HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA MANONJAYA

Transkripsi

1 HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA MANONJAYA Neng Intan 1) H.Yuldan Fatturahman, S.KM., M.Kes dan Anto Purwanto, S.KM., M.Kes 2) Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan Lingkungan 1) Universitas Siliwangi Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan 2) Universitas Siliwangi ABSTRAK meruakan enyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh tungau Sarcotes Scabiei. Penularan enyakit ini terjadi melalui kontak langsung mauun tidak langsung tana memandang umur, ras, jenis kelamin dan status sosial ekonomi. Sanitasi lingkungan dan ersonal hygiene meruakan faktor yang bereran ada erkembangan enyakit skabies. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan sanitasi lingkungan dan ersonal hygiene terhada revalensi enyakit skabies. Metode enelitian menggunakan metode analitik observasional dengan endekatan casecontrol dengan total samel 98. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square dengan < 0,05. Hasil enelitian menunjukkan, bahwa ada hubungan antara sanitasi lingkungan dan ersonal hygiene terhada enyakit skabies; sumber air dengan nilai 0,000 dan 19,988, sanitasi jamban nilai 0,000 dan 9,138, ventilasi kamar nilai 0,000 dan 15,354, encahayaan nilai 0,015 dan 3,022, kelembaban nilai 0,001 dan 4,267, keadatan hunian nilai 0,033 dan 4,063, kebersihan kulit nilai 0,003 dan 19,988, mencuci tangan dan memotong kuku nilai 0,002 dan 3,882, kebersihan akaian nilai 0,004 dan 3,625, alat mandi dan handuk nilai 0,001 dan 7,125, kebersihan kamar nilai 0,018 dan 3,178. Kata Kunci Keustakaan : 35 ( ) : Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene,

2 RELATED ENVIRONMENTAL SANITATION AND PERSONAL HYGIENE WITH THE INCIDENCE OF SCABIES COTTAGE IN BOARDING MIFTAHUL HUDA MANONJAYA Neng Intan1) H.Yuldan Fatturahman, S.KM., Kes and Anto Purwanto, S.KM., M.Kes2) Student of the Faculty of Health Sciences Health Secialisation Environmental1) Siliwangi University Suervisor Section of Environmental Health Sciences Public Health Faculty) Siliwangi University ABSTRACT Scabies is an environmentally based disease caused by the mite Sarcotes scabiei. Transmission of the disease occurs through direct contact or indirectly regardless of age, race, gender and socioeconomic status. Environmental sanitation and ersonal hygiene are factors that lay a role in the rogression of the disease scabies. This study aimed to analyze the relationshi between environmental sanitation and ersonal hygiene to the revalence of scabies. The research method using observational analytic aroach casecontrol with a total samle of 98. The analysis conducted through univariate analysis using frequency distribution and bivariate analysis using Chi Square test with s <0.05. The results showed that there is a relationshi between environmental sanitation and ersonal hygiene to disease scabies; water resources with and , sanitary latrines and 9.138, room ventilation and , lighting of and 3.022, humidity and 4.267, density occuancy and 4.063, skin hygiene and , wash your hands and cut fingernails and 3.882, cleanliness clothing and 3.625, toiletries and towels and 7.125, room cleanliness and Keywords: Environmental Sanitation, Personal Hygiene, Scabies Bibliograhy: 35 ( )

3 1. PENDAHULUAN Pondok Pesantren meruakan lembaga endidikan nonformal yang usianya sangat tua dan memiliki engaruh yang cuku besar dalam kehiduan masyarakat. Pondok esantren memunyai eranan yang sangat enting sebagai usat untuk memelajari, memahami, menghayati, mengamalkan ajaran Islam, engembangan ilmu agama, embinaan akhlak, etika, dan moral masyarakat. Dilihat dari sisi kesehatan, ada umumnya ondok esantren masih memerlukan erhatian dari berbagai ihak yang terkait, baik dalam asek akses elayanan kesehatan, erilaku sehat mauun asek kesehatan lingkungannya. Pondok esantren dinilai masih kurang memerhatikan kesehatan santri dan lingkungannya (Aminah 2012). Menurut Rimawardhani dalam Suhelmi, (2007) mengatakan bahwa enyakit yang aling sering diderita siswa yang tinggal di esantren adalah skabies. meruakan enyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhada Tungau Sarcotes Scabiei Varietas Hominis (Sungkar, 2005). Penyakit ini daat ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan melalui hubungan seksual. Penularan secara tidak langsung (melalui benda), misalnya akaian, handuk, srei, bantal, dan selimut (Djuanda, 2007). 2. METODE PENELITIAN Metode enelitian ini meruakan jenis enelitian analitik obsevasional dengan menggunakan case control yaitu meruakan rancangan enelitian dengan cara membandingkan kelomok case dan kelomok control dengan tujuan untuk mengetahui aakah faktor resiko yang meliuti sanitasi lingkungan dan ersonal hygiene berengaruh terhada enyakit skabies. 3. HASIL PENELITIAN a. Variabel Sanitasi Lingkungan 1) Sumber Air Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Hubungan Sumber Air Terhada Penyakit Di Pondok Pesantren Miftahul Huda

