BAB III PEMBAHASAN. Tujuan dilakukannya kegiatan perawatan (maintenance) adalah sebagai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMBAHASAN. Tujuan dilakukannya kegiatan perawatan (maintenance) adalah sebagai"

Transkripsi

1 26 BAB III PEMBAHASAN A. Analisis Perbaikan 1. Perawatan dan Perbaikan Tujuan dilakukannya kegiatan perawatan (maintenance) adalah sebagai berikut: a. Memungkinkan tercapainya mutu produk dan kepuasan pelanggan melalui penyesuaian, pelayanan (service) dan pengoperasian peralatan secara tepat. b. Meminimalkan biaya total produksi yang secara langsung dapat dihubungkan dengan pelayanan dan perbaikan. c. Memperpanjang waktu pakai suatu mesin atau peralatan. d. Meminimumkan frekuensi dan kuatnya gangguan-gangguan terhadap proses operasi. e. Menjaga agar sistem aman dan mencegah berkembangnya gangguan keamanan. f. Meningkatkan kapasitas, produktivitas, dan efisiensi dari sistem yang ada. Perawatan yang dilakukan pada differential Articulated Dump Truck (ADT A 40 E) ini sangat sederhana, yaitu hanya penggantian oli saja berdasarkan hour meter pada manual book. Menurut manual book untuk penggantian oli tersebut dilakukan pada setiap 2000 jam kerja dengan menggunakan oli PERTAMINA RORED SAE 90 dimana unit telah beroprasi dan itu pun juga jika differential tidak mengalami masalah yang megharuskan untuk diperbaiki.

2 27 2. Komponen middle Articulated Dump Truck (ADT A 40 E). Gambar 3.1 Konstruksi Sistem Middle Differential Nama komponen middle differential: 1. Differential housing 11. Cage 2. Screw 12. Screw 3. Washer 13. Shim 4. Part plate 14. O-ring 5. Nut 15. Roller bearing 6. Retaining ring 16. Shaft 7. Lock waser 17. Bearing 8. Companion flange 18. dog clut 9. Sealing ring 19. Washer 10. Sealing ring 20. Retaining ring 21. Neddle baering 31. Spacer sleeve 22. Retaining ring 32. Shim 23. Cover 33. Bearing 24. O-ring 34. Drive gear set 25. Bolt 35. Adjusting ring 26. Nut 36. Spit pin 27. Waser 37. Pin 28. Bearing 38. Roller bearing 29. Spacer 39. Roller bearing 30. Gear 40. Screw 41. Srew 51. Retairing ring

3 Differentian housing 52. Screw 43. Differentian housing 53. Lock nut 44. Thrust washer 54. Dog cluth 45. Differential side gear 55. Cluth 46. Thrus washer 56. Induction sensor 47. Differential pinion set 57. O-ring 48. Spider 58. Braket 49. Companion flange 59. Flange screw 50. washer 60. Plug 61. washer 3. Disassembling a. Meletakan differential pada stand. Lalu memutar final drive sehingga crown wheel menghadap ke atas. Gambar 3.2 differential middle b. Melepas pin yang ada pada bearing cap dengan menggunakan palu plastik. Gambar 3.3 Melepas pin pada bearing cap. c. Melepas lock ring, wahsher, dan drive flange dengan menggunakan snap ring.

4 29 Gambar 3.4 Melepas lock ring, wahsher, dan drive flange. d. Melepas pin dengan menggunakan palu dan melelpas dog clutch pada shift fork dan melepas dog clutch. diff. Lock (6x6). Gambar 3.5 Melepas pin dan dog clutch (inter wheel) e. Setelah itu membuka casing dengan menggunakan kunci 8 ring, lalu melepas piston dan rod. Gambar 3.6 Membuka casing, lalu melepas piston dan rod f. Melepas shift fork dan spring bagian atas dengan menarik spring dengan menggunakan obeng(-).

5 30 Gambar 3.7 Melepas shift fork, dan spring. (Service Information PROSIS VOLVO.CE) g. Melepas adusting ring dengan mengunakan special tool. Gambar 3.8 Melepas adjusting ring h. Melepas baut pada bearing cap dengan menggunakan kunci socket 22. Gambar 3.9 Melepas baut pada bearing cap i. Mengangkat diff. Housing dengan pipa dan belt dengan menggunakan crane dan meletakan pada stand. Lalu membuka baut pada diff. Housing dan lakukan pemeriksaan.

6 31 Gambar 3.10 Memasang pipa dan belt pada diff. housing. j. Melepas pin dengan menggunakan tank. dan melepas shift fork dan dog clutct inter axle longitudinal diff. Lock. Gambar 3.11 Melepas pin dan dog clutct longitudinal k. Melepas cover diff. Lock longitudinal piston dan rod pada drive housing. Gambar 3.12 Melepas cover diff. Lock longitudinal, piston dan rod

7 32 l. Melepas spring dan shift fork bagian bawah, menarik spring yang ada didalam untuk melepas shift fork.. Gambar 3.13 Melepas spring dan shift fork m. Memutar final drive sehingga mengarah menghadap ke atas. Gambar 3.14 Memutar final drive n. Melepas retainer ring, lock washer dan nut pada input shaft dengan menggunakan kunci socket 35. Gambar 3.15 Melepas retainer ring, lock washer dan nut o. Melepas flange pada input shaft dengan menggunakan hidrolic jack pump.

8 33 Gambar 3.16 Melepas flange pada input shaft p. Setelah flange terbuka lalu, melepas cage dan shim pada final drive. Gambar 3.17 Melepas cage dan shim q. Memsang rantai atau belt pada flange untuk mengangkat input shaft. Mengangkat diri poros input dan letakkan di permukaan yang rata. Memeriksa poros input untuk kerusakan dan keausan. Gambar 3.18 Mengangkat poros input shaft r. Melepas retainer ring, lock washer dan nut hidrolic jaick adapter.

