Pelatihan Penerapan Metode HACCP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pelatihan Penerapan Metode HACCP"

Transkripsi

1 EC-ASEAN Economic Cooperation Programme on Standards, Quality and Conformity Assessment Project co-financed by European Union Food Sub-Programme Project co-financed by Asean PROJECT TITLE: EC-ASEAN ECONOMIC CO-OPERATION PROGRAMME ON STANDARDS, QUALITY AND CONFORMITY ASSESSMENT PROJECT REFERENCE ALA/96/24 CONTRACT REFERENCE ASIA/2003/ Pelatihan Penerapan Metode HACCP Buku Panduan untuk Peserta Pelatihan This document was commissioned by the European Commission in the framework of the EC-ASEAN programme financed by the European Commission (ALA funds). The findings, conclusions and interpretations expressed in this document are those of the author(s) only and should in no way be taken to reflect neither the policies nor opinions of the European Commission. European Committee for Standardisation - Implementing Agency for the Contract No ASIA/2003/

2 DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN... 1 SEJARAH... 1 STATUS PERATURAN-PERATURAN TENTANG HACCP DI DUNIA... 3 HACCP DALAM KERANGKA KERJA PERATURAN-PERATURAN DI EROPA... 5 DALAM PERATURAN UNI-EROPA TERDAHULU, DIRECTIVE 93/ Peraturan Higiene Makanan Uni-Eropa yang Baru... 7 Di Perancis... 8 Di Inggris... 9 Di Belanda Apa itu HACCP? Tujuan HACCP Prinsip-Prinsip sistem HACCP Apa itu Analisis Potensi Bahaya? PENERAPAN HACCP PANDUAN PENERAPAN SISTEM HACCP Program-program yang harus dijalankan sebelum penerapan HACCP Konsep-konsep yang penting lainnya Potensi bahaya yang mana? DAFTAR TAHAPAN DALAM PENERAPAN HACCP TAHAPAN 1 : MENYUSUN TIM HACCP A. Mendefinisikan dan mendokumentasi kebijakan keamanan pangan B. Mendefinisikan lingkup rencana HACCP C. Menyusun tim HACCP TAHAPAN 2 : DESKRIPSIKAN PRODUK TAHAPAN 3 : IDENTIFIKASI TUJUAN PENGGUNAAN TAHAPAN 4 : MENYUSUN DIAGRAM ALIR A. Menyiapkan Diagram Alir yang Rincil B. Penyiapan Skema Pabrik TAHAPAN 5 : KONFIRMASI SILANG DIAGRAM ALIR DI LAPANG TAHAPAN 6 : MENYUSUN DAFTAR SEMUA POTENSI BAHAYA YANG PADA SETIAP TAHAPAN, MELAKUKAN ANALISIS POTENSI BAHAYA DAN MEMPERTIMBANGKAN SEMUA UPAYA UNTUK MENGENDALIKAN POTENSI BAHAYA YANG TERIDENTIFIKASI A. Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan masing-masing tahapan operasi dalam diagram 39 B. Kajian Informasi TAHAP 1: Mengkaji bahan yang masuk...42 TAHAP 2: Mengevaluasi operasi (tahapan-tahapan proses) akan adanya potensi bahaya C. Penentuan Resiko Penilaian Kualitatif...51 Penilaian Kuantitatif...52 D. Kajian tentang Potensi Bahaya yang Teridentifikasi dan Cara Pengendaliannya TAHAPAN 7 : MENENTUKAN TITIK PENGENDALIAN KRITIS (CCP) A. Definisi B. Penentuan CCPs C. Contoh Pohon Keputusan D. Cara Penggunaan Pohon Keputusan Q 1 : Apakah ada upaya pengedalian potensi bahaya yang teridentifikasi?...59 Q 2 : Apakah tahapan ini (proses yang dikaji) secara khusus dirancang untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan keberadaan suatu potensi bahaya hingga ke tingkat yang dapat diterima?...60 European Committee for Standardisation - Implementing Agency for the Contract No ASIA/2003/

3 E. Pengkajian ulang pengendalian seluruh potensi bahaya yang teridentifikasi F. Pelaporan patameter-parameter yang berkaitan dengan CCP Q2. Apakah tahapan ini (proses yang dikaji) secara khusus dirancang untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan keberadaan suatu potensi bahaya hingga ke tingkat yang dapat diterima?...65 TAHAPAN 8 : MENYUSUN BATAS KRITIS UNTUK MASING-MASING CCP TAHAPAN 9 : PENYUSUNAN SISTEM PENGAWASAN UNTUK MASING-MASING CCP A. Pengkajian ulang (Verification) B. Pengkajian HACCP TAHAPAN 12 : PEMBUATAN DOKUMENTASI DAN PENYIMPANAN CATATAN ANNEX 1 : DEFINISI YANG DIGUNAKAN DALAM ANNEX 2 : REFERENCES European Committee for Standardisation - Implementing Agency for the Contract No ASIA/2003/

4 HACCP Training Manual 1 1. PENDAHULUAN Sejarah Metode HACCP dikembangkan di Amerika pada akhir tahun enampuluhan dengan tujuan untuk mengembangkan sebuah sistem yang dapat menjamin keamanan pangan bagi para astronot NASA. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Pillsbury Corporation, NASA dan laboratorium-laboratorium angkatan darat Amerika. Metode HACCP sangat direkomendasikan oleh kerjasama gabungan FAO/WHO, Komisi Codex Alimentarius dan ICMSF (International Commission for Microbial Specifications for Foods). Lembaga-lembaga tersebut menganggap bahwa metode HACCP adalah metode yang sesuai untuk dikembangkan demi menjamin keamanan pangan. Di seluruh dunia, ketertarikan industri makanan akan metode ini berkembang secara bertahap sejak tahun delapan puluhan. Ketertarikan ini menjadi semakin kuat selama sepuluh tahun terakhir ini; terutama sejak metode HACCP dimasukkan dalam peraturan-peraturan untuk importir bahan makanan di Amerika Serikat dan Uni Eropa. Di dunia internasional, seiring dengan hasil persetujuan perundingan Uruguay tentang negosiasi perdagangan lintas batas pada bulan Maret 1994 dan kemudahankemudahan lain yang diterapkan dalam perdagangan internasional setelah perundingan tersebut, penggunaan sistem manajemen keamanan pangan yang umum seperti HACCP menjadi semakin penting. Dengan disetujuinya SPS (Sanitary and Phytosanitary Measures) atau pedoman caracara pemeliharaan kebersihan, pemerintah negara-negara anggota WTO telah menyetujui penggunaan standar internasional sebagai landasan pengembangan peraturan di negara mereka masing-masing, kecuali jika mereka menganggap bahwa standar-standar ini tidak cukup untuk melindungi kesehatan. Untuk keamanan pangan, persetujuan SPS terutama mengacu pada standar dan penuntun yang dikembangkan oleh kerjasama gabungan FAO/WHO Codex Alimentarius Commission. Dengan demikian, penerapan metode HACCP dalam bentuk yang disarankan oleh Codex menjadi kebutuhan pokok bagi seluruh perusahaan makanan, terutama yang bergerak dalam pasar internasional. Pada tahun 1993, untuk pertama kalinya Codex Alimentarius mengusulkan penyelarasan definisi dan elemen-elemen dasar HACCP pada skala internasional Juli, 2004

5 HACCP Training Manual 2 dalam bentuk panduan penerapannya (dalam kerangka standar Alinorm 93/13A, Maret 1993). Referensi internasional tentang HACCP yang ada saat ini telah diadopsi oleh Komisi Codex Alimentarius Commission pada bulan Juli Referensi tersebut menjelaskan hal-hal khusus dari serial standar Codex Alimentarius yang berjudul Food Hygiene Basic Texts dan dimunculkan sebagai Annex (pengganti) Prinsip-prinsip Umum Higiene Makanan-Cara Penerapan yang Disarankan secara Internasional atau the Recommended International Code of Practice -General Principles of Food Hygiene (CAC/RCP , Rev. 3 (1997). Standar yang dimuat dalam Food Hygiene Basic Texts ini mengacu pada peraturanperaturan di Uni-Eropa. Dalam kata pengantarnya, petunjuk higiene bahan pangan Eropa (93/43/EEC) menjadi acuan yang jelas untuk standar pangan internasional yang digunakan oleh Komisi Codex Alimentarius. Petunjuk higiene bahan pangan Eropa tersebut mengharuskan adar negara-negara anggota harus mendorong dan berperan serta dalam pengembangan penuntun-penuntuk pratek higiene yang baik dan yang dapat digunakan sebagai acuan oleh perusahaan makanan, bilamana perlu mengacu pada the Recommended International Code of Practice, General Principles of Food Hygiene of the Codex Alimentarius. Pasal 3 peraturan yang sama menjelaskan kewajiban operator perusahaan makanan di Uni-Eropa untuk menerapkan prinsipprinsip yang digunakan untuk mengembangkan sistem HACCP Juli, 2004

