Penyajian Data Informasi Kementerian Pemuda dan Olahraga. Tahun 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penyajian Data Informasi Kementerian Pemuda dan Olahraga. Tahun 2009"

Transkripsi

1 Penyajian Data Informasi Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2009

2 Penyajian Data Informasi Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2009 Kementerian Pemuda dan Olahraga

3 PENYAJIAN DATA INFORMASI KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA TAHUN 2009 ISBN: Ukuran Buku: 15,7 cm x 24 cm Jumlah Halaman: xiii Penyusun: Tim Penyusun Editor: Tim Penyusun Gambar Kulit: Tim Penyusun Diterbitkan oleh: Biro Perencanaan Sekretariat Kementerian Pemuda dan Olahraga Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya i

4 PENYAJIAN DATA INFORMASI KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA TAHUN 2009 ISBN: Ukuran Buku: 15,7 cm x 24 cm Jumlah Halaman: xiii Penanggung Jawab Deddy Kusdinar Ketua Thobias Tubulau Tim Penyusun Ahmad Musawir Nurhasanah Jeffery V. Palar Asmiaty Sy Yordania Kunto Widyatmoko Rio Wilarso Fanny R. Saputra Silmiyanti Zurlen Ali Rajabiy Achmad Syauqi Penyiapan Data BPS Badan Pusat Statistik Diterbitkan oleh: Biro Perencanaan Sekretariat Kementerian Pemuda dan Olahraga Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya ii

5 SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam, karena hanya atas limpahan kasih dan sayang-nya, kita masih diberi kesempatan untuk berkarya, berbakti, mengabdi dan berbuat terbaik bagi nusa dan bangsa. Dalam rangka mewujudkan kepemudaan dan keolahragaan yang berdaya saing sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Kementerian Pemuda dan Olahraga telah mencanangkan strategi pembangunan yang lebih mengarah kepada peningkatan partisipasi dan peran aktif pemuda dalam berbagai bidang pembangunan dan peningkatan budaya dan prestasi olahraga di tingkat nasional dan internasional untuk meningkatkan daya saing pemuda dan olahraga. Guna mendukung pengembangan bidang kepemudaan dan keolahragaan tersebut maka seluruh perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program kepemudaan dan keolahragaan dilaksanakan berdasarkan data yang up-to-date, secara terintegrasi, transparan, akuntabel, dan tepat waktu. Buku Penyajian Data Informasi Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2009 dirancang agar dapat memberikan gambaran kondisi dan proyeksi bidang kepemudaan dan keolahragaan melalui beragam data dan informasi kepemudaan dan keolahragaan yang telah dihimpun oleh Biro Perencanaan Sekretariat Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Badan Pusat Statistik yang didukung oleh Unit-Unit Organisasi Teknis iii

6 lingkup Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Dinas Pemuda dan Olahraga/Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga se-indonesia. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya buku ini. Semoga apa yang tersaji dalam buku ini bermanfaat bagi para pengguna data, baik dari kalangan akademisi, praktisi maupun masyarakat luas dan dapat dijadikan referensi dalam mendukung kegiatan dan perencanaan kebijakan baik di pusat maupun daerah. Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Drs. Wafid Muharam, MM NIP iv

7 KATA PENGANTAR Penyajian Data Informasi Kementerian Pemuda dan Olahraga 2009 merupakan publikasi yang menyajikan informasi mengenai kepemudaan dan keolahragaan di Indonesia. Data dan Informasi pemuda yang disajikan meliputi kependudukan, pendidikan, kesehatan, angkatan kerja, pemberdayaan pemuda, proyeksi pemuda, serta pemuda dan pengentasan kemiskinan. Informasi kependudukan mencakup jumlah dan persebaran pemuda, pemuda menurut jenis kelamin, status perkawinan dan partisipasi pemuda dalam keluarga berencana. Informasi aspek pendidikan antara lain mencakup partisipasi sekolah, dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Informasi aspek kesehatan meliputi angka kesakitan dan jenis keluhan kesehatan. Pembahasan angkatan kerja meliputi tingkat partispasi angkatan kerja pemuda dan angka pengangguran di kalangan pemuda. Informasi pada aspek pemberdayaan pemuda mencakup ketersediaan fasilitas olahraga, prestasi olahraga dan sains yang dicapai pemuda Indonesia dan Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP-3). Publikasi ini juga menyajikan proyeksi pemuda sampai tahun Pembahasan pemuda dan pengentasan kemiskinan, meliputi kemiskinan dan umur dan peranan pemuda dalam pengentasan kemiskinan. Sumber data dan informasi yang digunakan dalam publikasi ini berasal dari berbagai sumber antara lain: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Maret 2005 dan Susenas Panel Maret 2008, Susenas Kor Juli 2008, Sensus Potensi Desa (PODES) 2005 dan PODES 2008, dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Ketiga sumber data tersebut berasal dari kegiatan survei/sensus yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS). Selain ketiga sumber data tersebut, dalam publikasi ini menggunakan pula data yang bersumber dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga khususnya mengenai pencapaian prestasi olahraga dan Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan. v

8 Publikasi ini merupakan publikasi tahunan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini, disampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga publikasi ini bermanfaat. Kritik dan saran sangat kami harapkan guna penyempurnaan di masa mendatang. Jakarta, Desember 2009 Tim Penyusun vi

9 DAFTAR ISI Halaman Sambutan... iii Kata Pengantar... v Daftar Isi... vii Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xi Daftar Lampiran... xii Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Sumber Data Sistematika Penyajian... 7 Bab 2 Kependudukan Jumlah dan Persebaran Pemuda Rasio Jenis Kelamin Pemuda menurut Provinsi Status Perkawinan Pemuda Partisipasi Pemuda dalam Keluarga Berencana Bab 3 Pendidikan Tingkat Partisipasi Sekolah Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Buta Aksara Bab 4 Kesehatan Angka Kesakitan Pemuda Jenis Keluhan Kesehatan Bab 5 Pemuda dan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Pemuda Tingkat Pengangguran Terbuka Bab 6 Pemberdayaan Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan (SP-3) Pelatihan Tenaga Keolahragaan Pengembangan Kader Kewirausahaan Pemuda dan Peningkatan Kelembagaan Kewirausahaan Pemuda Bab 7 Prestasi Pemuda Prestasi Pemuda di Asian Youth Games Prestasi Pemuda di ASEAN Primary School Sport Olympiad (APSSO) III/ Prestasi Pemuda dalam Pekan Olahraga Pelajar Nasional Prestasi Pemuda di Bidang Sains Penghargaan Terhadap Atlet Berprestasi vii

10 Bab 8 Permasalahan dan Kriminalitas Pemuda Pemuda sebagai Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas Pemuda sebagai Pelanggar Lalu Lintas Kenakalan Remaja Pelaku Kriminalitas Anak dan Remaja Bab 9 Pemuda dan Pengentasan Kemiskinan Karakteristik Sosial Demografi Rumah Tangga Miskin dan Rumah Tangga Tidak Miskin Rata-rata Jumlah Anggota Rumah Tangga Wanita/Pemudi Sebagai Kepala Rumah Tangga Rata-rata Umur Kepala Rumah Tangga Miskin Rata-rata Lama Bersekolah Kepala Rumah Tangga Distribusi Rumah Tangga Miskin, Tidak Miskin, Head Count Index Menurut Jenis Kelamin KepalaRumah Tangga Distribusi Rumah Tangga Miskin menurut Jenis Kelamin Pemuda dan Provinsi Distribusi Rumah Tangga Miskin menurut Tingkat Pendidikan Pemuda dan Provinsi Distribusi Rumah Tangga Miskin menurut Lapangan Pekerjaan, Status/Kedudukan Dalam Pekerjaan Utama Pemuda dan Provinsi Peran Pemuda dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) Bab 10 Proyeksi Pemuda Metode Proyeksi Hasil Proyeksi Daftar Pustaka Lampiran viii

