Kapita Perubahan Stok Production Impor negeri sblm Ekspor Ekspor Dalam Diolah untuk Bahan Per capita availability Pakan Bibit Tercecer Masukan Keluaran Changes Supply availa- Negeri Manufactured for Makanan Gram/ Kalori/ Protein/ Lemak/ Kg/Th Input Output in ble for domestic Domestic Bukan hari Calories Proteins Fats Makanan Stock Imports utilization before Exports Supply Feed Seed Makanan Waste Food Grams/ kkal/hari Gram/hr Gram/hr Kg/Year exports Food Non food day kcal/day Grams/day Grams/day Alpokat/Avocados * ,86 5,09 3 0,03 0,20 Jeruk/Oranges * ,94 2,56 1 0,01 0,00 Duku/Lanzon * ,47 1,28 0 0,01 0,00 Durian/Durians * ,19 5,99 0 0,01 0,01 Jambu/Waterapples * ,97 5,39 2 0,03 0,01 Mangga/Mangoes * ,78 35,01 8 0,08 0,03 Nanas/Pineapples * ,30 0,82 0 0,00 0,00 Pepaya/Papayas * ,61 9,88 3 0,03 - Pisang/Bananas * ,79 40, ,21 0,06 Rambutan/Rambutans * ,37 17,46 2 0,03 0,04 Salak/Salacia * ,43 39, ,12 0,04 Sawo/Sapodila * ,58 4,34 2 0,02 0,07 Semangka/ Watermelon * ,64 9,97 1 0,01 0,00 Melon/ Honeydew * ,24 25,31 9 0,16 0,29 Belimbing/Starfruit * ,15 5,90 2 0,02 0,02 Manggis/Mangosteen * ,57 1,56 0 0,00 0,00 Nangka/Cempedak/Jackfruit * ,07 19,36 2 0,02 0,00 Markisa/Passion fruit * ,05 0,14 0 0,00 0,00 Sirsak/Soursop * ,45 1,23 1 0,01 0,00 Sukun/Bread fruit * ,49 6,81 7 0,09 0,02 Lainnya/Others - 1 * ,07 0,19 0 0,00 0, ,76 213, ,73 0,53 VI. SAYUR-SAYURAN VEGETABLE Bawang Merah * ,24 8,88 3 0,11 0,02 Shallot(Onion) Ketimun/Cucumber * ,37 6,50 0 0,01 0,01 Kacang Merah - - * ,19 0,53 1 0,07 0,01 Kidney beans Kacang Panjang * ,81 7,69 2 0,16 0,03 String beans Kentang/Potatoes - - * ,98 5,41 2 0,08 0,01 Kubis/Cabbage * ,05 2,87 0 0,02 0,00 Tomat/Tomatoes * ,87 5,13 1 0,05 0,01 Wortel/Carrots - - * ,71 4,68 1 0,03 0,02 Cabe/Chilli * ,10 19,44 4 0,14 0,05 Terong/Eggplant * ,18 5,98 2 0,08 0,03 Petsai/ Sawi * ,74 21,22 1 0,12 0,03 Mustard greens Bawang Daun/Spring onion * ,89 5,18 1 0,06 0,02 Kangkung/Swamp cabbage * ,67 1,83 0 0,03 0,01 Lobak/Radish - - * ,06 0,17 0 0,00 0,00

83 Produksi Penyediaan dalam Penyediaan Pemakaian Dalam Negeri / Domestic utilization Ketersediaan Per Kapita Perubahan Stok Production Impor negeri sblm Ekspor Ekspor Dalam Diolah untuk Bahan Per capita availability Pakan Bibit Tercecer Jenis Bahan Makanan Masukan Keluaran Changes Supply availa- Negeri Manufactured for Makanan Gram/ Kalori/ Protein/ Lemak/ Kg/Th Input Output in ble for domestic Domestic Bukan hari Calories Proteins Fats Commodity Makanan Stock Imports utilization before Exports Supply Feed Seed Makanan Waste Food Grams/ kkal/hari Gram/hr Gram/hr Kg/Year exports Food Non food day kcal/day Grams/day Grams/day Labu siam/chayotte - 19 * ,77 4,85 1 0,02 0,00 Buncis/Greenbeans * ,46 1,26 0 0,02 0,00 Bayam/Spinach * ,61 1,68 0 0,01 0,00 Bawang Putih/Garlic - * ,88 7,90 6 0,28 0,01 Kembang Kol/Cauliflower 315 * ,36 3,74 1 0,05 0,00 Jamur/Mushroom * ,33 0,91 1 0,09 0,01 Melinjo/ Melinjo * ,34 17,38 7 0,52 0,07 Petai/ Petai * ,79 4,90 2 0,08 0,01 Jengkol/ Jengkol 29 * ,02 0,04 0 0,00 0,00 Lainnya/Others ,94 29,98 7 6,36 0, ,38 168, ,40 0,52 VII. DAGING/MEAT Daging Sapi/Beef * ,85 10, ,98 1,48 Daging Kerbau/Buffalo Meat - * Daging Kambing/Lamb * ,28 0,78 1 0,13 0,07 Daging Domba/Lamb * ,41 1,13 3 0,19 0,24 Daging Kuda/Lainnya 48 * ,01 0,03 0 0,00 0,00 Horse Meat/Other Daging Babi/Pork - * ,03 0,07 0 0,01 0,03 Daging Ayam Buras * ,95 2,59 8 0,47 0,65 Lokal Chicken Meat Daging Ayam Ras * ,04 65, ,99 16,47 Improved Chicken Meat Daging Itik/Duck Meat 492 * ,09 27, ,79 7,68 Daging Kelinci/Rabbit Meat 4 * ,00 0,00 0 0,00 0,00 Daging Puyuh/Quail Meat 123 * 74 - * ,02 0,05 0 0,01 0,00 Jeroan semua jenis ,79 4,91 6 0,77 0,31 All Offal All Kinds VIII. TELUR/EGGS 41,47 113, ,34 26,94 Telur Ayam Buras * ,04 2,86 4 0,23 0,27 Local Hen Eggs Telur Ayam Ras * ,55 20, ,06 1,79 Improved Hen Eggs Telur Itik/Ducks Eggs * ,93 2,55 4 0,25 0,33 Telur Puyuh/Quail Eggs * ,76 2,08 3 0,26 0, ,53 26, ,54 2,40 IX. SUSU/MILK Susu Sapi/Cow Milk * ,40 3,84 2 0,12 0,13 Susu Impor/Imported Milk ,19 8,74 5 0,28 0,31 X. IKAN/FISH 4,59 12,58 8 0,40 0,44 Tuna/Cakalang/Tongkol # ,77 2,10 2 0,23 0,05 Tunas/Skipjade/Eastern Little Kakap/Giant Seaperch - 37 # ,12 0,32 0 0,04 0,00 Cucut/Sharks - 34 # ,04 0,10 0 0,01 0,00 Bawal/Pomfret # ,90 5,21 4 0,79 0,07

84 Produksi Penyediaan dalam Penyediaan Pemakaian Dalam Negeri / Domestic utilization Ketersediaan Per Kapita Perubahan Stok Production Impor negeri sblm Ekspor Ekspor Dalam Diolah untuk Bahan Per capita availability Pakan Bibit Tercecer Jenis Bahan Makanan Masukan Keluaran Changes Supply availa- Negeri Manufactured for Makanan Gram/ Kalori/ Protein/ Lemak/ Kg/Th Input Output in ble for domestic Domestic Bukan hari Calories Proteins Fats Commodity Makanan Stock Imports utilization before Exports Supply Feed Seed Makanan Waste Food Grams/ kkal/hari Gram/hr Gram/hr Kg/Year exports Food Non food day kcal/day Grams/day Grams/day Teri/Anchovies # ,18 0,50 0 0,05 0,00 Kembung/Indian Mackerels - 31 # ,21 0,57 0 0,08 0,00 Tenggiri/Narrow Bard - 42 # ,14 0,39 0 0,04 0,01 King Mackerels Bandeng/Milk Fish - 65 # ,17 0,46 0 0,06 0,01 Belanak/Multes - 65 # ,02 0,05 0 0,00 0,00 Mujair/Mozambique Tilapia # ,12 0,34 0 0,04 0,00 Ikan Mas/Common Carp # ,11 0,31 0 0,03 0,00 Udang/Shrimp # ,93 2,54 1 0,25 0,00 Rajungan/Swim Crab - 0 # ,29 0,79 0 0,02 0,01 Gurameh/Fresh Water Carp # ,87 7,87 5 1,30 0,05 Lele/ cat Fish # ,47 23, ,75 0,19 Nila/ Nila Fish # ,88 10,64 7 1,36 0,17 Grasscarp/ Grasscarp Fish # ,11 0,30 0 0,04 0,00 Cumi-cumi & Sotong - 1 # ,16 0,43 0 0,07 0,00 Common Scuids & Cuttle Fishes Patin/ Shark Cat Fish - 47 # ,07 0,18 0 0,03 0,00 Lainnya/Others # # ,34 11,88 5 0,97 0, ,88 68, ,16 0,66 XI. MINYAK & LEMAK OILS & FATS Kacang tanah/minyak ,01 2, ,76 Groundnuts/Oils Kopra/Minyak goreng ,13 22, ,22 21,82 Copra/Cooking Oils Minyak sawit/palm Oils Minyak sawit/minyak goreng ,61 12, ,64 Palm Oils/Cooking Oils 13,75 37, ,22 37,22 Lemak Sapi/Cattle Fats ,04 0,10 1 0,00 0,09 Lemak Kerbau/Buffalo Fats Lemak Kambing/Goat Fats ,03 0,09 1 0,00 0,08 Lemak Domba/Sheep Fats ,07 0,20 2 0,00 0,18 Lemak Babi/Pig Fats ,14 0,39 3 0,01 0,35 Keterangan : Jumlah Penduduk DIY tahun 2014 = Jiwa (Sumber : BPS DIY) Total : ,71 111,75 * Sumber Angka Tetap Dinas Pertanian tahun 2014 dan BPS # Sumber Angka Tetap Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2014 Nabati : ,26 80,97 v Sumber Angka Tetap Dinas Kehutanan dan Perkebunan tahun 2014 Sumber dari BULOG Divre DIY Hewani : ,45 30,78 Sumber dari Pedagang besar/ distributor & Sumber dari PG. Madubaru ( )

85 TABEL 5. KETERSEDIAAN PANGAN BERDASARKAN JENIS BAHAN MAKANAN UNTUK KONSUMSI PENDUDUK D.I.YOGYAKARTA TH.2015 SEMENTARA ( Per Kapita ) NO JENIS BAHAN Kg/Tahun Gr/Hari KALORI PROTEIN LEMAK MAKANAN (Kkal/hari) (Gr/hari) (Gr/hari) Padi-padian 190,57 522, ,08 8,14 2 Makanan berpati 58,11 159, ,01 0,63 3 G u l a 20,97 45, ,35 1,15 4 Buah / Biji berminyak 47,05 128, ,74 35,07 5 Buah-buahan 81,15 222, ,77 0,58 6 Sayur-sayuran 59,55 163, ,69 0,52 7 Daging 42,94 117, ,41 26,40 8 T e l u r 15,13 41, ,07 3,71 9 S u s u 4,73 12,95 8 0,41 0,45 10 I k a n 25,53 69, ,51 0,71 11 Minyak / Lemak 17,28 47, ,22 46,92 12 L e m a k 0,26 0,72 6 0,01 0,65 N A B A T I : ,86 93,02 H E W A N I : ,41 31,91 J U M L A H : ,27 124,93

86 TABEL 6: NERACA BAHAN MAKANAN D. I. YOGYAKARTA TAHUN 2015 SEMENTARA Produksi Penyediaan dalam Penyediaan Pemakaian Dalam Negeri / Domestic utilization Ketersediaan Per Kapita Perubahan Stok Production Impor negeri sblm Ekspor Ekspor Dalam Diolah untuk Bahan Per capita availability Pakan Bibit Tercecer Jenis Bahan Makanan Masukan Keluaran Changes Supply availa- Negeri Manufactured for Makanan Gram/ Kalori/ Protein/ Lemak/ Kg/Th Input Output in ble for domestic Domestic Bukan hari Calories Proteins Fats Commodity Makanan Stock Imports utilization before Exports Supply Feed Seed Makanan Waste Food Grams/ kkal/hari Gram/hr Gram/hr Kg/Year exports Food Non food day kcal/day Grams/day Grams/day (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) I. PADI-PADIAN/CEREALS Padi gagang/gabah * Dry stalk paddy/unhusked rice Gabah/Beras * ,90 413, ,79 5,79 Unhusked rice/rice Jagung/Maize * % ,19 52, ,92 1,84 Jagung basah/(muda) ,86 7,84 1 0,03 0,03 Fresh maize Tepung Gandum/Wheat % % ,67 31, ,88 0,32 Mie Instant ,96 16, ,47 0,16 Shorgum/Shorgum 44 * ,01 0,03 0 0,00 0,00 II. MAKANAN BERPATI 190,57 522, ,08 8,14 STARCHY FOOD Ubi jalar/sweet potatoes * ,93 10, ,11 0,31 Ubi kayu/cassava * % ,47 116, ,74 0,23 Ubi kayu/gaplek ,00 0,00 0 0,00 0,00 Cassava/Manioc Ubi kayu/tapioka ,71 32, ,16 0,10 Cassava/Tapioca Sagu/Tepung sagu Sago pith/sago flour III. GULA/SUGAR 58,11 159, ,01 0,63 Gula pasir/refined sugar & & , ,76 45, Gula mangkok/other sugar v % % ,21 11, ,35 1,15 IV. BUAH BIJI BERMINYAK PULSES NUT AND OIL SEEDS 20,97 57, ,35 1,15 Kacang tanah berkulit Groundnuts in shell Kacang tanah lepas kulit * ,93 49, ,43 21,02 Groundnuts shelled Kedelai/Soyabeans * ,12 24, ,10 4,17 Kacang hijau/green bean * ,46 1,25 4 0,25 0,02 Kelapa berkulit/daging ,55 53, ,97 9,85 Coconuts in husk/coconut fresh Kelapa daging/kopra v Coconuts meat/copra Kacang Mete/ Bean Mete 112 v ,05 0, ,05 128, ,74 35,07

87 Jenis Bahan Makanan Commodity V. BUAH-BUAHAN/FRUITS Produksi Penyediaan dalam Penyediaan Pemakaian Dalam Negeri / Domestic utilization Ketersediaan Per Kapita Perubahan Stok Production Impor negeri sblm Ekspor Ekspor Dalam Diolah untuk Bahan Per capita availability Pakan Bibit Tercecer Masukan Keluaran Changes Supply availa- Negeri Manufactured for Makanan Gram/ Kalori/ Protein/ Lemak/ Kg/Th Input Output in ble for domestic Domestic Bukan hari Calories Proteins Fats Makanan Stock Imports utilization before Exports Supply Feed Seed Makanan Waste Food Grams/ kkal/hari Gram/hr Gram/hr Kg/Year exports Food Non food day kcal/day Grams/day Grams/day Alpokat/Avocados * ,81 4,96 3 0,03 0,20 Jeruk/Oranges * ,14 16,83 4 0,06 0,02 Duku/Lanzon * ,75 2,05 1 0,01 0,00 Durian/Durians * ,27 6,23 0 0,01 0,01 Jambu/Waterapples * ,98 5,42 2 0,03 0,01 Mangga/Mangoes * ,63 26,38 6 0,06 0,02 Nanas/Pineapples * ,29 3,53 0 0,01 0,00 Pepaya/Papayas * ,62 9,91 3 0,03 - Pisang/Bananas * ,79 37, ,20 0,06 Rambutan/Rambutans * ,70 18,34 2 0,03 0,05 Salak/Salacia * ,12 38, ,12 0,04 Sawo/Sapodila * ,80 4,93 3 0,03 0,08 Semangka/ Watermelon * ,27 8,95 1 0,01 0,00 Melon/ Honeydew * ,48 20,48 8 0,13 0,23 Belimbing/Starfruit * ,10 3,01 1 0,01 0,01 Manggis/Mangosteen * ,58 1,58 0 0,00 0,00 Nangka/Cempedak/Jackfruit * ,99 21,89 2 0,02 0,00 Markisa/Passion fruit * ,03 0,09 0 0,00 0,00 Sirsak/Soursop * ,35 0,95 0 0,01 0,00 Sukun/Bread fruit * ,51 6,89 7 0,09 0,02 Lainnya/Others - - * ,42 3,90 1 0,02 0, ,15 222, ,77 0,58 VI. SAYUR-SAYURAN VEGETABLE Bawang Merah * ,91 13,44 4 0,16 0,04 Shallot(Onion) Ketimun/Cucumber * ,31 6,32 0 0,01 0,01 Kacang Merah - - * ,19 0,52 1 0,07 0,01 Kidney beans Kacang Panjang * ,67 7,31 2 0,15 0,03 String beans Kentang/Potatoes - - * ,14 5,87 3 0,09 0,01 Kubis/Cabbage * ,29 0,79 0 0,01 0,00 Tomat/Tomatoes * ,91 5,24 1 0,05 0,01 Wortel/Carrots - - * ,61 12,62 3 0,09 0,05 Cabe/Chilli * ,62 20,86 5 0,15 0,05 Terong/Eggplant * ,04 5,58 2 0,07 0,03 Petsai/ Sawi * ,49 20,51 1 0,11 0,03 Mustard greens Bawang Daun/Spring onion * ,68 4,59 1 0,06 0,02 Kangkung/Swamp cabbage * ,77 2,10 0 0,03 0,01 Lobak/Radish - - * ,06 0,17 0 0,00 0,00

88 Produksi Penyediaan dalam Penyediaan Pemakaian Dalam Negeri / Domestic utilization Ketersediaan Per Kapita Perubahan Stok Production Impor negeri sblm Ekspor Ekspor Dalam Diolah untuk Bahan Per capita availability Pakan Bibit Tercecer Jenis Bahan Makanan Masukan Keluaran Changes Supply availa- Negeri Manufactured for Makanan Gram/ Kalori/ Protein/ Lemak/ Kg/Th Input Output in ble for domestic Domestic Bukan hari Calories Proteins Fats Commodity Makanan Stock Imports utilization before Exports Supply Feed Seed Makanan Waste Food Grams/ kkal/hari Gram/hr Gram/hr Kg/Year exports Food Non food day kcal/day Grams/day Grams/day Labu siam/chayotte * ,90 5,22 1 0,03 0,00 Buncis/Greenbeans * ,44 1,20 0 0,02 0,00 Bayam/Spinach * ,69 1,89 0 0,01 0,00 Bawang Putih/Garlic - * ,92 5,26 4 0,18 0,01 Kembang Kol/Cauliflower 364 * ,56 4,27 1 0,06 0,00 Jamur/Mushroom * ,92 8,01 6 0,79 0,06 Melinjo/ Melinjo * ,60 1,66 1 0,05 0,01 Petai/ Petai * ,50 4,11 1 0,07 0,01 Jengkol/ Jengkol 36 * ,01 0,03 0 0,00 0,00 Lainnya/Others ,33 25,57 6 5,43 0, ,55 163, ,69 0,52 VII. DAGING/MEAT Daging Sapi/Beef * % ,75 21, ,99 2,97 Daging Kerbau/Buffalo Meat - * Daging Kambing/Lamb * * ,38 1,05 2 0,18 0,10 Daging Domba/Lamb * * ,04 2,85 7 0,47 0,61 Daging Kuda/Lainnya 36 * 26 1 * ,01 0,02 0 0,00 0,00 Horse Meat/Other Daging Babi/Pork - * ,03 0,10 0 0,01 0,04 Daging Ayam Buras * ,92 2,51 8 0,46 0,63 Lokal Chicken Meat Daging Ayam Ras * ,29 63, ,61 15,95 Improved Chicken Meat Daging Itik/Duck Meat 606 * ,55 20, ,84 5,75 Daging Kelinci/Rabbit Meat - * Daging Puyuh/Quail Meat 110 * 66 - * ,02 0,05 0 0,01 0,00 Jeroan semua jenis ,95 5,33 7 0,84 0,34 All Offal All Kinds VIII. TELUR/EGGS 42,94 117, ,41 26,40 Telur Ayam Buras * ,04 2,86 4 0,23 0,27 Local Hen Eggs Telur Ayam Ras * % ,29 36, ,62 3,15 Improved Hen Eggs Telur Itik/Ducks Eggs * ,80 2,19 4 0,22 0,29 Telur Puyuh/Quail Eggs * ,74 2,02 3 0,25 0, ,13 41, ,07 3,71 IX. SUSU/MILK Susu Sapi/Cow Milk * ,43 3,93 2 0,13 0,14 Susu Impor/Imported Milk ,29 9,02 6 0,29 0,32 X. IKAN/FISH 4,73 12,95 8 0,41 0,45 Tuna/Cakalang/Tongkol # ,77 2,12 2 0,23 0,05 Tunas/Skipjade/Eastern Little Kakap/Giant Seaperch - 50 # ,15 0,40 0 0,05 0,00 Cucut/Sharks - 49 # ,02 0,05 0 0,00 0,00 Bawal/Pomfret # ,90 5,21 4 0,79 0,07

