PERAMALAN PERMINTAAN BAN MOBIL PENUMPANG PT GOODYEAR INDONESIA TBK. Oleh RUDI AWALUDIN A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAMALAN PERMINTAAN BAN MOBIL PENUMPANG PT GOODYEAR INDONESIA TBK. Oleh RUDI AWALUDIN A"

Transkripsi

1 PERAMALAN PERMINTAAN BAN MOBIL PENUMPANG PT GOODYEAR INDONESIA TBK Oleh RUDI AWALUDIN A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 PERAMALAN PERMINTAAN BAN MOBIL PENUMPANG PT GOODYEAR INDONESIA TBK Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor Oleh Rudi Awaludin A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi industri otomotif di Indonesia yang mengalami peningkatan setelah krisis moneter, ditunjang populasi penduduk yang besar dan pendapatan yang makin meningkat menjadikan industri otomotif memiliki prospek yang menjanjikan. Akan tetapi seiring dengan perkembangan perekonomian negara yang relatif belum sepenuhnya stabil dan adanya faktor ekstern yang mengakibatkan nilai rupiah anjlok serta peningkatan inflasi seperti sekarang ini menyebabkan adanya penurunan penjualan kendaraan. Di era modern ini kebutuhan akan roda empat sangat dibutuhkan sebagai sarana untuk mempermudah orang melakukan perjalanan dan juga sebagai life style masyarakat, terutama daerah perkotaan yang tingkat laju ekonominya sangat pesat. Semakin maju suatu negara maka kebutuhan akan roda empat akan dirasa sangat penting yang dapat memudahkan akses mereka ke tempat yang dituju apalagi untuk urusan bisnis. Selain itu kepemilikan kendaraan dapat menunjukkan suatu kelas tersendiri dalam masyarakat. Prospek yang semakin bagus didunia otomotif di Indonesia yang ditunjukkan oleh tingkat penjualan kendaraan roda empat yang meningkat dari tahun ke tahun merupakan peluang pasar yang bagus untuk industri ban. Ban sebagai salah satu komponen penting dari kendaraan akan berkorelasi (ada hubungan) dengan tingkat penjualan mobil. Semakin meningkat penjualan mobil maka semakin meningkat pula penjualan ban, karena kedua produk tersebut saling melengkapi (komplementer).

4 2 Tabel 1. Perbandingan Jumlah Serta Nilai Produksi Industri Ban Dan Kendaraan Bermotor Roda Empat/Lebih (Ribu Rp per Unit) Ta Jumlah Nilai hun Ban % Kendaraan % Ban % Kendaraan % (85.4) (70.5) (6.0) (0.2) (45.3) (18.98) (6.8) (18.4) (8.79) Sumber : Badan Pusat Statistik, Dari Tabel 1 terlihat bahwa jumlah ban yang ada di pasaran terus mengalami peningkatan walaupun pada tahun 1998 volume penjualan kendaraan mengalami penurunan yang disebabkan kondisi perekonomian Indonesia sedang mengalami krisis. Meski produksi kendaraan turun secara drastis di tahun 1998 serta tahun 1999, akan tetapi jumlah ban yang ada semakin banyak hal ini karena pada saat itu adanya peluang yang sangat bagus bagi pemasaran ke luar negeri (Divisi Pemasaran Goodyear, 2005). Industri ban di Indonesia tingkat persaingannya mulai kompetitif, mereka secara gencar melakukan promosi, menciptakan model-model yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna kendaraan atau menerapkan harga yang murah serta menyediakan saluran distribusi yang tepat untuk memudahkan pembelian. Tabel 2. Perkembangan Penjualan Ban Radial di Indonesia Pada Pasar Domestik Tahun (unit) Tahun Pasar eceran Pasar prakitan Total Penjualan Kenaikan Penjualan Pasar domestik Pasar Domestik Rata-rata Sumber : Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia, 2003 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa sejak tahun 1998 hingga tahun 2000 penjualan di pasar eceran mengalami peningkatan yang diikuti oleh permintaan

5 3 pada pasar perakitan, yang telah bangkit kembali setelah terpuruk karena krisis ekonomi. Penjualan tahun 2002 mengalami penurunan baik di pasar eceran maupun perakitan, hal ini bisa disebabkan semakin banyaknya ban luar negeri yang masuk serta adanya ban vulkanisir dalam pasar Indonesia. Saat ini terdapat sembilan perusahaan produsen ban yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia antara lain PT Goodyaer Indonesia, PT Bridgestone Tyre Indonesia, PT Gajah Tunggal, PT Intirub, PT Sumi Rubber Indonesia, PT Mega rubber, PT Elang Perdana, PT Multistrada, dan PT Industri Karet Deli. PT Goodyear Indonesia Tbk pangsa pasarnya menempati posisi ketiga sebagai produsen ban dari lima perusahaan ban yang tergabung dalam APBI setelah PT Bridgestone dan PT Gajah Tunggal. Hal ini dilihat dari share of market produsen ban di Indonesia pada tahun 2004, bahwa PT Bridgestone sebagai Market Leader pangsa pasarnya sebesar 36,7 persen yang diikuti PT Gajah Tunggal 25.4 persen, PT Goodyear Indonesia sebesar 13.9 persen, PT Sumi Rubber Indonesia sebesar 9 persen, dan lain-lain sebesar 15 persen (Divisi Pemasaran Goodyear, 2005). Tingkat penjualan yang semakin meningkat yang diiringi persaingan yang ketat serta keinginan perusahaan melakukan efisiensi produksi menjadikan peramalan merupakan hal yang diperlukan. Peramalan permintaan dibutuhkan oleh bagian perencanaan untuk melihat ke depan prospek yang akan terjadi di pasar sehingga dapat merumuskan tingkat produksi yang efektif yang akan dilakukan oleh divisi produksi serta pengaturan jumlah bahan baku oleh divisi pengadaan sehingga inefesiensi produksi dapat berkurang.

6 Perumusan Masalah PT Goodyear Indonesia merupakan perusahaan ban pertama di Indonesia yang beroperasi sejak tahun 1935, sampai saaat ini produk yang dihasilkannya terdiri dari consumer tire dan commercial tire. Consumer tire yaitu ban yang biasa digunakan untuk kendaraan roda empat atau biasa disebut ban mobil penumpang (passanger tire) sedangkan commercial tire merupakan ban yang digunakan untuk truk, bus, dan kendaraan berat lainnya. Tabel 3. Permintaan Ban Mobil Penumpang PT Goodyear Indonesia Tahun Permintaan (unit) Banyaknya Model Ban Sumber : Bagian Pemasaran PT Goodyear Indonesia, 2005 Tabel 3 menunjukkan bahwa permintaan antara tahun 2001 dengan 2004 mengalami fluktuasi untuk model yang berlainan. Model-model tersebut disesuaikan dengan permintaan pasar, apabila tingkat permintaannya rendah maka model tesebut tidak diproduksi lagi. Adanya fluktuasi permintaan menunjukkan bahwa peramalan merupakan hal yang penting, melalui peramalan tersebut setidaknya faktor-faktor yang menyebabkan fluktuasi tersebut dapat diantisipasi atau diminimumkan pengaruhnya melalui langkah-langkah tertentu. Peramalan juga merupakan salah satu langkah penting yang menentukan keberhasilan perencanaan. Hampir semua keputusan bisnis dibuat dalam situasi yang beresiko dan mengandung ketidakpastian. Keputusan tentang tingkat produksi, tingkat harga, belanja iklan dan lain-lain harus dirancang dan direncanakan dengan seksama demi kelangsungan pertumbuhan perusahaan. Semua keputusan-keputusan ini

7 5 dibuat atas dasar prediksi dan ramalan tentang tingkat aktivitas ekonomi dan bisnis di masa yang akan datang. Peramalan yang dilakukan PT Goodyear Indonesia merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi permintaan pelanggan dimasa yang akan datang, permintaan yang dimaksud merupakan permintaan aktual yang terjadi yakni volume ban yang diorder oleh industri perakitan, para agen, pedagang besar, atau pedagang eceran. Permintaan yang diramalkan untuk periode yang akan datang dilakukan oleh divisi demand planning, mengacu pada tren permintaan periode sebelumnya, disamping memperhitungkan akan faktor-faktor produksi seperti harga dan ketersediaan bahan baku, juga yang menjadi dasar prediksi adalah omset yang ingin dicapai dan ditetapkan oleh pihak top manajemen. Peramalan permintaan dan perencanaan perubahan kapasitas dilakukan untuk menanggapi permintaan pasar yang berfluktuatif. Untuk meminimalisasi kerugian diperlukan suatu metode yang cocok dengan pola data permintaan setiap produk tersebut, sehingga perusahaan dapat merumuskan kapasitas yang diproduksi sesuai dengan tingkat permintaan pasar. Adanya pengetahuan pola data dari tiap tipe produk yang diminta dapat diketahui apakah pola permintaannya meningkat atau menurun, sehingga bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pemasaran perusahaan, misalnya kapan permintaan terhadap produk itu menurun serta dapat menentukan langkah dan strategi yang perlu dilakukan untuk mengatasinya. Saat ini pihak perusahaan menggunakan metode naïve, yang mengasumsikan bahwa permintaan periode berikutnya merupakan prediktor terbaik. Pertimbangan dari penggunaan metode ini yaitu kemudahan dalam

