BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota"

Transkripsi

1 34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, dengan Luas wilayah 17,9 KM². Kelurahan Buol terdiri dari 4 lingkungan, yaitu lingkungan Rogi, lingkungan Tanjung, lingkungan Bumi nipa dan Lingkungan Poyapi. Dengan batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Laut Sulawesi 2. Sebelah Selatan : Desa Guamonial 3. Sebelah Timur : Kelurahan Bugis 4. Sebelah Barat : Kelurahan Kali 4.2 Hasil Analisis Univariat Analisis univariat atau analisis deskriptif bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik atau distribusi dari lokasi tempat tinggal sampel, umur responden, jenis kelamin responden, pendidikan terakhir responden, pekerjaan responden, kejadian, Hygiene perseorangan yang terdiri dari kebersihan pakaian, kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan genitalia, kebersihan handuk dan kebersihan tempat tidur. Analis data univariat dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel Distribusi Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi lokasi tempat tinggal sampel yang dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini : 34

2 35 Tabel 4.1 Distribusi Lokasi Tempat Tinggal Responden Lingkungan Rogi Tanjung Bumi Nipa Poyapi Jumlah n % 51 19, , , ,2 Total Dari hasil analisis didapatkan bahwa responden yang digunakan dalam penelitian yang berasal yang terbanyak diambil dari lingkungn Bumi Nipa yaitu sebanyak 84 responden (31,5%) dan yang terendah lingkungan Rogi sebanyak 51 responden (19,1%) Distribusi Responden Berdasarkan Umur Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi responden berdasarkan umurnya yang dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini : Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Kelurahan Buol Umur (Tahun) Jumlah n % 23 8, , , , , ,6 14 5,2 15 5,6 3 1,1 Total

3 36 Dari hasil analisis didapatkan bahwa umur responden yang paling banyak terdistribusi pada umur tahun yaitu sebanyak 50 responden (18,7%) dan paling sedikit berumur tahun yaitu sebanyak 3 responden (1,1%) Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi responden berdasarkan jenis kelaminnyaa yang dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini : Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan Buol Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah n % , ,9 Total Dari hasil analisis didapatkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak terdistribusi yaitu sebanyak 230 responden (86,1 %) dan paling sedikit yang berjenis kelamin perempuan yaitu 37 responden (13,9%) Distribusi berdasarkan Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi responden berdasarkan pendidikannya yang dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini :

4 37 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Kelurahan Buol Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA PT Jumlah n % 10,1 50,2 9,0 18,7 12, Total Dari hasil analisis didapatkan bahwa responden yang berpendidikan SD lebih banyak terdistribusi yaitu sebanyak 134 responden (50,2%) dan paling sedikit yang tidak sekolah yaitu 27 responden (10,1%) Distribusi Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi responden berdasarkan pekerjaannya yang dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Kelurahan Buol Pekerjaan PNS Pedagang Nelayan URT Jumlah n % 75 28, , ,2 22 8,2 Total Dari hasil analisis didapatkan bahwa sebagian besar responden di Kelurahan Buol bekerja sebagai Nelayan yaitu berjumlah 110 responden (41,2 %),

5 38 dan yang sedikit jumlah responden yaitu responden yang bekerja sebagai URT yaitu sebanyak 22 responden (8,2 %) Distribusi Penyediaan Air Bersih Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi penyediaan air bersih yang dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini : Tabel 4.6 Distribusi penyediaan air bersih Sumber Air Bersih Jumlah n % Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat ,4 50,6 Total Dari hasil analisis didapatkan bahwa sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat sebanyak 132 (49,4%) dan sumber air bersih yang memenuhi syarat sebanyak 135 (50,6%) Distribusi Kejadian Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi kejadian yang dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini : Tabel 4.7 Distribusi Kejadian Kejadian Jumlah n % Tidak ,1 56,9 Total

6 39 Dari hasil analisis univariat didapatkan bahwa sampel yang menderita sebanyak 115 sampel (43,1%) dan sampel yang tidak menderita sebanyak 152 sampel (56,9%) Distribusi Kebersihan Pakaian Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi kebersihan pakaian yang dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini : Tabel 4.8 Distribusi Kebersihan pakaian Kebersihan Pakaian Jumlah n % Baik Tidak Baik ,7 78,3 Total Dari hasil analisis univariat didapatkan bahwa yang baik dalam kebersihan pakaiannya adalah sebanyak 58 sampel (21,7 %), dan sampel tidak baik kebersihan pakaiannya adalah sebanyak 209 sampel (78,3 %) Distribusi Kebersihan Kulit Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi kebersihan kulit yang dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini : Tabel 4.9 Distribusi Kebersihan kulit Kebersihan Kulit Jumlah n % Baik Tidak Baik ,8 53,2 Total

