DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR"

Transkripsi

1 ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN OBYEK WISATA TIRTA JANGARI, WADUK CIRATA, DESA BOBOJONG, KECAMATAN MANDE, KABUPATEN CIANJUR FRIZKA AMALIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Kesediaan Membayar dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum dijadikan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, November 2011 Frizka Amalia H

3 RINGKASAN FRIZKA AMALIA. Analisis Kesediaan Membayar dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan BENNY OSTA NABABAN. Obyek wisata Tirta Jangari terletak di Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Sebagai obyek wisata alam, obyek wisata Tirta Jangari belum terkelola dengan baik. Pengelolaan yang kurang baik menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Kondisi waduk yang dipenuhi oleh keramba jaring apung menyebabkan perairan waduk sebagai daya tarik utama tertutup peralatan dan bangunan budidaya ikan yang kurang ditata dengan baik, disamping kualitas air yang tidak jernih (kecokelatan) akibat endapan sisa-sisa makanan ikan, endapan kotoran ikan, dan sisa-sisa buangan aktivitas manusia. Selain itu, belum optimalnya kinerja petugas kebersihan untuk menjaga kebersihan lingkungan, serta kurangnya kesadaran masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung dalam menjaga kebersihan berdampak negatif pada kelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Pelaksanaan upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 07 Tahun 2010 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga, harga retribusi tiket masuk obyek wisata Tirta Jangari adalah sebesar Rp 2.000/orang dengan besaran yang bervariasi untuk kendaraan. Harga retribusi tiket masuk tersebut dirasa belum cukup untuk dapat membiayai upaya pelestarian lingkungan disamping belum adanya penarikan retribusi kebersihan untuk masyarakat yang melakukan aktivitas usaha wisata di sekitar obyek wisata Tirta Jangari. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa karakteristik masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung dapat dijelaskan berdasarkan beberapa kriteria. Karakteristik masyarakat yang melakukan aktivitas usaha wisata di sekitar obyek wisata Tirta Jangari berusia antara tahun dengan status sudah menikah. Jumlah tanggungan yang mereka miliki yaitu lebih dari tiga orang. Pendidikan terakhir masyarakat sekitar obyek wisata adalah SD. Mayoritas masyarakat sekitar obyek wisata sudah memiliki usaha selama lebih dari sebelas tahun dengan tingkat pendapatan sebesar Rp Rp /bulan. Sedangkan karakteristik pengunjung obyek wisata Tirta Jangari antara lain mayoritas berjenis kelamin pria dengan status sudah menikah. Usia pengunjung antara tahun dan jumlah tanggungan sebanyak dua orang. Pendidikan terakhir pengunjung yaitu SLTA dan mayoritas berprofesi sebagai wirausaha. Tingkat pendapatan pengunjung berada pada selang Rp Rp /bulan. Responden menyatakan kondisi lingkungan dan kebersihan obyek wisata Tirta Jangari kurang baik. Responden juga menyatakan bahwa terjadi sedikit masalah terhadap pencemaran air di obyek wisata Tirta Jangari. Rata-rata responden telah mengetahui tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk.

4 iii Responden menyatakan bahwa penyediaan fasilitas wisata dan fasilitas umum di obyek wisata Tirta Jangari masih kurang memadai. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 70% responden masyarakat sekitar obyek wisata bersedia untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar masyarakat sekitar obyek wisata adalah variabel jenis kelamin dan lama usaha. Nilai rata-rata WTP masyarakat sekitar obyek wisata yaitu sebesar Rp 5.357,14/unit usaha/bulan dengan nilai total WTP (TWTP) Rp /tahun. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP masyarakat sekitar obyek wisata antara lain tingkat pendidikan, lama usaha, dan pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 77% responden pengunjung bersedia untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung antara lain variabel tingkat pendidikan dan frekuensi kunjungan. Nilai rata-rata WTP pengunjung yaitu sebesar Rp 7.413,04/orang dengan nilai total WTP (TWTP) sebesar Rp ,40/tahun. Nilai ini diketahui melalui pendekatan Contingent Valuation Method. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung antara lain status pernikahan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, frekuensi kunjungan, dan biaya kunjungan. Kata kunci : Kesediaan Membayar, Obyek Wisata Tirta Jangari, Contingent Valuation Method

5 iv ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN OBYEK WISATA TIRTA JANGARI, WADUK CIRATA, DESA BOBOJONG, KECAMATAN MANDE, KABUPATEN CIANJUR FRIZKA AMALIA H Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

6 Judul Skripsi : Analisis Kesediaan Membayar dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur Nama NIM : Frizka Amalia : H Disetujui Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS NIP : Benny Osta Nababan, S.Pi., M.Si Diketahui Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP : Tanggal Lulus :

7 UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan banyak ilmu serta wawasan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Ibu Nuva S.P, M.Sc selaku dosen penguji perwakilan departemen. 3. Bapak Indra Lesmana, S.H selaku Koordinator Pengelola obyek wisata Tirta Jangari. 4. Bapak Moch. Syafrie dan Ibu Eka Nurlela (orang tua) serta Moch. Sofyan Suryana (adik) yang selalu memberikan kekuatan dan dukungan, baik moril dan materi serta limpahan doa yang tak pernah putus kepada penulis. 5. Bapak Tri Agus Nuryana beserta keluarga yang telah bersedia menyediakan tempat tinggal bagi penulis selama melakukan penelitian. 6. Rekan satu bimbingan, Dina, Wezia, Astrid, Fandi, Ria, dan Erlinda, serta SJ, Riri, Pristy, Bahroin, Heni, Fitria, Tasha, Ardita, Ami, Winda, Nurani, Adinda, dan sahabat ESL 44 atas kerjasama, semangat dan doa yang diberikan. 7. Seluruh Dosen dan Tenaga Pendidikan departemen ESL yang telah membantu selama penulis menyelesaikan studi di ESL.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah Analisis Kesediaan Membayar dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai kesediaan membayar serta besarnya nilai kesediaan membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak dalam rangka pengembangan dan pengelolaan obyek wisata Tirta Jangari. Bogor, November 2011 Penulis

9 viii DAFTAR ISI RINGKASAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman ii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Waduk Pariwisata Penilaian Ekonomi Contingent Valuation Method Kelebihan Contingent Valuation Method Kelemahan Contingent Valuation Method Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Metode Analisis dan Pengolahan Data Identifikasi Karakteristik dan Persepsi Responden Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay/WTP) dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Analisis Kesediaan Membayar Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Analisis Kesediaan Membayar Pengunjung Analisis Nilai WTP dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari vii viii xi xiii xiv

10 ix Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Pengujian Parameter Odds Ratio Likelihood Ratio Uji Wald Uji Multikolinieritas Uji Statistik F Uji Statistik t Uji Heteroskedastisitas Uji Koefisien Determinasi Uji Autokorelasi Batasan Penelitian V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kondisi Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Persepsi Responden Obyek Wisata Tirta Jangari Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Pengunjung Jenis Kelamin Usia Status Pernikahan Jumlah Tanggungan Tingkat Pendidikan Jenis Pekerjaan Tingkat Pendapatan Jarak Tempat Tinggal ke Obyek Wisata Persepsi Responden terhadap Kualitas Lingkungan Persepsi Responden terhadap Atribut Wisata Analisis Kesediaan Membayar dalam Upaya Pelestarian Lingkungan obyek wisata Tirta Jangari Analisis Kesediaan Membayar Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Analisis Nilai WTP dengan Pendekatan Contingent Valuation Method... 69

11 x 6.4 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Responden Pengunjung dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

12 xi DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jumlah Kunjungan ke Obyek Wisata Tirta Jangari Tahun Matriks Metode Analisis Data Uji Autokorelasi Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Perbandingan Responden Pengunjung Pria dan Wanita Sebaran Kelompok Usia Responden Pengunjung Perbandingan Status Pernikahan Responden Pengunjung Perbandingan Jumlah Tanggungan Responden Pengunjung Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden Pengunjung Perbandingan Jenis Pekerjaan Responden Pengunjung Perbandingan Tingkat Pendapatan Responden Pengunjung Perbandingan Jarak Tempat Tinggal ke Obyek Wisata Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata terhadap Kondisi Lingkungan Persepsi Responden Pengunjung terhadap Kondisi Lingkungan Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata terhadap Kebersihan Lingkungan Persepsi Responden Pengunjung terhadap Kebersihan Lingkungan Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata terhadap Pencemaran Air Persepsi Responden Pengunjung terhadap Pencemaran Air Pengetahuan Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata tentang Fungsi Waduk dan Kerusakan Waduk Pengetahuan Responden Pengunjung tentang Fungsi Waduk dan Kerusakan Waduk Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata terhadap Kemudahan Mencapai Lokasi Obyek Wisata Persepsi Responden Pengunjung terhadap Kemudahan Mencapai Lokasi Obyek Wisata... 57

13 xii 23. Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata terhadap Fasilitas Wisata Persepsi Responden Pengunjung terhadap Penyediaan Fasilitas Wisata Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata terhadap Penyediaan Fasilitas Umum Persepsi Responden Pengunjung terhadap Penyediaan Fasilitas Umum Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata terhadap Kenyaman di Obyek Wisata Persepsi Responden Pengunjung terhadap Kenyaman di Obyek Wisata Hasil Regresi Logit Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Membayar Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Hasil Regresi Logit Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Membayar Responden Pengunjung dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Distribusi Nilai Rata-rata WTP Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Distribusi Nilai Rata-rata WTP Responden Pengunjung Total WTP Masyarakat Sekitar Obyek Wisata dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Total WTP Pengunjung dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Hasil Regresi Berganda WTP Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Hasil Regresi Berganda WTP Responden Pengunjung... 82

14 xiii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Penerimaan Devisa Pariwisata Tahun Klasifikasi Valuasi Non-market Alur Kerangka Pemikiran Obyek Wisata Tirta Jangari Persentase Kesediaan Membayar oleh Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Persentase Kesediaan Membayar oleh Responden Pengunjung Dugaan Kurva WTP Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Dugaan Kurva WTP Responden Pengunjung Kurva Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Tirta Jangari Tahun

15 xiv DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian Kondisi Obyek Wisata Tirta Jangari Data Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Tirta Jangari Data Responden Pengunjung Obyek Wisata Tirta Jangari Bulan April Hasil Regresi Logit Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Hasil Regresi Logit Responden Pengunjung Hasil Regresi Berganda Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Hasil Regresi Berganda Responden Pengunjung

16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Daya tarik ini mendorong pemerintah untuk mengembangkan industri pariwisata. Para pakar ekonomi memperkirakan sektor pariwisata akan menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting pada abad ke-21 (Pendit, 2006). Peran sektor pariwisata akan melebihi sektor migas (minyak bumi dan gas alam) serta industri lainnya bila dikembangkan secara terpadu. Dengan demikian, sektor pariwisata akan berfungsi sebagai katalisator pembangunan sekaligus akan mempercepat proses pembangunan khususnya peranan dalam meningkatkan perolehan devisa negara, memperluas dan mempercepat proses kesempatan berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). Pariwisata merupakan salah satu sektor yang cukup berperan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada tahun 1960-an sampai dengan 1970-an pariwisata mulai berperan sebagai salah satu sumber penerimaan devisa. Pada tahun 1980-an sampai dengan 1990-an pariwisata mulai menjadi perhatian karena dampak positifnya dalam perekonomian baik langsung maupun tidak langsung terhadap pemerintah, pendapatan nasional, dan tenaga kerja 1. Gambar 1 menunjukkan penerimaan devisa pariwisata tahun Peranan Pariwisata dalam Neraca Pembayaran. 28 Februari 2011.

17 2 Juta US$ , , , , , Tahun Sumber : Badan Pusat Statistik (2009) Gambar 1. Penerimaan Devisa Pariwisata Tahun Gambar 1 menunjukkan bahwa penerimaan devisa negara yang berasal dari industri pariwisata berfluktuatif. Pada tahun 2009, penerimaan dari wisatawan mancanegara mencapai US$ 6.297,99 juta atau mengalami penurunan 14,29% dibanding tahun sebelumnya. Meskipun jumlah wisatawan mancanegara yang datang pada tahun 2009 lebih tinggi, namun rata-rata pengeluaran mereka jauh lebih rendah dibanding tahun Hal tersebut mengakibatkan penerimaan dari wisatawan mancanegara mengalami penurunan pada tahun 2009 (Badan Pusat Statistik, 2009). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kabupaten Cianjur termasuk salah satu andalan Kawasan Bopunjur (Bogor-Puncak-Cianjur) dengan pertanian dan pariwisata sebagai sektor unggulan. Karakteristik kawasan wisata Kabupaten Cianjur yang memiliki daya tarik alam seperti perkebunan, pegunungan, cagar alam, flora fauna, pemandangan alam danau/waduk, dan tanaman padi merupakan suatu potensi wisata yang memerlukan perhatian dari pemerintah dalam

18 3 pembangunan, pengembangan, maupun pengelolaannya sehingga tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Salah satu potensi kawasan wisata di Kabupaten Cianjur adalah obyek wisata Tirta Jangari yang terletak di Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Menurut Darmardjati (2001), wisata tirta adalah wisata air, pemanfaatan dari segi pariwisata atas kawasan air sehingga pengembangannya secara lengkap dan profesional dapat menjadikannya sebagai obyek dan tujuan wisata yang menarik. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di obyek wisata Tirta Jangari antara lain melihat pemandangan genangan air waduk (sight seeing), berperahu melayari waduk, dan memancing. Sebagai obyek wisata alam, obyek wisata Tirta Jangari belum terkelola dengan baik. Pengelolaan yang kurang baik menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Kondisi waduk yang dipenuhi oleh keramba jaring apung menyebabkan perairan waduk sebagai daya tarik utama tertutup peralatan dan bangunan budidaya ikan yang kurang ditata dengan baik, disamping kualitas air yang tidak jernih (kecokelatan) akibat endapan sisa-sisa makanan ikan, endapan kotoran ikan, dan sisa-sisa buangan aktivitas manusia. Selain itu, belum optimalnya kinerja petugas kebersihan untuk menjaga kebersihan lingkungan serta kurangnya kesadaran masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung dalam menjaga kebersihan berdampak negatif pada kelestarian obyek wisata Tirta Jangari. Dengan demikian, pemahaman tentang kesediaan membayar (Willingness to Pay/WTP) dalam rangka pelestarian lingkungan oleh masyarakat sekitar obyek wisata maupun pengunjung obyek wisata perlu dikaji. Diharapkan dengan

19 4 diketahuinya kesediaan membayar tersebut maka dapat diambil langkah-langkah dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari Perumusan Masalah Pada awalnya, tujuan pembangunan Waduk Cirata adalah sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), namun untuk mengurangi biaya sosial (social cost), maka sebagian genangan waduk (1%) dimanfaatkan/difungsikan sebagai media budidaya ikan pada jaring apung (Machbub, 2010). Kondisi alam tersebut akhirnya dimanfaatkan masyarakat sebagai daya tarik wisata berbasis air atau wisata tirta. Kecenderungan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan obyek wisata Tirta Jangari mengindikasikan bahwa wilayah ini berpotensi menjadi tempat wisata yang bernilai lebih. Saat ini pengelola telah memiliki rencana pengembangan obyek wisata Tirta Jangari, namun pengembangannya masih terhambat oleh beberapa kendala. Tabel 1 menunjukkan jumlah kunjungan ke obyek wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Tabel 1. Jumlah Kunjungan ke Obyek Wisata Tirta Jangari Tahun Tahun Jumlah (orang) Sumber : Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur (2010) Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan ke obyek wisata Tirta Jangari dari tahun 2005 hingga tahun 2010 cukup berfluktuatif. Adapun angka kunjungan terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebanyak pengunjung.

20 5 Menurut Aksomo (2007), jumlah kunjungan wisata ke obyek wisata Tirta Jangari tiap tahunnya berfluktuatif dikarenakan banyaknya obyek wisata lain di Kabupaten Cianjur yang lebih menarik pengunjung seperti Kebun Raya Cibodas, Istana Kepresidenan Cipanas, serta Puncak. Obyek wisata Tirta Jangari merupakan salah satu bentuk barang publik. Berdasarkan ciri-cirinya, barang publik memiliki dua sifat dominan antara lain non rivalry (tidak ada ketersaingan) dan non-excludable (tidak ada larangan) (Fauzi, 2006). Sifat non rivalry dan non-excludable dalam pemanfaatan sumberdaya menjadikan setiap orang dapat memanfaatkannya tanpa batasan apapun, sehingga dapat menjadi ancaman tersendiri bagi kondisi serta keadaan alam dan lingkungan obyek wisata Tirta Jangari, seperti berkurangnya luas waduk dan pengotoran air waduk. Dalam rangka mempertahankan fungsi konservasi serta menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan dalam pengelolaan dan pengembangan obyek wisata Tirta Jangari maka diperlukan suatu koordinasi dan kerjasama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta partisipasi aktif dari masyarakat dan pengunjung obyek wisata. Pelaksanaan upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 07 Tahun 2010 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga, harga retribusi tiket masuk obyek wisata Tirta Jangari adalah sebesar Rp 2.000/orang dengan besaran yang bervariasi untuk kendaraan. Harga retribusi tiket masuk tersebut dirasa belum cukup untuk dapat membiayai upaya pelestarian lingkungan disamping belum adanya penarikan retribusi kebersihan bagi

21 6 masyarakat yang melakukan aktivitas usaha wisata di sekitar obyek wisata. Partisipasi dari seluruh pihak terutama masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung sangat diharapkan. Oleh karenanya, kesediaan membayar masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung yang memanfaatkan barang dan jasa lingkungan yang sama perlu diketahui sehingga pengelolaan obyek wisata Tirta Jangari tetap mempertahankan fungsi ekologi dari Waduk Cirata. Berdasarkan uraian diatas, beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi serta persepsi masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung terhadap kondisi lingkungan obyek wisata Tirta Jangari? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesediaan masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari? 3. Berapa nilai WTP masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari? 4. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi serta persepsi masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung terhadap kondisi lingkungan obyek wisata Tirta Jangari.