6 HACCP Training Manual 3 Status Peraturan-peraturan tentang HACCP di Dunia Keharusan penerapan metode HACCP dalam peraturan-peraturan tentang pangan di seluruh dunia telah menjadi semakin penting. Di Amerika Serikat badan-badan yang berwenang (FDA dan Departemen Pertanian) telah mengeluarkan peraturan yang mensyaratkan agar produk-produk daging, unggas atau perikanan yang akan dijual di Amerika Serikat diolah dengan sistem yang menerapkan metode HACCP. Pada tahun 1995, FDA juga mengusulkan agar perusahaan-perusahaan penghasil sari buah dan sayur juga menerapkan sistem HACCP. Sejak tahun 1992, The National Advisory Committee on Microbiological Criteria for Foods (NACMCF) telah memasukkan prinsip-prinsip umum dan penuntun HACCP sebagai bagian dari saran-saran yang mereka keluarkan. NACMCF juga telah menegaskan bahwa pemerintah harus berperan untuk mengeluarkan peraturan yang mewajibkan penerapan syarat-syarat HACCP, memastikan bahwa rencana penerapan HACCP dapat dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip umum dan penuntun HACCP, mengeluarkan batas kritis yang diwajibkan jika perlu dan memastikan bahwa setiap rencana penerapan HACCP yang dibuat cukup memadai untuk menjamin keamanan pangan. Di Amerika Serikat, masing-masing lembaga telah mengembangkan dan menerapkan syarat-syarat HACCP yang sesuai dan telah mengembangkan sistem penilaiannya. Di Kanda, pemerintah telah menerapkan dua program pengawasan yang saling melengkapi yaitu The Quality Management Programme (QMP) dan the Food Safety Enhancement Program (FSEP). QMP (program pengelolaan kualitas) adalah program yang diwajibkan untuk perusahaan pengolahan ikan, sedangkan FSEP (program peningkatan keamanan pangan) bersifat sukarela untuk industri daging, unggas, susu, industri pengolahan buah dan sayur, industri kulit telur dan pengolahan telur. Baik QMP maupun FSEP, keduanya sesuai dengan penuntun HACCP internasional yang disetujui oleh Codex. Dalam FSEP, operator harus mengembangkan dan memelihara sistem HACCP jika mereka ingin mengkualifikasi sistem audit peraturan. QMP adalah program pengawasan makanan pertama di dunia yang berlandaskan prinsip-prinsip HACCP dan memiliki status diharuskan. Di Australia, peraturan-peraturan tentang higiene makanan saat ini dikembangkan dan diwajibkan secara terpisah-pisah oleh setiap negara bagian dan wilayah. Namun demikian, satu set standar higiene makanan telah dikembangkan untuk menyelaraskan persyaratan-persyaratan higiene di berbagai wilayah di Australia. Pada standar baru ini terdapat komponen utama yaitu persyaratan bagi seluruh industri makanan agar Juli, 2004

7 HACCP Training Manual 4 dapat mengidentifikasi satu atau lebih potensi bahaya dalam pengolahan makanan dan dapat mengembangkan serta menerapkan program-program keamanan pangan yang berlandaskan pada HACCP. Selandia Baru, salah satu negara pengekspor makanan terbesar, pada tahun 1990-an memutuskan untuk menerapkan secara sukarela sistem HACCP. Namun demikian, karena terjadi perubahan situasi dan peningkatan permintaan negara-negara pengimpor (klien industri makanan Selandia Baru), Dewan Standar Industri Selandia Baru memutuskan untuk menyusun suatu sistem yang mewajibkan penerapan HACCP untuk daging dan produk-produk laut. Di negara-negara lain, terdapat kecenderungan global dalam hal peraturan yang mewajibkan penerapan HACCP setidaknya untuk komoditas makanan tertentu (misalnya daging dan produk-produk laut dan mengeluarkan sebuah mekanisme penilaian nasional yang berfungsi untuk memastikan bahwa sistem HACCP yang dikembangkan pada masing-masing industri makanan sesuai dengan standar internasional (Codex) Juli, 2004

8 HACCP Training Manual 5 HACCP dalam Kerangka Kerja Peraturan-peraturan di Eropa Dalam peraturan Uni-Eropa terdahulu, Directive 93/43 Selama sepuluh tahun terakhir, identifikasi dan pengawasan prinsip titik kritis secara bertahap telah diperkenalkan dalam Community Directives yang berhubungan dengan bahan pangan dan terutama dalam Directive 93/43/EEC tanggal 14 Juni 1993 oleh dewan yang berwenang dalam higiene makanan yaitu OJ N L 175 tanggal 19 Jul1 1993, yang menuju pada suatu langkah baru untuk penggunaan HACCP lebih lanjut. Pasal 3 dari peraturan tersebut mengatakan: 1. Persiapan, pengolahan, pembuatan, pengemasan, penyimpanan, transportasi, distribusi, penanganan dan penjualan atau penyediaan bahan pangan harus dilakukan dengan cara yang higienis. 2. Operator-operator industri makanan harus mengidentifikasi semua tahapan dalam aktivitas mereka yang bersifat kritis untuk menjamin keamanan pangan dan untuk menjamin agar prosedur keamanan yang memadai dapat diidentifikasi, diterapkan, dipelihara dan ditinjau ulang berdasarkan prinsip-prinsip yang digunakan untuk mengembangkan sistem HACCP berikut ini Menganalisa potensi bahaya dalam operasi industri makanan Mengidentifikasi semua titik dalam operasi ini yang kemungkinan dapat menimbulkan bahaya terhadap keamanan pangan. Memutuskan titik yang mana yang diidentifikasi yang bersifat kritis terhadap keamanan pangan dan titik-titik kritis. Mengidentifikasi dan menerapkan pengendalian yang efektif dan mengawasi prosedur-prosedur pada titik-titik kritis ini dan, Meninjau kembali analisis potensi bahaya pada makanan, titik-titik kritis dan prosedur pengendalian dan pengawasan secara periodik dan bila mana operasi bisnis berubah. 3. Operator-operator dalam industri makanan harus mematuhi peraturan higiene makanan seperti yang disebutkan dalam Annex. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tertentu yang terdapat dalam Annex dapat diberi sangsi sesuai dengan rposedur yang terdapat dalam Pasal Juli, 2004

9 HACCP Training Manual 6 Peraturan 93/43/EEC juga mendorong negara-negara anggota untuk membuat sistem penegakan peraturan dan pengendaliannya yang melibatkan: Adopsi kriteria mikrobiologis dan pengendalian suhu untuk bahan pangan tertentu yang sesuai untuk bahan tersebut (Pasal 4) Pengembangan penuntun higiene yang baik yang sesuai dengan Pasal 3 dan mengacu pada panduan Codex (Pasal 5) Penentuan mekanisme pengendalian untuk memastikan penerapan Pasal 3, 4, 5n 5 dari peraturan-peraturan tersebut terutama dalam pengawasan dan pengendalian produk-produk makanan yang diimpor (Pasal 8,9, dan 10). Penerapan mekanisme verifikasi dan pengawasan berdasarkan pada penentuan resiko dan komunikasi dengan komisi dan negara-negara anggota yang lain Juli, 2004

10 HACCP Training Manual 7 Peraturan Higiene Makanan Uni-Eropa yang Baru Di Uni Eropa, sebuah peraturan yang baru telah dikeluarkan. Peraturan 93/43 dan 16 peraturan yang lain telah itarik dan digantikan dengan peraturan baru hasil penyelarasan bersama yaitu peraturan tentang higiene bahan pangan (regulation on the Hygiene of Foodstuffs). Peraturan baru ini menekankan juga pentingnya HACCP. Pada kata pengantarnya terdapat kalimat: (10) Prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dalam peraturan 93/43/EEC dengan ini dapat dianggap sebagai landasan yang umum untuk produksi yang higenis untuk semua bahan makanan termasuk produk-produk yang berasal dari hewan yang terdapar dalam Annex I dari kesepakatan bersama. (16) Keamanan pangan ada;ah hasil dari beberapa faktor termasuk detildetil dalam persyaratan yang diwajibkan, implementasi program-program keamanan pangan yang telah diakui dan dilaksanakan oleh operatoroperator industri-industri makanan dan penerapan sistem Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) Menurut Pasal 5, yang berjudul Hazard analysis and critical control points system peraturan yang melandasi prinsip-prinsip tersebut harus dilaksanakan dalam penerapan metode HACCP. Pasal tentang peraturan ini menekankan pada bukti. Dengan demikian operator harus menyusun prosedur dan dokumen untuk memverifikasi efisiensi dan mencatat informasi tersebut. Pada Bab XII dari Annex II General Requirements applying to all food businesses (Except Primary Production), peraturan tersebut menjelaskan bahwa operator industri pangan harus menjamin bahwa orang-orang yang bertanggung jawab untuk pengembangan dan pemeliharaan sistem HACCP dalam industri pangan harus memperoleh pelatihan yang cukup tentang prinsip-prinsip HACCP Juli, 2004

