Ekonomi Global. Ministry of Finance, Fiscal Policy Office Center for Macroeconomic Policy. March 12 th, 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ekonomi Global. Ministry of Finance, Fiscal Policy Office Center for Macroeconomic Policy. March 12 th, 2012"

Transkripsi

1 Ekonomi Global Target Restrukturisasi Utang Yunani Tercapai Indikasi awal menunjukkan bahwa Yunani akan melakukan pertukaran utang dengan menawarkan obligasi Pemerintah berbasis hukum sekitar 155 miliar dari total 177 miliar yang akan diterbitkan. Selain itu, Yunani juga akan menerbitkan obligasi tidak berbasis hukum dengan nilai mencapai 12 miliar. Tujuan dari pertukaran utang ini adalah mengurangi nilai utang Yunani terhadap kreditur swasta yang sudah mencapai 53,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Penyusutan utang merupakan fokus utama para Pimpinan Eropa saat ini dalam menangani krisis. Sementara itu, akhir minggu lalu Pemerintah Yunani menyatakan telah mencapai target restrukturisasi utang terbesar dalam sejarah. Dengan tingkat partisipasi sebesar 95,7 persen di antara investor telah menerima persetujuan untuk mengaktifkan klausul tindakan kolektif. Pemegang surat utang menawarkan 152 miliar atau setara dengan 85,2 persen obligasi berstatus hukum setelah sebelumnya pemerintah mengajukan penawaran akan menukar kepemilikan mereka atas efek baru di bawah pertukaran utang. Setelah Yunani berhasil mencapai target restrukturisasi utangnya, tawaran lain datang dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang merekomendasikan bantuan bailout kedua sebesar 28 miliar untuk mendukung program Yunani selama empat tahun ke depan. Proposal pinjaman dari IMF tersebut akan diajukan kepada Dewan Eksekutif IMF pekan depan. Bank Sentral Eropa Memangkas Pertumbuhan Ekonomi Seiring dengan perkembangan ekonomi dan kondisi fiskal yang terjadi di wilayahnya, Bank Sentral Eropa (ECB) akhirnya memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2012 dan Di tahun 2012, diperkirakan masih akan terjadi kontraksi sebesar 0,1 persen (yoy) dengan faktor penyebab antara lain berkurangnya konsumsi swasta, belanja pemerintah, dan investasi. Untuk inflasi diperkirakan akan meningkat seiring dengan terjadinya tekanan pada harga minyak dunia, yakni sebesar 2,4 persen (yoy). Sementara itu, untuk tahun 2013 ekonomi diperkirakan berekspansi sebesar 1,1 persen (yoy) atau turun dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 1,3 persen (yoy). 1 P a g e

2 Indikator Proyeksi Sebelumnya Proyeksi Terakhir Proyeksi Sebelumnya Proyeksi Terakhir Inflasi 2,0 2,4 1,5 1,6 Pertumbuhan 0,3-0,1 1,3 1,1 - Konsumsi Swasta 0,1-0,3 0,9 0,8 - Konsumsi Pemerintah -0,1-0,2 0,5 0,6 - Investasi 0,1-1,2 1,9 1,4 - Ekspor 3,2 2,6 5,5 4,4 - Impor 2,3 1,2 4,9 4,0 Januari 2012 Defisit Perdagangan AS dan Jepang Meningkat Amerika Serikat (AS) mengalami defisit perdagangan pada Januari 2012 yang mencapai US$52,6 miliar lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan, laju impor AS meningkat sebesar US$233,4 miliar atau sebesar 8,4 persen (yoy) pada Januari dan ekspor meningkat US$180,8 miliar atau sebesar 7,71 persen (yoy). Untuk Neraca Perdagangan Barang mengalami defisit sebesar US$67,5 miliar meningkat dibandingkan Desember sebesar US$65 miliar. Sedangkan, untuk Neraca Jasa masih menciptakan surplus sebesar US$14,9 miliar. 2 P a g e