22 7 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. 3. Mengestimasi besarnya nilai WTP yang diberikan oleh masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. 4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain : 1. Bagi pihak institusi pendidikan bermanfaat sebagai bahan referensi untuk kajian penelitian yang berhubungan dengan kesediaan membayar dan besarnya nilai WTP dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. 2. Bagi pihak terkait seperti Badan Pengelola Waduk Cirata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, pengusaha pariwisata, serta masyarakat setempat berguna sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan dan pengembangan obyek wisata Tirta Jangari yang lebih baik lagi di masa yang akan datang Ruang Lingkup Penelitian Wilayah penelitian ini adalah kawasan obyek wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Responden dalam

23 8 penelitian ini terdiri dari responden masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung. Penelitian ini difokuskan pada analisis kesediaan membayar masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung obyek wisata dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Metode yang digunakan untuk menganalisis kesediaan membayar adalah Contingent Valuation Method (CVM). Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode teknik survei untuk menanyakan kepada seseorang tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki nilai pasar seperti barang lingkungan. Kesediaan membayar (Willingness to Pay/WTP) merupakan sejumlah uang yang ingin diberikan seseorang untuk memperoleh peningkatan kondisi lingkungan sehingga terciptanya kelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari.

24 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waduk Menurut Notohadiprawiro et al (2006), waduk menurut pengertian umum merupakan tempat pada muka lahan untuk menampung air hujan secukupnya pada musim basah, sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering atau langka air. Air yang disimpan dalam waduk terutama berasal dari aliran permukaan dan ditambah dengan yang berasal dari air hujan langsung. Waduk menurut Krisanti (2006) adalah tempat menampung air yang umumnya dibentuk dari sungai atau rawa dengan tujuan tertentu, waduk sebenarnya juga sebuah danau dalam pengertian benda tersebut merupakan suatu volume massa air yang mempunyai komposisi khusus yang berisi berbagai bentuk kehidupan. Menurut Naryanto et al (2009), waduk memiliki fungsi utama yaitu fungsi ekologi dan fungsi sosial, ekonomi, dan budaya. Fungsi ekologi waduk adalah sebagai pengatur tata air, pengendali banjir, habitat kehidupan liar atau spesies yang dilindungi atau endemik serta penambat sedimen, unsur hara, dan bahan pencemar. Fungsi sosial, ekonomi, dan budaya waduk adalah untuk memenuhi keperluan hidup manusia, antara lain untuk air minum dan kebutuhan hidup sehari-hari, sarana transportasi, keperluan pertanian, tempat sumber protein, pembangkit tenaga listrik, estetika, olahraga, heritage, religi, tradisi, dan industri pariwisata. Dalam pemanfaatannya, waduk cenderung mengalami degradasi karena kurangnya kepedulian dan profesionalisme dalam pengelolaannya. Saat ini kondisi waduk di beberapa daerah di Indonesia telah mengalami penurunan fungsi baik kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor,

25 10 antara lain penggundulan hutan, perubahan fungsi lahan di daerah tangkapan air yang mengakibatkan erosi dan sedimentasi. Sedimentasi dapat dengan cepat mendangkalkan situ, danau, dan waduk, menurunkan kualitas air dan merusak habitat, dan menurunkan kapasitas cadangan air (Naryanto et al, 2009) Pariwisata Menurut Pendit (2006), dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), pariwisata dapat diartikan sebagai hal yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan, dan turisme. Pengertian pariwisata menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah Penilaian Ekonomi Menurut Fauzi (2006), penilaian ekonomi atau economic valuation adalah sebuah upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia bagi barang dan jasa tersebut. Secara umum, teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang tidak memiliki nilai pasar (non-market valuation) dapat digolongkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi

26 11 yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness to Pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP. Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah Travel Cost Method, Hedonic Pricing, dan teknik Random Utility Model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang popular dalam dalam kelompok ini adalah yang disebut dengan Contingent Valuation Method (CVM) dan Discrete Choice Method (Fauzi, 2006). Secara skematis, teknik valuasi non-market tersebut dapat dilihat pada tampilan berikut : Valuasi non-market Tidak Langsung (Revealed WTP) Langsung (Survei) (Expressed WTP) Hedonic Price, Travel Cos Method, Random Utility Model Sumber : Fauzi (2006) Gambar 2. Klasifikasi Valuasi Non-market Contingent Valuation Method, Discrete Choice Method 2.4. Contingent Valuation Method (CVM) Menurut FAO (2000) dalam Adrianto et al (2004), penilaian berdasarkan preferensi (Contingent Valuation Method) adalah sebuah metode yang digunakan untuk melihat atau mengukur seberapa besar nilai suatu barang berdasarkan estimasi seseorang. Contingent Valuation Method (CVM) juga dapat diumpamakan sebagai suatu pendekatan untuk mengetahui seberapa besar nilai

27 12 yang diberikan seseorang untuk memperoleh suatu barang (Willingness to Pay) dan seberapa besar nilai yang diinginkan untuk melepaskan suatu barang (Willingness to Accept). Menurut Fauzi (2006), pendekatan ini disebut contingent (tergantung) karena pada praktiknya informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun. Pendekatan CVM ini secara taktis dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan dan cara kedua, dengan teknik survei. Pendekatan pertama lebih banyak dilakukan melalui simulasi komputer sehingga penggunaannya di lapangan sangat sedikit. Terdapat beberapa tahap dalam penerapan analisis CVM (Hanley dan Spash, 1993), antara lain : 1. Membangun Pasar Hipotetik Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik dan pertanyaan mengenai nilai barang/jasa lingkungan. Pasar hipotetik tersebut membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap barang/jasa lingkungan tersebut. Dalam pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Tahap berikutnya dalam melakukan CVM adalah mendapatkan penawaran besarnya nilai WTP. Ini dilakukan dengan melakukan survei, baik melalui survei langsung dengan kuesioner, wawancara melalui telepon, maupun lewat surat. Dari ketiga cara tersebut survei langsung akan memperoleh hasil yang lebih baik. Tujuan dari survei ini adalah untuk memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari responden terhadap suatu proyek, misalnya perbaikan

28 13 lingkungan. Nilai lelang ini bisa dilakukan dengan teknik antara lain permainan lelang, pertanyaan terbuka, payment cards, dan model referendum. 3. Menghitung Dugaan Rata-rata Nilai WTP Setelah survei dilaksanakan, tahap berikutnya adalah menghitung dugaan rata-rata nilai WTP setiap individu. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lelang (bid) yang diperoleh dari tahap dua. Perhitungan ini biasanya didasarkan pada nilai rataan (mean) dan nilai tengah (median). Pada tahap ini harus diperhatikan kemungkinan timbulnya outlier (nilai yang sangat jauh menyimpang dari ratarata). Dalam perhitungan statistika biasanya nilai outlier tidak dimasukkan ke dalam perhitungan. Perlu juga diketahui bahwa perhitungan nilai rataan WTP lebih mudah dilakukan untuk survei yang menggunakan pertanyaan yang berstruktur daripada pertanyaan bermodel referendum (ya atau tidak). 4. Menduga Kurva WTP Kurva WTP diperoleh dengan, misalnya, meregresikan WTP sebagai variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. dimana Y adalah tingkat pendapatan, E adalah tingkat pendidikan, K adalah tingkat pengetahuan, A adalah tingkat umur, dan Q adalah beberapa variabel yang mengukur kualitas lingkungan. 5. Menjumlahkan Data Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah menjumlahkan rataan lelang yang diperoleh pada tahap tiga. Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversi ini adalah mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga dalam populasi.

29 Kelebihan Contingent Valuation Method Penggunaan CVM dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu lingkungan memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut (Hanley dan Spash, 1993) : 1. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal penting yaitu seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat dan dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan. 2. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan di sekitar masyarakat. 3. CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non-pengguna. Dengan CVM, seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung. 4. Meskipun teknik dalam CVM membutuhkan analisis yang kompeten, namun hasil dari penelitian menggunakan metode ini tidak sulit untuk dianalisis dan dijabarkan Kelemahan Contingent Valuation Method Meskipun CVM diakui sebagai pendekatan yang cukup baik untuk mengukur WTP, namun ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya. Kelemahan yang utama adalah timbulnya bias. Bias ini terjadi jika timbul nilai yang overstate maupun understate secara sistematis dari nilai yang sebenarnya. Sumber-sumber bias terutama ditimbulkan oleh dua hal yang utama (Fauzi, 2006) : 1. Bias yang timbul dari strategi yang keliru. Ini terjadi misalnya jika dalam melakukan wawancara dinyatakan bahwa responden akan

30 15 dipungut fee untuk perbaikan lingkungan, sehingga akan timbul kecenderungan pada responden untuk memberi nilai undersate dari nilai fee tersebut. Sebaliknya, jika dinyatakan bahwa wawancara semata-mata hanya hipotesis belaka, maka akan timbul kecenderungan responden untuk memberikan nilai oversate dari nilai yang sebenarnya. 2. Bias yang ditimbulkan oleh rancangan penelitian (design bias). Bias ini bisa terjadi jika informasi yang diberikan pada responden mengandung hal-hal yang kontroversial. Misalnya, responden ditawari bahwa untuk melindungi kawasan wisata alam dari pencemaran limbah oleh pengunjung, karcis masuk harus dinaikkan. Tentu saja responden akan memberikan nilai WTP yang lebih rendah daripada jika alat pembayaran dilakukan dengan cara lain (misalnya melalu yayasan, trust fund, dan sebagainya). Selain beberapa kelemahan diatas, Carson et al (2001) dalam Fauzi (2006) menyatakan bahwa realibilitas pengukuran CVM sampai saat ini masih menjadi perdebatan, sehingga memerlukan desain yang sangat cermat Penelitian Terdahulu Penelitian untuk mengukur nilai atau manfaat ekonomi barang dan jasa lingkungan yang tidak memiliki nilai pasar sudah cukup banyak dilakukan sebelumnya. Namun, penelitian untuk mengukur nilai atau manfaat ekonomi obyek wisata Tirta Jangari berdasarkan preferensi dari dua kelompok responden yang berbeda yaitu masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung belum banyak dilakukan. Beberapa penelitian dengan menggunakan Contingent

31 16 Valuation Method dilakukan oleh Han dan Lee (2002), Pervito (2009), dan Syakya (2005) yang hampir seluruhnya menghitung kesediaan membayar. Penelitian mengenai Contingent Valuation Method dilakukan oleh Han dan Lee (2002) di Korea Selatan dengan judul Estimating the Use and Preservation Values of National Parks Tourism Resources using Contingent Valuation Method. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung nilai guna (use value) dan nilai kelestarian (preservation value) dari sumberdaya alam dan atau budaya di lima taman nasional antara lain Soraksan National Park, Hallyo-Haesang, Mount Kayasan, Mount Pukhansan, dan Taean-Haean dengan menggunakan metode Dichotomous Choice Contingent Valuation Method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa retribusi tiket masuk yang diperoleh dari penelitian lebih tinggi dibandingkan retribusi tiket masuk yang telah ditetapkan pengelola yaitu sebesar KRW 1000/orang dan biaya pemeliharaan sebesar KRW 3700/orang, sehingga pengelola taman nasional dapat meningkatkan retribusi tiket masuk untuk menjaga kualitas lingkungan dan menghindari terjadinya penurunan kualitas lingkungan taman nasional. Penelitian yang dilakukan oleh Pervito (2009) mengenai Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Waduk Selorejo dengan Metode Biaya Perjalanan menunjukkan bahwa nilai WTP pengunjung yang diukur menggunakan teknik pengukuran langsung (direct) melalui pendekatan Contingent Valuation Method yaitu sebesar Rp Nilai tersebut merupakan nilai rata-rata WTP pengunjung yang mencerminkan kemampuan responden untuk membayar peningkatan kualitas lingkungan lokasi wisata, dimana nilai

32 17 Willingness to Pay (WTP) lebih besar dari harga tiket berlaku (harga yang benarbenar dibayar responden). Syakya (2005), melakukan penelitian tentang Analisis Willingness to Pay (WTP) dan Strategi Pengembangan Obyek Wisata Pantai Lampuk di Nanggroe Aceh Darussalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai retribusi yang akan dibayar pengunjung rata-rata sebesar Rp 1.719,203. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi secara nyata terhadap kesediaan responden untuk membayar antara lain tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, frekuensi kunjungan, transportasi, fasilitas, kondisi keamanan, dan kondisi lingkungan.

33 III. KERANGKA PEMIKIRAN Obyek wisata Tirta Jangari memiliki potensi daya tarik yang tak kalah dari kawasan wisata alam lain khususnya yang ada di Kabupaten Cianjur. Namun, dengan pengelolaannya yang kurang baik seperti saat ini menyebabkan potensipotensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Pengelolaan yang kurang baik juga menyebabkan punurunan kondisi lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Obyek wisata Tirta Jangari merupakan salah satu bentuk barang dan jasa lingkungan. Barang dan jasa lingkungan tersebut memiliki sifat barang publik dimana pada umumnya pengguna barang dan jasa lingkungan tersebut hanya ingin memanfaatkannya saja tanpa peduli akan kelestariannya. Hal ini dapat menjadi ancaman tersendiri bagi kondisi serta keadaan lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Persepsi seseorang akan barang dan jasa lingkungan yang tidak memiliki nilai pasar yang pasti yang dapat dikuantifikasi atau dinilai dalam nilai moneter (uang) menyebabkan seseorang tidak peduli dengan kelestarian alam dan lingkungan. Pelaksanaan upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Salah satu sumber dana tersebut berasal dari retribusi tiket masuk untuk pengunjung dan retribusi kebersihan untuk masyarakat yang melakukan aktivitas usaha wisata di sekitar obyek wisata, namun retribusi tiket masuk saat ini dirasa belum cukup untuk dapat membiayai hal tersebut disamping belum adanya penarikan retribusi kebersihan untuk masyarakat sekitar obyek wisata. Oleh karenanya, kesediaan masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung untuk membayar sejumlah uang yang selanjutnya akan dimanfaatkan untuk pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari perlu

34 19 diketahui. Biaya yang dikeluarkan tersebut akan dialokasikan sebagai dana operasional antara lain perbaikan dan pengadaan prasarana dan sarana yang mendukung aktivitas wisata dan pengeluaran gaji karyawan sebagai petugas kebersihan agar dapat memantau kebersihan lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Penetapan retribusi tersebut tidak dapat diputuskan begitu saja tanpa pertimbangan ilmiah. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis kesediaan membayar sehingga besarnya retribusi memiliki dasar yang kuat. Diharapkan dengan diketahuinya nilai kesediaan membayar dalam upaya pelestarian lingkungan dapat dijadikan sebagai dasar kebijakan pengembangan obyek wisata Tirta Jangari sehingga fungsi utama waduk tetap terjaga. Secara ringkas kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 3.