11 HACCP Training Manual 8 Di Perancis Peraturan Uni-Eropa 93/43/EEC tentang higiene bahan pangan telah diterjemahkan ke dalam peraturan untuk Perancis melalui beberapa peraturan menteri (ministerial orders 1 ) atau MO sebagai berikut: Petunjuk bertanggal 9/05/1995 yang mengatur higiene bahan pangan yang langsung didistribusikan kepada konsumen. MO ini berlaku pada semua badan yang terlibat dalam distribusi langsung kepada konsumen. Badan-badan yang dimaksud termasuk petani yang menjual produknya di lahan-lahan pertanian mereka atau di pasar setempat, usaha katering yang menyiapkan makanan untuk distribusi lebih lanjut kepada konsumen (misalnya unit pengolahan katering udara), restoran dan warung-warung non permanen atau warung-warung yang didirikan dalam kesempatan tertentu (pedagang makanan jalanan, dan sebagainya). Peraturan bertanggal 28/05/1997 berisi tentang aturan-aturan higiene yang dapat diterapkan untuk beberapa bahan makanan dan penyiapan makanan untuk konsumsi manusia. MO ini berlaku bagi semua usaha yang tidak tercakup dalam MO sebelumnya (09/05/1995). Peraturan bertanggal 20/07/1998; berisi tentang hal-hal teknis dan kondisi higienis yang dapat diterapkan dalam pengangkutan bahan pangan. Peraturan bertanggal 29/09/1997 berisi tentang kondisi higienis yang dapat diterapkan untuk usaha katering kolektif dan sosial. MO ini spesifik untuk usahausaha katering yang menyiapkan makanan untuk rumah sakit, kantin-kantin sekolah, restoran universitas, administrasi dan unit katering perusahaan, kantin penjara, dsb. Badan-badan usaha yang menyiapkan makanan untuk usaha-usaha yang disebtkan sebelumnya juga dicakup oleh peraturan menteri. Peraturan tersebut juga telah diterjemahkan dalam sebuah peraturan menteri pertanian bertanggal 03/04/1996 yang berisi kondisi untuk persetujuan tempat penyimpanan bahan pangan yang berasal dari hewan. Semua peraturan menteri, kecuali yang berhubungan dengan transportasi berisi bab tertentu yang menegaskan agar orang yang bertanggungjawab dalam usaha di bidang pangan harus menyusun prosedur keamanan pangan yang sesuai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip sistem HACCP. Pedoman-pedoman yang berhubungan dengan HACCP pada semua peraturan menteri sebelum tahun 1997 hampir seluruhnya berupa kutipan kata per kata dari peraturan yang dikeluarkan oleh Uni-Eropa. 1 Gabungan Peraturan Menteri yang terdiri dari menteri ekonomi (urusan konsumsi dan pemalsuan), menteri kesehatan dan menteri pertanian, pangan dan perikanan Juli, 2004

12 HACCP Training Manual 9 Peraturan menteri (29/09/1997) yang bersifat spesifik untuk usaha pangan sosial dan kolektif (berbeda dari peraturan lain dalam sistem HACCP) untuk pertama kalinya dijelaskan dengan ketujuh prinsipnya. Penerapan peraturan-peraturan Uni-Eropa yang baru telah diawali tahun 2003 dan secara bertahap akan diwajibkan secara penuh bilamana perlu. Pemenuhan dan keterandalan sistem HACCP ditentukan oleh pengawas yang berasal dari kementrian ekonomi (direktorat kompetisi, konsumsi dan penanggulangan pemalsuan) dan kementrian pertanian, perikanan dan makanan (layanan veteriner) atau MAFF (Ministry of Agriculture, Fish and Food). Dalam teorinya, pengawas yang berasal dari MAFF memiliki kewajiban terhadap produk yang berasal dari hewan, sedangkan pengawas yang berasal dari kementrian ekonomi mencakup produk-produk yang lain. Pada prakteknya, kedua lembaga pengawas tersebut mengkoordinasi usaha-usahanya pada tingkat lokal untuk menegakkan undang-undang pangan dengan cara yang paling efektif. Untuk membantu para profesional menerapkan metode HACCP, beberapa penuntun untuk penerapan HACCP telah dikembangkan oleh kelompok-kelompok yang berbeda dari sektor pangan, dengan berkonsultasi dengan badan pemerintah yang kompetent serta masyarakat ilmiah. Di Inggris Dukungan formal pertama terhadap industri makanan oleh pemerintah Inggris untuk menerapkan prinsip-prinsip HACCP dibuat pada awal tahun 1990an, sebagai tanggapan terhadap rekomendasi Komite Keamanan Mikrobiologis pada Bahan Pangan. Pemerintah mengeluarkan serangkaian upaya termasuk pelatihan petugas pengawasan pangan, pengumpulan data-data HACCP dan peningkatan upaya penilaian sistem HACCP yang dikembangkan oleh industri pangan secara sukarela (dalam kerangka sistem jaminan mutu berbasis ISO). Mulai tahun 1993, dengan diterimanya peraturan-peraturan Eropa, serangkaian peraturan higiene veteriner telah dimasukkan dalam persyaratan HACCP yang berlandaskan pengawasan mandiri. Pada kondisi ini penerapan peraturan yang baru telah diambil. Pemerintah juga telah mengembangkan suatu informasi yang penting serta program pelatihan yang berfungsi meningkatkan kompetensi petugas-petugas pengawas dalam Juli, 2004

13 HACCP Training Manual 10 funsinya sebagai penilai. Program ini memasukkan juga persiapan Petunjuk Praktis Resmi yang menekankan pentingnya penentuan resiko Juli, 2004

14 HACCP Training Manual 11 Di Belanda Di Belanda, peraturan yang dikeluarkan oleh Uni-Eropa telah diterapkan melalui undang-undang komoditas pangan (Desember 1994, DGVgz/VVP/L ). Setiap organisasi yang berhubungan dengan pengolahan atau penyedia makanan harus mengidentifikasi semua aspek dalam aktivitas mereka yang berhubungan dengan keamanan makanan. Sebagai tambahan, prosedur keamanan yang memadai harus dibuat, diterapkan, dipelihara dan ditinjau ulang seiring dengan prinsip-prinsip HACCP. Peraturan-peraturan tersebut juga mengacu pada Penuntun Codex untuk pengembangan sistem HACCP 2. Sebagai tambahan, serangkaian kriteria penentuan sistem operasional HACCP telah disiapkan oleh kelompok ahli nasional pada tahun Dokumen ini telah diakreditasi oleh Dewan Akreditasi Belanda (RvA). Dokumen tersebut berisi daftar kriteria yang mendetil dimana sistem HACCP harus dipatuhi agar dapat memperoleh sertifikat atau status terdaftar. Sejumlah badan-badan sertifikasi telah dilibatkan dalam pengembangan awal dokumen ini, terutama DNV Certification, FoodCert Netherlands and TÜV Nederland QA B.V. 2 Kriteria penentuan operasional sistem HACCP, dikumpulkan oleh Dewan Nasional Belanda untuk para ahli HACCP- September, Juli, 2004

15 HACCP Training Manual 12 Konsep Dasar HACCP Apa itu HACCP? Codex Alimentarius Commission 3 menjabarkan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) sebagai berikut: Suatu sistem yang memiliki landasan ilmiah dan yang secara sistematis mengidentifikasi potensi-potensi bahaya tertentu serta cara-cara pengendaliannya untuk menjamin keamanan pangan. Sebuah alat untuk memperkirakan potensi bahaya dan menentukan sistem pengendalian yang berfokus pada pencegahan terjadinya bahaya dan bukannya sistem yang semata-mata bergantung pada pengujian produk akhir. Sebuah sistem yang mampu mengakomodasi perubahan-perubahan seperti perkembagan dalam rancangan alat, cara pengolahan atau perkembangan teknologi. Sebuah konsep yang dapat diterapkan pada seluruh rantai makanan dari produksi primer hingga konsumsi akhir, dimana penerapannya dipandu oleh bukti-bukti ilmiah tentang resiko terhadap kesehatan manusia. Dalam penerapan HACCP, Codex Alimentarius Commission menyebutkan bahwa: Penerapan HACCP yang berhasil memerlukan komitmen yang utuh dan keterlibatan manajemen serta kerja keras. Hal tersebut memerlukan pendekatan multidisipliner, termasuk keahlian yang sesuai di bidang agronomi, kesehatan veteriner, produksi, mikrobiologi, obatobatan, kesehatan masyarkat, teknologi pangan, kesehatan lingkungan, kimia dan rekayasa. Penerapan sistem HACCP sesuai dengan penerapan sistem management kualitas seperti seri ISO 9000 dan merupakan sistem pilihan diantara sistem-sistem pengelolaan keamanan pangan. Tujuan HACCP Definisi istilah yang digunakan dalam penerapan HACCP terdapat pada ANNEX 1. 3 Annex to CAC/RCP , Rev. 3 (1997) Juli, 2004

16 HACCP Training Manual 13 Dalam definisi ini beberapa konsep kunci harus ditegaskan, antara lain potensi bahaya terhadap keamanan pangan (food safety hazard), analisis potensi bahaya (hazard analysis), pengendalian yang sangat diperlukan untuk mencegahatau mengurangi resiko potensi bahaya terhadap keamanan pangan atau menguranginya hingga batas yang dapat diterima dan bagian-bagian dari rantai makanan. Arti dari istilah-istilah etrsebut beserta dampaknya (dalam hal kerja tim HACCP) harus dibahas dengan hati-hati dan dipahami sebelum merencanakan suatu sistem HACCP dalam suatu usaha dibidang pangan. Hal-hal tersebut juga harus dijadikan pegangan utama pada seluruh tahapan pengembangan sistem HACCP hingga seluruh penerapan dan verifikasinya. Pemahaman yang lebih baik terhadap konsep-konsep tersebut oleh para anggota tim HACCP akan membantu proses penerimaan dengan akurasi yang lebih baik tentang hal-hal yang harus menjadi peranan utama dalam sistem HACCP dalam usaha pengolahan pangan mereka Juli, 2004