8 6 penggunaannya, akan tetapi hasil penggunaan metode ini dirasa kurang memuaskan karena besarnya penyimpangan yang terjadi. Harapan pihak perencana agar mendapat suatu nilai yang lebih akurat mendorong perusahaan untuk mencari model yang lebih tepat. Divisi demand planning mengharapkan adanya suatu masukan yang sekira-kiranya bisa membantu dalam proyeksi permintaan masa yang akan datang sehingga dapat merumuskan strategi yang lebih tepat. Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini : 1. Bagaimana pola permintaan ban penumpang di PT Goodyear Indonesia Tbk yang selama ini berlangsung? 2. Metode peramalan apa yang sesuai untuk peramalan permintaan tipe ban penumpang di PT Goodyear Indonesia Tbk sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan? 3. Bagaimana proyeksi permintaan ban mobil penumpang untuk satu tahun kedepan? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan : 1. Mengkaji serta menganalisis pola data permintaan ban penumpang di PT Goodyear Indonesia Tbk yang selama ini berlangsung. 2. Menentukan metode yang paling cocok untuk peramalan permintaan ban penumpang di PT Goodyear Indonesia Tbk.

9 7 3. Mendapatkan ramalan jumlah ban yang akan diminta konsumen untuk satu tahun kedepan. 4. Implikasi dari identifikasi pola data, metode peramalan, dan hasil peramalan terhadap perencanaan produksi Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan ada suatu masukan bagi pihak manajemen PT Goodyear Indonesia Tbk dalam proses pengambilan keputusannya dilihat dari peramalan permintaan konsumen sehingga dapat direncanakan kuantitas barang yang diproduksi untuk meminimalisasi kerugian akibat permintaan yang kurang. Memberikan manfaat untuk kepentingan keilmuan dan menjadi informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penelitian ini juga digunakan untuk melatih menganalisa suatu permasalahan berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh penulis di bangku kuliah Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang terdiri dari metode peramalan time series dan metode kausal (regresi). Data yang digunakan merupakan data bulanan penjualan ban mobil penumpang di PT Goodyear Tbk Januari Juni Ramalan dilakukan untuk memilih metode peramalan terbaik untuk periode satu tahun ke depan. Penelitian ini mempunyai keterbatasan, yaitu peramalan yang dilakukan tidak terhadap semua model ban penumpang yang diproduksi PT Goodyear Indonesia. Hal ini disebabkan karena adanya daur produksi yang dilakukan pihak perusahaan terhadap model tersebut, sehingga data yang tersedia untuk tiap model

10 8 dalam kurun waktu yang sama tidak tersedia. Penulis melakukan peramalan terhadap model yang memiliki daur yang panjang serta tingkat permintan yang besar dari konsumen, dari dua kriteria tersebut model ban yang diambil yaitu GT3 (Broad Market) atau lebih dikenal segmen keluarga serta ban model Eagle Ventura (High Performance). Harga yang dimasukan dalam penelitian ini bukan harga perusahaan tapi merupakan harga yang diterima konsumen, selain itu penelitian ini tidak dapat mengidentifikasi seluruh faktor yang mempengaruhi permintaan karena sulit dikuantifikasikan. Variabel yang digunakan berupa periode waktu serta harga. Penelitian ini dilakukan di PT Goodyear Tbk yang sudah memiliki divisi tersendiri dalam perusahaan yang dinamakan Demand Planning hal ini karena pada divisi tersebut mengharapkan suatu masukan-masukan baru dalam peramalan permintaan untuk membantu perencanaan.

11 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ban Ban merupakan salah satu produk agroindustri pengolahan karet. Menurut Setyamijaya, dalam Inda Lestari (2002) karet alam yang digunakan sebagai bahan baku memproduksi ban adalah karet remah (Crumb rubber). Crumb rubber dikenal sebagai karet spesifikasi teknis karena kualitas/jenisnya ditentukan secara teknis dengan analisis penelitian laboratorium menggunakan perlengkapan mutakhir. Karet remah diperoleh dari pengolahan lateks, dan slumb melalui proses : 1. Pembentukan lateks Proses ini dilakukan dalam bak pembekuan yaitu tempat lateks dibubuhi asam semut 1 % dan melase 0,36 %. Pembubuhan ini bertujuan untuk memperoleh karet remah yang berwarna putih. Zat lain yang dimasukan dalam bak pembekuan adalah larutan natrium bi sulfit berkonsentrasi 0,05 %. Proses ini menghasilkan bekuan/koagulan setelah jam yang siap digiling/diremahkan berukuran 45 cm x 23 cm x 23 cm. 2. Peremahan Koagulan tersebut selanjutnya diamasukan ke dalam mesin pisau berputar (rotary cutter) yang dilengkapi saringan berukuran 1,6 1,9 cm. Proses ini menghasilkan remah yang akan diterima dalam kotak pengering yang terbuat dari besi anti karat. Kotak tersebut berukuran 120 cm x 50 cm x 40 cm. Remah yang terbentuk telah dicuci dengan air sebanyak 10 lb (sekitar 5 liter) permenit agar remah tersebut bersih dari kotoran.

12 10 3. Pengeringan Tahap selanjutnya adalah memasukan kotak pengering ke dalam mesin pengering lorong (unidryer). Kotak tersebut diisi dengan 16 Kg remah/sesuai ukuran bandela. Proses ini berlangsung selama 4 jam dengan suhu 70 o C 100 o C dan berkapasitas 400 Kg per jam. Alat lain yang terdapat dalam proses pengering selain pengering lorong adalah alat pendingin (cooler) yang dapat menurunkan suhu gumpalan karet remah menjadi 50 o C 60 o C, sehingga ketika kotak pengering keluar dari mesin unidryer kotak tersebut sudah dingin, dan gumpalan remah dapat diproses lebih lanjut. 4. Pengempaan Remah kemudian diangkat, dan ditaruh di atas meja untuk selanjutnya seberat 35 Kg dimasukan ke dalam mesin pengempa. Mesin pengempa bertenaga besar berkekuatan ton dipergunakan agar diperoleh bongkah berbentuk bagus. Remah yang masih panas tersebut dikempa selama 30 menit, dan menghasilkan bongkahan berukuran 75 cm x 35 cm x 15,25 cm dan bertanda SIR pada permukaannya. 5. Pembungkusan Bongkahan yang keluar dari mesin pengempa dibiarkan selama 8 12 jam hingga dingin. Bongkahan tersebut dipak dalam bentuk pallet dan dibungkus dengan plastik hitam setebal 0,1 mm. Karet remah memiliki kualitas yang diklasifikasikan berdasar ciri-ciri teknis meliputi : 1) Kadar kotoran (dirt content); 2) Kadar abu (ash content); 3) Kadar zat menguap ( Volatile content). Penentuan ketiga bahan tersebut dianalisis kadar tembaga, mangan dan nitrogen. Hasil spesifikasi teknis dinyatakan dalam

13 11 Standard Indonesian Rubber (SIR) sesuai dengan surat menteri perdagangan No. 293/KP/X/1972 mengenai SIR. Pencampuran karet dengan bahan-bahan lain untuk pabrik ban bukanlah sesederhana seperti yang diperlukan untuk industri kecil. Di pabrik ban biasanya digunakan banbury mixer karena jumlah karet yang diperlukan cukup besar dibanding kesanggupan sebuah open mill. Banbury yang terdapat di Indonesia kapasitasnya berkisar antara Kg, sehingga dalam proses pencampuran akan selalu terpakai. Karena harganya yang mahal maka pabrik ban membatasi jumlah yang dipunyai, karena itu tidak salah lagi bahwa keefektifan proses penggilingan untuk dapat hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun mutu sangat perlu untuk diperhatikan. Bahan dasar pembuatan ban terdiri dari: (1) Benang/kawat baja, nylon aramid fiber, rayon, fiberglass, atau polyester (biasanya bahan kombinasi, misalnya benang polyester pada lapisan ban dan kawat baja pada bagian sabuk baja dan bead yang umumnya terdapat pada ban mobil penumpang radial). (2) Karet alam dan sintesis (terdapat ratusan jenis karet/polimer). (3) Campuran kimia karbon black, silica, resin. (4) Anti-degradants antioksidan, ozonan, parafin, wax. (5) Adhesion promoter cobalt salt, brass untuk kawat aja, resin dan benang. (6) Curatives cure, accelerators, activators, sulfur. (7) Processing aids minyak, tackifier, peptizer, dan softener. Di suatu ban ukuran populer 195/70R14 ban mobil penumpang untuk semua musim mempunyai berat sekitar 8 Kg yang terdiri dari: 2 Kg terdiri dari 30 jenis bahan karet sintesis; 1,5 Kg terdiri 8 jenis karet bahan karet alam; 2 Kg terdiri dari 8 jenis bahan karbon black; 0,5 Kg sabuk kawat baja; 0,5 Kg benang

