HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Wilayah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Wilayah"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Kondisi Geografis Letak geografis dan luas wilayah. Kabupaten Sinjai merupakan salah satu dari 23 Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi Sulawesi selatan yang berjarak 223 km dari ibu kota Makassar (ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan). Kabupaten Sinjai memiliki luas 81,996 Km2 atau 1.81 % dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Secara devenitif Kabupaten Sinjai terdiri dari 9 kecamatan dan 8 desa/kelurahan. Secara geografis Kabupaten Sinjai terletak antara 5 o 2 56 sampai 5 o Lintang Selatan dan antara 119 o 56 3 sampai 12 o Bujur Timur. Kabupaten Sinjai terletak di pantai timur bagian selatan jazirah Sulawesi Selatan. Wilayah Sinjai berbatasan dengan, dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Peta Kabupaten Sinjai Secara ekonomi, daerah ini memiliki letak strategis karena memiliki dua jalur perhubungan, yaitu darat dan laut. Jalur darat menghubungkan kota kabupaten atau kota propinsi yang menjadi pusat kegiatan ekonomi. Sedang jalur laut digunakan untuk hubungan antar daerah di luar Provinsi Sulawesi Selatan. 27

2 Kondisi Geomorfologi Topografi. Keadaan topografi wilayah Kabupaten Sinjai cukup beragam, mulai dari daerah sebelah selatan merupakan daerah bergunung sampai wilayah barat wlayahnya semakin bergunung sampai terjal/jurang. Keadaan wilayah yang medannya bergunung sampai terjal/jurang terdapat di Kecamatan Sinjai Barat dan Borong. Secara umum, konfigurasi medan wilayah Kabupaten Sinjai miring kearah utara dan timur, luas wilayah setiap ketinggian seperti tertera pada Tabel 3. Tabel 3 Luas dan persentase ketinggian dari permukaan laut di Kabupaten Sinjai No Elevasi Luas Persentase (m dpl) (Ha) ( % ) ,541 5, ,983 9, ,535 55, ,368 21,18 5. > 1 6,569 8,1 Jumlah 81,996 1 Sumber: Kabupaten Sinjai dalam Angka, BPS ( 28) Berdasarkan letak ketinggian dari permukaan laut, 55,53 % wilayah Kabupaten Sinjai terletak pada ketinggian antara 1 5 m merupakan daerah landai dan bergelombang seluas ha. Letak ketinggian ini secara umum menentukan pola pengelolaan dan pemanfaatannya, sebagai lahan pertanian yaitu lahan sawah dan lahan perkebunan; ketinggian 25 m merupakan daerah rawa, tambak dan lahan pertanian seluas ha (5,54 %) digunakan untuk usaha tambak dan sawah tadah hujan; ketinggian 25 1 m merupakan daerah landai seluas Ha (9,74 %) digunakan sebagai sawah tadah hujan dan lahan kering; ketinggian 5 1 m merupakan daerah landai dan pegunungan seluas ha (21,18 %) digunakan untuk lahan pertanian baik untuk tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, hutan rakyat dan sebagian kawasan lindung, sedangkan ketinggian lebih dari 1 m, seluas Ha (8,1 %) diperuntukkan sebagai kawasan lindung. 28

3 Kondisi Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Sinjai pada tahun 29 adalah jiwa yang tersebar pada Sembilan (9) kecamatan. Jumlah penduduk yang terbesar berada di Kecamatan Sinjai Utara dengan jumlah penduduk 37,586 jiwa, disusul Kecamatan Sinjai Selatan dengan jumlah penduduk 37,485 jiwa dan Tellulimpoe dengan jumlah penduduk sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan PulauPulau Sembilan yang hanya jiwa seperti pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Sinjai menurut Jenis Kelamin Tahun 29 No Kecamatan Luas (Ha) 1 Sinja Barat 135,53 2 Sinjai Borong 66,97 3 Sinjai Selatan 131,99 4 Tellulimpoe 147,3 5 Sinjai Timur 71,88 6 Sinjai Tengah 129,7 7 Sinjai Utara 29,57 8 Bulupoddo 99,47 9 P. Sembilan 7,55 LakiLaki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa) , Kepadatan Penduduk per km Jumlah 819, Sumber: Kabupaten Sinjai dalam Angka, BPS (21) Kepadatan penduduk masingmasing wilayah sangat bervariasi. Wilayah kecamatan dengan kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Sinjai Utara, dengan tingkat kepadatan penduduknya mencapai jiwa/km 2, disusul oleh Kecamatan Pulau Sembilan dengan kepadatan penduduk mencapai 113 jiwa/km 2 serta Kecamatan Sinjai Timur dengan kepadatan mencapai 414 jiwa/km 2. Tingkat kepadatan berada jauh diatas wilayahwilayah kecamatan lain, secara ratarata 278 jiwa/km2, kecuali Kecamatan Bulupoddo dan Sinjai Barat dengan kepadatan penduduk yang paling jarang masingmasing dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 155 dan 174 jiwa/km 2 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar,95% 29

4 per tahun. Laju pertumbuhan penduduk masingmasing wilayah sangat bervariasi wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Laju pertumbuhan penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Sinjai tahun 2528 Kecamatan Penduduk Laju /Th Penduduk (%) 1 Sinjai Barat Sinjai Borong Sinjai Selatan Tellulimpoe Sinjai Timur Sinjai Tengah Sinjai Utara Bulupoddo P_Sembilan Kabupaten Sinjai Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai 21 Kecamatan Sinjai Tengah laju tertinggi dicapai 3.% per tahun kemudian disusul oleh Kecamatan Tellulimpoe dengan laju pertambahan penduduk sebesar 1,4% dan Kecamatan Sinjai Borong dan Kecamatan Sinjai Timur laju pertambahan penduduk sama 1,2% per tahun. Ratarata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sinjai pada tahun 28 adalah sebesar,95%. Kelembagaan Pangan Kabupaten Sinjai Potensi Sumber Daya Manusia BPPKP Berdasarkan Peraturan Bupati Sinjai Nomor 2 Tahun 27 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sinjai, pasal 4 dan 5 mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi, dan tugas pembantuan dibidang penyuluhan dan ketahanan pangan dan tugas lain. 3

5 Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud diatas Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan mempunyai fungsi: (a) menyusun dan melaksanakan kebijakan teknis penyuluhan dan ketahanan pangan (sub sistem ketersediaan. Distribusi dan konsumsi, (b) menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang penyuluhan dan ketahanan pangan (sub sistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi), (c) melakukan pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang penyuluhan dan ketahanan pangan, serta (d) melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati di bidang penyuluhan dan ketahanan pangan. Susunan organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sinjai terdiri dari: (a) kepala badan, (b) sekretariat; sub bagian umum dan sub bagian perencanaan dan keuangan, (c) bidang pengembangan programa penyuluhan dan dan sumberdaya penyuluh; sub bidang pengembangan programa penyuluhan dan sub bidang pengembangan sumber daya penyuluh, (c) bidang mekanisme kerja, metode dan materi penyuluhan; sub bidang mekanisme kerja, kerjasama dan kemitraan dan sub bidang metode dan materi penyuluhan, (d) bidang ketahanan pangan; sub bidang distribusi, ketersediaan dan kelembagaan pangan serta sub bidang penganekaragaman konsumsi, kewaspadaan pangan dan gizi, (e) Balai Penyuluhan, dan (f) kelompok jabatan fungsional. Susunan organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sinjai diillustrasikan dengan Bagan Struktur Organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan tertera pada Lampiran 7. Komposisi sumberdaya aparat Badan Peleksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan yaitu 142 Orang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) 15 Orang, TPTHL 3 orang dan 7 orang tenaga sukarela dengan tingkat pendidikan sebagai berikut: Magister (S2) sebanyak 6 orang, Strata satu (S1) sebanyak 64 orang, D3 sebanyak 14 orang dan SLTA/SPMA sederajat sebanyak 57 orang. Secara umum Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggungjawab organisasi seiring dengan perkembangan dunia khususnya pembangunan bidang penyuluhan dan ketahanan pangan sesuai visi terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan daerah untuk menunjang ketahanan pangan nasional yang berbasis 31

6 kemandirian lokal yang mengandung pengertian; (1) aspek ketersediaan semua masyarakat dapat mengakses/memiliki pangan sesuai kebutuhan hidup sehat, (2) aspek distribusi, ketersediaan pangan di Kabupaten Sinjai secara merata dan dapat dapat dijangkau daya beli masyarakat, dan (3) aspek distribusi terpenuhinya kebutuhan gizi masyarakat yang bersumber dari pangan. Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, BPPKP Kabupaten Sinjai menetapkan Misi pembangunan katahanan pangan yaitu: (1) meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya mengembangkan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga, daerah dan nasional, (2) meningkatkan mutu pelayanan, pengkajian, pengembangan dan pemantapan kebijakan subsistem ketersediaan pangan, distribusi dan konsumsi, serta (3) koordinasi antar lintas sektoral yang harmonis. Situasi Ketersediaan Pangan Produksi Pangan Kabupaten Sinjai Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. Perkembangan produksi serealia, umbiumbian dan kacangkacangan di Kabupaten Sinjai dari tahun mengalami peningkatannya fluktuatif dengan ratarata pertumbuhan untuk kelompok pangan serealia seperti komoditi padi sebesar (1,8%) tahun 25 produksi padi sebesar ton, kemudian tahun 26 turun menjadi 88.2 ton, kemudian tahun 27 sekitar ton, tahun 28 turun menjadi 82,232 ton. Komoditi jagung peningkatan produksi dengan ratarata pertumbuhan mencapai (5.2%), produksi tahun 25 sebesar ton, tahun 26 sebesar ton, tahun 27 sebesar 53.8 ton, dan ton tahun 28. Komoditi ubi kayu tahun 25 sebesar 12,51 ton, turun menjadi 9,735 ton tahun 26, tahun 27 naik 13.4% (1,111 ton) dan 2,547 ton tahun 28, pada Tabel 6. Tabel 6 Produksi padi dan palawija di Kabupaten Sinjai tahun 2528 Komoditi Produksi (ton) Pertumbuhan Ratarata (%) Padi Jagung Ubi kayu Ubi jalar K. tanah Sumber : BPS & Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sinjai 1, , 4,

7 Hasil produksi padi di Kabupaten Sinjai, masih rendah ini diakibatkan ada beberapa kecamatan yang lahan sawahnya tidak tertanami pada musim tertentu atau gagal panen serta berkurangnya luas areal akibat alih fungsi lahan sebesar (3.5%) dari tahun 26 (42.28 Ha) sedangkan tahun 28 menjadi 4,736 ha, namun itu belum berpengaruh secara signifikan terhadap produksi dan ketersediaan pangan. Komoditi kelompok pangan umbiumbian seperti ubi kayu dan ubi jalar, mengalami peningkatan produksi dengan ratarata pertumbuhan setiap tahunnya, ubi kayu sebesar 21,6%, tahun 25 produksi ubi kayu sebesar ton, tahun 26 turun menjadi 9735 ton, tahun 27 menjadi ton dan tahun 28 mencapai 1,88 ton. Sedangkan ubi jalar pertumbuhan ratarata setiap dalam lima tahun (2528) sebesar 4. %, sedangkan untuk kelompok pangan kacangkacangan seperti kacang tanah mencapai 47.2%. Produksi Sayuran. Produksi sayursayuran di Kabupaten Sinjai pada tahun sesuai dengan data Badan Pusat STatistik dan Dinas pertanian tanaman pangan dan hortikultura, laju pertumbuhan ratarata per tahun naik selama tahun 2728 untuk komoditi terong sebesar (6.7 %) dengan produksi tahun 25 sebesar 12,8 ton, tahun 26 mencapai 22,6 ton, tahun 27 sebesar 74,7 ton, tahun 28 sebesar 576,3 ton, kemudian buncis produksi tahun 25 sebesar ton, tahun 26 sebesar 175 ton, tahun 27 sebesar 283 ton, tahun 28 sebesar ton dengan ratarata peningkatan produksi sebesar (4.5%), dan sawi ratarata peningkatan produksi sebesar 1.%. sedangkan laju pertumbuhan produksi sayursayuran yang menurun antara lain; Kangkung sebesar (81.7%) dengan produksi 355 ton tahun 27 dan turun menjadi 65 ton tahun 28, kemudian disusul kubis ratarata penurunannya (49.6%), dengan produksi tahun 26 sebesar 239 ton, tahun 27 sebesar 65 ton, tahun 28 sebesar 35.1 ton, sedangkan kentang laju penurunannya sebesar (77,7%). Kelompok bumbu bumbu seperti cabe rawit, cabe besar, tomat dan daun bawang, ratarata penurunan produksi per tahun untuk komoditi cabe besar sebesar (68.1%) dan tomat sebesar (34.4%), daun bawang sebesar (.7%),. Produksi cabe tahun 25 mencapai 4,3 ton, tahun 26 mencapai sebesar

