ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN"

Transkripsi

1 ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Oleh : Ratri Hanindha Majid A PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA YANG BERJUDUL ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA SUATU PERGURUAN TINGGI, LEMBAGA, ATAU INSTITUSI MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Mei 2008 Ratri Hanindha Majid A

3 RINGKASAN RATRI HANINDHA MAJID. Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Dibawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA. Situ Babakan yang terletak di wilayah Jabodetabek, tepatnya di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, merupakan salah satu wilayah yang dilindungi berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Secara fungsional Situ Babakan berfungsi sebagai daerah resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan sebagai salah satu penampung debit air sungai Ciliwung. Fungsi Situ Babakan juga bertambah sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan oleh Gubernur Propinsi DKI Jakarta. Dengan Keputusan ini secara otomatis menyertakan Situ Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi. Seiring dengan makin banyaknya pengunjung yang datang ke Situ Babakan setiap tahunnya menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Di sisi lain, pengelola Situ Babakan tidak memiliki anggaran khusus untuk menjaga kebersihan situ dan belum melakukan penarikan retribusi (tiket masuk) menuju kawasan Situ Babakan menyebabkan semua orang dapat dengan mudah memasuki kawasan situ. Oleh karena itu perlu diupayakan adanya tarif retribusi bagi pengunjung situ agar dana pelestarian kawasan Situ Babakan dapat diperoleh sehingga kelestarian dan fungsi Situ Babakan dipertahankan. Besarnya imbal jasa (retribusi) tidak bisa ditetapkan begitu saja tanpa pertimbangan ilmiah. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan berupa analisis Willingness To Pay (WTP) sehingga besarnya retribusi mempunyai dasar yang kuat. Berdasarkan perhitungan dari pengelola Kawasan Situ babakan, anggaran minimal untuk pemeliharaan level rendah (kebersihan air dan daratan sekitar situ) adalah Rp ,00 per tahun. Dengan jumlah rata-rata pengunjung per tahun sebanyak orang, maka besarnya tarif minimal retribusi adalah Rp.1.200,00. Studi analisis WTP pengunjung untuk pelestarian Situ Babakan ini meliputi karakteristik pengunjung Situ Babakan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar retribusi untuk memasuki kawasan Situ Babakan, besarnya nilai WTP pengunjung Situ Babakan sebagai dasar penetapan biaya retribusi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis secara kualitiatif dan kuantitatif menggunanakan komputer dengan program Microsoft Office Excell dan Minitab for Windows Release 13. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengelola Situ Babakan, pengunjung yang datang ke Situ babakan berasal dari berbagai elemen, mulai dari masyarakat biasa, mahasiswa, lembaga pemerintah, serta para wisatawan dari luar negeri. Selama tahun 2007, rata-rata pengunjung yang datang adalah 369 orang setiap harinya. Hasil wawancara terhadap 50 orang responden menunjukkan bahwa 33 orang (66 persen) berjenis kelamin laki-laki dan 17 orang (34 persen) berjenis

4 kelamin perempuan. Angka tersebut tidak berarti bahwa yang mengunjungi situ babakan mayoritas laki-laki melainkan bahwa pemimpin atau pengambil keputusan untuk melakukan wisata ke Situ Babakan mayoritas adalah laki-laki. Tingkat usia responden cukup bervariasi dimana jumlah responden tertinggi berada pada kisaran usia tahun (48 persen) dan terendah pada kisaran lebih dari 47 tahun (4 persen). Didukung juga oleh status perkawinan bahwa pengunjung yang telah menikah berjumlah 40 orang dari 50 orang responden. Hal ini menandakan bahwa pengunjung yang datang ke Situ Babakan umumnya sudah berkeluarga. Tingkat pendidikan responden mayoritas adalah berpendidikan SLTA (54 persen) dan responden yang paling sedikit jumlahnya adalah yang berpendidikan SD (2 persen). Jenis pekerjaan responden pengunjung Situ Babakan paling banyak berprofesi sebagai karyawan (46 persen) dengan penghasilan antara setengah juta sampai satu juta rupiah sebanyak 36 persen, tidak jauh berbeda dengan yang berpenghasilan antara satu sampai satu setengah juta rupiah sebanyak 32 persen. Responden yang memiliki tingkat pendapatan tertinggi (lebih dari dua juta) sebanyak 12 persen sedangkan yang memiliki pendapatan terendah (kurang dari lima ratus ribu) adalah 4 persen. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar retribusi adalah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Empat puluh tiga orang responden (86 persen) menyatakan besedia untuk membayar sedangkan tujuh orang sisanya (14 persen) menyatakan tidak bersedia. Semakin tinggi pendidikan seseorang berarti pengetahuan tentang lingkungan yang baik juga semakin tinggi sehingga kesediaan untuk membayar juga semakin tinggi. Semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka kesediaan membayar retribusi juga semakin tinggi. Hasil perhitungan rata-rata nilai WTP responden adalah sebesar Rp 2.104,65. Nilai ini melebih nilai yang dibutuhkan Pengelola Kawasan Situ Babakan sebesar Rp 1.200,00. Sedangkan untuk nilai total WTP responden diperoleh sebesar Rp ,00 per bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden yaitu tingkat pendapatan, biaya kunjungan, dan frekuensi kunjungan. Variabel tingkat pendapatan dan biaya kunjungan berkorelasi secara positif terhadap besarnya WTP sedangkan variabel frekuensi kunjungan berkorelasi negatif. Berdasarkan analisis WTP terhadap pengunjung Situ Babakan ini, dana yang diperoleh dari retribusi diperkirakan melebihi anggaran yang dibutuhkan. Oleh karena itu pihak pengeola PBB dapat melakukan upaya pelestarian Situ Babakan tidak hanya dari segi kebersihan tetapi juga dapat melakukan perawatan dalam hal kualitas perairan seperti pengerukan dan pengolahan limbah.

5 ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Oleh : Ratri Hanindha Majid A Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

6 JUDUL : ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN NAMA : RATRI HANINDHA MAJID NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc NIP Mengetahui. Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Kelulusan : 15 Mei 2008

7 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Semarang, 25 Mei 1985 sebagai anak yang terakhir dari tiga bersaudara pasangan M.Tarkiyo dan Siti Hanifah. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Siliwangi Semarang dan dilanjutkan ke jenjang sekolah dasar di SD Siliwangi 02 Semarang. Pada tahun 1997 penulis menjadi siswa sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 1 Semarang hingga tahun 2000 dan kemudian dilanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu di SMU Negeri 3 Semarang. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah umum dan selanjutnya diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Penulis menjadi anggota BEM TPB periode dan menjadi anggota UKM Aikido. Pada tahun 2006 penulis menikah dengan Tb. Bahtiar Rusbana dan saat ini telah dikaruniai anak laki-laki bernama Tb. Alifian Akhyar.