7 40 Dari hasil analisis univariat didapatkan bahwa baik kebersihan kulit sampel adalah sebanyak 125 sampel (46,8 %) dan yang tidak baik kebersihan kulit sampel adalah sebanyak 142 sampel (53,2%) Distribusi Kebersihan Tangan Dan Kuku Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi kebersihan tangan dan kuku yang dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini : Tabel 4.10 Distribusi Kebersihan Tangan dan Kuku Kebersihan Tangan Jumlah dan Kuku n % Baik Tidak Baik ,8 35,2 Total Dari hasil analisis univariat didapatkan bahwa baik kebersihan tangan dan kuku sampel adalah sebanyak 173 sampel (64,8%) dan yang tidak baik kebersihan kulit sampel adalah sebanyak 94 sampel (35,2%) Distribusi Kebersihan Genitalia Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi kebersihan genitalia yang dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini :

8 41 Tabel 4.11 Distribusi Kebersihan Genitalia Kebersihan Genitalia Jumlah N % Baik Tidak Baik ,9 31,1 Total Dari hasil analisis univariat didapatkan bahwa baik kebersihan genitalia sampel adalah sebanyak 184 sampel (68,%) dan yang tidak baik kebersihan genitalia sampel adalah sebanyak 83 sampel (31,1%) Distribusi Kebersihan Handuk Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi kebersihan handukyang dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini : Tabel 4.12 Distribusi Kebersihan Handuk Kebersihan Handuk Jumlah n % Baik Tidak Baik ,7 45,3 Total Dari hasil analisis univariat didapatkan bahwa baik kebersihan handuk sampel adalah sebanyak 146 sampel (54,7 %) dan yang tidak baik kebersihan handuk sampel adalah sebanyak 121 sampel (45,3%) Distribusi KebersihanTempat Tidur Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi kebersihan tempat tidur yang dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini :

9 42 Tabel 4.13 Distribusi Kebersihan Tempat Tidur Kebersihan Tempat Jumlah Tidur n % Baik Tidak Baik ,3 45,7 Total Dari hasil analisis univariat didapatkan bahwa baik kebersihan tempat tidur sampel adalah sebanyak 122 sampel (45,7 %) dan yang tidak baik kebersihan tempat tidur sampel adalah sebanyak 145 sampel (54,3%). 4.3 Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi yang bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara sumber penyediaan air bersih dan Hygiene perseorangan yang terdiri dari kebersihan pakaian, kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan genitalia, kebersihan handuk dan kebersihan tempat tidur dengan kejadian. Analisis hasil data secara statistik dilakukan dengan uji Chi Square, dengan menggunakan bantuan program SPSS. Diakatakan ada hubungan jika didapatkan nilai p value < 0, Hubungan Sumber Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Hubungan antara sumber penyediaan air bersih dengan kejadian disajikan pada tabel 4.13 di bawah ini :

10 43 Tabel 4.13 Hubungan Sumber Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian di Kelurahan Buol Kejadian (χ 2 ) hitung Sumber penyediiaan Tidak Total p value hitung Air Bersih n % n % n % Tidak Memenuhi Syarat 78 67, , ,6 24,087 Memenuhi Syarat 37 32, , ,4 0,000 Jumlah Dari hasil analisis hubungan antara sumber penyediaan air bersih dengan kejadian diperoleh bahwa responden yang menggunakan sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat terkena berjumlah 78 responden (67,8%), sementara yang tidak terkena berjumlah 57 responden (37,5%). Sedangkan responden yang menggunakan sumber air bersih yang memenuhi syarat terkena berjumlah 37 responden (32,2%), sementara yang tidak terkena berjumlah 95 responden (62,5%). Hasil analisa dengan menggunakan uji statistic Chi Square pada tabel diatas didapatkan χ 2 hitung (24,087) > χ 2 tabel (3,841) dan nilai p value = 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian Hubungan Kebersihan Pakaian dengan Kejadian Hubungan antara Kebersihan Pakaian dengan kejadian disajikan pada tabel 4.14 di bawah ini :

11 44 Tabel 4.14 Hubungan Kebersihan Pakaian dengan Kejadian Kejadian (χ 2 ) hitung Kebersihan Tidak Total p value hitung Pakaian n % n % n % Tidak Baik 73 63, , ,3 26,018 Baik 42 36, , ,7 0,000 Jumlah Dari hasil analisis hubungan antara Kebersihan Pakaian dengan kejadian diperoleh bahwa responden yang. responden yang kebersihan pakaiannya tidak baik terkena berjumlah 73 responden (63,5%), sementara yang tidak terkena berjumlah 136 responden (89,5%). Sedangkan kebersihan pakaiannya baik terkena berjumlah 42 responden (36,5%), sementara yang tidak terkena berjumlah 16 responden (10,5%) Hasil analisa dengan menggunakan uji statistic Chi Square pada tabel diatas didapatkan χ 2 hitung (26,018) >, χ 2 tabel (3,841) dan nilai p value = 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara kebersihan pakaian dengan kejadian Hubungan Kebersihan Kulit dengan Kejadian Hubungan antara Kebersihan Kulit dengan kejadian disajikan pada tabel 4.15 di bawah ini :

