IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Pada tanggal 2 April 1971 PT Toyota-Astra Motor (TAM) diresmikan sebagai importir dan distributor kendaraan Toyota di Indonesia dengan modal disetor Rp dari pemegang saham Toyota Motor Corporation (95%) dan PT. Astra International Tbk (5%). PT TAM mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari Pada tahun 1973 didirikan pabrik perakitan PT Multi Astra. Pada tahun 1976 berdiri PT Toyota Mobilindo sebagai pabrik komponen. Pada tahun 1982 pabrik mesin PT Toyota Engine Indonesia mulai beroperasi. Empat perusahaan Toyota di Indonesia yaitu PT Toyota-Astra Motor, PT Multi Astra, PT Toyota Mobilindo dan PT Toyota Engine Indonesia pada tahun 1996 merger menjadi satu perusahaan PT Toyota-Astra Motor dan bergerak dalam bidang manufaktur dan distribusi. Pada tanggal 20 Februari 2003, PT Astra International Tbk (AI) dan Toyota Motor Corporation (TMC), sebagai perusahaan induk PT Toyota Astra Motor (TAM), mengumumkan bahwa keduanya mencapai kesepakatan dalam suatu persetujuan dasar untuk mereorganisasi PT TAM menjadi dua entitas bisnis, yakni yang bergerak dalam bidang manufaktur dan distribusi. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam bentuk penandatangan Nota Kesepahaman (MOU) oleh Presiden Direktur AI, Budi Setiadharma, Wakil Presiden Direktur AI, Michael D. Ruslim dan Managing Director TMC, Akio Toyoda di Jakarta. Sesuai dengan rencana reorganisasi PT TAM tersebut, TMC akan menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan 95% pada perusahaan manufaktur yang akan mengembangkan kegiatan operasinya sebagai pusat produksi dan pemasok global kendaraan serbaguna dan mesin berbahan bakar bensin. Sementara itu, AI akan menjadi pemegang saham mayoritas (dengan kepemilikan 51%) di perusahaan distribusi, yang akan mengendalikan kegiatan penjualan (sales) di Indonesia. Keduanya, baik AI maupun TMC, akan tetap menjalin kerjasama, secara aktif melanjutkan investasi modal serta secara

2 23 simultan memperkuat aktivitas penjualan di Indonesia dengan menempatkan Indonesia sebagai basis pemasok dan penjualan yang signifikan. Pada tanggal 1 Agustus 2003, MOU tersebut direalisasikan dan dilakukan restrukturisasi permodalan dalam perusahaan (PT TAM) antara Toyota Motor Corporation dan PT Astra International Tbk sehingga komposisi permodalan mereka dalam PT TAM menjadi 51% saham PT Astra International Tbk dan 49% saham Toyota Motor Corporation. Pada proses restrukturisasi tersebut, PT TAM juga melepas sektor usahanya di bidang industri manufaktur kepada PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan PT. Toyota-Astra Motor kembali menjadi distributor tunggal produk bermerek dagang Toyota dan berkantor pusat di Jl. Yos Sudarso, Sunter II, Jakarta. Pada saat penelitian ini dilakukan, PT TAM telah berlaku sebagai distributor tunggal merek Toyota yang bertanggung jawab atas pelayanan purna jual (after-sales service) kendaraan tersebut. PT TAM mempunyai struktur organisasi seperti yang termuat dalam Gambar 5.

3 24

4 25 New Model & PN Information New Model Project Control PN Information Import Parts Service Parts Logistic Parts Control Local Parts Inventory & System Control Supply Operation Order Processing Shipping Warehouse Receiving & Quality Parts Issuing Kaizen Group Productivity Control & Adm. LK3 Committee SP Relocation Committee Gambar 6. Struktur organisasi TAM-SPLD

5 26 Filosofi Perusahaan PT TAM, yaitu : 1. Memberikan kontribusi kepada negara dan masyarakat melalui profesionalisme dalam memasarkan produk dan jasa yang berkualitas tinggi di dalam era persaingan global 2. Tumbuh bersama-sama karyawan, dealer dan pemasok dengan mengedepankan rasa saling percaya dan saling menghormati Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan otomotif yang paling sukses dan dihormati di kawasan Asia Tenggara dengan memberikan pengalaman terbaik dalam kepemilikan kendaraan. Sedangkan misi perusahaan adalah : 1. Secara berkesinambungan menyediakan produk dan jasa yang berkualitas tinggi serta memenuhi kebutuhan pelanggan melalui program pemasaran yang terbaik 2. Mengembangkan karyawan yang berkompeten dengan menciptakan lingkungan kerja yang baik untuk mendukung tercapainya kepuasan pelanggan 3. Memperkuat kolaborasi dengan produsen, dealer utama dan dealer-dealer melalui komunikasi dan kerjasama yang lebih baik 4. Mengembangkan operasi perusahaan yang sehat dalam segala aspek, misalnya pemenuhan peraturan, lingkungan dan lain-lain Sistem Proses Order dari Dealer ke TAM-SPLD TAM-Service Parts Logistic Division (TAM-SPLD) adalah divisi yang bertanggung jawab atas pengadaan dan distribusi suku cadang asli Toyota untuk ratusan dealer yang tersebar di seluruh Indonesia dan ekspor ke beberapa negara. Supply Operation adalah salah satu departemen dalam SPLD yang bertugas mengelola order dari pelanggan. Pengelolaan order ini meliputi penerimaan order, pemrosesan order, serta pengiriman suku cadang ke pelanggan TAM (main dealer Toyota). Struktur organisasi TAM-SPLD dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan tingkat kepentingan dan skala prioritas, sistem proses order di TAM-SPLD terdiri dari empat macam proses pelayanan, yaitu :

6 27 1. Proses Real Time Invoicing (Tipe 1) Fasilitas ini digunakan untuk memberikan pelayanan yang lebih cepat kepada dealer atau pelanggan (untuk kasus emergency). Tipe order yang dipergunakan untuk proses real time invoicing adalah tipe order 1 (emergency order). Sedangkan jenis order untuk proses real time invoicing dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Vehicle Off Road (VOR) Order digunakan untuk pemesanan suku cadang yang benar-benar diperlukan (kendaraan tidak bisa jalan tanpa suku cadang tersebut dan atau memenuhi peraturan perundangan). 2) Emergency Order Biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan critical items dari dealer atau pelanggan. Order tipe 1 diproses setiap saat ketika order masuk ke TAM-SPLD, sedangkan waktu dan cara pengirimannya dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Waktu dan cara pengiriman order tipe 1 Waktu Proses Order Waktu Pengiriman Cara Pengiriman Wilayah Luar Jakarta Pkl Hari yang sama (N) Via Udara (oleh Ekspedisi) Pkl Esok hari (N+1) Via Udara (oleh Ekspedisi) Wilayah Jakarta Pkl Hari yang sama (N) Pengiriman langsung Hari yang sama (N) Diambil sendiri Pkl Esok hari (N+1) Pengiriman langsung 2. Proses Route Invoicing (Tipe 2) Fasilitas ini digunakan untuk melayani order workshop dalam kota, dimana waktu proses order ditentukan secara berkala (scheduling) dan di sinkronkan dengan waktu pengiriman suku cadang. Tipe order yang dipergunakan untuk proses route invoicing adalah tipe order 2 (route order). Order tipe 2 diproses sesuai cut-off time yang telah ditentukan, sedangkan waktu dan cara pengirimannya sebagai disajikan dalam Tabel 3.

7 28 Tabel 3. Waktu dan cara pengiriman order tipe 2 Waktu Proses Order Waktu Pengiriman Cara Pengiriman Via Darat/Laut Pkl Hari yang sama (N) - Oleh Ekspedisi (Luar Jakarta) - Pengiriman langsung (Jakarta) Via Darat/Laut Pkl Esok hari (N+1) - Oleh Ekspedisi (Luar Jakarta) - Pengiriman langsung (Jakarta) 3. Proses Batch Invoicing (Tipe 3) Fasilitas ini digunakan untuk memberikan pelayanan bagi pesanan atau order dari dealer yang merupakan order untuk pergantian persediaan. Tipe order yang dipergunakan untuk proses batch invoicing adalah tipe order 3 (replenishment order). Proses print-out order untuk tipe ini dilakukan dua kali dalam sehari untuk wilayah Jakarta dan luar Jakarta. Waktu dan cara pengiriman suku cadang yang dipesan dengan tipe order ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Waktu dan cara pengiriman order tipe 3 Waktu Print-out Order Waktu Pengiriman Cara Pengiriman Pkl (Jakarta) N+1 (dari proses order) Pengiriman langsung Pkl (luar Jakarta) N+1 Via Darat/Laut (dari proses order) - Oleh Ekspedisi (luar Jakarta) 4. Proses Firm Order (Tipe F) Fasilitas ini digunakan untuk pemesanan suku cadang yang life time-nya pendek atau suku cadang yang perlu sering diganti (fast moving part) dan harus selalu ada persediaan di gudang dealer. Tipe order yang dipergunakan untuk proses firm order adalah tipe order F. Sistem order dilakukan berdasarkan kesepakatan antara TAM dengan dealer mengenai waktu supply. Order tipe F ini sangat dicermati penangannya oleh PT TAM karena jumlahnya sangat banyak, sehingga jika harus memiliki persediaan di gudang, akan memerlukan ruang yang sangat besar. Oleh karena itu PT TAM mengatur persediaannya pada gudang-gudang milik main dealer. Suku cadang yang dipesan dengan proses firm order (order tipe F) dapat dikirim langsung dari supplier ke main dealer atas permintaan PT TAM.