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT dengan segala rahmat yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian di Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Analisis Willingness To Pay Pengunjung terhadap Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, yang memiliki tujuan untuk mengetahui kesediaan pengunjung dan besarnya nilai dalam membayar retribusi kebersihan sebagai upaya pelestarian Situ Babakan. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan yang dihadapi selama penelitian. Besar harapan penulis, kiranya penelitian ini dapat menjadi sebuah wacana bagi masayarakat luas untuk lebih peduli kepada lingkungan dan senantiasa menjaganya untuk kehidupan mendatang. Bogor, Mei 2008 Penulis

9 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat yang tiada terputus dan Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari semua pihak yang terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada : 1. Ibu yang selalu hadir di setiap langkah dengan kasih sayang, semangat, keteladanan, dan doa yang tak pernah putus. 2. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc selaku pembimbing skripsi yang senantiasa sabar serta memberikan perhatian dan bimbingan yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan A. Faroby Falatehan SP,ME selaku dosen penguji wakil departemen atas kesediaannya menguji dan saran yang diberikan kepada penulis. 4. Bapak Indra sebagai Ketua Pengelola Kawasan Situ Babakan atas izin dan bantuannya selama proses penelitian. 5. Ayah Alif tersayang, suami yang selalu menjadi cahaya di kegelapan, you're always there giving me all you've got.. 6. Alif my sunshine, anak mama yang bikin hidup lebih hidup. 7. Mas Linggar, Kak Ia+Abang+Nadhil atas kisah kasih selama ini 8. Bapak Ibu Pandeglang atas doa dan restunya 9. My Pha atas doa dan dukungannya, semoga Allah memberikan taufik dan hidayahnya 10. Semua teman-teman yang telah membantu doa, tenaga, dan pikiran dan semangat bagi penulis. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas dengan yang lebih baik dan lebih banyak. Amin.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR v DAFTAR LAMPIRAN vi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA Situ Wisata Alam Metode Estimasi Penilaian Nilai Lingkungan Penelitian Terdahulu BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka teoritis Konsep Contingent Valuation Method Kelebihan Contingent Valuation Method Kelemahan Contingent Valuation Method Tahap-Tahap Studi Contingent Valuation Method Organisasi dari pengoperasian Contingent Valuation Method Analisis Regresi Logit Kerangka Operasional Hipotesis BAB IV METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Metode Pengambilan Sampel Jenis dan Sumber Data

11 ii 4.4 Pengolahan dan Analisis Data Analisis Kesediaan Pengunjung untuk Membayar Retribusi dalam Upaya Melestarikan Alam Situ Babakan Analisis Nilai WTP dari Pengunjung Situ Babakan Analisis Fungsi WTP Pengujian Parameter Uji G Uji Wald Uji Keandalan Uji Statistik t Uji Statistik F Uji terhadap Multikolinear (Multicollinearity) Uji Heteroskedastisitas Odds Ratio Batasan Penelitian BAB V KEADAAN UMUM Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keadaan Umum Situ Babakan Kondisi Lingkungan Situ Babakan Kondisi Sosial Karakteristik Pengunjung Karakteristik Responden Jenis Kelamin Tingkat Usia Tingkat Pendidikan Jenis Pekerjaan Tingkat Pendapatan BAB VI ANALISIS WILINGNESS TO PAY Deskripsi Skenario Penarikan Retribusi Analisis Regresi Logit Respon Responden terhadap Kesediaan

12 iii Membayar Retribusi dalam Upaya Pelestarian Situ Babakan Analisis Willingness To Pay dengan Pendekatan Contingent Valuation Method Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Kebijakan Pelestarian Situ Babakan BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran Daftar Pustaka

13 iv Tabel DAFTAR TABEL Halaman 1 Jumlah Pengunjung Perkambpungan Budaya Betawi Kriteria untuk Wisata Alam Potensi Pendapatan dalam Kegiatan Pariwisata Perbandingan berbagai metode Valuasi Ekonomi Lingkungan Hasil Logit Kesediaan Responden Membayar Retribusi dalam Upaya Pelestarian Situ Babakan Frekuensi Observasi dan Harapan Pilihan Kesediaan Pengunjung Membayar Retribusi Tabel Koreksi Nilai Observasi dan Harapan Peluang Responden Responden Bersedia Membayar Retribusi Distribusi Nilai WTP Responden Pengunjung Situ Babakan Total WTP Responden Situ Babakan Hasil Analisis Nilai WTP... 68

14 v DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Transformasi Logit Diagram Alur Kerangka Berfikir Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik tingkat Usia Responden Karakteristik Status Pernikahan Responden Karakteritik Tingkat Pendidikan Responden Karakteristik Jenis Pekerjaan Responden Karakteristik Tingkat Pendapatan Responden Grafik Persentase Kesediaan Membayar WTP Kurva WTP dengan Variabel Frekuensi Kunjungan Kurva WTP dengan Variabel Biaya Kunjungan Kurva WTP dengan Variabel Pendapatan... 66

15 vi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Kuisioner Penelitian Data Kunjungan Wisatawan ke Perkampungan Budaya Betawi Binary Logistic Regression Regression Analysis

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Situ (atau danau) merupakan sumber daya alam yang banyak digunakan sebagai penunjang kehidupan manusia. Sebagai wilayah penampungan air, situ dimanfaatkan manusia sebagai sumber air untuk keperluan domestik, pemasok air tanah sehingga sumur di pemukiman penduduk sekitar situ tidak kering, habitat biota air yang dapat digunakan untuk tempat budidaya ikan, dan wilayah perairan yang memiliki pemandangan indah untuk kegiatan pariwisata. Wilayah Jabodetabek merupakan wilayah yang pada awalnya memiliki banyak situ. Menurut data Kemitraan Air Indonesia, terdapat 223 situ dan waduk di wilayah Jadebotabek, namun kini sebanyak 68 persen sudah mengalami kerusakan berupa pendangkalan (42 persen), dijadikan sawah dan ladang (27 persen), dijadikan pemukiman (5 persen), sarana pembuangan sampah (2 persen), dan dialihfungsikan menjadi sarana umum (3 persen) 1. Salah satu dampak yang dapat dirasakan akibat kerusakan situ di Jadebotabek adalah makin seringnya banjir di daerah ini terutama di Jakarta. Situ Babakan merupakan salah satu situ yang berada di wilayah Jadebotabek, tepatnya di wilayah Jakarta Selatan. Situ ini merupakan salah satu wilayah yang dilindungi berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Secara fungsional Situ Babakan berfungsi sebagai daerah Jakarta Perlu Bangun Waduk Resapan 300 Hektare untuk Antisipasi Banjir. 21 November 2007.