3 Perkembangan Sektor Perdagangan AS Perkembangan Neraca Perdagangan Jepang Trade Balance (US$ miliar) Import (%, yoy, RHS) Ekspor(%, yoy, RHS) 8,4 7,71-52, Trade Balance (miliar US$) Impor (%, yoy, RHS) Ekspor (%, yoy, RHS) 9,9-9,3-18, Untuk nilai defisit ekspor-impor Jepang juga semakin tinggi. Pada Januari 2012, defisit perdagangan Jepang mencapai US$18,1 milliar atau meningkat tinggi 269 persen (yoy) dibandingkan defisit pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut di dorong oleh melonjaknya impor sebesar 9,9 persen dan di sisi lain kinerja eskpor justru minus 9,3 persen. Sedangkan, lonjakan impor di dorong oleh meningkatnya impor bahan bakar minyak sebagai akibat dari rusaknya pembangkit listrik tenaga nuklir akibat Gempa Tsunami tahun lalu. Catatan pentingnya adalah angka defisit ini merupakan yang tertinggi dalam sejarah dan berpotensi menurunkan laju pertumbuhan ekonomi. Tercatata, pada Desember 2011 masih terjadi kontraksi ekonomi sebesar 0,6 persen (yoy). Defisit Perdagangan: Sinyal Perlambatan Ekonomi China Pada bulan Februari 2012, Cina mengalami defisit perdagangan terbesar untuk pertama kalinya sejak tahun 1990 yakni sebesar US$31,5 miliar. Penurunan kinerja ekspor sebagai dampak krisis Eropa menjadi faktor utama penurunan defisit tersebut. Untuk inflasi, pada bulan Februari 2012 juga tercatat mengalami penurunan menjadi 3,2 persen (yoy) setelah pada bulan sebelumnnya melonjak ke level 4,5 persen (yoy). Penurunan inflasi Cina pada Februari 2012 lebih rendah dari perkiraan sebelumnnya yang sebesar 3,4 persen 3 P a g e

4 (yoy). Untuk inflasi makanan sendiri meningkat sebesar 6,2 persen (yoy) dan inflasi non makanan tumbuh sebesar 1,7 persen (yoy). Secara kumulatif, inflasi Januari Februari Cina sebesar 3,9 persen. Dari perspektif sektor domestik, investasi dan kapasitas yang berlebih telah membebani pertumbuhan ekonomi Cina. Pasar perumahan terus melemah, sementara utang Pemerintah akan membatasi stimulus fiskal di masa mendatang. Otoritas moneter Cina bertahan untuk tidak melonggarkan kebijakan yang berpotensi meningkatkan inflasi. Bank Sentral di Asia Masih Menahan Stimulus Moneter Bank Sentral di kawasan Asia Pasifik kemungkinan akan menahan untuk menambahkan stimulus moneter pada pekan ini, menyusul tingginya harga minyak mentah yang dikombinasikan dengan situasi yang terjadi di kawasan Eropa. Para pembuat kebijakan di Asia dihadapkan pada masalah kenaikan harga minyak yang dikhawatirkan akan mendorong tingkat inflasi. Bank Indonesia sendiri akan menjaga suku bunga acuan sebesar 5,75 persen setelah sebulan sebelumnya mengalami penurunan. Sementara, otoritas Malaysia akan menyelenggaran pertemuan Dewan Gubernur untuk kelima kalinya. Untuk Bank Sentral Filipina masih akan mempertimbangkan harga minyak mentah sebelum memutuskan kebijakan moneter yang baru dan Bank Sentral Korea mempertahankan tingkat suku bunga sebesar 3,2 persen untuk bulan kesembilan sebagai upaya menyeimbangkan risiko dari krisis utang Eropa dengan kenaikan harga minyak. Perkembangan Nilai Tukar dan Indeks Harga Saham Global Dibandingkan bulan lalu, mayoritas nilai tukar Asia melemah terhadap dollar AS. Baht Thailand dan Ringgit Malaysia masih bergerak menguat sebesar 0,56 persen (mom) dan 0,03 persen (mom) sedangkan Yen Jepang masih justru mengalami pelemahan sebesar 5,98 persen (mom). Bank Sentral Jepang sendiri tampaknya masih melakukan intervensi nilai tukarnya untuk menggairahkan sektor perdagangan internasional Jepang. Sementara itu, nilai tukar Rupiah juga terdepresiasi terhadap dollar AS sebesar 1,97 persen (mom). Kenaikan harga minyak dunia dan meningkatnya ekspektasi inflasi turut menekan pergerakan Rupiah. 4 P a g e