35 20 Pemanfaatan Waduk Cirata sebagai Barang Publik PLTA Obyek Wisata Tirta Jangari Perikanan Jaring Apung Permasalahan : - Prasarana dan sarana belum memadai - Pengelolaan yang belum optimal - Penurunan kualitas lingkungan - Kurangnya dana bagi upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Masyarakat sekitar obyek wisata Pengunjung Karakteristik serta persepsi responden Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar Nilai WTP responden Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP Analisis Deskriptif Regresi Logit Regresi Berganda Besarnya Nilai Kesediaan Membayar (Willingness to Pay/WTP) Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Keterangan : : Bukan Ruang Lingkup Penelitian Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran

36 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di obyek wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut memiliki sumberdaya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obyek wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran Waktu Penelitian Waktu penelitian ini terbagi ke dalam beberapa tahap. Tahapan yang pertama yaitu pra penelitian. Pra penelitian merupakan proses pengamatan masalah di lapangan, perumusan masalah, pengembangan kerangka berpikir, hingga penyusunan proposal. Tahapan ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 hingga Maret Tahapan selanjutnya dilanjutkan dengan proses pengambilan data. Pengambilan data dilaksanakan selama bulan April 2011 hingga Mei Tahapan selanjutnya adalah proses pengolahan dan analisis data serta penyusunan skripsi. Tahapan ini dilaksanakan pada bulan Mei 2011 sampai dengan September Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Metode penelitian survei merupakan suatu cara melakukan pengamatan dimana indikator mengenai variabel adalah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan kepada responden baik secara lisan maupun tertulis 2. Adapun Metodologi Penelitian Survei. 09 Februari 2011

37 22 instrumen pengumpul data dalam penelitian survei adalah kuesioner atau daftar pertanyaan Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Hasan (2002), data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden melalui kuesioner. Data tersebut meliputi: 1. Karakteristik masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung seperti jenis kelamin, tingkat usia, status perkawinan, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. 2. Respon dari masyarakat sekitar obyek wisata terhadap penarikan retribusi kebersihan dan respon dari pengunjung terhadap peningkatan retribusi tiket masuk serta nilai nominal yang bersedia dibayarkan dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari instansi yang berhubungan dengan pengelolaan obyek wisata Tirta Jangari antara lain Kantor Desa Bobojong, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Cianjur, serta Badan Pengelola Waduk Cirata. Data sekunder juga diperoleh dari literatur-literatur yang relevan dengan topik penelitian ini Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel masyarakat sekitar obyek wisata dilakukan secara purposive sampling dimana metode ini digunakan apabila peneliti

38 23 mempunyai pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitiannya. Sedangkan metode pengambilan sampel pengunjung yang digunakan pada penelitian ini adalah metode accidental sampling yaitu mengambil sampel pengunjung yang kebetulan ditemui. Jumlah sampel masyarakat sekitar obyek wisata yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 orang, sedangkan jumlah sampel pengunjung yang digunakan adalah sebanyak 60 orang. Penetapan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kaidah pengambilan sampel sosial secara statistika minimal sebanyak 30 data/sampel dimana data tersebut mendekati sebaran normal (Sudjana, 1991) Metode Analisis dan Pengolahan Data Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 2. Adapun pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak antara lain Microsoft Office Excel dan Minitab For Windows Release 14.

39 24 Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi karakteristik serta persepsi responden terhadap kondisi lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Sumber Data Data primer berupa wawancara menggunakan kuisioner dengan responden dalam penelitian ini. Metode Analisis Data Analisis deskriptif 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar. 3. Mengestimasi besarnya nilai WTP responden dalam upaya pelestarian lingkungan. 4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden dalam upaya pelestarian lingkungan. Data primer berupa wawancara menggunakan kuisioner dengan responden dalam penelitian ini. Data primer berupa wawancara dengan responden dalam penelitian ini. Data primer berupa wawancara dengan responden dalam penelitian ini. Analisis regresi logit Pendekatan Contingent Valuation Method dan Willingness to Pay Analisis regresi berganda Identifikasi Karakteristik dan Persepsi Responden Identifikasi karakteristik responden seperti jenis kelamin, usia, status perkawinan, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu (Hasan, 2002). Metode deskriptif juga digunakan untuk mengidentifikasi persepsi responden terhadap obyek wisata Tirta Jangari. Persepsi yang akan diidentifikasi terkait dengan kondisi alam dan lingkungan obyek wisata Tirta Jangari serta kondisi prasarana dan sarana yang menunjang aktivitas wisata pada obyek wisata tersebut.

40 Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay/WTP) dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Analisis kesediaan membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logit. Menurut Pujianti (2008), regresi logistik terdiri dari regresi logistik biner dan logistik multinominal. Regresi logistik biner digunakan saat variabel terikat merupakan variabel dikotomus (kategorik dengan 2 macam kategori), sedangkan regresi logistik multinominal digunakan saat variabel terikat adalah variabel kategorik dengan lebih dari 2 kategori. Regresi logistik tidak memodelkan secara langsung variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (χ), melainkan melalui transformasi variabel dependen ke variabel logit yang merupakan natural log dari odds ratio. Transformasi tersebut diformulasikan sebagai persamaan : Li= Ln( ) = β 0 + β 1 χ 1i + β 2χ 2i + β nχ ni + ε i Dimana Li sering disebut sebagai indeks model logistik, yang nilainya sama dengan ln ( ); dan adalah odd yaitu nilai rasio kemungkinan terjadinya suatu peristiwa dengan kemungkinan tidak terjadinya peristiwa. Parameter model estimasi logit harus diestimasi dengan metode Maximum Likelihood (ML). Dalam penelitian ini, regresi logit digunakan untuk menganalisis peluang kejadian kesediaan responden untuk membayar dengan model logitnya dijelaskan sebagai berikut.

41 Analisis Kesediaan Membayar Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Model regresi logit yang digunakan untuk menganalisis peluang kejadian kesediaan masyarakat sekitar obyek wisata untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari adalah : = β 0 + β 1 JK i + β 2 TGG i + β 3 PNDDKN i + β 4 LAMAUSAHA i + β 5 PM i + dimana : β 6PNDPTN i + ε i = Peluang responden masyarakat sekitar obyek wisata untuk bersedia membayar (bernilai 1 untuk setuju bernilai 0 untuk tidak setuju) β 0 = Intersep β 1.., β 6 = Koefisien regresi JK = Jenis kelamin (bernilai 1 untuk pria dan 0 untuk wanita) TGG = Jumlah tanggungan (orang) PNDDKN = Tingkat pendidikan (kategori 1 untuk SD, kategori 2 untuk SMP, kategori 3 untuk SLTA, kategori 4 untuk Akademi/diploma, kategori 5 untuk Perguruan Tinggi, kategori 6 untuk Pascasarjana) LAMAUSAHA = Lama usaha (tahun) PM = Pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk (bernilai 1 untuk tahu dan 0 untuk tidak tahu) PNDPTN = Tingkat pendapatan (kategori 1 untuk tingkat pendapatan < Rp , kategori 2 untuk tingkat pendapatan Rp Rp , kategori 3 untuk tingkat pendapatan > Rp ) i = Responden ke-i (i = 1,2,, n) ε = Galat atau Error Variabel jenis kelamin, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, lama usaha, pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk serta tingkat pendapatan diduga merupakan variabel yang mempengaruhi kesediaan membayar masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan literatur-literatur dan penelitian terdahulu.

42 Analisis Kesediaan Membayar Pengunjung Model regresi logit yang digunakan untuk menganalisis peluang kejadian kesediaan pengunjung untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari adalah : = β 0 + β 1 JK i + β 2 USIA i + β 3 STATUS i + β 4 PNDDKN i + β 5 PNDPTN i + dimana : β 6 JARAK i + β 7FREK i + β 8 PM i + β 9 BIAYA i + ε i = Peluang responden pengunjung bersedia untuk membayar (bernilai 1 untuk setuju bernilai 0 untuk tidak setuju) β 0 = Intersep β 1.., β 9 = Koefisien regresi JK = Jenis kelamin (bernilai 1 untuk pria dan 0 untuk wanita) USIA = Usia (tahun) STATUS = Status pernikahan (bernilai 1 untuk belum menikah dan 0 untuk menikah) PNDDKN = Tingkat pendidikan (kategori 1 untuk SD, kategori 2 untuk SMP, kategori 3 untuk SLTA, kategori 4 untuk Akademi/diploma, kategori 5 untuk Perguruan Tinggi, kategori 6 untuk Pascasarjana) PNDPTN = Tingkat pendapatan (kategori 1 untuk tingkat pendapatan < Rp , kategori 2 untuk tingkat pendapatan Rp Rp , kategori 3 untuk tingkat pendapatan > Rp ) JARAK = Jarak tempat tinggal ke obyek wisata (kategori 1 untuk < 10 km, kategori 2 untuk 10 km - 30 km, kategori 3 untuk 31 km - 50 km, kategori 4 untuk > 50 km) FREK = Frekuensi kunjungan (kali) PM = Pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk (bernilai 1 untuk tahu dan 0 untuk tidak tahu) BIAYA = Biaya kunjungan (kategori 1 untuk biaya kunjungan Rp , kategori 2 untuk biaya kunjungan Rp Rp , kategori 3 untuk > Rp ) i = Responden ke-i (i = 1,2,, n) ε = Galat atau Error Variabel jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, jarak, tingkat pendapatan, frekuensi kunjungan, biaya kunjungan, dan pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk diduga merupakan variabel yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung dalam upaya pelestarian

43 28 lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan literatur-literatur dan penelitian terdahulu Analisis Nilai WTP dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Menurut Hanley dan Spash (1993), tahapan dalam penerapan analisis CVM dalam menentukan nilai kesediaan membayar, antara lain : 1. Membuat Pasar Hipotetik Dalam membuat pasar hipotetik, terlebih dahulu responden diminta untuk mendengarkan pernyataan mengenai kondisi lingkungan obyek wisata Tirta Jangari saat ini. Selanjutnya responden diminta mendengarkan suatu pernyataan mengenai rencana upaya pelestarian lingkungan sehingga fungsi utama waduk tetap terjaga. Namun, saat ini pengelola masih memiliki kendala dana untuk upaya pelestarian lingkungan tersebut, oleh karena itu pengelola mengajak masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung untuk berpartisipasi dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Biaya yang didapatkan dari partisipasi tersebut selanjutnya digunakan sebagai salah satu sumber dana bagi rencana upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Selanjutnya responden diberi pertanyaan mengenai kesediaannya membayar retribusi dan besarnya retribusi yang sanggup dibayarkan. Alat survei yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang memberikan deskripsi mengapa seluruh responden seharusnya membayar dan bagaimana mekanisme pembayaran tersebut dilakukan. Informasi yang diberikan kepada responden meliputi keseluruhan aspek dari pasar hipotetik.

44 29 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Penawaran besarnya nilai WTP dilakukan melalui wawancara dengan responden dengan bantuan kuesioner. Nilai WTP ditentukan melalui metode bidding game yaitu metode tawar-menawar dimana responden ditawarkan sebuah nilai tawaran dimulai dari nilai terkecil hingga nilai terbesar hingga mencapai nilai WTP maksimum yang sanggup dibayarkan oleh responden. Dalam penelitian ini, besarnya nilai tawaran yang diajukan kepada responden ditetapkan berdasarkan wawancara dengan pengelola obyek wisata. Adapun besarnya nilai yang ditawarkan adalah : a. Rp c. Rp e. Rp b. Rp d. Rp f. Rp Memperkirakan Nilai Rata-rata WTP WTP i dapat diduga dengan menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan Rataan WTP dihitung dengan rumus : dimana : EWTP = Dugaan rataan WTP Wi = Nilai WTP ke-i n = Jumlah responden i = Responden ke-i yang bersedia membayar (i= 1,2,.., n) 4. Menduga Kurva WTP Kurva WTP responden dibentuk menggunakan jumlah kumulatif dari jumlah individu yang bersedia memilih suatu nilai WTP tertentu. Asumsinya

45 30 adalah individu yang bersedia membayar suatu nilai WTP tertentu jumlahnya akan semakin sedikit sejajar dengan peningkatan nilai WTP. 5. Menjumlahkan Data Setelah menduga nilai tengah WTP maka selanjutnya diduga nilai total WTP dari responden dengan menggunakan rumus : ( ) dimana : TWTP = Total WTP WTPi = WTP individu sampel ke-i n i = Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP N = Jumlah sampel P = Jumlah populasi i = Responden ke-i yang bersedia membayar (i = 1,2,, n) 6. Evaluasi Penggunaan CVM Pada tahap ini dilakukan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil diaplikasikan. Evaluasi penggunaan CVM dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien determinasi (R 2 ) dari analisis regresi. Dengan melihat besarnya nilai R 2 tingkat reabilitas dari penggunaan CVM dapat terlihat Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Berdasarkan penelitian terdahulu dan studi literatur, persamaan regresi besarnya nilai WTP masyarakat sekitar obyek wisata dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : = β 0 + β 1 JK i + β 2 TGG i + β 3 PNDDKN i + β 4 LAMAUSAHA i + β 5 PM i + β 6PNDPTN i + ε i

46 31 dimana : = Nilai WTP responden masyarakat sekitar obyek wisata (Rp) β 0 = Intersep β 1.., β 6 = Koefisien regresi JK = Jenis kelamin (bernilai 1 untuk pria dan 0 untuk wanita) TGG = Jumlah tanggungan (orang) PNDDKN = Tingkat pendidikan (kategori 1 untuk SD, kategori 2 untuk SMP, kategori 3 untuk SLTA, kategori 4 untuk Akademi/diploma, kategori 5 untuk Perguruan Tinggi, kategori 6 untuk Pascasarjana) LAMAUSAHA = Lama usaha (tahun) PM = Pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk (bernilai 1 untuk tahu dan 0 untuk tidak tahu) PNDPTN = Tingkat pendapatan (kategori 1 untuk tingkat pendapatan < Rp , kategori 2 untuk tingkat pendapatan Rp Rp , kategori 3 untuk tingkat pendapatan > Rp ) i = Responden ke-i (i = 1,2,, n) ε = Galat atau Error Persamaan regresi besarnya nilai WTP pengunjung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : = β 0 + β 1 JK i + β 2 USIA i + β 3 STATUS i + β 4 PNDDKN i + dimana : β 5 PNDPTN i + β 6 JARAK i + β 7FREK i + β 8 PM i + β 9 BIAYA i + ε i = Nilai WTP responden pengunjung (Rp) β 0 = Intersep β 1.., β 9 = Koefisien regresi JK = Jenis kelamin (bernilai 1 untuk pria dan 0 untuk wanita) USIA = Usia (tahun) STATUS = Status pernikahan (bernilai 1 untuk belum menikah dan 0 untuk menikah) PNDDKN = Tingkat pendidikan (kategori 1 untuk SD, kategori 2 untuk SMP, kategori 3 untuk SLTA, kategori 4 untuk Akademi/diploma, kategori 5 untuk Perguruan Tinggi, kategori 6 untuk Pascasarjana) PNDPTN = Tingkat pendapatan (kategori 1 untuk tingkat pendapatan < Rp , kategori 2 untuk tingkat pendapatan Rp Rp , kategori 3 untuk tingkat pendapatan > Rp ) JARAK = Jarak tempat tinggal ke obyek wisata (kategori 1 untuk < 10 km, kategori 2 untuk 10 km - 30 km, kategori 3 untuk 31 km - 50 km, kategori 4 untuk > 50 km)

47 32 FREK = Frekuensi kunjungan (kali) PM = Pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk (bernilai 1 untuk tahu dan 0 untuk tidak tahu) BIAYA = Biaya kunjungan (kategori 1 untuk biaya kunjungan Rp , kategori 2 untuk biaya kunjungan Rp Rp , kategori 3 untuk > Rp ) i = Responden ke-i (i = 1,2,, n) ε = Galat atau Error Variabel-variabel tersebut diduga mempengaruhi nilai WTP dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari Pengujian Parameter Odds Ratio Odds Ratio merupakan rasio peluang terjadi pilihan-1 terhadap peluang terjadi pilihan-0 (Juanda, 2009). Koefisien yang bertanda positif menunjukkan nilai odds ratio yang lebih besar dari satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa peluang kejadian sukses lebih besar dari peluang kejadian tidak sukses. Sedangkan koefisien yang bertanda negatif mengindikasikan bahwa peluang kejadian tidak sukses lebih besar dari peluang kejadian sukses Likelihood Ratio Likelihood ratio merupakan rasio kemungkinan maksimum (likelihood ratio test) yang digunakan untuk menguji peranan variabel bebas secara serentak. Rumus umum untuk uji G adalah (Hosmer dan Lemeshow, 1989): ( ) dimana : l o = nilai likelihood tanpa variabel penjelas l i = nilai likelihood model penuh

48 33 Pengujian terhadap hipotesis pada uji G responden pengunjung dan masyarakat obyek wisata Tirta Jangari adalah sebagai berikut: H 0 : β 1 = β 2 =... = β k = 0 H 1 : minimal ada satu β i tidak sama dengan nol, dimana i = 1,2,...,n Statistik G akan mengikuti sebaran χ 2 dengan derajat bebas α. Kriteria keputusan yang diambil adalah jika G > χ 2 α, k-1, maka hipotesis nol (H 0 ) ditolak (Juanda, 2009). Uji G juga dapat digunakan untuk memeriksa apakah nilai yang diduga dengan peubah di dalam model lebih baik jika dibandingkan dengan model tereduksi (Hosmer dan Lemeshow, 1989) Uji Wald Uji Wald digunakan untuk menguji signifikansi dari parameter koefisien secara parsial (Juanda, 2009). Statistik uji yang digunakan adalah : H 0 : = 0 H 1 : 0 ( ) dimana : = Vektor koefisien dihubungkan dengan penduga (koefisien x) E( ) = Galat kesalahan dari Uji Wald mengikuti sebaran normal baku dengan kaidah keputusan menolak H 0 jika > Z α/2 (Hosmer dan Lemeshow, 1989) Uji Multikolinieritas Multikolinieritas muncul jika dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) bebas berkolerasi tinggi antara peubah yang satu dengan yang lainnya. Cara yang paling mudah untuk mengungkapkan apakah multikolinieritas

49 34 menyebabkan masalah adalah dengan mengkaji simpangan baku koefisiennya. Jika beberapa koefisien mempunyai simpangan baku yang tinggi, dan kemudian mengeluarkan satu atau lebih peubah bebas dari model menyebabkan simpangan bakunya rendah, maka biasanya sumber masalahnya adalah multikolinieritas. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan uji VIF (Gujarati, 2003). Jika suatu variabel bebas memiliki VIF<10, maka variabel bebas tersebut tidak mengalami multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya Uji Statistik F Uji statistik F digunakan untuk menguji koefisien regresi secara menyeluruh. Nilai statistik F digunakan untuk melihat apakah parameter bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya. Prosedur pengujiannya adalah : F hit = dimana : JKK JKG k n : Jumlah Kuadrat untuk Nilai Tengah Kolom : Jumlah Kuadrat Galat : Jumlah Peubah : Jumlah Sampel Hipotesisnya : H 0 : β 1 = β 2 =... = β n = 0 H 1 : Paling sedikit ada satu nilai βi yang tidak sama dengan nol Jika F hit < F tabel maka terima H 0, artinya variabel bebasnya (X i ) secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Y i ). Jika F hit >