89 Produksi Penyediaan dalam Penyediaan Pemakaian Dalam Negeri / Domestic utilization Ketersediaan Per Kapita Perubahan Stok Production Impor negeri sblm Ekspor Ekspor Dalam Diolah untuk Bahan Per capita availability Pakan Bibit Tercecer Jenis Bahan Makanan Masukan Keluaran Changes Supply availa- Negeri Manufactured for Makanan Gram/ Kalori/ Protein/ Lemak/ Kg/Th Input Output in ble for domestic Domestic Bukan hari Calories Proteins Fats Commodity Makanan Stock Imports utilization before Exports Supply Feed Seed Makanan Waste Food Grams/ kkal/hari Gram/hr Gram/hr Kg/Year exports Food Non food day kcal/day Grams/day Grams/day Teri/Anchovies # ,17 0,46 0 0,05 0,00 Kembung/Indian Mackerels - 31 # ,39 1,06 1 0,15 0,01 Tenggiri/Narrow Bard - 42 # ,23 0,63 0 0,07 0,02 King Mackerels Bandeng/Milk Fish - 65 # ,70 1,92 2 0,25 0,06 Belanak/Multes - 65 # ,02 0,05 0 0,00 0,00 Mujair/Mozambique Tilapia # ,13 0,35 0 0,04 0,00 Ikan Mas/Common Carp # ,11 0,30 0 0,03 0,00 Udang/Shrimp # ,41 3,86 2 0,37 0,00 Rajungan/Swim Crab - 0 # ,29 0,80 0 0,02 0,01 Gurameh/Fresh Water Carp # ,96 8,10 5 1,34 0,05 Lele/ cat Fish # ,83 24, ,86 0,19 Nila/ Nila Fish # ,89 10,66 7 1,36 0,17 Grasscarp/ Grasscarp Fish - - # Cumi-cumi & Sotong - 16 # ,28 0,77 1 0,12 0,01 Common Scuids & Cuttle Fishes Patin/ Shark Cat Fish - 99 # ,09 0,24 0 0,04 0,00 Lainnya/Others # ,20 8,77 4 0,71 0, ,53 69, ,51 0,71 XI. MINYAK & LEMAK OILS & FATS Kacang tanah/minyak ,15 3, ,15 Groundnuts/Oils Kopra/Minyak goreng ,88 21, ,22 21,15 Copra/Cooking Oils Minyak sawit/palm Oils Minyak sawit/minyak goreng ,25 22, ,62 Palm Oils/Cooking Oils 17,28 47, ,22 46,92 Lemak Sapi/Cattle Fats ,03 0,09 1 0,00 0,08 Lemak Kerbau/Buffalo Fats Lemak Kambing/Goat Fats ,05 0,13 1 0,00 0,11 Lemak Domba/Sheep Fats ,18 0,50 4 0,01 0,45 Lemak Babi/Pig Fats ,26 0,72 6 0,01 0,65 Keterangan : Jumlah Penduduk DIY tahun 2015 = Jiwa (Sumber : BPS DIY) Total : ,27 124,93 * Sumber Angka Sementara Dinas Pertanian tahun 2015 dan BPS # Sumber Angka Sementara Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2015 Nabati : ,86 93,02 v Sumber Angka Sementara Dinas Kehutanan dan Perkebunan tahun 2015 Sumber dari BULOG Divre DIY Hewani : ,41 31,91 Sumber dari Pedagang besar/ distributor & Sumber dari PG. Madubaru ( )

90 TABEL 7. KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN & LEMAK BERDASARKAN JENIS BAHAN MAKANAN UNTUK KONSUMSI PENDUDUK D.I.YOGYAKARTA TH DAN 2015 SEMENTARA ( Per Kapita Per Hari) NO JENIS BAHAN KALORI PROTEIN LEMAK MAKANAN S S S KALORI % KALORI % GRAM % GRAM % GRAM % GRAM % Padi-padian , ,32 48,43 43, ,16 10,09 9,03 8 6,52 2 Makanan berpati 345 9, ,58 1,33 1,19 1 0,90 0,71 0,63 1 0,51 3 G u l a 152 4, ,73 0,20 0,18 0 0,31 0,68 0,60 1 0,92 4 Buah / Biji berminyak , ,51 21,94 19, ,15 31,23 27, ,07 5 Buah-buahan 89 2, ,43 0,73 0,65 1 0,68 0,53 0,47 1 0,46 6 Sayur-sayuran 44 1, ,18 8,40 7,52 8 6,85 0,52 0,46 1 0,42 7 Daging 326 8, ,84 19,34 17, ,18 26,94 24, ,13 8 T e l u r 33 0, ,41 2,54 2,28 4 3,62 2,40 2,14 4 2,97 9 S u s u 8 0,21 8 0,21 0,40 0,36 0 0,37 0,44 0,39 0 0,36 10 I k a n 42 1, ,20 8,16 7,30 9 7,58 0,66 0,59 1 0,57 11 Minyak / Lemak 333 8, ,43 0,22 0,20 0 0,19 37,22 33, ,56 12 L e m a k 3 0,09 6 0,16 0,01 0,01 0 0,01 0,35 0,31 1 0,52 NABATI : , ,17 81,26 72,74 78,86 70,24 80,97 72,45 93,02 74,46 HEWANI : , ,83 30,45 27,26 33,41 29,76 30,78 27,55 31,91 25,54 JUMLAH : , ,00 111,71 100,00 112,27 100,00 111,75 100,00 124,93 100,00

91 TABEL 8. KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN & LEMAK BERDASARKAN JENIS BAHAN MAKANAN UNTUK KONSUMSI PENDUDUK D.I.YOGYAKARTA TH. 2013, 2014 DAN 2015 SEMENTARA ( Per Kapita Per Hari) NO JENIS BAHAN ENERGI PROTEIN LEMAK MAKANAN S S S KALORI % KALORI % KALORI % GRAM % GRAM % GRAM % GRAM % GRAM % GRAM % Padi-padian , , ,68 49,32 52,58 49,00 48,43 43,36 45,08 40,16 11,09 12,00 10,09 9,03 8,14 6,52 2 Makanan berpati 344 9, ,32 242,00 6,58 1,33 1,24 1,33 1,19 1,01 0,90 0,62 0,68 0,71 0,63 0,63 0,51 3 G u l a 179 4, ,11 210,65 5,73 0,26 0,24 0,20 0,18 0,35 0,31 0,87 0,94 0,68 0,60 1,15 0,92 4 Buah / Biji berminyak , ,36 423,35 11,51 22,44 20,91 21,94 19,64 23,74 21,15 29,98 32,44 31,23 27,95 35,07 28,07 5 Buah-buahan 124 3, ,39 89,19 2,43 0,91 0,84 0,73 0,65 0,77 0,68 0,61 0,66 0,53 0,47 0,58 0,46 6 Sayur-sayuran 45 1, ,19 43,31 1,18 9,55 8,90 8,40 7,52 7,69 6,85 0,54 0,59 0,52 0,46 0,52 0,42 7 Daging 151 4, ,80 325,14 8,84 10,14 9,45 19,34 17,31 20,41 18,18 11,99 12,98 26,94 24,10 26,40 21,13 8 T e l u r 34 0, ,90 51,99 1,41 2,64 2,46 2,54 2,28 4,07 3,62 2,39 2,58 2,40 2,14 3,71 2,97 9 S u s u 5 0,13 8 0,21 7,90 0,21 0,25 0,23 0,40 0,36 0,41 0,37 0,27 0,29 0,44 0,39 0,45 0,36 10 I k a n 36 0, ,13 43,95 1,20 7,01 6,54 8,16 7,30 8,51 7,58 0,57 0,62 0,66 0,59 0,71 0,57 11 Minyak / Lemak 296 8, ,99 420,19 11,43 0,18 0,17 0,22 0,20 0,22 0,19 33,15 35,87 37,22 33,30 46,92 37,56 12 L e m a k 3 0,08 3 0,09 5,86 0,16 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,33 0,36 0,35 0,31 0,65 0,52 NABATI : ,37 88,17 87,25 81,31 81,26 72,74 78,86 70,24 76,86 83,17 80,97 72,45 93,02 74,46 HEWANI : ,84 11,83 20,05 18,69 30,45 27,26 33,41 29,76 15,56 16,83 30,78 27,55 31,91 25,54 JUMLAH : ,21 100,00 107,30 100,00 111,71 100,00 112,27 100,00 92,41 100,00 111,75 100,00 124,93 100,00

92 TABEL 9. KETERSEDIAAN ENERGI BERDASARKAN JENIS BAHAN MAKANAN SESUAI PPH UNTUK KONSUMSI PENDUDUK DIY TH DAN TH SEMENTARA ( Per Kapita/hari ) NO JENIS BAHAN Sementara kalori kalori % kal thd ideal SCORE SCORE MAKANAN Kkalori % *^ Score Riil Score PPH Kkalori % *^ Score Riil Score PPH (7-3) ideal (9-5) MAX ** Padi-padian ,0 40,5 25 ** ,6 37,8 25 ** ,7 25,0 2 Umbi-umbian ,5 7,2 2,5 ** ,2 5,1 2,5 ** ,1 2,5 3 Pangan Hewani ,7 33,5 24 ** ,6 35,2 24 ** ,7 24,0 4 Minyak dan Lemak ,2 7,1 5 ** ,0 9,0 5 ** ,9 5,0 5 Biji berminyak 92 3,8 1,9 1 ** 102 4,2 2,1 1 ** ,2 1,0 6 Kacang-kacangan ,2 24,4 10 ** ,5 26,9 10 ** ,5 10,0 7 G u l a 152 6,3 3,2 2,5 ** 211 8,8 4,4 2,5 ** ,2 2,5 8 Sayuran dan Buah 129 5,4 26,9 26, ,4 26,8 26, ,1 30,0 9 Bumbu-bumbuan 0 0,0 0,0 0-0,0 0, ,0 0,0 JUMLAH , , ,5 100,0 catatan : * = persen thd AKG (per 2200 Kkal) *^ = persen thd AKG (per 2400 Kkal) ** = score maximum angka ketetapan nasional

93 No. Kelompok Energi % AKE Bobot Skor PPH Bahan Pangan (Kalori) 1. Padi-padi ,2 0,5 25,0 2. Umbi-umb ,4 0,5 2,5 3. Pangan H 129 5,9 2,0 11,7 4. Minyak da ,7 0,5 5,0 5. Buah/biji b 65 3,0 0,5 1,0 6. Kacang-k 127 5,8 2,0 10,0 7. Gula 171 7,8 0,5 2,5 8. Sayuran d 138 6,3 5,0 30,0 9. Lain-lain Jumlah 3.453,0 157,0 87,7

94 boboscor max score 07 score 08 TH.2000 TH ,5 25,0 #REF! #REF! Padi-padian #REF! #REF! 1250 Padi-padian #REF! #REF! 25,0 0,5 2,5 #REF! #REF! Umbi-umbian #REF! #REF! 150 Umbi-umbian #REF! #REF! 2,5 2,0 24,0 #REF! #REF! Pangan Hewani #REF! #REF! 300 Pangan Hewani #REF! #REF! 14,4 0,5 5,0 #REF! #REF! Minyak dan Lemak #REF! #REF! 250 Minyak dan Lemak #REF! #REF! 3,5 0,5 1,0 #REF! #REF! Buah/biji berminyak #REF! #REF! 75 Buah/biji berminyak #REF! #REF! 1,0 2,0 10,0 #REF! #REF! Kacang-kacangan #REF! #REF! 125 Kacang-kacangan #REF! #REF! 6,0 0,5 2,5 #REF! #REF! G u l a #REF! #REF! 125 G u l a #REF! #REF! 2,5 5,0 30,0 #REF! #REF! Sayuran dan Buah #REF! #REF! 150 Sayuran dan Buah #REF! #REF! 30,0 0,0 0,0 #REF! #REF! Bumbu-bumbuan #REF! #REF! 75 Bumbu-bumbuan #REF! #REF! 0,0 100,0 ** = score maximum angka ketetapan nasional

95 kor Maks ## ## ## ## ## ## ## ## - ##

96 gram bahan hasil widya karya 25, , , , ,0 #REF! #REF! 72 10,0 #REF! #REF! 120 2, , , #REF! #REF! 2400

97 TABEL 10. KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KETERSEDIAAN ENERGI DIY TAHUN SEMENTARA No. Kelompok Pangan Ketersediaan Energi Tingkat Ketersediaan Energi (Kal/kap/hr) (% AKE) S Padi - padian ,1 113,1 84,7 91,8 97,7 96,0 91,0 2 Umbi - umbian ,8 11,2 22,8 19,0 33,5 26,3 23,1 3 Pangan Hewani ,3 7,3 4,6 4,8 5,7 8,9 5,8 4 Minyak dan Lemak ,0 11,0 15,2 15,5 7,4 9,2 13,8 5 Buah/ biji berminyak ,7 3,8 3,5 5,4 3,9 3,5 3,0 6 Kacang - kacangan ,8 8,3 12,9 9,9 9,3 13,3 11,8 7 Gula ,1 5,5 8,9 7,5 4,3 4,9 6,2 8 Sayur dan Buah ,1 6,4 9,1 8,7 8,1 5,6 6,9 9 Lain - lain ,0 0,0 Total ,5 AKE Th : kal/kap/hari AKE Th : kal/kap/hari

98 TABEL 10. KETERS No. Kelompok Pangan S 1 Padi - padian 2 Umbi - umbian 3 Pangan Hewani 4 Minyak dan Lemak 5 Buah/ biji berminyak 6 Kacang - kacangan 7 Gula 8 Sayur dan Buah 9 Lain - lain Total 87,8 81,0 75,6 14,5 14,5 10,2 9,3 16,7 17,6 12,6 14,2 18,0 3,2 3,8 4,2 12,4 12,2 13,5 7,5 6,3 8,8 6,8 5,4 5,4 0,0 0,0 0,0 154,1 154,2 153,2 AKE Th : AKE Th : kal/kap

99 TABEL 11. SKOR PPH BERDASARKAN KETERSEDIAAN DI DIY TAHUN SEMENTARA No. Kelompok Pangan Ketersediaan Energi Skor PPH (Kal/kap/hr) S Padi - padian ,0 25,0 25,0 25,0 2 Umbi - umbian ,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 3 Pangan Hewani ,6 14,5 9,1 9,5 11,4 17,9 13,9 18,5 24,0 4 Minyak dan Lemak , ,7 4,6 5,0 5,0 5,0 5 Buah/ biji berminyak , ,0 1,0 1,0 1,0 6 Kacang - kacangan ,0 10,0 10,0 10,0 7 Gula ,6 2,5 2,5 2,5 2,2 2,4 2,5 2,5 2,5 8 Sayur dan Buah , ,9 24,0 30,0 26,9 9 Lain - lain ,0 0,0 0,0 0,0 Total ,3 90,5 85,1 85,5 85,8 91,3 83,9 94,504 96,9

100 2015 S Skor Ideal 25,0 25 2,5 2,5 24,0 24 5,0 5 1,0 1 10,0 10 2,5 2,5 26,8 30 0,0 0 96,8 100

101 TABEL 12. KETERSEDIAAN DAN PROPORSI KETERSEDIAAN ENERGI DIY ( ) BERDASARKAN KELOMPOK PANGAN (PUBLIKASI NBM) No. Kelompok Pangan Ketersediaan Energi Proporsi Ketersediaan Energi (Kal/kap/hr) (% ) Proporsi Ideal 1 Padi - padian ,63 67,90 52,39 56,51 57,52 57,22 56,31 56,99 52,53 49,32 50% 2 Umbi - umbian ,92 6,71 14,08 11,67 19,70 15,67 14,31 9,39 9,38 6,65 6% 3 Pangan Hewani ,93 4,37 2,84 2,94 3,35 5,31 3,59 6,00 10,86 11,48 12% 4 Minyak dan Lemak ,15 6,60 9,42 9,54 4,34 5,48 8,56 8,19 9,24 11,77 10% 5 Buah/ biji berminyak ,42 2,29 2,16 3,33 2,30 2,11 1,84 2,09 2,48 2,77 3% 6 Kacang - kacangan ,19 4,97 7,98 6,07 5,46 7,94 7,32 8,05 7,91 8,78 5% 7 Gula ,80 3,30 5,51 4,59 2,54 2,90 3,82 4,84 4,11 5,73 5% 8 Sayur dan Buah ,95 3,85 5,62 5,35 4,79 3,36 4,25 4,44 3,49 3,49 6% 9 Lain - lain ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3% Total %

102 TABEL 13. KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KETERSEDIAAN ENERGI DAN PROTEIN TAHUN SEMENTARA Tahun Energi Protein Ketersediaan Tingkat Ketersediaan Ketersediaan Tingkat Ketersediaan (Kal/kap/hari) ( % ) (gram/kap/hari) ( % ) ,91 117,56 213, ,55 94,59 171, ,71 85,50 155, ,39 87,59 159, ,82 92,88 168, ,68 100,63 182, ,13 98,23 155, ,14 107,30 170, ,38 111,56 177, ,21 112,27 178,21 Ket : Tingkat Ketersediaan Energi Tahun berdasarkan persentase AKG : kkal/kap/hari Tingkat Ketersediaan Energi Tahun 2012 dan 2013 berdasarkan persentase AKG : kkal/kap/hari Tingkat Ketersediaan Protein Tahun berdasarkan persentase AKG : 55 gram/kap/hari Tingkat Ketersediaan Protein Tahun 2012 dan 2013 berdasarkan persentase AKG : 63 gram/kap/hari

103 TABEL 14. LAJU TINGKAT KETERSEDIAAN Tahun Laju Ketersediaan Energi Laju Ketersediaan Protein ( % ) ( % ) ,2-19, ,9-9, ,4 2, ,6 6, ,3 8, , , , ,6

104 TABEL 15. KONTRIBUSI ENERGI MENURUT KELOMPOK PANGAN TAHUN 2015 SEMENTARA No. Kelompok Pangan Energi (kkal) Kontribusi (%) Gram/kap/hari Kontribusi (%) 1 Padi - padian ,11 100,00 Beras ,74 413,42 79,18 Jagung 152 8,39 60,40 11,57 Tepung terigu 161 8,87 48,29 9,25 2 Umbi - umbian ,85 100,00 Ubi kayu ,20 205,65 93,54 Ubi Jalar 12 4,74 8,79 4,00 Kentang 3 1,06 5,41 2,46 3 Pangan hewani ,67 100,00 Daging ruminansia 53 12,58 25,25 10,67 Daging unggas ,81 87,07 36,79 Telur 52 12,32 41,46 17,52 Susu 8 1,87 12,95 5,47