8 Identifikasi Rantai Pasok Rantai Pasok dalam bisnis suku cadang asli Toyota yang dikelola PT TAM dapat digolongkan menjadi lima kelompok yaitu Supplier (Pemasok), PT TAM sebagai agen tunggal pemegang merek dagang (Trade Mark), Main Dealer, Sub- Dealer/Branch/VSP-Part Shop serta End User (Pemilik/Pemakai kendaraan bermotor merek Toyota. Hasil identifikasi rantai pasok suku cadang asli kendaraan merek Toyota yang dikelola PT. TAM dapat dilihat pada Gambar 7. MATA RANTAI 1 TMC/TMAP/Local Supplier & TMMIN MATA RANTAI 2 TAM MATA RANTAI 3 Main Dealer Astra International (Auto 2000) New Ratna Motor Agung Automall Hadji Kalla Hasjrat Abadi MATA RANTAI 4 Sub Dealer/ Branch/VSP Partshops Sub-Depot MATA RANTAI 5 End-User Supply Order Gambar 7. Rantai pasok dan alur distribusi order dan supply suku cadang Toyota

9 30 1. Supplier (Pemasok) Supplier merupakan mata rantai pertama dalam jaringan bisnis suku cadang PT Toyota-Astra Motor. Supplier menyediakan suku cadang yang akan didistribusikan oleh PT Toyota-Astra Motor. Suku cadang asli Toyota didapatkan dari beberapa sumber antara lain: a. TMC (Toyota Motor Corp.) Jepang. b. TMAP (Toyota Motor Asia Pacific) sebagai importir non TMC (3 rd Country) dimana barangnya bersumber dari Thailand, Taiwan, Malaysia, Philipina dan Australia, dll. c. Local Supplier (pabrik lokal) yaitu: PT Bando, PT Denso Indonesia, PT Kayaba dll, termasuk diantaranya in House Product Pabrik TMMIN (body parts). Persentase sumber pemerolehan suku cadang dari pemasok lokal, TMC, dan TMAP bagi TAM masing-masing adalah 54%, 36% dan 10%. Selanjutnya supplier disebut sebagai mata rantai PT Toyota-Astra Motor PT TAM merupakan mata rantai kedua yang merupakan agen tunggal pemegang merek Toyota dan bertanggungjawab atas pelayanan purna jual kendaraan. TAM-Service Parts Logistic Division adalah divisi yang bertanggungjawab atas pengadaan dan distribusi suku cadang asli Toyota untuk kebutuhan pelanggan. Semua suku cadang yang didistribusikan oleh PT TAM telah memenuhi standar mutu yang diawasi oleh TMC. PT TAM melakukan pengiriman ke sub depo (50%), non depo untuk daerah Jakarta dan sekitarnya (43%), dan ekspor (7%) untuk suku cadang Toyota yang diproduksi di Indonesia. Selanjutnya PT. TAM disebut sebagai mata rantai Main Dealer Main dealer merupakan mata rantai ketiga dalam jaringan bisnis TAM. Lima dealer utama Toyota yaitu: PT Astra Internasional (Auto 2000), PT New Ratna Motor, PT Agung Automall, PT Hasjrat Abadi, dan NV Hadji Kalla Trd.Co. TAM melakukan pengiriman langsung ke main dealer tersebut atau ke sub-depot yang dimiliki oleh main dealer. Sub-Depot adalah gudang yang

10 31 dimiliki oleh main dealer dan menjalankan fungsi service parts logistic, yaitu fungsi inventory, warehousing, dan supply operation ke dealer-dealer. Ada 9 sub depo milik main dealer yang dilayani oleh TAM, yaitu depo Medan (Auto 2000), depo Pekanbaru (Agung Auto Mall), depo Bandung (Auto 2000), depo Semarang (New Ratna Motor), depo Surabaya (Auto 2000), depo Balikpapan (Auto 2000), depo Makasar (Hadji Kalla), depo Manado (Hasjrat Abadi), dan depo Jayapura (Hasjrat Abadi). Selanjutnya main dealer disebut sebagai mata rantai Sub-Dealer/Branch/VSP dan Part Shop Sub-Dealer, cabang dealer, bengkel, dan toko suku cadang melakukan pemesanan suku cadang asli Toyota pada main dealer dan berperan memasarkan dan melayani end-user secara langsung. Perbandingan persentase saham penjualan antara bengkel dan toko di seluruh Indonesia adalah 46% dan 54%. Selanjutnya sub-dealer, cabang dealer, bengkel, dan toko suku cadang disebut sebagai mata rantai End-User End-user merupakan mata rantai terakhir dalam jaringan bisnis PT TAM. End-user adalah pemilik mobil Toyota yang menggunakan suku cadang asli Toyota. End-user bisa mendapatkan suku cadang asli Toyota pada sub-dealer dan parts shop yang tersebar di seluruh Indonesia. Selanjutnya end-user disebut sebagai mata rantai 5.

11 Analisis Model SCOR Menurut Bolstorff dan Rosenbaum (2003), model SCOR meliputi tiga level proses. Ketiga level tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. SCOR framework

12 33 Analisis model SCOR dibahas pada setiap mata rantai pasok bisnis suku cadang PT TAM. Namun, pembahasan model SCOR yang lebih kritis ditekankan pada arus supply mata rantai 2 ke mata rantai 3 (PT TAM kepada main dealer Toyota). Pada penelitian ini, model SCOR digunakan untuk mengukur kinerja dan mendefinisikan aliran kerja dan informasi pada TAM-SPLD dalam menyampaikan suku cadang asli Toyota (lihat Gambar 9). MATA RANTAI 1 TMC/TMAP/Local Supplier & TMMIN MATA RANTAI 2 TAM MATA RANTAI 3 Main Dealer Astra International (Auto 2000) New Ratna Motor Agung Automall Hadji Kalla Hasjrat Abadi MATA RANTAI 4 Sub Dealer/ Branch/VSP Partshops Sub-Depot MATA RANTAI 5 End-User Supply Order Gambar 9. Pola mata rantai kritikal

13 Level 1 (Top Level) SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi lima proses manajemen inti, yaitu plan (perencanaan), source (pengadaan), make (pembuatan), deliver (pengiriman), dan return (pengembalian). Di dalam SCM, kelima proses inti ini harus saling terintegrasi baik dari supplier paling hulu sampai ke end-user, dan segala hal yang berkaitan dengan strategi perusahaan, bahan baku, aktifitas kegiatan, maupun mengenai aliran informasi. Dengan adanya proses integrasi antara proses-proses SCOR di dalam rantai pasok tersebut, maka seluruh elemen dalam rantai pasok akan memperoleh nilai tambah dari aktifitas-aktifitas yang dilakukan. Definisi proses SCOR pada rantai pasok PT TAM dijelaskan sebagai berikut. 1. Perencanaan (Plan) Ruang lingkup proses perencanaan (plan), yaitu: a) menyeimbangkan sumberdaya dan membuat rencana untuk rantai pasok secara keseluruhan, termasuk rencana pengembalian, dan rencana pelaksanaan proses dari kebutuhan pengadaan, produksi dan pengiriman b) mengelola aturan bisnis, kinerja rantai pasok, pengumpulan data, persediaan, modal aset, transportasi, merencanakan bentuk, dan pengaturan persyaratan dan pelaksanaan c) menyelaraskan rencana kesatuan rantai pasok dengan rencana keuangan Setiap mata rantai melakukan proses perencanaan, dan secara periodik atau pada saat diperlukan, mata rantai tertentu melakukan perencanaan bersama PT TAM. Mata rantai 1 (supplier), kegiatan perencanaan berkaitan dengan penyediaan bahan baku dan fasilitas, kegiatan memproduksi suku cadang dan proses pengiriman suku cadang yang dihasilkan ke PT TAM, yang secara keseluruhan disesuaikan dengan keadaan keuangan perusahaan. Bagi mata rantai 2 (PT TAM), kegiatan perencanaan ini berkaitan dengan penerimaan suku cadang dari supplier, mengelola persediaan di gudang, kegiatan proses melayani pesanan dari pelanggan, kegiatan pengiriman suku cadang kepada pelanggan maupun pengukuran dan pengontrolan, sehingga dapat diketahui