8 ton, tahun 27 mencapai 259,5 ton, dan tahun 28 mencapai 82,9 ton. Untuk bawang merah, bawang putih, semua didatangkan dari daerah lain (impor). Untuk komoditi kacang panjang terjadi penurunan produksi sekitar (52,25%). Produksi kacang panjang tahun 25 sebesar 182,4 ton, tahun 26 sebesar 119, ton, tahun ,1 ton, dan tahun 28 sebesar 195,4 ton. Kacang merah mengalami penurunan produksi ratarata petahun sebesar (5.5%) tahun 25 sebanyak 11,4 ton, tahun 26 sebanyak 22, ton, tahun 27 sebanyak 2,8 ton, dan tahun 28 sebanyak 15,5 ton Perkembangan produksi sayursayuran di Kabupaten Sinjai tahun 25 28, dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Produksi sayursayuran di Kabupaten Sinjai tahun Komoditi Produksi (ton) Pertumbuhan Ratarata (%) Sawi Kentang Kubis K. Panjang K. Merah Terong Buncis Cabe besar Cabe rawit Tomat D.bawang Ketimun Kankung Labu siam Bayam 199,5 482,5 225, 182,4 11,4 12,8 125,5 4,3 164, 88,6 174, 297, 39, 493, 17, 145, 119, 239, 119, 22, 22,6 175, 122, 94, 328, 413, 192, 291, 65, 181,1 2,8 74,7 283, 259,5 466,2 715,4 41, 16, 355, 357, 7, 194, 65, 35,1 87,, 19, 295,6 82,9 479,8 469, 413, 165, 65, 295, 3, Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sinjai Produksi buahbuahan. Produksi buahbuahan pada tahun sesuai data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura pertumbuhan ratarata meningkat secara positif setiap tahun antara lain; langsat 53%, pisang 29%, nangka sebesar 38%, nenas sebesar 15%, jeruk 2% dan Markisa 1%. Produksi langsat tahun 27 sebesar 1, ton, 4,235.1 ton tahun 28 dan 4,822, ton 34

9 tahun 28. Produksi pisang ton tahun 27 menjadi 5,68 ton tahun 28 kemudian disusul oleh buah lain yang mengalami peningkatan produksi (Tabel 8). Tabel 8 Produksi buahbuahan di Kabupaten Sinjai tahun Komoditi Produksi (ton) Laju/th (%) Durian Langsat Rambutan Manggis Mangga Pisang Nenas Markisa Jeruk Nangka Alpukat 936,5 153, ,87 164,34 821,45 726,49 16, ,36 663,63 179,9 13, , ,24 3.8,6 134,4 846,72 72,51 23,21 668,98 739,35 223,37 185,3 1.37, , ,43 147,78 93,98 732,49 3,11 671,92 799,23 346,66 221,54 38,5 4235,1 2.83,4 336,6 5.68, 22, 915,8 7,6 466,4 38, Sumber : BPS dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Produksi buahbuahan pada dataran tinggi ratarata penurunan produksi yang terbesar pada buah manggis sebesar (36%) dengan jumlah produksi ton tahun 25, kemudian turun menjad ton pada tahun 26. kemudian buah durian sebesar (18%) dengan hasil produksi tahun 26 sebesar 1,22.69 ton kemudian meningkat sebesar 1,37.33 ton tahun 27 dan tahun 28 turun menjadi 38.5 ton, serta buahbuahan lainnya yang mengalami pertumbuhan produksi negatif seperti; alpukat (7%), mangga (17%), rambutan (1%). disebabkan oleh berkurangnya luas lahan pertanaman produktif dan iklim yang tidak mendukung, disamping itu masih rendahnya penggunaan varietas unggul serta luas pertanaman durian masih rendah khususnya pada daerahdaerah dataran tinggi. Produksi Perkebunan. Produksi hasil perkebunan pada tahun sesuai data Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai. Ratarata produksi komoditi perkebunan yang pertumbuhannya meningkat antara lain; aren sebesar 12.7% dengan produksi tahun 25 sebesar 7 ton, tahun 27 sebesar 71 ton, dan 8 ton pada tahun 28, Wijen ratarata peningkatan produksinya setiap tahun sebesar 26.1%, dengan produksi tahun 25 sebesar 93,198 ton, 88,2 ton tahun 26, 112,467 ton tahun 27 dan 257 ton tahun 35

10 28. Untuk komoditi kopi arabika ratarata pertumbuhan produksinya sebesar 38,4%, dengan produksi 66 ton tahun 25 kemudian turun menjadi 597 ton tahun 26, meningkat menjadi 614 ton tahun 27 dan ton pada tahun 28, dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Produksi perkebunan di Kabupaten Sinjai tahun Komoditas Produksi (ton) Laju (%) Tan. Tahunan Kelapa Kopi robusta Kopi arabika Jambu mete Aren Lada Kemiri Pala Kayu manis Tan. Semusim Wijen ,5 3,4 38,4 1,7 12,7 4, 33,4 8,7 18,8 26,1 Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai Produksi bumbubumbu antara lain; kayu manis tahun 27 sebesar 1 ton, kemudian 23 ton tahun 27, dan 63 ton tahun 28. Ratarata produksi pala sebesar 8.7% dengan produksi 71 ton pada tahun 25, kemudian produksi meningkat menjadi 73 ton tahun 27, dan 9 ton tahun 28 kopi arabika sebesar 11.6%, kelapa sebesar 5,4% dan jambu mete sebesar 2.4%. sedangkan produksi komoditas perkebunan dengan laju pertumbuhan negatif setiap tahunnya seperti: kemiri sebesar (33.4%) dan kopi arabika sebesar (32.8%) dan kelapa sebesar (.5%). Perkembangan Produksi Pangan Hewani Peternakan. Perkembangan produksi pangan hewani khususnya sektor peternakan di Kabupaten Sinjai tahun yang mengalami peningkatan 36

11 ratarata produksi sebesar 11.7%. Ternak besar yang ratarata pertumbuhannya positif yaitu kerbau (15,4%) dengan produksi tahun 25 sebesar 8 ton, tahun 26 sebesar 24 ton, tahun 27 sebesar 49 ton dan tahun 28 sebesar 135 ton. Produksi kambing ratarata pertumbuhan pertahun 54.4%, tahun 25 sebesar 41 ton, tahun 26 sebesar 37 ton, tahun 27 sebesar 5 ton dan tahun 28 sebesar 119 ton, demikian juga daging ternak sapi potomg mengalami peningkatan produksi sebesar 15.7%. sedangkan kuda terjadi penurunan produksi (17.2%) dengan produksi tahun 25 sebesar 41 ton, tahun 26 sebesar 68 ton, tahun 27 sebesar 49 ton dan 18 ton tahun 28. Perkembangan produksi daging, telur dan susu tahun pada Tabel 1. Tabel 1 Produksi pangan hewani menurut jenis ternak di Kabupaten Sinjai tahun Jenis Pangan Daging Sapi potong Kerbau Kuda Kambing Ayam buras Ayam ras Itik Telur Telur ras Telur buras Telur itik Susu Susu sapi perah Produksi (ton) Laju Ratarata (%) Laju% 11.7 Sumber: BPS Kabupaten Sinjai Tahun 28 Laju pertumbuhan daging unggas tahun yang tertinggi ayam ras ratarata per tahun sebesar 43.9% dengan produksi tahun 25 sebesar 17 ton, tahun 26 sebesar 245 ton, tahun 27 sebesar 46 ton dan tahun 28 sebesar 43 ton, sedangkan laju pertumbuhan daging unggas lainnya untuk ayam buras 25.1% dan itik 24.8%. 37

12 Telur. Perkembangan produksi telur di Kabupaten Sinjai tahun yang mengalami peningkatan positif hanya telur ayam ras dengan pertumbuhan ratarata 15.3% per tahun, produksi telur ayam ras tahun 25 sebesar 296 ton, tahun 26 sebesar 245 ton, tahun 27 sebesar 364 ton dan 447 ton tahun 28. Untuk produksi telur ratarata pertumbuhannya negatif antara lain: telur ayam buras sebesar (76.1%), dan 12.4%, telur itik (81 %) dengan produksi telur itik tahun 25 sebesar ton, tahun 26 sebesar 158 ton, tahun 27 sebesar 121 ton, tahun 28 sebesar 19 ton. Susu. Perkembangan produksi susu di Kabupaten Sinjai tahun mengalami peningkatan dengan ratarata peningkatan produksi sebesar 18 % setiap tahunnya, dengan produksi tahun 25 sebesar 19 ton, tahun 26 sebesar 126 ton, atahun 27 sebesar 194 ton dan tahun 28 sebesar 194 ton. Ikan. Pemanfaatan potensi sektor perikanan dan kelautan dengan menjaga keseimbangan serta daya dukung lingkungan (carrying capacity) demi terpeliharanya kelestarian sumberdaya, dengan strategi yang dikembangkan dengan peningkatan daya saing komoditi perikanan melalui pengembangan aquabisnis yang ramah lingkungan dibidang penangkapan dan pembudidayaan ikan. Kabupaten Sinjai memiliki asset wilayah perairan laut Teluk Bone dengan garis pantai wilayah daratan sepanjang 17 km dan wilayah kepulauan memiliki garis pantai sepanjang 11 km, disamping itu potensi tambak seluas 696 ha dan 357 ha hutan bakau/rawarawa. Potensi sumberdaya perikanan Kabupaten Sinjai cukup besar tahun 25 28, pertumbuhan ratarata penangkapan ikan laut mencapai 5,99% dengan produksi tahun 25 sebesar 23.36,3 ton, tahun 26 sebesar ,2 ton, tahun 27 sebesar ,5 ton dan ton tahun 28, Sedangkan budidaya ikan laut mengalami pertumbuhan ratarata negatif sebesar (17 %), dengan produksi tahun 25 sebesar 158,3 ton, tahun 26 sebesar 154,5 ton dan tahun 28 sebesar 58 ton, untuk potensi perikanan darat pada umumnya terjadi penurunan produksi ratarata secara negatif antara lain budidaya perikanan air tawar sebesar (33%) seperti ikan 321,66 % sedangkan budidaya di tambak seperti udang 116,89 % dan ikan 63,13 %, dengan produksi ikan air tawar tahun 25 sebesar 15,7 ton, 38

13 tahun 26 sebesar 18,9 ton, tahun 27 sebesar 359,7 ton dan tahun 28 sebesar 66,2 ton. Sedangkan produksi ikan tambak, tahun 25 sebesar 24,3 ton, tahun 26 sebesar 113,3 ton, tahun 27 sebesar ton, secara jelas dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Produksi perikanan di Kabupaten Sinjai tahun Jenis Perikanan 1. Perikanan laut Penangkapan * Ikan *Udang *Jenis lainnya Budidaya *Ikan 2. Perikanan darat Budidaya tambak *Ikan *Udang *Kepiting Bd. air tawar *Ikan *Udang 3. Perairan umum *Ikan Produksi (ton) ,3 848, ,3 3,2 27,2 15, ,2 913, ,3 2,7 13,5 18, ,5 414, , 1.925, 7, 359, , 44,2 317, , 65,5 16,5 66,2 1,5 Laju ( % ) , 3, 3,2 Jumlah , , , ,8 11 Sumber : BPS dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sinja Tahun 28 sebesar 392 ton dan tahun 29 hasil tambak seperti bandeng sebesar 35 ton disusul udang sebesar 117 ton dan ikan mujair sebesar 56 ton. Sedangkan ikan air tawar seperti ikan mas sebesar 36 ton. Untuk produksi perikanan ratarata pertumbuhannya negative antara lain kepiting budidaya tambak sebesar (39,34 %) dan hasil perikanan laut seperti udang sebesar (35,56 %) per tahun dan ikan sebesar (16,22 %) per tahun. Perkembangan Impor dan Ekpor Pangan Untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk Kabupaten Sinjai sebagian besar pangan yang dikonsumsi adalah hasil produksi sendiri seperti serealia dan umbiumbian dimana ketersediaan beras di Kabupaten Sinjai surplus berdasarkan hasil analisis surplus dan defsit beras tahun setelah dikurangi dengan kebutuhan benih, pakan, tercecer (on farm off farm), konsumsi, stok/cadangan 39