17 HACCP Training Manual 14 Tujuan dasar sistem HACCP adalah untuk menunjukkan letak potensi bahaya yang berasal dari makanan yang berhubungan dengan jenis bahan pangan yang diolah oleh perusahaan pengolah makanan anda dengan tujuan untuk melindungi kesehatan konsumen. INGAT HACCP harus menjadi dasar analisis potensi bahaya dan ditujukan untuk pencegahan, penghilangan atau pengurangan potensi bahaya keamanan pangan hingga ke tingkat yang dapat diterima. Prinsip-Prinsip sistem HACCP Sistem HACCP didasarkan pada 7 prinsip berikut ini: Prinsip 1 : Melakukan suatu analisis potensi bahaya Prinsip 2 : Menentukan Titik-titik Pengendalian Kritis atau Critical Control Points (CCPs) Prinsip 3 : Menyusun batas-batas kritis Prinsip 4 : Menyusun suatu sistem untuk mengawasi pengendalian CCP. Prinsip 5 : Menyusun tindakan-tindakan perbaikan yang harus diambil ketika pengawasan menunjukkan bahwa suatu titik pengendalian kritis (CCP) berada diluar kendali. Prinsip 6 : Menyusun prosedur pengecekan ulang untuk memastikan bahwa sistem HACCP dapat bekerja dengan efektif. Prinsip 7 : Menyusun dokumentasi yang berhubungan dengan semua prosedur dan catatan-catatan yang sesuai untuk prinsip-prinsip ini beserta aplikasinya. Apa itu Analisis Potensi Bahaya? Menurut Panduan Codex, analisis potensi bahaya adalah: Proses mengumpulkan dan mengkaji informasi tentang potensi bahaya dan kondisikondisi yang dapat menyebabkannya untuk memutuskan yang mana yang paling berpengaruh nyata terhadap keamanan pangan dan dengan demikian harus dimasukkan dalam rencana HACCP Juli, 2004

18 HACCP Training Manual 15 Untuk memudahkan pelaksanaan tahapan yang paling penting ini, informasi dasar disajikan dalam ANNEX 2 tentang potensi-potensi bahaya biologis yang paling umum; i.e. berdasarkan asalnya, masalah kesehatan yang berhubungan dengannya, populasi yang terancam bahaya, bahan makanan yang seringkali terkena, cara kontaminasi, perusakan oleh panas, peraturan-peraturan higiene, dst Juli, 2004

19 HACCP Training Manual 16 2 PENERAPAN HACCP Panduan Penerapan Sistem HACCP Program-program yang harus dijalankan sebelum penerapan HACCP Sebelum mengembangkan suatu pendekatan HACCP ada satu aturan dasar yang harus diamati: Ketika menerapkan HACCP dalam suatu industri pangan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah meninjau program yang sudah ada untuk mencek ulang apakah seluruh persyaratan telah dipenuhi dan jika perlu pengendalian dan dokumentasi (misalnya deskripsi program, orang-orang yang berwenang dan catatan pengawasan) tersedia. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan HACCP serta hasil-hasil yang diharapkan dari terpenuhinya persyaratan-persyaratan tersebut terdapat dalam the Annexe of Directives 93/43/EEC. Program-program yang harus dijalankan sebelumnya: Tahapan-tahapan umum dan atau prosedur yang mengendalikan kondisi operasi dalam suatu perusahaan terdaftar yang memungkinkan untuk mengelola kondisi lingkungan agar mendukung untuk memproduksi makanan yang aman, seperti: Perancangan tempat dan peralatan Higiene perseorangan dan perilakunya Pembersihan /disinfeksi Pengendalian hama Penyimpanan dan transportasi Pencatatan Catatan kesehatan dan keselamatan INGAT

20 HACCP Training Manual 17 Keuntungan yang dapat diperoleh Panduan Codex mensyaratkan bahwa: Sebelum penerapan HACCP ke sektor apapun juga dalam rantai makanan, sektor tersebut harus beroperasi sesuai dengan Prinsip-prinsip Umum Codex untuk Higiene Pangan, Pedoman Praktis Codex yang sesuai dan Peraturan Keamanan Pangan yang sesuai. Jika dalam program yang disyaratkan tersebut ada hal yang tidak dilakukan dengan cukup, maka titik pengendalian kritis tambahan harus diidentifikasi, diawasi dan dipelihara dalam rencana HACCP yang bersangkutan. Pelaksanaan program pendahuluan akan mempermudah penyusunan rencana pelaksanaan HACCP dan menjamin bahwa integritas rencana HACCP dapat dipelihara. Semakin banyak titik-titik pengendalian kritis yang ada akan semakin sulit pengelolaan sistem HACCP yang harus dihadapi. CCP tidak dapat dikendalikan secara efektif dalam lingkungan yang tidak stabil. Sebelum Penerapan HACCP ke semua sektor dalam rantai makanan, sektor tersebut harus beroperasi sesuai dengan: Prinsip-prinsip umum Codex tentang higiene makanan Petunjuk lapangan Codex yang sesuai Peraturan keamanan pangan yang sesuai INGAT Konsep-konsep yang penting lainnya Pada saat identifikasi potensi bahaya, evaluasi dan operasi-operasi berikutnya dalam merancang dan menerapkan sistem HACCP, hal-hal berikut ini harus di pertimbangkan, yaitu: Dampak bahan mentah, bahan baku dan cara-cara pembuatan makanan Peranan proses pembuatan makanan untuk mengendalikan potensi bahaya. Kecenderungan penggunaan produk akhir Hal-hal yang menjadi kekhawatiran konsumen Bukti epidemiologi yang berubungan dengan keamanan pangan

21 HACCP Training Manual 18 Tujuan dari HACCP adalah untuk memfokuskan pengendalian pada CCP (titik-titik pengendalian kritis). Perancangan ulang operasi harus dipertimbangkan jika suatu potensi bahaya yang harus dikendalikan teridentifikasi tetapi tidak ada titik-titik pengendalian kritis yang ditemukan. HACCP harus dapat diterapkan pada masing-masing operasi khusus secara terpisah. Penerapan HACCP harus ditinjau ulang dan perubahan-perubahan yang diperlukan harus dibuat jika suatu modifikasi akan dilakukan pada produk, proses atau tahap apapun juga. Ketika menerapkan HACCP, fleksibilittas adalah hal yang penting bilamana dibutuhkan, dengan demikian konteks penerapan harus mempertimbangkan sifat dan ukuran operasi yang bersangkutan. Sebagai alat bantu dalam pengembangan pelatihan khusus untuk mendukung rencana HACCP, instruksi kerja dan prosedur harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat mendefinisikan tugas orang yang mengoperasikan pada masing-masing titik pengendalian kritis (CCP).

22 HACCP Training Manual 19 Potensi bahaya yang mana? Potensi bahaya biologis: Bakteri patogen (kontaminasi, pertumbuhan, ketahanan) beserta toksin-toksin yang dihasilkannya virus jamur dan mikotoksin protozoa Potensi bahaya kimia Polutan (logam berat...) Produk-produk beracun (pestisida, asam, mineral oils, produk-produk yang bocor dari mesin, ) Residu obat-obatan hewan dan pestisida. Potensi bahaya fisik: Serpihan gelas atau logam dari mesin atau wadah Benda-benda asing seperti pasir, kerikil atau potongan kayu. HACCP harus diterapkan pada masing-masing operasi secara terpisah. Tiga kategori potensi bahaya fisik: BIOLOGIS KIMIA FISIK INGAT Daftar Tahapan dalam Penerapan HACCP Penerapan prinsip-prinsip HACCP terdiri dari tugas-tugas atau tahapan-tahapan sebagai berikut: Tahapan 1 : Menyusun tim HACCP Tahapan 2 : Mendeskripsikan produk Tahapan 3 Tahapan 4 Tahapan 5 Tahapan 6 Tahapan 7 : Mengidentifikasi tujuan penggunaan : Menyusun diagram alir : Mengkonfirmasi diagram alir di lapang : Menyusun daftar semua potensi bahaya yang berhubungan pada masing-masing tahapan, melakukan analisis potensi bahaya dan mencari cara untuk mengendalikan potensi bahaya yang telah diidentifikasi : Menentukan titik-titik pengendalian kritis (CCP)

23 HACCP Training Manual 20 Tahapan 8 : Menentukan batas-batas kritis untuk masing-masing CCP Tahapan 9 : Menentukan suatu sistem pengawasan untuk masing-masing CCP Tahapan 10 : Penentukan upaya-upaya perbaikan Tahapan 11 : Menyusun prosedur verifikasi Tahapan 12 : Menyusun dokumentasi dan penyimpanan catatan

24 HACCP Training Manual 21 Tahapan 1 : Menyusun Tim HACCP A. Mendefinisikan dan mendokumentasi kebijakan keamanan pangan Meskipun hal ini mungkin tidak secara eksplisit disyaratkan oleh Codex, namun tahap ini sangat disarankan sehingga pihak manajemen perusahaan dapat menunjukkan komitmennya terhadap keamanan pangan dan pengembangan sistem HACCP. Ahli-ahli HACCP 4 telah menyarankan bahwa kebijakan yang dikatakan secara oral harus didefinisikan dan didokumentasikan termasuk tujuan-tujuannya dan komitmennya terhadap keamanan produk. Hal tersebut harus difokuskan pada keamanan dan higiene bahan pangan dan harus disesuaikan dengan harapan dan kebutuhan konsumen. B. Mendefinisikan lingkup rencana HACCP Lingkup rencana HACCP (atau bidang yang akan dipelajari) harus didefinisikan sebelumnya sebelum memulai studi HACCP. Bagian dari studi HACCP termasuk: Membatasi studi pada produk atau proses tertentu Mendefinisikan jenis potensi bahaya yang akan dimasukkan Mendefinisikan bagian rantai makanan yang akan dipelajari Tujuan akhir perusahaan adalah memiliki sistem HACCP yang berhubungan dengan Keseluruhan produk Semua tahapan proses produksi Semua potensi bahaya Pada prakteknya, perusahaan bisa menentukan prioritas dalam fungsi resiko dan sumberdaya yang tersedia dan mendefinisikan tujuan yang tidak terlalu ambisius.