9 34 Gambar 3.19 Melepas retainer ring, lock washer dan nut s. Melepas pinion gear dengan menggunakan hidrolic jaick adapter dan Remove inner spacer sleeve dan outer spacer sleeve. Gambar 3.20 Melepas pinion gear t. Mengeluarkan gear pada casing. Gambar 3.21 Melepas gear pada casing

10 35 4. Perbaikan Langkah perbaikan yang dilakukan antara front, rear dan middle differential pada prinsip dasarnya sama, hanya untuk middle differential komponennya lebih komplek karena terdapat komponen tambahan yaitu input shaf. Input shaft ini berfungsi sebagai alat pemutus dan penyambung moment dari middle differential ke rear differential dengan putaran yang sama jika diperlukan 6x6 dari 6x4, pada saat unit mengangkut beban berat dan melewati medan yang berat. Mengapa hal ini perlu dilakukan, karena beban yang ada ketika unit sedang loading apalagi beroprasi dimedan yang berlumpur, beban tersebut beban tersebut tertumpu pada middle differential. Oleh arena itu untuk membantu mengurangi resiko beban, maka dibantu dengan rear differential. Rear differential tersebut bersifat idler, artinya kecepatan putaran dan momentnya mengikuti putaran middle differential. Pembongkaran dilakukan bertujuan untuk menganalisa ketika terjadi masalah pada komponen, pemeriksaan bila terpadat serbuk-serbuk besi (gram) akibat terjadinya keausan pada material komponen. Setelah melakukan pembongkaran, analisa terhadap komponen yang mengalami kerusakan pada middle differential adalah sebagai berikut: a. Terjadinya abnormal nois ketika unit sedang beroprasi, analasinya: 1) Bearing pinion gear rusak 2) Bearing input shaft rusak 3) Roller bearing differential housing rusak 4) Backlas clereance berubah. 5) Washer differential gear telah aus

11 36 b. Terjadinya stucking pada middle differential, analisanya: 1) Pinion gear rontok 2) Input shaft rontok 3) Gear rontok 4) Side gear differential rontok 5) Differential housing rusak/jebol c. Komponen lain yang sekaligus diganti ketika over houl differential: 1) Nut 2) Screw 3) Bolt 4) Retaining ring 5) Washer 6) Lock washer 7) Spacer 8) O-ring 9) Spilt pin No Angel tightrning Tightening torques Tighteni ng angel Nm Lbf ft Degrees ( ) 1 Bolt joint between diiferential housing halves. Tightening sequence, see diagram below. 2 Bolted joint between diiferential housing and crown wheel. Teghtening sequence, see diagram belo 3 Bolted joint between bearing cap and 730±80 590± 59 bracket 4 Cover for transvere differential lock 20±5 14,5±3.5 5 Bolted joint between bearing carrier and final drive housing 85±10 62,5±7.5

12 37 6 Nut for flange 1300± ,5±73, 5 7 Cover for pinion shaft 55±15 41±11 8 Nut for pinion shaft 1628± ±301 9 Cover longitudinal differential lock 20±5 14,5± Stop bolt, longitudinal differential lock 65± 48±7 Stop bolt and lock nut threads, apply thread locker fluid loctite 243 or equivalent 11 Lock nut for crown wheel s support bolt support bolt, apply thread locker fluid, part no ±30 221±22 Tabel 3.1 Differential carrier for tightening torque Nm Lb ft Pinion shaft, rolling resistance Reinstalled bearings New bearings Mm In Bearing clearance, input shaft Gear flank clearence Reinstalled gear kit (backlash), crown wheel/pinion New gear kit Preload bearing, differential housing Clearance, gear tooth top-gear tooth bottom in dog clutch for differential lock, six wheel drive Max. Permittedpitch on crown wheel s rear face Distance between crown wheel and support bolt including including pitch rear pitch rear face face Tabel 3.2 Differential carrier specification (Sumber:Service Information PROSIS VOLVO.CE) 5. Assembling a. Memasukan gear pada casing.

13 38 Gambar 3.22 Memasang gear pada casing b. Menurunkan sapacer dan pinion ke dalam housing, memastikan bahwa pinion yang didorong menyeluruh atas. Memasang pinion dan gear dengan menggunakan hidrolic jaick adapter dan memasang inner spacer sleeve dan outer spacer sleeve. Lalu kencangkan baut ke bawah pada pegangan pinion sehingga aman dalam pengepresan ini. jangan melebihi 100 bar (1.450) psi Gambar 3.23 Memasang pinion dan gear pada casing c. Memasang gear, washer dan nut. mengencangkan hidrolic jack adapter.

14 39 Gambar 3.24 Memasang retainer ring, lock washer dan nut d. Memasang rantai atau belt pada flange untuk mengangkat input shaft. Mengangkat diri poros input dan letakkan difinal drive. Gambar 3.25 Memasang rantai atau belt pada flange e. Memasang cage dan shim pada final drive. Gambar 3.26 Memasang cage dan shim f. Memasang drive flange pada input shaft dengan menggunakan hidrolic jack pump. Mengencangkan baut pada drive flange 85±10 nm

15 40 Gambar 3.27 Memasang drive flange g. Memsang retainer ring, lock washer dan nut pada input shaft, dan mengencangkan baut atau nut 1300±100 Nm Gambar 3.28 Memasang retainer ring, lock washer dan nut h. Memutar final drive sehingga mengarah menghadap ke bawah. Gambar 3.29 Memutar final drive i. Memasang spring dan shift fork bagian bawah.

16 41 Gambar 3.30 Memasang spring dan shift fork j. Memasnga cover diff. Lock longitudinal, piston dan rod pada drive housing. Gambar 3.31 Memasang cover diff. Lock k. Memasang dog clutch dan memasukan pin pada shift fork, diff. lock longitudinal. Gambar 3.32 Memasang dog clutch l. Mengangkat diff. Housing dengan pipa dan belt dengan menggunakan crane dan meletakan pada final drive.

17 42 Gambar 3.33 Mengangkat diff. Housing m. Memasang adjusting ring pada bearing cap. Gambar 3.34 Memasang baut pada bearing cap n. Mengencangkan baut pada bearing cap, dan adjusting ring dengan menggunakan multi torque dan torque wrence 730±80 Nm. Gambar 3.35 Mengencangkan baut bearing cap 1) Mengukur backlash cleareance

18 43 2) Menempatkan dial indikator disisi drive pada salah satu gigi pada crown wheel. 3) Mendorong dan menarik crown wheel, lalu membacakan posisi luar pada dial indikator, yaitu izin (backlash) perhatikan ukuran nilai dan perhatikan pembersihan gigi sayap di dua tempat lebih. menghitung nilai rata-rata. mencatat nilai rata-rata. 4) Spesifikasi backles pada middle differential adalah mm. 5) Setelah hasil pengukuran nilai yang di dapat adalah mm. Gambar 3.36 Mengukur backlas o. Mamsang lock ring, wahsher, dan drive flange dengan menggunakan snap ring. Gambar 3.37 Mamsang lock ring, wahsher, dan drive flange p. Memasang shift fork dan spring inter wheel.