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Persentase Pemuda menurut Status Perkawinan, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, Tahun Tabel 2.2 Persentase Pemuda Perempuan Pernah Kawin menurut Partisipasi dalam Keluarga Berencana dan Daerah Tempat Tinggal, Tahun Tabel 3.1 Persentase Pemuda menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin, Tahun Tabel 3.2 Angka Buta Aksara Pemuda menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin,Tahun Tabel 4.1 Angka Kesakitan Pemuda menurut Jenis Kelamin dan Pulau/Kepulauan, Tahun Tabel 4.2 Persentase Pemuda yang Sakit menurut Jenis Keluhan Kesehatan dan Jenis Kelamin,Tahun Tabel 6.1 Jumlah Tenaga Olahraga yang Dilatih menurut Jenisnya Tahun Tabel 6.2 Rekapitulasi Pengembangan Kader Kewirausahaan Pemuda, Tahun Tabel 7.1 Perolehan Medali Kejuaraan Asian Youth Games Tabel 7.2 Perolehan Medali APSSO III Tabel 7.3 Perolehan Medali dalam Pekan Olahraga Pelajar Nasional menurut Provinsi, Tahun Tabel 7.4 Perolehan Medali Cabang Eksibisi dalam Pekan Olahraga Pelajar Nasional menurut Provinsi, Tahun Tabel 7.5 Siswa Terbaik OSN 2009 Tingkat SMA Tabel 7.6 Jumlah Rumah Yang Diberikan Sebagai Hadiah Kepada Olahragawan Berprestasi, Tahun Tabel 8.1 Profesi Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas menurut Provinsi, Tahun Tabel 8.2 Profesi Pelaku Pelanggaran Lalu Lintas menurut Provinsi, Tahun Tabel 8.3 Persentase Peristiwa Penting Gangguan Kamtibmas (PPGK) Khusus, Tahun Tabel 8.4 Komposisi Orang Yang Terlibat Perkara Pidana, Tahun ix

12 Tabel 9.1 Karakteristik Sosial Demografi Rumah Tangga Miskin dan Rumah Tangga Tidak Miskin menurut Daerah, Tahun Tabel 9.2 Persentase Rumah Tangga Miskin, Tidak Miskin, Head Count Index, menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, Tahun Tabel 9.3 Persentase Pemuda Rumah Tangga Miskin menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Provinsi, Tahun Tabel 9.4 Distribusi Persentase Pemuda sebagai Kepala Rumah Tangga Miskin menurut Provinsi dan Pendidikan, Tahun Tabel 9.5 Persentase Pemuda sebagai Kepala Rumah Tangga Miskin menurut Provinsi dan Lapangan Pekerjaan, Tahun Tabel 9.6 Persentase Pemuda sebagai Kepala Rumah Tangga Miskin menurut Provinsi dan Status Pekerjaan, Tahun Tabel 10.1 Perbandingan Jumlah Pemuda Tahun 2005 dan Proyeksi Pemuda Tahun 2010 dan x

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Persentase Pemuda menurut Pulau,Tahun Gambar 3.1 Partisipasi Sekolah Pemuda menurut Daerah Tempat Tinggal, Tahun Gambar 3.2 Persentase Pemuda menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Tahun Gambar 4.1 Angka Kesakitan Pemuda menurut Daerah dan Jenis Kelamin, Tahun Gambar 5.1 Diagram Ketenagakerjaan,Tahun Gambar 5.2 Komposisi Ketenagakerjaan Pemuda, Agustus Gambar 5.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Pemuda menurut Jenis Kelamin, Tahun Gambar 5.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Pemuda menurut Jenis Kelamin,Tahun Gambar 6.1 Jumlah SP-3 menurut Angkatan Gambar 8.1 Persentase Profesi Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas, Tahun Gambar 8.2 Persentase Profesi Pelanggar Lalu Lintas, Tahun xi

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Halaman Jumlah dan Rasio Pemuda menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, Tahun Jumlah Pemuda dan Kepadatan Pemuda menurut Provinsi, Tahun Partisipasi Pemuda dalam Keluarga Berencana menurut Provinsi dan Daerah, Tahun Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Partisipasi Sekolah, Tahun Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, dan Jenis Kelamin, Tahun Persentase Pemuda menurut Ketidakmampuan Baca-Tulis dan Provinsi, Tahun Angka Kesakitan Pemuda menurut Provinsi, Daerah dan Jenis Kelamin, Tahun Angka Kesakitan Pemuda menurut Provinsi dan Daerah, Tahun Persentase Pemuda yang Sakit menurut Jenis Keluhan Kesehatan dan Provinsi, Tahun Lampiran 10 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Tahun Lampiran 11 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Provinsi Daerah, dan Jenis Kelamin, Tahun Lampiran 12 Tingkat Pengangguran Terbuka, Tahun Lampiran 13 Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Provinsi Daerah, dan Jenis Kelamin, Tahun Lampiran 14 Proyeksi Pemuda Berumur Tahun menurut Provinsi, Tahun (dalam ribuan) Lampiran 15 Proyeksi Pemuda Laki-Laki Berumur Tahun menurut Provinsi, Tahun (dalam Ribuan) Lampiran 16 Proyeksi Pemuda Perempuan Berumur Tahun menurut Provinsi, Tahun (dalam Ribuan) Lampiran 17 Rasio Jenis Kelamin Pemuda 2005 dan Proyeksi Pemuda Tahun menurut Provinsi xii

15 Lampiran 18 Jumlah Pelatih PPLP Menurut Cabang Olahraga per Provinsi Tahun Lampiran 19 Jumlah Atlet PPLP Menurut Cabang Olahraga per Provinsi Tahun Lampiran 20 Data Sarana dan Prasarana Olahraga menurut Provinsi Tahun xiii

16

17 Pendahuluan Latar Belakang Sejarah perjalanan suatu bangsa sejatinya tidak lepas dari keberadaan dan peran pemuda. Sejarah telah mencatat bahwa dalam perkembangan peradaban dunia, pemuda senantiasa membuktikan perannya sebagai pelaku lahirnya sebuah peradaban baru. Demikian juga dengan sejarah lahirnya bangsa Indonesia. Di republik ini, peran pemuda sangat jelas terlihat pada awal perjuangan kemerdekaan, masa kemerdekaan itu sendiri, dan pasca kemerdekaan bangsa. Kiprah pemuda di Indonesia diawali pada permulaan tahun 1908 yang ditandai dengan berdirinya Budi Utomo. Semangat kebangkitan ini kemudian mengkristal dengan dideklarasikannya momentum besar, yakni Sumpah Pemuda, pada tanggal 28 Oktober tahun Selain sebagai catatan penting dalam mempersatukan perjuangan pemuda, semangat Sumpah Pemuda juga terbukti menjadi penopang utama pencapaian kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus Titik-titik sejarah gerakan pemuda juga terlihat pada awal lahirnya Orde Baru tahun 1966 dengan tuntutan pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI), Peristiwa Malari tahun 1974, dan perjuangan memasuki Orde Reformasi pada tahun Peristiwa-peristiwa tersebut menjadi bukti nyata bahwa pemuda selalu menjadi garda terdepan dalam usahausaha perbaikan bangsa. Dalam perspektif demografis, yang dimaksud pemuda adalah orang yang berfikir dewasa yang berusia antara tahun (UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan). Pemuda dalam perspektif sosiologis merupakan anggota masyarakat berusia produktif yang secara sadar mengambil perannya dalam konteks memajukan kehidupan dirinya dan Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun

18 masyarakat. Sedangkan dalam perspektif politik, pemuda merupakan individu atau komunitas warga negara yang terus-menerus menempa diri tanpa mengenal batas waktu dan mengaktualisasikan segenap potensinya untuk menjadi pemimpin di masa depan. Peran strategis pemuda dan torehan sejarah yang bermakna dalam kehidupan berbangsa seolah menjadi euforia apabila melihat kondisi pemuda hari ini. Menjadi sebuah fakta tak terbantahkan bahwa pemuda hari ini juga turut menjadi bagian dari permasalahan bangsa. Tidak sedikit pemuda yang terjerumus pada masalah-masalah sosial seperti kriminalitas, tawuran, premanisme, narkotika, psikotropika, zat adiktif (NAPZA), dan HIV/AIDS. Rendahnya kepedulian pemuda terhadap berbagai permasalahan masyarakat (bangsa) juga telah menjadikan sebagian pemuda menjadi kalangan yang apatis, acuh, dan egois. Selain itu, menjamurnya budaya permisif, budaya hedonis, dan budaya kebarat-baratan telah melunturkan semangat kepribadian nasional dan nilai-nilai luhur bangsa. Permasalahan pemuda lainnya adalah rendahnya kualitas pemuda yang tercermin dari banyaknya pemuda yang menganggur (sekitar 17,36 persen, diolah dari sakernas 2008), berpendidikan rendah (63,11 persen berpendidikan SMP atau ke bawah), dan mempunyai minat baca yang rendah. Sedangkan rendahnya budaya dan prestasi olahraga tercermin dari tingkat kemajuan pembangunan olahraga Indonesia yang hanya mencapai 0,280 (Sports Development Index/SDI) nasional pada tahun 2006 serta menurunnya prestasi olahraga pada ajang internasional. Pemuda akan senantiasa menempati posisi penting dan strategis, sebagai pelaku pembangunan maupun sebagai generasi penerus untuk berkiprah di masa depan. Oleh karena itu, pemuda harus disiapkan dan diberdayakan agar memiliki kualitas dan keunggulan daya saing, guna menghadapi tuntutan, kebutuhan, serta tantangan dan persaingan di era global. Pembangunan bidang kepemudaan merupakan mata rantai tak 2 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009

19 terpisahkan dari sasaran pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Keberhasilan pembangunan pemuda sebagai sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan memiliki keunggulan daya saing, merupakan salah satu kunci untuk membuka peluang bagi keberhasilan di berbagai sektor pembangunan lainnya. Oleh karena itu, pembangunan kepemudaan dianggap sebagai salah satu program yang tidak dapat diabaikan dalam menyiapkan kehidupan bangsa di masa depan. Dengan memperhatikan berbagai permasalahan serta besarnya potensi dan peran penting yang dimiliki oleh pemuda, maka sudah sewajarnya apabila pemerintah memberi perhatian yang besar pada kelompok ini. Dalam UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun dijelaskan bahwa pembangunan pemuda diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan karakter kebangsaan (nation building) dan partisipasi pemuda di berbagai bidang pembangunan. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan kepemudaan ini kemudian diwujudkan dalam 2 prioritas pembangunan nasional pemuda yaitu: penguatan pembentukan karakter bangsa (nation and character building) dan peningkatan kapasitas dan daya saing pemuda. Sementara itu, pembangunan olahraga diarahkan pada peningkatan budaya olahraga dan prestasi olahraga di kalangan masyarakat. Prioritas pembangunan pemuda dalam RPJPN ini kemudian dituangkan dalam kerangka umum (grand design) pembangunan nasional kepemudaan (Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, 2009). Dalam grand design tersebut dijelaskan bahwa pembangunan kepemudaan difokuskan pada semua pemuda, baik yang berpotensi maupun yang bermasalah. Selain itu, hal penting lainnya adalah bahwa pembangunan kepemudaan pada masa yang akan datang, tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah (pusat) saja, tetapi juga pemerintah daerah dan seluruh lapisan masyarakat. Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun

20 Pembangunan di bidang kepemudaan secara khusus ditangani oleh Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga. Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga mempunyai tugas membantu presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pemuda dan olahraga. Dua produk undang-undang yang yang telah ditelurkan dalam kurun waktu adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Untuk mendukung pembangunan di bidang kepemudaan dan olahraga yang terarah dan tepat sasaran, maka diperlukan perencanaan berbasis data pemuda dan olahraga yang akurat. Data pemuda dan olahraga ini dapat menjadi acuan dalam upaya perencanaan, pembangunan, dan pemberdayaan pemuda sebagaimana tertuang dalam RPJPN Berkaitan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu dilakukan kegiatan penyediaan data pemuda dan olahraga yang berkelanjutan dan mencakup seluruh wilayah di Indonesia. Keberadaan data ini diharapkan dapat membantu perencanaan berbagai program pembangunan pemuda dan olahraga di masa mendatang yang dapat dipertanggungjawabkan. 1.2 Tujuan Penyajian Data dan Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 2008 ini bertujuan untuk: 1. Menyajikan gambaran kondisi (profil) pemuda Indonesia dilihat dari aspek jenis kelamin, umur, pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Profil ini akan memberikan gambaran mengenai sumber daya pemuda Indonesia sehingga diharapkan dapat diketahui kualitas pemuda dari aspek pendidikan dan kesehatan. Selain itu diharapkan pula dapat diketahui angka penyerapan tenaga kerja dan tingkat pengangguran di kalangan pemuda. 2. Menyajikan data ketersediaan fasilitas olahraga di setiap provinsi. Ketersediaan fasilitas merupakan syarat mutlak memasyarakatkan 4 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009

21 olahraga di masyarakat. Adalah suatu kemustahilan apabila mengharapkan prestasi olahraga yang tinggi tanpa memperhatikan ketersediaan fasilitas, karena itu perlu diketahui ketersediaan fasilitas olahraga di setiap provinsi. 3. Menyajikan data tingkat pencapaian prestasi keolahragaan pemuda Indonesia. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan di bidang olahraga adalah tingkat pencapaian prestasi. Pada dasarnya semua kegiatan pembangunan bidang olahraga, baik yang berupa sarana dan prasarana, regulasi dan kebijakan bermuara pada tujuan meningkatnya prestasi di bidang keolahragaan. 4. Menyajikan data pemuda sebagai salah satu kelompok penduduk yang mempunyai potensi besar untuk melakukan pelanggaran berlalulintas maupun pelaku kecelakaan lalulintas, kenakalan remaja dan anak sebagai pelaku tindak kejahatan tindak pidana. Permasalahan dan kriminalitas pemuda dipandang perlu disajikan dalam laporan ini karena diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan untuk membuat perencanaan pembangunan kepemudaan. 5. Menyajikan karakteristik rumah tangga miskin, termasuk di dalamnya adalah rumah tangga miskin yang kepala rumah tangganya adalah pemuda. 6. Menyajikan data proyeksi pemuda Indonesia sampai tahun 2015 terutama setelah disetujuinya UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan (batasan umur tahun). Proyeksi penduduk diperlukan terutama terkait dengan perencanaan program pembangunan di masa mendatang. Dengan harapan, dapat disusun suatu program yang tepat guna dan tepat waktu. Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun

22 1.3 Sumber Data Sumber data dan informasi yang digunakan dalam publikasi ini sebagian besar bersumber dari survei atau sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi: 1. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Maret 2006 dan Susenas Panel Maret 2007 dan Kor Juli Susenas adalah survei tahunan yang diselengarakan BPS melalui pendekatan rumah tangga. Sampel Susenas meliputi seluruh wilayah Indonesia. Data yang dicakup meliputi variabel sosial dan ekonomi masyarakat. 2. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Sakernas merupakan kegiatan survei tahunan khusus mengenai angkatan kerja. Sampel Sakernas mencakup seluruh wilayah Indonesia. 3. Data tingkat pencapaian prestasi pemuda Indonesia dalam arena olahraga bersumber dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Kementerian Pemuda dan Olahraga serta website-website yang berhubungan. 4. Data Sarjana Pendamping Penggerak Pembangunan di Perdesaan tahun 2008 dari Kemenegpora. 5. Data pemuda sebagai salah satu kelompok penduduk yang mempunyai potensi besar untuk melakukan pelanggaran berlalulintas maupun pelaku kecelakaan lalulintas, kenakalan remaja dan anak sebagai pelaku tindak kejahatan tindak pidana bersumber dari Laporan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) tahun 2007 dan Data proyeksi pemuda yang diolah dari Proyeksi Penduduk Indonesia per Provinsi tahun Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009

23 1.4 Sistematika Penyajian Publikasi Penyajian Data dan Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 2008 ini dibagi menjadi 10 bab. Bab pertama adalah pendahuluan, yang membahas mengenai latar belakang, tujuan, sumber data dan sistematika penulisan. Bab ke-dua menyajikan masalah kependudukan yang meliputi jumlah dan persebaran pemuda, pemuda menurut jenis kelamin, status perkawinan, dan partisipasi pemuda dalam keluarga berencana. Bab ke-tiga mengenai pendidikan yang mengulas tentang partisipasi sekolah, pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan buta aksara. Bab ke-empat membahas tentang kesehatan yang mencakup angka morbiditas dan pemuda yang mempunyai keluhan kesehatan. Bab kelima membahas pemuda dan angkatan kerja yang meliputi partisipasi pemuda dalam angkatan kerja, dan angka pengangguran. Bab ke-enam tentang pemberdayaan pemuda yang meliputi peran serta pemuda dalam keolahragaan, di bidang sains, serta prestasi sarjana penggerak pembangunan di perdesaan. Bab ke-tujuh membahas pemuda sebagai salah satu kelompok penduduk yang mempunyai potensi besar untuk melakukan pelanggaran berlalulintas maupun pelaku kecelakaan lalu lintas, kenakalan remaja dan anak sebagai pelaku tindak kejahatan tindak pidana. Bab ke-delapan, membahas mengenai pemuda dan pengentasan kemiskinan. Bab ke-sembilan yang merupakan bab terakhir, mengenai proyeksi jumlah pemuda sampai tahun Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun

24 8 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009

25 Kependudukan 2 Tingkat kemajuan suatu bangsa dinilai berdasarkan berbagai ukuran. Ditinjau dari indikator sosial, tingkat kemajuan suatu negara bisa diukur dari kualitas sumber daya manusianya. Selain itu, kemajuan suatu bangsa juga bisa diukur berdasarkan indikator kependudukan. Ada kaitan yang erat antara kemajuan suatu bangsa dengan laju pertumbuhan penduduk, termasuk derajat kesehatan. Bangsa yang sudah maju ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih kecil; angka harapan hidup yang lebih tinggi; dan kualitas pelayanan sosial yang lebih baik. Secara keseluruhan kualitas sumber daya manusia yang makin baik akan tercermin dalam produktivitas yang makin tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan sasaran utama dari pembangunan sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Sasaran ini tidak mungkin tercapai apabila pemerintah tidak dapat memecahkan masalahmasalah kependudukan, seperti besarnya jumlah penduduk dan tidak meratanya tingkat persebarannya. Oleh karena itu, dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan memegang peranan penting. Data kependudukan yang lengkap dan akurat akan mempermudah perencanaan pembangunan secara lebih tepat. Pada publikasi ini, akan disajikan data kependudukan, khususnya kelompok usia tahun yang terkategori sebagai pemuda. Penyajian ini menjadi penting karena berkaitan dengan peran strategis pemuda di dalam pembangunan bangsa. Data dan informasi yang akan disajikan ini meliputi jumlah dan persebaran pemuda di Indonesia, rasio jenis kelamin pemuda menurut kelompok umur, status perkawinan pemuda, dan partisipasi pemuda dalam Keluarga Berencana (KB). Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun

26 2.1 Jumlah dan Persebaran Pemuda Jumlah penduduk yang besar dan terus bertambah setiap tahun menjadi tantangan yang serius bagi pemerintah. Selain jumlahnya yang besar, persebaran penduduk yang tidak merata juga menyebabkan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Dengan demikian, informasi mengenai persebaran penduduk, khususnya pemuda, dapat menjadi acuan pemerintah dalam menentukan tingkat konsentrasi pembangunan. Daerah dengan konsentrasi pemuda yang tinggi misalnya, seharusnya mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah agar potensi yang dimiliki pemuda dapat diberdayakan. Usaha ini misalnya dilakukan dengan menciptakan lapangan pekerjaan yang dapat meminimalisasi arus urbanisasi maupun perpindahan pemuda dari suatu wilayah ke satu wilayah saja. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2008 sebesar 228,5 juta jiwa (Proyeksi Penduduk Indonesia , BPS). Dari jumlah ini, sekitar 62,6 juta (27,4 persen) penduduk adalah kelompok pemuda yang terdiri dari sekitar 50,1 persen laki-laki dan 49,9 persen perempuan. Kondisi ini memperlihatkan bahwa proporsi pemuda laki-laki dan perempuan hampir sama. Hasil susenas 2008 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia saat ini masih bertempat tinggal di daerah perdesaan (51,7 persen). Namun demikian, kondisi sebaliknya justru terjadi pada penduduk yang terkategori sebagai pemuda. Lebih dari separuh pemuda (51,90 persen) justru lebih memilih tinggal di daerah perkotaan. Kondisi ini menjadi salah satu fakta baru bahwa pemuda sekarang cenderung nyaman untuk tinggal di daerah perkotaan. Kecenderungan ini bisa dipahami mengingat selama ini kawasan perdesaan sering diidentikkan dengan daerah yang terbelakang, jauh dari berbagai fasilitas umum, dan kurang menjanjikan secara ekonomi. Dengan kondisi yang demikian, maka banyak pemuda (penduduk) yang 10 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009

27 kemudian lebih memilih untuk beraktivitas (bekerja) dan tinggal di daerah perkotaan. Persebaran pemuda menurut wilayah hasil proyeksi penduduk dapat dilihat pada Gambar 2.1. Dari Gambar 2.1 terlihat bahwa secara umum, persebaran pemuda masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera. Di kedua pulau ini, persentase jumlah pemuda mencapai 79 persen dari total jumlah pemuda di Indonesia. Padahal luas wilayah kedua pulau ini hanya sekitar 31 persen dari total luas wilayah Indonesia. Sedangkan di Pulau Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua yang luas wilayahnya sekitar 2/3 dari wilayah Indonesia, persentase pemudanya tidak lebih dari sepertiga. Gambar 2.1. Persentase Pemuda menurut Pulau, Tahun % 56.80% 5.80% 7.30% 1.10% 1.20% 22.50% Sumatera Jawa Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Sumber: Diolah dari Proyeksi Penduduk Indonesia , BPS Gambaran ketimpangan persebaran pemuda ini telah menimbulkan kesenjangan perkembangan antar wilayah. Ketimpangan pembangunan ini terutama terjadi antara Jawa dan luar Jawa, antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI), serta antar berbagai kota di Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa menurut garis Wallace, KBI meliputi seluruh provinsi di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali, sedangkan KTI meliputi seluruh provinsi di Pulau Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua, NTB, dan NTT. Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun

28 Persebaran pemuda menurut provinsi (hasil proyeksi) dapat dilihat pada Lampiran 1. Provinsi Jawa Barat (11,1 juta), Jawa Timur (9,5 juta), dan Jawa Tengah (8,6 juta) adalah tiga provinsi terbanyak pemudanya. Sedangkan Provinsi Sulawesi Barat, Maluku Utara, Gorontalo, dan Papua Barat adalah beberapa provinsi yang jumlah pemudanya kurang dari 300 ribu. Banyaknya pemuda yang tinggal di Pulau Jawa menyebabkan kepadatan pemuda pada pulau ini menjadi sangat tinggi. Di Pulau Jawa secara umum, kepadatan pemuda mencapai 274 jiwa setiap km 2. Bahkan di Provinsi DKI Jakarta yang luas wilayahnya hanya sekitar 664 km 2 (0,5 persen dari luas Pulau Jawa), kepadatan pemuda mencapai jiwa per km 2. Kondisi sebaliknya justru banyak dijumpai pada wilayah Indonesia bagian timur. Provinsi Papua misalnya, di pulau yang luasnya mencapai 16,70 persen dari total luas wilayah Indonesia ini, setiap kilometer perseginya hanya didiami sekitar 2 orang pemuda saja. Melihat jumlah dan persebaran pemuda yang sangat timpang antara Pulau Jawa dan luar Jawa, antara kota-kota di Pulau Jawa dan kota-kota di daerah Indonesia Timur, maka menjadi wajar apabila proses pembangunan akhirnya mengalami hambatan. Akibat dari terhambatnya proses pembangunan ini, banyak wilayah di Indonesia yang masih terisolir dari akses fasilitas umum. Selain itu, banyak daerah yang sulit berkembang menjadi wilayah yang strategis karena daya dukung wilayah dan keuangan yang tidak memadai. Pada akhirnya, efek kumulatif dari ketimpangan pembangunan ini adalah timbulnya urbanisasi yang tidak terkendali, khususnya pada kota-kota besar di Pulau Jawa. Pada beberapa wilayah, ketimpangan pembangunan juga telah berakibat langsung pada munculnya semangat kedaerahan pada titik yang paling ekstrim, yang diwujudkan dalam bentuk gerakan separatisme. Sementara itu, upaya-upaya percepatan pembangunan pada wilayah yang relatif masih tertinggal tersebut, meskipun telah 12 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009

29 dimulai sejak lebih dari sepuluh tahun yang lalu, hasilnya masih belum dapat sepenuhnya dinikmati oleh masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut (Propenas ). Hasil proyeksi pemuda memperlihatkan bahwa kepadatan pemuda tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar pemuda per kilometer persegi, diikuti DI Yogyakarta yang mencapai 313 pemuda/km 2. Sedangkan untuk daerah di luar Jawa, kepadatan tertinggi masing-masing terdapat di Provinsi Lampung (61 pemuda/km 2 ) untuk Pulau Sumatera, Bali (149 pemuda/km 2 ) untuk Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan (25 pemuda/km 2 ) untuk Pulau Kalimantan, Sulawesi Selatan (46 pemuda/km 2 ) untuk Pulau Sulawesi, dan Papua Barat (21 pemuda/km 2 ) untuk Pulau Papua dan Maluku. Melihat realitas dan tantangan pembangunan yang belum merata, maka sesuai dengan prioritas pembangunan pemuda sebagaimana diatur dalam UU Nomor 17 Tahun 2007, pemuda harus menjadi garda terdepan dalam setiap proses pembangunan. Partisipasi aktif ini harus diwujudkan dalam peningkatan kualitas SDM pemuda baik dari sisi keilmuan maupun keterampilan dan keterlibatan langsung dalam setiap proses pembangunan. 2.2 Rasio Jenis Kelamin Pemuda menurut Provinsi Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah perbandingan antara penduduk lakilaki dengan 100 penduduk perempuan. Data RJK berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan jender, terutama berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara lebih merata. Berdasarkan hasil Proyeksi 2008, RJK di Indonesia mencapai angka 100. Sedangkan pada kategori pemuda, RJK mencapai angka 100,5. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah pemuda laki-laki di Indonesia ternyata relatif sama dengan pemuda perempuan. Sementara itu jika dirinci menurut provinsi terlihat bahwa lebih dari separuh provinsi di Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun

30 Indonesia, mempunyai RJK di atas RJK nasional. Meskipun demikian, ada juga dua provinsi yang mempunyai RJK kurang dari 90. Kedua provinsi tersebut adalah DKI Jakarta (88,2), dan Kepulauan Riau (82,2). 2.3 Status Perkawinan Pemuda Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perkawinan menegaskan bahwa umur terendah perempuan untuk dapat melakukan perkawinan adalah 16 tahun, sedangkan untuk laki-laki adalah 21 tahun. BPS sendiri mendefinisikan seseorang berstatus kawin apabila pada saat pencacahan mereka terikat dalam perkawinan, baik yang tinggal bersama maupun terpisah, yang menikah secara sah maupun yang hidup bersama yang oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sah sebagai suami istri. Dari Tabel 2.1 terlihat bahwa sekitar 42,21 persen pemuda di Indonesia telah berstatus kawin. Apabila dirinci menurut jenis kelamin terlihat perbedaan persentase yang sangat besar antara pemuda laki-laki dan perempuan. Persentase laki-laki yang berstatus kawin hanya sekitar 31 persen saja, sementara persentase perempuan yang berstatus kawin mencapai 53 persen. Sedangkan apabila dilihat menurut daerah tempat tinggal terlihat bahwa persentase pemuda di perkotaan yang berstatus kawin lebih kecil dibandingkan dengan pemuda di perdesaan, khususnya pada pemuda laki-laki (27,64 persen). 14 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009

31 Tabel 2.1: Persentase Pemuda menurut Status Perkawinan, Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, Tahun 2008 Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Belum kawin Kawin Cerai hidup Cerai mati (1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan 62,12 36,68 0,99 0,21 Laki-laki 71,75 27,64 0,50 0,10 Perempuan 52,85 45,38 1,45 0,32 Perdesaan 50,16 48,20 1,36 0,28 Laki-laki 64,42 34,69 0,74 0,15 Perempuan 36,04 61,58 1,98 0,40 Perkotaan + Perdesaan 56,38 42,21 1,17 0,24 Laki-laki 68,21 31,05 0,62 0,13 Perempuan 44,85 53,09 1,70 0,36 Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS Persentase pemuda Indonesia yang berstatus cerai hidup dan cerai mati masing-masing sebesar 1,17 persen dan 0,24 persen. Dari jumlah ini, persentase perceraian pemuda perempuan (baik cerai hidup maupun cerai mati) hampir tiga kali persentase perceraian pada laki-laki. Besarnya persentase perceraian pemuda perempuan ini kemungkinan sangat erat kaitannya dengan usia pertama sewaktu menikah (sebagaimana batasan usia perempuan pada UU Perkawinan) yang relatif masih sangat muda. Selain itu besarnya persentase perceraian pada pemuda perempuan kemungkinan disebabkan oleh adanya emosi dan pola pikir (pemuda perempuan) yang cenderung tidak stabil dan cepat berubah dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. 2.4 Partisipasi Pemuda dalam Keluarga Berencana (KB) Dalam 20 tahun mendatang, Indonesia menghadapi tekanan jumlah penduduk yang makin besar. Jumlah penduduk yang pada tahun 2008 sebesar 228,5 juta orang diperkirakan meningkat menjadi sekitar 247,6 juta orang pada tahun Sejalan dengan itu berbagai parameter kependudukan diperkirakan akan mengalami perbaikan yang ditunjukkan Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun

32 dengan menurunnya angka kelahiran, meningkatnya usia harapan hidup, dan menurunnya angka kematian bayi. Meskipun demikian, pengendalian kuantitas dan laju pertumbuhan penduduk penting diperhatikan untuk menciptakan penduduk tumbuh seimbang dalam rangka mendukung terjadinya bonus demografi atau lebih tepat dengan istilah jendela kesempatan yang ditandai dengan jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada jumlah penduduk usia non-produktif. Kondisi tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kualitas SDM, daya saing, dan kesejahteraan rakyat. Program keluarga berencana (KB) merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah Indonesia dalam rangka menekan jumlah penduduk. Program yang mulai diluncurkan pada 29 Juni 1970 ini telah menunjukkan keberhasilan yang ditandai dengan penurunan tingkat fertilitas, yaitu mulai dari 5,61 anak per wanita pada tahun 1968 menjadi 4,68 pada tahun 1977, dan mencapai 2,27 anak per wanita pada tahun 2000 ( Salah satu isu penting bagi kelangsungan pembangunan KB adalah desentralisasi. Sesuai dengan Kepres Nomor. 103/2001, yang kemudian diubah menjadi Kepres Nomor. 9/2004, bahwa sebagian kewenangan di bidang keluarga berencana diserahkan kepada pemerintah kabupaten/ kota. Dengan adanya peraturan tersebut, masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan KB sampai saat ini adalah belum seluruh pemerintah kabupaten/kota menetapkan KB sebagai isu strategis dalam pengendalian pertumbuhan penduduk dan pemenuhan hak-hak reproduksi penduduk. Pelaku KB adalah pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang istrinya berusia tahun. Dengan melihat batasan umur ini, maka sebagian pemuda masuk sebagai salah satu kategori pelaku KB dan terkategori pula sebagai pasangan usia subur. Oleh karena itu, peran 16 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009

33 pemuda dalam upaya pengendalian jumlah dan kualitas penduduk menjadi bagian yang penting. Hasil Susenas 2008 menunjukkan bahwa persentase pemuda perempuan berstatus kawin atau cerai di Indonesia yang sedang menggunakan alat KB atau berpartispasi dalam KB telah mencapai 57,46 persen (Tabel 2.2). Di sisi lain yang tidak pernah menggunakan alat KB sebesar 25,86 persen dan tidak menggunakan lagi sebesar 16,69 persen. Jika dibedakan menurut daerah tempat tinggal, ternyata persentase pemuda perempuan di perdesaan yang menggunakan alat KB lebih besar daripada pemuda perkotaan. Hal ini merupakan indikasi bahwa sosialisasi kesadaran untuk melakukan program KB dengan ditandai kesadaran pemuda perempuan perdesaan untuk mengikuti program KB lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda perempuan perkotaan. Tabel 2.2: Daerah Tempat Tinggal Persentase Pemuda Perempuan Pernah Kawin menurut Partisipasi dalam Keluarga Berencana dan Daerah Tempat Tinggal, Tahun 2008 Sedang menggunakan Partisipasi dalam Keluarga Berencana Tidak menggunakan lagi Tidak pernah menggunakan (1) (2) (3) (4) Perkotaan 56,65 16,95 26,41 Perdesaan 58,11 16,47 25,41 Total 57,46 16,69 25,86 Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS Partisipasi pemuda perempuan terhadap program KB menurut provinsi sangat beragam (lihat Lampiran 3). Sulawesi Utara merupakan provinsi dengan tingkat persentase pengguna alat KB paling tinggi (70,1 persen). Sedangkan Papua dan Papua Barat terkategori sebagai provinsi dengan persentase pengguna alat KB terendah (26,34 persen dan 29,47 persen). Rendahnya pencapaian program KB di kalangan pemuda ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya pengetahuan pemuda Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun

34 terhadap fungsi dan peranan program KB dalam usaha pengendalian pertumbuhan penduduk. Selain itu, pembangunan KB selama ini belum dipandang sebagai suatu investasi yang mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi di masa yang akan datang. 18 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009

35 Pendidikan 3 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan didefinisikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompok orang dan lain-lain, usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Sementara itu menurut wikipedia, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan sangat berperan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya bagi pemuda. Melalui pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas, akan mampu menghasilkan manusia-manusia yang unggul, cerdas, dan kompetitif. Pendidikan merupakan fondasi dasar untuk menyiapkan SDM bangsa yang berkualitas, khususnya bagi pemuda yang notabene merupakan SDM potensial yang akan menjadi penggerak aktif pembangunan bangsa. Untuk mengukur berhasil atau tidaknya pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari beberapa indikator, di antaranya tingkat partisipasi sekolah, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dan angka buta aksara. Ketiga indikator yang disebutkan di atas akan dibahas pada bab ini, baik menurut jenis kelamin maupun daerah tempat tinggal. 3.1 Tingkat Partisipasi Sekolah Tingkat partisipasi sekolah terdiri dari tiga kriteria, yaitu belum atau tidak pernah bersekolah, masih atau sedang bersekolah, dan tidak bersekolah lagi. Partisipasi sekolah ini merujuk kepada jenjang pendidikan formal. Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun

36 Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Pemuda masih termasuk penduduk aktif di pendidikan formal, yaitu pendidikan menengah dan pendidikan tinggi berdasarkan usia yang dijadikan standar menurut jenjang pendidikan di Indonesia atau rentang usia yang dianjurkan pemerintah dan umum. Usia 16 tahun merupakan bagian dari kelompok usia standar untuk jenjang pendidikan SMA. Tingkat partisipasi sekolah menggambarkan bagaimana status pemuda dalam jenjang pendidikan formal. Dari Tabel 3.1 terlihat bahwa lebih dari 80 persen pemuda baik laki-laki maupun perempuan, sudah tidak duduk di bangku sekolah formal lagi atau tidak bersekolah lagi. Selain itu, ternyata masih ada pemuda yang sama sekali belum pernah mengenyam pendidikan formal, yaitu sebesar 1,02 persen pemuda lakilaki dan 1,50 persen pemuda perempuan. Tabel 3.1: Persentase Pemuda menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin, Tahun 2008 Jenis Kelamin Belum/Tidak Pernah Sekolah Masih/Sedang Sekolah Tidak Bersekolah Lagi (1) (2) (3) (4) Laki-laki Perempuan Total Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS. Sementara itu, sebanyak 18,07 persen pemuda laki-laki dan 16,62 persen pemuda perempuan masih berstatus sekolah. Berdasarkan komposisi pendidikan tersebut, menunjukkan bahwa masih adanya bias jender dalam dunia pendidikan di Indonesia. 20 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009

37 Selama ini ada pendapat bahwa adanya ketimpangan pendidikan antara masyarakat perdesaan dengan perkotaan. Data Susenas 2008 mendukung pendapat tersebut. Gambar 3.1 memperlihatkan bahwa persentase pemuda yang belum/tidak pernah mengenyam pendidikan formal di perdesaan lebih tinggi dibanding yang tinggal di perkotaan, yaitu 2,10 persen berbanding 0,50 persen. Ketimpangan yang serupa juga terjadi pada kategori masih sekolah, yaitu pemuda yang masih/sedang bersekolah di perdesaan hanya sebesar (13,52 persen) sedangkan di perkotaan mencapai (20,86 persen). Sementara itu, jumlah pemuda yang tidak bersekolah lagi di perkotaan sebanyak 78,65 persen dan di perdesaan 84,38 persen. Gambar 3.1: Partisipasi Sekolah Pemuda menurut Daerah Tempat Tinggal, Tahun Perkotaan Perdesaan Belum/Tidak pernah sekolah Masih sekolah Tidak bersekolah lagi Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS. Mengamati partisipasi sekolah pemuda per provinsi yang disajikan pada Lampiran 4, pemuda yang tidak/belum pernah sekolah secara umum tidak terlalu bervariasi, angkanya berkisar antara 0,30 s.d. 5,10 persen, kecuali Papua. Persentase pemuda yang tidak pernah sekolah di Provinsi Papua mencapai 23,86 persen, suatu angka yang sangat tinggi dibandingkan dengan propinsi lainnya. Sementara itu di provinsi tetangganya, yaitu Papua Barat, pemuda yang tidak pernah sekolah hanya sebesar 5,10 persen. Kedua angka tersebut menunjukkan Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun

38 perbedaan yang sangat signifikan, walaupun Papua Barat dulunya pecahan dari Papua. 3.2 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Angka pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh pemuda dapat menjadi acuan dalam membuat perencanaan tenaga kerja dan memberi gambaran tentang kualitas sumber daya tenaga kerja yang tersedia di suatu wilayah, serta dapat digunakan untuk menilai keberhasilan pembangunan pendidikan di wilayah tersebut. Data pendidikan tertinggi yang ditamatkan pemuda merupakan persentase pemuda yang menamatkan jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah pemuda. Gambar 3.2 menunjukkan bahwa sumber daya pemuda Indonesia sebesar 30,83 persen berpendidikan SMA, 30,81 persen berpendidikan SMP, 23,33 persen berpendidikan SD, dan 6,06 persen yang berpendidikan perguruan tinggi. Sementara itu, masih terdapat 8,97 persen pemuda yang tidak punya ijazah pendidikan formal. Gambar 3.2: Persentase Pemuda menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Tahun % 8.97% 30.83% 23.33% 30.81% Tidak Punya SD SMP SMA PT Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS. 22 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009

39 Pola serupa terjadi di hampir semua provinsi (lihat Lampiran 5), kecuali Lampung, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Barat, Gorontalo, Sulawesi Barat, Papua Barat, dan Papua. Persentase pemuda yang tidak punya ijazah di 7 provinsi tersebut berkisar antara 16,16 persen sampai 32,49 persen, angka yang paling tidak sama dengan yang lulus SD. Jika dilihat menurut jenis kelamin, komposisi pendidikan tertinggi yang ditamatkan per propinsi juga sama dengan nasional, hanya saja persentase yang tidak punya ijazah pada pemuda laki-laki pada umumnya lebih besar dari pemuda perempuan. 3.3 Buta Aksara Angka buta aksara merupakan indikator yang mengukur persentase penduduk (pemuda) yang tidak bisa membaca dan menulis huruf latin. Tinggi rendahnya angka buta aksara di suatu wilayah dapat menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan sumber daya manusia di bidang pendidikan. Kualitas pemuda pun dapat dicerminkan oleh data buta aksara ini. Persentase pemuda dengan angka buta aksara yang tinggi perlu mendapat perhatian. Kemampuan baca tulis adalah modal dasar pemuda untuk mengembangkan diri dan membangun bangsanya. Berdasarkan data Susenas 2008 yang disajikan pada Tabel 3.2, secara nasional persentase pemuda yang tidak bisa membaca dan menulis huruf latin mencapai 0,90 persen, di perkotaan 0,23 persen dan perdesaan 1,63 persen. Angka buta aksara menurut jenis kelamin di perdesaan masih memperlihatkan adanya sedikit ketertinggalan dan keterbatasan kesempatan bagi perempuan dalam mengenyam pendidikan. Di perdesaan, persentase perempuan yang buta aksara mencapai 2,08 persen sementara laki-laki 1,17 persen. Perbedaan tersebut juga terjadi di perkotaan namun tidak nyata, yaitu perempuan 0,27 persen dan lakilaki 0,18 persen. Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun

40 Tabel 3.2: Angka Buta Aksara menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, Tahun 2008 Kategori Perkotaan Perdesaan Total (1) (2) (3) (4) Laki-laki Perempuan Total Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS Mengamati keragaman angka buta aksara per provinsi di Lampiran 6, tampak bahwa di perkotaan jauh lebih homogen dibandingkan di perdesaan. Angka buta aksara di perkotaan berkisar antara 0,00 persen (DI Yogyakarta dan Lampung) dan 1,79 persen (Nusa Tenggara Barat). Dari rentang nilai tersebut, ada 2 provinsi yang mencapai sedikitnya 1 persen dan 26 provinsi yang kurang dari 0,5 persen. Sebaliknya di perdesaan, angka buta aksara sangat beragam yaitu dari 0,22 persen (DI Yogyakarta) sampai persen (Papua). Dari rentang nilai tersebut ada 13 provinsi yang mencapai sedikitnya 1 persen dan 6 propinsi yang kurang dari 0,5 persen. Jika dilihat secara keseluruhan maka angka buta aksara tertinggi terdapat di Papua (20,01 persen) dan terendah di DKI Jakarta (0,01 persen). 24 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009

41 Kesehatan 4 Mempertahankan sebuah negara membutuhkan sebuah regenerasi. Regenerasi bukan hanya untuk mempertahankan sebuah eksistensi, lebih dari itu regenerasi juga berarti kesempatan untuk mewujudkan ambisi sebuah negara. Oleh karena itu generasi muda memiliki posisi yang penting dan menjadi poros bagi punah tidaknya sebuah negara. Selain itu generasi muda menjadi harapan terwujudnya cita-cita sebuah negara. Dewasa ini bahaya yang mengancam generasi muda indonesia adalah penggunaan Narkoba yang semakin meningkat setiap tahunnya. Maraknya perilaku menyimpang dari generasi muda tersebut dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Pemuda yang mempunyai perilaku menyimpang, semakin hari semakin rapuh digerogoti oleh zat-zat adiktif penghancur syaraf serta merusak kesehatan, dan yang sangat berbahaya adalah penularan virus mematikan HIV/AIDS melalui penggunaan jarum suntik pengguna Narkoba yang digunakan secara bergantian, akibatnya generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Oleh karena itu sebagai pencegahan dan memerangi penggunaan dan penyalahgunaan Narkoba diadakanlah Kongres Pemuda/Pelajar Anti Narkoba 2008 yang diselenggarakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dari tanggal 9-11 Desember 2008 yang lalu di Taman Mini, Cibubur Jakarta. Kegiatan tersebut diselenggarakan dalam rangka menumbuhkan kepedulian komunitas pemuda, pelajar dan mahasiswa dari 29 provinsi yang telah dipilih terhadap bahaya akibat penyalahgunaan Narkoba di lingkungan mereka. Tidak hanya itu, kongres juga sekaligus dirancang Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun

Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 2008

Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 2008 Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 008 Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 008 Kementerian Negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemuda adalah generasi penerus perjuangan dan cita-cita bangsa, sehingga pemuda yang mempunyai potensi yang cukup besar ini perlu didukung sepenuhnya baik oleh pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya Perkawinan Anak, Moralitas Seksual, dan Politik

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara.