25 HACCP Training Manual 22 Tentang pemulihan produk dan proses Hal ini sulit dilakukan pada saat yang sama untuk produk dan proses yang berbeda. Memang direkomendasikan untuk memulai dengan suatu proses yang sesnsitif, namun lebih baik untuk memnetukan batasan hingga sejauh mana proses tersebut akan dipelajari. Tentang pemilihan potensi bahaya yang harus dikendalikan: Metode HACCP bertujuan untuk mengendalikan semua potensi bahaya. Namun demikian, untuk alasan-alasan praktis, suatu studi dapat dibatasi menjadi sebuah kelompok potensi bahaya (fisik, kimia, biokimia), bahkan dibatasi lagi hingga satu potensi bahaya (misalnya Listeria). Pada semua kasus, selalu disarankan untuk membuat daftar potensi bahaya terlebih dahulu, selengkap mungkin untuk memilih potensi bahaya yang harus diperhatikan. 4 Kriteria untuk Penentuan sistem operasi HACCP-System, dikumpulkan oleh Dewan Nasional Belanda yang terdiri dari ahli-ahli HACCP, Sept

26 HACCP Training Manual 23 C. Menyusun tim HACCP Tim ini harus dipilih oleh pihak manajemen (komitmen pihak manajemen adalah syarat paling awal yang harus ada untuk mensukseskan studi). Perencanaan, organisasi dan identifikasi suber-sumber daya yang penting adalah tiga kondisi yang penting untuk penerapan metode HACCP yang berhasil. Kesuksesan studi ini tergantung pada: Pengetahuan dan kompetensi anggota-anggota tim terhadap produk, proses dan potensi bahaya yang perlu diperhatikan, Pelatihan yang sudah mereka jalani tentang prinsip-prinsip metode ini. Kompetensi pelatih Tergantung pada kasusnya, tim ini bisa terdiri dari 4-10 orang yang menguasai produk proses dan potensi bahaya yang hendak diperhatikan. Sebagai acuan, tim HACCP ini terdiri dari pemimpin produksi, quality control, bagian teknis dan perawatan. Pada beberapa tahapan studi, tim ini dapat dilengkapi dengan kompetensi-kompetensi yang lain seperti marketing, penelitian dan pengembangan (R&D). pembelian, pemesanan/launching, iklan, undang-undang dst. Sesuai dengan kebutuhan, seorang ahli teknis (internal maupun eksternal) atau spesialist pada masalah yang sedang dipelajari bisa dilibatkan. Sumberdaya (waktu untuk rapat, biaya pengujian, biaya sumber informasi, biaya konsultan ahli dari luar) harus didefinisikan setepat mungkin. Frekuensi rapat tergantung pada rangkaian tujuan dan ketersediaan. Sebaiknya rapat dilakukan dalam jangka waktu kurang dari 2-3 minggu sekali. Pada umumnya lama rapat adalah setengah hari. Perencanaan dan tujuan dari akhir program harus didefinisikan sejak awal studi dan sistem pelaporan hasil kerja dari tim HACCP harus disusun. Segera setelah tahap pendahuluan ini dilakukan, disarankan untuk memiliki informasi dasar tentang potensi bahaya yang harus dipertimbangkan dan proses (data epidemiologis, ilmiah dan teknis, data ekonomi, logistik, peraturan administratif, dst) Tanggung jawab dan wewenang harus didefinisikan dan didokumentasikan dengan memperhatikan jaminan keamanan pangan.

27 HACCP Training Manual 24 Ketika merencanakan untuk menerapkan HACCP, disarankan untuk: Menentukan secara hati-hati sumber-sumber daya yang diperlukan untuk studi ini dan fase implementasinya. Mulai mencari informasi dan ahli dari luar bilamana perlu, terutama pada fase analisis potensi bahaya. IMPORTANT Mendefinisikan tanggung jawab dan wewenang. Menyusun tujuan 5 dan menentukan jadwal masing-masing tahapan yang harus dilakukan dan memilih orang yang bertanggungjawab. Menentukan jadwal pertemuan staf untuk melaporkan dan membahas studi HACCP dan penerapannya di lapang. 5 Suatu tujuan harus cerdas / SMART : Specific, Measurable, Achievable, Realistic and Time limited, yaitu spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistik, dibatasi oleh waktu.

28 HACCP Training Manual 25 Contoh Dokumen untuk memformalkan penentuan tim HACCP Studi HACCP Judul 6 Formulir 1 LINGKUP STUDI: Produk/proses :... Potensi Bahaya yang Dituju : Bagian dari rantai makanan yang dituju: TUJUAN: KOMPOSISI TIM: Nama Posisi... Manajer HACCP/Penanggung Jawab TANGGAL DIMULAINYA STUDI HACCP:../../2001 TANGGAL TARGET:../../200.. KOMENTAR: Tugas yang diberikan pada adnggota tim, deadline penyerahan dokumen pertama, tanggal pertemuan berikutnya 6 bulan kemudian, dan seterusnya. DISTRIBUSI: Tandatangan Manajemen 6 Judul harus berisi petunjuk yang jelas tentang nama produk yang menjadi fokus studi.

29 HACCP Training Manual 26 Tahapan 2 : Deskripsikan Produk Menurut Codex Alimentarius deskripsi produk ini berhubungan dengan prioritas produk akhir. Deskripsi produk akan menjelaskan: Karakteristik umum (komposisi, volume, struktur, dst) Struktur fisikokimia (ph, aktivitas air, jumlah dan jenis kurator, atmosfir termodifikasi) Bahan pengemas dan cara pengemasan Kondisi penyimpanan, informasi tentang pelabelan, instruksi untuk pengawetan (suhu, batas umur simpan) dan penggunaannya. Kondisi distribusi Kondisi penggunaan oleh konsumen Pada prakteknya, informasi ini juga perlu dikumpulkan untuk bahan mentah, bahan baku, produk antara dan produk yang harus diproses ulang jika bahan-bahan tersebut memiliki karakteristik tertentu. Informasi yang berhubungan dengan karaktersitik yang dapat berpengaruh terhadap potensi bahaya yang akan dipertimbangkan (misalnya suhu, pengawetan atau aktivitas air yang berhubungan dengan bakteria) akan dikumpulkan pertama kali. Tahapan ini sangat penting dan tidak boleh diremehkan. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi yang dapat diandalkan tentang suatu produk, komposisi, perilaku, umur simpan, tujuan akhir, dan sebagainya. Kreaguan akan ketidakpastian (ph, Aw dan sebagainya) harus dihilangkan ada tahapan studi ini, jika perlu dengan cara percobaan dan pengujian. Data yang dikumpulkan akan digunakan pada tahap berikutnya dalam studi HACCP, etrutama untuk melengkapi Tahap 6 (analisis potensi bahaya) dan tahap 8 (batas kritis).

30 HACCP Training Manual 27 Deskripsi produk sangatlah penting. Fokus pada faktor-faktor yang berdampak pada keamanan pangan Verfikasi ulang informasi: komposisi dan sebagainya Kesempatan untuk menemui ahli eksternal INGAT Penting untuk melengkapi Tahap 6 dan 8 dari metode HACCP ini. Contoh formulir desskripsi produk untuk produk akhir, bahan mentah, produk semi jadi, dan bahan baku terdapat pada Formulir 2.1 & 2.2.