17 2 resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan juga sebagai salah satu penampung debit air sungai Ciliwung. Fungsi Situ Babakan juga bertambah sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan oleh Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dengan Keputusan ini secara otomatis menyertakan Situ Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan difungsikan sebagai lokasi tujuan wisata alam dan budaya Betawi. Selain menikmati keindahan alam dan keasrian Situ Babakan, pengunjung objek wisata ini juga disuguhi pagelaran budaya betawi seperti acara kesenian berupa Tari Cokek, Tari Topeng, Lenong, Ondel-ondel, dan kesenian lainnya pada panggung terbuka disekitar Situ setiap hari Minggu. Pada acara ini biasanya pengunjung dapat turut berinteraksi seperti ikut menari atau mengomentari para pemain lenong yang sedang beraksi. Perpaduan antara wisata alam dan budaya ini ternyata menarik para pengunjung untuk datang ke Situ Babakan dimana menurut data yang diperoleh dari Pengelola PBB, sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2007, jumlah pengunjung objek wisata Situ Babakan pada umumnya menunjukkan peningkatan setiap tahunnya (Tabel 1). Kecenderungan peningkatan jumlah wisatawan Situ Babakan mengindikasikan bahwa wilayah ini berpotensi untuk menjadi tempat wisata yang bernilai lebih. Hal ini harus diimbangi dengan pengelolaan yang baik

18 3 dan profesional seperti langkah pencegahan pendangkalan, pengelolaan sampah dan limbah, serta pemeliharaan lainnya sehingga fungsi awal Situ Babakan sebagai tandon alam pencegah banjir serta daerah penyerapan air tetap terjaga. Tabel 1. Jumlah Pengunjung Perkampungan Budaya Betawi (PBB) No Tahun Jumlah Pengunjung (orang) Sumber : Pengelola PBB 2007 Ironisnya, kondisi Situ Babakan yang saat ini makin ramai didatangi pengunjung mulai mengalami penurunan kualitas lingkungan karena pengelolaan yang kurang baik. Fakta yang ada, pengelola Situ Babakan tidak memiliki anggaran khusus untuk menjaga kebersihan situ dan sekitarnya, sehingga pemandangan yang tampak adalah sampah-sampah yang mengapung dan terlihat kotor. Timbulnya kerusakan situ ini tidak lepas dari tanggung jawab para pengunjung. Tidak adanya penarikan retribusi (tiket masuk) menuju kawasan Situ Babakan menyebabkan semua orang dapat dengan mudah memasuki kawasan situ. Seperti diketahui, retribusi merupakan salah satu sumber pemasukan bagi pengelola untuk dapat melakukan upaya pemeliharaan. Oleh karena itu perlu diupayakan adanya tarif retribusi bagi pengunjung situ agar kawasan Situ Babakan tetap terjaga kelestariannya. Dengan demikian Situ Babakan dapat mempertahankan fungsinya sebagai penjaga keseimbangan lingkungan.

19 Perumusan Masalah Situ Babakan merupakan sebuah bentang alam yang penting sebagai wilayah konservasi, hunian, pertanian, serta wisata dan budaya. Pesatnya aktivitas manusia di kawasan ini menimbulkan kekhawatiran akan kelestarian dan keasrian situ serta lingkungan sekitar yang secara ekologis tidak dapat dipisahkan dari keberadaan situ tersebut. Terjadinya aktivitas manusia di kawasan Situ Babakan yang tidak terkendali dan tanpa menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang memadai, dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada situ sehingga menurunkan nilai fungsi dari situ sebagai tandon air dan daerah resapan air serta objek wisata. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, kondisi air di Situ Babakan tampak mulai kotor oleh sampah yang dibuang oleh para pengunjung. Hal ini diperparah oleh minimnya sarana dan prasaraan kebersihan serta kurangnya kepedulian warga dan pengunjung terhadap lingkungan. Untuk mengelola lingkungan Situ Babakan dengan baik diperlukan sumber daya manusia serta sarana, dan prasarana yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan tersebut. Walaupun saat ini Situ Babakan telah menjadi tujuan wisata, namun pengelola Situ Babakan belum membebani pengunjung dengan biaya tertentu seperti pembelian tiket masuk, pajak, dan biaya lainnya untuk bisa memasuki kawasan Situ Babakan. Kondisi tersebut menyebabkan pihak pengelola menemui kesulitan dalam pengelolaan situ menjadi objek wisata yang tetap terjaga kelestarian dan keindahannya karena pengelolaan Situ Babakan memerlukan sejumlah biaya yang sangat besar.

20 5 Dari uraian diatas, maka masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimana karakteristik pengunjung Situ Babakan? b. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kesediaan pengunjung membayar retribusi untuk memasuki kawasan Situ Babakan? c. Berapa besarnya nilai WTP pengunjung Situ Babakan sebagai dasar penetapan biaya retribusi? d. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengkaji karakteristik pengunjung Situ Babakan b. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung membayar retribusi untuk memasuki kawasan Situ Babakan. c. Menilai besarnya nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan sebagai dasar penetapan biaya retribusi. d. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP dari pengunjung Situ Babakan.

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Situ Situ dalam batasan ekologi didefinisikan sebagai perairan tergenang yang merupakan daerah penampungan air yang terbentuk secara alamiah (natural) atau pun buatan manusia (artificial) yang merupakan sumber air baku bagi berbagai kepentingan kehidupan manusia, dimana air yang ditampung pada umumnya berasal dari air hujan (run off), sungai, atau saluran pembuangan dan mata air (Natasaputra, 2000). Menurut Inmendagri No. 14 Tahun 1998, Situ merupakan wadah/genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang airnya berasal dari air tanah atau air permukaan sebagai siklus hidrologis yang potensial dan merupakan salah satu kawasan lindung. Permasalahan yang menjadi ancaman kelestarian situ di wilayah Jabodetabek sebagaimana yang dikemukakan oleh Suryadiputra (1998) antara lain : 1) konversi lahan dimana banyak situ dan empang berubah menjadi perumahan; 2) pendangkalan akibat endapan lumpur dari erosi tanah dan sampah domestik sehingga tidak cukup lagi menampung air hujan yang berakhir dengan terjadinya banjir; 3) pencemaran oleh limbah sehingga terjadi eutrofikasi yang berakibat pada pendangkalan. Penyebab lainnya adalah lemahnya pengawasan dan mudahnya pejabat menerbitkan perizinan yang menyebabkan jumlah dan luas situ merosot. Di seluruh Jawa Barat tercatat sekitar 300 situ (danau), sebanyak 122 buah di Bogor, dan 54 buah