14 pangan dan ekspor, laju pertumbuhan ketersediaan pangan untuk komoditi beras mencapai 47,17 %, ketersediaan (surplus) tahun 23 mencapai 23.9,96 ton, tahun 24 mencapai ,62 ton, tahun 25 mencapai ,18 ton, tahun 26 mencapai 22.81,82 ton dan tahun 27 mencapai 36.44,12 ton. Untuk komoditi jagung ratarata pertumbuhan ketersediaan/suplus mencapai 7 % per tahun, demikian juga untuk kelompok umbiumbian seperti ubi kayu dan ubi jalar peningkatan lebih dari 1 %, sedangkan jenis pangan untuk komoditas perikanan mencapai 9,6 %, maka untuk kedua jenis pangan penghasil karbohidrat dan pangan hewani yang bersumber dari perikanan bersumber dari produksi atau potensi sumber daya alam sendiri dengan kata lain tidak ada atau kurang dilakukan impor, namun kelebihan/suplus dapat diekspor baik antar daerah atau provinsi. Impor Pangan. Jenis bahan pangan impor di Kabupaten Sinjai untuk sektor peternakan berdasarkan jenis ternak yang paling banyak sejak tahun adalah kelompok unggas yaitu ayam ras dengan laju pertumbuhan sebesar 37.8%, dengan ayam ras impor tahun 25 sebesar 1. ekor, tahun 26 sebesar ekor, tahun 27 sebesar ekor dan tahun 28 sebesar ekor, kemudian ayam buras sebear 24.1% dan kambing 22,4% denganjumlah impor tahun 26 sebesar 155 ekor, tahun 27 sebesar 24 ekor, tahun 28 sebesar 5 ekor, keadaan impor pangan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Impor ternak berdasarkan jenis ternak di Kabupaten Sinjai tahun Jenis ternak 1. Sapi perah 2. Sapi potong 3. Kerbau 4. Kuda 5. Kambing 6. Ayam buras 7. Ayam ras 8. Itik Impor (ekor) Laju (%) Sumber : Sinjai dalam Angka (BPS, 29) sedangkan impor untuk komoditi peternakan yang pertumbuhannya negatif 4

15 (menurun) seperti sapi tahun 25 sebesar 8 ekor, tahun 26 sebesar 794 ekor, tahun 27 sebesar 343 ekor dan tahun 28 sebesar 397 ekor. Ekspor Pangan. Jenis pangan ekspor Kabupaten Sinjai sebagian besar adalah komoditi andalan Kabupaten Sinjai antara lain sektor pertanian tanaman pangan khususnya kelompok pangan padipadian laju pertumbuhan ekspor seperti; beras jagung, dengan volume ekspor berfluktuasi masingmasing sebesar 34.5% dan 26.9%. Kelompok pangan hewani seperti; sapi potong menurun (17.2%) dan yang meningkat kambing 11.8%, kuda 181.2% dan sapi potong 46.7% dan itik 566.8%. Sektor perkebunan yaitu kopra, kakao, lada, jambu mete, vanili, kopi, cengkeh, sektor peternakan seperti sapi potong, kambing, ayam buras, itik, kuda dan kerbau sedangkan sektor perikanan adalah ikan. Adapun volume ekspor Kabupaten Sinjai, pada Tabel 13. Tabel 13 Laju Ekspor komoditi pertanian di Kabupaten Sinjai Jenis pangan Padipadian 1. Beras 2. Jagung Ekspor (ton) Laju % Perikanan 1. Ikan 7.329, , ,9.7 Perkebunan 1. Kopra 2. Kakao 3. Lada 4. Jambu mete 5. Cengkeh Daging 1. Sapi perah 2. Sapi potong 3. Kerbau 3. Kuda 4. Kambing 5. Ayam buras 6. Ayam ras 7. Itik Sumber : BPS Kabupaten Sinjai. Ekspor (ekor) ,386 46,7 17,2 181,2 11,8 163, 566,8 41

16 Stok dan Penyaluran pangan. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 23 sebagai Lembaga Non Departemen (LPND) mengatur peran dan fungsi Perum Bulog untuk pelayanan masyarakat yang dibebankan oleh pemerintah santara lain pengamanan harga dasar pembelian gabah dan pendistribusian beras bagi keluarga miskin yang rawan pangan, dan pemupukan stok pangan nasional dalam rangka peningkatan ketahanan pangan nasional/wilayah. Berdasarkan data distribusi pangan di Kabupaten Sinjai yang dikelola oleh Perum Bulog berupa penyaluran beras untuk keluarga miskin yang rawan pangan diatur dalam Keputusan Bupati Sinjai Nomor 51 Tahun 28 Tentang Pagu alokasi beras untuk keluarga miskin sebesar 2.124,9 ton dengan harga Rp 1.6/kg dengan 52.2 RTM (13 kg/rtm). Stok awal untuk tahun 26 sebanyak kg, Tahun 27 sebesar kg, dan kg tahun 28, Beras yang masuk ke Perum Bulog tahun 26 sebesar kg, tahun 27 sebesar kg, dan kg tahun 28. Penyaluran beras untuk keluarga miskin dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Stok dan penyaluran Raskin (kg) di Kab Sinjai tahun No Uraian Stok dan penyaluran Raskin (kg) Laju (%) 1 Stok awal ,6 2 Pemasukan Jumlah I + II ,11 6,1 3 Penyaluran Raskin ,6 4 Stok akhir ,5 Sumber : Kantor Devisi Dolog Kabupaten Sinjai Stok pangan khususnya beras berfluktuasi dan sangat dipengaruhi keadaan hasil produksi yang ada ditingkat petani dan jumlah keluarga miskin penerima raskin. Penyaluran beras untuk keluarga miskin tahun 26 sebanyak 2.6 kg, tahun 27 sebanyak kg, kg tahun 28 dan kg tahun 29 terdistribusi secara merata hingga dititik distribusi. 42

17 Rasio Swasembada Pangan Ukuran kemampuan suatu wilayah untuk menyediakan pangan dan jaminan dalam penyediaan pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya aman dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dari potensi produksi dalam daerah, dengan pemanfaatan potensi sumberdaya, me rupakan salah satu konsep indikator dalam mengukur kemandirian pangan suatu wilayah untuk menyediakan pangan yang bersumber dari potensi produksi, dilihat dari rasio swasembada indikator minimal 9% atau dengan kata lain ketergantungannya terhadap impor sangat kecil. Kemampuan suatu wilayah untuk menyediakan pangan dari aspek produksi secara agregat ketersediaan pangan pada tahun 28 dengan laju pertambahan penduduk sebesar,94 % per tahun, hasil analisis ketersediaan pangan untuk pemenuhan kebutuhan gizi secara aktual bukan menjadi masalah untuk kelompok pangan penghasil sumber energi yang bersumber dari kelompok pangan padipadian dengan rasio swasembada untuk beras sebesar 166 ton dan jagung 1 ton, untuk komoditi buahbuahan diatas 1 ton, sedangkan untuk komoditi tomat sebesar 96 ton dan kentang 9 ton. Kelompok pangan hewani berdasarkan rasio swasembada bernilai negatif seperti daging sapi sebesar (117) ton, daging kambing sebesar (18) ton, sedangkan pangan hewani yang bernilai positif seperti; telur sebesar 79 ton, dikategorikan pemerintah Kabupaen Sinjai belum mampu menyediakan pangan atau wilayah tersebut belum mandiri khusuanya dalam penyediaan daging sapi, daging kambing, dan telur unggas. Sedangkan komoditi lainnya seperti; ayam buras sebesar 235 ton, ayam ras sebesar 96 ton, dalam kondisi lingkungan strategis sumberdaya alam sebagai basis produksi dapat memenuhi kebutuhan pangan wilayah melalui peningkatan teknologi kecuali kelompok pangan hewani khususnya ternak ruminansia peningkatan ketersediaan pangan hewani harus melalui impor, nampak rasio swasembada pangan stratgis, pada Tabel

18 Tabel 15 Rasio Swasembada Pangan strategis berbasis potensi produksi di Kabupaten Sinjai tahun 28 Komoditas 1.Beras 2.Jagung 3.Daging Sapi 4.Daging kambing 5.Daging ayam buras 6.Daging ayam ras 7.Telur 8.Susu 9. Ikan 1. Kentang 11. Tomat 12. Rambutan 13.Pisang 14. Alpukat Tahun 28 (ton) Produksi Ekspor Impor Rasio swasembada Kebupaten Sinjai dapat dilakukan pengembangan agribisnis untuk komoditi strategis yang mempunyai potensi dan keunggulan untuk dapat ditingkatkan sesuai sumberdaya yang ada dan bernilai ekonomi, antara lain komoditi padipadian, sayur dan buah, dan hasil perikanan. Karena pangan hewani asal ternak belum tercapai swasembada seperti daging ruminansia dan telur unggas, sehingga perlu masukan teknologi untuk meningkatkan ketersediaan pangan melalui produksi domestik maupun impor. Ketersediaan Pangan berdasarkan NBM dan PPH Ketersediaan Pangan Aktual Ketersediaan pangan aktual diperoleh dari Neraca Bahan Makanan (NBM) yang dapat memberikan informasi tentang rencana pengadaan /penyediaan pangan, baik yang berasal dari produksi, eksporimpor dan stok serta penggunaan 44

19 pakan, bibit, penggunaan untuk industri, serta informasi ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk dalam suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu, Berdasarkan data ketersediaan pangan berdasarkan NBM Kabupaten Sinjai tahun 28 diolah dan divalidasi dengan menggunakan Software Aplikasi Perencanaan Pangan dan Gizi Wilayah (Martianto et al 25). kemudian dianalisis, untuk dapat diperoleh gambaran ketersediaan energi dan protein per kelompok pangan, secara umum keadaan ketersediaan pangan di Kabupaten Sinjai tahun 2528 memberi gambaran ketersediaan energi dan protein secara kuantitas diatas standar dengan ratarata ketersediaan pangan dalam satuan gram/kapita/hari pada Tabel 16. Tabel 16 Ketersediaan pangan aktual dan ideal berdasarkan PPH di Kabupaten Sinjai tahun 2528 No Kelompok Pangan Ketersediaan Pangan (gram/kap/hari) Ideal g/kap/hr 1. Padipadian 75,4 645,5 682,4 635,8 32, 2 Umbiumbian 14,9 117,2 141,6 146,5 1, 3 Pangan Hewani 31,5 21,1 292, , 4 Minyak dan Lemak 6,5 3,6 25,2 12, 25, 5 Buah/Biji Berminyak 4,6 1,6 2,1 11, 1, 6 Kacangkacangan 35,2 23,3 43,8 36,6 35, 7 Gula,9,9 1,2 1,2 3, 8 Sayur dan Buah 259,5 229, , 9 Lainlain 86,5 Sumber: diolah/dikoreksi BPPKP Kabupaten Sinjai *) AKE 2,2 kkal/kap/hari Kondisi ketersediaan pangan wilayah Kabupaten Sinjai Berdasarkan NBM dengan acuan rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (24) ketersediaan energi sebesar 2.2 kkal/kapita//hari. Dibandingkan dengan ketersediaan energi harapan tersebut, perkembangan ketersediaan pangan di Kabupaten Sinjai tahun 25 28, Ketersediaan pangan untuk konsumsi pangan tahun 28 setelah divalidasi ketersediaan energi sebesar 1.528,1 gram/kapita/hari (36%) lebih tinggi dari yang direkomendasikan. Berdasarkan 45