14 12 polyester dan nylon; 0,5 Kg bead kawat baja; 1,5 Kg terdiri dari 40 jenis bahan kimia, minyak dan lain-lain. Tabel 4. Campuran Umum Antara Bahan Karet Sintesis dan Karet Alam Menurut Jenis Ban Jenis Ban Karet Alam Karet Sintesis Ban Mobil Penumpang 55% 45% Ban Truk 50% 50% Ban Mobil Balap 65% 30% Ban Off-Road (giant/earth mover) 20% 80 Sumber : Proses produksi ban menggunakan teknologi tinggi dari pengolahan bahan baku hingga pembentukan produk akhir dengan menggunakan peralatan seperti mesin pencampur, mesin pengiling, mesin pelapis, mesin assembly, dan mesin pemasak (cury). Proses ini selanjutnya berlangsung melalui tahapan sebagai berikut : 1. Banbury Mixer Tahap ini diawali dengan proses pencampuran bahan baku pada mesin banbury mixer yang terdiri dari karet alam, karet sintetis, carbon black, bahan kimia dan bahan pembantu (oil solvent) dengan berat, waktu dan temperatur tertentu menghasilkan compound. Proses tersebut akan sesuai dengan berat jenis dan kekenyalan bila dilakukan non productive compound, yaitu proses vulkanisir terhadap compound yang belum dilengkapi bahan kimia, dan productive compound, yaitu proses melengkapi compound dengan ramuan. Alasan pembuatan banbury adalah untuk mencegah kotoran yang disebabkan carbon yang ringan berterbangan dalam pabrik, sekarang ternyata banbury dapat menghasilkan compound dengan cepat dan dapat menghasilkan panas yang lebih tinggi sehingga proses pencampuran dapat berlangsung lebih cepat.

15 13 2. Extruder Tahap ini berlangsung pada mesin extruder tempat compound digiling melalui mill-mill. Compound kemudian dikirim dalam bentuk pita ke feed box melalui sistem ban berjalan. Mesin ini dilengkapi dengan screw yang berfungsi mendorong pita compound keluar melalui cetakan (DIE). DIE adalah lempengan besi yang berfungsi sebagai alat cetak telapak ban (contour tread). Tread lalu didinginkan dan disimpan dalam nampan yang berlapis-lapis (bear trap). 3. Calender Pada tahap ini dilakukan proses pelapisan benang (fabric) dengan compound tipis, yang sebelumnya kekuatan, dan kadar airnya dihilangkan melalui rollroll panas, selanjutnya dilakukan dua kali pelapisan pada bagian bawah, dan atas permukaan compound hingga menghasilkan treatment. Treatment kemudian dipotong-potong dengan menggunakan bias cutter menurut lebar, dan sudut sesuai spesifikasi untuk masing-masing jenis ban. Potongan tersebut lalu disambung kembali membentuk ply dengan arah yang teratur. 4. Bead insulating Pada tahap ini mesin kawat baja yang dilapisi karet (bead wire) dipanasakan dan diinsulasikan dengan compound kemudian diberi lapisan semen agar mudah lengket. Kumpulan kawat-kawat yang bersatu dengan compound dibuat melingkar pada diameter, dan mengelilingi diameter tersebut dengan jumlah sesuai ukuran jenis ban. Misalnya ban jenis penumpang terdiri dari lima jajaran kawat dengan empat kali putaran, ujung dilapisi pita, kemudian dibungkus melalui proses bead wrapping, sedangkan ban ukuran besar (truk)

16 14 dilapisi lagi dengan ply yang sempit melalui proses bead flapping dan menghasilkan bead yang berfungsi memperkuat atau memperkokoh ban pada riml velg. 5. Tire Building Pada tahap ini komponen-komponen yang dihasilkan pada tahap sebelumnya seperti band (proses calender), dan bead (bead insulating) dirakit menjadi satu menghasilkan ban mentah (green tire). 6. Curing Tahap ini merupakan proses pemasakan ban mentah dengan menggunakan mesin automatic press. Proses ini bertujuan menghindari penempelan ban mentah yang terdiri dari dua sistem pemasakan meliputi : steam-steam yaitu pemasakan menggunakan steam bertekanan 200 psi, sistem ini digunakan untuk jenis ban passenger conventional atau ultra light truk, steam gas yaitu pemasakan menggunakan steam bertekanan 200 psi dan gas 300 psi, sistem ini digunakan untuk menghasilkan ban radial, light truk, dan earth mover. 7. Trimming and Balancing Berat dan tekanan dalam ban sulit ditentukan sehinga dibuat toleransi ban dengan cara melubangi cetakan. Pelubangan tersebut mengakibatkan ban berambut. Trimming adalah proses pemotongan rambut yang berasal dari cetakan, sedangkan balancing yang merupakan tahap akhir proses produksi ban adalah proses menguji keseimbangan ban, dan menentukan letak pentil (value).

17 Spesifikasi Ban Terdapat banyak informasi penting yang tercetak pada dinding samping sebuah ban, diantaranya nama ban, ukuran, tipe tubeless atau tube type, tingkatan/level ban, batas kecepatan, batas muatan, batas tekanan angin. Contoh 215/65R15 89 H, tulisan ini menjelaskan : 215 lebar ban : adalah lebar antara dinding samping satu ke dinding samping lainnya dalam satuan milimeter. Pengukuran ini bisa menghasilkan ukuran yang berbeda-beda tergantung lebar rim/velg yang terpasang. Akan bertambah lebar jika dipasang pada rim yang lebar, dan sebaliknya. Namun lebar yang tertulis pada dinding samping sebuah ban adalah diukur dengan memasangkan rim yang lebarnya sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat ban. 65 aspek rasio: adalah rasio/perbandingan antara tinggi dengan lebar penampang ban, 65 berarti tinggi ban adalah 65% dari lebar penampang ban tersebut. R konstruksi: adalah bagaimana lapisan ban disusun dalam (carcass) ban. R berarti radial, jika B berarti ban tersebut mempunyai konstruksi sabuk bias (bias belt), jika D maka konstruksinya bias diagonal (diagonal bias). 15 diameter rim: adalah diameter dari velg dalam satuan inci. 89 indeks muatan: sesuai dengan standar industri ban maka ban tersebut mempunyai batas mutan sebesar 580 Kg. Terdapat beragam tingkatan batas muatan pada ban sesuai dengan jenisnya. Batas muatan ditulis menggunakan satuan lbs (pon) dan Kg, batas tekanan angin dalam PSI (pound per square inch) dan Kpa (kilopascals).

18 16 H batas kecepatan: sesuai dengan standar industri ban maka ban tersebut mempunyai batas kecepatan 210 Kilometer/jam. Terdapat beragam tingkatan batas kecepatan pada ban sesuai dengan jenisnya. Tulisan DOT berarti ban tersebut telah memenuhi standar persyaratan dari Department Of Transportation pemerintah Amerika Serikat. Berdekatan dengan tulisan DOT adalah nomor seri ban, yaitu gabungan antara angka dan hurup abjad yang tersusun sampai 11 karakter Tingkatan Ban Department Of Transfortation (DOT) mewajibkan pembuat ban untuk membedakan ban untuk mobil penumpang berdasarkan tiga jenis kemampuan, diantaranya: untuk keawetan/jarak tempuh, daya cengkram, serta daya tahan terhadap temperatur. Tingkatan jarak tempuh/keawetan didasarkan pada pengetesan pada saat kondisi terkontrol di suatu lintasan jalan khusus yang telah ditentukan, akan tetapi pada kenyataannya bahwa keawetan ban sangatlah beragam tergantung dari sifat/cara mengemudi, jenis pemakaian mobil, dan kondisi jalan. Tingkatan daya cengkram adalah kemampuan pengereman di jalan basah yang dites pada kondisi terkontrol pada suatu jalan khusus yang telah ditentukan Indeks Kecepatan Indeks kecepatan adalah batas kecapatan maksimum untuk ban mobil penumpang, indeks ini sebagai suatu angka penunjuk bagi para pengguna ban dalam mengetahui batas kemampuan daya traksi ban ketika melaju dalam suatu kecepatan tertentu.