31 HACCP Training Manual 28 Contoh formulir bahan mentah dan bahan baku STUDI HACCP Judul Formulir # 2.1 DESKRIPSI BAHAN MENTAH/BAHAN BAKU NAMA (Bhn mentah/bhn baku)... DESKRIPSI/SUPPLIER: KONDISI TRANSPORTASI : PENGEMASAN: PERLAKUAN: % digunakan dalam proses: KARAKTERISTIK NILAI BUKTI DOKUMEN, CATATAN KARAKTERISTIK UMUM ph Aw Penerimaan T ( C) Penyimpanan T ( C) Tanggal Kadaluarsa KRAKAKTERISTIK KEAMANAN PANGAN SPESIFIK UNTUK PENGOLAHAN Konsentrasi dalam produk akhir Kriteria mikrobiologis Kontaminan Dibuat oleh: Tanggal Tanda Tangan Diperiksa oleh: Tanggal Tanda Tangan

32 HACCP Training Manual 29 Contoh formulir produk antara dan produk akhir STUDI HACCP Judul Formulir # 2.2 DESKRIPSI PRODUK ANTARA/PRODUK AKHIR NAMA:... KOMPOSISI/FORMULA PERLAKUAN % digunakan dalam proses KARAKTERISTIK NILAI BUKTI DOKUMEN, CATATAN ph Aw Konsentrasi pada produk akhir Kriteria Mikrobiologis Kontaminan Pengawet Bahan pembantu pengolahan (processing aids) PELABELAN: KONDISI PENGGUNAAN DI TEMPAT(Khusus produk antara): KONDISI PENYIMPANAN DI LOKASI : KONDISI DISTRIBUSI : Dibuat oleh: Tanggal Tanda Tangan Diperiksa oleh: Tanggal Tanda Tangan

33 HACCP Training Manual 30 Tahapan 3 : Identifikasi Tujuan Penggunaan Tujuan penggunaan harus didasarkan penggunaan yang diharapkan oleh user atau konsumen akhir. Pada kasus-kasus tertentu, populasi yang sensitif harus dipertimbangkan. Tujuannya adalah: untuk mendaftar : umur simpan yang diharapkan, penggunaan produk secara normal petunjuk penggunaan penyimpangan yang dapat di duga dan masih masuk akal. Kelompok konsumen yang akan menggunakan produk tersebut Populasi konsumen yang mungkin sensitif terhadap produk tersebut misalnya lansia, orang sakit, bayi, wanita hamil, orang yang mengalami masalah dengan kekebalan tubuh, dan sebagainya. Untuk menentukan konsistensi petunjuk penggunaan dengan kondisi penggunaan yang sesungguhnya; yaitu memverifikasi keterandalan informasi dan menerapkan rencana percobaan (pengujian, pengukuran, jajak pendapat dan sebagainya). Untuk memastikan bahwa petunjuk pelabelan produk akhir sesuai dengan peraturan yang dibuat. Jika perlu, untuk mengusulkan modifikasi petunjuk penggunaan, bahkan produk atau proses yang baru untuk menjamin keamanan konsumen. Selain hal hal tersebut juga disarankan untuk menguji kejelasan dan kemudahan akses petunjuk penggunaan produk yang dihasilkan.

34 HACCP Training Manual 31 Dokumen Petunjuk Penggunaan Produk harus: Menunjukkan bahwa anda telah benar-benar memperhatikan proses pengumpulan dan pengkajian ulang informasi tentang petunjuk penggunaan oleh konsumen. Menggambarkan kepedulian anda akan keamanan konsumen Berisi referensi untuk melakukan pengujian, studi dan hasil analisa yang mendukung informasi yang diberikan oleh dokumen yang disebutkan tadi. PENTING Informasi tentang petunjuk penggunaan akan digunakan pada saat kita melakukan Tahap 6 dan 8 metode HACCP. Keterandalan keseluruhan sistem akan tergantung pada ketepatan data yang akan dikumpulkan pada Tahap 3 ini. Petunjuk penggunaan produk harus dijelaskan pada formulir yang sesuai dengan referensi dokumen yang sesuai. Contoh formulir tersebut akan disajikan setelah ini.

35 HACCP Training Manual 32 Contof Formulir untuk mengumpulkan informasi tentang petunjuk penggunaan produk STUDI HACCP Judul Formulir #3 TUJUAN PENGGUNAAN PRODUK NAMA PRODUK:... UMUR SIMPAN YANG DIHARAPKAN: LAMA PENGGUNAAN OLEH KONSUMEN: KONDISI PENYIMPANAN YANG DISARANKAN: Sarana Penyimpanan yang dimiliki oleh Distributor: Sarana Penyimpanan yang dimiliki oleh Konsumen: PENTUNJUK PENGGUNAAN: PENGGUNAAN YANG DIHARAPKAN OLEH KONSUMEN TARGET POPULASI KONSUMEN: KONSUMEN LAIN YANG MUNGKIN IKUT MENGGUNAKAN: KOMENTAR: Dibuat oleh: Tanggal Tanda Tangan Diperiksa oleh: Tanggal Tanda Tangan

36 HACCP Training Manual 33 Tahapan 4 : Menyusun Diagram Alir A. Menyiapkan Diagram Alir yang Rincil Diagram alir harus mencakup seluruh tahapan dalam operasi produk yang telah ditentukan dalam studi (lingkup rencana HACCP). Sebuah diagram alir adalan penyajian yang mewakili tahapan-tahapan operasi yang saling berkesinambungan. Diagram alir proses akan mengidentifikasi tahapan-tahapan proses yang penting (dari penerimaan hingga perjalanan akhir produk yang sedang dipelajari. Rincian yang tersedia harus cukup rinci dan berguna untuk tahapan analisis potensi vahaya, namun harus ada kesetimbangan antara keinginan untuk mencantumkan terlalu banyak tahapan dan keinginan untuk menyederhanakan secara berlebihan sehingga rencana yang dihasilkan menjadi kurang akurat dan kurang dapat diandalkan, Pada tahapan ini, kemungkinan ada kesulitan tertentu dalam pendefinisian tahapan operasi, dengan kata lain, seberapa jauh proses tersebut harus dibagi dalam tahapantahapan proses tersendiri. Pada prakteknya pembagian tahap operasi yang tepat akan memudahkan analisis potensi bahaya.

37 HACCP Training Manual 34 Untuk menyiapkan diagram alir: Mulai dengan mebuat diagram yang paling detil yang berisi operasioperasi dasar proses tersebut. Pertimbangkan urutan operasi-operasi dasar untuk menentukan bagaimana beberapa operasi dasar dapat dikelompokkan kembali dalam sebuah TAHAPAN proses. Untuk menggambarkan hal ini, pertimbangkan urutan berikutnya dan definisikan berapa banyak tahapan yang harus disebutkan dalam diagram alir, kemudian beri nama tahapan tersebut. A- Pembukaan pintu truk // B-Pengambilan sampel untuk laboratorium // TEST YourSelf C-Penyambungan pipa tangki dengan truk // D-Pemompaan bahan mentah ke dalam tangki//e-penyaringan // F-Penimbangan // G-Penyimpanan sementara. Penyiapan diagram alir adalah tahapan yang sulit dan sangat penting serta memerlukan pembahasan yang mendalam antar seluruh anggtota tim HACCP.

38 HACCP Training Manual 35 Bila mana perlu, informasi pelengkap dapat berupa: Masukan: bahan mentah, bahan baku, produk antara selama proses KARAKTERISTIK (parameter, kendala) tiap tahapan proses: Urutan, Aliran internal, termasuk tahap daur ulang Parameter waktu dan suhu Kondisi antar muka (perubahan dari satu tahap ke tahap yang lain) Kontak produk kontaminasi silang). dengan lingkungan (kemungkinan kontaminasi dan atau Prosedur pembersihan-disinfeksi dan proses Kondisi penyimpanan dan distribusi peralatan dan produk Petunjuk yang diberikan untuk penggunaan produk. Untuk lebih jelasnya, lihat contoh berikut ini.

39 HACCP Training Manual 36 Contoh Formulir Diagram Alir STUDI HACCP Judul Formulir # 4.1 NAMA PRODUK/PRODUK ANTARA DIAGRAM ALIR PROSES Input A Input B Input C Input D STEP 1 STEP 5 STEP 7 STEP 11 STEP 2 STEP 6 STEP 3 STEP 8 STEP 4 STEP 9 STEP 10 STEP 12 STEP 13 Description/Name Process info. (T, Time, ph ) STEP 14 STEP 15 Dibuat oleh: Tanggal Tanda Tangan Diperiksa oleh: Tanggal Tanda Tangan

40 HACCP Training Manual 37 B. Penyiapan Skema Pabrik Sebuah skema pabrik harus dibuat untuk menggambarkan aliran produk dan lalu lintas pekerja untuk memproduksi produk yang sedang dipelajari. Diagram tersebut harus berisi aliran seluruh bahan baku dan bahan pengemas mulai dari saat bahan-bahan tersebut diterima, disimpan, disiapkan, diolah, dikemas/digunakan untuk mengemas, disimpan kembali hingga didistribusikan. Diagram alir pekerja harus menggambarkan pergerekan pekerja di dalam pabrik termasuk ruang ganti, ruang cuci dan ruang makan siang. Lokasi tempat cuci tangan dan cuci kaki (jika ada) juga harus dicatat. Skema ini harus dapat membantu mengidentifikasi wilayah yang memungkinkan terjadinya kontaminasi silang di dalam proses produksi. Diantara semua informasi yang berharga yang harus dikumpulkan, informasi-informasi berikut ini wajib diperoleh: Bangunan: sifat, konstruksi, pengaturan Sifat, fungsi dan jumlag tahapan proses Kemungkinan terdapatnya wilayah yang dilindungi Sifat sambungan dan peralatan Aliran internal: Gerakan udara Penggunaan air Pergantian staff Skema panrik harus memberikan informasi tentang: Bagaimana kontaminasi silang dikendalikan Bagaimana kontaminasi dari lingkungan dikendalikan Bagaimana higiene perorangan dapat ditegakkan PENTING Dimana resiko terjadinya kontaminasi silang