50 35 F tabel maka tolak H 0 atau terima H 1, artinya variabel bebasnya (X i ) secara serentak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya (Y i ) Uji Statistik t Pengujian ini menunjukkan apakah peubah-peubah yang digunakan secara satu per satu berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas. Pengujian koefisien regresi secara individual dilakukan untuk membuktikan bahwa koefisien regresi suatu model regresi tersebut secara statistik signifikan atau tidak. Prosedur pengujiannya adalah : Hipotesisnya : H 0 : β i = 0 H 1 : β i > 0 atau β i < 0 ; i = 1,2,3...,n Jika t hit (n-k) < t maka terima H 0, artinya variabel bebasnya (X i ) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya (Y i ). Jika thit (n-k) > t maka tolak H 0, artinya variabel bebasnya (X i ) berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya (Y i ) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

51 36 Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Dasar analisis uji heteroskedastisitas (Ghozali, 2006) : 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedatisitas Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) mengukur tingkat ketepatan/kecocokan (goodness of fit) dari regresi linier (Firdaus, 2004). Ciri-ciri dari R 2 adalah bahwa R 2 merupakan fungsi yang menaik (non decreasing function) dari variabelvariabel bebas yang tercakup dalam persamaan regresi linier berganda. Setiap penambahan variabel bebas dalam model akan memperbesar nilai R 2. Dalam Hanley dan Spash (1993), Mitchell dan Carson (1989) merekomendasikan 15% atau 0,15 sebagai batas minimum R 2 yang reliabel. Apabila nilai R 2 yang diperoleh lebih kecil dari 0,15 maka penggunaan CVM ini tidak reliabel, sedangkan nilai R 2 yang lebih tinggi atau lebih besar dari 0,15 menunjukkan tingkat reabilitas yang baik dalam penggunaan CVM Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan gangguan pada fungsi regresi yang berupa korelasi diantara faktor gangguan. Ada beberapa prosedur atau cara untuk mengetahui adanya masalah autokorelasi pada suatu model regresi. Tetapi uji ada tidaknya autokorelasi yang paling banyak digunakan adalah Uji Durbin-Watson

52 37 (Uji D-W). Uji ini dapat digunakan bagi sembarang sampel, baik besar ataupun kecil, tetapi D-W hanya berhasil baik apabila autokorelasinya berbentuk autokorelasi linier order pertama, artinya faktor pengganggu e t berpengaruh kepada faktor pengganggu e t-1. Untuk melihat ada tidaknya autokerelasi, dapat digunakan ketentuan sebagai berikut (Firdaus, 2004). Tabel 3. Uji Autokorelasi (Firdaus, 2004) D-W Kurang dari 1,10 Kesimpulan Ada Autokorelasi 1,10 dan 1,54 Tanpa Kesimpulan 1,55 dan 2,46 Tidak ada autokorelasi 2,46 dan 2,90 Tanpa kesimpulan Lebih dari 2,91 Ada autokorelasi 4.8. Batasan Penelitian Batasan dalam penelitian ini meliputi beberapa hal, antara lain : 1. Masyarakat sekitar obyek wisata merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur yang melakukan aktivitas usaha wisata di sekitar obyek wisata Tirta Jangari seperti pemilik rumah makan, pemilik perahu sewa, pemilik warung alat pancing, dan pemilik lahan parkir. 2. Pengunjung merupakan orang-orang yang mengunjungi obyek wisata Tirta Jangari. 3. Persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dan pelayanan atribut wisata dianggap sama walaupun mereka berada di tempat yang berbeda dalam lokasi obyek wisata. 4. Lingkungan obyek wisata Tirta Jangari adalah keseluruhan dari keadaankeadaan di sekitar obyek wisata yang menjadi daya tarik obyek wisata tersebut.

53 38 5. Alat pembayaran yang digunakan untuk mengetahui kesediaan membayar masyarakat sekitar obyek wisata adalah retribusi kebersihan, sedangkan alat pembayaran yang digunakan untuk mengetahui kesediaan membayar pengunjung adalah retribusi tiket masuk.

54 V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Obyek wisata Tirta Jangari terletak di Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Berjarak 17 km dari pusat kota Cianjur dengan luas 15 hektar. Pengelolaan obyek wisata Tirta Jangari berada di bawah naungan Badan Pengelola Waduk Cirata bekerja sama dengan Dinas Perikanan dan Peternakan dan Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur. Obyek wisata Tirta Jangari memiliki daya tarik utama berupa alam danau yang dimanfaatkan sebagai media budidaya ikan dengan menggunakan keramba jaring apung. Fasilitas wisata di obyek wisata ini antara lain gerbang pintu masuk, masjid, menara pandang, perahu motor yang disewakan, toilet, warung terapung atau lesehan ikan bakar, dan lahan parkir yang cukup luas. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan pengunjung yaitu berperahu melayari waduk, melihat pemandangan genangan air waduk (sight seeing), dan memancing. Atraksi yang dapat dinikmati oleh pengunjung pada saat berperahu melayari waduk adalah melihat keramba jaring apung dan budidaya ikan sambil menikmati hidangan berupa ikan bakar/goreng yang disediakan oleh rumah makan apung yang terdapat di lokasi tersebut. Kegiatan berperahu mengelilingi waduk dikenakan tarif sebesar Rp /orang. Kondisi jalan menuju obyek wisata Tirta Jangari sudah cukup baik, dengan kualitas jalan sebagian beraspal. Adapun sarana transportasi umum berupa angkutan kota dan ojeg. Berikut ini merupakan gambaran obyek wisata Tirta Jangari yang ditampilkan pada Gambar 4.

55 40 Sumber : Dokumentasi Penelitian (2011) Gambar 4. Obyek Wisata Tirta Jangari Pengelolaan obyek wisata Tirta Jangari belum tertata dengan baik sebagai tempat wisata. Fasilitas yang disediakan seperti lahan parkir yang cukup luas tidak didukung dengan penataan ruang yang baik, ini terlihat pada saat hari libur dimana pengunjung ramai mengunjungi obyek wisata ini, dengan jumlah pengunjung yang ramai ruang parkir menjadi tidak teratur. Fasilitas toilet yang disediakan kondisinya pun kurang bersih. Adanya warung-warung liar yang dibangun di tepian waduk berdampak pada berkurangnya luas waduk dan pengotoran air waduk. Kondisi waduk yang dipenuhi keramba jaring apung dan tempat tinggal nelayan menyebabkan perairan waduk sebagai daya tarik utama tertutup peralatan dan bangunan budidaya ikan disamping kualitas air yang tidak jernih (kecokelatan). Pemanfaatan waduk sebagai aktivitas peternakan ikan yang disertai dengan keterbatasan fasilitas dan aktivitas wisata menjadikan kawasan ini

56 41 tidak menarik untuk dikunjungi. Selain itu, adanya sengketa lahan dalam proses HGU (Hak Guna Usaha) oleh PT. Cikencreng dalam pengusahaan lahan untuk perkebunan karet, sehingga model pengelolaan dan pengembangan obyek wisata Tirta Jangari hasil kerjasama dengan pihak konsultan pariwisata terbengkalai dan tidak dapat diimplementasikan Kondisi Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Berdasarkan Laporan Pemantauan Lingkungan Triwulan I 2010 PT. Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Cirata, status mutu air Waduk Cirata selama pemantauan triwulan I 2010 termasuk kategori buruk bagi peruntukan bahan baku air minum (Golongan B). Parameter yang umumnya tidak memenuhi syarat bagi peruntukan golongan B adalah Sulfida (H 2 S), DO, BOD, COD, E. Coli, dan Coliform. Berkategori buruk untuk perikanan (Golongan C). Kualitas air yang tidak memenuhi syarat bagi peruntukan Golongan C terutama Sulfida (H 2 S), Amoniak (NH 3 ), Nitrit (NO 2 ), Klorin bebas (Cl 2 ), DO, BOD, COD, Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Timbal (Pb). Sedangkan bagi peruntukan PLTA (Golongan D) memiliki status baik sekali, tidak ada parameter yang tidak memenuhi syarat peruntukan. Hasil observasi lapang menunjukkan bahwa saat ini kondisi lingkungan obyek wisata Tirta Jangari relatif kotor akibat banyaknya sampah yang berserakan baik di lingkungan darat maupun perairannya antara lain serpihan busa styrofoam, limbah keramba jaring apung, gulma air berupa eceng gondok, maupun sampah yang dihasilkan dari masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung. Kondisi tersebut diperparah ketika musim penghujan tiba dimana sampah yang mengendap di dasar waduk teraduk ke atas (upwelling), selain itu

57 42 sebagian jalan yang belum beraspal menjadi tergenang oleh air hujan sehingga mengurangi keindahan obyek wisata ini. Adanya warung dan bangunan liar di tepian waduk dikhawatirkan akan berdampak negatif pada eksistensi waduk seperti berkurangnya luas waduk dan pengotoran air waduk. Kondisi obyek wisata Tirta Jangari pada saat penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.

58 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Persepsi Responden Obyek Wisata Tirta Jangari Karakteristik sosial ekonomi responden masyarakat sekitar obyek wisata dapat dijelaskan berdasarkan beberapa kriteria antara lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan, dan lama usaha, sedangkan karakteristik sosial ekonomi responden pengunjung dapat dijelaskan berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan jarak tempat tinggal ke obyek wisata. Secara rinci data responden masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung ditampilkan pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Persepsi responden terhadap obyek wisata Tirta Jangari terbagi menjadi dua jenis persepsi antara lain persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dan persepsi responden terhadap atribut wisata. Persepsi responden terhadap obyek wisata Tirta Jangari merupakan langkah awal yang dapat dilakukan dalam rangka upaya pelestarian lingkungan. Adapun karakteristik sosial ekonomi dan persepsi responden terhadap obyek wisata Tirta Jangari dijelaskan sebagai berikut Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Responden masyarakat sekitar obyek wisata dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur yang melakukan aktivitas usaha wisata di sekitar obyek wisata Tirta Jangari. Jumlah masyarakat sekitar obyek wisata yang dijadikan sebagai responden adalah 40 orang yang terdiri dari 85% pria dan 15% wanita dengan

59 44 status sudah menikah sebanyak 97% dan sisanya sebanyak 3% memiliki status belum menikah. Sebanyak 48% responden memiliki jumlah tanggungan lebih dari tiga orang, 18% responden memiliki jumlah tanggungan sebanyak tiga orang, 27% responden memiliki jumlah tanggungan sebanyak dua orang, 5% responden memiliki jumlah tanggungan sebanyak satu orang dan sisanya sebanyak 2% responden tidak memiliki tanggungan selain dirinya sendiri. Sebanyak 22% responden berusia antara tahun, responden yang berusia antara tahun sebanyak 25%, usia antara tahun sebanyak 40%, sedangkan sisanya sebanyak 13% responden berusia lebih dari atau sama dengan 53 tahun. Mayoritas masyarakat sekitar obyek wisata hanya menerima pendidikan hingga tingkat SD yaitu sebanyak 52%, sebanyak 22% responden menerima pendidikan hingga tingkat SLTP, responden yang menerima tingkat pendidikan hingga tingkat SLTA sebanyak 23%, sedangkan sisanya sebanyak 3% rsponden telah menerima pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Karakteristik sosial ekonomi responden masyarakat sekitar obyek wisata dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4, sebanyak 67% responden masyarakat sekitar obyek wisata memiliki pendapatan pada selang Rp Rp /bulan. Sebanyak 18% responden memiliki tingkat pendapatan lebih besar dari Rp /bulan, dan sisanya sebanyak 15% responden memiliki pendapatan kurang dari Rp /bulan.

60 45 Tabel 4. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Pria Wanita 6 15 Jumlah Usia Frekuensi Persentase (%) Jumlah Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase (%) SD SLTP 9 22 SLTA 9 23 Perguruan Tinggi 1 3 Jumlah Status Pernikahan Frekuensi Presentase (%) Menikah Belum Menikah 1 3 Jumlah Jumlah Tanggungan Frekuensi Presentase (%) Tidak ada > Jumlah Pendapatan Frekuensi Presentase (%) < > Jumlah Lama Usaha Frekuensi Presentase (%) < 1 tahun - 5 tahun tahun - 11 tahun > 11 tahun Jumlah Sumber: Data Primer, Diolah (2011) Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat sekitar obyek wisata yaitu sebanyak 38% sudah memiliki usaha selama lebih dari sebelas tahun. Sementara untuk masyarakat yang telah memiliki usaha selama

61 46 kurang dari satu tahun hingga lima tahun sebanyak 30% sedangkan sisanya sebanyak 32% memiliki lama usaha selama enam tahun hingga sebelas tahun. Lama usaha diduga akan mempengaruhi besarnya kesediaan membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Pengunjung Karakteristik sosial ekonomi responden pengunjung obyek wisata Tirta Jangari dapat dijelaskan berdasarkan kriteria tertentu berikut ini Jenis Kelamin Pada umumnya kedatangan pengunjung ke obyek wisata Tirta Jangari sebagian besar bersama keluarga, hal ini menunjukkan bahwa obyek wisata ini banyak diminati pengunjung untuk berkumpul bersama keluarga. Pengunjung yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Responden terdiri dari 88% pria dan sisanya sebanyak 12% berjenis kelamin wanita. Banyaknya responden pria dibandingkan wanita dalam penelitian ini disebabkan karena pemimpin dan pengambil keputusan di dalam keluarga adalah kepala keluarga (pria) sehingga kepala keluarga (pria) sangat berperan dalam menjawab pertanyaan yang terkait dengan penelitian ini. Perbandingan responden pengunjung pria dan wanita dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan Responden Pengunjung Pria dan Wanita Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Pria Wanita 7 12 Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Usia Usia responden cukup bervariasi dengan selang usia antara tahun. Responden yang mengunjungi obyek wisata Tirta Jangari sebagian besar sudah

62 47 termasuk dewasa dalam segi usia. Sebanyak 15% responden berusia antara tahun. Sebanyak 25% responden berusia antara tahun. Sebanyak 47% responden berusia antara tahun sedangkan sisanya sebanyak 13% responden berusia lebih dari atau sama dengan lima puluh tahun. Adapun sebaran kelompok usia responden dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sebaran Kelompok Usia Responden Pengunjung Tingkat Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%) Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Status Pernikahan Sebagian besar responden yaitu sebanyak 92% memiliki status menikah. Sedangkan sisanya, sebanyak 8% responden memiliki status belum menikah. Perbandingan persentase status pernikahan responden pengunjung obyek wisata Tirta Jangari dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perbandingan Status Pernikahan Responden Pengunjung Status Pernikahan Frekuensi Persentase (%) Menikah Belum Menikah 5 8 Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup keluarga inti (anak dan istri/suami) serta tambahan tanggungan bukan keluarga inti yang tinggal di rumah responden maupun tidak tetapi kebutuhannya dibiayai responden. Perbandingan jumlah tanggungan responden pengunjung disajikan pada Tabel 8.