12 45 Tabel 4.15 Hubungan Kebersihan Kulit dengan Kejadian Kejadian (χ 2 ) hitung Tidak Total Kebersihan Kulit p value hitung n % n % n % Tidak Baik , , ,2 107,388 Baik 12 10, , ,8 0,000 Jumlah Dari hasil analisis hubungan antara Kebersihan kulit dengan kejadian diperoleh bahwa responden yang kebersihan kulitnya tidak baik terkena berjumlah 103 responden (89,6%), sementara yang tidak terkena berjumlah 39 responden (25,7%). Sedangkan responden yang kebersihan kulitnya baik terkena berjumlah 12 responden (10,4%), sementara yang tidak terkena berjumlah 113 responden (74,3%). Hasil analisa dengan menggunakan uji statistic Chi Square pada tabel diatas didapatkan χ 2 hitung (107,388) > χ 2 tabel (3,841) dan nilai p value = 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara kebersihan kulit dengan kejadian Hubungan Kebersihan Tangan dan Kuku dengan Kejadian Hubungan antara Kebersihan Kebersihan Tangan dan Kuku dengan kejadian disajikan pada tabel 4.16 di bawah ini :

13 46 Tabel 4.16 Hubungan Kebersihan Kebersihan Tangan dan Kuku dengan Kejadian Kejadian Kebersihan (χ 2 ) hitung Tidak Total Kebersihan Tangan p value hitung dan Kuku n % n % n % Baik 75 65, , ,2 79,760 Tidak Baik 40 34, , ,8 0,000 Jumlah Dari hasil analisis hubungan antara kebersihan tangan dan kuku dengan kejadian diperoleh bahwa responden yang kebersihan tangan dan kukunya tidak baik terkena berjumlah 75 responden (65,2), sementara yang tidak terkena berjumlah 19 responden (12,5%). Sedangkan responden yang kebersihan tangan kukunya baik terkena berjumlah 40 responden (34,8%), sementara yang tidak terkena berjumlah 133 responden (87,5%). Hasil analisa dengan menggunakan uji statistic Chi Square pada tabel diatas didapatkan χ 2 hitung (79,760) >, χ 2 tabel (3,841) dan nilai p value = 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara kebersihan tangan dan kuku dengan kejadian Hubungan Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Hubungan antara Kebersihan genitalia dengan kejadian disajikan pada tabel 4.17 di bawah ini :

14 47 Tabel 4.17 Hubungan Kebersihan Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Kejadian (χ 2 ) hitung Kebersihan Tidak Total p value hitung Genitalia n % n % n % Tidak Baik 61 53, , ,1 45,462 Baik 54 47, , ,9 0,000 Jumlah Dari hasil analisis hubungan antara kebersihan genitalia dengan kejadian diperoleh bahwa responden yang genitalianya tidak baik terkena berjumlah 61 responden (53,0%), sementara yang tidak terkena berjumlah 22 responden (14,5%). Sedangkan responden yang kebersihan genitalianya baik terkena berjumlah 54 responden (47,0%), sementara yang tidak terkena berjumlah 130 responden (85,5%). Hasil analisa dengan menggunakan uji statistic Chi Square pada tabel diatas didapatkan χ 2 hitung (45,462) >, χ 2 tabel (3,841) dan nilai p value = 0,000 (p > 0,05), maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara kebersihan genitalia dengan kejadian Hubungan Kebersihan Handuk dengan Kejadian Hubungan antara Kebersihan handuk dengan kejadian disajikan pada tabel 4.18 di bawah ini :

15 48 Tabel 4.18 Hubungan Kebersihan Kebersihan Handuk dengan Kejadian Kejadian χ 2 ) hitung Kebersihan Tidak Total p value hitung Handuk n % n % n % Tidak Baik 66 57, , ,3 11,882 Baik 49 42, , ,7 0,001 Jumlah Dari hasil analisis hubungan antara kebersihan handuk dengan kejadian diperoleh bahwa responden yang kebersihan handuknya tidak baik terkena berjumlah 66 responden (57,4%), sementara yang tidak terkena berjumlah 55 responden (36,2%). Sedangkan responden yang kebersihan handuknya baik terkena berjumlah 49 responden (42,6%), sementara yang tidak terkena berjumlah 97 responden (63,8%). Hasil analisa dengan menggunakan uji statistic Chi Square pada tabel diatas didapatkan χ 2 hitung (11,882) >, χ 2 tabel (3,841) dan nilai p value = 0,001(p > 0,05), maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara kebersihan handuk dengan kejadian Hubungan Kebersihan Tempat Tidur dengan Kejadian Hubungan antara Kebersihan tempat tidur dengan kejadian disajikan pada tabel 4.19 di bawah ini :