19 44 Gambar 3.38 Mamsang shift fork dan spring q. Memasukan rod dan piston lalu memasang cover. Gambar 3.39 Mamsang rod dan piston r. Memsang dog clutch inter wheel pada shift fork dan memasang pin untuk mengunci adjusting ring agar tidak berubah. Gambar 3.40 Mamsang dog clutch dan pin. s. Middle differntial telah selesai di kerjakan, lalu siap dipacking.

20 45 Gambar 3.41 Differential middle B. Analisis Gangguan 1. Pinion gear Pinion gear berfungsi sebagai penerus gaya putar dari propeller shaft menuju ke bevel gear. Perkaitan gigi dari differential dan akan mempengaruhi besar kecilnya permukaan gesek, dimana permukaan gesek tersebut menentukan besar kecilnya luas bidang yang menjadi bidang kerja. Perkaitan gigi tidak baik atau telah terjadi keausan pada pinion gear, maka ketika kendaraan sedang berjalan akan menimbulkan abnormal nois dan suara tersebut akan terdengar keras ketika kendaraan berjalan lurus. Perkaitan anatara pinion gear dan bevel gear tidak boleh terlalu rapat dan tidak boleh terlalu renggang dan untuk mendapatkan jarak yang tepat, maka anatara pinion gear dan bevel gear harus di setting tepat. a. Penyetelan pinion gear dan bevel gear dengan menggunakan feeler guage: 1) Menggerkan pinion gear kedepan kearah pusat bevel gear. 2) Mengukur celah persinggunggan pinion gear dan bevel gear dengan menggunakan feeler guage sesuai dengan spesifikasi. 3) Back lash terlalu renggang atau terlalu rapat, maka setting adjusting ringnya. b. Penyetelan pinion gear dan bevel gear menurut hubungan tapak gigi:

21 46 1) Mengoleskan cat warna ke gigi-gigi bevel gear. 2) Menggerakan bevel gear sehingga pinion gear bersentuhan dengan bevel gear. 3) Memeriksa hubungan dari tapak gigi yang terlihat pada bevel gear, back lash terlalu renggang atau terlalu rapat. Maka setting adjuster ringnya. 4) Hubungan yang baik apabila tapak gigi terletak di tengah-tengah bidang bevel gear. 2. Bevel gear Bevel gear terletak pada differential housing, sedangkan bevel gear sendiri dapat diputar oleh pinion gear. Daya pemindah yang baik adalah apabila digearakan dari pinion gear dapat dipindahkan ke differential housing oleh bevel gear tanpa ada halangan dan juga tidak menimbulan hentakan atau suara. Apabila bevel gear mengalami kerusakan, giginya patah atau run outnya besar, maka akan menimbulakan abnormal noise pada bevel gear ketika daya mulai dipindahkan. Run out gear akan menyebabkan terjadinya gesekan yang tidak normal pada perkaitan gigi anatara bevel gear dan pinion gear. Gesekan yang tidak normal akan mengakibatkan keausan dan akan menyebabkan back lash terlalu besar dan akan menunimbulan abnormal noise ketika kendaraan berjalan. 3. Side gear Side gear akan menerima gaya yang relatif sama ketika kendaraan berjalan pada lintasan lurus, tetapi ketika kendaraan berbelok maka akan terdapat perbedaan putaran antara side gear kiri dan side gear kanan. Gangguan yang terjadi apabila terjadi keausan pada side gear disebabkan oleh bagian gigi yang aus atau celah dibentuk dengan differential gear pinion menjadi besar sehingga

22 47 apabila roda penggerak berputar maka akan menimbulkan abnormal noise. Suara akan semakin jelas terdengar apabila sedang berbelok dan makin keras ketika side gear berputar lebih cepat. C. Faktor Penyebab Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan atau kurang maksimal perfomance differential pada saat unit beroprasi adalah: a. Kurangnya terkontronya penggantian oli differential sesuai dengan hour meter yang sesuai dengan manual book. b. Adanya beban besar yang diangkut oleh unit. c. Medan operasi yang berat dan berlumpur. d. Kurang telitinya operator dalam mengoprsikan unit. e. Terjadinya kerusakan komponen. D. Analisis Perhitungan Analisis perhitungan ini dengan mengumpulkan hasil dari data observasi lapangan. Data tersebut diolah untuk dijadikan analisis perhitungan yang dimaksud kedalam formula yang tekah disajikan yang susuai dengan teori yang berhubungan pembahasan dan masalah dalam tugas akhir ini. Data yang diperoleh dari hasil observasi adalah sebagai berikut: 1. Momen input dari transmisi PT2509 = kg.m 1200 rpm

23 48 Tabel 3.3 Spesifikasi Volvo ADT A 40 E 2. Jumlah gigi pada pinion gear = Jumlah gigi pada bevel gear = Diameter poros pinion gear = 6,17 cm 5. Panjang total poros pinion gear = 27,32 cm 6. Panjang titik beban pinion gear = 22 cm 7. Sudut kemiringan pinion gear = Beban pinion gear = kg 9. Tekanan udara differential lock = 2 kg/cm² 10. Luas penampang piston differential lock = 19,625 cm² a. Perbandingan Gear GR = Bg / Ap Diketahui: GR = Bg / Ap

24 49 GR = 34/11 = 3,1 (Sularso dan Kikatsu Suga : 211) b. Momen Puntir Output Bevel Gear Mpout = Mpin x GR = x 3,1 = Kg.cm ⁿOUT = ⁿIN x 1/GR = 1200 x 1 / 3,1 = 387 rpm Technical Training Dept. PT. INTRACO PENTA Tbk. (2010) c. Gaya-gaya pada poros Pinion Gear Fr 90 α = 30 W = kg Fa 22 cm 5 cm Gambar 3.42 Arah gaya poros pinion gear. Jika α (sudut pinion gear) = 30 dan dianggap bahwa arah beban membentuk sudut siku-siku terhadap sudut pinion gear maka: β = 90 - α = 60