105 No. Kelompok Pangan Energi (kkal) Kontribusi (%) Gram/kap/hari Kontribusi (%) Ikan 44 10,42 69,95 29,55 4 Minyak dan Lemak ,00 53,40 100,00 Minyak dan lemak ,44 48,07 90,01 Jeroan 7 1,56 5,33 9,99 5 Buah/ Biji Berminyak ,00 48,34 100,00 6 Kacang - kacangan ,00 75,88 100,00 Kacang Tanah ,77 49,12 64,73 Kedelai 95 29,50 24,99 32,94 Kacang Hijau 4 1,31 1,25 1,65 Kacang Merah 1 0,43 0,52 0,68 7 Gula ,00 57,46 100,00 Gula Pasir ,35 45,92 79,92 Gula Mangkok 44 20,65 11,54 20,08 8 Sayur dan Buah ,00 379,08 100,00 Sayur 39 30,60 156,75 41,35

106 No. Kelompok Pangan Energi (kkal) Kontribusi (%) Gram/kap/hari Kontribusi (%) Buah 89 69,40 222,33 58,65 9 Lain - lain J u m l a h

107 TABEL 16. PROYEKSI KETERSEDIAAN ENERGI KELOMPOK PANGAN (KKAL/KAP/HARI) No. Kelp. Pangan Proyeksi Ketersediaan Energi (kkal/kap/hr) menurut kelompok pangan Padi - padian Beras Jagung Tepung Terigu Umbi - umbian Ubi Kayu Ubi Jalar ,48 Kentang Sagu Pangan Hewani Daging Ruminansia Daging Unggas Telur Susu

108 No. Kelp. Pangan Proyeksi Ketersediaan Energi (kkal/kap/hr) menurut kelompok pangan Ikan Minyak dan Lemak Minyak dan lemak Jeroan Buah/ Biji Berminyak Kacang - kacangan Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau Kacang Merah Gula Gula Pasir Gula Mangkok Sayur dan Buah Sayur Buah

109 No. Kelp. Pangan Proyeksi Ketersediaan Energi (kkal/kap/hr) menurut kelompok pangan Lain - lain

110 TABEL 17. PROYEKSI KETERSEDIAAN ENERGI MENURUT KELOMPOK PANGAN No. Kelp. Pangan Proyeksi Ketersediaan Energi (gram/kap/hr) menurut kelompok pangan Padi - padian 483,7 445,3 406,8 330,0 Beras 382,99 352,57 322,15 261,30 Jagung 55,96 51,51 47,07 38,18 Tepung Terigu 44,73 41,18 37,63 30,52 2 Umbi - umbian Ubi Kayu 143,75 133,07 122,39 101,03 Ubi Jalar 6,14 5,68 5,23 4,32 Kentang 3,78 3,50 3,22 2,66 Sagu Pangan Hewani Daging Ruminansia 28,06 26,33 24,60 21,14 Daging Unggas 140,02 131,40 122,77 105,52 Telur 27,46 25,77 24,08 20,70 Susu 4,17 3,92 3,66 3,15

111 No. Kelp. Pangan Proyeksi Ketersediaan Energi (gram/kap/hr) menurut kelompok pangan Ikan 23,22 21,79 20,36 17,50 4 Minyak dan Lemak 48,72 44,04 39,36 30,00 Minyak dan lemak 47,96 43,35 38,74 29,53 Jeroan 0,76 0,69 0,62 0,47 5 Buah/ Biji Berminyak 45,24 36,93 28,62 12,00 6 Kacang - kacangan 69,11 62,33 55,55 42,00 Kacang Tanah 47,52 42,86 38,20 28,88 Kedelai 20,38 18,38 16,39 12,39 Kacang Hijau 0,90 0,82 0,73 0,55 Kacang Merah 0,30 0,27 0,24 0,18 7 Gula 53,17 48,87 44,58 36,00 Gula Pasir 42,19 38,78 35,38 28,57 Gula Mangkok 10,98 10,09 9,21 7,43 8 Sayur dan Buah 358,46 337,85 317,23 276,00 Sayur 109,68 103,38 97,07 84,45 Buah 248,78 234,47 220,16 191,55

112 No. Kelp. Pangan Proyeksi Ketersediaan Energi (gram/kap/hr) menurut kelompok pangan Lain - lain 3,60 7,20 10,80 18,00 J u m l a h 1.438, , , ,00

113 TABEL 18. PROYEKSI KETERSEDIAAN KOMODITAS PANGAN DI DIY TAHUN 2016, 2017, 2018 DAN 2020 No. Kelompok Pangan Proyeksi Ketersediaan Energi Tahun 2016 Proyeksi Ketersediaan Energi Tahun 2017 Proyeksi Ketersediaan Energi Tahun 2018 Proyeksi Ketersediaan Energi Tahun 2020 gr/kap/hr kg/kap/th ton/th gr/kap/hr kg/kap/th ton/th gr/kap/hr kg/kap/th ton/th gr/kap/hr kg/kap/th ton/th 1 Padi - padian 483,69 176, ,85 445,27 162, ,39 406,84 148, ,45 330,00 120, ,04 Beras 382,99 139, ,18 352,57 128, ,44 322,15 117, ,92 261,30 95, ,42 Jagung 55,96 20, ,51 51,51 18, ,10 47,07 17, ,37 38,18 13, ,83 Tepung Terigu 44,73 16, ,16 41,18 15, ,85 37,63 13, ,16 30,52 11, ,79 2 Umbi - umbian 153,67 56, ,39 142,25 51, ,43 130,84 47, ,57 108,00 39, ,27 Ubi Kayu 143,75 52, ,66 133,07 48, ,70 122,39 44, ,93 101,03 36, ,62 Ubi Jalar 6,14 2, ,05 5,68 2, ,06 5,23 1, ,16 4,32 1, ,56 Kentang 3,78 1, ,69 3,50 1, ,67 3,22 1, ,48 2,66 0, ,08 Sagu Pangan Hewani 222,94 81, ,03 209,20 76, ,31 195,47 71, ,70 168,00 61, ,64 Daging Ruminansia 28,06 10, ,99 26,33 9, ,44 24,60 8, ,39 21,14 7, ,81 Daging Unggas 140,02 51, ,93 131,40 47, ,85 122,77 44, ,79 105,52 38, ,76 Telur 27,46 10, ,92 25,77 9, ,48 24,08 8, ,75 20,70 7, ,38 Susu 4,17 1, ,33 3,92 1, ,16 3,66 1, ,44 3,15 1, ,78 Ikan 23,22 8, ,85 21,79 7, ,38 20,36 7, ,32 17,50 6, ,91 4 Minyak dan Lemak 48,72 17, ,07 44,04 16, ,66 39,36 14, ,52 30,00 10, ,19 Minyak dan lemak 47,96 17, ,53 43,35 15, ,20 38,74 14, ,49 29,53 10, ,89 Jeroan 0,76 0, ,54 0,69 0,25 946,46 0,62 0,22 855,03 0,47 0,17 665,30

114 No. Kelompok Pangan Proyeksi Ketersediaan Energi Tahun 2016 Proyeksi Ketersediaan Energi Tahun 2017 Proyeksi Ketersediaan Energi Tahun 2018 Proyeksi Ketersediaan Energi Tahun 2020 gr/kap/hr kg/kap/th ton/th gr/kap/hr kg/kap/th ton/th gr/kap/hr kg/kap/th ton/th gr/kap/hr kg/kap/th ton/th 5 Buah/ Biji Berminyak 45,24 16, ,86 36,93 13, ,00 28,62 10, ,32 12,00 4, ,47 6 Kacang - kacangan 69,11 25, ,74 62,33 22, ,74 55,55 20, ,28 42,00 15, ,66 Kacang Tanah 47,52 17, ,88 42,86 15, ,06 38,20 13, ,38 28,88 10, ,57 Kedelai 20,38 7, ,18 18,38 6, ,68 16,39 5, ,33 12,39 4, ,42 Kacang Hijau 0,90 0, ,53 0,82 0, ,36 0,73 0, ,35 0,55 0,20 779,03 Kacang Merah 0,30 0,11 403,14 0,27 0,10 367,64 0,24 0,09 331,22 0,18 0,07 255,64 7 Gula 53,17 19, ,63 48,87 17, ,89 44,58 16, ,00 36,00 13, ,42 Gula Pasir 42,19 15, ,07 38,78 14, ,91 35,38 12, ,33 28,57 10, ,81 Gula Mangkok 10,98 4, ,56 10,09 3, ,98 9,21 3, ,67 7,43 2, ,61 8 Sayur dan Buah 358,46 130, ,76 337,85 123, ,54 317,23 115, ,32 276,00 100, ,90 Sayur 109,68 40, ,80 103,38 37, ,08 97,07 35, ,93 84,45 30, ,72 Buah 248,78 90, ,96 234,47 85, ,46 220,16 80, ,39 191,55 69, ,19 9 Lain - lain 3,60 1,31-7,20 2,63-10,80 3, ,03 18,00 6, ,71

115 Lampiran 1 SKOR KONSUMSI TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN PPH Skor Skor Skor Skor No. Kelompok Pangan Kalori % % AKG Bobot Aktual AKG PPH Makmimum a b c d e f g h i j 1 Padi - padian ,7 59,9 0,5 30,9 29,9 25,0 * 25,0 2 Umbi - umbian 36 1,9 1,8 0,5 0,9 0,9 0,9 2,5 3 Pangan hewani ,8 10,5 2,0 21,6 21,0 21,0 24,0 4 Minyak dan Lemak 163 8,4 8,2 0,5 4,2 4,1 4,1 5,0 5 Buah/ biji berminyak 42 2,1 2,1 0,5 1,1 1,0 1,0 * 1,0 6 Kacang - kacangan 76 3,9 3,8 2,0 7,8 7,6 7,6 10,0 7 Gula 94 4,9 4,7 0,5 2,4 2,4 2,4 2,5 8 Sayur dan buah 93 4,8 4,7 5,0 24,0 23,3 23,3 30,0 9 Lain - lain 35 1,8 1,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Jumlah ,3 Sumber data : BPS diolah BKPP DIY Keterangan : c : Angka konsumsi energi kelompok pangan (kkal/kap/hr) d : % konsumsi energi kelompok pangan terhadap total konsumsi energi e : % konsumsi energi kelompok pangan terhadap AKG (2.000 kkal/kap/hr) g : % konsumsi energi kelompok pangan terhadap total konsumsi energi dikalikan bobot h : % konsumsi energi kelompok pangan terhadap AKG dikalikan bobot i : Skor PPH, bila skornya lebih tinggi atau = skor maksimum digunakan skor maksimum tersebut * : Sama dengan skor maksimum 97,3 93,0 90,2 85,3 100,0

116 56, ,590777

117 Lampiran 2. ANALISIS SURPLUS/ MINUS BERDASARKAN NBM 2015 SEMENTARA Keterangan Beras Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sayur Buah - buahan Gula Pasir Daging Sapi Daging Ayam Telur Susu Ikan Produksi (Ton) Konsumsi Rumah Tangga (Kg/Kap/Tahun) 92,4 0,3 9,0 0,4 0,3 10,3 0,9 54,4 29,9 7,0 3,7 6,3 7,1 2,6 9,1 Konsumsi (Ton) Surplus/ minus (Ton) (14.291) (874) ( ) (8.003) (3.379) Penyediaan Dalam Negeri (Ton) (memperhitungkan angka Impor dan Ekspor) Konsumsi (Ton) Surplus/ minus (Ton) Jumlah Penduduk DIY tahun 2015 : jiwa

118 Lampiran 3 BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Jl. Gondosuli No. 6 Yogyakarta SKOR POLA PANGAN HARAPAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BERDASARKAN NERACA BAHAN MAKANAN TAHUN 2015 SEMENTARA No Kelompok Pangan Gram/ Kap/Hari Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Kalori % % AKE*) Bobot Skor Aktual Skor AKE Skor Maks Skor PPH 1 Padi-padian 522, ,3 75,6 0,5 24,7 37,8 25,0 25,0 2 Umbi-umbian 165, ,7 10,2 0,5 3,3 5,1 2,5 2,5 3 Pangan Hewani 236, ,5 17,6 2,0 23,0 35,2 24,0 24,0 4 Minyak dan Lemak 53, ,8 18,0 0,5 5,9 9,0 5,0 5,0 5 Buah/Biji Berminyak 53, ,8 4,2 0,5 1,4 2,1 1,0 1,0 6 Kacang-kacangan 75, ,8 13,5 2,0 17,6 26,9 10,0 10,0 7 Gula 57, ,7 8,8 0,5 2,9 4,4 2,5 2,5 8 Sayur dan Buah 379, ,5 5,4 5,0 17,5 26,8 30,0 26,8 9 Lain-lain 0,0 0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Total ,0 153,2 96,1 147,3 100,0 96,8 Keterangan = *) Angka Kecukupan Gizi (AKG) = Kkal/Kap/Hari

119 Lampiran. 5 BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DIY Jl. Gondosuli No. 6 Yogyakarta SASARAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) DIY TAHUN BERDASARKAN NERACA BAHAN MAKANAN TAHUN 2015 SEMENTARA No Kelompok Pangan Skor Pola Pangan Harapan Padi-padian 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 25,0 2 Umbi-umbian 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 3 Pangan Hewani 24,0 24,0 24,0 24,0 24,0 24,0 4 Minyak dan Lemak 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5 Buah/Biji Berminyak 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 6 Kacang-kacangan 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 7 Gula 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 8 Sayur dan Buah 26,8 27,4 28,1 28,7 29,4 30,0 9 Lain-lain 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Total Pangan 96,8 97,4 98,1 98,7 99,4 100 No Kelompok Pangan Kontribusi Pangan Terhadap Angka Kecukupan Energi (% AKE) Padi-padian 75,6 70,5 65,3 60,2 55,1 50,0 2 Umbi-umbian 10,2 9,4 8,5 7,7 6,8 6,0 3 Pangan Hewani 17,6 16,5 15,4 14,2 13,1 12,0 4 Minyak dan Lemak 18,0 16,4 14,8 13,2 11,6 10,0 5 Buah/Biji Berminyak 4,2 4,0 3,7 3,5 3,2 3,0 6 Kacang-kacangan 13,5 11,8 10,1 8,4 6,7 5,0 7 Gula 8,8 8,0 7,3 6,5 5,8 5,0 8 Sayur dan Buah 5,4 5,5 5,6 5,7 5,9 6,0 9 Lain-lain 0,0 0,6 1,2 1,8 2,4 3,0 Total Pangan 153,2 142,6 131,9 121,3 110,6 100,0

120 Lampiran. 5 BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DIY Jl. Gondosuli No. 6 Yogyakarta SASARAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) DIY TAHUN BERDASARKAN NERACA BAHAN MAKANAN TAHUN 2015 SEMENTARA No Kelompok Pangan Rata-Rata Ketersediaan Energi Menurut Kelompok Pangan (Kkal/Kapita/Hari) Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-lain Total Pangan No Kelompok Pangan Rata-Rata Ketersediaan Pangan Menurut Kelompok Pangan PPH (Gram/Kapita/Hari) Padi-padian 522,1 483,7 445,3 406,8 368,4 330,0 2 Umbi-umbian 165,1 153,7 142,3 130,8 119,4 108,0 3 Pangan Hewani 236,7 222,9 209,2 195,5 181,7 168,0 4 Minyak dan Lemak 53,4 48,7 44,0 39,4 34,7 30,0 5 Buah/Biji Berminyak 53,6 45,2 36,9 28,6 20,3 12,0 6 Kacang-kacangan 75,9 69,1 62,3 55,6 48,8 42,0 7 Gula 57,5 53,2 48,9 44,6 40,3 36,0 8 Sayur dan Buah 379,1 358,5 337,8 317,2 296,6 276,0 9 Lain-lain 0,0 3,6 7,2 10,8 14,4 18,0 Total Pangan 1.543, , , , , ,0

121 PROYEKSI KETERSEDIAAN PANGAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PROYEKSI KETERSEDIAAN PANGAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PROYEKSI KETERSEDIAAN PANGAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PROYEKSI KETERSEDIAAN PANGAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Lampiran 8 BADAN KETAHANAN PANGAN PROYEKSI KETERSEDIAAN PANGAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PROYEKSI KETERSEDIAAN PANGAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BERDASARKAN NERACA BAHAN MAKANAN TAHUN 2015 DAN PENYULUHAN DIY BERDASARKAN NERACA BAHAN MAKANAN TAHUN 2015 BERDASARKAN NERACA BAHAN MAKANAN TAHUN 2015 BERDASARKAN NERACA BAHAN MAKANAN TAHUN 2015 BERDASARKAN NERACA BAHAN MAKANAN TAHUN 2015 BERDASARKAN NERACA BAHAN MAKANAN TAHUN 2015 Jl. Gondosuli No. 6 Yogyakarta SEMENTARA SEMENTARA SEMENTARA SEMENTARA SEMENTARA SEMENTARA Kelompok/Jenis Pangan Aktual tahun 2015 Ketersediaan Kontribusi (%) (Gram) Proyeksi Ketersediaan Pangan (Gram/Kapita/Hari) Gap Aktual Proyeksi Gap Ketersediaan Pangan (Gram/Kapita/Hari) Proyeksi Ketersediaan Pangan (Kg/Kapita/Tahun) Proyeksi Ketersediaan Pangan ('000 Ton/Tahun) Gap Aktual Gap Aktual Proyeksi Gap Ketersediaan Pangan (Kg/Kapita/Tahun) Proyeksi Gap Ketersediaan Pangan ('000 Ton/Tahun) Ketersediaan Ketersediaan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Aktual Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Aktual Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun Satuan % Satuan Satuan Satuan % Satuan Satuan % Satuan % Satuan % Satuan Satuan Satuan Satuan % Satuan % Satuan % Satuan Satuan Satuan Satuan % % % % % % % % % % Total Pangan 1.543,2 100, , , , , ,0 523,2 51,3 418,6 41,0 313,9 30,8 209,3 20,5 104,6 10,3 0,0 0,0 563,3 525,1 486,9 448,7 410,5 372,3 191,0 51,3 152,8 41,0 114,6 30,8 76,4 20,5 38,2 10,3 0,0 0, , , , , , ,4 627,1 43,4 508,4 35,2 386,4 26,7 261,0 18,1 132,1 9,1 0,0 0,0 1. Padi-Padian 522,1 33,8 483,7 445,3 406,8 368,4 330,0 192,1 58,2 153,7 46,6 115,3 34,9 76,8 23,3 38,4 11,6 0,0 0,0 190,6 176,5 162,5 148,5 134,5 120,5 70,1 58,2 56,1 46,6 42,1 34,9 28,0 23,3 14,0 11,6 0,0 0,0 701,1 656,9 611,4 564,7 516,8 467,6 233,5 49,9 189,3 40,5 143,8 30,8 97,1 20,8 49,1 10,5 0,0 0,0 2. Umbi-umbian 165,1 10,7 153,7 142,3 130,8 119,4 108,0 57,1 52,9 45,7 42,3 34,3 31,7 22,8 21,1 11,4 10,6 0,0 0,0 60,3 56,1 51,9 47,8 43,6 39,4 20,8 52,9 16,7 42,3 12,5 31,7 8,3 21,1 4,2 10,6 0,0 0,0 221,7 208,7 195,3 181,6 167,5 153,0 68,7 44,9 55,7 36,4 42,3 27,6 28,6 18,7 14,5 9,5 0,0 0,0 3. Pangan Hewani 236,7 15,3 222,9 209,2 195,5 181,7 168,0 68,7 40,9 54,9 32,7 41,2 24,5 27,5 16,4 13,7 8,2 0,0 0,0 86,4 81,4 76,4 71,3 66,3 61,3 25,1 40,9 20,1 32,7 15,0 24,5 10,0 16,4 5,0 8,2 0,0 0,0 317,8 302,8 287,3 271,3 254,9 238,1 79,8 33,5 64,7 27,2 49,2 20,7 33,3 14,0 16,8 7,1 0,0 0,0 4. Minyak dan Lemak 53,4 3,5 48,7 44,0 39,4 34,7 30,0 23,4 78,0 18,7 62,4 14,0 46,8 9,4 31,2 4,7 15,6 0,0 0,0 19,5 17,8 16,1 14,4 12,7 11,0 8,5 78,0 6,8 62,4 5,1 46,8 3,4 31,2 1,7 15,6 0,0 0,0 71,7 66,2 60,5 54,6 48,6 42,5 29,2 68,7 23,7 55,7 18,0 42,3 12,1 28,5 6,1 14,4 0,0 0,0 5. Buah/Biji Berminyak 53,6 3,5 45,2 36,9 28,6 20,3 12,0 41,6 346,3 33,2 277,0 24,9 207,8 16,6 138,5 8,3 69,3 0,0 0,0 19,5 16,5 13,5 10,4 7,4 4,4 15,2 346,3 12,1 277,0 9,1 207,8 6,1 138,5 3,0 69,3 0,0 0,0 71,9 61,4 50,7 39,7 28,5 17,0 54,9 322,9 44,4 261,3 33,7 198,2 22,7 133,6 11,5 67,5 0,0 0,0 6. Kacang-kacangan 75,9 4,9 69,1 62,3 55,6 48,8 42,0 33,9 80,7 27,1 64,5 20,3 48,4 13,6 32,3 6,8 16,1 0,0 0,0 27,7 25,2 22,8 20,3 17,8 15,3 12,4 80,7 9,9 64,5 7,4 48,4 4,9 32,3 2,5 16,1 0,0 0,0 101,9 93,9 85,6 77,1 68,4 59,5 42,4 71,2 34,3 57,7 26,1 43,8 17,6 29,6 8,9 15,0 0,0 0,0 7. Gula 57,5 3,7 53,2 48,9 44,6 40,3 36,0 21,5 59,6 17,2 47,7 12,9 35,8 8,6 23,8 4,3 11,9 0,0 0,0 21,0 19,4 17,8 16,3 14,7 13,1 7,8 59,6 6,3 47,7 4,7 35,8 3,1 23,8 1,6 11,9 0,0 0,0 77,2 72,2 67,1 61,9 56,5 51,0 26,1 51,3 21,2 41,5 16,1 31,6 10,9 21,3 5,5 10,8 0,0 0,0 8. Sayur dan Buah 379,1 24,6 358,5 337,8 317,2 296,6 276,0 103,1 37,3 82,5 29,9 61,8 22,4 41,2 14,9 20,6 7,5 0,0 0,0 138,4 130,8 123,3 115,8 108,3 100,7 37,6 37,3 30,1 29,9 22,6 22,4 15,0 14,9 7,5 7,5 0,0 0,0 509,1 486,8 463,9 440,3 416,0 391,1 118,0 30,2 95,7 24,5 72,8 18,6 49,2 12,6 24,9 6,4 0,0 0,0 9. Lain-lain 0,0 0,0 3,6 7,2 10,8 14,4 18,0-18,0-100,0-14,4-80,0-10,8-60,0-7,2-40,0-3,6-20,0 0,0 0,0 0,0 1,3 2,6 3,9 5,3 6,6-6,6-100,0-5,3-80,0-3,9-60,0-2,6-40,0-1,3-20,0 0,0 0,0 0,0 4,9 9,9 15,0 20,2 25,5-25,5-100,0-20,6-80,8-15,6-61,2-10,5-41,2-5,3-20,8 0,0 0,0 Jumlah Penduduk Tahun Tahun