16 49 Tabel 4.19 Hubungan Kebersihan Kebersihan Tempat Tidur dengan Kejadian Kejadian χ 2 ) hitung Kebersihan Tempat Tidak Total p value hitung Tidur n % n % n % Tidak Baik 33 28, , ,7 23,519 Baik 82 71, , ,3 0,000 Jumlah Dari hasil analisis hubungan antara kebersihan tempat tidur dengan kejadian diperoleh bahwa responden yang kebersihan tempat tidurnya tidak baik terkena berjumlah 33 responden (28,7%), sementara yang tidak terkena berjumlah 89 responden (58,6%). Sedangkan responden yang kebersihan tempat tidurnya baik terkena berjumlah 82 responden (71,3%), sementara yang tidak terkena berjumlah 63 responden (41,4%). Hasil analisa dengan menggunakan uji statistic Chi Square pada tabel diatas didapatkan χ 2 hitung (23,519) >, χ 2 tabel (3,841) dan nilai p value = 0,000(p > 0,05), maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara kebersihan tempat tidur dengan kejadian. 4.4 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara sumber penyediaan air bersih dan Hygiene perseorangan antara lain kebersihan pakaian, kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan genitalia, kebersihan handuk dan kebersihan tempat tidur dengan kejadian di

17 50 Kelurahan Buol. Sampel pada penelitian ini berjumlah 267 sampel yang tersebar di 4 lingkungan yang terdiri dari lingkungan Rogi sebanyak 51 sampel, lingkungan Tanjung sebanyak 78 responden, lingkungan Bumi Nipa sebanyak 84 responden, dan lingkungan Poyapi sebanyak 54 responden. Kejadian wabah skabies lebih sering dilaporkan dari tempat yang padat penduduknya, lingkungan sosial ekonomi rendah, kondisi yang tidak higienis dan orang dengan Hygiene perorangan yang buruk juga dapat terinfeksi (Arif Mansjoer,2000; Srisasi G, 1998). Skabies banyak ditemukan di daerah yang kumuh dengan keadaan perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan semua itu tergolong kedalam Hygiene sanitasi lingkunganyang buruk (Juli Sumirat, 2002) Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa di kelurahan buol perumahannya masih belum memenuhi syarat, karena saling berdekatan satu sama lain, selain itu perumahan mereka sebagian besar terbuat dari papan, dan sebagian besar di dalam satu rumah terdapat lebih dari satu kepala keluarga Hubungan antara Sumber Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa sumber penyediaan air bersih yang digunakan ada hubungan dengan kejadian. Dari hasil uji bivariat diperoleh nilai p value = 0,000 (p < 0,05) sehingga ada hubungan antara sumber penyediaan air bersih dengan kejadian. Dimana dari hasil penelitian, sumber air yang tidak memenuhi syarat sebanyak 135 (50,6%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 132 (49,4%). Hal ini menunjukkan

18 51 bahwa masih banyak responden yang menggunakan air bersih yang tidak memenuhi syarat untuk kehidupan sehari-hari. Air merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan, tidak hanya dalam upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik dan pemanfatannya (minum, masak, mandi, dan lain -lain). Promosi yang meningkat dari penyakit -penyakit infeksi yang bisa mematikan maupun merugikan kesehatan ditularkan melalui air yang tercemar. Sedikitnya 200 juta orang terinfeksi melalui kontak dengan air yang terinvestasi oleh parasit. Sebagian penyakit yang berkaitan dengan air bersifat menular, penyakit-penyakit tersebut umumnya diklasifikasikan menurut berbagai aspek lingkungan yang dapat diintervensi oleh manusia (WHO, 2001). Menurut Pratiwi (2011), air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Air merupakan suatu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit (Slamet, 1996). Untuk itu penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan seperti : a. Syarat Fisik : Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. b. Syarat Bakteriologis : Air merupakan keperluan yang sehat yang harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen.

19 52 c. Syarat Kimia : Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia didalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia (Notoatmodjo, 2003). Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan dan merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Sumber air yang banyak dipergunakan oleh,masyarakat adalah air permukaan (air sungai, danau, rawa, dan sebagainya). Apabila tidak diperhatikan, maka air dari sumber tersebut diatas dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk mencegah timbulnya penyakit yang dapat ditularkan melalui air, maka air yang dipergunakan terutama untuk air minum harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. (Depkes RI, 1993). Menurut asumsi peneliti bahwa sumber air bersih yang digunakan oleh responden masih tergolong rendah dilihat dari segi kesehatannya. masih banyak sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat memungkinkan untuk terjadinya kontaminasi dengan kuman patogen. Hal ini dapat berpengaruh pada kejadian penyakit. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan sebagian besar responden menggunakan air PDAM karena kelurahan Buol merupakan daerah yang sebagian besar terdiri dari rawa-rawa sehingga mereka yang menggunakan sumur suntik hanya responeden yang tinggal di pesisir pantai. PDAM di kelurahan Buol masih sangat terbatas karena pengaruh banyaknya penduduk sehingga air sangat kurang. Biasanya para responden menggunakan air PDAM hanya untuk keperluan memasak saja sedangkan untuk mandi mereka

