HUBUNGAN GAYA HIDUP IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA CORRELATION LIFESTYLE OF PREGNANT WOMEN WITH PREECLAMPSIA

Transkripsi

1 HUBUNGAN GAYA HIDUP IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA CORRELATION LIFESTYLE OF PREGNANT WOMEN WITH PREECLAMPSIA Eryka I. Siswianti, Hilmi Yumni Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya Abstrak Latar Belakang: Gaya hidu meruakan salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan seseorang. Gaya hidu yang tidak sehat bisa mengakibatkan obesitas, hiertensi, mauun diabetes mellitus dan enyakit-enyakit ini meninghatkan risiko kejadian reeklamsia. Preeklamsia meruakan suatu enyakit yang terjadi ada ibu hamil setelah 20 minggu kehamilan dan meruakan eringkat kedua dari lima enyebab utama kematian ibu dalam bidang obstetri di Indonesia. Tujuan enelitian ini adalah mengetahui hubungan gaya hidu dengan kejadian reeklamsia. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan enelitian analitik obsevasional dengan bentuk case control. Poulasi yang digunakan adalah seluruh ibu hamil yang memeriksakan diri ke oli hamil RSUD dr. M. Soewandhie ada bulan Mei - Juni, dengan jumlah sebanyak 656 ibu hamil. Cara engambilan samel menggunakan quota samling, dengan 100 resonden yang terdiri dari 50 resonden dari kelomok kontrol dan 50 resonden dari kelomok kasus. Pengumulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan ertanyaan tertutu. Analisis data menggunakan uji korelasi Chi Square. Hasil: Hasil enelitian menunjukkan dari 50 resonden dengan reeklamsia 30% memiliki gaya hidu yang cuku dan 70% lainnya dengan gaya hidu kurang. Sedangkan ada 50 resonden normal 42% dengan gaya hidu cuku dan 58% dengan gaya hidu kurang. Hasil uji Chi Square = 0,211. Sehingga > α, maka H 0 gagal ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya hidu dengan kejadian reeklamsia. Kesimulan: Lebih dari searuh resonden dari kelomok kontrol dan kelomok kasus memiliki gaya hidu kurang dan tidak ada hubungan gaya hidu dengan kejadian reeklamsia. Peningkatan gaya hidu erlu diuayakan untuk menurunkan risiko terjadinya reeklamsia. Kata kunci: gaya hidu, reeklamsia, ibu hamil Abstract Background: Lifestyle is one of the factors that affect a erson's health. Unhealthy lifestyle can lead to obesity, hyertension, and diabetes mellitus and diseases of the increase occurrence risk of reeclamsia. Preeclamsia is a disease that occurs in regnant women after 20 weeks of regnancy and the second of the five major causes of maternal mortality in the field obstetrics in Indonesia. The urose of this study was to determine the correlation of lifestyle and reeclamsia. Methods: This research uses analytic observational study design with case-control form. Poulations used were all regnant women who went to oly regnant dr. M. Soewandhie in May-June, its 656 regnant women. This research use quota samling, with 100 resondents which consisting of 50 resondents from the control grou and 50 resondents from the cases grou. The data was collected using a questionnaire with closed questions. Data analysis using Chi Square test of correlation. Results: The results showed 50 of cases grou 30% have sufficient lifestyle and 70% more with less lifestyle. While the 50 control grou with 42% sufficient lifestyle and 58% with less lifestyle. Results of Chi Square test = So that > α, then H0 is rejected failing which means there is no significant correlation between lifestyle and incidence of reeclamsia. Conclusion: More than half of the resondents of the case and control grous had 1