22 7 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi 2. Sebagian besar situ sudah dalam kondisi rusak atau berubah fungsi. Salah satu dampak yang dapat dirasakan akibat kerusakan situ di Jabotabek adalah makin seringnya banjir terutama di Jakarta. Menurut Aboejoewono (1999), situ memiliki banyak fungsi baik ditinjau dari segi ekologis maupun ekonomi, antara lain : a) Sebagai sumber air bagi kehidupan ; Situ-situ di wilayah Jabotabek sebagian besar dimanfaatkan sebagai sumber air untuk keperluan air minum dan MCK. Selain itu juga dipergunakan untuk irigasi dan industri. b) Pengaturan tata air dan pemasok air tanah; Situ merupakan tempat penampungan air baik yang berasal dari air hujan maupun sumber air mengalir. Air yang tertampung di dalam situ merupak pemasok air ke aquifier, air tanah atau situ lainnya yang letaknya lebih rendah. Situ sangat penting untuk mempertahankan air tanah dangkal yang menjadi sumber air bagi masyarakat sekitar. c) Pengendali banjir ; Situ memiliki kemampuan menyimpan kelebihan air yang berasal dari hujan maupun sumber air mengalir. Situ dapat mengurangi volume air yang mengalir selama musim hujan sehingga dapat mengurangi atau mencegah terjadinya banjir. d) Pengatur iklim mikro; Proses evapotranspirasi yang terjadi di suatu situ dapat menjaga kelembaban di daerah sekitarnya. Selain itu, situ yang luas dengan Sumur Resapan, Solusi Murah Manajemen Air. 8 Desember 2006

23 8 pepohonan atau keadaan flora yang baik memiliki kemampuan untuk menyimpan air hujan sehingga mampu menjaga kelembaban sepanjang waktu. e) Habitat berbagai jenis flora dan fauna; Dalam satu ekosistem, situ merupakan habitat dari berbagai spesies flora dan fauna. Berbagai jenis flora dan fauna kehidupannya sangat bergantung pada keberadaan situ seperti berbagai jenis burung, hewan air, dan tumbuhan-tumbuhan tertentu. f) Budidaya perikanan; Perairan situ dapat pula digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan yang merupakan salah satu upaya dalam mengoptimalkan sumber daya alam. Khususnya di wilayah Jabotabek, situ-situ telah dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan dengan sistem keramba jaring apung. g) Kegiatan pariwisata atau rekreasi Sebagai salah satu sumber daya alam perairan, situ memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai kawasan wisata atau tempat rekreasi. Pemanfaatan situ tersebut turut menunjang pendapatan daerah sekaligus masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Perairan situ perlu dimanfaatkan untuk berbagai keperluan secara optimal agar dapat memberikan nilai manfaat terutama bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar situ. Salah satu dari sekian banyak upaya adalah dengan menjadikan situ sebagai kawasan wisata.

24 Wisata Alam Pariwisata merupakan suatu kegiatan perpindahan sementara dari orang-orang menuju suatu tempat yang berbeda dari kondisi rumah dan tempat bekerjanya dengan tujuan untuk menikmati berbagai fasilitas di tempat tersebut sesuai dengan keinginannya (Gunn 1994). Pariwisata juga didefiniskan sebagai kegiatan manusia yang meliputi perilaku manusia menggunakan sumber daya alam dan terjadi interaksi antara manusia, ekonomi, dan lingkungan (Holden, 2000). Menurut United Nation Environmental Programme (UNEP) (1999) suatu kawasan dapat menjadi kawasan wisata jika mempunyai kriteria yang memadai (Tabel 2). Tabel 2. Kriteria untuk Kawasan Wisata Alam No Kriteria 1 Kekhasan atraksi alam - Tipe hutan, sungai, danau (situ) - Kenaekaragaman hayati - Keunikan spesies tertentu - Kemudahan flora dan fauna untuk diamati 2 Atraksi pendukung atau pelengkap - Peluang atau untuk berenang (air terjun, sungai, atau pantai) - Peluang untuk kegiatan berolah raga ( mandayung, memancing, dsb) - Budaya lokal (kesenian, kebiasaan tradisional) - Peninggalan sejarah 3 Aksesibilitas dan Infrastruktur - Jarak lokasi tempat wisata - Akses (jalan raya, kereta api, penerbangan) - Fasilitas kesehatan. komunikasi yang memadai 4 Iklim - Cuaca yang mendukung rekreasi - Banyaknya curah hujan dan distribusinya 5 Kondisi Sosial dan Politik - Adanya stabilitas sosial politik - Terjaminnya keamanan wisatawan - Wisatawan dapat diterima oleh masyarakat setempat (lokal) Sumber : UNEP 1999

25 10 Indecon (Indonesia Ecotourism Network) pada tanggal 16 Januari 1996 melakukan sebuah simposium kepariwisataan dengan mengangkat tema pariwisata yang berbasis alam. Simposium tersebut menghasilkan suatu definisi bagi ekowisata sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam, yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Menurut Stecker (1996) dalam Maryadi (2003), terdapat beberapa penerimaan yang diperoleh dari pengelolaan sumberdaya alam sebagai kawasan wisata (Tabel 3). Tabel 3. Potensi Pendapatan dalam Kegiatan Pariwisata No Kategori Biaya (fee) Keterangan 1 Biaya Masuk (entrance fee) Biaya yang dikenakan kepada wisatawan yang akan masuk ke wilayah objek wisata 2 Biaya penggunaan (user fee) Bagi wisata yang menggunakan tempat parkir, sewa tempat untuk berkemah, menggunakan perahu, biaya peminjaman (alat teropong, alat memancing), pemandu wisata 3 Royalti (profit share) Pembuatan buku panduan wisata, cinderamata, pemotretan dikawasan tertentu 4 Biaya Penyewaan kavling (concession fee) Bagi perusahaan yang akan menggunakan tempat untuk berjualan, biro perjalanan 5 Surat Izin (licenses) Operator perjalanan, Pemandu wisata, peneliti, pemburu 6 Pajak (taxes) Pajak yang dikenakan bagi para wisatawan yang menyewa hotel, taksi 7 Bantuan (donation) Bantuan yang diberikan oleh donatur yang mempunyai perhatian terhadap kawasan ini Sumber : Stecker dalam Maryadi 2003