5 Thailand Malaysia Korea China Singapura Philipina Euro Indonesia Jepang Perkembangan Nilai Tukar 12 Maret 2012 (MoM) -5,98-1,97-1,06-1,31-0,19-0,26-0,49 0,03 0,56 Jepang Philipina Thailand Malaysia Indonesia Amerika Korea Inggris Singapura India Perkembangan Indeks Harga Saham 12 Maret 2012 (MoM) -0,14-0,60-1,84 0,87 0,32 0,24 0,18 4,43 3,72 10,30-8,00-4,00 0,00 4,00-8,00 0,00 8,00 16,00 Untuk bursa saham, sentimen positif masih terjadi di mayoritas bursa saham dunia. Hampir seluruh indeks harga saham dunia rata-rata menunjukkan perkembangan yang positif dibandingkan bulan sebelumnya. Nikkei dan PCOMP mencetak kenaikan tertinggi yakni sebesar 10,30 persen (mom) dan 4,43 persen (mom). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri menguat tipis dibandingkan posisi bulan lalu, namun dibandingkan minggu sebelumnya IHSG masih tercatat melemah. Pembelian saham oleh investor asing minggu lalu senilai Rp 336,5 miliar. Investor asing paling banyak mengakumulasi saham Bank Mandiri (BMRI) setelah Bank Mandiri melaporkan laba bersih yang tumbuh 33 persen untuk tahun Investor asing juga mengakumulasi saham United Tractors (UNTR) dan Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA). Kedua emiten masing-masing mencatat kenaikan laba bersih sebesar 52 persen dan 54 persen pada Ekonomi Domestik Kenaikan Harga BBM Tak Signifikan Pengaruhi Operasional TNI Rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada bulan April 2012 mendatang akan mempengaruhi kinerja operasional TNI, namun tidak secara signifikan. Pasalnya, dalam kegiatan operasi, TNI telah sejak lama melakukan penghematan BBM dengan menempatkan intelijen di garis depan, sehingga hanya pada kondisi ketika kapal perang atau 5 P a g e

6 pesawat TNI dibutuhkan alat utama sistem senjata (alutsista) tersebut dijalankan. Untuk kegiatan operasional TNI, selama ini memang disediakan dana untuk pembelian BBM dan di masa mendatang diharapkan Pemerintah tidak memberikannya dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk BBM secara langsung. Sementara itu, untuk mengantisipasi terjadinya demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM bersubsidi, TNI siap membantu Pihak Kepolisian agar gelombang demonstrasi tidak semakin membesar. Selain itu, TNI juga siap membantu mengawasi agar tidak terjadi penyelundupan BBM di daerah-daerah. Tanpa Subsidi, Angkutan Umum Bisa Mati Pengamat transportasi Universitas Soegijapranata, Djoko Setijowarno menyatakan bahwa tanpa subsidi BBM, ribuan angkutan umum bisa menjadi korban seiring dengan rencana Pemerintah menaikkan harga bahan minyak minyak bersubsidi pada April mendatang. Ini karena mempengaruhi persen biaya operasi kendaraan, khususnya untuk besaran tarif dan suku cadang. Sementara itu, komponen fiskal, seperti pajak, sangat kecil pengaruhnya bagi biaya operasi kendaraan. Oleh sebab itu, Djoko menegaskan, angkutan umum harus mendapatkan subsidi BBM jika harga BBM bersubsidi nanti naik. Subsidi juga harus diberikan bagi angkutan barang untuk mengantisipasi kenaikan harga barang. Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana mengatakan Pemerintah akan mengalokasikan dana kompensasi sebesar Rp5 triliun sebagai subsidi untuk transportasi umum. Aliansi Buruh Tolak Kenaikan BBM dan TDL Tiga konfederasi buruh dan pekerja yaitu Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (K- SPSI), Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), dan Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan mengancam akan melakukan aksi mogok nasional. Selain itu, mereka juga akan mengerahkan sekitar 5 juta buruh untuk melakukan aksi pemblokiran sarana publik. 6 P a g e