20 53 menggunakan air hujan dan air sungai, dari kurangnya air bersih tersebut kenungkinan besar timbulnya penyakit Hubungan Antara Hygiene Perseorangan dengan Kejadian Penyakit Manusia dapat terinfeksi oleh tungau Skabies tanpa memandang umur, ras atau jenis kelamin dan tidak mengenal status sosial dan ekonomi, tetapi Hygiene yang buruk dan prokmiskuitas meningkatkan infeksi (Pawening, 2009). GBHN tahun 1993 diamanatkan perlunya upaya agar perbaikan kesehatan masyarakat ditingkatkan, antara lain melalui kebersihan dan kesehatan lingkungan (MUI, 1995). Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Di Indonesia, masalah kebersihan selalu menjadi polemik yang berkembang. Kasus -kasus yang menyangkut masalah kebersihan setiap tahunnya selalu meningkat (Alfarisi, 2008). Kebersihan adalah lambang kepribadian seseorang, jika tempat tinggalnya, pakaian dan keadaan tubuhnya, terlihat bersih maka dipastikan orang tersebut adalah manusia yang bersih serta sehat (Muktihadid, 2008). Hubungan Hygiene Perseorangan dalam skripsi ini yaitu kebersihan pakaian, kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan genitalia, kebersihan handuk dan kebersihan tempat tidur. antara lain sebagai berikut: Hubungan antara Kebersihan Pakaian Bersih Kejadian Selain sumber penyediaan air bersih hygiene perseorangan juga dapat berpengaruh pada kejadian penyakit. Dari hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa kebersihan pakaian responden ada hubungan dengan

21 54 kejadian penyakit. Dari hasil uji bivariat diperoleh nilai p value = 0,000 (p < 0,05) sehingga ada hubungan antara Kebersihan Pakaian dengan penyakit. Dimana dari hasil penelitian, kebersihan pakaian yang tidak baik sebanyak 209 responden dan yang baik sebanyak 58 responden. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak responden yang kebersihan pakaiannya yang tidak baik. Penyakit Skabies merupakan masalah hygiene perorangan. Apabila hygiene perorangannya buruk maka penyakit skabies dapat menyebar dengan cepat. Reservoir skabies adalah manusia sehingga penularan terjadi secara langsung dari orang ke orang ataupun lewat peralatan seperti pakaian. Oleh karena itu perilaku manusia menjaga kebersihan pribadi juga ikut mempengaruhi penyebaran penyakit Skabies (Juli Soemirat, 2002; Soekidjon, 1997) adalah penyakit yang penularannya dapat terjadi secara langsung dari orang ke orang atau tidak langsung lewat peralatan pribadi seperti pakaian penderita (Juli Soemirat,2002) Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hygiene perorangan atau kebersihan pribadi merupakan faktor risiko penyakit. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukanan oleh Soekidjo (1997) bahwa perilaku manusia dalam menjaga kebersihan pribadi seperti kebersihan pakaian juga ikut mempengaruhi penyebaran penyakit. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Frenki (2011) tentang hubungan personal hygiene santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi dan tinjaun sanitasi lingkungan pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

22 55 tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebersihan pakain dengan kejadian penyakit kulit dengan nilai p=0, Hubungan antara Kebersihan Kulit dengan Kejadian Dari hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa kebersihan pakaian responden ada hubungan dengan kejadian penyakit. Dari hasil uji bivariat diperoleh nilai p value = 0,000 (p < 0,05) sehingga ada hubungan antara kebersihan pakaian dan kejadian penyakit kulit. Dimana dari hasil penelitian, kebersihan kulit yang tidak baik sebanyak 142 responden dan yang baik sebanyak 125 responden. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak responden yang kebersihan kulitnya yang tidak baik. Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit (Wartonah, 2003) Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotorankotoran tertentu. Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet. Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit adalah Skabies ( DJuanda, 2000).

23 56 Dari hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di kelurahan buol tidak memperhatikan kebersihan kulit mereka, hal ini mungkin dipengaruhi oleh ketidakktahuan mereka terhadap timbulnya dan penyebaran penyakit kulit khususnya penyakit kulit. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Frenki (2011) tentang hubungan personal hygiene santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies dan tinjaun sanitasi lingkungan pesantren darel hikmah kota Pekanbaru tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebersihan Genitalia dengan kejadian penyakit kulit dengan nilai p=0, Hubungan antara Kebersihan Tangan dan Kuku Bersih dengan Kejadian Dari hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa kebersihan pakaian responden ada hubungan dengan kejadian penyakit. Dari hasil uji bivariat diperoleh nilai p value = 0,000 (p < 0,05) sehingga ada hubungan antara kebersihan pakaian dan kejadian penyakit kulit. Dimana dari hasil penelitian, kebersihan kulit yang tidak baik sebanyak 94 responden dan yang baik sebanyak 173 responden. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak responden yang kebersihan tangan dan kukunya yang baik. Dalam kehidupan sehari- hari kebersihan diri khususnya tangan dan kuku merupakan hal yang sangat penting dalam dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang di perhatikan. Hal ini terjadi karena kita