26 11 Fandelli (2000) menyimpulkan ada delapan prinsip dalam kegiatan ekowisata, yaitu : (1) Mencegah dan menanggulangi dari aktivitas yang mengganggu terhadap alam dan budaya, (2) Pendidikan konservasi lingkungan, (3) Pendapatan langsung untuk kawasan, (4) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, (5) Meningkatkan penghasilan masyarakat, (6) Menjaga keharmonisan dengan alam, (7) Menjaga daya dukung lingkungan, (8) Meningkatkan devisa bagi pemerintah Metode Estimasi Peniliaian Nilai Lingkungan Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan sampai saat ini telah berkembang sekitar 5 jenis metode menurut Yakin (1997). Diantaranya adalah The Dose-Response Method (DRM), Hedonic Price Method (HPM), Travel Cost Method (TCM), The Averting Behaviour Method (ABM), dan Contingent Valuation Method (CVM). Metode yang populer digunakan saat ini adalah Contingent Valuation Method (CVM karena bisa mengukur dengan baik nilai penggunaan (use values) dan nilai dari non pengguna (non-use values). Perbandingan dari berbagai metode yang sering digunakan disarikan dalam Tabel 4.

27 12 Tabel 4. Perbandingan berbagai metode Valuasi Ekonomi Lingkungan Metode Kriteria Kelengkapan Validitas Reabilitas Comprehensive dan kepraktisan The Dose-Response Sangat Sedang Method (DRM) Rendah Tinggi Sedang Hedonic Proce Method (HPM) Sedang Sedang Rendah Sedang Travel Cost Method (TCM) Sedang Sedang Rendah Sedang Averting Behaviour Method (ABM) Sedang Sedang Rendah Sedang Contingent Valuation Sangat Sangat Sedang Method (CVM) tinggi Tinggi Tinggi Sumber : Hoevenagel dalam Yakin (1997) Metode CVM adalah teknik survey untuk menanyakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan, jika pasarnya betul-betul tersedia atau jika ada cara-cara pembayaran lain seperti pajak diterapkan (Yakin,1997). Dalam CVM dikenal empat macam cara untuk mengajukan pertanyaan kepada responden (Hanley dan Spash,1993), yaitu : 1. Metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden sampai nilai WTP maksimum dari responden didapatkan. 2. Metode referendum tertutup (dichotomous choice) yaitu metode yang menggunakan satu alat pembayaran yang diasarankan kepada responden baik mereka setuju atau tidak setuju. Dengan menggunakan alat yang disarankan tersebut, respon dari responden diarahkan untuk menjawab apakah setuju/tidak dengan jawaban ya / tidak. Jawaban ya/tidak tersebut akan dianalisa dengan menggunakan teknik respon biner seperti penggunaan analisa regresi logit untuk menentukan WTP.

28 13 3. Metode Kartu Pembayaran (payment card), yaitu metode dengan penggunaan nilai yang disajikan pada sebuah kartu yang memungkinkan jenis pengeluaran responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan dengan perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu responden untuk menyesuaikan jawaban mereka. 4. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question), yaitu suatu metode dimana responden ditanyakan nilai maksimum WTP mereka tanpa ada penyaranan nilai awal terlebih dahulu. Responden seringkali menemui kesulitan untuk menjawab pertanyaan tersebut, khususnya para responden yang tidak memiliki pengalaman mengenai hal-hal yang menjadi bahan pertanyaan dari pewawancara Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil studi pustaka diperoleh beberapa hasil kajian mengenai potensi wisata Situ Babakan, diantaranya mengenai kondisi fisik situ babakan yang dilakukan oleh Indrasti (2002) yang menyatakan bahwa perairan Situ Babakan secara umum relatif masih layak digunakan sebagai lokasi budidaya perikanan karena beberapa parameter kualitas air seperti suhu, total padatan terlarut (TDS), ph, dan Oksigen terlarut (DO) masih berada pada ambang batas baku mutu air kelas dua berdasarkan PP No 88 tahun Namun beberapa parameter fisik seperti muatan padatan tersuspensi, amonia, nitrat, dan posfat telah melampaui ambang batas yang berarti bahwa Situ Babakan telah mengalami pencemaran. Menurutnya pula bahwa dalam mengelola Situ Babakan sebagai wisata agro hendaknya

29 14 dilakukan beberapa langkah perbaikan, terutama untuk mengurangi beban pencemaran yang diterima oleh Situ Babakan. Penelitian sejenis juga telah dilakukan oleh Harniati (2004) dan Nurhakim (2004) yang menilai kelayakan Situ Babakan sebagai lokasi wisata agro dinilai dari kualitas air dan potensi aplikasi Keramba Jaring Apung (KJA). Semua penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas air di Situ Babakan masih baik namun mengalami degradasi karena adanya pencemaran yang perlu segera diatasi. Penelitian yang dilakukan oleh Wardiningsih (2005) melihat potensi dan kendala dari berbagai aspek lanskap pada perkampungan disekitar Situ Babakan yang bersinergi dengan potensi situ sebagai objek wisata. dari Penelitiannya dapat disarikan bahwa (1) lokasi Situ Babakan sangat strategis dan aksesibilitas sangat tinggi, (2) Iklim, Topografi, Geologi, dan Hidrologi sangat mendukung; (3) Vegetasi yang khas juga menjadi daya dukung; (4) Tata Guna Lahan, Pola pemukiman, Pola Sirkulasi (rute), pola pekarangan yang memiliki kekhasan (khas betawi) menjadi salah satu komponen yang dapat menambah daya tarik; (5) Penduduk sekitar Situ Babakan memiliki persepsi yang baik dengan kegiatan pariwisata yang dilakukan disana; (6) Sosial Budaya dan adat istiadat (khas betawi) pada masyarakat sekitar Situ Babakan juga menjadi daya tarik; (7) aspek yang lain adalah kebijakan yang mendukung tergalinya potensi Situ Babakan sebagai salah satu objek wisata. Penelitian lainnya dengan objek Situ Babakan adalah mengenai konflik sosial penetapan Situ Babakan sebagai Perkampungan Budaya

30 15 Betawi, Perancangan lanskap waterfront dan pekarangan Perkampungan Budaya Betawi. Menurut Indrasti (2002) bahwa pada tahun 2001 pengelola PBB belum melakukan penarikan iuran dari pengunjung. Berdasarkan pengamatan langsung pada tahun 2008 ini, pengelola PBB baru menetapkan bea masuk untuk kendaraan bermotor saja. Berdasarkan studi literatur, sampai saat ini belum ada penelitian mengenai willingness to pay dari pengunjung kawasan Situ Babakan sebagai dasar penentuan tarif retribusi.