20 perhitungan NBM 25, 26, dan 27 ketersediaan energi per kelompok pangan, masingmasing tahun 25 sebesar 1.421,5 gram/kapita/hari (31%), tahun 26 sebesar 1.231,9 gram/kap/hari (18%), dan 1,564. gram/kap/hari tahun 27 (29%) lebih tinggi dari ketersediaan energi sebesar 1.121,5 gram/kap/hari tahun 22. Aspek kualitas ketersediaan pangan dengan perbandingan antara kandungan energi dan zat gizi (protein dan lemak) berdasarkan angka kecukupan energi sebesar 5%, protein sebesar 1% dan lemak 2 %. Pada tahun 28 ketersediaan pangan untuk konsumsi protein tersedia sebesar 89,49 g/kap/hari lebih tinggi dari (57 gram/kap/hari) yang direkomendasikan. Selanjutnya tahun 25 mampu menyediakan protein sebesar 17 gram/kapita, tahun 26 dan 27 ratarata 29,68 % 38,27% diatas AKP yang dianjurkan (Tabel 17). Tabel 17 Komposisi energi protein dan lemak berdasarkan NBM di Kabupaten Sinjai tahun 2528 Tahun Komposisi ketersediaan Energi Protein Lemak kkal/kap/hr % AKE (g/kap/hr) % AKP (g/kap/hr) % AKL 25 3, , , Ratarata 2, Sumber: Diolah/dikoreksi NBM Kabupaten Sinjai 2528 *) AKE 2.2 kkal/kap, AKP 57 gr/kap (WNPG, 24) Energi diperlukan untuk tumbuh dan berkembang yang bersumber dari karbohidrat dan lemak dari setiap kelompok pangan baik pangan nabati maupun pangan hewani, sebagai penyumbang zat gizi yang wajib dipenuhi terutama energi, protein dan lemak digunakan untuk perkembangan, metabolism dan akivitas. disamping itu protein berfungsi mengganti selsel yang rusak. serta kandungan asam amino yang dapat memecah makanan menjadi zat gizi, pembentukan anti bodi. Ketiga unsur ini sangat penting dalam pembentukan 46

21 kualitas sumber daya manusia. Kemudian diperkuat oleh Hamilton dan Whitney pada kajian kecukupan energi dalam Nikmawati E.E (1999) kebutuhan zat gizi (nutrient requirements) untuk mencapai kecukupan gizi (recommended dietary allowences) harus ditambah 1 5% dari kebutuhan. Ketersediaan protein untuk konsumsi didominasi dari pangan nabati dengan ratarata ketersediaan protein nabati sebesar gram/kap/hari dan ratarata protein hewani sebesar 3.73 gram/kap/hari (diatas standar 52 gr/kap/hari) dan dalam arahan Badan Ketahanan Pangan (24) standar proporsi konsumsi protein yang terbaik adalah 8% protein nabati dan 2% protein hewani, dan dalam WNPG (24) dijelaskan bahwa komposisi ketersediaan protein hewani untuk kebutuhan konsumsi per kapita perhari yang berasal dari ternak sebesar 6 gram dan 9 gram ikan. dengan demikian konsumsi protein nabati masih perlu ditingkatkan. Sumber protein hewani sebagian besar bersumber dari ikan, hal ini ditunjang dengan letak wilayah Kabupaten Sinjai yang dikenal dengan tiga dimensi salah satunya potensi bahari/laut. Pada Tahun 25 ketersediaan protein sebesar 16,82 g/kap/hari yang terdiri dari protein nabati sebesar 67,52 gram dan 39,3 gr protein hewani. Tahun 26 turun menjadi 93,74 g/kap/hari (13,95%), terdiri protein hewani sebesar 3,96 gram/kapita/hari dan 62,78 gram protein nabati, kemudian tahun 27 turun lagi ketersediaan protein dengan total 89,62 gram dan tahun 28 ketersediaan protein naik lagi sebesar 99.1 gram/kapita/hari seperti pada Tabel 18. Tabel 18 Komposisi ketersediaan protein di Kab Sinjai tahun 2528 Tahun Ketersediaan protein Ratarata Total protein (g/kap/hari) 16,82 93,74 89,62 99,1 97,32 Protein hewani 39,3 3,96 22,71 29,93 3,78 Protein nabati 67,52 62,78 66,9 69,17 66,59 Sumber: Diolah/dikoreksi NBM Kabupaten Sinjai *) AKP 57 gram/kapita/hari WNPG (24) Ketersediaan Pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH) Kualitas ketersediaan pangan penduduk untuk konsumsi pangan secara 47

22 umum ratarata total skor PPH ketersediaan pangan tahun 2528 sebesar 82,87 (skor PPH = 1), yang dikelompokkan dalam Sembilan kelompok pangan berdasarkan kebutuhan normatif penyediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk di Kabupaten Sinjai, adapun kelompok pangan yang sudah ideal seperti; padipadian, umbiumbian sedangkan kacangkacangan tahun 25 ideal kemudian turun ditahun 26 sebesar 5%, lalu naik lagi tahun 27 sebesar 5% hingga tahun 28, Skor PPH untuk kelompok pangan hewani tahun 25 sebesar 22,3, tahun 27 naik menjadi 23,2 dan tahun 28 turun sebesar 1,3% (22,9), secara jelas dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Kondisi Skor PPH Ketersediaan per kelompok Pangan di Kabupaten Sinjai tahun Kelompok Pangan Padipadian Umbiumbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/biji berminyak Kacangkacangan Gula Sayur dan buah Lainlain PPH Skor Pola Pangan Harapan Laju (%) Ideal , 2,5 24, 5, 1, 1, 2,5 3,, 25, 2,5 22,3 1,3,2 1,,1 24,, 25, 2,5 18,5,7,1 9,5,1 23,6, 25, 2,5 23,2 4,4,8 1,,1 22,4, 25, 2,5 22,9 2,4,8 1,, 25,5, 2,23 4,98 4, 7,49 4,,56, Total 1, 85,4 79,7 89,3 88,9,7 Sumber: Diolah/dikoreksi NBM Kabupaten Sinjai Kontribusi energi dari Sembilan kelompok pangan di Kabupaten Sinjai Tahun secara umum memperlihatkan kontribusi energi untuk kelompok pangan sumber karbohidrat diatas standar anjuran WNPG (24) 5% padipadian dan 6% umbiumbian, 12% pangan hewani, pada Tabel 2 menggambarkan kondisi ketersediaan energi berdasarkan standar kecukupan energi sebesar 2.2 kkal per kapita/hari (WNPG, 24), dan kontribusi energi dalam ketersediaan pangan (%AKE) sudah kelebihan (kuantitas), sedangkan 48

23 berdasarkan keseimbangan gizi yaitu skor PPH per kelompok pangan belum ideal. Hasil koreksi NBM Kabupaten Sinjai tahun 2628 ratarata ketersediaan pangan sudah berada diatas standar, total ketersediaan energi tahun 28 sebesar 3.6,3 kalori/kapita/hari dengan konstribusi energi sebesar 132,2 (% AKE) dalam ketersediaan pangan dan skor PPH sebesar 89,. Kontribusi energi dan skor PPH dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Tingkat kontribusi energi dan skor PPH pada ketersediaan pangan di Kabupaten Sinjai tahun 2628 Komposisi Ketersediaan Pangan Kelompok Pangan AKE Skor AKE Skor AKE Skor Kalori Kalori Kalori (%) PPH (%) PPH (%) PPH Padipadia 2.12, 96,4 25, 2.23, 89,2 25, ,7 25, ,9 2,5 178, 7,7 2,5 187, 8,5 2,5 Pangan hewani 2. 9,1 18,2 19,5 11,6 23,2 254, 11,5 22,9 Minyak &lemak 32. 1,5,7 12, 6,5 4,4 16, 4,8 2,4 Bh/bj berminyak 3.,1,1 38, 1,6,8 21,,9,8 Kacangkacangan ,5 115, 8,7 1, 166, 7,5 1, Gula 3.,1,1 4,,2,1 4,,2,1 Sayur dan buah ,6 112, 4,9 22,4 112, 5,1 25,5 Lainlain..,,,,,., Jumlah 2.719, 123, 79, ,4 89, ,2 88,9 Sumber: Diolah/dikoreksi NBM Kabupaten Sinjai tahun 2628 *) AKE = 2.2 kkal/kap/hari (WNPG VIII, 24) Pada Tabel 2, Tahun 26 konstribusi energi sebesar 123% dengan skor mutu pangan (PPH) sebesar 79,7 tahun 27 konstribusi ketersediaan energi sebesar 13,4% dengan skor mutu pangan (PPH) sebesar 89,2. angka kecukupan energi meningkat sebesar 1,34% dengan skor PPH sebesar 88,9 maka kinerja ketersediaan pangan Kabupaten Sinjai berdasarkan Skor PPH yang telah dicapai belum ideal (skor PPH = 1). Kondisi kualitas ketersediaan pangan berdasarkan kebutuhan pangan normatif untuk memenuhi kebutuhan gizi atau tingkat ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan belum ideal. Keragaman ketersediaan pangan berdasarkan skor PPH dan komposisi energi dalam ketersediaan pangan sesuai hasil perbandingan antara ketersediaan pangan aktual dan ideal tahun 28 menunjukkan bahwa ketersediaan energi 49

24 untuk konsumsi per kapita per hari menurut jumlahnya dalam satuan kkal (2,889) sudah melebihi ketersediaan pangan harapan (2,2 kkal), dengan kontribusi energi pada ketersediaan pangan 132% AKE dari harapan (5%), termasuk kelebihan secara kuantitas menurut Departemen Kesehatan (1964) yaitu tingkat ketersediaan pangan (a) defisit berat (< 7% AKE), (b) defisit sedang (779% AKE); (c) defisit ringan (889% AKE); (d) normal (9119% AKE) dan (e) kelebihan (> 12% AKE). dengan keragaman ketersediaan pangan untuk konsumsi tahun 28 (skor PPH aktual 88.9) masih dibawah skor PPH ideal (1) padatabel 21. Tabel 21 Kondisi ketersediaan pangan aktual dibanding ketersediaan ideal di Kabupaten Sinjai Tahun 28 Skor Pola Pangan Harapan Ketersediaan aktual (28) Ketersediaan Ideal Kelompok Pangan AKE AKE gr/kap/hr kkal PPH gr/kap/hr kkal PPH (%) (%) Padipadian 635,8 2.61, 93,7 25, 32, , 25, Umbiumbian 146,5 187, 8,5 2,5 1, 132, 6, 2,5 Pangan hewani 123, 254, 11,5 22,9 15, 264, 12, 24, Minyak & Lemak 12, 16, 4,8 2,4 25, 22, 1, 5, Bh/bj berminyak 3,1 21,,9,8 1, 66, 3, 1, Kacangkacangan 36,6 166, 7,5 1, 35, 11, 5, 1, Gula 1,2 4,,2,1 3, 11, 5, 2,5 Sayur dan buah , ,5 3, 132, 6, 3, Lainlain 86,5 66, 3, Jumlah 2.99, 132,2 88,9 2.2, 1, 1, Sumber: Diolah/dikoreksi NBM PPKP Kabupaten Sinjai tahu 28 *) AKE 2,2 kkal/kap/hari (WNPG VIII, 24 Gap Ketersediaan Pangan Aktual dan Ideal Gap ketersediaan pangan aktual dan ketersediaan pangan ideal tahun 28 yang dikelompokkan menjadi sembilan kelompok bahan pangan secara positif atau ketersediaan energi diatas standar per kapita per hari setiap kelompok pangan yaitu kelompok pangan padipadian sebesar 961 kkal, umbiumbian sebesar 55 dan kacangkacangan sebesar 56 kkal, sedangkan ketersediaan energi dalam kelompok pangan yang menunjukkan selisih negatif terbesar adalah minyak 5