122 LAMPIRAN 12. NERACA BAHAN MAKANAN/FOOD BALANCE SHEET TAHUN 2014 (Ton) kol (15) X kol (14) X 1000 % X kol (8) jml penduduk kol (16) X Protein X kol (16) X Energi X BDD kol (16) X Lemak X BDD Penduduk pertengahan tahun : Produksi Penyedian Pemakaian Dalam Negeri Ketersediaan per Kapita BDD Penyedian Perubaha dalam Diolah untuk Protein Lemak Jenis Bahan Makanan Impor Ekspor dalam Energi Masukan Keluaran n Stok negeri Pakan Bibit Makan Bukan Yang tercecer Bahan Makanan Kg/Tahu Gram/ Gram/Har Gram/Har negeri n Hari Kalori/Hari sebelum an Makana i i ekspor n = = I.PADI-PADIAN Padi gagang/gabah 0,44%..Kg/Ha x L T 5,40% Gabah/Beras (Kol 11) 62,85% x Kol (2) 0,17% - 2,50% 363,00 8,90 1,40 100% Jagung 6%..Kg/Ha x L T 5,00% 320 8,28 3,90 90% Jagung basah (muda) ,15 1,30 28% Gandum Tepung gandum (Kol 11) 72% x Kol (2) 0,29% 333,00 9,00 1,00 100% Mie Instant 0,29% 333,00 9,00 1,00 100% Shorgum/ Shorgum 5,00% 332,00 11,00 3,30 100% K K II.MAKANAN BERPATI o o Ubi jalar 2% - 10,00% 125 1,18 3,33 86% Ubi kayu l l 2% - 2,13% 131 0,85 0,26 75% Ubi kayu/gaplek o o 0,72% 338 1,50 0,70 100% Ubi kayu/tapioka 0,71% 362,00 0,50 0,30 100% Sagu/ tepung sagu 100/20*Kol (3) S m m 0,72% 338,00 0,30 0,20 100% t III.GULA Gula pasir o 3 6 0,98% 364,00 0,00 0,00 100% Gula mangkok k 377,00 3,00 10,00 100% - - IV.BUAH/BIJI BERMINYAK Kacang tanah berkulit A 5,00% Kacang tanah lepas kulit 60% k K K..Kg/Ha x L T 8,51% 5,00% 452,00 25,30 42,80 100% Kedelai h o o 0,34%..Kg/Ha x L T 5,00% 381,00 40,40 16,70 100% Kacang hijau 2%..Kg/Ha x L T 5,00% 337,00 20,30 1,80 100% i l l Kelapa berkulit/daging 100/25*Da 63,29% 3,65% 359,00 3,40 34,70 53% Kelapa daging/kopra Kol (11) 25%*Kol (1 r o o 1,09% m m V.BUAH-BUAHAN Alpokat - 0,81% 85,00 0,90 6,50 61% Jeruk 4 7 3,91% 31,00 0,53 0,16 71% Duku 0,81% 40,00 0,64 0,13 64% S Durian 10,00% 29,00 0,55 0,66 22% Jambu t + 0,81% 44,00 0,58 0,29 86% Mangga o 7,00% 37,00 0,36 0,13 65% Nanas 5,20% 20,00 0,31 0,15 53% Pepaya k K 6,20% 35,00 0,38 0,00 75% Pisang o 4,70% 64,00 0,70 0,21 75% Rambutan 0,81% 28,00 0,36 0,64 40% A l Salak 6,80% 135,00 0,47 0,16 67% Sawo w o 0,81% 67,00 0,69 1,95 79% Semangka a m 0,83% 12,88 0,23 0,09 46% Melon 0,83% 58,70 1,00 1,80 63% l Belimbing 0,83% 30,96 0,34 0,34 86% Manggis 5 0,83% 63,00 0,60 0,60 29% Nangka 0,83% 29,68 0,34 0,08 28% Markisa 0,83% 144,00 3,50 1,20 48% Sirsak 0,83% 65,00 1,00 0,30 68% Sukun 0,83% 123,00 1,50 0,20 88% Lainnya (Melon, Blewah, Stroberi) 0,83% 59,00 1,00 1,80 63% VI.SAYUR-SAYURAN/ Bawang merah 64,56% 0,24% 8,36% 35,00 1,35 0,30 90% Ketimun K K 0,71% 2,48% 7,00 0,32 0,12 70% Kacang merah 2,87% 2,75% 267,00 13,90 2,30 100% o o Kacang panjang 0,44% 2,73% 28,00 2,76 0,46 75% Kentang S l l 1,19% 5,02% 52,00 1,76 0,17 85% Kubis t o o 5,59% 18,00 1,05 0,15 75% Tomat 0,71% 8,83% 19,00 0,95 0,30 95% o Wortel m m 2,46% 29,00 0,80 0,48 88% Cabe k 0,71% 5,27% 26,00 0,85 0,30 85% Terong 0,73% 2,52% 37,00 1,53 0,59 87% 3 6 Petsai/Sawi 2,46% 7,00 0,63 0,15 87% Bawang Daun A 0,70% 2,46% 29,00 1,80 0,70 67% Kangkung k - - 0,58% 2,58% 17,00 2,04 0,42 70% Lobak 0,39% 2,79% 21,00 0,90 0,10 87% h Labu siam 0,43% 2,74% 30,00 0,60 0,10 83% Buncis i K K 0,44% 2,73% 31,00 2,16 0,27 90% Bayam r o o 0,44% 2,73% 11,00 0,64 0,28 71% Bawang Putih 71% 0,24% 7,13% 84,00 3,96 0,20 88% Kembang Kol l l 2,61% 25,00 2,40 0,20 57% Jamur - o o 2,61% 71,50 9,90 0,80 100% Melinjo 2,61% 66,00 5,00 0,70 60% m m Petai 2,61% 88,55 4,71 0,40 36% Jengkol S 2,61% 88,55 4,71 0,40 90% Lainnya (Paprika) t 4 7 0,64% 2,61% 29,00 24,96 0,59 85% o VII.DAGING/MEAT Daging Sapi 74,93% k + 5,0% 207,00 18,80 14,00 100% Daging Kerbau 70,30% 5,0% 84,00 18,70 0,50 100% Daging Kambing K 67,83% 5,0% 154,00 16,60 9,20 100% Daging Domba a 68,38% A K 5,0% 260,00 16,40 21,30 100% Daging Kuda/Lainnya r 72,28% w o 5,0% 113,00 18,10 4,10 100% Daging Babi k 67,47% 5,0% 417,00 13,00 40,00 100% a Daging Ayam Buras l 58,00% 5,0% 302,00 18,20 25,00 100% Daging Ayam Ras a 58,00% l o 5,0% 302,00 18,20 25,00 100% Daging Itik s 60,00% m 5,0% 312,00 13,70 27,80 100% Daging Kelinci 50,00% 5,0% 360,00 20,80 10,20 100% Daging Puyuh 60,00% 5,0% 187,00 25,60 8,20 100% Jeroan Semua Jenis 121,33 15,70 6,40 100% Jeroan semua jenis Kol (2) = Sapi (2) x 25% + Kerbau (2) x 25% + Kambing (2) x 25% + Domba (2) x 25% + Kuda (2) x 20% + Babi (2) x 10% + Ayam Buras (2) x 10% + Ayam Ras (2) x 10% + Itik (2) x 10% + Kleinci (2) x 25% + Puyuh (2) 10% VIII.TELUR/EGGS Telur Ayam Buras 25% 3,86% 137,80 9,04 10,60 90% Telur Ayam Ras 2,05% 137,06 11,04 9,61 90% - Telur Itik 13,5% 3,92% 179,14 11,09 14,57 90% Telur Puyuh 2,05% 168,00 12,30 12,70 100% IX.SUSU/MILK untuk susu lokal Susu Sapi 10% 5,70% 61,00 3,20 3,50 100% Susu Impor 61,00 3,20 3,50 100% X.IKAN/FISH Tuna/Cakalang/Tongkol 3% 90,00 13,60 3,20 80% Kakap 3% 74,00 16,00 0,56 80% Cucut 3% 57,00 10,70 0,30 49% Bawal 3% 91,00 19,00 1,70 80% Teri 3% 74,00 10,30 0,56 100% Kembung 3% 82,00 17,60 0,80 80% Tenggiri 3% 90,00 13,60 3,60 80% Bandeng 3% 132,00 16,00 3,84 80% Belanak 3% 64,00 10,80 2,00 90% Mujair 3% 71,00 14,96 0,80 80% Ikan Mas 3% 69,00 12,80 1,60 80% Lele 3% 84,00 14,80 2,30 80% Patin 3% 90,00 18,70 1,10 80% Nila 3% 82,00 16,00 2,00 80% Gurami 3% 77,00 20,70 0,80 80% Udang 3% 62,00 14,28 0,14 68% Grasscarp 3% Rajungan dan kepiting 3% 68,00 6,21 1,71 45% Kerang darah 3% 101,00 14,40 2,60 20% Cumi-cumi & sotong 3% 75,00 16,10 0,70 100% Lainnya 3% 55,22 10,86 0,83 75% XI.MINYAK & LEMAK Ka tanah lepas kulit Kol (11) Kacang Tanah/Minyak 52% Daging Kelapa/Kopra Kol (11) 902,00 0,00 100,00 100% Kopra/Minyak Goreng 60% 1,56% 870,00 1,00 98,00 100% Minyak Sawit/MinyakgoreKol (11) 68,28% 1,55% 902,00 0,00 46,50 100% Lemak Sapi 3% 818,00 1,50 90,00 100% Lemak Kerbau 3% 818,00 1,50 90,00 100% Lemak Kambing 3% 818,00 1,50 90,00 100% Lemak Domba 3% 818,00 1,50 90,00 100% Lemak Babi 10% 902,00 0,00 100,00 100% Diambil dari kelompok daging Kolom (2) JUMLAH BESAR : NABATI : HEWANI : Catatan: - Tercecer ikan = 3% sudah termasuk bagian yang tidak dapat dimakan - Bila data produksi tidak tersedia dapat dilakukan pendekatan melalui data konsumsi (Susenas) yaitu: * Kolom (15) = konsumsi kg/kap/tahun x 110% * Kolom (14) = Kolom (15)/1000 x jumlah penduduk * Kolom (8) = kolom (6) = kolom (3) = kolom (14) ( Kolom lainnya diasumsikan nol )

123 Lampiran 13. FAKTOR KONVERSI YANG DIGUNAKAN UNTUK TERNAK Jenis Ternak Berat Karkas Kg/ternak ***) Jeroan(%) Dari berat karkas Lemak(%) Konversi karkas ke daging (%) Sapi ,14 1,57 71,77* Kerbau ,04 4,69 70,3 Kambing 10 17,49 7,87 67,83 Domba 10 20,71 11,71 66,38 Babi 50 15,44 11,92 67,47 Kuda ,29 2,26 72,28 Ayam Kampung Ayam Negeri 0, Itik 0, Sumber : * Hasil Kajian dari UGM tahun 2010

124 LAMPIRAN 14. KONVERSI KUANTITAS DAN BENTUK PANGAN No. Kelompok Komoditi Bentuk Semula Bentuk Sekarang Faktor Konversi 1. Beras. Tepung beras. Beras Bihun. Beras Jagung. Jagung basah+kulit. Jagung pipilan Jagung kering+kulit. Jagung pipilan Tepung jagung. Jagung pipilan Kedele. Tahu. Kacang kedele Tempe. Kacang kedele (0.5). Tauco. Kacang kedele Oncom. Kacang kedele -. Saridele. Kacang kedele Kecap. Kacang kedele - 4. Ubi kayu. Gaplek. Ubi kayu Tapioka. Ubi kayu Tepung Gaplek. Ubi kayu Terigu. Mie macaroni. Tepung terigu Roti tawar. Tepung terigu Roti lainnya. Tepung terigu - 6. Susu. Susu murni. Susu bubuk 0.4. Susu cair pabrik. Susu bubuk 0.4. Susu kental. Susu bubuk 0.5. Susu bubuk kemasan. Susu bubuk 1.0. Susu bubuk bayi. Susu bubuk 1.0. Susu bubuk kiloan. Susu bubuk 1.0. Keju. Susu bubuk Ikan - Ikan kering/awetan - Ikan segar 1.538

125 Konversi berat: 1 butir telur ayam = kg 1 butir telur itik/itik manila = kg 1 butir telur puyuh = kg 1 butir telur lainnya = kg 1 butir telur asin = kg 1 liter susu murni = kg 250 ml susu cair pabrik = kg 1 liter minyak kelapa/minyak jagung/minyak goreng lainnya = 0.8 kg 1 butir kelapa = kg 1 butir kelapa = 0.64 minyak 1 margarine = 0.64 minyak 1 botol kecap = kg 1 liter sirup = kg 1 liter minuman botol = kg 12 ons bir botol = kg 1.5 ons minuman beralkohol = kg catatan : sebelum dilakukan konversi bentuk, terlebih dahulu harus dilakukan konversi satuan (berat)

126 Lampiran 15. Produksi Konversi Jenis Bahan Makanan Input ke Output Masukan (Input) Keluaran (Output) ( Persen) (1) (2) (3) (4) Padi-padian Tepung gandum biji gandum tepung gandum 72 Gabah - gabah kering giling (GKG) - Gabah/Beras gabah kering giling (GKG) beras 62,85 Jagung - jagung pipilan kering - Jagung basah - jagung basah - Makanan Berpati Ubi jalar - Ubi jalar basah - Ubi kayu - Ubi kayu basah - Ubi kayu/gaplek Ubi kayu basah gaplek 36 Ubi kayu/tapioka Ubi kayu basah tapioka 28 Sagu/tepung sagu sagu tepung sagu 40 Gula Gula pasir - gula pasir - Gula merah - gula merah - Buah/biji berminyak Kacang tanah berkulit - kacang tanah berkulit - Kacang tanah lepas kulit kacang tanah berkulit kacang tanah lepas kulit/ 32 biji kering Kedelai - kedelai (biji kering) - Kacang hijau - kacang hijau (biji kering) - Kelapa berkulit/daging kelapa berkulit kelapa daging 24 Kelapa daging/kopra kelapa daging kopra 45 Buah-buahan JENIS BAHAN MAKANAN, PRODUKSI TURUNANNYA DAN BESARAN KONVERSI INPUT KE OUTPUT MENURUT KELOMPOK KOMODITAS Alpokat - alpokat segar - Jeruk - jeruk segar - Duku - duku segar - Durian - durian segar - Jambu - jambu segar - Mangga - mangga segar - Nanas - nanas segar - Pepaya - pepaya segar - Pisang - pisang segar - Rambutan - rambutan segar - Salak - salak segar - Sawo - sawo segar - Lainnya - lainnya segar -

127 Produksi Konversi Jenis Bahan Makanan Input ke Output Masukan (Input) Keluaran (Output) ( Persen) (1) (2) (3) (4) Sayur-mayur Bawang merah bawang merah kering bawang merah kering 64,56 panen konsumsi - Ketimun - ketimun segar - Kacang merah - kacang merah segar - Kacang panjang - kacang panjang segar - Kentang - kentang segar - Kubis - kubis segar - Wortel - wortel segar - Cabe - cabe segar - Terong - terong segar - Petsai - petsai segar - Bawang daun - bawang daun segar - Kangkung - kangkung segar - Labu siam - labu siam segar - Buncis - buncis segar - Bayam - bayam segar - Bawang putih bawang putih segar bawang putih kering 71 Lainnya - Lainnya Daging Daging sapi karkas daging 74,93 Daging kerbau karkas daging 70,3 Daging kambing karkas daging 67,83 Daging domba karkas daging 68,38 Daging kuda karkas daging 72,28 Daging babi karkas daging 67,47 Daging ayam buras karkas daging 58 Daging ayam ras karkas daging 58 Daging itik karkas daging 60 Jeroan semua jenis karkas jeroan Telur Telur ayam ras - telur - Telur ayam buras - telur - Telur itik - telur - Susu Susu sapi - susu - Susu impor Ikan Ikan tuna/cakalang/tongkol - Ikan tuna/cakalang/tongkol - Ikan kakap - Ikan kakap - Ikan cucut - Ikan cucut - Ikan bawal - Ikan bawal - Ikan teri - Ikan teri -