25 50 1) Gaya tangensial Ft = 2 Mp / d = 2 x ,17 = kg 2) Gaya radial Fr = w/ cos α = w/ 90 - β = α = w/ = 30 = / cos 30 = / 0,8660 = Kg 3) Gaya axial Fa = w. sin β = w. (90 - α = β) = w. (90-30 = 60 ) = x 60 = x 0,8660 = Kg (Ferdinan L.Singer dan Andrew Pytel : 11) Reaksi gaya dititik A dan B. Fr = 46189,2 Kg A Ft C B Fa 22 cm 5 cm Gambar 3.43 Arah Gaya MB = 0 = A x 27 - Fr x 5 = 0

26 51 = A x ,2 x 5 = 0 = A x = 0 A = = 8553,55 Kg 27 MA = 0 = B x 27 Fr x 22 = 0 = B x ,2 x 22 = 0 = B x = 0 B Ft = = 37635,6 Kg 27 4) Momen bending maksimum MA = A x 0 MC = A x 22 = 8553,55 x 22 = Kg.cm MB = A x 27 Fr x 5 = 8553,55 x ,2 x 5 = = 0 (Ferdinan L.Singer dan Andrew Pytel :11) B B Kg.cm 0 4. Putaran Ketika Berbelok Gambar 3.34 Diagram momen maksimum poros pinion gear.

27 52 ⁿ2 = ns1+ns2 2 = = 387 rpm 2 Ketika berbelok Putaran side gear yang dipercepat = 2 x n2 Misalan berbelok kekiri, maka ns1 dalam posisi ditahan Diketahui: ns1 = 387 rpm Ditanyakan : ns 2? n2 = 387 rpm ns 2 = 2 x n 2 = 2 x 387 =774 rpm (Sumber: Tecnichal Training Dept. PT. INTRACO PENTA Tbk. 2010) d. Gaya yang bekaerja pada differential lock P = F / A Diketahui: P = 2 Kg/ cm² A = 19,62 cm² Ditanyakan: F? P = F/A F = P x A = 2 x 19,62 = 39,25 Kg (Sumber:

28 53 E. Alanisis Pembahasan Perawatan dan Perbaikan bertujuan untuk mengembalikan komponen pada keadaan standar sebagai spesifikasi standar dari pabrik dengan syarat ada sebagian komponen yang diganti atau mempertahankan komponen selama masih dalam batas aman dan dapat direvisi berdasarkan kualifikasi standar pabrik. Analisis diatas diketahui apa beberapa analisa ada beberapa yang dihitung yaitu perbandingan gear, moment puntir pada bevel gear, gaya-gaya pada yang terjadi pada poros pinion gear, putaran ketika berbelok, dan gaya pada differential lock. Analisa tersebut berfungsi sebagai acuan perhitungan untuk menguatkan data performance dari middle differential pada unit Articulated Dump Truck A 40 E, dimana life time merupakan penunjang terhadap efesiensi produksi ketika unit sedang beroprasi. Contoh pada middle differential yaitu hanya dilakukan penggantian komponen untuk bearing, differential gear, side gear, washer, nut, bolt, spacer, o- ring, piston differential lock, dan shim. Sedangkan jika middle differential sudah dikatakan tidak produktif lagi yaitu terjadinya kerusakan pada poros pinion gear, bevel gear, dan input shaft. Jika hal tersebut terjadi, maka langkah yang dilakaukan untuk mengembalikan ke kondisi awal yaitu dengan remanufacture.

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis laporan praktek ini dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN OVER HOUL TRANSMISI C50

BAB IV PELAKSANAAN OVER HOUL TRANSMISI C50 BAB IV PELAKSANAAN OVER HOUL TRANSMISI C50 Gbr 4.1 Transmisi Type C50 4.1 MEMBONGKAR TRANSAXLE 1. MELEPAS POROS TUAS PEMINDAH (SELECT LEVER SHAFT ASSEMBLY) DAN PEMILIH (SHIFT) Lepaskan poros tuas pemindah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. pembongkaran overhoul differential dengan keadaan tutup oli berkarat spare. Gambar 4.1 Differential cover belakang.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. pembongkaran overhoul differential dengan keadaan tutup oli berkarat spare. Gambar 4.1 Differential cover belakang. BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1 Data Awal setelah Overhoul differential Berikut adalah penampakan differential awal sebelum dilakukan pembongkaran overhoul differential dengan keadaan tutup oli berkarat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi pengembangan alat peraga real axle traktor head a. Differantial assy real axle b. Hose 8 mm c. Kompresor angin d. Motor bensin 5,5 pk e.v-belt f.pully g.roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu barang tambang yang dimiliki Indonesia dalam jumlah yang banyak.

BAB I PENDAHULUAN. satu barang tambang yang dimiliki Indonesia dalam jumlah yang banyak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, baik dari sektor kelautan, hutan maupun pertambangan. Akan tetapi disektor pertambanganlah yang paling sangat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 System-Sytem pada Rear Axle Pada dasarnya rear axle berfungsi menghantarkan tenaga dari mesin untuk menuju ke poros roda penggerak. Seiring datangnya permasalahan yang timbul

Lebih terperinci

PERANGKAT UJI KOMPETENSI Final drive/gardan

PERANGKAT UJI KOMPETENSI Final drive/gardan PEKAN UJI PRODUKTIF TEKNIK OTOMOTIF PERANGKAT UJI KOMPETENSI Final drive/gardan Disiapkan Oleh : Eko Winarso,S.Pd.M.M Slamet Akhmad S, M.Pd TEKNIK OTOMOTIF 2014 Lembar Kualifikasi Tipe Mobil : Peserta

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN MIDDLE AXLE TRUK RENAULT KERAX DXI 440 TIPE 17 X 35

ANALISIS KERUSAKAN MIDDLE AXLE TRUK RENAULT KERAX DXI 440 TIPE 17 X 35 ANALISIS KERUSAKAN MIDDLE AXLE TRUK RENAULT KERAX DXI 440 TIPE 17 X 35 Abstrak Wahju Djalmono Putro, Anwar S. Ardjo, Munaputra Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto S.H.,

Lebih terperinci

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP diajukan untuk memenuhi nilai akhir semester dua disusun oleh : Arman Syah. S XI

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PERBAIKAN GARDAN

PERAWATAN DAN PERBAIKAN GARDAN SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PERAWATAN DAN PERBAIKAN GARDAN 68 PRAKTEK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GARDAN 1. Gambar komponen-komponen differential. 17 12 15 4 1 2 3 7 18 13