4 Kejadian No Sumber Air f % F % n % 1. Sungai 41 80, , ,0 2. Sumur 8 17, , ,0 0,000 19,988 (7,151-55,867) Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa resonden yang menderita skabies lebih banyak didaatkan ada resonden dengan yang menggunakan air sungai yaitu 41 resonden (80,4%), dibandingkan dengan resonden yang menggunakan air sumur yaitu 8 resonden (17,0%), sedangkan resonden yang tidak skabies lebih banyak didaatkan ada resonden yang menggunakan air sumur sebanyak 39 resonden (83,0%), dibandingkan dengan resonden yang menggunkan air sungai yaitu 10 resonden (19,6%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square dieroleh nilai = 0,000 ( kurang dari 0,05), maka daat disimulkan bahwa terdaat hubungan bermakna antara enggunaan sumber air terhada enyakit skabies dengan nilai = 19,988. Penggunaan air sungai lebih beresiko 19,988 kali lebih besar untuk terkena enyakit skabies dari ada engguna air sumur. 2) Sanitasi Jamban Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Hubungan Sanitasi Jamban Terhada Penyakit Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kejadian No Sanitasi Jamban f % F % n % 1. Tidak Baik 27 84,4 5 15, ,0 2. Kurang Baik 13 37, , ,0 3. Baik 9 29, , ,0 0,000 9,138 Berdasarkan tabel 3.2 diketahui bahwa resonden yang menderita skabies lebih banyak didaatkan ada resonden yang menggunakan jamban dengan sanitasi yang tidak baik yaitu

5 sebanyak 27 resonden (84,4%) dibandingkan dengan resonden yang menggunakan jamban dengan sanitasi kurang baik sebanyak 13 resonden (37,1%) dan resonden yang menggunakan jamban dengan sanitasi baik yaitu 9 resonden (29,0%), sedangkan resonden yang tidak skabies lebih banyak didaatkan ada resonden yang menggunakan jamban dengan sanitasi baik sebanyak 22 resonden (71,0%) dibandingkan dengan resonden yang menggunakan jamban dengan sanitasi kurang baik yaitu 22 resonden (62,9%) dan resonden yang menggunakan jamban dengan sanitasi tidak baik sebanyak 5 resonden (15,6%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square dieroleh nilai = 0,000 ( kurang dari 0,05), maka daat disimulkan bahwa terdaat hubungan bermakna antara enggunaan jamban terhada enyakit skabies dengan nilai = 9,138. Resonden yang menggunakan jamban dengan sanitasi yang kurang baik dan tidak baik beresiko 9,138 kali lebih besar untuk terkena enyakit skabies dari ada resonden yang menggunakan jamban dengan sanitasi baik. 3) Ventilasi Kamar Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Hubungan Ventilasi Kamar Terhada Penyakit Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kejadian No Ventilasi Kamar f % f % n % 1. Tidak Baik 38 80,9 9 19, ,0 2. Baik 11 21, , ,0 0,000 15,354 (5,725-41,176) Berdasarkan tabel 3.3 diketahui bahwa resonden yang menderita skabies lebih banyak didaatkan ada resonden dengan ventilasi kamar yang tidak bak yaitu sebanyak 38 resonden (80,9%), dibandingkan dengan resonden dengan ventilasi kamar yang baik sebanyak 11 resonden (21,6%), sedangkan resonden yang tidak skabies lebih banyak didaatkan ada resonden dengan ventilasi kamar yang baik yaitu 40