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan di setiap wilayah maupun negara. Ini adalah tentang bagaimana negara membangun sumber daya manusianya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di Negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya

Lebih terperinci

DATA MENCERDASKAN BANGSA

DATA MENCERDASKAN BANGSA Visi BPS Pelopor Data Statistik Terpercaya untuk Semua Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 237,6 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun DATA MENCERDASKAN

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Indikasi adanya ledakan penduduk di Indonesia yang ditunjukkan beberapa indikator demografi menjadikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA Copyright (C) 2000 BPHN INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA *52209 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 14 TAHUN 1999 (14/1999) TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sampai dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.310, 2014 WARGA NEGARA. Kependudukan. Grand Design. Pembangunan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN 2011-2014 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Dalam rangka pemantauan rencana aksi percepatan pelaksanaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan kependudukan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sampai dengan

Lebih terperinci

PENDUDUK LANJUT USIA

PENDUDUK LANJUT USIA PENDUDUK LANJUT USIA Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 STATISTIK PENDUDUK 1971-2015 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Statistik Penduduk 1971-2015 Ukuran Buku : 27 Cm x 19 Cm (A4) Jumlah Halaman : 257 halaman Naskah : Pusat

Lebih terperinci

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN P P L M - 2 0 1 4 Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 w. k e m e n p o r a. g o. i d w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN

Lebih terperinci

BAB 29 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA

BAB 29 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA BAB 29 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA A. KONDISI UMUM Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas serta pemuda dan olahraga merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015 Memajukan Industri Kawasan Timur Indonesia Manado, 30 April 2015 Yth.: 1. Gubernur

Lebih terperinci

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA ii Kata Pengantar i DAFTAR ISI Kata Pengantar...i Daftar Isi... iii Daftar Tabel...v Daftar Gambar...xi Bab I KEPENDUDUKAN... 1 Bab II INDIKATOR GENDER... 9 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development

Lebih terperinci

KEMISKINAN KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA

KEMISKINAN KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF 15-60 TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA Pengantar : Prof. Dr. Haryono Suyono, MA., PhD. YAYASAN ANUGERAH KENCANA BUANA, JAKARTA APAKAH ERA BONUS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 29 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA

BAB 29 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA BAB 29 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA BAB 29 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA A. KONDISI UMUM Pembangunan

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 No. 16/07/33/16/Th.I, 16 Juli 2017 STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 Pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif yaitu berumur 16-30 tahun. Jumlah pemuda di Kabupaten Blora adalah 167.881 jiwa atau

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang

2017, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.163, 2017 PEMERINTAHAN. Kepemudaan. Penyelenggaraan. Lintas Sektor. Koordinasi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2017 TENTANG KOORDINASI STRATEGIS

Lebih terperinci

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman

Lebih terperinci

Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum

Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Anak yang berhadapan dengan hukum menunjukkan bahwa situasi sulit yang dihadapi oleh anak tidak hanya disebabkan oleh tindakan orang per orang tetapi juga dapat disebabkan

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor lainnya. Sejalan dengan itu, sektor pertanian

Lebih terperinci

Katalog BPS: Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: Katalog BPS: 2204009 Katalog BPS: 2204009 PROFIL MIGRAN HASIL SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 2011 2012 ISBN : 978-979-064-620-9 Katalog BPS : 2204009 No. Publikasi : 04140.1301 Ukuran Buku : 17,6 cm

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go ii Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 ISBN : 978-979-064-314-7 No. Publikasi: 04000.1109 Katalog

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2011 ISSN. 2086 1036 No Publikasi : 04220.1202 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 28 Cm x 21 Cm Jumlah Halaman : xviii + 148 Halaman Naskah : Subdirektorat Statistik Pendidikan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada

BAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah sebuah proses terciptanya kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada dapat dikelola untuk

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 ISSN 2087-7633 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. provinsi NTB mencapai ,15 km 2.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. provinsi NTB mencapai ,15 km 2. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat 1. Georgrafis Secara astronomis Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak antara 8 o 10-9 o 5 Lintang Selatan dan 115 o 46-119 o 5 Bujur Timur.

Lebih terperinci

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia ==================================================================================== BAB I Pendahuluan Secara harfiah kata Demografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang berkembang, masalah yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA LAMPIRAN INSTRUKSI NOMOR : 14 TAHUN 1999 TANGGAL : 7 OKTOBER 1999 PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA I. UMUM 1. Penduduk merupakan titik sentral dari pembangunan yang berkelanjutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah di PalangkaRaya ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung periode 20122017 telah selesai dilaksanakan. Seiring dengan hal itu Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia mempunyai kualitas yang tinggi. Sihombing (2001)

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia mempunyai kualitas yang tinggi. Sihombing (2001) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang sangat cepat seperti sekarang ini menuntut sumber daya manusia mempunyai kualitas yang tinggi. Sihombing (2001) menyatakan bahwa ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

RILIS HASIL AWAL PSPK2011 RILIS HASIL AWAL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik Berdasarkan hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30

Lebih terperinci

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia kaya ragam budaya, adat istiadat, suku bangsa, bahasa, agama

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK DATA AGREGAT PER KECAMATAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU Jumlah Penduduk di Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 21.071 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru Artikel 1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya Tidak dapat dipungkiri, epidemi HIV/AIDS telah berkembang begitu pesat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kasus ini paling

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun

Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun Cluster 1 Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun Oleh: Jumono, Abdul Waidil Disampaikan pada kegiatan Simposium Pendidikan 23 Febuari 2015 Ki Hadjar Dewantara: Rakyat perlu diberi hak dan kesempatan yang

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Metro, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Metro. Muhammad Sholihin, SE., MM.

Sekapur Sirih. Metro, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Metro. Muhammad Sholihin, SE., MM. Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 49 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi di berbagai negara dan sering mendapat perhatian khusus baik dari pengambil kebijakan maupun akademisi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang menghadapi ASEAN Economic Community atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang menghadapi ASEAN Economic Community atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sedang menghadapi ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA merupakan bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian

Lebih terperinci

POINTER PAPARAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KEHORMATAN PESERTA PENDIDIKAN KETAHANAN NASIONAL UNTUK PEMUDA (TANNASDA)

POINTER PAPARAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KEHORMATAN PESERTA PENDIDIKAN KETAHANAN NASIONAL UNTUK PEMUDA (TANNASDA) 1 POINTER PAPARAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KEHORMATAN PESERTA PENDIDIKAN KETAHANAN NASIONAL UNTUK PEMUDA (TANNASDA) ANGKATAN II TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Senin /12 Mei

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, [terhubung berkala]. [3 April 2009]. 2

PENDAHULUAN. Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, [terhubung berkala].  [3 April 2009]. 2 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus suatu bangsa dan merupakan ujung tombak yang akan berperan dalam pembangunan di masa mendatang. Oleh karena itu, suatu bangsa membutuhkan remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan pelayanan kesehatan diharapkan juga tinggi. Wujud pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan pelayanan kesehatan diharapkan juga tinggi. Wujud pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan manusia yang sangat tinggi sehingga tuntutan akan pelayanan kesehatan diharapkan juga tinggi. Wujud pemerintah dalam mendukung peningkatan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 150 BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Penelitian yang berjudul Determinan unmet need Keluarga Berencana di Indonesia memiliki tujuan utama yaitu untuk menjawab mengapa terjadi kenaikan tingkat

Lebih terperinci

Advokasi Penyusunan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten/ Kota se- Bakorwil III Provinsi Jawa Tengah

Advokasi Penyusunan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten/ Kota se- Bakorwil III Provinsi Jawa Tengah SAMBUTAN KEPALA BIRO BINA SOSIAL SETDA PROVINSI JAWA TENGAH SEKALIGUS MEMBUKA SECARA RESMI ACARA Advokasi Penyusunan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten/ Kota se- Bakorwil III Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak merupakan modal utama bagi suatu negara dalam mempersiapkan kondisi negara yang kuat, aman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human Health Organization) dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kota Medan. Dengan mengambil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunianya, penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU irdsall, Kelley dan Sinding eds (2001), tokoh aliran Revisionis dalam masalah demografi membawa pemikiran adanya hubungan antara perkembangan penduduk

Lebih terperinci

VISI PAPUA TAHUN

VISI PAPUA TAHUN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

SOLUSI MASALAH IBU KOTA JAKARTA. Sebuah Pemikiran Alternativ dari Perspektif Demografi Sosial

SOLUSI MASALAH IBU KOTA JAKARTA. Sebuah Pemikiran Alternativ dari Perspektif Demografi Sosial SEMINAR 20 Agustus 2015 S. 401 SOLUSI MASALAH IBU KOTA JAKARTA Sebuah Pemikiran Alternativ dari Perspektif Demografi Sosial Tadjuddin Noer Effendi Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah

Lebih terperinci