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN DIFFERENTIAL PADA MOBIL TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G

IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN DIFFERENTIAL PADA MOBIL TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN DIFFERENTIAL PADA MOBIL TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma 3 untuk Menyandang Sebutan Ahli Madya Oleh : Dwi

Lebih terperinci

POROS PENGGERAK RODA

POROS PENGGERAK RODA SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) POROS PENGGERAK RODA 34 PEMELIHARAAN / SERVICE POROS PENGGERAK RODA A. URAIAN Fungsi axle shaft adalah sebagai penumpu beban roda atau dudukan

Lebih terperinci

MEKANISME DAN TROUBLE SHOOTING SISTEM DIFERENSIAL SERTA PERHITUNGAN PENGUATAN MOMEN DARI DRIVE PINION TERHADAP AXLE PADA TOYOTA KIJANG 5K

MEKANISME DAN TROUBLE SHOOTING SISTEM DIFERENSIAL SERTA PERHITUNGAN PENGUATAN MOMEN DARI DRIVE PINION TERHADAP AXLE PADA TOYOTA KIJANG 5K MEKANISME DAN TROUBLE SHOOTING SISTEM DIFERENSIAL SERTA PERHITUNGAN PENGUATAN MOMEN DARI DRIVE PINION TERHADAP AXLE PADA TOYOTA KIJANG 5K PROYEK AKHIR Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Diploma III

Lebih terperinci

DIFFERENTIAL KELAS XI OLEH : HARIS MAULANA MARZUKI

DIFFERENTIAL KELAS XI OLEH : HARIS MAULANA MARZUKI SMK MUHAMMADIYAH BULAKAMBA - BREBES DIFFERENTIAL KELAS XI OLEH : HARIS MAULANA MARZUKI FINAL DRIVE ( GARDAN ) Fungsi Final drive pada kendaraan adalah untuk merubah arah putaran poros propeller kearah

Lebih terperinci

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball Jobsheet Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball 1. Tujuan Siswa mengenal komponen sistem kemudi Tipe Recirculating Ball Siswa memahami cara kerja sistem kemudi Tipe Recirculating Ball Siswa mampu

Lebih terperinci

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Rack And Pinion

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Rack And Pinion Jobsheet Membongkar Sistem Kemudi Tipe Rack And Pinion 1. Tujuan Siswa mengenal komponen sistem kemudi Tipe Rack and Pinion Siswa memahami cara kerja sistem kemudi Tipe Rack and Pinion Siswa mampu membongkar

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES ASSEMBLY POWER SECTION APU GTCP85-129

BAB IV PROSES ASSEMBLY POWER SECTION APU GTCP85-129 BAB IV PROSES ASSEMBLY POWER SECTION APU GTCP85-129 4.1 Pengantar Proses assemble power section dibagi menjadi 3 tahapan proses assembly yaitu : 1. Assembly rotating group 2. Assembly component support

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN. Proses Analisis Sistem Pemindah Tenaga Yamaha Vixion ini dilakukan di

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN. Proses Analisis Sistem Pemindah Tenaga Yamaha Vixion ini dilakukan di BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Analisis Sistem Pemindah Tenaga Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin Program Politeknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB III KONSTRUKSI DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS PADA SUB-ASSEMBLY

BAB III KONSTRUKSI DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS PADA SUB-ASSEMBLY 22 BAB III KONSTRUKSI DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS PADA SUB-ASSEMBLY KOPLING (CLUTCH) 3.1 Kontruksi dan Prinsip Kerja Kopling Bab ini membahas konstruksi sub-assembly kopling, prinsip kerja dan fungsi

Lebih terperinci

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perakitan dan pengukuran tranmisi Langkah Pembongkaran Berikut ini langkah-langkah pembongkaran transmisi : a. Membuka baut tap oli transmisi. b. Melepas baut yang melekat

Lebih terperinci

PEMINDAH DAYA. 1. Uraian Tipe axle dan axle shaft

PEMINDAH DAYA. 1. Uraian Tipe axle dan axle shaft PEMINDAH DAYA GARIS BESAR PEMINDAH DAYA..... 190 KOPLING 1. Uraian.......................... 191 2. Rangkaian kopling................ 191 3. Plat kopling...................... 193 4. Mekanisme penggerak............

Lebih terperinci

Lampiran 6. Jobsheet Kopling

Lampiran 6. Jobsheet Kopling Lampiran 6. Jobsheet Kopling TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK MUHAMMADIYAH PAKEM JOB SHEET KOPLING Semester Gasal PENYETELAN KOPLING 225 Menit No. JST/XI/TKR/PCPT/01 Tgl : 30 Agustus 2016 Jumlah Halaman : 6

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. penyusun utama yaitu clutch, manual transaxle (mencakup transmisi roda gigi dan

BAB II DASAR TEORI. penyusun utama yaitu clutch, manual transaxle (mencakup transmisi roda gigi dan BAB II DASAR TEORI Powertrain adalah sistem penyaluran daya dari mesin ke roda penggerak kendaraan (ban). Powertrain pada kendaraan dengan roda penggerak depan memiliki komponen penyusun utama yaitu clutch,

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN PADA DIFFERENTIAL HEAVY DUTY TRUCK HD 785-5

ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN PADA DIFFERENTIAL HEAVY DUTY TRUCK HD 785-5 36 ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN PADA DIFFERENTIAL HEAVY DUTY TRUCK HD 785-5 Rasma *, Loki Mardian Program Studi D3 OAB, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jalan Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS POROS RODA BELAKANG PADA DAIHATSU GRAN MAX PICK-UP 1500CC

BAB III ANALISIS POROS RODA BELAKANG PADA DAIHATSU GRAN MAX PICK-UP 1500CC BAB III ANALISIS POROS RODA BELAKANG PADA DAIHATSU GRAN MAX PICK-UP 1500CC 26 A. Daftar Spesifikasi Mobil Daihatsu Gran Max Pick-Up 1500cc Tabel 3.1 Spesifikasi Mobil Daihatsu Gran Max (Sumber : http://counterdaihatsu.files.wordpress.com/2011/12/spek-gmpu.jpg)

Lebih terperinci

Konstruksi CVT. Parts name

Konstruksi CVT. Parts name Konstruksi CVT C 3 D 4 E 5 6F 7 G B 2 8 H Parts name A 1 A. Crankshaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) C. Weight / Pemberat D. Secondary fixed sheave(pulley tetap) E. Secondary sliding sheave