7 Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menyetujui rencana Pemerintah untuk menaikkan harga BBM karena beban subsidi memang terus meningkat akibat melambungnya harga minyak dunia. Diperkirakan, beban subsidi akan mencapai Rp160 triliun atau meningkat sebesar 23,4 persen. Pro Kontra BLSM Pemberian Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) untuk masyarakat miskin dan hampir miskin (BLSM) sebagai kompensasi dari kenaikan harga BBM bersubsidi pada April 2012 mendatang melahirkan pro kontra. Pihak yang kontra berpandangan bahwa pemberian BLSM lebih bernuansa politis dan mengarah pada upaya suap politik. Sedangkan, pihak yang pro menilai kebiijakan itu wajib dilakukan untuk mengurangi beban rakyat miskin yang sangat rentan terhadap kenaikan harga BBM. Ada beberapa alasan yang digunakan pihak yang kontra terhadap alokasi BLSM, yaitu: Pertama, yang paling terkena kenaikan harga BBM saat ini adalah pemakai premium yang notabene adalah golongan menengah ke atas. Ini berbeda dengan tahun 2005 yang melibatkan rumah tangga miskin yang terdampak kenaikan harga minyak tanah. Kedua, dampak kenaikan harga BBM tahun ini tidak sedahsyat tahun 2005 dan 2008 yang inflasinya mencapai double digit, masing-masing sebesar 17,8 persen dan 11,03 persen. Ketiga, saat ini partai politik mulai menggalang dukungan untuk kepentingan Di sisi lain, pihak yang pro BLSM beralasan bahwa bantuan tunai sangat diperlukan bagi rakyat miskin untuk mendongkrak daya beli mengingat harga barang-barang lain dipastikan naik. Sektor transportasi, misalnya, sudah berancang-ancang akan menaikkan tarif hingga 30 persen pascakenaikan harga BBM, sedangkan harga makanan dan minuman diperkirakan akan naik hingga 5-10 persen. Bahkan, harga sembako saat ini sudah mulai merangkak naik. Ini artinya, Artinya, jika tidak ada BLSM kesejahteraan rakyat miskin akan semakin menurun. Alasan lainnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Di tengah situasi global yang tidak menentu, kekuatan ekonomi domestik harus digerakkan yang salah satunya dengan menaikkan konsumsi masyarakat. Selain itu, tentunya tak seorang pun menginginkan jumlah rakyat miskin di Indonesia bertambah. Jika tidak ada BLSM, bisa jadi penduduk yang selama ini masuk kategori hampir miskin (near poor) menjadi miskin (poor). Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, jumlah penduduk miskin per September 2011 sekitar 29,9 juta jiwa dan yang hampir miskin 27,1 juta jiwa. Berdasarkan RAPBN Perubahan 2012, Pemerintah akan memberikan BLSM sebesar Rp per bulan selama sembilan 7 P a g e

8 bulan kepada 18,5 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS) dengan total anggaran mencapai Rp25 triliun. Angka 18,5 juta RTS mengacu pada Program Perlindungan Sosial (PPLS), yaitu 30 persen kelompok rumah tangga ekonomi terbawah. Selain itu, Pemerintah juga akan memberikan bentuk kompensasi lain berupa Subsidi Transportasi Umum sebagai sektor yang secara langsung terkena dampak kenaikan harga BBM. Skemanya diberikan antara lain melalui penambahan angkutan umum kelas ekonomi, penumpang barang dan kompensasi terhadap kenaikan biaya tidak langsung angkutan umum perkotaan. Dana untuk subsidi transportasi umum ini mencapai Rp5 triliun. Lebih dari itu, sebagai bentuk kompensasi Pemerintah juga akan meningkatkan bantuan pendidikan, salah satunya melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dalam RAPBN Perubahan 2012, anggaran pendidikan dinaikkan dari Rp 64,35 triliun menjadi Rp 75,58 triliun. Pemerintah juga sudah menyiapkan program untuk peningkatan kesejahteraan rakyat miskin ketika BLSM berhenti, yakni membangun infrastruktur perdesaan dengan anggaran sekitar Rp 20 triliun. Secara internal, Pemerintah juga berkomitmen untuk menghemat anggaran kementerian/ lembaga dengan melakukan pemangkasan sebesar Rp22 triliun. Kemenkeu Jajaki Pendekatan Baru Desentalisasi Fiskal Kementerian Keuangan sedang menjajaki pendekatan baru untuk desentralisasi fiskal dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dalam bidang pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial di daerah. Menurut Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Marwanto, Indonesia telah melakukan proses desentralisasi dalam 3,5 tahun lebih cepat dari kebanyakan negara lain yang melakukan hal tersebut selama 15 tahun. Dalam era desentralisasi sejak 2001, tercatat ada perbaikan kualitas pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial menunjukkan perbaikan dibanding sebelum masa otonomi daerah. Lebih lanjut, Marwanto menjelaskan ada dua hal mendasar dalam desentralisasi fiskal yang perlu dikaji lebih lanjut yaitu pembagian urusan daerah yang cenderung disamakan bagi semua daerah dan bagaimana pemberdayaan tingkat pemerintahannya. Namun demikian, memperbaiki kualitas pelaksanaan desentralisasi, bukan berarti memangkas ruang gerak dan kreativitas pemerintah daerah. 8 P a g e