25 dan lemak (114), gula sebesar (16 kkal), (66) lainlain, (45) kkal buah/biji bermnyak, Sayur dan buah sebesar (2) dapat dilihat padatabel 22. Tabel 22 Gap ketersediaan aktual dengan ketersediaan pangan ideal di Kabupaten Sinjai tahun Kelompok Pangan Padipadian Umbiumbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/biji berminyak Kacangkacangan Gula Sayur dan buah Lainlain Ketersediaan Energi (kkal/kap) Aktual Kondisi ideal Gap Interpretasi Total Sumber: Diolah/dikoreksi NBM Kabupaten Sinjai (BPPKP) tahun 28 surplus surplus defisit defisit defsit surplus defisit surplus defisit Gap ketersediaan pangan wilayah secara aktual per kelompok pangan terjadi akibat persediaan pangan yang bersumber dari produksi belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi pangan penduduk selama periode tertentu secara ideal, gap dapat dijadikan acuan untuk penyediaan pangan baik dari produksi domestik atau impor hingga tahun 22. Tahun 28 gap tertinggi pada kelompok pangan per kapita per hari seperti kelompok pangan minyak dan lemak (114) kkal, gula (29) kkal, pangan hewani sebesar (12) kkal, buah biji berminyak sebesar (45), dan kelompok pangan lainlain sebesar (66,). Pada tahun 28 beberapa kelompok pangan pada tingkat ketersediaan pangan aktual dan ideal menunjukkan defisit pada pangan hewani (27) gr/kap/hari, kelompok pangan minyak dan lemak 11 gr/kap/hari (97)) ton, gula sebesar (29) gr/kap/hari (2.259) ton/tahun, kacangkacangan sebesar ( ton), buah/biji berminyak sebesar (14.234) ton dan (86,5) gr/kap/hari (7.134 ton) kelompok pangan lainlain. Sedangkan kelompok pangan yang surplus adalah kelompok pangan padipadian sebesar 316 gr/kap/hari atau ton, umbiumbian sebesar 316 gr/kap/hari ( 5.78 ton) dan kelompok pangan kacangkacangan 2 gr/kap/hari atau 114 ton. Tingkat perbandingan antara ketersediaan aktual dan harapan 51

26 setiap kelompok pangan, pada Tabel 23. Tabel 23 Gap ketersediaan pangan aktual dan harapan setiap kelompok pangan di Kabupaten Sinjai tahun 28 Kelompok Ketersediaan Aktual Ketersediaan harapan Gap ketersediaan pangan g/kap kg/th ton/th g/kap kg/th ton/th g/kap kg/kap ton/th Padipadian Umbiumbian pangan hewani minyak & lemak Bh/bj berminyak kacangkacangan gula sayur & buah lainlain , Sumber: Diolah/dikoreksi NBM PPKP Kabupaten Sinja tahun 28 Konsumsi Pangan Aktual Penduduk di Kabupaten Sinjai Keragaman dan Skor PPH Konsumsi Pangan di Kabupaten Sinjai Konsumsi energi per kapita per hari pada tahun 28 sebesar kkal diatas lebih tinggi dari sandar (2. kkal) dengan 18,8% kontribusi energi (% AKE) pada ketersediaan pangan untuk konsumsi penduduk termasuk normal dan keragaman konsumsi pangan sesuai skor PPH sebesar 9,3 kategori belum ideal, kondisi skor PPH konsumsi masih perlu peningkatan hingga mencapai skor PPH 1 pada tahun 22 pada kelompok pangan umbiumbian, minyak dan lemak, buah biji berminyak, kacangkacangan, gula dan kelompok pangan lainlain. Perbedaan pola konsumsi pangan di Kabupaten Sinjai dipengaruhi oleh topografi serta waktu hari pasar dan usaha tani masyarakat, menggambarkan kemampuan rumah tangga untuk menyediakan pangan bagi anggota rumahtangganya, sesuai kebutuhan gizi untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Menurut Harper, Deaton dan Driskel (1986) dalam Suhardjo (1989) pola konsumsi pangan masyarakat antara lain dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, sosial budaya dan keadaan wilayah. Kondisi ratarata konsumsi pangan penduduk secara kuantitas proporsi 52

27 keragaman pangan berdasarkan skor Pola Pangan Harapan secara absolute diatas standar total energi yang dikonsumsi tapi berdasarkan kecukupan keseimbangan gizi sesuai skor PPH yang dicapai kurang dari 1,Susunan skor PPH Konsumsi pangan penduduk pada Tabel 24. Tabel 24 Kondisi konsumsi pangan penduduk di Kabupaten Sinjai tahun 28 No Kelompok Pangan Gram/ kap/hr Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi tahun 28 Kalori % % AKE Bobot Skor Aktual Skor AKE Skor Maks Skor PPH 1. Padipadian ,5, , , 2. Umbiumbian ,5 1 1, 2,5 1, 3 Pangan Hewani , 34 37, Minyak dan Lemak 1 3.2,5,1 5,1 5 Buah/Biji Berminyak ,5,4,4 1,4 6 Kacangkacangan , 7,4 7,4 1 7,4 7 Gula ,5 2,45 2,45 2,5 2,4 8 Sayur dan Buah , 17,5 17,5 3 3, 9 Lainlain ,,,,, Total 2, ,4 184,4 1 9,3 Sumber: Survei konsumsi BPPKP Kabupaten Sinjai tahun 28 *) Angka kecukupan energi (AKE) 2,) kkal.kap.hari (AKP) 52 gr/kap/hari antara lain; kelompok pangan umbiumbian, kacangkacangan, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, gula dan kelompok pangan lainlain. Sedangkan sudah ideal seperti kelompok pangan padipadian, pangan hewani dan kelompok pangan sayur dan buah. Pola konsumsi energi di Kabupaten Sinjai secara aktual normal berdasarkan kontribusi energi dalam konsumsi pangan, karena akses masyarakat agak tinggi terhadap sumberdaya produksi, jenis usaha yang dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan. Menurut WNPG (24) standar kebutuhan protein yang bersumber dari pangan hewani sebesar 65 gram; terdri 12 gram daging ruminansia, 22 gram daging unggas, 17 gram telur, 14 gram susu dan 85 gram ikan. Konsumsi pangan penduduk Kabupaten Sinjai tahun 28 berpedoman pada tingkat kecukupan konsumsi energi dan protein penduduk Indonesia berdasarkan Pola Pagan Harapan (PPH) untuk pemenuhan kebutuhan gizi yang ditetapkan (WNPG, 24), pola konsumsi kalori per kapita per hari masingmasing 2 kkal dan 52 gram protein. Dengan demikian pemenuhan kebutuhan 53

28 pangan sesuai kebutuhan tubuh akan zat gizi dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Kondisi pola konsumsi pangan aktual dan ideal di Kabupaten Sinjai tahun 28 Konsumsi Aktual Kelompok Pangan gram kkal % AKG Padipadian , Umbiumbian , Pangan hewani ,9 Minyak dan lemak 1 5,2 Buah/biji berminyak 11 24,8 Kacangkacangan ,7 Gula ,9 Sayur dan buah ,5 Lainlain ,8 Skor PPH ,1,4 7,4 2,4 3, Konsumsi Ideal gram kkal % AKG PPH , , , , , , Jumlah ,8 9, Sumber: Survei konsumsi BPPKP Sinjai tahun 28 Secara umum pola konsumsi pangan penduduk terhadap sumbangan kalori dan protein per kapita per hari pada tahun 28 secara umum jumlah kalori sebesar kkal/kap/hari (19.7%) lebih tinggi dari standar (2. kkal) dan 65 gram/protein (25%) lebih tinggi dari anjuran (52 gram). Jika dilihat proporsi Angka Kecukupan Gizi (AKG) masingmasing kelompok pangan baik secara absolut maupun secara normatif terhadap total konsumsi pangan mampu mencukupi kebutuhan pangan dan gizi penduduk, baik jumlah maupun mutunya.. Menurut Baliwati (21), kualitas konsumsi pangan penduduk dapat dilihat dari nilai skor PPH, semakin tinggi skor PPH semakin baik kualitas dan atau semakin beragam variasi jenis pangan yang dikonsumsi dari Sembilan kelompok pangan.. pada lima kelompok pangan perlu ditingkatkan hingga mencapai ideal (PPH 1). Melihat pola konsumsi di Kabupaten Sinjai sesuai hasil perbandingan konsumsi aktual dan ideal dilihat dari kegunaan pangan, padipadian sebagai sumber tenaga, pangan hewani sebagai zat pembangun dan zat pengatur dari sayur dan buah, maka kelebihan konsumsi energi dapat disimpan dalam bentuk glikogen dalam tubuh. Menurut Hardinsyah (21) bila kebutuhan energi 54

29 terpenuhi sesuai kaidah PPH maka secara implisit kebutuhan zat gizi terpenuhi kecuali untuk zat gizi yang sangat kurang dalam Sembilan kelompok pangan. Komposisi konsumsi ideal sesuai standar Dewan Ketahanan Pangan (26) dalam Widiasih S.C.L (29) antara lain; 275 gram padipadian, 1 gram umbiumbian, 15 gram pangan hewani, 35 gram kacangkacangan dan 25 gram sayur dan buah. Gap Konsumsi Aktual dan Ideal Kondisi pola konsumsi pangan aktual penduduk di Kabupaten Sinjai tahun 28 berdasarkan analisis gap menunjukkan defisit terbesar pada kelompok pangan lainlain, kemudian umbiumbian dan kacangkacangan. Untuk perbaikan pola konsumsi pangan prioritas utama adalah yang masih defisit dan mempertahankan yang sudah ideal atau menurunkan porsi kebutuhan konsumsi karbohidrat dan lemak hingga ideal. Sedangkan bernilai positif pada setiap kelompok pangan menunjukkan konsumsi pangan penduduksudah Kelebihan seperti; padipadian sebesar 436 ton (152 gr/kap/hari), 9.54 ton kelompok sayur dan buah, 1.92 ton pangan hewani, Kelompok pangan dengan angka positif diasumsikan telah melampaui kebutuhan konsumsi pangan seperti kelompok padipadian, pangan hewani dan sayur dan buah, kelebihan ini disimpan dalam tubuh sebagai cadangan energi dan protein secara jelas lihat Tabel 26. Tabel 26 Kondisi gap konsumsi pangan aktual dan konsumsi pangan ideal di Kabupaten Sinjai tahun 28 Kelompok pangan Padipadian Umbiumbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/bj berminyak Kacangkacangan Gula Sayur dan buah Lainlain Konsumsi aktual Konsumsi ideal gap konsumsi ton/th ton/th ton/th gr Kg/th gr/hr Kg/th Gr/hr Kg/th , Sumber: Diolah/dikoreksi BPPKP Kabupaten Sinjai 55

30 Gap ketersediaan dan konsumsi pangan. Gap ketersediaan dan konsumsi pangan penduduk di Kabupaten Sinjai tahun 28 digunakan sebagai arahan kebijakan dalam perbaikan pola konsumsi pada masa mendatang dengan naiknya rating skor Pola Pangan Harapan (1), dengan peningkatan penyediaan kebutuhan konsumsi pangan perkapita per hari seperti; pangan hewani sebesar (141) gram, (48) gr/kap/hari sayur dan buah, buah/biji berminyak (7.8) gram dan lainlain, sedangkan padipadian sebesar 184 gram, 125 gram umbiumbian dan 7 gram kacangkacangan, kelompok pangan ini dapat diekspor (Tabel 27). Tabel 27 Gap ketersediaan pangan aktual dan konsumsi pangan aktual berdasarkan kebutuhan gizi di Kaupaten Sinjai Tahun 28 Ketersediaan Aktual Konsumsi Aktual Gap Kelompok Kap/hari Kap/hari Kap/hari Pangan gram kkal Ton/th gram kkal ton/th gram kkal ton/th Padipadian ,332 Umbiumbian ,658 Pangan hewani ,858 Minyak & lemak Bh/biji berminyak Kacangkacangan ,717 Gula ,265 Sayur dan buah ,718 Lainlain ,49 Sumber: Diolah/dikoreksi BPPKP Kabupaten Sinjai tahun 21 Perencanaan Penyediaan dan Konsumsi Pangan Manusia yang sehat dan cerdas memerlukan suatu susunan makanan yang mengandung zat gizi sesuai kecukupan energi dan protein (gizi seimbang) dengan pertimbangan potensi sumber daya yang dimiliki baik yang bersumber dari on farm maupun off farm dan impor sesuai konsep tiga guna makanan. Hasil penelitian konsumsi pangan Indonesia dalam Hardinsyah dan Briawan (1994) perencanaan konsumsi pangan sesuai prinsipprinsip perencanaan konsumsi pangan dan penyediaan pangan diharapkan memenuhi kebutuhan gizi Pengembangan ketersediaan dan konsumsi pangan pada sembilan kelompok pangan secara aktual jumlah kalori melebihi aturan standar WNPG (24), tapi secara normatif sesuai penilaian skor PPH kurang dari 1. Dengan demikian peran pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan di Kabupaten Sinjai disusun dalam RPJM atau RKPD sesuai arahan Kebijakan 56