63 48 Tabel 8. Perbandingan Jumlah Tanggungan Responden Pengunjung Jumlah Tanggungan Frekuensi Persentase (%) Tidak Ada > Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa sebanyak 22% responden memiliki jumlah tanggungan lebih dari tiga orang. Selanjutnya sebanyak 30% responden memiliki jumlah tanggungan sebanyak tiga orang. Sebanyak 35% responden memiliki tanggungan dua orang. Sebanyak 7% responden memiliki jumlah tanggungan sebanyak satu orang. Responden yang tidak memiliki tanggungan selain dirinya sendiri sebanyak 6% Tingkat Pendidikan Responden yang datang ke obyek wisata Tirta Jangari mayoritas adalah berpendidikan SLTA (42%) dan responden yang paling sedikit jumlahnya adalah yang berpendidikan Pascasarjana (2%). Selanjutnya responden dengan jenjang pendidikan akhir Perguruan Tinggi, Akademi/diploma, SLTP, dan SD secara berturut-turut sebanyak 25%, 3%, 18%, dan 10%. Perbandingan tingkat pendidikan responden disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden Pengunjung Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD 6 10 SMP SLTA Akademi/Diploma 2 3 Perguruan Tinggi Pascasarjana 1 2 Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011)

64 Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan responden obyek wisata Tirta Jangari sebagian besar berprofesi sebagai wirausaha yaitu sebanyak 32%. Responden yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 28%, pegawai swasta sebanyak 18%, ibu rumah tangga sebanyak 7%, dan pelajar/mahasiswa sebanyak 2%. Sisanya sebanyak 13% responden berprofesi sebagai pengemudi dan tidak bekerja. Perbandingan jenis pekerjaan responden ditampilkan pada Tabel 10. Tabel 10. Perbandingan Jenis Pekerjaan Responden Pengunjung Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Pelajar/mahasiswa 1 2 PNS Pegawai Swasta Wirausaha Ibu Rumah Tangga 4 7 Lainnya 8 13 Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Tingkat Pendapatan Sebanyak 27% responden memiliki tingkat pendapatan kurang dari sama dengan Rp /bulan. Sebanyak 41% responden memiliki pendapatan pada selang Rp Rp /bulan sedangkan sisanya sebanyak 32% reponden memiliki tingkat pendapatan lebih dari Rp /bulan. Perbandingan tingkat pendapatan responden ditampilkan pada Tabel 11. Tabel 11. Perbandingan Tingkat Pendapatan Responden Pengunjung Tingkat Pendapatan (Rp) Frekuensi Persentase (%) > Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011)

65 Jarak Tempat Tinggal ke Obyek Wisata Hasil survei pada responden diketahui bahwa sebanyak 12% responden memiliki domisili yang jaraknya kurang dari 10 km ke obyek wisata, sebanyak 38% responden memiliki domisili yang jaraknya 10 km - 30 km ke obyek wisata, 27% responden memiliki domisili yang jaraknya 31 km - 50 km ke obyek wisata, dan sisanya sebanyak 23% pengunjung memiliki domisili yang jaraknya lebih dari 50 km ke obyek wisata. Perbandingan jarak tempat tinggal ke obyek wisata responden ditampilkan pada Tabel 12. Tabel 12. Perbandingan Jarak Tempat Tinggal ke Obyek Wisata Jarak Tempat Tinggal Frekuensi Persentase (%) < 10 km km - 30 km km - 50 km > 50 km Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Persepsi Responden terhadap Kualitas Lingkungan a. Kondisi Lingkungan Persepsi terhadap kondisi lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi responden terhadap alam dan lingkungan obyek wisata Tirta Jangari yang menjadi daya tarik obyek wisata tersebut. Berdasarkan Tabel 13, sebanyak 45% responden masyarakat sekitar obyek wisata menyatakan kondisi lingkungan obyek wisata Tirta Jangari saat ini tergolong baik, sedangkan 55% responden lainnya menyatakan kondisinya kurang baik. Responden masyarakat sekitar obyek wisata menyatakan bahwa penataan letak keramba jaring apung serta fasilitas umum dan fasilitas rekreasi yang tidak teratur sehingga terkesan kumuh dapat menurunkan minat pengunjung dalam mengunjungi obyek wisata

66 51 Tirta Jangari. Adapun persepsi responden masyarakat sekitar obyek wisata terhadap kondisi lingkungan ditampilkan pada Tabel 13. Tabel 13. Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata terhadap Kondisi Lingkungan Parameter Frekuensi Persentase (%) Sangat Baik 0 0 Baik Kurang Baik Tidak Baik 0 0 Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Sama halnya dengan responden masyarakat sekitar obyek wisata, sebanyak 45% responden pengunjung menyatakan bahwa kondisi lingkungan obyek wisata Tirta Jangari saat ini tergolong baik, seperti pemandangan alam waduk yang indah yang menjadi daya tarik obyek wisata tersebut. Sebanyak 55% responden pengunjung menyatakan saat ini kondisi lingkungan obyek wisata Tirta Jangari kurang baik akibat banyaknya bangunan dan warung-warung liar yang dibangun di pinggiran waduk, penataan letak fasilitas wisata dan fasilitas umum yang tidak teratur sehingga terkesan kumuh, dan jumlah keramba jaring apung yang melebihi batas membuat mereka merasa tidak nyaman dalam menikmati atraksi wisata di obyek wisata tersebut. Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi lingkungan ditampilkan pada Tabel 14. Tabel 14. Persepsi Responden Pengunjung terhadap Kondisi Lingkungan Parameter Frekuensi Persentase (%) Sangat Baik 0 0 Baik Kurang Baik Tidak Baik 0 0 Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011)

67 52 b. Kebersihan Lingkungan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 70% (28 orang) responden masyarakat sekitar obyek wisata menyatakan bahwa kebersihan lingkungan obyek wisata Tirta Jangari kurang baik, sedangkan sisanya sebanyak 30% (12 orang) menyatakan baik. Responden masyarakat sekitar obyek wisata menyatakan bahwa kurangnya kontrol dari pengelola dalam hal kebersihan membuat mereka membuang sampah ke waduk, hal ini tentu saja dapat mengancam keberadaan waduk jika dibiarkan terus menerus. Persepsi responden masyarakat sekitar obyek wisata terhadap kebersihan lingkungan obyek wisata Tirta Jangari ditampilkan pada Tabel 15. Tabel 15. Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata terhadap Kebersihan Lingkungan Parameter Frekuensi Persentase (%) Sangat Baik 0 0 Baik Kurang Baik Tidak Baik 0 0 Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mayoritas responden pengunjung atau sebanyak 87% (52 orang) menyatakan kebersihan lingkungan obyek wisata Tirta Jangari kurang baik, sedangkan sisanya sebanyak 13% (8 orang) menyatakan baik. Responden pengunjung beranggapan bahwa kurangnya fasilitas kebersihan seperti tempat sampah dan banyaknya sampah yang berserakan membuat responden pengunjung merasa tidak puas akan kebersihan lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Persepsi responden pengunjung terhadap kebersihan lingkungan obyek wisata Tirta Jangari ditampilkan pada Tabel 16.

68 53 Tabel 16. Persepsi Responden Pengunjung terhadap Kebersihan Lingkungan Parameter Frekuensi Persentase (%) Sangat Baik 0 0 Baik 8 13 Kurang Baik Tidak Baik 0 0 Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011) c. Pencemaran Air Waduk Pemandangan waduk merupakan daya tarik utama pada obyek wisata Tirta Jangari, sehingga air waduk menjadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan kualitasnya. Berdasarkan Tabel 17, sebanyak 50% masyarakat sekitar obyek wisata menyatakan bahwa terjadi sedikit masalah terhadap pencemaran air di obyek wisata Tirta Jangari. Sebanyak 30% responden masyarakat menyatakan bahwa air di obyek wisata Tirta Jangari bermasalah. Sebanyak 12% responden menyatakan tidak bermasalah, sedangkan sisanya sebanyak 8% responden menyatakan bahwa pencemaran air yang terjadi di obyek wisata Tirta Jangari sangat bermasalah. Persepsi responden masyarakat sekitar obyek wisata terhadap pencemaran air obyek wisata Tirta Jangari disajikan dalam Tabel 17. Tabel 17. Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata terhadap Pencemaran Air Parameter Frekuensi Persentase (%) Tidak Bermasalah 5 12 Sedikit Bermasalah Bermasalah Sangat Bermasalah 3 8 Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Sama halnya seperti responden masyarakat sekitar obyek wisata, sebanyak 60% responden pengunjung juga menyatakan bahwa terjadi sedikit masalah terhadap pencemaran air, sedangkan sebanyak 12% responden pengunjung

69 54 menyatakan air di obyek wisata Tirta Jangari bermasalah. Persepsi responden pengunjung terhadap pencemaran air ditampilkan pada Tabel 18. Tabel 18. Persepsi Responden Pengunjung terhadap Pencemaran Air Parameter Frekuensi Persentase (%) Tidak Bermasalah Sedikit Bermasalah Bermasalah 7 12 Sangat Bermasalah 0 0 Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Sebagian besar responden masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung menyatakan bahwa pencemaran air di obyek wisata Tirta Jangari sedikit bermasalah, ini terlihat dari kualitas air yang tidak jernih (kecokelatan) akibat sisa-sisa makanan ikan yang mengendap, serpihan busa styrofoam dan gulma air berupa eceng gondok. Responden yang menyatakan air di obyek wisata Tirta Jangari bermasalah beranggapan bahwa air tersebut telah tercemar limbah keramba jaring apung, serta limbah rumah tangga dan industri yang berasal dari hulu yang mengalir ke obyek wisata Tirta Jangari. Responden yang menyatakan bahwa pencemaran air sangat bermasalah beranggapan bahwa air tersebut telah tercemar oleh sampah, limbah keramba jaring apung serta limbah rumah tangga dan industri yang berasal dari hulu sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga seperti air minum dan keperluan mandi. d. Pengetahuan Responden tentang Fungsi Waduk dan Kerusakan Waduk Pengetahuan responden tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk merupakan salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap kesediaan membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 57% responden masyarakat sekitar

70 55 obyek wisata mengetahui fungsi waduk dan kerusakan waduk, sedangkan sisanya sebanyak 43% responden tidak mengetahui. Persepsi repsonden masyarakat sekitar obyek wisata berdasarkan pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Pengetahuan Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata tentang Fungsi Waduk dan Kerusakan Waduk Parameter Frekuensi Persentase (%) Mengetahui Tidak Mengetahui Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 72% responden pengunjung mengetahui fungsi waduk dan kerusakan waduk, sedangkan sisanya sebanyak 28% responden pengunjung tidak mengetahui. Persepsi responden pengunjung berdasarkan pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk ditampilkan pada Tabel 20. Tabel 20. Pengetahuan Responden Pengunjung tentang Fungsi Waduk dan Kerusakan Waduk Parameter Frekuensi Persentase (%) Mengetahui Tidak Mengetahui Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Persepsi Responden terhadap Atribut Wisata Persepsi responden terhadap atribut wisata ini diharapkan dapat menjadi saran dan masukan bagi pengembangan dan upaya pelestarian lingkungan obyek wista Tirta Jangari di masa yang akan datang. Persepsi responden terhadap atribut wisata dijelaskan berdasarkan kriteria dibawah ini.

71 56 a. Kemudahan Mencapai Lokasi Obyek Wisata Berdasarkan Tabel 21, sebanyak 40% responden masyarakat sekitar obyek wisata menyatakan mudah untuk mencapai lokasi obyek wisata Tirta Jangari karena sudah ada angkutan umum dan penunjuk arah untuk mencapai lokasi obyek wisata tersebut, sedangkan sisanya sebanyak 60% responden menyatakan sulit untuk mencapai lokasi obyek wisata karena sebagian jalan menuju lokasi belum diaspal sehingga ketika terjadi hujan sebagian jalan yang belum beraspal tersebut akan tergenang oleh air. Keadaan tersebut dikhawatirkan responden akan mengurangi kenyamanan pengunjung. Persepsi responden masyarakat sekitar obyek wisata terhadap kemudahan mencapai lokasi obyek wisata ditampilkan dalam Tabel 21. Tabel 21. Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata terhadap Kemudahan Mencapai Lokasi Obyek Wisata Parameter Frekuensi Persentase (%) Sangat Mudah 0 0 Mudah Sulit Sangat Sulit 0 0 Jumlah sumber : Data Primer, Diolah (2011) Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 80% responden pengunjung menyatakan mudah untuk untuk mencapai lokasi obyek wisata dari domisilinya, hal ini dikarenakan adanya penunjuk arah menuju lokasi, selain itu tersedianya angkutan umum yang masuk hingga ke lokasi obyek wisata juga dianggap menjadi salah satu kemudahan dalam mencapai lokasi obyek wisata Tirta Jangari. Sebanyak 20% responden pengunjung menyatakan sulit untuk mencapai lokasi obyek wisata dari domisilinya, hal ini dikarenakan kondisi sebagian jalan menuju lokasi masih belum diaspal. Persepsi responden

72 57 pengunjung terhadap kemudahan mencapai lokasi wisata ditampilkan dalam Tabel 22. Tabel 22. Persepsi Responden Pengunjung terhadap Kemudahan Mencapai Lokasi Obyek Wisata Parameter Frekuensi Persentase (%) Sangat Mudah 0 0 Mudah Sulit Sangat Sulit 0 0 Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011) b. Penyediaan Fasilitas Wisata Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 78% responden masyarakat sekitar obyek wisata menyatakan fasilitas wisata masih kurang memadai, adanya taman bermain anak dan fasilitas outbond diharapkan mampu meningkatkan jumlah pengunjung di masa yang akan datang sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan mereka. Sisanya sebanyak 22% responden menyatakan fasilitas wisata sudah memadai. Persentase persepsi responden masyarakat sekitar obyek wisata terhadap penyediaan fasilitas wisata ditampilkan dalam Tabel 23. Tabel 23. Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata terhadap Penyediaan Fasilitas Wisata Parameter Frekuensi Persentase (%) Sangat Memadai 0 0 Memadai 9 22 Kurang Memadai Tidak Memadai 0 0 Jumlah sumber : Data Primer, Diolah (2011) Sama halnya seperti responden masyarakat sekitar obyek wisata, sebagian besar responden pengunjung atau sebanyak 63% responden pengunjung menyatakan fasilitas wisata di obyek wisata Tirta Jangari masih kurang memadai. Fasilitas wisata seperti perahu motor yang disewakan dirasa kurang cukup

73 58 memberikan kepuasan kepada pengunjung dalam menikmati atraksi wisata pada obyek wisata Tirta Jangari. Pengunjung yang menyatakan fasilitas wisata kurang memadai menginginkan adanya taman bermain anak, fasilitas outbond, dan penginapan di tengah waduk. Selebihnya sebanyak 37% responden pengunjung menyatakan fasilitas wisata di obyek wisata Tirta Jangari sudah memadai, hal ini dikarenakan dengan harga retribusi tiket masuk saat ini maka fasilitas wisata yang disediakan dirasa sudah cukup memadai untuk menikmati atraksi wisata di obyek wisata Tirta Jangari. Persepsi responden pengunjung terhadap penyediaan fasilitas wisata ditampilkan dalam Tabel 24. Tabel 24. Persepsi Responden Pengunjung terhadap Fasilitas Wisata Parameter Frekuensi Persentase (%) Sangat Memadai 0 0 Memadai Kurang Memadai Tidak Memadai 0 0 Jumlah sumber : Data Primer, Diolah (2011) c. Penyediaan Fasilitas Umum Berdasarkan Tabel 25, responden masyarakat sekitar obyek wisata yang menyatakan fasilitas umum di obyek wisata Tirta Jangari kurang memadai sebanyak 65%, hal ini dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk membuat toilet dengan pungutan sebesar Rp 1.000/orang. Selebihnya sebanyak 35% responden menyatakan fasilitas umum di obyek wisata Tirta Jangari memadai. Persepsi responden masyarakat sekitar obyek wisata terhadap penyediaan fasilitas umum ditampilkan pada Tabel 25.

74 59 Tabel 25. Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata terhadap Penyediaan Fasilitas Umum Parameter Frekuensi Persentase (%) Sangat Memadai 0 0 Memadai Kurang Memadai Tidak Memadai 0 0 Jumlah sumber : Data Primer, Diolah (2011) Berdasarkan Tabel 26, sebanyak 78% responden pengunjung menyatakan fasilitas umum di obyek wisata Tirta Jangari kurang memadai dan sebanyak 22% menyatakan memadai. Minimnya toilet dan kurang terjaganya kebersihan toilet dan masjid menjadi alasan responden pengunjung menyatakan bahwa penyediaan fasilitas umum kurang memadai. Persepsi responden pengunjung terhadap penyediaan fasilitas umum ditampilkan dalam Tabel 26. Tabel 26. Persepsi Responden Pengunjung terhadap Penyediaan Fasilitas Umum Parameter Frekuensi Persentase (%) Sangat Memadai 0 0 Memadai Kurang Memadai Tidak Memadai 0 0 Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011) d. Kenyamanan di Obyek Wisata Tirta Jangari Kenyamanan yang dimaksud dalam hal ini adalah kondisi keamanan dan keselamatan di obyek wisata Tirta Jangari. Kondisi keamanan dan keselamatan merupakan jaminan dari perasaan tenang dalam menikmati/mengunjungi suatu daerah, terlebih daerah wisata dimana tujuan utama untuk berekreasi (Pusporini, 2010). Persepsi responden masyarakat sekitar obyek wisata terhadap kenyamanan di obyek wisata ditampilkan dalam Tabel 27.