9 Diharapkan, dengan adanya pendekatan baru yang akan menjadi acuan dalam draf revisi terbaru UU otonomi daerah, akan mewujudkan kualitas penyerapan anggaran di daerah yang lebih baik. Semen Gresik Kaji Ekspansi ke Myanmar PT Semen Gresik (Persero) Tbk mencari lokasi strategis untuk ekspansi pembangunan pabrik semen di Myanmar. PT Wijaya Karya (Wika) diharapkan dapat mengerjakan konstruksi pabrik semen tersebut. Dengan adanya produksi semen di Myanmar, maka biaya logistik pengembangan infrastruktur di wilayah barat Indonesia atau Sumatera akan bisa ditekan karena lebih murah mendatangkan semen dari Myanmar daripada dari Pulau Jawa. Kementerian BUMN sendiri juga mendorong BUMN lain untuk berekspansi ke Myanmar. Negara tersebut dianggap punya potensi yang begitu besar, baik dari sisi jumlah penduduk, sumber daya alam, kebutuhan semen, maupun pengembangan infrastruktur yang bisa dikembangkan BUMN Indonesia. Diharapkan, semua BUMN di Indonesia yang berjumlah 141 BUMN bisa merambah ke Myanmar melalui Program Indonesia Incorporated. Namun, untuk tahap awal dimulai oleh empat BUMN, yakni PT Bank BNI Tbk, PT Pertamina, PT Semen Gresik Tbk, dan PT Wijaya Karya. Untuk tahun 2012 ini, PT Bank BNI Tbk sudah bisa memulai ekspansi dengan membuka cabang dari Hongkong ke Myanmar. Sektor Keuangan Pemberian Pinjaman Tunai oleh Perusahaan Pembiayaan Bapepam-LK tengah mempelajari penyalurkan dana tunai oleh perusahaan multifinance terkait dengan pemberian ijinnya. Menurut pendapat pelaku pasar, regulator perlu menjabarkan kriteria perusahaan pembiayaan yang bisa menyalurkan dana tunai secara terinci, agar tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari. Kriteria yang perlu diperhatikan misalnya, tingkat modal perusahaan pembiayaan dan tingkat kesehatan perusahaan yang dapat diukur dari tingkat kredit macetnya. Untuk mengurangi risiko timbulnya kredit macet, perlu ada pembatasan mengenai nasabah dan plafon kredit terhadap jaminannya. 9 P a g e

10 Multifinance Mulai Perang Bunga Rendahnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) berdampak pada suku bunga kredit multifinance. Sejumlah multifinance berlomba-lomba menawarkan suku bunga kredit lebih murah dibandingkan dengan kondisi di pasaran. Penawaran bunga murah ini merupakan salah satu strategi guna mendorong penyaluran pembiayaan sekaligus untuk mengantisipasi penurunan minat konsumen akibat rencana kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada semester I Bunga Penjaminan LPS Turun 50 Bps Meskipun BI rate bulan ini tetap pada level 5,75%, tetapi tidak berarti LPS juga menjaga bunga penjaminan simpanan di level yang sama. Bunga penjaminan LPS untuk bank umum turun dari 6% menjadi 5,5%, valas dari 1,25% menjadi 1%, dan BPR turun dari 8,50% menjadi 8%. Perubahan tingkat bunga penjaminan dilakukan dengan mempertimbangan kondisi ekonomi makro dan likuiditas perbankan. Beberapa kondisi yang mendorong diturunkannya bunga penjaminan simpanan adalah penurunan inflasi, nilai tukar dan cadangan devisa yang stabil dan meningkat, kondisi likuiditas di pasar uang domestik yang cukup baik dan likuiditas perbankan dan tren biaya dana yang melonggar. Suku bunga pinjaman ini berlaku mulai 15 Maret 2012 sampai 14 Mei Hasil Investasi Asuransi Jiwa Menurun 43,89 persen Pendapatan industri asuransi jiwa hanya sedikit mengalami kenaikan di tahun 2011 disebabkan imbal hasil investasi yang menurun. Hasil investasi industri asuransi jiwa di tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 43,89% menjadi Rp 13,42 triliun, dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 23,92 triliun. Oleh karenanya, pendapatan total industri asuransi jiwa nasional hanya meningkat 7,99% menjadi Rp 110,61 triliun. Penurunan imbal hasil terjadi pada produk utama asuransi jwa yang bebentuk unit link berbasis saham yang terdampak krisis global yang merembet ke pasar modal Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia optimis, industri asuransi jiwa akan membaik di tahun ini. Diperkirakan penempatan investasi akan bergeser ke reksadana yang dinilai lebih aman, disamping turunnya suku bunga acuan yang membuat deposito tidak menjadi pilihan. 10 P a g e