19 17 Tabel 5. Indeks Kecepatan yang Digunakan Oleh Semua Produsen Ban Simbol Kecepatan Kecepatan Maksimum B 50 Km/jam F 80 Km/jam G 100 Km/jam N 140 Km/jam S 180 Km/jam T 190 Km/jam U 200 Km/jam H 210 Km/jam V 240 Km/jam Z > 240 Km/jam Sumber : Jenis-Jenis Ban Jenis ban terdiri dari consumer tire dan commercial tire. Consumer tire yaitu ban yang biasa digunakan untuk kendaraan roda empat atau biasa disebut ban mobil penumpang (passanger tire) sedangkan commercial tire merupakan ban yang digunakan untuk truk, bus, dan kendaraan berat lainnya. Peruntukkannya yang berbeda menjadikan adanya perbedaan kandungan bahan dasar yang digunakan antara consumer tire dengan commercial tire (Tabel 4) Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dan mendukung dalam penulisan ini, akan diuraikan secara ringkas berikut ini : Allyne (2003) dengan judul skripsinya Peramalan Permintaan Berbagai komoditas sayuran pada PT Saung Mirwan. Komoditi yang dijadikan sebagai objek penelitian ini yaitu terdiri dari Brokoli, Kedelai Jepang, Lettuce Head, Tomat Ceri, Tomat Rianto. Nilai yang digunakan untuk pemilihan teknik peramalannya yaitu MSE (mean square error). Hasil olahan yang dilakukan menunjukkan bahwa kelima komoditi tidak stasioner dimana terdapat unsur trend

20 18 dan musiman, metode kuantitatif terbaik untuk empat komoditi adalah ARIMA. Sedangkan untuk Kedelai Jepang metode yang paling cocok yaitu dekomposisi multiplikatif. Metode alternatif yang dapat diterapkan perusahan yang penggunaannya lebih mudah, yaitu metode linier satu parameter dari Brown. Untuk komoditi brokoli metode alternatifnya adalah regresi dan dekomposisi aditif. Kemudian untuk kedelai jepang sebaiknya mengunakan metode peramalan yang terpilih yaitu metode dekomposisi multiflikatif dan aditif. Hasil analisis yang dilakukan oleh Allyne menunjukan bahwa ARIMA merupakan metode terbaik dalam meramalkan tingkat permintaan lima komoditas yang ada di PT Saung Mirwan, penggunaanya yang relatif sulit menjadikan metode-metode alternatif direkomendasikan sehingga dapat dengan mudah digunakan perusahaan. Elva (2004) Peramalan Penjualan Kripik Pisang dan Nangka (Studi Kasus pada PD Andalas Mekar Sentosa di Lampung). Pada penelitian ini metode yang dilakukan yaitu time series, yang diterapkan terhadap komoditas unggulan perusahaan. Adapun komoditinya terdiri dari kripik pisang manis, kripik pisang asin, kripik pisang stick, kripik nangka goreng, dan kripik nangka super. Pola data yang dimiliki yaitu untuk kripik pisang polanya horisontal, sedangkan untuk kripik nangka memiliki pola musiman. Metode terbaik dalam meramalkan penjualan kripik pisang manis dan kripik pisang asin adalah pemulusan eksponensial tunggal. Sedangkan metode ramalan untuk kripik pisang stick, kripik nangka goreng, dan kripik nangka super metode terbaik yaitu dekomposisi multiflikatif. Berdasarkan hasil ramalan untuk tahun 2004 semua produk

21 19 mengalami peningkatan penjualan kecuali untuk penjualan kripik pisang manis mengalami penurunan sebesar 6 persen. Lestari (2002) Analisis Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Manajemen dan Strategi Pemasaran Ban PT Goodyear Indonesia Tbk Bogor. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) menganalisis dampak krisis ekonomi terhadap manajemen; (2) menganalisis keterkaitan antara distribusi, kapasitas produksi dan misi perusahaan; (3) menganalisis strategi pemasaran yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan pada saat krisis ekonomi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa krisis ekonomi berdampak terhadap aspek manajemen. Krisis tersebut menempatkan manajemen produksi (kapasitas produksi) di posisi pertama dengan skor 0,528, kemudian manajemen pemasaran (distribusi) dan manajemen strategi (misi perusahaan) di posisi kedua dengan skor 0,236. Kegiatan distribusi dapat berjalan lancar apabila perusahaan mengetahui jumlah produk yang dapat dipasarkannya sehingga manajemen tersebut dapat memperkirakan banyaknya pesanan yang dapat dipenuhi dimasa yang akan datang dikaitkan dengan kemampuan produksi perusahaan. Produksi yang didistribusikan tersebut harus sesuai dengan misi perusahaan yaitu produk yang berkualitas. Strategi produk yang dilakukan perusahaan adalah konsisten terhadap kualitas, inovasi, pengembangan produk, dan peningkatan pelayanan. Strategi distribusi dilakukan dengan dengan peluncuran Goodyear sentra servis (pusat pelayanan ban profesional). Strategi promosi dilakukan dengan menciptakan citra One Revolution Ahead (inovasi selangkah di depan) yang dikomunikasikan melalui media cetak dan elektronik. Strategi harga dilakukan dengan

22 20 memberlakukan tiga jenis harga berbeda meliputi harga standar ekspor, harga standar original equipment, dan harga standar replacement. Ismayanti (2003) dengan tulisannya yang berjudul Analisis Strategi Pemasaran Ban Radial Passanger PT Goodyaer Indonesia Tbk di Pasar Domestik. Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan perusahaan adalah (1) jaringan pemasaran dan distribusi yang luas; (2) inovasi produk; (3) merk yang terkenal. Sedangkan faktor-faktor yang menjadi kelemahan antara lain : (1) bukan market leader; (2) masalah ketidakstabilan harga; (3) quality image yang kurang baik. Audit eksternal mengidentifikasi bahwa peluang yang dapat dimanfaatkan adalah (1) pertumbuhan penduduk sebagai peluang pasar; (2) kebijakan pemeritah mendorong industri otomotif; (3) semakin tingginya jumlah mobil penumpang di Indonesia. Sedangkan faktor-faktor yang menjadi ancaman bagi perusahaan adalah (1) situasi politik yang belum stabil; (2) daya beli yang menurun; (3) fluktuasi rupiah mempengaruhi harga bahan baku. Berdasarkan nilai total matriks EFE sebesar 2,556 dapat disimpulkan bahwa perusahaan berada pada posisi rata-rata dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Dari nilai total matriks IFE yang didapat sebesar 3,042 dapat disimpulkan bahwa perusahaan berada pada posisi internal yang kuat. Nilai total kedua matriks tersebut memposisikan perusahaan pada sel IV pada matiks IE. Strategi yang dapat diambil pada posisi sel tersebut adalah strategi growth and built. Hasil penentuan prioritas utama adalah strategi peningkatan mutu produk dan kualitas pelayanan pelanggan. Strategi peringkat kedua adalah pada strategi inovasi dan pengembangan produk.

23 Kerangka Pemikiran Konseptual Konsep Permintaan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep permintaan menjelaskan bahwa permintaan atas suatu produk dipengaruhi oleh harga produk itu sendiri, kualitas dan desain produk, pengeluaran iklan untuk produk, saluran distribusi produk (bauran pemasaran produk tersebut), harga produk lain yang berkaitan, kualitas dan desain produk lain, pengeluaran iklan produk pesaing, saluran distribusi produk pesaing (bauran pemasaran pesaing), pendapatan konsumen, jumlah penduduk, dan lain-lain. Dalam kaidah permintaan yang paling sederhana dinyatakan bahwa pada harga tinggi, lebih sedikit barang yang akan diminta dibanding pada harga rendah (cateris paribus). Jadi kaidah permintaan mengatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan terbalik dengan harga, asalkan hal-hal lain sama pada setiap tingkat harga (Miller & Meiners, 2000). Dengan adanya perubahan dalam harga suatu barang menyebabkan adanya pergerakan di sepanjang kurva yang memiliki kemiringan negatif, sedangkan perubahan faktor-faktor lain selain harga menyebabkan pergeseran kurva permintaan tersebut. Ketika terjadi peningkatan atau penurunan faktor-faktor tersebut maka akan terjadi perubahan kuantitas yang diminta. Produk yang berkualitas tinggi dengan desain yang lebih menarik biasanya akan menarik lebih banyak konsumen dibandingkan dengan produk lain yang harganya sama tapi kualitas dan desainnya kurang menarik. Kualitas yang baik itu dalam bentuk pelayanan prima, jaminan kerusakan atau suku cadang, atau bisa juga dibentuk oleh aktivitas promosi lain. Penggunaan media iklan yang