6 resonden (78,4%), dibandingkan dengan resonden dengan ventilasi kamar yang tidak baik sebanyak 9 resonden (19,1%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square dieroleh nilai = 0,000 ( kurang dari 0,05), maka daat disimulkan bahwa terdaat hubungan bermakna antara ventilasi kamar terhada enyakit skabies dengan nilai = 15,354. Resonden yang tinggal di kamar dengan ventilasi yang tidak baik lebih beresiko 15,354 kali lebih besar untuk terkena enyakit skabies dari ada resonden yang tinggal di kamar dengan ventilasi yang baik. 4) Pencahayaan Kamar Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Hubungan Pencahayaan Kamar Terhada Penyakit Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kejadian No Pencahayaan Kamar f % F % n % 1. Tidak Baik 34 61, , ,0 2. Baik 15 34, , ,0 0,015 3,022 (1,318-6,932) Berdasarkan tabel 3.4 diketahui bahwa resonden yang menderita skabies lebih banyak didaatkan ada resonden dengan encahayaan kamar yang tidak baik sebanyak 34 resonden (61,8%) dibandingkan dengan resonden dengan encahayaan kamar yang baik sebanyak 15 resonden (34,9%), sedangkan resonden yang tidak skabies lebih banyak didaatkan ada resonden dengan encahayaan kamar yang baik yaitu 28 resonden (65,1%) dibandingkan dengan resonden dengan encahayaan kamar yang tidak baik yaitu 21 resonden (38,2). Berdasarkan uji statistik Chi-Square dieroleh nilai = 0,015 ( kurang dari 0,05), maka daat disimulkan bahwa terdaat hubungan bermakna antara encahayaan kamar terhada enyakit skabies dengan nilai = 3,022. Resonden yang tinggal dikamar dengan encahayaan yang tidak baik lebih beresiko 3,022 kali lebih

7 besar dari ada resonden yang tinggal dikamar dengan encahyaaan yang baik. 5) Kelembaban Kamar Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Kelembaban Kamar Terhada Penyakit Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kejadian No Kelembaban Kamar f % f % n % 1. Tidak Baik 34 66, , ,0 2. Baik 15 31, , ,0 0,001 4,267 (1,823-9,939) Berdasarkan tabel 3.5 diketahui bahwa resonden yang menderita skabies lebih banyak didaatkan ada resonden dengan kelembaban kamar yang tidak baik yaitu 34 resonden (66,7%), dibandingkan dengan resonden dengan kelembaban kamar yang baik yaitu 15 resonden (31,9%), sedangkan resonden yang tidak skabies lebih banyak didaatkan ada resonden dengan kelembaban kamar yang baik yaitu 32 resonden (68,1%), dibandingkan dengan resonden dengan kelembaban kamar yang tidak baik yaitu 17 resonden (33,3%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square dieroleh nilai = 0,001 ( kurang dari 0,05), maka daat disimulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kelembaban kamar terhada enyakit skabies dengan nilai = 4,267. Resonden yang tinggal dikamar dengan kelembaban yang tidak baik lebih beresiko 4,267 kali lebih besar dari ada resonden yang tinggal dikamar dengan kelembaban yang baik. 6) Keadatan Kamar Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Hubungan Keadatan Kamar Terhada Penyakit Di Pondok Pesantren Miftahul Huda No Kejadian Total