75 60 Tabel 27. Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata terhadap Kenyaman di Obyek Wisata Parameter Frekuensi Persentase (%) Sangat Nyaman 0 0 Nyaman Kurang Nyaman 1 3 Tidak Nyaman 0 0 Jumlah sumber : Data Primer, Diolah (2011) Secara umum, kondisi keamanan dan keselamatan di obyek wisata Tirta Jangari dinyatakan baik oleh sebagian besar responden. Petugas kemanan dan life guard yang disediakan pengelola dirasa cukup untuk mengawasi kondisi obyek wisata Tirta Jangari, namun sebanyak 3% responden masyarakat sekitar obyek wisata dan 2% responden pengunjung menyatakan perhatian pihak pengelola terhadap keselamatan responden belum maksimal, belum tersedianya fasilitas dermaga yang dapat digunakan pengunjung dan masyarakat sebagai jembatan untuk menaiki perahu motor dikhawatirkan akan menimbulkan kecelakaan seperti terpeleset ke dalam waduk. Adapun persepsi responden pengunjung terhadap kenyamanan obyek wisata disajikan dalam Tabel 28. Tabel 28. Persepsi Responden Pengunjung terhadap Kenyaman di Obyek Wisata Parameter Frekuensi Persentase (%) Sangat Nyaman 0 0 Nyaman Kurang Nyaman 1 2 Tidak Nyaman 0 0 Jumlah Sumber : Data Primer, Diolah (2011)

76 Analisis Kesediaan Membayar dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Model regresi logit digunakan untuk menganalisis peluang kejadian responden untuk bersedia membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Jika responden bersedia membayar, maka diberi nilai satu, sedangkan jika responden tidak bersedia membayar maka diberi nilai nol. Variabel-variabel bebas yang diduga mempengaruhi kesediaan membayar responden masyarakat sekitar obyek wisata antara lain jenis kelamin, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, lama usaha, pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk, serta tingkat pendapatan. Sedangkan variabel-vaiabel bebas yang diduga mempengaruhi kesediaan membayar responden pengunjung antara lain jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, jarak tempat tinggal ke obyek wisata, tingkat pendapatan, frekuensi kunjungan, biaya kunjungan, serta pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk. Analisis kesediaan membayar responden dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari dijelaskan sebagai berikut Analisis Kesediaan Membayar Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 70% responden menyatakan bersedia untuk membayar, dan sisanya sebanyak 30% menyatakan tidak bersedia untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Responden yang menyatakan tidak bersedia membayar retribusi kebersihan beranggapan bahwa responden tidak mengotori obyek wisata tersebut sehingga upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari bukan menjadi

77 62 tanggung jawab responden. Perbandingan persentase responden yang bersedia dan tidak bersedia membayar ditampilkan pada Gambar 5. 30% 70% Bersedia Tidak Bersedia Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Gambar 5. Persentase Kesediaan Membayar oleh Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Berdasarkan analisis regresi logit yang dapat dilihat pada Tabel 29, pengujian ketika semua slope model bernilai nol menghasilkan statistik G sebesar 10,972 dan P-value bernilai 0,089. Hipotesis H 0 ditolak jika statistik-g > χ 2 α, k-1 (hipotesis uji statistik-g dapat dilihat pada subbab halaman 32). Berdasarkan tabel Khi-kuadrat, χ 2 yang diperoleh untuk α = 0,10 dan k-1 = 5 adalah 9,236 sehingga H 0 ditolak, artinya dapat disimpulkan bahwa model regresi logit secara keseluruhan dapat menjelaskan atau memprediksi keputusan responden untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari atau terdapat minimal satu slope model yang tidak sama dengan nol. Berdasarkan uji kebaikan model metode Pearson, Deviance, Hosmer dan Lemeshow diperoleh P- value lebih besar dari α = 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut baik. Hasil analisis regresi logit untuk responden masyarakat sekitar obyek wisata dapat dilihat pada Tabel 29 dan Lampiran 5.

78 63 Tabel 29. Hasil Regresi Logit Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Membayar Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Parameter Koefisien P-value Odds Ratio Keterangan Constant -3, ,126 JK 2, ,101 10,33 Berpengaruh Nyata** TGG -0, ,964 0,99 Tidak Berpengaruh PNDDKN 0, ,150 2,30 Tidak Berpengaruh LAMA USAHA 0, ,018 1,28 Berpengaruh Nyata*** PM(1) 1, ,159 3,84 Tidak Berpengaruh PNDPTN 0, ,891 1,11 Tidak Berpengaruh α = 0,10 Log-Likelihood = -18,949 Test that all slope are zero : G= 10,972, DF= 6, P-value = 0,089 Goodness-of-Fit test Method Chi-square DF P-value Keterangan Pearson 39, ,209 Model Baik Deviance 37, ,256 Model Baik Hosmer-Lemeshow 5, ,660 Model Baik Sumber : Data Primer, Diolah (2011) *** pada tingkat kepercayaan 95% ** pada tingkat kepercayaan 85% Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah: = -3, ,33488 JK + 0, LAMAUSAHA + εi Berdasarkan model tersebut diketahui variabel-variabel bebas yang memiliki pengaruh nyata terhadap kesediaan membayar responden masyarakat sekitar obyek wisata dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari antara lain jenis kelamin dan lama usaha. Penjelasan lebih lanjut mengenai variabel-variabel yang berpengaruh secara nyata adalah sebagai berikut: 1. Jenis Kelamin Variabel jenis kelamin memiliki nilai odds ratio sebesar 10,33. Hal ini berarti responden pria memiliki peluang untuk membayar 10,33 kali lebih besar dibandingkan peluangnya untuk tidak membayar, cateris paribus. Variabel jenis kelamin memiliki P-value sebesar 0,101 yang artinya bahwa variabel ini

79 64 berpengaruh nyata terhadap peluang responden bersedia membayar pada taraf α = 0,15. Nilai koefisien bertanda positif (+) berarti responden yang berjenis kelamin pria bersedia membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari dibandingkan responden wanita. Hal ini terjadi karena sebagian besar responden dalam penelitian ini berjenis kelamin pria yang merupakan pemilik usaha yang berhubungan dengan kegiatan wisata pada obyek wisata Tirta Jangari seperti pemilik perahu sewa, pemilik rumah makan, dan pemilik lahan parkir. 2. Lama Usaha Variabel lama usaha memiliki nilai odds ratio sebesar 1,28. Hal ini berarti responden yang lebih lama memiliki usaha memiliki peluang untuk membayar 1,28 kali lebih besar dibandingkan peluangnya untuk tidak membayar, cateris paribus. Variabel lama usaha memiliki P-value sebesar 0,018 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap peluang responden bersedia membayar pada taraf α = 0,05. Nilai koefisien bertanda positif (+) berarti semakin lama responden memiliki usaha, maka responden bersedia membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Hal ini dikarenakan responden yang sudah lama memiliki usaha menyadari akan kebutuhan kenyamanan lingkungan tempat usaha yang sekaligus digunakan sebagai tempat tinggal bagi responden. Variabel lainnya yang diduga berpengaruh adalah jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk, serta tingkat pendapatan ternyata secara statistik tidak berpengaruh nyata dalam pengambilan keputusan responden untuk bersedia membayar. Variabel tingkat

80 65 pendidikan tidak berpengaruh secara nyata karena sebagian besar responden tingkat pendidikannya rendah. Variabel jumlah tanggungan memiliki P-value sebesar 0,964 artinya bahwa variabel ini tidak berpengaruh secara nyata karena nilai P-value yang dihasilkan lebih besar dari taraf α = 0,15. Hal ini dikarenakan seberapapun besar jumlah tanggungan seorang responden tidak mempengaruhi kesediaan membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Variabel pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk tidak berpengaruh secara nyata karena nilai P-value yang dihasilkan yaitu sebesar 0,159 lebih besar dari taraf α = 0,15. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden mengetahui tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk. Variabel tingkat pendapatan tidak berpengaruh secara nyata karena tidak dapat mencerminkan kepedulian responden terhadap lingkungan, hal tersebut dikarenakan dalam penelitian ini pada umumnya responden menjawab bersedia membayar dengan alasan kepedulian terhadap lingkungan yang dicerminkan oleh jenis kelamin dan lama usaha Analisis Kesediaan Membayar Responden Pengunjung dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 77% responden menyatakan bersedia untuk membayar, dan sisanya sebanyak 23% menyatakan tidak bersedia untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Perbandingan persentase responden yang bersedia dan tidak bersedia membayar ditampilkan pada Gambar 6.

81 66 23% 77% Bersedia Tidak Bersedia Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Gambar 6. Persentase Kesediaan Membayar oleh Pengunjung Beberapa alasan responden tidak bersedia membayar peningkatan harga retribusi tiket masuk antara lain: 1. Responden beranggapan bahwa harga retribusi tiket masuk saat ini sudah tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur yang merupakan keputusan pemerintah sehingga sudah semestinya Pemerintah Kabupaten Cianjur dapat melakukan upaya pelestarian lingkungan secara optimal tanpa harus melakukan peningkatan harga retribusi tiket masuk. 2. Pengelolaan obyek wisata Tirta Jangari merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Cianjur, sehingga sudah semestinya jika Pemerintah Kabupaten Cianjur memberikan anggaran yang pantas untuk upaya pelestarian lingkungan. Berdasarkan hasil analisis regresi logit yang dapat dilihat pada Tabel 30, pengujian ketika semua slope model bernilai nol menghasilkan statistik-g sebesar 42,416 dan P-value bernilai 0,000. Hipotesis H 0 ditolak jika statistik-g > χ 2 α, k-1 (hipotesis uji statistik-g dapat dilihat pada subbab halaman 32). Berdasarkan tabel Khi-kuadrat, χ 2 yang diperoleh untuk α = 0,05 dan k-1 = 8 adalah 15,507

82 67 sehingga H 0 ditolak, artinya dapat disimpulkan bahwa model regresi logit secara keseluruhan dapat menjelaskan atau memprediksi keputusan responden untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari atau terdapat minimal satu slope model yang tidak sama dengan nol. Berdasarkan uji kebaikan model metode Pearson, Deviance, Hosmer dan Lemeshow diperoleh P- value lebih besar dari α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut baik. Hasil analisis regresi logit untuk responden pengunjung dapat dilihat pada Tabel 30 dan Lampiran 6. Tabel 30. Hasil Regresi Logit Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Membayar Responden Pengunjung dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Parameter Koefisien P-value Odds Ratio Keterangan Constant 12,2424 0,999 JK 1, ,454 3,96 Tidak Berpengaruh USIA 0, ,937 1,01 Tidak Berpengaruh STATUS -25,1923 0,998 0,00 Tidak Berpengaruh PNDDKN 1, ,027 3,66 Berpengaruh Nyata*** JARAK -0, ,819 0,85 Tidak Berpengaruh PNDPTN 1, ,320 2,95 Tidak Berpengaruh FREK 1, ,016 6,39 Berpengaruh Nyata*** BIAYA 0, ,435 1,87 Tidak Berpengaruh PM(1) 2, ,212 13,75 Tidak Berpengaruh α = 0,05 Log-Likelihood = -11,338 Test that all slope are zero : G= 42,416, DF= 9, P-value = 0,000 Goodness-of-Fit test Method Chi-square DF P-value Keterangan Pearson 43, ,683 Model Baik Deviance 22, ,000 Model Baik Hosmer- Lemeshow 9, ,310 Model Baik Sumber : Data Primer, Diolah (2011) *** pada tingkat kepercayaan 95%

83 68 Berdasarkan hasil analisis regresi logit pada Tabel 30, maka diperoleh model logit yang sesuai untuk analisis ini, yaitu : = 12, ,29613 PNDDKN + 1,85477 FREK + εi Berdasarkan model tersebut diketahui variabel-variabel bebas yang memiliki pengaruh nyata terhadap kesediaan membayar responden pengunjung dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari antara lain tingkat pendidikan, dan frekuensi kunjungan. Penjelasan lebih lanjut mengenai variabelvariabel yang berpengaruh secara nyata adalah sebagai berikut: 1. Tingkat Pendidikan Variabel tingkat pendidikan memiliki nilai odds ratio sebesar 3,66. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka peluang responden untuk bersedia membayar mejadi lebih besar 3,66 kali, cateris paribus. Variabel tingkat pendidikan memiliki P-value sebesar 0,027 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap peluang responden bersedia membayar pada taraf α = 0,05. Nilai koefisien bertanda positif (+) berarti semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar pula kecenderungan peluang responden untuk bersedia membayar. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden pengunjung dalam penelitian ini berpendidikan SLTA. Pendidikan yang tinggi akan membuat seseorang lebih paham dalam menilai lingkungan suatu obyek wisata daripada mereka yang berpendidikan rendah. 2. Frekuensi Kunjungan Variabel frekuensi kunjungan memiliki nilai odds ratio sebesar 6,39. Hal ini berarti bahwa semakin sering seorang responden mengunjungi obyek wisata Tirta Jangari maka peluang responden untuk bersedia membayar mejadi lebih

84 69 besar 6,39 kali, cateris paribus. Variabel frekuensi kunjungan memiliki P-value sebesar 0,016 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap peluang responden bersedia membayar pada taraf α = 0,05. Nilai koefisien bertanda positif (+) berarti semakin sering berkunjung ke obyek wisata Tirta Jangari maka semakin besar pula kecenderungan peluang responden untuk bersedia membayar. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung yang sering berkunjung sudah mengetahui kelebihan dan kekurangan lokasi obyek wisata yang perlu adanya suatu upaya pelestarian lingkungan. Variabel penjelas lainnya yang diduga memiliki pengaruh terhadap kesediaan membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari seperti variabel jenis kelamin, tingkat usia, status pernikahan, jarak ke obyek wisata, tingkat pendapatan, biaya kunjungan, dan pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk memiliki P-value yang lebih besar dari taraf α = 0,05 sehingga dapat diabaikan secara statistik Analisis Nilai WTP dengan Pendekatan Contingent Valuation Method Pendekatan CVM dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis WTP responden dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Pendekatan dengan Contingent Valuation Method (CVM) ini memiliki enam tahapan yaitu: 1. Membangun Pasar Hipotesis Responden diberikan penjelasan mengenai kondisi lingkungan obyek wisata Tirta Jangari saat ini seperti kurang terjaganya kebersihan baik di lingkungan darat maupun perairannya, kualitas air yang tidak jernih akibat endapan buangan kotoran ikan, penataan letak fasilitas yang kurang rapi sehingga

85 70 mengganggu pemandangan, serta kurangnya fasilitas rekreasi dan fasilitas umum yang mendukung kegiatan wisata. Pihak pengelola berencana melakukan upaya pelestarian lingkungan sehingga fungsi utama waduk tetap terjaga. Namun saat ini pengelola masih memiliki kendala dana untuk upaya pelestarian lingkungan tersebut, oleh karena itu pengelola mengajak masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung untuk berpartisipasi dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Biaya yang didapatkan dari partisipasi tersebut selanjutnya digunakan sebagai salah satu sumber dana bagi rencana upaya pelestarian lingkungan. Berdasarkan info tersebut responden mengetahui situasi hipotetik mengenai rencana upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan metode bidding game, yaitu metode tawar menawar dimana responden ditawarkan sebuah nilai tawaran yang dimulai dari nilai terkecil hingga nilai terbesar hingga mencapai nilai WTP maksimum yang sanggup dibayarkan oleh responden. Starting point yang digunakan dalam penawaran tersebut didapatkan dari hasil wawancara dengan pengelola obyek wisata. 3. Menghitung Dugaan Nilai Rata-rata WTP Dugaan nilai rata-rata WTP responden diperoleh berdasarkan rasio jumlah nilai WTP yang diberikan responden dengan jumlah total responden yang bersedia membayar.

86 71 3.a. Nilai Rata-rata WTP Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Dalam penelitian ini, responden masyarakat sekitar obyek wisata yang bersedia membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari adalah sebanyak 28 orang. Berdasarkan perhitungan, didapatkan nilai ratarata WTP responden masyarakat sekitar obyek wisata sebesar Rp 5.357,14/unit usaha/bulan. Nilai rata-rata WTP tersebut dapat digunakan sebagai acuan atau bahan pertimbangan dalam penetapan tarif retribusi kebersihan untuk masyarakat sekitar obyek wisata. Distribusi nilai WTP responden masyarakat sekitar obyek wisata ditampilkan pada Tabel 31. Tabel 31. No Distribusi Nilai Rata-rata WTP Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Nilai WTP (Rp/unit usaha/bulan) Jumlah Responden (orang) Nilai WTP x Jumlah Responden (Rp) (a) (b) (a x b) Rata-rata WTP Sumber : Data Primer, Diolah (2011) 3.b. Nilai Rata-rata WTP Responden Pengunjung Sama halnya seperti perhitungan untuk mendapatkan nilai rata-rata WTP responden masyarakat sekitar obyek wisata, pada perhitungan WTP pengunjung dugaan nilai rata-rata WTP diperoleh berdasarkan rasio jumlah nilai WTP yang diberikan responden dengan jumlah total responden yang bersedia membayar. Jumlah responden pengunjung yang bersedia membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari adalah sebanyak 46 orang. Berdasarkan perhitungan, didapatkan nilai rata-rata WTP responden pengunjung dalam upaya

87 72 pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari sebesar Rp 7.413,04/orang. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan nilai yang ditetapkan pengelola yaitu sebesar Rp 2.000/orang dengan besaran yang bervariasi untuk kendaraan. Nilai rata-rata WTP responden tersebut dapat digunakan sebagai acuan atau bahan pertimbangan dalam penetapan tarif retribusi masuk obyek wisata Tirta Jangari. Distribusi nilai rata-rata WTP responden pengunjung ditampilkan pada Tabel 32. Tabel 32. Distribusi Nilai Rata-rata WTP Responden Pengunjung No Nilai WTP (Rp/orang) Jumlah Responden (orang) Nilai WTP x Jumlah Responden (Rp) (a) (b) (a x b) Rata-rata WTP Sumber : Data Primer, Diolah (2011) 4. Menduga Kurva WTP Kurva WTP responden dibentuk menggunakan jumlah kumulatif dari jumlah individu yang memilih suatu nilai WTP tertentu. Asumsinya adalah individu yang bersedia membayar suatu nilai WTP tertentu jumlahnya akan semakin sedikit sejajar dengan peningkatan nilai WTP. Dugaan kurva WTP responden dijelaskan sebagai berikut. 4.a. Kurva WTP Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Kurva WTP responden masyarakat sekitar obyek wisata menggambarkan hubungan antara tingkat WTP dengan jumlah responden masyarakat sekitar obyek wisata yang bersedia membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata

88 73 Tirta Jangari pada tingkat WTP tersebut. Dugaan kurva WTP responden masyarakat sekitar disajikan dalam Gambar Nilai WTP (Rp/KK/bulan) Nilai WTP Jumlah Responden (orang) Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Gambar 7. Dugaan Kurva WTP Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Berdasarkan Gambar 7 terlihat bahwa semakin tinggi nilai WTP maka semakin sedikit responden yang bersedia membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. 4.b. Kurva WTP Responden Pengunjung Sama halnya seperti pada pendugaan kurva WTP responden masyarakat sekitar obyek wisata, kurva WTP pengunjung juga dibentuk berdasarkan nilai WTP responden terhadap kesediaan membayar. Kurva WTP responden pengunjung menggambarkan hubungan antara tingkat WTP dengan jumlah responden pengunjung yang bersedia membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari pada tingkat WTP tersebut. Dugaan kurva WTP responden pengunjung disajikan dalam Gambar 8.