24 22 dilakukan perusahaan akan mempengaruhi selera konsumen sehingga diharapkan permintaan akan lebih tinggi terhadap produk yang dikeluarkan atau bahkan berpindahnya konsumen dari merek lain. Selain itu saluran distribusi menentukan terhadap permintaan suatu produk. Saluran distribusi yang lebih luas dan tempat penjualan yang lebih strategis akan dapat menjangkau konsumen secara merata, konsumen akan lebih mudah untuk memperoleh dan membeli produk tersebut serta memungkinkan pelayanan purna jual yang lebih pasti. Dalam istilah ekonomi, permintaan mengacu pada jumlah produk yang rela dan mampu dibeli oleh orang-orang berdasarkan kondisi tertentu. Kebutuhan atau keinginan merupakan komponen yang diperlukan tetapi harus disertai dengan kemampuan keuangan sebelum permintaan ekonomi tercipta. Jadi dalam permintaan ekonomi memerlukan para pembeli potensial dengan keinginan untuk menggunakan atau memiliki sesuatu dan kemampuan keuangan untuk memperolehnya (Pappas dan Hirschey, 1995). Terdapat tiga hal penting mengenai jumlah yang diminta konsumen, yaitu yang pertama jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan, kedua apa yang diinginkan tidak merupakan harapan kosong, tapi merupakan permintaan efektif, dan yang ketiga kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinyu (Lipsey,at.al) Permintaan pasar untuk suatu produk adalah volume total yang akan dibeli oleh kelompok pelanggan tertentu di wilayah geografis tertentu pada periode waktu tertentu di lingkungan pemasaran tertentu dengan program pemasaran tertentu. Permintaan pasar bukanlah angka yang tetap tetapi lebih merupakan fungsi dari kondisi tertentu, sehingga permintaan pasar dapat disebut permintaan pasar (Kotler, 2002). Pangsa permintaan pasar suatu perusahaan bergantung

25 23 bagaimana produk, pelayanan, harga, komunikasi, dan aspek lain di perusahaan tersebut dipandang secara relatif terhadap pesaing-pesaingnya oleh pelanggan Peramalan Peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematik tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa depan berdasar informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya (selisih antara apa yang terjadi dengan hasil perkiraan) dapat diperkecil. Peramalan dapat juga diartikan sebagai usaha memperkirakan perubahan, peramalan tidak memberi jawaban pasti tentang apa yang akan terjadi melainkan berusaha mencari sedekat mungkin dengan apa yang akan terjadi (Mulyono, 2000). Menurut Sugiharto dan Harijono (2000), Peramalan merupakan suatu studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola yang sistematis. Peramalan permintaan adalah upaya untuk mengetahui kemungkinan perubahan permintan atau jumlah produk yang diminta oleh konsumen di masa yang akan datang. Prosedur peramalan sesuai dengan sifatnya dikelompokkan dalam Peramalan kuantitatif dan kualitatif. Disatu sisi teknik kualitatif murni adalah yang jelas tidak memerlukan manipulasi data, hanya pendapat pribadi berdasarkan pengalaman dan tingkat intuisi peramal. Disisi lain teknik kuantitatif yang murni tidak memerlukan input pendapat pribadi, hal ini merupakan prosedur mekanis yang menghasilkan hasil-hasil kuantitatif. Beberapa prosedur kuantitatif memerlukan lebih banyak manipulasi data yang canggih.

26 24 Namun demikian pendapat pribadi dan akal sehat harus digunakan secara bersama-sama dengan prosedur mekanis dan manipulasi data sehingga dapat dihasilkan peramalan yang bagus. Makridarkis at al. (1999) menyatakan bahwa komitmen tentang peramalan telah tumbuh karena beberapa faktor, yaitu : 1. Meningkatnya kompleksitas organisasi dan lingkungannya. 2. Meningkatnya ukuran organisasi. 3. Lingkungan organisasi yang berubah dengan cepat. 4. Pengambilan keputusan yang semakin sistematis. 5. Metode peramalan dan pengetahuan semakin berkembang. Beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam peramalan mencangkup : 1. Jarak ke masa depan yang harus diramal. 2. Tenggang waktu yang tersedia untuk mengambil keputusan. 3. Tingkat akurasi yang diperlukan. 4. Kualitas data yang tersedia untuk analisis. 5. Sifat hubungan yang tercangkup dalam masalah peramalan. 6. Biaya dan keuntungan yang berkaitan dengan masalah peramalan Metode Peramalan Untuk menghadapi penggunaan yang lebih luas, beberapa teknik peramalan telah dikembangkan. Teknik tersebut dibagi dua kategori utama, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif (Assauri, 1984).

27 25 1. Metode Kualitatif Metode kualitatif didasarkan pada intuisi atau pengalaman empiris dari perencana atau pengambil keputusan sehingga relatif lebih subjektif. Makridakis et al. (1999) menyatakan bahwa metode peramalan kualitatif tidak memerlukan data seperti halnya dalam metode kuantitatif, hal tersebut tidak berarti bahwa metode kualitatif tidak memerlukan data kuantitatifnya. Perbedaannya terletak pada penggunaan data tersebut. Input yang dibutuhkan bergantung pada metode tertentu dan biasanya merupakan hasil dari pemikiran intuitif, pertimbangan dan pengetahuan yang telah didapat. Kekurangan dari metode ini adalah kemungkinan satu orang yang memiliki pengaruh yang besar dan karismatis dapat mempengaruhi pendapat seluruh anggota kelompok. 2. Metode Kuantitatif Metode kuantitatif memerlukan data historis atau data empiris, kualitas data dan pemilihan metode yang cocok akan menentukan kualitas hasil peramalan. Peramalan kuntitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi (Makridarkis et al., 1999) Berikut : 1. Tersedia informasi masa lalu. 2. Informasi tersebut bisa dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik. 3. Dapat diasumsikan bahwa pola masa lalu akan terus berlanjut dimasa datang. Dua asumsi pertama merupakan syarat keharusan bagi penerapan metode peramalan kuantitatif, asumsi ketiga merupakan syarat kecukupan, artinya walaupun asumsi ketiga dilanggar model yang dirumuskan masih bisa digunakan. Hanya saja akan memberikan kesalahan peramalan yang relatif besar bila

28 26 perubahan pola data ataupun bentuk hubungan fungsional tersebut terjadi secara sistematis. Metode kuantitatif dibagi menjadi dua bagian yaitu metode deret waktu (time series) dan metode kausal (regresi). Dalam metode time series peramal hanya berusaha mencari pola-pola dari suatu data, tanpa berusaha mencari jawaban apa penyebab dan mengapa polanya demikian. Bisa jadi pola data masa lalu tidak sama lagi dimasa depan karena faktor-faktor yang mempengaruhinya sudah berubah. Peramalan permintaan dengan mencoba menganalisis faktorfaktor yang menjadi penyebab perubahan permintaan disebut dengan metode kausal atau metode eksplanatori. Peramalan permintaan dengan metode kausal dilakukan dengan mencari hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan atas suatu produk (variabel bebas) terhadap permintaan suatu produk (varibel tak bebas). Peramalan kuantitatif juga memiliki keterbatasan., jika terjadi perubahan pola data atau hubungan sebab akibat, maka hasil ramalan menjadi kurang akurat. Karena pada dasarnya segala bentuk kegiatan peramalan bersifat ekstrapolatif, yang didasarkan pada suatu pola data atau hubungan sebab akibat antar data.. Akan tetapi perubahan pola data dapat dideteksi untuk menentukan ada tidaknya perubahan melalui suatu pendekatan pemantauan (monitoring) Identifikasi Pola data Bagian tersulit dan memakan waktu dari peramalan adalah mengumpulkan data yang sahih dan dapat diandalkan, peramalan tidak akan lebih akurat dari data yang dipakai sebagai basisnya. Model peramalan tercanggih akan gagal apabila menggunakan data yang tidak terandalkan. Empat kriteria dapat diaplikasikan

29 27 untuk menentukan apakah datanya akan bermanfaat : (1) Data hendaknya dapat diandalkan (realiable) dan akurat, (2) relevan, (3) konsisten, (4) hendaknya tepat waktu, sehingga akan memberikan nilai tertinggi bagi forecaster. Salah satu aspek penting dari pemilihan metode peramalan yang sesuai dari data deret waktu adalah dengan mengidentifikasi jenis pola data untuk dapat menentukan pemilihan metode yang paling cocok yang akan menjadikannya metode terbaik. Ada empat jenis pola data yang umum : 1. Pola Horisontal Pola horisontal terjadi ketika data observasi berfluktuasi disekitar mean atau nilai rata-rata yang konstan. Misalnya penjualan bulanan untuk suatu produk tidak meningkat atau menurun secara konsisten selama beberapa waktu. 2. Pola Musiman Pola ini terjadi ketika data observasi dipengaruhi oleh faktor musiman. Komponen musiman mengacu pada suatu pola perubahan yang berulang dari tahun ketahun. Variasi musiman biasanya timbul karena adanya pengaruh cuaca, liburan, atau panjangnya hari bulan-kalender. 3. Pola Siklis Pola ini terjadi ketika data observasi terlihat naik atau turun dalam periode waktu yang tidak tetap. Komponen siklis seperti fluktuasi gelombang di sekitar garis trend, biasanya dipengaruhi oleh keadaan ekonomi secara umum. 4. Pola kecenderungan (trend) Pola trend terbentuk ketika data observasi terlihat meningkat atau menurun dalam periode waktu yang lebih panjang. Penyebabnya dapat berupa adanya pertumbuhan penduduk, perubahan teknologi, inflasi dan sebagainya.