128 Produksi Konversi Jenis Bahan Makanan Input ke Output Masukan (Input) Keluaran (Output) ( Persen) (1) (2) (3) (4) Ikan lemuru - Ikan lemuru - Ikan tenggiri - Ikan tenggiri - Ikan bandeng - Ikan bandeng - Ikan belanak - Ikan belanak - Ikan mujair - Ikan mujair - Ikan mas - Ikan mas - Udang - udang - Rajungan - rajungan - Kerang darah - kerang - Cumi-cumi/sotong - cumi-cumi - Lainnya - lainnya - Minyak dan lemak Kacang tanah/minyak Biji kering minyak 52 Kopra/minyak goreng kopra minyak goreng kelapa 60 Minyak sawit - minyak sawit - Minyak sawit/minyak goreng minyak sawit minyak goreng sawit 68,28 Lemak sapi karkas lemak 3 Lemak kerbau karkas lemak 3 Lemak kambing karkas lemak 3 Lemak domba karkas lemak 3 Lemak babi karkas lemak 10

129 Lampiran 16. FAKTOR KONVERSI BAHAN MAKANAN YANG DIPAKAI UNTUK PENGHITUNGAN PRODUKSI CONVERSION FACTORS FOR CALCULATING PRODUCTION 01. Gandum / Wheat A B A. Biji gandum / Wheat seed B. Tepung gandum / Wheat flour Padi / Paddy A B C D E A. Padi gagang basah Dry stalk paddy during harvest B. Padi gagang kering giling (di penggilingan) Dry stalk paddy before milling C. Gabah basah / panen , Dry unhusked paddy during harvest D. Gabah kering / GKG (di penggilingan) 59 76,5 86, Dry unhusked paddy before milling E. Beras / Rice ,08 62, Jagung / Maize A B C D E A. Jagung berkulit basah / ontongan basah dengan kulit Maize with ear in shell during harvest B. Jagung berkulit kering

130 FAKTOR KONVERSI BAHAN MAKANAN YANG DIPAKAI UNTUK PENGHITUNGAN PRODUKSI CONVERSION FACTORS FOR CALCULATING PRODUCTION Maize with ear in shell after drying C. Jagung lepas kulit kering Maize with ear shelled after drying D. Jagung pipilan kering Maize without ear after drying E. Jagung berasan Milled maize 04. Ubi kayu / Cassava A B C D A. Ubi basah berkulit Fresh cassava B. Gaplek / Manioc C. Pellet / Pellets D. Tapioka / Tapioca Sagu / Sago A B A. Sagu / Sago B. Tepung Sagu / Sago flour Kacang tanah / Groundnuts A B C D A. Glondongan basah berkulit

131 Fresh in shell FAKTOR KONVERSI BAHAN MAKANAN YANG DIPAKAI UNTUK PENGHITUNGAN PRODUKSI CONVERSION FACTORS FOR CALCULATING PRODUCTION B. Glondongan kering berkulit (polong) Dry in shell C. Biji kering lepas kulit Dry shelled D. Minyak / Cooking oils Kacang kedelai / Soyabean A B C A. Batang dan daun basah ,9 549,4 Fresh leaves and stalk B. Batang dan daun kering 53, ,4 Dry leves and stalk C. Biji kering / Dry shelled 18,2 34, Kacang hijau / Green bean A B C A. Polong basah tanpa daun Fresh in shell B. Polong kering Dry in shell C. Niji kering / Dry shelled 83,

132 FAKTOR KONVERSI BAHAN MAKANAN YANG DIPAKAI UNTUK PENGHITUNGAN PRODUKSI CONVERSION FACTORS FOR CALCULATING PRODUCTION 09. Kelapa / Coconuts A B C D A. Kelapa berkulit / Coconuts B. Daging kelapa / Coconuts fresh C. Kopra / Copra D. Minyak / Cooking oils Kelapa sawit / Palm A B C A. Inti sawit / Palm kernel B. Minyak sawit / Palm oils C. Minyak goreng / Cooking oils 46 68, Bawang merah / Bawang putih Shallots / Garlic Bawang merah /Shallot Bawang putih /Garlic A B A B A. Bawang segar / Fresh B. Bawang kering / Dry 64, Telur / Eggs A B A. Telur berkulit / Eggs

133 FAKTOR KONVERSI BAHAN MAKANAN YANG DIPAKAI UNTUK PENGHITUNGAN PRODUKSI CONVERSION FACTORS FOR CALCULATING PRODUCTION B. Telur tanpa kulit Edible portion

134 Lampiran 17. Jenis bahan makanan Bagian yang dapat Komposisi zat gizi per 100 gram bahan makanan dimakan / BDD (%) Kalori Protein Lemak (1) (2) (3) (4) (5) 1. Padi-padian Tepung gandum ,0 1,0 Beras ,9 1,4 Jagung ,28 3,9 Jagung basah (muda) ,15 1,3 2. Makanan berpati Ubi jalar ,18 3,33 Ubi kayu ,85 0,26 Gaplek ,5 0,7 Tapioka ,5 0,3 Sagu ,3 0,2 3. Gula KOMPOSISI BAHAN MAKANAN Gula pasir ,0 0,0 Gula merah ,00 10,00 4. Buah/biji berminyak Kacang tanah lepas ,3 42,8 Kedelai ,4 16,7 Kacang hijau ,3 1,8 Kelapa daging ,4 34,7 5. Buah-buahan Alpokat ,9 6,5 Jeruk ,8 0,2 Duku ,0 0,2 Durian ,5 3,0 Jambu ,8 0,3 Mangga ,6 0,2 Nanas ,6 0,3 Pepaya ,5 0,0 Pisang ,0 0,3 Rambutan ,9 0,1 Salak ,5 0,65 0,25 Sawo ,9 2,3 Semangka ,5 0,2 Melon 63 58,7 1,00 1,80 Belimbing 86 30,96 0,34 0,34

135 Jenis bahan makanan Bagian yang dapat Komposisi zat gizi per 100 gram bahan makanan dimakan / BDD (%) Kalori Protein Lemak (1) (2) (3) (4) (5) Manggis ,6 0,6 Nangka/Cempedak ,2 0,3 Markisa ,5 1,2 Sirsak ,0 0,3 Sukun ,6 0,34 Lainnya (blewah dan stroberi) ,00 1,80 6. Sayuran Bawang merah ,35 0,3 Ketimun ,32 0,12 Kacang merah ,90 2,30 Kacang panjang ,76 0,46 Kentang ,76 0,17 Kubis ,05 0,15 Tomat ,95 0,30 Wortel ,80 0,48 Cabe ,85 0,30 Terong ,53 0,59 Petsai ,63 0,15 Bawang Daun ,8 0,7 Kangkung ,04 0,42 Lobak ,9 0,1 Labu siam ,60 0,10 Buncis ,16 0,27 Bayam ,64 0,28 Bawang Putih ,96 0,2 Kembang Kol ,4 0,2 Jamur ,5 9,90 0,80 Melinjo ,0 0,7 Petai 36 88,55 4,71 0,40 Jengkol 90 88,55 4,71 0,40 Lainnya ,96 0,59 7. Daging Daging Sapi ,8 14,0 Daging Kerbau ,7 0,5 Daging Kambing ,6 9,2 Daging domba ,1 14,8 Daging Kuda ,1 4,1 Daging Babi ,0 40,0 Daging Ayam Buras ,2 25,0 Daging Ayam Ras ,2 25,0 Daging Itik ,0 28,6 Daging Kelinci ,80 10,20

136 Jenis bahan makanan Bagian yang dapat Komposisi zat gizi per 100 gram bahan makanan dimakan / BDD (%) Kalori Protein Lemak (1) (2) (3) (4) (5) Daging Puyuh ,60 8,20 Jeroan Semua Jenis ,7 6,4 8.Telur Telur Ayam Buras ,04 10,60 Telur Ayam Ras ,04 9,61 Telur Itik ,09 14,57 Telur puyuh ,30 12,70 9. Susu Susu Sapi ,2 3,5 Susu Impor ,2 3,5 10. Ikan Tuna/Cakalang/Tongkol ,60 3,20 Kakap ,00 0,56 Cucut ,7 0,3 Bawal ,00 1,70 Teri ,3 0,60 Kembung ,60 0,30 Tenggiri ,60 3,60 Bandeng ,00 3,84 Belanak ,80 2,0 Mujair ,96 0,80 Ikan Mas ,80 1,60 Udang ,28 0,14 Rajungan ,21 1,71 Gurameh ,70 0,80 Lele ,80 1,00 Nila ,00 2,00 Grascarp ,00 2,00 Cumi-cumi & sotong ,10 0,7 Patin ,70 1,10 Lainnya ,86 0, Minyak dan lemak Minyak kacang tanah ,0 100,0 Minyak goreng kelapa ,0 98,0 Minyak goreng sawit ,0 100,0 Lemak Sapi ,5 90,0 Lemak Kerbau ,5 90,0

137 Jenis bahan makanan Bagian yang dapat Komposisi zat gizi per 100 gram bahan makanan dimakan / BDD (%) Kalori Protein Lemak (1) (2) (3) (4) (5) Lemak Kambing ,5 90,0 Lemak Domba ,5 90,0 Lemak Babi ,0 100,0 Sumber : 1. Daftar Komposisi Bahan Makanan, Direktorat Gizi, Dep Kes Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes R.I Daftar Komposisi Bahan Makanan yang Digunakan Internasional

138 Lampiran 18. BESARAN KONVERSI (PERSENTASE TERHADAP PENYEDIAAN DALAM NEGERI) Pakan Bibit Diolah untuk Jenis Bahan Makanan Manufactured for Tercecer Commodity Bukan Makanan Feed Seed Makanan Waste Food Non food (1) (2) (3) (4) (5) (6) I. PADI-PADIAN/CEREALS Padi gagang/gabah 0,44 1) ,4 3) Dry stalk paddy/unhusked rice Gabah/Beras 0,17 1) ,5 3) Unhusked rice/rice Jagung/Maize 6,00 3) ,00 3) Jagung basah/(muda) Fresh maize Gandum/Wheat Tepung Gandum ,29 1) Wheat flour II. MAKANAN BERPATI STARCHY FOOD Ubi jalar/sweet potatoes 2,00 3) ,00 3) Ubi kayu/cassava 2,00 3) ,13 1) Ubi kayu/gaplek ,72 1) Cassava/Manioc Ubi kayu/tapioka ,71 1) Cassava/Tapioca Sagu/Tepung sagu ,72 1) Sago pith/sago flour III. GULA/SUGAR Gula pasir/refined sugar ,98 2) Gula mangkok/other sugar IV. BUAH BIJI BERMINYAK PULSES NUT AND OIL SEEDS Kacang tanah berkulit ,00 3) Groundnuts in shell Kacang tanah lepas kulit - - 8,51 1) - 5,00 3) Groundnuts shelled Kedelai/Soyabeans 0,34 1) ,00 3) Kacang hijau/green bean 2,00 3) ,00 3) Kelapa berkulit/daging - 0,05 1) 53,12 1) - 3,65 2) Coconuts in husk/coconut fresh Kelapa daging/kopra ,09 2) Coconuts meat/copra V. BUAH-BUAHAN/FRUITS Alpokat/Avocados ,81 1) Jeruk/Oranges ,91 2) Duku/Lanzon ,81 1) Durian/Durians ,00 3) Jambu/Waterapples ,81 1) Mangga/Mangoes ,00 2) Nanas/Pineapples ,2 2) Pepaya/Papayas ,2 2)

139 Pakan Bibit Diolah untuk Jenis Bahan Makanan Manufactured for Tercecer Commodity Bukan Makanan Feed Seed Makanan Waste Food Non food (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pisang/Bananas ,7 2) Rambutan/Rambutans ,81 1) Salak/Salacia ,8 2) Sawo/Sapodila ,81 1) Apel ,83 1) Anggur ,83 1) Lainnya/Others ,83 1) *) Melon, blewah dan stroberi - VI. SAYUR-SAYURAN/VEGETABLE Bawang Merah/Shallot(Onion) - 0,24 1) - - 8,36 2) Ketimun/Cucumber - 0,71 1) - - 2,48 1) Kacang Merah - 2,87 1) - - 2,75 2) Kidney beans Kacang Panjang - 0,44 1) - - 2,73 1) String beans Kentang/Potatoes - 1,19 1) - - 5,02 2) Kubis/Cabbage ,59 2) Tomat/Tomatoes - 0,71 1) - - 8,83 2) Wortel/Carrots ,46 1) Cabe/Chilli - 0,71 1) - - 5,27 2) Terong/Eggplant - 0,73 1) - - 2,52 1) Petsai/ Sawi ,46 1) Mustard greens Bawang Daun/Spring onion - 0,7 1) - - 2,46 1) Kangkung/Swamp cabbage - 0,58 1) - - 2,58 1) Lobak/Radish - 0,39 1) - - 2,79 1) Labu siam/chayotte - 0,43 1) - - 2,74 1) Buncis/Greenbeans - 0,44 1) - - 2,73 1) Bayam/Spinach - 0,44 1) - - 2,73 1) Bawang Putih/Garlic - 0,24 1) - - 7,13 2) Kembang Kol ,61 1) Jamur ,61 1) Melinjo ,61 1) Petai ,61 1) Jengkol ,61 1) Lainnya/Others - 0,64 1) - - 2,61 1) *) Paprika VII. DAGING/MEAT Daging Sapi/Beef ,00 3) Daging Kerbau/Buffalo Meat ,00 3) Daging Kambing/Lamb ,00 3) Daging Domba/Lamb ,00 3) Daging Kuda/Lainnya ,00 3) Horse Meat/Other Daging Babi/Pork ,00 3) Daging Ayam Buras ,00 3) Lokal Chicken Meat Daging Ayam Ras ,00 3) Improved Chicken Meat Daging Itik/Duck Meat ,00 3)

140 Pakan Bibit Diolah untuk Jenis Bahan Makanan Manufactured for Tercecer Commodity Bukan Makanan Feed Seed Makanan Waste Food Non food (1) (2) (3) (4) (5) (6) Jeroan semua jenis All Offal All Kinds VIII. TELUR/EGGS Telur Ayam Buras - 25,00 3) - - 3,86 3) Local Hen Eggs Telur Ayam Ras ,05 3) Improved Hen Eggs Telur Itik/Ducks Eggs - 13,50 3) - - 3,92 3) IX. SUSU/MILK Susu Sapi/Cow Milk 10,00 3) ,7 3) Susu Impor/Imported Milk X. IKAN/FISH Tuna/Cakalang/Tongkol ,00 4) Tunas/Skipjade/Eastern Little Kakap/Giant Seaperch ,00 4) Cucut/Sharks ,00 4) Bawal/Pomfret ,00 4) Teri/Anchovies ,00 4) Lemuru/Indian Oil Sardinella ,00 4) Kembung/Indian Mackerels ,00 4) Tenggiri/Narrow Bard ,00 4) King Mackerels Bandeng/Milk Fish ,00 4) Belanak/Multes ,00 4) Mujair/Mozambique Tilapia ,00 4) Ikan Mas/Common Carp ,00 4) Udang/Shrimp ,00 4) Rajungan/Swim Crab ,00 4) Kerang darah/blood Cockles ,00 4) Cumi-cumi & Sotong ,00 4) Common Scuids & Cuttle Fishes Lainnya/Others ,00 4) XI. MINYAK & LEMAK OILS & FATS Kacang tanah/minyak Groundnuts/Oils Kopra/Minyak goreng ,56 2) Copra/Cooking Oils Minyak sawit/palm Oils ,39 2) Minyak sawit/minyak goreng ,55 2) Palm Oils/Cooking Oils Palm Kernel/Cooking Oils Lemak Sapi/Cattle Fats Lemak Kerbau/Buffalo Fats Lemak Kambing/Goat Fats Lemak Domba/Sheep Fats Lemak Babi/Pig Fats

141 Pakan Bibit Diolah untuk Jenis Bahan Makanan Manufactured for Tercecer Commodity Bukan Makanan Feed Seed Makanan Waste Food Non food (1) (2) (3) (4) (5) (6) Catatan : 1) merupakan rasio I-O tahun ) Hasil Kajian NBM tahun 2002 dan ) Konversi NBM lama 4) Kementerian Kelautan dan Perikanan Merupakan konversi tercecer dan bagian yang tidak dapat dimakan

142 LAMPIRAN 19. KONVERSI OLAHAN KOMODITI PERIKANAN 1. KOMODITI (1) Ikan, Binatang berkulit keras dan lunak segar (hidup atau mati), dingin, beku, kering, asin, dalam air garam atau direbus 1.1 Ikan segar, beku Ikan hidup Ikan Segar atau dingin Ikan dibekukan ANGKA KONVERSI (%) (2) Ikan Trout 100 Belut 100 Ikan Mas 100 Ikan Lainnya 100 a. Ikan Air Laut : Trout 100 Salem pasific 100 Salem lainnya 100 Halibut 100 Plaice 100 Sole 100 Ikan pipih lainnya 100 Tuna bersirip panjang 100 Tuna bersirip kuning 100 Cakalang/Tongkol 100 Ikan tuna lainnya 100 Herring 100 Cod 100 Sardine 100 Haddock 100 Mackerel 100 Dogfish 100 Lainnya 100 b. Ikan Darat : Belut 100 lainnya 100 a. Ikan Air Laut : Salem Pasific 80 Trout 80 Salem Atlantic 80 Salem Lainnya 80 Halibut 80 Plaice 80 Sole 80 Ikan pipih lainnya 80 Tuna bersirip panjang 85

143 KOMODITI (1) Ikan Belahan Hati dan Telur Ikan ANGKA KONVERSI (%) (2) Tuna bersirip kuning 85 Cakalang/tongkol 85 Ikan tuna lainnya 84 Herring 80 Cod 80 Sardine 90 Haddock 80 Coalfish 80 Mackerel 80 Dogfish 80 Bass 80 Lainnya 93 b. Ikan Darat : Belut (beku) 80 Lainnya 80 a. Segar atau dingin. Tanpa tulang 100 Ikan laut 100 Ikan darat 100 b. Dibekukan Tanpa tulang 56 Ikan laut 80 Ikan darat 80 a. Segar atau dingin. Hati Ikan 100 Telur Ikan 100 b. Dibekukan Hati Ikan 80 Telur Ikan Ikan kering, asin, dalam air garam, atau diasap. Tepung ikan dapat dimakan 25 Hati dan telur ikan diasap 30 Hati dan telur ikan kering, asin 40 Ikan belahan kering, asin 60 Salem diasap 65 Herring diasap 65 Ikan belahan diasap 65 Cod kering, asin 60 Teri kering, asin 41 Perut ikan kering, asin 60 Sirip ikan hiu kering, asin 40 Ikan laut lainnya kering, asin 50

144 KOMODITI (1) ANGKA KONVERSI Ikan darat kering, asin 60 Herring asin, dalam air garam 60 Cod asin, dalam air garam 60 Anchoives asin, dalam air garam 40 Teri asin, dalam air garam 40 Perut ikan asin, dalam air garam 60 Sirip ikan hiu asin, dalam air garam 40 Ikan lainnya (laut&darat)asin, dalam air garam 50 Ikan lainnya (laut&darat)asin, dalam air garam Binatang berkulit keras dan lunak hidup, segar, dingin, beku, kering, asin, dalam air garam, atau direbus. Udang karang (Paniluris sp) : Beku 60 Tidak Beku 40 Udang besar (Homarus Sp) : Beku 60 Tidak Beku 40 Udang kecil dan udang biasa : Beku 42 Tidak Beku 40 Udang Sungai : Beku 60 Tidak Beku 40 Udang lainnya : Beku 60 Tidak Beku 40 Kepiting : Beku 70 (%) (2) Tidak Beku Lainnya 100 Tiram hidup, segar/dingin, beku, kering, asin, dalam air garam : Kerang darah : Hidup, segar atau dingin/beku 60 Kering, asin, dlm air garam Remis : Hidup, segar atau dingin 100 Beku 40 Kering, asin, dlm air garam 30 Cumi-cumi dan sotong : Hidup, segar atau dingin 100 Beku 40 Kering, asin, dlm air garam 30 Gurita : Hidup, segar atau dingin 100 Beku 76 Kering, asin, dlm air garam 40 Hidup, segar atau dingin 100 Kering, asin, dlm air garam 80