89 74 Nilai WTP (Rp/orang) Nilai WTP Jumlah Responden (orang) Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Gambar 8. Dugaan Kurva WTP Responden Pengunjung Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa semakin tinggi nilai WTP maka semakin sedikit responden yang bersedia membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. 5. Menjumlahkan Data untuk Menentukan Total WTP Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rata-rata WTP dikonversikan terhadap total populasi. Nilai Total WTP (TWTP) responden dijelaskan sebagai berikut. 5.a. Total WTP Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai TWTP masyarakat sekitar obyek wisata sebesar Rp /bulan sehingga nilai TWTP masyarakat sekitar obyek wisata sebesar Rp /tahun. Hasil perhitungan TWTP dapat dilihat pada Tabel 33.

90 75 Tabel 33. No Total WTP Masyarakat Sekitar Obyek Wisata dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Nilai WTP (Rp/bulan) Jumlah Responden (orang) Populasi Total WTP (Rp/bulan) (a) (b) (c= (b/d) x e) (a x c) Total 28(d) 252(e) (e) merupakan populasi masyarakat sekitar obyek wisata 5.b. Total WTP Pengunjung Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai TWTP responden pengunjung sebesar Rp ,40/tahun. Hasil penghitungan TWTP dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Total WTP Pengunjung dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Bulan (Tahun 2010) Jumlah Kunjungan/bulan (orang) Nilai Rata-rata WTP (Rp) Total WTP (Rp/bulan) Januari , ,60 Februari , ,08 Maret , ,80 April , ,60 Mei , ,84 Juni , ,40 Juli , ,16 Agustus , ,24 September , ,32 Oktober , ,60 November , ,04 Desember , ,76 Total ,40 sumber : Data Primer, Diolah (2011) Berdasarkan Tabel 34, jumlah kunjungan tertinggi pada tahun 2010 terjadi pada bulan Agustus 2010 dan November 2010 yaitu sebanyak orang untuk bulan Agustus 2010 dan sebanyak orang untuk bulan September 2010.

91 76 Berdasarkan wawancara dengan pengelola obyek wisata, obyek wisata Tirta Jangari ramai dikunjungi pada musim liburan sekolah dan libur hari raya keagamaan. Kurva yang menggambarkan jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata Tirta Jangari Tahun 2010 ditampilkan pada Gambar 9. Jumlah kunjungan (orang) bulan Sumber : Data Primer, Diolah (2011) Gambar 9. Kurva Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Tirta Jangari Tahun Evaluasi Pelaksanaan CVM Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, diperoleh nilai R 2 adjusted sebesar 60,1% untuk responden pengunjung dan 24,4% untuk responden masyarakat sekitar obyek wisata. Menurut Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993) penelitian yang berkaitan dengan benda-benda lingkungan dapat mentolerir nilai R 2 sampai dengan 15%, hal ini karena penelitian tentang lingkungan berhubungan dengan perilaku manusia sehingga R 2 tidak harus besar. Oleh karena itu, hasil penelitian CVM dalam penelitian ini masih dapat diyakini kebenarannya atau keandalannya.

92 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Adapun variabel-variabel bebas yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden masyarakat sekitar obyek wisata antara lain jenis kelamin, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, lama usaha, pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk, serta tingkat pendapatan. Sedangkan variabel-variabel bebas yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden pengunjung antara lain jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, jarak tempat tinggal ke obyek wisata, tingkat pendapatan, frekuensi kunjungan, biaya kunjungan, dan pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari dijelaskan sebagai berikut Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan Minitab for Windows Release 14, diperoleh nilai F hitung sebesar 3,09 dengan nilai signifikansi sebesar 0,016 lebih kecil dari taraf signifikansi yang disyaratkan yaitu α = 0,05 sehingga H 0 ditolak (hipotesis untuk uji statistik F dapat dilihat pada subbab halaman 34), artinya variabel tingkat pendidikan, lama usaha, dan pengetahuan tentang manfaat waduk dan kerusakan waduk secara bersama-sama

93 78 berpengaruh signifikan terhadap nilai WTP. Hasil analisis regresi berganda model WTP responden masyarakat disajikan pada Tabel 35 dan Lampiran 7. Tabel 35. Hasil Regresi Berganda WTP Responden Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Variabel Koefisien P-value Keterangan VIF Constant ,053 JK ,194 Tidak Berpengaruh TGG 347,8 0,321 Tidak Berpengaruh PNDDKN 1411,7 0,010 Berpengaruh Nyata*** LAMAUSAHA 299,45 0,004 Berpengaruh Nyata*** PM ,131 Tidak Berpengaruh** PNDPTN 285,7 0,735 Tidak Berpengaruh R 2 36,0 R 2 adj 24,4 F-statistik 3,09 0,016 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression ,09 0,016 Residual Error Total Durbin Watson 1,79213 *** pada tingkat kepercayaan 95% ** pada tingkat kepercayaan 85% 1,2 12 1,1 1,2 1,1 1,0 Berdasarkan Tabel 35 model WTP responden masyarakat sekitar obyek wisata yang dihasilkan adalah sebagai berikut : = ,7 PNDDKN + 299,45 LAMAUSAHA PM + ε i Seperti halnya pada model WTP responden pengunjung, model WTP responden masyarakat sekitar obyek wisata juga diuji agar parameter model memenuhi semua asumsi kebaikan suatu model yaitu BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).Hasil uji parameter secara statistika model WTP responden masyarakat sekitar obyek wisata adalah :

94 79 1. Uji Multikolinieritas Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan uji VIF (Gujarati, 2003). Jika suatu variabel bebas memiliki VIF < 10, maka variabel bebas tersebut tidak mengalami multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya. Berdasarkan Tabel 35, dapat dilihat bahwa seluruh variabel yang ada memiliki nilai VIF lebih kecil dari sepuluh, artinya tidak terdapat multikolinieritas pada model WTP responden masyarakat sekitar obyek wisata. 2. Uji Heteroskedastisitas Model yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas, hal tersebut dapat dilihat pada grafik scatterplot yang terpencar dan tidak membentuk pola tertentu (Ghozali, 2006). Grafik scatterplot untuk responden masyarakat ditampilkan pada Lampiran 7 (residuals versus the fitted value). Secara rinci penjelasan grafik scatterplot ini dapat dilihat pada subbab halaman Uji Autokorelasi Pendeteksian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan statistik Durbin-Watson. Tabel 35 menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 1, Nilai Durbin-Watson yang mendekati 2 (1,79213) menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model WTP responden masyarakat. 4. Uji Keandalan Tabel 35 menunjukkan bahwa model WTP responden masyarakat memiliki nilai R 2 adjusted sebesar 24,4 persen. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa keragaman nilai WTP responden dapat dijelaskan oleh variabel dalam

95 80 model sebesar 24,4 persen sedangkan sisanya sebesar 75,6 persen dijelaskan oleh variabel diluar model. 5. Uji Normalitas Berdasarkan Lampiran 7 (Normal Probabilty Plot of the Residuals), nilai statistik Kolmogorov-Smirnov adalah 0,092. Nilai ini lebih besar dari taraf nyata α = 0,05 sehingga model WTP responden masyarakat telah mengikuti distribusi normal. Berdasarkan Tabel 35 dapat dilihat bahwa variabel yang mempunyai pengaruh nyata yang berada pada tingkat kepercayaan 95% adalah tingkat pendidikan dan lama usaha. Variabel yang mempunyai pengaruh nyata yang berada pada tingkat kepercayaan 85% adalah pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk. Penjelasan lebih lanjut mengenai variabel-variabel yang berpengaruh secara nyata adalah sebagai berikut: 1. Tingkat Pendidikan Variabel tingkat pendidikan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,010 lebih kecil daripada taraf signifikansi yang disyaratkan yaitu α = 0,05 sehingga H 0 ditolak (hipotesis untuk uji statistik t dapat dilihat pada subbab halaman 35). Tingkat pendidikan secara individu berpengaruh signifikan terhadap nilai WTP. Nilai koefisien yang bertanda positif (+) dengan nilai 1411,7 artinya setiap kenaikan tingkat pendidikan responden sebanyak satu kategori tingkat pendidikan (kategori 1 untuk SD, kategori 2 untuk SMP, kategori 3 untuk SLTA, kategori 4 untuk Akademi/diploma, kategori 5 untuk Perguruan Tinggi, dan kategori 6 untuk Pascasarjana) maka diduga rata-rata nilai WTP yang diberikan akan ikut meningkat sebesar Rp 1.411,7 cateris paribus. Hal ini disebabkan karena semakin

96 81 tinggi tingkat pendidikan responden, maka responden lebih menyadari akan pentingnya kondisi lingkungan yang baik, sehingga responden bersedia membayar lebih untuk mendapatkan kondisi lingkungan obyek wisata Tirta Jangari yang lebih baik. 2. Lama Usaha Variabel lama usaha memiliki nilai signifikansi sebesar 0,004 lebih kecil daripada taraf signifikansi yang disyaratkan yaitu α = 0,05 sehingga H 0 ditolak (hipotesis untuk uji statistik t dapat dilihat pada subbab halaman 35). Variabel lama usaha secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap nilai WTP. Nilai koefisien pada variabel lama usaha yang bertanda positif (+) dengan nilai 299,45 berarti bahwa setiap peningkatan lama usaha sebanyak satu tahun maka diduga rata-rata nilai WTP yang diberikan responden akan meningkat sebanyak Rp 299,45 cateris paribus. Hal ini disebabkan karena kepedulian seorang responden akan lingkungan obyek wisata Tirta Jangari akan semakin meningkat seiring dengan lama usaha yang telah dijalani. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan kenyamanan tempat usaha yang sekaligus digunakan sebagai tempat tinggal. 3. Pengetahuan tentang Fungsi Waduk dan Kerusakan Waduk Variabel pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk memiliki nilai signifikansi sebesar 0,131 lebih kecil dari taraf signifikansi yang disyaratkan yaitu α = 0,15 sehingga H 0 ditolak (hipotesis untuk uji statistik t dapat dilihat pada subbab halaman 35). Variabel pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap nilai WTP. Nilai koefisien yang bertanda positif (+) dengan nilai 1562

97 82 artinya peningkatan pengetahuan responden tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk sebesar satu satuan akan meningkatkan nilai WTP responden sebesar Rp Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk akan memiliki kepedulian terhadap upaya pelestarian lingkungan khususnya lingkungan waduk. Apresiasi tersebut diwujudkan dalam bentuk pemberian nilai WTP yang tinggi. Variabel bebas yang tidak berpengaruh nyata pada model ini adalah jenis kelamin, jumlah tanggungan, dan tingkat pendapatan. Variabel jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya WTP, hal ini dikarenakan data jenis kelamin yang diperoleh dalam penelitian ini tidak bervariasi (homogen) yaitu responden lebih banyak yang berjenis kelamin pria (85%), sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP. Variabel jumlah tanggungan tidak berpengaruh secara nyata, hal ini dikarenakan seberapapun besar jumlah tanggungan seorang responden tidak mempengaruhi besar kecilnya nilai WTP. Variabel tingkat pendapatan memiliki P-value yang lebih besar dari nilai signifikasi yang disyaratkan yaitu α = 0,15 sehingga variabel tersebut dapat diabaikan secara statistik Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai WTP Responden Pengunjung dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan Minitab for Windows Release 14, diperoleh nilai F hitung sebesar 10,87 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi yang disyaratkan sebesar α = 0,05 sehingga H 0 ditolak (hipotesis uji statistik F dapat dilihat pada subbab halaman 34), artinya variabel status pernikahan, tingkat pendidikan,

98 83 tingkat pendapatan, frekuensi kunjungan, dan biaya kunjungan secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap nilai WTP. Hasil analisis regresi berganda model WTP responden pengunjung disajikan pada Tabel 36 dan Lampiran 8. Tabel 36. Hasil Regresi Berganda WTP Responden Pengunjung Variabel Koefisien P-value Keterangan VIF Constant ,087 JK 740 0,558 Tidak Berpengaruh USIA -25,77 0,655 Tidak Berpengaruh STATUS ,000 Berpengaruh Nyata*** PNDDKN 681,8 0,058 Berpengaruh Nyata** JARAK 257,6 0,552 Tidak Berpengaruh PNDPTN 1177,9 0,104 Berpengaruh Nyata* FREK 1048,2 0,000 Berpengaruh Nyata*** BIAYA 1278,6 0,027 Berpengaruh Nyata*** PM 1318,4 0,185 Tidak Berpengaruh R 2 66,2 R 2 adj 60,1 F-statistik 10,87 0,000 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression ,87 0,000 Residual Error Total Durbin Watson 2,03257 *** pada tingkat kepercayaan 95% ** pada tingkat kepercayaan 90% * Pada tingkat kepercayaan 85% 1,4 2,0 1,7 1,8 1,4 2,5 1,5 1,7 1,6 Berdasarkan Tabel 36 model WTP responden pengunjung yang dihasilkan adalah sebagai berikut : = STATUS + 681,8 PNDDKN ,9 PNDPTN ,2 FREK ,6 BIAYA + ε i Setelah didapatkan model keseluruhan kemudian parameter model tersebut diuji secara statistika agar model tersebut memenuhi semua asumsi kebaikan

99 84 model yaitu BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Hasil uji parameter secara statistika model ini adalah sebagai berikut : 1. Uji Multikolinieritas Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan uji VIF (Gujarati, 2003). Jika suatu variabel bebas memiliki VIF <10, maka variabel bebas tersebut tidak mengalami multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya. Berdasarkan Tabel 36, dapat dilihat bahwa seluruh variabel yang ada memiliki nilai VIF lebih kecil dari sepuluh, artinya tidak terdapat multikolinieritas pada model WTP responden pengunjung. 2. Uji Heteroskedastisitas Model yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas, hal tersebut dapat dilihat pada grafik scatterplot yang terpencar dan tidak membentuk pola tertentu (Ghozali, 2006). Grafik scatterplot untuk responden pengunjung ditampilkan pada Lampiran 8 (residuals versus the fitted value). Secara rinci penjelasan grafik scatterplot ini dapat dilihat pada subbab halaman Uji Autokorelasi Pendeteksian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan statistik Durbin-Watson. Firdaus (2004) menyatakan bahwa nilai Durbin-Watson antara 1,55 dan 2,46 menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi dalam suatu model. Tabel 36 menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 2,03257 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model WTP responden pengunjung.