8 Tidak Keadatan Kamar f % f % n % 1. Tidak Baik 45 55, , ,0 2. Baik 4 23, , ,0 0,033 4,062 (1,220-13,533) Berdasarkan tabel 3.6 diketahui bahwa resonden yang menderita skabies lebih banyak didaatkan ada resonden dengan keadatan kamar yang tidak baik yaitu sebanyak 45 resonden (55,6%), dibandingkan dengan resonden dengan keadatan kamar yang baik yaitu sebanyak 4 resonden (23,5%), sedangkan resonden yang tidak skabies keadatan kamar yang baik yaitu 13 resonden (76,5%), dan resonden dengan keadatan kamar yang tidak baik sebanyak 36 resonden (44,4%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square dieroleh nilai = 0,033 ( kurang dari 0,05), maka daat disimulkan bahwa terdaat hubungan bermakna antara keadatan kamar terhada enyakit skabies dengan nilai = 4,062. Resonden yang tinggal di kamar dengan keadatan yang tidak baik lebih beresiko 4,062 kali lebih besar untuk terkena enyakit skabies dari ada resonden yang tinggal di kamar dengan keadatan yang baik. b. Variabel Personal Hygiene 1) Kebersihan Kulit Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Hubungan Kebersihan Kulit Terhada Penyakit Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kejadian No Kebersihan Kulit f % F % n % 1. Tidak Hygiene 17 81,0 4 19, ,0 2. Hygiene 32 41, , ,0 0,003 5,977 (1,837-19,455) Berdasarkan tabel 3.7 diketahui bahwa resonden yang menderita skabies ada resonden dengan kebersihan kulit yang hygiene yaitu 32 resonden (41,6%), dan resonden dengan

9 kebersihan kulit yang tidak hygiene yaitu 17 resonden (81,0%), sedangkan resonden yang tidak skabies ada resonden dengan kebersihan kulit yang hygiene yaitu 45 resonden (58,4%) dan resonden dengan kebersihan kulit yang tidak hygiene yaitu 4 resonden (19,0%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square dieroleh nilai = 0,003 ( kurang dari 0,05), maka daat disimulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kebersihan kulit terhada enyakit skabies dengan nilai = 5,977. Resonden dengan kebersihan kulit yang tidak hygiene lebih beresiko 5,977 kali lebih besar dari ada resonden dengan kebersihan kulit yang hygiene. 2) Mencuci Tangan dan Memotong Kuku Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Hubungan Mencuci Tangan dan Memotong Kuku Terhada Penyakit Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Mencuci Kejadian No Tangan dan Memotong Kuku f % F % n % 1. Tidak Hygiene 32 66, , ,0 2. Hygiene 17 34, , ,0 0,002 3,882 (1,679-8,976) Berdasarkan tabel 3.8 diketahui bahwa resonden yang menderita skabies lebih banyak didaatkan ada resonden dengan kebersihan tangan dan kuku yang tidak hygiene yaitu sebanyak 32 resonden (66,7%), dibandingkan dengan resonden dengan kebersihan tangan dan kuku yang hygiene sebanyak 17 resonden (34,0%), sedangkan resonden yang tidak skabies lebih banyak didaatkan ada resonden dengan kebersihan tangan dan kuku yang hygiene sebanyak 33 resonden (66,0%) dibandingkan dengan resonden dengan kebersihan tangan dan kuku yang tidak hygiene sebanyak 16 santri (33,3%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square dieroleh nilai = 0,002 ( kurang dari 0,05), maka daat disimulkan bahwa terdaat hubungan bermakna antara kebertihan tangan dan memotong kuku

10 terhada enyakit skabies dengan nilai = 3,882. Resonden yang tidak hygiene dalam mencuci tangan dan memotong kuku lebih beresiko 3,882 kali lebih besar untuk terkena enyakit skabies dari ada resonden yang hygiene dalam merawat tangan dan memotong kuku. 3) Kebersihan Pakaian Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Hubungan Kebersihan Pakaian Terhada Penyakit di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kejadian No Pakaian f % f % n % 1. Tidak Hygiene 35 63, , ,0 2. Hygiene 14 32, , ,0 0,004 3,625 (1,562-8,412) Berdasarkan tabel 3.9 diketahui bahwa resonden yang menderita skabies lebih banyak didaatkan ada resonden dengan akaian yang tidak hygiene yaitu 35 resonden (63,6%), dibandingkan resonden dengan akaian yang hygiene yaitu 14 resonden (32,6%), sedangkan resonden yang tidak skabies lebih banyak didaatkan ada resonden dengan akaian yang hygiene yaitu 29 resonden (67,4%), dibandingkan resonden dengan akaian yang tidak hygiene yaitu 20 resonden (36,4%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square dieroleh nilai = 0,004 ( kurang dari 0,05), maka daat disimulkan bahwa terdaat hubungan bermakna antara kebersihan akaian terhada enyakit skabies dengan nilai = 3,625. Resonden yang tidak hygiene dalam menggunakan akaian lebih beresiko 3,625 kali lebih besar untuk terkena enyakit skabies dari ada resonden yang hygiene dalam menggunakan akaian. 4) Alat Mandi dan Handuk Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Hubungan Alat Mandi dan Handuk Terhada Penyakit Di Pondok Pesantren Miftahul Huda