Lebih terperinci

1 BAB II LANDASAN TEORI

1 BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Transmisi Fungsi transmisi adalah untuk meneruskan putaran dari mesin ke arah putaran roda penggerak, dan untuk mengatur kecepatan putaran dan momen yang dihasilkan sesuai

Lebih terperinci

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI KISI KISI LOMBA KETERAMPILAN SISWA AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI TAHUN 2012 TUGAS A : TUNE UP MOTOR BENSIN WAKTU : 1. Persiapan ( 5 Menit) Tune Up Motor bensin pada kendaran Kijang 7K tahun 2007

Lebih terperinci

SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR

SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR TEORI SECARA UMUM SISTIM SUSPENSI Sistim suspensi biasanya ditempatkan diantara frame dan poros roda. Pada umumnya dilengkapi dengan shock absorber. Sistim suspensi terletak

Lebih terperinci

CYLINDER HEAD E HP GASKET CARBURETOR INSULATOR HP WASHER, PLAIN 8 X 6 X

CYLINDER HEAD E HP GASKET CARBURETOR INSULATOR HP WASHER, PLAIN 8 X 6 X E - CYLINDER HEAD see E- 0 0 0 0 HP 0 000 HEAD COMP CYLINDER 0 HP 0 000 HOLDER CAMSHAFT. HP 0 000 GUIDE IN VALVE HP 0 000 GUIDE EX VALVE HP 0 000 GASKET CYLINDER HEAD HP 0 000 GASKET CARBURETOR INSULATOR

Lebih terperinci

No. JST/OTO/321 Revisi : 00 Tgl : Page 1 of 2

No. JST/OTO/321 Revisi : 00 Tgl : Page 1 of 2 No. JST/OTO/321 Revisi : 00 Tgl : 07-07-07 Page 1 of 2 KOPLING PEGAS SPIRAL 2 x 50 Kompetensi : Memelihara/ servis, memperbaiki dan overhaul sistem pemindah tenaga pada kendaraan ringan Sub Kompetensi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

ALAT UKUR & SST (Special Service Tools)

ALAT UKUR & SST (Special Service Tools) ALAT UKUR & SST (Special Service Tools) ALAT ALAT UKUR I. DIAL GAUGE (DIAL INDICATOR) Uraian Dial gauge digunakan untuk mengukur kebengkokan poros, run out, dan backlash. Dengan ketelitian : 0,01 mm Apabila

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

Konstruksi CVT. Parts name. A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft. C. Weight / Pemberat

Konstruksi CVT. Parts name. A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft. C. Weight / Pemberat Konstruksi CVT C 3 D 4 E 5 6F 7 G B 2 8 H Parts name A 9I 1 10 J A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) G. Clutch housing/rumah kopling C. Weight / Pemberat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Salah satu komponen yang digunakan oleh kendaraan HINO FM260TI adalah Gearbox bentuk aplikasi dari rodagigi dimana rodagigi disusun menjadi beberapa stage/tingkat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN. 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear )

BAB IV PEMBAHASAAN. 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear ) BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear ) Differential gear atau sering dikenal dengan nama gardan adalah komponen pada mobil yang berfungsi untuk meneruskan tenaga mesin

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Hydraulic Pump Excavator Crawler EC460BLC Gambar 3.1Hydraulic Pump Excavator Crawler EC460B (SoftwareINTA - Excavator Volvo EC460B) Tabel 3.1 Specification

Lebih terperinci

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 1 MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 2 SISTEM KEMUDI Kompetensi : Menjelaskan pengertian prinsip

Lebih terperinci

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering STEERING Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda-roda depan. Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear. Steering

Lebih terperinci

POROS PENGGERAK RODA

POROS PENGGERAK RODA SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) POROS PENGGERAK RODA 34 PEMELIHARAAN / SERVICE POROS PENGGERAK RODA A. URAIAN Fungsi axle shaft adalah sebagai penumpu beban roda atau dudukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Transmisi manual merupakan gabungan roda-roda gigi yang memindahkan putaran dan moment poros engkol ke roda-roda penggerak.

BAB III LANDASAN TEORI. Transmisi manual merupakan gabungan roda-roda gigi yang memindahkan putaran dan moment poros engkol ke roda-roda penggerak. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Transmisi Transmisi manual merupakan gabungan roda-roda gigi yang memindahkan putaran dan moment poros engkol ke roda-roda penggerak. 1.Menghasilkan tenaga yang lebih

Lebih terperinci

SISTEM POROS PROPELLER

SISTEM POROS PROPELLER SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) SISTEM POROS PROPELLER 22 PEMELIHARAAN / SERVICE UNIT FINAL DRIVE ( SISTEM POROS PROPELLER) URAIAN Propeller Shaft Propeller Shaft berfungsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelang melakukan proses analisis pada sistem pemindahan tenaga sepeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelang melakukan proses analisis pada sistem pemindahan tenaga sepeda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Proses Analisis Sistem Pemindah Tenaga. Setelang melakukan proses analisis pada sistem pemindahan tenaga sepeda motor yamaha vixion berdasarkan standar dan spesifikasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR TUGAS : ENGINE TUNE UP NO ASPEK PENILAIAN YES NO ACTUAL COMMENT 1 PERSIAPAN 1.1 Periksa semua perlengkapan yang ada 10 0 1.2 Periksa semua instruksi 10 0 1.3 Pilih peralatan pengetesan yang benar 20 0

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 Boxer single speed

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 Boxer single speed 2 TRAKTOR QUICK G1000 Boxer single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses yang sangat berpengaruh dalam menentukan produksi hasil pertanian. Maka perlu diupayakan penyempurnaan

Lebih terperinci

BAB I MENGENAL SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL

BAB I MENGENAL SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL BAB I MENGENAL SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL Fungsi sistem kemudi Sistem kemudi pada kendaraan berfungsi untuk merubah arah gerak kendaraan melalui roda. Sistem kemudi harus dapat memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco G16ADP 2 langkah 160cc Dari pembongkaran yang dilkukan didapat spesifikasi komponen kopling kering mekanis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu dan tempat untuk pelaksanaan pengukuran dan analisis tugas akhir sebagai berikut : 3.1.1 Waktu pelaksanaan Waktu pelaksanaan ini kurang

Lebih terperinci

GIGI KEMUDI TYPE RAK DAN PINION

GIGI KEMUDI TYPE RAK DAN PINION PRAKTEK GIGI KEMUDI TYPE RAK DAN PINION 1. Tujuan Khusus Pembelajaran P e s e r t a b e l a j a r d a p a t Membongkar gigi kemudi type rak dan pinion Memeriksa bagian-bagian gigi kemudi type rak dan pinion

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Hidrolik Dalam bahasa yunani hidro artinya air sedang aulos artinya pipa. Kata hidrolik berasal dari bahasa yunani yang dalam bahasa inggris artinya air dalam pipa.