2 less lifestyle and no association with the incidence of reeclamsia lifestyle. Imroved lifestyle is necessary to reduce the risk of reeclamsia. Keywords: lifestyle, reeclamsia, regnant women PENDAHULUAN AKI meruakan indikator kematian ibu, yaitu jumlah kematian ibu dalam kelahiran hidu. Preeklamsia/ eklamsia meruakan salah satu enyebab AKI yang masih menjadi momok dalam dunia kebidanan (Saifuddin, 2010). Kesehatan seseorang diengaruhi oleh beberaa hal, diantaranya gaya hidu (Wijaya, 2009). DI RSUD dr. M. Soewandhie bulan Maret 2013 terdaat 637 ibu hamil yang memeriksakan diri, sebanyak 96 (15,07%) ibu mengalami reeklamsia dan hanya 95 (14, 91%) yang meruakan ibu dengan kehamilan normal. Rumusan masalah dalam enelitian ini adalah adakah hubungan gaya hidu terhada kejadian reeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah dr. M. Soewandhie? Tujuan enelitian ini adalah untuk mengidentifikasi 1) umur, 2) aritas, 3) endidikan, 4) enghasilan keluarga, 5) tingkat aktivitas, 6) ola makan, 7) keteraaran terhada rokok, serta untuk menganalisa hubungan 8) umur ibu terhada kejadian reeklamsi, 9) aritas ibu terhada kejadian reeklamsi, 10) endidikan ibu terhada kejadian reeklamsi, 11) enghasilan keluarga ibu terhada kejadian reeklamsi, 12) tingkat aktivitas ibu terhada kejadian reeklamsi, 13) ola makan ibu terhada kejadian reeklamsi, 14) keteraaran terhada rokok ibu terhada kejadian reeklamsi. METODE Jenis enelitian yang digunakan adalah analitik observasional berbentuk case control. Poulasi enelitian sebanyak 656 dengan samel 50 kasus untuk masing-masing kelomok. Teknik engambilan samel ada enelitian ini menggunakan quota samling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan metode wawancara terimin. Analisa data yang digunakan untuk mencari tahu adanya hubungan antara gaya hidu ibu hamil terhada kejadian reeklamsia 2

3 dengan analisis unuvariat dan analisis bivariat dengan uji chi square dan tingkat kemaknaan (α) 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Resonden berdasarkan Umur dengan OR Umur Risiko rendah ,001 4,162 Risiko tinggi Lebih dari searuh (62%) resonden berasal dari kelomok umur risiko tinggi. Terdiri atas 39 resonden dari kelomok kontrol dan 23 resonden dari kelomok kasus. Hasil analisis statistik hubungan umur dengan kejadian reeklamsia menunjukkan bahwa ibu hamil dengan kelomok umur risiko tinggi berisiko 4,16 kali lebih besar mengalami reeklamsia selama kehamilannya (95% CI: 1,744 9,935). Umur yang ekstrim meruakan faktor risiko terjadinya reeklamsia. Umur yang ekstrim ini diterjemahkan sebagai umur < 20 tahun dan > 35 tahun (Saifuddin, 2010; Scott, 2002). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Resonden berdasarkan Paritas dengan Paritas Primigravida ,461 Multigravida Sebagian besar (79%) resonden berstatus multiara, yang terdiri atas 41 resonden dari kelomok kontrol dan 38 resonden dari kelomok kasus. Secara statistik tidak terdaat hubungan antara aritas dengan kejadian reeklamsia. Seorang rimigravida berisiko 2 kali lebih tinggi untuk mengalami reeklamsia dibandingkan ibu multigravida (Billington, 2009). Terjadi kesenjangan antara hasil enelitian dengan teori, hal ini bisa terjadi karena instrumen yang tidak adekuat. 3

4 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Resonden berdasarkan Pendidikan dengan Pendidikan Baik Cuku Lebih dari searuh (60%) resonden memiliki endidikan baik. Terdiri atas 30 resonden dari kelomok kontrol dan 30 resonden dari kelomok kasus. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdaat hubungan antara endidikan dengan kejadian reeklamsia. Pendidikan bukan meruakan faktor langsung yang memeengaruhi erilaku seseorang, melainkan engetahuan.perilaku yang didasari oleh engetahuan akan lebih langgeng dariada erilaku yang tidak didasari oleh engetahuan (Notoatmodjo, 2007). 1,00 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Resonden berdasarkan Penghasilan dengan Penghasilan Baik Cuku ,151 Lebih dari searuh (61%) resonden dengan enghasilan kurang. Terdiri atas 16 resonden dari kelomok kontrol dan 23 resonden dari kelomok kasus.hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara enghasilan dengan kejadian reeklamsia. Penghasilan keluarga menunjukkan tingkat kemamuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidunya. Tingkat ekonomi seseorang memengaruhi asuan nutrisi yang bisa ia daatkan, namun dari tingkat ekonomiun bisa muncul masalah baru, yaitu ola makan yang buruk, baik ada golongan ekonomi menengah ke atas mauun golongan menengah ke bawah. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Resonden berdasarkan Aktivitas dengan OR Aktivitas Baik 7 20 Cuku ,003 4,095 4