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012) Economic and Market Watch (February, 9 th, 2012) Ekonomi Global Rasio utang Eropa mengalami peningkatan. Rasio utang per PDB Eropa pada Q3 2011 mengalami peningkatan dari 83,2 persen pada Q3 2010 menjadi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ekonomi Global. Ministry of Finance, Fiscal Policy Office Center for Macroeconomic Policy. March 5 th, Peringkat Utang Yunani Kembali Dipangkas

Ekonomi Global. Ministry of Finance, Fiscal Policy Office Center for Macroeconomic Policy. March 5 th, Peringkat Utang Yunani Kembali Dipangkas Ekonomi Global Peringkat Utang Yunani Kembali Dipangkas Setelah Fitch dan Standard & Poor s memangkas peringkat utang Yunani pada Februari lalu menjadi satu peringkat di atas default, kini Moody s mengambil

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

Economic and Market Watch. (February, 6th, 2012)

Economic and Market Watch. (February, 6th, 2012) Economic and Market Watch (February, 6th, 2012) Ekonomi Global Pengangguran AS kembali turun Sejak September 2011, tingkat pengangguran AS terus mengalami penurunan dan mencapai 8,5 persen di akhir tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Eropa (%, QoQ)

Pertumbuhan Ekonomi Eropa (%, QoQ) Ekonomi Global Eropa Kontraksi di Kuartal IV 2011 2,5 2 1,5 1 0,5 0-0,5-1 -1,5 Pertumbuhan Ekonomi Eropa (%, QoQ) Eropa Jerman Italia Portugal Spanyol Perancis -0,3-0,2-0,3-0,7-1,3 2010 Q1 2010 Q2 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam isu membayangi, indeks Pasar Modal Indonesia sukses melewati semua ujian. Sepanjang 2012, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan kondisi

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global 2015 Vol. 2 Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pertumbuhan Ekonomi P erkembangan indikator ekonomi pada kuartal

Lebih terperinci

PRUlink Quarterly Newsletter

PRUlink Quarterly Newsletter PRUlink Quarterly Newsletter Publikasi dari PT Prudential Life Assurance Kuartal Kedua 2012 Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan hasil pemikiran internal

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (imbal hasil) dan risiko. Dalam

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro tahun 2005 sampai dengan bulan Juli 2006 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi membaik dari

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal di Indonesia, ada beberapa kelompok saham yang paling banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham tersebut

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan III 2010 Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan sebesar 6,1%. Inflasi berada pada kisaran 6,1-6,5% Perkembangan ekonomi global dan domestik yang semakin membaik, kinerja

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

PRUlink Quarterly Newsletter

PRUlink Quarterly Newsletter PRUlink Quarterly Newsletter Kuartal Kedua 2014 PT Prudential Life Assurance terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan I 2010 Inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diperkirakan berada pada kisaran 5,1-5,5%. Mayoritas responden (58,8%) optimis bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Krisis ekonomi yang terjadi

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN Juni 2012

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN Juni 2012 HIGHLIGHT PEREKONOMIAN GLOBAL Para pimpinan di negara-negara maju tampaknya menyiapkan berbagai strategi untuk menangani krisis global, terutama untuk mengantisipasi hasil pemilu Yunani pada 17 Juni mendatang.