11 Kejadian No Alat Mandi dan Handuk f % F % n % 1. Tidak Hygiene 45 60, , ,0 2. Hygiene 4 17, , ,0 0,001 7,125 (2,205-23,026) Berdasarkan tabel 3.10 diketahui bahwa resonden yang menderita skabies lebih banyak didaatkan ada resonden dengan alat mandi dan handuk yang tidak hygiene yaitu sebanayak 45 resonden (60,0%), dibandingkan dengan resonden dengan alat mandi dan handuk yang hygiene sebanyak 4 resonden (17,4%) sedangkan resonden yang tidak skabies ada resonden dengan alat mandi dan handuk yang dengan hygiene yaitu sebanyak 19 resonden (82,6) dan resonden dengan alat mandi dan handuk yang tidak hygiene sebanyak 30 resonden (40,0%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square dieroleh nilai = 0,001 ( kurang dari 0,05), maka daat disimulkan bahwa terdaat hubungan bermakna antara enggunaan alat mandi dan handuk terhada enyakit skabies dengan nilai = 7,125. Resonden yang tidak hygiene dalam enggunaan alat mandi dan handuk lebih beresiko 7,125 kali lebih besar untuk terkena enyakit skabies dari ada resonden yang hygiene dalam enggunaan alat mandi dan handuk. 5) Kebersihan Kamar Tidur Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Hubungan Kebersihan Kamar Tidur Terhada Penyakit Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kejadian No Kamar Tidur f % f % n % 1. Tidak Hygiene 39 59, , ,0 2. Hygiene 10 31, , ,0 0,018 3,178 (1,300-7,771)

12 Berdasarkan tabel 3.11 diketahui bahwa resonden yang menderita skabies lebih banyak didaatkan ada resonden dengan kamar tidur yang tidak hygiene yaitu 39 resonden (59,1%), dibandingkan dengan resonden dengan kamar tidur yang hygiene yaitu 10 resonden (31,2%), sedangkan resonden yang tidak skabies ada resonden dengan kamar tidur yang hygiene yaitu 22 resonden (68,8%) dan resonden dengan kamar tidur yang tidak hygiene yaitu 27 resonden (40,9%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square dieroleh nilai = 0,018 ( kurang dari 0,05), maka daat disimulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kebersihan kamar tidur terhada enyakit skabies dengan nilai = 3,178. Resonden dengan kebersihan kamar yang tidak hygiene beresiko 3,178 kali lebih besar dari ada resonden dengan kebersihan kamar yang hygiene. 4. KESIMPULAN Dari hasil enelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, maka daat diambil kesimulan sebagai berikut: 1. Adanya hubungan antara sanitasi lingkungan terhada enyakit skabies a. Ada hubungan antara sumber air terhada enyakit skabies dengan 0,000 dan nilai = 19,988 b. Ada hubungan antara sanitasi jamban terhada enyakit skabies dengan 0,000 dan nilai = 9,138 c. Ada hubungan antara ventilasi kamar terhada enyakit skabies dengan 0,000 dan nilai = 15,354 d. Ada hubungan antara encahayaan kamar terhada enyakit skabies dengan 0,015 dan nilai = 3,022 e. Ada hubungan antara kelembaban kamar terhada enyakit skabies dengan 0,001 dan nilai = 4,267 f. Ada hubungan antara keadatan kamar terhada enyakit skabies dengan 0,033 dan nilai = 4, Ada hubungan antara ersonal hygiene terhada enyakit skabies