145 KOMODITI (1) ANGKA KONVERSI (%) (2) Bekicot/siput lain dari siput laut : Kepah : Hidup, segar atau dingin 60 Kering, asin, dlm air garam 60 Kijing : Hidup, segar atau dingin 100 Kering, asin, dlm air garam 30

146 LAMPIRAN 20. Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) DAFTAR KANDUNGAN ZAT GIZI BAHAN MAKANAN Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) 1 BERAS GILING ,8 0,7 78, ,8 0 0,1 0 2 BERAS GILING MASAK (NASI) ,1 0,1 40, , BERAS KETAN PUTIH ,7 0,7 79, ,8 0 0,2 0 4 BERAS KETAN PUTIH, TUMBUK ,4 0,8 78, ,4 0 0,3 0 5 BERAS KETAN PUTIH, KUKUS ,4 35, ,7 0 0,1 0 6 BERAS KETAN PUTIH, TAPE ,5 37, , BERAS KETAN HITAM , ,8 0 0,2 0 8 BERAS KETAN HITAM, TUMBUK ,3 74, ,2 0 0,2 0 9 BERAS KETAN HITAM, KUKUS ,2 37, ,7 0 0, BERAS KETAN HITAM, TAPE ,8 1 34, ,1 1, BERAS MENIR ,7 4, ,7 0 0, BERAS MERAH, TUMBUK ,5 0,9 77, ,3 0 0, BERAS, PARBOILED ,8 0,6 80, ,8 0 0, BERAS PECAH KULIT ,4 1,9 76, , BERAS SETENGAH GILING ,6 1,1 78, ,2 0 0, BIHUN ,7 0,1 82, , BISKUIT ,9 14,4 75, ,7 0 0, JAGUNG KUNING, GILING ,7 4,5 72, ,4 4,6 41 0, JAGUNG PUTIH, GILING ,7 4,5 72, ,6 0 0, JAGUNG KUNING, PIPIL BARU ,9 3,4 63, ,1 51 0, JAGUNG PUTIH, PIPIL BARU ,9 3,4 63, ,1 0 0, JAGUNG KUNING, PIPIL LAMA ,2 3,9 73, ,4 60 0, JAGUNG PUTIH, PIPIL LAMA ,2 3,9 73, ,4 0 0, JAGUNG KUNING, MUDA ,1 1,3 30, ,1 14 0, JAGUNG PUTIH, MUDA ,1 1,3 30, ,1 0 0, JAGUNG KUNING, SEGAR ,7 1,3 33, ,7 51 0, JAGUNG PUTIH, SEGAR ,7 1,3 33, ,7 0 0, JAGUNG, GRONTOL ,7 1,3 33, ,2 0 0,1 0 Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C

147 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 29 JALI , JAWAWUT ,7 3,5 73, ,3 0 0, BELITUNG, MENTAH ,2 0,4 34, ,4 0 0, BELITUNG, KUKUS ,2 0,4 34, ,9 0 0, GADUNG, MENTAH ,1 0,2 23, ,6 0 0, GADUNG, KUKUS ,8 0,3 20, , GANYONG, MENTAH ,1 22, , GANYONG, KUKUS ,8 0,2 23, , GAPLEK ,5 0,7 81, , GEMBILI ,5 0,1 22, ,8 0 0, HAVERMOUT ,2 7,4 68, ,5 0 0, KATUL BERAS ,6 14,8 54, , KATUL JAGUNG ,5 64, , KENTANG ,1 19, ,7 0 0, KENTANG HITAM ,9 0,4 33, , KETELA POHON (SINGKONG) ,2 0,3 34, ,7 0 0, KETELA POHON KUNING ,8 0,3 37, ,7 48 0, KERUPUK ACI ,5 0,2 85, MAKARONI ,7 0,4 78, ,3 0 0, MAIZENA (PATI JAGUNG) , , MIE, BASAH ,6 3, , MIE, KERING ,9 11, , OYEK (DARI SINGKONG) ,3 0,1 83, ,6 0 0, PATI SINGKONG (TAPIOKA) ,5 0,3 86, ROTI PUTIH , ,5 0 0, ROTI WARNA SAWO MATANG ,9 1,5 49, ,5 0 0, SENTE ,6 0,3 14, , SUWEG, MENTAH ,1 15, ,2 0 0, SUWEG, KUKUS ,5 0,1 21,9 50,2 58 0,8 0 0, SINGKONG, KUKUS ,2 0,3 34, , SINGKONG, TAPE ,5 0,1 42, ,1 0

148 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 60 TALES, MENTAH ,9 0,2 23, , TALES, KUKUS ,5 0,3 28, ,7 0 0, TEPUNG GARUT (ARROWROOT) ,7 0,2 85, ,5 0 0, TEPUNG BERAS , ,8 0 0, TEPUNG JAGUNG KUNING ,2 3,9 73, ,4 64 0, TEPUNG JAGUNG PUTIH ,2 3,9 73, ,4 0 0, TEPUNG KENTANG ,3 0,1 85, ,5 0 0, TEPUNG GAPLEK ,1 0,5 88, TEPUNG SAGU ,7 0,2 84,7 11,6 13 1, TEPUNG TERIGU ,9 1,3 77, ,2 0 0, TIM (NASI TIM) ,4 0, ,4 0 0, CENTEL , ,4 0 0, UBI JALAR MERAH ,8 0,7 27, , , UBI JALAR PUTIH ,8 0,7 27, ,7 8 0, UBI JALAR REBUS ,4 9,6 25,6 27,7 0 0, ,6 10,2 75 UBI JALAR SAYUR ,4 0,3 22,5 8,5 0 0,2 73 0,2 5,5 76 UWI ,2 19, ,8 0 0, VERMICELLI ,7 0,4 78, ,3 0 0, AMPAS TAHU ,6 18,3 41, , BIJI JAMBU METE ,2 49,6 23, BONGKREK (TEMPE BUNGKIL) ,4 3,5 18, ,6 0 0, BUNGKIL BIJI KARET ,3 3, , BUNGKIL KACANG TANAH , , , BUNGKIL KELAPA , BIJI JAMBU METE, GORENG ,5 56,6 19, ,6 0 0, KACANG ARAB ,8 1,4 60, ,7 18 0, KACANG BOGOR, MENTAH ,2 0 0, KACANG BOGOR, GORENG ,7 23,2 58, , KACANG BOGOR, REBUS ,7 2,8 27, , KACANG BELIMBING, MENTAH ,4 16,9 34, ,8 0 0,3 3,5 90 KACANG BELIMBING, REBUS ,9 8,8 17, ,3 0 0,2 0

149 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 91 KACANG BELIMBING, TEMPE , , ,2 0 0, KACANG ENDEL, BIJI , KACANG KEDELAI, BASAH ,2 15,6 30, ,9 12 0, KACANG KEDELAI, KERING ,9 18,1 34, , KACANG GUDE, BIJI ,7 1, , KACANG GUDE, BIJI MUDA ,6 20,8 3, ,5 9 0, KACANG IJO ,2 1,2 62, ,7 20 0, KACANG MERAH ,1 1,7 59, , KACANG MERAH, SEGAR REBUS , ,8 0 0, KACANG MERAH, KERING REBUS ,3 0,9 28, ,7 0 0, KACANG PANJANG, BIJI ,3 1, ,9 0 0, KACANG TANAH, KUPAS KULIT ,3 42,8 21, ,3 0 0, KACANG TANAH, REBUS BERKULIT ,5 31,2 12, ,4 0 0, KACANG TANAH, SANGAN TIDAK ,9 44,2 23, ,9 0 0, KACANG TANAH, SANGAN BERSELAP ,8 48,4 15, ,8 0 0, KACANG TANAH, ATOM ,8 38,1 28, , KACANG TANAH, KACANG SARI ,5 43, ,1 0 0, KACANG TUNGGAK, REMPEYEK ,2 20,2 59, , KACANG ANDONG ,5 4,1 61, ,2 0 0, KORO ROWAY, BIJI ,5 2,1 69, ,4 0 0, KORO BENGUK, BIJI , KORO KERUPUK, BIJI ,3 0,7 22, , KORO LOKE, BIJI ,7 0,2 7, , KORO WEDUS, BIJI ,2 1, ,5 0 0, KORO BENGUK, TEMPE ,2 1,3 23, ,6 4 0, KEJU KACANG TANAH , , KELAPA MUDA, AIR ,2 0,1 3, , KELAPA MUDA, DAGING , , KELAPA SETENGAH TUA, DAGING ,3 1 0, KELAPA TUA, DAGING ,4 34, , KEMIRI ,1 0

150 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 122 KENARI ,7 0 0, KACEP ,7 1, ,6 5, KECIPIR, BIJI , , KETUMBAR ,1 16,1 54, , , KLUWAK , , KWACI ,6 42,1 13, , JENGKOL ,5 0,1 3, ,7 30 0, JENGKOL, SEMUR JENGKOL ,7 29, , LAMTORO (PETE CINA) BIJI MUDA ,7 0,3 15, ,7 53 0, LAMTORO, BIJI TUA ,6 0,5 26, ,2 52 0, LAMTORO, TEMPE ,5 20, ,6 4 0, NANGKA, BIJI ,2 0,1 36, , ONCOM KEDELE , , ONCOM, PEPES ,2 1,8 10, ,5 0 0, ONCOM KACANG TANAH, PEPES ,7 3,8 13, ,4 0 0, KEMBANG TAHU, MENTAH ,9 13,8 23, KEMBANG TAHU, REBUS ,7 4 4, PALA, BIJI ,5 36,4 40, ,6 0 0, PETE SEGAR , ,2 25 0, SAGA, BIJI TANPA KULIT ,6 25,5 31, ,2 0 0, SANTAN (KELAPA SAJA) ,2 34,3 55, , SANTAN (KELAPA + AIR) , , SARI KEDELAI, BUBUK , SUSU KEDELAI ,5 2, ,7 25 0, TEMPE GEMBUS ,7 1,3 4, ,5 0 0, TEMPE KEDELAI MURNI ,3 4 12, , TEPUNG KACANG KEDELAI ,9 20,6 29, ,4 18 0, TEPUNG HUNKWEE ,5 1 83, KERUPUK MELINJO, MENTAH ,5 71, ,2 151 KERUPUK MELINJO, TEBAL GORENG ,4 65, , KERUPUK MELINJO, TEBAL GORENG ,1 16, ,1 0

151 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 153 KERUPUK MELINJO, TIPIS GORENG ,5 24,5 59, , TAHU ,8 4,6 1, , TAOKOA ,9 6,8 1, ,7 0 0, TAOCO ,4 4,9 24, ,3 3 0, WIJEN ,3 51,1 18, ,5 0 0, AYAM , ,5 78 0, ANGSA ,4 31, , , ABON ,2 28, ,6 0 0, BABAT ,6 4, , BEBEK (ITIK) , , , CORNED BEEF DAGING ANAK SAPI , ,9 14 0, DAGING ASAP , DAGING BABI GEMUK , ,8 0 0, DAGING BABI KURUS , ,1 0 0, DAGING DOMBA ,1 14, ,6 0 0, DAGING KAMBING ,6 9, , DAGING KERBAU ,7 0, DAGING KUDA ,1 4,1 0, ,7 0 0, DAGING SAPI , ,8 12 0, DENDENG DAGING SAPI ,1 0 0, DIDEH, DARAH AYAM ,8 1,9 0, , DIDEH, DARAH SAPI ,9 1, , EMPAL GORENG , ,3 3 0, GINJAL BABI ,3 4,6 0, ,6 40 0, GINJAL DOMBA ,6 3, , , GINJAL SAPI ,1 0, , , HAM ,9 35 0, ,5 0 0, HATI BABI ,7 4,8 1, , HATI SAPI ,7 3, , , KERUPUK KULIT KERBAU

152 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 184 LEMAK BABI (BACON) ,1 65 1, ,8 0 0, LEVERWOST (SOSIS HATI) , OTAK ,4 8,6 0, ,6 0 0, SARANG BURUNG ,5 0,3 32, USUS SAPI ,2 1, , WORST (SOSIS DAGING) ,5 42,3 2, ,1 0 0, TELUR AYAM ,8 11,5 0, , , TELUR AYAM, BAGIAN KUNING ,3 31,9 0, , , TELUR AYAM, BAGIAN PUTIH ,8 0 0, , TELUR AYAM, CEPLOK ,1 32,9 8,3 61,4 191,4 3, ,9 194 TELUR AYAM, DADAR ,3 19,4 1, ,5 41 0, TELUR BEBEK (ITIK) ,1 14,3 0, , , TELUR BEBEK, BAGIAN KUNING , , TELUR BEBEK, BAGIAN PUTIH , , TELUR BEBEK, CEPLOK ,1 30,5 0,9 64, , , TELUR BEBEK, DADAR , , , TELUR BEBEK, TELUR ASIN ,6 13,6 1, , , TELUR PENYU , , , TELUR TERUBUK , BADER (TAWES) ,4 47 0, BANDENG , , BAWAL , , BEKASANG ,7 7, , BEUNTEUR EKOR KUNING , BELUT SEGAR, MENTAH ,7 1 10, , BELUT SEGAR, GORENG ,9 19, , GABUS, SEGAR ,2 1, , GABUS KERING ,7 31 0, IKAN HIU ,1 0, , IKAN ASIN, KERING , ,

153 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 215 IKAN ASIN, BILIS GORENG ,6 27, ,5 0 0, IKAN ASIN, JAPUH GORENG ,7 29,5 0 20,8 100,5 1,01 0 0, IKAN ASIN, GABUS GORENG ,5 24, , IKAN ASIN, PARI GORENG ,2 23, ,7 0 0, IKAN ASIN, PEPETEK GORENG ,4 54, ,5 305,9 0,79 0 0, IKAN ASIN, SIRINDING GORENG ,9 31,7 0 1, IKAN ASIN. TERI GORENG ,4 32, ,6 0 0, IKAN MAS , IKAN MAS, GORENG ,3 12,2 0 0, , , IKAN SEGAR , , KAKAP , , KEMBUNG , KEONG , KEPITING ,8 3,8 14, ,1 62 0, KERANG ,1 3, , KODOK ,4 0, ,1 0 0, KERUPUK IKAN, BERPATI ,4 65, , KERUPUK UDANG, BERPATI ,2 68, , , KURA-KURA ,1 0, ,7 0 0, LAYANG , , LELE, GORENG ,9 19,1 0 23, ,2 47 0, LEMURU , PEDA BANJAR , PEPETEK , , PETIS UDANG , , PETIS IKAN , , PINDANG BANJAR , , PINDANG BENGGOL , , PINDANG LAYANG , , PINDANG SELAR KECIL , REBON (UDANG KECIL SEGAR) ,2 1,2 0, ,

154 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 246 REBON, KERING ,4 3,6 3, ,4 0 0, SARDINES, DALAM KALENG , ,5 78 0, SELA, SEGAR ,8 2, ,5 47 0, SELAR, KERING , SEPAT, KERING , TEMBANG , TERI, BUBUK ,3 1, , TERI, KERING , ,6 65 0, TERI KERING, TAWAR ,7 4, ,4 63 0, TERI NASI, KERING ,5 0, , TERI, SEGAR , TERI, TEPUNG ,8 6,4 19, ,6 63 1, CUMI-CUMI, SEGAR ,1 0,7 0, ,8 0 0, CUMI-CUMI, GORENG ,6 10, ,7 0 2, CUE SELAR KUNING , , MUJAIR, SEGAR , , MUJAIR, GORENG ,9 23, ,9 13 0, MUJAIR, PEPES ,7 2,8 0, MUJAIR, DENDENG MENTAH ,3 15,2 37, ,3 16 0, MUJAIR, DENDENG GORENG ,3 26,9 9, ,4 19 0, TERASI MERAH ,5 3, , UDANG, KERING ,4 2,3 1, , , UDANG, SEGAR ,2 0, ANDEWI ,6 0,2 5, , BAJE ,9 6,6 15, ,2 0, BATANG TADING ,3 4,8 19, ,1 0, BAYAM, SEGAR ,5 0,5 6, , , BAYAM, KUKUS ,3 0,7 5, , BAYAM, REBUS ,2 0,6 3, , BAYAM, TUMIS BERSANTAN ,4 4,2 2, , BAYAM, TUMIS + ONCOM ,7 6,7 6,9 127,4 735,9 4, ,5 16,8

155 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 277 BAYAM MERAH ,6 0, , , BALIGO ,4 0, , BAWANG BOMBAY ,4 0,2 10, , BAWANG PUTIH ,5 0,2 23, , BENGKUANG ,4 0,2 12, , BIT ,6 0,1 9, BOROS KUNCI ,8 7, , BOROS LAJA ,3 4, , BUNCIS ,4 0,2 7,7 6,5 4,4 1,1 95 0, BUNCIS, REBUS ,2 0,2 6, , BUNCIS, ASAM ,1 0,5 8,5 72,3 85 1,4 67 0,7 9,5 288 DAUN BAWANG ,8 0,7 5, , , DAUN BLUNTAS ,8 0,5 9, , DAUN JAMBU METE, MUDA ,6 0,5 16, , DAUN GANDARIA ,1 0, , DAUN KACANG PANJANG ,1 0,4 5, , , DAUN KACANG PANJANG, KUKUS ,7 0, , , DAUN KEMANG ,5 0,3 7, , DAUN UBI JALAR ,8 0,4 10, , DAUN KEDONDONG ,8 0,3 13, , , DAUN KATUK , , , DAUN KATUK, REBUS ,3 0,9 9, , DAUN KELOR ,7 1,7 14, , DAUN KELOR, REBUS ,1 0, ,1 0 0, DAUN KUMAK ,3 0,3 2, , DAUN MENGKUDU, KUKUS ,8 1,5 11, , DAUN POH-POHAN ,5 0,8 6, , DAUM KEMANGI ,5 8, , DAUN SEMANGGI ,4 8 0, DAUN SINTRONG ,6 0,9 6, , DAUN SINGKONG ,8 1, ,1 275

156 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 308 DAUN SINGKONG, REBUS ,7 0,6 4, , DAUN SINGKONG, LODEH ,5 8, , DAUN TALES ,1 2,1 12, , , DAUN TALES, REBUS ,3 0,2 5, , DAUN UBI JALAR, KUKUS ,1 0, , DAUN KECIPIR ,5 8, , , DAUN KORO ,3 3, , , DAUN LABU SIAM ,4 4, , , DAUN LABU WALUH ,6 0,6 4, , , DAUN LEUNCA ,7 0,5 8, , , DAUN LOBAK ,3 0,4 5, , , DAUN LOMPONG TALES ,8 7, , DAUN UBI JALAR ,8 0,4 10, , DAUN KEDONDONG ,8 0,3 13, , , DAUN KATUK , , , DAUN KATUK, REBUS ,3 0,9 9, , DAUN KELOR ,7 1,7 14, , DAUN KELOR, REBUS ,1 0, ,1 0 0, DAUN KUMAK ,3 0,3 2, , DAUN MENGKUDU, KUKUS ,8 1,5 11, , DAUN POH-POHAN ,5 0,8 6, , DAUM KEMANGI ,5 8, , DAUN SEMANGGI ,4 8 0, DAUN SINTRONG ,6 0,9 6, , DAUN SINGKONG ,8 1, , DAUN SINGKONG, REBUS ,7 0,6 4, , DAUN SINGKONG, LODEH ,5 8, , DAUN TALES ,1 2,1 12, , , DAUN TALES, REBUS ,3 0,2 5, , DAUN UBI JALAR, KUKUS ,1 0, , DAUN KECIPIR ,5 8, , ,3 29