30 Metode Peramalan Time Series Model time series merupakan suatu teknik peramalan yang didasarkan pada analisis perilaku atau nilai masa lalu suatu variabel yang disusun menurut urutan waktu. Penggunaan model ini karena sederhana, cepat serta biaya yang murah (Mulyono, 2000). Adanya identifikasi dan pemahaman terhadap pola data dari suatu deret waktu maka dapat dipilih suatu teknik peramalan yang sesuai, selain itu faktorfaktor yang menyebabkan karakteristik data tersebut perlu diketahui sebagai bahan acuan penyusunan kebijakan yang akan diambil perusahaan. Berdasarkan keempat tipe pola data, beberapa teknik peramalan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : 1. Teknik peramalan data stasioner Teknik-teknik peramalan yang dapat dipertimbangkan untuk deret stasioner ini antara lain metode naive, metode rata-rata sederhana, rata-rata bergerak, pemulusan eksponensial linier Holt sederhana, dan model rata-rata terintegrasi bergerak autoregresif (ARIMA). 2. Teknik peramalan data musiman Teknik yang perlu dipertimbangkan ketika meramalkan deret musiman terdiri dari dekomposisi klasik, pemulusan eksponensial winter, regresi berganda deret waktu, dan model ARIMA (Metode Box-Jenkins). 3. Teknik peramalan data siklus Teknik yang perlu dipertimbangkan ketika meramalkan deret ber-siklis terdiri dari dekomposisi klasik, regresi berganda, dan model ARIMA (metode Box-Jenkins).

31 29 4. Teknik peramalan data trend Teknik yang perlu dipertimbangkan ketika peramalan deret ber-trend adalah rata-rata bergerak, pemulusan eksponensial linier Holt, regresi linier sederhana, kurva pertumbuhan, model eksponensial, dan model rata-rata terintegrasi bergerak autoregresif (ARIMA). Peramalan metode time series terdiri atas beberapa model, pembagian model tersebut bervariasi namun pada dasarnya memiliki maksud dan tujuan yang sama. a. Model Naive Digunakan untuk mengembangkan model sederhana yang mengasumsikan bahwa periode yang baru berlalu adalah prediktor terbaik masa depan. Teknik ini hanya cocok untuk meramal variabel yang gerakannya relatif konstan, sedangkan untuk variabel yang memiliki unsur trend penggunaan metode ini akan menghasilkan ramalan yang kurang baik (mulyono 2000). b. Model Rata-rata Jenis teknik ini menggunakan suatu bentuk rata-rata tertimbang dari observasi masa lalu dalam memuluskan fluktuasi jangka pendek. Asumsi pada teknik ini adalah bahwa fluktuasi masa lampau mewakili selisih acak dari suatu kurva yang mulus (Hanke, at,al, 2001). Metode ini dikelompokkan menjadi : 1. Model Rata-rata Sederhana (Simple Average) Metode ini menggunakan rata-rata semua pengamatan historis yang relevan sebagai ramalan periode mendatang. Metode rata-rata sederhana adalah teknik

32 30 yang akan tepat apabila gejolak yang membentuk deret waktu telah distabilkan dan lingkungan dimana deret-deret berada secara umum tidak berubah. 2. Model Rata-rata Bergerak Sederhana (Simple Moving Average) Metode ini menggunakan rata-rata semua data untuk meramal, begitu setiap ada data baru maka rata-rata baru dihitung dengan memasukan data baru tersebut dan membuang data yang paling lama. Model rata-rata bergerak sederhana tidak mampu menangani trend atau musiman dengan baik, walau model ini lebih baik daripada rata-rata sederhana. 3. Model Rata-rata Bergerak Ganda (Double Moving Average) Salah satu cara peramalan data deret waktu dengan trend linier adalah dengan menggunakan rata-rata bergerak ganda. Pada metode ini menghitung rata-rata bergerak yang dihitung dari rata-rata bergerak sebelumnya. c. Model Pemulusan Eksponensial Menurut Hanke,at,al (2001) bahwa Pemulusan Eksponensial merevisi estimasi berdasarkan pengalaman terkini, metode ini berbasis rerata (pemulusan) nilai lampau deret secara menurun (eksponensial), terjadi karena adanya pemberian bobot yang lebih pada pengamatan terkini. 1. Model Pemulusan Eksponensial Tunggal (Single Eksponensial Smoothing) Metode ini cocok untuk peramalan jangka pendek dengan pola data stasioner, selain itu dapat mengurangi masalah mengenai penyimpanan data, karena tidak perlu lagi menyimpan semua data historis hanya pengamatan terakhir, ramalan terakhir, dan suatu nilai α yang harus disimpan.

33 31 2. Model Pemulusan Eksponesial Ganda: Metode Dua Parameter dari Holt Teknik Holt memuluskan tingkatan dan slope secara langsung dengan menggunakan konstanta pemulusan yang masing-masing berbeda. Konstanta pemulusan ini menyediakan estimasi dari tingkatan dan slope yang disesuaikan sepanjang waktu begitu observasi yang baru tersedia. d. Model Dekomposisi Menurut Gaynor at al, (1994) model dekomposisi memisahkan tiga komponen (trend, siklus, dan musiman) dari pola dasar yang cenderung mencirikan deret data kemudian mengidentifikasinya secara terpisah. Setiap komponen kemudian dapat dikombinasikan yang menghasilkan nilai ramalan masa depan deret waktu. Metode dekomposisi terbagi menjadi dekoposisi aditif untuk pola data yang fluktuasinya relatif konstan, dan dekomposisi multiplikatif untuk pola data yang fluktuasinya proposional terhadap trend. e. Model Box Jenkins (ARIMA) Model Autoregresive Integrated Moving Average (ARIMA) atau model gabungan auto-regresi dengan rata-rata bergerak, adalah jenis model linier yang mampu mewakili deret waktu yang stasioner maupun non stasioner. Model ARIMA tidak mengikutkan varibel bebas dalam pembentukannya serta sangat bertumpu pada pola auto-korelasi data. Menurut Sugiharto dan Harijono (2001), secara teoritis metode Box-Jenkins merupakan metode yang canggih terutama untuk peramalan jangka pendek, akan tetapi secara praktis terdapat beberapa kelemahan diantaranya :

34 32 1. Jumlah data yang dibutuhkan sangat besar. Untuk data bulanan yang bersifat musiman misalnya, paling tidak dibutuhkan 72 data. 2. Apabila terdapat data baru yang tersedia seringkali parameter dari model ini harus diestimasi ulang. Hal tersebut mengindikasikan adanya revisi total terhadap model yang sudah dibuat. 3. Waktu yang dibutuhkan cukup lama untuk mencari model yang tepat Metode Kausal (Regresi) Dalam metode kausal nilai suatu peubah yang akan diramal dipengaruhi oleh peubah lain. Makridakis et al. (1999) menyatakan bahwa peramalan kausal mengasumsikan adanya hubungan sebab akibat antara input (variabel independen) dengan output (variabel dependen) dari suatu sistem. Metode kausal sering disebut juga metode regresi, adapun regresi itu sendiri dibagi menjadi regresi sederhana (hanya terdapat satu variabel independen) dan regresi berganda (terdapat lebih dari satu variabel independen) Pemilihan Teknik Peramalan Kriteria yang biasa digunakan dalam pemilihan terdiri dari tingkat akurasi, jangkauan peramalan, biaya, dan kemudahan dalam penerapan. Terdapat banyak ukuran akurasi, akan tetapi tidak ada suatu ukuran yang diakui paling baik secara umum karena setiap ukuran memiliki kelebihan dan kekurangan. Nilai yang paling sering digunakan adalah MSE (Mean Square Error), metode peramalan yang memiliki nilai MSE yang kecil dapat dianggap sebagai metode yang paling baik.