13 a. Ada hubungan antara kebersihan kulit terhada enyakit skabies dengan 0,003 dan nilai = 5,977 b. Ada hubungan antara mencuci tangan dan memotong kuku terhada enyakit skabies dengan 0,002 dan nilai = 3,882 c. Ada hubungan antara kebersihan akaian terhada enyakit skabies dengan 0,004 dan nilai = 3,625 d. Ada hubungan antara alat mandi dan handuk terhada enyakit skabies dengan 0,001 dan nilai = 7,125 e. Ada hubungan antara kebersihan kamar tidur terhada enyakit skabies dengan 0,018 dan nilai = 3, DAFTAR PUSTAKA Alamsyah D., Manajemen Pelayanan Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta, Azwar A., Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, PT Mutiara Sumber Widya, Jakarta 1995 Badri M., Hygiene Personal Santri Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo, Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol 17, No 2, Halaman 2. Bratawidjaja K.G., Imunologi Dasar, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2007 Budiarto E., Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta, 2001 Djuanda A, Hamzah M, Aisah S., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Djuanda A., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi Kelima, Cetakan Kedua, Universitas Indonesia, Jakarta, Emier., Hubungan Personal Hygiene Sanitasi Dengan Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Dan Tinjauan Sanitasi Lingkungan Pesantren Darul Huda Hikmah Pekan Baru, Skrisi, Fakultas Kesehatan Maasyarakat, USU, Frenki, Hubungan Personal Hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit Kulit Infeksi dan Tinjauan Sanitasi Lingkungan Pesantren, Skrisi, USU, (2011). Goldstein, BG & Goldstein., Dermatologi Praktis, Hiokrates, Jakarta, Haince., Personal Behavior and Evironment Risk and Protective Factor, Handoko R.P., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Adhi Juanda, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2008 Haraha M., Ilmu Penyakit Kulit, Hiokrates, Jakarta, Hasibuan Malayu S.P., Manajemen Sumber Daya Manusia, PT.Bumi Aksara, 2009.

14 Irianto K., Menguak Dunia Mikroorganisme, CV Yrama Widya, Bandung, Iskandar T., Masalah Scabies Pada Hewan dan Manusia serta enanggulangannya, Wartozoa. Vol. 10, No. 1. Hal th Kusriyanto., Pengaruh Sanitasi dan Higiene Perorangan Terhada Penyakit Kulit, Tesis, Pascasarjana Universitas Erlangga, Surabaya, Lita S., Prilaku Santri Dalam Uaya Pencegahan Penyakit Scabies Di Pondok Pesantren Ulummu Qur an Stabat, USU Press, Medan, Lomeshow, Stanely., Besar Samel dalam Penelitian Kesehatan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, Ma rufi I, Keman S dan Notobroto H.B., Faktor Sanitasi Lingkungan yang Berengaruh Terhada Prevalensi Penyakit Scabies, Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 2 No.1 Hal , FKM UNAIR, Surabaya, (2005). Muslih, Rifqi, dkk., Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian ada Santri di Pondok Pesantren Ciasung Kab.Tasikmalaya, Penelitian FIK, Universitas Siliwangi, 2012 Nasir, Ridwan., Mencari Tiologi Format Pendidikan Ideal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Notoatmodjo S., Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cita, Jakarta, Qomar, M., Pesantren, Erlangga, Yogyakarta, Rofiq A, dkk., Pemberdayaan Pesantren Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri Dengan Metode Daurah Kebudayaan, LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, Yogyakarta, Sadana., : Masalah Diagnosis dan Pengobatannya, Majalah Kedokteran Indonesia, Jakarta, Siregar R.S., Penyakit Kulit dan Jamur, Edisi ke Dua, EGC, Jakarta, Soejadi., Uaya Sanitasi Lingkungan Di Pondok Pesantren Ali Maskum Almunawar Dan Pandanaran Dalam Penanggulangan Penyakit, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Pones, Jawa Timur, Soemirat J., Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Sudirman T., : Masalah Diagnosa dan Pengobatan, Makalah Kesehatan Universitas Indonesia, Jakarta, Suratno, H., Pendidikan Kesehatan Lingkungan Dalam Persektif Islam, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Universitas Negeri Surabaya, Sutrisno, T. et all., Teknologi Penyediaan Air Bersih, Cetakan Keenam, Rieneka Cita. Jakarta, Stone S.P, Jonathan N.G, Rocky E.B., In : Fitziatrick, Dermatology in General Medicine, 7 th, McGraw-Hill, New york, Wardhana., Macam-macam Penyakit Menular dan Pencegahannya, Bina Pustaka, Jakarta, Wijayanti K., Peran Pos Kesehatan Pesantren Dalam Meningkatkan Kesehatan Reroduksi Remaja, Buletin enelitian sistem Kesehatan, Surabaya, 2007.