157 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 314 DAUN KORO ,3 3, , , DAUN LABU SIAM ,4 4, , , DAUN LABU WALUH ,6 0,6 4, , , DAUN LEUNCA ,7 0,5 8, , , DAUN LOBAK ,3 0,4 5, , , DAUN LOMPONG TALES ,8 7, , DAUN MANGKOKAN ,7 0,3 11, , DAUN MELINJO ,3 21, , , DAUN OYONG ,1 5, , DAUN PAKIS ,3 6, , DAUN PETE CINA ,5 12, , ENCENG GONDOK ,2 3, , , GAMBAS (UYONG) ,8 0,2 4, , GAMBAS, LODEH ,3 0,6 1,6 6,7 10,5 0, ,3 328 JAGUNG MUDA, BERTONGKOL ,2 0,1 7, ,5 30 0, JAMUR KUPING, KERING ,9 64, ,7 0 0, JAMUR KUPING, SEGAR ,8 0,6 0, ,7 0 0, JAMUR COKLAT (KULAT SIAU) ,5 3, ,3 0, JAMUR PUTIH (KULAT PUTIH) ,8 4,1 2, ,9 0, JANTUNG PISANG, SEGAR ,2 0,3 7, ,1 26 0, JOTANG ,9 0,3 7, JARUK TIGARUN ,5 4, ,4 0, KALAKAI ,8 6,8 3, ,8 0, KANGKUNG ,3 5, , , KANGKUNG, REBUS ,5 0,6 3, , KANGKUNG, KUKUS ,2 0,7 4, , KANGKUNG, TUMIS ,8 3,6 3 39,8 28 1, ,4 8,6 341 KAPRI MUDA ,3 0,2 9, , KACANG GUDE, MUDA ,4 0,6 1, ,8 24 0, KACANG KAPRI, MUDA ,7 0,4 17, , , KACANG PANJANG ,7 0,3 7, ,7 50 0,1 21

158 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 345 KACANG PANJANG, KUKUS ,6 7, , KACANG PANJANG, REBUS ,3 0,4 5, , KACANG PANJANG, TUMIS ,5 12, , KEMBANG TURI ,8 0,6 9, ,9 13 0, KETIMUN ,7 0,1 2, , KECIPIR, BUAH MUDA ,9 0,2 0, ,3 74 0, KELEWIH ,5 0,3 27, ,9 3 0, KOOL KEMBANG ,4 0,2 4, ,1 11 0, KOOL MERAH, KOOL PUTIH ,4 0,2 5, ,5 10 0, KORO KERUPUK, BUAH ,3 0,7 22, ,7 10 0, KORO WEDUS, BUAH MUDA ,3 7, , , KROKOT ,7 0,4 3, , KUCAI ,2 0,3 10, ,1 6 0, KUCAI MUDA (LOKIO) ,8 0,6 7, , , LABU AIR ,6 0,2 3, , LABU SIAM ,6 0,1 6, , LEUNCA, BUAH ,9 0,1 7, , LOBAK ,9 0,1 4, , MELINJO ,7 13, , , NANGKA MUDA ,4 11, ,5 3 0, PEPAYA MUDA ,1 0,1 4, , PEPAYA, LODEH ,6 11,6 30,2 251,3 107,2 1,9 27 0,9 43,6 367 PARIA (PARE) ,1 0,3 6, ,4 23 0, PARIA PUTIH, KUKUS ,8 0,2 3, ,5 0 0, PETERSELI , , , PE-CAY ,8 0,3 4, , , PREY (BAWANG DAUN) ,2 0,3 10, ,1 6 0, REBUNG ,6 0,3 5, ,5 3 0, SAWI ,3 0, , , SELADA ,2 0,2 2, , SALADA AIR ,7 0, , ,1 50

159 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 376 SELADA AIR, REBUS ,7 0,2 2, , , SELEDRI ,1 4, TOGE, KACANG IJO ,9 0,2 4, ,8 1 0, TOGE, KEDELAI ,6 6, , TOGE, KACANG TUNGGAK ,2 5, , TOGE, SEDUH , ,5 0 0, TOGE - TAHU, MAKANAN ,4 28,5 28,4 17,4 44 1,2 22 0,4 7,6 383 TEBU TERUBUK ,6 0, , TEKOKAK ,1 7, , TEKOKAK, KERING ,3 1,7 72, , , TERONG ,1 0,2 5, , TERONG, KUKUS ,8 0,1 4, ,5 0 0, TERONG + ONCOM, MAKANAN ,3 25,7 9, ,6 4 0,3 3,5 389 TERONG BELANDA ,5 0,3 11, , TERONG ASAM ,3 1, ,2 3, TESPONG, DAUN ,9 0,3 13, , , TOMAT, SARI (JUICE) ,2 3, ,4 90 0, TOMAT MASAK ,3 4, , , TOMAT MUDA ,7 2, ,5 48 0, CABE HIJAU BESAR ,7 0,3 5, ,4 39 0, CABE MERAH BESAR, KERING ,9 6,2 61, ,3 86 0, CABE MERAH BESAR, SEGAR ,3 7, ,5 71 0, CABE RAWIT, SEGAR ,7 2,4 19, , , SOP KOOL ,5 0,1 2 14,2 14 0,5 21 0,3 17,6 400 SOP KOOL DAN WORTEL ,6 0,1 3,1 12,6 15,3 0, ,3 14,6 401 SINGKAH (ROTAN MUDA) ,1 4,5 5, ,9 3, SUSUPAN ,3 5,2 6, ,9 0, UBI JALAR, SAYUR ,8 0,3 22,5 6,5 0 0,2 87 0,2 5,5 404 WORTEL ,2 0,3 9, , , WORTEL, KUKUS ,6 8, , WORTEL, REBUS ,7 0,5 6, ,

160 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 407 ALPOKAT ,9 6,5 7, ,9 28 0, APEL ,3 0,4 14, , ARBEI ,8 0,5 8, , ASAM, MASAK DIPOHON ,8 0,6 62, ,6 4 0, BELIMBING ,4 0,4 8, , BENGKUANG ,4 0,2 12, , BUAH ATUNG ,8 0,2 5, ,6 0 0, BUAH MENTEGA (BISBUL) ,7 0,2 9, , BUAH NONA ,7 0,6 25, ,8 0 0, JAMBU AIR ,6 0 11,8 7,5 9 1, JAMBU BIJI ,9 0,3 12, , JAMBU BOL ,6 0,3 14, , JAMBU MONYET, BUAH ,7 0,6 15, , JERUK BALI ,6 0,2 12, , JERUK GARUT ,8 0,3 10, ,4 65 0, JERUK MANIS ,9 0,2 11, ,4 29 0, JERUK MANIS, AIR (SARI) ,8 0, ,2 29 0, JERUK NIPIS ,8 0,1 12, , DUKU ,2 16, ,9 0 0, DURIAN , ,4 44 1,3 26 0, EMBACANG ,4 0,2 25, ERBIS ,6 0 18, , GANDARIA ,7 0,1 18 8,5 20 1, KEDONDONG, MASAK ,1 10, ,8 36 0, KEMANG ,2 11, , KESEMEK ,8 0,4 20 6,6 26 0, , KOKOSAN ,6 0, ,2 38 1, LANGSAT ,9 0,2 14, ,1 3 0, MANGGA GEDONG ,7 0,2 11, , , MANGGA GOLEK ,5 0,2 16, , , MANGGA HARUM MANIS ,4 0,2 11, , ,1 6

161 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 438 MANGGA INDRAMAYU ,8 0,2 18, , , MANGGA KOPEK ,4 0,2 14, , MANGGA MUDA ,5 0,4 15, , MANGGIS ,6 0,6 15, , MENTENG ,7 0,2 16, , NANGKA, MASAK DI POHON ,2 0,3 27, ,9 51 0, NANAS ,4 0,2 13, ,3 20 0, PALA, DAGING ,3 0,2 10, , PEPAYA ,5 0 12, , PISANG AMBON ,2 0,2 25, ,5 21 0, PISANG ANGLE ,3 0,2 17, ,6 11 0, PISANG LAMPUNG ,3 0,2 25, , PISANG MAS ,4 0,2 33, ,8 12 0, PISANG RAJA ULI ,2 38, ,9 11 0, PISANG OLI ,1 0,5 35, ,9 0 0, PISANG SIAM ,3 12,6 58,1 20,4 44,2 1, ,4 454 PISANG SIAM, GORENG ,1 26,1 99 2, ,8 455 RAMBUTAN ,9 0,1 18, , RAMBUTAN, ACEH ,7 2,4 2, ,7 457 RAMBUTAN, SINYONYA ,9 0, ,9 458 SALAK ,4 0 20, , SAWO ,5 1,1 22, SEMANGKA ,5 0,2 6, ,2 91 0, SIRSAK ,3 16, ,6 1 0, SRIKAYA ,7 0,6 35, ,8 0 0, CEMPEDA ,4 28, , PISANG RAJA ,2 0,2 31, , , PISANG RAJA SERE (SUSU) ,2 0,2 31, , ES CREAM ,5 20, , KEJU ,8 20,3 13, , KEPALA SUSU (CREAM) , ,

162 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 469 MENTEGA ,5 81,6 1, , SUSU KAMBING ,3 2,3 6, ,7 43 0, SUSU KENTAL MANIS , , , SUSU KENTAL TAK MANIS ,9 9, , , SUSU SAPI ,2 3,5 4, , SUSU IBU (ASI) ,1 3,5 7,7 35,3 12, ,2 2,7 475 SUSU SKIM (TAK BERLEMAK) ,5 0,1 5, , TEPUNG SUSU , , , , TEPUNG SUSU ASAM, UNTUK BAYI , TEPUNG SUSU SKIM , ,6 0 0, YOGHURT ,3 2, , SUSU KERBAU ,3 12 7, , LEMAK BABI LEMAK KERBAU , MARGARINE ,6 81 0, MINYAK HATI HIU (EULAMIA) MINYAK IKAN MINYAK KACANG TANAH MINYAK KELAPA MINYAK KELAPA SAWIT MINYAK WIJEN AGAR-AGAR , BIR (4 % ALKOHOL) ,6 0 4, BONGGOL PISANG ,6 0 11, , BONGGOL PISANG, KERING ,4 0 66, BULUNG JAJAN ,9 0,2 47, BULUNG SANGU ,7 0, DAUN CINCAU ,3 0 0, JAHE ,5 1 10, , DODOL ,7 81, , GELATINE ,

163 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 500 GULA AREN GULA KELAPA , GULA MERAH TEBU, BELUM DIMURN ,4 0,5 90, , GULA PASIR , JAM SELAI ,5 0,6 64, KECAP ,7 1, , KOPI, BAGIAN YANG LARUT ,4 1, , KRUPUK IKAN, BERPATI ,4 65, , KRUPUK UDANG, BERPATI ,2 0,6 68, , KUNYIT ,7 9, , LEMON SQUASIH LEMONADE MADU ,3 0 79, MELASE , , MERICA ,5 6,8 64, ,8 0 0, RAGI , SAOS TOMAT ,4 24, ,8 0 0, SERBUK COKLAT ,8 48, ,6 0 0, SETRUP, SIRUP TEH ,5 0,7 67, , TEPUNG IKAN ,1 6,5 22, , TEMPUYAK ,1 2,2 25, ,5 1, CENGKEH KERING ,2 8,9 57, , COKLAT MANIS, BATANG ,8 62, , COKLAT PAHIT, BATANG ,5 52,9 29, ,4 9 0, COKLAT SUSU, BATANG , , CUKA ,1 0, , TERASI MERAH ,5 3, , BURAS ,3 1,9 23, , BACANG ,3 2,7 16, , BIKAN AMBON ,3 52, ,

164 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 531 BIHUN GORENG ,5 25, , BAKWAN ,2 18,8 21,8 0 0,1 7, BAKSO ,1 2,5 9, , ,8 534 BUBUR ,2 0 0, BRONDONG ,7 95, ,47 0 7, BISKUIT MURAH ,7 0 0, BISKUIT MAHAL ,4 2 1, BUNTIL ,4 6,3 7, , COMBRO ,6 6,6 35,8 0 6,4 2, DODONKOL ,2 2,3 39, , DEBLO ,5 1, ES CREAM (COCONUT MILK) ,7 32,7 0 6,7 0, ES MAMBO , , ES SIRUP ,3 0 0,6 0, GETUK LINDRI , , GORENG ONCOM ,3 19,3 40, , GADO-GADO ,5 5,8 16, , ,1 548 GUDEG ,9 1,6 8,8 0 7,9 0, GEMBLONG ,2 6,5 52,8 0 0,1 0, JENANG ,3 9,5 65,8 0 0,1 0, JAGUNG REBUS ,3 1,8 35,2 0 4,8 1,13 6 1, JAGUNG SAYUR (TUMIS) ,7 10,4 20,1 0 8,7 0,36 9 1, KUE SEMPRONG ,1 1, KACANG SUKRO PUTIH ,2 25,6 59, , KACANG TELUR ,8 124,8 0 0,1 0, KUE SATU ,7 2,7 79,3 0 0,1 8, KUE TAMBANG , , , KACANG KAPRI GORENG ,5 0 0,1 2, KUE PIA ,6 1,4 66,4 0 0, KAROKET ,8 11,2 2, , KUE TALAM ,1 7,

165 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 562 KUE MANGKOK , , KETUPAT TAHU ,6 18,6 0 0,1 0, KAREDOK ,5 5,9 19,7 0 0, ,1 565 KELEPON ,2 5,4 40, , KUE BUGIS ,5 1, KUE APEM ,3 1,6 39, , KETAPANG ,7 0 0, KERUPUK SAYONG ,3 17,3 81, ,87 0 0, KERUPUK UDANG ,2 12 0, KUE PACAR CINA ,3 5 8,7 0 49,7 0, KACANG TANAH REBUS , KUE KOYA ,2 4,3 7, KEREMES ,6 25,5 64, KRIPIK TEMPE GORENG ,3 42,4 11, ,2 0 0, LEMPER ,8 3,6 43, , LOPIS ,8 2, , LAKSA ,7 3,9 29, , LEUPEUT KETAN ,8 0,5 51,2 0 20,5 1,62 0 2,4 0,2 580 MARTABAK TELUR ,9 5,1 29,5 0 0,1 1, MARTABAK ,7 5,5 49, , MISRO , ,2 0 0,1 0, MIE GORENG ,6 20,4 62,4 0 22,4 1,76 0 0, NOGA KACANG TANAH , , NASI UDUK , , , NASI GORENG ,2 3,2 30,2 0 2,8 0,66 0 0, ONGOL-ONGOL , , ONDE-ONDE ,3 8,9 44,3 0 0,1 4, OPAK SINGKONG , ONCOM HITAM GORENG ,4 13, ,6 66,84 0 1, ONCOM HITAM GORENG BERTEPUNG ,3 0 0, ONCOM MERAH GORENG , , ,

166 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 593 ONCOM MERAH GORENG, BERTEPUN ,3 18, ,13 0 0, ONCOM MERAH SAYUR (TUMIS) ,6 0 0, PILUS , , PUTU MAYANG ,4 43, , PASTEL ,7 1, , PAPAIS , , PUTU ,1 1, PISANG GORENG ,3 6,3 38, , PERMEN RARAWAN ,2 8,5 47,5 0 1,1 0, ROTI GAMBANG ,5 2 75,5 0 23,5 2, RISOLES ,2 3,5 70,5 0 6,8 1, SEMUR JENGKOL , ,5 0 0,1 1, SATE KULIT ,5 0,5 11,5 0 0,1 0, SIOMAI ,4 2,2 14,4 0 2,1 1, SINGKONG GORENG ,5 0,6 0 0, SATE USUS ,3 1, ,33 0 0, SAGU AMBON ,6 0,3 83, , ,1 611 SOTO TANPA DAGING ,4 8,6 9,6 0 12,6 1,1 0 0,1 0,6 612 SOTO DENGAN DANGING ,6 9,4 8,2 0 10, ,1 0,5 613 TOGE GORENG ,6 1,1 0,1 0 8,5 0, TAHU GORENG ,6 11,2 1,2 0 84,8 0,52 0 0, TEMPE GORENG ,4 23,2 12, ,6 10,48 0 1, TEMPE SAYUR ,7 49, ,07 0 0,1 1,3 617 UBI JALAR GORENG ,7 1,3 55, ,93 0 1,1 8,7 618 UBI JALAR REBUS ,4 9,5 25,5 0 27,7 0,62 0 0,6 0,9 619 UBI JALAR SAYUR ,3 0,3 22,5 0 8,5 0,2 0 0,2 5,5 620 KACANG KEDELAI, KUKUS ,1 2,1 10, ,3 0 0, KACANG TANAH, REMPEYEK ,5 32,5 44, ,6 0 0, KACANG TUNGGAK (TOLO) ,9 1,4 61, ,5 0 0, KACANG TUNGGAK, REBUS ,7 1,1 22, ,1 0

167 Kode DKBM Jenis Pangan BDD (%) Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Kandung Zat Gizi (per 100 gr Bahan Pangan) Kharbo (gr) Kalsium Phosfor Besi Vit. A (RE) Vit. B Vit. C 624 BAWANG MERAH ,5 0,3 0, ,

168 kalori Tabel 8 KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN & LEMAK BERDASARKAN JENIS BAHAN MAKANAN UNTUK KONSUMSI PENDUDUK PROPINSI D.I.YOGYAKARTA TH.2013, 2014 dan 2015 S ( Per Kapita Per Hari) NO JENIS BAHAN KALORI PROTEIN LEMAK MAKANAN KALORI KALORI KALORI GRAM GRAM GRAM GRAM GRAM GRAM Padi-padian ,58 48,43 45,08 11,09 10,09 8,14 2 Makanan berpati ,33 1,33 1,01 0,62 0,71 0,63 3 G u l a ,26 0,20 0,35 0,87 0,68 1,15 4 Buah / Biji berminyak ,44 21,94 23,74 29,98 31,23 35,07 5 Buah-buahan ,91 0,73 0,77 0,61 0,53 0,58 6 Sayur-sayuran ,55 8,40 7,69 0,54 0,52 0,52 7 Daging ,14 19,34 20,41 11,99 26,94 26,40 8 T e l u r ,64 2,54 4,07 2,39 2,40 3,71 9 S u s u ,25 0,40 0,41 0,27 0,44 0,45 10 I k a n ,01 8,16 8,51 0,57 0,66 0,71 11 Minyak / Lemak ,18 0,22 0,22 33,15 37,22 46,92 12 L e m a k ,01 0,01 0,01 0,33 0,35 0,65 NABATI : ,25 81,26 78,86 76,86 80,97 93,02 HEWANI : ,05 30,45 33,41 15,56 30,78 31,91 JUMLAH : ,30 111,71 112,27 92,41 111,75 124, KETERSEDIAAN ENERGI SEMENTARA ( Kalori Per Kapita Per Hari)

169 gram Jenis Pangan Gambar 1. Ketersediaan Energi Tahun Sementara KETERSEDIAAN PROTEIN SEMENTARA (Gram Per Kapita Per Hari) 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0, Jenis Pangan Gambar 2. Ketersediaan Protein Tahun Sementara

170 gram KETERSEDIAAN LEMAK SEMENTARA ( Gram Per Kapita Per Hari) 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0, Jenis Pangan Gambar 3. Ketersediaan Lemak Tahun