24 57 menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut di biarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum ( Tarwoto & Wartonah, 2003). Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku,dan kebersihan genitalia (Badri, 2008). Dari hasil penelitian dan wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak memperhatikan kebersihan tangan dan kuku mereka, khususnya para anak-anak. Sehingga dengan mudah timbulnya penyakit. Hal ini juga sama halnya dengan penelitian Franki (2011) yang menunjukkan adanya hubungan kebersihan tangan dan kuku dengan kejadian penyakit Hubungan antara Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Dari hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa kebersihan pakaian responden tidak ada hubungan dengan kejadian penyakit. Dari hasil uji bivariat diperoleh nilai p value = 0,000 (p > 0,05) sehingga ada hubungan antara kebersihan genitalia dan kejadian penyakit. Dimana dari hasil penelitian, kebersihan Genitalia yang tidak baik sebanyak 83 responden dan yang baik sebanyak 184 responden. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak responden senantiasa memperhatikan kebersihan genitalia. Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat

25 58 garukan, apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami skabies diarea terterntu maka garukan di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana orang tua mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan belakang ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah terkena infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak dini. Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia mengenakan celana pun, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam (Safitri, 2008). Dari Penelitian menunjukkan bahwa responden masih kurang dalam hal kebersihan Genitalia. Hal ini disebabkan karena kurangnnya pengetahuan responden dalam hal kebersihan Genitalia, mereka biasanya menjemur pakaian dalam mereka di kamar mandi, sehingga pakaian dalam tidak kering dengan baik sehingga mudah timbulnya penyakit kulit Hubungan antara Kebersihan Handuk dengan Kejadian Dari hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa kebersihan handuk responden ada hubungan dengan kejadian penyakit. Dari hasil uji bivariat diperoleh nilai p value = 0,001 (p < 0,05) sehingga ada hubungan antara

26 59 kebersihan handuk dengan kejadian penyakit. Dimana dari hasil penelitian, kebersihan handuk yang tidak baik sebanyak 121 responden dan yang baik sebanyak 146 responden. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak responden yang kebersihan Handuknya yang tidak baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ma rufi (2005) bahwa perilaku yang mendukung terjadinya skabies adalah sering bergantian handuk dengan teman. Menurut Mansyur (2007) penularan skabies secara tidak langsung dapat disebabkan melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk. Dari hasil observasi dan wawancara bahwa masih banyak masyarakat yang dalam satu keluarga masih menggunakan handuk bersama-sama dengan anggota keluarga yang lain, sehingga penyakit kulit dapat dengan mudah menular dari satu orang keluarga ke anggota keluarga yang lain Hubungan antara Kebersihan Tempat tidur dengan Kejadian Dari hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa kebersihan tempat tidur responden ada hubungan dengan kejadian penyakit. Dari hasil uji bivariat diperoleh nilai p value = 0,000 (p < 0,05) sehingga ada hubungan antara kebersihan tempat tidur dan kejadian penyakit. Dimana dari hasil penelitian, kebersihan tempat tidur yang tidak baik sebanyak 122 responden dan yang baik sebanyak 145 responden. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak responden yang kebersihan tangan dan kukunya yang baik. menular dengan dua cara yaitu secara kontak langsung dan tak langsung. Kontak langsung terjadi ketika adanya kontak dengan kulit penderita misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Sedangkan

27 60 kontak tak langsung melalui benda yang telah dipakai oleh penderita seperti pakaian, handuk, bantal, dan lain-lain (Handoko, 2007). Oleh karena itu, jika ingin terhindar dari serangan penyakit gatal-gatal, maka harus menjaga kebersihan tubuh, ruangan tidur dan perlengkapan tidur (Yulianus, 2005). Dari hasil wawancara dan penelitian menunjukkan bahwa para responden kurang memperhatikan kebersihan tempat tidur mereka, seperti menjemur kasur di terik matahari, karena padat penduduk selain itu tidak ada tempat untuk menjemur kasur. Dan mereka juga masih kurang pengetahuan tentang kebersihan tempat tidur yang mana tempat tidur yang kurang bersih biasanya menyebabkan terjadinya penularan penyakit. Dari hasil penelitian Riris Nur Normawati Ada hubungan antara perilaku santri tidur dalam satu tempat dan saling berhimpitan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta (p = 0,008) dengan OR 3,823 kali (95% CI: 1,340-10,913).

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan untuk menerapkan kebiasaan yang baik, bersih dan sehat secara berhasil guna dan berdaya guna baik di rumah tangga,

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar,

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017 FAKTOR RISIKO HYGIENE PERORANGAN SANTRI TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT KULIT SKABIES DI PESANTREN AL- BAQIYATUSHSHALIHAT TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2017 Parman 1, Hamdani, Irwandi Rachman, Angga Pratama Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ yang esensial, vital dan sebagai cermin kesehatan pada kehidupan. Kulit juga termasuk pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia perlu menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. PHBS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Luas Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo yaitu 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian infestasi kutu kepala di Indonesia cukup tinggi karena sering menyerang masyarakat luas, hal ini berkaitan dengan iklim negara kita yang tropis dan memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi, bukan hanya bebas dari penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan meraih derajat Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 The Relation of Personal Hygiene with The Incidence of Scabies at Al Falah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Skabies disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian

Lebih terperinci

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU Norhalida Rahmi 1, Syamsul Arifin 2, Endang Pertiwiwati 3 1,3 Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT SKABIES TERHADAP PERUBAHAN SIKAP PENDERITA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-AMIN PALUR KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi di masyarakat. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua golongan umur. Penyakit kulit

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.