35 33 Jangka waktu peramalan akan langsung dihadapkan pada pemilihan teknik peramalan. Untuk jangka pendek atau jangka menengah berbagai teknik kuantitatif dapat diaplikasikan. Akan tetapi semakin panjang jangka waktu peramalan maka akan semakin sedikit teknik kuantitatif yang akan diaplikasikan, sedangkan model ekonometriklah yang lebih berguna Kerangka Pemikiran Operasional Perusahaan merupakan suatu badan hukum memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perusahaan harus memiliki target tertentu sebagai sasaran perusahaan untuk mencapai kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang makin baik dari waktu ke waktu. Target yang ingin dicapai tersebut dirumuskan dalam suatu perencanaan berdasarkan kondisi perusahaan yang ada. Untuk mendapatkan suatu perencanaan yang baik, dibutuhkan suatu prediksi terhadap keadaan masa depan yang disebut peramalan. Hasil peramalan tidak pernah secara mutlak tepat, akan tetapi peran peramalan diperlukan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan karena dengan melakukan peramalan para perencana dan pengambil keputusan dapat mempertimbangkan alternatifalternatif yang lebih luas daripada tanpa peramalan. Permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi berbagai faktor yang menyebabkan permintaan tersebut berfluktuasi, dengan adanya ramalan maka perusahaan dapat membantu menganalisis potensi pertumbuhan untuk menetapkan program jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam penelitian ini penulis akan mencoba membandingkan metode peramalan yang digunakan di perusahaan dengan metode-metode peramalan yang

36 34 telah ada, dengan harapan dapat memberikan masukan dalam penerapan metode peramalan bagi perusahaan. Metode peramalan yang tersedia cukup banyak sehingga harus dilakukan pemilihan dan penentuan metode yang paling cocok untuk perusahaan. Salah satu kriteria dalam pemilihan metode ini yaitu memilih metode yang memiliki kesalahan peramalan yang paling kecil. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah faktor ketersediaan data dan pola data yang dimiliki. Pada pemilihan metode peramalan tidak terletak pada metode peramalan yang menggunakan proses matematika yang rumit atau menggunakan metode yang canggih, akan tetapi metode terpilih hendaknya menghasilkan suatu ramalan yang akurat, tepat waktu dan dipahami oleh manajemen sebagai ramalan yang dapat membantu menghasilkan keputusan yang lebih baik. Metode kuantitatif dibagi menjadi dua, yaitu metode Time series dan metode Kausal. Metode Time series yang digunakan terdiri dari beberapa metode, pemilihannya didasarkan pada pola data, identifikasi pola data dilakukan dengan memplot data dan nilai autokorelasinya sehingga dapat diduga untuk sementara model yang sesuai, setelah itu lalu dihitung nilai MSE (Mean Square Error). Model yang mendapat nilai MSE yang paling kecil akan diambil/dipilih menjadi menjadi model Time series terbaik. Metode lain yang digunakan yaitu metode kausal, metode ini dapat menentukan sebab-akibat antara variabel yang berpengaruh dengan yang terpengaruh. Dalam model regresi terdapat dua variabel yang terdiri dari variabel dependen yaitu permintaan terhadap ban pada berbagai tipe sedangkan untuk variabel independennya menggunakan harga jual, dan periode waktu. Model

PERAMALAN PERMINTAAN BAN MOBIL PENUMPANG PT GOODYEAR INDONESIA TBK. Oleh RUDI AWALUDIN A

PERAMALAN PERMINTAAN BAN MOBIL PENUMPANG PT GOODYEAR INDONESIA TBK. Oleh RUDI AWALUDIN A PERAMALAN PERMINTAAN BAN MOBIL PENUMPANG PT GOODYEAR INDONESIA TBK Oleh RUDI AWALUDIN A 14102569 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 PERAMALAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Permintaan III KERANGKA PEMIKIRAN Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BAN LUAR ( TIRE) TIPECOMMERCIAL TRUCK BIAS PADA MESIN CURING NPM : Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST.MT.

PROSES PEMBUATAN BAN LUAR ( TIRE) TIPECOMMERCIAL TRUCK BIAS PADA MESIN CURING NPM : Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST.MT. PROSES PEMBUATAN BAN LUAR ( TIRE) TIPECOMMERCIAL TRUCK BIAS PADA MESIN CURING DI PT. BRIDGESTONE TIRE INDONESIA Nama : Rifana NPM : 21407013 Jurusan : Teknik Mesin Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Harga Harga yang terjadi di pasar merupakan nilai yang harus dibayarkan konsumen untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkannya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto 18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Dalam menghitung pendapatan regional, dipakai konsep domestik. Berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan sering dipandang sebagai seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa. situasi dan kondisi di masa yang akan datang.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa. situasi dan kondisi di masa yang akan datang. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan ramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manfaat Peramalan Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suatu dugaan atau perkiraan tentang terjadinya suatu keadaan dimasa depan, tetapi dengan menggunakan metode metode tertentu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Informasi Sebelum merancang sistem perlu dikaji konsep dan definisi dari sistem.. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit tanaman pada lahan yang telah disediakan, pemupukan dan perawatan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. untuk pergerakannya, dan digunakan untuk transportasi darat. Umumnya

BAB 2 LANDASAN TEORI. untuk pergerakannya, dan digunakan untuk transportasi darat. Umumnya BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kendaraan Bermotor Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik untuk pergerakannya, dan digunakan untuk transportasi darat. Umumnya kendaraan bermotor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. PengertianPeramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam usaha mengetahui atau melihat perkembangan di masa depan,

Lebih terperinci

BAB 2. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

BAB 2. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah sesuatu kegiatan situasi atau kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI

PERENCANAAN PRODUKSI PERENCANAAN PRODUKSI Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peramalan pada dasarnya merupakan proses menyusun informasi tentang kejadian masa lampau yang berurutan untuk menduga kejadian di masa depan (Frechtling, 2001:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan diperlukan karena adanya kesenjaan waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan terjadi di masa yang akan datang menggunakan dan. mempertimbangkan data dari masa lampau. Ketepatan secara mutlak dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang akan terjadi di masa yang akan datang menggunakan dan. mempertimbangkan data dari masa lampau. Ketepatan secara mutlak dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peramalan (forecasting) merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang menggunakan dan mempertimbangkan data dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dugaan atau perkiraan mengenai kejadian atau peristiwa pada waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. Dugaan atau perkiraan mengenai kejadian atau peristiwa pada waktu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dugaan atau perkiraan mengenai kejadian atau peristiwa pada waktu yang akan datang disebut ramalan dan tindakan dalam membuat dugaan atau perkiraan tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relative lama.

Lebih terperinci

Membuat keputusan yang baik

Membuat keputusan yang baik Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi masa yang akan datang

Lebih terperinci

KINERJA DAN POTENSI INDUSTRI BAN DALAM NEGERI

KINERJA DAN POTENSI INDUSTRI BAN DALAM NEGERI KINERJA DAN POTENSI INDUSTRI BAN DALAM NEGERI Nofi Erni Dosen Teknik Industri Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta nofi.erni@indonusa.ac.id Abstrak Tulisan ini merupakan hasil studi pustaka dalam rangka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1. Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK 3.1 Metode Pemulusan Eksponensial Holt-Winter Metode rata-rata bergerak dan pemulusan Eksponensial dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Sedangkan ramalan adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Operasi Menurut Prawirosentono (2007) Manajemen operasi adalah suatu disiplin ilmu dan profesi yang mempelajari secara praktis tentang proses perencanaan, mendesain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat pencemaran udara di beberapa kota besar cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya jumlah transportasi terus

Lebih terperinci

PROSES KERJA MESIN 2ND STAGE PADA PEMBUATAN GREEN TYRE DI PT. ELANGPERDANA TYRE INDUSTRY

PROSES KERJA MESIN 2ND STAGE PADA PEMBUATAN GREEN TYRE DI PT. ELANGPERDANA TYRE INDUSTRY PENULISAN ILMIAH Arief Wibowo 21411117 Teknik Mesin Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST,. MT. PROSES KERJA MESIN 2ND STAGE PADA PEMBUATAN GREEN TYRE DI PT. ELANGPERDANA TYRE INDUSTRY Latar Belakang Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Kedelai Dalam ketersediaan kedelai sangat diperlukan diberbagai penjuru masyarakat dimana produksi kedelai merupakan suatu hasil dari bercocok tanam dimana dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam (natural rubber, Hevea braziliensis), merupakan komoditas perkebunan tradisional sekaligus komoditas ekspor yang berperan penting sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN (FORECASTING) PERAMALAN (FORECASTING) Apakah Peramalan itu? Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

PERAMALAN PEMPNTAAN SAUURAN PADA PI). PACET SEGAR, CIANJUR. OLEH : Bela Wisastri A

PERAMALAN PEMPNTAAN SAUURAN PADA PI). PACET SEGAR, CIANJUR. OLEH : Bela Wisastri A PERAMALAN PEMPNTAAN SAUURAN PADA PI). PACET SEGAR, CIANJUR OLEH : Bela Wisastri A14101634 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 BELA WISASTRI 2005. Peramalan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang mengungkapkan suatu teori-teori yang sesuai dengan pokok permasalahan penelitian yang dibahas.