171

172 Kalori Kalori TABEL 9. KETERSEDIAAN ENERGI BERDASARKAN JENIS BAHAN MAKANAN SESUAI PPH UNTUK KONSUMSI PENDUDUK PROPINSI DIY TH DAN TH s ( Per Kapita/hari ) NO JENIS BAHAN S kalori kalori % kal thd ideal SCORE SCORE MAKANAN Kkalori % * Score Riil Score PPH Kkalori % * Score Riil Score PPH (7-3) ideal (8-5) MAX *** bobot scor max score 07 score 08 gram bahan hasil widya karya TH.2000 TH Padi-padian ,0 40,5 25,0 ** ,6 37,8 25,00 ** ,0 25,0 0,5 25,0 #REF! 40,5 Padi-padian #REF! Padi-padian #REF! 40,5 25,0 25, Umbi-umbian ,5 7,2 2,5 ** ,2 5,1 2,50 ** ,0 2,5 0,5 2,5 #REF! 7,2 Umbi-umbian #REF! Umbi-umbian #REF! 7,2 2,5 2, Pangan Hewani ,7 33,5 24,0 ** ,6 35,2 24,00 ** ,0 24,0 2,0 24,0 #REF! 33,5 Pangan Hewani #REF! Pangan Hewani #REF! 33,5 14,4 24, Minyak dan Lemak ,2 7,1 5,0 ** ,0 9,0 5,00 ** ,0 5,0 0,5 5,0 #REF! 7,1 Minyak dan Lemak #REF! Minyak dan Lemak #REF! 7,1 3,5 5, Biji berminyak 92 3,8 1,9 1,0 ** 102 4,2 2,1 1,00 ** ,0 1,0 0,5 1,0 #REF! 1,9 Buah/biji berminyak #REF! Buah/biji berminyak #REF! 1,9 1,0 1,0 #REF! #REF! 66 6 Kacang-kacangan ,2 24,4 10,0 ** ,5 26,9 10,00 ** ,0 10,0 2,0 10,0 #REF! 24,4 Kacang-kacangan #REF! Kacang-kacangan #REF! 24,4 6,0 10,0 #REF! #REF! G u l a 152 6,3 3,2 2,5 ** 211 8,8 4,4 2,50 ** ,0 2,5 0,5 2,5 #REF! 3,2 G u l a #REF! G u l a #REF! 3,2 2,5 2, Sayuran dan Buah 129 5,4 26,9 26, ,4 26,8 26, ,1 30,0 5,0 30,0 #REF! 26,9 Sayuran dan Buah #REF! Sayuran dan Buah #REF! 26,9 30,0 30, Bumbu-bumbuan 0 0,0 0,0 0,0 0 0,0 0,0 0, ,0 0,0 0,0 0,0 #REF! 0,0 Bumbu-bumbuan #REF! 0 75 Bumbu-bumbuan #REF! 0,0 0,0 0, JUMLAH , ,2 96, ,1 100,0 100,0 #REF! #REF! 2200 catatan : ** = score maximum angka ketetapan nasional ** = score maximum angka ketetapan nasional * = persen thd AKG (per 2400 Kkal) Grafik Perbandingan Energi Tahun 2015 dan Ideal Kelompok Energi % AKE Bobot Skor riil Skor PPH Skor Maks No. Bahan Pangan (Kalori) 1. Padi-padia ,2 0,5 48,6 25,0 25,0 2. Umbi-umbi ,4 0,5 6,2 2,5 2,5 3. Pangan He 129 5,9 2,0 11,7 11,7 24, S ideal 4. Minyak dan ,7 0,5 9,4 5,0 5,0 5. Buah/biji be 65 3,0 0,5 1,5 1,0 1,0 6. Kacang-ka 127 5,8 2,0 11,5 10,0 10,0 7. Gula 171 7,8 0,5 3,9 2,5 2,5 8. Sayuran da 138 6,3 5,0 31,4 30,0 30,0 9. Lain-lain Jumlah 3.453,0 157,0 124,2 87,7 100,0 Komoditi Gambar 4. Perbandingan Ketersediaan Energi Tahun 2015 dengan Ideal Grafik Perbandingan Energi Tahun 2014, 2015 dan Ideal S ideal 0 Komoditi Gambar 5. Perbandingan Ketersediaan Energi Tahun 2014 dan 2015 dengan Ideal

173 Skor Lampiran 1 SKOR SUSENAS TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN PPH Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor No. Kelompok Pangan Kalori % % AKG Bobot Aktual AKG PPH Makmimum No. Kelompok Pangan Kalori % % AKG Bobot Aktual AKG PPH Makmimum Skor PPH Skor Maksimum Skor PPH Skor Maksimum a b c d e f g h i j a c d e f g h i j 1 Padi - padian ,5 59,9 0,5 30,9 29,9 25,0 25,0 1 Padi - padian ,1 58,3 0,5 30,1 29,1 29,1 25,0 2 Umbi - umbian 36 1,9 1,8 0,5 0,9 0,9 0,9 2,5 2 Umbi - umbian 34 1,7 1,7 0,5 0,9 0,8 0,8 2,5 3 Pangan hewani ,8 10,5 2,0 21,6 21,0 21,0 24,0 3 Pangan hewani ,4 11,1 2,0 22,8 22,1 22,1 24,0 4 Minyak dan Lemak 163 8,4 8,2 0,5 4,2 4,1 4,1 5,0 4 Minyak dan Lema 189 9,7 9,4 0,5 4,9 4,7 4,7 5,0 5 Buah/ biji berminyak 42 2,1 2,1 0,5 1,1 1,0 1,0 1,0 5 Buah/ biji berminy 42 2,2 2,1 0,5 1,1 1,1 1,1 1,0 6 Kacang - kacangan 76 3,9 3,8 2,0 7,8 7,6 7,6 10,0 6 Kacang - kacanga 59 3,1 3,0 2,0 6,1 5,9 5,9 10,0 7 Gula 94 4,8 4,7 0,5 2,4 2,4 2,4 2,5 7 Gula 106 5,4 4,7 0,5 2,7 2,6 2,6 2,5 8 Sayur dan buah 93 4,8 4,7 5,0 24,0 23,3 23,3 30,0 8 Sayur dan buah 86 4,4 4,7 5,0 22,2 21,6 21,6 30,0 9 Lain - lain 35 1,8 1, ,0-9 Lain - lain 37 1,9 1, ,0 - Jumlah ,0 97,3 Keterangan : c : Angka konsumsi energi kelompok pangan (kkal/kap/hr) d : % konsumsi energi kelompok pangan terhadap total konsumsi energi e : % konsumsi energi kelompok pangan terhadap AKG (2.000 kkal/kap/hr) g : % konsumsi energi kelompok pangan terhadap total konsumsi energi dikalikan bobot h : % konsumsi energi kelompok pangan terhadap AKG dikalikan bobot i : Skor PPH, bila skornya lebih tinggi atau = skor maksimum digunakan skor maksimum tersebut 92,9 90,2 85,3 100,0 Jumlah ,0 96,6 90,8 88,0 83,7 100,0 Pola Konsumsi Energi 2015 (Konsumsi 2015) 2% 3% 5% 4% 2% 10% Perbandingan Skor Konsumsi 2014 dengan Skor Ideal % 60% 35,0 30,0 56, % 25,0 20,0 Padi - padian Umbi - umbian Pangan hewani Minyak dan Lemak Buah/ biji berminyak Kacang - kacangan Gula Sayur dan buah Lain - lain 15,0 Skor PPH Skor Maksimum 10,0 5,0 - Padi - padian Umbi - umbian Pangan hewani Minyak dan Lemak Buah/ biji berminyak Kacang - kacangan Gula Sayur dan buah Lain - lain Jenis Pangan Gambar 6. Perbandingan Skor Konsumsi 2014 dengan Skor Ideal

174 Pola Konsumsi Energi 2014 (Konsumsi 2014) POLA KONSUMSI BERDASARKAN PPH 3% 2% 4% 5% 5% 2% 5% 5% 6% 3% 8% 10% 50% 11% 61% 12% 6% 2% Padi - padian Umbi - umbian Pangan hewani Minyak dan Lemak Buah/ biji berminyak Kacang - kacangan Gula Sayur dan buah Lain - lain Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-lain Gambar 7. Pola Konsumsi Energi 2013 Gambar 8. Pola Konsumsi Berdasarkan PPH

175 Kal/kap/hr TABEL 10. KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KETERSEDIAAN ENERGI PROVINSI DIY TAHUN No. Kelompok Pangan Ketersediaan Energi Tingkat Ketersediaan Energi (Kal/kap/hr) (% AKE) S S 1 Padi - padian ,1 113,1 84,7 91,8 97,7 96,0 91,0 87,8 81,0 75,6 2 Umbi - umbian ,8 11,2 22,8 19,0 33,5 26,3 23,1 14,5 14,5 10,2 3 Pangan Hewani ,3 7,3 4,6 4,8 5,7 8,9 5,8 9,3 16,7 17,6 4 Minyak dan Lemak ,0 11,0 15,2 15,5 7,4 9,2 13,8 12,6 14,2 18,0 5 Buah/ biji berminyak ,7 3,8 3,5 5,4 3,9 3,5 3,0 3,2 3,8 4,2 6 Kacang - kacangan ,8 8,3 12,9 9,9 9,3 13,3 11,8 12,4 12,2 13,5 7 Gula ,1 5,5 8,9 7,5 4,3 4,9 6,2 7,5 6,3 8,8 8 Sayur dan Buah ,1 6,4 9,1 8,7 8,1 5,6 6,9 6,8 5,4 5,4 9 Lain - lain ,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Total ,5 154,1 154,2 153,2 AKE : kal/kap/hari KETERSEDIAAN ENERGI DIY TAHUN S - Padi - padian Umbi - umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/ biji berminyak Kacang - kacangan Gula Sayur dan Buah Lain - lain Kelompok Pangan Gambar 9. Ketersediaan Energi DIY Tahun

176 Prosen AKE TINGKAT KETERSEDIAAN ENERGI DIY TAHUN ,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40, S 20,0 0,0 Padi - padian Umbi - umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/ biji berminyak Kelompok Pangan Kacang - kacangan Gula Sayur dan Buah Lain - lain Gambar 10. Tingkat Ketersediaan Energi Tahun

177 Prosen TABEL 12. KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KETERSEDIAAN ENERGI PROVINSI DIY ( ) BERDASARKAN KELOMPOK PANGAN (PUBLIKASI NBM) No. Kelompok Pangan Ketersediaan Energi (Kal/kap/hr) Proporsi Ketersediaan Energi (% ) Proporsi Ideal Padi - padian ,63 67,90 52,39 56,51 57,52 57,22 56,31 56,99 52,56 49, Umbi - umbian ,92 6,71 14,08 11,67 19,70 15,67 14,31 9,39 9,39 6, Pangan Hewani ,93 4,37 2,84 2,94 3,35 5,31 3,59 6,00 10,87 11, Minyak dan Lemak ,15 6,60 9,42 9,54 4,34 5,48 8,56 8,19 9,24 11, Buah/ biji berminyak ,42 2,29 2,16 3,33 2,30 2,11 1,84 2,09 2,49 2, Kacang - kacangan ,19 4,97 7,98 6,07 5,46 7,94 7,32 8,05 7,91 8, Gula ,80 3,30 5,51 4,59 2,54 2,90 3,82 4,84 4,11 5, Sayur dan Buah ,95 3,85 5,62 5,35 4,79 3,36 4,25 4,44 3,49 3, Lain - lain ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Total % 3000 PROPORSI KETERSEDIAAN ENERGI TAHUN TERHADAP PROPORSI IDEAL Padi - padian Umbi - umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/ biji berminyak Kacang - kacangan Gula Sayur dan Buah Lain - lain Kelompok Pangan Gambar 11. Perbandingan Proporsi Ketersediaan Energi Tahun dengan Ideal

178 Skor PPH TABEL 11. SKOR PPH BERDASARKAN KETERSEDIAAN DI PROVINSI DIY TAHUN No. Kelompok Pangan Ketersediaan Energi (Kal/kap/hr) Skor PPH Skor Ideal Padi - padian ,00 25,00 25,00 25, Umbi - umbian ,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 3 2,50 2,50 2,50 2,5 3 Pangan Hewani ,6 14,5 9,1 9,5 11,4 17, ,50 24,00 24, Minyak dan Lemak , ,7 4,6 5 5,00 5,00 5, Buah/ biji berminyak , ,00 1,00 1, Kacang - kacangan ,00 10,00 10, Gula ,6 2,5 2,5 2,5 2,2 2,4 3 2,50 2,50 2,50 2,5 8 Sayur dan Buah , , ,00 26,90 26, Lain - lain ,00 0,00 0,00 0 Total ,3 90,5 85,1 85,5 85,8 91,3 83,9 94,5 96,9 96,8 100 PERBANDINGAN SKOR PPH TAHUN DENGAN SKOR PPH IDEAL Skor Ideal 0 Padi - padian Umbi - umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/ biji berminyak Kacang - kacangan Gula Sayur dan Buah Lain - lain Kelompok Pangan Gambar 12. Perbandingan Skor PPH di DIY Tahun dengan Skor Ideal

NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN

NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Neraca Bahan Makanan (NBM) merupakan salah satu alat informasi untuk memahami situasi penyediaan pangan di suatu daerah. Gambaran situasi pangan

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN Pengantar Survei Konsumsi Pangan Tujuan Survei Konsumsi Pangan Metode berdasarkan Jenis Data yang diperoleh Metode berdasarkan Sasaran Pengamatan Neraca Bahan Makanan Pola

Lebih terperinci

Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate. Neraca Bahan Makanan (NBM) & PPH Ketersediaan Kota Ternate Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate. Neraca Bahan Makanan (NBM) & PPH Ketersediaan Kota Ternate Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate Neraca Bahan Makanan (NBM) & PPH Ketersediaan Kota Ternate Tahun 2017 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya Laporan Neraca

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan,

BAB I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan menghendaki terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup, tersedia setiap saat

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN KATA PENGANTAR Sebagai upaya untuk menyediakan data dan informasi tentang ketersediaan dan konsumsi pangan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain prospective study berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Provinsi Riau tahun 2008-2010. Pemilihan

Lebih terperinci

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan Nasional % AKG

Lebih terperinci

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan yang paling hakiki dan mendasar bagi sumberdaya manusia suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan dengan penentuan lokasi secara purposive. Penelitian ini berlansung selama 2 bulan, dimulai

Lebih terperinci

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO AGRISE Volume XV No. 1 Bulan Januari 2015 ISSN: 1412-1425 ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO (ANALYSIS OF FOOD BALANCE SHEET (FBS) AND DESIRABLE DIETARY

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumahtangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam menyusun pola konsumsi

Lebih terperinci

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder) 31 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah restrospektif. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara)

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara) ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara) Tri Bastuti Purwantini, Handewi P.S. Rachman dan Yuni Marisa Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah retrospektif. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan yaitu (1) Kabupaten Lampung Barat akan melakukan

Lebih terperinci

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) P R O S I D I N G 58 Fahriyah 1*, Rosihan Asmara 1 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya *E-mail ria_bgl@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Menurut Balitbang (2008), Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan atas pangan yang cukup, bergizi dan aman menjadi

Lebih terperinci

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Dr. Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI RINGKASAN Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1)

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1) Analisis Kebutuhan Pangan Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU 1) Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1) Saff Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data 20 METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan data Susenas Modul Konsumsi tahun 2005 yang dikumpulkan dengan desain cross sectional. Data Susenas Modul Konsumsi terdiri

Lebih terperinci

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Wilayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Wilayah HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Kondisi Geografis Letak geografis dan luas wilayah. Kabupaten Sinjai merupakan salah satu dari 23 Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi Sulawesi selatan yang berjarak

Lebih terperinci

Bab 4 P E T E R N A K A N

Bab 4 P E T E R N A K A N Bab 4 P E T E R N A K A N Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama

Lebih terperinci

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju

Lebih terperinci

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013 Katalog BPS: 3201023 ht tp :/ /w w w.b p s. go.i d Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS: 3201023 ht tp :/ /w w w.b p s. go.i d Pola Pengeluaran dan Konsumsi

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN DAN POLA PANGAN HARAPAN PROV.

LAPORAN ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN DAN POLA PANGAN HARAPAN PROV. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya menjamin ketersediaan pangan bagi seluruh penduduk dalam jumlah mutu,

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71 No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada April 2015, NTP Daerah

Lebih terperinci

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI A. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Pangan Nomor: 18 Tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JUNI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan. Indikator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN PENDAHULUAN

KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN PENDAHULUAN P R O S I D I N G 69 KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN Condro Puspo Nugroho 1*, Fahriyah 1, Rosihan Asmara 2 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. No.397, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. SEPTEMBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN MELALUI KONSEP RUMAH PANGAN LESTARI BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU JULI 2015 SEBESAR 94,74 ATAU TURUN 1,56 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU JULI 2015 SEBESAR 94,74 ATAU TURUN 1,56 PERSEN No. 38/08/14/Th.XVI, 3 Agustus 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU JULI 2015 SEBESAR 94,74 ATAU TURUN 1,56 PERSEN Pada bulan Juli 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 94,74

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. OKTOBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/05/Th. XIV, 2 Mei 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,78 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 84,25 persen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JULI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin Bulanan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017 No. 33/06/36/ Th.XI, 2 Juni 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) MEI 2017 SEBESAR 98,86 ATAU NAIK 0,17

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Pola Konsumsi Non Beras Sektor pertanian tidak akan pernah lepas dari fungsinya sebagai sumber

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 SEBESAR 101,41

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 SEBESAR 101,41 No. 32/06/34/Th.XIX, 2 Juni 2017 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 SEBESAR 101,41 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Mei 2017, NTP Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Nilai Tukar Petani Daerah Istimewa Yogyakarta September No. 55/10/34/Th.XIX, 2 Oktober BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA Nilai Tukar Petani & Harga Produsen Gabah Daerah

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05 No. 19/04/34/TH.XVI, 1 April 2014 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Maret 2014, NTP Daerah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2017 No.02/01/36/Th.XI, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) DESEMBER 2016 SEBESAR 100,49 ATAU

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82 No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Oktober 2015, NTP

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak bagi sistem perekonomian nasional. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi nyata terhadap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015 No.02/01/36/ Th.X, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) DESEMBER 2015 SEBESAR 107,45 ATAU

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU MARET 2015 SEBESAR 97,55 ATAU NAIK 0,95 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU MARET 2015 SEBESAR 97,55 ATAU NAIK 0,95 PERSEN No. 20/04/14/Th.XVI, 1 April 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU MARET 2015 SEBESAR 97,55 ATAU NAIK 0,95 PERSEN Pada bulan Maret 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 97,55

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2017 No. 37/07/36/ Th.XI, 3 Juli 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) JUNI 2017 SEBESAR 100,19 ATAU NAIK

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XIV, 1 April 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,45 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 83,67 persen,

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU JUNI 2015 SEBESAR 96,24 ATAU NAIK 1,05 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU JUNI 2015 SEBESAR 96,24 ATAU NAIK 1,05 PERSEN No. 34/07/14/Th.XVI, 1 Juli 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU JUNI 2015 SEBESAR 96,24 ATAU NAIK 1,05 PERSEN Pada bulan Juni 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 96,24 atau

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10 No. 35/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Juni 2014, NTP Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130 RENSTRA 2016-2021 BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 VI - 130 BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JANUARI 2011 NAIK 0,20 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JANUARI 2011 NAIK 0,20 PERSEN NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JANUARI 2011 NAIK 0,20 PERSEN No. 06/02/14/Th.XII, 1 Februari 2011 Pada bulan Januari 2011, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 105,96 atau naik

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR No. 36/07/34/Th.XIX, 3 Juli 2017 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR 102.59 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Juni 2017, NTP Daerah Istimewa

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48 No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Maret 2015, NTP Daerah

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36 No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Juni 2015, NTP Daerah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA. Oleh :

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA. Oleh : LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Nizwar Syafa at Prajogo Utomo Hadi Dewa K. Sadra Erna Maria Lokollo Adreng Purwoto Jefferson Situmorang Frans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01 No. 71/12/34/Th.XVII, 1 Desember 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada November 2015,

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah Nilai Tukar Petani (NTP) September 2017 Sebesar 100,69 Atau Naik 0,85 Persen. Upah Nominal Harian Buruh Tani Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013 Kementerian PPN/ Bappenas ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013 DIREKTORAT PANGAN DAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012 No. 68/11/35/Th.X, 1 November 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Oktober 2012 Naik 0,33 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017 No.19/04/36/ Th.XI, 3 April 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) MARET 2017 SEBESAR 98,19 ATAU NAIK

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130 RENSTRA 2016-2021 BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 VI - 130 BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

Lebih terperinci