14 35 tingkat keberhasilan yang diperoleh perusahaan berdasarkan target yang telah ditetapkan. Pada mata rantai 3 (dealer utama Toyota), elemen perencanaan berkaitan dengan mengatur pendistribusian barang ke sub-dealer dan parts shop dan rencana pemilihan sarana transportasi yang tepat. Pada mata rantai 4, sub-dealer dan parts shop melakukan kegiatan perencanaan untuk menentukan waktu pemesanan suku cadang, dan pelayanan pelanggan, yaitu pemilik/pemakai mobil Toyota yang menggunakan suku cadang asli Toyota. Sedangkan mata rantai 5 (pemilik mobil Toyota) melakukan kegiatan perencanaan untuk menentukan waktu penggantian suku cadang sesuai dengan petunjuk pemeliharaan kendaraan Toyota yang disarankan. 2. Pengadaan (Source) Elemen pengadaan (source) berkaitan dengan jadwal pengiriman suku cadang, mengelola persediaan, memilih dan menilai kinerja supplier, dan membuat jaringan dan kesepakatan dengan supplier. Pada mata rantai 1, yaitu supplier elemen ini berperan dalam pemerolehan bahan baku untuk memproduksi suku cadang. Pada mata rantai 2, PT TAM, melakukan pemesanan, pengiriman, pemeriksaan, dan pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan suku cadang dari supplier. Untuk itu diperlukan strategi yang tepat sehingga proses pemesanan suku cadang dapat dilakukan secara efektif dan efisien yang berguna untuk meminimalisasikan biaya penyimpanan suku cadang di gudang dengan tetap dapat melayani semua permintaan pelanggan. Begitu pula yang dilakukan oleh mata rantai 3 dan 4. Pemilik/pemakai mobil Toyota (mata rantai 5) sebagai pelanggan akhir membeli suku cadang asli Toyota yang diperlukan pada sub-dealer dan parts shop. 3. Pembuatan (Make) Proses make berkaitan dengan proses produksi maupun kegiatan sebelum atau sesudahnya meliputi penjadwalan kegiatan produksi, evaluasi produk, quality controls, mengemas dan menyiapkan produk yang akan dikirim. Kegiatan pembuatan atau make ini hanya dilakukan pada mata rantai 1 dalam rantai pasok perusahaan yang melakukan proses produksi

15 36 suku cadang dan mata rantai 2 yaitu PT TAM dalam hal pengemasan produk untuk beberapa suku cadang dimana supplier belum memiliki standar untuk pengemasan. Pada mata rantai 3 dan selanjutnya tidak terjadi proses produksi terhadap produk suku cadang lagi. 4. Penyampaian (Deliver) Proses deliver merupakan proses penyampaian barang berkaitan dengan pemrosesan pesanan pelanggan, invoicing customer, manajemen penggudangan mulai dari penerimaan produk sampai pengiriman produk, melihat rute pengiriman, memilih perusahaan ekspedisi, syarat impor dan ekspor. Mata rantai 1 sampai dengan 4 melakukan proses deliver. Supplier sebagai mata rantai 1 mengirimkan suku cadang kepada PT. TAM dengan pemilihan sistem transportasi yang tepat dan memperhatikan persyaratan ekspor (untuk TMC dan TMAP). Mata rantai 2, PT. TAM melakukan proses deliver ke workshop dan parts shop di wilayah Jabotabek, sembilan sub-depot milik main dealer Toyota, dan workshop di daerah yang tidak punya depo yang tersebar di seluruh Indonesia dengan pemilihan sarana transportasi yang sesuai dengan tipe order dan daerah tujuan. Pengiriman langsung dilakukan untuk daerah Jakarta dan sekitarnya. Pengiriman order tipe 1 biasanya menggunakan sepeda motor untuk suku cadang berukuran kecil karena dapat lebih cepat sampai ke tujuan dan dengan mobil untuk suku cadang berukuran besar. Sedangkan untuk wilayah luar Jakarta, pengiriman dilakukan lewat darat, laut dan udara. Untuk tipe 1, pengiriman dilakukan oleh ekspedisi melalui udara kecuali untuk depo Bandung. Sedangkan untuk tipe 2 dan 3, pengiriman dilakukan oleh ekspedisi melalui darat/laut tergantung pada depo tujuan. Mata rantai 3 (main dealer) melakukan pengiriman ke cabang dealer, bengkel dan toko di daerah sekitarnya. Mata rantai 4, cabang dealer, bengkel dan toko melakukan transaksi langsung dengan pelanggan akhir yaitu pemilik/pemakai mobil Toyota yang menggunakan suku cadang asli Toyota (Toyota Genuine Parts/TGP). Pada mata rantai 5 tidak terdapat lagi proses deliver produk.

16 37 5. Pengembalian (Return) Proses return berkaitan dengan pengembalian produk karena kesalahan pengiriman atas jumlah maupun jenis barang, adanya kecacatan pada produk, atau terjadi kerusakan produk dalam jangka waktu garansi yang terjadi bukan karena kesalahan pengguna. Kegiatan return ini meliputi pemeriksaan kondisi produk, meminta/memberi hak pengembalian produk, membuat jadwal pengiriman kembali produk dan pengiriman kembali produk yang salah/cacat. Proses return ini dapat terjadi di semua mata rantai meliputi source return dan deliver return. Source return adalah pengembalian barang salah/cacat atau kelebihan produk kepada supplier. Deliver return adalah penerimaan barang salah/cacat atau kelebihan produk dari pelanggan. Lingkup rantai pasok PT. TAM dapat dilihat pada Tabel 5.

17 38

18 39

19 40 Metrik kinerja SCOR Level 1 Dalam rantai pasok suku cadang PT TAM, yang akan diukur dengan metrik kinerja level 1 adalah kinerja penyampaian TAM-SPLD dalam menyampaikan suku cadang asli Toyota kepada main dealer Toyota. Hasil pengukurannya akan dijadikan sebagai Key Performance Indicator (KPI) dalam menyampaikan suku cadang bagi PT. TAM. Kinerja perusahaan dalam hal menyampaikan suku cadang yang dipesan oleh pelanggan merupakan tolok ukur yang dilihat dari aspek kepentingan pelanggan. Pada aspek ini, variabel yang diukur adalah delivery reliability, responsiveness dan flexibility. Data yang dipakai oleh penulis dalam perhitungan kinerja metrik level 1 model SCOR ini adalah data order tipe 1, 2, dan 3 untuk DKI Jakarta dan order tipe 1 dan 3 untuk delapan sub depo (luar DKI) dan data pengiriman suku cadang asli Toyota selama tiga bulan berturut-turut yaitu dari bulan Juli sampai dengan bulan September Analisa metrik kinerja level 1 model SCOR pada TAM-SPLD adalah sebagai berikut. a. Reliability Variabel delivery reliability parameternya adalah delivery performance dan perfect order fulfillment. i) Kinerja Penyampaian (Delivery Performance) Delivery performance TAM-SPLD dalam memenuhi pesanan sesuai dengan spesifikasi yang dipesan oleh pelanggan dan tepat waktu (on time) pada tanggal perjanjian atau tanggal yang telah disepakati bersama dengan pelanggan adalah sangat tinggi. Berikut adalah perhitungan delivery performance selama tiga bulan (Tabel 6). Tabel 6. Perhitungan delivery performance pada PT. TAM Order Type Delivery Performance (%) Juli Agustus September Jakarta Type 1 99,89 98,92 100,00 Jakarta Type 2 99,28 99,89 100,00 Jakarta Type 3 100,00 98,04 100,00 Luar Jakarta Type 1 98,89 91,85 91,86 Tabel 6 di atas menunjukkan kinerja penyampaian TAM-SPLD dalam menyampaikan pesanan dengan tepat waktu sangat baik. Pencapaian ini

20 41 berkaitan dengan konsep yang digunakan bagian Supply Operation dalam proses pengiriman suku cadang ke pelanggan dengan waktu yang sudah ditentukan dan bertahap dengan metode pull system (sistem tarik), dimana yang menjadi patokan untuk menarik semua proses ada di proses pengiriman. Semua proses issuing (picking-checking-packing) di gudang harus selesai sebelum waktu pengiriman yang sudah ditentukan. Selain itu, delivery performance yang baik ini juga tercapai karena adanya kinerja yang baik pada bagian Shipping dalam menentukan metode pengiriman, berkaitan dengan jenis transportasi dan pemilihan ekspedisi. Bagian Shipping perlu menjalin hubungan berjangka panjang yang baik dengan pihak ekspedisi. ii) Pemenuhan Pesanan dengan Sempurna (Perfect Order Fulfillment) Perfect order fulfillment mengukur persentase dari pesanan yang terpenuhi/terlayani sesuai spesifikasi yang dipesan dengan tepat waktu dan pada tanggal yang diminta pelanggan serta tidak ada perbedaan (cocok) antara pesanan pembelian, faktur, dan tanda terima. Hasil perhitungan untuk metrik perfect order fulfillment adalah sama dengan hasil dari perhitungan metrik delivery performance. Dengan implementasi sistem barcode dalam konsep sistem ordering dan invoicing, kesalahan pengiriman parts dapat dikurangi karena invoice transaksi order parts dari dealer ke TAM-SPLD hanya berisi item-item parts yang sudah pasti dikirim ke dealer (konsep Clean Invoice). b. Responsiveness Variabel responsiveness diukur dengan menghitung Order Fulfillment Lead Time (Jangka Waktu Pemenuhan Pesanan) yang mengukur banyaknya hari yang diperlukan untuk memenuhi pesanan, mulai dari tanda terima pesanan sampai dengan penyerahan pada pelanggan. Lead Time TAM-SPLD dalam melayani pelanggan terdiri dari dua bagian, yaitu lead time pemrosesan order dan lead time pengiriman. Lead time pemrosesan order, yaitu waktu yang diperlukan TAM-SPLD mulai dari saat order diterima oleh bagian order processing sampai kepada order selesai diproses dan siap untuk dikirim. Lead time pemrosesan order sesuai dengan