31 Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2629, baik secara sektoral atau lintas sektor guna peningkatan pencapaian programprogram unggulan daerah dan kebijakan yang mengarah pada upaya peningkatan kualitas hidup manusia dan/atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Berdasarkan analisis gap selanjutnya dapat disusun proyeksi sejumlah pangan yang harus diproduksi untuk memenuhi proyeksi ketersediaan untuk kebutuhan konsumsi pangan dengan mempertimbangkan jumlah penduduk setiap tahunnya. Proyeksi Produksi Pangan Proyeksi produksi menggambarkan proyeksi setiap jenis komditas yang harus diproduksi untuk memenuhi proyeksi ketersediaan yang mengacu pada target ketersediaan pangan dalam jangka waktu tertentu dengan mempertimbangkan perubahan stok, ekspor, impor dan penggunaan pangan lainnya hingga tahun 22 dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28 Proyeksi produksi jenis komoditas untuk pemenuhan ketersediaan pangan penduduk di Kabupaten Sinjai tahun No Jenis Komoditas Proyeksi Produksi (ton/tahun) Padipadian Beras Jagung 2. Umbiumbian Ubi kayu Ubi jalar Kentang 3. Pangan hewani Daging sapi Daging ayam Telur Susu Ikan , , , Kacangkacangan Kacang tanah , Gula Gula merah Sayur dan buah Sayur Buah

32 Proyeksi Kebutuhan Konsumsi berdasarkan PPH Proyeksi Skor dan Komposisi PPH Konsumsi Pangan Proyeksi konsumsi pangan penduduk diharapkan mencapai skor PPH 1 pada tahun 22, maka secara bertahap ditingkatkan 1.7% skor PPH setiap tahunnya untuk mencapai ideal antara lain; kelompok pangan umbiumbian, kelompok pangan minyak dan lemak, buah biji berminyak, kacangkacangan, gula dan kelompok pangan lainlain. Karena tak satupun jenis makanan yang mengandung secara lengkap zat gizi pada menu makanan untuk konsumsi pangan penduduk yang beragam dan sesuai kebutuhan gizi. Sedangkan skor PPH telah mencapai maksimal dipertahankan dan atau diturunkan hingga ideal seperti; kelompok pangan padipadian, pangan hewani dan sayur dan buah. Proyeksi skor PPH tahun pada Tabel 29. Tabel 29 Proyeksi skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi di Kabupaten Sinjai Tahun Kelompok Pangan Skor Pola Pangan Harapan Padipadian 25, 25, 25, 25, 25, 2 Umbiumbian 1,4 1,6 1,9 2,1 2,5 3 Pangan hewani 24, 24, 24, 24, 24, 4 Minyak dan lemak 1,3 2,1 3, 3,8 5, 5 Buah/bj berminyak,6,7,8,9 1, 6 Kacangkacangan 8,1 8,5 8,9 9,4 1, 7 Gula 2,4 2,4 2,5 2,5 2,5 8 Sayur dan buah 3, 3, 3, 3, 3, 9 Lainlain,,,,, Skor PPH 92,7 94,3 95,9 97,6 1, Sumber: Diolah/dikoreksi NBM BPPKP Kabupaten Sinjai Proyeksi Konstribusi Konsumsi Energi (% AKE) Proyeksi kontribusi energi dalam konsumsi pangan menggambar kan sumbangan kalori dan protein pada setiap kelompok pangan yang akan dicapai hingga tahun 22 sesuai capaiani konstribusi energi yang ditetapkan oleh WKNPG tahun 24 dan klasifikasi yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk menilai tingkat kecukupan energi acuan standar; 5% padipadian, % umbi 58

33 umbian, 12 % pangan hewani, 1% minyak dan lemak, 3% buah/biji berminyak, 5% kacangkacangan, 5% gula, 6% sayur dan buah dan 3% kelompok pangan lainlain. Adapun kelompok pangan secara bertahap diturunkan sampai pada batas ideal seperti kelompok pangan padipadian, umbiumbian dan kelompok sayursayuran. Sedangkan kelompok pangan yang dinaikkan secara bertahap antara lain pagan hewani, minyak dan lemak, buah biji berminyak, kacangkacangan dan kelompok pangan lainlain, secara jelas dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Proyeksi Konstribusi Energi (% AKE) dalam konsumsi pangan di Kabupaten Sinjai tahun Kelompok Pangan Kontribusi Pangan terhadap Angka Kecukupan Energi AKE (%) Padipadian 87,2 78,9 7,9 62,4 5, Umbiumbian 7,9 7,5 7, 6,6 6, Pangan hewani 9,7 1,2 1,7 11,2 12, Minyak dan lemak 6, 6,9 7,8 8,7 1, Buah/bj berminyak 1,4 1,8 2,1 2,5 3, Kacangkacangan 6,9 6,5 6, 5,6 5, Gula 1,4 2,2 3, 3,8 5, Sayur dan buah 6,7 6,5 6,4 6,2 6, Lainlain,8 1,3 1,8 2,3 3, Total 127,8 121,6 115,5 19,3 1, Proyeksi kebutuhan konsumsi pangan penduduk dalam satuan gram/kap/hari. Proyeksi konsumsi pangan actual penduduk di Kabupaten Sinjai hingga tahun 22 dengan harapan pola konsumsi penduduk semakin baik, beragam dan sesuai kebutuhan gizi yang harus dikonsumsi untuk hidup sehat seperti jumlah kelompok pangan yang berlebihan diiturunkan hingga mencapai ideal ditahun 22 agar tidak menimbulkan masalah kesehatan yaitu kelompok padipadian, pangan hewani dan sayur dan buah sedangkan kelompok pangan yang lain dinaikkan secara bertahap (minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacangkacangan, gula), untuk lebih jelas dapat dilhat pada Tabel

34 Tabel 31 Proyeksi kebutuhan konsumsi pangan dalam satuan gram/kapita/hari di Kabupaten Sinjai tahun Kelompok Kebutuhan konsumsi berdasarkan PPH (gram/kapita/hari) Pangan Padipadian 414, 388,7 363,3 338, 3, Umbiumbian 41,5 54,5 67,5 8,5 1, Pangan hewani 129,8 134,3 138,8 143,3 15, Minyak dan lemak 7, 11, 15, 19,5 25, Buah/bj berminyak 1,8 1,6 1,4 1,3 1, Kacangkacangan 31,8 32,1 32,9 33,8 35, Gula 27, 27,7 28,3 29, 3, Sayur dan buah 212,3 231,8 251,3 27,8 3, Lainlain 24,5 13,5 2,5 (8,5) 86,5 Sumber: Diolah/dikoreksi NBM BPPKP Kabupaten Sinjai tahun 21 Proyeksi Kebutuhan Konsumsi Pangan per Komoditas Pangan (ton/tahun). Proyeksi skor mutu kosumsi pangan di Kabupaten Sinjai yang menjadi prioritas pada tahun baik yang bersumber dari produksi domestik ataupun impor sesuai hasil evaluasi dari data konsumsi aktual penduduk berdasarkan kebutuhan gizi dengan penganekaragaman pangan sesuai prinsip gizi seimbang (PPH=1) tahun 28, guna peningkatan baik kuantitas maupun kualitas penyediaan kebutuhan konsumsi pangan penduduk kearah sesuai harapan nasional untuk hidup sahat dan produktif (Tabel 28). Proyeksi kebutuhan pangan berdasarkan hasil survei konsumsi di Kabupaten tahun 28 dalam satuan ton/tahun, sebagai acuan perencanaan konsumsi penyediaan pangan untuk konsumsi penduduk hingga tahun 22 dalam wilayah Kabupaten Sinjai. Proyeksi kebutuhan pangan dalam setiap komoditas pangan dalam satuan ton per tahun sebagai hasil perkalian antara jumlah konsumsi aktual dikalikan jumlah penduduk tahun yang dicari dan dibagi seribu masingmasing komoditas dalam setiap kelompok pangan. Kelompok Padipadian, Tahun 211 harus disediakan sebesar ton, kemudian tahun 213 sebesar ton, tahun 215 sebesar ton, tahun 6

35 217 sebesar ton dan ton tahun 22. Penyediaan pangan yang terbesar pada kelompok padipadian adalah beras, pada tahun 211 sebesar ton, tahun 213 sebesar ton, tahun 215 sebesar ton, tahun 217 sebesar ton dan ton tahun 22., kemudian bahan pangan terigu, pada tahun 211 sebesar ton, tahun 213 sebesar ton, tahun 215 sebesar 4.3 ton, tahun 217 sebesar 4.12 ton dan 4.31 ton tahun 22., Dengan demikian pola konsumsi penduduk didominasi oleh beras. Sejalan dengan hasil penelitian tentang konsumsi pangan di Indonesia dalam Hardinsyah dan Briawan (1994) meunjukkan 68% konsumsi energi berasal dari beras dan menyumbang protein nabati sebesar 4 7%. Tabel 32 Proyeksi Kebutuhan konsumsi pangan (ton/th) Tahun Kelompok Konsumsi aktual per kapita tahun 28 Pangan gr/hr Kg/th ton/th Proyeksi Konsumsi (ton/tahun) Tahun Padipadian Beras Terigu Umbiumbian Ubik2ayu Ubijalar Sagu Pangan hewani Daging Telur Susu Ikan Kacangkacangan Kacang tanah Kacang hijau Kedelai Gula Gula pasir Gula merah Sayur dan buah Sayur Buah Lainlain Minuman Bumbu Kelompok Umbiumbian, komoditi terbesar yang dikonsumsi penduduk adalah ubijalar pada tahun 211 harus disediakan sebesar ton, kemudian tahun 213 sebesar ton, tahun 215 sebesar ton, tahun 217 sebesar 61

36 2.32 ton dan ton tahun 22.. Komoditi ubikayu sesuai kebutuhan konsumsi penduduk pada tahun 211 sebesar 1.44 ton, tahun 213 sebesar 1.75 ton, tahun 215 sebesar 1.17 ton, tahun 217 sebesar 1.14 ton dan 1,14 ton tahun 22, kemudian bahan pangan ubijalar tahun 211 sebesar 676 ton, tahun 215 sebesar 736 ton dan 792 ton tahun 22, dan kentang, pada tahun 211 sebesar 127 ton, tahun 215 sebesar 131 ton, dan 141 ton tahun 22. Kelompok Pangan Hewani, komoditi terbesar kebutuhan konsumsi penduduk sebegai sumber protein hewani adalah ikan, karena wilayah Kabupaten Sinjai terdapat perairan bahari dengan panjang garis pantai 18 km dan satu wilayah kepulauan. Pada tahun 211 kebutuhan komoditi ikan sebesar ton, tahun 213 sebesar ton, tahun 215 sbesar ton, tahun 217 sebesar ton dan ton tahun 22. kemudian bahan pangan telur, pada tahun 211 sebesar ton, tahun 215 sebesar 1.27 ton, tahun 217 sebesar ton dan ton tahun 22. Konsumsi daging yang tertinggi adalah daging unggas pada tahun 211 sebesar 113 ton, tahun 213 sebesar 117 ton, tahun 215, tahun 217 sebesar 124 ton dan 129 ton tahun 22. Kebutuhan konsumsi susu untuk tahun 211 sebesar 89 ton, tahun 213 sebesar 91 ton, tahun 215 sebesar 94 ton, tahun 217 sebesar 97 ton dan 11 ton tahun 22. Kelompok Pangan Kacangkacangan, Kebutuhan konsumsi pangan yang bersumber dari kacangkacangan adalah kacang tanah untuk tahun 211 sebesar 1.6 ton, tahun 213 sebesar 1.36 ton, tahun 215 sebesar 1.67 ton, tahun 217 sebesar 1.98 ton dan ton tahun 22. Kemudian kedelai pada tahun 211 harus disediakan sebesar ton, kemudian ton tahun 213, tahun 215 sebesar ton, tahun 217 sebesar ton dan1.525 ton tahun 22. Selanjutnya komoditi kacang hijau pada tahun 211 sebesar 197 ton, tahun 213 sebesar 23 ton, tahun 215 sebesar 29 ton, tahun 217 sebesar 215 ton dan tahun 22 sebesar 225 ton. Kelompok Pangan Gula, Jumlah kebutuhan pangan penduduk akan gula pasir yang harus diimpor sebesar ton,pada tahun 211, kemudian ton tahun 213, tahun 215 sebesar ton, tahun 217 sebesar ton dan ton tahun 22. Sedangkan gula merah pada tahun 211 sebesar 211 ton, 62