100 85 4. Uji Keandalan Berdasarkan Tabel 36, model WTP responden pengunjung memiliki nilai R 2 adjusted sebesar 60,1%. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa keragaman nilai WTP responden dapat dijelaskan oleh variabel dalam model sebesar 60,1%, sedangkan sisanya sebesar 39,9% dijelaskan oleh variabel diluar model. 5. Uji Kenormalan Berdasarkan Lampiran 8 (Normal Probabilty Plot of the Residuals), nilai statistik Kolmogorov-Smirnov adalah 0,075. Nilai ini lebih besar dari taraf nyata α = 0,05 sehingga model WTP responden pengunjung telah mengikuti distribusi normal. Berdasarkan Tabel 36 dapat dilihat bahwa variabel yang mempunyai pengaruh nyata yang berada pada tingkat kepercayaan 95% adalah status pernikahan, frekuensi kunjungan, dan biaya kunjungan. Variabel yang mempunyai pengaruh nyata yang berada pada tingkat kepercayaan 90% adalah tingkat pendidikan. Variabel yang mempunyai pengaruh nyata yang berada pada tingkat kepercayaan 85% adalah tingkat pendapatan. Penjelasan lebih lanjut mengenai variabel-variabel yang berpengaruh secara nyata adalah sebagai berikut: 1. Status Pernikahan Variabel status pernikahan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi yang disyaratkan yaitu α = 0,05 sehingga H 0 ditolak (hipotesis untuk uji statistik t dapat dilihat pada subbab halaman 35). Status pernikahan secara individu berpengaruh signifikan terhadap nilai WTP. Nilai koefisien bertanda negatif (-) dengan nilai 6284 berarti bahwa responden yang sudah menikah diduga akan memberikan nilai WTP yang lebih rendah sebesar

101 86 Rp dibandingkan responden yang belum menikah, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena responden yang sudah menikah memiliki kebutuhan yang lebih besar sehingga alokasi dana WTP yang diberikan cenderung lebih rendah dibandingkan responden pengunjung yang belum menikah. 2. Frekuensi Kunjungan Variabel frekuensi kunjungan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi yang disyaratkan yaitu α = 0,05 sehingga H 0 ditolak (hipotesis untuk uji statistik t dapat dilihat pada subbab halaman 35). Frekuensi kunjungan secara individu berpengaruh signifikan terhadap nilai WTP. Nilai koefisien bertanda positif (+) dengan nilai 1048,2 berarti bahwa setiap kenaikan frekuensi kunjungan sebanyak satu kali maka diduga rata-rata nilai WTP yang diberikan responden pengunjung akan semakin meningkat sebesar Rp 1.048,2 cateris paribus. Hal ini disebabkan karena dengan semakin sering pengunjung berkunjung, maka pengunjung semakin tahu kelebihan dan kekurangan lokasi obyek wisata yang perlu adanya suatu upaya pelestarian lingkungan, sehingga mereka bersedia meningkatkan nilai WTP demi kenyamanan mereka dalam menikmati atraksi wisata yang disediakan oleh obyek wisata Tirta Jangari. 3. Biaya Kunjungan Variabel biaya kunjungan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,027 lebih kecil dari taraf signifikansi yang disyaratkan yaitu α = 0,05 sehingga H 0 ditolak (hipotesis untuk uji statistik t dapat dilihat pada subbab halaman 36). Biaya kunjungan secara individu berpengaruh signifikan terhadap nilai WTP. Nilai koefisien bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 1278,6 berarti bahwa setiap

102 87 kenaikan biaya kunjungan sebesar 1 kategori biaya kunjungan (kategori 1 untuk biaya kunjungan sebesar Rp , kategori 2 untuk biaya kunjungan Rp Rp , kategori 3 untuk biaya kunjungan > Rp ) maka diduga rata-rata nilai WTP yang diberikan akan semakin meningkat sebesar Rp 1.278,6 cateris paribus. Kenyamanan responden dalam menikmati jasa lingkungan yang disediakan obyek wisata Tirta Jangari direpresentasikan melalui tingginya biaya kunjungan. Adapun biaya kunjungan yang dimaksud selain digunakan untuk biaya transportasi juga digunakan untuk membiayai aktivitas wisata antara lain sewa perahu motor, sewa/beli alat pancing, dan biaya konsumsi. Hal ini menyebabkan responden bersedia meningkatkan nilai WTP dengan harapan mereka tetap mendapatkan kenyamanan yang sama untuk kunjungan selanjutnya. 4. Tingkat Pendidikan Variabel tingkat pendidikan memiliki nilai signifikansi sebesar lebih kecil dari taraf signifikasi yang disyaratkan yaitu α = 0,10 sehingga H 0 ditolak (hipotesis untuk uji statistik t dapat dilihat pada subbab halaman 35). Variabel Tingkat pendidikan secara individu berpengaruh signifikan terhadap nilai WTP. Nilai koefisien bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 681,8 berarti bahwa setiap kenaikan tingkat pendidikan sebanyak satu kategori tingkat pendidikan (kategori 1 untuk SD, kategori 2 untuk SMP, kategori 3 untuk SLTA, kategori 4 untuk Akademi/diploma, kategori 5 untuk Perguruan Tinggi, dan kategori 6 untuk Pascasarjana) maka diduga rata-rata nilai WTP yang diberikan akan meningkat sebesar Rp 681,8 cateris paribus. Hal ini disebabkan karena

103 88 dengan pendidikan yang tinggi, maka seseorang akan lebih paham dalam menilai lingkungan suatu obyek wisata dibandingkan mereka yang berpendidikan rendah. 5. Tingkat Pendapatan Variabel tingkat pendapatan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,104 lebih kecil dari taraf signifikansi yang disyaratkan yaitu α = 0,15 sehingga H 0 ditolak (hipotesis untuk uji statistik t dapat dilihat pada subbab halaman 35). Tingkat pendapatan secara individu berpengaruh signifikan terhadap nilai WTP. Nilai koefisien bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 1177,9 berarti bahwa setiap kenaikan pendapatan sebesar 1 kategori tingkat pendapatan (kategori 1 untuk tingkat pendapatan Rp , kategori 2 untuk tingkat pendapatan Rp Rp , kategori 3 untuk tingkat pendapatan Rp > ) maka diduga rata-rata nilai WTP yang diberikan akan meningkat sebesar Rp 1.177,9 cateris paribus. Hal ini disebabkan karena dengan pendapatan yang tinggi maka pengunjung memiliki dana lebih untuk dialokasikan dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Variabel bebas yang tidak berpengaruh nyata pada model ini adalah jenis kelamin, tingkat usia, jarak ke obyek wisata, dan pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk. Variabel jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya WTP, hal ini dikarenakan data jenis kelamin yang diperoleh dalam penelitian ini tidak bervariasi (homogen) yaitu responden lebih banyak yang berjenis kelamin pria (88%), sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP. Variabel tingkat usia tidak berpengaruh karena walaupun usia responden bertambah, akan tetapi tidak mempengaruhi responden untuk memberikan besarnya nilai WTP. Variabel jarak ke obyek wisata dan pengetahuan

104 89 tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk juga tidak dapat mencerminkan kepedulian responden terhadap kondisi alam dan lingkungan obyek wisata Tirta Jangari, sehingga variabel bebas tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP.

105 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa : 1. Karakteristik masyarakat sekitar obyek wisata yang diperoleh dari 40 orang responden menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat sekitar obyek wisata berusia antara tahun dengan status menikah. Jumlah tanggungan yang mereka miliki sebanyak lebih dari tiga orang. Pendidikan terakhir masyarakat sekitar obyek wisata adalah SD, lama usaha lebih dari sebelas tahun dengan tingkat pendapatan Rp Rp /bulan. Sedangkan karakteristik pengunjung obyek wisata Tirta Jangari pada saat penelitian yang diperoleh dari 60 orang responden menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung berjenis kelamin pria dengan status sudah menikah. Usia antara tahun dan jumlah tanggungan sebanyak dua orang. Pendidikan terakhir pengunjung yaitu SLTA dan mayoritas berprofesi sebagai wirausaha. Tingkat pendapatan pengunjung berada pada selang Rp Rp /bulan. Responden menyatakan kondisi lingkungan dan kebersihan obyek wisata Tirta Jangari kurang baik. Responden juga menyatakan bahwa terjadi sedikit masalah terhadap pencemaran air di obyek wisata Tirta Jangari. Responden menyatakan bahwa penyediaan fasilitas wisata dan fasilitas umum di obyek wisata Tirta Jangari masih kurang memadai.

106 91 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 70% responden responden masyarakat sekitar obyek wisata bersedia membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Adapun variabel jenis kelamin dan lama usaha merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar responden masyarakat sekitar obyek wisata dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 77% responden pengunjung bersedia membayar dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar responden pengunjung dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari antara lain tingkat pendidikan, dan frekuensi kunjungan. 3. Nilai rata-rata WTP responden masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung adalah sebesar Rp 5.357,14/unit usaha/bulan dan Rp 7.413,04/orang sedangkan nilai total WTP (TWTP) responden masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung adalah sebesar Rp /tahun dan Rp ,40/tahun. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden masyarakat sekitar obyek wisata adalah variabel tingkat pendidikan, lama usaha, dan pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan waduk. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden pengunjung adalah status pernikahan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, frekuensi kunjungan, dan biaya kunjungan, sedangkan faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP

107 Saran Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah : 1. Peningkatan pelayanan wisata dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari serta peningkatan fasilitas umum perlu dilakukan untuk menarik minat pengunjung. Peningkatan tersebut antara lain peningkatan fasilitas kebersihan, penambahan fasilitas wisata yang mendukung seperti taman bermain anak, outbound, serta penginapan. 2. Pengembangan obyek wisata Tirta Jangari yang berwawasan lingkungan tidak akan berjalan dengan baik jika masih terkendala masalah sengketa lahan, oleh karenanya pihak-pihak yang terkait diharapkan dapat mencari jalan keluar dari masalah ini sehingga model pengembangan obyek wisata Tirta Jangari yang berwawasan lingkungan dapat diimplementasikan. 3. Berdasarkan hasil penelitian, nilai WTP responden masyarakat sekitar obyek wisata lebih rendah dibandingkan nilai WTP responden pengunjung, oleh karena itu pengelola kawasan wisata diharapkan melakukan pendampingan kepada masyarakat sekitar obyek wisata mengenai pentingnya upaya pelestarian lingkungan.

108 DAFTAR PUSTAKA Adi L Peranan Pariwisata dalam Neraca Pembayaran. diakses pada tanggal 28 Februari Adrianto et al Modul Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut. Bogor: PKSPL-IPB. Aksomo R Nilai Ekonomi Pemanfaatan Waduk Cirata untuk Perikanan dan Wisata Tirta di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Pusat Statistik Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara. Jakarta : BPS. Darmardjati R Istilah-istilah Pariwisata. Jakarta : Pradya Paramita. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta : Balai Pustaka. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur : Disbudpar. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur Peta Persebaran ODTW Sesuai SKPP. Kabupaten Cianjur : Disbudpar. Fauzi A Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Firdaus M Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta : Bumi Aksara. Ghozali I Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Kedua. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gujarati D Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Han SY, Lee CK Estimating the Use and Preservation Values of National Parks Tourism Resources Using a Contingent Valuation Method. Tourism Management Journal. vol. 23: Hanley N, Spash CL Cost-Benefit Analysis and Environmental. England : Edward Elgar Publishing.

109 94 Hasan MI Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Hosmer, Lemeshow Applied Logistic Regression. New York : John Wiley & Son Inc. Krisanti Permasalahan dan Strategi Pengelolaan Perairan Waduk :Contoh Kasus Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Machbub B Model Perhitungan Daya Tampung dan Beban Pencemar Air Danau dan Waduk. Jurnal Sumberdaya Air. vol. 6 no. 2: Naryanto et al Indonesia diantara Berkah dan Musibah. Jakarta : Kementrian Negara Riset dan Teknologi. Pawit MY Metodologi Penelitian Survei / Metode-Penelitian-Survei. diakses pada tanggal 09 Februari Pendit N Ilmu Pariwisata : Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradnya Paramita. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 07 Tahun 2010 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga Kabupaten Cianjur. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Pervito S Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Waduk Solerejo dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pujianti SA Perbandingan Metode Klasifikasi Diskriminan Analisis, Regresi Logistik dan Jaringan Syaraf Tiruan pada kasus Pengelompokkan Bunga. files/2008/09/perbandinganmetode-klasifikasi.pdf. diakses pada tanggal 15 Oktober Notohadiprawiro et al Beberapa Fakta dan Angka tentang Lingkungan Fisik Waduk Wonogiri dan Kepentingannya sebagai Dasar Pengelolaan. Diakses pada tanggal 15 Oktober Pusporini D Strategi Pengembangan Wisata di Situ Pengasinan Kota Depok. Thesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

110 95 Sarwono SW Psikologi Sosial : Individu dan Teori-teori Psikologi Komunikasi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka. Sudjana N Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Sinar Baru. Syakya Analisis Willingness to Pay dan Strategi Pengembangan Obyek Wisata Pantai Lampuk Di Nanggroe Aceh Darussalam. Thesis. Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yavanica E Analisis Nilai Kerusakan Lingkungan dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Program Perbaikan Lingkungan (Kasus Pemukiman Bantaran Sungai Ciliwung). Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yoeti O Ekonomi Pariwisata, Introduksi Informasi dan Implementasinya. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.

111 LAMPIRAN

112 97 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, 2010

113 98 Lampiran 2. Kondisi Obyek Wisata Tirta Jangari 1. Pemandangan Obyek Wisata Tirta Jangari 2. Fasilitas Wisata Gerbang Pintu Masuk Toilet Umum Rumah Makan Apung Lahan Parkir

114 99 Lampiran 2. Kondisi Obyek Wisata Tirta Jangari (lanjutan 1) 3. Aktivitas Wisata Berperahu Mengunjungi Area Jaring Apung Berperahu Melayari Waduk Memancing

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di obyek wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi ini dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat.

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah di daerah sekitar terusan BKB Jakarta, yaitu sepanjang daerah Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. Pengambilan

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Oleh : Ratri Hanindha Majid A14303031 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat tiga konsep pemikiran teoritis yang dibahas, yaitu:

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

NILAI EKONOMI PEMANFAATAN WADUK CIRATA UNTUK PERIKANAN DAN WISATA TIRTA DI KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT RUDIANSYAH AKSOMO

NILAI EKONOMI PEMANFAATAN WADUK CIRATA UNTUK PERIKANAN DAN WISATA TIRTA DI KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT RUDIANSYAH AKSOMO NILAI EKONOMI PEMANFAATAN WADUK CIRATA UNTUK PERIKANAN DAN WISATA TIRTA DI KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT RUDIANSYAH AKSOMO PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan 11 BAB II A. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi pariwisata Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang terletak di kota Palembang Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) karena masyarakat dan instansi di daerah

IV. METODOLOGI PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) karena masyarakat dan instansi di daerah IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda dan Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada obyek wisata pemandian air panas alam CV Alam Sibayak yang berlokasi di Desa Semangat Gunung Berastagi, Kabupaten Karo Sumatera

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

IV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Kawasan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga kenagarian (struktur pemerintahan setingkat desa) Kenagarian Muaro, Kenagarian

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Willingness to Accept Willingness to Accept merupakan salah satu bagian dari metode CVM dan akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam kekayaan sumber daya alam. Keberagaman potensi alam, flora, fauna serta berbagai macam budaya, adat istiadat,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODELOGI PENELITIAN

IV. METODELOGI PENELITIAN IV. METODELOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wana Wisata Curug Nangka Kabupaten Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Pemilihan lokasi Wana

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, sektor pariwisata memberikan kontribusi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H44050654 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber daya alam. Berada pada daerah beriklim tropis menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teori-teori yang sesuai dengan

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) Kuliah Valuasi ESDAL Pertemuan Ke-8 2015/2016 Urgensi CVM (1) Contingent Valuation Methods (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar III.1 di bawah ini. Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian 28 III.2 Waktu

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan dan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah para pengunjung Hutan Mangrove, Pasar Banggi, Rembang. B. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok merupakan salah satu daerah penyangga DKI Jakarta dan menerima cukup banyak pengaruh dari aktivitas ibukota. Aktivitas pembangunan ibukota tidak lain memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus 1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus pada penjelasan tentang analisa internalisasi dampak eksternalitas yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan ekonomi bertujuan untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar. Menurut

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB Wisata merupakan salah satu bentuk kegiatan yang bermanfaat, selain bisa menghilangkan rasa jenuh juga dapat menjadi sumber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kawasan Pesisir Pantai Tlanakan, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan wisata ini meliputi wisata outbound (yang berada di Lembah Pertiwi,

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Pasar Wisata Alam Langkah awal dalam melakukan analisis pengembangan wisata alam berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran,

Lebih terperinci

ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH

ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah, keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis budaya, serta berbagai peninggalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Kepulauan Nusantara dengan sebutan untaian zamrud di khatulistiwa, penuh dengan keindahan alam beserta flora dan faunanya, kaya dengan aneka ragam budaya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitiannya adalah para pengunjung di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka. Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka terletak di Jl. Kebun

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

Gambar 2. Peta Kabupaten Kuningan, Jawa Barat BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Alasan penentuan lokasi karena hutan Kabupaten Kuningan merupakan salah satu hutan

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pariwisata Pengertian istilah Pariwisata menurut Spillane (1991) adalah perjalanan yang bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Pulau Pasi, Kabupatenn Kepulauann Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan Bulan Juni 2010. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

VI. METODE PENELITIAN

VI. METODE PENELITIAN VI. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PETANI TERHADAP PENINGKATAN PELAYANAN IRIGASI Studi Kasus Daerah Irigasi Klambu Kanan Wilalung, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah Oleh : FAHMA MINHA A14303054 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World

Lebih terperinci

1.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam & PUSPARI Universitas Sebelas. 2.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

1.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam & PUSPARI Universitas Sebelas. 2.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS KEUNIKAN BUDAYA DAN LINGKUNGAN DI OBYEK WISATA BUKIT CINTA KABUPATEN SEMARANG Sri Subanti 1, Arif Rahman Hakim 2, Mulyanto 3. Nughthoh Arfawi 4 1.Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Choice Modelling (CM) Penelitian ini dimulai pada tanggal 15 April 2016 sampai dengan tanggal 1 Mei 2016 di Hutan Mangrove Pasar Banggi, Rembang. Data diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang TINJAUAN PUSTAKA Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN 19 II. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor. Pemilihan wilayah dilakukan dengan pertimbangan wilayah tersebut memiliki jumlah angkutan umum kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) ERY FEBRURIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur pada bulan April Mei 2013. Peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak Sungai Siak sebagai sumber matapencaharian bagi masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG SKRIPSI HESTI FANNY AULIA SIHALOHO H34066060 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN. Loka Yogyakarta, total willingness to pay 110 responden untuk

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN. Loka Yogyakarta, total willingness to pay 110 responden untuk BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan data primer yang di peroleh

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Negatif yang Timbul dari Pencemaran Sungai Musi Akibat Kegiatan Industri Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertambahan penduduk yang tinggi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, telah menghabiskan surplus sumberdaya alam yang diperuntukkan bagi pembangunan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan

Lebih terperinci