31 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Konsep Contingent Valuation Method Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode teknik survey untuk menanyakan kepada penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan (Yakin, 1997). CVM menggunakan pendekatan secara langsung yang pada dasarnya menanyakan kepada masyarakat berapa besarnya maksimum Willingness to Pay (WTP) untuk manfaat tambahan dan/atau berapa besarnya maksimum Willingness to Accept (WTA) sebagai kompensasi dari kerusakan barang lingkungan. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan WTP. Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang mendekati dari barang-barang lingkungan jika pasar dari barang-barang tersebut benar-benar ada. Oleh karena itu, pasar hipotetik (kuisioner dan responden) harus sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus mengenal dengan baik barang yang ditanyakan dalam kuesioner. Responden juga harus mengenal alat hipotetik yang digunakan untuk pembayaran, seperti pajak dan biaya masuk secara langsung, yang juga dikenal sebagai alat pembayaran.

32 Kelebihan Contingent Valuation Method (CVM) Penggunaan CVM dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu lingkungan memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut : 1. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan mememiliki dua hal penting, yaitu : seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat, dan dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan. 2. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan di sekitar masyarakat. 3. Dibandingkan dengan teknik penilaian lingkungan lainnya CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna. Dengan CVM, seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung. 4. Meskipun teknik dalam CVM membutuhkan analis yang kompeten, namun hasil dari penelitian menggunakan metode ini tidak sulit untuk dianalisis dan dijabarkan Kelemahan Contingent Valuation Method Teknik CVM memiliki kelemahan yaitu munculnya berbagai bias dalam pengumpulan data. Bias dalam CVM menurut Hanley dan Spash (1993) terdiri dari : 1. Bias Strategi (Strategic Bias) Adanya responden yang memberikan suatu nilai WTP yang relatif kecil karena alasan bahwa ada responden lain yang akan membayar upaya

33 18 peningkatan kualitas lingkungan dengan harga yang lebih tinggi kemungkinan dapat terjadi. Alternatif untuk mengurangi bias strategi ini adalah melalui penjelasan bahwa semua orang akan membayar nilai tawaran rata-rata atau penekanan sifat hipotetis dari perlakuan. Hal ini akan mendorong responden untuk memberikan nilai WTP yang benar. Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993) menyarankan empat langkah untuk meminimalkan bias strategi yaitu : i) Menghilangkan seluruh pencilan (outlier). ii) Penekanan bahwa pembayaran oleh responden lain adalah dapat dijamin. iii) Menyembunyikan nilai tawaran responden lain. iv) Membuat perubahan lingkungan bergantung pada nilai tawaran. Sedangkan Hoehn dan Randall (1987) dalam Hanley dan Spash (1993) menyarankan bahwa bias strategi dapat dihilangkan dengan menggunakan format referendum (jawaban ya atau tidak ) terhadap nilai WTP yang terlalu tinggi. 2. Bias Rancangan (Design Bias) Rancangan studi CVM mencakup cara informasi yang disajikan, instruksi yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan kepada responden. Beberapa hal dalam rancangan survei yang dapat mempengaruhi responden adalah : 1) Pemilihan jenis tawaran (bid vehicle). Jenis tawaran yang diberikan dapat mempengaruhi nilai rata-rata tawaran. Contohnya jenis tawaran

34 19 yang diberikan dalam bentuk karcis masuk kawasan akan menghasilkan nilai WTP yang lebih rendah dibandingkan dalam bentuk trust fund pada studi CVM untuk menilai perlindungan kawasan rimba. Hal ini dapat terjadi karena individu merasa tidak senang membayar atau mengeluarkan uang pada saat ia ingin melakukan rekreasi di kawasan tersebut atau karena kebijakan karcis merupakan kebijakan fiskal yang tidak populer di masyarakat. 2) Bias titik awal (starting point bias). Pada metode bidding game, titik awal yang diberikan kepada responden dapat mempengaruhi nilai tawaran (bid) yang ditawarkan. Hal ini dapat dikarenakan responden yang ditanyai merasa kurang sabar (ingin cepat selesai) atau karena titik awal yang mengemukakan besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan selera responden (disukai responden karena responden tidak memiliki pengalaman tentang nilai perdagangan benda lingkungan yang dipermasalahkan). 3) Sifat informasi yang ditawarkan (nature of information provided). Dalam sebuah pasar hipotesis, responden mengkombinasikan informasi benda lingkungan yang diberikan kepadanya dan bagaimana pasar akan bekerja. Tanggapan responden dapat dipengaruhi oleh pasar hipotetis maupun komoditi spesifik yang diinformasikan pada saat survei.

35 20 3. Bias yang Berhubungan dengan Kondisi Kejiwaan Responden (Mental Account Bias) Bias ini terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan, dan waktunya yang dapat dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam periode waktu tertentu. 4. Kesalahan Pasar Hipotetik (Hypotetical Market Error) Kesalahan pasar hipotetik terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada responden di dalam pasar hipotetik membuat tanggapan responden berbeda dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP yang dihasilkan menjadi berbeda dengan nilai yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan studi CVM tidak berhadapan dengan perdagangan aktual, melainkan suatu perdagangan atau pasar yang murni hipotetik yang didapatkan dari pertemuan antara kondisi psikologi dan sosiologi perilaku. Terjadinya bias pasar hipotetik bergantung pada : 1) Bagaimana pertanyaan disampaikan ketika melaksanakan survei. 2) Seberapa realistik responden merasakan pasar hipotetik akan terjadi. 3) Bagaimana format WTP yang digunakan. Solusi untuk menghilangkan bias ini salah satunya yaitu desain dari alat survei sedemikian rupa sehingga maksimisasi realitas dari situasi yang akan diuji dan melakukan pengulangan kembali untuk kekonsistenan dari responden.