21 42 ketentuan yang telah ditetapkan yaitu untuk order tipe 1 dan 2 untuk semua tujuan (Jakarta dan luar Jakarta), bila pemesanan dilakukan pagi hari maka pengiriman dilakukan pada hari yang sama (N) sehingga lead time pemrosesan order adalah nol hari dan bila pemesanan dilakukan sore hari maka pengiriman akan dilakukan esok hari (N+1) sehingga lead time pemrosesan order adalah satu hari. Sedangkan lead time pemrosesan order tipe 3 untuk Jakarta dan luar Jakarta adalah satu hari karena order diproses pada siang hari. Lead time pengiriman adalah waktu yang diperlukan untuk mengirimkan barang kepada pelanggan, yaitu setelah pemrosesan order selesai hingga barang sampai di tempat pelanggan. Lead time pengiriman tergantung kepada tujuan dan tipe ordernya. Lead time pengiriman tujuan Jakarta adalah satu hari, baik untuk order tipe 1, 2, dan 3. Lead time pengiriman tujuan luar Jakarta sebagai berikut (Tabel 7). Tabel 7. Target lead time pengiriman tujuan luar Jakarta Tujuan Target Waktu (hari) Medan Bandung Surabaya Semarang Pekanbaru Makasar Medan Jayapura Time Delivery Lead time pengiriman ini sangat tergantung kepada media pengiriman (pihak ekspedisi) sehingga perusahaan harus selektif dalam memilih pihak ekspedisi dan perlu melakukan penilaian kinerja penyampaian pihak ekspedisi. Hubungan dan komunikasi yang baik antara bagian Shipping dengan pihak ekspedisi juga sangat diperlukan. Order Fulfillment Lead Time adalah penjumlahan lead time pemrosesan order dan lead time pengiriman. Dengan demikian, target order fulfillment lead time tujuan Jakarta adalah satu hari. Sedangkan target order fulfillment lead time tujuan Luar Jakarta adalah sebagai berikut (Tabel 8). Tujuan Lead Time Tabel 8. Target order fulfillment lead time tujuan luar Jakarta Waktu (hari) Medan Bandung Surabaya Semarang Pekanbaru Makasar Medan Jayapura Sumber: Departemen Supply Operation, SPLD-TAM, 2007

22 43 Dari hasil pengolahan data order tipe 1, 2 dan 3 tujuan Jakarta serta tipe 3 tujuan luar Jakarta dan waktu pengirimannya, order fulfillment lead time yang dicapai TAM-SPLD adalah seperti pada Tabel 9. Tabel 9. Perhitungan order fulfillment lead time TAM-SPLD Tujuan Target Lead time (hari) Lead Time (hari) Juli Agustus September Jakarta Medan Bandung Surabaya Semarang Pekanbaru Makasar Manado Jayapura Sumber: Departemen Supply Operation, SPLD-TAM, 2007 Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa lead time hampir semua tujuan telah mencapai target kecuali untuk tujuan depo Jayapura pada bulan September. Tidak tercapainya target lead time tersebut disebabkan oleh faktor jadwal pelayaran kapal yang tidak pasti karena cuaca yang buruk pada kurun bulan itu. Hal ini menandakan bahwa pemilihan ekspedisi dan cara pengiriman yang dilakukan oleh bagian Shipping sudah tepat sehingga pengiriman suku cadang dapat sampai ke gudang pelanggan sesuai lead time pengiriman yang tergantung pada tipe order dan tempat tujuan. Hal ini didukung dengan komunikasi dan hubungan kerjasama yang baik dengan pihak ekspedisi. Selain itu lead time pemrosesan order yang mencakup area kerja bagian supply operation dan gudang juga dapat dipersingkat dengan implementasi sistem barcode sehingga menghilangkan pengerjaan dan pengecekan secara manual yang menyita banyak waktu. c. Flexibility Variabel flexibility diukur dengan menghitung Supply Chain Response Time (Waktu Merespon Rantai Pasok) yang mengukur banyaknya hari yang digunakan suatu rantai pasok dalam bereaksi terhadap perubahan jumlah

23 44 permintaan yang nyata (signifikan) yang tidak terduga sebelumnya tanpa biaya tambahan atau denda (meliputi aspek perencanaan, penelusuran pemasok, produksi, dan pengiriman pesanan). Abnormal order dapat terjadi apabila order dari pelanggan sangat besar, melebihi parameter yang telah ditentukan. Penyebabnya terjadinya abnormal order ini berasal dari dealer yang tidak dapat mengatur persediaan dan sistem pengorderannya dengan baik. Selain itu abnormal order dapat terjadi dalam situasi tidak biasa, misalnya ketika perpindahan kantor dan gudang TAM- SPLD dari Sunter ke Cibitung pada bulan Desember Supply chain response time yang dibutuhkan ketika ada perubahan jumlah permintaan yang signifikan (sampai 20%) adalah nol hari. Waktu merespon yang singkat ini dapat dicapai karena TAM-SPLD menggunakan konsep order division untuk menangani order dari pelanggan yang memiliki fluktuasi order yang tinggi, dengan cara melakukan partial supply. Partial supply adalah penyuplaian suku cadang secara bertahap ke satu pelanggan ketika order dari pelanggan tersebut jumlahnya sangat besar. Dengan sistem order division ini, maka TAM-SPLD dapat melayani order dari seluruh pelanggan secara merata dan proporsional dan menghindari fluktuasi pekerjaan di gudang. Sistem order division ini diterapkan hanya untuk order penggantian persediaan (stock replenishment order). Waktu merespon yang singkat juga disebabkan oleh adanya komunikasi dan koordinasi yang baik antara bagian Inventory Control sebagai pihak yang melakukan pengadaan suku cadang dengan suppliers dan dengan bagian Order Processing yang menerima order dari pelanggan. Dengan kesamaan informasi yang dimiliki, maka rantai pasok akan cepat tanggap terhadap fluktuasi jumlah permintaan. Bagian Inventory Control melakukan pengawasan persediaan yang sifatnya terus-menerus dengan metode-metode standar yang telah ditentukan dalam sistem persediaan Toyota Genuine Parts (TGP), sehingga dapat mengatur jumlah persediaan untuk setiap jenis part disesuaikan dengan kondisi permintaan dan jenis parts-nya. Inventory Control diperlukan oleh

24 45 seluruh mata rantai saluran distribusi TGP. Selain itu, bagian Shipping juga harus pandai memilih ekspedisi yang dapat mengirimkan parts kepada pelanggan dengan tepat waktu dan dapat merespon ketika ada perubahan dalam permintaan Level 2 (Configuration Level) Setiap proses inti dalam SCOR dapat dijelaskan lebih lanjut berdasarkan tipe proses. Ada tiga Tipe Proses SCOR, yaitu planning (perencanaan), execution (pelaksanaan) dan enable (pengaturan antara perencanaan dan pelaksanaan). Tipe proses SCOR pada PT TAM dijelaskan sebagai berikut. a. Planning (Perencanaan) Pelaksanaan proses perencanaan pada TAM-SPLD sudah sangat baik. Dimulai dari perencanaan rantai pasok secara keseluruhan, perencanaan pengadaan suku cadang dari supplier, perencanaan proses pelayanan pelanggan, perencanaan pengelolaan gudang, perencanaan pengiriman suku cadang kepada pelanggan, sampai perencanaan pelayanan claim dari pelanggan. TAM-SPLD telah dapat menyeimbangkan permintaan dan penawaran agregat dalam bisnis penyampaian suku cadangnya sehingga dapat mencapai target yang telah ditetapkan. b. Execution (Pelaksanaan) Pelaksanaan proses-proses SCOR pada TAM-SPLD juga sudah sangat baik. Departemen Parts Control telah membuat proses penjadwalan pengadaan suku cadang dengan baik sehingga dapat menyediakan parts yang tepat dengan jumlah dan waktu yang tepat dari pemasok dengan persediaan yang minimum untuk meminimalisir biaya pergudangan dan menjalin hubungan yang baik dengan pemasok. Bagian Order Processing dan Shipping di Departemen Supply Operation juga telah melayani pesanan pelanggan dengan baik dan melakukan pengiriman yang bekerjasama dengan perusahaan ekspedisi dengan tepat waktu sesuai lead time yang ditetapkan. Prosedur untuk pelayanan Parts Claim dan Parts Warranty Claim dari pelanggan juga telah dibuat dan dijalankan dengan baik.