37 tahun 213 sebesar 217 ton, tahun 215 sebesar 223 ton, tahun 217 sebesar 23 ton dan 241 ton pada tahun 22. Kelompok Sayur dan Buah, Kebutuhan konsumsi penduduk untuk sayursayuran, pada tahun 211 sebesar ton, kemudian tahun 213 sebesar ton, tahun 215 sebesar 2.78 ton, tahun 217 sebesar ton dan ton pada tahun 22, dan untuk kelompok pangan buahbuahan, pada tahun 211 kebutuhan konsumsinya sebesar ton, kemudian tahun 213 sebesar ton, tahun 215 sebesar ton, tahun 217 sebesar dan ton paa tahun 22, secara jelas dapat dilhat pada Tabel 26 diatas dengan harapan kebutuhan konsumsi penduduk terpenuhi dan kebutuhan gizi sesuai kebutuhan tubuh untuk hidup sehat dengan kebergaman variasi menu pangan yang dikonsumsi penduduk dan kualitas konsumsi pangan tercapai skor PPH 1. Proyeksi Ketersediaan Pangan di Kabupaten Sinjai Proyeksi Ketersediaan Pangan berdasarkan Skor Pola Pangan Harapan (PPH). Untuk menganalisis proyeksi ketersediaan dengan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH), baik skor total mapun skor setiap kelompok pangan yang harus disediakan setiap komoditas pada kelompok pangan dalam satuan ton untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk Kabupaten Sinjai pada periode waktu tertentu, data yang digunakan adalah data NBM (ketersediaan aktual) Kabupaten Sinjai tahun 28, dengan asumsi tahun 28 skor PPH yang lebih baik (83,9) sebagai dasar untuk memproyeksikan ketersediaan pangan skor PPH=1 pada tahun 22. Untuk mencapai skor PPH ideal yaitu 1 dengan tingkat kecukupan energi dan protein setiap tahunnya baik secara total maupun setiap kelompok pangan. Dengan cara proyeksi linier maka pencapaian skor PPH yang ideal pada tahun 22 dapat terwujud, apabila setiap tahunnya terjadi peningkatan sebesar 2 %, skor PPH pada tahun 211 sebesar 91,7, tahun 213 sebesar 93,6, tahun 215 sebesar 95,3 dan 97,3 pada tahun 217. Proyeksi skor PPH ketersediaan pangan di Kabupaten Sinjai Tahun (Tabel 33). 63

38 Tabel 33 Proyeksi ketersediaan pangan berdasarkan skor Pola Pangan Harapan di Kabupaten Sinjai Tahun Kelompok Pangan Skor Pola Pangan Harapan Padipadian 25, 25, 25, 25, 25, 2 Umbiumbian 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 3 Pangan hewani 23,2 23,4 23,5 23,7 24, 4 Minyak dan lemak 3,1 3,5 3,9 4,4 5, 5 Buah/bj berminyak,6,7,8,9 1, 6 Kacangkacangan 1, 1, 1, 1, 1, 7 Gula,7 1,1 1,5 1,9 2,5 8 Sayur dan buah 26,6 27,4 28,1 28,9 3, 9 Lainlain,,,,, Skor PPH 91,7 93,6 95,3 97,3 1, Skor PPH 1 pada tahun 22 menggambarkan bahwa ketersediaan pangan di Kabupaten Sinjai secara kuantitas angka kecukupan energi (AKE) sama dengan 2.2 kalori/kapita/hari dan protein 57 gram/kapita/hari tercapai. Pada tabel 24, kelompok pangan yang telah mencapai skor ideal pada tahun 28 adalah kelompok pangan padipadian dan umbiumbian. Kelompok pangan yang belum mencapai skor ideal adalah kelompok pangan minyak dan lemak, pangan hewani, buah/biji berminyak, kacangkacangan, sayur dan buah, gula, dan lainlain yang diharapkan konstribusi energinya meningkat setiap tahun sampai tercapai konstribusi ideal (1) pada tahun 22. Proyeksi Ketersediaan Energi (kkal/kap/hari) berdasarkan PPH Proyeksi ketersediaan pangan ideal yang dinyatakan dalam bentuk energi dalam setiap kelompok pangan dengan satuan kkal/kapita/hari untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk dalam jangka waktu tertentu. Kelompok pangan telah mencapai skor maksimal yaitu; kelompok pangan padipadian, umbiumbian dan kacangkacangan, secara bertahap diturunkan hingga mencapai ideal pada tahun 22. Sedangkan kelompok pangan yang belum mencapai skor maksimal yang dianjurkan seperti; kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, buah biji berminyak, gula dan kelompok pangan lainlain secara bertahap dinaikan baik kuantitas maupun kualitasnya. Kemudian ketersediaan energi kkal/kap/hari 64

39 dikonversi kedalam satuan gram/kapita/hari, ini merupakan jumlah pangan yang harus disediakan untuk memenuhi konsumsi penduduk yang optimal sesuai acuan ketersediaan aktual tahun 28 lihat Tabel 34. Tabel 34 Proyeksi ketersediaan energi untuk konsumsi menurut kelompok pangan berdasarkan PPH (kkal/kap/hari) di Kabupaten Sinjai tahun Kelompok pangan Ratarata ketersediaan energi menurut kelompok pangan (kkal/kapita/hari) Padipadian Umbiumbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/bj berminyak Kacangkacangan Gula Sayur dan buah Lainlain Total Proyeksi ratarata ketersediaan pangan (dalam satuan gram per kapita per hari) berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH). Pada tahun 28 ketersediaan kelompok pangan padipadian sebanyak 635,8 g/kap/hari, tahun 211 sebanyak 556,9 g/kap/hari, tahun 213 sebanyak 54,2 g/kap/hari dan tahun 22 sebanyak 32, g/kap/hari. Sedangkan komposisi ideal per hari untuk konsumsi penduduk Kabupaten Sinjai untuk kelompok pangan umbiumbian sebanyak 1 g/kap/hari, kelompok pangan hewani sebanyak 15 g/kap/hari, kelompok pangan minyak dan lemak sebanyak 25 g/kap/hari, kelompok pangan buah/buah biji berminyak sebanyak 1 g/kap/hari, kelompok pangan kacangkacangan sebanyak 35 g/kap/hari, kelompok pangan gula sebanyak 3 g/kap/hari, kelompok pangan sayur dan buah sebanyak 3 g/kap/hari, dan kelompok pangan lainlain yang diharapakan sebanyak 86,5 g/ka/hari, Untuk mengetahui perkiraan kebutuhan pangan untuk konsumsi pangan penduduk Kabupaten Sinjai dalam satuan ton per tahun, dilakukan konversi satuan pangan dari gram per kapita per hari dikalikan jumlah penduduk dibagi dengan 1, secara jelas dapat dilihat pada Tabel

40 Tabel 35 Proyeksi ketersediaan energi (gram/kap/hari) dalam kelompok pangan berdasarkan PPH di Kabupaten Sinjai tahun Kelompok pangan Padipadian Umbiumbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/bj berminyak Kacangkacangan Gula Sayur dan buah Lainlain Ratarata ketersediaan pangan untuk konsumsi (gram/kapita/hari) ,9 134,9 129,8 15,3 5, 36,2 8,4 212,3 16,5 54,2 127,1 134, 17,4 6, 35,9 13,2 231,8 27,5 451,6 119,4 138,8 19,6 7, 35,7 18, 251,3 38,5 399, 111,6 143,3 21,8 8, 35,4 22,8 27,8 49,5 32, 1, 15, 25, 1, 35, 3, 3, 86,5 Sumber: Diolah/dikoreksi NBM BPPKP Kabupaten Sinjai tahun 21 Peningkatan konstribusi masingmasing kelompok pangan tersebut adalah 6,9% kelompok gula, 3% kelompok buah/biji berminyak, 14,8% kelompok pangan minyak dan lemak 1,4%, kelompok pangan hewani 4,4%, dan kelompok pangan lainlain 3%. Kelompok pangan lain diturunkan secara bertahap setiap tahunnya sampai mencapai kondisi ideal tahun 22 seperti kelompok padipadian,(12,1%), kelompok kacangkacangan (6,7%), umbiumbian (5,7%) dan kelompok sayur dan buah (2,4%). Untuk mencapai keseimbangan proporsi antar kelompok pangan, maka perlu dilakukan proyeksi terhadap konstribusi energi dari setiap kelompok pangan yaitu padipadian sebesar (5%), umbiumbian sebesar (6%), pangan hewani sebesar (12%), minyak dan lemak sebesar (1%), buah/biji berminyak sebesar (3%), kacangkacangan sebesar(5%), gula sebesar (5%), sayur dan buah sebesar (6%), dan lainlain (3%) secara jelas dapat dilihat pada Tabel

41 Tabel 36 Proyeksi konstribusi energi (% AKE) dalam ketersediaan pangan berdasarkan PPH di Kabupaten Sinjai tahun Kelompok pangan Konstribusi energi menurut kelompok pangan (%)/tahun Padipadian Umbiumbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/bj berminyak Kacangkacangan Gula Sayur dan buah Lainlain 95,4 8,3 9,1 5,1 1,1 7,3,6 5.3,3 87,2 7,9 9,7 6, 1,4 6,9 1,4 5.5,8 78,9 7,5 1,2 6,9 1,8 6,5 2,2 5,6 1,3 7,7 7,1 1,7 7,8 2,1 6,1 3, 5.8 1,8 5, 6, 12, 1, 3, 5, 5, 6, 3, Total 134, 127,9 121,7 115,5 1, Konstribusi energi dalam persen yang telah diproyeksikan sebelumnya kemudian dijabarkan proyeksi konstribusi energi dari setiap kelompok pangan menjadi satuan ratarata ketersediaan energi dalam kal/kapita/hari untuk memenuhi angka kecukupan energi ideal tahun 22. Proyeksi ratarata ketersediaan energi menurut kelompok pangan untuk mencapai konstribusi ideal (PPH) pada tahun 22 ada yang ditingkatkan dan ada pula diturunkan secara bertahap setiap tahunnya. Kelompok pangan yang harus ditingkatkan konstribusi energinya yaitu kelompok pangan hewani sebesar 4.4% per tahun, kelompok pangan minyak dan lemak sebesar 1.4% per tahun, gula sebesar 28.6% per tahun, buah/biji berminyak sebesar 14.8% per tahun, dan lainlain sebesar 38% per tahun. Sedangkan kelompok pangan yang diturunkan konstribusi energinya yaitu kelompok pangan padipadian sebesar (1.3%) per tahun, umbiumbian sebesar (5.6%) per tahun, minyak dan lemak sebesar (6.3%) per tahun. Proyeksi ketersediaan pangan untuk kebutuhan Konsumsi sesuai Kebutuhan gizi. Diharapkan ketersediaannya hingga tahun 22 mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk untuk hidup sehat dan produktif. Kelompok pangan padipadian proyeksi ketersediaan yang terbesar diantara kelompok pangan lainnya, tahun 22 sebesar ton, seperti beras tahun 211 sebesar ton, tahun 213 sebesar ton, tahun 215 sebesar 67

42 5.965, tahun 217 sebesar dan ton tahun 22 (Tabel 37) Tabel 37 Ketersediaan pangan aktual tahun 28 dan Proyeksi ketersediaan pangan berdasarkan kebutuhan gizi (ton/tahun) di Kabupaten Sinjai Tahun Kelompok pangan Padipadian Beras Jagung Terigu Umbiumbian Ubi kayu Ubi jalar Kentang Pangan Hewani Daging sapi Daging ayam Telur Susu Ikan Minyak & Lemak Minyak kelapa Buah/Bj Berminya Kelapa Kacangkacangan Kacang tanah Kacang merah Gula Gula pasir Gula merah Sayur dan buah Sayur Buah Lainlain Ketersediaan aktual tahun 28 Proyeksi ketersediaan pangan (ton/thn) gr/kap/hr ton/thn , Proyeksi Penduduk Kabupaten Sinjai Tahun Kemudian disusul proyeksi kelompok sayur dan buah pada tahun 211 ketersediaan yang diharapkan sebesar ton, tahun 213 sebesar ton, tahun 215 sebesar ton, dan ton pada tahun 22. Kelompok pangan hewani diharapkan pada tahun 211 sebesar ton, tahun 213 sebesar 1.74 ton, tahun 215 sebesar ton, tahun 217 sebesar ton dan tahun 22 sebesar ton. Proyeksi ketersediaan pangan untuk kelompok pangan minyak dan lemak pada tahun 211 sebesar 2,78 ton, tahun 213 sebesar ton, tahun