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI

PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI PERANCANGAN MESIN PROSES REKAYASA PERANCANGAN SUATU MESIN BERDASARKAN KEBUTUHAN ATAU PERMINTAAN TERTENTU YANG DIPEROLEH DARI HASIL PENELITIAN ATAU DARI PELANGGAN LANGSUNG

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM PEMINDAH TENAGA PROPELLER SHAFT. Rian Alif Prabu ( ) Septian Dwi Saputra ( )

MAKALAH SISTEM PEMINDAH TENAGA PROPELLER SHAFT. Rian Alif Prabu ( ) Septian Dwi Saputra ( ) MAKALAH SISTEM PEMINDAH TENAGA PROPELLER SHAFT Rian Alif Prabu (12504244022) Septian Dwi Saputra (12504244032) Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2016 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TRAKTOR QUICK G600 single speed 3 KATA PENGANTAR

TRAKTOR QUICK G600 single speed 3 KATA PENGANTAR TRAKTOR QUICK G600 single speed 3 KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses yang sangat berpengaruh dalam menentukan produksi hasil pertanian. Maka perlu diupayakan penyempurnaan pengolahan

Lebih terperinci

PERAWATAN & PERBAIKAN SISTEM KOPLING

PERAWATAN & PERBAIKAN SISTEM KOPLING SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PERAWATAN & PERBAIKAN SISTEM KOPLING 39 PRAKTEK PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING ( Toyota Kijang KF 40 ). 1. Memeriksa dan Menyetel Pedal Kopling.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR TUGAS : ENGINE TUNE UP NO ASPEK PENILAIAN YES NO ACTUAL COMMENT 1 PERSIAPAN 1.1 Periksa semua perlengkapan yang ada 10 0 1.2 Periksa semua instruksi 10 0 1.3 Pilih peralatan pengetesan yang benar 20 0

Lebih terperinci

Lampiran 1 NO. NAMA MEKANIK

Lampiran 1 NO. NAMA MEKANIK 70 Lampiran 1 NO. NAMA MEKANIK Faktor Penyabab masalah 1 2 3 4 5 1 Andri 4 2 1 1 5 2 Denny 4 4 1 4 5 3 Eko 5 3 4 1 4 4 Fahrul 4 4 1 3 5 5 Handi 5 3 3 1 4 6 Hery 4 3 3 1 5 7 Mujilan 4 3 3 1 5 8 Montes 4

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PERAWATAN DI PT. ASTRA DAIHATSU CILEDUG

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PERAWATAN DI PT. ASTRA DAIHATSU CILEDUG 30 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PERAWATAN DI PT. ASTRA DAIHATSU CILEDUG Gambar 4.1, Alur proses perawatan 31 Mulai Masukkan Mobil ke stall Diteksi sistem yang mengalami kerusakan Pembongkaran

Lebih terperinci

MELAKSANAKAN PEKERJAAN DASAR POWER TRAIN

MELAKSANAKAN PEKERJAAN DASAR POWER TRAIN KODE MODUL AMBR 011.20-1.A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK ALAT BERAT MELAKSANAKAN PEKERJAAN DASAR POWER TRAIN BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT

Lebih terperinci

1 BAB III METODELOGI PENELITIAN

1 BAB III METODELOGI PENELITIAN 1 BAB III METODELOGI PENELITIAN Tempat & Waktu Pelaksanaan Dilaksanakannya dalam proses Analisis Troubleshooting Sistem Transmisi Penggerak Roda Depan Honda Accord 4 Percepatan dan pembongkaran pengambilan

Lebih terperinci

Tipe Constant Mesh Dengan Tipe Constant Mesh memungkinkan ukuran konstruksi Transmisi menjadi lebih kecil, sehingga kebanyakan sepeda motor

Tipe Constant Mesh Dengan Tipe Constant Mesh memungkinkan ukuran konstruksi Transmisi menjadi lebih kecil, sehingga kebanyakan sepeda motor Tipe Constant Mesh Dengan Tipe Constant Mesh memungkinkan ukuran konstruksi Transmisi menjadi lebih kecil, sehingga kebanyakan sepeda motor menggunakan transmisi tipe constant mesh. Karakteristik Tipe

Lebih terperinci

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING 7 PENDAHULUAN SISTEM PEMINDAH TENAGA (POWER TRAIN). Pemindah tenaga (Power Train) adalah sejumlah mekanisme

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

No. Alumni Politeknik David Kurnia Putra

No. Alumni Politeknik David Kurnia Putra No. Alumni Politeknik David Kurnia Putra No. Alumni Jurusan BIODATA (a) Tempat/Tgl Lahir: Pariaman/07 Maret 1996 (b) Nama Orang Tua: Rebendri dan Armiati (c) Jurusan: Teknik Mesin (d) Program Studi: DIII

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling Gambar 4.1 Diagram Proses Perawatan dan Perbaikan Kopling 29

Lebih terperinci

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal Celah antara ring piston dengan - - silinder I II III IV Ring I 0.02 0.02 0.02 0.02 Ring II 0.02 0.02 0.02 0.02 alurnya Gap ring piston - - silinder I II III IV Ring I 0.30 0.20 0.30 0.20 Tebal piston

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB I V PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Membongkar Dan Merakit Kembali Transmisi Manual

BAB I V PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Membongkar Dan Merakit Kembali Transmisi Manual 20 BAB I V PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES PENGERJAAN TRANSMISI 4.1.1 Membongkar Dan Merakit Kembali Transmisi Manual Catatan : Transmisi manual yang ditinjau dalam servis ini adalah transmisi manual

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck BAB II LANDASAN TEORI Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m).