25 46 c. Enable Sistem informasi dalam proses perencanaan dan pelaksanaan sangat penting. TAM-SPLD telah memiliki sistem manajemen informasi yang baik dengan supplier dan dealer-dealer Toyota maupun di dalam TAM itu sendiri. Sistem baru yang terkait dengan implementasi Sistem Barcode menghilangkan proses pengecekan manual, sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan akurasi. Sistem yang terkait dengan persediaan, order parts dan pengiriman juga telah dimiliki oleh TAM-SPLD, yaitu TOPAS. Selain itu untuk mewujudkan manajemen informasi yang baik, perlu adanya komunikasi dan hubungan yang baik dengan supplier, dealer dan antar departemen dalam perusahaan. TAM juga memberikan pelatihan kepada para dealer Toyota, terutama jika ada perubahan dalam sistem. Dengan melihat hubungan antara Proses SCOR dengan Tipe Proses dalam SCOR Configuration Toolkit (Gambar 10), maka proses dalam sebuah rantai pasok pada perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi 30 Kategori Proses inti pada Level 2 (Gambar 11). Perusahaan menerapkan strategi operasi sesuai bentuk rantai pasoknya. Gambar 10. SCOR Configuration Toolkit

26 47 Gambar 11. Kategori Proses dalam SCOR Level 2 Berikut adalah penjelasan masing-masing untuk tipe proses planning dan execution. Model SCOR menguraikan dari lima proses level 1 (plan, source, make, deliver, dan return) menjadi 12 (dua belas) tipe proses pelaksanaan (execution) dan lima tipe proses perencanaan (planning) (Bolstorff and Rosenbaum, 2003).

27 48 1. Plan Plan supply chain (P1) adalah proses mengambil data permintaan aktual dan membangun suatu rencana supply untuk rantai pasok, didefinisikan oleh ruang lingkup rencana rantai pasok. Tipe proses planning ini berhubungan dengan memulai praktek perencanaan operasi dan penjualan. Langkah-langkah dasar memerlukan: Unit peramalan yang biasa untuk pemasaran dan penjualan Rencana supply yang membatasi peramalan berdasarkan ketersediaan atau sumber daya, seperti persediaan, kapasitas produksi dan transportasi Suatu langkah seimbang dimana pengecualian demand/supply diselesaikan dan diperbarui pada sistem Plan source (P2) adalah proses membandingkan persyaratan total material dengan batasan peramalan P1 yang dibuat dan membangun sebuah perencanaan sumber daya persyaratan material berdasarkan P3 untuk memuaskan landed cost dan tujuan persediaan menurut tipe komoditas. Perubahan bentuk menjadi suatu material ini melepaskan jadwal yang membiarkan pembeli mengetahui berapa banyak produk yang harus terbeli berdasarkan order yang biasa, persediaan, dan persyaratan ke depan. Hal ini dilakukan untuk item pada tagihan material dan dikelompokkan berdasarkan supplier atau tipe komoditas. Tipe proses planning ini berhubungan dengan memulai praktek perencanaan persyaratan material. Plan make (P3) adalah proses membandingkan pesanan produksi aktual sekaligus pesanan replenishment yang berasal dari P4 terhadap perkiraan terbatas P1 yang telah dihasilkan dan menghasilkan rencana sumber jadwal induk produksi untuk memenuhi pelayanan, biaya dan tujuan persediaan. Ini berarti bahwa keperluan material, P2, berdasarkan item dan jadwal induk produksi. Hal ini dilakukan untuk setiap plant location dan bisa digabungkan berdasarkan tipe daerah atau tipe geografi lainnya. Tipe proses planning ini sangat dekat dengan praktek-praktek penjadwalan induk produksi. Plan deliver (P4) adalah proses membandingkan pesanan aktual yang telah disepakati dengan P1 dan mengembangkan rencana sumber distribusi untuk memenuhi pelayanan, biaya dan inventory goal. Rencana ini

28 49 merupakan kebutuhan replenishment yang menginformasikan plant manajer seberapa banyak produk yang direncanakan, P3; dan visibilitas dalam inventory yang telah dijanjikan. P4 dilakukan untuk tiap lokasi gudang dan dapat digabungkan ke tingkat regional atau tipe geografi lainnya. Tipe proses planning ini berhubungan dengan praktik dari perencanaan kebutuhan distribusi. Plan return (P5) adalah proses menggabungkan pengembalian yang telah direncanakan dan menghasilkan rencana sumber pengembalian untuk memenuhi pelayanan, biaya dan inventory goal. Rencana ini memiliki arti bahwa kebutuhan pengembalian yang menginformasikan tipe, volume, dan jadwal pengembalian yang telah direncanakan dan pengembalian yang tidak direncanakan tetapi telah diketahui kepada tim pabrikasi, tim perawatan, dan tim logistik. P5 dilakukan untuk tiap gudang dan pengembalian perawatan dan dapat digabungkan pada tingkat regional atau tipe geografi lainnya. 2. Source Tipe proses source level 2, terdiri dari source stocked product (S1), source make-to-order product (S2), dan source engineer-to-order product (S3), mencirikan suatu perusahaan dalam membeli bahan baku dan barang jadi. Faktor utama dalam menentukan tipe proses source memicu kejadian dari proses plan, make, deliver, dan keadaan barang di supplier ketika pemesanan dilakukan. S1, dibuat untuk persediaan, dipacu oleh persyaratan peramalan dari plan, make, atau deliver dan pada supplier telah tersedia item dalam persediaan barang jadi sebelum pesanan pembelian. S2, dibuat untuk pesanan, dipacu oleh persyaratan pesanan pelanggan yang spesifik dari make atau deliver, dan supplier harus mengubah bahan baku atau barang setengah jadi dalam merespon suatu pesanan pembelian. S3, rekayasa untuk pesanan, dipacu oleh pesanan pelanggan dan desain yang spesifik dari make atau deliver. Supplier yang memenuhi syarat harus diidentifikasi terlebih dahulu sebelum pesanan dilakukan. Jumlah pesanan pembeliannya tergantung pada jumlah pesanan pelanggan yang spesifik dan sering hanya sekali dilakukan.

29 50 Seringkali, pasokan bahan mentah atau barang jadi yang diberikan berubah melalui tiap tipe proses ini selama berjalannya siklus produk itu. Selain itu, suatu lokasi juga sering menggunakan satu, dua, atau ketiga tipe proses source. 3. Make Tipe proses make level 2, yaitu make-to-stock (M1), make-to-order (M2), dan engineer-to-order (M3), mencirikan suatu perusahaan dalam mengubah status bahan mentah menjadi barang setengah jadi dan kemudian menjadi barang jadi. Faktor utama dalam menentukan tipe proses make memicu kejadian dari plan atau deliver dan keadaan material ketika pemesanan dilakukan. M1 dipicu oleh peramalan atau keperluan penambahan stok dari plan. Proses pengubahan dilakukan sebelum order pelanggan. Jumlah order yang dikerjakan tidak bergantung pada jumlah order pelanggan tertentu, tetapi berkaitan dengan skala ekonomis produksi. M2 dipicu oleh persyaratan pesanan pelanggan tertentu dari deliver, yaitu pengubahan bahan mentah atau barang setengah jadi dilakukan sebagai reaksi atas pesanan pelanggan. Jumlah pesanan yang dikerjakan sama dengan jumlah pesanan pelanggan. M3 dipicu oleh persyaratan pesanan pelanggan dan desain yang spesifik dari deliver. Spesifikasi teknik pabrikasi harus diselesaikan sebelum pengerjaan pesanan dilakukan. Jumlah order yang dikerjakan tergantung pada jumlah pesanan pelanggan yang spesifik dan biasanya dilakukan satu kali. Seperti halnya bahan mentah, item barang setengah jadi dapat berkembang dari tiap tipe proses selama berjalannya siklus hidup produk dan sebuah lokasi dapat menggunakan satu, dua, atau ketiga tipe proses make. 4. Deliver Tipe proses deliver level 2, yaitu deliver stocked product (D1), deliver make-to-order product (D2), dan deliver engineer-to-order (D3), mencoba mencirikan bagaimana suatu perusahaan memproses barang jadi dalam merespon pesanan pelanggan. Proses delivery seringkali terletak pada gudang, tetapi dapat pula dilakukan pengiriman langsung pada pabrik atau supplier.

30 51 Faktor utama dalam menentukan tipe proses deliver memicu kejadian dari plan atau pelanggan dan keadaan material ketika pemesanan dilakukan. D1 dipicu oleh peramalan dari plan yang menempatkan barang jadi dalam persediaan diatas basis yang dijanjikan ada sebelum pesanan pelanggan. Tingkat persediaan tidak tergantung pada jumlah pesanan pelanggan tertentu. D2 biasanya dipicu oleh suatu persyaratan pesanan pelanggan tertentu pada barang jadi yang direncanakan untuk diubah, dikumpulkan atau dibentuk setelah penerimaan pesanan pelanggan. D3 biasanya dipicu oleh suatu persyaratan pesanan pelanggan tertentu dan desain atau spesifikasi manufaktur yang sudah lengkap sebelum penjualan pesanan dilakukan. Jumlah penjualan pesanan sama dengan jumlah pesanan pelanggan dan biasanya hanya sekali dilakukan. Item barang jadi dapat berkembang melalui tiap tipe proses selama berjalannya siklus hidup produk dan sebuah lokasi dapat menggunakan satu, dua, atau ketiga tipe proses deliver. 5. Return Tipe proses return level 2, yaitu return defective product (R1), return maintenance, repair and overhaul (MRO) product (R2), dan deliver return excess product (D3), mencirikan suatu perusahaan dalam mengembalikan barang jadi dalam merespon hak pengembalian pelanggan. Proses return seringkali terdapat pada gudang, tetapi dapat pula diterapkan pengiriman langsung pada pabrikan atau supplier. Ada dua perspektif terbentuk dalam tipe proses return, yaitu returns from customer (DRx) dan returns to suppliers (SRx). Faktor utama dalam menentukan tipe proses memicu kejadian plan pelanggan dan keadaan barang ketika pesanan pelanggan dilakukan. R1 dipicu oleh warranty claim oleh pelanggan yang skalanya kecil dan product recall oleh sumber daya internal yang skalanya besar. Keduanya, pelanggan dan sumber daya internal, melaksanakan langkah proses dalam plan return. R2 dipicu oleh kejadian pemeliharaan yang direncanakan oleh plan return atau kejadian pemeliharaan yang tidak direncanakan oleh engineering, maintenance, atau technical resources lain. R3 dipicu oleh pengembalian persediaan yang direncanakan berdasarkan perjanjian kontrak dengan