43 sebesar 2.95 ton, tahun 217 sebesar 3.37 ton dan ton pada tahun 22. Sedangkan untuk kelompok buah/biji berminyak pada tahun 211 sebesar 262 ton, 27 ton tahun 213, 278 ton tahun 215, 286 ton tahun 217 dan 3 ton pada tahun 22. Ketersediaan gula merah pada tahun 213 sebesar 113 ton dan tahun 22 sebesar 126 ton, Kelompok kacangakacangan tahun 211 sebesar ton, tahun 213 sebesar ton, tahun 215 sebesar ton, tahun 217 sebesar ton dan tahun 22 sebesar ton. dan kelompok pangan umbiumbian tahun 211 sebesar ton tahun 213 sebesar ton, tahun 217 sebesar ton, dan tahun 22 sebesar ton. Untuk komoditi terigu dan gula pasir tidak diproduksi dalam daerah upaya pemenuhan pangan tersebut dengan cara impor. Proyeksi tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam penyediaan pangan yang harus disediakan setiap tahunnya hingga tahun 22, dengan memperhitungkan jumlah penduduk agar seluruh penduduk dapat terpenuhi kebutuhan pangannya baik jumlah maupun mutunya berdasarkan kebutuhan gizi untuk hidup sehat dan produktif berbasis potensi produksi dalam daerah. Gap Proyeksi Ketersediaan dan Konsumsi Pangan berdasarkan Kebutuhan Gizi Penduduk Kabupaten Sinjai Tahun Keadaan hasil analisis gap antara proyeksi ketersediaan dan konsumsi pangan secara kuantitas kebutuhan gizi penduduk pada beberapa kelompok pangan, ketersediaanya sudah melebihi kebutuhan konsumsi pangan penduduk antara lain; kelompok pangan padipadian, umbiumbian, kelompok pangan ini harus tetap dijaga agar ketersediaannya yang bersumber dari produksi dalam wilayah tidak menurun dan dapat tersedia sepanjang tahun. Sedangkan kelompok pangan yang masih defisit beberapa kebijakan pemerintah yang ditempuh: 1. Peningkatan produksi domestik secara intensif atau intentitas tanam seperti kelompok sayur untuk memenuhi kekurangan kebutuhan konsumsi sayur tahun 215 sebesar ton, tahun 217 sebesar 13,732 ton dan 14,363 ton pada tahun 22, demikian juga buah sebesar 2 ton hingga tahun 215, tahun 217 sebesar 21 ton dan 22 ton di tahun 22. Untuk kelompok pangan 69

44 hewani defisit terbesar pada komoditi ikan pada tahun 213 sebesar 13,168 ton, tahun 215 sebesar 13,563 ton, tahun 217 sebesar 13,961 ton dan tahun 22 sebesar 14,64 ton. demikian juga telur ketersediaannya juga masih defisit sebesar 675 ton pada tahun 213, tahun 215 sebesar 696 ton, tahun 217 sebesar 753 ton dan tahun 22 sebesar 748 ton. Demikian juga kelompok pangan kacangkacangan seperti kedelai pada tahun 213 sebesar 1,375 ton, tahun 215 sebesar 1,416 ton, tahun 217 sebesar 1,457 ton dan tahun 22 sebesar 1,525 ton. Sedangkan untuk kacang hijau sebesar 213 ton, tahun 215sebesar 29 ton, tahun 217 sebesar 215 ton dan tahun 22 sebesar 225 ton. Serta kelompok pangan lainlain. 2. Impor (1%) gula pasir pada tahun 213 sebesar 2,117 ton, tahun 215 meningkat menjadi 2,181 ton, tahun 217 sebesar 2,245 ton dan tahun 22 sebesar 2,349 ton, sedangkan gandum atau terigu pada tahun 213 sebesar 3,886 ton, kemudian tahun 215 sebesar 4,3 ton, tahun 217 sebesar 4,12 ton dan tahun 22 sebesar 4,31 ton, demikian juga bahan pangan minyak sawit, susu dan kelompok pangan lainlain. 3. Ekspor, kebijakan ini dilakukan khusus pada komditi yang bernilai positif atau ketersediaannya teleh melebihi kebutuhan konsumsi pangan penduduk yang dianjurkan seperti; kelompok pangan padipadian untuk komoditi padi (beras) pada tahun 213 sebesar 13,991 ton, tahun 217 sebesar 14,834 ton dan 15,518 ton tahun 22. sedangkan jagung sebesar 5,897 ton tahun 213, tahun 215 sebesar 6,75 ton, tahun 217 sebesar 6,253 ton dan 6,541 ton tahun 22. Kelompok kacangkacangan khusus kacang tanah tahun 213 sebesar 2,152 ton, tahun 215 sebesar 2,217 ton, tahun 217 sebesar 2,282 ton dan 2,387 ton tahun 22. dan kelompok pangan umbiumbian dari ubi kayu dapat mengekspor pada tahun 213 sebesar 1,277 ton, tahun 215 sebesar 1,316 ton, tahun 217 sebesar 1,354 ton dan 1,417 ton tahun 22, secara jelas gap proyeksi ketersediaan pangan dan proyeksi kebutuhan konsumsi pangan menurut komoditas dalam setiap kelompok pangan dapat dilihat padatabel 38. 7

45 71

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan dengan penentuan lokasi secara purposive. Penelitian ini berlansung selama 2 bulan, dimulai

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumahtangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam menyusun pola konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan yang paling hakiki dan mendasar bagi sumberdaya manusia suatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah retrospektif. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan yaitu (1) Kabupaten Lampung Barat akan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain prospective study berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Provinsi Riau tahun 2008-2010. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT BERDASARKAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PADA LOKASI MKRPL DI KEC. KRAMATWATU KAB. SERANG Yati Astuti 1) dan Fitri Normasari 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

Renstra Dispakan RENCANA STRATEGIS DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN

Renstra Dispakan RENCANA STRATEGIS DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN RENCANA STRATEGIS DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016-2021 Renstra Dispakan DINAS PANGAN DAN PERIKANAN Jl. Raya Soreang Km 17 Soreang 40911 (022) 5891695 dispakan@bandungkab.go.id KATA

Lebih terperinci

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN Pengantar Survei Konsumsi Pangan Tujuan Survei Konsumsi Pangan Metode berdasarkan Jenis Data yang diperoleh Metode berdasarkan Sasaran Pengamatan Neraca Bahan Makanan Pola

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan,

BAB I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan menghendaki terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup, tersedia setiap saat

Lebih terperinci

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder) 31 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah restrospektif. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) P R O S I D I N G 58 Fahriyah 1*, Rosihan Asmara 1 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya *E-mail ria_bgl@yahoo.com

Lebih terperinci

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh manusia guna memenuhi asupan gizi dan sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara)

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara) ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara) Tri Bastuti Purwantini, Handewi P.S. Rachman dan Yuni Marisa Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan Nasional % AKG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,

Lebih terperinci

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO AGRISE Volume XV No. 1 Bulan Januari 2015 ISSN: 1412-1425 ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO (ANALYSIS OF FOOD BALANCE SHEET (FBS) AND DESIRABLE DIETARY

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan esensial dan komoditas paling strategis dalam kehidupan manusia, pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak azasi manusia. Ketahanan pangan berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1)

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1) Analisis Kebutuhan Pangan Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU 1) Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1) Saff Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130 RENSTRA 2016-2021 BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 VI - 130 BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Desain Penelitian 23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kotabaru Propinsi Kalimantan Selatan. Pemilihan lokasi penelitian secara purposive yang didasarkan atas pertimbangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perolehan pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu merupakan sesuatu yang penting bagi setiap manusia agar dapat hidup secara berkualitas. Oleh karena itu hak atas kecukupan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/05/Th. XIV, 2 Mei 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,78 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 84,25 persen,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Keadaan geografis Keadaan geografis Provinsi Papua terletak antara 2 0 25-9 0 Lintang Selatan dan 130 0-141 0 Bujur Timur. Di sebelah utara Provinsi Papua dibatasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN

NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Neraca Bahan Makanan (NBM) merupakan salah satu alat informasi untuk memahami situasi penyediaan pangan di suatu daerah. Gambaran situasi pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel mengisi daftar kehadiran atau berdasar data yang diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. Adapun jumlah Pengunjung Perpustakaan dapat dilihat pada tabel 2.184. Tabel 2.184. Jumlah Pengunjung Perpustakaan

Lebih terperinci

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI A. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Pangan Nomor: 18 Tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data 20 METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan data Susenas Modul Konsumsi tahun 2005 yang dikumpulkan dengan desain cross sectional. Data Susenas Modul Konsumsi terdiri

Lebih terperinci

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Dr. Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI RINGKASAN Berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XIV, 1 April 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 98,45 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) tercatat sebesar 83,67 persen,

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI

4 GAMBARAN UMUM LOKASI 21 4 GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Keadaan Geografis Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletak terletak di bagian selatan dengan jarak kurang lebih 153 kilometer dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI disampaikan pada : Temu Ilmiah Internasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian November 2014 OUTLINE 1. Pendahuluan 2. Permasalahan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/09 /Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN AGUSTUS 2011 SEBESAR 99,44 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Agustus 2011 sebesar 99,44

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : SUMBER DAYA ALAM : Pertanian, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Peternakan, Perkebunan

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN PENDAHULUAN

KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN PENDAHULUAN P R O S I D I N G 69 KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN Condro Puspo Nugroho 1*, Fahriyah 1, Rosihan Asmara 2 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16 KOMODITAS DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MALUKU TENGAH Pembangunan ketahanan pangan dan pertanian di Indonesia merupakan focus dari arus utama pembangunan nasional. Secara perlahan diarahkan secara umum

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI Pusat Penganekeragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130 RENSTRA 2016-2021 BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 VI - 130 BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

S. Andy Cahyono dan Purwanto

S. Andy Cahyono dan Purwanto S. Andy Cahyono dan Purwanto Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jl. Jend A. Yani-Pabelan, Kartasura. PO BOX 295 Surakarta 57102 Telp/Fax: (0271) 716709; 716959 Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/06/Th. XIV, 1 Juni 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 99,49 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Mei 2011 tercatat sebesar 99,49 persen,

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JUNI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan. Indikator

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun Tabel 5. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 3-8 VISI MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR SATUAN AWAL TARGET INDIKATOR 3 4 5 6 7 8 8 3 4 5 6 7 8 9 3 4 TERWUJUDNYA TEMANGGUNG

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung)

Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung) Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung) Nasriati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. ZA. Pagar

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. SEPTEMBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III (Tiga)

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografi Daerah Wilayah Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang terluas di Provinsi Sulawesi Barat. Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak di posisi : 00

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JULI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin Bulanan.

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak Hasil-hasil penelitian/pengkajian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian khususnya BPTP Sulawesi Tengah merupakan paket teknologi spesifik lokasi yang selanjutnya perlu disebarkan kepada pada ekosistem

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang berlimpah. Terdapat banyak sekali potensi alam yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain memiliki masa panen yang cukup pendek, permintaan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH

CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH Oleh: Achmad Djauhari dan Supena Friyatno*) Abstrak Kelompok rumah tangga adalah sasaran utama dalam program peningkatan dan perbaikan tingkat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BANDUNG TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN KABUPATEN BANDUNG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BANDUNG TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN KABUPATEN BANDUNG DINAS PEPERTANIAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PERTANIAN Jl. Raya Soreang Km 17 Bandung Telp. (022) 5891703 Fax (022) 5891703 e-mail distan@bandungkab.go.id website www.distan.bandungkab.goid

Lebih terperinci

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Ismatul Hidayah dan Demas Wamaer Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jl. Chr Splanit Rumah Tiga Ambon E-mail: ismatul_h@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013 Kementerian PPN/ Bappenas ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013 DIREKTORAT PANGAN DAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Pola Konsumsi Non Beras Sektor pertanian tidak akan pernah lepas dari fungsinya sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

Programa Penyuluhan Kab.Bangka

Programa Penyuluhan Kab.Bangka Programa Penyuluhan Kab.Bangka 2013 1 LEMBAR PENGESAHAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN KABUPATEN BANGKA TAHUN 2013 Tim Penyusun, Kepala Bidang Penyuluhan Pada Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Bangka, Koordinator

Lebih terperinci