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start BAB III ANALISIS MASALAH A. Tinjauan masalah Umumnya, pengemudi akan menyadari bahwa pada sistem pengisian terjadi gangguan bila lampu tanda pengisian menyala. Sebagai tambahan, sering ditemukan sistem

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK KIJANG single speed

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK KIJANG single speed 2 TRAKTOR QUICK KIJANG single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses yang sangat berpengaruh dalam menentukan produksi hasil pertanian. Maka perlu diupayakan penyempurnaan pengolahan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR OVERHAUL TRANSMISI MANUAL PADA TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G. Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma 3 Untuk

TUGAS AKHIR OVERHAUL TRANSMISI MANUAL PADA TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G. Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma 3 Untuk TUGAS AKHIR OVERHAUL TRANSMISI MANUAL PADA TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma 3 Untuk Menyandang Gelar Ahli Madya Oleh Indra Sulistyo 5211312032 PROGRAM

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Alat Pengencang dan Pembuka Mur Roda Kendaraan

Perancangan dan Pembuatan Alat Pengencang dan Pembuka Mur Roda Kendaraan Perancangan dan Pembuatan Alat Pengencang dan Pembuka Mur Roda Kendaraan Liberaldo Tedjo Prajogo 1) Ninuk Jonoadji 2) Program Otomotif Program Studi Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

2) Lepaskan baut pemasangan exhaust pipe (pipa knalpot) dan baut/mur pemasangan mufler (knalpot)

2) Lepaskan baut pemasangan exhaust pipe (pipa knalpot) dan baut/mur pemasangan mufler (knalpot) Jurusan : Pendidikan Teknik Otomotif Waktu : 2 x 50 Menit Teknologi Sepeda Motor Judul :Melepas, Memeriksa, & Memasang Piston Sepeda Motor Karisma A. Tujuan 1) Mahasiswa mampu melepas silinder dan torak

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK.1. Perhitungan Silinder-silinder Hidraulik.1.1. Kecepatan Rata-rata Menurut Audel Pumps dan Compressor Hand Book by Frank D. Graha dan Tara Poreula, kecepatan piston dipilih

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan umum Tembakau merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi bahan dasar rokok. Dimana kita ketahui bahwa rokok telah menjadi kebutuhan sebagian orang. Walaupun

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH. 3.1 Cara Kerja Sisten Starter Pada Kijang Innova. yang diamati pada Toyota Kijang Innova Engine 1 TR-FE masih bekerja

BAB III ANALISIS MASALAH. 3.1 Cara Kerja Sisten Starter Pada Kijang Innova. yang diamati pada Toyota Kijang Innova Engine 1 TR-FE masih bekerja BAB III ANALISIS MASALAH 3.1 Cara Kerja Sisten Starter Pada Kijang Innova Setelah melakukan pengamatan di pada objek cara kerja sistem starter yang diamati pada Toyota Kijang Innova Engine 1 TR-FE masih

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR CVT (Continuous Variable Transmission) Modul ini disusun sebagai bahan ajar bagi siswa kelas XI TSM (Teknik Sepeda Motor) Disusun : Gunadi, S. Pd DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RPKPM).

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RPKPM). Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

Edisi I, Cetakan ke-1/2011 PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN

Edisi I, Cetakan ke-1/2011 PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN Edisi I, Cetakan ke-1/2011 PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN T R A K T O R Q U I C K M.U.L.T.I S.P.E.E.D 2 TRAKTOR QUICK M1000 Alfa multi speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses

Lebih terperinci

PT. UNITED TRACTORS Tbk TC SANGATTA

PT. UNITED TRACTORS Tbk TC SANGATTA UNDERCARRIAGE PT. UNITED TRACTORS Tbk TC SANGATTA D A F T A R I S I KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTAR ISI BAB I. BAB II. FINAL DRIVE A. SINGLE REDUCTION ROTATED DRIVE SHAFT. I - 2-9 B. SINGLE REDUCTION

Lebih terperinci

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875.

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. ABSIC ENGINE Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. Pada pertengahan era 30-an, Volvo menggunakan engine yang serupa dengan engine Diesel. Yaitu engine

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Bantu Alat bantu ialah merupakan alat yang digunakan pada saat melakukan assembly dan disassembly unit serta digunakan pada proses perawatan unit, baik itu perawatann secara

Lebih terperinci

BAB III. 3.1 Pemeliharan dan perawatan propeller

BAB III. 3.1 Pemeliharan dan perawatan propeller BAB III 3.1 Pemeliharan dan perawatan propeller 3.2 Manajemen Manajemen merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam mengatur sumber daya sumber daya yang dimilikinya agar

Lebih terperinci

Perawatan System C V T

Perawatan System C V T Perawatan System C V T A. Pelumasan Colar pada pulley primer Sebab : Jika tidak ada pelumasan, akselerasi / percepatan tidak halus karena gerakan penyesuai pada primary sheave tidak bekerja dengan baik.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERAWATAN DAN PERBAIKAN TRANSMISI MANUAL TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G

TUGAS AKHIR PERAWATAN DAN PERBAIKAN TRANSMISI MANUAL TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G TUGAS AKHIR PERAWATAN DAN PERBAIKAN TRANSMISI MANUAL TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Diploma III Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Oleh NAMA : Pijar Prastian Sejati

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004 22 BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004 3.1 Tempat Dan Objek Analisis Tempat untuk melakukan analisis dan perbaikan pada tugas akhir ini, adalah workshop otomotif

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Otomotif Satuan Pendidikan : SMK Kelas/Semester : XI TKR Mata Pelajaran : Pengetahuan Dasar Teknik Topik : Memelihara unit final drive/gardan Waktu : 2 45 menit Pertemuan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Dump Truck Sumber:Lit 6

Gambar 2.1 Dump Truck Sumber:Lit 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KASUS

BAB III ANALISIS KASUS BAB III ANALISIS KASUS A) Tujuan Pemecahan Masalah 1. Untuk mengetahui ketirusan permukaan crankshaft. 2. Untuk mengetahui kebengkokan permukaan crankshaft. 3. Untuk mengetahui apakah bantalannya masih

Lebih terperinci

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin,

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, Politenik Muhammadiyah Yogyakarta. Pelaksanaan dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL Pengukuran Beban Tujuan awal dibuatnya cruise control adalah membuat alat yang dapat menahan gaya yang dihasilkan pegas throttle. Untuk itu perlu diketahui

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR BAGAN... vii DAFTAR NOTASI... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dibuat Oleh : Nama : Nuryanto

Lebih terperinci