31 52 pelanggan khusus atau pengembalian persediaan yang tidak direncanakan berdasarkan kategori data manajemen untuk ruang yang tidak dibutuhkan bagi retail atau distributor. Merujuk pada toolkit SCOR Level 2 (perhatikan Gambar 10), PT TAM melakukan proses planning (P1-P5), executing (S1, D1, SR1 dan DR1) dan enabling. Dalam hal ini, TAM-SPLD bergerak di bidang penyampaian (deliver) suku cadang Toyota kepada main dealer sehingga kategori proses yang sangat kritis untuk TAM-SPLD sesuai tujuan perusahaan adalah kategori proses Deliver Stocked Product (D1). Peta Geografis Aliran Material Gambar 12 menunjukkan letak gudang PT TAM dan gudang-gudang milik main dealer. Perpindahan secara fisik suku cadang terjadi dari gudang PT TAM (warna merah) ke sembilan sub depo milik main dealer (warna hijau). Ini adalah peta yang dilihat dari sisi pelanggan (customer-facing map). Letak gudang milik main dealer: Auto 2000 di Medan, Bandung Surabaya dan Balikpapan, Agung Auto Mall di Pekanbaru, New Ratna Motor di Semarang, Hadji Kalla di Makasar, dan Hasjrat Abadi di Manado dan Jayapura. Gambar 12. Customer-facing map

32 Level 3 (Process Element Level) SCOR Level 3 menampilkan secara detail informasi elemen proses untuk setiap kategori proses level 2 yang meliputi aliran proses, input dan output. Berikut adalah pembahasan kategori proses Deliver Stocked Product (D1) TAM- SPLD mengacu pada SCOR Version 5.0 Quick Reference Guide (Bolstorff and Rosenbaum, 2003). D1.1 Process Inquiry and Quote Proses pemeriksaan part number, persediaan dan harga suku cadang yang dipesan oleh pelanggan, melalui System Parts SPLD. D1.2 Receive, Enter and Validate Order Jika part number yang dipesan pelanggan dikenal dan tersedia dalam persediaan TAM, maka order akan diterima dan diproses oleh bagian Order Processing. D1.3 Reserve Inventory and Determine Delivery Date Penerimaan order dari pelanggan akan mengurangi persediaan TAM. Dengan mengontrol jumlah persediaan pada System Parts SPLD, bagian Inventory Control membuat jadwal pemesanan dan pengiriman suku cadang dari supplier. D1.4 Consolidate Orders Order yang masuk dalam System Parts SPLD akan diproses berdasarkan jenis ordernya. Untuk order tipe 1, order diproses saat itu juga. Sedangkan order tipe 2 dan tipe 3, data order dimasukkan dalam Allocation Check List (ACL) oleh operator dan akan diproses sesuai dengan cut-off yang telah ditentukan. D1.5 Plan and Build Loads Ada perbedaan prioritas supply terhadap order. Order tipe 1 (emergency order) mendapat prioritas yang lebih tinggi dibanding order tipe 3 (replenishment order). Waktu pengiriman tergantung pada waktu pemesanan (lihat Tabel 2, 3 dan 4). D1.6 Route Shipments Pengiriman dilakukan berdasarkan pengelompokkan asal order. Barang disusun dalam alat angkut sesuai dengan jalur yang akan dilalui

33 54 pengangkut, disusun atau dimasukkan terlebih dulu barang yang akan diturunkan terakhir dan barang yang akan turun pertama sesuai dengan jalur pengiriman dimasukkan paling akhir. D1.7 Select Carriers and Rate Shipments Pemilihan jenis transportasi dan media pengiriman (ekspedisi) berdasarkan tipe order dan wilayah tujuannya yang dilakukan oleh bagian Shipping. Untuk wilayah Jakarta, pengiriman order tipe 1 menggunakan motor (untuk suku cadang berukuran kecil), sedangkan tipe 2 dan tipe 3 menggunakan mobill. Untuk tujuan luar Jakarta, order tipe 1 dikirim melalui udara, sedangkan tipe 2 dan 3 melalui darat dan laut. D1.8 Receive Product from Source at Warehouse Penerimaan barang atas pergantian stok di gudang TAM, meliputi proses pengecekan kesesuaian barang dengan invoice, dan pengecekan kondisi barang. D1.9 Issue Product Pengaturan kerja di gudang atas order suku cadang yang diproses yaitu menyiapkan barang pesanan menjadi siap diangkut. D1.10 Load Vehicle, Generate Shipping Documents, Invoice and Ship Product Pengaturan pengiriman barang dan invoicing, meliputi memasukkan dalam alat angkut dengan menyertakan dokumen pengirimannya. D1.11 Receive and Verify Product at Customer Site Serah terima barang di gudang milik pelanggan. Elemen-elemen proses D1.1 sampai dengan D1.7 dilakukan sebagai respon terhadap adanya order dari pelanggan. Elemen-elemen proses D1.9 sampai dengan D1.11 adalah proses memindahkan produk ke gudang pelanggan. Detail aliran proses dan informasi elemen proses Deliver Stocked Product (D1) dimuat pada Gambar 13.

34 55

35 Level 4 (Implementation Level) Level 4 dan level dibawahnya tidak termasuk dalam model SCOR, melainkan definisi pada perusahaan. Level 4 menguraikan tugas-tugas yang merupakan penurunan dari elemen-elemen proses pada SCOR level 3. Perusahaan mengimplementasikan praktek SCM dengan spesifik pada level ini. Berikut adalah gambaran umum praktek pemrosesan order suku cadang pada PT TAM menggunakan konsep sistem ordering dan invoicing terkait implementasi sistem barcode di Warehouse TAM-SPLD dalam proses issuing produk. TAM memberikan pelayanan order kepada main dealer yang ditangani oleh bagian Order Processing. Ketika order masuk melalui fax dan POS (Parts Order Sheet), staf bagian Order Processing memeriksa pada sistem apakah part number yang dipesan dikenal atau tidak dan melihat persediaan suku cadang tersebut. Jika memang suku cadang tersebut ada dalam persediaan, maka order diterima dan staf Order Processing memasukkan data pada System Parts SPLD. Jika persediaan di TAM sedang kosong, maka dealer dapat menunggu sampai parts tersebut tersedia (back order) atau membatalkan order (cancel). Setelah data order masuk ke dalam sistem, untuk order tipe 1 diproses saat itu juga. Sedangkan untuk order tipe 2 dan tipe 3, data order dimasukkan dalam Allocation Check List (ACL) oleh operator, kemudian diproses sesuai dengan cutoff yang telah ditentukan. Order yang telah diproses akan menghasilkan print-out picking label sebagai perintah pengambilan barang di gudang dan penempelan picking label. Pada parts yang sudah diberi picking label, dilakukan pengecekan pada part number serta jumlahnya dan pengepakan dalam case. Setelah barang dalam case yang sudah diberi case label ditutup dan di-scan, akan keluar print-out packing list secara otomatis. Khusus untuk tujuan Luar Jakarta, dilakukan proses packing, penimbangan dan pengukuran volume case dan proses input data case yang secara otomatis akan menghasilkan print-out packing label. Saat ini status parts adalah ready cargo. Proses selanjutnya adalah memasukkan nomor case untuk membuat shipping instruction di supply operation dan diserahkan ke gudang sebagai perintah untuk memindahkan case ke temporary area. Pada temporary area ini

36 57 persiapan pengiriman barang dan pengangkutan dilakukan (vanning confirmation process). Setelah barang benar-benar siap untuk dikirim, departemen supply operation membuat shipping document dan performa invoice. Sedangkan untuk tujuan Jakarta, setelah barang berada dalam case dan dilakukan input data nomor case, performa invoice dan shipping instruction dibuat oleh supply operation secara bersamaan. Proses pengiriman barang dilakukan dengan membawa invoice dan shipping document (tujuan luar Jakarta) atau surat jalan (tujuan Jakarta). Alur pemrosesan order dapat dilihat pada Gambar 14.