Lebih terperinci

Gambar 1. Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Indonesia

Gambar 1. Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Indonesia 92 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia otomotif semakin lama semakin marak dan mengalami kemajuan, hal ini dapat terlihat dengan bermunculannya inovasi-inovasi baru untuk menarik dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi diwilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. sama setiap hrinya. Pada bulan-bulan tertentu curah hujan sangat tinggi dan pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. sama setiap hrinya. Pada bulan-bulan tertentu curah hujan sangat tinggi dan pada BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Curah Hujan Hujan sangat diperlukan diberbagai penjuru masyarakat. Curah hujan tidak selalu sama setiap hrinya. Pada bulan-bulan tertentu curah hujan sangat tinggi dan pada bulan-bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. estimasi data yang akan datang. Peramalan atau Forecasting merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. estimasi data yang akan datang. Peramalan atau Forecasting merupakan bagian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Peramalan Peramalan adalah data di masa lalu yang digunakan untuk keperluan estimasi data yang akan datang. Peramalan atau Forecasting merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Menurut Kusuma (2004:13), peramalan (forecasting) adalah perkiraan tingkat permintaan satu atau lebih produk selama beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Definisi dan Tujuan Peramalan Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah sesuatu pada waktu yang akan datang berdasarkan data pada masa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melihat dan mengkaji situasi dan kondisi di masa mendatang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegitan yang memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegitan yang memperkirakan apa yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegitan yang memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Kegunaan peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian terhadap populasi yang sangat besar, kita perlu melakukan suatu penarikan sampel. Hal ini dikarenakan tidak selamanya kita dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian dan Peranan Peramalan Aktivitas manajerial khususnya dalam proses perencanaan, seringkali membutuhkan pengetahuan tentang kondisi yang akan datang. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PERAMALAN

BAB IV METODE PERAMALAN Metode Peramalan 15 BAB METODE PERAMALAN 4.1 Model Sederhana Data deret waktu Nilai-nilai yang disusun dari waktu ke waktu tersebut disebut dengan data deret waktu (time series). Di dunia bisnis, data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan dapat diartikan sebagai berikut: a. Perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama ( assaury, 1991). Sedangkan ramalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan salah satu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan penanaman bibit padi dan perawatan serta pemupukan secara teratur sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Peramalan Peramalan adalah suatu proses dalam menggunakan data historis yang telah dimiliki untuk diproyeksikan ke dalam suatu model peramalan. Dengan model peramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peramalan merupakan bagian integral dari kegiatan pengambilan keputusan manajemen. (Makridakis, 1988). Hampir setiap keputusan yang dibuat oleh manajemen menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat prediksi tersebut disebut peramalan (Bowerman, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat prediksi tersebut disebut peramalan (Bowerman, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prediksi terhadap kejadian di masa depan disebut ramalan, dan tindakan untuk membuat prediksi tersebut disebut peramalan (Bowerman, 1993). Peramalan diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat fenomena masyarakat pada saat ini yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Melihat fenomena masyarakat pada saat ini yang menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat fenomena masyarakat pada saat ini yang menggunakan kendaraan pribadi bertambah banyak, terutama kendaraan roda dua atau motor, menjadikan banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Indonesia. Sumber : APBI, Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Indonesia. Sumber : APBI, Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan yang mampu bersaing dalam pasar adalah perusahaan yang dapat menyediakan produk atau jasa berkualitas. Sehingga perusahaan dituntut untuk terus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan 18 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Ramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

Dinamika Kendaraan Teori dan Aplikasi

Dinamika Kendaraan Teori dan Aplikasi Dinamika Kendaraan Teori dan Aplikasi 1. Fundamental Roda dan Pelek Pada dasarnya untuk mempelajari lebih jauh mengenai dinamika kendaraan terlebih dahulu kita harus memahami beberapa fundamental dasar

Lebih terperinci

penumpang dalam jumlah besar (masal), memiliki kenyamanan keselamatan perjalanan yang lebih baik dan lebih sedikit halangannya dibandingkan dengan

penumpang dalam jumlah besar (masal), memiliki kenyamanan keselamatan perjalanan yang lebih baik dan lebih sedikit halangannya dibandingkan dengan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian KA KA (Kereta Api) merupakan salah satu alat transportasi yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar (masal), memiliki kenyamanan keselamatan perjalanan yang

Lebih terperinci

Universitas Gunadarma PERAMALAN

Universitas Gunadarma PERAMALAN PERAMALAN PERAMALAN Kebutuhan Peramalan dalam Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen Operasi/produksi menggunakan hasil-hasil peramalan dalam pembuatan keputusan-keputusan yang menyangkut pemilihan proses,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan keuntungan untuk kelancaraan kontinuitas usahanya dan mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

BAB. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kain adalah bahan mentah yang dapat dikelola menjadi suatu pakaian yang mempunyai nilai financial dan konsumtif dalam kehidupan, seperti pembuatan baju. Contohnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Peramalan (forecasting) 2.1.1. Hubungan Forecast dengan Rencana Forecast adalah peramalan apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang, sedang rencana merupakan penentuan apa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertambahan populasi manusia, kebutuhan juga harus bertambah, baik itu bidang jasa atau produksi. Dapat dilihat dengan pertambahan perusahaan

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan untuk memastikan kelancaran operasi rantai pasok 1. Peramalan dalam organisasi 2. Pola permintaan 3. Metode peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi jahe

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan (Assauri, Sofyan. 1991) adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Adanya waktu tenggang (lead time) merupakan alasan utama bagi perencanaan dan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Adanya waktu tenggang (lead time) merupakan alasan utama bagi perencanaan dan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Adanya waktu tenggang (lead time) merupakan alasan utama bagi perencanaan dan peramalan. Jika waktu tenggang ini nol atau sangat kecil, maka perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era globalisasi saat ini, kartu kredit digunakan sebagai salah satu alternatif pengganti transaksi dengan uang tunai. Seiring dengan perkembangan zaman, pola prilaku

Lebih terperinci

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER 6.1. Analisis Pola Data Penjualan Ayam Broiler Data penjualan ayam broiler adalah data bulanan yang diperoleh dari bulan Januari 2006

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini, perkembangan zaman semankin maju dan berkembang pesat, di antaranya banyak pernikahan dini yang menyebabkan salah satu faktor bertambahnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dalam waktu yang relatif lama, peramalan tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Pengertian Peramalan ( forecasting ) Salah satu keputusan penting dalam perusahaan adalah kecilnya resiko kesalahan nilai produksi dan nilai penjualan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. molding) dan pembuatan checking fixture. Injection molding/plastic molding

BAB I PENDAHULUAN. molding) dan pembuatan checking fixture. Injection molding/plastic molding BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri komponen otomotif di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan industri otomotif. Industri penunjang komponen otomotif juga ikut berkembang salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 1.1.1 Prediksi Prediksi adalah sama dengan ramalan atau perkiraan. Menurut kamus besar bahasa indonesia, prediksi adalah hasil dari kegiatan memprediksi atau

Lebih terperinci

Pembuatan Ban & Produk Karet Lain :

Pembuatan Ban & Produk Karet Lain : Pembuatan Ban & Produk Karet Lain : Ban adalah produk utama dari industri karet (75% produk karet), produk lainnya : sepatu, selang, belt conveyor, seal, komponen shock absorber, peralatan olah raga. Konstruksi

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Program Studi Teknik Otomasi, Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Program Studi Teknik Otomasi, Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Perbandingan Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) dan Exponential Smoothing pada Peramalan Penjualan Klip (Studi Kasus PT. Indoprima Gemilang Engineering) Aditia Rizki Sudrajat 1, Renanda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sifatnya peramalan terbagi atas dua yaitu peramalan kualitatif dan peramalan kuantitatif. Metode kuantitatif terbagi atas dua yaitu analisis deret berkala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semua keadaan di lingkungan, didapati dalam keadaan yang tidak menentu.

BAB 1 PENDAHULUAN. semua keadaan di lingkungan, didapati dalam keadaan yang tidak menentu. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketidakpastian adalah faktor umum dalam kehidupan sehari-hari. Hampir semua keadaan di lingkungan, didapati dalam keadaan yang tidak menentu. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Menurut Amsyah (2005), definisi sistem adalah elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan kerja dari prosedur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan datang. Peramalan adalah proses untuk memperkirakan kebutuhan di masa datang

Lebih terperinci