Lebih terperinci

BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan 58 BAB 1 : PEMBAHASAN 1.1 Keterbatasan Peneliti Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, seperti metodologi, penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE, HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE, DAN SUMBER AIR BERSIH DENGAN GEJALA PENYAKIT KULIT JAMUR DI KELURAHAN RANTAU INDAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS DENDANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2013 *V.A

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asrama Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN Dwi Setyowati, Wahyuni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT INFEKSI SKABIES DAN TINJAUAN SANITASI LINGKUNGAN PESANTREN DAREL HIKMAH KOTA PEKANBARU TAHUN 2011 IDENTITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan hasil observasi lingkungan ditemukan 80% rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara non klasikal.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NAILIN NI MAH 201210201120

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang hygiene adalah dasar tentang kebersihan dan akan mempengaruhi praktik hygiene seseorang. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Demografis Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, dan memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan yang besar dihampir semua negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi yang menyerang masyarakat. Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. Hominis (kutu mite yang membuat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit, yang umumnya terabaikan sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia (Heukelbach et al. 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pesantren merupakan induk dari pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman dan hal ini bisa dilihat dari perjalanan sejarah.

Lebih terperinci

Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2014 ABSTRAK

Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2014 ABSTRAK Hubungan Karakteristik, Faktor Lingkungan dan Perilaku dengan Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Darul Amanah Desa Kabunan Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang setinggitingginya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG KABUPATEN TASIKMALAYA

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG KABUPATEN TASIKMALAYA HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG KABUPATEN TASIKMALAYA Rifki Muslih 1) Kiki Korneliani dan Siti Novianti 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga HUBUNGAN SARANA PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN JENIS JAMBAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Septian Bumulo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Saat ini penduduk dunia yang tinggal di perkotaan bertambah banyak. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Saat ini penduduk dunia yang tinggal di perkotaan bertambah banyak. Pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Saat ini penduduk dunia yang tinggal di perkotaan bertambah banyak. Pada tahun 2008 dilaporkan ada separuh penduduk dunia tinggal diperkotaan. Proses urbanisasi tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN 2011 IDENTITAS RESPONDEN 1. Nomor Responden

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap darah yang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan diri merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang (Hidayat, 2007). Manfaat dalam menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

Hubungan Kebersihan Perorangan dan Kondisi Fisik Air dengan Kejadian Scabies di Desa Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala

Hubungan Kebersihan Perorangan dan Kondisi Fisik Air dengan Kejadian Scabies di Desa Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala ISSN : 2443 1141 P E N E L I T I A N Hubungan Kebersihan Perorangan dan Kondisi Fisik Air dengan Kejadian Scabies di Desa Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala Budiman 1 *, Hamidah 2, Muhammad

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain: BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain: 1. Jumlah santri Pondok Pesantren An Nawawi yang terdiagnosis menderita penyakit skabies

Lebih terperinci

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan merupakan segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit (Timmreck,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Golant dikutip

BAB I PENDAHULUAN. dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Golant dikutip BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies merupakan salah satu penyakit infeksi yang penting khususnya pada populasi dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah di negara berkembang. Skabies tidak mengancam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. xii. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga xii. Tesis WA RINA

DAFTAR ISI. xii. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga xii. Tesis WA RINA xii DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN. i SAMPUL DALAM ii HALAMAN PERSYARATAN GELAR... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN PERSETUJUAN.. v PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS vi KATA PENGANTAR... vii SUMMARY...

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi GAMBARAN HIGIENE PRIBADI DAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN ASSALAAM TUMINTING KOTA MANADO TAHUN 2015 Armin A. Lasaib*,Woodford B.S Joseph*, Rahayu H. Akili* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DALAM UPAYA MENCEGAH PENYAKIT KULIT PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA Ade Mira Guna*, Gustop Amatiria** *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan data dari kelurahan desa Waru, Kecamatan Kebakkramat, Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyakit kulit masih tinggi di Indonesia dibuktikan dengan Riset Kesehatan Dasar oleh Departemen Kesehatan tahun 2007 prevalensi nasional penyakit kulit adalah

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Lampiran LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN HUBUNGANPERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN INFEKSI PENYAKIT KULIT DISEBABKAN OLEH SARCOPTESSCABIEI DI PONDOK PESANTREN RAUDHATUL ULUM KABUPATEN BENER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Skabies atau yang biasa disebut kudis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah kulit. 1,2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit

Lebih terperinci

REFERENSI SKRIPSI. Oleh : YUDHA PRAWIRA MANDALA WIJAYA No.BP

REFERENSI SKRIPSI. Oleh : YUDHA PRAWIRA MANDALA WIJAYA No.BP REFERENSI SKRIPSI FAKTOR-FAKTORR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MAKMUR TUNGKAR KABUPATEN 50 KOTA TAHUN 2011 Skripsi Diajukan ke Program Studi Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi sebagai proses dalam mempersiapkan diri meninggalkan dunia anak-anak untuk memasuki dunia orang dewasa. Pada masa ini terjadi banyak