37 58

38 59 Uraian diatas memperlihatkan bahwa terdapat rincian tugas dalam memproses order dari pelanggan. Merujuk pada elemen proses level 3, maka rincian tugas untuk masing-masing elemen proses D1.4, D1.9 dan D1.10 dalam pemrosesan order pada bagian Supply Operation dan Warehouse adalah sebagai berikut. D1.4 Consolidate Orders : - Allocation and picking label creation D1.9 Issue Product - Picking - Checking - Packing (khusus luar Jakarta) D1.10 Load Vehicle, Generate Shipping Documents, Invoice and Ship Product - Shipping Instruction - Transfer Process (khusus luar Jakarta) - Vanning Confirmation (khusus luar Jakarta) - Shipping Document (khusus luar Jakarta) - Invoicing Rincian tugas untuk bagian Supply Operation dan Warehouse beserta penjelasannya dapat dilihat pada Lampiran 3. Aliran material dan informasi pemrosesan order pada bagian Supply Operation dan Warehouse terkait dengan implementasi sistem Barcode dapat dilihat pada Lampiran 4. Level 5 menguraikan kegiatan atau aktivitas yang merupakan penurunan dari tugas-tugas pada level 4. Level 5 dan level dibawahnya tidak akan dibahas lebih lanjut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 1) Anggota rantai pasok bisnis suku cadang PT. TAM, yaitu supplier (mata rantai 1), TAM (mata rantai 2) sebagai agen tunggal pemegang merk Toyota, main dealer Toyota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kepuasan pelanggan ditentukan oleh bagaimana perusahaan dapat memenuhi tuntutan dalam hal pemenuhan kualitas yang diinginkan, kecepatan merespon permintaan,

Lebih terperinci

KINERJA PENYAMPAIAN SUKU CADANG PT TOYOTA-ASTRA MOTOR DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE. Oleh NISAA MARDHIYYAH H

KINERJA PENYAMPAIAN SUKU CADANG PT TOYOTA-ASTRA MOTOR DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE. Oleh NISAA MARDHIYYAH H KINERJA PENYAMPAIAN SUKU CADANG PT TOYOTA-ASTRA MOTOR DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE Oleh NISAA MARDHIYYAH H24103115 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini teknologi informasi sudah diterapkan dalam semua sisi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini teknologi informasi sudah diterapkan dalam semua sisi kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dewasa ini teknologi informasi sudah diterapkan dalam semua sisi kehidupan manusia, terutama dalam perusahaan dan industri. Dengan berbasiskan teknologi informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT. TMMIN) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT. TMMIN) merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT. TMMIN) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur mobil. Perusahaan ini memproduksi beberapa tipe

Lebih terperinci

KINERJA PENYAMPAIAN SUKU CADANG PT TOYOTA-ASTRA MOTOR DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE. Oleh NISAA MARDHIYYAH H

KINERJA PENYAMPAIAN SUKU CADANG PT TOYOTA-ASTRA MOTOR DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE. Oleh NISAA MARDHIYYAH H KINERJA PENYAMPAIAN SUKU CADANG PT TOYOTA-ASTRA MOTOR DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE Oleh NISAA MARDHIYYAH H24103115 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management Menurut Punjawan (2005) definisi dari supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan

Lebih terperinci

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Dadan Teja Nugraha Program Studi Magister Sistem Informasi, Fakultas Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat serta penyedia pelayanan purna jual baik berupa suku cadang maupun servis dengan cabang-cabang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis 26 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan cara menjelaskan fakta yang ada dilapangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Perumusan Masalah. Mengidentifikasi Entitas atau Anggota Rantai Pasok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Perumusan Masalah. Mengidentifikasi Entitas atau Anggota Rantai Pasok BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini berisi mengenai metodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian. Berikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toyota merupakan perusahaan manufaktur kendaran niaga dan penumpang yang saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif Indonesia merupakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. TMMIN (Toyota Motor Manufacturing Indonesia) diresmikan pada tanggal 12 April 1971. Pada saat itu PT. TMMIN (Toyota Motor Manufacturing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia bisnis sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai kebutuhan pelanggan (customer) yang semakin tinggi, dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi yang dilakukan perusahaan dimaksudkan untuk memperoleh manfaat atau hasil dalam beberapa periode atau beberapa tahun di masa yang akan datang. Karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Global Economic Resession atau krisis ekonomi dunia yang dimulai bulan

BAB I PENDAHULUAN. Global Economic Resession atau krisis ekonomi dunia yang dimulai bulan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Global Economic Resession atau krisis ekonomi dunia yang dimulai bulan September 2008 di Amerika, pada awalnya diakibatkan oleh adanya kehancuran pada industri properti

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Toyota merupakan industri otomotif terbesar di dunia saat ini, raksasa industri otomotif yang berasal dari jepang ini juga menjadi pemimpin industri otomotif

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB II HASIL SURVEY. Toyota Motor Corporation (saham 49%), Jepang. Selama 30 tahun, PT. Toyota-

BAB II HASIL SURVEY. Toyota Motor Corporation (saham 49%), Jepang. Selama 30 tahun, PT. Toyota- BAB II HASIL SURVEY 2.1 Gambaran Umum PT. Toyota-Astra Motor PT. Toyota-Astra Motor yang didirikan pada tahun 1971 merupakan perusahaan joint venture antara PT. Astra International Tbk (saham 51%) dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin memperlihatkan kemajuan dan peningkatan pada semua aspek.

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin memperlihatkan kemajuan dan peningkatan pada semua aspek. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Perkembangan dunia otomotif kendaraan bermotor roda empat semakin memperlihatkan kemajuan dan peningkatan pada semua aspek. Diantaranya, yang pertama dapat dilihat

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

BAB II HASIL SURVEY. seperti Stamping, Casting, Engine dan Assembly di area industri Sunter Jakarta.

BAB II HASIL SURVEY. seperti Stamping, Casting, Engine dan Assembly di area industri Sunter Jakarta. BAB II HASIL SURVEY 2.1 Gambaran Umum PT. Toyota-Astra Motor PT. Toyota-Astra Motor yang didirikan pada tahun 1971 merupakan perusahaan joint venture antara PT. Astra International Tbk (saham 51%) dengan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #5

Pembahasan Materi #5 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Latar Belakang Kunci Sukses SCM Manajemen Logistik Fungsi dan Kegunaan Pengendalian Logistik Konvensional dan Logistik Mengelola Jaringan SC Strategi Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis kualitatif, karena analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toyota merupakan perusahaan manufaktur kendaran niaga dan penumpang yang saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan alat transportasi yang sebanding dengan pesatnya pembangunan di Indonesia, membuat para Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 23 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Supply Chain Management 3.1.1 Definisi Supply Chain Management Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain: 1. Levi, et.al (2000) mendefinisikan Supply

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR 2.1 Profil Perusahaan 2.2 Sejarah Singkat PT. Astra Daihatsu Motor PT. Astra Daihatsu Motor (ADM) mengawali sejarahnya pada tahun 1973. Pada tahun 1973, Astra mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN (Achieving Operational Excellence and Customer Intimacy: Enterprise Applications) Rangkuman ini akan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pada tanggal 20 Februari Tjian Kian Tie dan William Soeryadjaya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pada tanggal 20 Februari Tjian Kian Tie dan William Soeryadjaya BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT Astra Internasional Tbk Pada tanggal 20 Februari 1957. Tjian Kian Tie dan William Soeryadjaya mendirikan sebuah perusahaan dagang dan ekspor impor

Lebih terperinci

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT Supply Chain Management Tita Talitha,MT 1 Materi Introduction to Supply Chain management Strategi SCM dengan strategi Bisnis Logistics Network Configuration Strategi distribusi dan transportasi Inventory

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN

BAB III METODE PENULISAN 34 BAB III METODE PENULISAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penulis melakukan pengamatan dengan melakukan praktik kerja lapangan (PKL) selama 2 bulan di PT Tunas Dwipa Matra Bandar Lampung yang beralamat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini dapat dilihat dari mulai banyaknya merek dunia yang masuk ke pasar Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang BAB IV PERANCANGAN Pada tahap perancangan ini akan dilakukan perancangan proses pengadaan barang yang sesuai dengan proses bisnis rumah sakit umum dan perancangan aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan

Lebih terperinci

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri otomotif pada dewasa ini semakin berkembang dengan baik. Segala elemen di dalam suatu negara membutuhkan membutuhkan sarana transportasi dalam menunjang aktifitas

Lebih terperinci

Manufacturer Exporter Broker/Marketing Importir Main Dealer. Broker/Marketing Importir Main Dealer

Manufacturer Exporter Broker/Marketing Importir Main Dealer. Broker/Marketing Importir Main Dealer Analisis Plant Layout Delivery Center Dan Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk CBU Export Business Process Guna Meningkatkan Kapasitas Penyimpanan Dan Pengiriman CBU Export Erma Retno Ayu Mahasiswi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. Akita Jaya Mobilindo berawal pada tahun 1974 dengan nama CV. Sumber Jaya Motor yang bergerak dalam bidang usaha jual beli kendaraan bermotor di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini, dunia industri otomotif

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini, dunia industri otomotif 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini, dunia industri otomotif berada pada tingkat persaingan yang sangat tinggi. Beberapa bukti yang dapat diambil

Lebih terperinci

Berdasarkan data yang terkumpul dari

Berdasarkan data yang terkumpul dari Gambaran Umum Berdasarkan data yang terkumpul dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil pada tahun 2010 mencapai 745.390 unit, sedangkan pada tahun 2011 lalu kenaikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN WAWANCARA. Produk yang diproduksi dan dijual kepada pelanggan PT. Lucky Print Abadi. adalah kain bercorak. Kain dijual dalam ukuran yard.