5 Lebih dari searuh (73%) resonden dengan aktivitas kurang. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas dengan kejadian reeklamsia ( = 0,003). Ibu hamil dengan aktivitas kurang berisiko 4,09 lebih tinggi mengalami reeklamsia dibandingkan dengan ibu hamil dengan aktivitas fisik yang cuku. Kemajuan teknologi telah berangsur-angsur merubah gaya hidu masyarakat menjadi kurang gerak sehingga meningkatkan risiko terjadinya obesitas. Obesitas meruakan salah satu faktor risiko terjadinya reeklamsia (Saifuddin, 2010; Billington, 2009). Tabel 6. Distribusi Frekuensi Resonden berdasarkan Pola Makan dengan OR Pola makan Baik ,009 0,265 Cuku 6 17 Searuh (50%) resonden dengan ola makan cuku. Hasil analisis statistik menunjuukan ada hubungan yang signifikan antara ola makan dengan kejadian reeklamsia ( = 0,009). Ibu hamil dengan ola makan kurang berisiko 0,26 lebih tinggi mengalami reeklamsia dibandingkan dengan ibu hamil dengan ola makan yang cuku. Kebiasaan makan masyarakat kini telah bergeser jauh, dari makanan yang sehatmenjadi ketergantungan terhada makanan-makanan berisiko seerti makanan ceat saji, makanan ringan olahan, dan minuman manis. Makanan jenis ini cenderung tinggi lemak dan kalori, sehingga meningkatkan risiko terjadinya hiertensi yang berarti meningkatkan risiko terjadinya reeklamsi. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Resonden berdasarkan Keteraaran terhada Rokok dengan Keteraaran terhada Baik Rokok Cuku Searuh (50%) resonden memiliki keteraaran terhada rokok yang kurang. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa tidak terdaat hubungan antara keteraaran terhada rokok dengan kejadian reeklamsia ( = 0,062). Perokok 0,062 5

6 berisiko 2 kali liat mengalami roteinuri (Noborisaka, 2012). Pada kasus reeklamsia, roteinuri meruakan salah satu indikator enting untuk mendiagnosa tingkat kearahannya, disaming tekanan darah. Tabel 8. Distribusi Frekuensi Resonden berdasarkan Gaya Hidu dengan Gaya hidu Baik Cuku ,211 Lebih dari searuh (64%) resonden dengan gaya hidu kurang. Terdiri atas 29 resonden dari kelomok kontrol dan 35 resonden dari kelomok kasus. Analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya hidu dengan kejadian reeklamsia ( = 0,211). Gaya hidu meruakan frame of reference yang diakai seseorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk ola erilaku tertentu. SIMPULAN DAN SARAN Simulan Simulan dari enelitian ini adalah: 1) lebih dari searuh ibu hamil dengan umur risiko rendah, 2) sebagian besar ibu hamil dengan status multiaritas, 3) lebih dari searuh ibu hamil dengan endidikan cuku, 4) lebih dari searuh ibu hamil dengan enghasilan cuku, 5) lebih dari searuh ibu hamil dengan aktivitas kurang, 6) searuh ibu hami dengan ola makan cuku, 7) lebih dari searuh ibu hamil dengan keteraaran terhada rokok kurang, 8) ada hubungan antara umur dengan kejadian reeklamsia, 9) tidak ada hubungan antara aritas dengan kejadian reeklamsia, 10) tidak ada hubungan antara endidikan dengan kejadian reeklamsia, 11) tidak ada hubungan antara enghasilan dengan kejadian reeklamsia, 12) ada hubungan antara aktivitas dengan kejadian reeklamsia, 13) ada hubungan antara ola makan dengan kejadian reeklamsia, 14) tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian reeklamsia, 15) tidak ada hubungan antara gaya hidu dengan kejadian reeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah dr. M. Soewandhie. 6

7 DAFTAR PUSTAKA Billington, Marry dkk, 2009, Kegawatan dalam kehamilan-ersalinan, Jakarta: EGC. Noborisaka, Yuka, et al., 2012, The Effects of Continuing and Discontinuing Smoking on The Develoment of Chronic Kidney Disease (CKD) in The Healthy Middle-Aged Working Poulation in Jaan, The Jaanese, Environ Health Prev Med, vol 18, Notoatmodjo, Soekidjo, 2007, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cita. Saifuddin, Abdul Bari, 2010, Ilmu Kebidanan, Jakarta: Penerbit BP-SP. Scott, James L, 2002, Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 3, Jakarta: Widya medika. Wijaya, I Putu A, 2009, Hubungan Gaya Hidu dengan Kejadian Hiertensi ada Pasien Rawat Jalan di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Keolisian Pusat Raden Said Sukanto Jakarta tahun Skrisi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. 7