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG PENYAKIT SCABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES Ida Nuryani Ani Rosita Nindy Yunitasari 05Idanur95@gmail.com ABSTRAK Scabies merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas Kabila Bone merupakan salah satu puskesmas yang terletak di. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9 desa yaitu : Desa Bintalahe, Desa Botubarani, Desa

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA REMAJA MONDOK DAN YANG PULANG KE RUMAH DI MADRASAH ALIYAH HASAN MUNADI DESA BANGGLE BEJI PASURUAN TAHUN 2015

PERBEDAAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA REMAJA MONDOK DAN YANG PULANG KE RUMAH DI MADRASAH ALIYAH HASAN MUNADI DESA BANGGLE BEJI PASURUAN TAHUN 2015 PERBEDAAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA REMAJA MONDOK DAN YANG PULANG KE RUMAH DI MADRASAH ALIYAH HASAN MUNADI DESA BANGGLE BEJI PASURUAN TAHUN 2015 Ayudya Kartika Sari*, Iis Fatimawati** *Mahasiswa Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar kehidupan manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan asing baginya. Dari lingkungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Boediardja, A. S., dkk., Infeksi Kulit Pada Anak dan Bayi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonetion University

DAFTAR PUSTAKA. Boediardja, A. S., dkk., Infeksi Kulit Pada Anak dan Bayi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonetion University DAFTAR PUSTAKA Achmadi, U. F., 2010. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Penerbit UI., 2010, Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan, UI- Boediardja, A. S., dkk., 2004. Infeksi Kulit Pada Anak dan Bayi.

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA SKRIPSI Untukmemenuhisebagianpersyaratan Mencapaiderajatsarjana S-1 Oleh :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. II. TINJAUAN PUSTAKA A. SKABIES A.1. Pengertian Skabies Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografi Wilayah kerja Puskesmas Tombulilato berada di wilayah kecamatan Bone Raya, yang wilayahnya terdiri atas 9 desa, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang

BAB I PENDAHULUAN. M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren di Indonesia memiliki tugas yang sangat besar, baik bagi kemajuan pendidikan Islam maupun bagi bangsa Indonesia keseluruhan. Tujuan pesantren adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengambilan data sekunder dari rekam medis di RS KIA Rachmi Yogyakarta 2015. Pengambilan sampel data dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan keluhan yang sering menyerang wanita dan tidak mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat mempengaruhi kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Salah satu penyakit yang berbasis pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air yang jernih, tidak

Lebih terperinci

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Maya Maulida Fitri 1, Masyudi 2 1,2) Fakultas Kesehatan Masyarakat USM Email: masyudi29@gmail.com

Lebih terperinci

Lampiran 6 SUMMARY HUBUNGAN PERILAKU DENGAN HYGIENE PERORANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Lampiran 6 SUMMARY HUBUNGAN PERILAKU DENGAN HYGIENE PERORANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR Lampiran 6 SUMMARY HUBUNGAN PERILAKU DENGAN HYGIENE PERORANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR ANITA B. ABDULRAHMAN NIM : 811409105 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA Nama : RABITA NIM : 095102004 Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan Tentang Perawatan Alat Genitalia Eksterna Tahun 2010 Menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Personal hygiene (kebersihan perorangan) salah satu upaya mengatasi masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal yang sangat penting

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012 SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012 NURHAYATI WADJAH 811408078 ABSTRAK Di Indonesia TBC merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit kulit yang masih sering di jumpai di Indonesia dan tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat (Sudirman, 2006). Skabies adalah penyakit kulit

Lebih terperinci

Hubungan Antara Personal Hygiene Kulit Dengan Angka Kejadian Scabies Pada Remaja Di Pondok Pesantren Al-Hidayah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo

Hubungan Antara Personal Hygiene Kulit Dengan Angka Kejadian Scabies Pada Remaja Di Pondok Pesantren Al-Hidayah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo Hubungan Antara Personal Hygiene Kulit Dengan Angka Kejadian Scabies Pada Remaja Di Pondok Tanggulangin Sidoarjo Oleh : Mochammad Zainuddin Fanani, Qori ila Saidah, M.Kep., Ns. Sp. Kep. An ABSTRACT Scabies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-KAUTSAR PEKANBARU

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-KAUTSAR PEKANBARU HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-KAUTSAR PEKANBARU Desmawati 1, Ari Pristiana Dewi 2, Oswati Hasanah 3 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 Marinawati¹,Marta²* ¹STIKes Prima Prodi Kebidanan ²STIKes

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 4.1. ANALISA UNIVARIAT Penelitian dilakukan di Rumah

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SCABIES PADA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA JAMBI TAHUN 2013 1,Erna 2,Sakinah 3* Marta 1.2.3.STIKes

Lebih terperinci