41 HACCP Training Manual 38 Tahapan 5 : Konfirmasi Silang Diagram Alir di Lapang Tim HACCP harus mengkonfirmasi proses pengolahan yang sesungguhnya dengan diagram alir dan skema pabrik pada seluruh tahapan dan jam operasi dan bila mana perlu mengubah dokumen tersebut. Tujuannya adalah memvalidasi asumsi-asumsi yang dibuat berdasarkan tahapantahapan proses serta pergerakan produk dan pekerja di lokasi pengolahan pangan. Seluruh anggota tim HACCP harus dilibatkan. Proses verivikasi tahap ini harus diprioritaskan pada: Tinjauan tentang proses yang dilakukan di pabrik pada waktu-waktu yang berbeda pada saat operasi, termasuk pada shift yang berbeda (bila ada). Pada shift yang berbeda bisa terjadi perbedaan-perbedaan. Selain itu, pada saat yang sama disarankan juga untuk: Meninjau sistem pengawasan dan prosedur pencatatan (keberadaan, dan ketersediaannya untuk digunakan oleh petugas yang berwenang, pendistribusian kembali, peralatan yang digunakan. Kalibrasi peralatan untuk pengukuran, dsb). Menguji bagaimana operator memahami dan menerapkan prosedur tertulis dan mengoperasikannya termasuk mengawasi dan melakukan prosedur penyimpanan catatan. Meninjau penerapan program-program yang disyaratkan sebelumnya. Demi keakuratan studi HACCP, konfirmasi ini tidak boleh diabaikan. Pada semua kasus, verifikasi akan menimbulkan penyauaian kembali diagram awal (diagram alir). PenYaesuaian kembali yang dapat menampilkan situasi sesungguhnya hanya dapat diperoleh dengan memperinci catatan tentang jalannya operasi di lapang, di pabrik melalui pengamatan dan wawancara dengan operator dan manajer suatu proses produksi. Jika tahap ini tidak dilakukan dengan teliti maka analisis yang dilakukan selanjutnya bisa keliru. Potensi bahaya yang sesungguhnya bisa tidak teridentifikasi dan titik-titik yang bukan titik pengendalian kritis (CCP) teridentifikasi sebagai CCP. Dengan demikian maka perusahaan telah membuang0buang sumber daya dan tingkat keamanan produk menjadi berkurang.

42 HACCP Training Manual 39 Tahapan 6 : Menyusun Daftar Semua Potensi Bahaya yang pada Setiap Tahapan, Melakukan Analisis Potensi Bahaya dan Mempertimbangkan Semua Upaya untuk Mengendalikan Potensi Bahaya yang Teridentifikasi Ada tiga pekerjaan yang tercantum dalam judul Tahap 6. Daftar potensi bahaya Analisis potensi bahaya Mempertimbangkan upaya-upaya pengendalian INGAT A. Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan masing-masing tahapan operasi dalam diagram 1. Potensi bahaya apa yang bisa terjadi dalam hubungannya dengan keamanan pangan? Ketika daftar potensi bahaya pertama telah dibuat dalam kerangkakerja Tahapan I (lingkup rencana HACCP), maka jika perlu, pada saat itu kita sudah dapat melengkapi daftar ini dan auat untuk memperinci potensi bahaya. Disarankan untuk mempelajari potensi bahaya biologis, kimia dan fisika secara terpisah berdasarkan perbedaan sifatnya. 2. Apa penyebab (atau faktor-faktor) yang dapat mengakibatkan potensi bahaya yang terdidentifikasi (kontaminasi atau ketahanan) potensi bahaya atau dapat meningkatkan potensi bahaya tersebut hingga ke tingkat yang tidak dapat diterima? Penyebab: semua faktor atau semua situasi (bahan, lingkungan, metode, pekerja, peralatan, sambungan-sambungan, dsb). Kondisi kerja yang normal harus dipertimbangkan demikian pula semua penyimpangan kerja, kegagalan proses, proses yang salah, atau dengan kata lain kemungkinan penyimpangan yang bisa terjadi.

BAB VII ANALISIS BAHAYA DAN PENENTUAN TITIK KRITIS

BAB VII ANALISIS BAHAYA DAN PENENTUAN TITIK KRITIS BAB VII ANALISIS BAHAYA DAN PENENTUAN TITIK KRITIS Kegiatan perdagangan bebas sudah meluas ke berbagai negara tanpa ada yang mampu menahannya. Semua produk dari suatu negara dapat memasuki pasar negara

Lebih terperinci

Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya

Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya Standar Nasional Indonesia SNI 01-4852-1998 Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya Badan Standardisasi i Nasional - BSN Standar ini merupakan adopsi secara

Lebih terperinci

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut A. Penerapan Cara Peoduksi Perikanan laut yang Baik (GMP/SSOP/HACCP) HACCP merupakan suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengontrol setiap tahapan proses yang rawan terhadap risiko bahaya

Lebih terperinci

Analisa Situasi dan Memulai Pelaksanaan HACCP dalam Pengolahan Pangan

Analisa Situasi dan Memulai Pelaksanaan HACCP dalam Pengolahan Pangan Analisa Situasi dan Memulai Pelaksanaan HACCP dalam Pengolahan Pangan Disusun Oleh : Citra Nuzuliya Julia Astreani Rizkia Dara Febrina Yezika Marselina Mata Kuliah : PMM (Pengawasan Mutu Makanan) Kelas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vi. PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR... vii. GLOSARIUM...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vi. PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR... vii. GLOSARIUM... i KATA PENGANTAR Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi dasar tiap

Lebih terperinci

HACCP DAN PENERAPANNYA DALAM INDUSTRI PANGAN

HACCP DAN PENERAPANNYA DALAM INDUSTRI PANGAN HACCP DAN PENERAPANNYA DALAM INDUSTRI PANGAN MAKALAH Disusun guna memenuhi penugasan individu mata kuliah Hygiene, Sanitasi dan Keselamatan Kerja Disusun oleh : Nama : Aris Handoyo NIM : 5401413073 Jurusan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

HANS PUTRA KELANA F

HANS PUTRA KELANA F KAJIAN SISTEM MANAJEMEN TERPADU (ISO 9001:2000 DAN ISO 22000:2005) DI PERUSAHAAN GULA RAFINASI MELALUI MAGANG DI PERUSAHAAN JASA KONSULTASI, PREMYSIS CONSULTING, JAKARTA HANS PUTRA KELANA F24104051 2009

Lebih terperinci

HYGIENE DAN SANITASI KERJA. HACCP & Work Safety and Health on Food Industry

HYGIENE DAN SANITASI KERJA. HACCP & Work Safety and Health on Food Industry HYGIENE DAN SANITASI KERJA HACCP & Work Safety and Health on Food Industry Disusun oleh : Titis Budi Rahayu 5401413057 PKK S1 Tata Boga Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

The Hazard Analysis and Critical Control Point System

The Hazard Analysis and Critical Control Point System The Hazard Analysis and Critical Control Point System HACCP merupakan metode yang rasional & alamiah untuk penjaminan mutu makanan. Sistem ini terdiri atas identifikasi serta pengkajian yang sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perdagangan global, tidak dapat dipungkiri bahwa lalu lintas barang semakin terbuka, sehingga memungkinkan tidak adanya batasan negara dalam lalu lintas

Lebih terperinci

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN ISO 22000 ISO 14001 ISO 17025 OHSAS Budaya Kerja 5S/5R Budaya Kerja K3 Sistem Manajemen Halal ISO 9001 Konsumen/Masyarakat IMPLEMENTASI ISO 9001:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan 1. Jaminan Mutu Mutu didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI

PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Pedoman

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

EVALUASI RISIKO BAHAYA KEAMANAN PANGAN (HACCP) TUNA KALENG DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL. Oleh: TIMOR MAHENDRA N C

EVALUASI RISIKO BAHAYA KEAMANAN PANGAN (HACCP) TUNA KALENG DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL. Oleh: TIMOR MAHENDRA N C EVALUASI RISIKO BAHAYA KEAMANAN PANGAN (HACCP) TUNA KALENG DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL Oleh: TIMOR MAHENDRA N C 34101055 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MATERI III : ANALISIS BAHAYA

MATERI III : ANALISIS BAHAYA MATERI III : ANALISIS BAHAYA (Prinsip HACCP I) Tahap-tahap Aplikasi HACCP 1 1. Pembentukan Tim HACCP 2. Deskripsi Produk 3. Indentifikasi Konsumen Pengguna 4. Penyusunan Bagan alir proses 5. Pemeriksaan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan

Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan Standar Nasional Indonesia Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan Food safety management system Requirements for any organization in the food chain (ISO 22000:2005,

Lebih terperinci

Catatan Pengarahan FLEGT

Catatan Pengarahan FLEGT FLEGT PENEGAKAN HUKUM, TATA KELOLA DAN PERDAGANGAN SEKTOR KEHUTANAN Jaminan legalitas berbasis peserta pasar dan pemberian izin FLEGT Latar belakang Rencana Tindakan mengenai Penegakan Hukum, Tata Kelola

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food Safety Food (keamanan pangan) diartikan sebagai kondisi pangan aman untuk dikonsumsi. Safety Food secara garis besar digolongkan menjadi 2 yaitu aman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

I. PENDAHULUAN. Salah satu dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi bisnis serta pertumbuhan ekonomi dunia adalah makin meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan hasil perikanan memegang peranan penting dalam kegiatan pascapanen, sebab ikan merupakan komoditi yang sifatnya mudah rusak dan membusuk, di samping itu