LAMPIRAN WAWANCARA. Produk yang diproduksi dan dijual kepada pelanggan PT. Lucky Print Abadi. adalah kain bercorak. Kain dijual dalam ukuran yard. L 1 LAMPIRAN WAWANCARA 1. Bisa menceritakan sejarah PT. Lucky Print Abadi? Sejarah perusahaan dapat dilihat pada Company Profile yang telah kami berikan kepada kalian 2. Produk apa yang diproduksi PT.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM BASISDATA

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM BASISDATA 88 BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM BASISDATA 3.1 Tentang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Dinamika Indonusa Prima berdiri pada tanggal 9 Desember 1974. Pada awal berdirinya, perusahaan ini bernama

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Gambaran Rantai Pasok di PT. Indoturbine PT. Indoturbine yang bergerak dibidang distributor solar turbine parts seperti yang dijelaskan pada bab II, sebagai gambaran rantai

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan A. Ekspor BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini turut menyumbangan kemudahan dalam menciptakan inovasi-inovasi produk baru yang

Lebih terperinci

Tugas Analisis Rantai Pasok

Tugas Analisis Rantai Pasok Tugas Analisis Rantai Pasok PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia & PT Toyota Astra Motor Prafajar Suksessanno Muttaqin 2201160010 Magister Teknik Industri Fakultas Rekayasa Industri Universitas Telkom

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #4

Pembahasan Materi #4 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Kompetisi Waktu Alasan Perhitungan Waktu Siklus Hidup Produk Waktu Sebagai Strategi Konsep dan Cara Pandang Lead Time Manajemen Pipeline Logistik Added Cost

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Marketing Mix Kotler (Jilid 1, 2005: 17) menjelaskan bahwa bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya

Lebih terperinci

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT 6.1 Identifikasi Tujuan Lembaga Pertanian Sehat Dalam Melakukan Kegiatan Supply Chain Management Perusahaan maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai membaik, berdampak pula dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah industri sepeda motor.

Lebih terperinci

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA Enterprise Resource Planning Visual Manufacturing ERP Infor Visual Alur Part Maintenance Modul Dengan menggunakan Visual Manufacturing Unit Of Measure, Vendor, Shop Resource, maintenance Engineering Master

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 06 ERP: SCM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SCM adalah satu rangkaian bisnis demand dan supply yang melibatkan perusahaan dengan mitra kerjanya. Kelancaran proses dalam supply chain

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Tingginya persaingan bisnis di berbagai bidang industri, telah meningkatkan daya saing perusahaan menjadi penting dalam hal efektifitas dan

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Waktu merupakan salah satu inti dari masalah logistik. Bagi pelanggan waktu adalah layanan yang dibutuhkan, sedangkan bagi penjual barang waktu adalah biaya. Sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kegiatan bisnis di Indonesia sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama dengan banyaknya bisnis internasional yang semakin berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang menghasilkan pelumas (oli). PT. Federal Karyatama berusaha untuk tepat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. bidang produksi genteng metal dan batu bata. Dengan pabrik yang terletak di Jl.

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. bidang produksi genteng metal dan batu bata. Dengan pabrik yang terletak di Jl. BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan PT. Prima Rezeki Pertiwi adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang produksi genteng metal dan batu bata. Dengan pabrik yang terletak

Lebih terperinci

Bab 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

Bab 2 GAMBARAN UMUM OBJEK Bab 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 PT Astra Otoparts Tbk Astra Intenational Tbk. adalah salah satu perusahaan otomotif terbesar di Indonesia dengan karyawan lebih dari 75.000 orang. Bisnis utama yang dijalankan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN

BAB III METODE PENULISAN BAB III METODE PENULISAN 3.1 Sumber Data Pada pengumpulan data ini juga terdapat jenis data yang digunakan yaitu: a. Data Primer Merupakan data utama yang diperoleh penulis secara langsung dari objek penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. unutk menunjang aktifitas sehari-hari seperti bekerja, mengantar anak pergi sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. unutk menunjang aktifitas sehari-hari seperti bekerja, mengantar anak pergi sekolah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan akan transportasi bagi masyarakat kota amatlah penting unutk menunjang aktifitas sehari-hari seperti bekerja, mengantar anak pergi sekolah dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing terhadap perusahaan dalam industri sejenis agar mampu merebut pangsa pasar dan meraih keuntungan. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin berkembangnya jumlah permintaan produk pangan, semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi perusahaan untuk memproduksi pangan

Lebih terperinci

BAB 3 DESKRIPSI UMUM

BAB 3 DESKRIPSI UMUM BAB 3 DESKRIPSI UMUM 3.1 Sejarah dan Latar Belakang perusahaan PT. ABC merupakan perusahaan importir yang didirikan oleh empat bersaudara keluarga Sutjiadi pada tahun 1997. Perusahaan ini berlokasi di

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PENGEPAKAN PRODUK EKSPOR KOMPONEN MOBIL DI COMPONENT EXPORT VANNING DIVISION

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PENGEPAKAN PRODUK EKSPOR KOMPONEN MOBIL DI COMPONENT EXPORT VANNING DIVISION MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PENGEPAKAN PRODUK EKSPOR KOMPONEN MOBIL DI COMPONENT EXPORT VANNING DIVISION, SUNTER I, PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Disusun oleh: Fathimah Baya Nabilah 32411726

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis pada suatu produk mulai dari hulu hingga ke hilir dengan tujuan menyampaikan

Lebih terperinci

MARKETING INFORMATION SYSTEM & SALES ORDER PROCESS

MARKETING INFORMATION SYSTEM & SALES ORDER PROCESS MARKETING INFORMATION SYSTEM & SALES ORDER PROCESS Materi #4 Pertanyaan Strategi Marketing 2 Produk apa yang harus dibuat? Berapa banyak yang harus dibuat dibuat untuk setiap produk? Bagaimana cara terbaik

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. MULTI MEGAH MANDIRI. perkembangan dan menjadi pemimpin pasar dalam fashion socks dan sport socks

BAB 3 ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. MULTI MEGAH MANDIRI. perkembangan dan menjadi pemimpin pasar dalam fashion socks dan sport socks BAB 3 ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. MULTI MEGAH MANDIRI 3.1 Latar Belakang Perusahaan PT. Multi Megah Mandiri yang terletak di Jl. Kamal Muara IX No. 26 Jakarta-Utara, merupakan perusahaan

Lebih terperinci

1 BAB 1 PENDAHULUAN. kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di

1 BAB 1 PENDAHULUAN. kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lima tahun terakhir persaingan di dunia otomotif semakin ramai dan kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di industri otomotif.

Lebih terperinci

PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan II. PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah bagian dari perusahaan besar yaitu Toyota Motor Corporation (TMC), Jepang. Diawali dengan berdirinya

Lebih terperinci

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1. Pengertian Metode Just In Time (JIT) Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan 41 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus yaitu pengamatan yang bersifat spesifik dan

Lebih terperinci

Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain

Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain Dr. Eko Ruddy Cahyadi 3-1 Pengendali kinerja Supply Chain Fasilitas Persediaan Transportasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. JALA ANUGERAH SEJATImerupakan perusahaan jasa angkutan yang dibentuk sesuai dengan Akte Notaris Rohana Frieta, SH No. 5, di Jakarta. Manajemen

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Teori 2.1.1 Tingkat Pelayanan (Service Level) Service level merupakan istilah yang banyak digunakan dalam manajemen persediaan yang merupakan besar presentase dari

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Dalam perkembangan dunia di bidang otomotif yang semakin maju, sehingga jumlah unit kendaraan khususnya di daerah jabotabek semakin menjamur,

Lebih terperinci

Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis

Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis utama: penjualan dan pemasaran, manufaktur dan produksi,

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM

BAB III TINJAUAN UMUM BAB III TINJAUAN UMUM Dalam penyusunan skripsi ini yang menjadi obyek penelitian adalah sebuah perusahaan dagang yang bergerak di bidang perdagangan telepon seluler. Dalam pengumpulan data untuk penulisan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Logistik Menurut Bowersox (2000: 13), manajemen logistik dapat didefinisikan sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sekilas AUTO2000 Body Paint

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sekilas AUTO2000 Body Paint BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sekilas AUTO2000 Body Paint AUTO2000 berdiri pada tahun 1975 dengan nama Astra Motor Sales, dan baru pada tahun 1989 berubah nama menjadi AUTO2000.

Lebih terperinci

akan muncul pesan seperti contoh berikut. diterima Berikut adalah tampilan awal dari form Retur Pembelian:

akan muncul pesan seperti contoh berikut. diterima Berikut adalah tampilan awal dari form Retur Pembelian: L61 apakah penerimaan barang untuk kode order pembelian yang baru saja diterima barangnya sudah lengkap diterima atau belum, apabila sudah lengkap, maka status order pembelian di dalam basis data akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini menjelaskan hasil analisis terhadap jawaban teknik dari obseravasi, wawancara dan teknik pengumpulan data arsipakan di uraikan mengenai pembahasannya. Responden dalam

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan perusahaan-perusahaan sangat ketat dalam era globalisasi ini yang menghendaki perdagangan bebas. Persaingan yang sengit dalam pasar global sekarang ini,

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT)

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT) MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT) By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Tugas dari manajemen pengadaan adalah menyediakan input,

Lebih terperinci