36 Tahap Tahap Studi Contingent Valuation Method Terdapat beberapa tahap dalam penerapan analisis CVM (Hanley dan Spash, 1993), yaitu : 1. Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market) Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik dan pertanyaan mengenai nilai barang/jasa lingkungan. Pasar hipotetik tersebut membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang/jasa lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang/jasa lingkungan tersebut. Dalam pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuisioner sehingga responden dapat memahami barang lingkukngan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu didalam kuisioner juga perlu dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan masyarakat untuk membayar. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids) Setelah kuisioner selesai dibuat, maka dilakukan kegiatan pengambilan sampel. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, dengan perantara telepon, atau surat. Wawancara dengan telepon telah menjadi pilihan terakhir mengingat pengumpulan informasi mengenai suatu barang lewat telepon tergolong cukup sulit, terkait dengan keterbatasan waktu. Wawancara dengan surat cukup sering dilakukan, tetapi sering mengalami bias dalam bentuk tidak mendapat tanggapan (non-

37 22 response bias) atau tingkat tanggapan yang rendah (low-response rates). Wawancara menggunakan petugas yang terlatih memungkinkan cakupan untuk pertanyaan dan jawaban secara lebih rinci, tetapi tidak menutup kemungkinan bias yang dilakukan oleh petugas tersebut. 3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP) Setelah data mengenai nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah penghitungan nilai tengah (median) dan nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Nilai tengah digunakan apabila terjadi rentang nilai penawara yang terlalu jauh, misalnya dari 25 responden, 24 responden memiliki nilai penawaran sebesar Rp tetapi ada satu responden yang memiliki nilai penawaran sebesar Rp Jika penghitungan nilai penawaran menggunakan rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu digunakan nilai tengah karena nilai tengah tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran. 4. Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve) Sebuah kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP ini dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan. Selain itu, kurva WTP dapat juga berguna untuk menguji sensitivitas jumlah WTP terhadap variasi perubahan mutu lingkungan.

38 23 Variabel bebas yang mempengaruhi nilai WTP contohnya antara lain tingkat pendapatan (Y), tingkat pendidikan (E), tingkat pengetahuan (K), tingkat umur (A), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas lingkungan (Q). Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat berkorelasi linear dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut : WTP i = f(y i, E i, K i, A i, Q i ) dimana i = responden ke-i. 5. Menjumlahkan Data (Agregating Data) Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Bentuk ini sebaiknya termasuk seluruh komponen dari nilai relevan yang ditemukan seperti nilai keberadaan dan nilai penggunaan. Keputusan dalam penjumlahan data ditentukan oleh : 1. Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru tersebut. 2. Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N, meskipun akan timbul kebiasan, sebagai contoh adanya tingkat pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel ini telah dimasukkan ke dalam kurva penawaran, estimasi rata-rata populasi µ, dapat diturunkan

39 24 dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N. 3. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Ini tergantung pada pola CVM yang akan dipakai. Pada setiap kasus dari aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang, masyarakat dikonfrontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana adanya implikasi discounting. 6. Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise) Tahap ini menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaanpertanyaan seperti apakah responden benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik, berapa banyak kepemilikan responden terhadap barang/jasa lingkungan yang terdapat dalam pasar hipotetik, seberapa baik pasar hipotetik yang dibuat dapat mencakup semua aspek barang/jasa lingkungan, dan lain-lain pertanyaan sejenis Organisasi dari Pengoperasian Contingent Valuation Method Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam organisasi pengoperasian CVM, yaitu : 1. Pasar Hipotetik yang digunakan harus memiliki kredibilitas dan realistis

40 25 2. Alat pembayaran yang digunakan dan/atau ukuran kesejahteraan (WTP) sebaiknya tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang terkait di masyarakat. 3. Responden sebaiknya memiliki informasi yang cukup mengenai barang publik yang dimaksud dalam kuisioner dan alat pembayaran untuk penawaran mereka. 4. Jika memungkinkan, ukuran WTP sebaiknya dicari, karena responden sering kesulitan dengan penentuan nilai nominal yang ingin mereka berikan 5. Ukuran contoh yang cukup besar sebaiknya dipilih untuk mempermudah perolehan selang kepercayaan dan reabilitas 6. Pengujian kebiasaan, sebaiknya dilakukan dan pengadopsian strategi untuk memperkecil strategic bias secara khusus 7. Penawaran sanggahan sebaiknya diidentifikasi 8. Diperlukan pengetahuan dengan pasti jika contoh memiliki karakteristik yang sama dengan populasi, dan penyesuaian diperlukan. 9. Tanda parameter sebaiknya dilihat kembali untuk melihat jika mereka setuju dengan harapan yang tepat. Nilai minimum dari 15% untuk R adjusted direkomendasikan oleh Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993) Analisis Regresi Logit Analisis regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini mengkaji hubungan pengaruh-pengaruh peubah penjelas (X) terhadap

41 26 peubah respon (Y) melalui model persamaan matematis tertentu. Namun jika peubah respon dari analisis regresinya berupa peubah kategorik, maka analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Peubah kategori bisa merupakan suatu pilihan ya/tidak atau suka/tidak. Sedangkan peubah penjelas pada analisis regresi logistik ini dapat berupa peubah kategori ataupun peubah numerik, untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon. Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi logistik biner, dimana peubah responnya hanya memiliki dua peluang kejadian. Dalam analisisnya permodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi logit. Formula dari transformasi logit tersebut adalah : Logit (p i ) = log e p i 1 pi dengan p i adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon untuk orang ke-i dan log e adalah logaritma dengan basis bilangan e. Kategori sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian dalam penelitian. Gambar berikut ini mengilustrasikan proses transformasi logit tersebut. P i Logit (P i ) Logit Transform Predictor Gambar 1. Transformasi logit Predictor

42 27 Dengan demikian model yang digunakan dalam analisis regresi logistik biner adalah sebagai berikut ini : Logit (p i ) = β 0 + β 1 *X dengan logit (p i ) adalah nilai transformasi logit untuk peluang kejadian sukses, β 0 adalah intersep model garis regresi, β 1 adalah slope model garis regresi dan X adalah peubah penjelas. Di dalam kajian hubungan antar peubah kategorik dikenal adanya ukuran asosiasi, atau ukuran keeratan hubungan antar peubah kategori. Salah satu keuntungan penggunaan analisis regresi logistik adalah bahwa ukuran asosiasi ini seringkali merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapatkan. Salah satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logistik adalah rasio odd. Odd sendiri dapat diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari peubah respon. Adapun rasio odd mengindikasikan seberapa lebih mungkin, dalam kaitannya adegan nilai odd, munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya. 3.2 Kerangka Operasional Situ Babakan merupakan salah satu situ yang berada di wilayah Jabodetabek, tepatnya di wilayah Jakarta Selatan. Secara fungsional Situ Babakan berfungsi sebagai daerah resapan air untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan juga sebagai salah satu penampung debit air sungai Ciliwung. Fungsi Situ Babakan juga bertambah sejak diterbitkannya

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Oleh : Ratri Hanindha Majid A14303031 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat tiga konsep pemikiran teoritis yang dibahas, yaitu:

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Willingness to Accept Willingness to Accept merupakan salah satu bagian dari metode CVM dan akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) Kuliah Valuasi ESDAL Pertemuan Ke-8 2015/2016 Urgensi CVM (1) Contingent Valuation Methods (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teori-teori yang sesuai dengan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang TINJAUAN PUSTAKA Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di obyek wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan 11 BAB II A. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi pariwisata Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga kenagarian (struktur pemerintahan setingkat desa) Kenagarian Muaro, Kenagarian

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat.