Lebih terperinci

Tingkat inflasi Cina pada Januari 2012 meningkat lebih tinggi menjadi 4,5 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4,1 persen.

Tingkat inflasi Cina pada Januari 2012 meningkat lebih tinggi menjadi 4,5 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4,1 persen. Ekonomi Global Inflasi China Kembali Meningkat Tingkat inflasi Cina pada Januari 2012 meningkat lebih tinggi menjadi 4,5 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4,1 persen. Laju Inflasi dan Kenaikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2 LPEM FEB UI LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2 Highlight ŸPertumbuhan PDB 2016Q2 sekitar 5.0% (yoy) dan PDB 2016 diprediksi akan tumbuh pada kisaran 5.0-5.3% (yoy) ŸPertumbuhan didominasi oleh

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

GLOBAL OUTLOOK 2 OKTOBER 2017

GLOBAL OUTLOOK 2 OKTOBER 2017 GLOBAL OUTLOOK 2 OKTOBER 2017 Pasar Menembus Level Tertinggi Sepanjang Sejarah Konfirmasi Bullish Terbatas Jenuh Beli PENURUNAN BI RATE MENJADI KATALIS IHSG Ekonomi Amerika Serikat (AS) pada periode Q2

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

Robohnya Rupiah Kami 1

Robohnya Rupiah Kami 1 Jakarta, 9 Maret 2015 Robohnya Rupiah Kami 1 Selama pekan lalu ketika kurs rupiah melemah melewati Rp13.000 per dollar banyak yang bertanya kepada saya -- termasuk melalui sosial media -- tentang rupiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 30 April-4 Mei 2012

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 30 April-4 Mei 2012 HIGHLIGHT PEREKONOMIAN GLOBAL Optimisme pemulihan perekonomian Amerika Serikat (AS) yang terjadi sejak awal tahun tampaknya akan memudar. Saat ini pasar mengkhawatirkan bahwa pemulihan ekonomi telah kehilangan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016 Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan 2016 Aviliani 10 Maret 2016 SISTEM PEREKONOMIAN Aliran Barang dan Jasa Gross Domestic Bruto Ekonomi Global Kondisi Global Perekonomian Global masih

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara yang mempunyai fungsi sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang hebat, yang berdampak pada semua aktivitas bisnis di sektor riil. Selama dua tiga tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dan dapat digunakan untuk pembuatan keputusan investasi yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dan dapat digunakan untuk pembuatan keputusan investasi yang tepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang terjadi saat ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk meningkatkan performa terbaiknya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

Perekonimian Indonesia

Perekonimian Indonesia Perekonimian Indonesia Sumber : 2. Presentasi Husnul Khatimah 3. Laporan Bank Indonesia 4. Buku Aris Budi Setyawan 5. Sumber lain yg relevan (Pertemuan 1-11) Peraturan Perkuliahan Hadir dengan berpakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua dasawarsa terakhir ini dimana jarak geografis dan budaya suatu negara dengan negara lainnya semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prospek industri manufaktur tahun 2012, pada tahun 2011 yang lalu ditandai oleh kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman serta sebagai lembaga perantara interaksi antara pihak yang kelebihan dana dan kekurangan

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam triwulan II/2001 proses pemulihan ekonomi masih diliputi oleh ketidakpastian.

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 4-8 Juni 2012

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 4-8 Juni 2012 HIGHLIGHT PEREKONOMIAN GLOBAL Tekanan pasar dan kenaikan tingkat suku bunga surat utang telah mendorong pemerintah Spanyol untuk secara resmi mengajukan permintaan dana talangan kepada Uni Eropa pada pekan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

ASEAN ADB memperkirakan Jepang akan tumbuh 2,2% pada 2012 dan 1,5% pada 2013 atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

ASEAN ADB memperkirakan Jepang akan tumbuh 2,2% pada 2012 dan 1,5% pada 2013 atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Ekonomi Global Perkiraan Pertumbuhan Berbagai Kawasan (%, yoy) Negara/Kawasan 2011 2012 2013 April '12 July '12 April '12 July '12 AS 1.7 1.1 1.0 1.7 1.6 Eropa 1.4-0.5-0.7 1.0 0.8 Jepang -0.7 1.9 2.2 1.5

Lebih terperinci