Lebih terperinci

K155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981

K155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981 K155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981 2 K-155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981 K155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981 Konvensi mengenai Keselamatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian terhadap kecukupan Sistem Keamanan Pangan untuk Industri Jasa Boga dilakukan dengan pengambilan data di beberapa instansi terkait yaitu Direktorat

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt Disusun Oleh : Yatin Dwi Rahayu 1006578 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/2007................... TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN 1 K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya guna produksi,

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO KEAMANAN PANGAN DI INDUSTRI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Perbaikan kualitas udang melalui rantai pengendalian mutu perlu melibatkan unit pengadaan bahan baku, unit penyediaan bahan baku, unit pengolahan, dan laboratorium

Lebih terperinci

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu Quality Mangement System ISO 9000 series.. Published by International Organization for Stantardization (ISO) a world wide federation of national

Lebih terperinci

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

2. PENGEMBANGAN BATAS-BATAS DAN KONDISI-KONDISI OPERASIONAL

2. PENGEMBANGAN BATAS-BATAS DAN KONDISI-KONDISI OPERASIONAL 2. PENGEMBANGAN BATAS-BATAS DAN KONDISI-KONDISI OPERASIONAL UMUM 1. OLC merupakan pembungkus atau batas nilai-nilai parameter reaktor dan kondisikondisi sistem dimana operasi suatu reaktor telah diperlihatkan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi FMIPA IPB bekerja sama dengan Bagian PKSDM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011 TENTANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN TERHADAP PEMASUKAN DAN PENGELUARAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Makanan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia, dimana persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia. Syarat-syarat makanan yang baik diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan layur (Trichiurus sp.) adalah salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting yang banyak tersebar dan tertangkap di perairan Indonesia terutama di perairan Palabuhanratu.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.842, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Keamanan Pangan. Pengawasan Pemasukan. Pangan Segar. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Saat ini, dunia memasuki era globalisasi yang berdampak terhadap sistem perdagangan internasional yang bebas dan lebih terbuka. Keadaan ini memberi peluang sekaligus tantangan

Lebih terperinci

A. KRITERIA AUDIT SMK3

A. KRITERIA AUDIT SMK3 LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3 A. KRITERIA AUDIT SMK3 1 PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 58/Permentan/OT.140/8/2007 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 58/Permentan/OT.140/8/2007 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 58/Permentan/OT.140/8/2007 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 81 CONCERNING LABOUR INSPECTION IN INDUSTRY AND COMMERCE (KONVENSI ILO NO. 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasonal. Indonesia terus melakukan upaya meningkatkan sektor pertanian untuk menghasilkan produk yang bermutu. Kemajuan

Lebih terperinci

Pengendalian Mutu Produk Agroindustri KULIAH PENGANTAR AGROINDUSTRI

Pengendalian Mutu Produk Agroindustri KULIAH PENGANTAR AGROINDUSTRI Pengendalian Mutu Produk Agroindustri KULIAH PENGANTAR AGROINDUSTRI Latar Belakang Pengembangan agroindustri memandang pengendalian mutu sangat strategis karena : Mutu terkait dengan kepuasan konsumen

Lebih terperinci

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA Logo perusahaan DISETUJUI OLEH: PRESIDEN DIREKTUR Dokumen ini terkendali ditandai dengan stempel DOKUMEN TERKENDALI. Dilarang mengubah atau menggandakan dokumen tanpa seizing

Lebih terperinci

Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian

Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian Tekn. Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Risiko Risiko merupakan ketidakpastian (risk is uncertainty) dan kemungkinan terjadinya hasil yang

Lebih terperinci

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Klausul 4.0 Sistem Manajemen Mutu 4.1 Persyaratan umum Apakah organisasi telah : (a) Menetapkan proses-proses yang dibutuhkan oleh SMM serta aplikasinya

Lebih terperinci

Pengantar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

Pengantar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Pengantar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) 1 Pendahuluan Teknologi Dampak positip pengawetan peningkatan tampilan peningkatan gizi kecepatan penyajian > Dampak pengiring?? 2 Kemungkinan selama

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT. oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012

Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT. oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012 Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012 Issue : Kemampuan petani didalam menjamin mutu dan keamanan pangan segar yg dihasilkan relatif

Lebih terperinci

HANS PUTRA KELANA F

HANS PUTRA KELANA F KAJIAN SISTEM MANAJEMEN TERPADU (ISO 9001:2000 DAN ISO 22000:2005) DI PERUSAHAAN GULA RAFINASI MELALUI MAGANG DI PERUSAHAAN JASA KONSULTASI, PREMYSIS CONSULTING, JAKARTA HANS PUTRA KELANA F24104051 2009

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 55 Barangsiapa dengan sengaja: a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan

Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan Standar Nasional Indonesia Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata.... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan..

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan.. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2010 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 199, 2000 BADAN STANDARISASI. Standarisasi Nasional. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR3 TAHUN2017 TENTANG PEMBENTUKAN OTORITAS KOMPETENSI KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Hand-out Industrial Safety Dr.Ir. Harinaldi, M.Eng Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tempat Kerja Produk/jasa Kualitas tinggi Biaya minimum Safety comes

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumen masa kini lebih cerdas dan lebih menuntut, mereka mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai gizi yang tinggi, harga terjangkau, rasa

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM TRACEABILITY DALAM PENANGANAN DAN PENGOLAHAN KOMODITAS PRODUK PERIKANAN INDONESIA UNTUK EKSPOR

KAJIAN SISTEM TRACEABILITY DALAM PENANGANAN DAN PENGOLAHAN KOMODITAS PRODUK PERIKANAN INDONESIA UNTUK EKSPOR KAJIAN SISTEM TRACEABILITY DALAM PENANGANAN DAN PENGOLAHAN KOMODITAS PRODUK PERIKANAN INDONESIA UNTUK EKSPOR Tim Penyusun : Annisa Galuh D (13494) Kusumo Prasetyo A (13495) Nadia Aulia Putri (13496) Puji

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII.

Lebih terperinci

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam BAB XA mengenai Hak Asasi Manusia pada pasal

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi

Lebih terperinci

K120 HYGIENE DALAM PERNIAGAAN DAN KANTOR-KANTOR

K120 HYGIENE DALAM PERNIAGAAN DAN KANTOR-KANTOR K120 HYGIENE DALAM PERNIAGAAN DAN KANTOR-KANTOR 1 K-120 Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi ini perkembangan zaman yang diingiringi dengan inovasi-inovasi dalam bidang pangan khususnya. Pola konsumsi masyarakat terhadap suatu produk makanan

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP MANAJEMEN MUTU TITIS SARI KUSUMA

RUANG LINGKUP MANAJEMEN MUTU TITIS SARI KUSUMA RUANG LINGKUP MANAJEMEN MUTU TITIS SARI KUSUMA 1 TUJUAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MEMAHAMI LATAR BELAKANG KONSEP MUTU MAHASISWA MEMAHAMI MASALAH YANG TERJADI DI MASYARAKAT MAHASISWA MEMAHAMI PENGERTIAN MUTU

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG FORMULIR No. Formulir FOR-APL 02 ASESMEN MANDIRI Edisi 1 Revisi 2 Berlaku Efektif Februari 2016 Nama Peserta : Tanggal/Waktu :, Nama Asesor : TUK : Sewaktu/Tempat

Lebih terperinci

Kriteria kompetensi evaluator sertifikasi ekolabel

Kriteria kompetensi evaluator sertifikasi ekolabel Pedoman KAN 804-2004 Kriteria kompetensi evaluator sertifikasi ekolabel Komite Akreditasi Nasional Prakata Kriteria ini disusun oleh Panitia Teknis 207S Manajemen Lingkungan yang berkedudukan di Kementerian

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

Persetujuan Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru JADWAL KOMITMEN PERPINDAHAN ORANG PERSEORANGAN MYANMAR

Persetujuan Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru JADWAL KOMITMEN PERPINDAHAN ORANG PERSEORANGAN MYANMAR Persetujuan Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru JADWAL KOMITMEN PERPINDAHAN ORANG PERSEORANGAN MYANMAR Horizontal Semua Sektor; Untuk pemasok jasa dari pihak lain yang merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dari segi kepentingan nasional, sektor peternakan memerlukan penanganan dengan seksama karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani, gizi masyarakat, membuka lapangan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanganan maupun pengolahan merupakan suatu cara ataupun tindakan untuk mempertahankan mutu dan kualitas bahan pangan, termasuk di sektor perikanan. Menurut data Dirjen

Lebih terperinci

Pertanyaan-pertanyaan tentang CertiSource

Pertanyaan-pertanyaan tentang CertiSource Pertanyaan-pertanyaan tentang CertiSource Panduan untuk pabrik penggergajian dan produsen kayu Paul Wilson Manajer Pengembangan Program Kantor +62 (0)881 463 8608 Ponsel +62 (0)817 0357 7555 paul@certisource.co.uk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak asasi setiap orang untuk keberlangsungan hidupnya. Makanan adalah unsur terpenting dalam menentukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keamanan Pangan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,

Lebih terperinci

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu DPLS 19 rev.0 Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu Issue Number : 000 Desember 2013 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan SNI ISO 9001-2008 Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 9001-2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1

Lebih terperinci

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk memandang pemeriksaan internal yang dilaksanakan oleh Unit Audit Internal sebagai fungsi penilai independen dalam memeriksa dan mengevaluasi

Lebih terperinci