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah di daerah sekitar terusan BKB Jakarta, yaitu sepanjang daerah Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. Pengambilan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar III.1 di bawah ini. Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian 28 III.2 Waktu

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok merupakan salah satu daerah penyangga DKI Jakarta dan menerima cukup banyak pengaruh dari aktivitas ibukota. Aktivitas pembangunan ibukota tidak lain memberikan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Negatif yang Timbul dari Pencemaran Sungai Musi Akibat Kegiatan Industri Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada obyek wisata pemandian air panas alam CV Alam Sibayak yang berlokasi di Desa Semangat Gunung Berastagi, Kabupaten Karo Sumatera

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB Wisata merupakan salah satu bentuk kegiatan yang bermanfaat, selain bisa menghilangkan rasa jenuh juga dapat menjadi sumber

Lebih terperinci

VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman

VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN 7.1. Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman Variabel terikat dalam analisis kesediaan rumahtangga menerima

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) karena masyarakat dan instansi di daerah

IV. METODOLOGI PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) karena masyarakat dan instansi di daerah IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda dan Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang terletak di kota Palembang Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR Oleh : Elfin Rusliansyah L2D000416 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Choice Modelling (CM) Penelitian ini dimulai pada tanggal 15 April 2016 sampai dengan tanggal 1 Mei 2016 di Hutan Mangrove Pasar Banggi, Rembang. Data diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam kekayaan sumber daya alam. Keberagaman potensi alam, flora, fauna serta berbagai macam budaya, adat istiadat,

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

IV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Kawasan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method Teknik CVM didasarkan pada asumsi hak kepemilikan, jika individu yang ditanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pariwisata Pengertian istilah Pariwisata menurut Spillane (1991) adalah perjalanan yang bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan

mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan oleh perusahaan sebelum adanya upaya dalam proses pengolahan air limbah. Hal ini berarti tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan TINJAUAN PUSTAKA Danau Perairan pedalaman (inland water) diistilahkan untuk semua badan air (water body) yang ada di daratan. Air pada perairan pedalaman umumnya tawar meskipun ada beberapa badan air yang

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI SETU BABAKAN-SRENGSENG SAWAH, KECAMATAN JAGAKARSA-JAKARTA SELATAN OLEH: SITTI WARDININGSIH

RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI SETU BABAKAN-SRENGSENG SAWAH, KECAMATAN JAGAKARSA-JAKARTA SELATAN OLEH: SITTI WARDININGSIH RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI SETU BABAKAN-SRENGSENG SAWAH, KECAMATAN JAGAKARSA-JAKARTA SELATAN OLEH: SITTI WARDININGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG Oleh: RINA MULYANI A14301039 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertambahan penduduk yang tinggi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, telah menghabiskan surplus sumberdaya alam yang diperuntukkan bagi pembangunan

Lebih terperinci

Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan

Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Priyanti Junia Pratiwi, Winny Retna Melani, Fitria Ulfah. Juniapratiwi2406@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A.

ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A. ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A. 14103550 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2000 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2000 TENTANG KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2000 TENTANG PENATAAN LINGKUNGAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI KELURAHAN SRENGSENG SAWAH. KECAMATAN JAGAKARSA KOTAMADYA JAKARTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. nilai ekonomi Objek Wisata Budaya Dusun Sasak Sade dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN OBYEK WISATA TIRTA JANGARI, WADUK CIRATA, DESA BOBOJONG, KECAMATAN MANDE, KABUPATEN CIANJUR FRIZKA AMALIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK

VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK Penelitian ini menggunakan analisis Regresi Logistik atau yang disebut model LOGIT untuk mengidentifikasi atribut-atribut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK (Kasus : Perokok Aktif di Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Kotamadya Jakarta Selatan) Oleh DYAH ISTYAWATI A 14202002 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen pokok dan mendasar dalam memenuhi kebutuhan seluruh makhluk hidup di bumi. Menurut Indarto (2012) : Air adalah substansi yang paling melimpah

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIS PERUBAHAN KUALITAS AIR SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CISADANE. Oleh NURLEYLA HATALA F

MODEL MATEMATIS PERUBAHAN KUALITAS AIR SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CISADANE. Oleh NURLEYLA HATALA F MODEL MATEMATIS PERUBAHAN KUALITAS AIR SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CISADANE Oleh NURLEYLA HATALA F14103004 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Taman Nasional Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,

Lebih terperinci

PENGUKURAN NILAI EKONOMI OBYEK WISATA KAWASAN RAWAPENING KABUPATEN SEMARANG DENGAN PENDEKATAN BIAYA PERJALANAN, VALUASI KONTINGENSI, DAN CHOICE MODEL

PENGUKURAN NILAI EKONOMI OBYEK WISATA KAWASAN RAWAPENING KABUPATEN SEMARANG DENGAN PENDEKATAN BIAYA PERJALANAN, VALUASI KONTINGENSI, DAN CHOICE MODEL PENGUKURAN NILAI EKONOMI OBYEK WISATA KAWASAN RAWAPENING KABUPATEN SEMARANG DENGAN PENDEKATAN BIAYA PERJALANAN, VALUASI KONTINGENSI, DAN CHOICE MODEL 2013 Sri Subanti & Arif R Hakim Motivasi Studi Studi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, sektor pariwisata memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Ekowisata Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari wisata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay )

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay ) II. TINJAUAN PUSTAKA Kajian mengenai kesediaan membayar beras analog belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun ada beberapa kajian yang terkait dengan topik Willingness to Pay khususnya dalam menilai manfaat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Pasar Wisata Alam Langkah awal dalam melakukan analisis pengembangan wisata alam berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ARI SUPRIYATNA A

ARI SUPRIYATNA A ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK, SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA Oleh: ARI SUPRIYATNA A14303050 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN TRANSMIGRAN DI UNIT PERMUKIMAN TRANSMIGRASI PROPINSI LAMPUNG

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN TRANSMIGRAN DI UNIT PERMUKIMAN TRANSMIGRASI PROPINSI LAMPUNG ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN TRANSMIGRAN DI UNIT PERMUKIMAN TRANSMIGRASI PROPINSI LAMPUNG Oleh : THESISIANA MAHARANI A14302058 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam semesta ini. Bagi umat manusia, keberadaan air sudah menjadi sesuatu yang urgen sejak zaman

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR Oleh : Dini Vidya A14104008 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci